Digital_136360 T 28160 Representasi Perempuan Analisis

27
Universitas Indonesia 28 BAB III ANALISA Berikut ini merupakan ringkasan analisis atas perbedaan male gaze ditinjau dari teknik kamera dan mise-en scene dalam film Ringu dan The Ring. Analisis yang lebih lengkap dipaparkan dalam keterangan yang terdapat di bawah table 1 dan 2. Tabel 1: Analisis atas perbedaan dalam film Ringu dan The Ring. ASPEK RINGU THE RING Sifat tokoh utama Reiko: selalu bergantung pada tokoh laki-laki di sekitarnya. Selalu didominasi oleh mantan suaminya. Rachel: independen dan berbagi tugas dengan tokoh laki-laki di sekitarnya. Selalu percaya diri dengan kemampuannya. Menolak dominasi mantan suaminya. Penampilan tokoh utama Reiko selalu tampil sederhana Rachel tampil modis dan menarik. Representasi male-gaze Penonton lebih sering dikondisikan untuk melakukan narcisstic identification terhadap tokoh laki-laki dalam film yang mendominasi tokoh perempuan. Penonton lebih sering memuaskan hasratnya dengan scopophilia, dimana penontonlah yang menikmati tokoh perempuan sebagai objek dan melakukan dominasi secara langsung terhadap tokoh Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

Transcript of Digital_136360 T 28160 Representasi Perempuan Analisis

  • Universitas Indonesia

    28

    BAB III

    ANALISA

    Berikut ini merupakan ringkasan analisis atas perbedaan male gaze

    ditinjau dari teknik kamera dan mise-en scene dalam film Ringu dan The Ring.

    Analisis yang lebih lengkap dipaparkan dalam keterangan yang terdapat di bawah

    table 1 dan 2.

    Tabel 1: Analisis atas perbedaan dalam film Ringu dan The Ring.

    ASPEK RINGU THE RING

    Sifat tokoh

    utama

    Reiko: selalu bergantung

    pada tokoh laki-laki di

    sekitarnya. Selalu didominasi

    oleh mantan suaminya.

    Rachel: independen dan berbagi

    tugas dengan tokoh laki-laki di

    sekitarnya. Selalu percaya diri

    dengan kemampuannya.

    Menolak dominasi mantan

    suaminya.

    Penampilan

    tokoh utama

    Reiko selalu tampil

    sederhana

    Rachel tampil modis dan

    menarik.

    Representasi

    male-gaze

    Penonton lebih sering

    dikondisikan untuk

    melakukan narcisstic

    identification terhadap tokoh

    laki-laki dalam film yang

    mendominasi tokoh

    perempuan.

    Penonton lebih sering

    memuaskan hasratnya dengan

    scopophilia, dimana

    penontonlah yang menikmati

    tokoh perempuan sebagai objek

    dan melakukan dominasi secara

    langsung terhadap tokoh

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    29

    perempuan.

    Tokoh hantu Sadako digambarkan sebagai

    sosok yang tidak normal

    sejak dia masih hidup.

    Bahkan setelah dia

    meninggal, dia tetap

    memiliki sisi manusianya

    tersebut.

    Samara muncul dengan wujud

    yang lebih normal daripada

    Sadako. Akan tetapi, Samara

    berubah menjadi monster

    setelah dia meninggal.

    Tokoh utama

    pada akhir

    cerita

    Reiko mengetahui dari

    petunjuk yang diberikan oleh

    hantu Ryuji bahwa men-copy

    video tape Sadako dan

    memperlihatkan pada orang

    lain akan dapat

    menyelamatkan hidup

    anaknya.

    Rachel menyimpulkan dari

    tragedi yang menimpa mantan

    suaminya, Noah, bahwa men-

    copy video tape Samara dan

    memperlihatkan pada orang lain

    akan dapat menyelamatkan

    hidup anaknya.

    Dominasi laki-

    laki

    Dilakukan oleh male-gaze

    tokoh laki-laki dalam cerita,

    contohnya seperti pada

    gambar 2,3, dan 6.

    Dilakukan oleh male-gaze

    penonton laki-laki, contohnya

    seperti pada gambar 11, 13, 14,

    15, dan 16.

    Penggambaran

    dominasi laki-

    laki

    Melalui posisi tokoh-tokoh

    dalam scene dan melalui

    ekspresi tokoh perempuan,

    dimana tokoh perempuan

    menunjukkan ketidak

    berdayaannya pada tokoh

    laki-laki.

    Melalui ekspresi tokoh

    perempuan dan melalui teknik

    pencahayaan, dimana tokoh

    perempuan menunjukkan

    ketidak berdayaannya langsung

    pada kamera dan tersembunyi

    dari tokoh laki-laki.

    Berikut ini merupakan ringkasan analisis atas perbedaan male gaze

    ditinjau dari teknik kamera dan mise-en scene dalam film Ringu 2 dan The Ring 2.

    Analisis yang lebih lengkap dipaparkan dalam keterangan yang terdapat di bawah

    table 1 dan 2.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    30

    Tabel 2: Analisis atas perbedaan dalam film Ringu 2 dan The Ring 2.

    ASPEK RINGU 2 THE RING 2

    Sifat tokoh

    utama

    Takano Mai: selalu bergantung

    pada tokoh laki-laki di

    sekitarnya. Tidak menolak

    dominasi dari tokoh laki-laki.

    Rachel: independen dan selalu

    percaya diri dengan

    kemampuannya. Menolak

    dominasi laki-laki dan berani

    bertindak sendiri.

    Penampilan

    tokoh utama

    Mai: merupakan gadis yang

    tertutup dan tidak menarik.

    Rachel tampil modis dan

    menarik.

    Representasi

    male-gaze

    Penonton lebih sering

    dikondisikan untuk melakukan

    narcisstic identification

    terhadap tokoh laki-laki dalam

    film yang mendominasi tokoh

    perempuan.

    Penonton lebih sering

    memuaskan hasratnya dengan

    scopophilia, dimana

    penontonlah yang menikmati

    tokoh perempuan sebagai objek

    dan melakukan dominasi secara

    langsung terhadap tokoh

    perempuan.

    Peran tokoh

    utama

    Mai: tidak muncul sebagai

    tokoh yang mengalahkan

    Sadako. Bahkan Mai

    membutuhkan pertolongan

    hantu Ryuji untuk lolos dari

    sumur Sadako.

    Rachel: memiliki fungsi sebagai

    final girl. Dia yang pada

    awalnya takut oleh terror

    Samara, berbalik melawan dan

    menang.

    Dominasi

    laki-laki

    Dilakukan oleh male-gaze

    tokoh laki-laki dalam cerita.

    Contohnya seperti pada

    gambar 19, 20, 21, dan 22.

    Dilakukan oleh male-gaze

    penonton laki-laki. Contohnya

    seperti pada gambar 31, 32, dan

    33.

    Penggambara

    n dominasi

    laki-laki

    Melalui posisi tokoh-tokoh

    dalam scene dan melalui

    ekspresi tokoh perempuan,

    Melalui ekspresi tokoh

    perempuan dan melalui teknik

    pencahayaan, dimana tokoh

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    31

    dimana tokoh perempuan

    menunjukkan ketidak

    berdayaannya pada tokoh laki-

    laki.

    perempuan menunjukkan

    ketidak berdayaannya langsung

    pada kamera (male-gaze

    penonton) dan tersembunyi dari

    tokoh laki-laki.

    3.1. Mise En Scene, Teknik Kamera, dan Male-Gaze dalam Ringu dan The

    Ring

    Ringu dan The Ring menceritakan tentang seorang wartawati yang

    berusaha mengungkapkan beberapa kematian yang terkait dengan sebuah video

    tape misterius. Penggambaran tokoh utama dalam kedua film tersebut berbeda

    walaupun The Ring merupakan hasil adaptasi dari Ringu. Reiko, tokoh utama

    dalam film Ringu, digambarkan sebagai perempuan yang biasa menggantungkan

    diri pada bantuan laki-laki. Tidak jarang Reiko menjadi panik dan tidak berdaya

    ketika menghadapi masalah yang sulit. Pada saat itulah, Reiko membutuhkan

    hadirnya tokoh laki-laki untuk menyelesaikan masalahnya. Sebagai salah satu

    contoh, Reiko tidak akan bisa menyelesaikan sebagian pekerjaannya tanpa

    bantuan rekan laki-lakinya di kantor berita. Reiko juga selalu membutuhkan

    kehadiran Takayama Ryuji mantan suaminya baik saat dia menyelidiki tentang

    masa lalu Sadako di pulau Izu Oshima maupun pada beberapa peristiwa yang lain.

    Di lain pihak, Rachel --tokoh utama dalam film The Ring tampil

    sebagai perempuan yang independen. Rachel bekerja sama dengan tokoh laki-laki,

    bukan menggantungkan diri pada mereka. Rachel berbagi tugas dengan mantan

    suaminya untuk menyelidiki tentang masa lalu Sadako. Rachel juga lebih sering

    menuntaskan pekerjaannya secara individu dari pada meminta bantuan pada tokoh

    lain.

    Sadako dan Samara hantu dalam Ringu dan The Ring juga muncul

    dalam wujud yang berbeda. Sadako meninggal dalam usia remajanya, akan tetapi

    dia sering menampakkan diri dalam ilusi Reiko dengan wujud anak-anak. Di lain

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    32

    pihak, Samara meninggal saat dia masih anak-anak. Walaupun demikian, hantu

    Samara muncul dalam usia remaja.

    Teknik kamera dalam film horor berfungsi sebagai representasi dari male-

    gaze untuk mengeksploitasi tokoh-tokoh perempuan. Sudut-sudut pengambilan

    gambar adalah hal utama di samping mise en scene. Seperti yang diungkapkan

    Napier26, Film horor Jepang dikonstruksi oleh laki-laki untuk laki-laki. Bahkan

    untuk Hollywood, film horor juga digunakan sebagai alat pemuas hasrat penonton

    laki-laki.

    3.1.1 Male-Gaze dalam film Ringu

    Gambar 1: Reiko saat melakukan wawancara Gambar 2: Reiko di tempat kerja bersama rekan

    dalam film Ringu. dalam film Ringu.

    Gambar 3: potongan adegan Reiko yang depresi dan Ryuji yang santai saat nyawa anak mereka terancam

    dalam Ringu

    26 Dikutip dari Introduction to Japanese Horror Film karya olette Balmain.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    33

    Gambar 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa Ringu memakai konsep

    Hollywood klasik untuk menunjukkan diskriminasi gender. Banyak adegan di

    mana Reiko, tokoh utama, berada di sebelah kiri para tokoh laki-laki. Hal ini

    merupakan simbol bahwa tokoh laki-laki memiliki dominasi. Selain itu, tokoh

    laki-laki digambarkan memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada Reiko.

    Walaupun demikian, posisi Reiko lebih dekat dengan kamera daripada posisi para

    tokoh laki-laki. Posisi yang demikian menguatkan peran Reiko sebagai pemeran

    utama dalam film Ringu. Analisa tersebut menunjukkan, posisi Reiko sebagai

    tokoh utama tidak mempengaruhi posisi Reiko dalam strata sosial pada film

    Ringu.

    Pada gambar 3, Reiko sedang mengalami depresi sementara Ryuji

    menikmati hidangannya dengan santai. Scene ini diambil saat Reiko dan Ryuji

    tidak mendapatkan informasi apapun tentang Sadako, sementara waktu mereka

    untuk hidup semakin habis. Reiko mengkhawatirkan keselamatan Yoichi. Posisi

    Reiko yang sangat dekat dengan kamera memungkinkan penonton untuk

    menikmati wajah panik Reiko secara detil. Jarak yang dekat juga memungkinkan

    penonton untuk lebih merasakan rasa takut dan panik Reiko. Pemuasan sifat

    sadistic penonton laki-laki dilakukan melalui scene tersebut. Hal ini ditunjang

    dengan side lighting yaitu efek pencahayaan dari samping tokoh utama-- yang

    datang dari arah kanan, yang memberikan efek memperjelas struktur wajah Reiko.

    Side lighting tersebut juga menimbulkan efek lain, yaitu menunjukkan emosi

    Reiko yang campur aduk dan bertentangan dengan apa yang sedang dirasakan

    oleh Ryuji27. Penonton dapat mengidentifikasikan diri dengan tokoh Ryuji. Tokoh

    Ryuji mendapatkan peran dominan atas Reiko karena dai tampil dengan lebih

    tenang. Kepanikan yang sedang dirasakan oleh Reiko dapat diimplementasikan

    oleh penonton laki-laki menjadi hukuman atas peran Reiko sebagai lambang dari

    ketakutan atas castration atau pengebirian.

    Hal ini juga merupakan salah satu lambang dari teori Freud, bahwa

    perempuan sebagai pembawa makna-- memposisikan diri dalam lingkungan

    patriarkal melalui anak yang dilahirkannya. Yoichi merupakan lambang dari

    diterimanya Reiko ke dalam lingkungan sosialnya. Itu sebabnya, kehilangan

    27 Tentang efek dari side lighting dijelaskan dalam buku William H. Phillips (1999:79) yangberjudul Film: an Introduction.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    34

    Yoichi akan membuat posisi Reiko menjadi lebih buruk. Berbeda dengan Ryuji,

    yang telah menempati kedudukan tertinggi dalam strata patriarkal. Ryuji

    merupakan unsur dominan, pembuat makna. Laki-laki tidak memerlukan

    kehadiran seorang anak untuk memiliki posisi dalam lingkungan patriarkalnya.

    Gambar 4: Reiko dan Ryuji saat mencari cara untuk meyelamatkan anak mereka dalam film Ringu

    Gambar 4 menunjukkan posisi Reiko di sebelah kanan Ryuji. Walaupun

    demikian, Ryuji berada lebih dekat dengan kamera daripada Reiko. Dalam scene

    di atas, Ryuji merupakan tokoh yang memegang peran dominan. Hal ini membuat

    Reiko mendapatkan peran sebagai tokoh yang dibimbing dan tidak mandiri. Posisi

    Reiko yang di belakang Ryuji bahkan membuat gerak-gerik Reiko tergantung

    pada aksi dan keputusan Ryuji selanjutnya.

    Dalam film Ringu, Reiko diceritakan sudah bercerai dari Ryuji. Namun

    dalam sistim patriarkal, keberadaan Ryuji masih menjadi elemen yang sangat

    penting dalam hidup Reiko. Hal inilah yang menyebabkan Reiko digambarkan

    sangat tergantung pada Ryuji dalam film Ringu.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    35

    Gambar 5: Reiko yang putus asa dalam Ringu

    Reiko tidak tampil menggunakan pakaian seksi ataupun terbuka pada

    gambar 5, berbeda dengan yang biasa dipakai oleh Rachel dalam The Ring. Akan

    tetapi, pada scene tersebut, kamera menggunakan teknik high angle. Teknik ini

    membuat sudut pandang penonton lebih tinggi dari pada posisi Reiko. Teknik ini

    memungkinkan penonton untuk memandang Reiko sebagai pihak dengan posisi

    yang lkebih lemah, sebagai perempuan yang putus asa atau tanpa daya. Teknik

    tersebut membuat Reiko sebagai perempuan yang terkesan pasrah dan

    menyerahkan diri sepenuhnya terhadap male-gaze penonton. Selain itu, teknik

    high angle pada scene di atas membuat penonton berada dalam posisi dominan,

    laki-laki yang mendominasi Reiko.

    Gambar 6: potongan adegan Ryuji saat memotret Reiko dalam Ringu.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    36

    Gambar 6 merupakan perwujudan dari peeping Tom28. Dengan

    mengintip Reiko melalui kameranya, Ryuji merepresentasikan male-gaze yang

    melakukan suatu tindakan voyourism terhadap Reiko. Posisi Ryuji yang dekat dan

    membelakangi kamera memungkinkan narcisstic identification penonton laki-laki

    terhadap tokoh Ryuji. Selain itu, posisi Ryuji yang demikian membuat Wajah

    Reiko dapat terlihat melalui kamera dengan jelas. Pencahayaan yang

    menggunakan teknik side lighting juga memperjelas lekuk-lekuk wajah dan

    ekspresi Reiko. Reiko yang menundukkan wajahnya, mengarahkan matanya ke

    bawah dan berusaha untuk tidak menatap pada kamera Ryuji, menunjukkan

    ekspresi putus asa. Hal ini juga dapat menimbulkan efek perasaan dominan

    penonton dan pemuasan terhadap sifat sadistis male-gaze.

    Gambar 7: Sadako keluar dari sumurnya dalam Ringu

    Teater tradisional Jepang, Kabuki, memiliki peranan penting dalam

    perkembangan dunia perfilman Jepang. Beberapa teknik dalam Kabuki

    diimplikasikan dalam teknik film Jepang. Kabuki menggunakan permainan warna

    tertentu untuk menciptakan efek suasana yang diinginkan. Hal ini diadaptasi oleh

    dunia perfilman Jepang. Contohnya adalah scene saat Sadako keluar dari sumur

    28 Diambil dari http://www.phrases.org.uk/meanings/index.html. istilah peeping Tom muncul padalegenda Lady Godiva. Lady Godiva dengan telanjang bulat mengendarai kudanya berkelilingCoventry demi membujuk suaminya meringankan pajak bagi penduduk miskin. Satu-satunya yangmenutupi tubuh Lady Godiva adalah rambutnya yang panjang, akan tetapi rambutnya tidak mampumenutupi kakinya. Seluruh warga kota setuju untuk tidak memandang Lady Godiva saat diamelewati mereka, akan tetapi peeping Tom melanggar janji tersebut. Film Peeping Tom pertamakali dibuat oleh sutradara Michael Powell pada tahun 1959 (http://www.criterion.com/).

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    37

    mautnya. Warna yang dominan dalam adegan tersebut adalah biru dan coklat.

    Dalam teater Kabuki, warna biru, coklat, dan hitam melambangkan kehadiran

    monster, hantu, atau orang-orang jahat29.

    Pencahayaan dengan warna biru selalu digunakan dalam film Ringu saat

    sumur digunakan dalam scene. Karena dalam mitologi Jepang, sumur adalah

    lambang dari underworld. Selain itu, sumur juga melambangkan figur seorang ibu

    atau rahim seorang perempuan. Ini sesuai dengan Sadako dan masa lalunya.

    Sadako kurang mendapat kasih sayang dari ibunya semasa dia masih hidup.

    Setelah meninggal, hantu Sadako tinggal di dalam sumur, sebagai lambang bahwa

    dia tinggal dalam perlindungan ibunya. Hantu Sadako yang berada di dalam

    sumur tersebut juga melambangkan Sadako yang berlindung dalam rahim ibunya

    dari male-gaze penonton maupun karakter laki-laki dalam film Ringu.

    Gambar 8: Sadako, Shizuko Yamamura, dan Dokter Ikuma setelah terjadinya insiden dalam pembuktian

    kekuatan supranatural Shizuko Yamamura dalam Ringu.

    Telah disebutkan sebelumnya bahwa perempuan pada masyarakat

    tradisional Jepang berpenampilan rapi dengan rambut digelung. Sementara

    perempuan yang tidak normal atau kerasukan membiarkan rambutnya panjang

    dan terurai. Dalam mitologi Jepang, rambut panjang terurai melambangkan

    ketidak murnian dan menimbulkan rasa takut. Rambut panjang terurai juga

    29 Penjelasan tentang pencahayaan dalam teater Kabuki dimuat pada Introduction to JapaneseHorror Film karangan Colette Balmain.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    38

    dipercaya orang Jepang memiliki kekuatan untuk menarik makhluk gaib untuk

    kemudian merasukinya30.

    Seperti dalam scene di atas, Sadako yang selalu dianggap aneh dan

    terkutuk membiarkan rambutnya terurai menutupi wajahnya. Penampilannya

    jauh berbeda dari ibunya, yang memakai kimono dengan rambut yang tertata rapi.

    Ibu Sadako, Shizuko Yamamura, merupakan gambaran perempuan ideal laki-laki

    Jepang pada masa itu. Sadako membunuh seorang reporter dengan kekuatan

    gaibnya. Peristiwa tersebut sesuai dengan penggambarannya sebagai gadis

    berambut panjang terurai yang patut untuk ditakuti.

    Sementara staging masih mengadaptasi dari sistem Hollywood klasik.

    Hollywood klasik biasa menempatkan tokoh dalam scene berdasarkan gender atau

    ras. Laki-laki atau ras kulit putih berada di sebelah kanan tokoh perempuan atau

    ras kulit berwarna, melambangkan dominasi. Contoh lain, hero sering berada di

    sebelah kanan scene, sementara para villain berada di sebelah kiri. Dalam scene di

    atas, Dr. Ikuma yang berusaha menenangkan Shizuko Yamamura, berada di

    sebelah kanan kedua tokoh perempuan. Shizuko Yamamura, yang lebih dianggap

    normal oleh lingkungan sosialnya, berada disebelah kanan Sadako yang sejak

    awal berperan sebagai monster dalam film ini--.

    3.1.2 Male-Gaze dalam Film The Ring

    Gambar 9: Rachel dan guru Aidan mendiskusikan Aidan dalam The Ring.

    30 Bersumber dari Introduction to Japanese Horror Film karangan Colette Balmain.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    39

    Rachel memiliki peran dominan di atas tokoh perempuan lain. Hal ini

    ditunjukkan dengan posisinya pada sebelah kanan layar, dan posisi duduknya

    yang lebih tinggi daripada posisi lawan bicaranya. Selain itu, Rachel

    menundukkan matanya untuk memandang tokoh perempuan yang bicara

    kepadanya. Ini mengesankan bahwa Rachel memiliki kedudukan yang lebih tinggi

    dalam hal ini adalah kedudukannya dalam jalan cerita-- daripada tokoh yang

    berada di hadapannya. Penataan setting yang demikian adalah untuk menekankan

    keberadaan dan kedudukan Rachel sebagai tokoh utama sejak awal cerita.

    Gambar 10: Rachel saat mencari petunjuk tentang video misterius dan pemilik penginapan dalam The Ring

    Gambar 11: Rachel saat meminta bantuan Noah dalam The Ring.

    Rachel adalah wanita karir yang mandiri. Dia tidak bergantung pada laki-

    laki dan dengan demikian posisinya tidak didominasi oleh laki-laki, baik dalam

    lingkungan kerja, maupun dalam kehidupan pribadinya. Pelukisan atas hal

    tersebut ditunjukkan dalam gambar 10 dan 11, dimana karakter Rachel tidak

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    40

    dipengaruhi oleh keberadaan karakter laki-laki. Bahkan posisi Rachel yang dekat

    dengan kamera dan karakter laki-laki yang dikaburkan dengan teknik kamera

    menunjukkan bahwa Rachel adalah sentral dalam scene di atas, dan dia tidak

    didominasi oleh siapapun.

    Peranan teknik pencahayaan juga penting dalam pelukisan tersebut. Hard

    lighting hanya digunakan pada tokoh Rachel, sementara tokoh laki-laki

    mendapatkan porsi cahaya yang lebih sedikit. Teknik pencahayaan hard lighting

    membuat male-gaze penonton langsung tertuju pada Rachel.

    Disamping itu, Rachel tampil dengan rambut pirang panjang terurai.

    Penampilan Rachel, walau casual, masih terhitung seksi dan seperti perempuan

    Amerika pada umumnya. Rachel tidak muncul sebagai seorang kutu buku yang

    tidak menarik. Rachel hadir sebagai sosok perempuan yang memikat, demi

    kepentingan male-gaze penonton laki-laki. Dengan kata lain, Rachel hadir untuk

    kepuasan dominan oleh penonton, bukan kepuasan dominan oleh karakter laki-

    laki dalam film The Ring.

    Gambar 12: Noah memotret Rachel dalam The Ring

    Gambar 13: Rachel saat dipotret Noah dalam The Ring

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    41

    Scene di atas diadaptasi dari versi Jepang film tersebut, adegan dimana

    Rachel meminta mantan suaminya, Noah, untuk memotret dirinya setelah dia

    menonton video Samara. Rachel ingin membuktikan bahwa hantu Samara benar-

    benar akan membunuhnya dalam waktu tujuh hari. Adegan di atas, juga

    merupakan perwujudan dari peeping Tom. Bedanya, Rachel dan mantan suaminya

    tidak berada dalam satu layar saat mantan suaminya mengambil gambar Rachel

    dengan kameranya. Pada gambar kedua di atas, kamera merepresentasikan

    kamera mantas suami Rachel dengan begitu, penonton laki-laki seolah-olah

    memandang sosok Rachel melalui lensa kamera mantan suami Rachel.

    Gambar 14: Rachel membersihkan diri setelah menemukan mayat Samara dalam The Ring

    Scene di atas diambil dengan teknik high angle. Adegan dimana Rachel

    mendongak untuk menikmati kucuran air, mengekspos mimik Rachel untuk

    dinikmati penonton. Teknik pencahayaan top lighting juga memperjelas tekstur

    wajah dan ekspresi Rachel serta lekukan tubuhnya dari atas. Teknik pencahayaan

    top lighting pada karakter tersebut memberikan kesan merayu dan menggoda.

    Selain itu, kamera juga mengekspos leher dan bagian dada Rachel, memberikan

    kesan seksi dan sensualitas. Kamera, yang merepresentasikan male-gaze,

    memungkinkan penonton laki-laki menangkap detail dari bentuk tubuh Rachel.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    42

    Gambar 15: Rachel mencari gaunnya dalam The Ring

    Gambar 16: Rachel sedang memakai pakaiannya dalam The Ring

    Kedua scene pada gambar 15 dan 16 menunjukkan hubungan yang

    terbentuk antara Rachel dan Aidan. Scene-scene di atas adalah bagian dimana

    Aidan yang telah mandiri di usianya yang masih sembilan tahun, membantu

    mempersiapkan gaun Rachel sebelum mereka menghadiri pemakaman Katie

    Embry, korban video tape Samara. Hollywood memanfaatkan bagian tersebut

    untuk memuaskan male-gaze yang direpresentasikan oleh kamera. Dengan latar

    belakang cerita dimana Aidan mengambil gaun Rachel, kamera memiliki

    kesempatan untuk mengambil shot dimana Rachel muncul tanpa busana. Kamera

    yang menggunakan teknik low angle memungkinkan penonton untuk mengamati

    tubuh Rachel lebih jelas, kaki dan lekuk tubuh Rachel tertangkap jelas dalam

    kamera. Teknik tersebut juga membuat penonton tampak seperti peeping Tom,

    yang mengintip Rachel dari arah bawah. Teknik tersebut dapat meningkatkan

    sensasi yang ditimbulkan oleh scene di atas.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    43

    Walaupun film ini merupakan adaptasi dari Ringu, scene yang demikian

    tidak terdapat dalam Ringu. Kemandirian Yoichi ditunjukkan dengan cara lain.

    Contohnya, Yoichi menyiapkan bekal sekolahnya sendiri, sesuatu yang tidak

    diciptakan untuk memuaskan male-gaze penonton laki-laki. Contoh lain, saat

    Reiko menyelidiki tentang misteri Sadako bersama Ryuji sampai larut malam.

    Ketika Ryuji bertanya apakah Yoichi akan baik-baik saja, Reiko menyatakan

    bahwa Yoichi sudah terbiasa seorang diri dan melakukan semuanya sendirian.

    Gambar 17: Noah menenangkan Rachel dalam The Ring

    Dalam cerita, Rachel sedang bersama dengan Noah, mantan suaminya.

    Namun teknik kamera membuat wajah Rachel lebih jelas terlihat untuk penonton.

    Kamera membuat wajah Rachel yang menggambarkan keputus asaan terekspos

    untuk male-gaze penonton. Teknik tersebut membuat penonton merasa dominan

    dibanding Rachel yang sedang tertekan karena merasa ketakutan.

    Gambar 18: mata hantu Samara dalam The Ring

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    44

    Kemunculan hantu Samara selalu didukung dengan cahaya biru dan putih.

    Dengan teknik pencahayaan tersebut, hantu Samara digambarkan sebagai

    perempuan yang dingin dan tidak memiliki perasaan sebagai seorang manusia

    lagi31. Bahkan, teknik pencahayaan tersebut membuat penggambaran hantu

    Samara lebih seperti sesosok monster daripada manusia. Untuk mempertegas

    kesan tersebut, warna mata Samara yang semula coklat pun berubah menjadi biru

    terang.

    Teknik pencahayaan tersebut berbeda dengan Ringu. Pencahayaan pada

    hantu Sadako tidak jauh berbeda dengan pencahayaan yang digunakan pada tokoh

    lainnya. Hal ini menimbulkan kesan bahwa hantu Sadako masih memiliki

    sebagian dari sisi manusia. Sifat Sadako setelah meninggal, tidak jauh berbeda

    dengan sifat Sadako selama dia masih hidup.

    3.2. Mise En Scene, Teknik Kamera, dan Male-Gaze dalam Ringu 2 dan The

    Ring 2

    Isi cerita Ringu 2 dan The Ring 2 memiliki banyak perbedaan. Dalam

    Ringu 2, Reiko bukan lagi seorang pemeran utama. Reiko. Peran protagonis

    diperankan oleh Takano Mai, asisten Takayama Ryuji yang menemukan mayat

    Ryuji dalam Ringu. Takano Mai, yang diceritakan sebagai perempuan dengan

    kekuatan supranatural, berusaha menyelamatkan putra Reiko setelah Reiko

    meninggal dunia. Sebaliknya, The Ring 2 masih menceritakan tentang Rachel dan

    putranya. Rachel, yang menyadari bahwa Samara kembali mengincar putranya,

    berjuang untuk mengurung Samara selamanya di dalam sumur yang selama ini

    mengekangnya. The Ring 2 menceritakan tentang keberhasilan Rachel, sementara

    Ringu 2 tidak menceritakan apapun tentang akhir dari Sadako.

    Takano Mai tidak digambarkan sebagai perempuan yang modis, seperti

    mahasiswa Jepang pada umumnya. Sebaliknya, penampilan Mai lebih menyerupai

    seorang kutu buku yang selalu mendekam dalam ruangannya untuk belajar, minus

    kacamata tebal. Satu-satunya laki-laki yang diceritakan memiliki hubungan dekat

    31 Efek pencahayaan berwarna biru es tersebut dapat ditemukan pada Film: an Introduction, yangditulis oleh William H. Phillips (1999:463).

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    45

    dengan Mai hanyalah Ryuji. Selebihnya, mereka hanya memiliki hubungan yang

    bersifat profesional dengan Mai. Mai berbeda dengan Rachel, yang mampu

    menarik perhatian laki-laki di manapun dia berada.

    Selain itu, posisi Reiko sebagai perempuan yang bergantung pada

    keberadaan laki-laki juga terdapat pada Takano Mai. Bukti paling nyata tampak

    pada bagian akhir film ini. Pada saat Takano Mai dan Yoichi diseret oleh Sadako

    ke dalam sumur, arwah Ryuji lah yang menyelamatkan mereka. Arwah Ryuji tiba-

    tiba saja muncul, memberi kekuatan pada Yoichi yang juga merupakan tokoh

    laki-laki dalam film The Ring 2dan membuat seutas tali tiba-tiba jatuh dari atas

    untuk menyelamatkan Mai dan Yoichi. Pola patriarkal dalam film ini

    menyebabkan hantu Ryuji lah yang muncul untuk menyelamatkan mereka, bukan

    hantu Reiko. Kenyataan bahwa Reiko merupakan tokoh yang lebih peduli

    terhadap keselamatan Yoichi daripada Ryuji yang begitu nampak pada film

    Ringutidak membuat Reiko muncul sebagai hero dalam scene tersebut.

    3.2.1 Male-Gaze dalam Film Ringu 2

    Gambar 19: Mai di Rumah Sakit dalam Ringu 2 Gambar 20: Mai dan rekan kerja Reiko yang mencari

    jejak Reiko dalam Ringu 2.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    46

    Gambar 21: Mai di apartemen Reiko untuk mencari Gambar 22: Mai didesak inspektur polisi untuk

    jejak Reiko dalam Ringu 2. memberikan informasi tentang Reiko dalam Ringu 2.

    Takano Mai menempati posisi minor dalam banyak adegan. Selain berada

    di sebelah kiri pemeran laki-laki, Mai juga berada di belakang tokoh laki-laki.

    Posisi tersebut menunjukkan Mai yang tidak pernah melakukan aksinya seorang

    diri. Dia menunggu untuk diperintah, didominasi, atau dipimpin. Tidak hanya itu,

    seperti yang ditunjukkan pada gambar nomor empat, tokoh laki-laki memiliki

    karakter yang medominasi Takano Mai. Hal ini ditunjukkan dengan posisi tokoh

    laki-laki yang berdiri di belakang Mai yang duduk di kursinya. Sementara tokoh

    laki-laki yang sedikit membungkuk dan memasuki wilayah personal Mai

    membuatnya tampak jauh berkuasa dan dominan.

    Selain itu, Takano Mai selalu tampil dengan kostum yang gelap. Hal ini

    membuat tokoh laki-laki yang banyak muncul dengan kostum yang lebih

    cerahtampak sebagai pemain dominan32. Tokoh laki-laki selalu muncul dengan

    kostum berwarna cerah seperti merah, ataupun kostum berwarna terang seperti

    putih seperti kostum yang selalu dipakai oleh tokoh dokter di gambar nomor

    satu--. Karakter perempuan lain perawat yang selalu mendampingi dokter

    tersebut juga selalu memakai pakaian berwarna putih. Akan tetapi posisinya

    selalu jauh dari kamera dan sosoknya tidak pernah berada pada posisi sentral.

    Bahkan seperti pada gambar di atas, perawat tersebut berjalan di belakang Mai.

    Setting yang demikian dimaksudkan agar perhatian penonton tidak tertuju pada

    karakter perawat tersebut secara langsung, karena karakter perawat tersebut

    bukanlah karakter yang penting dalam cerita.

    32 Dijelaskan dalam Film Art: an Introduction oleh David Bordwell dan Kristin Thompson(2005:153).

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    47

    Dalam hal ini, tokoh laki-laki mewakili male-gaze para penonton laki-laki.

    Dominasi yang dimiliki pemeran laki-laki melambangkan dominasi yang dimiliki

    para penonton laki-laki terhadap tokoh utama perempuan dalam film Ringu 2. hal

    ini tidak diadaptasi oleh Hollywood. Hollywood tidak merepresentasikan

    dominasi penonton laki-laki melalui dominasi para tokoh laki-laki terhadap tokoh

    perempuan. Hollywood tidak menciptakan scene dimana tokoh laki-laki tampak

    sangat mendominasi tokoh perempuan. Pemuasan hasrat male-gaze penonton laki-

    laki direpresentasikan sepenuhnya oleh kamera.

    Gambar 23: Takano Mai sedang ketakutan dalam Ringu 2.

    Teknik kamera pada scene di atas menggunakan extreme close up,

    menampakkan hanya bagian mata Takano Mai, membuat penonton dapat

    merasakan ketakutan Takano Mai pada saat itu. Dalam beberapa teori, disebutkan

    bahwa ketakutan yang dirasakan oleh tokoh perempuan dalam sebuah scene

    dimaksudkan untuk memuaskan sisi sadomasokis yang dimiliki oleh penonton

    laki-laki. Sisi sadomasokis male-gaze muncul karena, seperti yang dijelaskan oleh

    Freud, laki-laki ingin menghukum perempuan atas fungsinya sebagai simbol

    ketakutan terhadap castration atau pengebirian.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    48

    Gambar 24: Shizuko Yamamura saat masih hidup dalam Ringu 2

    Gambar 25: hantu Shizuko Yamamura dalam Ringu 2

    Gambar 24 menunjukkan Shizuko Yamamura semasa hidupnya, dimana

    dia dituduh sebagai pembunuh saat terjadi insiden dalam percobaan atas kekuatan

    supranaturalnya. Gambar 25 adalah hantu Shizuko Yamamura yang

    menampakkan diri di depan Takano Mai.

    Pada gambar 25, Shizuko Yamamura mengenakan kimono berwarna

    coklat, dengan latar belakang berwarna kuning kecoklatan. Efek ini untuk

    menguatkan pesan bahwa yang nampak di depan Takano Mai adalah hantu

    Shizuko Yamamura, bukan Shizuko Yamamura yang sebenarnya. Selain itu,

    rambut Shizuko Yamamura yang terurai memperjelas bahwa dia bukanlah

    Shizuko Yamamura yang masih hidup normal. Akan tetapi, hantu Shizuko

    Yamamura juga terlihat menggoda, dengan cara mempermainkan rambut

    terurainya dan melirik ke belakang. Masyarakat tradisional Jepang percaya,

    perempuan yang membiarkan rambutnya terurai saat ada laki-laki didekatnya,

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    49

    merupakan suatu tanda yang menunjukkan keintiman33. Pada saat itu, dia seolah-

    olah menggoda tokoh laki-laki yang berdiri di sebelah Mai. Akan tetapi kamera

    membuat Shizuko Yamamura mengarahkan pandangannya ke arah penonton.

    Selain itu, hantu Shizuko Yamamura berada di depan cermin, dan

    digambarkan sedang menyisir rambutnya. Cermin, dalam tradisi Jepang,

    merupakan simbol dari kesombongan atau kebanggaan perempuan34. Cermin,

    juga merupakan lambang dari perempuan itu sendiri. Dalam film The Ring dan

    The Ring 2, Shizuko Yamamura semasa hidupnya tidak digambarkan seagresif

    Shizuko Yamamura setelah dia meninggal.

    Gambar 26: hantu Shizuko Yamamura dalam Ringu 2

    Pada gambar 26, hantu Shizuko Yamamura menampakkan sebagian dari

    wajahnya, menimbulkan suasana misterius yang dapat membangkitkan rasa

    penasaran penonton. Kesan misterius dari seorang perempuan merupakan salah

    satu daya tarik bagi male-gaze penonton. Lighting utama menggunakan teknik

    backlighting, membuat sosok hantu Shizuko Yamamura menakutkan sekaligus

    membahayakan. Teknik backlighting membuat penonton tidak bisa menebak apa

    yang ada dalam pikiran dan tujuan yang sebenarnya dari hantu Shizuko

    Yamamura35.

    33 Dijelaskan dalam Introduction to Japanese Horror Film karangan Colette Balmain.34 Disebutkan dalam Introduction to Japanese Horror Film karangan Colette Balmain tentangtradisi masyarakat Jepang.35 Tentang efek dari backlighting dan juga teknik pencahayaan lainnya dijelaskan dalam bukuWilliam H. Phillips (1999:78) yang berjudul Film: an Introduction.

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    50

    Gambar 27: Mai dan Reiko di tempat persembunyian Reiko dalam Ringu 2

    Gambar 27 menunjukkan adegan dimana Mai mengunjungi Reiko di

    temoat persembunyiannya. Teknik pencahayaan yang menggunakan side lighting

    dari arah kanan, membuat sosok Mai terlihat jelas sementara wajah Reiko tertutup

    bayang-bayang. Teknik ini secara otomatis akan membuat penonton lebih

    memusatkan pandangannya terhadap Mai daripada Reiko. Secara tidak langsung,

    teknik ini untuk memperjelas bahwa Reiko bukan lagi pemeran utama dalam film

    Ringu 2, melainkan Mai.

    3.2.2 Male-Gaze dalam Film The Ring 2

    Gambar 28: Rachel dan polisi yang menyelidiki Gambar 29: Rachel dan rekan kerja dalam The Ring 2

    kematian misterius dalam The Ring 2

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    51

    Gambar 30: Rachel saat menyelidiki masa lalu Sadako Gambar 31: Rachel di rumah sakit tempat Aidan

    dalam The Ring 2 dirawat dalam The Ring 2

    Keempat scene di atas merupakan bukti bahwa tokoh Rachel sebagai

    pemeran utama memiliki kedudukan yang sejajar dengan para tokoh laki-laki.

    Tidak ada yang saling mendominasi. Kalaupun Rachel menampakkan kondisi

    yang lemah atau terjepit, Rachel tidak menampakkannya kepada tokoh laki-laki

    yang berada dalam scene yang sama dengannya. Sebagai gantinya, Rachel

    menunjukkannya langsung kepada penonton melalui kamera, seperti yang terlihat

    pada gambar 31. Rachel membelakangi kedua tokoh lain, menyebabkan mereka

    tidak melihat mimik mukanya yang menunjukkan ketidak berdayaan. Posisi

    Rachel otomatis membuat kamera menangkap kondisinya dengan jelas, dan

    mentransfernya langsung pada penonton. Dalam hal ini, penontonlah yang seolah-

    olah memiliki kuasa atas Rachel, bukan tokoh yang berada dalam scene bersama

    Rachel.

    Gambar 32: image Rachel dalam kamera Aidan pada The Ring 2

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    52

    Scene di atas merupakan contoh lain dari peeping Tom. Gambar di atas

    merupakan sosok Rachel yang terekam dalam kamera Aidan. Penonton, dengan

    voyeurism mereka, seolah-olah mengintip Rachel langsung dari kamera mereka.

    Dengan teknik kamera yang demikian, pose Rachel untuk Aidan dapat berubah

    makna menjadi ditujukan untuk penonton laki-laki dan hasrat scopophilia mereka.

    Pandangan mata Rachel langsung ke arah kamera, dan senyumnya tampak

    ditujukan langsung untuk penonton.

    Gambar 33: Rachel terperangkap dalam video pada The Ring 2

    Gambar 33 adalah scene dimana Rachel terjebak di dalam vidoe kutukan

    Samara. Samara, yang gagal merasuki tubuh Aidan, menyeret Rachel masuk ke

    dalam video agar dia bisa memiliki Rachel sebagai sosok ibuuntuk dirinya

    sendiri. Rachel berhasil mengurung hantu Samara di dalam sumur untuk

    selamanya, tetapi Rachel masih belum tahu bagaimana cara untuk keluar dari

    video tersebut. Efek warna kelabu tidak hanya untuk mengindikasikan bahwa

    Rachel berada di dunia yang lain, namun juga untuk menekankan kesan suram.

    Warna kelabu yang dominan menggambarkan kondisi jiwa Rachel yang dalam

    keadaan tertekan. Dengan teknik tersebut, sifat sadistis dari male-gaze penonton

    laki-laki kembali dibangkitkan.

    Rachel merupakan penggambaran yang tepat untuk sosok final girl seperti

    yang telah diungkapkan dalam teori Carol Clover pada karya tulisnya Men,

    Women and Chainsaws: Gender in the Modern Horror Film. Rachel merupakan

    korban yang lari karena takut dan terancam, namun dia berbalik melawan dan

    menang di akhir cerita. Rachel merupakan korban Samara yang berhasil untuk

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    53

    tetap bertahan hidup karena dia men-copy video tape Samara dan memberikannya

    pada mantan suaminya. Pada film The Ring, Rachel melakukan apapun untuk

    menghindar dari kejaran Samara. Akan tetapi, pada film The Ring 2, Rachel

    membiarkan hantu Samara menyeret dirinya masuk ke dalam sumur. Dengan

    begitu, Rachel dapat mengurung Samara selamanya sekaligus menyelamatkan

    Aidan dan dirinya sendiri.

    Sementara itu, hantu Samara merupakan perwujudan dari sosok monster

    atau pembunuh yang selalu muncul sebagai peran antagonis yang dihadapi oleh

    final girl. Hantu Samara tidak muncul dalam sosok hantu anak perempuan

    perwujudan Samara saat dia masih hidup--, melainkan muncul dalam sosok

    monster. Wajah hantu Samara merupakan perwujudan antara wajah laki-laki dan

    perempuan. Bahkan, dalam adegan dimana Rachel mengurung hantu Samara

    untuk selamanya di dalam sumur, hantu Samara sempat memanggil Rachel

    dengan sebutan Mommy! dengan suara yang mustahil dimiliki oleh perempuan.

    Suara hantu Samara saat itu jelas terdengar seperti suara laki-laki. Dengan

    demikian, dapat disimpulkan bahwa hantu Samara merupakan perwujudan baru

    dari monster atau pembunuh yang mengalami krisis pada identitas maskulinnya.

    Gambar 34: Hantu Samara saat membunuh korbannya pada The Ring

    Versi adaptasi ini berbeda dengan aslinya, dimana hantu Sadako muncul

    dalam perwujudan yang jauh berbeda dengan Samara. Hantu Sadako merupakan

    penggambaran asli dari yurei. Hal tersebut seperti yang nampak pada gambar 35

    dan 36. Hantu Sadako tidak pernah menampakkan wajahnya karena rambutnya

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.

  • Universitas Indonesia

    54

    yang panjang terurai selalu menutupi seluruh bagian mukanya., kecuali pada saat

    dia membunuh korbannya. Korbannya mati ketakutan setelah hantu Sadako

    menampakkan sebelah matanya yang membelalak mengerikan.

    Gambar 35: hantu Sadako yang keluar dari televisi Gambar 36: hantu Sadako saat membunuh korbannya

    Representasi perempuan..., Nurul Laili Nadhifah, FIB UI, 2011.