Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

113

description

Kompilasi tulisan kader KAMMI UNS: Kiprah Mahasiswa Muslim Negarawan Membumikan Misi Profetik untuk Menuju Indonesia Madani.

Transcript of Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

Page 1: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau
Page 2: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

2

Judul:

Dari KAMMI untuk Kampus,

Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

Penulis:

Kader KAMMI Sholahuddin Al Ayyubi UNS

Editor

Alikta Hasnah Safitri

Desain Cover:

Hisyam Latif

Buku ini diterbitkan secara mandiri oleh Tim

Medkominfo Kammi Uns 2014

Penerbit:

Kammi Uns 2014

www.kammiuns.org

FB: Kammi Uns

Twitter: @KAMMI_UNS

Page 3: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

3

Pengantar

Menjadi admin website KAMMI Komisariat

Sholahuddin Al Ayyubi selama dua tahun terakhir membuat

saya berkesempatan membaca satu demi satu tulisan-tulisan

kader KAMMI ini sebelum dipublikasikan secara masif ke

hadapan para pembaca setia website KAMMI UNS

(kammiuns.org).

Pada suatu kesempatan, saat saya tengah membaca

kembali naskah-naskah yang telah terbit secara online

tersebut, saya menemukan suatu dorongan untuk

menghimpun tulisan-tulisan kader yang terserak menjadi

satu kesatuan utuh yang padu. Bukan hanya sebagai

pembuktian pada khalayak bahwa intelektualitas dalam

tubuh KAMMI hidup dan tumbuh subur, tapi juga dengan

harapan besar bahwa kompilasi naskah ini mampu

memberikan sumbangan ide dan gagasan pada bangsa

Indonesia sesuai dengan solusi Islam yang kami yakini

sebagai tawaran perjuangan.

Ragam tulisan yang terserak ini lahir dari kader yang

dibesarkan dalam rahim KAMMI, lebih spesifik lagi

KAMMI UNS. Meskipun besar dari kultur yang sama, corak

pemikiran kader ternyata tak selalu seragam. Dialektika yang

terjadi antar sesama kader layak menjadi bahan

pembelajaran yang berharga. Bukan hanya agar kita

menerima perbedaan, tetapi agar kita terus mendorong

Page 4: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

4

lahirnya warna-warni gagasan dari setiap kader tanpa

memandang jenjang marhalah maupun tahun angkatan.

Gagasan-gagasan yang dihimpun dalam buku ini saya

kategorikan dalam tiga tema besar, yakni: Mahasiswa

Muslim Negarawan, Membumikan Misi Profetik, dan

Menuju Indonesia Madani.

Mahasiswa Muslim Negawaran berisi gagasan kader

terkait interpretasi atas tafsir status dan peran mereka

sebagai mahasiswa, lebih khusus lagi mahasiswa muslim

yang memiliki kesadaran kolektif sebagai kader umat

sekaligus kader bangsa.

Meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan

nalar akal menjadi titik pijak para kontributor buku ini

memandang problematika umat yang berkembang di dunia.

Mereka mencoba mengurai titik pangkal segala persoalan

yang kini dihadapi umat sekaligus memetakan solusi atas

permasalahan tersebut sebagai upaya membumikan misi

profetik yang telah diwariskan oleh suri tauladan utama,

Rasulullah saw.

Sebagai way of life yang syumul, Islam dipandang

mampu menjadi solusi dari berbagai persoalan yang

dihadapi bangsa. Para kontributor buku ini telah

membuktikan bahwa tak ada sekat antara Islam dan negara

dengan memberikan ragam perspektif tentang politik,

kebangsaan, hingga kepemimpinan yang amat menarik

untuk dikaji secara mendalam.

Page 5: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

5

Mudah-mudahan, kompilasi tulisan ini mampu

menjadi saksi bagaimana kader-kader KAMMI merumuskan

ide dan gagasan mereka yang terbingkai dalam semangat

keislaman dan keindonesiaan. Tentunya, dengan dijiwai

prinsip dan paradigma gerakan KAMMI yang mengakar

kuat dalam diri.

Selamat membaca!

Page 6: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

6

Daftar Isi

MAHASISWA MUSLIM NEGARAWAN 9

Generasi Baru, Generasi Pembaharu 10

Eko Pujianto

Mahasiswa Hebat? Yakin? 16

Alikta Hasnah Safitri

Kaderisasi, Refleksi Proyek Menata Peradaban 20

Cos Ma'arif

Melawan Keberpihakan Media Massa, Peran Generasi Solutif 27

Agus Suroso

Mengenal Muslim Negarawan 33

Alqaan Maqbullah Ilmy

Ammarism Kader KAMMI 39

Zulfikar Ali Ahmad

Page 7: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

7

MEMBUMIKAN MISI PROFETIK 44

Melek Realitas 45

M. Fatihul Umam

Problematika Umat 48

Firdaus Zulfikar

Muslim Rohingya, Korban Kapitalis atau Korban Etnis? 52

M. Fatihul Umam

Muhammad, Bisnis dan Da’wah 56

M. Hasan Cahya

Muslim Wajib Kaya! 59

Hafidh Wahyu P.

Nasionalisme-Religius 66

Khalid Shibghatullah R.

Manusia, Dogma Spiritualitas, dan Hilangnya Ruh Peradaban 71

Firdaus Zulfikar

Page 8: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

8

MENUJU INDONESIA MADANI 77

Pelacuran Intelektual Menjelang Pilpres 2014 78

Anggel Dwi Satria

Silence Is Betrayal 83

Chaerunisa

KAMMI dan Pemberdayaan Perempuan 89

Hartono

Sumpah Pemuda dan Mainstream Indonesiasentris 95

Alikta Hasnah Safitri

KAMMI: Geliat Pemerhati “Syariah” Sebagai Solusi Krisis Keuangan Global 102

Anggel Dwi Satria

Cukup Satu Saja! 107

Hasan Fahrur Rozi

Cukupkah Satu Saja? (Tanggapan atas Tulisan Hasan Fahrur Rozi: Cukup Satu Saja!) 111

Alikta Hasnah Safitri

Page 9: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

9

MAHASISWA MUSLIM

NEGARAWAN

Page 10: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

10

Generasi Baru, Generasi Pembaharu

Eko Pujianto

Setiap pagi di Afrika, seekor kijang terjaga

Ia tahu, ia harus berlari lebih cepat dari singa tercepat atau ia

akan mati.

Dan setiap pagi seekor singa terjaga.

Ia tahu ia harus bisa mengejar kijang terlambat atau ia akan

mati kelaparan

Tak peduli anda singa atau kijang.

Ketika matahari terbit, Anda harus mulai berlari!

(Cerita Rakyat Afrika)

Apa yang teman-teman rasakan ketika status sosial

kini telah beralih dari yang semula siswa, kemudian

pengangguran (karena menunggu pengumuman penerimaan

di Perguruan Tinggi), lalu setelah itu menjadi mahasiswa?

Apakah anda bangga?

Page 11: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

11

Sebagian orang mengatakan mahasiswa adalah

manusia paling cerdas dengan segala talentanya sehingga

bisa menyelesaikan masalah apapun di dalam masyarakat.

Dan ini saya alami ketika saya kembali ke kampung halaman

nan jauh di sana. Ada pula yang mengatakan bahwa dengan

menjadi mahasiswa maka pekerjaannya di masa depan akan

terjamin dan mendapat penghidupan yang layak. Ada pula

yang mengatakan dari pada menganggur dirumah lebih baik

jadi mahasiswa saja. Ya, ini bagi orang-orang yang kurang

kerjaan. Apakah teman-teman juga merasa demikian? Atau

malah biasa- biasa aja?

Tetapi yang tidak bisa kita pungkiri bahwa memang

dunia mahasiswa sangat berbeda jauh dengan dunia

siswa/sekolah. Perbedaan itulah yang saya anggap sebagai

suatu karunia atau kelebihan. Tetapi di satu sisi perbedaan

itu juga merupakan kelemahan dari seorang mahasiswa. Jadi

perbedaan itu ibarat koin logam, kelebihan dan kelemahan

adalah dua sisi yang saling berkebalikan.

Berawal dari sebuah perenungan malam di sudut tiang

mushola sebuah pesantren mahasiswa, ketika kaki saya juga

masih merasa awam dengan tanah pijak kota Solo. Kala itu

saya sedikit ngobrol dengan beberapa teman baru dan coba

membedakan kehidupan di masa SMA dulu dengan kuliah

sekarang, sharing pengalaman dan berbagi cerita masa putih

abu-abu. Mulai dari peristiwa itulah saya coba pikirkan

sebenarnya perbedaan mendasar apa tentang kehidupan saya

masa dulu dan masa kuliah sekarang.

Page 12: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

12

Seiring berjalannya hari dan sudah beberapa bulan

saya di kota solo sebagai mahasiswa berstatus anak rantau,

akhirnya sampailah pikiran saya pada sebuah kesimpulan

bahwa perbedaan mendasar antara mahasiswa dengan

masa–masa sebelumnya adalah “Mahasiswa menentukan

sendiri tentang DIRInya mau jadi apa.”

Bahwa menurut apa yang saya pahami ketika kita

menjadi seorang mahasiswa maka kita sendirilah yang akan

mementukan akan jadi apa kita kelak dimasa depan. Mulai

dari detik dimana kita menjadi mahasiswa akan banyak sekali

rute hidup berupa jalan-jalan cabang yang ada didepan mata.

Disitulah peran diri kita untuk menentukan sendiri jalan

hidup kita. Kenapa saya katakan mahasiswa menentukan

sendiri? Karena orang tua yang semula selalu

memperhatikan pola belajar, menyuruh membaca buku,

membangunkan saat pagi hari, mengingatkan untuk segera

makan. Setelah menjadi mahasiswa, kini tidak akan kita

jumpai lagi hal-hal tersebut. Guru mata pelajaran kita yang

selalu memarahi kalau kita tidak mengerjakan PR, yang

mencari kita saat kita tidak masuk sekolah, kini tidak

ditemukan lagi. Kehidupan mahasiswa memang di tuntut

untuk mandiri, kritis dan peka terhadap lingkungan

sekitarnya.

Mulai dari sinilah mahasiswa melatih dirinya untuk

menjadi Pemimpin. Bukan tentang memimpin organisasi

atau memimpin orang lain, tetapi tentang bagaimana

memimpin dirinya sendiri. Mengarahkan akal, hati, dan

tindakannya sendiri. Disinilah kelebihan menjadi mahasiswa,

mereka bertindak merdeka tetapi mereka juga harus paham

Page 13: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

13

aturan dan hukum-hukum yang berlaku dalam kehidupan

masyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak ada

lagi yang membatasi mereka akan jadi orang baik atau orang

jahat, orang yang rajin atau orang malas, orang cerdas atau

orang miskin ilmu, orang hebat atau orang biasa saja, orang

yang berpengaruh atau orang yang kerdil, orang sukses atau

orang yang tak pernah mau mencoba. Terserah pada dirimu

sekarang, it’s all about you.

Salah satu hal yang saya yakini sebagai prinsip hidup

saya salah tentang tujuan saya hidup didunia ini adalah saya

ditugaskan menjadi pemimpin di dunia oleh Tuhan saya.

Maka dari itu saya katakan mahasiswa adalah fase pertama

untuk menjadi pemimpin yang sesungguhnya (The True

Leader).

Kampus selain menjadi tempat mencari ilmu

pengetahuan juga menjadi tempat yang kondusif dalam

mencari hikmah yang bermanfaat bagi diri kita, tinggal

bagaimana sikap diri kita terhadap hikmah tersebut. Ketika

mahasiswa menyadari akan perbedaan hidupnya sekarang ini

maka, seharusnya mereka harus segera mempersiapkan diri

untuk siap memimpin dirinya sendiri. Apabila tidak, maka

yang terjadi adalah sebaliknya, kebebasan itu justru

menjerumuskan dirinya pada jurang kegelapan dan

kegagalan. Inilah yang saya maksud sisi balik dari koin logam

sebagaimana yang telah saya sebutkan sebelumnya.

Beberapa hal yang mungkin bisa menjadi inspirasi

ketika kita baru saja menjadi mahasiswa, hal ini sudah saya

buktikan dalam hidup saya, diantaranya:

Page 14: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

14

o Buatlah mimpi,visi dan misi sejak awal,

kalaupun sudah maka kuatkanlah visimu,

jangan sampai goyah karena perbedaan

keadaan.

o Berburulah teman-teman yang baik, dan

kalau bisa teman-teman yang senantiasa

mengingatkan kita pada kebaikan,cari pula

lingkungan tempat tinggal/kos yang

kondusif karena pepatah lama mengatakan

jika kamu berteman dengan tukang pandai

besi maka kamu akan terkena sangitnya, dan

itu saya yakini kebenarannya.

o Carilah kakak tingkat atau senior yang kita

pandang bisa memberikan pertimbangan-

pertimbangan ketika kita harus menentukan

suatu pilihan atau paling tidak bisa kita tanyai

tentang informasi-informasi kampus. Bisa

dicoba dengan istiqomah mengikuti asistensi

atau mentoring atau AAI atau mendekati

kakak tingkat program studi.

o Cobalah keluar dari ruang kelas kemudian ke

tempat-tempat kegiatan mahasiswa atau

organisasi mahasiswa, disana kita bisa

menambah jaringan teman dan juga tentunya

kita bisa melatih jiwa sosial, belajar dari

kakak yang berpengalaman dan

menginspirasi. Tidak menutup kemungkinan

dengan kita ikut seperti ini kita bisa lebih

cepat untuk mengabdi kepada masyarakat

Page 15: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

15

atau minimal tahu permasalahan yang

berkembang dalam masyarakat atau bangsa

Indonesia.

Mungkin terlalu panjang uraian saya semoga bisa

bermanfaat. Pesan terakhir saya adalah bahwa ingatlah

hidup ini hanya sekali dan kita sama-sama meyakini bahwa

hidup ini adalah persiapan untuk kehidupan abadi kita

setelah mati. Mahasiswa adalah pemuda yang merdeka

sehingga mereka bisa menentukan sendiri arah hidupnya.

Hiduplah dengan penuh makna dan jangan sampai tersia-sia.

Terus bergerak.

Ingat! Mahasiswa menentukan sendiri tentang

DIRInya mau jadi apa!

Page 16: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

16

Mahasiswa Hebat? Yakin?

Alikta Hasnah Safitri

Setelah melalui proses seleksi yang ketat dalam

SNMPTN, akhirnya saat ini kalian akan segera menyandang

predikat sebagai mahasiswa. Mahasiswa dalam tahap

awalnya memasuki dunia kampus memiliki orientasi awal

yang berbeda-beda. Ada yang menganggap kuliah sebagai

keharusan penuntasan jenjang pendidikan, ada yang hanya

mengejar ijazah sebagai orientasi karir di masa depan, ajang

mencari jodoh, ada pula yang mengorientasikan kuliahnya

demi penuntasan hasrat intelektual. Termasuk yang

manakah diri kalian?

Pertanyaan selanjutnya, sudah yakinkah kalian dengan

jurusan/ program studi yang kalian pilih? Sebab, kalau kalian

tak merasa cocok di awal, bagaimana bisa menjalani masa

kuliah dengan penuh tanggung jawab? Ingat, masa kuliah tak

akan seindah seperti yang disajikan di layar kaca. Kalian

akan disibukkan dengan tugas kuliah, kompleksitas

pergaulan dengan rekan kuliah, rekan organisasi, dosen,

hingga masyarakat sekitar kampus.

Tidak percaya? Merasa hanya kuliah hanya tentang diri

kalian sendiri, atau paling banter ya tentang kalian dan orang

Page 17: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

17

tua? Proses belajar yang akan segera kalian jalani bukan

hanya menyangkut tentang diri kalian, tetapi juga ratusan

juta rakyat Indonesia. Saat seleksi masuk perguruan tinggi,

ada berapa ratus ribu siswa yang mendaftar? Berapa banyak

yang diterima? Kasarnya, jika ada 800 orang yang mendaftar

di program studimu, lantas yang diterima hanya 80, kalian

pikir berapa banyak kawan kalian yang saat ini sedang

berjuang menentukan arah? Dengan perbandingan

keketatan tiap orangnya adalah 1:10, kalian memiliki

tanggung jawab besar atas 9 orang yang gagal mendapatkan

kursi di perguruan tinggi.

Jika itu belum cukup, baiknya kalian cari tahu dari

mana asalnya subsidi untuk uang kuliah kalian. 20% APBN

yang dialokasikan oleh pemerintah untuk pendidikan,

termasuk perguruan tinggi dan beasiswa pemerintah diambil

dari uang rakyat, tidak peduli seberapa miskinnya ia. Ingat,

70% APBN negara kita berasal dari pajak. Siapa yang

membayar pajak? Mereka adalah abang tukang becak, ibu

penjual asongan, sopir bus, kenet angkutan umum, dan

sesiapapun yang terkena wajib pajak. Ingatlah bahwa

anonim manusia yang tak kalian kenal pun turut andil dalam

penentuan masa depan kalian (tentu dengan asumsi bahwa

dana pendidikan diambil dari pemasukan pajak dan non

pajak). Maka, kalian tak hanya bertanggung jawab terhadap

satu dua orang, tapi juga ratusan juta rakyat Indonesia.

Di awal perkuliahan, hampir pasti kalian akan

diingatkan dengan status keren kalian sekarang:

(MAHA)SISWA. Organisasi mahasiswa akan mencekoki

kalian dengan ragam label, dari mulai agen perubahan, moral

Page 18: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

18

force, iron stock, dan lain-lain. Dosen akan mencekoki kalian

dengan ragam tuntutan, bisa dengan optimisme ataupun

skeptisisme. Kalian sendiri akan mulai membebani diri

kalian dengan ragam pragmatisme dan oportunisme yang

disajikan di bangku kuliah maupun angan-angan tentang

lahan pekerjaan yang hendak kalian garap pasca lulus.

Lantas, bagaimana wujud pertanggungjawaban kita

pada ratusan juta anonim manusia yang telah meringankan

beban kita? Masih enggan untuk serius dalam menekuni

kompetensi keahlian yang kita pilih saat ini? Masih apatis

untuk sekedar berbaur bersama rakyat dan berusaha

memberdayakan mereka? Katanya menjadi mahasiswa

artinya juga menjadi kaum intelektual. Ingat, terminologi

intelektual bukanlah logika yang sifatnya pasti dan hanya

memiliki tafsir tunggal. Namun secara umum, kata

intelektual ditafsirkan sebagai kondisi dimana seseorang

berkutat secara tekun dan serius pada ilmu profesionalnya,

untuk selanjutnya mentranformasikan pengetahuannya

sebagai bentuk peran sosialnya dalam menyelesaikan

problematika umat. Kaum intelektual adalah sosok yang

mencerahkan, demikian kata Gramsci. Konsekuensi

logisnya, kaum intelektual wajib memberi fungsi pencerahan

bagi orang-orang disekitarnya dengan kapasitas keilmuan

yang mereka miliki.

Mahasiswa yang terlanjur tercitrakan sebagai kaum

intelektual mestinya mampu bergerak di ranah ini,

mempertemukan teori dan praksis guna memecahkan

berbagai problem sosial yang mengakar di masyarakatnya.

Bukan hanya memperkuat ilmu pengetahuan sesuai dengan

Page 19: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

19

basis akademis untuk kebutuhan pribadi, tetapi juga berani

untuk peka dan melek pada realitas sosial, serta memberikan

kebermanfaatan untuk sesama. Jadi, mau memberikan

kebermanfaatan apa kalian selama menjalani studi di

kampus?

Page 20: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

20

Kaderisasi, Refleksi Proyek Menata

Peradaban

Cos Ma’arif

Universitas adalah tempat untuk memahirkan diri kita,

bukan saja di lapangan technical and managerial know how,

tetapi juga di lapangan mental, di lapangan cita-cita, di lapangan

ideologi, di lapangan pikiran. Jangan sekali-kali universitas menjadi

tempat perpecahan. (Soekarno, 1958)

Jika kita menelisik roda sejarah, sedari dulu kampus

memang telah menjadi tempat pencetak pemimpin bangsa.

Kampus menjadi “kawah candradimuka”, tempat

menggembleng kaum cendikiawan muda sebagai pemegang

tongkat estafet kepemimpinan nasional.

Namun jika kita lihat dengan kaca mata yang berbeda,

ternyata catatan sejarah tak selalu bercerita demikian. Ya,

tengok saja pada rezim Orde Baru, kampus dan perguruan

tinggi di negeri ini ternyata pernah mengalami deideologisasi

dan depolitisasi. Mahasiswa haram untuk berpolitik.

Mahasiswa tidak diperkenankan andil memikirkan

persoalan-persoalan bangsanya. Mahasiswa hanya harus

belajar sungguh-sungguh sesuai disiplin ilmunya masing-

masing. Sebut saja Soe Hok Gie dan rekan-rekan aktivisnya,

Page 21: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

21

mereka yang kritis dan peduli terhadap masalah rakyat dan

bangsanya, justru selalu menjadi incaran para intel, bahkan

dijebloskan ke penjara dengan tuduhan subversif.

Miris, itulah kata yang dapat menggambarkan kondisi

mahasiswa yang hanya akan dicetak sebagai ekor sebuah

sistem, yang selalu tunduk dan patuh dengan apa yang akan

dilakukan oleh para petinggi pemangku kebijakan. Terlebih

lagi, rata-rata mahasiswa sekarang menjadi apolitis bahkan

apatis terhadap persoalan rakyat dan bangsanya. Ketika kita

melihat realita hari ini, dimana diterapkannya sistem kuliah

berbasis SKS, serta biaya kuliah yang kian mahal, dapat

dikatakan sebagai bagian dari agenda mengondisikan para

mahasiswa menjadi kian pragmatis. Hal tersebut

dikarenakan mayoritas mahasiswa hanya peduli kepada

dirinya sendiri. Cepat lulus, cepat kerja, dan mungkin ingin

cepat kaya raya, itulah pemicu keapatisan mahasiswa hari ini

terhadap dunia sosial dan politik. Hanya segelintir

mahasiswa yang berani dan sanggup melawan arus

pragmatisme yang hegemonik dan kemudian tertarik terjun

menjadi aktivis yang peduli akan masa depan bangsa ini.

Sehingga, dapat dikatakan pendidikan kali ini mengalami

reduksi fungsi yang terjadi seperti pada era politik etis

zaman penjajahan, pelajar dan mahasiswa hanya disiapkan

menjadi pegawai, buruh atau birokrat dan teknokrat semata.

Padahal kita tahu, potensi mahasiswa akan teramat

sia-sia jika hanya menjadi pengikut kemudi nahkoda

pemerintahan. Mahsiswa harusnya dapat menjadi kaum

cendikiawan yang visioner, idealis, berjiwa militan, dan selalu

berpegang teguh terhadap asas-asas humanisme universal.

Page 22: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

22

Oleh karena itulah, disegala lini dan level bangsa ini pun

memiliki urgensi untuk mendapatkan pasokan generasi baru

pemimpin yang berkualitas dan berintegritas.

Berkebalikan dengan sikap Orde Baru, repolitisasi

kampus memang sudah seharusnya dilaksanakan. Mahasiswa

harus melek politik, peka terhadap kondisi sosial, dan sadar

akan tugas dan tanggung jawabnya akan masa depan bangsa.

Politik mahasiswa sifatnya politik moral atau moral

force, sebagai pengawal demokrasi, sebagai mata dan telinga

rakyat, dan sebagai penyambung lidah rakyat. Mahasiswa

akan tetap bisa bersikap kritis lantaran bisa menjaga jarak

dari kekuasaan. Maka, komitmen mahasiswa adalah kepada

amanat rakyat. Siapa saja yang menindas rakyat, siapa pun

yang korupsi, siapa pun yang menginjak-injak HAM dan

demokrasi, siapa pun penguasa yang menjadi musuh

rakyatnya sendiri, harus siap-siap menghadapi perlawanan

mahasiswa. Ya, itulah seharusnya mahasiswa.

Sesuai dengan perannya sebagai agent of change, social

control, dan moral force, seorang mahasiswa dituntut peka

terhadap fenomena sosial yang terjadi disekitarnya. Ketika

terjadi ketimpangan pengambilan kebijakan yang tidak

berpihak kepada rakyat, maka mahasiswa yang digadang-

gadang sebagai representasi dari rakyat intelek seharusnya

bergerak menentang kebijakan tersebut sebagai konsekuensi

dari sebuah negara yang menganut sistem demokrasi.

Oleh karena itu, sejalan denga hal tersebut, otoritas

kampus juga harus membuka kembali iklim kebebasan

Page 23: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

23

mahasiswa untuk berekspresi dan berorganisasi serta

menentukan pilihan ideologinya. Kelompok-kelompok

diskusi seperti Focus Group Discussion sebagai

ajang intelectual exercise, juga dihidupkan kembali. Pers

kampus yang kritis dan profesional harus

diberdayakan. Student government seperti Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM), Dewan Mahasiswa (DEMA), dan

organisasi kampus lainnya harus diberi ruang hidup yang

sebenar-benarnya. Bahkan, organisasi dan ormas ekstern

pun terkadang juga harus diberi hak untuk bergandengan

tangan bersama organisasi intern demi membangun

kepekaan politik mahasiswa, dengan syarat organisasi intra

mahasiswa dan otoritas kampus harus mampu melakukan

filterisasi yang baik terhadap kehadiran organisasi-organisasi

tersebut. Singkat kata, kampus harus dibuat kondusif bagi

terjadinya dialektika keberagaman pemikiran dan menjadi

wahana bagi para mahasiswa untuk melatih diri menjadi

calon pemimpin bangsa dan negara di masa depan. Maka,

disinilah letak strategis kampus perguruan tinggi sebagai

penyuplai calon pemimpin nasional.

Berbicara menganai seorang pemimpin, tak ada

pemimpin hebat yang terlahir tanpa sebuah proses. Namun

terkadang di antara kita yang menganggap sepele tugas

proses tersebut. Lantaran menganggap sepele, maka

implikasinya banyak orang yang tidak dapat memegang

teguh tanggung jawab atau komitmennya sebagai pemimpin.

Misalnya, tidak amanah atau tidak dapat dipercaya untuk

mengemban tugas dan wewenangnya sebagai pemimpin.

Beberapa pemimpin banyak yang mengalami krisis

integritas.

Page 24: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

24

Hal tersebut terindikasi ketika kita kesulitan

menemukan sosok pemimpin yang berkarakter ideal, dapat

dipercaya, dan bisa menjadi sosok yang patut diteladani atau

sebagai uswatun hasanah. Akibatnya, posisi pemimpin pun

kerap diincar sekadar sebagai batu loncatan untuk

menunjukkan eksistensinya serta menajamkan pencitraan

terhadap publik. Begitu pula kondisi di organisasi kampus,

ketika sebuah organisasi hanya dijadikan sebagai pencarian

eksistensi, alhasil organisasi kampus hanya menjadi tempat

untuk nebeng nama guna mendapatkan gelar sebagai aktivis

kampus. Hanya segelintir orang yang mampu tampil ke

depan sebagai pemimpin sejati. Lebih ironisnya lagi, dari

yang segelintir itu pun nyaris sebagian mereka tidak memiliki

etos kepemimpinan yang berkarakter kuat dan cerdas. Yang

ada adalah tipe pemimpin lemah, peragu, penakut, tak

berani mengambil keputusan tegas dan cepat, tak berani

menanggung risiko, dan mudah sakit hati dengan suatu

kritikan.

Oleh karena iu, maka mahasiswa perlu disadarkan

perannya melalui mekanisme pengaderan. Pengkaderanlah

yang menjadi salah satu kunci utama guna melahirkan

pemimpin yang ideal. Dalam sebuah organisasi kampus,

prosesi pengaderan merupakan serangkaian proses dalam

rangka pembentukan karakter mahasiswa yang sadar akan

tanggung jawab dan perannya dalam masyarakat, dengan

pemberian bekal paradigma untuk mencari jalan keluar dari

sebuah masalah, serta menemukan solusi atas persoalan-

persoalan sosial yang ada disekitarnya.

Page 25: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

25

Karena kepemimpinan berawal dari sebuah proses, maka

jadilah seorang pemimpin yang terlahir dari sebuah proses

kepemimpinan. (Cosma)

Kadersisasi adalah nafas utama dalam sebuah

pergerakan. kaderisasi adalah proses menciptakan kader atau

generasi penerus sesuai kebutuhan zaman yang akan datang.

Tiada kehidupan tanpa adanya kaderisasi. Di dalam Risalah

Pergerakan Ikhwanul Muslimin jilid I dituliskan bahwa

“Kader adalah rahasia kehidupan berbagai umat. Sejarah umat

adalah sejarah para kader yang militan dan memiliki kekuatan jiwa

serta kehendak. Sesungguhnya kuat lemahnya suatu umat diukur

dari sejauhmana kesuburan umat tersebut dalam menghasilkan

kader-kader yang memiliki sifat-sifat kesatria”.

Pengaderan merupakan suatu kewajiban dan tanggung

jawab moral akan eksistensi organisasi secara umum, dan

kepada Allah SWT secara khusus. Kewajiban, karena dalam

setiap pergerakan tidak ingin mengalami kemunduran,

bahkan vacuum dimasa depan. Tanggung jawab moral, karena

sebuah organisasi punya andil besar dalam membentuk

karakter generasi penerus yang mampu hidup pada zaman

nya. Tanggung jawab kepada Allah SWT, karena Allah lah

yang memilih pundak kita sebagai tempat bersandarnya

suatu amanah, dan kepada Allah jugalah amanah itu

dipertanggungjawabkan.

Oleh karena itulah, proses pengkaderan tidak hanya

memerlukan proses yang singkat. Proses pengkaderan itu

sendiri haruslah melalui beberapa tahapan, yaitu tahap tahap

penerimaan, tahap pengaderan awal, tahap pengaderan

Page 26: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

26

lanjutan, tahap pengukuhan dan regenerasi. Itulah mengapa

sebagai seorang mahasiswa harus sejak dini menyiapkan

dirinya menjadi calon pemimpin bangsa masa depan yang

berkualitas dan memiliki integritas melalui sebuah kaderisasi.

Hidupnya suatu pergerakan bukanlah sebuah keberhasilan

individual. Tugas kita adalah menata peradaban, bukan bermain

bersama mesin dan buruh organisasi, karena mereka memiliki hati,

mereka memiliki akal. Sebesar apapun suatu bangsa, tak akan

menjadi bangsa yang besar tanpa adanya nahkoda pemegang kendali

kapal pemerintahan yang tepat. Bagaikan negeri dengan hamparan

tanah yang kering, tak akan hijau tanpa sebuah kesejukan

kekeluargaan. Layaknya pohon tinggi berakar lapuk, akan mudah

roboh oleh angin masalah. Maka, harmonisasi pergerakan haruslah

memiliki sinergisitas yang kuat. Bukan hanya sinergis dalam orasi

kampanye diawal, namun juga sinergis dalam penjagaan sebuah

amanah yang terbentuk sejak, selama, dan hingga akhir amanah itu

diemban, yang tercermin dalam sebuah kaderisasi.

Page 27: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

27

Melawan Keberpihakan Media

Massa, Peran Generasi Solutif

Agus Suroso

“Jadi menurutmu demokrasi terpimpin sama sekali bukan

demokrasi?

Jelas pak, lihat apa yang terjadi dengan pers hari-hari ini,

Indonesia Raya atau Harian Rakyat, saya bukan simpatisan

komunis tetapi apa yang terjadi terhadap harian rakyat adalah

sebuah pelanggaran demokrasi, kita seolah-olah merelakan demokrasi

tetapi memotong lidah orang orang yang berani menyatakan pendapat

mereka yang merugikan pemerintah, mereka yang berani menyerang

koruptor-koruptor, mereka semua ditahan, lihat apa yang terjadi

pada Mochtar Lubis menurut saya itu adalah tanda-tanda

kediktatoran”.

Diskusi pemikir sekaliber Soe Hok Gie di atas adalah

gambaran belenggu rantai kebebasan berpendapat di masa

orde lama, pada saat itu kritikan pedas terhadap

pemerintahan menjadi sebuah hal yang sangat langka

bahkan bagi media masa sekalipun, penerapan sistem

demokrasi terpimpin pada tahun 1959 menjadi penjara

kebebasan pers menjalankan fungsinya ditengah-tengah

pergolakan politik. Tidak jauh berbeda pada masa Orde

Page 28: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

28

Baru, kepemimpinan diktator Soeharto seakan melanjutkan

kebisuan pers dan media saat itu hanya dihiasi dengan

pencitraan untuk mentupi kebususkan pemerintah.

Kita mengenal teori bahwa media masa memiliki

fungsi sebagai kontrol sosial, media pendidikan bagi

masyarakat, da hiburan. Namun bagaimanan dengan wajah

media ari ini? Reformasi yang bergulir pada era 1998

ditandai dengan gulingnya rezim Orde Baru seakan menjadi

angin segar bagi dunia jurnalistik Indonesia, kebebasan

berpendapat, mengevaluasi dan melontarkan kritik pedas

terhadap pemerintah seakan menjadi dagangan murah-

meriah yang dapat dinikmati semua kalangan tanpa

kekhawatiran yang berlebih, semua orang bebas bicara

tentang ketidakpuasan, semua orang bebas berekspresi

sebagai bukti kebebasan berpendapat. Namun hari ini

makna kebebasan berpendapat telah mengalami

transformasi makna menjadi kebebasan berkepentingan

hingga melahirkan sebuah rezim baru dimana media masa

dikuasai oleh orang-orang yang memiliki kepentingan

politik.

Coba tengok wajah media masa kita hari ini. Kalau

boleh dikelompokan menjadi dua “kingdom” besar,

pemberitaan media hari ini terbagi menjadi dua macam yaitu

“Kingdom Animalia” dan “Kingdom Plantae” sebagai

dilatasi dari kepentingan guna akselerasi menggapai pucuk

tertinggi kekuasaan.

Penjelasannya, pemberitaan bertemakan “Kingdom

Animalia” terdiri dari busuknya tatanan sistem perpolitikan

Page 29: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

29

negeri ini, saling serang bak penghuni hutan rimba yang tak

kenal mana lawan dan mana kawan apapila diserang rasa

lapar akan kekuasaan karena sejatinya yang ada hanyalah

kepentingan dan kepentingan akan kekuasaan. Akibatnya,

sikap apatisme politik yang meraksasa dari sebagian besar

masyarakat Indonesia karena masyarakat lebih menganggap

politik sebagai banyolan pelawak yang tidak mermutu.

Sebuah sistem yang sersusun sangat rapi, pembiasan

persepsi dan pencitraan yang membabi buta membuat

rakyat semakin bingung menilai mana yang betul-betul

benar, benar-benar salah.

Sub pembahasan yang kedua adalah “Kingkom

Plantae” dimana kejahatan tumbuh subur, mengakar,

menjamur, merambat disegala sisi kehidupan. Cobalah

tengok bagaimana gencarnya pemberitaan terkait, free sex,

tawuran, narkoba menjadi topik pemberitaan tentang remaja

kita, seakan-akan itulah sebenarnya profil buram yang

mewakili pemuda kita hari ini, jarang tersiar kabar tentang

prestasi pemuda yang menginspirasi. Efeknya jelas, media

benar-benar menjadi inspirasi kejahatan yang tersistem,

menginspirasi pengikisan keluhuran nilai-nilai ketimuran

yang selama ini melekat kuat sebagai jati diri bangsa

Indonesia.

Kesetimbangan Pemberitaan

Sebagai alat kontrol sosial dan media pendidikan,

media masa seharusnya menyajikan pemberitaan yang

berimbang, berimbang disini diartikan sebagai reaksi fusi

antara profil media pada rezim sebelum reformasi bergulir

Page 30: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

30

dengan masa setelahnya. Reaksi fusi yang dimaksud tentu

bukan menggabungkan kedua elemen peyesatan dimana

menjadi simbiosis mutualisme yang menguntungkan pihak

tertentu pemangku kepentingan, namun kebebasan

berpendapat yang murni didasarkan pada pembeberan fakta

kejahatan hanya sebatas media informasi dan pencerdasan

yang tidak di-blow up secara berlebihan dan terkesan lebay

atau bahkan sebagai alat pengalihan isu strategis.

Hal yang tidak kalah penting adalah memikirkan efek

psikis maupun sosial dari pemberitaan, jangan sampai media

masa menjadi inspirasi kejahatan yang semakin

menimbulkan persepsi negatif yang berkepanjangan

sehingga membunuh kepercayaan masyarakat kepada

pemerintah secara menyeluruh. Lebih lanjut lagi perlu

adanya pemberitaan tentang program-program pemerintah

yang pro-rakyat, profil-profil pemerintah yang sehat dan

unggul dari segi kualitas. Hal ini penting untuk

membangun mind set masyarakat dan kepercayaan terhadap

sistem yang ada, karena saya meyakini banyak sekali

kebaikan-kebaikan pemerintah yang telah dilakukan. Namun

bukan berarti hal tersebut diartikan sebagai pembenaran

terhadap pencitraan yang dilakukan etit politik negeri ini

terutama para penguasa media hari ini.

Tugas Intelektual Solutif

Mahasiswa sebagai kaum yang katanya memiliki tugas

sebagai agen perubahan dan wakil rakyat yang

sesungguhnya, mengemban tugas pokok pencerdasan

masyarakat ditengah-tengah keberpihakan media sebagai alat

Page 31: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

31

pengedali sosial untuk kepentingan politik dewasa ini,

pencerdasan dilakukan melalui tulisan-tulisan yang

mencerdaskan masyarakat sebagai bentuk perlawanan

terhadap tatanan sistem yang ada saat ini. Mahasiswa hari ini

tidak hanya dituntut untuk ikut memonopoli kritik

pemerintah melalui aksi-aksi jalanan, namun juga dituntut

sebagai pionir pembawa good news dan sosialisasi program

yang memiliki keberpihakan terhadap rakyat. Pembiasaan

budaya Membaca, Diskusi, Menulis dilengkapi dengan

budaya Berkarya dan Mengabdi menjadi langkah awal

pembiasaan membentuk generasi solutif. Sebagai contoh,

kebijakan kenaikan harga BBM tidak selalu harus ditanggapi

dengan aksi jalanan atau kritik pedas terhadap pemerintah,

transformasi cara pencerdasan dapat dilakukan dengan

kampanye hemat BBM atau gaya hidup sehat secara masiv,

yang pada akhirnya membangun mind set bahwa program ini

tak selamanya buruk.

Diakhir tulisan ini saya berharap suatu saat nanti

media masa kembali menemukan jati dirinya sebagai media

kontrol sosial, media pendidikan, dan hiburan yang benar-

benar mencerdaskan tanpa ada unsur kepentingan politik

yang berlebihan di dalamnya, pandanglah informasi dalam

bentuk berita yang diterbitkan itu sebagai barang titipan

yang tidak boleh sama sekali ditambah ataupun dikurangi

sedikitpun.

Kemudian terkhusus kepada rekan-rekan

seperjaungan, mahasiswa memiliki tugas lebih sebagai kaum

intelektual, tugas mulia sebagai kontrol sosial yang tentu saja

tidak mudah, maka milikilah cara pandang yang luas dari

Page 32: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

32

berbagai sisi dengan banyak melahap informasi-informasi

dari berbagai media masa hari ini, kemudian menyaring dan

menuangkannya dalam sebuah tulisan ataupun aksi nyata

sebagai media pencerdasan bagi masyarakat. Tulislah

sebanyak-banyaknya kebaikan yang menginspirasi, lakukan

sebanyak-banyaknya kebaikan sebagai bentuk pengabdian.

HIDUP MAHASISWA, HIDUP RAKYAT

INDONESIA !

Page 33: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

33

Mengenal Muslim Negarawan

Alqaan Maqbullah Ilmi

Frasa yang unik. Tersusun atas dua kata yang tidak

main-main. Muslim dalam artian sebenarnya adalah sebuah

status kebanggaan, yang telah membuat banyak orang rela

mati untuk mempertahankannya. Ini adalah sifat mulia yang

pertama sebagaimana dikatakan seorang sahabat.

“Kalaulah sabar dan syukur itu ibarat dua ekor unta, maka

aku tidak peduli unta mana yang aku kendarai.”

Yang merupakan pengingat kita atas sabda nabi,

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya

baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang

mukmin. Apa bila ia mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah

yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar

dan itulahyang terbaik untuknya.” HR. Muslim

Kata ‘muslim’ bertemu dengan pelengkapnya,

negarawan. Sebagaimana kata muslim yang tidak otomatis

melekat pada setiap orang yang ber-KTP Islam, begitupun

kata negarawan tidak akan melekat pada sembarang orang

yang berkecimpung di politik praktis. Negarawan adalah

janji setia, dia adalah kontribusi yang murni. Paduan dari dua

kata ini pun tidak main-main. Tidak akan bisa sembarangan

Page 34: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

34

orang boleh hanya dengan menyablon itu di jaket

kebanggaannya kemudian mengatakan KAMMI “Muslim

Negarawan”.

Hari ini kita mengenal banyak sosok negarawan hadir

di tengah kita. Orang-orang yang kepemimpinannya benar-

benar dicintai rakyatnya. Ingatlah bagaimana dulu

Ahmadinejad pernah menggemparkan dunia. Masih ramai

sampai sekarang, bagaimana Jokowi dielu-elukan menjadi

capres ideal. Dan tentu kita pun harus mengakui, bagaimana

kematian Hugo Chavez telah menjadi air mata dunia.

Namun kita tidak akan bisa bangga mengatakan bahwa

mereka bagian dari kita. Ya, karena hari ini tidak ada sang

Muslim Negarawan.

Muslim negarawan itu berprinsip kemanusiaan

Perjalanan yang sangat panjang melewati benua,

berhari-hari mungkin atau lebih entah di zaman itu kala

melewati gurun pasir. Sebuah perjalanan yang tidak akan sia-

sia ketika seorang Yahudi mengadukan nasibnya pada sang

kholifah atas kedzaliman gubernur Mesir, Amru Bin Ash,

yang mengusir gubug yang berdiri lebih dulu dari istana di

depannya.

Ya, perjalanan itu tidak sia-sia karena al-faruq

menghadiahkan sebatang tulang kepada amru bin ash.

Tulang yang tergoreskan dengan kuat pedang Umar Bin

Khothob seakan berisikan pesan,”luruskanlah perilakumu,

sungguh kita semua akan kembali menjadi seperti ini”. Pesan yang

membuat amru berkeringat begitu deras ketakutan. Dan

Page 35: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

35

inilah sang muslim negarawan, dia berasal dari golongan

muslimin namun perilakunya adil kepada seluruh rakyatnya.

Muslim negarawan itu gesit

Kehancuran demi kehancuran dari segenap kekuatan

muslim atas serangan luar, telah menjadikan seorang pria

yang pendiam ini kemudian mengambil sikap. Dia

berkeliling untuk kemudian menyatukan kembali beberapa

daerah. Mensolidkan pasukan untuk kemudian berangkat

membebaskan negeri para nabi, Palestina.

Kegesitannya dalam mengambil keputusan telah

sedikitnya memberikan pengaruh bahwa kekholifahan islam

masih ada dan bukan sekadar ada, namun nilai luhurnya pun

masih hidup dengan terbukti sifat perang nabi pun masih

dipertahankannya. Dia mempertahankan peribadatan gereja

sebagaimana ketika umar pertama kali membebasakan tanah

ini. Ya, panglima ini adalah Sholahudin Al-Ayubi. Jelaslah

dia adalah sang muslim negarawan itu. Andai dia menunggu

dan tidak inisiatif, pasti negeri yang tersisa pun akan lenyap

sehingga bahkan palestina pun tidak akan pernah

terbebaskan lagi saat itu.

Muslim negarawan itu kontributif

Dia bersama teman-temannya memanjat benteng

musuh. Sebuah resiko yang sangat besar diambil oleh para

prajurit yang bahkan sebelumnya sang jenderal pun memilih

untuk mundur. Dalam pengepungan cukup lama itu, prajurit

pemberani ini berinisiatif untuk membuka gerbang benteng

Page 36: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

36

dengan menyerang langsung penjaganya. Dan akhirnya,

terbukalah kesempatan umat muslim memenangkan

peperangan.

Padahal dalam perang sebelumnya dia adalah jenderal

tertinggi. Kemenangan-kemenangan yang diciptakannya

telah membuat sang kholifah gusar. Bukan karena takut

akan dikudeta, tapi dia mendengar rakyatnya berkata,”jika

Kholid Bin Walid yang memimpin, pastilah kita menang”.

Dan inilah ketakutan umar, jangan sampai aqidah umat

islam terhengkang. Menjelang akhir pertempuran surat

pemecatan pun dikirim.

Dan apa jawabannya, “Aku terima keputusan itu.

Sungguh aku tidak berperang untuk Umar. Tapi aku

berperang untuk Tuhannya Umar.” Bayangkan, dia tidak

hanya dapat meredam sakit hatinya atas pemecatan yang

tidak logis di tengah prestasinya yang gemilang. Namun,

cita-citanya untuk mati syahid masih terus dikejarnya meski

takdir memberikan peristirahatannya di atas kasur.

Muslim negarawan itu aku

Pesan sang raja sangat dipatuhi oleh sang guru untuk

mendidik sang pangeran. Setiap bulan sang murobbi itu

membawanya ke tempat yang jauh. Menatap dinding yang

tebal, kemudian membacakan sebuah hadits: “Konstantinopel

akan jatuh di tangan seorang pemimpin yang sebaik-baik pemimpin,

tentaranya sebaik-baik tentara, dan rakyatnya sebaik-baik rakyat.”

(Al Hadis)

Page 37: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

37

Ya, hadits inilah yang membuat sang anak nakal

kemudian menjadi semangat belajar. Dia mempelajari semua

ilmu. Dia naik tahta di saat masih muda. Dia mengumpulkan

semua anak muda terbaik di zamannya. Dididik dengan

menyebar para ulama di tengahnya. Membekali dengan

beragam ilmu silat. Menguatkan dengan hadirnya seorang

ilmuwan yang membuatkan meriam terbesar saat itu.

Mungkin dia adalah raja sekaligus panglima yang

berpikir di luar logika. Bagaimana mungkin kapal-kapal

perang berlayar melewati gunung yang bahkan itu hutan.

Namun dialah sang al-fatih, penakluk kota dengan

pertahanan paling sempurna, konstaninopel. Bayangkan

telah ratusan tahun berkli-kali umat muslim mencoba

menembusnya namun gagal.

Kisah ini mungkin sangat masyhur, namun kembali

pada awal pembacaan hadits tadi, tahukah kalian apa yang

ada dalam hati muhammad kecil kala itu,”aku lah pemimpin

itu, tentaraku lah para penakluk itu dan itu akan terjadi pada

masa rakyatku” ya, aku, aku dan aku. Namun kata aku juga

tidak hanya mimpi. Kerja keras yang nyata dan juga contoh

darinya.

Setelah penaklukkan Konstantinopel, pasukan muslim

melaksanakan shalat Jum’at untuk yang pertama kalinya di

Konstantinopel. Shalat itu dilakukan di Gereja Aya Sophia

yang telah dialih-fungsikan menjadi masjid. Kemudian

dicarilah muslim yang paling tepat untuk menjadi imam

shalat Jum’at itu. Raja memerintahkan seluruh yang hadir di

masjid untuk berdiri. Kemudian raja berkata, “Siapa di

Page 38: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

38

antarakita yang sejak baligh hingga sekarang pernah meninggalkan

shalat fardhu walau sekali, silahkan duduk!”

Mahasuci Allah, Tidak ada satu pun yang duduk!

Kemudian, Raja pun berkata, “Siapa di antara kita yang sejak

balgih hingga kini pernah meninggalkan shalat sunnah rawatib,

silahkan duduk!”

Lalu sebagian pasukan mujahidin duduk sehingga

tersisa sebagian kecil. Lalu, raja bertanya lagi: “Siapa di antara

kalian yang sejak baligh hingga saat ini pernah meninggalkan shalat

thajud walaupun satu malam, silahkan duduk!”

Kemudian seluruh pasukan yang tersisa pun duduk,

kecuali satu orang, yaitu Muhammad Al-Fatih, Sang

pembebas konstantinopel. Ya, dan silahkan semua pembaca

sekalian berteriak dalam hatinya bahwa muslim negarawan

adalah aku.

Page 39: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

39

Ammarism Kader KAMMI

Zulfikar Ali Ahmad

“Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri

untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berleha-

leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam

kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami adalah

orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami

memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar, agar

kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang

hanya akan kami persembahkan untuk Islam.” (Kredo Gerakan

KAMMI)

Beberapa waktu yang lalu saya membaca buku yang

ditulis oleh M Natsir berjudul Dibawah Naungan Risalah.

Buku tersebut berisi akan kisah-kisah sahabat Rasulullah

Muhammad SAW yang membuka pola pikir dan wacana

baru terkait posisi kita sebagai pemuda. Tak pelak, sosok-

sosok para pemuda pengemban risalah peradaban itu

muncul dalam benak saya secara bergantian.

Tentulah kita kenal sosok Abdurrahman bin

Mu’awiyyah. Keturunan terakhir Daulah Umawwiyah ini

melihat bagaimana daulah Abbasiyah mengeksekusi adiknya

yang berumur 13 tahun saat pelarian dari pasukan khusus

Page 40: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

40

Abbasiyah. Maka diusianya yang ke 19 ia terus berlari dari

kejaran Abbasiyah. Didalam kondisi itulah darah muda

mulai merekonstruksi pikirannya. Ia berpikir keras terkait

mimpi dan obsesinya. Maka setelah 5 tahun di pelarian dan

pengasingan idenya semakin tajam. Meminjam istilah

Muhammad Elvandi yakni “dari kesendirian menuju

peradaban”, ide itulah yang menggerakkannya untuk

menyeberang ke tanah Andalus, mengumpulkan hati-hati

manusia dan singkat cerita pada umur 34 tahun ia

memimpin Andalusia. Membuat peradaban yang setara

dengan Daulah Abbasiyah dengan Baghdadnya. Maka itulah

salah satu kisah tentang satu jiwa mengubah negara.

Abdullah bin Ummi Maktum, sosok sahabat biasa

yang sudah tua dan buta. Namun sosok ini mempunyai

kedudukan yang istimewa dimata Rasululllah. Bagaimana

tidak, lewat sahabat inilah Rasulullah ditegur langsung oleh

Allah SWT seperti tertulis dalam surat Abasa. Bahkan

sampai Rasulullah ketika bertemu langung dengannya

menyapa dengan sapaan khusus untuk Abdullah bin Ummi

Maktum. Sosok sahabat ini mendapat kepercayaan dari

Rasulullah akan berbagai urusan. Siapa yang mengetahui

bahwa saat Rasulullah pergi Haji hingga berakhir dengan

perjanjian Hudaibiyah, Abdullah bin Ummi Maktum

menjadi Gubernur Madinah. Padahal masing ada nama-

nama tenar yang lain yang ada di Madinah. Namun

Rasulullah lebih memilih Abdullah bin Ummi Maktum.

Ammar bin Yasir, seorang pemuda biasa diawalnya.

Setelah masuk Islam kemudian banyak siksaan yang

menghampirinya dengan ujian terbesar adalah saat seluruh

Page 41: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

41

keluarganya disiksa. Ayah ibunya dibunuh dengan keji di

depan matanya sendiri karena mempertahankan aqidahnya.

Lantas siapa yang tidak gentar dan tidak takut setelah

melihat semua itu? Setelah dipaksa oleh kaum kafir Quraisy

barulah ia mengakui bahwa tuhannya adalah Latta Uzza.

Saat ditanya Rasulullah, apakah hatimu ikhlas saat

mengucapkannya? Ia menjawab tidak. Dan begitulah, dalam

hal ini diperbolehkan Rasululllah dalam dua kondisi.

Pertama adalah karena kondisi yang sangat mendesak dan

terpaksa. Yang kedua adalah ia tidak ikhlas dan mengiyakan

dengan apa yang ia ucapkan. Maka kemudian Ammar

menjadi salah satu sosok penting penyebaran Islam di

Madinah dan dunia. Kontribusinya dalam Islam tidak

diragukan lagi. Inilah Ammarism yang saya pahami.

Beda Ammar beda pula dengan Bilal bin Rabbah. Bilal

bin Rabbah, sosok budak berkulit hitam dari Habasyah milik

Umayyah bin Khalaf. Saat diketahui ia masuk Islam, maka

dengan bertubi-tubi siksaan datang kepadanya. Tentulah kita

masih ingat kisah penyiksaan Kaum KAfir Quraisy

kepadanya. Bagaimana batu besar yang panas ditindihkan

keatas tubuhnya yang diikat diatas pasir panas gurun. Dalam

kondisi itulah Ia justru mengatakan Ahad, Ahad, Ahad. Di

kondisi disiksa beliau masih memegang teguh aqidahnya.

Sejarah Islam menuliskan bahwa kontribusi kejayaan

Islam tidak hanya dimiliki oleh orang-orang besar sekaliber

Abu Bakar Ash-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin

Affan, Ali bin Abi Thalib, atau Abdurrahman bin Auf.

Kontribusi orang-orang yang dianggap lemah seperti

Page 42: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

42

Ammar, Bilal, dan Abdullah bin Ummi Maktum juga tidak

bisa dianggap sebelah mata.

Orang-orang yang dianggap lemah ini di tangan dingin

dan didikan Rasulullah menjadi orang yang terbaik. Mau

berkontribusi dengan sadar dan ikhlas untuk Islam ini

dengan segala kemampuan yang dimiliki. Karena memang

perjuangan dalam Islam ini menawarkan surga, sesuatu yang

riil dan tampak begitu dekat bagi orang yang beriman dan

sesuatu yang dianggap tidak kogis bagi kaum munafik dan

kafir.

Mewariskan Nilai

Umar bin Khattab dan Bilal bin Rabbah berbeda,

Usman bin Affan dan Abdullah bin Ummi Maktum

berbeda, Abu Bakar Ash Siddiq dan Ammar bin Yasir

berbeda. Masing-masing person sahabat Rasulullah tidak

bisa disamakan. Begitu pula dalam KAMMI ini. Kapasitas

masing-masing kader dakwah ini berbeda-beda dan tidak

bisa disamakan. Kejayaan pengukiran di sejarah KAMMI

tidak bisa dipandang hanya dari sisi Ketua Umum dan

Kepala Bidangnya.

Banyak kontribusi yang diukir justru dari kader-kader

yang kurang dikenal. Mungkin karena tidak ingin dikenal,

mungkin juga karena kurangnya ukhuwah yang digaungkan

organisasi dakwah ini. Yang jelas, masing-masing kader

harus meningkatkan kapasitas dirinya secara sadar. Karena

kebangkitan itu bukan hanya kebangkitan satu orang, tetapi

kebangkitan satu generasi. Dan semangat meneruskan

Page 43: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

43

perjuangan itu harus semakin ditingkatkan dalam diri

masing-masing kader agar ammarism gerakan KAMMI

semakin menguat. Itulah inti kaderisasi yakni terkait

“pewarisan nilai”.

Tulisan ini saya akhiri dengan kutipan khatimah

GBHO KAMMI “Terus bergerak untuk menyadarkan umat dan

senantiasa menciptakan perbaikan dengan seluruh makna yang

terkandung di dalamnya, adalah jati diri KAMMI yang

sesungguhnya. Keyakinan terhadap kebenaran hanya bisa dibuktikan

oleh perjuangan yang tidak terhenti untuk merealisasikannya.

KAMMI adalah ruh baru di tubuh umat yang dilahirkan sebagai

fajar kebangkitan umat. KAMMI seharusnya merupakan “anugerah

Allah bagi Indonesia”.

Hanya kepada Allah semata kami berserah diri dan

memohon pertolongan-Nya. Faidza ‘azamta fatawakkal

‘alallah.

Sumber Rujukan:

M.Natsir. Dibawah Naungan Risalah

Muhammad Elvandi. Satu Jiwa Merubah Negara

GBHO KAMMI Muktamar VII

Page 44: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

44

MEMBUMIKAN MISI

PROFETIK

Page 45: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

45

Melek Realitas

Muhammad Fatihul Umam

Inspirasi sejarah yang diambil pada akhirnya adalah

instrumen untuk memahami realitas lalu merekayasa masa

depan. Karena kaidah sejarah itu akan selalu sama, maka

saat ini pemuda yang mempunyai inspirasi sejarah yang

cukup akan lebih mudah memahami konstelasi dunia.

Namun sekarang kita hidup di belantara permasalahan

Indonesia yang kian rumit. Seperti korupsi yang semakin

menjamur di semua lini, ketahanan pangan yang semakin

terkikis, tiba-tiba muncul serangkean teror di Solo yang

mengarah pada polisi tetapi setelah dikaji masih bias apa

motif dan kepentingan yang tersemat di dalamnya karena

masih sebegitu umum. Semakin saya berpikir terkadang saya

semakin skeptis, tak jarang terombang ambing dalam

kesesatan berpikir.

Siapapun yang memasukinya dan mencoba masuk

tidak hanya linglung untuk memulai, bahkan tidak lagi tahu

sedang dimana berada. Semangat pemuda untuk mengulangi

kejayaan sejarah umat tetap membara, namun tidak jelas

bagaimana sorongan langkah pertama. Realitas problematika

dunia lebih dari sekedar kesimpulan ‘karena kurang iman’.

Page 46: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

46

Sehingga proyek penyelesaiannya tidak juga seputar

‘menjaga hati dan ketakwaan’.(Muhammad Elvandi, Lc)

Kemajuan umat tidak dibangun dengan dugaan,

perkiraan dan angan-angan. Ia membutuhkan matematika

sosial. Memahami realitas dengan perkiraan, berarti

membuat proyek perbaikan yang bersifat percobaan.

Adakah pasien yang sudi ditangani dokter yang tak teruji?

Beranikah melahap obat dari analisis serampangan atau

artikel kesehatan serabutan?

Pemuda, tempat umat meletakan tanggungan

hidupnya, perlu membaca arah zaman ini dengan sistematis,

ilmiah dan jika perlu dengan detail. Seperti proyek hijrah

misalnya, prolog Rasulullâh untuknya adalah analisis

geopolitik kota Madinah. Analisis mendetail tentang jumlah

masyarakat yang mampu baca-tulis. Komposisi suku, antara

Aus, Khazraj dan Yahudi. Dominasi ekonomi, tingkat

kemandirian pangan, pusat pertemuan sosial, tokoh-tokoh

jujur dan liciknya, cuaca dan kuantitas airnya. Karena semua

solusi umat akan bergantung dari sana. Dalam seluruh

momen besar hidup Rasulullah, berserakan strategi analisis

realitas tersebut. Itulah yang dinamakan Fiqhul Wâqi [fikh

realitas].

Pembacaan sistematis berarti membuat peta realitas

yang bersifat global dalam pikiran pemuda. Peta itu

diklasifikasi atas kategori persoalan besar umat lalu mencari

inti permasalahan di masing-masingnya tanpa harus masuk

ke detail dahulu. Inti permasalahan tersebut lebih bersifat

Page 47: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

47

akut dan berakar atas masalah-masalah yang menjadi

turunannya

Peta persoalan umat ini akan membentuk pemahaman

utuh atas situasi dunia, atas problematika kontemporer, atas

kebutuhan zaman. Jika pemuda mampu memahami inti

masalah dalam setiap kategori persoalan umat maka

pikirannya tidak terpedaya dan teralihkan untuk sekedar

menghadapi hilir sungai masalah yang remeh saat hulunya

terus memproduksi limbah pada sungai umat.

Itu semua kerja-kerja besar yang menanti pemuda.

Jika sejarah telah memberi inspirasi dan energi untuk

merancang kerja-kerja unggulan, maka realitas memberi

lahan konkret untuk memulainya. Sejarah memberi alat

untuk memikirkan rencana kerja unggulan, dan hari ini

saatnya menggunakan tajamnya peralatan itu. Karena

‘’apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah

kehidupan’’ kata WS Rendra.

Page 48: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

48

Problematika Umat

Firdaus Zulfikar

Islam adalah agama yang mengatur seluruh hajat

manusia, mulai dari kita bangun tidur, hingga tertidur lagi,

mulai dari hal yang sangat sepele seperti (maaf) buang air

kecil hingga hal yang sangat besar, misalnya tentang hukum

ketatanegaraan. Semua ciri ini mengindikasikan bahwa Islam

adalah agama yang syumul (menyuluruh) karena mengatur

segala hal di kehidupan ini.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita tarik kesimpulan

bahwa Islam adalah agama yang mengutamakan

ke perfeksionitas. Segalanya harus sempurna dan teratur. Dan

dapat kita simpulkan pula, bahwa pemeluk agama ini akan

mendapatkan suatu “kesempurnaan” baik masalah duniawi

maupun ukhrowi nya.

Namun,apa yang kita temui sekarang adalah

sebaliknya. Islam yang seharusnya menjadi pelita bagi

gelapnya dunia malah tak berdaya ketika harus menghadapi

arus globalisasi dan pembodohan massal yang disebut

dengan ghazwul fikr. Pemeluk agama ini menjadi kehilangan

identitasnya sebagai agent of change seperti umat terdahulu

yang mampu menaklukkan penjuru dunia dengan gagahnya.

Page 49: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

49

Seperti Umar ibn Khottob yang membuka Syam dan Persia,

menaklukkan sepertiga dunia dengan dakwah islam,

Sholahuddin Al Ayyubi, sang pembebas al Quds,

Muhammad Al Fatih dengan penaklukkan

konstantinopelnya.

Seakan pada saat itu, Islam mencapai titik puncak

peradaban dan kegemilanganya. Tetapi apa yang kita lihat

saat ini adalah sebaliknya, Islam menjadi sangat kecil,

bahkan tidak punya daya tawar di mata percaturan dunia.

Yang kita lihat sekarang adalah dimana umat islam (terutama

pemudanya) lebih mengidolakan berhala (atau dalam bahasa

inggris disebut idol yang berarti idola atau sesembahan) yang

diciptakan oleh musuh islam sendiri.

Atas nama lifestyle pemuda muslim sekarang lebih

senang mengidolakan artis pujaan mereka daripada

mengulas kisah kisah nabi terdahulu, tergerus pemikiran

mereka oleh belaian syai syair cinta buata nan memabukkan,

dan parahnya,semua hal yang dilakukan para musuh islam,

justru mereka terima secara lapang dada dan secara tidak

sadar otak mereka telah dicuci oleh musuh musuh

islam, dimandulkan rasa kritis mereka akan masalah umat,

juga dimarjinalkan rasa kepedulian mereka terhadap

agamanya.

Hal ini yang menyebabkan Islam begitu kecil di mata

dunia. Hal ini pula yang menyebabkan Islam tidak punya

tajinya lagi sebagai peradaban yang maju dan

diperhitungkan. Negara muslim pamornya kalah dengan

negara bermanhaj sekuler dan komunis. Sebut saja

Page 50: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

50

Indonesia, negara yang notabene mayoritas penduduknya

adalah muslim terbanyak di dunia, malah terkenal akan

kebobrokan dan korupsi para pejabat pejabatnya. Di

belahan bumi yang lain, kita familiar dengan yang namanya

Palestina, Suriah, Rohingnya dan masih banyak lagi dimana

banyak negara muslim yang tertindas.

Di sektor ekonomi misalnya, satanic finance yang mulai

menggerogoti aset aset kekayaan negara umat islam,

membodohi umat muslim dengan fiat money, sistem ribawi

kapitalis yang dianggap sebagai pemecah masalah yang

nyatanya malah menguntungkan dari sang pemilik modal. Di

sektor sosial budaya, sudah menjadi hal umum bahwa ketika

seorang individu memiliki status sosial sebagai “muslim” di

banyak negara menjadi momok, penyematan embel embel

teroris penebar teror sudah menjadi hal lumrah di dunia

internasional. Di sektor informasi, media media asing

merajalela, mengirimkan informasi informasi yang tidak

seimbang dan menyudutkan kaum muslim, mendzholimi

lewat berita agaknya sudah menjadi makanan sehari hari

awak media internasional. Sebut saja CNN, ABC, FOX

News yang notabene adalah milik kaki tangan zionis yahudi.

Raksasa hiburan luar negri pun tak kalah getol merecoki

pemikiran remaja remaja muslim, sehingga pikiran mereka

tak lepas dari hingar bingar hiburan semu dan lifestyle yang

sengaja diciptakan oleh musuh musuh islam dan buntutnya,

rasa peka dan kepedulian mereka terhadap nasib umat

menghilang.

Sekilas, terlihat kondisi yang sangat memprihatinkan

yang terjadi pada umat muslim saat ini tetapi, tetap ada

Page 51: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

51

harapan bagi para pengusung perubahan, pengusung panji

Islam yang tidak akan pernah mundur sedikitpun dalam

menegakkan kalimat Robbani. Dan hal pertama yang harus

kita lakukan, adalah dengan Ishlah (perubahan). Perubahan

konstruktif yang mendasar dan menyeluruh dimulai dari diri

kita sendiri, lalu keluarga kita, masyarakat kita, dan negara

kita, dan bukan sebuah kemustahilan kita bisa membenahi

wajah dunia ini dengan Islam dengan rumus ishlah ini. Dan

yang tidak kalah penting adalah, sesungguhnya yang

menjadikan umat muslim lemah seperti sekarang ini adalah

ketiadaan identitas danworldview yang terlanjur salah.

Kita semua menyadari, butuh waktu yang tidak

sebentar dan kesabaran yang luar biasa untuk menjadikan

kembali islam sebagai ustadziyatul ‘alam (guru peradaban)

seperti di masa masa kejayaanya yang lalu. Pun selalu ada

waktu untuk berbenah dan berubah karena harapan itu

masih ada, Karena Alloh tidak akan pernah mengingkari

janji-Nya bagi kemenangan dakwah, seperti janji Alloh pada

Nabi Musa as. Ketika memenangkan tirani atas fir’aun yang

termaktub dalam Al Qur’anul kariim. Janganlah berputus asa

wahai pemuda Islam, teruslah optimis, karena sesungguhnya

mimpi adalah kenyataan di hari esok

Page 52: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

52

Muslim Rohingya, Korban Kapitalis

atau Korban Etnis?

Muhamad Fatihul Umam

Berangkat dari tesis Samuel P.Huntington yang The

Clash of Civilization (Benturan Antar Peradaban), hari ini

semakin nyata bahwa benturan antara peradaban barat,

peradaban timur dan peradaban muslim kini tidak dapat di

hindarkan lagi. Logika kapitalis yang semakin memaksakan

pengaruhnya dan dominasinya ini adalah sumber

permasalahan dunia. Hal ini dikuatkan oleh George Soros

dalam bukunya, Zaman Kenisbian, yang mengatakan bahwa

dunia tidak akan damai dan sejahtera manakala Amerika

masih ada dan memaksakan sistemnya di pakai di negara-

negara di dunia khususnya negara berkembang.

Huntington lalu mengidentifikasi suatu pergeseran

utama dari kekuasaan ekonomi, militer, dan politik dari

Barat ke peradaban-peradaban dunia yang lain. Pergeseran

utama itu terjadi melalui munculnya dua “peradaban

penantang”: Peradaban Sino atau timur dan peradaban

Muslim.

Menurut Huntington, peradaban Sino di Asia Timur

tengah menegaskan diri dan nilai-nilainya dalam kaitan

Page 53: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

53

dengan peradaban Barat. Penyebab penegasan diri

peradaban Sino adalah pertumbuhan ekonominya yang

cepat. Dia percaya tujuan khusus China dengan bertindak

demikian adalah untuk menegaskan kembali dirinya sebagai

penguasa regional negara-negara lain di kawasan itu. Sejarah

China dan negara-negara itu adalah sejarah tentang struktur

komando hierarkis, struktur yang menyiratkan pengaruh

ajaran Konfusius (menekankan penguasaan diri, kepatuhan

pada hierarki sosial, dan ketertiban sosial dan politik) di

balik peradaban Sino. Struktur ini bertolak belakang dengan

individualisme (kepercayaan akan pentingnya kedudukan

seseorang dalam suatu masyarakat) dan pluralisme yang

dinilai tinggi di Barat.

Fenomena Rohingya yang sekarang kita lihat ini

adalah satu dari serangkaian benturan yang sudah di

ramalkan sebelumnya. Saya lebih tertarik untuk melihat akar

permasalahan Rohingya dari sudut pandang ekonomi dan

politik berangkat dari fenomena sebelumnya yang terjadi di

Irak, Afganistan, Iran, Kuwait dan beberapa negara timur

tengah lainya. Opini publik dan isu yang di bangun untuk

melegitimasi penyerangan toh ujung-ujungnya adalah pada

kandungan mineral atau minyak yang ada di negara tersebut.

Kita tidak bisa menutup mata bahwa isu senjata pemusnah

masal yang di gelontorkan ketika mau menyerang Irak itu

belum terbukti sampai sekarang.

Dugaan ini semakin kuat setelah saya mendapatkan

informasi dari Kang Jusman Dalle dalam diskusi yang di

lakukan KAMMI Daerah Bandung (Selasa 31 Juli 2012). Di

Arakan ini terdapat sumber minyak yang amat melimpah,

Page 54: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

54

China telah membangun jalur pipa minyak sepanjang 620

mil dari Kyaukpyu Port-Arakan ke Provinsi Yunan (China)

dengan investasi sebesar 2,5 miliar dollar AS.

Tidak lagi menjadi sebuah rahasia umum bahwa Aung

San Suu Kyi telah terlihat akan maju di Pilpres tahun 2015

nanti, dan peluang menangnya amat sangat besar. Untuk

menyambut hal tersebut, maka Arakan harus disterilkan,

karena kemenangan Suu Kyi di awal pada pemilu sela di

awal tahun ini didukung penuh oleh AS dan Eropa, yang

artinya menjadi ancaman bagi kepentingan rezim lama di

Arakan. Kebijakan ekonomi Suu Kyi nanti akan lebih pro

kepada Barat yang selama ini telah memberinya dukungan

melawan junta militer.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa

ASEAN diam melihat fenomena di Arakan? Pemerintah

Indonesia selaku pimpinan ASEAN seakan menutup mata,

Barat juga mengapa tidak sefrontal ketika memperjuangkan

HAM seperti sebelum-sebelumnya? Pahadal jelas-jelas

bahwa Barat juga punya kepentingan di Arakan-Myanmar.

“Inilah bukti dominasi China” Saat ini, penguasa

ekonomi terbesar memang salah satunya adalah China.

Bahkan Amerika pun telah berhutang 1,132 triliun dollar AS

kepada Tiongkok. Apalagi negara-negara di ASEAN, baik

impor maupun ekspor nya sangat tergantung kepada China.

Ketika kita cermat melihat, sebenarnya pola-pola yang

di bangun tidaklah jauh berbeda dengan pola yang di

lakukan dan menimpa negara-negara timur tengah.

Page 55: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

55

Sehingga bisa di katakan kebiadaban yang terjadi di rohingya

adalah bermotif pada ekonomi buka pada latar belakang

etnis atau agama, hanya tentang siapa yang mengorbangkan

dan siap yang dikorbankan.

Dan di akhir saya sampaikan bahwa Indonesia

memiliki kekayaan alam yang melimpah jauh dari Myanmar

dan negara-negara yang lain. Saat ini Amerika telah

membangun pangkalan militer di Australia dan berita terakir

pula Amerika akan membangun kedubes sekaligus armada

militer terbesar ke-3 di dunia di Jakarta . Maka jika ini benar

terjadi, jangan salahkan kalau indonesia hanya menunggu

waktu untuk menjadi Myanmar atau rohingya berikutnya.

Page 56: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

56

Muhammad, Bisnis dan Da’wah

Muhammad Hasan Cahya

Di era kini, siapa yang mau mencontoh dan

mengambil peran dalam bisnis sekaligus berdakwah? Tidak

semua “mau dan bergerak” mewujudkannya. Lantas, mengapa

peran ini harus kita ambil?

Lihat dan tengoklah Nabi kita, Muhammad Saw yang

tumbuh dan berkembang dalam bisnis. Lihatlah proses,

karakter dan sifat yang beliau terapkan dalam bisnis.

Ternyata beliau sanggup dan mampu berbisnis dengan

kebenaran, kejujuran, kepekaan, dan sifat amanhanya tapi

tetap bisa memperoleh hasil yang optimal. Singkatnya, sekali

mendayung dua tiga pulau terlampaui. Berbisnis sekaligus

berdakwah. Empat sifat yang dimiliki Nabi itu menjadi

poros penting kesuksesan dalam bisnis.

Pertama, Sidiq/jujur. Nabi terkenal sekali sebagai

orang jujur dalam berdagang. Nabi seorang marketer yang

jujur dan hebat. Bahkan termasuk negosiator bisnis yang

ulung dan sampai musuh beliau pun percaya kepada beliau

dalam hal bisnis.

Kedua, Tablig/penyampai(komunikatif). Hebatnya

Nabi, beliau mampu menyampaikan keunggulan maupun

Page 57: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

57

kelemahan produknya secara cerdas dan mampu menarik

perhatian tentunya disertai kejujuran.

Ketiga, Amanah/dipercaya. Menjadi orang yang

dipercaya relasi memang susah. Tapi Nabi telah

mencontohkan. Bahkan ketika beliau menjadi pedagang,

Nabi selalu mengembalikan hak milik atasannya entah

berupa hasil jualnya ataupun barang sisa. Sederhana

sebenarnya.

Keempat, Fathanah/cerdas dan bijaksana. Nabi

Muhammad adalah pebisnis yang cerdas yang mampu

memimpin perusahaannya dengan memahami dan

mengenal tugas serta tanggung jawabnya dengan bijak.

Dari empat hal tersebut, manakah yang telah kita

miliki? Semua, dua, satu, atau belum sama sekali?

Nabi memang diutus bukan sebagai

pebisnis/pedagang tetapi beliau mampu mencontohkan

bagaimanakah seharusnya bisnis itu. Sebelum menikah

dengan Khadijah pun, beliau juga sukses menjadi seorang

“direktur pemasaran “ di “Khadijah Corporation”. Dan karena

itulah Khadijah menjadi cinta dan timbul rasa kasih sayang

karena kejujuran dan integritas beliau. Nabi juga pernah

berkata, “berdaganglah kamu, sebab dari sepuluh bagian

penghidupan , Sembilan diantaranya dihasilkan dari berdagang”.

Sahabat–sahabat Nabi juga pebisnis ulung. Tengoklah,

Abu Bakar, Khalifah pertama yang berbisnis bahan pakaian.

Umar bin Khattab, penakluk Persia dan Byzantium, pernah

Page 58: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

58

berbisnis jagung. Ustman bin Affan, konglomerat terkenal

dan hebat dalam bidang tekstil. Belum lagi sahabat yang lain

seperti Abdurrahman bin Auf, Abu Hanifah,dll yang tak

diragukan lagi kapsitasnya.

Dari semua sahabat Nabi tersebut, mereka selain juga

berbisnis juga sangat aktif berdakwah. Hebat!! Dan ternyata

bisnis mampu mendongkrak dan mendukung akivitas

dakwah kita. Tidak percaya?? Ya lakukanlah agar percaya.

Page 59: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

59

Muslim Wajib Kaya!

Hafidh Wahyu P

Orang kaya nanti di akhirat hisabnya lama. Untuk apa

hidup terlalu kaya? ‘Sederhana’ lebih baik daripada hidup kaya.

Asumsi itu banyak berkembang di kalangan umat

Islam. Menjadi kaya itu berat tanggungjawabnya, hisab di

akhirat berat, dan lain sebagainya. Intinya, hidup melarat

seolah lebih baik daripada hidup kaya.

Pengaduan Si Miskin

“Ya Rasulullah,” ujar sahabat Rasul yang miskin suatu

hari, “Orang-orang kaya telah memborong semua pahala dan

tingkat-tingkat yang tinggi serta kesenangan yang abadi.”

“Mengapa demikian?” Rasul shallallahu ‘alaih wa salam

balik bertanya.

“Mereka shalat sebagaimana kami, dan shaum sebagaimana

kami, dan mereka memerdekakan budak, sedang kami tidak

memerdekakan budak.”

Maka Rasul pun mengajarkan para sahabat yang

miskin sebuah amalan yang dapat mengejar pahala sahabat

Page 60: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

60

yang kaya, yaitu dengan membaca tasbih (Subhanallah), takbir

(Allahu Akbar), dan tahmid (Alhamdulillah) selesai shalat 33

kali.

Apakah kisah ini selesai sampai di sini? Ternyata tidak!

Beberapa waktu kemudian, para sahabat yang miskin itu

mengadu lagi kepada Nabi shallallahu ‘alaih wa salam. Apa

pasal?

“Ya Rasulullah, saudara-saudara kami yang kaya mendengar

perbuatan kami, maka mereka berbuat sebagaimana perbuatan

kami.” Ternyata sahabat yang kaya pun juga mengamalkan

dzikir yang diajarkan Rasul kepada sahabat yang miskin. Apa

jawab Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaih wa salam?

“Itulah kurnia Allah yang diberikan kepada siapa yang

dikehendaki-Nya.”

Kekayaan Rasul dan Para Sahabat

Tapi bukankah Rasul mengajarkan kita untuk hidup

zuhud dan sederhana? Bukankah Rasul saja hidupnya sangat

sederhana? Yang menjadi kesalahpahaman adalah makna

zuhud. Zuhud bukan berarti miskin. Zuhud dan miskin itu

sangat berbeda!

“Zuhud itu adalah kamu meninggalkan perbuatan yang tidak

berfaedah untuk akhiratmu.” Ujar Ibnu Taimiyah, ‘ulama’

kenamaan di abad pertengahan. Artinya, jika saat ini

kekuatan ekonomi adalah kebutuhan umat untuk bangkit

maka memperkuat ekonomi individu juga bagian dari

Page 61: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

61

zuhud. Mudahnya, zuhud itu meninggalkan dunia karena

pilihan sendiri. Miskin itu ditinggal dunia.

Setelah itu, kita lihat sekilas mengenai kehidupan

Rasul dan para sahabat. Pada saat pernikahan antara

Khadijah dan Nabi Muhammad berlangsung (saat itu

Muhammad belum menjadi nabi), Muhammad memberikan

mahar kepada Khadijah sebanyak 20 ekor unta. Tahukah

kamu, seekor unta sebanding dengan Rp 13 juta. Jika dua

puluh? Ya sekitar 260 juta rupiah. Itu baru mas kawin,

belum harta yang lain.

Tahu Abu Bakar radhiallahu ‘anhu –semoga Allah

meridhainya-?? Beliau adalah salah satu sahabat Rasul yang

dijamin masuk surga, sekaligus khalifah pertama pasca Rasul

wafat. Saat seorang sahabat, Bilal, disiksa oleh majikannya

yang bernama Umaiyah ibn Khalaf (Bilal adalah budaknya

Umaiyah) karena ke-Islamannya, Abu Bakar membeli Bilal

dengan harga 9 uqiah emas. Tahukah kamu, 1 uqiah =

31,7475 gram emas. Setelah menjualnya, Umaiyah

mengatakan bahwa sebenarnya harga Bilal lebih murah dari

itu. Maksudnya, Umaiyah ingin membuat Abu Bakar nyesel

udah mengeluarkan uang sebanyak itu buat membeli Bilal.

Apa jawaban Abu Bakar?

“Jika kamu menjualnya dengan harga 100 uqiah pun saya

akan beli!”

Ibnu ‘Umar berkata, “Di awal ke-Islaman Abu Bakar

radhiallahu ‘anhu, seluruhnya 40.000 dirham habis untuk

memerdekakan budak dan menolong agama.” Tahukah kamu, 1

Page 62: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

62

dirham sama dengan 2,975 gram perak. Berapa harga 1

gram perak sekarang? Kalikan dengan 40.000. Tapi ingat, ini

beliau keluarkan pada saat awal ke-Islamannya. Itupun yang

diketahui.

‘Umar ibn Khaththab radhiallahu ‘anhu, salah satu

sahabat Rasul terjamin jannah (surga) sekaligus khalifah

kedua umat Islam. Beliau memiliki 70.000 aset properti

(ladang pertanian) senilai masing-masing (masing-masing

lho ya!) sekitar 160 juta rupiah. Pendapatan dari properti

bisa mencapai 40 juta x 70.000 lokasi dengan total

penghasilan mencapai 2,8 triliun rupiah.

‘Utsman ibn ‘Affan radhiallahu ‘anhu. Sahabat terjamin

jannah sekaligus menantu Rasul ini punya simpanan 151

dinar. Sebagai pengingat, 1 dinar = 4,25 gram emas.

Berapakah harga 1 gram emas jika dikalikan 4,25. Kalikan

lagi dengan 151 deh. ‘Utsman juga mewariskan properti

sepanjang wilayah Aris dan Khaibar dan beberapa sumur

senilai 200.000 dinar.

Berikutnya, ada sahabat Zubair ibn Awwam radhiallahu

‘anhu. Sebagai catatan, beliau juga sahabat yang dijamin

masuk jannah. Kekayaan beliau mencapai 50.000 dinar.

Beliau juga mempunyai 1.000 ekor kuda perang.

‘Abdurrahman ibn ‘Auf radhiallahu anhu juga salah satu

sahabat yag dijamin masuk jannah (surga) sekaligus pebisnis

yang handal. Banyak yang menggelari beliau ‘sahabat Nabi

terkaya’. Beliau pernah menyumbang 500 ekor kuda untuk

kepentingan perang. Bayangkan, 1 ekor saja berapa

Page 63: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

63

harganya, ini 500 ekor. Dalam satu kali pertemuan (ingat!

Baru satu kali pertemuan), beliau pernah berinfaq sebesar

40.000 dinar. Beliau juga pernah lho menyumbangkan

seluruh barang yang dibawa kafilah dagangnya kepada

penduduk Madinah. Padahal kafilah dagangnya diangkut 700

ekor unta,

Yang perlu diingat, kekayaan mereka 100% halal.

Tidak mengenal istilah bunga, riba, dan lainnya. Karenanya,

harta mereka berkah dan seolah rezekinya terus mengalir.

Kaya dan Hidup Sederhana!!

Meskipun memiliki kekayaan yang berlimpah. Para

sahabat adalah orang-orang yang zuhud dan memilih hidup

sederhana. Rasul shallallahu ‘alaih wa salam tidur hanya

beralaskan pelepah kurma. ‘Abdurrahman ibn ‘Auf nampak

serupa dengan pelayannya saat bersanding bersama.

Jadi kita bisa ambil kesimpulan. Sebagai seorang

muslim, dari segi kepemilikan harta, kita harus punya banyak

harta. Namun dari segi gaya hidup, kita harus tetap zuhud

dan sederhana, hanya menggunakan harta seperlunya saja

dan tidak perlu bermewah-mewah. Sisa harta yang kita miliki

bisa dijadikan ladang pahala.

Jadi, seorang muslim memang wajib kaya. Tidak hanya

kaya hati, kaya iman, kaya batin, namun juga kaya iman

sekaligus kaya harta.

Page 64: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

64

“Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua

orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan Alquran dan ia

membacanya di waktu malam dan di waktu siang dan terhadap orang

yang Allah berikan harta dan ia membelanjakannya untuk

kebaikan di waktu malam dan di waktu siang.” {HR. Muslim}

Memang benar, harta kekayaan kita bisa menjadi

bumerang bila kita tidak menggunakannya sebagaimana

aturan dalam syariat Islam, apalagi dari hasil usaha yang

haram. Namun ingat kisah pengaduan sahabat Rasul yang

miskin tadi? Pada kenyataannya, sahabat yang kaya memiliki

kelebihan dibandingkan yang miskin kan? Sampai sahabat

yang miskin iri. Resiko berbanding lurus dengan hasil yang

dicapai.

Lantas, bagaimana jika kita memilih mempunyai harta

secukupnya agar tanggung jawab di akhirat ringan.

Bukankah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaih wa salam saat

jadi Nabi memiluh hidup dengan sedikit harta walaupun bisa

hidup kaya?

Rasul memang saat menjadi pemimpin di Madinah

hanya memiliki harta yang pas-pasan. Namun beliau punya

pengaruh kekuatan politik, ekonomi, budaya, ideologis yang

kuat, baik skala lokal, regional, maupun internasional. Nah,

bisa tidak kamu seperti itu? Bukankah demi

keberlangsungan dakwah Islam, kita memang harus punya

berbagai ‘akses’ agar dakwah berjalan lancar?

Selain itu, kita pasti paham jika dakwah butuh modal,

tidak bisa tidak. Banyak pihak penentang Islam dari dulu

Page 65: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

65

sampai sekarang yang berusaha memojokkan Islam dengan

berbagai cara. Mereka melakukannya tentu dengan

sokongan dana yang besar. Menguasai media, mengeruk

keuntungan untuk kebathilan, untuk menjatuhkan Islam,

mereka lakukan dengan modal yang tidak sedikit. Dari fakta

ini, kita harus sadar bahwa menjadi kaya itu ‘wajib’ demi

keberlangsungan dakwah Islam dan agar dunia tidak

dikuasai oleh orang-orang kafir.

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang

beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada

Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan

mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan

Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” {QS. Al Hujurat

(49) : 15}

Referensi: Kurniawan, J. Endy. Think Dinar!

Page 66: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

66

Nasionalisme-Religius

Khalid Shibghatullah Rabbani

“Saya berafiliasi kepada islam yang berpedoman terhadap

pemikiran yang luas, holistik, integral, komprehensif. karena saya

yakin Islam itu mencakup semua aspek kehidupan. dimanapun kita,

nilai-nilai Islam itu ada disekitarnya. saya memilih Islam ini bukan

karena nenek moyang saya ataupun ada orang yang membuat saya

terpengaruh untuk masuk kepadanya, tetapi saya melihat semata-

mata Islam merupakan jalan hidup saya. dan saya dibutuhkan oleh

umat ini. rangkaian dari untaian kata-kata yang semoga bisa

memberikan inspirasi besar bagi saya, kamu, dan kita semua

tentunya.”

Inilah cita-cita sekelompok orang untuk mendapatkan

kemenangan sejati. Membangun kehidupan yang islami

adalah sebuah proyek peradaban raksasa. Proyek besar yang

bertujuan merekontruksi pemikiran dan kepribadian

manusia muslim, agar ia berpikir dan bertindak sesuai

dengan kehendak Allah dan rujukan islam. Kemudian

membawa manusia muslim baru itu ke dalam kehidupan

nyata dengan kesadaran barunya, untuk menata ulang

seluruh sektor kehidupan masyarakat agar hidup dengan

budaya, sistem, hukum, dan institusi yang

mengejawantahkan kehendak Allah SWT.

Page 67: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

67

Umat islam yang baru tersebut menjadi model yang

representatif dari kehendak-kehendak Allah SWT, keluar

dari dirinya sendiri, melampaui wilayah kepentingan

spesifiknya, untuk menyebar bunga hidayah dan rahmat

kepada seluruh umat manusia, menciptakan taman

kehidupan yang seimbang, dimana setiap orang menemukan

keamanan yang diciptakan oleh keadilan dan kenyamanan

yang dilahirkan oleh kemakmuran; merasakan kemudahan

yang diciptakan oleh pengetahuan dan harapan serta

optimisme yang dilahirkan agama.

Pekerjaan-pekerjaan besar untuk menyelesaikan

proyek besar itu harus dilalui dengan 4 tahap, yaitu:

Pertama, membangun sebuah organisasi kuat dan

solid sebagai kekuatan utama yang mengoperasikan sistem

peradaban itu. Inilah yang biasa mereka sebut mihwar

tandzhimi. Organisasi adalah tulang punggung sistem,

sehingga ia harus kuat memikul beban berat dalam waktu

yang panjang. Maka supaya tulang punggung ini kuat, ia juga

harus diisi orang-orang kuat, unggul, dan tangguh dalam

seluruh aspek kepribadiannya, sebab merekalah

sesungguhnya pemimpin umat atau lokomotif yang

membawa gerbong panjang umat ini. Dan untuk mencetak

pemimpin-pemimpin umat itu, mereka memerlukan proses

pembinaan dan kaderisasi yang sistematis, integral, dan

dengan waktu yang relatif panjang. Orang-orang yang dipilih

untuk dibina dan dikader haruslah orang-orang yang terbaik

yang ada dalam masyarakat, yaitu mereka yang memiliki

bakat , intelegensi, dan kesiapan dasar untuk melakukan

pekerjaan-pekerjaan besar dan memikul amanah yang berat.

Page 68: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

68

Dengan demikian kaderisasi menjadi mutlak, karena ia

adalah mesin yang mencetak pemimpin-pemimpin umat.

Kedua, membangun kekuatan basis sosial yang luas

dan merata sebagai kekuatan pendukung sistem peradaban

tersebut. Inilah yang biasa mereka sebut mihwar sya’bi.

Kalau basis organisasi bersifat elitis dan ekslusif, maka besis

sosial bersifat massif dan terbuka. Kalau organisasi

berorientasi pada kualitas, maka basis sosial berorientasi

pada kuantitas. Kalau organisasi meretas jalan, maka

masyarakatlah yang akan melaluinya. Kalau pemimpin

melihat ke depan dengan pikiran-pikiran yang jauh ke

depan, maka massa menjangkau ke depan dengan alternatif

tangga-tangganya yang banyak. Kalau pemimpin hebat

mendapatkan dukungan publik yang luas, maka akan

terbentuklah sebuah dukungan yang dahsyat. Kalau

organisasi dibentuk melalui rekruitmen kader, maka massa

dibentuk melalui opini publik. Kalau kader pemimpin

dibentuk melalui pengkaderan yang baik, maka massa

dibentuk melalui media massa dan figur/ tokoh publik.

Yang ingin mereka capai di tahap kedua ini adalah

terbentuknya opini publik yang islami, struktur budaya dan

adab-adab sosial yang islami, dominasi figur dan tokoh islam

dalam masyarakat.

Keempat, membangun berbagai institusi dalam

berbagai sektor kehidupan untuk mewadahi pekerjaan-

pekerjaan sistem peradaban pada segenap sektor dan lapisan

masyarakat. Inilah yang biasa mereka sebut mihwar

muassasi. Di sini sistem memasuki pekerjaan yang sangat

luas dan kompleks, karena itu diperlukan pengelompokan

Page 69: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

69

sektor pekerjaan. Pada konteks ini mereka membutuhkan,

seluruh intitusi sosial untuk mewadahi aktivitas sosial;

seluruh intitusi ekonomi untuk mewadahi aktivitas ekonomi;

seluruh intitusi politik untuk mewadahi aktivitas politik;

begitu juga dengan militer, baik yang ada di masyarakat

umum maupun yang ada di pemerintahan. kalau dalam

tahap sebelumnya mereka menyebar kader ke tengah

masyarakat, maka dalam tahap ini mereka menyebar kader

ke seluruh institusi yang ada. kalau dalam tahap sebelumnya

mereka melakukan mobilitas horizontal (masyarakat), maka

dalam tahap ini mereka melakukan mobilitas vertikal

(pemerintahan). Kader-kader peradaban haruslah mampu

mengisi struktur yang ada pada lembaga-lembaga tinggi

negara: Legislatif, Ekskutif, dan Yudikatif. Juga institusi

bawah, seperti RT, RW, ataupun lurah. Kader-kader

peradaban juga harus mampu mengisi struktur yang tersedia

pada lembaga-lembaga ilmiah, ekonomi, dan sosial serta

militer. Dengan begitu terbentuklah kader pada seluruh

institusi strategis yang merupakan pranata yang dibutuhkan

untuk menata kehidupan bernegara yang islami. Terakhir,

kalau basis sosial bertujuan membentuk opini publik yang

islami, maka basis intitusi ini bertujuan untuk memberikan

politik terhadap opini publik itu.

Hingga pada akhirnya sistem peradaban ini harus

sampai pada institusi-institusi tertinggi negara yang

dibutuhkan untuk merealisasikan seluruh kehendak Allah

SWT pada kehidupan masyarakat secara legal dan kuat.

Inilah yang biasa mereka sebut mihwar daulah.

Page 70: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

70

Begitulah sekiranya empat tahap ekskalasi sebuah

proyek besar dalam membangun sistem peradaban. Gejala

kebangkitan global yang realitasnya dihampir semua negara

yang mayoritas penduduknya muslim, dakwah sedang dalam

proses “menegara”. Mark Juergenmayer menyebut

fenomena ini dengan “Nasionalisme Religius”.

Page 71: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

71

Manusia, Dogma Spiritualitas, dan

Hilangnya Ruh Peradaban

Firdaus Zulfikar

Memaknai Peradaban Maju

Manusia, dalam sejarahnya mengalami

perkembangan intelegensia yang sangat luar biasa. Dari

masyarakat yang primitif dalam tataran teknologi, kemudian

bertransformasi menjadi makhluk yang cerdas mencipta.

Anugerah akal yang diberikan oleh Sang Pencipta mampu

dimanfaatkan manusia dalam mengembangkan berbagai hal,

termasuk dalam bidang sains dan iptek. Lahirlah para

cendekiawan dan juga ilmuwan yang mahir dan expert dalam

bidangnya masing masing. Mereka kemudian menemukan

berbagai macam penemuan dan juga inovasi yang

perkembanganya bak peluru yang meluncur dari moncong

senapan, cepat dan tak bisa dihentikan. Perkembangan

teknologi ini yang kemudian mudah bagi orang awam

menyebutnya sebagai penyebab munculnya suatu peradaban

yang maju.

Apa yang kita bayangkan ketika kata “peradaban”

disebut? Apakah suatu hal yang kemudian ada hubunganya

dengan bentuk fisik bangunan? Apakah suatu “peradaban

Page 72: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

72

maju” berarti gedung pencakar langit yang tinggi,

pendidikan yang maju dan pesat, tatanan hukum dan sosial

yang mapan? Jika hanya itu yang menjadikan parameter

“peradaban maju”, maka itu jauh dari tepat.

Peradaban maju, dalam maknanya seringkali

mendapatkan arti sebuah “kemajuan dalam bidang iptek”.

Pola pikir ini secara tanpa sadar terbentuk karena kita sering

berinteraksi dengan pelaku “peradaban maju”, yaitu Barat.

Barat dengan teknologinya yang maju dan berkembang

secara pesat mampu membius dan mengaburkan

pemaknaan kita terhadap peradaban maju. Perkembangan

komputer saja, misalnya dewasa ini mengalami akselerasi

yang bergitu cepat.

Namun, apa yang dilupakan barat dalam gemerlap

“peradaban maju” yang mereka elu-elukan adalah “adab” itu

sendiri. Ketika teknologi mereka berkembang dan iptek

mereka mengalami perkembangan yang sangat pesat,

peradaban Barat mulai meninggalkan adab mereka. Adab

yang sering diejawantahkan sebagai norma dan nilai kini

menjadi hal yang langka di barat. Sangat mudah menemukan

gejala pengikisan norma dan nilai ini. Coba saja kita tengok

kasus kehamilan diluar nikah yang terjadi di amerika

misalnya, fenomena baby boom di Amerika cukup untuk

menjadi bukti kebobrokan akhlak kaum frank.

Akibat Meninggalkan Agama

Kegagalan Barat untuk menjadikan agama sebagai

fungsi kontrol terhadap perkembangan peradaban maju

Page 73: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

73

mereka agaknya disebabkan oleh ketakutan mereka akan

intervensi yang dilakukan gereja pada abad

pertengahan. Aufklarung, masa itu kemudian disebut sebut

sebagai the dark ages of europe. Pada masa itu, Eropa dipimpin

oleh sistem teokrasi yang diwakili oleh otoritas gereja.

Dalam kepemimpinanya, otoritas gereja mempunyai

kekuatan memimpin yang superior. Dibawah Sang Paus

kepala negara dipilih, dibawah seorang Paus pula hukuman

mati dapat dijatuhkan kepada umat Kristiani yang

melakukan heresy atau penyimpangan. Dalam pelaksanaan

hukuman mati, gereja mempunyai intitusi khusus yang

dilengkapi banyak peralatan penyiksaaan keji guna

pelaksanaan inkuisisi. Inkuisisi dilakukan tanpa pandang

bulu, entah dia merupakan seorang tokoh masyarakat,

budak, teknokrat, bahkan ilmuan sekalipun pernah

mencicipi siksaan keji yang dipraktekkan oleh inkuisisi.

Ilmuan sekaliber Galileo dan Copernicus pun harus

merasakan hukuman mati gereja karena penemuan

penemuan mereka dianggap telah menyimpang dari apa

yang menjadi stereotip gereja.

Sistem teokrasi inilah yang melahirkan mainstream

agama kristiani baru yaitu Kristen Protestan. Sebut saja

Martin Luther, Pendeta Jerman yang mengkritik keras

penjualan surat pemgampunan dosa yang marak dilakukan

oeh otoritas gereja pada saat itu..

Ketakutan terhadap otoritas gereja ini yang kemudian

menjadikan worldview para pemikir barat menjadi anti-agama,

sekuler lebih tepatnya. Hemat mereka, ilmu pengetahuan

dan sains tidak akan bisa berjalan harmonis apabila ada

Page 74: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

74

unsur agama atau unsur “sakral” didalamnya, sehingga

mereka menihilkan agama dan unsur unsur spiritualitas

dalam diskursus keilmiahan mereka. Kebencian para pemikir

barat terhadap agama memang menjadi hal yang wajar

apabila kita lacak latar belakang mereka sebagai mantan

orang yang notabene pernah “tertindas” oleh peraturan

gereja yang sering tidak masuk akal. Bahkan saking

bencinya, filsuf kenamaan asal Jerman, Friedrich Nietzsche

mengaku telah membunuh tuhan. Tidak kalah lancangnya,

Karl Marx, si pencetus teori marxisme mengatakan bahwa

agama merupakan candu bagi masyarakat. Mainstream

pemikiran yang memisahkan ilmu pengetahuan dari agama

atau jamak disebut sebagai worldview sekuler inilah yang

kemudian menjadi ruh perkembangan teknologi di Eropa,

entah kemajuan itu dalam hal iptek, hukum, tatanan sosial

politik, dan sebagainya.

Kosong, tanpa Ruh

Kosong tanpa ruh adalah frasa yang kiranya dapat

mewakili kondisi perkembangan peradaban barat dewasa ini.

Materialistik, adalah landasan filosofis para pemikir barat

mengenai peradabanya. Material atau benda wujud menjadi

parameter kemajuan peradaban sebuah bangsa, sehingga

norma nilai dan juga agama dipinggirkan. Dalam benak

mereka semua hal itu relatif dan juga profan, tidak ada hal di

dunia ini yang sakral. Tuhan dan agama hanya menjadi alat

pemuas batin bagi manusia yang lemah. Jika menginginkan

kemajuan, pergilah ke tempat tempat penelitian dan juga

laboratorium, bukan ke gereja!

Page 75: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

75

Apabila kita mau jujur dan objektif, realita ini (tidak

pedulinya lagi orang barat terhadap tuhan dan spiritualitas

agama) memang terjadi dalam kehidupan masyarakat

Barat. Worldview sekuler agaknya terbukti berhasil mencuci

otak mereka yang sudah terlanjur alergi terhadap agama,

sehingga bukan hal aneh lagi apabila para mahasiswi cerdas

perguruan tinggi kenamaan di Amerika mempunyai sikap

bak pelacur di malam hari.

Paparan realitas yang sudah saya sebutkan diatas

sekiranya mampu membuat kita merenung lagi, bagaimana

kita memaknai “peradaban maju”. Peradaban maju, bukan

melulu dinilai dari hal yang bersifat materiil, konkrit,

empiris. Akan tetapi, peradaban maju adalah kombinasi

antara kemajuan materiil yang diwakili oleh kemajuan

teknologi dan kemantapan spiritualitas agama, seperti dasar

kata peradaban “adab” yang menurut KKBI berartikehalusan

dan kebaikan budi pekerti, kesopanan, akhlak.

Para Pendahulu Kita

Marilah sejenak kita melakukan perjalanan waktu

untuk mundur beberapa abad kebelakang, melihat

bagaimana para pendahulu kita membangun sebuah

“peradaban maju” yang hakiki. Ketiga dinasti

pasca khulafaurrasyidinmampu menjadi refleksi bagaimana

islam tampil sebagai kultur perkembangan iptek yang ideal.

Tanpa harus meninggalkan nilai nilai syariat, iptek maju

dimasa ketiga dinasti tersebut. Sebut saja nama nama

termasyhur dalam bidangnya seperti Ibnu Sina yang

kemudian karya monumentalnya “the canon medicine” menjadi

Page 76: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

76

pakem rujukan ilmu kedokteran modern, Al Khawarizmi

dengan aljabarnya, dan masih banyak lagi ilmuwan islam

yang menemukan banyak penemuan penting tanpa

meninggalkan jati dirnya sebagai seorang muslim yang harus

menaati syari’at islam.

Bukti diatas menunjukkan bahwa islam kompatibel

dengan berbagai macam perkembangan dan kemajuan

teknologi. Dengan kekhasan dan ajaran yang holistik, islam

mampu menempatkan diri sebagai pendukung kemajuan,

bukan malah menjadi pengebiri kemajuan.

Page 77: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

77

MENUJU INDONESIA

MADANI

Page 78: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

78

Pelacuran Intelektual Menjelang

Pilpres 2014

Anggel Dwi Satria

“Menempatkan pengetahuan dan bangunan keilmuan hanya

sebagai komoditi kekuasaan belaka”- Michael Faucault (1978)-

Rupanya potret politik kita menuju pemilu 2014 mulai

ditaburi kerikil tajam. Tidak hanya pemain politikus saja

yang bermain, tetapi juga lembaga-lembaga survei yang

mengatasnamakan lembaga independen juga seperti udang

di balik batu. Salah satunya adalah Lingkaran Survei

Indonesia (LSI) yang bertendensi untuk mematikan parpol

lain dalam pesta demokrasi ini. Survei terbaru Lingkaran

Survei Indonesia (LSI) yang dirilis Minggu (20/10), menuai

perdebatan. Sejumlah pengamat politik di negeri ini pun

angkat bicara. Mereka menilai survei LSI itu bertendensi.

Bahkan, dianggap sebagai upaya penggiringan opini untuk

mengerucutkan pemilih,bahwa ada figur tertentu yang

pantas dipilih rakyat pada 2014.

Dalam pemaparannya, peneliti LSI, Adjie Alfaraby

pernah mengatakan jika pemilu digelar sekarang maka Partai

Golkar bakal meraup suara terbanyak yakni 20,4

persen, disusul PDIP 18,7 persen, dan Partai Demokrat 9,8

Page 79: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

79

persen. Gerindra meraih 6,6 persen, PAN 5,2 persen, PPP

4,6 persen, PKB 4,6 persen, PKS 4,4 persen, Hanura 3,4

persen, Nasdem 2 persen, PBB 0,6 persen, dan PKPI 0,3

persen. Yang belum menentukan pilihan sebanyak 19,4

persen. Berdasarkan survei itu pula hanya ada tiga calon

presiden (capres) riil,yakni Aburizal Bakrie (Golkar dan

koalisinya), Megawati Soekarnoputri (PDIP dan koalisinya),

serta pemenang konvensi Partai Demokrat. Sedangkan

Jokowi (PDI-P) dan Prabowo (Gerindra) hanya dianggap

sebagai capres wacana sehingga posisi kedua sosok tersebut

‘dihilangkan’ dalam survei tersebut (lihat di

http://www.shnews.co).

Dalam survei tersebut LSI menggunakan tiga

ukuran/indeks pertama, capres dicalonkan tiga parpol

teratas dalam perolehan suara pemilu. Kedua, capres

merupakan pengurus struktural partai. Ketiga, capres

dicalonkan secara resmi oleh parpol.

Tentu saja banyak pihak terkejut membaca hasil

lembaga survei yang diketuai Denny JA tersebut. Tak sedikit

pengamat mengatakan bahwa survei tersebut sangat

tendensius karena mencoba merongrong opini publik ke

arah konstruksi pemikiran lembaga survei.

Titik Krusial

Pengakuan Denny JA dalam pernyatannya di dalam

sebuah media publik bahwa menghimbau agar publik tidak

mempersoalkan hasil survei LSI karena tiap lembaga survei

memiliki teknis metodologi tersendiri yang akan

Page 80: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

80

dipertanggungjawabkan. Sungguh ini sebuah pernyataan

yang invalid. Pasalnya, survei, kita tahu merupakan alat

rekam persepsi yang digunakan untuk mengukur

sejauhmana respons publik terhadap realitas yang ada

dengan menggunakan standar metodologi yang obyektif dan

akurat menurut kaidah saintifik. (baca: KBBI). Karena

survei merupakan alat untuk merekam persepsi publik, maka

hasilnya sedapat mungkin mencerminkan kebenaran umum

dengan penjelasan yang bisa diterima oleh logika

kebanyakan. Karena itu ketika simpulan survei

menunjukkan kuantifikasi yang berbeda dari kecenderungan

pengetahuan publik maka di sinilah kita bisa

mempertanyakan sejauhmana independensi lembaga

tersebut dalam mennyimpulkan hasil surveinya?

Formulasi capres riil dan wacana dalam format riset

LSI langsung menunjukkan bahwa riset ini sejak awal sudah

dikendalikan oleh logika partisan yang diwakili oleh

konstruksi pertanyaan restriktif tanpa memberikan ruang

yang luas bagi obyektifitas penilaian publik. Misalnya,

asumsi bahwa Prabowo dan Jokowi hanya bakal menjadi

capres wacana adalah asumsi prematur yang menciderai

basis rasionalitas publik karena proses politik pada

kenyataannya masih terus berjalan dengan segala

kemungkinan. Politik pun masih terbuka untuk hitungan

beberapa bulan ke depan, apalagi politik memiliki

kelenturannya tersendiri. Artinya, peluang masih terbuka

bagi capres yang berada di posisi buntut sekalipun untuk

terus menggalang sosialisasi secara efektif.

Page 81: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

81

Dalam kasus Jokowi, sekalipun ia belum dipastikan

mendapat tiket oleh partainya sebagai capres, namun

frekuensi dukungan publik yang bergema terhadapnya

selama ini mestinya masuk dalam sensitifitas pertimbangan

survei. Publik bahkan jajaran internal PDIP pun juga belum

bisa memastikan apakah Megawati akan maju sebagai

capres.

Rekayasa Murahan

Tak mengeherankan jika banyak anggapan yang

menduga hasil survei LSI hanyalah simulasi rekayasa

murahan atas nama survei publik untuk menyederhanakan

kompetisi politik yang mendukung klien tertentu.

Perhitungannya tentu saja dengan membaiat Megawati

sebagai capres diharapkan kompetitor dari partai lain lebih

mudah membangun strategi pemenangan politiknya

ketimbang jika harus berhadapan dengan Jokowi yang di

survei-survei lain justru menempatkan figur ini sebagai

capres unggulan.

Tidak ada yang salah dengan eksistensi konsultan

politik apalagi di era demokrasi modern seperti saat ini.

Namun masalahnya adalah ketika kepentingan partai

dijadikan justifikasi untuk menggiring persepsi publik lewat

sentuhan propaganda media maka prinsip saintifik politik

akan tereduksi menjadi sebatas iklan politik kelompok

pemesan yang tengah mencoba meraih keuntungan untuk

mengakali kecenderungan pemilih.

Page 82: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

82

Cara seperti inilah yang dibenci oleh Michael Faucault

(1978) karena menempatkan pengetahuan dan bangunan

keilmuan hanya sebagai komoditi kekuasaan belaka. Kita

tahu hasil survei LSI yang mirip juga pernah dirilis sekitar

bulan Maret 2013, ketika LSI menyodorkan formasi Jokowi

sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan capres

Aburizal Bakrie.

Formasi ini pun dinilai janggal dan tidak akurat karena

dalam sejarah politik dalam pemilu dua partai ini memiliki

histori politik yang berbeda bahkan bersebrangan. Nampak,

bahwa LSI berupaya mengontrol logika publik agar pilihan

politik ke depan bisa menguntungkan partai/kelompok

kepentingan tertentu.

Dengan politik survei seperti ini, pembangunan

demokrasi bisa terancam mandek, karena ruang kontestasi

politik diisi oleh kultur hegemoni politik kapital yang

bersifat jangka pendek dan menyesatkan. Ini sebuah

pelacuran intelektual dalam bingkai demokrasi yang tidak

mendidik rakyat selain menjadikan rakyat sebagai boneka

kepentingan para penguasa.

Rakyat tidak boleh berhenti untuk bersikap kritis

karena itu diperlukan pula analisis tandingan dari

pakar/ilmuwan politik independen untuk menerjemahkan

setiap hasil-hasil survei yang ada sehingga bisa

menyelamatkan logika publik. Nampaknya KAMMI ke

depan harus menggagas sebuah lembaga survei politik

nasional sebagai upaya membayar lunas janji konstitusi

negara; ikut mencerdaskan bangsa. Semoga!

Page 83: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

83

Silence Is Betrayal

Chaerunisa

“Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas

apa yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin bagi

rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka…”

Negeri khatulistiwa. Ya, negeri ini memang kaya

dengan sumber daya alamnya. Sebagai contoh antara lain

keanekaragaman flora dan fauna, populasi, latar belakang

sejarah, dan masih banyak lagi kekayaan yang tidak bisa

disebutkan satu per satu. Namun sayangnya, fakta ini belum

bisa meratakan kemakmuran masyarakat secara optimal.

Selain itu lebih dari setengah abad atau tepatnya 67 tahun

Indonesia merdeka secara de facto dan de jure dan

seharusnya ini menjadi usia dimana masyarakat Indonesia

mampu menyukseskan pembangunan nasional secara

mandiri. Disinilah dibutuhkan sosok seorang pemimpin

yang mampu menyukseskan pembangunan nasional tanpa

dipengaruhi pihak asing dan meratakan kemakmuran

masyarakat yang kian hari semakin tak karuan. Sosok

pemimpin yang bertanggung jawab atas rakyatnya lah yang

dibutuhkan saat ini

Pada kalimat di paragraf pertama tergambar bahwa

definisi dari pemimpin yang sebenarnya adalah orang yang

Page 84: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

84

bertanggung jawab dengan orang-orang yang berada di

bawah pimpinannya. Seorang pemimpin harus mempunyai

karakter yang melekat kuat pada dirinya. Tanpa karakter,

seorang pemimpin hanyalah seonggok manusia tak berdaya

yang menjadikan dirinya perahu yang terombang-ambing di

deburan ombak lautan. Ditinjau dari segi bahasa, karakter

adalah kepribadian yang membedakan seseorang dari orang

lain dan bersifat relatif tetap. Seorang pemimpin yang

berkarakter bisa mempengaruhi lingkungannya.

Dalam suatu telaah terhadap 100 tokoh yang

berpengaruh di dunia, Muhammad Saw diakui sebagai tokoh

yang menduduki peringkat pertama di dunia. Kedudukan

beliau di peringkat pertama dapat dilihat dari berbagai aspek,

misalnya saja sudut kepribadian, jasa-jasa dan prestasi beliau

dalam menyebarkan agama Islam yang tentunya

memberikan pengaruh yang banyak pada orang banyak.

Dalam tulisan ini, saya menjadikan Nabi Muhammad

sebagai contoh figur pemimpin yang ideal. Kepribadian

Muhammad Saw yang patut dijadikan contoh adalah

ketangguhan beliau untuk menjadi pribadi yang tidak

dipengaruhi keadaan masyarakat di sekitarnya. Aspek

kepribadian yang menonjol pada dirinya adalah kejujuran,

hal ini ditunjukkan dengan gelar al amiin (orang yang

dipercaya). Kepribadian seperti itu merupakan landasan

yang kokoh bagi seorang pemimpin, karena bermakna juga

sebagai seseorang yang memiliki prinsip hidup dan kokoh

memegang suatu prinsip dalam menjalani kehidupannya.

Kepribadian yang mulia, membuat Muhammad Saw

menjadi seorang leader dan manajer yang handal. Seorang

Page 85: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

85

leader selalu tampil di muka, menampilkan keteladanan, dan

kharisma yang mampu mengarahkan, membimbing dan

menjadi panutan. Dalam konteks ini, seorang pemimpin

harus tampil di muka karena pemimpin yang akan menjadi

panutan atau teladan bagi orang yang dipimpinnya, sehingga

pengikutnya juga bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari. Sebagai contoh, Muhammad Saw selalu sabar

mengahadapi musuh-musuhnya, sehingga kisah tersebut

bisa dijadikan pelajaran bagi pengikutnya. Muhammad Saw

dikatakan sebagai manajer yang handal karena beliau pandai

dalam mengatur perencanaan, menjalani, memimpin, dan

mengawasi dengan baik. Dalam sebuah penyusunan strategi,

beliau selalu merencanakan dengan matang sampai sedetail-

detailnya. Sebagai pemimpin strategi, beliau juga eksekutor

strategi yang handal. Beliau juga memberikan contoh

bagaimana seorang pemimpin dapat menjalani tugasnya

dengan baik dan tidak hanya terucap di mulut saja, seperti

kebanyakan pemipmpin di jaman sekarang.

Seorang pemimpin yang baik haruslah berpikiran,

bersikap dan berkata benar. Artinya adalah dalam

kepemimpinan seorang pemimpin dituntut untuk berani

mengambil keputusan dan memerintah dengan benar.

Pemimpin yang berpegang teguh pada kebenaran akan

disegani, dihormati, dan dipatuhi oleh rakyatnya karena

rakyatnya akan percaya kepadanya dalam setiap kebijakan

dan peraturan yang diputuskan. Kasus korupsi marak terjadi

di negeri kita adalah salah satu contoh akibat dari pemimpin

yang tidak jujur sehingga hal ini dapat mengakibatkan rakyat

tidak percaya lagi pada pemimpinnya dan terjadi

ketidakadilan di pemerintahannya. Namun beda halnya jika

Page 86: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

86

seorang pemimpin mencintai kebenaran, maka dia juga akan

mencintai keadilan dan kasus korupsi tidak akan terjadi.

Contohnya saja jika seorang pemimpin yang jujur, ketika

melihat ketidakjujuran dalam suatu peristiwa, maka dia akan

segera menindaklanjuti hal tersebut dengan mengambil

kebijakan yang adil seperti menghukum orang yang bersalah

walaupun mereka adalah keluarga atau kerabat dekatnya dan

tidak menerima suap. Pemimpin yang mencintai kebenaran,

keadilan dan kejujuran, akan menaruh perhatian besar

terhadap nasib dan kepentingan orang yang dipimpinnya

serta tidak akan berlaku semena-mena. Pemimpin yang

seperti ini akan selalu dirindu rakyatnya karena keadilannya

dan akan selalu dekat serta mengetahui suka dan duka

orang-orang yang dipimpinnya.

Sifat lainnya yang melekat pada Muhammad adalah

amanah (dapat dipercaya). Artinya adalah seorang pemimpin

harus mampu memelihara kepercayaan dengan

merahasiakan sesuatu yang harus dirahasiakan dan

menyampaikan apa yang harus disampaikan. Sesuatu yang

harus disampaikan bukan untuk dirubah, dikurangi atau

ditambahi namun disinilah esesi dari ke-orisnal-an atau

kebenaran suatu peristiwa atau hal yang lainnya. Selain itu

pemimpin berusaha menempatkan dirinya sebagai anggota

atau bagian dari anggota lainnya. Disinilah pentingnya peran

saling mempercayai antara pemimpin dan anggota

organisasinya. Pemimpin yang dipercaya, mampu

mempercayai orang lain, dan memiliki kepercyaan diri

merupakan pemimpin yang bertanggung jawab. Pemimpin

tidak suka menyalahkan orang laindengan maksud lari dari

tanggung jawab. Dengan demikian, pemimpin yang dapat

Page 87: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

87

dipercaya adalah orang yang mampu melaksanakan tugas

dan pekerjaanya dengan baik serta mempunyai kedudukan

yang spesial di hati rakyatnya.

Fathanah. Ya, seorang pemimpin haruslah pandai. Bisa

dibayangkan kalau seorang pemimpin yang bodoh, maka ia

akan dengan mudah dipengaruhi, dan mudah ditipu orang

lain. Pemimpin yang cerdas akan mampu memberikan

petunjuk, nasihat, bimbingan, nasihat dan arahan bagi

rakyatnya. Selain itu, sifat cerdas yang dimiliki pemimpin

dapat memberikan keputusan yang bijak dengan

meminimalisir resiko yang akan dihadapi.

Kecerdasan dengan pengetahuan yang memadai, akan

mengantarkan seseorang menjadi pemimpin yang

berpandangan luas. Kita adalah manusia yang dikaruniakan

akal oleh Allah Swt, sehingga kita wajib untuk

menggunakannya untuk memimpin. Dengan

mengembangkan pikirannya, berarti manusia akan

memperoleh pengetahuan, yang jika diintensifkan maka

akan berkembang menjadi keterampilan dan keahlian yang

dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan kepemimpinan yang

efektif.

Dengan karakter yang kuat, seorang pemimpin dapat

membuat pemerintahannya sebagai pemerintahan yang

kokoh karena dia dapat memegang teguh prinsip hidupnya.

Namun terbesit sebuah tanda tanya besar di benak saya

“Adakah sosok pemimpin seperti Nabi Muhammad? Yang

perangainya dapat menjadi pengaruh hampir di seluruh

umat di dunia? Dan masih adakah api semangat anak-anak

Page 88: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

88

muda generasi penerus bangsa yang akan merubah negeri ini

menjadi lebih baik?” . Jawabannya adalah “Ya! Kita pasti

bisa!.” Sudah menjadi kewajiban kita umat manusia yang

disebut-sebut sebagai khalifah di bumi untuk menjadikan

negerinya damai, aman dan sentosa. Sudah menjadi tugas

kita generasi muda untuk mewujudkan hal ini menjadi

kenyataan. Mulai lah untuk mendidik diri kita sendiri

menjadi sosok pemimpin yang akan membawa negeri ini

menjadi lebih makmur, gemah ripah loh jinawi, mulailah

bergerak untuk menjadi panutan yang memiliki follower

terbanyak, dan jangan lupa untuk menjadikan diri ini lebih

bermanfaat untuk orang lain .

Ketika negeri ini gaduh oleh suara politisi jahat, ketika

negeri ini gaduh oleh tangisan anak-anak kecil yang

kelaparan dan ketika negeri ini gaduh oleh teriakan rakyat

miskin, dan apakah kalian akan bungkam? Silence is betrayal..

Ya, diam adalah sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan

kepada orang-orang yang tersakiti dan disakiti.

Pengkhianatan kepada negeri yang memang selayaknya

dibela hak nya. Pengkhianatan kepada para pahlawan yang

sudah merebut kemerdekaan Indonesia. Serta

pengkhianatan kepada diri sendiri, karena kita sudah

sepantasnya untuk bersuara.

Bersuaralah atau negeri ini akan jatuh kepada para

bedebah. Jika ada 1000 pasukan, maka aku berada diantara

mereka. Jika ada 100 pasukan, maka aku termasuk mereka. Jika

ada 10 pasukan, maka aku juga termasuk mereka. Dan jika hanya

ada 1 pasukan, maka dia adalah aku.

Page 89: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

89

KAMMI dan

Pemberdayaan Perempuan

Hartono

Isu kesetaraan gender kini kembali mencuat seiring

dengan pembahasan RUU kesetaraan dan keadilan gender

(KKG). Dalam konfrensi CEDAW yang kemudian

diratifikasi menjadi UU NO 8 tahun 2008, pemerintah

Indonesia berkomitmen untuk menjadikan

pengarusutamaan Gender dalam segala aspek

pembangunan. Untuk memdukung terwujudnya

pembangunan berwawasan gender tersebut pemerintah

mengeluarkan Permendagri Nomor 15 tahun 2008

menegaskan agar setiap daerah mengembangkan kebijakan-

kebijakan, program, maupun kegiatan pembangunan yang

responsif terhadap persoalan gender.

Peraturan pemerintah tersebut merupakan langkah

yang diambil untuk melegitimasi pelaksanaan pembangunan

berwawasan gender. Keadilan dan kesetaraan gender belum

begitu membumi ditengah-tengah masyarakat. Masih banyak

dari mereka yang salah dalam memakanai gender. Berangkat

dari kondisi tersebut pelaksanaan gender dalam

pembangunan mengalami polemik, banyak pihak yang

kontra maupun yang pro. Sama halnya dengan pembahasan

Page 90: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

90

RUU KKG ini, banyak aktivis Islam yang berbondong-

bondong melakukan penolakan dengan berbagai dalil dan

alasan.

Melihat kondisi yang seperti ini lantas bagaimana

sikap KAMMI sebagai organisasi Islam yang didominasi

generasi muda dari kelompok intelektual, apakah akan

menolak atau mendukung?

KAMMI di usianya yang hampir dua dekade ini sudah

semestinya membumikan gerakanya kedalam masyarakat,

hal ini menjadi mutlak untuk dilaksanakan jika KAMMI

ingin mentrasformasikan gerakanya dalam konteks

keindonesiaan. Gerakan dakwah muslimah KAMMI

semestinya mampu bersinergi dengan gerakan perempuan

lain dalam menyikapi isu-isu universal tentang perempuan.

Dalam kondisi ini KAMMI memiliki potensi yang sangat

besar untuk menjadi motor penggerak perjuangan

perempuan di Indonesia bahkan didunia Islam. Untuk

menuju kesana kader KAMMI harus memiliki kompetensi

dasar terlebih dahulu, sehingga di medan juang nantinya

tidak terseret oleh arus. Kompetensi kompetensi tersebut

diantaranya:

o Pembinaan kader

Pembinanaan ini merupakan hal yang sangat mutlak

diperlukan dalam mencetak seorang kader. Yang

menjadi titik tekan dalam pembinaan ini adalah

bagaimana para muslimah mampu mendidik

keluarganya untuk menjadi keluarga yang menegakkan

Page 91: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

91

Islam. Peranan ini sangatlah strategis dalam gerakan

perempuan sebab masih banyak para perempuan di

negeri ini yang terkotak dalam budaya patriarki.

“Perempuan tak perlu bersekolah tinggi, tak perlu pintar”.

Paradigma seperti itu masih banyak di masyarakat unk

itu perlu dirubah, mereka harus disadarkan. Seorang

ibu mempunyai peran yang sangat besar dikeluarga

dalam mendidik anak-anaknya. Bagaimana mungkin

akan terlahir sebuah generasi yang hebat, cerdas bila

sang ibu tidak memiliki pengetahuan yang luas. Ingat

seorang pemimpin yang besar lahir dari rahim seorang

ibu yang luar biasa, memiliki pengetahuan yang luas

dan visioner.

o Pengembangan pemikiran

KAMMI tampil sebagai gerakan intelektual untuk

menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat, wajib

melakukan kajian-kajian masalah perempuan,

bagaimana menyelesaikan permasalahanya. Tentunya

dalam hal ini kajian-kajian yang KAMMI lakukan

haruslah berdasar pada al Quran, hadist, siroh, dan

ijtihad para ulama. Dalam melakuakan gerakan

pembebasan perempuan KAMMI haruslah

mempunyai ideologi dan konsep yang jelas agar tidak

terseret oleh ideologi gerakan lain yang lebih ekstrim,

baik kiri maupun kanan. Secara teknis kajian-kajian

yang dapat dilakukan bisa perempuan dalam politik,

hak-hak perempuan dalam kesehatan, pendidikan dan

masih banyak lagi yang bisa dibahas. Sekali lagi

KAMMI harus memiliki konseptualisasi kesetraan dan

Page 92: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

92

keadilan gender yang jelas berdasarkan Al-Quran,

hadist, siroh dan ijtihad para ulama, hal ini sangat

diperlukan untuk berkomunikasi dengan gerakan

pemikiran gender yang lain sehingga gerakan-gerakan

yang dilakukan bukan hanya sangkalan dari pemikiran

para Feminis.

o Penyebaran pemikiran (nasyru al –fikroh)

Kajian dan hasil pemikiran KAMMI tentang konsep

gender perlu di sebarkan ditengan tengah masyarakat

agar mereka menjadi tau. Semakin banyak mereka

yang tau akan semakin banyak dukungan dalam

memperjuangkan gerakan ini. Disamping itu sebuah

gagasan perlu untuk di uji seberapa efektif untuk

menyelesaikan suatu persoalan, dan seberapa luas

konsep tersebut diterima sebagai sebuah kebenaran.

o Advokasi masalah-masalah perempuan

Sebuah gagasan hanya akan menjadi sebuah angan-

angan jika tidak dibarengi langkah tuk menggapainya.

Untuk itu sebuah advokasi sangat diperlukan.

Advokasi dalam hal ini dapat dilakukan seara langsung

maupun advokasi kebijakan. Advokasi langsung dapat

dilakukan dengan melibatkan diri secara langsung

dalam pembinaan PSK, penanganan perdagangan

perempuan, kesehatan ibu dan anak dan masih banyak

lagi yang bisa dilakukan. Dalam advokasi kebijakan,

KAMMI dengan kekuatan dan mobilitasnya diarahkan

untuk mendorong sebuah kebijakan yang responsif

gender. Hal-hal seperti ini perlu dilakukan KAMMI

Page 93: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

93

untuk mengakarkan gerakanya dan membuktikan

bahwa gerakan yang dilakukan adalah konkrit.

o Pemberdayaan perempuan

Hal yang harus dilakukan setelah empat hal diatas

adalah membuat para perempuan berdaya untuk

membuktikan bahwa gerakan yang KAMMI lakukan

benar benar nyata. Perempuan memiliki peranan yang

signifikan dalam keluarga untuk menopang

perekonomian terlebih lagi pada keluarga miskin.

Untuk itu kemandirian perempuan merupakan kan

yang perlu untuk dipersiapkan, sebab tak selamanya

disamping seorang wanita senantiasa ada laki-laki yang

akan mencukupi kebutuhanya. Bila kita mau

membuka mata, diluar sana masih banyak para wanita

yang melakukan kegiatan menyimpang guna

mencukupi kebutuhanya. Karena sudah didak punya

cara lain dan tak punya ketrampilan yang dipunya

hanyalah yang ada pada dirinya, seorang ibu terpaksa

menjadi PSK untuk membelikan obat suaminya,

membiayar sekolah anak-nakanknya, dan masih

banyak kisah memilukan yang lain. Melihat kondisi

ini, KAMMI mempunyai peran untuk mencarikan

solusinya.

Dengan pemikiran dan jaringanya KAMMI harus

mampu memdorong terwujudnya pemberdayaan

perempuan. Secara teknis hal yang bisa dilakukan KAMMI

adalah memberikan pelatihan-pelatihan ketrampilan,

melakuka pendampingan, pemberian motivasi dan juga

menghubungkanya dengan pihak-pihak yang yang terkait.

Page 94: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

94

Dengan pemberdayaan ini perempuan yang seharian

disibukan dengan urusan rumah juga mampu berkarya dan

membantu menopang perekonomian keluarga hingga

terbentuk keluarga Islami.

Referensi :

Mansour Fakih.1999. Analisis Gender dan Tranformasi Sosial.

Yogyakarta: pustaka pelajar

Sri Samiatri Tarjana, dkk. 2011. Pergeseran Paradigma

Pembangunan Pemberdayaan Perempuan menuju Pengarusutamaan

Gender. Solo: CakraBooks

Amin Sudarsono. Ijtihad Membangun Basis Gerakan. Jakarta:

Muda Cendekia

Page 95: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

95

Sumpah Pemuda dan Mainstream

Indonesiasentris

Alikta Hasnah Safitri

Refleksi Sumpah Pemuda dan Karakter Pemuda

Indonesia

Lahirnya sumpah pemuda 84 silam bukan saja

merupakan batu pijakan dari rangkaian proses sejarah yang

bertonggak pada kejemuan akan realitas penjajahan yang

sarat dengan penderitaan dan kesengsaraan, akan tetapi

merupakan hasil pergolakan sekaligus pembuktikan kualitas

dan karakter pemuda Indonesia kala itu.

Sumpah Pemuda membuktikan kuatnya karakter

pemuda kita sebagai pemuda yang Visioner dan Pemberani.

Para pemuda kita telah melompati mainstream pemikiran

kedaerahan, kesukuan, bahkan melampaui batas-batas rasial

yang membelenggu, membiarkannya merambah dalam

wilayah-wilayah universal, penolakan kolonialisme, dan

keinginan mewujudkan kesetaraan manusia. Keberanian

meneriakkan dengan lantang dan mengambil sikap melawan

entitas penjajah bukan merupakan hal yang main-main,

mereka dengan berani telah menyatakan persatuan bangsa

Page 96: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

96

Indonesia dan sebuah cita-cita mulia untuk mendirikan

sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Mari kita cukupkan romantisme sajarah tentang

heroisme pemuda dalam periode yang lalu. Pertanyaannya,

bagaimana dengan kondisi pemuda kita hari ini? Kebudayan

bangsa Indonesia yang bernilai luhur dan agung begitu saja

terkikis akibat hegemoni budaya asing. Konflik horizontal

yang marak terjadi pun semakin memperlihatkan dengan

gamblang disentegrasi bangsa.

Jika menilik lagi sejarah, barangkali memang pemuda

(dalam hal ini mahasiswa) mulai mabuk akan demonstasi

pada 1998. Letih dengan demonstrasi, mahasiswa mabuk

label keilmiahan kemudian mengingkari semangat angkatan

’98 untuk berteriak dan turun ke jalan memperjuangkan

rakyat. Kini, bukannya menempa pikir dalam kajian dan

diskusi untuk mencari solusi, mahasiswa malah asyik masyuk

menjadi event organizer. Beberapa mengklaim bahwa

mereka memberi solusi pada permasalahan bangsa, nyatanya

solusi tersebut terongrong dalam ego dan sikap elitis, selesai

dalam ruang-ruang seminar dan kajian akbar.

Menjamurnya berbagai lembaga dan organisasi

mahasiswa, mulai dari BEM, DEMA, Pers Mahasiswa,

hingga Unit Kegiatan Mahasiswa telah membentuk

spektrum yang mencerminkan karakter mahasiswa dalam

skala yang relatif lebih luas, sayangnya hal ini pun

berdampak pada lemahnya konsolidasi visi dan orientasi

sehingga terjadi dikotomi dan pelepasan tanggung jawab

Page 97: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

97

mengemban amanah reformasi yang telah dititipkan oleh

generasi sebelum kita.

Merefleksi Sumpah Pemuda 84 tahun silam

semestinya bisa menumbuhkan spirit dan semangat

membangun karakter baru untuk berpikir visioner

melampaui mainstream pemikiran umum sehingga dengan

berani kita bisa memberikan sumbangsih ide, gagasan, dan

tindakan untuk perbaikan bangsa ini ke depan.

Pada hakikatnya, mahasiswa haruslah memiliki

karakter yang ideal, kuat dan cerdas. Akan tetapi

bagaimanakah cara menumbuhkan karakter ideal tersebut?

Apakah ia akan tertanam melalui seminar satu dua hari saja?

Atau melalui kontribusi konkrit dengan pengadaan event-

event kepemudaan serta beribu lembar karya ilmiah?

Ataukah, karakter itu akan muncul saat kita memilih untuk

menempuh alternatif gerakan pecinta lingkungan dan

pengabdian pada masyarakat?

Agaknya, pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi

suatu hal yang sukar untuk dijawab lewat tiga sampai lima

lembar kertas saja, melainkan harus melalui penelaahan yang

panjang dan kontinyu sehingga dapat ditemukan pola

kontruksi karakter mahasiswa yang ideal untuk menjawab

tantangan zaman.

Mainstream Indonesiasentris

Indonesiasentris mengacu pada nilai-nilai dan

pandangaan yang mengacu pada sudut pandang Indonesia.

Page 98: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

98

Sentrisme Indonesia ini adalah suatu bentuk reaksi terhadap

sikap elitis dan cara pandang parsial, salah satunya di bidang

pendidikan. Paulo Freire menyatakan bahwa pendidikan kita

saat ini jelas menerapkan gaya bank. Pendidikan kini bukan

lagi diletakkan sebagai proses memerdekakan manusia dari

penjajahan kebodohan, kebutaan akan hidup dan kehidupan.

Ruang-ruang pendidikan seperti sekolah dan universitas kini

menjadi pabrik yang mencetak generasi terbaik bangsa

sebagai pekerja, buruh di negeri sendiri.

Terbatasnya sikap keindonesiaan menyebabkan

keterpurukan pemuda dalam menjelaskan interpretasi dan

eksplanasi, sehingga mereka cenderung membuat

generalisasi berdasar narasi besar yang abstrak semata.

Jarang pemuda kita membuat konsep yang berbeda dari

narasi umum yang ada. Seolah apabila sedang bicara tentang

nasionalisme maka kita bicara soal bertempur dan melawan

musuh. Padahal ada bentuk-bentuk lain dari perjuangan

dalam rangka nasionalisme. Pada akhirnya, perlu kita sadari

bersama bahwa masing-masing pihak mempunyai cara

sendiri tentang bagaimana berjuang.

Solusi yang bisa diupayakan untuk merekonstruksi

karakter mahasiswa yang ideal adalah dengan menanamkan

mainstream Indonesiasentris pada pola pikir yang berbasis

pada kesadaran.

Seringkali kita masih terhegemoni dengan romantisme

sejarah bahwasanya mahasiswa adalah tonggak sejarah

perubahan bangsa yang telah menumbangkan kekuasaan

tiran dan memperjuangkan nasib rakyat. Dan tentu saja, kini

Page 99: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

99

kita melihat dengan nyata bahwa sejatinya, kita pun telah

dikhianati oleh segelintir oknum yang kala itu

memperjuangkan nasib kita. Kesadaran mengenai realita

sejarah bermakna bahwa mahasiswa kini harus mampu

mengenali dirinya secara utuh sehingga mampu menentukan

langkah dan arah geraknya sendiri, tak mesti menunggu

untuk ditunggangi kepentingan-kepentingan yang akan

memposisikan dirinya sebagai bidak-bidak catur yang tak

punya daya dan upaya untuk bergerak sesuai nuraninya.

Dalam masyarakat industrial seperti sekarang ini, yang

mengatur bukan lagi orang tetapi sistem sehingga

perseorangan harus menyesuaikan diri terhadap sistem yang

berlaku. Hal ini menunjukkan pada kita bahwa rasionalitas

modern telah menempatkan individu sebagai pihak yang

otonom dan bebas, sehingga mereka dapat mengambil

tindakan atau keputusan terlepas dari kewibawaan institusi.

Representasinya tercermin dari sifat konsumerisme dan gaya

hidup hedonisme yang kini memiliki arti penting dalam

praktek bermasyarakat.

Karakter mahasiswa ideal harus peka dalam

menghadapi tantangan ini dan mampu menempatkan diri

sebagai director of change. Bukan bermaksud untuk latah

dengan kembali mengulang stigma (semoga saja belum

usang) bahwa mahasiswa adalah ‘Agen Perubahan’,

pemegang tahta tertinggi dalam kancah pendidikan. Namun,

seiring berkembangnya jaman, lapuk pula-lah slogan itu.

Sebuah paradigma baru (yang entah siapa pembuatnya)

mengantar orientasi berpikir mahasiswa untuk menjadi si

kaya yang bodoh dan sombong. Sombong karena berani

Page 100: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

100

berkoar didepan umum dengan janji akan menaklukan dunia

di tangannya, tapi akhirnya binasa sebelum melangkah ke

medan laga.

Konstelasi ini harus dijawab oleh setiap individu

dengan menumbuhkan karakter yang utuh, tanpa terdistorsi

kepentingan-kepentingan personal maupun golongan

tertentu.

Semestinyalah ada penerusan dari kesadaran individual

menuju kesadaran kolektif. Gambaran tentang masa depan

tidak saja berkaitan dengan kesadaran individu, melainkan

juga secara sosial/ kolektif dengan jalan mengintegrasikan

diri dalam sebuah komunitas masyarakat yang yang

mempunyai agenda kebajikan di tengah masyarakat luas.

Sehingga individu-individu yang terhimpun dapat saling

mengeksplorasi pikiran tentang Indonesia di masa yang akan

datang.

Pada Akhirnya, Mari berbenah

Upaya untuk membangun karakter pemuda Indonesia

bukanlah semata-mata kerja seorang teoritisi. Proyek ini

merupakan tanggung jawab setiap elemen sosial yang

melibatkan kerja proaktif baik dari kalangan aktivis maupun

akademisi. Upaya selanjutnya adalah bagaimana

menginstutisionalkan kerja-kerja teknis dalam upaya

penanaman mainstream Indonesiasentris dalam diri pemuda

Indonesia.

Page 101: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

101

Pada tingkatan nasional misalnya, para aktivis dan

kaum intelektual yang bergerak di gerakan akar rumput

harus melampaui mainstream karakter perjuangan

mahasiswa pada umumnya yang sebatas melakukan aksi

turun ke jalan tanpa merumuskan solusi yang konkrit,

menulis sejumlah proyek ilmiah namun tak memberikan

kontribusi yang berarti pada masyarakat, serta terus menerus

memberikan sumbangan materi pada masyarakat miskin

tanpa disertai dengan upaya pengabdian sosial.

Perjuangan untuk menumbuhkan karakter

Indonesiasentris pada diri pemuda merupakan hal yang

sangat penting, karena dengan perhatian pada konfigurasi

tatanan pewaris masa depan Indonesia akan menjadi jalan

untuk menumbuhkan ulang semangat visioner dan

pemberani yang dimiliki oleh pemuda Indonesia dalam

momentum 84 tahun silam saat mereka mengikrarkan

sumpah pemuda.

Beberapa di antara kita mungkin memaknai sumpah

pemuda dengan menjadikannya sebagai ritual yang kosong

dengan hanya sekedar berucap SELAMAT HARI

SUMPAH PEMUDA di jejaring sosial, mungkin pula hanya

sekedar menjadikannya pelengkap tema-tema diskusi, atau

bisa jadi kita mengambil momentum ini hanya sebagai tema

aksi. Tanpa pernah kita benar-benar merefleksikan releansi

semangat sumpah pemuda untuk menjawab tantangan masa

depan bangsa Indonesia.

Inilah saat kita berbenah, Pemuda Indonesia.

Page 102: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

102

KAMMI: Geliat Pemerhati “Syariah”

Sebagai Solusi Krisis Keuangan

Global

Anggel Dwi Satria

“Geliat Para Pemerhati Ekonomi Syariah”

Geliat memunculkan kembali alternatif keuangan

berbasis syariah sering sekali diwacanakan oleh para

kalangan baik akademisi, ataupun praktisi. Mulai dari para

ulama yang diminta ikut mengembangkan ekonomi Islam

(islamic banking/iB) yang dinilai sebagai alternatif terbaik

dalam tatanan keuangan Internasional saat ini. Pasalnya,

kondisi perekonomian saat ini, khususnya Eropa, masih

berusaha bangkit dari krisis keuangannya. Selain itu, pada

diskusi-diskusi tersebut disampaikan pula perlu wawasan

lebih mendalam mengenai nilai-nilai Islam untuk

memajukan dunia bisnis, pertumbuhan sosial dan ekonomi

dunia.[1]

Begitu juga yang disampaikan oleh Ketua Amjaad

Development Khalid Hilal Alyahmadi menyatakan bahwa

saat ini ekonomi global terus berjuang di tengah salah satu

sistem keuangan terburuk dalam sejarah, maka dibutuhkan

suatu sistem keuangan alternatif untuk menjaga stabilitas

Page 103: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

103

perekonomian dunia (Republika, 8/5). Melihat buruknya

kondisi keuangan saat ini, tentu tidak terlepas dari kuatnya

para pemegang kepentingan dalam hal ini. Pasar keuangan

seolah menjadi kasino bagi para kaum elite internasional

yang bisa membuat uang jutaan dollar hilang dalam sekejap.

Fenomena tersebut sebenarnya hanyalah sedikit dari

dampak kegiatan spekulatif masayrakat yang bermain di

tengah pusaran pasar keuangan. Dampak yang cukup

signifikan yang mengakibatkan krisis keuangan global juga

terjadi karena keserakahan dan ketidakpedulian terhadap

kebutuhan sistem alternatif atau sistem kuangan yang

menempatkan “etika dan keadilan” menjadi landasannya.

Kalau kita melihat beberapa dekade terakhir, sistem

atau prinsip-prinsip syariah telah diterapkan kembali dalam

konteks industri keuangan syariah kontemporer yang telah

mengalami pertumbuhan fenomenal. Selama dua tahun

terakhir dunia perbankan syariah dunia meningkat 30

persen, yakni sebesar 1,7 triliun dollar AS.[2]

Disamping itu pula, Duta Pusat Keuangan Syariah

Malaysia (MIFC), Nazrin Shah mengatakan tatanan

ekonomi global membutuhkan perubahan drastis dan

menggarisbawahi perlunya prinsip-prinsip syariah untuk

mengganti nilai-nilai kapitalis. Hal itu dilakukan karena krisis

ekonomi saat ini terjadi karena sistem kapitalis. Diantaranya

karena tingkat suku bunga yang sangat menjerat para

nasabah lembaga keuangan.[3]

Program ekonomi Islam yang didasari pada prinsip-

prinsip syariah sebenarnya menawarkan jalan keluar. Dunia

Page 104: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

104

sedang mencari nilai-nilai yang lebih adil. Sistem ekonomi

yang didasarkan pada riba telah membuktikan kegagalannya.

Ekonomi syariah pun diyskini dapat menggiring

perekonomian menuju keamanan dan keadilan.

Kepala Bank Sentral Oman Hamood bin al Sangour

Zadjali menyarankan bahwa bank syariah perlu menawarkan

pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah (UKM). UKM

memerlukan akses ke keuangan syariah dan jendela

perbankan syariah (Republika, 8/5). Potensi-potensi inilah

yang dapat mengembangkan eksistensi keberadaan

perbankan syariah. Dominasi perbankan konvensional

dalam pembiayaan usaha kecil menengah khususnya di

negara berkembang telah meredupkan keberadaan

perbankan syariah. Hal ini dikarenakan akses perbankan

konvensiaonal yang lebih mudah, sosialisasi yang begitu

masif baik media cetak maupun di media televisi, serta saran

edukasi yang belum menjangkau ke kalangan masyarakat

secara umum dan masif.

Peran KAMMI

Sebagai basis gerakan eksternal sosial politik yang

berlandaskan nilai-nilai ke-Islam-an perlu rasanya untuk

mengambil peran dalam menyebarkan nilai-nilai Islam pada

semua aspek di masysrakat salah satunya ekonomi. Terlebih

khusus KAMMI adalah basis gerakan kaum intelektual

kampus yaitu mahasiswa muslim. Mahasiswa sebagai agen

perubahan pada tatanan kondisi sosial masyarakat. Sudah

seharusnya gerakan KAMMI ini menjadi lebih strategis

dalam jangka waktu yang panjang (visioner). KAMMI dapat

Page 105: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

105

mengambil peran untuk bersinergi dengan pemerintah

dalam melakukan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat.

KAMMI dapat merekonstruksi tatanan masyarkat dengan

mengambil sampel miniatur dalam sekup mikro untuk

melakukan sosialisai dan sarana edukasi bagi masyarakat

setempat. Seperti mengambil sekup terkecil di dasalah satu

desa mojosongo. Disamping interaksi dalam hal pemberian

pembelajaran Al Quran (TPA), rasanya perlu memperluas

ranah sekup pembelajaran masyarakat setempat mengenai

ekonomi syariah. Contohnya, pendampingan atau

pembinaan terkait akses UKM ke perbankan syariah bukan

jasa-jasa keuangan konvesial yang tidak jelas. Sehingga

masyarakat lebih banyak terlibat dalam kegiatan perbankan

syariah, pasar modal syariah, manajemen aset syariah,

ekuitas swasta syariah dan lainnya.

Gerakan seperti itu bukan hal yang mudah, paling

tidak KAMMI Shoyyub memulai dengan mendesain sebuah

gerakan sosial berkelanjutan dengan jangka waktu lima

bahkan sepuluh tahun kedepan. Tidak berlebihan apabila

penulis mengatakan dalam 10 tahun kedepan ada desa kecil

menjadi percontohan sebagai desa “madani”. Seperti apa

yang disebutkan dan selalu ada pada poin rekomendasi

untuk KAMMI Shoyyub dalam mewujudkan masyarakat

madani. Semoga!

[1] Konferensi Oman Islamic Economic Forum 2013 di

Muscat, Oman

Page 107: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

107

Cukup Satu Saja!

Hasan Fahrur Rozi

Sebagai rakyat, satu hal yang saya minta dari

pemimpin negarawan, pikirannya!

Demikian hal ini saya ucapkan untuk mengantar

harapan besar pada sosok pemimpin negarawan. Sosok yang

diharapkan mampu memiliki fungsi kepemimpinan dalam

upaya mencapai tujuan bernegara secara utuh. Sebagai

rakyat, boleh kita menuntut kejujuran, keadilan, komitmen,

integritas, ataupun hal-hal positif lain. Namun, banyaknya

tuntutan ini akan dengan mudah dilupakan olehnya yang

meimiliki kekuasaan legitimasi sebagai pemimpin

negarawan.

Untuk itu, kalau boleh saya minta, satu hal saja yang

akan saya minta, pikiran pemimpin negarawan. Keputusan

pemimpin negarawan menjadi hal yang sangat strategis

dalam menciptakan kesejahteraan ataupun kehancuran.

Bermula dari hal ini, maka landasan dalam membuat

keputusan perlu dijadikan fokus utama untuk dikawal.

Sebagai manusia pemimpin negarawan juga memiliki

prosedur perilaku yang sama dengan kita. Melalui proses

berpikir dalam kognisi dengan mengasosiasikan berbagai

Page 108: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

108

pengalaman dan hasil pembelajaran akan menghasilkan

suatu pemikiran yang kemudian dapat dirasakan melalui

afeksi. Ketika proses berpikir dan merasa sudah mendapat

kesatuan untuk bertindak, maka dorongan kuat akan

dimunculkan oleh konasi dalam bentuk motivasi hingga

pada akhirnya terciptalah suatu perilaku tampak. Seperti

inilah sederhananya ilmu psikologi bicara mengenai proses

perilaku manusia.

Dari hal tersebut, tidakkah kita sadari pengambilan

keputusan sangat dikontrol oleh pengalaman dan

pembelajaran yang akan menjadi bahan utama dalam

membuat keputusan? Bayangkan! Jika lingkungan pemimpin

negarawan menuntutnya untuk mengambil keuntungan

berupa uang dari kepemimpinannya, maka uang pula yang

akan menjadi fokus pikirannya. Selanjutnya, sudah dapat

ditebak, korupsi, permainan bawah meja, ataupun hal lain

yang dapat memberikan uang adalah pemikiran terbaik

untuk kemudian diwujudkan dalam kebijakan. Mengerikan,

bukan?

Sayangnya, hal mengerikan ini sudah menjadi rahasia

umum di negara kita tercinta. Untuk menjadi seorang

pemimpin di tingkat kabupaten, calon Bupati harus

menghabiskan ratusan juta, bahkan miliaran rupiah. Lantas

bagaimana jika kekuasaan legitimasi yang diharapkan

memiliki tingkat lebih tinggi? Tak perlu logika berat untuk

menjawabnya.

Ini baru masalah uang. Belum lagi dengan

kepentingan-kepentingan pihak lain yang hendak

Page 109: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

109

menunggangi. Jika “penunggang” ini terus menjadi fokus

pikiran, maka kebijakan akan diarahkan pula pada

kepentingan tersebut. Hal ini akan menjadi pengalaman yang

disimpan dalam memori dan akan menjadi bahan baku

dalam membuat kebijakan.

Berlandaskan logika dan pengetahuan sederhana inilah

wajar kiranya saya meminta satu hal saja dari pemimpin

negarawan, yakni pikirannya. Pikiran pemimpin negarawan

hanya untuk rakyatnya. Biarkan rakyat yang menjadi

pengalaman dan pembelajaran sebagai bahan baku berpikir

dalam memproses keputusan. Sehingga rakyatlah yang akan

dipikirkan untuk mendapat kesejahteraan, rakyatlah yang

akan dipikirkan untuk mendapat keadilan dan rakyatlah yang

akan mengantarkan pemimipin negarawan mencapai

kesempurnaan hakekatnya.

Sekali lagi, kejujuran, keadilan, komitmen, integritas,

kepedulian, tak akan kumintakan lagi dari sosok pemimpin

negarawan. Saya yakin mereka hanya akan membuat janji-

janji diplomatis untuk memenuhi banyaknya kriteria-kriteria

yang saya harapkan. Maka, saya hanya meminta satu, yakni

pikiran mereka untuk rakyat. Lakukan permintaan sederhana

itu secara berkelanjutan, niscaya kejujuran, integritas,

komitmen, kepedulian akan terwujud tanpa harus berat

menanggung janji-janji yang dibuat hanya untuk melegakan

hati.

Apapun yang terjadi disetiap langkahmu,

kembalikan pikiranmu untuk rakyat!

Page 110: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

110

Apapun resiko yang harus menghalangimu,

kembalikan pikiranmu untuk rakyat!

Page 111: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

111

Cukupkah Satu Saja?

(Tanggapan atas Tulisan Hasan

Fahrur Rozi: Cukup Satu Saja!)

Alikta Hasnah Safitri

“Kembalikan pikiranmu untuk rakyat!” adalah akhir dari

rangkaian gagasan yang Hasan sampaikan dalam tulisannya

berjudul Cukup Satu Saja! beberapa waktu silam. Dalam

tulisan tersebut, Hasan memaparkan (dan jelas mengarahkan

para pembacanya) untuk kembali melakukan refleksi

panjang dalam menilai sebuah kepemimpinan.

Titik tekan yang ia ambil adalah bahwa dalam

memutuskan suatu perkara, landasan dalam mengambil

sikap itu lah yang perlu dipertimbangkan dengan matang,

terlebih bagi seorang pemimpin yang keputusannya

menyangkut hal-hal strategis yang berdampak bagi

masyarakat luas. Oleh karena itu, seorang pemimpin

haruslah memiliki wawasan dan pengalaman yang memadai

serta kemerdekaan pikir guna mengerahkan segenap daya

dan upaya yang dimilikinya demi kesejahteraan rakyat.

Saya sepakat dengan apa yang Hasan sampaikan.

Nalar seorang negarawan mestinya memang dilandasi

kemerdekaan dalam pikiran, sikap, dan tindakan. Buah

Page 112: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

112

gagasannya terlepas dari intervensi meskipun tidak bebas

seenaknya sendiri. Hal ini tentu saja telah tergambar jelas

dalam Kredo Gerakan KAMMI yang sejatinya telah

merangkum bagaimana independensi kader semestinya

diterapkan: Kami adalah orang-orang yang berpikir dan

berkehendak merdeka. Tidak ada satu orang pun yang bisa memaksa

kami bertindak. Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman,

bukan taklid, serta atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian

atau kedudukan.

Akan tetapi, jika yang kita bicarakan adalah

kepemipinan, satu kriteria saja jelas tidak cukup. Kalau

bicara soal kriteria, maka kita akan dihadapkan pada begitu

banyak faktor yang saling terkait satu sama lain, kesemuanya

membentuk rangkaian sebab-akibat yang tak bisa diputus

seenaknya. Orang yang memiliki kemerdekaan pikir tentulah

harus memiliki wawasan yang luas, orang yang memiliki

wawasan luas haruslah bersikap jujur, kejujuran pun perlu

dilandasi keberanian dan kemauan untuk berkorban,

demikian seterusnya.

Saya meyakini bahwa seorang pemimpin sejati

bukanlah dia yang ditetapkan oleh suara mayoritas, bukan ia

yang tampil menawan karena kuasa modal yang dimiliki,

terlebih diangkat hanya karena popularitas. Tanpa iman yang

teguh, kewibawaan pemimpin hanya akan jadi bahan olok-

olok. Pemimpin ada, bukan hanya untuk melayani, tetapi

juga memberikan pengaruh. Bukan hanya mau mendengar

keluhan, tapi juga berpikir keras untuk menyelesaikan

persoalan. Bukan sekedar beretorika, tapi memberi bukti

nyata yang bisa dirasa.

Page 113: Dinamika Perjuangan KAMMI di Kampus Hijau

113

Bagi saya pribadi, kapasitas pemimpin terletak pada

kemampuannya membedakan antara yang haq dan yang

batil. Hal ini tercermin pada sikapnya yang adil dalam

mengambil setiap keputusan. Tak semua yang terlihat lemah

pantas dilindungi dengan keberpihakan mutlak, dan tak

semua yang terlihat garang layak untuk disalahkan secara

membabi buta.

Konstelasi politik di negeri ini patut menjadi pelajaran.

Keadilan melompat jauh menembus segala batas yang

nampak di permukaan. Menembus batas-batas itu dengan

mengenyahkan segala keegoisan dan kehendak untuk mapan

dengan kondisi sosial adalah sebuah keniscayaan bagi aktivis

pergerakan. Sebab, seorang aktivis adalah ia yang tumbuh

dalam keyakinan, keberanian, dan kehendak kuat untuk

bersikap idealis, serta bersedia mendarmabaktikan hidupnya

demi kepentingan umat yang jauh lebih besar.

Pertanyaannya: Sanggupkah kita?

Billahi Fii Sabilil haq Fastabiqul Khairat.