Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web...

38
Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru, 14 November 2013 ______________________________________ PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN Oleh: Prof. Djemari Mardapi, Ph.D*)

Transcript of Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web...

Page 1: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Bahan Pelatihan Penilaian PembelajaranUniuversitas Islam Riau Pekanbaru, 14 November 2013______________________________________

PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

Oleh: Prof. Djemari Mardapi, Ph.D*)

*) Dosen Universitas Negeri Yogyakarta Anggota BSNP dan HEPI

Page 2: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

A. Prinsip Dasar Penilaian dan Evaluasi

Penilaian atau asesmen merupakan rangkaian kegiatan dalam melaksanakan

pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah, dan pendidikan tinggi. Kegiatan

pendidik atau dosen dalam melaksanakan pembelajaran melalui tiga tahapan, yaitu

persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut dengan

baik, pendidik harus memiliki kompetensi merancang proses pembelajaran,

melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai proses dan hasil pembelajaran.

Ada empat istilah yang sering digunakan berkaitan dengan kegiatan penilaian

yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi. Pertama adalah pengukuran,

yaitu penetapan angka terhadap suatu objek atau gejala dengan cara yang sistematik

(Allen & Yen, 1979). Akurasi penetapan angka ini ditentukan oleh kualitas instrumen

dan cara menggunakan instrumen ini, yang kemungkinan memiliki kesalahan

pengukuran (Johnson & Johnson: 2, 2003). Kesalaan pengukuran ini bisa disebabkan

oleh alat ukur, objek yang diukur, subjek yang mengukur, dan lingkungan

pengukuran. Kesalahan ini ada yang bersifat acak dan ada yang sistematik. Kesalahan

yang bersifat acak ini dapat diestimasi dengan menggunakan beberapa asumsi, sedang

kesalahan yang sistematik sulit diestimasi besarnya, hanya arahnya yang

kemungkinan dapat diduga.

Kedua adalah pengujian, yaitu kegiatan untuk mengetahui pencapaian belajar

atau kompetensi yang dicapai peserta didik. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan tes yang terdiri atas sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban

benar atau salah. Banyak bentuk tes yang dapat digunakan,untuk pengujian masing-

masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Ketiga adalah penilaian, yaitu kegiatan

mengumpulkan informasi tentang kualitas atau kuantitas perubahan pada peserta

didik. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran,

misalnya tinggi, rendah, baik, buruk, indah, jelek, dan sebagainya. Penilaian berfokus

pada individu sedang evaluasi berfokus pada kelompok atau kelas. Pembelajaran pada

dasarnya adalah kegiatan melakukan perubahan pada peserta didik yang hasilnya

harus diketahui. Untuk mengetahui besar dan kualitas perubahan dilakukan penilaian.

Jadi penilaian merupakan hal yang pentring dalam melaksanakan pembelajaran.

2

Page 3: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

Keempat adalah evaluasi, yaitu merupakan salah satu rangkaian kegiatan

dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam

melaksanakan programnya. Kagiatan evaluasi sering menggunakan judgment

terhadap hasil suatu penilaian. Bila hasilnya bagus terus dan bila tidak baik berhenti,

atau walau hasilnya kurang baik program terus dilaksanakan dengan melakukan

perbaikan-perbaikan, karena termasuk program prioritas utama.

Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan

mana yang belum, dan selanjutnya informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu

program. Menurut Tyler (1950), evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan

pendidikan telah tercapai. Evaluasi menurut Griffin & Nix (1991) adalah judgment

terhadap nilai hasil pengukuran atau implikasi dari hasil pengukuran. Tyler

menekankan pada pencapaian tujuan suatu program, sedang Griffin & Nix lebih

menekankan pada penggunaan hasil penilaian. Kegiatan penilaian dan evaluasi

memerlukan data hasil pengukuran

Alat ukur yang sering digunakan untuk mengumpulkan data bisa berupa tes dan

nontes. Tes yang baik harus mewakili domain yang diukur dan mengukur tingkat

berfikir yang tepat. Domain yang diukur ini adalah bahan ajar yang dapat dilihat

pada silabus mata pelajaran. Informasi yang akurat berasal dari sejumlah

pengukuran, yaitu yang dilaksanakan sepanjang semester. Bentuknya bisa berupa

tugas, ulangan mingguan, dan ulangan pertengahan dan ulangan akhir semester.

Dengan demikian pencapaian belajar peserta didik pada suatu bidang studi dapat

diketahui.

Alat ukur yang digunakan harus diusahakan agar memberikan data yang sahih

(valid) dan andal (reliable) Sahih berkaitan dengan sampel bahan ajar yang diujikan,

karena waktu untuk ujian sangat terbatas, khususnya ujian pertengahan semester dan

akhir semester. Andal berkaitan dengan kesalahan pengukuran, yang sering

dinyatakan dengan koefisien keandalan.

Penilaian hasil pembelajaran harus mencakup ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Sesuai dengan karakteristiknya teknik penilaian untuk ketiga ranah

tersebut tidak sama. Untuk ranah kognitif bisa dilakukan dengan tes tertulis, ranah

psikomotor dengan tes perbuatan, dan ranah afektif melalui pengamatan, inventori,

3

Page 4: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

atau kuesioner. Hasil penilaian ketiga ranah tersebut akan memberikan informasi

tentang kompetensi peserta didik. Informasi ini diperlukan untuk merancang program

perbaikan atau remedi

B. Hasil Pembelajaran

Hasil Pembelajaran yang diharapkan dari peserta didik disebut standar

kompetensi lulusan. Standar kompetensi ini mencakup tiga aspek, yaitu aspek

kognitif, aspek psikomotor, dan aspek afektif. Aspek atau ranah kognitif berkaitan

dengan kemampuan berpikir, dan menurut Anderson dan Krathwohl (2001) ada

enam kategori dimensi proses kognitif, yaitu pengingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, evaluasi, dan kreasi. Pengingatan adalah menghapal pengetahuan yang

relevan dalam memori jangka panjang. Pada tingkat pemahaman mahasiswa

membangun makna dari pesan pembelajaran melalui lisan, tertulis, dan/atau

komunikasi grafik. Aplikasi adalah menerapkan pengetahuan atau menggunakan

suatu prosedur dalam suatu situasi baru. Analisis adalah menguraikan materi ke

dalam beberapa bagian dan menentukan bagaimana masing-masing bagian

berhubungan satu dengan lainnya, dan terhadap keseluruhan struktur. Evaluasi

adalah kegiatan membuat judgment berdasarkan suatu kriteria atau standar. Terakhir,

kreasi adalah kegiatan menyatukan semua elemen untuk membentuk suatu yang

koheren dan menjadi suatu atau menyusun elemen-elemen menjadi bentuk pola yang

baru atau struktur yang baru.

Kemampuan berpikir peserta didik menurut Marzano dan Kendall (1996)

berdasarkan tingkatannya adalah memahami dan menerapkan konsep yang ada dalam

suatu mata pelajaran. Kategori yang rendah adalah memahami sedang yang tinggi

adalah menerapkan dalam berbagai situasi. Untuk mencapai kemampuan yang lebih

tinggi, peserta didik harus melalui tingkat berpikir di bawahnya terlebih dahulu.

Dalam melakukan penilaian tingkat berpikir peserta didik dikaitkan dengan

karakteristik mata pelajaran. Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural (Marzano & Kendall, 1996).

Pengetahuan deklaratif dinyatakan sebagai informasi dan biasanya melibatkan

komponen bagian-bagian. Sebagai contoh, pengetahuan tentang konsep demokrasi

4

Page 5: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

mencakup keputusan bahwa tiap orang hanya memiliki satu suara dalam suatu

pemilihan. Pengetahuan deklaratif terbatas pada paham akan suatu konsep.

Pengetahuan prosedural menuntut peserta didik mampu menerapkan konsep-

konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran. Pengetahuan tingkat ini menuntut

tingkat berpikir peserta didik yang lebih tinggi dibanding pengetahuan deklaratif.

Oleh karena itu dalam mengembangkan sistem pengujian, pengetahuan deklaratif

dan pengetahuan prosedural harus tampak.

Menurut Kratwohl (1964) proses internalisasi ranah afektif melalui lima

tingkatan, yaitu penerimaan, pemberian respon, penilaian, pengorganisasian, dan

karakterisasi. Penilaian pencapaian kompetensi pada ranah ini ditempuh melalui

pengmatan sehari-hari. Perubahan pada ranah ini tidak bisa cepat, tetapi melalui

proses panjang. Untuk itu pendidik harus menyusun rencana pembelajaran pada aspek

afektif ini, kemudian dilakukan pengamatan yang hasilnya digunakan untuk

perbaikan.

Berkenaan dengan ranah afektif, kompetensi yang ingin dicapai meliputi

tingkatan pemberian respon (responding), apresiasi (appreciating), penilaian

(valuing), dan internalisasi (internalization). Pengalaman belajar yang relevan dengan

berbagai jenis tingkatan afektif tersebut antara lain: berlatih memberikan respon atau

reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya, berlatih menikmati atau

menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika; berlatih

menilai ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap objek

studi; berlatih menerapkan/mempraktekkan nilai, norma, etika dan estetika dalam

perilaku kehidupan sehari-hari. Secara kongkrit, pengalaman belajar yang perlu

dilakukan agar peserta didik mencapai berbagai tingkatan kompetensi afektif tersebut

antara lain dengan mengamati dan menirukan perilaku contoh/model/panutan,

mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau

berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntunan nilai yang dipelajari.

Ranah psikomotor berkaitan dengan gerak, dan menurut Simpson proses

pembelajarannya melalui 6 tingkatan, yaitu persepsi atau kesadaran, kesiapan

penyesuaian, respons terbimbing, mekanis, respons yang komplek, penyesuaian dan

pengembangan. Pembelajaran ranah atau aspek psikomotor pada umumnya dimulai

5

Page 6: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

dengan demonstrasi yang dilakukan pendidik. Peserta didik pada kegiatan

demonstrasi adalah memperhatikan sembil menirukan gerak. Ada peserta didik yang

mampu belajar sampai tingkat tinggi, tetapi ada yang tidak, tergantung pada bakat

peserta didik.

Berkenaan dengan ranah psikomotorik, kompetensi yang dicapai meliputi

tingkatan gerakan awal, semi rutin, gerakan rutin. Untuk mencapai kompetensi

tersebut, pengalaman belajar yang perlu dilakukan antara lain: pada tingkatan

penguasaan gerakan awal, peserta didik perlu berlatih menggerakkan sebagian

anggota badan, pada tingkatan gerakan semi rutin, peserta didik berlatih, mencoba,

atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan. Pada tingkatan

gerakan rutin peserta didik melakukan gerakan secara menyeluruh dengan sempurna

sampai pada tingkatan otomatis. Pengalaman belajar yang umum dilakukan untuk

mencapai ketiga tingkatan tersebut adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan

intensif (drill), menirukan, mensimulasikan, mendemonstrasikan gerakan yang ingin

dikuasai. Misalnya, peserta didik sekolah penerbang mensimulasikan cara

menerbangkan pesawat dengan menggunakan simulator pesawat.

C. Kualitas Instrumen

Kualitas instrumen alat ukur dapat dilihat pada bukti kesahihan (validity),

dan besarnya koefisien keandalan (reliability). Ada tiga kesahihan alat ukur, yaitu

kesahihan konstruk, kesahihan isi, dan kesahihan terkait kriteria. Bukti kesahihan

konstrak alat ukur dilihat dari teori yang digunakan dan dimensi yang diukur. Pada

umumnya dimensi yang diukur adalah satu. Bukti kesahihan isi dilihat dari

kesesuaian antara materi yang diujikan dan yang diajarkan, yaitu yang terdapat pada

kurikulum Kesahihan terkait kriteria merupakan hubungan antara prediktor dan

kriteria. Prediktor pada suatu sistem pengujian adalah tes masuk, sedang kriterianya

adalah keberhasilan belajar atau keberhasilan kerja.

Keandalan alat ukur dapat dikategiorikan menjadi tiga, yaitu konsistensi

internal, stabilitas dan antar penilai. Pada konsitensi internal, alat ukur digunakan

sekali kemudian dihitung besarnya koefisien keandalannya. Ada banyak formula

6

Page 7: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

yang dapat digunakan untuk mencari besarnya koefisien keandalan Perbedaan

formula disebabkan asumsi yang digunakan berbeda. Oleh karena itu sebelum

menghitung koefisein keandalan alat ukur, diteliti dulu asumsi yang digunakan.

Alat ukur yang komparabel adalah yang hasil pengukurannya dapat

dibandingkan antar tempat dan waktu. Komparabel bisa dicapai apabila digunakan

kisi-kisi sama, tujuan sama, dan skala yang sama. Apabila diperoleh skala yang

sama, maka hasil pengukuran tiap peserta didik dapat dibandingkan. Prinsip ini

diterapkan dengan menggunakan bank soal. Butir-butir yang ada dalam bank soal

telah dikalibraasi, yaitu telah memiliki parameter butir. Parameter butir berupa tingkat

kesulitan dan daya beda butir.

Alat ukur yagn digunakan harus feasible, yaitu dapat diterapkan di satuan

pendidikan. Penerapan alat ukur dilihat dari relatif efisiensi suatu alat ukur. Relatif

efisiensi dilihat dari informasi yang diperoleh. Apabila jumlah butir dua alat ukur

yang mengukur hal yang sama, maka yang dipilih adalah yang lebih sedikit jumlah

butirnya tepati infromasinya sama dengan jumlah butir yang banyak. Oleh karena itu

dalam mengembangkan sistem penilaian perlu ditelaah kemungkinan penggunaan

instrument di satuan pendidikan.

D. Acuan Norma dan Kriteria

Ada dua acuan yang digunakan untuk menafsirkan hasil tes, yaitu acuan

norma dan kriteria. Kedua acuan ini menggunakan asumsi yang berbeda. Penafsiran

hasil tes kedua acuan ini berbeda sehingga menghasilkan informasi yang berbeda

maknanya. Pemilihan acuan yang tepat ditentukan oleh karakteristik bidang studi dan

kurikulum yang digunakan

Tes acuan norma berasumsi bahwa kemampuan orang berbeda dan dapat

digambarkan menurut distribusi normal. Perbedaan ini harus ditunjukkan oleh hasil

pengukuran, misalnya setelah mengikuti kuliah selama satu semester peserta didik

dites. Hasil tes seseorang dibandingkan dengan kelompoknya, sehingga dapat

diketahui posisi seseorang. Acuan ini digunakan terutama pada tes untuk seleksi,

karena sesuai dengan tujuannya tes seleksi adalah untuk mengetahui perbedaan

kemampuan seseorang.

7

Page 8: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

Acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja

namun waktunya yang berbeda. Konsekuensi acuan ini adalah adanya program

remedi dan program pengayaan, bagi yang belum mencapai kriteria harus belajar lagi

melalui program remedyi, sedang yang telah mencapai kriteria mengikuti program

pengayaan. Penafsiran sekor hasil tes selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah

ditetapkan lebih dahulu. Hasil tes dinilai lulus atau tidak. Lulus berarti bisa

melakukan, tidak lulus berarti belum bisa melakukan. Acuan ini digunakan pada

kurikulum berbasis kompetensi, karena jelas apa yang akan diukur.

Asesmen hasil pembelajaran peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk

memantau proses dan hasil pembelajaran peseerta didik, yang selanjutnya

digunakan untuk menyusun program perbaikan atau remedi. Asessmen kategori ini

termasuk pada asesmen formatif. Menurut Cowie dan Bell (1999), asesmen formatif

adalah proses yang digunakan oleh pendidik dan peserta didik untuk mengetahui dan

merespon pencapaian belajar peserta didik dengan tujuan untuk menguatkan selama

aktivitas belajar berlangsung. Jadi wewenang dosen adalah melakukan asesmen

selama pembelajaran berlangung dengan tujuan untuk memperbaiki proses

pembelajaran agar tujuan pembelajaran atau standar kompetensi tercapai.

Menurut Clarke (2005), asesmen formatif terdiri atas empat elemen dasar,

yaitu: (1) tujuan pembelajaran, (2) pertanyaan yang efektif, (3) evaluasi peer-diri, (4)

umpan balik yang efektif. Keempat elemen ini terjadi selama pembelajaran

berlangsung, agar tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai dapat dicapai peserta

didik. Dosen atau pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran harus

memperhatikan bagaimana peserta didik belajar. Hal ini berarti bahwa pendidik

harus selalu mencari strategi mengajar yang memudahkan peserta didik belajar.

Proses ini berlangsung selama kegiatan belajar mengajar, yaitu yang merupakan

kegiatan asesmen formatif.

Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat

keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk

memperbaiki strategi mengajar.Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang

semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran,kompetensi dasar. Jadi

8

Page 9: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

tes ini sebenarnya bukan untuk menentukan keberhasilan belajar semata, tetapi

untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.

Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir jenjang pendidikan.

Menurut Griffin dan Nix (1991: 269), asesmen sumatif adalah asesmen penentuan

final yang umumnya tidak berkaitan dengan penyempurnaan pembelajaran. Sebagai

contoh adalah grade yang diberikan atas unjuk kerja peserta didik oleh penguji

eksternal untuk pengakuan. Asesmen sumatif menggunakan tes sumatif yang

hasilnya digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik untuk mata

pelajaran tertentu atau semua mata pelajaran. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan

dengan sekor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal

pada tes sumatif bervariasi, sedang materinya harus mewakili bahan yang diajarkan.

Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai keberhasilan belajar, keberhasilan mengajar, serta

keduanya.

E. Metode Penilaian

Metode penilaian adalah cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan

tingkat pencapaian belajar peserta didik. Metode penilaian yang dapat digunakan

adalah sebagai berikut.

1. Kuis: Waktu ujian singkat kurang lebih 15 menit dan hanya menanyakan hal-

hal yang prinsip saja dan bentuknya berupa isian singkat. Biasanya dilakukan

sebelum pelajaran dimulai untuk mengetahui penguasaan pelajaran yang lalu

secara singkat. Kuiz bisa juga dilakukan di akhir pelajaran untuk mengetahui

pemahaman peserta didik, dan bila ada yang belum dikuasai dijelaskan

kembali secara singkat. .

2. Pertanyaan lisan di kelas: Materi yang ditanyakan berupa pemahaman

terhadap konsep, prinsip, atau teorema. Teknik bertanya yang baik adalah

ajukan pertanyaan ke kelas, beri waktu sebentar untuk berpikir, dan kemudian

pilih peserta didik secara acak untuk menjawab. Jawaban peserta didik benar

atau salah diberikan ke peserta didik lain atau minta pendapat dari peserta

didik lain,kemudian pendidik menyimpulkannya.

9

Page 10: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

3. Ulangan harian: Ulangan harian dilakukan secara periodik misalnya empat

minggu sekali. Bentuk soal yang digunakan sebaiknya bentuk uraian objektif

atau yang nonobjektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup

pemahaman, aplikasi, dan analisis.

4. Tugas individu: Tugas ini dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk soal

uraian objektif atau nonobjektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya

aplikasi, analisis, bila mungkin sampai pada evaluasi.

5. Tugas kelompok: Tugas ini digunakan untuk menilai kemampuan kerja

kelompok. Bentuk soal yang digunakan adalah uraian dengan tingkat berpikir

yang tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi. Bila mungkin peserta didik diminta

untuk menggunakan data sungguhan atau melakukan pengamatan terhadap

suatu gejala, atau merencanakan sesuatu projek. Kerja Projek pada

umumnya menggunakan data sungguhan dari lapangan.

6. Ujian mid semester: Bentuk soal yang dipakai dapat berupa campuran

pilihan ganda dan uraian, atau semuanya bentuk uraian. Materi yang diujikan

berdasar kisi-kisi soal. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman

sampai pada evalusi.

7. Ujian semester: Bentuk soal yang dipakai dapat berupa campuran pilihan

ganda dan uraian, atau semuanya bentuk uraian. Materi yang diujikan berdasar

pada kisi-kisi soal, dan tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman

sampai pada evaluasi.

Tingkat berpikir yang telibat dalam sistem ujian mencakup pengetahuan

deklaratif dan pengetahuan prosedural. Deklaratip berisi tentang konsep, prinsip, dan

fakta-fakta, sedang prosedural mencakup proses, strategi, aplikasi, dan ketrampilan.

F. Bentuk Tes

Bentuk tes yang digunakan di program studi dapat dikategorikan menjadi

dua, yaitu tes objektif dan tes nonobjektif. Objektif di sini dilihat dari sistem

penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan

skor yang sama. Tes yang nonobjektif adalah yang sistem penskorannya dipengaruhi

oleh subjektivitas pemberi skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes yang

10

Page 11: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

objektif adalah yang sistem penskorannya objektif, sedang tes yang nonobjektif

sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.

Ada beberapa bentuk soal ujian yang dapat digunakan, seperti berikut ini.

1. Pertanyaan lisan di kelas: pertanyaan lisan di kelas pada umumnya ditujukan

pada kelompok, namun bisa individu dan dilakukan pada saat pembelajaran di

kelas berlangsung atau bisa juga di awal pelajaran untuk materi pelajaran yang

lalu, atau di akhir pelajaran untuk materi pelajaran hari itu. Peserta didik yang

dipilih untuk ditanya harus mewakili karakterisik kemampuan individu di kelas.

Bila ada konsep yang belum diketahui sebagian besar peserta didik, maka

pendidik harus menjelaskan kembali dan bisa disertai dengan pemberian tugas.

Pertanyaan lisan dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya yang baik agar

semua peserta didik berpikir.

2. Pilihan ganda: bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya

objektif, dan bisa dikoreksi denga komputer. Namun membuat butir soal pilihan

ganda yang berkualitas cukup sulit, dan kelemahan lain adalah peluang kerja sama

antar peserta tes sangat besar. Oleh karena itu, bentuk ini dipakai untuk ujian yang

melibatkan banyak peserta didik dan waktu untuk koreksi sedikit. Penggunaan

bentuk ini menuntut agar pengawas ujian harus teliti daalam melakukan

pengawasan saat ujian berlangsung. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi

tergantung pada kemampuan pembuat soal.

3. Uraian objektif: bentuk ini cocok untuk mata pelajaran yang batasnya jelas seperti

matematika dan IPA. Agar hasil penskorannya objektif diperlukan pedoman

penskoran. Penskoran dilakukan secara analitik, setiap langkah pengerjaan diberi

skor. Misalnya menuliskan rumusnya diberi skor, menghitung hasilnya diberi

skor, dan menafsirkan atau menyimpulkan hasilnya, juga diberi skor. Penskoran

bersifat herarki, sesuai dengan langkah pengerjaan soal. Bobot skor untuk tiap

butir soal ditentukan oleh tingkat kesulitan butir soal, yang sulit bobotnya lebih

besar dibandingkan dengan yang mudah.. Objektif di sini berarti hasil penilaian

terhadap suatu lembar jawaban akan sama walau diperiksa oleh orang yang

berbeda asal memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan mata ujian.

Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.

11

Page 12: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

4. Uraian nonobjektif / uraianbebas: bentuk ini cocok untuk mengukur

kemmapuan berpikir divergence. Walau hasil penskoran cenderung subjektif,

namun bila disediakan pedoman penskoran, sehingga hasilnya diharapkan dapat

lebih objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi, namun cakupa nmateri

yang diujikan terbatas.

5. Jawab singkat atau isian singkat: bentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jumlah materi yang diuji bisa

banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.

6. Menjodohkan: bentuk ini cocok untuk mengatahui tentang fakta, konsep.

Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung

rendah.

7. Unjuk kerja: bentuk ini cocok untuk mengukur kemampuan seseorang dalam

melakukan tugas tertentu, seperti praktek di laboratorium. Peserta tes diminta

untuk mendemonstrasikan kemampuan dalam bidang tertentu.

8. Portfolio: bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta

didik, dengan menilai kumpulan karya-karya, atau tugas-tugas yang dikerjakan

peserta didik. Portfolio berarti kumpulan karya atu tugas-tugas yang dikerjakan

peserta didik. Karya-karya ini dipilih kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat

perkembangan kemampuan peserta didiik.Cara ini bisa dilakukan dengan baik

bila jumlah peserta didik yang dinilai tidak banyak.

G. Kesahihan dan Keandalan Tes

Suatu tes yang baik harus memiliki bukti kesahihan dan keandalan, hasilnya

dapat dibandingkan, dan ekonomis. Kesahihan tes dapat dikategorikan menjadi tiga,

yaitu kesahihan isi, konstruk, dan kriteria. Kesahihan isi dilihat dari bahan yang

diujikan, kesahihan konstruk dilihat dari definisi atau teori yang diukur, dan

kesahihan kreteria dilihat dari daya prediksinya.

Kesahihan isi dilihat dari kisi-kisi tes, yaitu matrik yang menunjukkan bahan tes

serta tingkat berpikir yang terlibat dalam mengerjakan tes. Kesahihan ini ditelaah

sebelum tes digunakan. Kesahihan konstruk diperoleh dari hasil analisis faktor, yaitu

jumlah faktor yang diukur suatu tes. Bukti kesahihan konstruk diperoleh dari hasil

12

Page 13: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

penggunaan tes, yaitu data empirik. Kesahihan prediktif juga memerlukan data

empirik untuk dapat menghitung besarnya daya prediksi.

Keandalan suatu tes memberikan informasi tentang besarnya kesalahan

pengukuran. Kehandalan suatu tes dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu konsisten

internal, stabilitas, dan antar penilai. Besarnya indeks konsistensi internal diperoleh

dari data hasil uji coba atau data hasil tes. Untuk mencari indeks ini cukup dilakukan

satu kali tes. Indeks stabilitas merupakan tingkat kestabilan hasil pengukuran yang

dilakukan paling tidak dua kali untuk orang yang sama dalam waktu yang berbeda,

dengan asumsi tidak ada efek tes. Keandalan antar penilai diperoleh dari besarnya

korelasi hasil pensekoran dari dua orang terhadap lembar jawaban tes yang sama.

Besarnya indeks keandalan ini adalah 0 sampai 1,0 dan yang dapat diterima minimum

0,70.

Indek keandalan digunakan untuk menghitung besarnya kesalahan pengukuran.

Kesalahan pengukuran ini ada dua, yaitu acak dan sistematik. Acak berarti kesalahan

karena kondisi yang diukur dan yang mengukur bervariasi dan pemilihan bahan yang

diujikan, sedang yang sistematik karena alat ukurnya atau cara pensekoran yang

cenderung murah atau mahal untuk semua peserta didik.

Besarnya kesalahan pengukuran dapat dihitung dengan formula berikut ini:

Se = Sx √ (1- ρxx’ )

Se adalah besarnya kesalahan pengukuran, Sx adalah simpangan baku

sekor, dan ρxx’ adalah indeks keandalan tes. Formula di atas menunjukkan bahwa

apabila indeks keandalan tes besar maka kesalahan pengukuran kecil, dan

sebaliknya bila indeks keandalan tes kecil maka kesalahan pengukuran besar.

Besar indek keandalan miniumu adalah 0,70 menurut Brennan (2006), penulis

menyarankan minimum 0,80 Misalkan suatu tes prestasi belajar indeks

keandalan sebesar 0,70, dan siumpangann baku skor untuk penskoran dengan

skala 0 – 10 sebsar 4, maka besarnya kesalahan pengukuran adalah

Se = 4 √ (1- 0,70 ) = 2,20, jadi bila si Ali mendapat skor 7,0 dan Budi

mendapat skor 5,0 Skor Ali sebenarnya adalah 7,0 ± 2,2 = 4,8 sampai dengan 9,8,

13

Page 14: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

sedang skor Budi sebenarnya adalah 5,0 ± 2,20 = 2,80 sampai dengan 7,20, untuk

interval kepercacyaan 68 %. Berdasarkan rentang skor sebenanrya, maka dapat

disismpulkan bahwa kemampuan Ali dan Budi tidak berbeda, perbedaan yang ada

karena keaslahan pengukuran.

H. Pembuatan Tes

Ada sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan tes hasil

belajar atau prestasi belajar, yaitu: (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes,

(3) mentelaah soal tes, (4) melakukan ujicoba tes, (5) menganalisis butir soal, (6)

memperbaiki tes, (7) merakit tes, ( 8) melaksanakan tes, (9) menafsirkan hasil tes.,

(10) melaporkan hasil tes.

1. Menyusun Spesifikasi Tes

Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifiksi tes,

yaitu yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang

harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis

soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif

sama. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut ini: (a) menentukan

tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tes, (c) memilih bentuk tes, (d) menentukan panjang

tes, dan (e) menulis tes.

Ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di

lembaga pendidikan, yaitu: (a) Tes penempatan, (b) Tes diagnostik, (c) Tes formatif,

(d) Tes sumatif.

a. Menentukan Tujuan Tes

Untuk tujuan penempatan, suatu tes dilaksanakan pada awal pelajaran. Hasil tes

ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki mahasiswa.

Untuk mempelajari suatu bidang studi dibutuhkan pengetahuan pendukung.

Pengetahuan pendukung ini diketahui dengan mentelaah hasil tes penempatan.

Apakah seseorang perlu matrikulasi, tambahan pelajaran atau tidak, ditentukan dari

hasil tes ini.

14

Page 15: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi

mahasiswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila

diperoleh informasi bahwa sebagian besar mahasiswa gagal dalam mengikuti

proses pembelajaran matakuliah tertentu. Hasil tes ini memberikan informasi

tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh

karena itu tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh mahasiswa, namun tingkat

kesulitan tes ini cenderung rendah.

Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan

pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki

strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester. Materi tes

dipilih berdasarkan kompetensi tiap pokok bahasan atau subpokok bahasan.

Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya

untuk menentukan keberhasilan belajar mahasiswa untuk mata kuliah tertentu.

Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat,

dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang

materinya harus mewakili bahan yang diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai

keberhasilan belajar, keberhasilan mengajar, serta keduanya.

b. Menyusun Kisi-Kisi

Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan

dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang

menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.

Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom

menyatakan tujuan pelajaran, pokok dan subpokok bahasan, uraian materi, dan

indikator, sedang baris menyatakan tujuan akan yang akan diukur atau diujikan.

Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:

1) menulis standar kompetensi dan kompeteni dasar

2) membuat daftar pokok bahasan dan subpokok bahasan yang akan diujikan

3) menentukan indikator

4) mnentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan subpokok bahasan.

Sumber utama standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah adalah

silabus matakuliah. Pemilihan kompetensi dasar yang akan diujikan berdasarkan

15

Page 16: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

pada tingkat kepentingan, yaitu: konsep dasar, konsep yang berkelanjutan, dan yang

mengandung nilai aplikasi yang tinggi. Kompetensi dasar yang ingin dicapai

disertai informasi tentang pokok dan subpokok bahasan yang diuraikan dalam

bentuk indikator. Pada saat menentukan indikator-indikator yang dapat diukur

digunakan buku teks sebagai bahan acuan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi

penyimpangan-penyimpangan dalam memilih bahan agar memenuhi persyaratan

kesahihan isi.

Jumlah soal yang digunakan tergantung pada waktu yang tersedia untuk tes dan

materi yang akan diujikan. Pemilihan materi tes pada umumnya dilakukan dengan

melakukan pemilihan sampel, materi yang banyak dan komplek dipilih lebih

banyak dibanding dengan materi yang mudah dan sederhana.

c. Menentukan Bentuk Tes

Bentuk tes yang objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda,

benar salah, menjodohkan, dan uraian objektif Tes uraian yang objektif digunakan

pada bidang sain dan teknologi atau bidang sosial yang jawaban soalnya sudah

pasti, dan hanya satu jawaban yang benar. Tes uraian nonobjektif digunakan

untuk mengukur kemampuan divergence peserta didik, yaiu kemampuan berpikir

divergence, yaitu yang jawabannya berdasarkan penalaran dan argumentasi

peserta didik

Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes,

waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan

karakteristik matakuliah yang diujikan. Bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes

benar salah sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi

singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk

pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer, sehingga

objektivitas penskoran dapat dijamin. Namun membuat tes objektif yang baik tidak

mudah.

Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada matakuliah yang batasnya

jelas, misalnya matakuliah fisika, matematika, kimia, biologi, teknik dan

sebagainya. Soal pada tes ini jawabannya hanya satu, mulai dari memilih rumus

yang tepat, memasukkan angka dalam rumus, menghitung hasil, dan menafssrkan

16

Page 17: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

hasilnya. Pada tes bentuk uraian objektif ini, sistem penskoran dapat dibuat dengan

jelas dan rinci.

1) Tes Lisan di Kelas

Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap mahasiswa

untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang diajukan ke

kelas harus jelas, dan semua mahasiswa harus diberi kesempatan yang sama. Dalam

melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, memberi

waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk mahasiswa untuk menjawab pertanyaan.

Baik benar atau salah jawaban mahasiswa, jawaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas

untuk mengaktifkan kelas.Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung

rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.

2) Tes Bentuk Benar Salah

Tes bentuk tes benar salah terdiri dari suatu pernyataan yang harus dijawab

benar atau salah. Bentuk tes ini singkat sehingga bisa mencakup banyak materi

yang akan diujikan. Keunggulan yang lain, tes ini relatif mudah membuatnya dan

mudah dalam penskorannya. Kelemahan dari tes ini adalah kecenderungan pada

pertanyaan hapalan dan pemahaman saja dan peluang dugaan besar. Rasional

penggunaan tes ini adalah ( Ebel, 1979):

a) Esensi pencapaian tujuan pendidikan dapat dinyatakan dalam bentuk

pengetahuan verbal.

b) Semua bentuk pengetahuan verbal dapat dinyatakan dengan proposisi.

c) Suatu proposisi adalah suatu pernyataan yang dapat dinyatakan benar atau

salah.

d) Tingkat pengetahuan seseorang dalam bidang tertentu dapat dilihat dari

respons terhadap suatu proposisi.

3) Bentuk Menjodohkan

Bentuk tes menjodohkan terdiri dari sejumlah premis dan sejumlah respons.

Bentuk tes ini sering digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang fakta seperti

arti suatu istilah, simbol kimia, dan sejenisnya. Oleh karena itu bentuk tes ini

17

Page 18: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

cenderung mengukur tentang hapalan dan pemahaman saja. Pedoman untuk

membuat tes bentuk menjodohkan adalah:

a) Pernyataan atau premis harus homogen.

b) Pernyataan dan respons singkat.

c) Jumlah respons lebih banyak dari pernyataan.

d) Pernyataan dan respons diurutkan menurut alpabet.

e) Jawaban dapat digunakan lebih dari satu kali.

4) Bentuk Pilihan Ganda

Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda (Ebel, 1977)

adalah:

a) Pokok soal harus jelas.

b) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.

c) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.

d) Tidak ada petunjuk jawaban benar.

e) Hindari mengggunakan pilhan jawaban: semua benar atau semua salah.

f) Pilihan jawaban angka diurutkan.

g) Semua pilihan jawaban logis.

h) Jangan menggunakan negatif ganda.

i) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta

tes.

j) Bahasa Indonesia yang digunakan baku.

k) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

5) Bentuk Uraian Objektif

Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang Matematika

dan IPA, karena kunci jawabannya hanya satu.Pengerjaan soal ini melalui suatu

prosedur atau langkah-langkah tertentu.Setiap langkah ada skornya. Objektif di sini

dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa dosen dalam bidang studi tersebut hasil

18

Page 19: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini di antaranya adalah :

hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dan sebagainya.

6) Bentuk Uraian Non-objektif

Bentuk tes ini dikatakan non-objektif karena penilaian yang dilakukan

cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai.Bentuk tes ini menuntut kemampuan

mahasiswa untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan atau

ide yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri.Keunggulan

bentuk tes ini dapat mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi,

yaitu mulai dari hapalan sampai dengan evaluasi. Namun demikian, sebaiknya

hindarkan pertanyaan yang mengungkap hafalan seperti dengan pertanyaan yang

dimulai dengan kata : apa, siapa, di mana.

Bentuk tes uraian non objektif relatif mudah membuatnya. Kelemahan dari

bentuk tes ini adalah : (1) materi yang diujikan terbatas, (2) penskoran sering

dipengaruhi oleh subjektivitas penilai, (3) memerlukan waktu yang lama untuk

memeriksa lembar jawaban, dan (4) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, (4)

dan adanya efek bluffing. Untuk menghindari kelemahan tersebut cara yang

ditempuh adalah : (1) jawaban tiap soal tidak panjang, sehingga bisa mencakup

materi yang banyak, (2) tidak melihat nama peserta ujian, (3) memeriksa tiap butir

secara keseluruhan tanpa istirahat, dan (4) menyiapkan pedoman penskoran.

Langkah membuat tes ini adalah sebagai berikut.

a) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi pada indikator.

b) Mengedit pertanyaan:

(1) Apakah pertanyaan mudah dimengerti ?

(2) Apakah data yang digunakan benar ?

(3) Apa tata letak keseluruhan baik ?

(4) Apakah pemberian bobot skor sudah tepat ?

(5) Apakah kunci jawaban sudah benar ?

(6) Apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup ?

Kaidah penulisan soal bentuk uraian non-objektif :

19

Page 20: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

(1) Gunakan kata-kata : mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan,

hitunglah, buktikan.

(2) Hindari penggunakan pertanyaan: siapa, apa, bila.

(3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku.

(4) Hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda.

(5) Buat petunjuk mengerjakan soal.

(6) Buat kunci jawaban.

(7) Buat pedoman penskoran.

Penskoran bentuk tes ini bisa dilakukan secara analitik atau global.Analitik

berarti penskoran dilakukan bertahap sesuai kunci jawaban, sedang yang global

dibaca secara keseluruhan untuk mengetahui ide pokok dari jawaban soal kemudian

diberi skor.

7) Bentuk Jawaban Singkat

Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan

bagi pengambil tes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan petunjuk.Ada tiga

jenis soal bentuk ini, yaitu : jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis

identifikasi atau asosiasi. Kaidah-kaidah utama penyusunan soal bentuk ini adalah

sebagai berikut.

(a) Soal harus sesuai dengan indikator.

(b) Jawaban yang benar hanya satu.

(c) Rumusan kalimat soal harus komunikatif.

(d) Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

(e) Tidak menggunakan bahasa lokal.

9) Unjuk Kerja/Performans

Penilaian unjuk kerja sering disebut dengan penilaian autentik atau penilaian

alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam

menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata.Penilaian unjuk kerja

berdasarkan pada analisis pekerjaan (Nathan & Cascio, 1986).Penilaian ini

menggunakan tes yang juga disebut dengan tes unjuk kerja. Hasil tes ini digunakan

20

Page 21: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

untuk perbaikan proses pembelajaran sehingga kemampuan mahasiswa mencapai

pada tingkat yang diinginkan. .

Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status mahasiswa berdasarkan hasil

kerja dari suatu tugas. Pertanyaan pada tes unjuk kerja berdasarkan pada tuntutan

dari masyarakat dan lembaga lain yang terkait dengan kompetensiu yang harus

dimiliki mahasiswa. Jadi pertanyaan butir soal cenderung pada tingkat aplikasi suatu

prinsip atau konsep pada situasi yang baru. .Permasalahan yang diujikan sedapat

mungkin sama dengan masalah yang ada di kehidupan nyata. Inilah yang menjadi

ciri utama perbedaan antara tes unjuk kerja dengan bentuk yang konvensional.

10) Portfolio

Portfolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang (Popham, 1999), dalam bidang

pendidikan berarti kumpulan dari tugas-tugas mahasiswa. Portfolio cocok digunakan

untuk penilaian di kelas, tetapi tidak cocok untuk penilaian dengan skala yang luas

(Marzano & Kendall, 1996).Penilaian dengan portfolio memerlukan kemampuan

membaca yang baik. Hal yang penting pada penilaian portfolio adalah mampu

mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, mahasiswa menilai

kemajuannya sendiri, hasilnya dibandingkan dengan hasil yang lalu.

Penilaian porfolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya individu untuk

suatu mata pelajaran tertentu. Jadi semua tugas yang dikerjakan mahasiswa

dikumpulkan di akhir satu unit program pembelajaran, misalnya satu semester.

Kemudian dilakukan diskusi antara mahasiswa dan dosen untuk menentukan skornya.

Prinsip penilaian portfolio adalah mahasiswa dapat melakukan penilaian sendiri

kemudian hasilnya di bahas. Bentuk ujiannya cenderung bentuk uraian, dan tugas-

tugas rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang atau

mengerjakan soal. Jadi portfolio adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan

mahasiswa untuk menilai kemajuannya pada suatu bidang studi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian portfolio

adalah sebagai berikut.

a) Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang bersangkutan.

21

Page 22: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

b) Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.

c) Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.

d) Menentukan kriteria untuk menilai portfolio.

e) Meminta mahasiswa untuk menilai secara terus menerus hasil portfolionya.

f) Merencanakan pertemuan dengan mahasiswa yang dinilai.

Penilaian dengan portfolio memiliki karakteristik tertentu, sehingga

penggunaannya juga harus sesuai dengan tujuan dan substansi yang diukur. Mata

pelajaran yang memiliki banyak tugas dan jumlah mahasiswa yang tidak banyak,

penilaian dengan cara portfolio lebih cocok.

I. Pengembangan Indikator Pencapaian

Indikator adalah gejala, perbuatan, atau respons peserta didik. Indikator

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan cakupan materinya sudah

terbatas. Kata kerja operasional yang digunakan pada indikator di antaranya

menghitung, mengidentifikasi, menafsirkan, membandingkan, membedakan,

merangkum, menyimpulkan, dan sejenisnya.

Indikator juga digunakan untuk mengembangkan instrumen nontes, seperti

pengukuran minat, sikap, motivasi, dan sejenisnya. Misalnya kita ingin mengukur

minat seseorang mempelajari bidang studi bahasa Inggeris, maka terlebih dahulu

didefinisikan secara operasional apa itu minat. Definisi ini selanjutnya diuraikan

menjadi sejumlah indikator untuk menyatakan ciri-ciri orang berminat dan tidak

berminat dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Misalnya ciri-ciri ini orang yang

berminat adalah catatan pelajaran lengkap, selalu hadir di kelas, sering mengajukan

pertanyaan, dan sebagainya.

J. Penskoran

Penskoran dapat dilakukan secara analitik atau global, sesuai dengan bentuk tes

yang digunakan. Penskoran analitik dilakukan secara bertahap, dan tiap tahap diberi

skor. Misalnya formula yang digunakan benar diberi skor 2, memasukkan angka

dengan benar, diberi skor 2, perhitungann benar diberi skor 2, dan penafsiran benar

22

Page 23: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

diberi skor 2. Jadi tiap tahap dinilai secara berurutan, nbila formula yang digunakan

salah, walau hasiol akahir benar, dinyatakana tidak dapat skor.

Menggunakan teori tes klasik, skor sesorang dihitung berdasarklan jumlah

item yang dijawab benar, khususnya untuk tes bentuk pilihan. Untuk tes bentuk

uraian, apabila tingkat kesulitan tiap item tidak sama maka diberi pembobotan.

Umumnya untuk pokok bahasan yang bahannya banyak dberi lebih banyak item,

namun bisa juga dilihat dari tingkat kesulitan item atau kompleksitas item, item soal

tersebut diberi bobot lebihg banyak,

_______________________________________________________________

DAFTAR BACAAN

Allen, Mary, J., & Yen, Wendy, J (1979). Introduction to measurement theory. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Andersen, L. W., & Krathwohl. (2001). A Taxonomy for learning, teaching and assessment. Boston: Longman.

Astin, W. Alexander.(1993). Assessment for exelence. Phonix: The Oryx Press.

Berk, R. A. (1986, Ed). Performance assessment. Baltimore: The John Hopkins University Press.

Brennan, Robert. L. (ed). (2006). Educational measurement. Westport, USA: Preager Publisher

Cowie, B, and Bell, B. (1999). A model of formative assessment in science education’, Assessment in Education, 6, 1, 101-16.

Djemari Mardapi,(1997). Ragam bentuk evaluasi. Bahan Semiloka LP3 UGM. Yogyakarta

Djemari Mardapi. (2012). Pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Medica Publishing.

23

Page 24: Disampaikan pada seminar lokakaryastaffnew.uny.ac.id/.../pengabdian/makalahpeniluirriau.docx · Web view2 Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran Uniuversitas Islam Riau Pekanbaru,

Penilaian Pembelajaran Universitas Islam Riau

Griffin, Patrix.,& Nix, Peter. (1991). Educational assessment dan reporting. Sydney: Harcout Brace Javanovich, Publisher.

Johnson, D. W., & Johnson, R. T. (2002). Meaningful assessment. Boston:: Allen & Bacon.

Popham, W. J. (1996). Classroom assessment. Boston: Allyn and Bacon.

Dmr111413

24