Diktat - Isi

download Diktat - Isi

of 46

Transcript of Diktat - Isi

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    1/46

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Geomorfologi

    Geomorfologi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang lebih kurang

    dapat diartikan perubahan-perubahan pada bentuk muka bumi. Akan tetapi

    secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam, yaitu

    meliputi bentuk-bentuk umum roman muka bumi serta perubahan-perubahan yang

    terjadi sepanjang evolusinya dan hubungannya dengan keadaan struktur di

    bawahnya, serta sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan atau tergambar

    pada bentuk permukaan itu (American Geological Institute, 1973). Dalam bahasa

    Indonesia banyak orang memakai kata bentangalam sebagai terjemahan

    geomorfologi, sehingga kata geomorfologi sebagai ilmu dapat diterjemahkan

    menjadi Ilmu Bentangalam.

    Selain itu kata geomorfologi dipakai pula untuk menyatakan roman muka

    bumi, umpamanya bila orang menceriterakan keadaan muka bumi suatu daerah

    dapat dikatakan pula orang menceritakan geomorfologi daerah itu atau

    bentangalam daerah itu.

    Mula-mula orang memakai kata fisiografi untuk ilmu yang mempelajari

    roman muka bumi ini. Di Eropa fisiografi didefinisikan sebagai ilmu yang

    mempelajari rangkuman tentang iklim, meteorologi, oceanografi, dan geografi.

    Akan tetapi orang, terutama di Amerika, tidak begitu sependapat untuk memakai

    kata ini dalam bidang ilmu yang hanya mempelajari roman muka bumi saja dan

    lebih erat hubungannya dengan geologi. Mereka lebih cenderung untuk memakai

    kata geomorfologi. Sering kedua kata itu dicampur-adukkan. Agaknya bagan pada

    Gambar 1 dapat membantu membedakan kedua kata itu.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 1

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    2/46

    1.2 Sejarah Geomorfologi

    Pengetahuan tentang geomorfologi, sebagaimana juga dengan ilmu-ilmu

    yang lain, dimulai dengan munculnya ahli-ahli filsfat Yunani dan Itali. Sebegitu

    jauh, HERODUTUS (485 425 S.M.) yang dianggap sebagai bapak sejarah

    dikenal pula mempunyai pikiran-pikiran tentang geologi, termasuk juga tentang

    perubahan muka air laut, salah satu gejala geomorfologi yang ia perhatikan di

    Mesir. Kemudian banyak pula ahli filsafat lainnya yang menyinggung tentang

    geomorfologi ini. Dapat disebutkan di sini antara lain ARISTOTLE, STRABO

    dan SANECA yang kesemuanya pada akhirnya menerangkan gejala-gejala alamsebagai suatu kutukan Tuhan atau dikenal dengan nama Teori Malapetaka.

    Berabad-abad kemudian, konsep ini sedikit demi sedikit berubah. Orang

    mulai mengenal filsafat katatrofisma yang mengatakan bahwa semua gejala alam

    itu sebagai akibat pembentukan dan perusakan yang relatif terjadi dengan tiba-

    tiba, sehingga menyebabkan perubahan bentuk muka bumi.

    JAMES HUTTON (1726 1797) dikenal sebagai bapak geologi modern

    yang menerangkan gejala-gejala geologi sebagai gejala-gejala alam yang dapat

    kita kenal sehari-hari, sangat bertentangan dengan teori katatrofisma yang

    menganggap bahwa kejadian geologi relatif mengambil waktu yang amat singkat.

    Atas dasar itu kemudian teori yang dikemukakan HUTTON disebut orang sebagai

    teori uniformitarianisma, dan terkenal dengan dalilnya yang menyatakan bahwa

    hari ini adalah kunci dari kejadian pada masa lampau atau istilah asingnya

    adalah the present is the key to the past.

    Pada masa sekarang geomorfologi bukan saja meliputi bidang yang statis,

    yang hanya mempelajari bentuk-bentuk roman muka bumi, akan tetapi juga

    merupakan ilmu yang dinamis yang dapat meramalkan kejadian alam sebagai

    hasil interpolasi. Selain itu pemerian bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan

    dengan besaran-besaran matematika seperti kita kenal dengan nama geomorfologi

    kuantitatif. Sebagai pemukanya dapat dicatat STRAHLER yang membuat analisa

    pengaliran sungai secara matematika.

    Di Indonesia, bebrapa hasil penyelidikan geomorfologi dapat dijumpai

    terutama yang ditulis oleh ahli-ahli Belanda pada zaman sebelum perang. Di

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 2

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    3/46

    antara karya-karya geomorfologi itu patut dikemukakan di sini penyelidikan

    geomorfologi Kulon Progo yang dilakukan oleh PANNEKOEK (1939). Selain itu,

    sesudah perang pun ahli-ahli geologi Belanda banyak pula menulis tentang

    geomorfologi Indonesia. VERSTAPPEN (1973) menulis tentang geomorfologi

    Pulau Sumatera secara luas dan menyeluruh.

    Gambar 1.1.Hubungan antara Geomorfologi dengan ilmu-ilmu lain

    dan daerah gerak Geomorfologi

    1.3 Konsep Dasar Geomorfologi

    Thornbury (1969) dalam buku yang berjudul Principles of Geomorphology

    mengemukakan 10 konsep dasar dalam geomorfologi, yaitu:

    i. Proses-proses fisik dan hukumnya yang terjadi saat ini berlangsung selama

    waktu geologi;

    ii. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam

    evolusi bentuk lahan (land forms);

    iii. Tingkat perkembangan relief permukaan bumi tergantung pada proses-

    proses geomorfologi yang berlangsung;

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 3

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    4/46

    iv. Proses-proses geomorfik terekam pada land forms yang menunjukan

    karakteristik proses yang berlangsung;

    v. Keragaman erosional agents tercermin pada produk dan urutan land

    forms yang terbentuk;

    vi. Evolusi geomorfologi bersifat kompleks;

    vii. Obyek alam di permukaan bumi umumnya berumur lebih muda dari

    Pleistosen;

    viii. Interpretasi yang sempurna mengenai landscapes melibatkan beragam

    faktor geologi dan perubahan iklim selama Pleistosen;

    ix. Apresiasi iklim global diperlukan dalam memahami proses-proses

    geomorfik yang beragam;

    x. Geomozrfologi, umumnya mempelajari land forms / landscapes yang

    terjadi saat ini dan sejarah pembentukannya.

    Gambar 1.2. Pengaruh erosi pada zona sesar menghasilkan bentuk bentang

    alam yang khas (Strahler & Strahler, 1984)

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 4

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    5/46

    BAB 2

    PROSES GEOMORFOLOGI

    Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik

    maupun kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu

    benda-benda alam yang kita kenal dengan namageomorphic agent, berupa air dan

    angin. Termasuk di dalam golongangeomorphic agentair ialah air permukaan, air

    bawah tanah,glacier, gelombang, arus, dan air hujan. Sedangkan angin terutama

    mengambil peranan yang penting di tempat-tempat terbuka seperti di padang pasir

    atau di tepi pantai. Kedua penyebab ini dibantu dengan adanya gaya berat, dan

    kesemuanya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap roman

    muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal

    luar (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai

    lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi. Tenaga

    asal luar pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam

    sebagai pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam mengubah

    bentuk roman muka bumi ini. Proses geomorfologi yang kita kenal dapat

    diintisarikan seperti terlihat pada bagan di Gambar 2.1.

    PEMBENTUKAN PENGRUSAKAN PENGANGKUTAN

    Tenaga Asal dalam

    Pembentukan struktur

    Pembentukan

    gunungapi

    Tenaga Asal luar

    Gradasi (perataan)

    Pelapukan

    Tenaga dari luar bumi

    Jatuhan Meteorit

    Tenaga Asal luar

    Pengangkutan bahan (mass

    wasting)

    Erosi oleh:

    Air permukaanAir bawahtanahGelombangArusAnginEs

    Pengrusakan dan pengangkutan oleh organisma, termasukmanusia

    Gambar 2.1. Bagan proses pembentukan roman muka bumi

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 5

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    6/46

    Gradasi (gradation) adalah proses permukaan bumi menuju perataan.

    Perataan pada bidang yang lebih tinggi letaknya daripada bidang mula asalnya

    misalnya dengan adanya penumpukkan bahan-bahan dinamakan dengan proses

    agradasi (agradation). Sedangkan sebaliknya yaitu pemindahan bahan-bahan dari

    bidang permukaan itu dinamakan degradasi (degradation)

    2.1 Degradasi

    Proses degradasi yang telah kita kenal dapat dikelompokkan menjadi tiga,

    yaitu pelapukan, pengangkutan bahan, dan erosi. Berikut ini ketiga proses tersebutdibahas secara umum.

    a. Pelapukan

    Berdasarkan beberapa definisi dari para pakar (Strahler & Strahler, 1984;

    Thornburry, 1969; Cargo & Mallory, 1974; Von Engeln, 1960; dll.) dapat

    disimpulkan bahwa pelapukan adalah proses penghancuran batuan atau

    permukaan bumi oleh proses kimia, fisika, dan biologi. Pelapukan sering disebut

    pula sebagai proses desintegrasi atau dekomposisi. Dari ketiga macam proses

    degradasi yang telah disebutkan, pelapukan dianggap sangat penting karena dapat

    mempercepat kedua proses lainnya.

    Pelapukan adalah perubahan fisik atau kimiawi batuan yang disebabkan

    karena berhubungan dengan udara, air, dan organisma. Pelapukan digolongkan

    sebagai pelapukan fisika, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis tergantung

    kepada penyebab utamanya. Pada pelapukan fisik, tenaga yang berupa tekanandan temperatur memegang peranan yang sangat penting, sedangkan pada

    pelapukan kimiawi reaksi kimia menyebabkan perubahan pada komposisi kimia

    batuan. Pelapukan fisik menyebabkan batuan berubah ukuran menjadi lebih kecil

    yaitu dengan pemecahan atau desintegrasi. Penyebab terjadinya desintegrasi dapat

    berupa pengembangan karena berkurangnya tekanan, pertumbuhan kristal,

    pengembangan dan pengerutan karena pemanasan dan pendinginan, serta

    pengisian koloid. Batuan sangat sering pecah melalui bidang pelapisannya oleh

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 6

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    7/46

    karena bidang ini lemah. Proses ini dinamakan exfoliation. Gambar 2.2

    memperlihatkan proses pelapukan batuan yang dikenal dengan pelapukan

    mengulit bawang.

    Gambar 2.2. Proses pelapukan pada fragmen breksi vulkanik yang tersingkap di

    tepi jalan Majalaya Pacet, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

    Pelapukan kimiawi dapat disebabkan karena oksidasi, hidrasi, dan karbonisasi.

    Dengan proses oksidasi batuan kemudian mempunyai volume yang lebih besar

    atau mengembang dan berat jenisnya menjadi kecil. Oksidasi pada batuan yang

    mengandung besi menghasilkan hematite yang berwarna coklat kekuning-

    kuningan. Hidrasi menghasilkan perubahan volume pada tiap molekul batuan

    yang disebabkan oleh masuknya air. Akibat perubahan volume ini maka batuan

    mengelupas menghasilkan keratan-keratan yang tipis-tipis. Pada proses

    karbonisasi, terbentuk karbonat sebagai hasil reaksi asam karbonat dengan

    mineral pada batuan. Batuan yang mudah larut seperti batugamping akan

    mengalami proses karbonisasi ini. Asam karbonat terbentuk karena udara yang

    mempunyai kandungan CO2 bereaksi dengan adanya air. Gambar 2.3 berikut ini

    menggambarkan reaksi yang terjadi dalam pelarutan batugamping. Dengan reaksi

    ini pelapukan kimia berlangsung yang mengakibatkan proses pelarutan pada

    batugamping terjadi.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 7

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    8/46

    CaCO3 + H2O + CO2 Ca(HCO3)2

    (batugamping) (air) (udara) (larut)

    Gambar 2.3. Reaksi kimia pada proses pelarutan batugamping

    Pelapukan organik sebenarnya merupakan kombinasi antara kedua jenis

    pelapukan yang telah diuraikan sebelumnya, disebabkan karena tumbuh-

    tumbuhan ataupun makhluk hidup, misalnya akar pepohonan, cacing, dsb. Baik

    larutan kimia maupun energi yang dihasilkan oleh organisme, dapat mempercepat

    proses pelapukan batuan.

    Pelapukan batuan di satu sisi memiliki peran yang menguntungkan bagi

    umat manusia. Akibat proses pelapukan, batuan yang keras menjadi lunak

    sehingga memudahkan umat manusia untuk mengelola suatu bentang alam

    tertentu menjadi lahan budidaya (misalnya lahan pertanian). Gambar 2.4

    menunjukkan proses pembentukan tanah akibat adanya pelapukan batuan.

    Gambar 2.4. Pembentukan tanah akibat proses pelapukan batuan

    (Strahler & Strahler, 1984)

    b. Pengangkutan (mass wasting)

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 8

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    9/46

    Pengangkutan bahan-bahan (mass wasting) adalah pengangkutan material

    hasil proses pelapukan oleh agent-agenttertentu. Pada proses pengangkutan, gaya

    berat dan air memegang peranan yang sangat penting. Pengerahan bahan-bahan

    ini dapat berlangsung dengan cepat ataupun lambat. Berdasarkan kecepatannya

    dan jumlah air yang mengangkutnya orang mengenal tanah longsor, debris

    avalanches, aliran tanah, aliran lumpur,sheetfloods, danslopewash. Pada Gambar

    2.5 berikut ditampilkan bagan yang menjelaskan jenis-jenis pengangkutan yang

    terjadi di permukaan bumi.

    M E N G A L I R

    LONGSOR RUNTUHMENGALIR

    PERLAHANMENGALIR CEPAT

    RAYAPAN- Rayapan tanah- Rayapan talus- Rayapan batuan- Rayapan batuan

    karena glecier

    BANJIR

    LUMPUR(Solifluction)

    ALIRAN TANAH

    ALIRAN LUMPUR

    LONGSOR/ RUNTUHANSALJU (debrisavalanche)

    NENDATAN (slump)

    LONGSORAN(slide)

    JATUHAN (debrisfall)

    LONGSOR BATUAN

    (rock slide)JATUHAN BATUAN(rock fall)

    RUNTUH(subsidenc

    e)

    Gambar 2.5. Bagan pengangkutan bahan

    Gambar 2.6. Fenomena longsor di Cililin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

    c. Erosi

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 9

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    10/46

    Erosi berasal dari kata Latin erodere, artinya mengerkah atau

    mengampelas. Seperti arti asalnya, erosi adalah proses pengerkahan atau

    pengumpulan bahan-bahan terutama oleh air. Proses pelapukan dapat

    mempercepat proses erosi. Orang awam sehari-hari mengartikan erosi sebagai

    pengrusakan dan pengangkutan bahan-bahan dari tanah penutup. Dalam arti

    geologi erosi lebih tepat untuk dipakai sebagai proses pengampelasan baik batuan

    segar maupun lapukan atau tanah penutup.

    Definisi erosi cukup beragam, namun dapat disimpulkan bahwa erosi

    merupakan proses di permukaan bumi yang berlangsung secara gradual yang

    diakibatkan oleh aktivitas air, angin, salju maupun media geologik lainnya

    (SCSA, 1976, dalam El-Swaify et. al., 1982; Strahler & Strahler, 1984; Field &

    Engel, 2004). Arnoldus (1974, dalam El-Swaify et. al., 1982) mengusulkan

    klasifikasi erosi secara umum menjadi erosi geologi (geological erosion) dan erosi

    yang dipercepat (accelerated erosion). Erosi geologi terjadi secara alami,

    umumnya berlangsung dalam jutaan tahun dan seimbang dengan perubahan-

    perubahan di alam. Erosi yang dipercepat diakibatkan oleh aktivitas manusia,

    umumnya bersifat mengubah kondisi alami secara drastis.

    Erosi yang diakibatkan oleh pengerjaan air dapat dibagi menjadi beberapa

    tahapan, yaitu (Van Zuidam, 1983), yaitu erosi percikan (splash erosion), erosi

    lembaran ( sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi selokan (gully

    erosion).

    Erosi percikan disebabkan oleh energi yang ditimbulkan ketika tetes-tetes

    hujan jatuh ke permukaan batuan/tanah. Besarnya material yang tererosi akan

    setara dengan besarnya energi yang dihasilkan oleh percikan air hujan tersebut.

    Erosi lembaran didefinisikan sebagai perpindahan serentak material batuan/tanah

    membentuk lapisan tipis mengikuti arah kemiringan lahan.Erosialur merupakan

    bentuk erosi yang paling umum, terjadi ketika material batuan/tanah dipindahkan

    oleh air yang menyisakan bentuk alur di permukaan. Erosi selokan merupakan

    pengembangan lebih lanjut dari tahapan erosi alur, berukuran lebih besar

    dibandingkan alur yang terbentuk akibat erosi alur.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 10

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    11/46

    Gambar 2.7. Ilustrasi bentuk-bentuk utama erosi oleh air, A.gully erosion danB. rill and interrill erosion (El-Swaify et. al., 1982)

    2.2 Agradasi

    Agradasi yaitu penumpukan bahan-bahan yang terjadi oleh karena gaya

    angkut berhenti, misalkan karena lereng tempat berlangsungnya pengangkutan

    tidak lagi berlanjut melainkan berubah menjadi datar. Maka pada tempat tersebut

    akan terjadi penumpukan bahan dan permukaan tanah menjadi lebih tinggi

    dibanding dengan permukaan asal.

    Gambar 2.8. Bentuk lahan erosional dan deposisional (Strahler & Strahler, 1984)

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 11

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    12/46

    Contoh yang paling baik dari agradasi adalah pengendapan aluvium dan

    endapanglacier. Endapan aluvium dapat dikenal bermacam-macam pula, sebagai

    contoh endapan talus, kipas aluvium (aluvial fan) dan kolovium (Gambar 2.8 dan

    2.9).

    Gambar 2.9. Profil ideal kipas aluvial, menunjukkan lapisan-lapisan mudflow

    (aquicludes) berselingan dengan lapisan-lapisan pasir (aquifers)(Strahler & Strahler, 1984).

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 12

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    13/46

    BAB 3

    SIKLUS PERKEMBANGANSUNGAI

    Sebagaimana sudah diuraikan di muka, air merupakan unsur pelaksana

    utama pengrusakan tenaga asal luar. Suatu daerah pertama-tama akan terangkat

    oleh tenaga asal dalam dan proses ini dinamakan proses pembentukan. Sedangkan

    pada proses yang dilakukan oleh air permukaan dinamakan proses pengrusakan.Keduanya pada akhirnya bekerja dalam satu hubungan yang erat yang dinamakan

    siklus: Pengrusakan Pengangkutan Pengendapan Pembentukan.

    Di daerah beriklim tropik lembab yang mempunyai angka curah hujan

    tinggi seperti Indonesia, peranan air permukaan ini sangat penting.

    3.1 Lembah

    Permukaan lereng mula-mula dikikis atau dierosi membentuk lembah kecil

    (gully). Bila tidak, air mengikis daerah yang luas bersama-sama sehingga tidak

    terbentuk lembah kecil tersebut. Erosi semacam ini dinamakan erosi memipih atau

    lembaran (sheet erosion). Gully lambat laun berubah menjadi lembah yang makin

    lama makin dalam. Lembah muda ini biasanya berbentuk huruf V (V shape

    valley), dasar lembah sempit dan lerengnya terjal. Lembah yang dewasa (mature)

    dan tua (old) membentuk diri menyerupai huruf U yaitu dengan dasar lembah

    yang makin rata. Bentuk lembah yang demikian ini dapat pula terjadi akibat

    pekerjaan es (glacier).

    Selain air itu sendiri yang bekerja mengikis secara vertikal di bagian hulu,

    tepi lembah serta dasar lembah, juga bahan-bahan yang dibawanya ikut

    mengampelas dasar sungai atau lembah itu sehingga makin lama makin dalam.

    Kemampuan mengampelas ini ada batasnya yaitu apabila air sudah tidak bergerak

    lagi, atau bilamana mencapai muka laut. Oleh karena itu permukaan ini

    dinamakan orang erosion base level. Di bawah muka ini tidak terjadi erosi.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 13

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    14/46

    Dengan begitu profil dasar sungai atau lembah akan mempunyai bentuk tertentu

    apabila sudah mencapai keseimbangan yang pada umumya membentuk kurva

    yang cekung perlahan-lahan. Kadang-kadang sebuah danau atau waduk menahan

    jalannya air dan menghentikan aktivitas pengampelasan. Karena itu maka air

    waduk atau air danau itu dinamakan batas dasar sewaktu-waktu atau setempat

    (temporary or local base level).

    Tabel 3.1. Tipe lembah dan proses pembentukannya (Van Zuidam, 1983)

    Basic valleytype

    Modifiedvalley type

    Formationprocesses

    Secondarycharacteristics

    Smooth, widevalley: cradleshaped

    Runoffconcentrated in asingle channel;either lowerosional force orthe rate of debrisaccumulation islarger than therate ofdegradation

    Smooth, V-shapedand U-shapedvalleys can beclassified accordingto their form, i.e.

    V-shapedvalley

    Vertical rivererosion

    Smooth form Erosion along theupper valley slopeand accumulationat the bottom ofthe valley slope is,or has been,considerable

    Asymmetrical form:asymmetry may becaused bydifferences in rocktype and/or rockstructure on eitherside of the valley,influence ofdifferential erosionon tilted beds,exposure towardsthe sun or dominant

    wind direction (inconnection withaeolian activity andrain storms), andtectonicmovements.

    Sharp form Strong verticalerosion which mayoccur in recentlyuplifted areas.Rock and climate

    conditions must,however, also beconsidered

    Symmetrical form:symmetrical formwill be developed ifthe abovementioned causesare either

    insignificant or have

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 14

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    15/46

    equal influence onboth sides of thevalley.

    U-shapedvalley

    Pause after aperiod of strongvertical erosion, orriver has followeda gapping fracture,or has stoppedupon reachinghard rock,reducing the rateof vertical erosion.Usually the U-shaped valley is

    partly infilled withsediment.

    smooth formsharp form

    See above:V-shaped valley

    Keseimbangan dan bentuk profil dasar lembah atau sungai yang ideal

    terbentuk jika kekerasan batuan sama di semua tempat (homogen) yang dilalui

    sungai tersebut. Di alam, keadaan yang demikian jarang dijumpai. Batuan keras

    akan menonjol dan dinamakan titik jendul (nick point) yang akan menyebabkan

    pula terbentuknya permukaan dasar erosi setempat di tempat tersebut.

    3.2 Pola pengaliran

    Pola pengaliran adalah hubungan antara satu sungai dengan sungai lainnya

    atau hubungan antara air permukaan yang mengalir melalui lembah-lembah.

    Hubungan tersebut akan membentuk suatu pola ataupattern.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 15

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    16/46

    Gambar 3.1. Foto udara high oblique sinklin Silat, Kalimantan, Indonesia(Verstappen, 1977)

    Kekerasan batuan di permukaan bumi berlainan di satu tempat dengan

    tempat lainnya yang tentu saja akan membentuk beraneka ragam jenis pola

    pengaliran. Kenampakan tersebut dapat dengan jelas dilihat pada peta topografi

    dan potret udara atau citra satelit. Dari bentuk atau jenis pola itu orang dapatmenafsirkan jenis batuan atau gejala struktur geologi lainnya (Gambar 3.1).

    Pola pengaliran dasar yang diperlihatkan pada Gambar 3.2 (Howard,

    1967; dalam Van Zuidam, 1983), yaitu:

    1. Pola pengaliran mendaun (dendritik) terjadi karena kekerasan

    batuan relatif sama (homogen) dan lereng tidak terlalu curam. Hubungan antar

    satu sungai dengan sungai lainnya seperti daun atau pohon dengan cabang-

    cabangnya. Bila sudut antara tiap-tiap cabang sama, maka dinamakanpinnate.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 16

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    17/46

    2. Pola pengaliran sejajar (paralel) terjadi seperti pada pola pengaliran

    dendritik tetapi lereng agak terjal sehingga air bergerak dengan cepat dan

    tidak sempat bergabung satu sama lainnya, melainkan berjajar.

    3. Pola pengaliran menangga (trellis) terdapat di daerah yang terlipat.

    Kekerasan batuan yang berselang-seling antara yang lemah dan yang keras

    mengakibatkan sungai berbelok-belok. Kadang-kadang memotong batuan

    keras dan menyusuri batuan lemah. Sungai dinamakan subsekuen bila

    menyusuri bagian lemah yang sejajar dengan jurus lapisan batuan, sedangkan

    konsekuen bila memotongnya. Obsekuen ialah anak sungai yang sejajar

    dengan sungai konsekuen tetapi bertentangan arah. Sedangkan resekuen ialah

    anak sungai yang sejajar dan searah dengan sungai konsekuen. Pola ini dapat

    memberi keterangan tentang daerah terlipat, antiklin, siklin, dan kubah.

    4. Pola pengaliran membulat (annular) terjadi pada batuan yang

    telipat dan lipatannya membentuk kubah (dome).

    5. Pola pengaliran memancar (radial) terjadi pada daerah yang terlipat

    ataupun gunungapi. Terutama pada daerah bergunungapi, pola ini sangat

    sering dijumpai dan merupakan salah satu ciri utamanya. Sungai-sungai

    mengalir dari satu pusat ke segala arah, memancar (radial) atau disebut juga

    centrifugal.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 17

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    18/46

    Gambar 3.2. Pola pengaliran dasar (Howard, 1967; dalam Van Zuidam, 1983)

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 18

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    19/46

    Bila sebaliknya yaitu pola sungai memancar tetapi bearah ke dalam (pusat)

    disebut dengan pola pengaliran centripetal.

    6. Pola pengaliran menyudut terjadi di daerah yang banyak terpatah-

    patah atau banyak terdapat retakan sehingga sungai terpengaruh oleh letak

    retakan-retakan tersebut yang merupakan daerah lemah. Bila sudut antara

    sungai-sungai itu runcing, maka pola pengaliran dinamakan angulate.

    Sedangkan bila bersudut hampir tegak dinamakan rectangular. Pola

    pengaliran jenis ini sangat penting peranannya dalam menganalisis struktur

    geologi suatu daerah untuk eksplorasi mineral.

    7. Di daerah berawa-rawa dan dekat muka laut orang biasanya

    menemukan pola pengaliran deranged atau contorted yaitu pola yang

    memperlihatkan aliran sungai yang tidak menentu, serta tepi sungai yang tidak

    jelas, bercampur baur dengan rawa. Di Kalimantan Selatan, sekitar

    Banjarmasin, pola pengaliran sungai semacam ini sering dijumpai.

    8. Pola pengaliran multi-basinal sering dijumpai pada bentuk lahan

    karstyang didominasi oleh batugamping. Pola tersebut dicirikan oleh aliran

    sungai yang tidak menerus karena beralih menjadi sungai bawah tanah akibat

    adanya proses pelarutan.

    3.3 Meander

    Bila sungai berada jauh di atas permukaan dasar erosi (erosion base level)

    maka tenaga erosi tegak (vertical erosion) jauh lebih besar dari pada tenaga erosi

    horisontal. Akan tetapi segera air mendekati permukaan dasar ini sehingga tenagatersebut menjadi berimbang dan akhirnya tenaga horisontal akan menjadi lebih

    besar.

    Proses tersebut mengakibatkan pengikisan tidak berjalan tegak atau ke

    bawah melainkan mendatar atau ke samping mengakibatkan sungai menjadi

    berbelok-belok. Sungai yang berbelok-belok membentuk huruf U ini dinamakan

    sungai bermeander. Kadang-kadang suatu meander berbentuk sedemikian rupa

    sehingga membentuk danau tapal kaki kuda (oxbow lake). Pengendapan terjadi di

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 19

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    20/46

    belakang arus suatu meander yang terlindung, di sini tepi sungai bertambah dan

    bekas pertumbuhan meander itu (meander scroll) masih terlihat. Gambar 3.3

    menunjukkan beragam bentuk lahan yang terbentuk di sekitar sungai bermeander.

    Gambar 3.3. Bentuk lahan di sekitar sungai bermeander

    (Gregory & Walling, 1979; dalam Van Zuidam, 1983)

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 20

    Cut-off

    Backswamp

    Crevasse

    splay

    Clay

    plug

    Oxbow

    Lake

    Levee

    Point Bar

    Terrace

    FLOOD

    PLAIN

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    21/46

    3.4 Endapan sungai

    Endapan sungai terjadi karena daya angkut air berkurang akibat mendekati

    permukaan dasar erosi ataupun karena perubahan arus. Pengendapan membentuk

    apa yang disebut endapan sungai nusa ataupun bar. Berdasarkan bentuk nusa dan

    letaknya dapat menafsirkan arah aliran sungai (Gambar 3.3).

    BAB 4

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 21

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    22/46

    BENTANGALAM

    DAERAH TERLIPAT

    Batuan endapan terbentuk dengan cara pengendapan bahan-bahan yang

    dibawa oleh air. Oleh karena itu, pada waktu pembentukannya batuan endapan

    berada dalam keadaan mendatar atau horisontal. Keanekaragaman bahan

    mempengaruhi batuan endapan sehingga akan terbentuk berlapis-lapis dan

    perlapisannya terletak secara horisontal.

    Berkaitan dengan hal tersebut, dalam posisi normal makin ke arah atas

    letaknya maka dengan sendirinya makin muda. Dalam stratigrafi, hukum tersebut

    dinamakan hukum superposisi. Bila tenaga asal dalam (endogen) bekerja pada

    daerah itu maka batuan endapan akan mengalami gangguan. Mungkin letaknya

    tidak horisontal lagi atau justru terlipat membentuk lipatan (fold) baik antiklin

    maupun sinklin, atau bahkan tersesarkan (fault). Sebagai akibat dari kekerasan

    batuan endapan yang berlainan antara satu lapisan dengan lapisan lainnya, maka

    batuan semacam ini membentuk bentangalam tersendiri yang khas. Erosi akan

    mengambil bagian di tempat-tempat lemah yaitu pada batuan yang lunak dan

    bagian yang keras akan menonjol membentuk bukit-bukit. Biasanya bukit ini

    memanjang sejajar dengan arah pelapisan.

    Dengan cara mengetahui bentuk bentangalamnya, mengetahui arah lembah

    dan sistem perbukitannya dapat dengan mudah ditafsirkan batuan dan struktur

    geologi yang ada di daerah tersebut. Bentangalam ini kadang-kadang terlihat

    dengan mudah pada peta topografi dan potret udara atau citra satelit.

    4.1 Pola pengaliran dan perlembahan

    Erosi berlangsung secara intensif di daerah-daerah atau batuan yang lunak.

    Di daerah ini pada umumnya akan membentuk lembah-lembah. Di dalam batuan

    sedimen yang terlipat, perselingan antara batuan yang keras dan lunak acapkali

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 22

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    23/46

    Gambar 4.1. Tahapan perkembangan erosi pada bentang alam terlipat. An =

    antiklin, Sy = sinklin, L = danau, AV = lembah antiklinal, SV = lembah sinklinal,

    WG = watergap, AM = pegunungan antiklinal, SM = pegunungan sinklinal

    (Strahler & Strahler, 1984)

    terjadi. Karena itu lembah-lembah terjadi berselang-seling dengan bukit-bukit

    yang memanjang menggambarkan pelapisan batuan (Gambar 4.1). Lapisan yang

    terlipat membentuk sinklin ataupun antiklin akan terlihat dengan jelas dari

    penyebaran lembah dan bukit-bukit ini. Antiklin yang menunjam biasanya terlihat

    jelas dari pola penyebaran bukit dan lembahnya yang berbentuk kaki kuda tempat

    penunjaman atau dinamakan juga hidung lipatan (antiklin ataupun sinklin).

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 23

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    24/46

    Pola pengaliran pada bentangalam batuan terlipat pada umumnya adalah

    pola pengaliran menangga (trellis) yang sudah diterangkan dalam bagian yang

    lalu. Pada pola ini dikenal adanya sungai subsekuen, konsekuen, obsekuen, dan

    resekuen.

    Bila daerahnya tidak mantap dan sungai mengikis di daerah yang

    terangkat, maka sungai ini akan mengikis lebih dalam dan membentuk lembah

    yang sempit. Kadang-kadang undak (teras) ditemukan di lembah tepi sungai ini.

    Sungai semacam ini dinamakan sungai antisedan (anticedant), sebagai contoh

    sungai Cikapundung yang memotong sesar Lembang di Maribaya.

    Bila bentuk pola pengaliran ini membulat, maka kemungkinan besar

    menggambarkan dome atau kubah, sedangkan bila lonjong mungkin sekali

    antiklin atau sinklin. Di Indonesia, kemungkinan ke dua lebih sering dijumpai.

    Daerah bentangalam terlipat yang memperlihatkan pola pengaliran, sistem

    perlembahan dan perbukitan yang khas seperti diuraikan di atas dapat dijumpai

    sepanjang bagian Timurlaut Sumatera, pegunungan Kendeng dan Rembang,

    Madura, dan Kalimantan Timur.

    4.2 Perbukitan atau punggungan (ridge)

    Sebagaimana sudah diuraikan di muka, perbukitan di daerah terlipat dapat

    memanjang dan menggambarkan perlapisan, sehingga dapat diketahui bentuk

    perlapisannya. Selain itu pada bukit ini dapat pula ditafsirkan atau lebih jauh

    diukur besar kemiringannya.

    Perlapisan yang miring agak besar yaitu kira-kira sekitar 45 akan

    menghasilkan kedua lereng pegunungan yang sama terjal. Punggungan semacam

    ini dinamakan hogback. Pelapisan yang agak landai pada umumnya menghasilkan

    bukit atau punggungan yang tidak simetris, salah satu lerengnya lebih landai.

    Lereng yang landai ini biasanya memperlihatkan arah dip, sedangkan lereng yang

    terjal menunjukkan arah sebaliknya. Pada lereng ini kemiringan (dip) dapat

    diukur. Bentuk punggungan semacam ini dinamakan cuesta. Cuesta dengan

    mudah dapat dikenal pada peta topografi atau pun pada potret udara dan citra

    satelit.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 24

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    25/46

    Daerah-daerah yang terlipat di Indonesia pada umumnya merupakan

    tempat terkumpulnya atau perangkap minyak bumi. Dengan sendirinya

    persyaratan-persyaratan lain untuk terdapatnya minyak bumi harus terpenuhi.

    Sebagai contoh dapat diambil, sepanjang Sumatera sebelah Timurlaut, Rembang,

    Madura-Kangean, dan Kalimantan Timur. Daerah yang membentukdome (kubah

    garam) di Pantai Teluk Meksiko (Amerika) dan Iran sangat terkenal sebagai

    tempat terkumpulnya minyak bumi.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 25

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    26/46

    BAB 5

    BENTANGALAMDAERAH TERSESARKAN

    Patahan atau seringkali juga disebut sesar (fault) adalah gejala geologi

    yang berhubungan dengan pergerakan kulit bumi. Bila sesar ini sampai ke

    permukaan bumi maka akan mempengaruhi bentuk roman muka bumi di tempat

    itu, dengan demikian mempengaruhi bentuk bentangalam. Bila dapat mengetahui

    bentuk bentangalam maka dapat pula ditafsirkan adanya pensesaran di suatu

    daerah.

    Sesar dapat dibagi atas sesar naik, sesar normal, dan sesar mendatar atau

    sesar geser jurus (strike-slip fault, wrench fault, tear fault) tergantung kepada arah

    pergerakan. Sesar naik dijumpai bila blok di bawah bidang patahan bergerak

    relatif ke atas, sedangkan pada sesar normal terjadi sebaliknya. Pada sesar geser

    jurus dan sesar mendatar, atau disebut juga sesar horisontal, gerakanterjadibersesuaian dengan arah jurus. Gerakan ini adalah gerakan mendatar. Bila blok

    relatif bergerak ke kiri dalam hal kita menghadap bidang patahan, dinamakan

    sinistral, sedangkan sebaliknya dinamakan dextral. Pada umumnya sesar yang

    dijumpai di alam merupakan gabungan antara gerakan-gerakan tersebut.

    5.1 Gawir (scarp)

    Pengaruh sesar terhadap bentangalam suatu daerah terutama sangat jelas

    pada bidang sesar. Tempat ini biasanya merupakan tempat yang lemah dan lunak,

    dan biasanya menjadi sasaran erosi. Oleh karena itu, pada daerah yang

    tersesarkan atau retakan biasanya terbentuk lembah yang lurus dan memanjang.

    Pada sesar normal, biasanya bidang patahan membentuk gawir (scarp)

    yang berupa dinding miring. Pada dinding ini biasanya orang menemukan garis-

    garis geseran (scretch) yang menunjukkan adanya patahan. Pada umumnya

    dinding ini memperlihatkan pula bentuk deretan segitiga oleh karena beberapa

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 26

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    27/46

    bagian telah dikerat membentuk lembah. Bentuk ini dinamakan triangular facets.

    Fenomena ini diperlihatkan oleh Gambar 1.2 pada BAB 1. Pada Gambar 5.1

    tampak bentuk bentangalam akibat pensesaran.

    Gambar 5.1. Beragam bentuk bentang alam akibat tektonik

    (Strahler & Strahler, 1984)

    Kadang-kadang dijumpai pasangan-pasangan sesar saling berhadapan dan

    bagian yang turun membentuk lembah. Gawir dan triangular facets terdapat

    pada kedua dinding lembah itu. Lembah ini berukuran jauh lebih besar daripada

    lembah yang dihasilkan oleh erosi, dan mempunyai dasar yang rata. Sistem

    pergeseran yang turun sedangkan sebaliknya dinamakan sembul atau horst.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 27

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    28/46

    Contoh graben yang terkenal ialah Graben Rhine di Jerman dan Semangko di

    Sumatra.

    Sesar biasanya terdapat dalam bentuk majemuk, bergabung satu sama

    lainnya. Sesar menangga (step fault) adalah sesar yang membentuk tangga seperti

    tangga rumah, yaitu satu sama lainnya sejajar dan berundak-undak. Kadang-

    kadang sesar majemuk ini juga membentuk genting yang menumpuk satu sama

    lainnya. Sesar semacam ini dinamakan echelon.

    Semua sesar yang diuraikan di atas dapat tercermin dengan jelas pada

    gawir yang menyembul di permukaan bumi.

    5.2 Pola pengaliran

    Sesar pada umumnya menghasilkan gawir dan daerah sesar merupakan

    daerah lemah sehingga mudah tererosi, maka patahan akan mempengaruhi sistem

    pengaliran air permukaan atau drainage pattern. Pola pengaliran menyudut

    (angulate) dan menegak (angular) terdapat di daerah yang mempunyai banyak

    patahan dan retakan yang tergabung dalam satu sistem, umpamanya membentuk

    sudut 45 pada pola pertama, dan 90 pada pola yang disebut terakhir. Biasanya

    sistem sesar dan sistem pengaliran ini terdapat pada batuan granit, batugamping,

    dan batuan terlipat yang menghasilkan retak-retak akibat tekanan sebagai

    penyebab lipatan tersebut.

    Selain itu sesar yang menghasilkan gawir seolah-olah akan membendung

    pengaliran dan membelokkan sungai. Contoh yang paling baik adalah sungai

    Cikapundung yang pada mulanya tersebar di kaki gunung Tangkubanperahukemudian menabrak gawir sesar Lembang yang membentang barat-timur melalui

    tepi selatan kota Lembang dan Maribaya, sehingga sungai-sungai itu berjalan

    sepanjang sesar dan bersatu kembali untuk bersama-sama menerjang gawir di

    daerah Maribaya dan membentuk kembali sungai Cikapundung yang kemudian

    mengalir melalui kota Bandung. Pola demikian dapat digolongkan sebagai pola

    pengaliran sub-menangga (sub-trellis).

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 28

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    29/46

    Bila sesar geser lurus masih bekerja dan sungai sudah mengalir sewaktu

    sesar itu mulai terjadi, maka biasanya sungai membelok seolah-olah berhenti

    kemudian membelah mengikuti patahan untuk sementara, kemudian

    meninggalkan sesar itu lagi meneruskan perjalanan pada arah asalnya. Pada peta

    topografi dan potret udara / citra satelit tingkah laku sungai semacam ini dapat

    dilihat dengan jelas, sehingga apabila melihat bentuk sungai yang demikian maka

    dengan mudah dapat ditafsirkan kemungkinan adanya patahan geser-lurus yang

    masih aktif. Contoh sesar demikian di Indonesia ialah sesar sepanjang Bukit

    Barisan di Sumatera, sesar Palu Koro di Sulawesi Tengah, dan sesar Gorontalo di

    Sulawesi Utara.

    Gambar 5.2. Citra Landsat TM menunjukkan pola pengaliran

    di sekitar sesar Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

    (atas perkenan Sidarto, P3G, 2004)

    Tidak semua sesar dapat mempunyai indikasi ekonomi. Akan tetapi

    banyak mineral-mineral berharga ditemukan pada sistem persesaran, terutama

    pada perpotongan sesar-sesar. Ini terutama disebabkan daerah itu merupakan

    daerah lunak dan lemah yang mudah diterobos magma dalam proses

    hydrothermal yang menghasilkan mineral-mineral. Endapan tembaga yang

    terkenal di Nevada, Amerika Serikat, pada umumnya terdapat dalam perpotongan

    sistem persesaran, demikian pula halnya di Alaska. Dengan mengetahui pola

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 29

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    30/46

    pengaliran, dapat dianalisis sistem persesaran, dengan demikian dapat pula

    meramalkan dan menemukan endapan mineral berharga.

    Patahan biasanya juga ditandai dengan keluarnya mataair panas maupun

    biasa. Mataair panas dapat menjadi sumber pemasukan bagi PAD setempat

    melalui pengembangan pariwisata. Mataair biasa sangat penting peranannya untuk

    kehidupan manusia dan pertanian.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 30

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    31/46

    BAB 6

    BENTANGALAM KARST

    Bentangalam karst termasuk bentuk bentangalam yang penting, dan

    banyak pula ditemukan di Indonesia. Bentuk ini sangat erat berhubungan dengan

    batuan endapan yang mudah melarut. Oleh karena itu dengan mengetahui bentuk

    bentangalamnya, pada umumnya orang dapat mengetahui jenis batuannya,terutama juga oleh karena bentuk bentangalam karst sangat karakteristik dan

    mempunyai tanda-tanda yang mudah dikenal baik di lapangan, pada peta

    topografi maupun pada potret udara dan citra satelit. Bentangalam ini terutama

    memperlihatkan lubang-lubang, membulat atau memanjang, gua-gua dan bukit-

    bukit yang berbentuk kerucut. Di dunia, daerah yang ditutupi bentangalam karst

    tersebar di Perancis Selatan, Spanyol Utara, Belgia, Yunani, Jamaika, beberapa

    negara Amerika Selatan, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat

    (Tenesse, Indiana, Kentucky). Sebenarnya kata karst berasal dari nama suatu

    pegunungan di Yugoslavia yang berbentangalam spesifik ini.

    Di Indonesia bentangalam karst dapat ditemukan di beberapa daerah di

    pulau Jawa, yaitu Jampang di Selatan Jawa Barat, pegunungan Sewu di Kulon

    Progo Jawa Tengah, daerah perbukitan Rembang di Jawa Timur, dan beberapa

    daerah di Sulawesi Tengah. Di Irian Barat bentangalam karstditemukan di Kepala

    Burung pada formasi Klasafet, sedangkan di Sumatera ditemukan, terutama di

    Sumatera Selatan dan Aceh.

    6.1 Terjadinya bentuk bentangalam karst

    Bentangalam karstterbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan

    membentuk lubang-lubang. Bentangalam ini terutama terjadi pada wilayah yang

    tersusun oleh batugamping yang mudah larut, dan batuan dolomit atau gamping

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 31

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    32/46

    dolomitan. Akibat pelarutan yang memegang peranan utama, maka air sangat

    penting artinya. Bentangalam karst biasanya berkembang di daerah yang

    mempunyai curah hujan cukup.

    Di samping itu, pelarutan maksimum dapat terjadi bila air tidak mencapai

    jenuh akan karbonat. Air yang mengalir dapat menciptakan keadaan ini. Air yang

    mengandung CO2 (gas) akan lebih mudah melarutkan batugamping. Di bawah ini

    diperlihatkan reaksi kimia yang menghasilkan pelarutan tersebut.

    H2O + CO2 H2CO3

    2H2CO3 + CaCO3 Ca(HCO3)2 + H2

    (larut) (gas)

    Gambar 6.1. Reaksi kimia dan keseimbangannya

    pada proses pelarutan batugamping

    Bila Ca(HCO3)2

    terkena udara kembali maka berarti ada penambahan H2

    dari udara, oleh karena itu keseimbangan reaksi akan bergerak ke kiri dan akan

    terbentuk kembali CaCO3 yang mengendap. Reaksi tersebut kemudian

    menerangkan terbentuknya stalaktit dan stalakmit yang dikenal dalam gua-gua di

    daerah kapur. Oleh karena itu, syarat penting untuk terbentuknya kedua jenis

    endapan ini ialah adanya persediaan H2 secara terus-menerus yang dapat diperoleh

    apabila udara dapat mengalir di dalam gua itu. Udara yang segar selalu

    menggantikan udara yang berada di dalam gua.

    6.2 Karakteristik bentangalam karst

    Gejala-gejala yang khas sebagai karakteristik bentangalam karst

    diantaranya adalah terra rossa, lapies, sinkholes, dll (Thornbury, 1969). Berikut

    ini pembahasan secara umum karakteristik tersebut.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 32

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    33/46

    a. Terra rossa dan lapies

    Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan meninggalkan bagian- bagian yang tidak dapat larut dalam air, oleh karena itu akan terbentuk

    persenyawaan karbonat. Pada umumnya sisa-sisa ini berkomposisi besi, berwarna

    merah atau merah coklat. Sisa-sisa ini dinamakan terra rossa (Gambar 6.2). Sisa

    yang masih mengandung banyak karbonat biasanya berwarna hitam atau

    merupakan pelapukan batugamping. Bila batuan terlarut tidak meninggalkan sisa-

    sisa, maka daerah itu tidak mempunyai tanah penutup dan menghasilkan bentuk

    permukaan yang kasar dan kadang-kadang memperlihatkan garis-garis bekas

    pelarutan. Bentuk bentuk tersebut dinamakan lapies (Gambar 6.3).

    Gambar 6.2. Terra rossa di bagian atas batugamping, beberapa kekar tampak

    makin melebar akibat proses pelarutan (Thornbury, 1969).

    Gambar 6.3. Kenampakan lapies di dekat Mitchell, Indiana, USA

    (Thornbury, 1969).

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 33

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    34/46

    b. Lubang tenggelam (sinkholes), doline, uvala, gua, stalaktitdan

    stalakmit.

    Pelarutan pada umumnya berlangsung di daerah-daerah yang lunak,

    terutama pada perlapisan, sepanjang retakan dan pada perpotongan retakan-

    retakan. Lubang ini kemudian membesar di bagian bawah akibat air terkumpul di

    sini, dan pada suatu ketika bagian atas batuan akan runtuh sehingga terbentuk

    lubang yang besar dan terbuka. Lubang ini dinamakan doline (berasal dari Bahasa

    Serbia dolines) bila bentuknya membulat atau uvala bila bentuknya memanjang.

    Tempat sungai masuk ke dalam tanah sebelum menjadi sungai bawah tanah

    dinamakan lubang tenggelam (sinkholes), atau lubang masuk. Pada akhirnya

    sungai bawah tanah ini akan muncul kembali dan dinamakan mata air atau sumber

    air (spring) atau pemunculan (rise). Tempat pemunculan ini sangat penting dan

    sering dipakai sebagai sumber pengairan. Kadang-kadang tidak terlihat adanya

    lubang masuk yang menghasilkan sungai bawah tanah ini. Air terkumpul dari

    banyak tempat peresapan melalui celah-celah. Bila pada suatu waktu air tidak ada

    lagi maka terbentuklah terowongan-terowongan bekas sungai dan gua-gua. Gua

    dapat juga terbentuk oleh karena doline yang runtuh dan membentuk rongga. Di

    dalam gua ini, jika persyaratan memenuhi seperti diuraikan di muka, akan

    terbentukstalactites, tiang-tiang karbonat yang terbentuk di bagian atap gua, dan

    stalagmites yang tumbuh di bagian lantai gua.

    c. Bukit kerucut (conical hills)

    Sisa-sisa erosi dan daerah yang belum terlarut karena letaknya di bagian

    yang keras, misalkan relatif tidak retak dan tidak berlapis serta kompak, akan

    membentuk bukit-bukit seperti kerucut. Daerah-daerah yang lemah karena retakan

    berkembang menjadi doline dan akhirnya satu doline menyambung dengan doline

    lainnya sehingga terbentuk sisa-sisa berupa bentuk kerucut (conical hills,pepino

    hills (Puerto Rico), hums, mogotes (Cuba)). Bentuk ini merupakan bentuk yang

    paling mantap dan tahan terhadap pelarutan dan erosi.

    Letak bukit kerucut biasanya teratur karena letak retakan yang dilarutkan

    pun biasanya teratur pula dalam suatu sistem peretakan. Dari letak bukit-bukit ini

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 34

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    35/46

    biasanya dapat dianalisis sistem retakan di suatu daerah karstdan kemudian untuk

    mengetahui arah tekanan atau gaya-gaya yang berpengaruh di daerah tersebut.

    Pada peta topografi, potret udara atau citra satelit dengan mudah bukit-

    bukit ini dikenali, terutama karena ketinggiannya yang cukup memadai sehingga

    tampak pada peta berskala 1:25.000 bahkan 1:100.000. Di Indonesia bukit-bukit

    ini mempunyai tinggi berkisar antara 3 sampai beberapa puluh meter.

    Gambar 6.4. Ilustrasi bentangalam karst di Indiana bagian selatan, USA

    (Thornbury, 1969)

    Potensi ekonomi di wilayah karstdiantaranya endapan fosfat, terra rossa,

    dan bahan bangunan. Di gua-gua sering terdapat onggokan fosfat hasil reaksi

    kimia antara kotoran burung penghuni gua dengan karbonat. Endapan ini dapat

    dipakai untuk bahan pupuk. Terra rosa yang mengandung kadar besi tinggi

    ditambang kandungan bijih besinya. Dewasa ini masih dipersoalkan untuk

    pengambilan aluminium yang mungkin dikandung terra rossa dalam jumlah amat

    sedikit. Bentangalam karst terbentuk di daerah batugamping, oleh karena itu

    bahan bangunan batugamping mudah diperoleh baik untuk industri kecil

    (pembakaran batugamping) ataupun bahan semen. Patut diperhatikan

    kemungkinan adanya gua-gua yang sangat memegang peranan dalam perhitungan

    jumlah cadangan. Gua ini kadang-kadang tidak tampak di permukaan dan

    menyebabkan kesalahan perhitungan jumlah cadangan.

    Perencanaan tataletak bangunan, jalan, ataupun waduk harus

    memperhatikan kemungkinan adanya retak-retak yang mempermudah pelarutan

    batugamping ataupun adanya gua-gua yang dapat menggangu fondasi.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 35

    Karst valley Blind Sinkholes

    Uvala

    Sinkingcreekeep y

    intrenc e

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    36/46

    BAB 7

    BENTANGALAM PANTAI

    Bagian ini terutama akan membicarakan bentuk-bentuk geomorfologi

    pantai beserta cara terjadinya dan penyebabnya. Selain pantai laut juga akan

    disinggung tentang pantai danau.

    Ada tiga macam gerakan air laut yang menyebabkan proses gradasi pada permukaan bumi, yaitu gelombang, arus, dan pasang-surut. Pasang surut

    sebenarnya sangat sedikit pengaruhnya.

    Angin adalah penyebab utama terjadinya gelombang. Kecepatan, besarnya

    daerah yang tertiup angin (fetch), dan lamanya angin bertiup menentukan

    besarnya gelombang. Istilah-istilah yang dipakai dalam mengukur besarnya

    gelombang sama dengan istilah yang dipakai dalam ilmu fisika, yaitu panjang

    gelombang, tinggi gelombang, dan waktu gelombang (getaran), serta kecepatan

    gelombang. Oleh karena fetch di danau pada umumnya tidak cukup luas, maka

    gelombang besar jarang terjadi. Gelombang paling besar yang pernah tercatat,

    yaitu yang mempunyai tinggi gelombang sebesar 16 meter, ditimbulkan olehfetch

    paling tidak sebesar 1000 kilometer (Kuenen, 1950; dalam Thornbury, 1969)

    Ada dua macam gelombang yang dikenal yaitu gelombang osilasi (wave

    of oscillation) dan gelombang translasi (translation). Yang pertama terjadi di

    tempat-tempat yang dalam sehingga dasar lautan tidak berpengaruh terhadap

    gelombang ini. Sedangkan yang kedua terjadi di tempat-tempat yang dangkal di

    tepi pantai. Pada gelombang pertama tidak terjadi gerakan air secara mendatar,

    akan tetapi pada gelombang translasi gerakan air yang dominan adalah gerakan

    mendatar sehingga terjadi pengikisan terhadap pantai dan dasar laut dangkal.

    Perubahan antara kedua jenis gelombang itu menimbulkan pengosongan dan

    pengumpulan massa air, karena itu di sini gelombang menjadi pecah atau rebah

    (surf). Tempat ini menunjukkan perubahan kedalaman dasar laut. Gelombang

    translasi mempunyai dua fungsi yaitu pengikisan pantai dan pengendapan kembali

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 36

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    37/46

    di tempat-tempat yang rendah serta pengikisan dasar pantai yang terletak di atas

    dasar gelombang (wave base). Dasar gelombang adalah tempat terdalam, yang

    mana pengaruh gelombang masih terasa. Pengikisan dasar pantai pada waktu air

    bergerak ke arah pantai dinamakan debak (wash), sedangkan pada waktu kembali

    menjauhi pantai disebut pencucian balik (backwash) ditampilkan pada Gambar

    7.1 di bawah ini.

    Gambar 7.1. Ilustrasi wash dan backwash akibat pergerakan air di pantai(Strahler & Strahler, 1984).

    Selain oleh angin gelombang dapat ditimbulkan pula oleh gempa bumi

    yang terjadi di dasar laut. Acapkali gelombang itu mempunyai ukuran yang besar

    dan dapat melanda pantai serta menimbulkan banjir dan bencana di daerah pantai.

    Gelombang semacam ini dinamakan tsunami. Pada 26 Desember 2004 telah

    terjadi tsunami di lepas pantai NAD dan Sumatera Utara dengan sumber

    gempabumi terletak sekitar 149 arah selatan dari Meulaboh. Ketinggian

    gelombang tsunami mencapai 2-10 m. Gempabumi penyebab tsunami diketahuimemiliki kedalaman pusat gempa sekitar 20 km di bawah Samudera Hindia.

    Beberapa pusat pengukuran gempabumi menaksir kekuatan gempa mencapai 6,9

    9,1 R. Wilayah yang terkena bencana meliputi Srilanka, India, dan Indonesia

    (Gambar 7.2). Indonesia merupakan wilayah yang mengalami kerusakan paling

    parah dengan korban jiwa mencapai lebih dari 200 ribu orang (Gambar 7.3).

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 37

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    38/46

    Gambar 7.2. Penyebaran pengaruh tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004di kawasan Asia Selatan (Sudradjat, 2005)

    Gambar 7.3. Kerusakan akibat tsunami

    di kawasan Penayung, Banda Aceh, NAD (PR, 2005).

    Arus (current) dibedakan dari gelombang oleh karena di sini terjadi

    pemindahan massa air. Penyebabnya bermacam-macam, akan tetapi yang

    mempunyai arti dalam geomorfologi adalah yang ditimbulkan karena angin.

    Apabila arus ini menabrak pantai dengan posisi miring maka akan timbul arus

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 38

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    39/46

    sepanjang pantai (longshore current) yang akan mempengaruhi pembentukan

    pantai. Pantai sedikit demi sedikit bergeser sepanjang garis pantai sebagai hasil

    kerja arus semacam ini (longshore drifting) ditampilkan pada Gambar 7.4.

    Gambar 7.4. Fenomena longshore current dan longshore drifting

    (Strahler & Strahler, 1984)

    Selain oleh angin, arus dapat pula ditimbulkan karena adanya pasangsurut

    (tidal current). Oleh karena permukaan air laut yang berlainan antara satu tempat

    dengan tempat lainnya maka akan terjadi arus dari tempat pasang ke tempat surut

    terutama melalui selat-selat, sebagai contoh selat-selat di antara pulau di Nusa

    Tenggara. Arus yang ditimbulkan oleh pasangsurut inipun berpengaruh pula

    terhadap pembentukan pantai. Tidal bore adalah bagian muka arus yang terjadi

    karena pasangsurut. Tidal bore biasanya berpengaruh dalam pengikisan pantai dan

    pembentukan endapan laut.

    7.1 Erosi pantaiGelombang yang menghempas ke arah pantai dapat merusak pantai

    tersebut, akibatnya pantai sedikit demi sedikit menjadi mundur posisinya ke arah

    darat. Pantai yang demikian dinamakan pantai yang mengalami pemunduran atau

    abrasi (abration). Di Indonesia pantai yang mengalami abrasi umpamanya pantai

    Sumatera Barat (sekitar Padang) dan pantai Teluk Jakarta.

    Muara sungai pada umumnya menumpahkan bahan-bahan yang dibawa

    sungai ke laut. Akibat perubahan kecepatan air sungai yang terjadi di muara maka

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 39

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    40/46

    bahan-bahan yang terangkut ini segera mengendap, dan membentuk pantai yang

    tumbuh atau mengalami akresi (accretion). Pada pengikisan pantai terjal mula-

    mula terjadi bagian yang melekuk pada mukalaut, kemudian lama-kelamaan

    pantai itu runtuh dan mundur sedikit demi sedikit.

    7.2 Pantai tumbuh

    Pantai tumbuh terjadi di tempat-tempat pengendapan bahan-bahan yang

    dibawa sungai atau dibawa arus laut itu sendiri. Sungai ini membentuk delta dan

    bahan-bahan yang dibawanya mengendap pula di depan pantai. Pantai yang

    demikian dinamakan pantai tumbuh atau mengalami akresi. Di Indonesia pantai

    yang tumbuh terutama dikenal di pantai-pantai Selat Malaka dan Laut Jawa.

    Pengendapan yang terjadi di depan pantai terdiri dari bermacam-macam

    jenisnya.Baradalah endapan di muka pantai yang kira-kira hampir sejajar pantai.

    Cuspate baradalah salah satu jenis baryang menyudut atau membentuk semacam

    taji terhadap pantai, sedangkan tombolo menghubungkan pantai dengan pulau

    kecil di depan pantai yang pulau ini juga terbentuk dengan cara pengendapan.

    Pematang pantai adalah endapan yang terbentuk pada pantai sepanjang garis

    pantai dari bahan-bahan hasil pengikisan pantai atau bahan-bahan yang dibawa

    sungai yang dimuntahkan ke laut.

    7.3 Klasifikasi bentuk pantai

    Pantai dapat digolongkan menjadi 4 golongan besar, yaitu (1) pantai naik

    (emergence coast), (2) pantai turun atau tenggelam ( submergence coast), (3)

    pantai statis (neutral coastline), dan (4) pantai gabungan (compound coastline)

    yang dikemukakan oleh Johnson pada tahun 1919 (dalam Thornbury, 1969).

    (1) Pantai naik (emergence coast)

    Pantai naik bercirikan garis pantai yang relatif rata, oleh karena dasar laut

    yang hampir rata dan tidak mengalami erosi serta mengalami pengendapan,

    terangkat ke atas mukalaut. Kalaupun berbelok-belok, maka belokan ini halus dan

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 40

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    41/46

    rata serta perlahan. Pantai naik tidak dapat dicampurbaurkan dengan pantai maju.

    Pada pantai maju penambahan pantai terjadi karena pengendapan. Pantai naik

    yang terbentuk karena patahan pada umumnya berbentuk lurus tetapi terjal.

    (2) Pantai turun (submergence coast)

    Pada pantai turun, bagian daratan yang sudah tererosi dan membentuk

    lembah-lembah serta roman muka yang tidak rata tenggelam di bawah mukalaut.

    Garis pantai menjadi berkerinyut dan banyak berbelok-belok tidak teratur. Pantai

    inipun jangan disamakan dengan pantai yang terdiri dari batuan yang keras

    sehingga membentuk pantai tidak teratur. Biasanya yang disebutkan terakhirmembentuk pantai yang terjal.

    Gambar 7.5. Pantai turun di Pelabuhan Whangaroa, bagian timur laut Auckland,

    New Zealand (Thornburry, 1969)

    (3) Pantai statis (neutral coastline)

    Pada pantai statis tidak terjadi pengendapan di muka pantai serta

    pertumbuhan dan pemunduran pantai, seperti diuraikan dalam bagian (1) dan (2)

    di atas. Karakteristik pantai ini diantaranya terbentuk delta, dataran aluvial,

    bersifat vulkanik, dan coral reeftumbuh dengan baik.

    (4) Pantai gabungan (compound coastline)

    Pantai ini mengalami proses gabungan, pada periode tertentu mengalami

    penurunan, pada periode lain mengalami penaikan. Oleh karena itu, karakteristik

    pantai naik dan turun keduanya ditemukan pada jenis pantai ini.

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 41

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    42/46

    BAB 8

    BENTANGALAM VULKANIK

    Gunungapi terbentuk sebagai salah satu pekerjaan tenaga asal dalam. Pada

    umumnya pembentuk gunungapi merupakan proses membangun sebagai

    kebalikan proses perusakan yang dilakukan oleh tenaga asal luar. Pada kegiatan

    gunungapi atau vulkanik dihasilkan rempah-rempah gunungapi atau bahan-bahangunungapi berupa lava, pasir gunungapi, lapili, debu gunungapi (tufa) dan bahan-

    bahan lainnya yang dilemparkan atau dimuntahkan pada waktu peletusan.

    Bersama-sama dengan air yang terdapat di permukaan bumi atau air hujan, hasil-

    hasil gunungapi ini dapat bergerak atau longsor karena beratnya sendiri atau

    menghasilkan aliran lumpur (mudflow) atau lahar yang mengalir melalui daerah-

    daerah yang rendah yaitu sungai ataupun lembah. Di Indonesia bahaya lahar

    dikenal sebagai bahaya sekunder yang efeknya lebih besar daripada bahaya primer

    yaitu letusan gunungapi itu sendiri.

    Gunungapi dapat kita bagi atas gunungapi aktif, gunungapi beristirahat

    (dormant) gunungapi padam (extinct). Di Indonesia hampir ketiganya dikenal.

    Selain itu terdapat pula pembagian berdasarkan waktu peletusannya dan jenis

    peletusannya. Akan tetapi kedua dasar pembagian ini tidak mempengaruhi bentuk

    bentangalam. Di sini yang sangat berpengaruh pada bentuk bentangalam

    gunungapi adalah umur gunungapi dan jenis rempah-rempah yang dihasilkan

    gunungapi tersebut.

    Gunungapi di dunia tersebar dalam beberapa pola. Yang paling dikenal

    ialah apa yang disebut Jalur Api Pasifik yang melingkari Lautan Pasifik mulai dari

    Amerika Selatan sampai ke New Zealand melalui Amerika Utara, Kepulauan

    Aleut, Kamsatka, Kuril, Jepang, Filipina, Sulawesi, Maluku Utara, Pulau-pulau

    Solomon, Kaledonia Baru, dan akhirnya Selandia Baru.

    Di Indonesia gunungapi tersebar sepanjang jalur gunungapi atau jalur

    dalam, mulai dari Aceh menyusur Sumatera terus ke Jawa, pulau-pulau di Nusa

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 42

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    43/46

    Tenggara dan pulau-pulau di Maluku selatan, melingkari Laut Banda, Sulawesi

    Selatan, Tengah dan Utara. Satu kelompok lain terdapat di daerah Maluku Utara

    yaitu sebelah barat Halmahera. Ada kurang lebih 70 buah gunungapi yang

    digolongkan sebagai gunungapi tipe A, yaitu yang meletus sepanjang sejarah, atau

    diketahui manusia (Sudradjat, 1997).

    Bentuk bentangalam gunungapi lebih banyak dipengaruhi oleh bahan-

    bahan yang dihasilkan gunungapi dan yang membentuk badan gunung tersebut.

    Hasil-hasil gunungapi diantaranya adalah lava, bongkah, scoria, lapili, pasir

    gunungapi, debu gunungapi dan lahar. Lahar merupakan banjir lumpur dan bahan-

    bahan lainnya yang terbawa oleh air hujan dan meluncur di lereng-lereng gunung

    melalui lembah-lembah. Temperatur lahar dapat tinggi sekali sehingga amat

    berbahaya. Pada umumnya bahaya yang terbesar yang disebabkan oleh gunungapi

    di Indonesia ialah bahaya lahar, yang disebut juga sebagai bahaya sekunder. Oleh

    karena lahar itu merupakan banjir lumpur maka bentangalam yang dihasilkan

    sangat halus, lereng landai dan membentuk lidah mengikuti lembah-lembah. Lava

    biasanya membentuk permukaan yang tidak rata, berbongkah-bongkah dan secara

    keseluruhan membentuk lidah-lidah.

    8.1 Gunungapi strato

    Hasil gunungapi yang bermacam-macam ini dapat sekaligus dihasilkan

    oleh suatu gunungapi sehingga terdapat perlapisan antara satu jenis hasil

    gunungapi dengan jenis lainnya. Oleh karena itu, gunungapi jenis ini dinamakan

    gunungapi strato atau majemuk. Biasanya membentuk seperti kerucut, dengan

    sudut lereng sekitar 20 30 di bagian tengah dan lebih terjal di puncak.

    Sedangkan di bagian kaki yang pada umumnya terbentuk dari lahar, lereng

    biasanya landai. Gunungapi semacam ini yang terutama terdapat di Indonesia.

    8.2 Gunungapi tameng

    Bila lava merupakan hasil utama suatu gunungapi maka pada umumnya

    gunungapi semacam ini akan landai dan membentuk seperti tameng akibat lava

    membeku dengan perlahan-lahan dan oleh karena itu lebih cenderung untuk

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 43

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    44/46

    melebar ke semua arah daripada menumpuk. Kecuraman lereng tergantung dari

    kekentalan lava. Lava yang berkomposisi lebih basa biasanya lebih cair dan dapat

    bergerak lebih jauh sehingga bentuk gunungapi menjadi sangat landai dan luas.

    Sedangkan lava yang kurang basa menghasilkan gunungapi yang lebih berlereng

    besar dan daerah penyebarannya lebih kecil.

    8.3 Cindercone

    Kadang-kadang gunungapi atau letusannya dapat menghasilkan debu saja,

    dan debu ini teronggok di tepi tempat letusan, membentuk bukit yang membulat

    dengan bagian tengahnya melekuk. Bentuk semacam ini disebut cindercone.

    Pada puncak gunungapi sering dikenal adanya lubang kepundan dan

    sebagian puncaknya runtuh membentuk lekukan. Lekukan ini dikenal dengan

    nama kawah (crater) yang terjadi pada waktu letusan atau sesudahnya. Jika kawah

    mempunyai ukuran yang sangat besar, seringkali dinamakan kaldera.

    Erupsi yang berasal dari satu tempat memusat dinamakan erupsi sentral,

    lain halnya dengan erupsi celah yang melalui celah berbentuk memanjang (fissure

    eruption).

    Leher gunungapi (volcanic neck) adalah pipa kepundan gunungapi yang

    tertinggal sebagai sisa erosi dan membentuk semacam leher atau tiang besar

    karena badan gunungapi sebagai penutupnya telah terkelupas dan habis dimakan

    erosi.

    Gambar 8.1. Volcanic neck di Shiprock, New Mexico (Thornbury, 1969)

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 44

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    45/46

    Potensi ekonomi yang terdapat pada bentangalam vulkanik, diantaranya

    adalah panas bumi, endapan yarosit, belerang, mataair panas, dll.. Tenaga panas

    bumi dapat membuat air bawah permukaan menjadi uap, bertenaga besar dan

    dapat memutar turbin untuk pembangkit tenaga listrik. Di Indonesia sekarang ini

    sedang giat dilakukan eksplorasi tenaga panas bumi. Endapan Yarosit yang

    terlarut dalam air panas terdapat di daerah gunungapi dapat dipakai untuk bahan

    cat atau oker, contoh yang terdapat di Ciater di wilayah Kabupaten Subang Jawa

    Barat. Mata air panas dapat dikembangkan untuk keperluan pariwisata atau

    pengobatan, contohnya terdapat di Maribaya, Ciater, dan Cipanas-Garut. Belerang

    biasanya diendapkan di kawah gunungapi (melalui proses sublimasi), atau terlarut

    dalam air panas yang kemudian mengendap (contohnya di Kawah Putih,

    Talagabodas, Wanaraja). Belerang terutama dipakai untuk bahan pembuat asam

    sulfat.

    Gambar 8.2.Digital Elevation Model(DEM) kawasan Cekungan Bandung,

    menunjukkan bentangalam vulkanik dengan beragam potensi, diantaranya mataair

    panas di bagian utara dan panasbumi di bagian selatan

    (atas perkenan Sidarto, P3G, 2004).

    Diktat Geomorfologi Jilid 1 45

  • 8/2/2019 Diktat - Isi

    46/46

    DAFTAR PUSTAKA

    Cargo, David N. & Bob F. Mallory, 1974, Man and His Geologic Environment,

    Addison-Wesley Publishing Company, USA.

    El-Swaify, S.A., E.W. Dangler, and C.L. Armstrong, 1982, Soil Erosion by Water

    in the Tropics, Department of Agronomy and Soil Science, University

    of Hawaii, Honolulu, Hawaii.

    Field, Libby Y & Bernard A.Engel, 2004, Best Management Practices for Soil

    Erosion, Agricultural Engineering, Purdue University,

    , diakses 8 Maret 2004.

    Pikiran Rakyat, 2005, Pasca Bencana Tsunami, Harian Umum Pikiran Rakyat

    tanggal 19 Januari 2005, Bandung.

    Strahler, Arthur N. and Alan H. Strahler, 1984, Elements of Physical Geography,

    3rd Edition, John Wiley & Sons, New York.

    Sudradjat, Adjat, 1975, Pengantar Ilmu Bentang Alam, AGP, Bandung.

    Sudradjat, Adjat, 1997, Ilustrasi Geologi, Grafimatra Tatamedia PT., Jakarta.

    Sudradjat, Adjat, 2005, Peringatan Dini Tsunami, Mungkinkah?, Harian Umum

    Pikiran Rakyat tanggal 8 Januari 2005, Bandung.

    Thornbury, D. William, 1969, Principles of Geomorfologi, John Willey & Sons

    Inc., New York, London, Sidney, Toronto.

    Van Zuidam, R. A., 1983, Guide to Geomorphologic - aerial photographic

    interpretation and mapping, Section of Geology and Geomorphology,

    ITC, Enschede, The Netherlands.

    Verstappen, H. Th., 1977, Remote Sensing in Geomorphology, First Edition,

    Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam.

    V E l O D 1960 G h l S t ti d R i l Th M

    http://abe.www.ecn.purdue.edu/http://abe.www.ecn.purdue.edu/