Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

20
Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi (1987-1994) Angga Eka Putra, Muhammad Wasith Albar Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Persebaya merupakan salah satu klub sepak bola di Indonesia yang sarat dengan sejarah. Pada kurun waktu 1979-1986 Persebaya mengalami penurunan prestasi, bahkan hampir terdegradasi dari kompetisi Perserikatan. Munculnya Poernomo Kasidi sebagai Ketua Umum yang baru mampu membangkitkan kembali prestasi Persebaya yang sempat turun. Strategi utama dari Poernomo adalah pembenahan manajemen intern Persebaya. Hasilnya, pembentukan manajemen yang baik akan membawa prestasi yang baik pula, termasuk dalam bidang olahraga. Selama tujuh tahun kepengurusan Poernomo (1987-1994), Persebaya kembali bisa berprestasi yang ditunjang oleh manajemen yang baik. Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi (1987-1994) Abstract Persebaya is one of Indonesian historical football club. During 1979 – 1986, Persebaya experienced a decline in achievement. Furthermore, it was almost eliminated from Perserikatan competition. The emergence of Poernomo Kasidi as the new chairman triggered the achievements of Persebaya that had been degraded. The main strategy of Poernomo was an internal management reform of Persebaya. The result of this research shows that a good management formation would affect on gaining achievements, including in sport. During the seven years of Poernomo’s leadership (1987 – 1994), Persebaya gained its achievements which is supported by a cooperative management. Keyword: Football; Management; Persebaya; Poernomo Kasidi. Pendahuluan Sepak bola merupakan salah olahraga yang populer di dunia. Olahraga sepak bola tidak terbatas pada kalangan tertentu karena sejak awal perkembangannya tidak ditujukan secara khusus untuk masyarakat kelas tertentu. Melihat asal usul sepak bola di Indonesia maka tidak terlepas dari kaitan historis dengan masa penjajahan Belanda. Budaya yang diperlihatkan bangsa Belanda merupakan contoh budaya masyarakat Eropa bagi masyarakat pribumi, kemudian akan mengantarkan orang-orang pribumi suatu kelak menyerupai dan berasimilasi Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Transcript of Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

Page 1: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi (1987-1994)

Angga Eka Putra, Muhammad Wasith Albar

Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Persebaya merupakan salah satu klub sepak bola di Indonesia yang sarat dengan sejarah. Pada kurun waktu 1979-1986 Persebaya mengalami penurunan prestasi, bahkan hampir terdegradasi dari kompetisi Perserikatan. Munculnya Poernomo Kasidi sebagai Ketua Umum yang baru mampu membangkitkan kembali prestasi Persebaya yang sempat turun. Strategi utama dari Poernomo adalah pembenahan manajemen intern Persebaya. Hasilnya, pembentukan manajemen yang baik akan membawa prestasi yang baik pula, termasuk dalam bidang olahraga. Selama tujuh tahun kepengurusan Poernomo (1987-1994), Persebaya kembali bisa berprestasi yang ditunjang oleh manajemen yang baik.

Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi (1987-1994)

Abstract

Persebaya is one of Indonesian historical football club. During 1979 – 1986, Persebaya experienced a decline in achievement. Furthermore, it was almost eliminated from Perserikatan competition. The emergence of Poernomo Kasidi as the new chairman triggered the achievements of Persebaya that had been degraded. The main strategy of Poernomo was an internal management reform of Persebaya. The result of this research shows that a good management formation would affect on gaining achievements, including in sport. During the seven years of Poernomo’s leadership (1987 – 1994), Persebaya gained its achievements which is supported by a cooperative management.

Keyword:

Football; Management; Persebaya; Poernomo Kasidi.

Pendahuluan

Sepak bola merupakan salah

olahraga yang populer di dunia. Olahraga

sepak bola tidak terbatas pada kalangan

tertentu karena sejak awal

perkembangannya tidak ditujukan secara

khusus untuk masyarakat kelas tertentu.

Melihat asal usul sepak bola di Indonesia

maka tidak terlepas dari kaitan historis

dengan masa penjajahan Belanda. Budaya

yang diperlihatkan bangsa Belanda

merupakan contoh budaya masyarakat

Eropa bagi masyarakat pribumi, kemudian

akan mengantarkan orang-orang pribumi

suatu kelak menyerupai dan berasimilasi

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 2: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

dengan Eropa.1 Termasuk di dalamnya

olahraga, khususnya sepak bola.

Persebaran sepak bola di Indonesia

dapat didasarkan melalui dua faktor, yaitu

faktor formal dan informal. Jalur formal

erat kaitannya dengan sekolah-sekolah

milik Belanda yang diperkenalkan melalui

kurikulum pendidikan, termasuk olahraga

seperti atletik, sepak bola, bola basket, dan

bulutangkis. Bahkan pada peringatan

kenaikan tahta Sri Ratu Wilhelmina di

HBS dirayakan dengan pertandingan,

pertunjukan, pameran keterampilan dan

kebiasaan yang dipelajari oleh orang

Eropa, termasuk sepak bola, setanden, dan

kasti.2 Sementara dari jalur informal,

persebaran sepak bola dilakukan melalui

visualisasi langsung masyarakat pribumi

terhadap para pegawai Belanda yang

memainkan sepak bola sebagai sarana

rekreasi dan menjaga kebugaran.3

Semakin maraknya permainan

sepak bola, memunculkan fenomena

berdirinya bond-bond sepak bola yang

ditandai berdirinya Rood-Wit pada tahun

1893 dan Victoria tahun 1895. Sejak saat

itu banyak bond Belanda yang berdiri dan

membentuk bond induk di setiap daerah di

empat kota besar, Batavia, Surakarta,                                                                                                                          1 Denny Lombards. Nusa Jawa: Silang Budaya Batas-Batas Pembaratan. 2000. hlm. 220 2 R.N. Bayu Aji. Tionghoa Surabaya Dalam Sepak Bola. 2010. hlm. 7-8 3 Srie Agustina Palupi. Politik dan Sepak Bola di Jawa Tahun 1920-1942. 2004. hlm. 24

Bandung, dan Surabaya. Pada akhirnya

bond-bond Belanda bermuara pada

lahirnya NIVB (Nederlandsche Indische

Voetbal Bond) pada tahun 1919 sebagai

induk sepak bola Belanda di Hindia

Belanda.4

Dari kalangan pribumi, bond sepak

bola induk daerah dimulai dengan

munculnya bond-bond seperti VVB, SIVB,

VIJ, BIVB, MVB, MIVB, dan PSM. SIVB

sebagai cikal bakal Persebaya memiliki

banyak peranan penting bagi

perkembangan sepak bola nasional sejak

awal perkembangannya. Terdapat empat

faktor yang menjadikan Persebaya sebagai

salah satu klub besar yang sarat akan

sejarah dalam sepak bola Indonesia.

Pertama, Surabaya merupakan salah satu

kota yang pesat perkembangan sepak

bolanya. Hal ini ditandai dengan berdirinya

bond sepak bola pribumi yang pertama,

yaitu dibentuknya bond Patjarkeling pada

tahun 1902 oleh Mohammad Zen.

Kemudian disusul oleh klub-klub lain

seperti REGO, Tjahaja Laoet, Maoeto, dan

lain-lain hingga terbentuknya SIVB pada

tanggal 18 Juni 1927. Kedua, Persebaya

merupakan salah satu pionir berdirinya

PSSI sebagai induk sepak bola Indonesia

pada tanggal 19 April 1930 bersama klub-

klub seperti VVB, VIJ, MVB, BIVB,

                                                                                                                         4 Freek Colombijn. “The Politics of Indonesian Football”, Archipel, No. 59 (2000), hlm. 18

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 3: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

MIVB dan PSM. Ketiga, banyaknya

sumber daya manusia yang dimiliki dan

berkutat dalam kompetisi internal

memunculkan pemain-pemain berbakat

yang berujung pada banyaknya pemain-

pemain Persebaya yang dipanggil ke dalam

Tim Nasional Indonesia. Keempat,

antusiasme yang tinggi dari para penonton

sepak bola di Surabaya membuat Surabaya

sebagai daerah yang merepresentasikan

sepak bola sebagai salah satu kebanggaan

daerah.

Selama kurun waktu 1987-1994

Surabaya dikatakan memasuki masa

kebangkitan dalam persepakbolaan mereka

di tanah air. Torehan prestasi dan stabilitas

tim tidak terlepas dari kepengurusan atau

manajemen yang baik dibalik keberhasilan

Persebaya. Kebangkitan Persebaya

melahirkan kebanggaan tersendiri bagi

masyarakat Surabaya khususnya. Selama

periode tersebut, memang Persebaya hanya

sanggup memperoleh hasil juara satu kali

Perserikatan dan Piala Utama, namun

konsistensi Persebaya sebagai klub papan

atas nasional yang selalu menempati

peringkat tiga besar merupakan indikator

kebangkitan dan keberhasilan manajemen

dalam membangun Persebaya. Oleh

karena itu, menarik melihat bagaimana

dinamika Persebaya dalam proses

kebangkitan selama kurun waktu 1987-

1994.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan

oleh penulis adalah metode sejarah, yaitu

metode heuristik, kritik, interpretasi, dan

historiografi serta melalui pendekatan

struktural-deskriptif dalam penulisan.

Pada tahap awal penulis melakukan usaha

pengumpulan data, penulis memperoleh

sumber dari arsip koran Kompas,

Perpustakaan Universitas Indonesia,

Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia, koleksi buku yang dimiliki oleh

alumni Ilmu Sejarah UI, kunjungan ke

Wisma Persebaya, serta dokumen-

dokumen dari komunitas Bonek Kampus

Surabaya. Tahap kedua ialah tahap kritik.

Penulis berusaha mengkaji dan mengkritik

bahan penulisan yang telah didapat dari

berbagai sumber. Bahan tersebut dikritik

dengan membandingkan kesesuaian fakta

dilapangan baik dari tanggal, proses

kejadian peristiwa, dan pelaku sejarah

sehingga dapat dijaga keakuratan datanya

untuk kemudian penulis olah menjadi

penulisan ini. Keakuratan data dipastikan

dengan cara membandingkan sumber data

tersebut dengan sumber data yang lain.

Setelah melalui tahap kritik, sumber data

tersebut diinterpretasikan, yaitu ditafsirkan

oleh penulis untuk kemudian diolah dan

dipertanggungjawabkan terhadap fakta

yang mendukung pengkajian. Tahap

terakhir ialah historiografi, yaitu usaha

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 4: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

penulisan karya ilmiah yang berdasarkan

pada fakta yang telah ada.

Kelahiran dan Perkembangan Awal

Persebaya

Sepak bola modern pada awalnya

diperkenalkan di Inggris, tepatnya pada

tahun 1863 oleh para mahasiswa

Universitas Cambridge dengan tujuan

membedakan permainan sepak bola dan

rugby. Kemudian peraturan yang jelas dan

tegas serta pemisahan rugby dari sepak

bola ditegaskan dengan dibentuknya FA

(Federation of Association) pada tahun

1872 dan menjadi kompetisi sepak bola

tertua di dunia yang berlangsung hingga

sekarang. Kedekatan letak geografis antara

Belanda dan Inggris memungkinkan

adanya proses persebaran yang cukup

cepat, hal ini juga ditandai dengan

berdirinya KNVB (Koninklijke

Nederlandsche Voetbal Bond) pada tahun

1889 sebagai organisasi sepak bola ketiga

di Eropa setelah Inggris dan Perancis.

Proses penjajahan bangsa Belanda di

Hindia Belanda turut membawa sepak bola

sebagai salah satu aspek asimilasi budaya

yang terjadi antara kedua pihak.

Sudah dijelaskan sebelumnya

bahwa perkembangan sepak bola di Hindia

Belanda tidak terlepas dari faktor formal

dan informal, faktor formal melalui

kebijakan Politik Etis di dalam sekolah-

sekolah yang memasukkan sepak bola

sebagai salah satu kurikulum sekolah.

Sementara faktor informal melalui

visualisasi langsung para pegawai Belanda

yang biasa memainkan sepak bola sebagai

sarana rekreasi. Proses asimilasi dan

persilangan budaya melalui olahraga lebih

mudah diterima oleh masyarakat karena

sifatnya yang lebih terbuka jika

dibandingkan dengan proses persilangan

budaya dalam bidang sosial lainnya. Pada

umumnya, pesatnya perkembangan sepak

bola di Hindia Belanda terutama dialami di

kota-kota besar, salah satunya adalah

Surabaya. Pasca kemunculan Rood-Wit di

Batavia muncul Victoria yang didirikan

oleh Edgar bersaudara pada tahun 1895.

Kemudian pendirian bond sepak bola

Belanda disusul dengan berdirinya Sparta

pada tahun 1896 yang didirikan oleh P.

Swens dan A. Mesrope. Kemunculan

kedua bond sepak bola tersebut

menghilhami munculnya bond-bond lain di

Surabaya, seperti SIOD (Scoren Is Ons

Doel), Rapiditas, ECA, THOR (Tot Heil

Onzer Ribben), HBS (Houd Braef Standt),

dan Exelcior.5 Banyaknya pengusaha

Belanda yang mendirikan bond-bond sepak

bola semakin menambah geliat

pertandingan antar bond yang digelar sejak

Februari 1897. Sejak saat itu bond-bond

sepak bola Belanda di Surabaya

                                                                                                                         5 Bayu Aji. Op.Cit., 2010. hlm. 57

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 5: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

membentuk induk sepak bola daerah

Surabaya yang dikenal SVB

(Soerabaiasche Voetbal Bond). SVB

kemudian mengatur pertandingan di

Surabaya yang diikuti oleh klub-klub

seperti Sparta, Victoria, THOR, Exelcior,

Ajax, Zeemact, RKS, Mena Moeria, HBS,

Annasher, dan Tionghoa Surabaya.6

Sementara dari kalangan pribumi

ide untuk mendirikan bond-bond pribumi

muncul ketika bangsawan pribumi melihat

potensi pemuda-pemuda Surabaya dalam

memainkan sepak bola. Setelah

terbentuknya bond Patjarkeling pada tahun

1902, kehadiran bond-bond pribumi

Surabaya diramaikan dengan berdirinya

SELO, Maroeto, Olivio, Tjahaja Laoet,

REGO, Radio, dan PS Hizboel Wathan.7

Sarana sepak bola menjadi permasalahan

utama bond pribumi, banyak dari bond

pribumi yang belum memiliki lapangan

sehingga mereka memakai lapangan Pasar

Turi sebagai lapangan bersama secara

bergiliran. Hasil interaksi yang terjalin dari

pemakaian lapangan bersama menyatukan

visi dan misi bond pribumi untuk

mendirikan induk sepak bola di Surabaya

guna menandingi SVB. Kemudian

dibentuklah komite Surabaya yang                                                                                                                          6 THOR, HBS, dan Annasher masih bertahan sampai sekarang dan tergabung ke dalam anggota internal Persebaya pada saat ini. Soepangat. Persebaya. Tp. Tt. hlm. 1 7 “Surabaya Didirikan oleh Klub, Bukan Perorangan”, Radar Surabaya. 18 Juni 2011. hlm. 22

bertugas untuk menyiapkan bond sepak

bola Surabaya dengan dipimpin oleh R.M.

Bintarti dan Dr. R. Soerjatin bersama

dengan tokoh lain seperti Paijo, M.

Pamoedji, R. Sanoesi, Sidik, Askaboel,

Radjiman Nasutian pada tanggal 18 Juni

1927 sepakat mempersatukan bond sepak

bola pribumi ke dalam satu wadah, yaitu

SIVB (Soerabaiasche Indonesische

Voetbal Bond) dengan Paijo yang ditunjuk

sebagai ketua umum dan M. Pamoedji

sebagai bendaharanya.8 Kemudian bersama

bond-bond daerah lain, SIVB menjadi

salah satu bond yang mendirikan PSSI

pada 19 April 1930.

Masa pendudukan Jepang, segala

hal yang berbau kebarat-baratan dilarang

keberadaannya. Hal ini menjadikan SVB

dalam masa kevakuman dan menjadi latar

belakang berdirinya Persebaya dengan

meleburnya SVB dan SIVB menjadi

Persibaja pada tahun 1943 dan disepakati

tanggal 18 Juni 1927 sebagai hari lahir

klub. Kemudian pada tahun 1960 nama

klub disesuaikan dengan Bahasa Indonesia

yang telah disempurnakan menjadi

Persebaya hingga sekarang serta mewarisi

Stadion Gelora 10 November sebagai

kandang bagi Persebaya.

                                                                                                                         8 Viky Nurisman A, Corry Liana. Avatara: Nasionalisme dalam Sepak Bola Surabaya. Vol. 1, No. 2. hlm. 10-20

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 6: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

Kondisi Sosial dan Animo Masyarakat

Surabaya Terhadap Sepak Bola

Dalam kehidupan sosial masyarakat

Surabaya, lingkungan kehidupan di kota

industri yang besar dan sibuk membentuk

watak penduduknya. Bahasa jawa logat

Surabaya mempunyai nada yang khas,

cepat, dan datar. Terkadang, kata-kata

kasar yang telah diucapkan terus terang

memberi petunjuk bahwa lingkungan

kesibukan yang telah membentuknya.

Selain itu berdasarkan kondisi geografis

kota Surabaya yang berada di pesisir

sungai Brantas dianggap sebagai pengaruh

alami kondisi sosial masyarakat Surabaya

yang dikenal keras sebagai ekologi budaya

Arek. Karakter yang keras khas pesisir

merupakan salah satu ciri budaya Arek

serta pembentukan karakter nekat juga

dianggap sebagai kebiasaan yang merebak

di kalangan arek Suroboyo. Barangkali

perilaku itu merupakan “warisan tempo

doeloe” yang hingga kini dilestarikan

dengan semboyan nek gak nekat dudu arek

Suroboyo.9 Namun, ditengah kesibukan

kota individualisme tidak berkembang

karena adanya solidaritas yang diikat oleh

lembaga gotong royong yang disebut

sinoman dan arisan.10 Kondisi kota yang

sibuk menjadikan masyarakat Surabaya

                                                                                                                         9 M. Basofi Soedirman. Bonek: Berani Karena Bersama. 1997. hlm. 47 10 Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI. Pertempuran Surabaya. 1998. hlm. 4-5

memerlukan hiburan massif yang

berlangsung dalam waktu relatif cepat, dan

menonton pertandingan Persebaya menjadi

salah satu hiburan massal bagi masyarakat

Surabaya.

Keterikatakan kondisi sosial

masyarakat kota yang membutuhkan

hiburan massal tetapi juga tetap mencirikan

budaya khas Surabaya yang erat

solidaritasnya tercermin dalam antusiasme

masyarakat Surabaya. Fanatisme

kedaerahan sebagai salah satu ciri khas

kompetisi Perserikatan juga menjadi alasan

tingginya antusiasme penonton. Pada tahun

1980-an, media Jawa Pos melakukan

survey terhadap para penonton yang datang

ke stadion untuk menyaksikan

pertandingan Persebaya. Hasilnya

sebanyak 73% masyarakat datang untuk

menyaksikan pertandingan Persebaya

karena sama-sama warga Surabaya dan

Jawa Timur. Sisanya sebanyak 20% ingin

mengetahui teknik bermain sepak bola

yang benar, dan 7% lainnya beralasan

mendukung Persebaya karena ramai-ramai

diajak kawan. Dapat disimpulkan bahwa

Persebaya menjadi wadah bagi masyarakat

Surabaya sebagai hiburan dan penyalur

kondisi sosial masyarakat. Bahkan kata-

kata keras khas Surabaya sering terdengar

di stadion ketika dilontarkan kata-kata

jancuk yang memang agak kasar bagi

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 7: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

masyarakat Jawa, tetapi biasa bagi

masyarakat Surabaya.

Tingginya antusiasme masyarakat

didasarkan pada jumlah penonton yang

hadir di Stadion. Ketika Persebaya

bertanding biasanya Stadion Gelora 10

November akan penuh yang berkapasitas

bagi 35.000 orang. Bahkan sebelum

memasuki tahun 1980-an, pertandingan

antara Persebaya vs Ajax Amsterdam pada

tanggal 11 Juni 1975 pernah tercatat

dihadiri hampir dua kali lipat kapasitas

stadion dengan jumlah 60.000 penonton.11

Berdasarkan fakta yang ada, tingginya

antusiasme masyarakat Surabaya

merupakan suatu bentuk solidaritas

kedaerahan yang didasarkan pada

kehidupan kondisi sosial yang memang

jauh dari sifat individualisme dan juga

Persebaya merupakan wadah untuk

merepresentasikan budaya khas Surabaya

serta Persebaya seolah menjadi

kebanggaan masyarakat Surabaya.

Era Poernomo Kasidi: Momentum

Kebangkitan Persebaya

Sejak terakhir kali menjadi juara

kompetisi Perserikatan PSSI pada tahun

1978 Persebaya mengalami kemunduran

yang cukup drastis. Manajemen dianggap

sebagai dalang kemunduran Persebaya

                                                                                                                         11 Bonek Kampus ITS. Kumpulan Artikel: History of Persebaya. 2008. hlm. 22

karena dianggap kurang perhatian dengan

Persebaya. Setelah Djoko Soetopo

memimpin Persebaya sejak juara tahun

1978 sampai 1982, Persebaya telah

mengalami 3 kali pergantian ketua umum

hingga Poernomo Kasidi. Dari Kolonel

Maryakub dan Letkol. Soegardjito yang

memimpin Persebaya sejak 1982 sampai

1986 keadaan intern Persebaya tidak

banyak berubah. Banyak pengurus yang

hanya mementingkan diri sendiri dan klub

binaannya daripada kepentingan Persebaya

sebagai tujuan bersama. Keretakan di

tubuh Persebaya mencapai puncak ketika

Letkol L. Soegardjito menyatakan

mengundurkan diri sebagai ketua umum

tahun 1985.12 Bahkan keadaan diperparah

dengan terpuruknya Persebaya yang

hampir mengalami degradasi dari Divisi

Utama Perserikatan karena hanya mampu

menempati peringkat 9 dari 12 peserta.

Pada saat itu Persebaya memiliki potensi

dilirik sponsor, tetapi karena manajemen

Persebaya yang kurang kondusif sponsor

menjadi menarik minat mereka.

Munculnya Poernomo Kasidi

sebagai ketua umum Persebaya merupakan

bentuk kepeduliannya sebagai Walikota

Surabaya ketika itu. Keberhasilannya

membenahi Surabaya membuat harapan

masyarakat akan Persebaya yang lebih baik

                                                                                                                         12 PWI Jatim. Persebaya Green Force III: Kami Haus Gol Kamu. 1991. hlm. 48

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 8: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

menaruh harap di pundak Poernomo

Kasidi. Langkah pertama Poernomo

menyikapi kekosongan posisi ketua umum

Persebaya yaitu menugaskan Tubagus

Muchtar sebagai ketua sementara pada

tahun 1986, hasilnya Persebaya mampu

melakukan gebrakan dengan menjadi

runner-up Perserikatan pada tahun

tersebut. Kejelian Poernomo mengangkat

Persebaya membuat para anggota

Persebaya mengadakan Musyawarah

Anggota Luar Biasa pada bulan April 1987

yang secara aklamasi memilikih

Walikotamadya Surabaya, Poernomo

Kasidi, sebagai Ketua Umum dengan

pendamping Kol. E.E. Mangindaan

Danrem 084 sebagai Ketua Harian.13

Pemilihan Poernomo juga diharapkan

berbagai kemudahan yang didapat

Persebaya melalui kewenangannya sebagai

walikota. Poernomo kembali terpilih

menjadi ketua umum Persebaya pada

pemilihan kedua tanggal 25 Agustus 1991

dengan pendamping Imam Oetomo sebagai

ketua harian.

Poernomo Kasidi memimpin

Persebaya dalam gelaran Liga Perserikatan

sebanyak empat kali selama tujuh tahun

kepengurusannya. Sistem Liga

Perserikatan mengalami perubahan sejak

kompetisi 1989/1990 akibat sepak bola

gajah. PSSI juga menilai dengan

                                                                                                                         13 Ibid., hlm. 49

diadakannya kompetisi Perserikatan

setahun sekali pembinaan terhadap pemain

dan regenerasi pemain dinilai kurang

karena waktu yang terlalu mepet.14

Akibatnya para pemain muda yang masuk

ke tim senior klub-klub Perserikatan lebih

banyak hanya menjadi pemain cadangan

bagi pemain-pemain yang memang sudah

berpengalaman. Dari 4 kali mengikuti Liga

Perserikatan di bawah kepemimpinan

Poernomo, Persebaya berhasil meraih 1

kali juara, 1 kali runner up dan 2 kali

peringkat ketiga, serta 1 kali juara Piala

Utama. Juara Perserikatan diraih pada

tahun 1987/1988 dengan dimanajeri oleh

H. Agil Ali, trio pelatih Nino Sutrisno,

Kusmanhadi, dan M. Misbach, serta

pemain-pemain kenamaan seperti Putu

Yasa, Muharrom Rusdiana, Maura Hally,

Budi Johannis, Mustaqim, dan Syamsul

Arifin. Kompetisi selanjutnya tahun

1989/1990 Persebaya hanya menjadi

runner up dengan kondisi yang tidak jauh

berbeda dengan musim sebelumnya. Tahun

1990 Persebaya menjadi pelopor

penggunaan pemain muda dengan

mayoritas pemain berusia 23 tahun,

hasilnya Persebaya menjadi juara Piala

Utama 1990 mengalahkan klub raksasa

Galatama, Pelita Jaya. Tetapi hanya

berhasil menjadi peringkat ketiga di akhir

                                                                                                                         14 “Dari Sidang Paripurna PSSI: Kompetisi Perserikatan Diperbaiki”, Kompas. 28 Maret 1988. hlm. 10

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 9: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

kompetisi Perserikatan. Peremajaan

pemain dimanajeri oleh Dahlan Iskan, duet

pelatih utama Rusdi Bahalwan dan

Subodro, dan memunculkan bintang masa

depan seperti Yusuf Ekodono, Putut

Wijanarko, Ibnu Grahan, Totok Andjik,

dan lain-lain. Pada kompetisi terakhir

Perserikatan pada 1993/1994 Persebaya

juga hanya menempati urutan ketiga

karena faktor non-teknis terkait

diskorsingnya manajer Agil Ali oleh PSSI.

Faktor Pendorong dan Penghambat

Bangkitnya Persebaya

Persebaya masa kepemimpinan

Poernomo Kasidi mampu menemukan

kembali nama besarnya dalam sepak bola

nasional karena didukung oleh beberapa

faktor. Diantara beberapa faktor

pendukung bangkitnya Persebaya ialah

terjalinnya hubungan dengan pers,

munculnya Bonek sebagai organisasi

suporter, serta dukungan pemerintah

daerah Surabaya. Pertama, Persebaya

memanfaatkan keberadaan pers yang

memang berfungsi sebagai media

informasi untuk melambungkan namanya.

Persebaya yang sedang bangkit saat itu

dianggap sebagai topik hangat yang patut

diperbincangkan lebih dalam.

Terjalinnya hubungan Persebaya

dengan pers tidak lain merupakan sebuah

program yang memang sudah diatur di

dalam AD/ART Persebaya yang

menyebutkan bahwa salah satu kewajiban

dan usaha Persebaya adalah menjalin

hubungan kemasyarakatan melalui media

komunikasi.15 Hubungan yang terjalin

antara Persebaya dan pers tidak hanya

menguntungkan salah satu pihak, tetapi

menjadi keuntungan bagi kedua pihak.

Jawa Pos misalnya, media cetak yang

dikepalai oleh Dahlan Iskan memang

menjadikan Persebaya sebagai komoditi

utama pemberitaan koran tersebut.

Hasilnya oplah Jawa Pos naik drastis setiap

kompetisi antarklub sepak bola Indonesia

hingga 50 ribu eksemplar setiap harinya.

Sementara dari media elektronik, Radio

Gelora Surabaya (RGS) menjadi media

utama sebagai penyiar Persebaya karena

televisi pada saat itu masih belum

berkembang dan masih didominasi oleh

program TVRI. Baik Jawa Pos dan RGS

sama-sama menjalin hubungan dengan

Persebaya tanpa ikatan kontrak. Namun,

peran keduanya dikatakan cukup vital

dengan memfasilitasi suporter Persebaya

yang ingin menonton pertandingan

Persebaya di Senayan, suporter inilah yang

kemudian kita kenal dengan nama Bonek.

Jawa Pos mengkoordinir keberangkatan

warga Surabaya tahun 1987, baik penonton

yang naik kereta api maupun bus

                                                                                                                         15 Anggaran Dasar Persebaya. Bab II Umum Pasal 4 Ayat 3 tentang Kewajiban dan Usaha. 1992. hlm. 2

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 10: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

Surabaya-Jakarta dengan tarif Rp 25.000,-

per orang pergi pulang.16 Begitu pula

dengan RGS yang bahkan menyiarkan

langsung pertandingan Persebaya melalui

siaran radio jika tidak disiarkan dalam

televisi. Adanya pers ini juga menjadikan

Persebaya mendapatkan pengawalan dan

bantuan dari masyarakat Surabaya jika

menemui kendala dalam perjalanan

mereka.

Kedua, masa kepemimpinan

Poernomo Kasidi dihebohkan dengan

kemunculan Bonek sebagai suporter

Persebaya dan organisasi suporter pertama

di Indonesia. Istilah Bonek merupakan

akronim dari Bandha Nekat yang

dicetuskan oleh Dahlan Iskan. Kemunculan

Bonek merubah sifat tradisional suporter

sepak bola di Indonesia yang beralur

datang, duduk di dalam stadion, kemudian

mulai bersorak ketika tim yang

didukungnya melakukan serangan ke pihak

lawan. Bonek mengubah kebiasaan

suporter sepak bola di Indonesia dengan

memakai atribut sebagai identitas diri.

Atribut-atribut yang digunakan diantaranya

memakai baju, selendang ataupun syal, dan

ikat kepala berwarna hijau dan bertuliskan

“Kami Haus Gol Kamu!”. Fenomena yang

tak pernah dilupakan yaitu gerakan

tret...tret...tret yaitu mobilisasi suporter

                                                                                                                         16 “Komentar Dari Surabaya: Saatnya Persebaya Juara”, Kompas. 8 Maret 1987. hlm. 14

Persebaya secara tertib dari Surabaya ke

Jakarta yang dikoordinir oleh Jawa Pos

pada tahun 1986/1987. Dukungan moril

yang diberikan Bonek membuat para

pemain Persebaya seakan mendapatkan

tambahan tenaga ketika sudah merasa lelah

sehingga senantiasa akan selalu

memberikan yang terbaik bagi masyarakat

Surabaya.

Ketiga, terdapat dua bentuk

dukungan yang diberikan pemerintah

daerah Surabaya terhadap Persebaya, yaitu

materil dan moril. Sejak menjadi walikota,

Poernomo mendapatkan masukan jika

ingin dikatakan sukses menjadi walikota

maka setidaknya harus melakukan tiga hal,

yaitu jangan ada banjir, jalan berlubang,

dan Persebaya harus juara.17 Untuk alasan

terakhir maka pemerintah daerah Surabaya

tidak sungkan membantu Persebaya.

Pemda Surabaya memberikan diskon 50

persen untuk sewa lapangan dan pajak

terhadap Stadion Gelora 10 November.18

Selain itu biaya pemeliharaan stadion dan

wisma pemain juga masuk ke dalam

APBD pemerintah daerah Surabaya.19

Sementara dukungan moril ditunjukkan

pemerintah daerah dengan kehadiran dan

                                                                                                                         17 Wawancara Dahlan Iskan melalui email tanggal 29 Oktober 2014 18 Duniabola. http://www.bola-indonesia.org/2012/04/cholid-pemkot-jadikan-persebaya-sapi_4.html diunduh pada 26 September 2014, Pkl. 09.33 WIB 19 Wawancara Dahlan Iskan melalui email tanggal 29 Oktober 2014

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 11: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

semangat yang diberikan untuk para

pemain, seperti yang dikatakan manajer

Persebaya H. Agil Ali, “Coba lihat, mulai

dari walikota Poernomo, sampai wagub

Trimarjono, pangdam Saiful Sulun telah

hadir di Jakarta, dan nanti gubernur

Wahono, ketua DPRD Blegoh Soemarto

juga bakal ke Jakarta. Ini kan dorongan

semangat yang luar biasa”.20 Dukungan

moril yang diberikan membuat Persebaya

menjadi sebuah sarana bagi aspek sosial

masyarakat Surabaya yang menyatukan

mereka dari segala lapisan mulai dari

kalangan bawah hingga para pejabat

daerah Surabaya demi Persebaya yang

semakin besar.

Usaha manajemen untuk

membangun Persebaya juga mendapatkan

beberapa hambatan, yaitu sepak bola gajah,

konflik intern, serta kerusuhan. Sepak bola

gajah merupakan permainan yang

memberikan kemenangan pada pihak

lawan secara sengaja. Persebaya pernah

membuat gempar sepak bola Indonesia

dengan memainkan sepak bola gajah

medio Februari 1988 yang memberikan

kemenangan 12-0 kepada Persipura di

Stadion Gelora 10 November. Pengurus

mengatakan bahwa memberikan

kemenangan kepada Persipura merupakan

sebuah taktik, “Pertama, kita melihat

bahwa daerah Indonesia Timur akan tanpa

                                                                                                                         20 Kompas. Loc. Cit.,8 Maret 1987. hlm. 14

wakil kalau Persipura tak diloloskan.

Kedua, PSIS adalah tim tangguh yang

tentunya akan lebih merepotkan”.21 Dalih

menyelamatkan Persipura memang sebagai

alibi membangun sepak bola di wilayah

timur Indonesia, namun aroma trauma

dengan PSIS tercium karena pada tahun

sebelumnya ambisi Persebaya meraih juara

dihanguskan oleh PSIS dengan

mengalahkan Persebaya di partai final

Perserikatan. Untuk itu, Persebaya lebih

memilih menyelamatkan Persipura

dibanding mengalahkan Persipura yang

menyebabkan PSIS akan lolos ke babak 6

besar di Senayan. Sepak bola gajah

Persebaya menuai pro dan kontra karena

dinilai merusak nilai-nilai fair play sebagai

dasar permainan sepak bola. PSSI bahkan

tidak bisa berbuat banyak karena tidak

memiliki payung hukum yang kuat untuk

pelanggaran permainan semacam ini.

Usaha PSSI meredam sepak bola gajah

baru dilakukan oleh Agum Gumelar pada

tahun 1994 yang memberikan skorsing

kepada manajer Persebaya, Agil Ali,

selama 3 tahun karena permainan serupa

yang dilakukan dengan memberikan

kemenangan kepada Persema Malang.

Persebaya masa Poernomo Kasidi

juga pernah diterpa konflik internal yang

cukup menghambat laju kebangkitan

                                                                                                                         21 “Pengakuan E.E. Mangindaan”, Merdeka. 29 Maret 1988. hlm. 1

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 12: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

Persebaya. Dari intern manajer, kegagalan

Persebaya pada berbagai ajang turnamen

pada medio 1990, pelatih ketika itu

dianggap sebagai biang kegagalan karena

memiliki dua klub yang harus dilatih.

Rusdi Bahalwan dan Subodro dianggap

tidak melatih secara serius setelah diminta

menangani tim Galatama, Mitra

Surabaya.22 Hasilnya pelatih tidak dalam

fokus 100 persen dalam membangun

Persebaya. Setelah adanya pro-kontra,

kedua pelatih baru fokus menangani

Persebaya. Beberapa insiden konflik juga

melanda beberapa klub internal yang

bermuara pada Persebaya sebagai induk

sepak bola Surabaya. Seperti konflik yang

terjadi pada pertandingan PS Setia dan

Assyabaab tanggal 28 Oktober 1990.

Pertandingan ini diwarnai baku hantam

kedua kubu dan wasit turut menjadi korban

akibat pertandingan ini. Hasilnya,

pengurus cepat mengeluarkan hukuman

skorsing yang tertuang dalam surat

keputusan Persebaya No.

295/SK/FORM/1990, yang ditetapkan

tanggal 31 Desember 1990 dan

ditandatangani ketua umum Persebaya,

Poernomo Kasidi.23 Konflik internal juga

terjadi pada tahun 1993 antara Assyabaab

dan Suryanaga, karena aksi mogok main

secara tiba-tiba dari pihak Assyabaab.                                                                                                                          22 PWI Jatim. Op. Cit., hlm. 27 23 “Persebaya Jatuhkan Skorsing pada Ofisial dan Pemain Klub PS Setia”, Kompas. 5 Januari 1991. hlm. 15

Mereka menilai wasit Imam Rachmad

sudah memimpin pertandingan mereka tiga

kali secara beruntun dan mencurigai

adanya kecurangan, tetapi wasit Imam

merupakan wasit pengganti pada 2

pertandingan karena wasit utama yang

berhalangan hadir. Persebaya juga

mengambil tindakan skorsing terhadap

kubu Assyabaab. Adanya konflik turut

menghambat laju Persebaya, karena klub

internal merupakan pabrik pemain dan

pengurusnya pun menjadi pengurus

Persebaya. Seperti Moh. Barmen yang

membina Assyabaab merupakan Dewan

Penasihat Persebaya, serta pemain seperti

Agus Winarno, Yani Faturachman

merupakan segelintir pemain yang

diskorsing tetapi juga sebagai pemain

Persebaya. Namun konflik yang ada masa

Poernomo cepat diatasi untuk membentuk

kembali manajemen yang padu bagi

Persebaya.

Kerusuhan merupakan sebab lain

hambatan bagi Persebaya era Poernomo

Kasidi, kerusuhan yang diakibatkan

suporter Persebaya ini terjadi di dalam

stadion ataupun di luar stadion. Salah satu

kerusuhan di dalam stadion yang cukup

mencekam yaitu terjadi pada tahun 1993

pada pertandingan Persebaya vs Persib

yang dimenangkan tim tamu dengan skor

3-0. Kecewa dengan permainan Persebaya,

para Bonek turun ke lapangan dan merusak

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 13: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

kelengkapan stadion. Papan reklame di

pinggir lapangan dicopot dan digotong

masuk lapangan, pagar besi pembatas

lapangan dirobohkan, jala di belakang

gawang dicopot dan dirusak. Pihak

penyelenggara menaksir kerugian yang

terjadi mencapai Rp 19,3 juta yang

menjadi tanggungan panitia pelaksana.

Sementara kerusuhan di luar stadion terjadi

pada perjalanan pulang para Bonek dari

Jakarta ke Surabaya setelah partai 6 besar

di Senayan. Kenekatan Bonek yang hanya

membawa sangu pas-pasan memberikan

efek penjarahan dan perusakan yang

dilakukan hampir disepanjang jalan. Pada

umumnya perusakan yang dilakukan

selama perjalanan karena para Bonek

merasa kelaparan dan tidak memiliki bekal

yang cukup untuk itu. Strategi meredam

amarah Bonek dilakukan petugas Stasiun

Tugu Yogyakarta pada tahun 1992 dengan

menyediakan sekitar 600 nasi bungkus

serta air minumnya. Hasilnya kericuhan

yang diakibatkan Bonek dapat segera

terhenti dan tidak ada ulah lanjutan dari

para suporter Persebaya ini.

Manajemen Klub Perserikatan

Persebaya

Persebaya sebagai sebuah

organisasi memiliki tujuan untuk

mewujudukan cita-cita memasyarakatkan

olahraga yang tidak terpisahkan dari

pembangunan nasional atau manusia

seutuhnya berazaskan Pancasila.24 Untuk

mewujudkan cita-citanya, diperlukan

organisasi yang kuat dan baik sebagai

penggerak dan pelaksana tujuan tersebut.

Oleh karena itu, Poernomo melengserkan

orang-orang di dalam pengurus yang

dianggap tidak memiliki kontribusi

terhadap kemajuan Persebaya. Struktur

kepengurusan Persebaya telah diatur di

dalam AD/ART Persebaya yang

diantaranya sebagai berikut: struktur paling

atas di dalam organisasi adalah Pelindung

Persebaya (Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Jawa Timur dan Ketua KONI

Tingkat I Jawa Timur). Dibawahnya

terdapat Pembina Persebaya (Muspida

Tingkat II Surabaya dan KONI Tingkat II

Kotamadya Surabaya). Kemudian struktur

ketiga Persebaya ditempati oleh Dewan

Penasihat Persebaya (individu yang

memiliki kredibilitas tinggi dalam sepak

bola). Roda kegiatan pengurus ditentukan

oleh Pengurus Paripurna dan Pengurus

Harian di bawah garis Dewan Penasihat.

Pengurus Paripurna Persebaya terdiri dari

ketua umum, beberapa orang ketua,

sekretaris, bendahara, beberapa orang

ketua komisi, anggota komisi, humas, dan

protokol. Sementara Pengurus Harian

terdiri atas ketua umum, beberapa orang

ketua, sekretaris, dan bendahara.

Keseluruhan pengurus bertanggung jawab

                                                                                                                         24 Anggaran Dasar Persebaya. Bab I Umum Pasal 2 Ayat 1-2 tentangAzas dan Tujuan. 1992. hlm. 1

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 14: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

terhadap Musyawarah Anggota sebagai

pemegang suara tertinggi di dalam

pengurus.25

Untuk mengoptimalkan berjalannya

operasional Persebaya maka perlu

disokong akan ketersediaan dana.

Keuangan Persebaya diperoleh melalui

uang pangkal, iuran anggota, hasil

pertandingan Persebaya, sumbangan yang

tidak mengikat, usaha lain yang sah dan

tidak bertentangan dengan Anggaran

Dasar.26 Setiap musimnya setidaknya

Persebaya memerlukan pengeluaran

sebesar 115-120 juta rupiah.27 Donatur

menjadi aset terbesar bagi Persebaya di

samping bantuan dana dari pemerintah

daerah. Pengupayaan sponsor bagi

Persebaya banyak dibantu dengan

mengandalkan hubungan baik pengurus

(walikota, manajer umum, danrem, dan

lain-lain) yang sekiranya telah memiliki

public relation yang baik. Sisanya

didapatkan dari iuran anggota, serta pos

pemasukan 2 persen dari sumbangan dana

masyarakat Surabaya untuk Persebaya.

Untuk mengawasi sensitifnya masalah

keuangan dibentuk Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) yang terdiri dari tiga

orang dan berada di luar kepengurusan

                                                                                                                         25 Anggaran Dasar Persebaya. Bab III Organisasi Pasal 6 tentang Susunan Organisasi. 1992. hlm. 3 26 Anggaran Dasar Persebaya. Bab VIII tentang Keuangan. 1992. hlm. 7 27 ”Kami Terima Bantuan dari Tukang Becak”, Merdeka. 22 Maret 1988. hlm. 12

paripurna dan harian. Dengan demikian,

Persebaya era Poernomo memiliki alur dan

sistematika yang jelas dalam pelaksanaan

operasional Persebaya.

Selesai mengenai urusan

manajemen, langkah selanjutnya dari

pengurus yaitu pemilihan manajer dan

pelatih bagi Persebaya. Untuk kedua

jabatan tersebut, Persebaya memiliki

kriteria tertentu yang ditinjau sebagai dasar

pijakan memajukan Persebaya. Bagi

manajer, kriteria yang harus dimiliki ialah

bekerja sebagai “orang bola”, menjadi

anggota Persebaya, serta mengerti hal-hal

teknis dan non-teknis permainan, dan juga

mampu melakukan public relation.28

Mengingat posisi manajer cukup vital

sebagai pengatur segala kebutuhan tim

baik tekni dan non-teknis, maka syarat-

syarat di atas harus dimiliki setiap manajer

Persebaya. Hubungan publik juga

diperlukan sebagai langkah membesarkan

Persebaya melalui media. Sementara bagi

pelatih Persebaya, kriteria yang harus

dimiliki adalah memiliki sertifikat S-1 dan

pernah menjadi pemain nasional Indonesia.

Setidaknya dengan standar pendidikan

tinggi yang diperoleh dan pengalaman

menjadi pemain nasional memberikan

kelebihan untuk mengamati dan

menganalisa perkembangan sepak bola

                                                                                                                         28 “Persebaya Harus Atasi Sendiri: Menjelang Kompetisi Divisi Utama 1990”, Jawa Pos. 20 September 1989. hlm. 1

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 15: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

nasional dan merancang strategi untuk

keberhasilan Persebaya. Manajer

Persebaya selama kepemimpinan

Poernomo hanya berkutat pada dua nama,

yaitu H. Agil Ali dan Dahlan Iskan.

Keduanya merupakan manajer yang handal

yang membawa cukup prestasi bagi

Persebaya. Sementara kursi pelatih

Persebaya berganti setiap tahunnya antara

M. Misbach, Kusmanhadi, Nino Sutrisno,

Zulkifli Yasin, Rusdi Bahalwan, dan

Subodro.

Meningkatkan kesejahteraan

pemain merupakan strategi yang ditempuh

pengurus setelah membentuk

kepengurusan yang baik. Kesejahteraan

pemain Persebaya diberikan dalam bentuk

bonus bagi pemain. Bonus diberikan

karena saat itu tidak ada sistem gaji, para

pemain Persebaya hanya mendapatkan

beras, gula, minyak goreng, dan uang

transport Rp 2.000 per hari dan

ditambahkan dengan uang saku harian

sebesar Rp 10.000 per hari sebagai

pengganti gaji.29 Sifat liga yang masih

amatir menjadi sebab belum adanya sistem

gaji yang berlaku bagi klub-klub

Perserikatan. Untuk menyiasati masalah

gaji agar para pemain tetap memberikan

penampilan terbaik bonus yang diberikan

pengurus dapat dikatakan cukup besar.

Pada tahun 1987/1988 selain mendapatkan

                                                                                                                         29 Merdeka. Loc. Cit., 22 Maret 1988. hlm. 12

uang pembinaan sebagai bonus, pemain

Persebaya juga dikatakan akan

mendapatkan rumah.30 Hanya rumah yang

belum terwujud ketika itu hingga baru

terealisasi pada tahun 2013 silam.

Kemudian pada tahun selanjutnya

disebutkan bahwa pengurus memberikan

bonus sebesar Rp 75 juta di kediaman

walikota Poernomo Kasidi.31 Besarnya

nominal yang diberikan berbeda kepada

setiap pelatih dan pemain senior, pemain

muda, pemain cadangan, dan untuk pemain

seleksi bagi persebaya. Dari total uang

senilai Rp 75 juta, bonus terbesar

dibagikan senilai Rp 4 juta kepada 10

orang termasuk duet pelatih, dan pemain

senior Persebaya. Enam orang pemain

muda Persebaya yang menjadi pemain inti

diberikan bonus senilai Rp 3 juta, pemain

cadangan mendapatkan Rp 2 juta, dan Rp

500 ribu kepada para pemain yang telah

mengikuti seleksi Persebaya. Selain itu

pengurus memberikan jaminan sosial bagi

pemain Persebaya yang punya andil besar

bagi klub, melalui pak Poernomo pemain

Persebaya umumnya dimasukkan bekerja

di PDAM Surya, seperti Segeir Sutrisno,

Muharom Rusdiana, Subangkit, Yusuf

Ekodono, dan lain-lain. Strategi menjamin

kesejahteraan pemain memberikan

kenyamanan tersendiri bagi pemain yang                                                                                                                          30 “Mereka Takut Dimanfaatkan Calo”, Surabaya Post. 24 Maret 1990. hlm. 15 31 “Persebaya dapat Bonus”, Surabaya Post. 28 Maret 1990. hlm. 15

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 16: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

membela Persebaya. Meskipun sifat klub

masih amatir namun pengurus secara

profesional menjaga para pemain agar

fokus memberikan hasil yang terbaik bagi

persebaya.

Peran pengurus Persebaya untuk

selalu menjaga konsistensi Persebaya ialah

penyusunan program kerja, pelaksanaan,

dan pengawasan dalam bidang

pertandingan dan kompetisi yang meliputi

pelaksanaan dan evaluasi pertandingan &

kompetisi, serta penyusunan kesebelasan

dan evaluasi pemain.32 Evaluasi

pertandingan dan kompetisi serta evaluasi

pemain menjadi langkah akhir yang selalu

dijalankan untuk menutupi setiap

kekurangan yang ada pada tim di setiap

kompetisi. Tidak hanya pemain, tetapi

mulai dari pengurus, manajer, dan pelatih

juga mengalami evaluasi dari pengurus

sehingga diharapkan pelaksanaan kerja

yang dilakukan masing-masing unsur ialah

usaha yang terbaik bagi kemajuan

Persebaya.

Inovasi Kebijakan Poernomo dalam

Dinamika Sepak Bola Nasional

Jika melihat bagaimana kebijakan

pengurus Persebaya masa kepemimpinan

Poernomo maka tidak banyak hal yang

dilakukan. Poernomo hanya membenahi

                                                                                                                         32 Anggaran Rumah Tangga Persebaya. Bab III Organisasi Pasal 13 tentang Fungsi dan Usaha Ayat 4. 1992. hlm. 9

masalah kepengurusan bagaimana

seharusnya mereka bekerja. Namun, ada

beberapa kebijakan yang dinilai baru dan

memiliki dampak yang luar biasa bagi

perkembangan sepak bola nasional.

Diantara beberapa pembaruan dan

berdampak besar ialah pembangunan

Wisma Persebaya, terbentuknya organisasi

suporter pertama di Indonesia, serta

konsistensi kompetisi internal sebagai

wadah pembibitan pemain.

Sebelum adanya sistem asrama

pemain, biasanya pemusatan latihan para

pemain dikumpulkan ke dalam satu wisma.

Cara ini sudah umum ditemui, seperti yang

dilakukan Persegres. Para pemain

Persegres tinggal di Wisma Putri Jalan

Padi kompleks Petrokimia Gresik dengan

kondisi cukup mewah, fasilitas AC, kamar

mandi di dalam, ruang biliard, ruang

makan, TV dengan antena parabola.33

Sebelum memiliki asrama pemain,

Persebaya juga mengumpulkan para

pemainnya ke dalam Wisma GKPN Jalan

Pasar Baru Surabaya. Namun, pada

umumnya keberadaan wisma memiliki

kendala pada jarak yang cukup jauh dari

stadion untuk berlatih. Pembangunan

asrama pemain yang berada dalam satu

kompleks stadion dilakukan Poernomo

Kasidi dengan mendirikan Wisma

                                                                                                                         33 “Divisi Utama: Persiapan Menjelang Kompetisi Divisi Utama Dua Tim Jawa Timur”, Jawa Pos. 14 Oktober 1989. Hlm. 10

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 17: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

Persebaya dan meresmikannya pada

tanggal 25 April 1993. Pembangunan

asrama dalam satu kompleks stadion

dinilai baru dan memberikan sumbangan

pembangunan dalam sepak bola nasional,

bahkan klub-klub besar di Indonesia

seperti Persib Bandung baru memiliki

asrama pemain yang berada dalam satu

kompleks stadion pada tahun 2007.

Munculnya organisasi suporter

sepak bola Bonek menempatkan Persebaya

sebagai tim pertama di Indonesia yang

memiliki suporter terorganisir. Keberadaan

Bonek memberikan keuntungan ganda bagi

Persebaya baik dari dukungan moril

ataupun materil. Untuk mengatasi beberapa

kerusuhan yang ditimbulkan Bonek,

Poernomo membentuk koordinator-

koordinator Bonek.34 Para koordinator

Bonek kemudian disatukan ke dalam

sekretariat bersama suporter yang

disediakan di dalam gedung Persebaya

bersama dengan kantor pengurus

Persebaya di kompleks stadion Gelora 10

Nopember. Hubungan antara klub dan

suporter yang lebih dinamis ikut

mempengaruhi kemunculan organisasi

suporter lainnya, seperti Persib dengan

suporternya Viking yang didirikan pada

tahun 1993 dan memiliki ruang bersama di

                                                                                                                         34Wawancara dengan Dahlan Iskan melalui email pada 20 Oktober 2014.

mess pemain Persib, dan Persija dengan

The Jakmania yang berdiri pada tahun

1995 serta sekretariat bersama yang berada

di Stadion Lebak Bulus, Jakarta.

Pembinaan pemain dan regenerasi

pemain yang pernah dilakukan Poernomo

dinilai sebagai contoh bagi klub-klub sepak

bola lainnya, ketika menggunakan para

pemain yang berusia 23 tahun pada musim

kompetisi 199-1992. Bahkan anak-anak

muda Surabaya pernah merebut gelar Piala

Utama dengan mengalahkan Pelita Jaya

pada tahun 1990. Regenerasi pemain ini

dilakukan melalui kompetisi internal yang

memang sudah berjalan rutin setiap

tahunnya. Dari kompetisi internal ini lahir

pemain-pemain handal asal Surabaya yang

ikut melambungkan nama bangsa dan

negara, seperti Abdul Kadir, Jacob

Sihasale, Rusdi Bahalwan, Rudi W.

Keltjes, dan Joko Malis. Dua puluh enam

klub anggota Persebaya dibagi ke dalam 3

kategori dengan jumlah peserta 8 klub

masing-masing divisinya. Sementara dua

klub sisanya mengisi daftar tunggu divisi

dua Persebaya. Sistem promosi dan

degradasi diberlakukan dengan tujuan

peningkatan mutu kompetisi dan

pembinaan pemain terhadap sistem yang

berlaku dalam sepak bola nasional. Umur

para pemain dibatasi khusus bagi pemain

yang masih berusia 23 tahun dengan

diperbolehkannya tiga pemain senior untuk

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 18: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

dilibatkan dalam masing-masing klub

internal.35 Dengan demikian sistem

pembinaan ditunjang oleh dua faktor,

yakni dari sistem kompetisi internal itu

sendiri dan para pemain senior yang ikut

langsung bermain dengan para juniornya.

Pembinaan pemain muda Jawa

Timur dan Surabaya mendapat apresiasi

dari ketua umum Persija, “Jakarta dinilai

masih kurang aktif dalam menggelar

turnamen usia muda seperti Jawa Timur.

Jatim yang dikenal sebagai gudangnya

pesepak bola memang lebih konsisten

dalam memutar roda kompetisi.”36 Klub-

klub kompetisi internal Persebaya juga

dipersiapkan untuk mengikuti kejuaraan

antar klub internal skala nasional, para

pemain pilihan juga dipersiapkan untuk

ikut masuk ke dalam PON Jatim. Hasilnya

Persebaya tidak sulit untuk menemukan

para pemain muda yang berkualitas karena

sudah teruji kemampuannya dalam

pembinaan yang dilakukan Persebaya.

Masa kepemimpinan Poernomo, lahir

bakat-bakat besar pemuda Surabaya dalam

skala nasional seperti Yusuf Ekodono,

Ibnu Grahan, Putut Wijanarko, Totok

Andjik, dan para pemain senior seperti

                                                                                                                         35 Wawancara dengan Dahlan Iskan melalui email pada 29 Oktober 2014 36  http://m.bolanews.com/read/nasional/liga.indonesia/90453-tantangan.pemain.binaan.persija Dilihat pada 17 November 2014, Pkl. 11.09 WIB

Putu Yasa, Budi Johanis, Muharom

Rusdiana, Subangkit, dan lain-lain.

Kesimpulan

Poernomo menyadari untuk

mengangkat prestasi Persebaya maka hal

yang harus mendapatkan perhatian utama

ialah organisasi. Di bawah kendali

Poernomo organisasi Persebaya dikuatkan

dan dikompakkan. Poernomo percaya

prestasi akan diraih jika organisasi di

dalamnya sudah baik. Orang-orang yang

tidak berkompeten dalam mengurus

Persebaya segera dilengserkan oleh

Poernomo dan digantikan dengan orang

yang benar-benar berdedikasi tinggi untuk

bersungguh-sungguh memajukan

Persebaya dalam kancah sepak bola

nasional. Pos-pos pelatih, manajer, serta

pengurus harian Persebaya menjadi titik

sentral dalam keberhasilan Poernomo

meningkatkan dan menjaga konsistensi

Persebaya.

Setelah menguatkan organisasinya,

Poernomo baru mencurahkan perhatiannya

kepada pemain Persebaya. Organisasi

tanpa pemain tidak akan menghasilkan

prestasi karena pemain merupakan senjata

utama untuk meraih prestasi. Begitu juga

sebaliknya pemain yang baik tanpa

didukung organisasi yang baik sulit untuk

mendapatkan prestasi. Keduanya berjalan

beriringan untuk mempersembahkan hasil

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 19: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

maksimal bagi Persebaya. Poernomo

menekankan aspek kesejahteraan pemain

sebagai modal untuk meningkatkan

kualitas permainan. Dengan menjamin

kesejahteraan pemain melalui uang saku,

bonus, dan jaminan sosial pemain tidak

lagi harus memikirkan permasalahan non

teknis di luar lapangan. Hal ini menjadikan

fokus pemain seratus persen dalam

membela Persebaya. Keberhasilannya

mengangkat Persebaya juga kelihaiannya

untuk melakukan public relation.

Persebaya dibawanya semakin melekat

dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa

Timur, dari mulai pejabat sampai kalangan

bawah, menjalin hubungan dengan pers,

munculnya Bonek sebagai pendukung

utama Persebaya, serta akses kemudahan

dari pemerintah daerah menjadi faktor

pendukung bangkitnya Persebaya. Secara

garis besar Persebaya pada masa

kepemimpinan Poernomo merupakan suatu

bentuk manajemen baru bagi Persebaya

yang berujung pada konsistensi klub dalam

sepak bola nasional. Konsistensi

didasarkan pada peringkat Persebaya yang

selalu berada di peringkat 3 besar

Perserikatan. Hal ini menjadi kebangkitan

dari masa sebelumnya yang selalu naik

turun serta menjadi tonggak awal

perkembangan Persebaya pada tahun-tahun

berikutnya.

Daftar Referensi

Arsip

AD/ART Persebaya. 1992.

Majalah

Colombijn, Freek. “The Politics of Indonesian Football”, Archipel, 2000. No. 59.

Nurisman A, Viky dan Corry Liana. Avatara: Nasionalisme dalam Sepak Bola Surabaya. Vol. 1 No. 2. 2012. hlm. 10-20.

Surat Kabar

Jawa Pos

“Persebaya Harus Atasi Sendiri: Menjelang Kompetisi Divisi Utama 1990”, Jawa Pos. 20 September 1989. hlm. 1

“Divisi Utama: Persiapan Menjelang Kompetisi Divisi Utama Dua Tim Jawa Timur”, Jawa Pos. 14 Oktober 1989. Hlm. 10

Kompas “Persebaya Jatuhkan Skorsing pada Ofisial dan Pemain Klub PS Setia”, Kompas. 5 Januari

1991. hlm. 15 “Komentar Dari Surabaya: Saatnya Persebaya Juara”, Kompas. 8 Maret 1987. hlm. 14 “Dari Sidang Paripurna PSSI: Kompetisi Perserikatan Diperbaiki”, Kompas. 28 Maret 1988.

hlm. 10 Merdeka

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014

Page 20: Dinamika Persebaya Masa Kepemimpinan Poernomo Kasidi …

 

 

”Kami Terima Bantuan dari Tukang Becak”, Merdeka. 22 Maret 1988. hlm. 12 “Pengakuan E.E. Mangindaan”, Merdeka. 29 Maret 1988. hlm. 1 Radar Surabaya “Surabaya Didirikan oleh Klub, Bukan Perorangan”, Radar Surabaya. 18 Juni 2011. hlm. 22 Surabaya Post “Mereka Takut Dimanfaatkan Calo”, Surabaya Post. 24 Maret 1990. hlm. 15 “Persebaya dapat Bonus”, Surabaya Post. 28 Maret 1990. hlm. 15 Buku Aji, R.N. Bayu. Tionghoa Surabaya Dalam Sepak Bola, 1915-1942. Yogyakarta: Ombak.

2010.

Lombards, Denny. Nusa Jawa: Silang Budaya, Batas-Batas Pembaratan. Jakarta: Gramedia. 2000.

Palupi, Srie Agustina. Politik dan Sepak Bola di Jawa Tahun 1920-1942. Yogyakarta: Ombak. 2004.

Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI. Pertempuran Surabaya. Jakarta: Balai Pustaka. 1998.

PWI Jatim. Persebaya Green Force III: Kami Haus Gol Kamu. Surabaya: SIWO PWI JATIM. 1991.

Soedirman, M. Basofi. Bonek: Berani Karena Bersama. Surabaya: Hipotesa. 1997.

Karya Tidak Terbit Bonek Kampus ITS. Kumpulan Artikel: History of Persebaya. 2008.

Soepangat. Persebaya. Tp. Tt.

Wawancara Wawancara Dahlan Iskan melalui email tanggal 29 Oktober 2014

Web Duniabola. http://www.bola-indonesia.org/2012/04/cholid-pemkot-jadikan-persebaya-

sapi_4.html diunduh pada 26 September 2014, Pkl. 09.33 WIB

http://m.bolanews.com/read/nasional/liga.indonesia/90453-tantangan.pemain.binaan.persija Dilihat pada 17 November 2014, Pkl. 11.09 WIB

Dinamika persebaya masa ..., Angga Eka Putra, FIB UI, 2014