DISFONIA

18
DISFONIA B. Ranum Karina Fardani H1A 007 008

description

DISFONIA

Transcript of DISFONIA

Page 1: DISFONIA

DISFONIA

B. Ranum Karina FardaniH1A 007 008

Page 2: DISFONIA

LaringLaring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV – VI.

Page 3: DISFONIA

Laring• Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago,

ligamentum dan otot-otot.• Kartilago

Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :1. Kelompok kartilago mayor, terdiri dari :

Kartilago Tiroidea, 1 buah Kartilago Krikoidea, 1 buah Kartilago Aritenoidea, 2 buah

2. Kartilago minor, terdiri dari : Kartilago Kornikulata Santorini, 2 buah Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah Kartilago Epiglotis, 1 buah

Page 4: DISFONIA

Laring

Ligamentum dan membranLigamentum dan membran laring terbagi atas kelompok, yaitu:

• Ligamentum ekstrinsik , terdiri dari : Membran tirohioid , Ligamentum tirohioid , Ligamentum tiroepiglotis, Ligamentum hioepiglotis, Ligamentum krikotrakeal

• Ligamentum intrinsik, terdiri dari : Membran quadrangularis , Ligamentum vestibular Konus elastikus, Ligamentum krikotiroid media, Ligamentum vokalis

Page 5: DISFONIA

Laring Otot-otot

Otot-otot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu otot-otot ekstrinsik dan otot-otot intrinsik yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda.

1. Otot-otot ekstrinsik.Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok otot ini menggerakkan laring secara keseluruhan. Terbagi atas:

• Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu : M. Stilohioideus, M. Milohioideus, M. Geniohioideus, M. Digastrikus, M. Genioglosus , M. Hioglosus.

• Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu : M. Omohioideus, M. Sternokleidomastoideus, M. Tirohioideus

Page 6: DISFONIA

Laring • Otot-otot intrinsik

Menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya. Berfungsi menggerakkan struktur yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas.Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah :

• Otot-otot adduktor : M. Interaritenoideus transversal dan oblik, M. Krikotiroideus , M. Krikotiroideus lateral Berfungsi untuk menutup pita suara.

• Otot-otot abductor:M. Krikoaritenoideus posterior Berfungsi untuk membuka pita suara.

• Otot-otot tensor : Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara

Page 7: DISFONIA

Laring

• PersarafanLaring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan Nn. Laringeus Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan

• VaskularisasiLaring mendapat perdarahan dari cabang a. Tiroidea Superior dan Inferior sebagai a. Laringeus Superior dan Inferior.

Page 8: DISFONIA

Fisiologi Laring

Laring berfungsi untuk : • Proteksi• Batuk• Respirasi• Sirkulasi• Menelan• Emosi• Fonasi

Page 9: DISFONIA

DISFONIA

Page 10: DISFONIA

Disfonia

• Disfonia merupakan istilah umum untuk setiap gangguan suara yang disebabkan kelainan pada organ-organ fonasi, terutama laring, baik yang bersifat organik maupun fungsional.

• Disfonia bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan gejala penyakit atau kelainan pada laring.

Page 11: DISFONIA

Disfonia

Gangguan suara atau disfonia ini dapat berupa:• Suara parau yaitu suara yang terdengar kasar

(roughness) dengan nada lebih rendah dari biasanya• Suara lemah (hipofonia)• Hilang suara (afonia)• Suara tegang dan susah keluar (spastic)• Suara terdiri dari beberapa nada (diplofonia)• Nyeri saat bersuara (odinofonia)• atau Ketidakmampuan mencapai nada atau intensitas

tertentu.

Page 12: DISFONIA

Disfonia

• Penyebab disfonia dapat bermacam-macam yang prinsipnya menimpa laring dan sekitarnya. Penyebab (etiologi) ini dapat berupa radang, tumor (neoplasma), paralisis otot-otot laring, kelainan laring seperti sikatriks akibat operasi, fiksasi pada sendi krikoaritenoid dan lain-lain.

Page 13: DISFONIA

Radang laring akut biasanya disertai gejala lain seperti demam, dedar (malaise), nyeri menelan atau berbicara, batuk, di samping gangguan suara. Kadang-kadang dapat terjadi sumbatan laring dengan gejala stridor serta cekungan di suprasternal, epigastrium dan sela iga.

Page 14: DISFONIA

• Radang kronik nonspesifik, dapat disebabkan oleh sinusitis kronis atau karena penggunaan suara yang salah dan berlebihan (vocal abuse = penyalahgunaan suara) seperti sering berteriak-teriak atau berbicara keras. Vocal abuse juga sering terjadi pada pengguna suara professional seperti penyanyi, aktor, dosen, guru, penceramah, tenaga penjual (salesman), pelatih olahraga, operator telepon dan lain-lain.

• Radang kronik spesifik misalnya tuberkulosa dan lues. Gejalanya selain gangguan suara, terdapat juga gejala penyakit penyebab atau penyakit yang menyertainya.

Page 15: DISFONIA

Diagnosis

• AnamnesisAnamnesis harus lengkap dan terarah meliputi jenis keluhan gangguan suara, lama keluhan, progesifitas, keluhan yang menyertai, pekerjaan, kebiasaan merokok, hobi atau aktivitas diluar pekerjaan, penyakit yang pernah atau sedang diderita.

Page 16: DISFONIA

• Pemeriksaan klinik dan penunjang meliputi pemeriksaan umum (status generalis), pemeriksaan THT termasuk pemeriksaan laringoskopi tak langsung untuk melihat laring melalui kaca laring atau dengan menggunakan teleskop laring baik yang kaku (rigid telescope) atau serat optic (fiberoptic telescope). Terkadang diperlukan pemeriksaan laring secara langsung (direct laringoscopy) untuk biopsi tumor dan menentukan perluasannya (staging)

Page 17: DISFONIA

Pengobatan

• Pengobatan disfonia sesuai dengan kelainan atau penyakit yang menjadi etiologinya. Terapi dapat berupa medikamentosa, vocal higyeane, terapi suara dan bicara (voice-speech therapy) dan tindakan operatif. Tindakan operatif untuk mengatasi gangguan suara atau disfonia disebut voice surgery.

Page 18: DISFONIA

Terima Kasih