DISKUSI KASUS ANAK

27
DISKUSI KASUS ANAK Chica Pratiwi RSUD Yowari Sentani Papua

description

Diskusi Kasus:RSUD Yowari SentaniKejang Demam pada AnakPenanganan Kejang Demam

Transcript of DISKUSI KASUS ANAK

Page 1: DISKUSI KASUS ANAK

DISKUSI KASUS ANAK

Chica PratiwiRSUD Yowari Sentani Papua

Page 2: DISKUSI KASUS ANAK

Ilustrasi Kasus

Identitas Pasien• Nama : An. NY• Usia : 10 bulan• Jenis Kelamin : Perempuan• Agama : Muslim• Alamat : Pasar Baru• No Rekam Medis : 087136

Page 3: DISKUSI KASUS ANAK

Keluhan Utama

• Kejang 2x saat di rumah, kejang berlangsung selama ± 3 menit, seluruh tubuh, mata mendelik ke atas. Saat kejang pasien tidak sadar kemudian menangis dan tertidur.

Page 4: DISKUSI KASUS ANAK

Riwayat Penyakit Sekarang

• 1 hari SMRS pasien panas tinggi kemudian kejang sebanyak 2x dalam 24 jam.

• 1 minggu SMRS pasien batuk berdahak dan pilek. Keluhan tidak disertai dengan sesak dan nafas berbunyi.

Page 5: DISKUSI KASUS ANAK

Riwayat penyakit dahulu

• Pasien pernah mengalami kejang saat panas tinggi ketika berusia 8 bulan. Saat itu kejang hanya 1x dan berlangsung ± 3 menit.

Page 6: DISKUSI KASUS ANAK

Riwayat keluarga

• Riwayat kejang pada keluarga tidak ada.

Page 7: DISKUSI KASUS ANAK

Riwayat Kehamilan

• Selama masa kehamilan, ibu pasien memeriksakan kandungan rutin di puskesmas. Saat hamil tidak ada keluhan apapun.Selama masa kehamilan, ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan atau jamu

Page 8: DISKUSI KASUS ANAK

Riwayat Kelahiran

• Pasien lahir di puskesmas ditolong bidan, lahir spontan dengan usia kehamilan cukup bulan, berat lahir 2800 gram, panjang lahir 40 cm, Saat lahir pasien langsung menangis, tidak kuning, tidak biru.

Page 9: DISKUSI KASUS ANAK

Riwayat Tumbuh Kembang

• Perkembangan pasien juga dikatakan sesuai dengan anak sebayanya oleh ibunya. Saat ini pasien sudah bisa duduk. Mulai bisa mengoceh. Sudah bisa tersenyum dan meraih benda disekitar.

Page 10: DISKUSI KASUS ANAK

Riwayat Nutrisi

• Pasien sejak lahir hingga saat ini mendapat ASI. Konsumsi ASI ±6 kali per hari. Namun ASI tidak keluar banyak. Pasien mulai diberikan bubur susu saat usia 6 bulan. Saat ini pasien mendapat bubur saring sebanyak 2 kali per hari. Namun pasien makan tidak banyak.

Page 11: DISKUSI KASUS ANAK

Status Gizi

• BB : 6 kg• PB : 62 cm • BB/U : -3 < z score <-2 • TB/U : -3 < z score <-2 • BB/TB : -1 < z score < 0

Page 12: DISKUSI KASUS ANAK

Pemeriksaan Fisik (1) • Keadaan umum : tampak sakit sedang• Kesadaran : compos mentis• Tanda Vital

– Frekuensi nadi :92 x/menit– Frekuensi napas :40 x/menit– Suhu tubuh :38,6oC

• Kepala : normocephal, tidak ada deformitas, UUB tidak cekung• Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata tidak

tampak cekung• Telinga : daun telinga normal, liang telinga tidak tampak sekret• Hidung : deviasi septum (-), tidak ada napas cuping hidung.• Tenggorokan : Tonsil (T1/T1), faring tidak hiperemis, uvula di tengah.• Bibir : tidak kering, tidak ada stomatitis angularis• Mulut : oral higiene baik, mukosa basah dan pucat• Lidah : tidak ada atrofi papil lidah, deviasi tidak ada• Leher : KGB tidak teraba membesar

Page 13: DISKUSI KASUS ANAK

Pemeriksaan Fisik (2)• Paru

Inspeksi : tampak simetris, tidak terdapat retraksi interkosta dan suprasternalAuskultasi : vesikuler/vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

• JantungInspeksi : iktus kordis tidak terlihatAuskultasi : bunyi jantung I-II normal

• AbdomenInspeksi : perut datar, tidak tampak venektasiPalpasi : hepar dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baikPerkusi : timpani (+)Auskultasi : bising usus (+) normal

• Anggota gerak: akral hangat, tidak ada edema, CRT<2detik

Page 14: DISKUSI KASUS ANAK

Pemeriksaan Laboratorium

• Leukosit : 5300/mm3• Hb : 10,8 gr/dl ()– Ht : 30,8 % ()

– MCV : 69,3 fL ()

– MCH : 24,2 pg ()

– MCHC : 35 g/dl• PLT : 124.000/mm3 ()

• DDR : negatif• α : NR• Widal : negatif

Page 15: DISKUSI KASUS ANAK

Diagnosis

• Kejang demam kompleks• ISPA• Gizi kurang• Anemia ringan e.c susp malnutrisi

Page 16: DISKUSI KASUS ANAK

Tatalaksana

• IVFD D51/2NS 25 tetes mikro/m• PCT (60 mg) + Diazepam (0,3 mg) 6x1 pulv• Diazepam rectal 10 mg prn kejang• Skin test ceftriaxone alergi• Cefadroxil 2x100 mg p.o• Ambroxol (60 mg)+CTM (0,6 mg)+VitC 3x1pulv• Dexamethasone loading 3 mg lanjut 3x1mg i.v• Nebulizer barotec/bisolvon/NaCl /8jam • Edukasi keluarga tentang penyakit, gizi, dan asupan makanan

sarankan penggunaan susu formula sebagai tambahan

Page 17: DISKUSI KASUS ANAK

Prognosis

• Quo ad vitam : ad bonam• Quo ad functionam : dubia ad bonam• Quo ada sanationam : dubia ad bonam

Page 18: DISKUSI KASUS ANAK

Pembahasan (1)

• Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal >380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium

• Prevalensi terjadinya kejang demam adalah 2-4% dan terjadi pada usia 6 bulan-5 tahun.

• Jika terjadi pada anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun, maka pikirkan kemungkinan lain seperti infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta. 2006 : 1 – 14.

Page 19: DISKUSI KASUS ANAK

Pembahasan (2)

• Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kejang demam sederhana (simple febrile seizure) dan kejang demam kompleks (complex febrile seizure).

• Kejang demam disebut kejang demam kompleks jika:– Kejang lama >15 menit– Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum

didahului kejang parsial– Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007

Page 20: DISKUSI KASUS ANAK

Pembahasan (3)

• Pasien mengalami kejang berulang sejak usia 8 bulan. Kejang selalu disertai dengan demam, tetapi tidak dapat dipastikan suhu saat kejang karena orangtua pasien tidak selalu mengukur suhu, tetapi tidak pernah ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.

• Sifat kejang umum klonik dan setelah kejang pasien sadar dan menangis. Kejang berlangsung < 15 menit tetapi berulang dalam 24 jam sehingga pada pasien ini dipikirkan mengalami kejang demam kompleks.

• Penyakit penyerta kejang demam pada pasien ini adalah ISPA yang sudah berlangsung selama 1 minggu.

Page 21: DISKUSI KASUS ANAK

Pembahasan (4)• Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan ini tidak dikerjakan secara rutin, tetapi hanya dikerjakan untuk mengevaluasi suber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan, misalnya darah tepi, elektrolit dan gula darah.

• Pungsi LumbalPemeriksaan ini dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pungsi lumbal dianjurkan pada:– Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan– Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan– Bayi >18 bulan tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal• Elektroensefalografi (EEG)

Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan terjadinya epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karena itu pemeriksaan ini tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG dapat dilakuakan jika pasien mengalami kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.

• PencitraanFoto X-Ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atau MRI jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi, seperti– Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)– Paresis nervus VI– Papiledema

Page 22: DISKUSI KASUS ANAK

Pembahasan (8)• Berdasarkan konsensus penatalaksanaan kejang demam, disebutkan bahwa kejadian

kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya normal. Pada pasien ini kejang terjadi secara berulang tetapi hanya berdurasi <5 menit ad vitam: ad bonam; ad functionam: dubia ad bonam.

• Kejang demam dapat berkembang menjadi epilepsi jika terdapat faktor resiko, yaitu:– Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama– Kejang demam kompeks– Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung• Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko

berulangnya kejang demam adalah:– Riwayat kejang demam dalam keluarga– Usia kurang dari 12 bulan– Temperature yang rendah saat kejang– Cepatnya kejang setelah demam

Bila pada pasien terdapat seluruh faktor tersebut, maka kemungkinan berulangnya kejang menjadi 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor itu, maka kemungkinan berulangnya kejang hanya 10-15%. Berulangnya kejang paling besar kemungkinannya pada tahun pertama quo ad sanationam: dubia ad malam

Page 23: DISKUSI KASUS ANAK

Pembahasan (5)

Pemeriksaan penunjang untuk saat ini belum perlu dilakukan pada pasien ini karena tidak ada kecurigaan adanya epilepsi, maupun kecurigaan infeksi dan pada pasien ini tidak terdapat kelainan neurologic fokal yang menetap.

Johnston MV. Seizures in Childhood. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson textbook of pediatrics. 17th Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2004.

Page 24: DISKUSI KASUS ANAK

Pembahasan (6)

Panjaitan F. Kejang Demam Diagnosis dan Tatalaksananya. Slide Tutorial Rumah Sakit Umum Tangerang. 2013

Page 25: DISKUSI KASUS ANAK

Pembahasan (7)

• Pasien ini ketika datang sudah tidak kejang sehingga penatalaksanaan yang dilakukan adalah pemberian obat puyer PCT dan Diazepam untuk menurunkan suhu dan mencegah kejang ulang.

• Pada pasien juga diberikan antibiotik untuk mengobati infeksi (ISPA) dan puyer batuk, serta dexamethasone dan nebulizer untuk mengurangi lendir.

• Orang tua juga diedukasi tentang kemungkinan berulangnya kejang saat pasien demam dan tindakan stabilisasi yang harus dilakukan.

Page 26: DISKUSI KASUS ANAK

Pembahasan (9)• Dari status gizi, pasien ini dapat dikategorikan sebagai GIZI KURANG. Hal

ini mungkin disebabkan karena faktor asupan nutrisi pasien yang kurang baik, sehingga penatalaksanaan awal yang diberikan adalah edukasi orang tua tentang asupan nutrisi anak dan evaluasi berat badan dan panjang badan anak setiap bulan di posyandu, diharapkan status gizi pasien tidak jatuh ke gizi buruk.

• Pada pasien didiagnosis mengalami ANEMIA karena setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium diketahui Hb 10,8. Menurut kriteria WHO, anak usia 6 bulan -5 tahun jika Hb <11 dikatakan mengalami anemia. Dari anamnesis diketahui tidak ada perdarahan aktif yang sedang terjadi. Dari pemeriksaan MCH dan MCV juga ditemukan anemia mikrositik hipokrom diperlukan pemeriksaan lebih lanjut berupa besi serum, feritin, dan total iron binding capacity.

• Anemia pada pasien ini mungkin disebabkan karena defisiensi besi karena faktor malnutrisi edukasi orang tua tentang kebutuhan gizi anak

Page 27: DISKUSI KASUS ANAK

THANK YOU