DISTRIBUSI IKAN LAYANG (DECAPTERUS SP) … · hasil tangkapan ikan layang, kg) terhadap variabel...

7
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 23 (3) Desember 2013: 150 – 156 ISSN: 0853-4489 150 Safruddin DISTRIBUSI IKAN LAYANG (DECAPTERUS SP) HUBUNGANNYA DENGAN KONDISI OSEANOGRAFI DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKEP, SULAWESI SELATAN The distribution of Scads (Decapterus sp) in relation with oceanographic conditions in Pangkep Regency waters, South Sulawesi Safruddin 1 1) Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Diterima: 11 April 2013; Disetujui: 25 Oktober 2013 ABSTRACT Scads (Decapterus sp) are one of the important species targeted by local fishermen in Pangkep Regency waters. This study was a fundamental attempt in providing the basic information to investigate the preferred condition of scads in the field. The objective of this study was to explore the relationship between oceanographic conditions with scads distribution. Selected oceanographic parameters such as sea surface temperature, chlorophyll-a concentration, and water depth were derived from Aqua/MODIS satellite and ETOPO2 database. The experimental fishing was conducted in April to May 2008 in the waters of Pangkep Regency, South Sulawesi by using purse seine (local commercial fisheries) with fishing base at Sanane Isle. The result shows that most of the Scads were distributed in the coastal area. Scads distribution tended to be highest in the specific temperature of 29.8 o C, chlorophyll-a of 0.4 mg.m -3 and water depth of ≤ 150 m. Based on these results, there is a possibility that the oceanographic conditions were important parameters for explaining the spatial distribution of scads in the study area. The results were expanded by applying Generalized Additive Models (GAMs) to characterize the relationship of oceanographic parameters on the scads distribution. The models revealed that the selected oceanographic parameters play an important role in explain the scads distribution in Pangkep Regency waters. Keywords: Scads distribution, Oceanographic condition, and Pangkep Regency waters PENDAHULUAN Dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan khususnya ikan pelagis kecil diperlukan informasi mengenai kondisi oseanografi yang berkaitan erat dengan daerah potensial penangkapan ikan tersebut (Laevastu dan Hayes, 1981; Royce, 1984). Saat ini, khususnya untuk nelayan tradisional, armada penangkap ikan berangkat dari fishing base ke fishing ground bukan untuk menangkap ikan secara langsung tetapi untuk mencari posisi yang strategis untuk melakukan penangkapan ikan. Akibatnya, operasi penangkapan ikan yang dilakukan selalu berada dalam ketidakpastian tentang daerah yang potensial untuk penangkapan ikan dan berujung pada fluktuasi hasil tangkapan. Kondisi seperti ini tentunya tidak menguntungkan dalam upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimum dan berkelanjutan. Di wilayah perairan Kab. Pangkep, Selat Makassar bagian Selatan, telah diketahui memiliki potensi sumberdaya ikan yang berlimpah dan beraneka ragam. Jumlah produksi ikan laut di wilayah ini pada tahun 2006 sebesar 12.545,23 ton/tahun dengan komposisi spesies ikan sekitar 49 jenis, umumnya adalah kelompok ikan pelagis kecil (DKP Kab. Pangkep, 2007). Produksi perikanan laut yang demikian besar merupakan aset strategis untuk dimanfaatkan dengan basis kegiatan ekonomi pada tujuan pemakmuran masyarakat pantai dan pesisir serta peningkatan perolehan pendapatan asli daerah. 1) Korespondensi: Jurusan Perikanan FIKP UNHAS Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea 90245 Telp. (0411) 5047060, Fax (0411) 586025, Email: [email protected]

Transcript of DISTRIBUSI IKAN LAYANG (DECAPTERUS SP) … · hasil tangkapan ikan layang, kg) terhadap variabel...

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 23 (3) Desember 2013: 150 – 156 ISSN: 0853-4489

150 Safruddin

DISTRIBUSI IKAN LAYANG (DECAPTERUS SP) HUBUNGANNYA DENGAN KONDISI OSEANOGRAFI DI PERAIRAN KABUPATEN

PANGKEP, SULAWESI SELATAN The distribution of Scads (Decapterus sp) in relation with oceanographic

conditions in Pangkep Regency waters, South Sulawesi Safruddin1

1)Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin

Diterima: 11 April 2013; Disetujui: 25 Oktober 2013

ABSTRACT Scads (Decapterus sp) are one of the important species targeted by local fishermen in

Pangkep Regency waters. This study was a fundamental attempt in providing the basic information to investigate the preferred condition of scads in the field. The objective of this study was to explore the relationship between oceanographic conditions with scads distribution. Selected oceanographic parameters such as sea surface temperature, chlorophyll-a concentration, and water depth were derived from Aqua/MODIS satellite and ETOPO2 database. The experimental fishing was conducted in April to May 2008 in the waters of Pangkep Regency, South Sulawesi by using purse seine (local commercial fisheries) with fishing base at Sanane Isle. The result shows that most of the Scads were distributed in the coastal area. Scads distribution tended to be highest in the specific temperature of 29.8oC, chlorophyll-a of 0.4 mg.m-3 and water depth of ≤ 150 m. Based on these results, there is a possibility that the oceanographic conditions were important parameters for explaining the spatial distribution of scads in the study area. The results were expanded by applying Generalized Additive Models (GAMs) to characterize the relationship of oceanographic parameters on the scads distribution. The models revealed that the selected oceanographic parameters play an important role in explain the scads distribution in Pangkep Regency waters.

Keywords: Scads distribution, Oceanographic condition, and Pangkep Regency waters

PENDAHULUAN Dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan khususnya ikan pelagis kecil

diperlukan informasi mengenai kondisi oseanografi yang berkaitan erat dengan daerah potensial penangkapan ikan tersebut (Laevastu dan Hayes, 1981; Royce, 1984). Saat ini, khususnya untuk nelayan tradisional, armada penangkap ikan berangkat dari fishing base ke fishing ground bukan untuk menangkap ikan secara langsung tetapi untuk mencari posisi yang strategis untuk melakukan penangkapan ikan. Akibatnya, operasi penangkapan ikan yang dilakukan selalu berada dalam ketidakpastian tentang daerah yang potensial untuk penangkapan ikan dan berujung pada fluktuasi hasil tangkapan. Kondisi seperti ini tentunya tidak menguntungkan dalam upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimum dan berkelanjutan.

Di wilayah perairan Kab. Pangkep, Selat Makassar bagian Selatan, telah diketahui memiliki potensi sumberdaya ikan yang berlimpah dan beraneka ragam. Jumlah produksi ikan laut di wilayah ini pada tahun 2006 sebesar 12.545,23 ton/tahun dengan komposisi spesies ikan sekitar 49 jenis, umumnya adalah kelompok ikan pelagis kecil (DKP Kab. Pangkep, 2007). Produksi perikanan laut yang demikian besar merupakan aset strategis untuk dimanfaatkan dengan basis kegiatan ekonomi pada tujuan pemakmuran masyarakat pantai dan pesisir serta peningkatan perolehan pendapatan asli daerah.

1) Korespondensi: Jurusan Perikanan FIKP UNHAS Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea 90245 Telp. (0411) 5047060, Fax (0411) 586025, Email: [email protected]

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 23 (3) Desember 2013: 150 – 156 ISSN: 0853-4489

Daerah potensial penangkapan ikan khususnya untuk kelompok ikan pelagis selalu berubah dan berpindah mengikuti perubahan kondisi lingkungan yang secara alamiah ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhannya. Habitat ikan tersebut sangat dipengaruhi oleh parameter oseanografi seperti suhu permukaan laut, konsentrasi klorofil-a, dan kedalaman perairan (Laevastu and Hayes, 1981; Gunarso, 1985). Untuk memahami dinamika lingkungan laut, termasuk mengetahui perubahan ketersediaan sumberdaya ikan dan daerah potential penangkapannya, saat ini telah dikembangkan teknologi penginderaan jauh dengan satelit (satellite remote sensing) untuk bidang perikanan dengan maksud untuk membantu menyediakan database pada berbagai macam peruntukkan dalam bidang oseanografi perikanan misalnya untuk prediksi kandidat fishing ground (Zainuddin et al., 2006; Mugo et al., 2010).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dipandang perlu mengkaji hubungan parameter oseanografi terhadap distribusi ikan secara kuantitatif atau berat ikan yang tertangkap pada setiap posisi penangkapan ikan dengan harapan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi penangkapan ikan yang dilakukan. Salah satu metode yang handal digunakan untuk penentuan habitat yang disukai ikan (preferred habitat) adalah melalui analisis data citra satelit dan dukungan data lapangan. Hasil pengamatan satelit kemudian dipetakan dengan teknik Sistem Informasi Geografis (SIG). Teknik SIG ini menggabungkan berbagai informasi oseanografi dan perikanan yang diperlukan untuk menciptakan peta distribusi dan kelimpahan ikan (Fisher, 2007). Kombinasi teknologi ini diharapkan dapat memberikan dukungan informasi kepada stakeholders tentang daerah potensial penangkapan ikan secara tepat waktu dan berkesinambungan untuk pengembangan ekonomi nelayan.

Implikasi dari penelitian ini adalah menyediakan informasi awal tentang distribusi ikan layang (Decapterus sp) di perairan Kab. Pangkep berdasarkan dinamika kondisi oseanografi dengan pendekatan integrasi data citra satelit, teknik SIG, dan posisi penangkapan dan berat ikan hasil tangkapan yang didapatkan oleh nelayan lokal yang menggunakan purse seine.

METODE PENELITIAN

Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan selama dua (2) bulan yaitu dari April sampai Mei 2008 di

perairan Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan, dengan fishing base di pulau Sanane (Gambar 1).

Gambar 1. Perairan Kabupaten Pangkep dan sekitarnya serta posisi fishing base Purse seine.

Distribusi ikan Layang (Decapterus sp) hubungannya dengan kondisi oseanografi 151

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 23 (3) Desember 2013: 150 – 156 ISSN: 0853-4489

152 Safruddin

Bahan dan alat

Metoda pengumpulan data Data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dengan cara observasi langsung di lapangan, data oseanografi yang didapatkan melalui metode penginderaan jarak jauh (analisis data citra satelit) dan pengumpulan data dari instansi terkait. Data utama yang digunakan adalah data satelit Aqua/MODIS (NASA) seperti suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a pada bulan April dan Mei 2008, dan data kedalaman perairan diperoleh dari ETOPO2 (NOAA). Data tersebut dimatch-up dengan data posisi operasi penangkapan ikan dan berat ikan layang yang tertangkap per trip untuk membentuk dataset. Selanjutnya dataset yang ada divisualisasi dengan menggunakan ArcGIS 10.0 dan Matlab 8.0. Data dianalisis dengan menggunakan R Program 2.15 (R Development Core Team, 2012).

Analisi data Generalized Additive Models (GAMs) sebagai non-liner model (Hastie dan Tibshirani,

1990; Wood, 2006) telah banyak digunakan untuk mengetahui hubungan variabel respon (berat hasil tangkapan ikan layang, kg) terhadap variabel prediktor (parameter oseanografi) yang dapat diformulasikan pada persamaan 1.

g(μi) = α0 +s1 (SPL) +s2 (konsentrasi klorofil-a) + s3 (kedalaman) + ε

dimana g adalah spline smooth function, μi: variabel respon, α0: koefisien konstanta, sn: smoothing function dari variable prediktor, dan ε: standard error.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berat ikan layang (Decapterus sp) Jumlah operasi penangkapan ikan yang diikuti pada bulan April dan Mei 2008 adalah

48 dan 30 trip atau total posisi penangkapan sebanyak 78 point. Berat total dan rata-rata tangkapan ikan layang untuk setiap tripnya adalah 1.100 kg dan 22,9 kg (April), dan 768,7 kg dan 25,6 kg (Mei).

Potensi rata-rata tangkapan lestari atau MSY ikan layang di perairan Kab. Pangkep sebesar 1.427 ton/tahun (Zainuddin dkk., 2008). Jika nilai ini dibandingkan dengan upaya tangkapan pada tahun 2006 sebesar 1,140 ton (DKP Kab. Pangkep, 2007), ini berarti tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan layang pada tahun 2006 sudah mencapai 80% dari MSY. Hal ini berarti bahwa hasil tangkapan sudah sama dengan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan (JTB), sehingga ke depan perlu adanya pengaturan upaya penangkapan dan penentuan lokasi baru untuk penangkapan ikan agar sumberdaya ikan layang ini tidak mengalami over fishing.

Kondisi Oseanografi Data satelit menyediakan informasi secara berkala dan pada cakupan area yang luas

tentang kondisi oseanografi di suatu perairan. Informasi ini sangat penting untuk diketahui mengingat setiap jenis ikan membutuhkan kisaran kondisi perairan yang optimum untuk kehidupannya. Gambar 2A-D menunjukkan peta sebaran suhu dan konsentrasi klorofil-a permukaan laut yang dioverlay dengan distribusi ikan layang secara kuantitatif berdasarkan hasil tangkapan nelayan purse seine. Berdasarkan peta tersebut, terlihat bahwa pada bulan April dan Mei di perairan Kab. Pangkep dan sekitarnya, kondisi suhu permukaan laut antara

dengan mangsa utama plankton (Safruddin, 2006).

Bahan dan alat yang digunakan Citra satelit Aqua/MODIS, ETOPO2, ArcGIS 10.0 , Matlab 8.0, R program 2.15, purse seine, Global Positioning System, Timbangan dan Perahu

27,015-30,076 oC. Sedangkan konsentrasi klorofil-a berada pada kisaran yang lebih luas antara 0,188-7,691 mg.m-3. Kondisi ini memungkinkan dan mendukung kehidupan dan perkembangan ikan di wilayah perairan tersebut khususnya untuk kelompok ikan pelagis kecil

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 23 (3) Desember 2013: 150 – 156 ISSN: 0853-4489

Suhu permukaan laut

ikan (Safruddin, 2007) karena perubahan suhu perairan mempengaruhi secara langsung terhadap kondisi fisiologis ikan (Royce, 1984).

Gambar 2. Kondisi oseanografi di perairan Kab. Pangkep dan sekitarnya yang dioverlay dengan

distribusi ikan layang pada bulan April dan Mei 2008; (A-B) suhu permukaan laut; dan (C-D) konsentrasi klorofil-a rata-rata bulanan (monthly average) diperoleh dari Citra Satelit Aqua/MODIS dengan resolusi 4 km.

Konsentrasi klorofil-a Konsentrasi klorofil-a yang dikenal sebagai pigmen photosintetik dari phytoplankton.

Pigmen ini dianggap sebagai indeks terhadap tingkat produktivitas biologis. Di perairan laut, indeks klorofil-a ini dapat dihubungkan dengan produksi ikan atau lebih tepatnya dapat menggambarkan tingkat produktivitas daerah penangkapan ikan (Polovina et al., 2001). Keberadaan konsentrasi klorofil-a yang tinggi mengindikasikan keberadaan plankton yang cukup untuk menjaga kelangsungan hidup ikan-ikan herbivora. Konsentrasi klorofil-a di lokasi

Hubungan parameter oseanografi dengan distribusi ikan layang Parameter oseanografi mempunyai peran sangat penting dalam mempelajari distribusi

Distribusi ikan Layang (Decapterus sp) hubungannya dengan kondisi oseanografi 153

Perairan dengan suhu relatif lebih rendah ditemukan pada bulan Mei di hampir seluruh wilayah penelitian pada kisaran dominan antara 28,434-29,496 oC (Gambar 2B), sebaliknya pada bulan April cenderung lebih hangat pada kisaran 29,098-30,076 oC (Gambar 2A). Sebaran suhu permukaan laut (SPL) ini sangat penting untuk menentukan daerah potensial penangkapan

penelitian pada umumnya antara 0,224–1,088 mg.m-3 (April), dan pada bulan Mei berada pada kisaran konsentrasi yang lebih sempit antara 0,299-0,499 mg.m-3 (Gambar 2C dan D).

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 23 (3) Desember 2013: 150 – 156 ISSN: 0853-4489

154 Safruddin

dan kelimpahan sumberdaya ikan. Paremeter oseanografi yang diduga memiliki kontribusi dalam menjelaskan variasi hasil tangkapan ikan layang di perairan Kab. Pangkep antara lain SPL, konsentrasi klorofil-a, dan kedalaman perairan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Zainuddin dkk., 2008; 2009), perubahan kondisi lingkungan laut berperan secara signifikan dalam menentukan daerah potensial penangkapan ikan ekonomis penting di perairan Kab. Pangkep dan hasil tersebut bersesuaian dengan hasil penelitian ini (Gambar 3). Gambar 3. Histogram distribusi ikan layang hubungannya dengan kondisi oseanografi; (A) suhu

permukaan laut, (B) konsentrasi klorofil-a, dan (C) kedalaman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan layang cenderung menempati ruang yang relatif lebih hangat pada nilai SPL sebesar 29,8°C (Gambar 3A) dan tingkat klorofil-a sekitar 0,4 mg.m-3 (Gambar 3B). Hubungannya dengan kedalaman perairan, ikan layang cenderung tertangkap dalam jumlah banyak pada kedalaman 150 m (Gambar 3C).

kurangnya data pengamatan pada nilai tersebut sehingga smoothing line menjadi ekstrim, seperti halnya terjadi pada kisaran SPL antara 29,0 29,1 oC. Parameter kedalaman perairan juga jelas menunjukkan bahwa ikan layang cenderung terdistribusi di perairan pantai ≤ 150 meter (Gambar 4C).

Dalam hasil penelitian ini juga diketahui bahwa suhu permukaan laut memiliki pengaruh positif terhadap distribusi ikan layang pada kisaran 29,0 29,1 oC dan 29,7 29,8 oC (Gambar 4A). Kaitannya dengan konsentrasi klorofil-a, pengaruh positif pada kisaran 0,35 0,43 mg.m-3 (Gambar 4B). Sedangkan nilai konsentrasi klorofil-a pada kisaran 0,57 0,65 mg.m-3 mempunyai pengaruh positif terhadap distribusi ikan layang disebabkan karena

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 23 (3) Desember 2013: 150 – 156 ISSN: 0853-4489

Gambar 4. Pengaruh parameter oseanografi terhadap distribusi ikan layang di perairan

Kabupaten Pangkep; (A) suhu permukaan laut, (B) konsentrasi klorofil-a, (C) kedalaman.

KESIMPULAN Distribusi ikan layang di perairan Kab. Pangkep pada bulan April dan Mei cenderung

berkumpul pada perairan yang hangat (29,8oC) dengan konsentrasi klorofil-a sekitar 0,4 mg. m-3 di sekitar perairan pantai (≤ 150 m). Kondisi oseanografi tersebut didukung oleh hasil yang didapatkan dengan menggunakan Generalized Additive models. Untuk meningkatkan keandalan hasil model yang terbentuk dengan tujuan memprediksi habitat optimum untuk ikan layang, diperlukan data lapangan yang memadai dalam durasi waktu yang lebih lama sehingga mewakili musim penangkapan ikan layang di perairan Kab. Pangkep dan sekitarnya. Ucapan terima kasih

Hasil penelitian ini dapat dipublikasikan atas kebaikan Dr. Mukti Zainuddin, M.Sc, Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA, dan tenaga lapangan yang mengizinkan menggunakan data posisi penangkapan dan berat ikan layang per trip (raw data) pada kegiatan “Penentuan daerah penangkapan ikan di perairan Kabupaten Pangkep tahun 2008” dengan objek kajian yang lebih spesifik dan metode analisis data yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pangkep. 2007. Data Base Potensi Kelautan dan Perikanan Wilayah Pesisir dan Kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Pangkep.

Fisher, W.L. 2007. Recent trend in fisheries geographic information system. In GIS/ Spatial Analyses in Fishery and Aquatic Sciences (Vol.3). Fishery-Aquatic GIS research group, Saitama, Japan. 488 hal.

Distribusi ikan Layang (Decapterus sp) hubungannya dengan kondisi oseanografi 155

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 23 (3) Desember 2013: 150 – 156 ISSN: 0853-4489

156 Safruddin

Hastie, T., Tibshirani, R. 1990. Generalized Additive Models. Chapman and Hall, London. 352 hal.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, IPB. Bogor. 149 hal.

Laevastu, T. and M.L. Hayes. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News Books. Farnham. 199 hal.

Mugo, R., Saitoh, S. Nihira, A., and Kuroyama, T. 2010. Habitat characteristics of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in the western North Pacific: a remote sensing perspective. Journal of Fisheries Oceanography 19; hal. 382–396.

R Development Core Team. 2012. R: a Language and Environmental for Statistical Computing. R Foundation for Statistical Computing. Vienna, Austria. http://www. R-project.org.

Royce,W.F. 1984. Introduction to The Practice of Fishery Science. College of Ocean and Fishery Sciences. University of Washington Academic Press. 428 hal.

Widodo, J., I Gede S.M., dan Subhat N. 1998. Sumberdaya Perikanan Pelagis Kecil. Dalam: Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengpenelitian Stok Sumberdaya Ikan Laut - LIPI. Jakarta. 249 hal.

Wood, S.N. 2006. Generalized Additive Models: An Introduction with R. Chapman & Hall, London. 392 hal.

Zainuddin, M., Safruddin, dan J. Tresnati. 2008. Penentuan Daerah Penangkapan Ikan di Perairan Kabupaten Pangkep. CV. Pratama Consultants. 121 hal.

Zainuddin, M., Safruddin, dan J. Tresnati. 2009. Pola Migrasi Ikan Pelagis di Perairan Kabupaten Pangkep. CV. Pratama Consultants. 67 hal.

Safruddin. 2007. Hubungan Perubahan Suhu dan Salinitas Terhadap Hasil Tangkapan Purse Seine di Perairan Jeneponto. Jurnal Ilmiah Sains & Teknologi. Vol. 7 No. 1. ISSN 1411�4674. Program Pascasarjana Unhas; hal. 37–44.

Safruddin dan M. Zainuddin. 2007. Mapping Scads Fishing Ground Based on the Relationship Between Catch Data and Oceanographic Factors in Bone Coastal Waters. Torani Jurnal, ISSN 0853�4489. No. 5 (special edition). Vol. 17. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas; hal. 192�200.

Safruddin. 2006. Studi Struktur Level Tropic Ikan Pelagis di Perairan Teluk Bone Kabupaten Luwu. Torani Jurnal, ISSN 0853-4489. No. 3. Vol. 16. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas; hal. 208 215.

Polovina, J.J., Howel, E., Kobayashi, D.R. and Seki, M.P., 2001. The transition zone chlorophyll front, a dynamic global feature defining migration and forage habitat for marine resources. Progress in Oceanography 49; hal. 469-483.

Zainuddin, M, Kiyofuji, H, Saitoh, K and Saitoh, S. 2006. Using Multi-sensor Satellite Remote Sensing and Catch Data to Detect Ocean Hot Spots for Albacore (Thunnus alalunga) In The Northwestern North Pacific. Deep-Sea Research II, 53; hal. 419-431.