Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Hewan

39
EKOLOGI ESTUARI Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Hewan Oleh : Kelompok 9 1. Widya Resti (080210103022) 2. Ilu Dini M (080210103027) 3. Septiya Ahsani (080210103033) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Transcript of Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Hewan

EKOLOGI ESTUARI Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Hewan

Oleh :

Kelompok 9

1. Widya Resti (080210103022)

2. Ilu Dini M (080210103027)

3. Septiya Ahsani (080210103033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JEMBER

2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di dunia yang

mempunyai wilayah pantai dan laut yang cukup luas. Memiliki sekitar 17.508

pulau besar dan kecil dimana muara lebih tinggi dari luas wilayah laut sekitar

5,8 juta km2 dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km serta 472 sungai

besar dan sungai kecil (Departeman kehutanan, 1999 dalam rustam 2001).

Pada muara-muara sungai terbentuk ekosistem estuaria yang

merupakan percampuran air tawar dan air laut yang menjadikan wilayah ini

unik dengan terbentuknya air payau dengan salinitas yang berfluktuasi.

Perbedaan salinitas mengakibatkan terjadinya lidah air tawar dan pergerakan

massa di muara. Aliran tawar dan air laut yang terus menerus membawa

mineral, bahan organik, serta sedimen dari hulu sungai menuju laut dan

sebaliknya dari laut ke muara. Unsure hara ini mempengaruhi produktivitas

wilayah perairan muara. Karena itu, produktivitas muara lebih tinggi dari

produktivitas ekosistem laut lepas dan perairan tawar. Estuaria merupakan

ekosistem khas yang pada umumnya terdiri atas hutan mangrove, gambut,

rawa payau dan daratan lumpur. Ekosistem ini mempunyai fungsi yang sangat

pentung untuk mendukung berbagai kehidupan. Wilayah estuaria merupakan

habitat yang penting bagi sejumlah besar udang dan ikan untuk emijah dan

membesarkan anak -anaknya. (Ma’ruf Kasim, 2005)

Beberapa larva ikan yang dipijahkan di laut lepas juga bermigrasi ke

estuaria pada fase larvanya. Wilayah ini dapat dianggap sebagai wilayah

perairan peralihan (ekoton) antara habitat air tawar dengan habitat laut yang

sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan karakter lokasinya serta

morfologisnya yang landai. Wilayah estuaria sangat rentang terhadap

kerusakan lingkungan dan perubahan alami atau buatan. Pembuangan limbah,

penggunaan perairan sebagai sarana pengangkutan, serta berubahnya sistem

daerah aliran sungai, merupakan sebagian dari penyebab degradasi kualitas

ekosistem estuaria.(Ma’ruf Kasim, 2005)

Estuari (aestus, air pasang), menurut definisi yang dimodifikasikan oleh

Pritchard (1967), adalah suatu badan air pantai setengah tertutup yang

berhubungan langsung dengan laut terbuka, jadi sangat terpengaruh oleh gerakan

pasang surut, dimana air laut bercampur (dan biasanya bila diukur, lebih cair)

dengan air tawar dari buangan air daratan. Contohnya muara sungai, teluk pantai,

rawa pasang-surut dan badan air di balik pematang pantai. Estuari dapat dianggap

sebagai zona transisi atau ekotone antara habitat air tawar dan habitat lautan,

tetapi banyak dari kelengkapan fisika dan biologinya yang utama tidaklah bersifat

transisi, melainkan unik. Lebih jauh lagi pemanfaatan dan penyalahgunaan zona

ini oleh manusia semakin mengkhawatirkan sehingga perlu sekali ciri-ciri estuari

yang unik ini dikenal secara luas. (Ma’ruf Kasim, 2005)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diperoleh rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan ekologi estuari?

2. Bagaimana karakteristik fisik dari ekologi estuari?

3. Bagaimana klasifikasi dari ekologi estuari?

4. Bagaimana keanekaragaman biota dan interaksi biofisik dalam ekosistem

estuaria?

5. Apa saja fungsi ekologis dan peranan estuari bagi masyarakat?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ekologi estuari.

2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik fisik dari ekologi estuari.

3. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari ekologi estuari.

4. Untuk mengetahui bagaimana keanekaragaman biota dan interaksi biofisik

dalam ekosistem estuaria.

5. Untuk mengetahui apa saja fungsi ekologis dan peranan estuari bagi

masyarakat.

1.4 Manfaat

Untuk memberikan infornasi mengenai definisi estuari, bagaimana

karakteristik fisik dan klasifikasinya, bagaimana keanekaragaman biota dan

interaksi biofisik yang ada didalamnya yang berfungsi secara ekologis dan

peranannya bagi masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekologi Estuari

Estuary adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan

percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air

tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuari

merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang

surut, seperti halnya pantai, namun umumnya terlindung dari pengaruh

gelombang laut.  Lingkungan estuary umumnya merupakan pantai tertutup atau

semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu karang dan

bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Kita mungkin sering melihat hamparan

daratan yang luas pada daerah dekat muara sungai saat surut dan tidak terlalu sulit

untuk memilah atau menentukan batas lingkungan estuari dalam suatu kawasan

tertentu.  Hanya dengan melihat sumber air tawar yang ada di sekitar pantai dan

juga dengan mengukur salinitas perairan tersebut. Karena perairan estuary

mempunyai Salinitas yang lebih rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air tawar.

Kisarannya antara 5 – 25 ppm. (Ma’ruf Kasim, 2005)

Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas

dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air

tawar. (Bengen 2002, dalam Pritchard 1976).

Gambar 1. Estuari

Lingkungan estuary merupakan kawasan yang sangat penting bagi berjuta

hewan dan tumbuhan.  Pada daerah-daerah tropis seperti di , lingkungan estuary

umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang di sebut Mangrove. 

Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan genangan air laut yang kisaran

salinitasnya cukup lebar. Pada habitat mangrove ini lah kita akan menemukan

berjuta hewan yang hidupnya sangat tergantung dari kawasan lingkungan ini.

(Ma’ruf Kasim, 2005)

Pencampuran air laut dan air tawar membuat estuaria sebagai lingkungan

yang mempunyai unik daripada lingkungan lainnya. Keunikan tersebut, yaitu

(Tiwow, 2003):

1. Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-suru yang berlawanan

menyebabkan pengaruh kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-

ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya.

2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika

lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat

air laut.

3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan

komunitas di dalamnya melakukan penyesuaian secara fisiologis dengan

lingkungan sekelilingnya.

4. Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air

laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi

daerah estuaria tersebut.

2.2 Karakteristik Fisik Dari Ekologi Estuari

Karakteristik fisik dari ekologi estuari ini yaitu:

a) Keterlindungan.

Karena estuaria merupakan perairan yang semi-tertutup maka biota akan

terlindung dari aksi gelombang laut, dan dengan demikian memungkinkan

tumbuhan laut untuk mengakar di dasar estuaria dan memungkinkan larva

kerang-kerangan untuk menetap di estuaria.

b) Salinitas

Salinitas di estuaria dipengaruhi oleh musim, topografi estuaria, pasang

surut, dan jumlah air tawar. Pada saat pasang-naik, air laut menjauhi hulu

estuaria dan menggeser isohaline ke hulu. Pada saat pasang-turun, menggeser

isohaline ke hilir. Kondisi tersebut menyebabkan adanya daerah yang

salinitasnya berubah sesuai dengan pasang surut dan memiliki fluktuasi salinitas

yang maksimum (Nybakken, 1988).

Rotasi bumi juga mempengaruhi salinitas estuaria yang disebut dengan

kekuatan Coriolis. Rotasi bumi membelokkan aliran air di belahan bumi. Di

belahan bumi utara, kekuatan coriolis membelokkan air tawar yang mengalir ke

luar sebelah kanan jika melihat estuaria ke arah laut dan air asin mengalir ke

estuaria digeser ke kanan jika melihar estuaria dari arah laut. Pembelokkan

aliran air di belahan bumi selatan adalah kebalikan dari belahan bumi utara

(Nybakken, 1988).

Salinitas juga dipengaruhi oleh perubahan penguapan musiman. Di daerah

yang debit air tawar selama setengah tahun, maka salinitasnya menjadi tinggi

pada daerah hulu. Jika aliran air tawar naik, maka gradient salinitas digeser ke

hilir ke arah mulut estuaria (Nybakken, 1988). Pada estuaria dikenal dengan air

interstitial yang berasal dari air berada di atas substrat estuaria. Air interstitial,

lumput dan pasir bersifat buffer terhadap air yang terdapat di atasnya. Daerah

intertidal bagian atas (ke arah hulu) mempunyai salinitas tinggi daripada daerah

intertidal bagian bawah (ke arah hilir).

c) Substrat

Dominasi substart pada estuaria adalah lumpur yang berasal dari sediment

yang dibawa ke estuaria oleh air laut maupun air tawar. Sungai membawa

partikel lumpur dalam bentuk suspensi. Ion-ion yang berasal dari air laut

menyebabkan partikel lumput menjadi menggumpal dan membentuk partikel

yang lebih besar, lebih berat, dan mengendap membentuk dasar lumur yang

khas. Partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat daripada partikel kecil.

Arus kuat mempertahankan partikel dalam suspensi lebih lama daripada arus

lemah sehingga substrat pada tempat yang arusnya kuat menjadi kasar (pasir

atau kerikil) dan tempat yang arusnya lemah mempunyai substrat dengan

partikel kecil berupa lumpur halus. Partikel yang mengendap di estuaria bersifat

organik sehingga substart menjadi kaya akan bahan organik (Nybakken, 1988).

d) Suhu

Suhu air di estuaria lebih bervariasi daripada suhu air di sekitarnya karena

volume air estuaria lebih kecil daripada luas permuakaan yang lebih besar. Hal

tersebut menyebabkan air estuaria menjadi lebih cepat panas dan cepat dingin.

Suhu air tawar yang dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman juga

menyebabkan suhu air estuaria lebih bervariasi. Suhu esturia lebih rendah saat

musim dingin dan lebih tinggi saat musim panas daripada daerah perairan

sekitarnya. Suhu air estuaria juga bervariasi secara vertikal. Pada estuaria positif

memperlihatkan bahwa pada perairan permukaan didominasi oleh air tawar,

sedangkan untuk perairan dalam didominasi oleh air laut (Nybakken, 1988).

e) Aksi ombak dan arus

Perairan estuaria yang dangkal menyebabkan tidak terbentuknya ombak

yang besar. Arus di estuaria disebabkan oleh pasang surut dan aliran sungi. Arus

biasanya terdapat pada kanal. Jika arus berubah posisi, kanal baru menjadi cepat

terbentuk dan kanal lama menjadi tertutup (Nybakken, 1988).

f) Kekeruhan

Besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria pada waktu

tertentu dalam setahun menyebabkan air menjadi sangat keruh. Kekeruhan

tertinggi saat aliran sungai maksimum dan kekeruhan minimum di dekat mulut

estuaria (Nybakken, 1988).

g) Oksigen

Kelarutan oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas,

maka jumlah oksigen dalam air akan bervariasi. Oksigen sangat berkurang di

dalam substrat. Ukuran partikel sediment yang halus membatasi pertukaran

antara air interstitial dengan kolom air di atasnya, sehingga oksigen menjadi

sangat cepat berkurang (Nybakken, 1988).

Suhu dan salinitas merupakan parameter-parameter fisika yang penting

untuk kehidupan organisme di perairan laut dan payau. Parameter ini sangat

spesifik di perairan estuaria. Kenaikan suhu di atas kisaran toleransi organisme

dapat meningkatkan laju metabolisme, seperti pertumbuhan, reproduksi dan

aktifitas organisme. Kenaikan laju metabolisme dan aktifitas ini berbeda untuk

spesies, proses dan level atau kisaran suhu.

2.3 Klasifikasi Dari Ekologi Estuari

Tiga klasifikasi estuari yang berbeda didasarkan atas, (1) geomorfologi,

(2) sirkulasi dan stratifikasi air (3) keaktifan sistem.

1. Berdasarkan Geomorfologi

Dari sudut geomorfologi, Pritchard (1967) menganggap sesuai membagi

empat subdivisi estuari sebagai berikut :

a) Lembah sungai yang tergenang, adalah yang paling luas berkembang di

sepanjang garis pantai dengan dataran pantai yang relatif rendah dan lebar.

Contoh yang baik adalah Chesapeake Bay di Pantai Atlantik bagian tengah di

Amerika Serikat.

b) Estuari jenis fyord adalah pantai yang dalam, berbentuk U melesak ke bawah

karena pengaruh glasial, dan biasanya dengan bentuk yang dangkal pada

mulutnya, yang terbentuk oleh timbunan glacial. Contoh-contoh yang

baikadalah fyord-fyord di Norwegia yang termasyhur, dan fyord yang sama di

sepanjang Pantai British Columbia dan Alaska.

c) Estuari bentukan tanggul (bar-built) adalah cekungan yang dangkal,

seringkali sebagian tergenang pada saat air surut, tertutup oleh serangkaian

tanggul lepas pantai (off-shore bars)atau pulau-pulau penghalang (barrier

islands), terpotong oleh jalan air (inlet) sehingga memungkinkan “hubungan

bebas dengan laut”. Kadang-kadang tanggul-tanggul pasir menumpuk di lepas

pantai, tetapi dapat juga tanggul-tanggul itu dahulunya bukit-bukit pasir pantai

yang menjadi terpisah karena permukaan laut makin lama makin naik. Pada

yang pertama, estuaria terbentuk dari wilayah bekas lautan, sedangkan yang

disebut terakhir estuaria terbentukdari bekas daratan pantai. Selat-selat yang

ada di balik pantai luar dari California Utara (Cape Hatteras National Seashore

Park) dan estuaria paya bergaram di dekat pantai “pulau laut” Georgia adalah

contoh-contoh mengenai jenis-jenis estuaria bentukan tanggul.

d) Estuari bentukan proses tektonik adalah pantai yang menurun yang terbentuk

oleh adanya kelainan geologi atau penurunan setempat, seringkali disertai

masuknya sejumlah besar air tawar. Teluk San Fransisco merupakan contoh

yang baik untuk estuaria jenis ini.

Estuaria delta sungai terdapat pada muara sungai besar sepeti Mississippi

atau Nil, cukup dapat dibedakan dari empat jenis pembagian menurut Pritchard

sehingga perlu dipikirkan jenis utama yang kelima. Dalam hal ini teluk setengah

tertutup, selat dan paya-paya air tawar terbentuk oleh pergeseran penumpukan

lumpur.

2. Berdasarkan Sirkulasi Dan Stratifikasi Air

Siklus air dan pola stratifikasi memberikan dasar berguna untuk

pengkelasan estuaria. Dari sudut hidrografi, estuaria dapat digolongkan menjadi 3

kategori luas, yaitu :

1. Estuaria stratifikasi tinggi atau “salt-wedge”. Bila aliran sungai sangat

mendominasi air pasang-surut, seperti pada muara sungai besar, air tawar

cenderung melimpahi air garam yang lebih berat, sehingga membentuk

“belahan-belahan” meluas sampai ke dasar pada jarak tertentu kea rah hulu.

Karena gaya Coreolis di belahan bumi utara, air tawar cenderung mengalir

lebih deras kea rah tepian kanan dilihat bila kita menghadap ke laut (tentu saja

sebaliknya yang terjadi di belahan bumi bagian selatan). Stratifikasi semacam

itu, atua estuaria dua-lapis akan memperlihatkan profil salinitas dengan suatu

“halocline”, atau zona dengan perubahan salinitas secara tajam dari atas

sampai ke bawah. Muara Sungai Mississippi merupakan contoh jenis “salt-

wedge” ini.

2. Estuaria tercampur sebagian atau stratifikasi sedang. Bila aliran masuk air

tawar dan pasang-surut hampir sama, cara percampuran yang dominan adalah

turbulensi, yang disebabkan oleh perioditas dari gerakan pasang-surut. Profil

salinitas tegsk menjadi kurang tajam, karena lebih banyak tenaga terhambat

dalam percampuran vertical, dengan demikian menimbulkan pola yang

kompleks untuk lapisan-lapisan dan massa air. Contohnya Chesapeake Bay.

3. Estuaria yang tercampur sempurna atau homogen vertical. Bila gerakan

pasang-surut sangat dominant dan hebat, air cenderung untuk bercampur

dengan baik dari atas sampai ke bawah, dan secara relatif salinitas menjadi

tinggi (hampir sama dengan salinitas laut). Variasi utama dalam salinitas dan

temperatua, jika ada, kebanyakan horizontal dan bukan vertical. Contohnya

estuaria “bentukan tanggul dan estuaria lain sepanjang garis pantai”.

Estuaria “hypersaline” adalah jenis khusus yang pantas disebut di sini.

Bila aliran masuk air tawar kecil, perbedaan pasang-surut rendah, dan penguapan

sangat tinggi, salinitas di teluk tertutup dapat naik melebihi air laut, paling tidak

pada musim-musim tertentu. Upper Laguna Madra dan goba-goba pantai di Texas

merupakan contoh yang telah benar-benar di pelajari; di sini salinitas dapat

meningkat sampai 60% (ingat bahwa salinitas air laut sekitar 35%). Meskipun

keadaannya demikian hebat, teluk-teluk ini bukan saja dihuni oleh organisme

yang telah menyesuaikan diri, tetapi secara biologi mungkin merupakan sistem

yang produktif.

Jelas bahwa perbedaan pola sirkulasi sangat mempengaruhi sebaran jenis

individu, tetapi bila ada populasi yang telah menyesuaikan diri dengan baik maka

produktivitas secara keseluruhan tidak perlu terpengaruh.

3. Berdasarkan Keaktifan Sistem

Dipandang dari sudut yang sama sekali berbeda, yaitu masalah semangat

ekosistem, H.T. Odum dan kawan-kawannya (1969) telah menyarankan

penggolongan seperti berikut ini, yang tidak hanya mencakup teluk dan selat

estuaria luas tetapi juga segala macam ekosistem daerah pantai.

1. Sistem-sistem yang mengalami tekanan fisik pada kisaran garis lintang yang

luas, terpengaruh oleh hempasan ombak yang berkekuatan tinggi, arus

pasang-surut yang kuat, kejutan temperature atau salinitas yang hebat, kadar

oksigen yang sangat rendah pada malam hari, atau kecepatan pengendapan

yang tinggi. Pantai berbatu yang dingin dari Ameerika Utara bagian barat

diterpa oleh gelombang yang besar, dan teluk-teluk hypersaline yang hangat di

Texas merupakan contoh yang baik untuk ekosistem yang secara

alamimenderita ketegangan pada dua tempat yang sangat berbeda zona

ilimnya. Terusan-terusan buatan manusia yang menghubungkan dua perairan

yang secara alami sangat berbeda (seperti Cape Cod Canal) juga merupakan

contoh yang baik. Sebuah Terusan Panama baru setinggi permukaan laut yang

sedang dalam usulan, akan menimbulkan suatu sistem baru yang luas dari

jenis bertekanan, karena penaikan air dingin dari Samudra Pasifik dan air

hangat dari Laut Karibia secara bergantian akan melanda melalui terusan.

Sistem semacam itu biasanya ditandai oleh sedikitnya keanekaragaman jenis

pada tempat manapun, karena sedikit spesies yang dapat menemukan

kebutuhan fisiologinya, yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan

tekanan fisik akibat goncangan yang hebat tersebut. Namun demikian, di

wilayah pasang-surut di zonasi spesies yang tajam dan pergantian komunitas

secara musiman seringkali berhasil karena adaptasi berjalan secara lebih

efisien dengan pergantian spesies di sepanjang lereng, dibandingkan dengan

adaptasi di dalam jenis-jenis itu sendiri. Jadi daftar spesies yang ada di dalam

sistem semacam itu dapat penjang sekali, meskipun jumlah jenis pada saat

tertentu dapat diperkirakan sangat sedikit. Masukan energi berbentuk air

pasang, arus atau panas dapat menyebabkan tekanan atau bantuan terhadap

komunitas biotic, tergantung pada kehebatan da periodisitas masukan. Sistem

yang terbentuk di sekeliling tekanan berenergi tinggi ini adalah sistem yang

energi tambahannya lebih bersifat merusak daripada membantu, dan

penyesuaian diri hanya dapat dilakukan dengan biaya metabolisme tinggi pada

komunitas.

2. Ekosistem alam sangat dingin yang dipengaruhi oleh tekanan es,

ditunjukkkan oleh komunitas pada fyord glacial, daerah pasang-surut

dipengaruhi salju musim dingin, dan komunitas bawah lapisan es pada pantai-

pantai sangat dingin. Pantai dan teluk-teluk sangat tinggi (dan Antartika)

terdiri atas golongan khusus ekosistem yang mendapat tekanan fisik, dimana

cahaya (adanya hampir-hampir hanya pada musim panas yang sangat singkat)

dan temperatur yang rendah sangat menyebabkan keterbatasan, seperti halnya

es yang secara fisik “berderak-derak” itu.

Mungkin perlu diperhatikan bahwa dampak polusi tertentu akibat ulah

manusia dapat berbeda sekali pada sistem yang telah terbiasa dengan tekanan

fisik, dengan sistem yang tidak begitu terbiasa. Dengan demikian pembuangan

panas dari suatu pabrik bertenaga atom yang akan menyebabkan kerusakan

pada estuaria air hangat, dalam kenyataan mungkin akan mengurangi tekanan,

sehingga meningkatkan produktivitas dan keanekaragaman pada estuaria

sangat dingin.

3. Ekosistem alam pada daerah pantai dengan jadwal musiman mencakup

banyak estuaria dan pantai laut beriklim sedang dari Amerika Utara, Eropa

dan Jepang yang sudah ditelaah dengan baik sekali. Kebanyakan jenis estuaria

dari lembah sungai yang tenggelam, bentukan tanggul dan berbentuk teluk-

teluk yang terletak pada daerah beriklim sedang termasuk ke dalam kategori

ini. Keteraturan perubahan musiman dalam produktivitas primer serta

akitivitas reproduksi dan perilaku binatang-binatang adalah khas-seringkali

teratur, “atau terprogram musiman” oleh adanya fotoperiod atau periodisitas

bulan, atau kedua-duanya. Pasang-surut gelombang dan arus yang lebih

lembut pada cekungan-cekungan yang setengah tertutup lebih bersifat

menimbulkan subsidi energi daripada tekanan, sedangkan komunitas pada

selat-selat yang lebih dalam dan perairan lepas pantai sering mendapat

keuntungan dari masuknya bahan-bahan organik dan nutrien yang berasal dari

daerah dangkal yang subur. Estuaria daerah sedang secara alami subur tetapi

sangat mudah menderita kerusakan karena polusi, pengerukan, penanggulan

dan perubahan-perubahan lain, yang kesemuanya itu biasa terjadi pada

kawasan yang sangat bersifat industri. Beberapa habitat yang menarik dan

penting atau “subsistem” dari estuaria daerah sedang mencakup genangan-

genangan air pasang, paya garam, tempat tumbuh rumput belut (Zostera),

dasar rumput laut dan rataan Lumpur, yang padat dihuni oleh populasi remis

dan cacing laut

4. Ekosistem alam pantai daerah tropika dengan keanekaragaman tinggi. Cirri

khasnya, temperature, salinitas dan factor-faktor tekanan fisik lainnya rendah,

sehingga banyak dari energi untuk keperluan adaptasi dimanfaatkan guna

penganekaragaman jenis dan perilaku organisasi, dan tidak untuk

“menanggulangi antitermal”. Seperti pada ekosistem daerah tropika lainnya,

wilayah ini berisi banyakmecam spesies dan sejumlah besar keragaman

kimiawi di dalam spesies tersebut. Warna-warna cerah seringkali berkaitan

dengan sejarah hidup yang kompleks, pola peilaku yang rumit dan tingkat

tinggi dalam simbiosis khas (yang “hidup bersama-sama”). Dan lagi teknologi

daerah sedang yang berkaitan dengan “monokultur” tidak dapat diterapkan

dengan baik dalam pemanfaatan dan pengelolaan jenis-jenis ekosistem ini.

Subsistem yang khas meliputi : rawa bakau dengan akar khasnya yang tela

terbiasa pada air asin dan Lumpur anaerobic, komunitas plankton pantai yang

mantap, didorong oleh dinoflagelata (seringkali berfosfor) yang telah terbiasa

dengan intensitas cahaya terang dan nutrient organic: dan padang rumput

tropic di bawah air dengan kekhasannya rumput penyu (Thalassia) dan

ganggang bentik. Pada perairan dangkal dimana intensitas seragam, seperti

misalnya di Pasifik Selatan terumbu karang seringkali membentuk pulau

berpenghalang “hidup” yang menyebabkan “setengah tertutup” sehingga

memungkinkan perkembangan estuaria tropika.

5. Sistem-sistem baru yang timbul berkaitan dengan manusia. Meskipun

mendesaknya masalah pengurangan populasi pada estuaria dan perlakuan

sekunder maupun tertier atau limbah hampir-hampir telah menjadi universal,

namun agaknya estuaria di wilayah urban dan industri akan tetap menanggung

beban polusi. Olehkarenanya perlu sekali kita mengakui adanya kategori

khusus estuaria yang memeperkembangkan adaptasinya terhadap limbah

buatan manusia. Masalah ini perlu ditelaah secara hait-hati agardapat

ditentukan batas-batas toleransi dan pengurangan organisme, serta

menggalakkan mekanisme biologi yang dapat membantu manusia dalam

perlakuan limbah (waste treatment). Estuaria memiliki kapasitas yang

berbeda-beda dan menangani bahan yang “degradable”, tergantung pada

luasnya sistem, pola aliran, jenis estuaria dan daerah iklimnya. Bahan-bahan

seperti limbah pembuangan air dan pabrik pulp yang telah mendapat

perlakuan, limbah makanan laut dan hasil pemrosesan makanan, limbah

munyak tanah dan buangan pengerukan dapat terurai dan tersebar, kecuali

bila:

a. Sistem tersebut juga tidak tertekan oleh adanya racun (insektisida, acid,

dan lain-lain)

b. Kecepatan masukan diatur antara rendah sampai sedang, dan tidak terjadi

“kejutan” yang mendadak, yang terjadi karena penumpukan besar-besaran

secara periodik

Jadi polusi minyak dan panas dalam tingkat rendah dapat ditahan oleh

suatu sistem yang sudah terbiasa, tetapi ceceran minyak secara besar-besaran

mrupakan bencana dan tidak dapat dimanfaakan terutama bagi organisme

besar seperti ikan dan burung. Dari semua perubahan buatan manusia,

pemotongan “hubungan langsung dengan laut bebas” mungkin memberikan

akibat yang paling besar. Perlu diingat bahwa air yang terkurung merupakan

ekosistem yang lain sama sekali, sesuatu yang hampir tidak mempunyai

kemampuan alami untuk memberi perlakuan atas limbah. Bahkan

pembendungan air untuk keperluan pemeliharaan mekanan laut harus

direncanakan secara hati-hati karena manusia harus manyediakan sarana

mekanis untuk keperluan aerasi, pengendalian penyakit, dan produksi

makanan, yang sebelumnya dapat terjadi oleh adanya sistem aliran bebas.

Kultur laut, seperti halnya pertanian memiliki biaya-biaya yang tersembunyi

dan bukan hadiah “Cuma-cuma” dari alam.

2.4 Keanekaragaman Biota Dan Interaksi Biofisik Dalam Ekosistem

Estuaria

2.4.1 Fauna Estuaria

Fauna estuaria terdiri dari fauna laut, air tawar, dan estuaria. Spesies

estuaria sangat sedikit karena fluktuasi kondisi lingkungan seperti salinitas dan

suhu air yang sangat besar. Hal tersebut menyebabkan hanya beberapa spesies

saja yang mempunyai fisiologi khusus yang dapat bertahan hidup di estuaria.

Fauna estuaria biasanya berasal dari laut. Fauna air tawar tidak dapat mentolerir

kondisi lingkungan terutama kenaikan salinitas, sedangkan fauna air laut dapat

mentolerir penurunan salinitas. Oleh karena itu mayoritas fauna yang terdapat di

estuaria adalah binatang laut.

Fauna air yang hidup di estuaria dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:

a) Spesies-spesies yang endemik (hampir seluruh hidupnya ada di estuaria)

seperti bermacam kerang, kepiting dan ikan.

Contoh fauna estuaria yang sebenarnya, yaitu Nereis diversicolor,

Crassostrea, Ostrea, Scrobicularia plana, Macoma balthica, Rangia

flexuosa, Hydrobia, dan Palaemonetes. Hewan-hewan tersebut dapat hidup

pada salinitas antara 5 0/00 dan 30 0/00.

b) Spesies-spesies yang hanya tinggal untuk sementara waktu di estuaria seperti

larva beberpa spesies udang dan ikan yang setelah menjadi dewasa seksual

bermigrasi ke laut bebas.

Contoh hewan yang sebagian daur hidupnya di estuaria, biasanya fase juvenil

di estuaria dan fase dewasa di laut, yaitu udang famili Penaeidae (Penaeus

setiferus, P. aztecus, P. duorarum) (Nybakken, 1988).

c) Fauna Peralihan

Fauna peralihan karena beberapa aktivitas hidup dilakukan di estuaria, seperti

mencari makan. Contoh hewan yang migrasi melewati estuaria ke daerah

pemijahan, yaitu ikan salem (Salmo, Onchorhynchus) dan belut laut

(Anguilla).

2.4.2 Vegetasi Estuaria

Flora yang terdapat di estuaria juga sedikit karena substrat berupa lumpur

dan terendam sehingga makroalga tidak dapat melekat. Tingkat kekeruhan yang

cukup tinggi juga menyebabkan cahaya hanya menembus sampai lapisan yang

dangkal. Daerah hilir estuaria dan di bawah tingkat pasang surut rata-rata dapat

ditemui padang rumput-rumputan laut seperti Zostera, Thalassia, dan Cymodocea.

Dataran lumpur intertidal ditumbuhi alga hijau yang bersifata musiman, yaitu

genera Ulva, Enteromorpha, Chaeromorpha, dan Cladophora. Untuk daerah

estuaria yang sangat keruh didominasi oleh tumbuhan mencuat yang merupakan

tumbuhan berbunga berumur panjang dengan akar menancap di daerah intertidal

bagian atas. Contohnya adalah Spartina dan Salicornia (Nybakken, 1988). Selain

itu tumbuhan yang ada di estuari adalah: Tumbuhan Lamun (sea grass), Algae

makro (sea weeds) yang tumbuh di dasar perairan, Algae mikro yang hidup

sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun lamun.

2.4.3 Plankton Estuaria

Estuaria mempunyai jumlah spesies plankton yang sedikit. Fitoplankton

yang dominant di estuaria adalah diatom dan dinoflagellata. Genera diatom yang

biasanya ditemui, yaitu Skeletonema, Asterionella, Chaetoceros, Nitzchia,

Thalassionema, dan Melosira. Genera dinoflagellata yang sering dijumpai, yaitu

Gymnnodnium, Gonyaulax, Peridinium, dan Ceratium. Kekeruhan yang tinggi

dan cepatnya pergantian air menyebabkan jumlah fitoplankton dan produktivitas

menjadi terbatas. Jumlah plankton dan produktivitas relative tinggi terjadi pada

estuaria yang tingkat kekeruhannya rendah dan pergantian airnya lama.

Keberadaan zooplankton di estuaria dipengaruhi oleh jumlah fitoplankton.

Gradien salinitas ke arah hulu estuaria juga mempengaruhi komposisi spesies

zooplankton. Zooplankton estuaria terdapat pada estuaria yang lebih besar dan

lebih stabil dengan gradient salinitas yang tidak terlalu bervariasi. Estuaria yang

dangkal dengan cepat mengalami pergantian air didominasi oleh zooplankton laut

yang terbawa oleh pasang surut.

2.4.4 Interaksi Biofisik Dalam Ekosistem Estuaria

a. Interaksi antara estuari dengan tumbuhan berbunga

Akumulasi sedimen dari darat (sungai) dan laut mengharuskan toleransi

tumbuhan berbunga terhadap kondisi aerobik dan salinitas air laut.

Contohnya, Mangrove

Gambar 3. Mangrove

b. Interaksi antara estuari dengan rumput laut

Rumput laut tidak memiliki akar sehingga keberadaanya di estuaria sangat

terbatas karena tidak terdapat subtrat yang keras untuk menempel.

c. Interaksi antara estuari dengan Fitoplankton

Pengayaan lapisan permukaan air oleh penaikan massa air bernutrien,

memicu pertumbuhan dan produksi fitoplankton.

d. Interaksi antara estuari dengan Zooplankton

Produksi fitoplankton yang tinggi memicu produksi zooplankton yang

tinggi pula, sehingga fitoplankton dan zooplankton berperan penting dalam

mempertahankan produktivitasestuaria yang tinggi

Gambar 4. Fitoplankton dan Zooplankton

e. Interaksi antara estuari dengan Nekton

Produktivitas estuaria yang tinggi sangat mendukung populasi konsumer

nektonik yang tinggi, disamping kondisi kimia-fisik estuari yang bervariasi

besar (Salinitas), sehingga hanya sejumlah kecil jenis nekton yang dapat

beradaptasi.

Gambar 5. Nekton

2.5 Fungsi Ekologis Dan Peranan Estuari Bagi Masyarakat

Fungsi Ekologis Estuaria.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa fungsi ekologis estuaria yang

penting ialah:

1. Merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi bagian estuaria yang

jauh dari garis pantai maupun yang berdekatan dengannya, lewat

diangkutnya zat hara dan bahan organik tersebut oleh sirkulasi pasang

surut (tidal circulation);

2. Menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis penting

yang bergantung pada dasar estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat

mencari makanan (feeding ground); dan

3. Memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup di

lepas pantai, tetapi yang bermigrasi ke perairan yang dangkal dan

terlindung untuk bereproduksi dan /atau sebagai tempat tumbuh besar

(nursery ground) anak mereka.

Peranan Estuari Bagi Masyarakat

• Sebagai Kawasan Pelabuhan dan Industri

• Sebagai Jalur Transportasi

• Sebagai Tempat Penangkapan dan Budidaya Ikan

• Sebagai Tempat Pemukiman

Gambar 6. Sebagai jalur transportasi dan tempat penangkapan ikan

Selain itu, bagi biota itu sendiri estuari memiliki peranan yang sangat

penting yaitu:

a) Sebagai tempat hidup berbagai hewan dan tumbuhan

Lingkungan estuary merupakan kawasan yang sangat penting bagi

berjuta hewan dan tumbuhan. Pada daerah-daerah tropis seperti di ,

lingkungan estuary umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang di

sebut Mangrove. Tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan genangan air

laut yang kisaran salinitasnya cukup lebar. Pada habitat mangrove ini lah

kita akan menemukan berjuta hewan yang hidupnya sangat tergantung dari

kawasan lingkungan ini

Sebagai lingkungan perairan yang mempunyai kisaran salinitas

yang cukup lebar, estuary menyimpan berjuta keunikan yang khas.

Hewan-hewan yang hidup pada lingkungan perairan ini adalah hewan

yang mampu beradaptasi dengan kisaran salinitas tersebut. Dan yang

paling penting adalah lingkungan perairan estuary merupakan lingkungan

yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi unsure terpenting bagi

pertumbuhan phytoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari keunikan

lingkungan estuary. Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara

(nutrient) estuary di kenal dengan sebutan daerah pembesaran (nursery

ground) bagi berjuta ikan, invertebrate (Crustacean, Bivalve,

Echinodermata, annelida dan masih banyak lagi kelompok infauna). Tidak

jarang ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting seperti siganus, baronang,

sunu dan masih banyak lagi menjadikan daerah estuari sebagai daerah

pemijahan dan pembesaran.

b) Ssebagai tempat ruaya jutaan burung pantai

Pada kawasan-kawasan subtripic sampai daerah dingin, fungsi estuary

bukan hanya sebagai daerah pembesaran bagi berjuta hewan penting,

bahkan menjadi titik daerah ruaya bagi jutaan jenis burung pantai.

Kawasan estuary di gunakan sebagai daerah istrahat bagi perjalanan

panjang jutaan burung dalam ruayanya mencari daerah yang ideal untuk

perkembanganya. Disamping itu juga di gunakan oleh sebagian besar

mamalia dan hewan-hewan lainnya untuk mencari makan.

c) Sebagai penyaring dari berjuta bahan buangan cair yang bersumber dari

daratan

Keistimewaan lingkungan perairan estuary lainnya adalah sebagai

penyaring dari berjuta bahan buangan cair yang bersumber dari daratan.

Sebagai kawasan yang sangat dekat dengan daerah hunian penduduk,

daerah estuary umumnya di jadikan daerah buangan bagi limbah-limbah cair

(kita tidak membahas limbah padat di sini yang benar-benar merusak

sebagian besar lingkunagn estuary). Limbah cair ini mengandung banyak

unsure diantaranya nutrient dan bahan-bahan kimia lainnya. Dalam kisaran

yang dapat di tolelir, Kawasan estuary umumnya bertindak sebagai

penyaring dari limbah cair ini, mengendapkan partikel-partikel beracun dan

menyisakan badan air yang lebih bersih. Inipun dengan kondisi dimana

terjadi suplai yang terus-menerus dari air sungai dan laut yang cenderung

lebih bersih dan mentralkan sebagaian besar bahan polutan yang masuk ke

daerah estuary tersebut.

Jaringan Makanan di Estuaria

Dasar dari jaring makanan di estuaria adalah konversi energi matahari

menjadi energi dalam bentuk makanan yang dilakukan oleh tumbuhan rawa. Saat

tumbuhan mati, protozoa dan mikroorganisme lain mengkonsumsi material

tumbuhan yang mati tersebut. Invertebrata kecil merupakan makanan bagi

detritus. Detritus kemudian di makan oleh ikan, burung, serta predator lainnya

(Hinterland Who’s Who, 1993).

Melimpahnya sumber makanan di estuaria dan sedikitnya predator

menjadikan estuaria sebagai tempat hidup anak berbagai binatang yang fase

dewasanya tidak berada di estuaria. Estuaria juga merupakan tempat mencari

makan bagi binatang dewasa seperti ikan dan burung yang bermigrasi (Nybakken,

1988).

Contohnya siklus hidup seekor udang

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Estuari (aestus, air pasang), menurut definisi yang dimodifikasikan oleh

Pritchard (1967), adalah suatu badan air pantai setengah tertutup yang

berhubungan langsung dengan laut terbuka, jadi sangat terpengaruh oleh

gerakan pasang surut, dimana air laut bercampur (dan biasanya bila diukur,

lebih cair) dengan air tawar dari buangan air daratan

2. Klasifikasi estuari didasarkan atas, (1) geomorfologi, (2) sirkulasi dan

stratifikasi air (3) keaktifan sistem.

3. Karakteristik fisik

Keterlindungan.

Salinitas

Substrat

Suhu

Aksi ombak dan arus

Kekeruhan

Oksigen

4. Manfaat estuari :

a. Sebagai tempat budi daya hewan yang bersifat komersial

b. Sebagai tempat hidup berbagai hewan dan tumbuhan

c. Sebagai tempat ruaya bagi jutaan burung pantai

d. Sebagai Kawasan Pelabuhan dan Industri

e. Sebagai Jalur Transportasi

f. Sebagai Tempat Penangkapan dan Budidaya Ikan

g. Sebagai Tempat Pemukiman

h. Sebagai penyaring dari berjuta bahan buangan cair yang bersumber dari

daratan

DAFTAR PUSTAKA

Hinterland Who’s Who. 1993. Estuaries: Habitat for Wildlife. Di dalam http://www.hww.ca/hww2.asp?pid=0&id=226&cid=2. Dakses tanggal 09 Maret 2011

Kasim, Ma’Ruf. 2005. Estuary : Lingkungan unik yang sangat penting. Di dalam http://maruf.wordpress.com/2005/12/27/estuary-lingkungan-unik-yang-sangat-penting/ Dakses tanggal 09 Maret 2011

Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia.

Tiwow, Clara. 2003. Kawasan Pesisir Penentu Stok Ikan Di Laut. http://tumoutou.net/6_sem2_023/clara_tiwow.htm Dakses tanggal 09 Maret 2011

Odum, E. P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Rustam. 2001. Perencanaan Pengelolaan Kawasan Estuaria secara Terpadu dan Berkelanjutan. Di dalam -http://rudyct.com/PPS702.ipb/02201/rustam.htm . Dakses tanggal 09 Maret 2011