Diktat Kewirausahaan Ppg

132
 1 Kewirausahaan [email protected]  politeknik piksi ganesha © 2014 BAB I KEWIRAUSAHAAN 1.1. Menumbuhkan Minat b erwir ausa ha Seti ap ora ng mempunyai idaman atau cita -cit a unt uk dap at hidup bah agia mes kipun  barangkali kurang mempunyai pengertian yang jelas tentang apa yang sebenarnya disebut keb ahag iaan itu. Ses eor ang berb uat dan berup aya dengan cara ya ng kurang tepat atau bahka n ada yang dengan jalan melanggar hukum keadilan untuk mewujudkan idaman hidup bahagia itu. Pada sebagian besar anggota masyarakat Indonesia telah terdapat kesadaran terhadap pentingnya  pendidikan dalam usaha mewujudkan idaman hidup bahagia. Kesejahteraan hidup tidak dapat di capai ha nya de ngan be rpangk u tan ga n sambi l menung gu dan meng harapkan nas ib ba ik. kesejah teraan hidu p harus dicapai melalui bekerja . Peker jaan yang dilaksan akan oleh manusia  belum tentu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi perwujudan kehidupan sejahtera yang diidam-idamkan, dan agar pekerjaan manusia menjadi efektif maka manusia harus banyak belajar. Dal am rangka men capai cita -cit a hid up, banyak sekali orang yan g ber lomba- lomba menemp uh pendidika n di sekolah-sek olah formal. Untuk mencap ai keseja hteraan hidup, manusia mencari sekolah-sekolah dan memperoleh pengajaran sampai ke tingkat pendidikan formal yang lebih tingg i. Bany ak orang tua dan bahkan anak-ana k muda yang merasa bangga apabil a anak- anak tersebu t dapat mendu duki bang ku sekolah yang lebih tinggi. Orang -orang bersu sah payah untuk menamatkan belajar di sekolah-sekolah formal dengan disertai banyak pengorbanan, baik  berupa harta benda maupun kasih sayang keluarga. Banyak pemuda yang tertipu dengan angan- angan sendiri, yang menyangka bahwa dengan bersusah payah dan berlomba-lomba bersekolah ke tingk at yang semakin tinggi akan dijumpai lapangan kerja, status sosial serta hal-ha l lainny a yang diidam-idamkan. Bany ak pemuda yang kemudi an mencari pekerjaa n sekenanya atau frustras i, dan akh irny a iku t and il dal am pen ing kat an jumlah penganggura n, baik pengan gguran ya ng kentara maupun pengangguran yang tidak kentara. Fenomena di atas kemudian memunculkan sebuah pertanyaan: Siapakah yang bersalah,  pihak sekolah atau pihak lulusan sekolah? Jawabannya adalah tidak ada yang salah pada keduanya, karena di dunia ini di mana tuntutan-tuntutan hidup manusia semakin hari semakin  berat dan kompleks, maka tugas yang dibebankan kepada sekolah juga menjadi semakin berat,

description

Diktat Kewirausahaan Ppg

Transcript of Diktat Kewirausahaan Ppg

  • 1Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    BAB I

    KEWIRAUSAHAAN

    1.1. Menumbuhkan Minat berwirausaha

    Setiap orang mempunyai idaman atau cita-cita untuk dapat hidup bahagia meskipun

    barangkali kurang mempunyai pengertian yang jelas tentang apa yang sebenarnya disebut

    kebahagiaan itu. Seseorang berbuat dan berupaya dengan cara yang kurang tepat atau bahkan

    ada yang dengan jalan melanggar hukum keadilan untuk mewujudkan idaman hidup bahagia itu.

    Pada sebagian besar anggota masyarakat Indonesia telah terdapat kesadaran terhadap pentingnya

    pendidikan dalam usaha mewujudkan idaman hidup bahagia. Kesejahteraan hidup tidak dapat

    dicapai hanya dengan berpangku tangan sambil menunggu dan mengharapkan nasib baik.

    kesejahteraan hidup harus dicapai melalui bekerja. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia

    belum tentu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi perwujudan kehidupan sejahtera yang

    diidam-idamkan, dan agar pekerjaan manusia menjadi efektif maka manusia harus banyak belajar.

    Dalam rangka mencapai cita-cita hidup, banyak sekali orang yang berlomba-lomba

    menempuh pendidikan di sekolah-sekolah formal. Untuk mencapai kesejahteraan hidup, manusia

    mencari sekolah-sekolah dan memperoleh pengajaran sampai ke tingkat pendidikan formal yang

    lebih tinggi. Banyak orang tua dan bahkan anak-anak muda yang merasa bangga apabila anak-

    anak tersebut dapat menduduki bangku sekolah yang lebih tinggi. Orang-orang bersusah payah

    untuk menamatkan belajar di sekolah-sekolah formal dengan disertai banyak pengorbanan, baik

    berupa harta benda maupun kasih sayang keluarga. Banyak pemuda yang tertipu dengan angan-

    angan sendiri, yang menyangka bahwa dengan bersusah payah dan berlomba-lomba bersekolah ke

    tingkat yang semakin tinggi akan dijumpai lapangan kerja, status sosial serta hal-hal lainnya yang

    diidam-idamkan. Banyak pemuda yang kemudian mencari pekerjaan sekenanya atau frustrasi,

    dan akhirnya ikut andil dalam peningkatan jumlah pengangguran, baik pengangguran yang

    kentara maupun pengangguran yang tidak kentara.

    Fenomena di atas kemudian memunculkan sebuah pertanyaan: Siapakah yang bersalah,

    pihak sekolah atau pihak lulusan sekolah? Jawabannya adalah tidak ada yang salah pada

    keduanya, karena di dunia ini di mana tuntutan-tuntutan hidup manusia semakin hari semakin

    berat dan kompleks, maka tugas yang dibebankan kepada sekolah juga menjadi semakin berat,

  • 2Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    sedangkan kemampuan sekolah itu ada batasnya. Sekolah sebagai pendidikan formal bukanlah

    satu-satunya jawaban terhadap permasalahan cita-cita kesejahteraan hidup manusia.

    Kebanyakan para lulusan pendidikan formal setelah menyelesaikan studinya cenderung

    untuk berupaya mencari pekerjaan. Kebanyakan para lulusan pendidikan formal berharap dan

    berpendirian dapat memperoleh pekerjaan yang tetap dan dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.

    Pendidikan pada hakekatnya bukan hanya sekedar warisan budaya dan hasil peradaban manusia.

    Pendidikan adalah daya upaya untuk menolong manusia memperoleh kesejateraan hidup.

    Kesejahteraan hidup pribadi dapat dicapai apabila manusia mengalami perkembangan pribadi

    secara maksimal. Pendidikan dilangsungkan untuk membantu perkembangan seluruh aspek

    kepribadian manusia sehingga dengan demikian manusia itu dapat mengusahakan kehidupannya

    sendiri yang sejahtera.

    Tujuan pendidikan adalah mewujudkan pribadi-pribadi yang mampu menolong diri sendiri

    ataupun orang lain, sehingga dengan demikian terwujudlah kehidupan manusia yang sejahtera.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berusaha memberikan pertolongan agar manusia

    mengalami perkembangan pribadi. Pendidikan memberikan latihan-latihan terhadap karakter,

    kognisi, serta jasmani manusia.

    Manusia itu sendiri pada hakekatnya merupakan pribadi yang berkembang mengikuti

    hukum serta kekuatan kodrati yang telah dianugerahkan oleh Alloh subhana wataala kepada

    pribadi itu. Perkembangan pribadi manusia dapat terhambat ataupun tertunjang oleh stimuli

    lingkungannya. Fungsi pendidikan adalah memberikan kondisi yang menunjang perkembangan

    segala aspek kepribadian manusia. Pendidikan hanyalah sebagai pertolongan agar dengan potensi

    dan kapasitas pribadi yang ada, manusia akhirnya dapat hidup secara mandiri, bertanggung jawab

    atas kesejahteraan orang lain.

    Semakin maju suatu negara, semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak pula orang

    menganggur maka semakin dirasakan pentingya dunia wirausaha. Pembangunan akan lebih

    berhasil jika ditunjang oleh kegiatan wirausaha yang dapat membuka lapangan kerja karena

    kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak mampu menggarap semua aspek

    pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja personalia dan pengawasan.

    Wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha

    sendiri. Kenyataan yang dihadapai sekarang adalah bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih

    sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat sehingga persoalan pembangunan wirausaha

    Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan.

  • 3Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    Anak-anak muda saat ini mulai tertarik dan melirik profesi bisnis yang cukup menjanjikan

    masa depan yang cerah. Kaum remaja saat ini dengan latar belakang profesi orang tua yang

    beraneka ragam mulai mengarahkan pandangannya ke bidang bisnis. Hal ini didorong oleh

    kondisi persaingan di antara pencari kerja yang mulai ketat. Lowongan pekerjaan mulai terasa

    sempit, posisi pegawai negeri kurang menarik, ditambah lagi dengan policy zero growth oleh

    pemerintah dalam bidang kepegawaian.

    Orang tua saat ini sudah tidak berpandangan negatif lagi pada dunia bisnis. Anak-anak

    muda tidak lagi malu untuk berdagang bahkan para artis pun banyak yang terjun ke dunia bisnis

    yang bergerak dalam berbagai komoditi. Sikap-sikap inovatif, kreatif, serta bekerja efektif dan

    efisien perlu dimiliki dalam mengembangkan semangat kewirausahaan. Hal ini dapat menjadi

    faktor pendorong terwujudnya keberhasilan bagi seorang wirausaha.

    1.2. MODEL PROSES KEWIRAUSAHAAN

    Proses kewirausahaan atau kewiraswastaan menurut Mamduh M. Hanafi (2003: 94-1010)

    terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

    1) Kesempatan dan Ide.

    Kewirausahaan dimulai dari adanya kesempatan bisnis yang dengan jeli dapat dilihat

    oleh seorang wirausaha. Kesempatan itu datang dari perubahan-perubahan dalam lingkungan

    atau dari kejelian wirausahawan dalam melihat suatu peluang. Kesempatan dan ide terkadang

    datang pada waktu wirausahawan masih bekerja pada suatu perusahaan. Contohnya, Ray Kroc

    melihat masa depan McDonalds ketika masih bekerja sebagai salesman mesin pengocok

    susu. Pelayanan yang cepat di restoran fast food yang dimiliki oleh McDonald bersaudara

    membuat Ray tertarik untuk mengembangkan ide tersebut lebih lanjut.

    Gambar 1.1 Model Proses KewirausahaanSumber: Mamduh M. Hanafi, 2003: 94.

    Kesempatandan Ide

    RencanaBisnis Formal

    Halanganuntuk Masuk

    Strategi

    BentukOrganisasi

    Faktor-Faktor PenentuKesuksesan

    Memelihara SemangatKewirausahaan

  • 4Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    2) Rencana Bisnis Formal.

    Rencana Bisnis Formal adalah dokumen yang disiapkan untuk mendirikan bisnis. Rencana

    bisnis semacam ini sudah biasa dilakukan oleh perusahaan yang besar. Usaha kecil juga

    semakin didorong untuk membuat rencana bisnis semacam itu karena persyaratan dari bank

    atau calon pemberi dana. Rencana semacam itu membantu wirausahawan dalam hal

    perencanaan. Organisasi yang besar tidak hanya membutuhkan jam kerja yang panjang dan

    kerja keras, tetapi perencanaan dan koordinasi. Bentuk dan format rencana bisnis bisa

    bermacam-macam. Studi kelayakan bisnis memungkinkan calon pemberi dana untuk

    mengevaluasi prospek dan resiko suatu bisnis. Studi kelayakan dapat dikerjakan sendiri atau

    oleh konsultan dari luar.

    3) Halangan untuk Masuk.

    Seorang wirausahawan, meskipun mempunyai ide tidak akan memasuki dunia usaha begitu

    saja karena banyak halangan yang muncul. Ide yang dimiliki bisa saja tidak dapat

    dilaksanakan atau tidak cukup praktis, atau mungkin masih terikat dengan perusahaan

    tempatnya bekerja saat ini, atau tidak mempunyai kemauan untuk berdiri sendiri. Penyebab

    lain adalah pengetahuan pasar yang kurang, cara memasarkan yang kurang efektif, atau

    jaringan jaringan kerja dan informasi kurang mendukung. Penyebab lainnya adalah tidak

    dapat menemukan tenaga kerja yang terampil, tidak mempunyai modal yang cukup, adanya

    halangan buatan seperti peraturan pemerintah atau asosiasi yang membatasi jumlah anggota

    yang dapat terjun ke pasar. Fenomena asosiasi nampaknya cukup banyak terjadi di Indonesia.

    Halangan lainnya adalah karena wirausahawan dipandang mempunyai status sosial yang

    rendah (kerja lapangan sementara statusnya saat ini bekerja di kantor).

    4) Strategi Memasuki Pasar.

    Seorang wirausahawan bisa memasuki pasar melalui tiga cara, yaitu:

    a. Membangun perusahaan baru.

    Pendirian perusahaan baru memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungannya adalah

    memulai dari nol sehingga semangat kerja masih segar dan membangun jaringan kerja dari

    nol sehingga dapat terbebas dari belenggu jaringan kerja yang ada. Kelemahannya adalah

    ketidakpastian yang tinggi, informasi yang masih belum jelas, waktu yang lama untuk

    menyiapkan bisnis, sulit memperoleh dana yang cukup murah dengan persyaratan yang

    menguntungkan. Bank biasanya lebih menyukai bisnis yang sudah berjalan karena

  • 5Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    informasi yang telah ada. Bisnis baru biasanya lebih sesuai didanai oleh modal ventura

    atau cara penyertaan. Resiko bisnis dapat ditanggung bersama antara investor dengan

    bisnis baru melalui cara penyertaan. Investor mau mengambil resiko yang lebih tinggi

    karena ingin memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Keuntungan tersebut diperoleh

    dari deviden ditambah kenaikan harga saham (selisih antara nilai saham pada waktu dijual

    dengan pada waktu dibeli).

    b. Membeli perusahaan yang sudah ada.

    Pembelian perusahaan yang sudah ada memiliki keuntungan antara lain lebih cepat, bisa

    memanfaatkan jaringan bisnis yang sudah ada dan mapan, informasi sudah ada sehingga

    analisis dapat dilakukan dengan lebih mudah, dan dapat memperoleh pendanaan yang

    menguntungkan. Kelemahannya adalah terbelenggu jaringan yang ada (jika jaringan

    tersebut tidak menguntungkan), kurangnya ide segar, mewarisi permasalahan yang ada

    dari perusahaan yang dibeli.

    c. Waralaba (Franchising).

    Waralaba adalah bentuk usaha yang semakin populer. Waralaba merupakan perjanjian

    lisensi antara perusahaan pusat dan franchisor yang menjalankan lisensi tersebut. Ada dua

    pihak yang terlibat dalam kontrak bisnis semacam ini, yaitu franchisor dan franchising.

    Franchisor memegang nama/merek tertentu, sedangkan franchisee menjalankan bisnis

    dengan menggunakan merek/nama tersebut. Contoh waralaba yang populer adalah

    McDonald. Waralaba memiliki keuntungan terutama karena bantuan dan nasehat dari

    perusahaan pusat, penggunaan nama yang sudah mapan, terkadang perusahaan pusat

    memberikan bantuan keuangan. Kelemahannya adalah adanya pembatasan atau

    ketentuan dari perusahaan pusat. Perusahaan pusat, untuk menjamin pelayanan atau

    produk yang standar, akan berusaha ketat menyeragamkan pelayanan seluruh

    waralabanya. Franchisee biasanya juga harus melakukan bisnis (contohnya bahan baku)

    dari perusahaan pusat atau pemasok yang telah ditunjuk. Hal ini membatasi kebebasan

    franchisee, meskipun demikian ada beberapa contoh di mana wilayah kebebasan masih

    dapat dilakukan, contohnya promosi lokal. Waralaba ini cenderung mahal karena harus

    menyerahkan sebagian keuntungan ke perusahaan pusat.

  • 6Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    5) Bentuk Organisasi

    Wirausahawan dapat memilih beberapa bentuk organisasi setelah memasuki pasar. Bentuk-

    bentuk organisasi tersebut dapat berupa:

    a) Usaha Perorangan. Jenis usaha ini perorangan karena tidak banyak diperlukan prosedur

    formal. Kewajiban yang ditanggung wirausahawan tidak terbatas, sampai ke kekayaan

    pribadi, jika pemilik meninggal dunia maka usahanya akan berakhir. Usaha tersebut dapat

    dijual setiap saat sedangkan modal biasanya datang dari pribadi pendirinya. Manajemen

    usaha perorangan cukup bebas karena tidak diawasi oleh badan tertentu.

    b) Firma atau partnership (Kemitraan). Firma merupakan gabungan beberapa orang yang

    menjadi partner, jika ada partner yang hanya memasok modal, tidak ikut campur tangan

    dalam pengelolaan operasional, maka partner tersebut dinamakan partner pasif.

    Kewajiban partner tidak terbatas, yang artinya sampai pada kekayaan pribadi. Firma dapat

    pula berhenti atau bubar dengan kematian salah satu partner atau keputusan berhenti salah

    satu partner. Partner menjual bagiannya ke pihak luar atas persetujuan lainnya.

    Manajemen firma cukup bebas dalam arti tidak diawasi oleh lembaga atau badan tertentu,

    dan modal datang dari para partner.

    c) Perseroan. Jenis usaha ini paling kompleks, tetapi mempunyai kesempatan berkembang

    lebih besar karena dapat memanfaatkan modal yang lebih besar. Modal datang dari

    pemegang saham, dan kewajiban terbatas hanya sampai pada modal yang disetorkan, jika

    terjadi kebangkrutan maka kewajiban tidak berlanjut sampai ke kekayaan pribadi. Umur

    perseroan dapat disepakati tidak terbatas, atau ditentukan selama jangka waltu tertentu,

    tergantung apa yang dicantumkan di Anggaran Dasar. Saham dapat dijual atau

    diperdagangkan di Bursa Efek untuk yang go-public. Manajemen perseroan diawasi oleh

    Dewan Komisaris atau badan sejenisnya, yang biasanya mewakili pemegang saham.

    Investasi pemegang saham dilakukan dengan menyetor modal saham atau membeli saham.

    6) Faktor Penentu Keberhasilan

    Wirausahawan harus berhati-hati terhadap faktor yang dapat menyebabkan kegagalan usaha

    setelah usaha kecil. Penyebab-penyebab kegagalan usaha kecil di antaranya adalah:

    a. Struktur permodalan yang kurang;

    b. Kekurangan modal untuk membeli barang modal dan peralatan;

    c. Kekurangan modal untuk memanfaatkan barang persediaan yang dijual dengan potongan

    kuantitas, atau jenis potongan lainnya;

  • 7Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    d. Menggunakan peralatan dan metode bisnis yang ketinggalan zaman;

    e. Gagal menerapkan pengendalian persediaan;

    f. Tidak dapat melakukan pengendalian kredit;

    g. Kurang memadainya catatan akuntansi;

    h. Ketiadaan perencanaan bisnis;

    i. Ketidakmampuan mendeteksi dan memahami perubahan pasar;

    j. Ketidakmampuan memahami perubahan kondisi ekonomi;

    k. Tidak menyiapkan rencana untuk situasi darurat atau di luar dugaan;

    l. Ketidakmampuan mengantisipasi dan merencanakan kebutuhan keuangan;

    m. Kualifikasi pribadi;

    n. Kurangnya pengetahuan bisnis;

    o. Tidak mau bekerja terlalu keras;

    p. Tidak mau mendelegasikan tugas dan wewenang;

    q. Ketidakmampuan memelihara hubungna baik dengan konsumen.

    7) Memelihara Semangat Kewirausahaan

    Kewirausahaan didorong oleh kesempatan yang dipersepsikan. Tekanan yang dialami adalah

    hilangnya kesempatan karena perubahan lingkungan. Perilaku adminstratif didorong ataupun

    dikendalikan oleh sumber daya yang ada dan kemudian berusaha mencari kesempatan yang

    sesuai. Tekanan datang dari kontrak sosial dengan kolega atau bawahan, dan dari sistem

    pengendalian dan evaluasi organisasi. Semangat kewirausahaan dalam organisasi perlu

    dikembangkan melalu intrapreunership. Intrapreunership adalah seorang wirausaha yang

    bekerja dalam suatu organisasi untuk mengembankan produk atau jasa tertentu.

    Intrapreunership diharapkan bisa melakukan suatu tugas dengan kreatif, berbeda dari anggota

    organisasi lainnya.

    1.3. MOTIVASI MERINTIS USAHA

    Di negara-negara maju, keinginan seseorang untuk menjadi bos terhadap dirinya sendiri

    cukup besar, berkeinginan sukses tanpa harus di bawah tekanan orang, misalnya meskipun

    perusahaan berjalan satu tahun, sudah berusaha keras untuk diwaralabakan. Keberanian

    seseorang untuk mendirikan usaha sendiri (berwirausaha) seringkali terdorong oleh motivasi dari

    guru atau dosennya, atau koperasi yang memberikan mata kuliah berkewirausahaan yang praktis

  • 8Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    dan menarik, sehingga dapat membangkitkan minat mahasiwa untuk mulai mencoba

    berwirausaha.

    Dorongan atau motivasi untuk berwirausaha biasanya muncul dengan sendirinya setelah

    memiliki bekal cukup untuk mengelola usaha dan siap mental secara total. Motivasi seseorang

    untuk menjadi wirausahawan antara lain adalah:

    1. Laba, yaitu dapat menentukan berapa laba yang dikehendaki, keuntungan yang diterima, dan

    berapa yang akan dibayarkan kepada pihak lain atau pegawainya.

    2. Kebebasan, yaitu bebas mengatur waktu, bebas dari pengawasan, bebas aturan main yang

    menekan/intervensi, dan bebas dari aturan budaya perusahaan.

    3. Impian personal, yaitu bebas mencapai standar hidup yang diharapkan, lepas dari rutinitas

    kerja yang membosankan, karena harus mengikuti visi, misi, impian orang lain. Imbalan

    untuk menentukan nasib/visi, misi, dan impiannya sendiri.

    4. Kemandirian, yaitu memiliki rasa bangga karena dapat mandiri dalam segala hal, seperti

    permodalan, mandiri dalam pengelolaan/manajemen, mandiri dalam pengawasan, serta

    menjadi manajer terhadap dirinya sendiri.

    Berwirausaha akan membuat seseorang termotivasi untuk memperolehimbalan minimal

    dalam bentuk laba, kebebasan, impian personal yang mungkin menjadi kenyataan, kemandirian di

    samping memiliki peluan-peluang pengembangan usaha, dan memiliki peluang untuk

    mengendalikan nasibnya sendiri. Seorang wirausaha tidak menunggu hari gajian atau tanggal

    gajian, tetapi setiap hari diharapkan memperoleh pendapatn utin. Seorang wirausaha akan

    berusaha sistem bisnisnya dapat dijalankan orang lain, sehingga dirinya dapat bersantai.

    Perbedaan esensial antara wirausahawan dan karyawan atau orang kantoran adalah sebagai

    berikut:Tabel 1.1 Perbedaan antara Wirausahawan dan Karyawan

    WIRAUSAHAWAN KARYAWAN1. Penghasilan bervariasi atau tidak teratur, sehingga

    pada tahap awal sulit mengatur (tidak merasaaman) karena penghasilan tidak pasti.

    2. Memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadiorang kaya, penghasilan sebulan dapat menutupipengeluaran atau biaya hidup untuk satu tahun.

    3. Pekerjaan bersifat tidak rutin.4. Kebebasan waktu yang tinggi (tidak terikat jam

    kerja).5. Tidak ada kepastian (ketidakpastian tinggi) dalam

    banyak hal termasuk meramalkan kekayaan.6. Kreativitas dan inovasi dituntut setiap saat.7. Ketergantungan rendah.

    1. Memiliki penghasilan pasti atau teratur, sehinggamudah diatur (rasa aman) meskipun gaji kecil.

    2. Peluang kaya relatif (sangat tergantung kemujurandan karier).

    3. Pekerjaan bersifat rutin.4. Waktu tidak bebas (terikat) pada jadwal/jam kerja

    perusahaan.5. Ada kepastian (dapat diprediksi) dalam banyak hal,

    kekayaan dapat diramal/dihitung.6. Bersifat menunggu instruksi/perintah.7. Ketergantungan tinggi.8. Resiko relatif rendah bahkan dapat diramalkan .9. Menjadi bos relatif sulit apalagi bekerja pada

  • 9Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    8. Berbagai resiko tinggi (aset dapat hilang biladijadikan sebagai agunan dalam pinjaman) danusahanya bangkrut.

    9. Terbuka peluang untuk menjadi bos.10. Tanggung jawab besar.

    perusahaan keluarga.10.Tanggung jawab relatif.

    Sumber: Basrowi, 2011: 68.

    1.4. FAKTOR KRITIS UNTUK MEMULAI USAHA BARU

    Kewirausahaan menurut Thomas Zimmerer, dkk (2008: 59) adalah hasil dari proses

    disiplin dalam menerapkan kreativitas dan inovasi terhadap kebutuhan dan peluang di pasar.

    Wirausahawan adalah orang yang menghubungkan ide kreatif dengan tindakan dan struktur bisnis

    tertentu. Kewirausahaan yang sukses adalah proses konstan yang mengandalkan kreativitas,

    inovasi, dan penerapannya di pasar. Ini termasuk menerapkan strategi terfokus terhadap ide dan

    pandangan baru untuk menciptakan produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan pelanggan atau

    memecahkan masalah para pelanggan.

    Thomas Zimmerer, dkk (2008: 57) mengemukakan bahwa Kreativitas (creativity) adalah

    kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam

    melihat masalah dan peluang. Inovasi (innovation) adalah kemampuan untuk menerapkan solusi

    kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan

    orang-orang. Kreativitas diartikan juga sebagai memikirkan hal-hal baru dan inovasi adalah

    mengerjakan hal-hal baru. Seorang wirausahawan yang sukses adalah orang yang memikirkan

    dan mengerjakan hal-hal baru, atau hal-hal lama dengan cara-cara baru.

    Seorang wirausahawan yang sukses tidak hanya cukup memiliki ide yang hebat, tetapi

    juga harus mengubah ide menjadi produk, jasa, atau usaha bisnis yang berwujud. Peter Drucker

    berpendapat bahwa Inovasi merupakan instrumen khusus wirausahawan, sarana yang digunakan

    oleh wirausahawan untuk mengeksploitasi perubahan menjadi peluang untuk bisnis atau jasa yang

    berbeda.

    Wirausahawan yang sukses memiliki ide dan kemudian mencari cara agar ide tersebut

    sukses memecahkan masalah atau memuaskan kebutuhan. Kreativtias dan Inovasi sangat penting

    bagi kesuksesan dan keberlangsungan perusahaan. Kreativitas dan Inovasi menjadi semacam

    penentu bagi bisnis kewirausahaan berskala kecil. Pikiran kreatif atau berpikir kreatif telah

    menjadi inti keterampilan bisnis, dan wirausahawan menjadi pemimpin dalam usaha

    mengembangkan dan menerapkan keterampilan tersebut. Kreativitas dan Inovasi, pada

    kenyataannya, seringkali menjadi jantung bagi kemampuan perusahaan kecil untuk dapat bersaing

  • 10Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    dengan pesaing yang lebih besar. Perusahaan kecil meskipun tidak mampu melebihi pesaing yang

    lebih besar, namun perusahaan kecil dapat menciptakan keunggulan bersaing yangkuat dan efektif

    terhadap perusahaan besar secara lebih kreatif dan inovatif. Hidup dan mati perusahaan yang

    sukses saat ini adalah mengikuti kualitas ide dari para wirausahawannya.

    Inovasi juga berarti menciptakan sesuatu dari nol, akan tetapi inovasi biasanya cendrung

    merupakan hasil dari usaha mengelobarasi hal-hal yang sudah ada, dari usaha menggabungkan

    hal-hal lama dengan cara-cara baru, atau dari mengambil sesuatu untuk menciptakan sesuatu yang

    lebih sederhana atau lebih baik. Ide kreatif bisa timbul dari tempat yang tidak diduga

    sebelumnya. Ide kreatif juga sering timbul ketika seorang wirausahawan menatap sesuatu yang

    kuno dan memikirkan sesuatu yang baru atau berbeda.

    Inovasi harus menjadi proses yang konstan karena kebanyakan ide tidak akan sukses dan

    kebanyakan inovasi akan gagal. Seorang wirausahawan harus menyadari bahwa kegagalan

    seringkali menemani inovasi, dan bersedia menerima kegagalan tersebut karena kegagalan

    semata-mata merupakan bagian dari proses kreatif. Kewirausahaan meminta pemilik bisnis

    bertindak cukup berani dalam mencoba ide barunya, cukup fleksibel untuk mengesampingkan ide

    yang tidak sukses, dan cukup bijaksana untuk belajar mengenai apa yang akan sukses berdasarkan

    observasi wirausahawan terhadap ide yang tidak sukses.

    Kreativitas, dalam perekonomian global di mana persaingan sangat ketat dan berkecepatan

    tinggi, kreativitas tidak hanya menjadi sumber penting untuk mengembangkan keunggulan

    bersaing tetapi juga merupakan kebutuhan untuk keberlangsungan hidup. Wirausahawan ketika

    mengembangkan solusi kreatif terhadap masalah-masalah moderen, harus menjangkau lebih jauh

    daripada segala hal yang telah sukses di masa lalu. Upaya mengubah organisasi menjadi mesin

    inovasi mewajibkan wirausahawan untuk menolak batasan asumsi, keyakinan, dan perilaku, serta

    kebutuhan dan nilai.

    Wirausahawan harus selalu waspada terhadap asumsi dan perspektif tradisional mengenai

    cara yang berlaku karena cara-cara tersebut dapat mematikan kreativitas. Hambatan mental yang

    dibebankan pada diri sendiri dan paradigma lain yang cenderung dibentuk orang selam beberapa

    waktu menolak lahirnya kreativitas. Paradigma adalah gagasan yang telah disusun mengenai

    dunia ini, seperti apa seharusnya dan cara seharusnya beroperasi. Gagasan-gagasan ini menjadi

    begitu berakar dalam benak seseorang sehingga menjadi rintangan yang tidak dapat disingkirkan

    untuk berpikir secara kreatif, walaupun gagasan-gagasan ini mungkin bersifat kuno, usang, dan

    tidak relevan lagi.

  • 11Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    1.4.1. Rintangan-Rintangan bagi Kreativitas

    Roger von Oech (dalam Zimmerer, dkk, 2008: 68-74) mengidentifikasi sepuluh kunci

    mental yang membatasi kreativitas seseorang, antara lain:

    1. Mencari satu jawaban yang tepat.

    2. Berfokus untuk berpikir logis. Logika adalah bagian yang sangat penting dalam proses

    kreatif, terutama ketika mengevaluasi ide dan menerapkannya, tetapi dalam fase imajinatif

    awal dari proses tersebut, pemikiran logis dapat menghambat kreativitas. Perilaku terlalu

    berfokus untuk menjadi logis juga menghambat penggunaan salah satu dari penciptaan pikiran

    yang sangat kuat, yaitu Intuisi. Von Oech menyarankan agar seseorang memikirkan sesuatu

    secara berbeda dan untuk dengan bebas menggunakan pemikiran tidak logis, terutama dalam

    fase imajinatif proses kreatif. Intuisi, yang bergantung pada kumpulan pengetahuan dan

    pengalaman yang dihadapi seseorang selama beberapa waktu dalam hidupnya dan terletak

    dalam alam bawah sadarnya, dapat dibuka. Hal tersebut merupakan bagian dari proses kreatif

    karena penggunaannya seringkali menyebabkan seseorang harus meruntuhkan asumsi lama

    yang membatasi kreativitas dan inovasi.

    3. Mengikuti aturan secara membabi buta. Sejak masih sangat kecil, seseorang belajar untuk

    tidak mewarnai di luar garis, dan aturan seperti itu dipenuhi secara membabi buta sampai

    dewasa. Kreativitas terkadang bergantun pada kemampuan seseorang melanggar aturan yang

    ada sehingga dapat melihat cara-cara baru melakukan sesuatu.

    4. Terus-menerus bersifat praktis. Membayangkan jawaban yang tidak praktis terhadap

    pertanyaan-pertanyaan bagaimana bila dapat menjadi batu loncatan yang sangat kuat

    terhadap ide-ide kreatif. Menyingkirkan kepraktisan selama beberapa waktu dapat

    membebaskan pikiran untuk mempertimbangkan solusi kreatif tidak akan pernah timbul.

    Dengan secara teratur mengesampingkan praktek rutin akan memungkinkan para

    wirausahawan memikirkan suatu produk atau konsep dari suatu area dan menggunakannya

    dengan cara yang benar-benar berbeda.

    5. Memandang permainan sebagai hal yang tidak berguna. Sikap menyukai permainan

    merupakan dasar dari berpikir kreatif. Ada hubungan yang erat antara humor haha dan

    penemuan aha. Permainan memberikan peluang kepada seseorang untuk menemukan

    kembali kenyataan dan merumuskan kembali cara-cara melakukan sesuatu. Anak-anak

    belajar ketika bermain, demikian pula halnya dengan wirasahawan. Wirausahawan dapat

    mengambil manfaat dari permainan seperti yang dilakukan oleh anak-anak. Wirausahawan

  • 12Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    juga dapat belajar untuk mencoba menemukan sesuatu yang berhasil dan sesuatu yang tidak

    berhasil. Kreativitas membuahkan hasil ketika wirausahawan mengambil sesuatu yang telah

    dipelajari sewaktu bermain, mengevaluasinya, memperkuatnya dengan pengetahuan lain, dan

    mempraktekkannya. Doronglah para karyawan untuk tetap bergembira ketika memecahkan

    masalah; besar kemungkinan para karyawan akan lebih bisa mengatasi berbagai batasan dan

    akan menghasilkan solusi kreatif yang orisinil ketika melakukan pekerjaan.

    6. Menjadi terlalu terspesialisasi. Menetapkan masalah pemasaran atau produksi, atau bidang

    lain sebagai salah satu masalah yang berdiri sendiri, bisa membatasi kemampuan seseorang

    untuk melihat kemungkinan bagaimana masalah tersebut terkait dengan masalah lain. Pemikir

    kreatif cenderung menjadi penjelajah, mencari beberapa ide di luar bidang keahliannya.

    Contoh: ide deodorant berbentuk roll-on berasal dari bolpoin tinta.

    7. Menghindari ambiguitas. Ambiguitas (makna ganda) dapat menjadi rangsangan kreatif yang

    sangat kuat; hal tersebut mendorong seseorang untuk berpikir dengan cara berbeda.

    Perilaku sangat terperinci dalam situasi imajinatif cendrung melumpuhkan kreativitas, tetapi

    ambiguitas ini mengharuskan wirausahawan mempertimbangkan dua pikiran yang berbeda,

    bahkan seringkali bertentangan pada waktu yang sama, yang menjadi saluran langsung bagi

    kreativitas. Situasi ambigu ini memaksa wirausahawan memperluas pkiran di luar batasan-

    batasan normal dan untuk mempertimbangkan pilihan kreatif yang seringkali diabaikan.

    Ambiguitas walaupun bukan elemen yang diinginkan ketika wirausahawan mengevaluasi dan

    menerapkan ide-ide, hal tersebut merupakan alat yang berguna ketika wirausahawan mencari

    ide dan solusi kreatif. Wirausahawan dikenal suka mengajukan pertanyaan dan kemudian

    melangkah melampaui jawaban pertama untuk menyelidiki kemungkinan jawaban lainnya.

    Hasilnya adalah bahwa wirausahawan sering menemukan peluang bisnis dengan cara

    menciptakan situasi yang ambigu.

    8. Takut terlihat tolol. Pemikiran kreatif bukan tempat untuk konvensionalitas. Ide-ide baru

    jarang muncul dari lingkungan yang konvensional. Seseorang cenderung menjadi

    konvensional karena tidak ingin terlihat bodoh. Pekerjaan bodoh adalah melanggar kebiasaan

    dan aturan yang membuat seseorang berpikir dengan cara yang sama. Para wirausahawan

    seringkali melakukan satu fungsi penting yaitu pemusnahan kreatif ketika memikirkan

    kembali asumsi-asumsi konvensional dan membuang asumsi yang tidak berguna lagi. Fungsi

    para wirausahawan adalah mereformasi dan merevolusi pola produksi dengan cara

    memanfaatkan penemuan atau, dengan lebih umum, memanfaatkan peluang teknologi yang

    belum dicoba untuk memproduksi komoditas baru atau memproduksi komoditas lama dengan

  • 13Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    cara baru, dengan cara membuka sumber bahan produksi atau outlet baru untuk sebuah

    produk.

    9. Takut salah dan gagal. Orang-orang kreatif menyadari bahwa mencoba sesuatu yang baru

    seringkali mengarah pada kegagalan, tetapi tidak melihat kegagalan sebagai akhir. Kegagalan

    merupakan bagian penting dari proses kreatif. Kewirausahaan seluruhnya merupakan peluang

    untuk gagal. Wirausahawan ada yang berkali-kali gagal sebelum akhirnya meraih sukses.

    Kuncinya adalah melihat kegagalan apa adanya. Wirausahawan yang bersedia mengambil

    resiko kegagalan dan belajar dari kegagalan tersebut memiliki peluang terbaik untuk sukses

    setiap kali mencoba. Seseorang gagal karena idenya tidak tepat, tetapi seseorang harus belajar

    untuk gagal secara cerdas. Jika seseorang gagal, cari tahu alasan mengapa orang itu gagal dan

    tiap kali menemukannya hal itu akan membawa orang tersebut mendekati tujuan.

    Wirausahawan yang sukses menyamakan kegagalan dengan inovasi, bukannya dengan

    kekalahan.

    1.4.2. Sepuluh Rahasia untuk Mengarahkan Kreativitas

    Para pemimpin dalam berbagai perusahaan yang inovatif mengetahui bahwa peran seorang

    pemimpin dalam menstimulasi kreativitas serta membentuk suatu budaya yang meliputi dan

    mendorong kreativitas adalah hal yang sangat penting. Karakteristik-karakteristik berikut adalah

    sepuluh rahasia yang mengarah pada kreativitas yang ada dalam diri seorang pemimpin yang

    inovatif, yaitu:

    1. Berpikir. Seorang wirausahawan menginvestasikan waktu untuk berpikir karena menyadari

    kekuatan kreativitasnya sendiri dan ide yang dihasilkan dari proses ini.

    2. Seorang visioner. Seorang wirausahawan yang inovatif secara total memfokuskan diri pada

    nilai, visi, dan misi perusahaan, menyatakannya melalui produk dan jasa perusahaan, serta

    melalui budaya di perusahaan. Orang-orang ini dapat mengomunikasikan kepada orang lain

    secara tepat mengenai apa yang ingin dicapai.

    3. Mendengarkan para pelanggan. Seorang wirausahawan yang inovatif menyadari bahwa

    pelanggan atau calon pelanggan dapat menjadi sumber yang berharga untuk ide-ide baru dan

    untuk peningkatan produk atau jasa, teknik penjualan, dan posisi pemasaran.

    4. Memahami cara untuk mengelola ide. Seorang wirausahawan yang inovatif mencari berbagai

    ide baru dan solusi yang kreatif, mencari ke berbagai sumber yaitu mimpi para pelanggan,

    karyawan, dewan direksi dan bahkan mimpinya sendiri.

  • 14Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    5. Berorientasi pada orang. Seorang wirausahawan yang inovatif mempekerjakan orang atas

    kemampuan kreatifnya dan kemudian menempatkan orang tersebut dalam lingkungan yang

    memungkinkan kreativitasnya berkembang. Pemimpin inovatif memandang para karyawan

    dan ide para karyawan adalah bagian penting dari daya saing perusahaan.

    6. Mempertahankan budaya perubahan. Seorang wirausahawan yang inovatif tidak hanya

    mengelola perubahan tetapi meyakininya. Wirausahawan inovatif selalu mencari perubahan

    karena menyadari bahwa selalu ada kebutuhan untuk peningkatan.

    7. Memaksimalkan sinergi, keseimbangan, dan fokus tim. Wirausahawan inovatif menyadari

    bahwa kerja tim dapat memupuk kreativitas dan inovasi, sehingga wirausahawan ini

    menyatukan orang-orang dengan latar belakang yang berbeda ke dalam tim untuk

    memaksimalkan hasil kreatif perusahaan.

    8. Membuat dirinya dan orang lain bertanggung jawab atas standar kinerja yang tinggi.

    9. Menolak jawaban tidak. Wirausahawan inovatif mampu bertahan ketika menghadapi

    situasi negatif, bahkan ketika orang lain mengatakan bahwa hal itu tidak akan dapat

    dikerjakan.

    10. Mencintai pekerjaan dan merasa gembira ketika mengerjakannya. Rasa cinta seorang

    wirausahawan inovatif atas pekerjaan adalah hal yang menular, hingga memberdayakan

    semua orang dalam perusahaan untuk mencapai semua hal yang mungkin dapat dicapai.

    1.5. MENILAI PELUANG MEMBUKA USAHA BARU

    Seseorang seringkali berhasrat untuk mendirikan usaha baru karena didorong oleh adanya

    peluang yang membentang di lingkungan tempat tinggalnya, dan juga memiliki impian dan

    optimism yang berlebihan. Impian dan optimisme tersebut supaya tidak berlebihan perlu

    diredam. Seorang wirausahawan perlu melakukan evaluasi terhadap peluang-peluang untuk

    memulai usaha baru supaya tidak terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan. Evaluasi

    terhadap berbagai peluang usaha yang ada dapat dilakukan melalui konsultan, atau orang-orang

    yang telah berpengalaman di dunia bisnis sejenis.

    Bygrave (dalam Basrowi, 2011: 98) mengemukakan bahwa ada tiga komponen utama

    yang sebaiknya diteliti dan dievaluasi bagi seseorang yang ingin sukses untuk membuka usaha

    baru, yaitu sebagai berikut:

    1. Peluang (Opportunity). Apakah dengan adanya suatu peluang tersebut seseorang mampu

    menangkap dan menjalankannya di kemudian hari.

  • 15Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    2. Wirausahawan dan Tim Manajemen (Entrepreneur and the management team). Apakah

    seseorang mampu menjadi wirausahawan dengan membentuk suatu tim manajemen yang

    solid.

    3. Sumber daya yang dibutuhkan untuk memulai usaha dan pertumbuhan usaha. Apakah

    berbagai sumber daya yang diperlukan tersedia, minimal sumber bahan baku, sumber daya

    manusia, dan sumber daya modal. Faktor produksi utama yang dikenal 6M (man, money,

    material, machine, method, and market) ditambah sumber daya tanah dan manajemen mampu

    disediakan oleh seorang calon wirausahawan.

    Ketiga hal tersebut menurut Bygrave menjadi kunci atau komponen utama yang dapat

    menentukan sukses gagalnya menjalankan bisnis atau usaha. Ada strategi-strategi dalam

    menangkap peluang usaha, yaitu:

    1. Pilihlah jenis usaha yang paling disukai (bermula dari hobi). Contohnya: pendiri bisnis jamu

    dan kosmetika Mustika Ratu, diawali dengan keterampilan sejak kecil sebagai putri keraton.

    2. Sebaiknya jangan memilih bisnis yang telah besar, walaupun kemampuan keuangan cukup

    memenuhi. Mulailah usaha dari yang kecil supaya dapat belajar dari setiap proses dan

    persoalan bisnis yang terjadi, karena masalah pasti ada dan akan selalu datang. Masalah dapat

    diselesaikan jika masalah itu ada dan masih skala kecil, namun dapat belajar dari masalah

    yang kecil terlebih dahulu.

    3. Jangan memilih jenis usaha musiman, lebih baik berusaha kecil-kecilan karena berusaha kecil-

    kecilan akan memiliki peluang berkembang. Usaha musiman bukan saja tidak dapat

    berkembang, melainkan akan menghadapi masalah modal atau ketersediaan dana yang siap

    dicairkan. Pilihan yang bijak adalah lebih baik pelan-pelan dalam usaha tetapi jalan daripada

    perjalanan usahanya tiba-tiba menjadi pelan-pelan.

    4. Bisnis waralaba. Seorang calon wirausahawan yang memiliki modal dapat memilih bisnis

    waralaba dengan modal atau sistem waralaba terutama memilih usaha yang telah terbukti

    sukses dalam jangka panjang, dan bertahan terhadap krisis moneter. Jenis usaha ini dapat

    dijadikan jalanpintas karena tidak repot dengan sistem atau format bisnis, tidak memakan

    waktu lama untuk memperkenalkan produk dan umumnya tidak direpotkan dalam pembuatan

    produk dari awal. Usaha-usaha waralaba yang dapat dijalankan seperti:

    Rumah makan dan sejenisnya;

    Kesehatan dan olahraga;

    Penginapan;

  • 16Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    Salon;

    Usaha wisata;

    Renovasi;

    Konsultan;

    Jasa pendidikan dan pelayanan bagi anak-anak; dan

    Jasa titipan kilat dan pengangkutan.

    5. Memilih usaha dengan modal ringan, seperti: menjadi agen, atau penyalur produk dari suatu

    perusahaan.

    Kiat-kiat yang harus dilakukan saat seseorang mulai bekerja sebagai wirausaha untuk

    membesarkan bisnisnya adalah sebagai berikut (Ali Akbar dan Eko Priyo Utomo, 2010: 11-13):

    a. Kumpulkan informasi yang memadai untuk memulai bisnis. Caranya dengan mencarimentor

    (misalnya dari teman atau guru bisnis) yang pernah berbisnis sendiri sebelumnya, atau pernah

    memiliki pengalaman berwirausaha. Usahakan mencari informasi yang bidang bisnis sama.

    Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat ditanyakan kepada guru bisnis tersebut, yaitu:

    Apa motivasi saat membuat bisnis? Kenapa harus membuat bisnis baru, dan kenapa

    mentor tersebut tidak melamar di perusahaan atau bekerja untuk orang lain saja?

    Pertanyaan-pertanyaan ini penting karena akan membentuk pola pikir seseorang yang akan

    berwirausaha. Hal yang membedakan seorang wirausahawan sejati dengan pekerja di

    perusahaan lain adalah mindset (pola pikir) perspektif dalam memandang suatu bisnis.

    Bagaimana mentor tersebut mengendus adanya peluang yang mendorongnya untuk

    membuat usaha sendiri? Bagaimana menentukan waktu yang tepat untuk membuka

    usaha?

    Berapa banyak modal yang diperlukan untuk memulai perusahaan sendiri?

    Bagaimana mentor tersebut menemukan partner, penasehat dan mentor bisnis yang

    membantunya mengembangkan bisnisnya? jawaban-jawaban dari pertanyaan ini akan

    memberi informasi bahwa berwirausaha bukan berarti bekerja secara terisolasi dengan

    orang lain.

    Bagaimana mentor tersebut memberi pengertian kepada keluarganya bahwa menjadi

    seorang wirausahawan aalah pilihan yang waras. Profesi wirausaha bukanlah pekerjaan

    madesu atau masa depan suram, namun pekerjaan yang menjanjikan dan menantang,

    walaupun resiko kegagalannya lebih besar dibandingkan jika bekerja untuk orang lain.

    Bagian terpenting untuk diberitahukan kepada keluarga adalah bagaimana penghasilan di

  • 17Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    awal-awal memulai bsinis wirausaha yang bisa jadi jauh lebih kecil dibandingkan gaji

    bulanan pekerja kantoran.

    b. Membuat rencana keuangan rumah tangga, ini ada hubungannya dengan cara berhubungan ke

    keluarga. Seseorang yang telah memilih bisnis wirausaha harus bisa meyakinkan dan

    menenangkan keluarganya, terutama istri dan anak, bahwa pilihan menjalani bisnis wirausaha

    adalah di jalan yang benar.

    c. Mencari partner bisnis dan karyawan-karyawan inti perusahaan (jika membutuhkan

    karyawan). Jika tidak membutuhkan karyawan, langsung bisa jalan one man company dulu.

    Inti mencari karyawan adalah orangnya kompeten dan bisa dipercaya.

    d. Pembuatan rencana bisnis atau business plan, kegunaan rencana bisnis ini adalah untuk

    membujuk para investor dan kreditor agar mau memberikan pinjaman modal kepada kita,

    selain itu bisa mempermudah kita merumuskan strategi pemasaran.

    e. Mencari uang dari investor dan kreditur, jika kita tidak punya uang sendiri untuk modal, maka

    tidak ada cara lain kecuali harus minta dari orang lain.

    f. Aspek legal untuk perusahaan pemula (jika diperlukan).

    Seorang calon wirausahawan selain mengetahui strategi-strategi di atas, juga perlu

    mengetahui unsur-unsur berwirausaha, seperti diuraikan berikut ini:

    1. Modal.

    Uang atau permodalan adalah unsur utama dan pertama, namun jangan dijadikan sebagai

    penghalang untuk memulai wirausaha. Modal dapat diperoleh dari pihal lain, asalkan ada

    kemauan, di situ pasti ada jalan.

    2. Lokasi.

    Untuk mendapatkan ikan yang besar, seorang calon wirausahawan harus menyediakan umpan

    dan alat pancing yang baik (tempat harus mudah dikunjungi, dihubungi, dan dicari, jangan

    dipilih tempat usaha yang sulit dijangkau, apalagi sulit dijangkau kendaraan baik roda empat

    maupun roda dua). Lokasi yang strategis harus menjadi pertimbangan utama dalam bisnis

    sejak awal.

    3. Pelanggan.

    Pelanggan adalah sumber pendapatan dan keuntungan. Pelanggan adalah sumber pendapatan

    dan keuntungan. Pelanggan puas bukan saja akan kembali lagi melainkan akan membawa

    teman-teman atau sanak famili yang diharapkan akan menjadi pelanggan-pelanggan baru.

    Seorang wirausahawan tidak cukup hanya kepuasan pelanggan yang dikejar, melainkan

  • 18Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    bagaimana bisa menjaga, peduli terhadap komplain pelanggan sekecil apapun dan dijaga agar

    tetap menjadi pelanggan yang setia selama bisnisnya beroperasi.

    4. Rekan/mitra bisnis.

    Jika ingin mencari rekan bisnis, carilah yang dapat dipercaya, karena jika sekedar kawan dekat

    belum menjamin orang tersebut akan setia dan tidak akan menghianati kawannya.

    Kepercayaan, kesetiaan, dan kejujuran adalah modal untuk menjaga mitra usaha (jujur kepada

    mitra pemasok bahan baku, maupun mitra dagang/pelanggan lainnya, pemerintah, dan para

    pemangku kepentingan bisnis lainnya, dengan prinsip saling menguntungkan kedua belah

    pihak.

  • 19Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    BAB II

    WIRASWASTA DAN WIRAUSAHA

    2.1. PENGERTIAN WIRASWASTA

    Istilah wiraswasta sering digunakan tumpang tindih dengan istilah wirausaha. Pengertian

    wiraswasta di dalam berbagai literatur diartikan sama dengan wirausaha. Kata wiraswasta dan

    wirausaha jika diurai akan muncul perbedaannya sebagai berikut (Basrowi, 2011: 4):

    Wiraswasta:

    Wira = utama, gagah, luhur, berani, teladan, dan panjang.

    Swasta = berdiri sendiri atau berdiri di atas kemauan dan atau kemampuan sendiri.

    Wirausaha:

    Wira = utama, gagah, luhur, berani, teladan, dan panjang.

    Usaha = penciptaan kegiatan, dan atau berbagai aktivitas bisnis.

    Wiraswasta secara etimologis merupakan suatu istilah yang berasal dari kata-kata wira

    dan swasta. Wira berarti berani, utama, atau perkasa. Swasta merupakan paduan dari dua kata:

    swa dan sta. Swa artinya sendiri, sedangkan Sta berarti berdiri. Swasta dapat diartikan

    sebagai berdiri menurut kekuatan sendiri (Wasty Soemanto, 2008: 42). Wiraswasta menurut

    pengertian secara etimologis ini bukan berarti usaha partikelir, usaha sampingan, keterampilan

    berusaha sendiri dan sebagainya seperti dikemukakan oleh banyak orang.

    Wiraswasta menurut pengertian secara luasnya adalah keberanian, keutamaan, serta

    keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan

    kekuatan yang ada pada diri sendiri. Pengertian wiraswasta bukan hanya sekedar usaha partikelir

    atau kerja sambilan di luar dinas kenegaraan, melainkan sifat-sifat keberanian, keutamaan,

    keuletan, dan ketabahan seseorang dalam usaha memajukan prestasi kekaryaan, baik di bidang

    tugas kenegaraan maupun partikelir dengan menggunakan kekuatan diri sendiri. Hal ini tidak

    berarti bahwa wiraswasta harus selalu berkarya sendirian tanpa ikut sertanya orang lain.

    Manusia wiraswasta adalah orang yang memiliki potensi untuk berprestasi dan senantiasa

    memiliki motivasi yang besar untuk maju berprestasi. Manusia wiraswasta dalam kondisi dan

    situasi apapun harus mampu menolong dirinya sendiri di dalam mengatasi permasalahan

  • 20Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    hidupnya. Manusia wiraswasta dengan kekuatan yang ada pada dirinya harus mampu berusaha

    untuk memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. Manusia wiraswasta juga harus mampu mengatasi

    kemiskinan batinnya tanpa menunggu pertolongan/bantuan dari negara atau instansi pemerintah,

    ataupun bantuan dari kelompok atau instansi sosial.

    Manusia wiraswasta tidak suka bergantung kepada pihak lain di lingkungan sekitarnya.

    Manusia wiraswasta tidak mudah menyerah kepada alam (misalnya kondisi cuaca panas, dingin,

    hujan dan kondisi alam lainnya), justru manusia wiraswasta selalu berupaya untuk bertahan dari

    tekanan alam atau kalau perlu berusaha untuk menundukkan alam di mana pun dirinya hidup dan

    berpijak.

    2.2. PENGERTIAN WIRAUSAHA

    Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan

    memperkenalkan barang dan jasa yang baru dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau

    mengolah bahan baku baru (Basrowi, 2011: 3). Wirausaha menurut pandangan seorang pemodal

    adalah seorang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain yang menemukan cara-cara baru

    untuk menggunakan sumber-sumber daya, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja

    yang disenangi oleh masyarakat. Wirausaha menurut pandangan ekonom adalah seseorang atau

    sekelompok orang yang mengorganisir faktor-faktor produksi alam, tenaga, modal, dan keahlian

    untuk tujuan berproduksi.

    Thomas Zimmerer, dkk (2008: 4) mendefinisikan bahwa Wirausahawan adalah seseorang

    yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai

    keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan

    menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan, sehingga sumber-sumber daya itu bisa

    dikapitalisasikan. Wirausahawan juga diartikan oleh Zimmerer, dkk, sebagai seseorang yang

    menggabungkan ide kreatif dengan tindakan dan struktur bisnis tertentu. Wirausahawan yang

    sukses memiliki ide dan kemudian mencari cara agar ide tersebut sukses memecahkan masalah

    atau memuaskan kebutuhan.

    Robert D. Hisrich, dkk (2008: 9) mendefiniskan istilah Wirausahawan atau Pengusaha

    (entrepreneur) dari beberapa sudut pandang, yaitu:

    1. Sudut pandang ekonom: Wirausahawan adalah seseorang yang menggabungkan sumber daya,

    tenaga kerja, bahan baku, serta aset lain untuk menghasilkan nilai yang lebih besar dari

    sebelumnya, juga seseorang yang mengenalkan perubahan, inovasi, dan tatanan baru.

  • 21Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    2. Sudut pandang psikologis: Wirausahawan adalah seseorang yang secara khas digerakkan oleh

    kekuatan tertentu, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu, bereksperimen,

    menyelesaikan, atau mungkin melarikan diri dari otoritas orang lain.

    3. Sudut pandang pebisnis: seorang Wirausahawan tampak seperti ancaman, kompetitor yang

    agresif, sementara pebisnis lain, wirausahawan adalah seorang teman, sebuah sumber

    pasokan, seorang pelanggan, seorang yang menciptakan kekayaan bagi orang lain atau yang

    menemukan cara yang lebih baik untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan,

    serta menghasilkan pekerjaan bagi orang lain dan bangga melakukan hal tersebut.

    Kewirausahaan diartikan oleh Robert D. Hisrich, dkk (2008: 9) sebagai sebuah proses

    dinamis dalam menciptakan tambahan kekayaan. Kekayaan dihasilkan oleh individu yang

    menanggung resiko utama dalam hal modal, waktu, dan/atau komitmen karier atau menyediakan

    nilai bagi beberapa produk atau jasa. Produk atau jasa mungkin dapat terlihat unik ataupun

    mungkin tidak, tetapi dengan berbagai cara, nilai akan dihasilkan oleh seorang pengusaha dengan

    menerima dan menempatkan keterampilan dan sumber daya yang dibutuhkan ini. Kewirausahaan

    juga mengandung pengertian sebagai proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai

    menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko

    sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan

    kebebasan pribadi.

    Pengertian di atas menurut Robert D. Hisrich, dkk, menekankan empat aspek dasar dari

    menjadi seorang wirausahawan atau pengusaha, yaitu:

    1. Kewirausahaan melibatkan proses penciptaan, yaitu menciptakan suatu nilai baru. Penciptaan

    haruslah mempunyai nilai bagi pengusaha dan bagi pelanggan untuk siapa ciptaan tersebut

    dikembangkan. Pelanggan dapat berupa : a) pasar pembeli organisasi untuk inovasi bisnis; b)

    administrasi rumah sakit untuk prosedur atau peranti lunak baru; c) calon murid untuk sebuah

    kursus baru atau bahkan kuliah kewirausahaan; d) pengguna untuk jasa baru yang disediakan

    oleh sebuah badan nirlaba.

    2. Kewirausahaan menuntut sejumlah waktu dan upaya yang dibutuhkan, dan hanya orang-orang

    yang melalui proses kewirausahaan yang menghargai sejumlah besar waktu serta upaya yang

    dibutuhkan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan menjadikannya beroperasi. Seorang

    pengusaha menyatakan, Meski telah bekerja dalam waktu yang sangat sibuk di kantor ketika

    berada dalam industri, sebagai pengusaha saya tidak pernah berhenti memikirkan bisnis.

  • 22Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    3. Kewirausahaan melibatkan penghargaan menjadi seorang pengusaha. Penghargaan yang

    paling penting adalah kebebasan, lalu kepuasan pribadi. Penghargaan moneter bagi

    pengusaha pencari laba adalah penting, karena uang menjadi indikator tingkat suskses yang

    dicapai.

    4. Kewirausahaan juga mengandung aspek menanggung resiko, karena tindakan membutuhkan

    waktu, sedangkan hasil di masa yang akan datang tidak dapat diprediksi, maka hasil dari

    tindakan tersebut mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian ini diperkuat dengan sifat dasar

    yang khas dalam tindakan wirausaha, seperti penciptaan produk baru, jasa baru, usaha baru,

    dan lain sebagainya. Pengusaha harus memutuskan untuk bertindak bahkan ketika

    menghadapi ketidakpastian tentang hasil dari tindakannya. Pengusaha akan merespons dan

    menciptakan perubahan melalui tindakan kewirausahaan, sedangkan tindakan wirausaha

    mengacu pada perilaku sebagai bentuk tanggapan atas keputusan yang didasarkan pada

    pertimbangan ketidakpastian mengenai peluang yang mungkin untuk mendapatkan

    keuntungan.

    Kewirausahaan bukanlah misteri, melainkan bidang praktis. Kewirausahaan bukanlah

    pembawaan keturunan, melainkan kewirausahaan adalah keahlian yang dapat dipelajari oleh

    banyak orang. Seorang wirausahawan yang sukses tidak hanya cukup memiliki ide yang hebat,

    tetapi juga harus mengubah ide menjadi produk, jasa, atau usaha bisnis yang berwujud. Peter

    Drucker berpendapat bahwa Inovasi merupakan instrumen khusus wirausahawan, sarana yang

    digunakan oleh wirausahawan untuk mengeksploitasi perubahan menjadi peluang untuk bisnis

    atau jasa yang berbeda.

    Wirausahawan yang sukses memiliki ide dan kemudian mencari cara agar ide tersebut

    sukses memecahkan masalah atau memuaskan kebutuhan. Kreativtias dan Inovasi sangat penting

    bagi kesuksesan dan keberlangsungan perusahaan. Kreativitas dan Inovasi menjadi semacam

    penentu bagi bisnis kewirausahaan berskala kecil. Pikiran kreatif atau berpikir kreatif telah

    menjadi inti keterampilan bisnis, dan wirausahawan menjadi pemimpin dalam usaha

    mengembangkan dan menerapkan keterampilan tersebut. Kreativitas dan Inovasi, pada

    kenyataannya, seringkali menjadi jantung bagi kemampuan perusahaan kecil untuk dapat bersaing

    dengan pesaing yang lebih besar. Perusahaan kecil meskipun tidak mampu melebihi pesaing yang

    lebih besar, namun perusahaan kecil dapat menciptakan keunggulan bersaing yangkuat dan efektif

    terhadap perusahaan besar secara lebih kreatif dan inovatif. Hidup dan mati perusahaan yang

    sukses saat ini adalah mengikuti kualitas ide dari para wirausahawannya.

  • 23Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    Inovasi juga berarti menciptakan sesuatu dari nol, akan tetapi inovasi biasanya cendrung

    merupakan hasil dari usaha mengelaborasi hal-hal yang sudah ada, dari usaha menggabungkan

    hal-hal lama dengan cara-cara baru, atau dari mengambil sesuatu untuk menciptakan sesuatu yang

    lebih sederhana atau lebih baik. Ide kreatif bisa timbul dari tempat yang tidak diduga

    sebelumnya. Ide kreatif juga sering timbul ketika seorang wirausahawan menatap sesuatu yang

    kuno dan memikirkan sesuatu yang baru atau berbeda.

    Inovasi harus menjadi proses yang konstan karena kebanyakan ide tidak akan sukses dan

    kebanyakan inovasi akan gagal. Seorang wirausahawan harus menyadari bahwa kegagalan

    seringkali menemani inovasi, dan bersedia menerima kegagalan tersebut karena kegagalan

    semata-mata merupakan bagian dari proses kreatif. Kewirausahaan meminta pemilik bisnis

    bertindak cukup berani dalammencoba ide barunya, cukup fleksibel untuk mengesampingkan ide

    yang tidak sukses, dan cukup bijaksana untuk belajar mengenai apa yang akan sukses berdasarkan

    observasi wirausahawan terhadap ide yang tidak sukses.

    Kreativitas, dalam perekonomian global di mana persaingan sangat ketat dan berkecepatan

    tinggi, kreativitas tidak hanya menjadi sumber penting untuk mengembangkan keunggulan

    bersaing tetapi juga merupakan kebutuhan untuk keberlangsungan hidup. Wirausahawan ketika

    mengembangkan solusi kreatif terhadap masalah-masalah moderen, harus menjangkau lebih jauh

    daripada segala hal yang telah sukses di masa lalu. Upaya mengubah organisasi menjadi mesin

    inovasi mewajibkan wirausahawan untuk menolak batasan asumsi, keyakinan, dan perilaku, serta

    kebutuhan dan nilai.

    Wirausahawan harus selalu waspada terhadap asumsi dan perspektif tradisional mengenai

    cara yang berlaku karena cara-cara tersebut dapat mematikan kreativitas. Hambatan mental yang

    dibebankan pada diri sendiri dan paradigma lain yang cenderung dibentuk orang selam beberapa

    waktu menolak lahirnya kreativitas. Paradigma adalah gagasan yang telah disusun mengenai

    dunia ini, seperti apa seharusnya dan cara seharusnya beroperasi. Gagasan-gagasan ini menjadi

    begitu berakar dalam benak seseorang sehingga menjadi rintangan yang tidak dapat disingkirkan

    untuk berpikir secara kreatif, walaupun gagasan-gagasan ini mungkin bersifat kuno, using, dan

    tidak relevan lagi.

    Apakah Kreativitas dapat Diajarkan?

    Selama bertahun-tahun, kearifan umum meyakini bahwa ada orang yang kreatif,

    imajinatif, berjiwa bebas, dan berjiwa wirausaha, namun ada juga yang tidak. Penelitian

    menunjukkan bahwa siapa saja bisa belajar untuk menjadi kreatif. Wirausahawan untuk dapat

  • 24Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    menggambarkan kapasitas kreatif atau merangsang kreativitas diri mereka dalam perusahaan yang

    dimiliki harus memahami pemikiran kreatif.

    Penelitian mengenai cara kerja otak manusia memperlihatkan bahwa setiap bagian otak

    memproses informasi secara berbeda dan bahwa satu sisi otak cenderung lebih menonjol daripada

    sisi lainnya. Otak manusia berkembang secara asimetris, dan setiap bagian cenderung

    terspesialisasi dalam fungsi-fungsi tertentu. Otak kiri dipandu oleh pemikiran linier dan vertical

    (dari satu kesimpulan logis ke kesimpulan logis lainnya), sedangkan otak kanan bergantung pada

    pemikiran kaleidoskopis dan lateral (mempertimbangkan suatu masalah dari segala sisi dan

    menyelaminya dari berbagai titik yang berbeda). Otak kiri berhubungan dengan bahasa, logika,

    dan simbol. Otak kanan berkaitan dengan emosi, naluri, dan fungsi-fungsi spasial (ruang/tempat).

    Otak kiri memproses informasi dengan cara selangkah demi selangkah, tetapi otak kanan

    memrosesnya secara naluriah (secara bersamaan, sangat tergantung pada gambar).

    Pemikiran vertikal otak kiri sangat terfokus dan sistematis, bekerja dengan cara yang

    sangat logis dari satu titik ke titik selanjutnya. Pemikiran otak kanan, sebaliknya, sangat tidak

    konvensional, tidak sistematis, dan tidak terstruktur, lebih mirip dengan citra kaleidoskop, beralih

    dari satu bentuk pola ke pola lainnya. Dalam pemikiran lateral otak kananlah terletak jantung

    proses kreatif. Orang-orang yang belajar mengembangkan keterampilan pemikiran otak kanan

    cenderung untuk (Thomas Zimmerer, dkk, 2008: 64) :

    Selalu mengajukan pertanyaan, Apakah ada cara yang lebih baik?

    Menantang kebiasaan, rutinitas, dan tradisi.

    Suka termenung, terkadang memandang keluar jendela, larut dalam pikiran.

    Menjadi pemikir yang produktif dan mengetahui bahwa menghasilkan banyak ide akan

    meningkatkan kemungkinan mendapatkan beberapa ide kreatif.

    Melakukan permainan mental, mencoba melihat suatu masalah dari perspektif yang berbeda.

    Menyadari bahwa mungkin terdapat lebih dari satu jawaban yang tepat.

    Melihat kesalahan dan kegagalan semata-mata sebagai penundaan menuju kesuksesan.

    Melihat masalah sebagai batu loncatan bagi ide-ide baru.

    Mengaitkan ide yang tampaknya tidak terkait dengan masalah untuk menghasilkan solusi

    yang inovatif.

    Memiliki keterampilan helikopter, yaitu kemampuan untuk berdiri di atas rutinitas sehari-

    hari untuk melihat masalah dari perspektif yang lebih luas dan kemudian menukik kembali

    untuk berfokus pada bidang yang perlu perubahan.

  • 25Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    Setiap bagian otak memiliki kemampuan untuk menyimnpan informasi dari bagian

    lainnya. Seseorang dapat belajar menolak dominasi bagian kiri (berfokus pada pemikiran logis

    dan linier) dan membangkitkan bagian kanan (berfokus pada pemikiran intuisi dan tidak

    terstruktur) ketika timbul situasi yang memerlukan kreativitas. Wirausahawan yang sukses

    memerlukan baik pemikiran otak kiri maupun pemikiran otak kanan. Pemikiran otak kanan

    menggambarkan kekuatan penalaran yang berbeda, yaitu kemampuan menciptakan berbagai ide

    orisinil dan berbeda. Pemikiran otak kiri mengandalkan pertimbangan konvergen, kemampuan

    mengevaluasi berbagai ide dan memilih solusi terbaik untuk masalah tertentu. Wirausahawan

    perlu menyandarkan diri pada pemikiran otak kanan untuk menghasilkan produk, jaa, atau ide

    bisnis yang inovatif.

    Wirausahawan juga harus menggunakan pemikiran otak kirinya untuk menilai potensi

    pasar atas ide yang dihasilkan. Wirausahawan yang sukses adalah seorang yang telah belajar

    mengoordinasikan fungsi masing-masing bagian otak yang saling melengkapi, menggunakan

    seluruh kekuatan kreatif otaknya untuk menghasilkan inovasi yang paling praktis.

    2.3. PROFIL WIRAUSAHAWAN

    Thomas Zimmerer, dkk (2008: 7-10) selanjutnya meringkaskan profil seorang

    wirausahawan, yaitu sebagai berikut:

    1. Hasrat akan tanggung jawab. Seorang wirausahawan merasakan tanggung jawab pribadi

    yang amat dalam terhadap hasil atas usaha yang telah dimulai. Seorang wirausahawan lebih

    memilih dapat mengendalikan sumber-sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan-

    tujuan yang telah ditetapkan sendiri.

    2. Lebih menyukai resiko menengah. Seorang wirausahawan bukanlah orang-orang yang

    mengambil resiko secara membabi buta, melainkan orang yang mengambil resiko yang

    diperhitungkan. Wirausahawan yang sukses bukanlah pengambil resiko, tetapi lebih sebagai

    penghapus resiko, membuang sebanyak mungkin halangan terhadap keberhasilan peluncuran

    perusahaannya. Salah satu cara terbaik untuk menghapus resiko adalah dengan menyusun

    perencanaan bisnis yang kokoh untuk usaha.

    3. Meyakini kemampuannya untuk sukses. Seorang wirausahawan pada umumnya sangat yakin

    terhadap kemampuannya untuk sukses dan cenderung optimis terhadap peluang kesuksesan.

    Tingkat optimisme yang tinggi dapat menjelaskan mengapa kebanyakan wirausahawan yang

    berhasil pernah gagal, sering lebih dari sekali, sebelum akhirnya berhasil.

  • 26Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik yang sifatnya segera. Wirausahwan menikmati

    tantangan dalam menjalankan perusahaan dan ingin mengetahui sebaik apa dirinya bekerja

    dan terus-menerus mencari umpan balik.

    5. Tingkat energi yang tinggi. Wirausahawan lebih energik dibandingkan orang kebanyakan.

    Energi ini merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya upaya yang diperlukan untuk

    mendirikan perusahaan. Kerja keras dalam waktu lama merupakan keharusan bukan selingan,

    dan hal itu dapat meletihkan.

    6. Orientasi masa depan. Wirausahawan memiliki indera yang kuat dalam mencari peluang.

    Wirausahawan melihat ke depan dan tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dikerjakan

    kemarin, melainkan lebih mempersoalkan apa yang akan dikerjakan besok. Wirausahawan

    tidak hanya puas dengan duduk dan bersenang-senang dalam keberhasilannya, wirausahwan

    sejati tetap berfokus pada masa depan. Wirausahawan melihat potensi yang dilihat

    kebanyakan orang sebagai masalah atau bahkan yang tidak terpikirkan sama sekali oleh orang

    kebanyakan orang, karakteristik yang sering menjadikan wirausahawan sebagai bahan

    tertawaan (paling tidak sampai ide wirausahawan menjadi sukses besar).

    7. Keterampilan mengorganisasi. Membangun perusahaan dari nol ibarat menyusun teka-teki

    raksasa. Wirausahawan mengetahui cara mengumpulkan orang-orang yang tepat untuk

    menyelesaikan tugas. Penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan

    wirausahawan untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.

    8. Menilai prestasi lebih tinggi daripada uang. Salah satu kesalahan konsep yang paling umum

    mengenai wirausahawan adalah anggapan bahwa wirausahawan sepenuhnya terdorong oleh

    keinginan menghasilkan uang. Prestasi tampak sebagai motivasi utama para wirausahawan,

    uang hanyalah cara sederhana untuk menghitung skor pencapaian tujuan, yaitu simbol

    prestasi.

    9. Komitmen yang tinggi. Kewirausahaan adalah kerja keras, dan agar sukses dalam

    meluncurkan perusahaan, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen penuh.

    10. Toleransi terhadap ambiguitas. Wirausahawan cenderung memiliki toleransi tinggi terhadap

    situasi yang selalu berubah dan ambigu, serta lingkungan tempat kerjanya. Kemampuan

    untuk menangani ketidakpastian ini sangat penting karena para pendiri perusahaan ini akan

    terus-menerus dituntut mengambil keputusan dengan menggunakan informasi-informasi baru

    yang bertentangan yang diperoleh dari berbagai sumber yang tidak lazim.

    11. Fleksibilitas. Salah satu ciri khas wirausahawan adalah kemampuannya beradaptasi dengan

    perubahan permintaan pelanggan dan bisnisnya. Kekakuan seringkali mengakibatkan

  • 27Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    kegagalan dalam ekonomi global yang berubah dengan cepat. Wirausahawan harus bersedia

    menyesuaikan bisnisnya untuk memenuhi perubahan-perubahan ini.

    12. Keuletan. Hambatan, rintangan, dan kekalahan umumnya tidak menghalangi para

    wirausahawan yang bertekad baja menggapai visinya, dan terus mencoba untuk meraih

    sukses.

    2.4. TIPE-TIPE WIRAUSAHAWAN

    Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi seorang wirausahawan, dan tentu saja

    keragaman menjadi tanda kewirausahaan. Thomas Zimmerer, dkk (2008: 26-34) mengemukakan

    tipe-tipe wirausahawan sebagai berikut :

    1) Wirausahawan Muda

    Orang-orang muda mulai mengambil bagian dalam memulai bisnis, yang didorong oleh

    kekecewaan terhadap prospek dalam perusahaan tempatnya bekerja dan keinginan untuk

    memiliki peluang menentukan nasib sendiri.

    2) Wirausahawan Perempuan

    Kaum perempuan ikut ambil bagian dalam dunia wirausaha karena mengalami diskriminasi di

    tempat kerja. Kaum perempuan menyadari bahwa cara terbaik untuk menembus hambatan-

    hambatan yang tidak kelihatan dan menghambat karier seorang perempuan untuk mencapai ke

    puncak organisasi adalah memulai bisnis sendiri.

    3) Wirausahawan Minoritas

    Segmen populasi bisnis kecil yang juga berkembang dengan cepat adalah perusahaan yang

    dimiliki oleh kaum minoritas. Alasan kaum minoritas memulai wirausaha adalah karena

    diskriminasi sama halnya dengan wirausahawan perempuan. Bisnis kaum minoritas terus

    mengalami kemajuan dan bahkan keberhasilannya terus meningkat.

    4) Wirausahawan Imigran

    Kaum imigran saat ini datang ke suatu negara dengan pendidikan dan pengalaman yang lebih

    baik daripada penduduk lokal. Kaum imigran ini menjadi wirausahawan di negeri orang

    dengan berbekal dedikasi dan keinginan untuk berhasil meraih sukses di bidang bisnis yang

    dijalani.

  • 28Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    5) Wirausahawan Paruh Waktu

    Bisnis paruh waktu adalah pintu masuk yang umum untuk menjadi wirausahawan. Para

    wirausahawan paruh waktu mendapatkan yang terbaik dari kedua dunianya, yaitu dapat masuk

    ke dalam bisnis tanpa mengorbankan pendapatan sendiri dan fasilitas tetap dari bekerja.

    Keuntungan utama dalam bisnis paruh waktu adalah resiko yabng lebih rendah bila terjadi

    kegagalan usaha.

    6) Bisnis Rumahan

    Bisnis rumahan saat ini berkembang pesat. Lima puluh tiga persen dari seluruh bisnis

    dijalankan dari rumah, tetapi sekitar 91 persen di antaranya sangat kecil dan tanpa karyawan.

    faktor-faktor yang menyebabkan para wirausahawan memilih rumah sebagai lokasi pilihan

    pertama adalah:

    Menjalankan bisnis dari rumah meminimalkan biaya awal dan biaya operasi.

    Perusahaan rumahan memungkinkan pemiliknya dapat mempertahankan gaya hidup dan

    gaya kerja fleksibel, serta tidak harus berpakaian rapi.

    Teknologi yang mengubah banyak rumah-rumah biasa menjadi vila elektronik yang

    memungkinkan wirausahawab untuk menjalankan berbagai macam bisnis dari rumah

    sendiri.

    Banyak wirausahawan menggunakan internet untuk menjalankan bisnis perdagangan

    elektronik dari rumah dan bisa menjangkau seluruh dunia.

    Industry rumhan di masa lalu cenderung berupa industry yang tidak menarik seperti

    kerajinan tangan atau menjahit, namun sekarang bisnis rumahan lebih beragam dan usaha

    yang dijalankan pun berteknologi tinggi. Penelitian oleh Link Resources Corporation, sebuah

    perusahaan riset dan konsultasi, menyatakan bahwa tingkat keberhasilan bisnis rumahan

    cukup tinggi, yaitu 85% bisnis rumahan tetap beroperasi setelah masa tiga tahun.

    7) Bisnis Keluarga

    Bisnis Keluarga (family-owned business) adalah bisnis yang pengendalian keuangannya

    dilakukan oleh satu atau lebih anggota keluarga. Bisnis keluarga merupakan bagian integral

    dari perekonomian.

  • 29Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    8) Wirasutri

    Wirasutri (copreneurs) adalah sepasang suami istri wirausahawan yang bekerja bersama

    sebagai rekan kerja dalam bisnis yang dijalankan. Wirasutri menciptakan pembagian kerja

    berdasarkan keahlian dan bukan berdasarkan jenis kelamin, tidak seperti halnya Mom and

    Pap yaitu suami sebagai bos dan istri sebagai bawahan. Penelitian memperlihatkan bahwa

    perusahaan-perusahaan yang dimiliki bersama oleh pasangan suami istri merupakan salah satu

    sektor bisnis yang tumbuh paling cepat. Sifat-sifat yang seharusnya diandalkan oleh wirasutri

    adalah sebagai berikut:

    Penilaian apakah kepribadian suami istri akan bertaut atau menimbulkan konflik dalam

    lingkup bisnis.

    Saling menghormati bakat masing-masing.

    Tujuan bisnis yang sesuai dengan tujuan hidup, yaitu visi bersama.

    Pandangan bahwa suami istri merupakan mitra sejajar, bukan atasan dan bawahan.

    Keterampilan bisnis yang saling melengkapi diakui dan dihargai oleh masing-masing

    pihak dan mengarah pada identitas bisnis yang unik bagi masing-masing pasangan.

    Kemampuan menjaga jalur komunikasi tetap terbuka, berbicara, dan mendengarkan satu

    sama lain.

    Pembagian peran dan wewenang yang jelas, idealnya berdasarkan keterampilan dan

    kemampuan masing-masing pasangan, untuk meminimalisir konflik dan perebutan

    pengaruh.

    Kemampuan untuk saling mendorong semangat masing-masing dan mengangkat mitra

    yang kurang bersemangat.

    Ruang kerja terpisah yang memungkinkan wirasutri menyendiri apabila diperlukan.

    Batas antara kehidupan bisnis dan kehidupan pribadi sehingga tidak tumpang tindih.

    Adanya rasa humor.

    Kesadaran bahwa tidak setiap pasangan dapat bekerja bersama-sama.

    9) Korban PHK Perusahaan

    Orang-orang yang terkena PHK oleh perusahaan memutuskan bahwa pertahanan terbaik atas

    ketidakpastian pekerjaan adalah dengan gebrakan kewirausahaan.

  • 30Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    10) Karyawan yang Mengundurkan Diri dari Perusahaan

    Proses restrukturisasi atau krisis kepercayaan di perusahaan mengakibatkan meningkatnya

    jumlah karyawan yang keluar dari struktur perusahaan dan kemudian menjadi

    wirausahawan. Karyawan yang keluar dari perusahaan ini memutuskan menjadi

    wirausahawan karena mempunyai latar belakang pendidikan tinggi, pengetahuan bisnis, dan

    pengalaman manajemen selama bertahun-tahun. Survei yang dilakukan oleh Richard

    OSullivan menunjukkan bahwa 64% orang yang memulai bisnis setidaknya mempunyai

    latar belakang pendidikan tinggi, dan 14% adalah lulusan program pascasarjana.

    11) Wirausahawan Sosial

    Wirausahawan sosial (social entrepreneurs) menggunakan berbagai keahliannya tidak hanya

    untuk membuat bisnis menjadi menguntungkan, tetapi juga untuk mencapai tujuan sosial

    dan lingkungan bagi kebaikan bersama. Bisnis wirausahawan sosial seringkali memiliki tiga

    pertimbangan utama yang meliputi tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

  • 31Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    BAB III

    SIFAT-SIFAT WIRAUSAHA

    Meredith, dkk (2002) dalam Basrowi (2011: 27-28) mengemukakan bahwa nilai-nilai

    hakiki dan penting atau yang mencerminkan sifat-sifat dari seorang wirausahawan adalah sebagai

    berikut:

    1) Percaya Diri (Self Confidence).

    Percaya diri adalah paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau

    pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis, serta banyak ditentukan oleh

    kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan.

    Kepercayaan diri akan memengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian,

    ketekunan, semangat kerja, serta kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam bisnis

    adalah untuk memahami diri sendiri, oleh karena itu wirausaha yang sukses adalah wirausaha

    yang mandiri dan percaya diri.

    2) Berorientasi Tugas dan Hasil.

    Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu

    mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan kerja keras.

    Peluang dalam kewirausahaan hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif

    biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun dan pengembangannya

    diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah, dan semangat

    berprestasi.

    3) Keberanian Mengambil Resiko.

    Seorang wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih

    menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang

    menantang. Wirausaha menghindari situasi resiko yang rendah karena tidak ada tantangan

    dan menjauhi situasi resiko yang tinggi karena ingin berhasil. Dua alternatif yang harus

    dipilih pada situasi ini, yaitu alternatif yang mengandung resiko dan alternatif yang

    konservatif. Pilihan terhadap resiko tergantung pada: a) Daya tarik setiap alternatif; b)

    Kesediaan untuk rugi; dan c) Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.

  • 32Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    Kemampuan untuk mengambil resiko tergantung dari: a) Keyakinan pada diri sendiri; b)

    Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk

    memperoleh keuntungan; dan c) Kemampuan untuk menilai situasi resiko secara realistis.

    4) Kepemimpinan yang Baik.

    Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan.

    Seorang wirausaha selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru serta berbeda sehingga

    menjadi pelopor, baik dalam proses produksi maupun pemasaran, dan selalu memanfaatkan

    perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai.

    5) Berorientasi ke Masa Depan.

    Seorang wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Kuncinya

    adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang ada

    sekarang.

    6) Keorisinilan: Kreativitas dan Inovasi.

    Seorang wirausaha yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri berikut:

    a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini meskipun cara tersebut cukup

    baik;

    b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya;

    c. Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan

    Seorang wirausahawan agar sukses dalam menjalankan kegiatan bisnisnya juga harus

    mempunyai sikap-sikap sebagai berikut:

    1. Berani. Keberanian adalah modal utama dalam berusaha, terutama berani dalam memutuskan

    untuk mengubah paradigma bahwa setelah kuliah adalah bukan menjadi pegawai/orang gajian,

    melainkan setelah lulus sekolah akan berani berwirausaha.

    2. Jujur. Kejujuran adalah mata uang yang akan laku di mana-mana. Jujur kepada

    mitra/pemangku kepentingan usaha.

    3. Tekun. Ketekunan adalah kesadaran dan sifat penting bagi seorang wirausaha, terutama tetap

    tekun pada saat bisnis mengalami guncangan.

    4. Ulet. Keuletan menjadi modal utama agar tetap tahan banting dan tahan dalam situasi dan

    kondisi apapun, kondisi krisis ataupun normal.

    5. Sabar. Kesabaran sering menjadi penentu dalam keberlanjutan usaha. Orang yang tidak

    sabar sering mendorong untuk berbuat tidak jujur kepada mitra usaha dengan tujuan untuk

    memperoleh pendapatan besar dalam jangka pendek, tidak memikirkan bisnis jangka panjang.

  • 33Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    6. Tabah. Ketabahan menjadi penentu bagi seorang pengusaha terutama pada saat usaha

    mengalami pasang surut.

    7. Positif. Sikap dan berpikir positif akan mendorong dan memacu pengusaha untuk

    meningkatkan usahanya.

    8. Rendah hati. Rendah hati akan menjadi modal bagi pengusaha terutama penilaian bagi pihak

    lain atau mitra usaha bahwa wirausaha tersebut dapat dijadikan mitra usaha dalam jangka

    panjang, karena biasanya orang yang rendah hati akan menyenangkan bagi mitra usahanya.

    9. Kemauan (daya juang yang tinggi). Kemauan atau daya juang yang tinggi merupakan sikap

    yang harus dimiliki dengan kuat, karena akan mendorong percepatan usaha tersebut untuk

    mau maju.

    10. Tanggung jawab. Rasa tanggung jawab tinggi atas jenis usaha apapun yang dimiliki oleh

    seorang pengusaha akan menata usahanya lebih berhati-hati dan penuh tanggung jawab

    terutama bagi mitra dan para staf atau pegawainya.

    Karakteristik wirausahawan menurut Konsep 10D dari Bygrave terdiri dari :

    1. Dream, yaitu seorang wirausahawan mempunyai visi keinginan terhadap masa depan pribadi

    dan bisnisnya, serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya.

    2. Decisiveness, yaitu seorang wirausahawan adalah seorang yang bekerja cekatan, tidak lambat,

    dan harus memiliki kemampuan cepat dalam berpikir tepat dalam bertindak.

    3. Doers, yaitu seorang wirausahawan harus mampu menindaklanjuti setiap keputusan yang

    dibuatnya, dan melaksanakan pekerjaan secepat mungkin dan tidak menunda-nunda peluang

    bisnis yang baik yang diberikan kepadanya.

    4. Determination, yaitu seorang wirausahawan dalam melaksanakan pekerjaannya penuh

    perhatian, memiliki tanggung jawab yang tinggi dan tidak mudah menyerah dalam

    menghadapi rintangan apapun dalam kegiatan bisnisnya.

    5. Dedication, yaitu seorang wirausahawan memiliki berdedikasi terhadap bisnisnya, bahkan

    harus siap mengorbankan kepentingan keluarga untuk sementara waktu demi kepentingan

    bisnisnya.

    6. Devotion, yaitu seorang wirausahawan mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkan dari

    kegiatan bisnisnya.

    7. Details, yaitu seorang wirausahawan sangat memperhatikan faktor-faktor kritis dalam

    kegiatan bisnisnya secara rinci, dan tidak mengabaikan faktor kecil yang dapat menghambat

    kegiatan usahanya.

  • 34Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    8. Destiny, yaitu seorang wirausahawan bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang

    hendak dicapainya, bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain.

    9. Dollars, yaitu seorang wirausahawan menganggap uang sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya

    dan berasumsi jika berhasil dalam bisnis maka seseorang pantas mendapatkan laba, bonus,

    atau hadiah.

    10. Distribute, yaitu seorang wirausahawan harus mampu memilih orang-orang kepercayaan yang

    bisa diandalkan untuk meraih sukses dalam kegiatan bisnisnya.

    Kegagalan seseorang dalam berwirausaha seringkali disebabkan oleh hal-hal yang remeh

    atau sepele yang seharusnya dicatat supaya di kemudian hari tidak terulang atau dapat dihindari

    kelemahan-kelemahan tersebut. Kelemahan-kelemahan wirausaha di Indonesia dapat

    disimpulkan menjadi Sembilan, yaitu sebagai berikut (Basrowi, 2011: 101-102):

    1. Kuna: akronim dari Kurang Bijaksana. Seorang wirausahawan dalam mengelola keuangan

    terkadang tidak ada pemisahan antara keuangan perusahaan dengan keuangan rumah tangga.

    Penggunaan uang harus selalu secara bijaksana, bagaimana sulitnya memperoleh uang dan

    bagaimana memberi nilai uang agar bermakna.

    2. Kudis: akronim dari Kurangnya Disiplin. Seorang wirausahawan dalam berusaha tidak

    disiplin, terutama tidak disiplin dalam soal waktu (tidak tepat waktu) dalam melayani pesanan

    para pelanggan atau dalam menanggapi keluhan dari para pelanggan.

    3. Kutu: akronim dari Kurang Bermutu. Seorang wirausahawan tidak mampu memberikan

    pelayanan yang bermutu baik dalam produk ataupun jasa yang diberikan kepada calon

    ataupun pelanggannya.

    4. Kurap: akronim dari Kurang Rapi. Seorang wirausahawan tidak rapi dalam perencanaan,

    pengelolaan, pengorganisasian, dan pengendalian usahanya. Contohnya, kurang rapi dalam

    pengepakan produk atau kurang rapi dalam dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.

    5. Kutang: akronim dari Kurang Tanggung Jawab. Seorang wirausahawan kurang

    bertanggung jawab dalam menanggapi setiap keluhan produk-produk cacat atau yang

    dikembalikan karena tidak sesuai selera konsumen atau jasa yang diberikan.

    6. Kutil: akronim dari Kurang Teliti. Seorang wirausahawan kurang teliti terutama dalam

    pencarian bahan baku produk, karena kualitas produk 85% ditentukan oleh bahan baku.

    Seorang wirausahawan juga kurang teliti dalam perencanaan, pembukuan, dan pengawasan

    usaha.

  • 35Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    7. Kusir: akronim dari Kurang Serius. Seorang wirausahawan kurang serius dalam

    menjalankan usaha dan pengelolaan usaha. Usaha seringkali dianggap sebagai sambil lalu

    atau iseng-iseng, terlebih lagi kurang serius dalam mendapatkan calon pelanggan atau

    mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

    8. Kujur: akronim dari Kurang Jujur. Seorang wirausahawan kurang jujur kepada konsumen,

    atau pemasok.

    9. Kuman: akronim dari Kurang Beriman. Seorang wirausahawan tidak dilandasi dengan

    kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ), tidak dilandasi dengan iman yang kuat. Seorang

    wirausahawan tidak menyadari bahwa segala aktivitas bisnisnya diawasi oleh Tuhan Yang

    Maha Melihat, oleh karena itu sepak terjangnya dalam berwirausaha harus dilandasi dengan

    kejujuran, kelemahlembutan, kerendahan hati, sopan santun dan tidak korup.

    Thomas Zimmerer, dkk (2008: 39-42) mengemukakan bahwa ada sepuluh kesalahan fatal

    kewirausahaan yang menyebabkan sebuah bisnis yang dijalankan mengalami kegagalan.

    Penyebab-penyebab kegagalan bisnis tersebut adalah sebagai berikut:

    1) Ketidakmampuan Manajemen. Manajemen yang buruk dalam kebanyakan perusahaan kecil

    menjadi penyebab utama kegagalan bisnis. Manajer perusahaan kecil tidak memiliki

    kemampuan untuk menjalankannya dengan baik. Pemilik perusahaan kurang mempunyai

    kemampuan kepemimpinan, pertimbangan yang baik, dan pengetahuan yang diperlukan dalam

    menjalankan bisnis. Hal yang mematikan perusahaan biasanya bukanlah ketidakcukupan

    modal, bakat, atau informasi melainkan sesuatu yang lebih mendasar, yaitu kurangnya

    penilaian dan pemahaman yang baik.

    2) Kurang Pengalaman. Seorang wirausahawan perlu memiliki pengalaman dalam bidang yang

    ingin dimasukinya. Contoh: seorang yang ingin membuka bisnis fotokopi, maka orang

    tersebut harus bekerja di perusahaan distributor mesin fotokopi. Hal ini akan memberikan

    pengalaman praktis dan pengetahuan mengenai seluk beluk bisnis tersebut, yang dapat

    menunjukkan perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan.

    3) Pengendalian Keuangan yang Buruk. Manajemen yang sehat adalah kunci keberhasilan

    perusahaan kecil, dan manajer yang efektif menyadari bahwa semua keberhasilan bisnis

    memerlukan kendali keuangan yang layak. Keberhasilan bisnis juga memerlukan modal

    dalam jumlah yang cukup pada saat awalnya. Pemilik perusahaan kecil seringkali membuat

    kesalahan pada awal bisnis dengan hanya bermodal dengkul, yang dapat menjadi kesalahan

    fatal.

  • 36Kewirausahaan

    [email protected] piksi ganesha 2014

    4) Lemahnya Usaha Pemasaran. Seorang wirausahawan harus membangun basis pelanggan

    yang terus berkembang dengan melakukan upaya pemasaran tanpa kenal lelah dan kreatif.

    Wirausahawan yang kreatif menemukan cara untuk memasarkan bisnis secara efektif kepada

    pelanggan untuk mencapai target penjualan.

    5) Kegagalan Mengembangkan Perencanaan Strategis. Seorang wirausahawan pada perusahaan

    kecil seringkali mengabaikan proses perencanaan strategis, karena dianggap hal tersebut

    hanya bermanfaat bagi perusahaan besar. Sebuah bisnis perusahaan tanpa strategi yang

    ditentukan dengan jelas maka akan membuat perusahaan tersebut tidak memiliki dasar yang

    berkesinambungan untuk menciptakan dan memlihara keunggulan bersaing di pasar.

    Pembangunan rencana strategis memaksa wirausahawan untuk menilai secara realistis potensi

    bisnis yang direncanakan. Apakah produk perusahaan memang diinginkan dan mampu dibeli

    pelanggan? Siapa pelanggan sasarannya? Bagaimana cara bisnis ini menarik dan

    mempertahankan pelanggan? Apa dasar perusahaan agar dapat melayani kebutuhan

    pelanggan dengan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang telah ada?

    6) Pertumbuhan Perusahaan yang tidak terkendali. Pertumbuhan merupakan sesuatu yang

    alamiah, sehat, dan didambakan oleh semua perusahaan, tetapi pertumbuhan haruslah

    terencana dan terkendali. Peter Drucker menyatakan bahwa perusahaan yang baru berdiri

    dapat diperkirakan mengalami pertumbuhan terlalu pesat dibandingkan dengan basis modal

    yang dimiliki apabila penjualan meningkat 40% s/d 50%. Perusahaan yang masih muda

    umurnya sebaiknya tidak terburu-buru untuk melakukan ekspansi, karena keputusan ekspansi

    bisnis bagi perusahaan baru dapat menyebabkan kegagalan.

    7) Lokasi yang Buruk. Pemilihan lokasi yang tepat, untuk bisnis apapun, merupakan seni dan

    ilmu. Lokasi perusahaan seringkali dipilih tanpa penelitian, pengamatan, dan perencanaan

    yang layak. Wirausahawan pemula memilih lokasi hanya karena ada tempat kosong, tetapi

    masalah lokasi terlalu riskan untuk dilakukan secara untung-untungan, khususnya untuk bisnis

    eceran, denyut jantung kehidupan bisnis yaitu penjualan sangat dipengaruhi oleh pemilihan

    lokasi.

    8) Pengendalian Persediaan yang Tidak Tepat. Investasi terbesar yang dilakukan para pemilik

    usaha kecil adalah dalam persediaan, namun pengendalian persediaan adalah salah satu

    tanggung jawab manajerial yang paling diabaikan. Tingkat persediaan yang tidak mencukupi

    akan mengakibatkan kekurangan dan kehabisan stok, mengakibatkan pelanggan kecewa dan

    pergi. Fenomena yang sering terjadi adalah bahwa wirausahawan tidak hanya memiliki

  • 37Kewirausahaan

    [email protected]