Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari:...

15
Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Gedung Madiun Lt.6 Jl. Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310, Telp: (+6221) 31934511 Email: [email protected] EDISI II - Semester 1 - 2013 Daya Saing Koperasi dan UMKM

Transcript of Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari:...

Page 1: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

Bappenas

Gedung Madiun Lt.6

Jl. Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310,

Telp: (+6221) 31934511

Email: [email protected]

EDISI II - Semester 1 - 2013

Daya Saing Koperasi dan UMKM

Page 2: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

BAGIAN I – PERKEMBANGAN KOPERASI

DAN UMKM

1. Perkembangan Koperasi

II. Perkembangan UMKM

III. Akses KUMKM ke Pembiayaan

BAGIAN II – HASIL KAJIAN

I. Penyusunan Indikator Daya Saing UMKM

II. Peningkatan Akses Keuangan Bagi UMKM melalui

Penguatan dan Pemberdayaan KSP/USP

BAGIAN III – INFO REGULASI

I. UU No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

II. Peraturan Perundangan Terbaru:

BAGIAN IV – KISAH SUKSES UMKM

I. Ryan’s Batik Kontemporer

II. Borobudur Silver

Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com

DAFTAR ISI

E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3

Penasehat :

Ceppie Kurniadi Sumadilaga

Penanggung Jawab:

Adhi Putra Alfian

Tim Redaksi:

Roni Dwi Susanto

Leonardo A.A.T. Sambodo

Mahastuti

Gusti Rosvia Wardhani

Gayatri Waditra Nirwesti

Mariska

Harry Lesmana

Nara Radhitya Kosasih

Alamat:

Bappenas, Gedung Madiun

Lt.6

Jl. Taman Suropati No. 2

Jakarta 10310, Indonesia

Telp: (+6221) 31934511

Email:

[email protected]

Kata Pengantar

Warta KUMKM adalah media informasi yang menjadi bagian dari upaya pengenalan dan

peningkatan pemahaman tentang perkembangan koperasi dan UMKM yang disajikan secara

ringkas, padat, dan terkini. Media informasi ini terbit dua kali dalam setahun. Edisi kedua Semester I

2013 ini memuat data perkembangan koperasi dan UMKM, hasil Kajian Penyusunan Indikator Daya

Saing UMKM dan Kajian Meningkatkan Akses Keuangan bagi UMKM: melalui Penguatan dan

Pemberdayaan Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam serta informasi peraturan

perundangan terbaru terkait kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM, seperti Undang-

Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian dan info peraturan perundangan lain. Selain itu,

edisi kali ini juga dilengkapi dengan kisah sukses pelaku UMKM di Indonesia. Tim Redaksi berharap

dengan terbitnya media ini dapat memenuhi keingintahuan pembaca mengenai koperasi dan

UMKM.

Jakarta, Mei 2013

Redaksi

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 2 D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 2 9

menekankan pentingnya peran Pemerintah dalam mendukung

pengembangan usaha lokal dengan menciptakan kebijakan-kebijakan yang

saling sinergi dan tidak tumpang tindih. Selly sendiri tidak khawatir bersaing

dengan produsen perhiasan negara lain. Menurutnya, daya saing perak

Indonesia cukup baik. Sejauh ini, Borobudur Silver telah mendapatkan ISO

dan SNI untuk kualitas peraknya. Ini merupakan sebuah kebanggaan karena

hanya Borobudur Silver yang memperoleh sertifikat ini dimana produsen

perak lainnya di Yogyakarta belum memperoleh sertifikat tersebut.

Dalam hal pemasaran, Selly mengaku produknya telah menembus pasar

ekspor dan memiliki niche market.Pelanggan setia Borobudur Silver

utamanya berasal dari benua Eropa dan Amerika.Untuk mempertahankan

loyalitas pelanggan, Selly selalu berkreasi dengan desain. Setiap desain

perhiasannya memiliki filosofi yang unik dan menarik. Salah satu desain

perhiasaan Selly adalah “Imperfect” yang menyiratkan bahwa segala sesuatu

tidaklah sempurna namun ketidaksempurnaan itulah yang membuat sesuatu

menjadi unik. Desain unik lainnya misalnya “My Emptiness” yang terinspirasi

dari emosi yang dirasakan Selly ketika pembuatannya. Filosofi di balik sebuah

perhiasan ternyata menjadi salah satu faktor yang menarik minat pelanggan.

Bagi Selly, seorang designer harus rajin mencari inspirasi dan ide dari

manapun, “Designer itu harus terbuka” katanya. Selly yakin permintaan

dapat diciptakan, hanya bagaimana seorang designer mendesain perhiasan

dengan sepenuh hati dan menyematkan sebuah filosofi di balik karyanya.

Berkat keterampilannya dalam mendesain, Selly berhasil menyabet berbagai

penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional, antara lain:

“Best Craftsmanship Award” dari Indonesian Good Design Selection (IGDS)

Kementerian Perindustrian; “Indonesian Contemporary Design Contest” dari

Mutumanikam Nusantara; dan “Asian Fashion Jewelry & Accessories Design

Competition”dari CMP Hong Kong. Tidak hanya itu, prestasi Selly sebagai

seorang designer perhiasaan juga dibuktikan lewat karyanya berupa buku

berjudul “Indonesian Filigri”. Buku ini berisi pengetahuan mengenai teknik

seni pembuatan perhiasan filigri dan portofolio desain perhiasan Selly yang

telah mendapatkan berbagai penghargaan. Melalui buku ini Selly juga

mengungkapkan mengenai ambisinya untuk membuat filigri sebagai ikon

Indonesia. Ia mempunyai harapan besar filigri Indonesia dikenal di mata

dunia. Sebuah cita-cita yang diyakininya akan dapat terwujud dengan

dukungan kebijakan dari pemerintah dan masyarakat Indonesia sendiri.

PROFIL UMKM

Page 3: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 2 8

dari sentra perak Kotagede.Sejalan dengan perkembangan usahanya, pada

tahun 1992 Selly mulai mendesain dan memproduksi sendiri peraknya.

Produk perak

Borobudur Silver

tak terbatas pada

perhiasan, tapi

juga miniatur

objek untuk

dekorasi ruangan

hingga peralatan

makan berbahan

perak. Semua

produk ini dibuat

secara tradisional melalui tangan terampil pegawainya.Dalam sebulan,

kapasitas produksi Borobudur Silver mencapai 40 kg perak berkualitas

tinggi.Berkat perkembangan usahanya, Selly saat ini mampu mempekerjakan

200 orang pekerja, 40 orang di antaranya adalah pengrajin.

Perkembangan Borobudur Silver tidak kebal dari masalah dan

tantangan.Ketersediaan pengrajin perak di Yogyakarta semakin menurun

merupakan tantangan yang seriuskarena tidak adanya regenerasi.Hal ini

sangat disayangkan mengingat Yogyakarta, khususnya Kotagede terkenal

dengan kerajinan peraknya. Kendala produksi lainnya yaitu alat-alat yang

digunakan untuk produksi perak tergolong masih primitif dan kurang

menunjang kualitas produk.Nihilnya pemasok alat modern untuk membuat

perhiasan di sekitar Yogyakarta mengharuskan Selly membeli peralatan

tersebut dari Jakarta, Surabaya, atau bahkan impor. Akan tetapi impor

peralatan ini sangat sulit dilakukan karena terbentur beberapa kebijakan

yang tidak berpihak pada pengembangan UMKM.

Ketika dimintai pendapat perihal daya saing produsen perak Indonesia dalam

menghadapi gempuran perhiasan imitasi dari China, Selly berkata

“Masyarakat Indonesia harus mulai merubah mindset-nya untuk mencintai

dan menggunakan produksi lokal buatan anak bangsa. Indonesia harus

menjadi pasar bagi produknya sendiri. Kita harus mengedukasi masyarakat

Indonesia untuk menggunakan dan berbangga dengan produk lokal. Hanya

dengan cara ini kita mampu menghadapi arus perdagangan bebas”. Selly juga

PROFIL UMKM

PERKEMBANGAN KOPERASI

Koperasi sebagai wahana usaha produktif masyarakat terus mengalami

perkembangan yang positif dari sisi kelembagaan dan usahanya. Jumlah

koperasi pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 3,2 persen dari

tahun sebelumnya. Persentase koperasi aktif juga meningkat dari 71,0 per-

sen menjadi 71,7 persen. Jumlah anggota dan karyawan koperasi juga men-

ingkat masing-masing sebesar 9,8 persen dan 4,3 persen. Dari sisi usaha, vol-

ume usaha koperasi pada tahun 2012 meningkat sebesar 25,4 persen dari

volume usaha pada tahun sebelumnya. Jenis koperasi masih didominasi oleh

koperasi konsumen.

Meskipun terjadi peningkatan secara kuantitatif, kualitas koperasi masih

perlu diperbaiki; dimulai dari penataan koperasi yang sudah tidak aktif, serta

pendampingan bagi koperasi agar akuntabel dalam melaporkan kinerja usa-

hanya dan disiplin dalam melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT).Tahun

2012 pencapaian RAT koperasi aktif cukup membaik, terbukti dari peningka-

tan persentase koperasi aktif yang melaksanakan RAT dari 43,4 persen men-

jadi 47,4 persen. Penguatan manajemen koperasi juga masih perlu terus

PERKEMBANGAN KOPERASI DAN UMKM

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 3

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2013)

Page 4: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

ditingkatkan, karena berdasarkan data tahun 2012,hanya 18,6 persen

koperasi yang sudah memiliki manajer. Anggota koperasi juga perlu dididik

tentang hak dan kewajibannya sehingga mampu berpartisipasi dalam mema-

jukan koperasi. Pelaksanaan Gerakan Sadar Koperasi (Gemaskop), penyulu-

han perkoperasian,

dan revitalisasi

koperasi diharapkan

mampu meningkat-

kan kualitas dan

kinerja koperasi,

s e r t a m i n a t

masyarakat untuk

m e n j a d i k a n

koperasi sebagai

wahana peningka-

tan efisiensi dan

posisi tawar usaha

mereka.

PERKEMBANGAN UMKM

Pada tahun 2012, UMKM tetap berkontribusi besar dalam perekonomian

Indonesia. Jumlah UMKM masih mendominasi dengan proporsi 99,9 persen

dari keseluruhan jumlah unit usaha. Pertumbuhan unit terbesar pada tahun

2012 terdapat pada usaha menengah yang tumbuh hingga 10,7 persen. Dari

sisi penyerapan tenaga kerja, UMKM juga mendominasi dengan menyerap

97,2 persen dari keseluruhan jumlah tenaga kerja. Peningkatan penyerapan

tenaga kerja dari tahun sebelumnya mencapai 5,8 persen. Peranan penting

UMKM dalam sumbangan terhadap pembentukkan PDB nasional tahun 2012

juga cukup tinggi, dengan proporsi sebesar 59,1 persen dari PDB Harga Ber-

laku.Namun proporsi PDB tersebut tidak cukup sebanding, mengingat pro-

porsi unit usaha UMKM yang sangat dominan.Hal ini berpengaruh terhadap

tingkat produktivitas UMKM yang sangat jauh di bawah produktivitas usaha

besar.Produktivitas per unit UMKM pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 24,8

juta, sedangkan produktivitas per unit usaha besar pada tahun yang sama

PERKEMBANGAN KOPERASI DAN UMKM

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 4

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2013)

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 2 7

berjalan optimal melalui berbagai mekanisme pemberdayaan. Saat ini,

Zuhudi merupakan salah satu mitra dari PKBL yang difasilitasi oleh Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi DIY, serta Pemerintah Kota yang

memberikan berbagai pelatihan keterampilan SDM, seperti manajemen,

keuangan sederhana dan penggunaan internet.

Menutup perbincangan tim redaksi sore itu, Zuhudi, mengusulkan perlunya

melibatkan UMKM sebagai kontributor utama dalam kegiatan-kegiatan

pemberdayaan UMKM didaerah, karena bagaimanapun juga UMKM-lah yang

paling memahami dan berpengalaman dalam seluk-beluk berusaha.

Perbincangan ini membuka wacana tentang pentingnya kemampuan

kompetisi/daya saing dalam pasar domestik dan global, yang tidak saja

ditentukan oleh kerja keras pengusaha itu sendiri, namun juga kontribusi dan

kerja samamasyarakat, UMKM, swasta besar, dan pemerintah.

B. Borobudur Silver

Ada yang istimewaketika

Tim Redaksi Warta

KUMKM berkunjung ke

showroom utama

Borobudur Silver.

Showroom yang berlokasi

di Jl. Menteri Supeno 41

Yogyakarta ini terintegrasi

dengan workshop

pembuatan perak yang

dapat dilihat langsung

oleh pengunjung selama jam operasional. Selain itu, showroom juga

dilengkapi dengan restoran dimana pengunjung bisa bersantai sambil

menikmati sajian yang menggugah selera.Kenyataan bahwa showroom ini

sukses berkembang di luar sentra kerajinan perak Kotagede pun semakin

menimbulkan rasa penasaran.

Selly Sagita, pendiri sekaligus pemilik tunggal Borobudur Silver, adalah tokoh

utama di balik kesuksesan usaha perak ini.Selly mendirikan Borobudur Silver

pada tahun 1989 setelah memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai

dosen di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta.Dengan modal sendiri yang

cukup terbatas, Selly memulai usaha jual beli perak yang pasokannya berasal

PROFIL UMKM

Nama Perusahaan: Borobudur Silver

Kontak Person: Selly Sagita

Workshop dan Showroom:

Jl. Menteri Supeno 41 Yogyakarta 55162 Indone-

sia Tel. +62-274-374037 Fax. +62-274-375439

Jl. Mayor Kusen Km 2,4 Mungkid, Magelang

56511 Indonesia Tel. +62-293-789322 Fax. +62-

293-789321

Jenis Produk: perhiasan perak, miniatur dekorasi

perak, peralatan makan perak.

Page 5: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 2 6

kota Medan dan pulau dewata. Pemasaran juga dilakukan melaluipameran

dengan membuat konsep stan yang menarik, apalagi ditambah dengan

menampilkan proses pembatikan yang dapat menarik minat lebih banyak

pembeli.

Diluar keberhasilkan dari strategi pemasarannya, Ryan’s Group juga pernah

mengalami kerugian seperti yang dialami saat mengekspor produknya ke

negara tetangga. Persaingan timbul karena produk Ryan’s Groupmulai ditiru

dan diproduksi secara masal, kemudian diakui sebagai karya lokal oleh mitra

usahanya. Hal ini menjadi keprihatinan Zuhudi karena belum ada aturan

yang melindungi pengusaha kecil di industri kreatifdari tindakan pencurian

paten semacam ini. Kendala dalam ekspor juga masih dialami, terutama saat

Letter of Credit yang tidak dapat dijaminkan padaperbankan di Indonesia.

Kendala produksi batik juga meningkat dengan adanya regulasi global yang

melarang penggunaan pewarna sintetis berbahaya untuk pewarnaan tekstil,

dan pada saat yang sama ketergantungan produsen batik terhadap pewarna

batik impor dari Jepang dan Jerman juga cukup tinggi. Alternatif pewarnaan

alam memang tersedia, namun belum dapat diproduksi secara masal dan

prosesnya memakan waktu yang lama sehingga berimbas pada harga yang

mahal.Kondisi ini diakui sebagai akibat dari kelemahan posisi tawar UMKM

untuk meyakinkan konsumen global mengenai sistem pewarnaan yang

menurutnya aman, disamping akibat dari kurangnya dukungan legal dari

pemerintah.Keadaanya seperti ini tentu memperlambat laju daya saing

UMKM Indonesia di kancah persaingan pasar global.

“Pemerintah seyogyanya bisa menjadi penengah dalam permasalahan dalam

dunia usaha dengan membuat kebijakan yang mempermudah akses pasar

dan permodalan. Misalnya dengan peningkatan plafon pinjaman dan

perpanjangan periode kredit KUR”, tukas Zuhudi. Namun Zuhudi juga

menyadari, tidak semua kebutuhan UMKM dapat diakomodir seluruhnya

oleh pemerintah. Kemitraan seperti melalui Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL)akan sangat membantu untuk mewujudkan UMKM yang

maju. Tidak hanya persoalan pemasaran dan permodalan, kemitraan juga

dapat menjadi solusi permasalahan sumber daya manusia (SDM) yang masih

rendah. Seperti dikatakan Zuhudi, ketersediaan pembatik saat ini semakin

menurun, sementara perkembangan pasar batik kian pesat. Melalui

kerjasama dan kemitraan diharapkan bimbingan dan pembinaan SDM dapat

PROFIL UMKM

mencapai Rp 203,5 miliar. Kon-

tribusi UMKM pada nilai

ekspor non migas pada tahun

2011 (16,44 persen) juga ma-

sih lebih rendah dari rata-rata

kontribusi nilai ekspor non

migas UMKM pada periode

2005-2007 (20,0 persen).

Rendahnya produktivitas

UMKM tersebut mencer-

minkan daya saing UMKM

yang masih rendah.Kondisi ini

membutuhkan adanya aksel-

erasi peningkatan kapasitas

UMKM dalam memanfaatkan

peluang usaha yang dicipta-

kan dari pertumbuhaneko-

nomi, pasar yang semakin

terbuka, dan peningkatan

investasi.Upaya tersebut perlu didukung perbaikan iklim usaha, peningkatan

akses ke sumber daya produktif, dan peningkatan partisipasi pemangku ke-

pentingan, baik publik maupun swasta.Berbagai upaya tersebut sangat dibu-

tuhkan UMKM terutama dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin

tinggi, termasuk terkait rencana penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN

pada tahun 2015.

AKSES KOPERASI DAN UMKM KE PEMBIAYAAN

Pembiayaan bagi koperasi dan UMKM (KUMKM) masih menjadi salah satu

perhatian terkait upaya untuk meningkatkan kinerja koperasi dan produk-

tivitas UMKM. Pembiayaan dalam bentuk modal kerja dan investasi dibu-

tuhkan oleh KUMKM untuk pengadaan bahan baku dan proses produksi,

penanganan pasca produksi, pemasaran, dan standardisasi produk. Namun

PERKEMBANGAN KOPERASI DAN UMKM

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 5

Pertumbuhan Unit Usaha dan Tenaga Kerja

Sumber: BPS, Kementerian Koperasi dan UKM (2013)

Page 6: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

akses KUMKM pada sumber-sumber pembiayaan formal pada umumnya ma-

sih rendah karena adanya masalah agunan, prosedur untuk mendapatkan

kredit yang masih rumitdan suku bunga.

Program Kredit

Usaha Rakyat

(KUR) meru-

pakan salah satu

upaya untuk

meningkatkan

akses KUMKM

pada sumber

pembiayaan

formal (bank)

melalui fasilitasi

penjaminan

kredit yang dis-

ediakan Pemer-

intah.Saat ini

bank penyalur KUR terdiri dari 7 bank umum (BNI, BRI, Mandiri, BTN, Bu-

kopin, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah) dan 26 Bank Pembangunan

Daerah (BPD). KUR juga disalurkan melalui pola linkage yang melibatkan

kerja sama antara bank dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro.

Kinerja penyaluran KUR mencapai Rp 34,2 triliunpada tahun 2012, atau

melampaui target tahun 2012 sebesar Rp 30 triliun. Jumlah debitur KUR pada

periode yang sama mencapai 1,96 juta debitur, sehingga rata-rata KUR per

debitur adalah sebesar Rp 17,4 juta. Tingkat non-performing loan (NPL) KUR

rata-rata sebesar 3,6 persen. Sementara itu penyaluran KUR pada tahun

2013 (hingga 31 Maret 2013) telah mencapai lebih dariRp 10,7 triliun untuk

570.146 debitur, dengan rata-rata KUR sebesar Rp18,9 juta per debitur. Pen-

yaluran KUR pada tahun 2012 dan 2013ini meningkatkan total volume KUR

(akumulasi) sejak November 2007 sampai dengan Maret 2013sehingga men-

capai Rp 108,4 triliun, yang disalurkan untuk 8,2 jutadebitur. Sebagian besar

KUR disalurkan kepada KUMKM di sektor perdagangan (57,2persen) dan per-

tanian (16,7persen). Provinsi dengan penyaluran KUR tertinggi hingga Maret

2013 adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Su-

matera Utara.

PERKEMBANGAN KOPERASI DAN UMKM

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 6

Realisasi Penyaluran KUR

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2013)

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 2 5

A. Ryan’s Batik Kontemporer

Pada suatu sore di Kota

Yogyakarta, tim redaksi Warta

KUKM menemui Zuhudi,

pemilik Ryan Handicraft. Kami

berkesempatan berbincang-

bincang mengenai usaha

kerajinan yang sudah

dirintisnya sejak tahun 1996.

Pada awalnya penerapan motif batik masih terbatas pada kain, namun

Ryan’s Groupmencoba berinovasi dengan menuangkannya dalam media

kayu, bambu, dan terakota (gerabah). Seiring dengan meluasnya peluang

pasar internasional, Ryan’s Grouppun mencoba merambah pasar negara

tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, dan meraih kesuksesan.

Inovasi produk rupanya menjadi proses yang tidak pernah berakhir bagi

Ryan’s Groupmenjadikannya menjadi pemain yang kuat dalam industri

kerajinan. Zuhudi memberanikan diri untuk mencoba terobosan baru dengan

menciptaan kain dan pakaian bermotif batik abstrak dan kontemporer

dengan keyakinan batik bisa diterima semua kalangan bila desain motif dan

warnanya lebih modern. Zuhudi juga bereksperimen mengembangkan

pewarnaan gradasi pada batik dengan menggunakan teknik airbrush. Berkat

inovasinya, produk batik fashion dariRyan’s Groupmenjadi semakin populer

tidak hanya dikalangan dewasa, tetapi juga remaja dan anak-anak.

Keunikan produk Ryan’s Groupselain terletak pada motif dan warna, juga

pada proses pengerjaanya yang dilakukan dengan sangat hati-hati oleh

tangan-tangan luwes para pembatik dari Bantul dan Klaten. Membatik di atas

katun dan sutra dilakukan oleh satu orang, sehingga tidak ada motif yang

identik dan menciptakan eksklusivitas bagi pemakainya. Pun, koleksi Ryan’s

Groupselalu menghadirkan motif yang baru setiap tiga (3) bulan untuk selalu

menghadirkan tren busana bagi para pelanggannya.

Berbicara tentang pemasaran, Zuhudi mengaku kewalahan memenuhi

permintaan pasar domestik. Walaupun tidak memiliki showroom sendiri,

produk Ryan’s Groupdapat diperoleh dengan mudah melalui online shop

(http://www.ryans-group.com)atau membeli langsung di pusat-pusat

perbelanjaan terkemuka di ibukota, seperti di Sarinah dan Grand Indonesia,

PROFIL UMKM

Nama Perusahaan : Ryan’s Group

Kontak Person : Zuhudi Sp

Alamat : Selokraman KG III/1069 RT 49/XI

Kotagede, Yogyakarta

Telepon : (0274) 370607

E-mail : ryan’[email protected]

Jenis Produk : Wood batik, bamboo batik

Page 7: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 2 4

C. Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan

Inkubator Wirausaha

Penetapan aturan ini dinilai penting dalam rangkah menumbuhkembangkan

jiwa kewirausahaan, kemampuan, jejaring, dan wawasan berusaha

wirausaha baru. Aturan ini diharapkan dapat menjadi acuan dari pemangku

kepentingan dalam mendukung pengembangan inkubator wirausaha.Dalam

peraturan ini inkubator wirausaha merupakan suatu lembaga intermediasi

yang melakukan proses inkubasi atau pembinanaan, pendampingan dan

pengembangan terhadap peserta Inkubasi (wirausahawan atau calon

wirausahawan yang menjalani proses inkubasi).

INFO REGULASI

Target penyaluran KUR pada tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp 36 triliun-

yang difokuskan pada penyaluran ke sentra-sentra produksi dan perbaikan

dari sisi kualitas penyaluran yang ditunjukkan dengan indikator tingkat NPL

tidak lebih dari 5 persen. Peran Kementerian Teknis dan Pemerintah Daerah

dalam penyiapan calon debitur KURmelalui sosialisasi, pembinaan, pendamp-

ingan dan penguatan kelembagaan juga akan ditingkatkan.

Selain KUR, koperasi dan UMKM juga dapat mengakses kredit komersial yang

disediakan oleh bank. Penyaluran kredit bank umum untuk UMKM pada ta-

hun 2012 mencapai sebesar Rp 552,2 triliun, yang mencakup kredit untuk

modal kerja (77,1 persen) dan investasi (22,9 persen). Kredit tersebut se-

bagian besar disalurkan untuk UMKM di sektor perdagangan (47,9 persen)

dan industri pengolahan (10,9 persen). Pemerintah juga menyediakan skema

pembiayaan dana bergulir bagi koperasi dan UMKM melalui Lembaga

Pengelola Dana Bergulir KUMKM (LPDB-KUMKM). Pada tahun 2012 sekitar

Rp 1,36 triliun dana bergulir telah disalurkan kepada 120.484 UMKM yang

tersebar di 33 provinsi. Penyaluran dana bergulir ini dilaksanakan melalui

kerja sama antara LPDB-KUMKM dan 853 mitra yang terdiri dari Koperasi

Primer, Koperasi Sekunder, Perusahaan Modal Ventura (PMV), bank, serta

kelompok UMKM Strategis. Berbagai skema pembiayaan lainnya koperasi

dan UMKM juga disediakan oleh Pemerintah Daerah, BUMN (melalui Pro-

gram Kemitraan dan Bina Lingkungan/PKBL), dan swasta (melalui Corporate

Social Responsibility) dalam bentuk pinjaman berbunga rendah dan dana

bergulir, yang disalurkan kepada UMKM melalui kerja sama dengan lembaga

keuangan (bank, LKM, koperasi dan lembaga pendamping UMKM).

PERKEMBANGAN KOPERASI DAN UMKM

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 7

Page 8: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

Konsep daya saing semakin sering digunakan untuk mengukur peran dan

kinerja usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Kondisi ini menunjukkan

pergeseran sudut pandang tentang peran UMKM yang lebih banyak dilihat

dari kontribusinya bagi pengurangan kemiskinan dan penciptaan lapangan

kerja, ke arah kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi. Daya saing UMKM

sendiri sebenarnya lebih mudah diamati pada periode dimana suatu negara

sedang mengalami krisis ekonomi dan usaha-usaha besarnya mengalami

kontraksi. Dalam kondisi ini UMKM berperan besar sebagai penyangga

ekonomi melalui penyediaan barang dan jasa yang bervariasi dan terjangkau

sehingga permintaan pasar tetap terjaga dan perekonomian memiliki

momentum untuk bertahan dan pulih.

Namun daya saing UMKM diharapkan dapat terus diamati dari waktu ke

waktu. Adanya suatu indikator atau ukuran mengenai kinerja UMKM dan

kesiapannya untuk bersaing sangat diperlukan untuk dapat mengarahkan

upaya atau kebijakan yang ada menjadi lebih efektif. Hal ini penting

mengingat UMKM di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala untuk

berkembang dan bersaing di pasar. Hal ini juga sangat relevan dengan

rencana penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015.

Pertanyaannya kemudian yaitu indikator apa yang dapat digunakan untuk

mengukur daya saing UMKM di Indonesia? Berdasarkan berbagai literatur,

ukuran daya saing UMKM yang paling umum digunakan yaitu produktivitas

usaha dan tingkat inovasi dan/atau penerapan teknologi. Indikator daya

saing lain yang dapat digunakan yaitu jenis, nilai dan kualitas produk, pangsa

pasar, biaya, laba, dan nilai ekspor. Namun tidak semua indikator tersebut

dapat digunakan dalam konteks UMKM di Indonesia. Oleh karena itu

dibutuhkan penelaahan yang lebih mendalam mengenai tingkat daya saing

UMKM serta metode pengukurannya, berdasarkan dinamika perkembangan

UMKM. Penggunaan produktivitas sebagai satu-satunya indikator daya saing

UMKM juga dianggap belum memadai untuk menggambarkan kondisi dan

kinerja UMKM yang beragam.

Analisis tentang indikator daya saing UMKM dapat merujuk pada konsep

pengukuran daya saing suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan.

Indikator yang dapat digunakan di antaranya pangsa dan jangkauan pasar,

pertumbuhan volume produksi dan pemasaran, nilai produk, dan respon

konsumen. Beberapa contoh indikator yang sudah umum digunakan yaitu

HASIL KAJIAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAYA SAING UMKM

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 8 D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 2 3

Berikut ini kebijakan dan regulasi terkait Koperasi dan UMKM yang

dipublikasikan di awal tahun 2013:

A. UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

Undang-undang (UU) ini disahkan mengingat masih terdapat kesenjangan

antara permintaan dan ketersediaan atas layanan jasa keuangan mikro yang

memfasilitasi masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah, yang

bertujuan untuk memberdayakan ekonomi masyarakat.Adanya UU ini

diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dan pemenuhan kebutuhan

layanan keuangan terhadap masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan

rendah. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro (LKM) menurut UU yaitu

lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa

pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman

atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat,

pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan

usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.Cakupan wilayah usaha

LKM berada dalam satu wilayah desa/kelurahan, kecamatan, atau

kabupaten/kota.

B. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Peraturan Pemerintah (PP)ini utamanya mencakup penjelasan mengenai

aturan-aturan pelasakanaan dari beberapa pasal dalam UU No. 20 Tahun

2008, antara lain:

• persyaratan dan tata cara permohonan izin usaha;

• tata cara pengembangan, prioritas, intensitas, dan jangka waktu

pengembangan usaha khususnya dalam bidang produksi dan pengolahan,

pemasaran, SDM, serta desain dan teknologi;

• pola kemitraan;

• penyelenggaraan koordinasi dan pengendalian pemberdayaan UMKM;

dan

• tata cara pemberian sanksi Administratif kepada Usaha besar dan Usaha

Menengah dalam pola kemitraan dengan Usaha Mikro dan Kecil.

INFO REGULASI

Page 9: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 2 2

instrumen penghimpunan modal/equity koperasi yang dapat secara

dinamis menangkap setiap peluang usaha bagi koperasi.

7. Koperasi Simpan Pinjam hanya dapat menghimpun simpanan dan menya-

lurkan pinjaman kepada anggota (pasal 89). Non anggota yang meman-

faatkan layanan Koperasi Simpan Pinjam diberikan waktu 3 (tiga) bulan

harus sudah menjadi anggota;

8. Untuk menjamin anggota Koperasi Simpan Pinjam, Pemerintah diama-

natkan untuk membentuk dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan ang-

gota Koperasi Simpan Pinjam (LPS-KSP) melalui Peraturan Pemerintah

(Pasal 95 ayat 2); dan

9. Pengawasan dan pemeriksanaan terhadap koperasi akan lebih diinten-

sifkan. Khusus pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam, Pemerin-

tah diamanatkan untuk membentuk Lembaga Pengawasan Koperasi sim-

pan Pinjam (LP-KSP) yang dibentuk melalui Peraturan Pemerintah (Pasal

100).

Sumber: UU No 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian (Bahan Sosialiasi UU

No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, Deputi Bidang Kelembagaan, Ke-

menterian KUKM)

UU 17/2012 TENTANG PERKOPERASIAN

revealed comparative advantage (RCA), constant market share, similarity

index, complementarity index, export product dynamics, dan banyak lagi.

Namun mengingat UMKM dapat menghasilkan lebih dari satu barang dan

jasa, maka konsep daya saing yang digunakan perlu diperluas dengan

mengadopsi konsep daya saing yang digunakan dalam konteks posisi atau

keunggulan suatu wilayah, negara, lembaga, perusahaan, sektor/bidang

usaha, individu, dankomoditas. Hasil pencermatan dari berbagai konsep daya

saing tersebut menunjukkan beberapa kesamaan pendapat tentang konsep

daya saing suatu perusahaan, yang digambarkan sebagai (1) cerminan dari

komitmennya terhadap persaingan (Gál, 2010; Markovics, 2005), dan (2)

keunggulannya yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti sumber

daya dan kapasitas/strategi pengelolaan dan faktor-faktor eksternal seperti

kondisi pasar serta dukungan kelembagaan, kebijakan dan infrastruktur

(Kovačič, 2011; Man, Lau, & Chan, 2002; Porter, 1990; Tambunan, 2008; UN-

ESCAP, 2009; WEF, 2012). Man, Lau, & Chan (2002) juga menyatakan bahwa

daya saing suatu perusahaan dapat menunjukkan kemampuannya untuk (1)

meningkatkan pangsa pasar, keuntungan dan pertumbuhan nilai tambah

secara berkelanjutan (sustainability); (2) mengakses dan mengelola berbagai

sumber daya dan kemampuannya (controllability); (3) menilai tingkat daya

saingnya dibandingkan dengan perusahaan lain (relativity); dan (4)

menciptakan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan (dynamism).

Dalam konteks UMKM, Tambunan (2008) juga menambahkan bahwa

meskipun ukuran daya saing UMKM sangat beragam, namun ukuran-ukuran

tersebut mencakup tiga karakteristik dasar yaitu potensi, proses, dan kinerja

dari UMKM. Berdasarkan rujukan-rujukan di atas maka daya saing UMKM

dapat digambarkan sebagai suatu hasil dari interaksi berbagai faktor internal

dan ekternal, baik pada tataran input, produksi maupun output.

Berbagai indikator yang dapat digunakan untuk mengukur daya saing UMKM

dapat merujuk pada faktor-faktor daya saing dari kajian APEC (2006), Chikán

Attila (2006), Chong (2008), Gál (2010), Kadocsa (2008), Man, Lau, & Chan

(1998), Markus dan Pòtò (2007), Schmuck (2008), Szerb (2009), Tenai, dkk.

(2009), UN-ESCAP (2009), UNIDO (2004), WEF (2011) dan Wiyadi (2009).

Faktor-faktor daya saing tersebut yaitu: (1) akses ke modal; (2) kualitas SDM

(pekerja/manajer/pemilik); (3) kepuasan pekerja; (4) akses ke layanan

usaha; (5) jenis bimbingan yang diterima; (6) kerjasama; (7) menerapkan

metode baru/menggunakan teknologi modern/teknik yang terstandardisasi;

HASIL KAJIAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAYA SAING UMKM

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 9

Page 10: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

(8) pangsa R&D; (9) biaya pemasaran; (10) biaya overhead; (11) efisiensi/

produktivitas; (12) waktu; (13) organisasi; (14) nilai perusahaan; (15) jenis

permasalahan; (16) produk baru; (17) kualitas produk; (18) pangsa pasar

output; (19) orientasi pasar; (20) karakter pasar output; (21) keuntungan;

(22) pertumbuhan output/nilai tambah; (23) ekspor; (24) kepuasan

konsumen; (25) jasa-jasa terkait produk; (26) keadaan usaha 3 bulan lalu;

(27) kesinambungan jangka panjang; dan (28) sumber input.

Keragaman faktor-faktor daya saing tersebut di atas menimbulkan tantangan

dalam menentukan metode pengukuran tingkat daya saing UMKM. Salah

satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan indeks komposit

yang merupakan gabungan dari berbagai ukuran atau indikator. Keuntungan

dari penggunaan indeks komposit daya saing yaitu selain dapat mengatasi

masalah pengukuran (unit ukur) yang berbeda-beda dari faktor-faktor

penyusun daya saing, juga dapat mempermudah penggambaran tingkat daya

saing UMKM, serta perbandingannya antar sektor dan antar wilayah.

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 1 0

HASIL KAJIAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAYA SAING UMKM

Alur Pikir Penentuan Indeks Daya Saing

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 2 1

Inisiasi perubahan dimulai tahun 2000 dengan disusunnya Naskah Akademis

(NA) tentang Undang Undang Koperasi yang melibatkan para pakar koperasi,

pakar ekonomi, pakar hukum akademisi, praktisi perkoperasian, gerakan

koperasi serta lembaga dan instansi terkait. Setelah melewati proses yang

cukup lama RUU tentang Koperasi akhirnya disampaikan secara resmi untuk

dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada September 2010 dan

disetui melalui Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Oktober 2012 untuk ke-

mudian disahkan sebagai UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

UU No.17/2012 tentang Perkoperasian terdiri dari 17 Bab, 126 pasal yang

nantinya akan dituangkan menjadi 10 Peraturan Pemerintah dan 6 Peraturan

Menteri.

Beberapa hal yang harus mendapat perhatian dalam UU No.17/2012 dianta-

ranya adalah:

1. Penyesuaian anggaran dasar. Bagi Koperasi yang baru didirikan, anggaran

dasarnya langsung menyesuaikan dengan UU No.17/2012. Selain itu,

usaha koperasi di sektor riil harus dipisahkan dengan usaha jasa keuan-

gan, sehingga koperasi yang memiliki unit simpan pinjam wajib men-

gubah unit simpan pinjam menjadi Koperasi Simpan Pinjam (pasal 122);

2. Koperasi dikelola oleh pengawas dan pengurus koperasi (Bagian Ketiga

dan Keempat UU No 17/2012). Pengawas sebagai alat perlengkapan or-

ganisasi koperasi ditingkatkan peranan kewenangannya, dan pengurus

dapat dipilih baik dari anggota maupun non anggota;

3. Rapat Anggota pada Koperasi Primer yang memiliki anggota paling sedikit

500 orang dapat diselenggarakan melalui delegasi anggota (pasal 45);

4. Koperasi dapat melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip

ekonomi syariah (pasal 87);

5. Jenis Koperasi dibagi berdasarkan kesamaan jenis anggota usaha yaitu

koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi jasa dan koperasi sim-

pan pinjam (pasal 83);

6. Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi

sebagai modal awal (pasal 66) dengan pengaturan sebagai berikut :

• Setoran Pokok: harus dibuat dengan nilai yang serendah-rendahnya,

agar tidak ada hambatan setiap orang untuk masuk sebagai anggota

koperasi.

• Sertifikat Modal Koperasi (SMK): nilai nominal per lembar SMK tidak

boleh melebihi nilai nominal Setoran Pokok. SMK diharapkan menjadi

UU 17/2012 TENTANG PERKOPERASIAN

Page 11: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 2 0

Sebagai salah satu bentuk badan usaha di

Indonesia, koperasi merupakan badan hu-

kum yang didirikan oleh orang perseoran-

gan atau badan hukum Koperasi, dengan

pemisahan kekayaan para anggotanya se-

bagai modal untuk menjalankan usaha,

yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan

bersama di bidang ekonomi, sosial, dan

budaya sesuai dengan nilai dan prinsip

Koperasi. Diperkenalkan sejak awal abad

20, koperasi di Indonesia mengalami ber-

bagai dinamika perubahan sesuai dengan

berbagai tuntutan perubahan lingkungan ekonomi baik nasional maupun

global. Untuk itu diperlukan landasan hukum yang lebih memadai dalam

upaya mengakomodasiberbagai tuntutan perubahan koperasi agar dapat

menjadi wadah usaha bersama yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan eko-

nomi anggota dan yang tumbuh menjadi sehat, mandiri, dan tangguh.

Koperasi di Indonesia diatur secara resmi melalui Undang Undang pertama

kali melalui UU No.12 tahun 1967 tentang Pokok Pokok Perkoperasian yang

mencakup aturan aturan mendasar seperti ketentuan umum, landasan,

pengertian dan fungsi koperasi, azas dan sendi koperasi, peranan dan tugas

serta keanggotaan, kewajiban dan hak anggota. Sesuai dengan perkemban-

gan koperasi dan kebutuhan pembinaannya maka kemudian dikeluarkan Un-

dang Undang No 25 Tahun 1992 dimana selain landasan serta fungsi, juga

diatur tentang pembentukan, keanggotaan, perangkat organisasi dan modal.

Tuntutan perubahan terkait pemberdayaan koperasi kembali muncul ketika

dihadapkan pada perkembangan tata ekonomi nasional dan global yang

makin dinamis dan penuh tantangan. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian kemudian dirasa sudah tidak memadai lagi untuk di-

jadikan landasan hukum bagi pengembangan dan pemberdayaan koperasi.

Beberapa hal yang sudah tidak memadai lagi diantaranya adalah ketentuan

yang mengatur nilai dan prinsip koperasi, pemberian status badan hukum,

permodalan, kepengurusan, kegiatan usaha simpan pinjam koperasi dan per-

anan pemerintah. Oleh karena itu perlu diadakan pembaharuan hukum di

bidang perkoperasian melalui penetapan Undang-Undang.

UU NO.17/2012 TENTANG PERKOPERASIAN

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 1 1

Indeks komposit daya saing UMKM tersebut dapat disusun berdasarkan tiga

alternatif metode yaitu (1) metode regresi (misalnya Gál, 2010; Markus &

Pòtò, 2007; Schmuck, 2008); (2) metode normalisasi seperti yang digunakan

oleh Institute for Management Development (IMD) untuk menghitung Wold

Competitiveness Index (WCI), Porter untuk menyusun Business

Competitiveness Index, UNDP untuk menyusun Indeks Pengembangan

Manusia (HDI), UNIDO untuk menghitung Competitive Industrial

Performance (CIP) Index, dan World Economic Forum untuk

mengembangkan GlobalCompetitiveness Index; dan (3) metode pemetaan

terhadap sebuah skala kategori (misalnya kajian Wells (1997) dan Atkins et

al. (1998) tentang indeks kerentanan ekonomi). Berdasarkan evaluasi dari

ketiga metode tersebut, metode normalisasi dianggap lebih unggul sehingga

metode normalisasi menjadi pilihan untuk menyusun indeks komposit daya

saing UMKM.

Penentuan indikator-indikator kunci daya saing UMKM dilakukan melalui

analisis keterkaitan antar 28 variabel/faktor penentu daya saing berdasarkan

expert judgment (Gambar 1). Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian

besar dari variabel-variabel yang ada secara bersamaan, langsung dan tidak

lagsung, menentukan atau mempengaruhi tiga variabel kunci penentu dari

daya saing UMKM yaitu produktivitas, pertumbuhan output, dan pangsa

pasar. Ketiga variabel daya saing tersebut juga memiliki keterkaitan satu

dengan lainnya. Perubahan produktivitas, baik secara langsung maupun

secara bersamaan dengan faktor biaya produksi dan pemasaran, akan

mempengaruhi pertumbuhan output, yang dalam jangka panjang dapat

mempengaruhi pangsa pasar.

Langkah selanjutnya yaitu menyusun indeks daya saing (IDS) UMKM

berdasarkan tiga indikator kunci daya saing UMKM. Metode yang digunakan

merujuk pada metode normalisasi yang digunakan untuk mengukur Wold

Competitiveness Index (WCI) yang dikembangkan oleh Institute for

Management Development (IMD), dengan beberapa penyesuaian. Beberapa

penyesuaian yang dilakukan di antaranya yaitu penggunaan proxy untuk

mengukur ketiga indikator kunci, karena data langsung belum tersedia.

Penyesuaian lainnya yaitu, prosedur normalisasi yang digunakan merujuk

pada prosedur yang dikembangkan oleh Han, Kamber & Pei (2006).

HASIL KAJIAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAYA SAING UMKM

Page 12: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

Perhitungan nilai indeks daya saing UMKM menggunakan data-data kinerja

UMKM di sektor industri pengolahan yaitu Survei Industri Mikro dan Kecil

(IMK) dan Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS) pada tahun 2009-2011.

Data-data dari kedua sumber statistic tersebut diklasifikasi ulang

berdasarkan definisi UMKM di dalam Undang-undang No. 20 tahun 2008

tentang UMKM (berdasarkan omzet per tahun). Perhitungan didasarkan

pada kinerja UMKM sektor industri pengolahan per provinsi pada tahun 2010

dan 2011. Hasil perhitungan nilai indikator daya saing kemudian dibobot

berdasarkan penilaian mengenai tingkat kepentingan dari masing-masing

indikator, yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh stakeholders UMKM.

Hasil dari pembobotan kemudian dijumlahkan secara sederhana (simply

added) untuk menghasilkan Indeks Daya Saing (IDS) UMKM di sektor industri

pengolahan. Hasil IDS UMKM per provinsi kemudian diurutkan dari yang

tertinggi sampai dengan yang terendah untuk dibandingkan.

Hasil perhitungan IDS UMKM

industri pengolahan per

provinsi secara umum

menunjukkan kelayakan

penggunaan IDS tersebut

untuk mengidentifikasi

perkembangan UMKM terkait

kapasitas internalnya dan

hubungannya dengan pasar.

IDS UMKM per provinsi juga

mengkonfirmasi peran UMKM

yang besar dalam

perekonomian di sebagian besar provinsi di Indonesia. Beberapa catatan

penting dari hasil perhitungan IDS UMKM di antaranya:

1. Masing-masing indikator daya saing (produktivitas, pertumbuhan

output dan pangsa pasar) dapat digunakan secara terpisah atau

disatukan dalam satu indeks komposit. Namun integrasi ketiga indikator

daya saing tersebut lebih memiliki keunggulan karena memberi

gambaran yang lebih komprehensif mengenai daya saing UMKM;

2. Penggunaan produktivitas sebagai indikator kunci daya saing UMKM

merupakan konfirmasi dari berbagai kajian sebelumnya. Perubahan

produktivitas UMKM dapat dipengaruhi oleh akses/ ketersediaan

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 1 2

HASIL KAJIAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAYA SAING UMKM

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 1 9

5. Kinerja usaha dan keuangan KSP/USP secara keseluruhan baik, dengan

tingkat akuntabilitas yang cukup baik sebagaimana ditunjukkan dari pe-

laksanaan RAT dan laporan pertanggungjawaban. Namun standar pelapo-

ran keuangan, transparansi, manajemen keuangan dan perijinan pembu-

kaan unit cabang layanan di beberapa KSP/USP masih perlu diperbaiki;

6. Beberapa KSP/USP sudah mengelola usahanya secara profesional yang

didukung sumber daya manusia yang memiliki kapasitas memadai seperti

manajer yang sudah bersertifikat dan karyawan yang memiliki tingkat

pendidikan minimal SMA atau sederajat;dan

7. Beberapa koperasi sudah mulai menerapkan teknologi informasi untuk

mendukung layanannya, bekerja sama dengan asuransi untuk perlindun-

gan pinjaman anggota, dan membangun jaringan antar koperasi dan den-

gan bank dalam rangka meningkatkan kapasitas layanannya.

Kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan kajian pada tahap 1 fase 1 ini

yaitu: (1) KSP/USP memegang peranan penting untuk mendukung peningka-

tan aktivitas sosial ekonomi anggotanya dan masyarakat; (2) keberhasilan

KSP/USP sangat ditentukan oleh suatu model usaha yang diterapkan oleh

koperasi secara konsisten; (3) pemahaman pengurus dan pengelola men-

genai peraturan perkoperasian masih perlu ditingkatkan, terlebih setelah

pemberlakuan UU No. 17/ 2012 tentang Perkoperasian; dan (4) pembinaan

dan pengawasan perkoperasian oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah perlu ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kepastian usaha dan

kualitas pelayanan KSP/USP.

HASIL KAJIAN PENGUATAN DAN PEMBERDAYAAN KSP/USP

Page 13: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 1 8

Secara umum, hasil studi kasus menunjukkan bahwa:

1. Terdapat tujuh model usaha KSP/USP yaitu koperasi kredit/kopdit (Credit

Union), kuasi-kopdit, kuasi-perbankan, Baitul Maal Wa Tamwil (BMT),

tanggung renteng, USP, dan linkage dengan bank (Swamitra). Model

usaha KSP/USP tersebut dipengaruhi oleh orientasi usaha, sumber dan

penggunaan danapenyedia dana dan sasaran penyaluran, komposisi

dana, mekanisme penyaluran dana, dan keanggotaan. Model usaha

tersebut juga dijalankan sebagai bentuk pemenuhan amanat dari pendiri/

sponsor dan peraturan, serta bentuk respon terhadap perkembangan

pasar yang ditandai dengan persaingan yang semakin ketat;

2. Faktor yang menentukan peran KSP/USP untuk mendukung keuangan

inklusif adalah penerapan prosedur simpan pinjam yang lebih fleksibel,

tingkat suku bunga yang relatif lebih rendah dibandingkan perbankan,

dan pendekatan personal bagi anggota yang melakukan tran-

saksi.Sebagian besar KSP/USP juga memberikan layanan sosial untuk

mendukung partisipasi dan peningkatan kesejahteraan anggotanya. KSP

yang berbasis model kopdit, kuasi-kopdit dan tanggung renteng mene-

kankan pada orientasi pemberdayaan untuk anggotanya. Bahkan KSP/

USP yang berbasis Credit Union juga dilengkapi dengan sistem partisipasi

anggota yang kuat yang berkontribusi pada kemajuan dan kemandirian

KSP. Sementara itu, KSP yang menjalankan usaha model tanggung ren-

teng berhasil memampukan kelompok perempuan miskin untuk mengak-

ses pinjaman dan mengelola pinjaman dengan baik untuk mendukung

usaha dan kebutuhan keluarga. KSP dengan sistem BMT dan USP dalam

studi kasus ini juga berperan besar untuk mendukung berkembangnya

usaha anggota di sektor agribisnis dan agroindustri. Layanan KSP dengan

model usaha kuasi-perbankan juga cukup modern dengan sistem jaringan

layanan yang didukung penerapan teknologi informasi dalam menjang-

kau anggota dan masyarakat yang lebih luas;

3. Tidak semua KSP/USP yang diobservasi memiliki produk yang beragam.

Beberapa di antaranya juga masih membutuhkan perbaikan dalam

pengelolaan resiko kredit dan likuiditas, serta peningkatan partisipasi

anggota untuk menabung;

4. Secara kelembagaan, belum semua KSP/USP menjalankan peraturan dan

prinsip perkoperasian terutama dalam aspek-aspekkeanggotaan, konsis-

tensi pelaksanaan anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/RT), dan

mekanisme pelaksanaan rapat anggota tahunan (RAT);

HASIL KAJIAN PENGUATAN DAN PEMBERDAYAAN KSP/USP

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 1 3

sumber daya, serta intensitas dan jenis masalah yang dihadapi oleh

UMKM;

3. Pertumbuhan output UMKM dapat menjadi indikasi mengenai dampak

perubahan pasar (kondisi permintaan, persaingan dengan produk

impor, dll.) terhadap daya saing UMKM. Pertumbuhan output dapat

dipengaruhi oleh produktivitas, serta faktor biaya dan tingkat

permintaan pasar;

4. Pangsa pasar UMKM menunjukkan kekuatan dari produk-produk yang

dihasilkan oleh UMKM di pasar, dan dapat dipengaruhi oleh persaingan

dari produk-produk serupa (produk UMKM dari wilayah lain, produk

usaha besar, dan produk impor) yang memiliki kualitas yang lebih baik

dan/atau harga yang lebih kompetitif;

5. Pembobotan yang dilakukan oleh stakeholders menunjukkan pangsa

pasar sebagai indikator daya saing UMKM yang terpenting. Hal ini

mengkonfirmasi landasan pemikiran awal dari kajian ini, yaitu bahwa

daya saing UMKM tidak cukup hanya diukur dari produktivitas; dan

6. Hasil perhitungan IDS UMKM industri pengolahan tahun 2010-2011

menunjukkan:

a. Daya saing UMKM per provinsi tidak mengalami perubahan yang

signifikan;

b. Provinsi-provinsi kepulauan di Indonesia bagian tengah dan timur

memiliki tingkat daya saing UMKM yang tinggi. Hal ini utamanya

didorong oleh peran (pangsa pasar) UMKM yang cukup besar untuk

memenuhi permintaan di wilayahnya. Kondisi ini juga menunjukkan

bahwa perekonomian di provinsi-provinsi tersebut digerakkan oleh

UMKM;

c. Daya saing UMKM di provinsi yang padat UMKM (terutama di Jawa)

cenderung mengalami penurunan;

d. IDS UMKM menunjukkan kerentanan dari peran UMKM di pasar

terutama terkait dengan fenomena:

• Kesenjangan produktivitas antara UMKM di DKI Jakarta dan

UMKM di provinsi-provinsi lain, yang dapat disebabkan oleh (1)

peningkatan persaingan dalam mengakses sumber daya produktif;

(2) hambatan terkait faktor-faktor eksternal (perubahan kebijakan

pemerintah; gangguan distribusi, dll.), dan faktor-faktor internal

(rendahnya kapasitas manajemen, etos kerja, dll.); dan/atau

rendahnya kapasitas dalam inovasi dan penerapan teknologi; dan

HASIL KAJIAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAYA SAING UMKM

Page 14: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

• Tren penurunan nilai output UMKM di sektor industri pengolahan,

yang dapat berkaitan dengan peningkatan biaya produksi,

penurunan produktivitas, dan/atau perubahan permintaan pasar

akibat persaingan yang semakin tinggi.

e. Pangsa pasar UMKM industri pengolahan di seluruh provinsi

mengalami peningkatan, kecuali di Provinsi Riau;

f. Perkembangan pariwisata dapat mendukung peningkatan pangsa

pasar dari produk UMKM di suatu provinsi; dan

g. Usaha menengah secara rata-rata memiliki kesiapan dan kapasitas

yang lebih tinggi untuk menghadapi persaingan dibandingkan dengan

usaha mikro dan kecil (UMK), meskipun UMK masih menjadi

penggerak utama perekonomian di beberapa provinsi.

Berdasarkan nilai indeks dari tiga

indikator daya saing UMKM, serta

indeks kompositnya, beberapa

rekomendasi yang perlu menjadi

perhatian yaitu:

1. IDS UMKM dapat digunakan

untuk mengidentifikasi aspek-

aspek daya saing UMKM yang

perlu diperbaiki dalam bentuk

kebijakan dan program,

terutama di tingkat provinsi;

2. Kebijakan dan program peningkatan daya saing UMKM yang disusun

berdasarkan IDS UMKM perlu difokuskan pada penguatan kualitas

produk UMKM yang disertai dengan akses pasar yang luas karena kedua

faktor ini sangat menentukan pangsa pasar UMKM. Kebijakan penguatan

kualitas produk UMKM juga perlu dilengkapi perbaikan orientasi UMKM

kepada konsumen dan akses ke sumber daya produktif untuk

meningkatkan kesinambungan produksi dan pertumbuhan output;

3. Kebijakan peningkatan daya saing UMKM perlu memperhatikan

karakteristik, kebutuhan dan tingkat perkembangan UMKM yang

beragam, khususnya di provinsi-provinsi di luar Jawa. Perhatian juga tidak

hanya difokuskan pada penguatan dan pemberian kesempatan

berkembang bagi usaha mikro dan kecil yang saat ini berperan besar

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 1 4

HASIL KAJIAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAYA SAING UMKM

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 1 7

Kajian ini dilaksanakan melalui dua tahapan. Tahap pertama mencakup pe-

metaan kebutuhan pengembangan KSP/USP yang terdiri dari Fase 1 yaitu

studi kepustakaan, pengumpulan data sekunder, serta studi kasus; dan Fase

2 yaitu pelaksanaan survei pada KSP/USP dan penyusunan rekomendasi ren-

cana aksi dan kebijakan penguatan KSP/USP. Hasil dari tahap pertama akan

ditindaklanjuti dengan pelaksanaan rencana aksi dan kebijakan penguatan

KSP/USP dalam bentuk bantuan teknis.

Tahap pertama dilaksanakakan pada bulan Maret 2012 sampai dengan Janu-

ari 2013 yang difokuskan pada studi kasus model usahadari tujuh KSP/USP.

Model usaha penting dipelajari untuk mengetahui ragam jasa simpan pinjam

dan pola pengelolaannya oleh KSP/USP di Indonesia. Pemilihan ketujuh KSP/

USP didasarkan atas pertimbangan keterwakilan skala layanan (nasional,

provinsi, kab/ kota) dan jenis KSP/USP.Studi kasus dilaksanakan melalui me-

tode wawancara semi terstruktur dan diskusi kelompok yang melibatkan

pengurus, pengawas, pengelola, anggota/non anggota koperas, dan pe-

mangku kepentingan lainnya; seperti dinas yang membidangi koperasi dan

UMKM.

HASIL KAJIAN PENGUATAN DAN PEMBERDAYAAN KSP/USP

No. Koperasi Kota/ Provinsi Model dan Skala Usaha

1. KSP Ba’lota Toraja, Sulawesi

Selatan

• Model usaha kuasi-kopdit

• KSP skala nasional yang masih memegang

prinsip jati diri koperasi

2. KJKS BMT Tamziz Wonosobo, Jawa

Tengah

• Model usaha KJKS

• KSP skala nasional

3. Koperasi Kredit CU

Pancur Kasih

Pontianak,

Kalimantan Barat

• KSP derngan sistem Credit Union

• KSP skala provinsi

4. KSP Kospin Jasa Pekalongan, Jawa

Tengah

• Model usaha mirip perbankan ( kuasi-

perbankan)

• KSP skala nasional

5. USP KOMIDA Bogor, Jawa Barat • USP dengan sistem tanggung renteng dan

penerima manfaat perempuan miskin

• USP skala kabupaten

6. USP Rukun Makmur Madiun, Jawa

Timur

• USP sebagai bagin dari unit usaha KUD

• USP skala kabupaten

7. USP Swamitra

Koperasi Pasar Cipulir

Jakarta Selatan,

DKI Jakarta

• USP dalam koperasi yang memiliki sistem

linkage dengan bank

• USP berskala kota

Page 15: Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan UKM Daya Saing ... · Foto cover diambil dari: azayabandugan.wordpress.com DAFTAR ISI E D I S I I I S E M E S T E R 1 - 2 0 1 3 Penasehat : Ceppie

Dalam konsep keuangan

inklusif dinyatakan bahwa

kebutuhan akan layanan

keuangan bagi pemenuhan

beragam aktivitas sosial eko-

nomi masyarakat masih san-

gat tinggi. Layanan keuangan

tersebut disediakan oleh ber-

bagai lembaga keuangan baik

yang berskala nasional mau-

pun lokal.

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) sebagai lembaga yang dibangun dari masyara-

kat menjadi salah satu lembaga yang sangat berperan dalam penyediaan

layanan akses keuangan lokal. Sifat keanggotaan KSP yang didasarkan pada

kebutuhan bersama mempengaruhi layanan KSP dimana setiap anggota da-

pat memperoleh kemudahan layanan simpan dan pinjam yang disesuaikan

dengan karakteristik anggota.Kondisi ini menjadikan KSP sebagai penyedia

layanan keuangan yang lebih fleksibel dibandingkan dengan lembaga keuan-

gan lainnya, dan sebagai lembaga keuangan yang strategis untuk mendukung

penyediaan layanan keuangan yang lebih inklusif.

Dalam rangka mewujudkan cita-cita ini, diperlukan pemahaman yang men-

dalam mengenai keragaman aktivitas dan kegiatan usaha KSP melalui pe-

metaan model usaha KSP. Bappenas, dalam hal ini Direktorat Pemberdayaan

Koperasi dan UKM, bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM

dan Bank Dunia melaksanakanKajian Meningkatkan Akses Keuangan bagi

UMKM melalui Penguatan dan Pemberdayaan Koperasi Simpan Pinjam/

Usaha Simpan Pinjam (KSP/USP). Tujuan jangka pendek dari kajian ini yaitu

(i) memperoleh gambaran mengenai peta kekuatan, kendala, peluang, ham-

batan dan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan KSP/USP di Indo-

nesia; (ii) memperoleh gambaran mengenai regulasi, institusi, dan infrastruk-

tur dalam pengembangan KSP/USP; (iii) menyusun rekomendasi rencana aksi

dan kebijakan penguatan KSP/USP sebagai masukan bagi RPJMN 2015 –

2019; dan (iv) menyusun rencana bantuan teknis penguatan KSP/USP.

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 1 6

PENINGKATAN AKSES KEUANGAN BAGI UMKM MELALUI

PENGUATAN DAN PEMBERDAYAAN KSP/USP

D I R E K T O R A T P E M B E R D A Y A A N K O P E R A S I D A N U K M , K E M E N T E R I A N P P N / B A P P E N A S 1 5

dalam memenuhi permintaan masyarakat, namun juga bagi usaha

menengah untuk dapat memenangkan persaingan, terutama dengan

meningkatnya produk-produk impor; dan

4. Kebijakan pengembangan daya saing UMKM juga dapat dikaitkan dengan

pengembangan pariwisata mengingat dampak positif dari kemajuan

pariwisata terhadap peningkatan permintaan pasar.

Beberapa catatan penting untuk menjadi

perhatian dalam penggunaan dan

penelaahan lanjutan mengenai IDS UMKM ke

depan, yaitu:

1. Kapasitas IDS UMKM untuk mengukur

tingkat daya saing UMKM per sektor,

atau per sektor dan per provinsi, masih

membutuhkan kajian lebih lanjut. Selain

itu, perbedaan kinerja dari ketiga

indikator daya saing UMKM

(produktivitas, pertumbuhan output dan

pangsa pasar) dapat disebabkan oleh

masalah yang jenis dan intensitasnya

berbeda. Oleh karena itu, perlu dilakukan

kajian lanjutan tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi setiap indikator daya saing secara lebih mendalam.

Hasilnya diharapkan dapat memberi gambaran tentang kondisi daya

saing UMKM secara lebih lengkap; dan

2. IDS UMKM yang dihasilkan secara umum dapat memberi

informasimengenai kebutuhan penguatan daya saing UMKM pada

tataran meso (sistem pendukung untuk akses ke sumber daya produktif)

dan mikro (penguatan kapasitas dan kualitas SDM). Namun indeks

tersebut belum dapat memberi gambaran yang lebih lengkap mengenai

aspek-aspek pemberdayaan UMKM pada tataran makro (kebijakan dan

peraturan). Beberapa kajian sebelumnya menunjukkan bahwa lingkungan

usaha (termasuk kebijakan dan peraturan) juga mempengaruhi daya

saing suatu perusahaan. Hal ini menjadi catatan untuk kajian berikutnya.

HASIL KAJIAN PENYUSUNAN INDIKATOR DAYA SAING UMKM