diptera: tephritidae

120
TESIS KERAGAMAN DAN DINAMIKA POPULASI LALAT BUAH (DIPTERA: TEPHRITIDAE) YANG MENYERANG TANAMAN BUAH-BUAHAN DI BALI NI KADEK NITA KARLINA ASTRIYANI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

Transcript of diptera: tephritidae

Page 1: diptera: tephritidae

TESIS

KERAGAMAN DAN DINAMIKA POPULASI LALAT

BUAH (DIPTERA: TEPHRITIDAE) YANG MENYERANG

TANAMAN BUAH-BUAHAN DI BALI

NI KADEK NITA KARLINA ASTRIYANI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 2: diptera: tephritidae

i

TESIS

KERAGAMAN DAN DINAMIKA POPULASI LALAT

BUAH (DIPTERA: TEPHRITIDAE) YANG MENYERANG

TANAMAN BUAH-BUAHAN DI BALI

NI KADEK NITA KARLINA ASTRIYANI

NIM 1290861001

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 3: diptera: tephritidae

ii

KERAGAMAN DAN DINAMIKA POPULASI LALAT

BUAH (DIPTERA: TEPHRITIDAE) YANG MENYERANG

TANAMAN BUAH-BUAHAN DI BALI

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Bioteknologi Pertanian,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI KADEK NITA KARLINA ASTRIYANI

NIM 1290861001

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 4: diptera: tephritidae

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL : 16 Juni 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha, MS. I Putu Sudiarta, SP.,MSi.,Ph.D.

NIP. 19570330 198601 1 001 NIP. 19791107 200501 1 002

Mengetahui

Ketua Direktur

Program Studi Bioteknologi Pertanian Program Pascasarjana

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, MP. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K)

NIP. 19621009 198803 1 002 NIP. 19590215 198510 2 001

Page 5: diptera: tephritidae

iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis ini Telah Diuji

Pada Tanggal 16 Juni 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No. 1849/UN14.4/HK/2014, Tanggal 20 Juni 2014

Ketua : Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha, M.S.

Anggota :

1. I Putu Sudiarta , S.P.,M.Si.,Ph.D

2. Prof. Ir. I Wayan Susila, M.S

3. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, M.S

4. Dr. G.N. Alit Susanta Wirya, S.P., M.Agr

Page 6: diptera: tephritidae

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ni Kadek Nita Karlina Astriyani

NIM : 1290861001

Program Studi : Bioteknologi Pertanian

Judul Tesis : Keragaman dan Dinamika Populasi Lalat Buah (Diptera:

Tephritidae) yang Menyerang Tanaman Buah-Buahan di

Bali.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila

dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia

menerima sanksi peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan Peraturan

Perundang-Undangan yang berlaku.

Denpasar, 20 Juni 2014

Yang membuat pernyataan

(Ni Kadek Nita Karlina Astriyani)

Page 7: diptera: tephritidae

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke

hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara nugraha-

Nya, tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha, MS. selaku

Pembimbing I yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan

dorongan, semangat, bimbingan, saran dan pengarahan kepada penulis selama

penyusunan tesis ini;, I Putu Sudiarta,S.P.,M.Si.,Ph.D selaku Pembimbing II yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran

kepada penulis sekaligus sebagai pembimbing akademik yang dengan sabar

menjadi pembimbing akademik penulis selama menjadi mahasiswa pada Program

Pascasarjana Universitas Udayana.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD., KEMD, Ibu Direktur Pascasarjana

Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) dan Prof. Dr. Ir. I

Gede Rai Maya Temaja, M.P selaku Ketua Program Studi Bioteknologi Pertanian

Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program

Pascasarjana Universitas Udayana serta seluruh staf dosen dan staf administrasi

yang telah banyak membantu penulis selama menempuh pendidikan. Pada

kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak dan Ibu pegawai Balai Karantina Denpasar Kelas 1 atas informasi,

Page 8: diptera: tephritidae

vii

kerjasama dan kesempatan untuk belajar dan kemudahan dalam penggunaan

Laboratorium Entomologi selama penulis melakukan penelitian. Ucapan terima

kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis Prof. Ir. I Wayan Susila,

M.S, Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, M.S dan Dr. G.N. Alit Susanta Wirya, S.P.,

M.Agr yang telah dengan sabar memberikan masukan, saran dan koreksi sehingga

tesis ini dapat terwujud menjadi lebih baik.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada orangtua

penulis yaitu Ir. I Nengah Widiada, dan Ni Luh Ami, kakak penulis Ni Putu

Widyami Yanthi, SE, Adik-adik I Nyoman Bagus Kamayana dan Ni Ketut Santhi

Sannidhi, begitu juga terimakasih kepada Kadek Cahyadi Putra, S.Pd yang selalu

memberikan semangat kepada penulis, serta seluruh keluarga yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu atas dukungan, semangat dan doa selama penulis

menyelesaikan pendidikan terutama penyusunan tesis ini. Akhirnya ucapan terima

kasih penulis sampaikan juga kepada teman-teman Agroekoteknologi ’08 (Mika,

Ayu, Ayu Rahma, dan Gek Surya), Biotek ’12 (Ocha, Dewa, Rian, Adi Candra,

Bli Dika, Wira dan Agus), Biotek’ 13 (Putri,Ogink, Kayan dan Rahde) serta

semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas doa,

kerjasama dan loyalitasnya selama ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan bermanfaat bagi semua.

Denpasar, Juni 2014

Penulis

Page 9: diptera: tephritidae

viii

ABSTRAK

Keragaman dan Dinamika Populasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) yang

Menyerang Tanaman Buah-Buahan di Bali

Lalat buah (Diptera: Tephritidae) merupakan hama yang memiliki arti

penting bagi pertanian. Terdapat sekitar 4000 spesies lalat buah di dunia dan 35%

di antaranya merupakan hama penting pada buah-buahan termasuk di dalamnya

buah-buahan komersial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Informasi tentang

keberadaan jenis-jenis lalat buah yang ada di suatu daerah perlu diketahui dan

dilaporkan sebagai langkah antisipasi dan pengendalian pada tanaman buah yang

dibudidayakan terutama di Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

keragaman, indeks keragaman dan indeks kesamaan, spesies lalat buah yang

dominan di pasar dan di sentra buah-buahan, hubungan kelimpahan populasi

dengan persentase serangan serta keragaman dan tingkat parasitisasi parasitoid

yang berasosiasi dengan masing-masing spesies lalat buah di lapangan.

Penelitian dilakukan di Lapangan dan di Laboratorium. Penelitian di

Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit

Terpadu Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Udayana Bali dengan ketinggian 30 meter diatas permukaan laut pada

bulan Januari sampai Maret 2014. Penelitian dilakukan dengan pemasangan

perangkap (trapping) dan pengambilan sampel buah yang terserang lalat buah di

Pasar Klungkung, Pasar Gianyar, Pasar Kreneng, Pasar Badung, Pasar Anyar, dan

Sentra mangga, Sentra jeruk, Sentra cabai besar, Sentra cabai kecil, serta Sentra

semangka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 6 spesies yang ditemukan di

lokasi pasar dan sentra buah buahan di Bali yaitu Bactrocera papayae Drew &

Hancock, Bactrocera carambolae Drew & Hancock, Bactrocera umbrosa

Fabricius, Bactrocera cucurbitae Coquillete, Bactrocera caudata Fabricius dan

Bactrocera albistrigata de Maijere (Diptera:Tephritidae). Keragaman spesies

tersebut tergolong rendah yaitu > 1.5. Spesies yang dominan diantara keenam

spesies lalat buah tersebut adalah B. carambolae dan B. papayae. Indeks

kesamaan antara lokasi penelitian mencapai nilai 80%-100%. Kelimpahan

populasi lalat buah mempunyai hubungan positif dengan persentase serangan lalat

buah. Terdapat dua spesies parasitoid yang ditemukan berasosiasi dengan lalat

buah di lapangan yaitu Fopius sp. dari famili Braconidae. Diantara dua spesies

tersebut memiliki tingkat parasitasi yang rendah, tapi Fopius sp. pada tanaman

belimbing memiliki tingkat parasitasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 56%,

sedangkan tingkat parasitasi dari parasitoid Fopius sp. pada tanaman cabai merah

hanya sebesar 33%.

Keragaman, kesamaan, dominansi lalat buah dan juga keragaman

parasitoid serta tingkat parasitasinya berbeda-beda tiap lokasi dan tiap sampel

buah-buahan. Disarankan untuk mengeahui mengenai jenis-jenis lalat buah yang

ada dan menyerang buah-buahan di Bali yang dilakukan dalam rentang waktu

yang lebih lama dan dalam berbagai fase tanaman inang serta jenis-jenis

parasitoid yang efektif dalam pengendalian lalat buah di lapang.

Kata Kunci: Lalat buah, keragaman, kesamaan, dominansi

Page 10: diptera: tephritidae

ix

ABSTRACT

Diversity and Population Dynamics of Fruit Flies (Diptera: Tephritidae)

Invading Fruit Plants in Bali

Fruit flies (Diptera: Tephritidae) are pests that have significant role for the

existence of agriculture. There are about 4000 species of fruit flies in the world

and 35% of them are important pests on fruits including commercial fruits that

have high economic value. Information about the existence of the types of fruit

flies in an area need to be identified and reported as a anticipation and control to

fruit crops which are mainly cultivated in Bali. The purpose of this study was to

determine the diversity, diversity index and similarity index, the dominant species

of fruit fly that exist in the market and at the fruits’ sort center, relation of the

population abundance and diversity and levels of parasitoids parasitization’s

attack rate associated with each species of fruit flies in the field.

The study was conducted at the Field and in the Laboratory . Laboratory

research was conducted at the Laboratory Integrated Pest and Disease Control

Management, Faculty of Agriculture, Udayana University, Bali with height 30

meters above sea level in January to March 2014 . Study was conducted by

trapping and sampling the fruit flies attacking fruit at Klungkung market, Gianyar

market, Kreneng market, Badung market, Anyar market and Center of fruit

mango, orange, long chili, rawit chili and watermelon.

The results showed that there were 6 species found in the market and

fruits’ center in Bali, namely Bactrocera papayae Drew & Hancock, Bactrocera

carambolae Drew & Hancock,Bactrocera umbrosa Fabricius, Bactrocera

cucurbitae Coquillete, Bactrocera caudata Fabricius and Bactrocera

albistrigatade Maijere (Diptera: Tephritidae). The species diversity was low >

1.5. The dominant species among the six species of the fruit fly were

B.carambolae and B.papayae . Index of similarity between the study site reached

a value of 80 % -100 % . The abundance of fruit flies population had a positive

relationship with the level of fruit flies’ attack. There were two species of

parasitoids were found in fruit flies in the field, namely Diasmimorpha

longicaudacus and Fopius vandenboschi of the famili Braconidae. Between the

two species, the level of parasitism was still low, however Fopius sp. in Averrhoa

carambola L had higher parasitism rate that is equal to 56 %, while the rate of

parasitism of the parasitoid Fopius sp. in Capsicum annuum L. was only by 20 %

. Diversity, similarity, dominance and diversity parasitoids of fruit flies and

parasitization levels. it differed from each sample location and fruits. It was

advised to know the types of existing fruit flies attacking fruit in Bali which were

are done in longer time and in various phases of the plant host and the types of

parasitoids which were effective to control fruit flies in the field .

Keywords : Fruit flies , diversity , similarity , dominance

Page 11: diptera: tephritidae

x

RINGKASAN

Lalat buah merupakan hama yang menjadi perhatian dunia di dalam kegiatan

ekspor import buah-buahan yang dilakukan oleh suatu Negara. Perhatian itu diberikan

karena kegiatan ekspor import komoditas buah segar yang dilakukan oleh masing-

masing Negara membawa resiko terhadap masuknya lalat buat dari satu Negara ke

Negara lain. Indonesia pernah mengalami masalah adanya komoditas buah-buahan

yang menunjukkan gejala serangan lalat buah (Suputa et al., 2006). Permasalahan

klasik tersebut sering dihadapi Indonesia karena menyangkut standar mutu (kualitas)

produk. Kerusakan yang diakibatkan lalat buah menyebabkan munculnya gejala

tusukan lalat buah berupa titik hitam pada buah serta gugurnya buah sebelum

mencapai kematangan yang diinginkan, sehingga produksi baik kualitas maupun

kuantitas menurun. Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan, baik

secara tradisional maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Disamping itu,

petani mengendalikan lalat buah dengan atraktan, yaitu senyawa yang dapat

menarik lalat buah jantan.

Informasi tentang keberadaan jenis-jenis lalat buah yang ada di suatu

daerah perlu diketahui dan dilaporkan sebagai langkah antisipasi dan

pengendalian pada tanaman buah yang dibudidayakan terutama di Bali. Informasi

tersebut penting karena spesies lalat buah tertentu mempunyai preferensi terhadap

jenis inang tertentu. Oleh karena itu perlu penelitian mengenai keragaman dan

dinamika populasi lalat buah di area produksi dan membuat daftar spesies,

pemetaan dan deteksi lalat buah.

Penelitian dilakukan di Lapangan dan di Laboratorium. Penelitian di

Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit

Terpadu Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Udayana Bali dengan ketinggian 30 meter diatas permukaan laut pada

bulan Januari sampai Maret 2014. Penelitian dilakukan dengan pemasangan

perangkap (trapping) dan pengambilan sampel buah yang terserang lalat buah di

Pasar Klungkung, Pasar Gianyar, Pasar Kreneng, Pasar Badung, Pasar Anyar, dan

Sentra mangga, Sentra jeruk, Sentra cabai besar, Sentra cabai kecil, serta Sentra

semangka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 6 spesies yang ditemukan di

lokasi pasar dan sentra buah buahan di Bali yaitu Bactrocera papayae Drew &

Hancock, Bactrocera carambolae Drew & Hancock, Bactrocera umbrosa

Fabricius, Bactrocera cucurbitae Coquillete, Bactrocera caudata Fabricius dan

Bactrocera albistrigata de Maijere (Diptera:Tephritidae). Keragaman spesies

tersebut tergolong rendah yaitu > 1.5. Spesies yang dominan diantara keenam

spesies lalat buah tersebut adalah B. carambolae dan B. papayae. Indeks

kesamaan antara lokasi penelitian mencapai nilai 80%-100%. Kelimpahan

populasi lalat buah mempunyai hubungan positif dengan persentase serangan lalat

buah. Terdapat dua spesies parasitoid yang ditemukan berasosiasi dengan lalat

buah di lapangan yaitu Fopius sp. dari famili Braconidae. Diantara dua spesies

tersebut memiliki tingkat parasitasi yang rendah, tapi Fopius sp. pada tanaman

belimbing memiliki tingkat parasitasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 56%,

sedangkan tingkat parasitasi dari parasitoid Fopius sp. pada tanaman cabai merah

hanya sebesar 33%.

Page 12: diptera: tephritidae

xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM..................................................................................................i

PRASYARAT GELAR...........................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................…..iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI.......................................................................iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................................v

UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................................vi

ABSTRAK............................................................................................................viii

ABSTRACT............................................................................................................ix

RINGKASAN..........................................................................................................x

DAFTAR ISI...................................................................................................……xi

DAFTAR TABEL ………………………………………..…………………......xiii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………….……………………..………......xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………….............………1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………….………………..…5

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………......……..5

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………..……6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lalat Buah ………………………………………………………...………7

2.1.1 Klasifikasi ……………………………………………………….….7

2.1.2 Morfologi Lalat Buah…...……………………………………….…10

2.1.3 Bioekologi Lalat Buah.………………………………………….…15

2.1.4 Gejala Serangan Lalat Buah .………….…………………………...16

2.1.5 Peran Tanaman Inang dalam Menentukan Besarnya Populasi Lalat

Buah ……………………………………………….…………………….18

2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Lalat Buah ……….…19

2.1.7 Peran Parasitoid dalam Fluktuasi Populasi Lalat Buah ……………23

2.1.8 Persebaran Lalat Buah ………………………………………....…28

2.2 Pengaruh Tanaman Inang terhadap Perilaku Serangga …………………29

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir ……………………………………………………….33

3.2 Konsep …………………………………………………………………...38

3.3 Hipotesis …………………………………………………………………41

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………….…43

Page 13: diptera: tephritidae

xii

4.2 Alat dan Bahan …………………………………………………………...44

4.2.1 Alat …………………………………………………………………44

4.2.2 Bahan …………………………………………………………….…44

4.3 Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………………44

4.3.1 Keragaman dan Dominansi Spesies Lalat Buah ………………….…45

4.3.1.1 Keragaman dan Indeks Keragaman Lalat Buah di Pasar ….…45

4.3.1.2 Keragaman dan Indeks Keragaman Lalat Buah di Sentra ……49

4.3.1.3 Dominansi Spesies Lalat Buah ……………………………….49

4.3.2 Indeks Kesamaan Lalat Buah di Pasar dan di Sentra Buah …………50

4.3.3 Kelimpahan dan Persentase Serangan Lalat Buah …………………..50

4.3.4 Keragaman dan Tingkat Parasitasi Parasitoid …………………….…51

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Keragaman dan Dominansi Spesies Lalat Buah ………………………….53

5.1.1 Keragaman Spesies Lalat Buah di Pasar Buah-buahan ……………...53

5.1.2 Keragaman Spesies Lalat Buah di Sentra Buah-buahan ………….…57

5.1.3 Dominansi Spesies Lalat Buah ………………………………………60

5.2 Indeks Kesamaan Lalat Buah di Pasar dan di Sentra Buah ………………62

5.3 Hubungan Kelimpahan Populasi dengan Persentase Serangan Lalat Buah62

5.4 Keragaman dan Tingkat Parasitasi Parasitoid yang Berasosiasi dengan Lalat

Buah ………………………………………………………………………63

BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………………….…66

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan ……………………………………………………………...…73

7.2 Saran …………………………………………………………………..…74

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..…75

LAMPIRAN …………………………………………………………………….79

Page 14: diptera: tephritidae

xiii

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

5.1 Indeks Keragaman Jenis Lalat Buah di 5 Lokasi Pasar ……………........54

5.2 Buah-Buahan yang dipasarkan di Lokasi Pasar ………………….....…..56

5. 3 Indeks Keragaman Jenis Lalat Buah di Sentra Buah dengan Perangkap...57

5.4 Matriks Hubungan antara Spesies Lalat Buah dengan Tanaman Inang…59

5.5 Spesies Lalat Buah yang Menyerang Buah-Buahan ………………....….61

5.6 Indeks Kesamaan Spesies Lalat Buah di Lokasi Pasar dan Sentra Buah...62

5.7 Tingkat Parasitasi Parasitoid Terhadap Lalat Buah ……………………..64

Page 15: diptera: tephritidae

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

2.1a Morfologi Lalat Buah (Famili Tephritidae) ................................... 7

2.1b Morfologi Bagian-bagian Tubuh Lalat Buah …............................. 8

2.2 Taksonomi Spesies Lalat Buah ......................................................... 9

2.3 Morfologi Genus Bactrocera sp. .................................................. 10

2.4 Morfologi Genus Dacus sp. .......................................................... 10

2.5 Morfologi Genus Anastrepha sp. .................................................. 11

2.6 Morfologi Genus Ceratitis sp......................................................... 12

2.7 Morfologi Genus Rhagoletis sp. ................................................... 13

2.8 Gejala Serangan Lalat Buah ......................................................... 17

2.9 Gejala Membusuknya Buah Akibat Serangan Lalat Buah ............ 18

3.1 Kerangka Berpikir Penelitian ........................................................... 38

3.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 41

4.1 Stoples Rearing ................................................................................. 48

5.1 Spesies Lalat Buah di Lokasi Pasar ………………….….............. 55

5.2 Indeks Dominansi Lalat Buah di Lokasi Penelitian …..…............. 60

5.3 Hubungan Kelimpahan dengan Persentase Seranga..….................. 63

5.4 Spesies Parasitoid Fopius sp. ………………………..…..........…. 65

Page 16: diptera: tephritidae

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Spesifikasi Spesies Lalat Buah dengan Atraktan………………….……79

2. Morfologi Spesies Lalat Buah ………………………………………..…84

3. Karakter Morfologi dari Bagian-Bagian Tubuh Lalat Buah ……………90

4. Jumlah Hasil Perangkap di Lokasi Penelitian …………………………..96

5. Indeks Keragaman Lalat Buah di Lokasi Penelitian ……………..….....101

6. Kelimpahan Lalat Buah di Lokasi Penelitian ………………..…............104

7. Tanaman-Tanaman yang ada di Sekitar Sentra Buah-Buahan ……......105

8. Gejala Serangan Lalat Buah ……………………………….……….......106

Page 17: diptera: tephritidae

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang

memiliki keragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik. Cita rasa dan

beragamnya jenis buah-buahan di Indonesia menyebabkan buah-buahan lokal

dapat bersaing dengan buah-buahan impor. Selain itu, buah-buahan lokal

memiliki harga yang lebih terjangkau bila dibandingkan dengan buah-buahan

impor. Tingginya kebutuhan terhadap buah-buahan lokal membuat pengembangan

tanaman buah-buahan di Indonesia mengalami peningkatan. Namun, dalam

pengembangannya eksport buah-buahan lokal mengalami kendala penyediaan

benih bermutu, budidaya sampai penanganan panen. Salah satu kendala dalam

budidaya tanaman buah-buahan adalah adanya serangan hama lalat buah.

Lalat buah merupakan hama yang menjadi perhatian dunia di dalam kegiatan

ekspor import buah-buahan yang dilakukan oleh suatu negara. Perhatian itu diberikan

karena kegiatan ekspor import komoditas buah segar yang dilakukan oleh masing-

masing negara membawa resiko terhadap masuknya lalat buat dari satu negara ke

negara lain. Indonesia pernah mengalami masalah adanya komoditas buah-buahan

yang menunjukkan gejala serangan lalat buah (Suputa et al., 2006). Permasalahan

klasik tersebut sering dihadapi Indonesia karena menyangkut standar mutu (kualitas)

produk. Standar yang ditetapkan adalah suatu produk tidak mengandung residu

berbahaya melebihi ambang batas, tidak mengandung hama penyakit (OPT), dan

suatu negara harus menyediakan daftar spesies (pest list) atau deskripsi yang cukup

tentang OPT suatu komoditas apabila ingin memperluas pasar perdagangan

Page 18: diptera: tephritidae

2

komoditas pertanian tersebut (BKP, 2007a). Globalisasi perdagangan buah segar

membuat semua negara harus memperhatikan kesehatan tanaman dari serangan hama

khususnya lalat buah.

Lalat buah (Diptera: Tephritidae) merupakan hama yang memiliki arti

penting bagi pertanian. Terdapat sekitar 4000 spesies lalat buah di dunia dan 35%

di antaranya merupakan hama penting pada buah-buahan termasuk di dalamnya

buah-buahan komersial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sekitar 75 %

tanaman buah-buahan di Indonesia telah terserang lalat buah (Sutrisno, 1999

dalam Sahabudin, 2004). Di samping menyerang buah-buahan, sekitar 40 % larva

lalat buah juga hidup dan berkembang pada tanaman sayur-sayuran, famili

asteraceae (Compositae) (Kuswadi, 2001).

Di Indonesia, lalat buah sebagai hama telah diketahui sejak tahun 1920,

dan telah dilaporkan menyerang mangga di Pulau Jawa. Pada tahun 1938, lalat

buah juga dilaporkan menyerang cabai, jambu, belimbing dan sawo. Survei lalat

buah di Indonesia yang dilakukan oleh Hardy pada tahun 1985 menemukan 66

spesies. Survei berikutnya yang dilakukan oleh Balai Karantina Pusat dari tahun

1992 - 1994 menemukan sekitar 47 spesies, dan 20 spesies di antaranya

merupakan kompleks Bactrocera dorsalis (Drew & Hancock 1994; Hamzah,

2004). Sementara laporan AQIS (2008) menyebutkan bahwa terdapat 63 spesies

lalat buah di Indonesia namun tidak termasuk Ceratitis capitata Wied.yang

dikenal dengan sebutan Mediterranean Fruit Fly atau Medfly sebagai hama

penting tanaman jeruk di wilayah sekitarlaut Tengah (White & Harris, 1992).

Orr (2002) melaporkan bahwa ada sekitar 90 spesies lalat buah di Indonesia

bagian barat termasuk lalat buah jenis lokal (indegenous). Delapan spesies di

Page 19: diptera: tephritidae

3

antaranya merupakan hama penting yaitu Bactrocera albistrigata (de Maijere), B.

dorsalis Hendel, B. carambolae Drew and Hancock, B. papayae Drew and

Hancock, B. umbrosa (Fabricius), B. (Zeugodacus) caudata (Fabricius) dengan

sinonim Bactrocera (Z) tau (Walker), Bactrocera (Z) cucurbitace (Coquillete) dan

Dacus (Callantra) longicornis (Wiedemann).

Kerusakan yang diakibatkan lalat buah menyebabkan munculnya gejala

tusukan lalat buah berupa titik hitam pada buah serta gugurnya buah sebelum

mencapai kematangan yang diinginkan, sehingga produksi baik kualitas maupun

kuantitas menurun. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh serangan hama lalat

buah bervariiasi antara 30-100% bergantung pada kondisi lingkungan dan

kerentanan jenis buah yang diserangnya (Gupta & Verma, 1978; Dhilton et al.,

2005a, 2005b dan 2005c). Intensitas serangan lalat buah di Bali menunjukkan

variasi yang cukup besar, yaitu antara 6,4 - 70% (Sarwono, 2003). Sodiq (2004)

menyatakan bahwa intensitas serangan lalat buah pada mangga berkisar antara

14,8%-23%, namun tidak jarang kerusakan yang diakibatkan lalat buah khususnya

pada belimbing dan jambu biji dapat mencapai 100%.

Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan, baik secara

tradisional dengan membungkus buah dengan kantong plastik, kertas koran atau

daun kelapa maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Disamping itu,

petani mengendalikan lalat buah dengan atraktan, yaitu senyawa yang dapat

menarik lalat buah jantan. Teknik ini efektif mengendalikan lalat buah jantan yang

masuk ke dalam perangkap beratraktan. Teknik berikutnya yaitu teknik jantan

mandul yang merupakan cara pengendalian dengan membuat lalat buah jantan

menjadi infertil, artinya lalat buah jantan masih dapat membuahi betina, namun

Page 20: diptera: tephritidae

4

telur yang dihasilkan steril dan larva dalam keadaan rusak (Vijaysegaran &

Osman 1991 dalam Shiga, 1991).

Pengendalian lalat buah lainnya yaitu dengan menggunakan musuh alami

sebagai pengatur keseimbangan di alam. Musuh alami dapat berupa predator,

pathogen dan parasitoid. Parasitoid yang berasal famili Braconidae

(Hymenoptera), yaitu Fopius sp. dan Biosteres, sp (Siwi et.al., 2006). Parasitoid

Famili Braconidae dapat mencapai tingkat parasitisasi sebesar 57% dan

parasitisasi oleh parasitoid Famili Euphelmidae pada B.oleae dapat mencapai 80

sampai dengan 95% (Malau, 1968; Delrio, 1978; Delrio dan Gavalloro, 1977;

Delio dan Prota, 1976 dalam Flecher, 1987). Di Kamerun, diperoleh sejumlah

besar parasitoid (Fopius. sp. dan Biosteres, sp.) pada buah kopi dengan derajat

parasitisasi pada pupa lalat buah berkisar antara 10 sampai 56% dengan rata-rata

35% (Garry et al., 1986). Di Yogyakarta didapatkan 33,9% puparium B.

carambolae yang menginfestasi buah belimbing terparasit oleh B.vandenboschi

(Soesilohadi, 1995).

Informasi tentang keberadaan jenis-jenis lalat buah yang ada di suatu

daerah perlu diketahui dan dilaporkan sebagai langkah antisipasi dan

pengendalian pada tanaman buah yang dibudidayakan terutama di Bali. Informasi

tersebut penting karena spesies lalat buah tertentu mempunyai preferensi terhadap

jenis inang tertentu (Muryati et al., 2005). Oleh karena itu perlu penelitian

mengenai keragaman dan dinamika populasi lalat buah di area produksi dan

membuat daftar spesies, pemetaan dan deteksi lalat buah. Diketahuinya

keragaman dan dinamika populasi lalat buah di Bali mempunyai arti penting

dalam perencanaan dan pelaksanaan tindakan monitoring maupun pengendalian

Page 21: diptera: tephritidae

5

yang akan dilakukan agar lebih efektif dan efisien. Disamping itu, informasi

tentang keberadaan jenis-jenis lalat buah, parasitoid dan tanaman inang yang ada

di suatu daerah perlu diketahui dan dilaporkan untuk mengantisipasi ledakan

hama tersebut di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah

Terdapat lima masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini yang

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keragaman, dan dominansi spesies lalat buah yang berada

di pasar dan di sentra buah-buahan di Bali?

2. Bagaimanakah kesamaan spesies lalat buah yang berada di pasar dan di

sentra buah-buahan di Bali?

3. Bagaimanakah hubungan kelimpahan populasi dan persentase serangan

lalat buah yang menyerang tanaman buah-buahan di lapang?

4. Bagaimanakah keragaman dan tingkat parasitisasi parasitoid yang

berasosiasi dengan masing-masing spesies lalat buah di lapangan?

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui keragaman dan dominansi spesies lalat buah yang

berada di pasar dan di sentra buah-buahan di Bali.

2. Untuk mengetahui kesamaan spesies lalat buah yang berada di pasar dan

di sentra buah-buahan di Bali.

Page 22: diptera: tephritidae

6

3. Untuk mengetahui hubungan kelimpahan populasi dan persentase

serangan lalat buah yang menyerang tanaman buah-buahan di lapang.

4. Untuk mengetahui keragaman dan tingkat parasitisasi parasitoid yang

berasosiasi dengan masing-masing spesies lalat buah di lapangan.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh luaran seperti:

1. Secara akademis, hasil penelitian ini akan memperkaya pengetahuan

mengenai lalat buah dan parasitoid yang meliputi keragaman, kesamaan,

kelimpahan, dominansi lalat buah dan parasitoidnya pada tanaman buah-

buahan di Bali.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat membantu dalam upaya

pengendalian hama lalat buah pada tanaman buah-buahan yang

dibudidayakan.

Page 23: diptera: tephritidae

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lalat buah

2.1.1 Klasifikasi

Lalat buah diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Tephritidae

Bentuk morfologi famili Tephritidae antara spesies satu dengan yang

lainnya hampir mirip. Maka dari itu perlu dilakukan identifikasi yang teliti dan

seksama dalam menentukan spesies dari famili Tephritidae. Secara umum

morfologi famili Tephtitidae dapat dilihat pada Gambar 2.1a

Gambar 2.1.a Morfologi Lalat Buah (Famili Tephritidae)

Page 24: diptera: tephritidae

8

Gambar 2.1.b Morfologi Bagian-Bagian Tubuh Lalat Buah Famili

Tephritidae

Page 25: diptera: tephritidae

9

Menurut White and Harris (1992), lalat buah memiliki 5 genus yaitu pada

Genus Ceratitis Mac Leay, Genus Anastrepha Schiner, Genus Bactrocera

Macquart, Genus Rhagoletis Loew dan Genus Dacus Fabricius (Gambar 2.1b).

Subgenus

Ceratitis Mac

Leay

Contoh sp: Subgenus

Notodacus

Perkins

Contoh sp: Subgenus

Callantra

Walker

Contoh sp: A. suspense

Loew

Subgenus

Afrodacus Bezzi

R. cerasi

Linnaeus

Contoh sp:

C. caroirii

Guerin-

Meneville

A. oblique

Macquart

Subgenus

Tetradacus

Miyake

R. conversa

Brethes

D.

solomonersis

Malloch

Subgenus

Pardalaspia

A. bistrigata

Bezzi

Subgenus

Hemigymnodacus

Hardy

R.completa

Cresson

D. smieroides

Walker

Contoh sp: A. ludens Loew Subgenus

Gymnodacus

Munro

R. pamonella

Walsh

Subgenus

Didacus

Collart

C. punctate

Wiedemann

A. antunesi

Lima

Subgenus Daculus

Speicer

Species Contoh sp:

Subgenus

Pterandus

A. disticta

Greene

Subgenus

Javadacus Hardy

R. tomatis

Foote

D. frontalis

Becker

Contoh sp: A. fraterculus

(Wiedemann)

Subgenus

Sinodacus Zia

R. fausta

Osten Sacken

Subgenus

Dacus

Fabricius

C.pedestris

Bezzi

Species

Complex

Subgenus

Diplodacus May

Contoh sp:

Subgenus

Ceratalaspia

A. grandis

Macquart

Subgenus

Zeugodacus

Hendel

D. bivitatus

Bigot

Contoh sp: A.ornata

Aldrich

Subgenus

Bactrocera

Macquart

C.cosyra

Walker

A. serpentine

Wiedemann

A. striata

Schiner

Gambar 2.2 Taksonomi Spesies Lalat Buah (Harris, 1992)

FAMILI TEPHRITIDAE

(lalat buah)

Genus

Anastrepha

Schiner

Genus

Bactrocera

Macquart

Genus

Rhagoletis

Loew

Genus

Dacus

Fabricus

Genus

Ceratitis

Mac Leay

Page 26: diptera: tephritidae

10

2.1.2 Morfologi Lalat Buah

Seperti yang disebutkan oleh White and Harris (1992), famili Tephritidae

memiliki 5 genus yang morfologinya berbeda-beda. Morfologi kelima genus

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Genus Bactrocera :

Cell cup sempit dengan extension sangat panjang.

Pola sayap biasanya berupa costal band dan anal streak

Abdomen oval dengan tergum I – V tidak bergabung (not fused)

Gambar 2.3 Morfologi Genus Bactrocera sp.

2. Genus Dacus :

Cell cup sempit dengan extension sangat panjang.

Cell cup

Ceromata

Page 27: diptera: tephritidae

11

Pola sayap biasanya berupa costal band dan anal streak

Abdomen oval dengan tergum I – V bergabung (fused)

Gambar 2.4 Morfologi Genus Dacus sp.

3. Genus Anastrepha :

Cell cup lebar dengan extension agak panjang

Biasanya terdapat crossband membentuk pola warna pada sayap

Vena M membentuk curva sebelum mencapai pinggir sayap

Cell cup

Cell cup

Page 28: diptera: tephritidae

12

Gambar 2.5 Morfologi Genus Anastrepha sp.

4. Genus Ceratitis :

Cell cup lebar extension pendek, Vena M pada sayap hampir membentuk sudut

siku-siku

Biasanya terdapat spot dan bintik pada basal cell sayap

Gambar 2.6 Morfologi Genus Ceratitis sp.

Cell cup

Page 29: diptera: tephritidae

13

5. Genus Rhagoletis :

Cell cup lebar dengan extension pendek,

Vena M pada sayap hampir membentuk sudut siku-siku

Tidak terdapat spot dan bintik-bintik pada basal cell dari sayap

Gambar 2.7 Morfologi Genus Rhagoletis sp.

Telur lalat buah secara umum berwarna putih atau putih kekuningan

berbentuk bulat panjang. Panjang telur antara 0.3 mm-0.8 mm dan lebar 0.2 mm

dengan micropyle protruding yang tipis di bagian akhir anterior (CABI, 2007).

Telur akan menetas menjadi larva dua hari setelah diletakkan di dalam buah

(Ditlin Hortikultura 2006).

Larva berwarna putih keruh kekuningan, berbentuk bulat panjang dan

salah satu ujungnya runcing. Kepala berbentuk runcing, mempunyai alat pengait

Cell cup

Page 30: diptera: tephritidae

14

dan bintik yang jelas. Larva instar ketiga berukuran sedang, dengan panjang 7.0

mm- 9.0 mm dan lebar 1.5-1.8 mm (White & Harris, 1994).

Puparium lalat buah berbentuk oval berwarna kuning kecoklatan dengan

panjang ± 5 mm (Ditlin Hortikultura, 2006). Imago lalat buah umumnya memiliki

ciri-ciri penting di kepala, toraks, sayap, dan abdomen. Kepala terdiri atas antena,

mata, dan spot. Pada toraks terdapat dua bagian penting yakni skutum dan

skutelum. Sayap mempunyai bentuk dan pola pembuluh yakni costa, radius,

median, cubitus, anal, r-m dan dm-cu (pembuluh sayap melintang). Pada genus

Bactrocera ruas-ruas abdomen terpisah dan genus Dacus ruas-ruas abdomen

menyatu. Pada abdomen, Bactrocera, tergum I dan II menyatu, tergum III-V

terpisah.

Pada Dacus, antara toraks dan abdomen mempunyai pinggang ramping

(petiole) sehingga menyerupai tawon (Siwi et al., 2006). Lalat buah komplek B.

dorsalis memiliki membran sayap yang cerah, kecuali pada costal band (tidak

mencapai R4+5); cell basal costa dan costa tidak berwarna dan tidak ada

microtrichia. Skutum umumnya berwarna hitam dengan pita kuning di sisi lateral

dan tidak memiliki pita kuning di bagian tengah skutum. Skutelum berwarna

kuning kecuali pada bagian basal dengan pita hitam yang tipis. Abdomen dengan

garis medial pada tergum III-V dan berwarna hitam di sisi lateral (CABI, 2007).

Abdomen umumnya mempunyai pita melintang dan pita membujur berwarna

hitam atau berbentuk huruf T yang kadang-kadang tidak jelas (Lawson et al.,

2003). Ujung abdomen lalat betina lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur

(ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah. Pada jantan, abdomen

Page 31: diptera: tephritidae

15

lebih bulat dan pada tergum III di kedua sisi lateral abdomen terdapat pecten

(Drew, 1989).

2.1.3 Bioekologi Lalat Buah

Lalat buah mengalami perkembangan sempurna atau dikenal dengan

perkembangan holometabola. Perkembangan holometabola memiliki 4 fase

metamorfosis yaitu: telur, larva, pupa, dan imago (Vijaysegaran & Drew, 2006).

Telur lalat buah diletakkan berkelompok 2-15 butir. Lalat buah betina dapat

meletakkan telur 1- 40 butir/hari. Seekor lalat betina dapat meletakkan telur 100-

500 butir (Sodiq 1992 dalam Siwi, 2005). Menurut Vijaysegaran dan Drew

(2006), satu ekor betina B. dorsalis dapat menghasilkan telur 1200 - 1500 butir.

Telur-telur diletakkan pada buah di tempat yang terlindung dan tidak terkena sinar

matahari langsung serta pada buah-buah yang agak lunak dan permukaannya agak

kasar (Ditlin Hortikultura, 2006).

Larva terdiri atas 3 instar. Larva hidup dan berkembang di dalam daging

buah selama 6-9 hari. Pada instar ke tiga menjelang pupa, larva akan keluar dari

dalam buah melalui lubang kecil. Setelah berada di permukaan kulit buah, larva

akan melentingkan tubuh, menjatuhkan diri dan masuk ke dalam tanah. Di dalam

tanah larva menjadi pupa (Djatmiadi & Djatnika, 2001).

Pupa pada awalnya berwarna putih, kemudian berubah menjadi

kekuningan dan akhirnya menjadi coklat kemerahan. Masa pupa berkisar antara 4

- 10 hari (Ditlin Hortikultura, 2006). Pupa berada di dalam tanah atau pasir pada

kedalaman 2-3cm di bawah permukaan tanah atau pasir. Setelah 6 -13 hari, pupa

menjadi imago (Djatmiadi & Djatnika, 2001).

Page 32: diptera: tephritidae

16

Siklus hidup lalat buah dari telur sampai imago di daerah tropis

berlangsung lebih kurang 27 hari dapat dilihat pada Gambar 2.7. Lama hidup

imago betina berkisar antara 23-27 hari dan imago jantan antara 13-15 hari. Imago

betina setelah kopulasi akan meletakkan telur setelah 3-8 hari. Nisbah kelamin

jantan berbanding dengan betina yakni 1:1 (Sodiq 1992 dalam Siwi, 2005). Lalat

buah dewasa hidup bebas di alam dan bergerak secara aktif. Lalat betina sering

dijumpai di sekitar tanaman buah-buahan dan sayuran pada pagi dan sore hari,

sedangkan lalat buah jantan bergerak aktif dan memburu lalat buah betina untuk

melakukan kopulasi (Siwi, 2005).

2.1.4 Gejala Serangan Lalat Buah

Lalat buah betina menyerang buah dengan memasukkan telur melalui

ovipositornya ke dalam buah (Agarwal, 1984). Pemasukan ovipositor ke dalam

buah menyebabkan adanya gejala tusukan pada buah belimbing pada Gambar 2.8

wsterlihat spot berwarna gelap cokelat kehitaman.

Telur kemudian menetas menjadi larva yang hidup, makan dan

berkembang di dalam buah sehingga buah menjadi busuk berisi larva atau dikenal

dengan belatung (Kalshoven, 1981). Sesudah telur menetas, larva membuat

lubang di dalam buah sehingga mempermudah masuknya bakteri dan cendawan

(Siwi et al., 2006). Lalat buah hidup secara simbiosis mutualisme dengan bakteri,

sehingga ketika lalat buah meletakkan telur pada buah, bakteri akan terbawa

dengan diikuti cendawan yang akhirnya menyebabkan busuk. Sesudah telur

menetas, larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak atau

pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah diisap dan

Page 33: diptera: tephritidae

17

dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain bakteri

pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah. Bakteri tersebut hidup

pada dinding ovari, tembolok, dan ileum lalat (Hill 1983; Ria, 1994). Buah yang

terserang lalat buah dan busuk, akhirnya jatuh ke tanah.

Gambar 2.8 Gejala Serangan Lalat Buah

Serangan lalat buah pada buah yang terserang terdapat luka tusukan dalam

ukuran kecil, seperti tertusuk jarum. Hal tersebut akan mengakibatkan terdapatnya

spot hitam pada buah. Buah yang terserang menjadi busuk lunak dan menghitam

seperti pada Gambar 2.9. Luka akibat tusukan menimbulkan infeksi sekunder

berupa busuk buah, baik yang disebabkan oleh cendawan maupun bakteri. Buah

yang terkena tusukan lalat buah ini akan rontok. Jika buah dibelah akan terlihat

biji-biji berwarna hitam dan terdapat belatung yang merupakan larva lalat buah.

Gejala Tusukan

Ovipositor Lalat

Buah

Page 34: diptera: tephritidae

18

Gambar 2.9 Gejala Membusuknya Buah Akibat Serangan Lalat Buah.

2.1.5 Peranan Tanaman Inang dalam Menentukan Besarnya Populasi Lalat

Buah

Ketersediaan buah dapat memoengaruhi fenologi dan kelimpahan lalat

buah (Israely et al., 1997). Kelimpahan populasi lalat buah jantan dipengaruhi

oleh tingkat kematangan buah sebagai contoh misalnya di Hanalei dan Kilauea

sebelah timur Kanei, Hawaii tahun 1988-1989 dengan puncak kelimpahan jambu

air terjadi bulan Mei dan September. Pada saat tersebut lalat buah oriental tidak

ditemukan di perkebunan komersial buah jambu sebelum terjadi pematangan buah

dan peningkatan lalat buah terjadi dengan meningkatnya kematangan buah (Stark

et al., 1991 dalam Vargas et al., 1993). Hasil penelitian Aluja et al., (1996) juga

menunjukkan bahwa 90% sampel buah manga dari perkebunan manga komersial

terinfeksi oleh A.obliqua. Stark and Vargas (1992), Strark et al., (1991) dan Tan

(1994) berpendapat fenologi tanaman inang merupakan penduga paling baik

dalam memprediksi dinamika populasi lalat buah, Bactrocera dorsalis kompleks.

Jambu batu (Psidium guajava) merupakan tanaman inang utama B. dorsalis di

Buah

membusuk

Page 35: diptera: tephritidae

19

beberapa bagian dunia dan puncak populasi B.dorsalis bertepatan dengan musim

buah jambu.

2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Lalat Buah

Dinamika populasi lalat buah terjadi karena pengaruh kombinasi antara

faktor lingkungan yang bekerja pada populasi dan karakteristik intrinsik spesies

dan individu-individu (Celedonia et al., 1995 dalam Israely et al., 1997). Secara

umum lalat buah terbagi menjadi dua kelompok sifat populasi yaitu lalat buah

univoltine yang habitatnya di daerah temperate dan lalat buah multivoltine yang

habitatnya di daerah tropis dan subtropics (Harris, 1993). Besarnya populasi lalat

buah di lingkungan temperate diatur oleh suhu, sedangkan kelimpahan populasi

lalat buah di daerah tropis diatur oleh curah hujan (Celedonio et al., 1995 dalam

Israely et al., 1997). Sebagai contoh misalnya B.cucubitae Conquillet yang hidup

di daerah tropis, kelimpahan populasinya dipengaruhi kelembaban, sedangkan

Rhagoletis pomonella (Walsh) yang hidup di daerah temperate kelimpahan

populasinya dikendalikan oleh suhu (Bateman, 1972 dalam Israely et al., 1997).

Contoh lain misalnya di India populasi lalat buah melon meningkat bila turun

hujan cukup memadai dan menurun selama musim kemarau (Allwood, 1996).

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi dinamika populasi adalah faktor

suhu, kelembaban, cahaya, curah hujan, tanaman inang, dan musuh alami. Faktor

iklim berpengaruh pada pemencaran, perkembangan, daya bertahan hidup,

perilaku, reproduksi, dinamika populasi, dan peledakan hama (McPheron &

Steck, 1996). Menurut Messenger (1976 dalam Siwi, 2005), iklim berpengaruh

Page 36: diptera: tephritidae

20

terhadap perilaku seperti aktifitas kawin dan peletakan telur yang mempengaruhi

angka kelahiran, kematian, dan penyebaran serangga.

Curah hujan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kelimpahan buah

inang dan populasi B.dorsalis dewasa (Tan dan Serit, 1994).. Kemunculan imago

lalat buah dari pupa juga dipengaruhi oleh kelembaban tanah. Kelembaban tanah

yang optimal bagi kehidupan pupa lalat buah antara 80-90% (Sodiq, 1993). Pada

umumnya kepadatan populasi meningkat dengan curah hujan yang meningkat,

akan tetapi melalui suatu studi diketahui bahwa terjadi ledakan pada kepadatan

populasi B.dorsalis setelah badai topan. Hal tersebut menunjukkan bahwa iklim

berperan sebagai faktor mortalitas yang tidak tergantung kepadatan (Williamson

et al., 1985 ). Kepadatan populasi B.dorsalis cenderung tinggi selama musim

hujan, dan peningkatan populasinya tidak harus berkorelasi dengan fenologi

tanaman inang (Bagle & Prasad 1983). Walaupun demikian curah hujan tidak

selalu berkorelasi secara linier dengan kelimpahan populasi lalat buah.

Kelimpahan lalat buah dengan curah hujan memiliki hubungan yang saling

berkaitan, seperti lalat buah spesies Anastrepha oblique mempunyai hubungan

yang tidak linier (Aluja et al., 1996).

Kelembaban yang rendah dapat menurunkan keperidian lalat buah dan

meningkatkan mortalitas imago yang baru keluar dari pupa. Kelembaban udara

yang terlalu tinggi (95-100%) dapat mengurangi laju peletakan telur

(Bateman,1972). Semakin tinggi kelembaban udara maka lama perkembangan

akan semakin panjang. Kelembaban optimum perkembangan lalat buah berkisar

antara 70-80%. Lalat buah dapat hidup baik pada kelembaban antara 62-90%

(Landolt & Quilici 1996).

Page 37: diptera: tephritidae

21

Intensitas cahaya dan lama penyinaran dapat mempengaruhi aktivitas lalat

betina dalam perilaku makan, peletakan telur, dan kopulasi. Lalat aktif pada

keadaan terang, yaitu pada siang hari dan kopulasi pada intensitas cahaya rendah.

Selain itu, lalat betina yang banyak mendapatkan sinar akan lebih cepat bertelur (

Siwi, 2005).

Suhu adalah faktor yang mempengaruhi laju perkembangan stadium muda

lalat buah dan akan menentukan fluktuasi populasinya (Flecher, 1987). Pada

daerah tropis yang tidak banyak mengalami fluktuasi suhu, fluktuasi populasi lalat

buah secara nyata tetap terjadi. Populasi lebih besar terjadi selama musim

kemarau daripada di musim hujan. Untuk lalat buah yang multivoltine, suhu di

bawah 210C dapat menurunkan laju pertumbuhan lalat buah selama stadium

muda. Produksi telur maksimum terjadi pada suhu 250C sampai dengan 30

0C

(Allwood, 1996).

Bateman (1968) dalam Pritchard (1970) menyatakan bahwa faktor cuaca

adalah determinan paling penting pada kelimpahan populasi Dacus tryoni. D.

tryoni betina lebih cepat perkembangan pematangan ovarynya pada suhu tinggi

daripada pada suhu rendah, sebagai contoh misalnya pada suhu 150C persentase

perkembangan per hari sebesar 2,94% sedangkan pada suhu 250C persentase

perkembangan mencapai 17,95%, kemudian menurun dengan meningkatnya suhu

yaitu menjadi 15,48% pada 300C. Menurut Bateman (1972), suhu berpengaruh

terhadap perkembangan, keperidian, lama hidup, dan mortalitas Bactrocera spp.

Lalat buah umumnya dapat hidup dan berkembang pada suhu 10-30ºC. Pada suhu

antara 25-30oC telur lalat buah dapat menetas dalam waktu yang singkat yaitu 30-

36 jam.

Page 38: diptera: tephritidae

22

Lalat buah yang menyerang buah-buahan musiman, akan mempunyai

dinamika populasi yang erat hubungannya dengan keberadaan buah. Lalat buah

yang menyerang tanaman sayuran mempunyai dinamika populasi yang berbeda

karena keberadaan inang tanaman sayuran ada sepanjang tahun. Berdasarkan hasil

penelitian Muryati et al. (2005), B. carambolae dan B. papayae merupakan

spesies lalat buah yang paling banyak ditemukan. Hal ini disebabkan tanaman

inang kedua spesies tersebut tersedia sepanjang waktu. Inang tersebut antara lain

jambu biji, jambu air, belimbing, manggis, nangka, pisang, dan cabe..

Tingkat kematangan buah berpengaruh terhadap kehidupan lalat buah.

Buah yang lebih matang lebih disukai oleh lalat buah untuk meletakkan telur

daripada buah yang masih hijau. Tingkat kematangan buah sangat mempengaruhi

populasi lalat buah. Jenis pakan yang banyak mengandung asam amino, vitamin,

mineral, air, dan karbohidrat dapat memperpanjang umur serta meningkatkan

keperidian lalat buah. Peletakan telur dipengaruhi oleh bentuk, warna, dan tekstur

buah. Bagian buah yang ternaungi dan agak lunak merupakan tempat ideal untuk

peletakan telur (Siwi, 2005).

Musuh alami adalah salah satu faktor penyebab kematian lalat buah.

Musuh alami dapat berupa parasitoid, predator, dan patogen. Di lapang dijumpai

parasitoid famili Braconidae (Hymenoptera), yaitu Fopius spp. dan Biosteres spp.

Predator yang memangsa lalat buah antara lain semut, laba-laba, kumbang, dan

cocopet. Patogen yang menyerang lalat buah diduga cendawan Mucor sp. (Siwi et

al., 2006).

Page 39: diptera: tephritidae

23

2.1.7 Peranan Parasitoid dalam Fluktuasi Populasi Lalat Buah

Telur, larva dan pupa lalat buah diserang oleh sejumlah parasit

Hymenoptera yang merupakan mayoritas musuh alami lalat. Famili Braconidae

merupakan parasitoid mayoritas dengan enam belas spesies. Terutama terdiri dari

opiines, tujuh spesies yang telah ditemukan dari Malaysia (van den Bosch &

Haramoto, 1951; Christenson & Foote, 1960; Clausen, 1972; Deulucci, 1976;

Wharton & Gilstrap, 1983; Ooi, 1984; Vijaysegaran, 1984; Rohani, 1986;

Serit et al, 1986;.. Udayagiri, 1987; Wharton, 1989; Palacio, 1991; Ramadhan et

al, 1995). Spesies yang diamati tingkat parasitasinya pada spesies Bactrocera

dorsalis pada buah belimbing di kebun dan di desa-desa di Malaysia adalah;

Fobius (Sinonim = Fopius) arisanus (Sonan), Diachasmimorpha longicaudatus

(Ashmead), Psytallia (Sinonim = Fopius) fletcheri (Silvestri), Psytallia (Sinonim

= Fopius) incisi (Silvestri), Fopius vandenboschi (Fullaway), Fopius skinneri

(Fullaway) (Ooi, 1984; Vijaysegaran, 1984; Rohani, 1986; Serit et al, 1986;. Serit

1987; Palacio et al, 1992, Ibrahim,dkk.,1994). Sementara, satu-satunya musuh

alami yang menyerang Bactrocera umbrosa adalah Pilinothrix sp. (Hymenoptera:

Cynipidae) (Yunus & Ho, 1980).

Larva B.dorsalis yang terparasit oleh parasitoid Famili Braconidae dapat

mencapai 57% dan parasitasi oleh parasitoid Famili Euphelmidae pada B.oleae

dapat mencapai 80 sampai dengan 95% (Malau, 1968; Delrio, 1978; Delrio dan

Gavalloro, 1977; Delio dan Prota, 1976 dalam Flecher, 1987). Di Kamerun,

diperoleh sejumlah besar parasitoid (Fopius sp. dan Fopius sp.) pada buah kopi

dengan derajat parasitasi pada pupa lalat buah berkisar antara 10 sampai 56%

dengan rata-rata 35% (Garry et al., 1986). Di Yogyakarta didapatkan 33,9%

Page 40: diptera: tephritidae

24

puparium B. carambolae yang menginfestasi buah belimbing terparasit oleh

B.vandenboschi (Soesilohadi, 1995). Beberapa parasitoid seperti Strepsiptera

menyerang lalat buah dewasa, tetapi tidak berpengaruh pada populasi lalat buah.

Komposisi jenis dan efektivitas spesies parasitoid tertentu dari spesies

opiine bisa bervariasi tergantung pada wilayah dan jenis buah yang di serang,

ukuran dan kematangan mempengaruhi tingkat parasitisasi larva lalat buah

(Daratan et al, 1950;. Van den Bosch & Haramoto 1953, Hinckly, 1965;

Gonzalez, 1975; Wharton et al, 1981, Nishida et al, 1985; Harris & Lee,

1986; Wong & Ramadhan, 1995). Tingkat parasitisasi terbesar oleh

Diachasmimorpha longicaudatus telah ditemukan dari buah-buahan kecil seperti

buah kopi, kopi (Harris et al., 1986), loquat, Ertobtrya japonica (Lindl.), dan buah

persik Prunus persica L. (Wong et al. , 1984; Wong & Ramadhan, 1987)

dibandingkan dari buah jeruk besar (Wharton dkk, 1981;. Harris et al, 1986 dan

1988;. Harris & Bautista, 1996).

Opiine kompleks parasitoid Bactrocera dorsalis di belimbing bervariasi

setiap habitat dan dari tempat ke tempat. Dalam studi lapangan terpisah pada

komposisi parasitoid B. dorsalis di kebun belimbing yang berbeda di Serdang,

Selangor, Ooi (1984) mencatat Diachasmimorpha longicaudatus, Fopius

vandenboschi dan Fobius insici. Dari tiga spesies, B. vandenboschi adalah

parasitoid dominan, dibandingkan P. incisi dan D. longicaudatus. Parasitisme

oleh ketiga spesies tersebut berkisar 15,1-56,8% dengan rata-rata 28%

(Vijaysegaran, 1984).

Penurunan kelimpahan lalat buah di alam sering dikendalikan oleh empat

parasitoid dari subfamili opiinae yaitu: F. arisanus; B. vandenboschi; D.

Page 41: diptera: tephritidae

25

longicaudatus; B. skinneri dalam buah belimbing di Penang, Malaysia Barat (Serit

et al, 1986; Serit, 1987.). Berdasarkan kelimpahan imago parasitoid yang muncul

dari pupa sampel buah-buahan, empat spesies parasitoid dikaitkan dengan B.

dorsalis di kebun belimbing dari Universitas Putra Malaysia (UPM) di Puchong,

Selangor. Parasitoid didominasi oleh B. persulcatus. Tingkat parasitisasi oleh

masing-masing spesies adalah B. persulcatus, 46.53%; F. arisanus, 32.82%; D.

longicaudatus, 15,69%; P. fletcheri, 4,95%. Bersama-sama, parasitoid ini

menyebabkan parasitasi keseluruhan rata-rata 36,96% (Palacio, 1991).

Fopius arisanus adalah satu-satunya parasitoid telur-larva dari spesies

Opiinae (Wharton & Gilstrap, 1983). Lalat buah pada fase telur-larva akan

dibunuh oleh F. arisanus dan F. arisanus tahap pupa dan parasitoid dewasa akan

muncul. Biosteres vandenboschi merupakan parasitoid larva instar pertama

Bactrocera dorsalis. Mulanya setelah terparasit larva dapat berkembang secara

normal tetapi akhirnya dibunuh pada tahap kepompong. Parasitoid B.

vandenboschi sebagai kontrol biologis lalat buah memiliki kemampuan untuk

memparasitasi dan dikenal sebagai pengendali tujuh spesies yang berbeda dari

hama tephritid (Wharton & Gilstrap, 1983) dan preferensi B. vandenboschi

pada lalat buah sangat cepat (instar pertama dam instar kedua) yang terjadi dekat

permukaan buah (van den Bosch & Haramoto, 1953;. Ramadhan dkk, 1995).

Diachasmimorpha longicaudatus Ashmead adalah endoparasitoid larva-

pupa soliter dari sejumlah spesies lalat buah tephritid ekonomis penting (Clausen

et al, 1965; Greany et al, 1976). Parasitasi pada instar larva kedua dan ketiga,

biasanya terjadi pada buah yang hampir membusuk. Penemuan inang oleh imago

Page 42: diptera: tephritidae

26

betina dari D. longicaudatus melibatkan produk fermentasi yang dihasilkan dari

buah yang membusuk (Greany et al., 1977).

Psytallia fletcheri awalnya ditemukan pada Bactrocera cucurbitae di India

(Silvestri, 1916, Pruthi, 1937). Ini menjadi parasitoid yang paling penting dari di

Hawaii (Fullaway, 1920, Swezey, 1928). Keberadaannya di belimbing di

Bactrocera dorsalis di Malaysia pertama kali dilaporkan oleh Vijaysegaran

(1984)..

Vargas et al. (1993) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara

Fopius arisanus, parasitoid dominan dengan jumlah individu lalat buah yang

mengindikasikan adanya hubungan tergantung kepadatan. Seperti misalnya laju

parasitasi B.arisanus pada Ceratitis capitata dan Bactrocera dorsalis bervariasi

pada habitat-habitat. Hal tersebut menunjukkan bahwa distribusi, kelimpahan dan

kopulasi dan reproduksi ada di bawah pengaruh kompleks faktor fisiologis dan

lingkungan (Nishida et al., 1985 dalam Harris dan Okamoto, 1991). Kualitas larva

lalat buah yang bervariasi dari minggu ke minggu mengakibatkan fluktuasi

populasi parasitoid yang nyata (Messing et al., 1993). Parasitoid yang

menginfestasi telurnya pada larva inang instar ketiga menghasilkan generasi

parasitoid yang berkualitas tinggi (Wong dan Ramadhan, 1992 dalam Messing et

al, 1993). Besarnya populasi parasitoid tergantung kepadatan besarnya populasi

lalat buah. Sebagai contoh misalnya penelitian yang dilakukan oleh Vargas et al.,

(1993) menyimpulkan bahwa kelimpahan B.arisanus secara jelas dideterminasi

oleh kepadatan populasi lalat buah baik di habitat tumbuhan liar maupun di

habitat tanaman budidaya.

Page 43: diptera: tephritidae

27

Bautista dan Harris (1996) menyatakan, bahwa parasitoid akan tertarik

pada buah inang yang menjadi preferensinya tanpa menghiraukan ada atau

tidaknya telur atau larva lalat buah di dalamnya. Tanaman mempengaruhi

kecocokan serangga inang melalui bagian tanaman yang sesuai, secara langsung

akan mempengaruhi juga dinamika populasi parasitoid (Vet, 1999). Parasitoid

soliter mampu mendeteksi adanya larva lalat buah yang telah mengandung dan

tidak mengandung telur parasitoid spesies yang sama oleh karena adanya

perubahan “homocoel” jaringan inang. Wong dan Ramadhan (1987) menyatakan

bahwa parasitoid betina tidak dapat mendeteksi larva lalat buah yang mati.

Usia dan kondisi larva lalat buah sangat berpengaruh pada persentase

kemunculan imago dan seks rasio parasitoid. Larva lalat buah yang berukuran

besar pada umumnya menghasilkan persentase kemunculan parasitoid

(Diachasma longicaudata dan D.tyoni) yang lebih tinggi daripada parasitoid yang

dihasilkan larva lalat buah yang berukuran lebih kecil. Larva inang (lalat buah)

yang besar juga akan menghasilkan persentase individu betina parasitoid (D.

longicaudata dan D.tryoni) yang lebih tinggi daripada individu jantan kedua

parasitoid tersebut (Messing et al., 1993). Parasitoid secara fakultatif mengubah

seks rasio turunannya sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan (Kirby and

Spence, 1816 dalam Godfray, 1994).

Peningkatan proporsi parasitoid jantan dipicu oleh stimuli lingkungan

yang “hidden additive genetik varience” di dalam populasi Ukuran inang, kualitas

pakan, kerapatan inang mungkin mempunyai pengaruh kuat pada rasio seks

parasitoid hymenoptera.

Page 44: diptera: tephritidae

28

2.1.8 Persebaran Lalat Buah

Lalat buah sebagai hama telah diketahui sejak tahun 1920, dan telah

dilaporkan menyerang mangga di Pulau Jawa. Pada tahun 1938, lalat buah juga

dilaporkan menyerang cabai, jambu, belimbing dan sawo. Lalat buah di Indonesia

bagian barat dilaporkan sudah menyebar B. albistrigata, B. carambolae, B.

cucurbitae, B. papayae, B. tau, B. umbrosa, dan D. longicornis yang merupakan

hama penting (Orr 2002). Menurut Vijaysegaran dan Drew (2006), B. albistri

gata, B. carambolae, B. cucurbitae, B. occipitalis, B. papayae, B. philippinensis,

dan B. umbrosa, adalah spesies yang sudah menyebar luas di Asia Tenggara

dengan populasi sangat tinggi.

Menurut White dan Hancock (1997), daerah sebar lalat buah sudah hampir

terdapat di seluruh belahan dunia. Daerah sebarannya antara lain: Australia (P.

Chrismas), Vanuatu, Indonesia (Sumatera, Jawa, Sulawesi, Sumbawa, Lombok,

Maluku, Flores, Kalimantan), Malaysia, Singapore, Brunei, Taiwan, Hong Kong,

Thailand, Laos, Vietnam, India (P. Andaman), Sri Lanka, Myanmar, China, Pulau

Bagian Selatan Jepang, Indian Oceania, Afrika, Timur Tengah, Eropa, Guiana

Perancis, Surinam, Amerika Utara, California, Laut pasifik, dan Palau.

Pertamakali dilakukan penelitian pada tahun 1985 oleh Hardy dan petugas

karantina tumbuhan, ditemukan ± 66 spesies lalat buah (Dacus spp.) di Indonesia.

Periode 1992-1994, survei lalat buah dilakukan oleh Pusat Karantina Pertanian,

ditemukan ± 47 spesies dari 66 spesies yang pernah ditemukan. Dari spesies yang

telah ditemukan 20 diantaranya termasuk dalam grup Bactrocera dorsalis

complex (Drew, 1994).

Page 45: diptera: tephritidae

29

2.2 Pengaruh Tanaman Inang Terhadap Perilaku Serangga

Serangga dalam menentukan pilihan terhadap tanaman inang sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor terutama faktor nutrisi yang terkandung dalam

tanaman inang tersebut. Tanaman mengandung 13 nutrisi mineral elemen yang

sangat berfungsi untuk pertumbuhannya. Nutrisi tersebut dapat digolongkan ke

dalam dua kelompok besar, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi. Makronutrisi

terdiri dari Nitrogen (N), Phosphor (p), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan

Sulfur (S), sedangkan yang termasuk dalam mikronutrisi adalah Besi (Fe),

Tembaga (Cu), Zeng (Zn), Boron (B), Molebdenum (Mo) dan Klorin (Cl)

(Motavalli et. al. 2005). Nutrisi yang terkandung pada tanaman selain dibutuhkan

dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, juga sangat dibutuhkan oleh

serangga untuk perkembangan hidupnya.

Sifat atraktan tanaman inang terhadap serangga sangat dipengaruhi oleh

kandungan nutrisi tanaman inang yang sangat menentukan jumlah protein di

dalam tanaman inang.konsentrasi protein juga sangat ditentukan oleh tipe

tanaman, umur dan kandungan nutrisi tanah. Daun tanaman merupakan bagian

tanaman yang sangat disukai oleh serangga karena memiliki nutrisi makanan

paling baik dibandingkan dengan bagian tanaman lainnya, salah satu nutrisi

tanaman yang utama dibutuhkan oleh serangga adalah Nittrogen. Nitrogen dalam

bentuk protein dan asam amino sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan

dan reproduksi serangga. Tanaman yang banyak mengandung asam amino dapat

meningkatkan kemampuan reproduksinya. Nutrisi tanaman paling banyak terdapat

pada jaringan tanaman yang lebih muda dibandingkan dengan jaringan tanaman

yang sudah tua. Bunga, buah dan daun tanaman mengandung 1-5% atau lebih

Page 46: diptera: tephritidae

30

Nitrogen, sedangkan pada batang pembuluh floem mengandung 0,5% Nitrogen

dan xylem hanya 0,1% Nitrogen (Cloyd, 2005).

Chapman (1971) mengemukakan bahwa makanan sangat berperan

terhadap perkembangbiakan serangga terutama terhadap keperidian serangga

betina. Tobing (1996) menyatakan bahwa menurunnya kondisi nutrisi tanaman

dengan bertambahnya umur berkaitan dengan perubahan-perubahan dalam

komposisi asam-asam amino pada tanaman. Hal tersebut di atas menunjukkan

bahwa kandungan nutrisi sangat menentukan preferensi serangga terhadap

tanaman inang, baik untuk makanan maupun meletakkan telur.

Menurut Doutt (1959) terdapat empat tahapan yang harus dilewati agar

parasitoid berhasil memarasit inangnya yaitu: 1) penemuan habitat inang, 2)

penemuan inang, 3) penerimaan inang dan 4) kesesuaian inang. Penemuan inang

terutama oleh parasitoid dipandu oleh rangsangan kimia yang berasal dari

senyawa-senyawa volatile. Rangsangan tersebut daoat berupa bau yang berasal

dari makanan atau tanaman yang terluka atau yang rusak, organisme yang

berasosiasi dengan inang atau inang itu sendiri. Tanaman merupakan syarat utama

karena tanaman mempunyai peran yang dominan dalam mendukung suatu habitat

yang khas, akibatnya ssuatu parasitoid kadang-kadang tertarik pada tanaman

tertentu meskipun di tempat tersebut tidak terdapat inang. Parasitoid kadang-

kadang juga memarasit inang yang terdapat pada jenis tanaman tertentu dan tidak

pada jenis tanaman yang lain (Vinson, 1981).

Penemuan inang oleh parasitoid dipandu oleh rangsangan fisik dan kimia.

Rangsangan fisik yang berperan terutama suara dan gerakan. Rangsangan kimia

dapat dibagi menjadi 2 kelompok. Pertama, rangsangan kimia yang dapat diterima

Page 47: diptera: tephritidae

31

dari jarak jauh misalnya bau inang. Rangsangan yang diterima memungkinkan

parasitoid untuk melokalisasi areal pencarian inang. Kedua, rangsangan kimia

yang dapat dideteksi hanya dari jarak dekat yaitu setelah terjadi kontak fisik.

Rangsangan ini biasanya berasal dari senyawa-senyawa padat atau cair misalnya

kotoran inang, sekresi dari kelenjar labium inang, produk inang lain dan bekas

parasitoid lain. Adanya rangsangan ini memungkinkan terjadinya kontak antara

parasitoid dengan inangnya yang dicirikan oleh perilaku pengujian oleh parasitoid

berupa pergerakan memutar dengan cepat dan perubahan kecepatan pergerakan.

Faktor lain yang ikut menentukan penemuan inang adalah pengalaman dan

perilaku orientasi parasitoid.

Penerimaan inang atau pengenalan inang adalah proses diterima atau

ditolak inang untuk peletakan telur setelah terjadi kontak (Arthur, 1981). Proses

tersebut dibagi dalam empat fase yaitu : 1) kontak dan pemeriksaan, 2) penusukan

dengan ovipositor, 3) pemasukan ovipositor dan 4) peletakan telur. Keempat fase

tersebut harus lengkap dan berurutan sehingga bila terjadi hambatan pada salah

satu fase, proses dimulai kembali dari awal. Penerimaan inang juga dipandu

terutama oleh rangsangan fisik dan kimia selain itu, pengalaman parsitoid

sebelumnya termasuk tempat perkembangan parsitoid juga berpengaruh pada

proses penerimaan inang. Rangsangan fisik yang berperan adalah kondisi fisik

inangnya seperti ukuran, bentuk, tekstur atau bentuk permukaan, warna dan

kandungan air. Rangsangan lainnya adalah pergerakan inang misalnya kegiatan

makan inang dan perkembangan embrio dalam telur. Rangsangan kimia dapat

berasal dari senyawa-senyawa yang terdapat di luar dan di dalam tubuh inang

yang dapat dideteksi dengan antenna, tarsi atau ovipositor. Senyawa-senyawa

Page 48: diptera: tephritidae

32

tersebut dapat disekresikan melalui kutikula, diekskresikan bersama-sama kotoran

atau terdapat pada jaringan-jaringan tertentu dalam tubuh inang (Arthur, 1981).

Kesesuaian inang yang menentukan perkembangan parasitoid sampai

menjadi imago tergantung pada beberapa faktor yaitu 1) kemampuan parasitoid

dalam menghindari atau melawan system pertahanan inang, 2) kompetisi dengan

parasitoid lain, 3) adanya toksin yang mengganggu atau merusak telur atau larva

parasitoid, dan 4) kesesuaian makanan parasitoid. Menurut Clark et al., (1976)

dan Berryman (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan parasitoid

adalah faktor luar (ekstrinsik) dan faktor dalam (intrinsik). Faktor luar terdiri dari

(a) faktor makanan seperti jumlah makanan, kecocokan makanan, kandungan gizi,

kadar air yang sesuuai dan tanaman inang yang sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangannya, (b) Faktor iklim seperti suhu, kelembaban, cahaya dan aerasi

yang baik untuk pembiakan masal, (c) Faktor biologis, termasuk di dalamnya

adalah musuh alami lainnya seperti parasite dan predatr, (d) Faktor manusia, yang

dimaksud disini adalah sejauh mana tindakan pengendalian serangga hama yang

telah dilakukan dengan manipulasi tanaman inang, pergiliran tanaman ataupun

pengendalian dengan pestisida. Faktor dalam adalah (a) ketahanan genetik,

dimana serangga mampu menciptakan ketahanan secara alami sehingga serangga

mampu menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis inang atau makanannya

sehingga seranga mampu mempertahankan hidupnya (b) Nisbah Kelamin yaitu

perbandingan jumlah serangga betina dan jantan yang menentukan banyak

tidaknya jumlah keturunan yang dihasilkan, (c) Kemampuan beradaptasi yaitu

sejauh mana serangga mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan iklim

pada lingkungan sekitarnya.

Page 49: diptera: tephritidae

33

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Permasalahan klasik yang dialami oleh Indonesia dalam perdagangan

komoditas hortikultura di luar negeri adalah standar mutu pertanian. Standar mutu

yang dimaksud adalah suatu produk hortikultura tidak boleh mengandung residu

zat berbahaya melebihi ambang batas, tidak mengandung organisme pengganggu

tumbuhan (OPT) tertentu dan Negara pengeksport harus mempunyai dan

menyediakan daftar spesies dengan deskripsinya yang cukup tentang OPT yang

berasosiasi dengan komoditas tersebut. Persyaratan itu diperlukan apabila Negara

pengeksport hendak memperluas pasar perdagangan pertanian (BKP, 2007a).

Salah satu organisme pengganggu tumbuhan yang banyak disoroti berkaitan

dengan perdagangan produk pertanian tersebut adalah lalat buah.

Lalat buah adalah serangga hama yang berasal dari famili Tephritidae yang

mempunyai 5 genus dan 4000 spesies telah teridentifikasi di dunia. Semakin deras

masuknya buah-buahan dari luar terutama dari daerah-daerah endemis

mempunyai resiko masuknya spesies lalat buah ke suatu daerah sangat tinggi.

Seperti hasil penelitian lalat buah pertama kali yang pernah dilakukan oleh Hardy

pada tahun 1985 di Indonesia yang menemukan 66 spesies. Pada tahun 1992

sampai dengan 1994, Pusat Karantina Pertanian secara nasional melakukan survei

ulang mengenai lalat buah dan menemukan sekitar 47 spesies, 20 spesies di

antaranya merupakan kompleks Bactrocera dorsalis (Drew & Hancock 1994;

Hamzah 2004). Sementara laporan AQIS (2008) menyebutkan bahwa terdapat 63

Page 50: diptera: tephritidae

34

spesies lalat buahdi Indonesia namun tidak termasuk Ceratitis capitata Wied.

yang dikenal dengan sebutan Mediterranean Fruit Fly atau Medfly sebagai hama

penting tanaman jeruk di wilayah sekitar laut Tengah (White & Harris 1992).

Secara umum, lalat buah mempunyai 2 kelompok sifat populasi yaitu lalat

buah univoltine dan multivoltine. Lalat buah univoltine memiliki habitat di

daerah temperate dan lalat buah multivoltine habitatnya di daerah tropis dan

subtropis (Harris, 1993). Suhu merupakan faktor kunci yang mempengaruhi

kehidupan lalat buah yang hidup di daerah temperate. Sementara curah hujan

lebih dominan mempengaruhi kehidupan lalat buah di daerah tropis dan subtropis

(Celedonio et al., 1995 dalam Israely et al., 1997). Lalat buah multivotine, yang

hidup di daerah tropis seperti di Indonesia dan khususnya di Bali, mempunyai

generasi lebih dari sekali dalam 1 tahun. Kejadian tersebut, menyebabkan lalat

buah yang hidup di daerah tropis sangat terkait dengan persebaran, kelimpahan,

ketersediaan dan jenis tanaman inang yang ada.

Menurut Ginting (2007), spesies yang banyak ditemukan adalah B.

carambolae dan B. papayae merupakan spesies lalat buah yang populasinya

paling melimpah di suatu daerah. Kejadian tersebut disebabkan karena kedua

spesies tersebut bersifat polifag yang dapat memanfaatkan berbagai jenis tanaman

buah-buahan sebagai inang yang ketersediaan berlimpah sepanjang waktu.

Menurut White & Hancock (1997) serta CABI (2007), tanaman inang B.

carambolae adalah belimbing, belimbing waluh, jambu air,jambu biji, tomat,

cabe, nangka, cempedak, sukun, jeruk lemon, sawo, manggis, mangga, aren,

ketapang dan lain lain. Tanaman inang B. papayae antara lain pisang, pepaya,

jambu biji, jambu bol, jeruk manis, sawo, belimbing, sirsak, manggis, rambutan,

Page 51: diptera: tephritidae

35

nangka, mangga, duku, rambai, kolang-kaling, cabe, terong, markisa dan lain lain.

Suatu area yang luas akan mendukung pertambahan populasi spesies karena

tersedianya sumber makanan dan habitat yang sesuai (Arthur & Wilson, 1967).

Disamping itu menurut AQIS (2008), kedua spesies tersebut merupakan hama

penting karena menyebar luas dalam populasi yang sangat tinggi.

Selain itu, pembatas utama yang mempengaruhi keberadaan suatu spesies

lalat buah yaitu suhu, habitat yang tidak mendukung (ketersediaan inang), dan

daerah jelajah yang tidak mendukung (McPheron & Steck,1996). Perbedaan pola

atau sifat antara satu komunitas dengan komunitas lain dapat merupakan

penyebab terjadinya perbedaan proporsi spesies-spesies tersebut. Sebagian spesies

mungkin sangat jarang ditemukan dan mempunyai kelimpahan yang kecil atau

dapat disebut sebagai spesies non dominan. Jenis spesies yang jarang tersebut

dapat merupakan spesies yang menetap dan mencari makan disuatu habitat atau

mungkin hanya merupakan penjelajah eksidental (tidak tetap) dari habitat yang

berdekatan atau bahkan jenis migran (Ricklefs, 1978; Odum, 1983).

Keragaman jenis dan kelimpahan tanaman inang sangat mempengaruhi

kehidupan dan kelimpahan populasi lalat buah di alam. Semakin beragam dan

berlimpahnya tanaman inang memberikan pengaruh positif terhadap dinamika

populasi lalat buah. Disamping ketersediaan tanaman inang, kualitas tanaman

inang juga sangat menentukan. Kualitas dan kuantitas sangat berpengaruh

terhadap kelimpahan lalat buah tersebut. Oleh karena itu, dinamika populasi pada

saat menjelang musim panen mempunyai kecendrungan yang meningkat

dibandingkan pada musim prapanen.

Page 52: diptera: tephritidae

36

Menurut Siwi (2005), tingkat kematangan buah juga berpengaruh terhadap

kehidupan lalat buah. Buah yang lebih matang lebih disukai oleh lalat buah untuk

meletakkan telur daripada buah yang masih hijau. Hal tersebut karena berkaitan

dengan kandungan asam amino, vitamin, mineral, air, dan karbohidrat yang dapat

memperpanjang umur serta meningkatkan keperidian lalat buah. Oleh karena itu,

pada buah-buahan yang matang kelimpahan lalat buah meningkat. Kelimpahan

lalat buah yang dominan menimbulkan persentase serangan yang dominan pula

pada tanaman tertentu. Kerusakan yang diakibatkan lalat buah menyebabkan

gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan, sehingga

produksi baik kualitas maupun kuantitas menurun. Kehilangan hasil yang

diakibatkan oleh serangan hama lalat buah bervariiasi antara 30-100% bergantung

pada kondisi lingkungan dan kerentanan jenis buah yang diserangnya (Gupta &

Verma 1978, Dhilton et al., 2005a, 2005b dan 2005c). Kehilangan hasil diikuti

dengan intensitas serangan lalat buah di Bali yang menunjukkan variasi yang

cukup besar, yaitu antara 6,4 - 70% (Sarwono, 2003). Sodiq (2004) menyatakan

bahwa intensitas serangan lalat buah pada mangga berkisar antara 14,8%-23%,

namun tidak jarang kerusakan yang diakibatkan lalat buah khususnya pada

belimbing dan jambu biji dapat mencapai 100%.

Besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh lalat buah diperlukan suatu

pengendalian yang efektif yang efisien salah satunya dengan pengendalian hayati.

Pengendalian hayati merupakan penggunaan agens hayati untuk dapat mengatur

populasi lalat buah di lapangan. Agens hayati atau musuh alami alami tersebut

terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu predator, pathogen dan juga parasitoid.

Predator yang memangsa lalat buah di lapangan antara lain semut, laba- laba,

Page 53: diptera: tephritidae

37

kumbang, dan cocopet. Patogen yang menyerang lalat buah diduga cendawan

Mucor sp. (Siwi et al.., 2006) dan parasitoid yang menyerang lalat buah adalah

berasal dari famili Braconidae (Hymenoptera).

Diantara 3 musuh alami tersebut, parasitoid merupakan komponen pengatur

alami yang bertautan dengan kepadatan populasi lalat buah di lapangan. Fluktuasi

kelimpahan populasi parasitoid sangat dipengaruhi oleh struktur populasi di

lapangan. Jenis-jenis musuh alami yang telah dilaporkan berasosiasi dengan lalat

buah adalah parasitoid famili Braconidae (Hymenoptera), yaitu Fopius spp. dan

Biosteres spp. Komposisi jenis dan efektivitas spesies parasitoid tertentu dari

spesies opiine bervariasi tergantung pada wilayah dan jenis buah menyerang.

Jenis buah, ukuran dan kematangan mempengaruhi tingkat parasitisasi larva lalat

buah. Tingkat parasitisasi terbesar oleh Diachasmimorpha longicaudatus telah

ditemukan dari buah-buahan kecil seperti buah kopi, kopi Arabia L., loquat,

Ertobtrya japonica (Lindl.), dan buah persik Prunus persica L. dibandingkan dari

buah jeruk besar (Wharton dkk, 1981;. Harris et al., 1986 dan 1988;.Harris &

Bautista, 1996).

Informasi tentang keberadaan jenis-jenis lalat buah yang ada di suatu daerah

perlu diketahui dan dilaporkan sebagai langkah antisipasi untuk melakukan survei

dan pengendalian pada tanaman buah yang dibudidayakan. Hal ini penting karena

spesies lalat buah tertentu mempunyaipreferensi terhadap jenis inang tertentu

(Muryati et al., 2005). Oleh karena itu perlu penelitian mengenai keragaman dan

dinamika populasi lalat buah di area produksi atau area tertentu dan membuat

daftar spesies, pemetaan daerah sebar dan deteksi lalat buah di Bali.

Page 54: diptera: tephritidae

38

Diketahuinya keragaman dan dinamika populasi lalat buah di Bali mempunyai

arti penting dalam perencanaan dan pelaksanaan tindakan monitoring maupun

pengendalian yang akan dilakukan agar lebih efektif dan efisien terutama di Bali.

Oleh karena itu, dilakukan berbagai penelitian berkaitan dengan keragaman dan

dinamika populasi lalat buah dan juga mengenai keragaman dan tingkat

parasitisasi parasitoid untuk mendapatkan agens hayati yang efektif

mengendalikan lalat buah di lapangan. Informasi tentang keberadaan jenis-jenis

lalat buah, parasitoid dan tanaman inang yang ada di suatu daerah diperlukan

untuk mengantisipasi ledakan hama tersebut di lapangan. Kerangka berpikir

penelitian tersaji dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian

3.2 Konsep

Konsep penelitian adalah untuk mengetahui keragaman, indeks keragaman

dan indeks dominansi lalat buah, untuk mengetahui indeks kesamaan spesies lalat

buah, untuk mengetahui hubungan kelimpahan populasi dengan persentase

Page 55: diptera: tephritidae

39

serangan lalat buah yang menyerang tanaman buah-buahan di lapang serta untuk

mengetahui keragaman dan tingkat parasitisasi parasitoid yang berasosiasi dengan

masing-masing spesies lalat buah di lapangan (Gambar 3.2).

Pengamatan tentang keragaman spesies lalat buah yang didapatkan di pasar,

ditujukan untuk melihat spesies-spesies lalat buah yang ada di Bali ataupun

spesies-spesies yang masuk ke Bali. Oleh karena itu hasil penelitian yang

dilakukan di pasar diharapkan dapat memetakan spesies-spesies yang ada di Bali,

dan juga karena Pasar menjadi tempat keluar masuknya lalat buah dari luar atau

dalam Bali. Penelitian dilakukan dengan pemasangan perangkap di setiap Pasar

dan pengambilan sampel buah yang terserang. Sampel buah di pelihara, diamati

dan diidentifikasi serta sampel lalat buah yang terperangkap juga diidentifikasi di

laboratorium. Penghitungan hasil keragaman lalat buah menggunakan rumus

Shannon-Wiener.

Penelitian mengenai keragaman juga dilakukan di lapangan yaitu di sentra

tanaman buah tertentu, untuk melihat dan membandingkan keragaman dan

kesamaan spesies lalat buah di lapangan dan yang ditemukan di pasar. Selain itu

juga dilakukan untuk membandingkan spesies-spesies lalat buah yang ada dan

menyerang di Bali. Pelaksanaan penelitian adalah dengan pemasangan perangkap

dilakukan di lapangan yang terdapat Sentra-Sentra tanaman buah budidaya yang

ada. Selain pemasangan perangkap, juga dilakukan pengambilan sampel buah

yang terserang untuk melihat lalat buah apa yang menyerang buah-buahan yang

terdapat di Bali. Kemudian, sampel buah dan sampel lalat buah yang terperangkap

di identifikasi di laboratorium.

Page 56: diptera: tephritidae

40

Penelitian mengenai dominansi spesies lalat buah juga dilakukan di lapangan

dan di laboratorium. Pelaksanaan penelitian yaitu dengan pemasangan perangkap

di lokasi Pasar dan di sentra buah-buahan di Bali serta pengambilan sampel buah

di lapangan, kemudian dipelihara sampai munculnya imago dari lalat buah. Lalat

buah yang muncul kemudian di identifikasi dan diteliti spesies lalat buah yang

dominan menyerang buah-buahan di Bali.

Untuk mengetahui indeks kesamaan dilakukan dengan pemasanagan

perangkap pada setiap lokasi penelitian di pasar dan sentra buah-buahan. Untuk

mengetahui hubungan kelimpahan dengan intensitas serangan lalat buah di

lapangan dilakukan dengan cara pengambilan sampel buah di lapangan kemudian

dipelihara di laboratorium dan setelah muncul imago lalat buah kemudian

identifikasi. Persentase serangan lalat buah dilakukan di lapangan dengan melihat

tanaman buah yang diserang lalat buah dengan menghitung jumlah buah yang

diserang serta dihitung dengan rumus persentase serangan menggunakan rumus

Kilmaskossu dan Nerokouw (1993).

Penelitian terakhir yaitu dilakukan di laboratorium dengan melihat

keragaman parasitoid dan tingkat parasitisasi dengan metode survey dan rearing di

laboratorium. Penelitian terakhir mengenai keragaman dan tingkat parasitisasi

parasitoid dilakukan dengan pemeliharaan sampel buah yang didapatkan dan

mengamati jenis parasitoid yang muncul. Tingkat parasitisasi dihitung dengan

menggunakan rumus tingkat parasitisasi Buchori et al., 2010.

Peubah yang diamati dari penelitian keragaman adalah spesies atau jenis

lalat buah, dan juga jenis parasitoid yang muncul dari sampel buah yang di

rearing. Peubah yang diamati dalam penelitian kesamaan lalat buah adalah

Page 57: diptera: tephritidae

41

kesamaan spesies lalat buah di pasar dengan di lapangan, peubah mengenai

dominansi adalah spesies lalat buah yang dominan, peubah kelimpahan dan

persentase serangan adalah jumlah populasi pada saat tertentu pada masing-

masing tempat dengan persentase serangan yang ditimbulkan, serta penelitian

keragaman dan tingkat parasitisasi parasitoid peubahnya adalah spesies parasitoid

yang muncul, jumlah parasitoid serta tingkat parasitisasi dari parasitoid.

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Keragaman lalat buah di pasar dan di sentra buah-buahan di Bali tergolong

rendah dan didominansi oleh spesies B. carambolae dan B. papayae.

Page 58: diptera: tephritidae

42

2. Kesamaan spesies lalat buah di pasar dan di sentra buah-buahan sangat

tinggi.

3. Hubungan kelimpahan populasi dan persentase serangan lalat buah

mempunyai korelasi positif.

4. Keragaman dan tingkat parasitasi parasitoid tergolong rendah.

Page 59: diptera: tephritidae

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Lapangan dan di Laboratorium. Penelitian di

Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit

Terpadu Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Udayana Bali dengan ketinggian 30 meter diatas permukaan laut.

Penelitian di lapangan dilaksanakan dengan metode survey tetap yang

dilakukan pemasangan perangkap (trapping) di Pasar Klungkung, Pasar Gianyar,

Pasar Kreneng, Pasar Badung dan Pasar Anyar Ubung. Pemilihan pasar sebagai

tempat pemasangan perangkap karena di pasar sebagai tempat masuknya buah-

buahan yang yang berasal dari luar Bali dan sekitar Bali. Pasar Klungkung adalah

tempat kedua buah-buahan yang dipasarkan yang berasal dari luar seperti NTT,

NTB dan tempat masuknya buah-buahan lokal (Bali). Pasar Gianyar adalah

tempat kedua buah-buahan yang dipasarkan yang berasal dari luar dan tempat

masuknya buah-buahan lokal (Bali). Pasar Kreneng adalah tempat kedua buah-

buahan yang dipasarkan yang berasal dari luar dan tempat masuknya buah-buahan

lokal (Bali). Pasar Badung adalah tempat kedua buah-buahan yang dipasarkan

yang berasal dari luar dan tempat masuknya buah-buahan lokal (Bali). Pemilihan

Pasar Anyar karena pasar tersebut adalah tempat pertama masuknya buah-buahan

yang akan dipasarkan ke Bali. Metode survey berikutnya yaitu di sentra tanaman

buah dengan pemasangan perangkap (trapping) di lapangan yaitu di Sentra

mangga yang dilakukan di Desa Kubutambahan (Buleleng), Sentra Jeruk di Desa

Page 60: diptera: tephritidae

44

Abuan (Bangli), Sentra Cabai besar di Desa Baturiti (Tabanan), Sentra Cabai kecil

di Desa Keramas (Gianyar) dan Sentra Semangka di Desa Sampalan Klod

(Klungkung). Penelitian di laboratorium dan di lapangan tersebut berlangsung

selama 3 bulan dari bulan Januari sampai Maret 2014, dengan rata-rata suhu 200C

dan kelembaban 80% .

4.2 Alat dan Bahan

4.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah mikroskop, digital microskop, cawan

petri, pinset, kuas, botol parfum kecil ukuran ± 10 cc, gunting, kain, perangkap,

kamera dan stoples plastik. Tempat plastik yang digunakan memiliki tinggi 15

cm diameter 20 cm dan diberi ventilasi udara berupa kain kasa yang dipasang

pada tutup atas gelas yang telah dilubangi.

4.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah atraktan,

insektisida, kapas, tanah dan pasir sebagai media perkembangan larva pupa,

sampel buah-buahan yang terserang lalat buah, serta silica gel yang digunakan

untuk mengawetkan spesimen.

4.3 Pelaksanaan Penelitian

Metode yang digunakan mengacu pada metode standar ISPM dan ACIAR

(BKP 2007b; Hamzah 2004) dengan mengambil sampel (pest host sampling) dan

pemasangan perangkap (trapping) yang dilakukan di laboratorium dan lapangan.

Page 61: diptera: tephritidae

45

4.3.1 Keragaman dan Dominansi Spesies Lalat Buah

4.3.1.1 Keragaman dan indeks keragaman lalat buah di pasar

Penelitian keragaman lalat buah di pasar didahului dengan survei dan

identifikasi serta wawancara pada setiap pasar yang menjadi tempat penelitian,

disamping itu wawancara dengan Dinas Pertanian terkait mengenai jenis buah-

buahan di pasar tersebut. Pasar-pasar yang menjadi tempat penelitian adalah di

Pasar Klungkung, Pasar Gianyar, Pasar Kreneng, Pasar Badung dan Pasar Anyar.

Selain kegiatan pemasangan perangkap juga dilakukan pengambilan sampel buah

yang memperlihatkan gejala terserang lalat buah.

Pemasangan perangkap

Perangkap dibuat dari wadah plastik berbentuk botol air mineral

berdiameter 5 cm dan tinggi 15 cm Pada bagian samping dibuat lubang

berdiameter 3 cm untuk lubang masuk lalat buah. Pada bagian atas botol plastik

diberi alat pengait dari besi untuk mengikatkan perangkap pada tali plastik atau

kawat dan menggantungkannya pada cabang pohon. Pada bagian dalam dipasang

alat pengait tempat menggantungkan bulatan kapas. Pada bagian atas kapas diberi

atraktan dan di bagian bawah kapas diberi insektisida. Atraktan yang digunakan

adalah Methyl eugenol (ME), Cue lure (CUE), Dorsal Lure, dan Trimed Lure.

Atraktan diteteskan sebanyak 2 cc dan insektisida sebanyak 2 cc dengan jarum

suntik. Pada dasar botol juga diletakkan kapas agar lalat buah yang mati tidak

mengalami penguapan sehingga specimen tidak rusak. Perangkap diberi label

identitas yang berisi jenis atraktan, nomor perangkap, lokasi penelitian, tanggal

pemasangan perangkap, dan tanda peringatan (awas beracun). Pemberian zat

Page 62: diptera: tephritidae

46

pemikat diulang selama 3x setelah pengambilan hasil perangkap untuk

pemasangan selanjutnya.

Setiap lokasi penelitian perangkap lalat buah dipasang secara sistematik

pada 4 titik pemasangan perangkap perangkap dengan jarak minimal 1 m. Metode

yang digunakan adalah dengan metode nisbi. Pada setiap pasar dipasang 4 jenis

atraktan yang jaraknya 1 m antar atraktan. Dengan asumsi bahwa masing-masing

jenis atraktan mempunyai pengaruh pada spesies lalat buah yang berbeda. Selain

itu, karena setiap jenis atraktan memiliki spesifikasi yang berbeda dan spesifik

dalam menarik spesies lalat buah. Pada setiap lokasi pengambilan sampel, di

setiap titiknya dipasang 1 perangkap Methyl eugenol, 1 perangkap Cue lure, 1

perangkap dorsal lure, dan 1 perangkap Trimed lure. Perangkap digantungkan

pada cabang pohon yang ternaungi pada ketinggian sekitar 2 m dari permukaan

tanah. Setiap lokasi di ulang sebanyak 3 x. Kegiatan tersebut juga dilakukan pada

tempat lainnya. Pemasangan perangkap satu tempat dengan tempat lainnya

minimal berjarak 1 km. Pemasangan trap dilakukan selama satu bulan dengan

interval pengamatan selama 1 minggu sekali.

Pengumpulan Hasil Perangkap

Pengambilan sampel dilakukan 3 kali dengan interval waktu satu

minggu.Lalat buah yang terperangkap diambil dari dalam perangkap kemudian

dibungkus dengan kertas. Pada sisi kertas diberi identitas nomor sampel, lokasi,

jenis atraktan, tanggal pemasangan, tanggal pengambilan, nama kolektor, dan

ketinggian tempat. Sampel kemudian dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.

Page 63: diptera: tephritidae

47

Penanganan Sampel Hasil Perangkap

Penanganan sampel dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit

Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Penanganan sampel

merupakan hal yang vital. Pembusukan karena mikroba dapat merusak warna

sampel dan mempengaruhi ketepatan identifikasi sehingga perlu diawetkan

dengan cara dikeringkan dan disimpan dengan tambahan silica gel..

Pengambilan Sampel Buah

Pengambilan sampel buah-buahan diambil secara purposive random

sampling. Buah-buah yang dipakai sebagai sampel rearing adalah buah-buah yang

memperlihatkan gejala serangan lalat buah pada tanaman seperti jeruk, jambu air,

jambu biji, sawo, rambutan, mentimun, semangka, mangga, cabai besar, cabai

kecil dan belimbing yang dikumpulkan dari setiap pasar. Sampel buah yang

menunjukkan gejala ditempatkan dalam kantong plastik yang berbeda tiap

komoditas, dan selanjutnya dibawa ke Laboratorium Hama dan Penyakit

Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.

Sampel buah yang menunjukkan gejala serangan dimasukkan ke stoples

plastik yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran sampel buah, yang bagian

atasnya dibuat ventilasi yang ditutup dengan kain kasa tipis serta di bawahnya

diisi tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1 setinggi 3 cm dari dasar tempat

yang digunakan sebagai rearing. Di dalam stoples, dimasukkan kembali stoples

kecil tempat diletakkannya buah, model rearing ini digunakan untuk buah-buah

kecil yang memiliki kandungan air yang banyak. Untuk buah-buah yang besar dan

tidak memiliki kandungan air yang cukup banyak, cukup menggunakan stoples

besar sebagai tempat rearing. Sampel buah yang terdapat gejala serangan

Page 64: diptera: tephritidae

48

dibiarkan sampai keluar imago yang diletakkan pada kondisi gelap dengan

kelembaban yang rendah. Stoples plastik kemudian diberi label menurut jenis

buah, waktu dan tempat pengambilan buah. Stoples plastik ditempatkan pada

tempat yang sejuk dan teduh.Pemeriksaan dilakukan setiap hari untuk melihat

kemunculan imago lalat buah dan juga parasitoid kemudian dikoleksi dan

spesimen disiapkan untuk diidentifikasi dengan menggunakan kunci determinasi

dan Gambar lalat buah AQIS (2008).

Keterangan:

Ventilasi Stoples besar dari kain

kasa

Stoples besar

Sampel buah yang terserang

lalat buah

Saringan dari kain kasa, agar air

buah bisa jatuh ke bawah stoples

kecil

Stoples kecil.

Media hidup larva instar akhir

menjadi pupa yaitu tanah dan

pasir 1:1 setebal 3 cm.

Gambar 4.1 Stoples Rearing

Lalat buah diidentifikasi dengan menggunakan kunci dikotom manual

(Drew 1989; Siwi et al., 2006; Suputa et al., 2006; AQIS 2008). Karakter

morfologi bagian tubuh lalat buah yang penting dalam penelusuran kunci

identifikasi di antaranya adalah: bentuk spot pada muka, warna mesonotum, ada

tidaknya pita kuning di kedua sisi lateral dan tengah toraks, warna, pola dan

jumlah rambut pada skutelum, pola pada pembuluh sayap (costa band), bentuk

dan pola abdomen, serta warna dan spot pada tungkai (Drew et al., 1982; Lawson

et al., 2003).

Page 65: diptera: tephritidae

49

4.3.1.2 Keragaman dan Indeks Keragaman Lalat Buah di Sentra Buah-

Buahan

Penelitian keragaman dan indeks keragaman lalat buah di sentra dilakukan

dengan metode yang sama dengan di pasar yaitu dengan pemasangan perangkap

di sentra-Sentra penanaman tanaman buah-buahan dan sekaligus pengambilan

sampel buah-buahan yang memperlihatkan gejala serangan lalat buah. Rumus

untuk menghitung indeks keragaman adalah:

Indeks keragaman Shannon-Wiener :

H’ = - (ni/N) log (ni/N)

Keterangan :

H’ = Indeks keragaman Shannon-Wiener

ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

Jika nilai indeks:

< 1,5 : Keragaman Rendah

1,5 – 3,5 : Keragaman Sedang

>3,5 : Keragaman Tinggi

4.3.1.3 Dominansi Lalat Buah

Dominansi lalat buah, dilakukan dengan pemasangan perangkap di

masing-masing lokasi Pasar dan Sentra buah-buahan disamping itu dengan

pengumpulan sampel buah yang terserang di lapangan. Dominansi lalat buah

dihitung berdasarkan sampel buah yang telah didapatkan di lapangan. Buah-

buahan yang menunjukkan gejala terserang lalat buah di pelihara, dan dihitung

jumlah lalat buah yang muncul tiap harinya. Penghitungan dominansi lalat buah

diamati setiap hari, sampai tidak ada imago lalat buah yang muncul. Pengumpulan

Page 66: diptera: tephritidae

50

sampel lalat buah kemudian di identifikasi. Penghitungan dominansi lalat buah

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

s

D = ∑ [ ni/N ]2

i=1

dengan :

D = Indeks dominansi simpson

ni = Jumlah individu genus ke-i

N = Jumlah total individu seluruh genera

(= ln S, dimana S = Jumlah jenis)

4.3.2 Indeks Kesamaan Lalat Buah di Pasar dan di Sentra Buah-buahan.

Indeks kesamaan adalah membandingkan kesamaan spesies lalat buah

yang didapatkan di pasar dan juga di sentra buah-buahan.

Indeks kesamaan Sorensen (Southwood, 1970) dengan rumus sebagai berikut:

IS= 2xc X 100%

a + b

Keterangan:

IS = Indeks Sorensen

a = Jumlah jenis di lokasi a

b = Jumlah jenis di lokasi b

c = Jumlah jenis yang sama yang terdapat di lokasi a dan b

4.3.3 Kelimpahan dan Persentase Serangan Lalat Buah

Kelimpahan lalat buah dihitung berdasarkan sampel buah yang telah

didapatkan di lapangan. Buah-buahan yang menunjukkan gejala terserang lalat

buah di pelihara, dan dihitung jumlah lalat buah yang muncul tiap harinya.

Penghitungan kelimpahan lalat buah dilakukan setiap hari, sampai tidak ada

Page 67: diptera: tephritidae

51

imago lalat buah yang muncul. Lalat buah yang muncul kemudian di identifikasi.

Kelimpahan populasi masing-masing spesies ditentukan berdasarkan persentase

populasi spesies-spesies tersebut pada jenis buah yang diserang. Penghitungan

kelimpahan lalat buah dihitung dengan menggunakan rumus:

Kelimpahan(K):

Penghitungan persentase serangan yang diakibatkan oleh lalat buah,

dilakukan penghitungan persentase jumlah buah yang terserang tiap pohon per

tiap komoditas tersebut di bagi dengan jumlah total buah per tanaman. Untuk

tanaman buah-buahan yang memiliki morfologi tanaman yang cukup tinggi maka,

penghitungan persentase serangan dengan cara mengambil 100 sampel buah

secara acak pada saat panen, dan menghitung jumlah buah yang terserang atau

yang memperlihatkan gejala terserang lalat buah. Rumus untuk menghitung

persentase serangan adalah sebagai berikut:

I= Jumlah buah yang terserang lalat buah x 100%

Jumlah buah keseluruhan

Keterangan:

I : Persentase serangan per tanaman

4.3.4 Keragaman dan Tingkat Parasitisasi Parasitoid

Sampel 20 buah yang menunjukkan gejala terserang lalat buah di pelihara.

Munculnya lalat buah, akan diikuti oleh munculnya parasitoid. Penghitungan dan

pengamatan munculnya parasitoid diamati setiap hari, sampai tidak ada imago

lalat buah dan imago parasitoid yang muncul. Sampel parasitoid kemudian di

identifikasi. Keragaman parasitoid yang menyerang lalat buah, dapat diidentifikasi

Jumlah spesies a di lokasi x X 100%

Jumlah populasi semua spesies yang ditemukan di lokasi x

Page 68: diptera: tephritidae

52

dan dihitung jumlahnya serta penghitungan tingkat parasitisasi tiap sampel buah

yang didapatkan di lapangan. Penghitungan tingkat parasitisasi parasitoid yang

berasosiasi dengan lalat buah menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = tingkat parasitisasi (%)

Parasitoid A = Jumlah imago salah satu parasitoid yang muncul

Imago lalat buah = Jumlah total imago lalat buah yang muncul dari pupa

yang tidak terparasitisasi (dimodifikasi dari Buchori et al., 2010).

P : ∑ Imago Parasitoid A

X 100% ∑ Imago lalat buah + ∑ Imago Parasitoid

Page 69: diptera: tephritidae

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Keragaman dan Dominansi Spesies Lalat Buah

5.1.1 Keragaman Spesies Lalat Buah di Lokasi Pasar Buah-buahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan enam spesies lalat buah di

lokasi pasar buah-buahan di Bali. Keenam spesies lalat buah tersebut adalah

Bactrocera papayae Drew & Hancock, Bactrocera carambolae Drew & Hancock,

Bactrocera umbrosa Fabricius, Bactrocera cucurbitae Coquillete, Bactrocera

caudata Fabricius dan Bactrocera albistrigata de Maijere (Diptera:Tephritidae)

(Gambar 5.1). Diantara keenam spesies tersebut ada dua spesies dominan yang

ditemukan yaitu B. carambolae dan B. papayae. Ada perbedaan indeks

keragaman spesies lalat buah diantara beberapa lokasi Pasar buah-buahan di Bali,

0,59% di Pasar Klungkung, 0,56% di Pasar Gianyar, 0,44% di Pasar Kreneng,

0,38% di Pasar Badung dan 0,52% di Pasar Anyar. Walaupun demikian,

keragaman spesies tersebut tergolong rendah di semua lokasi pasar buah-buahan

di Bali. Indeks keragaman tertinggi ditemukan di Pasar Klungkung (0,59%) dan

terendah di Pasar Badung (0,38) (Tabel 5.1).

Page 70: diptera: tephritidae

54

Tabel 5.1

Indeks Keragaman Jenis Lalat Buah di 5 Lokasi Pasar

No Lokasi

Pemasaran Buah Spesies

Jumlah Spesies

(ekor)

Indeks Keragaman

Jenis

1 Pasar Klungkung B. papaya 181*

0,59 (Rendah)

B. carambolae 361*

B. umbrosa 146

B. cucurbitae 53

B. caudata 11

B. albistrigata 22

Total 774

2 Pasar Gianyar B. papaya 165*

0,56 (Rendah)

B. carambolae 370*

B. umbrosa 118

B. cucurbitae 45

B. caudata 0

B. albistrigata 35

Total 733

3 Pasar Kreneng B. papaya 362*

0,44 (Rendah)

B. carambolae 418*

B. umbrosa 5

B. cucurbitae 38

B. caudata 0

B. albistrigata 37

Total 860

4 Pasar Badung B. papayae 259*

0,38 (Rendah)

B. carambolae 382*

B. umbrosa 5

B. cucurbitae 35

B. caudata 0

B. albistrigata 5

Total 686

5 Pasar Anyar B. papayae 75*

0,52 (Rendah)

B. carambolae 106*

B. umbrosa 4

B. cucurbitae 38

B. caudata 0

B. albistrigata 5

Total 228

Keterangan: * : spesies dominan

Page 71: diptera: tephritidae

55

A B C

D E F

Gambar 5.1. Spesies Lalat Buah yang Terdapat di Pasar: B. papayae (A), B.

carambolae (B), B. umbrosa (C), B. cucurbitae (D), B. caudata, dan (E) B.

albistrigata (F).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah-buahan yang berasal dari luar

negeri begitu pula pada buah-buahan lokal tidak terdapat serangan lalat buah atau

tidak muncul imago lalat buah. Karena perlakuan khusus pada saat

pengirimannya, buah-buahan lokal seperti sawo, mangga dan jeruk kintamani dan

buah-buahan import seperti apel (Fuji), Apel merah, jeruk sunkist dan pir.Adapun

buah-buahan yang dipasarkan di semua pasar tersaji pada Tabel 5.2.

Page 72: diptera: tephritidae

56

Tabel 5.2

Buah-Buahan yang dipasarkan di Lokasi Pasar

No Lokasi Pasar Asal dan Jenis Buah-buahan

Lokal Bali Lokal Luar Bali Luar Negeri

1 Pasar Klungkung Jeruk, Rambutan, Mangga,

Sawo, Pisang, Semangka,

Melon, Nanas, Bengkuang,

Nangka, Mentimun,

Semangka, Cabai besar,

Cabai kecil, Buah Naga,

Manggis, Salak, Sirsak,

kedongdong, Pepaya

Mangga, Apel

manalagi,

Semangka, Melon,

Pisang, Nanas,

Lengkeng, Salak,

Pepaya

Apel fuji, Apel

merah, Jeruk

sunkist, Jeruk

shantang, Pir,

Sandong, Anggur

merah,

2 Pasar Gianyar Jeruk, Rambutan, Mangga,

Sawo, Pisang, Semangka,

Melon, Nanas, Bengkuang,

Nangka, Mentimun,

Semangka, Cabai besar,

Cabai kecil, Buah

Naga,Manggis, Salak,

Pepaya

Mangga, Apel

manalagi,

Semangka, Melon,

Pisang, Nanas,

Lengkeng, Salak,

Pepaya

Apel fuji, Apel

merah, Jeruk

sunkist, Jeruk

shantang, Pir,

Sandong, Anggur

merah,

3 Pasar Kreneng Jeruk, Rambutan, Mangga,

Sawo, Pisang, Semangka,

Melon, Nanas, Bengkuang,

Mentimun, Semangka,

Cabai besar, Cabai kecil,

Buah Naga, Manggis,

Salak, Sirsak, Pepaya

Mangga, Apel

manalagi,

Semangka, Melon,

Pisang, Nanas,

Lengkeng, Salak,

Pepaya

Apel fuji, Apel

merah, Jeruk

sunkist, Jeruk

shantang, Pir,

Sandong, Anggur

merah,

4 Pasar Badung Jeruk, Rambutan, Mangga,

Sawo, Pisang, Semangka,

Melon, Nanas, Bengkuang,

Mentimun, Semangka,

Cabai besar, Cabai kecil,

Buah Naga, Manggis,

Salak, Sirsak, Pepaya

Mangga, Apel

manalagi,

Semangka, Melon,

Pisang, Nanas,

Belimbing,

Lengkeng, Salak,

Pepaya

Apel fuji, Apel

merah, Jeruk

sunkist, Jeruk

shantang, Pir,

Sandong, Anggur

merah,jambu biji

Bangkok

5 Pasar Anyar Semangka, Melon, Nanas,

Bengkuang

Semangka, Melon,

Pisang, Nanas,

Bengkuang,

Pepaya

-

Page 73: diptera: tephritidae

57

5.1.2 Keragaman Spesies Lalat Buah di Sentra Buah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies lalat buah yang ditemukan di

sentra buah-buahan sama dengan spesies yang ditemukan di lokasi pasar buah-

buahan yaitu B. papayae, B. carambolae, B. umbrosa, B. cucurbitae, B. caudata

dan B. albistrigata. Demikian juga keragamannya tergolong rendah di semua

lokasi sentra buah-buahan. Nilai indeks keragaman di sentra mangga yaitu 0,64%,

Sentra jeruk 0,45%, Sentra cabai besar 0,53%, Sentra cabai kecil 0,47% dan

Sentra semangka 0,58%. Diantara 5 sentra tanaman tersebut, Sentra mangga

memiliki nilai indeks keragaman paling tinggi sedangkan Sentra jeruk memiliki

nilai indeks keragaman paling rendah (Tabel 5.3).

Tabel 5.3

Indeks Keragaman Jenis Lalat Buah Di Sentra Buah Dengan Perangkap

No Lokasi Spesies Jumlah

Spesies (ekor)

Indeks

Keragaman Jenis

1 Sentra Mangga B. papayae* 539

0,64 (Rendah)

B. carambolae* 486

B. umbrosa 298

B. cucurbitae 196

B. caudata 0

B. albistrigata 106

Total 1625

2 Sentra Jeruk B. papayae* 164

0,45 (Rendah)

B. carambolae* 275

B. umbrosa 57

B. cucurbitae 13

B. caudata 0

B. albistrigata 0

Total 509

3 Sentra Cabai Besar B. papayae* 147

0,53 (Rendah) B. carambolae* 275

B. umbrosa 68

B. cucurbitae 13

Page 74: diptera: tephritidae

58

B. caudata 0

B. albistrigata 25

Total 528

4 Sentra Cabai Kecil B. papayae* 135

0,47 (Rendah)

B. carambolae* 218

B. umbrosa 58

B. cucurbitae 12

B. caudata 0

B. albistrigata 22

Total 445

5 Sentra Semangka B. papaya 170

0,58 (Rendah)

B. carambolae 301

B. umbrosa 77

B. cucurbitae* 910

B. caudata 8

B. albistrigata* 385

Total 1851

Keterangan: * : spesies dominan

Hasil pengamatan pada buah-buahan yang terserang di lapangan

menunjukkan bahwa masing-masing spesies lalat buah mempunyai kisaran inang

yang berbeda-beda antar jenis lalat buah. B. carambolae dan B. papayae

mempunyai kisaran inang yang paling luas yaitu 8 dan 6 jenis buah-buahan

dibandingkan dengan spesies lainnya (Tabel 5.4).

Page 75: diptera: tephritidae

59

Tabel 5.4

Matriks Hubungan Antara Spesies Lalat Buah dengan Tanaman Inang

dari Sampel Buah yang Terserang Lalat Buah

Ordo/Famili Jenis Buah

Spesies Lalat Buah

B.

papayae

B.

carambolae

B.

umbrosa

B.

cucurbitae

B.

caudata

B.

albistrigata

Sapindales

Anacardiaceae

Mangga

(Mangifera

indica L.)

+ + - - - -

Sapindales

Rutaceae

Jeruk

(Citrus reticulate

L.)

+ + - - - -

Solanales

Solanaceae

Cabai Besar

(Capsicum

annuum L.)

+ + 0 - - -

Solanales

Solanaceae

Cabai Kecil

(Capsicum

frutescens L.)

- + - - - -

Cucurbitales

Cucurbitaceae

Semangka

(Citrullus lanatus

(Thumb)

Matsum&Nakai.)

- - - + - -

Cucurbitales

Cucurbitaceae

Mentimun

(Cucumis sativus

L.)

- - - + 0 -

Oxalidales

Oxalidaceae

Belimbing

(Averrhia

carambola L.)

+ + - - - -

Sapindales

Meliaceae

Sawo

(Lansium

domesticum

Correa)

+ + - - - -

Sapindales

Sapindaceae

Rambutan

(Nephelium

lappaceum L.)

+ - - - - -

Rosales

Moraceae

Nangka

(Artocarpus

heterophyllus

Lam.)

- 0 + - - -

Myrtales

Myrtaceae

Jambu air

(Psidium

guajava L.

- + - - - +

Myrtales

Myrtaceae

Jambu biji

(Syzgium

aqueum (Burm

f.) Alston.)

+ + - - - 0

Keterangan: Tanda + : Terserang lalat buah

Tanda 0 : Tidak terserang lalat buah namun terdapat referensi

Tanda - : Tidak terserang lalat buah

Page 76: diptera: tephritidae

60

5.1.3 Dominansi Spesies Lalat Buah

Spesies lalat buah dominan yang diamati melalui perangkap menggunakan

atraktan Metil Eugenol, Cue Lure, Dorsal Lure dan Trimed Lure adalah B.

carambolae dan B. papayae. Spesies lalat buah yang dominan tersebut ditemukan

di lokasi pasar dan menyerang buah-buahan di sentra buah di Bali. Dominansi

lalat buah tersebut hampir sama di semua lokasi pasar dan sentra buah-buahan di

Bali kecuali di Sentra semangka yang di dominansi oleh spesies B. cucurbitae

(Tabel 5.1, Tabel 5.3, Tabel 5.4 dan Gambar 5.2). Dominansi spesies lalat buah

tersebut terlihat sangat jelas pada Gambar 5.1 baik yang terjadi di pasar dan di

sentra buah-buahan.

Gambar 5.2 Indeks Dominansi Lalat Buah di Lokasi Penelitian

Dominansi spesies lalat buah tersebut juga ditemukan pada sampel buah

yang diambil langsung dari setiap lokasi Sentra buah-buahan. Spesies tersebut

adalah B. carambolae dan B. papayae (Tabel 5.5). Dominansi lalat buah tersebut

terjadi pada semua jenis buah-buahan yang ada di semua buah kecuali pada buah

Pasar Buah-buahan Sentra Buah-buahan

Page 77: diptera: tephritidae

61

semangka dan mentimun yang di serang oleh spesies B.cucurbitae serta buah

nangka yang diserang oleh spesies B. umbrosa.

Tabel 5.5

Spesies Lalat Buah yang Menyerang Buah-Buahan

No Famili Jenis Buah Spesies Lalat

Buah

Jumlah

Populasi /Buah

1 Anacardiaceae Mangga

(Mangifera indica L.)

B. papaya 9

B. carambolae 20

2 Rutaceae Jeruk

(Citrus reticulate L.)

B. papaya 4

B. carambolae 9

3 Solanaceae

Cabai Besar

(Capsicum annuum L.)

B. papaya 1

2 B. carambolae

4. Solanaceae

Cabai Kecil

(Capsicum frutescens

L.)

B. carambolae 2

5 Cucurbitaceae Semangka

(Citrullus lanatus

(Thumb)

Matsum&Nakai.)

B. cucurbitae 12

6 Cucurbitaceae Mentimun

(Cucumis sativus L.)

B. cucurbitae 3

7 Oxalidaceae Belimbing

(Averrhoa carambola

L.)

B. carambolae

B. papaya

48

6

8 Meliaceae Sawo

(Lansium domesticum

Correa)

B. papaya

B. carambolae

2

1

9 Sapindaceae Rambutan

(Nephelium lappaceum

L.)

B. papaya 7

10 Moraceae Nangka

(Artocarpus

heterophyllus Lam.)

B. umbrosa 203

11 Myrtaceae Jambu air

(Psidium guajava L.)

B. albistrigata

B. carambolae

21

12

12 Myrtaceae Jambu biji

(Syzgium aqueum (Burm

f.) Alston.)

B. carambolae

B. papaya

19

24

Page 78: diptera: tephritidae

62

5.2 Kesamaan Spesies Lalat Buah di Pasar dan di Sentra Buah

Spesies-spesies lalat buah yang ditemukan di lokasi pasar buah-buahan

hampir sama dengan spesies yang ditemukan di lokasi sentra buah-buahan di Bali

yang ditunjukkan dengan indeks kesamaannya yang mencapai nilai 80%-100%.

Variasi indeks kesamaan itu terjadi di Pasar Klungkung, Sentra Jeruk dan di

sentra Semangka (Tabel 5.6).

Tabel 5.6

Indeks Kesamaan Spesies Lalat Buah di Pasar dan di Sentra Buah

Tempat Pasar

Klungkung

Pasar

Gianyar

Pasar

Kreneng

Pasar

Badung

Pasar

Anyar

Sentra

Mangga

Sentra

Jeruk

Sentra

Cabai

Besar

Sentra

Cabai

Kecil

Sentra

Semangka

Pasar

Klungkung -

Pasar

Gianyar 91% -

Pasar

Kreneng 91% 100% -

Pasar

Badung 91% 100% 100% -

Pasar

Anyar 91% 100% 100% 100% -

Sentra

Mangga 91% 100% 100% 100% 100% -

Sentra

Jeruk 80% 89% 89% 89% 89% 89% -

Sentra

Cabai

Besar 91% 100% 100% 100% 100% 100% 89% -

Sentra

Cabai

Kecil 91% 100% 100% 100% 100% 100% 89% 100% -

Sentra

Semangka 100% 91% 91% 91% 91% 91% 89% 91% 91% -

5.3 Hubungan Kelimpahan Populasi dengan Persentase Serangan Lalat Buah

Pada Gambar 4.3, terlihat bahwa kelimpahan populasi lalat buah tertinggi

ditemukan pada buah mangga sebesar 29 ekor, disusul oleh jeruk 13 ekor,

semangka 12 ekor, cabai besar 3 ekor, dan cabai kecil 2 ekor. Sementara

persentase serangan tertinggi juga ditemukan pada buah mangga (26%), jeruk

Page 79: diptera: tephritidae

63

(12%), semangka (11%), cabai besar (10%) dan cabai kecil (6%). Berdasarkan

hasil analisis korelasi antara kelimpahan populasi dan persentase serangan lalat

buah tersebut menunjukkan bahwa tingginya kelimpahan populasi mempunyai

hubungan positif dan sangat kuat (r = 0,96) terhadap tingginya persentase

serangan lalat buah.

Gambar 5.3 Hubungan Kelimpahan dengan Persentase Serangan

Lalat Buah

5.4 Keragaman dan Tingkat Parasitisasi Parasitoid yang Berasosiasi dengan

Lalat Buah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 2 spesies parasitoid yang

menyerang lalat buah di lapangan yaitu Fopius spp. Tingkat parasitasi kedua

parasitoid tersebut tergolong rendah, tetapi Fopius sp pada buah belimbing

memiliki tingkat parasitasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 56%, sedangkan tingkat

parasitasi dari parasitoid Fopius sp. pada cabai besar hanya sebesar 33% (Tabel

5.7).

Persentase

Serangan

Page 80: diptera: tephritidae

64

Tabel. 5.7

Tingkat Parasitasi Parasitoid Terhadap Lalat Buah

Tanaman Jumlah

Lalat Buah

Fopius sp.1

betina(ekor)

Fopius sp.1

jantan (ekor)

Fopius sp.2

jantan (ekor) Parasitasi

Mangga 29

Jeruk 13

Cabai Besar 3

1 33%

Cabai Kecil 2

Semangka 12

Mentimun 3

Belimbing 54 19 11

56%

Sawo 3

Nangka 203

Rambutan 7

Jambu air 33

Jambu biji 43

Kedua parasitoid tersebut bersifat endoparasit yang dapat dibedakan dari

posisi lubang tempat keluarnya parasitoid dewasa di dalam kokon. Fopius sp.

pada buah Belimbing memiliki ciri-ciri panjang tubuh 3,5-4,5 mm, abdomen

berwarna coklat dengan 2/3 perut bagian depan berwarna coklat kehitaman.

Panjang ovipositor yaitu 2,5-3,5 mm dan pada ujungnya terdapat setae berbeda

dengan parasitoid jantan berwarna hitam, kecuali bagian abdomen berwarna

coklat (Gambar 5.4 A,B) sedangkan Fopius sp. dengan ciri-ciri abdomen

berwarna kuning kehitaman, panjang tubuh 3,5-5,0 mm, ovipositor kecil dan

runcing ujungnya tidak bersetae dan panjang ovipositor 4,0-5,5 mm ditemukan

pada cabai besar (Gambar 5.4 C).

Page 81: diptera: tephritidae

65

A B C

Gambar 5.4 Spesies Parasitoid Fopius sp. Betina (A), Fopius sp. Jantan (B)

dan Fopius sp. Jantan (C)

Page 82: diptera: tephritidae

66

BAB VI

PEMBAHASAN

Ada enam spesies lalat buah yang ditemukan melalui perangkap di lokasi

Pasar buah-buahan di Bali. Keenam spesies lalat buah tersebut adalah Bactrocera

papayae Drew & Hancock, Bactrocera carambolae Drew & Hancock, Bactrocera

umbrosa Fabricius, Bactrocera cucurbitae Coquillete, Bactrocera caudata

Fabricius dan Bactrocera albistrigata de Maijere (Diptera:Tephritidae) Hasil

analisis terhadap indeks keragaman lalat buah tersebut di setiap lokasi pasar

menunjukkan nilai yang tergolong rendah yaitu < 1,5 (Tabel 5.1). Rendahnya

nilai indeks keragaman tersebut disebabkan oleh rendahnya jumlah spesies (jenis)

lalat buah dan individu per jenis yang ditemukan selama pengamatan di semua

lokasi (pasar buah-buahan) di Bali. Dibandingkan dengan jumlah spesies lalat

buah yang ditemukan sebelumnya di Indonesia yaitu 66 spesies oleh Hardy

(1985); 47 spesies Balai Karantina Indonesia Pusat (1994); 90 spesies oleh Orr

(2002) dan 63 spesies oleh AQIS (2008) maka jumlah spesies yang ditemukan di

semua lokasi penelitian tergolong sangat rendah. Rendahnya jumlah spesies dan

individu pada masing-masing spesies disebabkan oleh terbatasnya jenis jumlah

jenis dan volume buah-buahan yang dipasarkan selama pengamatan di Bali.

Selain itu pula rentang waktu pengamatan sangat singkat sehingga tidak semua

jenis lalat buah yang kemungkinan ada di Bali, dapat diamati melalui perangkap

di semua lokasi Pasar buah-buahan di Bali.

Walaupun demikian ada variasi nilai indeks keragaman di masing-masing

lokasi Pasar yaitu 0,59 adalah nilai indeks tertinggi yang ditemukan di Pasar

Page 83: diptera: tephritidae

67

Klungkung dan 0,38 adalah nilai indeks terendah yang ditemukan di Pasar

Badung. Adanya variasi nilai indeks tersebut disebabkan oleh perbedaan jumlah

spesies lalat buah dan jumlah individu per spesies di setiap lokasi pasar buah-

buahan. Data pengamatan menunjukkan bahwa jumlah spesies dan individu per

spesies lalat buah yang ditemukan selama pengamatan di lokasi Pasar Klungkung

lebih tinggi di bandingkan dengan lokasi pasar buah-buahan di tempat lain (Tabel

5.1). Jumlah jenis yang menjadi inang lalat buah lebih banyak dan lebih beragam

di Pasar Klungkung daripada pasar lainnya. Demikian juga volume masing-

masing buah yang dijual relatif lebih tinggi daripada pasar lain. Selain itu,

masing-masing buah yang dipasarkan di Pasar Klungkung sisanya disimpan di

pasar sehingga dapat menjadi inang yang baik bagi perkembangan lalat buah yang

ada di lokasi tersebut. Berbeda dengan keragaman jenis buah-buahan yang

dipasarkan di Pasar Badung dan Pasar Kreneng jumlahnya lebih terbatas dan

pendistribusian buah-buahan lebih cepat ke tempat-tempat lainnya.

Sama seperti kejadian pada lokasi Pasar buah-buahan di Bali, indeks

keragaman lalat buah yang ditemukan di sentra buah-buahan di Bali juga

tergolong rendah yaitu >1,5 (Tabel 4.2). Indeks keragaman spesies tertinggi

ditemukan di Sentra mangga berbeda dengan Sentra jeruk yang memiliki indeks

keragaman paling rendah. Kejadian tersebut disebabkan oleh jumlah individu dan

jumlah individu spesies lalat buah lebih tinggi daripada sentra lainnya. Selain itu,

terdapat tanaman buah-buahan lainnya yang menjadi inang spesies-spesies yang

ditemukan pada Sentra mangga seperti yang tersaji pada Lampiran 7. Selain itu,

faktor lingkungan di sentra mangga lebih sesuai bagi kehidupan lalat buah karena

terhindar dari perlakuan insektisida. Petani mangga sangat jarang melakukan

Page 84: diptera: tephritidae

68

penyemprotan insektisida pada tanamannya dibandingkan dengan petani lainnya

seperti petani jeruk, cabai, semangka, tomat dan lain sebagainya. Perlakuan

insektisida secara umum sangat berpengaruh buruk terhadap penuruan jumlah

individu pada masing-masing spesies lalat buah di sentra tersebut.

Menurut McPheron & Steck (1996), rendahnya keragaman lalat buah

diduga kuat karena ekosistem lalat buah terkendali secara fisik oleh tindakan

budidaya yang dilakukan petani, seperti penggunaan insektisida, pestisida,

atraktan, dan juga lem perekat LEILA. Aktifitas serta keberadaan manusia juga

mempengaruhi keragaman spesies dalam suatu ekosistem (Ricklefs & Schulter

1993). Menurut Oka (1995) semakin beragam spesies yang ditemukan di suatu

areal, maka semakin besar atau tinggi tingkat keragaman komunitasnya.

Keragaman cenderung tinggi bila ekosistem tanaman tersebut diatur secara alami

oleh manusia atau berlangsung secara alami, sedangkan keragaman akan

cenderung menjadi rendah apabila ekosistem atau lokasi tersebut terkendali secara

fisik oleh kegiatan budidaya yang dilakukan petani.

Nilai indeks keragaman tidak sesuai dengan jumlah individu yang ada di

tiap lokasi penelitian. Seperti misalnya di Pasar Badung yang memiliki jumlah

individu yang lebih besar jika dibandingkan dengan Pasar Anyar, namun memiliki

indeks keragaman yang paling rendah (Tabel 5.1). Menurut Magurran (1988),

perhitungan indeks keragaman Shannon tidak hanya jumlah individu yang

menentukan besarnya nilai indeks, tetapi kekayaan jenis (species richness) juga

sangat menentukan. Nilai indeks keragaman Shannon (H’) dipengaruhi oleh

kemerataan jenis dalam suatu komunitas. Nilai kemerataan jenis akan cenderung

rendah apabila komunitas tersebut didominasi oleh satu spesies.

Page 85: diptera: tephritidae

69

Menurut Oka (1995), semakin beragam spesies yang ditemukan di suatu

areal, maka semakin besar atau tinggi tingkat keragaman komunitasnya. Pada saat

keragaman spesies tinggi, maka suatu spesies tidak dapat menjadi dominan begitu

pula sebaliknya pada saat keragaman rendah, maka suatu spesies dapat menjadi

dominan. Spesies lalat buah yang non dominan merupakan spesies yang sangat

jarang ditemukan dan mempunyai kelimpahan yang kecil. Jenis spesies yang

jarang tersebut dapat merupakan spesies yang menetap dan mencari makan di

suatu habitat atau mungkin hanya merupakan penjelajah eksidental (tidak tetap)

dari habitat yang berdekatan atau bahkan jenis migran (Ricklefs 1978; Odum

1983). Sedangkan spesies dominan adalah spesies dengan kelimpahan yang

sangat besar karena jenis ini memiliki jumlah individu, biomassa serta nilai

penting yang besar sehingga mendominasi komunitas (Ricklefs, 1978 & Odum,

1983).

Pada Tabel 5.4, B. carambolae dan B. papayae merupakan spesies lalat

buah yang populasinya paling melimpah hampir di semua lokasi pengambilan

sampel. Menurut Ginting (2007), spesies B. carambolae dan B. papayae

merupakan spesies lalat buah yang populasinya paling melimpah di suatu daerah.

Hal ini disebabkan kedua spesies tersebut bersifat polifag yang dapat

memanfaatkan berbagai jenis tanaman buah-buahan sebagai inang yang

ketersediaan berlimpah sepanjang waktu serta menyebar luas dalam populasi yang

sangat tinggi. Selain itu, kemampuan adaptasi kedua lalat buah tersebut lebih

tinggi daripada spesies lalat buah lainnya karena memiliki kisaran inang yang

paling banyak. Menurut White dan Hancock (1997) serta CABI (2007), tanaman

inang B. carambolae adalah belimbing, belimbing waluh, jambu air, jambu biji,

Page 86: diptera: tephritidae

70

tomat, cabe, nangka, cempedak, sukun, jeruk lemon, sawo, manggis, mangga,

aren, ketapang dan lain lain. Tanaman inang B. papayae antara lain pisang,

pepaya, jambu biji, jeruk manis, sawo, belimbing, sirsak, manggis, rambutan,

nangka, mangga, duku, rambai, kolang-kaling, cabe, terong, markisa dan lain lain.

Sedangkan B. cucurbitae mendominasi pada sentra semangka. Kelimpahan

populasi lalat buah berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya karena

berkaitan dengan keberadaan inang (buah), jumlah inang dan adaptasinya dengan

lingkungannya, seperti B. caudata yang hanya ditemukan di Pasar Klungkung dan

di sentra Semangka, kelimpahan B. umbrosa yang tertinggi di sentra mangga serta

kelimpahan B. albistrigata tertinggi di sentra Semangka. Suatu area yang luas

akan mendukung pertambahan populasi spesies karena tersedianya sumber

makanan dan habitat yang sesuai (MacArthur dan Wilson, 1967).

Semua jenis spesies lalat buah yang ditemukan di pasar sama dengan

spesies yang ditemukan di lapang walaupun distribusinya berbeda. Kesamaan

jenis spesies yang ditemukan di pasar dan di masing-masing Sentra buah-buahan,

ditunjukkan oleh indeks kesamaan masing-masing spesies yang sangat tinggi

antara lokasi Pasar dengan Sentra buah-buahan yang ada di Bali, kecuali di Pasar

Klungkung, Sentra semangka dan Sentra jeruk (Tabel 5.6). Kejadian tersebut

disebabkan oleh perbedaan jumlah spesies yang ditemukan pada tiap lokasi.

Jumlah spesies yang ditemukan yaitu 6 jenis di Pasar Klungkung dan Sentra

Semangka, sedangkan hanya 4 jenis lalat buah yang ditemukan di Sentra jeruk

sehingga indeks kesamaan dengan lokasi lainnya hanya 80-91%. Rendahnya

indeks kesamaan terutama di sentra Jeruk, diduga karena ekosistem tanaman jeruk

Page 87: diptera: tephritidae

71

tersebut di dominansi oleh tanaman jeruk dan jarang ditemukan jenis tanaman lain

yang menjadi inang alternative lalat buah.

Berdasarkan Gambar 5.3, kelimpahan populasi lalat buah mempunyai

korelasi kuat dengan persentase serangannya. Semakin tinggi kelimpahan maka

semakin tinggi pula persentase serangan, begitupula sebaliknya semakin rendah

kelimpahan lalat buah maka semakin rendah pula persentase serangannya di

lapangan. Kelimpahan lalat buah yang dominan menimbulkan persentase

serangan yang dominan pula pada tanaman tertentu. Persentase serangan

bergantung pada kondisi lingkungan dan kerentanan jenis buah yang diserangnya

(Gupta & Verma 1978, Dhilton et al., 2005a, 2005b dan 2005c).

Melimpahnya suatu populasi organisme, selain disebabkan oleh faktor

inang dan lingkungan juga dipengaruhi oleh musuh alaminya. Musuh alami

mempunyai peranan penting dalam pengaturan populasi lalat buah di lapang.

Walaupun demikian jenis musuh alami yang ditemukan pada penelitian ini sangat

rendah yaitu 2 spesies parasitoid . Jumlah tersebut tentu kurang efektif dalam

mengendalikan lalat buah di lapang.

Pada Tabel 5.7, keefektifan parasitoid dalam mengendalikan populasi

hama dapat diukur dari daya parasitisasinya. Tingkat parasitasi kedua parasitoid

yang ditemukan yaitu 33-56%. Tingkat parasitasi Fopius sp. pada Belimbing yaitu

56% dan tingkat parasitasi Fopius sp. pada Cabai besar adalah 33%. Berdasarkan

daya parasitisasi tersebut dapat dinilai kemampuan musuh alami dalam mengatur

populasi lalat buah di dalam mengatur keseimbangan populasi lalat buah di

lapangan. Parasitisasi Fopius sp. pada lalat buah B.carambolae pada buah

Page 88: diptera: tephritidae

72

belimbing lebih besar dari parasitisasi Fopius sp. pada lalat buah B.papayaee dan

B.carambolae pada buah cabai besar.

Rendahnya tingkat parasitasi tersebut salah satunya diduga karena

pengaruh buruk perlakuan insektisida dan cara bertanam yang tidak sesuai dengan

kaidah lingkungan sehingga berdampak buruk dengan keberadaan dan tingkat

parasitasi parasitoid di lapang. Menurut Clark et al., (1976) dan Berryman (1981),

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan parasitoid adalah faktor luar

(ekstrinsik) dan faktor dalam (intrinsik). Faktor luar terdiri dari (a) faktor makanan

seperti jumlah makanan, kecocokan makanan, kandungan gizi, kadar air yang

sesuuai dan tanaman inang yang sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangannya, (b) Faktor iklim seperti suhu, kelembaban, cahaya dan aerasi

yang baik untuk pembiakan masal, (c) Faktor biologis, termasuk di dalamnya

adalah musuh alami lainnya seperti parasite dan predatr, (d) Faktor manusia, yang

dimaksud disini adalah sejauh mana tindakan pengendalian serangga hama yang

telah dilakukan dengan manipulasi tanaman inang, pergiliran tanaman ataupun

pengendalian dengan pestisida. Faktor dalam adalah (a) ketahanan genetik,

dimana serangga mampu menciptakan ketahanan secara alami sehingga serangga

mampu menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis inang atau makanannya

sehingga seranga mampu mempertahankan hidupnya (b) Nisbah Kelamin yaitu

perbandingan jumlah serangga betina dan jantan yang menentukan banyak

tidaknya jumlah keturunan yang dihasilkan, (c) Kemampuan beradaptasi yaitu

sejauh mana serangga mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan iklim

pada lingkungan sekitarnya.

Page 89: diptera: tephritidae

73

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Keragaman spesies lalat buah di pasar dan di sentra buah-buahan di Bali

sangat rendah dan di dominansi oleh spesies Bactrocera carambolae dan

Bactrocera papayae. Ditemukan 6 spesies lalat buah yang ada di lokasi

pasar dan sentra buah buahan di Bali yaitu Bactrocera papayae Drew &

Hancock, Bactrocera carambolae Drew & Hancock, Bactrocera umbrosa

Fabricius, Bactrocera cucurbitae Coquillete, Bactrocera caudata

Fabricius dan Bactrocera albistrigata de Maijere (Diptera:Tephritidae).

2. Kesamaan spesies lalat buah di pasar dan di sentra buah-buahan sangat

tinggi. Indeks kesamaannya mencapai nilai 80%-100%.

3. Kelimpahan populasi lalat buah mempunyai hubungan yang positif dengan

persentase serangan lalat buah.

4. Keragaman dan tingkat parasitisasi parasitoid tergolong rendah. Ada dua

spesies parasitoid yang ditemukan berasosiasi dengan lalat buah di

lapangan yaitu spesies Fopius sp. pada cabai besar dan Fopius sp. pada

belimbing dari famili Braconidae. Dua spesies tersebut memiliki tingkat

parasitasi yang rendah, tapi Fopius sp. pada belimbing memiliki tingkat

parasitasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 56%, sedangkan tingkat

parasitasi dari parasitoid Fopius sp. di cabai merah hanya sebesar 20%.

Page 90: diptera: tephritidae

74

7.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis lalat buah yang ada dan

menyerang buah-buahan di Bali yang dilakukan dalam rentang waktu yang

lebih lama dan dalam berbagai fase tanaman inang.

2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis parasitoid yang efektif

dalam pengendalian lalat buah di lapang.

Page 91: diptera: tephritidae

75

DAFTAR PUSTAKA

[AQIS] Australian Quarantine and Inspection Service. 2008. Friut Flies

Indonesia: Their Identification, Pest Status and Pest Management.Conducted

by the international center for the management of pest fruit fliesGriffith

University, Brisbane, Australia, and ministry of Agriculture,Republic of

Indonesia.

[BALITJERUK] Indonesian Research Institute for Citrus and Subtropical Fruits

2008. Lalat buah (Bactrocera spp.)

hhttp://www.citrusindo.org/index.php?option=content&task=view &id=78. [5

Oktober 2013].

[BKP] Badan Karantina Pertanian. 2007a. Kompilasi Peraturan Menteri

Pertanian. Jakarta: Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian.[BKP]

Badan Karantina Pertanian. 2007b. Pedoman surveilensi organisme

pengganggu tumbuhan (OPT) atau OPT karantina (OPTK). Jakarta:

BadanKarantina Pertanian.

[CABI] Center in Agricultural and Biological Institute. 2007. Crop Protection

Compendium (CD-ROM) Wallingford: CAB International 2 CD-ROM dengan

penuntun di dalammya.[Ditlin Hortikultura] Direktorat Perlindungan

Hortikultura 2006. Panduan lalat

Artayasa, I.P. 1999. Potensi Parasitoid dalam Pengendalian Lalalt Buah

Bactrocera Carambolae di Kebun Buah-buahan Subang, Jabar. Tesis. SITH

ITB. www.sithitb.co.id

Artayasa, I.P., 2004. Potensi Parasitoid dalam Pengendalian Lalat Buah

Bactrocera carambolae di Kebun Percobaan Buah-buahan Subang, Jawa Barat.

Badan Karantina Pertanian. 1994. Undang-undang Republik IndonesiaNo 16

Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Jakarta : Badan

Karantina Pertanian.buah. http://ditlin hortikultura.go.id/buku-peta/bagian-

3.htm. [21 Feb 2006].

Baker, R.T.& JM, Cowley. 1991. A New Zealand view of quarantine security with

special reference to fruit flies. First International Symposium on Fruit Flies in

the Tropics, Kuala Lumpur, Malaysia: Malaysian Agricultural Research and

Development Institute, 396-408.

Bateman 1972. Ecology of fruit flies. Ann Rev Entomol 17:493-519.

Berryman, A.A. 1981. Population System. New York: A General Press.

Chua, TH., S.G. Khoo, and S.S Lee. 1995. Efeect of Fruit Abundance on

Infestation Rates of Carambola by Bactrocera carambolae Drew and

Hancock (Diptera: Tephritidae). In Chua, T.H dan S.G. Khoo (Eds.). Problem

and Management of Tropical Fruit Flies. Proceedings of the Second

Symposium on Tropical Fruit Flies, 8-9 May 1995, Kuala Lumbpur. Pp.20.

Page 92: diptera: tephritidae

76

Clark, L.R., P.W., Geler, R.D., Hughes, R.F., Norris. 1976. The Ecology of Insect

Population in Theory and Practice. London: Chapman and Hall.

Dhillon, M.K., R.Singh., J.S.Naresh, & H.C.Sharma. 2005. The Melon Fruit Fly,

Bactrocera cucurbitae: A Review of Its Biology and Management. J. Insect

Sci. 5: 1-16

Djatmiadi & Djatnika 2001.Petunjuk Teknis Surveilans Lalat Buah. Pusat Teknik

dan Metode Karantina Hewan dan Tumbuhan. Jakarta: Badan Karantina

Pertanian.

Drew R.A.I. 1989. The Tropical Fruit Flies (Diptera: Tephritidae: Dacini) of The

Australasian and Oceani an Regions. In Memoirs of The QueenslandMuseum.

Drew RAI, D.L., Hancock. 1994. The Bactrocera dorsalis complex of fruit flies

(Diptera: Tepritidae: Dacinae) in Asia. Bul of Entomol Res Supp (2):68.

Drew, R.A.I, G.H.S., Hooper, M.A., Bateman. 1982. Economic Fruit Flies of the

South Pacific Region. 2nd edition. Queensland Department of Primary

Industries: Brisbane, Queensland.

Fletcher, B.S. 1987. Ecology life history strategies of tephritid fruit flies. In Fruit

Flies; their Biology, Natural Enemies and Control. World Crop Pests.

Amsterdam, Holland: Elsevier, 3(B):195-208.

Ginting, R. 2007. Keanekaragaman Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) Di

Jakarta, Depok, Dan Bogor Sebagai Bahan Kajian Penyusunan Analisis

Risiko Hama. Tesis. Bogor: Institute Pertanian Bogor.

Gupta, J.N. & A.N. Verma. 1978. Screening of different cucurbit crops for the

attack of the melon fruit fly, Dacus cucurbitae Coq. (Diptera: Tephritidae).

Haryana J. Hort. Sci. 7: 78-82.

Hamzah, A. 2004.Petunjuk Tteknis Surveilan Lalat Buah. Pusat teknik dan

metoda karantina hewan dan tumbuhan. Jakarta: Badan Karantina Pertanian.

Harris, E.J., R.I. Vargas, and J.E. Gilmore. 1993. Seasonality in occurrence and

distribution of the Mediterranean fruit fly (Diptera: Tephritidae) in

upland and lowland areas on Kauai, Hawaii. Environ. Entomol. 22: 404-

410.

Joomaye, A.& N.S., Price. 2008. Pest risk analysis and quarantine of fruit flies in

the indian ocean region. Indian ocean regional fruit fly programme. Ministry

of Agriculture, Food Technology and Natural Resources.

http://www.gov.mu/portal/ sites/ncb/moa/farc/ amas99/s32.htm [12 Oktober

2013].

Kruess, A., & T., Tscharntke. 1994. Habitat fragmentation, species loss, and

biologicalcontrol. Science 264:1581-1584.

Kuswadi, A.N., 2001. Pengendalian Terpadu Hama Lalat Buah di sentra

Produksi Mangga Kabupaten Takalar dengan Teknik Serangga Mandul

Page 93: diptera: tephritidae

77

(TSM).Makalah disampaikan pada Apresiasi Penerapan Teknologi

Pengendalian Lalat Buah. Cisarua, 22 mei 2013.

Landolt PJ, & S., Quilici. 1996. Overview of research on the behavior of fruit

flies. In Fruit Fly Pest: A World Assessment of Their Biology and

Management Florida: St. Lucie Press.

MacArthur, R.H., E.O., Wilson. 1967. The Theory of Island Biogeography. New

Jersey: Princeton University Press.

Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey:

Princeton University Press.

McPheron, B.A.& G.J., Steck. 1996. Overview of research on the behavior of fruit

flies. In Fruit Fly Pests: A World Assessment of Their Biology and

Management. Florida: St Lucie Press.

Muralimohan, K., Ramkumar, Y.B., Srinivasa, 2008. Natural parasitization and

biological control: case of the coconut caterpillar. Curr Sci 95: 1478-1482.

Muryati, A. Hasyim dan Riska. 2005. Preferensi Spesies Lalat Buah terhadap

Atraktan Metil Eugenol dan Cue-Lure dan Populasinya di Sumatera Barat

dan Riau. Deptan:Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika.

Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. Japan: Saunders College Published.

Octriana, L. 2010. Identifikasi dan Analisis Tingkat Parasitasi Jenis Parasitoid

terhadap Hama Lalat Buah Bactrocera tau pada Tanaman Markisa. Balai

Penelitian Tanaman Buah Tropika.

Oka,I.N.1995.Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 255hal.

Orr, A. 2002. The importance of fruit fly taxonomy in Indonesia. Makalah

seminar Puslitbangtan.

Papulang, A. & N.Agus. 2006. Kajian Musuh Alami Lalalt Buah Bactrocera

dorsalis HENDEL. Lembaga Penelitian UNHAS Makassar. www.lp.uh.org.

Pujiastuti, Y. 2007. Keanekaragaman Spesies Parasitoid Lalat Buah Bactrocera

Spp. (Diptera:Tephritidae) di Dataran Tinggi Sumatera Selatan: Potensi dan

Peluang Sebagai Agens Hayati. Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya

Ricklefs, R.E., D., Schulter. 1993. Species Diversity In Ecological Communities.

London: The University of Chicago Press.

Ricklefs, R.E. 1978. Ecology. New York: Chiron Press Inc.

Sarwono. 2003. PHT Lalat buah pada mangga. Pros.Lokakarya masalah kritis

pengendalian layu pisang,nematode sista kuning pada kentang dan lalat buah.

Puslitbang Hortikultura. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian. Litbang

Pertanian, BPTP –Jatim.p.142-149.

Page 94: diptera: tephritidae

78

Siwi, S.S., P.,Hidayat, Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah

Penting di Indonesia. BB-Biogen.

Siwi, S.S. 2005. Eko-biologi Hama Lalat Buah. Bogor: BB-Biogen.

Siwi, S.S., P.,Hidayat, Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah

Penting di Indonesia (Diptera : Tephritidae).Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian

Sodiq, M. 2004. Kehidupan lalat buah pada tanaman sayuran dan buah-buahan.

Pros. Lokakarya masalah kritis pengendalian layu pisang, nematode

sistakuning pada kentang dan lalat buah. PuslitbangHortikultura.Jakarta, 18p.

Sukarmin. 2011. Teknik Identifikasi Lalat Buah Di Kebun Percobaan Aripan Dan

Sumani, Solok, Sumatera Barat. Deptan: Teknisi Litkayasa Penyelia pada

Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika

Suputa, Cahyanti, Kustaryati A, Railan M, Issusilaningtyas, Taufiq A. 2006.

Pedoman Identifikasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae). Yogyakarta: UGM.

Sutrisno, S. 1991. Current Fruitfly Problems in Indonesia. In Kawasaki, O., K.

Iwahashi, and K.Y. Kaneshiko (Eds.). Proceeding of International Symposium

on The Biology and Control of Fruit Flies. Okinawa-Japan 2-4 September.

p.72-78.

Vijaysegaran, S., R.A.I., Drew. 2006. Fruit fly spesies of Indonesia: Host range

and distribution. ICMPFF: Griffith University.

Vijaysegaran, S. 1999. Host plant records for fruit flies (Diptera: Tephritidae) in

Southeast Asia. Raffles Bul Zoology, Supp (7):1-92.

Wharton, R.H. 1989. Control classical biological control of fruit-infesting

Tephritidae. In Fruit Flies; Their Biology, Natural Enemies and

Control.World Crop Pests. Amsterdam, Netherlands: Elsevier, 303-313.

White, I.M., E.M., Harris. 1992. Fruit Flies of Economic Significance: Their

Identification and Bionomics. Wallingford, UK: CAB International.

White, I.M., E.M., Harris. 1994. Fruit flies of economic significance: Their

Identification and Bionomics. CAB International, Wallingford, Oxon Ox

108DE UK. ACIAR.

White, I.M, D.L., Hancock. 1997. Indo-Australasian Dacini Fruit Fly. CAB

Internasional 1 CD-ROM dengan penuntun di dalammya.

Wilby, A., M.B., Thomas. 2002. Natural enemy diversity and natural pest

control:patterns of pest emergence with agricultural intensification. Ecology

Letters 5:353-360.

Page 95: diptera: tephritidae

79

LAMPIRAN

Lampiran. 1. Spesifikasi Spesies Lalat Buah dengan Atraktan

Spesies Atraktan Spesies Atraktan

Genus Bactrocera B. vulta (Hardy) CUE

B. enigmatica (Hardy) CUE B. caudata (Fabricius) CUE

B. abdonigella (Drew) CUE B. persignata (Hering) CUE

B. limbifera (Bezzi) CUE B. sembaliensis Drew &

Hancock

CUE

B. abnormis (Hardy) CUE B. ritsemai Weyenbergh CUE

B. makilingenis Drew &

Hancock

CUE B. recurrens (Hering) CUE

B. aemula Drew CUE B. cucurbitae (Coquillett) CUE

B. megaspilus (Hardy) CUE B. curvifera (Walker) ME

B. affinidorsalis Drew &

Hancock

CUE B. rufula (Hardy) CUE

B. melastomatos

Drew & Hancock

CUE B. elegantula (Hardy) CUE

B. albistrigata (de

Meijere)

CUE B. bimaculata Drew &

Hancock

CUE

B. merapiensis Drew &

Hancock

CUE B. nigrotibialis (Perkins) CUE

B. neocognata Drew &

Hancock

CUE B. bryoniae (Tryon) CUE

B. occipitalis (Bezzi) ME B. calumniata (Hardy) CUE

B. papayae Drew &

Hancock

ME B. carambolae Drew &

Hancock

ME

B. paramusae Drew CUE B. fuscitibia Drew &

Hancock

CUE

B. cibodasae Drew &

Hancock

CUE B. contigua Drew ME

B. emittens (Walker) CUE B. pseudocucurbitae

White

CUE

B. sulawesiae Drew &

Hancock

ME B. trifasciata (Hardy) CUE

B. sumbawaensis Drew

& Hancock

CUE B. frauenfeldi (Schiner)

CUE

B. epicharis (Hardy) CUE B. umbrosa (Fabricus) ME

B. synnephes (Hendel) CUE B. fulvicauda (Perkins) ME

B. exornata (Hering) CUE B. usitata Drew

&Hancock

CUE

Page 96: diptera: tephritidae

80

B. tau (Walker) CUE Genus Dacus

B. flavipennis (Hardy) CUE B. impunctata (de

Meijere)

ME

B. thistletoni Drew CUE B. lata (Perkins) CUE

B. floresiae Drew &

Hancock

ME B. latifrons (Hendel) CUE

B. hochii (Zia) CUE Dacus leongi Drew &

Hancock

CUE

B. verbascifoliae Drew &

Hancock

CUE D. longicornis

Wiedemann

CUE

B. heinrichi (Hering) CUE D. nanggalae Drew &

Hancock

CUE

Keterangan: Sumber: AQIS (2008), ME = Methil eugenol, CUE = Cue lure

Page 97: diptera: tephritidae

84

Lampiran 2.

Morfologi Spesies Lalat Buah

Bactrocera Papayae

A

B

C

D

E

F

Keterangan: Spesies secara utuh (a), Kepala: spot hitam besar berbentuk oval pada muka (b),

Toraks: pita kuning di sisi lateral lebar dan paralel (c), Abdomen: abdomen berwarna

coklat oranye dengan pola “T” yang tipis dan jelas (d), Sayap: pita hitam tipis pada

costa sampai bagian apeks (e), Tungkai: semua tibia hitam kemerahan kecuali bagian

apical tibia tengah (f)

Page 98: diptera: tephritidae

85

Bactrocera carambolae

A

B

C

D

E

F

Keterangan: Spesies secara utuh (a), Kepala: spot hitam berbentuk oval (b), Toraks: pita

kuning yang agak lebar di sisi lateral (c), Abdomen: abdomen dengan pola “T”yang jelas

dan terdapat pola hitam berbentuk segiempat pada tergum IV (d), Sayap: sayap bagian

apeks berbentuk sperti pancing (a), Tungkai: tibia berwarna hitam dan kadang-kadang

pada femur depan terdapat spot hitam (f)

Page 99: diptera: tephritidae

86

Bactrocera umbrosa

a

B

C

D

E

F Keterangan: Spesies secara utuh (a), Kepala: spot hitam berbentuk bulat lonjong kecil (b),

Toraks: terdapat pita kuning pada kedua sisi lateral (c), Abdomen: abdomen terga III-V

berwarna coklat kemerahan dengan warna hitam di sisi lateral pada tergum ke III (d),

Sayap: terdapat tiga pita melintang pada sayap (e), Tungkai: femur dan tibia berwarna

kuning-coklat (f)

Page 100: diptera: tephritidae

87

Bactrocera cucurbitae

A

B

C

D

E

F

Keterangan: Spesies secara utuh (a), Kepala: spot hitam berbentuk oval berukuran besar (b),

Toraks: terdapat pita kuning pada sisi lateral dan di tengah skutum (c), Abdomen: pada

umumnya berwarna cokelat kemerahan dengan pola “T” yang jelas (d), Sayap: terdapat

pita hitam-coklat membulat pada ujung apeks, pita coklat melintang pada r - m (sangat

tipis), dan pita hitam-coklat melintang pada dm-cu (e), Tungkai: femur dan tibia

berwarna kuning-coklat (f)

Page 101: diptera: tephritidae

88

Bactrocera caudata

A

B

C

D

E

F

Keterangan: Spesies secara utuh (f), Kepala: muka dengan garis hitam melintang di bawah

antena (b), Toraks: terdapat pita kuning di sisi lateral dan di tengah skutum (c),

Abdomen: abdomen dengan pola “T” yang tipis di bagian longitudinal dan tebal

melintang di tergum III (d), Sayap: pita hitam kemerahan meruncing pada costa dan

melebar membentuk spot pada bagian apeks (e), Tungkai: hanya 1/3 bagian apical femur

hitam dan tibia berwarna hitam (f)

Page 102: diptera: tephritidae

89

Bactrocera albistrigata

Keterangan: Spesies secara utuh (a), Kepala: spot hitam berbentuk bulat pada muka (b),

Toraks: postpronotal berwarna kuning, terdapat pita kuning di sisi lateral, dan dasar

skutelum berwarna coklat kehitaman (c), Abdomen: terdapat pola hitam yang lebar di

sisi lateral abdomen (d), Sayap: pita hitam mencapai r-m dan dm-cu (e), Tungkai: femur

dan tibia berwarna kuning-coklat (f)

Page 103: diptera: tephritidae

90

Lampiran 3.

Karakter Morfologi dari Bagian-Bagian Tubuh Lalat Buah

No Spesies Morfologi

Muka Sayap Abdomen Toraks Tungkai

1 B. papaya Muka berwarna

kuning-coklat

dengan sepasang

spot hitam

berbentuk oval

Sayap dengan

costal band tipis

berwarna

hitamcoklat

tepat pada

R2+3 atau hanya

melewati cabang

ini

menjadi lebih

memudar dan

sisanya di sekitar

apeks menyempit

dan sedikit lebih

melebar atau

berbentuk pancing

ikan kecil di sekitar

apeks R4+5

Abdomen tergum

III-V

berwarna coklat-

oranye

dengan pola “T”

yang

jelas dengan garis

hitam tipis

melintang

pada anterior

margin

dari tergum III

yang

sedikit melebar di

sisi

lateral, medial

longitudinal

berwarna

hitam berukuran

Postpronotal

lobes

dan notopleuro

berwarna kuning,

skutum hitam,

sesudah pita

kuning

di sisi lateral

gelap,

di sekitar

mesonotal

suture dan

postpronotal

lobes

juga berwarna

coklat, pita

kuning

di sisi lateral lebar

berbentuk paralel

Femur umumnya

berwarna

kuningcoklat,

tibia depan

dan belakang

berwarna hitam

kecoklatan, bagian

pangkal tibia

tengah berwarna

hitam-coklat dan

bagian apical

berwarna

kuningcoklat

Page 104: diptera: tephritidae

91

sedang melewati

ketiga

tergum,

anterolateral

corners berwarna

hitam

pada tergum IV

dan V,

ada sepasang spot

(ceromae)

coklatoranye

mengkilap pada

tergum V

berakhir tepat atau

di belakang intra

alar seta,

skutelum

berwarna kuning

2 B. carambolae Muka dengan

sepasang spot

hitam berukuran

sedang berbentuk

oval

Sayap dengan

costal band tipis

berwarna

hitamkemerahan

sedikit

melewati R2+3 dan

sedikit melebar di

bagian apeks dari

R2+3 yang juga

melewati apeks

dari

R4+5

Abdomen tergum

III-V

berwarna coklat-

oranye

dengan pola “T”

yang

jelas dengan garis

hitam tipis

melintang

pada anterior

margin

dari tergum III

dan

melebar menutupi

Postpronotal

lobes

dan notopleuro

berwarna kuning,

skutum hitam

pucat

dengan bagian

belakang pita

kuning sisi lateral

berwarna coklat

sekitar mesonotal

suture dan arah

dalam

postpronotal

Terdapat spot

hitam

berbentuk bulat

panjang pada

bagian preapical

dari permukaan

femur depan,

semua

tibia berwarna

hitam-coklat

kecuali tibia

tengah

lebih pucat di

bagian apical

Page 105: diptera: tephritidae

92

sisi

bagian samping,

garis

medial

longitudinal

hitam berukuran

sedang melewati

ketiga

tergum,

anterolateral

corners pada

tergum IV

berwarna hitam-

merah

hingga hitam dan

berbentuk persegi

empat,

anterolateral

corners pada

tergum V

berwarna coklat-

merah,

sepasang spot

(ceromae) oval

berwarna coklat-

oranye

mengkilap pada

tergum

lobes, terdapat

dua

pita kuning yang

lebar berbentuk

paralel di kedua

sisi

lateral yang

berakhir tepat atau

di belakang

ia.seta,

skutelum

berwarna

kuning

Page 106: diptera: tephritidae

93

V

3 B. albistrigata Muka dengan

sepasang spot

berwarna hitam

dengan bentuk

agak

oval

Sayap dengan

costal

band yang sangat

tipis hingga ke

apeks, garis hitam

berwarna coklat

kehitaman

melewati

r-m dan dm-cu

Abdomen tergum

III-V berwarna

coklat-oranye

dengan garis

medial

longitudinal yang

tidak terlalu lebar

pada ke tiga

tergum

dan marking

hitam

di sisi lateral,

bervariasi dari

anterolateral yang

tipis sampai lebar

Postpronotal lobes

dan notopleuro

berwarna kuning,

skutum berwarna

hitam, pita kuning

di kedua sisi

lateral,

skutelum

berwarna

kuning dengan

basal

band lebar

berwarna

hitam

4 B. umbrosa Muka dengan

sepasang spot

hitam berukuran

sedang dengan

bentuk bulat

Pola pada sayap

dengan warna

kemerahan yang

sangat spesifik dan

dengan costal band

tepat pada R4+5

dan melewati vena

pada apeks, garis

coklat melintang di

tengah sayap dan

melewati kedua

Abdomen tergum

III-V

bervariasi dari

coklatoranye

dengan garis

medial

longitudinal

berwarna hitam

melewati tergum

IV

dan V, ada

Skutum berwarna

hitam kecuali

bagian samping

ke

sisi lateral,

postpronotal

lobes dan

notopleuro

berwarna kuning,

ada pita kuning

yang lebar hampir

Tungkai dengan

semua ruas

berwarna coklat

kekuningan

Page 107: diptera: tephritidae

94

vena melintang,

garis coklat tipis

melintang pada

bagian apeks

sepasang

spot ceromae

mengkilap pada

tergum

ke V

paralel di sisi

lateral

dan berhenti tepat

atau sedikit di

belakang intra

alar

seta, skutelum

berwarna kuning

5 B. cucurbitae Muka berwarna

kuning coklat

dengan sepasang

spot hitam

berbentuk oval

Sayap dengan

costal band yang

lebar berwarna

coklat muda di

antara R2+3 dan

R4+5 dan melebar

menjadi spot yang

besar di bagian

apeks, pita coklat

muda melintang

pada r-m dan dm-

cu

Abdomen tergum

III-V

berwarna coklat-

oranye

dengan pola “T”

yang

terdiri dari garis

hitam

yang tipis

melewati

anterior margin

dari

tergum III, garis

medial

longitudinal agak

lebar

melintang pada

ketiga

tergum,

Postpronotal

lobes

dan notopleuro

berwarna kuning,

skutum berwarna

coklat-merah

dengan atau tanpa

marking berwarna

hitam-merah,

terdapat pita

kuning

di sisi lateral dan

medial (tengah),

skutelum pada

umumnya

berwarna

kuning

Page 108: diptera: tephritidae

95

anterolateral

corner pada

tergum IV

dan V berwarna

coklat

tua

6 B. caudata Muka berwarna

kuning �coklat

dengan garis

hitam melintang

di

bawah rongga

antena

Sayap dengan

costal band hitam

kemerahan tepat

pada R2+3 dan

melebar di sekitar

apeks dari R4+5

Abdomen tergum

III-V

berwarna coklat-

oranye

kecuali pada pola

“T”

dengan garis

hitam

yang melewati

anterior

margin dari

tergum III

dan garis medial

longitudinal agak

tipis

pada ketiga

tergum

Postpronotal

lobes

dan notopleuro

berwarna kuning,

skutum berwarna

hitam, terdapat

pita

kuning di sisi

lateral dan medial,

skutelum

berwarna

kuning

Page 109: diptera: tephritidae

96

Lampiran 4.

Jumlah Hasil Perangkap di Lokasi Penelitian

Pasar Klungkung

Atraktan/Spesies ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL Total Rata-rata

B. papaya 30 0 19 0 25 0 15 0 27 0 11 0 38 0 16 0 181 21.29

B. carambolae 61 0 33 0 59 0 21 0 66 0 35 0 56 0 30 0 361 42.47

B. umbrosa 19 0 27 0 15 0 15 0 15 0 20 0 11 0 24 0 146 17.18

B. cucurbitae 0 17 0 0 0 10 0 0 0 11 0 0 0 15 0 0 53 6.24

B. caudate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 5 0 0 11 1.29

B. albistrigata 0 5 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 7 1 0 22 2.59

Total 110 22 79 0 99 10 51 0 108 26 66 0 105 27 71 0 774 91.06

Rata-rata 31.4 6.29 23 0 28.3 2.86 15 0 30.9 7.43 18.9 0 30 7.71 20.29 0 221.14

Pasar Gianyar

Atraktan/Spesies ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL Total Rata-rata

B. papaya 21 0 19 0 18 0 11 0 29 0 15 0 34 0 18 0 165 19.41

B. carambolae 52 0 33 0 58 0 32 0 60 0 36 0 62 0 37 0 370 43.53

B. umbrosa 12 0 27 0 7 0 7 0 17 0 14 0 19 0 15 0 118 13.88

B. cucurbitae 0 15 2 0 0 9 0 0 0 11 0 0 0 8 0 0 45 5.29

B. caudate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

B. albistrigata 0 9 0 0 0 7 0 0 0 5 2 0 0 12 0 0 35 4.12

Total 85 24 81 0 83 16 50 0 106 16 67 0 115 20 70 0 733 86.24

Rata-rata 24.3 6.86 23 0 23.7 4.57 14 0 30.3 4.57 19.1 0 32.9 5.71 20 0 209.429

Page 110: diptera: tephritidae

97

Pasar Kreneng

Atraktan/Spesies ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL Total Rata-rata

B. papaya 78 0 35 0 55 0 32 0 55 0 27 0 60 0 20 0 362 42.59

B. carambolae 60 0 49 0 50 0 55 0 54 0 50 0 52 0 48 0 418 49.18

B. umbrosa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 0.59

B. cucurbitae 0 0 0 0 0 13 0 0 0 15 0 0 0 10 0 0 38 4.47

B. caudate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

B. albistrigata 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 0 0 37 4.35

Total 138 20 84 0 105 13 87 0 109 15 82 0 112 27 68 0 860 101.18

Rata-rata 39.4 5.71 24 0 30 3.71 25 0 31.1 4.29 23.4 0 32 7.71 19.43 0 245.714

Pasar Anyar

Atraktan/Spesies ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL Total Rata-rata

B. papaya 15 0 10 0 9 0 11 0 8 0 8 0 9 0 5 0 75 8.82

B. carambolae 18 0 8 0 10 0 16 0 15 0 10 0 11 0 18 0 106 12.47

B. umbrosa 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 4 0.47

B. cucurbitae 0 11 0 0 0 12 0 0 0 6 1 0 0 8 0 0 38 4.47

B. caudate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

B. albistrigata 0 3 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 5 0.59

Total 33 14 18 0 21 12 27 0 25 8 19 0 20 8 23 0 228 26.82

Rata-rata 9.43 4 5.1 0 6 3.43 7.7 0 7.14 2.29 5.43 0 5.71 2.29 6.571 0 65.1429

Page 111: diptera: tephritidae

98

Pasar Badung

Atraktan/Spesies ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL Total Rata-rata

B. papaya 37 0 26 0 30 0 39 0 27 0 30 0 44 0 26 0 259 30.47

B. carambolae 72 0 49 0 41 0 23 0 48 0 51 0 41 0 57 0 382 44.94

B. umbrosa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 0 0 0 5 0.59

B. cucurbitae 0 6 0 0 0 8 0 0 0 7 0 0 0 14 0 0 35 4.12

B. caudate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

B. albistrigata 0 0 1 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0.59

Total 109 6 76 0 71 12 62 0 75 7 82 0 89 14 83 0 686 80.71

Rata-rata 31.1 1.71 22 0 20.3 3.43 18 0 21.4 2 23.4 0 25.4 4 23.71 0 196

Tanaman mangga

Atraktan/Spesies ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL Total Rata-rata

B. papaya 69 0 60 0 60 0 82 0 70 0 80 0 59 0 59 0 539 63.41

B. carambolae 65 0 65 0 63 0 68 0 69 0 56 0 60 0 40 0 486 57.18

B. umbrosa 38 0 40 0 31 0 43 0 30 0 41 0 35 0 40 0 298 35.06

B. cucurbitae 0 29 28 0 0 34 15 0 0 40 20 0 0 20 10 0 196 23.06

B. caudate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

B. albistrigata 0 20 10 0 0 19 7 0 0 20 0 0 0 23 7 0 106 12.47

Total 172 49 203 0 154 53 215 0 169 60 197 0 154 43 156 0 1625 191.18

Rata-rata 49.1 14 58 0 44 15 61 0 48.3 17 56 0 44 12 45 0 464.29

Page 112: diptera: tephritidae

99

Tanaman Jeruk

Atraktan/Spesies ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL Total Rata-rata

B. papaya 30 0 19 0 20 0 20 0 22 0 17 0 15 0 21 0 164 19.29

B. carambolae 34 0 30 0 25 0 39 0 41 0 39 0 27 0 40 0 275 32.35

B. umbrosa 9 0 5 0 9 0 5 0 11 0 5 0 8 0 5 0 57 6.71

B. cucurbitae 0 3 0 0 0 2 0 0 0 5 0 0 0 3 0 0 13 1.53

B. caudate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

B. albistrigata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

Total 73 3 54 0 54 2 64 0 74 5 61 0 50 3 66 0 509 59.88

Rata-rata 20.9 0.86 15 0 15 0.6 18 0 21.1 1.4 17 0 14 0.9 19 0 145.43

Tanaman Cabai Besar

Atraktan/Spesies ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL Total Rata-rata

B. papaya 16 0 14 0 23 0 19 0 22 0 17 0 15 0 21 0 147 17.29

B. carambolae 34 0 30 0 25 0 39 0 41 0 39 0 27 0 40 0 275 32.35

B. umbrosa 12 0 13 0 9 0 5 0 11 0 5 0 8 0 5 0 68 8.00

B. cucurbitae 0 3 0 0 0 2 0 0 0 5 0 0 0 3 0 0 13 1.53

B. caudate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

B. albistrigata 0 4 0 0 0 8 0 0 0 7 0 0 0 6 0 0 25 2.94

Total 62 7 57 0 57 10 63 0 74 12 61 0 50 9 66 0 528 62.12

Rata-rata 17.7 2 16 0 16 2.9 18 0 21.1 3.4 17 0 14 2.6 19 0 150.86

Page 113: diptera: tephritidae

100

Tanaman Cabai Kecil

Atraktan/Spesies ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL Total Rata-rata

B. papaya 15 0 19 0 20 0 20 0 10 0 17 0 15 0 19 0 135 15.88

B. carambolae 29 0 20 0 29 0 38 0 33 0 15 0 26 0 28 0 218 25.65

B. umbrosa 11 0 9 0 9 0 5 0 6 0 5 0 8 0 5 0 58 6.82

B. cucurbitae 0 2 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 4 1 0 12 1.41

B. caudate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00

B. albistrigata 0 5 0 0 0 7 0 0 0 5 0 0 0 5 0 0 22 2.59

Total 55 7 48 0 58 9 63 0 49 8 37 0 49 9 53 0 445 52.35

Rata-rata 15.7 2 14 0 17 2.6 18 0 14 2.3 11 0 14 2.6 15 0 127.14

Tanaman Semangka

Atraktan/Spesies ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL ME CL DL TL Total Rata-rata

B. papaya 25 0 14 0 30 0 10 0 30 0 13 0 30 0 18 0 170 20.00

B. carambolae 51 0 30 0 58 0 17 0 49 0 22 0 45 0 29 0 301 35.41

B. umbrosa 10 0 7 0 11 0 5 0 11 0 8 0 11 0 14 0 77 9.06

B. cucurbitae 0 155 100 0 0 146 85 0 0 102 89 0 0 130 103 0 910 107.06

B. caudate 0 1 2 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 1 0 0 8 0.94

B. albistrigata 86 4 1 0 99 2 1 0 89 6 1 0 90 5 1 0 385 45.29

Total 172 160 154 0 198 149 118 0 179 111 133 0 176 136 165 0 1851 217.76

Rata-rata 49.1 45.7 44 0 57 43 34 0 51.1 32 38 0 50 39 47 0 528.86

Page 114: diptera: tephritidae

101

Lampiran 5.

Indeks Keragaman Lalat Buah di Lokasi Penelitian

Keragaman Lalat Buah di Pasar Klungkung

Spesies Jumlah Pi Log pi*log pi pi x ( log pi)2

B. papayae 181 0.23 -0.63 -0.15 0.09

B. carambolae 361 0.47 -0.33 -0.15 0.05

B. umbrosa 146 0.19 -0.72 -0.14 0.10

B. cucurbitae 53 0.07 -1.16 -0.08 0.09

B. caudata 11 0.01 -1.85 -0.03 0.05

B. albistrigata 22 0.03 -1.55 -0.04 0.07

N 774 1.00 -6.24 -0.59 0.45

S 6

Shannon Diversity (H') = 0,59

Keragaman Lalat Buah di Pasar Gianyar

Spesies Jumlah Pi Log pi*log pi pi x ( log pi)2

B. papayae 165 0.23 -0.65 -0.15 0.09

B. carambolae 370 0.50 -0.30 -0.15 0.04

B. umbrosa 118 0.16 -0.79 -0.13 0.10

B. cucurbitae 45 0.06 -1.21 -0.07 0.09

B. albistrigata 35 0.05 -1.32 -0.06 0.08

N 733 1.00 -4.27 -0.56 0.41

S 5

Shannon Diversity (H') = 0,56

Keragaman Lalat Buah di Pasar Kreneng

Spesies Jumlah Pi Log pi*log pi pi x ( log pi)2

B. papayae 362 0.42 -0.38 -0.16 0.06

B. carambolae 418 0.49 -0.31 -0.15 0.05

B. umbrosa 5 0.01 -2.24 -0.01 0.03

B. cucurbitae 38 0.04 -1.35 -0.06 0.08

B. albistrigata 37 0.04 -1.37 -0.06 0.08

N 860 1.00 -5.65 -0.44 0.30

S 5

Shannon Diversity (H') = 0,44

Page 115: diptera: tephritidae

102

Keragaman Lalat Buah di Pasar Badung

Spesies Jumlah Pi Log pi*log pi pi x ( log pi)2

B. papayae 259 0.38 -0.42 -0.16 0.07

B. carambolae 382 0.56 -0.25 -0.14 0.04

B. umbrosa 5 0.01 -2.14 -0.02 0.03

B. cucurbitae 35 0.05 -1.29 -0.07 0.09

B. albistrigata 5 0.01 -4.11 -0.38 0.22

N 686

S 5

Shannon Diversity (H') = 0,38

Keragaman Lalat Buah di Pasar Anyar

Spesies Jumlah Pi Log pi*log pi pi x ( log pi)2

B. papayae 75 0.33 -0.48 -0.16 0.08

B.carambolae 106 0.46 -0.33 -0.15 0.05

B. umbrosa 4 0.80 -0.10 -0.08 0.01

B. cucurbitae 38 0.17 -0.78 -0.13 0.10

B. albistrigata 5 0.02 -1.69 -0.52 0.24

N 228

S 5

Shannon Diversity (H') = 0,52

Keragaman Lalat Buah di sentra Mangga

Spesies Jumlah Pi Log pi*log pi pi x ( log pi)2

B. papayae 539 0.33 -0.48 -0.16 0.08

B. carambolae 486 0.30 -0.52 -0.16 0.08

B. umbrosa 298 0.18 -0.74 -0.14 0.10

B. cucurbitae 196 0.12 -0.92 -0.11 0.10

B. albistrigata 106 0.07 -1.19 -0.08 0.09

n 1625 1.00 -3.84 -0.64 0.45

S 5

Shannon Diversity (H') = 0,64

Keragaman Lalat Buah di sentra Jeruk

Spesies Jumlah Pi Log pi*log pi pi x ( log pi)2

B. papayae 164 0.32 -0.49 -0.16 0.08

B. carambolae 275 0.54 -0.27 -0.14 0.04

B. umbrosa 57 0.11 -0.95 -0.11 0.10

B. cucurbitae 13 0.03 -1.59 -0.04 0.06

n 509 1.00 -3.30 -0.45 0.28

S 4

Shannon Diversity (H') = 0,45

Page 116: diptera: tephritidae

103

Keragaman Lalat Buah di sentra Cabai Besar

Spesies Jumlah Pi Log pi*log pi pi x ( log pi)2

B. papayae 135 0.30 -0.52 -0.16 0.08

B. carambolae 218 0.49 -0.31 -0.15 0.05

B. umbrosa 58 0.13 -0.88 -0.12 0.10

B. cucurbitae 12 0.03 -1.57 -0.04 0.07

B. albistrigata 22 0.05 -1.31 -0.06 0.08

N 445 1.00 -4.59 -0.53 0.38

S 5

Shannon Diversity (H') = 0,53

Keragaman Lalat Buah di sentra Cabai Kecil

Spesies Jumlah Pi Log pi*log pi pi x ( log pi)2

B. papayae 135 0.30 -0.52 -0.16 0.08

B. carambolae 218 0.49 -0.31 -0.15 0.05

B. umbrosa 58 0.13 -0.88 -0.12 0.10

B. cucurbitae 12 0.03 -1.57 -0.04 0.07

B. albistrigata 22 0.05 -3.28 -0.47 0.30

N 445

S 5

Shannon Diversity (H') = 0,47

Keragaman Lalat Buah di sentra Semangka

Spesies Jumlah Pi Log pi*log pi pi x ( log pi)2

B. papayae 170 0.09 -1.04 -0.10 0.10

B. carambolae 301 0.16 -0.79 -0.13 0.10

B. umbrosa 77 0.04 -1.38 -0.06 0.08

B. cucurbitae 910 0.49 -0.31 -0.15 0.05

B. caudata 8 0.00 -2.36 -0.01 0.02

B. albistrigata 385 0.21 -0.68 -0.14 0.10

N 1851 1.00 -6.56 -0.58 0.45

S 6

Shannon Diversity (H') = 0,58

Page 117: diptera: tephritidae

104

Lampiran 6.

Kelimpahan Lalat Buah di Lokasi Penelitian

Kelimpahan Lalat buah di pasar

Spesies Pasar

Klungkung

Pasar

Gianyar

Pasar

Kreneng

Pasar

Badung

Pasar

Anyar

B. papayae 0.31 0.29 0.73 0.61 0.49

B. carambolae 0.87 1.02 0.95 1.26 0.87

B. umbrosa 0.23 0.19 0.01 0.01 0.02

B. cucurbitae 0.07 0.07 0.05 0.05 0.20

B. caudata 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00

B. albistrigata 0.03 0.05 0.04 0.01 0.02

Kelimpahan Lalat Buah di sentra Buah

Spesies Mangga Jeruk Cabai

Besar

Cabai

Kecil Semangka

B. papayae 0.50 0.48 0.39 0.44 0.10

B. carambolae 0.43 1.18 1.09 0.96 0.19

B. umbrosa 0.22 0.13 0.15 0.15 0.04

B. cucurbitae 0.14 0.03 0.03 0.03 0.97

B. caudata 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

B. albistrigata 0.07 0.00 0.05 0.05 0.26

Page 118: diptera: tephritidae

105

Lampiran 7.

Tanaman-Tanaman yang Ada Di Sekitar Sentra Buah-Buahan di Bali

No Sentra Tanaman buah-buahan yang ada di sekitarnya

1 Mangga Nangka, Rambutan, Buah naga, Sawo

2 Jeruk Nangka, Jambu biji, Nanas

3 Cabai Besar Nangka, Tomat, Kentang,

4 Cabai Kecil Nangka, Jagung, Terung

5 Semangka Nangka, Jagung, Kedelai, Cabai kecil

Page 119: diptera: tephritidae

106

Lampiran 8.

Gejala Serangan Lalat Buah

Page 120: diptera: tephritidae

107