1

DINAMIKA PRODUKSI DAN PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAGUNG DI LAMPUNG

Yulia Pujiharti dan Ratna Wylis Arief

Disampaikan pada Seminar Bulanan, di Puslitbangtan pada 29 Januari 2020

PENDAHULUAN

Jagung merupakan bahan pangan kedua setelah beras. Selain dapat digunakan sebagai bahan pangan, jagung juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan biofuel.

Peningkatan jumlah penduduk serta berkembangnya usaha peternakan dan industri yang menggunakan bahan baku jagung, mengakibatkan kebutuhan akan jagung terus meningkat.

Bila ditinjau dari produksi jagung, Lampung merupakan daerah penghasil jagung terbesar ke tiga di Indonesia, setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Produksi jagung Lampung dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2008-2017) meningkat sebesar 39,17% dengan rata-rata peningkatan 4,35%/tahun.

Pada tahun 2013 kebutuhan jagung Lampung 147.008 ton, sedang pada tahun 2017 kebutuhan jagung 1.057.850,7 ton atau meningkat 619,59%.

Produksi jagung Lampung pada tahun 2017 mencapai 2.518.895 ton dengan luas panen 482.607 ha. Bila dibandingkan dengan produksi jagung Lampung pada tahun 2013 sebesar 1.760.278 ton dengan luas panen 346.315 ha, maka terlihat adanya kenaikan produksi jagung sebesar 43,1%.

Kenaikan ini terjadi karena kenaikan produktivitas jagung, yaitu 2,68 %, dan luas panen meningkat sebesar 39.35 %. Kenaikan produksi jagung Lampung pada tahun 2017, mengindikasikan kebutuhan jagung Lampung mampu dipenuhi dari produksi lokal. Kebutuhan jagung untuk pakan di Lampung pada tahun 2017 sebanyak 25.144 ton.

Pada tahun 2012 Provinsi Lampung mengimpor jagung sebanyak 93.452,5 ton, dengan nilai 28.842.772 US$ sementara di tahun 2013 dan 2014 tidak melakukan impor jagung.

Tahun 2015 Provinsi Lampung kembali mengimpor jagung sebanyak 143.036 ton, dengan nilai impor 29.763.381 US$ dan tahun 2016 impor jagung Lampung menurun menjadi 65.482 ton dengan nilai impor 13.255.093 US$ (Bidang Perdagangan Luas Negeri, Dinas Perdagangan Provinsi Lampung, 2017). Dalam Lima tahun terakhir, impor jagung Lampung tahun 2015 merupakan import jagung terbanyak.

Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan dinamika produksi jagung dan perkembangan ekspor impor jagung di Lampung. Dengan pemaparan ini diharapkan dapat diambil langkah-langkah untuk meningkatkan produksi dan ekspor jagung serta menurunkan impor jagung Provinsi Lampung.

Secara umum penggunaan jagung di Indonesia dapat dikelompokkan :

1) konsumsi langsung, 2) bahan baku pakan ternak, 3) bahan baku industri pangan dan 4) penggunaan lainnya Tahun 2016 penggunaan jagung terbanyak adalah untuk industri

bukan makanan mencapai 49,58%, disusul untuk penggunaan lain 22,89%, untuk pakan 18,07% dan untuk bahan makanan hanya 3,90%.

Tahun 2014, penggunaan jagung untuk bahan makanan menurun

drastis, penggunaan jagung untuk bahan makanan pada tahun ini mencapai 47,02%.

PENGGUNAAN JAGUNG

Beralihnya pola konsumsi masyarakat dari pangan lokal jagung ke pangan nasional beras dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ketersediaan pangan jagung dan beras, teknologi pengolahan jagung, teknologi pengolahan beras, tingkat konsumsi campuran jagung dan beras, harga beras, dan pendapatan.

Jagung terutama digunakan sebagai pakan unggas. Jagung juga digunakan sebagai pakan ternak ruminansia.

Secara nasional, pada tahun 2013 penggunaan jagung untuk pakan sebesar 1.305.000 ton (Pusdatin Kementan 2015) dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 4.693.000 ton (Pusdatin Kementan 2018) atau meningkat 259,62% dengan rata-rata peningkatan per tahun 51,45%. Kebutuhan pakan ternak ruminansia terutama sumber serat, semakin meningkat karena luas padang penggembalaan yang makin terbatas.

PRODUKSI JAGUNG

Jagung dapat ditanam pada berbagai agroekosistem, seperti sawah dan lahan kering (tegalan).

Pada musim penghujan jagung ditanam pada lahan tegalan (kering), sedang pada pertanaman 2, jagung di Lampung ditanam pada lahan kering/tegalan, lahan sawah tadah hujan dan sawah irigasi.

Untuk mendapatkan hasil yang baik, sebelum memulai usahatani jagung, terlebih dahulu memahami persyaratan tumbuh atau kesesuaian lahan untuk tanaman jagung.

Produksi jagung merupakan perkalian antara luas panen jagung dan produktivitas jagung.

Bila luas panen jagung menurun dan produktivitas tetap, maka produksi akan menurun, sebaliknya bila luas panen jagung tidak bertambah luas dan produktivitas menurun maka produksi jagung akan menurun.

Untuk itu dalam meningkatkan produksi jagung agar swasembada

jagung berkelanjutan akan tercapai maka diperlukan upaya untuk meningkatkan produktivitas dan luas panen jagung.

Produksi jagung dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi seperti luas lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja.

0,00

2,00

4,00

6,00

2003-2007 2008-2012 2013-2017

3,46

4,77 5,11

Gambar 1. Produktivitas jagung di Lampung tahun 2003 - 2017

Nasional tahun 2015, produktivitas jagung 5,18 ton. Lampung masih berpeluang untuk ditingkatkan

0

500000

1000000

1500000

2000000

Luas panen Produksi

361986,8

1254905,6

402156,2

1916469,6

360.306

1844311

2003-2007

2008-2012

2013-2017

Gambar 2. Luas panen dan poduksi jagung di Lampung tahun 2003 - 2017

Adanya tanaman kompetitor yaitu ubikayu. Tanaman ubi kayu lebih kompetif dari pada tanaman jagung. Hal ini terlihat dari R/C rasio ubikayu 2,91 lebih tinggi dari R/C tanaman jagung yang hanya 2,01. Bila dibandingkan dengan tanaman kedelai, tanaman jagung lebih mnguntungkan karena R/C rasio kedelai hanya 1,48.

Kabupaten/Kota Tahun 2017

Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

Kabupaten

Lampung Barat 241 1.001 4.154

Tanggamus 1.954 9.916 5.075

Lampung Selatan 114.232 597.080 5.227

Lampung Timur 100.026 522.776 5.226

Lampung Tengah 56.227 293.763 5.225

Lampung Utara 29.054 125.351 4.314

Way Kanan 14.734 64.525 4.379

Tulang Bawang 1.800 7.484 4.158

Pesawaran 14.654 75.392 5.145

Pringsewu 6.167 31.997 5.188

Tulang Bawang Barat 1.692 7.389 4.367

Mesuji 187 922 4.930

Pesisir Barat 4.804 20.048 4.173

Kota

Bandar Lampung 73 380 5.205

Metro 470 2.254 4.796

Lampung 346.315 1.760.278 5.082

Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas jagung per kabupaten, tahun 2017

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG

Meningkatkan luas panen Meningkatkan indeks pertanaman, dan pemanfaatan lahan

diantara tanaman pangan atau tanaman perkebunan.

Mengatur waktu tanam, jagung yang ditanam 5 hari sebelum ubi kayu ditanam memberikan hasil yang tinggi.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa jagung dapat ditanam diantara tanaman ubi kayu. Dengan menerapkan sistem tanam double row, maka terdapat ruang kosong yang dapat ditanami jagung.

Sistem tanam double row lebih menguntungkan dan produksi ubi kayu lebih tingggi dibandingkan teknologi petani.

Upaya yang dilakukan utuk meningkatkan produktivitas adalah melalui penerapan pendekatan tanaman secara terpadu (PTT) untuk tanaman jagung.

Pendekatan PTT terdiri atas komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan.

Komponen teknologi dasar meliputi varietas unggul, bibit bermutu dan berlabel, populasi tanaman optimal dan pemupukan berdasarkan status hara dan kebutuhan tanaman

Komponen teknologi pilihan meliputi penyiapan lahan (TOT /tanpa olah tanah atau pengolahan tanah sempurna), pembuatan saluran drainase, bahan organik atau pupuk kandang, pembubunan, penyiangan dengan herbisida atau secara manual, pengendalian hama dan penyakit tepat sasaran, penanganan panen dan pascapanen

ANALISIS USAHATANI JAGUNG DAN KOMODITAS KOMPETITOR

Hasil analisis usahatani jagung di Indonesia termasuk di Provinsi Lampung menguntungkan, dengan keuntungan finansial sekitar Rp 6,7 juta/ha dengan R/C rasio sebesar 1,73;

Secara ekonomi keuntungannya mencapai Rp 8,7 juta/ha dengan R/C rasio sebesar 1,90 (Tabel 2). Usahatani jagung secara nasional juga memiliki dayasaing kuat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien DRCR dan PCR masing-masing sebesar 0,48, dan 0,54. Demikian juga halnya dengan Provinsi Lampung yang ditunjukkan oleh nilai koefisien DRCR dan PCR masing-masing sebesar 0,40, dan 0,64

No. Provinsi DRCR PCR NPCO NPCI EPC

1. Sumatera Utara 0,69 1,07 0,65 0,69 0,64

2. Lampung 0,40 0,64 0,64 0,75 0,62

3. Jawa Barat 0,35 0,40 0,86 0,84 0,87

4. Jawa Tengah 0,43 0,63 0,70 0,86 0,69

5. Jawa Timur 0,45 0,77 0,60 0,81 0,59

6. Nusa Tenggara Barat 0,33 0,62 0,54 0,78 0,53

7. Nusa Tenggara Timur 0,69 0,96 1,02 0,99 1,02

8. Sulawesi Utara 0,70 0,96 0,73 0,81 0,73

9. Sulawesi Selatan 0,39 0,67 0,61 0,78 0,59

10. Indonesia 0,48 0,54 0,87 0,78 0,88

Tabel 2. Indikator Dayasaing dan Dampak Kebijakan pada Komoditas Jagung

di Indonesia dan di Beberapa Sentra Produksi, 2014

Sumber: Suryana dan Agustian, 2014.

EKSPOR IMPOR JAGUNG

Situasi perdagangan jagung domestik Pola distribusi jagung di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari 3 pola: 1. Jagung yang berakhir di industri ternak ayam di Propinsi Lampung

sebanyak 3,29%, 2. Jagung yang berakhir di industri pakan ternak lokal sebanyak 74,23%

dan 3. Jagung yang berakhir di industri pakan ternak luar Lampung sebanyak

22,48%

2 – 6 ton/hari mp

5.000 – 10.000 ton/hari mp

2-6

ton/h

ari

mp

20 t

on/h

ari

mp

Petani Pedagang

Pengumpul

Besar

Agen Tingkat 1

(desa)

Agen Tingkat 1

(desa)

Industri Pengeringan

(dryer)

Pabrik Pakan Broker

Gambar 3. Rantai pasokan jagung di Lampung (Ardiani, 2009)

Untuk mengatasi kekurangan jagung, dilakukan melalui impor dan Lampung sebagai salah satu provinsi yang mengimpor jagung.

Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2001 Provinsi Lampung sebagai salah satu provinsi net ekspor jagung dan dua tahun kemudian (2003) volume ekspor dari provinsi ini menurun.

Sejak tahun 2003 provinsi Lampung menjadi provinsi net impor dan impor tertinggi terjadi pada tahun 2006 dan 2010.

Tahun

Volume (ton) Nilai (000 US$)

Ekspor Impor Net ekspor

Impor

Ekspor Impor Net

eksporImpor

2003 33,691 1,345,452 -1,311,761 5,517 168.658 -163,141

2004 32,679 1,088,928 -1,056,249 9,074 177,675 -168,601

2005 54,009 185,597 -131,588 9,048 30,850 -21,802

2006 28,074 1,775,321 -1,747,247 4,306 277,498 -273,192

2007 101,459 701,953 -600,494 18,463 151,613 -133,150

2008 107,001 264,665 -157,664 28,906 87,395 -58,489

2009 75,283 338,798 -263,515 18,841 77,841 -59,000

2010 41,954 1,527,516 -1,485,562 11,321 369,077 -357,756

2011 12,472 3,207,657 -3,195,185 9,464 1,028,527 -1,019,063

2012 70.862 1.693.108 -1.622.246 36.243 568.400 -532.157

2013 20.496 3.294.912 -3.274.416 16.221 983.799 -967.578

2014 44.843 3.374.502 -3.329.659 16.047 877.096 -861.049

2015 250.831 3.500.104 -3.249.273 62.151 795.460 -733.309

2016 41.875 1.331.575 -1.289.700 13.309 304.765 -291.456

2017 47.002 714.504 -667.502 13.988 179.870 -165.882

Tabel6. Dinamika ekspor impor jagung di Indonesia 2003 - 2017

KESIMPULAN

Jumlah penduduk yang terus bertambah, industri pakan yang terus berkembang dan kebutuhan bahan baku industri yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan akan jagung terus meningkat. Lampung sebagai daerah penghasil jagung di Indonesia perlu terus meningkatkan produksi, baik melalui perluasan areal atau melalui peningkatan produktivitas.

Sejak tahun 2003, Provinsi Lampung menjadi salah satu provinsi yang mengimpor jagung.

Untuk mengurangi import pemerintah perlu terus memprogramkan perluasan areal panen melalui penanaman tumpang sari dengan tanaman pangan lainnya seperti ubi kayu. Peningkatan produktivtas juga perlu terus diprogramkan dengan menerapkan inovasi Pengelolaan Tanaman Jagung Terpadu.

Peningkatan produksi jagung akan mengurangi impor jagung, karena salah satu faktor yang mempengaruhi impor jagung adalah produksi jagung.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap ekspor dan impor jagung adalah harga jagung dalam negeri, harga jagung dunia, dan nilai tukar.