DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik...

46
1 DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus acoroides PADA BERBAGAI GRADIEN EUTROFIKASI DI KEPULAUAN SPERMONDE SKRIPSI Oleh EKARISTI S. GELONG JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Transcript of DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik...

Page 1: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

1

DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus acoroides PADA BERBAGAI GRADIEN

EUTROFIKASI DI KEPULAUAN SPERMONDE

SKRIPSI

Oleh EKARISTI S. GELONG

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2016

Page 2: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

2

ABSTRAK

EKARISTI S. GELONG. L111 10 273 Diversitas dan Biomassa Epifit Pada Lamun Enhalus acoroides Pada Berbagai Gradien Eutrofikasi Di Kepulauan Spermonde. Dibimbing oleh AKBAR TAHIR dan KHAIRUL AMRI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman (diversitas) dan biomassa epifit yang menempel pada daun lamun Enhalus acoroides pada berbagai gradien eutrofikasi di Kepulauan Spermonde. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2015 mengunakan metode purposive sampling dengan memperhatikan kedalaman dan keberadaan lamun Enhalus acoroides. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel epifit pada bagian daun lamun Enhalus acoroides dilokasi penelitian selanjutnya diidentifikasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 7 Familia, dan 14 jenis genera ditemukan di lokasi penelitian yaitu Boodlea, Amphiroa, Fosliella, Caulachantus, Centroceras, Ceramium, Hypnea, Laurencia, Hersposiphonia, Acanthophora, Gracilaria, dan 3 jenis Unidentified algae. Gradien lingkungan (jarak dari daratan utama) hanya memberikan pengaruh terhadap biomassa epifit tidak dalam jumlah jenis. Semakin dekat dengan daratan utama maka biomass epifit semakin besar.

Kata kunci :Epifit, Eutrofikasi, Gradien, Lamun, Identifikasi.

Page 3: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

3

DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus acoroides PADA BERBAGAI GRADIEN

EUTROFIKASI DI KEPULAUAN SPERMONDE

Oleh EKARISTI S. GELONG

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2016

Page 4: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

4

HALAMAN PENGESAHAN

Judul skripsi : Diversitas dan Biomassa Epifit Pada Lamun Enhalus Acoroides

Pada Berbagai Gradien Eutrofikasi Di Kepulauan Spermonde

Nama : Ekaristi S. Gelong

Nomor Pokok : L 111 10 273

Jurusan : Ilmu Kelautan

Skripsi telah diperiksa

dan disetujui oleh

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Akbar Tahir, M.Sc

NIP. 19610718 198810 1 001

Pembimbing Anggota

Dr. Khairul Amri, ST, M.Sc.Stud

NIP. 19690706 199512 1 002

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc

NIP. 19670308 199003 1 001

Ketua Program Studi

Ilmu Kelautan,

Dr. Mahatma Lanuru, ST. M.Sc

NIP. 197010291995031001

Tanggal lulus : Mei 2016

Page 5: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

5

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 September

1991 di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan. Anak

pertama dari empat bersaudara dari pasangan Daud

Gelong dan Damaris. Pada tahun 2004 lulus dari SD

Frater Teratai II Makassar, tahun 2007 lulus dari SMP

Frater Thamrin Makassar, dan tahun 2010 lulus dari

SMA Katolik Rajawali Makassar. Pada tahun 2010,

melalui SNMPTN penulis berhasil diterima pada

Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pada tahun 2013, penulis melaksanakan salah satu tridarma perguruan

tinggi yaitu pengabdian masyarakat dengan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN)

gelombang 85, di Desa Mekkatta Selatan, Kec. Malunda, Kab. Majene, Sulawesi

Barat. Pada saat bersamaan, penulis sekaligus melaksanakan Praktek Kerja

Lapang (PKL) di Desa Mekkatta Selatan, Kec. Malunda, Kab. Majene dengan

judul “Penentuan Jenis Butiran Sedimen Yang Tersebar Di Pantai Desa Mekkatta

Selatan, Kecamatan Malunda Kabupaten Majene”.

Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi, penulis melakukan

penelitian dengan judul “Diversitas dan Biomassa Epifit Pada Lamun Enhalus

Acoroides Pada Berbagai Gradien Eutrofikasi Di Kepulauan Spermonde”

dibawah bimbingan bapak Prof. Dr. Akbar Tahir, M.Sc., dan Dr. Khairul Amri, ST,

M.Sc.Stud.

Page 6: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa di

dalam Yesus Kristus atas berkat penyertaan-Nya serta kasih-Nya yang tiada

berkesudahan, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan

menyelesaikan skripsi ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang

tua penulis, Bapak Daud Gelong dan Ibu Damaris atas segala kasih sayang,

doa, Bimbingan , Kesabaran dan dukungan yang tiada henti bagi penulis.

Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya juga penulis

ucapakan kepada Bapak Prof. Dr. Akbar Tahir, M.Sc, selaku pembimbing

pertama dan Bapak Khairul Amri, ST, M.Sc.Stud selaku pembimbing kedua

atas segala waktu, arahan dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.

Melalui kesempatan yang berharga ini, penulis juga mengucapkan terima

kasih :

1. Kepada Bapak Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si. Bapak Prof. Dr. Ir. Chair

Rani, M.Sc dan Ibu Dr. Inayah Yasir, M.Sc. yang telah meluangkan waktu

serta pikiran untuk ikut membimbing dan mengarahkanku melalui kritik dan

saran yang membangun hingga skripsi ini dapat selesai sesuai yang

diinginkan.

2. Kepada Bapak Prof.Dr.Ir. Jamaluddin Djompa , M.Sc selaku Dekan FIKP

beserta jajarannya, Bapak Dr. Mahatma Lanuru, ST,M.Sc selaku Ketua

Jurusan Ilmu Kelautan. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kelautan

atas segala limpahan ilmu dan pengetahuannya yang diberikan kepada

penulis selama masa studi.

3. Bapak Dr.Syafyuddin Yusuf, ST, M.Si. selaku pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat menyelesaikan

kuliah pada Jurusan Ilmu Kelautan.

4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kelautan yang telah membagikan

pengetahuan dan pengalaman kepada penulis.

5. Kepada saudara-saudaraku, Meyke Gelong, Devi Gelong, dan Angelica

Gelong serta partner in crime Silvana Bontinge yang selalu dan terus

memberikan semangat dan doa kepada penulis.

Page 7: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

7

6. Seluruh staf pegawai FIKP UH dan Laboran yang tidak dapat disebutkan

namanya satu per satu yang selalu mendukung penulis secara ikhlas, sadar

ataupun tidak, membantu penulis mengurus berkas, serta penyemangat di

saat penulis butuh.

7. Kepada Sahabat-sahabat seperjuangan di KONSERVASI 2010 (Kosong

Sepuluh Berjuta Variasi) Nenni, Budi, Eki, Frans, Akram, Iswan, Hans,

Ikram, Ifha, Nisa, Zusan, Hesti, Fira, Mardi, Setiawan, Putra, Januar,

Andri, Weindri, Tuti, Asri, Talib, Dian, Dilla, Saldi, Zulfi, Ulil, Azan,

Mudin, Ria, Roni, Tendri, Cute, Ashar, Chandra, Cia, Mito, Ipul, Ulli’, dan

Wahid yang selalu mendampingi dan menyemangati.

8. Kepada teman-teman PERMAKRIS IK UNHAS, pengurus Sekolah Minggu

Gereja Toraja (SMGT) Klasis Makassar, rekan-rekan pemuda

Persekutuan Pemuda Gereja Toraja Jemaat Bontoala, pengurus SMGT

Jemaat Bontoala, dan sahabat-sahabat persekutuan SILOAM BASE

UNHAS atas doa dan dukungannya.

9. Kepada Keluarga Mahasiwa Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin atas

dukungan, doa, serta canda tawanya. Terima kasih atas semua pelajaran

hidup yang kalian berikan.

10. Kepada seluruh pihak yang ikut menjadi bagian dari perjuangan penulis

dalam penyelesaikan studi di Jurusan Ilmu Kelautan.

Semoga Tuhan membalas segala bentuk kebaikan dan ketulusan yang

telah diberikan.

Penulis,

Ekaristi S. Gelong

Page 8: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

8

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL…....……………………………………………..............................iv

DAFTAR GAMBAR.……………………………………………………..………………v

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….……….....vii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………...………….........……………..…1

B. Tujuan dan Kegunaan….…………...……………….........……………..…2

C. Ruang Lingkup…………….…………………..…….….......………………3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lamun……………………………………….….........….........…………..…4

B. Epifit………………………………………….......….….......................….6

C. Asosiasi Epifit Pada Lamun...................................................................7

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Epifit….......................7

a) Intensitas Cahaya........................................................................7

b) Suhu .........................................................................................7

c) Salinitas.....................................................................................8

d) Kecepatan Arus..........................................................................8

e) Nitrat..........................................................................................8

f) Fosfat........................................................................................8

E. Eutrofikasi.......................................................................................9

F. Hubungan Antara Eutrofikasi Dengan Epifit Pada Daerah

Lamun...........................................................................................10

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat.........................................................................11

B. Alat dan Bahan..............................................................................11

C. Prosedur Penelitian........................................................................12

a) Persiapan .................................................................................13

b) Penentuan Lokasi Stasiun..........................................................13

c) Pengambilan Sampel Lamun ........................................................13

d) Pengambilan Sampel Epifit........................................................14

Page 9: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

9

e) Pengamatan dan identifikasi Epifit.............................................14

f) Pengukuran Parameter Lingkungan............................................14

D. Pengolahan dan Analisis Data........................................................17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Lingkungan.......................................................................18

B. Komposisi Jenis Epifit...................................................................18

C. Biomassa Epifit Setiap Stasiun ......................................................27

D. Jumlah Jenis Epifit Pada Setiap Stasiun.........................................27

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ......................................................................................31

B. Saran............................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA………………..........……………………...…………….………58

LAMPIRAN…………………………………..........………………...…………………60

Page 10: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

10

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jenis-jenis ganggang epifit yang ditemukan pada permukaan daun lamun Enhalus acoroides.........................................................................................23

Page 11: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

11

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Enhalus acoroides .........................................................................................6

2. Tingkat kesuburan perairan Spermonde berdasarkan konsentrasi Nitrat dan

Fosfat (Faisal, 2012).......................................................................................9

3. Peta Lokasi Penelitian...................................................................................11

4. Komposisi jenis ganggang epifit yang ditemukan pada permukaan daun

lamun Enhalus acoroides..............................................................................19

5. Dominansi divisio ganggang epifit pada setiap lokasi...................................19

6. Komposisi ganggang epifit kedalam famili yang ditemukan pada permukaan

daun lamun Enhalus acoroides.....................................................................20

7. Genus Boodlea.............................................................................................17

8. Genus Amphiroa...........................................................................................22

9. Genus Fosliella.............................................................................................23

10. Genus Caulacanthus....................................................................................23

11. Genus Centroceras.......................................................................................24

12. Genus Ceramium..........................................................................................24

13. Genus Hypnea..............................................................................................25

14. Genus Laurencia...........................................................................................25

15. Genus Hersposiphonia..................................................................................26

16. Genus Acanthophora....................................................................................26

17. Genus Gracilaria...........................................................................................27

18. Rata-rata biomassa epifit pada setiap stasiun..............................................27

19. Jumlah Jenis epifit pada setiap stasiun.........................................................29

Page 12: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

12

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Rata-rata Ukuran Daun Lamun (cm)............................................................ 35

2. Rata-Rata Biomassa Epifit............................................................................ 36

3. Hasil Pengelompokan Jenis Epifit Pada Daun Lamun Enhalus acoroides.37

4. Uji Analysis of Varians Biomassa Epifit Dan Stasiun................................... 38

5. Uji Analysis of Varians Jumlah Jenis Epifit dan Stasiun............................. 39

6. Data Parameter Lingkungan Perairan Lokasi Penelitian...............................40

Page 13: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

13

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum epifit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup pada

sebuah tanaman, dengan atau tanpa ada hubungannya dengan ketersediaan

nutrisi. Pada beberapa literatur sejumlah organisme epifit pada lamun dikaitkan

dengan asosiasi epifit dan inangnya. Beberapa hasil percobaan menunjukkan

adanya hubungan antara epifit dengan inangnya tersebut (Harlin, 1980).

Epifit yang berasosiasi pada lamun merujuk pada seluruh organisme

autotrofik (produsen primer) yang tinggal menetap di bawah permukaan (air)

menempel pada rhizoma, batang dan daun lamun. Istilah ini sering digunakan

mengacu pada semua organisme (hewan atau tumbuhan) yang hidup dan

berkembang di lamun. Epifit pada lamun sangat berpengaruh sebagai indikator

kesehatan lamun. Pada area yang diamati dengan asupan nutrien yang tinggi,

epifit meningkatkan biomassa dan secara substansial mengakibatkan kerusakan

bagi lamun. Menurut Tomasko dan Lapointe (1991) peningkatan konsentrasi

nutrien pada kolom air akan meningkatkan biomasa epifit dan menurunkan

tingkat pertumbuhan rhizoma secara substansial, yang merupakan akibat dari

rendahnya densitas daun sehingga menurunkan produktivitas primer lamun

secara keseluruhan.

Eutrofikasi merupakan proses pengayaan nutrien dan bahan organik

dalam perairan. Hal ini menyebabkan peningkatan kesuburan perairan dan dapat

mengganggu keseimbangan ekosistem. Eutrofikasi dapat disebabkan beberapa

hal sebagian besar diantaranya oleh aktivitas manusia di bidang pertanian dan

peternakan, sisanya berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu sendiri.

Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga, tumbuhan air berukuran mikro,

Page 14: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

14

untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat (blooming) akibat ketersediaan

fosfat yang berlebihan serta kondisi lain yang memadai. Pada perairan yang

mengalami eutrofikasi, keseimbangan ekosistem air menjadi terganggu.

Tanaman akuatik (termasuk alga) akan berkembang biak dengan pesat dan

secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan

alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi pH dan oksigen terlarut menjadi

besar pula. Hal ini akan menyebabkan terganggunya proses metabolik dalam

organisme, yang akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Kadar nutrien dalam air laut mempengaruhi laju pertumbuhan organisme

pada suatu ekosistem dalam laut. Hutomo (2003) menjelaskan bahwa

pengayaan nutrien dapat meningkatkan pertumbuhan epifit pada permukaan

daun lamun. Nutrien memang dibutuhkan bagi pertumbuhan lamun, tetapi

konsentrasi di tubuhnya lebih rendah daripada di tubuh algae makro. Karena

perbedaan rasio antara karbon: nitrogen: fosfor, di dalam tubuhnya, algae makro

dapat mendominasi lamun pada kondisi nutrien yang berlebihan, baik sebagai

epifit maupun spesies yang terapung bebas yang sebenarnya berasal dari bentuk

yang menempel. Pertumbuhan epifit yang meningkat, pada akhirnya mengurangi

sinar matahari sampai 65 % yang mengurangi laju fotosintesis dan kerapatan

daun lamun yang pada akhirnya merubah komposisi komunitas padang lamun

secara keseluruhan.

B. Tujuan dan Kegunaaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman

(diversitas) dan biomassa epifit yang menempel pada daun lamun Enhalus

acoroides pada berbagai gradien eutrofikasi di Kepulauan Spermonde.

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan referensi diversitas

epifit pada daun lamun Enhalus acoroides di Kepulauan Spermonde.

Page 15: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

15

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini mencakup beberapa pulau di Spermonde

berdasarkan jarak yang berbeda dari daratan utama.

Aspek yang diteliti dalam penelitian ini mencakup komposisi jenis dan

biomassa epifit pada daun lamun Enhalus acoroides, pengukuran parameter

lingkungan seperti suhu, salinitas, kekeruhan dan nutrien (Nitrat dan Fosfat).

Page 16: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lamun

Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang termasuk ke

dalam tumbuhan berbiji satu (Monocotyledocae) yang mempunyai akar, rimpang

(rhizome), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan tumbuhan berpembuluh

yang tumbuh di darat yang mampu tumbuh di laut. Faktor yang sangat

menentukan sehingga bisa tumbuh di laut adalah adanya akar dan rimpang

yang berfungsi sebagai jangkar dan menyerap hara dari air (interstitial water)

sedimen, mampu hidup dalam keadaan terbenam dalam air laut dan melakukan

penyerbukan di air (Arber, 1920 dalam Den Hartog, 1970).

Lamun merupakan tumbuhan yang mampu hidup dan tumbuh subur pada

daerah terbuka terutama pada daerah pasang surut dan perairan pantai yang

bersubstrat pasir, lumpur, kerikil, maupun pecahan karang mati dengan

kedalaman hingga 4 meter. Pada daerah tropis lamun dapat berkembang sangat

baik dan dapat tumbuh di berbagai habitat mulai pada kondisi nutrien rendah

sampai nutrien tinggi (Dahuri et al., 2001).

Lamun adalah tumbuhan yang ditempatkan pada class Angiospremae,

dan subclassis Monocotyledoneae. Di perairan Indonesia sejauh ini dapat

ditemukan 2 familia dari 4 familia yang sudah diketahui yaitu Hydrocharitaceae

dan Potamogetonaceae (Den Hartog, 1970).

Secara lengkap klasifikasi beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di

perairan pantai pulau Indonesia (John Kuo, & Den Hartog, 2001) yaitu sebagai

berikut:

Divisio : Anthophyta

Class : Monocotyledonae

Page 17: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

17

Ordo : Helobeae

Famili : Potamogetonacea

Genus : Cymodoceae, Halodule, Syringodium,

Thalassodendron

Spesies : Cymodoceae rotundata, Cymodoceae

serrulata, Halodule pinifolia, Halodule

uninervis, Syringodium isoetifolium,

Thallassodendron ciliatum

Famili : Hydrocharitaceae

Genus : Enhalus, Halophila, Thalassia

Spesies : Enhalus acoroides, Halophila decipiens, Halophila

minor,

Halophila ovalis, Halophila spinulosa, Thalassia

hemprichii

Dari berbagai spesies lamun di atas, Enhalus acoroides memiliki karakter

dan bentuk fisik lebih besar dibandingkan dengan spesies lamun yang lain. Hal

Ini dibuktikan dari ciri-ciri morfologi Enhalus acoroides yang memiliki bentuk daun

panjang dan lebar menyerupai sabuk, lebar daun yang mampu mencapai lebih

dari 3 cm, panjang daun 30-150 cm, dan rimpangnya yang berdiameter lebih dari

1 cm (Moriaty, & Boon, 1989).

Page 18: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

18

Gambar 1. Enhalus acoroides

Permukaan daun Enhalus acoroides yang panjang dan lebar mampu

menyediakan habitat yang luas sebagai tempat tinggal dan sumber makanan

untuk epifit dalam kelangsungan hidupnya.

Organisme epifit yang menempel pada lamun tergolong dalam berbagai

jenis yaitu : makroalgae, mikroalgae, bakteri dan detritus, jamur, spons, bryozoa,

ascidia, protozoa, crustacean, dan moluska. Epifit memiliki pertumbuhan yang

relative cepat. Organisme pada lamun yang paling dominan jumlah dan

keragaman adalah alga (Borowitzka et al, 2006).

B. Epifit

Epifit merupakan organisme yang berfotosintesis yang hidup pada alga

atau tumbuhan lain. Epifit dapat diartikan sebagai tumbuhan yang menumpang

pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya. Berbeda dengan parasit, epifit

dapat sepenuhnya mandiri, lepas dari tanah sebagai penyangga dan penyedia

hara bagi kehidupannya, maupun dari hara yang disediakan tumbuhan lain

(Castro & Huber 2007).

Page 19: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

19

Sebagian besar tumbuhan epifit pada lamun juga termasuk ganggang

(Algae) yang hidup pada permukaan lamun baik itu pada daun maupun

rimpangnya. Ganggang yang hidup sebagai epifit terdapat hampir di semua jenis

alga mulai dari alga biru (Cyanophyceae), alga hijau (Chlorophyceae), alga

keemasan (Chrysophyceae), alga coklat (Phaeophyceae), alga merah

(Rhodophyceae).

C. Asosiasi Epifit Pada Lamun

Epifit merupakan organisme yang hidup menempel pada inang

khususnya pada lamun. Terdapat pada bagian permukaan daun dengan

kelimpahan paling tinggi. Hal ini disebabkan karena bagian daun menyediakan

substrat padat yang memiliki akses terhadap cahaya, nutrien dan pertukaran air

(Arifin, 2001).

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Epifit

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi epifit

pada lamun diantaranya adalah intensitas cahaya, suhu, salinitas, kecepatan

arus, fosfat dan nitrat,

a. Intensitas Cahaya

Epifit dan lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi

untuk melaksanakan proses fotosintesis. Hal ini terbukti dari hasil

observasi Hutomo (2003) yang menunjukkan bahwa distribusi epifit dan

lamun hanya terbatas pada perairan yang tidak terlalu dalam.

b. `Suhu

Kisaran suhu optimal bagi epifit adalah 25-30oC. Kemampuan

proses fotosintesis akan menurun dengan tajam apabila suhu perairan

berada di luar kisaran optimal tersebut (Rifqi, 2008).

Page 20: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

20

c. Salinitas

Organisme epifit memiliki kemampuan toleransi yang berbeda

terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang cukup

luas yaitu 10-40 0/00. Nilai salinitas optimum untuk lamun dan epifit

adalah 35 0/00 . Nilai salinitas yang diakibatkan oleh berkurangnya suplai

air tawar dan sungai atau daratan menjadi salah satu faktor yang dapat

menyebabkan kerusakan pada ekosistem padang lamun (Rifqi, 2008).

d. Kecepatan Arus Perairan

Kecepatan arus bermanfaat bagi banyak biota menyangkut

penambahan makanan/nutrien. Kecepatan arus merupakan faktor

pertambahan makanan biota sebagai pengangkut nutrien pada suatu

perairan ke perairan lain.

e. Nitrat

Nitrat (NO3) adalah bentuk nitrogen dominan di perairan alami dan

merupakan nutrien utama pada ekosistem padang lamun dan ekosistem

lainnya. Ketersediaan nutrien menjadi faktor pembatas pertumbuhan,

kelimpahan. Dan morfologi lamun pada perairan yang jernih.

Konsentrasi N dan P dalam perairan sangat sedikit padahal sangat

dibutuhkan. Kandungan nitrat rata-rata di perairan laut sebesar 0.5 ppm

dan kandungan fosfat lebih rendah dari itu (Effendi, 2003).

f. Fosfat

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh

tumbuhan. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur

utama lain yang merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak

terdapat di atmosfer. Fosfor juga merupakan unsur esensial bagi

tumbuhan dan alga akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat

Page 21: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

21

produktivitas perairan. Senyawa ini menggambarkan subur tidaknya

suatu perairan (Effendi, 2003).

E. Eutrofikasi

Eutrofikasi didefinisikan sebagai pengayaan (enrichment) air dengan

nutrien atau unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan

dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas primer perairan. Nutrien

yang dimaksud adalah nitrogen dan fosfor (Effendi, 2003). Faisal (2012)

menunjukkan adanya perbedaan konsentrasi eutrofikasi (konsentrasi nitrat dan

fosfat) di perairan Spermonde berdasarkan zona-zona yang berbeda jarak dari

daratan utama. Konsentrasi nutrien lebih tinggi pada zona yang lebih dekat

dengan daratan utama.

Gambar 2. Tingkat kesuburan perairan Spermonde berdasarkan konsentrasi

a). Nitrat dan b). Fosfat (Faisal, 2012)

Pembagian zona di Kepulauan Spermonde yaitu berdasarkan distribusi

karang, jarak dari daratan utama, dan kedalaman perairan, yang terbagi menjadi

empat zona. Zona pertama (1) adalah zona yang disebut dengan zona dalam

(inner zone) yg berbatasan lansung dengan daratan utama. Kedalaman rata-rata

10 meter dan substrat lebih didominasi oleh pasir berlumpur. Zona kedua (2)

disebut dengan zona tengah bagian dalam (middle inner zone) dengan rata-rata

kedalaman 30 meter, jarak dari daratan utama kurang dari 5 kilometer, dengan

substrat didominasi oleh karang (reef plat). Zona ketiga (3) atau zona tengah

Page 22: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

22

bagian tengah luar (middle outer zone) dengan kedalaman perairan 30-50 meter,

dan substrat dasar terumbu sampai pada slope. Zona keempat (4) adalah zona

terluar (outer zone) dengan ciri khusus terumbu penghalang, kedalaman rata-rata

40-50 meter bahkan ada yang mencapai 100 meter, dengan jarak rata-rata dari

daratan 30 kilometer (Hutchinson, 1945 dalam Hoekseama, 1990).

Kondisi eutrofik pada suatu perairan yang disebabkan oleh adanya

peningkatan unsur hara (nitrat dan fosfat) menyebabkan perairan tersebut

menjadi berlimpah sumber makanan bagi organisme mikro. Hal ini

mengakibatkan algae, tumbuhan air berukuran mikro, maupun epifit untuk

tumbuh berkembang biak dengan pesat (blooming).

F. Hubungan Antara Eutrofikasi Dengan Epifit Pada Daerah Lamun

Kondisi eutrofik pada suatu perairan mengakibatkan pertumbuhan

organisme menjadi tidak tekendali. Peningkatan nutrien oleh proses eutrofikasi

menyebabkan kerusakan lingkungan yang secara substansial disebabkan oleh

organisme mikro, algae maupun epifit. Pada daerah lamun kodisi eutrofik dapat

dilihat dengan menggunakan biomassa sebagai indikator eutrofikasi.

Eutrofikasi merupakan penyebab degradasi padang lamun yang paling

banyak dilaporkan dan tentunya akan tetap merupakan ancaman serius terhadap

populasi lamun di masa datang (Short & Wyllie-Echeverria 1996; Alongi 1998;

Ralph et al. 2006). Peningkatan nutrien akan memicu pertumbuhan produsen

primer yang mengarah pada perubahan komposisi spesies (Alongi 1998).

Eutrofikasi menyebabkan munculnya spesies yang bersifat oportunistik dan

nitrophilous (Orfanidis et al. 2003; Moreira et al. 2006).

Page 23: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

23

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Februari

sampai Mei 2015. Lokasi penelitian bertempat di Pulau Lae-lae, Pulau

Barranglompo, dan Pulau Lumu-lumu yang seluruhnya masuk ke dalam wilayah

kota Makassar. Identifikasi epifit dilakukan di Laboratorium Biologi Laut Jurusan

Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantong sampel yang

berfungsi untuk menyimpan sampel, kamera digital untuk mendokumentasikan

Page 24: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

24

kegiatan penelitian, cool box untuk menyimpan semua sampel yang telah

diambil, alat tulis menulis untuk mencatat sampel yang didapat, spidol permanen

untuk pelabelan, botol sampel untuk menyimpan sampel epifit.

Untuk pengukuran data oseanografi digunakan layang-layang arus untuk

mengukur arah kecepatan arus, Secchi Disk untuk mengukur kecerahan

perairan, kompas bidik untuk mengetahui arah arus, Water Quality Checker

(WQC) untuk mengukur suhu perairan, salinitas perairan, dan kekeruhan, dan

buku identifikasi yang digunakan untuk mengidentifkasi sampel epifit.

Bahan yang digunakan adalah ethanol 70% untuk mengawetkan sampel.

Sampel air laut yang di ambil pada kolom air dengan menggunakan botol

sampel untuk menganalisis nitrat dan fosfat yang selanjutnya dianalisis di

laboratorium

Untuk sampel epifit dilakukan di laboratorium dengan menggunakan pisau

untuk memisahkan epifit dari daun lamun, penggaris untuk mengukur panjang

dan lebar daun lamun, stereo-microscope dan compound-microscope sebagai

alat identifikasi epifit, cawan petri sebagai wadah unutk menaruh epifit, serta

deck gelas dan objek gelas untuk mengamati sampel epifit yang berukuran kecil.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilakukan dalam enam tahap yaitu tahap persiapan,

penentuan lokasi stasiun, pengambilan sampel lamun, pengambilan data

parameter oseanografi, pengambilan sampel epifit, serta pengamatan dan

identifikasi sampel.

Page 25: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

25

a. Persiapan

Pada tahap persiapan kegiatan yang dilakukan adalah konsultasi,

pengumpulan referensi, serta persiapan pengumpulan peralatan yang akan

digunakan saat penelitian.

b. Penentuan lokasi stasiun

Lokasi stasiun pengamatan ditentukan dengan menentukan tiga stasiun

berurut pada beberapa pulau yang masing-masing merupakan keterwakilan dari

beberapa zona-zona di perairan Spermonde yaitu Pulau Lae-lae (inner zone),

Pulau Barranglompo (middle inner zone), dan Pulau Lumu-lumu (middle outer

zone).

c. Pengambilan sampel lamun

Pengambilan sampel lamun dilakukan sebagai berikut :

1) Transek kuadran 1x1 m2 diletakkan dengan menggunakan metode

purposive sampling dengan mempertimbangkan kedalaman dan

keberadaan Enhalus acoroides. Transek diletakkan secara acak di setiap

stasiun masing-masing dengan melakukan lima kali pengulangan di lokasi

yang berbeda.

2) Daun lamun diambil sebanyak lima helai daun dengan cara menggunting

pangkal masing-masing daun lamun dangan memperhatikan luasan dan

tinggi daun yang sama disetiap pengulangannya.

3) Daun lamun yang telah digunting kemudian diambil bagian tengah daun

dengan panjang 3 cm untuk kemudian diserut permukaannya.

4) Bagian tersebut disimpan dalam kantong sampel dan selanjutnya dibawa

ke laboratorium untuk pengamatan.

Page 26: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

26

d. Pengambilan sampel epifit dilakukan menurut Kendrik and Lavery (2001)

sebagai berikut :

1) Epifit yang terdapat di permukaan daun lamun diambil dengan cara

diserut permukaan daunnya dengan menggunakan pisau.

2) Epifit yang diserut difiksasi dalam botol yang berisi ethanol 70%.

e. Pengamatan dan Identifikasi epifit

1) Pengamatan sampel epifit dilakukan dengan menggunakan mikroskop

stereo untuk mengamati sampel epifit yang berukuran makroskopik dan

compound microscope untuk mengamati sampel epifit yang berukuran

mikroskopik.

2) Identifikasi epifit dilakukan dengan menggunakan referensi dari beberapa

sumber yaitu : Harlin (1980), Boney (1969), Chapman & Chapman (1973),

Trono & Ganzon-Fortes (1988), dan Jha et al (2009)

3) Jumlah jenis yang didapatkan dari hasil pengamatan untuk setiap helaian

daun dicatat dan diambil gambarnya.

f. Pengukuran parameter lingkungan

Pengukuran parameter lingkungan di lokasi penelitian dilakukan sebanyak

dua kali pengulangan pada setiap substasiun dengan memperhatikan perbedaan

jarak waktu pada masing-masing pengulangan. Ulangan pertama dilakukan pada

pagi hari dan ulangan kedua dilakukan pada siang hingga sore hari. Hal ini

dilakukan melihat kondisi parameter lingkungan di setiap stasiun yang berubah-

ubah disetiap waktunya.

1) Kecepatan dan arah arus

Kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan layang-layang arus

yang dilengkapi dengan tali sepanjang 5 meter. Alat ini dilepaskan di

Page 27: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

27

perairan dan dibiarkan hanyut hingga tali menegang/lurus. Selisih waktu

pada saat pelepasan alat dan saat tali tegang dihitung sebagaikecepatan

dengan menggunakan stopwatch. Pengukuran arah dilakukan bersamaan

dengan pengukuran kecepatan arah arus dengan menggunakan kompas

geologi yang diarahkan pada saat drift float setelah tali tegang/liris

(Mason, 1981).

Perhitungan Kecepatan arus menggunakan rumus :

Dimana, V = Kecepatan arus (m/s)

S = Jarak (m)

t = Waktu (s)

2) Suhu

Pengukuran suhu perairan dilakukan langsung di lapangan dengan

menggunakan Water Quality Checker (WQC).

3) Salinitas

Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan Water

Quality Checker (WQC) langsung di lapangan.

4) Kekeruhan

Pengukuran kekeruhan perairan dilakukan langsung di lapangan

dengan menggunkan Water Quality Checker (WQC).

5) Kecerahan

Pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan Secchi

Disk langsung di lapangan. Data yang di hasilkan dalam skala meter

V=S/t

Page 28: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

28

kemudian dikonversikan kedalam nilaipersen kecerahan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Kecerahan Perairan =

6) Nitrat

Pengukuran nitrat dillakukan dengan cara menyaring sampel air laut

dengan kertas Wathman No. 42. Air laut yang telah disaring dimasukkan

ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml. Kemudian ditambahkan dengan

indikator Brucine 5-8 tetes, dan ditambahkan 2 ml larutan asam sulfat

pekat (H2SO4) lalu kocok. Setelah itu larutan didiamkan hingga dingin,

dan absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 410nm (Haryadi,

1992).

Perhitungan penetapan nitrat :

Nitrat = abs sampel x 6,69

Dimana, abs sampel = absorban sampel

6,69 = konstanta larutan untuk nitrat

7) Fosfat

Pengukuran fosfat dilakukan dengan cara menyaring sampel air laut

dengan kertas Wathman No. 42, air laut yang telah disaring dimasukkan

ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml. Kemudian ditambahkan 2 ml

asam sulfat pekat (H2SO4) lalu kocok. Setelah itu larutan didiamkan

selama 2 menit, dan absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang

660 nm (Haryadi, 1992)

Kondisi Secchi disk tidak terlihat + Secchi disk terihat 2

Page 29: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

29

Perhitungan penetapan fosfat :

Nitrat = abs sampel x 19,2

Dimana, abs sampel = absorban sampel

19,2 = konstanta larutan untuk fosfat

D. Pengolahan dan Analisis Data

Semua hasil yang diperoleh dianalsis secara deskriptif dalam bentuk

tabel, grafik, dan gambar. Perbandingan diversitas dan biomassa epifit dari

setiap stasiun berdasarkan jarak yang berbeda dari daratan utama dilakukan

dengan menggunakan One-Way ANOVA. Proses perhitungan dilakukan dengan

menggunakan perangkat spss 12.

Page 30: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan di lokasi penelitian umumnya hampir sama dilihat dari

kondisi parameter lingkungan di masing-masing stasiun. Hal ini disebabkan pada

saat pengambilan sampel di lokasi penelitian dilakukan saat musim penghujan

dimana keadaan tersebut menyebabkan suhu perairan di masing-masing stasiun

cenderung rendah. Melihat lokasi penelitian yang memiliki gradien lingkungan

yang berbeda menyebabkan kadar nutiren (nitrat dan fosfat) pada masing-

masing stasiun juga ikut mengalami perbedaan. Untuk nitrat di lokasi penelitian,

Pulau Lae-lae memiliki kadar nitrat tertinggi sebesar 0,156 mg/L dibandingkan

dengan stasiun lainnya yaitu Pulau Barranglompo sebesar 0,039 mg/L dan Pulau

Lumu-lumu sebesar 0,038 mg/L. Sedangkan untuk fosfat, Pulau Lae-lae memiliki

kadar fosfat tertinggi sebesar 0,076 mg/L dibandingkan dengan stasiun lainnya

yaitu Pulau Barranglompo sebesar 0,024 mg/L dan Pulau Lumu-lumu sebesar

0,012 mg/L.

B. Komposisi Jenis Epifit

Hasil identifikasi jenis epifit, ditemukan 15 jenis ganggang epifit yang

tumbuh pada permukaan daun lamun Enhalus acoroides, yang berasal dari dua

divisio yaitu Chlorophyta dan Rhodophyta. Ganggang epifit ini didominasi oleh

divisio Rhodophyta.

Page 31: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

31

Gambar 4. Komposisi jenis ganggang epifit yang ditemukan pada permukaan daun lamun Enhalus acoroides.

(a) (b) (c)

Gambar 5. Dominansi divisio ganggang epifit pada setiap lokasi, (a) Pulau Lae-lae, (b) Pulau Barranglompo, (c) Pulau Lumu-lumu

Gambar 5. menunjukkan dominansi ganggang pada setiap stasiun. Pada

stasiun Pulau Lae-lae, Pulau Barranglompo, dan Pulau Lumu-lumu lebih dari

92% didominasi oleh divisio Rhodophyta. Divisio Chlorophyta dominasi lebih

tinggi di tunjukkan pada stasiun Pulau Lumu-lumu sebesar 8%, stasiun Pulau

Lae-lae dan Pulau Barranglompo sebesar 1%.

Page 32: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

32

Gambar 6. Komposisi ganggang epifit ke dalam famili yang ditemukan pada

permukaan daun lamun Enhalus acoroides.

Divisio Chlorophyta ditemukan 1 familia dan 2 spesies alga yang tidak

teridentifikasi (Unidentified algae), sedangkan division Rhodophyta ditemukan 6

familia dan 1 spesies Unidentified algae. Dari enam familia yang ditemukan,

Rhodomelaceae mendominasi daerah permukaan daun lamun (Gambar 6, Tabel

1). Hal ini bisa disebabkan karena seluruh jenis ganggang dari familia

Rhodomelaceae hidup sebagai epifit (Cribb, 1983).

Page 33: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

33

Tabel 1. Jenis-jenis ganggang epifit yang ditemukan pada permukaan daun

lamun Enhalus acoroides.

Dari 14 genera yang ditemukan di lokasi penelitian ditemukan 3 genera

yang masuk ke dalam spesies yang bersifat oportunistik, yaitu : Genus Boodlea,

Genus Hypnea, Genus Acanthophora. Ketiga genus tersebut hanya ditemukan

pada Pulau Lae-lae, hal ini mengindikasikan bahwa Pulau Lae-lae merupakan

daerah eutrofik.

Family Bodleaceae

Genus Boodlea

Genus Boodlea umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuningan,

rimbun berfilamen, bentuk percabangan tidak beraturan, rapuh dan berspons.

Membentuk percabangan anastomose antara satu dengan lainnya. Tumbuh

Divisio Familia Genera

P. L

ae

-lae

P.

Barr

an

glo

mp

o

P.

Lu

mu

-lu

mu

Chlorophyta

Boodleaceae Boodlea

… Unidentified algae 1

Unidentified algae 3

Rhodophyta

Corallinaceae Amphiroa

Fosliella

Caulacanthaceae Caulachantus

Ceramiaceae Centroceras

Ceramium

Hypneaceae Hypnea

Rhodomelaceae

Laurencia

Hersposiphonia

Acanthophora

Gracilariaceae Gracilaria

Unidentified algae 2

Page 34: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

34

pada substrat keras atau pada spesies rumput laut lain. Genus Boodlea

umumnya menempati daerah intertidal dimana akan terpapar saat surut (Trono &

Ganzon-Fortes 1988).

Gambar 7. Genus Boodlea (Pembesaran 40x40)

Family Corallinaceae

Genus Amphiroa

Genus Amphiroa memiliki thallus berkapur. Bentuk thallus silindris dan

memiliki ruas yang kasar. Mempunyai kerangka tubuh kemerah-merahan. Bentuk

thallus bulat, agak pipih, karakteristik rapuh dan mudah patah menjadi potongan

kecil. Genus Amphiroa melimpah di zona intertidal, tumbuh menempel pada

dasar pasir atau menempel pada substrat dasar lainnya di dasar lamun.

Persebarannya banyak terdapat di daerah tropis, dan banyak ditemukan di

sepanjang perairan pantai,

Gambar 8. Genus Amphiroa (Pembesaran 10x10)

Page 35: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

35

Genus Fosliella

Memiliki thallus yang kecil, ramping, dan membentuk permukaan yang

mudah hancur.

Gambar 9. Genus Fosliella (Pembesaran 40x40)

Family Caulacanthaceae

Genus Caulacanthus

Percabangan thallus tidak beraturan. Umumnya berwarna ungu tua hingga

kecoklatan. Melekat dengan mencekramkan stolon yang berbentuk rhizoid

multiseluler.

Gambar 10. Genus Caulacanthus (Pembesaran 10x10)

Page 36: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

36

Family Ceramiaceae

Genus Centroceras

Thallus berbentuk filamen dan halus pada bagian permukaannya.

Percabangan dichotomous, pada filamen terdapat node dan internode.

Cortication seragam pada setiap filamen.

Gambar 11. Genus Centroceras (Pembesaran 10x10)

Genus Ceramium

Thallus berbentuk filamen. Percabangan dichotomous pada setiap filamen

terdapat node dan internode. Cortication tidak sama rata pada setiap filamen.

Gambar 12. Genus Ceramium (Pembesaran 10x10)

Page 37: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

37

Family Hypneaceae

Genus Hypnea

Thallus genus Hypnea tidak berkapur. Memiliki bentuk thallus silindris.

Percabangan thallus tidak teratur berduri. dan bersifat epifit. Spesies dari genus

Hypnea umumnya tumbuh melekat pada substrat batu maupun substrat berpasir.

Gambar 13. Genus Hypnea (Pembesaran 10x10)

Family Rhodomelaceae

Genus Laurencia

Thallus genus Laurencia berbentuk silindris. Percabangan thallus

dichotomous. Percabangan utama thallus lebih memusat ke bagian pangkal

thallus.

Gambar 14. Genus Laurencia (Pembesaran 10x10)

Page 38: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

38

Genus Hersposiphonia

Thallus Genus Hersposiphonia halus, tebal, seperti benang halus, dan

berbentuk seperti bulu. Thallus tidak mengandung kapur. Cabang tidak menyatu.

sumbu utama jelas, berhubungan dengan daun muda yang ada pada tangkai

.Gambar 15. Genus Hersposiphonia (Pembesaran 10x10)

Genus Acanthophora

Thallus genus Acanthophora berbentuk silindris, berduri, lonjong runcing

dan rapat yang terdapat pada seluruh permukaan thalli. Percabangan tidak

teratur dan warnanya coklat tua. Genus ini umumnya tumbuh pada substrat batu

di daerah rataan terumbu dan substrat keras lainnya, biasanya di tempat-tempat

yang selalu tergenang air.

Gambar 16. Genus Acanthophora (Pembesaran 10x10)

Page 39: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

39

Family Gracilariaceae

Genus Gracilaria

Bentuk Thallus genus Gracilaria silindris dan permukaan thallus licin.

Percabangan dichotomous berulang-ulang dan tidak beraturan. Genus

Gracilaria tumbuh menempel pada batu dan daerah rataan terumbu, terutama

tempat-tempat yang masih tergenang air pada saat surut rendah.

Gambar 17. Genus Gracilaria (Pembesaran 10x10)

C. Biomassa epifit setiap Stasiun

Biomassa epifit pada setiap stasiun diduga memiliki hubungan dengan

jarak yang berbeda dari daratan utama. Hal ini terlihat pada stasiun Pulau Lae-

lae yang memiliki biomassa epifit lebih tinggi dibanding stasiun lainnya.

Gambar 18. Rata-rata biomassa epifit pada setiap stasiun

Page 40: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

40

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Analysis of Variance (ANOVA)

pada selang kepercayaan 95% (α=0,05), menunjukkan bahwa antar stasiun

Pulau Lae-lae dengan stasiun Pulau Barranglompo dan Pulau Lumu-lumu

menunjukkan adanya perbedaan rata-rata biomassa epifit yang ditemukan

(Gambar 18). Hal ini disebabkan letak stasiun yang terletak pada zona dalam

(inner zone) sangat dekat dengan daratan utama mempengaruhi asupan nutrient

yang tinggi sehingga meningkatkan laju pertumbuhan epifit. Sedangkan pada

stasiun Pulau Barranglompo dan Pulau Lumu-lumu tidak menunjukkan adanya

perbedaan rata-rata biomassa epifit yang ditemukan. Hal ini disebabkan letak

stasiun yang terletak pada zona tengah bagian dalam (middle inner zone) dan

zona tengah bagian tengah luar (middle outer zone) yang memiliki jarak cukup

jauh dari daratan utama sehingga mempengaruhi asupan nutrient yang rendah

dan mengurangi laju pertumbuhan epifit.

Lokasi stasiun yang berbeda gradien dan zona merupakan faktor yang

mempengaruhi laju pertumbuhan dan asupan nutrient terhadap epifit. Hal ini

disebabkan perbedaan jarak antara stasiun dan daratan utama sebagai produsen

utama nutrient. Karakteristik lamun Enhalus acoroides yang memiliki ukuran dan

bentuk daun yang panjang dan lebar menyebabkan kemampuan untuk dilekati

oleh ganggang epifit lebih besar.

Aswandy dan Azkab (2000) mengatakan bahwa karakteristik seperti

perbedaan bentuk dan ukuran daun lamun akan mempengaruhi kecepatan dan

arah arus yang melewatinya. Karakteristik daun lamun dan vegetasi lamun

menyebabkan lambatnya pergerakan air yang disebabkan oleh arus dan

gelombang sehingga menyebabkan perairan di bawahnya menjadi lebih tenang.

Hal ini akan menyebabkan mineral dan partikel organik terlarut dalam air akan

lebih mudah mengendap atau tenggelam di dalam padang lamun. Partikel yang

Page 41: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

41

terendap tersebut akan membantu pertumbuhan lamun dan organisme yang

berasosiasi di dalamnya. Menurut Luing (1990), kecepatan arus/pergerakan air

merupakan faktor ekologi primer yang mengontrol lingkungan dan status

mikroalgae dalam suatu komunitas.

Menurut Effendi (2003), partikel organik yang merupakan nutrient bagi

pertumbuhan alga di perairan alami yaitu ntrat dan fosfat. Beberapa penelitian

membuktikan bahwa tingkat serapan nutrien untuk alga dan lamun tergantung

pada kecepatan air. Selain peranannya yang dapat mempengaruhi penempelan

dan serapan nutrien oleh epifit serta lamun, gerakan air juga berperan dalam

mengontrol dominasi epifit pada pertumbuhan lamun. Misalnya, gelombang tinggi

yang biasanya berlangsung selama badai musim dingin, menghilangkan

sebagian epifit yang terakumulasi pada tumbuhan lamun selama periode

pertumbuhan puncak saat musim panas (Borowitzka & Lethbridge, 1989).

D. Jumlah Jenis Epifit pada setiap Stasiun

` Jumlah jenis epifit pada setiap stasiun yang diperoleh di lokasi penelitian

disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Gambar 19. Jumlah Jenis epifit pada setiap stasiun

Page 42: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

42

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Analysis of Variance (ANOVA)

pada selang kepercayaan 95% (α=0,05), menunjukkan tidak adanya perbedaan

rata-rata jumlah jenis ganggang epifit pada daun lamun Enhalus acoroides di

setiap stasiun yang berbeda. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan dan

ekosistem masing-masing pulau yang tidak jauh berbeda. Makroalga

memerlukan cahaya matahari untuk dapat melangsungkan fotosintesis.

Tingginya intensitas cahaya matahari yang masuk dalam air berhubungan erat

dengan kecerahan air laut. Tinggi permukaan air laut yang berkisar antara 2-4

meter menyebabkan intersitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan

cukup tinggi. Gerakan air selain untuk mensuplai zat hara, juga membantu

memudahkan ganggang menyerap zat makanan, melangsungkan pertukaran

oksigen dan karbondioksida. Salinitas merupakan salah satu parameter yang

berpengaruh pada ganggang epifit. Salinitas perairan di lokasi penelitian yang

berkisar antara 29-30 0/00 masih merupakan kisaran toleransi epifit terhadap

kadar salinitas perairan, dimana toleransi optimum epifit dan lamun adalah 35 0/00

(Rifqi, 2008).

Suhu dalam perairan mempengaruhi kelangsungan hidup ganggang epifit.

Suhu perairan lokasi penelitian yang berkisar antara 25-300 C masih merupakan

toleransi hidup epifit dan lamun terhadap suhu, dimana toleransi optimum epifit

dan lamun terhadap suhu adalah 300 C (Rifqi, 2008).

Page 43: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, dapat disimpulkan :

a) Ganggang epifit yang ditemukan pada permukaan daun lamun Enhalus

acoroides di Pulau Lae-lae, Pulau Barranglompo, dan Pulau Lumu-lumu terdiri

dari 2 Divisio, 7 Familia, dan 14 Genera.

b) Gradien lingkungan (jarak dari daratan utama) hanya memberikan pengaruh

terhadap biomassa epifit, tetapi tidak dalam jumlah jenis. Semakin dekat

dengan daratan utama maka biomass epifit semakin besar.

B. Saran

Untuk kesempurnaan penelitian ini, perlu dilakukan beberapa penelitian

lanjutan, yaitu :

a) Perbedaan jenis epifit yang terdapat pada rhizome dan daun lamun.

b) Identifikasi epifit ke dalam jenis yang lebih luas di luar alga

Page 44: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

44

DAFTAR PUSTAKA

Alongi DM. 1998. Coastal Ecosystem Processes. Boca Raton: CRC Press.

Arifin, 2001. Ekosistem Padang Lamun. Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS, Makassar.

Aswandy I., dan Azkab, M, H.,2000. Hubungan Fauna Dengan Padang Lamun. Oseana, Volume XXV, Nomor 3, : 19-24. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta

Boney AD. 1969. A Biology of Marine Algae. Hutchinson Educational Limited. London.

Borowitzka M. A. and Lavery PS., Keulen, MV., 2006 Epiphytes Of Seagrasses. In: Larkum A.W.D., McComb A. J. & Sheperd S. A. (Eds.), Seagrasses with Special Reference to the Australian Region. Elsevier/North Holand: Amsterdam. PP. 441-461.

Borowitzka M. A. and Lethbridge R. C., 1989. Seagrass Epiphytes. In: Larkum A.W.D., McComb A.J. & Sheperd S.A. (Eds.), Seagrasses with Special Reference to the Australian Region. Elsevier/North Holland: Amsterdam. PP. 441-461.

Castro. P, and Huber, M. E. 2007 Marine Biology. 6th Edition. McGraw Hill. Boston

Chapman VJ, Chapman DJ. 1973. The Algae. McMillan. London

Cribb A. B., 1983. Marine Algae of The Southerm Great Barrier Reff. Part 1 Rhodophyta. Australian Coral Reef Society.

Dahuri, R., J. Rais, P. G Sapta dan M. J. Sitepu. 2001 Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Den Hartog., 1970. The Seagrass of The World. North Holland Publ Co. Amserdam

Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air. Bagian Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius (IKAPI). Yogyakarta.

Faisal, A & J. Jompa. 2012. Dinamika Spasio-Temporal tingkat Kesuburan Perairan Di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan.Jurnal Ilmu Kelautan. Universitas Hasanuddin.

Harlin, M.M. 1980. Seagrass epiphytes. In : Handbook of seagrass biology: an ecosystem perspective (RC. Phillips & C.P. McROY, eds.). Garland STPM Press. New York 117-151.

Haryady, S., 1992. Metode Analisa Kualitas Air. Bagian Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisus (angota IKAPI), Yogyakarta.

Page 45: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

45

Hoeksema, B.W. 1990. Systematic and Ecology of Mushroom Corals (Scleractinia-Fungiidae). PhD Thesis Leiden Netherland.

Hutomo, M. 2003. Proses Peningkatan Nutrient Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Lamun. Reef Research. Kalawarta.

Jha B, Reddy CRK, Thakur MC, & Rao MU. 2009. Seaweeds of India. Springer Science. Dordrecht.

Kendrick, G.A. and Lavery, P.S. 2001. Assessing biomass, assemblage structure and productivity of algal epiphytes on seagrasses. In Short, F.T. and Coles, R.G. (eds) Global Seagrass Research Methods, The Netherlands, Elsevier Science, pp. 199-222.

Kuo, J., and den Hartog, C. 2001. Seagrass Taxonomy and Indentificatkon Key In Short, F.T., Coles, R. G., and Short, C. A. (eds.). Global Seagrass Research Methods. Elsevier. Amsterdam.

Luing K. 1990. Sea Weeds, Their Environment Biogeography and Ecophysiology. John Wiley and Sons, New York.

Mason, C. F. 1981. Biology of Freshwater Pollution. Longman. London

Moreira AR, Armenteros M, EC. Maria, and Suarez Ana M. 2006. Variation of macroalgae biomass in Cienfuegos Bay, Cuba. Rev Invest Mar 27(1): 3-12.

Moriaty, D. J W. and P. I. Boon. 1989. Interactive of Seagrasses with Sediment and Water in Larkum. A W. D, A. J McComb and S. A. Sepherd (eds). Biologi of Seagrasses. Elsevier. Amsterdam p500-535.

Orfanidis S, Panayotidis P, & Stamatis N. 2003. An insight to the ecological evaluation index (EEI). Ecol Indic 3: 27-33.

Ralph PJ, Tomasko D, Moore K, Seddon S, & Macinnis-Ng CMO. 2006. Human impacts on seagrasses: eutrophication, sedimentation and contamination. Di dalam: Larkum AWD, Orth RJ, Duarte CM, editor. Seagrasses: Biology, Ecology and Conservation. The Netherland: Springer. hlm 567593

Rifqi. 2008. Ekologi Laut. http://arifqbio.mutiply.com./journal. (Akses Tanggal 5 April 2014)

Short FT, Wyllie-Echeverria S. 1996. Natural and human induced disturbance of seagrasses. Environ Conserv23: 17-27.

Tomasko, D.A., & Lapointe, B.E., 1991. Productivity and biomass of Thalassia testudinum as related to water column nutrient availability and epiphyte levels: field observations and experimental studies. Mar. Ecol. Prog. Ser. 75, 9-17.

Trono GJ, Jr, & Ganzon-Fortez ET. 1988. Philippine Seaweeds. National Book Store, Inc. Manila.

Page 46: DIVERSITAS DAN BIOMASSA EPIFIT PADA LAMUN Enhalus ... · secara spasial merusak vegetasi bentik yang berada di sekitarnya. Pertumbuhan alga yang pesat, akan menyebabkan fluktuasi

46