Disain Pembangunan Klaster Gaharu Di Kabupaten Bangka...
Transcript of Disain Pembangunan Klaster Gaharu Di Kabupaten Bangka...
Disain Pembangunan Klaster Gaharu
Di Kabupaten Bangka Tengah
oleh:
Maman Turjaman dan Erdy Santoso
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan
Bogor, 31 Maret 2016
EXECUTIVE SUMMARY
Gaharu cluster is a model management of integrated gaharu development, coordinated,
programmed, and direct to enhance purpose of sustainable agarwood industry. In the first
step, Forestry office regency has a role to manage and contribute agarwood land plantation
and agarwood seedlings ready to plant, and also seedlings can distribute to forest
communities. Forest extesion has a role to transfer agarwood technology in plantation. In
cluster activity, agarwood plantation is not planted in one rotation only, but sustainable
plantation should programmed because agarwood industry need raw materials in every year.
In agarwood cluster activities, agarwood producing tree plantations will do every year,
because sustainable plantation is needed to provide raw materials of agarwood industry every
year. All stakeholders should give contribution in agarwood cluster, they are forestry and
crop estates office, trading and indutry offices, and other office in province and the ministry
level including Forest Research Institute of Palembang, Natural Conservation Institute,
Watershed Management Institute, and Environment & Forestry Research, Development,
Innovation Agency (FORDA). Agarwood cluster activities need commitment and integration
of programmes among stakeholder. The actual conditions in agarwood cluster is only provide
some agarwood planting activities with the total number of tree around 1 million trees. After
that there is not yet action in programme continues. They would like to continue for doing
inoculation activities in scale up level, and try to develop agarwood product industries. The
main problem is to determine type of inoculant agarwood technology, easy to use, effective,
efficient and chipper. This technology should give good result of agarwood products for
several years, and this product should be accepted by market. In the same time no, there is
some fake inoculant provide by a private company. There is no guarrantee use fake inoculant,
they produce an inoculant with content a chemical liquid.The other important problem is
how to control of attacking pest and disease agarwood plantation in the field. In agarwood
manufacture, they need management system and knowledge of agarwood processing, like
how to agarwood raw material process by machine to get high quality of agarwood chips,
pure agarwood oil, incense product export qualities, agarwood tea, etc.
In this document, we have done some public and consultative meeting to discuss with all
stakeholders involve in agarwood cluter of Central Bangka Regency. We propose the Head
of Central Bangka Regency or Secretary of Regency as a leader in agarwood cluster. The
integration programmes among stakeholders are important to be sychronized. Key success of
agarwood cluster is coordination and integration agarwood programme with supporting by
the leader and all stakeholders including by farmer group, forestry extention, Bangka
Belitung University to care the progress agarwood cluster industry base in one stop services.
All stakeholders should focus in some segment of agarwood product and capable to get profit
and enhance welfare for forest communities in Central Bangka Regency.
The implementation programme of agarwood cluster will be managed and controlled by head
of Central Bangka Regency, as follows:
1. Secretary of Regency is a responsible to implement agarwood cluster of all
programmes and give report to head of regency every month.
2. Crop Estates and Forestry Office is a responsible to provide raw materials of
agarwood with sustainable plantation in Central Bangka Regency. The office will
propose agarwood plantation activities every year and request enough budget to
implement this programme. In implementation in the field, the office should
coordinate and work together with farmer groups, forestry extentions,Watershed
Management Institute, Natural Conservation Institute, and Forestry Research Insitute.
They work to prepare plantation activities with annual target. Where the nursery will
be established, and when the plantation activity will do and how many hectares should
be planted. The office will do also to manage of agarwood inoculat and inoculation
process in the field. They will coordinate with Bangka Belitung University and
FORDA. They will provide agarwood inoculant laboratory and prepare human
resources for implementing agarwood inoculation in the field.
3. Industry Office has responsibility and work to develop agarwood industry mainly to
prepare infrastructure for agarwood manufacture, workshop, and human resources.
The office will prepare agarwood harvesting and carving in a workshop. Human
resources should be upgrade by in house training and use some modern machinary
for agarwood manufacturing. Agarwood indutry is base on “ zero waste”, they will
use all components of the tree for provide agarwood products.
4. Commercial Trading office is important stakeholder to promote and trade agarwood
in national and international level. The office will do some agarwood exhibiton and
festival in national and international level every year. They will design website for
agarwood promotion with international language (English, Arabian, Chinese, French,
Spain, Japanese, Korean, etc.).
5. FORDA has a responsible to do reserach, development, and innovation for agarwood
cluster.
Key words : Agarwood cluster, Central Bangka, One Stop Services, Industry and Trading.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
EXECUTIVE SUMMARY
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. KONDISI KABUPATEN BANGKA TENGAH
III. DISAIN PEMBANGUNAN KLASTER GAHARU
IV. RENCANA LOKASI KLASTER GAHARU
V. RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN KLASTER GAHARU
VI. KOORDINASI DAN PEMBAGIAN TUGAS DALAM KLASTER GAHARU
VII. PENUTUP
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komoditi gaharu alam baik dari segi kualitas dan kuantitas semakin menurun di
Indonesia. Ekspor gaharu alam dibatasi oleh kuota karena jenis-jenis Aquilaria dan
Gyrinops telah masuk CITES (Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora) Appendix II yang jumlahnya tidak lebih dari 700
ton per tahun (Santoso, 2015; Susmianto et al., 2013). Kualitas gaharu yang diekspor
cenderung yang berkualitas rendah seperti kelas mutu abuk untuk produksi minyak
gaharu dan dupa. Alternatif yang berkembang sejak dua dekade ini adalah kegiatan
budidaya pohon penghasil gaharu di Indonesia begitu pesatnya, diperkirakan ada lebih
dari 10 juta pohon telah ditanam di seluruh Indonesia (Santoso et al., 2014). Namun
kegiatan ini masih sporadis dan tidak terstruktur, sehingga produksi gaharu budidaya
belum diatur produksinya mulai dari tingkat petani gaharu, dan belum ada
implementasinya dari pihak pemerintah pusat maupun daerah terutama regulasi
khusus untuk budidaya gaharu.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi
yang memiliki potensi populasi pohon penghasil gaharu yang cukup tinggi di
Indonesia. Kepedulian komunitas masyarakat di sekitar hutan di Babel mempunyai
kesadaran tinggi untuk membudidayakan pohon penghasil gaharu, dan pemerintah
daerah turut membantu pengembangan gaharu di Babel. Kabupaten Bangka Tengah
telah menyusun “Roadmap pengembangan HHBK kabupaten Bangka Tengah sebagai
klaster gaharu”. Salah satu strategi pengembangan gaharu yang dapat melibatkan
banyak stakeholder di tingkat provinsi/kabupaten adalah pengembangan klaster
gaharu. Klaster gaharu merupakan kegiatan usaha industri gaharu “one stop services”
dimana setiap pelaku usaha dan fasilitator di tingkat provinsi/kabupaten memberikan
kontribusi yang nyata dalam setiap step pembangunan klaster gaharu. Setiap
satker/skpd memberikan andil dan terencana pembiayaan serta implementasi
pengembangan klaster gaharu mulai dari industri hulu, tengah, dan hilir.
Permasalahan teknis pengembangan klaster gaharu yang dihadapi adalah
teknologi inokulasi gaharu yang kompatibel dan konsisten untuk mendukung produksi
gaharu yang berkesinambungan. Kemampuan SDM di tingkat daerah perlu
ditingkatkan melalui kegiatan pelatihan singkat yang praktis mulai dari pelatihan
teknologi inokulasi, teknik pemanenan, pengolahan produk, teknik penyulingan
minyak gaharu, teknik produksi dupa, tasbih, gelang, dan lain-lain. Permasalahan
penting yang akan dihadapi adalah serangan hama dan penyakit pada pohon penghasil
gaharu.
B. Tujuan
Penyusunan disain klaster gaharu ini bertujuan untuk memberikan arah
pembangunan klaster gaharu dan menjembatani stakeholder yang terlibat dalam
pengembangan model klaster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah, dan tentunya
komitmen yang nyata berupa penyediaan anggaran dari masing-masing SKPD,
fasilitas fisik bangunan dan infrastruktur jalan, pelatihan-pelatihan berbasis aplikasi
pembangunan industri gaharu, dan mengawal dan evaluasi kegiatan klaster gaharu
setiap tahunnya. Pembangunan klaster gaharu ini mungkin akan sedikit mengalami
adaptasi karena ada rencana setiap provinsi mulai mengimplementasikan UU No.23
Tahun 2014 yang berkaitan dengan kewenangan kehutanan di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
II. KONDISI KABUPATEN BANGKA TENGAH
Letak Geografis
Kabupaten Bangka Tengah dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003. Bersama-sama dengan pembentukan Kabupaten
Bangka Tengah, dibentuk pula Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Barat dan Belitung
Timur. Wilayah Kabupaten Bangka Tengah terletak di Pulau Bangka. Secara administratif
wilayah Kabupaten Bangka Tengah berbatasan langsung dengan daratan wilayah
kabupaten/kota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kota
Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, dan Bangka Selatan. Pembentukan Kabupaten Bangka
Tengah tidak semata-mata karena kebutuhan pengembangan wilayah propinsi, tetapi juga
karena keinginan masyarakat di dalamnya, serta upaya untuk mempercepat pembangunan
daerah dan terciptanya pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien.
Pada awal berdirinya tahun 2003, Kabupaten Bangka Tengah memiliki luas daerah lebih
kurang 2.156,77 Km2 atau 215.677 Ha dengan wilayah administrasi 4 kecamatan, 1
kelurahan, 39 desa dan 74 dusun. Pada tahun 2013 luas daerahnya menjadi 2.279, 11 km2
atau 227.911, 33 Ha. Untuk kepentingan akselerasi pembangunan daerah, pada tahun 2012
beberapa wilayah administrasi mengalami peningkatan status sehingga wilayah administrasi
menjadi 6 kecamatan, 7 kelurahan, dan 56 desa. Data terakhir hasil registrasi penduduk
Kabupaten Bangka Tengah pada tahun 2013 menunjukan jumlah penduduk mencapai
162.525 jiwa. Tersebar di Kecamatan Koba sebanyak 34.305 jiwa, Kecamatan Pangkalan
Baru sebanyak 37.029 jiwa, Kecamatan Sungai Selan sebanyak 30.297 jiwa, Kecamatan
Simpang Katis 22.430 jiwa, Kecamatan Namang 14.425 jiwa, dan Kecamatan Lubuk Besar
24.039 jiwa.Berdasarkan data yang tersedia pada tahun 2013, jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan di Kabupaten Bangka Tengah relatif sama banyak yakni, penduduk laki-laki
sebanyak 84.761 jiwa atau sekitar 52,15% dari seluruh penduduk dan penduduk perempuan
sebanyak 77.764 jiwa atau 47,85% dari seluruh penduduk atau berbeda hanya 4,00%.
Sosial Ekonomi
Laju pertumbuhan perekonomian di kabupaten Tengah selama tiga tahun terakhir
mengalami penurunan. Awalnya pada tahun 2011 laju ekonomi cukup tinggi mencapai
6,48%, kemudian di tahun 2012 laju ekonomi melambat menjafi 5,97 % dan ditahun 2013
laju ekonomi menurun hanya 5,20%. Tidak beroperasinya perusahaan tambang timah PT
Koba Tin, dan sejumlah smelter maupun aktivitas tambang ternyata berimbas terhadap
pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Bangka Tengah. Dari sektor pertambangan yang
selama ini berlangsung, sektor pertambangan memberi sumbangan sekitar 40% pertumbuhan
ekonomi (Sumber Bangka Pos, 22 April 2015) (http://bangka.tribunnews.com/2015/04/22/pertumbuhan-
ekonomi-bateng-520-persen)
Kondisi Tanah dan Hidrologi
Konfigurasi tanah di Kabupaten Bangka Tengah terdiri dari 4% tanah berbukit seperti
Bukit Mangkol dengan ketinggian sampai 395 m. Jenis tanahnya adalah podzolik coklat
kekuning-kuningan dan litosol berasal dari Batu Plutonik Masam. Selanjutnya 51%
konfigurasi tanah berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis Asosiasi Podsolik Coklat
Kekuning-kuningan dengan bahan induk Komplek Batu Pasir Kwarsit dan Batuan Plutonik
Masam. Kemudian 20% berkonfigurasi lembah/datar sampai berombak, jenis tanahnya
termasuk asosiasi Podsolik berasal dari komplek batu pasir dan kwarsit. Sisanya 25% rawa
dan bencah/datar dengan jenis tanahnya termasuk dalam Asosiasi Alluvial Hedromotif dan
Glei Humus serta Regosol Kelabu Muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat.Pada
umumnya kondisi pH tanah di Kabupaten Bangka Tengah rata-rata 5, dimana didalamnya
mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa, kaolin, batu
gunung dan lain-lain.
Kabupaten Bangka Tengah mempunyai sungai selindung, sungai mesu, sungai selan,
sungai kurau, dan lain-lain. Pada umumnya sungai-sungai tersebut berhulu di daerah
perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Sungai-sungai di Kabupaten Bangka
Tengah berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan
perikanan karena para nelayan lebih memilih mencari ikan di laut. Di Kabupaten Bangka
Tengah tidak ada danau alam, tetapi yang ada adalah bekas penambangan biji timah yang
luas dan membentuk danau buatan yang disebut kolong.
Flora dan Fauna
Kelompok flora dari berbagai jenis vegetasi atau jenis pohon hutan tropika yang
termasuk kategori komersial dan beberapa jenis dilindungi adalah dari keluarga
Thymelaeaceae seperti ramin dan gaharu, keluarga Dipterocarpaceae seperti jenis-jenis
meranti, Hopea, Vatica, serta jenis-jenis lain seperti pelawan, mendaru, gelam, bintangur,
mahang, cempedak air, pulai, jenis bakau-bakauan, dan lain-lain. Kelompok fauna yang
ditemukan di kawasan hutan di Kabupaten Bangka Tengah diantaranya adalah rusa, beruk,
monyet, lutung, babi hutan, teringgiling, napuh, musang, murai, tekukur, pipit, kalong, elang,
ayam hutan. Di pulau Bangka tidak ada binatang buas seperti gajah dan harimau, yang dapat
ditemukan di pulau Sumatera.
Kondisi Iklim
Berdasarkan data Stasiun Meteorologi Pangkalpinang, suhu rata-rata di Kabupaten
Bangka Tengah berkisar antara 24-31,60 C, sedangkan kelembaban udara rata-rata bervariasi
antara 80-87 % menurut data pada tahun 2013. Curah hujan terendah pada bulan Agustus
2013, dengan rata-rata curah hujan sebesar 251 mm. Kabupaten Bangka Tengah beriklim
tropis type A dengan besar curah hujan antara 84,5 – 406,2 mm per bulan.
III. DISAIN PEMBANGUNAN KLASTER GAHARU
A. Pengertian klaster gaharu
Klaster gaharu merupakan suatu unit model usaha produksi gaharu terpadu
yang dikelola bersama-sama oleh para stakeholder ditingkat provinsi/kabupaten.
Kegiatan unit usaha produksi gaharu terpadu ini dimulai dari serangkaian manajemen
dari hulu ke hilir yang tangguh dengan menyediakan bahan baku gaharu yang
berkesinambungan, menyediakan fasilitas produksi, meningkatkan kapasistas
kemampuan SDM, sehingga menimbulkan ekonomi kreatif pengolahan aneka produk
yang efisien, dan melakukan kegiatan promosi produk dan pemasaran yang legal, dan
pemasaran gaharu langsung ke negara konsumen.
Gambar 1. Pengembangan klaster gaharu yang berisi prioritas kegiatan
Klaster gaharu berisi minimal lima kegiatan yang penting untuk dilaksanakan
semua pihak yang terlibat. Konservasi jenis-jenis pohon penghasil gaharu adalah
kegiatan pertama yang harus dilakukan, agar sumber daya alam gaharu kita dapat kita
yang tersisa saat ini dapat diselamatkan dan ditanam dalam bentuk arboretum.
Produksi gaharu yang dimaksud adalah dimulai dari penyediaan bahan baku,
melakukan kegiatan inokulasi, pemanenan, dan pengolahan gaharu. Pemeliharaan
pohon penghasil gaharu dari gangguan hama dan penyakit merupakan titik kritis
kegiatan klaster gaharu. Penelitian teknologi inokulasi tetap harus dijalankan untuk
mendapatkan teknologi inokulasi yang efektif dan efisien, agar setiap pohon penghasil
gaharu yang telah ditanam dapat memproduksi gaharu dengan kualitas yang baik dan
diterima pasar. Menjaga kesehatan pohon penghasil gaharu adalah hal yang prioritas
agar pertumbuhan pohon menjadi maksimal, dan pada waktunya siap diinokulasi.
Untuk itu pencegahan serangan hama dan penyakit lebih diutamakan dibandingkan
usaha pemberantasan, karena pemberantasan tidak akan efektif.
Pemasaran merupakan ujung dari kegiatan klaster gaharu, tanpa ada
penyederhanaan regulasi tata niaga gaharu hasil budidaya, maka kegiatan klaster
gaharu tidak akan bermanfaat bagi masyarakat luas. Kegiatan promosi produk gaharu
masuk dalam kegiatan pemasaran. Promosi dapat berupa mendisain website tentang
produk gaharu, dan memperkenalkan klaster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah.
Website dibuat dalam berbagai bahasa (Inggris, Arab, Mandarin, Jepang, Korea,
Spanyol, Prancis, dan Jerman). Kegiatan lain adalah membuat serangkaian FGD dan
pameran langsung di KBRI/Konjen negara tujuan ekspor. Para pedagang gaharu di
negara tujuan ekspor diundang oleh KBRI untuk mengikuti event-event tentang
klaster gaharu. Pameran gaharu tidak hanyak memperkenal produk-produk gaharu
dari Indonesia, tetapi dimungkinkan untuk dilakukan transaksi pemasaran langsung
dengan para pedagang gaharu di KBRI setempat. Sebagai contoh, setiap tahun RRC
menyelenggarakan pameran gaharu internasional, salah satunya di kota Guang Zhou.
Pameran ini menjadi ajang besar untuk memperkenalkan dan mempromosikan
produk-produk gaharu hasil dari klaster gaharu dari Kabupaten Bangka Tengah.
B. Klaster Gaharu : “One Stop Services”
Ruang gerak klaster gaharu dimulai dari penyediaan bahan baku pohon
penghasil gaharu yang berdasar luas dan jumlah pohon jumlahnya sesuai dengan
target yang telah dicanangkan dalam roadmap klaster gaharu (Gambar 2). Beberapa
pertanyaan yang bakal timbul adalah, Apa jenis pohon yang akan dikembangkan?
Bagaiamana sistem penanamannya? Apakah pertumbuhan pohon yang ditanam
optimal berdasar kelas diameter dan umur pohonnya? Dimana pohon penghasil
gaharu akan ditanam sebagai bagian dari klaster gaharu? Apakah lokasi perlu satu
hamparan utuh? Bagaimana cara menjaga pohon penghasil gaharu tetap sehat dan
teknik pencegahan hama dan penyakit yang mungkin timbul di tingkat lapangan.
Semua aktivitas kegiatan di klaster gaharu memerlukan investasi biaya yang cukup
besar dan perlu disediakan setiap tahunnya untuk pemeliharaan tanaman.
Proses berikutnya yang penting adalah pemilihan jenis teknologi inokulasi
gaharu yang mampu memproduksi gaharu yang diterima oleh pasar internasional
dengan harga yang kompetitif. Pengujian berbagai sumber inokulan gaharu harus
sudah diuji dari awal dan skala terbatas, sehingga jangan terlalu banyak korban pohon
yang tidak membentuk gaharu. Penentuan teknologi inokulan yang tepat, dapat
memberikan kepastian rasa aman kepada semua pemilik pohon penghasil gaharu.
Pemilihan teknologi inokulasi gaharu didasarkan pada inokulan dihasilkan dari riset
laboratorium yang kompeten dan didukung tenaga ahli. Penilaian inokulan gaharu
juga harus memperhitungkan aspek ekonomi, berapa biaya inokulasi per pohon dan
berapa nilai ekonomi dari gaharu yang dihasilkan. Apa tipe inokulan gaharu yang
digunakan (biologi, kimia, fisika)? Dimana inokulan gaharu dapat diperoleh dengan
mudah? Apakah teknik inokulasinya efektif dan efisien? Semua pertanyaan diatas
harus sudah dijawab dalam manajemen klaster gaharu, sehingga implementasinya
sudah sesuai standar operasional, dan sudah tidak ada keraguan lagi bahwa inokulan
gaharu yang digunakan telah mengalami pengujian dan terbukti menghasilkan gaharu
yang diinginkan oleh pasar.
Gambar 2. Tahapan proses pengembangan gaharu dalam klaster
Bahan baku gaharu merupakan faktor kunci berdirinya industri gaharu.
Penyediaan bahan baku gaharu melalui produksi bibit gaharu unggul dan melakukan
kegiatan penanaman secara massal dalam satu klaster. Jenis-jenis pohon penghasil
gaharu yang utama ditanam adalah jenis Aquilaria malaccensis. Jenis pohon
penghasil yang direkomendasi untuk ditanam adalah A. microcarpa, A. beccariana,
dan A. hirta. Tanggung jawab penyediaan bahan baku adalah Dinas Perkebunan dan
Kehutanan ditingkat Kabupaten Bangka Tengah.
Gambar 3. Peranan Stakeholder dalam klaster gaharu
Klaster gaharu menuntut kesinambungan kerjasama yang intens antar SKPD ditingkat
provinsi/kabupaten, hal ini tidak hanya masalah koordinasi kegiatan, tetapi adanya komitmen
pembiayaan yang disediakan setiap tahun anggaran APBD di Babel (Gambar 3). Peranan
Bappeda baik ditingkat provinsi maupun kabupaten turut merencanakan dan mengaloksikan
anggaran kegiatan klaster gaharu dari masing-masing SKPD. Dinas Kehutanan fokus
menyiapkan lahan dan bahan tanaman penghasil gaharu bersama-sama dengan kelompok
petani gaharu. Kegiatan registrasi pohon secara bertahap harus dilakukan dan nantinya
registrasi pohon dilakukan dengan sistem online. Kebutuhan bahan baku gaharu sudah
diprogramkan sejak awal, misalnya untuk tujuan produksi chips gaharu, minyak gaharu, atau
produksi herbal gaharu. Dinas perindustrian fokus pada kegiatan pengolahan gaharu dan
produk turunannya. Kegiatan ini memerlukan tidak hanya peralatan yang spesifik
peruntukannya, tetapi juga diperlukan keahlian tenaga kerja yang khusus di unit usaha
pengolahan gaharu dibawah koordinasi Dinas Perindustrian. Dinas perdagangan melakukan
Dinhut provinsi
Dinhut kabupaten
BPDAS
BKSDA
KPH-P
Ekonomi kreatif
kegiatan di hilir terutama menyangkut promosi, tata niaga, dan pemasaran produk gaharu.
Dinas perdagangan dapat membuat website untuk promosi berbagai bahasa (inggris, arab,
china, jepang, korea), outlet ditingkat kabupaten/provinsi, bahkan membuat galeri di Jakarta.
Selain itu promosi produk-produk gaharu setiap tahun juga dapat dilakukan di beberapa
negara konsumen gaharu bekerjasama dengan KBRI/Konsulat Jenderal di negara konsumen
besar gaharu yang dituju.
Gambar 4. Input Teknologi dalam klaster gaharu
Badan Litbang dan Inovasi (BLI) mempunyai tanggungjawab untuk melaksanakan riset
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam klaster gaharu (Gambar 4). Saat ini ada
empat topik yang memerlukan teknologi dalam klaster gaharu adalah teknologi inokulasi,
hama dan penyakit, grading system, dan teknik pemanenannya. BLI akan memberikan
rekomendasi yang terbaik dalam mencapai target produksi gaharu budidaya dalam sistem
klaster.
Koordinasi dan kerjasama riset dengan Balai Penelitian Kehutanan Palembang dan
Universitas Bangka Belitung harus dilakukan sejak awal, agar pembagian tugas dan
kebutuhan Sumber Daya Manusia dapat dipenuhi untuk melakukan fokus riset dalam klaster
gaharu di Kabupaten Bangka Tengah. Pembiayaan dialokasikan oleh masing-masing institusi
sesuai program riset yang tercantum dalam dokumen klaster gaharu ini.
Gambar 5. “Capacity Building” yang diperlukan dalam pengembangan klaster gaharu
Pelatihan-pelatihan aplikasi yang diperlukan dalam industri hulu-hilir gaharu dapat
dijadikan kegiatan rutin dalam klaster gaharu (Gambar 5). Kemampuan SDM di klaster
gaharu akan lebih spesifik pada setiap kegiatannya, mulai dari kegiatan pembibitan,
penanaman, produksi inokulan, teknik inokulasi, pengolahan produk, promosi dan
pemasaran.
Pada dasarnya kegiatan promosi dan pemasaran merupakan kegiatan krusial yang akan
dihadapi dalam klaster gaharu. Arahan dari klaster gaharu harus jelas, disegmen produk
gaharu seperti apa kita akan fokus dan menekuninya. Ekonomi kreatif kehutanan harus sudah
mulai membuka prospek-prospek produk seperti apa yang nantinya akan diinginkan oleh
pasar. Apakah Klaster gaharu di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan menjadikan
daerah kunjungan wisata manca negara (Ecotourism) yang didalamnya mempromosikan
berbagai macam produk gaharu dan turunannya.
IV. RENCANA LOKASI KLASTER GAHARU
Klaster gaharu sudah mempunyai lokasi kegiatan pengembangan gaharu di Kabupaten
Bangka Tengah. Lokasi klaster gaharu direncanakan mempunyai luas 40 Ha. Lokasi klaster
gaharu harus ditetapkan oleh Surat Keputusan Bupati Kabupaten Bangka Tengah. Pada tahap
awal pihak Dinas Perkebunan dan Kehutanan bersama BPDAS telah menyusun dokumen
roadmap klaster gaharu pada tahun 2014, dengan intisari kegiatan tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Indikator pengembangan klaster gaharu berdasarkan dokumen Roadmap yang telah disusun
oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan tahun 2014.
No. Sasaran Indikator Sasaran Output
1. Data potensi pohon
penghasil gaharu
Diperolehnya data potensi gaharu di kabupaten
Bangka Tengah
Tiga laporan penelitian
2. Distribusi pohon penghasil
gaharu
-Dokumentasi distribusi pohon penghasil
gaharu secara berkelanjutan
-Data registrasi pohon penghasil gaharu
Satu laporan monitoring
& evaluasi setiap tahun
3. Grand design
pengembangan gaharu
-Dokumen grand design yang telah dilegalisasi
oleh Bupati
Satu dokumen grand
design
4. Regulasi tentang
pengembangan gaharu
-tata niaga/usaha gaharu budidaya Peraturan Bupati
5. Pendampingan/Penyuluhan
berkaitan dengan klaster
gaharu dan bantuan sarpras
-pendampingan penyuluh dalam rangka
pengembangan gaharu di tingkat kelompok
tani
-diperolehnya bantuan sarpras/bahan inokulan
untuk pengembangan gaharu
- laporan pendampingan
oleh para penyuluh
6. Harga gaharu budidaya -adanya grade & SNI
-terbentuknya pasar gaharu budidaya
- dokumen SNI
- pasar gaharu di
kabupaten/provinsi
7. Kelembagaan budidaya
gaharu
-Eselon IV BKSD di kabupaten Bangka
Tengah
- satu Kepala Seksi
BKSDA
8. Pelatihan tentang gaharu
bagi petani
-Pelatihan tentang budidaya, pemeliharaan
tanaman, teknik inokulasi gaharu, dan
pengolahannya.
- meningkatnya
ketrampilan para
penyuluh dan petani
gaharu
9. Pengembangan inokulan
gaharu lokal yang efektif
dan efisien
-jenis inokulan pembentuk gaharu yang unggul
berasal dari Babel
-teknik produksi inokulan yang efektif dan
efisien
- pusat pengembangan
inokulan pembentuk
gaharu di Kabupaten
Bangka Tengah
10. Peranan HKM, HD, dan
HTR dalam
pengembangan komoditi
gaharu
-mengelola jenis pohon penghasil gaharu
sebagai bahan baku utama dalam klaster
gaharu
-mengembangkan pola agroforestry yg efektif
dan efisien untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat
-sentra hutan gaharu di
areal HKM, HD, dan
HTR
11. Inovasi produk, promosi
dan pemasaran gaharu
-meningkatan ‘capacity building’ untuk
inovasi produk, promosi, dan pemasarannya
-pembangunan sarpras/fasilitas untuk
mendukung proses produksi gaharu, promosi
dan pemasarannya
-pusat perdagangan
gaharu di level kabupaten
dan provinsi
Dokumen Roadmap sudah cukup baik dan terarah, namun ada kendala dalam proses
pelaksanaan di lapangan dan pendanaannya. Perlu komitmen antar stakeholder di Kabupaten
Bangka Tengah, agar implementasi roadmap dapat dijalankan sesuai target yang di harapkan.
Lokasi klaster gaharu menjadi salah satu penentu dalam mensukseskan kegiatan
pembangunan klaster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah. Setiap stakeholder akan fokus
semua kegiatan di lokasi ini. SK penetapan perlu diinformasikan kepada para pejabat
ditingkat kecamatan, dan desa/kelurahan. Perlu disosialisakan juga kepada para pihak
terutama di pelaksana lapangan diantaranya para petani gaharu, kelompok tani, para penyuluh
kehutanan/pertanian.
Tabel 2. Lokasi pengembangan klaster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah
NO KECAMATAN DESA
LUAS (Ha)
1
Kecamatan Lubuk Besar
Desa Trubus 10
2
Kecamatan Pangkalanbaru
Desa Air Mesu 30
V. RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN KLASTER GAHARU
VI.
Program pembangunan klaster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah dalam jangka
panjang 2015-2030 dilaksanakan dengan program-program sebagai berikut :
A. Program penanaman pohon penghasil gaharu
Gerakan menanam pohon penghasil gaharu perlu dilakukan terus-menerus setiap
musim tanam di Kabupaten Bangka Tengah. Gerakan ini merupakan gerakan bersama antara
pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, petani di sekitar hutan, para penyuluh, dan para
stakeholder lainnya.
Pengaruh yang timbul dari gerakan menanam pohon, adalah petani perorangan maupun
kelompok tani dari Kabupaten Bangka Tengah sudah mulai membudidayakan gaharu secara
swadaya sejak tahun 2001. Penanaman massal gaharu ini dilanjutkan dengan gerakan massal
sejak tahun 2006 melalui gerakan menanam gaharu di tingkat provinsi dan kabupaten
diteruskan dengan gerakan menanam gaharu yang merupakan inisiatif dari kelompok tani
gaharu.
Program penanaman pohon penghasil gaharu pada dasarnya merupakan kelanjutan dari
upaya gerakan menanam gaharu dan berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten
Bangka Tengah. Meskipun gerakan penanaman ini menghadapi kendala utama berupa
resistensi masyarakat yang selalu membandingkannya dengan gaharu alam dan tanaman
perkebunan (kelapa sawit dan karet), namun ke depan program ini akan memberikan prospek
yang baik, dan sebagai antisipasi bahwa suatu saat kegiatan penutupan tambang timah pasti
akan terjadi. Pola pikir masyarakat awam menganggap bahwa gaharu alam dapat diperoleh
dengan cara memungut, mempunyai kualitas yang tinggi, dan berharga mahal. Kebalikannya
mereka menganggap hasil dari budidaya gaharu belum ada dan belum bisa dijadikan contoh
yang dapat ditiru. Hal ini terjadi karena di Kabupaten Bangka Tengah, telah beredar banyak
bahan inokulan pembentuk gaharu yang diragukan dalam kemampuan produksinya, dan tidak
konsisten. Harga inokulan gaharu pun tidak masuk akal, karena inokulan yang dijual belum
tentu terbukti menghasilkan gaharu yang memberi keuntungan buat petani gaharu. Untuk itu
diperlukan contoh-contoh berupa ‘kisah sukses’ dengan cara membina dan bekerjasama
dengan inovator-inovator untuk mengembangkan citra usaha gaharu yang menguntungkan.
Prinsip yang ditumbuhkan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah dari gerakan ini
adalah “Menanam pohon penghasil gaharu dapat dianggap sebagai deposito, menanam karet
dan kelapa sawit sebagai ATM untuk kebutuhan sehari-hari”. Dengan menanam pohon
penghasil gaharu berarti warga sudah mempersiapkan masa depan secara mandiri.
Gambar 6. Aquilaria malaccensis dan Citronella spp.
Jenis-jenis pohon penghasil gaharu yang diprioritaskan adalah jenis lokal yaitu
Aquilaria malaccensis dan A. microcarpa ditanam dengan pola agroforestry mengingat jenis
ini tergolong semitoleran. Tanaman ini dapat dicampur dengan tanaman karet, kelapa sawit,
pisang, kelapa dalam, sereh wangi, dan tanaman pangan lainnya.
Program ini memiliki target terbangunnya pohon penghasil gaharu sebanyak minimal
2.000.000 pohon penghasil gaharu secara lestari, baik dalam bentuk tanaman pekarangan,
tegalan, kebun, hutan rakyat, hutan desa ataupun hutan adat. Pohon penghasil gaharu tersebut
diharapkan menyebar di seluruh wilayah kabupaten dan setiap tahun dapat ditanam sebanyak
200.000 pohon. Menanam pohon penghasil gaharu di pekarangan dan kebun yang dekat
pemukiman petani gaharu merupakan strategi jitu untuk mengamankan produksi gaharu, hal
ini seperti dicontohkan oleh masyarakat petani gaharu di distrik Assam (India), mereka
menanam pohon penghasil gaharu sebagai pagar pembatas halaman rumah dengan rumah
tetangganya, diperkirakan populasi pohon penghasil gaharu jenis A. malaccensis yang
ditanam melebihi 10 juta pohon di Assam, India.
Untuk mendata populasi jumlah pohon penghasil gaharu di Klaster Gaharu Kabupaten
Bangka Tengah, pihak Dinas Perkebunan dan Kehutanan berkoordinasi dengan BKSDA
Sumatera Selatan untuk mengimplementasikan Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam Nomor: P.25/IV-SET/2014 tentang Tata Cara Registrasi
Penangkaran/Budidaya Gaharu. Peraturan ini berkaitan dengan peran CITES sebagai
organisasi internasional di Geneva (Swiss) yang mengontrol perdagangan gaharu dari jenis-
jenis Aquilaria dan Gyrinops.
B. Program pengembangan inokulasi pembentuk gaharu
Pohon penghasil gaharu dari hasil penanaman pada masa inisiasi, di antaranya sudah
terdapat tanaman gaharu yang memerlukan inokulasi bahkan di antaranya sudah berproduksi.
Inokulasi yang optimal dilakukan pada saat tanaman berumur 6 tahun atau berdiameter 20
cm. Dalam program pengembangan gaharu ini inokulasi secara intensif akan dimulai sekitar
tahun 2017 untuk tanaman tahun 2010-2014, dan akan mulai panen raya sejak tahun 2020.
Dengan jumlah pohon sebanyak 1.500.000 batang, dan jumlah panen (ditebang) sebanyak
150.000 batang, dengan hasil rata-rata 4 kg/batang, produksi gaharu Kabupaten Bangka
Tengah dapat mencapai sekitar 600 ton per tahun.
Proses inokulasi membutuhkan waktu yang cukup lama sampai terbentuknya gaharu
pada gubal tanaman. Inokulasi juga dapat mengalami kegagalan sehingga tanaman tidak
menghasilkan gaharu karena berbagai faktor di antaranya lingkungan. Teknik inokulasi yang
akan dikembangkan adalah teknik biologi yang menggunakan mikroorganisme jamur untuk
menstimulasi tanaman agar menghasilkan gaharu. Pada periode awal akan digunakan
inokulan dari Badan Litbang & Inovasi yang unggul dan bermutu tinggi, selanjutnya akan
diproduksi inokulan unggulan lokal yang dihasilkan dari kegiatan penelitian dan
pengembangan oleh Kabupaten Bangka Tengah.
Pengembangan klaster gaharu Kabupaten Bangka Tengah akan meningkatkan populasi
pohon gaharu secara besar-besaran yang tersebar milik masyarakat petani. Penambahan
populasi ini juga akan membuka peluang bagi usaha produksi dan perdagangan inokulan.
Untuk itu perlu disediakan inokulan unggul yang sudah diuji dan bersertifikat guna
melindungi masyarakat dari spekulan-spekulan atau produsen inokulan yang tidak
bertanggung jawab.
C. Program pengembangan diversifikasi produk gaharu
Pengembangan klaster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah juga dicirikan dengan
pembangunan unit industri pengolahan gaharu. Hal ini sesuai dengan visi dan misi
pembangunan baik jangka menengah maupun jangka panjang, antara lain guna mewujudkan
Kabupaten Bangka Tengah sebagai Klaster pertumbuhan ekonomi regional, meningkatkan
nilai tambah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD).
Pada dasarnya pengembangan klaster gaharu ini berupaya menarik nilai tambah gaharu
sebanyak mungkin untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat Bangka Tengah sehingga
akan dikembangkan berbagai jenis industri pengolahan mulai dari industri primer hingga
industri turunannya dan industri pengolahan limbah. Dalam tahap awal dibangun industri
penyulingan minyak gaharu terlebih dahulu, dan selanjutnya dikembangkan industri
pengolahan limbah (seperti hio dan obat nyamuk) serta industri turunan (seperti parfum,
sabun dan teh). Pengembangan industri pengolahan ini juga akan mengikuti perkembangan
pasar dengan cara mengembangkan produk-produk yang baru dan inovatif.
Pengembangan industri pengolahan gaharu juga dilaksanakan berbasis masyarakat
sehingga dapat memaksimalkan manfaatnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dalam klaster gaharu ini akan dikembangkan industri rumah tangga yang melibatkan usaha
kecil menengah dan koperasi.
D. Program pengembangan pemasaran
Aspek pemasaran menjadi salah satu unsur yang sangat penting pada tahapan industri
hilir bagi upaya pengembangan gaharu ini. Keberhasilan aspek pemasaran dapat menjadi
kunci untuk meningkatkan motivasi para petani dan dunia usaha gaharu. Harapannya,
Kabupaten Bangka Tengah dapat menguasai dan memiliki posisi tawar yang kuat dalam
pasar gaharu lokal dan internasional (ekspor). Secara umum, dalam program pengembangan
pemasaran ini akan dilaksanakan melalui pengembangan produk, promosi dan pameran serta
pengembangan jaringan kerja.
Promosi dan pameran dilakukan baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun
internasional. Di tingkat lokal antara lain dalam bentuk pameran pembangunan.
Selanjutnya, gaharu secara aktif dapat mengikuti pameran dan promosi di tingkat provinsi
dan nasional baik secara mandiri ataupun terintegrasi dengan kegiatan pembangunan
lainnya. Kabupaten Bangka Tengah secara aktif menembus pasar ekspor dengan cara
melakukan promosi dan pameran di negara-negara Timur Tengah, China daratan (Beijing,
Guang Zhou, Hongkong), Korea Selatan, Jepang ataupun di Singapura.
Guna mendukung program pengembangan pemasaran ini akan dilaksanakan
pengembangan jaringan kerja baik secara nasional maupun internasional. Jaringan kerja ini
meliputi instansi pemerintahan maupun non pemerintahan dan dunia usaha. Di tingkat lokal
diperlukan peran aktif dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM.
Pengembangan jaringan pemasaran ini juga melibatkan Kementerian Perdagangan,
Kementerian Perindustrian, kedutaan besar dan konsulat perdagangan sedangkan di luar
pemerintahan, jaringan pemasaran melibatkan asosiasi-asosiasi seperti Asosiasi Gaharu
Indonesia (ASGARIN), Asosiasi Petani Gaharu Indonesia (ASPEGINDO), Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Kamar Dagang Indonesia (KADIN).
E. Program pengembangan ekowisata gaharu
Program yang tidak kalah penting dalam Klaster Gaharu adalah pengembangan
kawasan ekowisata gaharu. Fasilitas atau atraksi utama yang dapat disediakan antara lain
kebun gaharu, proses budidaya, proses inokulasi, produk gaharu, serta kuliner gaharu.
Ekowisata adalah wisata daerah yang masih alami, dimana ekowisata selalu menjaga
kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan menjamin keberpihakan kepada
masyarakat. Sejalan dengan munculnya kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam,
potensi ekowisata di kawasan hutan dengan daya tarik yang tinggi merupakan potensi yang
bernilai jual tinggi sebagai obyek ekowisata sehingga pariwisata alam dikawasan hutan layak
untuk dikembangkan.
Pengembangan ekowisata ini juga dilaksanakan berbasis masyarakat. Hal ini selaras
dengan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bangka Tengah, baik dalam jangka
menengah maupun jangka panjang. Sarana prasarana dan fasilitas yang akan dibangun
dapat menjadi obyek wisata, baik pemandangan, proses produksi, maupun kuliner.
Masyarakat dapat dilibatkan antara lain dalam atraksi budidaya, inokulasi, pemanenan,
pengolahan, maupun jasa kuliner. Selain itu, masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam
penyediaan sarana pendukung seperti transportasi dan penginapan/hotel sehingga dapat
tercipta iklim investasi dan kesempatan kerja.
F. Program pengembangan perencanaan
Pengembangan gaharu perlu didukung dengan perencanaan yang baik dan matang
agar pelaksanaannya dapat terarah, terukur, efektif dan efisien. Perencanaan dilaksanakan
secara lokal yaitu rencana tahunan dan rencana lima tahunan yang merupakan penjabaran
dari rencana jangka menengah dan jangka panjang.
Gaharu dikembangkan berbasis masyarakat, sehingga yang memiliki tanaman gaharu
adalah petani yang beragam dan tersebar di seluruh pelosok kabupaten. Pengembangan ini
akan menghadapi tantangan yang besar guna mengatur jenis produk dan kelestarian
produksi karena penentunya masyarakat petani. Di sisi lain, dalam aspek pemasaran
diperlukan adanya pemasokan yang berkesinambungan dan lestari baik dalam jumlah
maupun kualitas. Kabupaten Bangka Tengah perlu mengatur agar tuntutan pasar dan rasa
keadilan di antara produsen (kelompok tani atau koperasi) dapat terpenuhi.
Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk
dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
Perencanaan mengandung unsur-unsur: kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, adanya proses
dan hasil yang ingin dicapai untuk menjadikan Kabupaten Bangka Tengah sebagai klaster
pengembangan gaharu. Dalam hal ini perencanaan mencakup :
a) Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan
b) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang
terlibat dalam kegiatan
c) Sebagai pedoman kerja bagi setiap aparatur
d) Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketepatan dan kelambatan kerja
e) Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
f) Untuk bahan penyusunan skala prioritas baik sasaran maupun kegiatan
Dalam rangka pengembangan gaharu di Kabupaten Bangka Tengah, langkah
pengembangan perencanaan meliputi :
a) Asumsi yang terukur. Pengembangan gaharu di Kabupaten Bangka Tengah didasarkan
kepada asumsi yang benar dan terukur
b) Mengidentifikasi potensi. Penyusunan program pengembangan gaharu perlu
memperhatikan potensi sumberdaya alam, jenis pohon gaharu, jenis inokulan, SDM,
produk pengolahan dan pemasaran
c) Menggambarkan potensi secara spesifik. Spesifikasi potensi lebih khusus diamati dan
lebih operasional untuk gaharu alam dan budidaya
d) Menentukan kriteria asesmen. Langkah ini ditempuh guna mengukur ketercapaian
target produksi, pengolahan dan pemasaran
e) Pengelompokan dan penyusunan tujuan. Pengelompokan tujuan merupakan deskripsi
logis dari program pengembangan gaharu
f) Desain strategi. Dibuat sesuai dengan potensi yang telah dirumuskan dan
dikembangkan. Strategi berupa prospektif, tujuan, pre-asesmen (asesmen adiagnostik)
kegiatan yang akan dilakukan dan post-assesmen
g) Mengorganisasikan sistem pengelolaan. Sistem pengelolaan yang terorganisasikan
guna pencapain target
h) Melaksanakan uji coba program. Program yang telah dibuat, dilakukan uji coba dengan
tujuan untuk mengevalusi efektifitas strategi instruksional, tuntutan program, ketepatan
alat, efektifitas sistem pengelolaan
i) Memperbaiki program. Perbaikan program dilaksanakan berdasarkan umpan balik dari
pengalaman yang dimiliki aparatur, petani gaharu dan para pengusaha gaharu,
program dilaksanakan mulai tahun 2016
G. Program pengembangan dan peningkatan sumberdaya manusia (SDM)
Kabupaten Bangka Tengah sedang berusaha mengejar ketertinggalan dalam
pengembangan sumberdaya manusia melalui pembangunan pendidikan dan latihan yang
berkualitas. Dengan dilaksanakannya pendidikan formal dan non formal serta pelatihan dan
penyuluhan diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya peningkatan sumberdaya
manusia baik aparatur pemerintah, masyarakat dan kalangan dunia usaha.
Sumberdaya manusia merupakan faktor penting agar tujuan pengelolaan sumberdaya
alam dapat tercapai dengan baik dan benar. Cita-cita Kabupaten Bangka Tengah menjadi
Klaster pembangunan gaharu membutuhkan tidak sedikit sumberdaya manusia. Sifat umum
sumberdaya manusia yang dibutuhkan yaitu berahlak mulia; mempunyai tanggung jawab
yang besar; berani menanggung resiko; berdedikasi tinggi; mau bekerja keras; mempunyai
integritas tinggi; berjiwa pancasila dan mempunyai kebanggaan serta mencintai tanah air
Indonesia. Di samping syarat-syarat umum tersebut terdapat syarat-syarat khusus sesuai
dengan fungsi dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan. Syarat-syarat khusus tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Seorang yang dengan cermat, baik dan benar dapat mengelola sumberdaya alam
gaharu, sumberdaya manusia dan seluruh aset yang ada untuk dapat menghasilkan
gaharu dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Disini diperlukan ahli manajemen
yang berwawasan luas yang juga berperan sebagai pengawas. Ilmu pengetahuan
kehutanan beserta teknologi yang mendukung keberhasilan pengelolaan sumberdaya
juga harus dipunyainya;
2) Sumberdaya manusia (SDM) dengan pengetahuan khusus juga sangat diperlukan, ahli
silvikultur yang menguasai seluk beluk pembudidayaan pohon gaharu dari mulai
menentukan kawasan yang sesuai (beserta rekayasanya), pola tanam, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, perlindungan dan pemilihan tehnik, alat, bahan, dan metode
agar pohon gaharu yang sudah ditetapkan sebagai jenis pohon yang ditanam dapat
tumbuh dengan baik, dapat menghasilkan gaharu dengan kualita dan kuantita yang
tinggi;
3) Sumberdaya manusia yang menguasai teknologi penumbuhan gaharu, dimulai dengan
penguasaan ilmu biologi sebagai dasar untuk pemilihan inokulan terbaik, perbanyakan
inokulan, penyimpanan inokulan, metode dan waktu pemberian inokulan kedalam
pohan, pemeliharaan inokulan dalam pohon yang akan mendasari keberhasilan
pembentukan gaharu di dalam batang;
4) Sumberdaya manusia yang menguasai cara pemanenan gaharu agar efisien dan efektif,
penanganan pasca panen dan cara cara mendapatkan nilai tambah bagi gaharu dengan
kualitas yang kurang bagus;
5) Sumberdaya manusia yang menguasai ilmu pemasaran hasil produk sangat diperlukan
termasuk didalamnya penguasaan teknik dan strategi pemasaran;
6) Dukungan tenaga ahli peneliti gaharu sangat diperlukan untuk pengembangan dan
peningkatan jenis-jenis pohon maupun penelitian inokulan dan juga penelitian untuk
pengembangan dan peningkatan hasil gaharu beserta turunannya;
7) Tenaga penyuluh dan pendamping petani gaharu dilapangan juga sangat dibutuhkan
untuk selalu dapat mendampingi dan mengarahkan petani gaharu dari mulai
penanaman, pemeliharaan pohon dan pemanenan gaharu dengan kualitas dan kuantitas
yang memadai;
8) Teknisi juga sangat dibutuhkan untuk selalu menyiapkan semua kebutuhan penelitian
dan pengembangan jenis-jenis pohon gaharu dan gaharu beserta turunannya;
9) Tenaga pelaksana lapangan dibidang budidaya, pemanenan dan pengolahan produk
juga sangat diperlukan;
10) Tenaga kebersihan tidak kalah pentingnya untuk selalu menjaga kebersihan seluruh aset
agar selalu dalam kondisi yang baik dan siap digunakan.
11) Petani gaharu merupakan sumberdaya manusia yang tak kalah pentingnya karena
menjadi ujung tombak dari Klaster pengembangan gaharu ini. Petani-petani gaharu
harus selalu dibina dan dilindungi agar maju dalam ilmu pengetahuan mengenai seluruh
seluk beluk gaharu dari mulai persiapan lapangan, teknik budidaya pohon, pola tanam,
cara pemeliharaan, teknik inokulasi, pemanenan dan pemasaran produk. Peran
pemerintah sangat dibutuhkan untuk dapat memakmurkan petani gaharu di Kabupaten
Bangka Tengah. Kebutuhan untuk masing masing sumberdaya manusia sangat
memperhatikan keahlian, fungsi dan tanggung jawab.
H. Program pengembangan dan penguatan kelembagaan
Pengembangan gaharu di Kabupaten Bangka Tengah telah memiliki modal berupa
komitmen yang kuat dari para pelaku pembangunan. Berdasarkan SK Gubernur Provinsi
Bangka Belitung Nomor: 188.44/37/Dishut/ 2009 dan Surat Keputusan Direktut Jenderal
Rehabilitasi dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan Nomor: SK. 22/V-BPS/2010
tentang penetapan jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan Nasional dan Lokasi
Pengembangan Klaster Gaharu tanggal 18 Juni 2010, Kabupaten Bangka Tengah sebagai
Klaster Pengembangan Gaharu Nasional. Namun secara praktek pengembangan gaharu
budidaya ini menghadapi kendala yaitu dimasukkannya Aquilaria malaccensis dan A.
microcarpa dalam Appendix II CITES. Sebagaimana diketahui, status ini sesungguhnya
disebabkan semakin langkanya A malaccensis di alam dan semestinya tidak berkaitan dengan
gaharu budidaya. Oleh karena itu, perlu dilakukan telaah ulang terhadap status ini atau
diupayakan peraturan yang baru atau peraturan khusus mengenai gaharu budidaya.
Selanjutnya, kelembagaan yang perlu dibangun meliputi institusi dan organisasi,
hubungan kerja antar institusi, serta peraturan dan perundangan yang mampu menjadi
landasan kepastian usaha gaharu. Dewasa ini institusi pemerintah daerah yang menangani
pengembangan gaharu adalah Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka Tengah.
Sejalan dengan semakin berkembangnya kegiatan maka pada masa yang akan datang
diperlukan peran dari instansi perindustrian, perdagangan, koperasi dan UMKM, serta
pelatihan dan penyuluhan.
Di tingkat masyarakat petani/produsen dapat dibentuk lembaga perekonomian secara
bertingkat mulai dari kelompok tani, asosiasi hingga badan usaha.
a. Pembentukan kelompok tani
Pembentukan kelompok ini berdasarkan atas kepentingan dan kebutuhan bersama
anggota kelompok yang saling percaya sehingga petani dapat bekerjasama secara
berkelompok sehingga tumbuh menjadi kelompok swadaya. Sebagai indikator bahwa proses
pembentukan kelompok tani telah berlangsung dengan baik adalah :
1) Kelompok tani mampu melakukan inventarisasi potensi biofisik dan sosial
ekonomi di wilayahnya
2) Kelompok tani mampu melakukan identifikasi permasalahan dan langkah-
langkah pemecahannya.
3) Kelompok tani mengetahui manfaat kegiatan usaha dan secara swadaya
mau melakukan kegiatan usaha.
4) Kelompok tani mampu menyusun rencana pengelolaan hutan dan lahan baik
rencana jangka pendek dalam bentuk Rencana Definitif Kelompok (RDK)
maupun Rencana Definitif Kegiatan Kelompok (RDKK), rencana jangka
menengah ataupun jangka panjang.
5) Kelompok tani memiliki konsep rencana bagi hasil baik kayu maupun
bukan kayu.
6) Kelompok tani mampu melakukan usaha secara mandiri.
Kelompok tani yang telah terbentuk dapat diklasifikasikan dalam 4
tingkatan yaitu kelompok pemula, lanjut, madya dan utama.
1) Kelompok pemula yaitu kelompok yang baru terbentuk, tersusun
kepengurusannya dan program kerjanya;
2) Kelompok lanjut yaitu kelompok yang sudah produktif dan memiliki
modal;
3) Kelompok madya yaitu kelompok yang mampu mengembangkan kegiatan
produktif, mampu memanfaatkan modal bergulir dan telah memiliki usaha
berbadan hukum;
4) Kelompok utama yaitu kelompok yang produktif, menjalin kemitraan usaha
dengan para pihak dan telah memiliki akses terhadap perbankan.
b. Pembentukan asosiasi
Selanjutnya kelompok-kelompok tani gaharu yang sudah tumbuh didorong agar
bekerjasama dengan kelompok lain dalam bentuk organisasi yang lebih besar yang disebut
gabungan kelompok atau asosiasi. Terbentuknya gabungan kelompok/asosiasi atas dasar
kebutuhan atau kepentingan kelompok itu sendiri. Manfaat penggabungan kelompok antara
lain :
1) Menghimpun modal usaha yang lebih besar antara lain melalui
penggabungan asset antar kelompok.
2) Memperbesar skala usaha antara lain melalui peningkatan volume dan
luasan areal usaha.
3) Meningkatkan posisi tawar antara lain melalui peningkatan kemampuan
pengendalian harga dan mengurangi persaingan.
4) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha antara lain melalui
peningkatan kemampuan berproduksi dan penurunan biaya produksi.
c. Menumbuhkan badan usaha
Masyarakat petani produsen atau gabungan kelompok/asosiasi didorong agar
membentuk satu lembaga ekonomi yang formal atau badan hukum, baik dalam bentuk
perseroan terbatas (PT) atau koperasi.
I. Program pengembangan sistem informasi manajemen
Pengembangan gaharu di Kabupaten Bangka Tengah perlu didukung dengan sistem
informasi manajemen yang menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir agar
setiap tindakan dapat dilaksanakan secara cepat, akurat, terukur dan terencana. Hal ini
disebabkan pengembangan gaharu melibatkan masyarakat yang tersebar di seluruh pelosok;
penyebaran lahan terutama berupa pekarangan dan tegalan; adanya beragam kelas umur
tanaman; adanya kegiatan inokulasi dan beragamnya jenis produk serta melibatkan banyak
pihak mencakup petani, pengusaha, dan pemerintah.
Sistem informasi manajemen tersebut juga perlu berbentuk spasial dan dinamis.
Dengan informasi spasial dapat digambarkan dan dijelaskan secara rinci tentang lokasi
kegiatan dan tanaman, antara lain dapat digambarkan peta penyebaran pohon, kelas umur dan
statusnya. Sedangkan sistem informasi yang dinamis dapat merekam perkembangan kegiatan
setiap waktu.
J. Program penelitian dan pengembangan
Penelitian dan pengembangan akan diprioritaskan pada dua upaya pokok yaitu (1)
menghasilkan pohon penghasil gaharu dan inokulan pembentuk gaharu unggul yang
mempunyai produktivitas tinggi serta (2) pengembangan pasar yang berbasis
penganekaragaman produk. Guna mendukung upaya tersebut perlu dilaksanakan konservasi
terhadap sumberdaya genetik lokal, pelestarian tanaman penghasil gaharu, pemilihan pohon
induk gaharu hingga pembangunan kebun benih. Program ini juga dilaksanakan guna
mendukung tercapainya Kabupaten Bangka Tengah sebagai Klaster Penelitian dan
Pengembangan Gaharu di Indonesia.
Pada tahap awal perlu dilaksanakan adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
berkembang di Indonesia maupun negara lain. Sumber-sumber ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut dapat berasal dari lembaga penelitian dan pengembangan antara lain
Klaster Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan serta perguruan tinggi negeri maupun swasta. Selanjutnya diharapkan
Kabupaten Bangka Tengah dapat mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi budidaya, produksi, pengolahan dan pemasaran gaharu secara mandiri.
K. Program evaluasi dan pengawasan
Tindakan evaluasi dan pengawasan merupakan salah satu unsur manajemen yang perlu
diselenggarakan untuk mengendalikan program dan kegiatan agar sesuai dengan yang
diharapkan dan direncanakan untuk mencapai tujuan. Tindakan ini dilaksanakan dalam aspek
teknis, administrasi, maupun keuangan. Evaluasi akan dilaksanakan secara rutin dan berkala,
baik secara bulanan, triwulanan, semester, tahunan, maupun lima tahunan.
L. Program pengembangan dan peningkatan sarana prasarana
Pengembangan Klaster gaharu Kabupaten Bangka Tengah perlu didukung dengan
sarana prasarana antara lain : (1) Perkantoran; (2) Laboratorium; (3) Pabrik pengolahan; (4)
Ruang pamer produk; (5) Kebun tanaman gaharu (6) Instalasi energy.
Sarana prasarana ini perlu dibangun dan diselesaikan pada periode awal dalam rencana
jangka panjang ini, yakni pada tahap I tahun 2015-2019.
M. Program pengembangan pendanaan dan usaha mandiri
Dalam periode awal untuk mengembangkan gaharu di Kabupaten Bangka Tengah,
pemerintah daerah memperoleh dana pembiayaan pembangunan dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), yang bersumber antara lain dari Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dalam jangka menengah tahap I akan diupayakan
kerjasama dengan Klaster Pembiayaan Pembangunan Hutan (P3H) yaitu perangkat Badan
Layanan Umum (BLU) di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk
memberikan pinjaman kepada petani khususnya untuk keperluan inokulasi.
N. Program Pengembangan produk gaharu
Gaharu mempunyai berbagai ragam manfaat namun pada dasarnya gaharu dapat
dikelompokan kedalam empat manfaat besar, yaitu : (1) manfaat dibidang industri parfum
dan kosmetik;(2) manfaat dibidang kesehatan: herbal dan obat-obatan; (3) manfaat di bidang
agama dan kepercayaan; (4) manfaat lain.
1. Pengolahan dan produksi minyak gaharu.
Minyak gaharu merupakan produk turunan gaharu yang termahal dipasar Amerika,
Eropa, Timur Tengah, India, Tibet dan Cina. Hal ini disebabkan oleh karena sebelum
dijadikan bahan baku parfum, gaharu harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan
minyak dan senyawa aromatik yang terkandung di dalamnya. Penyulingan minyak yang
biasanya menggunakan teknik distilasi uap atau air untuk mengekstraksi minyak dari kayu
tersebut. Untuk mendapatkan minyak gaharu dengan distilasi air, kayu gaharu direndam
dalam air kemudian dipindahkan ke dalam suatu tempat untuk menguapkan air hingga
minyak yang terkandung keluar ke permukaan wadah dan senyawa aromatik yang menguap
dapat dikumpulkan secara terpisah. Tenaga uap akan menyebabkan sel tanaman terbuka,
minyak dan senyawa aromatik untuk parfum dapat keluar. Uap air akan membawa senyawa
aromatik tersebut kemudian melalui tempat pendinginan yang membuatnya terkondensasi
kembali menjadi cairan. Cairan yang berisi campuran air dan minyak akan dipisahkan hingga
terbentuk lapisan minyak di bagian atas dan air di bawah. Salah satu metode digunakan saat
ini adalah ekstraksi dengan super kritikal CO2, yaitu CO2 cair yang terbentuk karena tekanan
tinggi. CO2 cair berfungsi sebagai pelarut aromatik yang digunakan untuk ekstraksi minyak
gaharu. Metode ini menguntungkan karena tidak terdapat residu yang tersisa, CO2 dapat
dengan mudah diuapkan saat berbentuk gas pada suhu dan tekanan normal.
Pembangunan instalasi minyak gaharu harus sudah disiapkan. Kapasitas produksi dan
ketrampilan SDM-nya (para penyuluh dan petani) harus menguasai tahapan proses
penyulingan minyak gaharu. Tahap awal perlu dibangun gedung pabrik terlebih dahulu dan
dilanjutkan dengan pembangunan instalasi mesin penyulingan. Instalasi tersebut dapat
melaksanakan uji coba produksi hingga dapat berproduksi secara penuh pada tahun
selanjutnya. Kapasitas produksi dirancang untuk pengolahan bahan baku sesuai bahan baku
yang akan dipanen pertahun.
2. Industri pengolahan produk limbah.
Industri gaharu adalah industri berbasis “zero waste”. Produk limbah gaharu terdiri
dari beberapa produk diantaranya : (1) hio; (2) dupa /setanggi; (3) obat gaharu. Produk
limbah ini disarankan sebagai industri rumah tangga petani gaharu sehingga bernilai
ekonomi bagi petani. Produk Limbah ini dapat dilaksanakan setelah pemanenan gaharu telah
diprogramkan. Penyiapan peralatan pengolahan sederhana sudah harus dipersiapkan oleh
stakeholder terkait. Kegiatan pembinaan dalam menumbuhkan industri rumah tangga ini
akan dibiayai oleh Negara baik melalui APBN atau APBD. Dalam hal ini pemerintah
Kabupaten Bangka Tengah berupaya melakukan kerjasama dengan berbagai instansi terkait,
baik pemrintah maupun swasta, antara lain Kementerian LH dan Kehutanan, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM.
3. Diversifikasi produk
Diversifikasi produk berarti mengupayakan produk lain di luar produk utama. Pohon
gaharu seperti pohon pada umumnya terdiri dari berbagai bagian, bagian bagian inilah yang
diusahakan untuk dapat menghasil produk lain yang dapat menambah penghasilan bagi
petani. Saat ini yang sudah banyak dimanfatkan adalah daun gaharu dari jenis A. malaccensis
yang telah diperuntukan sebagai minuman teh. Bagian lain adalah kulit pohon yang
digunakan sebagai campuran berbagai produk. Akar, cabang, batang demikian juga banyak
digunakan sebagai unsur tambahan dalam alat rumah tangga dan meubelair.
Diversifikasi produk untuk saat ini belum sebagai kegiatan utama namun harus mulai
disosialisasikan agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami serta mengerjakannya.
Produk diversifikasi pada dasarnya tidak memerlukan biaya besar dan pengetahuan khusus
sehingga petani dapat secara mandiri.
Gambar 7. Chips gaharu Aquilaria malaccensis setelah tiga tahun diinokulasi Fusarium
solani di pulau Lingga, Kepulauan Riau.
Gambar 8. Minyak gaharu bernilai ekonomi tinggi dengan kisaran harga USD 90-150/tolak.
Gambar 9 . Asesoris gelang gaharu hasil budidaya yang dapat diproduksi skala industri
rumah tangga
Gambar 10 . sabun gaharu yang diproduksi dari minyak gaharu hasil budidaya
A. Program Pengembangan Pemasaran.
Pemasaran dalam dunia usaha memegang peranan penting, segala usaha akan
tidak ada artinya bila hasil usaha tidak dapat dipasarkan atau dapat dipasarkan dengan
harga yang tidak memadai. Demikian pula dalam kegiatan pengembangan gaharu ini
pemasaran hasil sangat menentukan kelanjutan dari program pengembangan gaharu
ini. Untuk itu program pemasaran ini harus mendapat perlindungan dan terdapat
kebijakan tersendiri, misalnya dengan perda pemasaran gaharu.
Produk gaharu dapat berbentuk dalam berbagai produk yaitu gubal gaharu itu
sendiri yang terdiri dari minyak gaharu, teh gaharu, sabun gaharu, kemedangan, abu
gaharu dan sebagainya. Dalam pemasaran yang mendapat kuota adalah gubal gaharu
yang memang produk inilah yang mempunyai nilai tertinggi.
1. Pengembangan jaringan pemasaran.
Dewasa ini pemasaran gaharu dimulai dari para pemungut gaharu yang secara langsung
menjual kepada pedagang pengumpul. Selanjutnya pedagang pengumpul menjual kepada
pedagan besar atau eksportir. Pola pemasaran gaharu alam ini tidak sesuai bila diterapkan
dalam pemasaran gaharu budidaya. Pengembangan gaharu budidaya perlu memperdayakan
masyarakat petani sebagai produsen dan sekaligus pedagang atau pengusaha. Kelompok tani
dan asosiasi dikembangkan sehingga mampu menjadi pedagang perantara. Dalam jangka
panjang perlu badan usaha baik dalam koperasi maupun perusahan terbatas. Gambaran
jaringan pemasaan gaharu budidayaa agar menjadi sebagai berikut
Gambar 11. Alur pemasaan gaharu budidaya
2. Pengembangan standarisasi gaharu.
Produk gaharu budidaya yang diinokulasi dengan jamur yang tepat, dapat mengimitasi
gaharu alam, hal ini terbukti 5-10% kuota ekspor gaharu alam merupakan produk gaharu
hasil budidaya, meskipun profil produk gaharu budidaya sampai saat ini belum dikenal dan
diakui secara luas. Kondisi ini mengharuskan gaharu budidaya segera memperkenalkan diri
Petani sebagai produsen
Kelompok Tani sebagai
perantara
Koperasi/BUMD Pasar gaharu
melalui standarisasi produk. Kegiatan ini dapat dikoordinasikan dengan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan (P3H) serta Badan Standarisasi Nasional (BSN). Kegiatan ini perlu
segera dilaksanakan setelah masyarakat mulai memanen gaharu antara tahun 2018-2019.
3. Promosi, pameran lokal, nasional dan internasional.
Promosi merupakan kegiatan untuk memperkenalkan suatu produk kepada masyarakat
umum. Promosi dapat melalui berbagai media, kegiatan dan metode diantaranya melalui
pameran baik lokal, regional dan nasional. Kegiatan ini sudah dapat diwujudkan pada tahun
2019 dengan syarat standardisasi sudah dilakukan.
B. Program pengembangan ekowisata gaharu
Program andalan masa sekarang dan masa depan adalah mengembangkan budidaya
pohon penghasil gaharu sebagai areal ekowisata atau wisata alam. Untuk itu diperlukan
disain, penataan lahan, landscape, jaringan jalan, listrik dan komunikasi, pembangunan
sarana-prasarana wisata (Community Based Ecotourism). Pola ini merupakan pengembangan
ekowisata dengan melibatkan dan menempatkan masyarakat lokal yang mempunyai kendali
penuh dalam manajemen dan pengembangannya sehingga memberikan kontribusi terhadap
masyarakat berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan keberlanjutan
kebudayaan lokal. Masyarakat perlu dipersiapkan untuk mengerti dan memahami konsep
ekowisata gaharu melalui sosialisasi, penyuluhan dan pendampingan budidaya gaharu.
VII. KOORDINASI DAN PEMBAGIAN TUGAS DALAM KLASTER
GAHARU
Koordinasi adalah kata yang sangat mudah diucapkan, namun sangat sulit dilaksanakan.
Pembagian tugas antar SKPD dapat dilakukan, namun pembagian tugas harus diberikan oleh
pemegang keputusan tertinggi di Pemerintah Kabupaten. Program Klaster harus dipimpin oleh Bupati
atau Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah. Bupati Kabupaten Bangka Tengah
akan menentukan kelancaran dan keberhasilan program klaster gaharu. Hambatan yang mungkin
terjadi dalam tahapan sektor hulu hingga hilir dapat dicari solusinya melalui berbagai pertemuan dan
diskus reguler antar SKPD. Bupati dapat mengetahui progress setiap SKPD dari mulai kegiatan
tanam-menanam, proses produksi gaharu, pemanenan, pengolahan, dan pemasarannya. Sekretaris
Daerah (Sekda) berfungsi sebagai pimpinan harian yang memantau kegiatan pembangunan klaster
gaharu di Kabupaten Bangka Tengah.
Gambar12. Sirkulasi alur kegiatan klaster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah
Sirkulasi alur kegiatan klaster gaharu ini adalah rangkaian produksi yang terus-menerus. Program
klaster gaharu bukan kegiatan proyek yang sesaat, tetapi butuh perhatian khusus dari mulai hulu
sampai ke hilir. Tanpa ada kegiatan berkesinambungan, pembangunan Klaster Gaharu di Kabupaten
Bangka Tengah akan mengalami gangguan bahkan kegagalan.
Gambar 13. Piramida klaster gaharu
Klaster gaharu merupakan usaha unit terpadu dari hulu ke hilir. Memang disisi
pendanaan, sistem APBD begitu ketat dan terbatas, tetapi dengan cara membuat rencana
kegiatan pembangunan klaster gaharu yang matang dan cermat, bukan tidak mungkin
keterpaduaan dan saling berbagi dapat dijalankan, kuncinya adalah komunikasi yang baik
antar stakeholder. Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan menjadi penentu berapa besar APBD
Kabupaten Bangka Tengah setiap tahunnya. Alokasi anggaran klaster gaharu yang terbatas
akan menjadi hambatan dalam pembangunan klaster gaharu. Solusi dari anggaran yang
terbatas adalah membuka kesempatan kepada investor dalam negeri maupun luar negeri
untuk menanamkan modalnya untuk mengembangkan komoditi gaharu di Kabupaten Bangka
Promosi & Pemasaran
Pengolahan produk
Pembibitan, Penanaman,
& Inokulasi hulu
tengah
hilir
Tengah. Mekanisme perizinan bagi investor lebih dipermudah dan tetap menguntungkan
pihak Kabupaten/Provinsi, insentif khusus perlu diberikan kepada penanam modal yang
ingin berusaha di bidang kehutanan, agar suatu saat nanti proses penutupan tambang timah di
beberapa lokasi di pulau Bangka Belitung tidak akan mengganggu perekonomian masyarakat
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Gambar 14. SKPD yang terlibat dalam klaster gaharu 40 Ha.
Gambar 15. Jejaring kegiatan klaster gaharu dari hulu ke hilir. Keterangan : 1=
kegiatan klaster gaharu di hulu; 2=kegiatan klaster gaharu di tengah; 3=kegiatan
klaster gaharu di hilir; 4= kegiatan registrasi/pengawasan oleh BKSDA dari hulu
maupun hilir yang nantinya gaharu budidaya dapat dipantau oleh pihak CITES.
Jejaring ini menjabarkan detil kegiatan klaster gaharu. Setiap SKPD dapat mecermati
jejaring kegiatan yang saling terkait dengan SKDP lain. Dinas Perkebunan dan Kehutanan
merupakan SKPD yang bekerja di hulu, bersama-sama dengan BPDAS, Universitas Bangka
Belitung, BKSDA, Kelompok Tani, Penyuluh, BLI/BPK Palembang. Titik kritis dan kegiatan klaster
gaharu yang cukup berat dapat diketahui, bagian mana yang menjadi perhatian untuk dicari solusinya.
Matrik kegiatan pada klaster gaharu, komitmen dan kontribusi dari setiap stakeholder perlu
disusun, sehingga dapat diketahui peran dari masing-masing stakeholder, misalnya selama lima tahun
ke depan (Tabel 3 dan 4).
Dinhut Dinas
Industri Dinas
Perdag
BLI
1
1
11
2
2
2
2
2 2
3
3
3
4
BKSDA/
BPDAS
KTH
Tabel 3. Matrik kegiatan stakeholder pada klaster gaharu di Kabupaten Bangka
Tengah periode lima tahun (2016-2020)
NO. KEGIATAN Stakeholder yang berwenang menangani
2016 2017 2018 2019 2020
1. Pembibitan 1-5-10 1-5-10 1-5-10 1-5-10 1-5-10
2. Penanaman 1-5-10 1-5-10 1-5-10 1-5-10 1-5-10
3. Pemeliharaan 1-5-10 1-5-10 1-5-10 1-5-10 1-5-10
4. Produksi Inokulan 1-8-9 1-8-9 1-8-9 1-8-9 1-8-9
5. Pengawasan mutu inokulan 1-8-9 1-8-9 1-8-9 1-8-9 1-8-9
6. Peredaran inokulan 1-8-9 1-8-9 1-8-9 1-8-9 1-8-9
7. Proses inokulasi 1-10-11 1-10-11 1-10-11 1-10-11 1-10-11
8. Evaluasi hasil inokulasi 1-8 1-8 1-8 1-8 1-8
9. Pemanenan 1-2-6-10 1-2-6-10 1-2-6-10 1-2-6-10 1-2-6-10
10. Carving 2-6-9-10 2-6-9-10 2-6-9-10 2-6-9-10 2-6-9-10
11. Penyiapan sarana/prasarana
industri gaharu
2-7-8-11 2-7-8-11 2-7-8-11 2-7-8-11 2-7-8-11
12. Pengolahan produk 2-3-7-11 2-3-7-11 2-3-7-11 2-3-7-11 2-3-7-11
13. Diversifikasi produk 2-3-7-11 2-3-7-11 2-3-7-11 2-3-7-11 2-3-7-11
14. Pengawasan mutu produk 2-3-7-11 2-3-7-11 2-3-7-11 2-3-7-11 2-3-7-11
15. Promosi produk 3-4-11 3-4-11 3-4-11 3-4-11 3-4-11
16. Pemasaran produk 3-4-6-11 3-4-6-11 3-4-6-11 3-4-6-11 3-4-6-11
1.Dinas Perkebunan & Kehutanan;2.Dinas Perindustrian; 3.Dinas Perdagangan;4.Dinas Kominfo; 5.
BPDAS; 6.BKSDA; 7.Univ BaBel; 8.BLI/BPK Palembang; 9.Penyuluh; 10 Kelompok Tani Gaharu; 11.
BUMD/Swasta
Tabel 4. Kontribusi stakeholder nilai investasi klaster gaharu di kabupaten Bangka
Tengah
NO. Stakeholder Matriks investasi klaster gaharu (Rp. X
1000)
2016 2017 2018 2019 2020
1. Dinas Perkebunan dan Kehutanan pm pm pm pm pm
2. Dinas Perindustrian pm pm pm pm pm
3. Dinas Perdagangan pm pm pm pm pm
4. Dinas Kominfo pm pm pm pm pm
5. BPDAS pm pm pm pm pm
6. BKSDA pm pm pm pm pm
7. Universitas Bangka Belitung pm pm pm pm pm
8. BLI/BPK Palembang pm pm pm pm pm
9. Penyuluh pm pm pm pm pm
10. Kelompok Tani Gaharu pm pm pm pm pm
11. BUMD/Swasta pm pm pm pm pm
VII. PENUTUP
Klaster gaharu adalah suatu model usaha industri gaharu terpadu (one stop services)
yang dikelola secara bersama-sama dengan para stakeholder yang terkait memberi
dukungan berupa fasilitas, infrastruktur, pembiayaan, input teknologi, kegiatan pelatihan,
sistem grading, promosi, dan pemasarannya. Klaster gaharu harus dibentuk berbasis
regulasi yang sederhana dan mudah aksesnya meskipun kita harus mengikuti panduan
CITES Appendix II dimana perdagangan gaharu di kontrol secara internasional setiap
tahunnya.
Klaster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah memerlukan waktu 15 tahun. Saat ini
kondisi klaster gaharu di Kabupaten Bangka Tengah kemajuan pergerakannya masih
lambat dalam pelaksanaanya, meski dokumen roadmap/masterplan telah disusun beberapa
tahun yang lalu. Dukungan nyata dari masing-masing stakeholder yang terprogram dari
setiap SKPD/Satker yang terlibat perlu disusun komitmen dan kontribusi nyata pada APBD
setiap tahunnya, sehingga roda klaster gaharu dari masing-masing kabupaten dapat berjalan
sesuai target. Hal yang lain juga perlu diprioritaskan adalah klaster gaharu dengan
pengembangan usaha ekonomi kreatif dari peran dan swadaya masyarakat dapat
mempercepat keberhasilan industri hulu-hilir gaharu. Dokumen klaster gaharu tanpa adanya
rencana aksi, komitmen dan keterlibatan para stakeholder serta implementasi nyata yang
terukur, maka dokumen klaster gaharu tidak akan bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten
Bangka Tengah.
Sumber dana menjadi salah satu kendala, apabila Kabupaten Bangka Tengah
mengandalkan dana APBD. Sumber dana APBD terbatas dan sangat ketat, dan perlu
persetujuan DPRD Kabupaten Bangka Tengah, pekerjaan ini akan mengalami hambatan.
Pihak Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah perlu membuka peluang investor baik dari
dalam negeri maupun luar negeri khususnya untuk membangun klaster gaharu.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini kepada ITTO-CITES
telah membantu kegiatan Disain Pembangunan Klaster Gaharu di Kabupaten Bangka
Tengah. Demikiaan pula kami ucapkan terima kasih kepada insititusi kami bernaung yaitu
Badan Litbang & Inovasi, Pusat Litbang Hutan, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan, Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan
Bangka-Belitung, Kelompok Tani Gaharu di Kepulauan Bangka Belitung, para penyuluh,
praktisi gaharu dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Kabupaten Bangka Tengah. 2014. Bangka Tengah Dalam Angka. Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Statistik dan Penanaman Modal (BAPPEDA-SPM) Kabupaten Bangka
Tengah. 386 pp.
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Bangka Tengah. 2013. Roadmap Pengembangan HHBK Kabupaten
Bangka Tengah Sebagai Klaster Gaharu Tahun 2014-2028. Kabupaten Bangka Tengah.
Karlina L., Uar N.I., Kusumo H.T., Santoso E., Turjaman M., Nandika D. 2015. Propagation of sonic
and ultrasonic waves in agarwood trees (Aquilaria microcarpa) inoculated with Fusarium
spp. Journal of Tropical Forest Science (JTFS) 27 (3): 351-356
Santoso, E. 2015. Valuasi teknologi gaharu budidaya. Eds. M. Bismark, M. Turjaman, dan P. Setio.
FORDA PRESS. Bogor. 168pp.
Sitepu I.R., Santoso E., Turjaman M. 2010. Fragrant wood gaharu: when the wild can no longer
provide. Published by ITTO and FORDA. 60pp.
Subiakto A., Santoso E., Turjaman M. 2010. Production trial of eaglewood plantation stocks by
generative and vegetative propagation. Info Hutan VII:2. 219-224p.
Suharti S., Pratiwi P., Santoso E., Turjaman M. 2011. Feasibility study of business in agarwood
inoculation at different stem diameters and inoculation periods. Indonesian Journal of
Forestry Research 8(2):114-129.
Susmianto A., Turjaman M., Setio P (Eds). 2013. Rekam jejak : gaharu inokulasi teknologi teknologi
Badan Litbang Kehutanan. FORDA PRESS. 275 Hal.
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
KEPUTUSAN BUPATI BANGKA TENGAH
NOMOR : 188.45/ /DPK/2016
TENTANG
PENETAPAN LOKASI PENGEMBANGAN KLASTER GAHARU
DI KABUPATEN BANGKA TENGAH
BUPATI BANGKA TENGAH,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepulauan
Bangka Belitung Nomor : 188.44/37/Dishut/2009 tentang
Penetapan Jenis Tanaman Unggulan Lokal dan Surat
Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Nomor : SK.22/V-BPS/2010 tentang Penetapan Jenis Hasil
Hutan Bukan Kayu Unggulan Nasional dan Lokasi
Pengembangan Klaster Gaharu serta berdasarkan Roadmap
Pengembangan Hasil Hutan bukan Kayu Kabupaten Bangka
Tengah sebagai klaster Gaharu Tahun 2014-2028, perlu
ditetapkan Lokasi Pengembangan Klaster Gaharu di
Kabupaten Bangka Tengah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
b. bahwa Lokasi Pengembangan Klaster Gaharu di Kabupaten
Bangka Tengah telah sesuai dengan peruntukannya
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 48 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bangka Tengah;
c. bahwa Lokasi Pengembangan Klaster Gaharu di Kabupaten
Bangka Tengah telah mendapat rekomendasi berdasarkan
Pertimbangan Teknis Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Statistik dan Penanaman Modal Nomor :
510.43/39.1/Bappeda-SPM/2016 tanggal 5 Januari 2016;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Keputusan Bupati tentang Penetapan Lokasi Pengembangan
Klaster Gaharu di Kabupaten Bangka Tengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutananmenjadi Undang-Undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725), sebagaimana telah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
9. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 45. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
13. Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bangka Tengah (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2008 Nomor 82), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bangka Tengah (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2014 Nomor 197);
14. Peraturan Daerah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Bangka Tengah (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2011 Nomor 168);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG PENETAPAN LOKASI
PENGEMBANGAN KLASTER GAHARU DI KABUPATEN BANGKA
TENGAH.
KESATU : Lokasi Pengembangan Klaster Gaharu di Kabupaten
Bangka Tengah, ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapannya, akan diubah dan diperbaiki
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Koba
pada tanggal2016
Pj. BUPATI BANGKA TENGAH,
SUNARDI
Tembusan :
1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia cq. Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
2. Kepala Pusat Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
3. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Baturusa Cerucuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
4. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung. 5. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 6. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 7. Sekretaris Daerah Kabupaten Bangka Tengah. 8. Inspektur Kabupaten Bangka Tengah. 9. Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bangka Tengah. 10. Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka Tengah. 11. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangka Tengah. 12. Camat Lubuk Besar. 13. Camat Pangkalanbaru. 14. Kepala Desa Air Mesu. 15. Kepala Desa Trubus.
Lampiran Keputusan Bupati Bangka Tengah
Nomor : 188.45/ /DPK/2016
Tanggal : 2016
LOKASI PENGEMBANGAN KLASTER GAHARU
DI KABUPATEN BANGKA TENGAH
NO KECAMATAN DESA
LUAS (Ha)
1
Kecamatan Lubuk Besar
Desa Trubus 10
2
Kecamatan Pangkalanbaru
Desa Air Mesu 30
Pj. BUPATI BANGKA TENGAH,
SUNARDI