DIRJEN P3K

68
KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN SUMBERDAYA KELAUTAN (Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau (Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil) Kecil) Seminar dan Kongres Kelautan Nasional KTT III Seminar dan Kongres Kelautan Nasional KTT III tahun 2000. Lombok, 15 November 2000 tahun 2000. Lombok, 15 November 2000 Oleh Oleh Rokhmin Dahuri Rokhmin Dahuri Dirjen. Pesisir, Pantai dan Pulau-Pulau Kecil Dirjen. Pesisir, Pantai dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan - RI Departemen Kelautan dan Perikanan - RI

description

berbagai peraturan dirjen

Transcript of DIRJEN P3K

Page 1: DIRJEN P3K

KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTANSUMBERDAYA KELAUTAN

(Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau (Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil)Kecil)

Seminar dan Kongres Kelautan Nasional KTT III tahun 2000. Seminar dan Kongres Kelautan Nasional KTT III tahun 2000. Lombok, 15 November 2000Lombok, 15 November 2000

OlehOlehRokhmin DahuriRokhmin Dahuri

Dirjen. Pesisir, Pantai dan Pulau-Pulau KecilDirjen. Pesisir, Pantai dan Pulau-Pulau KecilDepartemen Kelautan dan Perikanan - RIDepartemen Kelautan dan Perikanan - RI

Page 2: DIRJEN P3K

1.1. Pemulihan ekonomi menuju bangsa yang Pemulihan ekonomi menuju bangsa yang maju, makmur dan berkeadilan maju, makmur dan berkeadilan memerlukanmemerlukan : :

LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

Revitalisasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang ada,

Penciptaan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru,

Pengembangan keunggulan kompetitif bangsa, dan

Demokratisasi ekonomi:- Pengelolaan sumber-sumber penerimaan negara harus didesentralisasikan kepada Pemda (UU No. 22/1999 dan 25/1999)- Partisipasi masyarakat dalam penguasaan faktor-faktor produksi harus ditingkatkan.

Page 3: DIRJEN P3K

2.2. Keunggulan kompetitif sejati dan lestari suatu Keunggulan kompetitif sejati dan lestari suatu bangsa adalah yang dibangun atas keunggulan bangsa adalah yang dibangun atas keunggulan komparatif yang dimiliki oleh bangsa tersebut (M.E. komparatif yang dimiliki oleh bangsa tersebut (M.E. Porter, 1998 : Porter, 1998 : The Competitive advantage of nations. The Competitive advantage of nations. 855p855p))

3.3. Keunggulan kompetitif bangsa Indonesia adalah Keunggulan kompetitif bangsa Indonesia adalah ““Resource-based industriesResource-based industries” yang dibangun melalui ” yang dibangun melalui penerapan IPTEK dan manajemen profesional penerapan IPTEK dan manajemen profesional ((Knowledge-based Economy; Knowledge-based Economy; L.C. Thurow, 1999)L.C. Thurow, 1999)

4.4. Dari sisi permintaan dan kemampuan pengadaan Dari sisi permintaan dan kemampuan pengadaan ((Supply capacitySupply capacity), sumberdaya dan jasa-jasa ), sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan merupakan salah satu lingkungan pesisir dan lautan merupakan salah satu keunggulan kompetitif penggerak perekonomian keunggulan kompetitif penggerak perekonomian bangsa Indonesiabangsa Indonesia

LATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLanjutan...

Page 4: DIRJEN P3K

CONTINENTALINTERIOR

OPENOCEAN

COASTAL ZONE

RIVER BASIN

UPLAND

LOWLAND

CONTINENTAL SHELF

INNER SHELF OUTER SHELF

NEARSHORE

ESTUARY

BALTMARSHDURES

SHELF SEA

NEARSHORE WATERS

ESTUARINE WATERSESTUARINE PLUME

SHELFEDGE ZONE

OCEANFLOOR

CONTINENTALSLOPE

SH

ELF

BR

EA

K

SHEL

FSE

A / O

CEAN

INTE

RFAC

E

SH

OR

E L

INE

LAN

D /

SE

AIN

TER

FAC

E

Gambar 1. Batasan Wilayah Pesisir (Pernetta dan Milliman, 1995)

Page 5: DIRJEN P3K

DEFINISI DAN PENGERTIAN WILAYAH PESISIRDEFINISI DAN PENGERTIAN WILAYAH PESISIR

“Kawasan peralihan (interface area) antara ekosistem laut dan darat”

BATAS KE ARAH DARAT : 1. Ekologis : kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh

proses-proses kelautan, seperti pasang surut, interusi air laut, dll.

2. Administratif : batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbitrer (2 km, 20 km, dst. dari garis pantai)

3. Perencanaan : bergantung pada permasalahan atau substansi yang menjadi fokus pengelolaan wilayah pesisir.- Pencemaran dan sedimentasi : suatu kawasan darat dimana dampak pencemaran dan sedimentasi yang ditimbulkan di sini memberikan dampak di kawasan pesisir.- Hutan mangrove : batas terluar sebelah hulu kawasan hutan mangrove.

Page 6: DIRJEN P3K

BATAS KE ARAH LAUT : 1. Ekologis : kawasan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-

proses alamiah di darat (aliran air sungai, run off, aliran air tanah, dll.), atau dampak kegiatan manusia di darat (bahan pencemar, sedimen, dll); atau kawasan laut yang merupakan paparan benua (continental shelf).

2. Administratif : 4 mil, 12 mil, dst., dari garis pantai ke arah laut.3. Perencanaan : bergantung pada permasalahan atau substansi

yang menjadi fokus pengelolaan wilayah pesisir.- Pencemaran dan sedimentasi : suatu kawasan laut yang masih di pengaruhi oleh dampak pencemaran dan sedimentasi dari darat.- Hutan mangrove : kawasan perairan laut yang masih

mendapat pengaruh dari proses dan atribut ekologis mangrove, seperti bahan organik (detritus) yang berasal dari mangrove.

DEFINISI DAN PENGERTIAN WILAYAH PESISIRLanjutan...

Page 7: DIRJEN P3K

DEFINISI MASYARAKAT PESISIRDEFINISI MASYARAKAT PESISIR

“ORANG ATAU SEKELOMPOK ORANG YANG BERMUKIM DI WILAYAH PESISIR DAN/ATAU MEMILIKI MATAPENCAHARIAN YANG BERASAL DARI SUMBERDAYA ALAM ATAU JASA-JASA LINGKUNGAN PESISIR-LAUTAN”.

BASIS TEMPAT TINGGAL- Setiap orang yang tinggal di wilayah pesisir

BASIS MATAPENCAHARIAN- Nelayan- Petani Ikan : - budidaya air payau (tambak)

- budidaya laut- Pemilik atau pekerja industri pariwisata- Pemilik atau pekerja perusahaan perhubungan laut- Pemilik atau pekerja pertambangan dan energi- Pemilik atau pekerja industri maritim (galangan kapal, coastal and

ocean engineering)- dll.

Page 8: DIRJEN P3K

POTENSI PEMBANGUNAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN

1. Sumberdaya yang dapat diperbaharui :- Perikanan (Tangkap, Budidaya, dan Pascapanen)- Hutan Mangrove - Pulau-Pulau Kecil.- Terumbu Karang- Industri Bioteknologi Kelautan

2. Sumberdaya yang tak dapat diperbaharui:- Minyak Bumi dan Gas - Harta Karun.- Bahan Tambang dan Mineral lainnya

3. Energi Kelautan:- Pasang Surut- Gelombang- Angin- OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion)

4. Jasa-Jasa Lingkungan- Pariwisata- Perhubungan dan Kepelabuhanan.- Penampung (Penetralisir) Limbah

Page 9: DIRJEN P3K

Perkiraan Umum Nilai Ekonomi Potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia

Komoditi POTENSI (%) Harga *) Perkiraan Perbandingan dg. Sasaran Produksi Th. 1999LESTARI (ton) (US$ / ton) Nilai (US$) Volume (ton) Harga *) Nilai (US$)

Perikanan LautTuna/Cakalang 780,040 9.91 8,000 6,240,320,000 295,700 8,000 2,365,600,000udang 59,272 0.75 14,125 837,217,000 70,000 14,125 988,750,000Demersal 1,429,080 18.15 4,500 6,430,860,000 1,200,900 4,500 5,404,050,000Pelagis Kecil 2,602,800 33.06 600 1,561,680,000 1,801,288 600 1,080,772,800Lainnya 77,632 0.99 450 34,934,400 311,000 450 139,950,000

Jumlah 4,948,8241) 62.86 3,052 15,105,011,400 3,678,888 2,191 9,979,122,800MaricultureRumput Laut 482,4002) 6.13 450 217,080,000 705,600 450 317,520,000Ikan dan kerang2an 46,0003) 0.58 5,000 230,000,000 6,840 5,000 34,200,000Mutiara 34) 0.00 40,000,000 120,000,000 1 40,000,000 40,000,000

Jumlah 528,403 6.71 1,073 567,080,000 712,441 1,417 391,720,000Perairan Umum

Jumlah 356,0205) 4.52 3,000 1,068,060,000 408,200 3,000 1,224,600,000Budidaya Tambak

Jumlah 1,000,0006) 12.70 10,000 10,000,000,000 527,610 10,000 5,276,100,000Budidaya Air Tawar

Jumlah 1,039,1005) 13.20 5,000 5,195,500,000 394,672 5,000 1,973,360,000TOTAL 7,872,347 100.00 4,057 31,935,651,400 5,313,611 3,316 17,620,302,800Potensi BioteknologiKelautan **)

dta 40,000,000,000 - - -

TOTAL+Bioteknologi - - - 71,935,651,400

*) Berdasarkan harga satuan pada PROTEKAN 2003 Sumber data :**) Nilai tambahnya diasumsikan bernilai sama dengan hasil yang diperoleh USA pada tahun 1994. 1) KOMNAS KAJIKANLUT (1998)dta : data tidak tersedia 2) Ditjen Perikanan (1992)

3) dan 6) Ditjen Perikanan yang diolah oleh PKSPL (1999)

PERKIRAAN UMUM NILAI EKONOMI POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN INDONESIA

Page 10: DIRJEN P3K

Komoditi Potensi Lestari (ton) Perkiraan NilaiPerikanan Laut *) 4.948.824 US$ 15.105.011.400Budidaya Laut 528.403 US$ 567.080.000Perairan Umum 356.020 US$ 1.068.060.000Budidaya Tambak 1.000.000 US$ 10.000.000.000Budidaya Air Tawar 1.039.100 US$ 5.195.500.000TOTAL 7.872.347 US$ 31.935.651.400Bahan Farmasitika Laut **) US$ 40.000.000.000Grand TOTAL US$ 71.935.651.400

*) Jumlah Tangkap yang Diperbolehkan (80% x MSY)**) Baslow, MH, 1977 Marine Pharmacology, Bank Dunia dan SIDA 1996.

PERKIRAAN UMUM NILAI EKONOMI POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN INDONESIA

(RINGKASAN)

Page 11: DIRJEN P3K

ASPEK FINANSIAL USAHA EKONOMI ASPEK FINANSIAL USAHA EKONOMI BUDIDAYA KERAPUBUDIDAYA KERAPU

• BIAYA INVESTASI DAN OPERASIONAL = Rp. 40.000.000/tahun• HASIL PENERIMAAN = Rp. 120.000.000/tahun

• PENERIMAAN BERSIH = Rp. 80.000.000/tahun

Catatan : Harga Ikan Kerapu Bebek hidup = US$ 30/Kg

Harga Sumberdaya Lainnya*)Tuna Segar = US$ 5 - 8/KgCakalang beku = US$ 0,5/KgUdang beku = US$ 14/KgDemersal Beku = US$ 4,5/KgPelagis Kecil = US$ 0,6/KgIkan dan Kerang = US$ 5/KgMutiara = US$ 40.000/Kg

*) Sumber data: Komnas Kajiskanlut (1998), Dirjen Perikanan (1992), Deptan (1993)

Page 12: DIRJEN P3K

POTRET PEMBANGUNAN PESISIR DAN POTRET PEMBANGUNAN PESISIR DAN LAUTAN MASA LALULAUTAN MASA LALU

1. Pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan pada umumnya bersifat ekstraktif, tidak berkelanjutan, dan hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk.

2. Menciptakan “ekonomi dualistik”; kesenjangan yang menganga antara kelompok pengusaha kecil (tradisional) vs usaha besar (komersial)

3. Kawasan pesisir dan laut sebagai “keranjang sampah” dari berbagai jenis limbah dan sedimen yang berasal dari kegiatan di darat

4. Konflik (egoisme) sektoral, dimana sektor-sektor yang dapat menghasilkan “cash money” jangka pendek dan tidak memerlukan kualitas lingkungan yang tinggi

5. Ketidakseimbangan tingkat pemanfaatan dan kerusakan lingkungan antar wilayah.

Page 13: DIRJEN P3K

CONTOH KERUGIAN EKONOMIS POLA CONTOH KERUGIAN EKONOMIS POLA PEMBANGUNAN MASA LALUPEMBANGUNAN MASA LALU

1. Industri tambak udang 350.000 ha x 2 ton/ha/th x US $ 10/kg = US $ 7 milyar/th.

2. Penggunaan bahan peledak, racun dan penambangan karang batu.

3. Pencemaran, erosi, dan sedimentasi mengakibatkan potensi industri pariwisata, perikanan tangkap dan budidaya hancur atau turun drastis.

4. Pembabatan mangrove dan perusakan habitat pesisir lainnya mengakibatkan penurunan produktivitas perikanan tangkap.

Page 14: DIRJEN P3K

PENYEBAB KEKURANG BERHASILAN PENYEBAB KEKURANG BERHASILAN PEMBANGUNAN PESISIR DAN LAUTAN PEMBANGUNAN PESISIR DAN LAUTAN

MASA LALUMASA LALU

Penerapan paradigma/pola pembangunan yang secara dominan mengejar keuntungan jangka pendek, kurang/tidak mengindahkan aspek “sustainability”.dpl. : paradigma/pola pembangunan berkelanjutan belum diimplementasikan.

Pola/Mekanisme pembangunan yang sentralistik, top-down.

Page 15: DIRJEN P3K

PERMASALAHAN DAN KENDALAPERMASALAHAN DAN KENDALA

Kerusakan Fisik Habitat Ekosistem PesisirKerusakan Fisik Habitat Ekosistem Pesisir Over-eksploitasi Sumberdaya Hayati LautOver-eksploitasi Sumberdaya Hayati Laut PencemaranPencemaran Konflik Penggunaan RuangKonflik Penggunaan Ruang Keterbatasan DanaKeterbatasan Dana Rendahnya Kualitas SDMRendahnya Kualitas SDM Kurangnya Koordinasi dan Kerjasama Antar Kurangnya Koordinasi dan Kerjasama Antar

Pelaku Pembangunan (Pelaku Pembangunan (stakeholdersstakeholders) ) Kawasan PesisirKawasan Pesisir

Lemahnya Penegakan HukumLemahnya Penegakan Hukum Kemiskinan Maysarakat PesisirKemiskinan Maysarakat Pesisir

Page 16: DIRJEN P3K

MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN PESISIR MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN PESISIR DAN LAUTAN SECARA BERKELANJUTANDAN LAUTAN SECARA BERKELANJUTAN

Pembangunan Berkelanjutan (PB) :”Pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan aspirasinya” (Bruntland Commission, 1986)

Indikator PB- Efisiensi ekonomi (economic growth)- Social equity- Ecological sustainability- Persatuan dan kesatuan bangsa.

Page 17: DIRJEN P3K

ASPEK TEKNIS-EKOLOGIS ASPEK TEKNIS-EKOLOGIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

WILAYAH PESISIR DAN LAUTWILAYAH PESISIR DAN LAUT PB : “Laju pemanfaatan SDA dan Jasling tidak

melampaui kemampuan pulih, dan resultante dampak negatip yang ditimbulkan tidak melebihi kemampuan kawasan pesisir/laut untuk menetralisirnya.

Aplikasi Operasional dalam Pembangunan Pesisir/Laut- Tata Ruang- Laju pemanfaatan SDA dapat pulih daya pulih

(potensi lestari) nya.- Pemanfaatan SDA tak dapat pulih tidak

merusak lingkungan sekitar dan mengembangkan substitusinya.

- Pembuangan limbah : non-B3 dan tidak melebihi kapasitas asimilasi.

- “Design and construction with nature”

Page 18: DIRJEN P3K

VISIVISI

“Wilayah pesisir dan laut beserta segenap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang

terkandung di dalamnya, merupakan sumber penghidupan dan sumber pembangunan yang

harus dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, guna meningkatkan kemakmuran

rakyat menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang sejahtera, maju dan mandiri”.

Page 19: DIRJEN P3K

1. SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI- Devisa- Sumbangan terhadap PDB- Penyediaan Lapangan Kerja- Penyediaan bahan pangan dan gizi sehat serta

mencerdaskan.2. PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR,

PERIKANAN DAN KELAUTAN, KHUSUSNYA NELAYAN DAN PETANI IKAN KECIL (SOSIAL EQUITY)

3. PEMELIHARAAN DAN PENINGKATAN DAYA DUKUNG SERTA KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN TAWAR, PESISIR, PULAU-PULAU KECIL DAN LAUTAN (ECOLOGICAL SUSTAINABILITY).

4. MEMELIHARA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

MISI (HARAPAN MASYARAKAT)

Page 20: DIRJEN P3K

(1) Pemanfaatan sumberdaya dan jasa lingkungan kelautan harus dilakukan secara optimal, efisien, dan berkelanjutan. A. Perikanan

Optimasi perikanan tangkap sesuai potensi lestari

• Pengembangan perikanan budidaya• Peningkatan mutu dan diversifikasi produk

perikananB. Pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil secara berkelanjutan berbasis masyarakat.C. Pemanfaatan benda-benda berharga (harta karun)

KEBIJAKAN STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN VISI DAN MISI KELAUTAN

Page 21: DIRJEN P3K

(2) Rehabilitasi ekosistem/habitat pesisir dan laut yang telah mengalami kerusakan (penataan ruang wilayah pesisir dan restocking )

(3) Pengembangan dan penguatan jaringan serta daya tembus pemasaran produk serta jasa kelautan Indonesia baik untuk pasar dalam negeri maupun manca negara.

(4) Pengembangan dan penguatan sistem informasi kelautan yang meliputi distribusi potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan serta potensi pasar dalam dan luar negeri secara spasial maupun temporal.

KEBIJAKAN STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN VISI DAN MISI KELAUTAN

Lanjutan...

Page 22: DIRJEN P3K

(5) Penerapan IPTEK dan manajemen profesional pada setiap mata rantai usaha bidang kelautan, sehingga segenap produk dan jasa kelautan Indonesia mampu menghasilkan nilai tambah dan berdaya saing tinggi.

(6) Pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat pesisir melalui peningkatan moral dan etos kerja penduduk pesisir yang lebih berorientasi kepada budaya pembangunan berkelanjutan (sustainable development), dan peningkatan akses masyarakat pesisir terhadap permodalan, pasar, teknologi dan manajemen, informasi, dan aset-aset ekonomi produktif lainnya.

(7) Dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang kondusif bagi kinerja pembangunan bidang kelautan sebagaimana diinginkan di atas.

(8) Pemantapan koordinasi pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut sesuai UU No.22/1999 dan UU No.25/1999.

KEBIJAKAN STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN VISI DAN MISI KELAUTAN

Lanjutan...

Page 23: DIRJEN P3K

(9) Pemupukan dan pengembangan budaya serta etos kerja bahari

(10)Pemupukan dan pengembangan kerjasama internasional yang saling menguntungkan

(11)Perlu ada sistem dan mekanisme hukum serta kelembagaan yang mampu mengelola segenap kiprah pembangunan kelautan, sehingga dapat terwujud pembangunan kelautan yang mampu membuahkan kemakmuran dan kesejahteraan secara adil dan merata serta lestari.

KEBIJAKAN STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN VISI DAN MISI KELAUTAN

Lanjutan...

Page 24: DIRJEN P3K

PENJABARAN TUJUAN PEMBANGUNAN KELAUTAN PENJABARAN TUJUAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM KONTEKS SISTEM DAN PERIKANAN DALAM KONTEKS SISTEM

““MARINE BUSINESSMARINE BUSINESS””A. PERIKANAN TANGKAP

PENINGKATAN EFISIENSI

TEKNIK PENANGKAPAN

SUB SISTEM PRODUKSI

PENGELOLAAN EKOSISTEM DAN STOK AGAR SDI MAKSIMAL (P3K)

HASIL TANGKAPAN• Maksimum• Efisien• Lestari

DIFERSIFIKASI PRODUK

SUB SISTEM PASCA PANEN

PENINGKATAN MUTU PRODUK

PRODUK SESUAI SELERA

PASAR

SUB SISTEM PEMASARAN

PRODUK TERJUAL SECARA

KOMPETITIF DI PASAR DOMESTIK

DAN DUNIA

TRANSPORTASI

MARKET INTELEGENCE DAYA TEMBUS

PASAR

Page 25: DIRJEN P3K

DINAMIKA STOK SDI (Russel, 1932)St = So + (G+R) - (M+F)

KARENA ITU, MANAJEMEN EKOSISTEM DAN STOK UNTUK MEMPERBESAR STOK SDI BERARTI :- Upaya meningkatkan rekruitmen (R) dan

pertumbuhan individu (G) SDI.- Meminimalkan kematian alamiah SDI (M) dan mengendalikan penangkapan ikan (F)

sesuai potensi lestari SDI pada setiap kawasan perairan.

Page 26: DIRJEN P3K

Input/intervensi untuk meningkatkan kinerja subsistem produksi pada sisitem agribisnis perikanan budidaya

B. PERIKANAN BUDIDAYA

Rekayasa Genetika untuk Produksi Induk dan Benih yang tahan terhadap hama-penyakit, penurunan kualitas air, cepat tumbuh, cepat berkembang biak, rasa daging enak, dll.

Nutrisi Pengelolaan hama dan penyakit Pengelolaan tanah dan kulaitas air Teknik design dan konstuksi media (kolam, jaring apung, sea

ranching, dll) media pemeliharaan. Penataan ruang kawasan pesisir agar kondusif bagi

profitability dan sustainability usaha perikanan budidaya (P3K)

Pengelolaan pencemaran, sedimen budget, dan regin hidrologi-oseanografi (P3K).

Page 27: DIRJEN P3K

1. Penataan Ruang Pesisir dan Laut2. Rehabilitasi kerusakan ekosistem dan pengkayaan

sumberdaya hayati3. Pengembangan dan pengelolaan kawasan

konservasi4. Pengendalian pencemaran laut 5. Mitigasi bencana alam6. Pemberdayaan pulau-pulau kecil secara

berkelanjutan dan berbasis masyarakat7. Pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat pesisir,

nelayan, dan petani ikan8. Pengembangan dan perumusan

pedoman/kebijakan umum pengelolaan pembangunan wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan

PROGRAM UTAMA DITJEN PROGRAM UTAMA DITJEN P3KP3K

Page 28: DIRJEN P3K

KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN KEBIJAKSANAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTANSUMBERDAYA KELAUTAN

(Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau (Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil)Kecil)

Seminar dan Kongres Kelautan Nasional KTT III tahun 2000. Seminar dan Kongres Kelautan Nasional KTT III tahun 2000. Lombok, 15 November 2000Lombok, 15 November 2000

OlehOlehRokhmin DahuriRokhmin Dahuri

Dirjen. Pesisir, Pantai dan Pulau-Pulau KecilDirjen. Pesisir, Pantai dan Pulau-Pulau KecilDepartemen Kelautan dan Perikanan - RIDepartemen Kelautan dan Perikanan - RI

Page 29: DIRJEN P3K

1.1. Pemulihan ekonomi menuju bangsa yang Pemulihan ekonomi menuju bangsa yang maju, makmur dan berkeadilan maju, makmur dan berkeadilan memerlukanmemerlukan : :

LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

Revitalisasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang ada,

Penciptaan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru,

Pengembangan keunggulan kompetitif bangsa, dan

Demokratisasi ekonomi:- Pengelolaan sumber-sumber penerimaan negara harus didesentralisasikan kepada Pemda (UU No. 22/1999 dan 25/1999)- Partisipasi masyarakat dalam penguasaan faktor-faktor produksi harus ditingkatkan.

Page 30: DIRJEN P3K

2.2. Keunggulan kompetitif sejati dan lestari suatu Keunggulan kompetitif sejati dan lestari suatu bangsa adalah yang dibangun atas keunggulan bangsa adalah yang dibangun atas keunggulan komparatif yang dimiliki oleh bangsa tersebut (M.E. komparatif yang dimiliki oleh bangsa tersebut (M.E. Porter, 1998 : Porter, 1998 : The Competitive advantage of nations. The Competitive advantage of nations. 855p855p))

3.3. Keunggulan kompetitif bangsa Indonesia adalah Keunggulan kompetitif bangsa Indonesia adalah ““Resource-based industriesResource-based industries” yang dibangun melalui ” yang dibangun melalui penerapan IPTEK dan manajemen profesional penerapan IPTEK dan manajemen profesional ((Knowledge-based Economy; Knowledge-based Economy; L.C. Thurow, 1999)L.C. Thurow, 1999)

4.4. Dari sisi permintaan dan kemampuan pengadaan Dari sisi permintaan dan kemampuan pengadaan ((Supply capacitySupply capacity), sumberdaya dan jasa-jasa ), sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan merupakan salah satu lingkungan pesisir dan lautan merupakan salah satu keunggulan kompetitif penggerak perekonomian keunggulan kompetitif penggerak perekonomian bangsa Indonesiabangsa Indonesia

LATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLanjutan...

Page 31: DIRJEN P3K

CONTINENTALINTERIOR

OPENOCEAN

COASTAL ZONE

RIVER BASIN

UPLAND

LOWLAND

CONTINENTAL SHELF

INNER SHELF OUTER SHELF

NEARSHORE

ESTUARY

BALTMARSHDURES

SHELF SEA

NEARSHORE WATERS

ESTUARINE WATERSESTUARINE PLUME

SHELFEDGE ZONE

OCEANFLOOR

CONTINENTALSLOPE

SH

ELF

BR

EA

K

SHEL

FSE

A / O

CEAN

INTE

RFAC

E

SH

OR

E L

INE

LAN

D /

SE

AIN

TER

FAC

E

Gambar 1. Batasan Wilayah Pesisir (Pernetta dan Milliman, 1995)

Page 32: DIRJEN P3K

DEFINISI DAN PENGERTIAN WILAYAH PESISIRDEFINISI DAN PENGERTIAN WILAYAH PESISIR

“Kawasan peralihan (interface area) antara ekosistem laut dan darat”

BATAS KE ARAH DARAT : 1. Ekologis : kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh

proses-proses kelautan, seperti pasang surut, interusi air laut, dll.

2. Administratif : batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbitrer (2 km, 20 km, dst. dari garis pantai)

3. Perencanaan : bergantung pada permasalahan atau substansi yang menjadi fokus pengelolaan wilayah pesisir.- Pencemaran dan sedimentasi : suatu kawasan darat dimana dampak pencemaran dan sedimentasi yang ditimbulkan di sini memberikan dampak di kawasan pesisir.- Hutan mangrove : batas terluar sebelah hulu kawasan hutan mangrove.

Page 33: DIRJEN P3K

BATAS KE ARAH LAUT : 1. Ekologis : kawasan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-

proses alamiah di darat (aliran air sungai, run off, aliran air tanah, dll.), atau dampak kegiatan manusia di darat (bahan pencemar, sedimen, dll); atau kawasan laut yang merupakan paparan benua (continental shelf).

2. Administratif : 4 mil, 12 mil, dst., dari garis pantai ke arah laut.3. Perencanaan : bergantung pada permasalahan atau substansi

yang menjadi fokus pengelolaan wilayah pesisir.- Pencemaran dan sedimentasi : suatu kawasan laut yang masih di pengaruhi oleh dampak pencemaran dan sedimentasi dari darat.- Hutan mangrove : kawasan perairan laut yang masih

mendapat pengaruh dari proses dan atribut ekologis mangrove, seperti bahan organik (detritus) yang berasal dari mangrove.

DEFINISI DAN PENGERTIAN WILAYAH PESISIRLanjutan...

Page 34: DIRJEN P3K

DEFINISI MASYARAKAT PESISIRDEFINISI MASYARAKAT PESISIR

“ORANG ATAU SEKELOMPOK ORANG YANG BERMUKIM DI WILAYAH PESISIR DAN/ATAU MEMILIKI MATAPENCAHARIAN YANG BERASAL DARI SUMBERDAYA ALAM ATAU JASA-JASA LINGKUNGAN PESISIR-LAUTAN”.

BASIS TEMPAT TINGGAL- Setiap orang yang tinggal di wilayah pesisir

BASIS MATAPENCAHARIAN- Nelayan- Petani Ikan : - budidaya air payau (tambak)

- budidaya laut- Pemilik atau pekerja industri pariwisata- Pemilik atau pekerja perusahaan perhubungan laut- Pemilik atau pekerja pertambangan dan energi- Pemilik atau pekerja industri maritim (galangan kapal, coastal and

ocean engineering)- dll.

Page 35: DIRJEN P3K

Perkiraan Umum Nilai Ekonomi Potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia

Komoditi POTENSI (%) Harga *) Perkiraan Perbandingan dg. Sasaran Produksi Th. 1999LESTARI (ton) (US$ / ton) Nilai (US$) Volume (ton) Harga *) Nilai (US$)

Perikanan LautTuna/Cakalang 780,040 9.91 8,000 6,240,320,000 295,700 8,000 2,365,600,000udang 59,272 0.75 14,125 837,217,000 70,000 14,125 988,750,000Demersal 1,429,080 18.15 4,500 6,430,860,000 1,200,900 4,500 5,404,050,000Pelagis Kecil 2,602,800 33.06 600 1,561,680,000 1,801,288 600 1,080,772,800Lainnya 77,632 0.99 450 34,934,400 311,000 450 139,950,000

Jumlah 4,948,8241) 62.86 3,052 15,105,011,400 3,678,888 2,191 9,979,122,800MaricultureRumput Laut 482,4002) 6.13 450 217,080,000 705,600 450 317,520,000Ikan dan kerang2an 46,0003) 0.58 5,000 230,000,000 6,840 5,000 34,200,000Mutiara 34) 0.00 40,000,000 120,000,000 1 40,000,000 40,000,000

Jumlah 528,403 6.71 1,073 567,080,000 712,441 1,417 391,720,000Perairan Umum

Jumlah 356,0205) 4.52 3,000 1,068,060,000 408,200 3,000 1,224,600,000Budidaya Tambak

Jumlah 1,000,0006) 12.70 10,000 10,000,000,000 527,610 10,000 5,276,100,000Budidaya Air Tawar

Jumlah 1,039,1005) 13.20 5,000 5,195,500,000 394,672 5,000 1,973,360,000TOTAL 7,872,347 100.00 4,057 31,935,651,400 5,313,611 3,316 17,620,302,800Potensi BioteknologiKelautan **)

dta 40,000,000,000 - - -

TOTAL+Bioteknologi - - - 71,935,651,400

*) Berdasarkan harga satuan pada PROTEKAN 2003 Sumber data :**) Nilai tambahnya diasumsikan bernilai sama dengan hasil yang diperoleh USA pada tahun 1994. 1) KOMNAS KAJIKANLUT (1998)dta : data tidak tersedia 2) Ditjen Perikanan (1992)

3) dan 6) Ditjen Perikanan yang diolah oleh PKSPL (1999)

PERKIRAAN UMUM NILAI EKONOMI POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN INDONESIA

Page 36: DIRJEN P3K

POTENSI PEMBANGUNAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN

1. Sumberdaya yang dapat diperbaharui :- Perikanan (Tangkap, Budidaya, dan Pascapanen)- Hutan Mangrove - Pulau-Pulau Kecil.- Terumbu Karang- Industri Bioteknologi Kelautan

2. Sumberdaya yang tak dapat diperbaharui:- Minyak Bumi dan Gas - Harta Karun.- Bahan Tambang dan Mineral lainnya

3. Energi Kelautan:- Pasang Surut- Gelombang- Angin- OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion)

4. Jasa-Jasa Lingkungan- Pariwisata- Perhubungan dan Kepelabuhanan.- Penampung (Penetralisir) Limbah

Page 37: DIRJEN P3K

Komoditi Potensi Lestari (ton) Perkiraan NilaiPerikanan Laut *) 4.948.824 US$ 15.105.011.400Budidaya Laut 528.403 US$ 567.080.000Perairan Umum 356.020 US$ 1.068.060.000Budidaya Tambak 1.000.000 US$ 10.000.000.000Budidaya Air Tawar 1.039.100 US$ 5.195.500.000TOTAL 7.872.347 US$ 31.935.651.400Bahan Farmasitika Laut **) US$ 40.000.000.000Grand TOTAL US$ 71.935.651.400

*) Jumlah Tangkap yang Diperbolehkan (80% x MSY)**) Baslow, MH, 1977 Marine Pharmacology, Bank Dunia dan SIDA 1996.

PERKIRAAN UMUM NILAI EKONOMI POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN INDONESIA

(RINGKASAN)

Page 38: DIRJEN P3K

ASPEK FINANSIAL USAHA EKONOMI ASPEK FINANSIAL USAHA EKONOMI BUDIDAYA KERAPUBUDIDAYA KERAPU

• BIAYA INVESTASI DAN OPERASIONAL = Rp. 40.000.000/tahun• HASIL PENERIMAAN = Rp. 120.000.000/tahun

• PENERIMAAN BERSIH = Rp. 80.000.000/tahun

Catatan : Harga Ikan Kerapu Bebek hidup = US$ 30/Kg

Harga Sumberdaya Lainnya*)Tuna Segar = US$ 5 - 8/KgCakalang beku = US$ 0,5/KgUdang beku = US$ 14/KgDemersal Beku = US$ 4,5/KgPelagis Kecil = US$ 0,6/KgIkan dan Kerang = US$ 5/KgMutiara = US$ 40.000/Kg

*) Sumber data: Komnas Kajiskanlut (1998), Dirjen Perikanan (1992), Deptan (1993)

Page 39: DIRJEN P3K

POTRET PEMBANGUNAN PESISIR DAN POTRET PEMBANGUNAN PESISIR DAN LAUTAN MASA LALULAUTAN MASA LALU

1. Pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan pada umumnya bersifat ekstraktif, tidak berkelanjutan, dan hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk.

2. Menciptakan “ekonomi dualistik”; kesenjangan yang menganga antara kelompok pengusaha kecil (tradisional) vs usaha besar (komersial)

3. Kawasan pesisir dan laut sebagai “keranjang sampah” dari berbagai jenis limbah dan sedimen yang berasal dari kegiatan di darat

4. Konflik (egoisme) sektoral, dimana sektor-sektor yang dapat menghasilkan “cash money” jangka pendek dan tidak memerlukan kualitas lingkungan yang tinggi

5. Ketidakseimbangan tingkat pemanfaatan dan kerusakan lingkungan antar wilayah.

Page 40: DIRJEN P3K

CONTOH KERUGIAN EKONOMIS POLA CONTOH KERUGIAN EKONOMIS POLA PEMBANGUNAN MASA LALUPEMBANGUNAN MASA LALU

1. Industri tambak udang 350.000 ha x 2 ton/ha/th x US $ 10/kg = US $ 7 milyar/th.

2. Penggunaan bahan peledak, racun dan penambangan karang batu.

3. Pencemaran, erosi, dan sedimentasi mengakibatkan potensi industri pariwisata, perikanan tangkap dan budidaya hancur atau turun drastis.

4. Pembabatan mangrove dan perusakan habitat pesisir lainnya mengakibatkan penurunan produktivitas perikanan tangkap.

Page 41: DIRJEN P3K

PENYEBAB KEKURANG BERHASILAN PENYEBAB KEKURANG BERHASILAN PEMBANGUNAN PESISIR DAN LAUTAN PEMBANGUNAN PESISIR DAN LAUTAN

MASA LALUMASA LALU

Penerapan paradigma/pola pembangunan yang secara dominan mengejar keuntungan jangka pendek, kurang/tidak mengindahkan aspek “sustainability”.dpl. : paradigma/pola pembangunan berkelanjutan belum diimplementasikan.

Pola/Mekanisme pembangunan yang sentralistik, top-down.

Page 42: DIRJEN P3K

PERMASALAHAN DAN KENDALAPERMASALAHAN DAN KENDALA

Kerusakan Fisik Habitat Ekosistem PesisirKerusakan Fisik Habitat Ekosistem Pesisir Over-eksploitasi Sumberdaya Hayati LautOver-eksploitasi Sumberdaya Hayati Laut PencemaranPencemaran Konflik Penggunaan RuangKonflik Penggunaan Ruang Keterbatasan DanaKeterbatasan Dana Rendahnya Kualitas SDMRendahnya Kualitas SDM Kurangnya Koordinasi dan Kerjasama Antar Kurangnya Koordinasi dan Kerjasama Antar

Pelaku Pembangunan (Pelaku Pembangunan (stakeholdersstakeholders) ) Kawasan PesisirKawasan Pesisir

Lemahnya Penegakan HukumLemahnya Penegakan Hukum Kemiskinan Maysarakat PesisirKemiskinan Maysarakat Pesisir

Page 43: DIRJEN P3K

MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN PESISIR MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN PESISIR DAN LAUTAN SECARA BERKELANJUTANDAN LAUTAN SECARA BERKELANJUTAN

Pembangunan Berkelanjutan (PB) :”Pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan aspirasinya” (Bruntland Commission, 1986)

Indikator PB- Efisiensi ekonomi (economic growth)- Social equity- Ecological sustainability- Persatuan dan kesatuan bangsa.

Page 44: DIRJEN P3K

ASPEK TEKNIS-EKOLOGIS ASPEK TEKNIS-EKOLOGIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

WILAYAH PESISIR DAN LAUTWILAYAH PESISIR DAN LAUT PB : “Laju pemanfaatan SDA dan Jasling tidak

melampaui kemampuan pulih, dan resultante dampak negatip yang ditimbulkan tidak melebihi kemampuan kawasan pesisir/laut untuk menetralisirnya.

Aplikasi Operasional dalam Pembangunan Pesisir/Laut- Tata Ruang- Laju pemanfaatan SDA dapat pulih daya pulih

(potensi lestari) nya.- Pemanfaatan SDA tak dapat pulih tidak

merusak lingkungan sekitar dan mengembangkan substitusinya.

- Pembuangan limbah : non-B3 dan tidak melebihi kapasitas asimilasi.

- “Design and construction with nature”

Page 45: DIRJEN P3K

VISIVISI

“Wilayah pesisir dan laut beserta segenap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang

terkandung di dalamnya, merupakan sumber penghidupan dan sumber pembangunan yang

harus dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, guna meningkatkan kemakmuran

rakyat menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang sejahtera, maju dan mandiri”.

Page 46: DIRJEN P3K

1. SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI- Devisa- Sumbangan terhadap PDB- Penyediaan Lapangan Kerja- Penyediaan bahan pangan dan gizi sehat serta

mencerdaskan.2. PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR,

PERIKANAN DAN KELAUTAN, KHUSUSNYA NELAYAN DAN PETANI IKAN KECIL (SOSIAL EQUITY)

3. PEMELIHARAAN DAN PENINGKATAN DAYA DUKUNG SERTA KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN TAWAR, PESISIR, PULAU-PULAU KECIL DAN LAUTAN (ECOLOGICAL SUSTAINABILITY).

4. MEMELIHARA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

MISI (HARAPAN MASYARAKAT)

Page 47: DIRJEN P3K

(1) Pemanfaatan sumberdaya dan jasa lingkungan kelautan harus dilakukan secara optimal, efisien, dan berkelanjutan. A. Perikanan

Optimasi perikanan tangkap sesuai potensi lestari

• Pengembangan perikanan budidaya• Peningkatan mutu dan diversifikasi produk

perikananB. Pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil secara berkelanjutan berbasis masyarakat.C. Pemanfaatan benda-benda berharga (harta karun)

KEBIJAKAN STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN VISI DAN MISI KELAUTAN

Page 48: DIRJEN P3K

(2) Rehabilitasi ekosistem/habitat pesisir dan laut yang telah mengalami kerusakan (penataan ruang wilayah pesisir dan restocking )

(3) Pengembangan dan penguatan jaringan serta daya tembus pemasaran produk serta jasa kelautan Indonesia baik untuk pasar dalam negeri maupun manca negara.

(4) Pengembangan dan penguatan sistem informasi kelautan yang meliputi distribusi potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan serta potensi pasar dalam dan luar negeri secara spasial maupun temporal.

KEBIJAKAN STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN VISI DAN MISI KELAUTAN

Lanjutan...

Page 49: DIRJEN P3K

(5) Penerapan IPTEK dan manajemen profesional pada setiap mata rantai usaha bidang kelautan, sehingga segenap produk dan jasa kelautan Indonesia mampu menghasilkan nilai tambah dan berdaya saing tinggi.

(6) Pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat pesisir melalui peningkatan moral dan etos kerja penduduk pesisir yang lebih berorientasi kepada budaya pembangunan berkelanjutan (sustainable development), dan peningkatan akses masyarakat pesisir terhadap permodalan, pasar, teknologi dan manajemen, informasi, dan aset-aset ekonomi produktif lainnya.

(7) Dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang kondusif bagi kinerja pembangunan bidang kelautan sebagaimana diinginkan di atas.

(8) Pemantapan koordinasi pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut sesuai UU No.22/1999 dan UU No.25/1999.

KEBIJAKAN STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN VISI DAN MISI KELAUTAN

Lanjutan...

Page 50: DIRJEN P3K

(9) Pemupukan dan pengembangan budaya serta etos kerja bahari

(10)Pemupukan dan pengembangan kerjasama internasional yang saling menguntungkan

(11)Perlu ada sistem dan mekanisme hukum serta kelembagaan yang mampu mengelola segenap kiprah pembangunan kelautan, sehingga dapat terwujud pembangunan kelautan yang mampu membuahkan kemakmuran dan kesejahteraan secara adil dan merata serta lestari.

KEBIJAKAN STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN VISI DAN MISI KELAUTAN

Lanjutan...

Page 51: DIRJEN P3K

PENJABARAN TUJUAN PEMBANGUNAN KELAUTAN PENJABARAN TUJUAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM KONTEKS SISTEM DAN PERIKANAN DALAM KONTEKS SISTEM

““MARINE BUSINESSMARINE BUSINESS””A. PERIKANAN TANGKAP

PENINGKATAN EFISIENSI

TEKNIK PENANGKAPAN

SUB SISTEM PRODUKSI

PENGELOLAAN EKOSISTEM DAN STOK AGAR SDI MAKSIMAL (P3K)

HASIL TANGKAPAN• Maksimum• Efisien• Lestari

DIFERSIFIKASI PRODUK

SUB SISTEM PASCA PANEN

PENINGKATAN MUTU PRODUK

PRODUK SESUAI SELERA

PASAR

SUB SISTEM PEMASARAN

PRODUK TERJUAL SECARA

KOMPETITIF DI PASAR DOMESTIK

DAN DUNIA

TRANSPORTASI

MARKET INTELEGENCE DAYA TEMBUS

PASAR

Page 52: DIRJEN P3K

DINAMIKA STOK SDI (Russel, 1932)St = So + (G+R) - (M+F)

KARENA ITU, MANAJEMEN EKOSISTEM DAN STOK UNTUK MEMPERBESAR STOK SDI BERARTI :- Upaya meningkatkan rekruitmen (R) dan

pertumbuhan individu (G) SDI.- Meminimalkan kematian alamiah SDI (M) dan mengendalikan penangkapan ikan (F)

sesuai potensi lestari SDI pada setiap kawasan perairan.

Page 53: DIRJEN P3K

Input/intervensi untuk meningkatkan kinerja subsistem produksi pada sisitem agribisnis perikanan budidaya

B. PERIKANAN BUDIDAYA

Rekayasa Genetika untuk Produksi Induk dan Benih yang tahan terhadap hama-penyakit, penurunan kualitas air, cepat tumbuh, cepat berkembang biak, rasa daging enak, dll.

Nutrisi Pengelolaan hama dan penyakit Pengelolaan tanah dan kulaitas air Teknik design dan konstuksi media (kolam, jaring apung, sea

ranching, dll) media pemeliharaan. Penataan ruang kawasan pesisir agar kondusif bagi

profitability dan sustainability usaha perikanan budidaya (P3K)

Pengelolaan pencemaran, sedimen budget, dan regin hidrologi-oseanografi (P3K).

Page 54: DIRJEN P3K

1. Penataan Ruang Pesisir dan Laut2. Rehabilitasi kerusakan ekosistem dan pengkayaan

sumberdaya hayati3. Pengembangan dan pengelolaan kawasan

konservasi4. Pengendalian pencemaran laut 5. Mitigasi bencana alam6. Pemberdayaan pulau-pulau kecil secara

berkelanjutan dan berbasis masyarakat7. Pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat pesisir,

nelayan, dan petani ikan8. Pengembangan dan perumusan

pedoman/kebijakan umum pengelolaan pembangunan wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan

PROGRAM UTAMA DITJEN PROGRAM UTAMA DITJEN P3KP3K

Page 55: DIRJEN P3K

KERANGKA PENDEKATAN PEMBANGUNAN KERANGKA PENDEKATAN PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR SECARA BERKELANJUTANWILAYAH PESISIR SECARA BERKELANJUTAN

Suatu wilayah adalah suatu sistem susunan penggunaan ruang yang memiliki hubungan ekonomi, keruangan, atau lingkungan lebih intensif satu-sama lain, daripada dengan penggunaan ruang lain.

Sebagai suatu sistem, ruang memiliki struktur dan fungsi

Struktur wilayah adalah susunan (arrangement) dari berbagai penggunaan ruang (kegiatan ekonomi) dalam ruang fisik (Gambar)

Fungsi wilayah adalah aliran (transport) barang-barang/komoditas (economic goods), orang, dan bahan pencemar antar penggunaan ruang.

Page 56: DIRJEN P3K

NATURE AREA

FIGURE. A DIAGRAM OF AN IMAGINARY FIGURE. A DIAGRAM OF AN IMAGINARY COASTAL REGIONCOASTAL REGION

URBAN AREA

INDUSTRIAL AREA

AQUACULTURE

TRANSPORT

OUTDOORRECREATION

URBAN AREA

TRANSPORT

B

N

A

E

C

B

C

D

Page 57: DIRJEN P3K

Agar pembangunan wilayah pesisir dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka perlu integrasi perencanaan ekonomi, fisik, dan lingkungan (Gambar ...)

ECONOMICS PHYSICAL PLANNING

ECONOMIC GROWTH

ECONOMIC PLANNING

SCARCITY OF ENVIRONMENTAL

FUNCTIONS

ENVIRONMENTAL PLANNING

SCARCITY OF SPACE

CONCENTRATION OF ECONOMIC

ACTIVITIES

ECONOMIC GAP

OPTIMAL ARRANGEMENT OF

LAND USESGENERAL OR

SPECIFIC LEVEL OF

ENVIRONMENTAL QUALITY

Page 58: DIRJEN P3K

DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN UNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3KUNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3K

Lokasi yang sesuai (suitable) untuk budidaya air payau (tambak) dan budidaya laut (mariculture) untuk setiap spesies bernilai ekonomis penting serta yang punya prospek ekonomis.

Lokasi yang harus dijadikan sebagai zona preservasi (kawasan lindung utama) di wilayah pesisir dan laut.

Proporsi luas zona preservasi : zona konservasi : zona pemanfaatan intensif di setiap daerah tingkat II yang memiliki wilayah pesisir dan laut.

1. Penataan Ruang Pesisir dan Laut

Page 59: DIRJEN P3K

DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN UNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3KUNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3K

Distribusi spasial ekosistem pesisir dan laut yang rusak

Metoda/teknik yang tepat dan benar untuk rehabilitasi ekosistem yang rusak (damaged ecosystems)

Distribusi spasial kawasan pesisir dan laut yang telah mengalami deplesi stok SDI

Metoda/teknik pengkayaan stok yang tepat dan benar untuk setiap kawasan perairan-laut serta setiap spesies.

2. Rehabilitasi kerusakan ekosistem dan pengkayaan stok (stock enhancement) sumberdaya hayati perairan

Lanjutan

Page 60: DIRJEN P3K

DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN UNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3KUNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3K

Distribusi spasial dan luasan setiap jenis kawasan konservasi laut (marine protected areas) (Taman Nasional Laut, Taman Wisata Laut, Cagar Alam Laut, dan Suaka Margasatwa Laut)

Distribusi spasial kawasan pesisir-laut yang potensial dapat dijadikan kawasan konservasi

Metoda/teknik pengelolaan yang tepat dan benar untuk setiap kawasan konservasi per daerah.

3. Pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi

Lanjutan

Page 61: DIRJEN P3K

DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN UNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3KUNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3K

Beban pencemaran (pollution load) untuk setiap kelompok atau jenis bahan pencemar (pollutant) yang merusak ke ekosistem perairan pesisir-laut disetiap Dati II atau setiap wilayah pesisir menurut batasan ekologis (ecological boundaries)

Kapasitas asimilasi (assimilative capacity) untuk setiap ekosistem perairan pesisir-laut

Revisi baku mutu kualitas perairan pesisir-laut untuk kawasan konservasi budidaya perikanan, dan kehidupan biota laut (perikanan tangkap).

4. Pengendalian pencemaran laut

Lanjutan

Page 62: DIRJEN P3K

DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN UNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3KUNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3K

Distribusi spasial daerah pesisir rawn bencana alam : tsunami, gempa bumi, banjir.

Metoda/teknik pencegahan, peringatan dini, dan penanggulangan bencana alam secara tepat dan benar

5. Mitigasi Bencana Alam

Lanjutan

Page 63: DIRJEN P3K

DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN UNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3KUNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3K

Definisi pulau kecil Distribusi spasial, jumlah, luasan, dan nama setiap

pulau kecil Potensi pembangunan (seperti marikultur,

perikanan tangkap, pariwisata, pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, kehutanan, perhubungan dan pelabuhan) setiap pulau kecil

Distribusi spasial lokasi yang secara ekologis sensitif untuk dilindungi

Daya dukung lingkungan pulau kecil untuk kegiatan pembangunan.

6. Pemberdayaan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan berbasis masyarakat

Lanjutan

Page 64: DIRJEN P3K

DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN UNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3KUNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3K

Distribusi spasial dan temporal penduduk pesisir miskin (pra-sejahtera)

faktor-faktor penyebab (akar permasalahan) kemiskinan serta metoda/teknik pemecahannya di setiap kawasan pesisir berpenduduk miskin

Metoda/teknik peningkatan kesadaran dan etos kerja bahari sesuai kaidah pembangunan berkelanjutan (sustainable development)

Metoda/teknik pengembangan kapasitas individu dan kelembagaan dalam pengelolaan pembangunan sumberdaya pesisir dan laut berkelanjutan.

Pengembangan mata-pencaharian alternatif Resource ownership pattern, resource-use nights, dll.

7. Pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, nelayan, dan petani ikan

Lanjutan

Page 65: DIRJEN P3K

DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN DATA DAN INFORMASI YANG DIPERLUKAN UNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3KUNTUK MENUNJANG PROGRAM DITJEN P3K

Aspek ekologis, sosial-ekonomi, budaya, sospol, dan hankam yang harus dimasukan sebagai ketentuan dalam kebijakan/pedoman umum

Model hubungan kelembagaan dalam “integrated coastal zone management (ICZM)” antara pemerintah, Dati I, Dati II, dan masyarakat lokal

Pengembangan model (sebagai etalase) “ICZM”.

8. Pengembangan dan perumusan kebijakan/pedoman umum pembangunan wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan

Lanjutan

Page 66: DIRJEN P3K

MARINE BIODISCOVERY VALUE CHAIN

Discovery of Biodiversity Screening

Developmentof Hot Leads

ProductDevelopment

Productionto Market

Manage Intellectual Property

Partners/Collaborations/Relationships/Contractual Arrangements

Community and Government Expectations

• Access to marine bioresources

• Taxonomy• Ecology (rarity)• Relational

Database to link all collection data

• Smart discovery- Database- Know what to look for-Hit rate of>40%

$ US 50 / sample for taxonomy

$ US 100-250 / sample

• Rapid through put assays developed

• Smart screening- Database- Know what to screen for-Hit rate of>40%

• Supply: 2 - 10g per sample

• IP - provisional and full patent decisions

$ US 250 / sample

• Non-exclusive phase

• Rapid throughput techniques

• Industry partners required to fund

• Supply- Up to 10’s of kgs- Synthesis (hi cost)- Fermentation- Aquaculture- Feasibility study

• Timeframe:- Pharma (1-2 years)- Agro (1-2 months)

$ US 300 million to product development

• Exclusive partnerships - product finishing IP

• Policy:- Access benefits sharing- Environmental impact assessment- Seed supply policy for fishery Mgt

• Supply- 10-100’skg scale-up-IP.- Chemical extraction and purification-IP. (industry JV)

• Timeframe:- Pharma (3-7 years)- Agro (1-2 years)

• Research returns from license and sub-license of IP.

• Policy:- Continued mgt of industry

• Supply- 000’s kg. commercial scale.- Pharma-cost < 50c/kg wet weight, revenue < USD 150/mg (top value).- Chemical extraction and purification.- $ 100mplus

Page 67: DIRJEN P3K

Kondisi Wilayah Pesisir dan Laut Idaman

Page 68: DIRJEN P3K