DMT2

15
TERAPI INSULIN PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 Definisi Diabetes Melitus Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. KLASIFIKASI DM DM dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu sebagai berikut. DM tipe 1 - Disebabkan karena autoimun - Idiopatik DM tipe 2 - Bervariasi mulai yang dominan retensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin Tipe lain a) Defek genetic fungsi sel beta pancreas - Maturity-Onset Diabetes of the Young (MODY) - DNA mitokondria

description

diabetes melitus

Transcript of DMT2

TERAPI INSULIN PADA DIABETES MELITUS TIPE 2

Definisi Diabetes MelitusMenurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.KLASIFIKASI DMDM dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu sebagai berikut.DM tipe 1 Disebabkan karena autoimun

Idiopatik

DM tipe 2 Bervariasi mulai yang dominan retensi insulin disertai defisiensi insulin relative sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin

Tipe laina) Defek genetic fungsi sel beta pancreas

Maturity-Onset Diabetes of the Young (MODY)

DNA mitokondria

b) Defek genetic kerja insulin

c) Penyakit eksokrin pancreas

d) Endokronopati

Akromegali

Sindrom cushing

Feokromositoma

Hipotiroidisme

e) Karena obat/ zat kimia

Vacor, pentamidin, asam nikotinat

Glukokortikoid

Tiazid, dilantin, interferon alfa

f) Infeksi

Rubella congenital, CMV

g) Sindroma genetic yang lain yang berkaitan dengan DM

Sindrom down, sindrom Klinefelter, Sindrom Turner.

DM Gestasional

Patofsiologi DM Tipe 2 ( non-insulin dependent diabetes mellitus )

Pada tipe ini, pada awalnya kelainan terletak pada jaringan perifer ( resistensi insulin ) dan kemudian disusul dengan disfungsi sel Beta pancreas ( defek pada fase sekresi insulin ), yaitu sebagai berikut:

1) Sekresi insulin oleh pancreas mungkin cukup atau kurang, namun ada keterlambatan sekresi insulin fase-1 (fase cepat), sehingga glukosa sudah di absorbs masuk darah tetapi jumlah insulin yang efekstif belum memadai.

2) Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang, bahkan pada obesitas jumlah reseptor hanya sekitar 20.000.

3) Kadang kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga kerja insulin tidak efektif ( insulin binding atau sensitivitas terganggu )

4) Terdapat kelainan di pasca-reseptor, sehingga proses glikolisis intraseluler terganggu.

5) Adanya kelainan campuran di antara nomor 1, 2, 3, dan 4.Gejala KlinisGejala klinis DM : mula mula polifagi, polidipsi, poliuri dan berat badan naik (fase kompensasi). Apabila keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala fase Dekompensasi, yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuri, polidipsi, berat badan menurun. Ketiga gejala klasik tersebut diatas disebut pula Trias Sindrom Diabetes Akut (polifagi, poli dipsi, berat badan menurun) bahkan apabila tidak segera dibati dapat disusul dengan mual muntah dan Ketoasidosis Diabetik.

Gejala kronis DM yang sering muncul antara lain lemah badan, kesemutan, kaku otot, penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang sering berubah, sakit sendi, dan lain lain.

Diagnosis Diabetes MelitusDiagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:

1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesiik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.

Langkah-langkah diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa dapat dilihat pada bagan1. Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil dapat dilihat pada tabel-2. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).

2. GDPT:Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 125 mg/dL (5,6 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL.Tabel 2. Kriteria diagnosis DM

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat

pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir

Atau

2. Gejala klasik DM

+

Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L)

Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam

Atau

3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa

yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik.

TERAPI FARMAKOLOGIAda dua kategori obat diabetes mellitus : insulin dan OHO (Obat Hipoglikemik Oral).

1. DM tipe 1 ( kerusakan pankreas ( diberi insulin

2. DM tpe 2

Terapi InsulinInsulin diberikan pada keadaan :

Penurunan berat badan yang cepat Hopedrglikemia berat disertai ketosis KAD Hiperglikemia HONK Hiperglikemia dengan asidosis laktat Gagal kombinasi OHO dosis hampi maksimal Stres berat Kehamilan dengan DM Kontraindikasi atau alergi terhadap OHOInsulin diberikan melalui injeksi :

a. Intravena

b. Intramuskuler

c. Subkutan ( biasanya untuk penggunaan jangka panjang.

Biasanya untuk DM tipe 1.

DM tipe 2 yg tidak dpt diatasi dengan

diet maupun OHO

DM pasca pankreatektomi

DM gestasional

DM dengan ketoasidosis

Koma nonketosis

praoperasi

Klasifikasi preparat insulin :

1. Lama kerja

a. Kerja cepat (rapid acting insulin)b. Kerja pendek (short acting insulin)c. Kerja menengah (intermediate acting insulin)d. Kerja panjang (long acting insulin)Macam InsulinMerek DagangEfek puncak (jam)Lama kerja (jam)

Rapid actingHumalog, Apidra, Aspart1-24-6

Short actingActrapid, Humulin-R2-46-8

Intermediate actingInsulatard Human, Monotard Human, Humulin-N 4-1218-24

Long actingLantusPeakless24

Premixed insulinMixtard 30/70, Humulin 30/70, Humalog Mix 252-814-15

2. Asal spesies

a. Human insulin ( merupakan hasil teknologi rekombnan DNA. Dalam larutan yang cair, lebih larut dari porcine karena adanya treonin (di tempat alanin) dan punya ekstra gugus hidoksil.

b. Porcine insulin ( dari sapi / babi

Cara pemberian Insulin

Efek samping insulina. Hipoglikemi, Terjadi bila :

dosis insulin terlalu besar

tidak tepatnya waktu makan dengan watu tercapainya kadar puncak insulin

ada faktor yang meningkatkan sensitivitas insulin, misal: insufisiensi adrenal/pituitari, kerja fisik berlebihan

b. Reaksi alergi dan resistensi, Akibat:

Ada bekuan atau terjadi denaturasi preparat insulin

Kontaminan

Sensitif terhadap senyawa yg dtambahkn pada proses formulasi preparat insulin (misal Zn2+, protamin, fenol,dll)

c. Lipoatrofi dan lipohipertrofi

d. Edema ( akibat retensi Na+ / peningkatan permeabilitas kapiler akibat kontrol metabolik yg tidak adekuat. Umumnya terjadi pada gangguan fungsi jantung atau ginjal.

e. kembung abdomen, gagguan visus.

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association: Standards of medical care in diabetes 2008 (Position statement). Diabetes Care 2008;31 (Suppl.1):S12-54.Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Perencanaan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia. 2011.

Tjokroprawiro, Askandar., Boedi, Poenomo Setiawan., Pranoto, Agung., Nasronudin., Santoso, Djoko., Soegiarto, Gatot. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Balai Penerbit FK Unair.Sudoyo, Aru., Setiyohadi, Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata, Marcellus., Setiadi, Siti. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat : Interna Publishing.

Karya Tulis Ilmiah

Terapi Insulin pada Diabetes Melitus Tipe 2

Disusun oleh:

Dian Muflikhy Putri, S. Ked

112011101076

Dokter Pembimbing:

dr. Ali Santosa, Sp.PDDisusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya

SMF Ilmu Penyakit Dalam di RSUD dr.Soebandi Jember

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER2015Hiperglikemia >200 mg/dl

Regulasi Cepat Intravena (RCI)

Glukosa Awal

sebelum R-C (mg/dl)

Dosis Rumatan

Insulin Subkutan (unit)

Dosis Insulin

Intravena 4 U/jam

200-300 x4 U3x

300-400

400-500

500-600

Rumus kali dua

Rumus minus 1

Hiperglikemia >200 mg/dl

Regulasi Cepat Subkutan (RCS)

Glukosa Awal

sebelum R-C

Dosis Insulin

Subkutan (unit)

Dosis Rumatan Insulin Subkutan (unit)

200-300 3x

300-400

400-500

500-600

Rumus kali dua

Rumus kali dua