DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM...

70
5 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor) SENTOT PURWANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Transcript of DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM...

Page 1: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

5

DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN

DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

(Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya,

Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor)

SENTOT PURWANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

6

DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN

DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

(Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya,

Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

SENTOT PURWANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 3: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

7

RINGKASAN

SENTOT PURWANTO. Dinamika Kelompok Tani Hutan dalam Pengelolaan

Hutan Rakyat (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

Jasinga, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh SONI TRISON.

Pembangunan hutan rakyat merupakan suatu upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat termasuk petani hutan rakyat melalui usaha-usaha

terkait. Salah satu upaya dalam pengembangan pengelolaan hutan rakyat yaitu

dengan membentuk suatu kelembagaan hutan. Kelembagaan itu sendiri memiliki

dua arti, yaitu suatu perangkat peraturan dan suatu organisasi yang membuat dan

mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut. Kelompok Tani Hutan

(KTH) merupakan bagian dari kelembagaan hutan yang ditujukan untuk

mewadahi kegiatan pengelolaan hutan rakyat mulai dari sub sistem produksi, sub

sistem pengolahan hasil hingga sub sistem pemasaran hasil. Dengan demikian

hutan rakyat tersebut mampu menjadi salah satu unit usaha yang mapan.

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengelolaan hutan rakyat di

lokasi penelitian, menganalisis tingkat kedinamisan KTH terhadap pengelolaan

hutan rakyat dan menganalisis tingkat pengaruh dinamika KTH dalam

pengelolaan hutan rakyat. Untuk mengukur tingkat kedinamisan KTH, digunakan

kuantifikasi penilaian dengan model Skala Likert dan skor dari hasil penilaian

dikategorikan kedalam kelas kategori tingkat kedinamisan KTH. Sedangkan untuk

mengetahui tingkat pengaruh dinamika KTH dalam pengelolaan hutan rakyat

menggunakan Uji Korelasi Jenjang Spearman.

Kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Desa Jugalajaya dilakukan secara

individual pada tingkat kepala keluarga. Kegiatannya pun hanya pada tingkat

persiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaan, sedangkan pemanenannya

dilakukan oleh tengkulak. Secara kumulatif, tingkat kedinamisan KTH Kuningsari

II dan Mandiri II masih tergolong rendah dengan skor rata-rata 42,63 % dari skor

harapan maksimum. Hal ini disebabkan karena belum adanya tujuan dan rencana

kegiatan yang spesifik dan tertulis, sehingga anggota kelompok belum mampu

menemukan tujuan idealnya dalam berkelompok. Selama ini kegiatan yang

dilaksanakan KTH masih sebatas dari adanya bantuan atau proyek yang datang

dari pemerintah atau dinas terkait. Hal ini menggambarkan kelompok belum

mampu menjadi wadah kerjasama dan tempat belajar bagi para petani hutan

rakyat. Keadaan tersebut juga menggambarkan dinamika KTH memiliki pengaruh

yang tidak nyata terhadap pengelolaan hutan rakyat pada sub sistem produksi.

(Kata kunci: Hutan Rakyat dan Dinamika Kelompok Tani Hutan)

Page 4: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

5

SUMMARY

SENTOT PURWANTO. Forest Farmers Group Dynamics for Management Forest

Community (Cases on Forest Farmers Group in the Village Jugalajaya, Jasinga

District, Bogor District. Under Supervision of SONI TRISON.

Community forest development of is an effort to improve the welfare of

society, includes forest farmers community through related businesses. One of

efforts in community forest management development is establish a forest

institutional. Institutional has two meanings, i.e. a set of regulations and an

organization creates and oversees the implementation of these regulations. Forest

Farmers Group (KTH) is part of forest institutional designed to accommodate the

activities of community forest management activities from production sub-

systems, product processing sub-system to product marketing sub-systems. Thus,

community forests could be one of the established business units.

The purposes of this research are to define the community forest

management at the research site, to analyze the level of KTH dynamism and the

level of dynamics influence to community forest management. To measure the

level of KTH dynamism, used assessment quantification through Likert Scale

models then scores categorized into grade-level category of KTH dynamism.

While to identify the influence level of KTH dynamism in community forests

management used Spearman Correlation Test Level.

Forest management activities in Jugalajaya are conducted individually at the

level of household leader. The activities were at the level of land preparation,

planting, and maintenance only, while harvesting were conducted by middlemen.

Cumulatively, the level of KTH dynamism KTH Mandiri Kuningsari II and II still

low relatively with average score 42,63% of the expectations maximum score. It‟s

due to the absence of written specific goals and action plans, so that group

members have not been able for finding the ideal aim of being group. So far the

activities conducted by KTH still limited to any assistance or projects from

government or related institutions. This illustrates that the group has not been able

to be platform of cooperation and education for forest farmers. It also describes

that the dynamics of KTH has no significant influence to the community forest

management in the sub-production system.

(Keywords: Community Forest, Forest Farmers Group Dynamics)

Page 5: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

5

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Dinamika

Kelompok Tani Hutan dalam Pengelolaan Hutan Rakyat (Kasus pada Kelompok

Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor) adalah

karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah

digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.

Sumber informasi yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Sentot Purwanto

NRP. E14061457

Page 6: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

5

Judul Skripsi : Dinamika Kelompok Tani Hutan dalam Pengelolaan Hutan

Rakyat (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya,

Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor)

Nama : Sentot Purwanto

NRP : E14061457

Menyetujui:

Dosen Pembimbing

Soni Trison, S.Hut., M.Si

NIP. 19771123 200701 1 002

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS

NIP. 19630401 199403 1 001

Tanggal Lulus:

Page 7: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

5

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 12 September 1988

sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Sukijo dan Ibu Yati.

Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bogor dan pada tahun

yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI). Melalui program mayor-minor penulis masuk ke Departemen

Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB pada tahun ajaran 2007/2008.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan

dan kepanitiaan yakni sebagai staf Pengembangan Sumber Daya Manusia

(PSDM) Himpunan Profesi Mahasiswa Forest Management Student Club (FMSC)

tahun 2007-2008, staf Media Informasi dan Komunikasi (Medikom) Himpunan

Profesi Mahasiswa FMSC tahun 2008-2009, panitia Bina Corp Rimbawan (BCR)

Fakultas Kehutanan tahun 2008, dan panitia Temu Manajer (TM) Departemen

Manajemen Hutan tahun 2008.

Penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH)

pada tahun 2008 di daerah Baturaden-Cilacap, Praktek Pengenalan Hutan (PPH)

pada tahun 2009 di Gunung Walat, Sukabumi dan di KPH Cianjur Perum

Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten serta Praktek Kerja Lapang (PKL) pada

tahun 2010 di PT Balikpapan Forest Industries, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul Dinamika Kelompok Tani Hutan dalam Pengelolaan Hutan

Rakyat (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

Jasinga, Kabupaten Bogor) dibimbing oleh Soni Trison, S.Hut., M.Si.

Page 8: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt atas segala nikmat,

rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis mampu membuka pikiran dan semangat

untuk menggali ilmu baru melalui penyusunan skripsi ini. Keberhasilan penulis

dalam menyelesaikan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas limpahan kasih sayang dan untaian doa

yang tulus di setiap helaian nafasnya serta kakakku Dewi Astuti, Sri Mayasari

dan Yudi Warno Kusumo atas doa dan dukungannya.

2. Bapak Soni Trison, S.Hut., M.Si selaku pembimbing yang senantiasa bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bantuan, dukungan dan

masukan positif dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Ir. Rita Kartika Sari, M.Si selaku penguji dari Departemen Teknologi

Hasil Hutan, Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc selaku penguji dari

Departemen Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekowisata, dan Bapak

Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku penguji dari Departemen Silvikultur.

4. Keluarga besar Dinas Kehutanan Kabupaten Bogor, Balai Penyuluh Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cigudeg Kabupaten Bogor atas

bantuan data dan informasi yang diberikan selama pelaksanaan penelitian.

5. Keluarga besar Bapak Tata S. PAI, Kelompok Tani Hutan Kuningsari II,

Bapak Suwanda, Bapak Mansyur dan Kelompok Tani Hutan Mandiri II,

Bapak Enjen serta seluruh responden atas kerjasamanya.

6. Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, MS. selaku Ketua Departemen Manajemen

Hutan, Staff TU dan AJMP (Pak Syaiful, Pak Edi, Bu Asih, dll.), Mamang dan

Bibi serta seluruh keluarga besar Departemen Manajemen Hutan.

7. Keluarga besar Manajemen Hutan 43 khususnya Andi, Kris, Budi, Andre,

Yayat, Bayu, Suke, Ani, Hania, Miranti, Elisda, Suci, Andin, May, Dola, Sifa,

Afriyani, Putri, Ifah atas kebersamaannya.

Page 9: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

7

8. Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) yang telah memberikan

beasiswa sehingga memperlancar dalam penyelesaian skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selalu

memberikan doa dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Page 10: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah swt atas segala

nikmat, rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian

untuk penyusunan skripsi yang berjudul Dinamika Kelompok Tani Hutan dalam

Pengelolaan Hutan Rakyat (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya,

Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Soni Trison, S.Hut., M.Si

selaku pembimbing. Selain itu, penulis menyampaikan penghargaan kepada Dinas

Kehutanan Kabupaten Bogor beserta Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan (BP3K) Wilayah Cigudeg yang telah membantu menyediakan data dan

informasi pendukung dalam pengumpulan data di lokasi penelitian Desa

Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Januari 2011

Penulis

Page 11: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang........................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5

2.1 Pengertian Hutan Rakyat ........................................................... 5

2.2 Karakteristik Hutan Rakyat ........................................................ 6

2.3 Pengertian Dinamika Kelompok ................................................ 7

2.4 Unsur-unsur Dinamika Kelompok .............................................. 8

BAB I METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 12

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 12

3.2 Alat dan Sasaran Penelitian ........................................................ 12

3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 12

3.4 Metode Pemilihan Responden .................................................... 12

3.5 Batasan Penelitian ...................................................................... 12

3.6 Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian ................................ 13

3.7 Metode Analisis Data ................................................................. 14

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................... 17

4.1 Kondisi Geografis ...................................................................... 17

4.2 Topografi ................................................................................... 18

4.3 Jenis Tanah ................................................................................ 18

4.4 Iklim .......................................................................................... 18

4.5 Pemerintahan dan Kependudukan .............................................. 18

Page 12: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

iii

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 21

5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat ........................................................... 21

5.1.1 Sub sistem produksi .......................................................... 21

5.1.2 Sub sistem pengolahan hasil .............................................. 25

5.1.3 Sub sistem pemasaran hasil ............................................... 25

5.2 Dinamika Kelompok Tani Hutan ................................................. 27

5.2.1 Sejarah kelompok tani hutan ............................................. 27

5.2.2 Unsur dinamika kelompok tani hutan ................................ 28

5.2.3 Uji korelasi unsur dinamika kelompok .............................. 39

5.3 Hubungan Dinamika Kelompok dengan Pengelolaan

Hutan Rakyat .............................................................................. 40

5.4 Arah Pengembangan dan Pembinaan Kelompok Tani .................. 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 44

6.1 Kesimpulan ................................................................................. 44

6.2 Saran ........................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 46

LAMPIRAN ..................................................................................................... 48

Page 13: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

iv

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tetapan nilai pilihan jawaban responden ..................................................... 15

2. Jenis-jenis penggunaan lahan di Desa Jugalajaya ......................................... 17

3. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Jugalajaya.............. 19

4. Jenis mata pencaharian masyarakat di Desa Jugalajaya................................ 19

5. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Jugalajaya ..................................... 20

6. Kegiatan OMOT di KTH Mandiri II ............................................................ 22

7. Informasi mengenai KTH ............................................................................ 28

8. Skor dinamika KTH .................................................................................... 29

9. Tingkat hubungan dinamika KTH dengan pengelolaan hutan rakyat ............ 40

10. Unsur-unsur dinamika kelompok yang masih perlu pengembangan

dan pembinaan ............................................................................................ 41

Page 14: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

v

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Hubungan dinamika kelompok terhadap sub sistem produksi ...................... 14

2. Tegakan sengon monokultur dan campuran di Desa Jugalajaya ................... 23

3. Saluran pemasaran kayu sengon di Desa Jugalajaya .................................... 25

4. Pertemuan KTH Mandiri II di Desa Jugalajaya............................................ 38

5. Model sinergisitas kelembagaan yang diadopsi dari model kelembagaan

sebagai target pengembangan Djoni dan Abidin (2000) ............................... 43

Page 15: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil uji validitas dan reliabilitas dinamika kelompok ................................. 49

2. Hasil uji validitas dan reliabilitas pengelolaan hutan rakyat ......................... 53

3. Hasil uji korelasi unsur dinamika kelompok ................................................ 54

Page 16: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan hutan rakyat merupakan salah satu upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat maupun para petani melalui terbentuknya unit-unit

usaha terkait. Upaya tersebut merupakan salah satu strategi guna mengimbangi

peningkatan kebutuhan kayu baik lokal, nasional, maupun pemenuhan ekspor.

Selain itu, pembangunan hutan rakyat ditujukan untuk peningkatan kualitas

lingkungan hidup yaitu peningkatan fungsi hutan seperti penahan erosi,

memperbaiki kesuburan tanah dan menjaga keseimbangan tata air.

Pengembangan pengelolaan hutan rakyat memerlukan penyesuaian

kelembagaan yang sekarang sudah ada. Kelembagaan hutan yang diinginkan

adalah kelembagaan yang dapat mewadahi terselenggaranya pengelolaan hutan

rakyat sehingga dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

hutan.

Kelompok Tani Hutan (KTH) merupakan bagian dari kelembagaan hutan

yang diharapkan mampu mengakomodasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan

seperti penanaman, pemeliharaan, pemanenan, penanganan pasca panen,

pengembangan usaha serta penyuluhan terhadap petani hutan. Dengan demikian

diharapkan hutan rakyat tersebut seakan-akan sebagai salah satu unit usaha yang

mapan.

Kelompok tani sebagai lembaga pelaksana pembangunan di tingkat desa,

sampai saat ini tetap menarik untuk ditelaah, karena meskipun kelompok tani

telah terbentuk lebih dari dua dasawarsa yang lalu sebagai satu jenis institusi

sosial penting pada masyarakat, masih ada kelompok tani yang belum

menunjukkan kinerja ataupun prestasi kerja yang cukup baik. Hal ini terjadi,

disamping karena kondisi usaha petani yang kurang menggembirakan juga

diakibatkan adanya ketidakpastian kebijakan pemerintah.

Pemerintah dalam upaya mempercepat proses pembangunan telah mencoba

melakukan berbagai pendekatan. Pendekatan yang selama ini dilakukan

cenderung bersifat pendekatan pembangunan institusi, yang tidak terlepas dari

Page 17: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

2

asumsinya bahwa masyarakat pedesaan tidak dapat mengupayakan perubahan

sendiri tetapi diperlukan kehadiran pihak luar atau pemerintah. Peran pemerintah

yang masih dominan khususnya dalam perencanaan dan penyusunan program-

program pemberdayaan KTH yang kurang memperhatikan aspirasi dan kurang

melibatkan peran aktif masyarakat, dapat mengakibatkan ketergantungan KTH

terhadap campur tangan pemerintah tetap tinggi dan tidak berlajutnya program.

Hal ini disebabkan kurangnya dukungan dan rasa memiliki terhadap program

tersebut.

Bantuan yang diberikan pada umumnya adalah dalam rangka pelaksanaan

suatu program atau proyek tertentu. Sebagian besar kelompok yang terbentuk

sekarang ini termasuk KTH, pada kenyataannya merupakan bagian dalam

pengembangan masyarakat yang dirancang untuk mengakses proyek, sehingga

sulit dipisahkan apakah kelompok masyarakat itu timbul dari motivasi masyarakat

sendiri ataukah terbentuk karena proyek. Kelompok yang dibentuk karena adanya

proyek, tidak akan mengakar di masyarakat. Oleh karena itu, ketika proyek selesai

kelompok pun bubar. Demikian pula halnya dengan kelompok-kelompok yang

dibentuk oleh masyarakat untuk mendapatkan bantuan, ketika bantuan tak

kunjung datang maka aktivitas semakin surut dan akhirnya menghilang. Dengan

kata lain, KTH tersebut tidak bisa menjaga tingkat kedinamisan yang pernah

dicapainya, sehingga tidak dapat berfungsi sepenuhnya sebagai tempat kerjasama,

media berkomunikasi dan tempat yang efektif dan efisien untuk belajar dan

bekerja dalam usaha taninya.

1.2 Perumusan Masalah

Pembangunan dan pengembangan pengelolaan hutan rakyat bertujuan untuk

mewujudkan partisipasi masyarakat menuju masyarakat maju, mandiri, dan

sejahtera. Menyadari kondisi dan potensi masyarakat yang beragam, maka

pemberdayaan melalui pendekatan kelompok-kelompok menjadi lebih efisien.

Kelompok tani dipandang sebagai unsur yang esensial dalam usaha

peningkatan kualitas sumberdaya petani hutan rakyat melalui kegiatan pendidikan

non formal (penyuluhan). Dengan kelompok tani, memungkinkan petani hutan

rakyat untuk berubah perilakunya, karena petani dapat melaksanakan kegiatan

pembelajaran dan berinteraksi di dalam meningkatkan usaha taninya.

Page 18: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

3

Jika kelompok dianggap dapat menjadi wadah peningkatan kualitas petani

hutan rakyat, sehingga petani menjadi berdaya maka yang akan menjadi

pertanyaannya adalah sebenarnya seberapa besar peran yang dimiliki kelompok

untuk itu. Peran kelompok disini didekati dengan teori dinamika kelompok, yaitu

yang menggambarkan kekuatan-kekuatan yang harus dimiliki kelompok sehingga

kelompok dapat bergerak aktif mencapai tujuannya.

Kelompok tani hutan perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan yang

intensif melalui program-program penyuluhan, sehingga keberadaannya dapat

memberikan kontribusi dalam meningkatkan kemampuan anggotanya. Mengingat

masih banyak keberadaan kelompok yang kurang dinamis dan kurang berperan

dalam meningkatkan kemampuan anggotanya, karena lebih mementingkan

terealisasinya program pembangunan. Akibatnya anggota kelompok semakin

tergantung pada adanya bantuan program-program pemerintah dan lembaga

penyandang dana lainnya. Kondisi tersebut merupakan masalah yang harus segera

dipecahkan, sehingga KTH dapat menjadi wadah untuk meningkatkan

kemampuan anggotanya dalam mengelola usaha taninya.

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan dinamika KTH dilakukan oleh

Yunasaf (1997), Sudaryanti (2002) dan Diniyati (2003). Ketiga penelitian tersebut

mencoba melihat hubungan unsur dinamika kelompok dengan keberhasilan usaha

tani. Yunasaf (1997) menyatakan bahwa dinamika suatu kelompok dipengaruhi

oleh peranan pemimpin dan latar belakang berdirinya kelompok. Penelitian

Sudaryanti (2002) menyatakan bahwa KTH yang dinamis dapat merubah perilaku

anggota. Perubahan perilaku ini ditunjukkan oleh adanya perubahan pengetahuan,

sikap dan keterampilan anggota. Selanjutnya Diniyati (2003) menyatakan bahwa

terbentuknya kelompok tani merupakan suatu media pemersatu dan penggerak

masyarakat desa, khususnya petani-petani dalam melaksanakan program

pemerintah terutama untuk pengembangan hutan rakyat, namun demikian peranan

setiap anggota tersebut sangat dipengaruhi oleh keaktifan untuk berinteraksi

dalam mencapai tujuan kelompok tersebut.

Page 19: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

4

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Sejauhmana pengelolaan hutan rakyat?

2. Sejauhmana tingkat kedinamisan KTH dalam pengelolaan hutan rakyat?

3. Sejauhmana dinamika KTH berpengaruh terhadap pengelolaan hutan rakyat?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengelolaan hutan rakyat.

2. Menganalisis tingkat kedinamisan KTH dalam pengelolaan hutan rakyat.

3. Menganalisis tingkat pengaruh dinamika KTH terhadap pengelolaan hutan

rakyat.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi pihak yang memerlukan, yaitu:

1. Bagi masyarakat khususnya petani hutan rakyat di lokasi penelitian, hasil

penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi KTH dalam melaksanakan

kegiatannya.

2. Bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, hasil penelitian ini dapat

dijadikan bahan dalam pertimbangan penyusunan kebijakan dan

penyempurnaan kebijakan atau program yang telah diterapkan mengenai

metode atau pola pemberdayaan dan pengembangan KTH, terutama untuk

membangun kemandirian KTH tersebut.

3. Bagi pengembangan ilmu sosial khususnya pengembangan masyarakat, hasil

penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk kepentingan penelitian

lebih lanjut.

Page 20: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hutan Rakyat

Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41 tahun 1999, hutan rakyat

adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik. Definisi ini

diberikan untuk membedakan dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas

tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara.

Menurut Hardjanto (2000), hutan rakyat merupakan hutan yang dimiliki

oleh masyarakat yang dinyatakan oleh kepemilikan lahan, karenanya hutan rakyat

disebut juga hutan milik. Walaupun hutan rakyat di Indonesia hanya merupakan

bagian kecil dari total hutan, namun tetap penting karena selain fungsinya untuk

perlindungan tata air pada lahan masyarakat juga penting bagi pemiliknya sebagai

sumber penghasil kayu maupun sumber pendapatan rumah tangga, disamping

hasil-hasil lain seperti buah-buahan, daun, kulit kayu, biji dan sebagainya.

Ada beberapa macam hutan rakyat menurut status tanahnya, diantaranya:

1. Hutan milik, yakni hutan rakyat yang dibangun di atas tanah-tanah milik. Ini

adalah model hutan rakyat yang paling umum, terutama di pulau Jawa.

Luasnya bervariasi, mulai dari 0,25 ha atau kurang sampai sedemikian luas

sehingga bisa menutupi seluruh desa bahkan melebihinya.

2. Hutan adat, atau dalam bentuk lain yaitu hutan desa, adalah hutan-hutan rakyat

yang dibangun di atas tanah komunal, biasanya juga dikelola untuk tujuan-

tujuan bersama atau untuk kepentingan komunitas setempat.

3. Hutan kemasyarakatan, yaitu hutan rakyat yang dibangun di atas lahan-lahan

milik negara, khususnya di atas kawasan hutan negara. Dalam hal ini, hak

pengelolaan atas bidang kawasan hutan itu diberikan kepada sekelompok

warga masyarakat, biasanya berbentuk KTH atau koperasi. Model ini jarang

disebut sebagai hutan rakyat dan umumnya dianggap terpisah.

Hutan rakyat telah memberikan manfaat ekonomi yang langsung dirasakan

oleh penduduk desa pemilik hutan rakyat. Manfaat yang dirasakan adalah kayu

yang digunakan untuk bahan bangunan guna memperbaiki kondisi rumah mereka

yang dulunya terbuat dari bambu. Selain itu, petani dapat memperoleh tambahan

Page 21: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

6

pendapatan dari menjual kayu hasil hutan rakyat baik dalam bentuk pohon berdiri

maupun dalam bentuk bahan bakar. Penjualan kayu hasil hutan rakyat ini biasanya

dilakukan apabila ada kebutuhan yang sangat mendesak dan keuangan yang ada

kurang mampu mencukupi (Suharjito 2000).

Menurut Jaffar (1993), pembangunan hutan rakyat bertujuan untuk:

1. Meningkatkan produktivitas lahan kritis atau area yang tidak produktif secara

optimal dan lestari.

2. Membantu keanekaragaman hasil pertanian yang dibutuhkan masyarakat.

3. Membantu dalam penyediaan kayu bangunan dan bahan baku kayu industri

serta bahan bakar.

4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di pedesaan.

5. Memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya pada lahan milik rakyat yang

berada di kawasan perlindungan hulu daerah aliran sungai.

Departemen Kehutanan (1997), menegaskan bahwa tujuan pokok

pengembangan hutan rakyat adalah :

1. Memenuhi kebutuhan kayu

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. Memperluas kesempatan kerja

4. Salah satu upaya pengentasan kemiskinan

2.2 Karakteristik Hutan Rakyat

Hutan rakyat di Jawa pada umumnya hanya sedikit yang memenuhi luasan

sesuai dengan definisi hutan, yaitu minimal harus memiliki 0,25 ha. Hal tersebut

disebabkan karena rata-rata pemilikan lahan di Jawa sangat sempit. Dengan

sempitnya pemilikan lahan setiap keluarga, ini mendorong kepada pemiliknya

untuk memanfaatkan seoptimal mungkin. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

pada umumnya pemilik berusaha memanfaatkan lahan dengan membudidayakan

tanaman-tanaman yang bernilai tinggi, cepat menghasilkan, tanaman konsumsi

sehari-hari. Karenanya hamparan hutan rakyat yang kompak dengan luasan cukup

biasanya ditemui pada petani yang memiliki lahan diatas rata-rata, pada lahan

marginal (yang tidak/kurang dapat menghasilkan komoditi pangan) serta pada

lahan-lahan terlantar.

Page 22: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

7

Adapun beberapa ciri pengusahaan hutan rakyat menurut Hardjanto (2000),

adalah sebagai berikut:

1. Usaha hutan rakyat dilakukan oleh petani, tengkulak dan industri dimana

petani masih memiliki posisi tawar yang lebih rendah.

2. Petani belum dapat melakukan usaha hutan rakyat menurut prinsip usaha dan

prinsip kelestarian yang baik.

3. Bentuk hutan rakyat sebagian besar berupa budidaya campuran, yang

diusahakan dengan cara-cara sederhana.

4. Pendapatan dari hutan rakyat bagi petani masih diposisikan sebagai

pendapatan sampingan dan bersifat insidental dengan kisaran tidak lebih dari

10 % dari pendapatan total.

2.3 Pengertian Dinamika Kelompok

Di dalam setiap sistem sosial selalu terdapat keinginan dari masing-masing

individu untuk menyatu baik berdasarkan keinginan bersama, keyakinan yang

sama, tujuan yang sama, asal usul yang sama dan sebagainya. Hal ini merupakan

suatu keinginan yang wajar karena dalam diri manusia sebagai makhluk sosial

selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul atau berkelompok. Kelompok

adalah dua atau lebih orang yang berhimpun atas dasar adanya kesamaan,

berinteraksi melalui pola/struktur tertentu guna mencapai tujuan bersama dalam

kurun waktu yang relatif panjang (Soedijanto 2001). Menurut Mardikanto (1993),

kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga

terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi serta memiliki

kesadaran untuk saling tolong menolong. Dari definisi tersebut jelas bahwa

kelompok merupakan kumpulan orang yang memiliki tujuan, sedangkan

kumpulan orang yang tidak memiliki tujuan tidak dapat disebut sebagai

kelompok.

Kelompok-kelompok dari sistem sosial tersebut tidak statis tetapi dinamis

atau bergerak, hidup, aktif dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pergerakan kekuatan yang ada dalam kelompok itulah yang disebut dinamika

kelompok. Dinamika kelompok diartikan sebagai suatu studi yang menganalisis

berbagai kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok

yang menyebabkan terjadinya gerak perubahan dalam kelompok untuk mencapai

Page 23: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

8

tujuan bersama yang telah ditetapkan (Syamsu et al. 1991). Dinamika kelompok

merupakan kajian terhadap kekuatan-kekuatan yang terdapat di dalam maupun di

lingkungan kelompok yang akan menentukan perilaku anggota kelompok dan

perilaku kelompok yang bersangkutan, untuk bertindak atau melaksanakan

kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan bersama yang merupakan tujuan

kelompok tersebut (Mardikanto 1992). Dinamika kelompok akan mencakup

faktor-faktor yang menyebabkan suatu kelompok hidup, bergerak, aktif dan

efektif dalam mencapai tujuannya.

2.4 Unsur-unsur Dinamika Kelompok

Analisis terhadap dinamika kelompok dapat dilakukan dengan dua

pendekatan yaitu: (a) pendekatan sosiologis dan (b) pendekatan psikososial

(Margono 2001). Pendekatan sosiologis lebih mengacu pada analisis terhadap

bagian-bagian atau komponen kelompok dan analisis terhadap proses sistem

sosial tersebut. Sedangkan pendekatan psikososial lebih menekankan pada faktor-

faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok itu sendiri (Mardikanto 1992).

Analisis dinamika kelompok menurut pendekatan psikososial adalah: (a)

tujuan kelompok, (b) struktur kelompok, (c) fungsi tugas kelompok, (d)

pembinaan dan pengembangan kelompok, (e) kekompakan kelompok, (f) suasana

kelompok, (g) tekanan kelompok, (h) efektivitas kelompok, dan (i) maksud

terselubung.

Analisis dinamika kelompok berdasarkan pendekatan sosiologis yaitu

memandang kelompok sebagai suatu sistem sosial, menurut Margono (2001)

unsur-unsurnya adalah: (1) tujuan, (2) keyakinan, (3) sentimen, (4) norma, (5)

sanksi, (6) peranan kedudukan, (7) kewenangan/kekuasaan, (8) jenjang sosial, (9)

fasilitas, (10) tekanan dan ketegangan. Idealnya suatu kelompok harus memiliki

kesepuluh unsur tersebut, masing-masing unsur akan berpengaruh pada interaksi

anggota dalam kelompok dan akan berpengaruh pada perilaku individu serta

perilaku kelompok.

Hal tersebut juga dijelaskan oleh Mardikanto (1992), untuk melakukan

analisis terhadap dinamika kelompok pada hakekatnya dapat dilakukan melalui

dua macam pendekatan, yakni: (1) pendekatan sosiologis, yaitu analisis dinamika

kelompok melalui analisis terhadap bagian-bagian atau komponen kelompok dan

Page 24: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

9

analisis terhadap proses sistem sosial tersebut; dan (2) pendekatan psikososial atau

psikologis, yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok itu sendiri. Dari kedua pendekatan

tersebut, yaitu pendekatan psikososial dan pendekatan sosiologis, dipilih

pendekatan psikososial karena pendekatan ini lebih menitikberatkan

penggambaran dinamika kelompok ditinjau dari faktor-faktor yang

membentuknya.

Dalam penelitian ini, penelaahan unsur-unsur dinamika kelompok mengacu

kepada Slamet (1978), yaitu unsur-unsur yang dianggap mempengaruhi

kedinamisan kelompok dapat mencakup: tujuan kelompok, struktur kelompok,

fungsi tugas, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, suasana kelompok, tekanan

kelompok, efektivitas kelompok, dan agenda terselubung.

Uraian unsur-unsur dari pendekatan psikologis adalah sebagai berikut:

1. Tujuan kelompok diartikan sebagai apa yang ingin dicapai oleh kelompok

(Slamet 1978). Purwanto dan Huraerah (2006) mendefinisikan tujuan

kelompok sebagai hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh semua

anggota kelompok. Sutarto (1993) membedakan tujuan kelompok menjadi

tujuan pokok dan tujuan tambahan, tujuan jangka panjang dan tujuan jangka

pendek serta tujuan individu. Menurut Slamet (1978), tujuan kelompok harus

memiliki hubungan antara tujuan pribadi anggota-anggotanya, kejelasan dan

formalitas tujuan kelompok. Tujuan ini sangat penting artinya bagi suatu

kelompok, sehingga dapat menentukan arah kegiatan kelompok dan

kedinamisan suatu kelompok.

2. Struktur kelompok didefinisikan sebagai bagaimana kelompok itu mengatur

dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ingin diinginkan (Slamet 1978).

Dalam hal ini, menyangkut struktur kekuasaan atau pengambilan keputusan,

struktur tugas atau pembagian pekerjaan, dan struktur komunikasi, yaitu

bagaimana aliran-aliran komunikasi terjadi dalam kelompok tersebut.

Sudaryanti (2002) mengartikan struktur kelompok adalah bagaimana

kelompok tersebut mengatur dirinya sendiri. Setiap kelompok memiliki

struktur yang berbeda. Ketidak jelasan struktur akan menyebabkan ketidak

Page 25: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

10

jelasan peran, wewenang, kewajiban setiap anggota sehingga pelaksanaan

kegiatan tidak dapat berlangsung secara efektif.

3. Fungsi tugas kelompok diartikan sebagai apa yang seharusnya dilakukan di

dalam kelompok sehingga tujuan dapat dicapai. Purwanto dan Huraerah

(2006) mendefiniskan fungsi tugas sebagai seperangkat tugas yang harus

dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi dan

kedudukan dalam struktur kelompok. Menurut Soedijanto (1980), tugas

kelompok meliputi: (1) memberi kepuasan, yakni tugas yang dipilih harus

memberi kepuasan kepada para anggota sehingga termotivasi untuk

melaksanakan dalam rangka mencapai tujuan; (2) mencari dan memberi

keterangan, yakni mencari dan memberi keterangan sebanyak mungkin kepada

para anggota tentang segala hal dalam rangka mencapai tujuan kelompok; (3)

koordinasi, yakni bagaimana kelompok mengatur dirinya sendiri dalam

melakukan tugas-tugas guna mencapai tujuannya; (4) inisiasi, yakni

bagaimana usaha kelompok untuk dapat menimbulkan inisiatif bagi para

anggotanya; (5) desiminasi, yakni cara bagaimana ide-ide dan gagasan

disebarkan kepada seluruh anggota; dan (6) klarifikasi, yakni kemampuan

kelompok untuk menjelaskan segala sesuatu yang masih diragukan dalam

rangka mencapai tujuan kelompok.

4. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok adalah usaha menjaga kehidupan

kelompok (Slamet 1978). Purwanto dan Huraerah (2006) mendefinisikan

pembinaan dan pemeliharaan kelompok yaitu upaya kelompok untuk tetap

memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok. Menurut Slamet

(1978), usaha yang dilakukan dalam pembinaan dan pemeliharaan kelompok

adalah: (1) menimbulkan partisipasi; (2) menyediakan fasilitas; (3)

menumbuhkan aktivitas; (4) melakukan koordinasi; (5) adanya komunikasi;

(6) menciptakan norma; (7) mengadakan sosialisasi; dan (8) mendapatkan

anggota baru.

5. Kekompakan kelompok atau kesatuan kelompok adalah adanya keterikatan

yang kuat diantara anggota kelompok (Slamet 1978). Purwanto dan Huraerah

(2006) mengartikan kekompakan kelompok sebagai rasa keterikatan anggota

kelompok terhadap kelompoknya. Menurut Slamet (1978) faktor-faktor yang

Page 26: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

11

mempengaruhi kekompakan kelompok meliputi: (1) kepemimpinan

kelompok; (2) keanggotaan kelompok; (3) nilai tujuan kelompok, (4)

homogenitas kelompok; (5) integrasi; (6) kerjasama kelompok; dan (7)

besarnya kelompok.

6. Suasana kelompok adalah keadaan moral, sikap dan perasaan-perasaan umum

yang terdapat dalam kelompok (Slamet 1978). Purwanto dan Huraerah (2006)

memberi pengertian suasana kelompok sebagai lingkungan fisik dan nonfisik

(emosional) yang akan mempengaruhi perasaan setiap anggota kelompok

terhadap kelompoknya. Menurut Slamet (1978) suasana kelompok

dipengaruhi oleh: (1) ketegangan, (2) keramahtamahan, (3) kebebasan, (4)

keadaan lingkungan fisik, dan (5) pelaksanaan prinsip demokrasi.

7. Tekanan kelompok adalah sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan

ketegangan dalam kelompok. Purwanto dan Huraerah (2006) mengartikan

tekanan kelompok sebagai tekanan-tekanan atau ketegangan dalam kelompok

yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan

kelompok. Menurut Slamet (1978), tekanan kelompok dapat bersumber: (1)

dari dalam, tuntutan/keinginan dari para anggota, dan (2) dari luar, berupa

tuntutan dan harapan pihak luar.

8. Efektivitas kelompok diartikan Purwanto dan Huraerah (2006) sebagai

keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada

tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan (fisik maupun nonfisik) yang

memuaskan anggotanya. Menurut Slamet (1978), efektivitas kelompok harus

dilihat dari: (1) segi produktivitasnya, yaitu keberhasilan mencapai tujuan

kelompok; (2) moral, berupa semangat dan sikap para anggotanya; dan (3)

kepuasan, yakni keberhasilan anggota mencapai tujuan-tujuan pribadinya.

9. Agenda terselubung adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok,

yang diketahui oleh semua anggotanya, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis.

Slamet (1978) mengartikan agenda terselubung lebih jauh, yaitu sebagai

maksud-maksud terselubung yang mengacu kepada tujuan yang tidak nampak,

yang dapat bersumber dari anggota, pimpinan maupun kelompok itu sendiri.

Page 27: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten

Bogor. Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih dua bulan yaitu Bulan

Juni - Juli 2010.

3.2 Alat dan Sasaran Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain kuesioner, kamera digital,

seperangkat komputer, software SPSS (Statistic Programme for Social Science)

17.0, dan software Excel 2007. Sasaran penelitiannya adalah KTH di Desa

Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.

3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer didapat dari para anggota KTH. Data primer ini dikumpulkan dengan

menggunakan teknik wawancara, berdasarkan daftar pertanyaan atau kuesioner

serta pengamatan langsung terhadap keberadaan kelompok dan keadaan usaha

hutan rakyat anggota. Data sekunder, khususnya yang mencakup data mengenai

KTH diperoleh dari BP3K Wilayah Cigudeg. Data sekunder lainnya diperoleh

dari data monografi Desa Jugalajaya dan Dinas Kehutanan Kabupaten Bogor.

3.4 Metode Pemilihan Responden

Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan pendekatan non-

probability melalui metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel

dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti.

Kelompok tani hutan yang diambil sebanyak dua kelompok yaitu KTH

Kuningsari II dan KTH Mandiri II, dimana masing-masing kelompok dipilih 25

responden.

3.5 Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel atau peubah, yaitu aspek

dinamika kelompok tani sebagai peubah bebas, dan sub sistem produksi

Page 28: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

13

pengelolaan hutan rakyat sebagai peubah terpengaruh. Dinamika kelompok dalam

penelitian ini hanya dilihat dari aspek psikososial dengan mengukur komponen:

tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan dan

pemeliharaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan

kelompok dan efektivitas kelompok, sedangkan sub sistem pengelolaan hutan

rakyat hanya dilihat dari unsur sub sistem produksi, yaitu penanaman,

pemeliharaan dan pemanenan.

3.6 Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian

Kerangka Berfikir

Perkembangan suatu kelompok sosial termasuk di dalamnya KTH,

sekurang-kurangnya akan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan

internal. Faktor eksternal berkaitan dengan adanya iklim yang kondusif yang

diberikan pemegang kebijaksanaan sehingga organisasi atau kelompok diberikan

kemudahan melaui peraturan atau perundang-undangan dan berbagai bentuk

pembinaan lainnya. Selanjutnya faktor internal adalah faktor yang bersumber dan

terjadi dalam organisasi atau kelompok tersebut. Salah satu aspek faktor internal

yaitu dinamika kelompok. Dinamika Kelompok diartikan sebagai suatu studi yang

menganalisis berbagai kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku

kelompok yang menyebabkan terjadinya gerak perubahan dalam kelompok untuk

mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan (Syamsu dkk. 1991).

Kelompok tani yang dinamis biasanya ditandai oleh adanya kegiatan-

kegiatan atau interaksi, baik di dalam kelompok maupun dengan pihak-pihak luar

kelompok tersebut sebagai upaya mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Dengan menggunakan pendekatan psikososial, tingkat kedinamisan KTH tersebut

dapat dilihat dari unsur-unsurnya.

Dengan adanya parameter berupa aspek dinamika kelompok tersebut, maka

KTH terbuka peluang untuk melakukan pengelolaan hutan rakyat yang optimal.

Aspek yang akan dikaji dalam pengelolaan hutan rakyat yang optimal bisa dilihat

dari kualitas sub sistem pengelolaan hutan rakyat, yaitu sub sistem produksi, sub

sistem pengelolaan hasil dan sub sistem pemasaran hasil. Namun dalam penelitian

ini yang akan dikaji hanya sub sistem produksi pengelolaan hutan rakyat.

Page 29: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

14

Hipotesis Penelitian

Dari uraian di atas dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: ada hubungan

yang nyata antara dinamika kelompok tani dengan sub sistem produksi

pengelolaan hutan rakyat. Berikut gambar hubungan yang menunjukkan unsur

dinamika kelompok dengan sub sistem produksi pengelolaan hutan rakyat.

Dinamika Kelompok Sub Sistem Produksi

Gambar 1 Hubungan dinamika kelompok terhadap sub sistem produksi.

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan ke dalam empat tahap, yaitu (1)

pengukuran terhadap unsur dinamika kelompok, (2) uji validitas dan reliabilitas,

(3) pengukuran tingkat kedinamisan kelompok, dan (4) uji korelasi spearman.

Masing-masing tahap akan dijelaskan sebagai berikut.

Pengukuran Unsur Dinamika KTH

Pengukuran terhadap unsur dinamika KTH digunakan statistik deskriptif

yaitu terhadap aspek-aspek dinamika kelompok dengan menggunakan opsi

jawaban model Skala Likert, yaitu dengan kuantifikasi penilaian yang disajikan

pada Tabel 1.

Dilihat dari unsur-unsur:

1. Penanaman

2. Pemeliharaan

3. Pemanenan

Dilihat dari unsur-unsur:

1. Tujuan kelompok

2. Struktur kelompok

3. Fungsi tugas kelompok

4. Pembinaan dan pemeliharaan

kelompok

5. Kekompakan kelompok

6. Suasana kelompok

7. Tekanan kelompok

8. Efektivitas kelompok

Page 30: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

15

Tabel 1 Tetapan nilai pilihan jawaban responden

Nilai/Skor Jawaban Responden

5 Sangat setuju

4 Setuju

3 Ragu-ragu

2 Tidak Setuju

1 Sangat Tidak Setuju

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk menentukan keabsahan dari pertanyaan yang

digunakan dalam penelitian ini. Uji ini menunjukkan sejauh mana skor, nilai atau

ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran dari pertanyaan

yang diajukan. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel

dengan skor total variabel. Adapun kriteria dan keputusan uji validitas ini adalah

sebagai berikut.

Kriteria:

H0 : tidak ada hubungan antara pertanyaan dengan total (tidak valid)

H1 : ada hubungan antara pertanyaan dengan total (valid)

Keputusan:

tolak H0 jika nilai sig. (2-tailed) kurang dari alpha 5%

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam

mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner

tersebut dapat digunakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan

menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan metode satu kali

pengukuran yaitu menggunakan korelasi Cronbach’s Alpha (α) dengan bantuan

software SPSS. Jika ralpha positif dan nilainya lebih besar dari rtabel maka

pengukuran yang kita gunakan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan

software SPSS (Uyanto 2009).

Pengukuran Tingkat Kedinamisan Kelompok

Menurut Yunasaf (1997), untuk mengetahui tingkat kedinamisan kelompok

didasarkan pada kriteria atau kelas kategori, yang didasarkan atas perhitungan

selisih antara skor harapan tertinggi dengan skor harapan terendah, yang dibagi

Page 31: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

16

menjadi 5 kelas dengan skala yang sama, sehingga diperoleh kelas kategori

sebagai berikut:

(1) Sangat rendah, dengan skor kurang dari 36 % dari skor harapan maksimum;

(2) Rendah, dengan skor lebih atau sama dengan 36 % sampai dengan kurang dari

52 % dari skor harapan maksimum;

(3) Sedang atau cukup, dengan skor lebih atau sama dengan 52 % sampai dengan

kurang dari 68 % dari skor harapan maksimum;

(4) Tinggi, dengan skor lebih atau sama dengan 68 % sampai dengan kurang dari

84 % dari skor harapan maksimum;

(5) Sangat tinggi, dengan skor lebih atau sama dengan 84 % dari skor harapan

maksimum.

Analisis Hubungan Antar Peubah

Dalam penelitian ini, analisis hubungan antar peubah dilakukan untuk

melihat keterkaitan antara peubah yang satu dengan peubah yang lainnya, dalam

hal ini peubah yang dimaksud yaitu unsur dinamika kelompok dengan sub sistem

produksi pengelolaan hutan rakyat. Pengujian hubungan (korelasi) antara satu

peubah dengan peubah lainnya tersebut didasarkan atas hipotesis sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat hubungan (korelasi) antara satu peubah dengan peubah

lainnya.

H1 : terdapat hubungan (korelasi) antara satu peubah dengan peubah lainnya.

Untuk menguji erat tidaknya hubungan antar peubah tersebut, digunakan

Uji Korelasi Jenjang Spearman dengan statistik uji sebagai berikut:

r s = 1 - 6 𝑑𝑖

𝑛 (𝑛2− 1)

Dua peubah dikatakan memiliki hubungan yang nyata antara satu dengan

yang lainnya apabila dapat dibuktikan bahwa tolak H0 jika angka probabilitas

(Asymp. Sig.) < nilai α (Alpha), dan dikatakan tidak memiliki hubungan yang

nyata antara satu peubah dengan peubah lainnya apabila dapat dibuktikan bahwa

terima H0 jika angka probabilitas (Asymp. Sig.) > nilai α (Alpha) (Siegel 1992).

Pengujian uji korelasi spearman, menggunakan software SPSS.

Page 32: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

17

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Desa Jugalajaya merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di

Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor dengan ketinggian di atas permukaan laut

sebesar 207 m dpl. Desa Jugalajaya terletak di 060

52„ 42,5

“ LS dan 106

0 41

„ 42,8

BT dengan luas wilayah sebesar 1.159 ha. Penggunaan lahan di Desa Jugalajaya

didominasi oleh hutan rakyat, yaitu sebesar 63,93% dari luas wilayahnya. Jenis

tata guna lahan yang ada di Desa Jugalajaya untuk lebih jelasnya disajikan dalam

Tabel 2.

Tabel 2 Jenis-jenis penggunaan lahan di Desa Jugalajaya

No Tata Guna Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Hutan rakyat 741 63,93

2 Hutan negara 51 4,40

3 Perkebunan rakyat 126 10,87

4 Perkebunan negara 125 10,79

5 Tanah sawah 114 9,84

6 Tanah perusahaan swasta 2 0,17

Total 1.159 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Jugalajaya (2009)

Adapun batas-batas Desa Jugalajaya secara administrasi adalah sebagai

berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pamegarsari

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pangradin

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukajaya

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Curug dan Desa Wirajaya

Sedangkan wilayahnya terbagi kedalam tiga wilayah administratif, yaitu:

a. Dusun sebanyak 2 dusun

b. Rukun Warga (RW) sebanyak 5 RW

c. Rukun Tetangga (RT) sebanyak 26 RT

Page 33: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

18

4.2 Topografi

Secara umum wilayah Desa Jugalajaya berbukit-bukit dengan ketinggian

207 m dpl. Lahan di wilayah Desa Jugalajaya sebagian besar didominasi oleh

perkebunan seperti kebun campuran sengon dengan tanaman lain serta kebun

monokultur karet atau sengon dan sisanya persawahan dengan jenis tingkat

kelerengan datar, landai dan curam. Tingkat kelerengan yang datar dan landai

ditanami dengan jenis tanaman pertanian dan kebun campuran seperti padi,

sengon, dan karet. Sedangkan untuk tingkat kelerengan yang curam digunakan

untuk tanaman kopi.

4.3 Jenis Tanah

Kondisi tanah banyak dipengaruhi oleh batuan induk dan faktor lain

pembentuknya. Kecamatan Jasinga memiliki jenis tanah Podsolik Merah Kuning

(PMK) pada lahan kering dengan persentase 80% dan sisanya merupakan jenis

tanah Aluveral yang terdapat pada lahan basah (sawah). PMK merupakan tanah

yang mengalami penimbunan liat di horizon bawah, bersifat masam, kejenuhan

basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.

4.4 Iklim

Kecamatan Jasinga memiliki suhu rata-rata tiap bulan sebesar 260 C dengan

suhu terendah 21,80 C dan suhu tertinggi sebesar 30,4

0 C. Kelembaban udara

sebesar 70% dengan curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.000-4.000 mm,

dengan curah hujan terbesar pada Bulan Desember. Musim hujan umumnya

dimulai pada Bulan September. Pada Bulan Januari, hujan mulai berkurang ke

tingkat paling rendah dari Bulan Juni hingga Bulan Agustus. Kecamatan Jasinga

(2007) memiliki curah hujan sebesar 1.561,3 mm/tahun dengan 125 hari hujan

dalam satu tahun.

4.5 Pemerintahan dan Kependudukan

Desa Jugalajaya Kecamatan Jasinga memiliki jumlah penduduk 5.128 jiwa

yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.667 jiwa dan perempuan sebanyak 2.459

jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.413 KK. Sebaran penduduk

berdasarkan kelompok umur di Desa Jugalajaya yang tertinggi yaitu pada

Page 34: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

19

kelompok umur 7 – 12 tahun sebesar 24,83%, dan yang terendah pada kelompok

umur > 60 tahun sebesar 2,83%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Jugalajaya

No Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah

(Jiwa)

Persentase

(%) Laki-laki Perempuan

1 0 – 4 347 325 672 13,11

2 5 – 6 183 161 344 6,71

3 7 – 12 644 629 1.273 24,83

4 13 – 15 253 237 490 9,56

5 16 – 18 194 178 372 7,26

6 19 – 25 255 226 481 9,38

7 26 – 35 213 197 410 8,00

8 36 – 45 218 197 415 8,10

9 46 – 50 137 119 256 4,99

10 51 – 60 145 123 268 5,23

11 > 60 78 67 145 2,83

Jumlah 2.667 2.459 5.126 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Jugalajaya (2009)

Mata pencaharian di Desa Jugalajaya didominasi oleh petani sebesar 67,45

% dan sisanya bermata pencaharian sebagai buruh, pedagang, wiraswasta, PNS,

pensiunan dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis mata pencaharian masyarakat di Desa Jugalajaya

No Jenis Mata Pencaharian Utama Jumlah (KK) Persentase (%)

1 Petani

- Petani pemilik tanah

- Buruh tani

318

635

22,51

44,94

2 Buruh bangunan 61 4,32

3 Pedagang 35 2,48

4 Pengemudi/jasa 110 7,78

5 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 16 1,13

6 TNI/POLRI - -

Page 35: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

20

Tabel 4 (lanjutan)

No Jenis Mata Pencaharian Utama Jumlah (KK) Persentase (%)

7 Pensiunan 10 0,71

8 Industri kecil 10 0,71

9 Lain-lain 218 15,43

Jumlah 1.413 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Jugalajaya (2009)

Masyarakat Desa Jugalajaya penduduknya menganut agama Islam.

Sedangkan untuk bidang pendidikan, di Desa Jugalajaya masih rendah, sebagian

besar pendidikan masyarakat hanya sampai sekolah dasar (SD). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Jugalajaya

No Jenis Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Belum sekolah 1.082 21,43

2 Tidak tamat SD 825 16,34

3 Tamat SD/sederajat 1.725 34,17

4 Tamat SLTP/sederajat 836 16,56

5 Tamat SLTA/sederajat 442 8,76

6 Tamat perguruan tinggi 24 0,48

7 Buta huruf 114 2,26

Jumlah 5.048 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Jugalajaya (2009)

Page 36: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

21

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat

Pengelolaan hutan rakyat terbagi menjadi tiga sub sistem yang saling terkait.

Ketiga sub sistem tersebut yaitu sub sistem produksi, sub sistem pengolahan hasil,

dan sub sistem pemasaran hasil.

5.1.1 Sub sistem produksi

Sub sistem produksi meliputi kegiatan persiapan lahan, persiapan bibit,

penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Dari kedua KTH yang diteliti,

kegiatan sub sistem produksi hanya dilakukan mulai dari kegiatan persiapan lahan

hingga kegiatan pemeliharaan, sedangkan untuk kegiatan pemanenan dilakukan

oleh para tengkulak dengan sistem penjualan oleh tengkulak ke petani yaitu

sistem borongan per luasan lahan. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat di lokasi

penelitian dilakukan secara individual pada tingkat kepala keluarga. Oleh karena

itu, areal hutan rakyat tidak mengelompok pada suatu lokasi tertentu tetapi

cenderung membentuk suatu pola penyebaran yang tidak teratur sesuai dengan

kepemilikan lahan dari petani dengan luas lahan yang berbeda satu sama lainnya.

Dalam kegiatan persiapan lahan, mayoritas petani hanya melakukan

pembakaran lahan bekas tebangan untuk menghilangkan semak belukar dan sisa

aktivitas pemanenan, pembuatan lubang tanam dan pemupukan. Sebagian besar,

petani mempersiapkan bibit dengan mengandalkan trubusan (tunas yang tumbuh

dari tunggak bekas kayu tebangan) sehingga bibit yang telah cukup umur ditanam

untuk keperluan sendiri. Namun, ada sebagian dari petani mempersiapkan

bibitnya dengan cara membeli ke petani lain dengan harga satu bibit seharga Rp.

1.000,- per bibit. Selain dari hasil trubusan dan membeli ke petani lain, kebutuhan

bibit biasanya diperoleh dari bantuan/proyek yang datang dari pemerintah atau

dinas lainnya. Contohnya, pada tahun 2009 bantuan bibit dari kegiatan

Penanaman One Man One Tree (OMOT) yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan

Das Citarum Ciliwung, dengan jumlah bibit sengon sebanyak 2.500 bibit (Anonim

2009).

Page 37: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

22

Tabel 6 Kegiatan OMOT di KTH Mandiri II

Jenis Jumlah Bibit

Albizia

Duren

Manggis

Suren

2.500

15

15

500

Jumlah 3.030

Sumber: Data OMOT BPDas Citarum Ciliwung (2009)

Dari kedua KTH yang diteliti, pola tanam yang dilakukan ada dua jenis,

yaitu pola tanam satu jenis tanaman atau monokultur (sengon atau karet saja) dan

pola tanam campuran (sengon dan karet atau jenis lain). Sebagian besar pohon

sengon yang ditanam secara campuran dengan pohon lain memiliki pertumbuhan

yang lebih baik dibandingkan dengan pohon sengon yang ditanam secara

monokultur. Hal ini dikarenakan kebutuhan unsur hara tanaman sengon dengan

jenis lain berbeda sehingga tidak terjadi perebutan unsur hara. Berbeda dengan

yang ditanam secara monokultur, selain terjadi perebutan unsur hara juga rentan

terhadap serangan hama penyakit. Dalam pengaturan jarak tanam, petani masih

kurang memperhatikan hal tersebut. Alasannya, karena disesuaikan dengan

kondisi luas lahan. Sebagian besar, petani tidak memperhatikan berapa volume

kayu yang nanti akan dipanen, tetapi mereka lebih memfokuskan untuk

memaksimalkan jumlah batang yang mereka miliki dari lahan tersebut. Dalam hal

penentuan daur sengon pun, petani masih sangat tergantung dengan kebutuhan

ekonominya sehingga meskipun belum masak tebang mereka akan menjual atau

menebangnya. Sebagian besar petani yang diteliti, menjual pohon sengonnya

dibawah umur 6 tahun. Hal ini tidak menutup kemungkinan diakibatkan oleh

semakin tingginya biaya hidup atau tingkat kekonsumtifan masyarakat yang

semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya tuntutan hidup.

Page 38: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

23

Gambar 2 Tegakan sengon monokultur dan campuran di Desa Jugalajaya.

Dalam kegiatan pemeliharaan, mayoritas petani melakukan kegiatan

penyiangan, pendangiran, pemupukan, pemangkasan cabang, dan pemberantasan

hama dan penyakit. Hanya sebagian dari petani yang melakukan kegiatan

penyulaman dan penjarangan. Kegiatan pemeliharaan diatas yang dilakukan oleh

petani tergolong masih sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi petani yang

bersangkutan. Khususnya pada kegiatan pemupukan dan pemberantasan hama dan

penyakit. Kedua kegiatan tersebut dapat terlaksana apabila tersedia atau tidaknya

dana yang dimiliki oleh petani untuk membeli pupuk dan obat pemberantas hama

sengon. Sebagian besar masyarakat menggunakan pupuk kandang yang dicampur

dengan pupuk kimia. Pemupukan dilakukan pada tiga bulan sekali pada tahun

pertama dan dilakukan selama tiga tahun. Dalam hal pemberantasan hama dan

penyakit, masalah yang dihadapi yaitu ulat pemakan daun (Eurema sp.) dan ulat

pengganggu akar yaitu uret/kuuk (Leucopholis rorida). Dalam pengendaliannya,

untuk pengendalian Eurema sp., biasanya petani menggunakan pestisda,

sedangkan untuk pengendalian Leucopholis rorida, biasanya petani menggunakan

obat yaitu furadan 3G. Menurut Atmosuseno (1994) dan Siregar et al. (2008),

untuk pengendalian Eurema sp. dapat digunakan pestisida untuk memberantas

hama tersebut. Namun ada sebagian petani yang membiarkannya karena terpaut

dengan dana.

Dalam kegiatan pemeliharaan pada sub kegiatan penyiangan, pendangiran

dan pemangkasan cabang, biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dari gulma

(rumput) dan ranting percabangan untuk pakan ternak serta pemenuhan kebutuhan

kayu bakar untuk memasak. Pada kegiatan penyulaman, dilakukan apabila salah

Page 39: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

24

satu atau beberapa dari pohon tersebut mati. Kegiatan ini dilakukan pada saat

umur pohon masih dibawah satu tahun. Untuk kegiatan penjarangan, sebagian

besar petani tidak melakukan kegiatan ini. Alasannya karena petani tidak ingin

mengurangi jumlah pohon yang ada di lahannya. Selain itu, perlu tambahan biaya

untuk menebang pohon tersebut. Namun ada juga petani yang melakukan

penjarangan disebabkan kebutuhan ekonomi yaitu pada saat memerlukan

tambahan biaya untuk kebutuhan yang mendesak seperti untuk keperluan masuk

biaya sekolah, acara resepsi pernikahan dan pembangunan rumah.

Dalam kegiatan pemanenan, petani menjual kayu ke tengkulak dengan

sistem borongan, sehingga kegiatan pemanenan mulai dari penebangan hingga

pengangkutan ditanggung oleh tengkulak. Biaya pemanenannya pun ditanggung

oleh tengkulak. Pada umumnya, pemanenan dilakukan dengan menggunakan

chainsaw yang dilakukan oleh para tengkulak. Dari hasil wawancara dengan

tengkulak, biaya yang digunakan untuk pemanenan diperoleh dari pemilik industri

penggergajian. Sistem kerjasama antara tengkulak dengan industri penggergajian

yaitu sebagai mitra, dimana pemilik industri penggergajian memberikan dana

kepada tengkulak, kemudian tengkulak yang mencari informasi ke petani yang

akan menjual kayunya. Jadi, petani dan pemilik industri penggergajian

menanggungkan resikonya kepada tengkulak. Hal ini menunjukkan, petani berada

di posisi yang pasif karena tidak memiliki kisaran harga yang pasti (Rp per m3)

untuk tegakan sengon di lahan miliknya.

Tengkulak melakukan transaksi jual beli dengan petani dengan sistem

borongan per hamparan. Transaksi yang dilakukan tengkulak berdasarkan taksiran

diameter dan tinggi pohon. Khusus tinggi pohon, dipakai tinggi pohon batang

komersial yang merupakan ukuran tinggi batang yang laku dijual di pasar

perdagangan sekaligus syarat kayu masuk ke industri penggergajian yaitu berkisar

antara 2,8 meter sampai 4 meter. Untuk kegiatan penebangan, diperlukan 2 orang

pekerja dengan upah penebang yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 200.000,- per

hari untuk dua orang pekerja. Sedangkan untuk kegiatan pengangkutan diperlukan

6-7 orang dengan asumsi lokasi penebangan dekat dengan jalan, dengan upah

harian sebesar Rp. 35.000,- per hari per orang serta diperlukan 12 orang dengan

asumsi lokasi penebangan jauh dengan jalan, dengan upah harian sebesar Rp.

Page 40: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

25

40.000,- per hari per orang. Dalam sekali panen, biasanya jumlah kayu yang dapat

diangkut dalam bentuk log atau jika terjadi gergajian dalam bentuk sortimen,

mencapai 4-5 truk dengan kapasitas 4-5 m3 per truk untuk ukuran kayu

berdiameter lebih dari 18 cm dan 3 m3 per truk untuk ukuran kayu berdiameter

kurang dari 18 cm.

5.1.2 Sub sistem pengolahan hasil

Sub sistem pengolahan hasil yaitu suatu proses hingga dihasilkan bentuk

produk akhir yang dijual oleh para petani hutan rakyat atau dipakai sendiri. Dari

kedua KTH yang diteliti, tidak dijumpai petani yang menjual kayu sengon dalam

bentuk kayu olahan. Hal ini dikarenakan pemanenan dilakukan oleh tengkulak,

petani hanya berperan sampai tahap pemeliharaan saja. Alasan ini dilatarbelakangi

oleh kecenderungan petani berfikir praktis sehingga lebih memilih menyerahkan

kegiatan pemanenan dilakukan oleh tengkulak. Hal ini disebabkan karena

kebutuhan ekonomi dan dilatarbelakangi oleh penghematan dana untuk keperluan

biaya pemanenan dan pengangkutan.

5.1.3 Sub sistem pemasaran hasil

Sub sitem pemasaran hasil adalah kegiatan atau proses penjualan kayu

rakyat (dalam penelitian ini dikhususkan jenis sengon) dari petani sebagai

produsen kepada pembeli/konsumen, baik melalui perantara (tengkulak) maupun

tidak. Hasil kayu dari hutan rakyat di lokasi penelitian dipasarkan ke wilayah

Kecamatan Jasinga, Kecamatan Cigudeg dan bahkan sampai ke Provinsi Banten.

Sistem pemasaran yang terjadi di kedua KTH yang diteliti yaitu petani langsung

menjual ke tengkulak. Dari kondisi tersebut, dapat digambarkan saluran

pemasarannya, seperti disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Saluran pemasaran kayu sengon di Desa Jugalajaya.

Petani

Tengkulak

Industri Penggergajian

Page 41: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

26

Dari hasil wawancara dengan industri penggergajian, hasil produk kayu

olahan yang dihasilkan dari log kayu sengon berupa papan, balok, kaso dan reng

dengan ukuran-ukuran tertentu. Produk kayu yang dihasilkan dari satu log kayu

sengon dengan ukuran diameter > 20 cm adalah balok (10 cm x 10 cm x 3 m),

papan (3 cm x 20 cm x 3 m), kaso (4 cm x 6 cm x 3 m) dan reng (2 cm x 5 cm x 3

m). Sedangkan untuk ukuran diameter yang lebih kecil biasanya digunakan untuk

membuat sortimen kaso dan reng.

Selain itu, hasil dari sisa gergajian biasanya dimanfaatkan untuk

peruntukkan kayu bakar. Limbah ini biasanya dijual dengan satuan per truk. Satu

truk untuk mengangkut limbah tersebut berkisar 6-8 m3. Ada juga sisa hasil

gesekan yaitu serbuk gergajian. Limbah ini pun dipakai sebagai media budidaya

jamur.

5.2 Dinamika KTH

5.2.1 Sejarah KTH

Secara garis besar latar belakang atau dasar berdirinya kelompok tani dapat

dikelompokkan dalam dua golongan. Pertama, kelompok yang berdiri karena ada

dorongan dari luar, baik karena ada program bantuan atau proyek. Kedua,

kelompok tani yang terbentuk karena dorongan dari dalam, yaitu masyarakat atau

petani itu sendiri. Usia atau lama berdirinya kelompok tidak menjamin

tercapainya peningkatan kelas kelompok. Sebaliknya, kelompok yang didirikan

dari bawah atau inisiatif masyarakat sendiri dapat menjadi modal dasar bagi

berkembangnya kelompok secara lebih baik.

Kelompok tani hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga Kabupaten

Bogor dibentuk dari keinginan masyarakat untuk memperbaiki kehidupan

ekonomi melalui usaha tani. Keadaan ini didukung dengan potensi hutan rakyat di

Desa Jugalajaya yang mayoritas petaninya menanam kayu sengon. Pada saat itu

trend kayu sengon sedang naik di pasar perdagangan sebagai bahan baku kayu

pertukangan, karena kayu sengon memiliki daur yang relatif pendek dibandingkan

dengan kayu jenis lain. Hal ini mendorong petani untuk semakin berkembang

dalam usaha taninya terutama usaha dalam bertani kayu sengon. Kebutuhan

industri penggergajian terhadap bahan baku kayu sengon yang begitu besar,

ternyata tidak sejalan dengan kemampuan petani dalam mengelola hutan rakyat

Page 42: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

27

terutama dalam menyediakan bahan baku kayu sengon tersebut. Selain itu, lahir

keinginan petani akan pentingnya pengetahuan dan teknologi mengenai usaha

taninya mendorong untuk mengelola hutan rakyat lebih optimal dan membawa

pada kemampuan produktivitas kayu sengon meningkat. Dari kedua kondisi

tersebut, lahirlah keinginan-keinginan petani untuk memperoleh bantuan dalam

menjalankan usaha taninya. Keinginan-keinginan tersebut ternyata tidak bisa

diwujudkan apabila petani melakukannya secara individual. Pemerintah Daerah

setempat mengusulkan untuk membentuk suatu kelompok-kelompok tani agar

petani bisa lebih mandiri dan bantuan atau proyek yang datang pun tepat sasaran,

transparan dan efektif. Keadaan ini didukung oleh BP3K Wilayah Cigudeg dan

memperoleh Instruksi dari Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Bogor untuk membentuk suatu kelompok-kelompok tani. Dengan demikian

lahirlah kelompok-kelompok tani yang bergerak di bidang pertanian dan

kehutanan.

Secara umum kedua KTH yang diteliti yaitu KTH Kuningsari II dan Mandiri

II, terbentuk karena dorongan dari dalam yaitu masyarakat atau petani itu sendiri.

Kelompok tani hutan yang dibentuk mengacu pada format organisasi modern

dengan struktur kepengurusan dan elemen organisasi yang sangat kompleks,

lengkap dan tertata rapi serta didukung oleh pranata hukum formal. Dukungan

yang diperoleh tidak hanya dari masyarakat setempat tetapi juga oleh pemerintah

melalui instansi yang terkait. Mardikanto (1992) mengemukakan bahwa

kelompok tani bukan lagi suatu kelompok-kelompok informal tetapi lebih tepat

sebagai kelompok formal atau organisasi yang berstruktur rangkap pamrih-

paksaan. Namun demikian, derajat keformalan kelompok-kelompok tersebut

berbeda satu dengan yang lainnya. Informasi mengenai KTH yang diteliti

disajikan dalam Tabel 7.

Page 43: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

28

Tabel 7 Informasi Mengenai KTH

Informasi

Kelompok KTH Kuningsari II KTH Mandiri II

Tahun Berdiri 2009 2000

Struktur

Kepengurusan

Ketua

Sekretaris

Bendahara

Seksi-seksi:

- Humas

- Sapras

- POPT (Peramalan

Organisme Pengganggu

Tumbuhan)

- Usaha

- P3A Mitra Cai (Pengurus

Petani Pengguna Air)

Ketua

Sekretaris

Bendahara

Seksi-seksi:

- Humas

- Produksi

- Pengendalian Hama

- P3A Mitra Cai

(Pengurus Petani

Pengguna Air)

Jumlah Anggota 50 orang 50 orang

Sumber: Data Sekunder KTH

5.2.2 Unsur dinamika KTH

Sebelum masuk ke pembahasan aspek dinamika KTH, dilakukan uji

validitas dan uji reliabilitas. Dari pengolahan hasil uji validitas menunjukkan tidak

semua pernyataan dalam kuesioner valid. Sebagian besar tolak H0, terima H1

dengan nilai sig 2-tailed kurang dari 5% (valid). Pertanyaan-pertanyaan yang

valid pada aspek dinamika kelompok yang diteliti telah memenuhi syarat untuk

digunakan dalam menilai tingkat kedinamisan kelompok. Sedangkan untuk

pertanyaan yang tidak valid, tidak dapat digunakan untuk pengolahan analisis

statistik berikutnya sehingga dikeluarkan dari analisis penelitian dan tidak dapat

diolah lebih lanjut. Tahapan selanjutnya yaitu pengolahan hasil uji reliabilitas.

Dari pengolahan hasil uji reliabilitas, diperoleh nilai rata-rata Alfa Croncbah yaitu

lebih besar dari 0,50. Ini menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas kuesioner

tersebut tergolong tinggi, artinya pertanyaan pada kuesioner yang disebarkan

Page 44: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

29

dapat digunakan untuk dijadikan alat ukur dalam penelitian ini. Hasil uji validitas

dan reliabilitas disajikan pada Lampiran 1.

Dinamika KTH adalah kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam kelompok

petani hutan yang menentukan atau mempengaruhi perilaku kelompok dan

anggota-anggotanya dalam rangka pencapaian tujuan secara efektif. Dinamika

kelompok ini diukur dengan cara mengetahui jumlah skor dari delapan komponen

indikatornya, yang meliputi: (1) tujuan kelompok, (2) struktur kelompok, (3)

fungsi tugas kelompok, (4) pembinaan dan pemeliharaan kelompok, (5)

kekompakan kelompok, (6) suasana kelompok, (7) tekanan kelompok, dan (8)

efektivitas kelompok. Skor dinamika kedua KTH yang diteliti dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8 Skor dinamika KTH

No Unsur Dinamika Kelompok

KTH

KuningSari II

Skor1)

KTH

Mandiri II

Skor1)

Skor

Rata-rata

Total2)

1. Tujuan kelompok 37,60 38,80 38,20

2. Struktur kelompok 29,60 21,92 25,76

3. Fungsi dan tugas kelompok 43,09 42,17 42,63

4. Pembinaan dan

pemeliharaan kelompok 46,33 51,42 48,88

5. Kekompakan kelompok 57,87 55,82 56,85

6. Suasana kelompok 37,00 36,60 36,80

7. Tekanan kelompok 44,93 43,33 44,13

8. Efektivitas kelompok 49,13 46,53 47,83

Dinamika kelompok 43,19 42,07 42,63

Keterangan: 1)Skor rata-rata posisi atau median (dalam persentase dari skor harapan maksimum) 2)Skor rata-rata dari KTH Kuningsari II dengan KTH Mandiri II (dalam persentase)

Tujuan Kelompok

Tujuan kelompok adalah keadaan atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh

kelompok. Ada 3 sub indikator yang digunakan di dalam melihat tujuan ini, yaitu:

(1) sifat dan kejelasan tujuan, (2) penjabaran tujuan (pembuatan rencana kerja dan

Rencana Definitif Kelompok (RDK) / Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok

Page 45: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

30

(RDKK), dan (3) kesesuaian rencana kerja dan RDK/RDKK dengan keinginan

dan kebutuhan anggota.

Dari hasil penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 8 menunjukkan

bahwa tujuan kelompok dari kedua KTH yang diteliti masih tergolong rendah,

dengan rata-rata skor mencapai 38,20 % dari skor harapan maksimum. Tujuan

KTH yang rata-rata tergolong masih rendah, terlihat dari: (1) belum ada tujuan

kelompok yang spesifik, yang berhubungan dengan hal-hal yang ingin dicapai

oleh kelompok, dan (2) belum adanya upaya kelompok di dalam merumuskan

tujuan kelompok secara tertulis, termasuk di dalam penyusunan rencana kegiatan

atau kerja kelompok.

Tujuan dan latar belakang berdirinya KTH merupakan keinginan masyarakat

untuk memperoleh bantuan usaha. Tujuan yang bersifat spesifik, yang muncul

dari KTH sendiri sejauh ini tidak ada. Umumnya KTH belum dapat merumuskan

tujuan atau arah yang ingin dicapai oleh kelompok secara jelas. Demikan pula

dalam hal rencana kerja atau kegiatan, KTH belum merumuskannya, sehingga

para petani hutan rakyat yang tergabung dalam KTH tidak mengetahui apalagi

memahami tujuan hakiki dari kelompok. Para petani hutan rakyat mengatakan

sejauh ini belum pernah ada pertemuan khusus yang membahas tentang tujuan

dan kegiatan kelompok. Mereka beranggapan bahwa tujuan kelompok hanya

untuk memudahkan dalam memperoleh bantuan dari pemerintah ataupun dari

dinas terkait. Karena belum spesifiknya tujuan dari berkelompok dan kegiatan

kelompok lebih banyak menunggu ketika bantuan datang, hal tersebut dapat

menjadi penyebab kurang berkembangnya kelompok untuk menjadi dinamis.

Keadaan tersebut tentunya kurang mendukung untuk berkembangnya usaha

para petani hutan rakyat. Hasil penelitian Yunasaf (2008) menunjukkan bahwa

suatu kelompok tani sebenarnya dapat memiliki tujuan yang lebih spesifik,

sehingga dapat mendorong dinamisnya kelompok tani tersebut. Tujuan yang

bersifat spesifik tersebut sudah lebih menggambarkan hal-hal yang konkrit yang

harus dicapai oleh kelompok dan relatif dekat dengan hubungannya dengan

tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh para anggotanya.

Page 46: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

31

Struktur Kelompok

Struktur kelompok adalah susunan hierarki mengenai hubungan-hubungan

berdasarkan peranan dan status di dalam kelompok. Dalam melihat struktur

kelompok ini digunakan 3 sub indikator, yaitu (1) struktur pengambilan

keputusan, (2) struktur tugas, dan (3) struktur komunikasi.

Hasil penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa

struktur kelompok dari kedua KTH yang diteliti masih tergolong sangat rendah,

dengan rata-rata skor mencapai 25,76 % dari skor harapan maksimum. Struktur

KTH yang rata-rata masih tergolong sangat rendah terlihat dari masih lemahnya

kelompok di dalam menyusun hierarki mengenai hubungan-hubungan atas dasar

peranan dan status di kelompok. Kedua KTH yang diteliti umumnya sudah

memiliki kelengkapan di dalam struktur kepengurusannya, namun struktur

tersebut hanya sebagai formalitas saja.

Pengaturan kelompok petani di dalam mengatur hubungan atas dasar peran

dan status di kelompok, khususnya dilihat dari segi struktur kekuasaan, struktur

tugas dan struktur komunikasi belum mendukung untuk berkembangnya

kelompok. Dilihat dari struktur kekuasaan atau kewenangan, umumnya kelompok

hanya dikendalikan oleh seorang ketuanya saja. Tidak ada unsur lainnya, baik itu

sekretaris atau anggota lainnya yang ikut di dalam pengaturan kelompok. Oleh

karena itu, dalam pengaturan tugas dan komunikasi pun semuanya terfokus pada

ketua kelompok.

Rendahnya struktur kelompok dari kedua KTH yang diteliti menunjukkan

bahwa KTH tersebut belum mampu menjadi wadah kerjasama bagi para petani

hutan rakyat. Hasil penelitian Yunasaf (2008) mengungkapkan bahwa suatu

kelompok tani yang memiliki kelengkapan dan hubungan yang optimal didalam

struktur kelompok dapat mencerminkan kemampuannya di dalam mengatur diri

kelompok dalam mencapai tujuannya. Kelompok tani tersebut memiliki struktur

kepengurusan yang relatif lengkap, yaitu terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara,

dan seksi-seksi, juga dibagi habis ke dalam regu-regu. Pembagian regu-regu

didasarkan atas kedekatan domisili anggota. Adanya regu tersebut untuk lebih

memudahkan kelompok di dalam menangani dan memantau kinerja dari usaha

petani. Kelompok pun memiliki jadwal pertemuan rutin, dua minggu sekali untuk

Page 47: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

32

ketua regu, satu bulan sekali dengan para anggota, dan setiap tahunnya melakukan

rapat tahunan di kelompok.

Fungsi Tugas Kelompok

Fungsi tugas kelompok adalah segala hal yang harus dilakukan oleh

kelompok dalam rangka pencapaian tujuan. Untuk melihat hal tersebut digunakan

3 sub indikator, yaitu fungsi tugas kelompok dalam: (1) fungsi tugas memberi

kepuasan; (2) fungsi tugas memberi informasi; (3) fungsi tugas koordinasi; dan

(4) fungsi tugas memberi penjelasan.

Hasil penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa

fungsi tugas kelompok dari kedua KTH yang diteliti masih tergolong rendah,

dengan rata-rata skor mencapai 42,63 % dari skor harapan maksimum. Rata-rata

masih rendahnya fungsi tugas KTH terlihat dari usaha KTH cenderung baru

bersifat sebatas menerima bantuan/proyek dari pemerintah atau dinas terkait dan

sebagai penyalur sarana produksi yang dibutuhkan industri penggergajian skala

kecil dengan motif menjual atas dasar kebutuhan pribadi dan penjualannya

dilakukan secara individual.

Kecenderungan masih rendahnya fungsi tugas KTH di dalam pelaksanaan

pemberian informasi terlihat dari masih kurangnya upaya KTH di dalam

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh petani hutan rakyat, baik dilihat dari

segi cakupan informasi yang diberikan maupun dari sarana untuk

tersampaikannya informasi tersebut. Informasi yang diberikan oleh KTH,

umumnya hanya sebatas dari pihak dinas atau pemerintah. Hal ini pun sifatnya

temporer dan terbatas. Dari kedua KTH yang diteliti, tidak dijumpai upaya

kelompok dalam membuat atau menyediakan papan informasi di dalam

membantu tersebarnya informasi. Informasi yang ada biasanya dilakukan ketika

pertemuan ataupun ketua kelompok memberikan informasi langsung kepada

anggota secara individu.

Fungsi tugas KTH dalam pemberian penjelasan juga masih tergolong

rendah. Umumnya KTH belum memiliki atau menyediakan waktu khusus di

dalam membahas atau menjelaskan berbagai hal yang menyangkut kepentingan

kelompok maupun anggota. Pemberian penjelasan sifatnya insidental, hanya

sewaktu-waktu saja. Hal inipun lebih banyak menyangkut penjelasan yang harus

Page 48: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

33

disampaikan atas perintah pemerintah atau dinas terkait. Kelompok pun

cenderung belum banyak melakukan upaya di dalam memfasilitasi para

anggotanya untuk mengenal secara lengkap dan utuh perihal hak-haknya sebagai

anggota.

Melihat masih rendahnya fungsi tugas KTH tersebut menunjukkan bahwa

kelompok tani relatif belum memiliki dorongan yang kuat di dalam memfasilitasi

anggota-anggotanya di dalam mencapai tujuannya. Hal ini tentunya perlu dibenahi

bila ingin melihat kelompok dapat lebih berperan di dalam menguatkan anggota-

anggotanya. Salah satu penyebab yang mendasar, yaitu kurang berfungsinya KTH

di dalam memenuhi kepentingan atau kebutuhan para anggotanya yang berkaitan

dengan proses pembentukan dan pembinaannya. Karena rata-rata KTH tersebut

lahir karena keinginan masyarakat memperoleh bantuan dari pemerintah ataupun

dinas terkait.

Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok

Pembinaan dan pemeliharaan kelompok adalah usaha kelompok dalam

menjaga kehidupannya. Untuk melihat hal ini digunakan 4 sub indikator, yang

terdiri dari: (1) upaya menumbuhkan aktivitas, (2) upaya menyediakan fasilitas,

(3) penciptaan norma, dan (4) mendapatkan anggota baru.

Hasil penelitian sebagaimana tampak pada Tabel 8 menunjukkan bahwa

pembinaan dan pemeliharaan kelompok dari kedua KTH yang diteliti masih

tergolong rendah, dengan rata-rata skor mencapai 48,88 % dari skor harapan

maksimum. Pembinaan dan pemeliharaan KTH yang umumnya tergolong rendah

terlihat dari belum adanya usaha-usaha yang spesifik yang berasal dari kelompok

untuk menjaga kehidupannya. Hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan dan

pemeliharaan kelompok, biasanya terkait dengan adanya bantuan yang datang

atau kunjungan dari pemerintah ataupun dinas terkait. Dalam menumbuhkan

aktivitas misalnya, pada kedua KTH yang diteliti belum dijumpai adanya

kegiatan-kegiatan yang diadakan kelompok yang sudah teratur dilaksanakan.

Kelompok baru mengadakan pertemuan, apabila ada pihak dinas akan

memberikan penyuluhan/bantuan kepada masyarakat. Contohnya, bila BP3K

Wilayah Cigudeg akan mengadakan kegiatan penyuluhan, barulah para anggota

Page 49: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

34

diundang untuk berkumpul di kelompok. Kegiatan penyuluhan inipun tidak sama

dari segi frekuensi maupun penekanan materinya.

Penyediaan fasilitas kelompok pun juga amat terbatas. Misalnya pada KTH

Kuningsari II, KTH tersebut tidak memiliki tempat khusus sebagai tempat

pertemuan para anggota-anggotanya. Bila ada pertemuan atau kegiatan lainnya

yang dihadiri para anggota, biasanya menggunakan mushalla yang ada di

dusunnya. Fasilitas lainnya yang langsung dikelola kelompok pun umumnya tidak

ada. Namun, kondisi ini berbeda dengan KTH Mandiri II. Kelompok tani hutan

Mandiri II memiliki tempat pertemuan khusus sebagai tempat pertemuan atau

kegiatan, akan tetapi tempat ini biasanya hanya digunakan untuk menerima tamu

yang akan berkunjung atau meninjau kelompok dalam pengelolaan sengon.

Pada kedua KTH yang diteliti sejauh ini belum dijumpai adanya upaya

penciptaan norma atau aturan-aturan di kelompok, baik yang berhubungan dengan

keanggotaan kelompok maupun ketentuan pertemuan berkala atau rutin di

kelompok. Apalagi membuat aturan yang berkaitan dengan pihak lain, peraturan

semacam ini tidak ada. Ada aturan sebagai kesepakatan di kelompok tapi sifatnya

tidak mengikat, yaitu simpanan atau tabungan dari penyisihan hasil sadapan karet.

Hal ini hanya dijumpai pada KTH Mandiri II saja, yang dilakukan bagi anggota

yang berminat.

Dalam penerimaan anggota baru di kelompok, biasanya petani tertarik pada

saat ada bantuan tani datang. Mayoritas motivasi petani hutan rakyat ingin

bergabung ke KTH karena ingin mendapatkan bantuan, alasannya agar lebih

mudah mendapatkan bantuan dari pemerintah atau dinas terkait ketimbang mereka

bertani secara individu. Syarat menjadi anggota kelompok di kedua KTH yang

diteliti umumnya masih tergolong sederhana yaitu hanya menyerahkan KTP dan

surat kepemilikan luas lahan. Dengan demikian, petani sah menjadi anggota

kelompok.

Melihat masih rendahnya tingkat pembinaan dan pemeliharaan kelompok

dari kedua KTH yang diteliti menyebabkan keadaan kelompok tersebut relatif

kurang berkembang. Hal ini perlu diperbaiki bila ingin kelompok petani menjadi

dinamis, terutama melalui upaya menumbuhkan aktivitas, penyediaan fasilitas dan

penciptaan norma.

Page 50: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

35

Kekompakan Kelompok

Kekompakan kelompok adalah rasa keterikatan anggota terhadap kelompok.

Ada 3 sub indikator yang digunakan dalam melihat hal ini, yaitu: (1)

kepemimpinan kelompok, (2) nilai tujuan kelompok, dan (3) kerukunan dan

kerjasama kelompok.

Hasil penelitian sebagaimana tampak pada Tabel 8 menujukkan bahwa

kekompakan kelompok dari kedua KTH yang diteliti tergolong cukup/sedang,

dengan rata-rata skor sebesar 56,85 % dari skor harapan maksimum. Kekompakan

kelompok yang tergolong cukup/sedang ini terlihat dari kepemimpinan kelompok

pada kedua KTH tergolong cukup baik. Ketua kelompok dan susunan

kepengurusannya merupakan hasil musyawarah dan mufakat. Ketua kelompok

memiliki wibawa sebagai seorang pemimpin dan dipandang anggota memiliki

kemampuan dalam memimpin. Hal ini terlihat dari tidak adanya pertentangan atau

perselisihan yang dapat merugikan kelompok. Namun, keadaan seperti ini

ternyata tidak mendukung suasana yang kondusif bagi munculnya kerjasama di

kedua kelompok tersebut. Secara umum, selama ini tidak ada bentuk-bentuk

kerjasama yang spesifik yang berasal dari kelompok, yang dapat dilaksanakan

oleh semua anggota di kelompok. Kerjasama yang muncul sifatnya insidental atau

hanya sewaktu-waktu saja. Hal ini disebabkan tidak jelasnya nilai tujuan dari

kelompok, sehingga bagi para anggota tidak ada yang dapat dijadikan semacam

tujuan idealnya dari berkelompok dan anggota sulit untuk mempunyai rasa

keterikatan dikelompoknya. Dengan demikian, kedua KTH yang diteliti

cenderung masih kurang dinamis. Hal ini merupakan salah satu cerminan bahwa

KTH tersebut relatif belum berperan optimal di dalam menunjang pencapaian

keberhasilan dari usaha taninya.

Suasana Kelompok

Suasana kelompok adalah keadaan moral, sikap dan perasaan yang terdapat

di dalam kelompok. Ada 2 sub indikator yang digunakan dalam melihat hal

tersebut, yaitu: (1) interaksi di kelompok, dan (2) lingkungan fisik.

Hasil penelitian sebagaimana tampak pada Tabel 8 menunjukkan bahwa

suasana kelompok dari kedua KTH yang diteliti tergolong rendah, dengan rata-

rata skor mencapai 36,80 % dari skor harapan maksimum. Suasana kelompok

Page 51: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

36

yang tergolong masih rendah terlihat dari masih lemahnya kelompok di dalam

memunculkan keadaan moral, sikap dan perasaan yang menunjang untuk

dinamisnya kelompok. Rendahnya suasana kelompok tersebut disebabkan oleh

kadar interaksi di kelompok yang relatif lebih terbatas dan dari faktor lingkungan

yang tidak mendukung. Interaksi yang terjadi diantara pengurus, pengurus dengan

anggota, dan interkasi antar anggota belum merupakan bagian dari interaksi yang

bersifat substantif, umumnya hanya berkisar sebagai bagian dari rutinitas sehari-

hari, seperti bertemu ketika pulang berkebun, atau datang ke ketua kelompok bila

ada kebutuhan. Proses saling pengaruh mempengaruhi yang berkaitan dengan

adanya kesadaran kepemilikan identitas sosial kelompok belum intensif terjadi.

Penyebab lain, dipengaruhi oleh keadaan lingkungan fisik yaitu kelompok bukan

sebagai wilayah pelayanan sebagai penyedia sarana produksi dan penyerap hasil

produksi. Usaha tani yang dilakukan sifatnya masih pribadi bukan sebagai salah

satu penyedia sarana produksi yang dikelola atau dihimpun oleh kelompok.

Tekanan Kelompok

Tekanan kelompok adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan

ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan timbulnya usaha keras untuk

mencapai tujuan kelompok. Ada 2 sub indikator di dalam melihat tekanan

kelompok, yaitu: (1) tekanan dari dalam, dan (2) tekanan dari luar.

Hasil penelitian sebagaimana tampak pada Tabel 8 menunjukkan bahwa

tekanan kelompok dari kedua KTH yang diteliti masih tergolong rendah, dengan

rata-rata skor mencapai 44,13 % dari skor harapan maksimum. Tekanan KTH

yang rata-rata masih tergolong rendah terlihat dari masih lemahnya tekanan baik

yang berasal dari dalam maupun dari luar kelompok di dalam mendorong

pencapaian tujuan kelompok. Dari dalam kelompok sendiri kurang muncul adanya

keinginan atau tuntutan dari para anggota di dalam memperjuangkan

kepentingannya, contohnya dari kedua KTH yang diteliti, masing-masing anggota

tidak pernah menuntut kepada kelompok untuk memiliki sarana dan prasarana

yang mendukung dalam bertani. Keinginan yang diajukan ke kelompok hanya

sebatas ucapan saja, tidak ada usaha untuk mencapai untuk memenuhi tujuan

tersebut. Sedangkan tekanan kelompok yang berasal dari luar juga relatif masih

rendah. Ketegangan yang timbul di kelompok terbilang rendah sehingga tidak

Page 52: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

37

cukup untuk memberikan pengaruh yang positif bagi tercapainya kemajuan atau

keberhasilan kegiatan di kelompoknya. Tuntutan dari pemerintah maupun dari

dinas yang terkait agar kelompok berprestasi atau berkembang kurang dirasakan

oleh anggota kelompok. Hal ini terlihat dari pemerintah atau dinas terkait hanya

memberikan bantuan, tanpa memperhitungkan dampak dari bantuan tersebut. Di

satu sisi bantuan tersebut memberikan hal positif untuk petani, tetapi di sisi lain

bantuan yang sudah diterima oleh petani cenderung bersifat memanjakan

kelompok, bukan mendidik agar kelompok lebih bisa mandiri.

Efektivitas Kelompok

Efektivitas kelompok adalah keberhasilan kelompok untuk mencapai

tujuannya. Untuk melihat hal tersebut, digunakan 3 sub indikator, yaitu dilihat

dari: (1) tingkat peran anggota dalam kegiatan kelompok, (2) tingkat keberhasilan

kegiatan kelompok, dan (3) moral anggota.

Hasil penelitian sebagaimana tampak pada Tabel 8 menunjukkan bahwa

efektivitas kelompok dari kedua KTH yang diteliti masih tergolong rendah,

dengan rata-rata skor sebesar 47,83 % dari skor harapan maksimum. Efektivitas

KTH yang rata-rata masih tergolong rendah, terlihat dari belum berhasilnya KTH

di dalam mencapai tujuannya. Peran anggota dalam kegiatan kelompok hanya

sebatas pada usaha menghadiri kegiatan pertemuan berkala atau rutin kelompok

saja. Tidak ada kegiatan kelompok, yang keberhasilannya menjadi kebanggaan

anggotanya. Kegiatan kelompok yang terlaksana hanya pertemuan rutin atau

berkala. Itupun frekuensinya sangat rendah, sehingga sulit untuk dicapainya

kemajuan bagi kelompok maupun para anggotanya. Contohnya, pertemuan yang

dilakukan oleh KTH Mandiri II pada saat membahas kegiatan usaha taninya,

seperti disajikan pada Gambar 4. Oleh karena itu dari kedua KTH yang diteliti,

tidak ada fasilitas yang dimiliki oleh kelompok yang dapat mendukung usaha para

anggota.

Page 53: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

38

Gambar 4 Pertemuan KTH Mandiri II di Desa Jugalajaya.

Dengan demikian, secara kumulatif tingkatan dinamika kelompok dari

kedua KTH yang diteliti masih tergolong rendah, dengan rata-rata skor sebesar

42,63 % dari skor harapan maksimum. Dinamika KTH yang rata-rata tergolong

rendah, terlihat dari masih rendahnya faktor-faktor atau kekuatan yang mampu

menggerakkan perilaku kelompok dan anggota-anggota untuk mencapai

tujuannya secara efektif. Dengan masih rendahnya dinamika KTH tersebut, pada

dasarnya menggambarkan pula masih rendahnya peran kelompok di dalam

mendorong tercapainya kedinamisan tani hutan.

Lemahnya unsur-unsur dari dinamika KTH ini tercermin dari: (1) masih

rendahnya tingkat kepemimpinan ketua kelompok; (2) tidak adanya tujuan yang

spesifik yang muncul dari kelompok; (3) terbatasnya struktur kekuasaan atau

kewenangan, umumnya kelompok hanya dikendalikan oleh seorang ketuanya saja,

karenanya dalam pengaturan tugas dan komunikasi pun semuanya terfokus pada

ketua kelompok; (4) pelaksanaan fungsi tugas kelompok, yang bersumber

langsung dari inisiatif kelompok tergolong jarang, lebih banyak dipengaruhi oleh

ada tidaknya bantuan/proyek dari pemerintah; (5) belum adanya usaha-usaha yang

spesifik yang berasal dari kelompok untuk menjaga kehidupannya; (6) rasa

keterikatan anggota terhadap kelompok umumnya hanya sebatas sebagai bagian

dari keanggotaan kelompok; dan (7) interaksi antar anggota belum merupakan

bagian dari interaksi yang bersifat substantif, umumnya hanya berkisar sebagai

bagian dari rutinitas sehari-hari, belum didasarkan atas adanya kesadaran

kepemilikan identitas sosial yang kuat. Melihat gambaran tingkatan dinamika

KTH yang rata-rata masih tergolong rendah menunjukkan bahwa KTH tersebut

Page 54: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

39

belum mampu sebagaimana dikemukakan oleh Hubeis (2000) menjadi wadah

kerjasama sebagai suatu unit sosial dengan kaidah dan norma yang disepakati

anggota sehingga menjadi kelembagaan yang mapan dan berpengaruh.

5.2.3 Uji korelasi unsur dinamika kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ada hubungan yang

nyata diantara unsur-unsur dinamika kelompok. Dari kedelapan unsur yang

diteliti, hanya unsur tujuan kelompok dan suasana kelompok yang tidak

berhubungan dengan unsur dinamika kelompok yang lain. Tujuan kelompok dan

suasana kelompok memiliki nilai Assymp. Sig lebih dari nilai alpha sehingga

Hipotesis H0 diterima. Hal ini disebabkan kedua KTH yang diteliti tidak memiliki

tujuan yang spesifik dan tertulis serta interaksi yang sifatnya masih dalam

kegiatan sehari-hari, belum mencerminkan interaksi yang sifatnya subtantif

sehingga parameter tersebut tidak bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap unsur

dinamika kelompok yang lain. Sedangkan unsur dinamika kelompok lain seperti

struktur kelompok, fungsi tugas kelompok, pembinaan dan pemeliharaan

kelompok, kekompakan kelompok, tekanan kelompok dan efektivitas kelompok

menunjukkan hubungan yang nyata diantara unsur-unsur dinamika kelompok. Hal

ini ditunjukkan dengan nilai Assymp. Sig kurang dari nilai alpha sehingga

Hipotesis H0 ditolak, H1 diterima.

Struktur dan fungsi tugas kelompok memiliki hubungan yang nyata dengan

tekanan kelompok, maupun sebaliknya. Sedangkan pembinaan dan pemeliharaan

kelompok serta kekompakan kelompok memiliki hubungan yang nyata dengan

tekanan dan efektivitas kelompok, maupun sebaliknya. Selanjutnya tekanan

kelompok memiliki hubungan yang nyata dengan efektivitas kelompok, maupun

sebaliknya. Dengan demikian, mayoritas unsur dinamika kelompok yang saling

berhubungan sangat dipengaruhi oleh unsur tekanan kelompok.

Hubungan diantara tekanan kelompok dengan struktur dan fungsi tugas

kelompok menandakan bahwa keadaan susunan hierarki mengenai hubungan-

hubungan berdasarkan peranan dan status di dalam kelompok dan segala hal yang

harus dilakukan oleh kelompok dalam rangka pencapaian tujuan masih

dipengaruhi oleh pihak luar yaitu pemerintah atau dinas terkait. Hal ini bisa dilihat

dari struktur kepengurusan yang tidak berjalan dan usaha KTH yang cenderung

Page 55: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

40

bersifat sebatas menerima bantuan/proyek dari pemerintah atau dinas terkait.

Kemudian hubungan diantara tekanan kelompok dengan pembinaan dan

pemeliharaan kelompok serta kekompakan kelompok. Hubungan ini bisa dilihat

dari belum adanya usaha-usaha yang spesifik yang berasal dari kelompok untuk

menjaga kehidupannya. Hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan dan

pemeliharaan kelompok, biasanya terkait dengan adanya bantuan yang datang

atau kunjungan dari pemerintah ataupun dinas terkait sedangkan yang berkaitan

dengan kekompakan kelompok selama ini tidak ada bentuk-bentuk kerjasama

yang spesifik yang berasal dari kelompok, yang dapat dilaksanakan oleh semua

anggota di kelompok. Kerjasama yang muncul sifatnya insidental atau hanya

sewaktu-waktu saja. Selanjutnya hubungan diantara tekanan kelompok dengan

efektivitas kelompok. Hubungan ini terlihat dari belum adanya kemauan atau

keinginan anggota untuk berusaha lebiih baik lagi, sehingga anggota kelompok

cenderung statis dalam usaha taninya. Hasil uji korelasi unsur dinamika kelompok

tani disajikan pada Lampiran 2.

5.3 Hubungan Dinamika KTH dengan Pengelolaan Hutan Rakyat

Hubungan antara unsur dinamika KTH dengan pengelolaan hutan rakyat

khususnya sub sistem produksi dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Tingkat hubungan dinamika KTH dengan pengelolaan hutan rakyat

A1 A2 A3 A4

Spearman's

rho

A1 Correlation

Coefficient

1,000 -0,155 0,195 -0,515**

Sig. (2-tailed) . 0,283 0,175 0,000

N 50 50 50 50

Keterangan: A1 = Dinamika Kelompok Tani Hutan

A2 = Penanaman

A3 = Pemeliharaan

A4 = Pemanenan

Hasil analisis SPSS sebagaimana terlihat pada Tabel 9, menunjukkan bahwa

dinamika KTH memiliki pengaruh yang tidak nyata terhadap pengelolaan hutan

rakyat pada sub sistem produksi. Hal ini ditunjukan oleh nilai sig. (2-tailed) pada

kegiatan penanaman dan pemeliharaan lebih dari 5%, yaitu tolak H0. Hubungan

yang tidak nyata ini tergambar pada kedua KTH yang melakukan kegiatan usaha

Page 56: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

41

taninya secara individual. Sedangkan pada kegiatan pemanenan, terima H1 dengan

nilai sig. (2-tailed) kurang dari 5%, artinya memiliki pengaruh yang nyata

terhadap pengelolaan hutan rakyat pada sub sistem produksi. Namun kegiatan

pemanenan ini berkorelasi negatif yang artinya bila salah satu peubah dinaikkan,

maka peubah yang lainnya akan turun. Hubungan ini mengindikasikan bahwa

apabila kelompok memiliki aturan mengenai harga jual kayu sengon, maka

pemanenan yang dilakukan oleh tengkulak dapat diminimalkan, sebaliknya

apabila kelompok tidak memiliki peran atas kesepakatan penjualan kayu sengon

petani, maka akan terus diatur harga jual kayu sengon tersebut oleh tengkulak.

5.4 Arah Pengembangan dan Pembinaan Kelompok Tani

Kelompok tani hutan merupakan kelompok sosial yang bersifat dinamis,

karena adanya interaksi sosial antar anggota kelompoknya. Menurut Soekanto

(1990) interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu adanya

kontak sosial dan komunikasi. Namun interaksi yang terjadi dapat bersifat positif

yang mengarah pada kerjasama dan dapat juga bersifat negatif yang mengarah

pada pertentangan atau bahkan tidak menghasilkan interaksi sosial. Maka dari itu

perlu analisis target pengembangan model dinamika kelompok, yang tidak

terlepas dari faktor-faktor pendukungnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10

berikut ini.

Tabel 10 Unsur-unsur dinamika kelompok yang masih perlu pengembangan dan

pembinaan

No. Unsur Dinamika Kelompok Skor Rata-rata Total (%)

1. Tujuan kelompok 38,20

2. Struktur kelompok 25,76

3. Fungsi dan tugas kelompok 42,63

4. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok 48,88

5. Kekompakan kelompok 56,85

6. Suasana kelompok 36,80

7. Tekanan kelompok 44,13

8. Efektivitas kelompok 47,83

Dinamika Kelompok 42,63

Page 57: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

42

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa target pertama yang

menjadi prioritas pengembangan adalah struktur kelompok yang memiliki nilai

skor rata-rata total paling kecil yaitu 25,76%. Arah pengembangan dan pembinaan

yang perlu dilakukan yaitu pembagian tugas yang harus lebih jelas yakni

memaksimalkan status dan peran di kelompok agar peran dari masing-masing

anggota lebih bisa difungsikan dan struktur tugas kelompok tidak lagi terfokus

pada ketua kelompoknya saja. Selain itu, perlu dikaji kembali baik mengurangi

ataupun menambahkan struktur kepengurusan kelompok, agar struktur tersebut

lebih efisien.

Selanjutnya target prioritas pengembangan kedua, yaitu untuk suasana

kelompok sebesar 36,80%, tujuan kelompok sebesar 38,20%, fungsi tugas

kelompok sebesar 42,63% dan tekanan kelompok sebesar 44,13%. Target

pembinaan tujuan kelompok yaitu adanya kejelasan tujuan serta informasi yang

akan disampaikan kepada para anggota, dapat dilakukan dengan cara melakukan

sosialisasi yang lebih intensif, sehingga seluruh anggota dapat mengerti dan

memahaminya dan akhirnya dapat melaksanakan apa yang diinginkan kelompok.

Sedangkan arah pengembangan dan pembinaan tekanan kelompok khususnya

untuk tekanan dari dalam yaitu tidak ada penghargaan bagi yang berprestasi dan

tidak diberi hukuman bagi yang melanggar ketentuan atau norma yang berlaku.

Dengan demikian anggota tidak merasakan adanya penghargaan dan hukuman

terhadap hasil yang dicapai, maka prioritas yang diperlukan adalah dengan

penegakan norma (aturan-aturan) yang terlebih dahulu disepakati dan ditaati oleh

seluruh anggota kelompok.

Target terakhir yang menjadi prioritas pembinaan adalah efektivitas

kelompok sebesar 47,83%, pembinaan dan pemeliharaan kelompok sebesar

48,88% dan kekompakan kelompok sebesar 56,85%. Target efektivitas kelompok

yang perlu diperhatikan adalah keanggotaan ini harus benar-benar atas keinginan

sendiri dan bukan karena ikut-ikutan orang lain, karena dasar keanggotaan ini

akan berdampak terhadap respon anggota terhadap keberadaan kelompoknya, dan

akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok. Target pembinaan lebih

diarahkan pada pembangunan fasilitas yang dimiliki kelompok, sehingga apabila

fasilitas yang dimiliki cukup memadai maka aktifitas anggota dapat lebih

Page 58: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

43

diperbanyak sehingga mendorong untuk menarik anggota baru. Sedangkan target

pembinaan kekompakan kelompok yaitu jadwal pertemuan yang harus disepakati

dan ditaati bersama. Namun demikian keberhasilan KTH tidak terlepas dari

kelembagaan-kelembagaan yang mendukungnya, seperti diilustrasikan pada

Gambar 5.

Gambar 5 Model sinergisitas kelembagaan yang diadopsi dari model kelembagaan

sebagai target pengembangan Djoni dan Abidin (2000).

Keberhasilan KTH tidak terlepas dari dukungan kelembagaan perekonomian

desa, seperti bank rakyat dan koperasi yang dapat menyediakan bantuan dana,

pasar tempat terjadinya transaksi hasil dari hutan rakyat, serta kios-kios yang

dapat menyediakan sarana produksi bagi kegiatan hutan rakyat. Demikian juga

dukungan dari lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti adanya pendampingan

tenaga ahli dari lembaga pendidikan, hasil penelitian yang mendukung

peningkatan pengembangan hutan rakyat. Demikian juga hubungan antara

lembaga masyarakat dengan lembaga perekonomian desa, hasilnya dapat

meningkatkan perkembangan kelompok tani dengan cara meningkatkan

perkembangan hutan rakyatnya. Dengan demikian kelembagaan-kelembagaan

tersebut tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling mempengaruhi, sehingga

tercipta sinergisitas untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan

perkembangan hutan rakyat melalui pengembangan kelompok tani yang mandiri

dan profesional.

Lembaga Pemerintah,

seperti instansi terkait

dengan kegiatan

kelompok tani yaitu

Dinas Kehutanan,

Dinas Pertanian dll

Kelompok tani sebagai

salah satu bentuk

kelembagaan sosial

Lembaga Perekonomian Desa,

seperti koperasi, pasar, kios,

bank rakyat, toko

Lembaga-lembaga masyarakat

seperti adat, swadaya,

pendidikan, penelitian

Page 59: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

44

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Desa Jugalajaya dilakukan secara

individual pada tingkat kepala keluarga. Kegiatan yang dilakukan hanya pada

sub sistem produksi saja, sedangkan sub sistem pengolahan hasil dan

pemasaran hasil dilakukan oleh industri penggergajian. Sub sistem produksi

yang dilakukan petani meliputi persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan,

sedangkan kegiatan pemanenan dilakukan oleh tengkulak dengan sistem

penjualan borongan per hamparan lahan.

2. Tingkat kedinamisan kelompok dari kedua KTH yang diteliti tergolong masih

rendah. Dinamika KTH yang rata-rata masih tergolong rendah, terlihat dari

masih rendahnya faktor-faktor atau kekuatan yang mampu menggerakkan

perilaku kelompok dan anggota-anggota untuk mencapai tujuannya secara

efektif. Lemahnya unsur-unsur dari dinamika KTH ini tercermin dari: (1)

masih rendahnya tingkat kepemimpinan ketua kelompok; (2) tidak adanya

tujuan yang spesifik yang muncul dari kelompok; (3) terbatasnya struktur

kekuasaan atau kewenangan, umumnya kelompok hanya dikendalikan oleh

seorang ketuanya saja, karenanya dalam pengaturan tugas dan komunikasi pun

semuanya terfokus pada ketua kelompok; (4) pelaksanaan fungsi tugas

kelompok, yang bersumber langsung dari inisiatif kelompok tergolong jarang,

lebih banyak dipengaruhi oleh ada tidaknya bantuan/proyek dari pemerintah;

(5) belum adanya usaha-usaha yang spesifik yang berasal dari kelompok untuk

menjaga kehidupannya; (6) rasa keterikatan anggota terhadap kelompok

umumnya hanya sebatas sebagai bagian dari keanggotaan kelompok; dan (7)

interaksi antar anggota belum merupakan bagian dari interaksi yang bersifat

substantif, umumnya hanya berkisar sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari,

belum didasarkan atas adanya kesadaran kepemilikan identitas sosial yang

kuat.

3. Keberadaan kelompok yang telah diukur dari aspek dinamika kelompok

ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap kegiatan sub sistem produksi

Page 60: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

45

pengelolaan hutan rakyat. Hubungan yang ditunjukkan bersifat negatif, artinya

apabila peubah yang satu dinaikkan maka peubah yang lain akan turun. Saat

ini kelompok hanya dalam posisi sebagai media untuk memperoleh bantuan

atau proyek, bukan sebagai wadah konsultasi, wahana kerjasama, mitra kerja

dan wadah belajar bagi petani hutan rakyat.

6.2 Saran

1. Perlu pembenahan kelompok khususnya menetapkan tujuan dan rencana

kegiatan, agar kelompok berfungsi sebagaimana mestinya melalui

pendampingan.

2. Sebaiknya kelompok membuat kesepakatan mengenai aturan-aturan kerjasama

dengan pihak luar dan aturan mengenai harga jual kayu sengon dengan sistem

kubikasi.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mengkaji proses terbentuknya

kelompok dan pembinaan dari dinas terkait terhadap dinamika kelompok yang

dapat mempengaruhi pengelolaan hutan rakyat.

Page 61: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

46

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Laporan Penanaman Kegiatan One man One Tree (OMOT) Balai

Pengelolaan Das Citarum Ciliwung.

http://www.bpdasctw.info/FileDownloadan/Data_OMOT_2009.

[28 Oktober 2010]

Atmosuseno BS. 1994. Budidaya, Kegunaan dan Prospek Sengon. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Departemen Kehutanan. 1997. Handbook of Indonesian Forestry. Jakarta:

Kopkarhutan.

Djoni dan Abidin J. 2000. Dinamika Kelompok di Kalangan Kelompok Tani

Pondok Pesantren (PONTREN) Pelaksana Usahatani Model Wanatani di

Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy. Pengembangan Model Wanatani

Di DAS Citanduy. Laporan Kajian Kelembagaan, Sosiologis, Ekonomi

dan Biofisik. Kerjasama Universitas Siliwangi Dengan Balai RLKT DAS

Cimanuk-Citanduy Ditjen RLPS-DEPHUTBUN RI. Tasikmalaya. Tidak

diterbitkan.

Hardjanto. 2000. Beberapa Ciri Pengusahaan Hutan Rakyat di Jawa. Di dalam:

Didik Suharjito. Hutan Rakyat di Jawa Perannya Dalam Perekonomian

Desa. Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat

(P3KM). Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Hubeis AVS. 2000. Suatu Pikiran tentang Kebijakan Pemberdayaan

Kelembagaan Petani. Jakarta: Deptanhut.

Jaffar. 1993. Pembangunan Hutan Rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di

dalam: Awang. Gurat Hutan Rakyat. Yogyakarta: Pustaka Kehutanan

Masyarakat.

Mardikanto T. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Universitas

Sebelas Maret, University Press.

. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret, University Press.

Margono S. 2001. Kelompok Organisasi dan Kelompok Program Studi Ilmu

Penyuluhan Pembangunan (tidak diterbitkan). Program Pascasarjana IPB.

Bogor.

Purwanto dan Huraerah A. 2006. Dinamika Kelompok: Konsep dan Aplikasi.

Bandung: Refika Aditama.

Siegel S. 1992. Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Siregar IZ, Yunanto T, Ratnasari J. 2008. Kayu Sengon. Depok: Penebar

Swadaya.

Slamet M. 1978. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian. Ed Ke-3. Bogor :

IPB.

Soekanto S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Page 62: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

47

Soedijanto L. 1980. Organisasi, Kelompok dan Kepemimpinan. Pendidikan Guru

Pertanian, Institut Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian Ciawi,

Bogor.

Sudaryanti S. 2002. Dinamika Kelompok Tani Hutan (Kasus pada Program

Perhutanan Sosial Desa Kemang BKPH Ciranjang Selatan, Kabupaten

Cianjur) [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat di Jawa: Peranannya dalam Perekonomian

Desa. Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat

(P3KM). Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Sutarto. 1993. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Syamsu S., Yusril M dan Suwarto F. 1991. Dinamika Kelompok dan

Kepemimpinan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Universitas Atmajaya.

Undang-undang Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan

Uyanto SS. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Yunasaf U. 1997. Perilaku Kepemimpinan Kontaktani Menurut Anggota

Kelompok Tani (Kasus pada Kelompok Tani Ternak Ayam Buras di

Kabupaten Ciamis) [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

. 2008. Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah dan Keberdayaan

Anggotanya di Kabupaten Bandung [Disertasi]. Bogor: Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 63: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

48

LAMPIRAN

Page 64: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

49

Lampiran 1 Hasil uji validitas dan

reliabilitas dinamika

kelompok

1. Tujuan kelompok

Correlations

Total

p1 Pearson Correlation 0,646(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p2 Pearson Correlation -0,095

Sig. (2-tailed) 0,512

N 50

p3 Pearson Correlation 0,327(*)

Sig. (2-tailed) 0,020

N 50

p4 Pearson Correlation 0,646(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p5 Pearson Correlation 0,327(*)

Sig. (2-tailed) 0,020

N 50

p6 Pearson Correlation 0,211

Sig. (2-tailed) 0,141

N 50

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

** Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level

(2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

0,255 4

2. Struktur kelompok

Correlations

Total

p1 Pearson Correlation 0,093

Sig. (2-tailed) 0,522

N 50

p2 Pearson Correlation 0,090

Sig. (2-tailed) 0,534

Total

N 50

p3 Pearson Correlation 0,135

Sig. (2-tailed) 0,352

N 50

p4 Pearson Correlation 0,633(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p5 Pearson Correlation 0,633(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p6 Pearson Correlation 0,798(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p7 Pearson Correlation 0,790(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p8 Pearson Correlation 0,754(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

** Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level

(2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

0,841 5

3. Fungsi tugas kelompok

Correlations

Total

p1 Pearson Correlation 0,682(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p2 Pearson Correlation 0,502(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p3 Pearson Correlation 0,480(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p4 Pearson Correlation 0,056

Sig. (2-tailed) 0,700

Page 65: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

50

Total

N 50

p5 Pearson Correlation 0,218

Sig. (2-tailed) 0,128

N 50

p6 Pearson Correlation 0,514(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p7 Pearson Correlation 0,562(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p8 Pearson Correlation 0,368(**)

Sig. (2-tailed) 0,009

N 50

p9 Pearson Correlation 0,296(*)

Sig. (2-tailed) 0,037

N 50

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

** Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level

(2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

0,529 7

4. Pembinaan dan pemeliharaan

kelompok

Correlations

Total

p1 Pearson Correlation 0,343(*)

Sig. (2-tailed) 0,015

N 50

p2 Pearson Correlation 0,533(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p3 Pearson Correlation 0,599(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p4 Pearson Correlation 0,495(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p5 Pearson Correlation 0,456(**)

Total

Sig. (2-tailed) 0,001

N 50

p6 Pearson Correlation 0,578(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p7 Pearson Correlation 0,310(*)

Sig. (2-tailed) 0,028

N 50

p8 Pearson Correlation 0,533(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p9 Pearson Correlation -0,134

Sig. (2-tailed) 0,353

N 50

p10 Pearson Correlation 0,466(**)

Sig. (2-tailed) 0,001

N 50

p11 Pearson Correlation -0,191

Sig. (2-tailed) 0,183

N 50

p12 Pearson Correlation 0,352(*)

Sig. (2-tailed) 0,012

N 50

p13 Pearson Correlation 0,343(*)

Sig. (2-tailed) 0,015

N 50

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

** Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level

(2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

0,539 11

5. Kekompakan kelompok

Correlations

Total

p1 Pearson Correlation 0,495(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p2 Pearson Correlation 0,341(*)

Page 66: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

51

Total

Sig. (2-tailed) 0,016

N 50

p3 Pearson Correlation 0,856(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p4 Pearson Correlation 0,916(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p5 Pearson Correlation 0,916(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p6 Pearson Correlation 0,757(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p7 Pearson Correlation 0,534(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p8 Pearson Correlation 0,470(**)

Sig. (2-tailed) 0,001

N 50

p9 Pearson Correlation 0,470(**)

Sig. (2-tailed) 0,001

N 50

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50 ** Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level

(2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

0,820 9

6. Suasana kelompok

Correlations

Total

p1 Pearson Correlation 0,868(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p2 Pearson Correlation 0,868(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p3 Pearson Correlation 0,868(**)

Total

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p4 Pearson Correlation 0,055

Sig. (2-tailed) 0,703

N 50

p5 Pearson Correlation 0,428(**)

Sig. (2-tailed) 0,002

N 50

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

** Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level

(2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

0,676 4

7. Tekanan kelompok

Correlations

Total

p1 Pearson Correlation 0,632(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p2 Pearson Correlation 0,621(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p3 Pearson Correlation 0,775(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p4 Pearson Correlation 0,893(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p5 Pearson Correlation 0,893(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p6 Pearson Correlation 0,637(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

Page 67: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

52

** Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level

(2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

0,845 6

8. Efektivitas kelompok

Correlations

Total

p1 Pearson Correlation 0,763(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p2 Pearson Correlation 0,836(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p3 Pearson Correlation 0,836(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p4 Pearson Correlation 0,763(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p5 Pearson Correlation 0,394(**)

Sig. (2-tailed) 0,005

N 50

p6 Pearson Correlation 0,706(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p7 Pearson Correlation 0,794(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p8 Pearson Correlation 0,660(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p9 Pearson Correlation -0,095

Sig. (2-tailed) 0,513

N 50

p10 Pearson Correlation 0,631(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p11 Pearson Correlation 0,475(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p12 Pearson Correlation 0,565(**)

Total

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p13 Pearson Correlation 0,617(**)

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

p14 Pearson Correlation 0,165

Sig. (2-tailed) 0,251

N 50

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

** Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level

(2-tailed).

Relibility Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

0,793 12

Page 68: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

53

Lampiran 2 Hasil uji validitas dan

reliabilitas pengelolaan

hutan rakyat

1. Penanaman

Correlations

Total

u1 Pearson Correlation 0,463**

Sig. (2-tailed) 0,001

N 50

u2 Pearson Correlation 0,983**

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

** Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

0,208 2

2. Pemeliharaan

Correlations

total

p1 Pearson Correlation 0,424**

Sig. (2-tailed) 0,002

N 50

p2 Pearson Correlation 0,332*

Sig. (2-tailed) 0,019

N 50

p3 Pearson Correlation 0,299*

Sig. (2-tailed) 0,035

N 50

p4 Pearson Correlation 0,853**

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

** Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level

(2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

0,29 4

3. Pemanenan

Correlations

Total

u1 Pearson Correlation 0,952**

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

u2 Pearson Correlation 0,922**

Sig. (2-tailed) 0,000

N 50

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 50

** Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

* Correlation is significant at the 0.05 level

(2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

0,849 2

Page 69: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

54

Lampiran 2 Hasil uji korelasi unsur dinamika kelompok

Correlations

TJK STK FTGK PPK KKLP SKLP TKLP EKLP

Spearman's rho TJK Correlation Coefficient 1,000 -0,183 0,035 0,089 0,115 -0,258 0,254 0,038

Sig. (2-tailed) , 0,204 0,811 0,540 0,427 0,070 0,075 0,795

N 50 50 50 50 50 50 50 50

STK Correlation Coefficient -0,183 1,000 0,240 -0,215 0,086 -0,024 0,554**

-0,019

Sig. (2-tailed) 0,204 0, 0,093 0,133 0,554 0,867 0,000 0,898

N 50 50 50 50 50 50 50 50

FTGK Correlation Coefficient 0,035 0,240 1,000 -0,265 0,080 -0,065 0,369**

-0,169

Sig. (2-tailed) 0,811 0,093 0, 0,063 0,580 0,655 0,008 0,239

N 50 50 50 50 50 50 50 50

PPK Correlation Coefficient 0,089 -0,215 -0,265 1,000 0,114 0,206 0,371**

0,549**

Sig. (2-tailed) 0,540 0,133 0,063 0, 0,429 0,151 0,008 0,000

N 50 50 50 50 50 50 50 50

KKLP Correlation Coefficient 0,115 0,086 0,080 0,114 1,000 0,212 0,501**

0,304*

Sig. (2-tailed) 0,427 0,554 0,580 0,429 0, 0,139 0,000 0,032

N 50 50 50 50 50 50 50 50

SKLP Correlation Coefficient -0,258 -0,024 -0,065 0,206 0,212 1,000 0,253 0,276

Sig. (2-tailed) 0,070 0,867 0,655 0,151 0,139 0, 0,077 0,053

N 50 50 50 50 50 50 50 50

TKLP Correlation Coefficient 0,254 0,554**

0,369**

0,371**

0,501**

0,253 1,000 0,373**

Sig. (2-tailed) 0,075 0,000 0,008 0,008 0,000 0,077 0, 0,008

Page 70: DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN ... · 6 DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan

55

Correlations

TJK STK FTGK PPK KKLP SKLP TKLP EKLP

N 50 50 50 50 50 50 50 50

EKLP Correlation Coefficient 0,038 -0,019 -0,169 0,549**

0,304* 0,276 0,373

** 1,000

Sig. (2-tailed) 0,795 0,898 0,239 0,000 0,032 0,053 0,008 0,

N 50 50 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).