DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan...

34
DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA Kode Mata Kuliah: PAI 7270 Oleh : Nyoman Satyayudha dananjaya SH.,MKN Kadek AGUS SUDIARAWAN sh.,mh FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017

Transcript of DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan...

Page 1: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

DIKTAT

MATA KULIAH

HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

Kode Mata Kuliah: PAI 7270

Oleh :

Nyoman Satyayudha dananjaya SH.,MKN

Kadek AGUS SUDIARAWAN sh.,mh

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017

Page 2: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

I. Identitas Mata Kuliah

Nama mata kuliah : Hukum Acara Peradilan Agama

Status mata kuliah : Pilihan

Satuan Kredit Semester (SKS) : 2 SKS

Kode mata kuliah : PAI 7270

Semester : V (lima)

II. Planing Group (Tim Pengajar) : Nyoman Satyayudha Dananjaya SH.,MKn

Kadek Agus Sudiarawan SH.,MH

III. Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama merupakan mata kuliah pilihan,

dengan bobot 2 SKS. Mata kuliah ini membahas arti hukum dari segi formil, yaitu

hukum yang mengatur bagaimana cara mempertahankan agar hukum islam materiil

dapat berjalan dengan baik dalam arti hukum materiil tetap ditaati. Mata kuliah ini

mengandung pengetahuan praktis penyelesaian perkara islam yang sering dihadapi

dalam masyarakat melalui penyelesaian secara litigasi, yaitu melalui lembaga

peradilan. Perkuliahan akan diawali dengan kontrak perkuliahan, yang dilanjutkan

dengan lecture dan tutorial.

1. Pertemuan Pertama Lecture 1 : Pengertian, asas-asas, sumber hukum, susunan

badan kekuasaan pengadilan, tuntutan hak, gugatan lisan dan gugatan tertulis, isi

permohonan, isi gugatan, penggabungan , kompetensi peradilan dan upaya untuk

menjamin hak.

2. Pertemuan Keempat Lecture 2 : Penjelasan tentang acara istimewa : pemanggilan

secara patut, gugatan gugur, putusan verstek, media litigasi, proses jawab

menjawab : perubahan dan pencabutan gugatan, jawaban gugatan, replik, duplik

dan masuknya pihak ketiga.

3. Pertemuan Kedelapan Lecture 3: pengertian, asas-asas pembuktian,pembagian

beban pembuktian dan jenis alat-alat bukti

4. Pertemuan Kesebelas Lecture 4 : Putusan : pengertian, sistematika, jenis-jenis

putusan dan kekuatan putusan. Upaya hukum : upaya hukum biasa dan upaya

hukum luar biasa. Pelaksanaan putusan : Pengertian pelaksanaan putusan, jenis-

jenis pelaksanaan putusan, sita eksekusi, perlawanan terhadap sita eksekusi.

IV. Organisasi Perkuliahan (Materi Perkuliahan)

1. Pendahuluan

Page 3: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

1.1 Pengertian

1.2 Asas-asas

1.3 Sumber Hukum

1.4 Susunan Badan Kekuasaan Peradilan

2. Tindakan persiapan sebelum sidang

2.1 Tuntutan Hak

2.2 Gugatan lisan dan tertulis

2.3 Isi permohonan dan isi gugatan

2.4 Komulasi/penggabungan

2.5 Kompetensi peradilan

2.6 Upaya untuk menjamin hak

3. Acara istimewa

3.1 Pemanggilan secara patut

3.2 Gugatan gugur

3.3 Putusan verstek

4. Proses jawab menjawab

4.1 Perubahan dan pencabutan gugatan

4.2 Jawaban gugatan

4.3 Replik duplik

4.4 Masuknya pihak ketiga

5. Pembuktian

5.1 Pengertian

5.2 Pembagian beban pembuktian

5.3 Asas-asas pembuktian

5.4 Alat-alat bukti

6. Putusan

6.1 Pengertian

6.2 Sistematika putusan

6.3 Jenis-jenis putusan

6.4 Kekuatan putusan

7. Upaya hukum

7.1 Upaya hukum biasa

7.2 Upaya hukum luar biasa

Page 4: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

8. Pelaksanaan putusan

8.1 Pengertian

8.2 Jenis-jenis Pelaksanaan putusan

V. Tujuan Mata Kuliah

Dengan memahami proses beracara dalam Hukum Acara Peradilan Agama

mahasiswa dapat dengan mudah menentukan, menerapkan, menggali serta

memecahkan dan menyelesaikan perselisihan menurut Hukum Islam/Hukum Acara

Peradilan Agama.

VI. Metode dan Strategi Perkuliahan

Metode Perkuliahan → Perkuliahan ini menggunakan metode Problem Based

Learning (PBL). Oleh karenanya mahasiswa dituntut untuk lebih banyak belajar

mandiri, strategi pembelajaran dengan tanya jawab, tugas-tugas terstruktur dan

mandiri, diskusi kelompok dan permainan peran.

Pada awal perkuliahan perlu digali kemampuan dasar mahasiswa atas mata

kuliah hukum acara yang mereka miliki dengan cara memberikan permasalahan-

permasalahan yang mungkin dihadapi di masyarakat. Tugas-tugas dan diskusi

berikutnya setelah perkuliahan berjalan dan menjelang berakhit bertujuan untuk

menggali kemampuan mahasiswa dalam hal menemukan materi perkuliahan

dengan belajar sendiri, diskusi kelompok serta diskusi paripurna dlam kelas. Pada

akhirnya perlu diadakan evaluasi dengan cara memberikan ujian tulis.

Strategi Pembelajaran → kombinasi perkuliahan, 40 % untuk perkuliahan

(lecture) dan 60 % tutorial. 1 (satu) kali UTS dan 1 (satu) kali UAS jumlah

keseluruhan adalah 14 (empat belas) kali pertemuan.

Pelaksanaan Perkuliahan dan Tutorial → perkuliahan dilaksanakan sebelum

UTS dan sesudah UTS. Sebelum UTS, perkuliahan (lecture) 2 (dua) kali

pertemuan dan untuk tutorial 4 (empat) kali tutorial, 1 (satu) kali untuk UTS.

Setelah UTS, 2 (dua) kali perkuliahan (lecture) dan 4 (empat) kali tutorial, 1 (satu)

kali untuk UAS.

Strategi Perkuliahan → Perkuliahan berkaitan dengan pokok bahasan akan

dipaparkan dengan alat bantu media berupa white board, power point slide, serta

penyiapan bahan bacaan tertentu yang dapat diakses oleh mahasiswa. Sebelum

perkuliahan, mahasiswa sudah mempersiapkan diri (self study), mencari

bahan/materi, memahami dan membaca pokok bahasan yang akan dikuliahkan

dengan panduan (guidance) dalam block book. Pada akhir perkuliahan diberikan

kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas

terhadap materi tadi (ruang tanya jawab)

Page 5: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

Tutorial → Untuk kelas besar (diatas 20 orang) mahasiswa dibagi menjadi 3

kelompok. Kelompok 1 (satu) sebagai penyaji, Kelompok 2 (dua) sebagai

penyanggah dan kelompok 3 (tiga) tarung bebas. Penyaji harus menyampaikan

presentasi secara merata, penilaian individu ini diberikan secara adil oleh tutor.

VII. Tugas-tugas

Mahasiswa diwajibkan untuk membuat tugas mandiri, terstruktur baik secara

berkelompok maupun perorangan sebagaimana ditentukan dalam block book. Tugas-

tugas perorangan harus dikumpulkan dan tugas kelompok harus dipresentasikan

dalam power point, terutama setelah memasuki materi gugatan, proses tanya jawab,

pembuktian, putusan, upaya hukum dan eksekusi.

VIII. Ujian-ujian

Ujian dilakukan 2 kali dalam satu semester yakni UTS dan UAS. Ujian

dilakukan dalam bentuk tertulis dalam bentuk ujian essay. Namun dimungkinkan

melakukan ujian lisan terhadap mahasiswa yang tidak ikut ujian tulis, dan harus

mendapat persetujuan Bapak Pembantu Dekan I.

IX. Penilaian

Penilian atas mata kuiah hukun acara peradilan agama ini meliputi kahadiran

75%, penilaian soft skills dan hard skills. Penilaian hard skills dilakukan atas nilai

tugas – tugas, UTS dan UAS dengan perhitungan sesuai Buku Pedoman Fakultas

Hukum sbb :

NA = TT + UTS + 2 (UAS)

2

3

Penilaian soft skills ( sikap dan prilaku ) dilakukan berdasarkan pengamatan

dalam perkuliahan tatap muka, diskusi baik kelompok maupun pleno, disiplin

mengumpul tugas – tugas serta pada saat ujian berlangsung. Penggabungan antara

NA sebagai hard skills dengan nilai soft skills menjadi nilai akhir study.

X. Bahan Bacaan

1. Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Rajawali Press, Jakarta

2. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Sinar

Grafika, Jakarta

Page 6: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

3. ----------------------, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, 2008

4. R.M Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata, Liberty, Yogyakarta

5. Mukti Artho, 1998, Praktek perkara perdata pada peradilan agama, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta

6. Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan

Agama (Buku II)

7. Afandi Mansur, Peradilan Agama Setrategi dan Taktik Membela Perkara di

Pengadilan Agama, Setara Press, Malang

8. Gatot Supramono, Hukum Pembuktian di Peradilan Agama, Alumni Bandung,

1993.

9. I Ketut Tjukup SH MH. Dkk. Diktat Hukum Acara Perdata.

10. Prof. Soebekti, Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

11. Undang- Undang No. 7 Tahun l987, Undang-Undang tentang Peradilan Agama.

12. Undang-Undang No. 3 Tahun 2006, perubahan atas Undang-Undang No. 7

Tahun 1987 tentang Peradilan Agama.

XI. Persiapan Proses Perkuliahan

a. Mahasiswa wajib memiliki block book Hukum Acara Peradilan Agama

b. Mahasiswa sudah mempersiapkan materi kuliah sehingga proses perkuliawhan

dan tutorial dapat terlaksana dengan baik dan lancer

XII. PERTEMUAN-PERTEMUAN

Page 7: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN PERTAMA

Lecture 1

Kontrak Perkuliahan

I. Pendahuluan dan Tindakan Persiapan Sebelum Sidang

a. Pengertian

b. Asas-asas

c. Sumber Hukum

d. Susunan Badan Kekuasaan Peradilan

e. Tindakan persiapan sebelum sidang

f. Tuntutan Hak

g. Gugatan lisan dan tertulis

h. Isi permohonan dan isi gugatan

i. Komulasi/penggabungan

j. Kompetensi peradilan

k. Upaya untuk menjamin hak

II. Intisari Materi

A. Pengertian Peradilan Agama

Peradilan agama adalah sebutan (literatur) resmi bagi salah satu diantara empat lingkungan

peradilan negara atau kekuasaan kehakiman yg sah di Indonesia. Peradilan agama adalah salah

satu diantara peradilan khusus di indonesia, dua peradilan khsusus lainnya adalah peradilan

militer dan peradilan tata usaha negara. Dikatakan perdilan khusus karena peradilan agama

mengadili perkara-perkara tertentu atau mengenai golongan rakyat tertentu.

Peradilan agama adalah peradilan islam di indonesia, sebab dari jenis perkara yg boleh di

adilinya, selusruhnya adalah jenis perkara menurut agama islam di rangkaikannya kata-kata

peradilan islam dengan di indonesia adalah karena jernis perkara yang boleh diadilinya,

tidaklah mencakup segala macam perkara menurut peradilan islam secafra universal.

Tegasnya peradilan agama adalah peradilan islam liminatif, yang telah disesuaikan dengan

keadaan di Indonesia.

Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat

peradilan khusus, yang berwenang dalam jenisd perakara perdata islam tertentu. Pada tahun

1982 menjadi wacana yg sangat berkembang ketika itu dimana ada yg berpendapat tentang

istilah peradilan agama itu sendiri sesbenarnya kurang tepat pemakaiannya. Maka oleh karena

itu, kata peradilan agama kiranya kurang tepat, sekalipun istilah tersebut sudah salah kaprah

Page 8: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

undang-undang pun menyebutkan demikian. Ketika itu tidak terlihat rumus-rumus nama atau

istilah lain yang muncul sebagai pengganti istilah peradilan agama, hal ini di ungkap

setidaknya untuk penulisan sejarah peradilan agama di indonesia perlu kiranya di jelaskan.

B. Asas-Asas Umum Peradilan Agama

1. Asas Personalitas Keislaman

Dasar kewenangan PA mengadili ditentukan dengan keislaman subyek hukum. PA hanya

dapat mengadili mereka yang beragam islam dan yang menundukkan diri pada hukum islam.

Berdasarkan UUPA, asas personalitas keislaman yang melekat pada PA dilandasari oleh tiga

syarat :

a. Agama yang dianut kedua belah pihak saat terjadinya peristiwa hukum adalah agama

islam

b. Perkara perdata yang dipersengketakan merupakan kompetensi absolute PA

c. Hubungan hukum yang mereka lakukan berdasarkan hukum islam

Pengertian “ Antara orang-orang yang Beragama islam” disini termasuk orang atau

badan hukum yang menundukkan diri dengan sukarela pada hukum islam tentang hal

yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama.

2. Asas Kebebasan

a. Bebas dari campur tangan kekuasaan negara lainnya

b. Bebas dari paksaan, direktiva atau rekomendasi yang datang dari pihak ektra judicial

(Pihak lain diluar kekuasaan kehakiman)

c. Kebebasan melaksanakan wewenang yudisial (menerapkan, menafsirkan, menemukan

hukum)

3. Asas Wajib Mendamaikan

a. Perdamaian lebih utama dari putusan : islah, win-win solution

b. Peradilan agama sebagai peradilan keluarga tidak hanya melaksanakan kekuasaan

kehakiman yang menerapakan hukum keluarga secara kaku, tetapi lebih diarahkan

pada penyelesaian sengketa keluarga dengan memperkecil kerusakan rohani dan

keretakan sosial.

4. Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan.

a. Sederhana prosedur penerimaan sampai dengan penyelesaian suatu perkara

b. Cepat alokasi waktu yang tersedia dalam proses peradilan

c. Biaya Ringan keterjangkauan biaya perkara oleh pencari keadilan

5. Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum.

- Bahwa setiap pemeriksaan yang berlangsung dalam sidang pengadilan memperkenankan

siapa saja yang menhadiri, mendengarkan dan menyaksikan jalannya persidangan

- Ada transparansi

Page 9: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

- Tidak semua sidang pemeriksaan perkara terbuka untuk umum

Pengecualian asas terbuka untuk umum :

Lihat pasal 59 ayat (1) UU No.7 tahun 1989

Pemeriksaaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup, demikian juga untuk cerai

talak

Perkara perceraian menjaga kerahasian hubungan kerumahtanggaan lebih penting

Tertutup meliputi pemeriksaan dan pembuktian

Putusan tetap diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum

6. Asas Legalitas dan Persamaan

Asas legalitas semua tindakan berdasarkan hukum (rule of law)

Asas Persamaan setiap orang mempunyai hak dan kedudukan yang sama dimuka hukum.

Akibat pelanggaran asas terbuka untuk umum : Seluruh pemeriksaan beserta penetapan atau

putusannya batal demi hukum (pasal 59 ayat (2) UU No.7/1989 jo Pasal 19 ayat (2) UU No.4

tahun 2004)

7. Asas Aktif memberi bantuan.

Pengadilan (hakim) yang memimpin persidangan bersifat aktif dan bertindak sebagai fasilitator

Pasal 58 ayat (2) UU No.7/1989 : “pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha

sekeras-kerasnya mengatasi hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana,

cepat dan biaya ringan.

8. Asas Hakim bersifat menunggu

Inisiatif berperkara datangnya dari pihak yang berkepentingan dan hakim hanya bersifat

menunggu datangnya atau masuknya perkara tidak ada hakim jika tidak ada tuntutan hak

(proses berpekara baru aka nada jika yang berkepentingan mengajukan kepada hakim dan oleh

hakim perkara yang masuk diproses sesuai hukum yang berlaku.

9. Asas Ius Curia Novit

Jika inisiatif telah datang dari pihak yang berkepentingan serta tuntutan hak telah diajukan kepada

hakim atau pengadilan maka hakim tidak boleh menolak suatu perkara dengan alasasn tidak

ada hukumnya atau hukumnya belum jelas dalam hal ini hakim dianggap tahu hukumnya.

10. Asas Hakim Aktif dan Pasif

Hakim dalam memeriksa suatu perkara adalah bersikap pasif ruang lingkup atau luas perkara

yang diajukan ke pengadilan untuk diperiksa oleh hakim adalah ditentukan oleh para pihak yang

berperkara (bukan oleh hakim)

Dalam asas hakim pasif ini mengandung juga asas hakim aktif misalahnya dalam hal hakim

berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak, menjaga agar persidangan berjalan dengan

aman dan lantjar, menunda persidangan, memerintahkan pembuktian, menjelaskan mengenai

upaya hukum dan sebagainya.

Page 10: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

11. Asas Ferhendalung Maxime

Bahwa proses pembuktian dalam hukum acara perdata adalah merupakan kewajiban

penggugat dalam membuktikan dalil-dalilnya dan tergugat untuk membuktikan dalil-dalil

bantahannya

12. Asas Audi et Alteram

Bahwa para pihak harus diperlakukan sama didepan hukum (hakim harus obyektif) dan tidak

boleh memihak atau bersikap subyektif

(Para pihak harus diberikan kesempatan yang sama baik pada saat pemeriksaan persidangan

maupun pada saat pembuktian)

13. Asas actor sequituur forum rei

Bahwa gugatan diajukan pada pengadilan diwilayah hukum dimana tergugat bertempat

tinggal

Asas ini mengenal pengecualian akan dibahas lebih lanjut dalam materi

kompetensi/kewenangan mengadili.

14. Asas putusan pengadilan disertai alasan

Hakim dalam menjatuhkan putusan harus disertai dengan alasan bertujuan agar hakim

bersifat obyektif dengan memberikan alasan dan pertimbangan yang cukup terhadap putusan

yang dijatuhkan.

Dengan disertai alasan yang kuat dalams suatu putusan berarti putusan mempunyai

wibawa dan tidak mudah untuk dibatalkaan oleh pengadilan yang lebih tinggi.

15. Asas biaya perkara dan prodeo

Biaya-biaya perkara diperuntukkan untuk : biaya kepaniteraan, biaya pemanggilan dan

pemberitahuan, biaya materai dll.

Bagi mereka yang tidak mampu dapat berperkara cuma-cuma tanpa biaya (prodeo) Pasal

271-274 Rbg/235-238 HIR)

Sudah tentu harus dilengkapi dengan surat keterangan tidak mampu dari aparat yang

berwenang untuk itu.

16. Asas wakil dan kuasa

Menurut sistem HIR/Rbg setiap orang yang berperkara tidak ada kaharusan menunjuk

kuasa atau wakil yang maju kedalam persidangan

Namun jika memang menginginkannya juga dapat menunjuk wakil atau kuasa dalam

persidangan pengadilan jika menunjuk kuasa maka sikuasa tidak dapat mengajukan

gugatan tidak tertulis

Berbeda dengan sistem BRV (sebagai sumber hukum acara perdata) mengharuskan para

pihak yang mempunyai perkara wajib mewakilkan pada kuasa dengan akibat batalnya

gugatan jika gugatan tidak diwakilkan pada seorang kuasa dan ditentukan harus seorang

sarjana hukum.

Page 11: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

C. Sumber Hukum Acara Peradilan Agama

Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan agama adalah Hukum Acara

Perdata yang berlaku dalam lingkungan peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam

Undang-Undang ini.

Menurut ketentuan tersebut, Hukum acara peradilan agama bersumber (garis besarnya) kepada dua aturan

yaitu : ketentuan dalam UU peradilan agama dan yang berlaku di lingkungan peradilan umum

Peraturan perundang-undangan yang menjadi inti hukum acara perdata peradilan umum, antara lain :

1. HIR (Het Herziene Inlandsche Reglement)

2. Rbg (Rechts Reglement Butengenwesten) atau disebut juga reglemen untuk daerah seberang,

maksudnya untuk luar Jawa-Madura

3. Rsv (Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering) yang zaman jajahan Belanda dahulu berlaku

untuk Raad van justitie

4. BW (Burgerlijke Rechtsvordering) yang zaman jajahan Belanda dahulu berlaku untuk Raad van

Justitie

5. UU Nomor 2 Tahun 1968 tentang Peradilan Umum

Peraturan perundang-undangan tentang Acara Perdata yang sama-sama berlaku bagi lingkungan

Peradilan Umum dan Peradilan Agama, adalah sebagai berikut :

1. UUD 1945 Pasal 24

Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman

menurut undang-undang. Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman diatur dengan

undang-undang.

2. UU No.48 Tahun 2009 jo UU No.40 Tahun 2004 jo. UU No.35 Tahun 1999 jo UU No. 14 Tahun

1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman

3. UU Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

4. UU Nomor 1 Tahun 1974 dan PP Nomor 9 tahun 1975 tentang Perkawinan dan Pelaksanaannya.

5. UU No. 50 Tahun 2009 jo UU No.3 Tahun 2006 jo UU No.7 tahun 1989 tentang Peradilan

Agama

6. Kompilasi Hukum Islam

D. Susunan Kekuasaan Kehakiman

Pasal 18 UU no.48 Tahun 2009 penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah

Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan

umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan agama

dan sebuah Mahkamah Konstitusi.

Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan agama dilaksanakan oleh :

a. Pengadilan Agama P. Tingkat Pertama

b. Pengadilan Tinggi Agama P. Tingkat Banding

Page 12: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

c. Berpuncak pada MA

Pengadilan Agama sebagai peradilan khusus karena PA mengadili perkara-perkara tertentu atau

golongan rakyat tertentu.

PN, PA, Mahmil, dan PTUN disebut pengadilan tingkat pertama karena ia adalah pengadilan sehari-

hari yang pertama kali menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara pada lingkungannya

masing-masing.

PT, PTA, Mahmili dan PTTUN disebut pengadilan tingkat banding, karena ia menerima perkara

bandingan yang berasal dari pengadilan tingkat pertama pada lingkungannya masing-masing.

Pengadilan tingkat pertama dan Pengadilan tingkat banding disebut “Judex Facti” artinya perkara

di tingkat banding (dalam hal banding) akan diperiksa secara keseluruhan, baik tentang fakta-fakta

maupun tentang bukti-bukti dan lain sebagainya seperti pemeriksaan selengkapnya di muka pengadilan

tingkat pertama dulunya.

Mahkamah Agung (Kasasi) Judex Jure hanya memeriksa mengenai kekeliruan penerapan

hukumnya saja.

Diadakannya Mahkamah Agung yang tunggal dan bukan lagi bersifat juderx facti adalah untuk

uniformitas hukum karena menjunjung prinsip negara kesatuan dalam satu wawasan nusantara dan

satu wawasan hukum serta demi keadilan hukum (banyangkan bila terjadi pertentangan putusan

pengadilan tingkat pertama dan tingkat kedua, kalau tidak ada Mahkamah agung tunggal untuk

mengadilinya)

Mahkamah agung memiliki organisasi, administrasi dan keuangan (finansial) tersendiri, tetapi masing-

masing lingkungan dari empat lingkungan peradilan, maka organisatoris, administrative dan finansioalnya

berada di bawah kekuasaan masing-masing departemen yang bersangkutan.

Peradilan Umum (PN dan PT) Departemen Kehakiman, Peradilan Agama (PA dan PTA)

Departemen Agama, Peradilan Militer (Mahmil dan Mahmilti) Departemen Pertahanan dan

Keamaanan dan Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab), Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN dan

PTTUN) Departemen Kehakiman

E. Tindakan Persiapan Sebelum Sidang

• Membahas mengenai persiapan-persiapan yang harus dilakukan terhadap suatu perkara

yang pemeriksaannya dilakukan melalui proses litigasi

• Persiapan tersebut meliputi proses pembuatan gugatan dan permohonan sebagai bagian dari

tuntutan hak

• Dilanjutkan dengan gugatan dan permohonan sebagai bagian dari tuntutan hak

• Isi gugatan yang mempersyaratkan minimal terdiri dari 3 hal

Konsep Gugatan dan Permohonan • Dalam mengajukan perkara kepada hakim (pengadilan) memerlukan persiapan matang

hal utama yang harus dilihat adalah orang yang akan mengajukan perkaranya kepengadilan

“mempunyai kepentingan yang cukup”

Page 13: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

• Maksudnya ialah orang yang kepentingannya dilanggar, diganggu dan mengalami kerugian

baik secara materiil maupun imateriil dapat mengajukan tuntutan hak ke pengadilan

Perkara ada yang mengandung sengketa (constitiun jurisdictie), ada pula yang tidak

mengandung sengketa (peradilan tidak sesungguhnya atau peradilan sukarela atau volunteer

jurisdictie).

• Perkara yang mengandung sengketa diajukan ke pengadilan dalam bentuk gugatan

• Perkara yang tidak mengandung sengketa diajukan dalam bentuk permohonan

(Baik perkara yang mengandung sengketa maupun tidak kedua-duanya disebut “Tuntutan Hak”.

F. Tuntutan Hak

• Tuntutan Hak (Sudikno Mertokusumo) tindakan yang bertujuan untuk memperoleh

perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah terjadinya eigenrichting.

• Dalam gugatan minimal terdapat 2 pihak didalamnya yaitu : pihak penggugat dan pihak

tergugat hasilnya akhir berupa putusan pengadilan

• Dalam permohonan hanya terdapat 1 pihak saja yaitu pihak pemohon dengan hasil akhir

berupa penetapan pengadilan.

G. Gugatan lisan dan tertulis

Ketentuan Pasal 142 ayat (1) R.Bg / 118 ayat (1) HIR menentukan gugatan harus diajukan

dengan surat yang ditanda tangani oleh penggugat atau wakilnya.

Hal ini mengandung arti bahwa gugatan harus diajukan secara tertulis (dengan surat gugatan)

H. Isi permohonan dan isi gugatan

• Tidak diatur dalam HIR maupun R.Bg

• Pasal 8 no 3 Rv menentukan sedikinya memuat 3 hal :

• Identitas para pihak

• Dalil-dalil tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta alasan –alasan

dari pada tuntutan (fundamentum petendi/ posita /dasar tuntutan)

• Tuntutan atau petitum

I. Komulasi/penggabungan

Tidak diatur dalam HIR maupun R.Bg, namun dalam praktek biasa dilakukan karena

komulasi dapat menghemat baik waktu maupun biaya.

Komulasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

- Komulasi subyektif

- Komulasi obyektif

Komulasi subyektif Dalam suatu perkara yang mengadung sengketa tidak jarang penggugatnya terdiri dari

beberapa orang melawan satu orang tergugat, atau beberapa orang penggugat melawan

beberapa tergugat

Pada prinsipnya antara para penggugat ataupun para tergugat dapat saja digabungkan

karena memang tidak ada larangan atas hal itu (Pasal 284 KUH Perdata) ini disebut

komulasi subyektif

Komulasi Obyektif

Page 14: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

Merupakan penggabungan dari beberapa tuntutan dalam satu surat gugatan.

Pada prinsipnya tidak dilarang dan tidak dipersyaratkan adanya koneksitas antara tuntutan

yang satu dengan tuntutan yang lainnya.

J. Kompetensi peradilan

1. Kekuasaaan Relatif

Berkaitan dengan daerah hukum

Kekuasaan pengadilan yang satu jenis dan satu tingkatan dalam perbedaannya dengan

kekuasaaan pengadilanyang sama jenis dan sama tingkatannya : missal pengadilan agama

muara enim dengan pengadilan agama baturaja.

Pasal 4 ayat (1) UU No.7/89 : pengadilan agama berkedudukan di kotamadya atau di ibu

kota kabupaten yang daerah hukum nya meliputi wilayah kotamadya atau kabupaten.

Penjelasan : pada dasarnya tempat kedudukan pengadilan agama ada di kotamadya tau

ibukota kabupaten yang daerah hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau kabupaten, tetapi

tidak tertutup kemungkinan adanya pengecualian.

2. Kekuasaan Absolut

Berkaitan dengan jenis perkara dan jenjang pengadilan

Kekuasaan pengadilan yang berhubungan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau

tingkatan pengadilan dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau

tingkatan pengadilan lainnya, missal : untuk perkawa perkawinan islam (pengadilan agama)

sedangkan non islam menjadi kuasa peradilan umum.

3. Jenis Perkara yang menjadi Kekuasaan Peradilan Agama

Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara

di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama islam di bidang :

a. Perkawinan

b. Waris

c. Wasiat

d. Hibah

e. Wakaf

f. Zakat

g. Infaq

h. Shadaqah

i. Ekonomi Syariah (Ps. 49 UU No.3 Tahun 2006)

K. Upaya untuk menjamin hak

- tindakan yang menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa berada dalam penjagaan.

- tindakan paksa penjagaan itu dilakukan secara resmi berdasarkan perintah pengadilan atau

hakim.

Page 15: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

- Barang yang ditempatkan dalam penjagaan tersebut berupa barang yang disengketakan, tapi boleh juga berupa barang yang akan dijadikan sebagai alat pembayaran sebagai pelunasan hutang debitur atau tergugat dengan jalan menjual lelang barang yang disita tersebut.

- Penetapan dan penjagaan barang yang disita berlangsung selama proses pemeriksaan sampai ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan sah atau tidak sahnya tindakan penyitaan tersebut.

L. Bacaan

a. Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Rajawali Press, Jakarta

b. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Sinar

Grafika, Jakarta

c. ----------------------, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, 2008

d. R.M Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata, Liberty, Yogyakarta

e. Mukti Artho, 1998, Praktek perkara perdata pada peradilan agama, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta

f. Mahkamah Agung RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi

Peradilan Agama (Buku II)

g. Afandi Mansur, Peradilan Agama Setrategi dan Taktik Membela Perkara di

Pengadilan Agama, Setara Press, Malang

h. Gatot Supramono, Hukum Pembuktian di Peradilan Agama, Alumni Bandung,

1993.

i. I Ketut Tjukup SH MH. Dkk. Diktat Hukum Acara Perdata.

j. Prof. Soebekti, Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

k. Undang- Undang No. 7 Tahun l987, Undang-Undang tentang Peradilan

Agama.

l. Undang-Undang No. 3 Tahun 2006, perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun

1987 tentang Peradilan Agama.

Page 16: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KEDUA

Tutorial 1

Mendiskusikan tugas pada Lecture 1

Petunjuk:

a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,

dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag

didiskusikan

b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches

1. Membaca

2. Menentukan kata-kata susah

3. Brain storming

4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal

5. Mencari Prior Knowledge

6. Menjawab Learning Goal

7. Reporting

c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member

masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.

Study Task-Problem task

A dan B sama-sama beragama islam dan melangsungkan perkawinan sesuai dengan Hukum

Islam. Dimana dalam perkawinan tersebut dilakukan dihadapan penghulu disaksikan oleh 2

orang saksi laki-laki dan dicatatkan di Kantor Catatan Nikah dan dikeluarkanlah akta

pernikahan. Secara yuridis material dan yuridis formal bahwa perkawinan tersebut adalah

sah. Berselang beberapa tahun setelah perkawinannya, mempunyai 2 orang anak laki dan

perempuan yang kini sudah berumur 3 tahun dan 4 tahun. Kini kehidupan rumah tangganya

mengalami gocangan dan perkawinan tersebut tidak mungkin untuk dipertahankan lagi. Hal

ini disebabkan karena si istri memiliki PIL. Akhirnya si suami menggugat cerai istrinya

dihadapan pengadilan yang berwenang.

Page 17: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KETIGA

Tutorial 2

Mendiskusikan tugas pada lecture 1

Petunjuk:

a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,

dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag

didiskusikan

b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches

1. Membaca

2. Menentukan kata-kata susah

3. Brain storming

4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal

5. Mencari Prior Knowledge

6. Menjawab Learning Goal

7. Reporting

c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member

masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.

Study Task-Problem Task

A dan B sama-sama beragama islam dan melangsungkan perkawinan sesuai dengan Hukum

Islam. Dimana dalam perkawinan tersebut dilakukan dihadapan penghulu disaksikan oleh 2

orang saksi laki-laki dan dicatatkan di Kantor Catatan Nikah dan dikeluarkanlah akta

pernikahan. Secara yuridis material dan yuridis formal bahwa perkawinan tersebut adalah sah.

Berselang beberapa tahun setelah perkawinannya, mempunyai 2 orang anak laki dan

perempuan yang kini sudah berumur 3 tahun dan 4 tahun. Kini kehidupan rumah tangganya

mengalami gocangan dan perkawinan tersebut tidak mungkin untuk dilanjutkan lagi.

Akhirnya si suami menggugat cerai istrinya dihadapan pengadilan yang berwenang. Bahwa

selama perkawinan mereka telah memiliki harta kekayaan berupa 2 buah rumah, 3 buah mobil

dan tabungan sebesar Rp. 1.000.000.000,-

diskusikan permasalahan antara perkara perceraian dengan perkara pembagian harta bersama.

Apakah dapat dibuat dalam satu surat gugatan atau secara terpisah

Page 18: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KEEMPAT

Lecture 2

I. Acara Istimewa dan Proses Jawab Menjawab

a. Pemanggilan secara patut

b. Gugatan gugur

c. Putusan verstek

d. Perubahan dan pencabutan gugatan

e. Jawaban gugatan

f. Replik duplik

g. Masuknya pihak ketiga

II. Intisari Materi

A. Pemanggilan secara patut

Gugatan (akan diajukan kemuka pengadilan) diajukan sesuai kompetensi peradilan baik

absolute maupun relative gugatan didaftarkan pada kepaniteraan pengadilan untuk

mendapatkan nomor register perkara (dengan terlebih dahulu membayar panjar biaya perkara

(Pasal 145 ayat (4) R.Bg / 121 ayat (4) HUIR)

Bagi yang tidak mampu dapat membayar secara prodeo terhadap perkara yang telah

mendapat no register hakim wajib untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut sesuai

hukum yang berlaku.

Perkara yang telah masuk dengan memenuhi persyaratan hukum acara yang berlaku oleh

ketua pengadlan didistribusikan kepada hakim atau majelis hakim (penetapan ketua pegadilan

menetapkan hakim /majelis hakim dan panitera atau panitera pengganti majelis hakim

menentapkan hari dan tanggal persidangan atas perkara tersebut.

(Konsep Pemanggilan Secara Patut) Agar para pihak hadir kedalam persidangan yang telah ditentukan, maka para pihak harus

dipanggil untuk itu dengan - melakukan pemanggilan secara patut (Pasal 145 ayat (1)

R.Bg / Pasal 121 ayat (1) HIR).

Pemanggilan dilakukan oleh juru sita dengan menyerahkan surat panggilan (exploit)

beserta salinan surat gugatan (khusus kepada tergugat) dimana tergugat bertempat tinggal.

Jika tidak diketahui tempat tinggalnya, pemanggilan dapat diserahkan kepada kepala desa

(Pasal 178 ayat (1) R.Bg / 121 ayat (1) HIR.

Surat panggilan yang telah ditandatangani oleh pihak yang dipanggil atau oleh kepada desa

(risalah panggilan /relas tersebut) oleh juru sita harus diserahkan kepada hakim

pimpinan sidang untuk membuktikan bahwa pemanggilan telah dilakukan secara patut.

B. Gugatan gugur

Penggugat yang mengajukan gugatan setelah dipanggil secara patut justru tidak hadir atau

tidak mengirim wakilnya dalam persidangan yang telah ditentukan.

Menurut Pasal 150 R.Bg / 126 HIR jika yang bersangkutan telah dipanggil satu kali

secara patut, masih diberikan toleransi panggilan sekali lagi bahkan dalam praktek

terkadang sampai tiga kali panggilan

Page 19: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

jika penggugat tidak hadir, sedangkan tergugat hadir maka hakim dapat menjatuhkan

putusan “Gugatan Gugur” disertai dengan membebankan kepada penggugat untuk

membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini mereka dapat mengajukan gugatn

lagi setelah membayar buata perkara tersebut (Pasal 148 R.bg / 124 HIR) Baca juga

. Pasal 161-a ayat (6) R.Bg / 135-a ayat (6) HIR)

C. Putusan verstek

Jika yang tidak hadir atau tidak mengirim wakilnya kedalam persidangan setelah dipanggil

secara patut itu adalah pihak tergugat maka hakim dapat menjatuhkan putusan verstek

(Pasal 149 R.Bg/Pasal 126 HIR) • Putusan verstek tidak selalu mengabulkan gugatan penggugat

• Jika gugatan tidak berdasarkan hukum peristiwa-peristiwa sebagai dasar tuntutan tidak

membenarkan tuntutan maka gugatan akan dinyatakan tidak dapat diterima (niet

onvenklijk verklaard)

• Sedangkan jika gugatan tidak berasalan tidak diajukan alasan-alasan yang

membenarkan tuntutan maka gugtan dinyatakan ditolak

• Jika dalam sidang pertama tergugat hadir dan dalam sidang berikutnya walaupun telah

dipangguil secara patut tergugat juga tidak hadir atau tidak mengirim wakilnya maka

perkara diperiksa secara contradictoir.

D. Perubahan dan pencabutan gugatan

• Menurut ketentuan Pasal 271 Rv pencabutan gugatan dilakukan sebelum gugatan

diperiksa yang berarti tergugat secara resmi belum merasa terserang haknya maka

tidak diperlukan persetujuan dari tergugat

• Sebaliknya, jika pencabutan gugatan dilakukan setelah gugatan diperiksa, apalagi

tergugat telah mengajukan jawaban maka persetujuan pihak tergugat mutlak

diperlukan jika tidak pencabutan gugatan tidak dapat dilakukan sepihak oleh penggugat

• Terhadap “Perubahan Gugatan” diperbolehkan sepanjang pemeriksaan perkara

asalkan tidak mengubah atau menambah onderwerp van den eis (petitum, pokok tuntutan)

pasal 127 Rv. Dalam praktek, onderwerp van den eis adalah juga meliputi dasar

tuntutan.

E. Jawaban gugatan

• Dalam R.Bg/HIR tidak diwajibkan untuk menjawab gugatan penggugat.

• Namun tergugat dapat menjawab gugatan penggugat baik secara lisan maupun secara

tertulis (Pasal 145 ayat (2) R.Bg /121 ayat (2) HIR

• Jika tergugat menjawab gugatan penggugat secara tertulis maka jawaban tergugat dapat

berisikan : a. pengakuan, b. bantahan diluar pokok perkara yang disebut dengan tengkisan

atau eksepsi dan c. Bantahan dalam yang langsung mengenai pokok perkara (verweer

ten pricipale) disebut dengan sangkalan dimungkinkan pula bahwa tergugat

menggugat penggugat yang disebut dengan gugatan balik atau gugatan rekovensi.

F. Replik duplik

Setelah jawaban gugatan, maka giliran pihak penggugat untuk menjawab jawaban tergugat

atas gugatan penggugat.

Jawaban penggugat untuk menjawab jawaban gugatan tersebut disebut “replik”.

Page 20: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

Replik dari penggugat dijawab oleh terguga namanya “duplik”.

Jika penggugat memandang perlu untuk menjawab duplik tergugat maka dijawab dengan

“rereplik”.

Rereplik dijawab oleh tergugat namanya reduplik demikan seterusnya hingga sampai

proses jawab – menjawab dianggap cukup.

G. Masuknya pihak ketiga

• Mengikut sertakan pihak ketiga dalam proses tidak diatur dalam R.Bg/HIR, namun

diatur dalam Rv.

Ada 3 bentuk ikut sertanya pihak ketiga dalam proses yaitu :

• Vriwaring masuknya pihak ketiga atas dasar permohonan tergugat untuk melindungi

kepentingan tergugat (diatur dalam Pasal 70-76 Rv).

• Voeginmg masuknya pihak ketiga atas permohonan sendiri untuk masuk dalam perkara

yang sedang diproses untuk membela kepentingan salah satu pihak baik penggugat maupun

tergugat.

• Tusenkoms masuknya pihak ketiga dalam proses perkara yang sedang berja;an atas

keinginan sendiri dan untuk kepentingan sendiri (hal inilah yang disebut dengan

interventei).

III. Bacaan

a. M. Yahya Harahap, Hukum Acara Peradilan Agama

b. ----------------------, Kedudukan , Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Sinar

Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, 2005

c. I Ketut Tjukup SH, MH, dkk Diktat Hukum Acara Perdata, hal 37.

d. -------------------, Bahan Ajar Hukum Acara Perdata.

e. Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, hal 79

Page 21: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KELIMA

Tutorial 3

Mendiskusikan tugas pada lecture 2

Petunjuk:

a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,

dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag

didiskusikan

b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches

1. Membaca

2. Menentukan kata-kata susah

3. Brain storming

4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal

5. Mencari Prior Knowledge

6. Menjawab Learning Goal

7. Reporting

c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member

masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.

Page 22: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KEENAM

Tutorial 4

Mendiskusikan tugas pada Lecture 2

Petunjuk:

a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,

dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag

didiskusikan

b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches

1. Membaca

2. Menentukan kata-kata susah

3. Brain storming

4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal

5. Mencari Prior Knowledge

6. Menjawab Learning Goal

7. Reporting

c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member

masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.

Page 23: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KETUJUH

MASA UTS

Page 24: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KEDELAPAN

Lecture 3

I. Pembuktian

a. Pengertian

b. Pembagian beban pembuktian

c. Asas-asas pembuktian

d. Alat-alat bukti

II. Intisari Materi

a. Pengertian

Setiap tuntutan hak atau menolak tuntutan hak harus dibuktikan di maka sedang pengadilan.

Dalam pembuktian ini diperlukan alat-alat bukti. Alat bukti adalah alat-alat atau upaya yang

bisa dipergunakan oleh pihak-pihak yang berperkara di muka sidang pengadilan untuk

meyakinkan hakim akan kebenaran tuntutan atau bantahannya. Alat bukti ini sangat penting

artinya bagi para pihak yang berperkara merupakan alat atau sarana untuk

meyakinkan kebenaran tuntutan hak penggugat atau menolak tuntutan hak bagi hakim. Dan

bagi hakim, alat bukti tersebut dipergunakan sebagai dasar memutus perkara.

Suatu perkara di pengadilan tidak dapat diputus oleh hakim tanpa didahului dengan

pembuktian. Dengan kata lain, kalau gugatan penggugat tidak berdasarkan bukti maka

perkara tersebut akan diputus juga oleh hakim tetapi dengan menolaknya gugatan karena

tidak ada bukti.

Di dalam kitab-kitab fiqih kebanyakan fuqaha menyebut dengan alat bukti dengan Al

Bayyinah, Al Hujjah , Ad Dalil, Al Burhan, tetapi yang tiga terakhir ini tidak lazim diperkara.

Sebagaimana disebutkan di atas pengertian bayyinah merupakan suatu bukti-bukti yang

menjelaskan dalam keperluan pembuktian agar menyakinkan hakim. Yang dimaksudkan

dengan yakin adalah sesuatu yang ada berdasarkan kepada penyelidikan yang mendalam dan

sesuatu yang telah diyakini tidak akan lenyap kecuali datangnya keyakinan yang lain lebih

kuat dari pada keyakinan yang ada sebelumnya.

Kalau seorang ahli waris ingin menuntut pembagian harta pusaka (warisan) seseorang yang

belum pernah diadakan pembagian warisan, maka ia terlebih dahulu harus membuktikan

dirinya bahwa ia betul-betul ahli waris dari si mayit (al mahrum) dan bahwa barang-barang

sengketa termasuk harta peninggalan dari si mati yang belum terbagi, kesemuanya ini harus

dibuktikan akan kebenaran yang diajukan ke pengadilan, walau demikian hakim juga tidak

langsung menerima keinginan si pemohon tersebut, akan tetapi ia harus meneliti dan

memeriksa bukti-bukti yang diajukan itu.

Dari uraian singkat di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan utama dari alat bukti ialah

untuk lebih memperjelas dan meyakinkan hukum sehingga ia tidak keliru dalam menetapkan

Page 25: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

putusannya dan pihak yang benar tidak dirugikan sehingga dengan demikian keadilan di

muka bumi ini dapat ditegakkan.

b. Pembagian beban pembuktian

• Pasal 163 HIR/283 Rbg : setiap orang yang mendalilkan bawa ia mempunyai suatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah hak orang lain bahwa

diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut. • Pernyataan diatas beban pembuktian harus dilakukan dengan adil dan tidak berat

sebelah karena suatu pembagian beban pembuktian yang berat sebelah berarti

secara mutlak menjerumuskan pihak penerima beban terlampau berat kedalam jurang kekalahan.

• Dengan demikian baik pihak penjual maupun pembeli sama-sama diberikan

kesempatan untuk mengajukan pembuktian (tidak bisa hanya penjual saja yang dibebani pembuktian).

c. Asas-asas pembuktian

• Bahwa hakim tidak bersikap berat sebelah, hakim harus bersikap adil dan tidak berat

sebelah (tidak bersikap parsial) dalam memikulkan beban pembuktian kepada para pihak.

• Bahwa hakim tidak boleh merugikan kepentingan salah satu pihak tetapi secara

bijaksana membaginya sesuai dengan sistem pembuktian dengan cara memberi perhitungan

yang sama kepada pihak yang berperkara oleh karena itu pembagian pembuktian harus

dialokasikan sesuai dengan mekanisme yang digariskan dalam peraturan perundang-

undangan.

d. Alat-alat bukti

Alat bukti terdiri dari beberapa macam di antaranya ada yang disepakati oleh Mazhab-

mazhab dan sebagainya lagi masih diperselisihkan. Diantara alat bukti yang kebanyakan

digunakan oleh para fuqaha seperti diungkapkan oleh Abu Yusuf :

يـه، مـ ـر ار ، ي كو ل ، اق سامة ، و ةـ، ق ى ي ـ ه ، ب لم ب ر ان غ و ق

Artinya :

(Sumpah, Pengakuan, penolakan sumpah, qasamah, bayyinah, ilmu qadhi dan petunjuk-

petunjuk).

Menurut sistem HIR dan RBg hakim terikat dengan alat-alat bukti sah yang diatur

dengan undang-undang. Ini berarti hakim hanya boleh menjatuhkan putusan berdasarkan alat-

alat bukti yang telah diatur undang-undang. Menurut ketentuan Pasal 164 HIR, 284 RBg, dan

1866 BW ada lima jenis alat bukti dalam perdata yaitu: surat, saksi, persangkaan, pengakuan

dan sumpah. Sedangkan menurut Hukum Acara Perdata yang biasa dipergunakan pada

pengadilan dalam lingkungan peradilan agama, ada 7 (tujuh) macam alat-alat bukti yang dapat

dijadikan bukti kebenaran dan ketidakbenaran suatu di pengadilan, yaitu:

Page 26: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

1. Alat bukti surat-surat (tertulis)

2. Alat bukti saksi

3. Alat bukti persangkaan

4. Alat bukti pengakuan

5. Alat bukti sumpah

6. Alat bukti pemeriksaan setempat

7. Alat bukti keterangan ahli

III. Bacaan

a. Gatot Supramono, 1993, Hukum Pembuktian dalam Peradilan Agama, Alumni

Bandung, hal 14.

b. M Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara PA.

c. --------------------, Hukum Acara Perdata.

d. Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, hal 137

e. I Ketut Tjukup dkk. ,Diktat Hukum Acara Perdata, hal 45

l.

Page 27: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KESEMBILAN

Tutorial 5

Mendiskusikan tugas pada Lecture 3

Petunjuk:

a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,

dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag

didiskusikan

b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches

1. Membaca

2. Menentukan kata-kata susah

3. Brain storming

4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal

5. Mencari Prior Knowledge

6. Menjawab Learning Goal

7. Reporting

8. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau

member masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.

Disccusion Task-StudyTtask

Seorang laki-laki bernama Lukman Hakim, umur 18 tahun dan beragama Islam,

kawin dengan seorang wanita bernama Siti Aminah, umur 17 tahun juga beragama Islam.

Pada saat melakukan perkawinan dihadapan penghulu dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang

saksi dan selanjutnya dicatatkan di Kantor Pencatatan Nikah. Dalam menjalani bahtera

rumah tangga sering terjadi perselisihan pendapat sehingga sering terjadi percekcokan.

Akibatnya perkawinan tersebut tidak langgeng sehingga si suami (Lukman Hakim)

menjatuhkan talak 1 (satu) kepada si istri (Siti Aminah) hingga akhirnya jatuh sampai pada

talak 3 (tiga). Si suami menggugat cerai istrinya di depan Pengadilan Agama setempat.

Selama perkawinan, mereka mempunyai harta kekayaan berupa harta bersama yaitu sebuah

rumah mewah yang dibangun diatas sebidang tanah dengan luas 4 (empat) are, sebuah mobil

dan sebuah sepeda motor. Gugatan suami dikuatkan dengan alat-alat bukti untuk

menguatkan dalilnya. Berdasarkan gugatan dan alat-alat bukti tersebut Pengadilan Agama

berpendapat dan berkeyakinan bahwa gugatan Penggugat dikabulkan, juga termasuk

pembagian harta bersama.

Daftar Bacaan :

Gatot Supramono, 1993, Hukum Pembuktian dalam Peradilan Agama, Alumni

Bandung, hal 14.

M Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara PA.

Page 28: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

--------------------, Hukum Acara Perdata.

Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, hal 137.

I Ketut Tjukup dkk. ,Diktat Hukum Acara Perdata, hal 45

Page 29: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KESEPULUH

Tutorial 6

Mendiskusikan tugas pada Lecture 3

Petunjuk:

a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,

dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag

didiskusikan

b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches

1. Membaca

2. Menentukan kata-kata susah

3. Brain storming

4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal

5. Mencari Prior Knowledge

6. Menjawab Learning Goal

7. Reporting

c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member

masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.

Page 30: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KESEBELAS

Lecture 4

I. Putusan, Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan

a. Pengertian

b. Sistematika putusan

c. Jenis-jenis putusan

d. Kekuatan putusan

e. Upaya hukum biasa

f. Upaya hukum luar biasa

g. Pengertian

h. Jenis-jenis Pelaksanaan putusan

II. Intisari Materi

a. Pengertian Putusan

Pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat Negara yang memberi wewenang untuk itu,

diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara

atas sengketa antara para pihak.

b. Sistematika putusan

Kepala Putusan (demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa)= sebagai kekuatan

eksekusi, Nomor register perkara dan nama pengadilan yang memutus

Identitas Para Pihak

Tentang Duduk perkara

Konsidrans = pertimbangan hukum gugatan dikabulkan, ditolak, atau tidak dapat diterima

Amar / dictum= jawaban petitum gugatan

Penandatanganan.

c. Jenis-jenis putusan

Putusan ditinjau dari kehadiran para pihak Putusan gugatan gugur = menerangkan penggugat atau wakilnya tidak hadir

setelah dipanggil secara patut

Putusan verstek = menerangkan tergugat atau wakilnya tidak hadir setelah di

panggil secara patut

Putusan contradictoir = menerangkan salah satu pihak atau wakilnya tidak

hadir pada putusan diucapkan

Putusan ditinjau dari sifatnya Putusan deklanatoir = bersifat menerangkan apa yang sah

Putusan Constitutief = bersifat memastikan suatu keadaan hukum

Putusan Condemnatoir = bersifat memuat amar menghukum salah satu pihak

yang berperkara

Putusan ditinjau pada saat penjatuhannya

Page 31: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

Putusan sela = dijatuhkan pada saat proses pemeriksaan berlangsung

Putusan akhir = dijatuhkan pada saat akhir pemeriksaan pokok perkara

d. Kekuatan putusan

Kekuatan mengikat = putusan pengadilan hanya mengikat kedua belah pihak yang berperkara

(pasal 1917 KUHper)

Kekuatan Pembuktian = dibuatnya putusan secara tertulis (vonees) adalah merupakan bukti

autentik dan suatu bukti untuk melakukan upaya hukum atau mohon pelaksanaan putusan.

Kekuatan eksekutorial = kekuatan melaksanakan secara paksa oleh alat negara.

e. Upaya hukum biasa

Upaya hukum biasa terdiri dari : Perlawanan (verset), Banding dan Kasasi.

f. Upaya hukum luar biasa

Upaya hukum luar biasa terdiri dari : peninjauan kembali dan perlawanan pihak ketiga.

g. Pengertian Pelaksanaan Putusan

Tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu

perkara, pada dasarnya memuat aturan dan tata cara dari proses dalam pemeriksaan perkara

dipengadilan.

Tindakan yang dilakukan secara paksa terhadap pihak yang kalah dalam perkara, atas suatu

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap

Dasar Hukum

Pasal 195-pasal 208 dan pasal 224 HIR atau Pasal 106 -258 Rbg

h. Jenis-jenis Pelaksanaan putusan

Eksekusi putusan yang menghukum pihak kalah untuk membayar uang Pasal 196 HIR/208

Rbg.

Eksekusi menghukum orang untuk melakukan suatu perbuatan Pasal 225 HIR/259 Rbg.

Eksekusi riil Pasal 1033 HIR Rv memerintahkan pengosongan benda tetap.

Parate eksekusi Eksekusi langsung Pasal 1155 KUH Perdata seorang kreditur menjual

barang-barang tertentu milik debitur tanpa mempunyai title eksekutorial.

III. Bacaan

a. M Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara PA.

b. --------------------, Hukum Acara Perdata.

c. Roihan A Rasyid, HUKUM Acara Peradilan Agama, hal 218, 223.

d. I Ketut Tjukup dkk. ,Diktat Hukum Acara Perdata, hal 56.

Page 32: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KEDUA BELAS

Tutorial 7

Mendiskusikan tugas pada Lecture 4

Petunjuk:

a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,

dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag

didiskusikan

b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches

a. Membaca

b. Menentukan kata-kata susah

c. Brain storming

d. Menemukan/memformulasikan Learning Goal

e. Mencari Prior Knowledge

f. Menjawab Learning Goal

g. Reporting

c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member

masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.

Page 33: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KETIGA BELAS

Tutorial 8

Mendiskusikan tugas pada Lecture 4

Petunjuk:

a. Mahasiswa memilih seorang Disccusion Leader yang akan memimpin jalannya diskusi,

dan seorang Note Keeper yang akan mencatat setiap pertanyaan, pernyataan yag

didiskusikan

b. Proses berdiskusi menggunakan 7 jump approaches

1. Membaca

2. Menentukan kata-kata susah

3. Brain storming

4. Menemukan/memformulasikan Learning Goal

5. Mencari Prior Knowledge

6. Menjawab Learning Goal

7. Reporting

c. Masing masing siswa harus aktif bertanya, menanggapi/berargumentasi atau member

masukan dengan aturan main secara tertib dan terarah.

Page 34: DIKTAT MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA...Peradilan agama adalah saalah satu dari peradilan negara di indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, yang berwenang dalam

PERTEMUAN KEEMPAT BELAS

MASA UAS