Diskusi Kelompok 2 - Pemicu 1 Respirasi

45
DK1P1 Pemicu 1 Abi dan Anto, dua sahabat berusia 18 tahun, menyelam untuk pertama kalinya di Wakatobi menggunakan alat self-contained underwater breathing apparatus (SCUBA) berisi udara biasa untuk menyelam selama 2 jam. Tanpa disadari mereka menyelam sampai kedalaman 30 meter dan telah berada di kedalaman selamahampir 2 jam. Anto memberi isyarat kepada Abi bahwa mereka sudah harus segera menghentikan penyelaman. Anto memutuskan untuk tetap naik ke permukaan sedangkan Abi masih ingin menyelam sambil melihat terumbu karang terindah di dunia. Setelah lima belas menit di permukaan, Anto belum melihat Abi naik ke permukaan. Anto segera kembali menyelam untuk mencari Abi. Kecurigaan Anto terbukti, dia melihat sahabatnya melayang dalam air tidak bergerak. Dengan cepat Anto membawa Abi naik ke permukaan. Sesampai di pantai, Anto memberikan bantuan hidup lanjut pada Abi. Syukurlah Abi segera sadar dan bernapas kembali. Kata Sulit SCUBA Kata Kunci Laki-laki 18 tahun SCUBA untuk menyelam selama 2 jam Menyelam dengan kedalaman 30 m Melayang dalam air tidak bergerak

description

a

Transcript of Diskusi Kelompok 2 - Pemicu 1 Respirasi

DK1P1Pemicu 1Abi dan Anto, dua sahabat berusia 18 tahun, menyelam untuk pertama kalinya di Wakatobi menggunakan alat self-contained underwater breathing apparatus (SCUBA) berisi udara biasa untuk menyelam selama 2 jam. Tanpa disadari mereka menyelam sampai kedalaman 30 meter dan telah berada di kedalaman selamahampir 2 jam. Anto memberi isyarat kepada Abi bahwa mereka sudah harus segera menghentikan penyelaman. Anto memutuskan untuk tetap naik ke permukaan sedangkan Abi masih ingin menyelam sambil melihat terumbu karang terindah di dunia. Setelah lima belas menit di permukaan, Anto belum melihat Abi naik ke permukaan. Anto segera kembali menyelam untuk mencari Abi. Kecurigaan Anto terbukti, dia melihat sahabatnya melayang dalam air tidak bergerak. Dengan cepat Anto membawa Abi naik ke permukaan. Sesampai di pantai, Anto memberikan bantuan hidup lanjut pada Abi. Syukurlah Abi segera sadar dan bernapas kembali.

Kata Sulit SCUBAKata Kunci Laki-laki 18 tahun SCUBA untuk menyelam selama 2 jam Menyelam dengan kedalaman 30 m Melayang dalam air tidak bergerak Bantuan Hidup Lanjut Sadar dan bernafas kembali Di kedalaman lebih dari 2 jamIdentifikasi MasalahLaki-laki 18 tahun melayang dalam air tidak bergerak saat menyelam menggunakan SCUBA setelah lebih dari 2 jam dengan kedalaman 30 meter.

Analisis Masalah

Laki-laki 18 tahunSistem respirasiFisiologiAnatomiHistologiPatofisiologiPars respiratoriaPars KonduktoriaSaccus alveoliAlveolarisDuctus alveolarisAlveoliNasusLarynxPharynxTracheaBronchusSaat menyelamSaat tidak menyelamKapasitas dan Volume ParuMekanisme respirasiGagal nafasEtologiBantuan Hidup Lanjut

HipotesisTidak adekuatnya ventilasi untuk menunjang kerja sistem respirasi dapat menyebabkan terjadinya gagal napas.

Pertanyaan terjaring1. Definisi SCUBA.2. Definisi gagal nafas.3. Definisi :a. Menyelamb. Berenangc. Tenggelam4. Anatomi sistem respirasi.5. Histologi sistem respirasi.6. Fisiologi saat menyelam (mekanisme respirasi saat menyelam).7. Fisiologi saat tidak menyelam (mekanisme respirasi saat tidak menyelam).8. Patofisiologi gagal nafas.9. Etiologi gagal nafas.10. Tekanan dan volume pernapasan saat menyelam.11. Tekanan dan volume pernapasan saat tidak menyelam.12. Saat melayang dan tidak bergerak (tenggelam) bagaimana sistem respirasnya.13. Apa yang yang terjadi pada respirasi korban saat diberi bantuan hidup lanjut?14. Bantuan hidup apa yang diberikan pada korban tenggelam?

DK2P11. Definisi SCUBA.SCUBA yaitu Self- Contained Underwater Breathing Apparatus atau Perangkat Bernapas Bawah Air yang Berdiri Sendiri merupakan peralatan pernafasan dibawah permukaan air yang dapat dibawa sendiri oleh penyelam. Perlengkapan scuba menurut sistem kerjanya dibagi menjadi 4 sistem:Sistem Sirkulasi TertutupSuatu sistem yang menggunakan zat asam/oksigen murni dilengkapi penyerap kimia untuk menghalau zat asam arang/CO2 yang keluar dari paru-paru. Unit ini pada hakekatnya meniupkan kembali O2 membuang udara ke dalam air. Ini merupakan suatu sistem tertutup sama sekali. Unit ini digunakannya terbatas hingga kedalaman 33 feet. Penggunaan SCUBA jenis ini dituntut keahlian tertentu karena sangat berbahaya.Sistem Sirkulasi TerbukaTerdiri dari Demand Regulator dan Tabung Udara yang dimampatkan (Compressed Air Tank) adalah jenis alat scuba yang pada saat ini merupakan alat yang paling aman dipergunakan. Udara yang dimampatkan disalurkan melalui regulator ke penyelam, dan udara yang telah dihisap dibuang langsung ke air tanpa dipergunakan lagi.Sistem Sirkulasi Semi TertutupDipakai untuk operasi militer dan merupakan kombinasi dari sistem-sistem sirkuit terbuka dan tertutup. Sistem ini mempunyai kantong udara, kotak kimiawi, regulator dan tabung udara yang dimampatkan. Sistem ini memungkinkan penyelam militer untuk bekerja pada kedalaman dan jangka waktu yang lama. Sistem ini memerlukan pemanasan yang khusus serta membutuhkan peralatan pendukung yang khusus pula, hingga unit ini jarang dipakai umum.Sistem Gas-Campuran Sirkulasi TertutupSistem ini sangat rumit, memerlukan pemeliharaan khusus dan cukup mahal. Unit ini mempunyai kantong pernafasan, kotak kimiawi dan suatu alat elektronis penyaring oksigen yang dapat mengontrol jumlah O2 pada kedalaman lebih dari 1.000 feet, yang memberikan cukup udara untuk turun dan naik kembali ke permukaan untuk pekerjaan-pekerjaan ilmiah dalam penggunaannya memerlukan latihan yang sangat khusus. Dari keempat sistem yang dibicarakan untuk selam olahraga adalah sistem terbuka. Didalamnya termasuk masker, fins, dan snorkelselain itu juga terdapat :a. Foam neoprene wet SuitPakaian pelindung penyelam yang kini umum dipakai adalah foam neoprene wet suit, bahan yang terbuat dari karet neoprene yang mempunyai gelembung gelembung busa berudara. Bahan ini tidak menyerap air dan dibuat dalam berbagai ukuran ketebalan bahan. Adapun kegunaan alat ini adalah untuk melindungi penyelam dari goresan karang dan pengurangan panas badan dibawah permukaan air. Namun wet suit sama sekali tidak membuat penyelam menjadi hangat, hanya mencegah penyelam dari kedinginan dan bukan berati penyelam tidak basah.b. Weight BeltAlat ini digunakan untuk mnengatur daya apung penyelam. Setiap penyelam mempunyai daya apung yang berbeda. Seorang penyelam di air laut tanpa menggunakan wet suit memerlukan berat antara 4 sampai dengan 6 pounds untuk mengingimbangi daya apung positifnya, sedang bila menggunakan wet suit memerlukan tambahan pemberat antara 10 sampai dengan 12 pounds diatas daya apung normal, sehingga jumlah total yang diperlukan seorang penyelam untuk bisa turun ke bawah berkisar antara 14 sampai dengan 16 pounds. Sebagai pedoman untuk mempermudah penentuan berapa berat yang diperlukan adalah 1/10 dari berat badan normal untuk wet suit dengan ketebalan 3/16 inch. Weight belt harus dilengkapi dengan quick release buckle yaitu suatu gesper pengancing yang dapat dilepas secara cepat.c. Tabung Selam (Aqualung)Tabung selam merupakan botol udara yang bertekanan tinggi dibuat untukmenampung udara yang dimampatkan secara aman. Tabung tabung masa kini dibuat dari bahan baja atau campuran alumunium dan diperoleh dalam beberapa ukuran. Tabung selam memiliki katup tabung / valve. O-Ring Seal : O-ring karet (gelang karet berbentuk O) yang kecil terletak pada permukaan katup membuat suatu kedap tekanan tinggi antara regulator dengan katup tabung. Bawalah selalu persediaan o-ring dalam tas perlengkapan selam anda, sebab apabila o-ring tersebut hilang maka regulator anda tidak dapat dipakai. Penyandang Tabung (Back Pack) : Adalah suatu sistem harness yang melekatkan tabung pada punggung penyelam. Backpack dan sabuk penyandang harus mempunyai gesper luncur cepat pada ikat bahu kiri ikat pinggang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penyelam melepas maupun memasang kembali tabung di dalam.d. RegulatorRegulator adalah suatu alat yang sederhana untuk mengubah udara bertekanan tinggi dari sebuah tabung scuba menjadi udara bertekanan rendah sesuai dengan kebutuhan penyelam dan hanya memberikan udara yang diperlukan sesuai dengan tekanan sekelilingnya. e. Buoyancy Compensator Device / BCDBerbentuk seperti sebuah rompi yang didalamnya terdapat air cell. Air cell pada sebuah BCD berfungsi untuk mengatur buoyancy (daya apung) sang penyelam. Komponen lain dari sebuah BCD diantaranya adalah inflator / deflator dan dump valve. Selain itu ada pula alat pelengkap lainnya yang mendukung berjalannya kegiatan penyelaman, diantaranya : Sarung TanganPeralatan ini merupakan tambahan pakaian selam. Berguna untuk melindungi anggota tubuh yaitu bagian dari tangan dari goresan tangan dan sebagainya. Tangan penyelam akan menjadi lembut jika terendam dalam air dan apabila tergores sangat sulit untuk menghentikan pendarahan. SenterSenter digunakan untuk selam malam, sebagai penanda, dan dalam penyelaman gua. Jika menyelam dilakukan pada sore hari atau pada cuaca yang kurang bersahabat persiapkanlah senter. Jam SelamDalam penyelaman setiap penyelam harus membawa jam atau alat pengukur waktu lainnya. Hal ini untuk mengetahui waktu-waktu dalam penyelaman. Jam selama selain dapat melihat waktu, ada juga uang dikombinasikan dengan depth meter dan kompas. Hal ini mempermudah penyelaman. Perhatikan batas water resistant. BagSangat berfungsi untuk menyimpan barang-barang berharga atau alat komunikasi yang tak mungkin di tinggal selama penyelaman. Sebelum menggunakan cek apakah bag bocor atau tidak. Perhatikan warna dari bag, warna yang terlalu mengkilat akan menarik ikan-ikan yang mungkin dapat mendatangkan bahaya.Sumber :http://mdc.undip.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=82:peralatan-dasar-selam-dan-scuba&catid=34:kiri&Itemid=67

2. Definisi gagal nafas.Gagal nafas adalah ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan atau CO2 didalam darah. Gagal napas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam pertukaran gas O2 dan CO2. Secara praktis, gagal napas didefinisikan sebagai PaO2 < 60 mmHg atau PaCO2 > 50 mmHg. Gagal napas akut dapat digolongkan menjadi dua yaitu gagal napas akut hipoksemia (gagal napas tipe I) dan gagal napas akut hiperkapnia (gagal napas tipe II). Gagal napas tipe I dihubungkan dengan defek primer pada oksigenasi sedangkan gagal napas tipe II dihubungkan dengan defek primer pada ventilasi.Sumber : Surjanto, Eddy. The Relationship Between Underlying Disease Of Respiratory Failure With The Treatments Outcome On Hospitalized Patients. Universitas Surakarta. 2009

3. Definisi :a. MenyelamMenyelam adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air, dengan atau tanpa menggunakan peralatan, untuk untuk mencapai suatu tujuan Penyelaman dangkalPenyelaman dengan kedalaman maksimum 10m Penyelaman sedangPenyelaman dengan kedalaman < 10m s/d 30m Penyelaman dalamPenyelaman dengan kedalaman < 30mb. BerenangBerenang secara umum adalah upaya mengapungkan atau mengangkat tubuh ke atas permukaan air, gerakan sewaktu bergerak di air, dan biasanya tanpa perlengkapan buatan. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk rekreasi dan olahraga. yang dilakukan di air, baik di air tawar maupuan di air asin atau laut.c. TenggelamSuatu keadaan tercekik dan mati yang disebabkan oleh terisinya paru dengan air atau bahan lain atau cairan sehingga pertukaran gas menjadi tidak mungkin. Sederhananya, tenggelam adalah merupakan akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairanTenggelam dibagi menjadi beberapa jenis antara lain Wet drowning adalah kematian tenggelam akibat terlalu banyaknya air yang terinhalasi. Pada kasus wet drowning ada tiga penyebab kematian yang terjadi, yaitu akibat asfiksia, fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam di air tawar, dan edema paru pada kasus tenggelam di air asin. Dry drowning adalah suatu kematian tenggelam dimana air yang terinhalasi sedikit. Penyebab kematian pada kasus ini sendiri dikarenakan terjadinya spasme laring yang menimbulkan asfiksia dan terjadinya refleks vagal, cardiac arrest, atau kolaps sirkulasi. Secondary drowning adalah suatu keadaan dimana terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam (dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi. Immersion drowning adalah suatu keadaan dimana korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks vagal. Pada umumnya alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus pada kejadian ini.

4. Anatomi sistem respirasi.Anatomi saluran nafas atasAlat pernafasan atasa. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke faring.

b. Faring

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.b. Laring

laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Laring berparan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing ( gumpalan makanan ), infeksi ( misalnya infeksi dan tumor).Anatomi saluran nafas bawah : Alat pernafasan bawaha. Trakea

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.

b. BronkusTenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.c.Paru-paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).

Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini memiliki gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum Dalton). Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.

5. Histologi sistem respirasi.Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah.Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.

Saluran pernapasan secara umum dibagi menjadi pars konduksi dan pars respirasiSebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.

epitel respiratorik berupa epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet

Rongga hidungRongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal(berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

epitel olfaktori, khas pada konka superiorSinus paranasalisTerdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandungsel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikitkelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung.FaringNasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.LaringLaring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.

Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.

epitel epiglotis, pada pars lingual berupa epitel gepeng berlapis dan para pars laringeal berupa epitel respiratori

TrakeaPermukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan.

epitel trakea dipotong memanjang

epitel trakea, khas berupa adanya tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda ("c-shaped")

BronkusMukosa bronkus secara struktural mirip dengan mukosa trakea, dengan lamina propria yang mengandung kelenjar serosa , serat elastin, limfosit dan sel otot polos. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan hialin.

BronkiolusBronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya. Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen awal hanya terdapat sebaran sel goblet dalam epitel. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang memiliki granul sekretori dan mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat juga badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor.

epitel bronkiolus terminalis, tidak ditemukan adanya tulang rawan dan kelenjar campur pada lamina propria

Bronkiolus respiratoriusMukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa bronkiolus terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan banyak alveolus. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke distal alveolusnya semakin bertambah banyak dan silia semakin jarang/tidak dijumpai. Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastis di bawah epitel bronkiolus respiratorius.

Duktus alveolarisSemakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak terdapat muara alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang disebut sebagai duktus alveolaris. Terdapat anyaman sel otot polos pada lamina proprianya, yang semakin sedikit pada segmen distal duktus alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus alveolaris bermuara ke atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya serat elastin dan retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus mengembang sewaktu inspirasi, berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal, mencegah terjadinya pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolar yang tipis.

bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolaris dan alveoli

AlveolusAlveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan dua alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat. Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus, fungsinya untuk membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak vesikel pinositotik yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel alveolus tipe 2) dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara.Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling melekat melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas membran basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan tegangan alveolus paru.Septum interalveolar mengandung pori-pori yang menghubungkan alveoli yang bersebelahan, fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam alveoli dan memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah bronkiolus tersumbat.

alveolusSawar darah udara dibentuk dari lapisan permukaan dan sitoplasma sel alveolus, lamina basalis, dan sitoplasma sel endothel.

sawar udara-kapiler

PleuraPleura merupakan lapisan yang memisahkan antara paru dan dinding toraks. Pleura terdiri atas dua lapisan: pars parietal dan pars viseral. Kedua lapisan terdiri dari sel-sel mesotel yang berada di atas serat kolagen dan elastin.Referensi:1. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks & Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2007. P.335-54.2. Kuehnel. Color Atlas of Cytology, Histology, and Microscopic Anatomy. 4th ed Stuttgart: Thieme; 2003. p

6. Fisiologi saat menyelam (mekanisme respirasi saat menyelam).Bernapas merupakan sesuatu hal yang sangat penting pada kehidupan, terutama bagi seorang penyelam. Pada saat penyelaman tekanan atmosfer di permukaan laut dengan di dalam laut berbeda.Tekanan atmosfer akan menurun pada ketinggian karena atmosfir diatasnya berkurang, sehingga udara pun berkurang. Demikian sebaliknya tekanan akan meningkat bila seorang menyelam di bawah permukaan air. Hal tersebut disebabkan perbedaan berat dari atmosfir dan berat dari air di atas penyelam. Berdasarkan hokum pascal yang menyatakan bahwa tekanan terdapat di permukaan cairan akan menyebar keseluruh arah secara merata dan tidak berkurang pada setiap tempat di bawah pemukaan laut. Tekanan akan meningkat sebesar 760 mmHg (1 atmosfir) untuk setiap kedalaman 10 m (33 kaki). Satuan-satuan dari jumlah tekanan adalah atmosfir absolut (ATA), sedangkan ukuran tekanan (Gauge Pressure) menunjukkan tekanan yang terlihatPada alat pengukur dimana terbaca 0 pada tingkat permukaan, karena tekanan tersebut selalu 1 atmosfer lebih rendah daripada tekanan absolut.

Seorang penyelam yang menghirup napas penuh di permukaan akan merasakan paru-parunya semakin lama semakin tertekan oleh air di sekelilingnya sewaktu penyelam tersebut turun. Sebelum penyelaman, tekanan udara di dalam paru-paru seimbang dengan tekanan udara atmosfer, yang rata-rata 760 mmHg atau 1 atmosfer pada permukaan laut. Namun pada saat menyelam, udara mengalir ke dalam paru, tekanan udara di dalam paru harus lebih rendah dari pada tekanan udara atmosfer. Kondisi tersebut diperoleh dengan membesarnya volume paru. Menurut hukum Boyle tekanan gas di dalam tempat tertutup berbanding terbalik dengan besarnya volume. Bila ukuran tempat diperbesar, tekanan udara di dalamnya turun. Bila ukuran diperkecil, tekanan udara di dalamnya naik. Hukum Boyle berlaku terhadap semua gas-gas di dalam ruangan ruangan tubuh sewaktu penyelam masuk kedalam air maupun sewaktu naik kepermukaanSebagaicontoh, apabila seorang penyelam Scuba menghirup napas penuh (6 liter) pada kedalaman 10 meter (2 ATA), menahan napasnya dan naik kepermukaan (1 ATA), udara di dalam dadanya akan berlipat ganda volumenya menjadi 12 liter, maka penyelam tersebut harus menghembuskan 6 liter udara selagi naik untuk menghindari agar paru-parunya tidak meledak. Sesuai hukum Boyle maka perhitungannya sebagai berikut :

Di permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter larutan nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10 meter (2 ATA) tekanan parsial dari nitrogen yang dihirupnya menjadi 2 kali lipat dan akhirnya yang terlarut dalam jaringan juga menjadi 2 kali lipat (2 liter). Waktu sampai terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan dan pada kecepatan suplai gas kedalam jaringan oleh darah. Hal tersebut sesuai dengan hukum Henry yang menyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan partial dari gas tersebut di atas cairan.Pada kondisi di atas permukaan laut gas nitrogen terdapat dalam udara pernapasan sebesar 79%. Nitrogen tidak mempengaruhi fungsi tubuh karena sangat kecil yang larut dalam plasma darah, sebab rendahnya koefisien kelarutan pada tekanan di atas permukaan laut.Tetapi bagi seorang penyelam Scuba atau pekerja Caisson (pekerj apembangun saluran di bawah air) yang berada pada kondisi udara pernapasan di bawah tekanan tinggi, jumlah nitrogen yang terlarut dalam plasma darah dan cairan interstitial sangat besar. Hal tersebut mengakibatkan pusing atau mabuk, yang disebut dengan gejala nitrogen narcosis.Bila seorang penyelam di bawa kepermukaan perlahan-lahan, nitrogen terlarut dapat dihilangkan melalui paru. Namun demikian bila seorang penyelam naik kepermukaan dengan cepat, nitrogen keluar larutan dilepas melalui respirasi dengan cepat sekali, malahanakanmembentukgelembung gas dalamjaringan, yang mengakibatkan decompression sickness atau cassion atau cassion bends. Penyakit ini khusus akibat dari adanya gelembung gas dalam jaringan saraf, bisa pada tingkat sedang atau hebat bergantung pada jumlah gelembung gas yang terbentuk. Gejalanya meliputi rasa sakit di persendian, terutama lengan dan kaki, pening, napas pendek, sangat lelah, paralisis dan rasa tidak enak badan. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara menaikkan secara perlahan keatas permukaan laut.Sumber : Hernawati. Sistem Pernapasan Manusia Pada Kondisi Latihan Dan Perbedaan Ketinggian. 2014. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197003311997022-HERNAWATI/FILE_14.pdf

7. Fisiologi saat tidak menyelam (mekanisme respirasi saat tidak menyelam).Bila seorang penyelam naik ke permukaan dengan cepat, nitrogen dilepas melalui respirasi dengan cepat sekali. Pola pernafasan berubah menjadi cepat, dalam, dan teratur karena paru-paru kehilangan udara dari alat SCUBA sehingga membutuhkan udara yang banyak lagi untuk mengisi volume paru-paru yang membesar. Hal tersebut akan membentuk gelembung gas dalam jaringan yang mengakibatkan decompression sickness atau cassion atau cassion bends. Penyakit ini khusus akibat dari adanya gelembung gas dalam jaringan saraf, bisa pada tingkat sedang atau hebat bergantung pada jumlah gelembung gas yang terbentuk. Gejalanya meliputi rasa sakit di persendian, terutama lengan dan kaki, pusing, napas pendek, sangat lelah, paralisis dan rasa tidak enak badan. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara menaikkan secara perlahan ke atas permukaan laut.

NormalMenyelam

Frekuensi Nafas12-20 x/menit 46 mm Hg), dan diikuti secara simultan dengan turunnya PAO2 dan PaO2, oleh karena itu perbedaan PAO2 - PaO2 masih tetap tidak berubah (Kreit dan Rogers, 1995)

Penyebab gagal nafas tipe II:A. Kelainan yang mengenai central ventilatory drive1. Infark atau perdarahan batang otak2. Penekanan masa supratentoral pada batang otak3. Overdosis obat, narkotik, Benzodiazepines, agen anestesi, dll.B. Kelainan yang mengenai tranmisi sinyal ke otot-otot respirasi1. Myasthenia Gravis2. Amyotrophic lateral sclerosis3. Gullain-Barr syndrome4. Spinal Cord injury5. Multiple sclerosis6. Paralisis residual (pelumpuh otot)C. Kelainan pada otot-otot pernafasan dan dinding dada1. Muscular dystrophy2. Polymyositis3. Flail Chest (Kreit dan Rogers, 1995)

Gagal Nafas Tipe III (Gabungan kegagalan oksigenasi dan ventilasi)): Gagal nafas tipe III menunjukkan gambaran baik hipoksemia dan hiperkarbia (penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2). Penilaian berdasarkan pada persamaan gas alveolar menunjukkan adanya peningkatan perbedaan antara PAO2 PaO2, venous admixture dan Vd/VT. Dalam teori , seriap kelainan yang menyebabkan gagal nafas tipe I atau tipe II dapat menyebabkan gagal nafas tipe III (Nemaa, 2003).

Penyebab tersering gagal nafas tipe III:1. Adult respiratory distress syndrome (ARDS)2. Asthma3. Chronic obstructive pulmonary disease

9. Etiologi gagal nafas.1. Depresi Sistem saraf pusatMengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.2. Kelainan neurologis primerAkan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhi ventilasi.3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraksMerupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.4. TraumaDisebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas.5. Penyakit akut paruPnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

10. Tekanan dan volume pernapasan saat menyelam.Peningkatan tekanan juga akan berpengaruh terhadap peningkatan tekanan parsial gas-gas respirasi (oksigen dan nitrogen) sehingga kelarutan dalam jaringan tubuh akan meningkat. Peningkatan tekanan akan berpengaruh pada pembentukan gelembung gas dalam darah dan jaringan tubuh. Penyelam yang naik ke permukaan secara tiba-tiba menyebabkan perubahan efek fisiologi ini dengan cepat. Volume gas yang meningkat, keluarnya gelembung gas dan masuk ke jaringan menyebabkan penyelam mengalami barotrauma paru dan penyakit dekompresi.

Variasi besar tekanan sesuai dengan kedalaman air lautKakiATAmmHgPon/inci2kPapN2pO2Volume gas/ml

Permukaan laut0176014,71015931591000

Kedalaman332152029,42031187318500

663228044,13041780478338

994304058,84052374637250

23186080117,681047471274125

4961612.180235,21.6219495254863

10253224.320470,43.24218.949509531

1. Dead Air SpacePada umumnya snorkel yang dipakai penyelam tidak lebih dari 30 cm panjangnya. Hal ini untuk menghindari Dead Air Space atau volume ruang udara mati yang mengakibatkan udara hanya bergerak di daerah itu saja dan tidak ke lingkungan bebas. Sehingga bertambah panjang snorkel akan bertambah besar ruang udara mati.

2. Kekurangan Oksigen (Hypoksia)Seorang penyelam skin yang berusaha menahan napas untuk dapat berada di dalam air lebih lama, apabila dipaksakan mengakibatkan penyelam akan mengalami kekurangan oksigen (anoksia) sehingga jaringan tubuh tidak mendapat O2.

3. Shallow Water BlackoutPingsan di air dangkal. Hal ini dikarenakan penyelam melakukan hiperventilasi berlebih sehingga kadar karbondioksida menurun tajam dan selama penyelaman tubuh mengalami hipoksia sedangkan respon/keinginan tubuh untuk bernapas belum ada.Hiperventilasi adalah upaya penyelam untuk memperpanjang tahan napas pada skin diving dengan bernapas dalam dan berlebihan. Hal ini dilakukan penyelam skin untuk bertahan napas lebih lama dengan mengurangi/membuang gas CO2. Sebenarnya cara ini berbahaya karena jika kadar CO2 turun, maka tidak akan terjadi perangsangan untuk bernapas ke permukaan.

Penyelam skin yang melakukan over hiperventilasi di permukaan dan kemudian menyelam pada kedalaman 10 feet (10 m) akan mengalami peningkatan tekanan parsial O2 dalam darah dari 3 psi ke 6 psi. Bila diteruskan ke yang lebih dalam lagi sehingga melewati batas dimana CO2 telah memberikan peringatan untuk muncul. Dikarenakan CO2 kurang saat hiperventilasi, sedangkan O2 yang digunakan sudah pada titik rendah psi yang pada akhirnya CO2 menumpuk hingga batasnya dan penyelam akan muncul ke permukaan.Sesampainya di permukaan, peredaran darah menurun dan O2 menjadi nol, maka akibatnya akan pingsan dekat permukaan. Biasanya penyelam pingsan karena anoxia (kehabisan O2).Gejalanya yaitu denyut nadi dan tekanan darah meningkat, biru pada bibir, jari dan kaki, serta pingsan.Segera berikan udara segar/O2 murni dan jika pingsan berikan pernapasan mulut ke mulut.Untuk itu bila penyelam melakukan snorkeling/ skin diving, bernapas dalam dua kali sudah cukup untuk menyelam secara efisien. Jangan melakukan hiperventilasi dan hindari menahan napas melewati peringatan CO2. Untuk penyelam scuba jangan melakukan hiperventilasi.

11. Tekanan dan volume pernapasan saat tidak menyelam.Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernafas karena berpindah mengikuti gradient tekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan. Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi :1. Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan laut tekanan ini sama dengan 760 mm HG . Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena lapisan-lapisan udara di atas permukaan bumi juga semakin menipis. Pada setiap ketinggian terjadi perubahan minor tekanan atmosfer karena perubahan kondisi cuaca (yaitu tekanan barometric naik turun).2. Tekanan intra-alveolus yang juga dikenal sebagai tekanan intraparu, adalah tekanan di dalam alveolu. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran nafas penghantar, uadara cepat mengalir menuruni gradient tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari tekanan atmosfer, udara terus mengalir sampai kedua tekanan seimbang (ekuilibrum).3. Tekanan intrapleura adalah tekanan didalam kantung pleura. Tekanan ini, juga dikenal sebagai tekanan intrathorak, adalah tekanan yang ditimbulkan diluar paru didalam rongga thoraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah daripada tekanan atmosfer, rerata 756 mm Hg saat istirahat.Volume dan kapasitas paru :1. Volume alun nafas, volume udara yang masuk atau keluar paru selam satu kali bernapas. Nilai rerata pada kondisi istirahat =500 ml2. Volume cadangan inspirasi , volume udara tambahan yang dapat secara maksimal dihirup di atas volume alun nafas istirahat. Ini dicapai oleh kontraksi diafragma, otot interkostal eksternal, dan otot inspirasi tambahan. Nilai rerata = 300 ml3. Kapasitas inspirasi, volume udara maksimun yang dapat dihirup pada akhir respirasi normal. Nilai rerata 3500 ml.4. Volume cadangan ekspirasi, volume uadara tambahan yang dapat secara aktif dikeluarkan dengan mengkontraksikan secara maksimal otot-oto respirasi melebihi udara yang secara normal dihebuskan secara pasif pada akhir volume alun napas istirahat, nilai rerata 1000 ml5. Volume residual, volume udara minimal yang tertinggal di paru bahkan satalah ekspirasi maksimal. Nilai rerata 1200 ml6. Kapasitas residual funsional, volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal. Nilai rerata 2200 ml7. Kapasitas vital, volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali bernaopas setelah inspirasi maksimal. Nilai rerata 4500 ml8. Kapasitas paru total, volume udara maksimal yang dapat ditampung oleh paru. Nilai rerata 5700ml9. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik, volume udara yang dapat dihembuskan selama satu detik pertama ekspirasi dalam satu penentuan kapasitas vital.biasanya merupakan 80% dari kapasitas vital, yaitu dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dihembuskan secara paksa dari paru yang telah mengembang maksimal dapat dihembuskan dalam waktu satu detik.

12. Saat melayang dan tidak bergerak (tenggelam) bagaimana sistem respirasnya.Saat tenggelam respirasi pada air tawar berbeda dengan air laut, dari pemicu yang dibahas adalah air laut, jadi pada tekanan osmotik cairan di dalam alveolus lebih besar daripada di dalam pembuluh darah. Oleh karena itu, plasma darah akan tertarik ke dalam alveolus. Proses ini dapat mengakibatkan berkurangnya volume intravaskular, sehingga terjadi hipovolemia dan hemokonsentrasi. Hipovolemia mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah dengan laju nadi yang cepat, dan akhirnya timbul kematian akibat anoksia dan insufiensi jantung dalam 3 menit. Keluarnya cairan ke dalam alveolus juga akan mengurangi konsentrasi surfaktan. Selanjutnya, akan terjadi kerusakan alveoli dan sistem kapiler, sehingga terjadi penurunan kapasitas residu fungsional dan edema paru. Akibat lebih lanjut lagi, dapat terjadi atelektasis karena peningkatan tekanan permukaan alveolar. Bila korban mengalami aspirasi atau edema paru, dapat terjadi acute respiratory distress syndrome (ARDS). Saluran respiratorik yang tersumbat oleh debris di dalam air akan menyebabkan peningkatan tahanan saluran respiratorik dan memicu pelepasan mediator-mediator inflamasi, sehingga terjadi vasokonstriksi yang menyebabkan proses pertukaran gas menjadi terhambat.pustaka.unpad.ac.id/.../pustaka_unpad_Hampir-Tengg...

13. Bantuan hidup lanjut.Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu pemberian oksigen dengan tekanan lebih tinggi, yang dapat dilakukan dengan BVM (Bag Valve Mask) atau tabung oksigen. Oksigen yang diberikan memiliki saturasi 100%. Jika setelah pemberian oksigen ini, keadaan korban belum membaik, dapat dilakukan intubasi trakeal.Indikasi intubasi yaitu : Pasien yang tidak memiliki pO2 lebih dari 60-70 mmHg pada dewasa atau lebih >80 mmHg pada anak-anak setelah pemberian oksigen 100%. Penurunan kesadaran dan kemampuan untuk mempertahankan jalan napas. Kegagalan pernapasan, dengan PaCO2 >45 mmHg. Hasil analisis gas darah arterial yang buruk.Pengukuran titrasi oksigen yang masuk melalui inspirasi dapat dilakukan dengan oksimetri pulsasi dan analisis gas darah arteri. Setelah pemasangan tuba trakeal, titrasi oksugen darah dilakukan hingga SaO2 mencapai 94-98%.Korban yang memiliki suhu