Dirjen Perindustrian

42
Disampaikan oleh : Dra. Euis Saedah, M. Sc Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian pada Semiloka Nasional Pengembangan Klaster di Indonesia Semarang, 30 April 2013 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KLASTER IKM DI INDONESIA

description

Pengembangan Klaster IKM

Transcript of Dirjen Perindustrian

Page 1: Dirjen Perindustrian

Disampaikan oleh :Dra. Euis Saedah, M. Sc

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian pada Semiloka Nasional Pengembangan Klaster di Indonesia

Semarang, 30 April 2013

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAHKEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KLASTER IKMDI INDONESIA

Page 2: Dirjen Perindustrian

2

DAFTAR ISI

Page 3: Dirjen Perindustrian

3

Page 4: Dirjen Perindustrian

4

LAPORAN MCKINSEY GLOBAL INSTITUE

Indikator sekarang 2030Peringkat ekonomi negara

16 7

Kelas Konsumen 45 juta 135 juta

x% populasi kota menghasilkan y% GDP

x=53, y=74 x=71, y=86

Tenaga kerja Tersedia: 55 juta Kebutuhan: 113 juta

Jasa, pertanian/perikanan, sumberdaya, pendidikan

USD 0,5 T USD 1,8 T

(Unleashing Indonesia’s Potential, Sep 2012)

Peluang Indonesia di tahun 2030: Menempati peringkat ke-7 negara dengan

ekonomi terbesar di dunia (setelah China, AS, India, Jepang, Brasil, dan Rusia)

Kebutuhan tenaga kerja sebesar 113 juta orang, atau bertambah 58 juta orang.

Tiga sektor kunci: jasa, pertanian dan perikanan, sumber daya, dan pendidikan.

Kenaikan consuming class sebesar 90 juta adalah pasar luar biasa besar:

produk apa yg dikonsumsi? siapa yang memasok kebutuhan

konsumen ini? akankah Indonesia hanya menjadi

pasar bagi produsen asing?

Apa yang harus dilakukan? Menjadi negara PRODUSEN.

Page 5: Dirjen Perindustrian

5

AgriculturalEconomy

AgriculturalEconomy

IndustrialEconomyIndustrialEconomy

• Tanah• Tenaga Kerja• SDA

• Kapital• Mesin• Manajemen

• Iptek• Inovasi• Kreatif• Kewirausahaan•

KeunggulanKomparatif

KeunggulanKompetitif

KnowledgeBased

Economy

PERGESERAN PARADIGMA GLOBAL ABAD 20 - 21

Page 6: Dirjen Perindustrian

6

Peningkatan

Peningkatan

Produktivitas

Produktivitas

KekayaanKekayaan NegaraNegara

Investment Driven

Ekonomi Berbasis Industri

Peningkatan Kemampuan Ekonomi

• Sumber Daya Alam• Labor intensive

• Capital and Technology• Skilled Labor intensive

• Innovation• Human Capital intensive

Kompetitif

Komparatif

Dimodifikasi dari bahan BKPM

Keunggulan Negara

Warisan Ciptaan

Page 7: Dirjen Perindustrian

7

DIMANA KITA SEKARANG?

Sumber: World Economic Forum Report 2011-2012

Page 8: Dirjen Perindustrian

8

DIMANA KITA SEKARANG?

Sumber: World Economic Forum Report 2011-2012

Page 9: Dirjen Perindustrian

9

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY/AEC)

perpindahan arus barang, jasa, investasi, tenaga kerja trampil, dan arus modal di ASEAN

(+)

(-)

Perluasan pasar dan investasi Konektivitas komunikasi dan infrastruktur Transfer teknologi Perkuatan ekonomi global sebagai satu ASEAN

Serbuan barang/jasa/tenaga kerja dari negara ASEAN lain yang tidak terbendung

Ekonomi bergantung pada mekanisme selera pasar Daya saing yang lemah membuat IKM lokal tersingkirkan

Page 10: Dirjen Perindustrian

10

POTRET EKONOMI INDONESIA VS ASEAN

NO NEGARA RANKING/144 NEGARA

SKOR (1-7) RANKING GCI 2011-2012

1. Singapura 2 5.67 2

2. Malaysia 25 5.06 21

3. Brunei Darussalam

28 4.87 28

4. Thailand 38 4.52 39

5. Indonesia 50 4.40 46

6. Filipina 65 4.23 75

7. Vietnam 75 4.11 65

8. Kamboja 85 4.01 97

9. Myanmar N/A N/A N/A

10. Laos N/A N/A N/A

GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX 2012-2013

Sumber: The Global Competitiveness Report 2012–2013 (Klaus Schwab, World Economic Forum)

Page 11: Dirjen Perindustrian

11

Page 12: Dirjen Perindustrian

12

POSISI IKM

Page 13: Dirjen Perindustrian

13

KONDISI IKM

Page 14: Dirjen Perindustrian

14

VISI, MISI, DAN TUJUAN DITJEN IKM

Page 15: Dirjen Perindustrian

15

PROYEKSI PERKEMBANGAN IKM TAHUN 2010-2014

No. UraianTahun

LP (%)2010 2011 2012 2013 2014

1 Unit Usaha (IKM) 3.806.566 3.909.343 4.026.624 4.159.502 4.324.190 3,24

2 Tenaga Kerja (Org) 8.755.102 9.147.863 9.462.565 9.816.425 10.378.056 4,34

3 Nilai Investasi ( Triliun Rp) 229 244 261 284 313 8,14

4 Nilai Produksi ( Triliun Rp) 521 561 609 671 753 9,63

5 Nilai Bahan Baku ( Triliun Rp) 156 163 174 188 207 7,27

6 Nilai Tambah( Triliun Rp) 365 398 435 483 546 10,60

7 Ekspor (US$ Juta) 13.503 15.022 16.541 18.060 19.579 9,73

INDIKATOR KINERJA UTAMA IKM

Page 16: Dirjen Perindustrian

16

2010 2011 2012 2013 2014

1 Pulau Jawa (Unit) 2.548.634 2.549.487 2.555.973 2.568.010 2.594.514 0,45

2 Luar Pulau Jawa (Unit) 1.257.932 1.359.856 1.470.651 1.591.492 1.729.676 8,29

3 Jumlah (Unit) 3.806.566 3.909.343 4.026.624 4.159.502 4.324.190 3,24

No. Uraian Tahun

LP (%)

PROYEKSI PERKEMBANGAN IKM PULAU JAWADAN LUAR PULAU JAWA TAHUN 2010-2014

PROYEKSI PERKEMBANGAN IKM PULAU JAWADAN LUAR PULAU JAWA TAHUN 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1 Jawa 67 65 63 62 60

2 Luar Jawa 33 35 37 38 40

No. UraianTahun

PERSENTASE DISTRIBUSI POPULASI IKM DI JAWADAN LUAR JAWA TAHUN 2010-2014

PERSENTASE DISTRIBUSI POPULASI IKM DI JAWADAN LUAR JAWA TAHUN 2010-2014

Page 17: Dirjen Perindustrian

2009

2014

2024

2034

I. Unit IKM : ………………………… . 4 juta Tenaga kerja : …………………………. 10 juta Nilai Ekspor : …………………………. US $ 14 juta Nilai Impor : ………………………….. Nilai Produksi : ……………………….. Rp 650 Triliun Nilai Tambah : ………………………… Rp 260 Triliun

II. 4 (Empat) Pilar Pendekatan Strategis: 1. Klaster 2. OVOP 3. Restrukturisasi 4. Penumbuhan Wirausaha Baru (Pertumbuhan IKM)

III. Mandat: - Perpres No.28 Tahun 2008 : (5 Klaster IKM tertentu) - Inpres No.6 tahun 2009 (klaster fashion & Kerajinan)

MANDIRI DAN

BRANDING

CHAM-PION

APBN

O & M

PDCA

Kriteria: 1.Kompetensi sesuai standard2.Bankable3.Subkontrak IK < 10 unit

Struktur: oBackward-forward linkage/network/ supply chain/value chain kuat – domestik & internasionaloRegional Seimbang

Peningkatan Daya Saing

Muatan : oKreatifitaso Inovasio Teknologio Knowledged-base

o Basis Ekonomi nasional yang Kuat 0(Kontribusi terhadap PDB < 50 %)

AKSELERASI PEMBANGUNAN IKM MELALUI PENINGKATAN DAYA SAING DAN PENUMBUHAN WUB

Page 18: Dirjen Perindustrian

18

KEGIATAN PRIORITAS DAN PENUNJANG DJIKM

Page 19: Dirjen Perindustrian

19

Page 20: Dirjen Perindustrian

20

Page 21: Dirjen Perindustrian

21

LANDASAN HUKUM PENGEMBANGAN KLASTER

1. Perpres No 28/2008 tentang Kebijakan Industri Nasional2. Permenperin No 131/2009 tentang Peta Panduan (roadmap)

Pengembangan Klaster Industri Fashion3. Permenperin No 132/2009 tentang Peta Panduan (roadmap)

Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni4. Permenperin No 133/2009 tentang Peta Panduan (roadmap)

Pengembangan Klaster Industri Batu Mulia & Perhiasan 5. Permenperin No 134/2009 tentang Peta Panduan (roadmap)

Pengembangan Klaster Industri Garam6. Permenperin No 135/2009 tentang Peta Panduan (roadmap)

Pengembangan Klaster Industri Gerabah & Keramik Hias7. Permenperin No 136/2009 tentang Peta Panduan (roadmap)

Pengembangan Klaster Industri Minyak Atsiri8. Permenperin No 137/2009 tentang Peta Panduan (roadmap)

Pengembangan Klaster Industri Makanan Ringan

Page 22: Dirjen Perindustrian

22

DEFINISI KLASTER INDUSTRI MENURUT PERPRES NO 28/2008)

• Sekelompok industri inti yg terkonsentrasi secara regional maupun global

• yg saling berhubungan atau berinteraksi sosial secara dinamis,

• baik dengan industri terkait, industri pendukung maupun jasa penunjang, infrastruktur ekonomi dan lembaga terkait

• dalam meningkatkan efisiensi, menciptakan aset secara kolektif dan mendorong terciptanya inovasi sehingga tercipta keunggulan kompetitif.

Page 23: Dirjen Perindustrian

23

ALASAN UTAMA PERLUNYA KLASTER INDUSTRI

1. Adanya pasar lokal yg signifikan; aglomerasi beberapa perusahaan akan menciptakan peluang pasar lebih besar

2. Berkurangnya biaya transportasi dan rantai pasok; 3. Kemudahan akses sumber daya industri; 4. Peluang besar bagi munculnya kegiatan usaha baru; 5. Terdapat spesialisasi yg tinggi pada produk yg dihasilkan; 6. Lingkungan yg lebih kompetitif mendorong motivasi; 7. Kerjasama yg lebih baik diantara anggota klaster; dan kedekatannya dpt meningkatan

kepercayaan diantara perusahaan & kemudahan berkomunikasi; 8. Kumpulan perusahaan dgn kegiatan yg sama akan menciptakan pasar tenaga kerja yg

berpengalaman dan spesialisasi pada sektornya ; 9. Kemudahan akses mendapat tenaga kerja yg trampil; 10.Kedekatan beberapa perusahaan pada sektor yg sama dapat menciptakan pertukaran

pengetahuan melalui kontak langsung, kemudahan mobilisasi tenaga kerja, dan “spill-over” yg pada gilirannya terjadi peningkatan inovasi dan produktivitas

Page 24: Dirjen Perindustrian

24

SPEKTRUM KEGIATAN KOLABORASI

Jointly inform (Kerjasama pertukaran informasi)newsletters, electronic links, cluster directories

Jointly learn (Kerjasama pembelajaran)seminars, conferences, training

Jointly market (Kerjasama pemasaran)strategic plans for exports, cluster brochures

Jointly purchase (Kerjasama pengadaan/pembelian)buyer-supplier linkages

Jointly produce (Kerjasama produksi)bid on projects, joint ventures, federal labs

Jointly build economic foundations (Kerjasama pembangunan infrastrktur/fasilitas bersama)

centers of excellence, telecom, tech transfer,

Page 25: Dirjen Perindustrian

25

MODEL GENERIK KLASTER INDUSTRI

Page 26: Dirjen Perindustrian

MODEL KONSEPTUAL

Program PengembanganKlaster Industri

Diagnosis

Mobilisasi&Sosialisasi

Kolaborasi

Implementasi

Monev

Siklus Hidup Klaster Industri

Agglomeration Emerging Cluster Developing Cluster Mature Cluster Transformation

Daya Saing Klaster Industri

Pertumbuhan Ekonomi Regional

Aktor

KonsentrasiKolaboras

i

Institusi Eks.

Critical Mass

Jaringan

Outcome

Impact

Input Output

Page 27: Dirjen Perindustrian

27

• Champion : Sidoarjo (UD Berkah); Magelang (Karya Boga: ceriping pohong, kripik tempe, kripik tahu, kripik jamur, chestik slondok, molen tahu, kacang telur, aneka roti); Ciamis (Industri kue koya: Hj. Nani Murniati).

• Anggota : Sidoarjo (UD. Raden, UD. Kupang Raya, Karunia Jaya, H. Hanif, H. Dardak); Magelang (Toko Mas Sugi, Cahaya Tidar, Toko Lezat Saerah); Ciamis (18 perusahaan).

• Kerjasama : pengadaan bahan baku; produksi; promosi (pemasaran), permodalan dan pertukaran informasi

Permasalahan 1.Pengelolaan IKM masih bersifat tradisional;2.Teknologi yang masih sederhana;3.Harga bahan baku yang fluktuatif akibat tidak adanya stok bahan baku yang optimal;4.Manajemen usaha masih sederhana;5.Keterbatasan modal kerja;6.Tingkat pendidikan tenaga kerja umumnya masih rendah yang menyebabkan perkembangan usaha relatif lambat dan bahkan tidak jarang terjadi kesalahan dalam pengelolaan.

Upaya tindak lanjut1.Perlu pelatihan pengembangan produk, desain, manajemen mutu, riset pasar, kewirausahaan, dan pemanfaatan IT;2.Fasilitasi perolehan KUR, sertifikasi ISO/SNI, dan legalitas usaha;3.Perlu pendampingan dan bantuan tenaga ahli;4.Melakukan koordinasi yang intensif dengan Dinas Perindustrian Provinsi/Kab/Kota dan pihak ketiga, sehingga percepatan pelaksanaan kegiatan di daerah dapat dilaksanakan secara efektif.

• Champion : Sidoarjo (UD Berkah); Magelang (Karya Boga: ceriping pohong, kripik tempe, kripik tahu, kripik jamur, chestik slondok, molen tahu, kacang telur, aneka roti); Ciamis (Industri kue koya: Hj. Nani Murniati).

• Anggota : Sidoarjo (UD. Raden, UD. Kupang Raya, Karunia Jaya, H. Hanif, H. Dardak); Magelang (Toko Mas Sugi, Cahaya Tidar, Toko Lezat Saerah); Ciamis (18 perusahaan).

• Kerjasama : pengadaan bahan baku; produksi; promosi (pemasaran), permodalan dan pertukaran informasi

Permasalahan 1.Pengelolaan IKM masih bersifat tradisional;2.Teknologi yang masih sederhana;3.Harga bahan baku yang fluktuatif akibat tidak adanya stok bahan baku yang optimal;4.Manajemen usaha masih sederhana;5.Keterbatasan modal kerja;6.Tingkat pendidikan tenaga kerja umumnya masih rendah yang menyebabkan perkembangan usaha relatif lambat dan bahkan tidak jarang terjadi kesalahan dalam pengelolaan.

Upaya tindak lanjut1.Perlu pelatihan pengembangan produk, desain, manajemen mutu, riset pasar, kewirausahaan, dan pemanfaatan IT;2.Fasilitasi perolehan KUR, sertifikasi ISO/SNI, dan legalitas usaha;3.Perlu pendampingan dan bantuan tenaga ahli;4.Melakukan koordinasi yang intensif dengan Dinas Perindustrian Provinsi/Kab/Kota dan pihak ketiga, sehingga percepatan pelaksanaan kegiatan di daerah dapat dilaksanakan secara efektif.

CONTOH PENGEMBANGAN KLASTER IKM MAKANAN RINGAN DI KAB SIDOARJO, KOTA MAGELANG DAN KAB CIAMIS

Page 28: Dirjen Perindustrian

28

KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN(PERIODE TAHUN 2006 – 2012)

Page 29: Dirjen Perindustrian

29

HASIL YANG DICAPAI (PERIODE TAHUN 2006 – 2012)

Page 30: Dirjen Perindustrian

30

Page 31: Dirjen Perindustrian

PENGEMBANGAN TENAGA PENYULUH LAPANGAN (TPL) IKM

WUBTPL

WUBTPL

• Peserta Seleksi berasal dari lulusan SMU/SMK yang Berprestasi dan Berasal dari Keluarga Kurang Mampu• Pendidikan TPL dilakukan di Sekolah-sekolah tinggi di Lingkungan Kementerian Perindustrian• Keahlian Softskill yang ditanamkan adalah keahlian Komunikasi Massa, Pengembangan Jati Diri, • Penumbuhan Wirausaha Baru IKM melalui Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) tahun 2013 sebanyak 581 orang

SeleksiSeleksi

Pendidikan Tenaga

Penyuluh Lapangan

Pendidikan Tenaga

Penyuluh Lapangan

Tenaga Penyuluh

Lapangan IKM Selama 2

Tahun

Tenaga Penyuluh

Lapangan IKM Selama 2

TahunWorkshop Softskill Jaringan Bisnis

Workshop Softskill Jaringan Bisnis

Pelatihan Kewirausahaan dan Teknis

Pelatihan Kewirausahaan dan Teknis

Fasilitasi Pendirian Usaha untuk Business Plann Terbaik

Fasilitasi Pendirian Usaha untuk Business Plann Terbaik

PENGEMBANGAN WUB BY DESIGN

31

Page 32: Dirjen Perindustrian

PENGEMBANGAN TENAGA PENYULUH LAPANGAN (TPL) IKM

32

• Peserta seleksi berasal dari lulusan Sekolah Menengah Atas yang berprestasi & berasal dari keluraga kurang mampu

•Dimulai pada tahun 2007 & telah berlangsung sebanyak 6 angkatan hingga tahun 2012

• Dilakukan pada perguruan tinggi di lingkungan Kementerian Perindustrian

•Kurikulum pembelajaran meliputi kurikulum teknis sesuai spesialisasi perguruan tinggi mereka, kurikulum teknis penyuluhan & diagnosis IKM dan kurikulum pengembangan kewirausahaan

• Menjalani masa kontrak sebagai TPL IKM pada 6 (enam) sentra selama 2 tahun

•Diselenggarakan di 7 regional BDI, kerjasama Ditjen IKM dengan BDI

•Kurikulum pembelajaran meliputi kompetensi pengetahuan & ketrampilan wirausaha

•Pada tahun kedua masa kontrak para TPL menyusun bisnis plan sesuai potensi daerahnya

•Dikompetisikan di 7 regional BDI

•Fasilitasi start up mesin peralatan bagi TPL-IKM dengan bisnis plan terbaik (3 besar di masing-masing regional BDI)

32

Page 33: Dirjen Perindustrian

Kondisi

PENGEMBANGAN TENAGA PENYULUH LAPANGAN(TPL) IKM

Kendala yang dihadapi :•Baru dapat fokus memulai usaha selepas kontrak karena kesibukan menjalankan tugas sebagai TPL semasa kontrak•Keterbatasan modal kerja (start up capital) dalam memulai usaha

33

Page 34: Dirjen Perindustrian

PENGEMBANGAN INKUBATOR TEKNOLOGI INFORMASI

• Pelaksanaan dilakukan bekerjasama dengan Perguruan Tinggi

Pelatihan Kewirausahaan

dan Teknis

Pelatihan Kewirausahaan

dan Teknis

Seleksi/ RekruitmenSeleksi/ Rekruitmen

Fasilitasi prasarana dan perangkat penunjang inkubator

Fasilitasi prasarana dan perangkat penunjang inkubatorTemu

BisnisTemu Bisnis

Monitoring dan Koordinasi untuk mencari Solusi atas permasalahan yang muncul

Monitoring dan Koordinasi untuk mencari Solusi atas permasalahan yang muncul

WUBTI

WUBTI

34

Page 35: Dirjen Perindustrian

1. Pengadaan Sumber Daya Manusia

• Inventarisasi Perguruan Tinggi• Seleksi Perguruan Tinggi

• Kunjungan pada Perguruan tinggi yang telah diidentifikasi• Temu wicara dengan calon pengelola inkubator• Penjelasan umum tentang program inkubator kepada para mahasiswa

Dilaksanakan oleh pihak Perguruan Tinggi, dengan tahapan : • Pendaftaran• Seleksi melalui tanya-jawab

Seleksi akhir berupa tes psikologi dan wawancara oleh psikolog, dengan 4 komponen utama : • Kapasitas Intelegensi• Kepribadian• Sikap Kerja• Jiwa Kepemimpinan

Identifikasi Sosialisasi Seleksi Awal Seleksi Rekruitmen

PENGEMBANGAN INKUBATOR TEKNOLOGI INFORMASI

35

Page 36: Dirjen Perindustrian

2. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

3. Monitoring dan Koordinasi- Dilakukan pada setiap lokasi secara periodik- Memberikan Asistensi- Melakukan Solusi bersama Perguruan Tinggi pengelola inkubator

PELATIHAN

•Achievement Motivation Training

•Competency-based Economies through Formation of Enterpreneurs Training

•Bisnis Manajemen•Keuangan dan Perpajakan

TEMU BISNISTemu Bisnis yang mempertemukan calon wirausaha baru hasil pelatihan dengan pasar potensial, antara lain : perbankan, perhotelan, pemda dan perusahan besar IT

TEMU BISNISTemu Bisnis yang mempertemukan calon wirausaha baru hasil pelatihan dengan pasar potensial, antara lain : perbankan, perhotelan, pemda dan perusahan besar IT

PRASARANA DAN PERANGKAT PENUNJANG INKUBATOR

• Start Up capital• Menyediakan peralatan

(komputer & software)• Biaya operasional untuk

2 tahun pertama

INKUBATORTEKNOLOGI INFORMASI

INKUBATORTEKNOLOGI INFORMASI

36

Page 37: Dirjen Perindustrian

PENGEMBANGAN JASA PERBENGKELAN

• Pelaksanaan dilakukan dengan bekerjasama dengan ATPM.• Dilaksanakan Mulai Tahun 2011-sekarang.

SeleksiSeleksi

Magang PerbengkelanMagang Perbengkelan

Pelatihan Kewirausahaan dan Teknis

Pelatihan Kewirausahaan dan Teknis

Fasilitasi Bantuan Peralatan Perbengkelan (start up capital)

Fasilitasi Bantuan Peralatan Perbengkelan (start up capital)

Fasilitasi Pendirian Bengkel

Fasilitasi Pendirian Bengkel

37

Page 38: Dirjen Perindustrian

PENGEMBANGAN WUB WANITA

SeleksiSeleksi

Pelatihan Teknis dan Kewirausahaan

Pelatihan Teknis dan Kewirausahaan

Fasilitasi Mesin dan Peralatan

Fasilitasi Mesin dan Peralatan

Pendampingan Manajemen dan Teknis

Pendampingan Manajemen dan Teknis

Fasilitasi UsahaFasilitasi Usaha

Pembentukan Kelompok Usaha Bersama

Pembentukan Kelompok Usaha Bersama

Mesin Peralatan untuk Start Up Capital diberikan kepada kelompok usaha, bukan perseorangan

38

Page 39: Dirjen Perindustrian

PENUMBUHAN WUB IKM PANGAN DILUAR JAWA

Dilakukan seleksi IKM yang dinilai cukup berhasil

Seleksi calon WUB

Seleksi calon WUB

Pelatihan WUB (teknis dan

motivasi berusaha)

Pelatihan WUB (teknis dan

motivasi berusaha)

MagangMagang

Bantuan start up Capital

Bantuan start up Capital

Pendampingan tenaga ahliPendampingan tenaga ahli

diberikan Fasilitasi Peningkatan Mutu dan

Kemasan (Pelatihan GMP, Fasilitasi Sertifikasi, Fasilitasi HKI, Fasilitasi Bahan dan Alat

Kemasan)

diberikan Fasilitasi Peningkatan Mutu dan

Kemasan (Pelatihan GMP, Fasilitasi Sertifikasi, Fasilitasi HKI, Fasilitasi Bahan dan Alat

Kemasan)

Bantuan Start Up Capital berupa: bahan baku, alat sederhana, sewa tempat usaha39

Page 40: Dirjen Perindustrian
Page 41: Dirjen Perindustrian

41

1. IKM Merupakan tulang punggung perekonomian nasional karena mampu memberi kontribusi terhadap perekonomian nasional.

2. Keterlibatan masyarakat di sektor IKM yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah dapat menjadi penghela perekonomian baik di level daerah maupun pusat.

3. Kegiatan pembinaan IKM diharapkan dapat menghasilkan IKM yang tangguh serta menyediakan produk yang berkualitas yang akan mengisi mata rantai pertumbuhan industri nasional.

4. Dukungan dan komitmen dari Asosiasi Klaster Indonesia sangat diharapkan dalam mengembangkan dan memajukan klaster-klaster di Indonesia, baik yang merupakan anggota asosiasi maupun non asosiasi, sehingga dapat tumbuh mandiri dan memiliki daya saing yang kuat.

PENUTUP

Page 42: Dirjen Perindustrian

42

TERIMA KASIHikm.kemenperin.go.id

www.smallindustry-indonesia.com