DISFUNGSI EREKSI
-
Upload
ratna-dila -
Category
Documents
-
view
43 -
download
8
Transcript of DISFUNGSI EREKSI
Latar BelakangDisfungsi ereksi atau impotensi adalah
ketidakmampuan yang persisten dalam mencapai atau mempertahankan fungsi ereksi untuk aktivitas seksual yang memuaskan. penyebab disfungsi ereksi•organik,• psikis, •dan andropause. Umumnya laki-laki berumur lebih dari 40 tahun mengalami penurunan kadar testosteron secara bertahap. Saat mencapai usia 40 tahun, laki-laki akan mengalami penurunan kadar testosteron dalam darah sekitar 1,2 % per tahun.
insidensi :40 tahun 5% 65 tahun 15-25% (Handriadi Winaga,2006). Prevalensi di Indonesia belum diketahui secara tepat, diperkirakan 16 % laki-laki usia 20 – 75 tahun di Indonesia mengalami disfungsi ereksi.
Disfunsi ereksi (DE) merupakan masalah yang signifikan dan umum di bidang medis, Pria dengan diabetes, penyakit jantung iskemik dan penyakit vaskuler perifer lebih banyak mendrita DE.
Definisi
Disfungsi Ereksi atau erectile dysfunction adalah disfungsi sexsual yang ditandai dengan ketidakmampuan atau mempertahankan ereksi pada pria untuk mencapai kebutuhan sexsual dirinya sendiri maupun pasangannya.
penyakit kronik (misalnya aterosklerosis, diabetes dan penyakit jantung)
obat-obatan, contoh antihipertensi (terutama diuretik thiazid dan penghambat beta), antiaritmia (digoksin), antidepresan dan antipsikotik (terutama neuroleptik), antiandrogen, antihistamin II (simetidin), (alkohol atau heroin), obat penenang, litium
pembedahan/ operasi misal operasi daerah pelvis dan prostatektomi radikal
trauma (misal spinal cord injury) radioterapi pelvis. Inflamasi prostat (prostatitis) Penyakit parah (anemia, tuberkulosis, pneumonia, dll) Gangguan hormonal Multiple sclerosis dan penyakit saraf lainnya
Etiologi
Beberapa masalah psikologis yang dapat menyebabkan DE antara lain:
Kurangnya kepercayaan diri Gangguan hubungan personal Kurangnya hasrat seksual Cemas, depresi, stress, kepenatan,
kehilangan, kemarahan Konflik rumah tangga
Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia, sedangkan masalah psikologis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun mengalami impotensi.
PatofisiologiEreksi terjadi melalui 2 mekanisme: Pertama, adalah reflex ereksi oleh sentuhan
pada penis (ujung batang dan sekitarnya). Kedua, ereksi psikogenik karena
rangsangan erotis. Keduanya menstimulir sekresi nitric oxide yang memicu relaksasi otot polos batang penis (corpora cavernosa), sehingga aliran darah ke area tersebut meningkat dan terjadilah ereksi.
* cGMP dirombak oleh enzim phosphodiesterase (PDE) yang menurunkan kadar cGMP sehingga ereksi
berakhir
NO/ nitric oxide
Organ erektil penis : sepasang korpora kavernosa korpus spongiosum ; yang ditengahnya berjalan urethra dan ujungnya
melebar membentuk glans penis. Masing –masing diliputi oleh tunika albuginea, suatu lapisan jaringan kolagen yang padat.
Korpora kavernosa ini menonjol dari arkus pubis dan membentuk pars pendularis penis. Permukaan medial dari kedua korpora kavernosa menjadi satu membentuk suatu septum inkomplit yang dapat dilalui darah.
•otot bulbokavernosus
Radix penis bulbospongiosum
•otot iskhiokavernosus
korpora kavernosa
Jaringan erektil yang diliputi oleh tunika albuginea tersebut terdiri dari ruang-ruang kavernus yang dapat berdistensi. Dimana terdapat trabekulasi otot polos yang di dalamnya terdapat suatu sistim ruangan yang saling berhubungan yang diliputi oleh lapisan endotel vaskular dan disebut sebagai sinusoid Pada. Glans penis tidak ditutupi oleh tunika albuginea sedangkan rongga sinusoid dalam korpus spongiosum lebih besar dan mengandung lebih sedikit otot polos dibandingkan korpus kavernosus.
keadaan lemas:1. dalam korpora kavernosa terlihat sinusoid kecil2. arteri dan arteriol yang berkonstriksi3. venula yang yang terbuka ke dalam vena emisaria.
keadaan ereksi :1. rongga sinusoid dalam keadaan distensi2. arteri dan arteriol berdilatasi3. venula mengecil serta terjepit di antara dinding-dinding sinusoid dan tunika albuginea. Tunika albuginea ini pada keadaan ereksi menjadi lebih tipis
Penis dipersarafii : sistem persarafan otonom (parasimpatik dan simpatik) persarafan somatik (sensoris dan motoris).
Serabut saraf parasimpatik yang menuju ke penis berasal dari neuron pada kolumna intermediolateral segmen kolumna vertebralis S2-S4.
Saraf simpatik berasal dari kolumna vertebralis segmen T4–L2 dan turun melalui pleksus preaortik ke pleksus hipogastrik, dan bergabung dengan cabang saraf parasimpatik membentuk nervus kavernosus
Saraf sensoris pada penis yang berasal dari reseptor sensoris pada kulit dan glans penis bersatu membentuk nervus dorsalis penis yang bergabung dengan saraf perineal lain membentuk nervus pudendus.
PROSES EREKSI
FASE 0/ FLAKSID
FASE 1/ PENGISIAN
LATEN
FASE 2/ FASE TUMESENS
FASE 3/ EREKSI PENUH
FASE 4/ EREKSI KAKU
FASE 5/ TRANSISI
FASE 6/ FASE AWAL
DETUMESENS
FASE 7/ FASUMESENS
CEPAT
pendarahan
arteri pudenda interna kemudian
menjadi arteri penis komunis
arteri kavernosa menjadi arteri helisin
arteri dorsalis penis
arteri bulbouretralis
Dalam keadaa lemas arteriol helisin pada korpora berkontraksi dan menahan aliran darah arteri ke dalam rongga lakunar.
Sebaliknya dalam keadaan ereksi, arteriol helisin tersebut berelaksasi sehingga aliran darah arteri bertambah cepat dan mengisi rongga-rongga lakunar. Keadaan relaksasi atau kontraksi dari otot-otot polos trabekel dan arteriol menentukan penis dalam keadaan ereksi atau lemas.
pada korpora kavernosa ditemukan adanya neurotransmiter yang bukan adrenergik dan bukan pula kolinergik (non adrenergik non kolinergik = NANC) yang ternyata adalah nitric oxide/NO. ◦ NO ; mediator neural untuk relaksasi otot polos korpora
kavernosa yang menimbulkan relaksasi
Manefestasi klinik Pada disfungsi ereksi, tanda-tandanya
adalah sebagai berikut: Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak
mampu mempertahankan ereksi secara berulang ( paling tidak selama 3 bulan ).
Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
Ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya )
Klasifikasi Disfungsi Ereksia. Psikogenik : biasanya episodik, terjadi
secara mendadak didahului oleh stress berat, cemas, depresi. Tanda klinis : usia muda dgn awitan mendadak, berhubungn emosi spesifik.
b. Organik - Neurogenik ; riwayat cedera/ operasi
sumsum tulang, penyakit kronis (DM)- Vaskuler *arteri : minat terhadap seks tetap ada, namun ada penurunan fungsi seks, bertahap terjadi DE sesuai usia kehamilan
* vena
c. Hormonalhilangnya minat pada aktifitas seksual, testis atrofi dan mengecil, kadar testosteron rendah
d. Farmakologis = obat hipertensi( metildopa, klonidin)
e. Trauma pasca operasi proses penyakit pada panggul dapat
merusak jalur serabut syaraf otonom untuk penis ereksi, prostatektomi radikal, uretroplasti membranesea.
PEMERIKSAAN FISIK
•hipogonadisme (termasuk testis kecil, ginekomasti dan berkurangnya pertumbuhan rambut tubuh dan janggut)
•(digital rectal examination), penilaian tonus sfingter ani, dan bulbo cavernosus reflek (kontraksi muskulus bulbokavernous pada perineum setelah penekanan glands penis)
•Nadi perifer dipalpasi
Pemeriksaan
Penunjan
g
•Pemeriksaan laboratorium : kadar serum testosteron, kadar glukosa dan lipid
•pengukuran vaskuler : injeksi prostaglandin E1 pada corpora penis, nocturnal penile tumescence, PSA
DIAGNOSTIK
Penatalaksanaan DETujuan : meningkatkan kualitas dan kuantitas ereksi
penis yg nyaman saat berhubungan seksual. Non farmakologis (pola hidup sehat; olahraga,
makan sehat*asam amino arginin, bioflavonoid, seng, vit C, makanan berserat* menggunakan alat ereksi; vacum ereksi)
Farmakologis : obat oral yang mulai dipasarkan secara luas yaitu sildenafil. Obat ini hanya bekerja bilamana terdapat stimulasi seksual dan diminum satu jam sebelum aktifitas seksual dengan dosis antara 25 – 100mg. bekerja dengan menghambat kompetitif enzim PDE 5 yang banyak terdapat pada korpus kavernosus penis, menyebabkan relaksasi otot polos lebih lama, kontraindikasi : riwayat stroke, infark miokard, hipotensi, penyakit degeneratif retina
• Sildenafil (viagra), • Tadalafil (Cialis) dan • Vardenafil (Levitra)• Ketiga menghambat enzim Phosphodiesterase-5 (PDE-5)Terapi lini
pertama
• suntikan intravernosa : penghambat adrenoreseptor dan prostaglandin
Terapi lini kedua
• implantasi prosthesis pada penis
Terapi lini ketiga
Penanganan
Boolell M, Gepi-Attee S, Gingel JC, Allen MJ. Sildenafil : a novel effective oral therapy for male erectile dysfucntion. Br J Urol 1996;78:257-61.
Taher A, Karakata S, Adimoelya A, Pangkahila W, Kakiailatu F. Penatalaksanaan disfungsi ereksi. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan;10 Juli 1999;Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia.
http://srirahayumanjja.blogspot.com/2013/04/makalah-impotensi_28.html
Feldman HA, Goldstein I, Hatzichrictou DG, Krane RJ, McKinley JB. Impotence and its medical and psychosocial correlates : results of the Massachusetts male aging study. J Urol 1994;151:54-61.