Diplomasi Publik.docx

11
Diplomasi Publik Berdasarkan kerangka teori yang digunakan, Diplomasi publik didefinisikan sebagai upaya mencapai kepentingan nasional suatu negara melalui understanding, informing, and influencing foreign audiences. Jika proses diplomasi tradisional dikembangkan melalui mekanisme government to government relations, maka diplomasi publik lebih ditekankan pada government to people atau bahkan people to people relations. Diplomasi publik bertujuan untuk mencari teman di kalangan masyarakat negara lain, yang dapat memberikan kontribusi bagi upaya membangun hubungan baik dengan negara lain. Diplomasi publik merupakan upaya suatu negara, melalui perorangan maupun lembaga, untuk berkomunikasi dengan publik di Negara-negara lain , termasuk dengan masyarakat setempat[5].Diplomasi publik ‘second track diplomacy’, didefinisikan sebagai upaya diplomasi yang dilakukan oleh elemen-elemen non-government secara tidak resmi (unofficial). Dalam hal ini second track diplomacy bukan berarti bertindak sebagai pengganti first track diplomacy, akan tetapi turut melancarkan jalan bagi negosiasi. Selain itu peranan second track diplomacy ini juga untuk melancarkan persetujuan yang dilaksanakan oleh first track diplomacy, dengan cara mendorong para diplomat untuk memanfaatkan informasi penting yang diperoleh pelaku-pelaku second track diplomacy. Sedangkan di sisi lain, diplomasi publik (second track diplomacy) juga dilibatkan dalam diplomasi total (multi-track

Transcript of Diplomasi Publik.docx

Page 1: Diplomasi Publik.docx

Diplomasi Publik

Berdasarkan kerangka teori yang digunakan, Diplomasi publik didefinisikan sebagai

upaya mencapai kepentingan nasional suatu negara melalui understanding, informing, and

influencing foreign audiences. Jika proses diplomasi tradisional dikembangkan melalui

mekanisme government to government relations, maka diplomasi publik lebih ditekankan

pada government to people atau bahkan people to people relations. Diplomasi publik

bertujuan untuk mencari teman di kalangan masyarakat negara lain, yang dapat memberikan

kontribusi bagi upaya membangun hubungan baik dengan negara lain.

Diplomasi publik merupakan upaya suatu negara, melalui perorangan maupun

lembaga, untuk berkomunikasi dengan publik di Negara-negara lain , termasuk dengan

masyarakat setempat[5].Diplomasi publik ‘second track diplomacy’, didefinisikan sebagai

upaya diplomasi yang dilakukan oleh elemen-elemen non-government secara tidak resmi

(unofficial). Dalam hal ini second track diplomacy bukan berarti bertindak sebagai pengganti

first track diplomacy, akan tetapi turut melancarkan jalan bagi negosiasi. Selain itu peranan

second track diplomacy ini juga untuk melancarkan persetujuan yang dilaksanakan oleh first

track diplomacy, dengan cara mendorong para diplomat untuk memanfaatkan informasi

penting yang diperoleh pelaku-pelaku second track diplomacy.

Sedangkan di sisi lain, diplomasi publik (second track diplomacy) juga dilibatkan

dalam diplomasi total (multi-track diplomacy). Hal ini dibutuhkan dalam rangka mencapai

kesuksesan dalam menjalankan misi politik luar negeri. Diplomasi publik (second-track

diplomacy) di dalam pelaksanannya melibatkan berbagai aktor dengan latar belakang yang

berbeda-beda, sesuai dengan bidangnya masing-masing, contohnya kaum bisnis atau

profesional, warga negara biasa, kaum akademisi (peneliti, pendidik), NGO, lembaga-

lembaga keagamaan dan keuangan, dan jalur kesembilan yakni media massa. Media massa

dinilai memiliki fungsi yang sangat strategis karena memainkan peran sebagai pemersatu

seluruh aktor diplomasi publik melalui aktivitas komunikasi yang dibuat olehnya.

Seiring dengan perjalanannya, diplomasi publik tentunya memiliki tujuan-tujuan yang

ingin dicapai, salah satunya adalah agar masyarakat internasional memiliki sebuah pandangan

yang baik terhadap suatu Negara. Hal itu dapat ditinjau melalui aspek masyarakat sipil.

Memiliki persepsi baik tentang suatu negara, yang ditinjau dari aspek civil society.

Page 2: Diplomasi Publik.docx

Tujuan lain dari terlaksananya diplomasi publik adalah :

Untuk mengurangi atau menyelesaikan konflik melalui pemahaman komunikasi dan

saling pengertian serta mempererat jalinan hubungan antar aktor internasional,

Mengurangi ketegangan, kemarahan, ketakutan, dan salah persepsi,

Menambah pengalaman dalam berinteraksi,

Mempengaruhi pola pikir dan tindakan pemerintah dengan menjelaskan akar

permasalahan, perasaan, kebutuhan, dan mengeksplorasi pilihan-pilihan diplomasi

tanpa prasangka, dan

Memberikan landasan bagi terselenggaranya negosiasi-negosiasi yang lebih formal

serta merancang kebijakan pemerintah.

Melalui peningkatan aktivitas diplomasi publik, pemerintah berharap upaya diplomasi

akan berjalan lebih efektif dan memberikan dampak yang lebih luas dan besar pada

masyarakat internasional. Intinya, publik memegang peranan yang semakin vital dalam

menjalankan misi diplomasi sebuah Negara, terlebih pada situasi yang semakin terintegrasi

dengan beragam bidangnya yang sangat variatif. Bagaimanapun juga, misi diplomasi tidak

akan pernah berjalan dengan efektif tanpa keterlibatan publik.

First Track Diplomacy dan Second Track Diplomacy

Dalam pelaksanannya first track diplomacy maupun second track diplomacy memiliki

perbedaan. Perbedaan tersebut salah satunya adalah fokus kepada hasil yang cepat,

sedangkansecond track memulai aksinya dengan proses dialog yang panjang, tanpa ada

kepentingan untuk memperoleh hasil dengan cepat. Second track diplomacy dianggap

sebagai sebuah komplementer.

Keberadaan first track diplomacy maupun second track diplomacy merupakan proses

yang saling menguntungkan dalam menciptakan perdamaian dalam manajemen konflik.

Keduanya merupakan dua putaran yang saling melengkapi satu sama lain serta memiliki

karakter dan tanggung jawab umum dalam konflik. Masing-masing track memiliki efektivitas

dan memiliki metode yang sama yang tidak saling tergantikan satu sama lain.

Gambar Track I dan Track II Diplomacy

Page 3: Diplomasi Publik.docx

Track I Track II

Aktor Perwakilan resmi,

pemerintah, organisasi

Multinasional, Elit,

pemimpin lawan

Perwakilan tidak rsmi, NGO,

pemimpin lokal dan regional,

kelompok Grassroots

Metode Insentif positif dan negative,

mediasi, dukungan politik

dan ekonomi

Diskusi dua-arah, workshop

pendidikan, rekonsiliasi

Grassroots

Arena Konflik Hadir dalam semua arena

akan tetapi lebih menekankan

pada Peacemaking dan

Peacekeeping ketika aktor

resmi memutuskan untuk

menghentikan-pertikaian,

kedamaian dimungkinkan

dan adanya langkah untuk

bernegosiasi dalam

perjanjian.

Hadir di semua arena tetapi

lebih berperan dalam

pencegahan konflik dan

Peacebuilding ketika aktor

lokal dan regional

mendeteksi adanya tanda

bahaya terkait dengan

kekerasan dan dengan segera

dapat mendukung teknik

rekonsiliasi personal antara

pihak yang berlawanan.

Publik dan Pengaruhnya Terhadap Pembuatan Kebijakan Luar Negeri

Dewasa ini, isu-isu dalam hubungan internasional meningkat sangat signifikan

sehingga memacu aktivitas diplomasi. Hal itu akhirnya menyebabkan, hubungan

internasional yang selama ini hanya dipandang sebagai hubungan antar Negara, menjadi luas

pandangannya yaitu meliputi hubungan antarmasyarakat internasional.

Peranan aktifitas pemerintah dalam menjalankan misi-misi diplomasi tentu saja tidak

akan efektif dalam menyampaikan pesan-pesan diplomasi terhadap suatu Negara, apabila

pemerintahan tersebut masih menggunakan first track diplomacy[6]. Olehkarena itu, peranan

publik sangat dibutuhkan dalam melengkapi aktivitas yang dilakukan menggunakan first

track diplomacy.

Page 4: Diplomasi Publik.docx

Munculnya publik sebagai salah satu kekuatan diplomasi bermula dari asumsi bahwa

pemerintah dalam pelaksanaan misi diplomasinya tidak selalu dapat menjawab tantangan

yang ada di dalam isu-isu internasional. Hal ini disebabkan sifat kaku yang telah melekat

ddari pemerintahan itu sendiri. Tentunya peranan publik dalam diplomasi ini juga diharapkan

dapat membawa upaya diplomasi yang lebih efektif dan memberikan dampak secara

langsung kepada masyarakat luas. Selain itu, dengan kehadiran publik dalam dunia diplomasi

juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih masukan dan cara pandang yang berbeda

dalam memandang suatu masalah.

Dalam mencapai kepentingan nasionalnya, setiap Negara dapat menggunakan hard

power maupunsoft power. Setelah Perang Dunia II usai, penggunaan hard power lebih

diminimalisir, sehingga lebih menekankan pada peranan soft power dalam penyelesaian

sebuah masalah. Dalam soft power, peranan publik tidak dapat dilepaskan, karena turut

memberikan andil dalam proses pembuatan sebuah kebijakan. Hal tersebut mendukung

bahwa peranan opini publik memberikan andil yang cukup berpengaruh dalam pembuatan

kebijakan politik luar negeri sebuah Negara.

Di sisi lain, publik juga dapat dikategorikan sebagai sebuah soft power yang berjalan

beriringan dengan hard power. Hard power disini dapat diartikan sebagai kekuatan

persenjataan atau kekuatan diplomasi dari suatu negara di tataran internasional. Sedangkan

yang dimaksud dengan soft poweradalah kekuatan negara dalam membentuk sebuah

paradigma yang akan mendukung terlaksananya sebuah kebijakan politik luar negeri.

Media pelaksanaan dari soft power ini antara lainnya terdiri dari peran media

internasional, budaya dan pendidikan. Muncul pula pertimbangan bahwa publik perlu

dilibatkan dalam negosiasi ataupun pembuatan keputusan karena segala bentuk kebijakan

politik luar negeri yang akan diterapkan oleh suatu negara harus mendapatkan dukungan yang

kuat dari publik.

Pada akhirnya, apabila opini publik internasional telah dapat dikuasai, maka aktor

negara akan mendapatkan dua keuntungan utama. Pertama, proses pembuatan dan perumusan

kebijakan politik luar negeri negara tersebut tidak akan melalui sebuah proses yang sulit

(karena telah memahami situasi publik). Kedua, keputusan kebijakan politik luar negeri juga

akan dapat diwujudkan secara optimal, karena telah tercapainya faktor pertama dengan baik.

Page 5: Diplomasi Publik.docx

Media sebagai Salah Satu Alat Publik untuk Mempengaruhi Sebuah Kebijakan

Pendekatan yang terpusat media massa dalam diplomasi publik masih memegang

peran penting. Setiap hari pemerintah harus mengoreksi penyajian-penyajian yang keliru

pemberitaannya, sekaligus menyampaikan pesan tentang strategi jangka panjangnya.

Kekuatan utama pendekatan media massa adalah pada jangkauan audiensnya dan pada

kemampuannya membentuk kesadaran publik.

Sementara itu, kelemahan media massa terletak pada bahwa pesan yang

disampaikannya yang tidak selalu berhasil dipahami dalam konteks budaya setempat

Pengirim pesan tahu apa yang dikatakannya, namun penerima pesan tidak selalu paham.

Hambatan budaya kerap mendistorsi pesan tersebut[7].

Komunikasi jejaring, di pihak lain, bisa mengambil keuntungan komunikasi dua arah

dan memelihara hubungan kesetaraan untuk mengatasi hambatan budaya itu. Namun bagi

pemerintah, tipe desentralisasi dan fleksibel ini sulit dicapai mengingat sifat struktur sentralis

pemerintah.

Tingkat fleksibilitas yang tinggi dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam

memanfaatkan jejaring telah menimbulkan sebuah paham diplomasi baru yang disebut

dengan "diplomasi baru" (new public diplomacy). Jenis diplomasi ini tidak hanya terbatas

pada kegiatan mengirim pesan, kampanye promosi, atau bahkan pada kontak langsung

pemerintah dengan publik luar negeri. Diplomasi baru ini juga berkaitan dengan membangun

hubungan dengan tokoh-tokoh masyarakat madani di negeri lain dan memfasilitasi jejaring

LSM lokal dengan LSM luar negeri.

Dalam pendekatan ini, kebijakan pemerintah tidak lagi untuk mengontrol, tetapi

ditujukan untuk memajukan dan berpartisipasi dalam jejaring lintas negara. Memang, terlalu

banyaknya kontrol pemerintah, atau kemunculan pemerintah dalam dimensi itu, bisa

menggerus kredibilitas pemerintah itu sendiri. Padahal fungsi jejaring justru untuk

menciptakan kredibilitas itu. Evolusi diplomasi publik dari komunikasi satu arah menjadi

dialog dua arah mengajak publik untuk menjadi partisipan (co-creator) dalam menciptakan

makna dan komunikasi.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah mengenai bagaimana cara yang efektif

bagi suatu negara dalam menguasai suatu opini publik. Dalam kasus ini, aktor media

merupakan aktor yang memiliki akses terbesar dalam menguasai opini publik masyarakat.

Page 6: Diplomasi Publik.docx

Contoh konkretnya antara lain dapat terlihat dalam kasus Al-Jazeera. Sejak tenarnya stasiun

televisi ini pada tahun 2003 dengan memberikan pemberitaan yang berbeda dari media

internasional lainnya mengenai perang Irak, kantor berita ini dapat dikategorikan sebagai

pembentuk opini publik oposisi yang paling kuat di tataran dunia internasional, selain CNN

dan BBC. Bukti pembentukan opini publik dari Al Jazeera antara lainnya terlihat dalam acara

The Opposite Direction yang di-anchored oleh Dr. Faisal Al-Qassim.

Di berbagai episodenya, Dr. Qassim mengundang tokoh-tokoh dengan latar belakang

yang berbeda dan cenderung kontroversial. Di salah satu episode dari The Opposite

Direction, Dr. Qassim membawakan tema “Are Hezbollah are Resistance or Terrorist?”,

dengan dihadiri oleh dua scholars dari Mesir dan Lebanon. Episode ini kemudian berdampak

pada kecaman dari berbagai negara Arab seperti Suriah dan Mesir karena menganggap Al

Jazeera memprovokasi masyarakat Arab lainnya untuk menganggap Hezbollah sebagai

freedom-fighter dibandingkan sebagai rebellion.

DEFINISI, JENIS DAN FUNGSI

DIPLOMASI PUBLIK

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Hubungan Masyarakat Internasional

Page 7: Diplomasi Publik.docx

Disusun oleh :

IMAM TAUFIK BUR

10080009352

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

2013