Direktur Eksekutif (PII)pii.or.id/wp-content/uploads/EW-VI_Edited.pdfluar negeri, untuk membeli...

8

Transcript of Direktur Eksekutif (PII)pii.or.id/wp-content/uploads/EW-VI_Edited.pdfluar negeri, untuk membeli...

Sudah berapa lama anda tidak menggunakan jasa pos untuk berkirim surat? Seperti kebanyakan orang, mungkin anda sudah tidak ingat. Hanya beberapa orang dengan alasan yang sangat khusus yang masih melakukan hal ini.   Kemajuan teknologi informasi telah mengubah cara orang berkomunikasi. Contoh di atas adalah perubahan yang diakibatkan oleh munculnya surat elektronik atau electronic mail (e-mail). Saat ini sebagian besar orang memiliki alamat e-mail, sebagai pelengkap alamat fisik rumah atau kantor. Nyaris semua formulir isian punya kolom alamat e-mail yang harus dilengkapi.   Tidak hanya itu saja, perubahan terjadi di semua kegiatan manusia. Seperti perkembangan perdagangan elektronik atau electronic commerce (e-commerce), yang memungkinkan orang tidak perlu datang ke toko, bahkan tidak perlu pergi ke luar negeri, untuk membeli barang. Cukup memesan dalam jaringan atau online menggunakan gawai yang ada, barang pesanan pun akan tiba.   Perkembangan teknologi informasi sangat cepat, jauh meninggalkan perkembangan teknologi lainnya. Bukan lagi dalam bilangan tahun, tapi bisa hanya dalam bilangan bulan. Teknologi baru yang tercipta akan lebih cepat, lebih kuat, dan lebih murah. Gordon Moore dari Intel telah menunjukkan bukti bahwa efektivitas biaya teknologi microchip berlipat dua kali setiap 18 bulan.   Dunia bisnis, industri dan perdagangan menikmati kemajuan yang signifikan dengan perkembangan teknologi ini dengan mengubah model bisnis lebih dari 10 tahun terakhir. Begitu juga di dunia keinsinyuran, banyak kemudahan cara dalam melakukan berbagai kegiatan yang disebabkan berkembangpesatnya teknologi perangkat keras maupun perangkat lunak.   Indonesia diharapkan mampu menjadi pelaku

dalam perkembangan teknologi informasi dunia, tidak hanya sebagai pengguna. Para software engineer dan computer scientist Indonesia tidak kalah dengan koleganya dari luar negeri. Bahkan banyak yang karyanya sudah dikenal di mancanegara.   Dengan perkembangan yang begitu cepat, teknologi informasi akan membawa perubahan yang cepat pula. Beberapa tulisan di edisi ini akan membahas teknologi ini dari berbagai sudut pandang yang diharapkan dapat membuka pikiran kita tentang pentingnya teknologi ini dalam kehidupan.

Sejarah akan berada di tangan kita, apakah kita akan tercatat sebagai negara yang sejahtera karena mampu memanfaatkan “gelombang” perubahan yang dipicu oleh perkembangan teknologi informasi atau sebaliknya. Semua akan berubah, termasuk peradaban.

Aries R. Prima Pemimpin Redaksi

2

DARI REDAKSI

Teknologi Yang Mengubah Peradaban

3

Dalam Information Technology Report tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 79 dari 143 negara, merosot dari posisi 64 di tahun sebelumnya. Pemeringkatan dalam bidang teknologi informasi yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF) ini juga menentukan peringkat hal-hal yang menentukan peringkat secara keseluruhan, yaitu (1) Politik dan peraturan lingkungan. Indonesia di peringkat 62; (2) Bisnis dan lingkungan inovasi, di peringkat 59; (3) Infrastruktur, di peringkat 98; (4) Keterjangkauan, di peringkat 99; (5) Keterampilan, di peringkat 63; (6) penggunaan Individu, di peringkat 97; (7) penggunaan Bisnis, di peringkat 35; (8) penggunaan Pemerintah, di peringkat 63; (9) Dampak Ekonomi di peringkat 78 dan Dampak sosial, di peringkat 72.   Laporan berkala tersebut bukan segala-galanya sebagai sumber kebenaran. Anggap saja sebagai salah satu pedoman bagaimana pihak lain melakukan pemeringkatan. Bila penasaran untuk memahami peringkat Indonesia yang rendah dalam laporan tersebut, berikut ini tambahan penjelasannya, khusus untuk infrastruktur dan keterjangkauan.   Ada 4 faktor di kesiapan infrastruktur yaitu (1) produksi listrik dengan 748,1 kwh/kapita di peringkat 102; (2) jangkauan jaringan Mobile, 100 % pop, di peringkat 1!; (3) International Internet bandwidth, 10,1 kb/s per pengguna, di peringkat 100 dan (4) Secure Internet server 4,1/juta pop di peringkat 103. Sementara itu juga ada 3 faktor di pilar Keterjangkauan, meliputi (1) tarif seluler prabayar, dengan PPP $ 0,30/ min di peringkat 81; (2) tarif internet broadband tetap , dengan PPP $ 56,41/ bulan di peringkat 110 dan (3) kompetisi Internet & telepon di peringkat 85.  

Peringkat paling baik Indonesia adalah pilar ke (7) yaitu penggunaan Bisnis. Jika ingin mengetahui lebih detil, ada 6 faktor, masing-masingnya adalah: (1) tingkat penyerapan teknologi perusahaan di peringkat 42; (2) Kapasitas untuk inovasi di peringkat 22; (3) PCT paten , aplikasi / juta populasi di peringkat 101; (4) penggunaan Internet antar perusahaan di peringkat 51; (5) penggunaan Internet perusahaan ke konsumen di peringkat 28 dan (6) Tingkat pelatihan staf di peringkat 24.   Khusus untuk ketrampilan sumber daya manusia diperhitungkan dari 4 faktor, yaitu (1) Kualitas sistem pendidikan di peringkat 32; (2) Kualitas matematika & ilmu pendidikan di peringkat 36; (3) angka partisipasi kasar pendidikan menengah dengan 82,5% di peringkat 90 dan (4) Tingkat melek huruf dewasa di peringkat 59.   Gambaran tersebut agak memberi perspektif berbeda bila dicoba dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya. Kamboja secara keseluruhan berada di peringkat 110, Laos di 97, Malaysia di 32, Myanmar di 139, Filipina di 76, Singapura di peringkat 1, Thailand di 67 dan Vietnam di peringkat 85. Di luar Brunai Darusallam yang tidak masuk dalam radar WEF, maka Indonesia secara menyeluruh berada pada posisi no 5 dari 9 negara.   Dari berbagai pengalaman mengikuti hasil Global Competitiveness Index, dari World Economic Forum, peringkat Indonesia yang baik dalam hal inovasi dan pendidikan, berlainan sekali dengan index atau survey yang dilakukan lembaga lain. Dikhawatirkan dengan hanya memercayai index yang bagus, maka upaya kita meningkatkan daya saing akan berkurang. Supaya tidak bias, dianjurkan untuk mempelajari secara lengkap laporan WEF tentang IT tahun 2015 tersebut.***

 

Editorial Teknologi Informasi Menurut WEF   Rudianto Handojo Direktur Eksekutif (PII)

4

Hasil karya para insinyur diharapkan dapat memberikan nilai lebih dalam aspek kenyamanan, aspek keselamatan, aspek biaya, aspek daya guna dan sebagainya. Penemuan maupun rancang bangun sebagai suatu hasil inovasi atau invensi merupakan tahapan usaha mewujudkan suatu pemikiran atau ide. Konvergensi dalam aplikasi teknologi sudah menjadi keniscayaan, yang mengakibatkan diperlukannya kolaborasi antar insinyur atau harus dikuasainya berbagai teknologi untuk dapat mewujudkan hasil karya insinyur. Pada saat ini, tidak dapat dimungkiri lagi bahwa hasil karya insinyur, agar dapat dimanfaatkan, sangat tergantung dengan dukungan sarana teknologi telekomunikasi, teknologi komputer dan teknologi informasi (TI).

Kemajuan teknologi telekomunikasi telah memengaruhi pola dan perilaku manusia dalam ber-interaksi. Gawai atau terminal telekomunikasi sudah menunjukkan kemajuan teknologi telekomunikasi, juga sekaligus konvergensi antar teknologi. Di samping kemajuan aspek telephony disatukan dengan aspek teks dan data/informasi dalam bentuk gambar diam maupun bergerak, juga ada teknologi komputer dan lainnya. Fungsi GPS, kamera dan lainnya, sudah merupakan fitur aplikasi dasar suatu gawai. Sebagai contoh, kenyamanan berkendara dalam mobil yang dulunya hanya radio biasa, saat ini sudah dapat menjadi sarana telekomunikasi timbal-balik hingga sarana untuk memarkir kendaraan dan pemberi informasi terkait kondisi trafik. Hal ini bisa terwujud dikarenakan kemajuan teknologi bagi perangkat radio terestrial dan satelit maupun kabel serat optik.

Kemampuan modulasi-demodulasi telah meningkat jauh, sehingga kecepatan dan kapasitas pemprosesan memungkinkan kirim-terima menjadi mudah. Penggunaan standar Internet Protocol (IP) menjadi pendorong penemuan dibidang semi-conductor dan micro-processor yang dapat menjadi media bagi berbagai macam aplikasi dalam teknologi

komputer dan TI. Hukum Moore’s sudah dalam orde bulan bagi penemuan memory dan prosesor data elektronik. Berbagai antar muka (interface) yang digunakan suatu jaringan telekomunikasi terintegrasi telah membuktikan manfaat konvergensi ini. Jaringan selular sudah tergelar melingkupi lebih dari 90% kawasan berpenduduk, coverage sistem satelit sudah cukup lama dinikmati hingga pelosok dan pegelaran jaringan serat optik sedang mengejar pemenuhan cakupan layanannya.

Pembuatan suatu aplikasi komputer dan TI, yang dapat dilakukan oleh perorangan maupun kelompok, telah menjangkau banyak aspek kehidupan. Program aplikasi dapat dibuat dengan menggunakan laptop atau gawai pintar, di mana dan kapan saja. Integrator dapat mengumpulkan berbagai potongan hasil kerja melalui jaringan telekomunikasi tetap (fixed) atau seluler maupun jaringan TI lainnya.

Konsep BYOD (Bring Your Own Device) telah mulai mengubah cara berproduksi layanan jasa, contohnya adalah di mana seorang konsumen bisa juga menjadi pelapor kualitas layanan pada saat menggunakan terminalnya. Penyedia layanan jasa telekomunikasi (operator) akan mendapatkan revenue dari investasi jaringannya, manakala pelanggan menggunakan gawainya dalam proses produksi operator.

Dalam suasana persaingan regional maupun global saat ini, peningkatan kompetensi akan menjadi faktor kelebihan berkompetisi. Ketersediaan sarana dan prasarana teknologi telekomunikasi, teknologi komputer dan TI akan menjadi penggerak mula peningkatan kompetensi ini, yang juga sekaligus akan menjadi sarana produksi hingga level global.

Dengan demikian, ketersediaan jaringan telekomunikasi selular, jaringan serat optik dan jaringan satelit akan memudahkan insinyur dalam berkarya. Bung Karno pernah berujar: “ever onward-never retreat”.***

Teknologi Informasi Penggerak Peningkatan Kompetensi Insinyur Bambang Soesijanto

Dari hasil survei di banyak negara maju, konsumsi energi di industri IT (Information Technology), telekomunikasi dan data center, berkisar antara 1- 2 persen dari konsumsi energi nasional. Besaran ini diperkirakan akan meningkat dengan cepat sejalan dengan meningkatnya penetrasi IT dalam berbagai kegiatan manusia. Dengan tingginya kontribusi IT dalam konsumsi energi, maka tinggi pula kontribusi industri IT dalam menambah jumlah CO2 di udara.

Di banyak negara, termasuk Indonesia, biaya energi telah menjadi kontributor besar pada besarnya biaya operasi (OPEX) suatu perusahaan telekomunikasi. Biaya energi bisa berkisar antara 20 sampai 40 persen dari OPEX perusahaan. Semua ini menjadi alasan mengapa banyak perusahaan telekomunikasi (telko) di dunia mencanangkan diri menjadi green company lewat berbagai cara seperti penggunaan sumber energi terbarukan dan penghematan energi. Dengan semakin mahalnya harga energi, sering sekali biaya energi dalam dua tahun menyamai harga peralatan IT yang dipasoknya.

Untuk mengurangi konsumsi energi beserta CO2 yang dibangkitkan, ada empat cara yang bisa dilakukan: (1) menggunakan sumber energi yang ramah lingkungan seperti halnya matahari, angin, mikrohidro, dan biomassa yang tersedia di tempat tersebut, (2) menggunakan sistem catu daya yang efisien, (3) menggunakan peralatan telekomunikasi yang efisien, serta (4) memanfaatkan kemajuan IT untuk bekerja secara efisien.

Indonesia yang terdiri atas banyak pulau menyebabkan perusahaan IT harus banyak menggunakan genset diesel sebagai pembangkit energi listrik. Karena sizing yang kurang sesuai, sering sekali genset diesel bekerja sangat tidak efisien. Sebagai pembanding, rata-rata perusahaan telko memerlukan satu liter BBM untuk menghasilkan satu kWh energi listrik. Sedangkan perusahaan listrik memerlukan BBM sepertiganya untuk energi listrik yang sama. Selain karena

sizing yang kurang sesuai, penyebab lainnya adalah karena kapasitas generator dan jaringan listrik milik perusahaan listrik biasanya jauh lebih besar. Semakin besar kapasitas pembangkit maka semakin efisien pembangkit tersebut.

Pemanfaatan sumber energi lokal non fosil, seperti biomassa, juga bisa membantu ekonomi masyarakat sekitar sentra telekomunikasi. Pemanfaatan sumber energi lokal juga bisa meningkatkan kemandirian energi di daerah tersebut. Ini sangat penting untuk daerah terpencil yang susah transportasinya. Biomassa bisa berupa minyak nabati atau kayu-kayuan dari tumbuh-tumbuhan yang tidak mengganggu pangan. Teknologi yang diperlukan juga sangat sederhana sehingga bisa memberdayakan teknologi yang sudah dikuasai oleh putra-putri Indonesia.

Di dalam banyak industri IT, energi listrik dikonsumsi oleh peralatan IT (40%), air conditioning (50%), dan sisanya untuk penerangan (10%). Besarnya rasio antara energi masuk dibanding energi yang dikonsumsi oleh peralatan IT disebut PUE (Power Usage Effectiveness). Dari banyak survei di negara maju, disebut bagus jika PUE suatu industri IT bernilai kurang dari 2 (dua).

Dari hasil survei di beberapa Sentral Telpon, Base Transceiver Station (BTS), dan pusat data di Indonesia, nilai PUE yang didapat biasanya lebih dari dua. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunakan energi listrik di industri IT di Indonesia masih boros. Penyebab utama dari keborosan ini adalah (1) Masih banyak penggunaan dan sizing peralatan listrik yang kurang efisien, (2) penggunaan peralatan IT dan sistem catu daya yang tidak efisien, (3) desain ruangan dan sistem tata udara yang kurang efisien. Dan (4) belum diterapkannya sistem manajemen energi yang menjamin operasi pada kondisi efisien.

5

Menuju Layanan Telekomunikasi Yang Hemat Energi dan Ramah Lingkungan   Pekik Argo Dahono Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, ITB

Efisiensi sistem tata udara di era sekarang sudah dua kali lebih efisien dibanding era tahun 1990an. Efisiensi sistem catu daya (UPS dan rectifier) era sekarang jauh lebih tinggi dibanding era tahun 1990an. Sekarang banyak tersedia rectifier yang efisiensinya diatas 98 persen. Banyak UPS dan rectifier tersedia dalam bentuk modular, sehingga kapasitas yang dipakai bisa tumbuh sejalan dengan kebutuhan peralatan telekomunikasinya. Sudah tersedia banyak software yang bisa disesuaikan untuk mengendalikan suatu bangunan atau sentra telekomunikasi agar bisa bekerja secara efisien. Oleh sebab itu, sebagai langkah awal, mensyaratkan penggunaan peralatan yang efisiensinya tinggi harus dilakukan oleh semua pihak. Perlu diingat bahwa menghemat daya satu kilowatt jauh lebih mudah dibanding membangkitkan daya satu kilowatt. Borosnya energi di pusat IT di Indonesia juga disebabkan karena terlalu besarnya batere yang digunakan sebagai sumber energi cadangan. Di banyak negara, batere yang digunakan biasanya hanya mampu memasok beban selama 30 menit atau satu jam. Akan tetapi di Indonesia, banyak STO maupun BTS yang baterenya dirancang mampu memasok beban selama empat jam atau lebih. Jika ada genset diesel sebagai sumberdaya cadangan, batere dengan kapasitas 10 menit sudah jauh lebih dari cukup. Saat ini, banyak genset diesel yang mampu bekerja dan beban penuh dalam waktu kurang dari 15 detik. Dengan mesin diesel secepat itu, pemilihan sumber energi cadangan tidak lagi terbatas pada batere asam timbal seperti yang sekarang banyak dipakai.

Selain mahal dan berukuran besar, batere yang terlalu besar juga memboroskan energi yang diperlukan untuk menjaganya agar tetap bermuatan penuh. Selain itu, banyak batere memerlukan sistem pendingin yang boros energi. Untuk jangka waktu beberapa detik, supercpacitor dan flywheel jauh lebih hemat dibanding batere.

Dari banyak survei, pemborosan besar-besaran terjadi pada sistem pendingin. Pendinginan dilakukan di semua ruangan bahkan termasuk ruang batere didinginkan. Saking dinginnya, para pegawai yang bekerja di pusat IT sering harus menggunakan jaket yang tebal. Padahal, yang harus didinginkan adalah peralatan IT atau komputernya, bukan seluruh ruangannya. Karena ruangan dan sistem pendingin tidak didisain dengan baik, sering sekali alatnya masih

kepanasan walaupun ruangnya sudah dingin. Sering sekali sistem pendingin untuk pusat komputer didisain seperti disain pendingin gedung biasa. Ada perbedaan yang mendasar antara pendinginan ruangan biasa dan ruangan komputer. Pada ruangan biasa, hampir semua panas berasal dari udara luar. Sedankan pada ruang komputer, hampir semua panas berasal dari dalam ruangan. Untuk menghemat energi yang diperlukan, sudah banyak tersedia software yang bisa merancang dengan baik secara detil sistem pendingin yang diperlukan oleh pusat komputer. Gunakan peralatan IT yang bisa bekerja tanpa menggunakan sistem pendingin.

Manajemen operasi peralatan ME (Mechanical and Electrical) yang menjamin optimumnya operasi, biasa dikenal sebagai IBMS (Intelligent Building Management System). Sistem ini mampu mengatur AC, lampu, lift, dan peralatan-peralatan lain sehingga secara total selalu efisien. Oleh sebab itu, IBMS layak diterapkan tidak hanya untuk STO, BTS, dan data center, tetapi juga untuk bangunan perkantoran. Dengan IBMS, kita bisa mengurangi konsumsi energi tanpa mengorbankan kwalitas pelayanan.

Untuk menuju green IT, sudah saatnya perusahaan IT memiliki manajer atau direktur yang bertanggung jawab pada masalah energi. Selain untuk mengurangi OPEX, peran IT dan telekomunikasi dalam penghematan energi global akan semakin penting. Direktur ini harus membuat roadmap konsumsi energi, teknologi energi, emisi CO2, dan bisnis energi. Suatu saat, mau tidak mau, perusahaan IT harus mulai masuk dalam bisnis energi berbasis IT atau sekarang dikenal sebagai teknologi smart grid. Jika tidak bergerak ke bisnis energi, mungkin malah perusahaan energi yang masuk ke bisnis IT.

Sebagai catatan akhir, penggunaan peralatan yang efisien dan hemat energi tidak identik dengan mahal. Untuk membandingkannya, kita harus membandingkan biaya kepemilikan selama pusat telekomunikasi atau data tersebut dioperasikan, bukan hanya membandingkan harga belinya. Biaya operasi sering sekali jauh lebih mahal dibanding harga belinya.***

6

7

Kasus penembakan di San bernandino, California, Amerika Serikat, membuat biro penyelidik federal (FBI) harus bekerja lebih keras. Bagaimana tidak, permohonannya kepada pengadilan federal untuk menekan pihak Apple agar mau membuka kunci iPhone milik tersangka penembakan, ditolak. Upaya itu dilakukan karena sistem pengamanan iPhone yang ketat, yang mampu menghapus dataapabila upaya untuk “menjebol” telepon pintar ini gagal hingga 10 kali.

Pihak Apple sendiri, melalui Tim Cook (CEO), memberikan penjelasan bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan Apple karena sangat berbahaya. “Ini sama saja membuat backdoor untuk melakukan peretasan keamanan,” katanya. Jika cara itu digunaka, Apple khawatir akan terjadi “pembobolan” keamanan terhadap iPhone lainnya. Lagipula, tidak mungkin Apple membuat backdoor untuk membobol produknya sendiri. “Ini ibaratnya membuat satu kunci utama (master key) yang bisa dipakai membuka ratusan juta kunci, mulai pintu restoran, bank, toko, hingga rumah,” tambah Cook.

Namun Edward Snowden punya pendapat lain. Ia menyatakan tidak mungkin FBI tidak bisa “membobol” sistem keamananiPhone. “FBI mengatakan bahwa Apple memiliki ‘kemampuan teknis eksklusif; untuk membuka kunci iPhone. Dengan segala hormat, itu hanya omong kosong,” katanya.

Ia menambahkan bahwa FBI punya alternatif lain, di luar meminta langsung kepada Apple. Pembocor dokumen CIA ini, sebelumnya, pernah menjabarkan metode untuk melewati mekanisme pengamanan iPhone.

Intinya dengan metode berulang tertentu, pembobol bisa mendapatkan kombinasi PIN yang cocok. Menurutnya metode ini sudah banyak dilakukan oleh penyedia jasa data recovery. Jadi tidak mungkin lembaga sekelas FBI tidak mampu melakukannya.***

 

KEAMANAN DATA Membobol iPhone, Mudah kah?   Aries R. Prima – Engineer Weekly

Engineer Weekly Pelindung: A. Hermanto Dardak, Heru Dewanto Penasihat: Bachtiar Siradjuddin Pemimpin Umum: Rudianto Handojo, Pemimpin Redaksi: Aries R. Prima, Pengarah Kreatif: Aryo Adhianto, Pelaksana Kreatif: Gatot Sutedjo,Webmaster: Elmoudy, Web Administrator: Zulmahdi, Erni Alamat: Jl. Bandung No. 1, Menteng, Jakarta Pusat Telepon: 021- 31904251-52. Faksimili: 021 – 31904657. E-mail: [email protected]

Engineer Weekly adalah hasil kerja sama Persatuan Insinyur Indonesia dan Inspirasi Insinyur.