distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

72
DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN LARVA IKAN DI PERAIRAN LAGUNA PULAU PARI DAN SEKITARNYA MUHAMMAD TAUFIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Transcript of distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

Page 1: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN LARVA IKAN DI PERAIRAN LAGUNA PULAU PARI DAN SEKITARNYA

MUHAMMAD TAUFIK

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

ii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Distribusi dan Kelimpahan Larva

Ikan di Perairan Laguna Pulau Pari dan sekitarnya adalah karya saya sendiri

dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Bogor, Juli 2012

Muhammad Taufik NRP: C551080151

Page 3: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

ABSTRACT

MUHAMMAD TAUFIK. The Distribution and Abundance of Fish Larvae in Pulau Pari’s Lagoon and It Surrounding. Under direction of DEDI SOEDHARMA and MOHAMAD MUKHLIS KAMAL.

Research on Fish larvae abundance and distribution has been conducted in Pulau Pari’s lagoon waters started from June to November 2011. The 5 sampling stations are Pulau Tikus (1), Pulau Burung (2), Pulau Kongsi (3), Tubir (4) dan LIPI (5). The result found there are 22844 fish larvaes consists of 67 families and 107 genera. The top 5 families with highest composition are Aulostomidae with 13.14%, followed by Blenniidae (9.98%), Pomacentridae (9.28%), Engraulidae (6.46%) and Pinguipedidae (5.02%). While the top 5 genera are Aulostomus chinensis of Aulostomidae (13.14%), followed by Stanulus of Blenniidae (5.95%), Stolephorus of Engraulidae (5.68%), Parapercis of Pinguipedidae (5.02%) and Pomacentrus of Pomacentridae (4.58%) The abundance range from 8 – 2764 ind/m3. Spatially, the highest abundance of fish larvae are in station 2 followed by station 4 while the lowest is in station 5. Temporally, the highest abundance of fish larvae are in July at station 1,3 and 4 while at station 2 and 5 the highest was in June. The highest abundance genus is Aulostomus chinensis. Most of families caught are reef associated fishes. Most of the genera also caught in preflexion stadia especially in July and October. Analyzes on community indices showed that the highest diversity index’s values is on station 4 with 3.03 and the lowest is station 5 with 2.8. correlation analyzes between environmental factors showed that negative correlation between abundance and temperature; also between abundance and nitrat while positive correlation showed by abundance and pH, abundance and salinity; and between abundance and silicate.

Keywords: fish larvae, abundance, distribution.

Page 4: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

iv

RINGKASAN

MUHAMMAD TAUFIK. Distribusi dan Kelimpahan Larva Ikan di Perairan Laguna Pulau Pari dan sekitarnya. Dibimbing oleh DEDI SOEDHARMA sebagai ketua komisi pembimbing dan MOHAMAD MUKHLIS KAMAL sebagai anggota komisi pembimbing.

Kondisi perikanan tangkap di beberapa wilayah perairan di Indonesia saat ini telah menunjukkan adanya indikasi kondisi tangkap lebih dan menjadi penyebab utama menurunnya stok ikan di daerah-daerah perikanan artisanal hingga di bawah ambang batas tangkapan lestarinya. Hal lain yang menjadi penyebab menurunnya stok ikan adalah degradasi lingkungan dan tekanan penangkapan yang berupa aktifitas perikanan yang merusak seperti penggunaan racun, bahan peledak, jumlah alat tangkap dan armada yang tidak dibatasi dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan sehingga menyebabkan degradasi lingkungan di tempat ikan memijah.

Pemahaman tentang biologi ikan sangatlah penting dimulai dengan pengetahuan yang baik tentang perkembangan awal daur hidup ikan, baik ekologi maupun kehidupannya. Pada perkembangan ikan dari stadia larva menjadi juvenil memiliki konsekwensi ekologis sehingga terjadi hubungan yang kritis terhadap kelulushidupan (survival) dan pertumbuhan (growth). Pentingnya aspek ini karena mempunyai keterkaitan dengan fluktuasi ikan, bahkan kelangsungan hidup dari spesies itu sendiri. Seperti diketahui pada tahap awal daur hidup ikan mempunyai mortalitas yang tinggi karena kepekaan terhadap predator, ketersediaan makanan, dan juga perubahan lingkungan yang terjadi di alam (critical period). Keberhasilan larva dan awal stadia juvenil ikan mencapai nursery area akan sangat menentukan dalam tahapan proses rekrutmen stok ikan di alam.

Penelitian tentang distribusi dan kelimpahan larva ikan telah dilakukan di Perairan Pulau Pari selama bulan Juni-November 2010 dengan tujuan untuk mengetahui sebaran spasial dan temporal larva ikan yang ada di lokasi tersebut serta untuk mengetahui waktu dan lokasi pemijahan berdasarkan fluktuasi kelimpahan dan stadia larva ikan. Penelitian dilakukan pada lima stasiun yaitu Pulau Tikus, Pulau Burung, Pulau Kongsi, Tubir dan LIPI selama enam bulan dimana sampling terhadap larva ikan dilakukan dengan menggunakan larva net sebanyak dua kali setiap bulan. Selain larva ikan juga dilakukan pengambilan sampel terhadap parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, pH dan nutrient. Sampel larva ikan diidentifikasi hingga tingkat takson terendah.

Hasil penelitian menemukan sebanyak 22844 individu larva ikan yang tersusun atas 67 famili dan 107 genus. Lima famili dengan komposisi tertinggi adalah Aulostomidae (13.14%), Blenniidae (9.98%), Pomacentridae (9.28%), Engraulidae (6.46%) dan Pinguipedidae (5.02%). Sedangkan lima genus dengan komposisi tertinggi adalah Aulostomus chinensis (Aulostomidae), Stanulus (Blenniidae), Stolephorus (Engraulidae), Parapercis (Pinguipedidae) dan Pomacentrus (Pomacentridae) dengan nilai berturut-turut 13.14%, 5.95%, 5.68%, 5.02% dan 4.58%. Kisaran nilai kelimpahan adalah 8 – 2764 ind/m3. Secara spasial kelimpahan tertinggi ada di stasiun 2 diikuti oleh stasiun 4 dan terendah ada di stasiun 5. Secara temporal kelimpahan tertinggi larva ikan terjadi di bulan Juli (stasiun 1,3 dan 4) sedangkan di stasiun 2 dan 5 kelimpahan tertinggi ada di

Page 5: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

bulan Juni. Genus dengan kelimpahan tertinggi adalah Aulostomus yang ditemukan hampir disemua stasiun. Sebagian besar jenis larva ikan yang tertangkap adalah larva ikan-ikan karang. Sebagian besar larva tertangkap pada stadia preflexion. Secara temporal stadia ini banyak terdapat pada bulan Juli dan Oktober.

Secara spasial kisaran nilai indeks keanekaragaman adalah 2.8 – 3.03 dengan nilai tertinggi ada di stasiun 4 dan terendah ada di stasiun 5. Kisaran nilai indeks keseragaman adalah 0,81 - 0,87 dan indeks dominasi kisarannya dalah 0,06 – 0,11. Berdasarkan matriks korelasi hasil analisa komponen utama menunjukkan korelasi negatif antara kelimpahan larva ikan dengan nitrat dan salinitas sedangkan korelasi positif didapat dari hubungan kelimpahan dengan suhu dan pH sedangkan terhadap silikat dan fosfat hubungan tidak ada. Kata kunci : larva ikan, distribusi, kelimpahan

Page 6: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

vi

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya

tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 7: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN LARVA IKAN DI PERAIRAN LAGUNA PULAU PARI DAN SEKITARNYA

MUHAMMAD TAUFIK

Tesis Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 8: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

viii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Reny Puspasari, M.Si

Page 9: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

Judul Tesis : Distribusi dan Kelimpahan Larva Ikan di Perairan Laguna Pulau Pari dan Sekitarnya

Nama : Muhammad Taufik

NRP : C551080151

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA

Ketua

Dr. Ir.M. Mukhlis Kamal , M.Sc

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Ilmu Kelautan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian: 31 Juli 2012 Tanggal Lulus:

Page 10: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

x

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Distribusi dan Kelimpahan Larva Ikan di Perairan Laguna Pulau Pari dan Sekitarnya”. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA dan Bapak Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal, M.Sc masing-masing sebagai Ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. Juga kepada Ibu Dr. Ir. Neviaty P Zamani, M.Sc sebagai Ketua Mayor Ilmu Kelautan FPIK IPB dan Ibu Dr. Reny Puspasari, M.Si sebagai penguji luar komisi. Selain itu penulis juga mengucapkan rasa terimakasihnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ali Suman, Kepala Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) -

Balitbang KP. 2. Bapak Ir. Duto Nugroho, M.Si (Kepala BPPL 2008-2011). Sekarang Kepala

Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI)-Balitbang KP.

3. Bapak Drs. Suwarso, M.Si (BPPL), Awwaluddin, M.Sc (Tokyo University of Marine Science) dan Ibu Dra.Sri Turni Hartati, MS (P4KSI) atas bantuannya selama penelitian.

4. Rekan-rekan IKL 2008 : bang Syamsul, Ajay Patty, Ayu, Achis Siregar, Mas Tri Nurcahyo, Agung, Afdal, Sayyid Afdhal.

5. Rekan-rekan di BPPL:, Pak Koderi, Pak Nurwiyanto, Wahyuningsih, Adrian Damora, Pratiwi Lestari, Yoke Hany, Mas Elvi, Septa Prihantara, Mas Roni dan Mas Murtado (Pulau Kongsi), bang Antoni Sisco dan Nurulludin.

6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisan tesis ini yang tidak dapat ditulis satu persatu.

Penulis berharap apa yang tertulis dalam tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu kelautan di Tanah Air Tercinta, Indonesia.

Bogor, Juli 2012

Muhammad Taufik

Page 11: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

RIWAYAT HIDUP

MUHAMMAD TAUFIK dilahirkan pada Tanggal 22 September 1977 di

Jakarta, anak pertama dari empat bersaudara pasangan Ridwan Thalib dan (alm)

Syukriah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Negeri Tugu VI

Cimanggis pada tahun 1990 dilanjutkan ke SMP Negeri 20 (1990-1993) dan SMA

Negeri 14 (1993-1996) keduanya berada di Jakarta Timur. Pada Tahun 1996

penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang. Lulus tahun

2002 dengan gelar sarjana teknik (ST).

Pada tahun 2003 penulis diangkat sebagai calon peneliti di Balai Riset

Perikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan,

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan

pendidikan di Program Studi Ilmu Kelautan pada Program Pascasarjana IPB, dan

lulus dengan gelar Magister Sains pada Tahun 2012. Saat ini penulis menjadi

anggota pada kegiatan kelompok penelitian perikanan demersal di Balai Penelitian

Perikanan Laut.

Page 12: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 3 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3 II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4 2.1 Kondisi Umum Pulau Pari ..................................................................... 4 2.2 Biologi Larva Ikan .................................................................................. 6

2.2.1 Morfologi Larva Ikan .................................................................... 8 2.2.2 Identifikasi Larva Ikan .................................................................. 10

2.3 Distribusi Larva Ikan............................................................................... 11 III METODE PENELITIAN ............................................................................. 14 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 14 3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 15 3.2.1 Prosedur Kerja ............................................................................... 15 3.3 Analisa Data ........................................................................................... 16 3.3.1 Kelimpahan Larva Ikan ................................................................. 16 3.3.2 Indeks Keanekaragaman ............................................................... 16 3.3.3 Indeks Keseragaman ..................................................................... 17 3.3.4 Indeks Dominasi ............................................................................ 18 3.3.5 Analisa Komponen Utama (Principal Component Analysis) ..... .. 18 IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 20 4.1 Kondisi Umum Lingkungan Perairan ................................................. 20 4.1.1 Suhu ........................................................................................... 20 4.1.2 Salinitas ...................................................................................... 21 4.1.3 pH ............................................................................................... 22 4.1.4 Nutrient ...................................................................................... 22 4.2 Komposisi Hasil Tangkapan Larva Ikan .............................................. 24 4.3 Distribusi Spasial dan Temporal Larva Ikan ................................... 27

Page 13: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

4.3.1 Distribusi Spasial Larva Ikan ................................................. 27 4.3.2 Distribusi Temporal Larva Ikan ............................................. 32 4.3.3 Distribusi Spasial dan Temporal berdasarkan Stadia .............. 36 4.4 Indeks Komunitas .............................................................................. 37 4.5 Hubungan antara Kondisi Lingkungan dengan Kelimpahan

Larva Ikan .......................................................................................... 41

V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 50 5.1 Simpulan ......................................................................................... 50 5.2 Saran ............................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51 LAMPIRAN ............................................................................................... 54

Page 14: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kelimpahan Famili dan genus larva ikan yang ditemukan di semua stasiun selama penelitian (ind/m3) .......................................... 50

2. Hasil pengukuran kualitas lingkungan selama penelitian ................. 55 3. Hasil perhitungan indeks komunitas (keanekaragaman,

keseragaman dan dominasi) .............................................................. 57 4. Tabel hubungan Antara Kondisi Lingkungan dengan

Kelimpahan Larva Ikan ..................................................................... 58

Page 15: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

DAFTAR GAMBAR

No. halaman

1. Fase Perkembangan ikan Trachurus symmetricus .................................. 9

2. Larva Ikan pada stadia preflexion ........................................................... 10

3. Larva Ikan pada stadia postflexion ......................................................... 10

4. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................. 14

5. Larva Net ................................................................................................ 15

6. Fluktuasi rata-rata suhu permukaan air di setiap stasiun penelitian selama bulan Juni-November ................................................................. 21

7. Fluktuasi rata-rata salinitas di setiap stasiun penelitian selama bulan Juni-November ....................................................................................... 21

8. Fluktuasi nilai rata-rata pH di setiap stasiun penelitian selama bulan Juni-November ....................................................................................... 22

9. Fluktuasi rata-rata nilai Nitrat (NO3) di setiap stasiun penelitian selama bulan Juni-November ................................................................. 22

10. Fluktuasi rata-rata nilai Fosfat (PO4) di semua stasiun penelitian selama bulan Juni-November ................................................................. 23

11. Fluktuasi rata-rata nilai Silikat (Si (OH)) di setiap stasiun penelitian selama bulan Juni-November ................................................................. 23

12. Komposisi Famili larva ikan yang ditemukan di semua stasiun selama penelitian .................................................................................... 24

13. Komposisi genera larva ikan yang tertangkap di semua stasiun penelitian ................................................................................................ 25

14. Komposisi larva ikan berdasarkan habitat hidupnya . ............................ 25

15. Sebaran kelimpahan larva ikan yang tertangkap di semua stasiun selama penelitian ................................................................................... 27

16. Kelimpahan genus larva ikan yang tertangkap di stasiun 2 (P. Burung) selama penelitian ..................................................................... 27

17. Kelimpahan genus larva ikan yang tertangkap di stasiun 4 (Tubir) selama penelitian .................................................................................... 28

18. Kelimpahan genus larva ikan yang tertangkap di stasiun 5 (LIPI) selama penelitian .................................................................................... 29

19. Kelimpahan genus larva ikan yang tertangkap di stasiun 1 (P. Tikus) selama penelitian .................................................................................... 29

Page 16: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

xvi

20. Kelimpahan genus larva ikan yang tertangkap di stasiun 3 (P. Kongsi) selama penelitian ...................................................................... 30

21. Sebaran kelimpahan larva ikan secara temporal di semua stasiun penelitian ................................................................................................ 31

22. Komposisi kelimpahan jenis larva ikan di stasiun 1 setiap bulan selama Juni-November 2010 .................................................................. 32

23. Sebaran kelimpahan larva ikan di stasiun 2 selama bulan Juni-November 2010 ...................................................................................... 33

24. Komposisi kelimpahan jenis larva ikan di stasiun 3 setiap bulan selama Juni-November 2010 .................................................................. 33

25. Komposisi kelimpahan jenis larva ikan di stasiun 4 setiap bulan selama Juni-November 2010 .................................................................. 34

26. Komposisi kelimpahan jenis larva ikan di stasiun 5 setiap bulan selama Juni-November 2010 .................................................................. 35

27. Distribusi larva ikan berdasarkan perkembangan stadianya, preflexion (A) dan postflexion (B) selama Juni-November 2010 .......... 35

28. Komposisi stadia famili larva ikan karang yang diteukan di semua lokasi penelitian ..................................................................................... 36

29. Sebaran spasial kelimpahan famili larva ikan karang pada stadia preflexion yang ditemukan di semua stasiun penelitian ........................ 36

30. Sebaran temporal kelimpahan famili larva ikan karang pada stadia preflexion yang ditemukan di semua stasiun penelitian ........................ 37

31. Sebaran nilai indeks komunitas (H’= keaneakaragaman, E = keseragaman dan D = dominasi) di semua stasiun penelitian ................ 38

32. Sebaran nilai Indeks keaneakaragaman (H’) di semua stasiun penelitian selama bulan Juni-November 2010 ....................................... 39

33. Sebaran nilai Indeks keseragaman (E) di semua stasiun penelitian selama bulan Juni-November 2010 ........................................................ 39

34. Sebaran nilai Indeks dominasi (D) di semua stasiun penelitian selama bulan Juni-November 2010 ........................................................ 40

35. Hasil analisa PCA .................................................................................. 41

Page 17: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi perikanan tangkap di beberapa wilayah perairan di Indonesia saat

ini telah menunjukkan adanya indikasi kondisi tangkap lebih (overfishing) dan

terjadi adanya degradasi lingkungan. Hal ini ditengarai menjadi penyebab utama

menurunnya stok ikan di daerah-daerah perikanan artisanal hingga di bawah

ambang batas tangkapan lestarinya (ICLARM, 1997; Tomascik et al. 1997).

Aktifitas perikanan yang merusak (Destructive and poisonous Fishing) banyak

terjadi di kawasan ini (Pauly et al. 1989; White et al. 2000).

Stok sumberdaya ikan pelagis di perairan Laut Jawa telah mengalami

degradasi yang cukup drastis, di mana kondisi biomass SDI pelagis pada tahun

2004 tersisa hanya sekitar 25% dari biomass pada tahun 1976 (Atmadja, 2006).

Pada tahun 2008, perikanan pelagis kecil hasil tangkapan pukat cincin mencapai

titik yang terendah, dimana total hasil tangkapan pukat cincin hanya sekitar 47%

dari total hasil tangkapan tahun sebelumnya. Laju tangkap (Kg/trip) pada tahun

2008 hanya sekitar 96% dari laju tangkap tahun 2007 (Suwarso et al., 2008). Hal

ini banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ditimbulkan akibat aktivitas

manusia, seperti tekanan penangkapan, aktivitas pencemaran yang menyebabkan

kerusakan kerusakan lingkungan tempat habitat ikan memijah, banyaknya jumlah

alat tangkap dan armada yang beroperasi.

Struktur manajemen dan penyelenggaraan yang lemah tentang pembatasan

penangkapan, dan praktek perikanan yang merusak juga menjadi penyebab lain

dari penurunan stok ikan. Kerusakan ekosistem laut juga menjadi kegelisahan dari

sebagian nelayan, khususnya yang ada di Teluk Jakarta. Nelayan yang sehari-hari

menggantungkan kehidupannya di laut, mengeluhkan berkurangnya tangkapan.

Perairan pantai yang terdiri dari daerah pasang surut, estuari, mangrove, padang

lamun, terumbu karang, maupun pantai berpasir merupakan daerah asuhan bagi

berbagai jenis ikan. Selain itu pantai utara Jawa juga sudah tercemar sehingga

satwa-satwa laut seperti kerang, kepiting dan sebagainya juga terancam

kepunahan dan perkembang biakannya pun tidak baik seperti dahulu. Pengelolaan

sumber daya ikan yang tepat dengan memperhatikan daerah pemijahan dan

Page 18: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

2

asuhan serta musim pemijahan ikan dapat memberikan perlindungan yang

dibutuhkan agar rekruitmen tetap berlangsung dengan baik.

Ikan dalam mengawali daur hidupnya melalui tiga tahap yaitu telur, larva

dan juwana. Tahap transisi terjadi antara telur dan larva (yolk sac) serta antara

larva dan juwana (transformasi larva). Pada tahap larva juga dibagi menjadi tiga

sub divisi yaitu: preflexion larva, flexion larva dan postflexion larva (Hoar dan

Randall, 1987). Selanjutnya Amarullah (2008) mengemukakan bahwa

perkembangan ikan dari stadia larva menjadi juvenil memiliki konsekwensi

ekologis sehingga terjadi hubungan yang kritis terhadap kelulushidupan (survival)

dan pertumbuhan (growth). Konsekwensi ekologis terpenting yang berpengaruh

diantaranya adalah yang berkaitan dengan makanan dan pemangsaan (food and

feeding), deteksi predator dan kemampuan menghindar (predator detection and

escape) serta peralihan habitat (habitat shift) yang pada gilirannya sangat

berpengaruh terhadap rekrutmen stok ikan di suatu perairan. Keberhasilan larva

dan awal stadia juvenil ikan mencapai nursery area akan sangat menentukan

dalam tahapan proses rekrutmen stok ikan di alam. Faktor hidrografi di perairan

pantai atau habitat nursery yang berpengaruh sebagai stimuli tingkah laku imigrasi

larva diantaranya adalah aliran pasang surut (tidal flux) termasuk di dalamnya

kecepatan arus, salinitas (terutama perairan estuari), kekeruhan, komposisi

substrat dan juga pengaruh siklus bulan.

Pulau Pari merupakan pulau terbesar di gugusan laguna dengan luas 41.32

ha dan dihuni secara permanen oleh penduduk. Aktifitas masyarakat di pulau ini

dapat memberikan pengaruh langsung terhadap kondisi perairan laguna. Perairan

sekitar Pulau Pari digunakan sebagai lahan budi daya rumput laut, lahan

konservasi mangrove, Daerah Perlindungan Laut (DPL) serta penangkapan ikan

(fishing ground). Limbah rumah tangga dan aktivitas pengolah rumput laut

berpengaruh terhadap kualitas perairan terutama kandungan bahan organik dan

konsentrasi nutrien perairan. Selain pengaruh dari dalam laguna, perairan laguna

juga mendapat pengaruh dari perairan sekitarnya. Laguna Pulau Pari terletak

paling selatan dari gugusan pulau seribu dan berjarak hanya 40 km dari kota

Jakarta, sehingga perairan laguna juga mendapatkan pengaruh dari perairan Teluk

Jakarta yang tingkat pencemarannya sudah tinggi.

Page 19: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

3

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Saat ini penelitian tentang sumberdaya ikan selalu ditekankan pada catch

and effort management dimana informasi mengenai potensi dan produksi hasil

perikanan serta jumlah armada yang memanfaatkannya menjadi topik utama

sedangkan informasi biologi seperti distribusi frekuensi panjang, tingkat

kematangan gonad, preferensi makanan dan pola rekruitmen masih sedikit

diamati. Pemahaman tentang biologi ikan sangatlah penting dimulai dengan

pengetahuan yang baik tentang perkembangan awal daur hidup ikan, baik ekologi

maupun kehidupannya. Pentingnya aspek ini karena mempunyai keterkaitan

dengan fluktuasi ikan, bahkan kelangsungan hidup dari spesies itu sendiri. Seperti

diketahui pada tahap awal daur hidup ikan mempunyai mortalitas yang tinggi

karena kepekaan terhadap predator, ketersediaan makanan, dan juga perubahan

lingkungan yang terjadi di alam (critical period). Gugus Pulau Pari sebagai bagian

dari Taman Nasional Kepulauan Seribu yang di dalamnya juga terdapat DPL

(Daerah Perlindungan Laut) diharapkan dapat bereperan penting sebagai sumber

penyedia stok ikan.

1.3 Tujuan Penelitian

- Mengetahui jenis-jenis, kelimpahan dan distribusi spasial-temporal larva

ikan (iktioplankton) yang ada di perairan laguna Pulau Pari.

- Mengkaji pengaruh parameter lingkungan baik fisika dan kimia terhadap

populasi larva ikan di perairan laguna Pulau Pari.

- Memberikan informasi mengenai waktu dan lokasi pemijahan berdasarkan

fluktuasi kelimpahan larva ikan.

1.4 Manfaat Penelitian

- Mengiventarisasi jenis-jenis larva ikan yang ada di Perairan Laguna Pulau

Pari

- Mengetahui pola distribusi larva ikan secara spasial dan temporal di

Perairan Laguna Pulau Pari

- Sebagai dasar pengelolaan sumberdaya ikan berdasarkan keberhasilan

proses rekrutmen dari suatu daerah asuhan tempat perkembangan larva ikan

untuk rekruitmen stok yang berkesinambungan.

Page 20: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Umum Pulau Pari

Ekosistem Teluk Jakarta yang disebut juga Greater Jakarta Bay

Ecosystem terletak pada posisi antara garis 106o 20' - 107o 03' bujur timur dan

pada garis 5o 10' - 6o

Laguna Pulau Pari yang terdapat di gugusan Kepulauan Seribu berfungsi

sebagai daerah asuhan bagi banyak larva ikan. Hal ini dibuktikan oleh hasil

penelitian yang dilakukan Kaswadji (1997), yang menemukan larva-larva ikan

dari enam famili, yaitu Ambassidae, Apogonidae, Teraponidae, Hemirhamphidae,

Gobiidae dan Serranidae. Pulau Pari sendiri saat ini termasuk salah satu dari 7

lokasi DPL-BM (Daerah perlindungan Laut Berbasis Masyarakat) yang berlokasi

di Kepulauan Seribu sedangkan 6 lokasi lainnya adalah Pulau Tidung, Pulau

Harapan, Pulau Panggang (Gosong Pramuka) dan Pulau Kelapa, Kecamatan

Kepulauan Seribu Utara. Kawasan Gosong Pramuka dan Kel. Pulau Panggang.

DPL Pulau Pari mempunyai luas 12 ha dari total 122,1 ha wilayah DPL yang ada

di Kepulauan Seribu (Amri dan Agus, 2011).

10' lintang selatan. Teluk Jakarta terikat oleh bagian Barat

Tanjung Pasir dan bagian timur Tanjung Karawang adalah sebagian besar

dipengaruhi oleh aktivitas berbasis lahan. Williams et. al (2000) dalam Arifin

(2004) menyatakan bahwa ekosistem Teluk Jakarta terdiri dari dua ekosistem

pantai (coastal ecosystems), yaitu Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.

Sebagai ekosistem semi tertutup laguna pulau pari mendapatkan pengaruh

dari pulau-pulau yang ada di dalam laguna (Pulau Pari, Pulau Kongsi, Pulau

Burung, Pulau Tikus dan Pulau Tengah) dan juga dari perairan di sekitarnya.

Terumbu karang mengelilingi semua gugus pulau-pulau tersebut dengan

membentuk bagian-bagian terumbu yang cukup komplit, seperti rataan terumbu

(reef flat), goba (lagoon) dan terumbu yang mengelilingi goba (atol) sehingga

menyerupai pulau atol yang dikenal juga dengan atol semu atau (pseudo atol)

(Abrar, 2011).

Perairan Laguna Pulau Pari dihubungkan dengan laut lepas melalui 6

kaloran (inlet) yang beragam lebar dan kedalamannya (Kaswadji, 1997). Aktifitas

Page 21: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

masyarakat yang tinggal di Pulau Pari dan sekitarnya dapat memberikan pengaruh

langsung terhadap kondisi perairan laguna. Limbah rumah tangga dan aktivitas

pengolah rumput laut berpengaruh terhadap kualitas perairan terutama kandungan

bahan organik dan konsentrasi nutrien perairan. Selain pengaruh dari dalam

laguna, perairan laguna juga mendapat pengaruh dari perairan sekitarnya. Laguna

Pulau Pari terletak paling selatan dari gugusan pulau seribu dan berjarak hanya 40

km dari kota Jakarta, sehingga perairan laguna juga mendapatkan pengaruh dari

perairan Teluk Jakarta yang tingkat pencemarannya sudah tinggi. Pengaruh

pencemaran dari Teluk Jakarta telah dirasakan oleh para petani rumput laut, yang

menyatakan adanya penurunan hasil budidaya rumput laut yang dikarenakan oleh

seringnya terkena serangan penyakit sebagai akibat semakin menurunnya kualitas

air dalam laguna.

Contoh adanya pengaruh lingkungan adalah terjadinya fluktuasi kondisi

nutrien dan konsentrasi klorofil yang tidak beraturan, seperti yang dilaporkan oleh

Kaswadji (1997). Lebih lanjut lagi Kaswadji (1997) juga melaporkan bahwa nilai

nitrat berfluktuasi antara 0,001 – 0,326 (mg N/l), nilai fosfat berfluktuasi antara

0,00009 – 0,15 (mg P/l) dan nilai silikat berfluktuasi antara 0,006 – 2,052 (mg

Si/l). Konsentrasi klorofil a berfluktuasi sangat tajam selama setahun, nilai

terendah yang teramati adalah 0,066 (µg/l) sampai 13,388 (µg/l). Dari hasil

pengukuran terhadap luas penampang kaloran (jalan masuk air) dan

mengalikannya dengan kecepatan arus, Kaswadji (1997) menemukan bahwa

jumlah massa air yang masuk melalui kaloran adalah 63637,2 m3

Kedua pengaruh yang diterima perairan Laguna Pulau Pari, baik dari

dalam maupun dari luar laguna dapat menyebabkan terjadinya dinamika kondisi

perairan baik pada kondisi kimia, fisik maupun biologi perairan. Proses fisik

seperti pengadukan masa air dapat mempengaruhi distribusi vertikal dari

fitoplankton dan zooplankton. Secara fisik, masa air yang ada di dalam laguna

bergerak keluar masuk melalui kaloran, yang dipengaruhi oleh arus dan pasang

surut. Pergerakan masa air dan tekanan angin dapat menyebabkan teradinya

pengadukan pada kolom air dalam goba.

/jam. Masuknya

massa air dari perairan sekitar, dapat menyebabkan terjadi fluktusi kondisi

perairan di dalam laguna.

Page 22: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

Di dalam laguna Pulau Pari terdapat tujuh goba dengan kedalam yang

berbeda yaitu Goba Soa Besar (15 m), Goba Labangan pasir (5 m), Goba Kuanji

(5 m), Goba Besar satu (5 m), Goba besar dua (1 m), Goba Ciaris (1 m) dan Goba

buntu (0,5 m) (Kaswadji, 1997). Dengan kedalaman yang berbeda pada masing-

masing goba yang ada, menyebabkan adanya variasi dalam proses pengadukan

masa air pada setiap goba. Di dalam laguna Pulau Pari ditemukan tiga tipe

ekosistem, yaitu terumbu karang, lamun dan mangrove. Ketiga tipe ekosistem

pantai ini juga dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi hidrodinamika

perairan dalam laguna.

Perubahan yang terjadi secara fisik (arus, pasang surut, angin, turbulensi)

dan kimiawi (konsentrasi nutrien) dapat mempengaruhi kondisi biologis perairan.

Hal ini ditegaskan oleh Tondato et al (2010) yang menyatakan bahwa faktor-

faktor biotik (ketersediaan makanan, keberadaan predator dan kompetisi) dan

abiotik (fisika dan kimia), atau interaksi antar keduanya dapat menentukan musim

dan kecocokan dari suatu habitat dalam keberhasilan reproduksi. Perubahan yang

terjadi pada produsen primer akan mempengaruhi pembentukan biomassa

produsen sekunder (protozoa dan zooplankton) dan organisme pada tingkatan

trofik yang lebih tinggi lagi (larva ikan). Akibat terjadinya dinamika pada

komponen produsen primer dan sekunder, maka ketersediaan makanan bagi larva

ikan, tidak selalu terpenuhi setiap saat.

2.2 Biologi Larva Ikan

Iktioplankton merupakan salah satu cabang dari Ichthyologi yang

membahas tentang daur hidup ikan, dimulai dari fase telur hingga larva yang

hidup secara planktonik dan sifatnya sangat dipengaruhi oleh lingkungannya

terutama pergerakan dan migrasinya. Penelitian tentang ikthioplankton pertama

kali dilakukan di dunia oleh G.O. Sars ditahun 1865 saat ia menemukan telur-telur

ikan Cod (Gadus morrhua) di perairan Norwegia (Westhaus-Ekau, 2004).

Selanjutnya di tahun 1878 dua orang Jerman C. Kupfer dan H.A. Meyer, berhasil

melakukan pembuahan terhadap telur ikan herring dan menetaskan larvanya dan

di tahun 1885, hatchery ikan laut komersial pertama di dunia pun berdiri. Di

Indonesia penelitian iktioplankton pertama kali dilakukan oleh Delshman (1926).

Page 23: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

Westhaus-Ekau (2004) menyebutkan berdasarkan sejarahnya maka ada

dua macam penelitian iktioplankton yaitu 1) non quantitative sampling in the sea

(identifikasi, distribusi) dan 2) quantitative surveys for estiamtion of abundance

(recruitment ecology). Lebih jauh lagi Westhaus-Ekau (2004) menambahkan, ada

empat tujuan utama dalam penelitian stadia awal, yaitu :

1. Pengetahuan umum tentang early life stages per se, morfogenesis,

fisiologi, tingkah laku, taksonomi, sistematika dan zoogeografi.

2. Peranan telur dan larva ikan dalam ekosistem akuatik, rantai makanan

dan jaring-jaring makanan.

3. Menetaskan telur dan larva untuk uji-uji toksikologi, fisiologi dan

genetik serta untuk mengidentifikasi spesies yang belum diketahui.

4. Pengetahuan mengenai populasi ikan dan eksploitasi optimumnya.

Awal daur hidup ikan, menurut Effendie (1978) dan Metarase et.all.

(1989), meliputi stadia telur dan perkembangannya, yaitu stadia larva dan juvenil

(ikan muda). Ikan-ikan pada stadia telur dan larva ikan dapat digolongkan sebagai

plankton yaitu sebagian dari siklus hidupnya merupakan plankton sementara atau

meroplankton (Odum, 1993). Pemijahan sebagai salah satu bagian dari reproduksi

merupakan mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies.

Penambahan populasi ikan bergantung kepada berhasilnya pemijahan dan

bergantung kepada kondisi dimana telur dan larva ikan kelak berkembang

(Effendie, 1997). Keberadaan ikthioplankton sendiri sangat penting karena

mortalitas yang dialaminya sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses

rekruitmen ikan dewasa sekaligus sumberdaya perikanan. Lebih lanjut lagi

kemampuan gerak yang sangat terbatas dari ikthioplankton mengakibatkan

mudahnya kedua komponen (telur dan larva) ini dimangsa oleh predator-predator

yang ada di lingkungan perairan (Syahailatua, 2006).

Penelitian di bidang fish early life history, terutama tentang iktioplankton

atau larva ikan di Indonesia masih sangat jarang sehingga belum memberikan

sumbangan yang signifikan dalam manajemen perikanan yang saat ini berbasis

pengelolaan yang berkelanjutan (sustainable fisheries). Dengan melakukan survei

ikthioplankton dalam jangka waktu yang panjang maka kita akan dapat

mengetahui informasi mengenai lokasi pemijahan, waktu pemijahan dan

Page 24: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

intensitasnya (Westhaus-Ekau, 2004). Pengetahuan tentang lokasi pemijahan larva

ikan di laut mempunyai kaitan erat dengan berbagai segi aplikasi yaitu dapat

menduga atau meramalkan musim benih (spatfall), mengefisienkan pengumpulan

benih tersebut, mendukung kemajuan di bidang budidaya, mengetahui dimana

kumpulan larva ikan yang bernilai ekonomis ini berasal dan mencari makan, serta

konservasi lingkungan pantai (Romimohtarto dan Juwana 1998).

2.2.1 Morfologi Larva Ikan

Russel (1976) menyebutkan bahwa larva ikan merupakan bentuk atau

tingkatan ikan setelah menetasnya telur dan isitilah larva digunakan dengan

merujuk pada larva yang masih memiliki kantong telur atau yolk sac sedangkan

isitlah “post larva” adalah untuk ikan muda antara stadia larva dan juwana.

Mantiri (1995) mendeskripsikan ikthioplankton sebagai organisme ikan yang

masih berada pada stadia telur dan larva sedangkan Effendie (1978) menyebutkan

bahwa perkembangan larva secara garis besar dibagi menjadi dua tahap, yaitu

prolarva dan postlarva. Prolarva adalah stadia dimana larva masih mempunyai

kantung kuning telur (yolk sac) yang terletak di bagian depan bawah, tubuh masih

transparan dengan beberapa pigmen yang belum diketahui fungsinya. Sedangkan

postlarva adalah stadia dimana kantong kuning telur menghilang dan terbentuknya

organ-organ baru atau selesainya taraf penyempurnaan organ yang ada sehingga

secara morfologis sudah mempunyai bentuk yang sama dengan induknya. Sirip

dorsal sudah mulai dapat dibedakan, demikian juga sirip ekor sudah ada garis

bentuknya. Berenangnya sudah lebih aktif dan kadang-kadang memperlihatkan

sifat bergerombol walaupun tidak selamanya demikian (Effendie 1997).

Selanjutnya apabila masa postlarva berakhir, ikan akan memasuki masa juvenile.

Untuk beberapa ikan dalam memasuki masa ini ada yang mengalami beberapa

perubahan bentuk tubuhnya atau bermetamorphose. Westhaus-Ekau Ekau (2004)

menyebutkan bahwa fase untuk perkembangan ikan adalah :

o Yolk-sac stage (fase pada saat larva baru menetas dimana kantong

kuning telurnya masih ada).

o Larva stage (fase preflexion, flexion dan postflexion)

o Transformation stage (fase dimana larva ikan kehilangan

karakteristik larvanya)

Page 25: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

o Juvenil Stages (fase juvenil)

Gambar fase perkembangan hidup ikan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Fase perkembangan ikan Trachurua symmetricus (Ahlstorm dan Ball, 1954 dalam SEAFDEC, 2007).

Pada perkembangan selanjutnya sirip ekor mulai berkembang yang

kemudian diikuti oleh pemisahan sirip punggung dan sirip dubur. Dengan

mengerasnya vertebrae dan osteogenesis serta adanya perubahan pigmentasi pada

tubuh larva ikan maka fase post larva akan memasuki fase selanjutnya yaitu

juwana (juvenil). Pada fase ini seluruh organ dan pigmentasi yang ada akan

menjadi lebih jelas dan mirip dengan induknya sehingga akan lebih mudah

Page 26: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

dikenali/diidentifikasi. Gambar 2 dan 3 dibawah adalah contoh larva ikan dalam

stadia preflexion dan postflexion. Stadia larva sangat penting untuk diketahui

karena dapat menentukan waktu dan lokasi pemijahan. Bila di suatu tempat

ditemukan larva ikan dengan stadia preflexion dalam jumlah banyak maka dapat

dipastikan maka lokasi pemijahannya tidak jauh.

Gambar 2. Larva ikan pada stadia preflexion (Leis and Carson-Ewart, 2000).

Gambar 3. Larva ikan pada stadia postflexion (Leis and Carson-Ewart, 2000).

2.2.2. Identifikasi Larva Ikan

Menurut Leis and Carson-Ewart (2000) ada empat metode untuk

mengidentifikasi larva ikan :

1. Menggunakan literatur dari para ahli yang telah melakukan pekerjaan

identifikasi sebelumnya

Page 27: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

2. Series method, yaitu mengumpulkan sejumlah larva dari jenis tertentu dan

melakukan identifikasi dari stadia tertinggi berdasarkan kesamaan

morfologi dari ikan dewasa. Metode ini membutuhkan bahan dalam

jumlah yang banyak, terutama dari berbagai metode pengumpulan untuk

mendapatkan kisaran ukuran yang luas.

3. Biokimia, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan kimia untuk

melakukan identifikasi molekuler dengan menggunakan DNA. Metode ini

tidak praktis untuk pekerjaan identifikasi secara rutin tetapi akurat

walaupun mahal.

4. Rearing, yaitu menetaskan telur di laboratorium dari ikan dewasa yang

telah teridentifikasi dimana sejumlah diantaranya diambil untuk diamati

pertumbuhan dan ciri-ciri morfologinya. Sayangnya larva yang ditetaskan

di laboratorium kadang tidak mirip dengan larva yang ditangkap dari alam

karena pengaruh kondisi laboratorium yang berbeda dengan alam.

Romimohtarto dan Juwana (1998) menambahkan, pada larva ikan ada

beberapa kelompok sifat taksonomik yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi jenis larva yaitu :

1. Berbagai struktur dan bentuk tubuh seperti mata, kepala, bentuk badan,

lambung dan sirip khususnya sirip dada.

2. Urutan munculnya sirip-sirip dan kedudukannya, fotofora dan unsur

tulang.

3. Pigmentasi (letak, jumlah dan bentuk melanophora).

4. Tandan-tanda yang sangat khusus seperti lipatan sirip yang membengkak,

sirip yang memanjang dan berubah, jenggot (sungut) pada dagu, duri

(spine) pada pre operculum dan lain-lain.

Karakter dari melanophora merupakan ciri pembeda utama dalam

mengidentifikasi jenis dari larva. Kesamaan antar spesies dapat dilihat dari ada

atau tidaknya melanophora serta posisi dimana melanophora tersebut berada.

Menurut Russel (1976) posisi melanophora bisa terletak di bagian eksternal dari

epidermis atau dermis, bagian internal peritoneum, di atas atau di bawah kolom

vertebral, dan di daerah otocystic.

Page 28: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

2.3 Distribusi Larva Ikan

Kondisi perairan sangat menentukan kelimpahan dan penyebaran

organisme didalamnya, tetapi setiap organisme memiliki kebutuhan dan keperluan

yang berbeda-beda terhadap lingkungan tempatnya hidup. Menurut Nikolsky

(1963) ada tiga alasan utama bagi ikan untuk memilih tempat hidup yaitu: 1.

Sesuai dengan kondisi tubuhnya, 2. Ketersediaan sumber makanan yang cukup, 3.

Cocok untuk perkembangbiakan dan pemijahan.

Larva ikan biasanya memanfaatkan daerah yang terlindung sebagai habitat

pengasuhan. Secara umum distribusi ikthioplankton ditentukan oleh faktor-faktor

dari tingkah laku seperti faktor-faktor fisik seperti sirkulasi pasang surut (Laprise

and Dodson, 1989), suhu, salinitas dan turbiditas (Able, 1978), keberadaan

predator (Brodeur and Rugen, 1993) dan ketersediaan makanan. Selain itu juga

ada pergerakan berdasarkan waktu dan cahaya (Mantiri, 1995)

Ekosistem laguna merupakan tipe ekosistem yang dimanfaatkan oleh

banyak biota laut sebagai habitat pengasuhan bagi larva dan juvenile (Williams,

1983; Dufour and Galzin, 1997; Kaswadji, 1997; Renjaan, 2003). Ekosistem

laguna biasanya dibatasi oleh terumbu karang yang menyebabkan masa air yang

ada di dalam laguna tidak tercampur secara langsung dengan masa air di

sekitarnya, dan tidak terkspos secara langsung oleh faktor fisik perairan sekitarnya

seperti arus dan ombak (Choat and Bellwood, 1991). Kondisi seperti ini dapat

memberikan perlindungan bagi larva dan juvenile ikan yang masih lemah dan

memiliki pergerakan terbatas.

Beberapa Ikan karang dari family Pomacentridae (Williams, 1983; Wilson,

2003), Labriidae, Scaridae, dan Gobiidae (Dufour and Galzin, 1997) dan beberapa

larva moluska (Renjaan, 2003) ditemukan berlindung di perairan laguna. Larva-

larva ikan biasanya bergerombol memasuki laguna pada saat sore hingga malam

hari terutama pada waktu bulan gelap (Dufour and Galzin, 1997). Selain larva

yang berasal dari luar laguna, di dalam laguna juga dihasilkan larva-larva ikan,

yang berasal dari ikan karang yang memijah di dalam laguna.

Sulistiono et al., (2000) menyatakan bahwa sebagian besar ikan di

ekosistem terumbu karang adalah ikan-ikan yang bersifat diurnal (aktif pada siang

hari). Mereka mencari makan dan tinggal di permukaan karang dan memakan

Page 29: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

plankton yang lewat di atasnya. Ikan-ikan diurnal ini seperti Famili

Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomacanthidae, Acanthuridae, Labridae,

Lutjanidae, Balistidae, Serranidae, Cirrhitidae, Tetraodontidae, Blennidae, dan

Gobiidae. Sebagian kecil lainnya adalah ikan-ikan bersifat nocturnal (aktif pada

malam hari). Ikan ini pada siang hari menetap di gua-gua dan celah-celah karang.

Yang termasuk dalam kelompok ikan ini adalah Holocentridae, Apogonidae,

Haemulidae, Muraenidae, Scorpaenidae dan termasuk juga Famili Serranidae dan

Labridae. Ada pula sebagian kecil jenis-jenis ikan yang sering melintasi ekosistem

terumbu karang seperti Famili Scombridae, Sphyraenidae dan Caesionidae.

Ikan-ikan karang mempunyai hubungan keterkaitan yang sangat kuat

dengan terumbu karang dan mempunyai pola pergerakan yang sangat terbatas,

contohnya adalah ikan dari famili Scaridae, Acanthuridae, Siganidae,

Chaetodontidae, Pomachantidae dan beberapa spesies dari family Labriidae dan

Pomacentridae (Choat and Bellwood, 1991). Dengan banyaknya jenis ikan yang

memanfaatkan laguna sebagai daerah asuhan, maka laguna harus memiliki

kemampuan untuk mendukung keberhasilan hidup larva-larva ikan tersebut

melalui jaminan ketersediaan makanan berupa fitoplankton dan zooplankton.

Page 30: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Nopember 2010. Sampling

dilakukan setiap bulan dengan ulangan dua kali setiap bulan. Lokasi sampling

meliputi daerah laguna dan tubir disekitar Pulau Pari dan pulau-pulau di

sekelilingnya (Pulau Burung, Pulau Tikus dan Pulau Kongsi). Ada 5 stasiun

pengambilan sampel (Gambar 4). Stasiun pengambilan sampel ditentukan

berdasarkan karakter fisik yaitu kedalaman dan input massa air. Setiap goba

mempunyai kedalaman dan luas yang berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut,

maka ditetapkan lima stasiun pengamatan, yaitu: Stasiun 1 di goba Soa besar/P.

Tikus (kedalaman maks 15 m), Stasiun 2 di goba Labangan pasir (kedalaman

maks 5 m)/P. Burung, Stasiun 3 di goba Ciaris/P. Kongsi (kedalaman maks 1 m)

stasiun 4 di goba Buntu/LIPI (kedalaman maks 0,5 m) dan Tubir .

Gambar 4. Peta lokasi penelitian

Page 31: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

16

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva net dengan ukuran

diameter 60 cm, panjang 3 m dan ukuran mata jaring 500 µm (Gambar 5).

Thermometer dengan skala Hg untuk pembacaan suhu, refraktometer untuk

pengukuran salinitas, Global Positioning System (GPS) untuk menetukan

lokasi/stasiun sampling, pH meter untuk mengukur tingkat keasaman air dan

stereo mikroskop Zeiss DV-40 dengan perbesaran maksimal 10x untuk

pengamatan larva ikan. Bahan penelitian yang dipakai adalah alkohol 70% untuk

pengawetan sampel larva ikan setelah disortir dan formalin 4% sebagai pengawet

pada saat sampling di lapangan.

Gambar 5. Larva net

3.2.1 Prosedur Kerja

Sampling larva ikan dilakukan dengan cara menarik larva net secara

horisontal dengan menggunakan perahu motor pada kedalaman lebih kurang 1

meter, selama 10 menit dengan kecepatan 2 knot. Sampel larva ikan yang

tertangkap kemudian diawetkan dengan formalin 5% setelah itu dibawa ke

Page 32: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

17

laboratorium untuk analisa lebih lanjut. Selain sampling larva ikan juga dilakukan

sampling kualitas air seperti suhu, salinitas, ph dan nutrien. Untuk analisa nutrien

(NO3, PO4

Di laboratorium sample dipisahkan dari zooplankton disimpan dalam

larutan alkohol 70%. Larva ikan diidentifikasi hingga tingkatan takson yang

terendah dengan mengacu pada buku Leis and Carson-Ewart (2000), Delshman

(1926; 1932), Petunjuk Identifikasi FAO (Smith and Richardson, 1977) dan

Sirisaksophon and Patterson (2006). Identifikasi dilakukan di Laboratorium

Biologi milik Balai Penelitian Perikanan Laut-KKP Jakarta dan Laboratorium

Plankton milik Balai Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Jatiluhur-

KKP.

dan Si) dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan (Proling)

FPIK IPB.

3.3 Analisa Data

3.3.1 Kelimpahan Larva Ikan

Kelimpahan larva ikan yang didefinisikan sebagai banyaknya larva ikan

persatuan volume air dihitung dengan menggunakan rumus :

N = n/V

Dimana :

tsr

N = kelimpahan larva ikan (ind/m3

n = jumlah larva tercacah (ind)

)

Vtsr = volume air tersaring (Vtsr = l x t x v)

l = luas bukaan mulut larva net

t = lama waktu penarikan (towing time) (menit)

v = kecepatan waktu penarikan (towing speed) (meter/menit)

Page 33: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

18

3.3.2 Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman larva diperlukan untuk menggambarkan kehadiran

jumlah individu antar genus dalam suatu komunitas. Nilai ini dihitung dengan

menggunakan indeks Shannon-Wiener (Bengen, 2000). Formulasi Indeks

Keanekaragaman Shannon-Wiener berdasarkan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

N = jumlah total individu dalam komunitas (ni)

ni = jumlah individu spesies atau jenis ke-i

pi = proporsi individu spesies ke-i (ni/N)

i =1,2,3,.....,s

s = jumlah genus/spesies

3.3.3 Indeks Keseragaman

Keseragaman adalah suatu gambaran tentang sebaran individu dari setiap

spesies dalam suatu komintas. Nilai indeks keseragaman (E) dihitung berdasarkan

persamaan berikut :

atau E

Keterangan :

E = indeks keseragaman

H’ = indeks keanekaragaman

s = jumlah genus/spesies

Indeks Keseragaman (E) digunakan untuk mengetahui seberapa besar kesamaan

penyebaran jumlah individu dari setiap genus/spesies pada tingkat komunitas.

Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Nilai E mendekati 1 apabila sebaran

individu antar jenis merata (seragam) sedangkan Nilai E mendekati 0 apabila

sebaran individu tidak merata atau ada jenis yang mendominasi.

Page 34: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

19

3.3.4 Indeks Dominasi

Indeks dominasi diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(Odum, 1994) :

=

Keterangan :

D = indeks dominasi

ni = jumlah individu genus ke-i

N = jumlah total individu

pi = proporsi individu spesies ke-i

I = 1,2,3,...,s

s = jumlah genus

3.3.5 Analisis Komponen Utama/PCA (Principal Component Analysis)

Analisis ini digunakan untuk mendeterminasi sebaran parameter bio-

fisikakimia perairan (Bengen 2000). Analisis Komponen Utama adalah suatu

teknik ordinasi yang memproyeksikan dispersi matriks dari data multidimensi

dalam suatu ruang datar. Dengan cara mereduksi ruang maka diperoleh sumbu-

sumbu baru yang merepresentasikan secara optimal dari sebagian besar

variabilitas data matriks multidimensi sehingga dapat ditemukan hubungan antar

ciri dan hubungannya antar obyek. Analisis ini membagi matriks korelasi

parameter menjadi beberapa komponen, kemudian menyusun keragaman

komponen bersangkutan dari yang terbesar pada sumbu komponen utama hingga

didapatkan ditribusi spasial parameter biologi, fisika dan kimia pada suatu daerah

tertentu. Korelasi linear antar dua parameter yang dianalisis dari indeks sintetik

merupakan peragam dari kedua parameter yang telah dinormalisasikan.

Analisis Komponen Utama mencari indeks yang menunjukkan ragam

stasiun maksimum. Indeks ini disebut Komponen Utama Pertama yang

merupakan sumbu utama 1 (F1). Suatu proporsi tertentu dari ragam total stasiun

direpresentasikan oleh F1. Selanjutnya dicari Komponen Utama Kedua (F2) yang

memiliki korelasi nol dengan F1. Komponen F2 ini memberikan informasi

Page 35: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

20

terbesar sebagai pelengkap F2. Proses ini berlanjut terus hingga memperoleh

komponen utama ke-p, dimana begian informasi dapat dijelaskan semakin kecil.

Analisis Komponen Utama menggunakan indeks jarak Euclidean pada data. Jarak

Euclidean (Bengen 2000) hubungan didasarkan pada rumus:

(i,i’) = ∑ (Xij-Xi’j)

Keterangan : i.i’ = dua stasiun (pada baris)

2

j = parameter lingkungan

Semakin kecil jarak Euclidean antar 2 stasiun, maka karakteristik bio-

fisikakimia antar 2 stasiun tersebut semakin mirip, demikian pula sebaliknya.

Perhitungan PCA dilakukan dengan bantuan paket program statistik

STATISTICA versi 6.0.

Page 36: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Lingkungan Perairan

Penelitian dilakukan di Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Gugusan ini tersusun atas pulau-pulau sangat kecil yang termasuk kategori pulau

karang timbul dan pulau dataran rendah (low islands) yang terletak pada posisi

5°50’– 5°52’ LS dan 106°34’ - 106°36’ BT. Pulau-pulau yang ada disana adalah

Pulau Pari, Pulau Tengah, Pulau Kongsi, Pulau Burung dan Pulau Tikus. Semua

gugus pulau-pulau tersebut dikelilingi oleh terumbu karang yang membentuk

bagian-bagiab terumbu yang cukup lengkap, seperti rataan terumbu (reef flat),

goba (lagoon) dan terumbu yang mengelilingi goba (atol) sehingga menyerupai

pulau atol yang dikenal juga dengan atol semu atau pseudo atol ( Abrar, 2011).

Wilayah Pulau Pari sendiri termasuk salah satu dari 7 DPL (Daerah Perlindungan

Laut) yang dibentuk pada tahun 2005 dengan luas 12 ha (Amri dan Agus, 2011).

4.1.1 Suhu

Secara umum, kisaran suhu di semua stasiun penelitian berkisar antara

28,8 – 32,75 °C dengan rata-rata 30,21 °C. Suhu rata-rata tertinggi tercatat ada

bulan Agustus yaitu 30,65 °C sedangkan terendah ada di bulan Oktober (Gambar

6). Penelitian Kaswadji (1997) menunjukkan kisaran 29,8 – 32 °C pada periode

bulan Juni-November dimana suhu tertinggi ada di bulan September yaitu 32 °C.

Tingginya suhu di bulan Agustus dikarenakan bulan tersebut sudah memasuki

musim kemarau walaupun hujan masih sering turun. Selain itu suhu yang tinggi

juga disebabkan oleh sifat perairan laguna yang semi tertutup sehingga pergantian

massa air sangat jarang terjadi. Lalli & Parsons (1997) menyatakan bahwa suhu

air untuk laguna tropis dangkal bisa mencapai hingga 40 °C.

4.1.2 Salinitas

Salinitas sangat berpengaruh terhadap proses osmoregulasi biota laut

terutama ikan. Kisaran nilai salinitas di semua stasiun penelitian adalah 30 – 33 ‰

dengan nilai tertinggi ada pada bulan Juli dan terendah ada pada bulan Juni

(Gambar 7). Hal ini sedikit lebih rendah dengan hasil penelitian Kaswadji (1997)

yang menemukan kisaran salinitas 31 – 34 ‰ selama bulan Juni-November.

Page 37: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

22

Rendahnya salinitas pada bulan Oktober dikarenakan musim hujan sedang

berlangsung saat sampling dilakukan.

Gambar 6. Fluktuasi rata-rata suhu permukaan air di setiap stasiun penelitian

selama bulan Juni-November.

Gambar 7. Fluktuasi rata-rata salinitas di setiap stasiun penelitian selama bulan

Juni-November.

4.1.3 pH

Secara umum kisaran pH di semua stasiun penelitian berkisar 6,49 – 7,56

dengan nilai tertinggi ada di stasiun 1 pada bulan Juli sedangkan terendah ada di

stasiun 3 di bulan Agustus (Gambar 8). Hasil ini sedikit berbeda dengan Abrar

(2011) yang mendapatkan kisaran pH 7 – 8 serta Hartati dan Syam (2011) yang

mendapatkan 7,58 – 7,7. Rendahnya rata-rata nilai pH pada bulan Agustus-

September dikarenakan pada bulan-bulan tersebut banyak ditemukan sampahyang

28

29

30

31

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

°C

Bulan

28,5

29,5

30,5

31,5

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

Bulan

Page 38: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

23

terbawa arus dari teluk Jakarta sehingga pada saat tersebut terjadi proses

dekomposisi sehingga menyebabkan turunnya nilai pH. Nilai pH di perairan

Indonesia sendiri bervariasi antar lokasi dengan nilai kisaran 6,0 – 8,5 dan

perubahannya dapat memberikan pengaruh yang buruk terhadap biota laut, baik

secara langsung maupun tidak langsung (Romimohtarto, 1991).

Gambar 8. Fluktuasi nilai rata-rata pH di setiap stasiun penelitian selama bulan

Juni-November. 4.1.4 Nutrien

Kisaran nilai nutrien yang terukur di semua stasiun cukup variatif. Nitrat

(NO3) mempunyai kisaran nilai 0,056 – 1,689 mg/m3 dimana nilai tertinggi ada di

stasiun 5 di bulan September sedangkan terendah ada di stasiun 4 di bulan

Oktober (Gambar 9). Kisaran nilai Fosfat adalah 0,001 – 0,068 mg/m3 dengan

nilai tertinggi ada di stasiun 2 di bulan September sedangkan terendah ada di

stasiun 3 di bulan Oktober-November (Gambar 10). Sedangkan kisaran nilai

Silikat adalah 0,034 – 1,986 mg/m3

dengan nilai terendah ada di stasiun 2 di bulan

September sedangkan tertinggi juga di stasiun 2 pada bulan Juni-Juli (Gambar

11).

5,65,8

66,26,46,66,8

77,27,47,67,8

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

Bulan

Page 39: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

24

Gambar 9. Fluktuasi rata-rata nilai Nitrat (NO3

) di setiap stasiun penelitian selama bulan Juni-November.

Secara umum nilai kisaran nutrien terukur di perairan laguna Pulau Pari

tidak mempunyai pola tertentu karena selalu naik turun tidak beraturan. Hal ini

dapat terjadi karena di perairan tropis tidak ada mekanisme yang mengatur adanya

fluktuasi nutrient yang teratur tiap tahun (Kaswadji, 1997). Berbeda dengan di

perairan empat musim, dimana pada saat musim dingin nutrien akan terakumulasi

di perairan karena tidak dimanfaatkan oleh organisme (terutama fitoplankton)

dikarenakan organisme tersebut dalam keadaan kurang aktif disebabkan oleh

adanya musim dingin.

Gambar 10. Fluktuasi rata-rata nilai Fosfat (PO4) di semua stasiun penelitian

selama bulan Juni-November.

-0,1

1,6E-15

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

mg/

m3

Bulan

0

0,01

0,02

0,03

0,04

0,05

0,06

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

mg/

m3

Bulan

Page 40: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

25

Gambar 11. Fluktuasi rata-rata nilai Silikat (Si (OH)) di setiap stasiun penelitian

selama bulan Juni-November.

4.2 Komposisi Hasil Tangkapan Larva Ikan

Secara umum ditemukan sebanyak 22844 larva ikan yang terdiri atas 68

famili dan 106 genus (Lampiran 1). Kelimpahan famili terbanyak adalah

Aulostomidae (13.14%), diikuti oleh Blenniidae (9.98%), Pomacentridae (9.28%),

Engraulidae (6.46%) dan Pinguipedidae (5.02%) (Gambar 12). 63 famili lainnya

yang juga tertangkap tetapi dimunculkan dalam grafik dengan kategori lainnya.

Untuk genus Aulostomus (Aulostomidae) menjadi genus dominan, diikuti oleh

Stanulus (Blenniidae), Stolephorus (Engraulidae), Parapercis (Pinguipedidae),

Pomacentrus (Pomacentridae), Leptobramma (Leptobramidae) dan Chromis

(Pomacentridae) dengan nilai berturut-turut 13.14%, 5.95%, 5.68%, 5.02%,

4.58%, 4.01% dan 3.88% (Gambar 13).

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

mg/

m3

Bulan

Page 41: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

26

Gambar 12. Komposisi Famili larva ikan yang ditemukan di semua stasiun selama

penelitian.

Gambar 13. Komposisi genera larva ikan yang tertangkap di semua stasiun penelitian

13,14%

9,98%

9,28%

5,90%

5,02%

4,01%3,07%3,00%2,68%

43,92%

Aulostomidae

Blenniidae

Pomacentridae

Engraulidae

Pinguipedidae

Leptobramidae

Gobiidae

Carangidae

Leiognathidae

Lainnya

13,14%5,95%

5,68%

5,02%

4,58%

4,01%

3,88%

2,53%1,94%

53,27%

Aulostomus

Stanulus

Stolephorus

Parapercis

Pomacentrus

Leptobramma Chromis

Page 42: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

27

Gambar 14. Komposisi larva ikan berdasarkan habitat hidupnya.

Berdasarkan habitat hidupnya 57% dari famili larva ikan yang tertangkap

adalah termasuk kelompok ikan karang, sedangkan sisanya adalah pelagis (17%)

dan demersal (26%) (Gambar 14). Famili ikan ikan karang yang dominan

tertangkap adalah Aulostomidae dan Pomacentridae. Famili Aulostomidae hanya

dihuni oleh genus Aulostomus. Aulostomus atau dikenal juga dengan ikan

terompet (trumpet fish) merupakan ikan karnivor yang memangsa ikan-ikan kecil

dan udang. Ikan ini banyak ditemukan perairan terumbu yang dangkal dan jernih

dalam keadaan soliter (Leis and Carson-Ewart, 2000) dengan 80 cm adalah

ukuran terbesar yang pernah tertangkap (www.fishbase.com). Blenniidae

merupakan famili yang mempunyai sebaran ekologis yang luas. Ikan ini

ditemukan baik di ekosistem air tawar hingga laut, baik di tropis maupun

subtropis (Leis and Carson-Ewart, 2000). Stanulus merupakan genus anggota

Blenniidae yang menghuni bagian luar dari rataan terumbu (reef flats) yang

terekspos oleh gelombang (www.fishbase.com). Pomacentridae mempunyai

distribusi yang cukup luas dan mempunyai kelimpahan dan keanekaragaman yang

tinggi sehingga mempunyai nilai yang penting secara ekologis, terutama pada

ekosistem terumbu karang (Leis and Carson-Ewart, 2000). Larva ikan karang

lainnya yang tertangkap antara lain Labridae, Scaridae, Balistidae, Ephippidae,

Pelagis17%

Demersal26%

Karang57%

Page 43: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

28

Haemulidae, Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Monacanthidae dan

Pomacanthidae.

Famili ikan yang termasuk pelagis antara lain adalah Engraulidae,

Clupeidae, Chanide, Leptobramidae dan Scathopagidae sedangkan famili ikan

yang termasuk demersal adalah antara lain Acropomatidae, Ambassidae,

Bothidae, Cynoglossidae, Leiognathidae dan Opistognathidae. Engraulidae dan

Clupeidae merupakan famili larva ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis

tinggi. Beberapa jenis dari anggota kedua famili ini dimanfaatkan secara

komersial seperti Stolephorus (Engraulidae) serta Hilsa, Amblygaster dan

Sardinella (Clupeidae). Jenis-jenis demersal didominasi oleh ikan sebelah seperti

Cynoglossidae, Bothidae dan Opistognathidae. Selain itu juga ada Leiognathidae

yang merupakan jenis ekonomis penting yang menjadi salah satu hasil tangkapan

utama kapal cantrang.

4.3 Distribusi Spasial dan Temporal Larva

4.3.1 Distribusi Spasial Larva Ikan

Secara spasial kelimpahan larva tertinggi ada di stasiun 2 dengan nilai 7734

ind/m3, diikuti stasiun 4 dengan nilai 7159 ind/m3 sedangkan terendah ada di

stasiun 5 dengan nilai kelimpahan 2583 ind/m3 (Gambar 15). Genus yang

mendominasi di stasiun adalah Stanulus (1359 ind/m3) dari famili Blenniidae,

diikuti oleh Parapercis (841 ind/m3) dari Pinguipedidae, Stolephorus (586 ind/m3)

dari Engraulidae dan Aulostomus (492 ind/m3) dari Aulostomidae. Stasiun 2

merupakan stasiun dengan kondisi perairan yang tenang dan merupakan pulau

yang tidak berpenghuni sehingga kondisinya sangat mendukung untuk kehidupan

ikan. Hal ini dibuktikan oleh Hartati et al (2010) yang menemukan stasiun pulau

Burung merupakan stasiun dengan kelimpahan juvenil tertinggi dibandingkan

dengan stasiun-stasiun lainnya yang ada di laguna Pulau Pari.

Page 44: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

29

Gambar 15. Sebaran kelimpahan larva ikan yang tertangkap di semua stasiun

selama penelitian.

Gambar 16. Kelimpahan genus larva ikan yang tertangkap di stasiun 2 (P.

Burung) selama penelitian.

Total kelimpahan larva ikan di stasiun 4 adalah 7159 ind/m3 dengan

kelimpahan tertinggi adalah Aulostomus (1452 ind/m3), diikuti oleh Pomacentrus

(560 ind/m3) dari Pomacentridae, Leptobramma (484 ind/m3) dari Leptobramidae

dan Chromis (331 ind/m3) juga dari Pomacentridae (Gambar 17). Stasiun 4

merupakan stasiun yang didominasi oleh keberadaan terumbu karang dan

terekspos oleh gelombang laut karena lokasinya yang merupakan pintu masuk

(kaloran) bagi air laut ke dalam laguna pulau Pari sehingga didominasi oleh

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

St.1 St.2 St.3 St.4 St.5

Kelim

paha

n (in

d/m

3 )

Stasiun

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

Kelim

paha

n (in

d/m

3 )

Page 45: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

30

keberadaan larva ikan pelagis seperti Leptobramma, Bregmaceros dan

Parapercis. Selain itu juga ditemukan larva ikan karang seperti Chromis,

Pomacentrus dan Lethrinidae.

Gambar 17. Kelimpahan genus larva ikan yang tertangkap di stasiun 4 (Tubir) selama penelitian.

Pada stasiun 5 ditemukan larva ikan dengan kelimpahan 2583 ind/m3. Dari

jumlah ini A. chinensis adalah jenis yang paling banyak dengan kelimpahan 629

ind/m3, diikuti oleh Chromis (242 ind/m3), Upeneus (227 ind/m3) dari Mullidae

dan Gerres (135 ind/m3) dari Gerreidae. Selain itu juga ditemukan Terapon

(Terapontidae) dan Decapterus (Carangidae) dengan nilai kelimpahan 127 ind/m3

dan 122 ind/m3 (Gambar 18). Stasiun 5 merupakan stasiun yang banyak

didominasi oleh substrat pasir bercampur lumpur dan banyak ditemukan rubble

dari dead coral dari terumbu karang yang mati dikarenakan terekspos pada saat

surut.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Kelim

paha

n (in

d/m

3 )

Page 46: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

31

Gambar 18. Kelimpahan genus larva ikan yang tertangkap di stasiun 5 (LIPI) selama penelitian.

Gambar 19. Kelimpahan genus larva ikan yang tertangkap di stasiun 1 (P. Tikus) selama penelitian.

Kelimpahan larva ikan di stasiun 1 didominasi oleh larva ikan pelagis

seperti Stolephorus (405 ind/m3), Caranx (217 ind/m3), Leptobramma (178

ind/m3) dan Tenualosa (178 ind/m3) (Gambar 19). Selain itu juga ditemukan larva

ikan demersal seperti Exallias (168 ind/m3) dan ikan karang seperti Pomacentrus

(155 ind/m3), Gerres (110 ind/m3), Scarus (102 ind/m3) dan Aulostomus (92

ind/m3). Stasiun 1 yang terletak di Pulau Tikus merupakan stasiun tempat dimana

Goba Soa Besar berada. Goba ini mempunyai kedalaman 15 m (Kaswadji, 1997)

0100200300400500600700800900

1.000

Kelim

paha

n (in

d/m

3 )

0

200

400

600

800

1000

1200

Kelim

paha

n (in

d/m

3 )

Page 47: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

32

dan dekat dengan ekosistem terumbu karang (Abrar, 2011). Stasiun ini

mempunyai persentase tutupan lamun sedang dengan nilai 47% dan didominasi

oleh lamun dari jenis Thalassia hemprichi, Enhalus acoroides dan Cymodocea

rotundata (Hartati et al, 2010). Lebih jauh lagi Hartati et al (2010) menemukan

bahwa Pulau Tikus merupakan stasiun dengan nilai indeks keanekaragaman

tertinggi untuk juvenil ikan sehingga menjadi tempat asuhan (nursery ground)

bagi juvenil ikan. Dominasi larva ikan pelagis dikarenakan hanya menjadikan

lokasi ini sebagai tempat pemijahan saja sedangkan untuk tempat asuhan

didominasi oleh famili ikan-ikan demersal dan karang seperti Apogonidae,

Gobiidae, Scaridae, Labridae, Soleidae dan Moncanthidae (Hartati et al, 2010).

Gambar 20. Kelimpahan genus larva ikan yang tertangkap di stasiun 3 (P. Kongsi) selama penelitian.

Stasiun 3 di Pulau Kongsi didominasi oleh larva ikan karang Aulostomus

(336 ind/m3), dan pelagis seperti Fistularia (255 ind/m3), Solenostomus (204

ind/m3), Anadontosoma (102 ind/m3), Leptobramma (127 ind/m3), Bregmaceros

(102 ind/m3) dan Stolephorus (102 ind/m3

) (Gambar 20). Stasiun 3 sendiri

merupakan stasiun yang terletak ditengah-tengah laguna Pulau Pari, tepatnya di

goba Ciaris yang kedalamannya berkisar 1 m (Kaswadji, 1997). Stasiun ini

didominasi substrat pasir berlumpur dan mempunyai tutupan lamun yang cukup

baik yaitu 56 % (Hartati et al, 2010).

0

200

400

600

800

1000

1200

Kelim

paha

n (in

d/m

3 )

Page 48: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

33

4.3.2 Distribusi Temporal Larva Ikan

Kelimpahan larva ikan bervariasi di setiap stasiun penelitian disetiap

bulannya. Di stasiun 1, nilai kelimpahan berkisar antara 153 – 955 ind/m3 dengan

rata-rata 78 ind/m3 (Gambar 21). Kelimpahan tertinggi ada di bulan Juli

sedangkan terendah ada di bulan Agustus dan September. Di stasiun 2 kelimpahan

berkisar 191 – 2369 ind/m3 dengan tertinggi ada di bulan Juni terendah ada di

bulan Agustus sedangkan di stasiun 3 kelimpahan tertinggi ada dibulan Juli dan

terendah ada di bulan November dengan kisaran 51 – 1325 ind/m3. Di stasiun 4

nilai kelimpahan berkisar 408 – 3210 ind/m3 dengan kelimpahan tertinggi ada

pada Juli dan terendah di bulan Agustus. Kisaran kelimpahan di stasiun 5 adalah

102 – 662 ind/m3

dengan kelimpahan tertinggi ada di bulan Juni dan terendah ada

di bulan November. Dari keseluruhan stasiun terlihat pada stasiun 1,3 dan 4

kelimpahan tertinggi larva ikan ada pada bulan Juli sedangkan pada stasiun 2 dan

5 kelimpahan tertinggi ada pada bulan Juni. Bulan Juni-Juli yang merupakan

musim timur merupakan musim dimana ikan melakukan pemijahan.

Gambar 21. Sebaran kelimpahan larva ikan secara temporal di semua stasiun penelitian.

Pada bulan Juni kelimpahan larva ikan di stasiun 1 didominasi oleh

Leptobramma (153 ind/m3), pada bulan Juli Tenualosa (153 ind/m3), Stolephorus

pada bulan Oktober dan November sedangkan pada bulan Agustus dan September

hanya ada sedikit (153 ind/m3) (gambar 22). Leptobramma ditemukan di setiap

0500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

Kelim

paha

n (in

d/m

3 )

Bulan

St.1

St.2

St.3

St.4

St.5

Page 49: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

34

stasiun dan selalu muncul pada bulan Juli (stasiun 1,2,4 dan 5) serta di stasiun 1

pada bulan Oktober.

Gambar 22. Komposisi kelimpahan jenis larva ikan di stasiun 1 setiap bulan selama Juni-November 2010.

Komposisi kelimpahan larva ikan di stasiun 2 bervariasi setiap bulannya.

Kelimpahan bulan Juni didominasi oleh Parapercis dan Stolephorus sedangkan

pada bulan Agustus Stanulus adalah yang paling dominan. Stanulus dari famili

Blenniidae ternyata hanya ditemukan di stasiun 2 saja dalam kelimpahan yang

cukup besar sehingga mendominasi kelimpahan secara keseluruhan (1359 ind/m3)

(gambar 23). Stolephorus selalu ada di bulan Juni-Juli pada stasiun 1 dan 3, Juli-

November di stasiun 4 serta Oktober-November di stasiun 3 (Gambar 24). Jenis

ini tidak tertangkap pada bulan apapun di stasiun 5. Di stasiun 3 kelimpahan

tertinggi adalah di bulan Juli lalu diikuti bulan Juni. Kelimpahan bulan Juli

didominasi oleh Fistularia dan Solenostomus sedangkan pada bulan Juni

didominasi oleh Stolephorus dari famili Engraulidae. Kisaran kelimpahan di

stasiun 3 adalah 51 - 1325 ind/m3.

0

500

1000

1500

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

Kel

impa

han

(ind/

m3 )

BulanAbudefduf Ambassis Amblyopinae Gobiidae spAmmodytiodes Anacanthus AnaoraAulostomus chinensis Bleekeria Callionymidae spCaranx Chromis DecapterusEphinephelus Exallias GerresIso Istiblennius Labridae spLeptobramma muelleri Mugil Opistognathus

Page 50: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

35

Gambar 23. Sebaran kelimpahan larva ikan di stasiun 2 selama bulan Juni-November 2010.

Kisaran kelimpahan larva ikan di stasiun 4 selama bulan Juni-November berkisar

antara 408-3210 ind/m3 dengan kelimpahan tertinggi ada di bulan Juli dan

terendah ada di bulan Agustus. Kelimpahan bulan Juli didominasi oleh

Leptobramma (408 ind/m3) sedangkan bulan Juni oleh Aulostomus (1197 ind/m3

)

(Gambar 25).

Gambar 24. Komposisi kelimpahan jenis larva ikan di stasiun 3 setiap bulan selama Juni-November 2010.

0

1000

2000

3000

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

Kel

impa

han

(ind/

m3 )

BulanAbudefduf Antennariidae sp Aulostomus chinensisBembrops Calumia CaragobiusChanos chanos Cheilio ChromisCrossorhombus Decapterus DoederleinaEleotris Encrasicholina EphippusEpinephelus Gazza GerresHarpadon Herklosichthys IsoLeiognathus Leptobramma muelleri LutjanusMicrocanthus Omobranchus Opistognathus

0

500

1000

1500

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

Kel

impa

han

(ind/

m3 )

BulanAbalistes Amblyopinae Gobiidae sp Ammodytiodes AnadontosomaAnthinae Serranidae sp Argyrops Aulostomus chinensis BleekeriaBrachypleura Branchyamblypus Bregmaceros Carangidae spChanos chanos Cheilio Decapterus EpinephelusFistularia Gerres Kyphosus Lagocephalus Leiognathus Leptobramma muelleri Monacanthus ParablenniusParapercis Parapriacanthus Pentapodus PentaprionPomacentrus Priacanthus Ptereleotris SchindleriaScomber Scombridae sp Solenostomus Stolephorus

Page 51: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

36

Gambar 25. Komposisi kelimpahan jenis larva ikan di stasiun 4 setiap bulan selama Juni-November 2010.

Stasiun 5 merupakan stasiun dengan kelimpahan terendah dari semua

stasiun yang ada. Kisaran kelimpahan di stasiun ini selama bulan Juni-November

berkisar 102 - 662 ind/m3 dengan kelimpahan tertinggi ada di bulan Juni dan

terendah ada di bulan November (Gambar 26). Kelimpahan di bulan Juni

didominasi oleh Aulostomus (459 ind/m3), dan jenis ini selalu muncul dari bulan

Juni - Oktober dengan nilai kelimpahan beruturut-turut 459 , 76 , 61, 8 dan 25

ind/m3

. Selain Pomacentrus, genera dari famili Pomacentridae lainnya yang

tertangkap di stasiu 5 adalah Chromis dan Abudefduf dimana Chromis tertangkap

di bulan Juni-Agustus dan Oktober sedangkan Abudefduf hanya ada di bulan Juli.

0

2000

4000

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

Kel

impa

han

(ind/

m3 )

Bulan

Abudefduf Amblyopinae Gobiidae sp Anaora Antennariidae spArgyrops Aulostomus chinensis Bregmaceros CalumiaCaragobius Centropygae Chanos chanos ChirocentrusChromis Crossorhombus Cynoglossus DiagrammaDoederleina Enneaptygius Gerres GramnatocynusHerklosichthys Hypseoleotris Iso IstiblenniusKyphosus Labridae sp Leiognathus Leptobramma muelleriLethrinus Liza Lutjanus Mene maculata

Page 52: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

37

Gambar 26. Komposisi kelimpahan jenis larva ikan di stasiun 5 setiap bulan

selama Juni-November 2010.

4.3.3 Distribusi Spasial dan Temporal Larva Berdasarkan Stadia

Secara umum, mayoritas larva yang tertangkap di semua stasiun penelitian

ada pada stadia preflexion sedangkan berdasarkan waktu larva stadia ini banyak

ditemukan pada bulan Juni-Juli dan Oktober (Gambar 27A). Demikian halnya

dengan larva ikan pada stadia postflexion yang juga banyak ditemukan pada bulan

Juni, Juli dan Agustus (Gambar 27B). Aulostomus sebagai genus dominan hanya

ditemukan pada fase postflexion yang merupakan stadia akhir sebelum fase

juvenil. Aulostomus ditemukan di stasiun 5 hanya pada bulan September dan tidak

ditemukan pada bulan November di stasiun manapun.

A B

Gambar 27. Distribusi larva ikan berdasarkan perkembangan stadianya, preflexion (A) dan postflexion (B) selama Juni-November 2010.

0

500

1000

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

Kel

impa

han

(ind/

m3 )

BulanAbudefduf Atule Aulostomus chinensis BleekeriaCheilinus Cheilodactylus Chromis CrossorhombusDecapterus Dinematichthys Dussumeria EchiodonEleotris Exallias Gerres Gobinae spHerklosichthys Hypseoleotris Iso KuhliaKyphosus Leptobramma muelleri Omobranchus PetroscirtesPlagiotremus Pomacentrus Pseudochromis ScarusSchindleria Scombridae sp Siganus Tenualosa

0

20

40

60

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

N

bulan

St.1 St.2 St.3 St.4 St.5

0

20

40

60

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

bulan

St.1 St.2 St.3 St.4 St.5

Page 53: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

38

Dari 40 famili ikan karang yang tertangkap 60% diantaranya ditemukan

pada fase preflexion, sisanya ada fase flexion (32.5%) dan postflexion (7.5%)

(Gambar 28). Larva ikan karang pada fase preflexion ditemukan pada semua

stasiun dengan kelimpahan tertinggi ada pada stasiun 4 dan paling sedikit ada

pada stasiun 3 (Gambar 29) dan didominasi oleh famili Pomacentridae (Gambar

29). Pomacentridae sendiri juga ditemukan pada fase ini di semua stasiun dengan

jumlah terbanyak ada pada stasiun 4 (Gambar 29).

Gambar 28. Komposisi stadia famili larva ikan karang yang ditemukan di semua

lokasi penelitian.

Gambar 29. Sebaran spasial kelimpahan famili larva ikan karang pada stadia

preflexion yang ditemukan di semua stasiun penelitian.

60,0%

32,5%

7,5%

Preflexion

Flexion

Postflexion

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5

kelim

paha

n (in

d/m

3 )

Stasiun

Antennariidae Callionymidae Carangidae Gerreidae Haemulidae Kyphosidae

Labridae Lethrinidae Monacanthidae Mullidae Nemipteridae Pempherididae

Plesiopidae Pomacanthidae Pomacentridae Scaridae Scombridae Serranidae

Siganidae Sillaginidae Solenostomidae Terapontidae Tetraodontidae Tripterygiidae

Page 54: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

39

Gambar 30. Sebaran temporal kelimpahan famili larva ikan karang pada stadia

preflexion yang ditemukan di semua stasiun penelitian.

Berdasarkan sebaran temporal famili larva ikan karang pada stadia

preflexion kelimpahan tertinggi ada pada bulan Juli dan diikuti pada bulan

Oktober (Gambar 30). Famili yang mendominasi adalah Pomacentridae, muncul

pada setiap stasiun dengan kelimpahan tertinggi ada pada bulan Juli (Gambar 30).

Selain itu Blenniidae juga ditemukan pada bulan Juni, Juli, September dan

Oktober.

4.5 Indeks Komunitas

Nilai indeks keanekaragaman menyatakan tingkat keragaman jenis dari

suatu populasi. Secara spasial, nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 2,84 –

3,33. Nilai tertinggi ada di stasiun 4 sedangkan terendah ada di stasiun 5 (Gambar

31). Kisaran nilai indeks keanekaragaman larva ikan di Pulau Pari termasuk tinggi

dikarenakan jumlah jenis larva ikan yang tertangkap cukup banyak untuk setiap

stasiun. Sedangkan sebaran nilai indeks keseragaman menunjukkan nilai kisaran

yang cukup tinggi yaitu antara 0,81 – 0,87. Hal ini menunjukkan bahwa

penyebaran jenis larva ikan yang tertangkap cukup merata yang didukung juga

oleh tidak adanya dominasi dari jenis tertentu yang ditunjukkan oleh kisaran nilai

indeks dominasi yang cukup rendah yaitu 0,06 – 0,11(Gambar 32) .

0

20

40

60

80

100

Jun Jul Aug Sep Oct Nov

kelim

paha

n (in

d/m

3 )

Bulan Antennariidae Blenniidae Callionymidae Carangidae GerreidaeHaemulidae Kyphosidae Labridae Lethrinidae MonacanthidaeMullidae Nemipteridae Pempherididae Plesiopidae PomacanthidaePomacentridae Scaridae Scombridae Serranidae SiganidaeSillaginidae Solenostomidae Tetraodontidae Tripterygiidae

Page 55: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

40

Gambar 31. Sebaran nilai indeks komunitas (H’= keaneakaragaman, E =

keseragaman dan D = dominasi) di semua stasiun penelitian.

Secara temporal sebaran nilai indeks komunitas lebih variatif. Secara

keseluruhan, nilai indeks keanekaragaman di semua stasiun selama bulan Juni-

November 2010 berkisar antara 0 – 2,67, dengan nilai tertinggi ada di stasiun 1

pada bulan Juli dan terendah ada di stasiun 3 pada bulan November (Gambar 32).

Rendahnya nilai indeks (=0) di stasiun 3 di karenakan pada bulan November

hanya tertangkap 1 jenis larva ikan yaitu Scombridae sp. Karena hanya ada satu

maka nilai indeks keseragamannya menjadi tidak terdefinisikan sedangkan nilai

indeks dominasi menjadi 1 dikarenakan hanya ada dominasi dari satu jenis saja.

Untuk sebaran nilai indeks keseragaman di semua stasiun selama

penelitian berkisar antara 0,29 – 1,00. Nilai indeks tertinggi ada di stasiun 2 dan 5

pada bulan November sedangkan terendah ada di stasiun 4 pada bulan Juni

(Gambar 33). Nilai indeks di stasiun 3 pada bulan November tidak dapat

terdefinisi akibat hanya ada 1 jenis dalam jumlah 1 individu yang tertangkap di

stasiun tersebut pada bulan November. Sedangkan pada di stasiun 2 pada bulan

November hanya tertangkap 3 jenis dimana setiap jenis mempunyai jmulah yang

sama dan demikian halnya dengan stasiun 5 di bulan yang sama yang hanya

tertangkap 2 jenis dengan setiap jenis jumlahnya sama.

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

1 2 3 4 5

Nila

i ind

eks

Stasiun

H'

E

C

Page 56: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

41

Gambar 32. Sebaran nilai Indeks keaneakaragaman (H’) di semua stasiun

penelitian selama bulan Juni-November 2010.

Gambar 33. Sebaran nilai Indeks keseragaman (E) di semua stasiun penelitian

selama bulan Juni-November 2010.

Sementara itu untuk nilai sebaran indeks dominasi kisarannya adalah 0,09

– 1,00. Nilai terendah ada di stasiun 1 pada bulan Juli sedangkan tertinggi ada di

stasiun 3 pada bulan November. Tingginya nilai indeks dominasi di stasiun 3

dikarenakan hanya ada 1 jenis dengan jumlah 1 individu saja yang tertangkap.

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

nila

i Ind

eks

Bulan

St.1

St.2

St.3

St.4

St.5

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

Nila

i ind

eks

Bulan

St.1

St.2

St.3

St.4

St.5

Page 57: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

42

Gambar 34. Sebaran nilai Indeks dominasi (D) di semua stasiun penelitian selama

bulan Juni-November 2010.

4.6 Hubungan antara Kondisi Lingkungan Dengan Kelimpahan Larva Ikan

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan PCA, diperoleh

beberapa variabel yang berhubungan dengan variabel lainnya, baik yang

berbanding lurus (korelasi positif) maupun bertolak belakang (korelasi negatif).

Matriks korelasi pada tabel 1 menunjukkan adanya korelasi negatif antara

kelimpahan larva dengan nitrat dan salinitas, sedangkan terhadap suhu dan pH

menunjukkan korelasi positif. Tidak ada hubungan korelasi antara kelimpahan

dengan fosfat. Nilai korelasi kelimpahan dengan nitrat lebih tinggi daripada

dengan salinitas. Hal ini berarti kelimpahan larva saat meningkat maka

konsentrasi nitrat akan berkurang. Hal ini dikarenakan peranan nitrat yang dapat

menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila

didukung oleh ketersediaan nutrien (Anwar, 2008).

Nilai korelasi negatif antara kelimpahan dan salinitas adalah bila salinitas

meningkat maka kelimpahan larva akan berkurang. Hayes dan Laevastu (1982)

menjelaskan bahwa salinitas mempengaruhi fisiologis kehidupan organisme

dalam hubungannya dengan penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma dan

lingkungan. pengaruh ini berbeda pada setiap organisme baik itu fitoplankton,

zooplankton, maupun ichthyoplankton. Pengaruh salinitas pada ikan dewasa

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

Bulan

St.1

St.2

St.3

St.4

St.5

Page 58: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

43

sangat kecil karena salinitas di laut relatif stabil yaitu berkisar antara 30 - 36 o/oo,

sedangkan larva ikan biasanya cenderung memilih perairan dengan kadar salinitas

yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya.

Berdasarkan sumbu korelasi pada gambar 35 menunjukkan bahwa salinitas,

silikat, fosfat dan suhu mempunyai pengaruh terhadap sumbu 1 (horisontal). Dari

keempat faktor ini salinitas adalah faktor yang paling besar pengaruhnya. Hal ini

menunjukkan bahwa peningkatan suhu akan diikuti oleh peningkatan salinitas.

Kelimpahan berdekatan dengan pH dan suhu menunjukkan bahwa kelimpahan

dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Sementara kelimpahan menunjukkan

sudut hampir 90° dengan silikat, fosfat dan nitrat menunjukkan tidak ada

hubungan antara kesemua faktor tersebut.

Gambar 35. Korelasi antara faktor lingkungan dengan kelimpahan larva ikan di

perairan Pulau Pari selama penelitian.

Page 59: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

45

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

1. Ditemukan sebanyak 22844 larva ikan yang terdiri atas 69 famili dan 107

genus. Famili yang dominan adalah Aulostomidae (13.14%), Blenniidae

(9.98%), Pomacentridae (9.28%), Engraulidae (6.46%) dan Pinguipedidae

(5.02%) sedangkan genus yang dominan adalah Aulostomus chinensis

(Aulostomidae), Stanulus (Blenniidae), Stolephorus (Engraulidae),

Parapercis (Pinguipedidae), Pomacentrus (Pomacentridae), Leptobramma

muelleri (Leptobramidae) dan Chromis (Pomacentridae).

2. Kelimpahan larva ikan bervariasi secara spasial dan temporal. Kelimpahan

tertinggi ada di Pulau Burung, diikuti Tubir dan terendah ada di Labangan

Pasir/LIPI. Secara temporal kelimpahan tertinggi ada di bulan Juli (Pulau

Pari, Pulau Kongsi dan Tubir) diikuti bulan Oktober (Pula Tikus dan Tubir).

Sedangkan di Pulau Burung tertinggi ada di bulan Juni dan September.

Kelimpahan larva tertinggi berdasarkan waktunya terjadi pada bulan Juli dan

bulan Oktober sedangkan berdasarkan lokasinya kelimpahan tertinggi ada di

Pulau Burung dan Tubir.

3. Berdasarkan cara hidupnya larva ikan yang dominan tertangkap adalah ikan-

ikan karang (57 %), sisanya adalah ikan demersal yang tidak berasosiasi

dengan karang (26 %) dan ikan pelagis (14 %). Berdasarkan stadianya

mayoritas larva ikan tertangkap pada kondisi stadia pre-flexion (baru

menetas). Larva stadia preflexion tertangkap di semua stasiun dengan

proporsi terbesar ada di bulan Juli dan Oktober.

4. Terjadi percampuran antara larva ikan pelagis, demersal dan ikan karang, ini

membuktikan bahwa ekosistem laguna di Pulau Pari berperan sebagai daerah

perlindungan bagi ikan-ikan pelagis, demersal dan karang untuk memijah.

5. Dari hasil pengamatan ditemukan 60 % larva ikan karang yang tertangkap

ada pada stadia preflexion. Stadia ini ditemukan pada bulan Juli dan Oktober

dengan famili Pomacentridae yang dominan. Diduga bahwa bulan Juli dan

Oktober adalah musim pemijahan bagi ikan-ikan karang.

Page 60: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

46

6. Tingginya nilai indeks keanekaragaman larva ikan menunjukkan bahwa

lingkungan perairan Pulau Pari menjadi tempat yang ideal bagi lokasi

pemijahan dan daerah asuhan (nursery ground). Hal ini diperkuat dengan

tingginya keberadaan larva ikan pada stadia muda (preflexion), termasuk

keberadaan larva ikan pelagis yang merupakan migratory species.

6.2 SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan saran sebagai

berikut : melakukan penelitian mengenai biologi reproduksi ikan yang berfokus pada

larva ikan-ikan karang ekonomis penting untuk menentukan musim pemijahannya

sehingga nantinya dapat memperkuat peranan Pulau Pari sebagai Daerah

Perlindungan Laut.

Page 61: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

DAFTAR PUSTAKA

Able K.W. 1978. Ichthyoplankton of the St Lawrence Estuary: composition,

distribution and abundance. Can. J. Fish. Aquat. Sci 35 : 1518 – 1531.

Arifin Z . 2004. Local Millenium Ecosystem Assessment: Condition and Trend of

the Greater Jakarta Bay Ecosystem. The Ministry of Environment, Republic of Indonesia. 30 pp

Abrar M. 2011. Kelulusan hidup rekrutmen karang (scleractinia) di perairan gugus

Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Amri K dan SB Agus. 2011. Kondisi Terumbu Karang dan Lingkungan Perairan

sekitar Daerah Perlindungan (DPL) Kepulauan Seribu serta Upaya Pelestariannya. Di dalam : Suman, Ali; Wudianto dan Bambang Sumiono. 2011. Sumberdaya Ikan di Perairan Teluk Jakarta dan Alternatif Pengelolaannya. Bogor. Penerbit IPB Press.

Amarullah MH. 2008. Hidro-Biologi Larva Ikan dalam Proses Rekruitmen

(tidak dipublikasikan) . Anonymous. 2007. TRD 01: Early Life History Description in The regional

Workshop in Larval Fish Identification and Fish Early Life History Science. SEAFDEC.

Anwar N. 2008. Karakteristik fisika Kimia Perairan dan Kaitannya Dengan

Distribusi Serta Kelimpahan Larva Ikan Di Teluk Palabuhan Ratu. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bengen DG. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik

Sumberdaya Pesisir. Sinopsis. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Brodeur RD and WC Rugen. 1994. Diel Vertical Distribution of Ichthyoplankton

in the Northern Gulf of Alaska. Fish. Bull. 92:223−235. Choat JH and Bellwood DR. 1991. Reef fishes: Their history and Evolution. In

The Ecology of Fishes on Coral Reef. Ed by. Peter F. Sale. California. Academic Press.

Dufour V and Galzin R. 1993. Colonization pattern of reef fish larvae to the

lagoon at Moorea Island, French Polynesia. Marine Ecology Progress Series. 102: 143 – 152.

Page 62: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

48

Delshman HC. 1972: Fish eggs and larvae from the Java Sea. Linnaeus Press Amsterdam, 255pp.

Effendie IM. 1978. Biologi Perikanan (Studi Natural History). Bogor: Fakultas

Perikanan. IPB. Estradivari, Syahrir M, Susilo N, Yusri S, Timotius S. 2007. Terumbu karang

Jakarta: Pengamatan jangka panjang terumbu karang Kepulauan Seribu (2004-2005). Yayasan TERANGI, Jakarta: 87 + ix hal.

Hartati ST et al. 2010. Distribusi Larva dan Juvenil Ikan berdasarkan Habitatnya di Perairan Teluk Jakarta dan Karimun Jawa. Laporan Kegiatan Penelitian T.A 2010. Badan Litbang Kelautan dan Perikanan.

Hoar WS and DJ Randall. 1997. The Physiology of Developing Fish Volume XI

Part A. Vivipari and Posthatching Juveniles. Academis Press Inc. San Dies. Toronto.

ICLARM [The International Center for Living Aquatic Resources Management]

1997; Torell, M. and A.M. Salamanca, Editors. 1997. Institutional Issues and Perspectives in the Management of Fisheries and Coastal Resources in Southeast Asia. ICLARM Technical Report 60, 212p.

Kaswadji RF. 1997. Perairan Laguna: Potensi, Prediksi dan Pemanfaatannya

untuk Perikanan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing II/4 Perguruan Tinggi TA. 1996/1997. Tahun Ke empat. Bogor: Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.

Leis JM and BM. Carson-Ewart. 2000. The Larvae of Indo-Pacific Coastal Fishes:

an identification guide to marine fish larvae. Brill Publishing. Leis JM. 1991. The Pelagic Stage of Coral Reef Fishes: The Larval Biolgy of

Coral Reef Fishes in Peter F Sale (ed). The Ecology of Fishes on Coral Reefs. Academic Press.

Laprise R and JJ Dodson. 1989. Ontogenetic Changes in the Longitudinal

Distribution of Two Species of Larval fish in a Turbid well-mixed Estuary. J. Fish biol. 35: 39–47.

Lalli CM and TR Parsons. 1997. Biological Oceanography an

Introduction:Second Edition. The Open University. Mantiri R.O.S.E. 1995. Ichthyoplanktonologi. Manado: Pasca Sarjana. Unsrat. Metarase AC, AW Kedall, Jr., and DM Vinter. 1989. Laboratory Guide to Early

Life History Stages of Northeas Pacific Fishes. NOAA Technical Report NMFS 80. U.S Dept. Commerce. 652 hal.

Page 63: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

49

Nikolsky GV. 1963. The Ecology of Fishes. London: Academic Press.

Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Pauly D, Silvestre G. & Smith IR. 1989. On Development, Fisheries and

Dynamite: a brief review of tropical fisheries management. Natural Resources Modelling 3(3):307–29.

Romimohtarto, Kasijan dan Sri Juwana. 1998. Plankton Larva Hewan Laut. P2O-

LIPI. Jakarta. Russel, F.S. 1976. The Eggs Planktonic Stage of British Marine Fishes.

London:Avad Press. Renjaan EA. 2003. The Role of Hydrodynamic Regimes and Water Properties on

Transports, Retentions and Settlements of Mollusc Larvae at a Lagoon and its Adjacent Open Shore in Kai Islands, Indonesia [Dissertation]. Kiel: der Mathematisch-Naturwissenschafttlichen Fakultat der Christian-Albrechts-Universitat zu Kiel.

Sedyowati R. 2005. Kondisi fisika-kimia air Gugus Pulau Pari, Kelurahan Pulau

Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu [Skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Suharsono. 1999. Bleaching event followed by mass mortality of corals in 1998 in

Indonesian waters. Di dalam : Romimohtarto (ed). Proceeding the Ninth Joint Seminar on Marine and Fisheries Sciences, Bali, 7-9 Desember 1998. Jakarta : JSPS-LIPI. Hlm. 179-187

Suwarso, T. Hariati, A. Zamroni, M. Taufik dan SB Atmadja (2008). Studi

Hubungan Filogenetik Ikan Layang (Decapterus spp., Fam. Carangidae) di Indonesia. Laporan Akhir 2008. Balai Riset Perikanan Laut. Jakarta.

Syahailatua A. 2006. Penelitian Ikthioplankton; Perlu dan Penting? Oseana. 31 (1)

: 9-19 Smith EP dan S Richardson. 1977. Standard Techniques For Pelagic Fish Egg and

Larva Surveys Food and Agriculture Organization of the United Nations. Roma: FAO.

Sulistiono, Sjafei DS, Rahardjo MF. 2000. Ekobiologi Ikan. Bagian I. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB (tidak dipublikasikan).

Page 64: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

50

Tondato KK; LA de Fatima Mateus and SR Ziober. 2010. Spatial and Temporal Distribution of Fish Larvae in Marginal Lagoon of Pantanal, Mato Grosso State, Brazil. Neotropical Ichthyology, 8 (1):123-133.

Tomascik T, Mah AJ, Nontji A, Moosa, MK. 1997. The Ecology of the

Indonesian Seas. Oxford University Press, 138. White A, Ross M, and Flores M. 2000. Benefits and Costs of Coral Reef and

Wetland Management, Olango Island, Cebu, Philippines, in H. Cesar “Collected Essays on the Economics of Coral Reefs”, CORDIO.

Williams DM. 1983. Daily, Monthly and Yearly Variability in Recruitment of

Guild of Coral Reef Fishes. Marine Ecology Progress Series. 10: 231 – 237.

Wilson DT. 2003. The Arrival of late-stage Coral Reef Fish Larvae in near-shore

waters in Relation to Tides and Time of Night. Proceedings of the 26th

Annual Larval Fish Confrence. Edited by Howard I. Browman and Anne Berit Skiftesvik. Bergen, Institute of Marine Research Norway.

Westhaus-Ekau, P. 2004. Early Life History of Fish: Marine Fish Eggs and Larvae, development, Ecology and Relation to Fisheries in Marine Science Special Training Course MST-2004. Bogor Agricultural university Faculty of Fisheries and Marine Science-DAAD. Bogor.

http://www.fishbase.org/Summary/FamilySummary.php?ID=253. Diakses tanggal 12 Agustus 2012.

Page 65: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

51

Lampiran 1. Kelimpahan Famili dan genus larva ikan yang ditemukan di semua stasiun selama penelitian (ind/m3

).

STASIUN Total

No Famili/Genus 1 2 3 4 5 1 Acropomatidae

Doederleina

51

25

76

Synagops

25

25

2 Ambassidae

Ambassis 15 290

306

3 Ammodytidae

Ammodytiodes 23

8

31

Bleekeria 46

15

23 84

4 Antennariidae

Antennariidae sp

51

25

76

5 Aulostomidae

Aulostomus chinensis 92 492 336 1,452 629 3,001

6 Balistidae

Abalistes

8

8

7 Blenniidae

Exallias 168

15 183

Istiblennius 46

25

71

Omobranchus

33

51 64 148

Parablennius

41 76

117

Petroscirtes 69 283

25 377

Plagiotremus

25 25

Stanulus

1,359

1,359

8 Bothidae

Crossorhombus

195

204 25 425

9 Bregmacerotidae

Bregmaceros

102 255

357

10 Bythididae

Dinematichthys

23 23

11 Callionymidae

Anaora 25

25

51

Callionymidae sp 31

31

12 Carangidae

Carangidae sp

59

59

Caranx 217

217

Decapterus 41 170 15

122 348

Scomber

8

8

Selar crumenopthalmus 15

15

13 Carapidae

Echiodon

8 8

14 Chanidae

Page 66: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

52

Chanos chanos

85 15 25

126

15 Cheilodactylidae

Cheilodactylus

15 15

16 Chirocentridae

Chirocentrus

25

25

17 Citharidae

Brachypleura

25

25

18 Clupeidae

Anadontosoma

102

102

Herklosichthys

102

25 25 153

Tenualosa 153 51

204

19 Cynoglossidae

Cynoglossus

102

102

20 Eleotrodidae

Calumia

25

25

51

Eleotris

25

15 41

Hypseoleotris

25 104 130

21 Engraulidae

Dussumeria

51 51

Encrasicholina

51

51

Herklosichthys

25

25

Stolephorus 405 586 102 204

1,297

Tenualosa 25

25 51

22 Ephippidae

Ephippus

25

25

23 Fistulariidae

Fistularia

255

255

24 Gerreidae

Gerres 110 33 15 51 135 344

Pentaprion

85 8

93

25 Gobiidae

Amblyopinae Gobiidae sp 25 85 23 51

184

Branchyamblyopus

15

15

Caragobius

196

51

247

Gobinae sp

51 51

Trypauchen

102 51 51

204

26 Haemulidae

Diagramma

51

51

27 Isonidae

Iso 25 127

102 25 280

28 Kuhliidae

Kuhlia

51 51

29 Kyphosidae

Kyphosus

15 102 15 132

Page 67: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

53

30 Labridae

Atule

38 38

Cheilinus

23 23

Cheilio

8 23

31

Labridae sp 33

51

84

31 Leiognathidae

Gazza

306

306

Leiognathus

51 178 76

306

32 Leptobramidae

Leptobramma muelleri 178 76 127 484 51 917

33 Lethrinidae

Lethrinus

204

204

34 Lutjanidae

Lutjanus

15

25

41

35 Menidae

Mene maculata

51

51

36 Microcanthidae

Microcanthus

51

51

37 Microdesmidae

Ptereleotris

15 8

23

38 Monacanthidae

Anacanthus 15

15

Monacanthus

25 25

51

39 Mugilidae

Liza

76

76

Mugil 25

25

40 Mullidae

Upeneus 15

201

227 443

41 Nemipteridae

Pentapodus

25 102

127

42 Ophichthidae

Ophichthidae sp

25

25

43 Opistognathidae

Opistognathus 31 102

102

234

44 Pempherididae Parapriacanthus

25

25

45 Percophidae

Bembrops

25

25

46 Pinguipedidae

Parapercis

841 51 255

1,146

47 Platycephalidae

Platycephalid sp 25

25

48 Plesiopidae

Plesiops 25 25

51

Page 68: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

54

49 Polynemidae

Polydactilus 51 161

204

416

50 Pomacanthidae

Centropygae

51

51

Pomacanthidae sp

51

51

Pomacanthus

153

153

51 Pomacentridae

Abudefduf 51 33

76 25 186

Chromis 64 250

331 242 887

Pomacentrus 155 255 51 560 25 1,047

52 Priacanthidae

Priacanthus 8

51

59

53 Pseudochromidae

Pseudochromis

25

25 51

54 Samaridae

Samariscus

51

51

55 Scaridae

Scarus 102

25 25 153

56 Scatophagidae

Selenotoca

51

51

57 Schindleriidae

Schindleria

8 23

15 46

58 Scombridae

Gramnatocynus

25

25

Scombridae sp

51

51 102

59 Serranidae

Anthinae Serranidae sp

51

51

Epinephelus 15 110 25

150

60 Siganidae

Siganus

85

25 110

61 Sillaginidae

Sillago 51

102

153

62 Solenostomidae

Solenostomus 41

204 102

346

63 Sparidae

Argyrops

76 127

204

Sparidae sp1

102

102

Sparidae sp2

51

51

64 Synodontidae

Harpadon

25

25

65 Terapontidae

Terapon

272 25 153 127 577

66 Tetraodontidae

Lagocephalus

51

51

Page 69: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

55

67 Triglidae

Synagops

25

25

68 Tripterygiidae

Enneaptygius

102

102

69 ui

ui 296 466 112 280 206 1,360

70 Xenisthmidae

Xenisthmus

51

51

Page 70: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

56

Lampiran 2. Hasil pengukuran kualitas lingkungan selama penelitian

TANGGAL STASIUN KA NUTRIEN (mg/m3)

suhu pH salinitas NO PO3 Si(OH) 4 2-Jun 1 30.05 7.35 30.00 0.72 0.02 1.79

2 30.03 7.30 30.00 0.62 0.03 1.99 3 30.68 7.30 31.00 0.22 0.03 0.95 4 30.40 7.43 30.00 0.24 0.02 1.32 5 30.28 7.35 30.00 0.24 0.05 1.71

Rata-rata 30.29 7.35 30.20 0.41 0.03 1.55 15-Jun 1 26.16 6.76 30.00 0.06 0.01 0.99

2 31.00 6.77 30.00 0.08 0.01 1.14 3 29.45 6.81 32.00 0.13 0.02 0.75 4 30.75 6.59 33.00 0.20 0.06 0.74 5 29.10 6.81 31.00 0.10 0.02 0.84

Rata-rata 29.29 6.75 31.20 0.11 0.02 0.89 5-Jul 1 31.00 7.42 30.00 0.12 0.03 1.79

2 30.90 7.53 30.00 0.10 0.05 1.99 3 29.75 7.53 32.00 0.12 0.04 0.95 4 29.75 7.53 33.00 0.11 0.03 1.32 5 30.50 7.53 31.00 0.12 0.05 1.71

Rata-rata 30.38 7.51 31.20 0.11 0.04 1.55 21-Jul 1 29.75 6.57 30.00 0.15 0.02 0.16

2 32.75 6.51 30.00 0.16 0.07 0.01 3 29.20 6.49 32.00 0.26 0.03 0.03 4 32.75 6.60 30.00 0.22 0.27 0.03 5 28.80 6.65 30.00 0.15 0.02 0.05

Rata-rata 30.65 6.56 30.40 0.19 0.08 0.06 5-Aug 1 29.75 6.57 30.00 0.34 0.02 1.36

2 32.75 6.51 30.00 0.30 0.01 1.04 3 29.20 6.49 32.00 0.28 0.03 1.32 4 32.75 6.60 30.00 0.26 0.02 0.61 5 28.80 6.65 30.00 0.26 0.04 0.50

Rata-rata 30.65 6.56 30.40 0.29 0.02 0.96 26-Aug 1 31.00 6.72 31.00 0.07 0.07 0.55

2 31.25 6.72 30.00 0.11 0.12 0.50 3 29.50 6.78 32.00 0.16 0.06 0.36 4 30.50 6.76 31.00 0.22 0.12 0.45 5 30.25 6.72 32.00 0.18 0.05 0.30

Rata-rata 30.50 6.74 31.20 0.15 0.08 0.43 19-Sep 1 31.00 6.72 31.00 0.18 0.06 0.55

2 31.25 6.72 30.00 0.14 0.07 0.03 3 29.50 6.78 32.00 0.15 0.04 0.09

Page 71: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

57

TANGGAL STASIUN KA NUTRIEN (mg/m3)

suhu pH salinitas NO PO3 Si(OH) 4 19-Sep 4 30.50 6.76 31.00 0.46 0.04 1.01

5 30.25 6.72 32.00 1.69 0.03 1.10 Rata-rata 30.50 6.74 31.20 0.52 0.05 0.56

5-Oct 1 29.25 7.56 31.00 0.15 0.04 1.01 2 29.03 7.51 30.00 0.10 0.05 1.12 3 29.50 7.42 32.00 0.08 0.00 0.88 4 29.70 7.41 31.00 0.06 0.00 0.92 5 29.15 7.46 32.00 0.11 0.02 1.11

Rata-rata 29.33 7.47 31.20 0.10 0.02 1.01 18-Oct 1 29.95 7.25 30.00 0.39 0.07 1.56

2 30.00 7.20 32.00 0.10 0.05 0.88 3 30.60 7.28 31.00 0.08 0.00 0.79 4 30.00 7.25 32.00 0.06 0.00 0.88 5 29.90 7.30 30.50 0.11 0.02 0.88

Rata-rata 30.09 7.26 31.10 0.15 0.03 1.00 19-Nov 1 29.95 6.98 30.00 0.15 0.04 1.01

2 30.00 7.20 30.00 0.10 0.05 1.12 3 30.60 6.98 32.00 0.08 0.00 0.88 4 30.00 7.30 30.00 0.06 0.00 0.92 5 29.90 7.20 30.00 0.11 0.02 1.11

Rata-rata 30.09 7.132 30.4 0.0974 0.0226 1.008

Page 72: distribusi dan kelimpahan larva ikan di perairan laguna pulau pari ...

58

Lampiran 3. Hasil perhitungan indeks komunitas (keanekaragaman, keseragaman dan dominasi) selama penelitian.

1. Indeks Keanekaragaman (H’)

St.1 St.2 St.3 St.4 St.5

Juni 1.49 2.41 2.29 0.56 1.04 Juli 2.67 2.48 2.51 3.24 2.23 Agustus 1.71 1.35 1.97 1.87 1.81

September 1.33 1.16 1.37 1.81 1.86 Oktober 1.94 2.34 1.62 2.58 2.51 November 1.63 1.10 0.00 2.06 0.69

2. Indeks Keseragaman (E)

St.1 St.2 St.3 St.4 St.5

Juni 0.93 0.81 0.87 0.29 0.65 Juli 0.91 0.84 0.93 0.93 0.93 Agustus 0.88 0.69 0.82 0.90 0.87

September 0.96 0.65 0.99 0.87 0.78 Oktober 0.81 0.89 0.78 0.89 0.95 November 0.91 1.00

0.94 1.00

3. Indeks Dominasi (D)

St.1 St.2 St.3 St.4 St.5

Juni 0.25 0.13 0.13 0.79 0.50 Juli 0.09 0.11 0.10 0.05 0.13 Agustus 0.23 0.39 0.22 0.18 0.21

September 0.28 0.47 0.26 0.21 0.25 Oktober 0.21 0.12 0.28 0.10 0.10 November 0.23 0.33 1.00 0.15 0.50