Distribusi Log Normal
-
Author
hijir-della-wirasti -
Category
Documents
-
view
26 -
download
3
Embed Size (px)
Transcript of Distribusi Log Normal
-
Umboro Lasminto VIII- 1
MODUL 8
PERENCANAAN BANJIR
Tujuan Instruksional Khusus modul ini adalah mahasiswa dapat melakukan
analisa frekuensi banjir yang terjadi, menghitung distribusi dan frekuensi banjir
dengan berbagai macam metode.
Dalam merencanakan suatu bangunan air atau merancang proyek-proyek
pengembangan sumber air (PSA) dipakai suatu tinggi hujan tertentu sebagai dasar
untuk menentukan dimensi sutu bangunan. Hal ini dilakukan karena hujan akan
menyebabkan aliran permukaan yang nantinya melewati bangunan yang
direncanakan misalnya gorong-gorong, weir pada daerah irigasi, spillway pada dam
reservoir dan lain sebagainya. Hujan yang dipakai sebagai dasar desain bangunan
seperti diatas dinamakan Tinggi Hujan Rencana.
Tujuan modul ini adalah menjelaskan konsep tinggi hujan dan debit banjir
rencana, memberikan contoh perhitungan debit banjir rencana (maksimum) dengan
beberapa metode. Isi dari modul ini akan membahas analisa frekuensi yang terdiri dari
probabilitas distribusi, distribusi frekuensi dan extrapolasi dari suatu seri data serta
perhitungan debit maksimum (puncak).
8.1. Analisa Frekuensi
8.1.1. Probalibilitas Distribusi
Banjir yang terjadi disungai pada suatu daerah aliran biasanya disebabkan oleh
hujan yang jatuh di daerah tersebut, kejadian ini merupakan salah satu peristiwa
hidrologi. Banjir terbesar akan disebabkan oleh hujan terbesar pula dengan melihat
pola, sifat dan karakteristik alirannya.
-
Umboro Lasminto VIII- 2
Hujan-hujan terbesar yang menyebabkan banjir-banjir maksimum kalau
diperhatikan kejadiannya dalam rangkaian peristiwa hidrologi akan mempunyai
kejadian yang berulang. Melihat seri waktu peristiwa hidrologi jarang sekali
didapatkan data pengamatan dalam waktu yang cukup panjang, sedang dalam
perencanaan yang memerlukan analisa hidrologi biasanya diperlukan data peristiwa
hidrologi yang mempunyai kejadian ulang yang cukup panjang (1000 sampai 10000
tahun).
Untuk extrapolasi data yang cukup pendek guna keperluan perencanaan
seperti yang tersebut diatas digunakan metode-metode perhitungan untuk meramal
peristiwa hidrologi dengan waktu ulang kejadian yang cukup panjang.
Dalam seri waktu data peristiwa hidrologi akan dijumpai besaran (harga) suatu
peristiwa yang mempunyai harga sama atau lebih besar beberapa kejadiannya dalam
seri waktu tersebut. Misal dalam waktu pengamatan 100 tahun terjadi rata-rata 4 kali
peristiwa hidrologi yang mempunyai harga sama atau lebih besar maka masa ulang
(T) dari peristiwa hidrologi tersebut adalah 25 tahun. Artinya peristiwa tersebut akan
terjadi rata-rata satu kali dalam 25 tahun, bukan setiap 25 tahun sekali. Jadi untuk
masa 100 tahun, peristiwa hidrologi 25 tahunan terjadi 4 kali dan tidak harus
berurutan 25 tahun sekali. Dari uraian diatas dapat ditulis bahwa interval waktu rata-
rata dari suatu peristiwa akan dimulai atau dilampaui satu kali disebut masa ulang
(return period), juga disebut sebagai periodicity atau recurrence interval.
Kemungkinan dari suatu kejadian yang besarnya sama atau dilampaui dalam
peristiwa hidrologi dapat dinyatakan dalam persamaan :
T1p = (8.1)
dan peristiwa tidak disamai atau tidak dilampaui dapat dituliskan sebagai berikut :
p = 1 p (8.2)
-
Umboro Lasminto VIII- 3
dimana :
p = peristiwa disamai atau dilampaui
p = peristiwa tidak disamai atau tidak dilampaui
T = masa ulang
Bila p (X < x) menyatakan suatu kemungkinan bahwa harga x tidak akan
disamai atau tidak dilampaui dalam suatu periode tertentu, maka p(X < x)n akan
menyatakan suatu kemungkinan bahwa harga x tidak disamai atau tidak dilampaui
dalam n periode (tahun).
Untuk independent series dan dari hukum multiple probability didapat
bahwa :
p(X < x)n = [ p(X < x) ]n
atau : p(X < x)n = [ 1 - p(X x) ]n (8.3)
jadi : p(X x)n = 1 - p(X < x)n
atau : p(X x)n = 1- [ 1 p(X x) ]n (8.4)
persamaan 8.4 menyatakan suatu kemungkinan bahwa harga x akan disamai atau
dilampaui dalam n tahun.
Substitusi persamaan (8.1) dalam persamaan (8.4) didapat :
p(X x)n = 1 (1 - T1 )n (8. 5)
Contoh 8.1.
Misal untuk p(X x) dimana x adalah harga dari suatu banjir yang mempunyai masa
ulang 20 tahun (Q20). Berapa peluang akan terjadi dalam periode 3 tahun ?
-
Umboro Lasminto VIII- 4
p(X
Penyelesaian :
x)n = 1 (1 - T1 )n
p(X Q20)3 = 1 (1 - 201 )3
= 1 (0,95)3
= 1 0,857
= 0,143 atau 14,3 %
Contoh 8.2.
Terjadi berapa tahun akan datang untuk kans 1 % dari banjir 200 tahunan ?
Penyelesaian :
p(X
x)n = 1 (1 - T1 )n
0,01 = 1 (1 - 2001 )n
n = 2
jadi 2 tahun akan datang banjir 200 tahunan akan terjadi dengan kans 1%.
Contoh 8.3.
Untuk kans 8 % dari banjir 200 tahunan tidak akan terjadi dalam beberapa tahun akan
datang ?
p(X < Q200)n = 0,08
Penyelesaian :
maka : p(X Q200)n = 1 0,08 = 0,92
jadi : 0,92 = 1 (1 - 2001 )n
n = 503
berarti 503 tahun yang akan datang, banjir 200 tahunan tidak
akan terjadi dengan kans 8 %.
-
Umboro Lasminto VIII- 5
Untuk menghitung periode kejadian yang diharapkan (n) untuk suatu kejadian dengan
masa ulang T dapat ditulis sebagai berikut :
p(X x)n = 1 (1 - T1 )n
(1 - T1 )n = 1 - p(X x)n
n log (1 - T1 ) = log (1 - p(X x)n)
atau :
( )( )( )T1
n
1 logxXp1 logn
= (8.6)
sebaliknya untuk menghitung masa ulang T dari suatu peristiwa hidrologi untuk suatu
peride kejadian yang diharapkan (n) juga dapat ditulis sebagai berikut :
p(X x)n = 1 (1 - T1 )n
(1 - T1 )n = 1 - p(X x)n
(1 - T1 ) = [ ] n1 x) p(X - 1 n
atau :
T = [ ][ ] 1n n1 x) p(X - 1 1 (8.7)
8.1.2. Frekwensi Distribusi
Dari suatu data peristiwa hidrologi dapat ditentukan besarnya masing-masing
periode ulang untuk satu harga dari data. Data seri dirangking harganya dari yang
tertinggi sampai yang terendah dimulai dengan m = 1 untuk yang peling tinggi dan m
= 2 untuk yang tertinggi berikutnya, dimana m adalah nomor urut rangking.
Masa ulang dari setiap kejadian (harga) dapat dihitung dari :
m
1nT += (8.8)
-
Umboro Lasminto VIII- 6
dimana :
n = jumlah kejadian (data)
Persamaan 8.8 adalah dari Weibull. Sebenarnya untuk menentukan harga T
dari suatu data seri masih banyak perumusan yang dipakai, tetapi yang paling sering
dipakai bisa dituliskan sebagai berikut :
Perumusan California : mnT = (8.9)
Perumusan Hazen : 1-m 2
n 2T = (8.10)
Perumusan Chegodayev : 0,3-m0,4nT += (8.11)
Untuk mendapatkan extrapolasi data dari data seri salah satu cara dipakai
adalah metode yang disebut sebagai metode Gumbel. Data peristiwa hidrologi yang
disusun menurut rangkingnya akan didapatkan distribusi frekwensi kejadiannya
menurut kelas interval tertentu.
Gumbel beranggapan bahwa distribusi variable-variabel hidrologi tak terbatas
sehingga digunakan harga-harga extrim maximum. Kalau samplenya terdiri dari
harga-harga extrim dari banyak seri maka kemungkinan terjadinya suatu harga sama
dengan atau kurang dari x ditentukan oleh persamaan :
p(X < x) = yee
(8.12)
Persamaan 8.12 disebut juga sebagai persamaan distribusi Gumbel, dimana y
adalah reduced variate dan e bilangan alam (=2,71828.)
Dengan memperhatikan persamaan 8.2 maka persamaan 8.12 dapat ditulis
sebagai berikut :
1 p(X x) = yee
-
Umboro Lasminto VIII- 7
atau :
1 - T1 = yee
sehingga : y = - ln ln (1T
T
) (8.13)
Harga T menurut Gumbel sama dengan yang dikemukakan oleh Weibull
seperti pada persamaan 8.8.
Untuk menghitung extrapolasi dari seri harga-harga extrim digunakan cara
yang dikemukakan oleh V.T. Chow dengan memakai factor frekwensi K, yaitu :
KxX += (8.14)
dimana :
X = harga extrapolasi
x = rata-rata arithmatik dari data seri
= standard deviasi dari data seri
K = factor frekwensi yang merupakan fungsi dari masa ulang dan type
distribusinya.
Faktor K untuk harga extrim distribusi Gumbel dinyatakan dalam persamaan :
n
nT
SYYK = (8.15)
dimana :
YT = reduced variate yang merupakan fungsi dari masa ulang T (persamaan
8.13)
Yn = reduced mean yang merupakan fungsi dari besar (banyaknya) data (n)
Sn = reduced standard deviasi yang merupakan fungsi dari banyaknya data
(n).
-
Umboro Lasminto VIII- 8
Untuk harga extrapolasi dengan masa ulang T adalah XT , maka dari persamaan (8.14)
dan (8.15) dapat ditulis :
nn
Tn
n
nTT
YSY
Sx
SYY xX
+=
+=
Untuk : a1
S
n
= (8.16)
Maka : nTT Y a1 Y
a1 xX +=
Untuk : bY a1 x n = (8.17)
Maka : bYa1X TT += (8.18)
Persamaan (8.18) sering dikenal sebagai persamaan extrapolasi dari Gumbel.
Harga Yn dan Sn yang merupakan fungsi dari n dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan distribusi Gumbel.
Contoh 8.4.
Hitunglah harga reduced variate Yn dan standar deviasi dari reduced variate Sn dari 15
buah data.
Jumlah data adalah sebanyak data n = 15 maka jumlah rangking dalam data juga m =
15. Nomor rangking dihitung kemungkinan kejadiannya (kolom 2 dalam tabel ) dan
kemudian dihitung reduced variatenya (kolom 3 dalam tabel). Harga rata-rata (mean)
dari reduced variate ini merupakan harga Yn yang dicari (untuk n = 15). Sedang harga
standard deviasi dari reduced variate ini merupakan harga Sn yang dicari.
Penyelesaian :
-
Umboro Lasminto VIII- 9
Tabel 8.1. Perhitungan Harga Yn dan Sn untuk n = 15
Rangking p=m/(n+1) y = -ln ln (1/p) (y-Yn)2
1 2 3 4
1 0.0625 -1.0198 2.3097
2 0.1250 -0.7321 1.5181
3 0.1875 -0.5152 1.0306
4 0.2500 -0.3266 0.6833
5 0.3125 -0.1511 0.4240
6 0.3750 0.0194 0.2310
7 0.4375 0.1903 0.0959
8 0.5000 0.3665 0.0178
9 0.5625 0.5528 0.0028
10 0.6250 0.7550 0.0650
11 0.6875 0.9816 0.2320
12 0.7500 1.2459 0.5564
13 0.8125 1.5720 1.1491 14 0.8750 2.0134 2.2904 15 0.9375 2.7405 5.0198
9.5000 7.6925 15.6260
0,512815
7,6926Yn ===
ny
, ( )
1,0206156260.15S
2
n ==
= n
Yy n
Contoh 8.5.
Pada tabel 8.2 dibawah ini diberikan data pencatatan hujan harian maksimum selama
11 tahun. Diminta untuk menghitung hujan harian maksimum dengan masa ulang 100
tahun dengan metode Gumbel.
-
Umboro Lasminto VIII- 10
Tabel 8.2. Data hujan maksimum harian
tahun X = R (mm)
(1) (2) 1970
71
72
73
74
75
76
77
78
79
1980
113
92
158
285
114
229
85
118
175
164
146
Langkah pertama adalah memberi rangking pada data sehingga data terbesar
memiliki rangking 1 kemudian data terbesar kedua adalah rangking 2 sampai pada
data terkecil yang memiliki rangking terakhir ( berdasarkan datmengurutkan data
mulai yang paling besar sampai paling kecil (kolom 1 adalah rangking dan kolom 2
adalah datanya). Data-data hujan harian maksimum yang ada di kolom 2 dijumlahkan
kemudian dibagi dengan banyaknya data diperoleh harga hujan harian maksimum
rata-rata.
Penyelesaian :
Kolom 3 menghitung kuadrat dari selisih data dan data rata-ratanya dan
kemudian dijumlahkan yang akan digunakan untuk mengitung standar deviasi.
Standar deviasi dihitung dengan akar kuadrat dari jumlah kuadrat dari selisih data
hujan dan rata-ratanya dibagi dengan banyaknya data kurang satu.
Kolom 4 menghitung peluang dari rangking data. Kolom 5 menghitung harga
y dan y , y rata-rata atau Yn (reduced variate) dihitung dari y dibagi dengan
-
Umboro Lasminto VIII- 11
banyaknya data y . Kolom 6 mengitung kuadrat dari selisih antara y dan Yn dan
dikemudian dijumlahkan untuk mengitung standar deviasi dari reduced variate dengan
membaginya dengan banyaknya data dan kemudian mengakar kuadratkannya.
Tabel 8.3. Perhitungan Extrapolasi Data Hujan
Rangking X (mm) (x - x )2 p=m/(n+1) y = -ln ln (1/p) (y- y )2
1 2 3 4 5 6
1 285.00 17520.13 0.0833 -0.9102 1.9877
2 229.00 5831.40 0.1667 -0.5832 1.1725
3 175.00 500.13 0.2500 -0.3266 0.6827
4 164.00 129.13 0.3333 -0.0940 0.3524
5 158.00 28.77 0.4167 0.1330 0.1344
6 146.00 44.04 0.5000 0.3665 0.0177
7 118.00 1199.68 0.5833 0.6180 0.0140
8 114.00 1492.77 0.6667 0.9027 0.1625
9 113.00 1571.04 0.7500 1.2459 0.5569
10 92.00 3676.77 0.8333 1.7020 1.4457
11 85.00 4574.68 0.9167 2.4417 3.7718
1679.00 36571.55 5.4958 10.2983
x = x/n 152.64 y = y/n 0.4996
Standart deviasi dari data hujan dapat dihitung :
( )47.60
1055.36571
1==
=
nxx
mm
Harga rata-rata dari reduced variate :
Yn = y = 0.4996
Harga standar deviasi dari reduced variate :
( ) 9676.0112983.10
==
=n
yySn
Untuk T = 100 tahun, maka dari persamaan (8.13) didapat :
-
Umboro Lasminto VIII- 12
6001.4)1100
100ln(.ln)1
ln(.ln =
=
=T
TYT
Dari persamaan (8.15), maka 2378.49676.0
4996.06001.4S
YYKn
nT =
=
=
Dari persamaan (8.14), KxXT +=
maka : X100 = 152,64 + (60,47)(4,2378) = 408,9
Jadi hujan dengan masa ulang 100 tahun (R100) = 408,9 mm
8.2. Perhitungan Debit Maksimum (Puncak)
Dalam perencanaan suatu bangunan air seperti saluran pematusan, gorong-
gorong bangunan siphon, normalisasi sungai, bendung-bendung di sungai, saluran
pengelak dalam pembuatan waduk, dan lain sebagainya diperlukan suatu rencana
debit untuk dapat mendimensi bangunan tersebut. Debit ini biasanya merupakan debit
maksimum dari suatu banjir rencana didalam daerah aliran. Dengan tidak
memperhatikan besarnya rambatan banjir dalam suatu titik pengamatan, maka modul
ini hanya ditekankan pada cara menghitung debit maksimum yang bisa terjadi akibat
suatu hujan pada daerah aliran. Beberapa metode yang dipilih untuk menghitung
debit maksimum adalah metode Rasional, metode Weduwen dan metode SCS.
8.2.1. Metode Rasional
Perumusan debit banjir maksimum metode Rasional adalah sebagai berikut :
AI 0,278Qp = (metrik)
(8.19)
Besarnya intensitas hujan I dalam persamaan ini dapat dihitung dengan cara
memakai tr sama dengan Tc. Untuk hujan dengan tr dianggap 24 jam (hujan harian)
maka metode Rasional ini telah dikembangkan di Jepang yang dikenal dengan
-
Umboro Lasminto VIII- 13
perumusan Rational Jepang. Dalam perumusan ini besarnya intensitas I dipakai
perumusan dari Dr Mononobe adalah :
3
2
t24
24RI 24
= (8.20)
dimana : t = Tc
Dan menurut Dr Rziha Tc adalah memenuhi persamaan sebagai berikut :
( )0,6LHc 72Vdan , VLT == (8.21)
dimana :
L = panjang sungai didaerah aliran (km)
V = kecepatan rambatan banjir (km/jam)
H = beda tinggi antara titik terjauh (dihulu) dengan titik pengamatan (km)
Terlihat bahwa besarnya intensitas hujan I tergantung dari besarnya R24 dan
Tc. Sedang besarnya Tc tergantung dari kemiringan sungai ( LH ) dan daerah aliran.
Dalam hidrograp dapat ditunjukkan untuk hujan effektif yang sama jatuh pada suatu
daerah aliran dengan luas yang sama tetapi karakternya berbeda (H, L, Tc) maka akan
diperoleh debit maksimum yang berbeda.
Bermacam perumusan empiris untuk Tc dijumpai dilapangan yang pada
dasarnya dipengaruhi oleh kemiringan daerah aliran dan sungainya. Demikian juga
untuk koefisien aliran mempunyai harga bermacam-macam yang dijumpai dilapangan
dan harganya tergantung dari karakter dan sifat permukaan daerah aliran.
Tabel dibawah ini adalah data koefisien aliran berbagai kondisi daerah
alirannya dari hasil penelitian yang dilakukan di Jepang.
-
Umboro Lasminto VIII- 14
Tabel 8.4. Harga Koefisien Aliran dilihat dari keadaan daerah aliran
Keadaan daerah aliran
Bergunung dan curam
Pegunungan tersier
Sungai dengan tanah dan hujan dibagian atas dan
bawahnya
Tanah datar yang ditanami
Sawah waktu diairi
Sungai bergunung
Sungai dataran
0,75 0,90
0,70 0,80
0,50 0,75
0,45 0,60
0,70 0,80
0,75 0,85
0,45 0,75
Contoh 8.6
Suatu daerah aliran bergunung mempunyai luas 100 km2 dan panjang sungai yang
diamati didalam daerah aliran adalah 10 km. kemiringan rata-rata sungai adalah 0,001.
Bila besarnya hujan rencana per etmal adalah 140 mm, berapa besar debit banjir
maksimum.
Penyelesaian
Hitung kecepatan rambat banjir
:
( )0,6LH72V =
jamkmV /.141.1)001.0(*72 6.0 == = 1.141 km/jam
Hitung waktu konsentrasi, VLTc =
jamTc .8.8141.110
==
Hitung intensitas hujan, 3
2
t24
24RI 24
=
jammm /.118.824
24140I
32
=
=
-
Umboro Lasminto VIII- 15
Daerah aliran adalah bergunung, maka dari Tabel 8.4 dapat dipakai harga = 0,8
Sehingga debit maksimum adalah :
Q = 0,278* 0,8 * 11 * 100 = 244 m3/dt.
8.2.3. Metode Weduwen
Dasar metode ini adalah metode Rational dan digambarkan dalam bentuk yang
dikenal sebagai persamaan Pascher :
AqQ ...= (8.22)
Ada 3 macam koefisien aliran , yaitu tahunan, bulanan dan debit
maksimum. Dalam hal ini yang paling penting adalah untuk debit maksimum.
dinyatakan dalam persamaan Ir. Ivan Kooten sebagai berikut :
( ) 4118,02,0
++=
cT (8.23)
untuk tr = 14 jam (sebagai waktu hujan terpanjang), maka harga =0,60. Mengingat
hal ini maka sebagai batas diambil, untuk :
q = 0 3 m3/dt/km2; maka = 0,40 0,60
q = 3 34 m3/dt/km2; maka = 0,60 0,90
7.1,41+
=q
(8.24)
angka reduksi dapat dihitung dengan persamaan seperti berikut :
A
Att
r
r
+++
+=
120
.91120
(8.25)
Untuk hujan maksimum q, Weduwen memperhitungkan hujan di Jakarta dan
mendapatkan besarnya hujan harian maksimum dengan masa ulang 70 tahun sebesar
240 mm atau R70 = 240 mm/etmal. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa untuk luas
-
Umboro Lasminto VIII- 16
daerah aliran kurang dari 100 km2 dan lamanya hujan kurang dari 12 jam maka
besarnya hujan maksimum setempat (q) dinyatakan dalam persamaan :
45,165,67
+=
rtq (8.26)
Untuk daerah diluar Jakarta, hujan harian maksimum setempat dinyatakan
perbandingannya terhadap R70 di Jakarta, dalam bentuk persamaan :
45,165,67.. 70 +
==r
x tmqmq (8.27)
Tabel 8.5. Angka perbandingan hujan dengan masa ulang diluar daerah Jakarta
dengan R70 di Jakarta.
Probability m' mn hujan 5 x dalam 1 tahun 0.58 0.238 57 4 x dalam 1 tahun 0.64 0.263 63 3 x dalam 1 tahun 0.71 0.292 70 2 x dalam 1 tahun 0.82 0.338 81 1 x dalam 1 tahun 1.00 0.408 98 1 x dalam 2 tahun 1.20 0.492 118 1 x dalam 3 tahun 1.32 0.542 130 1 x dalam 4 tahun 1.41 0.579 139 1 x dalam 5 tahun 1.47 0.604 145
1 x dalam 10 tahun 1.72 0.704 169 1 x dalam 15 tahun 1.87 0.767 184 1 x dalam 20 tahun 1.98 0.813 195 1 x dalam 25 tahun 2.06 0.846 203 1 x dalam 30 tahun 2.13 0.875 210 1 x dalam 40 tahun 2.23 0.913 219 1 x dalam 50 tahun 2.31 0.946 227 1 x dalam 60 tahun 2.38 0.975 234 1 x dalam 70 tahun 2.44 1.000 240 1 x dalam 80 tahun 2.49 1.021 245 1 x dalam 90 tahun 2.53 1.038 249 1 x dalam 100 tahun 2.57 1.054 253 1 x dalam 125 tahun 2.64 1.083 260
Lamanya hujan tr diambil sama dengan Tc agar supaya diperoleh debit yang
maksimum. Sebenarnya hal ini hanya berlaku untuk keadaan :
-
Umboro Lasminto VIII- 17
a. hujan jatuh bersamaan diseluruh daerah aliran
b. arah turunnya hujan searah dengan dengan arah aliran sungai dengan
kecepatan kira-kira sama dengan kecepatan aliran disungai.
Bila diambil tr = tc akan diperoleh debit yang besar sekali dan perlu dipertimbangkan
secara ekonomi, sehingga Weduwen , mengambil tr = 2 tc. Lamanya hujan tr dapat
dihitung dengan persamaan :
( ) 41818
3
....476,0
iqAtr
= (8.28)
Dari persamaan-persamaan diatas terlihat bahwa harga , , q dan tr saling
berketergantungan, maka untuk menghitung salah satu unsur tersebut harus ada unsur
yang ditaksir terlebih dahulu. Perhitungan dimulai dengan menaksir harga tr terlebih
dahulu, kemudian digunakan untuk menghitung , dan q. Ketiga parameter , dan
q digunakan untuk menghitung tr dengan persamaan. Bila harga tr yang dihitung tidak
sama dengan harga yang ditaksir maka prosedur diulangi dengan harga taksiran tr
sama dengan harga tr terakhir yang dihitung sampai harga taksiran tr sama dengan
harga tr yang dihitung. Karena perhitungan didasarkan pada R70 maka untuk hujan-
hujan lain harus dikonversikan terhadap R70 dengan cara :
Bila M adalah hujan maksimum pertama selama n tahun pengamatan, maka
R70
dapat dihitung : nmMR .6
5
70 = (8.29)
Bila R adalah hujan maksimum kedua selama n tahun pengamatan, maka R70
dapat dihitung : nm
RR =70 (8.30)
Sehingga persamaan debit maksimum Q untuk periode ulng n tahun adalah :
-
Umboro Lasminto VIII- 18
240..... 70RAqmQ nn = (8.31)
Contoh 8.7.
Selama pengamatan 40 tahun hujan maksimum kedua adalah 205 mm sedang luas
daerah penangkapannya adalah 24 km2. Kemiringan rata-rata sungai adalah 0.005.
Hitung debit maksimum yang bisa terjadi dengan periode ulang 100 tahun.
Penyelesaian :
Ambil taksiran tr = 4,5 jam ( 12 jam) maka :
901,024120
24*95,415,4120
=+++
+=
37,1145,15,4
65,67=
+=q
762,0737,11*901,0
1,41 =+
=
( )56,4
005,0*37,11*901,0*762,024*476,0
41
81
83
==rt
tr hasil perhitungan tidak sama dengan tr taksiran, maka diambil tr = 4,56 jam
902,024120
24*956,4156,4120
=+
++
+=
256,1145,156,4
65,67=
+=q
761,07256,11*902,0
1,41 =+
=
( )565,4
005,0*256,11*902,0*761,024*476,0
41
81
83
==rt
-
Umboro Lasminto VIII- 19
tr yang diperoleh dapat dianggap sama dengan yang ditaksir. Untuk n = 40 maka mn =
0,915. R40 maksimum kedua = 205 mm, maka :
53.224913,0
2054070 ===
nmRR mm
21,173240
53.22424*256,11*902,0*761,0*170 ==Q m3/dt
untuk n=100, maka mn = 1,050, jadi
87,18121,173*05,1*70100 === nmQQ m3/dt
8.2.4. Metode US-SCS (Soil Conservation Service)
Volume limpasan (runoff) akan diestimasi dengan menggunakan metode US
SCS (United States Soil Conservation Service). Dalam menggunakan cara SCS,
runoff dari sebuah daerah aliran (catchment) yang kejatuhan air hujan ditentukan
berdasarkan ciri-ciri dari catchment-nya, yang diukur dari peta atau penilaian pada
saat pengamatan lapangan. Kunci parameter dari catchment yang bersangkutan adalah
luas, panjang dan kemiringan dari tapak aliran, serta tata guna lahan. Parameter tata
guna lahan meliputi neraca antara komponen-komponen yang kedap dan meresap air
serta jenis dari komponen yang meresap.
Diantara parameter catchment yang paling menentukan untuk runoff adalah
persentase luas yang kedap air dan Angka Kurva (CN Angka kurva yang lebih tinggi
berarti runoff-nya juga lebih tinggi, dengan batasan teoritis dari CN adalah = 100
yang berarti sama dengan runoff-nya 100%.
Penggunaan lahan yang ada telah diinterpretasikan sesuai dengan kelompok-
kelompok penggunaan lahan dengan karakteristik air limpasan yang berbeda, sebagai
berikut:
-
Umboro Lasminto VIII- 20
Tabel 8.6 Harga CN yang disesuaikan dengan DAS di Indonesia
Kelompok Penggunaan Lahan untuk
Pematusan
Kedap Air
%
Serap Air
CN
Areal pemukiman (dengan kepadatan
penduduk):
50 150 orang/ha (kawasan perumahan baru) 85 74
50 150 orang /ha (kawasan perumahan lama) 70 74
150 250 orang /ha 85 79
250 350 orang /ha 90 84
Lebih dari 350 orang /ha 95 88
Lahan terbuka:
Rerumputan (>75%) 0 74
Campuran (wilayah rerumputan 25-75%) 0 79
Lain-lain:
Industri, bisnis dan perdagangan 95 88
Fasilitas umum / kampus 70 79
Jalan utama, areal parkir mobil dsb. 100
Sumber : Surabaya Drainage Master Plan Report
Panjang rata-rata dari aliran permukaan dan kemiringan lahan dapat dihitung dari
peta. Panjang aliran permukaan untuk catchment simetrik dapat dihitung dengan
persamaan :
luranxpanjangsaLuasPanjang
2= (8.32)
Sedangkan untuk daerah aliran satu sisi, panjang aliran permukaan dapat dihitung :
uranpanjangsal
LuasPanjang = (8.33)
Kemiringan dari aliran permukaan adalah kemiringan rata-rata permukaan dari ujung
daerah aliran ke saluran utama. Ini tidak berarti bahwa kemiringan tersebut dihitung
dari perbedaaan ketinggian terbesar dari daerah aliran dibagi dengan panjang dari
saluran drainase utama.
-
Umboro Lasminto VIII- 21
63m
(b) One-sided catchment A = 2.4ha
L = A/W = 24000192
= 125 m
(a) Symmetrical catchment A = 2.2ha
= 47 m
L = A/(2W) = 220002(63+75+96)
192m
96m
75m
Gambar 8.1. Pendekatan untuk menghitung panjang overland flow
US SCS membangun persamaan dengan koefisien empirik yang berhubungan
dengan elemen-elemen dari unit hidrograf yang mewakili karakteristik dari daerah
aliran. Unit hydrograph ditentukan oleh elemen-elemen seperti Qp (cfs), Tp (jam) and
Tb (jam). Persamaan Unit hidrograp US SCS dapat ditulis sebagai berikut :
pp T
AqQ **484= (8.34)
dimana :
Qp = Debit puncak (cfs)
q = rainfall excess/hujan efektif (inch)
A = Luas area (mil2)
Tp = Waktu debit puncak (jam)
Tp dapat dihitung dengan persamaan :
Lp tDT +=2
(8.35)
dimana :
D = Lamanya hujan (jam)
tL = waktu antara datangnya hujan dengan waktu terjadinya debit puncak.
Waktu t L dapat dihitung dengan :
-
Umboro Lasminto VIII- 22
5.0
7.08.0
*1900)1(*
YSLtL
+= (8.36)
dimana :
L = panjang over land flow (ft)
S = retensi maksimum (inchi)
S = 1000/CN 10 (8.37)
CN = Curve Number, yang berisi pengaruh dari tanah, tata guna lahan, kondisi
hidrologi dan soil moisture.
Besarnya hujan yang menjadi aliran permukaan (rainfall excess/hujan efektif)
dapat dihitung dengan persamaan :
( )SR
SRq8.0
2.0 2
+
= for R 0.2S (8.38)
dimana R = kedalaman hujan (inch).
Jika R 0.2S kita dapat mengasumsikan bahwa q =0 yang berarti semua air hujan
yang jatuh meresap kedalam tanah.
Contoh 8.8.
Daerah Aliran Sungai Larangan adalah sebuah DAS yang simetrik dan
memiliki komposit Curve Number CN = 76.82, Panjang sungai L = 7085 m,
Kemiringan rata-rata lahan Y = 0.32 % dan luas DAS A = 12565327 m2. Hitung
debit puncak yang terjadi akibat hujan sebesar 140 mm selama 4 jam.
017.31082.76
1000101000 ===CN
S
Penyelesaian :
Total hujan = 140 mm = 5.51 inch
Hujan efektif q :
( ) ( ) 04.3017.3*8.051.5017.3*2.051.5
8.02.0 22
=+
=+
=SRSRq inch
Panjang dari overland flow 7085*2
327,565,122
==LALo = 886.76 m = 2909.45 ft
( )5.0
7.08.0
5.0
7.08.0
32.0*19001017.3*45.2909
*1900)1(* +
=+
=Y
SLtL =1.45 jam
-
Umboro Lasminto VIII- 23
45.124
2+=+= Lp t
DT = 3.45 jam
pp T
AqQ **484=
45.3)10*386.0*12565327(*04.3*484 26 milQp
= = 2066.33 cfs = 58.52 m3/dt
Besarnya debit puncak dari hujan 140 mm adalah Qp = 58.52 m3/dt.
8.3. Latihan.
1. Pada tabel dibawah ini diberikan data pencatatan hujan harian maksimum
selama 12 tahun. Diminta untuk menghitung hujan harian maksimum dengan
masa ulang 5, 10 dan 25 tahun dengan metode Gumbel.
Tahun Hujan (mm)
1992 100
1993 120
1995 70
1996 115
1997 89
1998 130
1999 69
2000 98
2001 112
2002 167
2003 189
2004 121
2. Suatu daerah aliran bergunung dan curam mempunyai luas 50 km2 dan
panjang sungai yang diamati didalam daerah aliran adalah 10 km. kemiringan
-
Umboro Lasminto VIII- 24
rata-rata sungai adalah 0,003. Bila besarnya hujan rencana peretural adalah
100 mm, Hitung berapa besar debit maksimum rencana dengan metode
Rasional.
3. Selama pengamatan 30 tahun hujan maksimum pertama adalah 210 mm
sedang luas daerah penangkapannya adalah 100 km2. Kemiringan rata-rata
sungai adalah 0.003. Hitung debit maksimum yang bisa terjadi dengan periode
ulang 50 tahun dengan metode Weduwen.
4. Sebuah Daerah Aliran Sungai berbentuk one side catchment memiliki
komposit Curve Number CN = 80, Panjang sungai L = 100 km, Kemiringan
rata-rata lahan Y = 0.25 % dan luas DAS A = 100 km2. Hitung debit puncak
yang terjadi akibat hujan sebesar 100 mm selama 5 jam dengan metode US
SCS.
-
Umboro Lasminto VIII- 25
LEMBAR KERJA
Soal No.1
Rangking X (mm) (x - x )2 p=m/(n+1) y = -ln ln (1/p) (y- y )2
1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
x = x/n y = y/n
Menghitung Standart deviasi dari data hujan :
( )=
=
1nxx
Menghitung harga rata-rata dari reduced variate :
Yn = y = = y/n =
Menghitung standar deviasi dari reduced variate :
( )=
=
nyySn
Menghitung YT :
-
Umboro Lasminto VIII- 26
=
= )1
ln(.lnT
TYT
Menghitung K :
==n
nT
SYYK
Menghitung hujan harian maksimum periode ulang T tahun,
KxXT += =
-
Umboro Lasminto VIII- 27
Soal No. 2
Menghitung kecepatan rambat banjir
( )0,6LH72V = =
Hitung waktu konsentrasi,
VLTc = =
Hitung intensitas hujan,
32
t24
24RI 24
= =
Memperkirakan besarnya koefisien pengaliran berdasarkan keadaan DAS,
=
Menghitung debit maksimum :
Q = 0.278* * I * A =
-
Umboro Lasminto VIII- 28
Soal No. 3
Ambil taksiran tr ( < 12 jam) dan hitung :
A
Att
r
r
+++
+=
120
.91120
=
45,165,67
+=
rtq =
7.1,41+
=q
=
( ) 41818
3
....476,0
iqAtr
= =
Bila tr hasil perhitungan tidak sama dengan tr taksiran, maka diambil tr hasil
perhitungan untuk menghitung kembali
A
Att
r
r
+++
+=
120
.91120
=
45,165,67
+=
rtq =
7.1,41+
=q
=
( ) 41818
3
....476,0
iqAtr
= =
Perhitunga (iterasi) dilakukan sampai harga tr taksiran mendekati atau dianggap sama
dengan tr hasil perhitungan
Lihat dalam tabel untuk harga mn berdasarkan lamannya pengamatan, mn =
Hitung tinggi hujan periode ulang 70 tahun,
==n
n
mRR70 mm
-
Umboro Lasminto VIII- 29
Hitung debit maksimum periode ulang 70 tahun
==240
***** 707070RAqmQ m3/dt
Lihat dalam tabel harga mn dari perioda debit yang akan
mn =
Hitung debit banjir maksimum perioda T tahun
== nT mQQ *70 m3/dt
-
Umboro Lasminto VIII- 30
Soal No. 4
Hitung harga S,
Penyelesaian :
== 101000CN
S
Total hujan = inch
Hitung tinggi hujan efektif q :
( )=
+
=SR
SRq8.0
2.0 2 inch
Panjang dari overland flow
==LALo
2 ft
Hitung tL
=+
= 5.07.08.0
*1900)1(*
YSLtL jam
Hitung waktu puncak Tp
=+= Lp tDT2
jam
Hitung debit banjir maksimum Qp
pp T
AqQ **484= cfs = m3/dt
-
Umboro Lasminto VIII- 31
Daftar Pustaka
Sholeh M., 1985, Diktat Hidrologi I, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan- Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Soemarto, C.D., 1986, Hidrologi Teknik, Malang
Subramaya, 1988, Engineering Hydrology, Tata mcGraw Hill Publishing
Company Limited, New Delhi
Wilson, E.M., 1993, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta