Diseminasi Awal Untuk Pak Hasan
-
Author
zaky-soewandi -
Category
Documents
-
view
209 -
download
2
Embed Size (px)
Transcript of Diseminasi Awal Untuk Pak Hasan

DISEMINASI AWAL
DEPARTEMEN MANAJEMEN
RUANG PAVILIUN MELATI
RUMKIT TK II dr. SOEPRAOEN MALANG
Laporan Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Kepaniteraan Klinik
Departemen Keperawatan Manajemen
Oleh:
Kelompok 10 A
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
2.1 Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang
Rumah sakit Tk II Dr. Soepraoen merupakan rumah sakit rujukan di wilayah kodam
V/ Brawijaya dan telah terakreditasi 12 pelayanan tahun 2012.
2.1.1 Sejarah Singkat
a. Berdiri 1928 dengan nama Rumah Sakit Zending Malang
b. Tahun 1932 digabung dengan CBZ(Central Burgerlijke Ziekeninrichting),
diperluas dengan penambahan ruang baru seperti yang ada sekarang
c. Dr. Soepraoen diambil dari nama seorang dokter militer Angkatan Darat
yang gugur saat menjalankan tugas di Jawa Timur dan dimakamkan di
Ds. Balungbendo Kab. Mojokerto tahun 1946
2.1.2 Luas Lahan
a. Seluruhnya : 73.578,01 M
b. Luas Pekarangan : 61.696
c. Luas Bangunan :11.882,01 M
2.1.3 Fasilitas Pelayanan
a. IGD, ICCU/ICU/NICU/PICU, Hemodialisis
b. Poliklinik : Penyakit Dalam, Bedah, Anak, Klinik Pediatri / Tumbang
Anak, Obsgyn, Saraf, Klinik Kulkel/Kosmetik, Klinik Kardiologi, Klinik
Paru/Asma, Klinik Gizi, Klinik Jiwa, Klinik THT, Klinik Mata, Klinik Gigi
Dan Mulut, Klinik Khusus VIP Dinas, Klinik Fisioterapi, Klinik
Rosela/VCT, Klinik Akupuntur
c. Laboratorium
d. Ruang rawat inap
o Ruang Rawat Inap Paviliun
o R. Perawatan Penyakit Dalam: Pria (Melati), Wanita (Teratai)
o R.Perawatan Bedah: Pria (Dahlia), Wanita (Bougenvil)
o R. Perawatan Anak (R. Nusa Indah)
o R. Bayi Patol (R. NICU/PICU)
o R. Obgyn----Tulip I Dan Rawat Gabung
o R. Umum Dan Jiwa (R. Kenanga)
o R. Isolasi (R. Cempaka)

e. R. Icu Bedah Dan Non Bedah
f. R. Neuro & ICU Neuro ---- Unit Stroke
g. R. Jamkesmas/da ---- Seruni
h. Paviliun Dan VIP:
o Anggrek
o Mawar
o Melati
o PAV Tulip I
2.1.4 Mempunyai kapasitas tempat tidur klien sebanyak 179 tempat tidur, terdiri dari
24 tempat tidur paviliun dan 155 tempat tidur umum.
2.1.5 Saat ini digunakan sebagai lahan praktek siswa SMK, mahasiswa DIII
Keperawatan dan DIII Kebidanan, Profesi Ners (S1 Keperawatan), S1 Gizi,
serta Co-as (Profesi Dokter) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
2.2 Profil dan Gambaran Umum Ruang Melati Rumah Sakit Tingkat II dr.
Soepraoen
2.2.1 Sejarah Singkat
2.2.2 Klasifikasi Ruangan
Merupakan ruangperawatan general rawat inap kelas II bagi pasien yang
mengalami gangguan dengan klasifikasi campuran yaitu dapat berupa
gangguan Penyakit dalam, neuro, interna.Ruang melati memiliki kapasitas
bedsebanyak 16 bed tanpa klasifikasi tertentu.

2.3 DENAH RUANG PAV. MELATI
U8A 8B
7A 7B
6A 6B
5A 5B
4A 4B
3A 3B
2A 2B
1A 1B
NURSE STATION
WC
RUANG. KAUR

BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN
3.1PENGKAJIAN 5 M
1. MAN
Jumlah Tenaga
Kualifikasi tenaga keperawatan di Ruang Melati Rumah Sakit Tingkat II
Dr Soepraoenberjumlah 12 orang dengan rincian sebagai berikut :
a. Tenaga Keperawatan
Tabel 3.1 Kualifikasi Tenaga Keperawatan Ruang Melati Rumah Sakit Tingkat II Dr Soepraoen
No. Kualifikasi Jenis Jumlah Jumlah total
Prosentase
1. S1 Keperawatan
PNS 1 1 8 %HR 0TNI 0
2. DIII Keperawatan
PNS 1 10 84 %HR 6TNI 3
3. SPK PNS 1 1 8%HR 0TNI 0
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel diatas diinterpretasikan bahwa sebagian perawat di
ruang Melatiyaitu 84% berpendidikan DIIIKeperawatan dan hanya 8%yang
berpendidikan S1, sehingga perlu ditingkatkan untuk bisa melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan untuk rekrutmen pegawai
dan kriteria masuk RS Tingkat II Dr Soepraoen tidak ada spesifikasi khusus.
b. Tenaga Non Keperawatan
Tabel 3.2 Tenaga Non Keperawatan Ruang Melati Rumah Sakit Tingkat II Dr Soepraoen
No. Kualifikasi Jumlah Prosentase1. Pekarya 2 100%
Total 2 100%
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa sebagian besar yaitu
100% tenaga non keperawatan di ruang Melati adalah tenaga pekarya
kesehatan.

Kualitas Tenaga
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan didapatkan kualifikasi
tenaga perawat di ruang Melati sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kualitas Tenaga Keperawatan Ruang Melati Rumah Sakit Tingkat II Dr Soepraoen
No Nama Pendidikan Masa Kerja
Jenis Ketenagaan
Pelatihan yang pernah diikuti
Ket
1. Ns. Siti Chasanah, S.Kep
S1 Keperawatan
20Tahun
PNS BTLS, ICU, CI, SKP
2. Yoserma Mohtaruddin, AMK
DIII Keperawatan
16Tahun
TNI BCLS, SKP, PPGD, CI,
CHT, STROKE3. Serma Warsidi,
Amd.KepDIII
Keperawatan4
TahunTNI BCLS
4. Serka Ruslan, AMK
DIII Keperawatan
16 Tahun
TNI BCLS, PPGS
5 Dwi Kartika SPK 17 Tahun
PNS
6 Ristyawati, AMK DIII Keperawatan
8Tahun
HR BCLS
7 Heny Hartina, AMK
DIII Keperawatan
10 tahun
HR BCLS
8 Khafid Willy Amd. Kep
DIII Keperawatan
5Tahun
HR BCLS
9 Ester, Amd.Kep DIII Keperawatan
4Tahun
PNS
10 Ika, Amd. Kep DIII Keperawatan
8Tahun
HR BCLS
11 Winda, Amd. Kep.
DIII Keperawatan
2 Tahun
HR BCLS
12 Nofa, Amd.Kep DIII Keperawatan
2 Tahun
HR BCLS
Berdasarkan tabel diatas diinterpretasikan bahwa sebanyak 83% perawat yang
bekerja di Ruang Melatipernah mengikuti pelatihan atau kegiatan untuk
meningkatkan skill dan kemampuan dalam bidang medis.

Tingkat Ketergantungan Pasien
a. Skor Ketergantungan Pasien
Jumlah pasien, diagnosa medis, serta tingkat ketergantungan pasien di Ruang
MelatiRumah Sakit Tingkat II Dr Soepraoen pada tahap pengkajian yakni tanggal 14-
16Juli 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Melati RSTingkat
II Dr Supraoen pada tanggal 14 Juli 2014
TimNo. Tempat
TidurDiagnosa Medis
Skor Ketergantungan
1 1A GEA 32A COPD 33A BPH 33B BPH 34A NEFROLITIASIS 34B COLILITIASIS 3
2 5A DHF 45B Obs. Vomiting 36A CKD 36B Ekstraksi kuku 47A CKD 37B ASTMA 3
Keterangan: 1:Intensive care; 2:Total care; 3: Partial care; 4: Minimal care
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 14 JuLi 2014 terdapat 12 pasien, sebanyak33% pasien yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan minimal dan 67% pasien memiliki tingkat ketergantugan parsial.
Tabel 3.5. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Melati RS Tingkat II Dr Supraoen pada tanggal 15 Juli 2014
TimNo. Tempat
TidurDiagnosa Medis
Skor Ketergantungan
1 1A GEA 32A COPD 33A HIL 33B BPH 34A NEFROLITIASIS 3
2 5A DHF 45B Obs. Vomiting 36B Ekstraksi kuku 47A CKD 37B ASTMA 38A Colic Abdomen 3
Keterangan: 1:Intensive care; 2:Total care; 3: Partial care; 4: Minimal care

Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 15 Juli
2014 terdapat 11 pasien, sebanyak18% pasien yang dirawat memiliki tingkat
ketergantungan minimal dan 82% memiliki tingkat ketergantugan parsial.
Tabel 3.6 Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Melati RS Tingkat II Dr Supraoen pada tanggal 16 Juli 2014
TimNo. Tempat
TidurDiagnosa Medis
Skor Ketergantungan
1 1A GEA 31B DHF 32A Koagulasi Sistemik 32B Obs. Vomiting 33A BPH 33B CKD 34A NEFROLITIASIS 34B Obs. VOMITING 3
2 5A CKD 35B Acc Genue 36A Colic Abdomen 36B Obs. Vebris 37B Appendics 3
Keterangan: 1:Intensive care; 2:Total care; 3: Partial care; 4: Minimal care
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 15 Juli
2014 terdapat 13 pasien, 100% memiliki tingkat ketergantugan parsial.
1. Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Gillies
Tanggal 14Juli 2014
a. Tingkat ketergantungan pasien
Minimal : 2 orang
Parsial : 10 orang
Total : 0 orang
Intensive : 0 orang
b. Kebutuhan Perawat
Keperawatan Langsung
Minimal 2 x 2 = 4jam
Parsial 10 x 4 = 40jam
Total 0 x 6= 0 jam
Intensive 0 x 8 = 0 jam +
44 jam

Keperawatan tidak langsung
12 x 60 menit = 720 menit = 12 jam
Penyuluhan
12 x 15 menit = 180 menit = 3 jam
Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung + penyuluhan=
44 jam+ 12 jam+ 3 jam = 59 jam
Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan=59 jam = 8,42= 8orang
Waktu kerja efektif 7 jam
Jumlah kebutuhan per shif
Pagi= 47% x 8 = 4 orang
Sore = 35% x 8= 3orang
Malam = 17% x8= 1orang
Tanggal 15Juli 2014
a. Tingkat ketergantungan pasien
Minimal : 2 orang
Parsial : 9 orang
Total : 0 orang
Intensive : 0 orang
b. Kebutuhan Perawat
Keperawatan Langsung
Minimal 2 x 2 = 4jam
Parsial 9 x 4= 36jam
Total 0 x 6 = 0 jam
Intensive 0 x 8 = 0 jam +
40 jam
Keperawatan tidak langsung
11 x 60 menit = 660 menit = 11 jam
Penyuluhan
11 x 15 menit = 165 menit = 2.75 jam
Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung + penyuluhan=
40 jam+11 jam+ 2.75 jam = 53.75 jam

Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan=53.75 jam= 7,67= 8orang
Waktu kerja efektif 7 jam
Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 8 = 4 orang
Sore = 35% x 8 = 3 orang
Malam = 17% x 8 = 1 orang
Tanggal 16 Juli 2014
a. Tingkat ketergantungan pasien
Minimal : 0 orang
Parsial : 13 orang
Total : 0 orang
Intensive : 0 orang
b. Kebutuhan Perawat
Keperawatan Langsung
Minimal 0 x 2 = 0jam
Parsial 13 x 4= 52jam
Total 0 x 6= 0jam
Intensive 0 x 8 = 0 jam
52 jam
Keperawatan tidak langsung
13 x 60 menit = 780 menit = 13 jam
Penyuluhan
13 x 15 menit = 195 menit = 3,25 jam
Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung + penyuluhan=
52 jam+ 13 jam+ 3,25 jam =68.25 jam
Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan = 68.25 jam = 9.75 = 10 orang
Waktu kerja efektif 7 jam
Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 10 = 5 orang
Sore = 35% x 10 = 3 orang
Malam = 17% x 10= 2 orang

Berdasarkan rumus Gillies didapatkan hasil perhitungan rata-rata jumlah perawat perhari adalah 9 orang, sedangkan jumlah perawat jaga diruang Melati adalah 8 orang perawat per hari, yaitu 4 perawat dinas pagi, 2 perawat dinas sore dan 2 perawat dinas malam.
2. MATERIAL/MACHINE
a. Fasilitas untuk perawat
1) Nurse station
Ada satu ruangdengan kondisi cukup rapi. Nurse station utama berada di
bagian selatan ruang rawat inap melati, perawat dapat mengakses pasien
dengan cepat karena letaknya yang dekat dan setiap bed pasien memiliki
tombol pemanggil perawat. Untuk dokumentasi di lengkapi dengan buku
injeksi, buku observasi TTV, buku laporan tim, buku operan jaga, buku
radiologi, buku KLB, buku ekspedisi alat, buku copy resep dinas, buku
ekspedisi laborat, buku laporan bulanan, buku acutren.
2) Kamar mandi
Kamar mandi cukup bersih dan lokasi di daerah ruang melati
1. Fasilitas Peralatan dan Bahan Kesehatan
Daftar inventaris Alat Keperawatan TH 2014 R. Paviliun Melati
Kapasitas: 16 ruangan
BULAN JULI 2014
No. Nama Barang JumlahKondisi
Standar ProsentaseBaik Rusak
1. Almari obat 1 1 2
2. Ambubag dewasa 1 1 2
3 Bag Hot (WWZ) 3 2 1 3
4 Bag Ice (escrap) 2 2 2
5 Bag instrument besar 2 2 2

6 Bak instrument kecil 1 1 2
7 Bbak isntrumen sedang 2 2 2
8 Bengkok stenlis 3 3 5
9 Brankart 1 1 1
10 ECG serial 1 1 1
11 Gunting Verband 1 1 2
12 Kereta O2 (kecil) 1 1 1
13 korentang 2 2 2
14 Kursi roda 2 2 1
15 Lampu Senter 1 1 1
16 Lampu tindakan 1 1 1
17 Manometer O2 6 5 6
18 Nebulizer 1 1 1
19 Pinset Anatomi 2 2 5
20 Pispot 8 8 5
21 Reflex hammer 1 1 1
22 regestin 1 1 2
23 Tempat tidur
multifungsi
5 5 2
24 Standart infus beroda 15 15 5
25 Sterilisator kering 1 1 1
26 Stetescope dewasa 3 3 5
27 Suction dewasa 1 1 1

28 Tensi meter dewasa 2 2 1 3
29 Thermometer rectal 1 1 1
30 Timbangan BB 1 1 1
31 Tongspatel stenlis 2 2 3
32 torniquet 2 2 3
33 Troli tindakan 5 5 2
34 Troli besar 1 1 1
35 Urinal plastik 6 6 6
36 Waskom mandi seng 6 6 6
37 Waskom mandi stenlis 6 6 6
38 Panjatan kaki pasien
kayu
2 2 5
39 Lampu pembaca
foto/luminator
1 1 1
40 Pinset chirurgi 2 2 2
41 Tensi meter beroda 1 1 1
42 Troli dua lobang
baskom mandi
1 1 4
43 Rak pispot 5 5 1
44 Gunting bengkok 1 1 1
Jumlah 114 112 111
Rata – rata 102,8 = 100 %

2. Daftar peralatan inventaris alat tenun
Daftar inventaris Alat Tenun TH 2014
Ruang:Paviliun Melati…Kapasitas: 16 ruangan
BULAN MEI 2014
No. Nama Barang JumlahKondisi
Standar ProsentaseBaik Rusak
1. Baju operasi 5 5 7
2. Baju operasi anak 3 3 5
3 Bungkus kasur perlak 16 16 16
4 Handuk kecil/lap cuci
tangan
30 30 80
5 Korden jendela hijau 32 32 32
6 Korden lurus/korden
sekat)
20 20 20
7 Manset tensi dewasa 3 3 3
8 Perlak pink 20 20 20
9 Perlak putih 10 10 10
10 Sarung bantal hijau 25 25 25
11 Sarung bantal pink 30 30 30
12 Sarung WWZ 1 1 1
13 Selimut wol pink 19 19 19
14 Selimut lorek 16 16 16

15 Selimut wool hijau 12 12 12
16 Skort perawat 5 5 5
17 Sprei hijau 6 6 6
18 Sprei pink 70 50 20 70
19 Tutup tabung oksigen
hijau
3 3 3
Jumlah 326 380
Rata – rata 86 %
3. Daftar inventaris alat rumah tangga
Daftar inventaris Alat Rumah Tangga TH 2014
Ruang:Paviliun Melati…Kapasitas: 16 ruangan
BULAN MEI 2014
No. Nama Barang JumlahKondisi
Standar ProsentaseBaik Rusak
1. Bai melamin 20 20 0
2. Bantal dewasa 25 20 5 25
3 Ceret aluminium 1 1 1
4 Ceret plastic/teko 1 1 1
5 Gayung 5 5 8
6 Gelas pasien 20 20 20
7 Jam dinding 9 9 8
8 Kasur pasien dewasa 16 16 16

busa
9 Kereta makan 1 1 1
10 Kulkas 1 1 1
11 Kursi penunggu kotak 20 20 20
12 Kursi penunggu
panjang kayu
5 5 5
13 Kursi petugas jaga 10 10 10
14 Lap dapur 5 5 5
15 Loker petugas 1 1 1
16 Meja makan pasien 20 20 20
17 Papan tulis 2 2 2
18 Pengaman TT 5 5 5 5
19 Piring snack sango 20 20 20
20 Rak handuk 7 7 8
21 Rambu-rambu dilarang
merokok
4 4 6
22 Rambu-rambu jagalah
kebersihan
4 4 6
23 Rambu-rambu jagalah
kebersihan
4 4 6
24 Rantang besar 1 1 1
25 Saringan teh 1 1 1
26 Sendok 25 25 25
27 Sisir 1 1 1

28 Tempat sampah
tanggung tertutup
3 3 3
29 Troli baju kotor 1 1 1
30 Tutup gelas
plastik/melamin
15 15 15
31 Almari linen 1 1 1
32 Almari pasien kayu 4 4 4
33 Kompor gas 1 1 1
34 Lukisan/gambar pola 1 1 1
35 Meja kepala ruangan 1 1 1
36 Meja perawat 2 2 1
37 Regulator gas 1 1 1
38 stavolt 2 2 1
39 Tabung elpiji 1 1 1
40 Telepon flexi 1 1 1
41 Telepon permanen 1 1 1
42 Televisi 14 in 8 8 1
43 Tempat tidur pasien 16 16 16
44 Piring lauk sango 20 20 20
Jumlah 313 293
Rata – rata 313/293X100= 106,9 %= 100%
3. METHODE

Metode yang digunakan ruang Melati untuk pemberian asuhan
keperawatan pada pasien adalah metode tim. Dalam pembagian tugasnya
dibagi menjadi2tim, yaitu tim 1 dan tim 2. Masing-masing tim dipimpin oleh
seorang Kepala Tim (Ka. Tim) dibantu oleh perawat assosiate yang jumlahnya
disesuaikan dengan ketersediaan tenaga keperawatan.Metode yang
digunakan merujuk pada fungsi-fungsi manajemen keperawatan.
Secara struktur organisasi di ruang melati memang dibagi ke dalam 2
tim namun dalam pelaksanaannya tidak dilakukan sesuai peran masing-
masing karena keterbatasan jumlah perawat.
Tindakan Keperawatan di Ruang Melati
a. Operan
No. Langkah-langkah
Tanggal
14/07 15/07 16/07
P S P S P S
Persiapan:
1. Buku laporan shift sebelumnya V V V V V V
2. Membaca laporan shift sebelumnya. V V V V V V
3. Shift yang akan mengoperkan,
menyiapkan hal-hal yang akan di
sampaikan.
V V V V V V
4. Shift yang akan menerima membawa
buku catatan operan / catatan harian
V V V V V V
5. Kedua kelompok sudah siap. V V V V V V
Prosedur Pelaksanaan:
1. Kepala ruang / Ketua Tim memberikan
salam (selamat pagi/
assalamu’alaikum) dan menyampaikan
akan segera di lakukan operan.
V V V V V V
2. Perkenalkan diri dan perawat yang
akan bertugas selanjutnya.
- - - - - -
3. Kegiatan dimulai dengan
menyebut/mengidentifikasi secara satu
- - - - - -

persatu (berurutan tempat tidur /
kamar) :
Identifikasi Klien: nama,alamat, no
register
Jelaskan diagnosa medis.
Jelaskan diagnose keperawatan
sesuai data focus
4. Jelaskan kondisi / keadaan umum klien. V V V V V V
5. Jelaskan tindakan keperawatan yang
telah dan belum di lakukan
- - - - - -
6. Jelaskan hasil tindakan .masalah
teratasi sebagian belum atau muncul
masalah baru.
- - - - - -
7. Jelaskan secara singkat dan jelas
rencana kerja dan tindak lanjut asuhan
(mandiri atau kolaborasi)
- - - - - -
8. Memberikan kesempatan anggota shift
yang menerima operan untuk
melakukan klarifikasi / bertanya tentang
hal-hal atau tindakan yang kurang jelas.
V V V V V V
9. Perawat yang menerima operan
mencatat hal-hal penting pada buku
catatan harian
V V V V V V
10. Lakukan prosedur 1 – 7 untuk pasien
berikutnya sampai seluruh pasien di
operkan.
V V V V V V
11 Perawat yang mengoperkan
menyerahkan semua berkas catatan
perawatan kepada tim yang akan
menjalankan tugas berikutnya.
V V V V V V
Penutup:
1. Kepala Ruang / ketua tim (yang
memimpin ) kembali ke Nurse Station
V V V V V V
2. Berdoa bersama yang di pimpin oleh - - - - - -

kepala ruang / ketua Tim.
3. Mengucap salam. V V V V V V
4. Mengucapkan selamat istirahat bagi
anggota tim / shift sebelumnya.
- - - - - -
5. Mengucapkan selamat bekerja untuk
tim / shift berikutnya
- - - - - -
TOTAL 13 13 13 13 13 13
Presentase 61,9
%
61,9
%
61,9
%
61,9
%
61,9
%
61,9
%
Keterangan :
: Dilakukan
: Tidak Dilakukan
P : Operan Malam ke Pagi
S : Operan Pagi ke Sore
Keterangan:
Operan merupakan suatu timbang terima tugas dari shift satu ke shif lain
dengan waktu, isi dan strategi yang telah ditentukan. Operan mampu
mengkomunikasikan secara tertulis dan lisan pada staf keperawatan dan tim
kesehatan lain yang memerlukan data klien secara teratur. Operan dilakukan sebesar
61,9% pada tanggal 14-16 Juli 2014.
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi.Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post conference adalah diskusi
tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Pada
tanggal 14-16 Juli 2014, tidak ada pelaksanaan conference dikarenakan beberapa
faktor yaitu :
1) Tenaga perawat yang jumlahnya terbatas hanya 2 perawat untuk ruangan rawat
inap berkapasitas 21 pasien
2) Jadwal visite dokter yang tidak tentu, kadang-kadang datang ketika operan
sehingga tidak bisa melaksanakan pre conference.
3) Tidak dilakukan middle conference di ruang melati
4) Tidak dilakukan pembacaan SOP tindakan setiap dinas pagi.

b. Orientasi Pasien Baru
Tabel jumlah pasien baru pada shift pagi tanggal 14-16 Juli2014 di ruang
Melati.
Jumlah pasien baru
14/07 15/07 16/07
- 2 6
Ket : Tidak ada yang
diorientasikan
Pada tanggal 14-16Juli 2014, jumlah pasien baru ada 8 orang.Berdasarkan
observasi orientasi kepada pasien sudah dilakukan tetapi belum optimal.
c. Ronde Keperawatan
Saat melakukan wawancara kepada perawat, perawat mengatakan bahwa
dulu diadakan ronde keperawatan, namun sekarang sudah tidak dilakukan karena
sibuk untuk akreditasi rumah sakit.Disamping itu, pergantian kepala ruangan juga
menjadi salah satu alasan ronde keperawatan masih belum jalan.
d. Pendidikan Kesehatan
Saat dilakukan wawancara dengan perawat, pendidikan kesehatan biasanya
diberikan langsung kepada pasien dan keluarga secara lisan dengan memberi KIE
terkait penyakit klien.Saat ini belum ada jadwal khusus dalam ruangan untuk
promosi kesehatan. Selain itu PKMRS yang dibentuk oleh tim RS. Dr. Soepraoen
belum berjalan, sehingga keluarga jarang mendapat media informasi seperti leaflet
terkait dengan kondisi pasien di ruangan dan perawatannya.
e. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat oral maupun injeksi berada di apotik.Untuk pengambilan obat dari
apotik, jika jam dinas (07.00-14.00 WIB) diantar oleh petugas apotik ke ruangan,
jika diluar jam dinas maka yang mengambil adalah perawat. Khusus untuk pasien
Askes, yang mengambil obat ke apotik adalah keluarga.PJ obat hanya
bertanggung jawab untuk menjaga keberadaan obat. Obat peroral dan injeksi

sudah ditempatkan pada tempat yang sama, diberi identitas nama pasien dan
nomor bed agar tidak tertukar antar pasien, hanya saja belum adanya
pendokumentasian obat pasien yang masuk ke ruang melati. Untuk obat
emergency (terbatas) seperti dopmin, norepinefrin, epinefrin, sulfat atrofin
disediakan di ruangan namun jarang digunakan karena bila pasien mengalami
kondisi emergency pasien akan segera dipindah ke ruang ICU.
4. MONEY
a. Sistem Gaji dan Remunerisasi SDM
Sumber dana gaji pegawai golongan Tentara dan PNS di Ruang Pav.
Melati Rumah Sakit Tingkat II Dr Soepraoen berasal dari pemerintah, dan
sumber dana gaji pegawai Non-PNS (honorer) berasal dari rumah sakit itu
sendiri beserta insentif per bulan berasal dari instalasi watnap masing-
masing.
b. Sumber Pendapatan Ruangan
Sumber pendapatan Ruang Pav. Melati Rumah Sakit Tingkat II Dr
Soepraoen berasal dari Pemerintah yang diatur oleh rumah sakit untuk
dibagikan ke setiap ruangan di rumah sakit sesuai kebutuhannya yang
tersentralisasi dari instalasi watnap.
c. Tarif Rawat Inap
- Daftar Tarif Rawat Mondok
VISITE DOKTER AHLI (SPESIALIS)
NO URAIAN JUMLAH ADM BIAYA
MAKAN
KAMAR JASA
DOKTER PERAWAT
1 KELAS II 277.500 10.000 35.000 97.500 88.000 47.000
- Daftar Tarif Rawat Mondok
VISITE DOKTER UMUM
NO URAIAN JUMLAH ADM BIAYA
MAKAN
KAMAR JASA
DOKTER PERAWAT

1 KELAS IIA 256.400 10.000 35.000 97.400 70.400 43.600
2 KELAS IIB 204.100 10.000 35.000 56.100 61.600 41.400
TARIF TINDAKAN RAWAT INAP
NO
JENIS TINDAKAN
TARIF DISTRIBUSI
RUMKIT JASA PELAKSANA
ADM FAS HAR ALKES
M FI PM
1 KELAS II 33.000 1.700 10.000 3.300 3.300 13.000 1.700
5. Market
1. Efisiensi Ruang Rawat Inap
Hasil pengkajian analisis selama tanggal 14-16 juli 2014 di Ruang Melati RS
Tingkat II Dr Soepraoen.
a. BOR
Jumlah tempat tidur adalah 16 buah.
Jumlah pasien rata-rata selama pengkajian tanggal 14-16 Juli 2014 adalah
12orang dengan BOR rata rata selama 3 hari adalah 75%
BOR pada tanggal 14 Juli 2014 :
BOR = ∑ tempat tidur ruangan yang dipakai pasien x 100%
∑ tempat tidur yang tersedia
11 x 100% = 68,8 %
16
BOR pada tanggal 15 juli 2014
BOR = ∑ tempat tidur ruangan yang dipakai pasien x 100%
∑ tempat tidur yang tersedia

12 x 100% = 75 %
16
BOR pada tanggal 16 juli 2014
BOR = ∑ tempat tidur ruangan yang dipakai pasien x 100%
∑ tempat tidur yang tersedia
13 x 100% = 81.25 %
16
b. ALOS
Data ALOS Juni2014 adalah rata-rata pasien menjalankan perawatan selama 5 hari di ruang melati
c. Jumlah klien per bulan
No. BulanSisa klien bulan lalu
Klien baruTotal
pasien1 April 12 93 1052 Mei 9 85 943 Juni 12 88 100
Berdasarkan data dari bulan Maret-Mei 2014, jumlah klien rata-rata perbulan adalah 92 orang.
d. Jumlah kasus terbanyak
No. Bulan Diabetes Mellitus BPH Batu ureter Fraktur1 April 16 8 8 32 Mei 7 3 3 11
3 Juni 5 5 - 5Berdasarkan data dari bulan april-juni 2014, kasus yang terbanyak adalah kasus
Diabetes Mellitus.
e. Jumlah Mortalitas selama tiga bulan terakhir
No Bulan ∑ PX mortalitas Presentasi Mortalitas
1 April 105 0 0%
2 Mei 94 0 0%
3 Juni 100 1 1%

Penghitungan ALOS tidak sesuai dengan pembagian, namun langsung
bergabung menjadi satu sesuai pendokumentasian dari buku registrasi ruangan.
1. Jenis pembayaran
a. Pasien ditinjau dari sistem pembiayaan
1. BPJS
Askes aktif, Askes Non Hankam (ANH), Askes Hankam (AH),
Asuransi Mandiri, Jamkesmas, pegawai pemerintah non negeri, pegawai
swasta, pegawai lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.
2. Swasta
Pasien luar berhak (PLB)
3. Jamkesda
pengguna layanan kesehatan yang pembiayaannya ditanggung oleh
daerah asal masing-masing
Pengguna jasa pelayanan kesehatan di instalasi pelayanan kesehatan
TNI AD dibedakan menjadi 3 yaitu pasien BPJS, Swasta (umum) dan
Jamkesda. Pasien BPJS adalah :
1) Prajurit/PNS TNI AD yang masih dinas aktif dan dalam menjalankan MPP
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan di instalasi Kesad.
2) Istri/suami sah Prajurit/PNS TNI AD yang masuk dan terdaftar dalam buku
penghasilan/daftar gaji personel TNI AD.
3) Anak sah dari Prajurit/PNS TNI AD berusia 0 – 25 tahun, masih sekolah
(untuk anak yang berusia 21 – 25 tahun wajib menunjukkan surat
keterangan dari sekolah), belum pernah kawin serta masuk dan terdaftar
dalam buku penghasilan/daftar gaji personel TNI AD.
4) Purnawirawan/pensiunan PNS TNI AD/Warakawuri/penerima pensiun
janda PNS TNI AD dan keluarganya dapat mengunankan jasa pelayanan
kesehatan Kesad dengan menggunakan fasilitas Askes serta wajib
memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh PT. Askes Indonesia.
Semua klasifikasi pasien tersebut berhak mendapat pelayanan kesehatan
pada instalasi Kesad dengan ketentuan kelas pelayanan kesehatan sebagai
berikut:
1) Pelayanan rawat jalan berlaku sama bagi seluruh strata kepangkatan
Prajurit/PNS TNI AD beserta keluarganya. Dilaksanakan mulai dari
Poskes/Polsat, Polban, Polin, Rumkt Tk. IV sampai dengan RSPAD.

2) Untuk pelayanan rawat inap di instalasi Kesad, Kelas perawatan diatur
berdasarkan strata kepangkatan, sebagai berikut:
a. Kolonel keatas/PNS Gol. IV/c ke atas dan keluarganya dirawat di
bangsal perawatan VIP.
b. Mayor-Letkol/PNS Gol. IV/a-b dan keluarganya dirawat di bangsal
perawatan Pamen/Kelas I.
c. Pama/PNS Gol. III dan keluarganya dirawat di bangsal perawatan
Pama/Kelas II.
d. Bintara/Tamtama/PNS Gol I-II dan keluarganya dirawat di bangsal
Ba/Ta (kelas III).
b. Prosentase Pembiayaan
Jenis Pembiayaan 14-07-2014 15-07-2014 16-07-2014
1. BPJS 100 % 100% 100%
2. Jamkesda - - -
3. Swasta - - -
c. Asal daerah pasien
Pasien yang dirawat di Ruang melati mayoritas Kotamadya Malang dan daerah Jawa Timur, bukan lintas provinsi
3.2 Pengkajian Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan
A. Fungsi Perencanaan
a. Visi dan Misi Organisasi
1. Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi Rumah Sakit
Menjadikan Rumah Sakit TK. II DR. Soepraoen sebagai Rumah Sakit
Kebanggaan Prajurit dan Masyarakat Pengguna
Misi Rumah Sakit
a. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang Terbaik bagiPrajurit, PNS dan
Keluarganya serta Masyarakat Umum
b. Memberikan Pelayanan Kesehatan Terpadu dengan Menempatkan Pasien
bukan sebagai Obyek Melainkan sebagai Mitra
Motto Rumah Sakit
R : Ramah

S : Senyum
T : Trampil
D : Disiplin
S : Sembuh
2. Visi dan Misi Keperawatan
Visi Ruang Melati
Visi ruang Melati masih mengikuti visi Rumah Sakit, sehingga perlu segera
dirumuskan rancangan pembentukan visi ruangan.
Misi Ruang Melati
Misi ruang Melati masih mengikuti Misi Rumah Sakit, sehingga perlu segera
dirumuskan rancangan pembentukan misi ruangan.
Komitmen anggota melati
1. Senyum, sapa, salam
2. Tulus iklas melayani pasien
3. Disiplin
4. Loyalitas
5. Mengikuti perkembangan IPTEK
6. Tanggung jawab
7. Mematuhi kode etik keperawatan
3. Keterkaitan Visi dan Misi Keperawatan dengan Rumah Sakit
Visi dan misi ruang melati merupakan bagian dari visi misi rumah sakit. Kepala
ruangan sudah membuat rencana visi dan misi untuk ruangan tetapi karena
Ruang Stroke Unit masih tergolong ruangan baru dan masih membenahi
beberapa hal yang lain, visi misi masih berupa draft sehingga visi dan misi
ruang Melati masih mengikuti visi dan misi Rumah Sakit. Kepala Ruangan
memberikan saran agar segera dirumuskan rancangan pembentukan visi
ruangan dan perbaikan misi yang telah dibuat.
b. Falsafah Keperawatan
Perawat rumah sakit TK II Dr. Soepraoen dengan tulus dan ikhlas siap
memberikan asuhan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien.
c. Tujuan Organisasi
1. Tujuan Rumah Sakit
Mengembalikan fungsi dan kondisi prajurit agar dapat melaksanakan tugas
2. Tujuan Ruang Melati
Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia melalui standarisasi
pelayanan melati
Tujuan Khusus
– Tersusunnya standar pelayanan Rumah Sakit di Indonesia.
– Menurunkan angka mortalitas.
– Memperpendek lama perawatan di Rumah Sakit.
– Mengefisiensikan biaya pengobatan di Rumah Sakit.
– Membantu persiapan daya adaptasi keluarga.
d. Kebijakan, Prosedur, dan Peraturan Organisasi
Kebijakan, prosedur, dan peraturan terkait dengan keperawatan saat
inimasihmengikuti kebijakan, prosedur, dan peraturan terkait dengan
keperawatanrumahsakit.
e. Perencanaan Strategis
a. Rencana strategis rumah sakit
Program Rumah Sakit Tentara Soepraoen Malang yang dijalankan oleh
Instalasi Rawat Inap yaitu:
1) Identifikasi pasien
Identifikasi pasien dilakukan dengan cara pemberian warna gelang yang
berbeda berdasarkan gender. Pada pasien laki-laki menggunakan gelang
berwarna biru dan perempuan menggunakan gelang berwarna merah
muda.Pemberian gelang ini sudah dilaksanakan selama 3 bulan terakhir.
2) Cuci tangan
Program ini merupakan program yang dijalankan oleh Instalasi Rawat Inap
saat ini.Program ini penting dalam mengurangi resiko infeksi pada pasien.
3) Komunikasi Situation Background Assessment Recomendation (SBAR)
Program ini meliputi pemberian komunikasi efektif antar perawat dan tenaga
kesehatan lain.
4) Identifikasi pasien resiko jatuh, resiko dekubitus dan alergi
Program ini sudah disosialisasikan dengan pemberian gelang
khusus.Gelang sudah diproduksi namun implementasi belum dilakukan.
Pemberian tanda untuk pasien dengan resiko tinggi dekubitus, masih belum

dilakukan. Melati masih belum memiliki metode untuk screening pasien
resiko tinggi ulkus dekubitus.
b. Rencana operasional
Program yang dilakukan pada ruang Melati adalah pemenuhan
kebutuhan dasar manusia berupa personal hygiene seperti mandi, perineal
hygiene dan oral hygiene, namun dalam praktiknya perawat dapat memberikan
kewenangan kepada keluarga untuk melakukan tindakan pemenuhan
kebutuhan dasar, karena kondisi pasien yang dirawat di ruang melati biasanya
dalam tingkat ketergantungan parsial dan minimal, sehingga untuk dapat
memenuhi kebutuhan dasar dapat dilakukan oleh keluarga sendiri. Selain
program personal higiene, melati juga memiliki tindakan unggulan seperti
pemberdayaan keluarga dalam proses keperawatan.
Pada hasil pengkajian didapatkan tindakan personal hygiene dilakukan
keluarga setiap pagi. Secara keseluruhan tindakan personal hygiene seperti
sesuai SOP, namun untuk pembersihan bed tempat tidur pasien masih tidak
berjalan dengan baik. Oleh karena itu perlu diberikan edukasi pada keluarga
untuk membersihkan dan merapikan tempat tidur.
c. Keterlibatan staf keperawatan dalam perencanaan
Staf keperawatan terlibat dalam pemberian perawatan secara langsung sesuai
program yang telah direncanakan.
B. Fungsi Pengorganisasian
1. Struktur Organisasi Ruang MelatiRS Tingkat II Dr Soepraoen
Kepala Ruang
Ns. Siti Chasanah S.Kep
TIM I
Ketua : Serma Warsidi, AMK
Anggota:
Serka Ruslan, AMK
Dwi Kartika
Ristyawati, AMK
Heny Hartina, AMK
Ester, Amd.Kep
TIM II
Ketua : Serma Mohtaruddin, AMK
Anggota :
Khafid Willi, Amd.Kep
Ika, Amd Kep
Winda, Amd Kep
Nofa, Amd.Kep

2. Uraian tugas
a. Kepala Ruangan
Uraian Tugas DilakukanTidak
dilakukan
KEPALA RUANG
1. Melaksanakan fungsi perencanaan (p1)
meliputi:
a. Menyusun rencana kerja Kepala Ruangan
b. Berperan serta menyusun falsafah, dan tujuan
pelayanan keperawatan di ruang rawat inap,
meliputi:
- memberikan pelayanan sesuai SAK/SOK
dalam penanganan pasien
- mengatasi dan meminimalkan penderita pada
kasus terminal
- membantu individu dan keluarga dalam
mencegah kambuhnya penyakit
- mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada
pasien dan keluarga
- Mencegah komplikasi pembedahan dan
meminimalkan terjadinya infeksi
- Memberikan lingkungan yang kondusif bagi
pasien
- Mencegah terjadinya kekambuhan pada
V
V
V
V
V
V
V
V
TIM I
Ketua : Serma Warsidi, AMK
Anggota:
Serka Ruslan, AMK
Dwi Kartika
Ristyawati, AMK
Heny Hartina, AMK
Ester, Amd.Kep
PASIEN
BED 1 - 4
PASIEN
BED 5 - 8

pasien
- Menciptakan lingkungan kerja dan belajar
yang kondusif bagi personel maupun
mahasiswa praktek
c. Menyusun rencana kebutuhan tenaga
keperawatan dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk diruang rawat, koordinasi
dengan kepala perawat instalasi/Ka instalasi
2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan
pelaksanaan (p2) meliputi:
a. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh
kegiatan pelayanan diruang rawat, melalui kerja
sama dengan petugas lain yang bertugas
diruang rawatnya
b. Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga
keperawatan dan tenaga lain sesuai kebutuhan
pelayanan dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit
c. Melaksanakan orientasi kepada tenaga
keperawatan baru/tenaga lain yang akan kerja
di ruang rawat
d. Memberikan orientasi kepada siswa/
mahasiswa keperawatan yang menggunakan
ruang rawatnya sebagai lahan praktik
e. Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya
meliputi: penjelasan tentang peraturan Rumah
Sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada
dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari.
f. Membimbing tenaga keperawatan untuk
melaksanakan pelayanan/Asuhan Keperawatan
sesuai standar
g. Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-
waktu dengan staf keperawatan dan petugas
lain yang bertugas diruang rawatnya
V
V
V
V
V
V
V
V
V

h. Member kesempatan/ijin kepada staf keperatan
untuk mengikuti kegiatan ilmiah/penataran
dengan koordinasi kepala instalasi/ kepala
seksi pelayanan keperawatan
i. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-
obatan sesuai kebutuhan berdasarkan
ketentuan/ kebijakan Rumah Sakit
j. Mengatur dan mengkoordinasikan
pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaaan
siap pakai
k. Mendampingi visite dokter dan mencatat
instruksi, khususnya bila ada perubahan
program pengobatan pasien
l. Mengelompokkan pasien dan mengatur
penempatannya diruang rawat menurut tingkat
kegawatan, infeksi/ non infeksi, untuk
kelancaran pemberian asuhan keperawatan
m. Mengendalikan kualitas system pencatatan dan
pelaporan Asuhan keperawatan dan kegiatan
lain secara tepat dan benar. Hal ini penting
untuk tindakan keperawatan
n. Memberi motivasi kepada petugas dalam
memelihara kebersihan lingkuangan ruang
rawat
o. Meneliti pengisian formulir sensus harian
diruang rawat
p. Meneliti/memeriksa pengisian daftar
permintaan makanan pasien berdasarkan
macam & jenis makan pasien
q. Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian
makanan pasien sesuai dengan program
dietnya
r. Menyimpan berkas catatan medis pasien dalam
masa perawatan diruang rawatnya &
selanjutnya mengembalikan berkas tersebut ke
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V

bagian Medical Record bila pasien keluar/
pulang dari ruang rawat tersebut
s. Membuat laporan harian mengenai pelaksaan
Asuhan Keperawatan serta kegiatan lainnya di
ruang rawat, disampaikan kepada atasannya
t. Membimbing siswa/ mahasiswa keperawatan
yang menggunakan ruang rawatnya sebagai
lahan praktek
u. Memberi penyuluhan kesehatan kesehatan
kepada pasien/keluarga sesuai kebutuhan
dasar dalam batas wewenangnya
v. Melakukan serah terima pasien dan lain-lain
pada saat pergantian dinas
3. Melaksanakan fungsi pengawasan,
pengendalian dan penilaian (p3) meliputi:
a. Mengendalikan dan menilai pelaksanaan
Asuhan Keperawatan yang telah dilakukan
b. Mengawasi dan menilai mahasiswa
keperawatan untuk memperoleh pengalaman
belajar sesuai tujuan program bimbingan yang
telah ditentukan.
c. Melakukan penilaian kinerja tenaga
keperawatan yang berada dibawah tanggung
jawabnya
d. Mengawasi, mengendalikan & menilai
pendayagunaan tenaga keperawatan,
peralatan dan obat-obatan
e. Mengawasi dan menilai mutu Asuhan
Keperawatan sesuai standart yang berlaku
secra mandiri atau koordinasi dengan tim
pengendalian mutu Asuhan Keperawatan
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
Total 25 14
Prosentase 64,1% 35,9%

Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan kepala ruang dalam menjalankan
fungsi manajemen keperawatan dilakukan 64,1 % sehingga perlu ditingkatkan lagi
sesuai dengan uraian tugasnya. Beberapa hal yang menjadi point penting dari uraian
tugas Kepala Ruangan diatas adalah:
a. Belum optimalnya peran supervisi kepala ruangan terhadap anggota baik
secara pelaksanaan dan dokumentasi.
b. Belum tersedia form penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada
dibawah tanggungjawabnya dan mutu pelayanan.
c. Kurangnya pengendalian kualitas system pencatatan dan pelaporan
Asuhan keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar.
d. Jarang mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf
keperawatan dan petugas lain yang bertugas diruang rawatnya.
Selain itu sesuai studi wawancara terhadap kepala ruangan, beberapa point
yang dijawab tidakpada tugas kepala ruangan dan alasannya adalah:
a. Mengorientasikan pasien baru
Alasan: orientasi pasien baru tidak selalu dilakukan oleh Kepala Ruangan
sehingga peran orientasi pasien baru tidak selalu dilakukan.
b. Melakukan penyuluhan kepada pasien/keluarga atau kepada anggota tim.
Alasan: tidak dilakukan secara rutin karena beban kerja perawat yang
cukup tinggi. Penyuluhan dilakukan pada saat ada praktikan.
b. Ketua TIM
Uraian Tugas DilakukanTidak
dilakukan
KETUA TIM
a. Perencanaan
a. Bersama Kepala Ruangan mengadakan serah
terima dan pembagian tugas dengan anggota
tim
b. Menyusun rencana dan melaksanakan asuhan
keperawatan serta membuat dokumentasi
asuhan keperawatan
b. Pengorganisasian
a. Merumuskan tujuan dan mendelegasikan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan
V
V
V

kepada anggota tim
b. Mengkoordinir pekerjaan yang akan dan harus
dikolaborasikan kepada tim kesehatan lain
c. Pengarahan
a. Memberikan pengarahan, petunjuk kepada
anggota tim dalam melaksanakan asuhan
keperawatan
b. Mengingatkan anggota tim untuk segera
mendokumentasikan tindakan keperawatan
yang telah dilakukan
c. Memberi teguran kepada anggota tim yang
melalaikan tugasnya
d. Memberikan penguatan kepada anggota tim
yang melaksanakan tugas dengan baik
d. Pengawasan
a. Melakukan pengawasan langsung kepada
anggota tim dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan
b. Melakukan pengawasan tidak langsung melalui
dokumentasi tindakan keperawatan
V
V
V
V
V
V
V
Total 1 9
Prosentase 10% 90%
Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan Ketua TIM dalam menjalankan
fungsi manajemen keperawatan dilakukan 10% sehingga peran fungsi Ketua TIM perlu
ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugasnya.
Sesuai studi wawancara terhadap ketua tim, beberapa point yang dijawab tidak
pada tugas ketua tim dan alasannya adalah karena kurangnya tenaga perawat di
ruang Melati dan beban kerja yang tinggi.
c. Perawat Pelaksana
Uraian Tugas DilakukanTidak
dilakukan
ANGGOTA TIM
a. Memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung berdasarkan proses keperawatan

dengan:
1) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan
masalah klien.
2) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai
dengan rencana.
3) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan.
4) Mencatat atau melaporkan semua tindakan
perawatan dan respon klien pada catatan
perawatan.
b. Melaksanakan program dengan penuh tanggung
jawab:
1) Pemberian obat.
2) Pemeriksaan laboratorium.
3) Persiapan klien yang akan operasi.
c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik,
mental, dan spiritual klien:
1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan.
2) Mengurangi penderitaan klien dengan rasa
aman, nyaman.
3) Pendekatan dan komunikasi terapeutik.
d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan perawatan dan pengobatan
atau diagnosis.
e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai
dengan kemampuannya.
f. Memberikan pertolongan segera pada klien gawat
atau sakarotul maut.
g. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksanaan
ruang:
1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau
meninggal.
2) Sensus harian atau formulir.
3) Rujukan dan penyuluhan PKMRS.
h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat diruangan
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V

menurut fungsinya supaya siap pakai.
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan,
keamanan, kenyamanan, dan keindahan ruangan.
j. Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/malam atau
hari libur secara bergantian sesuai dengan jadwal
dinas.
k. Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan
dengan penyakitnya.
l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan
klien baik secara lisan maupun tulisan.
m. Membuat laporan harian klien.
n. Operan dengan dinas berikutnya.
o. Menerima bantuan bimbingan katim/ ka shift dan
melaksanakan pendelegasian dari kepala ruangan.
V
V
V
V
V
V
V
Total 15 6
Prosentase 71,4% 28,57%
Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan perawat pelaksana
dalammenjalankan fungsi manajemen keperawatan dilakukan 71,4 % sehingga dapat
dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan cukup baik. Sehingga peran fungsi perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugasnya.
Beberapa point yang perlu dikaji pada tugas perawat pelaksana adalah
pemberian pelayanan keperawatan secara langsung dan mandiri. Dari hasil studi
wawancara didapatkan, tindakan mandiri keperawatan sangat terbatas akibat beban
tugas yang cukup banyak seperti fokus pada tindakan kolaborasi dan administrasi.
Diagnosa dan intervensi keperawatan yang digunakan masih dalam lingkup
pendokumentasian pada level rutinitas akibat terlalu tingginya waktu dalam kegiatan
menulis. Ruang Melatisudah mempunyai SAK yang masih perlu banyak
pengembangan sehingga perlu adanya peningkatan dan teknis dokumentasi yang
efektif.
3.Kepatuhan SOP
a. Daftar SOP R. Melati
Pedoman standar atau prosedur operasional yang digunakan untuk pelayanan
di Ruang melati adalah tabel sebagai berikut:

NO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SOP) TINDAKAN KEPERAWATAN
I. PEMERIKSAAN FISIK
1 SPO Pemeriksaan tingkat kesadaran
2. SPO Pemeriksaan tingkt kesadaran menggunakan GCS
3. SPO Pemeriksaan fisik ; head to toe
4. SPO Pemeriksaan syaraf cranial
5. SPO menimbang berat badan
6. SPO menghitung denyut nadi
7. SPO mengukur tekanan darah
8. SPO mengukur tinggi badan
9. SPO menghitung pernafasan
10. SPO mengukur suhu melalui oral
11. SPO mengukur suhu melalui axilla
12. SPO mengukur suhu melalui rectal
II. PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
13. SPO memberikan oksigen melalui nasal kanul
14. SPO memberikan oksigen melalui NRBM dan RBM
15. SPO meatih pasien bernafas dalam
16. SPO melatih batuk efektif
17. SPO pernafasan diafragma
18. SPO fisioterapi dada (perkusi dan vibrasi)
19. SPO resusitasi jantung paru ( bantuan hidup dasar dengan satu penolong)
20. SPO memberikan inhalasi
III. PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
21. SPO menghitung kebutuhan kalori BBR
22. SPO menyiapkan makanan dan minuman pasien
23. SPO menghidangkan makanan dan minuman pasien

24. SPO membantu pasien makan dan minum melalui mulut
25. SPO memasang sonde/ alat penduga lambung
26 SPO memberikan makan melalui pipa lambung (sonde)
27 SPO pelepasan pipa lambung
IV. PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
28. SPO memasang infus
29. SPO perawatan infuse
30 SPO mengganti cairan infuse
31 SPO merawat dan melepas vena seksi
32 SPO melepas infuse
33 SPO memasang transfuse darah
34 SPO penatalaksanaan reaksi transfuse
35 SPO menghitung cairan dan tetesan infuse
36 SPO penilaian intake dan output cairan (balance cairan)
V. PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
37 SPO membantu buang air besar
38 SPO memasang kateter
39 SPO memasang kondom kateter
40 SPO melepas kateter
41 SPO perawatan kateter wanita
42 SPO perawatan kateter pria
43 SPO melakukan evakuasi fekal manual
44 SPO memberikan enema (gliserin spuit)
45 SPO menyiapkan / memberikan huknah rendah
46 SPO menyiapkan / memberikan huknah tinggi

VI. PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KENYAMANAN
47 SPO memakai kateter
48 SPO mempersiapkan larutan desinfektan
49 SPO menstresilkan sarung tangan
50 SPO penyeterilan alat karet
51 SPO penyeterilan alat logam
52 SPO memberikan kompres hangat
53 SPO memberikan kompres dingin
54 SPO memandikan pasien di tempat tidur
55 SPO menyisir rambut
56 SPO mencuci rambut
57 SPO membersihkan dan menggunting kuku
58 SPO membantu menggosok gigi
59 SPO membersihkan mulut
60 SPO merawat gigi palsu
61 SPO menyiapkan tempat tidur
62 SPO mengganti alat tenun/ linen dengan pasien diatasnya
63 SPO merapikan tempat tidur dengan pasien diatasnya
64 SPO mengganti alat tenun/ linen tanpa pasien diatasnya
65 SPO merapika tempat tidur tanpa psien diatasnya
VII. PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
66 SPO memberikan posisi semi fowler
67 SPO memberikan posisi fowler
68 SPO memberikan posisi SIM
69 SPO mengatur posisi trandelenburg
70 SPO mengatur posisi dorsal recumbent
71 SPO mengatur sikap tidur selang seling ( alih baring)

72 SPO membantu istirahat
73 SPO memberikan posisi postural drainase
VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
74 SPO pengambilan specimen darah vena
75 SPO pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan hematologi
76 SPO pengambilan specimen kultur darah vena
77 SPO pemeriksaan gula darah dengan metode cepat
78 SPO pengambilan specimen pemeriksaan analisa gas darah (BGA)
79 SPO menyiapkan feses untuk bahan pemriksaan
80 SPO persiapan pemeriksaan dengan USG
81 SPO persiapan pemeriksaan rontgen
IX. KEBUTUHAN OBAT-OBATAN
82 SPO pemberian obat melalui mulut
83 SPO pemberian obat sub lingual
84 SPO pemberian obat injeksi intra cutan
85 SPO pemberian obat injeksi sub cutan
86 SPO pemberian obat melalui intra vena langsung
87 SPO pemberian obat intra vena melalui wadah
88 SPO memberikan obat intra vena melalui selang
89 SPO memberikan obat injeksi intramuscular
90 SPO memberikan obat tetes mata
91 SPO memberikan obat salep mata
92 SPO memberikan obat tetes telinga
93 SPO memberikan obat tetes hidung
94 SPO memberikan obat salep kulit
95 SPO memberikan obat melalui anus/rectum

96 SPO memberikan obat melalui vaginal
X. SISTEM KARDIOVASKULAR
97 SPO resusitasi jantung paru
98 SPO pemeriksaan EKG
XI. SISTEM MUSKULOSKELETAL
99 SPO persiapan pasien pra bedah
100 SPO mencukur rambut
101 SPO merawat luka
102 SPO perawatan luka lecet
103 SPO perawatan luka bakar
104 SPO perawatan luka kotor
105 SPO mengangkit jahitan
106 SPO melepas pipa drainage
XII. SISTEM PENCERNAAN
107 SPO melakukan bilas lambung
108 SPO perawatan colostomy
109 SPO merendam duduk
XIII. SISTEM PERSYARAFAN
110 SPO persiapan pasien lumabl pungsi
111 SPO perawatan selang dada (WSD)
112 SPO perawatan trakeostomi
XIV. SISTEM INTEGUMEN
113 SPO menentukan derajat luka bakar
XV. SISTEM UROLOGI
114 SPO irigasi kandung kemih
115 SPO memberikan obat kemoterapi

b. Analisa Tindakan berdasar SOP
Prosedur injeksi
No. Prosedur Dilakukan Tidak
dilakukan
1. Kriteria persiapan
a. Spuit disposable sesuai kebutuhan √
b. Kapas alcohol √
c. Obat yang akan diberikan √
d. Penjelasan kepada pasien √
2. Kriteria pelaksanaan
a. Memperhatikan prinsip aseptic √
b. Membaca etiket obat √

c. Membaca dosis obat √
d. Memasukkan obat ke dalam spuit kemudian
udara di dalam spuit dikeluarkan
√
e. Mengatur posisi pasien √
f. Menentukan daerah yang akan disuntik √
g. Mendesinfeksi kulit yang akan disuntik
sesuai dengan suntikan
√
h. Memasukkan jarum dengan posisi 90 derajat √
i. Aspirasi untuk menentukan tidak mengenai
pembuluh darah
√
j. Memasukkan obat dengan perlahan-lahan √
k. Memperhatikan reaksi pasien √
l. Mencabut jarum perlahan-lahan √
m. Menghapus kulit dengan apas alkohol √

n. Mencacat dalam formulir pemberian obat √
TOTAL 13
Keterangan:
Dalam melakukan tindakan prosedur injeksi, perawat sudah melakukannya sesuai
dengan protap yang ada. Hal ini terbukti dengan skor 86,7 % yang diperoleh perawat
saat melakukan prosedur injeksi.
Prosedur Persiapan Pasien Radiologi
No.
Prosedur Dilakukan
Tidak dilakukan
A. Kriteria Persiapan
1. Persiapan alat dan obat
a. Alas brankar dan selimut √
b. Obat-obatan sesuai dengan program √
c. Formulir permintaan √
2. Persiapan pasien
Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
√
B. Kriteria Pelaksanaan
1. Sebelum pemeriksaan
a. USG: pasien puasa/minum banyak sesuai √

dengan program pemeriksaan
b. Arteriolografi:- Pasien puasa- Menandatangani surat izin tindakan- Daerah yang akan mengalami
pemeriksaan dicukur
√
c. Mengantar pasien ke ruang pemeriksaan √
2. Pada saat pemeriksaan
a. Mendampingi pasien √
b. Memperhatikan √
3. Setelah pemeriksaan
a. Mengantar pasien ke tempat semula √
b. Mengobservasi nadi, tensi, pernapasan √
c. Mencatat tindakan dari hasil observasi √
TOTAL 10
Keterangan:
Dalam melakukan tindakan prosedur persiapan radiologi , perawat sudah cukup dalam
melakukannya sesuai dengan protap yang ada. Hal ini terbukti dengan skor 76,9%
yang diperoleh perawat saat melakukan prosedur persiapan radiologi.
Pengambilan darah vena
No.
Prosedur Dilakukan Tidak dilakukan
A. Persiapan alat

1. Botol kecil/tabung tempat specimen yang sudah diberi label
√
2. Spuit steril berbagai ukuran √
3. Kapas alcohol di dalam tempatnya √
4. Tourniquet √
5. Label pemeriksaan √
B. Persiapan Pasien
1. Pasien diberi tahu tentang tindakan yang akan dilakukan
√
2. Posisi diatur sesuai kebutuhan √
3. Membimbing pasien untuk berdoa √
C. Kriteria pelaksanaan
1. Pemeriksaan darah
a. Menentukan pembuluh darah yang akan ditusuk untuk persiapan pengambilan darah
√
b. Mendesineksi permukaan kulit pembuluh darah yang akan ditusuk dengan menggunakan kasa alcohol
√
c. Memasang tourniquet √
d. Mengambil darah pemeriksaan dengan cara menusukkan jarum pada pembuluh darah sesuai
√

kebutuhan
e. Memasukkan darah pada tempat yang sudah disediakan
√
f. Memasang label pada tempat darah dengan:- Mencantumkan nama- Nomer rekam medic- Tanggal dan jam pengambilan
√
g. Mengambil darah dan menyertakan formmulir pemeriksaan yang sudah diisi dan ditandangani oleh dokter
√
TOTAL 15
Keterangan:
Dalam melakukan tindakan prosedur pengambilan sampel darah vena , perawat sudah
melakukannya sesuai dengan protap yang ada. Hal ini terbukti dengan skor 100%
yang diperoleh perawat saat melakukan prosedur pengambilan sampel darah vena.
Dari ketiga tindakan keperawatan yang dilakukan perawat ruangan, hasil
observasi menunjukkan angka 86,87%. Hal ini menunjukkan kategori bahwa tindakan
yang dilakukan oleh perawat ruangn sudah baik dan sesuai dengan protap yang ada di
ruangan.

4. Pendokumentasian proses keperawatan
No Aspek Yang DinilaiKode Berkas % Rata-
rata1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A PENGKAJIAN
1 Mencatat data yang dikaji dengan
pedoman pengkajian
- - - - - - - - - - 0 0%
2 Data dikelompokkan (bio-psiko-sosio-
spiritual)
- - - - - - - - - - 0
3 Data dikaji sejak pasien masuk sampai
pulang
- - - - - - - - - - 0
4 Masalah dirumuskan berdasarkan
kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi kehidupan
- - - - - - - - - - 0
B Diagnosa keperawatan
1 Diagnosa keperawatan berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan
- - - - - - - - - - 0 0%
2 Diagnosa keperawatan mencerminkan
PE/PES
- - - - - - - - - - 0
3 Merumuskan diagnosa keperawatan
actual/potensial
- - - - - - - - - - 0
C Rencana tindakan
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan - - - - - - - - - - 0 0%

2 Disusun menurut urutan prioritas - - - - - - - - - - 0
3 Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien/subjek perubahan, perilaku, kondisi
pasien dan atau criteria
- - - - - - - - - - 0
4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan
dengan kalimat perintah, terinci dan jelas
- - - - - - - - - - 0
5 Rencana tindakan menggambarkan
keterlibatan pasien atau keluarga
- - - - - - - - - - 0
6 Rencana tindakan menggambarkan
kerjasama tim kesehatan lain
- - - - - - - - - - 0
D Tindakan
1 Tindakan dilaksanakan sesuai rencana - - - - - - - - - - 0 50%
2 Perawat mengobservasi respon pasien
terhadap tindakan keperawatan
V V V V V V V V V V 100
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi - - - - - - - - - - 0
4 Semua tindakan yang telah dilaksanakan
dicatat ringkas dan jelas
V V V V V V V V V V 100
E Evaluasi
1 Perawat mengevaluasi respon pasien
sesuai dengan kriteria hasil yang sudah
ditentukan
- - - - - - - - - - 0 0%
2 Perawat mengevaluasi respon pasien, - - - - - - - - - - 0

analisa masalah keperawatan dan rencana
tindak lanjut.
F Catatan asuhan keperawatan
1 Menulis pada format yang baku - - - - - - - - - - 0 42,5%
2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan
tindakan yang dilaksanakan
- - - - - - - - - - 0
3 Setiap melakukan tindakan perawat
mancantumkan paraf/nama jelas dan
tanggal jam dilakukan tindakan
V V V V V V - - V V 70
4 Berkas catatan keperawatan disimpan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
V V V V V V V V V V 100
TOTAL 15,42%
Berdasarkan hasil survey pada 10 rekam medik klien, didapatkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang
Melati masih sangat kurang dengan prosentase rata-rata 15,42%. Dimana yang tercantum dalam rekam medis hanya tindakan dan
catatan perkembangan pasien, sedangkan pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan serta evaluasi masih
belum didokumentasikan.

5. Sistem penghitungan tenaga keperawatan
Sistem penghitungan tenaga kerja tidak dilakukan setiap hari oleh kepala ruang
dengan menggunakan metode Gillies.
6. Jadwal/shift dinas
Pembuatan jadwal shift/dinas dilakukan sepenuhnya oleh kepala ruang tanpa
melibatkan perawat asosiate atau ketua tim
7. Ketenagaan
a. Rencana kebutuhan Tenaga
Menggunakan metode penghitungan Gillies, dijelaskan lebih lanjut pada
kebutuhan perawat.
b. Penerimaan pegawai baru
Karena Ruang Melati masih tergolong ruangan baru, kepala ruangan
menyerahkan sepenuhnya penerimaan pegawai baru baik itu medis maupun
non medis kepada instalasi WATNAP.
c. Sistem seleksi
Ruang Melati memiliki persyaratan untuk pegawai (perawat) harus pernah
mengikuti magang di RST yang diselenggarakan oleh pihak RS. Peraturan
ini berlaku kepada perawat yang sudah bekerja di ruangan dan untuk
perawat yang masih magang.
d. Penempatan
Ruang Melati masih belum bisa melakukan penempatan tenaga kerja
(perawat) sesuai dengan keahlian masing-masing di bidangnya. Karena
perawat Ruang Melati memiliki keahlian yang hampir sama dan bersifat
umum dan menyeluruh, dalam arti perawat tidak menekuni hanya satu
bidang khusus untuk dikuasai. Misal, satu perawat mengerti dan mendalami
masalah sistem urologi mulai dari basic sampai tingkat yang advance.
e. Orientasi ruangan
Kepala ruangan dan perawat-perawat yang bertugas di Ruang Melati selalu
mengorientasikan setiap karyawan baru yang telah dipilih oleh WATNAP.
Orientasi diantaranya pengenalan anggota tenaga kerja yang ada di
ruangan, orientasi ruangan, peralatan, peraturan-peraturan yang berlaku di
ruangan, dll.
f. Pengembangan staff: pendidikan dan pelatihan
Kepala ruangan selalu memberikan perizinan kepada siapapun perawat
yang ada di ruangan jika melanjutkan pendidikan. Meskipun ruangan tidak
membantu masalah finansial, ruangan tidak akan mempersulit kepada
perawat yang akan melanjutkan pendidikan. Sedangkan untuk
pengembangan staf berupa pelatihan, pendelegasian perawat sebagai

peserta ditentukan oleh instalasi WATNAP dan selanjutnya akan
disampaikan ke Kepala Ruangan melalui INSTALDIK.
g. Jenjang karier
Peningkatan jenjang karir di Ruang Melati berdasarkan golongan bagi
perawat yang sudah PNS. Jenjang karir mengalami peningkatan setiap
masa kerja mencapai 4 tahun.
C. Fungsi Pengarahan dan Pengawasan
1. Komunikasi
a) Arah komunikasi
Jenis komunikasi terkait instruksi dilakukan dari atasan ke bawahan, yaitu
dari kepala ruang kepada ketua tim kemudian disampaikan ke perawat
asosiate masing-masing tim. Sedangkan komunikasi terkait informasi dapat
dilakukan dari atasan ke bawahan dan bawahan ke atasan.Komunikasi ke
samping juga sering dilakukan, yakni dari katim ke katim.Komunikasi antar
atasan dan bawahan bersifat sangat terbuka.
b) Jadwal pertemuan/ rapat
Jadwal rapat rutin diadakan 3 bulan sekali.Namun terkadang tidak
diselenggarakan karena jadwal masing-masing perawat yang sibuk dengan
beban kerja yang tinggi. Sehingga pertemuan/rapat sering diadakan secara
insidental berupa sosialisasi program yang hanya dihadiri perawat yang
dinas saat itu atau mundur sehingga tidak tentu 3 bulan sekali.
c) Faktor penghambat komunikasi
a. Jumlah tenaga perawat yang sedikit sehingga memiliki beban kerja
yang tinggi
b. Beban kerja perawat yang tinggi, sehingga perawat terlalu sibuk
c. Jadwal masing-masing perawat yang sulit dicapai kesepakatannya
2. Motivasi
i. Cara memotivasi individu/ kelompok
Kepala ruang Melati memotivasi perawat pelaksana dengan cara lisan saat
jam dinas sesuai shift masing-masing atau saat rapat pertemuan yang
dilaksanakan 3 bulan sekali.
b. Sistem Reward atau Punishment
Berdasarkan wawancara dari perawat, tidak ada sistem reward dan
punishment.Namun, Kepala ruang Melatipernah memberikan reward atas
prestasi yang dilakukan oleh pegawai berupa sanjungan dan juga
punishment berupa peringatan atas pelanggaran yang dilakukan oleh
perawat secara sopan.

3. Supervisi
a. Mekanisme
Pelaksanaan pada Ruang Melati sudah dilakukan 2 bulan sekali dilakukan
oleh pihak petugas watnap.Yang menentukan jadwal juga watnap, ketika
jadwal sudah turun, ruangan akan diberikan konfirmasi sehingga pihak
ruangan akan merencanakan jadwal shift untuk supervise. Tidak ada
mekanisme standar dalam pelaksanaan
b. Faktor penghambat
Tidak ada mekanisme standar dalam pelaksanaan. Dalam pelaksanaan
terdapat penghambat seperti keterbatasan waktu sehingga tidak dapat
dilaksanaan secara maksimal serta dalam pelaksanaannya tidak
terdokumentasi.
Beberapa contohnya adalah point supervisi yang perlu dioptimalisasi adalah:
a. Perencanaan: menyusun rencana kerja harian, mingguan, bulanan, dan
tahunan, serta membuat rentang kendali.
b. Penilai: Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada
dibawah tanggungjawabnya dan mutu pelayanan.
c. Pengambilan tindakan koreksi: meneliti pengisian formulir sensus harian
pasien di ruang rawat serta melalui, mengobservasi pasien baru dan
mengaudit dokumentasi asuhan keperawatan.
4. Pendelegasian
Dalam proses pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung jawab apabila
ada perawat yang tidak masuk maupun cuti sepenuhnya ditentukan oleh kepala
ruangan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan tenaga
keperawatan. Alur pendelegasian dilakukan dari atasan ke bawahan.
5. Mekanisme penyelesaian masalah: manajemen konflik
Konflik yang terjadi di Ruang Melati diselesaikan bersifat accidental dan secara
kekeluargaan. Apabila ada kasus dan masalah diselesaikan secara internal,
namun jika masalah tidak dapat diselesaikan dapat berkonsultasi dengan Ka.
Instalasi Rawat Inap. Kepala Ruang menggunakan teknik penyelesaian konflik
secara kompromi atau negosiasi secara bersama-sama.
D. Fungsi Pengendalian
1. Penampilan kerja
Kinerja perawat dinilai secara langsung oleh karu tanpa pedoman penilaian dan
tidak terdokumentasikan.
2. Pengendalian mutu
a. Patient safety

Kejadian jatuh
Angka kejadian pasien jatuh berjumlah 0 pasien (0%). Pengumpulan
data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pasien dan keluarga
yang menemani pasien selama 3 hari (14-16 Juli 2014). Angka kejadian
pasien jatuh dinilai berdasarkan jumlah pasien yang mengalami jatuh dibagi
dengan jumlah pasien beresiko mengalami jatuh. Poin berikut adalah untuk
menentukan pasien yang beresiko mengalami jatuh:
1. Riwayat jatuh (baru-baru ini atau dalam 3 bulan terakhir)
2. Penyakit penyerta
3. Alat bantu jalan
4. Pemakaian infus intravena/heparin
5. Cara berjalan
6. Status mental
Apabila pasien memenuhi salah satu atau lebih dari poin di atas, maka
pasien tersebut dimasukkan kriteria resiko mengalami jatuh.
Persentase kejadian jatuh di RST Dr. Soepraoen Ruang Melati:
angka kejadian jatuh= jumlah kejadian jatuhjumlah pasien berisiko jatuh
x 100=0orang8orang
×100%=0%
Pasien Restrain
Dari hasil pengkajian yang dilakukan selama 3 hari (14-16 Juli 2014)
tidak didapatkan pasien dengan restrain dan tidak didapatkan cedera akibat
pemasangan restrain.
Kejadian Dekubitus
Angka kejadian dekubitus Ruang Melatiberjumlah0 (0%).
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara pada
setiap pasien di ruangan selama 3 hari (14-16 Juni 2014). Angka kejadian
dekubitus dinilai berdasarkan jumlah pasien yang mengalami dekubitus dibagi
dengan jumlah pasien beresiko mengalami dekubitus. Poin berikut adalah
untuk menentukan pasien yang beresiko mengalami dekubitus:
1. Usia lanjut (> 60 tahun)
2. Ketidakmampuan bergerak pada bagian tertentu
3. Status gizi malnutrisi
4. Berbaring lama, penekanan pada satu arah
5. Mengalami kondisi kronik
6. Inkontinensia urin dan feses
7. Kejadian decubitus
8. Pasien dengan resiko tinggi dekubitus

Apabila pasien memenuhi salah satu atau lebih dari poin di atas, maka
pasien tersebut dimasukkan kriteria resiko mengalami dekubitus.
Persentase kejadian dekubitus klien di RST Dr. Soepraoen Ruang Melati:
angka kejadiandekubitus= jumlah kejadiandekubitusjumlah pasienberisiko terjadi dekubitus
x100=0orang3 orang
×100%=0%
Perlu dilakukan upaya preventif untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus pada
pasien dengan resiko tinggi.
Angka kejadian kesalahan pada pemberian obat oleh perawat
Dari hasil pengkajian selama 3 hari (14-16Juli 2014) tidak didapatkan
kejadian nyaris cidera maupun kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan
cidera. Perawat memberikan obat sesuai dengan 5 benar yaitu benar dosis,
benar obat, benar pasien, benar rute, dan benar dokumentasi. Sedangkan untuk
prinsip benar waktu, masih belum bisa dilakukan dengan baik. Hal ini disebabkan
oleh jenis pembayaran pasien sehinga mempengaruhi ketersediaan obat yang
dibutuhkan oleh pasien.
b. Tingkat Kepuasan
Pasien
1) Untuk mengetahui tingkat kepuasan dilakukan dengan metode wawancara dan
observasi.
2) Langkah pertama adalah mengetahui berapa pasien yang dapat dimasukkan
dalam penilaian tingkat kepuasan. Syaratnya antara lain dirawat selama 3 hari,
tidak pulang paksa, dan pulang hidup. Data jumlah pasien didapatkan dari
rekam medis.
3) Langkah kedua dilakukan penilaian tingkat kepuasan pada pasien yang masuk
kriteria penilaian. Dilakukan wawancara secara langsung kepada pasien untuk
menjawab indikator-indikator kepuasan seperti kelengkapan dan ketepatan
informasi, penurunan kecemasan, keprofesionalan perawat, kenyamanan
pasien, terhindarnya pasien dari bahaya, dan sikap perawat yang ramah dan
empati.
4) Langkah ketiga melakukan wawancara kepada pasien yang telah menjawab
pertanyaan untuk penilaian elemen indikator kepuasan. Pertanyaannya yaitu,
“kesimpulannya, apakah Anda sudah puas dengan pelayanan ruangan ini?”.
Jawaban pasien akan divalidasi dengan melihat elemen indikator yang sudah
dijawab.

Kepuasan Pasien
Sangat puasCukup puasKurang puas
100%
Gambar 1. Diagram tingkat kepuasan pasien
Diagram di atas menunjukkan bahwa 100% pasien di Ruang Melati sangat
puas dengan pelayanan keperawatan.
Perawat
Sangat puasCukup puasKurang puas
60%
Gambar 2. Diagram Tingkat Kepuasan Perawat
Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
(60%) memiliki tingkat kepuasan cukup puas, sedangkan sebanyak 40%
memiliki tingkat kepuasan sangat puas. Sebagian besar responden
mengatakan tidak mendapatkan pengakuan yang selayaknya atas prestasi
kerja dan pekerjaannya tidak sesuai dengan job description.
3. Pengembangan standar
a. Standar askep
Ruang Melati belum memiliki standar asuhan keperawatan (SAK) secara
spesifik, sehingga SAK masih merujuk pada SAK rumah sakit. Perlu
adanya pengembangan dokumentasi askep yang lebih efektif dan efisien.
b. Standar kinerja
Standar kinerja perawat Ruang Melati mengikuti standar yang diberlakukan
oleh RS.
40%

3.3. ANALISA SWOT
FAKTOR STRATEGI INTERNAL (IFAS) BOBOT RATING SKOR
STRENGTH (KEKUATAN)
1. Memiliki 1 set peralatan EKG 0.06 4 0.24
2. Memiliki alat sterilisasi mandiri di ruangan 0.07 4 0.28
3. Memiliki bel pasien 0.08 4 0.32
4. Adanya tenaga tambahan 5mahasiswa 0.04 4 0.16
5. Jenis komunikasi yaitu atasan-bawahan dan
bawahan-atasan yang efektif
0.01 1 0.01
6. Ada evalusi pencegahan INOS (cuci tangan) dari
ruangan terhadap orang baru yang datang di
ruangan
0.05 4 0.20
7. Operan yang dilakukan di ruang melati sudah
cukup baik yaitu sebesar 61,9 %
0.03 3 0.06
8. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan SOP
sebesar 86,87%
0.02 2 0.04
TOTAL
1.31
FAKTOR STRATEGI INTERNAL (IFAS) BOBOT RATING SKOR
WEAKNESS (KELEMAHAN)
1. Kurangnya pengendalian INOS di ruangan
dengan tidak menyediakan safety box, pemisahan
sampah medis dan non medis tidak diperhatikan,
kurangnya kesadaran menggunakan APD
0.013 1 0.013
2. Belum optimalnya orientasi pasien baru 0.039 3 0.117
3. Tidak ada promosi kesehatan yang dilakukan
terkait dengan penyakit pasien
0.052 4 0.208

4. Sistem pendokumentasian masih kurang lengkap 0.104 4 0.416
5. Skrining resiko jatuh dan decubitus belum optimal
dilakukan pada semua pasien
0.026 2 0.052
6. Ketidakefektifan komunikasi dalam perencanaan,
implementasi, dan pendokumentasian
multidisipliner pada pasien di ruangan
0.117 4 0.456
7. Tidak pernah dilakukannya pre, post dan ronde
keperawatan
0.065 4 0.26
8. Penugasan TIM tidak terorganisir secara baik 0.091 4 0.364
9. Pendokumentasian obat masuk pasien tidak
dilakukan
0.130 4 0.52
10. Tempat pencucian alat-alat medis belum sesuai
standart
0.078 4 0.312
TOTAL 2.718
FAKTOR STRATEGI EXTERNAL (EFAS) BOBOT RATING SKOR
OPPORTUNITY (KESEMPATAN)
1. RST merupakan rumah sakit tipe B yang
merupakan rujukan dari puskesmas di sekitar
kota malang
0.043 1 0.43
2. Menerima pelayanan BPJS 0.087 2 0.174
3. Menerima pasien umum, Askes dan dari luar
militer
0.130 3 0.39
4. Dukungan keluarga pasien selama perawatan
sangat baik yaitu dengan mengurus administrasi
dan pengambilan obat
0.174 4 0.696
5. Tingkat kepuasaan pasien 100 % 0.217 4 0.868

TOTAL 2.558
FAKTOR STRATEGI EXTERNAL (EFAS) BOBOT RATING SKOR
THREAD (ANCAMAN)
1. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang
berkualitas
0.104 4 0.416
2. Adanya pesaing-pesaing dari RS swasta yang
lain
0.069 3 0.207
3. Masyarakat sudah sadar hukum 0.035 2 0.07
4. Jenjang pendidikan tenaga keperawatan di
ruang Unit Stroke RST yang paling banyak
adalah S1 Keperawatan. Dalam UU No
20/2003, pendidikan D3 keperawatan masuk
dalam jenis pendidikan vokasi sedangkan
pendidikan perawat menempati jenis pendidikan
profesional.
0.139 4 0.556
TOTAL 1.249
Penghitungan SWOT
Skor Faktor Internal = skor kekuatan – skor kelemahan
=1.31- 2.718
= -1.408
Skor Faktor Eksternal = skor kesempatan – skor ancaman
=2.558 – 1.249
= 1.309

KURVA SWOT
(-) Eksternal (T)
(+) Internal (S)(-) Internal (W)
KuadranI
KuadranII
KuadranIII
KuadranIV
(-) Eksternal (O)
1.31
1,3091,309
1,309

KURVA SWOT
(-) Eksternal (T)
(+) Internal (S)(-) Internal (W)
KuadranI
KuadranII
KuadranIII
KuadranIV
1,309
-1,408
(-) Eksternal (O)

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan analisa data dengan menggunakan analisa SWOT tersebut di atas
dapat disimpulkan pernyataan masalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan komunikasi multidisipliner dalam perencanaan, implementasi,
dan pendokumentasian pada pasien di melati akibat sistem pendokumentasian
yang masih pada lembar terpisah
2. Ketidakefektifan komunikasi antara perawat dengan pasien/ keluarga tentang
orientasi ruangan dan aktivitas perawatan pada pasien
3. Ketidakefektifan dalam melakukan tindakan patient safety untuk mencegah pasien
dekubitus, risiko jatuh, dan kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat.
4. Setiap petugas kesehatan harus senantiasa mencegah penyebaran infeksi
nosokomial (INOS) dari alat medis dengan cara mencuci alat medis bekas pakai
sesuai dengan langkah-langkah dekontaminasi yang benar.
5. Rendahnya KIE (penyuluhan kesehatan) kepada pasien dan keluarganya.
6. Kurangnya kesadaran membuang sampah medis pada tempat sampah medis yang
sudah disediakan dan untuk tidak membuangnya di sampah umum, serta
membuang jarum bekas pakai di sharp container.
7. Belumdiberlakukannya pre,post conference, ronde, belum ada pembacaan SOP
dan membaca doa

BAB IV
PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN POA
PENYELESAIAN MASALAH
Setelah dilaksanakan pengkajian selama tiga hari (4-6 Juni 2014), didapatkan
beberapa permasalahan di ruang Melati, untuk menyelesaikan masalah tersebut maka
perlu ditentukan prioritas masalah dan Plan Of Action dari tiap-tiap masalah yang
diangkat.
4.1 Penentuan Prioritas Masalah
Teknik prioritas masalah yang digunakan disini adalah “teknik kriteria
matrik (criteria matrix technique)”, yakni teknik pemungutan suara dengan
menggunakan kriteria tertentu. Secara sederhana dapat dibedakan atas 5
macam yaitu:
1. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah (Magnitude = Mg)
2. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Severity=Sv).
3. Bisa dipecahkan (Managebility=Mn)
4. Perhatian perawat terhadap masalah (Nursing concern=Nc)
5. Ketersediaan sumber daya (Affordability=Af)
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total
Prioritas
1
Ketidakefektifan dalam melakukan
tindakan patient safety untuk
mencegah pasien dekubitus, risiko
jatuh, dan kejadian tidak
diharapkan dalam pemberian obat
5 5 4 5 5 2500 II
2 Kurangnya kesadaran petugas
kesehatan dalam mencegah
penyebaran infeksi nosokomial
(INOS) dari alat medis dengan
cara mencuci alat medis bekas
pakai sesuai dengan langkah-
langkah dekontaminasi yang
benar.
4 5 4 3 4 960 III
3 Kurangnya kesadaran membuang
sampah medis pada tempat
4 4 4 3 3 576 IV

sampah medis yang sudah
disediakan dan untuk tidak
membuangnya di sampah umum,
serta membuang jarum bekas
pakai di sharp container.
4 Belumdiberlakukannya pre,post
conference, ronde dan belum ada
pembacaan SOP dan membaca
teks doa
5 5 5 5 5 3125 I
Keterangan :
5 = sangat penting
4 = penting
3 = kurang penting
2 = tidak penting
1 = sangat tidak penting
4.2 Alternatif Pemecahan masalah
N Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah
1 Kurangnya kesadaran
membuang sampah
medis pada tempat
sampah medis yang
sudah disediakan dan
untuk tidak
membuangnya di
sampah umum, serta
membuang jarum
bekas pakai di sharp
container.
1. Kurangnya
kesadaran petugas
kesehatan untuk
memisahkan sampah
medis dan non
medis, dan jarum
bekas pakai.
2. Kurangnya jumlah
sharp container di
ruangan
1. Setiap selesai operan
kepala ruangan sering
mengingatkan kembali
tentang pemilahan
sampah dan
penggunaan APD
2. Pembuatan sharp
container sendiri dari
kardus.
2 Belumdiberlakukannya
pre&post conference,
1. Keterbatasan jumlah
SDM sehingga
1. Membiasakan
membaca SOP setelah

N Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah
ronde dan belum ada
pembacaan SOP
tindakan dan
membaca teks doa
operan dijadikan satu
dengan pre
conference namun
masih ada poin-poin
penting yang tidak
dilaksanakan saat
operan.
melakukan operan
2. Mendokumentasikan
dan menerapkan
kegiatan pre post
conference
3. Membuat dan
membaca teks doa
sebelum bekerja
3 Ketidakefektifan dalam
melakukan tindakan
patient safety untuk
mencegah pasien
risiko jatuh, dan
kejadian tidak
diharapkan dalam
pemberian obat
1. Rendahnya
kesadaran perawat
dalam implementasi
identifikasi pasien
resiko jatuh, dan
kejadian tidak
diharapkan dalam
pemberian obat
2. Kurang
maksimalnya KIE
keluarga terkait
pencegahan
dekubitus pada
pasien bed rest
1. Dilakukan screening
pada pasien
menggunakan morse
scale
2. Menempatkan pasien
dengan risiko tinggi
jatuh di bed yang
berada di dekat tembok
3. Penandaan pada
gelang pasien dengan
risiko tinggi jatuh
4. Membuat prinsip
pemberian obat 6
benar (benar
pasien,obat,dosis,rute,
waktu dan
dokumentasi) dan
menempelkan prinsip
pemberian obat 6
benar di area
sentralisasi obat.
5. Melakukan KIE pada
keluarga untuk
melakukan pergantian
posisi setiap 2 jam
sekali pada pasien bed
rest dan melakukan
personal higiene

N Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah
secara rutin.
4 Kurangnya kesadaran petugas kesehatan dalam mencegah penyebaran infeksi nosokomial (INOS) dari alat medis dengan cara mencuci alat medis bekas pakai sesuai dengan langkah-langkah dekontaminasi yang benar
1. tidak ada klorin
sebagai
desinfektan
2. beban kerja perawat
yang berat
3. tidak ada protab
dekontaminasi
alat-alat medis
1.Menyediakan larutan
klorin
2.Membuat protap
dekontaminasi alat
medis yang di tempel di
tempat cuci alat medis
3. menyediakan lembar
evaluasi terhadap protap
dekontaminasi alat
medis
4.3 Penentuan Prioritas Jalan keluar
Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek :
a. Efektivitas jalan keluar
Besarnya masalah yang diselesaikan(Magnitude = Mg)
Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)
Sensitivitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)
b. Efisiensi jalan keluar (Efficiency = E)
No. Daftaralternatif jalankeluar
EfektivitasEfisien
siJumlah
MxIxV
EM I V E
1 1. Setiap selesai operan kepala ruangan sering
mengingatkan kembali tentang pemilahan sampah
dan penggunaan APD
2. Pembuatan sharp container sendiri dari kardus
atau melapisi sharp container dengan plastik agar
mudah dibuang
5
5
5
5
5
5
3
2
41.6
62.5
2 1. Mendokumentasikan dan menerapkan kegiatan
pre & post conference
2. Membiasakan membaca SOP setelah melakukan
operan
3. Membuat membaca teks doa sebelum bekerja
5
5
5
5
5
5
5
5
3
2
2
2
62.5
62.5
37.5
3 1. Dilakukan screening pada pasien menggunakan
morse scale
5 5 3 2 37.5

2. Menempatkan pasien dengan risiko tinggi jatuh di
bed yang berada di dekat tembok
3. Penandaan pada gelang pasien dengan risiko
tinggi jatuh
4. Membuat prinsip pemberian obat 6 benar (benar
pasien,obat,dosis,rute, waktu dan dokumentasi)
dan menempelkan prinsip pemberian obat 6 benar
di area sentralisasi obat.
5
3
5
5
5
5
4
5
5
3
2
2
33.3
62.5
65.2
4 1. menyediakan larutan klorin
2. Membuat protap dekontaminasi alat medis yang di
tempel di tempat cuci alat medis
3. menyediakan lembar evaluasi terhadap protap
dekontaminasi alat medis
5
4
5
5
5
3
4
3
3
3
2
3
33.3
30
15
Keterangan :
5 = sangat penting
4 = penting
3 = kurang penting
2 = tidak penting
1 = sangat tidak penting
4.4 Perencanaan Kegiatan
4.4.1 Pengorganisasian
Berdasarkan analisis situasi lingkungan tempat aplikasi model praktik
keperawatan profesional, maka kelompok mahasiswa membuat tim kerja
sebagai berikut:
Ketua : Kiromi suryandi
Wakil : Zaky Soewandi ahmad
Sekretaris : Novitha rering
Bendahara : Indra Wahyu
Sarana dan Prasarana : Jajang Khusnul farid
Susunan kepanitiaan ini berfungsi dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal
seputar teknis penyelenggaraan kegiatan manajemen yang bersifat umum.
Pembagian Tugas Managemen Ruangan

Untuk selanjutnya, khusus dalam pengelolaan dalam ruang rawat maka
diselenggarakan pengorganisasian dalam pembagian peran periode 21 Juli – 31
agustus2014 sebagai berikut:
Tanggal
NamaKiromi Zaky Novitha Indra Jajang
21 KR KT1 PP1 PP2 KT222 KR KT1 PP1 PP2 KT223 KR PP1 KT2 KT1 PP224 KR PP1 KT2 KT1 PP225 KR PP1 KT2 KT1 PP226 KT2 KR PP2 PP1 KT127 L L L L L11 KT2 KR PP2 PP1 KT112 KT2 KR PP2 PP1 KT113 PP2 KR KT1 KT2 PP114 PP2 KR KT1 KT2 PP115 KT1 PP1 KR PP2 KT216 KT1 PP1 KR PP2 KT217 L L L L L18 PP1 KT2 KR KT1 PP219 PP1 KT2 KR KT1 PP220 PP1 KT2 KR KT1 PP221 KT2 PP2 PP1 KR KT122 KT2 PP2 PP1 KR KT123 KT2 PP2 PP1 KR KT124 L L L L L25 PP2 KT1 KT2 KR PP126 PP2 KT1 KT2 KR PP127 KT1 PP1 PP2 KT2 KR28 KT1 PP1 PP2 KT2 KR29 PP1 KT2 KT1 PP2 KR30 PP1 KT2 KT1 PP2 KR31 L L L L L
Keterangan: KR : Karu KT1 : Katim 1 KT2 : Katim 2 PP1 : Perawat Pelaksana 1 PP2 : Perawat Pelaksana 2 L : Libur
Jadwal Pelaksanaan Ronde Keperawatan
No MingguHari/
TanggalPelaksana Ronde Materi Supervisor Ket.
1. IIIndra
Asuhan keperawatan Fraktur column femur
2. III Jajang Asuhan keperawatan
3. IV Kiromi Asuhan

No MingguHari/
TanggalPelaksana Ronde Materi Supervisor Ket.
keperawatan Nefrolithiasis
4. V novitha Asuhan keperawatan CKD (Chronic kidney disease)
5. VI Zaky Asuhan keperawatan DM dan kompetensi ABI (Ankle brachial index)
Rencana Kegiatan Manajemen
Minggu I 14 - 16 Juli 2014
17 Juli 2014
18 Juli 2014
18 Juli 2014
Pengkajian
Penyusunan makalah diseminasi awal
Seminar diseminasi awal
Perumusan prioritas masalah dan alternatif
pemecahan masalah (POA)
Minggu II 21 – 26 Juli 2014 Sosialisasi prioritas masalah dan alternatif
pemecahan masalah (POA)
Minggu II-V 21 Juli – 30 Agustus
2014
Implementasi program
Minggu VI 1 – 3September 2014
4September 2014
5September2014
Evaluasi pelaksanaan program
Penyusunan makalah diseminasi akhir
Seminar diseminasi akhir

4.4.2 Rencana Strategi
NO
PRIORITAS MASALAH
FAKTOR PENYEBAB
WHY WHAT WHERE WHEN WHO HOW POA HOW MUCH
1 Kurangnya
kesadaran
membuang
sampah
medis pada
tempat
sampah
medis yang
sudah
disediakan
dan untuk
tidak
membuang
di sampah
umum, serta
membuang
jarum bekas
pakai di
sharp
container
3. Kurangnya
kesadaran
petugas
kesehatan
untuk
memisahkan
sampah
medis dan
non medis,
dan jarum
bekas pakai.
4. Kurangnya
jumlah sharp
container di
ruangan
Sebagai
pencegahan
INOS
4. Setiapselesai operan
kepala ruangan
sering mengingatkan
kembali tentang
pemilahansampah
dan penggunaan
APD
5. Pembuatan sharp
container sendiri dari
kardus.
R.Melati 21 Juli – 31 Agustus
2014(Minggu II-
V
- Karu- Katim- Perawat
pelaksana- Mahasiswa
PJ: ZAKY
1. Sosialisasi masalah
2. Membuat
kesepakatan dengan
kepala ruangan dan
perawat ruangan
mengenai
pemisahan alat
medis –non medis
dan pembuatan
tempat pembuangan
sampah tajam
3. PelaksanaanMonitori
ng dan evaluasi
100%
2 Belum
diberlakukan
nya
pre&post
Keterbatasan
jumlah SDM
sehingga
operan
Agar
pelaksanaan
timbang
terima, pre-
1. Membiasakan
membaca SOP
setelah melakukan
operan
R.Melati 21 Juli – 31 Agustus
2014(Minggu II-
V
- Karu- Katim- Perawat
pelaksana- Mahasiswa
1. Sosialisasi masalah
2. Membuat kesepakatan
dengan kepala
ruangan dan perawat
100%

conference,
ronde dan
belum ada
pembacaan
SOP
tindakan dan
membaca
teks doa
dijadikan satu
dengan pre
conference
namun masih
ada poin-
poinpenting
yang tidak
dilaksanakan
saat operan..
post
conference
lebih menitik
beratkan pada
masalah
keperawatan
2. Mendokumentasikan
dan menerapkan
kegiatan pre post
conference
3. Membuat dan
membaca teks doa
sebelum bekerja
PJ: NOVITHA ruangan mengenai
pembuatan SOP
timbang terima, SOP
pre & post conference
3. Monitoring dan
evaluasi
3 Ketidak-
efektifan
dalam
melakukan
tindakan
patient
safety untuk
mencegah
risiko jatuh,
dan kejadian
tidak
diharapkan
dalam
pemberian
obat
1. Rendahnya
kesadaran
perawat
dalam
implementas
i identifikasi
pasien
pasien
dekubitus,
pasien
resiko jatuh,
dan kejadian
tidak
diharapkan
dalam
pemberian
obat
Sebagai
indikator mutu
pelayanan
ruang melati
1. Dilakukan screening
pada pasien
menggunakan
morse scale
2. Menempatkan
pasien dengan risiko
tinggi jatuh di bed
yang berada di dekat
tembok
3. Penandaan pada
gelang pasien
dengan risiko tinggi
jatuh
4. Membuat prinsip
pemberian obat 6
benar (benar
pasien,obat, dosis,
rute, waktu dan
R.Melati 21 Juli – 31 Agustus
2014(Minggu II-
V
- Karu- Katim- Perawat
pelaksana- Mahasiswa
PJ: INDRA
1. Sosialisasi masalah
2. Membuat
kesepakatan dengan
kepala ruangan dan
perawat ruangan
mengenai pembuatan
SOP patient safety
3. Pelaksanaan
4. Monitoring dan
evaluasi
100%

2. Kurang
maksimalnya
KIE keluarga
terkait
pencegahan
dekubitus
pada pasien
bed rest.
dokumentasi) dan
menempelkan
prinsip pemberian
obat 6 benar di area
sentralisasi obat.
5. Melakukan KIE pada
keluarga untuk
melakukan
pergantian posisi
setiap 2 jam sekali
pada pasien bed rest
dan melakukan
personal higiene
secara rutin.
4 Kurangnya
kesadaran
petugas
kesehatan
dalam
mencegah
penyebaran
infeksi
nosokomial
(INOS) dari
alat medis
dengan cara
mencuci alat
1. tidak ada
klorin
sebagai
desinfektan
2. beban kerja
perawat
yang berat
3. tidak ada
protab
dekontamina
si alat-alat
medis
Agar mutu
pelayanan
tetap terjaga
1. Menyediakan larutan
klorin
2. Membuat protap
dekontaminasi alat
medis yang di
tempel di tempat
cuci alat medis
3. menyediakan lembar
evaluasi terhadap
protap
dekontaminasi alat
medis
R.Melati 21 Juli – 31 Agustus
2014(Minggu II-
V
- Karu- Katim- Perawat
pelaksana- Mahasiswa
PJ: JAJANG
4. Sosialisasi masalah
5. Membuat
kesepakatan dengan
kepala ruangan dan
perawat ruangan
mengenai
pembuatan larutan
klorin untuk
dekontaminasi dan
protap yang
dipasang di temapt
alat cuci medis
100%

medis bekas
pakai sesuai
dengan
langkah-
langkah
dekontamina
si yang
benar
6. Pelaksanaan
7. Monitoring dan
evaluasi

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Evaluasi Hasil Implementasi Berdasarkan Prioritas Masalah
Evaluasi dilakukan dengan dua metode, yaitu evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan setiap akhir minggu, pada minggu ke
II sampai minggu ke V implementasi program. Evaluasi hasil berdasarkan
prioritas masalah dilakukan selama 3 hari, yaitu mulai tanggal 1-3
September 2014. Berikut ini adalah penyajian hasil evaluasi.
5.1.1. Rencana Kegiatan
a. Pre & post conference, ronde dan pembacaan SOP tindakan dan
membaca teks doa
No Kegiatan Rencana Keterangan
1 Sosialiasasi dan
identifikasi masalah
14-18 Juli
2014
Mensosialisasikan pada perawat ruangan
mengenai pelaksanaan pre-post
conference, ronde, pembacaan SOP dan
pembacaan doa.
2
Membiasakan
melakukan operan
sesuai dengan cek
list standar
21 Juli- 30
agustus 2014
a. Membuat chek list operan sesuai
standar
b. Menghimbau kepada perawat agar
melakukan operan sesuai standar chek
list
Melakukan pre
conference
21 Juli- 30
agustus 2014
a. Membuat chek list pre coference
sesuai standar
b. Membuat poster alur pre conference
c. Membahas rencana kegiatan dan
asuhan keperawatan
Membiasakan
pembacaan SOP
setelah pre
conference
21 Juli- 30
Agustus 2014
a. Menghimbau kepada perawat untuk
membaca SOP setelah pre conference
agar tindakan yang dilakukan sesuai
SOP
Melakukan post
conference
21 Juli- 30
agustus 2014
a. Membuat chek list post conference
sesuai standar
b. Membuat poster alur post conference
Membaca teks doa
sebelum bekerja
21 Juli- 30
agustus 2014
Menghimbau kepada perawat agar selalu
membaca doa sebelum bekerja

3
Evaluasi
Membiasakan
melakukan operan
sesuai dengan cek
list standar
1-3
september
2014
a. Mengobservasi pelaksanaan operan
b. Mengobservasi pelaksanaan operan
sesuai standar list
Evaluasi Melakukan
pre conference
1-3
september
2014
a. Mengobservasi pelaksanaan pre
conference dan dilakukan sesuai
dengan alur pre conference
Evaluasi
Membiasakan
pembacaan SOP
setelah pre
conference
1-3
september
2014
a. Mengobservasi pelaksanaan
pembacaan SOP
Evaluasi Melakukan
post conference
1-3
september
2014
a. Mengobservasi pelaksanaan post
conference dan dilakukan sesuai
dengan alur post conferece
Evaluasi Membaca
teks doa sebelum
bekerja
1-3
september
2014
a. Mengobservasi pelaksanaan
pembacaan doa
b. Pencegahan Infeksi Nosokomial
No Kegiatan Rencana Keterangan
1 Sosialiasasi dan
identifikasi masalah
14-18 Juli
2014
a. Mensosialisasikan pada perawat
ruangan mengenai pemilahan sampah
medis dan non medis.
b. Mensosialisasikan pada perawat
ruangan mengenai pembuangan
sampah jarum suntik bekas pakai di
sharp container.
c. Mensosialisasikan pada perawat
ruangan mengenai pentingnya
desinfeksi bed pasien secara berkala
2 Setiap selesai operan
kepala ruangan
seringmengingatkan
kembali tentang
21 Juli- 30
agustus 2014
a. Setiap selesai pre conference kepala
ruangan sering mengingatkan kembali
tentang pemilahan sampah dan
penggunaan APD

pemilahan sampah
dan penggunaan
APD
b. Kepala ruang mengawasi pembuangan
sampah medis dan non medis serta
penggunaan APD
Pelaksanaan
pemakaian sharp
container dari kardus
21 Juli- 30
agustus 2014
a. Mensosialisasikan kepada perawat
ruangan pada sharp container..
b. Melaksanakan pembuangan jarum
suntik bekas pakai di sharp container.
c. Membuang sampah dari sharp
container ke tempat sampah medis.
Setiap setelah bed
digunakan pasien
harus dilakukan
desinfeksi bed pasien
dengan cairan klorin.
21 Juli- 30
Agustus 2014
a. Melakukan pengarahan kepada
anggota tim sebelum melakukan
verbed dan desinfeksi bed.
b. Mengencerkan klorin dengan air
dengan perbandingan 1:9.
c. Melakukan verbed dan desinfeksi bed
pasien serta lingkungan sekitar pasien
(meja, standar infus) dengan cairan
klorin
3
Evaluasi setiap
selesai operan kepala
ruangan sering
mengingatkan
kembali tentang
pemilahan sampah
dan penggunaan
APD
1-3
september
2014
a. Mengobservasi pelaksanaan
pembuangan sampah medis bekas
rawat luka yang dilakukan tiap 3 hari
sekali post operasi pasien.
b. Mengobservasi penerapan tempat
sampah medis bekas rawat luka dalam
penggunaannya setelah ada rawat luka
di Ruang melati.
Evaluasi pemakaian
sharp container
kardus
1-3
september
2014
Mengobservasi pemakaian sharp container
tepat sasaran
Evaluasi setiap
setelah bed
digunakan pasien
harus dilakukan
desinfeksi bed pasien
dengan cairan klorin.
1-3
september
2014
Mengobservasi pelaksanaan desinfeksi
bed pasien dengan larutan korin

c. Dekontaminasi alat-alat medis
No Kegiatan Rencana Keterangan
1 Sosialiasasi dan
identifikasi masalah14-18 Juli
2014
Mensosialisasikan pada perawat ruangan
mengenai langkah-langkah dekontaminasi
instrument medis bekas pakai
2
Menyediakan larutan
klorin
21 Juli- 30
agustus 2014
Menyediakan larutan klorin dengan
perbandingan air dan klorin yaitu 1:9
Membuat protap
dekontaminasi alat
medis yang di tempel
di tempat cuci alat
medis
21 Juli- 30
agustus 2014
a. Membuat protap dekontaminasi alat
medis dan di tempel di tempat cuci alat
medis.
b. Meghimbau perawat untuk melakukan
dekontaminasi alat medis sesuai
dengan protap
menyediakan lembar
evaluasi terhadap
protap dekontaminasi
alat medis
21 Juli- 30
Agustus 2014
Penyediaan lembar evaluasi terhadap
pelakasanaan dekontaminasi oleh perawat
3
Evaluasi penyediaan
larutan klorin
1-3
september
2014
Mengobservasi penyediaan larutan klorin
dan pembuatan larutan klorin dengan
benar
Evaluasi membuat
protap dekontaminasi
alat medis yang di
tempel di tempat cuci
alat medis
1-3
september
2014
a. Mengobservasi pelaksanaan
dekontaminasi instrument medis setiap
sesudah kegiatan rawat luka
b. Mengobservasi pelaksanaan
dekontaminasi instrument medis sesuai
dengan prosedur yang benar
Evaluasi penerapan
lembar evaluasi
terhadap protap
dekontaminasi alat
medis
1-3
september
2014
Mengobservasi penerapan evaluasi
dekontaminasi alat medis sesuai dengan
protap
d. Pencegahan Pasien Jatuh dan kejadian tidak diharapkan dalam pemberian
obat.
No Kegiatan Rencana Keterangan
1 Sosialisasi dan 14-18 Juli a. Mensosialisasikan pada perawat

identifikasi masalah
2014
ruangan mengenai screening pasien
jatuh dengan menggunakan morse scale
b. Mensosialisasikan pada perawat
ruangan pemakaian penanda sticker
warna pada pasien resiko jatuh
c. Memsosialisasikan pada perawat
ruangan mengenai kejadian tidak
diharapkan dalam pemberian obat
dengan prinsip 6 benar
2
Dilakukan screening
pada pasien
menggunakan morse
scale
21 Juli- 30
agustus 2014
Menghimbau pada perawat ruangan untuk
melakukan screening dengan
menggunakan morse scale saat pasien
baru dating ke ruangan
Menempatkan pasien
dengan risiko tinggi
jatuh di bed yang
berada di dekat
tembok
21 Juli- 30
agustus 2014
Menghimbau pada perawat ruangan untuk
menempatkan pasien resiko jatuh pada bed
di dekat tembok dan penerapan safety
Penandaan pada
gelang pasien dengan
risiko tinggi jatuh
21 Juli- 30
Agustus 2014
Menghimbau pada perawat ruangan untuk
memberikan tanda dengan sticker warna
pada pasien resiko jatuh
Membuat prinsip
pemberian obat 6
benar (benar
pasien,obat, dosis,
rute, waktu dan
dokumentasi) dan
menempelkan prinsip
pemberian obat 6
benar di area
sentralisasi obat.
21 Juli- 30
Agustus 2014
a. Menghimbau pada perawat ruangan
untuk selalu melakukan penerapan
prinsip pemberian obat 6 benar sebelum
memberikan obat kepada pasien.
b. Menempelkan poster prinsip pemberian
obat benar
3 Evaluasi penerapan
screening pada pasien
menggunakan morse
scale
1-3
september
2014
Mengobservasi penerapan screening
dengan mengunakan morse scale pada
pasien resiko jatuh yang baru datang ke
ruangan
Evaluasi penempatan 1-3 Mengobservasi pelaksanaan penempatan

pasien dengan risiko
tinggi jatuh di bed
yang berada di dekat
tembok
september
2014
pasien dengan resiko jatuh di bed yang
berada di dekat tembok dan pelaksanaan
safety
Evaluasi Pemakaian
sticker warna pada
gelang pasien dengan
risiko tinggi jatuh
1-3
september
2014
Mengobservasi pelaksanaan pemakaian
sticker warna pada gelang pasien dengan
resiko jatuh
Evaluasi prinsip
pemberian obat 6
benar (benar
pasien,obat, dosis,
rute, waktu dan
dokumentasi) dan
menempelkan prinsip
pemberian obat 6
benar di area
sentralisasi obat.
1-3
september
2014
Mengobservasi pelaksanaan prinsip
pemberian obat 6 benar

5.1.2. Implementasi
No2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0
3
11 2 3
Pre & post conference, ronde dan pembacaan SOP tindakan dan membaca teks doa
1 Membiasakan
melakukan operan
sesuai dengan cek
list standar
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
%
2 Melakukan pre conference
- √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 90%
3 Membiasakan pembacaan SOP setelahpre conference
√ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Melakukan post conference
√ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Membaca teks doa sebelum bekerja
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
%
Pencegahan Infeksi
Nosokomial
√ √ √ √ √ √ √

1 Setiap selesai operan
kepala ruangan
seringmengingatkan
kembali tentang
pemilahan sampah
dan penggunaan
APD
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
%
2 Pelaksanaan
pemakaian sharp
container dari kardus
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
%
3 Setiap setelah bed
digunakan pasien
harus dilakukan
desinfeksi bed pasien
dengan cairan klorin.
√ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ 86%
Dekontaminasi alat-
alat medis
1 Menyediakan larutan
klorin
- - - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 71%
2 Membuat protap
dekontaminasi alat
medis yang di tempel
di tempat cuci alat
medis
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
%
3 menyediakan lembar
evaluasi terhadap
- - √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 80%

protap dekontaminasi
alat medis
Pencegahan Pasien
Jatuh dan kejadian
tidak diharapkan
dalam pemberian
obat
1 Dilakukan screening
pada pasien
menggunakan morse
scale
√ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 86%
2 Menempatkan pasien
dengan risiko tinggi
jatuh di bed yang
berada di dekat
tembok
- - - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 71%
3 Penandaan pada
gelang pasien
dengan risiko tinggi
jatuh
- - - - - - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 71%
4 Membuat prinsip
pemberian obat 6
benar (benar
pasien,obat, dosis,
rute, waktu dan
dokumentasi) dan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
%

menempelkan prinsip
pemberian obat 6
benar di area
sentralisasi obat.

5.1.3. Evaluasi (Hasil Penyelesaian Masalah)
a. Pre & post conference, ronde dan pembacaan SOP tindakan dan membaca teks
doa
MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 5 EVALUASI AKHIR0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%100%
85%75%
70%65%
100%
90%
70% 70%65%
90%
70%70%
65%
OPERANPRE CONFERENCEPEMBACAAN SOPPOST CONFERENCEPEMBACAAN DOA
Bagan 5.1 Penilaian berdasarkan check list terhadap pelaksanaanPre&post
conference, ronde dan pembacaan SOP tindakan dan membaca teks doa
Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama empat minggu, didapatkan bahwa pelaksanaan pre&post conference, ronde dan pembacaan
SOP tindakan dan pembacaan doa mengalami penurunan , minggu kedua pada operan,
preconference, pembacaan SOP, post conferen dan pembacaan doa adalah 100%. Pada minggu ke
3 pelaksanaan operan menjadi 85%, untuk preconference, pembacaan SOP dan postconference
turun menjadi 90% sedangkan pembacaan doa tetap dalam prosentase 100%. Untuk minggu ke 4
dan ke 5 juga mengalami prosentase penurunan dari minggu sebelumnya yaitu sebesar 70% untuk
emua tindakan. Dan pada evaluasi akhir juga mengalami penurunan dengan prosentase sebesar
65%.

b. Pencegahan Infeksi Nosokomial
Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Evaluasi akhir
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%100%
95%90% 90%
85%
PEMILAHAN SAMPAH DAN APD
SHARP CONTAINER
DESINFEKTAN
Bagan 5.2 Penilaian berdasarkan check list terhadap pelaksanaan
Pencegahan Infeksi Nosokomial
Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama empat minggu, didapatkan bahwa pelaksanaan pencegahan infeksi mengalami penurunan ,
minggu kedua pada sosialisassi program kepatuhan terhadap tindakan adalah 100%, kemudian pada
mingg ke 3 turun menjadi 95%, pada minggu ke 4 dan ke 5 prosentase kepatuhan tindakan menjadi
90% dan pada akhir minggu evaluasi turun menjadi 85%.

c. Dekontaminasi alat-alat medis
MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4 MINGGU 5 EVALUASI AKHIR
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%100% 100% 100% 100% 100%
95%
80%75% 75%
95%
85% 85%80%
LARUTAN KLORIN
PROTAP DEKONTAMINASI
LEMBAR EVALUASI DEKONTAMINASI
Bagan 5.3 Penilaian berdasarkan check list terhadap pelaksanaanDekontaminasi alat-
alat medis
Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama empat minggu, didapatkan bahwa pelaksanaan dekontaminasi alat-alat medis mengalami
penurunan. pada protap dekontaminasi dari minggu ke 2 hingga minggu akhir evaluasi pelaksaan
protap dekontaminasi dilakukan 100%, untuk penggunaan larutan klorin dan pengisian lembar
evaluasi dekontaminasi mengalami penurunan dengan prosentase 95%. Pada minggu ke 3 dan ke 4
penggunaan larutan klorin dan pengisian lembar evaluasi dekontaminasi dilaksanakan 85%. Dan
pada minggu akhir evaluasi untuk penggunaan larutan klorin menunjukkan prosentase 75% dan
pengisian lembar evaluasi dekontaminasi dengan prosentase sebesar 80%.

d. Pencegahan Pasien Jatuh dan kejadian tidak diharapkan dalam pemberian
obat
Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Evaluasi akhir
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%100%
80% 80% 70%70%
80%
65%70%
65%70% 65% 70%
100% 100% 100% 100%
SCREENING DENGAN MORSE SCALE
PASIEN RESIKO JATUH DITEMPATKAN DI DEKAT TEMBOK
PENANDA GELANG
ENAM BENAR OBAT
Bagan 5.4 Penilaian berdasarkan check list terhadap pelaksanaan Pencegahan
Pasien Jatuh dan kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat
Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa pencegahan pasien jatuh dan kejadian
tidak diinginkan mengalami penurunan. pada minggu ke 2 semua tindakan sudah dilakukan 100%.
Untuk tindakan enam benar obat dari minggu kedua hingga minggu akhir evaluasi tindakan dilakukan
100%. Sedangkan untuk screening dengan morse scale, pasien resiko jatuh ditempatkan di tembok,
dan penggunaan gelang penanda mengalami penurunan dengan pesentase 75%.

Pencegahan infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial berasal dari proses penyebaran dari pelayanan kesehatan salah
satunya rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat berbagai macam penyakit yang
berasal dari pasien maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini
dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti: udara, air, lantai, makanan
dan benda-benda medis maupun non medis. Salah satu sumber penularan infeksi
nosokomial di rumah sakit adalah perawat, yang dapat menyebarkan melalui kontak
langsung kepada pasien. Cara penularan terutama melalui tangan dan dari petugas
kesehatan maupun tenaga kesehatan yang lain, jarum infeksi, kateter urine, kateter
intravena, perban, dan cara keliru menangani luka ataupun peralatan alat medis yang
terkontaminasi (Darmadi, 2008).
Masalah utama dalam mengatasi limbah infeksius adalah resiko penularan oleh agen
infeksius yang berasal dari limbah ini. Resiko penularan akan muncul saat pembuangan dari
sumbernya, proses pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan hingga penanganan baik
onsite maupun offsite (Colony, 2001). Hal ini merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam
menentukan wadah atau kontainer untuk limbah infeksius. Pertimbangan penggunaan
wadah juga dibedakan sesuai tipe limbah infeksius, dimana dapat digolongkan menjadi tiga
tipe, yaitu : limbah benda tajam, limbah padat dan cair. Ketiganya memiliki perbedaan besar
secara fisik , kimia, dan resiko yang dapat ditimbulkan sehingga persyaratan dalam
pewadahan dan penanganannyapun berbeda. Pada prinsipnya limbah medis harus
sesegera mungkin ditreatmen setelah dihasilkan dan penyimpanan merupakan prioritas
akhir bila limbah benar-benar tidak dapat langsung diolah. Faktor penting dalam
penyimpanan (Reinhardt,1991): melengkapi tempat penyimpanan dengan cover atau
penutup, menjaga agar areal penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah
non-medis, membatasi akses sehingga hanya orang tertentu yang dapat memasuki area
serta, lebeling dan pemilihan tempat penyimpanan yang tepat.
Menurut Kepmenkes No 1428/MENKES/SK/XII/2006, yaitu sejak awal pembuangan
limbah, harus sudah dilakukan di tempat yang terpisah. Selain dipisahkan antara limbah
limbah infeksius dan non infeksius (limbah domestik). Setiap ruangan harus disediakan
tempat sampah yang terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mudah dibersihkan serta dilengkapi dengan kantong plastik sebagai berikut: Untuk sampah
infeksius menggunakan kantong plastik berwarna kuning, benda-benda tajam dan jarum
ditampung pada wadah khusus seperti botol, sampah domestik menggunakan kantong
plastik berwarna hitam, terpisah antara sampah basah dan kering dan sampah radioaktif
menggunakan plastic berwarna merah.

Hand hygiene telah terbukti memiliki peran penting dalam pencegahan infeksi
nosokomial (Mazi, et al., 2013). Penerapan cuci tangan sebagai bagian dari hand hygiene
sekarang telah direkomendasikan sebagai elemen utama dari pencegahan dan kontrol
patient safety. Hal ini dikarenakan adanya penyebaran cepat pathogen (superbugs)
yangberhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien (Bolon, 2011).
Meskipun hand hygiene merupakan strategi terpenting dalam mencegah dan mengontrol
infeksi nosokomial, penelitian menunjukkan bahwa penerapan hand hygiene, terutama cuci
tangan oleh tenaga kesehatan, pasien, keluarga, maupun pengunjung masih belum optimal
(Allegranzi & Pitet, 2009).
Daftar pustaka
1. Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendalian, Salemba Medika,
Jakarta.
2. Allegranzi B1, Pittet D. 2009. Role of hand hygiene in healthcare-associated infection
prevention. J Hosp Infect. 2009 Dec;73(4):305-15. doi: 10.1016/j.jhin.2009.04.019. Epub
2009 Aug 31.
3. Colony, S. 2001. Hospital Waste Management at SMF. http://www.SMF-Hospital
waste management.htm
4. Reinhardt, P.A and Gordon, J.G . 1991. Infectious and Medical Waste Management.
Michigan. Lewis Publisher Inc.
5. ____________, 2006, Kepmenkes RI No.1428/Menkes/SK/XII/2006 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas, Jakarta: Depkes
RI.
Kurangnya kesadaran membuang sampah medis pada tempat sampah medis yang sudah
disediakan dan untuk tidak membuang di sampah umum, serta membuang jarum bekas pakai
di sharp container
Rangkaian implementasi diagnosa 2 dilakukan secara bertahap. Tahap pertama
dimulai dari mempersiapkan instrumen yang meliputiSOP pemilahan sampah medis dan
lembar khusus yang ditempelkan berisi tata cara pemilahan sampah medis kemudian

menata dan membuat alat pendukung seperti (sampah tempat ampul dan vial).
Mempersiapkan instrumen dimulaipada minggu kedua.
