Direktorat Standardisasi Pangan...

72

Transcript of Direktorat Standardisasi Pangan...

Page 1: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses
Page 2: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

i |

Direktorat Standardisasi Pangan OlahanDeputi Bidang Pengawasan Pangan OlahanBadan Pengawas Obat dan Makanan

Page 3: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

| ii

PEDOMAN DAN KRITERIAPLASTIK BERBAHAN POLYETHYLENE TEREPHTALATE ( PET ) DAUR ULANG YANG AMAN UNTUK KEMASAN PANGAN

Jakarta : Direktorat Standardisasi Pangan Olahan Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan POM RI, 2019

70 Halaman : 14,8 cm x 21 cm

ISBN : 978-979-3665-41-2

Hak cipta dilindungi undang-undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman atau cara apapun tanpa izin tertulis sebelumnya dari Badan POM RI.

Diterbitkan oleh :DIREKTORAT STANDARDISASI PANGAN OLAHANDEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHANBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RIJalan Percetakan Negara No. 23, Gedung F Timur Lantai 3 Jakarta Pusat – 10560Telepon : (62-21) 42875584Faksimile : (62-21) 42875780E-mail : [email protected]

Page 4: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

iii |

KATA SAMBUTAN

Isu sampah plastik hingga saat ini masih menjadi perhatian dunia. Terlebih setelah ditemukannya bangkai ikan paus bungkuk yang dipenuhi sampah plastik di Filipina (2019) dan Wakatobi (2018).

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut merupakan dasar Pemerintah Indonesia dalam menangani sampah plastik di laut sebesar 70% sampai dengan tahun 2025. Untuk itu diperlukan langkah-langkah percepatan yang komprehensif dan terpadu salah satunya adalah dengan circular economy.

Untuk mendukung circular economy melalui program pemanfaatan material bahan daur ulang menjadi produk akhir berupa kemasan pangan untuk konsumen, Badan POM telah mengatur hal tersebut dalam Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan.

Saya menyambut baik dengan terbitnya Pedoman dan Kriteria Plastik Berbahan Polyethylene Terephthalate (PET) Daur Ulang yang Aman untuk Kemasan Pangan sebagai wujud implementasi dari Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Saya harapkan pedoman ini dapat bermanfaat bagi produsen pangan, produsen kemasan pangan, instansi terkait serta masyarakat.

Kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan pedoman ini. Semoga langkah kecil ini dapat menyelamatkan bumi dari sampah plastik.

Jakarta, 10 Desember 2019 Direktur Standardisasi Pangan Olahan

Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si

Page 5: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

| iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, segala Puji bagi Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan anugerah sehingga Buku Pedoman dan Kriteria Plastik Berbahan Polyethylene Terephthalate (PET) Daur Ulang yang Aman untuk Kemasan Pangan ini dapat disusun dan diterbitkan.

Penggunaan plastik daur ulang untuk kemasan pangan merupakan salah satu solusi pemanfaatan sampah plastik. Pemanfaatan ini sudah dikenal sejak tahun 1990, hal ini didorong oleh niat baik industri untuk mengurangi masalah limbah kemasan plastik.

Pedoman ini disusun sebagai wujud implementasi dari Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Pedoman ini mencakup latar belakang penyusunan, konsep dan regulasi daur ulang kemasan plastik, teknologi daur ulang kemasan pangan, dan evaluasi keamanan kemasan pangan berbahan PET daur ulang.

Pedoman ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai panduan produsen pangan, produsen kemasan pangan, instansi terkait serta masyarakat terkait proses pembuatan kemasan pangan dari bahan PET daur ulang sehingga aman digunakan. Kekurangan yang masih ada merupakan ruang dan bahan bagi pengembangan pedoman ini dikemudian hari.

Kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan pedoman ini serta kepada pihak yang telah memberikan saran dan masukan terhadap Pedoman ini.

Jakarta, 10 Desember 2019 Direktur Standardisasi Pangan Olahan

Dra. Sutanti Siti Namtini, Apt., Ph.D

Page 6: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

v |

PENYUSUN

PENGARAH Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si

PENANGGUNG JAWAB

Dra. Sutanti Siti Namtini, Apt., Ph.D

KETUA Dra. Deksa Presiana, Apt., M.Kes

SEKRETARIS

Desy Rasta Waty, Apt., M.Si Sentani Chasfila, S.Farm., Apt.

TIM AHLI

Dr. Nugraha Edhi Suyatma Ir. Wiwik Pudjiastuti, M.Si

ANGGOTA

Yeni Restiani, S.Si,Apt. Lili Defi Z, S.Pt., M.Si

Erline Yuniarti, S.Farm, Apt. Ria Fitriana, S.Si, M.Si Ichsan Kharisma, STP

Sekar Indah Maharani, STP Desiana Nurwanti, S.Farm, Apt.

Abdul Hamid, S.E Jumingan

FOTOGRAFER

Rangga S. Nugraha, S.SI

Page 7: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

| vi

DAFTAR ISI

Kata Sambutan – iii Kata Pengantar – iv Penyusun – v Daftar Isi – vi

1. Pendahuluan – 1 1.1 Latar Belakang – 2 1.2 Tujuan dan Sasaran – 8 1.2.1 Tujuan – 8 1.2.2 Sasaran – 8 1.3 Ruang Lingkup – 8 1.4 Istilah Umum – 9

2. Konsep Dan Regulasi Daur Ulang Kemasan Plastik – 13 2.1 Kemasan Daur Ulang – 14 2.2 Regulasi – 17

3. Teknologi Daur Ulang Kemasan Pangan – 25 3.1 Pengumpulan dan Sortasi Bahan – 26 3.2 Pembuatan Flakes – 31

Page 8: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

vii |

3.3 Proses Pengolahan Daur Ulang – 32 3.4 Proses Pembuatan Kemasan – 36

A. Pembuatan preform dengan cetak injeksi – 37 B. Pembuatan botol PET dari preform dengan

peregangan dan cetak hembus (Stretch Blow Molding) – 39

C. Pembuatan botol PET dengan cara injeksi cetak hembus (Injection Blow Molding) – 40

D. Pembuatan lembaran plastik PET multilapis dari bahan kombinasi virgin dan daur ulang (Virgin : Recycle : Virgin/ VRV) – 41

E. Pembuatan artikel (cup/tray) PET dari lembaran plastik PET berbahan kombinasi virgin dan daur ulang (Virgin : Recycle : Virgin/ VRV) – 42

4. Evaluasi Keamanan Kemasan Pangan Berbahan PET Daur Ulang – 45

5. Penutup – 55

Daftar Pustaka – 57

Page 9: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

| viii

Daftar Gambar Gambar 3.1 Proses daur ulang secara umum – 27

Gambar 3.2 Botol yang sudah dipress dan siap diolah lebih lanjut – 28

Gambar 3.3 Botol PET yang dapat diproses – 29

Gambar 3.4 Botol PET bekas yang masih dapat ditoleransi untuk diproses – 30

Gambar 3.5 Botol berwarna bening (transparan) – 30

Gambar 3.6 Flakes sebelum dicuci dengan alkaline water – 32

Gambar 3.7 Flakes setelah dicuci dengan alkaline water – 32

Gambar 3.8 Flowchart proses pengolahan Flakes menjadi resin – 33

Gambar 3.9 Bentuk resin/ bijih plastik non-food grade – 35 Gambar 3.10 Bentuk resin/ bijih plastik food grade – 36

Gambar 3.11 Proses cetakan injeksi – 37 Gambar 3.12 Skema proses pembuatan botol PET dari preform dengan stretch blow molding – 39 Gambar 3.13 Skema proses pembuatan botol PET dengan cetak injeksi dan hembus (tanpa memasukkan proses ekstrusi) – 40

Gambar 3.14 Skema proses pembuatan lembaran plastik PET multilapis bahan V/R/V – 41

Page 10: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

ix |

Daftar Tabel Tabel 1. Sifat permeabilitas dan mekanis kemasan plastik – 5

Tabel 2. Konsep daur ulang ASTM dan ISO – 15

Tabel 3. Persyaratan flakes yang akan diolah menjadi resin daur ulang – 46

Tabel 4. Persyaratan resin PET daur ulang – 47

Tabel 5. Persyaratan fisik kemasan PET daur ulang – 47 Tabel 6. Persyaratan umum berlaku untuk semua bahan kontak pangan jenis plastik – 48

Tabel 7. Persyaratan khusus untuk polimer polietilena ftalat (PET) yang berlaku untuk resin dan artikel – 49

Testimoni – 59

Page 11: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

x

Page 12: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

1

1

PENDAHULUAN

Page 13: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

2

1.1 Latar Belakang

ampah plastik merupakan permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Penggunaan produk plastik secara tidak ramah

lingkungan menyebabkan berbagai masalah lingkungan hidup yang serius. Sampah plastik tidak hanya menjadi masalah di perkotaan, namun juga di lautan. Pencemaran sampah plastik, apabila tidak dikelola dengan baik akan berdampak kepada kesehatan manusia, membunuh berbagai hewan dilindungi, dan merusak lingkungan secara sistematis.

Isu ini menjadi perhatian dunia, terlebih setelah ditemukannya bangkai ikan paus bungkuk yang dipenuhi sampah plastik di Filipina (VOA, 2019) dan Wakatobi, Indonesia (Wismabrata, 2018).

Untuk mengatasi persoalan pencemaran sampah dari plastik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui penggunaan ulang (reuse), mendaur ulang (recycle), merubah sampah menjadi sumber energi (recovery), pelarangan, pengurangan bahan, atau pembatasan penggunaan kemasan plastik (reduce). Selain itu kita dapat berkontribusi dengan hidup ramah lingkungan serta bijak dalam penggunaan plastik.

S

KITA DAPAT BERKONTRIBUSI DENGAN CARA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN

Pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi sampah plastik di laut. Keseriusan pemerintah diwujudkan dengan telah ditetapkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Pada tahun 2025 ditargetkan terjadi pengurangan sampah plastik di laut sebesar 70%. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah percepatan yang komprehensif dan terpadu, salah satunya adalah melalui circular economy.

Kegiatan circular economy bertujuan untuk memperpanjang masa pakai sampah menjadi sesuatu yang berdaya guna untuk dimanfaatkan kembali sebagai alternatif bahan baku atau didaur ulang menjadi produk baru, sehingga dapat menghemat biaya produksi atau menjadi produk baru yang laku jual.

Perubahan gaya hidup dan kemudahan membeli serta mengonsumsi pangan, memiliki dampak yang nyata bagi lautan. Sepanjang tahun 2018, kelompok pembersih pantai menyatakan bahwa kemasan makanan menjadi sampah kedua yang paling banyak dikumpulkan, meliputi bungkus makanan serta alat makan dan minum sekali pakai (Widyaningrum, 2019).

Circular economy bertujuan untuk memperpanjang

masa pakai sampah menjadi sesuatu

yang berdaya guna untuk dimanfaatkan

kembali sebagai alternatif

Page 14: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

3

1.1 Latar Belakang

ampah plastik merupakan permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Penggunaan produk plastik secara tidak ramah

lingkungan menyebabkan berbagai masalah lingkungan hidup yang serius. Sampah plastik tidak hanya menjadi masalah di perkotaan, namun juga di lautan. Pencemaran sampah plastik, apabila tidak dikelola dengan baik akan berdampak kepada kesehatan manusia, membunuh berbagai hewan dilindungi, dan merusak lingkungan secara sistematis.

Isu ini menjadi perhatian dunia, terlebih setelah ditemukannya bangkai ikan paus bungkuk yang dipenuhi sampah plastik di Filipina (VOA, 2019) dan Wakatobi, Indonesia (Wismabrata, 2018).

Untuk mengatasi persoalan pencemaran sampah dari plastik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui penggunaan ulang (reuse), mendaur ulang (recycle), merubah sampah menjadi sumber energi (recovery), pelarangan, pengurangan bahan, atau pembatasan penggunaan kemasan plastik (reduce). Selain itu kita dapat berkontribusi dengan hidup ramah lingkungan serta bijak dalam penggunaan plastik.

S

KITA DAPAT BERKONTRIBUSI DENGAN CARA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN

Pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi sampah plastik di laut. Keseriusan pemerintah diwujudkan dengan telah ditetapkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Pada tahun 2025 ditargetkan terjadi pengurangan sampah plastik di laut sebesar 70%. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah percepatan yang komprehensif dan terpadu, salah satunya adalah melalui circular economy.

Kegiatan circular economy bertujuan untuk memperpanjang masa pakai sampah menjadi sesuatu yang berdaya guna untuk dimanfaatkan kembali sebagai alternatif bahan baku atau didaur ulang menjadi produk baru, sehingga dapat menghemat biaya produksi atau menjadi produk baru yang laku jual.

Perubahan gaya hidup dan kemudahan membeli serta mengonsumsi pangan, memiliki dampak yang nyata bagi lautan. Sepanjang tahun 2018, kelompok pembersih pantai menyatakan bahwa kemasan makanan menjadi sampah kedua yang paling banyak dikumpulkan, meliputi bungkus makanan serta alat makan dan minum sekali pakai (Widyaningrum, 2019).

Circular economy bertujuan untuk memperpanjang

masa pakai sampah menjadi sesuatu

yang berdaya guna untuk dimanfaatkan

kembali sebagai alternatif

Page 15: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

4

Dukungan Badan POM terhadap kegiatan circular economy, yaitu melalui pengaturan kemasan pangan berbahan kemasan daur ulang, yang tercantum dalam Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Oleh karena itu, sebagai wujud implementasi dari Peraturan tersebut, maka diperlukan penyusunan Pedoman Kemasan Daur Ulang yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan untuk produsen pangan, produsen kemasan pangan, instansi terkait serta masyarakat.

Pada umumnya, bahan yang dipakai untuk membuat botol adalah HDPE (High Density Polyethylene), LDPE (Low Density Polyethylene), PP (Polypropylene), PET

(Polyethylene Terephthalate), PC (Polycarbonate), PVC (Polyvinyl Chloride) dan PS (Polystyrene). Di Indonesia, sejak tahun 2017 sudah ada industri kemasan yang memproduksi kemasan plastik dari bahan PET daur ulang untuk kemasan pangan dengan komposisi daur ulang sebesar 80%. Selain itu, pada tahun 2018 juga sudah ada industri pangan yang menggunakan kemasan plastik dari 100% PET daur ulang.

Sebagai bahan kemasan pangan, karena memiliki kekuatan tarik (tensile strength) yang tinggi sehingga memiliki stabilitas bentuk cukup baik dan cocok untuk kemasan bentuk botol dan gelas, stabil terhadap benturan, dan

Plastik PET memiliki banyak keunggulan

dibandingkan jenis plastik lainnya karena memiliki kekuatan tarik (tensile strength) yang tinggi

ketahanan kimia yang sangat baik terhadap air, alkohol dan pelarut. Dibandingkan dengan LDPE, HDPE, PP, PVC, dan PS, plastik PET juga memiliki permeabilitas gas oksigen yang paling rendah sehingga dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap produk pangan dari kerusakan oksidatif.

Kemasan plastik PET banyak digunakan untuk botol minuman, botol minyak goreng, selai, botol kecap, botol saus, sambal, dan gelas plastik. Kinerja plastik dapat dilihat berdasarkan

nilai laju transmisi uap air (Water Vapor Transmission Rate/WVTR), laju transmisi gas oksigen (Oxygen Transmission Rate/OTR), kekuatan tarik (tensile strength) dan aroma barrier. Aroma barrier merupakan penilaian terhadap perlindungan akan kehilangan aroma atau pencemaran aroma dari luar; semakin banyak jumlah bintang semakin tinggi sifat perlindungan terhadap aromanya. Tabel 1 berikut menyajikan perbandingan kinerja plastik PET sebagai kemasan pangan dibandingkan jenis plastik lainnya.

Tabel 1. Sifat permeabilitas dan mekanis kemasan plastik (Kirwan and Strawbridge, 2003)

Jenis Plastik

(tebal 25µm) WVTR

(g / m2.hari) OTR

(cm3 /m2.hari) Tensile

Strength (MPa)

Aroma barrier (g / cm3)

PET 15-20 100-150 60-80 ***** HDPE 7-10 1600-2000 20-40 ***

Plastik PET memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis

plastik lainnya

Page 16: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

5

Dukungan Badan POM terhadap kegiatan circular economy, yaitu melalui pengaturan kemasan pangan berbahan kemasan daur ulang, yang tercantum dalam Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Oleh karena itu, sebagai wujud implementasi dari Peraturan tersebut, maka diperlukan penyusunan Pedoman Kemasan Daur Ulang yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan untuk produsen pangan, produsen kemasan pangan, instansi terkait serta masyarakat.

Pada umumnya, bahan yang dipakai untuk membuat botol adalah HDPE (High Density Polyethylene), LDPE (Low Density Polyethylene), PP (Polypropylene), PET

(Polyethylene Terephthalate), PC (Polycarbonate), PVC (Polyvinyl Chloride) dan PS (Polystyrene). Di Indonesia, sejak tahun 2017 sudah ada industri kemasan yang memproduksi kemasan plastik dari bahan PET daur ulang untuk kemasan pangan dengan komposisi daur ulang sebesar 80%. Selain itu, pada tahun 2018 juga sudah ada industri pangan yang menggunakan kemasan plastik dari 100% PET daur ulang.

Sebagai bahan kemasan pangan, karena memiliki kekuatan tarik (tensile strength) yang tinggi sehingga memiliki stabilitas bentuk cukup baik dan cocok untuk kemasan bentuk botol dan gelas, stabil terhadap benturan, dan

Plastik PET memiliki banyak keunggulan

dibandingkan jenis plastik lainnya karena memiliki kekuatan tarik (tensile strength) yang tinggi

ketahanan kimia yang sangat baik terhadap air, alkohol dan pelarut. Dibandingkan dengan LDPE, HDPE, PP, PVC, dan PS, plastik PET juga memiliki permeabilitas gas oksigen yang paling rendah sehingga dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap produk pangan dari kerusakan oksidatif.

Kemasan plastik PET banyak digunakan untuk botol minuman, botol minyak goreng, selai, botol kecap, botol saus, sambal, dan gelas plastik. Kinerja plastik dapat dilihat berdasarkan

nilai laju transmisi uap air (Water Vapor Transmission Rate/WVTR), laju transmisi gas oksigen (Oxygen Transmission Rate/OTR), kekuatan tarik (tensile strength) dan aroma barrier. Aroma barrier merupakan penilaian terhadap perlindungan akan kehilangan aroma atau pencemaran aroma dari luar; semakin banyak jumlah bintang semakin tinggi sifat perlindungan terhadap aromanya. Tabel 1 berikut menyajikan perbandingan kinerja plastik PET sebagai kemasan pangan dibandingkan jenis plastik lainnya.

Tabel 1. Sifat permeabilitas dan mekanis kemasan plastik (Kirwan and Strawbridge, 2003)

Jenis Plastik

(tebal 25µm) WVTR

(g / m2.hari) OTR

(cm3 /m2.hari) Tensile

Strength (MPa)

Aroma barrier (g / cm3)

PET 15-20 100-150 60-80 ***** HDPE 7-10 1600-2000 20-40 ***

Plastik PET memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis

plastik lainnya

Page 17: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

6

Jenis Plastik

(tebal 25µm) WVTR

(g / m2.hari) OTR

(cm3 /m2.hari) Tensile

Strength (MPa)

Aroma barrier (g / cm3)

PVC 30-40 150-350 40-60 ** LDPE 15-20 6500-8500 5-16 ** PP 10-12 2500-4500 20-40 *** PS 70-115 4500-6000 35-60 *

Dalam beberapa tahun terakhir dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin meningkat, khususnya di bidang dekontaminasi, mengakibatkan banyaknya industri yang mengembangkan proses pendaur-ulangan plastik "post-consumer” dari botol minuman PET. Hal ini memungkinkan dilakukan upaya pembersihan dan rekondisi dalam mendaur ulang PET sehingga diperoleh kembali kemasan pangan berbahan PET yang berkualitas sama dengan bahan dasar alami (virgin).

Pembuatan kemasan yang sudah berbentuk dan dapat berfungsi sebagai kemasan pangan, biasanya dikenal dengan istilah “artikel”. Dalam pembuatan kemasan artikel dari bahan plastik virgin terdapat kontrol pada bahan baku awal yang akan digunakan, tetapi untuk material “pascakonsumen” sulit dilakukan kontrol penuh terhadap bahan yang diharapkan.

PEMBUATAN PET DAUR ULANG SEBAGAI PRODUK AKHIR YANG AMAN UNTUK PANGAN HARUS

MENCAKUP PROSES PEMBERSIHAN YANG EFISIEN

UNTUK MENGHILANGKAN ZAT-ZAT YANG MERUGIKAN

Proses pembuatan kemasan pangan berbahan PET daur ulang yang aman harus mencakup proses pembersihan yang efisien untuk menghilangkan zat-zat yang merugikan. Oleh karena itu, pada proses daur ulang diperlukan jaminan terhadap penanganan selama proses produksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Seperti diketahui secara umum, plastik dapat berinteraksi dengan bahan kimia organik. Tingkat interaksi ini juga tergantung pada bahan polimer penyusunnya dan sifat penyerapan plastik. Sifat-sifat fisik ini pada akhirnya menentukan potensi risiko kontaminasi kemasan daur ulang ke dalam pangan. Berdasarkan aspek ini, PET memiliki sifat material yang jauh lebih baik dibandingkan dengan plastik kemasan lainnya, seperti poliolefin atau polistirena. Oleh karena itu, PET jauh lebih cocok untuk didaur ulang secara mekanik dan digunakan kembali di sektor komoditas pangan.

Proses pembuatan PET daur ulang sebagai produk akhir yang aman untuk pangan, harus mencakup langkah-langkah yang efisien, khususnya dalam membersihkan plastik/ kemasan bekas, menghilangkan zat yang berasal dari penggunaan sebelumnya, atau kemungkinan penyalahgunaan penggunaan sebelumnya.

Page 18: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

7

Jenis Plastik

(tebal 25µm) WVTR

(g / m2.hari) OTR

(cm3 /m2.hari) Tensile

Strength (MPa)

Aroma barrier (g / cm3)

PVC 30-40 150-350 40-60 ** LDPE 15-20 6500-8500 5-16 ** PP 10-12 2500-4500 20-40 *** PS 70-115 4500-6000 35-60 *

Dalam beberapa tahun terakhir dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin meningkat, khususnya di bidang dekontaminasi, mengakibatkan banyaknya industri yang mengembangkan proses pendaur-ulangan plastik "post-consumer” dari botol minuman PET. Hal ini memungkinkan dilakukan upaya pembersihan dan rekondisi dalam mendaur ulang PET sehingga diperoleh kembali kemasan pangan berbahan PET yang berkualitas sama dengan bahan dasar alami (virgin).

Pembuatan kemasan yang sudah berbentuk dan dapat berfungsi sebagai kemasan pangan, biasanya dikenal dengan istilah “artikel”. Dalam pembuatan kemasan artikel dari bahan plastik virgin terdapat kontrol pada bahan baku awal yang akan digunakan, tetapi untuk material “pascakonsumen” sulit dilakukan kontrol penuh terhadap bahan yang diharapkan.

PEMBUATAN PET DAUR ULANG SEBAGAI PRODUK AKHIR YANG AMAN UNTUK PANGAN HARUS

MENCAKUP PROSES PEMBERSIHAN YANG EFISIEN

UNTUK MENGHILANGKAN ZAT-ZAT YANG MERUGIKAN

Proses pembuatan kemasan pangan berbahan PET daur ulang yang aman harus mencakup proses pembersihan yang efisien untuk menghilangkan zat-zat yang merugikan. Oleh karena itu, pada proses daur ulang diperlukan jaminan terhadap penanganan selama proses produksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Seperti diketahui secara umum, plastik dapat berinteraksi dengan bahan kimia organik. Tingkat interaksi ini juga tergantung pada bahan polimer penyusunnya dan sifat penyerapan plastik. Sifat-sifat fisik ini pada akhirnya menentukan potensi risiko kontaminasi kemasan daur ulang ke dalam pangan. Berdasarkan aspek ini, PET memiliki sifat material yang jauh lebih baik dibandingkan dengan plastik kemasan lainnya, seperti poliolefin atau polistirena. Oleh karena itu, PET jauh lebih cocok untuk didaur ulang secara mekanik dan digunakan kembali di sektor komoditas pangan.

Proses pembuatan PET daur ulang sebagai produk akhir yang aman untuk pangan, harus mencakup langkah-langkah yang efisien, khususnya dalam membersihkan plastik/ kemasan bekas, menghilangkan zat yang berasal dari penggunaan sebelumnya, atau kemungkinan penyalahgunaan penggunaan sebelumnya.

Page 19: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

8

1.2 TUJUAN DAN SASARAN

1.2.1 Tujuan Pedoman ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan pengguna terkait proses pembuatan kemasan pangan dari bahan PET daur ulang sehingga kemasan tersebut dapat dinyatakan aman digunakan sebagai kemasan pangan.

1.2.2 SASARAN Pedoman ini ditujukan untuk produsen pangan, produsen kemasan pangan, instansi terkait serta masyarakat.

1.3 RUANG LINGKUP

Pedoman ini mencakup: a. Regulasi daur ulang PET botol b. Teknologi daur ulang kemasan c. Kriteria kualitas produk akhir

1.4 ISTILAH UMUM

1.4.1 Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

1.4.2 Kemasan Pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus Pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan Pangan maupun tidak.

1.4.3 Daur Ulang Kemasan adalah suatu pemrosesan ulang bahan kemasan yang sudah di pakai untuk penggunaan kembali sebagai kemasan atau untuk penggunaan lain.

1.4.4 Kemasan Pangan Daur Ulang adalah produk kemasan pangan yang dibuat dari hasil pemrosesan ulang bahan kemasan yang sudah di pakai.

1.4.5 Kemasan Pascakonsumen (Post-consumer) adalah kemasan yang sudah digunakan oleh konsumen.

Page 20: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

9

1.2 TUJUAN DAN SASARAN

1.2.1 Tujuan Pedoman ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan pengguna terkait proses pembuatan kemasan pangan dari bahan PET daur ulang sehingga kemasan tersebut dapat dinyatakan aman digunakan sebagai kemasan pangan.

1.2.2 SASARAN Pedoman ini ditujukan untuk produsen pangan, produsen kemasan pangan, instansi terkait serta masyarakat.

1.3 RUANG LINGKUP

Pedoman ini mencakup: a. Regulasi daur ulang PET botol b. Teknologi daur ulang kemasan c. Kriteria kualitas produk akhir

1.4 ISTILAH UMUM

1.4.1 Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

1.4.2 Kemasan Pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus Pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan Pangan maupun tidak.

1.4.3 Daur Ulang Kemasan adalah suatu pemrosesan ulang bahan kemasan yang sudah di pakai untuk penggunaan kembali sebagai kemasan atau untuk penggunaan lain.

1.4.4 Kemasan Pangan Daur Ulang adalah produk kemasan pangan yang dibuat dari hasil pemrosesan ulang bahan kemasan yang sudah di pakai.

1.4.5 Kemasan Pascakonsumen (Post-consumer) adalah kemasan yang sudah digunakan oleh konsumen.

Page 21: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

10

1.4.6 Daur Ulang Mekanik dengan Alkali (mechanical recycling treatment with alkali/ MRA) adalah proses daur ulang PET secara mekanik dan perlakuan dengan alkali dalam bentuk pellet dan bukan untuk Kemasan Pangan.

1.4.7 Daur Ulang Mekanik dengan Perlakuan Lain (mechanical recycling plus treatment other than treatment with alkali/ MRP) adalah proses daur ulang PET secara mekanik dengan perlakuan lain selain akali, seperti Solid Phase Polymerization dan penguapan vakum dalam bentuk pellet dan untuk Kemasan Pangan.

1.4.8 Pelaku Usaha Pangan adalah setiap orang yang bergerak pada satu atau lebih subsistem agribisnis pangan, yaitu penyedia masukan produksi, proses produksi, pengolahan, pemasaran, perdagangan, dan penunjang.

1.4.9 Produsen Kemasan Pangan adalah perusahaan yang memproduksi Kemasan Pangan.

1.4.10 Bahan Kontak Pangan adalah bahan Kemasan Pangan yang bersentuhan dengan Pangan termasuk peralatan makan dan peralatan pengolahan Pangan.

1.4.11 Zat Kontak Pangan adalah zat penyusun Kemasan Pangan yang dalam penggunaannya bersentuhan langsung dengan Pangan.

1.4.12 Migrasi adalah proses terjadinya perpindahan suatu zat dari Kemasan Pangan ke dalam Pangan.

1.4.13 Resin adalah bijih Plastik yang umumnya berbentuk granula dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kemasan plastik.

1.4.14 Plastik adalah senyawa makromolekul organik yang diperoleh dengan cara polimerisasi, polikondensasi, poliadisi, atau proses serupa lainnya dari monomer atau oligomer atau dengan perubahan kimiawi makromolekul alami atau fermentasi mikroba.

1.4.15 Artikel adalah bahan yang sudah berbentuk dan dapat berfungsi sebagai Kemasan Pangan.

Page 22: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

11

1.4.6 Daur Ulang Mekanik dengan Alkali (mechanical recycling treatment with alkali/ MRA) adalah proses daur ulang PET secara mekanik dan perlakuan dengan alkali dalam bentuk pellet dan bukan untuk Kemasan Pangan.

1.4.7 Daur Ulang Mekanik dengan Perlakuan Lain (mechanical recycling plus treatment other than treatment with alkali/ MRP) adalah proses daur ulang PET secara mekanik dengan perlakuan lain selain akali, seperti Solid Phase Polymerization dan penguapan vakum dalam bentuk pellet dan untuk Kemasan Pangan.

1.4.8 Pelaku Usaha Pangan adalah setiap orang yang bergerak pada satu atau lebih subsistem agribisnis pangan, yaitu penyedia masukan produksi, proses produksi, pengolahan, pemasaran, perdagangan, dan penunjang.

1.4.9 Produsen Kemasan Pangan adalah perusahaan yang memproduksi Kemasan Pangan.

1.4.10 Bahan Kontak Pangan adalah bahan Kemasan Pangan yang bersentuhan dengan Pangan termasuk peralatan makan dan peralatan pengolahan Pangan.

1.4.11 Zat Kontak Pangan adalah zat penyusun Kemasan Pangan yang dalam penggunaannya bersentuhan langsung dengan Pangan.

1.4.12 Migrasi adalah proses terjadinya perpindahan suatu zat dari Kemasan Pangan ke dalam Pangan.

1.4.13 Resin adalah bijih Plastik yang umumnya berbentuk granula dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kemasan plastik.

1.4.14 Plastik adalah senyawa makromolekul organik yang diperoleh dengan cara polimerisasi, polikondensasi, poliadisi, atau proses serupa lainnya dari monomer atau oligomer atau dengan perubahan kimiawi makromolekul alami atau fermentasi mikroba.

1.4.15 Artikel adalah bahan yang sudah berbentuk dan dapat berfungsi sebagai Kemasan Pangan.

Page 23: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

12

Page 24: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

13

2

KONSEP DAN REGULASI DAUR ULANG KEMASAN PLASTIK

Page 25: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

14

2.1 KEMASAN DAUR ULANG

ersoalan pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia. Riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan

bahwa 24 % sampah di Indonesia masih tidak terkelola dan berpotensi merusak ekosistem lingkungan.

Selain itu, ditemukan bahwa 60% sampah perkotaan merupakan bahan organik, 14% plastik, 9% berupa kertas, 4,3% bahan metal dan 12,7% berbagai macam bentuknya mulai dari kaca, kayu, dan bahan lainnya. Salah satu alternatif solusi untuk mengurangi limbah plastik adalah dengan melakukan daur ulang. Penggunaan plastik daur ulang untuk kemasan pangan sudah muncul sejak tahun 1990 dan didorong oleh minat industri dalam rangka mengurangi masalah limbah kemasan plastik.

Plastik menjadi bahan yang paling populer di dunia. Penggunaannya meningkat 20 kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Meskipun permintaan terus meningkat, berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF), hanya 5% dari plastik didaur ulang dengan efektif, sementara 40% berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, dan

P

5% DARI PLASTIK DIDAUR ULANG DENGAN EFEKTIF,

SEMENTARA 40% BERAKHIR DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH, DAN SISANYA

BERAKHIR DI EKOSISTEM SEPERTI LAUTAN

sisanya berakhir di ekosistem seperti lautan (Suara Pembaruan, 2015).

Konsep daur ulang plastik dibedakan menjadi 4 tingkat (tier), yaitu:

1. Tingkat 1 adalah pemrosesan ulang secara mekanik dari kepingan/ hancuran plastik yang dihasilkan dari proses produksi di industri. Tingkat ini disebut primary recycling atau Mechanical Recycling.

2. Tingkat 2 adalah pemrosesan ulang bahan secara mekanik yang dikumpulkan dari barang-barang plastik pascakonsumen. Tingkat ini disebut secondary recycling atau Mechanical Recycling.

3. Tingkat 3 adalah pemrosesan ulang bahan secara kimiawi yang dikumpulkan dari barang-barang plastik pascakonsumen. Tingkat ini disebut tertiary recycling atau Chemical Recycling.

4. Tingkat 4 adalah pembakaran (incineration) bahan-bahan yang dikumpulkan dari barang-barang plastik pascakonsumen dan pasca industri. Tingkat ini disebut quaternary recycling atau Energy Recycling.

Perbedaan istilah daur ulang ASTM dan ISO seperti tercantum dalam tabel 2.

Tabel 2. Konsep daur ulang ASTM dan ISO ASTM D5033 ISO 15270

Primary recycling Mechanical recycling Secondary recycling Mechanical recycling

Page 26: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

15

2.1 KEMASAN DAUR ULANG

ersoalan pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia. Riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan

bahwa 24 % sampah di Indonesia masih tidak terkelola dan berpotensi merusak ekosistem lingkungan.

Selain itu, ditemukan bahwa 60% sampah perkotaan merupakan bahan organik, 14% plastik, 9% berupa kertas, 4,3% bahan metal dan 12,7% berbagai macam bentuknya mulai dari kaca, kayu, dan bahan lainnya. Salah satu alternatif solusi untuk mengurangi limbah plastik adalah dengan melakukan daur ulang. Penggunaan plastik daur ulang untuk kemasan pangan sudah muncul sejak tahun 1990 dan didorong oleh minat industri dalam rangka mengurangi masalah limbah kemasan plastik.

Plastik menjadi bahan yang paling populer di dunia. Penggunaannya meningkat 20 kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Meskipun permintaan terus meningkat, berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF), hanya 5% dari plastik didaur ulang dengan efektif, sementara 40% berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, dan

P

5% DARI PLASTIK DIDAUR ULANG DENGAN EFEKTIF,

SEMENTARA 40% BERAKHIR DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH, DAN SISANYA

BERAKHIR DI EKOSISTEM SEPERTI LAUTAN

sisanya berakhir di ekosistem seperti lautan (Suara Pembaruan, 2015).

Konsep daur ulang plastik dibedakan menjadi 4 tingkat (tier), yaitu:

1. Tingkat 1 adalah pemrosesan ulang secara mekanik dari kepingan/ hancuran plastik yang dihasilkan dari proses produksi di industri. Tingkat ini disebut primary recycling atau Mechanical Recycling.

2. Tingkat 2 adalah pemrosesan ulang bahan secara mekanik yang dikumpulkan dari barang-barang plastik pascakonsumen. Tingkat ini disebut secondary recycling atau Mechanical Recycling.

3. Tingkat 3 adalah pemrosesan ulang bahan secara kimiawi yang dikumpulkan dari barang-barang plastik pascakonsumen. Tingkat ini disebut tertiary recycling atau Chemical Recycling.

4. Tingkat 4 adalah pembakaran (incineration) bahan-bahan yang dikumpulkan dari barang-barang plastik pascakonsumen dan pasca industri. Tingkat ini disebut quaternary recycling atau Energy Recycling.

Perbedaan istilah daur ulang ASTM dan ISO seperti tercantum dalam tabel 2.

Tabel 2. Konsep daur ulang ASTM dan ISO ASTM D5033 ISO 15270

Primary recycling Mechanical recycling Secondary recycling Mechanical recycling

Page 27: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

16

ASTM D5033 ISO 15270 Tertiary recycling Chemical recycling

Quaternary recycling Energy recycling

Contoh daur ulang tingkat 2, yaitu pengolahan dengan metode URRC (United Resource Recovery Corporation) (USA). Botol PET bekas diolah menjadi bentuk flakes kemudian dicuci, selanjutnya dilakukan proses dekontaminasi hingga menjadi flakes PET food grade. Fokus utama dari proses daur ulang tingkat 2 adalah proses dekontaminasi. Dekontaminasi dapat menggunakan bahan kimia (caustic solution) atau dengan menggunakan alat yang dinamakan Solid State Polycondensation (SSP).

Dalam Pedoman Recycled Materials in Food Contact Applications yang dikeluarkan oleh The Australian Packaging Covenant Organisation (APCO) tahun 2014, terdapat hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum menggunakan kemasan daur ulang, yaitu:

a. Komposisi bahan kimia yang digunakan sebagai bahan kemasan. Bahan kontak pangan yang digunakan harus diketahui untuk memprediksi kemungkinan bahan/ zat kontak pangan yang akan bermigrasi ketika di daur ulang

b. Sumber bahan daur ulang kemasan c. Proses daur ulang d. Presentase komposisi daur ulang e. Proses produksi kemasan f. Proses pengisian produk pangan ke dalam kemasan g. Tipe/ jenis produk pangan yang digunakan

h. Aplikasi dan penggunaan kemasan pangan seperti bisa digunakan untuk microwave atau tidak

i. Kondisi penyimpanan j. Metode analisis keamanan pangan

2.2 REGULASI

Di Australia, pabrik kemasan diwajibkan mengikuti persyaratan dari Australia New Zealand Food Standards Code untuk menjamin bahwa kemasan pangan yang digunakan berasal dari bahan kemasan yang aman dan sesuai dengan persyaratan yang ada dalam Australian Standard 1.4.3 Articles and Materials in Food Contact. Regulasi tersebut berisi informasi lengkap tentang bahan kontak pangan secara umum, tetapi tidak spesifik terkait kemasan. Regulasi spesifik plastik dapat mengacu pada Australian Standard for Plastic Materials for Food Contact Use, AS 2070-1999 yang menyediakan panduan bagi industri tentang produksi bahan plastik sebagai kemasan pangan.

Uni Eropa memiliki regulasi bahan kontak pangan yaitu Commission Regulation (EU) No 10/2011 on plastic materials and articles intended to come into contact with food. Regulasi ini dan amandemennya mengatur penggunaan plastik yang aman untuk kemasan pangan, zat kontak pangan yang diperbolehkan digunakan untuk pembuatan plastik termasuk bahan daur ulang, dan batas migrasi untuk zat kontak pangan yang dapat dimungkinkan berpindah dari kemasan ke dalam pangan. Dalam regulasi ini juga mencakup pengaturan migrasi total (overall migration)

Page 28: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

17

ASTM D5033 ISO 15270 Tertiary recycling Chemical recycling

Quaternary recycling Energy recycling

Contoh daur ulang tingkat 2, yaitu pengolahan dengan metode URRC (United Resource Recovery Corporation) (USA). Botol PET bekas diolah menjadi bentuk flakes kemudian dicuci, selanjutnya dilakukan proses dekontaminasi hingga menjadi flakes PET food grade. Fokus utama dari proses daur ulang tingkat 2 adalah proses dekontaminasi. Dekontaminasi dapat menggunakan bahan kimia (caustic solution) atau dengan menggunakan alat yang dinamakan Solid State Polycondensation (SSP).

Dalam Pedoman Recycled Materials in Food Contact Applications yang dikeluarkan oleh The Australian Packaging Covenant Organisation (APCO) tahun 2014, terdapat hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum menggunakan kemasan daur ulang, yaitu:

a. Komposisi bahan kimia yang digunakan sebagai bahan kemasan. Bahan kontak pangan yang digunakan harus diketahui untuk memprediksi kemungkinan bahan/ zat kontak pangan yang akan bermigrasi ketika di daur ulang

b. Sumber bahan daur ulang kemasan c. Proses daur ulang d. Presentase komposisi daur ulang e. Proses produksi kemasan f. Proses pengisian produk pangan ke dalam kemasan g. Tipe/ jenis produk pangan yang digunakan

h. Aplikasi dan penggunaan kemasan pangan seperti bisa digunakan untuk microwave atau tidak

i. Kondisi penyimpanan j. Metode analisis keamanan pangan

2.2 REGULASI

Di Australia, pabrik kemasan diwajibkan mengikuti persyaratan dari Australia New Zealand Food Standards Code untuk menjamin bahwa kemasan pangan yang digunakan berasal dari bahan kemasan yang aman dan sesuai dengan persyaratan yang ada dalam Australian Standard 1.4.3 Articles and Materials in Food Contact. Regulasi tersebut berisi informasi lengkap tentang bahan kontak pangan secara umum, tetapi tidak spesifik terkait kemasan. Regulasi spesifik plastik dapat mengacu pada Australian Standard for Plastic Materials for Food Contact Use, AS 2070-1999 yang menyediakan panduan bagi industri tentang produksi bahan plastik sebagai kemasan pangan.

Uni Eropa memiliki regulasi bahan kontak pangan yaitu Commission Regulation (EU) No 10/2011 on plastic materials and articles intended to come into contact with food. Regulasi ini dan amandemennya mengatur penggunaan plastik yang aman untuk kemasan pangan, zat kontak pangan yang diperbolehkan digunakan untuk pembuatan plastik termasuk bahan daur ulang, dan batas migrasi untuk zat kontak pangan yang dapat dimungkinkan berpindah dari kemasan ke dalam pangan. Dalam regulasi ini juga mencakup pengaturan migrasi total (overall migration)

Page 29: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

18

sebesar 10 mg bahan/dm2 dari luas kontak pangan untuk semua zat yang dapat bermigrasi dari bahan kontak pangan ke dalam pangan, yang juga dinyatakan sebagai 60 mg/kg pangan.

Regulasi Uni Eropa yang dikhususkan pada kemasan daur ulang yaitu Commission Regulation (EC) No 282/2008 on recycled plastic materials and articles intended to come into contact with foods and amending Regulation (EC) No 2023/2006. Regulasi ini mensyaratkan bahwa plastik daur ulang yang digunakan untuk kemasan pangan harus berasal dari proses daur ulang yang sudah ditetapkan dengan beberapa kriteria yang dituangkan dalam regulasi tersebut.

European Food Safety Authority (EFSA) telah mempublikasikan pedoman pengajuan permohonan evaluasi keamanan kemasan. Pedoman tersebut berisi tentang proses daur ulang dan bahan kontak pangan serta data-data yang dibutuhkan oleh EFSA dalam mengevaluasi risiko migrasi zat dari bahan plastik daur ulang dalam kemasan pangan. Pedoman ini juga mencakup proses daur ulang untuk semua jenis plastik.

Amerika Serikat melalui U.S. Food & Drug Administration telah mengeluarkan Guidance for Industry: Use of Recycled Plastics in Food Packaging: Chemistry Considerations yang menginformasikan kepada industri terkait pertimbangan penggunaan bahan kimia yang cocok digunakan untuk kemasan pangan dari daur ulang, serta kemungkinan kontaminasi kimia dari bahan daur ulang.

Sustainable Packaging Coalition (SPC) telah mengeluarkan Guidelines for Post-Consumer Recycled Content in Plastic Packaging. Pedoman ini dikembangkan untuk memfasilitasi cara komunikasi yang lebih baik antara pembeli retail dengan converter terkait penggunaan bahan/ material daur ulang pascakonsumen untuk kemasan plastik.

Kemasan daur ulang pangan di Jepang diatur dalam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan standar sukarela industri. Terdapat 3 pedoman terkait daur ulang kemasan yaitu: 1. Guideline on the Use of Recycled Plastic Material in Food

Apparatus, Containers and Packaging Pedoman ini disusun oleh Ministry of Health, Labour

and Welfare (MHLW), dan ditetapkan pada tanggal 27 April 2012.

Pedoman ini berlaku untuk penggunaan bahan plastik daur ulang untuk produk peralatan makanan, wadah, dan kemasan. Pedoman ini tidak berlaku untuk produk yang dapat digunakan kembali yang dikumpulkan, dicuci, dan digunakan kembali setelah digunakan oleh konsumen, sehingga terjadi perubahan yang signifikan dalam pengelolaan keamanannya.

Dalam pedoman ini proses daur ulang dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu: - Daur ulang fisik

Proses daur ulang ini tidak berpengaruh untuk mengubah polimer dasar. Proses ini termasuk

Page 30: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

19

sebesar 10 mg bahan/dm2 dari luas kontak pangan untuk semua zat yang dapat bermigrasi dari bahan kontak pangan ke dalam pangan, yang juga dinyatakan sebagai 60 mg/kg pangan.

Regulasi Uni Eropa yang dikhususkan pada kemasan daur ulang yaitu Commission Regulation (EC) No 282/2008 on recycled plastic materials and articles intended to come into contact with foods and amending Regulation (EC) No 2023/2006. Regulasi ini mensyaratkan bahwa plastik daur ulang yang digunakan untuk kemasan pangan harus berasal dari proses daur ulang yang sudah ditetapkan dengan beberapa kriteria yang dituangkan dalam regulasi tersebut.

European Food Safety Authority (EFSA) telah mempublikasikan pedoman pengajuan permohonan evaluasi keamanan kemasan. Pedoman tersebut berisi tentang proses daur ulang dan bahan kontak pangan serta data-data yang dibutuhkan oleh EFSA dalam mengevaluasi risiko migrasi zat dari bahan plastik daur ulang dalam kemasan pangan. Pedoman ini juga mencakup proses daur ulang untuk semua jenis plastik.

Amerika Serikat melalui U.S. Food & Drug Administration telah mengeluarkan Guidance for Industry: Use of Recycled Plastics in Food Packaging: Chemistry Considerations yang menginformasikan kepada industri terkait pertimbangan penggunaan bahan kimia yang cocok digunakan untuk kemasan pangan dari daur ulang, serta kemungkinan kontaminasi kimia dari bahan daur ulang.

Sustainable Packaging Coalition (SPC) telah mengeluarkan Guidelines for Post-Consumer Recycled Content in Plastic Packaging. Pedoman ini dikembangkan untuk memfasilitasi cara komunikasi yang lebih baik antara pembeli retail dengan converter terkait penggunaan bahan/ material daur ulang pascakonsumen untuk kemasan plastik.

Kemasan daur ulang pangan di Jepang diatur dalam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan standar sukarela industri. Terdapat 3 pedoman terkait daur ulang kemasan yaitu: 1. Guideline on the Use of Recycled Plastic Material in Food

Apparatus, Containers and Packaging Pedoman ini disusun oleh Ministry of Health, Labour

and Welfare (MHLW), dan ditetapkan pada tanggal 27 April 2012.

Pedoman ini berlaku untuk penggunaan bahan plastik daur ulang untuk produk peralatan makanan, wadah, dan kemasan. Pedoman ini tidak berlaku untuk produk yang dapat digunakan kembali yang dikumpulkan, dicuci, dan digunakan kembali setelah digunakan oleh konsumen, sehingga terjadi perubahan yang signifikan dalam pengelolaan keamanannya.

Dalam pedoman ini proses daur ulang dikategorikan menjadi 2 kelompok yaitu: - Daur ulang fisik

Proses daur ulang ini tidak berpengaruh untuk mengubah polimer dasar. Proses ini termasuk

Page 31: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

20

Solid Phase Polymerization (SPP) dengan suhu tinggi dan tekanan rendah.

- Daur ulang kimia Plastik bekas dipanaskan dan didepolimerisasi secara kimia menjadi monomer, yang dimurnikan dengan distilasi, dan kristalisasi. Proses daur ulang ini melibatkan depolimerisasi kimia dan repolimerisasi.

Dalam pedoman ini tidak dipersyaratkan terkait pelabelan untuk kemasan dari bahan daur ulang. Pelabelan yang dilakukan oleh industri ditetapkan oleh standar internal dari masing-masing perusahaan.

2. Voluntary Design Guidelines for Designated PET Bottles Pedoman ini disusun oleh The Council for PET Bottle

Recycling pada tanggal 1 Maret 2016. Pedoman ini bersifat sukarela yang disusun oleh

anggota asosiasi tersebut untuk mempermudah proses pembuatan PET daur ulang.

Pada tahun 1994, penggunaan lem kertas sebagai penyambung label sudah mulai dilarang, akan tetapi hingga saat ini masih dapat digunakan sepanjang mudah dihilangkan dan tidak meninggalkan bekas pada botol PET.

Pedoman ini menjelaskan kriteria botol PET yang dapat didaur ulang adalah botol yang berwarna jernih dan tidak boleh yang berwarna, dilarang mencetak label langsung di permukaan botol, serta tidak

menggunakan lem/perekat label yang dapat meninggalkan bekas pada botol.

Botol PET yang berwarna tidak boleh di daur ulang karena dikhawatirkan pewarna yang digunakan dalam botol tersebut akan mempengaruhi kualitas dari performa PET dan akan mempersulit kontrol kualitas dari produk akhir PET daur ulang.

Secara prinsip, pada pedoman ini, IV (intrinsic viscosity) hanya di atur pada produk resin daur ulangnya saja sedangkan pada flakes hanya diatur penampakan berdasarkan ukuran dan warna. IV di botol sama dengan flakes karena hanya mengalami penghancuran saja. IV di resin akan berubah karena adanya proses pelelehan sehingga IV akan turun. Kemudian dengan adanya proses Solid State Polycondensation (SSP) dapat membuat IV resin daur ulang sama dengan IV resin virgin.

3. The-Self Restriction Standard Ver 5.2 Standar ini disusun oleh The Japan PET Tray

Association pada tahun 2015. Standar ini bersifat sukarela (voluntary), dan

digunakan untuk PET fiber, lembaran (sheet film), botol (termasuk untuk minuman, bumbu dan pangan lainnya), dan PET lembaran berbentuk amorf/ tray, mainan, perlengkapan kantor/ sekolah.

Standar ini dibentuk berdasarkan pedoman penggunaan bahan plastik daur ulang yang

Page 32: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

21

Solid Phase Polymerization (SPP) dengan suhu tinggi dan tekanan rendah.

- Daur ulang kimia Plastik bekas dipanaskan dan didepolimerisasi secara kimia menjadi monomer, yang dimurnikan dengan distilasi, dan kristalisasi. Proses daur ulang ini melibatkan depolimerisasi kimia dan repolimerisasi.

Dalam pedoman ini tidak dipersyaratkan terkait pelabelan untuk kemasan dari bahan daur ulang. Pelabelan yang dilakukan oleh industri ditetapkan oleh standar internal dari masing-masing perusahaan.

2. Voluntary Design Guidelines for Designated PET Bottles Pedoman ini disusun oleh The Council for PET Bottle

Recycling pada tanggal 1 Maret 2016. Pedoman ini bersifat sukarela yang disusun oleh

anggota asosiasi tersebut untuk mempermudah proses pembuatan PET daur ulang.

Pada tahun 1994, penggunaan lem kertas sebagai penyambung label sudah mulai dilarang, akan tetapi hingga saat ini masih dapat digunakan sepanjang mudah dihilangkan dan tidak meninggalkan bekas pada botol PET.

Pedoman ini menjelaskan kriteria botol PET yang dapat didaur ulang adalah botol yang berwarna jernih dan tidak boleh yang berwarna, dilarang mencetak label langsung di permukaan botol, serta tidak

menggunakan lem/perekat label yang dapat meninggalkan bekas pada botol.

Botol PET yang berwarna tidak boleh di daur ulang karena dikhawatirkan pewarna yang digunakan dalam botol tersebut akan mempengaruhi kualitas dari performa PET dan akan mempersulit kontrol kualitas dari produk akhir PET daur ulang.

Secara prinsip, pada pedoman ini, IV (intrinsic viscosity) hanya di atur pada produk resin daur ulangnya saja sedangkan pada flakes hanya diatur penampakan berdasarkan ukuran dan warna. IV di botol sama dengan flakes karena hanya mengalami penghancuran saja. IV di resin akan berubah karena adanya proses pelelehan sehingga IV akan turun. Kemudian dengan adanya proses Solid State Polycondensation (SSP) dapat membuat IV resin daur ulang sama dengan IV resin virgin.

3. The-Self Restriction Standard Ver 5.2 Standar ini disusun oleh The Japan PET Tray

Association pada tahun 2015. Standar ini bersifat sukarela (voluntary), dan

digunakan untuk PET fiber, lembaran (sheet film), botol (termasuk untuk minuman, bumbu dan pangan lainnya), dan PET lembaran berbentuk amorf/ tray, mainan, perlengkapan kantor/ sekolah.

Standar ini dibentuk berdasarkan pedoman penggunaan bahan plastik daur ulang yang

Page 33: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

22

diterbitkan oleh Ministry of Health, Labour and Welfare Jepang.

Standar ini digunakan untuk kemasan tray yang berbahan multilapis dengan komposisi lapisannya adalah virgin/ recycle/ virgin (V/R/V).

Secara umum proses pembuatan PET daur ulang dari botol ke tray adalah: botol yang dikumpulkan dari dropbox dipisahkan dari labelnya kemudian botol tersebut dipisahkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh masing-masing industri, setelah dipisahkan, botol tersebut dilakukan pencucian, dan dikeringkan. Setelah kering, botol diproses dengan menggunakan SSP untuk dijadikan flakes kemudian flakes dilelehkan dan diformulasi menjadi V/R/V dan kemudian dicetak dengan sistem tiup, setelah itu dipotong sesuai kebutuhan dan dikemas untuk didistribusikan.

Page 34: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

23

diterbitkan oleh Ministry of Health, Labour and Welfare Jepang.

Standar ini digunakan untuk kemasan tray yang berbahan multilapis dengan komposisi lapisannya adalah virgin/ recycle/ virgin (V/R/V).

Secara umum proses pembuatan PET daur ulang dari botol ke tray adalah: botol yang dikumpulkan dari dropbox dipisahkan dari labelnya kemudian botol tersebut dipisahkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh masing-masing industri, setelah dipisahkan, botol tersebut dilakukan pencucian, dan dikeringkan. Setelah kering, botol diproses dengan menggunakan SSP untuk dijadikan flakes kemudian flakes dilelehkan dan diformulasi menjadi V/R/V dan kemudian dicetak dengan sistem tiup, setelah itu dipotong sesuai kebutuhan dan dikemas untuk didistribusikan.

Page 35: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

24

Page 36: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

25

3

TEKNOLOGI DAUR ULANG KEMASAN PANGAN

Page 37: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

26

roses daur ulang secara umum dimulai dari pengumpulan sampah botol PET yang dipisahkan antara tutup botol dan label yang menempel pada

kemasan, kemudian pengiriman sampah botol PET ke collection center untuk selanjutnya diproses menjadi bahan daur ulang. Proses tersebut dapat dilihat dalam gambar 3.1.

3.1 PENGUMPULAN DAN SORTASI BAHAN

Pengumpulan bahan merupakan tahap awal pada proses daur ulang untuk memperoleh bahan baku. Bahan baku yang diperoleh dari pemulung, dikumpulkan ke pengepul dan kemudian dikirimkan ke bank sampah/ bandar sampah yang selanjutnya akan diolah di collection center menjadi serpihan (flakes) botol PET. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi kemasan daur ulang harus berasal dari jenis plastik PET ( ) yang sebelumnya digunakan untuk kemasan pangan. Pada tahap ini pemulung melakukan pemilahan jenis plastik berdasarkan jenis kode plastik. Proses daur ulang secara umum dapat dilihat pada gambar 3.1.

P

Page 38: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

27

roses daur ulang secara umum dimulai dari pengumpulan sampah botol PET yang dipisahkan antara tutup botol dan label yang menempel pada

kemasan, kemudian pengiriman sampah botol PET ke collection center untuk selanjutnya diproses menjadi bahan daur ulang. Proses tersebut dapat dilihat dalam gambar 3.1.

3.1 PENGUMPULAN DAN SORTASI BAHAN

Pengumpulan bahan merupakan tahap awal pada proses daur ulang untuk memperoleh bahan baku. Bahan baku yang diperoleh dari pemulung, dikumpulkan ke pengepul dan kemudian dikirimkan ke bank sampah/ bandar sampah yang selanjutnya akan diolah di collection center menjadi serpihan (flakes) botol PET. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi kemasan daur ulang harus berasal dari jenis plastik PET ( ) yang sebelumnya digunakan untuk kemasan pangan. Pada tahap ini pemulung melakukan pemilahan jenis plastik berdasarkan jenis kode plastik. Proses daur ulang secara umum dapat dilihat pada gambar 3.1.

P

Gam

bar 3

.1 Pr

oses

dau

r ula

ng s

ecar

a um

um

Samp

ah B

otol

PET

Samp

ah P

ET di

kump

ulkan

(d

ipisa

hkan

dari t

utup d

an la

bel)

Trad

er (m

ener

ima P

ET B

otol

dalam

bentu

k Bulk

)

Pemb

uata

n Flak

es

Pros

es pe

mbua

tan m

enjad

i pro

duk

akhir

(res

in/ pr

eform

/ artik

el)

Page 39: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

28

Pemulung/ pengepul/ bank sampah/ bandar sampah memisahkan/ menyortir kemasan plastik pascakonsumen antara label kemasan dan tutupnya. Label kemasan yang tidak dapat pisah secara sempurna (masih sedikit menyisakan di kemasan) perlu diolah lebih lanjut agar dapat digunakan sebagai bahan baku kemasan PET daur ulang. Untuk memudahkan pengiriman ke collection center dapat dilakukan pengepresan terlebih dahulu menggunakan alat hydraulic press atau sejenisnya, seperti terlihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Botol yang sudah dipress dan siap diolah lebih lanjut

Kriteria botol PET bekas yang akan digunakan sebagai bahan baku kemasan pangan daur ulang dikelompokkan sebagai berikut: a. Botol PET yang dapat diproses

yaitu kemasan berbentuk botol yang berasal dari kemasan pangan tanpa label, tanpa segel, tanpa tutup,

bening/ transparan serta tidak meninggalkan sisa lem/ perekat.

b. Botol PET bekas yang masih dapat ditoleransi untuk diproses yaitu botol dengan stiker/label yang melekat kuat, botol berisi tanah, dan bekas minyak goreng. Botol tersebut masih dapat digunakan dengan catatan, stiker dan kontaminasinya dipastikan dapat dihilangkan.

Botol PET yang tidak dapat diproses (reject), yaitu kemasan berbentuk jar/ toples atau botol yang sebelumnya digunakan untuk menyimpan rokok, deterjen, kosmetik, obat, oli, cat, senyawa kimia lainnya (air radiator, sabun pencuci piring, sabun mandi), serta baterai.

Gambar 3.3 Botol PET yang dapat diproses

Page 40: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

29

Pemulung/ pengepul/ bank sampah/ bandar sampah memisahkan/ menyortir kemasan plastik pascakonsumen antara label kemasan dan tutupnya. Label kemasan yang tidak dapat pisah secara sempurna (masih sedikit menyisakan di kemasan) perlu diolah lebih lanjut agar dapat digunakan sebagai bahan baku kemasan PET daur ulang. Untuk memudahkan pengiriman ke collection center dapat dilakukan pengepresan terlebih dahulu menggunakan alat hydraulic press atau sejenisnya, seperti terlihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Botol yang sudah dipress dan siap diolah lebih lanjut

Kriteria botol PET bekas yang akan digunakan sebagai bahan baku kemasan pangan daur ulang dikelompokkan sebagai berikut: a. Botol PET yang dapat diproses

yaitu kemasan berbentuk botol yang berasal dari kemasan pangan tanpa label, tanpa segel, tanpa tutup,

bening/ transparan serta tidak meninggalkan sisa lem/ perekat.

b. Botol PET bekas yang masih dapat ditoleransi untuk diproses yaitu botol dengan stiker/label yang melekat kuat, botol berisi tanah, dan bekas minyak goreng. Botol tersebut masih dapat digunakan dengan catatan, stiker dan kontaminasinya dipastikan dapat dihilangkan.

Botol PET yang tidak dapat diproses (reject), yaitu kemasan berbentuk jar/ toples atau botol yang sebelumnya digunakan untuk menyimpan rokok, deterjen, kosmetik, obat, oli, cat, senyawa kimia lainnya (air radiator, sabun pencuci piring, sabun mandi), serta baterai.

Gambar 3.3 Botol PET yang dapat diproses

Page 41: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

30

Gambar 3.4 Botol PET bekas yang masih dapat ditoleransi untuk

diproses

Botol PET bekas yang diperoleh, selanjutnya dilakukan pemisahan berdasarkan warna sebagaimana gambar di bawah ini:

Gambar 3.5 Botol berwarna bening (transparan)

3.2 PEMBUATAN FLAKES

Botol PET dipisahkan antara yang tidak berwarna (bening/ transparan) dengan yang berwarna serta botol yang telah bersih dari lem dan kotoran (pasir, tanah). Kemudian botol dimasukkan ke mesin grinding dan washing. Pada proses ini dilakukan pencacahan menjadi bentuk serpihan (flakes) dan sekaligus pencucian menggunakan air bersih dan alkaline water. Perbandingan flakes sebelum dan setelah dicuci dengan alkaline water dapat dilihat pada gambar 3.6 dan 3.7.

Serpihan (flakes) yang dihasilkan ditampung dalam bak berisi air untuk memisahkan sisa potongan ring dan tutup botol, label, segel, lem/ perekat dan lain-lain, menggunakan metode swim and sink (SS). Sisa potongan tersebut akan terapung karena memiliki berat jenis lebih kecil dibandingkan dengan flakes PET, sehingga flakes PET akan berada di dasar bak pencucian.

Flakes yang dihasilkan akan didorong masuk ke bak penampungan untuk dikeringkan sekaligus memisahkan flakes dari kontaminasi fisik (batu, pasir, kerikil, dan lain-lain) yang memiliki berat jenis lebih besar dari flakes. Kemudian flakes masuk ke conveyor untuk dilakukan sortir terakhir guna memisahkan sisa potongan ring/ tutup/ kontaminasi fisik, apabila masih terbawa. Tahap selanjutnya, flakes dimasukkan ke dalam kantong besar untuk dikirim ke pabrik daur ulang kemasan.

Page 42: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

31

Gambar 3.4 Botol PET bekas yang masih dapat ditoleransi untuk

diproses

Botol PET bekas yang diperoleh, selanjutnya dilakukan pemisahan berdasarkan warna sebagaimana gambar di bawah ini:

Gambar 3.5 Botol berwarna bening (transparan)

3.2 PEMBUATAN FLAKES

Botol PET dipisahkan antara yang tidak berwarna (bening/ transparan) dengan yang berwarna serta botol yang telah bersih dari lem dan kotoran (pasir, tanah). Kemudian botol dimasukkan ke mesin grinding dan washing. Pada proses ini dilakukan pencacahan menjadi bentuk serpihan (flakes) dan sekaligus pencucian menggunakan air bersih dan alkaline water. Perbandingan flakes sebelum dan setelah dicuci dengan alkaline water dapat dilihat pada gambar 3.6 dan 3.7.

Serpihan (flakes) yang dihasilkan ditampung dalam bak berisi air untuk memisahkan sisa potongan ring dan tutup botol, label, segel, lem/ perekat dan lain-lain, menggunakan metode swim and sink (SS). Sisa potongan tersebut akan terapung karena memiliki berat jenis lebih kecil dibandingkan dengan flakes PET, sehingga flakes PET akan berada di dasar bak pencucian.

Flakes yang dihasilkan akan didorong masuk ke bak penampungan untuk dikeringkan sekaligus memisahkan flakes dari kontaminasi fisik (batu, pasir, kerikil, dan lain-lain) yang memiliki berat jenis lebih besar dari flakes. Kemudian flakes masuk ke conveyor untuk dilakukan sortir terakhir guna memisahkan sisa potongan ring/ tutup/ kontaminasi fisik, apabila masih terbawa. Tahap selanjutnya, flakes dimasukkan ke dalam kantong besar untuk dikirim ke pabrik daur ulang kemasan.

Page 43: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

32

Gambar 3.6 Flakes sebelum dicuci

dengan alkaline water Gambar 3.7 Flakes setelah dicuci

dengan alkaline water

3.3 PROSES PENGOLAHAN DAUR ULANG

Bahan baku berupa flakes yang diterima sebelum dilakukan pengolahan menjadi resin harus dicek kembali kesesuaiannya dengan parameter mutu yang telah ditetapkan oleh masing-masing industri. Secara garis besar, proses pengolahan flakes menjadi resin dijelaskan dalam gambar 3.8.

Page 44: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

33

Gambar 3.6 Flakes sebelum dicuci

dengan alkaline water Gambar 3.7 Flakes setelah dicuci

dengan alkaline water

3.3 PROSES PENGOLAHAN DAUR ULANG

Bahan baku berupa flakes yang diterima sebelum dilakukan pengolahan menjadi resin harus dicek kembali kesesuaiannya dengan parameter mutu yang telah ditetapkan oleh masing-masing industri. Secara garis besar, proses pengolahan flakes menjadi resin dijelaskan dalam gambar 3.8.

Gam

bar 3

.8 F

low

char

t pro

ses

peng

olah

an fl

akes

men

jadi

resi

n

Flak

es

Pemi

saha

n ko

ntami

nasi

fisik

(solid

heav

y was

te)

Penc

ucian

de

ngan

caus

tic

solut

ion (N

aOH)

Penir

isan &

pe

nger

ingan

Pemi

saha

n par

tikel

kecil

dan r

ingan

(fin

e an

d lig

ht),

dan k

ontam

inasi

lainn

ya se

rta lo

gam

M R A

Ekstr

usi

(Dek

ontam

inasi

1)

Pemb

entuk

an

pelle

t (re

sin)

Krist

alisa

si Re

sin P

ET N

on-

Food

Gra

de

Reak

tor

polik

onde

nsas

i - SS

P (D

ekon

tamina

si 2)

Pe

nding

inan

Res

in PE

T fo

od g

rade

M

R

P

Page 45: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

34

Flakes yang akan diproses menjadi resin daur ulang dilakukan melalui 2 tahap, yaitu Pencucian dan Pemisahan Kontaminan.

1. Tahap 1 – Pencucian

Flakes yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang di tentukan oleh masing-masing perusahaan, dilakukan penyortiran (separator 1) untuk memisahkan kontaminasi fisik (solid heavy waste), kemudian dilakukan pencucian dengan menggunakan air panas dan larutan alkali (NaOH) untuk menghilangkan sisa kontaminasi kemudian dibilas dan dikeringkan.

Setelah itu dilakukan separator 2 untuk memisahkan kontaminasi kecil dan ringan (fine and light) material seperti serabut plastik, material besar (big material), serta kontaminasi lainnya serta logam seperti polyolefin dan PVC menggunakan penyaring 250 mikron. Selanjutnya material masuk kedalam metal separator untuk memisahkan dari logam yang mungkin masih terbawa.

2. Tahap 2 – Pemisahan Kontaminan yang meliputi Extrusion dan Solid State Polycondensation (SSP)

2.1 Extrusion

Tahap ini merupakan tahap pertama dekontaminasi secara kimia menggunakan suhu tinggi kurang lebih 180 – 290°C sampai flakes meleleh. Selanjutnya lelehan tersebut melalui proses pembuatan pellet (pelletizing) dan membentuk strand die pelletizing (berwarna bening)

dan kemudian dilakukan pendinginan untuk proses kristalisasi (in line crystallization) menjadi berwarna putih lalu di potong menjadi resin dengan ukuran kurang lebih 2 - 2.5 mm seperti terlihat pada gambar 3.9. Pada umumnya dalam tahap ini dilakukan pengecekan secara berkala meliputi pengujian chip size, warna, dan Intrinsic Viscosity (IV).

Gambar 3.9 Bentuk resin/ bijih plastik non-food grade

2.2 Solid State Polycondensation (SSP)

Jika resin tersebut akan digunakan untuk kemasan pangan maka tahap selanjutnya adalah dekontaminasi kedua. Proses ini disebut polikondensasi pada kondisi padat (Solid State Polycondensation/ SSP) yang bertujuan untuk meningkatkan nilai Intrinsic Viscosity (IV) agar sama dengan IV resin virgin serta untuk menghilangkan kontaminan.

Page 46: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

35

Flakes yang akan diproses menjadi resin daur ulang dilakukan melalui 2 tahap, yaitu Pencucian dan Pemisahan Kontaminan.

1. Tahap 1 – Pencucian

Flakes yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang di tentukan oleh masing-masing perusahaan, dilakukan penyortiran (separator 1) untuk memisahkan kontaminasi fisik (solid heavy waste), kemudian dilakukan pencucian dengan menggunakan air panas dan larutan alkali (NaOH) untuk menghilangkan sisa kontaminasi kemudian dibilas dan dikeringkan.

Setelah itu dilakukan separator 2 untuk memisahkan kontaminasi kecil dan ringan (fine and light) material seperti serabut plastik, material besar (big material), serta kontaminasi lainnya serta logam seperti polyolefin dan PVC menggunakan penyaring 250 mikron. Selanjutnya material masuk kedalam metal separator untuk memisahkan dari logam yang mungkin masih terbawa.

2. Tahap 2 – Pemisahan Kontaminan yang meliputi Extrusion dan Solid State Polycondensation (SSP)

2.1 Extrusion

Tahap ini merupakan tahap pertama dekontaminasi secara kimia menggunakan suhu tinggi kurang lebih 180 – 290°C sampai flakes meleleh. Selanjutnya lelehan tersebut melalui proses pembuatan pellet (pelletizing) dan membentuk strand die pelletizing (berwarna bening)

dan kemudian dilakukan pendinginan untuk proses kristalisasi (in line crystallization) menjadi berwarna putih lalu di potong menjadi resin dengan ukuran kurang lebih 2 - 2.5 mm seperti terlihat pada gambar 3.9. Pada umumnya dalam tahap ini dilakukan pengecekan secara berkala meliputi pengujian chip size, warna, dan Intrinsic Viscosity (IV).

Gambar 3.9 Bentuk resin/ bijih plastik non-food grade

2.2 Solid State Polycondensation (SSP)

Jika resin tersebut akan digunakan untuk kemasan pangan maka tahap selanjutnya adalah dekontaminasi kedua. Proses ini disebut polikondensasi pada kondisi padat (Solid State Polycondensation/ SSP) yang bertujuan untuk meningkatkan nilai Intrinsic Viscosity (IV) agar sama dengan IV resin virgin serta untuk menghilangkan kontaminan.

Page 47: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

36

Proses ini meliputi pemanasan awal (pre-heater), reaksi polikondensasi dalam reaktor dan proses pendinginan untuk menghasilkan resin PET yang aman untuk kemasan pangan. Pada umumnya dalam tahap ini dilakukan pengecekan secara berkala meliputi pengujian kadar Intrinsic Viscosity (IV) serta pengujian chip size, dan warna seperti terlihat pada gambar 3.10.

Gambar 3.10 Bentuk resin/ bijih plastik food grade

3.4 PROSES PEMBUATAN KEMASAN

Secara umum, kemasan dengan bahan plastik PET paling sering digunakan. Kemasan dari bahan PET paling banyak digunakan sebagai kemasan dalam kategori kaku/semi kaku. Kemasan kaku/semi kaku adalah kemasan yang bentuknya harus disesuaikan dengan cetakan dan tidak mudah berubah. Proses pembuatan kemasan kaku/semi kaku secara mendasar dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu pembuatan bahan dasar dan pembuatan artikel.

Untuk pembuatan bahan dasar terdiri dari 2 jenis yaitu pembuatan preform untuk kemasan botol dan pembuatan lembaran (sheet film) untuk kemasan cup/ tray.

A. Pembuatan Preform dengan Cetak Injeksi

Prinsip dari pencetakan secara injeksi terdiri dari tahap pelunakan bahan plastik dalam ekstruder dan pencetakan bentuk dasar (preform atau parison) dalam mesin injeksi. Jadi proses cetak injeksi untuk membuat preform botol PET mencakup dua proses utama yaitu proses ekstrusi untuk melelehkan resin PET dengan mesin ekstrusi (ekstruder) dan proses pencetakan dengan mesin injeksi. Skema proses pembuatan preform botol PET dengan cetak injeksi dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.10. Skema proses pembuatan preform botol PET

Gambar 3.11 Proses Cetakan Injeksi (Modifikasi dari Koch, 2002)

Page 48: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

37

Proses ini meliputi pemanasan awal (pre-heater), reaksi polikondensasi dalam reaktor dan proses pendinginan untuk menghasilkan resin PET yang aman untuk kemasan pangan. Pada umumnya dalam tahap ini dilakukan pengecekan secara berkala meliputi pengujian kadar Intrinsic Viscosity (IV) serta pengujian chip size, dan warna seperti terlihat pada gambar 3.10.

Gambar 3.10 Bentuk resin/ bijih plastik food grade

3.4 PROSES PEMBUATAN KEMASAN

Secara umum, kemasan dengan bahan plastik PET paling sering digunakan. Kemasan dari bahan PET paling banyak digunakan sebagai kemasan dalam kategori kaku/semi kaku. Kemasan kaku/semi kaku adalah kemasan yang bentuknya harus disesuaikan dengan cetakan dan tidak mudah berubah. Proses pembuatan kemasan kaku/semi kaku secara mendasar dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu pembuatan bahan dasar dan pembuatan artikel.

Untuk pembuatan bahan dasar terdiri dari 2 jenis yaitu pembuatan preform untuk kemasan botol dan pembuatan lembaran (sheet film) untuk kemasan cup/ tray.

A. Pembuatan Preform dengan Cetak Injeksi

Prinsip dari pencetakan secara injeksi terdiri dari tahap pelunakan bahan plastik dalam ekstruder dan pencetakan bentuk dasar (preform atau parison) dalam mesin injeksi. Jadi proses cetak injeksi untuk membuat preform botol PET mencakup dua proses utama yaitu proses ekstrusi untuk melelehkan resin PET dengan mesin ekstrusi (ekstruder) dan proses pencetakan dengan mesin injeksi. Skema proses pembuatan preform botol PET dengan cetak injeksi dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.10. Skema proses pembuatan preform botol PET

Gambar 3.11 Proses Cetakan Injeksi (Modifikasi dari Koch, 2002)

Page 49: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

38

Proses ekstrusi diawali dengan dimasukkannya pellet resin PET ke dalam hopper (corong input bahan ke mesin ekstrusi) dan masuk ke barrel ekstruder yang di dalamnya terdapat ulir (screw) yang pada proses pembuatan PET umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu feed (bagian penerima umpan pellet resin dari hopper), transition (bagian transisi yang mengubah pellet PET dari fase padatan yang kristalin menjadi lelehan yang amorf), dan meter (bagian yang menyempurnakan proses pelelehan dan membuat campuran bahan benar-benar menjadi homogen dan siap untuk dicetak di mesin cetakan injeksi). Profil suhu bagian dalam ekstruder umumnya diatur mulai suhu 270 oC pada zona feed hingga mencapai suhu 285 oC pada zona meter sehingga pellet PET benar-benar meleleh sempurna (melted) sebelum masuk ke bagian cetak injeksi.

Di dalam cetak injeksi (injection molding), lelehan PET dicetak sesuai dengan desain dari cetakannya, dan terdapat proses pendinginan untuk mengubah bentuk yang sangat lunak (melted) ke padat (solid). Secara kuantitatif keberhasilan proses cetak injeksi sangat dipengaruhi oleh suhu bahan, tekanan, kecepatan aliran bahan, suhu saat pencetakan, kekentalan lelehan PET, dan pendinginan. Semua faktor tersebut perlu dikendalikan untuk memperoleh mutu preform botol PET yang baik.

B. Pembuatan Botol PET dari Preform dengan Peregangan dan Cetak Hembus (Stretch Blow Molding)

Proses blow moulding merupakan proses yang paling umum digunakan untuk memproduksi botol plastik. Teknik dasar dari pencetakan secara hembusan diadopsi dari teknik yang digunakan oleh industri gelas. Udara bertekanan tinggi dihembuskan ke bentuk dasar plastik (preform) yang sudah dipanaskan hingga sangat lunak (mudah dibentuk). Bentuk dasar (preform) yang sudah sangat lunak (melted) kemudian diberikan hembusan udara panas yang kuat. Hembusan udara tersebut akan menyebabkan preform yang sangat lunak menggelembung memenuhi rongga cetakan sehingga akan diperoleh botol dengan bentuk sesuai yang diinginkan. Cetakan kemudian dibuka dan diberikan pendinginan sehingga botol menjadi kaku dan stabil bentuknya, dan selanjutnya dikeluarkan dari ruang cetakan. Skema proses cetak hembus ini dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12. Skema proses pembuatan botol PET dari

preform dengan stretch blow molding.

Page 50: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

39

Proses ekstrusi diawali dengan dimasukkannya pellet resin PET ke dalam hopper (corong input bahan ke mesin ekstrusi) dan masuk ke barrel ekstruder yang di dalamnya terdapat ulir (screw) yang pada proses pembuatan PET umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu feed (bagian penerima umpan pellet resin dari hopper), transition (bagian transisi yang mengubah pellet PET dari fase padatan yang kristalin menjadi lelehan yang amorf), dan meter (bagian yang menyempurnakan proses pelelehan dan membuat campuran bahan benar-benar menjadi homogen dan siap untuk dicetak di mesin cetakan injeksi). Profil suhu bagian dalam ekstruder umumnya diatur mulai suhu 270 oC pada zona feed hingga mencapai suhu 285 oC pada zona meter sehingga pellet PET benar-benar meleleh sempurna (melted) sebelum masuk ke bagian cetak injeksi.

Di dalam cetak injeksi (injection molding), lelehan PET dicetak sesuai dengan desain dari cetakannya, dan terdapat proses pendinginan untuk mengubah bentuk yang sangat lunak (melted) ke padat (solid). Secara kuantitatif keberhasilan proses cetak injeksi sangat dipengaruhi oleh suhu bahan, tekanan, kecepatan aliran bahan, suhu saat pencetakan, kekentalan lelehan PET, dan pendinginan. Semua faktor tersebut perlu dikendalikan untuk memperoleh mutu preform botol PET yang baik.

B. Pembuatan Botol PET dari Preform dengan Peregangan dan Cetak Hembus (Stretch Blow Molding)

Proses blow moulding merupakan proses yang paling umum digunakan untuk memproduksi botol plastik. Teknik dasar dari pencetakan secara hembusan diadopsi dari teknik yang digunakan oleh industri gelas. Udara bertekanan tinggi dihembuskan ke bentuk dasar plastik (preform) yang sudah dipanaskan hingga sangat lunak (mudah dibentuk). Bentuk dasar (preform) yang sudah sangat lunak (melted) kemudian diberikan hembusan udara panas yang kuat. Hembusan udara tersebut akan menyebabkan preform yang sangat lunak menggelembung memenuhi rongga cetakan sehingga akan diperoleh botol dengan bentuk sesuai yang diinginkan. Cetakan kemudian dibuka dan diberikan pendinginan sehingga botol menjadi kaku dan stabil bentuknya, dan selanjutnya dikeluarkan dari ruang cetakan. Skema proses cetak hembus ini dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12. Skema proses pembuatan botol PET dari

preform dengan stretch blow molding.

Page 51: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

40

C. Pembuatan Botol PET dengan Cara Injeksi Cetak Hembus (Injection Blow Molding)

Prinsip dari pembuatan botol PET dengan cara injeksi dan cetak hembus sama dengan gabungan kedua proses sebelumnya. Yang membedakan adalah pada cara cetak injeksi dan hembus, preform yang dihasilkan dari proses injeksi tidak mengalami proses pendinginan tetapi langsung masuk ke tahap blow molding. Istilah bentuk dasar dari cetak injeksi yang tidak mengalami pendinginan ini umumnya disebut dengan parison. Jadi proses cetak injeksi dan hembus meliputi tiga operasi utama yaitu proses ekstrusi, cetak injeksi dan cetak hembus. Skema proses pembuatan botol PET dengan injection blow bolding (tanpa memasukkan proses ekstrusi) dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13. Skema proses pembuatan botol PET dengan cetak injeksi dan hembus (tanpa memasukkan proses ekstrusi)

D. Pembuatan Lembaran Plastik PET Multilapis dari Bahan Kombinasi Virgin dan Daur Ulang (Virgin : Recycle : Virgin/ VRV)

Gambar 3.14. Skema proses pembuatan lembaran plastik PET multilapis bahan V/R/V

Proses pembuatan lembaran plastik PET multilapis dari bahan kombinasi virgin dan daur ulang, sebagaimana diperlihatkan pada gambar 3.14. Tahapan pembuatan sebagai berikut:

Flakes Daur

Ulang

Tangki A

Resin Virgin

Tangki B

Ekstruder B

Ekstruder A B

Proses VRV

Sheet Film Sheet Film

Page 52: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

41

C. Pembuatan Botol PET dengan Cara Injeksi Cetak Hembus (Injection Blow Molding)

Prinsip dari pembuatan botol PET dengan cara injeksi dan cetak hembus sama dengan gabungan kedua proses sebelumnya. Yang membedakan adalah pada cara cetak injeksi dan hembus, preform yang dihasilkan dari proses injeksi tidak mengalami proses pendinginan tetapi langsung masuk ke tahap blow molding. Istilah bentuk dasar dari cetak injeksi yang tidak mengalami pendinginan ini umumnya disebut dengan parison. Jadi proses cetak injeksi dan hembus meliputi tiga operasi utama yaitu proses ekstrusi, cetak injeksi dan cetak hembus. Skema proses pembuatan botol PET dengan injection blow bolding (tanpa memasukkan proses ekstrusi) dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13. Skema proses pembuatan botol PET dengan cetak injeksi dan hembus (tanpa memasukkan proses ekstrusi)

D. Pembuatan Lembaran Plastik PET Multilapis dari Bahan Kombinasi Virgin dan Daur Ulang (Virgin : Recycle : Virgin/ VRV)

Gambar 3.14. Skema proses pembuatan lembaran plastik PET multilapis bahan V/R/V

Proses pembuatan lembaran plastik PET multilapis dari bahan kombinasi virgin dan daur ulang, sebagaimana diperlihatkan pada gambar 3.14. Tahapan pembuatan sebagai berikut:

Flakes Daur

Ulang

Tangki A

Resin Virgin

Tangki B

Ekstruder B

Ekstruder A B

Proses VRV

Sheet Film Sheet Film

Page 53: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

42

1) Material flakes daur ulang dimasukan ke dalam tangki B untuk diproses menuju ekstruder B.

2) Resin virgin dimasukan secara terpisah kedalam tangki A untuk diproses menuju ekstruder A.

3) Pada saat melewati ekstruder A dan B, material dipanaskan sampai suhu tertentu hingga meleleh.

4) Hasil lelehan dari ekstruder A dan B dilanjutkan menuju proses pelapisan VRV dimana lapisan pertama terdiri dari material virgin, kedua material daur ulang dan ketiga material virgin sehingga menghasilkan lembaran 3 lapis. Selanjutnya didinginkan menggunakan cairan pendingin pada proses pemipihan (calendering).

5) Lembaran VRV yang dihasilkan selanjutnya ditempatkan dalam bentuk gulungan yang ketebalan, lebar, dan panjang disesuaikan sesuai permintaan konsumen.

E. Pembuatan Artikel (cup/tray) PET dari Lembaran Plastik PET berbahan Kombinasi Virgin dan Daur Ulang (Virgin : Recycle : Virgin/ VRV)

1) Pembuatan cup PET daur ulang dari lembaran VRV yang dihasilkan dari proses sebelumnya dicetak dengan mesin thermoforming.

2) Pembuatan tray PET daur ulang dari lembaran VRV yang dihasilkan dari proses sebelumnya dicetak dengan mesin vacuum forming.

Page 54: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

43

1) Material flakes daur ulang dimasukan ke dalam tangki B untuk diproses menuju ekstruder B.

2) Resin virgin dimasukan secara terpisah kedalam tangki A untuk diproses menuju ekstruder A.

3) Pada saat melewati ekstruder A dan B, material dipanaskan sampai suhu tertentu hingga meleleh.

4) Hasil lelehan dari ekstruder A dan B dilanjutkan menuju proses pelapisan VRV dimana lapisan pertama terdiri dari material virgin, kedua material daur ulang dan ketiga material virgin sehingga menghasilkan lembaran 3 lapis. Selanjutnya didinginkan menggunakan cairan pendingin pada proses pemipihan (calendering).

5) Lembaran VRV yang dihasilkan selanjutnya ditempatkan dalam bentuk gulungan yang ketebalan, lebar, dan panjang disesuaikan sesuai permintaan konsumen.

E. Pembuatan Artikel (cup/tray) PET dari Lembaran Plastik PET berbahan Kombinasi Virgin dan Daur Ulang (Virgin : Recycle : Virgin/ VRV)

1) Pembuatan cup PET daur ulang dari lembaran VRV yang dihasilkan dari proses sebelumnya dicetak dengan mesin thermoforming.

2) Pembuatan tray PET daur ulang dari lembaran VRV yang dihasilkan dari proses sebelumnya dicetak dengan mesin vacuum forming.

Page 55: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

44

Page 56: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

45

4

EVALUASI KEAMANAN KEMASAN PANGAN

BERBAHAN PET DAUR ULANG

Page 57: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

46

emasan pangan berbahan PET daur ulang yang telah diproses dapat digunakan setelah memenuhi persyaratan keamanan flakes, resin, dan artikel.

1. Flakes

Persyaratan flakes yang akan diolah menjadi resin daur ulang, umumnya seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Persyaratan flakes yang akan diolah menjadi resin daur ulang

Parameter Uji Persyaratan Visual bersih dan bening Kontaminan oleh Polyvinyl Chloride (PVC)

maksimal 50 mg/kg

Kontaminasi lainnya (seperti Poliolefin)

maksimal 100 mg/kg

Kadar air maksimal 1%

2. Resin

Resin yang digunakan untuk membuat kemasan pangan PET daur ulang persyaratan mutu dan keamanan sesuai dengan SNI 8424:2017 Resin Polietilena Tereftalat (PET) Daur Ulang adalah seperti disajikan pada Tabel 4.

K

Tabel 4. Persyaratan Resin PET Daur Ulang

No. Parameter Uji Satuan Persyaratan Umum MRA

Persyaratan Kemasan

Pangan MRP A Spesifikasi teknis 1 Viskositas intrinsik

(Intrinsic Viscosity/ IV)

dL/g 0,60 – 0,70 0,71 – 1,00

2 Kadar air % fraksi massa

Maks. 1,0 Maks. 1,0

Kerapatan curah kg/m3 Min 400 Min 400 B Migrasi 3 Residu asetaldehida mg/kg - Maks 6 4 Migrasi total mg/kg - Maks 60 5 Total logam berat:

- Timbal (Pb) - Kadmium (Cd) - Raksa (Hg) - Krom

heksavalen (Cr+6)

mg/kg - Maks. 1

6 Antimoni trioksida mg/kg - Maks 0,04 (dalam bentuk

antimoni)

3. Artikel Kemasan berbahan PET daur ulang yang telah menjadi bentuk artikel, persyaratan fisik umumnya adalah seperti disajikan pada Tabel 5.

Page 58: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

47

emasan pangan berbahan PET daur ulang yang telah diproses dapat digunakan setelah memenuhi persyaratan keamanan flakes, resin, dan artikel.

1. Flakes

Persyaratan flakes yang akan diolah menjadi resin daur ulang, umumnya seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Persyaratan flakes yang akan diolah menjadi resin daur ulang

Parameter Uji Persyaratan Visual bersih dan bening Kontaminan oleh Polyvinyl Chloride (PVC)

maksimal 50 mg/kg

Kontaminasi lainnya (seperti Poliolefin)

maksimal 100 mg/kg

Kadar air maksimal 1%

2. Resin

Resin yang digunakan untuk membuat kemasan pangan PET daur ulang persyaratan mutu dan keamanan sesuai dengan SNI 8424:2017 Resin Polietilena Tereftalat (PET) Daur Ulang adalah seperti disajikan pada Tabel 4.

K

Tabel 4. Persyaratan Resin PET Daur Ulang

No. Parameter Uji Satuan Persyaratan Umum MRA

Persyaratan Kemasan

Pangan MRP A Spesifikasi teknis 1 Viskositas intrinsik

(Intrinsic Viscosity/ IV)

dL/g 0,60 – 0,70 0,71 – 1,00

2 Kadar air % fraksi massa

Maks. 1,0 Maks. 1,0

Kerapatan curah kg/m3 Min 400 Min 400 B Migrasi 3 Residu asetaldehida mg/kg - Maks 6 4 Migrasi total mg/kg - Maks 60 5 Total logam berat:

- Timbal (Pb) - Kadmium (Cd) - Raksa (Hg) - Krom

heksavalen (Cr+6)

mg/kg - Maks. 1

6 Antimoni trioksida mg/kg - Maks 0,04 (dalam bentuk

antimoni)

3. Artikel Kemasan berbahan PET daur ulang yang telah menjadi bentuk artikel, persyaratan fisik umumnya adalah seperti disajikan pada Tabel 5.

Page 59: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

48

Tabel 5. Persyaratan Fisik Kemasan PET Daur Ulang Parameter Persyaratan

Visual dan sifat tampak bersih, jernih/ transparan, tidak ada benda asing yang menempel, tidak ada kerusakan berupa penyok, goresan dan retak

Bau dan rasa tidak boleh menyebabkan perubahan terhadap bau dan rasa pada air minum

Sedangkan persyaratan keamanannya sesuai dengan Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan, seperti disajikan pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. Persyaratan Umum Berlaku Untuk Semua Bahan Kontak Pangan Jenis Plastik

Persyaratan Batas Maksimal (bpj)

Migrasi total 60 atau 10 mg/dm2

Total logam berat: timbal (Pb), kadmium (Cd), kromium VI (Cr (VI)), merkuri (Hg), pelarut asam asetat 4% 95oC, 30 menit untuk penggunaan ≥100oC

1

Total logam berat: timbal (Pb), kadmium (Cd), kromium VI (Cr (VI)), merkuri (Hg), pelarut asam asetat 4% 60oC, 30 menit untuk penggunaan <100oC

1

Tabel 7. Persyaratan Khusus untuk Polimer Polietilena ftalat (PET) yang Berlaku untuk Resin dan Artikel

NO PERSYARATAN BATAS

MAKSIMAL (mg/cm2)

1 Plastik polietilena ftalat, digunakan untuk kemasan, pengangkutan atau penyimpanan sementara yang bersentuhan dengan pangan, kecuali minuman ringan beralkohol pada suhu tidak melebihi 121oC: - Ekstrak kloroform, setelah kontak

dengan air, pada suhu 121oC selama 2 jam;

- Ekstrak kloroform, setelah kontak dengan n-heptana, pada suhu 66oC selama 2 jam

0,078

0,078

2 Plastik polietilena ftalat, digunakan untuk kemasan, pengangkutan atau penyimpanan sementara yang bersentuhan dengan pangan, minuman ringan beralkohol tidak melebihi 50% (v/v) : - Ekstrak kloroform, setelah kontak

dengan air suling, pada suhu 121oC selama 2 jam

- Ekstrak kloroform, setelah kontak dengan etil-alkohol 50%, pada suhu 49oC selama 24 jam.

0,078

0,078

3 Polietilena ftalat tak bersalut tersusun dari lembaran dasar atau polimer dasar (base sheet and base polymer)

Page 60: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

49

Tabel 5. Persyaratan Fisik Kemasan PET Daur Ulang Parameter Persyaratan

Visual dan sifat tampak bersih, jernih/ transparan, tidak ada benda asing yang menempel, tidak ada kerusakan berupa penyok, goresan dan retak

Bau dan rasa tidak boleh menyebabkan perubahan terhadap bau dan rasa pada air minum

Sedangkan persyaratan keamanannya sesuai dengan Peraturan Badan POM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan, seperti disajikan pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. Persyaratan Umum Berlaku Untuk Semua Bahan Kontak Pangan Jenis Plastik

Persyaratan Batas Maksimal (bpj)

Migrasi total 60 atau 10 mg/dm2

Total logam berat: timbal (Pb), kadmium (Cd), kromium VI (Cr (VI)), merkuri (Hg), pelarut asam asetat 4% 95oC, 30 menit untuk penggunaan ≥100oC

1

Total logam berat: timbal (Pb), kadmium (Cd), kromium VI (Cr (VI)), merkuri (Hg), pelarut asam asetat 4% 60oC, 30 menit untuk penggunaan <100oC

1

Tabel 7. Persyaratan Khusus untuk Polimer Polietilena ftalat (PET) yang Berlaku untuk Resin dan Artikel

NO PERSYARATAN BATAS

MAKSIMAL (mg/cm2)

1 Plastik polietilena ftalat, digunakan untuk kemasan, pengangkutan atau penyimpanan sementara yang bersentuhan dengan pangan, kecuali minuman ringan beralkohol pada suhu tidak melebihi 121oC: - Ekstrak kloroform, setelah kontak

dengan air, pada suhu 121oC selama 2 jam;

- Ekstrak kloroform, setelah kontak dengan n-heptana, pada suhu 66oC selama 2 jam

0,078

0,078

2 Plastik polietilena ftalat, digunakan untuk kemasan, pengangkutan atau penyimpanan sementara yang bersentuhan dengan pangan, minuman ringan beralkohol tidak melebihi 50% (v/v) : - Ekstrak kloroform, setelah kontak

dengan air suling, pada suhu 121oC selama 2 jam

- Ekstrak kloroform, setelah kontak dengan etil-alkohol 50%, pada suhu 49oC selama 24 jam.

0,078

0,078

3 Polietilena ftalat tak bersalut tersusun dari lembaran dasar atau polimer dasar (base sheet and base polymer)

Page 61: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

50

NO PERSYARATAN BATAS

MAKSIMAL (mg/cm2)

(kopolimer etilena tereftalat, kopolimer etilena tereftalat-isoftalat, kopoliester etilena-1,4-sikloheksilena dimetilena tereftalat dan polimer etilena tereftalat), digunakan untuk bersentuhan dengan pangan selama memanggang dalam oven dan memasak , pada suhu > 121oC : - Ekstrak kloroform setelah kontak

dengan air suling, pada suhu 121oC, selama 2 jam

- Ekstrak kloroform setelah kontak dengan n-heptana, pada suhu 66oC, selama 2 jam

0,0031

0,0031

4 Tenunan polietilen ftalat (Polyethylene phthalate fabric), digunakan untuk bersentuhan dengan pangan kering, ruahan pangan (bulk food) selain minuman ringan beralkohol untuk penggunaan berulang termasuk penyaringan ruahan pangan pada suhu tidak melebihi 100oC, dan penyaringan ruahan minuman ringan beralkohol dengan kadar alkohol tidak melebihi 50% (v/v), pada suhu tidak melebihi 49oC - Ekstrak kloroform setelah kontak

dengan air suling, pada suhu 100 oC, selama 2 jam;

0,031

NO PERSYARATAN BATAS

MAKSIMAL (mg/cm2)

- Ekstrak kloroform setelah kontak dengan n-heptana, pada suhu 66oC, selama 2 jam;

- Ekstrak kloroform setelah kontak dengan etil alkohol 50%, pada suhu 49oC, selama 24 jam.

0,031

0,031

5 Plastik polietilena ftalat yang tersusun dari etilenatereftalat-isoftalat, digunakan untuk kemasan, pengangkutan atau penyimpanan sementara yang bersentuhan dengan pangan beralkohol dengan kadar tidak melebihi 95% (v/v) : - Ekstrak kloroform, setelah kontak

dengan air suling, pada suhu 121oC selama 2 jam

- Ekstrak kloroform, setelah kontak dengan n-heptana, pada suhu 66oC selama 2 jam

- Ekstrak larut kloroform, untuk kemasan dengan kapasitas > 500 mL, setelah kontak dengan etil alkohol 95%, pada suhu 49oC selama 24 jam

- Ekstrak larut kloroform, untuk kemasan dengan kapasitas ≤ 500 mL, jika terpapar etanol 95% pada suhu 49oC selama 24 jam)

0,078

0,078

0,00078

0,0078

Page 62: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

51

NO PERSYARATAN BATAS

MAKSIMAL (mg/cm2)

(kopolimer etilena tereftalat, kopolimer etilena tereftalat-isoftalat, kopoliester etilena-1,4-sikloheksilena dimetilena tereftalat dan polimer etilena tereftalat), digunakan untuk bersentuhan dengan pangan selama memanggang dalam oven dan memasak , pada suhu > 121oC : - Ekstrak kloroform setelah kontak

dengan air suling, pada suhu 121oC, selama 2 jam

- Ekstrak kloroform setelah kontak dengan n-heptana, pada suhu 66oC, selama 2 jam

0,0031

0,0031

4 Tenunan polietilen ftalat (Polyethylene phthalate fabric), digunakan untuk bersentuhan dengan pangan kering, ruahan pangan (bulk food) selain minuman ringan beralkohol untuk penggunaan berulang termasuk penyaringan ruahan pangan pada suhu tidak melebihi 100oC, dan penyaringan ruahan minuman ringan beralkohol dengan kadar alkohol tidak melebihi 50% (v/v), pada suhu tidak melebihi 49oC - Ekstrak kloroform setelah kontak

dengan air suling, pada suhu 100 oC, selama 2 jam;

0,031

NO PERSYARATAN BATAS

MAKSIMAL (mg/cm2)

- Ekstrak kloroform setelah kontak dengan n-heptana, pada suhu 66oC, selama 2 jam;

- Ekstrak kloroform setelah kontak dengan etil alkohol 50%, pada suhu 49oC, selama 24 jam.

0,031

0,031

5 Plastik polietilena ftalat yang tersusun dari etilenatereftalat-isoftalat, digunakan untuk kemasan, pengangkutan atau penyimpanan sementara yang bersentuhan dengan pangan beralkohol dengan kadar tidak melebihi 95% (v/v) : - Ekstrak kloroform, setelah kontak

dengan air suling, pada suhu 121oC selama 2 jam

- Ekstrak kloroform, setelah kontak dengan n-heptana, pada suhu 66oC selama 2 jam

- Ekstrak larut kloroform, untuk kemasan dengan kapasitas > 500 mL, setelah kontak dengan etil alkohol 95%, pada suhu 49oC selama 24 jam

- Ekstrak larut kloroform, untuk kemasan dengan kapasitas ≤ 500 mL, jika terpapar etanol 95% pada suhu 49oC selama 24 jam)

0,078

0,078

0,00078

0,0078

Page 63: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

52

NO PERSYARATAN BATAS

MAKSIMAL (mg/cm2)

6 Etilena glikol 30 bpj (Jumlah total dari nilai batas migrasi spesifik untuk etilena glikol,

dietilena glikol dan ester asam stearat-etilena

glikol.) 7 Dietilena glikol 30 bpj (Jumlah

total dari nilai batas migrasi spesifik untuk etilena glikol,

dietilena glikol dan ester asam stearat-etilena

glikol) 8 Asetaldehida 6 bpj (Jumlah

total dari nilai batas migrasi spesifik untuk

asetaldehida dan ester asam

propionate-vinil.)

Page 64: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

53

NO PERSYARATAN BATAS

MAKSIMAL (mg/cm2)

6 Etilena glikol 30 bpj (Jumlah total dari nilai batas migrasi spesifik untuk etilena glikol,

dietilena glikol dan ester asam stearat-etilena

glikol.) 7 Dietilena glikol 30 bpj (Jumlah

total dari nilai batas migrasi spesifik untuk etilena glikol,

dietilena glikol dan ester asam stearat-etilena

glikol) 8 Asetaldehida 6 bpj (Jumlah

total dari nilai batas migrasi spesifik untuk

asetaldehida dan ester asam

propionate-vinil.)

Page 65: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

54

Page 66: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

55

5

PENUTUP

Page 67: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

56

emerintah Indonesia berkomitmen mengurangi sampah plastik di laut sampai 70% pada tahun 2025. Penggunaan kemasan pangan berbahan PET daur

ulang merupakan salah satu langkah untuk memperpanjang masa pakai sampah plastik menjadi sesuatu yang berdaya guna. Industri kemasan di Indonesia telah mengolah kemasan PET untuk di daur ulang.

Pedoman ini memaparkan penerapan penggunaan kemasan pangan berbahan daur ulang di negara lain, teknologi daur ulang PET untuk kemasan pangan, serta kriteria kualitas kemasan pangan berbahan PET daur ulang.

Diharapkan pedoman ini dapat bermanfaat untuk instansi terkait, masyarakat dan industri, khususnya industri pangan dan industri kemasan yang akan menggunakan dan mengolah kemasan PET, sehingga langkah kecil ini dapat membantu menurunkan sampah plastik di laut.

P

DAFTAR PUSTAKA

VOA. 2019. Paus Mati di Filipina, Perutnya Berisikan 40 Kg Plastik. https://www.voaindonesia.com/a/paus-mati-di-filipina-perutnya-berisikan-40-kg-plastik/4836596.html. Diakses pada 12 Desember 2019.

Wismabrata, Michael Hangga. 2018. 5 Fakta Kematian Paus di Wakatobi, 5,9 Kg Sampah Plastik di Perut hingga Ancaman EkosistemLaut. https://regional.kompas.com/read/2018/11/22/15452011/5-fakta-kematian-paus-di-wakatobi-59-kg-sampah-plastik-di-perut-hingga?page=all. Diakses pada 12 Desember 2019.

Widyaningrum, Gita Laras. 2019. Kemasan Makanan dan Minuman Menjadi Sampah Terbanyak Kedua di Pantai. https://nationalgeographic.grid.id/read/131853669/kemasan-makanan-dan-minuman-menjadi-sampah-terbanyak-kedua-di-pantai?page=all. Diakses pada 19 Desember 2019.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.

Suara Pembaruan. 2018. Bijak Tangani Plastik, Dua Kota Indonesia Produksi 1,3 Juta Ton Sampah. Rabu, 25 April 2018. https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/201804/43aacb034a_ab93542a73.pdf. Diakses pada 12 Desember 2019.

Page 68: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

57

emerintah Indonesia berkomitmen mengurangi sampah plastik di laut sampai 70% pada tahun 2025. Penggunaan kemasan pangan berbahan PET daur

ulang merupakan salah satu langkah untuk memperpanjang masa pakai sampah plastik menjadi sesuatu yang berdaya guna. Industri kemasan di Indonesia telah mengolah kemasan PET untuk di daur ulang.

Pedoman ini memaparkan penerapan penggunaan kemasan pangan berbahan daur ulang di negara lain, teknologi daur ulang PET untuk kemasan pangan, serta kriteria kualitas kemasan pangan berbahan PET daur ulang.

Diharapkan pedoman ini dapat bermanfaat untuk instansi terkait, masyarakat dan industri, khususnya industri pangan dan industri kemasan yang akan menggunakan dan mengolah kemasan PET, sehingga langkah kecil ini dapat membantu menurunkan sampah plastik di laut.

P

DAFTAR PUSTAKA

VOA. 2019. Paus Mati di Filipina, Perutnya Berisikan 40 Kg Plastik. https://www.voaindonesia.com/a/paus-mati-di-filipina-perutnya-berisikan-40-kg-plastik/4836596.html. Diakses pada 12 Desember 2019.

Wismabrata, Michael Hangga. 2018. 5 Fakta Kematian Paus di Wakatobi, 5,9 Kg Sampah Plastik di Perut hingga Ancaman EkosistemLaut. https://regional.kompas.com/read/2018/11/22/15452011/5-fakta-kematian-paus-di-wakatobi-59-kg-sampah-plastik-di-perut-hingga?page=all. Diakses pada 12 Desember 2019.

Widyaningrum, Gita Laras. 2019. Kemasan Makanan dan Minuman Menjadi Sampah Terbanyak Kedua di Pantai. https://nationalgeographic.grid.id/read/131853669/kemasan-makanan-dan-minuman-menjadi-sampah-terbanyak-kedua-di-pantai?page=all. Diakses pada 19 Desember 2019.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.

Suara Pembaruan. 2018. Bijak Tangani Plastik, Dua Kota Indonesia Produksi 1,3 Juta Ton Sampah. Rabu, 25 April 2018. https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/201804/43aacb034a_ab93542a73.pdf. Diakses pada 12 Desember 2019.

Page 69: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

58

CNN Indonesia. 2018. Riset: 24 Persen Sampah di Indonesia Masih Tak Terkelola. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180425101643-282-293362/riset-24-persen-sampah-di-indonesia-masih-tak-terkelola. Diakses pada 12 Desember 2019.

SNI 8424:2017 Resin Polietilena Tereftalat (PET) Daur Ulang

ASTM D 5033 Guide for Development of Astm Standards Relating to Recycling and Use of Recycled Plastics

ISO 15270 Plastics -- Guidelines for the recovery and recycling of plastics waste.

Kirwan, M. J. and Strawbridge, J. W. 2003. Plastics in food packaging. In Coles, R., McDowell, D., Kirwan, M.J. (Eds.) Food Packaging and Technology (p. 174-240), Blackwell Publishing Ltd, Oxford, UK.

Koch, M. 2002. Two-stage injection stretch blow moulding. In Brooks, D.W. and Giles, G. A. (Eds), PET Packaging Technology (p.223-279), Sheffield Academic Press, Sheffield, UK

TESTIMONI Hilda Oktora (Scientific & Regulatory Affairs Manager PT Coca-Cola Indonesia)

Selamat untuk tim Subdit Standarisasi Keamanan Pangan BPOM yang sudah mengeluarkan buku “Panduan Pedoman dan Kriteria Kemasan Daur Ulang PET yang Aman untuk Kemasan Pangan”. Buku ini sangat berguna khususnya bagi pelaku usaha yang ingin memproduksi atau menggunakan kemasan daur ulang PET, karena isinya tidak hanya mengenai persyaratan daur ulang PET tapi juga mengenai proses pembuatan daur ulang kemasan PET. Isinya yang mudah dipahami dan dilengkapi dengan gambar menjadikan isi buku panduan ini lebih jelas. Untuk kalangan umum yang ingin menambah pengetahuan soal kemasan daur ulang, ok juga loh kalau mau baca 😊😊

Edhie Wulandiarto (Board Of Director PT.Namasindo Plas)

Setelah dikeluarkannya Pedoman tentang daur ulang PET untuk kemasan oleh BPOM sebagai acuan untuk melakukan proses daur ulang PET dan menghasilkan produk yang amn untuk digunakan kembali tentunya dengan teknologi yang dipersyaratkan, kami selaku industri berterima Kasih kepada BPOM telah meresmikan pedoman ini.

Page 70: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

59

CNN Indonesia. 2018. Riset: 24 Persen Sampah di Indonesia Masih Tak Terkelola. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180425101643-282-293362/riset-24-persen-sampah-di-indonesia-masih-tak-terkelola. Diakses pada 12 Desember 2019.

SNI 8424:2017 Resin Polietilena Tereftalat (PET) Daur Ulang

ASTM D 5033 Guide for Development of Astm Standards Relating to Recycling and Use of Recycled Plastics

ISO 15270 Plastics -- Guidelines for the recovery and recycling of plastics waste.

Kirwan, M. J. and Strawbridge, J. W. 2003. Plastics in food packaging. In Coles, R., McDowell, D., Kirwan, M.J. (Eds.) Food Packaging and Technology (p. 174-240), Blackwell Publishing Ltd, Oxford, UK.

Koch, M. 2002. Two-stage injection stretch blow moulding. In Brooks, D.W. and Giles, G. A. (Eds), PET Packaging Technology (p.223-279), Sheffield Academic Press, Sheffield, UK

TESTIMONI Hilda Oktora (Scientific & Regulatory Affairs Manager PT Coca-Cola Indonesia)

Selamat untuk tim Subdit Standarisasi Keamanan Pangan BPOM yang sudah mengeluarkan buku “Panduan Pedoman dan Kriteria Kemasan Daur Ulang PET yang Aman untuk Kemasan Pangan”. Buku ini sangat berguna khususnya bagi pelaku usaha yang ingin memproduksi atau menggunakan kemasan daur ulang PET, karena isinya tidak hanya mengenai persyaratan daur ulang PET tapi juga mengenai proses pembuatan daur ulang kemasan PET. Isinya yang mudah dipahami dan dilengkapi dengan gambar menjadikan isi buku panduan ini lebih jelas. Untuk kalangan umum yang ingin menambah pengetahuan soal kemasan daur ulang, ok juga loh kalau mau baca 😊😊

Edhie Wulandiarto (Board Of Director PT.Namasindo Plas)

Setelah dikeluarkannya Pedoman tentang daur ulang PET untuk kemasan oleh BPOM sebagai acuan untuk melakukan proses daur ulang PET dan menghasilkan produk yang amn untuk digunakan kembali tentunya dengan teknologi yang dipersyaratkan, kami selaku industri berterima Kasih kepada BPOM telah meresmikan pedoman ini.

Page 71: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses

60

Dr. Nugraha Edhi Suyatma (Tim Ahli – Institut Pertanian Bogor)

Selamat atas terbitnya “Panduan Pedoman dan Kriteria Kemasan Daur Ulang PET yang Aman untuk Kemasan Pangan”. Buku ini sangat bermanfaat untuk pelaku usaha daur ulang dan pengguna plastik daur ulang, karena buku ini disusun sesuai dengan kondisi riil di Indonesia. Penyajian buku yang padat, ringkas, dan diberikan contoh – contoh gambar yang riil menjadikan buku ini cocok untuk semua kalangan. Ir. Wiwik Pudjiastuti, M.Si (Tim Ahli – Balai Besar Kimia dan Kemasan)

Apa yang diuraikan dalam pedoman ini sangat membaik para pelaku usaha yang terlibat dalam pemanfaatan kemasan pangan berbahan PET daur ulang. Kehadiran pedoman ini sangat bermanfaat dan semakin memperkaya khasanah keilmuan mengenai regulasi, teknologi, dan evaluasi keamanan kemasan pangan berbahan dasar PET daur ulang.

Page 72: Direktorat Standardisasi Pangan Olahanstandarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Pedoman-dan-Kriteria-Plastik-Berbahan...Gambar 10 ntuk esi biji plasti food grade – 36 Gambar 11 roses