DISAIN PENGGALIAN DALAM -...
Transcript of DISAIN PENGGALIAN DALAM -...
1
Karya Ilmiah
DISAIN PENGGALIAN DALAM AREAL WADUK KRENCENG
Oleh :
Ir. Geni Firuliadhim, MT.
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2011
POLBAN
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK iii
1. Latar Belakang 1
2. Rencana Penggalian 1
3. Lereng Konservasi dan Temporary Cofferdam (Tanggul Sementara) 1
4. Batasan Areal Galian 1
5. Fluktuasi Muka Air Waduk 2
6. Sifat Tanah Pondasi Bendungan 2
7. Sifat-Sifat Tanah Galian 2
8. Perhitungan Koefisien Gempa Bumi 10
9. Perhitungan Rembesan 11
10. Perhitungan Lereng Galian 11
11. Hasil Analisa Kestabilan Lereng Kondisi Akhir Penggalian 13
12. Hasil Analisa Kestabilan Lereng Kondisi Areal Galian Tergenang 14
13. Perhitungan Rembesan 15
14. Perhitungan Temporary Cofferdam 18
14.1 Elevasi Banjir Waduk 18
14.2 Lama Penggalian 19
14.3 Elevasi Mercu Temporary Cofferdam 19
14.4 Perhitungan Rembesan Temporary Cofferdam 19
14.5 Perhitungan Kestabilan Lereng Temporary Cofferdam 21
DAFTAR PUSTAKA iv
POLBAN
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Alloh SWT akhirnya saya dapat
mempersembahkan karya ilmiah ini untuk teman-teman staf pengajar dan
mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung.
Karya ini berisi contoh disain penggalian dalam areal Waduk Krenceng dengan
tujuan meningkatkan kapasitas waduk dan pemanfaatan tanah untuk timbunan.
Barangkali cara disain dalam laporan karya ilmiah ini adalah tipikal untuk kasus-
kasus yang sama di waduk-waduk yang lain dimana waduk sedang beroperasi.
Atas segala kekurangan dalam laporan karya ilmiah ini, kritik dan saran kami
nantikan untuk kesempurnaan.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Penulis.
POLBAN
iii
DISAIN PENGGALIAN DALAM
AREAL WADUK KRENCENG (DESIGN OF DEEP EXCAVATION IN KRENCENG DAM AREA)
Oleh :
Ir. Geni Firuliadhim, MT.
(Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung)
ABSTRAK
PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) membutuhkan tanah dalam jumlah yang banyak
untuk bahan timbunan suatu areal industri. Sementara Waduk Krenceng memiliki
potensi untuk ditingkatkan kapasitas tampungnya bila gundukan tanah disisi hulu
dihilangkan. Dua keuntungan sekaligus diperoleh, namun diperlukan kehati-hatian
dalam menata lahan baik untuk selama pelaksanaan maupun masa operasi waduk.
Berkurangnya overburden karena penggalian mungkin dapat menimbulkan masalah
geoteknik.
Kata kunci : galian dalam.
ABSTRACT
PT. Krakatau Tirta Industri (PT.KTI) need much soil for embankment material area
industrial. While the Dam Krenceng have potential for increase to level capacity of
patch, if heaping of land in side upper course was lose, have two profit be found, but
need be carefull in organize the area for plementation and time priod of dam opratio. The
overburden has fallen because the excavation maybe found make problem for engineer
Key word : deep excavation
POLBAN
1
1. Latar Belakang
PT. KTI membutuhkan tanah dalam jumlah yang banyak untuk bahan timbunan suatu
areal industri. Waduk Krenceng memiliki potensi untuk ditingkatkan kapasitas
tampungnya bila gundukan tanah disisi hulu dihilangkan. Berdasarkan pengamatan muka
air Waduk Krenceng sejak dioperasikan Tahun 1984 sampai sekarang adalah sebagai
berikut :
- Elevasi muka air terrendah yang pernah terjadi +16.5 m.
- Elevasi muka air tertinggi +21.5 m berdasarkan pengamatan Tahun 2002 s/d
2007.
- Elevasi muka air rata-rata +19.5 m sepanjang tahun.
2. Rencana Penggalian
Berdasarkan data elevasi muka air terrendah Waduk Krenceng maka PT. KTI
mengusulkan rencana penggalian hingga elevasi +16.5 m dengan harapan menghasilkan
bahan timbunan tanah sekitar 2.9 juta m3 dari luas areal 48.5 hektar.
3. Lereng Konservasi dan Temporary Cofferdam (Tanggul Sementara)
Lereng konservasi adalah lereng buatan hasil penggalian nanti yang berada pada daerah
konservasi dimana disainnya harus cukup aman pada kondisi selama proses penggalian
ataupun di masa yang akan datang termasuk ancaman gempa bumi. Temporary
Cofferdam sangat diperlukan untuk menahan air selama proses penggalian. Tanah galian
diharapkan tidak berupa lumpur karena adanya rembesan dari waduk, oleh karenanya
dilengkapi dengan saluran penangkap bocoran cofferdam. Ukuran lereng konservasi dan
temporary cofferdam secara teknis ditentukan oleh kriteria :
- Lereng yang terbentuk stabil selama masa penggalian.
- Lereng bertrap (tinggi dan lebar 3 m) untuk memudahkan manuver excavator
beroperasi.
- Rembesan air melalui kaki lereng kuantitasnya cukup kecil dan alirannya
tidak membawa butir-butir tanah (boiling).
- Saluran drainase di kaki lereng memiliki ukuran yang cukup untuk
membuang air rembesan ataupun cucuran air hujan. Air disalurkan secara
gravitasi dan atau pemompaan.
- Untuk Temporary Cofferdam, freeboard disediakan selama penggalian 0.5 m
diukur dari elevasi tertinggi muka air waduk.
4. Batasan Areal Galian
Batasan areal galian : di sisi waduk dibatasi temporary cofferdam, sedangkan di sisi yang
lain dibatasi oleh daerah konservasi waduk (50 m) yang tidak boleh diganggu keutuhan
tanahnya ataupun lingkungannya. Dari peta genangan maka daerah konservasi
merupakan daerah hulu yang berbatasan dengan areal tanah milik PT. KTI memiliki
rencana kedalaman galian mencapai 12 m, oleh karenanya perlu didisain kemiringan
lerengnya.
POLBAN
2
5. Fluktuasi Muka Air Waduk
Berdasarkan data pencatatan elevasi muka air waduk dari Tahun 2002 s/d 2007, 1 s/d 5
kali pencatatan setiap bulannya diperlihatkan dalam lampiran laporan ini. Elevasi rata-
rata tiap bulan selama Tahun 2002 s/d 2007 diperlihatkan dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Fluktuasi Muka Air Waduk (Elevasi, meter). Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
2002 19.67 19.55 19.52 19.48 19.87 20.41 20.03 19.20
2003 18.53 19.53 19.77 18.80 19.33 19.48 19.90 20.23 19.80 19.68 19.30 20.20
2004 19.60 20.40 19.95 19.83 19.75 19.70 19.80 19.80 19.66 17.40 17.40
2005 19.00 19.80 19.70 19.50 18.60 19.01 19.60 18.60 19.00 18.00 18.80 19.10
2006 19.80 19.80 20.00 19.05
2007 18.42 19.58 20.00 19.06 19.30 19.55
Rata2= 19.07 19.83 19.85 19.38 19.28 19.41 19.67 19.53 19.58 19.06 19.53 18.99
Elevasi-elevasi penting muka air Waduk Krenceng selama kurun waktu Tahun 2002 s/d
Tahun 2007 :
- Maximum = +21.19 m
- Minimum = +17.40 m
- Rata-rata = +19.52 m
6. Sifat Tanah Pondasi Bendungan
Berdasarkan kondisi geologi pondasi Bendungan Krenceng dan hasil penyelidikan
lapangan menggunakan georadar, hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
keamanan bendungan adalah sebagai berikut (Belaputera Interplan, Februari 2009).
Pondasi bendungan adalah berupa lapisan tufa batu apung yang bersifat kurang padat,
yang dialasi oleh tufa batu apung kompak setebal sekitar 20 m. Berdasarkan hasil uji
laboratorium (JICA, 1992), kuat tekan berkisar antara 49,24 – 65,43 kg/cm2, sudut geser
dalam (Ф) berkisar antara 33,5 – 34,50. Daya dukung pondasi ini cukup kuat untuk
memikul beban apabila tubuh bendungan akan ditingkatkan, begitu juga kalau dasar
kolam waduk akan digali, untuk memperbesar (meningkatkan) kapasitas waduk eksisting.
Berdasarkan hasil uji coba kelulusan air (Lugeon Test, JICA, 1992), pada lapisan tufa
pumis tersebut, nilai Lugeon adalah Lu=0,2 – 1,2. Hal tersebut telah diperiksa kembali
dengan melakukan uji kelulusan air melalui lubang pemboran saat memasang instrumen
bendungan oleh PT. Mezan DC tahun 2000. Hasil pemeriksaan permeabilitas tersebut
menunjukan kelulusan air, k = 1x10-5
sampai 4x10-4
cm/detik, yang menunjukan bahwa
lapisan pondasi tersebut bersifat semi lulus air.
7. Sifat-Sifat Tanah Galian
Nilai permeabilitas hasil pengukuran di Bulan Agustus 2010 di areal rencana penggalian
diperlihatkan dalam Tabel 2 berikut ini. Dari Tabel 2 itu menunjukkan nilai koefisien
rembes terkecil k = 2.221 x 10-4
cm/detik, tertinggi k = 9.593 x 10-4
cm/detik, dan rata-
rata k = 5.127 x 10-4
cm/detik. Bila dibandingkan dengan nilai koefsien rembesan di
bawah pondasi bendungan k = 4 x 10-4
cm/detik maka dapat dinyatakan bahwa sifat
POLBAN
3
rembesan tanah secara umum di sekitar waduk relative sama, artinya tingkat bocoran di
setiap tempat sama.
Tabel 2. Nilai Permeabilitas Tanah Asli Lapangan
Yang Diambil Bulan Agustus Tahun 2010
Titik Test Koefisien
Permeabilitas, cm/detik
DB.1 1 5.745 x 10-4
2 6.047 x 10-4
3 6.224 x 10-4
4 6.760 x 10-4
5 6.766 x 10-4
DB.2 1 3.706 x 10-4
2 4.228 x 10-4
3 3.585 x 10-4
4 3.828 x 10-4
5 3.592 x 10-4
DB.3 1 7.947 x 10-4
2 4.228 x 10-4
3 9.593 x 10-4
4 7.972 x 10-4
5 8.564 x 10-4
DB.4 1 2.221 x 10-4
2 2.682 x 10-4
3 2.754 x 10-4
4 3.034 x 10-4
5 3.072 x 10-4
Stratigrafi tanah di Potongan pemboran Titik DB.5-DB.3-DB.2 berarah relatif barat laut –
tenggara diperlihatkan dalam Gambar 1. Sedangkan stratigrafi tanah di Potongan
pemboran Titik DB.1-DB.4 berarah relatif barat-timur diperlihatkan dalam Gambar 2.
POLBAN
4
Gambar 1. Penampang Stratigrafi Potongan DB.5-DB.3-DB.2
Gambar 2. Penampang Stratigrafi Potongan DB.1-DB.4
POLBAN
5
Ringkasan hasil uji laboratorium mekanika tanah terhadap sample asli diperlihatkan
dalam Tabel 3 berikut ini. Peta Penyebaran titik-titik pemboran tangan diperlihatkan
dalam Gambar 3 berikut ini.
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Lab Mektan Terhadap Tanah Asli Agustus 2010
POLBAN
6
POLBAN
7
Gambar 3. Peta Penyebaran Titik-Titik Penyelidikan Tanah Agustus Tahun 2010
POLBAN
8
KS19
KR1
KR2
KR3
KR4
KR5
KR6
KR7
KR8
KR9
KTR1
KTR2
I
I
II
III
II
III
A
B
A
B
KR10
+ 16.50
DAERAH
KONSERVASI
100 M
100
Gam
bar
4 P
eta
To
po
gra
fi W
ad
uk
Kre
ncen
g
POLBAN
9
JALA
N
BEN
DUNG
AN
JALA
N
PO
TON
GA
N B
- B
P B
KAN
AN
KAN
ANK
IRI
KIR
I
+ 2
4.00
+ 2
4.00
Allo
wab
le E
xcav
atio
n
TEM
PORA
RYC
OFF
ERD
AMA
llow
able
Exc
avat
ion
Dre
dge
Line
+ 16
.50
BAT
AS G
ALIA
NB
ATAS
TAN
AH
PT
. KTI
DAE
RAH
KO
NSE
RVA
SI
1
00 M
Gam
bar
5 P
oto
ng
an
Ren
can
a G
ali
an
POLBAN
10
8. Perhitungan Koefisien Gempa Bumi Berdasarkan Peta Zona Gempa Indonesia yang diterbitkan oleh Puslitbang Sumber Daya Air, Balitbang Pekerjaan Umum (Th.2004), besarnya koefisien gempa di lokasi penyelidikan dihitung dengan rumus probabilistic termodifikasi dari Jepang “Seismic Design Guidline for Fill Dam” sebagai berikut :
ho xkk 2 ………………… 1
g
ak d
h ................................... 2
Zxacxvad ............................ 3
Dimana : ko = Koefisien gempa desain terkoreksi di permukaan tanah.
2 = koreksi pengaruh jenis struktur, untuk bendungan type urugan atau upaya perbaikan tanah lunak = 0.5. kh = Koefisien gempa dasar yang tergantung periode ulang T. Z = Koefisien zona gempa ac = Percepatan gempa dasar (g) g = Percepatan gravitasi (cm/detik2) v = Faktor pengaruh jenis tanah setempat. Ad = Percepatan permukaan tanah terkoreksi. Contoh Perhitungan :
- Zona gempa : Zona D dengan koefisien gempa Z = 1.2
- Jenis batuan dasar : Alluvium, periode perdominan Ts = 0.75 detik
- Faktor koreksi : v = 1.2
- Untuk periode ulang gempa : T = 100 tahun
- Percepatan gempa dasar : ac = 0.227 g
- Percepatan permukaan tanah terkoreksi : ad = Z x ac x v = 1.2 x 0.227 x 1.2
- Koefisien gempa dasar : k = 0.368 Peta Zona Gempa Indonesia yang diterbitkan oleh Pislitbang Sumber Daya Air, Balitbang Pekerjaan Umum (2004) dapat dilihat pada Gambar 6.
POLBAN
11
Gambar 6
Peta Zona Gempa Indonesia (Pusat Litbang SDA Tahun2004).
Untuk berbagai periode ulang, ringkasan perhitungan koefisien gempa bumi diperlihatkan
dalam Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Koefisien Gempa Bumi Berbagai Periode Ulang di Lokasi Waduk Krenceng. Return Period (Years) 10 20 50 100 200 500 1000 5000 10000
Base seismic acceleration
(ac), g0.127 0.155 0.196 0.227 0.255 0.289 0.313 0.364 0.385
Groundsurface acceleration
correction (ad). Cm/second20.198 0.242 0.306 0.354 0.398 0.451 0.488 0.568 0.601
Seismic Coefficient (E) 0.202 0.247 0.312 0.368 0.406 0.460 0.498 0.579 0.613
Gempa-gempa diatas adalah dengan batasan goncangan di permukaan tanah pada lokasi
studi dengan 50% kemungkinan tidak terlampaui dalam 100 tahun. Koefisien gempa
bumi yang dipakai dalam analisa stabilitas lereng galian adalah pada periode ulang 100
tahun. Jadi nilai koefisien gempa bumi yang dipakai adalah E = 0.184.
9. Perhitungan Rembesan
Kuantitas rembesan dari air waduk ke areal galian dihitung dengan menggunakan
program komputer.
10. Perhitungan Lereng Galian
Metoda yang digunakan untuk menghitung kestabilan lereng tanah rencana adalah
dengan metoda modifikasi Bishop (Simplified Bishop Methode). Penggunaan metoda inii
memberikan safety faktor (SF) yang lebih tepat dibandingkan metoda-metoda yang lain.
POLBAN
12
Persamaan yang digunakan pada metoda Bishop sebagai berikut :
............................. 3
dimana :
SF = Faktor keamanan
W = berat slice
c’ = kohesi efektif
’ = sudut geser dalam efektif
B = lebar slice
Error! Reference source not found. menunjukkan skema deskripsi parameter stabilitas
lereng yang berkaitan dengan rumus 3.
Gambar 7. Skema deskripsi parameter stabilitas lereng.
Kondisi analisa :
Kestabilan lereng galian yang memiliki beda tinggi tanah tertinggi dianalisa terhadap 2
kondisi :
1. Kondisi selama pelaksanaan galian : beban kerja di atas tiap-tiap berm 500 kg/m2,
air yang masuk kedalam galian dipompa atau dialirkan secara gravitas keluar
areal galian. Angka keamanan pada kondisi ini serendah-rendahnya 1.5.
2. Kondisi areal galian tergenang air : tidak ada beban kerja diatas berm dan terjadi
gempa bumi dengan nilai koefsien gempa E=0.18. Angka keamanan pada kondisi
ini serendah-rendahnya 1.1.
Analisa stabilitas lereng galian dilakukan dengan program komputer dimana
mendasarkan perhitungan pada keseimbangan gaya dan momen dari Metode Bishop
(rumus seperti di atas) dengan cara irisan pada kondisi seepage dan atau pembebanan di
permukaan tanah.
SF
tgtgtguBwlc
WSF
'.1
sec''
sin
1
POLBAN
13
Dalam perhitungan dengan dipakai :
a. Bidang longsor berbentuk busur lingkaran.
b. Jumlah garis singgung lingkaran longsor coba sebanyak 20 buah.
c. Jumlah pusat lingkaran longsor coba sebanyak 20 x 20 = 400 titik
d. Jadi total jumlah bidang longsor yang dicoba sebanyak = 20 x 400 = 8000 buah.
e. Jumlah irisan 30 buah dengan toleransi 0.01.
f. Strength Model : Mohr-Coulomb
Output perhitungan dengan Program Komputer Kestabilan Lereng diperlihatkan dalam
gambar-gambar berikut ini. Dalam gambar-gambar itu selain memperlihatkan geometri
tanggul , kondisi pembebanan, dan garis freatik diperlihatkan juga :
a) Bidang longsor dan orientasinya.
b) Titik pusat longsor (bulatan merah terbesar) yang memberikan angka factor
keamanan minimum (tercetak angkanya) untuk bidang longsor yang diperlihatkan.
c) Kontur factor keamanan dengan interval yang disesuaikan.
11. Hasil Analisa Kestabilan Lereng Kondisi Akhir Penggalian
Gambar 8 memperlihatkan sketsa output analisa kestabilan lereng galian. Dari gambar-
gambar tersebut diperoleh angka-angka faktor keamanan minimum 1.537, sehingga dapat
dinyatakan bahwa lereng galian selama masa penggalian cukup aman karena angka
keamanan yang dihasilkan lebih besar dari 1.5.
POLBAN
14
1
2
1
2 3
4 5
6
7 8
9 10
11
1213
14 15
16 17
18 19
20
21 2223
24
25
26
27
28
29
30
31 32
1.537
1
2 3
4 5
6
7 8
9 10
11
1213
14 15
16 17
18 19
20
21 2223
24
25
26
27
28
29
30
31 32
Material #: 1 Unit Weight: 18 C: 8 Phi: 24 Model: MohrCoulomb
Material #: 2 Unit Weight: 19 C: 5 Phi: 35 Model: MohrCoulomb
Distance (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Ele
vation (
m)
0
4
8
12
16
Gambar 8
Lereng Galian Kondisi Akhir Penggalian, angka factor keamanan Fk = 1.537.
12. Hasil Analisa Kestabilan Lereng Kondisi Areal Galian Tergenang
Gambar 9 memperlihatkan sketsa output analisa kestabilan lereng galian. Dari gambar
tersebut diperoleh angka faktor keamanan minimum 1.114, sehingga dapat dinyatakan
bahwa lereng galian pada kondisi areal galian tergenang air dan terjadi gempa bumi
cukup aman karena angka keamanan yang dihasilkan lebih besar dari 1.1.
POLBAN
15
1
2
1
2 3
4 5
6
7 8
9 10
11
1213
1415
16
17
18
19
20
21 22
23 24
25 26
27
28
29
1.144
1
2 3
4 5
6
7 8
9 10
11
1213
1415
16
17
18
19
20
21 22
23 24
25 26
27
28
29
Distance (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Ele
vation (
m)
0
4
8
12
16
Gambar 9
Lereng Galian Kondisi Akhir Penggalian, angka factor keamanan Fk = 1.114.
13. Perhitungan Rembesan
Untuk mengetahui perilaku rembesan air dalam tanah digunakan persamaan umum
diferensial :
tQ
y
Hk
yx
Hk
xyx
............................. 7.3
dimana :
H = Total head (beda tinggi air di hulu terhadap di hilir)
kx = koefisien rembesan dalam arah x.
ky = koefisien rembesan dalam arah y.
Q = debit rembesan
Θ = volume air
t = waktu
Persamaan diatas menyatakan bahwa perbedaan antara aliran masuk dan yang
meninggalkan elemen volume pada sebuah titik setiap waktu adalah sama dengan
perubahan volume air. Secara mendasar persamaan tersebut menyatakan bahwa jumlah
perubahan debit dalam arah x dan y ditambah debit luar adalah sama dengan perubahan
volume air per satuan waktu.
Penggambaran garis-garis ekipotensial dan aliran dalam tubuh tanggul dilakukan dengan
Program Komputer sehingga dapat diketahui dengan cepat dan akurat mengenai : garis
freatik, debit rembesan dalam tanah per satuan lebar, dan kemungkinan bahaya boiling
pada elemen tanah di bagian hilir bendung.
POLBAN
16
Lereng galian dinyatakan aman secara hidrolis bila gradient hidrolis pada kaki lereng
Tanggul bagian hilir tidak melampuai gradient hidrolis kritis tanah lereng. Gradien
hidrolis kritis adalah perbandingan antara berat isi tanah terrendam air (’) terhadap berat
isi air (icr =’/w). Dari data pengujian tanah di laboratorium dilaporkan harga berat isi tanah terrendam air
lapis atas (lanau lempung kepasiran) = 0.85 ton/m3 dan lapis bawah (pasir halus lanauan)
= 0.95 ton/m3. Bila berat isi air 1 ton/m
3, maka gradient hidrolis kritis lapis atas adalah
0.85 dan lapis bawah adalah 0.95.
Untuk mengontrol stabilitas butir-butir tanah yang tersusun dalam tanah asli lereng galian
dilakukan dengan Program Komputer. Analisa rembesan ini dilakukan pada satu
potongan melintang lereng galian yang memiliki beda tinggi tekanan air tertinggi, elevasi
air di badan tanah +24 m (sama dengan elevasi muka air tanah hasil pemboran) dan
elevasi air di dasar galian +16.5 m, beda tinggi air +7.5 m.
Sketsa pemodelan penampang dan data-data sifat rembesan tanah dalam lereng galian
diperlihatkan dalam Gambar 10 berikut ini.
Lanau Lempung Kepasiran
k = 1 x 10-5 cm/detik
Pasir halus kelanauan
k = 4 x 10-4 cm/detik
Jarak Horisontal (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
Ele
va
si (
m)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
Gambar 10
Data Masukan Untuk Analisa Rembesan Air Melalui Masa Tanah
(Kemiringan Lereng 1 V : 2 H, tinggi trap = 3 m dan berm = 3 m).
Hasil analisa rembesan dengan Program Komputer berupa gambar garis-garis aliran,
garis-garis ekipotensial, debit rembesan, dan gradient hidrolis diperlihatkan dalam
Gambar 11 dan Tabel 4. Sedangkan evaluasinya diperlihatkan dalam Tabel 12.
POLBAN
17
Lanau Lempung Kepasiran
k = 1 x 10-5 cm/detik
Pasir halus kelanauan
k = 4 x 10-4 cm/detik
6.6858e-007
Jarak Horisontal (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
Ele
va
si (
m)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
Gambar 11. Jaringan Aliran Rembesan Air Dalam Tanah Lereng.
(Kemiringan Lereng 1 V : 2 H, tinggi trap = 3 m dan berm = 3 m).
Tabel 4 Gradien hidrolis di permukaan tanah kaki lereng tanggul
Pt # Distance (m) XY-Gradient
1 0.00E+00 1.64E-02
2 2.00E+00 1.70E-02
3 4.00E+00 1.87E-02
4 6.00E+00 2.19E-02
5 8.00E+00 2.67E-02
6 1.00E+01 3.35E-02
7 1.20E+01 4.34E-02
8 1.40E+01 5.76E-02
9 1.60E+01 7.97E-02
10 1.80E+01 1.18E-01
11 2.00E+01 2.82E-01
12 2.21E+01 2.39E-01
Max = 2.82E-01
Fk = 3.37
POLBAN
18
XY
-Gra
die
nt
Distance
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0 5 10 15 20 25
Gambar 12. Grafik gradient hidrolis versus jarak terhadap kaki lereng tanggul
Faktor keamanan terhadap boiling untuk lereng 1 V : 2 H :
Gradien hidrolik kritis icr = 0.95
Gradien hidrolik maksimum pada kaki tanggul i = 0.282
Faktor keamanan terhadap boiling : Fk = 37.3282.0
95.0
i
icr > 3 (Ok. Aman terhadap
Boiling ! ! !)
Perhitungan kebocoran lereng galian dengan menganggap tingkat kebocoran sama di setiap
tempat :
Qbocoran = 6.69 x 10-7
m3/detik/m’
Debit bocoran tersebut nanti diperlukan untuk menghitung kapasitas pompa bila air tidak bisa
dikerluarkan secara gravitasi selama masa penggalian. Setelah masa penggalian selanjutnya debit
bocoran ini tidak penting.
14. Perhitungan Temporary Cofferdam
14.1. Elevasi Banjir Waduk
Berdasarkan hasil analisa Tahun 2002 menyatakan bahwa elevasi banjir Waduk Krenceng pada
kala ulang 100 tahun adalah +20.36 m. Grafik elevasi banjir secara rinci diperlihatkan dalam
Gambar 13 berikut ini. Untuk banjir kala ulang 25 tahun diambil elevasi +19.5 m, hal ini dapat
dibandingkan dengan elevasi rata-rata sepanjang tahun selama 26 tahun yang lalu yaitu +19.5 m
dan elevasi rata-rata dari tahun 2002 s/d Tahun 2007 yaitu +19.52 m.
POLBAN
19
-100
0
100
200
300
400
500
600
0 5 10 15 20 25
Waktu (Jam)
Q (
m3
/s)
Q100 Inflow
Q100 Outflow
Q1000 Inflow
Q1000 Outflow
QPMF Inflow
QPMF Outflow
Kala ulang
Tahun
Debit Inflow
(m3/s)
Debit Outflow
(m3/s)
Tinggi Muka Air
Maksimum (m)
100 162 66 20,36
1000 220 94 20,69
PMF 497 238 22,01
Elevasi puncak bendungan Krenceng + 23,5 m (Pengukuran 2002)
+ 23,5 m
+ 21,5 m
+ 20,1 m
Gambar 13 Tinggi Muka Air Maksimum Kala Ulang
14.2 Lama Penggalian
Untuk memindahkan tanah sebanyak 2.9045 juta m3 dari lokasi waduk ke Plansite ISM milik PT.
KTI diperlukan waktu sekitar 10 bulan. Schedule Penggalian terlampir laporan ini. Dalam
schedul masih perlu dipertimbangkan bila pelaksanaan terbentur musim hujan, alat berat tidak
bisa beroperasi. Disarankan agar penggalian dilakukan 5 bulan dalam setahun di musim kemarau.
Jadi pelaksanaan penggalian 2.9 juta m3 dilaksanakan selama 2 tahun, dalam 1 tahun hanya 5
bulan penggalian.
14.3 Elevasi Mercu Temporary Cofferdam
Selama masa konstruksi diambil freeboard 0.5 m. Jadi Elevasi mercu cofferdam adalah elevasi
muka air banjir +19.5 m (kala ulang 25 tahun) ditambah freeboard 0.5 m sama dengan +20 m.
Typikal penampang Temporary Cofferdam diperlihatkan dalam Gambar 14 berikut ini.
14.4 Perhitungan Rembesan Temporary Cofferdam
Sketsa pemodelan analisa rembesan diperlihatkan dalam Gambar 14. Data-data sifat rembesan
tanah asli dan timbunan masukan sebagai berikut :
Tanah Asli lapis atas (lanau lempung kepasiran) : k = 3 x 10-5 cm/detik
Tanah Asli lapis bawah (pasir halus kelanauan) : k = 4 x 10-4 cm/detik
Tanah timbunan (lanau lempung kepasiran) : k = 5 x 10-5 cm/detik
Pola jaringan aliran melalui tubuh temporary cofferdam diperlihatkan dalam Gambar 15.
POLBAN
20
Gambar 14 Typikal Rencana Temporary Cofferdam
MAB +19.5 m
Timbunan Lanau
Lempung Pasiran
k=5 x 10-5cm/detik
Lanau Lempung Pasiran
k=3 x 10-5 cm/detik
Pasir halus lanauan
k=4 x 10-4 cm/detik
Mercu Cofferdam
+20 m
Analisa Rembesan
Temporary Cofferdam Krenceng
1.2
888e
-007
Jarak Horisontal (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Ele
va
si (m
)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
Gambar 15. Jaringan Aliran Rembesan Air Dalam Tubuh Temporary Cofferdam
Tabel 5 Gradien hidrolis di permukaan tanah kaki lereng temporary cofferdam
Pt # Distance XY-Gradient
1 0.00E+00 2.00E-01
2 1.17E+00 2.33E-01
3 1.97E+00 1.77E-01
4 2.77E+00 1.71E-01
5 4.05E+00 1.30E-01
6 5.08E+00 5.16E-02
Max = 2.33E-01
Fk = 4.08
POLBAN
21
XY
-Gra
die
nt
Distance
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0 1 2 3 4 5 6
Gambar 12. Grafik gradient hidrolis versus jarak terhadap kaki lereng tanggul
Faktor keamanan terhadap boiling di kaki lereng temporary cofferdam (kemiringan lereng
1V : 2H) :
Gradien hidrolik kritis icr = 0.95
Gradien hidrolik maksimum pada kaki tanggul i = 0.233
Faktor keamanan terhadap boiling : Fk = 08.4233.0
95.0
i
icr > 3 (Ok. Aman terhadap
Boiling ! ! !)
Perhitungan kebocoran lereng galian dengan menganggap tingkat kebocoran sama di setiap
tempat di sepanjang kaki lereng temporary cofferdam :
Qbocoran = 1.288 x 10-7
m3/detik/m’
Debit bocoran tersebut bersama-sama dengan rembesan air dari daerah konservasi nanti
diperlukan untuk menghitung kapasitas pompa bila air tidak bisa dikerluarkan secara gravitasi
selama masa penggalian. Setelah masa penggalian selanjutnya debit bocoran ini tidak penting.
Temporary Cofferdam akan dibongkar untuk menyatukan air dengan genangan yang lama.
14.5 Perhitungan Kestabilan Lereng Temporary Cofferdam
Analisa stabilitas lereng temporary cofferdam dilakukan dengan Program Komputer
mendasarkan perhitungan pada berbagai metoda, salah satunya adalah Metode Bishop
(rumus seperti di atas) untuk menganalisis stabilitas lereng alami maupun buatan dengan
cara irisan pada kondisi seepage dan atau pembebanan di permukaan tanah.
Dalam perhitungan dengan Program Komputer Kestabilan Lereng dipakai :
g. Bidang longsor berbentuk busur lingkaran.
POLBAN
22
h. Jumlah garis singgung lingkaran longsor coba sebanyak 10 buah.
i. Jumlah pusat lingkaran longsor coba sebanyak 10 x 10 = 100 titik
j. Jadi total jumlah bidang longsor yang dicoba sebanyak = 10 x 100 = 1000 buah.
k. Jumlah irisan 30 buah dengan toleransi 0.01.
l. Strength Model : Mohr-Coulomb
m. Cara perhitungan : Metoda Bishop
Dalam analisa perhitungan stabilitas lereng temporary cofferdam akan dihitung faktor
keamanan minimum untuk berbagai kondisi antara lain :
a) Temporary cofferdam selesai dibangun dengan beban selama massa konstruksi
diperhitungkan sebesar 500 kg/m2 bekerja di atas Tanggul selebar jalan operasional
(5 m), tinjauan upstream dan downsream. Pada kondisi ini lereng Tanggul dikatakan
aman terhadap kelongsoran bila angka faktor keamanan terhadap longsor serendah-
rendahnya 1.5.
b) Saluran terisi penuh oleh air. Pada kondisi ini lereng Tanggul dikatakan stabil bila
angka factor keamanan terhadap longsor serendah-rendahnya 1.5.
c) Saluran terisi penuh oleh air pada kondisi gempa bumi. Pada kondisi ini lereng
Tanggul dikatakan stabil bila angka factor keamanan terhadap longsor serendah-
rendahnya 1.25.
Output perhitungan dengan Program Komputer Kestabilan Lereng diperlihatkan dalam
gambar-gambar berikut ini. Dalam gambar-gambar itu selain memperlihatkan geometri
tanggul , kondisi pembebanan, dan garis freatik diperlihatkan juga :
d) Bidang longsor dan orientasinya.
e) Titik pusat longsor (bulatan merah terbesar) yang memberikan angka factor
keamanan minimum (tercetak angkanya) untuk bidang longsor yang diperlihatkan.
f) Kontur factor keamanan dengan interval yang disesuaikan.
POLBAN
23
Water
Pasir halus kelanauan
Lanau lempung kepasiran
Tanah timbunan
(lanau lempung kepasiran)
Beban kerja
500 kg/m2
Elevasi +19.5m
Elevasi (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Ja
rak H
ori
so
nta
l (m
)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
Gambar 13 Data Input dan Geometri Temporary Cofferdam
Hasil Analisa Kestabilan Lereng
Error! Reference source not found. s/d Gambar 19 memperlihatkan sketsa output
analisa kestabilan lereng Temporary Cofferdam dengan Program Komputer. Dari
gambar-gambar tersebut diperoleh angka-angka faktor keamanan minimum berbagai
kondisi, hasil rangkumannya diperlihatkan dalam Tabel 6.
Dari Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa angka faktor keamanan kestabilan lereng
temporary cofferdam dengan tinggi 3.5 m dari dasar galian berkisar 1.305 – 1.957. Angka
keamanan terkecil adalah pada kondisi waduk terisi penuh air mencapai elevasi +19.5 m
pada sisi hilir (downstream) sewaktu terjadi gempa bumi (Koef Gempa 0.18) yaitu 1.361
> 1.25 (angka minimum yang disyaratkan). Dengan demikian maka dapat disimpulkan
bahwa lereng temporary cofferdam dan tanggul cukup stabil.
Tabel 6 Rekapitulasi Angka Kestabilan Lereng Tanggul
Yang Diijinkan Hasil Keterangan
Kondisi Tanggul Selesai Dibangun
Stabilitas lereng sebelah hulu 1.50 1.543 Aman
Stabilitas lereng sebelah hilir 1.50 1.957 Aman
Kondisi Tanggul Terisi Penuh Air
Stabilitas lereng sebelah hulu 1.50 1.492 Aman
Stabilitas lereng sebelah hilir 1.50 1.919 Aman
Kondisi Saluran Terisi Penuh Air + Gempa Bumi
Stabilitas lereng sebelah hulu 1.25 1.361 Aman
Stabilitas lereng sebelah hilir 1.25 1.358 Aman
Kondisi Yang DianalisaFaktor Keamanan Kestabilan Lereng
Sumber : Hasil analisa 2011
No.
1
2
3
POLBAN
24
1.543
Water
Pasir halus kelanauan
Lanau lempung kepasiran
Tanah timbunan
(lanau lempung kepasiran)
Beban kerja
500 kg/m2
Elevasi +16.5m
Elevasi (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Jara
k H
ori
son
tal
(m)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
Gambar 14 Stabilitas Lereng Tanggul Kondisi Selesai Dikonstruksi Sisi Upstream.
1.957
Water
Pasir halus kelanauan
Lanau lempung kepasiran
Tanah timbunan
(lanau lempung kepasiran)
Beban kerja
500 kg/m2
Elevasi +16.5m
Elevasi (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Jara
k H
ori
son
tal
(m)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
Gambar 15 Stabilitas Lereng Tanggul Kondisi Selesai Dikonstruksi Sisi Downstream.
POLBAN
25
2.688
Water
Pasir halus kelanauan
Lanau lempung kepasiran
Tanah timbunan
(lanau lempung kepasiran)
Beban kerja
500 kg/m2
Elevasi +19.5m
Elevasi (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Jara
k H
ori
son
tal
(m)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
Gambar 16 Stabilitas Lereng Tanggul Kondisi Saluran Terisi Air Sisi Upstram.
1.919
Water
Pasir halus kelanauan
Lanau lempung kepasiran
Tanah timbunan
(lanau lempung kepasiran)
Beban kerja
500 kg/m2
Elevasi +19.5m
Elevasi (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Jara
k H
ori
son
tal
(m)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
Gambar 17 Stabilitas Lereng Tanggul Kondisi Saluran Terisi Air Sisi Downstram.
POLBAN
26
1.505
Water
Pasir halus kelanauan
Lanau lempung kepasiran
Tanah timbunan
(lanau lempung kepasiran)
Beban kerja
500 kg/m2
Elevasi +19.5m
Elevasi (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Jara
k H
ori
son
tal
(m)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
Gambar 18 Stabilitas Lereng Tanggul Kondisi Saluran Terisi Air Sisi Upstram Sewaktu
Gempa Bumi.
1.358
Water
Pasir halus kelanauan
Lanau lempung kepasiran
Tanah timbunan
(lanau lempung kepasiran)
Beban kerja
500 kg/m2
Elevasi +19.5m
Elevasi (m)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85
Jara
k H
ori
son
tal
(m)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
Gambar 19 Stabilitas Lereng Tanggul Kondisi Saluran Terisi Air Sisi Downstram
Sewaktu Gempa Bumi.
.
POLBAN
iv
DAFTAR PUSTAKA
1. Bowles, J. E. (1988), “Principles of Geotechnical Engineering”, McGraw-Hill,
Singapore.
2. Brinkgreve & Vermeer (1998), “PLAXIS: Finite Element Code for Soil and Rock
Analyses”, A. A. Balkema, Rotterdam, Netherlands.
3. Carter & Bentley, “Correlations of Soil Properties”, Pentech Press, London.
4. Koerner, M.K., (1985), “Construction and Geotechnical Methods in Foundation
Engineering”, McGraw-Hill.
5. Robertson & Companella (1983), “Interpretation of Cone Penetration Tests”,
Canadian Geotechnical Journal.
POLBAN