Disiplin Kerja
-
Upload
lightning2127 -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of Disiplin Kerja
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kedisiplinan merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya Manusia.
Kedisiplinan merupakan fungsi operatif msdm yang terpenting karena semakin baik disiplin
karyawan semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Disiplin yang baik
mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugasnya. Hal ini
mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan. Tanpa disiplin
yang baik , sulit bagi organisasi untuk mencapai hasil yang optimal.
Karena itu setiap manajer selalu berusaha, agar para bawahannya mempunyai disiplin yang
baik .Seorang manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika para bawahannya
berdisiplin dengan baik.Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah
hal yang sangat sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a) Apakah pengertian dari kedisiplinan
b) Apa saja indikator – indikator kedisiplinan, tujuan dari disiplin kerja, dan kegunaan
disiplin kerja
c) Bagaimana program persiapan disiplin kerja dilakukan
d) Bagaimana maksud dari Periode penilaian disiplin kerja
e) Apa saja Macam – macam disiplin kerja, Faktor-faktor yang mempengaruhi
kedisiplinan, dan Hal-hal yang menunjang kedisiplinan
f) Bagaimana Cara menegakkan disiplin kerja
g) Siapa yang melaksanakan penilaian kedisiplinan
h) Bagaimana melakukan Pengukuran disiplin kerja
i) Apa saja Tantangan dalam penilaian prestasi kerja
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEDISIPLINAN
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap sesorang yang
secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi,
seserorang akan bersedia mematuhi semua semua peraturan serta melaksanakan tugas-
tugasnya, baik secara sukarela maupun karena terpaksa. Berdasarkan pendapat Keiht Davis,
disiplin kerja juga dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh
pedoman-pedoman organisasi.
Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi karyawan
dalam menciptakan tata tertib yang baik di perusahaan. Dengan tata tertib yang baik,
semangat kerja, moral kerja, efisiensi, dan efektifitas kerja karyawan akan meningkat. Hal
ini akan mendukung tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Hukuman juga sangat diperlukan dalam kedisiplinan karyawan, untuk mendidik karyawan
supaya menaati semua peraturan perusahaan. Pemberian hukuman harus adil dan tegas
terhadap semua karyawan. Dengan keadilan dan ketegasan, sasaran pemberian hukuman
akan tercapai.
2.2 INDIKATOR – INDIKATOR KEDISIPLINAN
Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang
akan dicapai harus jelas dan di tetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi
kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada
karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja
sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakanya.
2
Akan tetapi, jika pekerjaan itu di luar kemampuanya atau jauh di bawah kemampuanya
maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah. Misalnya: pekerjaan untuk karyawan
berpendidikan SMU ditugaskan kepada seorang sarjana atau pekerjaan untuk sarjana
ditugaskan bagi karyawan berpendidikan SMU. Jelas karyawan bersangkutan kurang
berdisiplin dalam melaksanakan pekerjaan itu. Di sinilah letak pentingnya asas the right man
in the right place and the right man in the right job.
Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena
pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh bawahanya. Pimpinan harus memberi contoh
yang baik, bedisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan
pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang
baik (kurang disiplin). Para bawahan pun akan kurang disiplin.
Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahanya baik jika dia sendiri kurang
disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani
bawahanya. Hal inilah yang mengharuskan pimpinan mempunyai kedisiplinan yang baik
agar para bawahanya pun mempunyai disiplin yang baik pula.
Pepatah lama mengatakan kalau guru kencing berdiri, murid kencing berlari atau pepatah
batak singkam batang na singkam tunas na atau harimau tidak mungkin berternak domba.
Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplianan karyawan karena balas
jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/pekerjaanya.
jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan
semakain baik pula.
Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik, perusahaan harus memberikan balas
jasa yang relatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas jasa yang
mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidup beserta keluarga.
3
Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan. Artinya
semakin besar balas jasa semakain baik kedisiplinan karyawan. Sebaliknya, apabila balas
jasa kecil kedisiplinan karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik
selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.
Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat
manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minat diperlakukan sama dengan manusia
lain.
Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau
hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan pegawai yang baik. Manajer yang cakap
dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan
keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus
diterapkan dengan baik pada setiap organisasi atau perusahaan supaya kedisiplinan pegawai
baik pula.
Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan pegawai. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung
mengawasi perilaku, moral sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini
berarti atasan harus selalu ada atau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan
memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja pegawai. Pegawai merasa
mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari atasannya.
Dengan waskat, atasan secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan kedisiplinan
setiap individu bawahannya, sehingga konduite setiap bawahan dinilai objektif.
4
Waskat bukan hanya mengawasi moral kerja dan kedisiplinan pegawai saja, tetapi harus
juga berusaha mencari system kerja yang lebih efektif untuk mewujudkan tujuan oranisasi,
pegawai dan masyarakat.
Jadi, waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan dalam
mencapai tujuan organisasi, pegawai dan masyarakat. Dengan kebersamaan aktif antara
atasan dengan bawahan, terwujudlah kerjasama yang baik dan harmonis dalam organisasi
yang mendukung terbinanya kedisiplinan pegawai yang baik.
Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai. Dengan
sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melaggar peraturan-
peraturan organisasi, sikap, dan perilaku indisipliner pegawai akan berkurang.
Berat atau ringannya hukuman yang akan di terapkan mempengaruhi baik atau buruk nya
kedisiplinan karyawan.
Ketegasan
Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang
indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan.
Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan
kedisiplinan yang baik pada sebuah perusahaan. Hubungan yang bersifat vertikal maupun
horizontal.
2.3 TUJUAN DISIPLIN KERJA
Dalam suatu organisasai , atasan yang bertugas untuk mengawasi, atau mengepalai
bawahan, secara sistematis melakukan penilaian disiplin kerja dalam melaksanakan
5
tugas-tugas mereka.
Tujuan dari penilaian disisplin kerja menurut Michael.Carrel, Norbertf, Elbert, Robert
D.Hotfield ( 1994: 349-351 ).
Evaluatition objectives, yang terdiri dari :
1. Keputusan yang berhubungan dengan kompensasi
a. Keputusan yang berhubungan dengan staffing
b. Melakukan penilaian terhadap proses rekrutmen, seleksi dan penempatan.
2. Depelopment objectives, yang terdiri dari :
a. Memberikan umpan balik pada pegawai yang bersangkutan
b. Memberikan arah pada pegawai mengenai disiplin yang harus dicapai di masa
yang akan dating
c. Mengidentifikasikan kebutuhan training dan development bagi pegawai yang
dinilai tersebut.
Menurut Michael Amstrong; yang dialih bahasakan oleh Sofyan Cikmat dan Harianto
( 1990; 175 ), Tujuan dari penilaian disiplin kerja yaitu :
A. Membantu memperbaiki disiplin dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan, serta
dengan melakukan hal-hal yang akan mengembangkan kekuatan dan mengatasi
kelemahan.
B. Mengenal pegawai yang berpotensi untuk menerima tanggung jawab yang lebih
besar, sekarang atau dimasa yang akan datang.
C. Membantu dalam memutuskan kenaikan gaji yang seimbang antara tingkat disiplin
dengan tingkat gaji.
Bila disimpulkan , maka sebenarnya tujuan penilaian disiplin kerja adalah “ Untuk tujuan
evaluasi ( melihat disiplin kerja masa lalu), dan untuk tujuan pengembangan yang
menitik beratkan pada peningkatan keterampilan dan motivasi dari pegawai untuk
meningkatkan disiplin kerja dimasa yang akan datang”.
6
2.4 PERSIAPAN PROGRAM PENILAIAN PRESTASI KERJA
Dalam melaksankan pengukuran atau penilaian terhadap pelaksanaan kerja dibutuhkan
suatau sistem penilaian yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
Memang secara sepintas, atasan dapat dengan mudah menilai bawahan dalam
melaksanakan pekerjaannya, namun ukuran yang nyata untuk sukses atau gagal adalah
sangat relative.Oleh karena itu, dibutuhkan penilaian disiplin yang efekti, sehingga
memberi gambaran yang akurat mengenai disisplin kerja.
Menurut Wyne F.Cascio.( 1995; 277-279), syrat agar penilaian disiplin kerja menjadi
efektif, yaitu :
1. Relevance, yang berarti bahwa system penilaian yang digunakan untuk hal-hal yang
berhubungan, merupakan kesesuaian antara hasil pekerjaan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Sensitivity, berarti bahwa system penilaian itu harus peka dalam memebedakan
kegiatan yang mana berhasil dan yang tidak berhasil.
3. Realibility, artinya hasil dari suatu system penilaian harus dapat dipercaya
( konsisten dan stabil).
4. Acceptability, berti bahwa hasil dari system penilaian tersebut dapat diterima dalam
hubungannya dengan kesuksesan dari pelaksanaan pekerjaan pada suatu organisasi.
5. Practicality, artinya bahwa suatu system penilaian harus dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi perusahaan, yaitu melalui peningkatanproduktivitas
organisasi.
Selain itu, pengukuran disiplin kerja dapat dilakukan melalui pengamatan langsung,
yaitu para penilai benar-benar secara langsung melihat pekerjaan yang dilakukan para
pegawainnya serta pengamatan tak langsung dimana para penilai hanya mengevaluasi
hasil pekerjaan yang telah dilakukan oleh para pegawai.
2.5 PERIODE PENILAIAN DISIPLIN KERJA
Menurut Wayne F.Cascio.( 1995; 293 ), menyatakan bahwa: “Sebagian besar perusahaan
atau organisasi melakukan penilaian disiplin kerja secara formal satu atau dua kali dalam
setahun.”
7
Namun dalam penelitian jumlah sebesar itu dianggap terlalu sedikit sekali kecuali, bila
organisasi memiliki agenda yang berfungsi untuk mencatat kegiatan sehari-hari dalam
organisasi. Karena jika tidak demikian, maka sering timbul bias penilaian hanya melihat
disiplin sebelum ia dinilai karena penilai telah lupa mengenai disiplin kerja pegawai itu
sebelumnya, atau dengan kata lain disiplin terakhir menutupi disiplin kerja sebelumnya
2.6 MACAM – MACAM DISIPLIN KERJA
Ada 2 bentuk disiplin kerja, yaitu :
a. Disiplin Preventif
Merupakan suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan memetuhi pedoman
kerja, aturan-aturan yang telah digariskan perusahaan. Disiplin preventif merupakan suatu
sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk semua bagian sistem yang ada
dalam organisasi. Jika sistem organoisasi baik, maka diharapkan akan lebih mudah
menegakkan disiplin kerja.
b. Disiplin Korektif
Merupakan suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan
mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada
perusahaan. Pada disiplin korektif , pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan diberikan sanksi adalah memperbaiki perilaku
pegawai yang melanggar, memelihara peraturan yang berlaku, sdan memberikan pelajaran
kepada yang melanggar.
c. Disiplin Progresif yaitu: kegiatan memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat
terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuan dari disiplin progresif
ini agar karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif sebelum mendapat hukuman
yang lebih serius.
8
2.7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEDISIPLINAN
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu
perusahaan. Menurut Gouzali Saydam (1996:202), faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Besar kecilnya pemberian kompensasi
b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan
c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
f. Ada tidaknya perhatian kepada pada karyawan
g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin
2.8 HAL-HAL YANG MENUNJANG KEDISIPLINAN
Menurut Alex S. Nitisemito (1984:119-123) ada beberapa hal yang dapat menunjang
keberhasilan dalam pendisiplinan karyawan yaitu:
a. Ancaman
Dalam rangka menegakkan kedisiplinan kadang kala perlu adanya ancaman meskipun
ancaman yang diberikan tidak bertujuan untuk menghukum, tetapi lebih bertujuan
untuk mendidik supaya bertingkah laku sesuai dengan yang kita harapkan.
b. Kesejahteraan
Untuk menegakkan kedisiplinan maka tidak cukup dengan ancaman saja, tetapi perlu
kesejahteraan yang cukup yaitu besarnya upah yang mereka terima, sehingga minimal
mereka dapat hidup secara layak.
c. Ketegasan
Jangan sampai kita membiarkan suatu pelanggaran yang kita ketahui tanpa tindakan atau
membiarkan pelanggaran tersebut berlarut-larut tanpa tindakan yang tegas.
d. Partisipasi
Dengan jalan memasukkan unsur partisipasi maka para karyawan akan merasa bahwa
peraturan tentang ancaman hukuman adalah hasil persetujuan bersama.
e. Tujuan dan Kemampuan
Agar kedisiplinan dapat dilaksanakan dalam praktek, maka kedisiplinan hendaknya dapat
menunjang tujuan perusahaan serta sesuai dengan kemampuan dari karyawan.
9
f. Keteladanan Pimpinan
Mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan sehingga
keteladanan pimpinan harus diperhatikan.
2.9 CARA MENEGAKKAN DISIPLIN KERJA
Salah satu tugas yang paling sulit bagi seorang atasan adalah bagaimana menegakkan
disiplin kerja secara tepat. Jika karyawan melanggar aturan tata tertib, seperti terlalu sering
terlambat atau membolos kerja, berkelahi, tidak jujur atau bertingkah laku lain yang dapat
merusak kelancaran kerja suatu bagian, atasan harus turun tangan. Kesalahan semacam itu
harus dihukum dan atasan harus mengusahakan agar tingkah laku seperti itu tidak terulang.
Ada beberapa cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu perusahaan:
a. Disiplin Harus Ditegakkan Seketika
Hukuman harus dijatuhkan sesegera mungkin setelah terjadi pelanggaran Jangan sampai
terlambat, karena jika terlambat akan kurang efektif.
b. Disiplin Harus Didahului Peringatan Dini
Dengan peringatan dini dimaksudkan bahwa semua karyawan hams benar-benar tahu
secara pasti tindakan-tindakan mana yang dibenarkan dan mana yang tidak.
c. Disiplin Harus Konsisten
Konsisten artinya seluruh karyawan yang melakukan pelanggaran akan diganjar hukuman
yang sama. Jangan sampai terjadi pengecualian, mungkin karena alasan masa kerja telah
lama, punya keterampilan yang tinggi atau karena mempunyai hubungan dengan atasan itu
sendiri.
d. Disiplin Harus Impersonal
Seorang atasan sebaiknya jangan menegakkan disiplin dengan perasaan marah atau emosi.
Jika ada perasaan semacam ini ada baiknya atasan menunggu beberapa menit agar rasa
marah dan emosinya reda sebelum mendisiplinkan karyawan tersebut. Pada akhir
pembicaraan sebaiknya diberikan suatu pengarahan yang positif guna memperkuat jalinan
hubungan antara karyawan dan atasan.
e. Disiplin Harus Setimpal
Hukuman itu setimpal artinya bahwa hukuman itu layak dan sesuai dengan tindak
10
pelanggaran yang dilakukan. Tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat. Jika
hukuman terlalu ringan, hukuman itu akan dianggap sepele oleh pelaku pelanggaran dan
jika terlalu berat mungkin akan menimbulkan kegelisahan dan menurunkan prestasi.
2.10 SIAPA YANG MELAKSANAKAN PENILAIAN KEDISIPLINAN
Pada umumnya, penilai adalah atasan langsung dari orang yang dinilai, karena atasan
langsunglah yang paling sering berhubungan dan paling mengenal kerja bawahannya.
Namun bila atasan langsung yang melakukan penilaian, dikhawatirkan akan terdapat unsur
subyektivitas.
Menurut S.P Siagian ada dua alternatif tentang siapa yang melakukan penilaian yaitu
dilakukan oleh sekelompok pegawai organisasi yang mempunyai tanggung jawab
fungsional mengelola berbagai kepegawaian, atau organisasi mempekerjakan konsultan
yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan pegawai yang disebut sebelumnya antara
lain:
a) Supervisor/ Kepala Orang yang berada paling baik untuk melihat perilaku pegawai
serta menentukan apakah pegawai tersebut telah mencapai sasaran atau tujuannya, adalah
orang yang paling tepat untuk melakukan penilaian dan orang itu biasanya atasan langsung
dari pegawai tersebut.
b) Peer Evaluation
Adalah penilai yang dilakukan oleh rekan kerja dari pegawai tersebut.
c) Reverse appraisal
Adalah evaluasi yang dilaksanakan oleh pegawai untuk menilai para atasan mereka karena
pegawai harus mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan dari atasan tersebut.
d) Team Appraisal
Penilai harus yang beragama, beriman supaya penilaiannya jujur dan adil.
2.11 PENGUKURAN DISIPLIN KERJA
Dalam pengukuran disiplin kerja, perlu di ingat hal-hal sebagai berikut :
a. Ketelitian, Pastikan bahwa penilai telah memiliki faktor yang akurat serta harus dapat
11
memastikan bahwa evaluasinya didukung oleh informasi yang obyektif.
b. Berfokus pada prilaku dan hasil, bukan pada sikapHal ini akan memudahkan dalam
mengevaluasi disiplin kerja secara obyektif.
c. Bersikap adil
d. Bersikap rasional
Bahwa berarti selain penilai tersebut harus adil, juga harus menggunakan waktu
seefisien mungkin.
2.12 TANTANGAN DALAM PENILAIAN DISIPLIN KERJA
Dalam melakukan penilaian dalam disiplin kerja , sering timbul tantangan yang langsung
maupun tidak langsung yaitu :
1. Legal Constraints
Penilaian Disiplin kerja harus bebas dari diskriminasi,apapun bentuk penilaian yang
digunakan, penialaian itu harus realable dan valid jika tidak, maka hal itu akan melanggar
hukum persamaan kesempatan kerja .
2. Rater Biases
Masalah dalam pengukuran yang subyektif adalah timbulnya kemungkinan untuk bias
( distorsi yang tidak tepat dalam pengukuran )
William B. Werther Jr.Dan Keith Davis ( 1996 ; 347-350 ) mengemukakan beberapa
distorsi yang sering timbul dalam penilaian displin kerja, yaitu :
A. The holo effect
Distorsi ini timbul ketika mendapat peniulaian pribadi atau perasaan pribadi
menggoyahkan penilaian disiplin. Distorsi ini paling sering muncul ketika penilai menilai
ciri-ciri kepribadian dari orang yang mereka suka atau tidak suka.
B. The Error Of Central Tendency
Beberapa penilai tidak suka menilai pegawai secara efektif atau tidak efektif, sehingga
penilai berusaha untuk membuat disiplin karyawan tersebut menjadi rata-rata. Dalam
formulir penilaian, distorsi inimenyebabkan penilai menghidari untuk menilai sesuatu
12
terlalu baik atau terlalu buruk.
C. The Liniency and Strictness Bias
Bias ini terjadi jika penilai cenderung untuk memeberi penilai yang tinggi kepada pegawai
penilasi seperti ini memandang kepada semua Diisplin kerja pegawai sebagai baik,
sehingga dinilai dengan tinggi sedangkan Stricness Bias adalah kebalikannya yaitu jika
penilai cenderung memeberi nilai rendah dsalam evaluasi.
D. Cross Cultural Biases
Semua penilai mempunyai harapan tertentu tentang prilaku individu sesuai dengan
kebudayaan dan nilai yang dipegangnya.
E. Personal Prejudice
Ketidak senangan penilaian terhadap sekelompok orang, akan dapat menimbulkan
distorsi pada penilaian diatas orang-orang tersebut.
F. The regency Effect
Kadang penilai dapat terpengaruh oleh hasil dari tindakan yang baru dibuat oleh orang
yang dinilai, jika orang dinilai baru saja melakukan perbuatan baik, maka penilai dapat
terpengaruh memberikan penilaian baik kepada orang tersebut
2.13 KEGUNAAN DISIPLIN KERJA
Adapun kegunaan disiplin kerja , berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh
William B.Werther Jr, Dan Keith Davis, ( 1996; 342 ) adalah :
1) Performance Improvement
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan, para karyawan, manajer dan
departemen personalia dapat mengetahui tindakan apa yang harus diambil untuk
meningkatkan disiplin kerja.
2) Compensation Adjusments
Evaluasi terhadap hasil kerja, membantu para pengambilan keputusan untuk
menentukan kompensasi.
3) Placement Devisions
Dengan melihat disiplin kerja pegawai yang bersangkutan dimasa lalu dapat membantu
para manajer dalam melakukan promosi, taransfer, dan demosi.
4) Career Planning and Development
13
Umpan balik mengenai disiplin kerja, yang dapat dijadikan pedoman untuk
mengarahkan jalur karir yang dipilih oleh pegawai yang bersangkutan.
5) Staffing Process Deviciencis
Baik atau buruknya disiplin kerja, mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur
staffing yang telah dilakukan.
6) Job Design Error
Penilaian disiplin kerja secara akurat, akan menjamin keputusan penempatan internal
diambil tanpa diskriminasi.
Sedangkan menurut Drs.T.Hani Handoko; Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia ( 1992; 99 ), yaitu kegunaan disiplin kerja adalah :
a) Perbaikan disiplin Kerja
b) Penyesuaian kompensasi
c) Keputusan penempatan
d) Kebutuahan Pelatihan dan pengembangan
e) Perencanaan dan pengembangan karir
f) Penyimpangan proses staffing
g) Ketidak akuratan informasional
h) Kesalahan deskripsi pekerjaan
i) Kesempatan kerja yang adil
j) Tantangan eksternal
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian disiplin kerja
memiliki kegunaan ganda, yaitu memeberikan mamfaat yang besar bagi kepentingan
individu atau pegawai yang bersangkutan, maupun bagi organisasi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM terpenting dan menjadi tolak ukur untuk
mengukur/ mengetahui apakah fungsi – fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah
diaksanakan dengan baik atau tidak. Kedisiplinan karyawan yang baik, mencerminkan
bahwa fungsi – fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Sebaliknya, jika disiplin karyawan kurang baik, berarti penerapan fungsi MSDM pada
perusahaan kurang baik.
Jadi, dapat dikatakan kedisiplinan menjadi kunci terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat. Dengan disiplin yang baik berarti karyawan sadar dan bersedia
mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T.Hani.2009.Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta:BPFE.
Hasibuan, Malayu.2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Satrisno, Edi.2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Pramada Media
Grup.
16