Diphen g2 Fix
-
Upload
intan-wulandari -
Category
Documents
-
view
30 -
download
0
description
Transcript of Diphen g2 Fix
LAPORAN PENELITIAN
PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLIDA-LIKUIDA
“SEDIAAN ANTIHISTAMIN YANG BEKERJA CEPAT DAN EFEKTIF
MENGATASI REAKSI DAN GEJALA ALERGI”
Nama Pembimbing :
Ni Luh Dewi Ariyani,SSi.MSi.Apt
Nama Praktikan :
Vivi Sulistyaningsih 1130290
Nurlina Muliani 1130384
Irdiani Vivi K 1130407
Tiffani Eka Putri 1130413
M Malvin Meiladi 1130587
LABORATORIUM FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA
2015
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi. ………………………………………………………………………….…… i
Abstrak……………………………………………………………………….……….... ii
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………….................... 11.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….... 11.3 Tujuan……………………………………………………………............................ 21.4 Manfaat…………………………………………………………………………...... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...……………………………………………….…… 3
2.1 Tinjauan Alergi.......................................................................................................... 3
2.2 Tinjauan Hiatamin..................................................................................................... 3
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL……..………………………………………... 6
BAB IV. METODE PENELITIAN……..………………………………………........... 5
4.1 Bahan dan Alat..……………………………………….............................................
174.2 Kerangka Operasional..………………………………………..................................
234.3 Metode Kerja..………………………………………...............................................
24
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN……..……… 5
5.1 Rancangan Evaluasi............................................................................................. .. . 25
5.2 Hasil Evaluasi............................................................................................................. 26
5.3 Analisis Hasil Penelitian............................................................................................ 27
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………................ 29
Daftar Pustaka……...……………………………………….…………………….......... 30
i
ABSTRAK
2
Alergi merupakan reaksi hipersensitifitas tipe I yang terjadi akibat perubahan reaksi
tubuh atau pertahanan tubuh terhadap suatu benda asing. Alergi dapat dialami oleh anak-
anak, dewasa hingga lansia, maka kami merancang obat yang dapat digunakan oleh anak-
anak hingga lansia dengan perhitungan dosis menggunakan body surface area. Gejala alergi
seperti ruam kulit, gatal, pembengkakan, rhinitis, hidung berair, mual, muntah, sakit kepala
merupakan efek dari mediator histamin, maka dipilih bahan aktif antihistamin yang dapat
menghambat aksi mediator histamine. Dalam praktikum ini, kami membuat obat antihistamin
yang bekerja efektif dan cepat untuk mengatasi reaksi atau gejala alergi. Dalam hal ini, yang
menjadi pertimbangan kami adalah efektifitas obat dimana obat dalam dosis kecil dapat
memberikan efek, serta on set of action obat cepat. Sehingga untuk formulasi bahan aktif,
kami memilih Diphenhydramin HCl. Bahan tambahan yang digunakan adalah sukrosa
sebagai pemanis, nipagin sebagai pengawet dan propilenglikol untuk melarutkan nipagin,
thylose untuk meningkatkan viskositas, dapar fosfat fosfat untuk stabilitas pH kemudian
untuk flavour menggunakan flavor jeruk dan pewarna sunset yellow. Hasil evaluasi sediaan
yang dihasilkan adalah sirup dengan rasa manis, bau jeruk, warna orange. pH awal 5,671 dan
ditambahkan NaH2PO4 sehingga pH menjadi 5,003, dengan viskositas 35 cps (tidak sesuai
dengan spesifikasi sediaan), berat jenis 1,127 g/ml. Dari sediaan yang dihasilkan dapat ditarik
kesimpulan bahwa sediaan belum layak untuk diproduksi karena hasil uji belum sesuai
dengan spesifikasi yang direncanakan.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang Masalah
Alergi merupakan reaksi tubuh yang berlebihan terhadap benda asing di
sekelilingnya yang disebut alergen. Reaksi alergi terjadi ketika tubuh salah
mengartikan zat yang masuk sebagai zat berbahaya. Angka penderita alergi dari tahun
ke tahun semakin meningkat. Saat ini, alergi telah menjadi permasalahan global bagi
anak dan orang tua di berbagai belahan dunia.
Untuk mencegah reaksi alergi, selain menghindari kontak dengan alergen, atau
dengan pemberian obat-obat antihistamin. Contoh alergen yaitu :
Bulu binatang
Serbuk
Sari bunga
Makanan
Bahan kimia obat
Debu, dan lain-lain
Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi gejala dan reaksi alergi adalah obat-
obat golongan antihistamin, diantaranya :
Diphenhydramin HCl
Klorpheniramin maleat
Cetirizin HCl
Loratadine
Prometazin HCl
dan lain-lain
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana membuat sediaan sirup yang dijual bebas (OTC) antihistamin yang
bekerja efektif dan cepat terhadap gejala dan reaksi alergi.
1.3 Tujuan
1. Untuk memperoleh formula sediaan sirup dengan bahan aktif yang aman, efektif,
stabil, dan dapat diterima secara farmakologis bagi pasien
4
2. Untuk memenuhi keinginan masyarakat luas akan sediaan yang aman, efektif,
stabil, dan dapat diterima karena penggunaannya mudah dan efisien.
1.4 Manfaat
Dapat membuat formula yang memenuhi persyaratan mutu yang tertera pada
pustaka, yaitu aman, efektif, stabil dan dapat diterima.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Alergi
5
Alergi adalah reaksi hipersensitivitas yang diinisiasi oleh mekanisme
imunologis spesifik yang diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE). Orang-orang
yang alergi sangat sensitif terhadap bahan-bahan yang bagi sebagian besar orang sama
sekali tidak atau kurang berbahaya. Pemicu alergi pada umumnya meliputi serbuk
sari, asap rokok, kutu debu rumah, bulu dan rambut atau ketombe binatang. Bahan-
bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
Alergen adalah senyawa yang dapat menginduksi imunoglobulin E (IgE)
melalui paparan berupa inhalasi (dihirup), ingesti (proses menelan), kontak, ataupun
injeksi. Respon tubuh terhadap suatu alergen terjadi melalui proses yang kompleks
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat inang, lingkungan, dan sifat fisik
dari alergen. Sebagian besar alergen merupakan protein yang dapat merangsang
respon imun tubuh melalui reaksi enzimatik atau aktivasi reseptor pada sel epitelium
mukosa secara langsung.
Proses alergi meliputi dua langkah yaitu langkah pertama dimulai dengan
kepekaan, selama tahap awal dari sensitisasi, menghasilkan sejumlah besar antibody
IgE terhadap alergen yang dihirup, ditelan atau zat yang disuntikkan. Sebagian sel B
memori akan muncul yang mampu menghasilkan lebih banyak antibody IgE spesifik
jika terpapar kembali dengan allergen yang sama dikemudian hari. Tahap kedua
pembentukan antibody IgE untuk menempel di reseptor yang dimiliki oleh basophil
atau sel mast di mukosa permukaan kulit, saluran pencernaan, dan sistem pernapasan.
2.2 Tinjauan Histamin
Histamine merupakan messanger kimiawi yang memperantai daerah respons
selular yang luas, termasuk reaksi alergi dan peradangan, sekresi asam lambung, dan
kemungkinan neurotransmisi bagian otak. Antihistamin adalah obat yang bekerja
melawan histamine,obat yang bekerja melawan histamine pada reseptor H1 maka
disebut antihistamin1 dan obat yang melawan kerja histamine pada reseptor H2 maka
disebut antihistamin2.
Lokasi, sintesis, dan pelepasan histamin
Lokasi : pada semua jaringan tetapi didistribusi tidak sama, banyak terdapat
dikulit, paru-paru, dan saluran cerna.
6
Sintesis : histamine adalah suatu amin yang dibentuk oleh dekarboksilasi asam
amino histidin, terutama dalam sel mast, basofil,paru-paru, kulit dan saluran
cerna. Pelepasan histamine merupakan respon primer terhadap beberapa
rangsangan. Rangsangan yang menyebabkan pelepasan histamine dari jaringan
adalah destrukis sel akibat dingin, toksin bakteri, sengatan lebah, atau trauma.
Reakswi alergi dan anafilaksis juga dapat mencetuskan pelepasan histamine.
Mekanisme kerja histamin
Reseptor H1 penting pada produksi kontraksi otot polos dan peningkatan
permeabilitas kapiler. Histamine menyebabkan vasodilatasi dengan menyebabkan
endothelium pembuluh darah melepaskan nitrogen oksida yang berdifusi ke
dalam otot polos pembuluh darah, yang menyebabkan vasodilatasi. Reseptor
histamine H2 memperantai sekresi asam lambung.
Reseptor H1
Ekskresi Eksokrin : Peningkatan produksi mucus bronkus dan nasal
menyebsabkan gejala-gejala pernafasan.
Otot polos bronkus : konstriksi bronkiolus menyebabkan gejala-gejala asma,
penurunan kapasitas paru.
Otot polos intestimun : konstriksi meyebabkan kram usus dan diare.
Ujung saraf sensorik : menyebabkan gatal dan nyeri
Reseptor H2
Lambung : rangsangan sekresi asam lambung.
Reweptor H1 dan H2
Sistem kardiovaskuler : menurunkan tekanan darah sistemik dengan cara
mengurangi resistensi perifer. Menyebabkan kronotropisme positif
(diperantai oleh reseptor H1 dan H2).
Kulit : dilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan protein
dan cairan bocor ke dalam jaringan.
Semua antihistamin bermanfaat besar pada terapi alergi nasal, rhinitis alergika
dan mungkin juga pada rhinitis vasomotor. Antihistamin mengurangi sekresi nasal
dan bersin tetapi kurang efektif untuk kongesti hidung. Antihistamin topikal
digunakan pada mata, hidung dan kulit. Antihistamin oral juga dapat mencegah
urtikaria dan digunakan untuk mengatasi ruam kulit pada urtikaria, gatal, gigitan dan
7
sengatan serangga, serta alergi obat. Injeksi klorfeniramin atau prometazin digunakan
sebagai terapi tambahan pada terapi darurat anafilaksis dan angioedema dengan
adrenalin. Antihistamin (sinarisin, siklisin dan prometasin teoklat) digunakan pada
mual dan muntah. Antihistamin kadang digunakan untuk insomnia.
Antihistamin berbeda-beda dalam lama kerja serta dalam derajat efek sedatif
dan anti-muskarinik. Antihistamin golongan lama relatif mempunyai kerja pendek
tetapi beberapa (misal prometazin) memiliki kerja sampai 12 jam, sedangkan
antihistamin non sedatif yang lebih baru memiliki kerja panjang. Semua antihistamin
golongan lama menyebabkan sedasi, meskipun alimemazin (trimeprazin) dan
prometazin mempunyai efek sedasi yang lebih besar dibanding klorfeniramin dan
siklizin. Efek sedasi ini kadang-kadang dibutuhkan untuk mengendalikan gatal karena
alergi. Tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa antihistamin sedatif yang satu
lebih baik dari yang lain karena pasien mempunyai respons yang sangat berbeda satu
sama lain. Antihistamin non sedatif seperti cetirizin, levosetirizin, loratadin,
desloratadin, feksofenadin, terfenadin dan mizolastin lebih sedikit menyebabkan efek
sedasi dan gangguan psikomotor dibanding golongan lama karena jumlah obat yang
menembus sawar darah otak hanya sedikit.
Antihistamin yang menyebabkan kantuk mempunyai aktivitas antimuskarinik
yang nyata dan harus digunakan dengan hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin,
pasien dengan risiko galukoma sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati
dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal. Anak dan lansia
lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah 2 tahun tidak
dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus.
Banyak antihistamin harus dihindari pada porfiria, meskipun beberapa (misalnya
klorfenamin dan setirizin) diperkirakan aman.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
ALERGI
8
Diphenhydramin HCl
Keuntungan :
- on set of action 1-4 jam
- mudah larut dalam air
Kerugian :
- sedatif
(Martindale ed. 37 P.628)
Loratadine
Keuntungan :
- on set of action 1 jam
-Antihistamin non sedatif
Kerugian :
- praktis tidak larut air
(Martindale ed. 37 P.635)
Cetirizine HCl
Keuntungan :
-on set of action 1 jam
- antihistamin non sedatif
- sangat mudah larut dalam air
Kerugian :
Makanan dapat memperlambat waktu untuk mencapai konsentrasi maksimum
(Martindale ed. 37 P.621)
PENYEBAB
Alergen (debu, serbuk tumbuhan, makanan,bulu binatang, zat kimia obat
Obat : Antihistamin
GEJALA
1. Ruam kulit : urtikaria (lesi berwarna pucat, permukaan agak menonjol dengan tepi kemerahan)
2. Gatal3. Pembengkakan misal angiodema4. Rhinitis5. Mual, muntah, demam, sakit kepala
Diphenhydramin HCl
9
BAHAN AKTIF
EFEK UTAMA EFEK SAMPING
INDIKASI KONTRA INDIKASI
SPESIFIKASI LAIN
Diphenhydramin Hydrochloride
-Sebagai antihistamin yang memberikan efek sedatif
Depresi CNS, sakit kepala, gangguan psikomotorik, mengantuk
Sebagai antihistamin untuk batuk produktif, antiemetik
Porphyria, wanita hamil dan penderita asma (Martindale
Farmakokinetika :
- Diabsorpsi baik dari sistem gastrointestinal
10
dengan gejala ketergantungan antimuskarinik
-Digunakan pada gejala simptomatik karena alergi seperti urtikaria dan angiodema, rhinitis dan konjungtiva serta iritasi kulit
-Dapat digunakan sebagai antiemetik pada perawatan mual dan muntah
-Tindakan pencegahan mabuk perjalanan yang diberikan 30 menit sebelum perjalanan (Martindale ed 37 P.628)
dan mulut kering (Martindale ed 37 P.611)
dan hipnotik (Martindale ed 37 P.628)
ed 37 P.628) - On set of action 1-4 jam, setelah dosis oral.
- Terdistribusi secara luas ke seluruh tubuh termasuk CNS, dapat melewati plasenta dan dapat ditemukan dalam ASI.
- Dieksresi terutama lewat urin sebagai metabolit, sebagian kecil dieksresi dalam bentuk obat yang tidak berubah (Martindale ed 37 P.628)
Cetirizine HCl Non sedating antihistamin long acting, dan stabilisator sel mast digunakan untuk mengobati gejala alergi termasuk rhinitis dan urtikaria kronis (Martindale ed 37 P.621)
Sedikit atau tidak mengantuk, sedikit atau tidak efek muskarinik. Kadang- kadang efek samping gastrointestinal termasuk nausa, muntah, diare atau nyeri epigastrik
Meringankan gejala alergi seperti demam, urtikaria, idiopathic kronik (BNF 68 P.204)
Hipertropi prostat, retensi urin, aritmiak hipersenstivitas
Martindale ed 37 P.621)
Farmakokinetika:
- cepat diabsorpsi dari sistem gastrointestinal setelah dosis oral
- on set of action 1 jam
- Dieksresi terutama lewat urin dan dalam bentuk obat tidak berubah(Martindale ed 36 P.570)
Loratadine Non sedating antihistamin tanpa aktivitas antimuskarinik signifikan
Sedikit atau tidak mengantuk, sedikit atau tidak efek antimuskarini
Meringankan gejala alergi seperti demam idiopathic kronik (BNF
Ibu menyusui, ibu hamil (Martindale ed 37 P.635)
Farmakokinetik:
- cepat diabsorpsi dari sistem gastrointestinal setelah dosis
11
k. Kadang-kadang efek samping gastrointestinal termasuk nausea
ed 68 P.205)
Meringankan gejala alergi termasuk rhinitis alergi dan urtikaria kronis (Martindale ed 36 p 584)
oral- on set of actiom
1 jam- Bioavailabilitas
meningkat dan waktu untuk konsentrasi plasma puncak tertunda ketika bersama dengan makanan
- Sebagian besar dosis diekskresikan sama dalam urin dan feses, terutama dalam bentuk metabolit
PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN
Diphenhydramin HCl
PEMILIHAN BAHAN TAMBAHAN
1.
Organoleptis
Rasa Pahit Sukrosa
Pemerian : hablur putih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara,
larutannya netral terhadap lakmus (FI IV halaman 762)
12
KARAKTERISTIK
Fisika Kimia
- Serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit disertai rasa tebal (FI ed III p 228)
- Kelarutan :1:1 dalam air, 1:2 dalam alkohol, 1:2 dalam koroform dan 1:50 dalam asetonSangat sukar larut dalam eter dan benzena (Martindale ed 37 p 628)
- Berat molekul : 291,82- Titik lebur antara 1680 dan 1720
(European Pharmacopoeia ed5 p 1454)
- Garam- Rumus molekul: C17H21NO.HCl- Tidak mudah teroksidasi- pH sediaan 4-6,5 (USP 37 p 2655)- pH sediaan 5-6 (martindale edisi 28 hal
1312)- pH larutan 4-6 (martindale edisi 28 hal
1311)
Kelarutan : larut 1:0,5 dalam air dan 1:0,2 dalam air panas (HPE edisi 6 halaman
704)
% kadar oral : 67% (HPE edisi 6 halaman 704)
Fungsi : Sebagai pemanis juga pengental untuk meningkatkan viskositas
sediaan
Tidak Berbau Essense Jeruk
Fungsi : Sebagai pemberi aroma sesuai dengan warna yang diberikan
Tidak Berwarna Sunset Yellow
Fungsi : Sebagai pewarna agar membuat sediaan lebih menarik.
2. Stabilitas
Pengawet Nipagin / Methyl paraben
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau putih, tidak berbau, mempunyai
sedikit rasa terbakar (FI IV halaman 551)
Kelarutan : larut 1:400 air, 1:200 minyak, 1:5 propilenglikol, dan 1:60 gliserin
(HPE edisi 6 halaman 441)
Fungsi : sebagai pengawet
% kadar oral : 0,015-0,2% (HPE edisi 6 halaman 441)
pH : 4-8 (HPE edisi 6 halaman 441)
ADI : 10 mg/kg BB (HPE edisi 6 halaman 441)
Perhitungan ADI untuk Nipagin :
Umur (th) Bobot rata-rata wanita dan pria (kg) Dosis (mg)
1 7,85 78,5
2 9.45 94,5 86,5
13
3 11.2 112
4 12.8 128
5 14.3 143
6 16 160 154,87
7 18.2 182
8 20.45 x 10 mg 204,5
9 21.95 219,5
10 24,3 243
11 27,63 276,3 261,87
12 30,85 308,5
13 35 350
14 40,4 404 394,33
15 42,9 429
Aturan pakai :
1-2 th : 4 x sehari ½ takaran = 10 ml x 0,2 % = 0,02 g = 20 mg < 86,5 mg
3-8th : 4 x sehari 1 takaran = 20 ml x 0,2 % = 0,04 g = 40 mg < 154,87 mg
9-12th : 4 x sehari 1½ takaran = 30 ml x 0,2 % = 0,06 g = 60 mg < 261,87 mg
≥ 13th : 4 x sehari 2 takaran = 40 ml x 0,2 % = 0,08 g = 80 mg < 394,33 mg
Jadi, nipagin yang digunakan tidak melebihi ADI.
Dapar Fosfat-fosfat pH 5
Natrium Fosfat, Dibasic ( Na2HPO4.12H2O , Mr : 358,08)
Pemerian : hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa asin (FI III hal 227)
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air (HPE edisi 6 halaman 656)
Fungsi : buffering agent, sequestering agent
Natrium Fosfat, Monobasic ( NaH2PO4.2H2O , Mr : 156,01)
Kelarutan : larut dalam 1:1 air (HPE edisi 6 halaman 659)
Perhitungan dapar fospat – fospat
pKa1= 2,15
14
H3PO4 + NaOH NaH2PO4 + H2O
NaH2PO4 + NaOH Na2HPO4 + H2O
Na2HPO4 + NaOH Na3PO4 + H2O
pH 5 pKa 2
pKa 2 = 7,09 pH = pka 2 + log[G ][ A ]
-log ka = 7,09 5 = 7,09 + log[G ][ A ]
Ka = 8,128305162 x 10-8 -2,09 = log[G ][ A ]
[G ][ A ]
=8,128305162 ×10−3
[G] = 8,128305162 ×10−3[A]
β =2,303 C ka .H 2O
ka+H 2 O
0,01 =2,303 C (8,128305162× 10−8)(10−5)(8,128305162 ×10−8 )+(10−5)
C= 0,542922298
C= [A] + [G] [G]=8,128305162 ×10−3[A]
0,542922298 =[A]+8,128305162 ×10−3[A] = 8,128305162 ×10−3x0,5381
[A]=0,5381 = 0,00437745613
H3PO4 + NaOH NaH2PO4 + H2O
M : 0,542922297 0,542922297
B : 0,542922297 0,542922297 0,542922297
S : 0,542922297
NaH2PO4 + NaOH Na2HPO4 + H2O
M : 0,542922297 0,004377456813
pKa2= 7,09
pKa3= 12,32
15
B : 0,004377456813 0,004377456813 0,004377456813
S :0,538544841 0,004377456813
NaH2PO4 : 0,542922297 . M
: 0,542922297 . 156
: 84,69587846 . 150
1000
: 12,70438177 g = 8,4695 %
Na2HPO4 : 0,004377456813 . 358
: 0,23506943 g = 0,15671 %
3. Efektivitas
Propilenglikol
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,
higroskopis (FI III hal 534)
Kelarutan : larut dalam air dan gliserin (HPE edisi 6 halaman 529)
% Kadar oral : 10-25% (HPE edisi 6 halaman 529)
Fungsi : Pelarut nipagin, stabilisator dan wetting agent
ADI : 25 mg/kg BB (HPE edisi 6 halaman 529)
Perhitungan ADI untuk Propilenglikol :
Umur (th) Bobot (kg) Dosis (mg)
16
1 7,85 196,25 216,25
2 9.45 236.25
3 11.2 280
4 12.8 320
5 14.3 357.5 387,57
6 16 400
7 18.2 455
8 20.45 x 25 mg 511.25
9 21.95 548.75
10 24,3 607,5 654,69
11 27,63 691,25
12 30,85 771,25
13 35 875
14 40,4 1010 985,83
15 42,9 1072,5
Aturan pakai :
1-2 th : 4 x sehari ½ takaran = 10 ml x 1,5 % = 0,15 g = 150 mg < 216,25 mg
3-8th : 4 x sehari 1 takaran = 20 ml x 1,5 % = 0,30 g = 300 mg < 387,57 mg
9-12th : 4 x sehari 1½ takaran = 30 ml x 1,5 % = 0,45 g = 450 mg < 654,6875 mg
≥ 13th : 4 x sehari 2 takaran = 40 ml x 1,5 % = 0,60 g = 600 mg < 985,8333 mg
Jadi, propilenglikol yang digunakan tidak melebihi ADI.
Thylose
17
Pemerian : serbuk berserat atau granul, berwarna putih, suspensi dalam air
bereaksi netral terhadap lakmus P, mengembang dalam air dan membentuk
suspensi yang jernih hingga koloidal (FI IV halaman 544)
Kelarutan : larut dalam air panas (HPE edisi 6 halaman 438)
PERSYARATAN MUTU SEDIAAN
Sediaan yang dibuat harus memenuhi kriteria persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan
dari dari Farmakope Indonesia IV dan USP XXII / XXXVII
a. Aman
Sediaan dikatakan aman bila kadar masing-masing zat berkhasiat masih berada dalam
batas yang tidak membahayakan /menimbulkan efek samping yang membahayakan
apabila digunakan dalam dosis yang tepat dan lama pemakaian yang ditentukan untuk
penyakit tertentu.
- Kemurnian Bahan : Diphenhydramine HCl (98-102%) (FI IV p 330)
- Kadar Aman : Diphenhydramine HCl (90-110%) (USP 37 p 2655)
b. Efektif
Diharapkan dengan pemberian dosis yang sekecil mungkin dan dalam jumlah yang
tepat sudah dapat memberikan efek terapi yang optimum dalam waktu yang singkat
dan toksisitas serta efek samping yang sekecil mungkin.
- Efektif pada pemakaian dosis 37,5 mg/m2 4 kali sehari (Remington edisi 19 p
2655)
- Efektif pada pemakaian dosis 1,25 mg/kg bb 4 kali sehari (Remington edisi 19 p
2655)
- Efektif pada pemakaian dosis 25-50mg 3-4 kali sehari (Remington edisi 19 p
2655; Martindale ed 28 p 1331; AHFS Drug Information p 9)
c. Stabilitas Fisika
Konsistensi fisik tidak berubah selama penyimpanan dan pemakaian yang meliputi:
penampilan, keseragaman, viskositas dan organoleptis (USPXXII hal 1703)
d. Stabilitas Kimia
18
Setiap zat aktif dalam sediaan memiliki sifat kimia dan potensi atau kadar kadar
sesuai yang tertera pada etiket dalam batas aman yang ditentukan. Secara kimia antar
komponen tidak saling berinteraksi yang menimbulkan perubahan kadar, pH, dan
warna. (USP XXIII P.1899)
- pH sediaan Diphenhydramin HCl 4-6,5 (USP 37 p 2655)
- pH sediaan 5-6 (martindale edisi 28 hal 1312)
- pH larutan 4-6 (martindale edisi 28 hal 1311)
e. Stabilitas Mikrobiologi
Sediaan harus tahan terhadap pertumbuhan mikroba dan tidak ditumbuhi oleh
mikroba seperti Salmonella sp, E. coli, Enterobater sp, Pseudomonas sp, Clostiridium
sp, Candida albicans (Lachman P.468). Suka mengandung zat antimikroba harus tetap
efektif selama waktu yang lebih ditetapkan (USP XXII p 1990)
f. Stabilitas Toksikologi
Sediaan dibuat tidak boleh menjadi bahan yang mungkin dapat meracuni jaringan
local dan tidak boleh menunjukkan gejala perubahan atau kenaikan toksisitas pada
sediaan dalam jangka waktu tertentu (USP XXII P.1703)
g. Stabilitas Farmakologi
Diartikan sebagai Efek terapi harus tetap dan tidak mengalami perubahan efek
farmakologi baik dalam proses pembuatan, penyimpanan, distribusi hingga sampai
pada konsumen yang direncanakan atau dari tujuan pengobatan sampai batas waktu
yang ditentukan. (USP XXII p.1703)
h. Acceptabillity
Dapat diterima bila:
1. Penampilan : baik dari segi estetik dan artistic
2. Praktis, siap pakai, mudah penggunaanya, harga terjangkau
3. Tekstur : tidak lengket dan berbau
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 BAHAN DAN ALAT
I. Alat
Gelas ukur
Beaker glass
Pengaduk kaca
Mortir + stamfer
Piknometer
pH-meter
Pipet tetes
Viskometer VT-04 F Rion Co, LTD
II. Bahan
Dipenhydramine HCL
Propilenglikol
Nipagin
NaH2PO4. 2H2O
Na2HPO4. 2H2O
Sukrosa
Thylose
Sunset yellow
Flavour Jeruk
Aqua purificata
Penimbangan Bahan
Nama bahan
obat
Jumlah tiap
takaran (5ml)
Jumlah tiap
kemasan
(60ml)
Jumlah dalam
skala lab
(150ml)
Jumlah dalam
skala besar
Dipenhydramin
HCL
25mg + 10% =
27,5mg
300mg + 10%
= 330mg
750mg + 10% =
825mg
300.000mg +
10% = 330 g
20
Proilenglikol
1,5%
0,075 ml 0,9ml 2,25 ml 90 ml
Nipagin 0,2% 0,01 g 0,12 g 0,3 g 120 g
NaH2PO4. 2H2O
8,4695%
0,423475 g 5,0817 g 12,70425 g 5081,7 g
Na2HPO4.12 H2O
0,15671%
Na2HPO4.2 H2O
7,8355 mg
177,98358,08
×7,8355
=3,8945 mg
0,094026 g
605
×3,894555099
=46,7347mg
0,235065 g
1505
×3,894555099
=116,8366 mg
94,026 g
60.0005
×3,894555099
=46734,662 mg
Sukrosa 30% 1,5 g 18 g 45 g 18.000 g
Thylose 0,5% 0,025 g 0,3 g 0,75 g 300 g
Sunset yellow
0,001%
0,00005g 0,0006 g 0,0015 g 0,6 g
Flavour jeruk 3 tetes 60 ml
Aqua (purificata) 5 ml 60 ml 150 ml 60.000 ml
Perkiraan air untuk melarutkan sediaan skala lab 150 ml – 62,1827 = 87,8174 ml
Diphenhydramin HCl larut dalam (1:1) air = 0,825 g x 1 = 0,825 ml = 2 ml
NaH2PO4.2H2O larut dalam (1:1) air = 12,7 g x 1 = 12,7 ml = 13 ml
Na2HPO4.2H2O (sangat mudah larut dalam air) = 0,117 g x 1 = 0,117 ml = 2 ml
Sukrosa larut dalam (1:0,5) air = 45 g x 0,5 = 22,5 ml
Thylose (air panas 30xnya) = 0,75 x 30 = 22,5 ml
Sunset yellow = 2 ml
Adjust pH maksimal 10 ml
Takaran dan Dosis Bahan Aktif
1. Body Surface Area (BSA)
21
Dosis Diphenhydramin HCl 37,5 mg/m2 4 kali sehari (Remington ed 19 p 2655)
Usia Bobot wanita(kg)
Bobot pria (kg)
Bobot rata-rata
Surface area (m2) Dosis (mg)
1 7,6 8,1 7,85 0,4121 15,454 ½ takaran
2 9,3 9,6 9,45 0,4675 17,531 12,5 mg
3 11 11,4 11,2 0,5396 20,235
4 12,6 13 12,8 0,5809 21,784
5 14,2 14,4 14,3 0,6333 23,749 1 takaran
6 16,2 15,8 16 0,68 25,5 25 mg
7 17,5 18,9 18,2 0,7482 28,056
8 20,0 20,9 20,45 0,8078 X 30,293
9 21,9 22 21,95 0,8481 37,5 mg 31,804
10 24,7 23,9 24,3 0,9113 34,174 1 ½ takaran
11 28,4 26,9 27,65 0,9875 37,031 27,5
12 22,6 29,1 30,85 1,0947 41,051
13 37 33 35 1,2 45
14 40,48 40 40,4 1,313 49,238 2 takaran
15 42,5 43,3 42,9 1,297 48,6375 50 mg
>16 dewasa
Aturan pakai
1-2 th : sehari 4 kali ½ takaran (12,5 mg)
3-8 th : sehari 4 kali 1 takaran (25 mg)
9-12 th: sehari 4 kali 1 ½ takaran (37,5 mg)
>13 th : sehari 4 kali 2 takaran (50 mg)
2. Dosis Diphenhydramin HCl 1,25 mg/kg bb (Remington ed 19 p 2655)
22
Usia Bobot wanita(kg)
Bobot pria (kg)
Rentang dosis (mg) Dosis rata-rata (mg)
1 7,6 8,1 9,5-10,125 9,8125 ½ takaran
2 9,3 9,6 11,625-14,25 11,8125 10 mg
3 11 11,4 13,75-14,25 14
4 12,6 13 15,75-16,25 16
5 14,2 14,4 17,75-18 17,875
6 16,2 15,8 20,25-19,75 20 1 takaran
7 17,5 18,9 21,875-23,125 22,75 20 mg
8 20,0 20,9 25-26,125 25,5625
9 21,9 22 27,375-27,5 27,4325
10 24,7 23,9 30,845-29,875 30,375 1 ½ takaran
11 28,4 26,9 35,5-33,625 34,5625 30 mg
12 22,6 29,1 40,75-36,375 38,5625 2 takaran
13 37 33 46,25-41,25 43,75 40 mg
14 40,48 40 51-50 50,5 2 ½ takaran
15 42,5 43,7 53,125-54,125 53,625 50 mg
>16 dewasa
Aturan pakai
1-3 th : sehari 4 kali ½ takaran (10 mg)
4-7 th : sehari 4 kali 1 takaran (20 mg)
8-11 th: sehari 4 kali 1 ½ takaran (30 mg)
12-13 th : sehari 4 kali 2 takaran (40 mg)
>14 th : sehari 4 kali 2 ½ takaran (50 mg)
23
3. Dosis Diphenhydramin HCl %dosis anak terhadap dewasa 25-50 mg 3-4 kali sehari
(Martindale ed 28 p 1311)
Umur(th) % Dosis anak terhadap dewasa
Rentang dosis (mg) Dosis rata-rata (mg)
1 25 6,25-12,5 9,375
2 29 7,25-14,5 10,875
3 33 8,25-16,5 12,375 ½ takaran
4 37,5 9,3125-10,625 13,96875 10mg
5 41,5 10,375-20,75 15,5625
6 45,75 11,4375-22,875 17,15625
7 50 12,5-25 18,75
8 53,33 13,3325-26,665 19,99875 1 takaran
9 56,66 x 14,165-28,33 21,2475 20 mg
10 60 25-50 mg 15-30 22,5
11 67,5 16,875-33,75 25,3125
12 75 18,75-34,5 28,125
13 77,5 19,375-38,75 29,0625 1 ½ takaran
14 80 20-40 30 40 mg
15 85 21,25-45 31,875
16 90 22,5-45 33,75
>17 100 25-50 37,5 } 2 takaran 40 mg
Aturan pakai
1-4 th : sehari 3-4 kali ½ takaran (10 mg)
5-10 th : sehari 3-4 kali 1 takaran (20 mg)
11-16 th: sehari 3-4 kali 1 ½ takaran (30 mg)
>17 th : sehari 3-4 kali 2 takaran (40 mg)
24
UKURAN KEMASAN YANG DIBUAT :
60 ml, alasan : untuk 1 kali pemakaian adalah 5 ml, sehingga 1 hari pemakaian jika
diasumsikan 3 kali sehari adalah 15 ml. Untuk satu kali pengobatan adalah tidak lebih dari
lima hari (kami memilih empat hari), sehingga volume sediaan yang dibutuhkan adalah 15 ml
X 4 = 60 ml.
Rancangan Formula 1 kemasan (60 ml)
R/ Diphenhydramine HCl 25 mg
Propilenglikol 1,5%
Nipagin 0,2%
NaH2PO4. 2H2O 8,4695%
Na2HPO4. 2H2O 0,15671%
Sukrosa 30%
Thylose 0,5%
Sunset Yellow 0,001%
Flavour Jeruk qs
Aqua ad 5 ml
Mf.la. solution 60 ml
25
4.2 Kerangka Operasional
26
4.3 Metode kerja
No Tahapan perlakuan Alat Catatan
12
3
4
5
67
8910111213
14151617
18
Kalibrasi botol 60 mlBuat sirup
a. Timbang saccharum album 45 gb. Kalibrasi air panas 22,5 mlc. b+a , Aduk ad larut tunggu dingin
Buat dapar fospat-fospata. timbang NaH2PO4 .2H2O 12,70425 g+
2ml air , aduk ad larutb. timbang Na2HPO4 .2H2O 116,836653
mg + 2ml air , aduk ad larutc. a+b campur ad homogend. cek pH = 5 jika tidak sesuai di adjust
Buat muchilago tylosea. timbang Methyl selulose 0,75 gb. kalibrasi air panas 22,5c. taburkan thylose kedalam air panas
diamkan 15 menit , campur ad homogenTimbang Diphenhydraamine HCl 825 mg + air 2ml aduk ad larut
5 + 3d , campur ad homogen 6 + 2c , campur ad homogen
4c + 7 , campur ad homogen Kalibrasi propilenglikol 2,35 mlTimbang methyl paraben 0,3 g 9 + 10 aduk ad larut 8 + 11 campur ad homogen Timbang sunset yellow 0,075 g di analitik + air 2ml aduk ad larut
12 + 13 campur ad homogen14+13 tetesi flabour jeruk , campur ad homogen15 + Aqua purificata ad ( 40 ml ) di bekkerAmbil no 16 sebanyak 20 ml , cek PH ( jika tidak sesuai di adjust )
a. jika pH <5 + Na2HPO4b. jika pH >5 + NaH2PO4
ambil 60 ml , masukkan kedalam botol , sisa dipakai untuk evaluasi sediaan
Gelas ukur
Neraca analitikGelas ukur
Neraca analitikGelas ukur
Neraca analitik
Neraca analitik
Gelas ukurNeraca analitik
Beakker glass
27
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Rancangan Evaluasi
1. Organoleptis
Bentuk : Larutan homogen
Bau : Aroma jeruk
Rasa : Manis
Warna : Orange
2. Kadar Bahan Aktif
Diphenhydramine HCl 110%
3. pH pH meter
- Kalibrasi pH meter
menyiapkan larutan buffer pH 4.0 dan 7.0
memasang elektrode kombinasi
menekan tombol untuk menyalakan alat
memasukkan elektrode buffer pH 4.0 kemudian amati layar digital sampai
menunjukkan angka 4.0
memasukkan elektrode pada buffer pH 7.0 kemudian amati layar digital
sampai menunjukkan angka 7.0
mengeluarkan elektrode , cuci dengan aquadem , keringkan
- Pengukuran pH sediaan
memasukkan sediaan secukupnya dalam beaker glass
memasukkan elektrode ke dalam larutan sediaan
mencatat angka yang muncul di digital
jika pH belum mencapai rancangan spesifikasi , dilakukan adjust pH hingga
didapatkan pH yang diinginkan
4. Berat jenis sediaan Piknometer
menimbang piknometer kosong pada timbangan digital
mendinginkan piknometer dalam icebath sampai suhu 20oC
memasukkan sediaan ke dalam beaker glass
28
sediaan di dinginkan sampai 20oC dalam ice bath
sediaan dimasukkan kedalam piknometer
menimbang piknometer + sediaan di timbangan digital
menghitung bobot jenis sediaan dengan rumus ρ=m 1−m 2v
Diharapkan sediaan yang di buat dapat memiliki spesifikasi : ρ air < ρ sediaan
< ρ gliserin
5. Viskositas
Alat : Viskometer VT-04 F Rion Co, LTD
Prinsip : Mengamati angka yang ditunjuk oleh jarum penunjuk pada alat viskometer,
yang kemudian diubah menjadi viskositas melalui perhitungan.
Cara :
meletakkan viscometer pada posisi yang benar
memasukkan sediaan ke dalam cup sampai batas tanda
memasang spindle sesuai dengan viskositas sediaan uji
meletakkan cup yang sudah berisi sediaan dibawah spindle
menurunkan spindle dalam cup berisi sediaan sampai batas yang ada di
spindle
menyalakan alat
mepaskan kunci, kemudian menghidupkan viskometer
mengamati angka yang di tunjuk oleh jarum penunjuk, catat dan ubah menjadi
viskositas dengan cara konversi sesuai buku manual.
5.2 Hasil Evaluasi
1. Uji Organoleptik sediaan :
Bentuk dan penampilan : Larutan
Bau : Aroma jeruk
Rasa : Manis
Warna : Orange
2. Uji pH sediaan :
29
Alat : pH meter Schott Instruments (Lab 850)
Spesifikasi : 5,00 + 0,05
pH awal = 5, 671 (kurang asam + NaH2PO4. 2H2O)
Memerlukan penambahan NaH2PO4. 2H2O 30% sebanyak 4,35 ml agar pH sediaan
menjadi 5,003
Hasil pH : 5,003
3. Uji Berat Jenis sediaan
Uji berat jenis
Alat: Piknometer 10,0 ml
Berat jenis (ρ) : m/v
PARAMETER SEDIAANMassa pikno + bahan 27,31 gMassa piknometer 16,04 gMassa bahan 11,27 gVolume piknometer 10,0 mlρ bahan = m/v 1,127 g/ml
4. Uji Viskositas sediaan
Viskositas yang ditunjukkan 0,35 dPa.s = 350 cps
5.3 Analisis Hasil Penelitian
PARAMETER SEDIAANOrganoleptis :- Bentuk dan penampilan : -- Bau : +- Warna : +- Rasa : +
Viskositas : -pH : +Berat Jenis : +Sifat Alir : +
30
Parameter organoleptis pada sediaan yang kami buat sudah sesuai dengan spesifikasi
sediaan yang kami rencanakan yaitu warna orange, bau jeruk, rasa manis. Parameter pH
sediaan kami juga mendekati pH yang kami rencanakan yaitu 5,003 sedangkan pH yang kita
rencanakan 5,00. Parameter berat jenis sediaan kami juga memenuhi spesifikasi yaitu lebih
besar dari berat jenis air (1 g/ml) yaitu 1,127 g/ml. Akan tetapi bentuk sediaan kami tidak
sesuai dengan spesifikasi yang kami rencanakan, hasil sediaan kami terdapat endapan
thylose, sedangkan yang kami rencanakan adalah larutan homogen. Parameter viskositas
sediaan kami kurang memenuhi spesifikasi yang kami rencanakan karena viskositas sediaan
kami sebesar 350 cps sedangkan viskositas sediaan yang kami rencanakan adalah sebesar
400 cps (menggunakan pertimbangan viskositas gliserin = 800 cps) hal ini dikarenakan ketika
kita mencampurkan tylose kedalam larutan bahan obat suhu tylose sudah turun sehingga
tylose tidak dapat bercampur homogen dan membentuk gel yang mengambang pada
permukaan larutan.
31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan :
Sediaan yang dibuat masih belum layak untuk di produksi dalam skala industri, karena:
- Viskositas sediaan masih kurang kental
- Terdapat tylose yang tidak bercampur dengan larutan
6.2 Saran :
- Untuk menambahkan thylose lebih dari 0,5% agar viskositas larutan homogen
bisa bertambah.
- Pencampuran thylose yang sudah dilarutkan air panas kedalam larutan homogen
dilakukan sesegera mungkin ketika thylose masih hangat dan dicampurkan sedikit
demi sedikit.
32
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Korpri Sub Unit
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta
Departemen kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Korpri Sub Unit
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta
Remington’s. 1980. Pharmaceutical Science 19th edition. Mack Publishing Company,
Easton : Pennsylvania
Rowe, Raymon C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th edition. The
Pharmaceutical Press : London
Reynold J. 1986. Martindale The Extra Pharmacopeia 28th edition. The Pharmaceutical
Press : London
Reynold J. 2011. Martindale The Extra Pharmacopeia 37th edition. The Pharmaceutical
Press : London
https://books.google.co.id/books?
id=OhVd026KvJIC&printsec=frontcover&dq=bebas+alergi&hl=en&sa=X&redir_esc=y#
v=onepage&q=bebas%20alergi&f=false
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2008. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.
33