djpb.kemenkeu.go.idi K ata P engantar Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa, karena...
Transcript of djpb.kemenkeu.go.idi K ata P engantar Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa, karena...
Provinsi DKI Jakarta
KAJIAN FISKAL REGIONAL Tahun 2018
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
i
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa, karena atas Ijin
dan Kehendak-Nya Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan KFR Tahunan 2018 ini bertujuan untuk memberikan ulasan
dari kebijakan fiskal baik yang bersumber dari APBN maupun APBD di
wilayah Provinsi DKI Jakarta, indikator makro ekonomi, serta bagaimana
dampak dari kebijakan fiskal tersebut terhadap perekonomian di tingkat
regional serta peningkatan kesejahteraan masyarakat Jakarta.
Sebagai ibukota Indonesia, DKI Jakarta merupakan pusat perekonomian dan juga pusat
pemerintahan. Lebih dari 70% APBN dikelola di wilayah DKI Jakarta, dan merupakan provinsi
yang memberikan sumbangan terbesar bagi perekonomian nasional. Pada tahun 2018 DKI
Jakarta menyumbang sebesar 17,34% terhadap PDB Indonesia, serta memiliki pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,17% di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Indeks Pembangunan Manusia
DKI Jakarta juga tercatat sebesar 80,06 dan merupakan tertinggi di Indonesia, dan satu-satunya
yang berada pada kategori tinggi. Namun masih tercatat angka kemiskinan yang masih cukup
tinggi, masih terdapat kesenjangan pendapatan antar penduduk, serta permasalahan tingkat
pengangguran yang masih cukup tinggi. Hal ini tentunya menjadi tantangan kita bersama untuk
mengatasi permasalahan tersebut, dan memfokuskan pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya kami tak lupa menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu tersusunnya KFR ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin dapat lebih
ditingkatkan di masa yang akan datang.
Kami menyadari bahwa Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 yang kami susun ini masih jauh dari
sempurna dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan pada periode
berikutnya.
Akhir kata, semoga Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan
para pemangku kepentingan sebagai salah satu informasi fiskal tingkat Regional.
Jakarta, 24 Februari 2019
Rina Robiati
ii
Pertumbuhan ekonomi Provinsi DKI Jakarta pada
tahun 2018 tumbuh 6,17%, dengan nilai PDRB
yang sangat tinggi yaitu Rp2.599 triliun,
menyumbang 17% terhadap PDB Nasional.
Kontributor terbesar dari sisi lapangan usaha yaitu
Perdagangan, dan dari komponen pengeluaran
yaitu konsumsi Rumah Tangga. Penyelenggaraan
Asian Games 2018 memberikan dorongan yang
positif pada Lapangan Usaha Perdagangan Besar
dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor,
yang tidak terlepas dari peran para atlet dan
kontingen peserta Asian Games yang
membelanjakan uangnya di Ibu Kota, serta
besarnya animo masyarakat dalam membeli
pernak-pernik khas Asian Games.
Pendapatan per kapita DKI Jakarta pada tahun
2018 sebesar Rp248,31 atau sebesar 440% dari
Pendapatan per kapita nasional. Kenaikan
pendapatan per kapita sebesar 6,8%
dibandingkan tahun sebelumnya diiringi dengan
turunnya angka kemiskinan 0.23 poin atau 20,87
ribu orang dibandingkan bulan September tahun
2017.
Adapun Indikator Makro Ekonomi dalam
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 yang terealisasi
antara lain : pertumbuhan ekonomi telah
memenuhi target mendekati batas minimum yang
ditetapkan yaitu 6,12%. Namun Kemiskinan di DKI
Jakarta pada tahun 2018 sebesar 3,55%, masih di
atas target yang ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu
3,40 – 3,50. Terkendalinya tingkat inflasi yang
tercapai 3,27%, lebih rendah dari target yang
ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu 3,50- 4,00%.
Beberapa faktor yang mendukung terkendalinya
inflasi tahun 2018 diantaranya terkendalinya
ekspektasi inflasi masyarakat, tarif transportasi
yang terjaga dan semakin solidnya program-
program Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
Jakarta dalam menjaga kestabilan harga pangan
di ibukota.
Keberhasilan pembangunan kualitas penduduk
DKI Jakarta ditunjukkan melalui angka Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang berada pada
kategori sangat tinggi yaitu mencapai angka 80,06
dan merupakan yang tertinggi di Indonesia. Angka
ini meningkat sebesar 0,46 poin dibandingkan
IPM tahun sebelumnya yang sebesar 79,60.
Namun dari seluruh Kab/Kota di DKI Jakarta, Kab.
Kepulauan Seribu mempunyai IPM yang terendah
di Jakarta yaitu sebesar 70,11. Hal ini perlu
mendapatkan perhatian khusus dari Pemprov DKI
Jakarta dalam pemerataan perekonomian,
pendidikan, dan kesehatan di Kepulauan Seribu.
Ringkasan Eksekutif
v
Realisasi pendapatan Pemerintah Pusat di
Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 mencapai Rp.
1.100,49 triliun, atau mengalami kenaikan
sebesar 18,85% dibandingkan tahun 2017.
Adapun Realisasi belanja Pemerintah Pusat yang
disalurkan melalui Kementerian/Lembaga pada
tahun 2018 mencapai Rp. 442,56 triliun, menurun
14,18% dibandingkan tahun 2017. Realisasi
belanja dihitung berdasarkan realisasi belanja
Kementerian/Lembaga di DKI Jakarta dan tidak
termasuk Bagian Anggaran BUN. Alokasi transfer
ke daerah pada provinsi DKI Jakarta hanya
berupa Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus
Non Fisik sebesar Rp.17.855,18 miliar, lebih
rendah 5,85% dibandingkan tahun 2017, setara
dengan 2,36% dari total realisasi transfer ke
daerah dan dana desa secara nasional.
Realisasi pendapatan perpajakan Pemerintah
Pusat di Provinsi DKI Jakarta sepanjang tahun
2018 mencapai Rp. 957,65 triliun meningkat 20%
dibandingkan tahun 2017, sedangkan Realisasi
Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar
Rp.142,85 triliun, naik sebesar 6,37%. Angka
rasio pajak terhadap PDRB tahun 2018 sebesar
36,84%, meningkat dibandingkan tahun 2017
didorong oleh kenaikan pendapatan pajak yang
signifikan pada tahun ini.
Sementara belanja APBD Pemprov DKI Jakarta
tahun 2018 memiliki target pendapatan terbesar di
Indonesia yaitu sebesar Rp65.81 triliun dengan
realisasi Rp.61.34 triliun atau 93.21% dari target.
Pendapatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
turun 4.69% dibandingkan tahun 2017 disebabkan
berkurangnya Dana Bagi Hasil di 2018. Adapun
alokasi belanja mencapai Rp75,09 triliun dengan
realisasi sebesar 61.59 Triliun atau 82.03% dari
pagu APBD, naik 20.68% dari tahun 2017.
Setelah dikonsolidasikan, Realisasi pendapatan
negara Tahun 2018 di Provinsi DKI Jakarta
terealisasi Rp1.161,84 triliun naik 17,35 %
dibandingkan tahun 2017, sedangkan Belanja
Negara konsolidasian terealisasi sebesar Rp
522,01 triliun, turun 10,87% dibandingkan tahun
2017.
Pada KFR Tahun 2018 ini, Kanwil DJPb DKI
Jakarta melakukan inovasi dengan melakukan
penelitian untuk mengetahui dampak kebijakan
fiskal terhadap kesejahteraan masyarakat yang
ditunjukkan melalui angka pertumbuhan ekonomi,
kemiskinan, dan tingkat pengangguran. Model
penelitian diambil dari Journal of Economics,
Business and Accountancy Ventura, Jurnal Ilmu
Ekonomi, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik,
serta Jurnal Pembangunan dan Ekonomi Daerah.
Dari pengolahan data didapatkan beberapa hasil
penelitian yang tidak signifikan (tingkat signifikansi
5%) sehingga tidak ditampilkan dalam KFR ini.
Hal ini disebabkan keterbatasan data yang
dimiliki dalam melakukan penelitian tingkat
regional (data yang digunakan data timeseries
dengan jumlah sample < 30), sedangkan variabel
yang digunakan dalam penelitian lebih dari dua
variabel
Adapun hasil pengolahan data yang menunjukkan
hasil yang signifkan juga telah memenuhi uji
asumsi klasik, sehingga dapat disimpulkan
korelasi atau pengaruh dari Pengeluaran
Pemerintah sebagai independet variable terhadap
pertumbuhan ekonomi maupun angka kemiskinan
di DKI Jakarta sebagai dependent variable.
v
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap
PDRB, dilakukan dengan menganalisis data
APBN/APBD selama 10 tahun terakhir dengan
metode Ordinary Least Square (OLS) dan
menggunakan software SPSS. Pada model
penelitian ini, belanja pemerintah dilihat
berdasarkan jenis belanja yaitu belanja pegawai,
belanja barang dan belanja modal yang
merupakan independent variable, sedangkan
PDRB sebagai dependent variable.
Hasilnya diketahui bahwa belanja pegawai dan
belanja barang memiliki korelasi positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, artinya pengeluaran
pemerintah melalui APBN dan APBD selama ini
ternyata cukup efektif dalam menciptakan kondisi
dan situasi yang mendukung pertumbuhan
ekonomi. Namun untuk belanja modal tidak
signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
karena pengeluaran pemerintah pada barang
modal (tanah, bangunan, kendaraan, peralatan
mesin, dan lainnya) tidak memberikan nilai
tambah yang signifikan dalam jangka pendek.
Berbeda dengan pengeluaran pemerintah untuk
peningkatan sumber daya manusia dan bantuan
sosial untuk siswa, dan lainnya yang merupakan
investasi jangka panjang dan dapat memberikan
nilai tambah serta mendorong pertumbuhan
ekonomi. Hal ini selaras dengan tema dari
kebijakan fiskal APBN 2019 yaitu “APBN untuk
mendorong Investasi dan Daya Saing melalui
Pembangunan (Investasi) Sumber Daya
Manusia”.
Selain itu juga dilakukan analisis regresi untuk
mengetahui Pengeluaran Pemerintah secara
agregat terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam
penelitian ini Belanja APBN dan APBD sebagai
independent variable dan PDRB sebagai
dependent variable. Dari penelitian di atas,
pengeluaran pemerintah secara agregat baik
dana dari Pemerintah Pusat (APBN) maupun
yang berasal dari Pemerintah Daerah (APBD)
secara keseluruhan berkorelasi positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah DKI Jakarta mampu
mengoptimalkan dan berfokus pada prioritas
ataupun urusan pembangunan yang dapat
berdampak langsung terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Untuk mengetahui pengaruh dari Pengeluaran
Pemerintah terhadap kemiskinan, dilakukan
dengan melihat Pengeluaran Pemerintah
berdasarkan jenis belanjanya yaitu belanja barang
dan belanja transfer. Dari hasil pengolahan data
didapatkan hasil uji signifikansi secara parsial,
belanja barang berpengaruh secara signifikan
terhadap kemiskinan (sig < 0,10) dan belanja
transfer tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kemiskinan (sig > 0,10). Namun ketika
belanja barang dan belanja transfer diuji secara
bersama-sama, keduanya berpengaruh secara
signifikan terhadap kemiskinan (sig < 0,10). Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta telah
dapat menggunakan belanjanya untuk
mengurangi jumlah penduduk miskin di Jakarta.
Namun dana transfer tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap penurunan jumlah penduduk
miskin, dikarenakan Pemprov DKI Jakarta
memiliki kemandirian fiskal yang tinggi dan
kontribusi dana transfer DAK Non Fisik saat ini
v
sangat kecil dalam Pendapatan Pemerintah
Konsolidasian (1,43%).
Untuk mengetahui sektor-sektor unggulan di
Provinsi DKI Jakarta yang peranannya sangat
besar, digunakan analisis National Share,
Proportional Shift, Differential Shift, dan analisis
Location Quotient (LQ) dengan menggunakan
data PDB dan PDRB 4 tahun terakhir.
Disimpulkan bahwa sektor Perdagangan Besar
dan Eceran,Reparasi Mobil dan Sepeda Motor,
Jasa Perusahaan, Jasa Keuangan, Real Estate,
Informasi dan Komunikasi, Konstruksi, dan
Transportasi, merupakan sektor unggulan yang
berperan dalam pertumbuhan ekonomi DKI
Jakarta. Namun Sektor Pariwisata yang tidak
menjadi sektor unggulan dapat kami
rekomendasikan untuk dikembangkan dan perlu
dukungan fiskal dari pemerintah pusat dan
daerah, karena pembangunan kawasan wisata
pantai di Kepulauan Seribu sangat potensial
dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dan
kesejahteraan masyarakat khususnya di
Kabupaten Kepulauan Seribu.
Tantangan fiskal di Provinsi DKI Jakarta adalah
meningkatkan target pendapatan asli daerah agar
selaras dengan tingginya alokasi belanja daerah,
dengan meningkatkan pendapatan pajak daerah
serta retribusi dan pendapatan lainnya.
Penertiban kepatuhan perpajakan terutama Pajak
Kendaraan Bermotor dan peningkatan
pendapatan retribusi diharapkan dapat
menggenjot Pendapatan Pemprov DKI Jakarta.
Penyerapan belanja juga masih menjadi perhatian
agar belanja yang telah dialokasikan dapat
memenuhi target, sehingga tidak terdapat SiLPA
yang cukup tinggi di akhir tahun. Penyerapan
yang baik dan tidak menumpuk di akhir tahun
anggaran, dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi serta mengurangi jumlah masyarakat
miskin di DKI Jakarta, sesuai dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan di atas. Untuk
meningkatkan penyerapan belanjanya Pemprov
DKI Jakarta perlu melakukan perencanaan
anggaran dengan baik serta diperlukan peraturan
pelaksanaan anggaran yang lebih fleksibel.
Penyerapan anggaran yang kurang baik juga
menyebabkan nilai Kesehatan Pengelolaan
Keuangan daerah mendapatkan nilai “Cukup”
dengan nilai 71.
Provinsi DKI Jakarta merupakan Pemda yang
memiliki Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SILPA) tahun sebelumnya yang sangat tinggi
yaitu Rp13,17 Triliun dan sebesar Rp9,68 Triliun
pada tahun 2018. SILPA Positif ini tentunya perlu
dioptimalkan penggunaannya untuk menunjang
program-program pembangunan di daerah serta
mengurangi jumlah penduduk miskin di DKI
Jakarta.
Selanjutnya dalam rangka memberdayakan
(empowering) dan memperkuat (enhancing)
perekonomian masyarakat terutama untuk usaha
mikro dan usaha kecil, perlu ditingkatkan
koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah
Pusat dan Pemprov DKI Jakarta melalui
penyaluran KUR, Program Kewirausahaan
Terpadu, dan UMi di masa yang akan datang.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | vi Daftar Isi
Daftar Isi
Kata Pengantar i Ringkasan Eksekutif ii Daftar Isi vi Daftar Tabel ix Daftar Grafik x Daftar Boks xiii Bab I Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional 1 A. Indikator Makroekonomi Fundamental 1 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1 a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) 2 b. Nominal PDRB 4 1) PDRB sisi Permintaan 4 a) Konsumsi 5 b) Investasi 6 c) Ekspor dan Impor 6 2) PDRB sisi Penawaran 7 c. PDRB Per Kapita 8 2. Suku Bunga 9 3. Inflasi 10 4. Nilai Tukar 11 B. Indikator Kesejahteraan 12 1. Indeks Pembangunan Manusia 12 2. Tingkat Kemiskinan 13 3. Ketimpangan (Gini Ratio) 15 4. Kondisi Ketenagakerjaan 15 C. Efektifitas Kebijakan Makro Ekonomi dan Pembangunan Regional 17 Bab II Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional 19 A. APBN Tingkat Provinsi 19 B. Pendapatan Pemerintah Pusat tingkat Provinsi 20 1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi 20 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat tingkat Provinsi 22 1. Perkembangan PNBP menurut Jenis 22 2. Perkembangan PNBP Fungsional 24 C. Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi 25 1. Perkembangan Pagu Dan Realisasi Berdasarkan Organisasi(Bagian
Anggaran/Kementerian/Lembaga) 25
2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi 27 3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja 29 D. Analisis Cash Flow Pemerintah Pusat 30 E. Transfer ke Daerah 31 1. Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer 31 2. Analisis Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah 32 F. Pengelolaan BLU Pusat 34 1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat 34 2. Perkembangan Nilai Aset BLU Pusat 36 3. Kemandirian BLU 37 4. Potensi Satker PNBP menjadi Satker BLU 38
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | vii
Daftar Isi
G. Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat 39 H. Kredit Program 41 Bab III Perkembangan dan Analisis Pelakasanaan APBD 44 A. Jenis Pendapatan dalam APBD 44 1. Pendapatan Asli Daerah 46 2. Pendapatan Transfer / Dana Perimbangan 49 B. Jenis Belanja dalam APBD 50 1. Rincian Belanja Daerah berdasarkan Klasifikasi Urusan 52 2. Rincian Belanja Daerah menurut jenis belanja (Sifat Ekonomi) 53 C. Pengelolaan BLU Daerah 53 1. Profil dan jenis layanan BLU Daerah 53 2. Analisis legal 54 D. Pengelolaan Investasi Daerah 55 1. Bentuk Investasi Daerah 55 2. Profil dan jenis Badan Usaha Milik Daerah 56 E. SILPA dan Pembiayaan 56 1. Perkembangan surplus/defisit APBD 56 a. Rasio surplus/defisit terhadap agregat pendapatan 56 b. Rasio surplus terhadap realisasi dana transfer 57 c. Rasio surplus/defisit terhadap PDRB 58 d. Rasio SiLPA terhadap alokasi belanja 58 2. Pembiayaan daerah 59 a. Rasio pinjaman daerah atau obligasi daerah terhadap total pembiayaan 59 b. Keseimbangan primer 60 F. Analisis Lainnya 60 1. Analisis Horizontal dan Vertikal 60 a. Analisis Horizontal 60 b. Analisis Vertikal 61 2. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah 61 3. Analisis Kesehatan Pengelolaan Keuangan Daerah 62 Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
64
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian 64 B. Pendapatan Konsolidasian 65 1. Analisis Proporsi dan Perbandingan 65 2. Analisis Perubahan 66 a. Penerimaan Pajak dan PNBP Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap
Penerimaan Konsolidasian 66
b. Perbandingan Penerimaan Hibah dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian
67
c. Rasio Pajak Perkapita (Tax Ratio) 68 3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan/penurunan realisasi
Pendapatan Konsolidasian 68
C. Belanja Konsolidasian 69 1. Analisis Proporsi dan Perbandingan 69 2. Analisis Perubahan 70 3. Analisis Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk 72 4. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal kepada Indikator Ekonomi Regional 72
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | viii Daftar Isi
Bab V Keunggulan dan Potensi Ekonomi serta Tantangan Fiskal Regional 76 A. Keunggulan dan Potensi Ekonom Regional 76 1. Analisis Struktur Ekonomi 76 a. National Share 77 b. Proportional Shift 77 c. Differential Shift / Competitive Position 77 2. Analisis Sektor-sektor Ekonomi 79 3. Sektor-sektor Unggulan di Provinsi DKI Jakarta 80 a. Perdagangan Besar dan Eceran,Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 80 b. Jasa Perusahaan dan Jasa Keuangan 81 c. Real Estate 81 d. Informasi dan Komunikasi 82 e. Konstruksi 82 f. Transportasi 83 g. Pariwisata 84 h. Industri Pengolahan 84 B. Tantangan Fiskal Regional 85 Bab VI Sinkronisasi APBN dan APBDD dalam Sektor Pendidikan, Kesehatan dan Ketahanan Pangan
88
1. Urusan Pendidikan 89 2. Urusan Kesehatan 90 3. Perumahan dan Pemukiman 91 4. Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata 91 5. Ketahanan Energi 92 6. Ketahanan Pangan 92 7. Penanggulangan Kemiskinan 93 8. Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman 94 9. Pembangunan Wilayah 94 Bab VII Penutup 96 A. Kesimpulan 96 B. Rekomendasi 99 Daftar Pustaka
Lampiran
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | ix
Daftar Tabel
Daftar Tabel
Tabel 1.1. PDRB, Laju, Kontribusi dan Share Komponen Pengeluaran 4 Tabel 1.2. Perkembangan Indeks Pembangunan Manuasi (IPM) menurut Komponen 13
Tabel 1.3. Asumsi Dasar Ekonomi Makro berdasar KUA Tahun Anggaran 2018 17 Tabel 2.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017 dan
2018 19
Tabel 2.2. Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer di Provinsi DKI Jakarta 31
Tabel 2.3. Kementerian/Lembaga dengan Pagu dan Realisasi PNBP terbesar tahun 2018
39
Tabel 2.4. Profil Penerusan Pinjaman Provinsi DKI Jakarta 39 Tabel 2.5. Realisasi Penyaluran KUR Tahun 2018 menurut Skema 42
Tabel 3.1. LRA Provinsi DKI Jakarta (dalam miliar rupiah) 44
Tabel 3.2. Jenis Pendapatan APBD Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta (dalam miliar rupiah)
45
Tabel 3.3. Target dan Realisasi Belanja APBD per Jenis Belanja (dalam miliar rupiah) 52
Tabel 3.4. Perkembangan Kapasitas Fiskal Provinsi DKI Jakarta 63
Tabel 3.5 Indikator Penilaian Kesehatan Fiskal Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
63
Tabel 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
64
Tabel 4.2. Pengaruh belanja pemerintah terhadap PDRB 73 Tabel 4.3. Pengaruh APBN terhadap PDRB 74 Tabel 4.4. Pengaruh APBD terhadap PDRB 75 Tabel 6.1. Sinkronisasi Antara Program Prioritas Nasional Dan Program Prioritas
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 91
Tabel 6.2. Pengaruh Belanja Barang dan Transfer Terhadap Kemiskinan 93
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | x
Daftar Grafik
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Perkembangan Nilai PDRB DKI Jakarta ADHB dan ADHK Tahun 2014 s.d. 2018
2
Grafik 1.2. Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB 2010 s.d. 2018 (c-to-c dalam %) 2
Grafik 1.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta dan Nasional Triwulanan (yoy-dalam %) 2017-2018
3
Grafik 1.4. Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Komponen Konsumsi Tahun 2016 s.d. 2018
5
Grafik 1.5. Laju Pertumbuhan ekspor impor DKI Jakarta tahun 2017-2018 (yoy dalam %)
6
Grafik 1.6. Struktur PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018
7
Grafik 1.7. Perkembangan PDRB per Kapita DKI Jakarta 2016-2018 (juta rupiah/orang/tahun)
9
Grafik 1.8. Perkembangan Suku Bunga Acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate Tahun 2018 (%)
9
Grafik 1.9. Perkembangan Inflasi Bulanan DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2018 (y o y)
10
Grafik 1.10. Perbandingan Inflasi DKI Jakarta dan Nasional (c-to-c) tahun 2014 s.d. 2018
10
Grafik 1.11. Fluktuasi Nilai Tukar Bulanan, Rupiah terhadap USD Tahun 2018 11
Grafik 1.12. Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta dan Nasional Dalam 5 Tahun 12
Grafik 1.13. Perkembangan Gini Ratio tahun 2014-2018 13
Grafik 1.14. Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Jakarta dan Provinsi lain 15
Grafik 1.15. Asumsi Dasar Ekonomi Makro berdasar KUA Tahun Anggaran 2018
16
Grafik 2.1. Penerimaan Pajak Dalam Negeri Tingkat Provinsi di Provinsi DKI Jakarta 21
Grafik 2.2. Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional Tingkat Provinsi di Provinsi DKI Jakarta
21
Grafik 2.3. Rasio Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di Provinsi DKI Jakarta
21
Grafik 2.4. Pendapatan PNBP Tingkat Provinsi DKI Jakarta 22
Grafik 2.5. Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Provinsi DKI Jakarta 24
Grafik 2.6. Pagu dan Realisasi 10 Kementerian/Lembaga terbesar di Provinsi DKI Jakarta
26
Grafik 2.7. Kementerian/Lembaga dengan Tingkat Realisasi tertinggi di Provinsi DKI Jakarta
27
Grafik 2.8. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi DKI Jakarta
28
Grafik 2.9. Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsi 29
Grafik 2.10. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tahun menurut Jenis Belanja 29
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | xi Daftar Grafik
Grafik 2.11. Cash Flow Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2015 s.d 2018 30
Grafik 2.12. Rasio Transfer dan PAD Provinsi DKI Jakarta 33
Grafik 2.13. Komposisi BLU Pusat Tahun 2018 34
Grafik 2.14. Pagu BLU Pusat berdasarkan Jenis Layanan 34
Grafik 2.15. BLU dengan Jumlah Pagu Terbesar 35
Grafik 2.16. Aset BLU Pusat berdasarkan Jenis Layanan 36
Grafik 2.17. Rasio BLU sesuai Jenis Layanan 38
Grafik 2.18. Komposisi Pinjaman BUMN berdasarkan Jumlah 40
Grafik 2.19. Grafik Perkembangan Penyaluran KUR DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018 41
Grafik 2.20. Realisasi Penyaluran KUR sesuai Wilayah (Aplikasi SIKP) 42
Grafik 3.1. Realisasi PAD Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta Tahun 2014 s.d. 2018 (dalam triliun rupiah)
48
Grafik 3.2. Rasio PAD terhadap Belanja Pemrov DKI Jakarta Tahun 2014 s.d. 2018 49
Grafik 3.3. Rasio Alokasi dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2018 per Klasifikasi Urusan
50
Grafik 3.4. Realisasi Penyertaan Modal Daerah di Prov. DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018 (dalam miliar rupiah)
55
Grafik 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016 dan Tahun 2017
65
Grafik 4.2. Perbandingan Penerimaan Pajak dan PNBP Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
66
Grafik 4.3. Perbandingan Penerimaan Hibah dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
67
Grafik 4.4. Rasio Pajak Perkapita Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016-2018 68
Grafik 4.5. Rasio Pajak terhadap PDRB Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016, 2017 dan 2018
69
Grafik 4.6. Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
70
Grafik 4.7. Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018
71
Grafik 4.8. Rasio Belanja Operasi Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016,2017 dan 2018 72
Grafik 4.9. Rasio Belanja Konsolidasian terhadap PDRB Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016-2018
72
Grafik 5.1. Perkembangan Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta Menurut Komoditas Unggulan Tahun 2018 (dalam juta dollar Amerika)
81
Grafik 5.2. Jumlah Perusahaan Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 2017-2018
82
Grafik 5.3. Jumlah Kunjungan Wisman Ke DKI Jakarta Tahun 2016 - 2018 84
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | xii Daftar Grafik
Grafik 5.4. Perbandingan Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) dan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur Tahun 2017-2018
85
Grafik 6.1. Belanja Pegawai Non Gaji, Bansos untuk Beasiswa dan Belanja Modal pada Sektor Pendidikan Pemprov DKI Jakarta Tahun 2018
89
Grafik 6.2. Alokasi APBD Belanja Modal Untuk Alat Kesehatan Tahun 2018 90
Grafik 6.3. Alokasi Belanja Modal untuk Perumahan dan Permukiman APBD Prov DKI Jakarta Tahun 2018 (dalam Triliun rupiah)
95
Grafik 6.4. Belanja Barang dan Modal untuk Ketahanan Energi pada APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)
92
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | xiii
Daftar Boks
Boks 1.1. Siaran Pers BKPM: Realisasi Investasi Triwulan IV 2018 6 Boks 1.2. Kemiskinan DKI Terendah Sejak 4 Tahun Terakhir 14 Boks 1.3. Jakarta Raih Empat Penghargaan Ketenagakerjaan 16 Boks 1.4 Glosarium Bab I 18 Boks 3.1. Optimalisasi Penerimaan Pajak, BPRD DKI Terapkan Lima Langkah Ini 48 Boks 3.2. Cuma Jakarta yang Tak Kantongi Dana Alokasi Pemerintah Pusat
50
PROVINSI DKI JAKARTA
KINERJA APBN 2018
KINERJA APBD DKI JAKARTA 2018*Dalam TrilliunSumber: Government Financial Statistic 2018.
Nasional
Rp407,06 TPNBP
Rp0HIBAH
Prov. DKI Jakarta
Rp142,85 TPNBP
Rp0HIBAH
PAJAKRp957,6 T
PAJAKRp1315,93 T
Pendapatan DKI Jakarta
Total Rp1.168,5 TPendapatan Nasional
Total Rp1.942,3 TRpRp
Pagu NasionalPagu Prov. DKI Jakarta
79%
................................................................................................
Tahun 2017Tahun 2018
Rp62,52 T 103%
93%
PAGU REALISASI
Rp65,81 T
PENDAPATAN APBD
PADDana Perimbangan
Lain-lain PAD yang sah
10,88%
70,80%29,11%
REALISASI PENDAPATAN APBD
Tahun 2017Tahun 2018
Rp61,82 T 83%
82%
PAGU REALISASI
Rp75,09 T
BELANJA APBD
BarangModal
PegawaiBansos
19,78%
41,61%18,92%
Rp2220 TRp1763 T
19,69
REALISASI BELANJAREALISASI PENDAPATAN
PegawaiBarang
ModalSubsidi & Hibah
Bansosdll
27,59%
35,92%6,73%
6,49%
23,05%
REALISASI BELANJA APBD
0,64%
RpRp Belanja K/L DKI Jakarta
Belanja NasionalRp442,56 T
Rp836,22 T
PDRB DAN DATA KESEJAHTERAANPROV. DKI JAKARTA
................................................................................................
................................................................................................
...........................................
...........................................
TINGKAT KEMISKINAN GINI RATIO
2018201720162015
Sep 2018
Mar 2018
Sep 2017
Mar 2018
3,55 %
3,57 %
3,78 %
3,77 %
0,5
Mar Sep
1
1,5
2
0.411 %
0.413 %
0,394 %
0.41 %
0,397 %
0,409 %
0,39 %
0.421 %
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)
201820172016201520141 2 3 4 5
5,17 %6,17 %
NasionalProv. DKI Jakarta
PERTUMBUHAN EKONOMI
5,88%
5,91%
2
6,17%
6,20%
4
35,91%
Sumber: BPS RI & BPS Prov. DKI Jakarta
TPT Prov. DKI Jakarta
TPT Nasional
Februari 2018 : 5,34%
Agustus 2018 : 6,24%
Februari 2018 : 5,13%
Agustus 2018 : 5,38%
INFLASI 2017
DKI JAKARTA
3,27%NASIONAL
3,13%
INDEKS PEMBANGUNANMANUSIA (IPM) 2017
80,06%NASIONAL
70,81%
DKI JAKARTA
No. 1di Indonesia
PROVINSI DKI JAKARTA
PDRB PER KAPITA
PROV. DKI JAKARTA Rp248,31 JtNASIONALRp56,00 Jt
440%
5
Taman Impian Jaya Ancol
Merupakan kawasan wisata yang sangat terkenal di Jakarta, dan dikelola oleh
PT Pembangunan Jaya Ancol dengan kepemilikan saham mayoritas oleh Pemda
DKI Jakarta sebanyak 72%. Salah satu objek wisata andalannya adalah Dunia
Fantasi yang diresmikan pada 29 Agustus 1986. Pada tahun 2017 Taman Impian
Jaya Ancol membukukan pendapatan sebesar 1,2 triliun dan laba bersih sebesar
Rp 220,22 miliar.
Foto : From Google
BAB I
PERKEMBANGAN &
ANALISIS EKONOMI
REGIONAL
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 1
A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
“Ekonomi Jakarta
tahun 2018 tumbuh 6,17%
dengan kontributor terbesar
dari sisi lapangan usaha
yaitu Perdagangan
sebesar 16,96%
dan dari
komponen pengeluaran
yaitu komsumsi rumah
tangga sebesar 60,52%”
“Pembangunan jalur MRT
dan LRT mempengaruhi
pertumbuhan investasi
bangunan, dan
penyelenggaraan Asian
Games mempengaruhi
pertumbuhan lapangan
usaha khususnya
Perdagangan.”
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kemampuan sumber daya ekonomi
terbesar di Indonesia dengan nilai PDRB Rp 2.599,17 triliun atas dasar
harga berlaku (ADHB) atau sebesar Rp 1.736,2 triliun atas dasar harga
konstan (ADHK) pada tahun 2018, Jakarta menjadi penyumbang
terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yaitu
sebesar 17,34%, disusul Jawa Timur sebesar 14,61%, Jawa Barat
sebesar 13,09%, dan Jawa Tengah sebesar 8,46%.
Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2018 mencapai 6,17%
(c-to-c), lebih cepat dibandingkan pertumbuhan nasional yang sebesar
5,17%, tapi sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan DKI Jakarta
pada tahun 2017 yang sebesar 6,20%. Kontributor terbesar
pertumbuhan dari sisi lapangan usaha yaitu Perdagangan sebesar
16,96% , sedangkan dari komponen pengeluaran yaitu konsumsi Rumah
Tangga sebesar 60,52%.
Tahun 2018, di tengah melemahnya ekonomi global, perekonomian
Jakarta tumbuh stabil sejalan dengan pertumbuhan positif pada
investasi bangunan dan terus berlanjutnya pembangunan infrastruktur
yang salah satunya disumbang dari kelanjutan pembangunan jalur MRT
(phase II) dan LRT. Penyelenggaraan Asian Games 2018 juga cukup
memberikan dorongan yang positif pada Lapangan Usaha Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, yang tidak
terlepas dari peran para atlet dan kontingen peserta Asian Games yang
membelanjakan uangnya di Ibu Kota, serta besarnya animo masyarakat
dalam membeli pernak-pernik khas Asian Games.
BAB I PERKEMBANGAN &
ANALISIS EKONOMI
REGIONAL
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 2
Grafik 1.1 Perkembangan Nilai PDRB DKI Jakarta ADHB dan ADHK Tahun 2014 s.d. 2018
Dalam lima tahun terakhir, nilai PDRB DKI Jakarta baik berdasar ADHB
maupun ADHK menunjukkan tren meningkat, dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar Rp 2.187,52 triliun (ADHB) setara dengan laju
pertumbuhan 6,02% per tahun. Dari sisi penawaran, sektor
Perdagangan, Industri Pengolahan dan Konstruksi masih mendominasi
dalam kontribusi terhadap PDRB. Sedangkan dari sisi permintaan, tiga
komponen pengeluaran terbesar adalah pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga, Investasi dan Ekspor.
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Grafik 1.2 Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB 2010 s.d. 2018 (c-to-c dalam %)
17621989
21592365
2599
1373 14551539 1635
1736
2014 2015 2016 2017 2018
(Tri
liun
)
ADHB dan ADHK
Harga Berlaku Harga Konstan Linear (Harga Berlaku)
DKI; 17.34%
Jawa Timur; 14.61%
Jawa Barat; 13.09%
Jawa Tengah; 8.46%
30 Provinsi Lain; 46.50%
Distribusi PDRB Per ProvinsiBerdasarkan ADHB 2018
Sumber : Website BPS Provinsi DKI Jakarta, BRS 2014-2018
6.536.73
6.53
6.075.91 5.91
5.88
6.2 6.17
6.1 6.176.03
5.56
5.014.88
5.03 5.075.17
500
700
900
1100
1300
1500
1700
1900
4.5
5
5.5
6
6.5
7
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
PDRB-ADHK DKI Nasional
6.17
5.64 5.32 5.50
5.81 6.20 6.35
Laju Pertumbuhan ekonomi Jawa dan Bali tahun 2018
Sumber : Website BPS RI dan BPS Provinsi DKI Jakarta; Tabel Dinamis 2010-2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 3
“Pertumbuhan ekonomi
Jakarta tahun 2018 sedikit
melambat 0,05 poin
dibanding tahun 2017”
Perekonomian DKI Jakarta dalam kurun waktu tahun 2010 s.d. 2018
tumbuh lebih cepat atau berada di atas pertumbuhan nasional, dan pada
tahun 2018 mencapai 6,17% (c to c), di atas pertumbuhan nasional
sebesar 5,17% (c to c), sedikit melambat 0,03 poin dibanding tahun
sebelumnya. Namun capaian dua tahun terakhir ini masih lebih baik
setelah tiga tahun sebelumnya berturut-turut berada di bawah angka 6%.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tahun 2018 tertinggi dicapai oleh
Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 20,34 %, dan dari
sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
meningkat lebih cepat dengan pertumbuhan sebesar 36,23 %.
Grafik 1.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta dan Nasional Triwulanan (yoy-dalam %)
2017-2018
Pada periode triwulanan, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan IV 2018
meningkat 0.57 basis poin dibandingkan triwulan IV tahun 2017 (y on y), tumbuh 0,65% (q
to q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan pada triwulan ini disebabkan
oleh……………. (cek BRS)
Dari grafik 1.3 terlihat laju pertumbuhan triwulan I dan II tahun 2018, lebih lambat jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017. Hal ini disebabkan perlambatan
kinerja PMTB khususnya investasi bangunan, sejalan dengan adanya pembangunan
infrastruktur ibukota yang rata-rata telah mencapai progress 90 % sebagai kelanjutan dari
6.48
5.96
6.29
5.84
6.02
5.93
6.41 6.41
5.01 5.01 5.065.19
5.06
5.27
5.17
5.51
TW I-2017
TW II-2017
TW III-2017
TW IV-2017
TW I-2018
TW II-2018
TW III-2018
TW IV-2018
DKI Jakarta Nasional
Sumber : Website BPS RI dan BPS Provinsi DKI Jakarta; BRS 2017-2018
6.12
6.23
6.41
6.41
6.47
7.25
7.39
7.59
7.69
8.25
Kalteng
Sultengg
DKI Jakarta
Maluku
Sulsel
Gorontalo
Yogyakarta
Bali
Kalut
Malut
Laju Pertumbuhan Triwulan IV 2018 (yoy) 10 Provinsi Tertinggi
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 4
pembangunan tahun sebelumnya, sehingga hal ini berdampak pada relatif rendahnya
aktivitas belanja modal pada tahun 2018. Namun pada triwulan III dan IV 2018 mengalami
percepatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya, terutama didorong oleh
pertumbuhan ekspor dan investasi.
Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada periode triwulanan berada pada sepuluh besar
provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Provinsi Maluku Utara
merupakan provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi mencapai 8,25% ( yoy).
Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta ini lebih tinggi dibandingkan provinsi besar lainnya
seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sumatera Utara.
b. Nominal PDRB
1) PDRB sisi permintaan
Tabel 1.1 PDRB, Laju, Kontribusi dan Sumbangan Komponen Pengeluaran
Komponen
Pengeluaran
PDRB 2017 PDRB 2018 Laju
Pertumbuhan
2018
Kontribusi
terhadap
PDRB 2018
Sumbangan
terhadap
PDRB 2018 ADHB ADHK ADHB ADHK
1 PK-Rumah Tangga 1.437,58 948,94 1.572,97 1.006,12 6,03 60,52 3,50
2 PK-LNPRT 47,19 33,75 52,88 36,57 8,34 2,03 0,17
3 PK-Pemerintah 306,79 182,53 371,52 212,55 16,45 14,29 1,84
4 PMTB 919,50 704,83 1.012,72 737,73 4,67 38,96 2,01
5 Perubahan Inventori 20,30 14,19 49,00 30,41 114,35 1,89 0,99
6 Ekspor 913,11 589,50 1.025,62 637,85 8,20 39,46 2,96
7 Impor 1.279,11 838,38 1.485,52 925,04 10,34 57,15 5,30
Total PDRB 2.365,36 1.635,37 2.599,17 1.736,20 6,17 100,00 6,17
Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta ditopang oleh Konsumsi
Pemerintah yang cukup tinggi sebesar 16,45 % (yoy), sejalan dengan adanya
peningkatan dana pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi para Aparatur Sipil
Negara (ASN), pembayaran THR untuk Pensiunan yang tidak diberikan di 2017, dan
adanya kenaikan tunjangan kinerja ASN untuk menunjang Reformasi Birokrasi, serta
peningkatan Belanja Subsidi dan Bansos sebesar 36,7%.
Konsumsi Lembaga Non-Publik yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh
8,34% (yoy), yang salah satunya disumbang oleh berbagai kegiatan partai politik
Sumber : Website BPS RI dan BPS Provinsi DKI Jakarta; BRS 2017-2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 5
menjelang pesta demokrasi. Adapun Konsumsi Rumah Tangga tetap terjaga pada
tingkat yang cukup tinggi yakni 6,03 % (yoy), sejalan dengan meningkatnya
kemampuan belanja masyarakat Ibu Kota.
a) Konsumsi
Pertumbuhan ekonomi Jakarta dari sisi pengeluaran, terdapat tiga komponen
konsumsi yaitu Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT), Pengeluaran
Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (PK-LNPRT) dan Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah (PKP).
Grafik 1.4
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Komponen Konsumsi Tahun 2016 s.d. 2018
Dari grafik 1.4 terlihat bahwa struktur ekonomi Jakarta pada tahun 2018 untuk
konsumsi didominasi oleh Konsumsi Rumah Tangga sebesar 60,52 % disusul
Konsumsi Pemerintah sebesar 14,29 % dan LNPRT sebesar 2,03 %. Namun
Konsumsi Pemerintah tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 16.45% pada tahun
2018, dibandingkan PK-LNPRT dan Konsumsi Rumah Tangga. Berdasarkan
sumber pertumbuhannya, Konsumsi Rumah Tangga menyumbang 3,50 basis poin
pada PDRB, dibandingkan PKP yang menyumbang 1,84 basis poin dan PK-
LNPRT yang hanya menyumbang 0,17 basis poin.
b) Investasi
Capaian investasi di Jakarta pada tahun 2018 berdasarkan harga konstan sebesar
Rp737,73 triliun atau tumbuh sebesar 4,67%, lebih lambat dibandingkan
pertumbuhan tahun 2017 yang sebesar 6,03 %. Hal ini dikarenakan pembangunan
60.83 60.78 60.52
1.89 2 2.0313.38 12.97 14.29
5.54 5.68 6.03
11.34 12.11 8.34
1.32 3.13
16.45
0
20
40
60
80
100
0
5
10
15
20
25
30
35
2016 2017 2018Kontribusi PK-RT Kontribusi PK-LNPRT
Kontribusi PKP Laju PK-RT
Sumber : Website BPS Provinsi DKI Jakarta; BRS tahun 2016-2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 6
infrastruktur di DKI Jakarta tidak semasif pada tahun 2017.
Berdasarkan data BKPM, investasi PMDN maupun PMA untuk DKI Jakarta pada
tahun 2018 mencapai 114,2 triliun, mencakup 15% dari investasi nasional dan
tertinggi di Indonesia untuk realisasi PMDN. Adapun tiga sektor yang paling
diminati investor adalah transportasi, gudang dan telekomunikasi serta konstruksi.
Boks 1.1
c) Ekspor dan Impor
Grafik 1.5 Laju Pertumbuhan dan Sumbangan Ekspor Impor DKI Jakarta tahun 2017-2018
(yoy dalam %)
“Pada triwulan III 2018
ekspor Jakarta meningkat,
dengan sektor industri
sebagai penyumbang
terbesar”
Siaran Pers BKPM : Realisasi Investasi Triwulan IV 2018 Thomas Lembong, Kepala BKPM, 30 Januari 2019 “Realisasi investasi selama tahun 2018 didominasi oleh sektor infrastruktur seperti pembangkit listrik, jalan tol dan telekomunikasi. Dengan berkembangnya industri telekomunikasi kami mengharapkan di tahun-tahun mendatang industri berbasis teknologi digital dan beberapa startups lain yang dikategorikan unicorns dapat terus tumbuh. Hal ini yang menjadi pertimbangan kami untuk memberikan fasilitas fiskal berupa tax holiday untuk industri ekonomi digital ”
Tw-I2017
Tw-II2017
Tw-III2017
Tw-IV2017
Tw-I2018
Tw-II2018
Tw-III2018
Tw-IV2018
Sumbangan Impor -3.45 0.06 2.74 2.90 4.97 2.49 5.71 5.30
Sumbangan Ekspor -2.85 0.86 2.07 2.06 4.93 2.86 5.91 2.96
Laju Ekspor 3.81 -2.8 12.79 8.59 14.11 8.43 15.67 8.34
Laju Impor 2.41 -2.58 13.14 6.59 10.73 4.99 10.65 21.8
-5
0
5
10
15
20
25
-8-6-4-202468
101214
Sumbangan Ekspor Sumbangan Impor Laju Ekspor Laju Impor
Sumber : Website BPS Provinsi DKI Jakarta: BRS tahun 2017-2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 7
0,04
0.08
0,25
0,35
1,7
3,62
3,91
4,78
5,12
5,51
6,06
7,87
8,26
10,26
12,11
13,35
16,93
Struktur PDRB
9.49
0.21
0.81
20.34
6.5
8.99
8.44
5.39
6.08
10.23
4.51
9.65
8.77
2.66
3.37
5.68
6.27
Pertumbuhan Ekonomi
Pada tahun 2018 laju
pertumbuhan ekspor
DKI Jakarta sebesar
8,2% (c-to-c) lebih
tinggi dibanding laju
ekspor 2017 yang
sebesar 2,26%, namun lebih rendah dari laju impor yang tumbuh
sebesar 10,34%. Pertumbuhan ekspor didorong oleh ekspor barang dan
ekspor jasa, khususnya melalui kedatangan atlet, ofisial, serta pada
pendukung tiap negara yang berlaga di ajang Asian Games 2018.
Sedangkan pertumbuhan impor diakibatkan meningkatnya impor barang
modal untuk melengkapi pembangunan infrastruktur transportasi massal
yang sedang berlangsung. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan impor
tahun 2018 yang tercapai sebesar 10,34% meningkat 6,05 poin
dibanding tahun 2017 yang tercapai sebesar 4,29%.
Jika melihat periode triwulanan secara y o y dapat kita lihat pada grafik
1.5 bahwa ekspor mengalami laju tertinggi pada triwulan III 2018 yaitu
sebesar 15.67%, dimana sektor terbesar untuk ekspor produk DKI
Jakarta adalah sektor industri Pengolahan.
2) PDRB sisi penawaran
Grafik 1.6 Struktur PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018
Perdagangan Industri
Konstruksi Jasa Keuangan
Jasa Perusahaan Infokom
Real Estate Adm Pemerintah Jasa Pendidikan
Akomodasi Jasa Lainnya Transportasi
Jasa Kesehatan & Sos Listrik dan Gas Pertambangan
Pertanian Pengadaan Air
Struktur perekonomian Jakarta menurut Lapangan Usaha tahun 2018 didominasi
oleh empat lapangan usaha utama yaitu Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Sumber : Website BPS Provinsi DKI Jakarta: BRS tahun 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 8
Mobil dan Sepeda Motor (16,93%), Industri Pengolahan (13,15%), Konstruksi
(12,11%), dan Jasa Keuangan dan Asuransi (10,26%).
Dari sisi pertumbuhan, Pengadaan Listrik dan Gas menjadi Lapangan Usaha yang
mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 20,34%, diikuti oleh Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 10,23%, dan Informasi
dan Komunikasi sebesar 9,65%.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta tahun 2018,
Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi menjadi sumber pertumbuhan tertinggi,
yaitu sebesar 1,02 basis poin, diikuti Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda motor sebesar 1,00 basis poin, Industri Pengolahan sebesar 0,72 basis
poin dan Jasa Perusahaan sebesar 0,69 basis poin.
Terdapat beberapa lapangan usaha atau sektor yang mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya seperti sektor Industri Pengolahan yang melambat
1,71 poin dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar
7,39%. Penurunan sektor ini disebabkan menurunnya pembangunan infrastruktur di
DKI Jakarta pada tahun 2018. Selain itu juga, jika dibandingkan dengan provinsi
besar lain seperti Jawa Timur dan Jawa Barat, pertumbuhan industri pengolahan di
DKI Jakarta jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sektor tersebut di Jawa
Timur 7,55% dan Jawa Barat 6,49%.
Sebaliknya, sektor Informasi dan Komunikasi selama tiga tahun berturut-turut menjadi
sumber pertumbuhan tertinggi disebabkan meningkatnya penggunaan data internet
untuk media sosial, bisnis, pendidikan, transportasi, transaksi online dan sebagainya.
Namun laju pertumbuhannya secara c-to-c mengalami penurunan, dimana pada
tahun 2016 dan 2017 menjadi sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi kedua.
c. PDRB per Kapita
Pendapatan per kapita DKI Jakarta pada tahun 2018 sebesar Rp 248,31 juta
meningkat 6,8% dari tahun sebelumnya, dan hampir lima kali lipat dari PDB per kapita
yang mencapai Rp 56,0 juta.
Grafik 1.7 Perkembangan PDRB per Kapita DKI Jakarta, Nasional, dan Provinsi lain
2016-2018 (juta rupiah/orang/tahun)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 9
Jakarta memiliki nilai PDRB Per Kapita yang sangat besar jika dibandingkan dengan
provinsi-provinsi besar maupun pada tingkat nasional. Besarnya nilai ini menandakan
tingginya pendapatan di DKI Jakarta secara rata-rata penduduk yang didorong oleh
tingginya pertumbuhan beberapa sektor lapangan usaha.
2. Suku Bunga
Grafik 1.8 Perkembangan Suku Bunga Acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate Tahun 2018 (%)
Sumber: Website Bank Indonesia
Sepanjang 2018, Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis
poin (bps) atau 1,75%. Keputusan ini berdampak positif karena dapat menahan keluarnya
dana asing di pasar modal dan cadangan devisa untuk stabilisasi kurs tidak akan terus
tergerus. Selain itu juga suku bunga merupakan salah satu instrument yang digunakan
untuk menjaga inflasi di kisaran 3,5 ± 1 %, untuk menjaga daya beli masyarakat.
3. Inflasi
Grafik 1.9
4.25 4.25 4.25 4.25
4.75
5.25 5.255.5
5.75 5.756 6
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
211.83232.34
248.31
47.90 51.90 56.0034.89 37.23 40.31
31.96 34.22 36.7844.4 47.98 51.42
2016 2017 2018DKI Nasional Jabar Jateng Sumut
Sumber : Website BPS RI, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, dan Sumut: BRS tahun 2016-2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 10
Perkembangan Inflasi Bulanan DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2018 (y o y)
“Inflasi terbesar pada
bulan November
dipengaruh oleh sub
kelompok pengeluaran
kesehatan 0,84%”
Dari grafik 1.9 dapat kita lihat bahwa inflasi bulanan secara year on year
pada bulan November 2018 Jakarta mengalami inflasi tertinggi yaitu
sebesar 3,33% dan berada di atas nasional. Inflasi terbesar pada bulan
November ini terjadi pada kelompok pengeluaran kesehatan 0,84%, hal ini
terutama disebabkan tingginya inflasi pada sub kelompok perawatan
jasmani dan kosmetika yaitu sebesar 2,00%. Pada bulan Juni 2018 Jakarta
juga mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 3,31% dan berada di atas
nasional. Hal ini karena naiknya tarif angkutan udara, angkutan antar kota,
dan sewa rumah.
Grafik 1.10 Perbandingan Inflasi DKI Jakarta dan Nasional (c-to-c) tahun 2014 s.d. 2018
Pada tahun 2018, inflasi Jakarta sebesar 3,27% (c-to-c), masih lebih
rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2017 yang sebesar 3,72%
(c-to-c), tapi tidak jauh berbeda dengan inflasi nasional.
Beberapa faktor yang mendukung terkendalinya inflasi tahun 2018 diantaranya adalah
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
DKI Jakarta 3.14 3.19 3.23 3.32 3.28 3.31 3.16 3.06 2.88 3.1 3.33 3.27
Nasional 3.25 3.18 3.4 3.41 3.23 3.12 3.18 3.2 2.88 3.16 3.23 3.13
3.… 3.…
2.25
2.5
2.75
3
3.25
3.5
DKI Jakarta Nasional
8.95
3.3 2.37
3.723.27
8.36
3.35 3.02
3.613.13
2
3.5
5
6.5
8
9.5
2014 2015 2016 2017 2018DKI Nasional
Sumber : Website BPS RI dan BPS Provinsi DKI Jakarta: BRS tahun 2018
Sumber : Website BPS RI dan BPS Provinsi DKI Jakarta; BRS 2014-2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 11
terkendalinya ekspetasi inflasi masyarakat, tarif transportasi yang terjaga dan semakin
solidnya program-program Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jakarta dalam menjaga
kestabilan harga pangan di ibukota.
4. Nilai Tukar
Grafik 1.11 Fluktuasi Nilai Tukar Bulanan, Rupiah terhadap USD Tahun 2018
“Berdasarkan data
terkini, mata uang
dengan performa terbaik
di dunia versi Bloomberg
adalah mata uang dari
Asia Tenggara yang
berhasil meroket lebih
dari 5% dan menjadi
yang terkuat di dunia
dalam setengah tahun
terakhir”
“Mata uang rupiah
berada di peringkat
runner-up dengan
pertumbuhan hampir
2%”
Sepanjang tahun 2018 sejak Januari hingga Desember rupiah terdepresiasi
5,7% dengan posisi paling terpuruk di Rp 15.253 pada 11 Oktober 2018.
Pelemahan rupiah ini disebabkan oleh Bank Central AS Federal Reserve
yang terus menaikkan suku bunga acuan, dan di sisi lain ada faktor internal
yang mempengaruhi yaitu besarnya defisit transaksi berjalan dibanding
transaksi modal dan financial untuk menutupinya.
Rupiah mulai menguat pada bulan November disebabkan langkah
prefunding pemerintah melalui penerbitan Global Bond atau Surat Utang
Global, yang mempengaruhi bertambahnya likuiditas dan menopang nilai
aset. Menguatnya rupiah dipicu juga oleh berlanjutnya arus modal asing
yang masuk ke pasar sekunder obligasi negara, selain adanya pergerakan
pasar valas antar bank yang cukup aktif.
Upaya-upaya Pemerintah dan Bank Indonesia dalam menyelesaikan
permasalahan kenaikan nilai tukar adalah sebagai berikut :
13.38 13.59 13.76 13.80 14.06 14.04 14.41 14.56
14.87 15.18
14.70 14.50
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
J A N F E B M A R A P R M E I J U N J U L A G S S E P O K T N O V D E S
(RIB
UA
N)
Sumber : Website Bank Indonesia
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 12
Kebijakan Moneter : Kebijakan Pemerintah :
Menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-day reverse repo rate
Membeli surat berharga negara di pasar sekunder
Membuka lelang FX swap dan windows swap hedging
Menekan Impor dengan penerapan biodiesel 20 % (B20) dan merevisi tarif pajak penghasilan (PPh) 22 untuk 1.147 barang impor
Meluncurkan sistem perizinan online terpadu (OSS) untuk meningkatkan Investasi
Memberikan kemudahan dalam hal perpajakan, dengan merancang intensif fiskal. Tax allowance, tax holiday, mini tax holiday, PPh Final untuk UMKM, super deduction
B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2018
mencapai 10.467.600 jiwa yang terbagi menjadi 5.244.700 laki-laki dan 5.222.900
perempuan, dan tingginya jumlah penduduk ini mempengaruhi tingkat kesejahteraan di
ibukota.
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI)
Grafik 1.12 Indeks Pembangunan Manusia DKI Jakarta dan Nasional Dalam 5 Tahun
Angka IPM menurut Kab/Kota 2017
“Pada tahun 2017, IPM DKI
Jakarta mencapai 80,06
meningkat 0,46 poin
dibanding tahun
sebelumnya, dan
merupakan IPM tertinggi di
tingkat nasional, serta
termasuk dalam kategori
Sangat Tinggi”
Pembangunan manusia di Provinsi DKI Jakarta terus mengalami
kemajuan, ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan
Manusia. Dalam kurun waktu 2010 s.d. 2017, angka IPM DKI Jakarta
berada di atas Nasional. Pada tahun 2017, IPM DKI Jakarta mencapai
80,06, meningkat 0,46 poin dibandingkan IPM tahun sebelumnya yang
sebesar 79,60.
76.3176.98 77.53 78.08 78.39 78.99 79.6 80.06
66.53 67.09 67.7 68.31 68.969.55
70.18 70.81
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Provinsi Nasional
Sumber : Berita-berita Ekonomi Tahun 2018
Sumber : Website BPS RI dan BPS Provinsi DKI Jakarta;Tabel Dinamis 2010-2017 dan BRS tahun 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 13
Dari seluruh Kab/Kota di DKI Jakarta, Kepulauan Seribu mempunyai IPM yang terendah dan jauh
dibanding kota lain yaitu sebesar 70,11 pada tahun 2017, hal ini disebabkan infrastuktur dan
sarana prasarana yang tidak lebih baik dibanding kota lain di Jakarta. Berbagai upaya
pembangunan dilakukan untuk terus meningkatkan kesejahteraan penduduk khususnya di
Kepulauan Seribu dengan pembangunan infrastuktur dan perbaikan sarana prasarana.
Tabel 1.2 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Komponen
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DKI Jakarta Menurut Komponen, 2010-2017
Komponen Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) Tahun 71,71 71,87 72,03 72,19 72,27 72,43 72,49 72,55 Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 11,86 11,91 11,96 12,24 12,38 12,59 12,73 12,86 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 10,37 10,4 10,43 10,47 10,54 10,7 10,88 11,02 Pengeluaran per kapita disesuaikan
Ribu Rupiah 15111 15943 16613 16828 16898 17075 17468 17707
IPM 76,31 76,98 77,53 78,08 78,39 78,99 79,6 80,06 Pertumbuhan IPM
% 0,87 0,72 0,7 0,4 0,76 0,77 0,58
Dari tabel 1.2 dapat kita lihat bahwa dalam periode tahun 2010 s.d. 2017 seluruh komponen IPM
DKI Jakarta mengalami kenaikan. Dengan capaian IPM lebih dari 80 menandakan bahwa kualitas
hidup masyarakat Jakarta berada dalam kategori “Sangat Tinggi”.
2. Tingkat Kemiskinan
Grafik 1.13 Perbandingan Tingkat Kemiskinan DKI Jakarta dan Nasional (%)
28.28 27.73 28.59 28.51 28.01 27.76 27.77 26.58 25.95 25.67
0.39 0.41 0.39 0.37 0.38 0.38 0.39 0.39 0.37 0.37
11.25 10.96 11.29 11.13 10.86 10.7 10.64 10.12 9.82 9.66
3.92 4.09 3.93 3.61 3.75 3.75 3.77 3.78 3.57 3.55
0
2
4
6
8
10
12
0
5
10
15
20
25
30
35
Mar
et
Sep
tem
ber
Mar
et
Sep
tem
ber
Mar
et
Sep
tem
ber
Mar
et
Sep
tem
ber
Mar
et
Sep
tem
ber
2014 2015 2016 2017 2018
Indonesia (Jumlah) DKI Jakarta (Jumlah) Indonesia (%) DKI Jakarta (%)
Sumber : Website BPS Provinsi DKI Jakarta
Sumber : Website BPS RI dan DKI Jakarta: BRS tahun 2014-2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 14
“Persentase
penduduk miskin DKI
Jakarta pada
September 2018
turun 0,02 poin bila
dibandingkan Maret
2018”
Dari grafik dapat kita lihat, persentase kemiskinan di DKI Jakarta jauh berada
di bawah nasional, bahkan menempati urutan pertama dengan persentase
paling rendah bila dibandingkan provinsi lain se-Indonesia.
Persentase penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2018
mencapai 3,55 % yang mencakup sejumlah 372,26 ribu orang. Dibandingkan
dengan Maret 2018, persentase penduduk miskin turun 0,02% poin atau turun
sebesar 860 orang. Jika dibandingkan dengan September 2017, persentase
penduduk miskin turun 0,23 poin atau turun sebesar 20,87 ribu orang.
Berbagai upaya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
seperti pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Ultra Mikro (UMi), menjaga
stabilitas harga dan alur distribusi bahan pangan, membuka lapangan kerja,
bazar murah, pemberian Kartu Pekerja bagi buruh, program kewirausaan
terpadu OK OCE, bantuan dana pendidikan KJP Plus, hingga layanan
transportasi murah melalui program OK Otrip terbukti cukup ampuh
menurunkan angka kemiskinan dan Gini Ratio.
Boks 1.2
Kemiskinan DKI Terendah Sejak 4 Tahun Terakhir Kompas.com, 17 Juli 2018 Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, persentase penduduk miskin terendah terjadi pada Maret 2018. Persentase penduduk miskin di DKI Jakarta sebesar 3,57 % atau sebanyak 373.120 orang, menurun 0,21 poin dibandingSeptember 2017. Wakil Gubernur Sandiaga Uno meyakini faktor yang menjadi pendorong menurunnya tingkat kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta yaitu cukup terkendalinya inflasi umum, penurunan tingkat pengangguran terbuka serta penyediaan pangan dengan harga murah bagi masyarakat tertentu untuk komoditas daging sapi, daging ayam, telur, dan beras.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 15
3. Ketimpangan
Grafik 1.14 Perkembangan Gini Ratio tahun 2014-2018
“Gini Ratio pada tahun
2018 mengalami
penurunan dibanding
tahun 2017 dan lebih
rendah dibanding
nasional”
Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini
Ratio. Bila dibandingkan dengan tahun 2017, gini ratio pada tahun 2018
mengalami penurunan dan berada di bawah nasional. Gini Ratio DKI
Jakarta pada September 2018 adalah sebesar 0,390 turun 0,004 poin
dari 0,394 pada Maret 2018, dan turun sebesar 0,019 poin bila
dibandingkan dengan September 2017.
Selain Gini Ratio, ukuran ketimpangan lain yang
sering digunakan adalah persentase pendapatan
pada kelompok penduduk 40 % terbawah atau yang
dikenal dengan ukuran ketimpangan Bank Dunia.
Pada September 2018, persentase pendapatan
pada kelompok 40 % terbawah adalah sebesar
17,42 % yang berarti pendapatan penduduk DKI
Jakarta berada pada kategori ketimpangan rendah.
4. Kondisi Ketenagakerjaan
DKI Jakarta pada periode Agustus 2018 menempati urutan ke sembilan
dengan TPT terbanyak se-Indonesia, posisi ini masih lebih baik dari
periode yang sama tahun 2017 yang menempati urutan keenam.
Persentase pendapatan kelompok 40% terbawah< 12% dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi
Persentase pendapatan kelompok 40% terbawah antara 12 – 17% dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah
Persentase pendapatan kelompok 40% terbawah > 17% dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah
0.431 0.436 0.431
0.421
0.411
0.397
0.4130.409
0.394 0.39
0.428
0.433
0.428
0.419
0.41 0.4090.407
0.404
0.401
0.391
Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 .
DKI Nasional
Sumber : Website BPS Provinsi DKI Jakarta, BRS 2014-2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 16
Grafik 1.15 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jakarta dan Provinsi lain
Sumber: Website BPS RI dan Website BPS Provinsi DKI Jakarta: BRS tahun 2017-2018
TPT DKI Jakarta pada Agustus 2018 sebesar 6,24%, lebih rendah 0,9 poin dibanding TPT
Agustus 2017 yang sebesar 7,14%. Berdasarkan persentase penduduk bekerja menurut
lapangan pekerjaan utama, sebagian besar penduduk DKI Jakarta pada Agustus 2018
bekerja di sektor perdagangan, yaitu sebanyak 1,17 juta orang (24,75%).
Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2018 masih didominasi oleh penduduk yang
berpendidikan SMA sederajat, yaitu sebanyak 1.999 ribu orang (42,29%), tetapi TPT
tertinggi menurut tingkat pendidikan juga terdapat pada lulusan SMA dan SMK yang
mencapai 17,74%. Hal ini memberikan gambaran bahwa terdapat penawaran tenaga
kerja berlebih pada angkatan kerja dengan tingkat pendidikan SMA dan SMK, karena
mereka cenderung menunggu lapangan kerja yang cocok dengan spesifikasinya,
sedangkan penduduk yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan
apa saja sehingga TPT-nya relatif rendah.
Boks 1.3
Jakarta Raih Empat Penghargaan Ketenagakerjaan Katadata.co.id – 19/11/2018
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendapatkan empat penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (Integra) 2018. DKI Jakarta dinilai menjadi Provinsi dengan jaminan sosial tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja terbaik serta kesempatan kerja terbaik, juga masuk provinsi dengan urusan ketenagakerjaan sedang terbaik kedua. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap di Jakarta semuanya mendapatkan peningkatan kesejahtaeraan yang sama. Salah satu langkah untuk pengembangan adalah dengan meratakan distribusi atas nilai tambah hasil kegiatan ekonomi untuk menyehatkan ekosistem ketenagakerjaan antara pemerintah, pekerja, dan dunia usaha.
7.14
5.34
6.24
8.2 8.16 8.17
4 3.85 3.99
5.6 5.59 5.56
Agustus-2017 Februari-2018 Agustus-2018
DKI Jabar Jatim Sumut
4.81
4.81
9.65
8.09
5.01
2.75
Universitas
Diploma I/II/III
SMK
SMA
SMP
≤ SD
Perkembangan TPT DKI Agustus 2018 menurut Tingkat
Pendidikan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 17
C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL
Dalam Kebijakan Umum APBD (KUA) Provinsi DKI Jakarta tahun
anggaran 2018 yang disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) Tahun 2018 telah ditetapkan arah kebijakan ekonomi
Provinsi DKI Jakarta dengan menetapkan target pada indikator-indikator
untuk mengukur perekonomian daerah antara lain PDRB, inflasi, nilai
tukar dan kemiskinan yang dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3 Asumsi Dasar Ekonomi Makro berdasar KUA Tahun Anggaran 2018
Uraian Target 2017 Capaian 2017 Target 2018 Capaian 2018
Pertumbuhan Ekonomi (%,yoy)
6,03 – 6,43 6,2 6,12 – 6,52 6,17
Tingkat Inflasi (%,yoy) 4,00 - 5,00 3,72 3,50 - 4,00 3,27
Nilai Tukar (Rp/US$) 13.400 – 13.600 13.154 – 13.592 13.600 – 13.900 13.290 – 15.253
Tingkat Kemiskinan(%) 3,40 – 3,50 3,57 3,40 – 3,50 (Th 2017)
3,55
“Pertumbuhan
ekonomi Jakarta
telah memenuhi target
yang ditetapkan dalam
KUA 2018”
“Capaian nilai tukar pada
tahun 2018 sebesar 13.290-
15.253 Rp/US$ berada di
atas batas maksimum target
yang ditetapkan dalam
KUA”
Pada tahun 2018, capaian pertumbuhan ekonomi Jakarta sebesar
6,17% telah memenuhi target yang ditetapkan dalam KUA 2018
walaupun capaian tersebut hampir mendekati batas minimum yang
ditetapkan yaitu 6,12% dan capaian ini lebih lambat 0,03 poin dibanding
tahun 2017 yang sebesar 6,2%. Banyak faktor yang mempengaruhi
capaian tersebut, salah satunya adalah indikator nilai tukar.
Capaian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami
fluktuasi hingga mencapai Rp 15.253 per USD pada bulan Oktober 2018
yang diakibatkan menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat,
sehingga pada tahun 2018 nilai tukar rupiah tidak dapat memenuhi target
yang ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu 13.600 – 13.900 Rp/US$.
Indikator kesejahteraan, salah satunya kemiskinan di DKI Jakarta pada
tahun 2018 sebesar 3,55%, angka ini masih di atas target yang
ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu 3,40 – 3,50%. Namun bila
dibandingkan dengan capaian 2017, angka kemiskinan ini masih
mengalami penurunan 0,02 poin yang salah satunya disebabkan
Sumber : KUA dan RKPD Provinsi DKI Jakarta T.A. 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 18
terkendalinya tingkat inflasi yang tercapai 3,27%, angka ini lebih rendah
dari target yang ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu 3,50- 4,00% dan lebih
rendah juga bila dibandingkan dengan tingkat inflasi tahun 2017 yang
tercapai sebesar 3,72%.
Boks 1.4
GLOSARIUM BAB I PDRB ADHB adalah indikator yang menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. PDRB ADHK adalah indikator yang menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap sektor dari tahun ke tahun. PDRB calender to calender (c-to-c) menjelaskan perbandingan angka kumulatif satu tahun dibandingkan dengan angka kumulatif tahun sebelumnya. Misal: PDRB tahun 2018 dibandingkan dengan tahun 2017. PDRB year on year / yoy (Dari Tahun ke Tahun) menjelaskan perbandingan angka pada dua waktu yang sama dalam periode berbeda dalam basis satu tahun. Misal: Januari 2018 terhadap Januari 2017. PDRB quarter to quarter / q-to-q (Dari Kuartal ke Kuartal) menjelaskan perbandingan angka pada dua waktu yang berbeda dalam periode berbeda dalam basis satu kuartal. Misal: Kuartal II 2018 terhadap Kuartal I 2018. Gini Ratio adalah indikator kesejahteraan yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh dengan nilai koefisien antara 0 hingga 1. Semakin tinggi koefisien menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi pula. Indeks Pembangunan Manusia/IPM (Human Development Index /HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. Semakin tinggi nilai IPM artinya semakin baik kesejahteraan masyarakatnya. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Semakin tinggi angka TPT artinya semakin banyak pengangguran di daerah tersebut.
Foto : From Google
Foto : From Google
BAB II
PERKEMBANGAN &
ANALISIS
PELAKSANAAN
APBN
Bundaran HI
Bundaran ini terletak di tengah persimpangan jalan M.H. Thamrin dengan Jalan
Imam Bonjol, Jalan Sutan Syahrir, dan Jalan Kebon Kacang serta dekat dengan
Hotel Indonesia sehingga disebut bundaran HI. Pada Bundaran HI terdapat
sebuah monumen yang disebut Monumen Selamat Datang.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 19
A. APBN TINGKAT PROVINSI
“Alokasi belanja negara
untuk Provinsi DKI Jakarta sebesar
Rp498.234,38 miliar, terdiri dari Belanja
Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah”
Sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan, Provinsi DKI Jakarta
memiliki peran cukup besar dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan
belanja negara secara nasional. Peran besar itu tergambar dalam postur
APBN Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun anggaran 2018, Provinsi DKI
Jakarta menerima alokasi belanja dalam APBN sebesar Rp498.234,38
miliar dengan rincian Belanja Pemerintah Pusat yang disalurkan melalui
Kementerian/Lembaga sebesar Rp479.888,18 miliar serta Transfer ke
Daerah dan Dana Desa sebesar Rp18.346,20 miliar.
Tabel 2.1
Pagu dan Realisasi APBN Tingkat Provinsi DKI JAKARTA
Tahun 2017 dan Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)
Uraian Tahun 2017 Tahun 2018
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
A. PENDAPATAN NEGARA 925.901,45 1.100.497,95
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI
925.901,45 1.100.497,95
1. Penerimaan Pajak 792.767,42 957.646,44
2. PNBP 133.134,03 142.851,51
B. BELANJA NEGARA 579.840,89 534,705.03 498.234,38 460.415,07
I. Belanja Pemerintah Pusat 561.070,68 515.715,05 479.888,18 442.559,89
II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
18.770,21 18,969.29 18,346.20 17,855.18
C. SURPLUS DEFISIT
Sumber: Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018 Preliminari tanggal 25 Februari 2019
“Realisasi pendapatan
Negara tahun 2018 meningkat 18,86% dari
tahun sebelumnya. Realisasi menyumbang
56,64% pendapatan nasional.”
Realisasi pendapatan negara pada Provinsi DKI Jakarta tahun 2018
mencapai Rp1.100,49 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar
18,86% dibandingkan dengan realisasi pendapatan negara tahun
2017. Realisasi tersebut setara dengan 56,64% total pendapatan
negara secara nasional sebesar Rp1.942,3 triliun.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 20
“Realisasi belanja 2018 lebih rendah 14,19% dari
tahun 2017 disebabkan kebijakan Belanja Pegawai
terpusat dengan mekanisme SPAN dan
belanja tahun 2017 masih termasuk belanja Bagian Anggaran BUN. Namun
mencapai 93,45% terhadap pagu, lebih tinggi dari
capaian tahun sebelumnya. Realisasi belanja setara
dengan 52,92% realisasi nasional.”
“Realisasi transfer ke
daerah lebih rendah 5,98% dari tahun sebelumnya. Realiasi transfer setara dengan 2,36% realisasi
transfer nasional.”
Realisasi belanja Pemerintah Pusat pada tahun 2018 mencapai
Rp442,56 triliun, lebih rendah 14,19% dari realisasi belanja tahun
sebelumnya disebabkan kebijakan Belanja Pegawai terpusat melalui
mekanisme SPAN dan belanja tahun 2017 masih termasuk belanja
Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara. Capaian realisasi
belanja tersebut sebesar 93,45% dari pagu, lebih tinggi daripada
capaian tahun sebelumnya sebesar 91,80% dari pagu. Realisasi
belanja Pemerintah Pusat pada Provinsi DKI Jakarta setara dengan
52,92% realisasi belanja Pemerintah Pusat secara nasional yang
sebesar Rp836,22 triliun. Besarnya kontribusi tersebut karena
sebagian belanja Pemerintah Pusat pada Provinsi DKI Jakarta
dialokasikan untuk belanja Kantor Pusat semua
Kementerian/Lembaga yang berlokasi di Jakarta. Di samping itu,
sebagian belanja Pemerintah Pusat juga dialokasikan untuk
membiayai kegiatan Pemerintah Pusat di provinsi-provinsi lainnya.
Alokasi transfer ke daerah pada provinsi DKI Jakarta hanya berupa
Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus Non Fisik. Realisasi
transfer ke daerah tercatat Rp17.855,18 miliar, lebih rendah 5,98%
dibandingkan dengan realisasi transfer ke daerah tahun 2017.
Realisasi itu setara dengan 2,36% dari total realisasi transfer ke
daerah dan dana desa secara nasional sebesar Rp757.792,2 miliar.
B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI
Pendapatan Pemerintah Pusat terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
“Realisasi pendapatan perpajakan terdiri atas
penerimaan pajak dalam negeri sebesar 97,98% dan
pajak perdagangan internasional sebesar
2,02%.”
Sumber utama pendapatan negara sampai dengan saat ini berasal
dari sektor perpajakan. Realiasi pendapatan perpajakan sepanjang
tahun 2018 mencapai Rp957.646,44 miliar terdiri atas penerimaan
pajak dalam negeri sebesar Rp938.333,64 miliar atau 97,98% dan
pajak perdagangan internasional sebesar Rp19.312,81 miliar atau
2,02%. Secara keseluruhan, total kontribusi pendapatan perpajakan
pada Provinsi DKI Jakarta mencapai 72,77% dari pendapatan
perpajakan secara nasional yang sebesar Rp1.315,93 triliun.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 21
Grafik 2.1 Penerimaan Pajak Dalam Negeri Tingkat Provinsi
di Provinsi DKI Jakarta (dalam miliar Rupiah)
Sumber : Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2017- 2018
“Realisasi penerimaan
pajak dalam negeri meningkat 17,38%
dibanding tahun sebelumnya.”
“Penerimaan pajak Penghasilan meningkat
20.16% dari tahun sebelumnya. Pajak
Penghasilan Pasal 25 menjadi penyumbang
terbesar sebesar 37,82%.”
“Pajak Pertambahan Nilai meningkat sebesar
22,84%.”
“PBB dan Cukai juga naik namun kurang signifikan.”
Sesuai grafik 2.1, realisasi penerimaan pajak dalam negeri tahun 2018
tercatat sebesar Rp938.333,68 miliar, meningkat sebesar 17,38%
dibanding realisasi pada tahun sebelumnya. Grafik tersebut juga
menunjukkan bahwa semua jenis pajak, kecuali Pajak lainnya,
mengalami kenaikan.
Kenaikan Pajak Penghasilan tercatat 20,16% dibanding tahun
sebelumnya. Kenaikan tersebut didorong oleh bertambahnya kesadaran
para wajib pajak serta program-program strategis perpajakan seperti
peningkatan basis data, pengawasan, penagihan dan pemeriksaan wajib
pajak. Di antara jenis pajak penghasilan, Pajak Penghasilan non-Migas
yaitu Pajak Penghasilan Orang/Badan Pasal 25 menjadi penyumbang
terbesar dengan jumlah Rp205.456,03 miliar atau sebesar 37,82% dari
total penerimaan Pajak Penghasilan.
Kenaikan Pajak Pendapatan Nilai tercatat sebesar 22,84% dibanding
tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut didorong oleh kenaikan pajak-
pajak impor karena kenaikan impor atas bahan baku dan material untuk
proyek-proyek infrastruktur serta impor bahan makanan. Adapun pajak
dalam negeri lainnya, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan serta Cukai juga
mengalami kenaikan, namun secara nominal, jumlahnya tidak terlalu
signifikan, masing-masing sebesar 1,5% dan 0,004%.
PPh PPN PBB Cukai Pajak Lainnya
2017 452,031.78 307,036.11 12,760.42 344.56 3,055.78
2018 543,181.74 377,157.24 14,877.77 452.94 2,661.53
Perubahan 20.16% 22.84% 16.59% 31.45% -12.90%
20.16%
22.84%
16.59%
31.45%
-12.90%-20.00%-10.00%0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%
0.00100,000.00200,000.00300,000.00400,000.00500,000.00600,000.00
Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri Tahun 2018
2017 2018 Perubahan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 22
Grafik 2.2
Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional Tingkat Provinsi di Provinsi DKI Jakarta
dalam miliar rupiah
Sumber: Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018 Preliminari tanggal 25 Februari 2019
“Pajak Perdagangan Internasional meningkat 11,78% dibanding tahun
sebemumnya. Bea Masuk menyumbang 99,96%.”
Sesuai grafik 2.2, realisasi pajak perdagangan internasional pada
tahun 2018 tercapai sebesar Rp19.312,81 miliar, meningkat sebesar
11,78% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Kenaikan itu didorong
oleh meningkatnya penerimaan bea masuk atas impor dalam rangka
pengamanan pasokan kebutuhan dalam negeri dan pengendalian harga
komoditas tertentu. Penerimaan Bea Masuk memberikan sumbangan
sebesar 99,96% pada penenerimaan pajak perdagangan internasional,
sedangkan penerimaan Bea Keluar, pungutan ekspor dan penerimaan
pabean lainnya relatif kecil, sebesar 0,04%.
Grafik 2.3.
Rasio Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di Provinsi DKI Jakarta dalam miliar Rupiah
Sumber : Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018
0.12
-0.43
-5,000.00 0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00
Bea Masuk
Bea Keluar/Pungutan Ekspor
Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional Tahun 2018
Kenaikan 2018 2017
2015 2016 2017 2018
Realisasi Pajak 745052.18 753185.01 792767.42 957365.55
PDRB 1989330 2159070 2365360 2599170
Rasio 37.45 34.88 33.52 36.83
37.4534.88
33.52 36.83
31.0032.0033.0034.0035.0036.0037.0038.00
0500000
10000001500000200000025000003000000
Rasio penerimaan Pajak dengan PDRB atas Harga yang Berlaku
Realisasi Pajak PDRB Rasio
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 23
“Rasio pajak terhadap PDRB sebesar 36,83%, meningkat
disbanding tahun sebelumnya. Ini menunjukkan positifnya
kinerja pajak pada tahun 2018.”
Kenaikan pendapatan pada tahun 2018 menunjukkan kinerja
perpajakan yang positif, sekalipun dua tahun sebelumnya sempat
melambat. Kinerja perpajakan yang positif digambarkan dengan
membaiknya rasio penerimaan pajak terhadap PDRB atas dasar
harga yang berlaku sebagaimana dalam grafik 2.3. Rasio pajak
terhadap PDRB tahun 2018 sebesar 36,83% meningkat dibandingkan
rasio tahun 2017, yang didorong oleh kenaikan pendapatan pajak
yang signifikan pada tahun ini. Kenaikan rasio ini membuktikan bahwa
kinerja perpajakan, meliputi kemampuan dan kesadaran wajib pajak,
serta program-program intensifikasi pajak oleh pemerintah berjalan
sangat baik. Implikasinya, pertumbuhan pendapatan perpajakan
terhadap kenaikan PDRB menjadi positif.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
1. Perkembangan PNBP menurut Jenis
Penerimaan PNBP tahun 2018 adalah sebagai berikut :
Grafik 2.4
Pendapatan PNBP Tingkat Provinsi DKI Jakarta dalam miliar Rupiah
Sumber: Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018 Preliminari tanggal 25 Februari 2019
“Realisasi PNBP tahun 2018 menurun 19,48%
dibanding tahun sebelumnya.”
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak pada tahun 2018
sebesar Rp142.851,50 miliar mengalami kenaikan sebesar 7,30%
dibandingkan tahun 2017 dengan tidak memperhitungkan PNBP Bagian
pemerintah Atas Laba BUMN yang merupakan PNBP khusus Bendahara
Umum Negara. Secara nasional, pendapatan PNBP pada Provinsi DKI
0.00
50,000.00
100,000.00
150,000.00
200,000.00
2015 2016 2017 2018
Perkembangan Realisasi PNBP Prov.DKI Jakarta
SDA Lainnya BLU Kenaikan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 24
Jakarta tahun 2018 setara dengan 35,09% pada pendapatan PNBP
nasional sebesar Rp.407,06 triliun.
“Jenis PNBP dengan
kenaikan tertinggi adalah PNBP lainnya, sebesar
29,59% dibanding tahun sebelumnya”
“Jenis PNBP dari BLU dan SDA meningkat 15,70%
dan 12,75% dibanding tahun sebelumnya.”
Jenis PNBP yang mengalami kenaikan tertinggi pada tahun 2018
adalah PNBP lainnya, yaitu sebesar 29,59% dibanding penerimaan
PNBP lainnya pada tahun sebelumnya. Kenaikan PNBP Lainnya
terutama berasal dari kenaikan pendapatan hasil komoditas yaitu
batubara didorong membaiknya harga penjualan batubara.
Pendapatan PNBP dari Pengelolaan BLU dan Sumber Daya Alam
juga mengalami kenaikan dengan prosentase masing-masing 15,21%
dan 28,08%. Kenaikan pendapatan dari BLU terutama disumbangkan
oleh layanan jasa Rumah Sakit, pengelolaan perkebunan kelapa
sawit, layanan jasa telekomunikasi dan layanan perbankan.
Kenaikan PNBP dari pengelolaan Sumber Daya Alam terutama
disebabkan peningkatan iuran/royalty pertambangan batubara, emas,
nikel, tembaga dan pertambangan lainnya.
2. Perkembangan PNBP Fungsional
PNBP fungsional adalah penerimaan yang berasal dari hasil pungutan
Kementerian Negara/Lembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan
tugas pokok dan fungsinya dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada
masyarakat. Data realisasi beberapa PNBP Fungsional
Kementerian/Lembaga dengan jumlah terbesar dapat dilihat pada tabel 2.5.
Grafik 2.5 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Provinsi DKI Jakarta
dalam miliar rupiah
Sumber : Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018
0.45% 1.31%
40.30%
1.14%4.05% -6.08% 2.11%
16.74%
-10.00%0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%
0.00
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
Realisasi PNBP Fungsional Tahun 2017 dan 2018
2017 2018 Kenaikan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 25
“Jenis PNBP fungsional dengan kenaikan tertinggi
yaitu Penempatan uang negara pada bank Indonesia,
sebesar 40,30% dibanding tahun sebelumnya.”
Berdasarkan data pada grafik 2.5, dapat diketahui bahwa umumnya
pendapatan PNBP secara fungsional pada tahun 2018 mengalami
kenaikan dibandingkan dengan penerimaan tahun sebelumnya
dengan tingkat kenaikan yang variatif. Salah satu penerimaan PNBP
yang cukup signifikan kenaikannya adalah penerimaan atas
penempatan uang Negara pada Bank Indonesia dimana prosentase
kenaikannya mencapai 40,30%. Adapun, pendapatan fungsional
lainnya seperti Pendapatan Pengunaan Spektrum dan Frekuensi
Radio, pengelolaan kelapa sawit, pengurusan visa dan paspor juga
mengalami kenaikan meskipun tidak terlalu signifikan.
C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI
1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian
Anggaran/ Kementerian/ Lembaga)
“Alokasi belanja tahun 2018 lebih rendah 14,47%
dibanding tahun sebelumnya. Salah satu sebabnya,
pengalihan secara terpusat pembayaran belanja
pegawai.”
“Realisasi belanja mencapai 92,41%, lebin tinggi dari
capaian tahun lalu.”
Pada tahun 2018, alokasi belanja Pemerintah Pusat untuk wilayah
Provinsi DKI Jakarta melalui DIPA Tahun 2018 tercatat Rp478.888,18
miliar, lebih rendah sebesar 22,15% dibandingkan tahun sebelumnya.
Salah satu penyebab menurunnya alokasi belanja Pemerintah Pusat
adalah perubahan sistem pembayaran belanja pegawai, dimana
terhitung mulai tahun 2018, sebagian belanja pegawai mulai
dibayarkan secara terpusat oleh Kantor Pusat Ditjen
Perbendaharaan. Belanja Pemerintah Pusat disalurkan melalui DIPA
Kementerian/Lembaga dengan jumlah 83 kementerian/lembaga
lingkup Provinsi DKI Jakarta.
Realisasi belanja Pemerintah Pusat mencapai Rp442.559,89 miliar,
atau sebesar 92,41% dari pagu belanja. Capaian ini lebih tinggi dari
capaian tahun 2017 sebesar yang sebesar 91,24% dari pagu belanja.
Total realisasi belanja Pemerintah Pusat lingkup Provinsi DKI Jakarta
memberikan kontribusi sebesar 52,92% dari total realisasi belanja
Pemerintah Pusat secara nasional.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 26
Grafik 2.6 Pagu dan Realisasi 10 Kementerian/Lembaga terbesar
di Provinsi DKI Jakarta
dalam miliar rupiah
Sumber : Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018
“Realisasi belanja Pemerintah Pusat untuk 10
Kementerian/Lembaga terbesar sebesar 73,79% dari total alokasi belanja.”
“Lima kementerian/lembaga dengan alokasi belanja di
atas Rp.35 Triliun, yaitu Kemenhan, Polri,
Kemenkes, Kemenkeu dan Kemendiknas.
sebanding dengan 73,79% realisasi seluruh
kementerian/lembaga”
Dari 83 kementerian/lembaga pada lingkup Provinsi DKI Jakarta,
terdapat 10 Kementerian/lembaga dengan alokasi belanja paling
besar, sebagaimana ditunjukkan grafik 2.6. Total pagu belanja untuk
kesepuluh kementerian/lembaga tersebut adalah Rp352.140,44
miliar atau 73,79% dari total alokasi belanja untuk
Kementerian/Lembaga. Adapun realisasi dari sepuluh
Kementerian/Lembaga tersebut mencapai Rp318.085,48 miliar atau
sebesar 73,67% dari realisasi belanja seluruh
Kementerian/Lembaga.
Dari grafik 2.6, juga diinformasikan terdapat 5 kementerian/ lembaga
dengan pagu belanja atas Rp35 triliun. Kelima
kementerian/lembaga tersebut adalah Kementerian Pertahanan,
Kepolisian RI, Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan dan
Kementerian Pendidikan Nasional. Alokasi anggaran belanja untuk
Kementerian Pertahanan dan Kepolisian RI didorong oleh besarnya
belanja pegawai mengingat jumlah pegawai yang sangat besar serta
belanja barang guna peremajaan alat-alat dan persenjataan. Alokasi
belanja untuk Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan
Nasional terutama digunakan untuk belanja barang dan modal
sejalan dengan prioritas Pemerintah untuk meningkatkan kualitas
dan mutu kesehatan serta tingkat pendidikan masyarakat. Adapun
93.39%
91.82%
94.22% 94.20%
97.63%
88.05%
83.42%
97.36%
89.16%
96.63%
75.00%
80.00%
85.00%
90.00%
95.00%
100.00%
0.0010,000.0020,000.0030,000.0040,000.0050,000.0060,000.0070,000.0080,000.0090,000.00
Pagu Realisasi Capaian
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 27
alokasi belanja pada kementerian keuangan terutama diarahkan
untuk program transformasi kelembagaan dan peningkatan kinerja
pengelolaan keuangan negara.
Grafik 2.7
Kementerian/Lembaga dengan Tingkat Realisasi tertinggi di Provinsi DKI Jakarta
dalam miliar rupiah
Sumber : Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018
“Lima Kementerian/Lembaga dengan capaian realisasi belanja tertinggi : Komisi
yudisial, Basarnas, Mahkamah Agung, BIN dan Lemhanas.”
“Kementerian/Lembaga dengan capaian realisasi belanja terendah adalah komisi Pemilihan Umum
sebesar 60,58%.”
Dari grafik 2.7, terdapat Kementerian/lembaga dengan realisasi
belanja tahun 2018 tertinggi yaitu Komisi Yudisial (99,34%), Basarnas
(99,27%), Mahkamah Agung (99,21%), BIN (99,05%) dan Lemhanas
(98,84%). Kelima kementerian/lembaga tersebut mengelola anggaran
belanja yang relatif tidak begitu besar. Khusus Basarnas, realisasi
yang tinggi disebabkan volume kegiatan yang tinggi mengingat
terjadinya banyak bencana alam yang memerlukan operasi
penanggulangan dan penanganan segera.
Adapun, kementerian/lembaga dengan realisasi belanja paling
rendah adalah Komisi Pemilihan Umum. Dengan alokasi belanja tahun
2018 sebesar Rp2.138,02 miliar, realisasi sampai dengan akhir tahun
2018 sebesar Rp1.295,22 miliar atau 60,58% dari pagu. Hal ini
terutama disebabkan oleh daya serap yang rendah khususnya pada
biaya jasa, perjalanan dinas dan belanja bahan pada instansi tersebut.
2. Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi
Realisasi belanja pada tahun 2018 sesuai fungsi adalah sebagai berikut :
99.34%99.27% 99.21%
99.05%
98.84%
98.40%
98.60%
98.80%
99.00%
99.20%
99.40%
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
Komisi yudisial Basarnas Mahkamah Agung BIN Lemhanas
Kementerian/Lembaga dengan Tingkat Realisasi tertinggi tahun 2018
Pagu Realisasi %Realisasi
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 28
Tabel 2.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi
di Provinsi DKI Jakarta
(dalam miliar rupiah)
Sumber : Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018
Dari grafik 2.8, dapat diketahui perubahan besaran alokasi belanja
berdasarkan fungsi yang variatif. Terdapat alokasi belanja yang
mengalami kenaikan pada tahun 2018 yaitu pada fungsi pelayanan
umum, ekonomi pariwisata, pendidikan dan perlindungan dasar. Fungsi
yang mengalami kenaikan terbesar adalah pelayanan umum dengan
prosentase kenaikan sebesar 243%. Hal ini disebabkan meningkatnya
program Kementerian/Lembaga yang bersifat peningkatan kualitas dan
akses layanan kepada masyarakat. Adapun fungsi yang mengalami
penurunan alokasi belanja adalah pertahanan, ketertiban dan keamanan,
perumahan serta kesehatan. Penurunan terbesar terdapat pada fungsi
keamanan dan ketertiban sebesar 29,86%. Sedangkan penurunan pada
fungsi-fungsi lainnya tidak terlalu signifikan.
“Fungsi ekonomi, pelayanan umum dan
perlindungan dasar merupakan alokasi terbesar
tahun 2018.”
Adapun dari grafik 2.9, alokasi terbesar belanja berdasarkan fungsi pada
tahun 2018 terdapat pada fungsi ekonomi, pelayanan umum dan
perlindungan dasar. Hal ini sejalan dengan program pemerintah untuk
memacu pertumbuhan ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat, peningkatan kualitas dan akses pelayanan guna
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta perlindungan menyeluruh
terhadap hak-hak dasar masyarakat.
75%
80%
85%
90%
95%
100%
0.00
50,000.00
100,000.00
150,000.00
200,000.00
250,000.00
300,000.00
Pagu dan Realisasi Belanja per Fungsi 2017 dan 2018
Pagu 2017 Pagu 2018 Realisasi 2017 Realisasi 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 29
Grafik 2.9 Komposisi Pagu Belanja Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsi
dalam miliar rupiah
Sumber : Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018
3. Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Jenis Belanja
“Belanja barang dan
bantuan sosial mengalami peningkatan pagu, belanja
pegawai dan modal mengalami penurunan.”
Dari grafik 2.10, belanja barang dan belanja bantuan sosial mengalami
peningkatan pagu, masing-masing 10,53% dan 58,63%. Adapun belanja
pegawai dan belanja modal mengalami penurunan. Penurunan alokasi
belanja pegawai disebabkan oleh sebagian pembayaran belanja
pegawai telah dilaksanakan secara terpusat dengan mekanisme SPAN.
Sedangkan penurunan belanja modal disebabkan kebijakan Pemerintah
untuk efisiensi anggaran guna dialihkan ke jenis belanja lain yang lebih
prioritas.
Grafik 2.10 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tahun menurut Jenis Belanja
dalam miliar rupiah
Sumber : Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018
240,520.69
67,753.48
57,791.76
265,094.18
5,312.29
11,537.80
36,258.84
9,349.50
958.57
58,906.04
165,510.59
Pelayanan Umum
Pertahanan
Ketertiban dan Keamanan
Ekonomi
Lingkungan Hidup
Perumahan dan Fasilitas Umum
Kesehatan
Pariwisata
Agama
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
0.00
50,000.00
100,000.00
150,000.00
200,000.00
250,000.00
Bel Pegawai Bel Barang Bel Modal Belanja bantuan Sosial
Pagu dan Realisasi Belanja per Jenis Tahun 2017 dan 2018
Pagu 2017 Pagu 2018 realisasi 2017 realisasi 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 30
Capaian realisasi belanja pegawai mengalami kenaikan dipengaruhi
oleh pengadaan dukungan sarana dan peningkatan kesejahteraan
pegawai dalam rangka program reformasi birokrasi pada
Kementerian/Lembaga. Sedangkan kenaikan bantuan sosial
disebabkan oleh penambahan jumlah masyarakat yang memiliki akses
bantuan sosial. Rendahnya penyerapan pada belanja modal disebabkan
dilakukannya self blocking pada beberapa kegiatan Pemerintah dalam
rangka efisiensi anggaran belanja dengan mengurangi pengeluaran
yang kurang prioritas.
D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT
Analisis cash flow Pemerintah Pusat adalah analisis yang mengelaborasi lebih
dalam kondisi arus kas masuk (cash in flow) dan arus kas keluar (cash out flow)
Pemerintah Pusat pada suatu provinsi dan periode tertentu. Arus kas masuk
berasal dari pendapatan Pemerintah (Pendapatan perpajakan dan PNBP),
sedangkan arus kas keluar adalah belanja Pemerintah Pusat.
Grafik 2.11
Cash Flow Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2015 s.d 2018
dalam miliar rupiah
Sumber : Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov.DKI Jakarta Tahun 2018
92,848.67
63,873.99 435,479.96640,082.89
2015 2016 2017 2018
0.00
200,000.00
400,000.00
600,000.00
800,000.00
1,000,000.00
1,200,000.00
2015 2016 2017 2018
Cash Flow Pendapatan dan Belanja
Pendapatan Belanja Surplus/Defisit
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 31
“Nilai surplus cash flow in dengan cash flow out
tahun 2018 meningkat 46,98% dari tahun
sebelumnya. Hal ini menggambarkan
kemandirian kondisi keuangan pada Provinsi
DKI Jakarta.”
Dari grafik 2.11, dapat diketahui bahwa dari tahun-ke tahun, senantiasa
terdapat surplus antara nilai cash flow in dan cash flow out anggaran
Pemerintah Pusat pada Provinsi DKI Jakarta. Nilai surplus pada tahun
2018 sebesar Rp640.082,88 miliar atau mengalami kenaikan sebesar
46,98% dibandingkan nilai surplus pada tahun sebelumnya. Kondisi ini
didorong oleh pendapatan negara dari perpajakan dan PNBP yang
mengalami kenaikan signifikan pada tahun 2018 serta penurunan
belanja pegawai dan belanja modal. Hal ini sekaligus menggambarkan
kemandirian arus pendapatan dan belanja Pemerintah Pusat di Provinsi
DKI Jakarta. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa Provinsi DKI
Jakarta memberikan subsidi silang kepada daerah lain di Indonesia yang
memiliki postur anggaran dan belanja defisit.
TRANSFER KE DAERAH
1. Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer
Alokasi dana transfer ke daerah yang diterima Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
pada tahun 2018 beserta realisasinya sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 2.2
Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer di Propinsi DKI Jakarta
(dalam miliar rupiah)
Dana Transfer Pagu Tahun 2017 Realisasi Tahun
2017 Pagu Tahun 2018
Realisasi Tahun 2018
DAU -- -- -- --
DAK Non Fisik 3.148,97 2.121,80 3.136.62 2.645,60
DBH Pajak 15.485,63 16.605,61 15.156,44 15.026,20
DBH SDA 135,61 241,88 53.14 183,37
Dana Desa -- -- -- --
Jumlah 18.770,21 18.969,29 18.346,20 17.855,18
Sumber : LKT/LRT Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018, Aplikasi SIMTRADA
“Dana transfer ke daerah ke DKI Jakarta terdiri dari Dana Bagi Hasil dan DAK
Non Fisik. Alokasi tahun 2018 menurun 4,24% dari
tahun sebelumnya.”
Sebagaimana tahun 2017, pada tahun 2018, Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta hanya menerima transfer dari Pemerintah Pusat berupa
Dana Bagi Hasil dan DAK Non Fisik. Alokasi dana transfer yang diterima
pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 sebesar Rp18.346,20
miliar, lebih rendah 4,24%. Nilai alokasi tersebut relatif kecil
dibandingkan dengan provinsi lain, atau hanya sebesar 2,39% dari
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 32
seluruh dana transfer ke daerah dalam APBN nasional sebesar
Rp766.162,66 miliar. Kondisi ini mengingat Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta relatif memiliki kemandirian keuangan yang cukup tinggi karena
jumlah Pendapatan Asli Daerah yang cukup besar dibanding provinsi
lainnya. Adapun realisasi transfer ke daerah pada tahun 2018 sebesar
Rp17.855,18 miliar atau 97% dari pagu, lebih rendah dibandingkan
dengan tingkat realisasi transfer pada tahun 2017.
2. Analisis Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah
“Ruang Fiskal Daerah untuk
mengetahui fleksibilitas daerah dalam mengatur alokasi
belanjanya.”
“Ruang Fiskal Daerah DKI Jakarta tahun 2018 cukup tinggi,
sebesar 64,22%.”
Ruang fiskal (fiscal space) merupakan suatu konsep untuk
mengukur fleksibilitas yang dimiliki pemerintah daerah dalam
mengalokasikan APBD untuk membiayai kegiatan yang menjadi
prioritas daerah dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan
ekonomi di wilayahnya tanpa mengganggu solvabilitas fiskal
daerah (membiayai belanja wajib). Semakin besar ruang fiskal
yang dimiliki suatu daerah maka semakin besar pula fleksibilitas
yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk mengalokasikan
belanjanya pada kegiatan yang menjadi prioritas daerah seperti
pembangunan infrastruktur daerah.
Adapun formula Ruang Fiskal Daerah adalah :
Ruang Fiskal
=
(Pendapatan Daerah - DAK - Hibah) - Belanja yang mengikat
Pendapatan Daerah
Dengan data Pendapatan Daerah sebesar Rp61.344,11 miliar, DAK sebesar Rp2.645,60,
Hibah sebesar Rp54,38 miliar, Belanja Pegawai Tidak Langsung sebesar Rp19.207,02
miliar dan Belanja Bunga sebesar Rp44,05 miliar, maka diperoleh nilai Ruang Fiskal DKI
Jakarta Tahun 2018 sebesar 64,22%. Dengan ruang fiskal sebesar itu, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta memiliki keleluasaan cukup tinggi untuk mengalokasikan
anggarannya guna membiayai belanja yang bersifat prioritas bagi pembangunan daerah.
Salah satunya adalah belanja modal, yang pada tahun 2018 mendapat alokasi cukup
besar, sebesar Rp14.117,28 miliar. Alokasi yang cukup tinggi ini diharapkan dapat
memberikan implikasi pada pertumbuhan ekonomi lingkup DKI Jakarta.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 33
“Rasio kemandirian daerah untuk
mengetahui tingkat ketergantungan satu daerah dengan pendanaan
eksternal.”
Kemandirian Daerah dapat diukur dengan rasio
kemandirian daerah, yaitu rasio yang menggambarkan
tingkat ketergantungan suatu daerah terhadap bantuan
pihak eksternal, baik yang bersumber dari pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah lain, ditunjukkan oleh
rasio PAD terhadap total pendapatan dan rasio dana
transfer terhadap total pendapatan. Semakin besar angka
rasio PAD maka ketergantungan daerah semakin kecil dan
sebaliknya.
Grafik 2.12
Rasio Transfer dan PAD Propinsi DKI Jakarta dalam miliar rupiah
Sumber : Simtrada, Dashboard Pemda DKI Tahun 2018
“Rasio PAD Tahun 2018 sebesar 0,71, rasio
transfer sebesar 0,29. Rasio PAD DKI Jakarta fluktuatif, namun selalu
lebih besar dari rasio transfer.”
Dari grafik 2.12, dapat diketahui bahwa dari tahun 2015, Rasio PAD pada
Provinsi DKI Jakarta senantiasa lebih besar dari pada Rasio Transfer.
Data ini menunjukkan tren rasio PAD mengalami sedikit kenaikan
setelah dua tahun sebelumnya mengalami penurunan. Secara umum,
meskipun berfluktuasi, tren rasio PAD senantiasa lebih besar daripada
rasio transfer. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun menerima alokasi
transfer, sumber utama pendapatan untuk pembiayaan belanja pada
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah Pendapatan Asli Daerah.
Kondisi ini juga berarti pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki
kemandirian dalam pengelolaan keuangan yang cukup tinggi.
0.190.28 0.31
0.29
0.81 0.72 0.69 0.71
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
0.00
10,000.00
20,000.00
30,000.00
40,000.00
50,000.00
2015 2016 2017 2018
Rasio Transfer dan PAD
Jumlah transfer PAD Rasio Transfer Rasio PAD
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 34
E. PENGELOLAAN BLU PUSAT
1. Profil dan jenis layanan satker BLU pusat
Pada tahun 2018, terdapat 44 satuan kerja pengelola BLU Pusat pada
lingkup Provinsi DKI Jakarta, bertambah 3 satuan kerja dibandingkan
pada tahun 2017 sebanyak 41 satuan kerja. Adapun tiga satuan kerja
pengelola BLU Pusat baru tersebut terdiri 1 BLU Pusat bidang layanan
kesehatan dan 2 BLU Pusat bidang layanan lain-lain.
Grafik 2.13 Komposisi BLU Pusat Tahun 2018
Sumber : https://pa.perbendaharaan.go.id
Grafik 2.13 memperlihatkan komposisi BLU sesuai dengan jenis layanan, dimana
BLU layanan kesehatan merupakan kelompok layanan terbesar. Jenis BLU
layanan kesehatan umumnya berbentuk Rumah Sakit baik yang bersifat umum
maupun spesialis penyakit tertentu.
Grafik 2.14 Pagu BLU Pusat berdasarkan Jenis Layanan
Sumber : https://pa.perbendaharaan.go.id
Pendidikan, 9
Kesehatan, 16Kawasan, 2
Pengelola Dana, 9
Lainnya, 8
Komposisi BLU Pusat menurut Jenis Layanan
6.08%
2.16%
4.30%
40.46%
10.97%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
0.00
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
Pendidikan Kesehatan Pengelola Dana Kawasan Lain-lain
Pagu BLUP sesuai Jenis Layanan
2017 2018 Perubahan
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 35
“Total pagu BLU Pusat meningkat 4,01% dibanding
tahun sebelumnya. BLU layanan pengelola dana
memiliki alokasi terbesar.”
“Kenaikan pagu tertinggi dialami BLU Pusat jenis
Layanan kawasan, dengan tingkat kenaikan 40%
dibanding tahun sebelumnya. Ini terkait
alokasi belanja untuk Asian Games 2018.”
Total pagu belanja seluruh BLU pada tahun 2018 berjumlah
Rp29.318,02 miliar, meningkat 4,01% dibandingkan dengan total pagu
semua BLU pada tahun sebelumnya. Dari grafik 2.14, dapat diketahui
bahwa berdasarkan jumlah pagu belanja tahun 2018, BLU jenis layanan
pengelola dana merupakan kelompok BLU terbesar dengan alokasi
pagu belanja sebesar Rp17.748,88 miliar, disusul BLU jenis layanan
kesehatan sebesar Rp8.064,51 miliar, BLU layanan pendidikan sebesar
Rp2.151,04 miliar, BLU layanan lain-lain sebesar Rp1.006,72 dan
layanan kawasan sebesar Rp479,51 miliar.
Adapun kelompok BLU dengan kenaikan pagu belanja tertinggi adalah
kelompok BLU layanan kawasan, yaitu Pusat Pengelolaan Gelanggang
Olah Raga Gelora Bung Karno dan Pusat Pengelola Kawasan
Kemayoran, dengan prosentase kenaikan 40%. Kenaikan alokasi pagu
belanja pada 2 BLU Pusat tersebut terkait penambahan alokasi belanja
guna renovasi sarana pendukung penyelenggaraan Asian Games tahun
2018, yaitu wisma atlet Kemayoran dan Kompleks Stadion Gelora Bung
Karno.
Grafik 2.15 BLU dengan Jumlah Pagu Terbesar
dalam miliar rupiah
Sumber : https://pa.perbendaharaan.go.id
10,992.00
2,991.76
2,351.96
1,826.10
1,220.64
0.00 2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00 12,000.00
BPDP Kelapa Sawit
BPPPTI
LPDP
RSCM
RSPAD
BLU dengan Jumlah Pagu terbesar
Total Pagu Pagu RM Pagu BLU
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 36
“Total pagu 5 BLU
terbesar : BPDP Kelapa
Sawit, BPPPTI, LPDP,
RSCM dan RSPAD. Total
alokasi dana mencapai
66,08^ dari pagu belanja
total BLU.”
Grafik 2.15 menunjukkan 5 BLU Pusat dengan alokasi pagu
terbesar, yaitu BPDP Kelapa Sawit, BPPPTI, LPDP, RSCM dan
RSPAD. Total dana yang dikelola oleh kelima BLU di atas sebesar
Rp19.382,46 miliar atau 66,08% dari total pagu seluruh BLU.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit adalah BLU
pada Kementerian Keuanga yang melaksanakan pengelolaan
dana perkebunan kelapa sawit baik dana pengembangan maupun
dana cadangan pengembangan. BPPPTI adalah BLU pada
Kementerian Kominfo yang bertugas melaksanakan penyediaan
dan pengelolaan pembiayaan telekomunikasi dan informatika
terkait dengan kewajiban pelaksanaan universal. LPDP adalah
BLU pada Kementerian Keuangan yang mengelola dana
pendidikan yaitu program beasiswa, pendanaan riset, rehabilitasi
fasilitas pendidikan dari hasil penelolaan DPPN. RSCM dan
RSPAD adalah BLU berbentuk Rumah Sakit yang bergerak di
bidang pemberian fasilitas kesehatan dan pengobatan kepada
masyarakat.
2. Perkembangan Nilai Aset BLU pusat
Grafik 2.16
Aset BLU Pusat berdasarkan Jenis Layanan
dalam miliar rupiah
Sumber : https://pa.perbendaharaan.go.id
-0.36% 1.65%
38.32%
20.53%
-7.60%-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
0.00
100,000.00
200,000.00
300,000.00
400,000.00
500,000.00
600,000.00
Pendidikan Kesehatan Kawasan Pengelola Dana Lainnya
Aset BLU Pusat menurut Jenis Layanan
Perubahan 2017 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 37
“Total aset BLU Tahun 2018 mengalami kenaikan 24,96% dibanding tahun sebelumnya.
Kelompok BLU layanan kawasan adalah BLU dengan
nilai aset terbesar, setara dengan 65,12% dari total nilai aset semua BLU. BLU Pusat
Pengelola kompleks kemayoran merupakan BLU dengan tingkat
kenaikan nilai aset tertinggi, sebesar 521,59%.”
Total nilai asset semua BLU Pusat pada tahun 2018 sebesar
Rp605.911,80 miliar, atau mengalami peningkatan sebesar
24,96% dibandingkan dengan nilai aset semua BLU pada
tahun 2017. Kelompok BLU Pusat layanan kawasan yang
terdiri dua BLU Pusat, yaitu Pusat Pengelolaan Kawasan
Kemayoran dan Pusat Pengelolaan Gelanggang Olah Raga
Gelora Bung Karno tercatat memiliki nilai aset sebesar
Rp493.034,50 miliar, meningkat sebesar 38,32% dari nilai aset
pada tahun sebelumnya. Kontribusi nilai aset kedua BLU itu
setara dengan 65,12% dari total nilai aset semua BLU tahun
2018.
BLU Pusat Pengelolaan Kawasan Kemayoran juga merupakan
BLU dengan prosentase kenaikan nilai aset tertinggi dibanding
tahun sebelumnya, yaitu sebesar 521,59%. Kenaikan nilai aset
tersebut merupakan pengaruh dari penambahan nilai aset
bangunan dan penertiban administrasi pencatatan aset-aset
tanah yang selama ini dikelola oleh BLU tersebut. Kenaikan
nilai aset juga dialami pada Kelompok BLU pusat sektor
layanan pengelola dana dan kesehatan masing-masing
20,53% dan 1,65%. Dua kelompok BLU Pusat yaitu layanan
pendidikan dan layanan lain-lain tercatat mengalami
penurunan nilai aset sebesar 0,36% dan 7,6%.
3. Kemandirian BLU
Kemandirian BLU ditentukan oleh peningkatan kinerja BLU dalam
mengoptimalisasikan pendapatan dan belanjanya. Salah satu metode untuk
mengetahui tingkat kemandirian BLU adalah dengan mengetahui
rasio/perbandingan anggaran belanjanya, antara pagu BLU dan Rupiah Murni.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 38
Grafik 2.17 Rasio BLU sesuai Jenis Layanan
Sumber : https://pa.perbendaharaan.go.id
“Pada tahun 2018, semua BLU mengalami kenaikan rasio kemandirian, dalam
arti tingkat ketergantungan penggunaan dana dari
pemerintah semakin menurun.”
Sesuai grafik 2.17, semua layanan BLU pada tahun 2018
mengalami peningkatan rasio kemandirian, dalam arti proporsi
penggunaan dana yang berasal dari BLU terus meningkat.
Semakin tinggi rasio kemandirian, tingkat ketergantungan BLU
tersebut terhadap alokasi dana Pemerintah (Rupiah murni)
semakin kecil. Hal ini didorong oleh peningkatan kinerja BLU
dalam optimalisasi pendapatan BLU dan efisiensi dalam belanja
operasional mereka.
“
“Rasio kemandirian tertinggi dimiliki BLU Kawasan rata-rata 100%, disusul BLU Pengelola Dana, BLU Lainnya, BLU Kesehatan dan BLU Pendidikan.”
Dari grafik 2.17, juga dapat diketahui bahwa rasio kemandirian
BLU kawasan rata-rata sebesar 100%, yang berarti seluruh biaya
operasional BLU tersebut sepenuhnya berasal dari BLU. BLU
layanan pengelola dana, memiliki rasio BLU sebesar 99,83%. BLU
layanan kesehatan memiliki rasio BLU rata-rata 66,25% dan jenis
layanan pendidikan memiliki rasio BLU rata-rata 50,8%.
4. Potensi Satker PNBP menjadi satker BLU
“Total satker pengelola dana PNBP bertambah 10,47%. Realisasi meningkat sebesar 14%.”
Pada tahun 2018, terdapat 433 Satker (dari 37 Kementerian
Negara/Lembaga) yang mengelola dana PNBP, meningkat dari tahun
2017 sebanyak 356 satuan kerja. Pagu dana PNBP yang dikelola 433
satker tersebut sebesar Rp10.679,11 miliar, meningkat 10,47% dari
tahun sebelumnya. Adapun realisasi belanja semua satker tersebut Rp
43.27%
57.86%
100.00%
99.20%
39.19%
46.49%
66.25%
100.00%
99.83%
62.00%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%
Pendidikan
Kesehatan
Kawasan
Pengelola Dana
Lainnya
2018 2017
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 39
9.587,09 miliar,
atau 89,77%
dari pagu, meningkat sebesar 14% dibandingkan realisasi tahun
sebelumnya.
Tabel 2.3 Kementerian/Lembaga dengan Pagu dan Realisasi PNBP terbesar tahun 2018
(dalam rupiah)
No. Satuan Kerja PAGU 2018 REALISASI 2018 %
1 POLRI 4,655,064,684,000 4,447,240,699,457 95.54%
2 Kementerian Hukum dan
HAM 1,611,260,798,000 1,396,162,918,350 86.65%
3 Kementerian Perhubungan 723,779,160,000 497,839,113,890 68.78%
4 Badan Pertanahan
Nasional 646,064,265,000 538,143,461,469 83.30%
5 Kementerian Pertahanan 636,870,420,000 542,526,184,704 85.19%
6 Kementerian Kominfo 489,610,070,000 475,900,300,398 97.20%
7 Kementerian Ristek 281,042,275,000 234,408,666,389 83.41%
8 Kementerian ESDM 240,218,399,000 222,133,259,643 92.47%
9 Kementerian Luar Negeri 184,409,922,000 137,960,726,470 74.81%
10 Kementerian Tenaga Kerja 165,419,761,000 161,884,006,980 97.86%
Sumber : https://pa.perbendaharaan.go.id
Tabel 2.3 menunjukkan 10 kementerian/lembaga yang memiliki satuan kerja
pengelola PNBP dengan pagu dan realisasi terbesar pada tahun 2018. Dari
satuan kerja-satuan kerja pengelola PNBP pada kementerian/lembaga tersebut,
umumnya bukan satuan kerja yang memiliki tugas dan fungsi layanan publik..
Adapun, satuan kerja pengelola PNBP dengan fungsi layanan publik masih
relatif rendah realisasi PNBP-nya, sehingga masih perlu pengembangan lebih
lanjut untuk dapat difungsikan sebagai satuan berja BLU.
F. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT
1. Penerusan Pinjaman
Investasi pemerintah merupakan salah satu bentuk stimulus yang digunakan
pemerintah untuk menggerakkan perekonomian di daerah.
Tabel 2.4 Profil Penerusan Pinjaman Provinsi DKI Jakarta
No. Loan ID Nomor Perjanjian
SLA Penerima SLA
Currency
Jumlah Hak Tagih Pemerintah
Catatan
1 2117201 876/DP3/1996 Pemprov DKI JAKARTA IDR 0 telah lunas
2 2241001 1263/DSMI/2016 Pemprov DKI Jakarta JPY 25.097.484.967,00
3 2219001 1247/DSMI/2012 Pemprov DKI Jakarta IDR 454.504.865.581,78
4 2077401 363/SLA-607/DSMI PDAM DKI JAKARTA IDR 0 telah lunas
5 2001601 259/DP3/1993 Koperasi Pembiayaan indonesia
IDR 24.607.256.887,45 Pailit
Sumber: Aplikasi SLIM
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 40
“Terdapat 5 penerusan pinjaman lingkup Pemprov
DKI Jakarta, terdiri 2 pinjaman sudah lunas
namun belum ditutup, 2 pinjaman masih aktif dan 1
pinjaman status pailit.”
“Sampai dengan 31
Desember 2018, tercatat 28 BUMN menerima
pinjaman Pemerintah dengan total 141
perjanjian”.
Tabel 2.4 menunjukkan posisi penerusan pinjaman di wilayah Provinsi
DKI Jakarta. Dua pinjaman kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
dan PDAM DKI Jakarta telah lunas, namun belum dilakukan
penutupan. Dua pinjaman kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
dalam masa penarikan. Satu pinjaman kepada Koperasi Pembiayaan
Indonesia, tercatat masih aktif, namun terkendala oleh kondisi debitur
yang pailit dan menunggu penetapan status dari Pengadilan. Secara
umum, evaluasi terhadap kewajiban debitur dilaksanakan dengan
rekonsiliasi outstanding yang dilakukan setiap semester.
Investasi Pemerintah Pusat lainnya diberikan dalam bentuk pinjaman
kepada BUMN dalam rangka restrukturisasi. Pada Provinsi DKI
Jakarta, terdapat 28 BUMN yang memperoleh pinjaman dari
Pemerintah Pusat dengan total 141 perjanjian.
Grafik 2.18 Komposisi Pinjaman BUMN berdasarkan Jumlah
Sumber : KPPN Investasi
“PT.PLN adalah debitur terbesar pinjaman
pemerintah dengan total pinjaman setara 54,75%
dari total pinjaman”.
Dari grafik 2.18, diketahui bahwa dari 28 BUMN yang mendapatkan
pinjaman Pemerintah, PT.PLN merupakan debitur terbesar dengan
total pinjaman sebesar Rp82.002,31 triliun (kurs per 1 Desember
2018) atau 54,75% dari total pinjaman. Selain itu, terdapat 6 BUMN
lainnya dengan pinjaman di atas Rp1 triliun berturut-turut adalah
PT.PII (persero), PT.PGN, Pertamina, PT. SMI, PT.PANN dan PT.
PLN PII PGNPertamin
aSMI PANN Merpati Lainnya
Pinjaman 83,002.31 38,007.14 8,442.68 8,045.76 5,362.40 3,945.91 2,117.30 2,686.67
Prosentase 54.75% 25.07% 5.57% 5.31% 3.54% 2.60% 1.40% 1.77%
0.00
10,000.00
20,000.00
30,000.00
40,000.00
50,000.00
60,000.00
70,000.00
80,000.00
90,000.00
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 41
Merpati. Adapun pinjaman untuk BUMN lainnya realtif tidak terlalu
besar dengan rata-rata jumlah pinjaman di bawah Rp1 triliun.
H. Kredit program
“Program KUR dan Kredit UMi merupakan stimulus
untuk pertumbuhan ekonomi UMKM. Plafon
pinjaman KUR adalah 5 jt-25 jt untuk pinjaman mikro
dan 25 jt – 500 jt untuk skala kecil. Pinjaman UMi adalah pinjaman dengan
plafon di bawah 5 juta”.
Salah satu program Pemerintah guna memberikan stimulus
pertumbuhan ekonomi kepada pelaku usaha kecil dan menengah
adalah penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Usaha
Ultra mikro (UMi). Program KUR merupakan bentuk kerja sama antara
pemerintah dan pihak perbankan dimana perbankan menyalurkan
pinjaman dengan bunga dan waktu tertentu sementara pemerintah
memberi talangan untuk membayar bunga atas pinjaman dimaksud.
Adapun Program Kredit Usaha UMi merupakan kerja sama antara
pemerintah sebagai penyedia dana dengan lembaga keuangan non
perbankan sebagai penyalur dana untuk pinjaman dengan jumlah
yang lebih kecil.
Grafik 2.19
Grafik Perkembangan Penyaluran KUR DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018
Sumber : Aplikasi SIKP
“Total dana KUR dan
Ultra Mikro tersalur mengalami peningkatan
sebesar 159% dibanding tahun
sebelumnya. Total debitur juga meningkat
98,40% dari tahun sebelumnya.”
Dari grafik 2.19, penyaluran KUR dan Kredit Ultra Mikro pada Provinsi
DKI Jakarta menunjukkan perkembangan yang positif. Program
strategis Pemerintah guna memberikan stimulus kepada kalangan
UMKM mendapat respon yang besar dari masyarakat, ditunjukkan
dengan tingginya jumlah dana KUR dan Kredit UMi yang disalurkan
78,997
156,730
0
50,000
100,000
150,000
200,000
0
1,000,000,000,000
2,000,000,000,000
3,000,000,000,000
Tahun 2017 Tahun 2018
Perkembangan Penyaluran KUR Tahun 2017-2018
Akad Outstanding Debitur
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 42
beserta jumlah debitur yang bertambah. Total dana yang disalurkan
pada tahun 2018 (outstanding) sebesar Rp1.187,38 miliar, meningkat
159% dibandingkan jumlah outstanding pada tahun 2017. Jumlah
debitur mencapai 156.730 orang, mengalami kenaikan sebanyak
77.733 debitur atau 98,40% dibanding tahun 2017.
Grafik 2.20
Realisasi Penyaluran KUR Tahun 2018 sesuai Wilayah (Aplikasi SIKP)
Sumber: Aplikasi SIKP, Tahun 2018
Dari sisi wilayah penyaluran, sebagaimana grafik 2.20, jumlah penerima KUR
dan Kredit UMi di Jakarta Pusat mencapai 81.828 debitur, atau 52% dari seluruh
debitur di wilayah DKI Jakarta. Ini menunjukkan mayoritas masyarakat yang
memberi respon aktif dengan program KUR dan UMi berdomisili di Jakarta
Pusat. Adapun menyusul berikutnya wilayah Jakarta Timur, Jakarta Barat,
Jakarta Utara dan Jakarta Selatan dengan jumlah yang hampir sama.
Tabel 2.6 Realisasi Penyaluran KUR Tahun 2018 menurut Skema
dalam rupiah
Bank Akad Outstanding Debitur Rata-rata kredit
Mikro 1,451,060,702,750 941,443,652,516 452 23,403,761
Ritel 1,200,633,181,417 891,228,929,067 6,108 196,567,319
TKI 1,830,498,776 615,786,222 105 17,433,322
UMI 193,220,112,700 4,496,291,372 80,311 2,405,898
Sumber : Aplikasi SIKP
DKI Jakarta0%
Kab Kepulauan Seribu0%
Jakarta Pusat52%
Jakarta Utara10%
Jakarta Barat13%
Jakarta Selatan10%
Jakarta Timur15%
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 43
“Berdasar skema, jumlah debitur
KUR dan Kredit UMi terbanyak adalah kelompok ultra mikro,
yaitu 92,43% dari seluruh debitur, disusul kelompok ritel,
mikro dan TKI.”
Adapun dari sisi skema, sebagaimana table 2.6, jumlah
penerima KUR untuk kelompok ultra mikro tercatat sebagai
debitur terbesar dengan 80.311 debitur atau 92,43% dari
seluruh debitur penerima KUR, jauh lebih tinggi dibandingkan
kelompok lainnya, yaitu ritel sebanyak 6.108 debitur dan mikro
sebanyak 452 debitur. Kondisi ini menunjukkan masih sangat
banyak pelaku usaha skala ultra mikro yang memerlukan
perhatian Pemerintah. Kelompok ini memiliki respon tinggi
terhadap program penyaluran dana KUR, dalam artian
memerlukan bantuan permodalan untuk membantu
pengembangan usahanya. Kondisi ini tentu menjadi perhatian
Pemerintah untuk lebih mengintensifkan program-program
yang lebih menyentuh kebutuhan masyarakat. Adapun untuk
kelompok TKI belum banyak menggunakan fasilitas KUR,
terbukti dalam tahun 2018, hanya diakses oleh 105 debitur.
Stasiun MRT
adalah sebuah sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta rel listrik yang
sedang dibangun di Jakarta. Jalur MRT Jakarta rencananya akan membentang kurang
lebih ±110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus -
Kampung Bandan) sepanjang ±23.8 km dan Koridor Timur – Barat sepanjang ±87 km.
Foto : From Google
BAB
III
PERKEMBANGAN &
ANALISIS
PELAKSANAAN
APBD
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 44
Sumber: LRA Prov. DKI Jakarta Tahun 2017-2018
“Alokasi Pagu
APBD tahun 2018
sebesar Rp75,09 triliun
mengalami kenaikan
sebesar 21,47%
dibandingkan tahun
2017.”
Provinsi DKI Jakarta ditetapkan menjadi daerah khusus istimewa berdasarkan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia (LN 2007 No. 93; TLN 4744).
Provinsi DKI Jakarta dibagi dalam kota administrasi dan kabupaten
administrasi. Provinsi DKI Jakarta memiliki alokasi pagu untuk Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2018 sebesar 75,09 triliun
mengalami kenaikan sebesar 21,47% bila dibandingkan dengan APBD 2017
yang sebesar 61,82 triliun.
Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2018
(dalam miliar Rupiah)
Uraian
Pagu
2017
Realisasi %
Realisasi
Pagu
2018
Realisasi %
Realisasi
Pendapatan 62.517,75 64.134,65 103,00 65.809,93 61.344,11 93,21
PAD 41.687,38 43.211,58 104% 44.350,08 43,434,55 97,75
Dana Perimbangan 18.696,35 18.696,88 93.64% 21.401,86 17,855,18 83,43%
Dana Otsus dan Penyesuaian - - - - - -
Transfer Dana Desa - - - - - -
Lain-lain Pendapatan yang Sah
2.134,02 1.953,78 92% 57,99 54.38 93,78
Belanja 61.821,92 51.043,03 83,00% 75.093,83 61.597,62 82,03%
Surplus/Defisit 13.091.62 13.091,62 100% (253.5)
Pembiayaan Neto 10.001,65 9.306,04 93% 8.168,41 7.497,26 91,78%
SiLPA - 13.165,98 - - 9.681,94 -
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 45
“Pada APBD Provinsi
DKI Jakarta tahun
2018, pagu
pendapatan maupun
belanja mengalami
peningkatan dari tahun
sebelumnya. ”
Pada tabel 3.1 diuraikan bahwa pada tahun 2018 target pendapatan dan pagu
belanja APBD meningkat dibandingkan dengan tahun 2017. Target
pendapatan tahun 2018 naik sebesar 5,27% dari tahun sebelumya,
sedangkan pagu belanja pada tahun 2018 naik sebesar 21,47% dari pagu
belanja tahun 2017. Total realisasi pendapatan APBD tahun anggaran 2018
sebesar 93,21% dari target, turun sebesar 4,4% dibandingkan dengan
realisasi tahun 2017.
Realisasi belanja APBD 2018 meningkat sebesar 20,63% dibandingkan
dengan realisasi belanja tahun 2017 dan mencapai 82% dari pagu. Pemprov
DKI Jakarta memilliki Silpa APBD per 31 Desember 2018 sebesar Rp9,70
triliun, lebih rendah dari tahun anggaran 2017 sebesar Rp13,16 triliun. Silpa
tahun 2017 telah digunakan untuk kepentingan publik pada tahun 2018 yaitu
membiayai defisit anggaran sebesar Rp 253,5 miliar dan untuk pembayaran
utang terhadap Pemerintah untuk pembangunan MRT serta untuk penyertaan
modal BUMD.
A. JENIS PENDAPATAN DALAM APBD
Tabel 3.2
Jenis Pendapatan APBD Kab/Kota dan Provinsi DKI Jakarta (dalam miliar rupiah)
Sumber: BPKD DKI Jakarta th.2018, (data diolah)
Uraian
Pagu
2017
Realisasi %
Realisasi
Pagu
2018
Realisasi %
Realisasi
Pendapatan 62.517,75 64.134,65 103,00% 65.809,93 61.344,11 93,21
PAD 41.687,38 43.211,58 104% 44.350,44 43.434,55 97,75%
Pajak Daerah 35,360,00 36,500,00 103,22% 38.125,00 37,538,91 98,46%
Retribusi Daerah 680,15 624,40 92% 671,49 579,03 86,23% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
465,89 489,48 105% 592,74 592,32 99,93%
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah 5,181,84 5.583,58 108% 4,960,85 4.724,29 95,23%
Dana Perimbangan 18.696,35 18.696,88 100% 21.401,86 17,855,18 83,43%
DBH 15,537,06 16,605,61 108% 18,265,23 15,209,58 83,27%
DAK 3,159,28 2.121,80 67% 3,136,63 2,645,61 84,35%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 2.134,02 1.953,78 92% 57,99 54,38 93,78%
Pendapatan Hibah 2,134,02 1.953,78 92% 57,99 54,38 93,78%
Pendapatan Lainnya - - - - -
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 46
“Pendapatan Asli Daerah masih
menjadi sumber utama
pendapatan dalam kerangka
APBD di DKI Jakarta.”
Penerimaan pemerintah daerah terdiri dari: (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD),
(2) Dana Perimbangan serta (3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
Kebijakan fiskal pada pendapatan daerah difokuskan pada peningkatan
pendapatan daerah dengan menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber
pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah. Total realisasi
pendapatan sesuai dalam rekapitulasi LRA APBD DKI.
Pendapatan Asli Daerah menjadi sumber pendapatan utama pada APBD tahun
2018. PAD terdiri dari 4 komponen, yaitu Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan
Asli Daerah.
1. Pendapatan Asli Daerah
Pada tahun 2018 jumlah PAD ditargetkan sebesar Rp44,35 triliun atau sebesar
67,39% dari total target pendapatan APBD Provinsi DKI Jakarta. Total realisasi
PAD di tahun 2018 tercatat sebesar Rp43,43 triliun mencapai 97,75% dari
target, meningkat sebesar 0,52% dibandingkan tahun 2017.
a. Pajak Daerah
Pajak Daerah diproyeksikan menjadi sumber pendapatan asli daerah
terbesar dengan target Rp38,13 triliun di tahun 2018, lebih besar jika
dibandingkan dengan target pendapatan di tahun 2017 yakni sebesar
Rp35,36 triliun. Proyeksi ini berbanding lurus dengan realisasi tahun 2018
yang mencapai sebesar Rp37.538,91 atau 98,46% dari target. Realisasi ini
mengalami kenaikan sebesar 2,84% bila dibandingkan dengan tahun
sebelumya. Penyumbang tertinggi untuk pendapatan pajak berasal dari
Pajak Bumi Bangunan (PBB), sumbangan terbesar kedua berasal dari
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Salah satu faktor meningkatnya
pendapatan pajak daerah ini tidak terlepas dari upaya pemprov DKI
Jakarta yaitu dengan melakukan penghapusan sanksi administrasi PKB,
BBN-KB dan PBB-P2 yang ditandai dengan dikeluarkannya Keputusan
Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah (BPRD) DKI Jakarta No. 2315
tahun 2018.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 47
b. Retribusi Daerah
Pada APBD 2018 Retribusi Daerah ditargetkan sebesar Rp671,49 miliar.
Target ini menurun sebesar 1,27% bila dibandingkan dengan target tahun
sebelumnya, demikian juga dengan realisasinya pada tahun 2018
mengalami penurunan sebesar 7,26% bila dibandingkan dengan tahun
2017. Hal ini karena terdapat pos-pos penerimaan retribusi yang tidak
mencapai target antara lain : Retribusi Jasa Umum yaitu Retribusi
Penggantian Biaya Cetak 41,44%, Jasa Usaha yakni Pemakaian Fasilitas
Terminal Mobil Barang mencapai 54,98% Retribusi Penyeberangan di Air
mencapai 44,43%, dan Retribusi Trayek yang hanya mencapai 38,12%
dari target yang ditetapkan.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan pada APBD 2018
ditargetkan sebesar Rp592,74 miliar. Target ini mengalami peningkatan
sebesar 27,23% dari tahun 2017. Realisasi sampai akhir tahun anggaran
2018 sebesar Rp592,32 miliar, meningkat 21,01% dibandingkan dengan
realiasasi tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi ini karena adanya
peningkatan Laba Perusahaan Milik Daerah sebesar Rp17,18 miliar dan
meningkatnya Penyertaan Modal Daerah antara kepada pihak ketiga
antara lain bidang konstruksi sebesar Rp5,18 miliar, bidang angkutan darat
sebesar Rp4,08 miliar.
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
Pada APBD 2018, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah ditargetkan sebesar
Rp4.960,85 miliar Apabila dibandingkan dengan target tahun sebelumnya,
menurun sebesar 4,26%. Sampai dengan akhir tahun anggaran 2018,
realisasi mencapai sebesar Rp4.724,29 miliar atau 95,23% dari target,
turun sebesar 15,38% dari tahun sebelumnya. Penurunan realisasi ini
disebabkan terdapat komponen lain-lain PAD yang tidak mencapai target
antara lain penjualan aset daerah yang dipisahkan, penurunan Tuntutan
Ganti Rugi, Pendapatan izin penyelenggaraan reklame.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 48
“Realisasi PAD
Pemprov DKI Jakarta
pada tahun 2018 apabila
dibandingkan dengan
tiga provinsi besar
lainnya di pulau Jawa
yaitu Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur
berada pada posisi
tertinggi”.
Boks 3.1
Optimalisasi Penerimaan Pajak, BPRD DKI Terapkan Lima Langkah Ini
Kompas com - 08/12/2018, Badan Pajak dan Retribusi Daerah (BPRD) Provinsi DKI Jakarta melakukan
lima langkah untuk mengoptimalisasikan penerimaan daerah dari sektor pajak daerah. Kepala BPRD
Provinsi DKI Jakarta, Faisal Syafruddin mengatakan, langkah pertama adalah integrasi perizinan usaha
dalam bentuk tax clearance bekerja sama dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PM-PTSP) DKI Jakarta. Langkah kedua yakni BPRD Provinsi DKI Jakarta telah menandatangani
Rencana Aksi Optimalisasi Penerimaan Daerah bersama KPK pada 2017. Untuk mewujudkan itu, BPRD
DKI membangun sistem Fiscal Cadaster, yakni mencermati dan mendata aset-aset yang signifikan dimiliki
wajib Pajak. Langkah ketiga adalah melakukan pelayanan pajak berbasis informasi teknologi dengan
penambahan kanal pembayaran pajak daerah kerjasama dengan perbankan. Langkah keempat, kami
melakukan penegakan hukum dengan melakukan penempelan plang dan stiker penunggak pajak. Langkah
kelima, BPRD DKI Jakarta terus menerus melakukan sosialisasi kewajiban perpajakan di seluruh wilayah
DKI Jakarta.
Grafik 3.1
Realisasi PAD Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta Tahun 2014 s.d. 2018 (dalam triliun rupiah)
Sumber: BPKD DKI Jakarta, www.djpk.kemenkeu.go.id (diolah)
Dalam grafik 3.1 terlihat bahwa pada dua tahun terakhir realisasi PAD terbesar
adalah Provinsi DKI Jakarta, berada pada posisi tertinggi bila dibandingkan
dengan tiga Provinsi besar lainnya di pulau Jawa yaitu Provinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah dan Jawa Barat. Realisasi PAD pada tahun 2017 sebesar Rp43,21 triliun
dan pada tahun 2018 realisasi meningkat sebesar Rp43,43 triliun.
Perhitungan dari kemampuan PAD terhadap belanja pemerintah daerah,
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 49
“Ketergantungan DKI Jakarta
terhadap kucuran dana
Transfer/Dana Perimbangan
dari Pemerintah Pusat cukup
rendah.”
menunjukkan bahwa kontribusi PAD untuk membiayai belanja daerah pada tahun
2018 cukup signifikan mencapai 70,51%. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian
Pemprov. DKI Jakarta cukup tinggi dalam membiayai daerahnya.
Tingkat kemandirian daerah berdasarkan rasio PAD terhadap belanja daerah
selama 5 tahun pada pemerintah provinsi DKI Jakarta tergambar pada grafik 3.2
berikut.
Grafik 3.2 Rasio PAD terhadap Belanja Pemrov DKI Jakarta
Tahun 2014 s.d. 2018
Sumber: BPKD DKI Jakarta,djpk.kemenkeu.go.id (diolah)
Grafik 3.2 diatas menunjukkan rasio PAD terhadap belanja Pemprov DKI Jakarta
selama lima tahun terakhir. Terlihat bahwa terjadi fluktuasi persentase rasio PAD
terhadap belanja, dan pada tahun 2018 mencapai sebesar 70,51%, terendah
selama lima tahun terakhir. Hal ini disebakan adanya peningkatan realisasi belanja
pada tahun anggaran 2018. Realisasi terbesar adalah belanja pegawai sebesar
21.999,91 miliar atau 94% dari pagu, selanjutnya belanja barang dan jasa sebesar
Rp16.898,98 miliar atau sebesar 83% dari pagu, belanja modal sebesar Rp14.117,28
miliar atau sebesar 81% dari pagu.
Pendapatan Transfer / Dana Perimbangan
Pada APBD 2018 dana transfer/perimbangan ditargetkan sebesar Rp21.401,86
miliar. Target ini mengalami kenaikan sebesar 14,46% dibandingkan tahun
sebelumnya. Dana transfer/perimbangan didominasi oleh dana bagi hasil yang
mencapai 85,34% dari pagu dana transfer. Selebihnya sebesar 14,66% adalah
dana alokasi khusus. Sampai akhir tahun 2018 realisasi dana bagi hasil sebesar
83,27%. Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 terjadi penurunan sebesar
8,40%, disebabkan pada tahun 2017 terdapat penerimaan pembayaran piutang
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
2014 2015 2016 2017 2018
82.74 %
78.28 % 78.27 %
84.59 %
70.51 %
2014
2015
2016
2017
2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 50
Dana Bagi Hasil (DBH). Realisasi dana alokasi khusus hingga akhir tahun 2018
sebesar 84,35%, mengalami penurunan sebesar 24,68% bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Melihat proporsi dana transfer/perimbangan yang
hanya sebesar 29,10% dari total pendapatan, menunjukkan tingkat
ketergantungan Pemprov DKI Jakarta terhadap dana transfer/perimbangan dalam
membiayai APBD-nya cukup rendah dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
Boks 3.2
Cuma Jakarta yang Tak Kantongi Dana Alokasi Pemerintah Pusat
Jakarta, CNN Indonesia.com -- Provinsi DKI Jakarta akan kembali menjadi satu-satunya provinsi yang tak mendapat kucuran dana alokasi umum (DAU) dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) pada 2018. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Boediarso Teguh Widodo menjelaskan, hal itu lantaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta mampu mencukupi kebutuhan provinsi. Menurut dia, ibukota negara itu memiliki kapasitas fiskal yakni, dari pendapatan asli daerah (PAD) dan dana bagi hasil (DBH) pajak dan sumber daya alam yang sangat besar.
B. JENIS BELANJA DALAM APBD
1. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjalankan urusan yang dituangkan dalam APBD
sebanyak 25 urusan wajib dan 8 urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi prioritas di
Provinsi DKI Jakarta antara lain adalah urusan Pelayanan Pemerintahan (Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian
dan Persandian), Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum, Perumahan. Realisasi belanja
per klasifikasi urusan pada Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018
tergambar pada grafik 3.3.
Grafik 3.3
Rasio Alokasi dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2018 per Klasifikasi Urusan
26.0%
20.6%
13.3%10.7%
4.4% 4.3% 3.7% 2.7% 1.5% 1.3% 1.1% 0.8% 0.7% 0.7% 0.7% 0.6% 0.5% 0.4% 0.4% 0.4%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
OTO
NO
MI…
PEN
DID
IKA
N
KES
EHA
TAN
PEK
ERJA
AN
…
KEW
ILA
YAH
AN
KEH
UTA
NA
N
PER
UM
AH
AN
…
LIN
GK
UN
GA
N…
ENER
GI D
AN
…
PER
HU
BU
NG
AN
KET
ENTE
RA
MA
…
KEP
EMU
DA
AN
…
KEU
AN
GA
N
LIN
GK
UN
GA
N…
PER
HU
BU
NG
AN
FUN
GSI
LA
IN…
SOSI
AL
PEK
ERJA
AN
…
KEB
UD
AYA
AN
KO
MU
NIK
ASI
…
Anggaran Realisasi
Sumber : Website BPKD Prov.DKI Jakarta (data diolah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 51
“Urusan-urusan yang
berkaitan dengan
peningkatan sektor- sektor
perekonomian daerah perlu
mendapat perhatian khusus
bagi pemerintah.”
“Tiga terbesar alokasi
belanja berdasarkan
klasifikasi urusan
Pemprov. DKI Jakarta
pada APBD Tahun 2018
adalah Pelayanan
Pemerintahan, Pendidikan
dan Kesehatan.”
Pada tahun 2018, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menuangkan alokasi
belanja terbesar untuk tiga klasifikasi urusan yakni Pelayanan
Pemerintahan, Pendidikan dan Kesehatan. Urusan dengan alokasi dana
terbesar yaitu urusan Pelayanan Pemerintahan (Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian, dan Persandian) yang memperoleh alokasi Rp19,50 triliun.
Besarnya alokasi dana ini berkaitan dengan pembayaran TKD (Tunjangan
Kinerja Daerah) yang cukup besar yakni TKD statis dan dinamis serta
adanya pembayaran THR dan gaji ke-13. Alokasi ini mengalami kenaikan
sebesar 18,69% apabila dibandingkan dengan alokasi dana pada tahun
anggaran 2017.
Urusan Pendidikan menjadi prioritas kedua dengan alokasi dana sebesar
Rp15,46 triliun. Apabila dibandingkan dengan alokasi dana pada tahun
sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 10,98%, seiring dengan
program pemprov DKI Jakarta untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dan juga untuk mendanai Kartu Jakarta Pintar Plus (KJP Plus). Urusan
Kesehatan dengan alokasi sebesar Rp10,00 triliun menjadi prioritas
ketiga. Apabila dibandingkan dengan alokasi tahun anggaran 2017 terjadi
kenaikan sebesar 9,89%. Kenaikan alokasi urusan kesehatan ini salah
satunya dikhususkan untuk penyaluran Kartu Jakarta Sehat Plus (KJS
Plus). Sementara tiga urusan dengan alokasi belanja terendah yakni
untuk urusan Pertanahan sebesar Rp896.276.088,00, urusan Penelitian
dan Pengembangan Rp229.500.000,00 serta urusan Persandian
sebesar Rp188.400.000,00.
Untuk urusan-urusan yang berkaitan dengan peningkatan sektor-sektor
perekonomian daerah perlu mendapat perhatian khusus karena mendapat
alokasi yang cukup rendah. Bahkan beberapa diantaranya memiliki rasio
alokasi dibawah satu persen, antara lain urusan Koperasi dan UKM,
ESDM, Perindustrian dan Perdagangan, Pariwisata dan Penanaman
modal. Untuk periode mendatang diharapkan ada penambahan alokasi
anggaran pada urusan-urusan lain yang berpotensi meningkatkan
perekonomian daerah.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 52
2. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Jenis Belanja (Sifat Ekonomi)
Dalam rekapitulasi APBD Provinsi DKI Jakarta, terdapat
sembilan jenis belanja yaitu antara lain belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, belanja modal, belanja bantuan sosial, belanja
bantuan keuangan, belanja hibah, belanja tak terduga, belanja bunga,
dan belanja subsidi.
“Alokasi delapan jenis belanja APBD 2018
Pemprov DKI mengalami peningkatan dibanding
tahun sebelumnya, hanya belanja bantuan keuangan
yagn menglami penurunan.”
Secara keseluruhan terlihat bahwa jumlah alokasi secara agregat
belanja APBD Tahun 2018 mengalami kenaikan dibanding tahun
sebelumnya. Pada tahun 2018, alokasi belanja sebesar Rp75,09 triliun
dengan realisasi sebesar Rp61,25 triliun atau 82% dari alokasi. Hal
tersebut tersaji pada tabel 3.3
Tabel 3.3
Target dan Realisasi Belanja APBD per Jenis Belanja
(dalam miliar rupiah)
Uraian 2017 2018
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % BELANJA 61.821,91 50.698,90 82% 75.093,84 61.251,34 82%
Belanja Pegawai 22.606,12 20.242,34 90% 23.520,65 21.999,91 94%
Belanja Barang dan Jasa
16.737,23 13.642,73 82% 20.479,88 16.898,98 83%
Belanja Bunga 35,56 31,90 90% 51,00 44,05 86% Belanja Subsidi 1.921,33 1.405,91 73% 4.210,50 2.640,95 63% Belanja Hibah 1.472,76 1.112,36 76% 1.889,30 1.480,05 78% Belanja Bantuan Sosial
3.233,85 3.202,68 99% 4.183,52 4.068,19 97%
Belanja Bantuan Keuangan
364,72 344,12 94% 364,49 346,27 95%
Belanja Modal 15.410,23 11.044,94 72% 17.438,08 14.117,28 81% Belanja Tak Terduga 40,11 16,04 40% 2.956,42 1,93 0,07%
Sumber: BPKD DKI Jakarta (data diolah)
Dari tabel 3.3 terlihat bahwa delapan jenis belanja mengalami kenaikan
alokasi anggaran dari tahun sebelumnya. Hanya satu jenis belanja yang
mengalami penurunan alokasi, yaitu belanja bantuan keuangan.
Alokasi anggaran belanja subsidi mengalami kenaikan yang cukup besar
yakni 199,48% dari tahun sebelumnya hal ini dikarenakan adanya
program pangan murah untuk buruh bergaji setara UMP hingga 10%
diatas UMP DKI 2019, bantuan operasional pendidikan atau Kartu
Jakarta Pintar Plus (KJP Plus) dan pemberian subsidi kepada para lanjut
usia (KLJ).
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 53
Namun anggaran yang terealisasi sebesar 63% dari pagu, hal ini karena adanya penyaluran
dana subsidi yang berkurang nilai besaran dana yang diberikan. Apabila dibandingkan dengan
tahun 2017 realisasi belanja subsidi mengalami kenaikan sebesar 46,76%.
Realisasi belanja bansos di tahun 2018 secara persentase adalah yang tertinggi mencapai 97%
dari pagu. Meningkat sebesar 27,02% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumya.
Peningkatan realisasi bansos ini ditunjang dengan adanya surat keputusan gubernur provinsi dki
Jakarta nomor 196 tahun 2018 tentang pemberian hibah, bansos dan bantuan keuangan tahun
anggaran 2018.
C. PENGELOLAAN BLU DAERAH
1. Profil dan Jenis Layanan BLU Daerah
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2017, memiliki 86 Satker BLUD yaitu:
a. BLUD Bidang Kesehatan, terdiri atas 30 RSUD, 44 Puskesmas, BLUD Ambulans Gawat
Darurat, BLUD Labkesda, BLUD Akademi Perawat Jayakarta dan Pusat Pelayanan
Kesehatan Pegawai.
b. BLUD Bidang Parkir, yaitu BLUD Perparkiran.
c. BLUD Bidang Wisata, yaitu Kantor Pengelola Taman Margasatwa Ragunan.
d. BLUD Bidang Kawasan, yaitu Unit Pengelola Kawasan Pusat Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah serta Pemukiman Pulogadung.
e. BLUD Bidang Transportasi, yaitu Unit Pengelola Jalan Berbayar (ERP).
f. BLUD Bidang Peternakan, yaitu Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan Teknologi
Peternakan dan Pengujian Mutu Hasil Peternakan.
g. BLUD Bidang Pendidikan, yaitu SMK Negeri Mandiri 27, SMK Negeri Mandiri 36, dan
SMK Negeri Mandiri 57
Berdasarkan profil dan jenis layanannya, 78 BLUD tersebut melayani di Bidang Kesehatan, lima BLUD
di Bidang Pengelolaan Kawasan/Pengelolaan Dana, dan tiga BLUD di Bidang Pendidikan.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 54
“BLUD Bidang Kesehatan
mempunyai pagu dan aset
paling besar bila
dibandingkan dengan
BLUD bidang Lainnya.”
2. Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP, dan RM BLU Daerah
Dari tabel III.4 (lihat Lampiran III.4) pada tahun 2018 BLUD Bidang
Kesehatan mempunyai target pendapatan terbesar dengan pagu
sebesar Rp2.659,77 miliar. Apabila dibandingkan dengan tahun 2017,
naik sebesar 5,8%. Satker BLUD Bidang Kesehatan memiliki
persentase terbesar bila dibandingkan dengan satker BLUD bidang
lainnya. Hal ini sejalan dengan salah satu isu strategis berdasarkan
misi pembangunan DKI Jakarta, yaitu Peningkatan Kualitas
Pembangunan Kesehatan.
Sementara Satker BLUD Bidang Kawasan mempunyai target
pendapatan terendah sebesar Rp3,80 miliar. Satker BLUD pada
tahun 2018 mendapatkan alokasi anggaran Rupiah Murni dari APBD
Provinsi DKI Jakarta total sebesar Rp3.437,83 miliar. Alokasi
anggaran RM APBD terbesar pada Bidang Kesehatan sebesar
Rp3.299,16 miliar meningkat sebesar 22,39% dari tahun sebelumnya.
Alokasi anggaran RM APBD terendah pada bidang transportasi dan
apabila dibandingkan dengan tahun 2017 meningkat sebesar
142,57%. Sementara untuk nilai aset terbesar tahun 2017 pada
bidang kesehatan sebesar Rp4.060,88 miliar. BLUD dengan nilai aset
paling rendah adalah Unit Pengelola Jalan Berbayar (ERP) sebesar
Rp867,30 juta.
3. Analisis Legal
Dalam pengelolaan BLUD terdapat beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan
BLU. Peraturan-peraturan tersebut telah sinkron dengan peraturan induk pengelolaan BLU
yaitu PP Nomor 23/2006 jo PP Nomor 74/2012 tentang Pengelolaan BLU dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 61/2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD.
Penerapan PPK-BLUD pada SKPD atau Unit Kerja di Provinsi DKI Jakarta ditetapkan melalui
Surat Keputusan Gubernur, sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor
165 tahun 2012 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD).
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 55
“Pemprov DKI
mengalokasikan
penyertaan modal
terbesar pada PT
MRT dan terendah
pada PT Asuransi
Bangun Askrida.”
D. PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH
1. Bentuk Investasi Daerah
Pada tahun 2018 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
mengalokasikan penyertaan modal dengan total Rp7.973,61
miliar terdiri atas investasi nonpermanen dan investasi
permanen. Untuk tahun 2018 Alokasi penyertaan modal terbesar
pada PT MRT sebesar Rp3.906,09 miliar dan alokasi terendah
penyertaan modal pada PT Asuransi Bangun Askrida sebesar
Rp4,4 miliar. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
angka investasi yang dialokasikan oleh pemprov DKI Jakarta
menurun sebesar 15,50%. Hal ini disebabkan adanya
pengurangan modal daerah pada BUMD, salah satunya
pengurangan modal pada PT Jakarta Propetindo sesuai
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.1731 tahun 2018.
Grafik 3.4 Realisasi Penyertaan Modal Daerah di Prov. DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018
(dalam miliar rupiah)
Sumber: BPKD Prov. DKI Jakarta (diolah)
PDPALJaya
PDDharmaJaya
PDPembangunan
Sarana Jaya
PDAMJaya
PDPasarJaya
PTBankDKI
PTMRT
Jakarta
PTJakart
aPropertind
o
PTFoodStatio
nTjipinangJaya
PTTransporta
siJakart
a
PTPenjamin
Kredit
Daerah
Jakarta
PTAsura
nsiBang
unAskri
da
PTJakart
aTourisindo
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
2017 - - 125.0 300.0 200.0 - 3,391 4,662 - 420.0 100.0 4.40 6.59
2018 - 39.00 394.4 - - - 3,906 3,381 125.0 - 100.0 4.40 23.70
Presentase 0% 0% 316% 0% 0% 0% 115% 73% 0% 0% 100% 100% 359%
0%50%100%150%200%250%300%350%400%
- 500.00
1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00 4,000.00 4,500.00 5,000.00
2017 2018 Presentase
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 56
Rasio surplus/ defisit thd pendapatan =
𝑆𝑢𝑟𝑝𝑙𝑢𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑃𝐵𝐷
=
(253.507.279.348)
61.344.111.593.204
= (0,41)%
2. Profil dan Jenis Badan Usaha Milik Daerah
Badan Usaha Milik Daerah maupun PT patungan bersama swasta berjumlah 23
perusahaan. BUMD terdiri dari 5 perusahaan, yakni PD Dharma Jaya, PDAM Jaya, PD
Pembangunan Sarana Jaya, PD Pasar Jaya, dan PD PAL Jaya. Pemerintah DKI
Jakarta melakukan divestasi terhadap 6 perusahaan PT patungan, sehingga jumlah
BUMD dan PT patungan yang masih aktif sebanyak 23 perusahaan yang bergerak
dalam bidang properti, pariwisata, perdagangan dan industri, perbankan/keuangan,dan
jasa/utilitas. Dari tabel 3.6 terilhat bahwa pada tahun 2017 PT Bank DKI memiliki nilai
aset terbesar dibandingkan dengan jenis BUMD lainnya yaitu sebesar Rp51.433,14
miliar. Sementara nilai aset terkecil pada tahun 2017 pada PD. Dharma Jaya yaitu
sebesar Rp205,52 miliar. Sedangkan nilai aset tahun 2018 tidak terdapat data. (Tabel
Terlampir)
E. SILPA DAN PEMBIAYAAN
1. Perkembangan Surplus/Defisit APBD
a. Rasio Surplus /Defisit Terhadap Agregat Pendapatan
Rasio surplus/defisit terhadap agregat pendapatan digunakan untuk mengetahui
performa fiskal pemerintah daerah, yang dihitung melalui proporsi surplus
terhadap total pendapatannya.
Rasio Surplus terhadap Pendapatan = Surplus / Total Pendapatan APBD
“Rasio defisit
anggaran pada
APBD DKI Jakarta
tahun 2018 paling
rendah apabila
dibandingkan
dengan tiga provinsi
besar lainnya di
pulau Jawa yaitu
Jabar, Jateng dan
Jatim”.
Pada tahun 2018 DKI Jakarta mengalami defisit sebesar 0,41% dibandingkan
pendapatan, sementara pada tahun 2017 mengalami surplus sebesar 20%.
Defisit tersebut didanai dari SILPA DKI Jakarta yang pada tahun 2017 sebesar
Rp13.165,98 miliar Sehingga SILPA pada akhir tahun 2018 sebesar
Rp9.681,94 miliar. Bila dibandingkan dengan 3 provinsi besar lainya di Pulau
Jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur rasio defisit
pendapatan DKI Jakarta pada tahun 2018 jauh lebih kecil, dimana Jawa Barat
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 57
sebesar 6,26%, Jawa Tengah 2,38% dan Jawa Timur 5,99%. Hal yang perlu
digarisbawahi adalah, bahwa defisit tersebut dikarenakan adanya SILPA yang
cukup besar yang perlu dioptimalkan penggunaannya untuk kesejahteraan
publik.
b. Rasio Surplus terhadap Realisasi Dana Transfer
Rasio ini untuk mengetahui proporsi adanya surplus/defisit anggaran terhadap
salah satu sumber pendapatan APBD, yaitu realisasi pencairan dana transfer.
Hal ini dapat menjadi sinyal bagi Kementerian Keuangan untuk mengevaluasi
timing pencairan dana transfer, terutama pada daerah yang sangat bergantung
pada dana transfer namun mengalami ekses likuditas.
Rasio Surplus terhadap Dana Transfer = Surplus / Total Realisasi Dana
Transfer
Defisit terhadap dana transfer DKI Jakarta tahun 2018 adalah 1,42%,
sedangkan pada tahun 2017, DKI Jakarta surplus sebesar 69,1%. Pada
tahun 2018 terdapat pengguna dana SILPA tahun anggaran 2017 hanya
sebesar 26,46%. Apabila dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah Jawa Timur pada tahun yang sama angka defisit Provinsi
DKI Jakarta mempunyai rasio terendah, Jawa Barat sebesar 13,94%,
Jawa Tengah 5,10%, dan Jatim sebesar 13,09%.
Selain itu, sebagaimana penjelasan pada rasio surplus/defisit terhadap
agregat pendapatan, bahwa defisit tersebut dikarenakan adanya SILPA
yang cukup besar yang perlu dioptimalkan penggunaannya untuk
kesejahteraan publik.
Rasio surplus/ defisit thd Dana Transfer =
𝑆𝑢𝑟𝑝𝑙𝑢𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟
= (253.507.279.348)
17.855.177.072.924
= (1,42)%
Rasio surplus/ defisit thd PDRB
= Surplus atau defisit APBD
PDRB
=
13.165.982.127.533
2.410.370.000.000
= 5,46%
𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟
= 13.165.982.127.533
20.256.226.983.229
= 0,65
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 58
c. Rasio Surplus/Defisit Terhadap PDRB
Rasio ini diperlukan untuk menggambarkan kesehatan ekonomi
regional, semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu
memproduksi barang dan jasa untuk membiayai defisit anggaran
pemerintah daerahnya.
Pada tahun 2018, defisit DKI Jakarta terhadap PDRB sebesar 9,75 %,
sementara pada tahun 2017 surplus sebesar 5,43%. Sama seperti
rasio-rasio sebelumnya, bahwa defisit tersebut dikarenakan pada
tahun 2018 terdapat penggunaan SILPA dikarenakan pada tahun
2017 terdapat SILPA yang cukup besar yaitu sebesar Rp13.165,98
miliar
d. Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja
Rasio ini diperlukan untuk mengetahui proporsi belanja atau kegiatan
yang tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah.
Rasio SILPA = Jumlah SILPA / Total Belanja APBD
Rasio surplus/ defisit thd PDRB
= Surplus atau defisit APBD
PDRB
=
(253.507.279.348)
2.599.170.000.000
= (9,75)%
Rasio SiLPA = Jumlah SILPA
Total belanja APBD
= 9.681.940.500.413
75.093.831.260.213
= 12,89%
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 59
“Rasio SILPA yang menurun
mengindikasikan kinerja
pemerintah daerah dalam
optimalisasi belanja APBD
mengalami peningkatan dari
tahun lalu.”
Berdasarkan perhitungan rasio di atas terlihat bahwa sekitar 15,72%
belanja tidak digunakan secara efektif oleh pemerintah daerah. Rasio ini
lebih kecil dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 24,65%, sehingga
menunjukkan bahwa proporsi belanja yang tidak efektif digunakan,
mengalami penurunan di tahun 2018. Hal ini berarti bahwa sisa dana
yang belum dibelanjakan sampai dengan akhir tahun masih cukup tinggi,
walaupun terjadi penurunan rasio karena kondisi yang ideal adalah
bahwa semakin kecil rasionya semakin bagus penyerapan belanjanya
(0<X<1).
2. Pembiayaan Daerah
a. Rasio Pinjaman Daerah terhadap Total Pembiayaan
Rasio ini untuk mengetahui proporsi pencairan pinjaman yang
dilakukan daerah ataupun penerbitan obligasi daerah untuk membiayai
defisit APBD.
Pada tahun 2018 besarnya rasio adalah 36%, naik dibandingkan tahun
2017 sebesar 5,99%. Hal ini disebabkan adanya pembiayaan untuk
pembangunan MRT, dan JEDI yang berasal dari penerusan pinjaman
kepada PEMDA DKI Jakarta. Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan
pembiayaan daerah dipenuhi dari pinjaman daerah sebesar 36% dan
selebihnya dipenuhi oleh SiLPA. Bila dibandingkan dengan 3 daerah
besar di pulau jawa yaitu Jabar, Jateng dan Jatim rasio proporsi
pencairan pinjaman di DKI Jakarta jauh lebih besar. Rasio proporsi
pencairan pinjaman masing-masing provinsi Jabar sebesar 0%, Jateng
sebesar 0% dan Jatim sebesar 2,17%.
Rasio Pinjaman Daerah = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑜𝑏𝑙𝑖𝑔𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
= 3.616.720.279.048
9.935.447.779.762
= 36%
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 60
b. Keseimbangan Primer
Keseimbangan primer dipakai untuk melihat tingkat likuiditas suatu
pemerintah daerah. Semakin besar keseimbangan primer, maka
semakin baik kemampuan daerah untuk membiayai defisitnya.
“Berdasarkan rasio
keseimbangan primer APBD
2018, kemampuan pendapatan
pemerintah daerah belum
cukup untuk membiayai
belanja.”
Rasio keseimbangan primer realisasi APBD di Provinsi DKI Jakarta tahun
2018 sebesar -Rp209,45 miliar, artinya rata-rata kemampuan pendapatan
pemerintah daerah belum cukup untuk membiayai belanjanya. Angka
keseimbangan primer yang negatif menunjukan kondisi likuiditas yang
kurang baik. Pemerintah daerah diharapkan dapat menjaga likuiditas
fiskal pada posisi yang aman, namun tetap mengoptimalkan realisasi
belanja daerahnya. Sedangkan pada tahun 2017 memiliki keseimbangan
primer sebesar Rp13.403,84 miliar. Hal ini disebabkan adanya kenaikan
realisasi belanja pada tahun 2018 sebesar 20,81% dibandingkan tahun
2017, terutama disebabkan meningkatnya belanja subsidi dan belanja
bansos.
F. ANALISIS LAINNYA
1. Analisis Horisontal dan Vertikal
a. Analisis Horisontal
Provinsi DKI Jakarta memiliki APBD dengan pagu dana tertinggi di seluruh wilayah
provinsi Indonesia, baik dari sisi Pendapatan maupun Belanja. DKI Jakarta beserta
Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Aceh merupakan 5 besar
APBD secara nasional. APBD Provinsi DKI Jakarta tersebut merupakan alokasi
bagi enam kota/kabupaten administratif yang ada di Provinsi DKI Jakarta.
Untuk Pendapatan sampai dengan 2018, Provinsi DKI Jakarta menempati nilai
terbesar yakni Rp61,34 triliun. Porsi terbesar disumbang dari pajak daerah. PAD
Keseimbangan Primer
= Total Pendapatan APBD – (Total Belanja APBD – Belanja Bunga)
= 61.344.111.593.204 - (61.597.618.872.553 –44.048.569.889)
= (209.458.709.460)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 61
DKI Jakarta juga menempati nilai terbesar yaitu 70,80% dari total pendapatan.
Sementara jika dibandingkan dengan provinsi lain di Jawa, PAD Jawa Barat
sebesar 55,01%, Jawa Tengah 53,22% dan Jawa Timur sebesar 54,01 % dari total
pendapatan. Dana Bagi Hasil DKI Jakarta sebesar 24,79% dari total pendapatan.
Sedangkan DBH Jawa Barat DBH sebesar 5,38%, Jawa Tengah 3,91% dan Jawa
Timur 7,94% dari pendapatan. Penyerapan belanja untuk Prov DKI Jakarta secara
keseluruhan mencapai 82% dari pagu, lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya
seperti provinsi Jawa Barat realisasi sebesar 100%, Jawa tengah 100% dan Jawa
Timur 93% dari pagu. (grafik terlampir)
b. Analisis Vertikal
Dari sisi pendapatan, kontribusi PAD terhadap pendapatan sebesar 70,8%,
kemudian dana transfer 29,11% dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar 0,09%.
Sedangkan dari sisi belanja, kontribusi belanja pegawai terhadap total belanja
sebesar 35,92% disusul belanja barang 27,59% dan belanja modal 23,05%. (tabel
terlampir)
2. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan daerah untuk membiayai
pengeluaran/belanja dalam menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan daerah.
Formulasi dalam menghitung Kapasitas Fiskal Daerah adalah pendapatan umum
APBD dikurangi dengan belanja pegawai dan dibagi dengan jumlah penduduk
miskin.
Kapasitas Fiskal Daerah tahun 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 62
Tabel 3.8
Perkembangan Kapasitas Fiskal Provinsi DKI Jakarta
2017 2018 Pendapatan Umum 62.012.848.144.675 58.698.507.601.990
PAD 43.211.576.966.867 43.434.550.171.708
DBH 16.847.489.450.263 15.209.573.081.710
DAU 0 0
Lain-Lain yang Sah 11.651.942.871.00 54.384.348.572
Belanja Pegawai 20.241.651.964.022 21.999.916.178.272
Penduduk Miskin (jiwa) 389.690 355.000
Kapasitas Fiskal 102.207.052,78 103.376.314
Sumber: BPKD DKI Jakarta dan BPS DKI Jakarta (data diolah)
“Kapasitas fiskal DKI
Jakarta tahun 2018
mengalami
peningkatan dan
dibarengi dengan
penurunan jumlah
penduduk miskin DKI
Jakarta.”
Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa Kapasitas Fiskal Daerah DKI
Jakarta tahun 2018 sebesar Rp103.376.314 meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya sebesar 12,76%. Kenaikan Kapasitas Fiskal
Daerah DKI Jakarta ini dibarengi dengan penurunan jumlah
penduduk miskin Provinsi DKI Jakarta yang berjumlah 389.690 pada
tahun 2017 menjadi 355.000 pada tahun 2018.
“Dari analisis
kesehatan pengelolaan
keuangan daerah, di
Provinsi DKI Jakarta
dengan
mempertimbangkan 9
indikator. 3 Indikator
mendapatkan kategori
“Sangat Kurang”, yaitu
Rasio pertumbuhan
PAD, Rasio Belanja
Modal, dan
Penyerapan Anggaran.
3. Analisis Kesehatan Pengelolaan Keuangan Daerah
Analisis kesehatan pengelolaan keuangan daerah adalah analisis yang
dilakukan untuk menilai kesehatan fiskal setiap Kabupaten/Kota yang
berada dalam suatu provinsi. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan 9 (sembilan) indikator kesehatan pengelolaan keuangan
daerah, antara lain Rasio PAD, Rasio Efektivitas PAD, Rasio
Pertumbuhan PAD, Rasio Belanja Modal, Rasio Belanja Pegawai,
Penyerapan Anggaran, Rasio Ruang Fiskal, Rasio Pendapatan Daerah
dan Penerimaan Pembiayaan, dan Rasio SiLPA.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 63
“Kesehatan pengelolaan keuangan daerah pada Provinsi DKI Jakarta mendapat nilai dengan kategori ‘cukup’.”
Tabel 3.9 Indikator Penilaian Kesehatan Fiskal Daerah Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2018 No Indikator Formula Hasil Bobot Nilai
1 Rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Realisasi PAD/Realisasi Total Pendapatan Daerah
71% 15% 80
2 Rasio Efektivitas PAD Realisasi Penerimaan PAD/Target Penerimaan PAD
98% 15% 100
3 Rasio pertumbuhan PAD
(PADt1-PADt0)/PADt0 5,1% 25% 20
4 Rasio Belanja Modal Realisasi Belanja Modal/ Realisasi Total Belanja APBD
23% 10% 40
5 Rasio Belanja Pegawai Realisasi Belanja Pegawai/Realisasi Total Belanja APBD
36% 10% 80
6 Penyerapan Anggaran Realisasi Belanja APBD/Pagu Belanja APBD
82% 10% 40
7 Rasio Ruang Fiskal Realisasi ((Total Pendapatan-DAK)-Belanja Pegawai tak langsung) /Realisasi Total Pendapatan APBD
64% 5% 100
8 Rasio pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan
(Realisasi Pendapatan Daerah + Realisasi Total Penerimaan Pembiayaan) / (Realisasi Total Belanja Daerah + Realisasi Total Pengeluaran Pembiayaan)
114% 5% 80
9 Rasio SiLPA Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran Sebelumnya/ Realisasi Total Belanja APBD
21,37%
5% 80
Pada tahun 2018 Kesehatan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta ada pada
kategori “cukup” disebabkan Rasio pertumbuhan PAD, Rasio Belanja Modal, dan Penyerapan
Anggaran tidak optimal sehingga mendapatkan poin rendah. Diharapkan Pemprof DKI Jakarta
pada tahun anggaran mendatang mampu menggali potensi pendapatan yang ada didaerahnya
serta memperhatikan perencanaan anggaran, waktu penyelesaian pekerjaan, pelaksanaan
lelang, untuk memaksimalkan penyerapan belanjanya.
Sumber : Lampiran Bab III KFR 2018
Pasar Minggu
Pasar Minggu merupakan kawasan atau perkampungan tua di Jakarta Selatan.
Tempat itu menjadi salah satu icon penting dalam sejarah kota Jakarta.
Sebelum tahun 1920, lokasi Pasar Minggu berada di Kampung Lio, pinggir Kali
Ciliwung. Kawasan itu disebut Pasar Minggu karena kegiatan di pasar itu
dahulu hanya pada hari Minggu.
Foto : From Google
BAB
IV
PERKEMBANGAN &
ANALISIS
PELAKSANAAN
ANGGARAN
KONSOLIDASIAN
(APBN+APBD)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 64
A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
LKPK Tingkat Wilayah Tahun 2018 mengonsolidasikan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Konsolidasian di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DKI
Jakarta.
Tabel 4.1
Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2017
(dalam Miliar Rupiah)
Uraian
Tahun 2017 Tahun 2018
Pusat Daerah Konsolidasi Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan/
Penurunan
Pendapatan
Negara 925.901,45 64.134,65 990.036,10
1.100.497,95 61.344,11 1.161.842,06 17,35%
Pendapatan
Perpajakan 792.767,44 36.514,11 829.281,55
957.646,44 37.538,91 995.185,35 20,00%
PNBP 133.134,03 6.697,47 139.831,50 142.851,51 5.895,65 148.747.16 6,37%
Hibah 0 1.953,78 1.953,78 0 54,37 54,38 (97,22)%
Transfer 0 18.969,29* 18.969,29* 0 17.855,18* 17.855,18* (5,97)%
Belanja Negara 534.684,34 51.043,03 585.727,37 460.415,07 61.597,61 522.012,68 (10,87)%
Belanja
Pemerintah 515.715,05 50.698,91 566.413.96
442.559,89 61.251,34 503.811.23 (11,05)%
Transfer 18.969,29* 344.12 19.313.41* 17.855,18* 346.27 18.201,45 (5,85)%
Surplus/(Defisit) 391.217,11 13.091,63 404.308,73 640.082,89 (253,51) 639.829,38 58,25%
Sumber : LKPK Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 Preliminari tanggal 25 Februari 2018
Realisasi pendapatan negara konsolidasian Tahun 2018 di Provinsi DKI Jakarta
terealisasi Rp1.161,06 triliun naik 17,35 % dibandingkan tahun 2017, sedangkan
Belanja Negara konsolidasian terealisasi sebesar Rp 522,01 triliun, turun 10,87%
dibandingkan tahun 2017
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 65
Pajak yang naik 20% dibandingkan tahun 2017 menjadi penyumbang
terbesar Pendapatan Konsolidasian dengan kontribusi 85,70%,
sedangkan PNBP Konsolidasian yang naik 6,37% dibandingkan tahun
2017, berkontribusi sebesar 12,80 %. Pendapatan Hibah
Konsolidasian yang turun 97,22% disebabkan menurunnya
pendapatan hibah Pemprov. DKI Jakarta pada tahun 2018. Besarnya
hibah tahun 2047 merupakan hibah dari pemerintah pusat untuk MRT.
Untuk Pendapatan Transfer Provinsi DKI Jakarta mengalami
penurunan sebesar 5.97%.
Belanja Negara konsolidasian di Provinsi DKI Jakarta turun 10,87%
dibandingkan tahun 2017 disebabkan Belanja Pemerintah Pusat
dalam LKPK Kanwil Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 tidak
memperhitungkan belanja bagian anggaran BUN seperti tahun 2017,
sedangkan penurunan jumlah Pendapatan transfer berasal dari
turunnya jumlah DBH yang diterima Pemprov DKI Jakarta disebabkan
pada tahun 2017 diterima pembayaran kekurangan DBH tahun
sebelumnya .
PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Pendapatan pemerintah konsolidasian terdiri dari penerimaan Perpajakan,
PNBP, Hibah dan transfer.
Grafik 4.1
Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2018
Sumber : LKPK Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 Preliminari tanggal 26 Februari 2019
Pajak995.2, T85,70%
PNBP, 148.75 T12,80%
Hibah0.54 T
Transfer, 17.85T1.53%
KonsolidasianPusat, 957.6T
Pemda, 37.54T
Proporsi Pajak
Pusat, 142.85T
Pemda, 5.8T
Proporsi PNBP Pusat, 0T
Pemda, 0.054T
Proporsi Hibah
Realisasi Pada Tahun 2018 Pendapatan
Konsolidasian naik 18,46 %,
sedangkan Belanja
Konsolidasian turun 36.37%
disebabkan LKPK/GFS 2018
untuk Belanja Pemerintah Pusat tahun 2018 tidak
memperhitungkan Belanja BA BUN
seperti tahun 2017.
0
17.85T
Proporsi Transfer
Pusat Daerah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 66
Total pendapatan konsolidasian pemerintah pusat dan pemerintah
daerah tahun 2018 adalah sebesar Rp1.161,84 Triliun.
Pendapatan tersebut 95% merupakan pendapatan Pemerintah
Pusat dan 5% pendapatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pada tahun 2018 pendapatan konsolidasian didominasi
pendapatan perpajakan sebesar 80,92%. Dari Pendapatan
perpajakan tersebut, 96,23% merupakan penerimaan perpajakan
pemerintah pusat dan sisanya sebesar 3,77% merupakan
penerimaan perpajakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Perbandingan PNBP konsolidasian terhadap total pendapatan konsolidasian
sebesar 12,80%. PNBP pemerintah pusat menyumbang 96% dari total PNBP
Konsolidasian dan PNBP pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyumbang 4%.
Sedangkan Penerimaan Hibah mencapai 0,004% pendapatan konsolidasian
dengan kontribusi hibah pemda 100%. Penerimaan Transfer Pemda DKI Jakarta
berupa bagi hasil pajak dan DAK Non Fisik sebesar Rp.17,85 triliun mencapai
1,53% dari total pendapatan konsolidasian.
2. Analisis Perubahan
a. Penerimaan Pajak dan PNBP Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian
Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pajak dan PNBP Pemerintah Pusat dan Daerah
terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
Sumber : LKPK Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta Preliminary) Tahun 2018 tanggal 26 Februari 2019
792.77
36.51
829.28
957.66
37.54
995.21
0100200300400500600700800900
1000
Pusat Pemda Konsolidasian
PAJAKDalam Triliun Rupiah
Pajak 2017 Pajak 2018
133.13
6.69
139.83142.85
5.89
148.75
0
200
Pusat Pemda Konsolidasian
PNBPDalam Triliun Rupiah
PNBP 2017 PNBP 2018
Total Pendapatan Konsolidasian
Rp1.161,84 Triliun, 95% merupakan
pendapatan Pemerintah Pusat
dan 5% pendapatan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 67
Jika dibandingkan dengan tahun 2017, seluruh pendapatan negara
konsolidasian Tahun 2018 mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Penerimaan pajak konsolidasian mengalami kenaikan sebesar 20%
dibandingkan tahun sebelumnya, Kenaikan pajak pemerintah pusat yang secara
nominal signifikan adalah Pajak Pendapatan Nilai dan Pajak Penghasilan,
masing-masing sebesar 22,84% dan 20,16%.
Untuk pajak daerah, perolehan pajak tahun 2018 dengan realisasi terbesar
berasal dari jenis Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan (PBB-
P2) sebesar Rp8,45 triliun dari target Rp8,5 triliun, Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dengan realisasi Rp7,2 triliun dari Rp8,3 triliun.
PNBP mengalami kenaikan 17,71% dibanding tahun 2017. Jenis PNBP Pusat
yang mengalami kenaikan tertinggi pada tahun 2018 adalah PNBP lainnya, yaitu
sebesar 35,83%. Kenaikan PNBP Lainnya terutama berasal dari kenaikan
pendapatan hasil komoditas didorong membaiknya harga penjualan batubara.
Pendapatan PNBP dari Pengelolaan BLU dan Sumber Daya Alam juga
mengalami kenaikan dengan persentase masing-masing 15,70% dan 12,75%.
b. Perbandingan Penerimaan Hibah dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian
Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Hibah dan Transfer
Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
Sumber : LKPK Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta Preliminary Tahun 2018
Pendapatan Hibah Konsolidasian mengalami penurunan 97,22% dibanding
tahun 2017 disebabkan menurunnya pendapatan hibah Pemprov DKI Jakarta.
0
18.98 18.98
0
17.85 17.85
0
20
Pusat Pemda Konsolidasian
TRANSFERDalam Triliun Rupiah
Transfer 2017 Transfer 2018
0
1.95 1.95
0 0.054 0.054
0
2
Pusat Pemda Konsolidasian
HIBAHDalam Triliun Rupiah
Hibah 2017 Hibah 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 68
Untuk transfer ke daerah yang diterima Pemerintah Provinsi DKI Jakarta turun
5,87 % dibandingkan tahun 2017 terdiri dari Dana Bagi Hasil dan DAK Non Fisik.
Dana bagi hasil pajak dan PNBP yang diterima Pemprov DKI Jakarta turun
9.73% dari Rp16,85 triliun di tahun 2017 menjadi 15,21 triliun di tahun 2018.
c. Rasio Pajak Perkapita (Tax Ratio)
Grafik 4.4 Rasio Pajak Perkapita Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2016-2018
Sumber : LKPK Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta dan data BPS Tahun 2016, 2017,2018 (diolah)
Tren Rasio pajak perkapita di Provinsi DKI Jakarta mengalami peningkatan
sejak tahun 2016 sampai 2018 seiring dengan meningkatnya penerimaan
pajak konsolidasian yang tumbuh rata rata 13 %, lebih tinggi dibanding
pertumbuhan penduduk yang tumbuh 0.97% pertahunnya.
3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan/penurunan realisasi pendapatan konsolidasian.
Pada tahun 2018 PDRB Provinsi DKI Jakarta terealisasi sebesar Rp2.599,17
Triliun dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,17%, melambat
dibandingkan tahun 2017 yang 6,20%. Namun masih lebih tinggi diatas
pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,17%.
Pendapatan yang diterima pemerintah daerah dan pemerintah pusat di
Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 terealisasi sebesar Rp1.161,84 Triliun atau
naik sebesar 17,35%, peningkatan ini seiring dengan peningkatan jumlah
PDRB 2018 sebesar 7,84%.
785.07 829.28995.19
10.27 10.37 10.47
76.4479.97
95.06
0
20
40
60
80
100
0100200300400500600700800900
1000
2016 2017 2018
Pajak Konsolidasian Jumlah Penduduk Rasio
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 69
Grafik 4.5 Rasio Pajak terhadap PDRB Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2016,2017 dan 2018
Sumber : LKPK Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta dan data BPS Tahun 2016, 2017,2018 (diolah)
Rasio pajak terhadap PDRB di wilayah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018
mencapai 38,29%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
2017 yang mencapai 34,40% dan Tahun 2016 yang mencapai 36,06%.
Kenaikan rasio pajak ini menunjukkan meningkatnya potensi perpajakan
yang dapat diterima oleh pemerintah untuk membangun daerah dengan
kemampuan sendiri. Sejalan pula dengan Kebijakan Umum APBN 2018,
pemerintah menerapkan Kebijakan Fiskal antara lain optimalisasi
pendapatan, perbaikan kualitas belanja, serta pembiayaan yang hati-hati dan
berkesinambungan. Sementara Pemprov DKI Jakarta menerapkan kebijakan
perpajakan dalam KUA-PASS 2018 berupa intensifikasi dan ekstensifikasi
perpajakan.
BELANJA KONSOLIDASIAN
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Belanja pemerintah pusat di Provinsi DKI Jakarta terdiri dari Belanja Pegawai,
Belanja Barang, Belanja Modal, Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Transfer.
Sedangkan belanja pemerintah daerah terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja
Barang, Belanja Modal, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah,
Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Transfer.
785.07 829.28 995.18
2177.122410.37
2599.17
36.06
34.4
38.29
32
34
36
38
40
0
1000
2000
3000
2016 2017 2018
(dalam triliun rupiah)
Pajak Konsolidasian PDRB Rasio
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 70
Grafik 4.6
Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi DKI Jakarta Tahun
2018
Sumber : LKPK Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta (Preliminary) Tahun 2018 tanggal 26 Februari 2019(diolah)
Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp.522,01 Triliun,
didominasi oleh Belanja Pemerintah Pusat sebesar 90,68% dan sisanya sebesar
9,2% dari Belanja pemerintah daerah. Dominasi ini disebabkan Provinsi DKI
Jakarta merupakan pusat pemerintahan Republik Indonesia, sehingga KPPN
lingkup Provinsi DKI Jakarta menjadi penyalur dana APBN bagi Kantor Pusat
Kementerian/Lembaga.
Komposisi Belanja yang terbesar Belanja barang konsolidasian yang mencapai
Rp201,06 Triliun dengan komposisi 8,41% dari APBD dan 91,59% dari APBN.
Terbesar Kedua adalah Belanja Pegawai konsolidasian mencapai Rp109.11
Triliun yang bersumber 20,15% dari APBD dan 89,01% dari APBN. Sedangkan
Belanja Modal konsolidasian mencapai Rp101,65 Triliun dengan komposisi
13,89% berasal dari APBD dan 86,11% dari APBN.
2. Analisis Perubahan
Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian dan kenikan ataupun penurunan
komposisi Belanja tahun 2018 dan 2018 dapat terlihat sebagaimana grafik 4.7 di
bawah ini :
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
BelanjaModal
BelanjaUtang
BelanjaSubsidi
BelanjaHibah
BelanjaBansos
BelanjaTransfer
Pempus 87.12 184.17 87.53 0 0 0 83.73 17.86
Pemda 21.99 16.89 14.12 0.044 2.64 1.48 4.07 0.35
Konsolidasian 109.11 201.06 101.65 0.044 2.64 1.48 87.8 18.21
0
50
100
150
200
dalam Triliun Rupiah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 71
Grafik 4.7 Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2017 dan 2018
Sumber : LKPK Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta (Preliminary) Tahun 2017 dan 2018 (data diolah)
Belanja Pegawai menurun disebabkan perubahan sistem pembayaran belanja
pegawai, dimana terhitung mulai tahun 2018, sebagian belanja pegawai mulai
dibayarkan secara terpusat oleh Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan,
Penurunan belanja modal disebabkan kebijakan Pemerintah untuk efisiensi
anggaran guna dialihkan ke jenis belanja lain yang lebih prioritas.
Alokasi anggaran belanja subsidi Pemprov DKI Jakarta mengalami kenaikan
yang cukup besar yakni 199,48% dari tahun sebelumnya hal ini dikarenakan
adanya program pangan murah untuk buruh bergaji setara UMP hingga 10%
diatas UMP DKI 2019, bantuan operasional pendidikan atau Kartu Jakarta Pintar
Plus (KJP Plus) dan pemberian subsidi kepada para lanjut usia (KLJ). Realisasi
belanja bansos di tahun 2018 secara persentase adalah yang tertinggi mencapai
97% dari pagu. Meningkat sebesar 27,02% apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumya. Peningkatan realisasi bansos ini ditunjang dengan adanya surat
keputusan gubernur provinsi dki Jakarta nomor 196 tahun 2018 tentang
pemberian hibah, bansos dan bantuan keuangan tahun anggaran.
35%
31%
19%
10%
3.38%
Belanja Pegawai Belanja Barang
Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial
Belanja Transfer
22%
40.0420.2
18%
3.73
Belanja Pegawai Belanja Barang
Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial
Belanja Transfer
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 72
3. Analisis Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk
Grafik 4.8
Rasio Belanja Operasi Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016,2017 dan 2018
Sumber : LKPK Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta (Preliminary) Tahun 2016-2018 (data diolah)
Rasio belanja konsolidasian terhadap jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta
tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 trennya meningkat setiap tahun rata rata
11,5%. Hal ini menunjukan bahwa alokasi anggaran pemerintah untuk
kesejahteraan masyarakat pun meningkat.
4. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional
Kebijakan Umum Anggaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018,
difokuskan pada kebijakan pendapatan asli daerah, pendapatan transfer, dan lain-
lain pendapatan yang sah. Kebijakan belanja daerah juga diarahkan untuk
pemenuhan kebijakan belanja wajib, mengikat, dan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu juga difokuskan pada belanja untuk mendukung peran Jakarta
sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan mendukung kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk memenuhi ketentuan ketentuan lain yang
sifatnya wajib dan mengikat.
Grafik 4.9
Rasio Belanja Konsolidasian terhadap PDRB Prov.DKI Jakarta
Tahun 2016-2018
Sumber : LKPK Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta (Preliminary) Tahun 2016-2018 (data diolah)
682.63766.28 868.44
10.27 10.37 10.47
66.4773.89
82.95
0
20
40
60
80
100
-302070
120170220270320370420470520570620670720770820870
2016 2017 2018
Bel.Konsolidasian (TriliunRp)
Jumlah Penduduk (JutaJiwa)
Bel.Konsolidasianperkapita (Juta Rp/Jiwa)
585.75 469.76
2410.372599.17
24.3
18.07
2017 2018
0
5
10
15
20
25
30
2017 2018
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Belanja PDRB Rasio
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 73
Dalam kurun waktu 2017 s.d. 2018 terdapat trend penurunan rasio Belanja Pemerintah
Konsolidasian terhadap PDRB. Pada tahun 2017 rasionya 24.3%, menurun pada tahun
2018 menjadi 18,07%. Kenaikan PDRB terjadi disebabkan pesatnya pedagangan besar
dan naiknya Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi DKI
Jakarta.
Untuk mengetahui pengaruh belanja pemerintah terhadap PDRB dilakukan analisis data
dengan menggunakan analisis regresi dengan menggunakan software SPSS. Pada
model penelitian ini, belanja pemerintah dilihat berdasarkan jenis belanja yaitu belanja
pegawai, belanja barang dan belanja modal yang merupakan variabel independent,
sedangkan PDRB sebagai variabel dependen. Berdasarkan analisis regresi diperoleh
model regresi sebagai berikut:
PDRB = 65.953.375.900 + 1,714*Barang + 3,838*Pegawai – 0,210*Modal
Dari hasil regresi menunjukkan nilai koefisien sebesar 65,95 miliar yang artinya tanpa
adanya APBN per jenis belanja, maka nilai PDRB sebesar Rp65,95 miliar, sedangkan
nilai koefisien variabel pengeluaran barang sebesar 1,714. Hal ini mengindikasikan
bahwa pengeluaran barang berdampak positif terhadap PDRB dengan pengaruh
sebesar 1,714 dari setiap 1 rupiah yang dibelanjakan, dengan asumsi variabel lain
bersifat tetap. Nilai koefisien variabel pengeluaran pegawai sebesar 3,838
mengindikasikan bahwa pengeluaran pegawai berdampak positif terhadap PDRB
dengan pengaruh sebesar 3,838 dari setiap 1 rupiah yang dibelanjakan, dengan asumsi
variabel lain bersifat tetap. Sedangkan untuk nilai koefisien variabel modal sebesar
-0,210 mengindikasikan bahwa modal berdampak negatif pada PDRB dengan pengaruh
sebesar 0,210 dari setiap 1 rupiah yang dibelanjakan.
Tabel 4.2 Pengaruh belanja pemerintah terhadap PDRB
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 65953375900 343821957600
0,000
19,182 ,000
barang 1,714 ,630 ,342 2,722 ,035
pegawai 3,838 ,681 ,683 5,634 ,001
modal -,210 ,650 -,023 -,323 ,758
a. Dependent Variable: pdrb
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 73
Hasil analisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap PDRB secara parsial
menunjukkan bahwa pengeluaran barang dan pengeluaran pegawai (sig < 0,05)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 74
berpengaruh secara parsial terhadap PDRB. Sementara belanja modal tidak
berpengaruh secara parsial terhadap PDRB (sig > 0,05). Untuk pengaruh ketiga variabel
pengeluaran barang, pegawai, dan modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap
PDRB. Dari hasil regresi juga diperoleh nilai koefisien determinasi (R-square) sebesar
0,995 (99,5%). Hal ini menunjukkan bahwa model ini dapat diterangkan oleh variasi
variable independennya sebesar 99,5%.
Hasil Uji Durbin Watson menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi atau hubungan
antara variable dari tahun ke tahun, juga telah memenuhi asumsi heteroskedastisitas,
sehingga variabel yang digunakan valid untuk alat peramalan.
Dari penelitian ini diketahui bahwa belanja pegawai dan belanja barang memiliki korelasi
positif terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya pengeluaran pemerintah selama ini
ternyata cukup efektif dalam menciptakan kondisi dan situasi yang mendukung
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan belanja modal tidak signifikan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, dikarenakan pengeluaran pemerintah pada barang modal (tanah,
bangunan, kendaraan, peralatan mesin, dan lainnya) tidak memberikan nilai tambah
yang signifikan dalam jangka pendek. Berbeda dengan pengeluaran pemerintah untuk
peningkatan sumber daya manusia, bantuan sosial untuk siswa, dan lainnya yang dapat
memberikan nilai tambah dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain itu juga dilakukan analisis regresi untuk mengetahui pengeluaran pemerintah
secara agregat terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini APBN dan
APBD sebagai variabel independen dan PDRB sebagai variabel dependen.
Tabel 4.3 Pengaruh APBN terhadap PDRB
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 888394,6 125801,054 7,062 ,000
APBN ,386 ,091 ,847 4,218 ,004
a. Dependent Variable: PDRB
Pada analisis pengaruh APBN terhadap PDRB diperoleh model regresi sebagai
berikut: PDRB = 888394,568 + 0,386*APBN
Nilai koefisien APBN sebesar 0,386 menunjukkan bahwa APBN berdampak positif
terhadap PDRB sebesar 0,386 dari setiap 1 rupiah yang dibelanjakan. Jika
diasumsikan APBN sebesar 0 rupiah maka nilai PDRB sebesar Rp 888.394,6. Hasil
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 75
regresi menunjukkan bahwa APBN berpengaruh terhadap PDRB (sig < 0,05). Selain
itu nilai koefisien determinasi sebesar 0,718 (71,8%) menunjukkan bahwa model ini
dapat diterangkan oleh variasi variable independennya sebesar 71,8%, sisanya
dijelaskan oleh faktor lain. Meskipun hasil uji autokorelasi tidak dapat memberikan
kesimpulan yang pasti karena nilai dL (0,8243 ) < d (1,059 ) < dU (1,3199) namun
analisis regresi ini sudah memenuhi asumsi normalitas data dan heteroskedastisitas
untuk mendeteksi adanya perbedaan mendasar pada setiap sektor, dan variable
terbukti handal untuk melakukan peramalan.
Sedangkan untuk APBD, didapatkan hasil sebagai berikut :
PDRB = 678.004,298 + 17,804*APBD.
Nilai koefisien APBD sebesar 17,804 menunjukkan bahwa APBD berdampak positif
terhadap PDRB sebesar 17,804 dari setiap 1 rupiah yang dibelanjakan. Jika
diasumsikan APBD sebesar 0 rupiah maka nilai PDRB sebesar Rp. 678.004,3. Hasil
regresi menunjukkan bahwa APBD memiliki korelasi positif dan signifkan terhadap
PDRB (sig < 0,05).
Tabel 4.4 Pengaruh APBD terhadap PDRB
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 678004,298 40516,217 16,734 ,000
APBD 17,804 ,975 ,990 18,265 ,000
a. Dependent Variable: PDRB
Selain itu nilai koefisien determinasi sebesar 0,979 (97,9%) menunjukkan bahwa model
ini dapat diterangkan oleh variasi variable independennya sebesar 97,9%, sisanya
dijelaskan oleh faktor lain. Uji Durbin-Watson pada analisis ini menunjukkan bahwa
tidak terjadi autokorelasi. Analisis ini juga sudah memenuhi asumsi normalitas dan
heteroskedastisitas.
Dari penelitian di atas, pengeluaran pemerintah secara agregat baik dana dari
Pemerintah Pusat (APBN) maupun yang berasal dari Pemerintah Daerah (APBD)
secara keseluruhan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah DKI Jakarta mampu mengoptimalkan dan berfokus
pada prioritas ataupun urusan pembangunan yang dapat berdampak langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Foto : From Google
BAB V
KEUNGGULAN &
POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL REGIONAL
Lintas Rel Terpadu Jakarta
Lintas Rel Terpadu Jakarta atau LRT Jakarta merupakan proyek Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota
disekitarnya seperti Bekasi dan Bogor dengan panjang rel 110,8 km dan dana
sebesar kurang lebih Rp 60 triliun.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 76
A. KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI REGIONAL
Posisi Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan sebagai
pusat pemerintahan sekaligus pusat perekonomian membuat perekonomian DKI
Jakarta sangat kuat, dengan nilai PDRB Rp 2.599 triliun atas dasar harga berlaku
(ADHB) pada tahun 2018, Jakarta menjadi penyumbang terbesar yaitu 17,58% dari
total perekonomian nasional. Perekonomian Jakarta tumbuh 6,17% (yoy) lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan nasional yang sebesar 5,17%.
PDRB yang tinggi ini merupakan salah satu indikator keberhasilan ekonomi DKI
Jakarta. Indikator lain yang dapat menjadi indikator adalah tingkat pertumbuhan,
pendapatan perkapita, pergeseran atau perubahan struktur ekonomi (Syafrizal,
2008). Ada beberapa teori terkait pertumbuhan ekonomi suatu regional. Teori
pertumbuhan jalur cepat diperkenalkan oleh Samuelson pada tahun 1955. Teori ini
menekankan setiap wilayah perlu melihat sektor atau komoditi yang memliki potensi
besar dan dapat dikembangkan dengan cepat baik karena potensi alam maupun
karena sektor itu memiliki competititve advantage untuk dikembangkan.
Dari Lampiran tabel V.1 PDB dan PDRB Per Sektor tahun 2015-2018 telah dilakukan
analisis sebagai berikut :
A.1. Analisis Struktur Ekonomi (National share, Proportional shift, Differential
shift)
Analisis struktur ekonomi (shift share) umumnya dipakai untuk menganalisis
peranan suatu sektor ataupun pergeseran suatu sektor di daerah terhadap sektor
PDRB DKI Jakarta
tahun 2018 Rp
2.599 triliun atas
dasar harga
berlaku (ADHB),
menyumbang
17,58% dari total
perekonomian
nasional.
Perekonomian Jakarta tumbuh
6,17% (yoy) lebih
cepat
dibandingkan nasional yang
sebesar 5,17%
(yoy).
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 77
yang sama dalam perekonomian nasional. Analisis shift-share dikembangkan oleh
Daniel B. Creamer (1943). Analisis ini digunakan untuk menganalisis perubahan
ekonomi (misalnya pertumbuhan atau perlambatan pertumbuhan) suatu variabel
regional sektor/industri dalam suatu daerah. Variabel atau data yang dapat
digunakan dalam analisis adalah tenaga kerja atau kesempatan kerja, nilai tambah,
pendapatan, Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB), jumlah penduduk, dan
variabel lain dalam kurun waktu tertentu.
Analisis shift share memiliki tiga komponen yaitu:
a) National share untuk mengetahui pergeseran struktur perekonomian suatu
daerah yang dipengaruhi oleh pergeseran perekonomian nasional.
(E r, i, t − n X (E N,t
E N,t−n)) E r, i, t-n
b) Proportional shift adalah pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor
dibandingkan total sektor di tingkat nasional. Analisis proportional shift
dilakukan dengan membandingkan suatu sektor sebagai bagian dari
perekonomian daerah dengan sektor tersebut sebagai bagian dari
perekonomian nasional. Komponen ini menunjukkan apakah aktivitas ekonomi
pada sektor tersebut tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan
pertumbuhan aktivitas ekonomi secara nasional.
E r, i, t-n X ((E N,i,t
E N,i,t−n) − (
E N,t
E N,t−n))
c) Differential shift atau competitive position adalah perbedaan
pertumbuhan perekonomian satu daerah dengan nilai tambah bruto sektor
yang sama di tingkat nasional.
E r, i, t ((E N,i,t
E N,i,t−n) X (E r, i, t − n))
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 78
Keterangan :
E r, i, t-n : nilai PDRB DKI Jakarta pada tahun dasar (t-n)
E r, i, t : nilai PDRB DKI Jakarta pada tahun yang bersangkutan
E N, i, t : nilai PDB Nasional pada tahun yang bersangkutan
E N, i, t-n : nilai PDB Nasional pada tahun dasar (t-n)
E N,t : total nilai PDB pada tahun yang bersangkutan E N, t-n : total nilai PDB pada tahun dasar (t-n)
National Share
Perhitungan National Share Prov. DKI Jakarta menunjukkan bahwa sektor yang memiliki national
share terbesar adalah Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 35,18 sedangkan yang terkecil
adalah Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 0,10. Total
National share sebesar 217.76. Jika dilihat dari efek bauran industri atau Proportional Shift (PS),
komponen “shift” adalah penyimpangan dari national share dalam pertumbuhan PDRB.
Penyimpangan ini adalah positif di daerah-daerah yang tumbuh lebih cepat dan sebaliknya
negatif di daerah-daerah yang tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB
secara nasional. Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel V.2 sektor yang
memiliki PS bernilai negatif adalah sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan, Pertambangan
dan Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Perdagangan Besar dan Eceran; Real Estate, Administrasi
Pemerintahan; dan Jasa Pendidikan. Hal ini dapat diartikan bahwa sektor-sektor ini memiliki
tingkat pertumbuhan di daerah lebih lambat dibandingkan nasional. Sedangkan sektor lainnya di
Jakarta bernilai positif, adalah sektor Konstruksi, Transportasi, Informasi dan Komunikasi, Jasa
Perusahaan, Jasa Keuangan, Jasa Komunikasi, dan lainnya. Hal ini menandakan sektor tersebut
memiliki tingkat pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan nasional. Nilai dari efek bauran industri
DKI Jakarta sebesar Rp49,24 triliun, menunjukkan bahwa distribusi industri atau sektoral
Nasional menyebabkan naiknya PDRB DKI Jakarta sebesar 49,24 triliun.
Differential shift
Digunakan untuk membandingkan efek persaingan DKI Jakarta dengan nasional. Sektor yang
memiliki nilai Differential Shift (DS) positif berarti sektor tersebut memiliki daya saing yang lebih
tinggi dan tumbuh lebih cepat pada DKI Jakarta dibandingkan dengan nasional. Sedangkan
sektor bernilai negatif menandakan sektor tersebut memiliki daya saing yang lebih lambat
dibandingkan sektor yang sama di tingkat nasional, dan kontribusi terhadap PDRB relatif kecil.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 79
Nilai differential shift berdasarkan tabel 5.2 sebesar Rp. 14.42 triliun, menunjukkan bahwa
perekonomian DKI Jakarta memiliki daya saing yang tinggi jika dibandingkan dengan tingkat
nasional. Berdasarkan data per sektor terlihat sektor yang memiliki nilai positif adalah
Perdagangan Besar, Transportasi, Jasa Perusahaan, Informasi dan Komunikasi, Industri
Pengolahan serta beberapa sektor lainnya. Adapun sektor yang memiliki nilai negatif adalah
Pertanian, Pertambangan, Konstruksi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Administrasi Pemerintahan,
dan Jasa Pendidikan. Sektor yang bernilai negatif artinya sektor-sektor ini kurang
menguntungkan dalam perkembangan PDRB DKI Jakarta. Sedangkan jika dilihat dari nilai
kombinasi PS dan DS, maka sektor yang memiliki nilai negatif untuk keduanya adalah sektor
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian, Administrasi
Pemerintahan dan Jasa Pendidikan, artinya sektor ini tidak mempunyai peran dalam peningkatan
perekonomian DKI Jakarta maupun di tingkat yang lebih luas (nasional).
A.2. Analisis Sektor-sektor ekonomi (Location Quotient)
Location Quotient (LQ) adalah perbandingan peran sektor/industri di suatu daerah terhadap
besarnya peran sektor/industritersebut secara nasional (Tarigan,2014: 82). Analisis LQ
umumnya dipakai untuk melihat perbandingan regional dengan nasional.
LQ = (Xir/Xr)/ (Xin/ Xn)
Dimana :
Xr adalah sektor i di daerah; Xr adalah jumlah seluruh sektor di daerah; Xin adalah sektor i di
nasional; Xnadalah jumlah seluruh sektor nasional.
Nilai dari Location Quotient (LQ) adalah (Tarigan, 2014: 82-83):
a) LQ > 1, artinya sektor tersebut merupakan sektor basis/sektor unggulan. Peranan sektor
tersebut lebih besar di daerah daripada nasional.
b) LQ < 1, artinya peranan sektor tersebut lebih kecil di daerah daripada nasional
c) LQ= 1, artinya peranan sektor tersebut sama baik di daerah ataupun secara nasional.
Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan
bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang
memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Tri Widodo, 2006).
Sektor unggulan sebagai sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu
wilayah tidak hanya mengacu pada lokasi secara geografis saja melainkan merupakan suatu
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 80
sektor yang menyebar dalam berbagai saluran ekonomi sehingga mampu menggerakkan
ekonomi secara keseluruhan.
Berdasarkan Lampiran Tabel dapat diketahui bahwa pada kurun waktu 2015-2018 tidak terdapat
perubahan signifikan pada sektor-sektor basis dan non basis. Sepanjang kurun waktu empat (4)
tahun tidak terdapat perubahan sektor-sektor DKI Jakarta dilihat dari nilai LQ sepanjang 4 tahun
terakhir. Sektor dengan nilai LQ > 1 adalah sektor Jasa Perusahaan; Konstruksi, Perdagangan
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estat, Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Sektor-sektor ini merupakan sektor basis atau sektor
unggulan di Prov DKI Jakarta. Sektor dengan nilai LQ<1, terdapat pada sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan
Listrik dan Gas; Pengadaan Air; Pengelolaan Sampah; Limbah dan Daur Ulang; Transportasi dan
Pergudangan. Sektor-sektor ini bukan merupakan sektor unggulan atau sektor non komoditas.
Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan analisis National Share, Proportional Shift, Differential Shift, dan LQ tersebut di
atas, sektor-sektor unggulan di Provinsi DKI Jakarta yang peranannya sangat besar adalah
sebagai berikut:
a. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Berdasarkan data BPS, sektor perdagangan besar dan eceran memberikan kontribusi
terbesar pada pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta 16.93%. Sektor ini merupakan
penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dalam empat tahun terakhir,
melebihi sektor-sektor lainnya. Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang menjadi
tempat perputaran uang cukup besar adalah kawasan Tanah Abang dan Glodok. Kedua
kawasan ini masing-masing menjadi pusat perdagangan tekstil serta dengan sirkulasi ke
seluruh Indonesia. Bahkan untuk barang tekstil dari Tanah Abang, banyak pula yang
menjadi komoditi ekspor.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 81
Grafik 5.1 Perkembangan Nilai Ekspor Produk DKI Jakarta Menurut Komoditas Unggulan
Tahun 2018 (dalam juta dollar Amerika)
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
Komoditi unggulan utama ekspor produk DKI Jakarta tahun 2018 adalah kendaraan dan
bagiannya yang mencapai 23,60% terhadap total ekspor produk DKI Jakarta.
Lima negara yang menjadi tujuan utama produk DKI Jakarta adalah Singapura, Filipina,
Amerika Serikat, Tiongkok, dan Malaysia. Nilai ekspor ke lima Negara utama tersebut
mencapai 73,84% dari total produk DKI Jakarta. Komoditas utamanya adalah ikan dan
udang, perhiasan, kendaraan dan bagiannya, serta pakaian jadi.
b. Jasa Perusahaan dan Jasa Keuangan
Jasa perusahaan berupa kegiatan pemberian jasa pada pihak lain seperti jasa hukum, jasa
akuntan dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan, arsitek dan
teknik, jasa periklanan dan jasa persewaan mesin dan peralatan, sedangkan Jasa
Keuangan dan Asuransi meliputi pemberian jasa pelayanan di bidang keuangan kepada
pihak lain, seperti menerima simpanan dalam bentuk giro dan tabungan, memberi
pinjaman, sub sektor keuangan tanpa bank yang meliputi kegiatan pelayanan asuransi,
koperasi simpan pinjam, pegadaian, dana pensiun, pasar modal, penukaran mata uang
asing.
c. Real Estate
Real Estate merupakan salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar
dan efek berantai (multiplier effect) cukup panjang. Karena itu sektor ini punya dampak
besar untuk menarik dan mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Sektor
Real Estate menciptakan lapangan kerja cukup besar mulai tenaga kasar atau buruh, staf,
2347.32
2280.61
1736.38
869.97
684.97
454.66
389.07
345.64
321.98 272.07 242.67Kendaraan dan bagiannya
Golongan Barang lainnya
Perhiasan/Permata
Ikan dan Udang
Mesin-mesin/Pesawat Mekanik
Mesin/Peralatan Listrik
Pakaian Jadi Bukan Rajutan
Barang-barang Rajutan
Tembaga
Berbagai Produk Kimia
Sabun dan Preparat Pembersih
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 82
hingga pekerja profesional seperti arsitek, desainer interior, kontraktor, landscaper,
property agent, notaris, dan sebagainya. Perbankan ikut merasakan manfaat bisnis sektor
properti melalui penyaluran kredit baik kepada pengembang (korporasi) maupun konsumen
(KPR/KPA). Data yang disajikan Joses Lang Lasalle (JLL) Indonesia, perusahaan
konsultan properti global, hingga tahun 2017 Jakarta mendapat tambahan pasok baru
apartemen sebanyak 47.240 unit. Angka ini menambah apartemen yang sudah beroperasi
(existing supply) sebanyak 91.330 unit.
d. Informasi dan Komunikasi
Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi menjadi sumber pertumbuhan PDRB DKI
Jakarta sebesar 9,90%. Hal ini didorong oleh penggunaan data Internet untuk media sosial,
transaksi online, dan sebagainya. Asosiasi Penyelenggaran Jasa Internet Indonesia (APJII)
merilis hasil survey tahun 2017 bahwa pada tahun 2017 terjadi peningkatan pengguna
internet di Indonesia sebanyak 143.26 juta jiwa.
e. Konstruksi
Sektor Konstruksi di DKI Jakarta memiliki kontribusi besar terhadap PDRB dengan nilai
215,89T dan menyumbang 12,11% terhadap PDRB pada tahun 2018.
Grafik 5.2 Jumlah Perusahaan Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 2017-2018
Sumber: BPS, Kontruksi dalam Angka 2018
Sektor konstruksi memegang peran penting dalam pembangunan nasional sebagai
barometer pertumbuhan ekonomi disamping memperluas lapangan kerja. Menurut data
BPS dalam Publikasi Konstruksi Dalam Angka 2018, Pada tahun 2018 terdapat 3%
kenaikan jumlah perusahaan konstruksi atau sebanyak 306 perusahaan yang terdiri dari
18% Usaha kecil, 73% usaha menengah, dan 9% usaha besar.
9786
1756
7326
702
10092
1861
7389
842
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Jumlah Perusahaan Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar
2017 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 83
f. Transportasi
Transportasi darat unggulan DKI Jakarta
yang saat ini mendapat subsidi dari
APBD Provinsi DKI Jakarta adalah Bus
Transjakarta yang dikelola
PT.Transportasi Jakarta (Transjakarta).
BUMD milik Pemprov DKI Jakarta ini
melayani 189,77 juta penumpang
sepanjang 2018., naik 31 persen dibanding pada tahun sebelumnya, yang mengangkut
144,72 juta penumpang di 2017. Prestasi tersebut didukung dengan penambahan rute
sebanyak 33 menjadi 155 di akhir 2018 dari yang sebelumnya hanya 122 layanan di tahun
2017. (https://news.detik.com/berita/4367162/naik-31-penumpang-bus-transjakarta-18977-juta-di-2018)
Salah satu transportasi massal yang
sedang dipersiapkan untuk
mengatasi kemacetan DKI Jakarta
adalah Mass Rapid Transit (MRT).
Proyek Pembangunan MRT dibiayai
oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
serta didukung oleh dana pinjaman Pemerintah Jepang melalui Japan International
Cooperation Agency (JICA). Dana pinjaman JICA yang telah diterima Pemerintah Pusat
sebagian diterushibahkan dan sebagian lagi diteruspinjamkan kepada Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta sebagai
implementing agency. Transportasi
darat lainnya yang juga dipersiapkan
untuk beroperasi pada tahun 2019
adalah Lintas Rel Terpadu atau
disingkat LRT. Dibiayai dengan bantuan
dana dari pemerintah melalui
Penyertaan Modal Negara (PMN)
kepada PT.KAI dengan total Rp 7,6
triliun. Selain itu, KAI akan dibantu oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk melalui PMN yang
didapatnya senilai Rp 1,4 trilun. Sehingga, pemerintah mengeluarkan investasi untuk
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 84
proyek LRT Jabodebek melalui PMN sebesar Rp 9 triliun. (https://www.jakartamrt.co.id/2018/02/21/punya-lrt-
dan-mrt-jakarta-bisa-bebas-macet/)
Sedangkan sektor yang menurut hasil analisis bernilai negatif namun memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi sektor unggulan diantaranya:
d. Pariwisata
Sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia, Jakarta mempunyai daya tarik tersendiri sehingga
banyak wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik yang berkunjung. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik jumlah wisatawan macanegara yang mengunjungi Jakarta selalu
meningkat setiap tahunnya, berikut adalah perbandingan kunjungan wisatawan mancanegara
dalam tiga tahun terakhir.
Grafik 5.3
Jumlah Kunjungan Wisman Ke DKI Jakarta Tahun 2016 - 2018
Pada 2018 jumlah wisatawan mancanegara
yang berkunjung ke DKI Jakarta 2018
meningkat 14,11% dibandingkan tahun
2017, lebih baik daripada penurunan tahun
2017 dibandingkan tahun 2016 yang
mencapai 1.98%. Untuk mengembangkan
sektor pariwisata, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta tahun 2018 memperkenalkan One
Day Trip dengan bus tingkat wisata Jakarta
gratis bagi para wisatawan yang ingin mengenal sejarah, kuliner, dan belanja DKI Jakarta. Selain
itu sedang dibangun Area Wisata Kepulauan Seribu untuk menambah destinasi wisata pantai
yang potensial dikunjungi wisatawan setelah Bali.
Industri pengolahan
Pada tahun 2018, Industri besar dan sedang di Provinsi DKI Jakarta mengalami pertumbuhan
positif 6,93%, lebih lambat daripada pertumbuhan industri mikro dan kecil yang tumbuh 21,40%.
Pertumbuhan industri besar dan sedang terutama didorong oleh kendaraan bermotor dan alat
angkutan lainnya, sedangkan industri mikro dan kecil didorong oleh industri pakaian jadi.
2512005 24642672811956
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
2016 2017 2018
Jumlah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 85
Grafik 5.4 Perbandingan Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur
Besar dan Sedang (IBS) dan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur Tahun 2017 – 2018
Jika dibandingkan Provinsi lain di Pulau Jawa yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur, pertumbuhan produksi IMK DKI Jakarta tahun 2017 dan 2018 jauh lebih tinggi
disebabkan kenaikan produksi pada sebagian besar jenis industri. Sedangkan
pertumbuhan produksi IBS DKI Jakarta pada tahun 2018 malah mengalami penurunan
dbandingkan tahun 2017 menjadi lebih rendah daripada provinsi lain disebabkan
penurunan produksi industri makanan, kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, bahan kimia,
farmasi, barang galian bukan logam, barang logam, computer, barang elektonik dan optic,
mesin, kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer.
A. TANTANGAN FISKAL REGIONAL
Untuk mengetahui tantangan Fiskal Regional pada Provinsi DKI Jakarta, kami membuat
Analisa SWOT Fiskal Regional DKI Jakarta. sebagai berikut:
Strenght (Kekuatan): - Posisi sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia/ pusat pemerintahan / pusat perekonomian dengan PDRB Rp 2.599 triliun (ADHB) pada tahun 2018, - Perekonomian tumbuh 6,17% - APBD 2018 terbesar di Indonesia, yaitu belanja Rp75,09 triliun dengan pendapatan Rp61,34 triliun - Indeks Kapasitas Fiskal sebesar 9.250 (Sangat Tinggi) - IPM mencapai 80.06 berada di atas IPM Nasional.
Weaknesses (Kelemahan): - Target pendapatan asli daerah belum selaras dengan tingginya alokasi belanja daerah. - Penyerapan belanja masih rendah (82%) - SiLPA yang cukup tinggi di akhir tahun
- Perencanaan anggaran perlu ketepatan dalam
perhitungannya -Peraturan revisi dan pelaksanaan anggaran belum fleksibel mengakomodir kebutuhan program-program pembangunan.
16.95
21.4
14.1
6.93
1.08 1.43.81
9.88
-3.35
2.88 1.974.82
3.12
10.88
4.756.5
-5
0
5
10
15
20
25
IMK 2017 IMK 2018 IBS 2017 IBS 2018
DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur
Sumber: BRS Badan Pusat Statistik Tahun 2018-2019
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 87
Merujuk kepada Analisis Kekuatan dan Kelemahan Fiskal Regional tersebut di atas,
Tantangan fiskal di Provinsi DKI Jakarta antara lain :
Strategi S-W:
1. Meningkatkan target pendapatan asli daerah agar selaras dengan tingginya alokasi
belanja daerah dengan meningkatkan pendapatan pajak daerah serta retribusi dan
pendapatan lainnya. Penertiban kepatuhan perpajakan terutama Pajak Kendaraan
Bermotor dan peningkatan pendapatan retribusi pun diharapkan dapat menggenjot
Pendapatan Pemprov DKI Jakarta.
2. Penyerapan belanja juga masih harus menjadi perhatian agar belanja yang telah
dialokasikan dapat memenuhi target, sehingga tidak terdapat SiLPA yang cukup tinggi di
akhir tahun. Penyerapan yang baik dan tidak menumpuk di akhir tahun anggaran, dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi serta mengurangi jumlah masyarakat miskin di DKI
Jakarta, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di atas. Untuk meningkatkan
penyerapan belanjanya Pemprov DKI Jakarta perlu melakukan perencanaan anggaran
dengan baik serta diperlukan peraturan pelaksanaan anggaran yang lebih fleksibel.
Strategi S-O :
1. Pemerintah harus berupaya untuk mengurangi angka ketimpangan ekonomi di Provinsi
DKI Jakarta dengan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan percepatan akses
Pedagang Kaki Lima dan UMKM terhadap permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat
maupun Kredit Ultra Mikro.
2. Mengutamakan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, dan
transportasi terutama di Kabupaten Kepulauan Seribu yang indeks IPM nya paling rendah
dibandingkan kota lainnya se-DKI Jakarta. Selain itu pengembangan sektor pariwisata di
Opportunity (Peluang) - Jumlah penduduk 10.467.629 jiwa didiminasi usia
produktif - Pariwisata DKI Jakarta belum dioptimalkan - Tingginya penetrasi Internet dan penduduk usia
produktif yang melek teknologi untuk mengembangkan Ekonomi Kreatif Digital.
- Pembangunan konstruksi MRT dan LRT untuk perbaikan transportasi masal sebagai katalisator pembangunan
Threat (Ancaman). - Tingginya tingkat urbanisasi dapat menyebabkan kerawanan sosial dan ekonomi . -Proteksi ekonomi Amerika Serikat dan berbagai negara di Eropa secara tidak langsung mengganggu volume perdagangan/ ekspor produk DKI Jakarta -Berbagai komoditas perdagangan lewat kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan semakin menembus pasar Indonesia.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 87
DKI Jakarta terutama di Jakarta Utara dan Kepulauan seribu yang dikemas dengan
menarik melalui dunia digital (media sosial) karena media sosial turut berperan bagi
masyarakat untuk memudahkan mengidentifikasi produk terbaik terutama dengan
membandingkan kualitas layanan konvensional dengan produk ekonomi digital
3. Pemerintah pusat dan daerah harus menaruh perhatian pada perkembangan ekonomi
digital yang telah mengubah mindset para pelaku ekonomi. Di sektor finansial misalnya,
otomatisasi, big data, e-wallet hingga retail-banking terus berkembang pada 2018. Start-
up transportasi seperti Uber, Gojek, dan Grab semakin mendapatkan tempat di hati
masyarakat karena menawarkan efisiensi dan kemudahan layanan.
Strategi O-T:
1. Melakukan koordinasi intensif dengan kawasan Jabodetabekpunjur dengan fokus
penyelesaian masalah urbanisasi, transportasi, persampahan, dan pengendalian banjir.
2. Meningkatkan daya saing pelaku ekonomi DKI Jakarta dengan peningkatan skill dan
kualitas produk, serta pemberdayaan usaha kecil dan menengah dan usaha mikro melalui
penyaluran KUR dan UMi.
Strategi W-T
1. Provinsi DKI Jakarta merupakan Pemda yang memiliki Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SILPA) tahun sebelumnya yang sangat tinggi yaitu Rp13,17 Triliun dan sebesar Rp9,68
Triliun pada tahun 2018. SILPA Positif ini tentunya perlu dioptimalkan penggunaannya
untuk menunjang program-program pembangunan di daerah serta mengurangi jumlah
penduduk miskin di DKI Jakarta.
2. Perbaikan aturan terkait pelaksanaan anggaran, agar Pengeluaran Pemerintah
dioptimalkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah
Alokasi dana APBN tahun 2018 untuk satker-satker Kementerian atau Lembaga
dan Jakarta adalah sebesar Rp551,84 triliun dan dituangkan ke dalam 1.873
DIPA, Dalam penyusunan Laporan Keuangan tahun 2017, Pemprov DKI Jakarta
mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) setelah empat tahun sebelumnya hanya mendapat opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP).
BAB
VI
SINKRONISASI
APBN DAN APBD
DALAM SEKTOR
PENDIDIKAN,
KESEHATAN DAN
KETAHANAN
PANGAN
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 88
Sinkronisasi antara APBN dengan APBD pada tahun 2018 diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun
2018 yang menegaskan bahwa Pemda harus mempedomani Arah Kebijakan dan sasaran pokok
RPJPD , Program Prioritas Nasional dalam RKP, Program Strategis Nasional yang ditetapkan
oleh Pemerintah, dan memperhatikan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah Terpilih.
PROGRAM PRIORITAS NASIONAL TAHUN 2018
Sumber: Rencana Kerja Pemerintah RI Tahun 2018
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 89
Dalam melaksanakan program kerjanya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan program
kerja yang telah disinkronkan dengan program kerja pemerintah pusat antara lain:
1. Urusan Pendidikan
APBN 2018 dalam belanja pemerintah pusat mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar
Rp444,1 triliun (20 % dari APBN yang sebesar Rp2.220 triliun) sedangkan Pemprov DKI pada
APBD DKI 2018 mengalokasikan Rp15,46 triliun (20,58% dari APBD yang telah disahkan
sebesar Rp 75,09 triliun). Persentase anggaran ini turun dibandingkan dengan tahun lalu
yang sebesar 22% dari APBD. Program Prioritas dalam RKPD 2018 antara lain Biaya
Operasional Pendidikan (BOP), Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Mahasiswa
Unggul (KJMU), Subsidi Pangan Pemegang KJP, Peningkatan kualitas guru, pendidikan
vokasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana pendidikan.
Grafik 6.1 Belanja Pegawai Non Gaji, Bansos untuk Beasiswa dan Belanja Modal pada Sektor Pendidikan
Pemprov DKI Jakarta Tahun 2018
Sumber : SIKD Pemprov DKI Jakarta
Dinas Pendidikan selalu mendapatkan anggaran kegiatan terbesar. Pos anggaran terbesar
dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ini adalah Rehab Total Gedung Sekolah di DKI
Jakarta. Hal Ini tak terlepas dari target pemerintah daerah untuk menyediakan sarana dan
prasarana sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP). Teranggarkan pula dana pendidikan
dalam Belanja Pegawai Non Gaji, Bansos berupa beasiswa, dan Belanja Modal pendidikan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagimana grafik 6.1 di atas.
1753.74
189.36129.14
SaranaPendidikan
PeralatanMesin BOS
Aset TetapLainnya
Belanja Modal
3898.58
62.95
Siswa Mahasiswa
Bansos (Beasiswa)
62.18 4.87
1288.39
BelanjaGuru NIP 15
TambahanPenghasilanGuru PNSDNon Profesi
TambahanPenghasilanGuru PNSD
ProfesiSertifikasi
Belanja Pegawai 62.18 4.87 1288.39
Belanja Pegawai
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 90
2. Urusan Kesehatan
Pemerintah Pusat telah mengalokasikan Rp111 T (5% dari total APBN
2018 sebesar 2220,7 T), sedangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar Rp9,99 triliun (13,30 % dari
total APBD 2018 sebesar Rp75,09 triliun). Lebih besar dari alokasi tahun
2017 sebesar Rp9,1 triliun (14,72 % dari total APBD 2017 sebesar
Rp61,82 triliun). Adapun program prioritas sesuai RKPD 2018 antara lain
Ketuk Pintu Layani Dengan hati (KPLDH), penyediaan premi BPJS bagi
Penerima Bantuan Iuran Daerah (PBI), optimalisasi pelayanan kesehatan
pada RSUD, peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak, penanggulangan penyakit serta
rehabilitasi sarana dan prasarana kesehatan
Grafik 6.2 Alokasi APBD Belanja Modal Untuk Alat Kesehatan Tahun 2018
Sumber : SIKD Rincian APBD 2018
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Pemprov DKI Jakarta
terus mengembangkan pelayanan prima bagi warga Jakarta melalui ketersediaan fasilitas
dan tenaga kesehatan. Pada tahun 2018 dalam APBD telah dianggarkan Belanja Modal
Peralatan Penunjang Kesehatan sebagaimana Grafik 6.2.
Alokasi APBN untuk
Urusan Kesehatan adalah
Rp111 T (5% dari total
APBN 2018 sebesar
2220,7 T),Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta
mengalokasikan
anggaran kesehatan
sebesar Rp9,99 triliun
(13,30 % dari total APBD
2018 sebesar Rp75,09
triliun). Rp9,1 triliun
(14,72 % dari
totAPBD 2017
sebesar Rp61,82
triliun).
108.26
6.07
9.19
7.11
9.99
0.63
6.65
3.28
5.46
1.96
4.39
0.64
15.64
59.28
63.47
50.16
0 20 40 60 80 100 120
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kedokteran Umum
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kedokteran Gigi
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kedokteran THT
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kedokteran Mata
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kedokteran Bedah
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kedokteran Anak
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kebidanan dan…
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kedokteran Kulit…
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kardiologi
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Neurologi
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Farmasi
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Penyakit Dalam…
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Radiologi
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Ruang HCU ICCU
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Ruang Kamar…
Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Ruang Kamar…
Dalam miliar rupiah
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 91
3. Perumahan dan Permukiman
Dalam RKPD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018 terdapat rencana Penyediaan rumah susun
sederhana sewa (Rusunawa) beserta fasilitas pendukungnya, bedah kampong, penyediaan
perumahan layak huni melalui kerjasama pemda dan masyarakat, dan penyediaan ruang
terbuka hijau (RTH), serta penyediaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).
Grafik 6.3
Sumber: SIKD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
Pembangunan rusun yang dicanangkan oleh Dinas Perumahan. Pertama, yaitu rusun di
kawasan PIK Pulo Gadung dengan anggaran Rp188,2 miliar dan rusun di jalan inspeksi Banjir
Kanal Timur (BKT), Cakung, Jakarta Timur, dengan anggaran Rp361,4 miliar. Adapun alokasi
Belanja Modal untuk Perumahan dan Permukiman pada Tahun 2018 adalah sebagaimana
Grafik 6.3 dimana terlihat alokasi untuk Tanah Perumahan lebih tinggi dibandingkan alokasi
belanja modal untuk konstruksi rumah susun.
4. Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata
Pengembangan dunia usaha dilaksanakan melalui program Perluasan kesempatan kerja dan
berusaha dengan pengembangan pujasera UMKM dan Sarpras PKL, pengembangan Lokasi
Sementara (Loksem) dan Lokasi Binaan (Lokbin), pengembangan pelatihan kerja,
pengembangan industri kreatif melalui wadah Jakarta Creative atau tempat Kumpul Kreatif,
serta peluasan kesempatan kerja, optimalisasi dan ekstensifikasi pelayanan terpadu satu
pintu, danan pengembangan pariwisata dengan fokus pada pengembangan Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Pulau Seribu dan Kota Tua, serta pengembangan
RPTRA menjadi destinasi wisata alternatif.
1.42
0.52
0
0.5
1
1.5
Tanah Perumahan Konstruksi Rusun
Alokasi Belanja Modal untuk Perumahan dan Permukiman
APBD Prov DKI Jakarta Tahun 2018 (dalam Triliun rupiah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 92
5. Ketahanan Energi
Rencana program Ketahanan Energi pada tahun 2018 adalah Pencahayaan kota hemat
energi berbasis smart system dan pemenuhan kebutuhan listrik Kepulauan Seribu dengan
alokasi dana APBD 2018 pada Belanja Modal tersebut pada grafik 6.4.
Grafik 6.4
Sumber: SIKD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018
Anggaran terbesar adalah untuk Belanja Modal pengadaan Lampu Penerangan Sarana dan
Prasarana Umum sebesar 61,24% dan kedua adalah Belanja Pemeliharaan Instalasi Listrik
sebayak 27,52%.
6. Ketahanan Pangan
Pada APBN 2018 anggaran kedaulatan pangan mencapai 5 % dari total APBN yaitu 99,1 triliun
( sumber : Informasi APBN 2018). Sementara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjalankan
program Peningkatan ketahanan pangan melalui penguatan kerjasama antar daerah dalam
penyediaan pangan dan mengalokasikan anggaran Ketahanan Pangan diantaranya Rp885
miliar untuk program pangan murah yaitu pemberian subsidi berupa produk pangan bagi
penerima KJP, penghuni rusun Pemprov, pegawai PJLP seperti PPSU dan pasukan pelangi.
Penerima program ini diperluas bagi buruh berpenghasilan UMP dengan kartu kerja Jakarta,
kaum lanjut usia lansia, dan penyandang disabilitas dengan total penerimaan sebanyak
844.000 jiwa. Program pangan murah ini berkontribusi pada keberhasilan DKI Jakarta
menurunkan angka inflasi dan angka kemiskinan terendah sejak 2014 sebesar 3,57 persen.
3.16
61.24
3.57
0.61
27.52
0 20 40 60 80
Belanja Modal Pengadaan Lampu Hias Taman
Belanja Modal Pengadaan Lampu…
Belanja Modal Pengadaan Lampu…
Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik
Belanja Pemeliharaan
Belanja Barang dan Modal untuk Ketahanan Energipada APBD Prov DKI Jakarta Tahun 2018
(Dalam miliar rupiah)
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 93
7. Penanggulangan Kemiskinan
Untuk mengetahui pengaruh APBN/APBD terhadap penangulangan kemiskinan dilakukan
analisis regresi dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan
menggunakan software SPSS. Variabel independent pada penelitian ini adalah belanja
barang (BRG) dan belanja transfer (TRF), sedangkan variable dependent adalah kemiskinan
(POV). Dikarenakan data yang digunakan adalah data per jenis belanja dari tahun 2009-
2018 dan jumlah data kurang dari 30, maka hanya digunakan dua jenis belanja sebagai
variabel independent. Berdasarkan hasil regresi diperoleh model sebagai berikut:
Kemiskinan (POV) = 445577,074 – 0,423*BRG + 0,402*TRANF
Tabel VI.2 Pengaruh belanja barang dan transfer terhadap kemiskinan
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 445577,074 12273,885 36,303 ,001
TRANF ,402 1,121 ,113 ,359 ,754
BRG -,423 ,128 -1,041 -3,312 ,080
a. Dependent Variable: pov
Dari hasil regresi linier didapatkan nilai koefisien regresi untuk belanja barang sebesar -
0,423, yang berarti bahwa belanja barang berkorelasi negatif terhadap kemiskinan. Hal
ini mengindikasikan bahwa belanja barang berdampak negatif (mengurangi) angka
kemiskinan sebesar 0,423 dari setiap 1 rupiah yang dibelanjakan. Sementara itu nilai
koefisien transfer sebesar 0,402 menunjukkan bahwa transfer berdampak positif terhadap
kemiskinan sebesar 0,402 dari setiap 1 rupiah yang dibelanjakan. Kemudian jika
diasumsikan bahwa belanja barang dan transfer bernilai nol maka kemiskinan sebesar
445.577,074 jiwa.
Berdasarkan hasil uji signifikansi secara parsial, belanja barang berpengaruh secara
signifikan terhadap kemiskinan (sig < 0,10). Sedangkan transfer tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kemiskinan (sig > 0,10). Namun ketika belanja barang dan belanja
transfer diuji secara bersama-sama, keduanya secara bersama-sama berpengaruh
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 95
secara signifikan terhadap kemiskinan (sig < 0,10). Model yang dibentuk dari regresi
cukup bagus, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R-square) sebesar 0,917
(91,7%), yang menunjukkan bahwa model ini dapat diterangkan oleh variasi variabel
independennya sebesar 91,7%. Uji autokorelasi pada analisis ini tidak dapat ditentukan
karena data yang digunakan tidak mencukupi. Akan tetapi analisis ini sudah memenuhi
asumsi heteroskedastisitas dan normalitas data.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah DKI Jakarta telah dapat menggunakan belanjanya untuk mengurangi jumlah
penduduk miskin di Jakarta. Adapun dana transfer tidak signifikan mengurangi
kemiskinan, disebabkan dana transfer yang ada di DKI Jakarta hanya sebesar 1.43%,
merupakan porsi yang sangat kecil dari keseluruhan APBN maupun APBD. Sebagaimana
diketahui bahwa Pemda DKI Jakarta memiliki kemandirian fiskal yang tinggi sehingga
mendapatkan dana transfer dari Pemerintah Pusat dalam jumlah yang relatif rendah
dibandingkan Provinsi lainnya.
8. Infrastruktur, Konektivitas, dan Kemaritiman
APBD 2018 mengalokasikan anggaran untuk kegiatan infrastruktur antara lain penyelesaian
pembangunan konstruksi fisik MRT Fase I Koridor Utara-Selatan sepanjang +16 Km meliputi
7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah dengan target operasi awal 2019; Penyelesaian
pembangunan konstruksi fisik LRT Fase I Kelapa Gading Velodrome meliputi 6 Stasiun layang
sepanjang 5,8 Km dengan target operasi pada pelaksanaan Asian Games 2018; Penerapan
Electronic Road Pricing; Pembangunan dan pemeliharaan pedestrian; dan Pembangunan
simpang tidak sebidang (flyover/underpass) di Lenteng Agung-IISIP dan Senen Extention, dan
lainnya.
9. Pembangunan Wilayah
Program Pembangunan Wilayah dalam RKPD Pemprov DKI Jakarta Tahun 2018 meliputi:
- Program penanggulangan banjir melalui pemantapan sistem tata air dan drainase,
pemeliharaan badan sungai dan kanal dari sampah dan limbah, serta menjaga luasan
badan air permukaan waduk dan situ.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 95
- Pengolahan dan Pengendalian Sampah dan Limbah melalui Pengembangan Intermediate
Treatement Facility (ITF) dengan teknologi yang lebih modern dan pemantapan system
pengolahan sampah dan limbah terpadu berupa solid waste treatment and final disposal
serta pengembangan sistem sanitasi (sewerage system) kota dengan area cakupan seluruh
kota;
- Penguatan kerjasama pengelolaan sampah dan limbah dengan pemerintah daerah sekitar
juga dilakukan dalam menciptakan sistem pengolahan sampah dan limbah yang
terintegrasi dengan daerah sekitar.
BAB
VII
PENUTUP
Kota Tua
Kota Tua Jakarta adalah sebuah tempat wisata yang punya banyak sejarah dan
pengetahuan. Kawasannya mencakup sebagian wilayah Jakarta Utara dan Jakarta
Barat, mulai dari pelabuhan Sunda Kelapa hingga Museum Bank Indonesia,
karena dulunya tempat ini merupakan pusat pemerintahan kolonial Belanda.
Foto : From Google
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 96
A. KESIMPULAN
1. Pertumbuhan DKI Jakarta pada tahun 2018 tumbuh 6,17%, sedikit melambat 0,03
poin dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 6,2%. Dengan nilai PDRB yang
sangat tinggi yaitu Rp2.599 triliun, Pendapatan per kapita DKI Jakarta pada tahun
2018 sebesar Rp 248,31 juta meningkat 6,8% dari tahun sebelumnya. Hal ini
berpengaruh terhadap turunnya angka kemiskinan. Persentase penduduk miskin di
DKI Jakarta pada bulan September 2018 mencapai 3,55 % atau sejumlah 372,26 ribu
orang. Persentase penduduk miskin ini turun 0,23 % poin dari tahun sebelumnya atau
turun sebanyak 20,87 ribu orang.
2. Realisasi Indikator Makro Ekonomi dalam Kebijakan Umum Anggaran Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018:
a. Capaian pertumbuhan ekonomi Jakarta sebesar 6,17% telah memenuhi target
yang ditetapkan dalam KUA 2018 mendekati batas minimum yang ditetapkan yaitu
6,12%.
b. Capaian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami fluktuasi
hingga mencapai Rp 15.253 per USD pada bulan Oktober 2018 yang diakibatkan
kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dan perang dagang antara AS dan China.
Akibatnya pada tahun 2018 nilai tukar rupiah tidak dapat memenuhi target yang
ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu 13.600 – 13.900 Rp/US$.
c. Indikator kesejahteraan, salah satunya kemiskinan di DKI Jakarta pada tahun
2018 sebesar 3,55%, angka ini masih di atas target yang ditetapkan dalam KUA
2018 yaitu 3,40 – 3,5
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 97
d. Terkendalinya tingkat inflasi yang tercapai 3,27%, angka ini lebih rendah dari
target yang ditetapkan dalam KUA 2018 yaitu 3,50- 4,00% dan lebih rendah juga
bila dibandingkan dengan tingkat inflasi tahun 2017 yang tercapai sebesar 3,72%.
3. Realisasi pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 mencapai
Rp. 1.168,49 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 18,46% dibandingkan tahun
2017. Realisasi belanja Pemerintah Pusat yang disalurkan melalui
Kementerian/lembaga pada tahun 2018 mencapai Rp. 426,02 triliun, meningkat
5,93% dibandingkan tahun 2017. Alokasi transfer ke daerah pada provinsi DKI Jakarta
hanya berupa Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus Non Fisik sebesar
Rp.17.855,18 miliar, lebih rendah dari 5,98% dibandingkan tahun 2017, setara dengan
2,36% dari total realisasi transfer ke daerah dan dana desa secara nasional.
4. Realisasi pendapatan perpajakan di Provinsi DKI Jakarta sepanjang tahun 2018
mencapai Rp. 957,67 triliun, naik 20 % dibandingkan tahun 2017, sedangkan
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp.210,82 triliun, mengalami
kenaikan sebesar 15,31% dibandingkan tahun 2017. Angka rasio pajak terhadap
PDRB tahun 2018 sebesar 36,84%, meningkat dibandingkan tahun 2017 didorong
oleh kenaikan pendapatan pajak yang signifikan pada tahun ini.
5. Pemda Provinsi DKI memiliki pagu belanja terbesar di Indonesia, yaitu mencapai
Rp75,09 triliun dengan target pendapatan tahun 2018 Rp65.81 triliun. Pendapatan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terealisir sebesar Rp.61.34 triliun atau 93.21% dari
target APBD, turun 4.69% dibandingkan tahun 2017 disebabkan berkurangnya Dana
Bagi Hasil di 2018. Realisasi belanja sebesar 61.59 Triliun atau 82.03% dari pagu
APBD, naik 20.68% dari tahun 2017.
6. Realisasi APBN Tahun 2018 di Provinsi DKI Jakarta mengalami surplus sebesar
Rp311.16 triliun, sedangkan realisasi APBD mengalami defisit sebesar Rp.253,5
miliar, hal ini dikarenakan Pemprov DKI akan menggunakan SILPA yang dimiliki,
dimana Pemprov DKI Jakarta memiliki SILPA sangat besar yaitu sebesar Rp13,17
triliun.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 98
7. Berdasarkan analisis National Share, Proportional Shift, Differential, dan LQ , sektor-
sektor unggulan di Provinsi DKI Jakarta yang peranannya sangat besar adalah
Perdagangan Besar dan Eceran,Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Jasa Perusahaan
dan Jasa Keuangan, Real Estate, Informasi dan Komunikasi, Konstruksi, dan
Transportasi.
Sektor Pariwisata merupakan sektor non unggulan yang sangat potensial untuk
dikembangkan dan perlu dukungan fiskal terutama dalam pembangunan kawasan
wisata pantai yang potensial dan penyediaan transportasi yang mudah dan murah.
8. Tantangan fiskal DKI Jakarta antara lain: upaya untuk terus menurunkan persentase
penduduk miskin mencapai 3,55 persen (372,26 ribu orang), memperkecil Gini Ratio
pada tahun 2018 yang sebesar 0.390, meningkatkan pemerataan sarana dan
prasarana Pendidikan di Kep.Seribu , menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka ,
serta mengatasi masalah kemacetan dan banjir atau genangan yang mengakibatkan
kerugian fisik material dan ekonomi.
9. Untuk menemukan solusi kebijakan fiskal dalam menghadapi tantangan di atas, kami
melakukan penelitian/kajian atas belanja pemerintah pusat dan daerah di Provinsi DKI
Jakarta dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di DKI
Jakarta. Dari penelitian ini diketahui bahwa belanja pegawai dan belanja barang
memiliki korelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya pengeluaran
pemerintah selama ini ternyata cukup efektif dalam menciptakan kondisi dan situasi
yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Sedangkan belanja modal tidak signifikan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dikarenakan pengeluaran pemerintah pada
barang modal (tanah, bangunan, kendaraan, peralatan mesin, dan lainnya) tidak
memberikan nilai tambah yang signifikan dalam jangka pendek. Berbeda dengan
pengeluaran pemerintah untuk peningkatan sumber daya manusia, bantuan sosial
untuk siswa, dan lainnya yang dapat memberikan nilai tambah dan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
10. Berdasarkan analisis regresi dengan menggunakan metode Ordinary Least Square
(OLS) untuk mengetahui pengaruh dari pengeluaran pemerintah terhadap
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 99
kemiskinan., didapatkan hasil uji signifikansi secara parsial, belanja barang
berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan (sig < 0,10). Sedangkan transfer
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan (sig > 0,10). Namun ketika
belanja barang dan belanja transfer diuji secara bersama-sama, keduanya secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan (sig < 0,10). Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah DKI
Jakarta telah dapat menggunakan belanjanya untuk mengurangi jumlah penduduk
miskin di Jakarta. Namun dana transfer tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penurunan jumlah penduduk miskin, dikarenakan Pemprov DKI Jakarta memiliki
kemandirian fiskal yang tinggi dan kontribusi dana transfer saat ini saat kecil dalam
Pengeluaran Pemerintah (1.43%).
B. REKOMENDASI
1. Kebijakan Fiskal di Pemda
- Pemprov DKI Jakarta agar membuat target pendapatan yang lebih besar dengan
mengoptimalkan potensi sumber-sumber pendapatan di wilayah DKI Jakarta
seperti pendapatan dari perpajakan maupun dari retribusi. Hal ini akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat di DKI Jakarta.
- Lebih mengoptimalkan penyerapan anggaran belanja melalui perencanaan
anggaran yang lebih baik dan implementasi pelaksanaan anggaran dan revisi
anggaran yang lebih fleksibel.
- Mengutamakan Belanja untuk pembangunan (Investasi) Sumber Daya Manusia
melalui peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan di Provinsi
DKI Jakarta terutama Kabupaten Kepulauan Seribu, selaras dengan tema dari
kebijakan fiskal APBN 2019 yaitu “APBN untuk mendorong Investasi dan Daya
Saing melalui Pembangunan (Investasi) Sumber Daya Manusia”.
- Menurunkan angka kemiskinan, kesenjangan (gini ratio) serta tingkat
pengangguran melalui dukungan terhadap sektor pariwisata dan sektor industri
pengolahan mikro dan kecil.
- Memberikan perhatian khusus untuk urusan-urusan yang berkaitan dengan
peningkatan sektor-sektor perekonomian daerah karena mendapat alokasi
anggaran yang cukup rendah. Bahkan beberapa diantaranya memiliki rasio
alokasi dibawah satu persen, antara lain urusan Koperasi dan UKM, ESDM,
Kajian Fiskal Regional Tahun 2018 | 100
Perindustrian dan Perdagangan, Pariwisata dan Penanaman modal. Untuk
periode mendatang diharapkan dilakukan penambahan alokasi anggaran pada
urusan-urusan lain yang berpotensi meningkatkan perekonomian daerah.
2. Kebijakan di Pemerintah Pusat
Memiliki database untuk APBN Regional yang valid dan lengkap, agar dapat
dilakukan analisa dan penelitian dalam memberikan rekomendasi yang tepat
kepada Pemda dalam pengelolaan fiskal regional.
Mengingat pelaporan KFR tahunan dilakukan pada setiap akhir Februari tahun
berkenaan, diharapkan penyusunan KFR tahunan ke depannya dapat dilakukan
setelah tersusunnya LK audited.
Mengutamakan Belanja untuk pembangunan (Investasi) Sumber Daya Manusia
melalui peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan, selaras
dengan tema dari kebijakan fiskal APBN 2019 yaitu “APBN untuk mendorong
Investasi dan Daya Saing melalui Pembangunan (Investasi) Sumber Daya
Manusia”.
Melakukan koordinasi dan sinergi dengan Pemprov DKI dalam meningkatkan
penyaluran KUR dan UMi dalam rangka memberdayakan (empowering) dan
memperkuat (enhancing) perekonomian masyarakat terutama untuk usaha mikro
dan usaha kecil dan menengah.
Daftar Pustaka
A. Arini Putri Sari, M. (2013). Analisis Dampak Pengeluaran Pemerintah di Bidang Pendidikan, Kesehatan,
dan Pengeluaran Subsidi Terhadap Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Publik .
Adi, L. (2017). Analisis LQ, Shift Share, dan Proyeksi Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur 2017.
Jurnal Akuntansi dan Ekonomi FE UN PGRI Kediri, Vol 2, No 1.
Birowo, T. (2011). Relationship Between Government Expenditure and Proverty Rate in Indonesia:
Comparison of Budget Classifications Before and After Budget Management Reform in 2004.
Japan: Ritsumeikanasia Pacific University.
De Fretes, P. N. (2017). Analisis Sektor Unggulan (LQ), Struktur Ekonomi (Shift Share), dan Proyeksi
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua 2018. Develop: Jurnal Program Studi Ekonomi
Pembangunan, Vol 1, No 2.
Farouq Ishak, J. (2017). Pengaruh Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Terhadap Kemiskinan.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol 17, No 1, Hal 55-59.
Hasnul, A. G. (2015). The effects of government expenditure on economic growth: the case of Malaysia.
Kuala Lumpur: INCEIF, Global University of Islamic Finance.
Ibrahim, F. (2016). Peranan Kota Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur (BODETABEKJUR) dalam
Menyokong Pembangunan Kota Jakarta. Jurnal Bumi Indonesia, Volume 5, Nomor 3.
Insaf Maulida, L., & Zuhroh, I. (2017). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Produk Domestik
Regional Bruto pada Koridor Utara Selatan di Provinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmu Ekonomi, Vol 1
Jilid 3 Hal 365-373.
Kristina, A. Y. (2017). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah , Indeks Pembangunan Manusia dan Tenaga
Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011-2016). Jurnal Ilmu Ekonomi, Vol 1 Jilid 2, Hal 176-188.
Lantu, Y. S., Koleangan, R. A., & Rotinsulu, T. O. (2017). Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan di Kota Bitung. Jurnal Pembangunan
Ekonomi dan Keuangan Daerah, Vol 19, No 2.
(2017-2018). Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian: Government Financial Statistik.
Mamesah, R., & Een N. Walewangko, G. M. (2015). Analisis Belanja Modal dan Belanja Pegawai
Terhadap Peningkatan Ekonomi Sektor Jasa (Studi Kasus Kota Manado 2007-2013). Jurnal
Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah, Vol 17, No 2.
Mehmood, R., & Sadiq, S. (2010). The Relationship between Government Expenditure and Poverty; A
Cointegration Analysis. Romanian Journal of Fiscal Policy, Volume 1, Issue 1, Pages 29-37.
Mihaela, S., & Mihaela, B. (2013). Correlation Between Economic Growth and Unemployment. Annals of
the Constantin Brancusi University of Targu Jiu, Issue 3.
Nugrahani, A. D. (n.d.). Analisis Shift Share: Analisis Perubahan Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kota Tangerang dengan Metode Shift-Share (Juta Rupiah).
Nurlina. (2015). The Effect of Government Expenditures on Indonesia Economic Growth. Journal of
Economics, Business, and Accountancy Ventura, Vol 18, No 1, pages 1-14.
Onine Monitoring SPAN. (2018). Retrieved from Monev Pelaksanaan Anggaran Tahun 2018.
Pahlevi, M. (2017). Impact of Governance and Government Expenditure on Human Development in
Indonesia. The Hague, The Netherlands: International Institute of Social Studies.
Statistik, B. P. (2010-2018). Tabel Dinamis.
Statistik, B. P. (2014-2018). Berita Resmi Statistik.
Lampiran
A. Lampiran Uji Statistik Asumsi Klasik Penelitian BAB IV, BAB V dan BAB VI
1. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Per-Jenis Belanja dan PDRB
Output Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,997a ,995 ,992
21416064,3846
4 2,469
a. Predictors: (Constant), Modal , Pegawai, Barang
b. Dependent Variable: PDRB
Hipotesis :
H0 : Tidak terdapat autokorelasi
H1 : Terdapat autokorelasi
Jika Keputusan Kesimpulan
d < dl atau d > (4-dl) Tolak H0 Terdapat autokorelasi
du < d < (4-du) Gagal Tolak H0 Tidak ada autokorelasi
dl < d < du Tidak ada keputusan Tidak ada kesimpulan yang pasti
Hasil uji Durbin Watson dari 3 jenis belanja dengan PDRB menunjukkan nilai 2,469. Data tersebut
diambil dari tahun 2009 sampai 2018. Nilai tabel Durbin watson didapatkan dl sebesar 0.5253
dan du sebesar 2.0163. Hal ini menunjukkan bahwa nilai d (2,469) lebih besar dari nilai du
(2.0613). Keputusan yang diambil adalah gagal tolak h0. Maka dapat disimpulkan bahwa pada
model tidak ada autokorelasi.
Output Nilai Koefisien
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 659533759,374 34382196,008 19,182 ,000
Pegawai 3,838 ,681 ,683 5,634 ,001
Barang 1,714 ,630 ,342 2,722 ,035
Modal -,210 ,650 -,023 -,323 ,758
a. Dependent Variable: PDRB
Output Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2577520,858 16306695,857 -,158 ,880
Pegawai ,134 ,323 ,618 ,415 ,692
Barang -,151 ,299 -,780 -,507 ,630
Modal ,211 ,308 ,591 ,686 ,518
a. Dependent Variable: Abs_res
Hipotesis :
H0 : Tidak ada heterokedastisitas
H1 : Ada heterokedastisitas
Keputusan :
H0 diterima apabila nilai signifikansi lebih dari 5%.
Hasil uji Glejser dari variabel pegawai, barang, dan modal terhadap PDRB berturut-turut
didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.692, 0.630, dan 0.518. Nilai-nilai tersebut dibandingkan
dengan taraf signifikan 5% maka dapat diambil keputusan bahwa H0 diterima. Dari keputusan
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
2. Pengaruh APBN terhadap PDRB
Output Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,847a ,718 ,677 127980,69733 1,059
a. Predictors: (Constant), APBN
b. Dependent Variable: PDRB
Hipotesis :
H0 : Tidak terdapat autokorelasi
H1 : Terdapat autokorelasi
Jika Keputusan Kesimpulan
d < dl atau d > (4-dl) Tolak H0 Terdapat autokorelasi
du < d < (4-du) Gagal Tolak H0 Tidak ada autokorelasi
dl < d < du Tidak ada keputusan Tidak ada kesimpulan yang pasti
Hasil uji Durbin Watson dari APBN dengan PDRB menunjukkan nilai 1,059. Data tersebut diambil
dari tahun 2010 sampai 2018. Nilai tabel Durbin watson didapatkan dl sebesar 0.8243 dan du
sebesar 1.3199. Hal ini menunjukkan bahwa nilai d (1.059) lebih besar dari nilai du (2.0613).
Maka tidak ada kesimpulan yang pasti
Output Nilai Koefisien
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 888394,869 125801,140 7,062 ,000
APBN ,386 ,091 ,847 4,218 ,004
a. Dependent Variable: PDRB
Output Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -5971,509 53805,503 -,111 ,915
APBN ,078 ,039 ,603 2,000 ,086
a. Dependent Variable: ABS_RES
Hipotesis :
H0 : Tidak ada heterokedastisitas
H1 : Ada heterokedastisitas
Keputusan :
H0 diterima apabila nilai signifikansi lebih dari 5%.
Hasil uji Glejser dari variabel APBN terhadap PDRB didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.086.
Nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan taraf signifikan 5% maka dapat diambil keputusan bahwa
H0 diterima. Dari keputusan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas.
3. Pengaruh APBD terhadap PDRB
Output Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,990a ,979 ,977 34526,08699 1,905
a. Predictors: (Constant), APBD
b. Dependent Variable: PDRB
Hipotesis :
H0 : Tidak terdapat autokorelasi
H1 : Terdapat autokorelasi
Jika Keputusan Kesimpulan
d < dl atau d > (4-dl) Tolak H0 Terdapat autokorelasi
du < d < (4-du) Gagal Tolak H0 Tidak ada autokorelasi
dl < d < du Tidak ada keputusan Tidak ada kesimpulan yang pasti
Hasil uji Durbin Watson dari APBD dengan PDRB menunjukkan nilai 1.905. Data tersebut diambil
dari tahun 2010 sampai 2018. Nilai tabel Durbin Watson didapatkan dl sebesar 0.8243 dan du
sebesar 1.3199. Hal ini menunjukkan bahwa nilai d (1.905) lebih besar dari nilai du (1.3199).
Keputusan yang diambil adalah gagal tolak h0. Maka dapat disimpulkan bahwa pada model tidak
ada autokorelasi.
Output Nilai Koefisien
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 678004,298 40516,217 16,734 ,000
APBD 17,804 ,975 ,990 18,265 ,000
a. Dependent Variable: PDRB
Output Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -593,495 21187,435 -,028 ,978
APBD ,638 ,510 ,428 1,252 ,251
a. Dependent Variable: ABS_RES
Hipotesis :
H0 : Tidak ada heterokedastisitas
H1 : Ada heterokedastisitas
Keputusan :
H0 diterima apabila nilai signifikansi lebih dari 5%.
Hasil uji Glejser dari variabel APBD terhadap PDRB didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.251.
Nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan taraf signifikan 5% maka dapat diambil keputusan bahwa
H0 diterima. Dari keputusan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas.
4. Pengaruh Belanja Transfer dan Belanja Barang Terhadap Kemiskinan
Output Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,958a ,917 ,835 6213,96279 3,524
a. Predictors: (Constant), Barang, Transfer
b. Dependent Variable: Kemiskinan
Hipotesis :
H0 : Tidak terdapat autokorelasi
H1 : Terdapat autokorelasi
Jika Keputusan Kesimpulan
d < dl atau d > (4-dl) Tolak H0 Terdapat autokorelasi
du < d < (4-du) Gagal Tolak H0 Tidak ada autokorelasi
dl < d < du Tidak ada keputusan Tidak ada kesimpulan yang pasti
Hasil uji Durbin Watson dari 3 jenis belanja dengan PDRB menunjukkan nilai 3.524. Data tersebut
diambil dari tahun 2014 sampai 2018. Data initidak dapat dicari nilai tabel Durbin Watson karena
data tidak mencukupi.
Output Nilai Koefisien
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 445577,075 12273,894 36,303 ,001
Transfer ,402 1,121 ,113 ,359 ,754
Barang -,423 ,128 -1,041 -3,312 ,080
a. Dependent Variable: Kemiskinan
Output Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1387,857 4135,514 -,336 ,769
Transfer ,150 ,378 ,328 ,397 ,730
Barang ,019 ,043 ,370 ,448 ,698
a. Dependent Variable: ABS_RES
Hipotesis :
H0 : Tidak ada heterokedastisitas
H1 : Ada heterokedastisitas
Keputusan :
H0 diterima apabila nilai signifikansi lebih dari 5%.
Hasil uji Glejser dari variabel transfer dan barang terhadap kemiskinan didapatkan nilai
signifikansi berturut-turut sebesar 0.730 dan 0.698. Nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan taraf
signifikan 5% maka dapat diambil keputusan bahwa H0 diterima. Dari keputusan tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
B. Lampiran Penelitian Lainnya (Hasil Tidak Signifikan)
1. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah per-Fungsi terhadap Kemiskinan.
Model Penelitian :
KMt = f(Pt, Kt, St)
Dimana:
KMt : jumlah penduduk miskin pada saat t.
Pt : pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan pada saat t (miliar rupiah).
Kt : pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan pada saat t (miliar rupiah)
Sehingga persamaannya,
KMt = α0 + α1Pt + α2Kt.
Pengolahan Data:
Variabel Tingkat Level 1st difference 2nd difference
t-statistik p-value t-statistik p-value t-statistik p-value
Kemiskinan -3.119173 0.0610 -4.744816 0.0083
Pendidikan dan Budaya
1.312109 0.9938 -2.596866 0.1357 -1.819163 0.3347
Kesehatan 1.367168 0.9944 2.764040 0.9995 1.458315 0.9941
Hasil Penelitian:
Hipotesis :
H0 : Data tidak stasioner.
H1 : Data stasioner.
Keputusan :
H0 diterima apabila nilai signifikansi (p-value) kurang dari 1%, 5%, atau 10%.
Sumber : Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik
Judul Penelitian : Analisis Dampak Pengeluaran Pemerintah di Bidang Pendidikan,
Kesehatan dan Pengeluaran Subsidi terhadap Kemiskinan di Indonesia
Pengarang :Misdawita dan A. Arini, Putri Sari
Langkah pertama dalam metode Error Correction Model (ECM) adalah uji stasioner dengan
menggunakan Augmented Dicky-Fuller test. Berdasarkan tabel variabel kemiskinan sudah
stasioner dalam level 10%. Sedangkan variabel lainnya belum stasioner dalam level sehingga
dilanjutkan uji derajat integrasi kesatu (1st difference) dan kedua (2nd difference). Namun,dua
variabel tersebut belum stasioner. Maka penelitian ini tidak dapat dilanjutkan karena terdapat
variabel yang tidak stasioner.
2. Pengaruh Tenaga Kerja, Pendapatan Asli Daerah, dan Indeks Pembangunan Manusia
terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto
Pengolahan Data :
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -544822.029 22952127.706 -.024 .985
TK .053 .373 .080 .143 .910
PAD 20.638 29.552 .840 .698 .612
IPM 16220.828 304211.702 .081 .053 .966
a. Dependent Variable: PDRB
Model Penelitian :
PDRB = f(TK, PAD, IPM)
Dimana:
PDRB : pendapatan domestik regional bruto.
TK : tenaga kerja.
PAD : pendapatan asli daerah.
IPM : indeks pembangunan manusia.
Sehingga persamaannya,
PDRB = -544822.029 + 0.053*TK + 20.063*PAD + 16220.828*IPM
Jurnal :
Pendapatan Asli Daerah, Indeks Pembangunan Manusia, dan Tenaga Kerja terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (38 Kabupaten atau Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun
2011-2016)
Pengarang :
Asya Yandi Dea Kristina
Hasil Penelitian:
Hipotesis:
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y).
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen
(Y).
Keputusan :
H0 ditolak apabila nilai signifikansi (p-value) kurang dari 1%, 5%, atau 10%
Jika dilihat dari nilai signifikansi tenaga kerja, pendapatan asli daerah dan indeks pembangungan
manusia nilainya berturut-turut sebesar 0.910, 0.612, dan 0.966 lebih besar dari batas
signifikansi. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja, pendapatan asli daerah dan indeks
pembangunan manusia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB.
3. Pengaruh Pendidikan dan Budaya, Kesehatan, Ekonomi dan Sosial terhadap
Kemiskinan (POV)
Pengolahan Data :
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 376573.848 29867.708 12.608 .000
dikbud 1.707E-9 .000 1.753 .943 .389
kes -1.213E-9 .000 -.701 -.700 .515
eko -5.398E-10 .000 -2.500 -.556 .602
sos 5.251E-10 .000 1.617 .443 .676
a. Dependent Variable: pov
Model Penelitian :
POV = f(PB, K, E, S)
Sumber :
Jurnal Comparison of Budget Classification
Judul :
Relationship Between Goverment Expenditure and Poverty Rate in Indonesia
Pengarang :
Tejo Birowo
Dimana:
POV : Tingkat kemiskinan di Indonesia pada saat t.
PB : Pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan dan budaya (miliar rupiah).
K : Pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan (miliar rupiah).
E : Pengeluaran pemerintah di bidang ekonomi (miliar rupiah).
S : Pengeluaran pemerintah di bidang sosial (miliar rupiah).
Sehingga persamaannya,
POV = 376573.848 + 1.707E-9*PB – 1.213E-9*K – 5.398E-10*E + 5.251E-10*S
Hasil Penelitian :
Hipotesis :
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y).
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen
(Y).
Keputusan :
H0 ditolak apabila nilai signifikansi (p-value) kurang dari 1%, 5%, atau 10%
Berdasarkan tabel di atas nilai signifikansi pendidikan dan budaya, kesehatan, ekonomi, dan
sosial nilainya berturut-turut sebesar 0.39, 0.515, 0.602, dan 0.676 lebih besar dari batas
signifikansi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dan budaya, kesehatan, ekonomi, dan sosial
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan.
4. Pengaruh PMTB, pertumbuhan penduduk, keterbukaan ekspor-impor dan
pengeluaran pemerintah terhadap PDRB.
Pengolahan Data :
Sumber :
Jurnal Ekonomi
Judul Penelitian :
The Effect of Goverment Expenditure on Economic Growth : The Case of Malaysia
Pengarang :
Al Gifari Hasnul
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -267,703 703,106 -0,381 0,723
PMTB 4,403 282,548 0,063 0,016 0,988 0,011 92,746
PENDUDUK -0,810 24,125 -0,022 -0,034 0,975 0,422 2,371
OPEN 65,261 81,081 0,662 0,805 0,466 0,264 3,788
PP -18,190 104,812 -0,672 -0,174 0,871 0,012 84,079
a. Dependent Variable: PDRB
Model Penelitian :
Ln PDRB = -267,703 + 4,403*Ln PMTB – 0,81*Ln Penduduk + 65,261*Ln OPEN – 18,190*Ln PP
Dimana:
PDRB : pendapatan domestik bruto.
PMTB : investasi pembentukan modal tetap bruto.
Penduduk : pertumbuhan penduduk.
OPEN : keterbukaan terhadap ekspor-impor.
PP : pengeluaran pemerintah.
Hasil Penelitian :
Hipotesis :
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y).
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen
(Y).
Keputusan :
H0 ditolak apabila nilai signifikansi (p-value) kurang dari 1%, 5%, atau 10%
Tabel di atas menunjukkan signifikansi PMTB, penduduk, OPEN, dan PP nilainya berturut-turut
sebesar 0.988, 0.975, 0.466, dan 0.871 lebih besar dari batas signifikansi. Hal ini menunjukkan
bahwa PMTB, penduduk, OPEN, dan PP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
PDRB.
C. Lampiran Tabel BAB III
Tabel III.6
Profil dan Jenis Usaha BUMD di Provinsi DKI Jakarta
NO NAMA SATKER BUMD TOTAL ASET TAHUN 2017 TOTAL ASET TAHUN 2018
1 PT Bank DKI 51.433.148.000.000 -
2 PT Asuransi Bangun Askrida 2.744.310.657.443 -
3 PT Jakarta Propertindo (Konsolidasi) 16.793.973.105.856 -
4 PT Pembangunan Jaya (Konsolidasi) - -
5 PD Pembangunan Sarana Jaya 1.469.974.621.000 -
6 PT JIEXPO - -
7 PD AM Jaya 1.356.797.235.659 -
8 PD PAL Jaya 722.908.007.257 -
9 PD Pasar Jaya 4.442.176.686.578 -
10 PT Penjamin Kredit Daerah Jakarta 437.143.995.612 -
11 PT Food Station Tjipinang Jaya 561.888.836.776 -
12 PD Dharma Jaya 205.525.792.990 -
13 PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk - -
14 PT Jakarta Tourisindo 518.784.482.640 -
15 PT Grahasari Suryajaya - -
16 PT Pakuan International - -
17 PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung 525.815.000.000 -
18 PT Kawasan Berikat Nusantara 1.935.550.000.000 -
19 PT Ratax Armada - -
20 PT Mass Rapid Transit Jakarta 9.474.626.440.216 -
21 PT Transportasi Jakarta 3.429.981.885.843 -
22 PD Delta Jakarta, Tbk - -
23 PT Cemani Toka 364.349.854.138 -
Sumber : BPKD Provinsi DKI Jakarta data diolah
Tabel III.7
Pendapatan dan Belanja Pemprov DKI Jakarta Th. 2018
NOMOR
URUT
URAIAN
PAGU
REALISASI
PERSENTASE
1 PENDAPATAN DAERAH
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 44.350.077.858.844,00 43.434.550.171.708,31 98%
1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 38.125.000.000.000,00 37.538.912.332.311,59 98%
1.1.2 Retribusi Daerah 671.490.000.000,00 579.025.131.374,00 86%
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan
592.740.014.202,00 592.322.604.727,00 99%
1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah 4.960.847.844.642,00 4.724.290.103.295,73 95%
1.2 DANA PERIMBANGAN 21.401.857.864.000,00 17.855.177.072.924,00 83%
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil
Bukan Pajak
18.265.228.609.000,00 15.209.573.081.710,00 83%
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 3.136.629.255.000,00 2.645.603.991.214,00 84%
1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH
57.996.000.000,00 54.384.348.572,00 93%
1.3.1 Pendapatan Hibah 57.996.000.000,00 54.384.348.572,00 94%
JUMLAH PENDAPATAN 65.809.931.722.844,00 61.344.111.593.204,31
93%
2 BELANJA DAERAH
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 31.125.014.476.194 27.788.465.982.580,00 89%
2.1.1 BELANJA PEGAWAI 20.426.209.409.000,00 19.207.022.219.518,00 94%
2.1.2 BELANJA BUNGA 51.000.000.000,00 44.048.569.889,00 86%
2.1.3 BELANJA SUBSIDI 4.210.500.000.000,00 2.640.949.492.360,00 63%
2.1.4 BELANJA HIBAH 1.889.296.992.994,00 1.480.052.238.154,00 78%
2.1.5 BELANJA BANTUAN SOSIAL 4.183.520.562.000,00 4.068.195.900.000,00 97%
2.1.7 BELANJA BANTUAN KEUANGAN
KEPADA PROVINSI KABUPATEN KOTA
DAN PEMERINTAHAN DESA
364.487.512.200,00 346.273.033.100,00 95%
2.1.8 BELANJA TIDAK TERDUGA 2.956.421.392.833,00 1.924.529.559,00 0,6%
2.2 BELANJA LANGSUNG 41.012.395.391.186,00 33.809.152.889.973,00 82%
2.2.1 BELANJA PEGAWAI 3.094.441.452.578,00 2.792.893.958.754,00 90%
2.2.2 BELANJA BARANG DAN JASA 20.479.877.008.398,00 16.898.980.121.145,00 82%
2.2.3 BELANJA MODAL 17.438.076.930.210,00 14.117.278.810.074,00 81%
JUMLAH BELANJA 75.093.831.260.213,00 61.597.618.872.553,00 82%
Sumber : BPKD Provinsi DKI Jakarta (data diolah)
Tabel III.4 PNBP dan RM BLUD Tahun 2017 dan 2018
No Satker BLUD Layanan
Nilai Aset
(2017)
Pagu Pendapatan Pagu APBD Jumlah Pagu Pagu Pendapatan Pagu APBD Jumlah Pagu
2017 2017 2017
2018 2018 2018
1. 30 RSUD
Kesehatan
2.977.500.079.586 1.689.872.247.267 1.979.679.998.800 3.669.552.244.050 1.882.135.768.5145 2.329.237.420.135
4.211.373.188.649
2. 44 Puskesmas
Kesehatan
874.654.851.071 803.137.609.224 570.023.709.775 1.373.161.318.999 736.805.707.475 763.748.381.023
1.500.554.088.498
3.
BLUD Ambulans Gawat
Darurat Kesehatan
184.637.109.497 19.020.000.000 108.106.818.583 127.126.818.583 23.500.000.000 165.151.970.729
188.651.970.729
4. BLUD Labkesda
Kesehatan 25.934.928.379 12.599.650.283 16.117.710.879 28.717.361.162 7.700.000.000 19.775.471.096 27.475.471.096
5.
Pusat Pelayanan
Kesehatan Pegawai Kesehatan
5.828.920.144 400.000.000 17.588.382.143 17.988.382.143 2.656.200.000 18.143.900.875
20.800.100.875
6.
BLUD Akademi Perawat
Jayakarta Kesehatan
18.260.940.723 2.957.475.675 4.020.431.710 6.977.907.385 1.580.101.000 3.099.646.374
4.679.747.374
7. BLUD Perparkiran
Parkir 66.334.555.011 111.709.688.000 0 111.709.688.000 115.967.663.089 - 115.967.663.089
8.
Kantor Pengelola Taman
Margasatwa Ragunan Pariwisata
1.768.469.561.408 41.500.000.000 49.820.086.012 91.320.086.012 42.000.000.000 99.397.304.217
141.397.304.217
9.
Unit Pengelola Kawasan
Pusat Pengembangan
Usaha Mikro, Kecil,dan
Menengah serta
Pemukiman Pulogadung
Kawasan
801.022.774.671
4.563.864.000 5.758.748.528 10.322.612.528 3.800.000.000 7.730.020.482
11.530.020.482
10.
Unit Pengelola Jalan
Berbayar (ERP) Transportasi
867.303.494 0 1.659.738.162 1.659.738.162 - 4.025.953.230
4.025.953.230
11.
Pusat Pelayanan
Kesehatan Hewan dan
Peternakan
Peternakan
26.294.180.396
870.000.000 15.309.931.164 16.179.931.164 4.917.328.375 27.524.364.716
32.441.693.091
12.
3 SMK Negeri Mandiri
Pendidikan 0 0 0 0 0 0
0
Sumber: BPKD Prov. DKI Jakarta (diolah)
Analisis Legal
Tabel III.5
Penetapan BLUD
No. BLUD No. SK Penetapan Tahun
Penetapan
1. RSUD Budi Asih Kep. Gub.DKI Jakarta No 2092/2006 2006
2. RSUD Pasar Rebo Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 249/2007 2007
3. Puskesmas Kec. Cempaka Putih Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 240/2012 2012
4. Transjakarta Busway Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 626/2010 2010
5. UPT Pengelola Perparkiran Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 180/2008 2008
6. Kantor Pengelola Taman Margasatwa Ragunan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 258/2015 2015
7. RSU Kec. Mampang Prapatan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 889/2015 2015
8. RSU Kec. Kembangan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 910/2015 2015
9 RSUD Tanjung Priok Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 1582/2016 2016
10. RSUD Pasar Minggu Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 32/2017 2017
11. RSUD Jati Padang Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 2282/2017 2017
12. RSU Adhyaksa Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 2283/2017 2017
13. RSUD Kebayoran Baru Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 2284/2017 2017
14. SMKN 57 Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 1154/2018 2018
15. SMKN 27 Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 1155/2018 2018
16. UPT Terminal Terpadu Pulo Gebang Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 1985/2018 2018
Tabel III.9
Indikator Penilaian Kesehatan Fiskal Daerah Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2018
Nilai akhir: 71 , Level 3 = Nilai akhir 61 s.d. 74 (Kesehatan keuangan Daerah dengan kategori ‘Cukup’)
No Indikator Uraian Indikator Formula Bobot
Kriteria
Polari
sasi
Sub
kriteria
(dlm %)
Nilai
1 Rasio
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar
kemampuan daerah dapat
memenuhi kebutuhan belanja dari
sumber daya daerah yang dimiliki.
Realisasi PAD/Realisasi Total Pendapatan Daerah
= 43.434.550.000.000
61.334.110.000.000
= 0.71 = 71%
15% a) 0 - 25 20 Maksimal
b) 25 - 50 40
c) 50 – 70 60
d) 70 - 85 80
e) 85 - 100 100
2 Rasio Efektivitas
PAD
Rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar daerah
dapat mencapai PAD sesuai
dengan target yang telah
ditetapkan.
Realisasi Penerimaan PAD/Target Penerimaan
PAD
= 43.434.550.000.000
44.350.080.000.000
= 0.98 = 98%
15% a) 0 - 20 20 Maksimal
b) 20 - 40 40
c) 40 - 60 60
d) 60 - 80 80
e) >80 100
3 Rasio
pertumbuhan
PAD
Rasio ini digunakan untuk
mengukur pertumbuhan PAD
(PADt1-PADt0)/PADt0
= 222.974.171.708
43.434.550.000.000
= 0.051 = 5.1%
25% a) 0 - 20 20 Maksimal
b) 20 - 40 40
c) 40 - 60 60
d) 60 - 80 80
e) >80 100
4 Rasio Belanja
Modal
Rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar daerah
telah merealisasikan belanja
modal
Realisasi Belanja Modal/ Realisasi Total Belanja
APBD
= 14.117.280.000.000
61.597.620.000.000
= 0.23 = 23%
10% a) 0 – 15 20 Maksimal
b) 15- 25 40
c) 25 - 35 60
d) 35 - 50 80
e) >50 100
5 Rasio Belanja
Pegawai
Rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar daerah
Realisasi Belanja Pegawai/Realisasi Total Belanja
APBD
10% a) 0 – 20 100 Minimal
b) 20 – 40 80
*Berdasarkan data LRA sementara.
telah membelanjakan untuk
kebutuhan pegawai =
21.999.910.000.000
61.597.620.000.000
= 0.36 = 36%
c) 40 – 60 60
d) 60 – 80 40
e) >80 20
6 Penyerapan
Anggaran
Rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar daerah
telah merealisasikan belanja
sesuai dengan pagu belanja yang
telah ditetapkan
Realisasi Belanja APBD/Pagu Belanja APBD
= 61.597.620.000.000
75.093.830.000.000
= 0.82 = 82%
10% a) <80 20 Maksimal
b) 80 - 85 40
c) 85 - 90 60
d) 90 - 95 80
7 Rasio Ruang
Fiskal
Rasio ini digunakan untuk
mengukur fleksibilitas yang
dimiliki oleh daerah dalam
mengaloksikan APBD untuk
membiayai kegiatan yang menjadi
prioritas daerah.
Realisasi ((Total Pendapatan-DAK)-Belanja
Pegawai tak langsung) /Realisasi Total
Pendapatan APBD
= 39.491.490.000.000
61.344.110.000.000
= 0.64
= 64%
5% a) 0 - 10 20 Maksimal
b) 10 - 20 40
c) 20 - 40 60
d) 40 - 60 80
e) >60 100
8 Rasio
pendapatan
daerah dan
penerimaan
pembiayaan
Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat kemampuan
keuangan daerah untuk
merealisasikan pendapatan dan
penerimaan pembiayaan dalam
mendanai belanja daerah dan
pengeluaran pembiayaannya.
(Realisasi Pendapatan Daerah + Realisasi Total
Penerimaan Pembiayaan) / (Realisasi Total
Belanja Daerah + Realisasi Total Pengeluaran
Pembiayaan)
= (61.344.110.000.000 + 17.432.700.000.000)
(61.597.620.000.000 + 7.497.260.000.000)
= 78.776.810.000.000
69.094.880.000.000
= 1.14 = 114%
5% a) 0 - 90 20 Maksimal
b) 90 - 100 40
c) 100 - 110 60
d) 110 - 120 80
e) >120 100
9 Rasio SiLPA Rasio ini digunakan untuk
mengukur proporsi SiLPA tahun
sebelumnya dalam mendanai
belanja daerah tahun berjalan.
Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran
Sebelumnya/ Realisasi Total Belanja APBD
= 13.165.982.127.532
61.597.620.000.000
= 0.2137 = 21.37%
5% a) 0 - 20 100 Minimal
b) 20 - 40 80
c) 40 - 60 60
d) 60 - 80 40
e) >80 20
D. Lampiran Bab V
Tabel V.1 PDB Indonesia, PDRB DKI Jakarta per sektor 2015-2018
(dalam triliun rupiah)
PDB atas dasar Harga Konstan dalam triliun Rp
PDRB DKI Jakarta atas dasar Harga Konstan dalam triliun Rp
Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
1171.4 1210.8 1256.9 1307 1.38 1.39 1.39 1.39
B. Pertambangan dan Penggalian 767.3 774.6 779.9 796.5 2.96 2.91 2.92 2.94
C. Industri Pengolahan 1934.5 2016.9 2103.1 2193.3 186.8 193.64 207.99 219.74
D. Pengadaan Listrik dan Gas 94.9 100 101.5 107.1 3.92 3.9 4.34 5.23
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbahdan Daur Ulang
7.4 7.6 8 8.4 0.65 0.67 0.69 0.75
F. Konstruksi 879.2 925.1 987.9 1048.1 195.8 198.49 209 215.89
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1207.2 1255.8 1311.5 1376.9 234.75 245.56 259.27 276.06
H. Transportasi dan Pergudangan 348.8 374.8 406.7 435.2 45.91 51.66 56.26 61.32
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
268.9 282.8 298.5 314.9 72.6 76.82 81.29 85.78
J. Informasi dan Komunikasi 421.8 459.2 504.3 538.9 141.5 156.81 173.46 189.06
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 347.3 378.2 398.9 415.6 155.16 168.3 177.33 183.58
L. Real Estat 267 279.5 289.8 300.1 97.81 102.4 106.78 111.6
M,N. Jasa Perusahaan 148.4 159.3 172.8 187.7 106.65 115.62 125.12 139.49
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan danJaminan Sosial Wajib
310 319.9 326.5 349.5 62.32 64.39 63.06 67.89
P. Jasa Pendidikan 283 293.8 304.5 321.1 71.21 76.17 78.79 80.51
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
97.5 102.5 109.4 117.3 23.43 25.26 27.03 28.67
R,S,T,U. Jasa Lainnya 144.9 156.5 170.1 185.5 51.72 56.1 61.13 66.29
PDB 8982.5 9434.6 9912.7 10425.3 1454.56 1540.08 1635.86 1736.2
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta
2. Tabel V.2 Hasil Perhitungan National Share, Proportional Shift dan Differential Shift
Lapangan Usaha National Share
Proportional Shift
Differential Shift
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0.21 -0.05 -0.15
B. Pertambangan dan Penggalian 0.44 -0.33 -0.13
C. Industri Pengolahan 27.99 -3.00 7.95
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.59 -0.08 0.81
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.10 -0.01 0.01
F. Konstruksi 29.34 8.27 -17.52
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
35.18 -2.18 8.31
H. Transportasi dan Pergudangan 6.88 4.49 4.04
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10.88 1.54 0.76
J. Informasi dan Komunikasi 21.20 18.08 8.28
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 23.25 7.26 -2.09
L. Real Estat 14.66 -2.53 1.66
M,N. Jasa Perusahaan 15.98 12.26 4.60
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
9.34 -1.40 -2.37
P. Jasa Pendidikan 10.67 -1.08 -0.29
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.51 1.25 0.48
R,S,T,U. Jasa Lainnya 7.75 6.74 0.08
JUMLAH 217.76 49.24 14.42
3. Tabel V.2 Locational Quotient DKI Jakarta
Lapangan Usaha LQ 2015 LQ 2016 LQ 2017 LQ 2018
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0.007275 0.007033 0.006701 0.006444
B. Pertambangan dan Penggalian 0.023823 0.023014 0.022688 0.022367
C. Industri Pengolahan 0.596312 0.588154 0.599278 0.607095
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.255085 0.238916 0.259101 0.295909 E. Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbahdan Daur Ulang 0.542434 0.540059 0.522643 0.541038
F. Konstruksi 1.375278 1.314408 1.281974 1.248175 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1.200859 1.197891 1.197925 1.214918
H. Transportasi dan Pergudangan 0.812824 0.844374 0.838246 0.853806
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1.667291 1.664083 1.650208 1.650666
J. Informasi dan Komunikasi 2.071646 2.091954 2.084281 2.125873
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 2.758929 2.726106 2.693792 2.676675
L. Real Estat 2.262234 2.24439 2.232736 2.25343
M,N. Jasa Perusahaan 4.438054 4.446286 4.387618 4.503235 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1.241456 1.233061 1.170352 1.177076
Jasa Pendidikan 1.55389 1.588226 1.567941 1.519341
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.483998 1.509697 1.497182 1.48107
R,S,T,U. Jasa Lainnya 2.204224 2.195982 2.177689 2.165459
Provinsi DKI Jakarta
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN