file · Web viewBerdasaran hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi...
Transcript of file · Web viewBerdasaran hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi...
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika membahas atau mempelajari sesuatu yang berhubungan
dengan kimia, kata larutan sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Karena
dalam ilmu kimia, larutan sering digunakan dalam berbagai aspek
pembelajaran. Pada dasarnya, larutan diartikan sebagai campuran
homogen yang terdiri dari dua zat / komponen atau lebih dari dua yang
komposisinya dapat bervariasi. Komponen dalam larutan terdiri dari dua
macam. Yang pertama adalah solvent, yaitu komponen yang terdapat
dalam jumlah besar yang sering disebut pelarut.Yang kedua adalah solute,
yaitu komponen yang terdapat dalam jumlah kecil yang sering disebut zat
terlarut. Konsentrasi suatu larutan dinyatakan sebagai jumlah kandungan
solute yang terdapat pada sejumlah larutan atau pelarut.Konsentrasi atau
kepekatan dapat dinyatakan dengan satuan molaritas, molalitas,
normalitas,ppm, dan sebagainya.
Dalam ilmu kimia, definisi larutan ini menjadi sangat penting
karena hampir semua reaksi terjadi dalam bentuk larutan. Sedangkan
reaksi kimia yang terjadi dalam bentuk selain larutan sangat sedikit.
Larutan sebenarnya merupakan campuran serba sama, dimana didalam
campuran sendiri terdapat molekul-molekul,atom-atom, atau ion-ion dari
dua zat atau lebih. Oleh karena itu, percobaan mengenai pembuatan
larutan penting dilakukan karena larutan sangat diperlukan.
Dalam pembuatan larutan, baik dari bahan padat, cair, atau gas
dengan menggunakan konaentrasi tertentu, sering dihasilkan yang tidak
diinginkan praktikan. Maka dari itu, praktikum ini diperlukan agar tecapai
kesepakatan bersama tentang konsentrasi yang dihasilkan. Jadi, dalam
25
pembuatan larutan harus dilakukan dengan seteliti mungkin dan metode
perhitungan yang digunakan harus tepat dan benar, sehingga hasil yang di
dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Lebih dari itu, praktikan diharapkan dapat menambah
pengetahuannya dari dasar-dasar pembuatan larutan yang diperoleh dari
praktikum, sehingga apa yang telah didapatkan praktikan dalam
praktikum, suatu saat dapat ditetapkan oleh praktikum, khususnya yang
berhubungan dengan kimia .
1.2 Tujuan Percobaan
- Mengetahui proses pembuatan larutan dengan metode penimbangan
dan pengenceran.
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya larut suatu zat.
- Mengetahui prinsip dasar pembuatan.
26
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi_reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat,bukan
antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran adalah larutan.
(Yazid, 2005 )
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogeny dari dua zat atau
lebih yang terdispersi sebagi molekul ataupun ion yang komposisinya dapat
berfariasai.Disebut homogen karena komposisinya dari larutan begitu seragan
(satu fasa) segingga tidak dapat diamati bagian_bagian komponen penyusunnya
meskipun degan mikroskop uttra.Dalam campuran heterogen,
permukaan_permukaan tertentu dapat di amati antara fase_fase yang terpisah.
(Yazid,2005)
Suatu larutan terdiri dari dua komponen yang penting. Biasanya salah satu
komponen yang mengandung jumlah zat terbanya di sebut sebagai
pelarut(solvent). Sedangkan komponen lainnya yang mengandung jumlah zat
sedikit disebut zat terlarut(solute).kedua komponen dalam larutan tergantung
komposisinya.(Yazid,2005)
Larutan dapat berupa gas,cairan, atau pedatan. Larutan gas di buat degan
mencampur satu gas dalam gas lainnya. Karena semua gas bercampur dalam
semmua perbandinngan, maka setiap campuran gas adlah homogeny dan ia
merupakan larutan ( Sastrohamidjojo,2001)
Larutan cairan disebut dengan melarutkan gas, cairan, atau padatan dalam
suatu cairan. Jika sebagai cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair.
( Sastrohadjojo,2001)
Larutan padatan-padatan dalam mana satu komponen terdistribisi tak
beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya. Larutan padatan sangat
penting dalam kkehidupan sahari=hari dan unsure atau lebih yang mempunyai
alloy. Alloy dapat didefinisikan ssebagai campuran dua unsure atau lebih yang
mempunya sifat-sifat logam.( Sastohamidjojo, 2001)
27
Untuk menyyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan
konsentrtasi. Konsentrasi adlah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah
pelarut ,di nyatakan dalam satuan volume (berat,mol) zat terlarut alam sejumlah
volume tertentu daari pelarut. Berdasaran hal ini muncul satuan-satuan
konsentrasi, yaitu fraksi mol,molaritas,molalitas,normalitas,ppm,sarta persen
massa dan persen volume .(Syukri,1999)
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:
1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuannya di inginkan,Berapa
volume atau massa larutan yang akan dibuat.
2. M1V2 = M2 V2.
Konsentrasi
Sifat-difat larutan, misalnnya warna dari larutan zat warna atau mamisnya
larutan gula,tergantung pada konsentrasi larutan.
Ada beberapa cara untuk menyatakan konsentrasi, yaitu:
1. Mol fraksi adalah perbandingan dari jumlah mol dari satu komponen
denggan jumlah total mol dalam larutan.
2. Molaritas dari solute adalah jumlah mol solute per liter larutan ddan
biasanya di lambangkan dengan M.
3. Molarritas dari suatu solute adalah jumlah mol solute per 1000 gram
solvent.
4. Normalitas dari suatu solute adalah jumlah gram kuivalen solute per liter
larutan. Biasanya ditulis dengan lambang N.
5. Persen dari solte dapat ddinyatakan sebagai persen berat atau persen
Volume. Sebagai contoh,3%berat H2O2 adalah 3 gram H2O2 tiap 100 gram
larutan, sedangkan 12% volume alcohol dan suatu larutan yang dibuat dari
12 ml alcohol dan solvent ditambahkan hingga volume menjadi 100 ml
(Sastrohamidjojo,2001).
28
Rumus-rumus dari satuan-satuan konsentrasi adalah sebagai berikut:
1. Mol Fraksi
XA =
nA(nA + nB ) XB =
nB(nA + nB)
Xtotal = XA + XB = 1
2. Molaritas (M)
M =
mol zat terlarutV L larutan atau M =
grMrx1000V ml
3. Molalitas (m)
m =
mol zat terlarutKg pelarut
atau m =
grMr
x 1000P
4. Normalitas (N)
N = M x Elektron valensi
5. Persen Berat dan Persen volume =
% b/b =
gr zat terlarutgr larutan x 100%
% v/v =
ml zat terlarutml larutan x 100%
6. PPM (Part per million)
ppm =
berat zat terlarutberat larutan x 106 atau 1 ppm =
1 mg zat terlarut1 L larutan
29
Cara pembuatan larutan
Di laboratorium, seringkali dibutuhkan larutan dalam volume dan
kemolaran tertentu. Zat yang terdapat di laboratorium atau di toko adalah zat
padat murni atau larutan pekat. Oleh sebab itu, kita harus dapat membuat suatu
larutan dari padatan atau larutan pekatnya. Akan tetapi, sebelum bekerja harus
dihitung dulu jumlah padatan dan larutan pekat yang dibutuhkan. Zat padat yang
akan dilarutkan harus ditimbang terlebh dahulu dan kemudian diberi pelarut
sampai volume yang diinginkan. ( Syukri, 1999)
Larutan encer dapat dibuat dari larutan pekat dengan mengambil sejumlah
larutan pekat dan ditambah air sampai volume tertentu . Jumlah larutan pekat yang
diambil dan air yang ditambahkan harus dihitung dengan rumus :
M1 V1 = M2 V2
M1 dan M2 adalah kemolaran larutan pekat dan larytan encer, sedangkan V1 dan
V2 adalah volume larutan pekat dan larutan encer. (Syukri, 1999)
Pembentukan larutan
Apabila zat padat atau cairan larut dalam cairan, maka dalam campuran
terjadi gaya tarik- menarik antarmolekul (intermolekul) zat terlarut dan pelarut.
Selain itu juga terdapat gaya tarik di dalam molekul (intermolekul) itu sendiri,
yang menyebabkan molekul atau ionnya masih tetap bersatu. (Yazid, 2005)
Dua senyawa dapat bercampur (misible) lebih mudah bila gaya tarik antara
molekul solute dan solvent semakin besar. Besarnya gaya tarik antara molekulnya
termasuk dalam kelompok yang sama (misalnya air dan etanol), maka keduanya
akan saling melarutkan. Sedangkan bila kekuatan gaya tarik antara molekulnya
berbeda jenis (misalnya air dan heksana), maka tidak saling melarutkan. (Yazid,
2005)
Dalam ilmu kimia dikenal suatu ungkapan ”Like dissolves like” yaitu jika
molekul solute dan solvent mirip, maka akan mudah bagi keduanya untuk saling
30
menggantikan sehingga mudah bercampur. Secara umum, terdapat kenenderungan
kuat bagi senyawa non polar untuk larut dalam pelarut yang bersifat non polar,
dan senyawa kovalen polar atau senyawa ion larut ke dalam pelarut polar. Dengan
perkataan lain ”sejenis melarutkan sejenis”, dimana ”sejenis” disini menunjukkan
persamaan dalam hal kekuatan gaya tarik antar molekulnya. (Yazid, 2005)
Zat-zat tak larut
Suatu zat dikatakan tak larut (insoluble), jika zat tersebut larut sangat
sedikit zat , misalnya kurang dari 0,1 gram zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Pada dasarnya tidak ada zat yang bersifat mutlak tak larut dalam pelarut tertentu.
Namun kebanyakan zat padat yang terbentuk dengan ikatan kuat seperti logam-
logam, kaca, plastik, batuan silikat dan mineral praktis tidak larut dalam cairan
biasa. (Yazid, 2005).
Bila dua cairan tak dapat larut satu sama lain, maka keduanya dikatakan
tidak dapat campur (innscible). Contohnya air dan minyak, bila keduanya
dicampur akan membentuk dua lapisan yang terpisah. Molekul air saling menarik
begitu kuat berdasarkan ikatan hidrogen, sehingga molekul non polar seperti
minyak terperas keluar menuju lapisan atas. Minyak akan mengapung karena
rapatannya lebih rendah. Air yang bersifat polar cenderung tidak melarutkan
molekul-molekul minyak, tetapi tertarik berdasarkan gaya london atau interaksi
dipol-dipol. (Yazid, 2005)
Molekul-molekul lain dapat larut baik dengan air bila sama-sama bersifat
polar atau ionik. Paling tidak molekul tersebut harus mempunyai otom hidrogen
yang terikat pada atom yang sangat elektronegatif (F, O, dan N) seperti asam
florida (HF), amoniak (NH3), dan etanol (C2H5OH). (Yazid, 2005)
Kelarutan
Suatu zat dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu
terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang
31
dapat larut daam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan
jenuh. (Yazid. 2005)
Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dengan menimbang zat yang akan
ditentukan kelarutannya, kemudian dilarutkan. Misalnya dalam 100 ml pelarut.
Jumlah zat yang ditimbang harus diperkirakan dapat membentuk larutan lewat
jenuh yang ditandai masih terdapatnya zat yang tidak larut didasar wadah setelah
dilakukan pengocokan dan didiamkan. Setelah terjadi kesetimbangan antara zat
padat yang larut dan yang tidak larut, padatan yang tidak larut lalu disaring dan
ditmbang. Selisih berat awal dan berat padatan yang tidak larut merupakan
kelarutan zat tersebut dalam 100 ml pearut. (Yazid, 2005)
Larutan jenuh dan tidak jenuh
Pengertian kelarutan digunakan dalam beberapa paham. Kelarutan
menyatakan pengertian secara kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga
digunakan secara kuantitatif untuk menyatakan posisi dari lautan. Suatu larutan
dinyatakan merupakan larutan tidak jenuh jika solute dapat ditambahakan untuk
memperoleh berbagai larutan yang berbeda dalam konsentrasinya. Dalam banyak
hal, ternyata proses penambahan solute tidak dapat berlangsung secara tidak
terbatas. Suatu keadaan akan dicapai dimana paenambahan soute pada jumlah
solvent yang tertentu tidak akan menghasilkan larutan lain yang mempunyai
konsentrasi lebih tinggi. Pada keadaan ini, solute tetap tidak terlarut. Hingga
demikian ada batas jumah tertentu dari solute yang dapat terlarut dalam jumlah
solvent yang tertentu. Larutan yang dalam keadaan terbatas ini disebut larutan
jenuh dan konsentrasi dari larutan jenuh disebut kelarutan dari sejumlah solute
dalam jumlah solvent tertentu yang digunakan. (Sastrohamidjojo, 2001)
Jika larutan tidak jenuh, maka solute yang ditambahkan akan lenyap
hingga diperoleh larutan jenuh. Jika larutan adalah jenuh, maka jumlah kelebihan
solute akan tetap tak berubah. Dikatakan sistem dalam keadaan keseimbangan
yang dinamis. Dalam keadaan keseimbangan, pelarutan solute masih terjadi tetapi
diimbangi terbentuknya endapan solute yang keluar dari larutan. Jumlah partikel
solute yang masuk dalam larutan per satuan waktu sama dengan jumlah partikel
32
solute yang meninggalkan (membentuk endapan) larutan per satuan waktu.
Konsentrasi solvte dalam larutan tetap dan jumlah solute dalam kelebihan tetap.
Suatu larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang dalam keadaan
keseimbangan dengan solute yang berlebihan. (Sastrohamidjojo, 2001)
Pengaruh suhu dan tekanan pada kelarutan
Daya larut cairan dalam cairan lain sangat berbeda-beda mulai dapat
bercampur sempurna, bercampur sebagian, sampai tidak bercampur sama sekali.
Demikian pula zat padat dalam cairan, mulai ada yang larut sempurna dengan
yang tidak larut. Kelarutan zat selain bergantung dari sifat solute dan solvent, juga
dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. (Yazid, 2005)
1. Pengaruh suhu.
Pengaruh kenaikan suhu pada kelarutn zat berbeda-beda antara yang satu
dengan lainnya. Tetapi pada umumnya kelarutan zat padat dalam cairan
bertambah dengan naiknya suhu, kebanyakan proses pembentukan
larutannya bersifat endoterm. Sebagai perkeculian ada beberapa zat yang
kelarutannya menurun dengan naiknya suhu seprti serium sulfat dan natrium
sulfat karena proses pelarutnya bersifat eksoterm. Bahkan ada zat yang
hampir tidak dipengaruhi oleh suhu seperti NaCl. Berbeda dengan zat padat,
kelarutan suatu gas menurun dengan naiknya suhu. Hal ini disebabkan pada
pembentukan larutannya selalu bersifat eksoterm. Kenaikan suhu akan
memudahkan molekil-molekul ges memisahkan diri untuk menguap
meninggalkan pelarut. Sebagai contoh, gas CO2 berbuih-buih keluar dari
minuman berkarbonat jika cairan ini dipanasi. Bila air ledeng dipanaskan,
udara yang terlarut akan segera keluar sebagai gelembung-gelembung kecil
meninggalkan air. (Yazid, 2005)
2. Pengaruh tekanan
Kelarutan dari semua gas naik jika tekanan parsial dari gas yang terletak
diatas larutan dinaikkan. Secara kuantitatif, hal ini dinyatakan dalam Hukim
33
Henry (1804), ”Kelarutan suatu gas dalam larutan cair, berbanding lurus
dengan tekanan gas di atas larutan tersebut”. Dengan persamaan Cg = kg.Pg ,
yaitu:
Cg= Konsentrasi atau kelarutan gas dalam cairan
kg = Tetapan Henry
Pg= Tekanan parsial gas
Sebagai contoh, konsentrasi CO2 yang terlarut dalam minuman karbonat
adalah tergantung pada tekanan parsial dari CO2 dalam fase gas. Bila
dibuka, maka tekanan dari karbondioksida turun, yang berarti kelarutan
diturunkan dan gelembung-gelembung CO2 terbentuk dan lepas.
(Sastrohamidjojo, 2001)
Larutan ideal
Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik antara molekul solute
dan solventnya masing-masing. Bila larutan A dan B sama dengan gaya tarik
antara molekul A dan A atau B dan B. Suatu larutan dikatakan ideal, jika
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Homogen pada seluruh kisaran komposisi dari sistem, mulai dari fraksi mol
nol sampai dengan satu (0<x<1)
2. Pada pembentukan larutan dari komponen-kompnennya, tidak ada
perubahan entalpi, artinya panas larutan sebelum dan sesudah pencampuran
adalah sama.
3. Perubahan volume pencampuran sama dengan nol, artinya jumlah volume
larutan sesudah dan sebelum pencampuran sama.
4. Memenuhi Hukum Roult, dengan persamaan
P = X1.P0
Dimana:
34
P = Tekanan uap jenuh larutan
X1 = fraksi mol pelarut dalam larutan
P0= Tekanan uap parsial pelarut murni
Besarnya tekanan uap parsial masing-masing komponen dalam larutan,
dinyatakan dalam Hukum Roult, dengan bunyi , ”Tekanan uap parsial dari
tiap-tiap komponen dalam larutan, sama dengan tekanan uap komponen
tersebut dalam keadaan murni dikali fraksi molnya. (Yazid, 2005)
Dalam suatu larutan ideal, sifat komponen yang satu akan mempengaruhi
sifat komponen lainnya, sehingga sifat-sifat fisik larutan yang dihasilkan seperti
tekanan uap, titik didih, titik beku adalah rata-rata dari sifat kedua komponen
murninya.larutan ideal sendiri sebenarnya hanya bersifat hipotesis.Kenyataanya
tidak ada larutan yang bersifat demikian.Adanya hanya dapat didekati oleh
larutan nyata yang sangat encer atau dari dua zat dengan struktur kimia yang
hampir sama,seperti campuran pasangan cairan : metanol-etanol, benzena-
tolumaena, n-heksana, n-heptana, etil bromida-etil rodida.(Yazid,2005)
Kemampuan melarut suatu zat di dalam sejumlah pelarut pada suhu
tertentu berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Jumlah maksial zat terlarut
dalam sejumlh pelarut pada suhu tertentu inilah yang disebut kelarutan dari zat
terlarutnya. Berbeda dengan gas-gas, kelarutan gas menurun dengan naiknya suhu
disamping oleh pengaruh tekanan barometer diatas permukaaan larutannya.
Biasanya pernyataan kelarutan zat selalu disertai dengan kondisi suhunya atau bila
tanpa ada nilai suhunya berarti kelarutannya dimaksudkan pada suu kamar,
sedangkan untuk gas, kelarutannya disertai dengan kondisi suhu dan tekanan
udara permukaannya.
35
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
- Gelas kimia 100 ml
- Gelas ukur 25 ml
- Labu ukur 25 ml
- Pipet
- Corong kaca
- Batang pengaduk
- Botol kaca
- Neraca analitik
- Sendok atau spatula
3.1.2 Bahan-bahan
- HCl 0,5 M
- NaCl 10 gram
- H2C2O4 1 M
- H2SO4 1 M
- AgNO3 0,1 M
- Akuades
- Tissu
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Penimbangan AgNO3 0,1 M
- Dihitung gram AgNO3 yang akan dilarutkan
- Ditimbang
36
- Dilarutkan dengan akuades sampai 250 ml dalam labu takar
- Dihomogenkan
3.2.2 Pengenceran H2SO4 0,01 M
- Dihitung volume H2SO4 sesuai konsentrasi yang diinginkan
- Diambil H2SO4 pekat dengan pipet voume
- Dilarutkan dalam akuades sampai 100 ml dalam labu takar
- Dihomogenkan
3.2.3 Penimbangan H2C2O4
- Dihitung gram H2C2O4 sesuai konsentrasi yang diinginkan
- Ditimbang
- Dilarutkan dalam akuades sampai 100 ml dalam labu takar
- Dihomogenkan
3.2.4 Pengenceran H2SO4 0,01 M
- Dihitung volume H2SO4
- Diambil 2,5 ml H2SO4 1 M
- Dimasukkan dalam gelas beker
- Dicampurkan akuades sedikit
- Dimasukkan dalam labu ukur
- Ditambahkan akuades sampai batas tera
- Labu ukur ditiup lalu dibolak-balikan
3.2.5 Penimbangan NaCl 100%
- Ditimbang 10 gram NaCl
- Dilarutkan dalam sedikit akuades
- Dimasukkan kedalam labu takar, lalu ditambahkan air
- Diaduk hingga larut
- Dihomogenkan
3.2.6 Pengenceran HCl 0,5 M
- Diambil HCl sebanyak 10 ml
- Ditambahkan akuades secukuonya
37
- Dimasukkan kedalam labu ukur
- Ditambahkan air lagi sampai tanda batas
- Dihomogenkan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
1.
2.
3.
Penimbangan AgNO3 0,1M.
- Hitung gram AgNO3.
- Ditimbang.
- Dilarutkan dengan akuades
sampai 250 ml dalam labu
takar.
- Dihomogenkan.
Pengenceran H2SO4 0.01M.
- Dihitung volume H2SO4 sesuai
konsentrasi yang diinginkan.
- Diambil H2SO4 pekat dengan
pipet volume.
- Dilarutkan dalam akuades
sampai 250 ml dalam labu
takar.
Penimbangan H2C2O4.
- Dihitung gram H2C2O4 sesuai
konsentrasi yang diinginkan.
- Ditimbang.
- Dilarutkan dalam akuades
- Larutan AgNO3 berwarna
putih.
- Tidak terjadi perubahan
warna dan terbentuk
campuran homogen
- Hasilnya adalah larutan
homogen.
38
4.
5.
6.
sampai 100 ml dalam labu
takar.
- Dihomogenkan.
Pengenceran H2SO4 0,01M
- Diambil 2,5 ml H2SO4 1M.
- Dimasukkan dalam gelas
beaker.
- Dicampurkan akuades sedikit.
- Dimasukkan dalam labu ukur.
- Ditambahkan akuades sampai
batas terra.
- Labu ukur ditutup lalu dibolak-
balikkan.
Penimbangan NaCl 100%
- Ditimbang 10 gram NaCl.
- Dilarutkan dalam sedikit
akuades.
- Dimasukkan ke dalam labu
takar, lalu ditambahkan air.
- Diaduk hingga larut.
- Dihomogenkan.
Pengenceran HCl 0,5M.
- Diambil HCl sebanyak 10 ml.
- Ditambahkan akuades
secukupnya.
- Dimasukkan ke dalam labu
ukur.
- Ditambahkan air lagi sampai
- Larutan menjadi
campuran homogen.
- Terbentuk satu fase.
- Larutan bening.
- Setelah dihomogenkan
larutan tetap bening.
- Putih bening HCl dan
agak kental sebelum
dicampur akuades.
- Setelah ditambah pelarut
menjadi encer dan
berwarna bening.
39
tanda batas.
- Dihomogenkan.
4.2 Reaksi-reaksi
- AgNO3 (s) + H2O (aq) → Ag+(aq)
+ NO3-(aq) + H2O (aq)
- H2SO4(ℓ ) + H2O(aq) → H3O+ (aq) + HSO4
- (aq)
- H2C2O4 (s) + H2O(aq) → H3O+ (aq) + HC2O4
- (aq)
- H2SO4(ℓ ) + H2O(aq) → H3O+ (aq) + HSO4
- (aq)
- NaCl(s) + H2O(aq) → Na+(aq) + Cl-
(aq) + H2O(aq)
- HCl (aq) + H2O (aq) → H3O+ (aq) + Cl- (aq)
4.3 Perhitungan
4.3.1 Penimbangan AgNO3 0,1M.
Diketahui : M = O,1
Mr = 170
V = 250 ml
Ditanya : massa (gram) AgNO3
Dijawab : M =
grmr
. 1000Vmℓ
0,1 =
gr170
. 1000250
0,1 = 0,02 gr
gr = 0,1/0,02
gr = 5 gram AgNO3
4.3.2 Pengenceran H2SO4 0.01M.
Diketahui : M1 = 0,01
M2 = 1
V1 = 250
40
Ditanya : V2
Dijawab : V1. M1 = V2. M2
0,01 . 250 = 1 . V2
2,5 = V2
V = 2,5 ml
4.3.3 Penimbangan H2C2O4.
Diketahui : M = 0,1
Mr = 126
V = 100 ml
Ditanya : massa H2C2O4
Dijawab : M =
grmr
. 1000Vmℓ
0,1 =
gr126
. 1000250
0,1 = 0,08 gr
gr = 1,25 gram H2C2O4
4.3.4 Pengenceran H2SO4 0.01M.
Diketahui : M1 = 0,01
M2 = 1
V1 = 250
Ditanya : V2
Dijawab : V1. M1 = V2. M2
0,01 . 250 = 1 . V2
2,5 = V2
V = 2,5 ml
4.4 Pembahasan
Larutan didefinisikan sebagai campuran heterogen antara dua atau
lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom, maupun ion yang
41
komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau
padatan. Larutan encer adalah larutan yang jumlah solutenya lebih kecil
daripada jumlah solventnya. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang
mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan
solvent adalah zat pelarut.
Percobaan ini didasari dengan proses penimbangan dan
pengenceran larutan. Larutan diencerkan dengan tujuan untuk
mendapatkan larutan dari konsentrasi tertentu.
Pada percobaan penimbangan AgN O3, mula-mula AgNO3 dengan
molaritas 0,01 ditimbang 5 gram, kemudian dilarutkan dengan akuades
sampai 250 ml dalam labu takar. Setelah dicampurkan, maka terbentuk
larutan AgNO3 250 ml. Labu takar ditutup lalu dibolak-balikkan dengan
tetap memegang tutupnya, dengan tujuan agar komponen larutan dapat
tercampur secara merata. Larutan AgNO3 terlihat berwarna putih.
Pada percobaan pengenceran H2SO4, mula-mula dihitung volume
H2SO4 sesuai konsentrasi yang diinginkan. Diambil 2,5 ml H2SO4 1M
dengan menggunakan pipet. Llu dimasukkan ke dalam gelas beaker dan
dicampurkan dengan sedikit akuades. Kemudian larutan dimasukkan
dalam labu takar untuk diukur dan ditambahkan 250 ml akuades sampai
batas terra. Labu takar ditutup lalu dibolak-balikkan. Tidak terjadi
perubahan warna pada larutan. Larutan tetap bening dan terbentuk satu
fase.
Berikutnya pada penimbangan H2C2O4, awalnya dihitung massa
H2C2O4 yang ingin diambil. Kemudian, diambil 1,25 gram H2C2O4 dan
ditimbang untuk menentukan tetap tidaknya jumlah yang diambil.
Kemudian dilarutkan dalam akuades sampai 100 ml di dalam labu takar.
Setelah itu larutan dihomogenkan. Hasilnya adalah larutan terbentuk
menjadi satu fase.
42
Pada penimbangan NaCl 100%, mula-mula ditimbang 10 gram
NaCl dan dilarutkan dalam sedikit akuades. Setelah itu dimasukkan ke
dalam labu takar, lalu ditambahkan air. Kemudian campuran diaduk
hingga larut untuk kemudian dihomogenkan. Hasil dari percobaan tersebut
adalah larutan tetap bening sebelum dan sesudah dihomogenkan.
Proses pengenceran yang terakhir adalah pengenceran HCl 0,5 M.
Diambil HCl sebanyak 10 ml, kemudian ditambahkan akuades
secukupnya. Setelah itu dimasukkan campuran kedua zat tersebut ke
dalam labu ukur. Lalu ditambahkan air lagi sampai batas terra untuk
kemudian dihomogenkan. Hasilnya adalah HCl awalnya putih bening dan
agak kental, setelah dicampur akuades, larutan menjadi encer dan
berwarna lebih bening.
Larutan telah tercampur di dalam labu takar. Labu takar harus
dibolak-balikkan sambil tetap memegang tutupnya. Hal itu dilakukan agar
campuran kedua komponen pada larutan tersebut benar-benar telah
tercampur merata dan terbentuk satu fase. Tutup labu takar harus dipegang
ketika dibolak-balikkan agar larutan yang berada di dalamnya tidak
tumpah ke luar.
Campuran adalah suatu bahan yang terdiri atas satu atau lebih zat
berlainan yang bergabung menjadi satu yang masih mempunyai sifat zat
asalnya. Campuran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu campuran
homogen dan campuran heterogen.
Campuran homogen adalah campuran di mana semua bagian
campuran memiliki susunan partikel yang sama dan saragam. Campuran
homogen biasanya disebut juga larutan. Larutan memiliki partikel-partikel
zat yang diversikan lebih kecil dari 1 mm. Larutan juga tidak dapat
disaring dan cenderung bersifat labil.
Larutan homogen adalah larutan yang tidak dapat dibedakan antara
zat pendispersi serta zat terdispersinya. Larutan ini juga tidak memiliki
43
batas antara komponennya sehingga tidak bisa dibedakan antara zat-zat
pembentuk campuran atau larutan tersebut. Contoh dari campuran
homogen adalah garam dapur (NaCl) dengan air (H2O), asam sulfat
(H2SO4) dengan air (H2O), dan gula pasir dengan air.
Campuran heterogen adalah campuran yang partikel-partikel
penyusunnya tidak seragam atau tidak sama. Terdiri atas fase-fase
tersendiri, dapat dibedakan antara zat pendispersi dengan zat
terdispersinya. Campuran heterogen terdiri atas lebih dari satu fase, dan
dapat diketahui dengan warna kekentalan dan bentuknya. Contoh dari
campuran heterogen adalah pasir dengan air, kopi dengan air, dan air
dengan minyak.
Pada larutan, dikenal suatu istilah yang biasanya digunakan untuk
menyatakan kepekatan larutan. Istilah itu disebut konsentrasi. Konsentrasi
larutan adalah menyatakan banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam
suatu pelarut atau larutan. Konsentrasi larutan memiliki banyak satuan, di
antaranya adalah molaritas, molalitas, normalitas, fraksi mol, ppm, persen
berat, dan persen volume.
1. Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Molaritas dilambangkan dengan satuan M dan unitnya adalah dalam
mol per liter. Keuntungan dalam menggunakan molaritas adalah dapat
menguntungkan dalam penggunaannya karena kemudahan dalam
perhitungan stoikiometri. Sedangkan kerugiannya adalah kurang
tepatnya dalam pengukuran volume.
M=molVL . larutan atau M =
grmr
. 1000Vmℓ
2. Molalitas (m)
44
Molalitas adalah menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram
pelarut. Satuan molal tidak tergantung pada suhu dan biasanya
digunakan untuk menyatakan banyaknya partikel zat terlarut dalam
sejumlah tertentu pelarut.
m=mol zat terlarutmassa zat pelarut (kg )
atau
m=mol zat terlarutMr
×1000 grammassa pelarut (gr )
3. Normalitas (N)
Normalitas adalah jumlah gram ekuivalen (grek) zat terlarut dalam satu
liter larutan. Satuan normalitas sering digunakan untuk analisis
volumentori terutama dalam reaksi asam basa dan reaksi oksidasi
(redoks).
N = M . valensi
4. Fraksi mol (X)
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen
dengan jumlah total seluruh komponen dalam satu larutan. Fraksi mol
total selalu satu. Konsentrasi dalam bentuk ini tidak mempunyai satuan
karena dalam bentuk perbandingan.
XA =
nA(nA + nB) XB =
nB(nB + nA )
Xtotal = XA + XB = 1
5. Persen berat dan persen volume
Persen berat dan persen volume adalah menyatakan jumlah gram berat
zat terlarut atau volume zat terlarut dalam 100 gram atau 100 ml
larutan.
45
a. b/b % =
massa zat (g )massa laru tan (g )
x 100 %
b. v/v % =
volume zat (ml)volume laru tan (ml)
x 100 %
c. b/v % =
massa zat (g )volume laru tan (ml)
x 100 %
d. v/b % =
volume zat (ml )massa laru tan (g )
x 100 %
6. Ppm (Part per million) atau Bagian per juta
Ppm adalah satu bagian zat terlarut dalam satu juta bagian larutan.
Satuan ppm sering dipakai untuk menyatakan konsentrasi zat yang
sangat kecil dalam larutan gas, cair, atau padat.
1 ppm =
1 mg zat terlarut1 L larutan atau ppm =
berat zat terlarutberat larutan
x106
Hubungan ppm dengan satuan lain :
a) Ppm dengan berat per volume
1 ppm = 1 mg/L
b) Ppm dengan berat per berat
1 ppm = 1 mg/kg
c) Ppm dengan persen
1 ppm = 10-4% atau 1% = 104 ppm
46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Pembuatan larutan mula-mula dilakukan dengan menimbang massa
atau volume larutan pekat yang akan dicampurkan dengan akuades.
Setelah ditimbang massa atau volumenya secara tepat, lalu larutan
pekat tersebut dicampurkan dengan akuades di dalam labu takar,
sehingga didapatkan larutan encer dengan konsentrasi yang lebih
kecil. Proses itu dinamakan proses pengenceran.
- Faktor-faktor yang memengaruhi cepat atau lambatnya daya larut
suatu zat adalah suhu, konsentrasi/kepekatan, serta perlakuan
(pengadukan).
- Prinsip dasar pembuatan larutan adalah dilakukan pengenceran pada
pembuatan larutan. Sebelumnya juga dilakukan penimbangan massa
atau volume pada zat yang konsentrasinya masih jenuh yang akan
diencerkan menjadi larutan encer, dengan konsentrasi yang lebih kecil
dari sebelumnya.
5.2 Saran
Sebaiknya digunakan bahan lain selain akuades yang digunakan
sebagai zat pelarutnya. Hal ini dimaksudkan agar hasil dari pencampuran
zat-zat menghasilkan larutan dan reaksi-reaksi yang bervariasi juga. Selain
itu, akan dapat diketahui zat-zat apa saja yang dapat saling bereaksi dan
dapat saling larut, serta zat-zat apa saja yang tidak dapat bereaksi dan tidak
dapat larut. Zat kimia yang tidak dapat larut dalam akuades adalah
senyawa-senyawa kovalen non polar, contohnya adalah minyak, PCl5, N2,
47
H2, Cl2, CH4. Sedangkan contoh zat kimia yang larut dalam pelarut lain
adalah seperti pada pencampuran asam dengan basa, contohnya HCl
dicampur dengan NaOH.
48