DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI...

185

Transcript of DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI...

Page 1: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum
Page 2: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA : PERTAUTAN ANTARA EKONOMI, SOSIAL, DAN POLITIK

Editor: Rakhmat Hidayat, PhD Achmad Siswanto, M.Si

Clara Dwi Yanti

Page 3: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA : PERTAUTAN ANTARA EKONOMI, SOSIAL, DAN POLITIK Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit Labsos.

©2017, Penerbit Labsos, Jakarta Editor : Rakhmat Hidayat, PhD

Achmad Siswanto, M.Si Clara Dwi Yanti

Tata Letak : Dzaqi Arrafi Desain Sampul : Clara Dwi Yanti Penerbit : LABSOS Cetakan kesatu : Januari 2017 ISBN :

Page 4: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

i

PROLOG

Perkembangan Kurikulum Di Indonesia Dalam Perspektif Sosiologi

Rakhmat Hidayat, PhD

Achmad Siswanto, M.Si

Kajian tentang kurikulum dalam perspektif sosiologi memiliki perdebatan yang

menarik. Dalam perspektif sosiologi klasik, turutama melalui pandangan

Durkheim (yang merupakan salah satu analis fungsionalisme) menjelaskan bahwa

pendidikan sekolah memiliki fungsi untuk merawat, meligitimasi, dan

mensosialisasikan keteraturan sosial dan moral tatanan masyarakat (Meighan,

1981: 207). Di sini pengaturan pendidikan melalui kebijakan kurikulum secara

sosiologis berisi tentang segmentasi pengetahuan yang berfungsi untuk

mempertahankan sistem pembagian kerja, dan menciptakan kehidupan yang

harmonis. Penjelasan tersebut cenderung memberikan pandangan tentang fungsi

kurikulum sebagai pemandu praktik pendidikan yang ideal. Berbeda dengan

prespektif fungsional, justru perspektif konflik menolak pandangan ideal tentang

fungsi kurikulum dalam dunia pendidikan.

Dalam perspektif konflik pendidikan dan kurikulum dipandang sebagai ruang

terjadinya ketidaksetaraan. Dalam konteks ini ketidaksetaraan dalam pendidikan

dilatari oleh faktor ekonomi. Sebagaimana dikatakan Karl Marx, apa yang terjadi

di sekolah baik kurikulum, pendidikan maupun pengajaran dipengaruhi oleh cara-

cara produksi kapitalisme (Haralambos, 2004). Pandangan tersebut direspon oleh

Bowles dan Gintis, yang mengatakan bahwa pendidikan di sekolah formal yang

berlangsung dalam masyarakat kapitalis berfungsi untuk mereproduksi kelas

pekerja (Bowles dan Gintis 1976, dalam Haralambos, 2004: 698). Pada konteks

ini, sistem pendidikan sekolah cenderung berfungsi menjadi sarana untuk

mensosialisasikan kepribadian, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh

kepentingan sistem ekonomi kapitalisme. Kepribadian, sikap maupun nilai-nilai

yang syarat dengan konstruksi patuh dan jinak tersebut menurut pandangan

Bowles dan Gintis terjadi melalui proses persesuaian antara kurikulum

tersembunyi yang terdapat di sekolah, keluarga dan institusi kerja dalam

masyarakat kapitalis (Bowles dan Gintis 1976, dalam Haralambos, 2004: 699).

Perdebatan teoritik di atas menunjukkan bahwa kurikulum dalam kajian sosiologi

tidak sekedar dipahami sebagai upaya untuk menjelaskan isi kurikulum, peran

guru, dan model pembelajaran an-sich. Tetapi, pembahasan kurikulum dalam

kajian sosiologi juga berupaya menjelaskan persoalan relasi antara kurikulum

dengan berbagai faktor kepentingan didalamnya, baik kepentingan kekuasaan,

ekonomi, politik, kebudayaan, maupun ideologi (Weis, 2006: 1-2; Tilaar, 2006).

Pada konteks ini, kurikulum secara sosiologis adalah ruang dimana para agen

dengan kepentingan dan modalnya yang berbeda-beda saling bertarung untuk

memperjuangkan posisi, pengaruh, prestise dan kedudukan (Hidayat, 2013). Di

sini sosiologi kurikulum memiliki fokus untuk menjelaskan hubungan

kepentingan dan kuasa dibalik penyelengaraan kurikulum yang berlangsung.

Kurikulum dalam kajian sosiologi memiliki ruang lingkup pembahasan yang

menarik untuk dipelajari, terlebih dalam konteks perubahan dan perkembangan

Page 5: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

ii

kurikulum dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi. Pada titik inilah buku

ini hadir untuk membahas persoalan relasi kekuasaan dan kepentingan dibalik

perubahan kebijakan kurikulum yang terjadi di Indonesia. Buku ini merupakan

hasil dari kumpulan tugas mahasiswa pada Progam Studi Pendidikan Sosiologi

FIS-UNJ yang mengikuti mata kuliah Sosiologi Kurikulum tahun ajaran 2016-

2017.

Secara umum topik tulisan-tulisan dalam buku ini menyoal tentang kebijakan

kurikulum di Indonesia. Secara sepesifik buku ini menyajikan pembahasan

sosiologis tentang konteks historis, sosial, ekonomi, dan politik yang melatari

perubahan dan perkembangan kebijakan kurikulum yang terjadi. Selain itu, buku

ini juga menyajikan analisis pembahasan tentang isi kurikulum, peran guru, dan

model pembelajaran yang berlangsung disetiap penyelenggaraan kebijakan

kurikulum baik pada masa Orde Lama, Orde baru, maupun masa Reformasi.

Semoga kumpulan tulisan mengenai perkembangan kurikulum di Indonesia dalam

perspektif sosiologi ini dapat menjadi ruang dialog akademik dalam memahami

perubahan dan penyelenggaraan kurikulum dewasa ini. Meskipun buku ini masih

memiliki kekurangan, tetapi hadirnya buku ini merupakan bagian dari upaya

untuk mengembangkan tradisi akademik di perguruan tinggi menuju arah yang

lebih baik.

Daftar Pustaka

Hidayat, Rakhmat. 2013. Sosiologi Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Meighan, Roland, dkk. 1981. A Sociology Of education. Pitman Press: London.

Tilaar, H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis.

Jakarta: Rineka Cipta.

Weis, Lois, at all(ed), 2006. Ideology Curriculum, and The New Sociology of

education: Revisiting the Work of Michael Apple. New York: Routledge.

Holborn and Haralambos, dkk, 2000. Sociology Themes And Perspectives: Sixth

Edition. Collins Education.

Page 6: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

iii

DAFTAR ISI

PROLOG .................................................................................................................. i

Daftar Isi ................................................................................................................. iii

Daftar Tabel ............................................................................................................ vi

Daftar Skema .......................................................................................................... viii

Daftar Gambar........................................................................................................ ix

Bab 1 Perkembangan Rentjana Pembelajaran 1947 ............................................... 1

Pendahuluan ................................................................................................. 1

Konteks Sosial, Politik, dan Ekonomi .............................................................. 1

Analisis Isi Kurikulum Rentjana Pembelajaran 1947 ....................................... 6

Peran Guru dalam Rencana Pelajaran 1947 ................................................... 11

Model Pembelajaran Rencana Pelajaran 1947 ............................................... 11

Penutup ........................................................................................................ 13

Daftar Pustaka............................................................................................... 14

Bab 2 Perkembangan Kurikulum 1964 .................................................................... 15

Pendahuluan ................................................................................................. 15

Konteks Sosial, Politik dan Ekonomi ............................................................... 17

Analisis Isi Kurikulum 1964 ............................................................................ 21

Peran Guru dalam Kurikulum 1964 ................................................................ 23

Model Pembelajaran Kurikulum 1964 ............................................................ 26

Penutup ........................................................................................................ 28

Daftar Pustaka............................................................................................... 29

Bab 3 Perkembangan Kurikulum 1968 .................................................................... 30

Pendahuluan ................................................................................................. 30

Konteks Sosial, Politik, dan Ekonomi .............................................................. 31

Analisis Isi Kurikulum 1968 ............................................................................ 35

Peran Guru dalam Kurikulum 1968 ................................................................ 37

Model Pembelajaran Kurikulum 1968 ............................................................ 38

Penutup ........................................................................................................ 40

Daftar Pustaka............................................................................................... 41

Bab 4 Perkembangan Kurikulum 1975 .................................................................... 42

Pendahuluan ................................................................................................. 42

Page 7: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

iv

Konteks Sosial, Politik dan Ekonomi ............................................................... 42

Analisis Isi Kurikulum 1975 ............................................................................ 47

Peran Guru dalam Kurikulum 1975 ................................................................ 52

Model Pembelajaran Kurikulum 1975 ........................................................... 53

Penutup ........................................................................................................ 55

Daftar Pustaka............................................................................................... 56

Bab 5 Perkembangan Kurikulum 1984 .................................................................... 58

Pendahuluan ................................................................................................. 58

Konteks Sosial, Politik, dan Ekonomi .............................................................. 60

Analisis Isi Kurikulum 1984 ............................................................................ 64

Peran Guru dalam Kurikulum 1984 ................................................................ 70

Model Pembelajaran Kurikulum 1984 ............................................................ 73

Penutup ........................................................................................................ 75

Daftar Pustaka............................................................................................... 76

Bab 6 Perkembangan Kurikulum 1994 .................................................................... 78

Pendahuluan ................................................................................................. 78

Konteks Sosial, Politik dan Ekonomi ............................................................... 79

Konsep Link Match Analisis Isi kurikulum 1994 .............................................. 81

Analisis Isi kurikulum 1994 ................................................................... 83

Peran Guru dalam Kurikulum 1994 ................................................................ 89

Model Pembelajaran Kurikulum 1994 ............................................................ 91

Penutup ........................................................................................................ 93

Daftar Pustaka............................................................................................... 94

Bab 7 Perkembangan Kurikulum 2004 .................................................................... 96

Pendahuluan ................................................................................................. 96

Konteks Sosial, Politik dan Ekonomi ............................................................... 97

Analisis Isi Kurikulum 2004 ............................................................................ 103

Struktur Isi Kurikulum .................................................................................... 107

Peran Guru Dalam Kurikulum 2004................................................................ 113

Model Pembelajaran Kurikulum 2004 ............................................................ 115

Penutup ........................................................................................................ 119

Daftar Pustaka............................................................................................... 120

Page 8: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

v

Bab 8 Perkembangan Kurikulum 2006 (KTSP) ......................................................... 122

Pendahuluan ................................................................................................. 122

Konteks Sosial, Politik dan Ekonomi ............................................................... 123

Analisis Isi Kurikulum 2006 ............................................................................ 128

Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan

Kurikulum 1994 ............................................................................................ 135

Peran Guru dalam Kurikulum 2006 ................................................................ 137

Model Pembelajaran Kurikulum 2006 ............................................................ 141

Penutup ........................................................................................................ 143

Daftar Pustaka............................................................................................... 144

Bab 9 Perkembangan Kurikulum 2013 (K13) .......................................................... 146

Pendahuluan ................................................................................................. 146

Konteks Sosial, Politik dan Ekonomi ............................................................... 147

Analisis Isi Kurikulum 2013 ............................................................................ 154

Peran Guru dalam Kurikulum 2013 ................................................................ 165

Model Pembelajaran Kurikulum 2013 ............................................................ 167

Penutup ........................................................................................................ 169

Daftar Pustaka............................................................................................... 170

Epilog ............................................................................................................ 172

Biodata Editor ............................................................................................... 173

Page 9: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Presentase MelekHuruf Menurut Sensus 1930 .................................... 5

Tabel 1. 2 Bentuk-bentuk Pendidikan dalam Rencana Pelajaran 1947 .................. 7

Tabel 2. 1 Mata Pelajaran Kurikulum Pancawardhana.......................................... 21

Tabel 2. 2 Ketetapan MPRS No II Tahun 1960 ..................................................... 22

Tabel 2. 3 Perbandingan Kurikulum (1947-1959) – (1960-1968) .......................... 22

Tabel 3.1 Pembagian atau Pemetaan Materi Pembelajaran ............................... 39

Tabel 4.1 Struktur Program Kurikulum SMP ....................................................... 49

Tabel 4.2 Struktur Program Kurikulum SMA ....................................................... 50

Tabel 4.3 Kelemahan dan Kelebihan Kurkulum 1975 .......................................... 52

Tabel 4.4 Peran dan Tujuan Guru dalam kurikulum 1975 ................................... 52

Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru di Setiap Jenjang

Pendidikan TK, SD, SMP, dan SMA pada tahun 1983-1985 .................. 64

Tabel 5.2 Susunan Program Kurikulum 1984 pada pendidikan SD, SMP, dan SMA 68

Tabel 5.3 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984 ........................................ 69

Tabel 6.1 Karakteristik dan ciri kurikulum 1994 ................................................. 84

Tabel 6.2 Struktur kurikulum SD 1994 ................................................................ 85

Tabel 6.3 Kurikulum SLTP 1994 ........................................................................ 86

Tabel 6.4 Kelebihan dan kekurangan kurikulum 1994 ......................................... 87

Tabel 6.5 Perbedaan kurikulum 1994 dengan KBK .............................................. 87

Tabel 6.6 Perbandingan Struktur Program dan Mata Pelajaran pada kurikulum

1994,2004, dan Standar Isi SD/MI ....................................................... 88

Tabel 7.1 Analisis Perbandingan UU No 22 Tahun 1999 dengan UU No 5

Tahun 1999 ........................................................................................ 99

Tabel 7.2 Pola Manajemen Pendidikan Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah 100

Tabel 7.3 Persebaran Penduduk Miskin Tahun 2002 .......................................... 102

Tabel 7.4 Human Development Index tahun1993-2003 ...................................... 102

Tabel 7.5 Perbandingan Kurikulum 1994-2006 ................................................... 103

Tabel 7.6 Peranan Guru Dalam Merealisasikan KBK Terhadap Siswa ................. 114

Tabel 7.7 Hasil Penilaian Berbasis Kelas .............................................................. 115

Tabel 7.8 Hal-Hal Penting Dalam Kurikulum 2004 (KBK) ..................................... 118

Tabel 7.9 Ciri-Ciri Kurikulum 2004 (KBK).............................................................. 118

Page 10: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

vii

Tabel 7.10 Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual .................................. 119

Tabel 8.1 Faktor Global dan Domestik Kondisi Ekonomi Indonesia ................... 125

Tabel 8.2 Presentase Daerah Yang Mempunyai Fasilitas Pendidikan Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ........................................................................... 126

Tabel 8.3 Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur ........ 131

Tabel 8.4 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) .............................................................................. 135

Tabel 8.5 Perbedaan Kurikulum 1994 dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) ............................................................................. 136

Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP) ....... 140

Tabel 8.7 Ciri-Ciri Kurikulum 2006 .................................................................... 141

Tabel 9.1 Posisi Indonesia dalam Survei PISA ................................................... 153

Tabel 9.2 Struktur Kurikulum SMA/MA ............................................................ 158

Tabel 9.3 Mata Pelajaran Peminatan Akademik ............................................... 159

Tabel 9.4 Perbedaan Pengelompokkan Mata Pelajaran kuriklum 2013

dan KTSP ........................................................................................... 160

Tabel 9.5 Perbedaan KTSP dengan K13 ............................................................ 162

Tabel 9.6 Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum 2013 ..................................... 164

Page 11: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

viii

DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Skema Model Pembelajaran Kurikulum 1947 ....................................... 12

Skema 2.1 Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia .................................. 16

Skema 2.2 Peran Guru dalam Proses Pendidikan ................................................. 24

Skema 4.1 Fase-Fase Penting Kurikulum 1975 ...................................................... 46

Skema 4.2 Orientasi Kurikulum 1975 .................................................................... 56

Skema 5.1 Fase-fase Penting pada perkembangan Kurikulum 1984 ..................... 59

Skema 5.2 Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia dalam GBHN 1983 ................ 71

Skema 5.3 Model Pembelajaran CBSA ................................................................. 73

Skema 6.1 Rencana Pengajaran Kurikulum 1994 ................................................... 63

Skema 6.2 Proses pembelajaran .......................................................................... 89

Skema 6.3 Proses Berjalannya Diskusi .................................................................. 93

Skema 6.4 Kesimpulan dari Keseluruhan Isi ......................................................... 94

Skema 7.1 Fase-fase penting Kurikulum 2004 ...................................................... 96

Skema 7.2 Tahap Kebijakan KBK hingga KTSP ....................................................... 98

Skema 7.3 Dampak UU Otonomi Daerah terhadap Manajemen Pendidikan ......... 101

Skema 7.4 Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi......................................... 108

Skema 7.5 Krucut Pengalaman Belajar ................................................................. 112

Skema 7.6 Kedudukan Pengelolaan Kurikulum Dalam Sistem Kurikulum Nasional 113

Skema 7.7 Pendidikan Gaya Bank ........................................................................ 117

Skema 8.1 Fase-fase Penting KTSP 2006 .............................................................. 127

Skema 8.2 Kelompok Mata Pelajaran Kurikulum 2006 ......................................... 130

Skema 8.3 Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran ................................ 138

Skema 9.1 KarakteristikKurikulum 2013 ............................................................... 156

Skema 9.2 Peran Guru dalam Kurikulum 2013 ..................................................... 167

Page 12: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dekrit Presiden ................................................................................... 18

Gambar 4.1 Daftar Mata Pelajaran Sekolah Dasar kelas III ..................................... 48

Gambar 4.2 Model Satuan Pelajaran Kurikulum 1975 ............................................ 51

Gambar 5.1 Kegiatan di Laboratorium yang dilakukan siswa pada program Ilmu-ilmu

Fisika ................................................................................................... 65

Gambar 5.2 Salah satu contoh kegiatan ekstrakulikuler pada tahun 1984................ 66

Gambar 5.3 Salah satu kegiatan bimbingan yang dilakukan guru BP di SMP ............ 67

Gambar 9.1 Proyeksi 100 Tahun Indonesia .............................................................. 148

Gambar 9.2 Statistik Demografi Indonesia ............................................................. 148

Gambar 9.3 Grade Indonesia dalam Kompetensi Matematika ................................ 151

Gambar 9.4 Grade Indonesia dalam Kompetensi Sains .......................................... 151

Page 13: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

1

Bab 1 Perkembangan Rentjana Pembelajaran 1947 Annisa Sharfina Praditta, Dandy Asprilla Gili, Eka Yuliana, Fajri Pratama, Siti Nurzanah

Pendahuluan

Kurikulum merupakan suatu rancangan pembelajaran yang berupa pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta metode yang dipakai sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013.1 Perubahan kurikulum tersebut merupakan hal yang rasional karena latar belakang pergantian sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK di dalam masyarakat setiap pergantian pemerintahan berlangsung. Karena kurikulum salah satunya adalah alat untuk mencapai tujuan politis tertentu, maka sangat wajar jika ada istilahnya “ganti menteri ganti kurikulum, ganti rezim ganti kurikulum”.Pasca kemerdekaan Indonesia, kurikulum pertama di Indonesia dimulai sejak tahun 1947. Namun pada saat itu, namanya bukan kurikulum, melainkan Rentjana Pelajaran 1947 (Rencana Pembelajaran 1947) dan istilahnya adalah leer plan—berasal dari bahasa Belanda. Pada saat itu, Rencana Pelajaran 1947 masih sangat adaptif dengan sistem pendidikan kolonial. Rencana Pelajaran di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya.2 Sesuai Pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan, “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan” dan Pasal 32 ayat 2 yaitu “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.” Artinya, warga negara memiliki HAK untuk mendapatkan pendidikan dan pemerintah WAJIB membiayainya. Atas dasar pasal-pasal UUD 1945 tersebut, pemerintahan pasca kemerdekaan kemudian menjalankan sistem pendidikan dalam rangka membentuk karakter bangsa pasca kemerdekaan. Setelah adanya kurikulum 1947, ada kemudian penyempurnaan oleh kurikulum 1952 yang disebut juga dengan Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum 1952 lebih merinci dibanding dengan kurikulum 1947. Di dalam tulisan ini, kali akan membahas tentang: Pertama, pendahuluan; kedua Konteks Historis, Sosial, Politik, dan Ekonomi Rencana Pelajaran 1947; ketiga, Struktur dan Isi Kurikulum Rencana Pelajaran 1947; keempat, Model Pembelajaran Kurikulum Rencana Pelajaran 1947; kelima, Peran Guru dalam Rencana Pelajaran 1947; dan terakhir, Penutup.

Konteks Sosial, Politik, dan Ekonomi

Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi khususnya pada masa kolonialisme. Banyak bangsa asing yang pernah menjajah Indonesia, dua diantaranya adalah Belanda yang menjajah Indonesia sangat lama yaitu 3,5 abad atau 350 tahun dan Jepang yang menjajah Indonesia sekitar 3,5 tahun. Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, banyak sekali dampak yang diberikan kepada bangsa Indonesia, baik dampak yang positif maupun yang negatif. Salah satu dampak tersebut juga dirasakan pada bidang pendidikan bangsa Indonesia.

Sistem pendidikan di Indonesia pada awalnya sangat dipengaruhi oleh masa kolonialisme yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang. Kerja paksa, keserakahan penjajah, pengkategorian struktur sosial yang membuat pribumi berada di paling bawah, sedikit banyak telah membuat hanya elit tertentu saja yang mengeyam pendidikan pada masa itu. Dapat disimpulkan bahwa pada masa itu bangsa Indonesia tidak semua berpendidikan tinggi sehingga angka buta huruf tinggi, mudah

1 Desi Widya Pangestika, dkk, Makalah Telaah Kurikulum 1947, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2012), hlm. 1, diakses melalui: http://srcribd.com/doc/118104025/kurikulum-1947, pada Senin 7 November 10:10 WIB. 2Ibid, hlm. 1.

Page 14: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

2

dibodohi penjajah, dan diberdayakan penjajah sebagai pekerja paksa. Sistem pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Pertama kali sistem pendidikan di Indonesia dicetuskan adalah dengan sebutan Rencana Pembelajaran 1947 atau yang disebut dengan Leer Plan3. Tercetusnya rencana pembelajaran ini mengandung banyak sekali nilai-nilai historis, sosial, politik, ekonomi dan budaya.

1. Konteks Historis Rencana Pelajaran 1947 Latar belakang bangsa Indonesia yang merasakan penjajahan dan perbudakan secara paksa serta kesempatan untuk memperoleh pendidikan hanya untuk golongan tertentu, sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia. Rencana pembelajaran 1947 lahir setelah bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan, oleh karena itu rencana pembelajaran 1947 bersifat politis yang tidak mau lagi menggunakan kurikulum Belanda yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonial Belanda. Rencana pembelajaran 1947 menggunakan asas Pancasila. Namun karena situasi politik di masa-masa awal kemerdekaan masih sangat bergejolak, rencana pembelajaran 1947 baru diterapkan di tahun 1950, oleh karena itu rencana pembelajaran 1947 sering juga disebut sebagai kurikulum 1950. Konteks historis rencana pembelajaran 1947 terbagi menjadi 3 bagian, yaitu masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, dan awal kemerdekaan.

A. Zaman Belanda

Pendidikan adalah anak zaman, pendidikan lahir sesuai dengan zaman dimana pendidikan itu ada. Pendidikan harus disesuaikan dengan kepentingan zaman saat pendidikan itu diterapkan serta dapat menghadapi tantangan di masa depan. Seperti halnya di masa penjajahan Belanda, pendidikan diperlukan tetapi dibatasi untuk kepentingan Belanda akibat politik elit yang diterapkan di masa itu. Pendidikan dirancang oleh kekuasaan politik kolonialisme yang bersifat diskriminatif. Pada masa penjajahan Belanda, pendidikan dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, pendidikan bagi kaum kolonialis dan pendidikan bagi kaum yang dijajah atau kaum pribumi.4 Pendidikan yang bersifat diskriminatif pada masa ini dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan politik elit pada masa itu, diantaranya adalah:5

a. Pendidikan dan pengetahuan Barat diterapkan sebanyak mungkin bagi golongan penduduk bumiputera, untuk itu bahasa Belanda diharapkan dapat menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah.

b. Pemberian pendidikan rendah bagi golongan bumiputera disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Pada masa penjajahan Belanda ini, telah terjadi dualisme dalam sistem pendidikan yang diterapkan sebagai bentuk dari pendidikan yang diskriminatif. Pada masa ini sekolah-sekolah terbagi menjadi dua, seperti sekolah dasar kelas satu (khusus untuk anak para pemuka, tokoh terkemuka, dan orang-orang terhormat bumiputera) dan sekolah dasar kelas dua (untuk anak-anak bumiputera pada umumnya dan diharapkan memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat biasa pada umumnya). Tidak berhenti sampai pembedaan dari segi pelajarnya saja, pada masa ini diskriminasi juga sampai pada kurikulum yang diterapkan di kedua sekolah berbeda kategori tersebut. Di sekolah dasar kelas satu tentunya menggunakan kurikulum yang lebih kompleks (mata pelajaran lebih banyak dan lebih berkualitas), sedangkan sekolah dasar kelas dua menggunakan kurikulum yang lebih sederhana (mata pelajaran sedikit dan kualitasnya rendah). Selain kurikulum sekolah dasar kelas satu dan kelas dua, terdapat pula kurikulum kelas desa, kurikulum Inlandse School (HIS), Kurikulum Algemene Middelbare School (AMS) dan Kurikulum Sekolah Pendidikan Guru (Kweekschool).

3Leer Plan berasal dari kata belanda yang berarti rencana pengajaran. 4 Sugiyono, dkk, Peta Jalan Pendidikan Indonesia (Yogyakarta: TIM UNY), hlm. 20. 5Ibid., hlm. 23.

Page 15: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

3

B. Zaman Jepang

Babak selanjutnya dalam konteks historis dari Rencana Pembelajaran 1947 adalah masa penjajahan Jepang. Pada masa ini, pendidikan berjalan dengan sangat berbeda dengan apa yang diterapkan pada masa penjajahan Belanda. Pendidikan yang diselanggarakan oleh pemerintahan militer Jepang memberikan hak kepada semua lapisan masyarakat pribumi untuk dapat mengakses pendidikan. Jepang mendapatkan dua keuntungan dengan menyederhanakan sistem pendidikan dan menghapuskan dualisme pendidikan yang diterapkan pemerintah Belanda. Pertama, mereka tidak perlu meneruskan sistem pendidikan masa kolonial Belanda yang rumit serta memerlukan kontrol yang ketat terhadap pelaksanaanya. Kedua, dihapuskannya dualisme pendidikan mendukung propaganda Jepang dalam rangka mengambil simpati masyarakat pribumi saat itu.6 Sistem pendidikan pada masa penjajahan Jepang adalah sebagai berikut; pendidikan dasar / sekolah rakyat (6 tahun), pendidikan lanjutan / sekolah menengah pertama (3 tahun) dan sekolah menengah tinggi (3 tahun), pendidikan kejuruan, dan pendidikan tinggi.

Setidaknya terdapat 3 perubahan penting yang terjadi setelah sistem pendidikan Jepang menggantikan sistem pendidikan Belanda di Indonesia. Pertama, dihapuskannya sistem dualisme pendidikan di Indonesia membuat pendidikan rendah hanya ada satu, yaitu sekolah rakyat atau pendidikan dasar. Kedua, sekolah desa diganti namanya menjadi sekolah pertama sehingga susunan pendidikannya menjadi sekolah rakyat, sekolah menengah dan sekolah menengah tinggi. Ketiga, bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi dan bahasa pengantar bagi semua jenis sekolah. Pada masa ini, tujuan pendidikan telah disisipi misi Nipponisasi7 dan upaya-upaya pemberdayaan bangsa Indonesia untuk membantu kepentingan Jepang. Dari sudut lain tujuan pendidikan pada masa ini adalah menyediakan pekerja paksa secara cuma-cuma. Akibatnya dalam kurikulumnya, para pelajar diharuskan mengikuti latihan fisik, latihan kemiliteran, dan indoktrinasi ketat. Jepang memang mendorong dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Namun, dilihat dari hasilnya, kualitas siswa pada era Jepang bisa dikatakan lebih rendah dari pada masa Hindia Belanda. Hal ini disebabkan karena faktor dari guru dan siswa. Guru misalnya kualitasnya menurun karena pelatihan yang diberikan tidak maksimal, dan tenaga guru sangat terbatas. Selain itu, guru dan siswa mendapat beban tambahan. Beban tambahan tersebut menjadikan siswa dan guru tidak benar-benar kosentrasi dalam pelajaran di kelas.

C. Masa Awal Kemerdekaan

Konteks historis dari Rencana Pembelajaran 1947 selanjutnya adalah masa awal kemerdakaan Indonesia. Pada masa awal kemerdekaan dapat dikatakan sebagai fase yang sangat kritis mempertaruhkan arah bangsa. Karena awal kemerdekaan tidak semerta-merta bangsa Indonesia langsung merdeka. Di masa ini Belanda dan Jepang masih berusaha untuk mendapatkan kembali kekuasaannya. Pendidikan pada masa ini telah ditetapkan bahwa pancasila sebagai falsafah negara dijadikan dasar bagi pendidikan Indonesia. Pada masa ini pendidikan dirumuskan untuk mendidik warga negara yang sejati, setia menyumbangkan tenaga pikiran untuk negara dan masyarakat, dengan kata lain pendidikan pada masa ini penekanannya terdapat pada penanaman semangat patriotisme (Belanda dan Jepang masih berusaha merebut kembali kekuasaannya). Pemerintah Indonesia telah melakukan usaha-usaha di bidang pendidikan pada masa awal kemerdekaan.

1. Dalam panitia persiapan kemerdekaan pada zaman Jepang, di dalamnya telah terdapat sub panitia pendidikan dan pengajaran yang bertugas merumuskan rencana dan cita-cita serta usaha-usaha pendidikan dan pengajaran seperti yang telah dikemukakan.

6 Ibid., hlm. 54. 7 Nipponisasi adalah misi yang dilaksanakan Jepang untuk membuat bangsa Indonesia berorientasi kepada Jepang dan juga untuk mengambil hati rakyat Indonesia agar melihat Jepang sebagai negara yang mampu memberikan Indonesia kesejahteraan.

Page 16: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

4

2. Setelah proklamasi kemrdekaan, di dalam UUD 1945 dicantumkan pula pasal tentang pendidikan, yakni pasal 31 yang diuraikan lebih lanjut dalam Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran (UUPP).

3. Tahun 1946, Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan membentuk Panitia Penyelidik Pendidikan Pengajaran yang bertugas meninjau kembali dasar-dasar, isi, susunan dan seluruh usaha pendidikan dan pengajaran.

4. Tahun 1947 diadakan kongres pendidikan Indonesia di Solo. 5. Tahun 1948 menteri PP dan K membentuk panitia pembentukan rencana UUPP yang

bertugas menyusun rencana UUPP. 6. Tahun 1949 kongres pendidikan di Yogyakarta dengan tugas merumuskan dasar-dasar

pendidikan dan lain-lain. 7. Tahun 1950 rencana UUPP diterima oleh BPKNIP dengan suara terbanyak. Setelah disahkan

oleh Acting Presiden dan Menteri PP dan K maka RUU itu diresmikan menjadi Undang-undang No 4 Tahun 1950 dengan nama undang-undang tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok, yaitu : 1) Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya; 2) Garis-garis besar pengajaran (GBP).

2. Konteks Sosial Rencana Pelajaran 1947 Landasan dan visi pendidikan pada masa orde lama ketika itu diharapkan mampu menentukan tujuan pendidikan yang jelas. Karena dengan tujuan pendidikan yang jelas pada akhirnya akan mengarahkan ke pencapaian kompetensi yang dibutuhkan serta metode pembelajaran yang efektif. Konteks sosial dari Rencana Pembelajaran 1947 meliputi sifat-sifat kemanusiaan dan kewarganegaraan sebagai dasar pengajaran dan pendidikan di negara Indonesia, penanganan buta huruf melalui pendidikan, kemudian meliputi bagaimana partispiasi masyarakat terhadap pendidikan pada saat rencana pembelajaran 1947 ini berlaku.

Sifat-sifat kemanusiaan dan kewarganegaraan sebagai dasar pengajaran dan pendidikan di Indonesia merupakan konteks sosial yang terdapat di dalam rencana pembelajaran 1947, seperti perasaan bakti kepada tuhan YME, perasaan cinta kepada alam, perasaan cinta kepada negara, perasaan cinta dan hormat kepada ibu dan bapak, perasaan cinta kepada bangsa dan kebudayaan, perasaan berhak dan wajib ikut memajukan negaranya menurut pembawaan dan kekuatannya, keyakinan bahwa individu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keluarga dan masyarakat, keyakinan bahwa pada dasarnya manusia itu sama harganya, sebab itu berhubungan sesama anggota masyarakat harus bersifat hormat menghormati, berdasarkan atas rasa keadilan dengan berpegang teguh atas rasa harga diri sendiri, dan keyakinan bahwa negara memerlukan warga negara yang rajin bekerja, tahu pada kewajiban, jujur dalam pikiran dan tindakannya. Sifat-sifat tersebut merupakan konteks sosial yang ada pada rencana pembelajaran 1947.8

Konteks sosial selanjutnya adalah penanganan buta huruf di Indonesia melalui pendidikan dalam rencana pembelajaran 1947. Angka buta huruf di Indonesia sangatlah tinggi, hal tersebut banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan kolonial Belanda yang sangat diskriminatif terhadap masyarakat pribumi. Namun pada awal kemerdekaan atau sejak lahirnya rencana pembelajaran 1947, angka buta huruf di Indonesia sudah mulai berkurang. Pemberantasan buta huruf dimulai pada tahun 1945, dikenal sebagai kursus ABC. Kemudian pada tahun 1949, bagian pendidikan masyarakat berubah menjadi Jawatan Pendidikan Masyarakat. Tahun 1951, disusun rencana sepuluh tahun

8Ibid., hlm. 77.

Page 17: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

5

pemberantasan buta huruf. Tahun 1960 dikeluarkan Komando Presiden untuk memberantas buta huruf sampai tahun 1964. Kemudian pada tahun 1966-1970, dikembangkan pemberantasan buta huruf fungsional, yang kemudian dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu permulaan, lanjutan 1 dan lanjutan 2.

Tabel 1. 1 Presentase MelekHuruf Menurut Sensus 19309

No. Daerah % Kota Besar %

1. Manado 21,9 Makassar 12,7

2. Maluku 14,5 Banjarmasin 10,0

3. Borneo Selatan 5,3 Medan 23,5

4. Timur Timor 5,1 Padang 28,9

5. Borneo Barat 5,0 Palembang 13,2

6. Sulawesi 4,2 Batavia 11,9

7. Bali Lombok 3,2 Semarang 12,1

8. Sumatera 10,7 Surabaya 12,2

9. Jawa Madura 5,5 Bandung 23,6

10. Pulau Lainnya 8,7

11. Indonesia (Hindia-Belanda) 6,4

Sumber: Sensus 1930

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa di daerah saat itu masih sangat sedikit yang melek huruf atau bisa membaca, bahkan hanya ada 3 daerah yang presentasenya di atas 10%, yaitu Manado, Maluku, dan Sumatera. Sedangkan di kota-kota besar semuanya berada di atas 10% namun tidak ada yang sampai 30%, kota yang paling besar presentasenya adalah Padang dengan 28,9 %. Data yang ada di atas adalah data sebelum Indonesia merdeka dan sebelum Rencana Pembelajaran 1947 diterapkan.

Konteks sosial selanjutnya dalam rencana pembelajaran 1947 adalah partisipasi masyarakat dalam pendidikan. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, dan evaluasi. Selama ini partisipasi masyarakat dalam pendidikan hanya sebatas keikutsertaan anggota masyarakat dalam implementasi atau penerapan program-program pembangunan. Indonesia dari kurikulum pertama (Rencana Pembelajaran 1947) sampai kurikulum terbarunya Kurikulum 2013, sudah sering melakukan perubahan kurikulum. Yang mendasari hal tersebut terjadi adalah dianggap tidak relevannya suatu kurikulum terhadap perkembangan zaman dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, tetapi yang terlupakan dari perubahan-perubahan kurikulum tersebut adalah tidak adanya peran serta masyarakat dalam merumuskan yang akan dilaksanakan, sehingga perubahan kurikulum hanya berdasar atas analisis penguasa yang berkuasa saat itu, khususnya Kementrian Pendidikan. Dalam konteks Rencana Pembelajaran 1947, partisipasi masyarakat masih sangat kurang, karena pada kurikulum ini masih terdapat kerancuan akan sistem penilaian dalam pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah10. Kurikulum ini juga menekankan pada pembentukan karakter yang berdaulat sejajar dengan bangsa lain. Maka dari itu masyarakat sulit untuk mengikuti sistem-sistem pendidikan yang ada di dalamnya. Dengan segala kekurangan kurikulum ini belum memiliki orientasi ranah kognitif dan psikomotorik, namun lebih dominan ranah afektif. Dan belum diterapkan di sekolah-sekolah sehingga belum memberikan dampak pada terlaksananya pendidikan dan terbentuknya bangsa Indonesia hingga secara resmi

9H.A.R.Tilaar, 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995 (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia), hlm.28. 10 Karena kurikulum ini adalah bekas kurikulum yang diterapkan di zaman Belanda maka dalam penerapannya juga masih ada kerancuan, karena seperti yang diketahui pada zaman Belanda sekolah terbagi-bagi ke dalam banyak kelas sehingga penilaian yang digunakan berbeda-beda oleh karena itu ketika kurikulum ini diterapkan dengan menghilangkan perbedaan kelas-kelas tersebut meninggalkan kerancuan dalam sistem penilaian.

Page 18: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

6

dilaksanakan pada 1950 sehingga belum berkembang dalam proses perkembangan siswa disekolah. Dengan itu semua, Indonesia pula belum mampu mengikuti sistem dan peraturan kurikulum 1947.

3. Konteks Politik Rencana Pelajaran 1947 Lahirnya Rencana Pembelajaran 1947 tidak terlepas dari situasi politik pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Deklarasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 berdampak langsung terhadap dunia pendidikan Indonesia. Sistem pendidikan yang awalnya berbasis pada penjajah baik Belanda maupun Jepang, kemudian diubah sedemikian rupa agar menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi bangsa Indonesia saat itu. Perubahan-perubahan yang terjadi pada dunia pendidikan Indonesia merupakan perubahan-perubahan yang mendasar, seperti perubahan landasan, tujuan pendidikan, sistem persekolahan dan kesempatan belajar bagi rakyat Indonesia.

Pada masa awal kemerdekaan, atau pada masa lahirnya rencana pembelajaran 1947 Indonesia sedang diterpa masalah yang serius di dunia pendidikan. Lebih dari 90%11 masyarakat Indonesia mengalami buta huruf, hal ini sebagai akibat dari sistem pendidikan belanda yang diskriminatif. Tentunya keadaan yang seperti itu menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah, terlebih antara tahun 1945-1950 Indonesia telah beberapa kali melakukan pergantian menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. Rencana Pembelajaran 1947 bisa dikatakan sebagai kurikulum pengganti dari kurikulum Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan, maka pendidikan lebih menekankan kepada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat sejajar dengan bangsa lain.

Setelah kemerdekaan dengan segera pemerintah menjadikan pendidikan sebagai hak bagi seluruh rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tujuan nasional. Oleh karena itu dilakukan berbagai pembenahan, seperti penambahan jumlah pengajar, pembangunan gedung sekolah, dan sebagainya. Pemerintah juga membagi jenjang pendidikan menjadi 4 tingkatan, yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah tinggi dan perguruan tinggi. Soekarno, presiden pertama Indonesia membawa semangat nation and character building dalam pendidikan Indonesia. Di seluruh pelosok tanah air didirikan sekolah, dan anak- anak dicari untuk disekolahkan tanpa dibayar. Untuk meningkatkan kualitas guru, didirikan pendidikan guru yang diberi nama KPK-PKB, SG 2 tahun, SGA/KPG, kursus B-1 dan kursus B-2. Oleh karena itu, secara garis besar pendidikan di awal kemerdekaan diupayakan untuk dapat menyamai dan mendekati sistem pendidikan di negara-negara maju, khususnya dalam mengejar ketertinggalan di berbagai sektor kehidupan.

4. Konteks Ekonomi Rencana Pelajaran 1947 Kondisi ekonomi bangsa Indonesia pasca kemerdekaan sangat buruk, bahkan bisa dikatakan bahwa pemerintah belum bisa menyanggah kondisi perekonomian yang terpuruk. Konteks ekonomi yang ada pada rencana pembelajaran 1947 adalah bagaimana kondisi ekonomi bangsa Indonesia saat itu terpaksa membuat rencana pembelajaran belum bisa diterapkan sehingga baru bisa diterapkan pada tahun 1950. Rencana pembelajaran 1947 lahir di tengah-tengah kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang sedang sangat buruk, adanya hiperinflasi yang terjadi karena peredaran mata uang asing, adanya blokade dari Belanda yang menutup pintu perdaganan luar negeri RI, kas negara kosong, dan ekspolitasi besar-besaran di masa penjajahan. Analisis Isi Kurikulum Rentjana Pembelajaran 1947

Kurikulum yang dipakai di Indonesia pasca kemerdekaan dipengaruhi oleh tatanan sosial politik Indonesia saat itu. Negara-negara penjajah yang mendiami wilayah Indonesia ikut juga mempengaruhi sistem pendidikan Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada dua sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang, yaitu sistem pendidikan Islam (pesantren dan

11H.A.R.Tilaar, loc. cit.

Page 19: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

7

sistem pendidikan belanda.12 Pada awal-awal kemerdekaan Indonesia, pemerintahannya mulai mengkonstruksi kurikulum sesuai dengan kondisi dan situasi saat itu. Tiga tahun setelah kemerdekaan, pemerintah baru memulai pembuatan kurikulum yang masih sederhana, yang disebut dengan Rentjana Pendidikan 1947.13 Pada saat itu, kondisi kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Suasana berbangsa pada saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan, maka pendidikan sebagai development conformism yang lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat serta sejajar dengan bangsa lain.14

Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran. Sistem persekolahan sesudah Indonesia merdeka yang berdasarkan satu jenis sekolah untuk tiga tingkat pendidikan seperti pada zaman Jepang tetap diteruskan sedangkan rencana pembelajaran pada umumnya sama dan bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pengantar untuk sekolah. Buku-buku pelajaran yang digunakan adalah buku-buku hasil terjemahan dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia yang sudah dirintis sejak jaman Jepang.15

Tabel 1. 2 Bentuk-bentuk Pendidikan dalam Rencana Pelajaran 1947

No. Bentuk Pendidikan Penjelasan

1. Pendidikan Rendah (Sekolah Rakyat/ SR)

Pendidikan terendah di Indonesia sejak awal kemerdekaan, lama pendidikannya semula 3 tahun.

Maksud pendirian SR ini adalah selain meningkatkan taraf pendidikan pada masa sebelum kemerdekaan juga dapat menampung hasrat yang besar dari mereka yang hendak bersekolah.

Mengingat kurikulum SR diatur sesuai dengan putusan Menteri PKK tanggal 19 nopember 1946 NO 1153/Bhg A yang menetapkan daftar pelajaran SR dimana tekanannya adalah pelajaran bahasa dan berhitung.

Hal ini dapat telihat bahawa dari 38 jam pelajaran seminggu, 8 jam adalah untuk bahasa Indonesia, 4 jam untuk bahasa daerah dan 17 jam berhitung untuk kelas IV, V, dan VI. Tercatat sejumlah 24.775 buah SR pada akhir tahun 1949 pada akhir tahun 1949 di seluruh Indonesia.

2. Pendidikan Guru Sekolah Guru B (SGB) lama pendidikan 4 tahun dan tujuan pendidikan guru untuk sekolah rakyat. Murid yang diterima adalah tamatan SR yang akan lulus dalam ujian masuk sekolah lanjutan. Pelajaran yang diberikan bersifat umum untuk di kelas I,II,III sedangkan pendidikan keguruan baru diberikan di kelas IV. Untuk kelas IV ini juga dapat diterima tamatan sekolah SMP,SPG dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang membawahinya sejumlah guru dan diantaranya merupakan tenaga tidak tetap

12Rahmad Ardiansyah, Kurikulum Tahun 1947 (Rencana Pembelajaran), diakses melalui http://id.sejarah. net/2014/01/kurikulum-1947-sampai-2006_29.html?m=1, pada Rabu, 10 November 11:45. 13Ibid. 14Ibid. 15H.A.R.Tilaar, loc. cit.

Page 20: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

8

No. Bentuk Pendidikan Penjelasan

karena memang sangat kekuarangan guru tetap. Adapun sistem ujian pelaksanaannya dipecah menjadi dua yaitu, perta ditempuh di kelas II dan ujian kedua di kelas IV.

Sekolah Guru C (SGC) berhubung kebutuhan guru SR yang mendesak maka terasa perlunya pembukaan sekolah guru yang dalam tempo singkat dapat menghasilkan. Untuk kebutuhan tersebut didirikan sekolah guru dua tahun setelah SR dan di kenal dengan sebutan SGC tetapi karena dirasakan kurang bermanfaat kemudian ditutup kembali dan diantaranya dijadikan SGB.

Sekolah guru A (SGA) karena adanya anggapan bahwa pendidikan guru 4 tahun belum menjamin pengetahuan cukup untuk taraf pendidikan guru, maka dibukalah SGA yang memberi pendidikan tiga tahun sesudah SMP. Disamping Itu dapat pula diterima pelajar-pelajar dari lulusan kelas III SGB. Mata pelajaran yang diberikan di SGA sama jenisnya dengan mata pelajaran yang diberikan di SGB hanya penyelenggaraannya lebih luas dan mendalam.

3. Pendidikan Umum (Sekolah Menengah Pertama/SMP dan Sekolah Menengah Tinggi/ SMT)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) seperti halnya pada zaman Jepang, SMP mempergunakan rencana pelajaran yang sama pula, tetapi dengan keluarnya surat keputusan menteri PPK thun 1946 maka diadakannya pembagian A dan B mulai kelas II sehingga terdapat kelas II A,II B, III A dan III B. Dibagian A diberikan juga sedikit ilmu alam dan ilmu pasti. Tetapi lebih banayak diberikan pelajaran bahasa dan praktek administrasi. Dibagian B sebaliknya diberikan Ilmu Alam dan Ilmu Pasti.

Sekolah Menengah Tinggi (SMT) : Kementerian PPK hanya mengurus langsung SMAT yang ada di Jawa terutama yang berada di kota-kota seperti: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya dan Cirebon. SMT di Luar Jawa berada di bawah pengawasan pemerintah daerah berhubung sulitnya perhubungan dengan pusat. SMT merupakan pendidikan tiga tahun setelah SMP dan setelah lulus dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Mengenai rencana pelajaran belum jelas, dan yang diberikan adalah rencana pelajaran dalam garis besar saja, karena pada waktu itu masih harus menyesuaikan dengan keadaan zaman yang masih belum stabil.

4. Pendidikan Kejuruan Pendidikan Ekonomi: Pada awal kemerdekaan pemerintah baru dapat membuka sekolah dagang yang lama, pendidikannya tiga tahun sesudah Sekolah Rakyat. Sekolah dagang ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga administrasi atau pembukuan, sedangkan penyelenggaraan sekolah dagang tersebut dilaksanakan oleh inspektur sekolah dagang.

Pendidikan Kewanitaan: Sesudah kemerdekaan dimana pemerintah membuka Sekolah Kepandaian Putri (SKP) dan pada tahun 1947 sekolah guru kepandaian putri (SGKP)

Page 21: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

9

No. Bentuk Pendidikan Penjelasan

yang lama pelajaranya empat tahun setelah SMP atau SKP.

5. Pendidikan Teknik Kursus Kerajinan Negeri (KKN): sekolah/kursus ini lamanya satu tahun dan merupakan pendidikan teknik terendah. KKN terdiri atas jurusan-jurusan: kayu, besi, anyaman, perabot rumah, las dan batu.

Sekolah Teknik Pertama (STP): bertujuan mendapatkan tenaga tukang yang terampil tetapi disertai dengan pengetahuan teori. Lama pendidikan ini dua tahun sesudah SR dan terdiri atas jurusam-jurusan: kayu, batu, keramik, perabot rumah, anyaman, besi,listrik, mobil, cetak, tenun kulit, motor, ukur tanah, dan cor.

Sekolah Teknik (ST): bertujuan mendidik tenaga-tenaga pengawasan bangunan. Lama pendidikan dua tahun setelah STP atau SMP bagian B dan meliputi jurusan-jurusan: bangunan gedung, bangunan air dan jalan, bangunan radio, bangunan kapal, percetakan dan pertambangan.

Sekolah Teknik menengah (STM): bertujuan mendidik tenaga ahli teknik dan pejabat-pejabat teknik menengah. Lama pendidikan empat tahun setelah SMP bagian B atau ST dan terdiri atas jurusan-jurusan: bangunan gedung, bangunan sipil, bangunan kapal, bangunan mesin, bangunan mesin, bangunan listrik, bangunan mesin kapal, kimia, dan pesawat terbang.

Pendidikan guru untuk sekolah-sekolah teknik: untuk memenuhi keperluan guru-guru sekolah teknik, dibuka sekolah/kursus-kursus untuk mendidik guru yang menghasilkan: a. Ijazah A Teknik (KGSTP) guna mengajar dengan

wewenang penuh pada STP dalam jurusan: bangunan sipil, mesin, listrik dan mencetak.

b. Ijazah B I Teknik (KGST) untuk mengajar dengan wewenang penuh pada ST/STM kelas I dalam jurusan bangunan sipil, bangunan gedung dan mesin.

c. Ijazah B II Teknik guna mengajar dengan wewenang penuh pada STM dalam jurusan bangunan sipil, bangunan gedung, mesin dan listrik.

6. Pendidikan Tinggi dalam Periode 1945-1950

Lembaga pendidikan ini berkembang pesat, tetapi karena adanya pelaksanaannya perjuangan fisik maka perkuliahan kerap kali di sela dengan perjuangan garis depan.

7. Pendidikan Tinggi Republik

Pada bulan November 1946 dibuka Sekolah Tinggi Hukum serta filsafat dan sastra.

Setelah aksi Agresi Militer I kedua lembaga pendidikan tinggi terakhir di tutup oleh Belanda sehingga secara resmi sudah tidak ada lagi.

Dengan demikian pendidikan tinggi waktu itu terpecah menjadi dua yaitu Pendidikan Tinggi Republik dan Pendidikan Tingkat Tinggi Pendudukan Belanda.Tetapi

Page 22: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

10

No. Bentuk Pendidikan Penjelasan

kuliah-kuliah masih dilanjutkan di rumah-rumah dosen sehingga merupakan semacam kuliah privat.

Sebelum Agresi Militer I di Malang, terdapat pula lembaga pendidikan tinggi republik.

8. Pendidikan Tinggi di Daerah Pendudukan Belanda

Pada Januari 1946 didirikan suatu Universitas Darurat (NOOD Universiteit) yang terdiri dari lima fakultas yaitu fakultas kedokteran, fakultas hukum, fakultas sastra dan filsafat, dan fakultas pertanian di Jakarta, serta fakultas teknik di Bandung.

Pada Maret 1947 oleh nama Universitas Darurat diubah menjadi nama Universitas Indonesia (Universiteit Van Indonesie).

Pada tahun 1947, universitas tersebut diperluas dengan fakultas ilmu pasti dan ilmu alam di Bandung, kedokteran hewan di Bogor, kedokteran di Surabaya, dan Ekonomi di maksar (Ujung Pandang).

Pada Maret 1948 fakutas pertanian dipindahkan ke Bogor.

Sumber: Hasil Olahan Penulis (2016)

Setelah Kurikulum 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952, kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional, yang paling menonjol sekaligus menjadi ciri kurikulum 1952 ini bahawa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran dengan merinci silabus setiap mata pelajaran. Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran. Karena itu, Kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai Rencana Pelajaran Terurai 1952.

Isi Kurikulum 1952 merupakan penjabaran arah dan tujuan pendidikan sekolah menengah dan tujuan kurikulum. Tujuan dari pendidkan sekolah menengah dan tujuan kurikulum itu adalah mempersiapkan pelajar ke pendidikan tinggi serta mendidik tenaga-tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus yang sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat. Hal ini didasarkan akan kesadaran pada pendidikan masa lampau, yang mana pada pendidikan masa lampau ini pendidikan menengah dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Sekolah menengah umum lebih menekankan pada pelajaran-pelajaran yang dapat untuk melanjutan untuk ke perguruan tinggi, sedangkan sekolah menengah kejuruan itu untuk mendidik tenaga-tenaga kerja dalam berbagai kepandaian dan keahlian.

Kurikulum 1952 isinya lebih rinci dibandingkan Kurikulum 1947, dan tujuannya adalah membentuk manusia yang susila dan cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab akan kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dalam prosesnya guru berperan sebagai contoh dalam menerapkan etika, moral, nilai-nilai, rasa nasionalisme, kedisiplinan dan kerajinan. Namun, sayangnya proses belajar mengajar pada saat itu hanya berpusat pada guru, dan siswa hanya bersifat pasif. Daftar pelajarannya menekankan pada pelajaran bahasa berhitung, seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama. Sistematika pendidikan pada masa berlakunya Kurikulum 1947 tidak dijelaskan secara rinci implementasinya dilaksanakan pada 1950. Evaluasi terhadap pencapaian hasil pendidikan lebih diarahkan pada ketentuan mengenai kelulusan seseorang dari suatu unit atau lembaga pendidikan tertentu. Kualitas yang harus dikuasai oleh peserta didik tidak didasarkan pada tujuan pendidikan nasional.

Page 23: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

11

Peran Guru dalam Rencana Pelajaran 1947

Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-cakap, membaca, dan menulis. Dalam pelajaran ilmu alam mengajarkan bagaimana proses kehidupan ekosistem dalam sehari-hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana, dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran. Jadi, dalam Rencana Pelajaran 1947 peran guru adalah sepenuhnya mengajari murid-murid bagaimana cara bercakap-cakap, membaca, dan menulis, selain itu peran guru juga mengajar satu pelajaran. Peran guru dalam Rencana Pelajaran 1947 tidak ada yang spesial, sama halnya pada kurikulum-kurikulum yang lainnya. Hanya saja perannya disini pengajaran sepenuhnya berada pada guru.

Model Pembelajaran Rencana Pelajaran 1947

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat, karena perubahan itu terjadi oleh adanya sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat. Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan di Indonesia, yaitu Rencana Pelajaran 1947 atau disebut leer plan (Rencana Pelajaran). Rencana pembelajaran ini bersifat politis yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda, asas pendidikan yang dipergunakan dari asas Pancasila, situasi perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka rencana pembelajaran 1947 baru ditetapkan pada tahun 1950 maka sering disebut juga kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947 hanya ada dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Dalam hal ini lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat dibandingkan pendidikan pikiran. Setiap materi pelajaran yang diajarkan akan dibawa ke realitas kehidupan atau dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, juga perhatian terhadap kesenian, serta pendidikan jasmani. Mata pelajaran yang ada di untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus untuk daerah Jawa, Sunda, dan madura dihadirkan pelajaran bahasa daerah. Adapun nama-nama mata pelajaran dalam Rencana Pelajaran 1947, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, serta Pendidikan Agama. Pada awalnya, pelajaran Agama diberikan mulai kelas IV, namun sejak 1951 Pendidikan Agama juga diajarkan sejak kelas I.

Dalam Rencana Pembelajaran 1947 pemerintah lebih mengupayakan metode yang dipergunakan seperti metode ceramah, yang di dalamnya lebih banyak guru yang berperan sebagai fasilitator yang menjelaskan akan setiap mata pelajaran yang diperlajari. Jika dilihat, mata pelajaran dalam Rencana Pembelajaran 1947 lebih sedikit dibandingkan mata pelajaran kita saat ini. Berdasarkan analisis, strategi pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 1947 adalah metode pembelajaran contextual teaching learning (CTL). Salah satu point dalam pembelajaran kurikulum 1947 adalah “menghubungkan isi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari”. Hal tersebut sesuai dengan strategi pembelajaran contextual teaching learning, karena strategi contextual teaching learning merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan

Page 24: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

12

nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar dalam kehidupan sehari-hari.16

Skema 1.1 Skema Model Pembelajaran Kurikulum 1947

Sumber: Hasil Olahan Penulis (2016)

Proses belajar mengajar pada Rencana Pelajaran 1947 menerapkan sifat kurikulum Subject Curriculum, hal itu yang mengacu pada pemberian mata pelajaran yang antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya tidak ada keterkaitan sama sekali. Kemudian pada Rencana Pelajaran 1947 itu menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah. Sistematika pendidikan pada masa berlakunya Rencana Pelajaran 1947 tidak dijelaskan secara rinci karena implementasinya dilaksanakan pada 1950. Evaluasi terhadap pencapaian hasil pendidikan lebih diarahkan pada ketentuan mengenai kelulusan seseorang dari suatu unit atau lembaga pendidikan tertentu. Kualitas yang harus dikuasai oleh peserta didik tidak didasarkan pada tujuan pendidikan nasional sehingga alat evaluasinya pun tidak dikembangkan untuk mengumpulkan informasi mengenai pencapaian tujuan pendidikan. Soal-soal yang dikembangkan untuk Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) adalah untuk menentukan kelulusan seorang siswa, bukan untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-cakap, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan, manfaat besi berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif diisi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung kabel listrik. Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat, yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rakyat (SR) 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang SMP bisa langsung bekerja.

Sistem pendidikan yang diselenggarakan dalam Rencana Pembelajaran 1947 berupaya memahami kebutuhan masyarakat pada saat itu dan juga mengupayakan hilangnya bayang-bayang sistem pendidikan belanda dan jepang yang tidak relevan lagi. Upaya tersebut merupakan konsekuensi logis dari berubahnya beragam aspek yang ada dalam dinamika masyarakat. Sehingga proses pembelajaran lebih mengupayakan berkembangnya domain afeksi, dibanding domain kognitif dan psikomotorik. Selain itu, proses pembelajaran masih berpusat pada guru, hal tersebut masih berlangsung karena situasi pembelajaran masih kental dengan situasi pembelajaran pada masa

16Eman Surachman, Model-model Pembelajaran (Jakarta: Labsos UNJ, 2016), hlm.80.

Guru

Siswa

Pengalaman Kehidupan

Sehari-hari

Materi Pembelajaran

Page 25: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

13

sebelumnya. Namun, guru mengupayakan pembelajaran berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Sesuai dengan namanya Rencana Pembelajaran memuat serangkaian mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa sesuai dengan jenjangnya. Mata pelajaran tersebut umumnya berkaitan dengan membaca, menulis, berhitung, keterampilan serta budi pekerti. Mata pelajaran yang berbasiskan perkembangan ilmu pengetahuan pun telah berupaya dipelajari pada masa ini, seperti adanya mata pelajaran ilmu alam, ilmu hayat, ilmu dagang dan ilmu bumi. Pada proses belajar-mengajar, pada masa ini pun terdapat sistem penilaian yakni ujian harian, ujian caturwulan dan ujian penghabisan pada tingkat akhir setiap jenjang.

Dalam Rencana Pelajaran ini tidak ada kurikulum sebelumnya dikarenakan kurikulum pertama yang dibentuk selepas kemerdekaan, namun dalam kurikulum 1947 ini adanya kelebihan dan kekurangan, yaitu kelebihannya mencerminkan sebagai bangsa yang berdaulat, dan mendudukan pendidikan sebagai faktor penting dalam memperkokoh berdirinya negara Indonesia melalui persatuan dan kesatuan untuk mengusir penjajah. Pernyataan tersebut terlihat bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya memiliki sikap patriotisme dalam menanggapi kemerdekaan setelah penjajahan, tetapi juga pendidikan sangat diperlukan dalam memperkuat berdirinya negara Indonesia untuk melawan penjajah agar tetap adanya persatuan dan kesatuan. Kemudian, memiliki fungsi strategis dalam mempersatukan bangsa Indonesia melalui pendidikan. Dengan adanya pendidikan menjadi fungsi yang amat strategis karena pendidikan sendiri itu merupakan hak segala masyarakat juga siapa pun bisa mendapatkan pendidikan, karena seluruh bangsa indonesia akan bersatu membaur dalam dunia pendidikan dan tidak ada lagi pembatas dalam pendidikan. Kelebihannya yang terakhir yaitu mengadopsi dari pengalaman pendidikan Indonesia yang telah lalu di masa penjajahan, sehingga memudahkan dalam penyusunannya. Dalam pengalamannya pada masa penjajahan membuat titik acuan dalam pembuatan kurikulum 1947 dalam membangkitkan semangat patriotisme, pengalaman bangsa Indonesia pada masa penjajahan menjadi acuan dalam membuat penyusunannya untuk pembangunan dunia pendidikan di Indonesia pada masa itu.

Selain memiliki kelebihan kurikulum 1947 juga memiliki kekurangan, yaitu : 1. Dibayang-bayangi pendidikan zaman penjajahan sehingga mengarah pada pola pengajaran penjajahan; 2. Indonesia barulah merdeka sehingga belum ada acuan pendidikan yang dianut, maka masih menjadi bayang-bayang dalam rasa pendidikan pada masa jajahan; 3. belum memiliki orientasi ranah kognitif dan psikomotorik namun lebih dominan ranah afektif; 4. titik fokus pada pemahaman pengetahuan yang menjadikan guru sebagai fasilitator untuk mengembangkan pengetahuan para siswa pada saat itu; 5. Belum diterapkan di sekolah-sekolah sehingga belum memberikan dampak pada terlaksananya pendidikan dan terbentuknya bangsa Indonesia hingga secara resmi dilaksanakan pada 1950.

Karena sosialisasi terkait kurikulum 1947 belum lah merata, maka sebenarnya bukan disebut kurikulum melainkan Rencana Pembelajaran 1947. Sehingga, rencana pembelajaran 1947 ini menjadi sebuah titik awal dari terbentuknya proses pendidikan di Indonesia setelah dijajah, juga sebagai bentuk penanaman rasa patriotisme, sikap bela negara, sikap cinta tanah air agar Indonesia pada masa itu tidak mudah untuk dijajah lagi oleh negara lain. Dalam penyusunannya juga tetap mengacu ke dalam masa penjajahan, agar bangsa Indonesia tetap mengingat perjuangan dalam merebut kemerdekaan. Terbentuknya rencana pembelajaran 1947 ini diharapkan bisa memberikan kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak serta merata agar masyarakat Indonesia bisa meneruskan perjuangannya, tetapi bukan dengan kekerasan melainkan dengan ilmu yang berguna serta bermanfaat.

Penutup

Kurikulum merupakan suatu rancangan pembelajaran yang berupa pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta metode yang dipakai sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan

Page 26: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

14

2013. Rencana pembelajaran 1947 lahir setelah bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan, oleh karena itu rencana pembelajaran 1947 bersifat politis yang tidak mau lagi menggunakan kurikulum Belanda yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonial Belanda. Rencana pembelajaran 1947 menggunakan pancasila sebagai dasar dari pendidikan Indonesia, meskipun hanya sebatas penentuan saja karena belum dijelaskan bagaimana meletakan dasar itu dalam tiap-tiap mata pelajaran. Sifat-sifat kemanusiaan dan kewarganegaraan sebagai dasar pengajaran dan pendidikan di Indonesia merupaka konteks sosial yang terdapat di dalam rencana pembelajaran 1947. Konteks ekonomi yang ada pada rencana pembelajaran 1947 adalah bagaimana kondisi ekonomi bangsa Indonesia saat itu terpaksa membuat rencana pembelajaran belum bisa diterapkan sehingga baru bisa diterapkan pada tahun 1950.

Kurikulum yang dipakai di Indonesia pasca kemerdekaan dipengaruhi oleh tatanan sosial politik Indonesia saat itu. Negara-negara penjajah yang mendiami wilayah Indonesia ikut juga mempengaruhi sistem pendidikan Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada dua sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang, yaitu sistem pendidikan Islam (pesantren) dan sistem pendidikan Belanda. Di awal-awal kemerdekaan Indonesia, pemerintahannya mulai mengkonstruksi kurikulum sesuai dengan kondisi dan situasi saat itu. Susunan Rencana Pelajaran 1947 hanya ada dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Dalam hal ini lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat dibandingkan pendidikan pikiran. Setiap materi pelajaran yang diajarkan akan dibawa ke realitas kehidupan atau dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, juga perhatian terhadap kesenian, serta pendidikan jasmani.

Oleh sebab itu, Rencana Pelajaran 1947 ini merupakan landasan atau dasar perubahan terhadap kurikulum-kurikulum berikutnya. Karena menjadi kurikulum paling awal, maka Rencana Pelajaran 1947 menjadi pedoman untuk perubahan yang dilakukan kedepannya. Faktor apa yang harus diganti, dikurangi dan ditambahkan dilihat dari kurikulum yang ditetapkan paling awal. Seiring perkembangan zaman dan teknologi kurikulum pun mulai mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Hal ini bertujuan agar kurikulum yang digunakan menjadi lebih baik dan sempurna dalam menjalankan pendidikan di Negara Indonesia. Sehingga kekurangan yang terjadi pada kurikulum sebelumnya dapat diubah sesuai kondisi dan situasi pendidikan bangsa Indonesia.

Daftar Pustaka

Ardiansyah, Rahmad.Kurikulum Tahun 1947 (Rencana Pembelajaran).Diakses melalui http://id sejarah.net/2014/01/kurikulum-1947-sampai-2006_29.html?m=1.

Pangestika, Desi Widya, dkk. 2012.Makalah Telaah Kurikulum 1947.Surakarta: Universitas Sebelas Maret.Diakses melaluihttp://srcribd.com/doc/118104025/kurikulum-1947.

Sugiyono, dkk. Peta Jalan Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: TIM UNY.

Tilaar, H.A.R. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

http://www.idsejarah.net/2014/01/kurikulum-1947-sampai-2006_29.html.

http://www.eurekapendidikan.com/2014/11/kurikulum-pendidikan-nasional-tahun-1947.html.

Page 27: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

15

Bab 2 Perkembangan Kurikulum 1964 Agista Anduarima, Dewi Rosdayanti, Nida Syarifah, Yurika Sevaka Widiastuti

Pendahuluan

Pendidikan memiliki peran penting sebagai agen perubahan sosial (social agent of change) menuju dinamika kemajuan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tuntutan kemajuan bangsa.17 Ketika manusia berinteraksi dengan seluruh aktifitas pendidikan, semenjak itulah manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan peradaban manusia. Secara paralel proses pendidikanpun mengalami kemajuan yang sangat pesat baik dalam bentuk, metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Hal ini merupakan salah satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju. Sifat pendidikan yang maju, membuat pemerintah yang mengatur segala urusan pendidikan agar terus melakuakan pembaharuan sesuai dengan dinamika perkembangan dunia. Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, kerana pendidikan merupakan instrumen yang digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, akan tetapi juga membebaskan manusia dari kebodohan dan kemiskinan.18

Kualitas pendidikan untuk menyiapkan sumber daya yang handal sangat ditentukan oleh berbagai komponen yang saling terkait satu sama lain di antaranya input peserta didik, kurikulum, pendidikdan tenaga kependidikan, sarana prasarana, dana, manajemen dan lingkungan. Kualitas pendidikan akan menghasilakan output yang berkualitas juga karena dengan pendidikan akan membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal demi terwujudnya kemajuan yang lebih baik. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan dan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan sebuah sistem, yang mengatur jalannya pendidikan dan mempunyai standar kompetensi-kompetensi yang harus dicapai oleh pendidikan bangsa. Kurikulum merupakan jawaban atas sistem yang mengatur jalannya pendidikan. Kurikulum adalah unsur penting pada lembaga pendidikan.19 Secara fisik, kurikulum dapat berbentuk suatu dokumen berisikan berbagai komponen seperti pikiran tentang pendidikan, tujuan yang akan dicapai oleh kurikulum tersebut, konten yang dirancang dan harus dikuasai peserta didik untuk menguasai tujuan, proses yang dirancang untuk menguasai konten, evaluasi yang dirancang untuk mengetahui penguasaan kemampuan yang dinyatakan dalam tujuan, serta komponen lainnya.

Kurikulum memiliki empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan komponen evaluasi.20 Sebagai suatu system, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula. Dalam sebuah kurikulum memuat suatu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem pendidikan. Untuk itu tujuan dalam suatu kurikulum memegang peranan yang sangat penting, karena tujuan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya.

17 Dedi Hendriana, Sejarah Perkembangan Kurikulum,diakses dari http://dediherdiana.files.wordpress. com/2014/11/sejarah_perkembangan_kurikulum_di_Indonesia.pdf, pada tanggal 7 November 2016. 18Budi Sanjaya, Penilaian Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berdasarkan Stake’s Countenance Model Bagi Mata Pelajaran Bahasa Arab (Universitas Jambi, 2012), hlm. 2. 19S. Hamid Hasan, Perkembangan Kurikulum: Perkembangan Ideologis dan Teoritik Pedagogis (1950 – 2005), hlm. 4. 20Dedi Hendriana, loc. cit, hlm. 2.

Page 28: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

16

Istilah kurikulum dalam dunia pendidikan Indonesia digunakan melalui literatur bahasa Inggris, terutama dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Pendidikan Belanda yang diwariskan di Indonesia tidak mengenal istilah kurikulum melainkan istilah leerplan (rencana pelajaran).21 Penggunaan istilah kurikulum memang sebagai nomenclatur di dunia pendidikan dimulai dandibesarkan di Amerika Serikat. Pada saat sekarang istilah ini sudah menjadi istilah standar dalam dunia pendidikan. Kurikulum menurut Tanner dan Tanner yaitu:22

“The planned and guided learning experiences and intended learning outcomes, formulated throught the systematic reconstruction of knowledge and experince, under the auspices of the svchool, for the learner’s continuous an wilfil growth in personal social competence.”

Menurutnya kurikulum adalah pengalaman belajar yang direncanakan dan dibimbing dan dimaksudkan sebagai hasil belajar, dirumuskan melalui rekontruksi pengetahuan dan pengalaman yang sistematis yang diarahkan oleh sekolah untuk menciptakan kesinambungan perkembangan kompetensi sosial pembelajaran. Hal ini dapat dilihat bahwa kurikulum merupakan seluruh hasil pengalaman dalam proses pembelajaran yang dirumuskan atau dibentuk dalam pengetahuan dan pengalaman yang selama ini dibangun dalam pendidikan yang memberikan hasil dalam perkembangan kompetensi pembelajaran yang tentunya akan lebih baik. Sejak awal kemerdekaan pemerintah sudah memberikan perhatian yang cukup besar pada dunia pendidikan. Kesadaran akan adanya suatu pendidikan nasional dirasakan sebagai suatu yang mendesak sehingga secara tegas dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kurikulum di Indonesia mengalami berbagai perkembangan sesuai dengan perkembangan yang ada di Indonesia.

Skema 2.1 Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Sumber: Analisis Penulis (2016)

Pembahasan dalam paper ini mengenai kurikulum 1960 di Indonesia, sistematika dalam penulisan paper ini yaitu; penulisan bagian pertama pendahuluan, bagian kedua kurikulum 1960 dilihat dari perspektif sosial, ekomomi dan politik, bagian ketiga merupakan analisis isi kurikulum 1960, bagian keempat peran guru dalam mengimplementasikan kurikulum 1960, bagian kelima model

21S. Hamid Hasan, op. cit., hlm. 5. 22 Rakhmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2011), hlm. 9.

Page 29: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

17

pembelajaran kurikulum 1960 dan bagian keenam merupakan penutup dari pembahasan kurikulum 1960.

Konteks Sosial, Politik dan Ekonomi

Kurikulum adalah objek karena dibuat berdasarkan keputusan negara dan kita sebagai warga negara yang hanya bisa mengikuti apa yang dibuat oleh negara. Kurikulum yang selama ini diikuti dan dipraktikan akan selalu menghasilkan produk dari kurikulum ini, dimana semua orang yang mengalami bangku pendidikan merupakan hasil dari kurikulum yang disebut subjek dari kurikulum. Ruang lingkup atau objek kajian sosiologi dalam melihat kurikulum yaitu berdasarkan politik, relasi negara, ideologi, sosial, masyarkat, sistem nilai dan ekonomi. Yang menarik dari kurikulum adalah bahwa kurikulum dibuat berdasarkan politik, sosial dan ekonomi yang berlangsung pada saat itu. Pengembangan kurikulum juga dipengerahui oleh ketiga objek kajian sosiologi tersebut. Sejarah tentang adanya kurikulum sejalan dengan searah munculnya pendidikan itu sendiri. Dalam prakteknya, ada Kurikulum 1947, Kurikulum tahun 1952, Kurikulum tahun 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, dan Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006 dan sekarang Kurikulum 2013. Secara historis pergantian kurikulum dari satu periode kurikulum ke kurikulum berikutnya selalu memiliki tujuan khusus yang ingin dicapainya. Secara potensial, dalam setiap perubahan kurikulum akan selalu tersirat didalamnya tujuan yang bersifat politis dan non politis.

Perubahan kurikulum selain konsekuensi dari perubahan sistem politik juga merupakan dampak perubahan yang terjadi pada sosial budaya dan kehidupan bermasyarakat. Kurikulum mengalami perubahanan dikarenakan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang sesuai dengan UUD 1945, perbedaan yang ada didalam kurikulum hanyalah tujuan yang ingin dicapai. Terdapat tiga faktor dalam pengembangan kurikulum di Indonesia23 pertama dipengaruhi oleh perguruan tinggi, dalam perguruan tinggi kurikulum minimal mendapat dua pengaruh yang pertama yaitu pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh perguruan tinggi, yang kedua dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di perguruan tinggi. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Faktor yang kedua yaitu masyarakat, sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai agen dari masyarakat sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memnuhi tntunan masyarakat. Faktor yang ketiga adalah sistem sosial.

Perkembangan kurikulum dimulai dari tahun 1947 hingga kurikulum 1960 dikarenakan perkembangan sejarah dan politik yang ada di Indonesia. Jika dilihat dari situasi politik pada tahun 1960 ditandai dengan ketidakjelasan dan ketidakstabilan yang besar, situasi politik ini berakibat pada ekonomi di Indonesia. Kegiatan perekonomian di Indonesia semakin terhambat. Pada tahun 1960an ekonomi di Indonesia semakin cepat hancur karena hutang dan inflasi (dibidang ekspor juga menurun). Puncak inflasi pada tahun 1962-1964, pencetakan uang yang berlebih untuk membayar hutang. Pendapatan devisi perkebunan dan pendapatan perkapita terus menurun. Hubungan situasi politik dan kurikulum dapat dilihat dari sejarah tahun 1959, yaitu terjadinya perubahan politik yang mendasar. Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang isinya antara lain membubarkan Konstituante dan menggunakan kembali UUD 1945. Kabinet Djuanda adalah kabinet terakhir yang dibentuk berdasarkan UUD 1950 dan dengan kembalinya Indonesia menggunakan UUD 1945, maka kabinet Djuanda bubar. Dengan berlakunya kembali UUD 1945 maka kekuasaan pemerintahan dan pimpinan negara langsung dipegang oleh presiden. Soekarno kembali menjadi presiden dengan kekuasaan sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara. Sebagai kepala pemerintahan presiden langsung memimpin kabinet.

23 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 158.

Page 30: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

18

Gambar 2.1 Dekrit Presiden

Sumber: jagosejarah.blogspot.com diakses pada tanggal 13 november 2016

Dalam isinya teradap tiga hal yaitu pembubaran konstituante, tidak berlakunya UUSD 1950 dan diberlakukannya kembali UUD 1945 dan pemakluman bahwa pembentukan MPRS dan DPAS akan dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya.24 Pengaruh Dekrit Presiden 5 Juli 1959 maka negara kita memiliki kekuatan hukum untuk menyelamatkan negara dan bangsa Indonesia dari ancaman perpecahan. Latar belakang Dekrit Presideng yaitu diawali dengan kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam, kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-Undang Dasar, Terjadinya gangguan keamanan berupa pemberontakan bersenjata di daerah-daerah.25 Ketiga hal tersebut yang sangat mendukung Dekrit Presiden dikeluarkan.

Tanggal 17 agustus 1959 Presiden Soekarno berpidato yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita”. Pidato yang terkenal dengan sebutan Manifesto Politik Republik Indonesia (MANIPOL), manipol ini dijadikan sebagai Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Menurut Presiden Soekarno bahwa inti dari manipol ini adalah UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia. Kelima inti manipol ini sering disingkat USDEK. Sejak keluarnya dekrit presiden memiliki pengaruh besar dalam kehidupan bernegara dibalik bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Dalam masa ini Soekarno ingin menjadikan pendidikan bertujuan melahirkan warga negara sosialis Indonesia yang susila.26

Sesuai dengan keputusan MPRS No. II/MPRS/1960 telah dirumuskan mengenai manusia sosialis Indonesia sebagai suatu bagian dari sosialisme Indonesia yang menjadi tujuan pembangunan nasional yakni tata masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. (tilaar, 1995:254). Maka pelaksanaan keputusan tersebut di sekolah diimplementasikan ke dalam kurikulum yang dapat menjiwai keputusan MPRS tersebut. Melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 145 Tahun 1965 tentang Nama dan Rumusan Induk Sistem Pendidikan Nasional antara lain dirumuskan mengenai pembinaan manusia Indonesia.

Manipol USDEK ini juga berpengaruh terhadap Pendidikan Nasional karena, Pertama, dari sisi ideologi. Manipol ini di indoktrinasikan pada seluruh lapisan rakyat Indonesia termasuk pada semua jenjang Pendidikan, sehingga tidak dibenarkan adanya penafsiran-penafsiran lain selain dari apa

24Farida Sarimaya, Latar Belakang Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Pendidikan Sejarah), hlm. 17. 25Ibid. 26Sunarso, Perkembangan Politik Pendidikan Di Indonesia (Kajian Era Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi, Jurusan PKnH, FIS, UNY, 2012, hlm.2.

Page 31: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

19

yang telah dirinci oleh pemerintah. Kedua, dari sisi kebijakan pendidikan, asas pendidikan nasional adalah Pancasila dan Manipol Usdek. Adapun tujuan pendidikan nasional pada fase ini adalah untuk melahirkan warga-warga sosialis Indonesia yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun material dan yang berjiwa Pancasila, yaitu: (a). Ketuhanan Yang Maha Esa; (b). Perikemanusiaan yang adil dan beradab; (c). Kebangsaan; (d). Kerakyatan; dan (e). Keadilan sosial seperti dijelaskan dalam Manipol USDEK.27 Untuk menyesuaikan kebijakan pendidikan dengan Manipol, maka Menteri Pendidikan dasar dan Kebudayaan telah menyusun rencana jangka pendek yang kemudian akan disusul dengan rencana jangka panjang dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Dalam rencana jangka pendek disusunlah rencana yang disebut Sapta Usaha Tama. Setelah Dekrit Presiden dalam waktu dua bulan pada tanggal 17 Agustus 1959 Mentri Muda Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, Prijono mengeluarkan instruksi yang dikenal dengan Sapta Usaha Tama. Sapta Usaha Tama berisi: 28

a. Penertiban aparatur dan usaha-usaha Kementrian PP dan K Yang dimaksud dengan penertiban dan usaha-usaha kementerian PP dan K adalah (1) semua sekolah harus dimulai dan diakhiri pada waktu yang telah ditentukan; (2) Semua guru dan murid bertanggung jawab atas kebersihan sekolah; (3) Tiap-tiap hari senin sekolah mengadakan upacara menaikan bendera kebangsaan berupa, menaikkan bendera, memberi hormat kepada bendera, mengucapkan sumpah pemuda, pidato kepala sekolah atau guru; (4) Hari terakhir tiap pekan setelah jam pelajaran terakhir diadakan upacara penurunan bendera; (5) Hari-hari nasional harus diperingati dengan upacara menaikan bendera dan memberi hormat kepada bendera, kemudian mengheningkan cipta, menyayikan lagu Indonesia raya dan sambutan kepala sekolah atau guru.

b. Menggiatkan kesenian dan olah raga Dengan menggiatkan kesenian dan olahraga maka diwajibkan kepada murid untuk mempelajari dan dapat menyanyikan lagu-lagu nasional: Indonesia Raya, Bagimu Negeri, Maju tak Gentar, Satu Nusa Satu Bangsa, Sang Merah Putih, Garuda Pancasila. Kemudian dalam bidang olahraga harus diadakan pertandingan-pertandingan dan perlombaan untuk mengasah potensi siswa dalam segala bidang olahraga. Yang tidak boleh ketinggalan adalah harus memajukan dan mengembangkan kesenian daerah dan nasional.

c. Meningkatkan “usaha halaman” Yang dimaksud dengan usaha halaman ialah segala usaha yang dapat dilakukan di halaman sekolah dan rumah, yang hasilnya dapat membantu “sandang pangan”. Meliputi penanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan, juga peternakan, perikanan dan kerajinan tangan.

d. Mengharuskan tabungan Dengan adanya instruksi ini maka tiap murid diwajibkan untuk menabung demi kebutuhan mereka dimasa mendatang, akan tetapi jumlah uang tabungan harus disesuaikan dengan kemampuan orang tua murid dan tidak boleh menjadi beban yang memberatkan.

e. Mewajibkan usaha-usaha koprasi Kegiatan ini harus dimulai dengan uang pangkal dari anak-anak sendiri kemudian yang menjadi pengurus adalah murid-murid sendiri, guru-guru akan menjadi penasehat dan pengawas, akan tetapi penyimpanan uangnya harus dilakukan oleh guru yang bisa mengelola keuangan dengan baik. Dalam koperasi itu ada barang-barang yang perlu dijual atau dibeli yang berupa: makanan, alat-alat sekolah, pakaian seragam, sepatu, sabun dan tentunya alat-alat perlengkapan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan murid.

f. Mengadakan kelas masyarakat

27 Abd Mu'id Aris Shofa, Pendidikan Karakter di Sekolah Sejak Proklamasi Kemerdekaan Sampai Era Reformasi, (Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang), hlm. 9. 28Abd Mu'id Aris Shofa. op.cit, , hlm. 10.

Page 32: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

20

Tujuan untuk mengadakan kelas masyarakat ini adalah mempersiapkan para lulusan sekolah rakyat memperoleh kecakapan atau keterampilan dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan tangan dan industri kecil, sehingga dapat berdiri sendiri dan dapat berguna bagi masyarakat. Lama belajar kurang lebihnya selama dua tahun.

g. Membentuk regu kerja di kalangan SLA dan Universitas Sebagai langkah usaha melaksanakan Sapta Usaha Tama ini jawatan pendidikan umum membentuk suatu urusan khusus yang disebut urusan Sapta Usaha Tama dan Pancawardhana atau yang lebih dikenal dengan lima prinsip perkembangan pendidikan. Apabila Sapta Usaha Tama mengurus pelaksanaan ketujuh prinsip di atas tersebut di sekolah-sekolah, maka Pancawardhana mengusahakan berjalannya sistem pendidikan baru yang meliputi: (1) Perkembangan kecerdasan (2) Perkembangan moral nasional (3) Perkembangan artistik emosional (4) Pengembangan skill (5) Perkembangan fisik (kesehatan/jasmani).

Berdasarkan instruksi Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Nomor 2 tanggal 17 Agustus 1961, diadakan perincian yang lebih lanjut mengenai Pancawardhana. Bahwa untuk menyesuaikan kebijakan pendidikan dengan manipol maka di instruksikan dan menetapkan Pancawardhana sebagai sistem pendidikan yang berisi prinsip-prinsip: (a) perkembangan cinta bangsa dan tanah air, moral nasional/internasional/keagamaan (b) perkembangan kecerdasan (c) perkembangan emosional artistik atau rasa keharuan dan keindahan lahir batin; (d) perkembangan keprigelan atau kerajinan tangan; dan (e) perkembangan jasmani. Sejak saat itu seluruh kegiatan sekolah baik yang kurikuler maupun yang ekstrakurikuler banyak berubah dan harus menyesuaikan dengan intruksi diatas. Berdasarkan segi materi pelajaran di sekolah, Pancasila dan Manipol dijadikan mata pelajaran di perguruan rendah sampai dengan perguruan tinggi.

Dalam bidang politik semua lembaga harus berkaitan dengan Nasakom yakni ada unsur Nasionalis, Agama dan Komunis. Dalam ekonomi pemerintah menerapkan ekonomi terpimpin dan dalam bidang sosial agama pemerintah melarang budaya-budaya yang berbau barat dan dianggap sebagai bentuk penjajahan baru (Neo-kolonialisme) dan imperalisme sebab pemerintah lebih condong ke Blok Timur. Pada masa ini pemerintah tidak berhasil mengeluarkan undang-undang pendidikan baru. Kebijakan pendidikan dan pemikiran kurikulum ditetapkan melalui berbagai keputusan di bawah undang-undang seperti keputusan presiden, keputusan pemerintah, keputusan menteri, dan produk-produk hukum yang lebih rendah. Kepedulian terhadap poliitik dan pengaruh kepentingan politik terhadap pendidikan semakin kuat dari masa sebelumnya.

Seperti yang dikatakan oleh Apple, bahwa kurikulum merupakan sebuah ruang yang didalamnya terjadi pertarungan antar kekuasaan dan antar aktor yang hidup dalam masyarakat untuk memproduksi, sekaligus mereproduksi berbagai pengetahuan yang terkandung dalam bangunan kurikulum tersebut. Terdapat hubungan antara Kurikulum 1964 dan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, seperti pernyataan Apple, bahwa kurikulum dapat memproduksi berbagai pengetahuan yang terdapat di bangunan kurikulum tersebut. Bahwa kurikulum dapat memproduksi berbagai pengetahuan yang terdapat di bangunan kurikulum tersebut. Kurikulum 1964 didalamnya terdapat kandungan mengenai dekrit presiden yaitu Manipol USDEK yang diimplementasikan dalam Panca Wardhana. Dimana konsekuensi dari panca wardhana dalam pendidikan, kurikulum diarahkan untuk mengembangkan kualitas yang dinyatakan dalam panca wardhana dalam semangat Manipol-USDEK.

Setelah dua tahun Dekrit Presiden disahkan, pada tanggal 17 Agustus 1961 Prijono kembali mengeluarkan Instruksi Nomor 2. Isinya memecah kementrian di bidang pendidikan. Instruksi ini memperbaiki instruksi Sapta Usaha Tama yang memperjelas intruksi atau kebijakan dalam kurikulum. Kebijakan ini dikenal dengan PANCA WARDHANA, panca wardhana merupakan prinsip atau tujuan dari pendidikan. Prinsip ini menyangkut sluruh aspek kepribadian manusia. Konsekuensi

Page 33: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

21

dari panca wardhana dalam pendidikan, kurikulum diarahkan untuk mengembangkan kualitas yang dinyatakan dalam panca wardhana dalam semangat Manipol-USDEK.

Penetapan peraturan Presiden Republik Indonesia No 19 Tahun 1965 tentang pokok-pokok sistem Pendidikan Nsional Pancasila menjelaskan sistem pendidikan nasional terdiri atas:

1. Pendidikan Biasa (Pendidikan Pra- Sekolah, pendidikan dasar, Pendidikan menengah, dan Pendidikan Tinggi)

2. Pendidikan Khusus 3. Pendidikan Luar Biasa

Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum 1964 yang menitikberatkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pada saat itu Pendidikan Dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak.

Analisis Isi Kurikulum 1964

Setelah perkembangan Kurikulum Tahun 1952, pemerintah mulai menyempurnakan kurikulum di Indonesia dengan membuat Retjana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Kosep yang dikembangkan dalam pembelajaran kurikulum 1964 adalah mengenai keaktifan siswa, kreatif serta produktif, sehingga siswa mampu memecahkan masalahnya sendiri (problem solving). Tujuan atau pokok pemikiran dari kurikulum 1964 ialah pemerintah menginginkan rakyat indonesia mendapatkan pembelajaran pada jenjang SD, sehingga menanamkan pembelajaran lebih dititik beratkan pada Pancawardhana. Kurikulum 1964 ini sendiri bersifat separate subject curriculum yang disebut dengan Pancawardhana dimana didalamya terdapat pengembangan daya cipta rasa, kasra, karya dan moral yang terbagi atau dikelemopokkan ke dalam lima mata pelajaran :

Tabel 2. 1 Mata Pelajaran Kurikulum Pancawardhana

Pengembangan Moral Pendidikan Kemasyarakatan

Pendidikan Agama/Budi Pekerti

Pengembangan Kecerdasan

Bahasa Daerah

Bahasa Indonesia

Berhitung

Pengetahuan alamiah

Pengembangan Emosi Pendidikan Kesenian

Pengembangan Keprigelan (keterampilan)

Pendidikan Keprigelan atau Keterampilan

Pengembangan Jasmani Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Sumber :Hasil Analisis Penulis (2016)

Cara belajar dijalankan dengan metode yang disebut “gotong royong terpimpin”. Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pancasilais yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tahun 1960.

Page 34: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

22

Tabel 2. 2 Ketetapan MPRS No II Tahun 1960

Ketetapan MPRS No II Tahun 1960 :

Pendidikan sebagai pembina Manusia Indonesia Baru yang berakhlak tinggi.

Pendidikan sebagai produsen tenaga kerja dalam semua bidang dan tingkatan.

Pendidikan sebagai lembaga pengembang Kebudayaan Nasional.

Pendidikan sebagai lembaga pengembang ilmu pengetahuan, teknik dan fisik/mental.

Pendidikan sebagai lembaga penggerak seluruh kekuatan rakyat.

Sumber : Hasil Analisis Penulis (2016)

Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah penilaian di rapor bagi kelas I dan II yang asalnya berupa skor 10 – 100 menjadi huruf A, B, C, dan D. Sedangkan bagi kelas II hingga VI tetap menggunakan skor 10 – 100. Ketetapan mengenai pacawardhana dan hari krida merupakan keputusan yang dikeluarkan pada tanggal 17 Agustus 1961 oleh Prijono (Mentri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan) sesuai dengan intruksi nomor 2 dan intruksi ini tidak dimaksudkan untuk Perguruan Tinggi. Kebijakan yang juga dikenal dalam dunia pendidikan sebagai PancaWardhana, sesuai dengan instruksi titik dua. Kebijakan ini dinyatakan sebagaiprinsip pendidikan tetapi sebenarnya adalah tujuan, untuk mengembangkan berbagai aspek kemanusiaan seorang peserta didik. Peserta didik diharapkan menjadi sesorang yang cinta tanah air, memiliki moral yang dinyatakan sebagai moral nasional/internasional/keagamaan, cerdas, memiliki rasa keindahan, trampil, dan sehat jasmani. Prinsip-prinsip menyangkut hampir seluruh aspek kepribadian manusia29

Tabel 2. 3 Perbandingan Kurikulum (1947-1959) – (1960-1968)

1960-1968 ( Pancawardhana )

1. Kurikulum dipengaruhi oleh Manifesto Politik ( Manipol-USDEK )

2. Tujuan pendidikan menjadikan masyarakat susila dan demokratis

3. Tujuan pendidikan menjadikan masyarakat susila yang sosialis

4. Penamaan jenjang sekolah pertama “Sekolah Rakyat”

5. Penamaan jenjang sekolah pertama “Sekolah Dasar”

6. Kurikulum SMP dibagi menjadi dua jalur : Jalur A (kelompok Sosial-Ekonomi) dan B (kelompok Ilmu Pasti dan Alam)

7. Kurikulum SMP berubah menjadi umum/General dengan Kurikulum Gaya Baru

8. Kurikulum SMA dibagi menjadi : SMA-A, SMA-B dan SMA-C

9. Kurikulum SMA menjadi Budaya, Sosial dan Ilmu Pasti. Muncul sekolah kejuruan seperti SMEA, SKKA, STM, SGA, SMDA

10. Skor yang digunakan Sekolah Rakyat kelas I-II menggunakan skor angka 10-100

11. Mulai menggunakan Skor huruf A, B, C, dan D

Sumber : Hasil Analisis Penulis (2016)

Tujuan pendidikan berubah dari menghasilkan manusia yang susila dan demokratis menjadi manusia susila yang sosialis dan pelopor dalam membela ManipolUSDEK. Perubahan yang sangat menonjol dalam kurikulum adalah adanya mata pelajaran Civics yang diarahkan untuk pembentukan warganegara yang bercirikan Manipol-USDEK. Liberalisme dan individualisme menjadi musuh dan harus dibersihkan dalam pelajaran Civics karena bertentangan dengan jiwa dan semangat Manipol-USDEK. Civics menjadi mata pelajaran yang mengemban pendidikan ideologi bangsa dan ini merupakan awal dari pendidikan ideologi dalam kurikulum (Sjamsuddin, Kosoh, Hamid, 1993:79).

29S. Hamid Hasan, loc cit, hlm. 13.

Page 35: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

23

Sehingga yang pada awalnya pendidikan bertujuan untuk menjadikan masyarakat Indonesia yang susila dan demokratis menjadi susila yang sosialis. Dengan adanya renjtana pembelajaran Pancawrdhana maka dalam kurikulumpun terdapat berubahan baik dari jenjang SD, SMP dan juga SMA. Pada jenjang SD perubahan kurikulum ini terdapat dalam perubahan kurikulum dan mengikuti kurikulum Pancawardhana yang dulunya disebut sekolah rakyat, maka pada kurikulum ini ada perubahan nama menjadi sekolah dasar. Untuk SMP terjadi perubahan struktur kurikulum, dinamakan Kurikulum SMP Gaya Baru dan dinyatakan berlaku mulai tahun ajaran 1962/1963 yang dimulai pada tanggal 1 Agustus (Depdikbud, 1996:128). Berbeda dari kurikulum SD, kurikulum SMP 1962 ini terdiri :

1. Kelompok Dasar 2. Kelompok Cipta 3. Kelompok Rasa/Karsa 4. Krida.

Selain dari kurikulum yang berubah adapula perubahan lain di jenjang SMP ini salah satunya adalah penghapusan jalur yang awalnya terbagi antara A dan B menjadi setara atau sama. Jenjang usia yang ditempuh saat SMP masih terlalu muda untuk memecah menjadi 2 jurusan tersebut dan menjadikan jenjang SMP seperti sekarang setara atau general. Selain itu, kurikulum SMP adalah persiapan bagi mereka yang akan memasuki dunia kerja. Dengan demikian maka kurikulum SMP memiliki orientasi dunia kerja walaupun secara proporsional tidak sebanyak sekolah-sekolah kejuruan, kerena dengan wajib belajar 9 tahun yang dikeluarkan pemerintah menjadikan siswa/I lulusan spm juga siap dalam dunia kerja walaupun tidak menutup kemungkinan jika ada yang ingin ke jenjang SMA atau dengan mengasah keterampilannya dengan SMK.

Di SMA terjadi perubahan dalam penjurusan. Sebelum 1961 SMA terdiri dari SMA-A, SMA-B, dan SMA-C dimana A adalah Sastera, B adalah Ilmu Pasti dan Alam, sedangkan C adalah Ekonomi. Dalam kurikulum 1961 inipun nama jurusan A, B, dan C pun diganti dengan istilah Budaya, Sosial, serta Ilmu Pasti dan Pengetahuan Alam. Kurikulum yang dikembangkan untuk SMA adalah kurikulum akademik yang mempersiapkan tamatannya ke perguruan tinggi walaupun tetap memperhatikan mereka yang akan memasuki dunia kerja. Sebagaimana halnya dengan tingkat pendidikan SMP, untuk mereka yang berminat untuk memasuki dunia kerja maka pemerintah menyediakan sekolah kejuruan seperti SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) SKKA (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas) STM (Sekolah Teknik Menengah) SGA (Sekolah Guru Atas) SMOA (Sekolah Menengah Olahraga Atas).

Sebagaimana dengan kurikulum SMA, kurikulum sekolah kejuruan harus juga mengajarkan ideologi negara melalui mata pelajaran Civics.30 Pada tahun 1964 terjadi perubahan kurikulum. Pendidikan ideologi yang difokuskan pada Manipol-USDEK, Nasakom, dan semangat revolusi. Mata pelajaran Kewarganegaraan yang meliputi materi sejarah, ilmu bumi, dan kewargaan negara (nama baru civics) menjadi penting untuk mengembangkan pendidikan ideologi dan dimasukkan dalam struktur kurikulum dengan nama Perkembangan Moral.

Peran Guru dalam Kurikulum 1964

Peran guru dalam proses pembelajaran yang diatur dalam sebuah kurikulum sangat berkaitan erat. Guru berperan aktif dalam suatu proses pembelajaran demi tercapainya tujuan-tujuan dalam proses pendidikan. Pendidik, perserta didik, dan tujuan pendidikan, merupakan komponen utama dalam proses pendidikan. Ketiganya membentuk suatu triangle, jika hilang salah satu komponen, maka hilang pulalah hakikat pendidikan.31 Guru juga memegang peranan yang cukup penting baik di dalam pelaksanaan maupun pelaksanaan kurikulum, karena guru merupakan komponen perencana, pelaksana, serta pengembang kurikulum bagi kelasnya.

30Ibid. 31 Nana Syaodih Sukmadinata, loc. cit, hlm. 191.

Page 36: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

24

Peran guru sendiri memiliki banyak pengertian. Salah satunya, di sini penulis mengutip pengertian dari ahli Pullias dan Young (1988), Manan (1990), serta Yelon and Weinstein (1997), yang dapat diidentifikasikan sedikitnya ada 10 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, model dan teladan, pendorong kreativitas, aktor, emansipator, dan evaluator.32 Sebagai pendidik, guru menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.33 Sebagai pengajar, guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.

Skema 2.2 Peran Guru dalam Proses Pendidikan

Sumber: Analisis Penulis (2016)

Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan.34 Sebagai pelatih, guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. Sebagai penasehat, semakin efektif guru menangani setiap permasalahan, semakin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasihat dan kepercayaan diri.35 Sebagai model dan teladan, secara teoretis merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan.

Sebagai pendorong kreatifitas, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. la sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat proses pendidikan. Sebagai aktor, guru harus mampu membuat para siswa bisa menikmati penampilannya serta memahami pesan yang disampaikan, diperlukan persiapan, baik pikiran, perasaan maupun latihan fisik. Sebagai emansipator, guru telah melaksanakan fungsinya ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang tak berharga, merasa dicampakkan orang lain atau selalu diuji dengan berbagai kesulitan sehingga hampir putus asa, dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri. Ketika peserta didik hampir putus asa, diperlukan ketelatenan, keuletan dan seni memotivasi agar timbul kembali kesadaran, dan bangkit kembali harapannya. Dan sebagai evaluator, guru harus mampu melakukan suatu penilaian atau evaluasi bagi peserta didik karena penilaian merupakan proses

32 Mulyasa. Menjadi Guru Menciptakan Pelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 137. 33 Ibid. 34 Hisyam Zaini, dkk. Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002), hlm. 8-10. 35 Marimba Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma’arif, 1998), hlm. 69.

Page 37: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

25

menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.36

Peran guru dalam kurikulum sendiri juga jika dilihat dari segi pengelolaannya. Pengembangan kurikulum dapat di bedakan yang bersifat sentralisasi, desentralisasi dan sentral-desentral. Pembagian kategori ini tentu saja akan memberikan pengaruh signifikan terhadap pengembangan kurikulum. Tujuan utama pengembangan kurikulum adalah untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa serta memberikan standar penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah. Di sini, guru sebagai salah satu oknum yang menerapkan kurikulum dalam pelaksanaan pendidikan yang telah dirancang oleh pemerintah haruslah mampu untuk menyampaikan kurikulum dan perubahannya kepada peserta didik dan juga dituntut untuk mampu ikut serta dalam perubahan kurikulum tersebut.

Perubahan kurikulum 1964 yang disempurnakan dari kurikulum sebelumnya yang bertujuan untuk memperbaiki sistem kurikulum Indonesia sendiri, diberi nama dengan Rentjana Pendidikan 1964.37 Pada kurikulum ini, konsep pembelajarannya bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajarannya mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan (problem solving). Kurikulum 1964 juga ditekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, sehingga yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program Panca Wardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, keprigelan (keterampilan) dan jasmani. Konsekuensi Panca Wardhana dalam dunia pendidikan sangat jelas. Pada kurikulum ini, perubahan yang sangat menonjol adalah adanya mata pelajaran Civics yang diarahkan untuk pembentukan warga negara yang bercirikan Manipol-USDEK.38 Civics menjadi mata pelajaran yang mengemban pendidikan ideologi bangsa dan ini merupakan awal dari pendidikan ideologi dalam kurikulum. Mata pelajaran ini adalah mata pelajaran yang berisikan materi pelajaran yang sangat ditentukan oleh ideologi dan politik. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang Sekolah Dasar.

Kemudian, pada kurikulum 1964 ini cara belajar yang dijalankan yaitu dengan metode disebut gotong royong terpimpin. Selain itu pemerintah menerapkan Hari Sabtu sebagai Hari Krida. Maksudnya, di sini siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 ini adalah alat untuk membentuk manusia pancasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tahun 1960. Hal yang perlu dipahami adalah sampai dengan tahun 1960-an tujuan pendidikan nasional seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 Undang-Undang No. 12 Tahun 1954, dan pada era Demokrasi Terpimpin dalam penetapan Presiden. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954 tujuan pendidikan nasional adalah “membentuk manusia Indonesia yang susila dan cakap serta bertanggung jawab”.

Uraian-uraian di atas jelas mengkategorikan sistem pendidikan pada kurikulum 1964 ini bersifat sentralistik. Artinya, sentralistik ini adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah. Pada kurikulum 1964 terlihat bahwa sistem pendidikannya ini diatur oleh pemerintah yaitu dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954 sebagai tujuan pendidikan nasional. Selain itu, proses pembelajarannya yaitu

36 Nurudin Syafrudin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm 143. 37Eureka Pendidikan. Diakses dari http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/kurikulum-pendidikan-1964. html, pada tanggal 9 November 2016. 38 Ibid.

Page 38: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

26

berpusat pada guru karena di sini gurulah yang lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Guru akan menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dan menyusun alat evaluasi yang memudahkan guru dalam implementasinya. Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.

Model Pembelajaran Kurikulum 1964

Terdapat beberapa karakteristik utama dari pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan, yaitu: 1) Menekankan partisipasi seluruh guru atau perwakilan guru secara proporsional, 2) Pengembangan seluruh komponen dan kegiatan kurikulum 3) Guru dan pimpinan perlu terus meningkatkan kemampuannya, 4) Harus selektif, adaptif, dan kreatif, 5) Merupakan proses berkelanjutan dan dinamis, 6) Berfokus pada kebutuhan dan perkembangan peserta didik, 7) Memperhatikan kondisi dan perkembangan sosial-budaya masyarakat, 8) Memperhatikan kondisi dan kebutuhan faktor-faktor pendukung pelaksanaan (Oliva, 1992: 216).39Pengembangan kurikulum minimal menyangkut empat model yang banyak diacu dalam pengembangan kurikulum, yaitu model kurikulum; subyek akademik, humanistik, rekonstruksi sosial, dan kompetensi.

a. Kurikulum Subyek Akademik

Kurikulum subyek akademik, merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri, kurikulumnya boleh dikatakan mirip dengan model ini. Sampai sekarang, walaupun telah berkembang model-model lain, tetapi kebanyakan sekolah tidak dapat melepaskan diri dari model ini.40 Kurikulum ini lebih menekankan isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu, penyusunannyapun mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain.

b. Kurikulum Humanistik

Model kurikulum humanistik menekankan pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang, antara perkembangan segi intelektual, afektif, dengan psikomotor. Kurikulum humanistik menekankan pengembangan potensi dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik.41 Pembelajaran ini berpusat pada peserta didik, dimana peserta didik menjadi subyek dan pusat kegiatan. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini.

c. Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Berbeda dengan kurikulum lainnya, kurikulum rekonstruksi sosial lebih memusatkan perhatiannya pada problemaproblema yang dihadapi dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan Interaksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, tetapi merupakan kegiatan bersama, interaksi, kerjasama.42

39 Sulthon, Dinamika Pengembangan Kurikulum Ditinjau dari Dimensi Politisasi Pendidikan dan Ekonomi. Volume 9, no.1, Kudus: 2014, hlm.53. 40Ibid, hlm. 54. 41Ibid, hlm.56. 42 Ibid, hlm. 57.

Page 39: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

27

d. Kurikulum Kompetensi

Abad dua puluh ditandai oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grip, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video casssette, overhead projector, film slide danmotion film, mesin pembelajaran, komputer, CD-rom, dan internet.43 Di dalam kurikulumnya berisi rancangan atau desain kurikulum yang ditunjang oleh penggunaan media atau alat bantu pembelajaran. Ada beberapa ciri dari kurikulum kompetensi yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan, yaitu:

1. Tujuan 2. Metoda 3. Organisasi bahan ajaran 4. Evaluasi

Pada bentuk kurikulum pertama, pembelajaran tidak membutuhkan alat dan media yang canggih, tetapi bahan ajar dan proses pembelajaran disusun secara sistem dalam bentuk satuan pelajaran. Alat dan media digunakan sesuai dengan kondisi tetapi tidak terlalu dipentingkan. Pada bentuk kurikulum kedua, pembelajaran disusun secara sistem dan ditunjang dengan penggunaan alat dan media pembelajaran. Penggunaan alat dan media belum terintegrasi dengan program pembelajaran, yaitu bila digunakan alat dan media akan lebih baik, tetapi bila tidak menggunakan alatpun pembelajaran masih tetap berjalan. Pada bentuk kurikulum ketiga program pembelajaran telah disusun secara terpadu antara bahan dan kegiatan pembelajaran dengan alat dan media. Bahan ajaran telah disusun dalam kaset audio, video atau film, atau diprogramkan dalam komputer. Pembelajaran tidak bisa berjalan tanpa melibatkan penggunaan alat-alat dan program tersebut.

Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan (problem solving).Pada pendidikan tahun 1964 menggunakan kurikulum subyek akademik, karena dimana pendidikan pada tahun itu pembelajaran tidak hanya menekankan pada materi yang disampaikan, tetapi lebih melihat bagaimana proses belajar siswa. Pada kurikulum 1964 pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin. Pembelajaran pada kurikulum 1964 ini berasumsi kepada nilai, ilmu, dan budaya yang telah solid, serta berorientasi kepada masa lalu. Disini peran gurulah yang lebih dominan, dimana guru harus menjadi seseorang yang sangat ekspert, peserta didik yang menjadi objek belajar, karena model pembelajaran kurikulum 1964 ini masih menggunaan metode ceramah.

Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian materi pelajaran yang berlangsung secara verbal, dimana guru menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik yang dilakukan secara lisan berupa penjelasan langsung kepada peserta didik.44 Metode ceramah ini hanya mengandalkan indera pendengaran sebagai alat belajar yang paling dominan. Dalam metode ini jelas saja siswa menjadi pasif karena hanya mendengarkan guru berbicara. Banyak yang perlu diperhatikan jika akan memakai metode ini, yaitu; a) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, b) bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan, c) media serta sumber belajar dan waktu yang tersedia, d) jumlah peserta diidik serta kemampuannya, e) kemampuan guru dan penguasaan materinya, f) pemilihan metode lain sebagai variasi, g) situasi dan kondisi pada saat proses pembelajaran akan

43 Ibid, hlm. 61. 44 Eman Surachman, Model-Model Pembelajaran (Labsos UNJ, Jakarta: 2016), hlm.36.

Page 40: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

28

dilaksanakan.45 Apabila langsung diserap dan diaplikasikan tanpa melalui pemahaman dan tanpa memperhatikan hal-hal diatas terlebih dahulu oleh para guru, tentu hasil yang didapat tidak akan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Metode ceramah juga memiliki karakteristik adalah sebagai berikut; a. Materi pelajaran disajikan secara lisan oleh guru sebagai satu-satunya narasumber, b. Guru sebagai peran utama dalam proses pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran berpusat pada guru, c. Peserta didik persifat pasif, dan berperan sebagai penerima transfer materi pembelajaran dari guru.46Selain metode pembelajaran ceramah, pemerintahpun menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Yaitu, pada hari sabtu siswa diberi kebebasan berlatih kegiatan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa. Pada kurikulum tahun 1964 ini mengubah penilaian di rapor bagi kelas I dan II yang asalnya berupa skor 10 – 100 menjadi huruf A, B, C, dan D. Sedangkan bagi kelas II hingga VI tetap menggunakan skor 10 – 100.47

Penutup

Kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses berlajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan. Kurikulum adalah bagian penting pendidikan dimana kualitas suatu negara ditentukan oleh kualitas pendidikan. Dalam hal ini, pendidik adalah suatu media penting untuk mengatur dan mengembangkan potensi siswa didalam sekolah untuk lebih aktif dan kreatif dalam menumbuhkan bakat dan minat peserta didik di dalam pengembangan kurikulum. Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan, yakni merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti, sebagai alat pendidikan kurikulum mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling mendukung satu sama lainnya, diantaranya; Tujuan, Isi dan struktur program, Organisasi dan strategi, Sarana, Evaluasi.

Yang membedakan kurikulum 1964 dengan kurikulum lainnya adalah dimana didalam kurikulum 1964 terkandung muatan Manipol USDEK, efek dari dekrit presiden 5 Juli 1959. Manipol USDEK berpengaruh langsung terhadap Pendidikan Nasional karena, Pertama, dari sisi ideologi. Manipol ini di indoktrinasikan pada seluruh lapisan rakyat Indonesia termasuk pada semua jenjang Pendidikan, sehingga tidak dibenarkan adanya penafsiran-penafsiran lain selain dari apa yang telah dirinci oleh pemerintah. Kedua, dari sisi kebijakan pendidikan, asas pendidikan nasional adalah Pancasila dan Manipol Usdek. Adapun tujuan pendidikan nasional pada fase ini adalah untuk melahirkan warga-warga sosialis Indonesia yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun material dan yang berjiwa Pancasila.

Cara belajar atau metode pembelajaran di kurikulum 1964 menggunakan metode gotong royong terpimpin. Selain itu menerapkan hari sabtu sebagai hari Krida. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia yang pacasialis yang sosialis Indonesia dengan sifat-sifat seperti MPRS No II tahun 1960. Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 bersifat subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi (Panchawardana). Kurikulum 1964 juga mengubah penilaian rapot menjadi bentuk huruf pada kelas I dan II. Kurikulum akan terus berkembang sesuai dengan kondisi dan situasi politik dan ekonomi di setiap zamannya. Begitu juga dengan kurikulum 1964 yang mengalami pergantian dengan adanya situasi politik yaitu Gestapu dan digantikan dengan kurikulum yang baru dan mendukung situasi politik dan ekonomi pada masa itu.

45Ibid,hlm.36. 46Ibid. 47Sulthon, Loc cit, hlm.80.

Page 41: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

29

Daftar Pustaka

Ahmad, Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif. 1998. Aris Shofa,Abd Mu'id. Pendidikan Karakter Di Sekolah Sejak Proklamasi Kemerdekaan Sampai Era

Reformasi. Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan. Universitas Negeri Malang. Hasan,S. Hamid. Perkembangan Kurikulum: Perkembangan Ideologis dan Teoritik Pedagogis (1950 –

2005). Hidayat,Rakhmat. Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo. 2011. Hendriana, Dedi. sejarah perkembangan Kurikulum. hlm. 2 Dedi Hendriana. sejarah perkembangan

Kurikulum. Nuryani, Wenti. Bahan Ajar Mata Kuliah Kajian Dan Pengembangan Kurikulum. Universitas Negeri

Yogyakarta: Pendidikan Seni Tari. Fakultas Bahasa Dan Seni, 2010. Mulyasa. Menjadi Guru. Menciptakan Pelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2005. Sanjaya,Budi. Penilaian Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berdasarkan

Stake’s Countenance Model Bagi Mata Pelajaran Bahasa Arab. Jambi. 2012. Sarimaya, Farida. Latar Belakang Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia. Jurusan Pendidikan Sejarah. Sunarso. Perkembangan Politik Pendidikan Di Indonesia (Kajian Era Orde Lama. Orde Baru. Dan

Reformasi. Jurusan PKnH. FIS. UNY. 2012. Sulthon. “Dinamika Pengembangan Kurikulum Ditinjau dari Dimensi Politisasi Pendidikan dan

Ekonomi”. Volume 9. no.1. Kudus: 2014. Surachman, Eman. Model-Model Pembelajaran. Labsos UNJ. Jakarta: 2016. Syafrudin, Nurudin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Press. 2002. Syaodih Sukmadinata, Nana. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2013. Zaini,Hisyam dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga. 2002. Eureka Pendidikan. http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/kurikulum-pendidikan-1964.html.

diakses pada 9 November 2016.

Page 42: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

30

Bab 3 Perkembangan Kurikulum 1968 Dian Wahyono, Ilham Ramadhan, Janu Satrio, Petrick, Siti Qoriah Pendahuluan Kurikulum merupakan seperangkat alat pembelajaran yang dijadikan acuan untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan dibentuk oleh lembaga pendidikan di suatu negara dalam mencapai tujuan pendidikan.Kurikulum merupakan sistem yang dipegang dengan kendali penuh oleh pemerintah dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi yang berjalan panjang dalam suatu sistem pendidikan yang berlaku di suatu negara. Di Indonesia kurikulum bisa dikatakan sebagai alat kontestasi kekuasaan.Kurikulum sekolah di Indonesia banyak mengalami perubahan, selama Orde Baru berkuasa tercatat paling tidak ada empat kali perubahan terjadi, yaitu tahun 1968, 1975, 1984 dan 1994. Setiap pergantian kurikulum selalu disertai dengan jargon perubahan paradigma yang mendasar. Misalnya kurikulum 1968 yang digagas oleh para pakar pendidikan yang baru pulang studi dari Amerika Serikat merubah hal mendasar dalam implementasi kurikulum, salah satu yang menonjol adalah penentuan kelulusan oleh pusat berubah menjadi ditentukan oleh sekolah dengan alasan, guru dan sekolah lah yang lebih mengenal kemampuan siswa.48

Dari perihal kurikulum tersebut apabila menengok ke belakang menjelang tahun 1964, pemerintah berusaha menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia yang sebelumnya. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964, pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah; bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.49Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan Jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Pada penerapan kurikulum 1968 itu sendiri, kondisi Indonesia pada saat itu masih terbilang muda pasca kemerdekaan. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, sertamengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Pendidikan merupakan aspek yang vital dalam menanamkan nilai-nilai cinta negara dengan menanamkan nilai-nilai pancasila agar peserta didik menjadi pribadi yang kuat dan membentuk warga negara yang memiliki nilai budi luhur yang menjungjung tinggi kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat dan berjalan sesuai fungsi dan perannya masing-masing.

Paradigma pendidikan yang dianut pada masa Orde Baru adalah “pendidikan untuk pembangunan”, sehingga pendidikan telah diposisikan sedemikian rupa sebagai instrumen pembangunan. Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya yang menjadi jargon Orde Baru dalam kebijakan dan operasionalnya ternyata lebih banyak berpihak dan berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Ironisnya pembangunan yang telah berlangsung selama lebih 30 tahun dan telah “dibayar dengan mahal” lebih-lebih menyangkut social cost yang sifatnya uncalculated, ternyata justru menghasilkan keterpurukan di berbagai bidang. Pengalaman pada masa Orde Baru itu telah memberikan pelajaran

48http://eprints.utm.my/31239/1/isu%20kurikulum%20baru.pdf (diakses pada tanggal 11 November 2016 pukul 15.35). 49file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.../sejarah_kurikulum2.pdf (diakses pada tanggal 12 November 2016 pukul 18.57 WIB).

Page 43: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

31

“berharga” tentang betapa rapuhnya suatu pembangunan yang hanya menekankan pada aspek phisik-materiil dan kepentingan-kepentingan ekonomi belaka.50 Hal itu pun pastinya sudah dibentuk dan terbingkai dalam agenda kurikulum 1968 itu sendiri.

Konteks Sosial, Politik, dan Ekonomi

Pada dasarnya Kurikulum tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial, politik, dan ekonomi yang menaunginya. Sebab, kurikulum sebagai rencana pembelajaran bersifat dinamis dan terus berkembang mengikuti tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan iptek yang terjadi pada masyarakat berbangsa dan bernegara. Indonesia sendiri, semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu UUD 1945, yang membedakannya ialah penekanan pada pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

Konteks sosial kurikulum 1968 diterapkan berdasarkan struktur yang sama dengan kurikulum sebelumnya, yakni berdasarkan UU No. 12 Tahun 1954 dan UU No. 22 Tahun 1961. Pada penerapan tahun tersebut kondisi Indonesia terbilang masih sangat muda pasca kemerdekaan, sehingga pendidikan menempati posisi vital dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila agar peserta didik menjadi pribadi yang kuat dan membentuk warga negara yang memiliki nilai budi luhur yang menjunjung tinggi kesatuan agar Negara Kesatuan Republik Indonesia berdaulat dan berjalan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing.Kurikulum merupakan rancangan pendidikan.Sebagai rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan, hasil pendidikan dan tujuan yang ingin dicapai.Pendidikan bukan hanya memberikan pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan serta nilai-nilai untuk bertahan hidup, tetapi pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan peserta didik terjun ke lingkungan masyarakat.

Setiap lingkungan masyarakat memiliki sistem sosial budaya yang mengatur pola hubunga antar anggota. Aspek terpenting dalam sisttem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berperilaku di masyarakat. Nilai-nilai tersebut bersumber dari agama, politik, budaya, dan sebagainya.Seiring dengan perkembangan zaman, nilai juga berkembang di masyarakat sehingga menuntut masyarakat untuk melakukan perubahan.Oleh karena itu, kurikulum yang dikembangkan seharusnya merespons pada perkembangan sosial budaya dalam masyarakat. Isi, tujuan dan proses pendidikan harus di sesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dengan demikian, peserta didik dapat memahami segala karakteristik kehidupan masyarakat.

Dalam konteks politik Kurikulum tahun 1968 yang bernama Rencana Pendidikan dan Pelajaran 1968 pada dasarnya merupakan pembaharuan dari Rencana Pendidikan 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi Pembinaan Jiwa Pancasila, Pengetahuan Dasar, dan Kecakapan Khusus. Namun disisi lain, kelahiran Kurikulum 1968 ini sangat bersifat politis, yakni mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama yang bertujuan membentuk manusia sosialisme Indonesia. Peristiwa G30S/PKI merupakan langkah awal perubahan besar yang terjadi di tubuh Indonesia.Dalam peristiwa tersebut terjadi pembunuhan tujuh perwira tinggi militer dalam sebuah kudeta yang dipicu dengan kebijakan yang baru diperkenalkan presiden Soekarno yakni Demokrasi Terpimpin. Peristiwa G30S/PKI yang terjadi membuat kekacauan pada segala aspek kehidupan bangsa Indonesia, baik di bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya, tak terkecuali bidang pendidikan.

Pada bulan Maret tahun 1966 lahirlah orde baru yang memiliki arah pandangan agak berbeda dengan orde lama.Masa transisi ini juga merupakan salah satu pemicu lahirnya Kurikulum 1968. Dimana pemerintah orde baru bertekad mengadakan koreksi total terhadap segala tidakan orde lama di semua bidang, termasuk pendidikan. Pemerintah orde baru bertekad untuk melaksanakan

50 Sunarso. 2011. Kepentingan Politik Penguasa terhadap Pendidikan Kewarganageraan di Indonesia (Yogyakarta: FISE UNY), hlm. 81.

Page 44: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

32

Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen disegala bidang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Untuk mengadakan koreksi total dan penataan kehidupan baru bangsa indonesia di segala bidang, maka di awal masa Orde Baru, MPRS mengeluarkan produk-produk hukumnya. Ketetapan MPRS yang menyangkut bidang pendidikan adalah Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan yang isinya antara lain sebagai berikut: (1) bahwa agama, pendidikan dan kebudayaan merupakan unsur mutlak dalam rangka nation and character building, (2) pasal 1 : merubah diktum Ketetapan MPRS No. Ayat 3, dengan menghapuskan kata “...dengn pengertian bahwa murid-murid berhak tidak ikut serta, apabila wali murid/ murid dewasa menyatakan keberatannya...” sehingga kalimatnya berbunyi sebagai berikut “menetapkan pendidikan agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari seklah dasar sapai engan universitas-universitas negeri.” (3) pasal 2: dasar pendidikan adalah falsafah negara Pancasila, (3) pasal 3: membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945. (4) pasal 4: untuk mencapai dasar dan tujuan tersebut diatas maka isi Pendidikan adalah sebagai berikut: (a) Mempertinggi mental moral, budi pekerti, dan memperkuat keyakinan beragama, (b) Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, dan (c) Membina dan mengembangkan fisik yang kuat.Kurikulum 1968 juga dibentengi dengan nilai religius, budi pekerti, moral dan keterampilan seperti yang dituangkan dalam ideologi Pancasila sebagai dasar negara.Dalam kurikulum tersebut, siswa mempelajari Pendidikan agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Kewarganegaraan dan keterampilan. Hal ini diperlukan agar siswa dapat membentengi dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan dari mulai Sekolah Dasar (SD).

Sejak pertama kemunculan Orde Baru terus dilakukan upaya untuk merebut aspirasi dan perhatian masyarakat, yaitu dengan menampilkan citra baik tentang kepribadiannya sebagai pemimpin. Upaya ini terutama untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pemimpin baru merupakan jelmaan yang diimpi-impikan rakyat, yang membawa perubahan ke masa yang baru, yang diharapkan mampu memperbaiki kondisi sosial, politik, ekonomi, pendidikan, hukum, keamanan dan budaya yang carut marut ditinggalkan rezim sebelumnya.51Selain citra pemimpin yang baik, pemerintah melihat pentingnya ideologi negara, Pancasila, dalam usaha membentuk dan menyatukan rakyat secara nasional demi kepentingan-kepentingan kelas penguasa.52 Usaha pemerintah Orde Baru inilah yang dimaksud Gramsci untuk mendapatkan posisi hegemoni dalam masyarakat Indonesia. Agar hal ini dapat tertanam dan diakui masyarakat, maka pemerintah Orde Baru melihat lembaga pendidikan untuk menanamkan pandangan tersebut tanpa melalui paksaan.

Kalimat pembentukan “manusia Pancasilais sejati” ini bukan tanpa alasan, melainkan ada tujuan politik yang harus disebarkan dalam pendidikan berdasarkan kurikulum 1968. Oleh karena itu, digunakanlah mata pelajaran sejarah yang saat itu masih terintegrasi dalam Kewargaan negara dalam kurikulum 1968 yang menjadi salah satu medianya. Mengapa sejarah menjadi salah satu mata pelajaran yang melaksanakan misi tersebut? Tentunya pemerintah melihat pentingnya mata pelajaran ini dalam membentuk pemikiran siswa tentang tragedi nasional Gerakan 30 September 1965 yang merupakan ancaman terhadap Dasar Negara Pancasila, dan menjadi tema sentral pada saat itu untuk menunjukkan peran pemerintah Orde Baru dalam keberhasilannya menumpas dengan gemilang gerakan tersebut di mata sejarah Indonesia.

Di sini jelas tujuan Orde Baru dalam mata pelajaran sejarah, yaitu menanamkan pandangan atas peristiwa sejarah nasional G30S dilakukan oleh PKI dan juga meyakinkan peserta didik bahwa ada hubungan antara dirinya dengan Pancasila, yaitu sebagai penyelamat dan pelindung Pancasila.53

51 Ria Windi Safitri. 2016. Kurikulum Nasional Mata Pelajaran Sejarah Masa Orde Baru Tahun 1968-1998. (Surabaya: AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah UNESA). hlm. 646. 52 Roger Simon. 1999. Gagasan-gagasan Politik Gramsci (Yogyakarta: Pustaka Belajar), hlm. 87. 53 Ria Windi Safitri, loc. cit.

Page 45: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

33

Selain itu, mengingat kondisi politik pendidikan di awal pemerintahan Orde Baru masih dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran pemerintah sebelumnya. Dimana isi moral pendidikan nasional adalah Pancasila Manipol/ USDEK. Politik pendidikan nasional ialah Manifesto Politik Republik Indonesia dan sebab itu strategi dasar pelaksanaan pendidikan nasional demokratis harus melahirkan patriot yang berdasarkan Pancasila Manipol/USDEK.54

Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah Orde Baru untuk menghapus pemikiran tersebut secepat mungkin. Melalui pendidikan sejarah dalam mata pelajaran Kewargaan negara, maka mental masyarakat khususnya generasi muda yang sudah banyak mendapat indoktrinasi Manipol USDEK Soekarno, akan dapat diubah dengan mental Pancasila murni dan konsekuen yang identik dengan Soeharto. Jadi hegemoni awal pemerintah Orde Baru melalui mata pelajaran sejarah pada kurikulum 1968 masih dalam taraf pembentukan watak dan pemikiran generasi muda dengan jalan mengidentifikasi dirinya dengan Pancasila, serta untuk memutus pengaruh PKI dan Soekarno dengan tuduhan pengkhianat dan penyimpangan Pancasila. Begitulah tujuan pemerintah Orde Baru yang sebenarnya dalam kurikulum 1968, yaitu memiliki tujuan tersembunyi (hidden curriculum). Maka melalui ajaran-ajaran yang diselipkan di dalam mata pelajaran sejarah dalam kurikulum 1968 ini, hal itu merupakan salah satu daripada alat hegemoni pemerintah Orde Baru yang pertama dari lini pendidikan guna menyeragamkan paradigma generasi muda yang ada pada saat itu.

Mekanisme kurikulum yang dibentuk oleh pemerintah pada masa tersebut, sama halnya dengan pernyataan yang dikemukakan oleh aktivis politik yang juga menaruh perhatiannya pada bidang akademik yaitu Michael Apple. Bagi Apple, sekolah tidak hanya mengontrol orang dalam berperilaku, tetapi juga sekolah mengontrol makna dari produksi pengetahuan yang tertuang dalam kurikulum. Proses control makna tersebut dapat dilakukan oleh kelompok dominan maupun ideologi dominan di sekolah. Kelompok maupun ideologi dominan tersebut berupaya melestarikan dan mendistribusikan pengetahuan formal mereka. Di sinilah, Apple melihat bahwa sekolah memberikan legitimasi budaya pada pengetahuan kelompok tertentu.55

Ekonomi di bawah Orde Baru, Suharto mengakhiri jabatannya sebagai presiden akibat fondasi ekonomi Indonesia ambruk diterjang krisis dan gelombang politik yang menghendaki perubahan. Kenyataan ini bertolak belakang dengan situasi pada awal kepemimpinan jenderal purnawirawan ini pada tahun 1968. Di awal Orde Baru, Suharto berusaha keras membenahi ekonomi Indonesia yang terpuruk, dan berhasil untuk beberapa lama. "Kondisi ekonomi Indonesia ketika Pak Harto pertama memerintah adalah keadaan ekonomi dengan inflasi sangat tinggi, 650% setahun," kata Emil Salim, mantan menteri pada pemerintahan Suharto. Orang yang dulu dikenal sebagai salah seorang penasehat ekonomi presiden menambahkan langkah pertama yang diambil Suharto, yang bisa dikatakan berhasil, adalah mengendalikan inflasi dari 650% menjadi di bawah 15% dalam waktu hanya dua tahun.56

Konteks ekonomi tidaklah luput dari lahirnya suatu Kurikulum. Pada dasarya Kurikulum 1968 ini lebih berorientasi politik memang, sebab dalam Kurikulum ini menerapkan sistem doktrinisasi. Dengan demikian, pendidikan pada masa Orde Baru bukan untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat, apalagi untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia, melainkan mengutamakan orientasi politik agar semua rakyat itu selalu patuh kepada setiap kebijakan pemerintah.57 Kebijakan pendidikan pada masa Orde Baru mengarah pada penyeragaman dalam segala hal. Semua hal-hal yang dianggap melenceng dari nilai-nilai Orde Baru seketika diboikot, hal ini membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak menghasilkan apa-apa. Oleh karenanya saat Orde Baru segala

54 H.A.R. Tilaar. 1995. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995 (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. hlm. 255. 55Rakhmat Hidayat. 2013. Pengantar Sosiologi Kurikulum (Jakarta: Rajawali Pers), hlm.149. 56suhartoeconomy.shtml (Diakses pada tanggal 8 November 2016 pukul 16:20). 57 Moh. Suardi. 2015. Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer (Yogyakarta: Deepublish).

Page 46: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

34

kebijakan berorientasi pada politik dan sangat menuntut ketaatan yang penuh kepada pemerintahan, hal ini berdampak pada masyarakat yang jarang sekali melakukan inovasi-inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan taraf perekonomian pada saat itu, peraturan yang mengikat masyarakatlah dalang dari semua masalah tersebut.

Pada masa itu memang terlihat ada perkembangan pada segala sektor, namun banyak yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dibalik berkembangnya Indonesia pada saat itu. Salah satunya ialah hutang-hutang negeri ini yang tersembunyi dengan sangat rapih dan maraknya praktik-praktik korupsi yang dilakukan oleh oknum para petinggi Negara pada saat itu.Kurikulum 1968 ini ada kaitannya dengan program ekonomi dari Presiden Soeharto yang ingin berniat untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia.Pembangunan Nasional dilakukan pada masa Orde Baru dengan tujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembagunan adalah sebagai berikut :

1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. 3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Pemerintah lalu melakukan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang (25-30 tahun) dilakukan secara periodik lima tahunan yang disebut Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Isi dari Pembangunan Lima Tahun (Pelita) ialah: Pelita I, rehabilitasi ekonomi khususnya untuk mengangkat hasil pertanian dan penyempurnaan sistem irigasi dan transportasi tujuan menaikkan taraf hidup masyarakat. Pelita II, peningkatan standar hidup bangsa indonesia melalui sandang pangan dan papan. Pelita III, peningkatan standard pertanian untuk swasembada & pemantapan industri yang mengelola bahan baku menjadi bahan jadi. Pelita IV, peningkatan standar pertanian untuk swasembada pangan dan peningkatan industri untuk memproduksi mesin ringan / berat. Pelita V, peningkatan standar sektor industri dengann pertumbuhan mantap di sektor pertanian. Pelita VI proses tinggal landas menuju terwujudnya masyarakat maju, adil dan mandiri.

Program Pelita melibatkan para teknokrat dari Universitas Indonesia, dia berhasil memperoleh pinjaman pinjaman dari Negara-negara Barat dan lembaga keuangan seperti IMF dan Bank Dunia. Pelita sendiri dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan Orde Baru. Tujuan dari Pelita adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya. Selain tujuan, pemerintah juga membuat sasaran dari Pelita. Sasaran Pelita yakni meningkatkan pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja dan kesejahteraan rohani.

Kelompok dominan yang berkuasa sangat mungkin adalah mereka yang secara sosial ekonomi merupakan kelompok yang memiliki akses kapital lebih dibandingkan dengan kelompok sosial lainnya.58 Dalam konteks budaya, kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam kurikulum. Dengan budaya, diharapkan pendidikan mampu menyesuaikan dengan isi, tujuan, kondisi, karakteristik dan perkembangan masyarakat. Hal ini diharapkan agar sekolah dapat mengakomodasi unsur-unsur kebudayaan dan lingkungan yang menjadi dasar dalam menetapkan materi kurikulum muatan lokal. Pada saat ini, kurikulum muatan lokal sudah dilaksanakan di sebagian sekolah dalam mata pelajaran Kesenian, Keterampilan dan Bahasa Daerah.

58 Rakhmat Hidayat. loc.cit. hlm. 69.

Page 47: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

35

Analisis Isi Kurikulum 1968

Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan Dasar. Namun, yang disayangkan adalah pengimplikasian Inpres ini hanya berlangsung dari segi kuantitas tanpa di imbangi dengan perkembangan kualitas. Yang terpenting pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil didikan. 59

Kita tidak boleh lupa bahwasanya kurikulum dibuat dengan berbagai asumsi, salah satunya Kurikulum 1968 yang dibuat atas dasar asumsi 1.) guru harus ikut tersedia dalam untuk semua mata pelajaran 2.) kondisi sekolah serta fasilitas sekolah yang ada harus baik 3.) keadaan ekonomi negara kita sifatnya stabil. Namun setiap kurikulum yang dibuat pasti memiliki kekurangan, terdorong oleh kesadaran itu dan terangsang lagi oleh kebijakan departemen pendidikan P. dan K. untuk lebih mengutamakan pendidikan kejuruan sesuai dengan pembangunan negara kita yang bersumber pada rencana pembangunan lima tahun (REPELITA), dewan guru pada saat itu melakukan penyempurnaan rencana pendidikan dan pelajaran.60

Pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru ternyata banyak menemukan kendala, karena pendidikan orde baru mengusung ideologi "keseragaman" sehingga memampatkan kemajuan dalam bidang pendidikan. EBTANAS61, UMPTN62, menjadi seleksi penyeragaman intelektualitas peserta didik. Selain itu, masa ini juga diwarnai dengan ideologi militerisme dalam pendidikan yang bertujuan untuk melanggengkan status quo penguasa.63 Pendidikan militerisme diperkuat dengan kebijakan pemerintah dalam penyiapan calon-calon tenaga guru negeri.64Pada masa orde baru, peserta didik diberikan beban materi pelajaran yang banyak dan berat tanpa memperhatikan keterbatasan alokasi kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum yang lain untuk menjadi peka terhadap lingkungan. Beberapa hal negatif lain yang tercipta pada masa ini adalah:

1. Produk-produk pendidikan diarahkan untuk menjadi pekerja. Sehingga, berimplikasi pada hilangnya eksistensi manusia yang hidup dengan akal pikirannya (tidak memanusiakan manusia).

2. Lahirnya kaum terdidik yang tumpul akan kepekaan sosial, dan banyaknya anak muda yang berpikiran positivistik

3. Hilangnya kebebasan berpendapat.

Dalam pemerintahan Orde Baru pendidikan dikontrol ketat oleh pemerintah sehingga tidak membuka ruang diskusi publik maupun kreativitas. Di samping itu, pembangunan pendidikan diarahkan hanya untuk pembangunan ekonomi semata. Target minimal dari pembangunan

59 Moh. Suardi. Loc.cit. hlm. 96. 60 Direktorat Pendidikan Umum, Kedjuruan dan Kursus-Kursus. Rentjana Pendidikan dan Peladjaran SMA 1968. Jakarta: Dinas SMA, hlm. 2-4. 61EBTANAS adalah singkatan dari kata evaluasi belajar tahap akhir nasional. Istilah evaluasi belajar tahap akhir nasional apabila disingkat yaitu menjadi ebtanas. Akronim ebtanas (evaluasi belajar tahap akhir nasional) merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa Indonesia. 62UMPTN adalah singkatan dari kata ujian masuk perguruan tinggi negeri. Istilah ujian masuk perguruan tinggi negeri apabila disingkat yaitu menjadi UMPTN. Akronim UMPTN (ujian masuk perguruan tinggi negeri) merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa Indonesia. 63 Suardi, op.cit, hlm. 97. 64Sejak T,B Silalahi menjadi Menteri Penertiban Aparatur Negara (PAN), latihan prajabatan calon-calon guru

pegawai negeri sipil (PNS) tidak di bawah penanganan pakar akademisi, peneliti, atau pekerja sosial. yang dekat dengan profesi guru, melainkan di bawah instruksi militer. Dengan sendirinya wacana yang ditawarkan bukanlah soal perluasan ilmu pengetahuan dan pendalaman filosofi pendidikan, melainkan direduksi menjadi aktivitas fisik, dengan asumsi bahwa seorang guru perlu memiliki stamma (fisik) yang kuat untuk menjalankan tugasnya.

Page 48: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

36

pendidikan di era Orde Baru adalah terbentuknya pengetahuan dan kemampuan dasar seperti membaca, menulis, berhitung dan penggunaan bahasa Indonesia. Sejak awal Orde Baru hingga awal Pelita VI sektor pendidikan mengalami perkembangan yang cukup baik secara kuantitatif. Strategi dasar pembangunan pendidikan nasional yang diperkenalkan pada akhir Repelita II terdiri atas empat butir, yaitu: peningkatan kualitas pendidikan, pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, relevansi pendidikan dan efisiensi pendidikan. 65

1. Posisi Siswa sebagai Subjek dalam Era Orde Baru

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa pada masa ini seluruh bentuk pendidikan ditujukan untuk memenuhi hasrat penguasa, terutama untuk pembangunan nasional. Siswa sebagai peserta didik, dididik untuk menjadi manusia "pekerja" yang kelak akan berperan sebagai alat penguasa dalam menentukan arah kebijakan negara. Pendidikan bukan ditujukan untuk mempertahankan eksistensi manusia, namun untuk mengeksploitasi intelektualitas mereka demi hasrat kepentingan penguasa.

2. Transisis Nilai Dasar Kurikulum (Pancawardana ke Pancasilais)

Kurikulum 1968 melakukan perubahan struktur kurikulum dari Pancawardhana dan menekankan pendekatan organisasi mata pelajaran menjadi kelompok pembinaan Jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Titik berat kurikulum ini pada materi apa saja yang dapat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Pada masa pemerintahan Orde Baru bahan-bahan pelajaran yang bersifat indoktrinasi dibuang dan dihilangkan sama sekali melalui Kurikulum SD 1968 dengan melakukan pembahan-perubahan materi dan metode penyampaian. Nama mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran untuk pendidikan kewarganegaraan tersebut adalah Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila seperti diuraikan dalam Kurikulum Sekolah Dasar seperti berikut:

“Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila ialah Kelompok Segi pendidikan yang terutama ditujukan kepada pembentukan mental dan moral Pancasila serta pengembangan manusia yang sehat dan kuat fisiknya dalam rangka pembinaan Bangsa. “

Sebagai alat formil dipergunakan Segi pendidikan: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah dan Olahraga. Pendidikan Agama diberikan secara intensif sejak dari kelas I sampai kelas VI dan tidak dapat diganti pendidikan budi pekerti saja. Begitupula pendidikan Kewarganegaraan, yang mencakup Sejarah Indonesia, Ilmu Bumi dan Pengetahuan Kewarganegaraan, selama masa pendidikan yang enam tahun itu diberikan terus menerus. Sedangkan Bahasa Indonesia dalam kelompok ini mendapat tempat yang penting sekali, sebagai alat pembina cara berpikir dan kesadaran nasional. Sedangkan Bahasa Daerah digunakan sebagai langkah pertama bagi sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa tersebut. sebagai bahasa pengantar sampai kelas III dalam membina jiwa dan moral Pancasila. Olahraga yang berfungsi sebagai pembentuk manusia Indonesia yang sehat rohani dan jasmaninya diberikan secara teratur semenjak anak-anak menduduki bangku sekolah.66

Sama halnya dengan Kurikulum Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama 1968, Rencana Pendidikan Dan Pelajaran SMA Tahun 1968 juga dibagi kedalam tiga kelompok besar masing-masing Kelompok Pembina Jiwa Pancasila, Kelompok Pembina Pengetahuan Dasar, dan Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus. Pendidikan Kewargaan Negara termasuk dalam Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila bersama dengan Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia dan Pendidikan

65 Mohammad Ali. 2015. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional (Bandung: IMTIMA), hlm. 16. 66 Tim Pengembang FIP – UPI. 2015. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: IMTIMA), hlm. 146-147.

Page 49: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

37

Olah raga. Mata pelajaran Kewargaan Negara di S.M.A. berintikan: a.) Pancasila dan UUD. 1945 b.) Ketetapan - ketetapan MPRS 1966 dan selanjutnya c.) Pengetahuan umum tentang PBB. Tujuannya diajarkannya adalah agar tiap-tiap Warganegara Indonesia berkewajiban mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 serta merealisasikan isi dan jiwa UUD 1945 dan ketetapan-ketetapan MPRS/MPR sebagai ketentuan-ketentuan pelasksanaanya. Dengan demikian Kewargaan Negara tidak saja wajib dipelajari tetapi lebih-lebih lagi merupakan bentuk sikap hidup (way of life).

Karena komunikasi modern yang mendekatkan bangsa yang satu dengan Iainnya maka Indonesia yang tergabung dalam PBB berkewajiban menyelami dan mempelajari bentuk organisasi PBB itu. Salah satu hal penting dari kurikulum SMA 1968 tersebut adalah Mata pelajaran Kewargaan Negara yang pengajarannya senantiasa dikorelasikan dengan pelajaran Iain seperti Sejarah Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, Hak Azasi Manusia dan Ekonomi, sehingga mata pelajaran Kewargaan Negara tersebut menjadi lebih hidup, lebih menantang dan lebih bermakna.67Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan kepada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. 68

Peran Guru dalam Kurikulum 1968

Guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran ini sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik. Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran, tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat.69Sebagai pengajar, guru hendaknya memiliki perencanaan (planning) pengajaran yang cukup matang. Perencanaan pengajaran tersebut erat kaitannya dengan berbagai unsur seperti tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar, metode mengajar, dan evaluasi. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian integral dari keseluruhan tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaan kurikulum disekolah selalu melibatkan para guru. Karena guru memegang peranan penting dalam mengambil keputusan, apa yang akan diajarkan, dan bagaimana mengajarkannya. Guru memegang peranan yang sentral sebagai pelaksana kurikulum, terutama menjabarkan kurikulum potensial menjadi kurikulum aktual dalam proses belajar mengajar atau mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam buku kurikulum sesuai dengan petunjuknya kepada siswa dengan proses belajar mengajar. Itulah sebabnya berhasil tidaknya kurikulum banyak bergantung pada peranan guru dan termasuk pengembangannya.

Bertolak dari tujuan Kurikulum 1968, fungsi guru ditekankan pada upaya untuk membentuk kepribadian siswa menjadi manusia berjiwa Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani dengan cara mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan bangsa. Kurikulum 1968 menekankan organisasi materi pelajaran ke dalam 9 mata pelajaran yaitu kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus dan termuat dalam 9 mata pelajaran pokok. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat, “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja”, katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

67Ibid, hlm. 148. 68 Direktorat Pendidikan Umum.Loc.cit. hlm. 2-4. 69M.Hasyim.2014.Penerapan Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar (Auladuna. VOL. 1 NO. 265). journal. uin. alauddin. ac. id/ index. php/ auladuna/ article/ download/.../557. Diakses pada tanggal 12 November 2016 pukul 14.00.

Page 50: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

38

Dalam muatan isi TAP MPRS NO. XXVII/MPRS 1966 Bab II Tentang Pendidikan Pasal 10 yang berisi “Melihat keadaan yang terjadi sekarang ini dan mengingat kemajuan perkembangan belajar pada masa-masa yang akan datang dan kurangnya tenaga pengajar, perlu diadakan langkah-langkah untuk mengatasinya, antara lain dengan Undang-undang Wajib Mengajar.”70 Berujuk pada pernyataan tersebut terlihat bahwa pada tahun 1966 Negara Indonesia kekurangan tenaga pendidik yang akhirnya berimbas pada pengembangan kurikulum dan cara guru merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan membuat proses pembelajaran bersifat teaching learning dan menjadikan siswa sebagai objek belajar. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Guru pada masa ini hanya menekankan dan berusaha mengajarkan dari apa yang ada dalam Retjana Pendidikan, belum ada upaya untuk mengembangkan kurikulum karena keterbatasan ruang dan kuantitas pada masa ini.

Ketetapan MPRS di atas menjadi penanda perubahannya pendidikan nasional dari orde lama ke orde baru. Pendidikan pada zaman orde baru terlalu dibawah pengaruh politik sehingga proses pendidikan yang sebenarnya hal kedua. Sedangkan praktik politik praktis menjadi sangat dominan dalam lingkungan kehidupan pendidikan sosial. Guru pada masa orde baru terutama tahun 1968 memiliki keterbatasan dalam menyampaikan aspek-aspek dalam pendidikan yang bersifat sosial dan politik. Pada zaman orde baru pendidikan lebih diutamakan kedalam aspek kejuruan dengan memperbanyak sekolah-sekolah kejuruan dan mendorong pengembangan dari fakultas untuk ilmu pengetahuan eksakta.

Pada periode ini, mata pelajarah sejarah disebut dengan Sejarah Kesenian dan Sejarah Kebudayaan. Buku-buku sejarah masih menggunakan rujukan terhadap buku sejarah yang ditulis oleh orang-orang Belanda. Buku yang terbit tahun 1960- an yang digunakan dalam pelaksanaan. Kurikulum Tahun 1968, penulisan yang Indonesiasentris sudah mulai ada. Menempatkan bangsa Indonesia sebagai aktor utama sejarah, bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Hindu-Budha. Konsepsi Indonesia secara geopolitik sudah ada pada zaman Sriwijaya dan Majapahit. ideologis sudah nampak dalam buku yang diterbitkan oleh Pemerintah, atau dikenal dalam buku paket. Buku ini dipakai dalam pelaksanaan Kurikulum.71

Model Pembelajaran Kurikulum 1968

Ketika runtuhnya Orde Lama dan lahirnya Order Baru, maka sesuai dengan TAP MPRS NO. XXVII/ MPRS tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan, maka dirumuskanlah tujuan pendidikan sebagai alat untuk membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan UUD 1945 dan Isi UUD 1945. Selanjutnya TAP MPRS tersebut juga menegaskan mengenai kebebasan mimbar/ ilmiah seluas-luasnya di perguruan tinggi yang tidak menyimpang dari UUD 1945 dan falsafah negara. Semua sekolah asing dilarang di Indonesia. Demikian pula pemerintah memperhatikan perkembangan gerakan Pramuka. Mengenai lembaga pendidikan disederhanakan baik mengenai jumlah maupun strukturnya. Yang menarik antara lain, di dalam TAP MPRS tersebut dikarenakan kurangnya tenaga pengajar. Sehingga untuk mengatasi persoalan tersebut, dibentuknya undang-undang wajib mengajar.72

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan

70www.tatanusa.co.id/tapmpr/66TAPMPRS-XXVII.pdf (di akses pada tanggal 12 November 2016 pukul 15.40). 71 Osmiati. 2014.Pendidikan di Indonesia: Sejarah Kurikulum dan Kurikulum Sejarah Masa Orde Baru dan Reformasi (Padang: Labor Sejarah, Universitas Andalas), hlm. 70. 72 H.A.R Tilaar. Loc.cit. hlm.257.

Page 51: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

39

kuat.73 Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang membentuk manusia Pancasila sejati itu perlu dicapainya keseimbangan pada anak didik antara segi mental-moral, segi penguasaan ilmu pengetahuan dengan mental intelegensi, segi pemanfaatan apa yang diketahui itu dengan daya kreatif dan aktivitasnya serta kesehatan pisik dan daya penyesuaian sosialnya. Sehingga tanpa adanya keseimbangan dan keserasian antara kelima unsur tersebut, maka tujuan pendidikan yang diharapkan tidak akan tercapai.74

Pendekatan pembelajaran dalam kurikulum ini sebenarnya mengarah kepada Pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) yang orientasi proses dan pembelajarannya itu merupakan sebuah sistem. Dimana paradigma kegiatan mengajarnya itu sendiri lebih berpusat pada guru, dan kegiatan pembelajarannya berpusat pada siswa. Dalam hal ini tuntutan kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi tertentu sebagai tujuan pembelajaran.Kurikulum 1968 bersifat politis, yakni dengan mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Kurikulum ini juga menekankan pada pendekatan organisasi materi pelajaran yaitu berupa kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Pembagian atau Pemetaan Materi Pembelajaran

No. Kelompok Pembinaan Pancasila Kelompok Pengetahuan

Dasar Kecakapan Khusus

1. Pendidikan Agama Berhitung Menggambar

2. Kewargaan Negara IPA Pendidikan Kesehataan Keluarga

3. Bahasa Inggris Pendidikan Kesenian Prakarya Pilihan

4. Bahasa Daerah Ilmu Pasti (Sastra, Sosial, Budaya)

5. Pendidikan Olahraga

Sumber: Hasil Telaah Bacaan Kelompok(2016)

Kurikulum 1968 muncul dengan pertimbangan politik yang ideologis. Tujuan pendidikan pada kurikulum 1964 yang bertujuan menciptakan masyarakat Indonesia yang bersifat sosialis pun tergantikan. Pendidikan pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk manusia yang Pancasilais. Kurikulum ini dikenal oleh sebagian pengamat dan praktisi pendidikan sebagai perangkat pembelajaran yang bersifat teoritis dan berpola correlated subject curriculum, artinya mata pelajaran yang satu dikorelasikan dengan mata pelajaran yang lain meskipun batas demarkasi antarmata pelajaran masih terlihat dengan jelas. Adapun kelebihan correlated curriculum, yaitu integrasi pengetahuan pada murid-murid lebih bertautan dan terpadu, minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya, dan murid akan lebih luas pandangan wawasannya dari berbagai sudut. Namun kekurangan sistem yang berkorelasi ini juga akan berdampingan dengan kelebihannya, yaitu murid tidak akan memperoleh disiplin ilmu yang mendalam karena terlalu ada penumpukan studi dari mata pelajaran lainnya, dan hanya disajikan garis besarnya saja. Kemudian, guru pun akan merasa kesulitan dengan adanya pengajaran studi yang bersifat interdisipliner tersebut. Serta, mata pelajaran yang disajikan sifatnya terlalu abstrak, karena hanya mendasarkan pada prinsip-prinsip dan masalah-masalah tertentu.

73file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR.../SEJARAH_PERKEMB.__KURIKULUM.pdf (diakses pada tanggal 11 November 2016 pukul 18.05 WIB). 74Direktorat Pendidikan Umum. Loc.cit. hlm. 7.

Page 52: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

40

Di samping itu, muatan materi pelajarannya itu sendiri rupanya tak terlalu mengkaitkannya dengan permasalahan faktual di lingkungan sekitar. Metode pembelajarannya pun sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pendidikan dan psikologi unsur. Contoh penerapan metode pembelajaran ini adalah dengan menggunakan metode eja ketika pembelajaran membaca. Begitu pun juga pada mata pelajaran lain yang seakan-akan peserta didik itu dibimbing melalui unsur-unsur nalarnya terdahulu.75Dalam hal ini, sebenarnya setiap mata pelajaran yang ada di jenjang SMA itu sendiri akan lebih terasa tepat penyesuaiannya apabila diberikan secara “experience centered,” sehingga melalui pengalaman dibangkitkan minat untuk mempraktekkan apa yang dikuasai. Tapi hal ini pun lebih diimplementasikan pada jenjang menengah atas. Metode problem solving juga harus dilaksanakan dalam memberikan setiap mata pelajaran.Olahraga yang sistematis juga ditingkatkan untuk mengembangkan daya fisiknya sebagai bagian dari ilmu kesehatan.76 Ciri utama dari experience-centered design adalah : 1) struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik; 2) kurikulum tidak dapat disusun terlebih dahulu, melainkan disusun secara bersama-sama oleh guru dengan para siswa; 3) desain kurikulum ini menekankan prosedur pemecahan masalah.

Penutup

Kurikulum merupakan seperangkat alat pembelajaran yang dijadikan acuan untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan dibentuk oleh lembaga pendidikan di suatu negara dalam mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan sistem yang dipegang dengan penuh kendali oleh pemerintah dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi yang berjalan panjang dalam suatu sistem pendidikan yang berlaku di suatu Negara. Kurikulum biasa menjadi alat kontestasi kekuasaan dalam suatu Negara. Setiap lingkungan masyarakat memiliki sistem sosial budaya yang mengatur pola hubungan antar anggota. Oleh karena itu, kurikulum yang dikembangkan seharusnya merespons pada perkembangan sosial budaya dalam masyarakat. Isi, tujuan, dan proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.Selain itu, faktor ekonomi tidaklah luput dari lahirnya suatu kurikulum yang akhirnya berdampak pada masyarakat yang ingin berusaha meningkatkan taraf perekonomian.Pada Kurikulum 1968, guru ditekankan pada upaya untuk membentuk kepribadian siswa menjadi manusia berjiwa Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani dengan cara mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan bangsa.Dengan model pendidikan yang dikenal oleh sebagian pengamat dan praktisi pendidikan sebagai perangkat pembelajaran yang bersifat teoritis dan berpola correlated subject curriculum, pendidikan pada masa ini berusaha men-sentralisasi penidikan dan berdampak pada menciptakan manusia yang pasif dalam menciptakan inovasi-inovasi untuk pembangunan. Pendidikan merupakan factor vital dalam pembangunan suatu Negara. Sudah seharusnya kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan pelaksanaan pendidikan menjadi factor penting dan utama diisamping kepentingan politik, karena kurikulum merupakan kebutuhan bersama. Negara dalam campur tangannya terhadap kurikulum seharusnya memperhatikan setiap aspek yang mempengaruhi pada keberhasilan kurikulum seperti aspek sosial, politik, ekonomi, serta kebijakan lain dalam pelaksanaan pendidikan agar tujuan pendidikan dan peningkatan pembangunan masyarakat selaras dengan visi dan misi negara.

75 Rakhmat Hidayat.loc.cit. hlm.224. 76Ibid, hal. 8.

Page 53: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

41

Daftar Pustaka

Hidayat, Rakhmat. 2013. Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers. Sunarso. 2011. Kepentingan Politik Penguasa terhadap Pendidikan Kewarganageraan di Indonesia.

Yogyakarta: FISE UNY. Safitri, Ria Windi. 2016. Kurikulum Nasional Mata Pelajaran Sejarah Masa Orde Baru Tahun 1968-

1998. Surabaya: AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah UNESA. Simon, Roger. 1999. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Tilaar. 1995. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia. Suardi. 2015. Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer. Yogyakarta: Deepublish. Ali, Mohammad. 2015. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional. Bandung: IMTIMA. Tim Pengembang FIP – UPI. 2015. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: IMTIMA. Osmiati. 2014.Pendidikan di Indonesia: Sejarah Kurikulum dan Kurikulum Sejarah Masa Orde Baru

dan Reformasi. Padang: Labor Sejarah, Universitas Andalas. Hasyim, M. 2014.Penerapan Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran. Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Alauddin Makassar (Auladuna. VOL. 1 NO. 265). journal. uin. alauddin. ac.id/ index.php/auladuna/article/download/.../557. Diakses pada tanggal 12 November 2016 pukul 14.00.

Direktorat Pendidikan Umum, Kedjuruan dan Kursus-Kursus. Rentjana Pendidikan dan Peladjaran

SMA 1968. Jakarta: Dinas SMA. http://eprints.utm.my/31239/1/isu%20kurikulum%20baru.pdf, (diakses pada tanggal 11 November

2016 pukul 15.35). file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.../sejarah_kurikulum2.pdf,(diakses pada tanggal 12

November 2016 pukul 18.57 WIB). www.tatanusa.co.id/tapmpr/66TAPMPRS-XXVII.pdf di akses pada tanggal 12 November 2016 pukul

15.40. file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR.../SEJARAH_PERKEMB.__KURIKULUM.pdf.(diakses pada tanggal 11

November 2016 pukul 18.05 WIB).

Page 54: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

42

Bab 4 Perkembangan Kurikulum 1975 Hanifah, Hikari Annisa, Safitri Wulandari. S, Santi Septiani Pendahuluan Kurikulum 1975 merupakan penyempurna kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1968 yang merupakan kurikulum pertama di era Orde Baru. Dengan banyaknya perubahan yang dilakukan pada masa pemerintahan Soeharto, mengakibatkan terjadinya perubahan di berbagai sektor seperti sistem politik ekonomi yang mempengaruhi pada perubahan kebijakan pendidikan. Oleh karena itu, Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai keselarasan antara kurikulum dengan kebijakan baru bidang pendidikan, meningkatkan mutu lulusan pendidikan dan meningkatkan relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun. Pemerintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan Mei 1974, menyadari betapa kita harus meninjau dan memperbaharui kurikulum yang sudah berjalan selama 6 tahun itu agar sesuai dengan perkembangan dan tuntutan baru masyarakat dan bangsa Indonesia.

Kurikulum ini menganut pendekatan yang berorientasi kepada tujuan. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mengetahui dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh siswa dari setiap rencana pelajaran yang disusun yang akan dilaksanakan pada proses melaksanakan belajar-mengajar. Kurikulum ini juga menganut pendekatan integratif dalam arti setiap pelajaran dan bidang pelajaran memiliki arti dan peranan dalam menunjang ketercapaian tujuan-tujuan yang integratif. Kurikulum ini juga menekankan pada efesiensi dana, daya, dan waktu. Agar maksud penyusunan rencana kegiatan belajar yang fungsionil dan efektif tercapai kurikulum ini mengharuskan setiap guru untuk menggunakan teknik penyusunan program pengajaran yang dikenal dengan PPSI (Prosedur Pengernbangan Sistem Instruksional, Kurikulurn 1975 yang telah diberlakukan.77Dalam tulisan ini, penulis akan membagi ke dalam beberapa bagian. Bagian pertama, penulis akan memaparkan pembahasan mengenai konteks sosial, politik, ekonomi dalam Kurikulum 1975. Kedua, penulis akan membahas mengenai Struktur dan isi Kurikulum 1975. Pada bagian ketiga, peran guru dalam kurikulum 1975. Pada bagian keempat,model pembelajaran dari Kurikulum 1975. Terakhir, terakhir ialah penutup yang berisi mengenai kesimpulan hasil keseluruhan pembahasan yang telah penulis sampaikan di bagian sebelumnya.

Konteks Sosial, Politik dan Ekonomi

1. Konteks Sosial

Sejak tahun 1968 masyarakat dan dunia pendidikan Indonesia telah banyak mengalami perubahan yang terjadi sebagai akibat lajunya pembangunan nasional pada saat itu. Perubahan-perubahan itu juga diakibatkan oleh berbagai usaha yang telah dilakukan pemerintah dalam pembaharuan pendidikan yang ada di Indonesia. Di samping itu, perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, masyarakat pun selalu berubah dalam tuntutannya terhadap dunia pendidikan.Hal ini menjadi cerminan betapa masyarakat dan Negara Indonesia telah secara jelas menggariskan harapannya kepada dunia pendidikan. Pada saat itu juga Kurikulum 1968 yang telah dilaksanakan di berbagai sekolah ternyata dipandang kurang sesuai lagi dengan kondisi masyarakat pada masa Pembangunan Lima Tahun tahap kedua (Pelita Kedua).

Dalam perubahan Kurikulum 1968 ke Kurikulum 1975, terdapat beberapa fenomena yang mempengaruhi dalam perubahan kurikulum tersebut, diantaranya yaitu pembaharuan pendidikan selama Pelita I yang dimulai tahun 1969 telah melahirkan gagasan-gagasan baru dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional, hasil analisa dan penilaian mendorong peninjauan kembali terhadap

77Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) 1975 (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1975), h. i.

Page 55: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

43

kebijaksanaan pendidikan nasional, masuknya berbagai inovasi dalam sistem belajar mengajar yang dinilai lebih efisien dan efektif, serta banyaknya keluhan masyarakat terhadap mutu lulusan pendidikan sekolah yang menuntut adanya peninjauan kembali sistem pendidikan yang dilaksanakan.78 Gagasan-gagasan tersebut diantaranya, yaitu : 1 membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani; 2 memiliki pengetahuan dan keterampilan; 3 dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab; 4 dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa; 5 dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur; 6 mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia.

Selain fenomena tersebut, kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah di bidang pendidikan nasional yang digariskan dalam Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR1973 tentang GBHN menuntut adanya pelaksanaan. Dalam GBHN tersebut bahwasanya dasar pendidikan nasional terletak pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Dengan adanya penetapan ini bahwasanya di dalamnya terdapat tujuan umum pendidikan nasional yaitu membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaksud dalam Undang –Undang Dasar 1945. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa seluruh program pendidikan, terutama program pendidikan umum, harus berisikan dan berpatokan pada pendidikan moral pancasila dan unsur-unsur yang cukup untuk meneruskan jiwa dan nilai-nilai 1945 kepadagenerasi muda. Tujuan pendidikan yang demikian menunjukkan orientasi filosofis pendidikan yang bersifat rekonstruksi sosial.

Oleh karena itu pada bulan Mei 1974, Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meninjau dan memperbaharui kurikulum yang sudah berjalan selama 6 tahun itu agar sesuai dengan perkembangan dan tuntutan baru masyarakat dan Bangsa Indonesia. Kemudian kebijakan tersebut telah melahirkan serangkaian kegiatan untuk meneliti dan mengembangkan kurikulum baru yang lebih sesuai dengan tuntutan baru di masa itu. Hasil kegiatan-kegiatan tersebut secara bersama telah dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian dibakukan sebagai Kurikulum 1975.

Dimana pemberlakuan Kurikulum 1975 tersebut berdasarkan dengan Keputusan tanggal 15 Januari 1975 No. 008d/U/1975 dan 008e/U/1975 kurikulum tersebut secara bertahap diberlakukan pada tahun ajaran 1976. Perubahan Kurikulum 1968 menjadi Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai keselarasan antara kurikulum dengan kebijakan baru bidang pendidikan, meningkatkan mutu lulusan pendidikan dan meningkatkan relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.79

2. Konteks Politik

Kurikulum 1975 adalah kurikulum pertama di Indonesia yang dikembangkan berdasarkan proses dan prosedur yang didasarkan pada teori pengembangan kurikulum. Dalam penerapannya, Kurikulum 1975 tidak menggunakan pendekatan yang tersirat dalam TAP MPR NomorIV/MPR/1973.Meski pun demikian, Kurikulum 1975 masih dikembangkan berdasarkan pemikiran orientasi filosofis pendidikan keilmuan yang dominan dan tidak berorientasi kepada pembangunan.Walaupun demikian tidaklah berarti Kurikulum 1975 telah melepaskan dirinya dari pengaruh politik. Sebagaimana kurikulum setelahnya yaitu Kurikulum 1984 , 1994, 2004, Kurikulum 1975 tidak dapat melepaskan diri dari

78 Dedi Hendriana. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia, diakses melalui https:// dedihendriana. files. wordpress.com/2014/11/sejarah-perkembangan_kurikulum_di-indonesia.pdf (diakses pada Sabtu 19 November 2016, pukul 13.00 WIB). 79 S. Hamid Hasan. Perkembangan Kurikulum : Perkembangan Ideologis dan Teoritik Pedagogis (1950–2005), diakses melalui http://www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/s_hamid_hasan.pdf, (diakses pada Sabtu 19 November 2016, pukul 13.03 WIB).

Page 56: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

44

pengaruh politik.Hal ini bukan sesuatu yang aneh dan spesifik Indonesia karena dimana pun di dunia ini kurikulum tidak mungkin melepaskan diri dari pengaruh politik.80

Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia seringkali dipengaruhi perubahan suasana politik. Kondisi ini tidak bisa sepenuhnya dianggap sebagai kekeliruan, karena di setiap-tiap rezim politik sebenarnya memiliki tujuan yang sama yaitu agar nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila teraktualisasikan secara baik di segenap kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, hal itu juga membawa kepada kerentanan Pancasila untuk ditafsirkan sedemikian rupa sesuai dengan kepentingan suatu periode rezim yang berkuasa. Dalam sejarah kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia, pada gilirannya pelabelan Pancasila dalam masing-masing periode, termasuk Pancasila sebagai predikat dalam nomenklatur pendidikan nasional ,tentu hal ini sangat kental dengan pergantian rezim itu sendiri: Sebelum, Selama, dan Sesudah Orde Baru.81

Pada Garis ke-2 Besar Haluan Negara tahun 1973, memang telah dicanangkan agar pembentukan mental dan moral Pancasila dimasukkan kedalam kurikulum dan menjadi bagian integral dari pendidikan nasional. Hal ini dikarenakan GBHN adalah produk legislatif oleh MPR, maka dengan sertamerta dimulailah masa kejayaan Pendidikan Pancasila dalam sistem kurikulum kita. Apalagi dengan datangnya era Ekaprasetya Pancakarsa pada tahun 1978 atau yang terkenal dengan P-4, yakni Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, dan dibentuknya BP-7(Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila), sebuah lembaga negara yang mengelola penataran P-4 (Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila) tadi. Kurikulum 1975, yang telah mencantumkan Pancasila seperti pada kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1968, segera disesuaikan dengan konsep Ekaprasetya Pancakarsa (tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak) yang dicanangkan dalam tahun 1978 tersebut.82 Dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila oleh manusia Indonesia akan terasa dan terwujudlah Pancasila dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu telah luar biasa disibukkannya dalam manajemen PMP (Pendidikan Moral Pancasila) ini.Mulai dari seleksi buku pelajaran yang berbondong-bondong mendatanginya serta para pengarang dan penerbit, penataran guru PMP di seluruh pelosok tanah air serta mencetak bahan-bahannyaa, simulasi untuk menemukan metodologi yang pas, teknik evaluasi dan lain-lain lagi.Entah berapa banyak uang yang terpakai untuk ini.

Di samping penataran P-4 (Pedoman Penghayatan Pengalaman Pancasila) sendiri oleh BP-7 (Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang diberlakukan untuk seluruh birokrasi, aparatur negara, politisi dan lapisan masyarakat tertentu seperti perkumpulan-perkumpulan profesi dan sebagainya.Pada era tahun 1975 sampai era tahun 1990-an merupakan dipandang sebagai era propaganda politik dari penguasa pada saat itu yang lebih dikenal dengan masa Orde Baru. Penekanan kurikulum adalah pada bagaimana dapat mempertahankan kekuasaan dengan dalih pembentukan kewarganegaraan melalui bidang studi Pendidikan Moral Pancasila (PMP).Kurikulum 1975, yang telah mencantumkan Pancasila seperti telah diawali pada Kurikulum 1968, segera disesuaikan dengan konsep Ekaprasetya Pancakarsa yang dicanangkan dalam tahun 1978 tersebut.Perombakan penting segera terjadi terhadap Pendidikan Moral Pancasila.Mata pelajaran itu menjadi lebih kokoh berdiri sendiri dalam struktur program kurikulum dalam semua jenjang sekolah.

80Ibid. 81 Samsuri. Kurikulum Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan: Dari Politik Rezim ke Politik Negara untuk Membangun Negara Yang Ideal, diakses melalui http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-samsuri-spd-mag/kurikulum-ppkn-dari-politik-rezim-ke-poitik-negara-untuk-membangun-warga-negara-ideal-makalah-ikapi-.pdf, diakses pada Sabtu 19 November 2016, pukul 13.18 WIB. 82Sayidiman Suryohadiprojo, Hilangnya Pendidikan Pancasila Dari Struktur Kurikulumm KBK dan KTSP, diakses melalui http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=1294, diakses pada Sabtu 19 November 2016, pukul 13.30 WIB.

Page 57: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

45

Pada masa itu, Soeharto membentuk kabinet baru yang diberi nama Kabinet Pembangunan Pertama. Lewat kabinet baru ini Soeharto mulai menata semua bidang kehidupan terutama dalam bidang ekonomi dan ideologi.Pada pertengahan tahun 1980an, para ideologi pemerintah mencoba menggabungkan kumpulan gagasan “indoktrinasi berskala nasional” ke dalam teori negara yang bersifat koheren.83 Indoktrinasi (doktrin) pemerintah Orde Baru ini juga dilakukan dengan cara sentralistik. Ideologi sentralistik ini juga memberikan pengaruh yang besar dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan. Semua kebijakan pendidikan dilaksanakan dan dikontrol dari pusat.Artinya peran pemerintah pada saat itu sangatlah penting dan pemerintah memiliki posisi yang tinggi.

Pembukaan Undang-Undang Dasar yang menempatkan pendidikan sebagai salah satu prioritas utama, merupakan salah satu bukti bahwa keseriusan Pemerintah Orde Baru pada masalah bidang pendidikan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya Pemerintah Orde Baru tidak bersungguh-sungguh dan setengah hati dalam mengatasi permasalahan pendidikan. Pendidikan yang diterapkan oleh Pemerintah Orde Baru tidak lebih hanya menjadi alat politik saja. Pemerintah pada masa Orde Baru hanya berfokus dan menitik-beratkan dalam bidang ekonomi saja. Sehingga, pada akhirnya Pancasila dan P4 menjadi salah satu kendaraan indoktrinasi politik. Menurut Tilaar, pendidikan pada masa Orde Baru diarahkan pada penyeragaman di dalam berfikir dan bertindak. Penerapan pendidikan tidak diarahkan pada peningkatan kualitas melainkan target kuantitas. Kurang pedulinya pemerintah Orde Baru dalam pendidikan bisa dilihat pada awal 1980-an ketika terjadi krisis minyak yang mengganggu kestabilan ekonomi. Maka pemerintah mengambil kebijakan dengan mengurangi dana pendidikan. Sikap pemerintah orde baru ini juga sekaligus membuktikan bagaimana menempatkan lembaga pendidikan di bawah birokrasi negara.84

3. Konteks Ekonomi

Pada kurikulum 1975, bahwasanya aspek ekonomi dicantumkan dalam bidang studi pada saat itu baik jenjang SD, SMP, maupun SMA.Seperti bidang studi ketrampilan pertanian, ketrampilan peternakan, keterampilan perikanan, keterampilan jasa, teknik. Hal itu dimaksudkan agar penerus generasi pada jaman tersebut memiliki keahlian atau keterampilan jika kelak mereka sudah lulus sekolah. Iklim kebangsaan setelah Orde Baru menunjukkan suatu kondisi yang sangat mendukung untuk dilaksanakannya sistem ekonomi sesuai dengan yang diharapkan masyarakat Indonesia. Setelah melalui masa-masa penuh tantangan pada periode 1945 sampai dengan 1965, semua tokoh negara yang menduduki pemerintahan sebagai wakil rakyat pada masa itu sepakat untuk kembali menempatkan sistem ekonomi Indonesia pada nilai-nilai yang tersirat dalam UUD 1945. Dengan demikian sistem ekonomi demokrasi dan sistem ekonomi Pancasila kembali menjadi acuan bagi pelaksanaan sistem ekonomi selanjutnya.85Karena pada awal Orde Baru diwarnai dengan masa-masa rehabilitasi, pembaharuan, dan perbaikan di seluruh sektor kehidupan, tidak terkecuali di sektor ekonomi.

Awal Orde Baru diawali dengan masa-masa rehabilitasi, perbaikan, hampir di seluruh sektor, tidak terkecuali sektor ekonomi. Rehabilitasi ini ditunjukan untuk memberikan segala aspek kehidupan dari sisa-sisa faham dan sistem perekonomian yang lama, seperti liberal/ kapitalis dan etatisme/sosialis. Selanjutnya, menurunkan dan mengendalikan laju inflasi yang saat itu sangat tinggi, yang berakibat terhambatnya proses penyembuhan dan peningkatan kegiatan ekonomi secara umum. Usaha pemerintah untuk memperbaiki perekonomian Indonesia terbukti mengalami keberhasilan yang cukup signifikan.Permasalahan ekonomi yang melilit Indonesia sejak masa Pemerintahan Presiden Soekarno sedikit demi sedikit bisa teratasi.Pada 1970-an harga minyak

83 AM, Sardiman dan Rhoma Dwi Aria Yuliantri, Dinamika Pendidikan Pada Masa Orde Baru (Yogyakarta: Laporan Penelitian Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), h. 10. 84Ibid., h. 9. 85http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perekonomian_indonesia/bab1-sistem_perekonomian_indonesia.pdf, diakses pada Sabtu, 19 November 2016, pukul 19.00 WIB.

Page 58: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

46

mengalami kenaikan, tentu hal ini memberikan keuntungan untuk sebagian besar warga Indonesia yang akhirnya memberikan perbaikan nyata dalam standar hidup warga Indonesia. Tidak hanya itu, pemerintahan Orde Baru juga berprestasi dalam sektor pertanian, pendidikan dan kesehatan sangat mengagumkan, terutama jika dibandingkan dengan zaman kolonial Belanda dan Orde Lama dibawah pimpinan Soekarno.Tentu manfaat pendidikan langsung terasa dengan semakin meningkatnya persentase melek huruf masyarakat Indonesia terutama dalam perkembangan bahasa nasional, bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa nasional dalam surat kabar dan majalah serta media elektronik memberikan sumbangan yang berarti bagi kenaikan persentase penggunaan bahasa nasional di seluruh Indonesia.

4. Fase – Fase Penting Kurikulum 1975

Pada setiap kebijakan pasti memiliki berbagai peristiwa di dalamnya, hal ini juga terjadi pada Kurikulum 1975. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Kurikulum 1975 ini merupakan lanjutan dasar untuk menuju negara yang berideologi pancasila sebagai pedoman hidup. Namun dengan berjalannya waktu, Kurikulum ini selalu berubah-ubah demi menyesuaikan dengan iklim di sekolah agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, kebijakan yang telah ditetapkan selau berubah dan perubahan tersebut memiliki makna tersendiri di dalamnya.86 Untuk bisa mempermudah memahami fase-fase penting yang terjadi pada saat kurikulum berlangsung. Berikut ini adalah skema yang di buat untuk lebih memahami peristiwa yang telah terjadi pada saat Orde Baru itu yang akan dijelaskan. Diharapkan dengan adanya skema berikut ini bisa mempermudah pemahaman kita sebagai pembaca untuk mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi sejak dimulai pembaharuan pendidikan pada tahun 1969 yaitu dengan program Soeharto yang bernama Pelita 1, hingga pergantian kurikulum 1975 yang pada sebelumnya di Indonesia telah berlaku kurikulum 1968. Dimana pemberlakuan Kurikulum 1975 tersebut berdasarkan dengan Keputusan tanggal 15 Januari 1975 No. 008d/U/1975 dan 008e/U/1975 kurikulum tersebut secara bertahap diberlakukan pada tahun ajaran 1976.

Skema 4.1 Fase-Fase Penting Kurikulum 1975

Dimulai pembaharuan Kebijakan Pemerintah Pendidikan Selama Melalui Tap MPR RI. Pergantian Kurikulum Pelita 1 No. IV/MPR1973 Tentang GBHN 1975 Tahun 1969 Tahun 1973 Tahun 1975

Tahun 1968 Tahun 1970 Tahun 1974 Tahun 1976 Pembaharuan Penghapusan Meninjau dan Mulai Berlakunya Pendidikan Pendidikan Memperbaiki Kurikulum 1975 Indonesia Pada Orde Baru Kejuruan di SLTP Kurikulum 1968

(Sumber: Hasil Analisis Penulis)

Dalam periode Adanya Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 1 berbagai perubahan penting telah dilakukan dalam sistem pendidikan. Salah satu perubahan yang terjadi pada pertengahan tahun 1970-an ialah penghapusan penyelenggaraan pendidikan kejuruan di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Perkembangan pendidikan di Indonesia dipengaruhi pula oleh hasil-hasil penelitian negara maju, khususnya negara-negara donor seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa.

86 Ibid.,

Page 59: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

47

Hasil-hasil penelitian di beberapa negara maju menunjukkan bahwa pendidikan kejuruan lebih menguntungkan jika mulai dilaksanakan pada jenjang pendidikan tinggi atau industri. Indonesia masih membutuhkan tenaga-tenaga terampil tingkat menengah pada tahap-tahap awal industrialisasi, dengan demikian demikian pendidikan kejuruan diperlukan untuk diselenggarakan di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir (SLTA). Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu, mulai tahun 1977 Pemerintah mengalihfungsikan sekolah kejuruan tingkat pertama – Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP),Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama(SKKP), dan Sekolah Tehnik (ST) – menjadi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selama kurun waktu Repelita III, SMEP benar-benar habis dialihfungsikan, sedangkan sejumlah ST dan SKKP, masih tetap dipertahankan keberadaannya sampai menjelang berakhirnya Repelita V, walaupun dalam jumlah yang sangat kecil. Pada akhir Repelita V, ST dan SKKP ini sepenuhnya dialihfungsikan menjadi SMP Plus dan SMP yang ditambah dengan sejumlah muatan keterampilan.87

Analisis Isi Kurikulum 1975

1. Struktur dan Komponen Kurikulum 1975

Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap

sekolah. Dalam merencanakan struktur program kurikulum yang meliputi pengelompokan program

kurikulum, perbandingan bobot antara bidang studi (nama pengganti mata pelajaran) untuk setiap

jenjang, dan penataurutan penyajian program studi dari tahun pertama sampai tahun terakhir

(untuk SD kelas I sampai Kelas VI, untuk SLTP dari kelas I sampai kelas III, dan untuk Sekolah

Menengah dari Kelas I sampai kelas III), 88 Puskur berangkat dari Prinsip-prinsip berikut:

A. Prinsip Fleksibilitas Program Penyelenggaraan Pendidikan Keterampilan, misalnya harus mengingat faktor-faktor ekosistem dan kemampuan untuk menyediakan fasilitas bagi berlangsungnya program tersebut. Jika setiap sekolah harus melaksanakan program yang sama, maka kejenuhan bisa saja terjadi. Dan bila setiap sekolah harus menyelenggarakan sesuatu program keterampilan yang dikembangkan ternyata tidak ditunjang oleh fasilitas yang memadai. Karena itu, dalam hal keterampilan, Kurukulum 1975 ini menggunakan prinsip fleksibilitas yang diukur dari ekosistem, kemampuan pemerintah dan masyarakat serta orang tua dalam penyediaan fasilitas yang memadai.

B. Prinsip Efisiensi dan Efektifitas Waktu sekolah adalah sebagian kecil dari waktu kehidupan murid yang berlangsung selama 24 jam. Dari duapuluh empat jam tersebut hanya sekitar enam jam mereka ada di sekolah. Karena itu jika waktu yang terbatas ini tidak dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan yang seterusnya dilakukan para murid di luar lingkungan hubungan murid guru dan fasilitas pendidikan, berarti akan terjadi pemborosan yang merupakan gejala inefisiensi. Sering kita melihat bahwa waktu dua jam pelajaran digunakan mencatat pelajaran yang mungkin dapat dilakukan oleh murid di luar jam sekolah memperbanyak bahan tersebut, kalau di toko buku bahan yang tidak ada.89

C. Prinsip Kontinuitas Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup. Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah (Pertama dan Atas) adalah sekolah-sekolah umum, yang masing-masing fungsinya dinyatakan dalam tujuan-tujuan institusionil. Namun satu dengan yang lain berhubungan secara hirarkis. Karena itu dalam menyusun kurikulum, ketiga sekolah tersebut selalu diingatkan hubungan hirarkis

87Ibid., hlm.15-18. 88www.idsejarah.net/2014/01/kurikulum-1947-sampai-2006_29.html?m=1. Diakses pada 11 November 2016, pukul 19.00 WIB. 89Soedijarto, dkk. Sejarah Pusat Kurikulum (Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), h. 8.

Page 60: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

48

yang fungsionil pendidikan dasar disusun agar lulusannya, disamping siap untuk berkembang menjadi anggota masyarakat, juga siap untuk mengikuti Pendidikan Menengah Tingkat Pertama, demikian juga dengan Sekolah Menengah Tingkat Pertama di samping memiliki bekal keterampilan untuk memasuki masyarakat kerja, juga harus siap memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Hubungan fungsional hirarkis ini, harus diingat dalam menyusun program-program

pengajaran dari ketiga sekolah tersebut. D. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) menganut prinsip pendidikan seumur hidup. Ini

berarti bahwa setiap manusia Indonesia diharapkan untuk selalu berkembang sepanjang

hidupnya dan di lain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan untuk dapat menciptakan

situasi yang menantang untuk belajar. Prinsip ini mengandung makna, bahwa masa sekolah

bukan satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari

waktu belajar yang akan berlangsung sepanjang hidup.90

Dalam merencanakan Struktur Program Kurikulum, khususnya menentukan perbandingan bobot antar Bidang Studi, Puskur menggunakan model “value contribution technique” yaitu memperbandingkan fungsi dan perbandingan sumbangan yang diberikan oleh mempelajari suatu bidang studi dalam mencapai tujuan pendidikan yang harus dicapai. Oleh karena bidang studi dikelompokkan sesuai dengan fungsinya yaitu Pendidikan Umum, Akademik, dan Keterampilan. Selanjutnya rentang penyajiannya diterapkan dari tahun pertama sampai tahun akhir suatu jenjang. Hasilnya adalah Struktur program kurikulum SD, SMP, dan SMA 1975 seperti tertera berikut.91 Untuk bisa mengetahui bagaimana bentuk dari struktur kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia pada tahun 1975 untuk tingkat SD, SMP, dan SMA, bisa kita lihat bentuknya melalui gambar yang akan dijelaskan di bawah ini. Mulai dari daftar mata pelajaran Sekolah Dasar kelas III, kemudian akan dijelaskan juga struktur program kurikulum SMP, dan struktur program kurikulum SMA pada tahun 1975.

Gambar 4.1 Daftar Mata Pelajaran Sekolah Dasar kelas III

(Sumber : Kurikulum Sekolah Dasar 1975 Garis-garis Besar Pengajaran, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1975)

Pada mata pelajaran Sekolah Dasar kelas III di Kurikulum 1975 terdapat delapan bidang mata pelajaran. Tentunya pada bidang mata pelajaran agama disesuaikan dengan agama yang dianut oleh masing-masing siswa. Kemudian karena Kurikulum 1975 ini bertujuan untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila, maka pendidikan moral pancasila pada Sekolah Dasar kelas tiga

90Ibid., h. 9. 91Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum Sekolah Dasar (SD) 1975Garis-garis Besar Pengajaran (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1975), h. 6

Page 61: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

49

ini dimasukkan dalam bidang pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Namun setelah itu terdapat perubahan, pendidikan moral pancasila merupakan bidang mata pelajaran tersendiri yaitu biasa disebut dengan PMP. Pada bidang studi keterampilan diterapkan prinsip fleksibilitas program, yakni program studi tersebut bersifat fleksibel berdasarkan ketersediaan fasilitas dan sumber daya yang tersedia. 92

Tabel 4.1 Struktur Program Kurikulum SMP

(Sumber: Sejarah Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan

Nasional, 1975) Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu, mulai tahun 1977 Pemerintah mengalihfungsikan sekolah kejuruan tingkat pertama – SMEP, SKKP, dan ST – menjadi SMP. Selama kurun waktu Repelita III, SMEP benar-benar habis dialihfungsikan, sedangkan sejumlah ST dan SKKP, masih tetap dipertahankan keberadaannya sampai menjelang berakhirnya Repelita V, walaupun dalam jumlah yang sangat kecil. Pada akhir Repelita V, ST dan SKKP ini sepenuhnya dialihfungsikan menjadi SMP Plus dan SMP yang ditambah dengan sejumlah muatan keterampilan. Pada struktur pelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kurikulum 1975 terdapat tiga program pendidikan umum dan enam program pendidikan akademik yang wajib diikuti oleh semua siswa. Khusus pada program pendidikan akademik bahasa daerah, diberlakukan pada sekolah yang berada di daerah yang memang masih memerlukan pelajaran bahasa daerah. Jakarta merupakan daerah atau wilayah yang tidak memerlukan pelajaran bahasa daerah, karena bahasa asli dari masyarakat Jakarta itu sendiri merupakan bahasa Indonesia. Dan pendidikan moral pancasila pada tabel struktur diatas masih dimasukkan ke dalam mata pelajaran IPS. Kemudian pada program pendidikan keterampilan dibagi dua, yaitu keterampilan pilihan terikat dan bebas. Pada keterampilan pilihan terikat, siswa dapat memilih salah satu dari tujuh keterampilan, diantaranya; praktik pendidikan kesejahteraan keluarga, teknik, jasa, agraria, maritim, industri, dan kerajinan. Sedangkan keterampilan pilihan bebas meliputi; praktikum ilmu alam, praktikum ilmu hayati, konversasi-diskusi, olahraga prestasi, kesenian, dan usaha kesehatan sekolah.93

92Soedijarto, dkk. op. cit., h. 9. 93Ibid., h. 10.

Page 62: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

50

Tabel 4.2 Struktur Program Kurikulum SMA

(Sumber: Sejarah Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan

Nasional, 1975)

Pendidikan umum yang meliputi pendidikan agama, PMP, olahraga, kesenian, seperti yang sudah tertera pada tabel di atas dikategorikan sebegai mata pelajaran umu yang wajib diikuti oleh semua siswa. Pada tabel struktur program kurikulum SMA ini Pendidikan Moral Pancasila sudah menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, tidak dimasukkan lagi pada mata pelajaran IPS. Selain itu pelajaran yang wajib diikuti oleh semua siswa pada program pendidikan akademik di semester pertama meliputi matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, IPA, dan IPS. Selanjutnya ketika semester dua program pendidikan akademik yang wajib diikuti oleh siswa menjadi matematika, bahasa Indonesia, dan matematika saja. Setelah itu mulai mengambil pelajaran sesuai dengan jurusan yang diambil oleh siswa, seperti jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Masing-masing jurusan memiliki program pendidikan akademik yang berbeda. Jumlah jam pelajaran dalam setiap minggu selama empat semester pertama berjumlah 37 jam, dan pada semester lima dan enam berjumlah 36 jam. Hal ini dikarenakan pada Kurikulum 1975 menggunakan prinsip efektivitas dan efesiensi agar proses belajar berjalan dengan baik dan tidak menyita banyak waktu dari para siswanya.94

94Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional. Sejarah Pusat Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) 1975 (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional 1975), h. 21.

Page 63: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

51

2. Kelemahan Kurikulum 1975 Dari paparan yang sudah dijelaskan pada bagian-bagian sebelumnya, penulis menilai bahwa Kurikulum 1975 ini terlalu membuat guru menjadi sibuk. Guru mempersiapkan semuanya, dari mulai merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan dan mengukur waktu yang akan digunakan dalam proses pengajaran, menyiapkan rumusan Model Satuan Pelajaran dan sebagainya. Model Satuan Pelajaran ini mirip dengan RPP atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di kurikulum saat ini. Contoh dari Model Satuan Pembelajaran tersebut sebagai berikut :

Gambar 4.2 Model Satuan Pelajaran Kurikulum 1975

(Sumber: Ketentuan-Ketentuan Pokok Kurikulum SMA 1975, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1975)

Kelemahan yang lain, kurikulum ini berorientasi pada guru, hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte menonjol digunakan oleh para guru. Kreativitas murid juga kurang berkembang karena didukung oleh konsep kurikulum yang menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan pembelajaran dikelas. Kemudian terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah. Dan kelemahan terakhir, menurut penulis adalah terlalu padatnya kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang, karena buku panduan pengajaran dan pembelajaran yang penulis baca sangat banyak dan terperinci setiap jenjangnya. 3. Kelebihan Kurikulum 1975 Lalu kelebihan dari pelaksanaan Kurikulum 1975 ini adalah kurikulum ini mengarah pada tujuan sehingga fokus dalam pencapaian tujuan dari mulai tujuan umum dan khusus dan agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Kemudian pada tahap evaluasi, tidak lagi berlangsung hanya pada saat akhir semester saja, tetapi evaluasi atau penilaian dapat berlangsung setiap saat dalam proses pengajaran yaitu melalui tujuan instruksional. Lalu kelebihan lainnya adalah menekankan fleksibilitas, yaitu mempertimbangkan faktor-faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program. Kemudian juga menggunakan pendekatan psikolog dan mengarah pada pembentukan tingkah laku siswa. Memiliki prinsip yang berkesinambungan juga.

Page 64: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

52

Tabel 4.3 Kelemahan dan Kelebihan Kurkulum 1975 No. Kelemahan Kelebihan

1. Guru dibuat sibuk Berorientasi pada tujuan

2. Terlalu padatnya isi kurikulum Menggunakan pendekatan psikolog

3. Menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara sentralistik

Menekankan eketifitas dan efisiensi

4. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanannya di sekolah

Prinsip berkesinambungan

5. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik

Mengarah pembentukan tingkah laku siswa

6. Siswa menjadi pasif Menekankan fleksibilitas

7. Kreatifitas murid kurang berkembang Relevans dengan kebutuhan masyarakat

(Sumber : Hasil Analisis Penulis)

Dapat kita ketahui bahwa setiap jenjang tahun kurikulum selalu mengalami perubahan dan memiliki

kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Dari tabel terserbut, kita dapat mengetahui dengan

jelas apa saja kelebihan dan kelemahan dari kurikulum itu sendiri.

Peran Guru dalam Kurikulum 1975

Setiap guru dan petugas-petugas pendidikan lainnya hendaknya benar-benar mendalami setiap tujuan yang telah ditetapkan dapat memahami jenis kegiatan belajar yang perlu direncanakan bagi tercapainya tujuan tersebut. Agar maksud penyusunan rencana kegiatan belajar yang fungsional dan efektif tercapai kurikulum ini mengharuskan setiap guru untuk menggunakan teknik penyusunan program pengajaran yang dikenal dengan PPSI (Prosedur Pengernbangan Sistem Instruksional, Kurikulum 1975 yang telah kami bakukan tersebut meliputi bagian-bagian berikut :

Tabel 4.4 Peran dan Tujuan Guru dalam kurikulum 1975 No Peran Guru Poin Center

1. Pembentukan misi-misi institusional dan struktur program kurikulum yang terdapat pada batang tubuh keputusan menteri.

Institusional yang tertata dalam batang tubuh kementrian dapat mendompleng keteraturan sistem pendidikan.

2. Garis-garis program pengajaran yang meliputi: a. Rumusan tujuan-tujuan kurikuler setiap bidang

pelajaran. b. Tujuan-tujuan institusionil yang secara bertahap harus

dicapai oleh setiap bidang pelajaran. c. Pokok-pokok bahasan untuk setiap bidang pelajaran

yang secara berencana dari tahun-ketahun harus diajarkan.

Kurikulum ini menentukan kepada efesiensi penggunaan dana, daya, dan waktu. Waktu yang tersedia pada jam-jam sekolah dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan belajar untuk mencapai keberhasilan pembelajaran.

3. Memberikan penjelasan umum dalam pelaksanaan pembelajaran, yang berisi beberapa pengertian dan petunjuk bagaimana menggunakan kurikulum tersebut kepada orang tua murid.

4. Memiliki pedoman-pedoman khusus tentang pelaksanaan sistem kurikulum ini untuk setiap bidang pelajaran serta pedoman tentang sistem penilaian, program bimbingan dan penyuluhan, administrasi, dan supervisi pendidikan.

(Sumber: Dokumen Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional, 1975)

Page 65: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

53

Keempat bagian tersebut secara integral harus dipelajari oleh setiap guru, Kepala Sekolah dan petugas-petugas pendidikan lainnya karena dengan mempelajari kesemuanya itu kita akan dapat memahami dan melaksanakan kurikulum ini. Beberapa hal khusus yang ingin kami sampaikan sebagai pengantar kurikulum pada tahun 1975 ini adalah:

a. Kurikulum ini menganut pendekatan yang berorientasi kepada tujuan. lni berarti bahwa setiap guru harus mengetahui secara jelas tujuan yang harus dicapai oleh para siswa di dalam menyusun rencana kegiatan belajar-mengajar dan membimbing siswa untuk melaksanakan rencana tersebut.

b. Kurikulum ini menganut pendekatan integrative dalam arti setiap pelajaran dan bidang pelajaran memiliki arti dan peran yang menunjang tercapainya tujuan-tujuan yang lebih akhir.

c. Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum ini tidak hanya dibebankan kepada mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila di dalam pencapainnya melainkan juga kepada bidang pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Sejarah, Geografi, Ekonomi) dan Pendidikan Agama.

Kurikulum ini menekankan kepada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana, daya, dan waktu. Waktu yang tersedia pada jam-jam sekolah hendaknya dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan belajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak mungkin dilakukan diluar situasi sekolah (guru-murid, serta fasilitas dan media pendidikan). 95

Model Pembelajaran Kurikulum 1975

Model pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 1975 adalah Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional atau PPSI. Munculnya model PPSI dilatarbelakangi oleh beberapa hal sebagai berikut:

a. Pemberlakuan Kurikulum 1975, pasal 10: Metode Penyampaian adalah “Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI)” untuk Pengembangan Satuan Pembelajaran.

b. Berkembangnya paradigma “pendidikan sebagai suatu sistem” maka pembelajaran menggunakan pendekatan sistem (PPSI).

c. Pendidik/guru masih menggunakan paradigma “Transfer of Knowledge” belum pada pembelajaran yang profesional.

d. Tuntutan Kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi, efektivitas dan kontinuitas.

e. Sistem Semester pada Kurikulum 1975 menuntut Perencanaan Pengajaran sampai Satuan Materi Terkecil.

Konsep dari PPSI merupakan sistem intruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistematis dan sistemik, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.96 PPSI digunakan sebagai pendekatan penyampaian Kurikulum 1975 tingkat SD, SMP, SMA untuk mencapai tujuan yang jelas, sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI merujuk pada pengertian sebagai suatu sistem, dimana semua komponen dapat terorganisasi yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Komponen dalam suatu sistem tersebut seperti petunjuk guru, dimana ditujukan sebagai pedoman umum tentang cara penggunaan satuan pelajaran yang bersangkutan, sebagai prasyarat yang menentukan kemampuan yang perlu dikuasai terlebih dahulu oleh siswa sebelum mengikuti suatu satuan pelajaran, jumlah dan pembagian waktu yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pelajaran tersebut. Lalu komponen lainnya seperti tujuan- tujuan instruksional khusus, merumuskan tentang tujuan yang ingin dicapai mulai kegiatan proses

95Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) 1975, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1975), loc. cit. 96Ahmadabas01.blogspot.co.id/2014/02/kurikulum-1975.html?m=1, (diakses pada Sabtu, 19 November 10.30).

Page 66: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

54

pengajaran dengan rumusan se-operasionil dan se-spesifik mungkin sehingga mudah diukur dalam rangka evaluasi. Materi Pelajaran juga merupakan komponen dalam sistem tersebut, yang menetapkan pokok- pokok materi pelajaran yang akan diprogramkan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dan sebaiknya dijelaskan secara singkat tentang pokok- pokok materi tersebut. Komponen lainnya yaitu metode yang digunakan pada Kurikulum 1975 menggunakan pendekatan pembelajaran ekspositori. Pendekatan ekspositori adalah pendekatan pembelajaran yang memandang atau mempersepsikan bahwa proses pembelajaran akan lebih efektif dan memberikan hasil yang optimal, jika guru diposisikan sebagai fokus kegiatan pembelajaran (teacher centered approaches), dimana aktivitas pembelajaran berada pada guru.97 Metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah, dengan menggunakan bagan, tanya jawab dan diskusi, dan pengumpulan tugas. Kurikulum 1975 saat jenjang SD, metode pengajaran pada saat itu hanya berpusat pada guru, siswa hanya duduk dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Guru lebih banyak berperan dalam kelas. Kurilkulum 1975 pada saat SMP, pada saat itu siswa hanya menuliskan materi apa yang guru sampaikan, siswa tidak mempunyai buku pelajaran dan hanya guru mata pelajaran saja yang mempunyai buku pelajaran. Lalu, dalam komponen alat- alat pelajaran, menetapkan alat- alat pelajaran kepustakaan, yang dipergunakan selama proses pengajaran dalam rangka menunjang tercapainya tujuan-tujuan instruksionil yang diinginkan evaluasi yang kesemuanya berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk mecapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan juga merupakan komponen dalam sistem tersebut. PPSI merupakan model pembelajaran yang menerapkan suatu sistem untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisiensi. Ada lima langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI, pertama merumuskan tujuan pembelajaran, menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan hanya ada satu kemampuan/tujuan.98 Kemampuan-kemampuan dan kompetensi harus dirumuskan secara spesifik dan terukur sehingga dapat diamati dan dievaluasi. Kedua, Pengembangan alat evaluasi, menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun item soal untuk setiap tujuan. Dalam model PPSI berbeda dari apa yang biasanya dilakukan, pengembangan alat evaluasi tidak dilakukan pada akhir dari kegiatan pembelajaran, tetapi pada langkah kedua sesudah tujuan pembelajaran khusus ditetapkan. Hal ini didasarkan atas prinsip yang berorientasi pada tujuan (hasil), yaitu penilaian terhadap suatu sistem pembelajaran didasarkan atas hasil yang dicapai. Hasil tersebut tergambar dalam perumusan tujuan pembelajaran pada langkah pertama. Untuk mengecek apakah rumusan tujuan pembelajaran tersebut dapat diukur (dievaluasi) atau tidak, perlu dikembangkan terlebih dahulu alat evaluasinya sebelum melangkah lebih jauh. Dengan dikembangkannya alat evaluasi, mungkin ada beberapa tujuan yang perlu dirubah atau dipertegas rumusannya sehingga dapat dievaluasi. Dalam mengembangkan alat evaluasi ini perlu ditentukan terlebih dahulu jenis-jenis tes dan bentuk-bentuk tes yang akan digunakan. Apakah pilihan ganda (multiple choice), essay, benar-salah, atau menjodohkan. Untuk menilai sejumlah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dapat digunakan satu jenis tes, atau satu bentuk tes, atau dua bahkan tiga jenis dan bentuk tes. Hal ini sangat bergantung pada hakekat tujuan yang akan dicapai. Ketiga, menentukan kegiatan belajar mengajar, merumuskan semua kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan, menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan tempuh, menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa. Dalam menentukan kegiatan belajar mengajar hal yang harus dilakukan:

a. Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

97 Eman Surachman dan Devi Seaptiandini. Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Sosiologi (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2013), h. 19. 98 Harjanto. Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 37.

Page 67: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

55

b. Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar yang perlu ditempuh dan tidak perlu ditempuh lagi oleh siswa.

c. Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa. Pada langkah ini sesudah kegiatan belajar siswa ditetapkan, perlu dirumuskan pokok- pokok materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan jenis kegiatan belajar yang telah ditetapkan. Langkah keempat adalah merencanakan program kegiatan belajar mengajar, setelah langkah satu sampai tiga telah ditetapkan selanjutnya dimantapkan dalam suatu program pembelajaran. Pada langkah ini perlu disusun strategi proses pembelajaran dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis sesuai dengan situasi kelas. Pendekatan dan metode pembelajaran yang akan digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi yang akan disampaikan. Langkah terakhir adalah mengadakan pre- tes, tes yang diberikan kepada siswa adalah tes yang telah disusun pada langkah kedua. Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa, sebelum mereka mengikuti program pembelajaran yang telah disiapkan. Apabila siswa telah menguasai kemampuan yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, maka hal itu tidak perlu diberikan lagi oleh pengajar dalam program pembelajaran yang akan diberikan. Selain itu, menyampaikan materi pelajaran, pada prinsipnya penyampaian materi pelajaran yang harus berpegang pada rencana yang telah disusun pada langkah keempat yaitu “Merencanakan Kegiatan Belajar Mengajar” baik dalam materi, metode, maupun alat yang digunakan. Sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya guru menjelaskan dulu kepada siswa tujuan/kompetensi yang akan dicapai, sehingga mereka mengetahui kemampuan- kemampuan yang diharapkan setelah selesai pelajaran. Lalu, mengadakan post- tes, post- tes diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Tes yang diberikan identik dengan yang diberikan pada tes awal, jadi bedanya terletak pada waktu dan fungsinya. Tes awal (pre-test) berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan tes akhir (post-test) berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai materi pelajaran sesudah pembelajaran dilaksanakan.99

Penutup

Kurikulum merupakan sebuah ruang di mana di dalamnya terjadi pertarungan antarkekuasaan dan antaraktor yang hidup dalam masyarakat untuk memproduksi, sekaligus mereproduksi berbagai pengetahuan yang terkandung dalam bangunan kurikulum tersebut. Kurikulum 1975 adalah kurikulum pertama di Indonesia yang dikembangkan berdasarkan proses dan prosedur yang didasarkan pada teori pengembangan kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah, dengan menggunakan bagan, tanya jawab dan diskusi, dan pengumpulan tugas. Kurikulum 1975 saat jenjang SD, metode pengajaran pada saat itu hanya berpusat pada guru, siswa hanya duduk dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Guru lebih banyak berperan dalam kelas. Kurilkulum 1975 pada saat SMP, pada saat itu siswa hanya menuliskan materi apa yang guru sampaikan, siswa tidak mempunyai buku pelajaran dan hanya guru mata pelajaran saja yang mempunyai buku pelajaran.

99 Ahmadabas, Op. Cit.

Page 68: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

56

Skema 4.2 Orientasi Kurikulum 1975

(Sumber: Hasil Analisis Penulis)

Daftar Pustaka

Buku :

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional. Sejarah Pusat Kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA) 1975. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional 1975.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum Sekolah Menengah Atas

(SMA)1975. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1975. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum Sekolah Dasar (SD) 1975 Garis-garis Besar

Pengajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1975. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ketentuan-Ketentuan Pokok Kurikulum SMA 1975.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1975. Soedijarto, dkk. Sejarah Pusat Kurikulum. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional, 2010. Sardiman, AM dan Rhoma Dwi Aria Yuliantri. Dinamika Pendidikan Pada Masa Orde Baru.

Yogyakarta: Laporan Penelitian Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, 2012.

MBO

(Management

By Objective)

Tujuan Pendidikan Nasional

1. Membentuk manusia pembangunan yang ber-

Pancasila dan membentuk manusia Indonesia

yang sehat jasmani dan rohani.

2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan.

3. Dapat mengembangkan kreativitas dan

tanggung jawab.

4. Dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh

tenggang rasa.

5. Dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi

dan disertai budi pekerti yang luhur.

6. Mencintai bangsanya dan mencintai sesama

manusia.

Kurikulum

1975

a. Tujuan instruksional umum (TIU)

b. Tujuan instruksional khusus (TIK)

c. Materi pelajaran, alat pelajaran

d. Kegiatan belajar-mengajar

e. Evaluasi.

Page 69: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

57

Surachman, Eman dan Devi Seaptiandini. Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Sosiologi. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2013.

Lain-lain : Dedi Hendriana, Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia, diakses melalui

https://dedihendriana.files.wordpress.com/2014/11/sejarah-perkembangan_kurikulum_di-indonesia.pdf, diakses pada Sabtu 19 November 2016, pukul 13.00 WIB.

Harjanto. Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). www.idsejarah2016.net/2014/01/kurikulum-1947-sampai-2006_29.html?m=1. Diakses pada 11

November, pukul 19.00 WIB. S. Hamid Hasan, Perkembangan Kurikulum : Perkembangan Ideologis dan Teoritik Pedagogis (1950 –

2005), diakses melalui http://www.geocities.Ws/konferensinasional sejarah/s_hamid_ hasan.pdf, diakses pada Sabtu 19 November 2016, pukul 13.03 WIB.

Samsuri, Kurikulum Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan: Dari Politik Rezim ke Politik Negara

untuk Membangun Negara Yang Ideal, diakses melalui http: // staff. uny. ac. id/ sites/ default/ files/ pengabdian/dr-samsuri-spd-mag/kurikulum-ppkn-dari-politik-rezim-ke-poitik-negara-untuk-membangun-warga-negara-ideal- makalah- ikapi-. pdf, diakses pada Sabtu 19 November 2016, pukul 13.18 WIB.

Sayidiman Suryohadiprojo, Hilangnya Pendidikan Pancasila Dari Struktur Kurikulumm KBK dan KTSP,

diakses melalui http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=1294, diakses pada Sabtu 19 November 2016, pukul 13.30 WIB.

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perekonomian_indonesia/bab1-

sistem_perekonomian_indonesia.pdf, diakses pada Sabtu, 19 November 2016, pukul 19.00 WIB.

Ahmadabas01.blogspot.co.id/2014/02/kurikulum-1975.html?m=1, (diakses pada Sabtu, 19

November 10.30).

Page 70: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

58

Bab 5

Perkembangan Kurikulum 1984

Aulia Daie Nichen, Dini Auliya, Indrawati, Nur Fiandina Nabila, Rahmi Yunita

Pendahuluan

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas area pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Kurikulum merupakan seperangkat alat belajar-mengajar yang bersifat dinamis.100 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kurikulum ialah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.101 Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa adanya kurikulum yang sesuai maka akan sulit untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan Indonesia, perubahan dan perbaikan kurikulum telah terjadi sebanyak sepuluh kali hingga saat ini. Namun, pada pembahasan kali ini, tim penulis akan memfokuskan pada perubahan kurikulum tahun 1984. Menurut Soetopo dan Soemanto, pengertian perubahan kurikulum agak sukar untuk dirumuskan dalam suatu definisi. Suatu kurikulum disebut mengalami perubahan apabila terdapat adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara dua periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang disengaja.102

Perlu kita pahami, bahwa sekolah didirikan untuk membimbing peserta didik agar berkembang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ini berarti titik sentral kurikulum adalah anak didik itu sendiri. Perkembangan anak didik hanya akan tercapai apabila dia memperoleh pengalaman belajar melalui semua kegiatan yang disajikan sekolah, baik melalui mata pelajaran ataupun kegiatan lainnya. Oleh karena itu seperti yang dikatakan Zais, kurikulum sebagai suatu rencana pembelajaran harus bermuara pada perolehan pengalaman peserta didik yang sengaja dirancang untuk mereka miliki. Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Makna dapat hidup di masyarakat itu memiliki arti luas, yang bukan saja berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk menginternalisasi nilai atau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat, akan tetapi juga pendidikan harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka. 103

Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi. Oleh karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984 atau disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan berlaku dari tahun 1984 sampai 1993, yakni selama 10 tahun. Asumsi yang mendasari pengembangan kurikulum 1984 ialah bahwa kurikulum merupakan wahana belajar-mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai dan dikembangkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan masyarakat. Dengan adanya perkembangan di masyarakat, secara periodik kurikulum akan berubah dalam arti menyesuaikan dengan kondisi masyarakat, walaupun perubahannya tidak selalu mendasar.

100Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Prenada Media Group, 2008), hlm. 5. 101http://kbbi.co.id/arti-kata/kurikulum. 102Soetopo dan Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan (Bumi Aksara, 1991), hlm. 38. 103 Ibid, hlm. 9-10.

Page 71: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

59

Pergantian kurikulum ini didasarkan pada ketetapan MPR No.II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menegaskan bahwa sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang, yang memerlukan beberapa jenis keahlian dan keterampilan serta sekaligus meningkatkan kreativitas, mutu dan efisiensi kerja. Serta yang didasarkan atas aspirasi dan kepribadian Bangsa Indonesia demi penghayatan dan pengamalan kehidupan kenegaraan yang demokratis konstitusional berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.104Selain itu, revisi Kurikulum dari tahun 1975 yang sudah berlangsung 9 tahun lamanya ke Kurikulum 1984 didasarkan juga pada TAP MPR NO.IV/MPR/1978 tentang Pendidikan Pancasila sebagai pelajaran yang wajib. Kurikulum 1984 ini pada umumnya bertujuan untuk membentuk manusia pembangunan dengan berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Ini merupakan fase penting dalam perkembangan Kurikulum 1984. Untuk lebih jelasnya tergambar pada skema dibawah ini!

Skema 5.1 Fase-fase Penting pada perkembangan Kurikulum 1984

Sumber : Hasil Analisa Penulis (2016)

Tahun 1984 pemerintah mencanangkan gerakan Wajib Belajar Enam tahun, yang berarti bahwa semua anak usia sekolah harus menyelesaikan pendidikan minimal sampai dengan tingkat SD. Usaha pemerintah Orde Baru untuk memperluas kesempatan memperoleh pendidikan dasar mulai terwujud pada tahun 1973. Dengan uang tersedia pada pemerintah pada waktu itu digunakan untuk pemerataan pembangunan antara lain melalui INPRES No. 10 Tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar. Selanjutnya usaha yang telah dimulai pada tahun terakhir Pelita I ini kemudian dilanjutkan pada Pelita II yang dengan jelas merumuskan perluasan kesempatan belajar sekolah dasar sebagai salah satu prioritas pembangunan bidang politik. 105

Kurikulum yang terus berubah bertujuan untuk memperbaiki dan memperbaharui dalam proses penyempurnaan kurikulum yang sebelumnya agar sesuai dengan tantangan masa depan yang terus maju. Secara umum, isi dari kurikulum 1984 mengarah pada orientasi pelajaran yang menekankan pada keseimbangan antara kognitif, keterampilan, sikap, antara teori dan praktik, menunjang akan tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Kualifikasi lulusan lebih jelas dan terarah pada lapangan pekerjaan tertentu.

104Kurikulum 1984, Dokumentasi Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan (Jakarta, 1984) 105 Tillaar. Lima Puluh Tahun Pebangunan Pendidikan Nasional 1945-1995 : Suatu Analisia Kebijakan (Jakarta: PT. Grasindo, 1995), hlm. 59.

Page 72: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

60

Untuk memperdalam tujuan tulisan, tulisan ini akan dibagi kedalam beberapa sub pokok pembahasan. Pertama, menjelaskan mengenai pendahuluan, pada bagian ini yang dibahas yaitu gambaran umum tentang kurikulum Kurikulum 1984 dan sebagai pengantar dalam tulisan ini. Kedua, membahas mengenai konteks sosial, politik, dan ekonomi sebagai latar belakang lahirnya Kurikulum 1984. Ketiga, pada bagian ini akan menjelaskan dan mendeskripsikan mengenai struktur dan isi pada Kurikulum 1984. Keempat, menjelaskan mengenai peran guru di sekolah dalam Kurikulum 1984. Kelima, pada bagian ini akan membahas mengenai metode dan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Keenam, menjelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan dalam Kurikulum 1984. Terakhir, penutup, menjelaskan kesimpulan dari tulisan yang telah dibahas sebelumnya. Data-data yang diperoleh tim penulis dalam tulisan ini diperoleh dengan melakukan kajian pustaka. Dengan sumber bahan yang berasal dari buku, jurnal, dan pedoman Kurikulum 1984 yang diperoleh dari PUSKURBUK (Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan).

Konteks Sosial, Politik, dan Ekonomi

Rezim Orde Baru merupakan rezim yang sangat lama eksistensinya di Indonesia. Rezim tersebut berhasil mempertahankan status quo nya selama hampir 32 tahun. Namun, tentu di dalamnya terdapat gejolak yang tak sedikit mempegaruhi jalannya bangsa Indonesia. Kondisi ini pun mempengaruhi segala aspek yang ada di Indonesia, termasuk pendidikan. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Rezim Orde Baru kala itu dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi maupun politik. Termasuk di dalamnya kebijakan di bidang pendidikan. Kebijiakan pendidikan pun tak luput dari pengaruh kondisi Indonesia kala itu. Termasuk di dalamnya terdapat kepentingan rezim.

Kurikulum 1984 merupakan kurikulum yang lahir sesuai pada tahunnya dan tidak lepas dari kepentingan rezim orde baru kala itu. Sebelum lahirnya kurikulum 1984 ini, kondisi bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah proses menuju keajegan yang dilakukan oleh orde baru. Pada periode atau kurun waktu 1966-1980 bisa dikatakan sebagai tahapan dari era konsolidasi Orde Baru dan Soeharto. Sebagai upaya untuk menggantikan posisi Soekarno, kemunculan dari Jendral Soeharto yang bahkan sebelumnya tidak dikenal, menjadi aktor yang cukup berperan dalam perubahan tatanan politik pasca peristiwa 65. Namun pada awalnya perubahan yang dilakukan oleh Jendral Soeharto tidaklah cukup radikal. 106 Pada awal kemunculannya, rezim ini cenderung tidak cukup radikal dengan adanya kebebasan di dalam hal demokrasi. Atau dapat dikatakan sebagai semi kebebasan. Jadi ada awal orde baru langgam otoritarian yang dibawa oleh Soekarno diganti langgam libertarian.107 Harapan ini muncul beriringan dengan munculnya organisasi masyarakat yang kritis. Namun, ini harus berakhir tatkala pemilu 1971 memenangkan golkar yang otomatis melanggengkan kekuasan orde baru secara legal. Langgam libertarian atau semi libertarian hanya untuk sementara, yakni sampai ditemukan format baru politik Indonesia lewat pemilu 1971. Tetapi, pemilu tersebut tidak berjalan demokratis, dan DPR hasil pemilunya pun lumpuh di bawah cengkraman Pemerintah108. DPR pada rezim tersebut cenderung menjadi boneka Pemerintah dan takut terhadap pemerintah. Karena memang isi dari DPR tersebut merupakan pilihan dari Pemerintah itu sendiri, sehingga DPR loyal terhadap Pemerintah. Suasana liberal tersebut berlangsung hanya sebatas masa transisi belaka. Tujuannya adalah untuk membangun citra positif Soeharto di awal kepemimpinannya. Pada masa liberal itu juga lah kebebasan pers dijamin serta banyak muncul organisasi politik.

106Dwi Wahyono Hadi, Gayung Kasuma. Propaganda Orde Baru 1966-1980. Verleden, Vol. 1, No.1 Hal: 40 107 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia (Jakarta : Rajawali Pers, 2011) Hal: 213 108 K.H Firdaus A.N, Dosa-Dosa Politik Orde Lama dan Orde Baru Yang Tidak Boleh Terulang Lagi Di Era Reformasi (Jakarta: Al-Kautsar, 1999), hlm. 46.

Page 73: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

61

Pada awal kehadirannya, rezim ini mempunyai banyak pekerjaan rumah yang harus membenahi bangsa yang pada saat itu dalam kondisi terpuruk baik secara politik maupun secara ekonomi. Kala itu, Indonesia mengalami chaos politik dan lumpuhnya ekonomi Negara yang disebabkan oleh laju inflasi yang fantastik.109 Maka, strategi pembangunan ekonomi kala itu berorientasi pada “Pertumbuhan”, yakni strategi yang menekankan bahwa pembangunan berula dari pertumbuhan ekonomi yang disuntikkan pada teknologi dan penanaman modal asing.110 Maka, semenjak dari itu Indonesia membuka pintu seluas luasnya bagi asing yang ingin menanam modal di Indonesia. Namun, harus ada jaminan untuk asing dalam menanamkan modalnya. Jaminan tersebut adalah adanya stabilitas nasional. Maka, rezim orde baru menerapkan langgam otoritarian untuk menekan segala pemberontakan serta untuk menguatkan integrasi nasional. Sehingga asing pun dapat percaya menanamkan modalnya di Indonesia. Barulah pada awal 1980-an muncul harapan baru di tengah-tengah masyarakat. Harapan ini muncul dikarenakan beberapa faktor, yaitu: Pertama, terjadinya perbaikan struktur sosial-ekonomi masyarakat sebagai hasil konkret pembangunan Orde Baru dalam kerangka stabilitas. Kedua, pembangunan Orde Baru yang menghasilkan disparitas ekonomi dan politik, secara ironis berperan pula menumbuhkan kesadaran baru pada masyarakat bawah yang termarjinalisasi oleh proses pembangunan beserta hasilnya. Ketiga, adanya perimbangan dan komposisi baru dalam tataran elit politik negara, potensial menyegarkan pendekatan negara terhadap masyarakat dan kantong-kantong oposisi di dalamnya. Keempat, pembangunan beserta transformasi struktural dibidang sosial dan ekonomi telah pula berperan dalam melakukan pendewasaan budaya politik dalam tataran negara dan masyarakat. Kelima, terjadinya perubahan-perubahan besar dalam politik internasional pada gilirannya ikut membantu mendesakkan agenda demokratisasi bagi masyarakat-masyarakat domestik, termasuk Indonesia.111 Kondisi tersebutlah yang juga melatarbelakangi lahirnya kurikulum tahun 1984. Kondisi dimana Indonesia sedang di bawah tekanan rezim, sedangkan di sisi lain dunia internasional menuntut kondisi Indonesia agar lebih demokratis. Namun harus diakui bahwa pada masa ini, kurikulum tidak hadir dengan latar belakang ekonomi, sosial dan yang lainnya, melainkan murni karena produk politik. Pemerintah memperlakukan kurikulum sebagai suatu seremoni politik dan hanya ketika terjadi tuntutan politik lah maka kurikulum baru berubah. Faktor lain yang telah dikemukakan selain politik tidak mampu menyentuh perubahan kurikulum.112 Faktor ekonomi kala itu sudah cenderung meningkat. Sehingga, perubahan kurikulum tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Namun, keadaan atau kepentingan politik lah yang kemudian melahirkan sebuah kurikulum1984, yang nanti pada gilirannya perubahan kurikulum menjadi sikulus sepuluh tahunan di Indonesia. Pendewasaan politik yang dirasakan oleh masyarakat kala itu tidak berarti apa-apa. Pada kenyataannya, masyarakat tidak punya kekuatan politik yang berarti lebih. Meskipun sudah ada beberapa kantong-kantong kritis di masyarakat kala itu. Hubungan antara Negara dengan masyarakat menjadi lebih lebar jaraknya. Masyarakat menjadi teralienasi pada saat terbentuknya pola rezim orde baru kala itu. Peran Negara menjadi sentralistik dalam mengambil keputusan. Keadaan ini adalah hasil akumulasi dari berbagai faktor, antara lain: (1) kemenangan demi kemenangan mutlak Golkar dalam Pemilu yang memberi legitimasi politik yang makin kuat kepada negara; (2) dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasi,

109Ibid, hlm. 205. 110 Moh. Mahfud MD, Op.Cit., hlm.207. 111Lutfi Wahyudi, Demokrasi Orde Baru Sebuah Catatan Bagi Masa Depan Demokrasi di Indonesia. Jurnal Sosial-Politika, Vol. 6, No. 11, Juli 2005. hlm. 8. 112 S. Hamid Hasan, Perkembangan Kurikulum: Perkembangan Ideologis Dan Teoritik Pedagogis (1950 – 2005), hlm.23.

Page 74: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

62

depolitisasi dan institusionalisasi; (3) dipakainya pendekatan keamanan; (4) intervensi negara terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan kepada negara untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi; (5) tersedianya sumber pembiayaan pembangunan baik dari eksploitasi minyak bumi dan gas serta dari komoditas non-migas dan pajak domestik, maupun yang berasal dari bantuan luar negeri; dan (6) sukses Orde Baru dalam menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensial muncul karena sebab structural.113 Peran Negara yang semakin kuat mengindikasikan pada saat itu Negara Indonesia sudah berada pada posisi menuju Negara yang integralistik. Konsep Negara integralistik itu sendiri secara historis di Indonesia dikemukakan oleh Soepomo pada pidatonya di rapat BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945.114 Negara yang dikonsepkan oleh Soepomo kala itu terlihat jelas pada masa kepemimpinan orde baru. Kantong-kantong kritis di masyarkat di bungkam, sehingga menimbulkan kelanggengan kekuasaan ole horde baru. Konsep Negara integralistik itu sendiri sebenarnya konsep Negara yang sangat sentralistik ke Negara. Negara berusaha menyatukan semua elemen yang ada di masyarakat guna mempersatukannya dengan otoritas Negara. Sehingga, tidak ada yang boleh individualis di dalamnya. Paham individualistik pada konsep Negara ini menjadi sebuah konsep yang haram ada di Negara tersebut. Begitupun dengan di Indonesia kala itu. Menuntut hak sendiri terhadap Negara dan mempertanyakan batas wewenang Negara dinilai sebagai individualism dan egoism serta sebagai tanda kurang berpartisipasinya dalam suasana rohani yang merupakan ikatan kesatuan integral itu.115 Begitu pun pada masa orde baru, terlebih setelah tahun 1971 dimana format kekuasaan sudah terlihat jelas. Kepentingan politik ini di dalam kurikulum 1984 adalah untuk melanggengkan kekuasaan dari rezim orde baru. Kepentingan politik ini direalisasikan lewat penanaman ideology yang sangat intensif pada proses pembelajaran di kurikulum 1984. Pendidikan idiologi dalam kurikulum 1984 tetap menjadi warna yang dominan dalam kurikulum.116 Dalam hal ini, tidak banyak yang berubah dari kurikulum. Namun, lebih banyak ditekankan lagi pada kurikulu 1984. Penekanannya tidak lain dan tidak bukan untuk melanggengkan kekuasaan. Pendidikan ideologi dalam kurikulum 1984 tetap menjadi warna yang dominan dalam kurikulum. Pemerintah menetapkan Pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dalam kurikulum sejak SD sampai ke perguruan tinggi. Dalam TAP MPR Nomor IV/MPR/1978 ditetapkan Pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dan diarahkan untuk menumbuhkan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945. Berdasarkan TAP MPR Nomor II/MPR/1978 ditetapkan pula Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sebagai “penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap warganegara Indonesia, setiap penyelenggara Negara serta setiap lembaga kenegaraan dan kemasyarakatan, baik di Pusat mau pun di Daerah dan dilaksanakan secara bulat dan utuh.”117 Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4) dan juga dinamakan Ekaprasetia Pancakarsa ditetapkan sebagai bagian dari Pendidikan Pancasila melalui TAP MPR Nomor II/MPR/1983. Kuirikulum 1984 tersebut hadir dalam kondisi Indonesia di atas. Kondisi dimana keadaan rezim sudah mulai terbentuk dan mulai untuk melanggengkan kekuasaannya. Kekuasaan dan kurikulum (Pendidikan) sangat erat kaitannya. Relasi antara kekuasaan dengan pengetahuan dibahas lebih rinci di dalam karya Michel Foucaultyang berjudul Power and Knowledge. Di dalam karyanya tersebut, Foucault berusaha membongkar hubungan antara kekuasaan dan Pengetahuan. Menurutnya, tidak ada hubungan kekuasaan tanpa ketentuan korelatif dari suatu bidang Pengetahuan, juga tidak ada

113 Lutfi Wahyudi, op.cit., hlm. 29. 114 Franz Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm. 89. 115Ibid, hlm.95. 116Ibid. 117 S. Hamid Hasan, op.cit., hlm. 23.

Page 75: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

63

pengetahuan yang ada tidak mempersyaratkan dan membentuk pada waktu yang sama pada suatu hubungan Kekuasaan.118 Artinya, menurut Foucault kekuasaan dan pengetahuan merupakan dua hal yang sangat erat korelasinya. Konsep kekuasaan dalam Pemikiran Foucault adalah sebuah strategi. Ia tidak dapat dilokalisasi, melainkan menyebar dimana mana. Lebih lanjut lagi, Foucault menyebutkan beberapa tesis tentang kekuasaan :

“Pertama, Kekuasaan bukanlah hak milik, tetapi sebagai strategi seseorang/kelompok dalam mengendalikan kelompok lainnya… kedua, kekuasaan tidak dapat dilokalisasi, tetapi terdapat dimana mana… Ketiga, kekuasaan tidak selalu bekerja melalui penindasan dan represi, tetapi terutama melalui normalisasi dan regulasi…keempat, kekuasaan tidak bersifat destruktif melainkan produktif…”119

Dari pernyataan diatas Foucault dengan jelas menyatakan bahwa kekuasaan merupakan strategi dalam mengendalikan kelompok lainnya. Dalam hal ini, pengetahuan menjadi sarana dari kekuasaan untuk melanggengkan kuasanya. Juga dalam bentuk regulasi beserta regulasi. Wujud konkret dari pelanggengan kekuasaan adalah dalam hal regulasi dari pengetahuan itu sendiri. Ia adalah kurikulum. Kurikulum hadir sebagai wujud dari kekuasaan yang disebar dan bersifat produktif bagi siswa. kurikulum sebagaimana kita ketahui adalah regulasi dari pendidikan dan sifatnya adalam menyebar tidak terlokalisasi atau dikhususkan pada suatu tempat. Otomatis, kurikulum menjadi sarana yang efektif bagi kepentingan kekuasaan.

Kaitannya dengan kurikulum 1984 adalah bahwa kurikulum tersebut juga merupakan sarana dari kekuasaan kala itu untuk menyebarkan kuasanya. Kurikulum 1984 yang hadir dalam kondisi rezim yang sudah terbentuk membuat kurikulum ini menjadi senjata ampuh untuk menyebarkan kekuasaan sebagaimana konsep kekuasaan Foucault. Karena pada kurikulum ini, pelajaran yang berkaitan dengan Nasionalisme ditekankan dari jenjang Taman Kanak-kanak. Ini membuktikan bahwa rezim orde baru kala itu tidak ingin kehilangan momen untuk melanggengkan kekuasaannya. Dan cara yang paling efektif adalah dengan regulasi, terutama regulasi pendidikan yang merupakan bentuk kekuasaan yang bentuknya tidak penindasan melainkan dengan bentuk produktif.

Pembangunan ekonomi juga perlu dibarengi dengan pembangunan pendidikan guna memajukan pendidikan di Indonesia. Hal ini bisa ditempuh dengan pembangunan perkembangan sekolah di Indonesia yang akan meningkatkan jumlah murid untuk secara sadar melaksanakan kewajibannya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan membuka lapangan pekerjaan bagi peningkatan jumlah guru. Rencana pembangunan lima tahun yang digagas pada masa orde baru melihatkan hasil yang sangat signifikan dalam perkembangan jumlah sekolah, murid, dan guru yang ada di Indonesia pada Repelita III di tahun 1983/1984 dan Repelita IV di tahun 1984/1985 yang pada masa ini sudah mulai diberlakukannya Kurikulum 1984. Untuk lebih jelasnya, data perkembangan jumlah sekolah, murid, dan guru ada pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia dalam Tabel 1. Dibawah ini.

118 Novella Parchiano, Sejarah Pengetahuan Michel Foucault dalam ‘Epistemologi Kiri’ (Yogyakarta: AR-RUZZ Media, 2015), hlm. 181. 119 Rakhmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.164.

Page 76: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

64

Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru di Setiap Jenjang Pendidikan TK, SD, SMP, dan SMA pada tahun 1983-1985

No.

Jenjang Sekolah Repelita III th. 1983/1984 Repelita IV th. 1984/1985

Sekolah Murid Guru Sekolah

Murid Guru

1. Taman Kanak-Kanak (TK)

23.836 1.220.686 46.228 25.372 1.233.793 56.489

2. Sekolah Dasar ( SD) 129.388 25.804.380

925.834 136.706

25.567.688 986.638

SD Negeri 119.289 23.708.399

851.447 126.705

25.556.810 911.341

SD Swasta 10.099 2.095.981 74.387 10.001 2.010.878 75.297

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

14.172 4.676.139 267.651

15.250 5.101.738 300.434

SMP Negeri 4.902 2.583.410 121.094 5.498 2.854.523 121.094

SMP Swasta 9.270 2.092.729 146.557 9.752 2.247.215 164.414

4. Sekolah Menengah Atas (SMA)

4.458 1.770.891 116.568 4.979 1.940.263 133.308

SMA Negeri 996 732.911 35.463 1.132 799.274 40.255

SMA Swasta 3.462 1.037.980 81.105 3.847 1.140.989 93.053

Sumber : Buku Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia (1996)

Analisis Isi Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 diberlakukan atas dasar Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0461/U/1983 tanggal 22 Oktober 1983 tentang Perbaikan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Upaya pengembangan kurikulum ini diadakan secara bertahap, mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 1984/1985 yang dilanjutkan dengan upaya pemantapan secara terus menerus. Penyempurnaan kurikulum 1984 meliputi empat aspek yaitu: (1) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri; (2) Penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum; (3) Pemilihan kemapuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik; dan (4) Pelaksanaan pembelajaran yang mengarah pada ketuntasan belajar dan disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing anak didik.

Pada dasarnya, struktur kurikulum pada tahun 1984 merupakan penyederhanaan dari isi kurikulum pada tahun sebelumnya yang sudah diterapkan yaitu pada tahun 1975. Struktur dan isi pada kurikulum 1984 ini, lebih disederhanakan dan menekankan pada ketercapaian tujuan dengan lebih terarah dan organisasi pelaksanaannya yang lebih mengarahkan pada penyederhanaan materi setiap

Page 77: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

65

matapela jarannya sehingga mencakup materi yang penting saja. Dengan berkurangnya materi pelajaran makan akan memungkinkan untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar dengan lebih baik. Struktur dan ini pada kurikulum 1984 disetiap jenjangnya dari mulai SD, SMP, SMA, SMK menekankan agar siswa menjadi manusia pembangunan dan warga negara Indonesia dengan berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945 dan menyiapkan bekal pada kemampuan yang diberikan kepada siswanya untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta memebrikan bekal keterampilan dasar untuk bisa memasuki kehidupan di masayarakat sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

Dalam kurikulum 1984, dijenjang SD dilaksanakan selama 6 tahun dengan tiga caturwulan SMP, SMA, serta SMK dilaksanakan selama 3 tahun lamanya dengan terdiri dari dua semester. Struktur isi pada kurikulum 1984 lebih diarahkan pada tema pembenahan dan pengembangan kurikulum yang dianut ialah perubahan pola, penyederhanaan bahan kurikulum dan pendekatan yang lebih sesuai dengan kondisi pembangunan pendidikan. Pada pembagian struktur program kurilum tingkat SD mencakup 11 bidang studi yaitu: (1) Pendidikan Agama; (2) Pendidikan Moral Pancasila; (3) Pendidikan Sejaran Perjuangan Bangsa; (4) Bahasa Indonesia; (5) Ilmu Pengetahuan Sosial; (6) Matematika; (7) Ilmu Pengetahuan Alam; (8) Olahraga dan Kesehatan; (9) Pendidikan Kesenian; (10) Keterampilan Khusus; dan (11) Bahasa Daerah.

Setiap jenjang pendidikan di Kurikulum 1984 ini Pendidikan Moral Pancasila menjadi program mata pelajaran tersendiri yang program wajib untuk diberikan kepada siswa. Pada Kurikulum 1984, program pendidikan SMP terdiri dari program Pendidikan Umum, Program Pendidikan Khusus, dan Program Pendidikan Keterampilan dengan jumlah 12 mata pelajaran. Pada jenjang SMA, lingkup program SMA terdiri dari program inti dan program pilihan. Program inti adala program yang wajib diikuti oleh semua siswa dan terdiri dari 15 mata pelajaran sedangkan pada program pilihan ini ialah program yang disediakan untuk siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya masing-masing dan diarahkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, mata pelajaran pada program inti ini lebih bervariasi menurut program masing-masing.

Program piihan pada struktur dan isi Kurilum 1984 terdiri dari program pilhan A dan B. program pilihan A terdiri dari A1) program Ilmu-Ilmu Fisik, A2) Program Ilmu-ilmu Biologi, A3) Program Ilmu-ilmu Sosial, A4) Program Pengetahuan Budaya, dan A5) Program Ilmu-ilmu Agama. Sedangkan program pilihan B sebagai sarana untuk menampung minat, bakat, dan kemampuan siswa. Tetapi program pilihan B ini tidak bisa dilaksanakan, hal ini sebagai akibat dari kondisi SMA di Indonesia yang bervariasi dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang memadai, peralatan yang cukup, dan guru yang cukup.

Gambar 5.1 Kegiatan di Laboratorium yang dilakukan siswa pada program Ilmu-ilmu Fisika

Sumber : Buku Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia (1996)

Page 78: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

66

Penyusunan struktur dan isi dalam Kurikulum SMK 1984 disusun agar lulusannya dapat masuk lapangan kerja dan dimungkinkan untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Kurikulum SMK disusun dengan mengacu pada klasifikasi jabatan tingkat menengah yang ada dan yang diperkirakan akan dibutuhkan dalam masyarakat. Program pendidikan SMK dikategorikan menjadi 6 kelompok, yaitu: 1) Kelompok Pertanian, 2) Kelompok Rekayasa, 3) Kelompok Usaha dan Perkantoran, 4) Kelompok Kesehatan dan Kemasyarakatan, dan 6) kelompok Budaya. Program pendidikan pada SMK disebut program studi dan terdiri dari program inti dan program pilihan.

Didalam Kurikulum 1984 disetiap jenjang sekolah program kurikuler berisi kegiatan yang meliputi kegiatan intrakulikuler, kokurikuler, dan ekstrakulikuler. Kegiatan intrakulikuler merupakan kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan di sekolah sesuai dengan struktur program kurikulum yang berlaku unutuk mencapai tujuan minimal tiap mata pelajaran. Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran intrakulikuler yang bertujuan agar murid lebih mendalami dan menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intrakulikuler. Bentuk kegiatan kokurikuler adalah mempelajari buku tertentu, pencatatan sederhana, karya tulis, serta merencanakan dan membuat suatu yang hanya berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran intrakulikuler dan kokurikuler termasuk kegiatan pada waktu libur. Contohnya Pramuka, Palang Merah Remaja, drama, musik, memahat patung, dan kegiatan sesuai hobi.

Gambar 5.2 Salah satu contoh kegiatan ekstrakulikuler pada tahun 1984

Sumber : Buku Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia (1996)

Pada setiap jenjang di Kurikulum 1984 dari SD sampai SMK program BK (Bimbingan Karier) merupakan titik berat proses Bimbingan Penyuluhan (BP). BK bertujujan agar murid memahami keadaan dan kemampuan dirinya, lingkungan, dan dunia kerja; mengembangkan rencana dan kemampuan untuk menentukan masa depan baik melalui program pilihan yang ada di SD; maupun pendidikan lanjutan atau pilihan kerja yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki murid. BK dilaksanakan oleh petugas BP atau guru yang ditunjuk menangani kegiatan kokurikuler. Sedangkan BP berupa bimbungan belajar dan penyuluhan terhadap individu murid yang dilakukan bagi murid yang membutuhkan.

Page 79: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

67

Gambar 5.3 Salah satu kegiatan bimbingan yang dilakukan guru BP di SMP

Sumber : Buku Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia (1996)

Penjabaran alokasi waktu dan jumlah mata pelaja Kurikulum SMP 1984 dimana jumlah jam per minggu pendidikan umum untuk setiap kelas adalah 9 jam untuk semester ganjil dan 11 jam untuk semester genap. Jumlah jam per minggu pendidikan akademia untuk setiap kelas adalah 25 jam untuk semester ganjil dan 23 jam untuk semester genap dan ditambah 2 jam bila sekolah memberikan pelajaran Bahasa Daerah. Pada pendidikan keterampilan jam pelajaran dimuat selama 4 jam untuk semua jenjang kelas di SMP. Jumlah jam per minggu pendidikan keterampilan untuk semua kelas baik semseter ganjil dan genap adalah 24 jam. Dimana untuk setiap 1 jam pelajaran waktunya adalah selama 45 menit.

Pada struktur Kurikulum SMP 1984 dimana jumlah jam per minggu pendidikan umum untuk setiap kelas adalah 9 jam untuk semester ganjil dan 11 jam untuk semester genap. Jumlah jam per minggu pendidikan akademia untuk setiap kelas adalah 25 jam untuk semester ganjil dan 23 jam untuk semester genap dan ditambah 2 jam bila sekolah memberikan pelajaran Bahasa Daerah. Pada pendidikan keterampilan jam pelajaran dimuat selama 4 jam untuk semua jenjang kelas di SMP. Jumlah jam per minggu pendidikan keterampilan untuk semua kelas baik semseter ganjil dan genap adalah 24 jam. Dimana untuk setiap 1 jam pelajaran waktunya adalah selama 45 menit. Susunan program pengajaran dalam Kurikulum SMA tahun 1984 dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan. Pada program inti yang telah ditetapkan memiliki jumlah 134 kredit dengan jumlah 15 mata pelajaran yang wajib. Pada program pilihan IImu Biologi, Fisika, Budaya, dan Sosial Jumlah beban belajar (kredit) untuk semua mata pelajaran di setiap jenjang kelasnya adalah 222 kredit. Sistem kredit yang berlaku di SMA ini ialah satu jam pelajaran tatap muka dalam kegiatan belajar-mengajar ditambah 30 menit pemberian tugas rumah. 120

120Wardiman Djojonegoro, Lima Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Depdikbud: 1996, hlm. 255-261.

Page 80: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

68

Tabel 5.2 Susunan Program Kurikulum 1984 pada pendidikan SD, SMP, dan SMA

Jenjang Pendidikan

Kelas/ Semester Jumlah Mata

Pelajaran

Jumlah Beban Jam Pelajaran

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

SD 28* - 28* - 35* - 38* 38* 38* 11 205

SMP 40* 40* 40* 40* 40* 40* - - - 12 240

SMA :

Ilmu-Ilmu Fisika

Ilmu-Ilmu Biologi

Ilmu-Ilmu Sosial

Pengetahuan Budaya

37

37

37

37

37

-

37

37

37

37

-

38

38

38

38

-

38

38

38

38

-

38

38

38

38

-

34

34

34

34

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

15

15

15

16

16

222

222

222

222

222

Keterangan : *Sekolah yang memberikan Bahasa Daerah Sumber : Buku Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia (1996). Pada pelaksanaannya kurikulum memang memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Sejalan dengan itu, Kurikulum 1984 dalam prakteknya ini akan menciptakan manusia pembangun yang diharapkan dapat membangun dirinya sendiri. Kelebihan dalam kurikulum 1984 ini bisa dilihat nampak pada materi dan metode yang disebut secra rinci hal ini tentunya akan mempermudah guru dan siswa dalam pelaksanaannya. Siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui keberaniaan memberikan pendapat dalam diskusi dikelas. Hal ini berdasar pada metode yang diterapkan pada Kurikulum 1984 yaitu (CBSA). Keterlibatan siswa didalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam melaksanakan tugas. Siswa juga dapat belajar dari pengalaman langsung yang diperoleh dari pengajaran dikelas. Interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran sangat tinggi baik dari segi intelektual mapun sosialnya. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 1984 ini pun memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Disamping kelebihan yang dimiliki Kurikulum 1984, terdapat juga kekurangan dalam proses pelaksanaannya. Kekurangannya itu seperti banyak sekolah pada masa ini yang kurang mampu menafsirkan CBSA yang banyak terlihat dalam pelaksanaannya ialah suasana gaduh diruang kelas pada saat siswa melakukan kegiatan berdiskusi dikelas. Guru juga kurang bisa berperan aktif dalam membimbing siswa dalam proses pembelajaran berbasis CBSA. Terdapat juga ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu buku teks dan metode yang disebut secara rinci, sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas. Dalam kegiatan diskusi dikelas terjadi dominasi oeleh seseorang

Page 81: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

69

atau sejumlah siswa yang memiliki pengetahuan lebih sehingga ia lebih banyak menolak pendapat dari siswa lain. Jika hal ini terjadi maka yang terlihat ialah siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan semakin bodoh dan ketinggalan. Karena dalam kurikulum ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dikelas, tanggung jawab siswa dalam kegiatan belajar menjadi sangat kurang. Pembelajaran yang memusatkan pada siswa memerlukan waktu yang lama dalam pembelajaran yang pada akhirnya akan menyebabkan materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.

Tabel 5.3 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1984

NO Kelebihan Kekurangan

1. Kurikulum ini memuat materi dan metode yang diebut secara rinci, sehingga guru dan siswa mudah untuk melasanakannya.

Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, disana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok.

2 Dalam kegiatan belajar, siswa dapat lebih dalam untuk ditunjukkan keberaniannya dalam memberikan pendapat

Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu buku teks dan metode yang disebut secara rinci, sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.

3 Keterlibatan siswa didalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam melaksanakan tugas

Dapat didominasi oleh seorang atas sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain.

4 Siswa dapat belaajr dari pengalaman langsung Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan tertinggal.

5 Kualitas antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun sosial

Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga tanggung jawab siswa dalam kegiatan belajar sangat kurang.

6

Pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, maupun intelaktual, serta emosionalnya dengan harapan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar secara maksimal baik dalam ranah afektif, psikomotorik, dan kognitifnya.

Diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.

Sumber : Hasil Analisa Penulis (2016).

Page 82: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

70

Peran Guru dalam Kurikulum 1984

Kurikulum merupakan rencana tertulis yang berisi tentang ide-ide dan gagasan-gagasan yang dirumuskan oleh pengembang kurikulum. Rencana tertulis itu kemudian menjadi dokumen kurikulum yang membentuk suatu sistem kurikulum yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling memengaruhi satu sama lain, seperti misalnya komponen tujuan yang menjadi arah pendidikan, komponen pengalaman belajar, komponen strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum selanjutnya melahirkan sistem pengajaran dan sistem pengajaran itulah yang menjadi pedoman guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas. Sistem pengajaran melahirkan tindakan-tindakan guru dan siswa, tindakan itulah yang pada dasarnya merupakan implementasi dari kurikulum, yang selanjutnya implementasi itu akan memberikan masukan dalam proses perbaikan kurikulum. Demikian terus menerus, sehingga proses pengembangan kurikulum membentuk siklus yang tanpa ujung. 121

Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan, serta isi yang harus dipelajari. Sedangkan pengajaran adalah proses yang terjadi dalam interaksi belajar dan mengajar antara guru dan siswa. Dengan demikian, tanpa kurikulum sebagai sebuah rencana, maka pembelajaran atau pengajaran tidak akan efektif. Demikian juga tanpa pembelajaran atau pengajaran sebagai implementasi sebuah rencana, maka kurikulum tidak akan memiliki arti apa-apa.

Kurikulum berfungsi untuk setiap orang atau lembaga yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan pendidikan. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak berpedoman kepada kurikulum, maka tidak akan berjalan dengan efektif, sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan, sedangkan arah dan tujuan pembelajaran beserta bagaimana cara dan strategi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu merupakan komponen penting dalam sistem kurikulum. 122

Sebagai guru yang profesional, maka guru harus dapat mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, dan peranan guru dalam pengembangan kurikulum. Hal ini semua bertujuan untuk kemajuan peserta didik dan membentuk keterampilan peserta didik dalam pemantapan tujuan pendidikan, baik secara efektif, kognitif, dan psikomotor. Keprofesioanalan guru dalam pengembangan kurikulum implementasi sangat diterapkan kepada suatu jenjang pendidikan dan pengklasifikasian kepada peserta didik itu sendiri, karena implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diuji cobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional dan bentuk fisiknya.

Di muka dijelaskan bahwa kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasi. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Jadi, dengan demikian kurikulum sebagai sebuah dokumen dengan proses pembelajaran sebagai implementasi dokumen tersebut merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling meng-ada dan meniadakan, sebab ada kurikulum sudah pasti ada pembelajaran, dan ada pembelajaran ada juga kurikulum.

121Wina Sanjaya, op.cit, hlm, 17. 122Wina Sanjaya, op.cit, hlm., 14.

Page 83: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

71

Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan. Dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam mengimplementasikan kurikulum memegang posisi kunci. Dalam proses pengembangan kurikulum, peran guru lebih banyak dalam tataran kelas. Dalam kaitannya dengan Kurikulum 1984 seperti yang kita ketahui bahwa Kurikulum 1984 ini lahir dari amanat GBHN 1983.

Tujuan pendidikan pun juga mengacu pada tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang digariskan dalam GBHN 1983. Maka dari itu, peran guru disekolah dalam pembelajaran harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional yang ada di dalam GBHN 1983. Guru harus dapat mengimplementasikan tujuan pendidikan nasional tersebut dengan menjalankan perannya didalam kelas. Tujuan pendidikan nasional tersebut yaitu, Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, Mempertinggi budi pekerti, Memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.123

Skema 5.2 Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia dalam GBHN 1983

Sumber : Hasil Analisa Penulis (2016)

Sumber : GBHN 1983

Guru sebagai implementer yaitu guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya, guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Guru tidak memiliki ruang baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target kurikulum. Pada fase sebagai implementasi kurikulum, peran guru dalam pengembangan kurikulum sebatas hanya menjalankan kurikulum yang telah disusun. Manakala kita lihat, sampai sebelum terjadinya reformasi pendidikan di indonesia, guru-guru kita dalam pengembangan kurikulum hanya sebatas sebagai implementator berbagai kebijakan kurikulum yang dirancang secara terpusat, yakni Garis-

123Dokumentasi Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, op.cit, hlm. 3.

PERAN GURU DI SEKOLAH

Tujuan Pendidikan Nasional :

- Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan.

- Mempertinggi budi pekerti, Memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

- Menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan. bangsa

Page 84: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

72

Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Dalam GBPP yang berbentuk matriks telah ditentukan dari mulai tujuan yang harus dicapai, materi pelajaran yang harus disampaikan, cara yang harus dilakukan termasuk penggunaan media dan sumber belajar serta bentuk evaluasi yang harus dilakukan sampai kepada penentuan waktu kapan materi pelajaran harus disampaikan. Dalam pengembangan kurikulum, guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Guru hanya sekedar pelaksana kurikulum sehingga tingkat kreativitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaru. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian. 124

Kurikulum dapat dijadikan alat dalam membentuk kepribadian anak sebagaimana diidealisasikan. Jadi ternyata kurikulum merupakan alat yang ampuh dalam menata kehidupan sosial. Oleh sebab itu, kurikulum langsung menyangkut penanganan terhadap anak didik sebagai tunas dan calon penerus cita-cita suatu masyarakat, atau bahkan suatu bangsa. Dalam penataan sistem pendidikan pun kurikulum mempunyai peran sangat besar. Kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kurikulum, idealisasi tentang wujud penyelenggaraan pendidikan dapat diperkirakan, baik dalam rencana maupun pelaksanaan. 125

Dalam hal ini, guru dalam kurikulum 1984 berperan mendidik siswa untuk menjadi manusia pembangunan sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang sekaligus merupakan perwujudan upaya untuk menempatkan siswa dalam suasana kebersamaan dan memberikan bekal kemampuan yang diperlukan siswa untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi. Kemudian juga Guru juga sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan posisi siswa sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan hingga melaporkan hasil dari diskusi tersebut. Model yang digunakan yaitu CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau yang juga bisa disebut SAL (Student Active Learning). Peran guru sebagai fasilitator ini sangat berperan guna membimbing siswa dalam membentuk pengetahuannya sendiri dan meningkatkan kemampuan berpikirnya. Selain itu juga peran guru dalam proses pembelajran peserta didik mencakup a) Guru sebagai perencana (planner) yang akan mempersiapkan apa yang akan dilakukan didalam proses belajar mengajar dikelas, b) Guru sebagai pelaksana pembelajaran (organizer), yang dapat menciptakan situasi kondusif, memimpin, merangsang, mengarahkan dan menggerakkan kegiatan belajar mengar sesuai dengan apa yang telah di rencanakan, c) Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan dan menilai hasil belajar peserta didik di kelas.

Kunci keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan kurikulum di lapangan, tepatnya di satuan sekolah-sekolah pada intinya terletak ditangan para dewan guru. Peran guru dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan kerja sekolah dasar hingga perguruan tinggi memiliki peringkat utama dalam meningkatkan upaya keberhasilan pencapaian pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pengembangan kurikulum dari waktu ke waktu sebagai wadah sarana mutu dalam mencetak sumber-sumber daya manusia yang diharapkan kelak membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik dan lebih lagi meskipun tidak semua guru dilibatkan dalam pengembangan kurikulum di tingkat pusat, namun lebih dari itu, guru merupakan perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum terdepan di kelas dalam menjalankan tugas dan amanatnya.

Bahkan sekalipun para dewan guru tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang pengembangan kurikulum di indonesia, jauh dari itu guru adalah penerjemah kurikulum yang sebenarnya yang telah dikembangkan oleh pemerintah pusat, mengolah, dan meramu kembali kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pusat tersebut untuk disajikan kepada siswa di kelas dengan

124Wina Sanjaya, op.cit, hlm.29. 125 Nasution. 2006. Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: PT Bumi Aksara), hlm.2.

Page 85: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

73

rasa nyaman dan menyenangkan. Oleh karena itu, gurulah yang tahu/mengerti dan bahkan selalu melakukan evaluasi, pembenahan dalam setiap penyempurnaan kurikulum di satuan kerja masing-masing sekolah. Guru ke depan dituntut tidak hanya cerdas tapi juga adaptif terhadap perubahan, karena guru merupakan “Juru Kunci” dari segala perubahan. Guru sebagai ujung tombak penerapan kurikulum, diharapkan dapat menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa kemungkinan terjadinya perubahan

Model Pembelajaran Kurikulum 1984

Pada kurikulum ini karena dipengaruhi oleh aliran psikologi Humanistik, maka dalam prakteknya kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses, disamping dengan tetap menggunakan orientasi pada tujuan. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Proses belajar mengajar memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya dilakukan secara efektif dan efesien. Pendekatan baru yang digunakan dalam proses pembelajaran menempatkan peserta didik dalam posisi aktif dalam belajar dan dinamakan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Pemikiran yang ada dalam model ini adalah peserta didik harus aktif mencari, menemukan, dan mengkomunikasikan hasil belajarnya dan guru bertugas memberikan fasilitasi untuk belajar. Jadi posisi siswa disini ialah sebagai subjek belajar.

Pendekatan pengajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Cara belajar siswa aktif (CBSA) melalui sistem pembinaan professional dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan dasar. CBSA melalui sistem pembinaan profesional dari asas-asas yang mendasarnya yaitu dilihat pada proses Belajar aktif yang lebih mengacu kepada kegiatan mental daripada kegiatan fisik. Tujuannya adalah untuk menghasilkan anak yang mampu berfikir secara aktif seperti mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, menilai suatu hasil atau pembuktian, dan memecahkan masalah. Dan juga sikap bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya sehingga dapat belajar dari guru, bahan pengajaran, teman sebaya, dan lingkungannya secara lebih efektif.

Skema 5.3 Model Pembelajaran CBSA

Sumber : Hasil Analisa Penulis (2016)

Pada pola model CBSA ini digunakan dengan memberikan materi pelajaran yang dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan

Page 86: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

74

bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan. Model pembelajaran ini juga darimana guru menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya. Lalu juga pada materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks. Dalam penilaian dari CBSA dilakukan secara berkesinambungan dan terencana yang meliputi proses belajar dan hasil belajar yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai dan sejauh mana proses belajar-mengajar dapat terlaksana sesuai dengan ketentuannya. Ruang lingkup penilaian mencakup ranah kognitif, afektif, psikomotor yang dilihat dari berbagai bentuk baik tulisan, lisan maupun perbuatan.

CBSA melalui sistem pembinaan professional disebarluaskan ke sekolah-sekolah dasar Indonesia, dengan cara: pertama, penyebaran dalam rangka penelitian dan pengembangan lebih lanjut (replikasi) pada daerah-daerah tertentu seperti: Lombok Barat – NTB, Maros – Sulawesi Selatan, Binjai – Sumatera Utara, Bandar Lampung – Lampung, Sidoarjo – Jawa Timur, dan Karanganyar – Jawa Tengah. Kedua, penyebaran pada semua SD di tanah air melalui pelaksanaan Kurikulum SD yang disempurnakan. Kurikulum tersebut menganut pendekatan CBSA dan berpedoman pada sistem pembinaan profesioanal guru. Penyebarluasan CBSA melalui sistem pembinaan professional ini sesuai dengan amanat Ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara di sektor pendidikan yang antara lain menekankan: peningkatkan kualitas manusia Indonesia; peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan serta perluasan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan menengah tingkat pertama; dan dikembangkannya iklim belajar-mengajar yang dapat menimbulkan rasa percaya diri sendiri serta sikap perilaku yang inovatif dan kreatif.126

Dalam proses belajar mengajar CBSA ini pun memiliki sejumlah unsur utama seperti bagaimana Para guru dan siswa harusmengerti tujuan dan fungsi belajar, dimana perlu memahami konsep-konsep mendasar dan cara belajar yang sangat penting bagi perkembangan siswa di SD. Bersumber hanya pada kurikulum dan buku teks yang belumlah memadai. Ada sejumlah gagasan dan proses yang berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu keseluruhan dan gagasan-gagasan pokok pada sertiap bidang studi. Sebagai contoh, di dalam mempelajari bahasa kita harus mampu mengembangkan keterampilan yang berbeda dalam membaca, menulis, dan berbicara untuk tujuan yang berbeda.

Jika para guru sudah menguasai dan mengerti tujuan-tujuan kurikulum sebagai satu keseluruhan dan tujuan-tujuan tiap bidang studi maka mereka dapat mengembangkan bahan pengajaran berdasarkan pengalaman siswa. Selain itu pula guru harus mengenal anak sebagai individu, mengenal minat dan kemampuan khususnya, serta mengenal dan membantu kesulitan belajarnya Sebab para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang berbeda dan memiliki kemampuan yang berbeda. Melalui belajar aktif kemampuan setiap anak harus dapat dikembangkan secara optimal. Berbagai metode dapat digunakan untuk mendorong kreativitas, mengembangkan kegiatan belajar berdasarkan pengalaman dan minat anak, serta membantu mengembangkan kekuatan anak dan memperbaiki kekurangan atau kelemahan anak. Dengan demikian, di dalam kelas anak tidak selalu melakukan kegiatan yang sama atau dengan kecepatan yang sama. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat membantu temannya yang lemah.

Lain dari itu pula pada model pembelajaran ini organisasi kelas itu dibutuhkan. Karena dengan itu anak-anak pun dapat saling membantu dalam melakukan tugas belajar tertentu, kadang-kadang

126 Sang Nyoman. 2011. Perjalanan Kurikulum di Indonesia (diakes online dari https://www.scribd.com/ doc/314942218/Perjalanan-Kurikulum), hlm. 8.

Page 87: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

75

secara berpasangan, kadang-kadang dalam kelompok kecil. Sering pula setiap anak perlu mempraktekan keterampilan tertentu secara individual. Dengan cara seperti ini, anak-anak dapat mendengarkan informasi yang disampaikan guru, bekerja berpasangan, memecahkan masalah dalam kelompok atau bekerja individu. Berdasarkan pengalaman, melalui pembinaan professional diketahui bahwa anak-anak bekerja lebih baik jika mereka duduk dalam kelompok. Dan juga dengan cara tersebut dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah baik secara mandiri maupun berkelompok. Prinsip tersebut nantinya akan berpengaruh kepada guru dalam menggunakan metode bertanya serta diskusi kelas. Selain itu, prinsip ini dapat pula berpengaruh kepada guru di dalam memberikan tugas di kelas atau pekerjaan rumah.

Kemudian belajar aktif dapat berjalan jika lingkungan ruang kelas cukup memadai dan menarik. Guru diharapkan dapat memajang di mading hasil pekerjaan siswa, terutama untuk membangkitkan motivasi mereka serta siswa lainnya. Hasil pekerjaan yang dipajang dapat berupa karya perseorangan dan kelompok. Pajangan ini dapat membantu siswa lainnya dalam belajar. Ruang kelas dapat pula menjadi sumber bagi pengembangan minat dan keterampilan siswa, seperti perpustakaan kecil di pojok ataupun koleksi bahan-bahan dari siswa sendiri. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan kelas yang ditata dengan baik dapat membantu guru dalam mengajar dan siswa dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar-mengajar menjadi menarik, bukan sebaliknya, cenderung membosankan.

Belajar aktif juga merangsang siswa untuk belajar dari lingkungannya (lingkungan fisik, sosial, dan budaya) serta dapat mengembangkan berbagai keterampilan belajar (seperti bertanya, mengobservasi, mencatat, mengklasifikasi, dan keterampilan belajar lainnya) melalui bekerja secara perseorangan atau kelompok, di dalam kelas atau di luar kelas, selama jam belajar di sekolah atau di luar jam belajar. Bahan dari lingkungan sering dapat dimanfaatkan tanpa biaya dan digunakan sebagai sumber belajar. Pada CBSA ini juga dengan belajar aktif dapat membantu siswa mengembangkan diri berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan membantu mereka belajar dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Ini menuntut respon yang baik dari guru kepada siswa, catatan guru tentang kemampuan siswa, kekuatan dan kelemahannya (tidak semata-mata berupa nilai), serta kemampuan guru yang lebih baik tentang bagaimana menyusun dan memeriksa berbagai tugas dan tes yang dikerjakan siswa.

Penutup

Uraian-uraian yang telah dijelaskan diatas merupakan penjelasan tentang Kurikulum tahun 1984. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas area pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Kurikulum juga bersifat dinamis dapat berubah seiring perkembangan yang dilatar belakangi berbagai aspek. Kurikulum di Indonesia ini dimulai dengan Rencana Pelajaran pada tahun 1947, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006, serta Kurikulum 2013.

Kurikulum 1984 ini merupakan kurikulum hasil penyempurnaan dari Kurikulum 1975 sehingga Kurikulum ini disebut sebagai Kurikulum 1975 yang disempurnakan (1984). Kurikulum ini didasarkan pada amanat GBHN 1983 yang didasarkan pada Ketetapan MPR NO. II/MPR/1983 yang menegaskan bahwa sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala bidang yang memerlukan beberapa jenis keahlian dan keterampilan serta sekaligus meningkatkan kreativitas. Pada dasarnya pendidikan di Indonesia ini pada masa Pembangunan Jangka Panjang 1 yaitu didalamnya berlaku Kurikulum baku 1975, Kurikulum 1984, dan Kurikulum 1994 ini berlandaskan Pancasila dan UUD. Pancasila sebagai dasar negara yang menjadi penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan baik di pusat

Page 88: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

76

maupun di daerah. Undang-undang Dasar 1945 juga merupakan peraturan yang didalemnya mengatur mengenai pendidikan yang menjadi dasar setiap lembaga pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu menumbuhkan manusia pembangunan.

Latar belakang lahirnya Kurikulum 1984 ini juga tidak terlepas dari konteks sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Kurikulum ini hadir dari rahim orde baru yang sedang matang-matangnya. Dan pada saat itu kondisi rezim baru menemukan fomatnya dan sedang ingin mempertahankan kekuasaannya. Sehingga kurikulum 1984 ini menjadi sarana yang efektif bagi rezim untuk menyebar ideologinya dan mempertahankan kekuasaannya. Ini diwujudkan dalam konten kurikulum yang ditekankan adalah pendidikan Pancasila dan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa dari tingkat TK hingga perguruan tinggi. Ini bertujuan untuk mensosialisasikan ideology bangsa guna mempertahankan kekuasaan.

Dalam hal sosial dinilai bahwa kurikulum yang sebelumnya diterapkan tidak bisa memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sistem pendidikan yang selama ini hanya menekankan pada intelektualnya saja tanpa memperhatikan jiwa emosi dan moralitas siswa dinilai bisa berbahaya. Maka dari itu, Kurikulum 1984 didesain dengan mengedepankan aspek Humaniora dengan tujuan untuk menciptakan manusia yang berbudi pekerti luhur. Tentu dalam hal ini dari segi politik, pengembangan kurikulum juga bisa dijadikan sebagai alat untuk melanggengkan status quo pemimpin yang berkuasa pada masa ini, yang pada masa ini adalah pemerintahan orde baru. Dalam hal ekonomi bisa dilihat pada pertumbuhan dan perkembang ekonomi pembangunan yang yang semakin melesat selama dasawarsa sejak tahun 1970-an.

Struktur dan program dalam Kurikulum 1984 ini dibuat dengan lebih sederhana. Materi pelajaran yang diberikan juga lebih disederhanakan. Hal ini bertujuan agar program kurikulum yang telah dibuat lebih terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pada masa ini, Kurikulum SMA 1984 sudah mengenal sistem kredit. Peran guru pada masa ini lebih diarahkan sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Siswa yang lebih dijadikan subjek belajar di kelas. Hal ini merujuk pada metode yang digunakan pada Kurikulum 1984 yaitu Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Kurikulum 1984 berorientasi pada tujuan intsruksional yang didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar siswa harus lebih efektif. Selama pelaksanaannya tentunya Kurikulum 1984 ini memiliki berbagai kendala dalam penerapannya metode belajar yang diusung dengan mengedepankan keaktifan belajar siswa malah dinilai sebagai salah satu faktor yang semata-mata hanya akan menimbulkan keributan dikelasnya dan guru juga tidak dapat aktif dalam pengajaran. Evaluasi yang dilakukan pada Kurikulum 1984 ini yang pada akhirnya akan menjadi bahan perbaikan dan mengganti Kurikulum 1984 yang telah berjalan 10 tahun lamanya dengan kurikulum selanjutnya yaitu Kurikulum 1994.

Daftar Pustaka

Djojonegoro, Wardiman. 1996. Lima Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Depdikbud.

Hidayat, Rakhmat. 2013. Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers. Kurikulum 1984. Jakarta : Dokumentasi Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. Nasution, S. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Mahanani, Setya dan Siswantoro. 1994. Curriculum and Material Development 1 (Pengkajian

Kurikulum). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Page 89: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

77

MD, Moh. Mahfud. 2011. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers. Parchiano, Novella. 2015. Sejarah Pengetahuan Michel Foucault dalam ‘Epistemologi Kiri’.

Yogyakarta : AR-RUZZ Media. Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Soemanto, dan Soetopo. 1991. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi

Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suseno, Franz Magnis. 1992. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Tangyong, Agus F. 1996. Paket Pelatihan SPP-CBSA Pendekatan Belajar Aktif untuk Guru, Kepala

Sekolah dan Pembina Sekolah Dasar. Jakarta : Balitbang Dikbud. Tillaar. 1995. Lima Puluh Tahun Pebangunan Pendidikan Nasional 1945-1995 : Suatu Analisia

Kebijakan. Jakarta : PT. Grasindo. Osmiati. Pendidikan Di Indonesia: Sejarah Kurikulum dan Kurikulum Sejarah Masa Orde Baru dan

Reformasi, Vol 4. Diakses online pada http:ijoh.org/index.php/jas/article/view/20/20 pada tanggal 17 November.

Dwi Wahyono Hadi, Gayung Kasuma. Propaganda Orde Baru 1966-1980.Verleden, Vol. 1. Lutfi Wahyudi, Demokrasi Orde Baru Sebuah Catatan Bagi Masa Depan Demokrasi Di Indonesia.

Jurnal Sosial-Politika, Vol. 6, No. 11, Juli 2005. S. Hamid Hasan, Perkembangan Kurikulum: Perkembangan Ideologis dan Teoritis Pedagogis (1950 –

2005). Kasenda, Peter. 2010. Nugroho Notosusanto Di Antara Baju Sipil dan Militer. Diakses online

pada:http://www.scribd.com/doc/40116710/Nugroho-Notosusanto-Di-Antara-Baju-Sipil-Dan-Militer#scribd.

Sang Nyoman. 2011. Perjalanan Kurikulum Di Indonesia. Di akes online dari

https://www.scribd.com/doc/314942218/Perjalanan-Kurikulum. Diakses online pada http://www.academia.edu/4089455/Sejarah_Kurikulum pada tanggal 01-11-

2016. https://www.scribd.com/doc/314942218/Perjalanan-Kurikulum. (Diakses online pada

http://kbbi.co.id/arti-kata/kurikulum pada tanggal 10 desember 2016).

Page 90: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

78

Bab 6 Perkembangan Kurikulum 1994 Aisyah Puteri Masferisa, Esa Sulistiani, Firda Ayu Putri, Nidya Putri Dinanti, Sifa Amanda Zulfia Pendahuluan Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. James Popham dan Eva Barker (1970) mengatakan, bahwa kurikulum adalah seluruh hasil belajar yang direncanakan dan merupakan tanggung jawab sekolah.127Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baim secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua, masyarakat dan pihak siswa itu sendiri.128 Kurikulum memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem pendidikan nasional, sebab yang diaplikasikan langsung terhadap para peserta didik adalah kurikululum yang dipergunakan oleh pemerintah sebagai sarana untuk mencapai tujuan sistem pendidikan nasional.

Kebijakan pergantian kurikulum setiap sepuluh tahun menjadi suatu tradisi. Perkembangan dalam kehidupan politik, sosial, budaya, ekonomi, agama, seni, ilmu dan teknologi tidak berpengaruh terhadap kurikulum. Kurikulum tidak berubah dan terus berjalan walau pun aspek-aspek yang menjadi dasar dari kurikulum tadi sudah jauh berbeda dari ketika suatu kurikulum dikembangkan. Pemerintah memperlakukan kurikulum sebagai suatu seremoni politik dan hanya ketika terjadi tuntutan politik lah maka kurikulum baru berubah. Faktor lain yang telah dikemukakan selain politik tidak mampu menyentuh perubahan kurikulum.

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984. Memang setelah waktu berlalu selama sepuluh tahun Pemerintah mempersiapkan kurikulum baru yang semula dinamakan kurikulum berbasis kompetensi dan kemudian dinamakan kurikulum 2004, sesuai dengan tradisi penamaan kurikulum yang sudah berlangsung selama lebih dari 40 tahun (kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1994, dan kurikulum2004).Didalam kurikulum 1994 penyusunan program pengajaran oleh guru memperhatikan beberapa komponen seperti penguasaan materi, analisis materi pelajaran, dan penyusunan persiapan mengajar. Dari komponen-komponen yang berpengaruh terhadap hasil beljar tersebut, komponen guru lebih menentukan karena ia yang akan mengelola komponen lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil proses belajar mengajar.

Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Persekolahan sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum dituntut untuk memahami dan mengaplikasikannya secara optimal dan penuh kesungguhan, sebab mutu penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya dilihat dari hal tersebut. Konsep pendidikan link and match (kesesuaian dan keterpaduan) menjadi program utama yang dijalankan oleh Wardiman semasa menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dasar kebijakan link and match adalah berangkat dari kebutuhan riil masyarakat terhadap dunia kerja. Sepanjang sejarah, dunia industri (usaha) membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan memadai. Tujuan link and match dengan demikian adalah mencetak SDM handal dan terampil yang siap mengisi kebutuhan dunia usaha.

127 Rakhmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.9. 128http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985031-ENDANG_RUSYANI/Pengertian,_Fungsi_dan_Peran.pdf di akses pada tanggal 26 November 2016 pukul 16.35.

Page 91: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

79

Konteks Sosial, Politikdan Ekonomi

Pada tahun 1994, sesuai dengan tradisi sepuluh tahunan, Pemerintah meresmikan kurikulum baru. Kurikulum 1994 ini merupakan revisi terhadap kurikulum 1984 tetapi pada dasarnya keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil. Orientasi pendidikan pada pengajaran disiplin ilmu menempatkan kurikulum sebagai instrumen untuk ”transfer of knowledge”. Berdasarkan UU No. 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional dan kebutuhan pada jaman itu yang merupakan pemicu lahirnya kurikulum tahun1994. Kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya dengan dasar kurikulum 1984, yang pada kurikulum 1994 muncul istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kegiatan belajar cenderung didalam kelas, mengejar target berupa materi yang harus dikuasai, dan berorientasi kognitif.

Pelaksanaannya sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut UU tersebut, pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, memiliki keterampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pada kurikulum 1994, pendidikan dasar dipatok menjadi sembilan tahun (SD dan SMP). Perubahan kurikulum ini terutama didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan untuk menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan baru dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dan SK Mendikbud No. 0490/U/1992 tentang Sekolah Menengah Kejuruan dan Pertimbangan lain yang terjadi dalam sektor ketenagakerjaan dan pembangunan, serta kecenderungan yang akan terjadi di masa depan. Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan berbasis kompetensi, yaitu segala sesuatu ditetapkan atas dasar perimbangan pencapaian kemampuan yang harus dikuasai oleh lulusan melalui analisis jabatan yang ada di lapangan kerja.129

Wardiman Djojonegoro selaku Menteri Pendidikan saat itu menyatakan tidak banyak yang dapat dipelajari dari pengalaman dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan karena upaya pembangunan nasional yang sistematis boleh dikatakan belum dimulai secara utuh. Namun, satu hal yang dapat dipelajari dari kurun waktu tersebut ialah bahwa pembangunan sistem pendidikan dan kebudayaan yang dipengaruhi oleh situasi politik yang belum stabil menyebabkan pembangunan pendidikan tidak mungkin berjalan lancar. Pendidikan selama periode Pembangunan Jangka Panjang I (PJP I) tahun 1969/1970-1993-1994 sebenarnya berada pada periode keemasan dalam pembangunan pendidikan di tanah air. Kesempatan belajar pada setiap jenis dan jenjang pendidikan terus diperluas. Jumlah sekolah dasar tumbuh hampir 10 kali lipat, Sementara, jumlah sekolah lanjutan tingkat pertama tumbuh 84 kali lipat, Kemudian, untuk sekolah menengah atas bertambah 400 kali lipat.

Terdapat tiga fokus program dan kebijakan yang dilakukan oleh Wardiman Djojonegoro. Pertama, aspek perluasan kesempatan belajar, sebagai suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan yang dilakukan sejak awal PJP I. Perluasan kesempatan belajar ini dilakukan dengan cara meningkatkan wajib belajar sembilan tahun (Wajar Dikdas 9 Tahun). Hal ini sesuai dengan amanat UU Nomor 2 Tahun 1989 yang mengonsepsikan pendidikan dasar bukan hanya SD 6 tahun, tetapi ditambah dengan SLTP 3 tahun. Kedua, untuk melanjutkan kerangka landasan yang telah dibangun oleh menteri-menteri terdahulu dalam upaya meningkatkan mutu, beberapa kelanjutan program diperkenalkan oleh Wardiman seperti; pembinaan sekolah unggulan, peningkatan sarana dan prasarana yang lebih memadai, pengembangan LPTK, dan peningkatan kualifikasi pendidikan guru. Program pascasarjana dan kegiatan penelitian dan pengembangan juga dikembangkan di perguruan

129https://adzelgar.wordpress.com/2009/02/02/inovasi-kurikulum-pendidikan-kejuruan-84-2004/, (diakses pada tggl 27 November 2016, pkl 20.07 WIB).

Page 92: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

80

tinggi dalam rangka menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, sebagai implementasi dari konsep relevansi pendidikan, maka diterapkan konsep link and match, yakni sebuah konsep yang menyelaraskan antara dunia pendidikan dan dunia industri.

Dari ketiga program tersebut, konsep pendidikan link and match (kesesuaian dan keterpaduan) menjadi program utama yang dijalankan oleh Wardiman semasa menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Konsep ini sendiri sebenarnya tidak lahir dari pemikiran Wardiman, tetapi diintrodusir dari pendidikan di Amerika Serikat. Adalah Prof. Karl Willenbrock, pakar pendidikan dari Harvard University Amerika Serikat, yang mengusulkan gagasan perlunya perusahaan menjadi “bapak angkat” bagi perguruan tinggi. Dalam pemikirannya, perusahaan tidak sekadar memberi tempat berlatih atau menyisihkan sebagian keuntungannya, tapi juga terlibat dalam pengembangan lembaga pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Dari gagasan inilah kemudian konsep link and match diperkenalkan secara luas di dunia pendidikan.130

Latar belakang diberlakukannya konsep link and match ialah, banyak lulusan sekolah yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Banyak lulusan yang menganggur, Praktis pendidikan selama ini kurang memberikan penekanan pada kebutuhan nyata. Konsep link and match, dalam hal ini lantas dimasukkan sebagai terapi, untuk mengatasi. Secara praktis, perlu dikembangkan kembali sekolah kejuruan dan disusul dengan serangkaian kerja sama Depdikbud dengan perusahaan-perusahaan serta instansi-instansi yang secara riil menikmati keuntungan, misalnya dalam hal menyediakan tempat untuk pemagangan anak-anak sekolah. Termasuk di dalam rangkaian upaya ini adalah merealisir 20 persen kurikulum lokal. Dengan kata lain, kebijakan link and match ini merupakan kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi pendidikan, yaitu relevansi dengan kebutuhan pembangunan umumnya dan dengan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha dan dunia industri.

Pada kurikulum ini dimasukkan muatan lokal, yang berfungsi mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh daerahnya. Pada kurikulum ini beban belajar siswa dinilai terlalu berat, karena ada muatan nasional dan lokal sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.

Perubahan lain yang terjadi adalah penghapusan mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Konten kurikulum yang berkenaan dengan masalah sosial dan sejarah semakin berkurang sementara itu konten kurikulum yang berkenaan dengan IPA dan matematika semakin bertambah. konsekuensinya, kurikulum tidak mampu mempersiapkan generasi muda bangsa sebagaimana seharusnya. Selain dari itu, permasalahan kurikulum 1994 baik dalam desain kurikulum mau pun dalam impelementasi masih sama dengan kurikulum sebelumnya. Kesalahan yang menyebabkan bangsa ini terjerumus pada permasalahan yang sama dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan masih tetap sama. Pengalaman dan kesalahan tidak lagi menjadi guru yang membimbing ke arah baru yang lebih baik.Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menenegah, Bab 1 Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi : Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Kemudian Bab II pasal 3 Ayat 2 mengatakan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan persiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional.

130https://menyempal.wordpress.com/tokoh-pendidikan-4/wardiman-djojonegoro/, (diakses pada tggl 27 November 2016, pkl 19.00 WIB).

Page 93: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

81

Konsep Link and Match pada Kurikulum 1994 Kurikulum merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan. Kurikulum adalah jantung suatu proses pendidikan berkenaan dengan unsur-unsur fisik yang terlibat dalam proses pendidikan dan unsur-unsur non fisik seperti proses berfikir, proses penyimpanan informasi, proses pembentukan sikap, proses internalisasi atau pun proses pembentukan habit yang hanya dapat diketahui melalui suatu prosedur dan alat tertentu yang diyakini mewakili konstrak yang dimaksud.131

Kurikulum memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem pendidikan nasional, sebab yang diaplikasikan langsung terhadap para peserta didik adalah kurikululum yang dipergunakan oleh pemerintah sebagai sarana untuk mencapai tujuan sistem pendidikan nasional. Pesoalan kurikulum bukan hanya persoalan buku pelajaran akan tetapi banyak persoalan lainnya termasuk persoalan arah dan tujuan pendidikan, persoalan materi pendidikan bahkan persoalan-persoalan yang menyangkut sosial politik dan ekonomi serta persoalan-persoalan lainnya yang terkait dengan hal itu. Sering terjadi pergantian kurikulum di Indonesia, pergantian kurikulum ini merupakan suatu hal yang biasa dan suatu keniscayaan dalam rangka merespon perkembangan masyarakat yang begitu cepat. Karena, pendidikan harus mampu menyesuaikan dinamika yang berkembang dalam masyarakat.

Pendidikan merupakan faktor pendorong dalam percepatan perubahan struktur ekonomi dan ketenagakerjaan. Dalam hal ini yaitu, makin berkembangnya struktur ekonomi industri. Dalam proses industrialisasi, struktur masyarakat yang didominasi oleh kegiatan ekonomi tradisional dan informal ini akan terus berubah dan berkembang ke arah dominasi kegiata ekonomi modern sebagai akibat perluasan sektor-sektor ekonomi industrial. Makin cepat perluasan sektor ekonomi, makin cepat pula terjadinya perubahan struktur ekonomi ke arah dominasi industri. Jika kegiatan ekonomi nasional didominasi oleh sektor industri, maka struktur masyarakat dianggap modern dengan ciri ekonomi yang lebih industrial. Secara makro, perubahan struktur ekonomi industri ini dapat diukur dengan besarnya sumbangan sektor sekunder dan tersier, khususnya sektor industri pengolahan, yang lebih besar baik terhadap pendapatan nasional atau di kenal dengan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun terhadap struktur angkatan kerja nasional. Perluasan sektor ekonomi industrial tersebut bisa berjalan secara perlahan atau secara revolusioner.

Program perluasan pendidikan yang telah mulai dilakukan sejak tahun 1970-an telah berhasil meningkatkan proporsi angkatan kerja berpendidikan yang lebih tinggi dan menurunkan proporsi angkatan kerja berpendidikan rendah. Dengan kesempatan pendidikan yang terus diperluas dalam waktu yang akan datang, diharapkan bahwa dikemudian hari struktur ketenagakerjaan di Indonesia didominasi oleh pekerja yang berpendidikan yang lebih tinggi. Pada titik inilah perubahan struktur ekonomi Indonesia mulai bergeser secara nyata ke arah struktur yang lebih industrial. Perubahan struktur ketenagakerjaan tersebut akan makin cepat terjadi jika sistem pendidikan di Indonesia bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.

Industrialisasi itu sendiri akan dipercepat melalui upaya peningkatan mutu SDM yang terampil dan ahli sesuai dengan perkembangan Iptek. Di sinilah dapat dilihat pentingnya pembangunan sistem pendidikan nasional, baik pendidikan persekolahan, pendidikan berkelanjutan, maupun pendidikan yang diselenggarakan oleh dunia industri. Pengembangan SDM tersebut demikian penting dalam upaya peningkatan produktivitas karena dalam suatu sistem produksi, manusia sering disebut tenaga kerja (labor) yang dianggap sebagai salah satu faktor produksi di samping modal dan faktor produksi atau sumber alam lain. Maka, dibentuklah oleh mentri pendiidkan pada masa itu konsep link and match.

131 S. Hasan Hamid, Perkembangan Kurikulum: Perkembangan Ideologis dan Teoritik Pedagogis (1950-2005), hlm.53.

Page 94: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

82

Konsep pendidikan link and match (kesesuaian dan keterpaduan) menjadi program utama yang dijalankan oleh Wardiman semasa menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Konsep ini sendiri sebenarnya tidak lahir dari pemikiran Wardiman, tetapi diintrodusir dari pendidikan di Amerika Serikat. Adalah Prof. Karl Willenbrock, pakar pendidikan dari Harvard University Amerika Serikat, yang mengusulkan gagasan perlunya perusahaan menjadi “bapak angkat” bagi perguruan tinggi. Dalam pemikirannya, perusahaan tidak sekadar memberi tempat berlatih atau menyisihkan sebagian keuntungannya, tapi juga terlibat dalam pengembangan lembaga pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Dari gagasan inilah kemudian konsep link and match diperkenalkan secara luas di dunia pendidikan.

Gagasan ini awalnya barangkali berangkat dari kerisauan tentang banyaknya lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi tingkat keterampilan maupun dari segi jenis keterampilan yang dibutuhkan. Dunia pendidikan dan dunia kerja seringkali berjalan sendiri-sendiri. Menurut pengakuan Wardiman, konsep link and match berangkat dari keadaan riil masyarakat. Sepanjang masa, yang dibutuhkan adalah tenaga kerja terampil, serta lulusan sekolah yang memiliki keterampilan yang memadai (sesuai). Diakui oleh Wardiman, lembaga pendidikan selama kurun waktu sejak kemerdekaan belum mampu memenuhi kedua tuntutan tersebut.

Latar belakangnya ialah, banyak lulusan sekolah yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Banyak lulusan yang menganggur, Praktis pendidikan selama ini kurang memberikan penekanan pada kebutuhan nyata. Konsep link and match, dalam hal ini lantas dimasukkan sebagai terapi, untuk mengatasi. Secara praktis, perlu dikembangkan kembali sekolah kejuruan dan disusul dengan serangkaian kerja sama Depdikbud dengan perusahaan-perusahaan serta instansi-instansi yang secara riil menikmati keuntungan, misalnya dalam hal menyediakan tempat untuk pemagangan anak-anak sekolah. Termasuk di dalam rangkaian upaya ini adalah merealisir 20 persen kurikulum lokal.132Dengan kata lain, kebijakan link and match ini merupakan kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi pendidikan, yaitu relevansi dengan kebutuhan pembangunan umumnya dan dengan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha dan dunia industri. Jadi, esensi dari relevansi adalah upaya menciptakan keterkaitan dan kesepadanan antara pendidikan dan pembangunan.

Strategi pembelajaran dalam kurikulum 1994 salah satunya dinamakan strategi Link and Match.Link and Match merupakan salah satu kebijakan baru untuk pembangunan pendidikan yang sering diterjemahkan terkait dan sepadan. Kebijakan Link and Match mengimplikasikan wawasan masa depan, wawasan mutu dan wawasan keunggulan, wawasan profesionalisme, wawasan nilai tambah dan wawasan ekonomi dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya pendidikan kejuruan.133 Diharapkan paradigma orientasi pendidikan tidak lagi supply minded tetapi lebih demandminded (kebutuhan pasar). Namun demikian, pasca berjalannya program link and match tidak menampakan hasil yang diharapkan. Masih tinggi lulusan sarjana, disamping bekerja yang tidak sesuai dengan bidang studi, juga harus menunggu waktu yang lama untuk mendapatkan pekerjaan. Di sisi lain, lowongan kerja yang tidak terisi semakin meningkat.134

Tingginya angka pengangguran dapat dijelaskan dari berbagai aspek, salah satunya diantaranya adalah adanya ketidak salarasan (missmatch) antara supply tenaga kerja dan demand dunia usaha

132http://menyempal.worldpress.com/tokoh-pendidikan-4/wardiman-djojonego (diakses pada tanggal 18 Desember 2016 pukul 19.00). 133http://adzelgar.worldpress.com/2009/02/02/inovasi-kurikulum-pendidikan-kejuruan-84-2004 (diakses pada tanggal 18 Desember 2016 pukul 19.40). 134http://menyempal.worldpress.com/tokoh-pendidikan-4/wardiman-djojonego (diakses pada tanggal 18 Desember 2016 pukul 19.50).

Page 95: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

83

(industri).135 Francesca and Fatima Sulaiman mengemukakan bahwa mismatch pendidikan, terjadi oleh karena adanya heteroginatas kemampuan pekerja pada kualifikasi pendidikan yang sama.136 Program link and match telah direncanakan sejak tahun 1989, namun demikian berdasarkan data statistic yang menunjukan masih tingginya angka pengangguran, tingginya lowongan pekerjaan yang tidak terisi dan rendahnya kualitas pekerja, maupun hasil analisis data sakernaas tersebut dimuka, menujukan mismatch pendidikan dan kebutuhan tenaga ahli kerja masih tinggi, khususnya bagi tenaga kerja yang berpendidikan tinggi.

Analisis Isi kurikulum 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.137 Kurikulum 1994 ini ditetapkan ketika masa jabatan Menteri Pendidikan Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro. Ketika reformasi bergulir 1998, kurikulum 1994 mengalami penyesuaian dalam rangka mengakomodasi tuntutan reformasi. Oleh karena itu, muncul suplemen kurikulum 1994 yang lahir pada tahun 1999.

Skema 6.1 Rencana Pengajaran Kurikulum 1994

Sumber: https://www.scribd.com/doc/26154654/PERBANDINGAN-KURIKULUM

Rencana Pengajaran kurikulum 1994 dibuat sedemikian rupa dan sesederhana mungkin yang memberi bekal bagi siswa ke arah penugasan IPTEK. Tujuannya sendiri adalah membentuk masyarakat yang berwawasan dan maju dalam era globalisasi ini. Akan tetapi, dalam perjalanan proses penerapan kurikulum 1994 ini memiliki beberapa kelebihan dan juga kelemahan yang menjadi permasalahan. Permasalahan tersebut yakni salah satunya siswa memiliki pengetahuan yang dangkal dan kurang bermakna karena salah satu penyebabnya adalah penilaian hasil belajarnya hanya melalui tes tulis.

Kurikulum 1994 diberlakukan dengan menggunakan pendekatan tematis yaitu berupa tema-tema pembelajaran. Adapun kurikulum berbasis kompetensi merupakan kurikulum yang di dalamnya

135Endang S. Soesilowati, Link and match Dunia Pendidikan dan Industri dalam Meningkatkan Daya Saing Tenaga Kerja dan industri, LIPI Press, anggota Ikapi Pusat Penelitian Ekonomi (LIPI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, 2009, hlm. 36. 136 Ending s. Soesilowati, Ibid. hlm. 38. 137file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR.../SEJARAH_PERKEMB.__KURIKULUM.pdf (diakses pada tanggal 27 November 2016 pukul 20.45 WIB).

Page 96: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

84

memiliki berbagai aspek kompetensi minimal yang seharusnya dikuasi siswa.138 Kurikulum 1994 menggunakan konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kegiatan belajar cenderung didalam kelas, mengejar target berupa materi yang harus dikuasai, berorientasi kognitif. Yang dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jika ditelaah dengan cermat, dapat dipahami bahwa kurikulum 1994 yang menekankan aspek kebermaknaan merupakan perbaikan atau penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yang menggunakan model pembelajaran CBSA.

Filosofis kurikulum 1994, yaitu struktur keilmuan yang menghasilkan mata pelajaran dengan tujuan agar siswa menguasai materi yang tercantum dalam GBPP. Pada kurikulum 1994 ini semua substansi materi ditentukan oleh pemerintah. Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan ceramah. Tetapi pada kurikulum ini siswa belum dituntut untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga guru dipandang sebagai sumber belajar utama bukan sebagai fasilitator. Inti pokok persamaan yang dapat dilihat adalah bahwa siswa mendapat subyek yang berperan aktif dalam melakukan tindak pembelajaran yang lebih menggunakan proses dari pada produk, dan kesalahan yang dilakukan siswa dalam memahami dan atau melakukan proses pembelajaran tidak dianggap sebagai kegagalan namun dianggap sebagai bagian dari proses pembelajaran. Kurikulum 1994 menekankan unsur atau asaz kebermaknaan. Pada kurikulum 1994, pendidikan dasar diwajibkan menjadi 9 tahun (SD dan SMP). Berdasarkan strukturnya, kurikulum 1994 berusaha menyatukan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan dan kurikulum 1994 dengan tujuan pendekatan proses.139

Tabel 6.1 Karakteristik dan ciri kurikulum 1994 Karakteristik kurikulum 1994 Ciri yang menonjol pada kurikulum 1994

1. Keterlibatan intelektual, emosional siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Terjadi asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap timbal balik (feedback) dalam pembentukan keterampilan. 3. Penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam bentuk sikap.

1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan system caturwulan. 2. Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat. (berorientasi kepada mata pelajaran/isi. 3. Bersifat populis, yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa diseluruh Indonesia. 4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial. 5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikr siswa. 6. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. 7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.

Sumber: https://riaade45.wordpress.com/2013/05/24/kurikulum-1994/(diolah kembali oleh penulis)

Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia dalam artian materi pembelajaran ditentukan oleh pemerintah. Kurikulum ini

138staff.uny.ac.id/sites/default/..../KAKUBUTEK%20-%20Hakekat%20Kurikulum.pdf, (diakses pada tanggal 27 November 2016 pukul 21.15 WIB). 139saifulwhn.lecture.ub.ac.id/files/2011/11/KURIKULUM.pdf, perkembangan kurikulum (diakses pada tanggal 8 Desember 2016 pukul 23.30 WIB).

Page 97: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

85

bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial supaya tercapai target. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.140

Tabel 6.2 Struktur kurikulum SD 1994

Sumber: http://www.slideshare.net/kamilarifpatarai/perbandingan-kurikulum-2004-kbk-2006-ktsp-

dan-2013 Tabel diatas menunjukan tabel bagaimana struktur dari isi kurikulum 1994 yang diperuntukan untuk pendidikan sekolah dasar (SD). Dalam tabel tersebut, terdapat beberapa mata pelajaran yang dipelajari dibangku sekolah dasar. Mata pelajaran yang dipelajari adalah Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ipa, Ips, Kerajinan tangan dan Kesenian, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, muatan lokal dan pengembangan diri.

140https://globotech88.wordpress.com/2010/03/18/perbedaan-kurikulum-1994-dan-ktsp/ (diakses pada tanggal 8 Desember 2016 pukul 23.41 WIB).

Page 98: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

86

Tabel 6.3 Kurikulum SLTP 1994

Sumber: http://www.slideshare.net/kamilarifpatarai/perbandingan-kurikulum-2004-kbk-

2006-ktsp-dan-2013

Struktur kurikulum 1994 lebih sederhana dari kurikulum sebelumnya. Kesederhanaan struktur Kurikulum SMP/MTs 1994 terlihat pada penempatan semua mata pelaran dalam satu kelompok dan dengan demikian mata pelajaran yang satu sama dengan mata pelajaran lain dalam fungsinya. Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bersama-sama dengan mata pelajaran Pendidikan Agama, yang dalam kurikulum sebelumnya dimasukkan dalam kelompok dasar atau pembinaan jiwa Pancasila. Kurikulum SMP/MTs 1994 tidak mengenal kelompok, dan dengan demikian tidak memisahkan posisi kedua mata pelajaran tersebut dari mata pelajaran lainnya. Biasanya dalam struktur kurikulum, mata pelajaran dikelompokkan berdasarkan perbedaan dalam fungsi dan tujuan yang hendak dicapai oleh sejumlah mata pelajaran. Kesederhanaan struktur Kurikulum SMP/MTs 1994 ditunjukkan pula oleh penggabungan mata pelajaran/bidang studi PMP dan PSPB menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Lahirnya UU No 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional, merupakan pemicu lahirnya kurikulum 1994. Menurut UU tersebut, pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi luhur, memiliki keterampilan dan pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pada kurikulum 1994, pendidikan dasar dipatok menjadi sembilan tahun (SD dan SMP). Berdasarkan struktur kulikulum, kurikulum 1994 berusaha menyatukan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan dan kurikulum 1984 dengan tujuan pendekatan proses. 141

141https://globotech88.wordpress.com/2010/03/18/perbedaan-kurikulum-1994-dan-ktsp/, (diakses pada tanggal 8 Desember 2016 pukul 23.50 WIB).

Page 99: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

87

Tabel 6.4 Kelebihan dan kekurangan kurikulum 1994

Kelebihan Kelemahan/permasalahan

Siswa lebih banyak mendapat informasi

Siswa memiliki keterampilan di bidang akademik melalui muatan lokal

Rumus tujuan pembelajaran dibuat serinci mungkin dan berfokus pada pengetahuan

Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi setiap mata pelajaran.

Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.

Rincian media pada RP hanya sekedar dicantumkan dan tahap-tahap pembelajarannya tidak selalu menjadi perhatian.

Banyak sekolah yang kurang mampu menafsirkan konsep CBSA.

Sumber: Buatan Penulis berdasarkan referensi yang ada Dari kurikulum 1994 yang diterapkan di setiap sekolah yang ada memiliki manfaat positif bagi siswa tetapi juga memiliki kelemahan yang menjadi permasalahan bagi siswa. Pada penerapan kurikulum 1994 ini memiliki hasil yang banyak bagi perkembangan siswa akan tetapi dangkal dan kurang bermakna karena pengaplikasian pembelajarannya tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang ada tersebut menghambat proses penerapan kurikulum 1994 sehingga disempurnakan lagi menjadi menggunakan kurikulum 1997. Karena pada setiap penerapan kurikulum selalu ada kelemahan dan permasalahan yang membuat selalu adanya perbaikan demi proses pembelajaran yang baik serta mendapat hasil yang maksimal.

Tabel 6.5 Perbedaan kurikulum 1994 dengan KBK

Sumber: Hasil Analisis Penulis

Page 100: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

88

Kurikulum 1994 memang memiliki manfaat bagi siswa karena kesederhanaan Rencana Pengajaran (RP), tetapi kurikulum 1994 harus mengalami perkembangan. Sehingga nantinya proses pembelajaran tidak hanya terpaku oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar tapi membangun karakter siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Terlihat dari beberapa aspek yang tidak ada pada kurikulum 1994 tetapi terdapat di KBK dimana lebih menyempurnakan kurikulum 1994. Dimana dalam KBK guru lebih sebagai fasilitator yang memberi kemudahan bagi peserta didik untuk mampu lebih bagi aktif dalam proses pembelajaran. Evaluasi pada KBK pun menekankan proses dan hasil belajar yang tentunya lebih menekankan perkembangan pengetahuan siswa dibandingkan pada kurikulum 1994 yang hanya menekankan hasil belajar. Evaluasi pada kurikulum 1994 hanya menggunakan latihan soal yang kurang mengembangkan kemampuan kognitif siswa, sedangkan pada KBK memperhatikan aspek kognitif afektif dan psikomotorik yang mampu membentuk kompetensi individu yang baik dan bertanggung jawab secara kepribadiannya.

Tabel 6.6 Perbandingan Struktur Program dan Mata Pelajaran pada kurikulum

1994,2004, dan Standar Isi SD/MI

Kurikulum 94 Kurikulum 2004 Standar isi

Mata Pelajaran Mata Pelajaran Mata Pelajaran Kelompok Mata Pelajaran

Pendidikan agama Pendidikan agama Pendidikan agama a. kelompok mata pelajaran agama dan

akhlak mulia (etika, budi pekerti, atau moral)

Pendidikan pancasila dan

kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan dan

pengetahuan sosial

Pendidikan kewarganegaraan

b. kelompok mata pelajaran

kewarganegaraan dan kepribadian

Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia c. kelompok mata pelajran IPTEK

Matematika Matematika Matematika

IPA Sains IPA

IPS IPS

Kerajinan tangan dan kesenian

Kerajinan tangan dan kesenian

Seni budaya dan keterampilan

d. kelompok mata pelajaran estetika

Pendidikan jasmani dan kesehatan

Pendidikan jasmani Pendidikan jasmani, olahraga, dan

kesehatan

e. kelompok mata pelajaran jasmani,

olahraga, dan kesehatan

Sumber: Buku arsip perbandingan struktur kurikulum 94 dan 2004 di Puskurbuk Berdasarkan tabel diatas terlihat jelas bahwa adanya perubahan pada struktur program dan mata

pelajaran pada kurikulum 1994, 2004, dan standar isi di jenjang SD/MI. Dimana pada kurikulum 2004 tentunya terdapat perubahan dan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yang memiliki muatan lebih baik dengan memperhatikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dengan tujuan mampu membentuk pengetahuan siswa agar unggul dan berwawasan luas, mampu menguasai IPTEK dengan baik, dan mampu memiliki kepribadian yang bermoral serta bertanggung jawab dengan apa yang didapatkan di sekolah. Terlihat dengan pembagian kelompok mata pelajaran yang tersusun baik seperti kelompok mata pelajaran yang menekankan IPTEK yakni bahasa indonesia, matematika, IPA dan IPS sebagai penunjang aspek kognitif. Serta ada kelompok mata pelajaran seperti kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian sebagai penunjang aspek afektif dan psikomotorik. Tak lupa juga ada muatan lokal yakni kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran jasmani olahraga dan kesehatan sebagai penunjang kreatifitas dan jasmaniah.

Page 101: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

89

Peran Guru dalam Kurikulum 1994 Belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran. Guru bertugas membimbing dan mengarahkan cara belajar siswa agar mencapai hasil optimal. Besar kecilnya peranan guru akan tergantung pada tingkatan penguasaan materi, metodologi, dan pendekatannya. Penggunaan metode yang tepat akan turut menetukan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Didalam kurikulum 1994 penyusunan program pengajaran oleh guru memperhatikan beberapa komponen seperti penguasaan materi, analisis materi pelajaran, dan penyusunan persiapan mengajar. Dari komponen-komponen yang berpengaruh terhadap hasil beljar tersebut, komponen guru lebih menentukan karena ia yang akan mengelola komponen lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil proses belajar mengajar.

Suatu proses belajar mengajar (PBM) dapat berjalan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh dapat saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan PBM. Asas pelaksanaan pembelajaran dalam kurikulum 1994 didasarkan kepada beberapa komponen seperti, diarahkan pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengikuti jadwal yang telah ditentukan, alokasi waktu sesuai dengan susunan program pengajaran, dilakukan melalui tatap muka dan diperdalam melalui penegasan/penguatan. Kemudian, untuk langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yaitu yang pertama, menelaah isi GBPP, penjabaran materi, dan penyesuaian pendekatan, metode dan saran dalam proses belajar mengajar serta alokasi waktu (kegiatan ini disebut Analisis Materi Pelajaran), yang kedua yaitu menyusun program tahunan dan cawu, ketiga menyusun persiapan mengajar dengan mencantumkan komponen-komponen sekurang-kurangnya : tujuan, materi, proses belajar mengajar, dan penilaian, selanjutnya yang keempat melaksanakan proses belajar mengajar, kemudian melaksanakan penilaian. Hal-hal tersebut dilaksanakan/dilakukan oleh guru untuk melakukan proses pembelajaran.

Didalam proses belajar mengajar dalam kurikulum 1994 ada 3 komponen penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa yaitu materi pelajaran, kegiatan belajar, dan penilaian. Dari ketiga komponen tersebut maka penguasaaan materi oleh guru merupakan hal yang sangat menetukan, khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan guru mata pelajaran. Antara materi, kegiatan belajar mengajar dan penilaian mempunyai kaitan erat dan saling mempengaruhi.142

Skema 6.2 Proses pembelajaran

Sumber : Pedoman Pelaksanaan PBM Puskurbuk

Ruang lingkup materi yang harus dikuasai oleh guru dan siswa yaitu materi yang harus dikuasai secara minimal oleh siswa adalah materi yang tercantum dalam GBPP. Bila dimungkinkan siswa

142Dikutip dari Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) (Jakarta: Puskurbuk : 1994), hlm.20.

Page 102: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

90

dapat diberi program pengayaan. Bila siswa harus menguasai materi minimal seperti ynag tercantum dalam GBPP maka guru tentu saja harus menguasai lebih dari apa yang tercantum dalam GBPP. Oleh karena itu idealnya buku untuk tiap mata pelajaran harus ada seperti buku sumber untuk siswa, yang membahas materi yang dituntut GBPP dan buku sumber pegangan guru, yang membahas perluasan materi yang dituntut GBPP. Antara lain termasuk latar belakang materi, konsep-konsep dasar dan perkembangan terbaru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu terdapat usaha meningkatkan penguasaan materi seperti melalui sistem Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yaitu mendalami matteri melalui prinsip dari guru, oleh guru, untuk guru, melalui buku sumber yang tersedia/mandiri, melalui ahli/ilmuan yang bersangkutan, melalui kursus pendalaman materi (KMP), dan melalui pendidikan khusus. Kegiatan pendalaman materi ini amat bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan diri akan kemampuan profesionalnya sehingga tidak ragu lagi dalam mengelola PBM selain itu juga memperdalam dan memperluas wawasan atas konsepsi tinjauan akademis, dan aplikasinya sehingga dapat dimanfaatkan untuk melaksankan analisis materi pelajaran (AMP).

Kemudian guru juga dalam kurikulum 1994 melakukan analisis materi pelajaran (AMP). AMP ini adalah hasil dari kegiatan yang berlangsung sejak seorang guru mulai meneliti isi GBPP kemudian mengkaji materi dan menjabarkannya serta mempertimbangkan penyajiannya. AMP merupakan salah satu dari bagian rencana kegiatan belajar pada kurikulum 1994 yang disusun atau dirancang oleh guru yang berhubungan erat dengan materi pelajaran dan strategi penyajiannya. AMP ini berfungsi sebagai acuan atau tolak ukur untuk menyusun program pengajaran yaitu program tahunan, program caturwulan, program satuan pelajaran dan rencana pengajaran. Kegiatan penyusunan analisis materi pelajaran ini yang berupa penjabaran dan penyesuaian isi GBPP mata pelajaran dapat dilakukan oleh sekelompok guru senior dan berkualifikasi dalam mata pelajaran yang bersangkutan.

Penjabaran kurikulum merupakan upaya untuk menguraikan bahan pelajaran, dan menguraikan tema/konsep/pokok bahasan termasuk contoh dan ilustrasinya. Penyesuaian kurikulum merupakan upaya untuk menyesuaikan pembelajaran dalam kurikulum nasional dengan keadaan lingkungan setempat (lingkungan alam, sosial dan budaya) agar proses dan hasil belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan. Kegiatan penyesuaian kurikulum mencakup pemilihan metode, pemilihan saran pembelajaran, dan pendistribusian waktu kegiatan belajar mengajar. Penyesuaian kurikulum dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa setiap dalam GBPP belum diatur secara tegas tentang metode, sarana pembelajaran dan pendistribusian waktu untuk setiap pokok bahasan. Oleh karena itu perlu penyesuaian metode dan sarana pembelajaran untuk setiap pokok bahasan, perlu dipilih yang paling cocok dengan mempertimbangkan keadaan siswa, keadaan sekolah dan lingkungannya serta kekhasan pokok bahasan tersebut.

Kemudian di dalam kurikulum 1994 terdapat kompentensi yang diharapkan dalam pelaksanaan atau implementasi kurikulum ini, perlu diberi kekhasan-kekhasan kurikulum 1994 terutama yang mempunyai implikasi dan berhubungan langsung terhadap tuntutan kompetensi guru. Dengan diberikan kekhasan-kekhasan kurikulum 1994 diharapkan dapat diketahui kompetensi guru yang diharapkan. Karakteristik kurikulum 1994 sendiri memiliki prinsip pengembangan, yaitu penyederhanaan dan fleksibilitas. Prinsip dasar penyederhanaan berimplikasi menuntut guru untuk mampu menjabarkan isi kurikulum yang kemudian disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Prinsip fleksibilitas sendiri menuntut guru untuk mampu memilih metode atau pendekatan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran, mengatur alokasi waktu dan memilih sarana yang sesuai didalam menyampaikan materi dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.

Pembinaan kemampuan guru merupakan hal penting dan perlu dilaksanaakan terus menerus dalam meningkatkan mutu kemampuan guru dalam mengajar. Dengan dilaksanakannya kurikulum 1994

Page 103: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

91

untuk dibina. Disamping hal diatas kondisi guru masih jauh dari yang diharapkan untuk menjalankan tuntutan kurikulum 1994 dengan segala karakteristiknya. Guru dituntut untuk menggunakan kreativitasnya lebih tinggi dari pelakasanaan kurikulum-kurikulum terdahulu. Tentunya peningkatan kemampuan ini tidak akan muncul sendiri tanpa adanya pembinaan yang sistematis, intensif dan terencana. Dengan dilakukannya pembinaan diharapkan kompetensi guru dapat ditingkatkan sehingga memenuhi tuntutan yang diharapkan oleh isi dari kurikulum 1994. Untuk meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain tugas belajar, mengikuti berbagai penataran, seminar, lokakarya, dan melakukan penelitian. Kegiatan-kegiatan tersebut selama ini telah banyak diikuti oleh para guru pada taraf tertentu. Kegiatan-kegiatan tersebut telah banyak bermanfaat namun perlu ditingkatkan baik frekuensi maupun kualitasnya serta diorientasikan pada kebutuhan guru saat ini dan dimasa yang akan datang. Dengan demikian adalah sangat beralasan bahwa pembinaan kemampuan guru perlu lebih ditingkatkan dan diarahkan pada membantu guru menganalisa dan menyesuaikan kurikulum 1994 dalam rangka meningkatkan mutu belajar peserta didik.

Model Pembelajaran Kurikulum 1994 Dalam bagian ini akan dibahas pendekatan dan metode yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar, namun pada bagian ini hanya akan diketengahkan pendekatan keterampilan proses. Pertama ada pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu. termasuk kreativitas. Dengan demikian pendekatan keterampilan proses berarti perlakuan yang diterapkan dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan daya pikir dan kreasi secara efisien efektif guna mencapai tujuan. Kemampuan-kemampuan tersebut antara lain berbentuk kemampuan mengidentifikasi, mengklasifikasi, menghitung, mengukur, mengamati, mencari hubungan menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan, mengkomunikasikan, dan mengekspresikan diri ke dalam suatu karya.

Keterampilan sendiri mengandung beberapa unsur kemampuan, pertama kemampuan olah pikir (psikis) kedua kemampuan olah perbuatan (fisik). Manifestasi dari keterampilan akan tampak melalui ciri-ciri atau indikator, diantaranya seperti kemampuan bertanya, kemampuan melakukan pengamatan, kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengamatan, kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi berupa hubungan/kaitan satu sama lain, kemampuan menggunakan alat/bahan untuk memperoleh pengalaman langsung, kemampuan merencanakan penelitian lebih seksama, kemampuan menggunakan/menerapkan konsep yang dikuasai pada situasi baru, dan kemampuan menyajikan hasil penelitian. Kemampuan-kemampuan inilah yang akan mendukung aktivitas siswa dalam melaksanakan proses belajar. Dengan demikian antara cara belajar siswa dengan proses belajar siswa identik, sedang kadar keterampilannya akan tergantung dari kemampuan daya pikir, daya nalar dan daya kreativitas siswa. Keterampilan proses bertitik tolak pada pandangan bahwasanya tiap siswa memiliki potensi atau kemampuan yang berbeda. Bila potensi ini kita rangsang akan menimbulkan kemauan untuk aktif, dan keaktifan ini bila kita gunakan untuk proses belajar akan menghasilkan hasil yang optimal dan mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pendekatan keterampilan proses, terdapat ruang lingkup, asas pelaksanaan dan kegiatan-kegiatan yang cenderung mendorong siswa untuk aktif. Ruang lingkup keterampilan proses maupun keaktifan siswa, mencakup segi fisik, yang ditunjukkan dalam bentuk gerak. Perbuatan, kata-kata yang bisa diamati dan terkait dalam konteks kegiatan belajar. Selain segi fisik, adapula segi psikis(mental), yang ditunjukkan dalam olah pikir dan sikap yang mendukung kegiatan belajar. Selanjutnya dalam segi sosial, budaya dan alam yang ditunjukkan pada pendayagunaan lingkungan dalam proses belajar.

Page 104: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

92

Dalam asas pelaksanaan, terdapat motivasi yang meliputi keaktifan siswa, dan akan didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya sesuatu yang ingin dicapai. Disamping motivasi, terdapat potensi siswa yang mana keaktifan siswa akan berkembang bila dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya. Berbicara tentang motivasi dan potensi siswa sudah pasti ada suasana kelas dan pengelolaan kelas. Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi keaktifan siswa, suasana kelas harus dikelola sehingga merangsang siswa untuk aktif misalnya tersedianya sarana yang memadai, dan adanya bimbingan dari guru. Dalam asas pelaksanaan, yang terakhir adalah Tut Wuri Handayani, artinya guru hanya mengikuti, memberi motivasi dan memberi bimbingan yang mengarah pada tujuan yang ingin dicapai.

Untuk mendorong ketercapaian tujuan, dan mendorong siswa untuk aktif, diperlukan kegiatan-kegiatan yang cenderung mendorong siswa untuk aktif. Pertama, kegiatan diskusi kelompok atau diskusi kelas. Kedua, penelitian oleh siswa terhadap lingkungan sekitar atau dokumentasi. Lalu, praktikum antara lain Praktikum IPA, keterampilan. praktek olahraga, kesenian, dan yang sejenis. Tanya jawab antar siswa atau guru dengan siswa juga sangat diperlukan, melakukan percobaan atau ujicoba, karyawisata, belajar dengan modul atau lembar kerja, merangkum isi buku, melakukan studi kasus,melakukan penulisan naskah dan yang terakhir bermain peran.

Metode belajar mengajar pada kurikulum 1994, terdapat metode tertentu untuk menunjang pendekatan siswa aktif, asalkan metode tersebut diterapkan dengan teknik yang benar. Metode tesebut adalah : Pertama metode ceramah, yakni suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh gunu kepada siswa. Agar siswa aktif dalam proses belajar mengajar yang menggunakan metode ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan keterampilan berfikir untuk memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan, dan mencatat penalarannya secara sistematis. Metode ini yang paling banyak digunakan guru, dengan berbagai alasan, tetapi juga metode yang paling banyak dikritik. Salah satu kelemahannya adalah pada guru yang menggunakan metode ceramah untuk mencapai hampir semua tujuan. Metode ceramah terdapat dalam berbagai bentuk. Pertama, ceramah yang beronentasi kepada masalah, ceramah jenis ini dimulai dengan penyajian suatu rmasalah dan diakhiri dengan pemecahan masalah. Kedua, ceramah yang membahas materi pengetahuan tertenu (body of knowledge). Selanjutnya, ceramah yang dimulai dengan paparan dari suatu sudut pandang tertentu, kemudian beralih ke sudut pandang lain. Ceramah akan menjadi metode yang sangat efektif apabila pembicara guru adalah seorang komunikator yang sangat baik. Di samping itu, penggunaan metode ceramah sebaiknya disertai juga dengan metode-metode lain sesuai kebutuhan, dan media komunikasi (OHP alat peraga).

Kedua, metode tanya jawab yaitu suatu cara penyajian materi melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metode tanya jawab akan menjadi metode yang efektif bila materinya menarik dan menantang, serta memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaannya bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban). Jawaban pertanyaan itu diperoleh dari penyempurnaan jawaban-jawaban siswa dan dilakukan dengan teknik bertanya yang baik.

Ketiga, metode diskusi yang merupakan suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui pengajuan masalah yang pemecahannya sangat terbuka. Diskusi dapat dilakukan secara kelompok atau klasikal. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi melibatkan semua nggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan. Ada juga prinsip-prinsip diskusi, yaitu harus ada pemimpin dan anggota, topik jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi dan suasananya tanpa tekanan. Dalam pelaksanaan, persiapan yang perlu disiapkan adalah topik diskusi materi permasalahan, tujuan diskusi, mekanisme diskusi, atau tata cara tata krama diskusi. Pemimpin diskusi merupakan dinding pemantul, pengatur arus lalu lintas diskusi, dan menguasai

Page 105: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

93

suasana diskusi. Anggota menggunakan hak dan kewajiban untuk membahas, bertanya, member saran dan pemikiran. Terakhir penutup, pemimpin diskusi menyimpulkan hasil diskusi. Dalam tahap diskusi, karena kelas belajar kita adalah klasikal yang terdiri kurang lebih 40 siswa, maka diskusi dapat dibagi menjadi 2 tahap : pertama, diskusi kelompok yang menghasilkan kesepakatan tiap kelompok. Kedua, diskusi kelas yang menghasilkan kesepakatan keseluruhan kelompok dalam kelas. 143

Skema 6.3 Proses Berjalannya Diskusi

Sumber :Arsip Pusat Kurikulum Buku (1994)

Skema diatas merupakan menjelaskan tentang proses berjalannya diskusi. Didalamnya menjelaskan tentang persiapan materi, pengorganisasian, dan persiapan tata cara. Ketika point tersebut sudah siap, lanjutkan dengan diskusi kelompok. Setelah diskusi kelompok berjalan, semua siswa dianjurkan untuk aktif dalam diskusi. Diskusi merupakan salah satu cara memecahkan suatu masalah atau mencari solusi, setelah diskusi dilaksanakan siswa dan guru menarik suatu kesimpulan dari hasil diskusi.

Penutup Kurikulum merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sering terjadi pergantian kurikulum di Indonesia, pergantian kurikulum ini merupakan suatu hal yang biasa dan suatu keniscayaan dalam rangka merespon perkembangan masyarakat yang begitu cepat. Karena, pendidikan harus mampu menyesuaikan dinamika yang berkembang dalam masyarakat. Pesoalan kurikulum bukan hanya persoalan buku pelajaran akan tetapi banyak persoalan lainnya termasuk persoalan arah dan tujuan pendidikan, persoalan materi pendidikan bahkan persoalan-persoalan yang menyangkut sosial politik dan ekonomi.

Kebijakan link and match ini merupakan kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dikembangkan untuk meningkatkan relevansi pendidikan, yaitu relevansi dengan kebutuhan pembangunan umumnya dan dengan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha dan dunia industri. Jadi, esensi dari relevansi adalah upaya menciptakan keterkaitan dan kesepadanan antara pendidikan dan pembangunan. Diharapkan paradigma orientasi pendidikan tidak lagi supply minded tetapi lebih demandminded (kebutuhan pasar). Kebijakan Link and Match mengimplikasikan wawasan masa depan, wawasan mutu dan wawasan keunggulan, wawasan profesionalisme, wawasan nilai tambah dan wawasan ekonomi dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya pendidikan kejuruan. Pendidikan merupakan faktor pendorong dalam percepatan perubahan struktur ekonomi dan ketenagakerjaan. Dalam hal ini yaitu, makin berkembangnya struktur ekonomi industri.

143 Ibid, hlm.8

Persiapan Materi Diskusi Kelompok

Pengorganisasian siswa

Persiapan tata cara

Diskusi Kelompok

Diskusi Kelompok

Diskusi Kelas

Kesimpulan

Page 106: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

94

Skema 6.4 Kesimpulan dari Keseluruhan Isi

Sumber : Analisis penulis (2016)

Pada kurikulum 1994 ini memiliki karakteristik sedemikian rupa yang sudah disusun dalam Rancangan Pembelajaran dan memiliki beberapa kelebihan dengan maksud memberi bekal bagi siswa ke arah penugasan IPTEK. Tujuan dari kurikulum 1994 sendiri yakni membentuk masyarakat yang berwawasan dan maju dalam era globalisasi sehingga nantinya mampu bersaing dengan individu lain di dalam negri maupun ke dunia internasional. Seiring berjalannya proses pembelajaran menggunakan kurikulum 1994, terdapat beberapa kelemahan kurikulum 1994 yang merupakan permasalahan dan menjadi penghambat bagi keberlangsung proses pembelajaran. Walaupun siswa maupun elemen lain memiliki hasil banyak dari penerapan kurikulum 1994 ini tetapi hasil tersebut dangkal dan kurang bermakna. Terutama bagi siswa yang mendapatkan hasil tetapi dangkal dan kurang bermakna yakni tidak sesuai dengan pengaplikasian kehidupan sehari-hari. Maka dari itu diadakan lagi perubahan dan penyempurnaan dengan kurikulum 1997 demi perbaikan proses pembelajaran. Yang nantinya mampu mengembangkan kurikulum agar lebih baik dan mampu membentuk siswa yang memiliki pengetahuan, menguasai teknologi, dan membentuk kepribadian siswa menjadi manusia yang unggul. Sehingga siswa memiliki kemampuan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang maksimal sehingga tidak hanya terpaku pada hasil pembelajaran tetapi mampu menikmati setiap proses pembelajaran.

Daftar Pustaka Endang S. Soesilowati, Link and match Dunia Pendidikan dan Industri dalam Meningkatkan Daya

Saing Tenaga Kerja dan industri, LIPI Press, anggota Ikapi Pusat Penelitian Ekonomi (LIPI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Ending s. Soesilowati.

Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM), Puskurbuk. Rakhmat Hidayat, Pengantar Sosiologi Kurikulum, PT Raja Grafindo Persada. S. Hasan Hamid, Perkembangan Kurikulum: Perkembangan Ideologis dan Teoritik Pedagogis (1950-

2005). http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985031-

ENDANG_RUSYANI/Pengertian,_Fungsi_dan_Peran.pdf https://adzelgar.wordpress.com/2009/02/02/inovasi-kurikulum-pendidikan-kejuruan-84-2004/,

Kurikulum 1994 Memberi bekal bagi siswa ke

arah penugasan IPTEK

Tujuannya membentuk

masyarakat yang

berwawasan maju dalam

era globalisasi

Kelebihan kurikulum 1994

yang ditekankan dalam

Rancangan pembelajaran,

siswa, dan guru

Terdapat beberapa kelemahan

yang menjadi permasalahan

Hasilnya banyak tetapi

dangkal dan kurang

bermakna

Disempurnakan lagi

menjadi kurikulum 1997

Kurikulum 1984

disempurnakan

Page 107: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

95

https://menyempal.wordpress.com/tokoh-pendidikan-4/wardiman-djojonegoro/ http://adzelgar.worldpress.com/2009/02/02/inovasi-kurikulum-pendidikan-kejuruan-84-2004 file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR.../SEJARAH_PERKEMB.__KURIKULUM.pdf staff.uny.ac.id/sites/default/..../KAKUBUTEK%20-%20Hakekat%20Kurikulum.pdf https://globotech88.wordpress.com/2010/03/18/perbedaan-kurikulum-1994-dan-ktsp/ saifulwhn.lecture.ub.ac.id/files/2011/11/KURIKULUM.pdf

Page 108: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

96

Bab 7 Perkembangan Kurikulum 2004 Afif Nur Miftah, Clara Dwi Yanti, Dzaqi Arrafi, Fitria Septiani, Hayatul Ainiyah Pendahuluan Kurikulum berbasis kompetensi atau kurikulum 2004 merupakan kurikulum pertama yang disusun setelah peristiwa reformasi tahun 1998. Meskipun pada tahun 1999 pemerintah memberlakukan suplemen 1999 ke dalam kurikulum 1994, namun implementasinya tidak bersifat komprehensif dan perencanannya pun tidak matang. Kurikulum KBK menjadi satu titik awal tumpuan harapan masyarakat Indonesia untuk mewujudkan cita-cita reformasi yang berlandaskan penegakan hak asasi manusia dan perwujudan desentralisasi kekuasaan yang seadil-adilnya. Tak heran bila kemudian perencanaan kurikulum 2004 memakan waktu yang cukup panjang, yaitu dimulai sejak tahun 2000 hingga tahun 2004 dengan revisi dan penambahan konten setiap tahunnya.144

Penerapan kurikulum KBK diiringi oleh berbagai peristiwa penting yang melingkupi dimensi sosial, politik, dan ekonomi bangsa. Beberapa peristiwa yang memiliki pengaruh signifikan terhadap penerapan kurikulum dari perspektif keilmuan sosiologi kurikulum adalah peristiwa penerapan otonomi daerah, pemilihan umum langsung 2004, penerapan wajib belajar 9 tahun, dan penandatanganan AFTA (Asean free trading area) atau pasar bebas di wilayah negara ASEAN. Berbagai fase atau peristiwa tersebut mengandung implikasi yang cukup banyak mempengaruhi proses pembuatan hingga penerapan kurikulum KBK baik dalam tataran practice maupun teoritis.

Skema 7.1 Fase-fase penting Kurikulum 2004

Sumber : Analisis Kelompok dari berbagai sumber (2016)

Dimulai dari pemberlakuan otonomi daerah sebagai salah satu amanat reformasi 1998, bangsa kita sudah terlalu lama dinina bobokan dengan dongeng harga-harga murah dan degradasi moral akibat budaya barat yang tak terbendung lagi. Belum lagi fakta bahwa bangsa ini memiliki hutang negara yang begitu besar akibat KKN yang terjadi di seluruh departemen penyelenggara pemerintahan dan sentralisasi kekuasaan yang tak kunjung usai selama 32 tahun lamanya. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya gerakan sosial masif yang dimotori oleh mahasiswa sebagai elemen yang bertugas menjaga idelaismenya tetap utuh. Otonomi daerah berhasil diwujudkan seiring dengan runtuhnya rezim otoriter Soeharto.

Otonomi daerah dimulai dengan penerapan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 2002 tentang Perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dua UU ini memberikan ruang bagi masing-masing daerah untuk menyelenggarakan rumah tangga daerahnya sesuai dengan situasi dan kondisi daerah mereka dengan tetap melibatkan pemerintah pusat sebagai mitra strategis. Pemberlakuan UU tersebut berimplikasi pada munculnya tuntutan perubahan

144 Dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi, Balitbang Depdiknas, 2002.

Page 109: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

97

pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistis menjadi desentralistis.145 Proses penerapan UU otonomi daerah sempat menghadapi beberapa hambatan di beberapa daerah, terutama daerah yang sedang mengalami konflik atau pasca konflik seperti Timor Timur dan Nanggroe Aceh Darussalam dengan gerakan separatisnya. Penyelenggaraan otonomi daerah di bidang pendidikan bisa kita lihat dari penerapan kurikulum berbasis sekolah yang merupakan salah satu elemen dari KBK. Kurikulum berbasis sekolah merupakan rancangan awal pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih mandiri dan sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing sekolah. Kurikulum berbasis sekolah kemudian berubah nama menjadi Manajemen Berbasis Sekolah setelah UU Sistem Pendidikan Nasional dikeluarkan tahun 2003.146

Selain otonomi daerah, fase penting lainnya adalah penyelenggaraan pemilihan umum langsung dan serentak yang pertama kali diterapkan setelah reformasi terjadi. Pemilu 2004 merupakan momentum besar bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mengharapkan penerapan demokrasi secara utuh dan bebas serta menjamin hak setiap warga negaranya. Oleh karena itu, pemilihan umum 2004 juga menjadi salah satu prioritas di dalam REPETA tahun 2004, yaitu memantapkan pembangunan politik dalam rangka menegakkan kedaulatan rakyat dengan menyelenggarakan pemilihan anggota legislatif dan pemilihan langsung presiden dan wakil presiden dalam pemilu tahun 2004.147 Agenda pemilu ini menjadi salah satu pertimbangan dalam penyusunan kurikulum karena melibatkan kurikulum sebagai salah satu alat untuk memberikan pendidikan politik yang sesuai dengan demokrasi yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945.

Setelah Pemilu selesai dilaksanakan, Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden yang terpilih melakukan penerapan program wajib belajar 9 tahun dengan cara menggratiskan pendidikan dasar dan menengah pertama di Indonesia. Wajib belajar 9 tahun merupakan salah satu program andalan SBY yang di awal penerapannya sempat mengalami kendala di beberapa daerah. Berbeda dengan program wajib belajar 9 tahun yang diterapkan oleh Presiden Soeharto dalam maklumat tahun 1994, wajib belajar 9 tahun pada pemerintahan SBY memberikan kebebasan biaya pada penyelenggaraan pendidikan dasar dan penengah. Program ini sesuai dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa anggaran penyelenggaraan pendidikan sebesar 20% dari APBN.

Dalam bidang ekonomi, keikutsertaan Indonesia dalam penandatangan AFTA menjadi salah satu fase penting yang tidak bisa dilepaskan keterkaitannya dengan kurikulum KBK. Meskipun Indonesia sudah menandatangani akta AFTA pada tahun 1992, namun perjanjian ini mengikat Indonesia dalam jangka waktu yang cukup panjang, yaitu selama 15 tahun lamanya.148 Oleh karena itu, AFTA menjadi salah satu fase penting dalam penyusunan kurikulum KBK yang dimulai sejak tahun 2000. Implikasi dari diberlakukannya AFTA adalah kesepakatan biaya tarif bea dan cukai untuk komoditi ekspor sebesar 0-5%. Meskipun Indonesia memiliki sumber daya berlimpah untuk mengekspor beberapa komoditinya, namun Indonesia juga mengalami kesulitan berkaitan dengan kurangnya SDM yang memiliki skill yang memadai. Komoditi seperti otomotif dan elektronik impor menjadi tidak berimbang jumlahnya dengan produk otomotif dan eektronik dalam negeri. Oleh karena itu, kurikulum KBK mendasarkan penilaian dan prosesnya pada pencapaian kompetensi, sebagai upaya mengejar ketertinggalaan bangsa Indoensia dalam hal inovasi teknologi.

Konteks Sosial, Politik dan Ekonomi Kurikulum, sebagai sebuah kebijakan pemerintah tidak dapat dipandang semata-mata sebagai persoalan pendidikan an sich. Kurikulum, di samping dimensi pedagogi juga menyangkut pada beberapa dimensi lain yang saling beririsan seperti dimensi sosial, politik, dan ekonomi. Oleh sebab

145 Rusdiana, H. Ahmad, Kebijakan Pendidikan dari Filosofi ke Implementasi (Bandung: PustakaSetia, 2015),hlm. 212. 146 UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003. 147 Rencana Pembangunan Tahunan 2004, Bappenas RI, I-17. 148 Dokumen Regulasi AFTA, Balitbang Kementerian Perdagangan RI, 2002.

Page 110: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

98

itu, diasumsikan bahwa kondisi sosial, politik, dan ekonomi pasca reformasi baik secara langsung maupun tidak langsung turut andil dalam memberi bentuk ataupun isi dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2004.

Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) telah berjalan sejak tahun 2001 pada beberapa sekolah yang dijadikan mini pilot (rintisan).149 Mini pilot (rintisan) implementasi KBK yang dilakukan sejak tahun 2001 kemudian diperluas ke lebih banyak sekolah hingga tahun 2004. Dilakukannya mini pilot (rintisan) KBK sebelum diberlakukan secara nasional bertujuan untuk mendapat masukan tentang kekuatan dan kelemahan sebagai bahan penyempurnaan.150

Skema 7.2 Tahap Kebijakan KBK hingga KTSP

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Pengembangan rintisan KBK 2004

Implementasi Terbatas KBK 2004

UU Sisdiknas

Penyusunan KTSP 2006

Pemberlakuan KTSP 2006

Sumber : https://www.academia.edu/5771571/Perbandingan-kurikulum-2004-kbk-2006-ktsp-dan-2013

Menarik jika diamati skema di atas, bahwa rintisan KBK dilakukan dalam waktu tiga tahun dan diterapkan hanya selama dua tahun (2004-2006). Ketika KBK baru berjalan satu tahun Depdiknas justru memulai untuk merintis KTSP 2006 pada tahun 2005. Dinamika sosial, politik, dan ekonomi bisa saja berkaitan dengan usia singkat KBK 2004. Mengingat pada tahun 2004 Indonesia baru saja berganti kepemimpinan dari Megawati ke Susilo Bambang Yudhoyono. Pergantian presiden ternyata diikuti pula oleh adanya pergantian Mentri Pendidikan Nasional. Pada era pemerintahan Presiden Megawati, Mendiknas dijabat oleh Prof. Drs. A. Malik Fadjar, M.Sc dan pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mendiknas dijabat oleh Prof. Dr. Bambang Sudibyo, kemudian dilanjutkan oleh Prof. Dr. Ir. M. Nuh.151

Jika kita menengok ke belakang sebelum terjadinya pergantian kepemimpinan dari Presiden Megawati ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, maka akan terlihat bagaimana situasi politik bangsa yang sedang berbenah pasca reformasi. Situasi perpolitikan bangsa menjelang tahun 2004 tengah disibukkan dengan proses konsolidasi demokrasi Indonesia. Pada masa itu demorkasi Indonesia pasca Orba akan melalui suatu fase penting, salah satunya adalah penyelenggaraan Pemilu Tahun 2004. Pasca runtuhnya rezim Orde Baru, segenap rakyat Indonesia tentu berharap akan lahirnya perubahan besar, yakni tegaknya kembali kedaulatan rakyat secara utuh. Oleh sebab itu,

149 Departemen Pendidikan Nasional, “Pelayanan Profesional Kurikulum 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi,” (Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2003), hlm 11. 150Ibid., h 3. 151http://kemdikbud.go.id/main/tentang-kemdikbud/sejarah-kemdikbud, (diakses pada 20 Desember 2016).

Page 111: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

99

hasil Pemilu 2004 diharapkan mampu mencerminkan kedaulatan rakyat serta menjadi momentum bagi upaya membangun kelembagaan dan tradisi berdemokrasi yang sesungguhnya.152

Proses konsolidasi demokrasi telah dimulai sejak tahun 2002 dengan dituntaskannya amandemen (I, II, III, dan IV) Konstitusi UUD 1945. Amandemen tersebut menegaskan keharusan untuk menerapkan sistem pemilihan presidan wakil presiden secara langsung agar memperjelas posisi lembaga kepresidenan dalam sistem pemerintahan presidensil. Dalam amandemen tersebut juga memberikan jaminan eksistensi bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Peran KPU sebagai lembaga yang independen sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan Pemilu 2004.

Selain itu, dalam rangka konsolidasi demokrasi perlu adanya upaya untuk membangun mekanisme komunikasi politik antara negara dan rakyat. Pasca Orde Baru tumbang, masyarakat tampak semakin kritis terhadap kondisi sosial-politik negara. Adanya keinginan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik yang memiliki kaitan langsung dengan kesejahteraan menjadi potret tradisi politik masyarakat. Demonstrasi dan rapat-rapat umum pun dilakukan oleh rakyat sebagai bentuk partisipasi politik untuk menyatakan aspirasinya. Kondisi tersebut jika dapat dikelola dengan baik akan menjadi modal penting bagi proses konsolidasi demokrasi. Sebaliknya, jika partisipasi politik rakyat tidak mampu dikelola secara terlembaga dan berkelanjutan dapat menjadi kontraproduktif bagi konsolidasi demokrasi. Kedaulatan rakyat dapat disalah artikan hingga akhirnya menjelma sebagai perilaku anarkis. Oleh sebab itu, pendidikan politik yang terlembaga dan berkelanjutan diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai budaya demokratis kepada masyarakat.

Langkah besar yang diambil oleh bangsa Indonesia pasca reformasi adalah melakukan perubahan yang bersifat fundamental dalam menjalankan pemerintahan daerah. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab. UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 pada masa pemerintahan B.J. Habibie menjadi dasar hukum baru dalam pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi menggantikan UU No. 5 Tahun 1974 pada masa pemerintahan Soeharto.

Tabel 7.1 Analisis Perbandingan UU No 22 Tahun 1999 dengan UU No 5 Tahun 1999

Pembahasan UU No 22 Tahun 1999 UU No 5 Tahun 1974

Arti penting Otonomi daerah sebagai hak mengatur dan mengurus melalui prakarsa sendiri

Otonomi daerah sebagai kewajiban

Asas Asas demokrasi dengan memperhatikan keanekaragaman daerah

Asas dekonsentrasi

Hal fundamen dalam penyelenggaraan otonomi

Peningkatan fungsi dan peran Badan Perwakilan Rakyat Daerah untuk menumbuhkan prakarsa dan kreativitas masyarakat

Ketergantungan Pemda terhadap Pemerintah Pusat

Pertanggung Jawaban Kepala Daerah bertanggung jawab kepada DPRD

Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Pemerintah Pusat

Wewenang Derah memiliki wewenang mengangkat, memindahkan, memberhentikan, penetapan pensiun, pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah

Derah tidak memiliki wewenang mengangkat, memindahkan, memberhentikan, penetapan pensiun, pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah

Sumber : Makalah “Sejarah dan Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia”153

152 Rencana Pembangunan Tahunan, V-1. 153 Habibah Fauziah, “Sejarah dan Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia”, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 2004.

Page 112: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

100

Dengan ditetapkannya dasar hukum baru pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah pasca reformasi diharapkan pemerintahan daerah melalui unit-unit organsiasi pemerintah daerah dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sayangnya, pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah masih terhambat oleh masalah tumpang tindih peraturan perundang-undangan di pusat dan di daerah.154 Terjadinya tumpang tindih dan bahkan peraturan yang saling bertentangan antara pusat dan daerah menyebabkan terjadinya ketidakpastian hukum.

Dalam proses pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah ada beberapa tahap yang harus dilalui. Pelaksanaan proses desentralisasi dan otonomi daerah ditetapkan melalui empat tahap, yaitu: 1) Tahap inisiasi (selama tahun 2001); 2) Tahap instalasi (selama tahun 2002-2003); 3) tahapan konsolidasi (diproyeksikan tahun 2004-2007); 4) tahapan stabilisasi (selama tahun 2007).155 Jika dikaitkan dengan dinamika kurikulum di Indonesia, maka proses penyusunan kurikulum 2004 berlangsung selama tahap inisiasi dan instalasi proses desentralisasi dan otonomi daerah. Bahkan, yang tak kalah menarik selama kurun waktu antara tahun 2001-2004 telah ditetapkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional yang menggantikan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 sebagai landasan yuridis pelaksanaan pendidikan di Indonesia.

Pemberlakuan UU Otonomi Daerah dengan diterapkannya UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah mengakibatkan terjadinya perubahan berbagai aspek pembangunan di Indonesia, khususnya aspek Pendidikan.156 Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, urusan pendidikan tidak lagi menjadi urusan pemerintah pusat dan telah diserahkan kepada pemerintah daerah. Ini berarti bahwa tugas dan beban pemerintah daerah dan kabupaten/kota dalam menangani layanan pendidikan amat besar dan berat, terutama bagi daerah yang memiliki masalah minimnya kemampuan diri dan sumber daya pendidikan.157

Tabel 7.2 Pola Manajemen Pendidikan Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah

NO Pola Lama Pola Baru

1 Subordinasi Koordinasi

2 Pengambilankeputusan terpusat

Pengambilan keputusan partisipatif

3 Sentralistik Desentralistik

4 Mengarahkan Memfasilitasi

5 Diatur Motivasi diri

Sumber: Direktorat PLP Depdiknas 2002

Dalam praktiknya, desentralisasi pendidikan tidak berhenti pada tingkat kabupaten/kota sebagaimana desentralisasi dalam pemerintahan, melainkan sampai pada lembaga pendidikan atau sekolah.158 Oleh karenanya, dampak perubahan aspek pendidikan yang paling nyata akibat pemberlakuan UU Otonomi Daerah dapat dilihat di sekolah. Wajar saja, sebab sekolah merupakan ujung tombak dari proses pendidikan di mana terjadi proses pembelajaran, pelatihan, pembimbingan, dan penilaian di dalamnya. Guru harus merasa terpanggil secara profesional untuk menjalankan tugas secara profesional.159 Demi mengembangkan potensi peserta didiknya guru harus bersikap kreatif dan proaktif dalam mengaktualisasikan bidang pembelajaran. Oleh sebab itu, otonomi dan desentralisasi dalam aspek pendidikan perlu penekanan pada kewenangan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola kegiatan pendidikan agar hasil pembelajaran lebih optimal.

154 Rencana Pembangunan Tahunan I-8 155Ibid. 156 Hasbullah, “Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 17. 157Ibid., hlm. 30. 158Ibid., hlm 15. 159Ibid., hlm. 44.

Page 113: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

101

Salah satu wujud nyata otonomi pendidikan di sekolah adalah diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan dibentuknya Komite Sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah merupakan sebuah pendekatan pengelolaah sekolah yang bertitik tolak dari pemikiran, pertimbangan, dan harapan dari sekolah.160 Manajemen Berbasis Sekolah memiliki ciri-ciri, yaitu : 1) Adanya otonomi yang kuat di tingkat sekolah; 2) Keterlibatan secara aktif masyarakat dalam pendidikan; 3) Proses pengambilan keputusan yang demokratis dan berkadilan; 4) Menunjang akuntabilitas dan tranparansi dalam setiap kegiatan pendidikan.161

Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan juga menjadi tuntutan dari otonomi pendidikan. Kebijakan-kebijakan negara dalam bidang pendidikan yang merupakan perangkat untuk menjalankan pemerintahan harus berasal dari, oleh, dan untuk rakyat. Lahirnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 44/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah menegaskan perlunya peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan. Adapun peran Dewan Pendidikan dan Komite sekolah adalah sebagai pemberi pertimbangan, pendukung penyelenggaraan pendidikan, pengontrol akuntabilitas dan output pendidikan, dan mediator antara pemerintah daerah dan DPRD dengan masyarakat.162

Skema 7.3 Dampak UU Otonomi Daerah terhadap Manajemen Pendidikan

Sumber : Hasil Analisis Penulis

Kebijakan pemerintah yang perlu dicermati selama proses merintis KBK 2004 adalah ditetapkannya UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) awalnya diinisiasi oleh DPR melalui komisi VI saat Mendiknas era kepemimpinan Megawati dijabat oleh Prof. Drs. A. Malik Fajar. RUU Sisdiknas kemudian disandingkan dengan konsep pemerintah yang merujuk pada naskah akademis yang disusun oleh Yahya Muhaimin. Naskah akademik itu kemudian disahkan menjadi UU No 25 Tahun 2000 yang berisi tentang Program Pembangunan Nasional (khusus bidang pendidikan).163 Meskipun banyak pro dan kontra UU Sisdiknas pada akhirnya tetap disahkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada bulan Juli 2003.

Dalam konteks sosial tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah dibuktikan dengan jumlah penduduk miskin secara absolut pada tahun 2001 masih sangat besar, sekitar 37,9 juta, jumlah tersebut kemudian berkurang 0,2% pada tahun 2002 menjadi 38,4 juta.164 Pola penyebaran penduduk miskin pada tahun 2002 menurut pulau tidak banyak berubah dengan pola penyebaran 1996 dan 1999. Pada tahun 2002 persebaran penduduk miskin paling banyak beradadi pulau Jawa, Sumatera, dan Bali. Sekitar 78,8% dari seluruh penduduk miskin di Indonesia berada di 3 pulau tersebut.

160 Rusdiana, H. Ahmad, op.cit.,hlm. 227. 161Ibid., hlm.228. 162Ibid., hlm. 117. 163Ibid., hlm. 154. 164 Rencana Pembangunan Tahunan 2004, Bappenas.

Page 114: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

102

Tabel 7.3 Persebaran Penduduk Miskin Tahun 2002

No. Pulau Persentase

1. Jawa dan Bali 57%

2. Sumatera 21,8%

3. Sulawesi 7,4%

4. NusaTenggara 6,1%

5. Maluku dan Papua 4%

6. Kalimantan 3,8%

Sumber: Diolah dari Data Rencana Pembangunan Tahunan 2004, Bappenas

Salah satu pemicu terpenting terjadinya krisis multidimensi pada akhir masa orde baru adalah berkembangnya krisis moral yang melanda bangsa Indonesia.165Krisis moral memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas sumber daya manusia, hal itu dibuktikan dengan menurunnya peringkat Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index, HD) Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu dari peringkat ke-102 pada tahun 2001 menjadi 110 pada tahun 2002.

Tabel 7.4 Human Development Index tahun1993-2003

Negara Tahun

1993 1999 2001 2002 2003

Thailand 58 76 74 76 73

Malaysia 59 61 58 59 61

Filipina 100 77 85 83 84

Indonesia 104 109 112 111 110

Cina 111 99 104 94 85

Vietnam 120 108 109 112 108

Sumber : UNDP Human Development Report1995, 2000, 2003, 2004 dan 2005

Salah satu usaha dalam menanamkan nilai-nila demokrasi dalam semangat desentralisasi dan otonomi daerah dilakukan melalui lembaga pendidikan. Reformasi di bidang pendidikan telah merubah pola pengelolaan pendidikan yang sentralistik menjadi desentralistik. Wujud konkretnya adalah sistem manajemen berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi. Di sekolah-sekolah sedikit demi sedikit mulai terbetuk komite sekolah untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 mengamanatkan bahwa salah satu arah kebijakan pembangunan pendidikan adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. Arah kebijakan peningkatan perluasan dan pemerataan pendidian dilaksanakan melalui, antara lain penyedian fasilitas layanan pendidikan berupa pembangunan unit sekolah baru, penambahan ruang kelas dan penyediaan fasilitas pendukungnya, penyediaan berbagai pendidikan alternatif bagi masyarakat yang membutuhan perhatian khusus, serta penyedian berbagai beasiswa dan bantuan dana operasional sekolah yang dalam pelaksanaanya dilakukan dengan melibatkan peran aktif masyarakat.166

Upaya melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen sebagai arahan kebijakan pembangunan tahun 2000-2004 telah menjadi agenda utama dalam pembangunan pendidian di Indonesia. Dengan dilaksanakannya desentralisasi pendidian, pemerintah kabupaten atau kota memiliki wewenang yang lebih luas dalam membangun pendidikan di masing-masing wiayah sekjak dalam penyusunan

165 Rencana Pembangunan Tahunan 2004, I-IV. 166 Repeta, VII-1.

Page 115: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

103

rencana, penentuan prioritas program serta mobilisasi sumberdaya untu merealisasikan rencana yang telah dirumuskan.

Sarana yang direncanakan akan dicapai dalam bidang pendidikan sampai dengan akhir tahun 2004 adalah : 1 terwujudnya organisasi pendidikan di seluruh kabupaten atau kota yang lebih demokratis, transparan, efesien, serta mendorong partisiasi masyarakat melalui pendekatan manajemen berbasis sekolah; 2 terwujudnya pengelolaan pendidikan yang mengintegrasian pendidikan sekolah umum dengan sekolah agama serta jenis sekolah umum dengan jenis sekolah kejuruan; 3 meningkatnya angka partisipasi masyarakat dan diiringi dengan penyebaran akses yang merata dan berkeadilan dengan memberikan perhatian lebih besar pada kelompok miskin; 4 terwujudnya otonomi pengelolaan perguruan tinggi yang bertanggung jawab dalam mengelola pendidian tinggi dan sumber daya yang dimiliki 5 meningkatnya cakupan pelayanan pendidikan untuk usia prasekolah atau angka usia dini melalui taman kanak-kanak; 6 menurunya jumlah penyandang tiga buta (angka, bahasa Indonesia, dan pengetahuan dasar) terutama pada kelompok usia 15-44 tahun.167

Analisis Isi Kurikulum 2004 Kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi hadir di tengah kondisi pembangunan Indonesia yang berada pada tahapan instalasi atau tahap awal pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap muatan dan pelaksanaan kurikulum pada saat itu. Kurikulum 2004 disebut sebagai kurikulum berbasis kompetensi karena menempatkan siswa sebagai subyek yang diharapkan memiliki kompetensi tertentu setelah mengalami pengalaman belajar dalam jenjang tertentu. Kompetensi yang dimaksud adalah berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kurikulum berbasis kompetensi termasuk kurikulum yang sangat terencana dan komprehensif karena penyusunannya menyesuaikan dengan REPETA (Rencana pembangunan tahunan) 2004 yang mengacu pada PROPENAS (Program pembangunan Nasional) tahun 2000-2004.168 Di dalam PROPENAS ditentukan lima pokok pembangunan nasional, yaitu :

1) Membangun sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan dan kesatuan

2) Mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik 3) Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan

berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan 4) Membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama, dan

ketahanan budaya 5) Meningkatkan pembangunan daerah

Tabel 7.5 Perbandingan Kurikulum 1994-2006

No. Analisis Perbedaan

Kurikulum 1994 Kurikulum 1999 Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikulum 2006 (KTSP)

1. Pengambilan Keputusan

Pengembangan kurikulum dilakukan secara sentralisasi sehingga Depdiknas memonopoli pengembangan ide dan konsep

Semua aspek kurikulum ditentukan oleh departemen pusat

Pembagian wewenang dalam menentukan kurikulum. Kurikulum disusun oleh Tim pusat secara rinci. Daerah atau sekolah hanya melaksanakan

Pengembangan kurikulum dilakukan secara desentralisasi sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standard pendidikan yang dituangkan

167 Repeta, VII-9. 168 Rencana Pembangunan Tahunan 2004, Bappenas RI, I-1.

Page 116: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

104

No. Analisis Perbedaan

Kurikulum 1994 Kurikulum 1999 Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikulum 2006 (KTSP)

kurikulum dalam kurikulum

2. Pendekatan Guru merupakan kurikulum yang menentukan segala sesuatu yang terjadi di kelas sehingga cenderung dominan

Penyampaian materi pelajaran oleh guru

Kompetensi dasar yang dikuasai siswa. Terdiri atas : SK, KD, MP dan indicator pencapaian

Kompetensi dasar yang dikuasai siswa. Terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru.

3. Proses Berpusat pada guru

Teaching : Berpusat pada guru, guru sumber ilmu utama, metode ceramah

Laerning : Berpusat pada siswa, metodenya bervariasi, guru sebagai fasilitator

Berpusat pada siswa. Guru merupakan fasilitator yang bertugas mengkondisikan kelas.

4 Hasil pendidikan

Menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah

Tekanan berlebihan pada aspek kognitif

Menekankan pada keutuhan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dikembangkan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi individu

6 Pedoman Memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.

Memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya

Diurai berdasarkan kompetensi

Diurai berdasarkan kompetensi

7 Hasil Siswa menerima materi pelajaran cukup banyak sehingga beban siswa yang terlalu berat.

Tujuan dan proses belum berhasil lantaran beban siswa yang terlalu berat. Dari mulai muatan nasional hingga muatan lokal.

Hasilnya belum memuaskan. Guru belum paham terkait pengaplikasiannya. Berorientasi pada pencapaian hasil dan dampaknya (outcome oriented)

Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

Sumber : Hasil Analisis Penulis (2016)

Tabel di atas merupakan perbandingan antara kurikulum 1994, 1999, 2004 dan 2006 sehingga terlihat perbandingan yang jelas antara kurikulum 2004 dengan kurikulum yang lainya. Terdapat dua hal yang terlihat sangat berbeda di antara data tersebut. Pertama, dalam proses pendekatannya, pada kurikulum 1994 dan 1999 guru merupakan kurikulum yang menentukan segala sesuatu yang terjadi di kelas sehingga cenderung dominan. Berpusat pada guru dan guru sebagai sumber ilmu utama. Kedua,analisis perbedaan yang sangat jelas pada kurikulum 1994, 1999, 2004 dan 2006 adalah pada hasilnya. Pada kurikulum 1994 dan 1999 siswa menerima materi pelajaran cukup banyak sehingga beban siswa menjadi terlalu berat dari mulai muatan nasional hingga muatan lokal. Akibatnya, tujuan dan proses pembelajaran belum tercapai. Kemudian pada kurikulum 2004 hasilnya

Page 117: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

105

belum memuaskan karena guru belum paham terkait pengaplikasiannya. Selain itu, kurikulum 2004 ini berorientasi pada pencapaian hasil dan dampaknya (outcome oriented).

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan penyempurnaan dari kurikulum tahun 1999 yang dianggap kurang komprehensif dalam perencanaan hingga evaluasinya. Oleh karena itu, muatan kurikulum 2004 sejalan dengan amanat reformasi yang juga terlihat pada kurikulum 1999. Salah satunya adalah pelaksanaan desentralisasi pendidikan atau otonomi daerah yang diwujudkan melalui pembentukan kurikulum berbasis sekolah. Situasi lain yang melingkupi pembuatan kurikulum berbasis kompetensi adalah dicanangkannya program “Wajib Belajar 9 Tahun” sebagai prioritas nomor dua yang tertuang di dalam REPETA 2004.

Kemudian di bidang politik, pembangunan politik juga berusaha diimplementasikan berkaitan dengan Pemilihan umum secara langsung Presiden dan Wakil Presiden serta anggota legislatif. Sedangkan di bidang ekonomi, situasi pada saat itu adalah mulai diberlakukannya pasar bebas di tingkat regional (ASEAN Free Trade Area/ AFTA), hal ini membuat pemerintah berusaha meningkatkan kompetensi calon tenaga kerja Indonesia melalui pembentukan kurikulum yang bisa mengimbangi kebutuhan dan persaingan kompetensi dalam dunia usaha dan kesempatan kerja. Situasi yang melingkupi proses pembuatan kurikulum berbasis kompetensi menjadi refleksi terhadap kurikulum sebelumnya dan menjadi prediksi untuk menghadapi tantangan masa depan yang nantinya dihadapi siswa. Oleh karena itu, analisis isi kurikulum akan dibagi menajdi penjelasan prosedural dan penjelasan mengenai perkembangan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi dalam tahapan pelaksanaannya di lapangan.

Dalam tradisi berpikir Sosiologi Kurikulum, kita patut bersikap skeptis terhadap proses pembuatan dan tujuan penerapan sebuah kurikulum oleh rezim penguasa, begitu juga dengan penggantian kurikulum yang terkesan tiba-tiba. Hal ini terjadi pada kurikulum KBK yang hanya berlaku selama dua tahun, padahal perencanaannya memakan waktu kurang lebih empat tahun lamanya. Selain penggantian kurikulum KBK ke KTSP yang terkesan mendadak, kita juga patut curiga terhadap berbagai muatan dalam kurikulum yang disisipkan berbagai kepentingan pihak yang berkuasa pada saat itu. Kurikulum KBK merupakan gabungan dari berbagai impian mengenai penyelenggaraan pendidikan yang ideal dan berlandaskan penerapan demokrasi serta hak asasi manusia seluas-luasnya.

Dimensi sosial, politik dan ekonomi merupakan tiga dimensi yang akan selalu mempengaruhi penerapan kurikulum suatu negara. Pada kasus KBK, kita menemukan kesamaan situasi seperti hasil studi salah satu tokoh sosiologi kurikulum yaitu Michael Apple yang menuliskan studi analisis kurikulum di Amerika pada tahun 80-an. Apple, mendeskripsikan situasi dimana pertumbuhan ekonomi menyebabkan penurunan jumlah kelas menengah di sana, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kesempatan kerja dan rendahnya upah yang ditawarkan.

“Because of this, a distribution of knowledge and work disposition among the social classes becomes ever more powerfull source of inequality and constructure of oppoturnity. Knowledge and work skills become prerequisites for the good jobs.”169

Apple menjelaskan bahwa ketika pekerjaan semakin mudah dicari namun upah yang ditawarkan rendah, maka hal ini mengindikasikan adanya ketidakadilan distribusi pengetahuan karena secara tidak langsung kelas menengah sudah direduksi ke dalam kelas sosial yang lebih rendah yaitu kelas pekerja. Situasi ini juga yang kemudian melingkupi dimensi sosial ekonomi Indonesia pada tahun tersebut. Banyaknya angkatan kerja yang membutuhkan pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi dan tingginya angka kesempatan kerja yang tidak sesuai dengan kelas yang seharusnya mereka

169: Jean Anyon, Social Class, School Knowledge, and the Hidden Curriculum: Retheorizing Reproduction, Routledge, New York, 2006, hlm. 43.

Page 118: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

106

tempati sebagai kelas menengah, karena pekerjaan yang ditawarkan merupakan pekerjaan kelas pekerja yang tidak mau membayar mahal angkatan kerja yang lulusan perguruan tinggi. Artinya, pekerjaan yang seharusnya ditempati oleh lulusan perguruan tinggi tersebut sudah lebih dulu ditempati oleh mereka yang lebih mumpuni penguasaan pengetahuannya atau mendapat porsi yang lebih besar dalam hal distribusi pengetahuan. Akibatnya, angka pengangguran terdidik pada tahun 2002 mencapai angka 9,94 juta jiwa dan meningkat di tahun berikutnya menjadi 10,25 juta jiwa.170Selain itu, kurikulum KBK juga menerapkan kurikulum berbasis sekolah atau manajemen pendidikan berbasis sekolah sebagai salah satu elemennya.

“Schools.. were an active agency of social legitimation ; and an important task was to assess the contribution of curriculum, and of every day discourse and educational experience, to this process of cultural domination and control.”171

Sekolah dalam persepsi Jean Anyon seharusnya bertindak sebagai equalizer kelas sosial masyarakat, namun ternyata terdapat berbagai kepentingan yang melingkupi sekolah dan kurikulum sebagai ‘aturan mainnya’ yang menyebabkan sekolah menjadi arena produksi kelas sosial. Hal ini berimplikasi pada polarisasi pengetahuan yang memberikan porsi lebih besar kepada kelas sosial yang lebih tinggi dalam penguasaan pengetahuan yang berguna bagi masa depan mereka. Sedangkan siswa dari kelas pekerja dibiarkan dan dibatasi pengetahuannya pada tataran praktis yang tidak tidak membutuhkan ketajaman analisis dan kognitif. Pada kurikulum KBK, ini bisa dilihat dari adanya klasifikasi kelas sekolah dengan title seolah standar nasional dan sekolah standar internasional yang memiliki perbedaan distribusi pengetahuan dengan sekolah negeri tanpa title nasional dan internasional. Kurikulum yang seharusnya menjadi rule of justice of knowledge ternyata menjadi awal dari ketidakadilan itu sendiri.

Implementasi kurikulum KBK yang terkesan gagal bisa kita analisis menggunakan model proses implementasi kebijakan Grindle yang menyatakan bahwa dalam implementasi sebuah kebijakan bergantung pada context of policy (isi kebijakan) dan kontext of implementation (konteks implementasi.172 Isi kebijakan atau program akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan implementasi. Kebijakan yang dipandang tidak komprehensif, kontroversial dan menghendaki perubahan besar akan mendapatkan perlawanan, beberapa konten isi kebijakan yang akan mempengaruhi implementasi adalah kepentingan yang dipengaruhi oleh adanya program, jenis manfaat yang akan dihasilkan,jangkauan perubahan yang diinginkan, dan kedudukan pengambil keputusan. Sedangkan konteks implementasi yang akan mempengaruhi keberhasilan implementasi adalah kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan penguasa.

Kurikulum KBK menerapkan perubahan yang cukup revolusioner dalam sistemnya, mulai dari kurikulum berbasis sekolah hingga penilaian berbasis kelas, keduanya merupakan hal baru bagi para pendidik. Ditambah lagi dengan minimnya sosialisasi kepada pendidik di daerah-daerah terpencil dan kondisi sosial, ekonomi dan politik bangsa yang sedang berbenah pasca peristiwa reformasi. Selain itu, penerapan KBK dianggap kurang tepat waktu karena bersamaan dengan proses pergantian rezim dari Megawati kepada SBY, kedudukan pengambil keputusan menjadi berstandar ganda sehingga ada perbedaan kepentingan dan tujuan dari penyusunan KBK itu sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa dijadikan jawaban atas pertanyaan, mengapa kurikulum 2004 hanya berlaku selama 2 tahun dan kemudian diganti dengan KTSP?

170 Data Badan Pusat Statistik tahun 2003 dan 2004. 171op.cit, hlm, 38. 172 Dr. H. A. Rusdiana, M.M, Kebijakan Pendidikan :dari filosofi ke Implementasi (Bandung: Pustaka setia, 2015), hlm. 134-138.

Page 119: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

107

Struktur Isi Kurikulum

a) Pengertian Kompetensi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi Kompetensi merupakan pengetahuan, keerampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.173 Kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada:

1) Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar bermakna

2) Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.

Rumusan kompetensi dalam kurikulum berbasis kompetensi merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi dan dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten. Kurikulum berbasis kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal

Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman

Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi

Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif

Penilaian menakankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi

b) Prinsip-prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut ini :

Keimanan, Nilai dan Budi Pekerti Luhur

Penguatan Integritas Nasional

Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika

Kesamaan Memperoleh Kesempatan

Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi

Pengembangan Keterampilan Hidup

Belajar Sepanjang Hayat

Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif

Pendekatan menyeluruh dan kemitraan

c) Komponen-komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar, dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.

173 Dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi, Balitbang Depdiknas, 2002, hlm. 1.

Page 120: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

108

Skema 7.4 Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi

Sumber : Dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2002

Kurikulum dan Hasil Belajar memuat perencanaan pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun. Kurikulum dan Hasil belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator dari TK dan RA sampai dengan kelas XII SMA.

Penilaian Berbasis Kelas memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.

Kegiatan Belajar Mengajar memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis pengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.

Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum (curriculum council), pengembangan perangkat kurikulum (silabus), pembinaan professional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi kurikulum.

d) Tujuan Penyelenggaraan Sekolah dan Kompetensi Lulusan

Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal Penyelenggaraan taman kanak-kanak dan Raudhatul Athfal difokuskan pada peletakan dasar-dasar pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Taman kanak-kanak atau raudhatul athfal bukan merupakan jenjang yang diprasyaratkan untuk memasuki pendidikan di sekolah dasar. Setelah mengikuti program Taman kanak-kanak dan Raudhatul Athfal, anak memiliki kompetensi sebagai berikut : Menunjukan pemahaman positif tentang diri dan percaya diri Menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan alam sekitar Menunjukan kemampuan berpikir runtut Berkomunikasi secara efektif

Page 121: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

109

Terbiasa hidup sehat Menunjukan kematangan fisik

Sekolah dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Penyelenggaraan sekolah dasar dan madrasah Ibtidaiyah dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai dasar-dasar karakter, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal, sehingga memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan atau dalam kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Tamatan sekolah dasar dan madarasah ibtidaiyah diharapkan memiliki kompetensi sebagai berikut : Mengenali dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang diyakini Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja, dan peduli

terhadap lingkungan Berpikir secara logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi melalui berbagai media Menyenangi keindahan Membiasaka hidup bersih, buggar dan sehat Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air

Sekolah Menengah Penyelenggaraan sekolah menengah dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk digunakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan lebih lanjut. Penyelenggaraan sekolah menengah secara khusus bertujuan untuk : Memberikan kemampuan minimal bagi lulusan untuk melanjutkan pendidikan dan

hidup dalam masyarakat Menyiapkan sebagian besar warga negara menuju masyarakat belajar pada masa

yang akan datang Menyiapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang memahami dan

menginternalisasi perangkat gagasan dan nilai masyarakat beradab dan cerdas

Tamatan sekolah menengah pertama dan madrasah tsanawiyah diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut :

Meyakini, memahami, dan menjalankan ajaran agama yang diyakini dalam kehidupan

Memahami dan menjalankan hak dan kewajiban untuk berkarya dan memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

Berpikir secara logis, kritis, kreatif, inovatif, memecahkan masalah, serta berkomunikasi melalui berbagai media

Menyenangi dan menghargai seni Menjalankan pola hidup bersih, bugar dan sehat Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan bangga terhadap

bangsa dan tanah air

Tamatan sekolah menengah atas atau madrasah aliyah diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut :

Memiliki keyakinan dan ketaqwaan sesuia dengan ajaran agama yang dianutnya Memiliki nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan dalam kehidupan

Page 122: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

110

Menguasai pengetahuan dan keterampilan akademik serta beretos belajar untuk melanjutkan pendidikan

Mengalihgunakan kemampuan akademik dan keterampilan hidup di masyarakat local dan global

Berekspresi dan menghargai seni Menjaga kebersihan, kesehatan, dan kebugaran jasmani Berpartisipasi dan berwawasan kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara secara demokratis

e) Struktur Kurikulum Berbasis Kompetensi

Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal

No. Program Kegiatan Belajar Alokasi Waktu

1. Pengembangan moral dan nilai-nilai agama *

2. Pengembangan sosial dan emosional *

3. Pengembangan kemampuan dasar *

Alokasi waktu per minggu 15 jam (900 menit)

Ketentuan :

Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 minggu dan jam belajar efektif per hari adalah 2,5 jam (150 menit)

Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

No Mata Pelajaran Alokasi Waktu

Kelas I & II Kelas III & IV Kelas V dan VI

1. Pendidikan Agama * 3 3

2. Kewarganegaraan * 2 2

3. Bahasa Indonesia * 6 6

4. Matematika * 6 6

5. Sains * 4 4

6. Pengetahuan Sosial * 4 4

7. Kesenian * 2 2

8. Keterampilan * 2 2

9. Pendidikan jasmani * 2 2

Jumlah 31 31

Page 123: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

111

Ketentuan untuk kelas I dan II :

Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 minggu dan jam sekolah efektif per minggu minimal 17 jam 30 menit (1050 menit)

Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit Pendekatan tematik digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan

pembelajaran yang lebih bermakna dan pengelolaan waktunya ditetapkan sekolah

Ketentuan untuk kelas III, IV, V, dan VI :

Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 minggu dan jam sekolah efektif per minggu minimal 23 jam (1380 menit)

Alokasi waktu yang disediakan adalah 31 jam pelajaran per minggu Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 40 menit Mulai dari kelas III menggunakan pendekatan mata pelajaran tunggal sesuai dengan

jenis mata pelajaran dalam struktur kurikulum Sekolah dapat memberikan mata pelajaran Bahasa Inggris mulai kelas IV sesuai

dengan kemampuan. Penekanan bahasa Inggris diarahkan pada pengembangan minat belajar bahasa asing dan bukan merupakan mata pelajaran prasyarat.

Sekolah Menengah Pertama dan madrasah Tsanawiyah

No Mata Pelajaran Alokasi Waktu

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

1. Pendidikan Agama 2 3 3

2. Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa dan sastra Indonesia

5 6 6

4. Matematika 5 6 6

5. Sains 5 4 4

6. Pengetahuan Sosial 5 4 4

7. Bahasa Inggris 4

8. Pendidikan Jasmani 2

9. Kesenian 2 2 2

10. Keterampilan 2 2 2

11. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2

Jumlah 34 31 31

Page 124: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

112

f) Prinsip-prinsip Kegiatan Belajar mengajar 1) Berpusat pada siswa 2) Belajar dengan melakukan 3) Mengembangkan kemampuan sosial 4) Mengembangkan Keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan 5) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah 6) Mengembangkan kreatifitas siswa 7) Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi 8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik 9) Belajar sepanjang hayat 10) Perpaduan kompetisi, kerjasama, dan solidaritas

g) Penyediaan Pengalaman Belajar

Skema 7.5 Krucut Pengalaman Belajar

Sumber : Ringkasan Kurikulum Berbasis kompetensi, Balitbang Depdiknas, Juni 2002

h) Kurikulum berbasis Kompetensi Sebagai Sistem Kurikulum Nasional Sebagai suatu sistem kurikulum Nasional, Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mengakomodasi berbagai perbedaan secara tanggap dengan memadukan beragam kepentingan dan kemampuan daerah. KBK menerapkan strategi yang meningkatkan kebermaknaan pembelajaran untuk semua peserta didik terlepas dari latar budaya, etnik, agama, dan gender melalui pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Kedudukan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah dalam pengembangan sistem kurikulum Nasional dapat dilihat pada bagan berikut :

Page 125: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

113

Skema 7.6 Kedudukan Pengelolaan Kurikulum Dalam Sistem Kurikulum Nasional

Pusat

Daerah

Sumber : Ringkasan Kurikulum Berbasis kompetensi, Balitbang Depdiknas, Juni 2002

Peran Guru Dalam Kurikulum 2004 Di dalam dunia global terutama di dalam dunia pendidikan dan teknologi mengalami yang namanya perkembangan, hal inilah yang membuat Indonesia harus mampu bersaing dengan dunia, bangsa Indonesia harus membangun diri untuk mampu bersaing dalam banyak hal dengan bangsa lain oleh karena itu peningkatan mutu sumber daya manusia harus jadi perioritas utama174. Karena kita akan menyongsong masa depan yang mana berorientasi kepada generasi muda kita, pembangunan pendidikan harus terencana, dimasa depan yang dibutuhkan adalah kompetensi yang dimiliki dari masing-masing individu maka dari itu pengembangan kurikulum harus berbasis pada potensi manusia yang beragam, Kurikulum disini bertujuan untuk memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan memberi peluang kemerdekaan dan pemerataan dalam pendidikan. Berakar dari permasalahan tersebut kuriklum pada tahun 2004 ini berbasis kompetensi karena keberagaman potensi yang dimiliki peserta didik dengan segala kondisi-kondisi bangsa, sekolah, dan pendidik yang ada, oleh karenanya kurikulum ini dirancang agar individu dapat mencapai kedewasaan dapat bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan masa depan, dengan demikian peserta didik mempunyai sifat kemandirian keteguhan dan jati diri yang didapat melalui pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.

Keberhasilan implementasi kurikulum bergantung pada aktivitas dan kreativitas seorang guru dalam merealisasikan kurikulum tersebut, dalam kurikulum 2004 guru diberikan kebebasan untuk

174Kurikulum berbasis kompetensi,-Jakarta Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas 2003 iv, hlm. 20.

Page 126: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

114

mengembangan kurikulum sesuai dengan kompetensi dan potensi peserta didik, pelaksanaan kurikulum 2004 sangat bergantung pada unjuk kerja guru dan peran aktif peserta didik karena seberapapun bagusnya rancangan suatu kurikulum tidak akan dapat tercapai jika tidak ada peran dari pendidik dan peserta didiknya, dengan kata lain guru memegang peranan penting dalam penyusunan dan keberhasilan kurikulum. Dalam kurikulum 2004 berbasis kompetensi guru mengajar supaya siswa memahami yang diajarkan dan mampu memanfaatkannya dengan menerapkan pemahamannya untuk menyelesaikan masalah sehari-hari

Tabel 7.6 Peranan Guru Dalam Merealisasikan KBK Terhadap Siswa Tujuan KBK Peran Guru

Kegiatan pembelajaran diharapkan mampu memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menumbuhkan sejumlah sikap positif.

Menyediakan beragam kegiatan pembelajaran yang berimplikasi pada beragamnyapengalaman belajar. Dengan strategi active learnig.

Kurikulum 2004 dikembangkan berdasarkan psikologi behavioristik sangat menekankan dan memperhatikan perbedaan karakteristik peserta didik.

1. Tidak menggunakan metode ceramah sebagai metode pokok.

2. Mengusahakan situasi belajar memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuannya.

3. Mengusahakan dan melibatkan siswa dalam kegiatan

Keberhasilan melaksanankan pembelajaran dengan memperhatikan perbedaan individual siswa.

1. Mengamati siswa dalam berbagai situasi baik di kelas maupun di luar kelas.

2. Mencatat seluruh pekerjaan siswa dan memberi komentar yang membangun.

3. Memberi kesempatan khusus pada peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda

Didalam kurikulum 2004 peran guru ditekankan sebagai fasilitator, seorang guru di tuntut mampu mewujudkan kegiatan diskusi dalam belajar.

Pembelajaran dilakukan dengan dua arah, dilakukan dengan kegiatan diskusi, informasi atau sumbernya didapatkan dari materi pelajaran, dan media elektronik sehingga informasi atau pengetahuan yang dimiliki luas.

Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.

Guru dapat memberikan dorongan kepada siswa dalam bentuk reinforcement (penguatan) untukmendinamisasikan potensi siswa,menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) siswa.

Sumber : Peran Guru dalam Keberhasilan Implementasi Kurikulum 2004 --- Suwarno

Dalam kurikulum berbasis kompetensi ini guru berperan sebagai aktor utama, kurikulum ini banyak mendapat masukan penting, terutama berkaitan dengan aspek mental dari stekholder yang berkaitan langsung dengan pengimplementasian kurikulum ini. Guru menjadi kunci keberhasilan pengimplementasiannya.175 Sebagai salah satu stekholder guru tetap menjadi sorotan, yaitu terhadap mindset guru, kemampuan guru, dan kreativitas guru. Guru yang kreatif merupakan syarat penting dalam menjalankan kurikulum berbasis kompetensi (kbk). Jika guru tidak atau kurang kreatif, upaya pencapaian kompentensi lintas kurikulum, tamatan, rumpun pelajaran, atau kompetensi dasar sulit terpenuhi. Guru yang kreatif yaitu guru yang memiliki jiwa seni dalam mengajar. Dari jiwa itulah muncul berbagai kreativitas dalam mengelola dan mengembangkan bahan ajar, metode, atau model pembelajaran.176Di samping itu hal yang perlu dipahami oleh guru untuk mengefektifkan implementasi kurikulum berbasis kompetensi yaitu mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu bagi peserta didik, sehingga tumbuh minat dan motivasinya untuk belajar.

175Sam M.Chan dan Tuti T. Sam, Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 101. 176 Ibid., hlM. 103 .

Page 127: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

115

Model Pembelajaran Kurikulum 2004 Penyempurnaan kurikulum merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan. Indikator keberhasilan pembaruan kurikulum ditunjukkan dengan adanya perubahan pada pola kegiatan belajar-mengajar, memilih media pendidikan, dan menentukan pola penilaian yang menentukan hasil pendidikan. Pembaruan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik-praktik pembelajaran di kelas (KBM) yang dengan sendirinya akan mengubah praktik-praktik penilaian. Selama ini praktik penilaian di kelas kurang menggunakan cara dan alat yang lebih bervariasi. Penilaian lebih diarahkan pada penguasaan bahan yang diujikan dalam bentuk tes objektif. Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penilaian Berbasis Kelas (PBK) dilakukan untuk memberikan keseimbangan pada ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai bentuk dan model penilaian secara resmi maupun tidak resmi dengan berkesinambungan. PBK ini diharapkan bermanfaat untuk memperoleh keutuhan gambaran (profile) prestasi dan kemajuan belajar siswa.

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksana berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan. Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu disebut Penilaian Berbasis Kelas (PBK). PBK dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pencil). Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan level pencapaian prestasi siswa.

Tabel 7.7 Hasil Penilaian Berbasis Kelas

Hasil PBK berguna untuk :

Umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya.

Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya.

Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas

Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda

Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan

Sumber : Penilaian Berbasis Kelas, Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002)

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikembangkan untuk memberikan keahlian dan keterampilan sesuai standar kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing di tengah-tengah perubahan, persaingan, dan permasalahan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. KBK berorientasi bahwa siswa bukan hanya memahami materi pelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelektual, melainkan bagaimana perngetahuan yang telah dipahami dapat mengembangkan perilaku yang ditampilkan dalam dunia nyata.

Page 128: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

116

Kegiatan pembelajaran dalam KBK diarahkan untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Proses pembelajaran berorientasi pada siswa sebagai subjek pembelajaran. Belajar yang dinginkan KBK, bukan menumpuk ilmu pengetahuan tetapi proses perubahan perilaku melalui pengalaman belajar dan diharapkan terjadi pengembangan berbagai aspek pada setiap peserta didik. Guru bertugas mengelola pembelajaran baik dalam pengembangan strategi pembelajaran maupun menggunakan berbagai sumber belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran tidak hanya diarahkan agar siswa mampu menguasai materi pembelajaran tetapi lebih diarahkan pada penguasaan kompetensi sesuai kurikulum.

Seperti yang dinyatakan oleh Freire, pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri.177 Pengenalan itu tidak cukup hanya bersifat objektif atau subjektif, tapi harus kedua-duanya. Objektivitas dan subjektivitas dalam pengertian ini menjadi dua hal yang tidak saling bertentangan, bukan suatu dikotomi dalam pengertian psikologis. Kesadaran subjektif dan kemampuan objektif adalah suatu fungsi dialektis yang ajeg (constant) dalam diri manusia dalam hubungannya dengan kenyataan yang saling bertentangan yang harus dipahaminya. Hubungan dialektis tersebut tidak berarti persoalan mana yang lebih benar atau yang lebih salah. Oleh karena itu, pendidikan harus melibatkan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya yang ajeg, yakni :

Pengajar

Pelajar atau anak didik

Realitas dunia

Yang pertama dan kedua adalah subjek yang sadar (cognitive), sementara yang ketiga adalah objek yang disadari (cognizable). Hubungan semacam inilah yang tidak terdapat pada sistem pendidikan mapan selama ini. Sistem pendidikan yang pernah ada dan mapan selama ini dapat diandaikan sebagai sebuah “bank” (banking concept of education) di mana pelajar diberi ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat mendatangkan hasil dengan lipat ganda. Jadi, anak didik adalah objek investasi dan sumber deposito potensial. Mereka tidak berbeda dengan komoditi ekonomis lainnya yang lazim dikenal. Depositor atau investornya adalah para guru yang mewakili lembaga-lembaga kemasyarakatan mapan dan berkuasa, sementara depositonya adalah berupa ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada anak didik. Anak didik pun lantas diperlakukan sebagai “bejana kosong” yang akan diisi, sebagai sarana tabungan atau penanaman “modal ilmu pengetahuan” yang akan dipetik hasilnya kelak.

Jadi, guru adalah subjek aktif, sedangkan anak didik adalah objek pasif yang penurut dan diperlakukan tidak berbeda atau menjadi bagian dari realitas dunia yng diajarkan kepada mereka, sebagai objek ilmu pengetahuan teoretis yang tidak berkesadaran. Pendidikan akhirnya bersifat negatif, di mana guru memberi informasi yang harus ditelan oleh murid, yang wajib diingat dan dihapalkan. Secara sederhana Freire menyusun daftar antagonisme pendidikan “gaya bank” itu sebagai berikut178 :

177Paulo Freire, Politik Pendidikan Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, terj. Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudiyartanto (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. ix (dalam pengantar penerbit). 178Ibid., hlm. xi (dalam pengantar penerbit).

Page 129: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

117

Skema 7.7 Pendidikan Gaya Bank

Sumber : Paulo Freire,Politik Pendidikan Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007)

Manusia adalah penguasa atas dirinya, dan karena itu fitrah manusia adalah menjadi merdeka, menjadi bebas. Ini merupakan tujuan akhir dari upaya humanisasinya Freire.179 Humanisasi, karenanya juga berarti pemerdekaan atau pembebasan manusia dari situasi-situasi batas yang menindas di luar kehendaknya. Relevansinya dengan kurikulum KBK adalah hal ini sesuai dengan fokus dari kurikulum itu sendiri, yang memang menginginkan siswa untuk lebih aktif sebagai subjek dalam kegiatan belajar mengajar bukan hanya sebagai objek yang pasif menerima dan menelan mentah-mentah apapun yang diberikan oleh sang guru. Bertolak dari pandangan filsafat tentang manusia dan dunia tersebut, Freire kemudian merumuskan gagasan-gagasannya tentang hakekat pendidikan dalam suatu dimensi yang sifatnya sama sekali baru dan pembaharu.

Kriteria keberhasilan belajar siswa meliputi : aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan kecerdasan dan intelektual siswa. Aspek afektif berhubungan dengan penilaian sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Aspek psikomotor berhubungan dengan tingkat penguasaan pengetahuan dalam bentuk praktik. Bentuk penilaian menggunakan instrumen tes dan non tes secara seimbang dengan fungsi formatif maupun sumatif.

179Ibid., hlm. 189.

Page 130: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

118

Tabel 7.8 Hal-Hal Penting Dalam Kurikulum 2004 (KBK)180

Hal-hal penting dalam kurikulum 2004 :

a) Sifat kurikulum Competency Based Curriculum

b) Penyebutan SLTP menjadi SMP

c) Penyebutan SMU menjadi SMA

d) Program pengajaran di SD disusun dalam 7 mata pelajaran

e) Program pengajaran di SMP disusun dalam 11 mata pelajaran

f) Program pengajaran di SMA disusun dalam 17 mata pelajaran

g) Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II

h) Penjurusan dibagi atas 3 jurusan, yaitu : Ilmu Alam, Ilmu Sosial, dan Bahasa

i) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. H. Abdul Malik Fajar (2001-2004).

Sumber : Eureka Pendidikan (2014)

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang hanya berlaku sampai tahun 2006 di sekolah-sekolah pada dasarnya adalah merupakan gagasan dari Kurikulum Berbasis Kemampuan Dasar (KBKD) yang pernah diperkenalkan oleh Boediono dan Ella (1999), yang memfokuskan pada wujud pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik. KBK merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.

Tabel 7.9 Ciri-Ciri Kurikulum 2004 (KBK)

Ciri-ciri kurikulum 2004 :

a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa

b) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan perbedaan individual siswa

c) Menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi dalam penyampaian dan pembelajaran

d) Menggunakan sumber belajar yang meluas (guru, siswa, narasumber, dan multimedia)

e) Menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian kompetensi

Sumber : Penilaian Berbasis Kelas, Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002)

Berhubung kurikulum 2004 yang memfokuskan aspek kompetensi siswa, maka prinsip pembelajaran adalah berpusat pada siswa dan menggunakan pendekatan menyeluruh dan kemitraan, serta mengutamakan proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL). Dalam pelaksanaan kurikulum yang memegang peranan penting adalah guru. Guru diibaratkan manusia dibalik senjata kosong yang tidak berpeluru. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar dalam kehidupan sehari-hari.181 Dengan demikian ada tiga hal yang harus dipahami dalam Contextual Teaching and Learning :

180 Eureka Pendidikan, Kurikulum Berbasis Kompetensi : Kurikulum 2004, diakses dari http://www.eureka pendidikan.com/2014/12/berbasis-kompetensi-kurikulum-2004.html, pada tanggal 4 Desember 2016 pukul

10.00 WIB. 181 Eman Surachman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Labsos UNJ, 2016), hlm. 81.

Page 131: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

119

1) Contextual Teaching and Learning menekankan pada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi pelajaran, artinya proses pembelajaran diorientasikan pada proses pengalaman peserta didik secara langsung.

2) Contextual Teaching and Learning mendorong peserta didik untuk dapat menemukan hubungan antara materi pelajaran yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya peserta didik dituntut untuk mampu menemukan keterkaitan langsung antara pengetahuan yang diperoleh melalui proses belajar dengan kehidupan nyata.

3) Contextual Teaching and Learning mendorong peserta didik untuk mampu mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh melalui proses belajar dalam kehidupan nyata, sehingga dapat mewarnai sikap dan tindakannya.

Tabel 7.10 Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual

No. Karakteristik Penjelasan

1. CTL merupakan proses pengembangan pengetahuan yang sudah dimiliki

Materi pelajaran yang dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik

2. CTL merupakan proses pembelajaran untuk memperoleh serta menambah pengetahuan baru, di mana pengetahuan baru itu diperoleh secara deduktif

Pembelajaran dimulai dengan mempelajari sesuatu secara keseluruhan, kemudian dianalisis secara detail

3. CTL menghendaki materi pelajaran bukan sekedar untuk dihapal, tetapi untuk dipahami, dihayati, serta diyakini.

Cara yang bisa dilakukan dengan meminta tanggapan pihak lain atas pengetahuan yang telah dimiliki

4. CTL menghendaki implementasi pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan nyata

Hal ini akan nampak pada terjadinya perubahan perilaku siswa

5. CTL melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan

Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi

Sumber : Buku Model-Model Pembelajaran (2016)

Penutup Kurikulum KBK menjadi satu titik awal tumpuan harapan masyarakat Indonesia untuk mewujudkan

cita-cita reformasi yang berlandaskan penegakan hak asasi manusia dan perwujudan desentralisasi

kekuasaan yang seadil-adilnya. Penerapan kurikulum KBK diiringi oleh berbagai peristiwa penting

yang melingkupi dimensi sosial, politik, dan ekonomi bangsa. Beberapa peristiwa yang memiliki

pengaruh signifikan terhadap penerapan kurikulum dari perspektif keilmuan sosiologi kurikulum

adalah peristiwa penerapan otonomi daerah, pemilihan umum langsung 2004, penerapan wajib

belajar 9 tahun, dan penandatanganan AFTA (Asean free trading area) atau pasar bebas di wilayah

negara ASEAN.

Kurikulum KBK menerapkan perubahan yang cukup revolusioner dalam sistemnya, mulai dari

kurikulum berbasis sekolah hingga penilaian berbasis kelas, keduanya merupakan hal bar bagi para

pendidik. Ditambah lagi dengan minimnya sosialisasi kepada pendidik di daerah-daerah terpencil

dan kondisi sosial, ekonomi dan politik bangsa yang sedang berbenah pasca peristiwa reformasi.

Selain itu, penerapan KBK dianggap kurang tepat waktu karena bersamaan dengan proses

pergantian rezim dari Megawati kepada SBY, kedudukan pengambil keputusan menjadi berstandar

ganda sehingga ada perbedaan kepentingan dan tujuan dari penyusunan KBK itu sendiri.

Page 132: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

120

Kegiatan pembelajaran dalam KBK diarahkan untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Proses pembelajaran berorientasi pada siswa sebagai subjek pembelajaran. Belajar yang dinginkan KBK, bukan menumpuk ilmu pengetahuan tetapi proses perubahan perilaku melalui pengalaman belajar dan diharapkan terjadi pengembangan berbagai aspek pada setiap peserta didik. Guru bertugas mengelola pembelajaran baik dalam pengembangan strategi pembelajaran maupun menggunakan berbagai sumber belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran tidak hanya diarahkan agar siswa mampu menguasai materi pembelajaran tetapi lebih diarahkan pada penguasaan kompetensi sesuai kurikulum.

Daftar Pustaka

Ahmad, Rusdiana H. 2015. Kebijakan Pendidikan dari Filosofi ke Implementasi. Bandung: Pustaka Setia.

Anyon, Jean. 2006. Social Class, School Knowledge, and the Hidden Curriculum: Retheorizing Reproduction. New York: Routledge.

Chan, Sam M dan Tuti T Sam. 2008. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Fauziah, Habibah. 2004. Sejarah dan Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta: Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Freire, Paulo. 2007. Politik Pendidikan Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan : Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rusdiana. 2015. Kebijakan Pendidikan :dari filosofi ke Implementasi. Bandung: Pustaka Setia.

Surachman, Eman. 2016. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Labsos UNJ.

http://www.eurekapendidikan.com/2014/12/berbasis-kompetensi-kurikulum-2004.html, (diakses pada 4 Desember 2016 pukul 10.00 WIB).

http://kemdikbud.go.id/main/tentang-kemdikbud/sejarah-kemdikbud, diakses pada 20 Desember 2016 pukul 11.00 WIB.

Dokumen Kurikulum 2004, Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Rencana Pembangunan Tahunan, V-1.

Rencana Pembangunan Tahunan I-8.

Page 133: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

121

Rencana Pembangunan Tahunan 2004, Bappenas.

Rencana Pembangunan Tahunan 2004, I-IV.

Rencana Pembangunan Tahunan, VII-1.

Rencana Pembangunan Tahunan, VII-9.

Rencana Pembangunan Tahunan 2004, Bappenas RI, I-1.

Data Badan Pusat Statistik tahun 2003 dan 2004.

UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

Rencana Pembangunan Tahunan 2004, Bappenas RI, I-17.

Dokumen Regulasi AFTA, Balitbang Kementerian Perdagangan RI tahun 2002.

Page 134: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

122

Bab 8 Perkembangan Kurikulum 2006 (KTSP) Dwi Kostiana, Fanny Handayani, Irzandy Amri, Putri Nur Octavia, Septya Sari Tri Pendahuluan Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.182 Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan dan sekaligus indikator mutu pendidikan. Indonesia sampai saat ini tercatat sering kali merevisi kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Revisi kurikulum tersebut bertujuan untuk mewujudkan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, guna mengantisipasi perkembangan zaman, serta memberikan acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran di satuan pendidikan.

Kurikulum terbaru yang dikembangkan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 suatu model pengelolaan kurikulum yang dirancang mengikuti potensi dan karakteristik daerah, kondisi sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. KTSP atau Kurikulum 2006 diberlakukan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mulai Tahun Ajaran 2006 atau 2007 menggantikan Kurikulum 2004. Kurikulum 2004 hanya berjalan selama dua tahun, yang kemudian diganti dan disempurnakan ke KTSP atau Kurikulum 2006 yang bertujuan agar kekurangan dan kelemahan Kurikulum 2004 dapat ditanggulangi. Ada beberapa faktor yang menunjukan Kurikulum 2004 disempurnakan ke dalam Kurikulum 2006, seperti Konsep KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) belum di pahami secara benar oleh guru dan Draft kurikulum yang terus menerus mengalami perubahan.183 Kurikulum 2006 disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).184

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memberikan keleluasaan penuh kepada setiap sekolah mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan potensi masing-masing sekolah dan daerah sekitarnya.185 Hal ini mengandung makna bahwa satuan pendidikan atau sekolah diberi kewenangan penuh untuk menyusun rencana pendidikannya mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender akademik. Kurikulum ini lahir seturut dengan tuntutan perkembangan yang menghendaki desentralisasi, otonomi, fleksibilitas, dan keluwesan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengalaman selama ini dengan sistem pendidikan yang sentralistik telah menimbulkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pusat sehingga kemandirian dan kreativitas sekolah tidak tumbuh. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan baru berupa desentralisasi yang ditandai dengan pemberian kewenangan kepada sekolah untuk mengelola sekolah. Desentralisasi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan dan kinerja pendidikan, baik pemerataan, kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Selain itu desentralisasi juga dimaksudkan untuk mengurangi beban pemerintah pusat yang berlebihan, mengurangi kemacetan-kemacetan jalur-jalur komunikasi, meningkatkan (kemandirian, demokrasi,

182Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 3. 183http://www.scribd.com/doc/23879849/PERBEDAAN-SECARA-SIGNIFIKAN-KURIKULUM-2004-KBK-KURIKULUM-2006-KTSP di akses pada tgl 11 Desember 2016 Pukul 19.54 WIB. 184 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) merupakan lembaga mandiri, profesional, dan independen yang mengemban misi untuk mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standar nasional pendidikan. 185 Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.9.

Page 135: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

123

daya tanggap, akuntabilitas, kreativitas, inovasi, prakarsa) dan meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan dan kepemimpinan pendidikan.186

Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah pusat adalah kurikulum standar yang berlaku secara nasional, padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat beragam. Oleh karena itu, dalam implementasinya, sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, memodifikasi), namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Selain itu, sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan muatan kurikulum lokal. Atas dasar inilah diperlukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum operasional sekolah. Oleh karena itu Pemerintah menerbitkan Panduan Umum agar memungkinkan satuan pendidikan tersebut, dan juga sekolah/madrasah lain yang mempunyai kemampuan, dapat mengembangkan KTSP mulai tahun ajaran 2006/2007. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1 ayat (15), menyatakan, “KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.” Jadi, dalam KTSP sekolah diberikan keluwesan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan potensi sekolah dan daerah.187

Guru merupakan faktor penting yang berpengaruh besar terhadap proses dan hasil belajar, bahkan sangat menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam belajar. Pengembangan KTSP menuntut guru semakin kreatif, karena mereka harus merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Guru perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik, agar KTSP dapat dikembangkan secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Konteks Sosial, Politik dan Ekonomi Tahun 2006 merupakan tahun kedua di era kepemimpinan Presiden Republik Indonesia yang ke-6 bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Selama dua tahun memimpin pemerintahan sudah cukup banyak kebijakan dan peraturan yang ditetapkan dari berbagai sektor termasuk sektor pendidikan. Pada tahun 2006 ini pemerintah mengeluarkan kurikulum baru hasil dari penyempurnaan kurikulum 2004. Sebelumnya kurikulum 2004 atau biasa disebut KBK 2004 dirancang pada tahun 2002-2004 pada saat era Presiden Megawati Soekarnoputri, namun berlakunya ketika masa awal-awal Presiden SBY menjabat. Kurikulum merupakan sebuah cara yang dipilih untuk memantapkan model pembelajaran untuk proses belajar dan mengajar, tentunya cara yang disebutkan harus punya landasan yang sesuai dengan kepribadian suatu budaya188.

Melihat kurikulum merupakan sebuah yang penting dalam satu Negara pemerintah akhirnya menyempurnakan kurikulum berbasis kompetensi 2004 menjadi kurikulum kompetensi tingkat satuan pendidikan 2006. Kurikulum 2006 merupakan kurikulum ke-9 yang dikeluarkan oleh pemerintah. Idealnya dalam penerapan atau pembeharuan kurikulum itu jangka waktunya selama 10 tahun. Sebelumnya dari 1984, dirubah pada tahun 1994, kemudian dirubah kembali pada tahun 2004. Namun pada kurikulum tahun 2004 hanya bertahan 2 tahun dan dirubah atau disempurnakan pada tahun 2006. Dalam menetepakan kurikulum 2006 ini tentu dipengaruhi pula oleh kondisi sosial, politik, dan juga ekonomi pada tahun 2006.

Kondisi politik pada tahun 2006 ketika itu cenderung kondusif karena sebelumnya pada tahun 2004 baru saja menyelesaikan pesta demokrasi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Yang paling terlihat pada tahun 2006 adalah mulai diberlakukannya desentralisasi atau otonomi daerah secara

186 Abdul Rohman, Perbandingan Konsep Kurikulum KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 (Kajian Standar Isi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Jenjang SMP). (Semarang: 2015). 187 Fedrik, A Kande, JurnalMembedah Kekuatan dan Kelemahan KTSP, No. 02 Th.IV Oktober 2008. 188 Dedi Ilham Perdana, Kurikulum Dan Pendidikan Di Indonesia: Proses Mencari Arah Pendidikan Yang Ideal di Indonesia Atau Hegemoni Kepentingan Penguasa Semata?, Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2, No.1, Mei 2013, hlm. 65.

Page 136: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

124

merata. Meskipun pada tahun 1998 di era Presiden B.J. Habibie mengeluarkan UU No 2 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah namun pelaksaannya belum merata seperti pada tahun 2006 ini. Hal ini terjadi pula di sektor pendidikan, KTSP 2006 bersifat desentralisasi. Artinya, segala tata aturan yang dicantumkan dalam kurikulum, yang sebelumnya dirancang dan ditetapkan oleh pemerintah pusat, dalam KTSP sebagian tata aturan dalam kurikulum diserahkan untuk dikembangkan dan diputuskan oleh pihak di daerah atau sekolah. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007 atau 2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar, dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006, dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)189.

Pada tahun 2006 permasalahan di Indonesia masih tentang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan juga kemiskinan. Seolah belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit lama dari Indonesia. Pendidikan merupakan sebuah sarana untuk menunjang peningkatan dalam sebuah negara atau daerah. Namun pada tahun 2006 sarana dan prasana pendidikan belumlah merata ke seluruh desa-desa di Indonesia. Selain sarana dan prasana tentu harus ada peningkatan mutu tenaga pengajar dan berbagai program pendidikan. Karena dengan memiliki tenaga pengajar yang memiliki kualitas baik akan menghasilkan juga pelajar-pelajar yang baik juga. Biaya pendidikan di Indonesia pada tahun 2006 terhitung mahal dan sulit dijangkau oleh sebagai besar masyarakat khususnya yang berada di desa-desa. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengembangkan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pada keberpihakan kepada orang miskin (pro-poor)190. Pemerintah harus mampu melihat bahwa pendidikan untuk harus dapat dinikmati oleh semua anak bangsa di Indonesia tanpa melihat dari kondisi ekonominya.

Jika melihat kondisi pendidikan di Indonesia pada tahun 2006 dengan KTSP 2006 tentu sangatlah membingungkan. Sebab, dalam KTSP 2006 yang bersifat desentralis ini membuat sekolah atau daerah memiliki wewenang untuk mengatur tata aturan dalam kurikulum masing-masing daerah atau sekolah. Jika tenaga pengajar dan sarana prasana belum merata di setiap daerah yang ada, tentu konsep desentralisasi disini belum lah benar-benar adil dan merata bagi daerah yang belum terjamah oleh sarana dan prasana penunjang pendidikan yang baik. Desentralisasi disini lebih menguntungkan bagi daerah-daerah atau sekolah yang memiliki sarana dan prasana penunjang pendidikan yang sudah baik untuk semakin berkembang sesuai dengan tujuan KTSP 2006. Dari desentralisasi ini lah akhirnya menimbulkan reproduksi sosial dalam pendidikan, sekolah yang bagus dan mapan akan terus semakin bagus dan menghasilkan siswa-siswa yang bagus pula, sedangkan sekolah yang masih kurang bagus dan belum mampu akan terus seperti itu dan hanya menghasilkan lulusan yang sekedar lulus saja. Teori reproduksi berpendapat bahwa sekolah tidak lagi besar "seimbang" melainkan memainkan peran sentral dalam mereproduksi status kelas sosial dengan membagikan pengetahuan pendidikan yang mengarah ke kekuasaan dan status untuk siswa dari kelas sosial yang lebih tinggi latar belakang dan tingkat yang lebih "praktis" pengetahuan rendah untuk siswa kelas pekerja191.

“Reproduction theorists had argued that schools were no longer a great “equalizer,” but rather played a central role in reproducing social class status by distributing educational knowledge that leads to power and status (e.g., legal, medical, managerial) to students from higher social class backgrounds and lower level more “practical” knowledge (vocational, clerical) to working-class students.”

189Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007). 190 Laporan Sosial Indonesia Perkembangan Tingkat Kesejahteraan Pedesaan. Badan Pusat Statistik, 2006. 191Weis Lois, Cameron McCarthy and Greg Dimitriads,Ideology, Curiculum and the New Sociology (New York : Routhledge, 2006), hlm. 39.

Page 137: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

125

Dalam hal ini sekolah kelas pekerja adalah sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasana penunjang pendidikan yang baik, sedangkan sekolah dengan status sosial yang tinggi adalah sekolah yang memiliki sarana dan prasana penunjang pendidikan yang sudah lengkap dan cukup bagus. Ini merupakan sebuah kritik penulis dari penerapan KTSP 2006 dengan kondisi pendidikan yang pada saat tahun 2006 tersebut.

Kemiskinan merupakan masalah sosial disetiap Negara yang ada di muka bumi ini termasuk di Indonesia. Secara keseluruhan, jumlah penduduk miskin di Indonesia selama periode 2002-2005 juga berkurang dari 38,4 juta menjadi 35,1 juta. Kemudian meningkat lagi menjadi 39,3 juta pada tahun 2006192. Jumlah kemiskinan pada tahun 2006 yang kembali meningkatkan disebabkan oleh faktor minimnya lapangan pekerjaan di Indonesia. Selain karena minimnya lapangan pekerjaan di Indoensia, sumber daya manusia kita kurang memiliki keterampilan yang cukup baik. Sehingga di desa-desa memiliki lembaga pendidikan keterampilan dibidang memasak, kecantikan, dan mesin. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan keterampilan sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia, dan juga mengurangi tingkat kemiskinan. Pendidikan juga merupakan aspek yang dapat mengurangi kemiskinan di Indonesia, karena dengan memiliki pendidikan tentu akan membuka jalan untuk individu untuk ke kelas sosial yang lebih tinggi.

Sementara, kondisi ekonomi pada tahun 2006 mengalami kemunduruan jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Badan Pusat Statistik menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2006 turun menjadi 5,5 persen dibading tahun sebelumnya 5,6 persen193. Turunnya pertumbuhan ekonomi ini terjadi karena dipengaruhi beberapa aspek. Aspek pertama, adalah bencana alam, dimana pada tahun 2006 Indonesia mengalami bencana alam gempa bumi di Yogyakarta. Menurut Rusman Kepala BPS pada tahun 2006 “Bencana telah mengambil sumber daya yang menunjang pertumbuhan ekonomi”194. Sebelumnya pada tahun 2006 pemerintah mengambil kebijakan dengan menaikan harga BBM yang berdampak pada sektor industri dan rumah tangga. Dari kenaikan harga BBM juga akan berdampak inflasi tinggi, Kenaikkan harga minyak memicu kenaikan ongkos angkutan umum yang kemudian memberi dampak pada berbagai sektor yang berhubungan dengan angkutan ataupun BBM. Harga kemudian meningkat secara terus-menerus dan bersifat umum. Dengan inflasi yang tinggi, pengusaha akan cenderung beralih ke pasar di luar negeri yang tingkat inflasinya lebih stabil dan lebih memberi keuntungan. Investasi di Indonesia pun akan menurun dan berdampak pada permintaan terhadap rupiah yang akan menurun seiring dengan penurunan investasi dalam negeri. Hal ini menyebabkan nilai tukar rupiah menjadi melemah. Kondisi ekonomi di Indonesia tentu juga dipengaruhi oleh faktor global dan domestik diantaranya;

Tabel 8.1 Faktor Global dan Domestik Kondisi Ekonomi Indonesia

Faktor Global Faktor Domestik

Pertumbuhan ekonomi dan inflasi dunia relatif tinggi

Daya beli yang rendah

Ekses likuiditas dunia Proses dan realisasi anggaran lama

Harga minyak dan komoditi yang tinggi Ekspetasi inflasi adaptif

Kebijakan moneter kuat Bank ekstra hati-hati, dan

Bencana alam

Sumber : Analisis Penulis Berdasarkan Referensi (2016)

192Ibid. 193 Kurniasih Budi, Pertumbuhan Ekonomi 2006 Turun, Tempo.com, 16 Februari 2007 (diakses pada Sabtu, 03 Desember 2016 pukuk 22:17 WIB). 194Ibid.

Page 138: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

126

Dari kondisi ekonomi yang ada pada tahun 2006 sebenarnya tidak begitu mempengaruhi pembuatan KTSP 2006 sebab dalam KTSP 2006 sendiri tujuannya bukan untuk memperbaiki kondisi ekonomi dengan kurikulum. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan 2006 sebenarnya sebuah terobosan dari sistem pendidikan di Indonesia yang baik. Sebab dalam KTSP 2006 sendiri memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang diberlakukan dan dapat memasukan muatan lokal atau kearifan lokal bagi sekolah itu sendiri. Namun, KTSP 2006 berjalan kurang sempurna karena belum meratanya sarana dan prasana penunjang pendidikan di Indonesia berdasarkan data presentase BPS tahun 2006 (lihat tabel 1).

Di luar masalah sarana dan prasana, KTSP 2006 menjadi bukti tersendiri dari sistem desentralisasi atau otonomi daerah dalam sektor pendidikan. Hal ini dapat penulis katakan karena penulis merasakan KTSP 2006 ketika masih berada di bangku sekolah. Dalam KTSP 2006 terdapat muatan lokal atau kearifan lokal dari setiap daerah atau masing-masing sekolah. Contohnya, di DKI Jakarta ketika itu dari SD hingga SMP mendapatkan mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta (PLKJ) yang mana memperlajari tentang Jakarta, budaya Jakarta, dan juga kesenian Jakarta.

Akan tetapi PLJK sempat berubah namanya menjadi Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ) yang lebih mempelajari budaya-budaya yang ada di Jakarta dan Betawi. Adapun contoh lain KTSP yaitu SD dan SMP di daerah Jawa Barat mempelajari Bahasa Sunda, yang tujuannya adalah orang Jawa Barat harus mampu atau bisa berbahasa Sunda. Kearifan lokal yang ada di setiap sekolah atau daerah merupakan contoh nyata suksesnya dari sifat desentralisasi di bidang pendidikan.

Tabel 8.2 Presentase Daerah Yang Mempunyai Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Fasilitas Sumatera (1) Jawa (2) Bali (3) Kalimantan (4) Sulawesi (5)Maluku (6) Total Pendidikan Nusa Tenggara (7) Papua (8) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

TK

2000 15,03 65,12 29,22 19,88 31,62 7,61 34,53 2003 16,45 67,02 31,38 22,87 36,55 6,78 35,20 2005 22,89 74,10 38,19 29,95 47,87 10,02 42,26

SD dan Sederajat 2000 77,84 99,39 96,95 93,41 94,20 77,58 89,54 2003 76,60 99,35 97,13 92,13 95,06 70,21 88,04 2005 76,33 99,33 96,89 93,38 94,48 71,68 88,24

SLTP dan Sederajat 2000 22,08 32,88 29,75 21,63 26,30 14,47 26,05

2003 22,54 31,74 27,78 23,55 27,91 13,13 25,83

2005 24,45 34,58 28,90 26,40 29,07 15,01 27,81

Page 139: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

127

SMU dan Sederajat 2000 7,68 9,69 8,93 5,99 7,68 3,86 8,03 2003 9,26 9,08 8,53 7,69 8,64 4,31 8,51 2005 11,34 11,51 11,05 9,54 10,65 6,18 10,68

Sumber : Badan Pusat Statistik (2006)

Fase-Fase Penting pada KTSP 2006

Skema 8.1 Fase-fase Penting KTSP 2006

Sumber : Hasil Analisis Penulis (2016)

Fase penting pertama dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah peralihan KBK ke KTSP yang singkat. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 adalah kurikulum yang dirancang pada tahun 2002-2004 di saat era Presiden Megawati Soekarnoputri. KBK 2004 adalah evaluasi dari Kurikulum 1994, yang jaraknya 10 tahun merupakan waktu ideal untuk merubah kurikulum dalam suatu Negara. Perubahan dalam KBK 2004 ini terletak pada siswa yang dituntut untuk aktif mengembangkan keterampilan dan IPTEK. KBK 2004 hanya berjalan dua tahun yang selanjutnya disempurnakan oleh kurikulum baru yaitu Kurikulum 2006 atau KTSP. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) disosialisasikan sejak pertengahan tahun 2001 oleh Departemen Pendidikan Nasional (yang diterapkan secara resmi pada tahun ajaran 2004/2005) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilaksanakan mulai tahun 2006/ 2007 (melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006). Beberapa faktor yang menyebabkan KBK hanya berjalan dua tahun sudah di jelaskan pada pendahuluan dalam paper ini, salah satunya ialah konsep KBK yang belum di pahami secara benar oleh guru. Dengan adanya peralihan dari KBK ke KTSP tidak banyak merubah struktur dari kurikulum sebelumnya, yang akan dijelaskan dalam tabel perbandingan KBK dengan KTSP. KBK merupakan awal mula kebijakan desentralisasi pendidikan diterapkan yang berkelanjutan ke dalam KTSP.

Fase penting yang kedua dari KTSP yaitu, pada tahun 2004 adanya Pemilu dan Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia yang Ke-6. SBY pada pilpres 2004 berpasangan dengan Jusuf Kalla dari Partai Golkar, namun yang menarik pasangan SBY-JK ini tidak diusung oleh Partai Golkar. Sebab partai Golkar mengusung Wiranto dan Sallahudin Wahib (Gus Sholah). Adapun kandidat lainnya adalah Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan Hasyim

Page 140: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

128

Muzadi diusung oleh PDIP, Amien Rais berpasangan dengan Siswono Yudho Husodo diusung oleh PAN, dan Hamzah Haz berpasangan dengan Agum Gumelar diusung oleh PPP. Sebelumnya Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berpasangan dengan Marwah Daud Ibrahim tidak lolos tes kesehatan untuk dijadikan kandidat calon Presiden dan Wakil Presiden.

Pemilu 2004 ini adalah pemilihan pertama kali secara langsung untuk memilih calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada pemilu 2004 ini terjadi 2 putaran dan yang lolos adalah SBY-JK dan Megawati-Hasyim. Perolehan suara pada putaran 1 posisi pertama adalah SBY-JK dengan 33,58%, kedua Megawati-Hasyim dengan 26,24, ketiga Wiranto-Gus Sholah dengan 22,19%, keempat Amien Rais-Siswono 14,94%, dan posisi terakhir ditempati Hamzah Haz-Agum Gumelar dengan 3,05%195. Dengan adanya pemimpin yang baru juga akan berpengaruh kepada pada sistem-sistem yang ada, salah satuya sistem pendidikan. Sistem pendidikan erat kaitannya dengan kurikulum sebagai alat perencana dan pelaksanaan proses pembelajaran. Pada tahun 2004 ini pula muncul kurikulum baru yang dinamakan KBK.

Fase penting yang ketiga atau terakhir yaitu adanya Ujian Nasional (UN) pertama kali. Sejak Zaman Orde Lama hingga Orde Baru bahkan sampai Reformasi sudah adanya ujian akhir bagi peserta didik yang akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Merupakan hal yang biasa apabila ganti menteri atau kepemimpinan ganti pula kebijakan. Hal tersebut terjadi pada kebijakan pendidikan yang ada di Indonesia. Sebelum adanya UN, ujian akhir bagi peserta didik dinamakan Ujian Akhir Nasional (UAN) yang di terapkan pada tahun 2003-2004. Namun, belum lama diterapkannya UAN sudah ada perubahan untuk ujian akhir peserta didik. Pada tahun 2006 yaitu muncul Ujian Nasional (UN). Seperti UAN, standar nilai kelulusan UN setiap tahun berbeda dan terus meningkat. Di tahun itu, nilai minimal kelulusan adalah 4,25 untuk tiap mata pelajaran. Siswa dapat mengulang ujian hanya pada mata pelajaran yang tidak lulus. Standar ini berlaku hingga tahun berikutnya disertai tambahan syarat, nilai rata-rata semua mata pelajaran lebih dari 4,50. peserta UN yang tidak lulus tidak dapat mengulang.196

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 45 Th 2006 tentang Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2006/2007 dan ditunjang dengan Prosedur Operasi Standar UN. Ujian nasional (UN) merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan untuk menentukan standar mutu pendidikan. Kebijakan tersebut merupakan keputusan politik atau politik pendidikan, yang menyangkut kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam batas-batas tertentu dapat dipolitisir untuk kepentingan kekuasaan.197 Selaku tenaga kependidikan kita setuju perlunya ujian untuk mengetahui sejauh mana keefektifan berbagai upaya yang dilakukan dalam proses pendidikan, apakah telah membuahkan hasil yang memuaskan.

Analisis Isi Kurikulum 2006

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.198 Peraturan pemerintah yang kemudian mengatur persoalan ini yaitu Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam PP ini disebutkan bahwa Standar Nasional Pendidikan

195 Data KPU 2004 yang dilihat di http://partai.info/pemilu2004/hasilpilpres1.php (diakses pada Selasa 13 Desember 2016 pukul 14;10 WIB). 196http://print.kompas.com/baca/opini/duduk-perkara/2015/04/15/Dinamika-Ujian-Akhir-dari-Masa-ke-Masa (diakses pada tanggal 13 Desember 2016, Pukul 20.10 WIB). 197 Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) hlm. 180. 198 Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Dasar Pemahaman dan Pengembangan Pedoman Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengurus Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, dewan Sekolah dan Guru, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), cet. I, hlm. 1.

Page 141: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

129

yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.199 Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23, dan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).200

Kurikulum 2006, yang juga diberi istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan Kurikulum 2004 (KBK) yang disempurnakan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan yang merupakan penjabaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yang merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Standar Isi merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik setelah meyelesaikan semua program instruksional pada jenjang pendidikan tertentu. Peserta didik tidak berhak mendapat pernyataan lulus dari satuan pendidikan dan pemerintah apabila belum menguasai kompetensi sesuai dengan SKL. Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.201

Standar Isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum dan kalender pendidikan/ akademik.202 Standar Isi untuk satuan Pendidikan dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.203 Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang secara keseluruhan mencakup:

a. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.

Kerangka dasar dan struktur kurikulum merupakan rambu-rambu yang ditetapkan untuk dijadikan pedoman penyusunan kurikulum dan silabus.204 Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:205

199 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab I, Pasal 1 ayat (1). 200 Masnur Muslich, loc. cit. 201 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1 ayat (1). 202 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 21-22. 203 Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Pasal 1 ayat (1). 204 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab I, pasal 1 ayat (14). 205 Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006, Standar Isi, Bab II.

Page 142: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

130

Skema 8.2 Kelompok Mata Pelajaran Kurikulum 2006

Sumber : Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006

Cakupan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Setiap kelompok mata pelajaran tersebut dilakukan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mempengaruhi pemahaman dan penghayatan peserta didik.206 Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.

1. Mata pelajaran Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam SI. 2. Muatan Lokal Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal. 3. Kegiatan Pengembangan Diri Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/ atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan

206 Khairuddin, dkk., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Konsep dan Implementasinya di Madrasah, (Jogjakarta: Nuansa Aksara, 2007), hlm. 54.

Page 143: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

131

pengembangan karier peserta didik serta kegiatan kepramukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja. Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier. Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran. 4. Pengaturan Beban Belajar Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri. Sistem paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada suatu pendidikan.207

Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.208 Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.

Tabel 8.3 Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur

Jenjang Sekolah Alokasi Waktu

SD/MI/SDLB 0-40%

SMP/MTs/SMPLB 0-50%

SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0-60%

Sumber : Hasil AnalisiS Penulis (2016)

Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS mengikuti aturan sebagai berikut.

a) Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

b) Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

207loc. cit, Bab III. 208 Ibid.

Page 144: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

132

Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.209 Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.210 Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.

5. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. Pelaporan hasil belajar (raport) peserta didik diserahkan pada satuan pendidikan dengan memperhatikan rambu-rambu yang disusun oleh direktorat teknis terkait.

6. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait. Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:

a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran; b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran

kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan;

c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

d. lulus Ujian Nasional.

Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.

7. Penjurusan

Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait. Penjurusan pada SMK/MAK didasarkan pada spektrum pendidikan kejuruan yang diatur oleh direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

8. Pendidikan Kecakapan Hidup a. Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK dapat

memasukkan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional.

b. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara khusus.

209 Herry Widyastono, Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah (Jakarta : Bumi Aksara, 2014), hlm. 115. 210Ibid.

Page 145: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

133

c. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal.

9. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik. Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain dan atau satuan pendidikan nonformal.

b. Kalender pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.211 Kalender pendidikan atau kalender akademik mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu belajar efektif, dan hari libur. Hari libur dapat berbentuk jeda tengah semester paling lama satu minggu, dan jeda antar semester. Kemudian kalender akademik atau kalender pendidikan untuk satuan pendidikan diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.

Penetapan kalender pendidikan diantaranya yaitu:

a. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni. b. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan

Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.

c. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan-satuan pendidikan.

d. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah pusat/pemerintah daerah.212

Pendidikan Nasional telah beberapa kali mengalami pergantiaan kurikulum, mulai dari kurikulum 1994, kemudian berganti dengan kurikulum tahun 2004 yang lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dan kemudian berganti lagi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pergantian kurikulum memang sangat wajar terjadi, sebab penyempuranan dalam penyusunan kurikulum memang sangat diperlukan. Kurikulum bersifat tidak baku atau tetap (dapat berkembang sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kondisi yang ada). Idealnya suatu kurikulum hendaknya selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di segala bidang. Namun, pada kenyataannya dalam implementasi kurikulum ini banyak sekali hambatannya, khususnya pada KTSP.

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Sementara itu, menurut PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

211Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 243. 212 Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Bab IV.

Page 146: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

134

Pendidikan, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.213 Dalam penyusuan dan dalam proses pembelajaranya yang sering kali mengalami hambatan-hambatan dalam pelakasanan proses pembelajaran.Dimana dalam penyusunannya guru sering kali guru masih banyak yang belum memahami KTSP sacara baik. Dalam kurikulum KTSP ini kreatifitas guru dalam mengelola kurikulum sangatlah diperlukan. Namun kenyataan , dibeberapa sekolah guru masih kurang mengembangkan kreatifitasnya dalam mengelola kurikulum. Bahkan dibeberapa sekolah dalam penyusunan RPP guru masih belum paham terhadap adanya otonomi guru yang memiliki kewenangan dalam mengembangkan RPP. Adanya kebingungan dalam menentukan model RPP yang beragam.

Kemudian dalam penyiapan materi pembelajaran, pemahaman cara mengemas materi pelajaran sebagai tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana guru harus mengembangkan seluruh proses kegiatan pembelajaran termasuk bahan ajar atau materi pelajaran belum difahami secara baik. Guru-guru masih banyak yang sekedar menggunakan buku-buku teks pelajaran yang tidak dikemas dalam pelaksanaan pembelajaran214. Padahal tugas guru yang tertuang dalam undang-undang adalah mampu mengembangkan materi pembelajaran dengan baik yang mencakup kompeksitas. Hambatan selanjutnya adalah hambatan yang sangat klasik, dimana masalah yang hampir disetiap sekolah mengalaminya yaitu keterbatasan sarana-prasarana untuk menunjang proses pembelajaran. Sarana-prasarana yang digunakan sebagai media pembelajaran, seperti dibeberapa sekolah didaerah masih belum memiliki LCD, komputer khusus untuk kegiatan pembelajaran, serta akses internet yang belum memadai. Sehingga media pembelajarannya pun masih tradisional dan itu pun masih belum dikembangkan secara maksimal oleh guru. Para guru juga masih menunjukkan rutinitas dalam pelaksanaan pembelajaran, sebagai wujud sekedar melaksanakan kewajiban mengajar.

Secara umum pemahaman guru mengenai KTSP masih sangat terbatas. Masih banyak dibeberapa sekolah guru belum mandiri dalam pengembangan kurikulum dengan baik. Hal ini menyangkut seperti dalam pengembangan materi perencanaan pembelajaran dan penyusunan perangkat pendukung untuk proses pembelajaran, Dampaknya KTSP hanya menjadi barang mati yang dikembangkan hanya wadahnya saja, sementara subtansi dan materinya mengikuti aturan yang standar dari pemerintah. Dalam konteks pengembangan seharusnya guru mampu mengembangkan materi melalui pengayaan kasus-kasus lokal dan nasional lain yang lebih memberikan pengalaman bagi peserta didik. Demikian juga dengan penyusunan perangkat pembelajaran, guru yang seharusnya otonom menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran seperti RPP, bahan ajar, silabus, dan lain sebagainya, tetapi masih terlihat kebingungan, dan pada akhirnya hanya mencontoh model yang sudah jadi dari orang lain. Hal ini disebabkan karena pola dari kurikulum sebelumnya, dimana pada kurikulum sebelumnya kreativitas guru sangatlah terbatas. Terlebih lagi banyak guru yang belum mendapatkan sosialisasi dan pelatihan sehingga banyak guru yang belum memahami KTSP. Tidak hanya hambatan dalam implementasinya, KTSP pun memiliki beberapa keunggulan. Berikut ini adalah tabel kelebihan dan kekurangan yang ada dalam KTSP:

213http://repository.upi.edu/10008/ diakses pada tanggal 01 Desember 2016. 214http://eprints.uny.ac.id/24556/ diakses pada tanggal 30 November 2016.

Page 147: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

135

Tabel 8.4 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kelebihan KTSP Kekurangan KTSP

Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal.

Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.

Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.

Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP .

KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa. Sekolah dapat menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai keterampilan hidup.

Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan

KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut ahli beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untukmendapatkan tunjangan profesi.

Sumber: https://www.academia.edu/7332686/PERBEDAAN_KTSP_DAN_KURIKULUM_2013 (diolah kembali oleh penulis)

Pada tabel diatas kita dapat melihat bagaimana keunggula serta kekurangan yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini lebih menekankan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Serta kurikulum tidak berpusat lagi pada pemerintah. Dimana dalam KTSP ini sudah terjadi desentralisasi pendidikan. Pemerintah daerah mampu mengembangkan kurikulumnya masing-masing. Dalam kelebihan yang dimiliki oleh KTSP tentunya KTSP pun memiliki kelemahan. Kelemahan yang ada pada KTSP adalah bentuk dari implementasi yang tidak sesuia dengan yang tertuang didalam undang-undang. Kemudian seperti yang telah tertuang diatas bahwa sarana-prasarana yang tidak mempuni pun menjadi penyebab dari kurang efektifnya KTSP ini Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan Kurikulum 1994 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diartikan sebagai konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan keterampilan peserta didik dalam mengahadapi perkembangan dunia kerja dan mampu melakukan tugas-tugas dengan standar performansi tertentu atau cakap, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.215 KTSP pun sudah bukan lagi berpusat pada pemerintah melainkan kurikulum secara operasional disusun oleh masing-masing pendidikan. KTSP pun memiliki perbedaan dengan kurikulum sebelumnya. Berikut ini adalaha perbedaan KTSP dengan Kurikulum 1994:

215 Ibid.

Page 148: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

136

Tabel 8.5 Perbedaan Kurikulum 1994 dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

No Kurikulum 1994 KTSP

1 Menggunakan pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan, yang menekankan pada isi atau materi, berupa pengetahuan pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, evaluasi yang diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan

Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat.

2 Standar akademis yang diterapkan secara seragam bagi setiap peserta didik

Standard kompetensi yang memperhatikan perbedaan individu, baik kemampuan, kecepatan belajar, maupun konteks sosial budaya

3 Berbasis konten, sehingga peserta didik dipandang sebagai kertas putih yang perlu ditulis dengan sejumlah ilmu pengetahuan (transfer of Knowledge )

Berbasis kompetensi, sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan

4 Pengembangan kurikulum dilakukan secara sentralisasi sehingga Depdiknas memonopoli pengembangan ide dan konsep kurikulum

Pengembangan kurikulum dilakukan secara desentralisasi, sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum

5 Materi yang dikembangkan dan diajarkan di sekolah sering kali tidak sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah

Sekolah diberi keleluasaan untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.

6 Guru merupakan kurikulum yang menentukan segala sesuatu yang terjadi di kelas sehingga cenderung dominan

Guru merupakan fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar peserta didik

7 Pengetahuan, keterampilan dan sikap dikembangkan melalui latihan seperti mengerjakan soal

Pengetahuan, keterampilan dan sikap dikembangkan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi individu

8 Pembelajaran cenderung hanya dilakukan di dalam kelas atau dibatasi dengan empat dinding kelas

Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjalinnya kerja sama antara sekolah, masyarakat dan dunia kerja dalam membentuk kompetensi peserta didik

9 Evaluasi nasional yang tidak dapat menyentuh aspek-aspek kepribadian peserta didik

Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar

10 Berpusat pada guru Berpusat pada siswa

11 Guru satu-satunya sumber belajar Guru hanya salah satu sumber belajar

12 Kegiatan belajar mengajar cenderung monoton dan menjenuhkan

Kegiatan belajar mengajar dinamis dan menyenangkan

Sumber: http://eprints.uny.ac.id/24556/

Dalam tabel diatas terlihat jelas bagaimana perbedaan antara KTSP dengan kurikulum sebelumnya. Dimana dalam kurikulum1994 mengunakan pendekatan hanya penguasaan materi saja, sedangkan pada KTSP lebih menekankan pada pemahaman, dan kemampuan tertentu di sekolah. Standar kompetensi pada KTSP lebih meperhatikan perbedaan individu dalam segala hal. Dalam Kurikulum 1994 siswa dianggap sebagi kertas putih yang tidak mengtahui apa-apa, berbeda halnya dengan KTSP memandang siswa memiliki potensi-potensi untuk dikembangkan. Kurikulum yang tadinya sentralisasi kini telah dirubah, pada KTSP dilakukan desentralisasi kurikulum. Sehingga sekolah

Page 149: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

137

memiliki keluasan dalam pengembangan kurikulumnya. Pada Kurikulum 1994 proses belajar terkesan kaku, dimana pusat pembelajaran ada di guru. Sehingga gurulah yang menentukan semuanya. Dapat dikatakan pada kurikulum 1994 guru merupakan dewa ilmu pengetahuan. Persepsi itulah yang diubah pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dimana dalam KTSP guru hanya sebagai fasilitator saja. Proses pembelajar berpusat pada siswa. Sehingga proses pembelajaran tidak monoton dan menjenuhkan. Sehingga KTSP ini dapat dikatakan sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya.

Peran Guru dalam Kurikulum 2006

Implementasi isi dan struktur Kurikulum 2006 menjadi peran utama dari seorang guru kepada para peserta didik. Kurikulum 2006 yang sudah tersedia dari pemerintah akan diturunkan kepada kebijakan sekolah-sekolah disetiap daerahnya. Karena pada Kurikulum 2006 sudah berubah dari sentralisasi menjadi desentralisasi maka kebijakan dalam penerapan Kurikulum diserahkan kepada pihak sekolah. Dalam proses pembelajaran tidak hanya guru yang bertanggungjawab tetapi menjadi tanggungjawab bersama antara guru, kepala sekolah serta dewan-dewan pendidikan. Kegagalan penerapan kurikulum disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa berfungsinya kurikulum terletak pada bagian pelaksanaannya di sekolah.216 Maka kerjasama yang terjalin antara guru sebagai pendidik dan sekolah sebagai penyelenggara harus berjalan dengan baik. Komunikasi antara kedua pihak akan menjadi penentu Kurikulum 2006 sudah diterapkan secara baik dan berhasil atau tidak implementasinya terhadap perserta didik. Kurikulum 2006 memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang trampil dan mandiri.

b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. d. Guru bukan satu-satunya sumber belajar tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi

srandar edukatif. e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau

pencapaian suatu kompetensi, dan ciri-ciri tersebut harus tercermin dalam praktik pembelajaran.217

Dari karakteristik pada KTSP terlihat peran guru yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran. Pada poin pertama guru harus membentuk peserta didik menjadi pribadi yang trampil dan mandiri. Maka peran guru dalam proses pembelajaran dikelas adalah dengan menjadi fasilitator agar siswa dapat terpacu untuk mengembangkan segala kemampuannya dalam ilmu pengetahuan, bakat, minat serta pencapaian sikap dalam pembelajaran. Karena dengan guru menjadi fasilitator dapat membuat peserta didik menjadi aktif tetapi tetap diarahkan oleh guru agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik. Selain itu, dalam poin ketiga yaitu penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi dapat mendukung ketercapaian pembelajaran.

216E. Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, hlm. 6. 217loc.cit, hlm. 241.

Page 150: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

138

Skema 8.3 Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran

Sumber : Hasil Analisis Penulis (2016)

Dari skema diatas dapat dipahami bahwa peran guru dalam menerapkan pendekatan, strategi dan metode yang bervariasi. Pendekatan di skema tersebut dicontohkan hanya dua dari banyaknya jenis pendekatan yang lain. Sehingga pencapaian dari karakterisktik KTSP akan terwujud dengan variasi pendekatan, strategi dan metode yang dilakukan oleh guru. Kemudian, pada poin terakhir yaitu penilaian ditekankan pada proses dan hasil belajar siswa yang didapatkan dari pembelajaran dikelas. Selain pendekatan, strategi dan metode adapula prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran seperti interaktif yang mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru kepada peserta didik tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Kedua, inspiratif adalah proses yang memungkinkan peserta didik untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Ketiga, menyenangkan sehingga proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Keempat, menantang yang membuat siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir sehingga merangsang kerja otak secara maksimal. Terakhir, adalah motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan peserta didik tanpa adanya motivasi tidak mungkin peserta didik memiliki kemauan belajar.218

Jika dilihat pada perubahan penerapannya menjadi desentralisai maka kebijakan penerapan menjadi hak pada setiap sekolah. Selain kurikulum 2006 yang sudah jelas bentuk dan penerapannya adapula kurikulum tersembunyi yang diterapkan pada setiap sekolah. Karena penerapannya menjadi desentralisasi maka kurikulum yang terwujud disetiap sekolah juga akan berbeda. Seperti yang dikemukakan oleh Jean Anyon pada Social Class, School Knowledge and Hidden Curriculum menyatakan bahwa mekanisme kerja kurikulum tersembunyi berbeda-beda disetiap sekolah maka akan menghasilkan output yang berbeda juga. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru

218Eman Surachman, Bahan Ajar Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: Program Studi Pendidikan Sosiologi, 2014), hlm. 68-69.

Page 151: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

139

terhadap siswa juga berbeda karena tergantung pada cara pandang siswa berdasarkan kelas sosial mereka. Salah satu karakteristik dari KTSP adalah berorientasi pada learning outcomes maka akan berpengaruh juga terhadap kurikulum tersembunyi yang akan dirasakan oleh siswa. Jika pada suatu sekolah menerapkan strategi scientific learning maka indoktrinasi pengalaman sehari-hari peserta didik disekolah satu dengan lainnya akan berbeda. Sehingga peran guru dalam menjalankan segala perencanaan dalam proses pembelajaran membuat peserta didik merasakan kurikulum tersembunyi yang berbeda. Penekanan kurikulum tersembunyi akan lebih bertujuan pada sikap yang dihasilkan oleh peserta didik dalam berperilaku disekolah maupun diluar sekolah.

“An important consequence is that, unlike in earlier times, when education could have a “leveling” effect, by providing middle class opportunities and incomes for working class and middle class students who did not process high status knowledge education today can actually exacerbate and foster a polarization of opportunity and income because those without cultural capital typically have low wage work awaiting them”. 219

Pernyataan tersebut merupakan pemikiran dari Jean Anyon yang mengatakan bahwa konsekuensi penting yang dilihat adalah bahwa tidak seperti dimasa lalu ketika pendidikan dapat memiliki efek “meratakan” dengan memberikan kelas menengah peluang dan pendapatan kelas untuk kelas pekerja dan kelas menengah siswa yang tidak memiliki pendidikan pengetahuan status yang tinggi saai ini benar-benar dapat memperburuk dan menumbuhkan polarisasi kesempatan dan pendapatan karena mereka tanpa modal budaya biasanya memiliki upah rendah dalam pekerjaannya nanti. Pergeseran peran sekolah dalam meratakan pendidikan disekolah merupakan dampak dari cara menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik hal tersebut juga berpengaruh dari pendekatan, strategi dan metode yang diterapkan oleh guru disetiap sekolah.

Selain pengaruh dari penerapan cara pembelajaran dikelas yang merupakan implementasi dari Kurikulum 2006, terdapat pula pengaruh dari kurikulum tersembunyi yang terjadi pada setiap sekolah. “Also alleged as influential in the reproductive capcity of schooling was educator predisposition to reward students in different social classes for behavior that corresponded to personality traits rewarded in different occupational strata working class students for docility and obedience, the managerial classes for initiative and personal assertiveness, for example”. 220Diduga juga sebagai pengaruh dalam kapsitas reproduksi dari sekolah adalah kecenderungan pendidik untuk menghargai siswa dikelas-kelas sosial yang berbeda untuk perilaku yang berhubungan dengan ciri-ciri kepribadian dihargai dipekerjaan yang berbeda siswa strata kelas pekerja untuk kepatuhan dan ketaatan, kelas manajerial untuk inisiatif dan ketegasan pribadi. Maka tidak menutup kemungkinan kurikulum tersembunyi yang berdampak kepada siswa akan berbeda. Ketika perlakuan guru akan berbeda pada setiap sekolah bahkan setiap kelas juga bisa berbeda. Dalam proses pembelajaran hadiah ataupun penguatan yang diberikan kepada peserta didik berbeda berdasarkan perilaku peserta didik.

Penerapan Kurikulum 2006 juga berdampak dikarenakan pada Kurikulum 2006 metode yang lebih dominan dijalankan adalah ceramah. Sehingga kendali kelas dipegang sepenuhnya oleh guru, maka kepribadian peserta didik, cara berperilaku mereka dalam proses pendidikan dengan mudah dipegang oleh guru. Pada sekolah dengan status sosial kelas pekerja mereka akan semakin mudah untuk dikendalikan, otoritas dimiliki oleh guru sehingga perkembangan yang mengarah kepada kemajuan kelas sosial tidak bisa mereka dapatkan. Tidak hanya pada sekolah kelas pekerja, tetapi sekolah kelas menengah juga sama. Ketika mereka seharusnya bisa menaikkan kelas sosial mereka tetapi hanya berdiam ditempat tanpa ada peningkatan. Begitupun sebaliknya pada sekolah kelas sosial yang tinggi mereka akan semakin maju bahkan dapat melanggengkan kelas sosialnya karena

219Lois Weis, Cameron McCarthy and Greg Dimitriads, loc.cit, hlm. 44. 220Ibid, hlm. 39.

Page 152: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

140

proses pembelajaran dikelas yang sangat berbeda dengan kelas pekerja. Semua akibat tersebut dapat terjadi karena guru yang memegang penuh proses pembelajaran di kelas.

Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP)

Aspek Kurikulum 2004 Kurikulum 2006

Pendekatan Berbasis Kompetensi Terdiri atas : SK, KD, MP

dan Indikator Pencapaian

Berbasis Kompetensi Hanya terdiri atas : SK

dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru

Pengembangan kurikulum lebih lanjut

Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.

Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Pembelajaran

Semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP.

Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP

Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sifat Cenderung Sentralisme Pendidikan: Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan

Cenderung Desentralisme Pendidikan: Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.

Hasil Berorientasi pada pencapaian hasil dan dampaknya (outcome oriented)

Berorentasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman

Sumber : Hasil Analisis Penulis (2016)

Tabel diatas merupakan perbandingan antara Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 2006 sehingga peran guru yang dijalankan juga berbeda. Perbedaan guru yang terlihat dari tabel diatas lebih terhadap pendekatan, pengembangan kurikulumnya, sifat kurikulum dan hasil orientasi terhadap peserta didik. Misalnya pada pengembangan terhadap kurikulum yang harus dilakukan oleh guru pada Kurikulum 2004 hanya diperbolehkan untuk mengembangkannya saja tetapi pada Kurikulum 2006 guru diharuskan untuk membuatnya. Perbedaan-perbedaan tersebut terjadi karena penerapan kurikulum yang berbeda. Berdasarkan kebijakan pemerintah dalam menetapkan kurikulum yang akan diterapkan. Tentu saja Kurikulum 2004 telah lebih dikembangkan pada Kurikulum 2006. Kebebasan sedikit terlihat pada Kurikulum 2006 dibandingkan dengan Kurikulum 2004. Selain perbandingan antara Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 2006 berikut tabel ciri-ciri dari Kurikulum 2006.

Page 153: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

141

Tabel 8.7 Ciri-Ciri Kurikulum 2006

Kurikulum 2006

Diberi kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Berpusat pada potensi.

Tidak diberi waktu yang cukup untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Kompetensi dinyatakan dalam bentuk standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) atau dikenal dengan istilah SKKD.

Sumber : Skripsi Abdul Rohman (2015)221

Kunci keberhasilan dalam pelaksanaan Kurikulum 2006 berada ditangan guru walaupun guru tidak dilibatkan dalam pengembangan pada tingkat nasional tetapi guru merupakan perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Peran guru menterjemahkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh BNSP maka guru yang akan mengolah dan meramu kembali untuk diimplementasikan terhadap peserta didik. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar dikelas yang bertugas menyampaikan ilmu pengetahuan (bahan pelajaran) kepada siswa, dengan lebih banyak menggunakan metode penurunan atau ceramah.222

Model Pembelajaran Kurikulum 2006

Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum yang disusun, sangat bergantung pada bagaimana kemampuan pendidik (guru) untuk mengimplementasikandan mengembangkannya dalam pelaksanaan pembelajaran. Bahwa KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan, terutama guru dengan mempertimbangkan potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Oleh karena guru terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas, guru memahami betul apa yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran. Guru pula yang akan melakukan penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran, sehingga keberhasilan pembelajaran merupakan tanggung jawab guru.

Mekanisme pengembangan kegiatan pembelajaran dilakukan dengan pengembangan KTSP dan silabus mata pelajaran. Sekolah atau kelompok sekolah dengan karakteristik yang hampir samaatau kelompok guru mata pelajaran merumuskan bersama pengembangan kegiatan pembelajaran. Kegiatan dilakukan dalam koordinasi kepala sekolah yang dilaksanakan oleh tim pengembang kurikulum di sekolah bersama dengan guru baik melalui rapat kerja atau kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).

221Abdul Rohman, Perbandingan Konsep Kurikulum KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 (Kajian Standar Isi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Jenjang SMP)(Semarang, 2015), hlm. 107-108. 222http://www.academia.edu/8307971/KURIKULUM_TINGKAT_SATUAN_PENDIDIKAN_DIREKTORAT_JENDERAL_PENINGKATAN_MUTU_PENDIDIK_DAN_TENAGA_KEPENDIDIKAN_DEPARTEMEN_PENDIDIKAN_NASIONAL_2008, hlm. 31.

Page 154: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

142

Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, diperlukan informasi yang cukup terkait karakteristik sekolah yang terdiri dari dan kebutuhan peserta didik, sumber daya, fasilitas, lingkungan. Hasil pengembangan dituangkan dalam rancangan kegiatan pembelajaran dalam bentuk silabus dan desain pembelajaran, lalu rancangan pelaksanaan pembelajaran tersebut dituangkan lebih rinci dalam bentuk RPP. Dengan diberikan keleluasaan dalam menyusun RPP, maka guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metodepembelajaran. Guru perlu memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, perhatian, dan kreativitas peserta didik.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang memuat prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.223 Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran atau guru dalam merencakan dan melaksanakan pembelajaran. Secara umum terdapat 4 macam pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu : Pembelajaran Langsung, Pembelajaran Kontekstual, Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif

Dalam KTSP ada beberapa model pembelajaran yang dikembangkan, yaitu:

1. Model Pembelajaran Terpadu Model Pembelajaran Terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. 224 Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba untuk memadukan beberapa pokok bahasan. Pembelajaran terpadu merupakan paket pengajaran yang menghubungkan berbagai konsep dari beberapa disiplin ilmu. Metode pembelajaran terpadu berorientasi pada keaktifan siswa, pengetahuan awal siswa sangat membantu dalam memahami konsep dan keberhasilan belajar. Bagi peserta didik apa yang dipelajari berkaitan dengan pengalaman hidupnya, sehingga mereka dapat memandang suatu objek yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah pendekatan kurikulum terpadu di mana berbagai materi akan dipadukan menjadi sajian materi yang kemudian diberikan kepada peserta didik. Ciri dari model pembelajaran terpadu yaitu:225

1) Berpusat pada peserta didik 2) Memberikan pengalaman langsung pada peserta didik 3) Pemisahan antarbidang studi tidak begitu jelas 4) Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran 5) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan peserta didik

2. Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah didefinisikan sebagai suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik awal untuk mengakuisi pengetahuan baru.226 Model ini bertujuan untuk memecahkan masalah keseharian (autentik) yang dekat dengan siswa. Dalam model pembelajaran ini, guru berperan mengajukan masalah, membimbing dan memfasilitasi penyelidikan serta

223Singgih Santoso, Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif dan Motivasi Belajar Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah, Berkala Fisika Indonesia, Vol. 5 No. 1 Januari 2013, hlm. 15. 224Leo Agung S, Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012, hlm.146. 225Natriani Syam dan Ramlan, Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata PelajaranIlmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SDN 54 Kota Parepare, Jurnal Publikasi Pendidikan, Volume V Nomor 3 September 2015, hlm.185. 226Indarti,Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Pelajaran IPA dan Kaitannya Dengan Kesehatan di Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang (diakses pada Mingguu, 04 Desember 2016 pukuk 21:17 WIB)

Page 155: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

143

mendukung proses belajar mengajar sehingga siswa terbiasa memandang suatu masalah dari berbagai disiplin ilmu secara mandiri. 3. Model Pembelajaran Kooperatif Model ini memungkinkan guru dan siswa untuk saling mempengaruhi berpikir masing-masing.Guru membuat tugas yang memancing berpikir untuk memungkinkan siswa mengkonstruksi konsep-konsep dan aturan-aturan dan belajar memecahkan masalah.227 Guru mendorong siswa untuk menjelaskan pemikiran mereka, kemudian guru memikirkan respon siswa. Dengan melakukan refleksi, memungkinkan guru untuk merencanakan pembelajaran sehingga siswa akan lebih maju dalam belajar.

4. Model Pembelajaran Mind Maping Berdasarkan tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI siswa diharapkan mampu menyadari gejala sosial yang dihadapi dan memiliki kemampuan menyelesaikan secara logis sesuai dengan nilai-nilai sosial kemanusian. Konsep-konsep gejala sosial bersifat abstrak sehingga harus disosialisasikan dalam kegiatan pembelajaran. Keabstrakan konsep-konsep materi IPS menjadi hambatan belajar siswa dalam menguasai konsep (materi) tersebut. Mind Mapping bahwa pemetaan pikiran adalah teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan.228 Otak seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah.

Penutup

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 suatu model pengelolaan kurikulum yang dirancang mengikuti potensi dan karakteristik daerah, kondisi sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. KTSP atau Kurikulum 2006 diberlakukan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mulai tahun ajaran 2006/2007 menggantikan Kurikulum 2004.KTSP 2006 yang bersifat desentralis ini membuat sekolah atau daerah memiliki wewenang untuk mengatur tata aturan dalam kurikulum masing-masing daerah atau sekolah.Dalam kurikulum KTSP ini kreatifitas guru dalam mengelola kurikulum sangatlah diperlukan. Namun kenyataan , dibeberapa sekolah guru masih kurang mengembangkan kreatifitasnya dalam mengelola kurikulum. Bahkan dibeberapa sekolah dalam penyusunan RPP guru masih belum paham terhadap adanya otonomi guru yang memiliki kewenangan dalam mengembangkan RPP. Dari desentralisasi ini lah akhirnya menimbulkan reproduksi sosial dalam pendidikan, sekolah yang bagus dimana memiliki sarana dan prasana yang lengkap untuk menunjang proses pembelajaran akan terus semakin bagus dan menghasilkan siswa-siswa yang berkualitas pula, sedangkan sekolah yang masih kurang dalam beberapa sumber daya akan menghasilkan lulusan yang sekedar lulus saja. Teori reproduksi berpendapat bahwa sekolah tidak lagi "seimbang" melainkan memainkan peran sentral dalam mereproduksi status kelas sosial dengan membagikan pengetahuan pendidikan yang mengarah ke kekuasaan dan status untuk siswa dari kelas sosial yang lebih tinggi latar belakang dan tingkat yang lebih "praktis" pengetahuan rendah untuk siswa kelas pekerja.

227 I Nyoman Mudiarna, Model Pembelajaran Interaktif Seting Kooperatif Dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No. 4, hlm. 388. 228 loc.cit, hlm., 187.

Page 156: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

144

Daftar Pustaka

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Renika Cipta.

Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktek. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Khairuddin, dkk. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), Konsep dan Implementasinya di Madrasah. Jogjakarta: Nuansa Aksara.

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Suparlan. 2011. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Surachman, Eman. 2014. Bahan Ajar Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Program Studi Pendidikan Sosiologi.

Widyastono, Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Weis Lois, Cameron McCarthy and Greg Dimitriads. 2006. Ideology, Curriculum, and the New Sociology of Education. New York: Routledge Taylor and Francis Group.

Jurnal dan Skripsi:

Abdul Rohman. 2015. Perbandingan Konsep Kurikulum KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 (Kajian Standar Isi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Jenjang SMP). Semarang.

Agung, S Leo. Implementasi Model Pembelajaran IPS Terpadu, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012.

Dedi Ilham Perdana. 2013. Kurikulum Dan Pendidikan Di Indonesia: Proses Mencari Arah Pendidikan Yang Ideal Di Indonesia Atau Hegemoni Kepentingan Penguasa Semata?. Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2, No.1.

Page 157: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

145

Fedrik, A Kande, Membedah Kekuatan dan Kelemahan KTSP, No. 02 Th.IV Oktober 2008.

Indarti. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Pelajaran IPA dan Kaitannya Dengan Kesehatan di Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang(diakses pada Mingguu, 04 Desember 2016 pukul 21:17 WIB).

Kurniasih Budi, Pertumbuhan Ekonomi 2006 Turun, Tempo.co, 16 Februari 2007.

Laporan Sosial Indonesia Perkembangan Tingkat Kesejahteraan Pedesaan. Badan Pusat Statistik. 2006.

Mudiarna, I Nyoman. Model Pembelajaran Interaktif Seting Kooperatif Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No. 4.

Santoso, Singgih. Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif dan Motivasi Belajar Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah. Berkala Fisika Indonesia, Volume 5 nomor 1 Januari 2013.

Syam, Natriani dan Ramlan. Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata PelajaranIlmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SDN 54 Kota Parepare. Jurnal Publikasi Pendidikan. Volume V Nomor 3 September 2015.

http://www.scribd.com/doc/23879849/PERBEDAAN-SECARA-SIGNIFIKAN-KURIKULUM-2004-KBK-KURIKULUM-2006-KTSP di akses pada tgl 11 Desember 2016 Pukul 19.54 WIB.

Data KPU 2004 yang dilihat di http://partai.info/pemilu2004/hasilpilpres1.php diakses pada Selasa 13 Desember 2016 pukul 14;10 WIB.

http://print.kompas.com/baca/opini/duduk-perkara/2015/04/15/Dinamika-Ujian-Akhir-dari-Masa-ke-Masa diakses pada tanggal 13 Desember 2016, Pukul 20.10 WIB.

http://www.academia.edu/8307971/KURIKULUM_TINGKAT_SATUAN_PENDIDIKAN_DIREKTORAT_JENDERAL_PENINGKATAN_MUTU_PENDIDIK_DAN_TENAGA_KEPENDIDIKAN_DEPARTEMEN_PENDIDIKAN_NASIONAL_2008 diakses pada tanggal 19 Desember 2016, Pukul 13.56 WIB.

Page 158: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

146

Bab 9 Perkembangan Kurikulum 2013 (K13) Anggun Puspitasari, Fauzan Marasabessy, Hana Purnama F, Muhammad Rizky, Setya Dewi Pendahuluan

Kurikulum 2013 secara resmi mulai diterapkan untuk pertama kalinya sejak tahun ajaran 2013/2014. Kurikulum dalam PERMEN No. 59 Tahun 2014 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada kurikulum 2013 ada empat aspek dalam basis penilaian yang dilaksanakan dan dimonitoring oleh guru, yaitu aspek sikap spiritual (afektif), sikap sosial, pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik). Masing-masing aspek menggunakan teknik penilaian yang berbeda. Aspek sikap spiritual dan sosial menggunakan pengamatan, penilaian antar peserta didik, penilaian peserta didik dan jurnal. Kemudian penilaian aspek pengetahuan dilakukan dengan tes tertulis, tes lisan dan penugasan. Penilaian aspek keterampilan dilakukan dengan tes praktik, projek dan portofolio.229

Pembelajaran berbasis kurikulum 2013 (selanjutnya disingkat K13) didalamnya mengandung konsep 5M yaitu Mengamati (Observing), Menanya (Questioning), Menalar (Associating), Mencoba (Experimenting), dan Mengkomunikasikan (Comunicating). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan berkembang dalam peradaban dunia.230

Kurikulum 2013 dibuat untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (selanjutnya disingkat KTSP). KTSP sendiri merupakan kurikulum yang diterapkan sejak masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai hasil dari penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK 2004. Dan kurikulum 2013 menjadi kurikulum ketiga di masa pemerintahan SBY yang dirumuskan oleh MENDIKBUD Mohammmad Nuh di periode kedua pemerintahan SBY dan hingga saat ini masih diteruskan dan di revisi dalam kepemimpinan Joko Widodo.

Seiring dengan perkembangandan dinamika politik di Indonesia dalam prosesnya terjadi pergantian kabinet dalam pemerintahan Joko Widodo sehingga posisi jabatan MENDIKBUD Anies Baswedan digantikan oleh Muhadjir Effendy. Perubahan kurikulum KTSP ke K13 tersebut secara menyeluruh telah merubah sistem pembelajaran dikelas serta segala keperluan administratif yang berkenaan dengan perencanaan perangkat pembelajaran, implementasinya didalam kelas mulai dari pelaksanaan, penilaian, hingga evaluasi yang secara sistematis merubah pola kurikulum sebelumnya dalam KTSP 2006.

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yang disahkan menjelang akhir era pemerintahan SBY dan hingga akhir tahun 2016, kurikulum tersebut terhitung telah ditangani oleh tiga menteri yang berbeda. Kurikulum yang terus berkembang dan berganti seiring dengan kondisi dan situasi politik negara indonesia hingga saat ini mengidentifikasikan bahwa kurikulum bukanlah sesuatu yang taken for granted, ia tidak diberikan dan ada dengan sendirinya atau lepas dari segala bentuk kepentingan praksis politis yang bergulat didalam sistem kenegaraan namun melewati proses kontestasi kekuasaan yang panjang dalam pertautan antar negara, politik, ekonomi dan kepentingan-kepentingan oleh kelas dominan lainnya.

229 Dalam http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/pedoman-penilaian-kurikulum-2013, dikutip pada tanggal 13 Desember 2016 pukul 09:55. 230PERMENDIKBUD Nomor 70 Tahun 2013 hlm 7tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.

Page 159: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

147

Terdapat beberapa perubahan mendasar dalam K13 dengan KTSP. Diantaranya yaitu mengenai konsep K13 itu sendiri yaitu, seimbang antara hardskill dan softskill. Selain itu, K13 secara khusus dirancang untuk menjawab tantangan internal maupun eksternal yang akan menghadang indonesia di masa mendatang. Oleh karena itu pendidikan melalui kurikulum harus mampu mengakomodir dan mempersiapkan generasi-generasi penerus bangsa yang mampu bersaing dalam skala internasional sebagaimana yang tercantum dalam tujuan kurikulum 2013.

Konteks Sosial, Politik dan Ekonomi

Kurikulum 2013 diterapkan di beberapa sekolah secara serentak pada tahun ajaran 2013/2014. K13 merupakan kurikulum ketiga yang diterapkan di masa kepemimpinan SBY. Bersamaan dengan penerapan K13 kala itu, pada tahun 2013 merupakan tahun terakhir yang dijabat oleh Mohammad Nuh selaku MENDIKBUD sebelum habis masa akhir kepemimpinan pemerintahan SBY dan untuk selanjutnya di tahun 2014 Indonesia untuk kedua kalinya melaksanakan PEMILU langsung. Selama masa pemerintahan SBY telah banyak kebijakan dan peraturan yang dibuat dan dilaksanakan pada berbagai sektor, khususnya dalam sektor pendidikan. Pada awal pemerintahannya, SBY telah mengeluaran kurikulum baru yakni KTSP 2006 yang merupakan hasil dari pembaharuan kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004. Lalu pada tahun 2013 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh di masa akhir jabatannya pada pemerintahan SBY dikeluarkan kembali kurikulum 2013 yang merupakan revisi atau penyempurnaan dari KTSP 2006 melalui PERMENDIKBUD No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Setelah rampung segala keperluan teknis yang berkenaan dengan kurikulum 2013, selanjutnya pada tanggal 29 November sampai dengan 29 Desember berlangsung proses uji publik yang diselenggarakan di lima kota terpilih yaitu Jakarta, Yogyakarta, Medan, Makassar, dan Denpasar. 231

Dalam pergantian Kurikulum K13 ini, dinamika sosial, politik dan ekonomi akan berputar bagai siklus yang didalamnya terdapat poros yaitu K13 itu sendiri. Diantara dinamika tersebut beberapa diantaranya yaitu berhubungan erat dengan konteks sosial, ekonomi, dan politik yang ada ketika itu. Dalam konteks sosial, kurikulum 2013 dapat diidentifikasi sebagai proses adaptasi pendidikan terhadap perkembangan zaman, diantaranya ialah teknologi dan sains yang kian maju di era globalisasi saat ini, sehingga menuntut individu terdidik untuk terus mengembangkan kompetensi agar mampu bersaing dalam skala internasional dan memanfaatkan teknologi agar memberikan kebermanfaatan sekaligus menekan dampak negatif yang timbul karenanya. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat memungkinkan kurikulum harus mampu memfasilitasi warga negara usia sekolah untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa.

Dengan jumlah penduduk Indonesia per-tahun 2015 sekitar 237.641.326 jiwa dalam perhitungan akumulasi 33 provisi232, dan di prediksi akan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2045 mendatang. Jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2045 pada saat angkanya mencapai 70%233 dan ini yang sebut oleh K13 sebagai “Generasi Emas”. Jika pemerintah mampu memanfaatkan bonus demografi yang besar tersebut dan menghasilkan usia-usia produktif yang berkompetensi dan berketerampilan, Indonesia tentu akan mampu berkembang pesat dalam pembangunan di segala lini. Namun, sebaliknya jika bonus demografi tersebut tidak mampu diakomodir dan dimanfaatkan dengan benar oleh pemerintah sehingga justru akan menjadi boomerang bagi negara dan menghambat proses pembangunan. Kurikulum 2013, dirancang sebagai upaya mempersiapkan generasi Indonesia 2045 yaitu 100 tahun indonesia meredeka, sekaligus

231 Forum Mangunwijaya VII, Menyambut Kurikulum 2013 (Jakarta: Kompas, 2013), h. 154. 232Data BPS dalam https://www.bps.go.id, dikutip pada tanggal 6 Desember 2016 pukul 13:18. 233 PERMENDIKBUD, Nomor 59 Tahun 2014 hlm 1 tentang Kurikulum 2013 SMA/MA.

Page 160: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

148

memanfaatkan momentum populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi.234

Gambar 9.1 Proyeksi 100 Tahun Indonesia

Sumber : Handout Kemendikbud (2014)

Dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, tantangan besar yang dihadapi Indonesia kemudian adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan, agar dapat menjadi modal bagi kemajuan bangsa ini. Melalui kurikulum K13 pemerintah Indonesia berusaha mengupayakan modal demografi yang dimiliki indonesia tersebut menjadi modal yang strategis bagi pembangunan Indonesia di masa mendatang.

Proyeksi 100 tahun kemerdekaan Indonesia tepat pada tahun 2045 diprediksi merupakan puncak populasi penduduk usia produktif. Keadaan tersebut diharapkan menjadi tahun keemasan bagi bangsa Indonesia. Dengan jumlah penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 317 juta penduduk dengan presentasi 70% usia produktif diharapkan mampu untuk menjadi modal pembangunan yang signifikan di Indonesia dalam segala sektor. Namun, justru akan sebaliknya jika modal demografi menyusul dominasi usia produktif di tahun 2045 tidak mampu mempersiapkan skill dan keterampilan yang diperlukan untuk berkompetisi dalam perekonomian global, yang terjadi justru akan sebaliknya menjadi bencana demografi.

Gambar 9.2 Statistik Demografi Indonesia

Sumber : Handout Kemendikbud (2014)

234 Forum Mangunwijaya VII, op.cit, h.x.

Page 161: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

149

Bonus demografi yang dimiliki Indonesia diupayakan pemerintah sebagai sebuah terobosan untuk menciptakan generasi-generasi emas dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang dimiliki oleh Indonesia dapat menjadi modal ketika pendidikan melalui kurikulum mampu mengolah dan menciptakan warga negara dalam hal ini peserta didik usia sekolah untuk dapat menanamkan kompetensi yang sesuai dengan satuan jenjang pendidikan, sehingga dikemudian hari generasi-generasi emas Indonesia mampu bersaing secara global di berbagai sektor baik perekonomian maupun sektor lainnya. Perkembangan sains dan teknologi membuat pendidikan harus mampu berinovasi mengimbangi setiap tantangan yang dihadapi hal ini berkaitan dengan bagaimana pendidikan mampu mengakomodir segala dampak positif maupun negatif yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi dan informasi yang semakin berkembang pesat. Modernisasi dan globalisasi adalah bagian dari perkembangan dunia yang tidak dapat dipisahkan, untuk itu kurikulum 2013 dibuat untuk mengimbangi perkembangan sains dan teknologi yang kian maju tersebut.

Sementara itu konteks politik yang ada didalamnya jika di telaah lebih lanjut, yaitu berkaitan mengenai bagaimana K13 ini dalam prosesnya secara langsung telah dikomandoi oleh beberapa MENDIKBUD dalam dua periode pemerintahan yang berbeda. Kurikulum 2013 tersebut diterapkan menjelang akhir masa kabinet era kepemimpinan SBY di masa reformasi. Pergantian kurikulum yang sebelumnya KTSP 2006 menjadi Kurikulum 2013 ini dinilai oleh beberapa pihak mengandung muatan politis karena proses yang dijalankan dalam merombak kurikulum 2013 terkesan tergesa-gesa agar dapat segera dijalankan pada tahun ajaran 2013/2014 mendatang sebelum berakhirnya masa jabatan Mohammad Nuh sebagai MENDIKBUD. Selain itu, pergantian kurikulum tersebut seperti sebuah upaya pembuktian hasil pencapaian kerja yang dihasilkan sebagai bentuk karakteristik untuk dapat diidentifikasi perbedaanya melalui kebijakan-kebijakan pendidikan yang dihasilkan dari setiap pergantian menteri.

Beberapa perbedaan yang drastis lebih relevan jika dilihat melalui pandangan yang lebih umum melalui perspektif reformasi dengan membandingkan keadaan dan situasi politik ketika reformasi dengan masa orde baru. Berdasarkan persepektif reformasi, pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk mempersiapkan peserta didik dengan kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang bersifat sangat kompetitif dan dengan derajat saling ketergantungan antar bangsa yang amat tinggi. 235

Kurikulum 2013 dalam karakteristik dan proses implementasinya memberikan banyak keleluasaan bagi peserta didik untuk mengeluarkan pendapat dan berdemokrasi bahkan dalam lingkup pembelajaran yang paling khusus seperti di kelas. Proses interaksi yang terjadi diantara murid dengan guru ataupun dengan sesama murid telah merepresentasikan nilai-nilai politik yang demokratis dalam sistem pembelajaran di kelas melalui kurikulum K13.

Meskipun, dalam pelaksanaanya kurikulum 2013 yang telah diresmikan secara legal oleh Mohammad Nuh melalui PERMEN No. 59 Tahun 2014 telah dipublikasikan, hal ini belum dapat dipraktekkan secara menyeluruh disetiap sekolah. Penerapan Kurikulum tersebut masih bersifat fleksibel, hal itu tertuang dalam PERMENDIKBUD No. 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 pada Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.236 Sekolah yang belum mapan untuk menerapkan kurikulum 2013 sementara, diberikan keleluasaan untuk tetap menggunakan KTSP 2006, penerapan kurikulum 2013 disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh setiap sekolah.

Sedangkan dalam konteks ekonomi, Kurikulum 2013 dapat dilihat sebagai upaya pemerintah dalam mempersiapkan warga negara untuk mampu bersaing dalam perdagangan bebas berskala internasional. Dalam implementasinya, kurikulum 2013 melatih para peserta didik untuk dapat melek teknologi dan mengikuti perkembangan ekonomi secara global. Relasi antara kurikulum 2013 235 R. Luddin Muchlisin, Meneropong Realitas Kebijakan Pendidikan (Jakarta: Spektrum, 2008), hlm.244. 236 PERMENDIKBUD Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013, hlm.1.

Page 162: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

150

dengan perekonomian di Indonesia ialah implementasi kurikulum 2013 sebagai upaya untuk menghadapi arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. 237

Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).238 Hal tersebut merupakan tantangan eksternal yang harus siap dihadapi oleh seluruh warga negara dan menjadikannya motivasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya melalui hardskill maupun softskill agar mampu bersaing di pasar ekonomi global. 239

Jika dirumuskan mengenai latar belakang pengembangan Kurikulum 2013 ini secara garis besar yaitu berkaitan dengan arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains dan lainsebagainya. Selain itu fenomena sosial yang kala itu tengah hangat menjadi perbincangan dan dianggap sebagai sebuah permasalahan sosial seperti perkelahian pelajar, narkoba, plagiarisme danlainnya.240

Persaingan dalam dunia kerja dalam skala yang lebih luas menuntut setiap warga negara untuk mampu bersaing tidak hanya di dalam negeri dengan sesama warga negara namun dengan para pesaing kerja dari negara lain. K13 diharapkan mampu menjawab tantangan-tantangan tersebut melalui pendidikan yang komprehensif. K13 menjadi isu hangat ketika itu karena pergantiannya cukup cepat dan mendadak, Menteri Pendidikan dan kebudayaan kala itu Mohammad Nuh pada masa kepemimpinan SBY merubah KTSP pada tanggal 15 Juli 2013 dan diimplementasikan pada tahun ajaran 2013/2014. Pergantian kurikulum tersebut berselang tahun berikutnya ketika habis masa kepemimpinan SBY dan selanjutnya kabinet kerja presiden ketujuh terpilih dibentuk.

Kemudian, sejak dulu untuk mengukur seberapa jauh kemampuan peserta didik, Indonesia pada tahun 1995 ikut serta dalam sebuah survei berskala internasional yaitu Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Studi Internasional TIMSS tersebut diinisiasikan oleh The International Association for Evaluation of International Achievement (IEA), survei tersebut bertujuan untuk membandingkan prestasi Matematika dan IPA (Science)di beberapa negara setiap 4 tahun sekali. Subyek penelitian TIMSS adalah siswa kelas IV SD (4th Grade) dan siswa kelas II SMP/MTs (8th Grade).241 Survei yang dikeluarkan oleh TIMSS per 2011 menjadi salah satu latar belakang mengapa kemudian KTSP 2006 dirasa perlu untuk disempurnakan dan diperbarui melalui pergantian kurikulum K13.

237 PERMENDIKBUD Nomor 70, op.cit, hlm.5. 238 PERMENDIKBUD NO. 59, op. cit, h.1. 239Ibid. 240 Hidayat Sholeh, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.121. 241 Dalam http://litbang.kemdikbud.go.id, dikutip pada tanggal 17 Desember 2016 pukul 10:39.

Page 163: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

151

Gambar 9.3 Grade Indonesia dalam Kompetensi Matematika

Sumber : Handout Wamendikbud (2014)

Lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah, berbeda dengan Chinese Taipei yang mampu mencapai lebih dari 50% pada level advance. Dalam kompetensi Matematika ini Indonesia berada di peringkat bawah diantara negara-negara Asia lainnya Jepang, Thailand, dan Malaysia. Selanjutnya, dalam laporan survei TIMSS yang diujikan dalam kompetensi Sains (saince), Indonesia masih belum mampu mencapai level maksimal dalam penelitian yang diadakan oleh TIMSS setiap empat tahun sekali ini meskipun dalam kompetensi ini Indonesia per-tahun 2007 mampu mengungguli Marocco dan meskipun kembali ditinggal di hasil survei berikutnya. Selain itu, Indonesia dengan negara tetangga Thailand dan negara serumpun Malaysia di tahun 2007 dan 2011 masih tetap berada di rangking bawah dari kedua negara anggota ASEAN tersebut.

Gambar 9.4 Grade Indonesia dalam Kompetensi Sains

Sumber : Handout Wamendikbud (2014)

Dalam kompetensi kedua yang diujikan oleh TIMSS yaitu Sains, Indonesia masih dalam rangking bontot diantara negara-negara lainnya seperti Singapura, Jepang, Chinese Taipei (Taiwan) dan Thailand. Dalam presentase tersebut jika dibandingkan dengan Taiwan lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah, sementara hampir 40% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance. Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan dari hasil ini adalah yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan yang diujikan (yang

Page 164: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

152

distandarkan) internasional242. Hal tersebut menjadi salah satu dari sekian banyak yang dipertimbangkan oleh MENDIKBUD untuk melakukan pergantian kurikulum.

Hasil survei dalam dua kompetensi tersebut menggambarkan betapa peserta didik Indonesia masih belum cukup mengungguli negara-negara yang sama berkembang di Asia, dan hal ini memaksa pemerintah dan seluruh warga Indonesia untuk mampu mengintropeksi dan memperbaiki diri demi mencapai hasil yang jauh lebih baik dalam survei TIMSS di empat tahun kedepan tidak hanya semata-mata untuk mendapatkan prestise namun lebih daripada itu, tujuan keikutsertaan Indonesia dalam studi ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan siswa Indonesia di bidang Matematika dan IPA dibandingkan dengan negara-negara dunia. Dan informasi tersebut dapat digunakan sebagai sumber acuan dalam menyusun kebijakan243 agar tercapai pendidikan yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

Selain TIMSS, Indonesia sejak tahun 2000 silam juga menjadi salah satu negara yang ikut serta dalam Programme for International Student Assessment (PISA) sebuah lembaga survei berstandar internasional yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) yang bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia. Setiap tiga tahun, siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak, untuk mengikuti tes dari tiga kompetensi dasar yaitu literasi membaca, matematika dan sains. PISA mengukur apa yang diketahui siswa dan apa yang dapat dia lakukan (aplikasi) dengan pengetahuannya.244

Indonesia pada survei PISA tahun 2012 menduduki posisi 65 terbawah, hanya satu tingkat lebih tinggi dari Peru. Dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya dalam ketiga kompetensi yang diujikan. Dengan rata-rata skor PISA dalam kompetensi matematikayaitu 494 Indonesia berada di urutan ke 65 dari 66 negara diseluruh dunia yang ikut berkontribusi dalam survei PISA di tahun 2012 ini. Indonesia hanya mendapatkan skor 375 jauh tertinggal dengan Malaysia yang mendapatkan skor 421, juga oleh Thailand dengan 427. Sedangkan Korea, dan China menduduki rangking tertinggi dalam survei PISA tersebut dengan skor masing-masing 613 untuk Shanghai-China dan 573 untuk Singapura.

Dalam kompetensi literasi membaca dengan rata-rata skor PISA 501 per tahun 2012 Indonesia masih berada di ranking bontot dengan skor 396 dan masih jauh dari skor negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Vietnam, Thailand dan Malaysia. Begitupula halnya dalam kompetensi sains. Skor negara tertinggi diraih oleh negri Tirai Bambu yaitu, Shanghai-China dengan perolehan dalam survei PISA 2012 sebesar 580, Indonesia justru hanya berhasil menghasilkan skor 382 dan hanya selisih 9 skor dibandingkan dengan Peru yang tepat berada dibawah Indonesia dengan skor 373.

242Ibid, h.7. 243Dalam http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/pedoman-penilaian-kurikulum-2013, Loc.cit. 244 Dalam www.kemdikbud.go.id, (di kutip pada tanggal 13 Desember 2016 pukul 14:57).

Page 165: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

153

Tabel 9.1 Posisi Indonesia dalam Survei PISA

Mathematics Reading Science

Share Share

Annualised

Annualised

Annualised of low

achievers of top

performers

Mean score in

mathematics in

mathematics change Mean score change Mean score change

in PISA 2012 (Below Level

2) (Level 5 or 6) in score points in PISA 2012 in score points in PISA 2012 in score points

OECD average 494 23.1 12.6 -0.3 496 0.3 501 0.5

Shanghai-China 613 3.8 55.4 4.2 570 4.6 580 1.8

Singapore 573 8.3 40.0 3.8 542 5.4 551 3.3

Hong Kong-China 561 8.5 33.7 1.3 545 2.3 555 2.1

Chinese Taipei 560 12.8 37.2 1.7 523 4.5 523 -1.5

Korea 554 9.1 30.9 1.1 536 0.9 538 2.6

Macao-China 538 10.8 24.3 1.0 509 0.8 521 1.6

Japan 536 11.1 23.7 0.4 538 1.5 547 2.6

Liechtenstein 535 14.1 24.8 0.3 516 1.3 525 0.4

Switzerland 531 12.4 21.4 0.6 509 1.0 515 0.6

Netherlands 523 14.8 19.3 -1.6 511 -0.1 522 -0.5

Estonia 521 10.5 14.6 0.9 516 2.4 541 1.5

Finland 519 12.3 15.3 -2.8 524 -1.7 545 -3.0

Canada 518 13.8 16.4 -1.4 523 -0.9 525 -1.5

Poland 518 14.4 16.7 2.6 518 2.8 526 4.6

Belgium 515 18.9 19.4 -1.6 509 0.1 505 -0.8

Germany 514 17.7 17.5 1.4 508 1.8 524 1.4

Viet Nam 511 14.2 13.3 m 508 m 528 m

Austria 506 18.7 14.3 0.0 490 -0.2 506 -0.8

Australia 504 19.7 14.8 -2.2 512 -1.4 521 -0.9

Ireland 501 16.9 10.7 -0.6 523 -0.9 522 2.3

Slovenia 501 20.1 13.7 -0.6 481 -2.2 514 -0.8

Denmark 500 16.8 10.0 -1.8 496 0.1 498 0.4

New Zealand 500 22.6 15.0 -2.5 512 -1.1 516 -2.5

Czech Republic 499 21.0 12.9 -2.5 493 -0.5 508 -1.0

France 495 22.4 12.9 -1.5 505 0.0 499 0.6

United Kingdom 494 21.8 11.8 -0.3 499 0.7 514 -0.1

Iceland 493 21.5 11.2 -2.2 483 -1.3 478 -2.0

Latvia 491 19.9 8.0 0.5 489 1.9 502 2.0

Luxembourg 490 24.3 11.2 -0.3 488 0.7 491 0.9

Norway 489 22.3 9.4 -0.3 504 0.1 495 1.3

Portugal 487 24.9 10.6 2.8 488 1.6 489 2.5

Italy 485 24.7 9.9 2.7 490 0.5 494 3.0

Spain 484 23.6 8.0 0.1 488 -0.3 496 1.3

Russian Federation 482 24.0 7.8 1.1 475 1.1 486 1.0

Slovak Republic 482 27.5 11.0 -1.4 463 -0.1 471 -2.7

United States 481 25.8 8.8 0.3 498 -0.3 497 1.4

Page 166: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

154

Mathematics Reading Science

Share Share

Annualised

Annualised

Annualised of low

achievers of top

performers

Mean score in

mathematics in

mathematics change Mean score change Mean score change

in PISA 2012 (Below Level

2) (Level 5 or 6) in score points in PISA 2012 in score points in PISA 2012 in score points

Lithuania 479 26.0 8.1 -1.4 477 1.1 496 1.3

Sweden 478 27.1 8.0 -3.3 483 -2.8 485 -3.1

Hungary 477 28.1 9.3 -1.3 488 1.0 494 -1.6

Croatia 471 29.9 7.0 0.6 485 1.2 491 -0.3

Israel 466 33.5 9.4 4.2 486 3.7 470 2.8

Greece 453 35.7 3.9 1.1 477 0.5 467 -1.1

Serbia 449 38.9 4.6 2.2 446 7.6 445 1.5

Turkey 448 42.0 5.9 3.2 475 4.1 463 6.4

Romania 445 40.8 3.2 4.9 438 1.1 439 3.4

Cyprus1, 2 440 42.0 3.7 m 449 m 438 m

Bulgaria 439 43.8 4.1 4.2 436 0.4 446 2.0

United Arab Emirates 434 46.3 3.5 m 442 m 448 m

Kazakhstan 432 45.2 0.9 9.0 393 0.8 425 8.1

Thailand 427 49.7 2.6 1.0 441 1.1 444 3.9

Chile 423 51.5 1.6 1.9 441 3.1 445 1.1

Malaysia 421 51.8 1.3 8.1 398 -7.8 420 -1.4

Mexico 413 54.7 0.6 3.1 424 1.1 415 0.9

Montenegro 410 56.6 1.0 1.7 422 5.0 410 -0.3

Uruguay 409 55.8 1.4 -1.4 411 -1.8 416 -2.1

Costa Rica 407 59.9 0.6 -1.2 441 -1.0 429 -0.6

Albania 394 60.7 0.8 5.6 394 4.1 397 2.2

Brazil 391 67.1 0.8 4.1 410 1.2 405 2.3

Argentina 388 66.5 0.3 1.2 396 -1.6 406 2.4

Tunisia 388 67.7 0.8 3.1 404 3.8 398 2.2

Jordan 386 68.6 0.6 0.2 399 -0.3 409 -2.1

Colombia 376 73.8 0.3 1.1 403 3.0 399 1.8

Qatar 376 69.6 2.0 9.2 388 12.0 384 5.4

Indonesia 375 75.7 0.3 0.7 396 2.3 382 -1.9

Peru 368 74.6 0.6 1.0 384 5.2 373 1.3

Sumber : oecd.org/pisa/ (2016) Analisis Isi Kurikulum 2013

Tujuan kurikulum 2013 tercantum dalam PERMENDIKBUD No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Secara garis besar tidak ada perbedaan yang signifikan dengan tujuan dari kurikulum sebelumnya yakni KTSP 2006 dimana tujuan kurikulumnya ialah meningkatkan kecerdasan pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan dari peserta didik baik pendidikan dasar, menengah, maupun atas. Hanya saja terlihat dari tujuan implementasi kurikulumnya seperti dalam tingkat institusional yaitu untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Selain itu, terdapat empat perubahan besar dalam kurikulum 2013 yang perlu diketahui berkenaan dengan praktek kurikulum K13 tersebut di dalam kelas, yang pertama mengenai konsep kurikulum

Page 167: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

155

K13 yaitu seimbang antara hardskill dan softskill, dimulai dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian.245 Kemudian buku yang digunakan berbasis kegiatan (activity base), dan terpadu (tematik) khusus untuk jenjang sekolah dasar (SD). Lalu proses pembelajaran berlandaskan model pembelajaran Scientific dan proses penilaian 4 ranah yaitu kognitif, sikap afektif, sikap sosial, dan psikomotorik.

Karakteristik Kurikulum 2013 yang tercantum dalam PERMENDIKBUD No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SMA/MA yang pertama adalah mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. Selanjutnya menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Dengan karakteristik tersebut K13 mencoba membuat peserta didik untuk dapat melibatkan diri dan berkontribusi terhadap kehidupan sosial melalui ilmu yang didapatkan di sekolah dan membawa kehidupan sosial kedalam kelas. Peserta didik diberikan waktu untuk mengembangkan minat dan kemampuannya dengan mengeksplor dan mengelaborasi materi yang tidak hanya bersumber dari guru tetapi dari masyarakat sebagai tempat mereka bersosialisasi. Dalam hal ini kurikulum memadukan berbagai institusi pendidikan non formal kedalam proses pembelajaran di sekolah.

Kemudian, yang ketiga yaitu memberikan waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Lalu mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran, selain itu mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar. Selanjutnya kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. Baru kemudian mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif, agar saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).246

Sekolah dalam kurikulum 2013 ini merupakan sebuah tempat bagi peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar sebelum mereka menerapkannya ke masyarakat dan nantinya masyarakat juga dapat menjadi sumber belajar bagi mereka. Karakteristik kurikulum 2013 lebih menekankan dimana peserta didik mengeksplorasi sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan mereka dan diberikan waktu yang leluasa untuk mengembangkannya baik di dalam maupun luar kelas.

Dari karakteristik yang terdapat dalam K13 tersebut dapat dilihat bahwa pada kurikulum 2013 ini difokuskan secara seimbang untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimilki oleh peserta didik, yang nantinya diharapkan akan diterapkan dalam berbagai situasi baik di sekolah maupun lingkungan masyarakatnya. K13 berusaha menciptakan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual atau kognitif semata tetapi juga diharapkan mampu menjadi manusia yang bermoral, religius dan terampil. Secara garis besar karakteristik K13 tidak jauh berbeda dengan karakteristik dari KTSP dimana karakteristiknya menekankan pada ketercapainya kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri.247 Hanya saja pada kurikulum 2013 tertera dalam karakteristiknya bagaimana peserta didik menggunakan masyarakat sebagai sumber belajar selain sumber belajar yang ada di lingkungan di sekolah, dalam hal ini KTSP 2006 memang memiliki

245 PERMENDIKBUD NO. 59 op. cit. hlm. 45. 246Abdul Rohman, Perbandingan Konsep Kurikulum KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 (Skripsi), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisosngo. 2015. Semarang. 247Ibid.

Page 168: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

156

karakteristik bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar namun tidak dijelaskan apa saja sumber belajar yang dapat digunakan oleh murid.

Peserta didik diberikan waktu untuk dapat menggali kemampuannya dalam proses eksplorasi dan elaborasi materi tersebut baik melalui internet, buku, sumber-sumber digital lainnya hingga memafaatkan masyarakat sebagai sumber belajar dan dengan begitu peserta didik akan lebih mudah untuk mengetahui minat apa yang tertanam dalam diri mereka karena proses tersebut termuat didalam setiap mata pelajaran. Selain itu konsep 5M yang populer di K13 ini memungkinkan siswa untuk dapat lebih aktif bertanya (Questoning) di dalam kelas sehingga tersalurkan berbagai hasratnya untuk mengetahui sesuatu dan/apapun ilmu pengetahuan yang ingin diketahuinya.

Skema 9.1 KarakteristikKurikulum 2013

Ssumber : Analisis Penulis (2016)

K13 mengedepankan penilaian proses dan hasil sehingga penilaian pun bersifat autentik dan oleh karena itu penilaian hanya akan mungkin diperoleh melalui observasi atau hasil pengamatan guru. Penilaian autentik tersebut menuntut guru untuk sesering mungkin memantau murid di dalam segala kesempatan baik di dalam maupun luar kelas. Selain itu guru harus berusaha untuk lebih dekat dengan semua peserta didik sehingga dengan begitu guru akan mampu memahami dan menilai secara adil. Penilaian tersebut pun akan lebih mudah untuk dipertanggungjawabkan jika dilengkapi dengan pedoman dan presentasi penilaiannya sehingga lebih jelas dan akuntabel.

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan KTSP yang merupakan pembaharuan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.248Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik yang harus dipenuhi atau dicapai pada suatu satuan pendidikan dalam jenjang dan jenis pendidikan tertentu dirumuskan dalam Standar Isi untuk setiap mata pelajaran. Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 249

248 Dalam “http://litbang.kemdikbud.go.id”, loc. cit (diakses pada tanggal 17 Desember 2016 pukul 11:37). 249 PERMENDIKBUD No. 64 Th. 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

Page 169: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

157

Karakteristik, kesesuaian, kecukupan, keluasan, dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan karakteristik kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi tersebut. Ketiga kompetensi tersebut memiliki proses pemerolehan yang berbeda. Sikap dibentuk melalui aktivitas-aktivitas seperti menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas seperti mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Dan keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas yang dihasilkan dari proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan proses pemerolehannya mempengaruhi Standar Isi.250

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Struktur dan isi dari kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum KTSP 2006 dimana struktur dan isi kurikulum tercantum hanya pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 didalamnya jenjang pendidikan dasar, menengah, atas, dan kejuruan, dijadikan satu didalamnya.

Sedangkan pada kurikulum 2013, setiap jenjang pendidikan memiliki strutur dan isi yang berbeda-beda diantaranya ialah Permendikbud Nomor 67 yang mengatur struktur dan isi kurikulum pada tingkat dasar, Permendikbud Nomor 68 yang mengatur struktur dan isi kurikulum pada tingkat menengah, Permendikbud Nomor 69 yang mengatur struktur dan isi kurikulum pada tingkat menengah atas, dan Permendikbud Nomor 70 yang mengatur struktur dan isi kurikulum pada tingkat kejuruan. Salah satu contoh struktur dan isi kurikulum 2013 pada tingkat atas/SMA/MA ialah sebagai berikut :

A. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SMA/MA pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk setiap kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.

Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut :

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untukkompetensi inti sikap spiritual 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untukkompetensi inti sikap sosial 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untukkompetensi inti pengetahuan dan 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untukkompetensi inti keterampilan.

B. Mata Pelajaran

Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas mata pelajaran umum kelompok A, mata pelajaran umum kelompok B, dan mata pelajaran peminatan akademik kelompok C. Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C dikelompokkan atas mata pelajaran Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, mata pelajaran peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan mata pelajaran peminatan Bahasa dan Budaya. Khusus untuk MA, dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan yang diatur oleh Kementerian Agama. Struktur kurikulum SMA/MA adalah sebagai berikut.

250Ibid.

Page 170: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

158

Tabel 9.2 Struktur Kurikulum SMA/MA

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PER MINGGU

X XI XII

KELOMPOK A (UMUM)

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Matematika 4 4 4

5. Sejarah Indonesia 2 2 2

6. Bahasa Inggris 2 2 2

KELOMPOK B (UMUM)

7. Seni Budaya 2 2 2

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 3 3 3

9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

Jumlah jam pelajaran kelompok A dan B per minggu

24 24 24

KELOMPOK C (PEMINATAN)

Mata pelajaran peminatan akademik 9 atau 12 12 atau 16

12 atau 16

Mata pelajaran pilihan lintas minat dan/ataupendalaman minat

6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8

Jumlah jam pelajaran kelompok A, B, dan C per minggu

42 44 44

Sumber : Permendikbud NO. 64 Tahun 2013

Keterangan : a. Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat. b. Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan c. dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan d. muatan/konten lokal. e. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang

berdiri sendiri. f. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah g. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit. h. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60% dari

waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. i. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting, namun yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.

j. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.

k. Khusus untuk Madrasah Aliyah struktur kurikulum dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh Kementerian Agama. l. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan (wajib), usaha kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja (PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing satuan pendidikan.

Page 171: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

159

1. Mata Pelajaran Umum Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.

2. Mata Pelajaran Peminatan Akademik Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik dalam sekelompok mata pelajaran keilmuan.

Tabel 9.3 Mata Pelajaran Peminatan Akademik

MATA PELAJARAN KELAS

X XI XII

I. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

1 Matematika 3 4 4

2 Biologi 3 4 4

3 Fisika 3 4 4

4 Kimia 3 4 4

II. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial

1 Geografi 3 4 4

2 Sejarah 3 4 4

3 Sosiologi 3 4 4

4 Ekonomi 3 4 4

III. Peminatan Bahasa dan Budaya

1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4

2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4

3 Bahasa dan Sastra Asing Lain (Arab, Mandarin, Jepang, Korea, Jerman, Perancis)

3 4 4

4 Antropologi 3 4 4

Mata pelajaran Pilihan

Pilihan lintas minat dan/atau pendalaman minat

6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8

Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013

3. Pemilihan Peminatan dan Pemilihan Mata Pelajaran Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat Kurikulum SMA/MA dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk pilihan peminatan dan pilihan mata pelajaran lintas minat dan/atau pendalaman minat. Pemilihan peminatan dilakukan peserta didik saat mendaftar pada SMA/MA berdasarkan nilai rapor Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau yang sederajat, nilai ujian nasional SMP/MTs atau yang sederajat, rekomendasi guru bimbingan dan konseling/konselor di SMP/MTs atau yang sederajat, dan hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA, atau tes bakat dan minat oleh psikolog. Peserta didik masih mungkin pindah peminatan paling lambat pada awal semester kedua di Kelas X sepanjang daya tampung peminatan baru masih tersedia, berdasarkan hasil pembelajaran berjalan pada semester pertama dan rekomendasi guru bimbingan dan

Page 172: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

160

konseling, Peserta didik yang pindah peminatan wajib mengikuti dan tuntas matrikulasi mata pelajaran yang belum dipelajari sebelum pembelajaran pada peminatan baru dimulai.

Perbedaan secara eksplisit berkenaan dengan penjurusan dan peminatan dari KTSP 2006 ke K13 seperti yang telah disebutkan diatas memberikan pengaruh secara langsung kepada peserta didik karena dalam K13 peserta didik memiliki hak penuh dalam memilih peminatan yang sesuai dengan penjurusan yang mereka kehendaki. Hal tersebut berbeda dengan mekanisme penjurusan dalam KTSP 2006, dalam kurikulum tersebut penjurusan dilakukan melalui nilai peserta didik yang dipilih dan diseleksi secara langsung oleh guru bersangkutan melalui penggolongan nilai yang disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

SMA/MA yang tidak memiliki Peminatan Bahasa dan Budaya, dapat menyediakan pilihan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Antropologi atau salah satu mata pelajaran dalam kelompok Bahasa Asing lain sebagai pilihan mata pelajaran lintas minat yang dapat diambil peserta didik dari Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, sesuai dengan sumber daya (ketersediaan guru dan fasilitas belajar) yang dimilikinya.Pendalaman minat mata pelajaran tertentu dalam peminatan dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi di kelas XII. Dari tiga jenis kelompok mata pelajaran yang telah dijabarkan diatas dapat terlihat dimana peredaan kurikulum 2013 dengan KTSP 2016 dimana pengelompkan mata pelajaran A, B dan C berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 9.4 Perbedaan Pengelompokkan Mata Pelajaran kuriklum 2013 dan KTSP

Kelompok Mata Pelajaran

Kurikulum 2006 Kurikulum 2013

A Mata Pelajaran Umum Mata Pelajaran Umum

B Muatan Lokal Mata Pelajaran Umum

C Pengembangan Diri Peminatan

Sumber : Analisis Penulis (2016)

Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan antara kedua kurikulum tersebut. Dalam kurikulum KTSP 2006 belum ada kelompok mata pelajaran peminatan yang pada kurikulum 2013 kelompok mata pelajaran tersebut berisi mata pelajaran pilihan lintas minat atau pendalaman minat. Begitu juga dengan muatan lokal yang sebelumnya terdapat di KTSP 2006 pada kurikulum 2013 berganti menjadi mata pelajaran umum, namun pada dasarnya isinya hampir sama dimana mata pelajaran tersebut juga berisi muatan lokal dari masing-masing sekolah. Selain pengelompokkan diatas jumlah mata pelajaran pun berbeda, pada KTSP 2006 jumlah mata pelajaran pada jenjang atas SMA/MA ialah 39 mata pelajaran sedangkan pada K13 ialah 44 mata pelajaran.

A. Beban Belajar

Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu

minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.251

1. Beban belajar di SMA/MA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu. a. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pelajaran. b. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran.

2. Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu. 3. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu 4. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu.

Beban belajar antara kelas X dan XI dan XII berbeda-beda, dimana kelas X memiliki beban belajar 42 jam yang lebih pendek 2 jam dari kelas XI dan XII, hal ini karena pada kelas X merupakan masa

251Ibid.

Page 173: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

161

pengenalan dari peserta didik baru sedangkan kelas XI dan XII peserta didik dianggap telah menyesuaikan diri dan jam pelajaran pun menjadi lebih banyak. Terdapat perbedaan pada semester genap di kelas XII dimana beban belajar semester genapnya menjadi 14 minggu yang sebelumnya di semseter ganjil 18 minggu, hal tersebut karena pada semsester genap siswa kelas XII proses pembelajaran sudah tidak seperti biasa melainkan disibukkan oleh kegiatan persiapan UN.

Dari penjelasan beban belajar diatas dapat di pahami beberapa hal bahwa dalam kurikulum 2013, beban belajar yang ditangguhkan kepada peserta didik benar-benar dipadatkan agar seluruh mata pelajaran dapat benar-benar tersampaikan kepada peserta didik dan peserta didik juga dapat memanfaatkan padatnya beban belajar ini untuk memaksimalkan kemampuannya dalam bidang sikap, pengetahuan, maupun keterampilannya melalui proses mengeksplorasi materi dari berbagai sumber. Meskipun jika dilihat dari sudut pandang yang lain dengan menggunakan perspektif teori kekerasan simbolik yang di gagas oleh Pieurre Bourdue yang mengatakan bahwa all pedagogics action (PA) is objectively symbolic violent in so far as it is the imposition of a cultural arbitrary by an arbittrary power.252

Spesifikasi bentuk dan efek dari PA (pedagogic action) dijalankan dalam kerangka lembaga sekolah dan hanya dalam proposisi terakhir tegas mencirikan sekolah PA yang mereproduksi budaya yang dominan, berkontribusi, dengan demikian reproduksi struktur hubungan kekuasaan dalam formasi sosial di mana sistem dominan pendidikan cenderung mengamankan monopoli kekerasan simbolik yang sah. Kekuatan simbolik dari lembaga pedagogik didefinisikan dalam struktur hubungan kekuasaan dan hubungan simbolik antara lembaga yang mengerahkan tindakan kekerasan simbolik. Struktur ini pada gilirannya mengungkapkan hubungan kekuasaan antara kelompok atau kelas yang membentuk formasi sosial yang bersangkutan.253

Jika dianalisis menggunakan konsep kekerasan simbolik tersebut diatas dapat dipahami bahwa sekolah secara legal telah melakukan praktek kekerasan secara simbolik di sekolah karena beban yang ditangguhkan oleh peserta didik begitu banyak yaitu 42 jam untuk kels X dan 44 jam untuk kelas XI dan XII, ditambah pula dengan tugas-tugas yang mengharuskan siswa untuk mengeksplor materi pembelajaran sendiri dan kemudian di elaborasi hal ini sebagai bentuk pemaksaan kepada siswa mengatasnamakan keaktifan yang pada akhirnya justru menjadi suatu bentuk praktik kekerasan simbolik yang secara tidak sadar telah diatur sedemikian rupa oleh pemerintah.

Meskipun pada dasarnya beban belajar pada kurikulum 2013 dan KTSP 2016 tidak jauh berbeda dimana satu jam mata pelajaran berdurasi 35 menit untuk Tingkat Dasar, 40 menit untuk Tingkat Menengah dan 45 menit untuk Tingkat Atas. Hanya saja secara teknis pada KTSP tidak ada pemisahan peraturan antara beban belajar Tingkat Dasar, Menengah, dan Atas seperti halnya pada Kurikulum 2013 dimana peraturan Tingkat Dasar diatur dalam PERMENDIKBUD Nomor 67, Tingkat Menengah dalam PERMENDIKBUD Nomor 68, Tingkat Atas dalam PERMENDIKBUD Nomor 69, dan Tingkat Kejuruan dalam PERMENDIKBUD Nomor 70. Pada KTSP 2006 dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 22 Tahun 2006 hanya di uraikan bahwa beban belajar pada Tingkat Dasar 32 s.d 34 jam pembelajaran, Tingkat Menengah 34 jam pembelajaran dan Tingkat Atas/Tingkat Kejuruan 38 s.d 39 jam pembelajaran.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013 secara garis besar memang tidak jauh berbeda yaitu kurikulum yang menekankan pada pengembangan kompetensi peserta didik yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara seimbang dan berjalan secara integratif. Hanya saja dalam pelaksanaannya KTSP memberikan waktu pembelajaran dalam mengembangkan kompetensi tersebut sangat kurang, sehingga ke tiga kompetensi tersebut kurang bisa dimaksimalkan karena guru lebih terfokus oleh pencapaian materi yang diajarkan dan tidak pula terdapat pedoman penilaian yang mengatur hal tersebut. Sedangkan pada Kurikulum 2013

252 Foundation of a Theory of symbolic violence part 1, h. 5. 253 Foundation of a Theory of symbolic, loc. cit.

Page 174: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

162

memberikan waktu cukup lama dan leluasa untuk mengembangkan berbagai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dan memberikan penghargaan melalui penilaian secara tertulis dan sistematis.

KTSP 2006 dan K13 adalah pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis pada tahun 2004. Pada KTSP memberikan keleluasaan penuh kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan potensi masing-masing sekolah dan daerah sekitar. Sedangkan Kurikulum 2013 secara tujuan dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

Hal tersebut dapat kita lihat melalui perbedaan-perbedaan kurikulum 2013 pada tingkatan perubahan standar kompetensi lulusan, perubahan kompetensi inti, perubahan standar proses, dan perubahan standar evaluasi. Secara umum pemberlakuan setiap kurikulum diharapkan dapat menjadi penentu masa depan anak bangsa. Setiap kurikulum yang berlaku di Indonesia dari periode sebelum tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006, tentu saja memiliki beberapa perbedaan dalam sistem yang diterapkan.254 Dalam kurikulum 2013 misalnya, saat ini guru dituntut untuk menekankan pengetahuan yang bersifat autentik kepada peserta didik.

Perbedaan KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 Setiap kurikulum yang diterapkan di Indonesia, merupakan bentuk usaha untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya. Hal ini di maksudkan untuk pencapaian tujuan pendidikan yang berkuantitas dan berkualitas. Sebenarnya, baik kurikulum 2013 maupun kurikulum sebelumnya sama-sama bercita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang tertuang pada pembukaan UUD 1945. Namun, dapat kita lihat perbedaan-perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum KTSP, seperti yang tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 9.5 Perbedaan KTSP dengan K13

No KTSP 2006 Kurikulum 2013

1

Diberi kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengambilan kurikulum.

Penyeragaman kurikulum dari pusat sehingga meringankan tenaga pendidik dalam menyiapkan materi administrasi mengajar.

2

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.

3

Tidak diberi waktu yang cukup untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini dibuktikan dengan penambahan jam pembelajaran pada beberapa mata pelajaran salah satunya adalah PAI.

254digilib.uinsby.ac.id, diakses pada tanggal 06 Desember 2016, pukul 10:33.

Page 175: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

163

No KTSP 2006 Kurikulum 2013

4

Kompetensi dinyatakan dalam bentuk Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. Dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti yang meliputi kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikapsosial,kompetensi sikap pengetahuan dan kompetensi sikap keterampilan.

5 Mata pelajaran TIK berdiri sendiri TIK telah menjadi terpadu bersama

dengan mata pelajaran lainnya

Sumber : Skripsi Abdul Rohman (2015)

Pada tabel perbandingan antara KTSP 2006 dan kurikulum 2013 diatas dapat dilihat terdapat perbedaan setral ialah upaya penyeragaman kurikulum yang dilakukan oleh KEMENDIKBUD melalui Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Sedangkan dalam KTSP setiap lembaga pendidikan diberikan otonomi/kewenangan untuk mendorong sekolah melakukan keputusan partisipatif, pada kurikulum 2013 semuanya dibuat penyeragaman kurikulum oleh pusat. Terdapat juga perbedaan pada perkembangan potensi peserta didiknya yang pada KTSP 2006 disesuaikan oleh lingkungan peserta didik, pada kurikulum 2013 perkembangan potensi peserta didik ditentukan oleh kebutuhan dan minta peserta didiknya. Selain itu dapat dilihat perbedaan mencolok lainnya ialah mengenai standar kompetensi masing-masing kurikulum dimana standar kompetensi dan kompetensi dasar diganti menjadi kompetensi inti yang berisi kompetensi sikap sosial, spiritual, kognitif dan keterampilan.

KTSP 2006 yang diimplementasikan sejak tahun ajaran 2007/2008 dan Kurikulum 2013 jelas mempunyai perbedaan yang mendasar dan signifikan. Contoh perbedaan yang ada antara lain adalah dalam pengembangan silabus. Jika dalam KTSP 2006 kegiatan pengembangan silabus merupkan kewenangan satuan pendidikan namun dalam K13 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.

Selain itu, pada mata pelajaran KTSP dirancang berdiri sendiri dengan kompetensi dasar sendiri pula. Pendekatan mata pelajaran berbeda antara satu dengan yang lainnya, sedangkan pada Kurikulum 2013 semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama yakni Pendekatan Pembelajaran Ilmiah (Scientific Learning). KTSP lebih menekankan kepada aspek pengetahuan saja, sedangkan K13 menekankan pada keseimbangan softskill dan hardskill yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal ini dilihat dari K13 yang lebih menekankan aspek penguasaan di bidang teknologi dan menuntut output pelajar yang memiliki kecakapan sosial serta bernalar kritis, di mana mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (selanjutnya disingkat TIK) bukanlah merupakan suatu mata pelajaran yang berdiri sendiri lagi namun disatukan secara terpadu dengan mata pelajaran lainnya sebagai media pembelajaran. Berbeda dengan KTSP yang menjadikan TIK sebagai mata pelajaran di sekolah.

Dalam metode pembelajaran pun, K13 menekankan pada aspek kemandirian dan kerja sama sedangkan KTSP metode pembelajarannya kurang menekankan pada aspek kemandirian dan kerja sama bahkan proses pembelajaran cenderung lebih berpusat pada guru. Penilaian K13 dengan KTSP juga berbeda. KTSP melakukan penilaian yang lebih dominan pada aspek pengetahuan sedangkan K13 menerapkan standar penilaian dengan menggunakan penilaian autentik, yaitu mengukur semua

Page 176: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

164

kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Hal tersebut berkaitan dengan tujuan K13 yang menuntut daripada output untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.Selain perbandingan kurikulum 2013 dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dimana pada kurikulum 2013 lebih menonjolkan pada kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi sikap pengetahuan, dan kompetensi sikap keterampilan. Adapun keunggulan dan kelemahan dari kurikulum 2013, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 9.6 Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum 2013

No Keunggulan Kelemahan

1

Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

Guru banyak salah paham, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak

2

Adanya penilaian dari semua aspek meliputi nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.

Mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

3

Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah di integrasikan kedalam semua program studi.

Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini.

4 Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan pendidikan nasional.

Siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini.

5

Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan Scientific.

6 Kurikulum ini sangat tanggap dengan fenomena dan perubahan sosial.

Kurangnya keterampilan guru merancang RPP.

7

Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional.

Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik.

8 Mengharuskan adanya remidiasi secara berkala.

Terlalu banyak materi yang dikuasai siswa.

9

Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

10 Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap oleh pemerintah.

Sumber: digilib.uinsby.ac.id (2016).

Keunggulan dan kelemahan kurikulum 2013 tentunya dapat dirasakan oleh sekolah yang mengimplementasikan kurikulum tersebut. Hal tersebut, merupakan hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan disesuaikan pada kondisi sekolah tertentu. Misalnya, keunggulan yang dirasakan pada sekolah yang terletak pada daerah pedesaan, tentunya akan sulit memperoleh keunggulan tersebut, bahkan mungkin lebih banyak dirasakan kekurangannya daripada keunggulannya karena

Page 177: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

165

sekolah tidak memiliki sumber daya yang potensial untuk mampu menjalankan secara efektif K13 tersebut.

Peran Guru dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi dan karakter secara terpadu yang merupakan penyempurnaan dari KTSP 2006. Kurikulum ini dipandang sesuai dengan program pendidikan yang berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Perbedaan tersebut nampak pada beberapa karakteristik Kurikulum 2013 yakni dalam proses pembelajaran di dalam kelas yaitu menggunakan pendekatan saintifik dan penilaian otentik dalam sistem pembelajaran. Kurikulum 2013 serentak diterapkan di semua jenjang pendidikan formal pada tahun ajaran 2013/2014 setelah dilakukan uji coba kurikulum di beberapa sekolah terpilih pada Juli 2013. Implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok yakni pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Perubahan empat elemen utama yang ditonjolkan termasuk diantaranya adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL), standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Pada Kurikulum 2013, metode pendidikan yang diterapkan tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test) namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan budaya bangsa, dan sebagainya.255Pada hakikatnya, kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Sasaran perubahan kurikulum tidak lain adalah guru sebagai pelaksana langsung di ruang kelas. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum 2013. Perubahan besar yang terjadi pada KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013 menyebabkan beberapa guru yang belum sepenuhnya memahami maksud daripada kurikulum 2013 menjadi kesulitan dengan cara mengimplementasikan kurikulum tersebut. Akibatnya perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengajaran tidak berjalan secara optimal. Sehingga berdampak pada implementasi kurikulum 2013 yang tidak sesuai harapan.256

Keberhasilan implementasi kurikulum 2013 sangat ditentukan oleh guru. Betapa tidak, guru merupakan pelaku utama dan ujung tombak implementasi K13 melalui proses pembelajaran. Hal ini tentu sama dengan penerapan kurikulum yang telah lalu, guru selalu menjadi salah satu penentu suksesnya kurikulum tersebut ketika diimplementasikan di lapangan oleh karena itu, tepat jika pemerintah mewaiibkan semua guru mengikuti diklat K13 sebelum mengimplementasikan kurikulum K13 tersebut, meskipun hingga saat ini hal itu belum terealisasikan secara keseluruhan. Diklat implementasi K13 secara berjenjang telah dan sementara berlangsung selama 4-5 hari setiap angkatan. Materi diklat yang cukup padat serta kondisi dan suasana diklat yang masih kurang kondusif, membuat banyak guru alumni diklat masih kebingungan dalam mengimplementasikan K13 tersebut. Namun, hal tersebut tidak membuat sekolah patah arang, beberapa telah melaksanakan diklat pemantapan di sekolah masing-masing untuk para guru-gurunya.257

Hakikat dari semua tujuan sistem pendidikan, keberadaan guru, sarana prasarana, manajemen, termasuk kurikulum itu sendiri, anggaran yang sangat besar, dan lain sebagainya, tak lain tujuannya adalah untuk keberhasilan pencapaian pada peserta didik. Oleh karena itu, K13 menuntut guru lebih peduli terhadap siswa. Hal tersebut dapat terlihat melalui sistem penilaian pada K13 yang begitu banyak dan rinci dan sistem penilaian otentik yang diterapkan bertujuan agar guru lebih peduli

255Riana Nurmalasari, Reta Dian Purnama, dkk, Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 dalam ap.fip.um.ac.id (diakses pada tanggal 6 Desember 2016 pukul 17.18). 256Ibid. 257 Syukur Salma, Menjadi Guru yang Dicintai Siswa (Yogyakarta : Deepublish, 2015), hlm.15.

Page 178: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

166

terhadap siswa. Selain itu, kepedulian guru terhadap siswa dapat dikatakan harus TSM (Terstruktur, Sistematis, dan Masif).

Terstruktur, artinya bahwa kepedulian yang terealisasi melalui penilaian tersebut haruslah mempunyai insffument serta format yang jelas sehingga tercapai nilai otentiknya dan nilai akademiknya pun dapat dipertanggungiawabkan. Selain itu, sistematis, artinya bahwa kepedulian oleh guru tercermin melalui penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang keempatnya tertuang secara rinci didalam Kompetensi Inti (selanjutnya disingkat KI). KI1 untuk sikap spritual, KI2 untuk sikap sosial, KI3 untuk kognitif/pengetahuan, dan KI4 untuk psikomotorik/keterampilan. Lebih detail lagi bahwa penilaian dilakukan disetiap pembelajaran, subtema, dan tema. Kepedulian secara masif diartikan bahwa guru harus sesering mungkin melakukan penilaian, baik di dalam maupun di luar kelas/sekolah.

Sering dikeluhkan guru terhadap tuntutan lebih peduli ini dengan alasan banyaknya siswa yang harus mendapat perhatian. Dengan menyebutkan jumlah siswa dalam satu kelas (misalnya 30-40 siswa) tentu saja terkesan berat dan hampir mustahil melakukan hal seperti contoh di atas. Namun, dalam realita tidak demikian. Guru memang harus peduli terhadap semua siswa yang menjadi anak didiknya di kelas, tetapi yang mendapat kepedulian lebih hanyalah siswa yang memeroleh nilai cukup dan kurang tadi. Jika demikian, maka mungkin hanya 1-10 siswa saja yang mendapat perhatian khusus, itu pun akan semakin berkurang seiring proses peduli (penilaian dan bimbingan) tersebut. Oleh karena itu, K13 menuntut guru lebih peduli kepada siswa, bukan hanya dalam segi kuantitas semata, tetapi yang penting adalah bagaimana kepedulian guru dituntut dengan kualitas yang lebih baik dengan sistem TSM.

Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan informasi-intelektual, maka strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat segala informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik Pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositoris) secara massal, seperti ceramah atau seminar dan metode tersebut sungguh tidak ditonjolkan dalam K13 ini.

Dalam kurikulum 2013, guru merupakan urgen dari pelaksanaan kurikulum. Karena, dirasa banyak guru-guru yang belum memahami tentang kemajuan dan pemanfaatan dari teknologi yang tengah berkembang, menjadikan guru tersebut sulit untuk beradaptasi pada kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sangat menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena murid pada era modern saat ini telah mudah dan bebas mencari informasi melalui perkembangan teknologi dan informasi.258 Oleh sebab itu, pada tahap ini guru harus sebisa mungkin mempelajari, mengenal, dan mencari tahu mengenai teknologi-teknologi yang kini tengah berkembang. Dengan demikian, ketika guru tersebut telah mampu menguasai informasi dan teknologi tersebut maka, kurikulum 2013 dengan mudah dapat dijalankan oleh guru.

Selain itu, dalam proses pembelajarannya cenderung lebih bersifat kontekstual. Dan yang diharuskan aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Selain itu, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti pembelajaran observasi, simulasi atau role play, diskusi, dan sejenisnya.259

258 Dalam http://www.digilib.unsby.ac.id, (diakses pada tanggal 06 Desember 2016, pukul 09:45). 259Ma’as Shobirin, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (Yogyakarta : Deepublish, 2016), hlm.29.

Page 179: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

167

Skema 9.2 Peran Guru dalam Kurikulum 2013

Sumber : Analisi Penulis

Sumber : Analisis Penulis (2016)

Seperti halnya skema diatas dalam kurikulum 2013 peran guru saat ini lebih sebagai fasilitator, motivator dan guide. Sebagai fasilitator, guru berusaha menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar baik secara verbal maupun non verbal. Sedangkan sebagai guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha mengenal para peserta didiknya secara personal. Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan strategi pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara individual. Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik Iainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah didesain sebelumnya.

Model Pembelajaran Kurikulum 2013

Dalam proses pembelajaran, pendidik menggunakan berbagai macam pendekatan, strategi model, dan metode pembelajaran yang digunakan agar para peserta didik dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan kurikulum dan kondisi zaman yang ada. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai cara pandang pendidik, ide atau gagasan yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan, sedangkan strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai langkah-langkah pembelajaran yang didesain secara sistematis, sistemik, logis dan komperehensif yang didalamnya berisi rangkaian kegiatan pembelajaran dengan mengoperasionalkan beragam model pembelajaran, metode, media, serta sumber belajar yang dianggap efektif untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah diprogramkan.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, sistematis, pengaturan, serta kultur tersendiri. Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran dalam realita proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, efektif dan efisien.260 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjadi prinsip khusus dalam proses pembelajaran karena peraturan tersebut berisikan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikaan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

260Eman Surachman, Model-Model Pembelajaran (Jakarta: Labsos Universitas Negeri Jakarta, 2016), hlm.26-27.

Page 180: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

168

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan kemandirian yang sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.261

Pada KTSP, kurikulum disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan. KTSP mencakup penilaian proses dan hasil belajar yang meliputi aspek kognitif yang terdiri dari enam tingkatan yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi aspek psikomotorik yakni kompetensi melakukan keterampilan atau praktik dan aspek afektif yakni kompetensi yang berkaitan dengan sikap, tingkah laku, minat, emosi dan motivasi, kerja sama dan koordinasi dari setiap peserta didik. Secara umum ada empat macam pendekatan yakni pembelajaran langsung, pembelajaran kontekstual, pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif.262

KTSP memiliki beberapa hal yang menjadi suatu pemberatan dalam implementasinya, yakni antara lain adalah konten kurikulum yang terlalu padat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak, belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan, belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global, standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan-urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru dan dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir263. Oleh karenanya KTSP kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum 2013. Berbeda dengan KTSP 2006, Kurikulum 2013 mencakup empat ranah yaitu kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Para guru pun selama menjalankan kegiatan pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 umumnya menggunakan pendekatan Scientific Learning, model-model pembelajaran yang disarankan seperti Inquiry Based Learning, Discovery Based Learning, Project Based Learning, Problem Based Learning dan metode Diskusi, Eksperimen, Demonstrasi serta Simulasi.264

Scientific Learning atau Pembelajaran Ilmiah merupakan suatu pendekatan yang mengedepankan nalar induktif dan deduktif. Penalaran induktif memandang dan mengkaji fenomena atau situasi yang bersifat khusus, spesifik untuk kemudian dibawa kepada penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau luas, sedangkan penalaran deduktif melihat atau mengkaji fenomena umum untuk kemudian dibawa kepada penrrikan kesimpulan yang bersifat khusus atau spesifik. Langkah-langkah pembelajaran ilmiah ini pun dibagi menjadi beberapa tahap, antara lain mengamati, bertanya, mencoba, mengolah data, menalar dan menyajikan hasil pengolahan data/informasi265.

Lalu K13 juga sebagaimana telah dipaparkan di atas, menyarankan model pembelajaran yang mengedepankan aspek keingintahuan peserta didik seperti Inquiry Based Learning dan Problem Based Learning serta mengedepankan aspek kreatifitas peserta didik seperti Discovery Based Learning dan Project Based Learning. Metode yang digunakan juga merupakan metode penunjang pendekatan dan model pembelajaran K13 yakni Diskusi, Eksperimen, Demonstrasi serta Simulasi

261Ibid, hlm.33. 262Dalam http://www.tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/7058-penilaian-berbasis-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan-ktsp.htmldiakses pada 6 Desember 2016, Pukul 22:41. 263Rahayu Suri Margi, 2015, Makalah Penelitian Pribadi: Perbedaaan Antara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013. hlm.12. 264 Dalam http://www.matematrick.com/2014/11/pendekatan-saintifik-dan-model.html?m=l (diakses pada 6 Desember 2016, Pukul 20:57). 265Eman Surachman, Op.cit hlm.99-107.

Page 181: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

169

yang mana Diskusi dapat meningkatkan kecakapan sosial peserta didik, Eksperimen dapat meningkatkan pengembangan pola pikir peserta didik, Demonstrasi dapat meningkatkan daya nalar peserta didik dan juga Simulasi yang dapat membuat peserta didik tak hanya sebatas belajar teori namun juga belajar mengaplikasikannya di dunia nyata.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang lebih mengarahkan proses pembelajaran kepada peserta didik atau Student Centered Learing yang dalam pelaksanaan metodenya lebih menekankan aspek modernitas, yakni penggunaan teknologi secara optimal bahkan para pendidik yang dalam hal ini guru di sekolah, hanya sebagai fasilitator. Pembelajaran berpusat kepada para peserta didik. Kendati demikian, banyak guru yang kurang setuju, mengeluh dan bahkan belum menerapkan pengajaran teknologis K13 dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan belum meratanya perkembangan teknologi di Indonesia. Selain itu, kurangnya sosialisasi mengenai teknologi juga menjadi penghambat pelaksanaan guru dalam menjalankan proses pembelajaran berbasis K13.

Lebih lanjut pula ada beberapa hal penting yang dikeluhkan para guru dan menjadi penghambat implementasi K13 yakni antara lain para guru juga wajib menilai aspek sosial dan spirital siswa, adanya pembatasan pada proses berpikir peserta didik antara lain batasan SD hanya sebatas memahami, SMP menganalisis dan SMA mencipta, teori 5M dalam K13 (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis dan mencipta) seringkali hanya menjadi teori saja266.

Hal penting tersebut yang kemudian menjadi pertimbangan untuk merevisi K13. Hasil revisi K13 antara lain berupa metode pembelajaran yang digunakan bersifat aktif, maksudnya adalah guru berperan menjadi fasilitator pembelajaran yang membuat siswa menyenangi kegiatan belajar mengajar karena dengan demikian akan tercipta suatu pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Dan dalam proses penilaian aspek sosial dan spiritual siswa, cukup dilakukan oleh guru PPKN dan guru pendidikan agama-budi pekerti. Selain itu, proses berpikir peserta didik tidak dibatasi dan juga adanya tuntutan mengenai penerapan dengan sungguh-sungguh konsep 5M oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Dan untuk struktur mata pelajaran dan durasi pembelajaran sekolah tidak diubah267

Penutup

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan Kurikulum 2006 sebagai bentuk usaha pemerintah dalam rangka memperbaiki pendidikan di Indonesia. Perbedaan secara signifikan diantara kedua kurikulum tersebut adalah orientasi pembelajaran yang berbeda. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian empat ranah hingga Evaluasi. K13 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. K13 secara khusus dirumuskan sebagai jawaban dan upaya pemerintah mempersiapkan “generasi emas” di tahun 2045 yang merupakan proyeksi 100 tahun kemerdekaan Indonesia melalui bonus demografi yang besar yang dimiliki Indonesia.

Dan disisi lain kurikulum harus dilihat sebagai suatu produk politik sehingga didalamnya tidak akan pernah terlepas dari kepentingan dan dominasi kekuasaan oleh pemerintah ataupun elit politik terhadap rakyatnya. Hal tersebut dapat terlihat dari bagaimana kurikulum terus berubah dan berkembang seiring dengan pergantian kepemimpinan. Diikuti dengan kebijakan-kebijakan yang secara langsung dituntut untuk dijalankan secara pasif oleh warga negara. Kekuasaan yang dimiliki oleh negara membuatnya berhak untuk memaksa warganya melaksanakan apa yang hendak dicapai oleh negara sesuai dengan ideologi dan konstitusi negara.

Selain pada segi politik, kita dapat melihat pengaruh-pengaruh sosial dan ekonomi yang ada di sekelilingnya. Meskipun pengaruh ekonomi dalam perkembangan kurikulum 2013 kurang terlihat,

266 Dalam http://www.jpnn.com/news.php?id=3647828&page2, (diakses pada 6 Desember 2016, Pukul 22:32). 267 Dalam http://www.websitependidikan.com/2016/05/6-poin-penting-hasil-revisi-kurikulum-2013-edisi-final-2016.html?m=l, (diakses pada 6 Desember 2016 , Pukul 23:12).

Page 182: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

170

akan tetapi ekonomi tidak terlepas dari penelaahan kurikulum 2013. Sementara itu, kaitannya pada sosial perkembangan sains dan teknologi membuat pendidikan harus mampu berinovasi mengimbangi setiap tantangan yang dihadapi hal ini berkaitan dengan bagaimana pendidikan mampu mengakomodir segala dampak positif maupun negatif yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi dan informasi yang semakin berkembang pesat. Karena dalam kurikulum 2013, merupakan basis dari teknologi yang tengah berkembang.

Pada kurikulum 2013 guru dituntut memahami aspek-aspek yang ada pada kurikulum 2013 seperti, kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, kompetensi sosial yang harus dimiliki guru, dan kompetensi manajerial atau kepemimpinan guru.

Seperti yang sebelumnya dijelaskan, bahwa kurikulum 2013 merupakan basis dari informasi dan tekonologi yang tengah berkembang, maka guru mau tidak mau dituntut untuk memahami perkembangan dari informasi dan teknologi tersebut. Dengan demikian, mudah bagi guru dalam menyampaikan segala materi, metode, dan bahan ajar kepada siswa lewat informasi-informasi yang guru telah dapatkan.

Daftar Pustaka

Sumber Buku Budiardjo, Miriam . 2013. Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta. PT.Gramedia Pustaka Utama. Hidayat, Rakhmat. 2013. Sosiologi Kurikulum. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarata. Foundation of a Theory of symbolic violence part 1, hlm. 5.

Salma, Syukur. 2015. Menjadi Guru yang Dicintai Siswa. Deepublish. Yogyakarta. Shobirin, Ma’as. 2016. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Deepublish.

Yogyakarta.

Surachman, Eman. 2016. Model-model Pembelajaran. Jakarta. Labsos UniversitaNegeri Jakarta.

Forum Mangunwijaya VII. 2013. Menyambut Kurikulum 2013. Jakarta. Kompas.

Hidayat, Sholeh. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013. Sumber Internet http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/pedoman-penilaian-kurikulum-2013dikutip pada tanggal 13 Desember 2016 http://Pisa.org.id diakses pada tanggal 17 Desember 2016 Radioaustralia.net.au diakses pada tanggal 7 Desember 2016 Digilib.uinsby.ac.iddiakses pada tanggal 06 Desember 2016 http://www.matematrick.com/ diakses pada 6 Desember 2016 http://www.jpnn.com/news diakses pada 6 Desember 2016 http://www.websitependidikan.com diakses pada 6 Desember 2016 Jurnal Abdul Rohman. Perbandingan Konsep Kurikulum KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Universitas Islam

Negeri Walisosngo. 2015. Semarang. Riana Nurmalasari. Reta Dian Purnama, dkk, Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 dalam

ap.fip.um.ac.id diakses pada tanggal 6 Desember 2016.

Page 183: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

171

Lainnya Data BPS dalam https://www.bps.go.id/ dikutip pada tanggal 6 Desember 2016. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional Pasal 2, ayat 1, h.1. PERMENDIKBUD Nomor 81A Tahun 2013 pasal 38 ayat 2 dikutip dalam luk.staff.ugm.ac.id.

PERMENDIKBUD Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

PERMENDIKBUD Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SMA/MA. PERMENDIKBUD Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

Page 184: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

172

Epilog Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas semua nikmat, rahmat, petunjuk dari-Nya. Shawalat dan salam semoga selalu Allah curahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya, dan para sahabat-sahabatnya.Bungai rampai Sosiologi Kurikulum ini merupakan kumpulan paper mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2014 B yang ditulis sebagai tugas akhir semester pada mata kuliah Sosiologi Kurikulum. Bunga rampai yang ada di tangan pembaca akan membawa kita kepada narasi panjang pergulatan kurikulum pendidikan di Indonesia sejak tahun 1947 hingga tahun 2013 dalam analisis sosiologis. Narasi itu berusaha menjelaskan bagaimana pertautan antara aspek sosial, ekonomi, dan politik berperan dalam produksi pengetahuan sepanjang sejarah pendidikan di Indonesia.

Dalam mata kuliah sosiologi kurikulum yang diampu oleh Bapak Rakhmat Hidayat Ph.D, kami banyak berdialektika dalam lingkaran analisis sosiologis dan historis dari perkembangan kurikulum di Indonesia. Terdapat sembilan paper kurikulum yang kami susun sebagai syarat memenuhi tugas akhir semester mata kuliah sosiologi kurikulum, diantaranya adalah renvana pelajaran 1947 yang menjadi kurikulum pertama bangsa Indonesia pada awal masa kemerdekaan, pencarian data dan fakta mengenai lingkup sosial, ekonomi dan politik rencana pelajaran 1947 cukup sulit untuk dilakukan karenaketerbatasan data yang tersedia di pusat kurikulum dan perbukuan Depdiknas. Paper selanjutnyaadalah mengenai rencana pelajaran 1960 yang ditandai dengan berkembangnya paham sosialis yang diusung dalam tema Pancasila Manipol/Usdek.

Kurikulum selanjutnya merupakan bukti sejarah bahwa pergantian rezim akan meniscayakan pergantian distribusi pengetahuan yang ditandai dengan lahirnya kurikulum 1968 yang dikenal sebagai kurikulum yang sangat teoritis dan berpola correlated subject curriculum. Dalam perkembangan selanjutnya, lahir kurikulum 1975 yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dari rumpun yang sama dengan harapan masalah lingkungan dapat didekati secara interdisipliner. Kurikulum 1975 mengalami penyempurnaan pada kurikulum setelahnya, yaitu kurikulum 1984 yang memposisikan kurikulum sebagai wahana belajar-mengajar yang dinamis dan dikembangkan terus menerus sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat.

Memasuki babak akhir Orde Baru kurikulum di Indonesia mengalami pembaharuan kembali dengan diresmikannya kurikulum 1994. Kurikulum tersebut diniliai terlalu padat sehingga berdampak pada merosotnya semangat belajar siswa dan mutu pendidikan semakin menurun. Memasuki era reformasi terdapat tiga kali pembaharuan kurikulum, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, KTSP tahun 2006, dan yang terakhir adalah kurikulum tahun 2013.

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada bapak Rakhmat Hidayat, Ph.D. (Dosen pengampu mata kuliah sosiologi kurikulum) dan bapak Ahmad Siswanto, M.Si. (asisten dosen mata kuliah sosiologi kurukulum) yang telah membimbing kami selama proses pembelajaran dan pengkajian kurikulum pendidikan Indonesia. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2014 atas komitmen dan kesungguhannya dalam proses penulisan paper kajian kurikulum pendidikan Indonesia. Betapapun banyaknya kekurangan dalam bunga rampai ini, besar harapan kami, karya sederhana ini dapat menjadi bahan rujukan yang penting bagi para akademisi yang meletakkan perhatian pada kajian kurikulum, khususnya kurikulum di Indonesia, dalam studi sosiologi.

Jakarta, 10 Januari 2017

Clara Dwi Yanti & Dzaqi Arraf

Page 185: DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIAsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/ilovepdf_merged(1... · 2020. 12. 28. · Tabel 8.6 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum

173

Rakhmat Hidayat adalah dosen Prodi Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dia mendapatkan gelar PhD dalam bidang Sosiologi Pendidikan dari Universite Lumiere Lyon 2, Prancis (2014). Pernah menjadi peneliti doktoral di UMR Triangle-Institut Français de l’Éducation (IFE), Lyon-Prancis. IFE adalah lembaga penelitian yang fokus pada kajian pendidikan dan berada dalam jaringan Ecole Normale Superieur (ENS) Lyon, Prancis. Pernah menjadi research fellow di Universitat Leipzig, Germany pada bulan Mei-Juni 2015 dengan sponsor DAAD dalam program Exploring Legal Cultures (ELC). Pada bulan Mei 2016 pernah

menjadi guest lecturer di Universitat Leipzig, Germany. Dia menjadi editor buku Prof. Dr. Muchlis R Ludin berjudul Mempertegas Politik Pendidikan, Menyongsong Visi Baru Universitas (2008) dan Negara, Pendidikan Humanis dan Globalisasi (2008). Penulis juga menjadi editor buku Nurhasan Zaidi berjudul Dakwah, Politik dan Kebangsaan (2009). Buku yang ditulisanya yaitu Pengantar Sosiologi Kurikulum (2011, Penerbit Rajawali Pers), Pedagogi Kritis: Sejarah, Perkembangan dan Pemikiran (2013, Penerbit Rajawali Pers), Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim (2014, Penerbit Rajawali Pers). Kontak :

[email protected].

Achmad Siswanto adalah dosen Prodi Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Ia mendapatkan gelar Sarjana di Prodi Pendidikan Sosiologi FIS-UNJ pada tahun 2009. Kemudian gelar S2 diperoleh dari Departemen Sosiologi FISIP-UI pada tahun 2014. Selain mengajar Ia juga aktif menjadi peneliti di Laboratorium Sosiologi FIS- UNJ. Salah satu penelitian di Labsos FIS-UNJ adalah tentang Evaluasi CSR ANTAM (2015). Ia juga menjadi peneliti di Pusat Studi Sosial dan Politik (PUSPOL) Indonesia. Pernah menjadi peneliti di Laboratorium Sosiologi FISIP-UI tentang Longitudinal Qualitative Study on PKH

Graduation yang merupakan kerjasama dengan Result in Health (RiH) Netherland (2014).

Pernah menjadi peneliti di Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional tentang “Budaya Sekolah Dalam Membentuk Siswa Berprestasi” (2014). Pernah menjadi peneliti di Divisi Minat Baca Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tentang “Pemetaan Minat Baca Nasional: Studi di Delapan Provinsi Indonesia” (2012). Dia menjadi editor buku Kumpulan tulisan Dosen UNJ berjudul Ilmu Sosial Budaya Dasar (2014). dia juga menjadi editor buku Suriani berjudul “Menghidupkan Ruang Sosial Pendidikan” 2011. Publikasi yang ditulisanya yaitu, “Telaah Negara Kesejahteraan: Pembangunan Deprivasi Relatif dan Ekslusi Sosial di Ranah Pendidikan Bagi Warga Miskin Indonesia (Sosialita Volume 6 No 2/2012). Kontak:[email protected].

Clara Dwi Yanti adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi

Universitas Negeri Jakarta (UNJ) angkatan 2014. Wanita kelahiran Jakarta, 04 Juli 1996 ini mengenyam pendidikan di SDN Kebon Kosong 11 Pagi, SMPN 59 Jakarta, SMKN 02 Jakarta. Selain berkuliah, dia juga dikenal sebagai aktivis di Lembaga Dakwah Fakultas Ilmu Sosial UNJ dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pendidikan Sosiologi. Pernah menjadi moderator di acara Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Jurusan Sosiologi UNJ. Pernah menjadi mentor mahasiswa baru di acara Masa Pengenalan Akademik FIS

UNJ tahun 2016. Pernah melakukan penelitian “Revitalisasi Taman Kota di Bandung” (2015), “Pendidikan Politik Green Force UNJ” (2015), “Kegiatan Ekonomi Masyarakat Sunda Wiwitan, Cigugur, Kuningan”. (Kontak : [email protected]).