DKV in New Media

7
DKV in New Media Tulisan ini masih dangkal, masih berupa pokok-pokok pikiran penulis yang tergerak untuk membahas begitu kuatnya arus informasi saat ini. Social media menjadi barang fenomenal saat ini, jadi perlu adanya wacana khusus untuk membahas secara keilmuan terutama Desain Komunikasi Visual. Tolong rekan-rekan mau melengkapi ataupun memperbaiki, sehingga dapat memberikan dorongan semangat untuk menuangkannya dalam bentuk sebuah buku, terima kasih. Sudahkan anda menyaksikan video presentasi berjudul “Social Media Revolution” dari www.socialnomic.com di Youtube?, yang membahas begitu dahsyatnya perkembangan sosial media di dunia internet. Di dunia new media, social media telah mengambil alih posisi pertama aktifitas di internet dari pornography. 50% penduduk didunia berumur 30 tahun dan 96%nya terlibat dalam social media, dan bayangkan pengikut Asthon Kutcher dan Birtney Spears di tweeter melebihi populasi Negara Swiss, Israel, dan swedia. Apabila jumlah penduduk facebook diposisikan dalam populasi dunia mereka ada diposisi 3 dibawah China dan India. Fakta mengejutkan lainnya 78% konsumen akan lebih percaya rekomendasi dari peer-nya dibandingkan dari periklanan konvensional yang hanya 14%. Jadi kita tidak bisa mengatakan facebook, tweeter, youtube, ataupun blogger hanya kerjaan isengan belaka. Sumber : Youtube “Socialnomic Revolutions” Perkembangan New Media yaitu internet dan communication mobile membawa disiplin Desain Komunikasi Visual (DKV) ke ranah baru berupa social media. Belum banyak yang mengkaji secara rinci wahana baru ini, namun konten yang telah beredar sudah sangat banyak. Begitu banyak ragam bentuk yang muncul di dunia new media, seperti pixel logo, video viral, games interaktif, viral marketing, dll. Sifatnya yang interaktif memberi kesempatan pemirsa untuk terlibat dalam sebuah proses komunikasi, tidak seperti media konvensional yang menempatkan pemirsa ataupun target audience dalam posisi pasif.

Transcript of DKV in New Media

Page 1: DKV in New Media

DKV in New Media

Tulisan ini masih dangkal, masih berupa pokok-pokok pikiran penulis yang tergerak untuk membahas begitu kuatnya arus informasi saat ini. Social media menjadi barang fenomenal saat ini, jadi perlu adanya wacana khusus untuk membahas secara keilmuan terutama Desain Komunikasi Visual. Tolong rekan-rekan mau melengkapi ataupun memperbaiki, sehingga dapat memberikan dorongan semangat untuk menuangkannya dalam bentuk sebuah buku, terima kasih.

Sudahkan anda menyaksikan video presentasi berjudul “Social Media Revolution” dari

www.socialnomic.com di Youtube?, yang membahas begitu dahsyatnya perkembangan

sosial media di dunia internet. Di dunia new media, social media telah mengambil alih

posisi pertama aktifitas di internet dari pornography. 50% penduduk didunia berumur 30

tahun dan 96%nya terlibat dalam social media, dan bayangkan pengikut Asthon Kutcher

dan Birtney Spears di tweeter melebihi populasi Negara Swiss, Israel, dan swedia. Apabila

jumlah penduduk facebook diposisikan dalam populasi dunia mereka ada diposisi 3

dibawah China dan India. Fakta mengejutkan lainnya 78% konsumen akan lebih percaya

rekomendasi dari peer-nya dibandingkan dari periklanan konvensional yang hanya 14%.

Jadi kita tidak bisa mengatakan facebook, tweeter, youtube, ataupun blogger hanya

kerjaan isengan belaka.

Sumber : Youtube “Socialnomic Revolutions”

Perkembangan New Media yaitu internet dan communication mobile membawa disiplin

Desain Komunikasi Visual (DKV) ke ranah baru berupa social media. Belum banyak yang

mengkaji secara rinci wahana baru ini, namun konten yang telah beredar sudah sangat

banyak. Begitu banyak ragam bentuk yang muncul di dunia new media, seperti pixel logo,

video viral, games interaktif, viral marketing, dll. Sifatnya yang interaktif memberi

kesempatan pemirsa untuk terlibat dalam sebuah proses komunikasi, tidak seperti media

konvensional yang menempatkan pemirsa ataupun target audience dalam posisi pasif.

SES or What?

Bicara komunikasi visual berbicara pula tentang siapa yang kita ajak bicara. Umumnya

saat ini pengelompokan target Audience berdasarkan tingkatan Sosial Ekonomi dan Status

(SES), karena pengelompokan ini relatif permanen dan teratur dalam masyarakat yang

memiliki nilai, minat, dan perilaku yang sama. Namun dalam era new media sekarang ini

pengelompokan tersebut sulit di lakukan karena sebarannya sangat luas, perlu komponen-

komponen pengelompokan lain untuk mendapatkan hasil bidikan yang tajam.

Page 2: DKV in New Media

Sebenarnya apabila berbicara target yang sangat spesifik new media sangat

memungkinkan, dan untuk mencapainya dibutuhkan biaya yang sangat rendah

(dibandingkan media konvensional), karena kelompok sasaran dalam new media

membentuk group yang memiliki kesamaan minat, latar belakang sejarah, kesamaan

pandangan, dll. Penelaahannya akan tertuju pada jenis produk apa yang akan ditawarkan,

sehingga tiap jenis produk akan memiliki treatment yang berbeda dengan jenis produk

yang lain. Sebagai contoh apabila sebuah produk ditujukan untuk penggemar otomotif, kita

tinggal men-search website, blog, atau groups yang berhubungan dengan penggemar

otomotif, tinggal staff public relation membuat jalinan komunikasinya. Ingat di new media

tiap individu memiliki pengaruh yang sama kuat dalam memberikan pandangan ataupun

gagasan, jadi buatlah jalinan komunikasi yang dapat memberikan keuntungan bersama.

Relasi yang buruk dapat memberikan publikasi yang buruk pula.

Didalam konsep pemasaran (tentunya yang legacy), promosi lewat iklan hanyalah satu

bagian dari marketing-mix yang terdiri dari 4P (product, price, place, promotion).

Marketing-mix sendiri hanyalah satu bagian dari sembilan elemen pemasaran. Sembilan

elemen pemasaran yang gayanya legacy ini terdiri dari 3 komponen strategi (segmentasi,

targeting, dan positioning), 3 komponen taktik (diferensiasi, marketing-mix, dan selling),

dan 3 komponen value (brand, service, dan process). Mengutip tulisan dari Hermawan

Kertajaya di Kompas.com, beliau menjelaskan bahwa komponen strategi pemasaran yang

legacy sudah berubah ke arah yang lebih horisontal. Sejalan dengan dasar New Wave,

segmentation is communitization, targeting is confirmation, dan positioning is clarification.

Hermawan menjelaskan pula di era New Wave ini, strategi pemasaran mencakup tiga hal.

Pertama, melihat komunitas konsumen (communitization). Kedua, melakukan konfirmasi

terhadap komunitas (confirmation). Ketiga, melakukan klarifikasi terhadap kehadiran dan

keberadaan kita di tengah komunitas (clarification). Klarifikasi di sini maksudnya adalah

untuk senantiasa menjawab pertanyaan “Siapa Anda dan apa alasan Anda hadir dan

berada di sini bersama komunitas?”

Pada dasarnya, praktek strategi New Wave ini adalah untuk mensejajarkan pemasar

dengan konsumennya agar bisa masuk ke komunitas. Tujuannya lebih dari sekedar

memberikan kesempatan bagi komunitas konsumen, berpartisipasi dalam aktivitas taktik

pemasaran dan penciptaan nilai pemasaran. Sebab secara filosofis, langkah strategi

pemasaran di era New Wave ini adalah upaya untuk betul-betul memperlakukan konsumen

sebagai subyek, bukan lagi objek dari pemasaran.

Untuk melakukan hal itu semua dibutuhkan keberanian untuk merubuhkan mental dan

paradigma lama. Karena untuk sukses dalam melakukan komponen strategi New Wave itu

tadi, semua akan tergantung pada keseriusan pemasar untuk meletakan karakter

mereknya menjadi bagian dari komunitas. Artinya merek tersebut bukan merek Anda, tapi

mereknya komunitas.

Page 3: DKV in New Media

Desain Komunikasi Visual in New Media/Social Media?

Dalam tulisan ini penulis mencoba menelaah berdasarkan kajian ilmu desain komunikasi

visual maupun melalui pengalaman penulis bergelut diindustri periklanan, bagaimana

menghasilkan sebuah kampanye periklanan di new media, baik berupa viral Adv.,

marketing Adv., Video viral, games interactive, dll. Penulis merangkum menjadi 4 point

penting yang harus diperhatikan dalam membuat atau menilai sebuah kampanye

periklanan di new media, yaitu Simple, Fresh (un-expected), entertainment, dan sells.

Simple

Pengunjung internet maupun pengguna mobile phone umumnya bertujuan mencari

informasi sebanyak-banyaknya dengan waktu secepat-cepatnya. Untuk itu desain grafis

maupun rancangan kampanye dalam new media dituntut harus ringkas, padat, dan

langsung menuju pokok persoalan baik secara tema maupun komposisi layoutnya.

Penggunaan warna diusahakan sesimpel mungkin, terutama untuk pembuatan logo pixel

yang umumnya berukuran kecil. Untuk layout secara keseluruhan penggunaan warnanya

disesuaikan dengan konsep yang direncanakan berdasarkan data target audience yang

akan disasar. Untuk tampilan website yang menuntut konsentrasi yang tinggi hindari

warna background putih karena cenderung melelahkan mata. Begitu pula penggunaan font

usahakan simple dan tegas, terutama menggunakan font yang tidak umum dipergunakan

dalam jaringan internet, karena biasanya font tersebut harus diconvert menjadi image

untuk menghindari missing font. Akibatnya ketajaman huruf berkurang karena gambar

berupa data bitmap bukan vector. Penggunaan font pun disesuaikan dengan konsep dan

target audience yang akan disasar. Angle yang menarik, cara pengambilan gambar,

ataupun cerita yang kuat perlu di perhatikan apabila idea yang akan dieksekusi berupa

video viral. Di beberapa kasus, konsep serta konten yang kuat menjadi menarik karena

penggarapannya sangat sederhana. Buatlah slogan, headline, nama website, maupun copy

yang ringkas, memiliki stoping power dan mudah di ingat, dengan tujuan memberi posisi

berbeda di belantara internet yang begitu banyak jumlahnya.

Fresh

Ketika anda berbicara New Media maka anda pula akan berbicara new idea. Fresh Idea

adalah sebuah keharusan ketika akan membuat sebuah tampilan grafis dalam New Media,

Page 4: DKV in New Media

baik itu berupa website, konten mobile phone, dll. Lebih jauh dari itu konsepnya pun harus

kuat dan menawarkan sesuatu yang segar, menggelitik, membuka pikiran, dan menghibur.

Ingat betapa kuat orang ingin tahu siapa itu Sarah Aprilia sang “guru les cantik” yang

wara-wiri di Facebook dan Youtube, atau keisengan Keong racun yang meracuni

penggemar Youtube. Media konvensional Televisi, radio maupun Printed Matter mulai

ditinggalkan karena kadar paritas-nya sudah sangat tinggi, sedangkan permirsa tidak bisa

berbuat apa-apa karena komunikasi media konvensional cenderung terjalin satu arah.

Konten yang kuat menjadi keharusan, tema yang digali pun sesuatu yang menggelitik

serta memberi pandangan baru bagi pemirsanya. Kesempatan menggali tema-tema baru

sangat memungkinkan, pertama kita berbicara media baru maka segala sesuatu yang

terlibat masih baru, banyak hal yang bisa digali dari new media ini, kedua New media

memberi kesempatan untuk berekspresi seluas-luasnya, karena masyarakatlah yang

menjadi badan sensor apakah tema tersebut pantas atau tidak. Jadi perlu diperhatikan

apakah tema yang akan diangkat tidak menyinggung ras, agama dan suku. Ketiga New

media menggunakan media elektronik, dalam hal ini komputer, pengembangan baik

hardware maupun software berimbas pula pada tampilan yang akan selau berkembang.

Anda dapat memanfaatkan software terbaru untuk memberi efek stopping power yang

baik, seperti yang dilakukan sebuah perusahaan penjual alat-alat dapur yang berjudul

Dream Kicthen, efek dramatisnya sangat menarik.

Sarah Aprilia “sang guru les cantk”

Page 5: DKV in New Media

“Dream Kitchen”

Entertaining

Menghibur adalah kata kunci keberhasilan dalam membuat konten New Media, baik itu

berupa website, viral Ad, viral Marketing, maupun Mobile phone Content. Karena

kecenderungan pengguna new media adalah mencari hiburan ataupun mencari informasi

yang instant. Anda bisa lihat begitu menyenangkan permainan balap mobil Mini,

semenyenangkan mengendarai mobil aslinya. Atau begitu menghiburnya saat dua gadis

bernyanyi lipsing membawakan lagu dangdut sehingga menghasilkan 1juta hits. Impact-

nya sangat tidak terduga, ketika media lain meliputnya maka sebuah Public Relation yang

positif bukan?

Sells

Menjual merupakan kata kunci keempat, karena idea yang kurang menjual sulit

mendapatkan persetujuan dari klien. Apabila sebuah rancangan Desain dalam New Media

bertujuan memasarkan sebuah produk, galilah salah satu keunikan dari produk tersebut

untuk diangkat menjadi cerita yang menarik. Dengan memiliki keunikan tersendiri dapat

memberi peluang kepada perancang untuk menemukan idea yang unik pula. Seperti yang

dilakukan oleh Nike yang menjual sepatu sesuai dengan warna yang diinginkan

pembelinya, oleh perancangnya dibuat menjadi games tampilan sepatu yang berubah

sesuai dengan huruf-huruf nama kita, sangat menjual bukan? Tanpa penggalian yang

dalam baik produknya maupun customer insight, maka sulit untuk menemukan idea

menarik yang memiliki relasi kuat antara produk dan target audiencenya.

Page 6: DKV in New Media

How To Make Great Idea

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya menemukan sebuah idea yang gila

dan belum pernah ada sebelumnya. Banyak cara digunakan oleh kalangan kreatif di

advertising, salah satunya cara penulis lakukan bersama team ketika masih aktif di industri

periklanan. Dimulai dengan mengumpulkan data-data dari produk yang akan digarap,

target audience yang akan kita sasar, serta data pesaing dari produk yang akan di garap.

Lalu buatlah beberapa skema data, baik data Target Audience, produk, pesaing,dll. Tarik

sejauh mungkin dengan menghubungkan tiap detail datanya menjadi kata-kata yang

masih ada relevansinya dengan data sebelumnya. Dari data tersebut buatlah daftar

beberpa keyword maupun key visual, lalu gabungkan dua buah key word atau key visual

yang tidak berhubungan menjadi sebuah jalinan cerita yang menarik. Cerita yang dibuat

tersebut harus memiliki relevansinya dengan produk atau selling point-nya. Lakukanlah

lebih dari beberapa pasang kata, biasanya dapat memberi inspirasi dalam menemukan

idea yang gila/fresh. Jauh akan lebih menyenangkan apabila dilakukan dengan beberapa

teman dalam team anda, sehingga masing-masing dapat saling mengoreksi maupun

mengisi idea terbaik anda. Setelah mendapatkan idea yang menarik susunlah menjadi

lebih rapih dengan membuat synopsis ataupun storyline yang nantinya dapat

diterjemahkan dalam kampanye yang menarik.

• Penulis pengajar mata kuliah Desain Komunikasi Visual di STISITelkom

• Art Director di Hakuhodo Indonesia (2003-2008)

• Memenangkan mendali dibeberapa ajang lomba iklan nasional