DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang...

49
i DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASA PROYEK STUDI Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata Satu (S1) Program Studi Seni Rupa Konsentrasi Desain Komunikasi Visual Disusun oleh Mohamad Ade Iskandar 2411410050 JURUSAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Transcript of DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang...

Page 1: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

i

DIREKTORI PERUPA INDONESIA

DARI MASA KE MASA

PROYEK STUDI Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata Satu (S1)

Program Studi Seni Rupa Konsentrasi Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh

Mohamad Ade Iskandar

2411410050

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

ii

Page 3: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Mohamad Ade Iskandar

NIM : 2411410050

Prodi/ Jurusan : Seni Rupa Kons. DKV, S1/ Seni Rupa

Menyatakan bahwa karya proyek studi ini benar-benar hasil karya saya sendiri. Pendapat

atau temuan orang lain yang terdapat dalam proyek studi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 15 Februari 2017

Mohamad Ade Iskandar

NIM. 2411410050

Page 4: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya”.

(Ir. Soekarno)

Persembahan :

Atas segala karunia Allah SWT, maka

proyek studi ini penulis persembahkan

kepada :

� Orang Tua

� Almamater UNNES

Page 5: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

v

PRAKATA

Alhamdulillah. Atas restu dan ridho Allah SWT, maka penulis dapat

menyelesaikan Proyek Studi yang berjudul “Direktori Perupa Indonesia dari Masa ke

Masa” ini.

Penulis menyadari bahwa ada banyak hambatan serta masalah yang harus dilalui

dalam proses penyusunan Proyek Studi ini. Namun demikian, pada akhirnya penulis

dapat menyelesaikannya berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak di

sekelilingnya.

Berkenaan dengan hal itu maka penulis menyampaikan banyak terima kasih,

khusunya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M. Hum., Rektor UNNES yang telah memberikan

kesempatan terhadap penulis untuk menempuh studi di UNNES

2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni UNNES yang

telah memberikan segala fasilitas akademik dan administratif kepada penulis selama

menempuh studi dan menyelesaikan proyek studi ini.

3. Dr. Syakir, M. Sn., Ketua Jurusan Seni Rupa UNNES yang telah memberikan

layanan akademik dan administratif kepada penulis selama menempuh studi dan

menyelesaikan proyek studi ini.

4. Drs. Purwanto, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar berkenan

membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis hingga laporan ini dapat

terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni UNNES yang telah

memberikan banyak bekal ilmu dan pengetahuan selama penulis menempuh studi di

UNNES.

Page 6: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

vi

6. Kedua orang tua beserta keluarga, yang telah banyak memberi dukungan moril

maupun materiil selama ini.

7. Keluarga besar Seni Rupa UNNES angkatan 2010 yang kendel dan istimewa.

8. Mas Dadang Pribadi (Orart-Oret) dan Mas Donny Hendro (Tandhok Ribs and

Coffee) yang telah memberikan bantuan ruang untuk pelaksanaan pameran Proyek

Studi ini.

9. Mas Miki (Gobleg Art and Coffee), kawan-kawan Krembis serta semua pihak yang

telah memberikan bantuan dan dukungan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Banyak pelajaran yang diperoleh penulis selama pembuatan proyek studi ini.

Beberapa diantaranya tentang kesabaran, ketekunan, dan tanggung jawab dalam

menyelesaikan suatu tugas. Harapan penulis semoga proyek studi ini dapat bermanfaat

bagi berbagai pihak.

Semarang, 15 Februari 2017

Penulis

Page 7: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

vii

SARI

Iskandar, Mohamad Ade. 2017. Direktori Perupa Indonesia dari Masa ke Masa.Proyek Studi. Jurusan Seni Rupa. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas

Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Purwanto, M.Pd.

Kata kunci: Karikatur, Perupa Indonesia.

Minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa seni rupa atau

orang-orang yang berkecimpung di bidang seni rupa serta sedikitnya sumber

pengetahuan yang mengemas tokoh-tokoh kesenirupaan di Indonesia membuat

penulis berpikir tentang perlunya pembuatan sumber pengetahuan alternatif lain

yang mampu mengenalkan dan memberikan informasi tentang perupa-perupa

Indonesia dari beberapa sumber yang sudah ada. “Direktori Perupa Indonesia dari

Masa ke Masa” merupakan sebuah produk berisi beberapa wajah perupa yang

ditampilkan melalui pendekatan karikatural beserta profil singkatnya sebagai hasil

proses kreatif dari proyek studi ini. Direktori ini bisa dijadikan sebagai sumber

informasi dan pengetahuan tentang perupa-perupa Indonesia sesuai dengan

perkembangannya. Selain itu, karya karikatur yang ditampilkan pada direktori

tersebut juga bisa dijadikan sebagai sumber inspirasi oleh pembaca dalam

pembuatan karya karikatur tokoh lainnya. Tujuan dari proyek studi ini adalah

menghasilkan “Direktori Perupa Indonesia dari Masa ke Masa” dengan ilustrasi

tokohnya menggunakan pendekatan karikatural.

Metode yang digunakan dalam berkarya meliputi pemilihan media, teknik

berkarya, dan proses berkarya. Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative), alat (bolpoin, pensil, penghapus, rautan pensil, cutter,

penggaris dan laptop) dan teknik (arsir dan olah digital). Proses berkarya dalam

proyek studi ini terbagi menjadi Sepuluh tahap, (1) Penentuan tokoh (2)

Pemahaman karakter (3) Pencarian referensi gambar (4) Editing foto referensi (5)

Pembuatan sketsa (6) Arsir bolpoin (7) Finishing karya manual (8) Olah digital

(9) Penyajian (10) Publikasi karya.

Proyek studi ini menampilkan Sembilan belas tokoh, yakni Raden Saleh,

Abdullah Suriosubroto, Wakidi, Basoeki abdullah, Henk Ngantung, Agus Djaja, S.

Sudjojono, Otto Djaja, Affandi, Hendra Gunawan, Ahmad sadali, Srihadi Soedarsono,

Amri Yahya, Saptohoedojo, Widayat, F.X. Harsono, Jim Supangkat, Nasirun dan Heri

Dono. Tokoh-tokoh tersebut ditampilkan melalui pendekatan karikatural. Karya aslinya

dibuat pada yellow board berukuran 30 cm x 40 cm dan masing-masing

diaplikasikan pada satu halaman penuh dalam direktori dengan ukuran 15 cm x 20

cm. Setiap tokoh yang ditampilkan memiliki karakter wajah yang berbeda-beda

sehingga menghasilkan karikatur dengan distorsi yang berbeda pula. Foto

referensi yang sebagian besar beresolusi kecil tidak menjadi hambatan bagi

penulis untuk memahami karakter wajah dan menentukan titik-titik pendistorsian

agar tercipta karikatur yang mampu memperkuat karakter wajah dari tokoh yang

ditampilkan. Penulis berharap direktori ini bisa memberi manfaat serta mampu

menjadi sumber inspirasi dalam pembuatan karya lain yang lebih baik.

Page 8: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................ iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... iv

PRAKATA ............................................................................................... v

SARI ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Alasan Pemilihan Tema............................................................... 1

1.2 Alasan Pemilihan Jenis Karya………………………………… 3

1.3 Tujuan Proyek Studi…………………………………………… 5

1.4 Manfaat Proyek Studi………………………………………….. 5

1.4.1 Manfaat Teoritis………………………………………………... 5

1.4.2 Manfaat Praktis………………………………………………... 5

1.4.2.1 Bagi Mahasiswa Seni Rupa……………………………………… 5

1.4.2.2 Bagi Perguruan Tinggi Seni Rupa………………………………. 6

1.4.2.3 Bagi Masyarakat……………………………………………….... 6

1.4.2.4 Bagi Seniman………………………………………………......... 6

1.5 Sasaran Proyek Studi……………………………………………… 6

BAB 2 LANDASAN KONSEPTUAL………………………………….. 7

2.1 Konsep Direktori dan Karikatur……………………………… 7

Page 9: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

ix

2.1.1 Pengertian Direktori …………………………………………… 7

2.1.2 Fungsi Direktori………………………………………………... 8

2.1.3 Pengertian Karikatur………………………………………….. 9

2.1.4 Ragam Bentuk Karikatur……………………………………............ 11

2.1.5 Prinsip Menggambar Karikatur…………………………........…….. 12

2.1.6 Syarat-syarat dan Kode Etik Karikatur……………………… 14

2.1.7 Unsur-unsur Rupa dalam Karikatur……………………......... 17

2.1.7.1 Garis…………………………………………………………….... 17

2.1.7.2 Warna……………………………………………………….......... 18

2.1.7.3 Tekstur……………………………………………………………. 19

2.1.8 Prinsip-Prinsip Desain………………………………………….. 19

2.1.8.1 Kesatuan (unity) ……………………………………………….... 20

2.1.8.2 Keserasian (harmony) …………………………………………... 20

2.1.8.3 Dominasi (domination) …………………………………………. 21

2.1.8.4 Keseimbangan (balance) ……………………………………….. 21

2.1.8.5 Kesebandingan (proporsion) …………………………………… 22

2.2 Perupa Indonesia……………………………………………….……… 23

2.2.1 Masa Perintisan………………………………………………………… 24

2.2.2 Masa Indonesia Molek (Mooi Indie)…………………………..……… 24

2.2.3 Masa PERSAGI………………………………………………..………. 25

2.2.4 Masa Pendudukan Jepang…………………………………….……… 25

2.2.5 Masa Revolusi Fisik……………………………………...........……… 26

2.2.6 Masa 60-an……………………………………………………………… 26

2.2.7 Pasca G30S-PKI…………………………………………………….…. 27

Page 10: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

x

2.2.8 Masa 70-an………………………………………………………….…. 27

2.2.9 Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia………..………………………. 28

2.2.10 Masa Seni Rupa Kontemporer Indonesia……………………......... 29

BAB 3 METODE BERKARYA……………………………………….. 30

3.1 Media Berkarya…………………………………………………........ 30

3.1.1 Bahan…………………………………………………………..……… 30

3.1.1.1 Yellow board…………………………………………………….......... 30

3.1.1.2 Fiksatif (Fixative) ……………………………………………………... 30

3.1.2 Alat…………………………………………………………………….. 31

3.1.2.1 Bolpoin…………………………………………………………...……. 31

3.1.2.2 Pensil…………………………………………………………………… 31

3.1.2.3 Penghapus……………………………………………………………… 31

3.1.2.4 Rautan pensil…………………………………………………………… 32

3.1.2.5 Cutter…………………………………………………………………… 32

3.1.2.6 Penggaris……………………………………………………………….. 32

3.1.2.7 Laptop………………………………………………………………….. 32

3.2 Teknik Berkarya………………………………………………..…….. 33

3.3 Proses Berkarya………………………………………………………. 33

3.3.1 Tahap Penentuan Tokoh……………………………………..……… 34

3.3.1.1 Raden Saleh…………………………………………………..…….. 34

3.3.1.2 Abdullah Suriosubroto……………………………………………… 34

3.3.1.3 Wakidi………………………………………………………………. 35

3.3.1.4 Basoeki Abdullah…………………………………………………… 35

3.3.1.5 Henk Ngantung……………………………………………………… 36

3.3.1.6 Agus Djaja…………………………………………………………... 36

Page 11: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

xi

3.3.1.7 S. Sudjojono……………………………………………………….… 37

3.3.1.8 Otto Djaja…………………………………………………………… 37

3.3.1.9 Affandi…………………………………………………………….… 38

3.3.1.10Hendra Gunawan…………………………………………….…………. 39

3.3.1.11Ahmad Sadali……………………………………………………….….. 40

3.3.1.12Srihadi Soedarsono ………………………….…………………….. 41

3.3.1.13Jim Supangkat…………………………………………………..………. 42

3.3.1.14F. X. Harsono…………………………………………………..….…… 43

3.3.1.15Nasirun ……………………………………………………..……..…… 44

3.3.1.16Heri Dono………………………………………………..………...…… 45

3.3.1.17Widayat………………………………………………………..…..…… 46

3.3.1.18Amri Yahya…………………………………………………..………… 48

3.3.1.19Saptohoedojo………………………………………….…………..…… 49

3.3.2 Tahap Pemahaman Karakter Wajah………………………………. 51

3.3.3 Pencarian Referensi Gambar…………………………………...…… 52

3.3.4 Editing Foto Referensi…………………………………………...…… 52

3.3.5 Pembuatan Sket...………………………………………………..…… 53

3.3.6 Arsir bolpoin……………………………………………………...…… 55

3.3.7 Tahapan Akhir (Finishing) Karya Manual…………………….…… 56

3.3.8 Tahap Olah Digital……………………………………………….…… 56

3.3.9 Tahap Penyajian………………………………………………….…… 57

3.3.10 Tahap Publikasi Karya…………………………………..…….. 59

3.3.10.1 Pra-Pameran…………………………………………....... 60

3.3.10.2 Pelaksanaan Pameran…………………….……………… 61

3.3.10.3 Pasca-Pameran………………………………………..….. 62

Page 12: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

xii

BAB 4 HASIL KARYA………………………………………………… 64

4.1 Cover Depan…………………………………………………….. 64

4.1.1 Keterangan………………………………………………………. 65

4.1.2 Deskripsi…………………………………………………………. 65

4.1.3 Analisis…………………………………………………………… 66

4.2 Cover Belakang………………………………………………….. 68

4.2.1 Keterangan………………………………………………………. 68

4.2.2 Deskripsi…………………………………………………………. 69

4.2.3 Analisis…………………………………………………………… 69

4.3 Punggung Buku…………………………………………………. 70

4.3.1 Keterangan………………………………………………………. 71

4.3.2 Deskripsi…………………………………………………………. 71

4.3.3 Analisis…………………………………………………………… 71

4.4 Halaman Judul…………………………………………………... 72

4.4.1 Keterangan………………………………………………………. 72

4.4.2 Deskripsi…………………………………………………………. 72

4.4.3 Analisis…………………………………………………………… 73

4.5 Halaman Hak Cipta (Copyright) ……………………………….. 74

4.5.1 Keterangan ………………………………………………………. 74

4.5.2 Deskripsi…………………………………………………………. 74

4.5.3 Analisis…………………………………………………………… 75

4.6 Prakata…………………………………………………………… 75

4.6.1 Keterangan………………………………………………………. 76

Page 13: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

xiii

4.6.2 Deskripsi…………………………………………………………. 76

4.6.3 Analisis…………………………………………………………… 76

4.7 Daftar Isi…………………………………………………………. 77

4.7.1 Keterangan………………………………………………………. 77

4.7.2 Deskripsi…………………………………………………………. 77

4.7.3 Analisis…………………………………………………………… 78

4.8 Isi…………………………………………………………………. 78

4.8.1 Keterangan………………………………………………………. 79

4.8.2 Deskripsi…………………………………………………………. 79

4.8.3 Analisis…………………………………………………………… 80

4.8.3.1 Raden Saleh…………………………………………………… 82

4.8.3.2 Abdullah Suriosubroto………………………………………. 84

4.8.3.3 Wakidi…………………………………………………………. 86

4.8.3.4 Basoeki Abdullah…………………………………………….. 88

4.8.3.5 Henk Ngantung………………………………………………... 90

4.8.3.6 Agus Djaja…………………………………………………….. 92

4.8.3.7 S. Sudjojono…………………………………………………... 94

4.8.3.8 Otto Djaja……………………………………………………... 96

4.8.3.9 Affandi………………………………………………………... 98

4.8.3.10 Hendra Gunawan…………………………………………. 100

4.8.3.11 Ahmad Sadali…………………………………………….. 102

4.8.3.12 Srihadi Soedarsono ……………………………………. 104

4.8.3.13 Amri Yahya………………...……………………………. 106

Page 14: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

xiv

4.8.3.14 Saptohoedojo……………………………………………. 108

4.8.3.15 Widayat………………………………………………….. 110

4.8.3.16 F.X. Harsono…………………………………………….. 112

4.8.3.17 Jim Supangkat…………………………………………… 114

4.8.3.18 Nasirun…………………………………………………... 116

4.8.3.19 Heri Dono……………………………………………….. 118

4.9 Daftar Pustaka………………………………………………….. 121

4.9.1 Keterangan……………………………………………………… 121

4.9.2 Deskripsi…………………………………………………………. 121

4.9.3 Analisis…………………………………………………………… 122

4.10 Profil Penulis…………………………………………………….. 122

4.10.1 Keterangan………………………………………………………. 122

4.10.2 Deskripsi…………………………………………………………. 123

4.10.3 Analisis…………………………………………………………… 123

BAB 5 PENUTUP………………………………………………………. 124

5.1 Simpulan…………………………………………………………. 124

5.2 Saran…………………………………………………………….. 125

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 126

LAMPIRAN……………………………………………………………… 127

Page 15: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bentuk Dasar Wajah dalam Karikatur ……..……………………...... 13

Gambar 2. Contoh Gambar Tokoh Berkarakter …..…...............……………….. 51

Gambar 3. Otto Djaja dan Sket Karikaturalnya …..…………………………….. 54

Gambar 4. Sket dan Gambar Potret Karikatural Otto Djaja …..………………... 55

Gambar 5. Tahap Olah Digital pada Adobe Photoshop …………………….….. 56

Gambar 6. Tampilan Potret Karikatur di dalam Direktori …….……………….. 57

Gambar 7. Tampilan Karya Asli dalam Display Pigura ……………………….. 58

Gambar 8. Cover Depan Direktori ………………………………………...….... 64

Gambar 9. Cover Belakang Direktori ……………….………………………..... 68

Gambar 10. Punggung Buku Direktori ……………….………...…………….... 70

Gambar 11. Halaman Judul ……………….………………………………….... 72

Gambar 12. Tampilan Antara Halaman Belakang Cover-

dengan Halaman Judul…………………........................................……….......... 73

Gambar 13. Halaman Copyright………………………………….......……….... 74

Gambar 14. Tampilan Prakata ………………………………….........……….... 75

Gambar 15. Tampilan Daftar Isi …………………………………......……….... 77

Gambar 16. Tampilan Isi Direktori ……………………………….....……….... 78-79

Gambar 17. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Raden Saleh………………………………………...………………...……….... 82

Gambar 18. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Abdullah Suriosubroto…………...…………………………………...……….... 84

Gambar 19. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Wakidi …………...……………….…………...……………………………….. 86

Page 16: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

xvi

Gambar 20. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Basoeki Abdullah…………...……………….…………...…………...……….... 88

Gambar 21. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Henk Ngantung…………...……………….…………...……………...……….... 90

Gambar 22. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Agus Djaja…………...……………….…………...…………………..……….... 92

Gambar 23. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

S. Sudjojono…………...……………….…………...………………...……….... 94

Gambar 24. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Otto Djaja…………...……………….…………...…………………...……….... 96

Gambar 25. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Affandi…………...……………….…………...……………………...……….... 98

Gambar 26. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Hendra Gunawan…………...……………….…………...…………………….... 100

Gambar 27. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Ahmad Sadali…………...……………….…………...……………….……….... 102

Gambar 28. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Srihadi Soedarsono…………...……………….…………...………….……….... 104

Gambar 29. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Amri Yahya…………...……………….…………...………………………….... 106

Gambar 30. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Saptohoedojo…………...……………….…………...………………..……….... 108

Gambar 31. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Widayat…………...……………….…………...……………………...……….... 110

Page 17: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

xvii

Gambar 32. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

F.X. Harsono…………...……………….…………...………………...……….... 112

Gambar 33. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Jim Supangkat…………...……………….…………...……………….……….... 114

Gambar 34. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Nasirun…………...……………….…………...……………………………….... 116

Gambar 35. Referensi dan Gambar Potret Karikatural-

Heri Dono…………...……………….…………...…………………...……….... 118

Gambar 36. Tampilan Daftar Pustaka ……...…….…………………..……….... 121

Gambar 37. Tampilan Profil Penulis…...…...…….…………………...……….... 122

Page 18: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.5 Alasan Pemilihan Tema

Minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa seni rupa atau

orang-orang yang berkecimpung di bidang seni rupa serta sedikitnya sumber

pengetahuan yang mengemas dan menampilkan wajah tokoh-tokoh kesenirupaan

di Indonesia membuat penulis berpikir tentang perlunya pembuatan sumber

pengetahuan alternatif lain dari beberapa sumber yang sudah ada. Untuk

memberikan pengetahuan tentang tokoh kesenirupaan, tentunya harus melalui

proses pengenalan. Hal pokok yang sangat erat berkaitan dengan proses

pengenalan tersebut salahsatu yang paling utama adalah melalui wajah. Wajah

manusia merupakan objek yang cukup menarik untuk dijadikan sumber inspirasi

dalam pembuatan karya seni dan juga sebagai objek pengenalan tokoh. Oleh

karena itu, dalam proyek studi ini penulis menjadikan wajah tokoh sebagai

sumber inspirasi dalam pembuatan karyanya. Karya proyek studi yang dibuat oleh

penulis adalah gambar potret dengan pendekatan karikatural dari wajah perupa-

perupa Indonesia yang berperan dan cukup dikenal dalam perkembangan sejarah

seni rupa di Indonesia. Sekalipun semua seniman yang ditampilkan dalam proyek

studi tersebut berasal dari Indonesia, akan tetapi masing-masing dari mereka pasti

memiliki ciri khas atau karakter yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang

lainnya. Masing-masing karakter tersebut misalnya ada yang memiliki kumis, ada

yang memiliki jenggot, ada yang berkacamata, ada yang sering mengenakan

Page 19: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

2

aksesoris-aksesoris khusus, dan sebagainya. Dari beberapa karakteristik tersebut,

maka penulis berpikir bahwa akan menjadi baik jika kemudian masing-masing

karakter itu ditonjolkan dalam pembuatan karya potret dengan pendekatan

karikatural yang menampilkan tokoh-tokoh perupa Indonesia dan kemudian

diaplikasikan dalam direktori yang disertai dengan penjelasan tentang profil dari

masing-masing seniman tersebut sehingga mudah dikenali oleh orang banyak.

Seni rupa di Indonesia saat ini telah melalui perjalanan yang cukup

panjang dengan melihat beberapa masa yang disebutkan dalam berbagai sumber

yang menerangkan tentang pembabakan seni rupa seiring dengan berjalannya

waktu sampai saat ini. Beberapa masa tersebut antara lain Masa Perintisan yang

dipelopori oleh Raden Saleh, seorang pribumi yang mampu melukis dengan gaya

barat, setelah itu ada Mooi Indie yang digerakkan oleh Wakidi, Basuki Abdullah

dan lainnya dengan karya-karya yang menampilkan keindahan, berikutnya adalah

Masa PERSAGI yang dipelopori oleh S. Soedjojono, Agus Djajasuminta dan

lainnya dengan karya yang menonjolkan nilai psikologis dan perjuangan,

kemudian dilanjutkan dengan Masa Pendudukan Jepang, Masa Revolusi Fisik,

Masa 60-an, Pasca G30S-PKI, Masa 70-an, Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia

dan Masa Kontemporer Seni Rupa Indonesia. Semua masa itu kemudian

dipaparkan secara lebih mendetail dalam landasan konseptual pada bab

berikutnya.

Direktori perupa Indonesia dari masa ke masa merupakan tema yang

menurut penulis paling tepat untuk diangkat karena produk yang dihasilkan dalam

proyek studi ini bisa dijadikan sebagai sumber informasi dan pengetahuan

Page 20: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

3

terhadap orang banyak, khususnya mahasiswa seni rupa atau orang-orang yang

berkecimpung di dunia seni rupa tentang perupa-perupa Indonesia yang pernah

ada sebelumnya hingga saat ini dalam perkembangan seni rupa Indonesia dari

masa ke masa. Selain itu, karya potret dengan pendekatan karikatural yang

dihasilkan dan diaplikasikan dalam direktori tersebut juga bisa dijadikan sebagai

sumber inspirasi oleh pembaca dalam pembuatan karya karikatural tokoh lainnya.

1.6 Alasan Pemilihan Jenis Karya

Ada kesamaan dalam struktur penyusun wajah manusia, yaitu dua mata,

satu hidung, satu mulut, dua pipi, dan sebagainya yang rata-rata dimiliki oleh

manusia pada umumnya. Namun, dari beberapa kesamaan tersebut pasti ada

sesuatu yang bisa dijadikan sebagai pembeda. Beberapa hal yang dapat

menimbulkan perbedaan pada tiap-tiap karakter wajah manusia misalnya

perbedaan DNA, jenis kelamin, suku, ras (asia, negroid, mongoloid, kauaksoid,

melanesia, aria, dan sebagainya) dimana masing-masing ras memiliki ciri fisik

seperti wajah dan tubuh yg berbeda satu sama lain.

Seringkali seseorang menghafal orang lain dengan mengingat-ingat

sesuatu yang menjadi ciri khas atau karakter yang paling menonjol dari orang lain

yang dikenalinya. Misalnya kita mengenali beberapa selebriti di Indonesia dengan

mengingat ciri yang terlihat dari wajahnya seperti Tukul Arwana yang memiliki

gigi cenderung lebih menonjol dengan kumis seperti ikan lele dan potongan

rambut yang rata pada bagian atasnya, atau kita mengenal Almarhum Jojon

sebagai seorang pelawak yang memiliki kumis unik, dengan rambut yang disisir

belah tengah dan sering kali menggunakan celana yang memiliki pengait (celana

Page 21: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

4

monyet) dengan panjang celana yang tanggung, dan lain sebagainya. Dari apa

yang tertulis sebelumnya, penulis berpikir bahwa dengan menonjolkan ciri khas

yang ada pada wajah seseorang, maka akan lebih mudah mengenalkan orang-

orang atau figur yang belum pernah dikenali oleh orang banyak. Penonjolan

karakter tersebut bisa dilakukan dengan cara visualisasi wajah seseorang yang

akan dikenalkan dengan melakukan proses pendistorsian pada bagian wajah yang

dianggap sebagai ciri khas dari seseorang tersebut. Dan itu bisa dilakukan dengan

cara pembuatan karya gambar potret dengan pendekatan karikatural yang

kemudian diaplikasikan pada sebuah direktori yang berisi profil dari seseorang

yang akan dikenalkan tersebut.

Dalam benak penulis, pembuatan gambar potret dengan pendekatan

karikatural perupa Indonesia merupakan salahsatu cara yang tepat dalam rangka

pengenalan figur-figur yang belum pernah dikenali oleh banyak orang, khususnya

para mahasiswa seni rupa yang kurang memahami tentang sejarah seni rupa dan

siapa saja yang pernah berperan dalam perkembangan sejarah seni rupa di

Indonesia serta bagaimana wajah dari masing-masing perupa tersebut.

Dalam pembuatan proyek studi ini, penulis menggunakan media tinta

bolpoin yang digoreskan pada kertas yellow board dengan teknik drawing dan

kemudian diolah secara digital supaya bisa aplikasikan dalam buku direktori yang

berisi kumpulan beberapa gambar potret dengan pendekatan karikatural perupa

Indonesia dari masa ke masa beserta penjelasan tertulis tentang profil perupa yang

ditampilkan dalam buku tersebut. Penjelasan secara tertulis ini bertujuan untuk

menunjang isi dari kumpulan gambar yang ada sehingga informasi atau

Page 22: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

5

pengetahuan yang disampaikan akan lebih banyak dan berbobot, tidak sekadar

menampilkan suatu gambar tanpa penjelasan yang bisa diketahui oleh

pembacanya.

1.7 Tujuan Proyek Studi

Tujuan dari proyek studi yang berjudul “Direktori Perupa Indonesia dari

Masa ke Masa” ini adalah menghasilkan direktori perupa Indonesia dari masa ke

masa dengan ilustrasi tokoh menggunakan pendekatan karikatural.

1.8 Manfaat Proyek Studi

1.8.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, proyek studi yang dilakukan penulis ini menghasilkan

direktori perupa Indonesia dari masa ke masa yang memaparkan tentang profil-

profil perupa Indonesia secara singkat dengan didukung visualisasi tokohnya

dalam bentuk ilustrasi wajah melalui pendekatan karikatural yang dibuat secara

manual oleh penulis sendiri.

1.8.2 Manfaat Praktis

1.8.2.1 Bagi Mahasiswa Seni Rupa

Direktori perupa Indonesia dari masa ke masa ini bisa menambah

pengetahuan mahasiswa tentang profil-profil perupa Indonesia yang pernah

berperan dalam perkembangan sejarah seni rupa di Indonesia dan juga mampu

mengenali wajah tokohnya melalui karakter-karakter yang ditonjolkan dalam

ilustrasi pendukungnya.

Page 23: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

6

1.4.2.5 Bagi Perguruan Tinggi Seni Rupa

Direktori ini bisa menjadi masukan positif terhadap perguruan tinggi

sebagai media alternatif yang mampu memberikan tambahan pengetahuan

terhadap orang-orang di dalamnya sehingga secara tidak langsung dapat

meningkatkan kualitas perguruan tinggi tersebut.

1.4.2.6 Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui sejarah seni rupa Indonesia secara lebih

mendalam serta memahami tokoh-tokoh perkembangannya melalui pemaparan

dan ilustrasi wajah yang disertakan melalui pendekatan karikatural sehingga

dengan mudah dapat mengenali dan mengingat tokoh-tokoh tersebut.

1.4.2.7 Bagi Seniman

Selain mengenali dan memahami tokoh perupa yang ditampilkan, seniman

juga bisa menjadikan direktori ini sebagai salahsatu referensi dalam pembuatan

karya karikatur yang akan dibuatnya dengan menganalisis dan memahami hal-hal

apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan karya karikatur.

1.9 Sasaran Proyek Studi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pembuatan direktori dalam

proyek studi ini ditujukan untuk kalangan mahasiswa seni rupa atau orang-orang

yang telah berkecimpung dalam dunia seni rupa tetapi masih belum mengenali

wajah dan profil dari perupa-perupa Indonesia, khususnya perupa-perupa

terdahulu.

Page 24: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

7

BAB 2

LANDASAN KONSEPTUAL

2.1 Konsep Direktori dan Karikatur

2.1.1 Pengertian Direktori

Dalam beberapa sumber, direktori memiliki definisi yang bermacam-

macam, tetapi pada dasarnya semua itu merujuk pada inti yang sama. Adapun

definisi yang didapat misalnya dalam Wikipedia bahasa Indonesia, direktori

diartikan sebagai komponen dari sistem berkas yang mengandung satu berkas atau

lebih, atau satu direktori lainnya atau lebih yang disebut dengan subdirektori.

Batasan jumlah berkas atau subdirektori yang dapat ditampung dalam sebuah

direktori tergantung dari sistem berkas yang digunakan, meskipun sebagian sistem

berkas tidak membatasinya (batasan tersebut disebabkan ukuran media

penyimpanan dimana direktori berada). Sebuah direktori yang mengandung satu

direktori atau lebih disebut parent directory dari direktori-direktori yang

dikandung di dalam direktori-direktori tersebut dan setiap direktori yang

dikandung di dalam direktori disebut sebagai child directory. Struktur direktori

seperti ini lazim disebut sebagai struktur hierarkis direktori atau sering juga

disebut sebagai pohon direktori. Direktori buku rujukan jenis ini berisi informasi

mengenai nama lengkap, alamat, nomor telepon, kegiatan/profesi seseorang atau

suatu lembaga/badan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Direktori, diakses pada 23

April 2015 Pukul 09:05 WIB).

Page 25: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

8

Selain dari Wikipedia bahasa Indonesia yang disebutkan di atas, ada juga

definisi lain tentang direktori, yaitu tertulis dalam ALA Glossary of Library yang

menyebutkan bahwa direktori merupakan koleksi rujukan yang memuat nama-

nama atau organisasi yang disusun secara sistematis, biasanya menurut abjad atau

golongan, dilengkapi dengan alamat, kegiatan dan data lain.

(http://intanpujilestari.blogspot.com/2012/11/pengertian-direktori.html, diakses

pada 23 April 2015 Pukul 07:09 WIB).

Dari dua definisi yang didapat dari dua sumber di atas, penulis mencoba

menarik kesimpulan tentang definisi direktori tersebut yaitu suatu berkas yang

berisi informasi tentang data seseorang, badan atau lembaga yang tersusun secara

sistematis dan biasanya mencakup nama lengkap, alamat, nomor telepon,

kegiatan/profesi serta data-data personal lainnya. Dalam proyek studi ini, penulis

bermaksud membuat direktori yang berisi profil-profil perupa Indonesia yang

diurutkan sesuai dengan pembabakan perkembangan sejarah seni rupa Indonesia

disertai dengan gambar wajah perupanya melalui pendekatan karikatural yang

menonjolkan karakter dari wajah perupa tersebut sebagai media pengenalan

terhadap pembacanya.

2.1.2 Fungsi Direktori

Dari beberapa hal yang telah dipaparkan sebelumnya, selain kesimpulan

tentang definisi, penulis juga dapat menarik kesimpulan tentang fungsi dari

direktori yang secara umum untuk mempermudah proses kegiatan. Direktori

dibuat dengan maksud supaya bisa digunakan untuk mendapatkan informasi

mengenai profil seseorang atau lembaga tertentu sehingga akan mempermudah

Page 26: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

9

proses yang berkaitan dengan profil seseorang atau lembaga yang tercantum di

dalamnya. Dalam proyek studi ini, fungsi direktori yang dibuat oleh penulis

adalah menyampaikan pengetahuan yang berkaitan dengan profil perupa

Indonesia dari masa ke masa disertai dengan pengenalan wajah perupa yang

tercantum didalamnya melalui karya karikatur yang dibuat manual oleh penulis

sendiri.

2.1.3 Pengertian Karikatur

Secara singkat, karikatur merupakan bagian dari kartun. Kartun diartikan

sebagai gambar lucu atau dilucukan yang bertujuan untuk menghibur

penikmatnya. Karikatur merupakan bagian dari kartun yang dalam eksekusinya

seringkali berisi muatan pesan. Kartun dan karikatur penyampaiannya berbeda.

Biasanya kartun disampaikan dengan memasukkan cerita di dalamnya, sedangkan

karikatur tidak demikian. Karikatur lebih menekankan pada ekspresi visualnya,

tentu saja bisa juga dengan sisipan humor yang bertujuan untuk mengibur

penikmatnya.

Karikatur berasal dari kata caricature (bahasa Inggris), carikatuur (bahasa

Belanda), karikatur (bahasa Jerman), caricare (bahasa Italia) yang mempunyai

arti memuat atau berisi, dalam hal ini memuat berlebihan (Sibarani 2001:11). Kata

caricare sebenarnya mengandung arti gambar wajah yang didistorsikan,

diplesetkan atau dipletotkan secara karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si

pemilik wajah.

Seni mendistorsi wajah ini sudah berkembang di Eropa sejak abad ke-17

bersamaan dengan berkembangnya media cetak pada saat itu. Peranan wajah

Page 27: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

10

dalam karikatur sangat penting karena dalam pembuatan karikatur wajah sangat

dominan untuk pendistorsian bila hendak menggambarkan watak seseorang, cara-

cara manusia itu dengan ciri-cirinya yang khas, ditonjolkan (Sibarani dalam

Muharrar, 2003:29).

Karikatur secara lebih lanjut dapat kita pahami sebagai ungkapan yang

berusaha melebihkan karakteristik atau sesuatu yang menjadi ciri khas dari orang

terkenal dengan melakukan penyimpangan terhadap ukuran normal. Biasanya

hanya dilakukan terhadap wajah, tetapi ini bukan suatu kemutlakan (Richardson,

1997:13).

Dalam pembuatan karikatur ada dua unsur yang bisa ditampilkan yaitu

adanya satire dan unsur distorsi. Satire seringkali diartikan sebagai ironi, suatu

tragedi komedi atau parodi. Sesuatu yang sesungguhnya janggal, absurd, yang

bisa menertawakan tapi juga bisa memprihatinkan atau menyedihkan (Sibarani

dalam Muharrar, 2003:29).

Ketika diamati, banyak yang berpendapat bahwa karikatur merupakan

gambar wajah yang aneh dan menggelikan dari seseorang yang seringkali

ditampilkan dengan cara melebih-lebihkan ciri khas dari tokoh yang ditampilkan,

misalnya pada mata, hidung, bibir, gaya rambut, dan sebagainya. Seringkali tokoh

yang ditampilkan dalam karya karikatur merupakan tokoh yang tidak asing bagi

orang banyak, misalnya selebritis, politikus, olahragawan, seniman dan

sebagainya.

Simpulan singkat dari penulis terkait beberapa penjelasan di atas adalah

pada dasarnya kartun dan karikatur dibuat dengan tujuan yang sama, yaitu untuk

Page 28: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

11

menghibur. Namun, tentu saja ada perbedaan di antara keduanya. Kartun dalam

penyampaiannya cenderung menitikberatkan pada cerita yang dimuat, sedangkan

karikatur lebih menonjolkan visualisasi karakter tokoh yang ditampilkan melalui

proses distorsi. Dalam proyek studi ini penulis menampilkan visualisasi tokoh

melalui distorsi wajah dari perupa-perupa Indonesia yang bertujuan untuk

mengenalkan, memberikan informasi dan pengetahuan tentang tokoh-tokoh

tersebut melalui gambar potret dengan pendekatan karikatural yang diaplikasikan

pada direktori yang dibuat sebagai produk dari proyek studi yang dilakukan oleh

penulis sendiri.

2.1.8 Ragam Bentuk Karikatur

Karikatur menurut Sibarani, (2001:30) dapat dibagi dalam 3 kategori,

yaitu personal caricature (karikatur perseorangan/pribadi), social caricature

(karikatur sosial) dan political caricature (karikatur politik). Personal Caricature

(Karikatur Perseorangan/Pribadi) seringkali ditampilkan tanpa kehadiran objek

lain atau situasi di sekelilingnya secara karikatural dengan mengekspose ciri-

cirinya dalam bentuk wajah atau kebiasaanya. Berikutnya adalah Social

Caricature (Karikatur Sosial), biasanya karikatur ini mengangkat persoalan atau

tema masyarakat yang menyinggung rasa keadilan sosial. Misalnya perbedaan

mencolok antara golongan miskin dengan kaya. Yang terakhir yaitu Political

Caricature (Karikatur Politik), Merupakan karikatur yang mengangkat persoalan

politik, disamping menyisakan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan, maka

persoalan politik juga termasuk dalam karikatur sosial. Karikatur politik lebih

Page 29: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

12

banyak mengkhususkan atau mengupas tuntas tentang kejadian – kejadian politik

dengan berbagai aktivitas di dalamnya.

Dalam proyek studi ini, penulis akan menampilkan karya yang termasuk

dalam Karikatur Perseorangan dengan membuat gambar potret melalui

pendekatan karikatural dari perupa-perupa dalam perkembangan seni rupa

Indonesia yang kemudian diaplikasikan dalam direktori sebagai produk akhir

proyek studi yang dilakukan penulis.

2.1.9 Prinsip Menggambar Karikatur

Karikatur menampilkan wajah yang telah melalui proses deformasi, yaitu

perubahan susunan bentuk yang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan

seni, yang sering terkesan sangat kuat/besar sehingga kadang-kadang tidak lagi

berwujud figur semula atau yang sebenarnya, sehingga hal ini akan memunculkan

figur/karakter baru yang lain dari sebelumnya (Susanto, 2011:215). Adapun cara

mengubah bentuk bisa dilakukan dengan cara simplifikasi (penyederhanaan),

distorsi (pembiasan), distruksi (perusakan), stilisasi (penggayaan) atau kombinasi

dari beberapa cara tersebut (Susanto, 2011:98).

Dalam proses pembuatan karikatur yang baik, untuk mampu melebih-

lebihkan karakter gambar yang sebenarnya proporsional, anatomis, cantik atau

tampan agar bisa diterjemahkan dalam seraut wajah yang tidak proporsional atau

dilebih-lebihkan itu diperlukan latihan pengamatan yang intensif. Hal ini

dilatarbelakangi alasan bagaimana menciptakan gambar dari goresan pensil atau

media lainnya bisa membentuk wajah yang distorsif, diplesetkan, ditambah atau

dikurangi, tetapi tidak menghilangkan karakter tokoh yang digambarkan.

Page 30: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

13

Wajah memiliki ciri utama, yaitu mata, alis, hidung, mulut, pipi, dagu dan

dahi yang merupakan bagian terpenting dari suatu wajah. Unsur-unsur inilah yang

biasa dijadikan objek distorsi dalam pembuatan suatu karya karikatur, tentu saja

dengan mempertimbangkan beberapa hal. Pertimbangan dalam pendistorsian ini

biasanya terkait tentang ciri fisik yang tampak pada wajah, yang menjadi karakter

dan terlihat menonjol dari wajah tersebut. Selain itu juga bisa saja melebih-

lebihkan ekspresi atau mimik wajah yang ditampilkan.

Wajah yang dimiliki manusia memiliki kecenderungan bentuk yang

bermacam-macam, misalnya oval, bundar, segitiga, segiempat, bengkok, atau

persegi panjang. Namun, seringkali banyak juga bentuk wajah yang digambar

lebih bebas dari bentuk-bentuk dasar yang disebutkan tersebut.

Gambar 1. “Bentuk Dasar Wajah dalam Karikatur : Bulat, Oval, Segitiga, Segi Empat, Persegi

Panjang, Bebas”.

Page 31: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

14

Terkadang seorang karikaturis tak mau terikat dengan bentuk dasar

tersebut, bahkan bisa saja bentuk wajah yang ada akan dibuat sedemikian rupa

demi menampilkan karakter yang lebih kuat dari tokoh yang digambarkan.

Misalnya karakter wajah tokoh yang cenderung lonjong akan dipadukan dengan

bentuk segitiga atau bentuk lain dengan maksud menonjolkan karakter yang lebih

kuat dari bentuk dasar yang ada pada wajah sesuai dengan kemampuan

berimajinasi dari karikaturis tersebut.

Selain bentuk wajah, ekspresi wajah juga cukup penting untuk

diperhatikan dalam pembuatan karikatur, hal ini dimaksudkan supaya karikatur

yang dibuat akan lebih berbobot. Beberapa ekspresi wajah tersebut misalnya

ekspresi marah, tertawa, kesakitan, frustasi, atau ekspresi lainnya. Untuk

menunjukkan ekspresi wajah yang tepat, penarikan garis pada bagian-bagian

wajah misalnya, mulut, mata, alis atau yang lainya harus terbaca jelas. Hal ini

dikarenakan dalam menampilkan ekspresi wajah terkadang karikaturis merasa

kesulitan dalam menggambarkan beberapa ekspresi, misalnya ekspresi kecewa,

frustasi, tersenyum kecut, atau yang lainnya.

2.1.10 Syarat-syarat dan Kode Etik Karikatur

Adapun syarat-syarat karikatur antara lain kualitas gambar harus baik, hal

ini sangat dipengaruhi oleh keterampilan kartunis dalam menggambar dan teknik

yang digunakan. Selain itu juga tidak vulgar, maksudnya sekalipun karikatur yang

dibuat berisi kritikan, diupayakan dalam pembuatannya karikatur harus mampu

membuat tersenyum seseorang yang dikritisi melalui gambar tersebut. Sekalipun

dengan senyum yang kecut, akan tetapi tidak tersinggung secara berlebihan.

Page 32: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

15

Selain mampu membuat senyum orang yang dikritisi juga masyarakat banyak

karena aspirasinya bisa tersampaikan, tidak lupa pula bagi karikaturis yang

membuatnya karena tidak perlu takut tertangkap aparat yang berwenang. Yang

terakhir adalah Komunikatif, Karikatur merupakan gambar yang berfungsi

menyampaikan informasi tentang suatu hal yang menarik untuk diketahui, bisa

saja mengenai fenomena politik, sosial, budaya, bahkan tentang seorang tokoh,

dan lainnya. Maka dalam pembuatannya, karikatur harus jelas dan mudah

dipahami (Sudharta dalam Kuswanto, 2010:15).

Karikaturis barat sering kali menggambarkan wajah seorang tokoh yang

menjadi objeknya dalam distorsi bentuk atau rupa yang sangat ekstrim. Hal

tersebut tentu tidak dimaksudkan untuk menjatuhkan atau menghina martabat

tokoh yang digambarkan, akan tetapi sekadar untuk mengkritisi sifat atau karakter

seseorang yang dikaitkan dengan sifat atau suatu peristiwa yang berkaitan

dengannya. Di negara demokratis hal tersebut dianggap lumrah, dimana seseorang

bebas mengemukakan pendapat yang dilindungi oleh undang-undang.

Penggambaran objek atau tokoh yang sangat ekstrim masih tabu jika

dilakukan di negeri timur seperti di Indonesia, walaupun kebebasan berpendapat

juga dilindungi oleh undang-undang. Meskipun tidak tertulis, pendistorsian atau

penggambaran karikatural tokoh di Indonesia masih ada batasannya. Ada rambu-

rambu yang secara etis belum waktunya dilakukan atau bahkan tidak boleh

dilakukan oleh seorang karikaturis untuk menghindari kesalahan tafsir yang

mengakibatkan rasa tersinggung atau marahnya seseorang, seperti tidak

mengandung suatu hal yang dapat menjatuhkan atau merugikan secara norma atau

Page 33: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

16

masih dalam batasan-batasan etika yang ada. (Sudharta dalam Kuswanto,

2010:15).

Melalui beberapa hal yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan

bahwa dalam membuat karikatur ada beberapa aspek yang harus diperhatikan,

selain dalam kandungan karikatur itu sendiri juga aspek yang terkait dengan etika

yang berlaku di lingkungan sekitar. Dalam karikatur itu sendiri, untuk mencapai

hasil visual yang bagus, kualitas gambar dalam mengeksekusi karikatur harus

baik, walaupun tentu saja hal ini dipengaruhi juga oleh kualitas menggambar

karikaturis itu sendiri. Karikatur yang dibuat juga sebaiknya tidak mengandung

unsur SARA, sekalipun karikatur tersebut memuat kritikan terhadap pihak

tertentu. Akan jauh lebih baik ketika kritikan tersebut dikemas dalam bentuk

visual yang lebih jenaka, sehingga dapat menjadi hal menarik yang mampu

menciptakan senyum dari pihak-pihak yang menikmatinya, termasuk pihak yang

menjadi sasaran kritik itu sendiri. Syarat berikutnya yang perlu diperhatikan

dalam pembuatan karikatur adalah harus komunikatif. Tujuan dari komunikatif ini

adalah agar pesan atau muatan yang terkandung dan ingin disampaikan dari

karikatur itu sendiri dapat diterima dengan baik oleh penikmatya sehingga tidak

terjadi salah tafsir terhadap maksud yang ingin disampaikan oleh karikaturis

kepada orang lain. Hal yang tidak kalah penting untuk dipertimbangkan dalam

pembuatan karikatur yang terakhir adalah terkait dengan etika. Meskipun tidak

ada undang-undang tertulis yang membahas tentang karikatur, akan tetapi ada

aturan lain yang cukup memberikan batasan dalam tindakan kita di negara kita ini,

aturan tak tertulis itu disebut norma, sanksinya bukan berupa hukuman pidana,

Page 34: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

17

melainkan sanksi sosial yang dampaknya juga tidak kalah buruk jika

dibandingkan dengan sanksi pidana yang semestinya.

2.1.11 Unsur-unsur Rupa dalam Karikatur

Gambar karikatur merupakan salah satu cabang seni rupa, jadi dalam

penciptaannya harus memperhatikan unsur-unsur rupa, agar karya yang dihasilkan

tampak menarik dan memuaskan. Seperti yang telah dikatakan Sunaryo (2002:5)

bahwa unsur-unsur rupa merupakan aspek-aspek bentuk yang terlihat, konkret

yang dalam kenyataannya jalin-menjalin dan tidak mudah diceraikan satu dengan

yang lainnya. Unsur-unsur rupa tersebut antara lain:

2.1.7.1 Garis

Bentangan titik-titik yang bersambung disebut garis (Mofit, 2003:1). Ada

tiga pengertian yang dijelaskan Sunaryo (2002:7) bahwa sebagai unsur visual,

garis memiliki pengertian pertama, tanda atau markah yang memanjang yang

membekas pada suatu permukaan dan mempunyai arah. Kedua, batas suatu

bidang atau permukaan, bentuk, atau warna. Ketiga, sifat atau kualitas yang

melekat pada objek lanjar/memanjang. Sebuah garis dapat diwujudkan melalui

sebuah goresan atau sapuan yang sempit dan panjang seperti benang atau pita

(Sjafi’i, 2001:50).

Garis dapat bersifat kaku, tegas, keras, lembut, lentur dll, semua

tergantung dari bagaimana cara membuat garis tersebut. Bila dilihat dari segi

jenisnya, unsur rupa garis dibagi menjadi tiga, yaitu garis lurus, garis lengkung

dan garis zigzag. Sedangkan di lihat dari segi arah garis dibagi menjadi garis

tegak , garis datar dan garis miring.

Page 35: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

18

Dalam proyek studi ini, penulis memanfaatkan keberagaman arah garis

yang dihasilkan dari goresan-goresan bolpoin guna membentuk objek yang

ditampilkan dalam karikatur yang dibuatnya.

2.1.7.2 Warna

Warna didefinisikan sebagai getaran atau gelombang elektromagnetik

yang diterima indera penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya

melalui sebuah benda (Susanto, 2012:433). Warna ialah kualitas rupa yang dapat

membedakan kedua objek atau bentuk yang identik raut, ukuran dan nilai gelap-

terangnya (Sunaryo, 2002:12). Ada pendapat lain yang serupa, bahwa warna

merupakan unsur rupa yang menampakan perbedaan kualitas wujud suatu raut-

bidang dengan bidang datar atau dengan raut-bidang lain yang ada disekelilingnya

(Sjafi’i, 2001:24). Dengan kata lain dengan perbedaan warna benda-benda dapat

terlihat keberadaanya.

Menurut Munsell dalam Sunaryo (2002:14), dimensi warna dibagi menjadi

hue, value dan intensity. Hue adalah jenis dan nama warna. Seperti warna merah,

biru, hijau, kuning dan lain-lain. Sedangkan value merupakan nilai gelap-

terangnya warna. Gelap-terang merupakan akibat dari hubungan suatu warna

dengan hitam dan putih. Warna-warna menjadi terang karena campuran suatu

warna dengan putih disebut tint, warna-warna menjadi gelap karena campuran

suatu warna dengan hitam disebut shade, sedangkan campuran suatu warna

dengan abu-abu yang menjadi warna-warna redup disebut tone. Terakhir adalah

intensity, kekuatan yang menunjukan cerah-kusamnya warna karena daya pancar

Page 36: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

19

suatu warna. Warna-warna dengan intensitas penuh tampak sangat mencolok,

seperti pada warna-warna fluorescent.

Dalam karya yang dibuat penulis, warna yang akan tampak adalah warna

kuning dibalik arsir bolpoin hitamnya. Warna itu berasal dari yellow board yang

dimanfaatkan sebagai media pengganti kertas dalam pembuatan karya potret

karikatural yang dibuat penulis.

2.1.7.3 Tekstur

Menurut Soebakto (1987:118) Tekstur adalah sifat luar dari suatu benda.

Tekstur memberikan ciri dan membedakan sifat dari suatu benda dari benda lainya

yang sejenis. Pendapat serupa yang di kemukakan oleh Mofit (2003:9) bahwa

tekstur merupakan suatu nilai permukaan sebuah benda yang mempunyai nilai

raba kasar, lembut, halus, dan sebagainya. Jadi saat menggambar suatu objek

harus melihat tekstur benda tersebut, saat menggambar tekstur kulit manusia

dengan kulit kayu tentu saja beda.

Penulis menggunakan media yellow board sebagai pengganti kertas putih.

Tekstur permukaan yellow board ini cenderung lebih kasar dibanding kertas putih

biasa. Setelah diberikan arsiran pada permukaannya, maka akan tampak tekstur

yang menarik dari perpaduan antara warna dasar yellow board dan arsiran

bolpoin. Itu salahsatu alasan yang mendasari penulis menggunakan media ini.

2.1.8 Prinsip-Prinsip Desain

Menyusun, menata dan mengkombinasikan unsur-unsur rupa dalam

menciptakan gambar potret karikatural dan kemudian diterapkan dalam sebuah

direktori yang memiliki nilai estetis atau tampak lebih baik itu membutuhkan

Page 37: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

20

prinsip-prinsip desain. Prinsip-prinsip desain tersebut antara lain : kesatuan,

keserasian, irama, dominasi, keseimbangan dan kesebandingan.

2.2.8.1 Kesatuan (unity)

Kesatuan merupakan salah satu unsur dan pedoman dalam berkarya seni

yang paling mendasar, karena tanpa adanya kesatuan akan mengakibatkan

kekacauan, ruwet atau tercerai berai dan tidak terkoordinasi dengan baik. Menurut

Sjafi’i (2001:92) kesatuan merupakan hasil capaian suatu susunan atau hubungan

antar unsur sedemikian rupa, sehingga secara keseluruhan menampilkan kesan

tanggap yang tunggal, utuh atau organis, bukan merupakan unit unsur terpisah-

pisah.

Dalam pembuatan karya proyek studi ini penulis memilih media yang

sama antara karya potret karikatural yang satu dengan yang lain yaitu yellow

board yang dipadukan dengan goresan tinta bolpoin pada permukaannya.

Tujuannya agar tetap terjaga kesatuan antar seluruh karya yang ada ketika

didisplay dalam pameran dan aplikasinya pada direktori yang akan dihasilkan dari

pemanfaatan karya karikatur tersebut.

2.2.8.2 Keserasian (harmony)

Keserasian merupakan prinsip desain yang mempertimbangkan

keselarasan dan keserasian antar bagian dalam suatu keseluruhan sehingga cocok

satu dengan yang lain, serta terdapat keterpaduan yang tidak saling bertentangan

(Sunaryo, 2002:32). Pendapat serupa dijelaskan oleh Susanto (2012:175) bahwa

keserasian adalah tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang.

Page 38: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

21

Keserasian termasuk hal yang dipertimbangkan oleh penulis dalam

pembuatan karya potret karikatural, penggunaan media serta aplikasinya dalam

direktori. Selain itu juga pemilihan warna, font dan lainnya yang ada dalam

direktori sebagai produk akhirnya. Dalam display karya pameran juga penulis

menggunakan pigura yang paling sesuai dengan jenis karya yang dibuatnya.

Sehingga akan tercipta keharmonisan baik pada karya aslinya maupun yang sudah

diaplikasikan pada direktori.

2.2.8.3 Dominasi (domination)

Prinsip desain untuk menampilkan suatu unsur rupa menjadi pusat

perhatian dan menjadikannya bagian yang penting dan yang diutamakan adalah

dominasi. Seperti yang telah di jelaskan Sunaryo (2002:36) bahwa dominasi

adalah pengaturan peran atau penonjolan bagian atas bagian lainnya dalam suatu

keseluruhan.

Dalam proyek studi ini, penulis menjadikan wajah perupa Indonesia

sebagai objek utama yang mendominasi karya potret dengan pendekatan

karikatural yang dibuat dalam direktori.

2.2.8.4 Keseimbangan (balance)

Keseimbangan dalam dunia seni rupa merupakan istilah yang digunakan

untuk menamai keadaan atau kesan bobot visual yang ada diantara kekuatan-

kekuatan yang saling berhadapan dalam suatu komposisi (Sjafi’i, 2001:109).

Dalam menggambar, keseimbangan dapat diciptakan dari pengaturan letak,

ukuran, kualitas warna, bentuk serta jumlah bagian-bagian subjek gambar dalam

suatu komposisi.

Page 39: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

22

Keseimbangan ada tiga, yaitu keseimbangan simetri, asimetri dan radial.

Keseimbangan simetri dapat diperoleh bila bagian di sebelah kiri dan kanan suatu

susunan terdapat kesamaan atau kemiripan bentuk, ukuran, dan jarak

penempatannya. Keseimbangan asimetri memiliki bagian tidak sama antara

belahan bagian kiri dan kanan, tetapi tetap seimbang dan tidak berat sebelah.

Sedangkan keseimbangan radial merupakan bentuk keseimbangan yang diperoleh

dari penyusunan unsur-unsur mengelilingi suatu daerah yang berada di tengah

bidang gambar. Dalam membuat karyanya, penulis cenderung menggunakan

keseimbangan asimetri, dengan mempertimbangkan komposisi objek utama

dengan bidang yang tersedia demi terciptanya keseimbangan tata visual yang

diinginkan.

2.2.8.5 Kesebandingan (proporsion)

Kesebandingan adalah hubungan ukuran dalam suatu keseluruhan, yakni

perbandingan panjang-pendeknya atau besar-kecilnya bagian satu dengan bagian

yang lain, atau antara suatu bagian dengan keseluruhan (Sunaryo, 2003:15).

Menurut Susanto (2012:320) proporsi adalah hubungan ukuran antar bagian dan

bagian, serta bagian dan kesatuan/keseluruhan. jadi dapat disimpulakan bahwa

proporsi merupakan pengaturan mengenai besar-kecil, luas-sempit, pajang-pendek

atau tinggi-rendahnya suatu bagian, baik itu dalam satu bagian maupun antar

bagian satu dengan yang lainnya.

Tetapi rinsip kesebandingan antara gambar potret karikatural dengan seni

gambar lainnya itu berbeda, karena pada saat membuat gambar potret karikatural

harus mengalami pendistorsian atau mengubah bentuk sehingga menjadi figur

Page 40: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

23

yang berbeda dengan aslinya. Pendistorsian tersebut bisa dilakukan dengan cara

menonjolkan karakter wajah seseorang. Itulah permainan kesebandingan yang

digunakan penulis dalam penggarapan karya potret karikatural, baik

kesebandingan antar bagian di dalam objek utama maupun antara objek utama

dengan bidang yang mengelilinginya.

2.3 Perupa Indonesia

Perupa diartikan sebagai seniman dalam bidang seni rupa baik lukis,

patung dan grafis. Susanto (2012:356) lebih lanjut menjelaskan bahwa seniman

(perupa) adalah orang yang mempunyai bakat seni dan berhasil menciptakan dan

menggelar karya seni (pelukis, pematung dan sebagainya). Pendapat lain

menyebutkan bahwa seniman adalah istilah subjektif yang merujuk kepada

seseorang yang kreatif atau inovatif atau mahir dalam bidang seni. Penggunaan

yang paling kerap adalah untuk menyebut orang-orang yang menciptakan karya

seni seperti lukisan, patung, seni peran, seni tari, sastra, film dan musik. Seniman

menggunakan imajinasi dan bakatnya untuk menciptakan karya dengan nilai

estetik. Ahli sejarah seni dan kritikus seni mendefinisikan seniman sebagai

seseorang yang menghasilkan seni dalam batas-batas yang diakui

(http://id.wikipedia.org/wiki/Seniman, diakses pada 3 Februari 2015 Pukul 10:18

WIB).

Dari beberapa definisi diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa perupa

Indonesia merupakan seniman Indonesia atau seseorang yang berasal dari

Indonesia yang kreatif dan inovatif atau mahir menciptakan karya seni rupa

Page 41: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

24

dengan menggunakan imajinasi dan bakat yang dimilikinya sehingga karya seni

yang diciptakan bisa bernilai estetik sesuai dengan batas-batas yang diakui.

Perkembangan seni rupa indonesia dan perupa-perupanya, khususnya pada

seni rupa modern dibagi menjadi beberapa masa, antara lain :

2.2.11 Masa Perintisan

Adalah masa ketika Raden Saleh Syarif Bustaman (Terbaya, 1814-1880)

sebagai putra keluarga bangsawan pribumi mampu melukis dengan gaya/cara

barat (baik alat, media dan teknik) yang natural dan romantis. Ia mendapat

bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan

C. Kruseman di Den Haag. Selain itu Ia juga pernah berkeliling dan tinggal di

negara-negara Eropa.

2.2.12 Masa Indonesia Molek (Mooi Indie)

Adalah masa dimana muncul pelukis-pelukis muda yang memiliki konsep

berbeda dengan masa perintisan, yaitu melukis keindahan dan keelokan alam

Indonesia. Keadaan ini ditandai pula dengan datangnya para pelukis luar/barat

atau sebagian ada yang menetap dan melukis keindahan alam Indonesia. Pada

masa ini, lukisan yang dihasilkan memiliki ciri-ciri pengambilan obyek alam

yang indah, tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka, kemahiran teknik

melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai spirituil, serta menonjolkan nada

erotis dalam melukiskan manusia. Beberapa perupa yang terlibat di dalamnya

antara lain Abdullah Suriosubroto, Mas Pirngadi, Wakidi, Basuki Abdullah, Henk

Ngantung, Lee Man Fong (dll), Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel),

Romuldo Locatelli, Lee Mayer (Jerman) dan W.G. Hofker.

Page 42: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

25

Sekalipun ada beberapa perupa yang berasal dari luar negeri, akan tetapi

dalam proyek studi ini yang akan dijadikan sebagai objek karikatur adalah perupa-

perupa yang hanya berasal dari Indonesia saja, sesuai judul proyek studi yang

diangkat yaitu “Direktori Perupa Indonesia dari Masa ke Masa”.

2.2.13 Masa PERSAGI

PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) adalah organisasi yang

didirikan oleh beberapa seniman, antara lain S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam

dan Agus Djajasuminta. Perkumpulan pertama di Jakarta ini berupaya

mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun

lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali

nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya. Beberapa

perupa yang terlibat antara lain Agus Djajasuminta, S. Sudjojono dan Otto Djaya.

Karya-karya yang dihasilkan pada masa ini mementingkan nilai-nilai

psikologis, bertema perjuangan rakyat, tidak terikat kepada obyek alam yang

nyata, memiliki kepribadian Indonesia serta didasari oleh semangat dan

keberanian.

2.2.14 Masa Pendudukan Jepang

Adalah masa setelah masa PERSAGI, tetapi citra PERSAGI masih

melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni lukis untuk

kepentingan revolusi. Selain itu, pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA

SHIDOSO, Lembaga Kesenian Indonesia – Jepang ini pada dasarnya lebih

mengarah pada kegiatan propaganda Jepang. Pada tahun 1943 berdiri PUTERA

(Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan

Page 43: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

26

KH Mas Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni

dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Affandi,

selanjutnya bergabung pelukis Hendra, Sudarso, Barli, dan sebagainya.

2.2.15 Masa Revolusi Fisik

Pada masa revolusi fisik yang memperjuangkan pengakuan kemerdekaan

bangsa, Para perupa terkemuka dari Jakarta dan Bandung kemudian turut

berpindah ke Yogyakarta dan berdirilah beberapa perkumpulan yang bergerak di

bidang kesenian, misalnya pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia

Muda) yang sebelumnya bernama “Seniman Masyarakat”. Dipimpin oleh S.

Sudjojono, anggotanya: Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Trubus dan

sebagainya. Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyat yang dipimpin

oleh Affandi dan Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari

pelukis rakyat antara lain : Hendra, Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.

2.2.16 Masa 60-an

Pada masa ini, karya-karya yang dikerjakan secara khusus menunjukkan

penjelasan perkembangan seni rupa Indonesia di era pergolakan Politik

(MANIKEBU & MANIPOL USDEK). Pengaruh pergolakan politik nasional ini

bisa saja terlihat secara langsung maupun tidak langsung pada karya-karya yang

dikerjakan oleh para seniman. Karya-karya yang dikerjakan pada periode ini bisa

menunjukkan karya dari seorang seniman yang tergabung dalam lembaga seni

rupa yang digerakkan oleh kekuatan organisasi sosial tertentu, maupun karya-

karya yang dikerjakan oleh para seniman yang juga bekerja di perguruan tinggi

seni rupa. Seniman-seniman yang terlibat di dalamnya antara lain Saptoto, R. J

Page 44: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

27

Katamsi, Sjafei Soemardja, Misbach Tamrin, Kaboel Suadi.

(https://artjoo.wordpress.com/, diakses pada 22 April 2015 Pukul 13:13 WIB).

2.2.17 Pasca G30S-PKI

Pada masa ini seni lukis Indonesia menemukan momentumnya untuk

bangkit. Tak hanya studio para pelukis saja yang merebak dengan kemeriahan

warna dan gaya, tetapi juga ruang-ruang pameran di Indonesia, terutama di

Jakarta. Keterbatasan gerak pada era Lekra sebelumnya, dituntut dengan “Pesta”

aktivitas bebas pada masa setelahnya. Para pelukis Indonesia berpameran dalam

keragaman gaya bentuk dan ide-idenya.

Setahun setelah G30S-PKI itu, sejumlah seniman yang bergabung dalam

grup Sebelas Seniman Bandung muncul dalam pameran. Pameran ini

diselenggarakan di Jakarta dan cukup memberikan perluasan cakrawala

pandangan. Seniman-seniman yang tergabung tersebut antara lain : Ahmad Sadali,

But Muchtar, Popo Iskandar dan Srihadi Sudarsono. Semuanya adalah pengajar di

Institut Teknologi Bandung Jurusan Seni Rupa (Atmaja, 1990:121).

2.2.18 Masa 70-an

Karya-karya yang dikerjakan pada tahun 1970-an – 1980-an adalah karya

yang menjelaskan keberagaman karya-karya seni rupa Indonesia setelah

pendidikan formal seni rupa berlaku sebagai lembaga penggerak seni rupa yang

penting serta dominan. Perkembangan pada dua dekade periode ini menunjukan

baik pengembangan semangat serta kemapanan prinsip ‘akademisme seni’

maupun perkembangan lain yang mengajukan kritik serta ‘perlawanan’

Page 45: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

28

terhadapnya, khsusunya dalam contoh karya-karya Gerakan Seni Rupa Baru

Indonesia.

2.2.19 Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia

Sesungguhnya tidak terdapat karya-karya seni rupa koleksi dari eksponen

Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB), akan tetapi GSRB merupakan titik penting

dalam sepenggal waktu dalam seni rupa Indonesia, sebagai 'titik berontak'

terhadap segala pandangan yang masih dianggap konservatif dan konvensional.

Sehingga dalam rangkaian pengamatan ini tetap merasa perlu untuk dipaparkan,

meskipun telah sedemikian banyak kajian tentang GSRB, baik dalam artikel

maupun buku-buku.

Melacak titik pertumbuhan seni rupa Indonesia dari waktu ke waktu, satu

hal yang tidak dapat disangkal ialah terkaitnya faktor kondisi sosial-politik-

kemanusiaan dengan bahasa ekspresi seni rupa, baik dalam tataran individu

maupun kelompok. Para perupa hampir selalu menunjukkan respon yang besar

terhadap kondisi poleksosbud (politik, ekonomi, sosial, budaya) dalam berbagai

bentuk bahasa ekspresi dan berbagai tahapan waktu.

Gerakan ini dilandasi beberapa konsep, antara lain tidak membeda-

bedakan disiplin seni, mengutamakan ekspresi, menghilangkan sikap

mengkhususkan cipta seni tertentu, mengedepankan kreatifitas dan serta ide baru

serta bersifat eksperimental. Beberapa pelopor gerakan ini antara lain Jim

Supangkat, Nyoman Nuarta, S. Primka, Dede Eri Supria, Redha Sorana, dan

sebagainya.

Page 46: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

29

2.2.20 Masa Seni Rupa Kontemporer Indonesia

Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran

keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang

membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni

konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah

menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian

muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997.

Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-

galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi

merupakan bisnis alternatif investasi.

Seni rupa di Indonesia dari awal abad ke-20 sampai sekarang dan

menyebabkan seluruh garis perkembangannya pada era modern maupun

contemporary berbeda dengan perkembangan seni rupa di Eropa dan Amerika

Serikat yang bertumpu pada art in Western sense.

Penelitian tentang karya seni bukan merupakan suatu hal yang mudah

melainkan suatu pekerjaan yang sangat pelik, dan membutuhkan kecerdasan dari

sudut mana kita memandang. Hal ini sangat memberikan pengaruh pada hasil

penelitian yang penuh dengan ketegangan antara sudut pandang ilmiah dan seni.

Demikian paparan mengenai perkembangan seni rupa Indonesia dari masa

ke masa beserta perupa-perupa yang terlibat di dalamnya. Dari sekian banyak

perupa yang disebutkan di atas, beberapa perupa kemudian dipilih dan dieksekusi

dalam karya karikatur serta diaplikasikan ke dalam direktori sebagai produk akhir

dari proyek studi yang dilakukan oleh penulis.

Page 47: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

124

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Direktori perupa Indonesia dari masa ke masa merupakan tema dalam

proyek studi yang dilakukan oleh penulis. Diangkatnya tema tersebut tentu saja

telah melalui beberapa pertimbangan, beberapa di antaranya adalah berkaitan

dengan minimnya sumber pengetahuan tentang wajah tokoh-tokoh seni rupa

Indonesia dari masa ke masa sehingga tidak jarang mahasiswa seni rupa atau

pihak-pihak yang telah berkecimpung di dunia seni rupa kurang mengenali

bagaimana wajah tokoh-tokoh tersebut. Melalui proyek studi ini, penulis

bermaksud memberikan media pengenalan alternatif berupa sebuah direktori yang

berisi beberapa tokoh seni rupa Indonesia dari beberapa masa perkembangannya

melalui visualisasi tokoh yang ditampilkan dalam pendekatan karikatural.

Menampilkan wajah secara karikatural dianggap sebagai cara yang cukup

tepat dalam rangka memperkenalkan tokoh-tokoh seni rupa Indonesia. Cara ini

dipilih dengan alasan karya karikatur menampilkan wajah dengan beberapa bagian

yang ditonjolkan melalui proses distorsi. Bagian yang ditonjolkan tersebut

biasanya merupakan karakter wajah yang ada pada tokoh yang dimaksud. Dengan

demikian, diharapkan seseorang yang melihatnya akan lebih mudah mengenali

tokoh yang ditampilkan tersebut. Dalam eksekusinya, pembuatan karikatur ini

menggunakan media bolpoin pada sebidang kertas yellow board berukuran 30x40

Page 48: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

125

cm. Dari karya master tersebut, kemudian dilanjutkan ke tahap scanning dan olah

digital melalui komputer sehingga bisa tercetak dalam bentuk direktori.

5.2 Saran

Perkembangan seni rupa, khususnya di Indonesia akan terus berlanjut.

Adanya seni rupa saat ini merupakan hasil dari proses kreatif yang dilakukan

secara berkesinambungan dan saling berhubungan satu sama lain antara perupa

masa kini terhadap karya-karya atau kegiatan berkesenian perupa pendahulunya.

Melihat kenyataan yang demikinan, perlulah kita sebagai mahasiswa atau pelaku

seni mengetahui siapa-siapa saja, khususnya perupa-perupa Indonesia yang telah

berperan dalam proses perkembangan seni rupa Indonesia dari masa ke masa

hingga saat ini. Upaya tersebut dimaksudkan sebagai sikap kita dalam rangka

menghargai jasa dan perjuangan berkesenian yang telah dilakukan oleh perupa-

perupa Indonesia dari masa ke masa sesuai sejarah perkembangannya.

Penulis berharap, selain menjadi salahsatu media alternatif yang berfungsi

sebagai sumber pengetahuan tentang beberapa profil perupa Indonesia yang

ditampilkan, “Direktori Perupa Indonesia dari Masa ke Masa” ini juga mampu

dijadikan sebagai umpan untuk mencari profil-profil perupa lain yang belum

termuat dalam direktori tersebut. Selain itu, diharapkan direktori ini juga bisa

dijadikan sebagai referensi seniman-seniman atau beberapa pihak yang ingin

membuat karya karikatur, baik karikatur serupa maupun karikatur yang lainnya.

Page 49: DIREKTORI PERUPA INDONESIA DARI MASA KE MASAlib.unnes.ac.id/30734/1/2411410050.pdf · Media yang digunakan berupa bahan (Yellow board dan Fixative ), alat (bolpoin, pensil, penghapus,

126

DAFTAR PUSTAKA

Kuswanto, Heri. 2010. Dinamika Politik Indonesia dalam Karya Karikatur.

Semarang: Unnes

Mofit. 2003. Cara Mudah Menggambar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Muharrar dan Mujiyono. 2007. Gambar 1. Semarang: Unnes Press

Muharrar, Syakir. 2006. Seni Iliutrasi. Semarang: Unnes press.

Richardson, Jhon adkins. 1997. The Complete Book Of Cartooning. New Jersey:

Englewood Cliffs.

Sibarani, Augustin. 2001. Karikatur dan Politik. Jakarta: Kerjasama Institut

Studi Arus Informasi, Garba Budaya, dan PT Media Lintas Inti

Nusantara.

Sjafi’i, Achmad. 2001. Nirmana Datar. Surakarta: STSI Press.

Soebakto. 1987. Seni Rupa Praktis. Jakarta: Aries Lima

Sunaryo, Aryo. 2002. Hand Out Mata Kuliah Nirmana 1. Semarang: FPBS

IKIP Semarang.

Susanto, Mikke. 2012. Diksi Rupa. Yogyakarta: DictiArt Lab.

diakses pada 4 Mei 2015 Pukul 09:05 WIB

http://artjoo.wordpress.com/2011/01/11/seni-rupa-modern-dan-kontemporer/,

diakses pada 25 Maret 2015 pukul 13:32 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Direktori,

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110203214600AAe5NEl#,

diakses pada 23 April 2015 Pukul 09:05 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Seniman,

diakses pada 3 Februari 2015 Pukul 10:18 WIB

http://intanpujilestari.blogspot.com/2012/11/pengertian-direktori.html,

diakses pada 23 April 2015 Pukul 07:09 WIB

https://artjoo.wordpress.com/,

diakses pada 22 April 2015 Pukul 13:13 WIB