DK Pemicu 3 Kelompok IV

36
Pemicu Seorang laki-laki berusia 28 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan kedua tungkai tidak dapat digerakkan, berat badan dan nafsu makan menurun sejak 2 bulan yang lalu. Kadang-kadang disertai keringat malam. Keluhan diawali dengan rasa nyeri di daerah punggung 6 bulan yang lalu. Nyeri terkadang dirasakan menjalar ke paha kanan. Sejak 4 bulan yang lalu kedua tungkai sering kesemutan dan mulai baal. Baal dirasakan dari daerah perut sampai ke bawah Dua bulan yang lalu pasien mulai merasakan kedua tungkainya lemah. Makin lama makin berat sampai akhirya tidak dapat digerakkan. Dua minggu terakhir pasien mulai sulit buang air besar dan buang air kecil. Satu tahun sebelum pasien mengalami gejala ini, ia dipecat dari tempat kerjanya. Sejak saat itu pasien dilaporkan bahwa ia mudah tersinggung dan menjadi marah. Dengan adanya gejala di atas, reaksi emosi pasien menjadi lebih labil dan membuat keluarganya menjadi resah. Pada pemeriksaan fisik di sekitar vertebra torakal tampak benjolan yang teraba keras, terfiksir dan tidak ada nyeri tekan.Pada pemeriksaan neurologis didapatkan hipestesi terhadap rasa raba dan nyeri setinggi dermatom T10 ke bawah. Prorioseptif dan rasa vibrasi kedua tungkai terganggu. Kekuatan motorik kedua tungkai 0. Klonus patela dan akiles +/+. Rossolimo dan MendelBechtrew +/+. Pemeriksaan status

description

ok

Transcript of DK Pemicu 3 Kelompok IV

PemicuSeorang laki-laki berusia 28 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan kedua tungkai tidak dapat digerakkan, berat badan dan nafsu makan menurun sejak 2 bulan yang lalu. Kadang-kadang disertai keringat malam.Keluhan diawali dengan rasa nyeri di daerah punggung 6 bulan yang lalu. Nyeri terkadang dirasakan menjalar ke paha kanan. Sejak 4 bulan yang lalu kedua tungkai sering kesemutan dan mulai baal. Baal dirasakan dari daerah perut sampai ke bawah Dua bulan yang lalu pasien mulai merasakan kedua tungkainya lemah. Makin lama makin berat sampai akhirya tidak dapat digerakkan. Dua minggu terakhir pasien mulai sulit buang air besar dan buang air kecil.Satu tahun sebelum pasien mengalami gejala ini, ia dipecat dari tempat kerjanya. Sejak saat itu pasien dilaporkan bahwa ia mudah tersinggung dan menjadi marah. Dengan adanya gejala di atas, reaksi emosi pasien menjadi lebih labil dan membuat keluarganya menjadi resah. Pada pemeriksaan fisik di sekitar vertebra torakal tampak benjolan yang teraba keras, terfiksir dan tidak ada nyeri tekan.Pada pemeriksaan neurologis didapatkan hipestesi terhadap rasa raba dan nyeri setinggi dermatom T10 ke bawah. Prorioseptif dan rasa vibrasi kedua tungkai terganggu. Kekuatan motorik kedua tungkai 0. Klonus patela dan akiles +/+. Rossolimo dan MendelBechtrew +/+. Pemeriksaan status mental didapatkan mood yang iritabel, afek gelisah dan serasi. Tidak dijumpai adanya gangguan persepsi dan isi pikir pasien lebih banyak didominasi oleh kekecewaan pasien akan kondisi dirinya yang mengalami sakit seperti itu.

Kata Kunci Tn. X 28 tahun 2 tungkai tidak dapat digerakan BB dan nafsu makan menurun, sejak 2 bulan Keringat malam Nyeri dipunggung 6 bulan yang lalu Nyeri terkadang menjalar kebelakang 4 bulan yang lalu : 2 tungkai sering kesemutan Mulai baal disekitar perut sampai bawah 2 bulan lalu : 2 tungkai lemah Makin lama makin berat sampai tidak dapat digerakkan lgi 2 minggu : Sulit BAB dan BAK 1 tahun sebelumnya : Dipecat dari tempat kerja Mudah tersinggung Mudah marah Emosi pasien lebih labil Keluarganya resah Pemeriksaan fisik : Benjolan pada vertebra torakal yang teraba keras, terfiksir, myeri tekan (-) Pemeriksaan neurologis : Hipertensi terhadap raba dan nyeri pada torakal X ke bawah Prorioseptif dan rasa vibrasi tungkai terganggu Kekuatan motorik kedua tungkai 0 Klonus patella dan arcilles (+/+) Rossolimo dan Mendel Bechtrew (+/+) Pemeriksaan status mental : Mood yang iritabel Afek gelisah dan serasi Gangguan persepsi (-) Isi pikiran pasien didominasi oleh kekecewaan pasien

Kata Sulit Baal Hipestesi Prorioseptif Rasa Vibrasi Klonus patella dan acilles Rossolimo dan Mendel Bechtrew Mood iritabel Fiksir

Identifikasi Masalah Tn.X 28 tahun mengeluh kedua tungkai tidak dapat digerakkan, BB dan nafsu makan menurun sejak 2 bulan yang lalu, kadang-kadang disertai keringat malam. Mengalami stress psikis ( lebih cepat marah dan tersinggung) 1 tahun lalu akibat dipecat dari pekerjaan.

Analisis masalah

Hipotesis Tn. X 28 tahun mengalami spondilitis TB yang dapat diperburuk dengan gangguan emosional.

Spyderweb

Spondilitis TB

PrognosisPemeriksaanTanda GejalaFaktor RisikoDefinisi

Faktor RisikoPatofisiologiEtiologiKomplikasiTatalaksana

Pertanyaan Terjaring1. Definisi kata sulit?2. Interpretasi pemeriksaan neurologis?3. Interpretasi status mental?4. Definisi, etiologi, dan faktor risiko spondilitis TB?5. Patofisiologi dan tanda gejala spondilitis TB?6. Pemeriksaan fisik dan penunjang spondilitis TB?7. Tatalaksana spondilitis TB?8. Komplikasi dan prognosis spondilitis TB?9. Jelaskan jaras kortikospinalis!10. Jelaskan jaras spinotalamikus!11. Jelaskan jaras funiculus dorsalis dan otonom!12. Pemeriksaan penunjang?13. Apakah penurunan BB dan nafsu makan berhubungan dengan kelumpuhan pada tungkai?14. Mekanisme terjadinya gangguan otonom yang menyertai kelumpuhan?15. Mekanisme terjadinya gangguan sensorik yang menyertai kelumpuhan?16. Hubungan depresi dan kelumpuhan (neurotransmitter)?17. Membedakan kelumpuhan UMN dan LMN?18. Tanda gejala depresi dan kebutuhan terapi psikososial pasien dan keluarga?

1. Definisi kata sulit Baal adalah perasaan kebal (terhadap rasa) atau mati rasa karena kedinginan, disuntik, dan lain-lain sehingga tidak lagi merasakan dingin, sakit, dan perasaan lainnya. Hipestesiadalah penurunan kepekaan secara abnormal terhadap rangsangan, biasanya sentuhan / rabaan ; menurunnya sensitivitas terhadap rabaan. Proprioseptif merupakan sensasi yang berasal dari dalam tubuh manusia, yaitu terdapat pada sendi, otot, ligamen dan reseptor yang berhubungan dengan tulang. Input proprioseptif ini menyampaikan informasi ke otak tentang kapan dan bagaimana otot berkontraksi (contracting) atau meregang (stretching), serta bagaimana sendi dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending), ditaril (being pull) atau ditekan (compressed). Rasa vibrasi (getaran) adalahsensasi yang dirasakan akibat gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Klonus ialah kontraksi ritmik dari otot, yang timbul bila otot diregangkan secara pasif. Klonus merupakan refleks regang otot(muscle stretch reflex)yang meninggi dan dapat dijumpai pada lesi supranuklir(UMN, piramidal). Klonus Patella Cara: regangkan otot kuadriseps femoris dengan memegang patella, dorong dengan cepat kebawah, tahan Respon: gerak ritmik patellaRefleks Tendon Achillesextr. inferior= Achilles Pees Refleks (APR)= Refleks Triseps Sure Rossolimo dan mendelbechthrew merupakan pemeriksaan reflex yang termasuk salah satu rangkaian dari pemeriksaan neurologis. Refleks Rossolimo Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari kaki. Refleks Mendelbechtrew. Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki Mood yang iritabel (irritable mood) adalahekspresi perasaan akibat mudah diganggu atau dibuat marah. Fiksir adalah letak sesuatu yang tidak berpindah-pindah (terfiksasi)2. Interpretasi pemeriksaan neurologis.

3. Interpretasi pemeriksaan Status Mental Mood yang iritabel (irritable mood): ekspresi perasaan akibat mudah diganggu atau dibuat marah. Afek yang serasi (appropriate affect): kondisi irama emosional yang harmonis (sesuai, sinkron) dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertai; digambarkan lebih lanjut sebagai afek yang luas atau penuh, di mana rentang emosional yang lengkap diekspresikan secara sesuai. Artinya pada kasus, pasien gelisah karena isi pikiran pasien menunjukan kekecewan (serasi). Persepsi sendiri adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan antarahal ini melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsang. Jadi persepsi itu dapat terganggu olehgangguan otak, gangguan jiwa dan sosiobudaya. Isi pikiran kecewa terhadap keadaannya sekarang adalah termasuk dalam katagori isi pikiran rendah diri, yaitu merendahkan,menghina dirinya sendiri, menyalahkan dirinya tentang suatuhal yang pernah dilakukan atau tidak pernah dilakukan.4. Definisi, etiologi, faktor resiko Spondilitis TB A. DefinisiSpondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Potts disease adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang belakang.Infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang belakang terbanyak disebarkan melalui infeksi dari diskus. Mekanisme infeksi terutama oleh penyebaran melalui hematogen. B. EtiologiTuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang merupakan anggota ordo Actinomicetales dan famili Mycobacteriase. Basil tuberkel berbentuk batang lengkung, gram positif lemah yaitu sulit untuk diwarnai tetapi sekali berhasil diwarnai sulit untuk dihapus walaupun dengan zat asam, sehingga disebut sebagai kuman batang tahan asam.C. Faktor resiko Endemic tuberculosis Kondisi sosio-ekonomi yang kurang Infeksi HIV Tempat tinggal yang padat Malnutrisi Alkoholisme Penggunaan obat obatan kortikosteroid Status imun tubuh yang menurun5. Bagaimana patofisiologi dan Tanda&Gejala Spondilitis TB?PatofisiologiParu merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB, karena ukuran bakteri sangat kecil 1-5 , kuman TB yang terhirup mencapai alveolus dan segera diatasi oleh mekanisme imunologis nonspesifik. Makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB dan sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang-biak, akhirnya akan menyebabkan makrofag mengalami lisis, dan kuman TB membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut fokus primer Ghon.Diawali dari fokus primer kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju ke kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara fokus primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).Masa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 10 yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas selular.Pada saat terbentuk kompleks primer, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuk hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, yaitu timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas selular tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, begitu sistem imun selular berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan.Setelah imunitas selular terbentuk fokus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar tersebut.Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi pertumbuhannya oleh imunitas selular, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman. Fokus tersebut umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi fokus reaktivasi, disebut sebagai fokus Simon. Bertahun-tahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun, fokus Simon ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di organ terkait, misalnya meningitis, TB tulang dan lain-lain.Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer sedangkan pada penyebaran hematogen kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran hematogenik tersamar (occult hematogenic spread), kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh. Organ yang dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas paru. Bagian pada tulang belakang yang sering terserang adalah peridiskal terjadi pada 33% kasus spondilitis TB dan dimulai dari bagian metafisis tulang, dengan penyebaran melalui ligamentum longitudinal. Anterior terjadi sekitar 2,1% kasus spondilitis TB. Penyakit dimulai dan menyebar dari ligamentum anterior longitudinal. Radiologi menunjukkan adanya skaloping vertebra anterior, sentral terjadi sekitar 11,6% kasus spondilitis TB. Penyakit terbatas pada bagian tengah dari badan vertebra tunggal, sehingga dapat menyebabkan kolap vertebra yang menghasilkan deformitas kiposis. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas selular yang akan membatasi pertumbuhan.Tanda & GejalaSeperti manifestasi klinik pasien TB pada umumnya, pasien mengalami keadaan sebagai berikut,berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar limfe superfisial yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari, terjadi diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare disertai benjolan/masa di abdomen dan tanda-tanda cairan di abdomen.Manifestasi klinis pada spondilitis TB tidak ditemukan pada bayi di bawah 1 tahun. Penyakit ini baru muncul setelah anak belajar berjalan atau melompat. Gejala pertama biasanya dikeluhkan adanya benjolan pada tulang belakang yang disertai oleh nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan enggan menggerakkan punggungnya, sehingga seakan-akan kaku. Pasien akan menolak jika diperintahkan untuk membungkuk atau mengangkat barang dari lantai. Nyeri tersebut akan berkurang jika pasien beristirahat. Keluhan deformitas pada tulang belakang (kyphosis) terjadi pada 80% kasus disertai oleh timbulnya gibbus yaitu punggung yang membungkuk dan membentuk sudut, merupakan lesi yang tidak stabil serta dapat berkembang secara progresif. Terdapat 2 tipe klinis kiposis yaitu mobile dan rigid. Pada 80% kasus, terjadi kiposis 10, 20% kasus memiliki kiposis lebih dari 10 dan hanya 4% kasus lebih dari 30. Kelainan yang sudah berlangsung lama dapat disertai oleh paraplegia ataupun tanpa paraplegia. Abses dapat terjadi pada tulang belakang yang dapat menjalar ke rongga dada bagian bawah atau ke bawah ligamen inguinal.Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit aktif atau yang dikenal dengan istilah Potts paraplegi, terdapat 2 tipe defisit neurologi ditemukan pada stadium awal dari penyakit yaitu dikenal dengan onset awal, dan paraplegia pada pasien yang telah sembuh yang biasanya berkembang beberapa tahun setelah penyakit primer sembuh yaitu dikenal dengan onset lambat.6. pemeriksaan fisik dan penunjang spondylitis tbPemeriksaan fisika. Inspeksi Pada klien dengan spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis.b. Palpasi Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi, keadaan tulang belakang terdapat adanya gibbus pada area tulang yang mengalami infeksi.c. Perkusi Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.d. Auskultasi Pada pemeriksaan auskultasi, keadaan paru tidak ditemukan kelainanPemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan laboratoriuma. Pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis dan LED meningkat.b. Uji mantoux positif tuberkulosis.c. Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium.d. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.e. Pemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkel.f. Pungsi lumbal didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah.g. Peningkatan CRP (C-Reaktif Protein).h. Pemeriksaan serologi dengan deteksi antibodi spesifik dalam sirkulasi.i. Pemeriksaan ELISA (Enzyme-Linked Immuno adsorbent Assay) tetapi menghasilkan negatif palsu pada penderita dengan alergi.j. Identifikasi PCR (Polymerase Chain Reaction) meliputi denaturasi DNA kuman tuberkulosis melekatkan nukleotida tertentu pada fragmen DNA dan amplifikasi menggunakan DNA polimerase sampai terbentuk rantai DNA utuh yang diidentifikasi dengan gel.2. Pemeriksaan radiologisa. Foto toraks atau X-ray untuk melihat adanya tuberculosis pada paru. Abses dingin tampak sebagai suatu bayangan yang berbentuk spindle.b. Pemeriksaan foto dengan zat kontras.c. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik, destruksi korpus vertebra, penyempitan diskus intervertebralis, dan mungkin ditemukan adanya massa abses paravertebral.d. Pemeriksaan mielografi.e. CT scan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesiirreguler, skelerosis, kolaps diskus, dan gangguan sirkumferensi tulang.f. MRI mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis tulang belakang serta menunjukkan adanya penekanan saraf.7. Tatalaksana spondilitis TB1. MedikamentosaSpondilitis TB dapat diobati secara sempurna hanya dengan OAT saja hanya jika diagnosisditegakkan awal, dimana destruksi tulang dan deformitas masih minimal.8,37,42 Seperti padaterapi TB pada umumnya, terapi infeksi spondilitis TB adalah multidrug therapy. Secara umum,regimen OAT yang digunakan pada TB paru dapat pula digunakan pada TB ekstraparu.World Health Organization (WHO) menyarankan kemoterapi diberikan setidaknya selama 6bulan. British Medical Research Council menyarankan bahwa spondilitis TB torakolumbal harus diberikan kemoterapi OAT selama 6 9 bulan. Untuk pasien dengan lesi vertebra multipel,tingkat servikal, dan dengan defi sit neurologis belum dapat dievaluasi, namun beberapa ahli menyarankan durasi kemoterapi selama 912 bulan.2. PembedahanTindakan bedah yang dapat dilakukan pada spondilitis TB meliputi drainase abses; debridemen radikal; penyisipan tandur tulang; artrodesis/fusi; penyisipan tandur tulang; dengan atau tanpa instrumentasi/fiksasi, baik secara anterior maupun posterior;dan osteotomi.8. Komplikasi spondilitis TB1. Cedera corda spinalis (spinal cord injury). Dapat terjadi ekstradural sekunder karena pus tuberkulosa, sekuester dari diskus intrvetebralis (contoh : Potts paraplegia prognosis baik) atau dapat juga langsung karena keterlibatan korda spinalis oleh jaringan granulasi tuberkulosa (contoh meningomyelitis prognosis buruk). Jika cepat diterapi sering berespon baik (berbeda dengan kondisi paralisis pada tumor). MRI dan mielografi dapat membantu membedakan paraplegi karena tekanan atau karena invasi dura dan korda sinalis.1. Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses paravertebral di torakal ke dalam pleura.

Prognosis spondilitis TB bervariasi tergantung dari manifestasi klinik yang terjadi. Prognosis yang buruk berhubungan dengan TB milier, dan meningitis TB, dapat terjadi sekuele antara lain tuli, buta, paraplegi, retardasi mental, gangguan bergerak dan lain-lain. Prognosis bertambah baik bila pengobatan lebih cepat dilakukan. Mortalitas yang tinggi terjadi pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun sampai 30%.9. Jelaskan jaras kortikospinalJaras KortikospinalKegunaan: Menghantarkan impuls terutama untuk gerakan disadari (voluntary) dan gerakan dilatih.Jaras ini bermula dari akson sel-sel piramidal yang terletak di lapis kelima korteks serebri. Sekitar dua pertiga total serabut yang membentuk jaras kortikospinal berasal dari girus presentral, sementara itusisanya berasal dari girus postsentral.Serabut ini berkumpul di korona radiata, lalu diteruskan ke bagian posterior kapsula interna, dan bergerak menuju crus serebri, dan pada akhirnya masuk ke pons. Jaras ini terus melalui batang otak, dan di daerah ventral medulla oblongata membentuk tonjolan yang disebut piramid. Atas dasar inilah jaras ini juga dinamai jaras piramidal.Sekitar 85% hingga 90% akson akan membentuk dekusasi (bersilangan) di daerah kaudal medulla oblongata, membentuk struktur dekusasi piramidal. Akson-akson yang berdekusasi ini memasuki medulla spinalis melalui daerah lateral kortikospinal, dan kebanyakan berakhir di medulla spinalis dengan ketinggian servikal, lumbal, atau sakral. Sementara itu 10% hingga 15% sisa akson yang tidak berdekusasi akan memasuki medulla spinalis melalui daerah anterior kortikospinal dan berakhir di ketinggian servikal dan torakal atas medulla spinalis.Kebanyakan jaras kortikospinal bersinaps dengan neuron perantara (internuncial neuron), yang kemudian bersinaps dengan alfa motor neuron dan beberapa gamma motor neuron.Jaras kortikospinal juga membentuk percabangan dengannukelus kaudatus dan lentiformis (basal nuclei), nukleus ruber, nukleus olivari, dan formasi retikuler. Percabangan ini menginformasikan daerah subkorteks akan gerakan-gerakan disadari dan disengaja (gerakan kortikal). Selain sebagai sarana informasi, percabangan ini juga dapat mengirimkan impuls pengaturan terhadap motor neuron, khususnya alfa motor neuron.

10. Jelaskan jaras spinothalamicusJaras spinothalamicus merupakan jaras asenden yang menghantarkan rangsang dari medulla spinalis ke thalamus. Jaras ini terbagi menjadi 2: jaras spinothalamicus anterior yang berfungsi sebagai jaras raba dan tekanan kasar, dan jaras spinothalamicus lateralis sebagai jaras nyeri dan suhu.Pada alur jarasnya, kedua jaras tersebut ditambah dengan jaras spinotectalis akan membentuk namanya lemnicus spinalis, yang nantinya akan naik ke bagian posterior pons dan akan membentuk sinaps dengan neuron tingkat ketiga di nucleus ventropoterolateral thalami. Disinilah seluruh rangsang baik suhu, nyeri, raba, dan tekan akan diapresiasikan. 11. Jelaskan jaras funiculus dorsalis dan saraf otonoma) Saraf OtonomSusunan saraf otonom dan system endokrin mengatur lingkungan internal tubuh. Susunan saraf otonom mengendalikan banyak fungsi khusus organ dalam tubuh, termaksud otot jantung, otot polos dan kelenjar eksokrin. System endokrin mengendalikan dengan cara yang lebih lambat melalui hormon yang dialirkan ke dalam aliran darah.Susunan saraf otonom, seperti system sarah somatic, mempunyai neuron-neuron aferen, konektor, dan efektor. Impuls aferen yang berasal dari reseptor viseral berjalan melalui jaras ke organ-organ efektor viseral. Sebagian besar aktivitas system otonom tidak berhubungan dengan tingkat kesadaran.Jaras-jaras eferen system otonom tersusun oleh neuron-neuron praganglionik dan pascaganglionik. Badan sel neuron-neuron praganglionik terletak pada columna lateralis substantia grisea medulla spinalis dan di dalam nucleus motoric nervus cranialis III, VII, IX, dan X. akson-akson badan sel ini bersinaps dengan badan sel neuron pascaganglionik yang berkumpul bersama dan berbentuk ganglia di luar susunan saraf pusat.Kontrol yang dilakukan oleh system otonom berlangsung sangat cepat, dan tersebar luas, karena satu akson praganglionik dapat bersinaps dengan beberapa neuron pascaganglionik. Kumpulan serabut-serabut eferen dalam jumlah besar bersama dengan ganglia yang sesuai membentuk pleksus otonomik di thorax, abdomen, dan pelvis.Reseptor-reseptor visceral terdiri dari kemoreseptor, baroreseptor, dan osmoreseptor. Reseptor nyeri terdapat di visera dan jenis-jenis stimulasi tertentu, seperti kekurangan oksige atau regangan dapat menimbulkan nyeri yang hebat.Tabel 14-2 Efek Susunan Saraf Otonom Pada Organ-Organ Tubuh

OrganAktivitas simpatisAktivitas Parasimpatis

MataPupilDilatasiKonstriksi

Musculus ciliarisReklasasikonstriksi

KelenjarLakrimal, parotis, submandibula, sublingual, nasal.

Mengurangi sekresi dengan menyebabkan vasokonstriksi pembulu darah.Meningkatkan sekrsesi

keringatMeningkatkan sekresi

JantungOtot jantung

Meningkatkan kekuatan kontraksiMengurangi kekuatan kontraksi

Arteriae coronariae (terutama dikendalikan oleh factor metabolic lokal)Dilatasi (reseptor beta), konstriksi (reseptor alfa)

ParuOtot bronkus

Relaksasi (bronkodilatasi)Kontraksi (bronkokontriksi)

Sekresi bronkusmeningkatkan sekresi

Arteriae bronchialesKontriksidilatasi

Saluran cernaOtot dindingMenurunkan peristaltikMeningkatkan peristaltik

Otot sfingterKontraksiRelaksasi

KelenjarMengurangi sekresi dengan vasokonstriksi pembulu darahMeningkatkan sekresi

HatiMemecah glikogen menjadi glukosa

Kandung empeduRelaksasi konstriksi

GinjalPenurunan output akibat kontriksi arteri

Kandung kemihDinding vesica urinaria (detrusor)Relaksasi

Konstriksi

Sphincter vesicaeKontraksiRelaksasi

Jaringan erektilPenis dan klitorisRelaksasi, menyebabkan ereksi

EjakulasiKontraksi otot polos vasa deferens, vesicular seminalis, dan prostat

Arteria sistemikkulitAbdomenOtotKonstriksi

Konstriksi

Konstriksi (reseptor alfa), dilatasi (reseptor beta), dilatasi (kolinergik)

Musculus erector pilli Konstriksi

SuprarenalisCortexMedulla Stimulasi

Melepaskan epinefrin dan norepinefrin

b. Funiculus Dorsalis terdiri dari : Tractus gracilis & cuneatus tersusun secara somatotopik Implus dari bagian atas badan rostral dari torakal 6 terletak lebih ke lateral di dalam traktus cuneatus Serabut-serabut yang berasal dari sacral, lumbal, 6 torakal bawah membentuk traktus Gracilis, dan setengah Truncus BG Caudal. Serabut-serabut yang berasal dari torakal atas, servical traktus Cuncatus, melayani membrane superior dan bagian cranial truncusPada segmen cervical, susunan lamina dari postero medial lateral adalah : serabut-serabut yang berasal dari sacral lumbal, thoracal, cervical.

12. Pemeriksaan penunjang saat kelumpuhan EMGSebuah elektromiogram (EMG) adalah tes yang digunakan untuk merekam aktivitas listrik otot. Ketika otot-otot yang aktif, mereka menghasilkan arus listrik. Arus ini biasany sebanding dengan tingkat aktivitas otot. Sebuah EMG juga disebut sebagai myogram a. EMGs dapat digunakan untuk mendeteksi aktivitas listrik abnormal dari otot yang dapat terjadi pada banyak penyakit dan kondisi, termasuk distrofi otot, radang otot, saraf terjepit, kerusakan saraf perifer (kerusakan saraf di tangan dan kaki), amyotrophic lateral sclerosis (ALS ), myasthenia gravis, herniasi, dan lain-lain. Myelo CTCT mielogram merupakan prosedur diagnostik yang dikerjakan setelahkontras diinjeksikan dalam rongga sub arachnoid. Biasanya diindikasikan untukpasien yang tidak dapat dikerjakan MRI atau pada pasien yang sebelumnya pernahdipasang plat pada vertebranya, sehingga plat logam tersebut dapat menyebabkandistrorsi dari gambar. Sebagai tambahan, pada beberapa kasus, CT mielogramdapat memberikan gambaran lebih jelas daripada MRICT Mielografi umumnya digunakan untuk mendeteksi abnormalitas Korda spinalis, kanalis spinalis, serabut saraf spinal, dan vaskuler di kordaspinalis. Termasuk menunjukkan adanya herniasi diskus intervertebralis, penekanan serabut saraf atau korda spinalis, menggambarkan kelainan yang berkaitan dengan tulang dan jaringan lunak disekitar kanalis spinalis (seperti kondisi stenosis spinalis). Pada gambaran stenosis spinal akan menunjukkan penyempitan kanalis spinalis karenaadaperkembanganjaringanlunak,terbentuknya osteofit, dan penebalan ligamen. EEGElektro Enselo Grafi (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar dari rekaman aktifitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya. Neuron-neuron di korteks otak mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan voltase yang sangat kecil (mV), yang kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk diamplifikasi sehingga terekamlah elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk dapat ditangkap oleh mata pembaca EEG sebagai gelombang alfa, beta, theta dsb. Pemeriksaan liquor serebrospinalCairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi suatu kelainan klinik. Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi. Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa penyakit. Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan yang aman, tidak mahal dan cepat untuk menetapkan diagnosa, mengidentifikasi organism penyebab serta dapat untuk melakukan test sensitivitas antibiotika.13. Apakah penurunan berat badan dan nafsu makan berhubungan dengan kelumpuhan tungkai? Pasien diduga menderita spondilitis TB. Spodilitis TB adalah salah satu infeksi yang menyerang tulang vertebrae, sehingga nantinya akan mengganggu fungsi dari saraf-saraf yang ada disana. Otomatis saraf-saraf yang pada tungkai pun dapat terganggu, bahkan hingga dapat terjadi kelumpuhan. Hal inilah yang mungkin terjadi pada pasien.Spondilitis TB juga memiliki gejala-gejala lain yang mana salah satunya berupa kurangnya nafsu makan diakibatkan spondilitis TB dapat membentuk abses pada faring. Hal inilah yang menyebabkan kadang-kadang pada penderita penyakit ini mengalami penurunan berat badan.Apabila ditanya apakah ada hubungan langsung antara penurunan berat badan dan nafsu makan dengan kelumpuhan pada tungkai, mungkin tidak secara langsung, akan tetapi penyebab yang samalah yang menyebabkan kedua gejala klinis tersebut dapat muncul, yaitu spodilitis TB.14. Bagaimana mekanisme terjadinya Gangguan otonom yang menyertai Kelumpuhan?Rasa nyeri dirasakan pada dermato torakal X yang dapat diartikan bahwa gangguan atau lesi dapat terjadi di Vertebra Setinggi Torakal VIII. Gangguan otonom yang terjadi beprua sulit buang air besar dan buang air kecil dikarenakan, persarafan pada system pencernaan dan kemih berada dibawah lesi (T VIII) sehingga mengalami gangguan pengiriman impuls, dan dapat menyebabkan gangguan pada kedua system ini.15. Mekanisme terjadinya gangguan sensorik yang menyertai kelumpuhan ?Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 15-20 detik dan kerusakan otah yang ireversibel terjadi setelah tujuh sampai sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas. Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu definisi energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan jua menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya. Dengan menghambat Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan penimbunan Na+ dan Ca+2di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+ ekstrasel sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan penimbunan Cl- di dalam sel, pembengkakan sel, dan kematian sel. Depolarisasi juga meningkatkan pelepasan glotamat, yang mempercepat kematian sel melalui masuknya Na+ dan Ca+2.Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor dan penyumbatan lumen pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun pada kenyataannya penyebab primernya telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di tepi area iskemik(penumbra).Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut. Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralaterla, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial, apraksia dan hemineglect. Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik kontralateral (akibat kehilangan girus presentralis dan postsentralis bagian medial), kesulitan bicara (akibat kerusakan area motorik tambahan) serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer dominant ke korteks motorik kanan terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena kerusakan dari system limbic. Penyumbatan pada arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralteral parsial (korteks visual primer) dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori (lobus temporalis bagian bawah). Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis) dan traktus optikus (hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior di thalamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik. Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua ekstremitas (tetraplegia) dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark pada serebelum, mesensefalon, pons dan medulla oblongata.16. Hubungan depresi dan kelumpuhan yang melibatkan neurotransmitterSistem respons fisiologik pada stress akut dan kronik, terdapat respon fight and flight dimana berperan hormon epinefrin, norepinefrin dan dopamin, respon terhadap ancaman meliputi penyesuaian perpaduan banyak proses kompleks dalam organ-organ vital seperti otak, sistem kardiovaskular, otot, hati dan terlihat sedikit pada organ kulit, gastrointestinal dan jaringan limfoid. Kelainan pada fungsi neuron yang mengandung amin biogenik akan menyebabkan timbul stress kronik sehingga aktivitas aksis hipotalamus-pituitari-adrenal akan mengalami gangguan. Dua resepetor amin biogenik yang paling berperan dalam patofisologi depresi adalah norefinefrin dan epinefrin, walaupun dopamin juga ikut berpengaruh. Ketiga neurotransmitter tersebut mengalami penurunan pada orang dengan gejala depresi.

17. MEMBEDAKAN KELUMPUHAN UMN DAN LMN

UMNLMN

LumpuhLumpuh

HipertoniAtoni

Hiper refleksi dan klonusAtrofi

Refleks patologisarefleksi

18. tanda dan gejala depresi? Kebutuhan terapi psikososial pada pasien dan keluargaTanda dan gejala depresi menurut NIMH : Perasaan sedih yang menetap, khawatir atau perasaan kosong Perasaan putus asa dan atau pesimisme Perasaan bersalah, perasaan tidak berharga dan atau putus asa Cepat marah, tidak dapat istirahat Insomnia, terjaga sampai pagi buta, atau tidut yang berlebihan Pikiran untuk bunuh diri, usaha bunuh diriKebutuhan terapi sosial untuk pasien dan keluarga pasienPsikoterapi suportif selalu diindikasikan. Keluarga perlu untuk terus memberikan kehangatan, empati, pengertian dan optimistik.Latih keluarga pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (contoh : pekerjaan, menyewa rumah).Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya.Terapi Kognitif Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai ketidak berdayaan yang dipelajari, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman-pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negative dan harapan-harapan negative. Terapi ini mencegah kekambuhan. Deprivasi tidur parsial (bangun dipertengahan malam dan tetap terjaga sampai malam berikutnya).

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis W,Maramis A. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press,2009. 1. Paramarta Epi GI, dkk. Spondilitis Tuberkulosis. [Journal]. 2015cited 10 Januari 2015Available from :http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/10-3-6.pdf2. Price,Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit. Edisi 6. Vol 2. Jakarta: EGC, 2005.3. Lumbantobing,SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai PenerbitFKUI, 2006.4. Paramarta, Epi GI, dkk. Spondilitis Tuberkulosis. Sari Pedriati, Vol 10, No.3. 2008.5. Sadock, Benjamin J & Virginia A. Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2014.6. Alpers, Ann. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 3. Jakarta : EGC, 2006.7. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Jakarta: Perdossi. 8. Singkat I. Neuroanatomi Fungsional. Surabaya: Airlangga, 1996.9. Wellkinson I, Lennox G. Esential Neurology. Ed 4. UK : Black Wall Publishing, 2005.10. Muttaqin A. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Penerbit Salemba.11. Vitriana. Spondilitis Tuberkulosa. Universitas Padjajaran : Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi;2002. serial online 2015cited 11januari 2015 Available from : http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/spondilitis_tuberkulosa.pdf12. Paramarta Epi,Purniti Siadini Putu, dkk. Spondilitis Tuberkulosis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Sanglah Denpasar. serial online 2015cited 10Januari 2015 Available from : http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/10-3-6.pdf13. Snell, Richard S. Neuroanatomi Klinik. Ed 7. Jakarta : EGC, 2011.14. Haryani. Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan (Kkmp) Pada Kasus Spondilitis Tuberkulosis (Tb) Di Gedung Profesor Dr. Soelarto Lantai 1 Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Jakarta: FIK UI, 2013.