DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

15
1 DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI: SEBUAH PERBANDINGAN Ade Triana Lolitasari Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Perkembangan teknologi digital di Korea Selatan secara tidak langsung mempengaruhi kesusastraan mereka. Salah satu contohnya adalah digitalisasi karya sastra, khususnya cerita rakyat. Perubahan media cerita tentunya menyebabkan perubahan isi maupun cara penyampaian. Penelitian “DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI dan PATJWI: SEBUAH PERBANDINGAN” bertujuan untuk menjelaskan digitalisasi cerita rakyat di Korea yang menyebabkan cerita tidak lagi disampaikan hanya melalui bentuk teks melainkan telah mengalami penambahan efek suara, gerak, dan penyederhanaan cerita dalam bentuk digital. Bentuk digital ini dipublikasikan dan dapat diakses secara bebas. Pemaduan dari berbagai media dalam cerita digital membuat cerita tersajikan dengan lebih baik dan memberikan kesan lebih kepada penonton. Kata kunci: digitalisasi, digital storytelling, industri konten, cerita digital, cerita rakyat , storytelling Digitalization of Korean Folklore Kongjwi and Patjwi: A Comparison Abstract The advancement of digital technology in South Korea indirectly has affected Korean Literature. One of the examples is digitalization of Korean folklore. The digitalization give effects to the folklore itself and creates a new way in storytelling by using digital medias. A research about “Digitalization Korean Folklore Kongjwi and Patjwi: A Comparison" has a purpose to explain the whole things about the folklore itself. The Digitalization of Korean folklore made the story of it to be no longer only be submitted through a text but has experienced the addition of sound effects, motion, and simplification of the story which is then presented in digital form. This digital form has been published and can be freely accessed by anyone. The proper integration of various medias in the digitalized story makes the story more interactive and gives more impression to the audience. Key words: content industry, digitalization, digitalize story, digital storytelling folklore, storytelling Pendahuluan Abad 21 dapat dikatakan sebagai abad digital. Hampir semua yang berada di sekitar manusia adalah benda-benda digital. Semakin berkembangnya teknologi digital, teknologi internet juga Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Transcript of DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

Page 1: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

1    DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI:

SEBUAH PERBANDINGAN

Ade Triana Lolitasari

Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Perkembangan teknologi digital di Korea Selatan secara tidak langsung mempengaruhi kesusastraan mereka. Salah satu contohnya adalah digitalisasi karya sastra, khususnya cerita rakyat. Perubahan media cerita tentunya menyebabkan perubahan isi maupun cara penyampaian. Penelitian “DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI dan PATJWI: SEBUAH PERBANDINGAN” bertujuan untuk menjelaskan digitalisasi cerita rakyat di Korea yang menyebabkan cerita tidak lagi disampaikan hanya melalui bentuk teks melainkan telah mengalami penambahan efek suara, gerak, dan penyederhanaan cerita dalam bentuk digital. Bentuk digital ini dipublikasikan dan dapat diakses secara bebas. Pemaduan dari berbagai media dalam cerita digital membuat cerita tersajikan dengan lebih baik dan memberikan kesan lebih kepada penonton.

Kata kunci: digitalisasi, digital storytelling, industri konten, cerita digital, cerita rakyat , storytelling

Digitalization of Korean Folklore Kongjwi and Patjwi: A Comparison

Abstract

The advancement of digital technology in South Korea indirectly has affected Korean Literature. One of the examples is digitalization of Korean folklore. The digitalization give effects to the folklore itself and creates a new way in storytelling by using digital medias. A research about “Digitalization Korean Folklore Kongjwi and Patjwi: A Comparison" has a purpose to explain the whole things about the folklore itself. The Digitalization of Korean folklore made the story of it to be no longer only be submitted through a text but has experienced the addition of sound effects, motion, and simplification of the story which is then presented in digital form. This digital form has been published and can be freely accessed by anyone. The proper integration of various medias in the digitalized story makes the story more interactive and gives more impression to the audience.

Key words: content industry, digitalization, digitalize story, digital storytelling folklore, storytelling

Pendahuluan

Abad 21 dapat dikatakan sebagai abad digital. Hampir semua yang berada di sekitar manusia

adalah benda-benda digital. Semakin berkembangnya teknologi digital, teknologi internet juga

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 2: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

2    menyebabkan semakin bebas dan mudahnya akses untuk mencari informasi dan mendapatkan

akses data. Internet membuat penggunanya dengan bebas dapat saling bertukar informasi yang

berdampak pada kebebasan mengekspresikan pendapat dan pikiran mereka. Korea Selatan

diakui sebagai negara dengan teknologi digital dan teknologi internet yang sangat maju. Korea

Selatan adalah salah satu negara di dunia dengan perkembangan dan pertumbuhan jaringan

nirkabel internet, telpon genggam 3G, TV portabel digital, dan game online yang sangat maju.

Oleh karena itu, Korea Selatan mendapat julukan baru yaitu Digital Korea. Saat ini Korea

Selatan dapat dikatakan sebagai pemimpin teknologi digital dunia (Ahonen, 2007:4).

Titik awal dari berkembanganya teknologi digital dan internet Korea Selatan dimulai pada

tahun 2002 saat Korea Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia dan mengalami perkembangan

yang sangat signifikan sejak tahun 2007 (Choi, 2003). Hal tesebut dapat pula dikatakan sebagai

implikasi dari pembangunan dan pengembangan industri konten Korea atau yang lebih dikenal

di Korea dengan istilah konten budaya (MCST: 2014). MCST (Ministry of Culture, Sport and

Tourism) Korea mengklasifikasikan 12 kategori dalam industri konten yaitu, industri publikasi,

kartun, musik, game, film, animasi, penyiaran, karakter, pengetahuan dan informasi, konten

solusi, dan pertunjukan.

Semakin majunya teknologi digital dan internet di Korea Selatan dan perkembangan industri

konten, kaum sastrawan Korea Selatan terdorong untuk melakukan revolusi terhadap literatur

Korea, khususnya cerita rakyat, berupa digitalisasi. Digitalisasi cerita rakyat di Korea

menyebabkan cerita tidak lagi disampaikan hanya melalui bentuk teks melainkan telah

mengalami penambahan efek suara, gerak, dan penyederhanaan cerita yang kemudian

disampaikan dalam bentuk video digital berupa animasi, flash, dan sebagainya. Video ini

dipublikasikan dan dapat diakses secara bebas serta memungkinkan siapapun untuk melihat,

mengomentari, mengkritik, bahkan saling berinteraksi dengan sesama penonton secara bebas.

Salah satu cerita rakyat Korea yang mengalami digitalisasi adalah cerita Kongjwi dan Patjwi.

Kongjwi dan Patjwi juga dikenal sebagai Cinderella Korea karena memiliki persamaan cerita

dengan kisah Cinderella. Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi memiliki sejarah yang panjang dan

disampaikan melalui Storytelling. Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi pada mulanya merupakan

cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut (Oral Storytelling). Pada akhir masa kerajaan

Joseon, muncul cerita tertulis Kongjwi dan Patjwi dalam bentuk novel (한국학중앙연구원:

한국민족문화대백과, diakses 26 September 2013). Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi kemudian

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 3: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

3    berkembang menjadi bentuk video dan pada abad ke-21 ini berkembang lagi menjadi cerita

digital.

Manusia menyampaikan dan mengekspresikan perasaan dan pengalamannya melalui

Storytelling (Greene, 1996:1). Manusia bercerita untuk memberi arti pada hidup manusia. Cerita

mempunyai kekuatan imaginatif yang unik karena dapat meyakinkan dan memotivasi seseorang

(Mittlestadt, 2003:1). Selain itu Storytelling juga merupakan alat penghibur dan pembagi

informasi, tidak hanya bercerita mengenai dongeng, legenda, cerita rakyat, dan sebagainya.

Digital Storytelling adalah penyampaian cerita dengan menggabungkan unsur-unsur lisan,

tulisan, dan video. Digital Storytelling juga dikenal dengan istilah Multimedia Storytelling.

Keduanya merupakan bagian dari sastra elektronik yaitu karya sastra yang diproduksi,

dimodifikasi, dan dikemas menggunakan peralatan elektronik (Popper: 1993). Tinjauan Literatur

Inti dari Storytelling adalah kata yang muncul dari penggabungan story, tell dan -ing . Story

merupakan sebuah cerita yang disampaikan, plot merupakan alur waktu atau susunan peristiwa

dalam cerita, dan percakapan merupakan dialog yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam cerita

(Kim, 2008: 257-258). Storytelling dapat dikatakan sebagai kegiatan seorang pencerita

menceritakan cerita berbentuk narasi yang ceritanya memiliki alur waktu yang jelas. Saat

pencerita menceritakan sebuah cerita, ekspresi wajah, gestur tubuh, dan media yang digunakan

berpengaruh terhadap kegiatan penyampaian (tell) cerita. -Ing dalam Storytelling menunjukan

unsur kekinian yaitu penyampaian cerita yang disesuaikan dengan perkembangan jaman.

Bentuk terbaru dari cerita adalah cerita digital yang merupakan penggabungan bentuk lisan,

tulisan, dan video. Storytelling yang menggunakan berbagai media atau yang lebih dikenal

dengan istilah Multimedia Storytelling dapat membangun suasana cerita lebih menarik

dibandingkan dengan Storytelling yang hanya menggunakan satu media (Greene, 1996: 166)

Ada tiga unsur penting dalam Storytelling yaitu cerita, penyampaian cerita dan tempat cerita

(Kim, 2008: 266). Cerita dapat disampaikan menggunakan berbagai media seperti lisan, tulisan,

dan visualisasi. Dalam penyampaian suatu cerita terdapat dua pihak yang sangat berperan

penting. Pihak pertama adalah cerita dan orang-orang yang telibat langsung dalam penyampaian

suatu cerita. Pihak kedua adalah orang-orang yang mendengar cerita tersebut dan menceritakan

kembali apa yang didengarnya kepada orang lain, baik secara langsung atau secara tidak

langsung seperti menuliskan review, kritik, dan saran pada sebuah blog komunitas (Kim, 2008:

267). Tempat cerita adalah tempat atau lingkungan penyampaian cerita.

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 4: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

4    

Karakteristik dari Digital Storytelling memiliki keterkaitan antara cerita, media, dan

penonton (Miller, 2008). Center for Digital Storytelling mengidentifikasi tujuh elemen utama

Digital Storytelling (Lambert, 2007:9). Lambert (2007) menjadikan model Labov (Labov and

Waletsky, 1967) sebagai tiga elemen utama. Elemen pertama adalah sudut pandang yang

menjelaskan inti cerita dan perspektif penulis. Elemen kedua adalah pertanyaan dramatis yang

dapat menarik perhatian penonton dari awal cerita dan memberikan jawaban kepada penonton di

akhir cerita. Elemen ketiga adalah konten emosional yang membuat penonton memiliki

pandangan dan pemikiran yang sama serta merasakan hal yang sama dengan cerita. Elemen

keempat adalah narasi yang membuat penonton mengerti isi cerita dan menyentuh hati

penonton. Elemen kelima adalah Soundtrack yang mendukung jalannya cerita. Elemen keenam

adalah ekonomis. Cerita diilustrasikan secara efektif menggunakan gambar atau video yang

tidak terlalu panjang. Elemen ketujuh adalah kecepatan. Cerita disampaikan dengan ritme yang

stabil, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif,

yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif paparan suatu peristiwa dari hasil

pengumpulan data secara spesifik dan detail mengenai suatu situasi, ruang, atau hubungan

sosial. Penelitian deskriptif berfokus pada pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa” dalam

menjelaskan suatu peristiwa. Metode deskriptif akan menghasilkan laporan penelitian yang

berisi kutipan-kutipan data berupa kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka untuk member

gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong, 2004:10). Ruang lingkup dalam penelitian ini

adalah perubahan alur cerita dari cerita asli menjadi bentuk digital dalam cerita Kongjwi dan

Patjwi, serta unsur-unsur digital yang ada pada video cerita Kongjwi dan Patjwi.

Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data telaah pustaka, berupa

pengumpulan data dan informasi dari sumber tertulis yang memiliki hubungan dengan masalah

yang sedang diteliti berupa buku, skripsi, jurnal, majalah, koran, ensiklopedi, video, animasi

flash, dan sebagainya. Penelitian ini mempunyai satu sumber data yang menjadi subjek utama

dalam meneliti masalah, yaitu sumber data sekunder yaitu informasi-informasi dari media baik

cetak maupun elektronik seperti buku, skripsi, jurnal, majalah, koran, ensiklopedia yang sesuai

dengan penelitian ini.

Data-data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik analisis data secara

kualitatif, yaitu dengan menjelaskan data dari hasil penelitian dengan kata-kata tertulis. Penulis

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 5: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

5    mengolah sumber data sesuai dengan jenisnya untuk memperoleh inti dari tiap-tiap sumber.

Setelah itu penulis menghubungkan kesamaan data yang diperoleh dari tiap sumber untuk

membangun kerangka analisis dan kemudian digunakan sebagai acuan pembuatan kesimpulan. Analisis

Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi pertama kali disampaikan dalam bentuk cerita lisan (설화)

sehingga tidak diketahui siapa pengarang cerita dan sejak tahun berapa cerita ini diceritakan.

Pada masa periode akhir kerajaan Joseon, Choi Un Sik menulis Cerita Kongjwi dan Patjwi

menjadi sebuah novel pendek (단편소설) (한국학중앙연구원: 한국민족문화대백과 diakses pada

tanggal 26 September 2013) yang lebih dikenal dengan Legenda Kongjwi dan Patjwi

(콩쥐핕쥐전). Legenda Kongjwi dan Patjwi dimuat dalam Daechangsawonbon (대창사원본)

pada tahun 1919 dan Taehwaseogwanbon (태화서관본) pada tahun 1928 (국어국문학자료사전:

1988). Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi sangat terkenal baik di Korea maupun di luar Korea

karena kemiripannya dengan Cerita Cinderella. Meskipun demikian, unsur Korea dalam Cerita

Kongjwi dan Patjwi membuat cerita ini berbeda dengan Cerita Cinderella. Cerita ini

menceritakan kehidupan seorang gadis bernama Kongjwi yang kehilangan ibunya sejak dia

masih kecil. Kongjwi memiliki ibu dan saudara tiri yang terus memperlakukannya semena-

mena. Setelah dewasa Kongjwi menikah dengan Tuan Hakim. Namun, Patjwi dengan niat

kejinya merenggut kebahagian dan nyawa Kongjwi. Meskipun demikian, Patjwi dan ibunya

yang sangat jahat kepada Kongjwi harus menanggung semua perbuatannya. Kongjwi hidup

kembali setelah jasadnya ditemukan dan penyebab kematiannya terbongkar. Kongji pun dan

hidup bahagia dengan Tuan Hakim.

Dalam cerita asli Kongjwi dan Patjwi orang tua kongjwi digambarkan sebagai penganut

agama Buddha yang taat dan dengan sabar terus berdoa meminta keturunan serta berbuat baik

kepada sesama. Korea adalah negara tenpat berkembang pesatnya agama Buddha. Banyak kuil-

kuil dan peninggalan artefak Buddha yang terkenal di Korea. Tokoh utama pria dalam cerita

Kongjwi Patjwi bukan seorang pangeran melainkan seorang hakim. Pada masa kerajaan Joseon

peran hakim sangat penting untuk memecahkan persoalan yang ada khususnya memberikan

hukuman kepada pelaku kejahatan. Reinkarnasi juga menjadi salah satu unsur Korea dalan cerita

asli Kongjwi dan Patjwi. Konsep reinkarnasi merupakan konsep yang berasal dari agama

Buddha. Cerita asli Kongjwi dan Patjwi juga menampilkan hukuman mati Neungjicheocham

(능지처참) yaitu hukuman mati yang dijatuhkan kepada terpidana mati yang telah melakukan

perbuatan sangat jahat. Selain itu kegiatan sehari-hari, penampilan tokoh, suasana dan

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 6: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

6    lingkungan sekitar juga menggambarkan kondisi Korea pada masa kerajaan Joseon. Semakin

majunya teknologi munculah bentuk digital dari cerita Kongjwi dan Patjwi dalam bentuk Digital

Storytelling. Ada bentuk digital dari Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi yang mengikuti alur

cerita asli dan hanya melakukan sedikit perubahan. Bentuk digital ini termasuk kedalam

Computer Animation Storytelling. Ada pula bentuk Digital Storytelling for Blog yaitu cerita

digital yang dibuat sesuai dengan keinginan dan imajinasi pemilik blog.

Penulis memilih Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi sebagai cerita yang patut dikaji karena

cerita ini memenuhi tujuh karakteristik cerita yang baik untuk diceritakan (Greene, 1996:50).

Pertama, Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi memiliki tema utama yang jelas yaitu kebaikan dan

kejahatan. Kedua, plot dari Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi mudah dimengerti karena pada

bagian awal cerita tokoh dan latar belakang cerita digambarkan dengan jelas. Cerita ini memiliki

plot maju sehingga tidak membingungkan dan bagian akhir dari Cerita Rakyat Kongjwi dan

Patjwi menjadi jawaban dari semua konflik dalam cerita serta mengajarkan nilai moral. Ketiga,

Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi memiliki ritme cerita yang tidak terlalu cepat dan juga tidak

terlalu lambat. Keempat, karakter dalam cerita seolah-olah nyata serta merepresentasikan

kecantikan, keburukan, kebaikan dan kejahatan yang biasa muncul dalam cerita rakyat. Kelima,

kata-kata yang ada dalam cerita membangun cerita menjadi satu kesatuan utuh. Keenam, Cerita

Rakyat Kongjwi dan Patjwi memiliki unsur-unsur dramatik seperti rasa bahagia, sedih,

mencekam, dan sebagainya. Ketujuh, cerita memiliki berbagai versi yang sesuai dan dapat

disesuaikan dengan kategori umur tertentu.

A. Cerita Kongjwi dan Patjwi Dalam Bentuk Novel Pendek

Cerita Kongjwi dan Patjwi dalam bentuk novel pendek dapat dibagi menjadi beberapa bagian

cerita yaitu kehidupan Kongjwi saat ibu tiri masuk ke dalam keluarga dan penderitaan Kongjwi

serta tokoh magis yang membantu Kongjwi, kehidupan Kongjwi saat bertemu Tuan Hakim,

kehidupan Kongjwi setelah menikah dengan Tuan Hakim dan kematian Kongjwi dan hidup

kembalinya Kongjwi serta hukuman mati Patjwi. Bagian menarik dari cerita Kongjwi dan Patjwi

dalam bentuk novel pendek yang pertama adalah penggambaran ibu tiri. Karakter ibu tiri yang

ada dalam Cerita Kongjwi dan Patjwi sama seperti karakter ibu tiri yang sering dijumpai di

dalam cerita rakyat atau legenda lainnya. Ibu Tiri dalam cerita rakyat Korea seperti

Janghwageungryeonjeon (장화흥련전) dan Kiminhyangjeon (김인향전) pasti selalu berselisih

dan tidak suka dengan anak tirinya (Kim, 2006). Ibu tiri selalu digambarkan dengan sosok

munafik yang hanya menyukai suaminya dan tidak menyukai anak dari suaminya, hanya sayang

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 7: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

7    kepada anak kandung atau keluarganya, selalu berusaha untuk membuat anak tirinya menderita

dan selalu berprasangka buruk kepada anak tirinya.

Bagian menarik kedua adalah tokoh-tokoh magis yang selalu membantu Kongjwi saat

mengalami kesulitan. Tokoh magis yang membantu Kongjwi adalah sapi hitam, katak besar, ibu

peri dan burung pipit. Bagian menarik ketiga adalah rasa iri Patjwi, adik tiri Kongjwi, yang tidak

senang melihat kakaknya menikah dan hidup bahagia mendorong Patjwi membunuh kakak

tirinya dan berpura-pura menjadi istri Tuan Hakim. Tuan Hakim dengan mudahnya tertipu oleh

Patjwi namun segera menyadari semuanya setelah arwah Kongjwi muncul dan membongkar

semua rahasia Patjwi. Bagian menarik keempat adalah saat jenazah Kongjwi ditemukan dan

Kongjwi pun hidup kembali. Kematian dan reinkarnasi atau hidup kembalinya orang yang telah

meninggal seperti yang dialami oleh Kongjwi adalah cerita yang dapat ditemukan dibeberapa

cerita rakyat Korea lainnya. Lim (1997) menjelaskan bahwa dalam novel atau cerita kuno Korea

terdapat beberapa jenis kematian dan reinkarnasi. Salah satu dari tipe kematian seperti yang

dialami oleh Kongjwi adalah kematian yang disebabkan oleh adanya konspirasi dari ibu atau

saudara tiri. Reinkarnasi yang dialami Kongjwi adalah bentuk reinkarnasi yang muncul karena

jiwa dari orang yang meninggal memiliki dendam atau urusan yang belum selesai. Reinkarnasi

ini biasanya berakhir dengan bahagia.

Bagian menarik kelima terdapat pada akhir cerita yaitu saat Patjwi dijatuhi hukuman mati.

Hukuman yang harus diterima Patjwi adalah hukuman mati yang sangat berat dan hanya

dijatuhkan kepada orang yang mengancam kepemerintahan Raja atau orang yang membunuh

pasangan orang lain lalu menikah dengannya. Hukuman ini disebut Neungjicheocham

(능지처참). Hukuman mati Neungjicheocham diberlakukan pada masa Kerajaan Joseon sampai

tahun 1900 dan merupakan hukuman mati yang masuk dari Cina (한국학중앙연구원:

한국민족문화대백과). Ada beberapa jenis dari hukuman mati ini. Jenis Neungjicheocham yang

paling umum adalah terpidana mati diikat badannya ke empat atau lima penjuru dan ditarik

sampai badannya terputus.

B. Cerita Kongjwi dan Patjwi Dalam Bentuk Cerita Digital

Cerita digital Kongjwi dan Patjwi termasuk ke dalam kategori OSMU (One Source Multi

Use) yang telah banyak diterapkan di dalam film fantasi, film animasi, game dan industri

karakter. Cerita digital terbagi lagi ke dalam kategori cerita digital berteknologi tinggi dan cerita

digital sederhana. pembuat cerita digital Kongjwi dan Patjwi yang ingin mempertahankan

keaslian cerita, melakukan perubahan untuk mengganti bagian tersebut namun tidak

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 8: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

8    memberikan pengaruh besar terhadap keaslian cerita. Selain itu, di era digital ini banyak

individu atau organisasi yang menjadikan cerita rakyat sebagai media untuk mengekspresikan

diri, memberikan informasi, dan sarana sosialisasi.

• Cerita Digital Kongjwi dan Patjwi (콩쥐팥쥐)

Pembuat cerita tidak banyak melakukan perubahan pada alur cerita. Pembuat cerita

melakukan perubahan pada aspek durasi cerita, penambahan detail gambar untuk mendukung

visualisasi cerita dan penambahan audio untuk memperkuat nuansa cerita. Narator dalam cerita

digital berperan penting menggantikan deskriptif tertulis yang ada pada cerita asli. Berbeda

dengan cerita asli Kongjwi dan Patjwi yang banyak menggunakan kata dan frase yang

digunakan pada masa kerajaan Joseon, cerita digital ini disampaikan menggunakan bahasa

Korea sehari-hari sehingga mudah dipahami oleh anak-anak dan juga orang asing yang

mepelajari bahasa Korea. Narator juga menyampaikan cerita dengan tempo sedang dengan

intonasi yang membuat penonton fokus dan terbawa dalam suasana cerita. Tidak hanya itu,

visualisasi yang diciptakan oleh pembuat cerita dibuat sedemikian rupa agak dapat

merefleksikan kehidupan pada jaman dahulu baik dari segi penggambaran karakter, pakaian,

latar belakang gambar dan juga musik.

Sama seperti cerita Kongjwi dan Patjwi dalam bentuk novel pendek, cerita digital Kongjwi

dan Patjwi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu kehidupan Kongjwi saat ibu tiri masuk ke

dalam keluarga dan penderitaan Kongjwi serta tokoh magis yang membantu Kongjwi,

kehidupan Kongjwi saat bertemu Tuan Hakim, kehidupan Kongjwi setelah menikah dengan

Tuan Hakim dan kematian Kongjwi dan hidup kembalinya Kongjwi serta hukuman Patjwi.

Perubahan yang ada dalam bentuk cerita digital ini tidak merubah alur cerita. meskipun

demikian, terdapat beberapa perubahan yang membedakan cerita ini berbeda dengan cerita asli

Kongjwi dan Patjwi dalam bentuk novel pendek dan cerita digital Kongjwi dan Patjwi lainnya.

Perubahan tersebut yang pertama adalah ibu tiri menyuruh Patjwi untuk menghampiri sapi yang

membantu Kongjwi. Patjwi bukannya mendapat bantuan dari sapi tersebut melainkan

mendapatkan luka di seluruh tubuhnya akibat memegang ekor sapi yang kemudian berlari

kesana-kemari sambil menghantamkan badan Patjwi ke tanah. Kedua adalah hukuman yang

diberikan kepada Patjwi. Hukuman Patjwi yang merupakan bagian akhir dari cerita digital ini

sangat berbeda dengan cerita asli Kongjwi dan Patjwi. Patjwi dan ibunya diusir dari bukan

dihukuman mati. Sementara di dalam cerita asli Kongjwi dan Patjwi, hukuman yang diterima

Patjwi adalah hukuman mati Neungjicheocham (능지처참) yang sangat berat dan hanya

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 9: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

9    dijatuhkan kepada orang yang mengancam kepemerintahan Raja atau orang yang membunuh

pasangan orang lain lalu menikah dengannya. Cerita Digital Kongjwi dan Patjwi yang sangat

mirip dengan aslinya dapat diakses dengan gratis dan bebas pada situs

http://blog.naver.com/eunsuel0722/90170023151.

• Cerita Digital Kongjwi dan Patjwi Versi Hongskuracbu (홍스구락부)

Hongskuracbu adalah website cerita flash dan animasi yang dibuat oleh Jo Mun Hong pada

tahun 1999. Jo Mun Hong adalah pencipta cerita flash dan animasi di Korea yang masih aktif

sampai sekarang. Cerita Kongjwi dan Patjwi Hongskuracbu menampilkan balon-balon dialog

yang menampilkan percakapan antar tokoh. Karakter dari setiap tokoh juga terlihat jelas dari

gambar yang merepresentasikan diri setiap tokoh, suara, kostum, serta cara dan intonasi bicara.

Cerita ini juga lebih banyak menggunakan dialog antar tokoh dari pada narasi dan juga

menggabungkan Bahasa Korea kuno dengan bahasa gaul. Hal menarik dalam cerita digital

Kongjwi dan Patjwi versi Hongskuracbu adalah munculnya MC yang berperan sebagai narator

cerita. MC bernama Subak memakai Hanbok namun mengenakan skarf di kepalanya sambil

mengetes mic lalu membuka cerita. MC memperkenalkan dirinya kemudian membawa pemirsa

ke dalam cerita komikal Kongjwi dan Patjwi.

Visualisasi karakter membuat penonton semakin kesal dengan tokoh ibu tiri dan Patjwi. Ibu

tiri yang marah digambarkan dengan kepala membesar dan muka merah padam sementara

Patjwi digambarkan selalu bersembunyi di balik ibunya sambil terus mengejek Kongjwi. Bagian

menarik lainnya dari cerita Komikal ini adalah tokoh magis yang selalu membantu Kongjwi

dalam cerita digital versi Hongskuracbu justru semakin memperburuk kondisi dan membuat

Kongjwi kesal juga takut akan semakin dimarahi ibu tiri.

Cerita komikal Kongjwi dan Patjwi karya Hongskuracbu seperti dibuat untuk mengajarkan

penonton agar tidak percaya terhadap hal-hal mistis, gaib atau ajaib. Penonton juga diajarkan

bahwa untuk menyelesaikan masalah yang dialami hal penting dan dibutuhkan adalah kerja

keras serta usaha dari diri sendiri. Cerita komikal ini juga mengajarkan penonton untuk lebih

rasional dan menggambarkan nilai modern serta nilai kekinian yang tidak mempercayai hal-hal

gaib. Cerita komikal ini dapat diakses dengan bebas pada situs resmi Hongskuracbu

(http://www.hongskuracbu.com). Cerita komikal ini juga di publikasi ulang di sebuah blog

pribadi beralamat http://kmc87.blog.me/193840692.

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 10: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

10    • Cerita Digital Kongjwi dan Patjwi KOSHA

Cerita Kongjwi dan Patjwi juga diadaptasi menjadi menjadi sebuah animasi webtoon (Kartun

Animasi Website) yang bertujuan untuk mensosialisasikan keselamatan dalam bekerja. Animasi

webtoon ini dibuat dan dipublikasikan oleh KOSHA (Korean Occupational and Health

Agency). KOSHA didirikan dengan tujuan untuk membangun lingkungan kerja yang aman dan

sehat untuk semua serta mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja, mempromosikan

kesehatan dan keselamatan dalam bekerja, dan mendorong perusahaan-perusahaan untuk

meningkatkan mutu keselamatan dalam bekerja. Diangkatnya Cerita Kongjwi dan Patjwi

menjadi animasi webtoon kampanye keselamatan bekerja selain meningkatkan daya tarik, anak-

anak yang juga menonton animasi webtoon ini secara tidak langsung dapat menjadi mediator

yang menyampaikan pentingnya keselamatan dalam bekerja kepada orang tua mereka. Cerita

Kongjwi dan Patjwi versi keselamatan kerja sangat berbeda dengan cerita aslinya.

Sesuai dengan tema cerita, keluarga Kongjwi digambarkan sebagai keluarga yang

menjalankan pabrik pembuatan Kimchi. Tokoh-tokoh magis yang muncul dalam cerita digital

versi KOSHA tidak hanya membantu Kongjwi agar dapat pergi ke pesta dan bertemu dengan

Tuan Muda dari keluarga bangsawan melainkan juga membantu Kongjwi menyelesaikan

pekerjaannya dengan memenuhi aturan keselamatan kerja. Cerita webtoon animasi Kongjwi dan

Patjwi buatan KOSHA memiliki tidak menonjolkan karakter ibu dan saudara tiri Kongjwi yang

kejam melainkan menunjukan unsur-unsur yang berkaitan dengan industri dan keselamatan kerja

seperti sawi putih, lobak, dan cabai sebagai bahan utama industri kimchi beserta mesin-mesin

yang digunakan.

Webtoon animasi ini juga dengan singkat menjelaskan aturan keselamatan kerja beserta

pentingnya menaati aturan keselamatan kerja untuk menghindari kecelakaan saat bekerja.

Webtoon animasi ini dapat diakses langsung pada situs resmi KOSHA (http://www.kosha.or.kr)

serta dapat pula diakses di situs Youtube (http://www.youtube.com/watch?v=W8WIO_HobxU).

Kesimpulan

Perkembangan teknologi digital dan internet Korea Selatan pasca Piala Dunia 2002

melahirkan kelompok masyarakat yang cenderung tergantung kepada internet dan teknologi

digital lainnya. Hal ini mendorong kaum sastrawan melakukan modifikasi kepada karya-karya

literatur khususnya cerita rakyat untuk mengikuti trend kekinian sehingga lebih mudah untuk

dijangkau oleh masyarakat luas dan selaras dengan perkembangan industri konten. Salah

satunya adalah Digital Storytelling. Digital Storytelling merupakan perkembangan terbaru dari

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 11: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

11    Storytelling. Storytelling merupakan sebuah inti yang dapat diterapkan diberbagai bidang

khususnya yang ada di dalam industri konten karena story adalah memiliki sifat tidak abadi

(Lee, 2011). Story tidak dapat berdiri sendiri melainkan cenderung berbaur menjadi kesatuan

dengan bidang lain. Pembauran atau perubahan serta perkembangan bentuk Story di dalam

Storytelling disebabkan adanya perubahan budaya, teknologi, media, dan periode. Storytelling

merupakan penyampaian cerita yang telah menggabungkan berbagai unsur diluar cerita seperti

intonasi pencerita, mimik wajah dan gestur pencerita, kostum dan properti yang digunakan.

Sehingga Storytelling merubah cerita dari bentuk analog menjadi interaktif namun terbatas

karena keterlibatan pendengar cerita dalam Storytelling biasa tidak terlalu besar khususnya di era

modern yang mayoritas masyarakatnya memiliki budaya internet yang tinggi.

Digital Storytelling menggabungkan semua unsur yang telah digunakan dalam storytelling

dengan unsur-unsur digital sehingga membuat Digital Storytelling lebih interaktif dan

menyenangkan. Digital Storytelling dapat diterapkan diberbagai aspek sehingga Digital

Storytelling dapat dengan mudah dijumpai di dalam kehidupan manusia sehingga Digital

Storytelling dari bentuk yang paling sederhana seperti photostory, flash, animasi dan lain

sebagainya sampai bentuk kompleks seperti game interaktif, Hi-sci movie merupakan bentuk

penjelmaan dari Storytelling di abad ke-21.

Persamaan mendasar antara Storytelling dengan Digital Storytelling adalah penyampaian

cerita dapat diubah apabila ada bagian yang tidak sesuai dengan budaya pendengar atau rentang

usia tertentu yang menjadi target pendengar. Salah satu cerita rakyat Korea yang banyak

diceritakan melalui Storytelling dan kini mulai banyak dijadikan sumber cerita digital dalam

Digital Storytelling adalah Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi. Cerita asli dari Cerita Rakyat

Kongjwi dan Patjwi sangat menarik untuk dibandingkan dengan bentuk digitalnya.

Cerita Kongjwi dan Patjwi adalah salah satu contoh cerita yang baik karena memenuhi tujuh

unsur utama yaitu tema, plot, ritme yang tidak cepat, karakter tokoh yang kuat, narasi

pembangun cerita yang kuat, unsur dramatis, dan fleksibel. Meskipun Cerita Kongjwi dan Patjwi

menceritakan tentang kejahatan, penderitaan, dan kematian, pengemasan cerita yang baik dapat

mengubah cerita tersebut menjadi cerita yang baik karena mengajarkan tentang nilai-nilai hidup

yang penting dan dapat dijadikan pembelajaran.

Terdapat perbedaan penyampaian cerita yang menarik antara cerita asli Kongjwi dan Patjwi

dalam bentuk novel pendek yang dipublikasikan tahun 1928 dengan cerita digital Kongjwi dan

Patjwi. Dalam Cerita Kongjwi dan Patjwi berbentuk novel pendek, cerita dan narasi menjadi

kekuatan utama yang membangun jalannya cerita. Narasi- narasi membangun plot yang

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 12: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

12    mengatur jalannya cerita secara utuh. Situasi, latar, penggambaran karakter tokoh, perasaan

tokoh, dan lain sebagainya disampaikan secara deskriptif dan rinci melalui pejelasan langsung.

Sementara dalam ceria digital, unsur-unsur digital sangat berperan penting. Unsur-unsur digital

dari tiga jenis cerita digital yang dibahas dalam skripsi ini berbeda-beda. Sudut pandang dalam

cerita digital satu mengikuti cerita aslinya sementara dalam cerita digital dan kedua dan ketiga

sudut pandang sangat berbeda karena tujuan dibuatnya cerita digital tersebut adalah untuk

hiburan dalam bentuk parodi animasi dan sosialisasi keamanan dalam bekerja. Pertanyaan

dramatis dan konten emosional yang ada di dalam ketiga cerita digital mampu membawa

penonton larut ke dalam cerita. Narasi yang ada dalam ketiga cerita digital, lengkap dengan

visualisasi berupa penggambaran karakter tokoh (pakaian, gestur, raut wajah, dan sebagainya),

penggambaran latar belakang tempat dan suasana, suara karakter, musik, efek computer graphis,

dialog antar tokoh menjadi faktor penting yang membangun jalan dan keutuhan cerita.

Penggunaan bahasa sehari-hari, pengilustrasian yang efektif dan ritme cerita yang stabil menjadi

nilai tambah karena cerita dengan mudah dapat dipahami oleh penonton. Penambahan

soundtrack seperti orchestra, musik tradisional dan irama lagu mendukung jalannya cerita

karena memberikan kesan dan membangun suasana di setiap bagian cerita. Dalam cerita digital,

pengubahan, seperti penghapusan hukuman mati bagi Patjwi yang ada dalam cerita asli dan

pemangkasan cerita diperbolehkan karena hal ini selaras dengan ciri cerita digital yang dapat

disesuaikan dengan tujuan dan target cerita. Selain itu perspektif dan tujuan penulis seperti

hiburan, pengajaran, sosialisasi, dan sebagainya juga berpengaruh terhadap unsur digital dalam

cerita digital.

Digital Storytelling yang memadukan berbagai media digital dengan baik dapat membuat

cerita tersampaikan dengan lebih baik dan memberikan kesan lebih kepada penonton melalui

indera penglihatan dan pendengaran penonton. Tidak hanya itu cerita digital yang menjadi

representasi dari Digital Storytelling dapat dengan mudah diakses di situs populer seperti

Youtube atau situs pencarian seperti Google, Yahoo dan Naver. Penonton dapat saling

berinterkasi, memberikan saran dan kritik terhadap cerita digital pada kolom komentar yang

disediakan. Secara tidak langsung Digital Storytelling dengan unsur-unsur digitalnya dapat

memicu rasa penasaran terhadap karya sastra dan juga dapat menumbuhkan kembali minat

terhadap Storytelling serta pemanfaatan keduanya diberbagai aspek. Digital Storytelling

melengkapi kekurangan Storytelling dan Storytelling menjadi dasar dari terciptanya Digital

Storytelling yang baik. Oleh karena itu, di dalam dunia digital yang serba internet dan

berteknologi tinggi, digitalisasi karya-karya sastra seperti Cerita Rakyat Kongjwi dan Patjwi

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 13: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

13    dengan berbagai cara menarik dan unik dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan ketertarikan

dan rasa cinta terhadap karya-karya sastra dalam negeri dan juga menjadi sarana untuk

mengenalkan serta mempromosikan karya sastra dalam negeri ke dunia internasional. Tidak

hanya itu, digitalisasi karya sastra dapat dijadikan media untuk melakukan sosialisasi kepada

publik dengan cara yang menarik. Meskipun demikian, digitalisasi karya sastra tidak membuat

karya sastra yang di publikasikan dalam bentuk tulis menghilang. Hal ini disebabkan karya

sastra dalam bentuk digital dan karya sastra dalam bentuk tulis memiliki daya tarik dan

penggemarnya masing-masing.

Daftar Rujukan

국어국문학자료사전. 1988. 용인: 한국사전연구사 (Gugeogukmunhakjaryosajeon. 1998.

Yongin: Hanguksajeonyeongusa)

김광옥. 2008. 스토리 텔링의 개념. 계레어문학   제 41 집 (Kim Gwang Ok. 2008. Setori

Tellingeui Gaenyeom. Gyereeomunhak Vol. 41)

김혜미. 2006. 석사논문. 계모형 소설에 등장하는 원귀 연구. 국민대학교 교육대학원 (Kim Hye

Mi. 2006. Seoksanonmun. Gyemohyeong Soseole Deungjanghaneun Wongwi Yeongu.

Faculty of Education Kookmin University)

이미라. 2011. 석사논문.민담 스토리텔링: 그림 민담의 변형.생성 연구. 원광대학교 교육대학원.

(Lee Mi Ra. 2011. Seoksanonmun. Mindam Setoriteling: Gerim Mindameui Byeonhyeong.

Saengseong Yeongu. Faculty of Education Wongwang University)

임원균. 1997. 석사논문. 고소설에 나타난 죽음과 재생 연구. 전북대학교 교육대학원 (Lim Won

Gyun. 1997. Seoksanonmun. Gososeole Natanan Jugeumgwa Jaesaeng Yeongu. Faculty of

Education Jeonbuk University)

조은하. 2008. 디지털 스토리텔링. 서울: 북스힐 (Jo Eun Ha. 2008. Dijiteol Setoriteling. Seoul:

Bukseuhil)

최혜실. 2003. 디지털 스토리텔링. 정보과학화지 제 21 권 제 2 호 (Choi Hye Sil. 2003. Dijiteol

Setoriteling. Jeongbogwahakhwaji Vol. 21 No.2)

---------. 2003.  디지털 시대의 영상문화. 서울: 소명출판 (Choi Hye Sil. 2003. Dijiteol Sidaeeui

Yeongsangmunhwa. Seoul: Somyeongchulpan)  

Ahonen, Tommy dan Jim O’Reilly. 2007. Digital Korea : Convergence of Broadband Internet,

3G Cell Phones, Multiplayer Gaming, Digital TV, Virtual Reality, Electronic Cash,

Telematics, Robotics, E-Government and the Intelligent Home. London : Futuretext

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 14: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

14    Bauman, Richard. 1986. Story, Performance and Event: Contextual Studies of Oral Narrative.

United States of America: Cambridge University Press

Basso, Keith H. 1984. Stalking With Stories: Names, Places, and Moral Moral Narratives

among the Western Apache. Dalam Text, Play, and Story. Edward M. Bruner, ed. Washington:

American Ethnological Society

Benjamin, Walter. 1988. The Author as Producer. K.M Newton ed. Twentieth-Century Literary

Theory: A Reader. London: Macmillan Education, Ltd

Greene, E. 1996. Storytelling Art & Technique. Westport: Greenwood

Herzfeld, Michael. 1985. The Poetics of Manhood: Contest and Identity in a Cretan Mountain

Village. New Jersey: Princeton University Press

Ministry of Culture, Sport and Tourism. 2014. Content Industry: Policy of Korea

Mittlestadt, J. 2003. Why I Have Spent My Time in Such Ways: The Ways of the Storyteller. The

Reading Teacher Vol. 56

Moleong, L. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya

Popper, Frank. 1993. Art of the Electronic Age. New York: Thames and Hudson Ltd.

Robin, Bernard R. 2008. Digital Storytelling : A Powerful Technology Tool for The 21st Century

Classroom. Theory Into Practice. No.41

Schwartzman, Helen. 1984. Stories at Work: Play in an Organizational Context. Dalam Text,

Play, and Story: The Construction and Reconstruction of Self and Society. Edward M.

Bruner, ed. Washington: American Ethnological Society

Tucker, G. 2006. First Person Singular: The Power of Digital Srorytelling. Screen Education

Vol. 42

Xu,Y., Park, H.,& Baek, Y. 2011. A New Approach Toward Digital Storytelling: An Activity

Focused on Writeing Self-efficacy in a Virtuasl Learning Environment. Educational

Technology & Society. Vol 14

Sumber Internet:

한국학중앙연구원. 한국구비문학대계 (Hangukhakjungangyeonguwon.

Hangukgubimunhakdaegye) <http://www.yoksa.aks.ac.kr/jsp/ur/Directory.jsp:?gb=1 >

(diakses pada tanggal 16 Maret 2014 pukul 23.18 WIB)

--------. 한국민족문화대백과 ((Hangukhakjungangyeonguwon.

Hangukminjokmunhwadaebaekgwa)

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014

Page 15: DIGITALISASI CERITA RAKYAT KOREA KONGJWI DAN PATJWI ...

15    

<http://www.encykorea.aks.ac.kr/Contents/Index> (diakses pada tanggal 26 September 2013

pukul 11.47 WIB)

---------. 최운식. 1928. 콩쥐팥쥐전. (Hangukhakjungangyeonguwon. Choi Un Shik. 1928.

Kongjwipatjwijeon. <http://www.encykorea.aks.ac.kr/Contents/Index.> (diunduh pada

tanggal 26 September 2013 pukul 11.55 WIB)

Center for Digital Storytelling. 2005. Center for Digital Storytelling Web Site.

<http://www.storycenter.org/history.html> (diakses pada tanggal 5 Maret 2014 pukul 20.15

WIB)

Handler Miller, C. 2008. Tales From Digital Frontier: Breakthrough in Storytelling. Writers

Store. <http://www.writersstore.com/article.php?articles_id=505> (diakses pada tanggal 6

Maret 2014 pukul 17.55 WIB)

Hongskuracbu. “콩쥐팥쥐”. <http://www.hongskuracbu.com  >  (diakses pada tanggal 13

Desember 2013 pukul 18.00 WIB

Korean Occupational and Health Agency. “콩쥐팥쥐”.

<http://www.youtube.com/watch?v=W8WIO_HobxU>  (diakses pada tanggal 3 April 2014

pukul 20.50 WIB)

Lambert, Joe. 2007. Digital Storytelling Cookbook <http://www.storycenter.org/cookbook.pdf>

(diunduh pada tanggal 5 Maret 2014 pukul 21.15 WIB)

Digitalisasi cerita …, Ade Triana Lolitasari, FIB UI, 2014