perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE...

76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI TENTANG PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI ATAS ALASAN ADANYA KEKELIRUAN YANG NYATA BERUPA PENGESAMPINGAN JUDEX FACTIE TERHADAP FAKTA PERDAMAIAN ANTARA TERDAKWA DAN KELUARGA KORBAN DALAM PERKARA PEMBUNUHAN DENGAN TERPIDANA ADIGUNA SUTOWO DAN KORELASINYA DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Oleh : GESTI KADHESTA SUSETYANINGRUM E0008348 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

STUDI TENTANG PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI ATAS ALASAN ADANYA KEKELIRUAN YANG NYATA BERUPA

PENGESAMPINGAN JUDEX FACTIE TERHADAP FAKTA PERDAMAIAN ANTARA TERDAKWA DAN KELUARGA KORBAN DALAM PERKARA PEMBUNUHAN DENGAN TERPIDANA ADIGUNA SUTOWO DAN KORELASINYA

DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006)

Penulisan Hukum( Skripsi )

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Oleh :

GESTI KADHESTA SUSETYANINGRUME0008348

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI TENTANG PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI ATAS

ALASAN ADANYA KEKELIRUAN YANG NYATA BERUPA

PENGESAMPINGAN JUDEX FACTIE TERHADAP FAKTA

PERDAMAIAN ANTARA TERDAKWA DAN KELUARGA

KORBAN DALAM PERKARA PEMBUNUHAN DENGAN

TERPIDANA ADIGUNA SUTOWO DAN KORELASINYA

DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE

(Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006)

Oleh :

GESTI KADHESTA SUSETYANINGRUM

NIM.E0008348

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta,10 Juli 2012

Dosen Pembimbing

Bambang Santoso, S.H., M.HumNIP. 19680209 198903 1001

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

PENGESAHAN PENGUJIPenulisan Hukum (Skripsi)

STUDI TENTANG PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI ATAS ALASAN ADANYA KEKELIRUAN YANG NYATA BERUPA

PENGESAMPINGAN JUDEX FACTIE TERHADAP FAKTAPERDAMAIAN ANTARA TERDAKWA DAN KELUARGAKORBAN DALAM PERKARA PEMBUNUHAN DENGANTERPIDANA ADIGUNA SUTOWO DAN KORELASINYA

DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE(Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006)

Oleh :

GESTI KADHESTA SUSETYANINGRUMNIM.E0008348

Telah diterima dan dipertahankan di hadapanDewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :Hari : KamisTanggal : 19 Juli 2012

DEWAN PENGUJI

1. Bapak.Kristiyadi,SH,M.Hum ……………………… ( Ketua )

2. Bapak. Edy Herdyanto,SH,MH ……………………… ( Sekretaris )

3. Bapak.Bamabang Santoso ,SH,M.Hum ……………………… ( Anggota )

MengetahuiDekan,

Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H,M.HumNIP. 195702031985032001

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

PERNYATAAN

Nama : GESTI KADHESTA SUSETYANINGRUMNIM : E0008348

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

STUDI TENTANG PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI ATAS ALASAN

ADANYA KEKELIRUANYANG NYATA BERUPA PENGESAMPINGAN

JUDEX FACTIE TERHADAP FAKTA PERDAMAIAN ANTARA

TERDAKWA DAN KELUARGA KORBAN DALAM PERKARA

PEMBUNUHAN DENGAN TERPIDANA ADIGUNA SUTOWO DAN

KORELASINYA DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus

dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006)

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan

hukum (skripsi) ini di beri tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)

dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta,10 Juli 2012

Yang membuat pernyataan

GESTI KADHESTA SNIM.E0008348

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

MOTTO

Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kebaikannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan kalau kamu memutar balikkan kenyataan atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S.An-Nisa 4 : 135 )

Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah SWT maka mohonlah dengan penuh

keyakinan bahwa doamu akan terkabul

(HR. Ahmad)

Jangan menunggu sukses baru bersyukur, tetapi bersyukurlah maka perjalanan

menuju kesuksesan akan terasa lebih mudah

(Merry Riana)

Jangan kamu tertawa setelah menunggu kamu merasa bahagia,tetapi tertawalah

terlebih dahulu maka pasti kamu akan mendapat bahagia

( Penulis)

v

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini Penulis persembahkan

kepada :

Allah SWT, Dzat yang Maha Sempurna,

yang selalu melimpahkan rahmat dan

hidayah bagi hamba-Nya

Rasulullah Muhammad SAW, yang

selalu menjadi suri tauladan bagi umat-

Nya

Ibu dan Bapak, doamu adalah

semangatku dan harapanmu adalah

motivasiku

Teman-temanku angkatan 2008 , yang

selalu mendukungku

Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta

vi

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas

setiap kasih sayang-Nya, berkah dan rahmat-NYA sehingga Penulis dapat

menyusun dan menyelesaikan Penulisan Hukum yang berjudul “STUDI

TENTANG PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI ATAS ALASAN

ADANYA KEKELIRUANYANG NYATA BERUPA PENGESAMPINGAN

JUDEX FACTIE TERHADAP FAKTA PERDAMAIAN ANTARA

TERDAKWA DAN KELUARGA KORBAN DALAM PERKARA

PEMBUNUHAN DENGAN TERPIDANA ADIGUNA SUTOWO DAN

KORELASINYA DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus

dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006)”.

Penyusunan penulisan Hukum atau Skripsi merupakan tugas wajib yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa untuk melengkapi syarat memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesainya Penulisan Hukum ini tidak terlepas

dari bantuan baik moril maupun materiil serta doa dan dukungan berbagai pihak,

dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Edy Herdyanto, SH., MH., selaku Ketua Bagian Hukum Acara.

3. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum., selaku pembimbing skripsi yang

telah meyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan banyak

bimbingan, saran dan motivasi bagi Penulis untuk menyelesaikan penulisan

hukum ini.

4. Bapak Dr.M.Hudi Asrori S;SH;M.Hum ,selaku pembimbing akademis, atas

nasehat yang berguna bagi penulis selama penulis belajar di Fakultas Hukum

UNS.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan

skripsi ini.

vii

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

6. Ketua PPH Ibu Wida Astuti, S.H.,M.H. dan Hermawan Pribadi anggota PPH

yang banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Hukum UNS, yang telah membantu

bahan dalam penulisan skripsi ini

8. Ibu dan Bapak tercinta,orang tua yang luar biasa, terima kasih atas setiap

cinta, doa, kasih sayang, perhatian, harapan, dukungan, motivasi, semangat

dan segala yang telah kalian berikan yang tidak ternilai harganya sehingga

Penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini.

9. Saudara-saudara dan keluarga besar atas doa dan dukungan yang luar biasa

kepada penulis.

10. Imron Nurul Kolbi,seseorang yang menjadi teman, sahabat,membuat penulis

merasa memiliki kakak, kekasih yang selalu ada selama penulis

menyelesaikan penulisan ini,motivator, yang selalu mendukungku dengan

kasih sayang, terima kasih atas setiap bantuan, doa yang selalu diberikan

kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat Dani Yuli Azhary,Ika Puji lestari yang penulis kenal sejak

pertama penulis menginjakan kaki di Fakultas Hukum,sahabat-sahabat yang

memberi penulis motivasi,saran,kritikan,sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini,meskipun selama berteman sering

terjadi kesalahpahaman

12. Adhiputro Angga Pangarso sang calon advokat, terima kasih atas bimbingan,

nasehat dalam kuliah dan penyusunan skripsi penulis.

13. Sahabat perjuangan skripsi yang berawal dari asisten dosen PLKH Pidana

Dani Jule, Oki cimi, Liya, Anisa, Angga, Bambang.

14. Teman-teman yang selalu memberikan kebahagiaan, keceriaan, senyuman,

dan tawa di masa-masa kuliah : Dani Jule,Ika,Ali Lesmana,Oki Cimi,Dewi

Ambar,Nisa Filia,Liya,Oni,Kaka,Prila,Jelyke,Okti,Titis,Rio,Mas Bencok,Niko

Mbambink,Dara Wawan,Dani Botak,Dewa Bebek Selalu semangat dan tetap

saling berbagi canda dan tawa dalam kondisi apapun. Semoga kita menjadi

orang-orang yang sukses.

viii

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

15. Teman-teman angkatan 2008 Fakultas Hukum UNS. Tak pernah ada kata sesal

pernah berada diantara kalian, terima kasih atas kebahagiaan dan kegembiraan

yang kita rangkai, sukses buat kita semua kawan .

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum atau Skripsi ini masih jauh

dari sempurna baik dari segi substansi ataupun teknis penulisan. Untuk itu

sumbang saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif, sangat penulis

harapkan demi perbaikan penulisan hukum selanjutnya. Demikian semoga

penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk

penulisan, akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.

Surakarta,10 Juli 2012

Penulis

GESTI KADHESTA S

ix

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii

ABSTRAK .................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

E. Metode Penelitian ....................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan Hukum .................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ........................................................................... 11

1. Tinjauan tentang Upaya Hukum Peninjauan Kembali ........ 11

2. Tinjauan tentang Judex Factie ............................................. 22

3. Tinjauan tentang Restorative Justice ................................... 23

4. Tinjauan tentang Pembunuhan ............................................ 24

B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 27

x

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BABIII HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesesuaian Pengajuan Peninjauan Kembali Atas Alasan

Adanya Kekeliruan Yang Nyata Berupa Pengesampingan

Judex Factie Terhadap Fakta Perdamaian Antara Terdakwa

dan Keluarga Korban Dalam Perkara Pembunuhan Dengan

Ketentuan Pasal 263 KUHAP..................................................... 29

1. Deskripsi Kasus ................................................................... 292. Identitas Terdakwa............................................................... 303. Dakwaan ............................................................................. 314. Tuntutan Pidana ................................................................... 395. Amar Putusan Pengadilan Jakarta Pusat .............................. 416. Amar Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta............................ 427. Amar Putusan Kasasi ........................................................... 428. Alasan-Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali................... 439. Pembahasan ......................................................................... 48

B. Korelasi Adanya Perdamaian Antara Terdakwa dan Keluarga

Korban Sebagai Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali

Dengan Prinsip Restorative Justice ............................................ 52

1. Pertimbangan Hakim Peninjauan Kembali.......................... 52

2. Amar Putusan Mahkamah Agung ....................................... 54

3. Pembahasan ......................................................................... 55

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................... 60

B. Saran ........................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 61

xi

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran........................................................... 27

xii

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006

xiii

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

ABSTRACT

Gesti Kadhesta Susetyaningrum, REVIEW E0008348.STUDY filing the

real reason for AN ERROR IN THE FORM OF PEACE waiver JUDEX

defendant FACTIE DONE BETWEEN VICTIMS AND FAMILIES WITH

MURDER CASE convicted Adiguna Sutowo correlation study PRINCIPLES

AND JUSTICE restorative cases (in the case 107/PK.Pid/2006 Number Supreme

Court). Faculty of law Sebelas maret university

The purpose of this law is to know the reasons why the actual error is in

the form of a waiver of peace made judex factie between the defendant and his

family of the victim in a murder case to condemn Adiguna Sutowo and also know

the principles of restorative justice in the correlation.

Drafting of this Act, including legal research in the approaches is the

approach normative.in the drafting of this legislative review how the real reason

of an error in the form of a waiver facts judex factie peace between the defendant

and his victim's family in murder case are not in conflict with the provisions of

section 263 Criminal Procedure Code and the principles of correlation of

restorative justice. Secondary research sources used include primary legal

documents, legal documents side. Collection techniques used source of legal

research library. Legal materials analysis techniques in the study is a qualitative

technique, where the study of law is trying to understand or comprehend the

phenomenon being studied, then the connection or bonding materials relevant law

and fact reference to the literature of legal research. The final step is to draw

conclusions from research sources are treated, what can be known about the

reasons for the existence of an obvious error in the form of a waiver of peace

made between judex factie defendant and his family of the victim and their

correlation with the principles of restorative justice.Based on this research can be

concluded that yes, the judge made an error judex factie real reason, it is

consistent with the evaluation of proposals in Article 263 paragraph (2) Criminal

Procedure Code in letter of c.Also there is a correlation between the peace effort

in this case, the principle of restorative justice.

xiv

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

ABSTRAK

Gesti Kadhesta Susetyaningrum, E0008348.STUDI TENTANG PENGAJUAN PENINJAUAN KEMBALI ATAS ALASAN ADANYA KEKELIRUAN YANG NYATA BERUPA PENGESAMPINGAN JUDEX FACTIE TERHADAP FAKTA PERDAMAIAN ANTARA TERDAKWA DAN KELUARGA KORBAN DALAM PERKARA PEMBUNUHAN DENGAN TERPIDANA ADIGUNA SUTOWO DAN KORELASINYA DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE(studi kasus dalam perkara Mahkamah Agung RI Nomor 107/PK.Pid/2006).Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Tujuan dari penulisan hukum ini adalah untuk mengetahui alasan-alasan adanya kekeliruan yang nyata yaitu berupa adanya pengesampingan judex factie terhadap fakta perdamaian antara terdakwa dan keluarga korban dalam perkara pembunuhan dengan terpidana Adiguna Sutowo dan juga untuk mengetahui adanya korelasinya dengan prinsip restorative justice.

Penulisan hokum ini termasuk kedalam penelitian hokum normative.Dimana pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara….,dalam penulisan hokum ini meninjau bagaimana alasan adanya kekeliruan yang nyata berupa pengesampingan judex factie terhadap fakta perdamaian antara terdakwa dan keluarga korban dalam perkara pembunuhan tidak bertentangan dengan ketentuan pasal 263 KUHAP serta korelasinya dengan prinsip restorative justice. Sumber penelitian sekunder yang digunakan meliputi bahan hukum primer, bahan hukumsekunder. Teknik pengumpulan sumber bahan hukum yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Teknik analisa bahan hukum dalam penelitian adalah teknik kualitatif, dimana penelitian hukum ini berusaha untuk mengerti atau memahami gejala yang diteliti untuk kemudian mengkaitkan atau menghubungkan bahan-bahan hukum yang relevan dan menjadi acuan dalam penelitian hukum kepustakaan. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan dari sumber penelitian yang diolah, sehingga pada akhirnya dapat diketahui mengenai alasan adanya suatu kekeliruan yang nyata berupa pengesampingan judex factie terhadap fakta perdamaian antara terdakwa dan keluarga korban dan korelasinya dengan prinsip restorative justice.

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa memang benar hakim judex factie melakukan kekeliruan yang nyata hal itu sesuai dengan alasan pengajuan peninjauan kembali dalam pasal 263 ayat (2) KUHAP pada huruf c.Serta terdapat adanya korelasi antara upaya perdamaian dalam kasus ini dengan prinsip restorative justice.

xv

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses penyelesaian perkara pidana berdasarkan ketentuan KUHAP

meliputi serangkaian kegiatan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, peradilan

dan eksekusi putusan. Dalam proses peradilan pidana, KUHAP

memperkenalkan adanya ketentuan baru yang disebut dengan upaya hukum.

Upaya hukum mendapatkan pengaturan yang tegas dan terperinci di dalam

KUHAP. Hal tersebut menunjukkan bahwa KUHAP sangat memperhatikan

kepentingan hak asasi manusia dari terdakwa dan terpidana. Upaya hukum

menurut KUHAP adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak

menerima putusan dalam bentuk banding atau kasasi. Upaya hukum juga

merupakan hak terpidana atau ahli waris untuk mengajukan peninjauan

kembali terhadap putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap.

Upaya hukum ini menurut KUHAP ada dua macam, yaitu upaya

hukum biasa dan luar biasa. Salah satu jenis upaya hukum luar biasa adalah

peninjauan kembali. Upaya hukum peninjauan kembali (PK) diatur dalam

Pasal 263 sampai dengan Pasal 269 KUHAP. Sebelum KUHAP diberlakukan

di Indonesia pada tahun 1981, belum ada Undang-Undang yang mengatur

pelaksanaan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap. Pada waktu itu Mahkamah Agung telah mengeluarkan

PERMA No. 1 Tahun 1980 yang mengatur kemungkinan mengajukan

permohonan peninjauan kembali putusan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap baik untuk perkara perdata maupun untuk perkara pidana.

Setelah KUHAP berlaku di Indonesia pada tahun 1981, upaya hukum

peninjauan kembali (PK) dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang diatur

dalam Pasal 263-269 KUHAP. Setelah KUHAP berlaku, PERMA No. 1

Tahun 1980 tidak juga direvisi hingga saat ini, padahal di dalam Pasal 10 ayat

(1) dan Pasal 11 PERMA No. 1 Tahun 1980 terdapat hal mengenai pihak-

pihak yang diperbolehkan mengajukan upaya hukum peninjauan kembali. Isi

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 11 PERMA No. 1 Tahun 1980 bertentangan

dengan isi Pasal 263 ayat 1 KUHAP. Dalam Pasal 10 ayat (1) PERMA No. 1

Tahun 1980 dinyatakan bahwa permohonan peninjauan kembali harus

diajukan oleh Jaksa Agung, terpidana atau pihak yang berkepentingan.

Sedangkan dalam Pasal 263 ayat (1) KUHAP jelas dinyatakan bahwa yang

dapat mengajukan upaya hukum peninjauan kembali adalah terpidana ataupun

ahli warisnya.

Menurut Martiman Prodjohamidjojo, adanya upaya hukum peninjauan

kembali oleh terpidana merupakan jalan yang ditempuh guna menghindari

terjadinya kekeliruan hakim dalam menerapkan hukum, karena hakim

hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Upaya hukum

peninjauan kembali sebagai upaya hukum terakhir yang dapat dilakukan

terhadap suatu perkara, merupakan tombak atau senjata terakhir yang dapat

digunakan dalam pencarian pemenuhan rasa keadilan.

Hak untuk mengajukan upaya hukum luar biasa berupa Peninjauan

Kembali hamya dimiliki oleh terpidana dan/atau wahli warisnya, hal tersebut

dikarenakan Jaksa Agung telah memiliki kewenangan untuk mengajukan

upaya hukum luar biasa lainnya yaitu Kasasi Demi Kepentingan Hukum.

Yang perlu diperhatikan dalam mengajukan Peninjauan Kembali adalah

alasan-alasan Peninjauan Kembali yang telah diatur secara limitatif dalam

Pasal 263 ayat (2) KUHAP :

1. Apabila ditemukannya keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat,

bahwa jika keadaan baru itu ditemukan pada waktu sidang masih

berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas dari

segala tuntutan atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima, atau

terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan

2. Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah

terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan

yang telah terbukti itu ternyata telah bertentangan satu sama lain

3. Apabila dalam putusan itu telah jelas memperlihatkan suatu kekhilafan

hakim atau kekeliruan yang nyata.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pasal 263 ayat (2) tersebut merupakan pedoman dalam hal mengajukan

Peninjauan Kembali. Apabila alasan-alasan yang diajukan oleh pemohon tidak

sesuai dengan ketentuan Pasal tersebut, maka permohonan Peninjauan

Kembali pemohon tidak dapat diterima oleh Mahkamah Agung sebagai judex

juris yang berwenang untuk memeriksa permohonan Peninjauan

Kembali.Pasal 263 ayat (2) KUHAP tersebut mengikat kepada setiap orang

yang hendak mengajukan permohonan.

Salah satu jenis tindak pidana yang diatur di dalam KUHP adalah

pembunuhan. Pembunuhan atau kejahatan terhadap nyawa, diatur dalam Buku

II titel XIX KUHP mulai dari Pasal 338 sampai dengan Pasal 350 KUHP. Di

dalam Pasal 338 KUHP dinyatakan bahwa barangsiapa dengan sengaja

menghilangkan jiwa orang lain dihukum karena pembunuhan biasa dengan

hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun. Perumusan delik pembunuhan

Pasal 338 KUHP memiliki unsur-unsur yaitu merampas nyawa orang lain.dan

perbuatan tersebut harus dilakukan dengan sengaja. Pembunuhan ini disebut

sebagai pembunuhan biasa (dooslag).

Salah satu kasus pembunuhan yang mendapatkan perhatian dari

masyarakat adalah perkara pembunuhan terhadap seorang karyawan Island

Bar Fluid Club and Lounge yang bernama Yohanes Brahman Haerudi alias

Rudi. Dalam kasus tersebut, Terdakwa Adiguna Sutowo diancam dengan

Pasal 338 KUHP karena perbuatannya yang dengan sengaja menghilangkan

nyawa orang lain dengan sanksi pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Adiguna Sutowo oleh Pengadilan Negeri Jakarta dinyatakan bersalah

melakukan tindak pidana pembunuhan dan tanpa hak menguasai senjata api

serta dihukum dengan pidana penjara selama tujuh tahun. Putusan ini

dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Jakarta. Permohonan kasasi terdakwa juga

ditolak oleh Mahkamah Agung. Terpidana Adiguna Sutowo kemudian

mengajukan upaya hukum peninjauan kembali. Dalam pengajuan pengajuan

permohonan peninjauan kembali tersebut, terpidana mengggunakan beberapa

alasan.sebagaimana diatur di dalam pasal 263 KUHAP.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Salah satu alasan pengajuan peninjauan kembali oleh terpidana adalah

bahwa judex factie mengesampingkan fakta bahwa telah terjadi perdamaian

antara Terdakwa Adiguna Sutowo dengan keluarga korban. Fakta tersebut

tertuang dalam surat pernyataan keluarga korban yang kemudian diajukan

sebagai alat bukti surat oleh Terdakwa atau Penasihat Hukumnya. Dalam

proses pemeriksaan serta pertimbangan putusan hakim, judex factie sama

sekali tidak mempertimbangkan surat pernyataan keluarga korban yang telah

memaafkan perbuatan terdakwa tersebut. Jelas sekali bahwa judex factie sama

sekali tidak memperhatikan keadilan yang telah tercipta dalam ruang lingkup

sosiologis yaitu keadilan sosiologis antara pelaku dengan keluarga korban

yang seharusnya dapat dijadikan skala prioritas.

Permasalahan di atas semakin menarik apabila dikaitkan dengan teori

‘restorative justice’. Restorative justice, adalah teori yang menyatakan bahwa

korban atau keluarganya dapat kembali kepada keadaan semula seperti

sebelum tindak pidana terjadi (O.C. Kaligis, 2006:124). Dengan kata lain,

restorative justicemerupakan suatu proses melalui mana para pelaku kejahatan

yang menyesal menerima tanggung jawab atas kesalahan mereka kepada

mereka yang dirugikan dan kepada masyarakat yang sebagai balasannya,

mengizinkan bergabungnya kembali pelaku kejahatan yang bersangkutan ke

dalam masyarakat yang ditekankan ialah pemulihan hubungan antara pelaku

dengan korban (keluarga korban) di dalam masyarakat.

Atas dasar uraian diatas, Penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam

mengenai pengesampingan judex factie terhadap fakta perdamaian antara

pelaku dan keluarga korban yang dijadikan alasan dalam permohonan

Peninjauan Kembali serta kaitannya dengan restorative justice dalam karya

tulis (skripsi) yang berjudul : STUDI TENTANG PENGAJUAN

PENINJAUAN KEMBALI ATAS ALASAN ADANYA

KEKELIRUANYANG NYATA BERUPA PENGESAMPINGAN JUDEX

FACTIE TERHADAP FAKTA PERDAMAIAN ANTARA TERDAKWA

DAN KELUARGA KORBAN DALAM PERKARA PEMBUNUHAN

DENGAN TERPIDANA ADIGUNA SUTOWO DAN KORELASINYA

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan

Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid/2006).

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang akan

dibahas serta untuk lebih mengarahkan pembahasan, maka perumusan

masalah yang diangkat adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengajuan peninjauan kembali atas alasan adanya kekeliruan yang

nyata berupa pengesampingan judex factie terhadap fakta perdamaian

antara terdakwa dan keluarga korban dalam perkara pembunuhan tidak

bertentangan dengan ketentuan Pasal 263 KUHAP

2. Bagaimanakah korelasi adanya perdamaian antara terdakwa dan keluarga

korban sebagai alasan pengajuan peninjauan kembali dengan prinsip

restorative justice.

C. Tujuan Penulisan

Dalam suatu penelitian ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh

peneliti. Tujuan tersebut tidak dilepas dari permasalahan yang telah

dirumuskan sebelumnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tujuan objektif

a. Untuk mengetahui secara jelas mengenai pengajuan peninjauan

kembali atas alasan adanya kekeliruan yang nyata berupa

pengesampinagan judex factie terhadap fakta perdamaian antara

terdakwa dan keluarga korban .

b. Untuk mengetahui secara jelas tentang korelasi kasus pembunuhan

dengan terdakwa Adiguna Sutowo dengan prinsip restorative justice

2. Tujuan subjektif

a. Untuk memperoleh data-data sebagai bahan utama penyusunan

penulisan hukum (skripsi) agar dapat memenuhi persyaratan akademis

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

guna memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret.

b. Untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman

aspek hukum di dalam teori dan praktek dalam lapangan hukum

khususnya tentang pengajuan peninjauan kembali

c. Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis ketahuai

agar dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan

masyarakat pada umumnya

D. Manfaat Penelitian

Adanya suatu penelitian diharapkan memberikan manfaat yang

diperoleh terutama bagi bidang ilmu yang diteliti. Manfaat yang diperoleh dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu

pengetahuan hukum pada umumnya, dan hukum acara pada

khususnya.

b. Sebagai bahan masukan untuk pengkajian dan penulisan karya ilmiah

di bidang hukum

2. Manfaat praktis

a. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang dinamis

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam

mengimplementasikan ilmu yang diperoleh.

b. Memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu hukum pada

umumnya dan hukum pidana pada khususnya, yang berkaitan dengan

pengesampingan judex factie terhadap perdamain terdakwa dan

keluarga korban

c. Memeberikan gambaran secara jelas mengenai korelasi prinsip

restorative justice

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini

adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif dapat

didefinisikan sebagaipenelitian terhadap asas-asas hukum yang dilakukan

terhadap kaidah-kaidah hukum yang merupakan patokan-patokan

berperilaku atau bersikap tidak pantas. Penelitian tersebut dapat dilakukan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder, sepanjang bahan-bahan tadi

mengandung kaidah-kaidah hukum (Nomensen Sinamo, 2009:107).

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian preskriptif.

Penelitian preskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan

gambaran atau merumuskan masalah sesuai dengan fakta atau keadaan

yang ada. Menurut Nomensen Sinamo dalam bukunya yang berjudul

“Metode Penelitian Hukum”, penelitian preskriptif adalah penelitian

dimaksudkan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus

dilakukan untuk mengatasi masalah tertentu (Nomensen Sinamo,

2009:36).

3. Pendekatan Penelitian

Menurut Peter Mahmud Marzuki pendekatan yang digunakan

dalam penulisan hukum adalah pendekatan undang-undang (statue

approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis

(historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach),

pendekatan konseptual (conceptual approach)(Peter Mahmud Marzuki,

2005:93).

Dari beberapa pendekatan tersebut penulis akan menggunakan

pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dipilih karena dalam

penulisan hukum ini penulis mencari kesusaian antara alasan yang

diajukan oleh terpidana dalam pemeriksaan Peninjauan Kembali dan

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa dan memutus

permohonan Peninjauan Kembali oleh terpidana dalam perkara tindak

pidana pembunuhan dengan aturan di KUHAP.

4. Jenis Sumber Hukum

Bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sumber

hukum sekunder. Sumber hukum sekunder mempunyai ruang lingkup

yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan

dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku

teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar

atas putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2008:141).

5. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum atau bahan

pustaka yang mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis, adapun

yang penulis gunakan adalah :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana.

3) putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid?2006)

4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung;

5) Undang-Undang Nomo 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan

penjelasan hukum primer, seperti :

1) Hasil karya ilmiah para sarjana yang relevan dan/atau terkait dalam

penelitian ini.

2) Hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

3) Buku-buku penunjang lain.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

6. Pengumpulan Bahan Hukum.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan bahan hukumnya adalah

dengan dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan dengan cara

mengumpulkan bahan hukum yang berupa buku-buku dan bahan pustaka

lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti yang

digolongkan sesuai dengan katalogisasi.

Metode pengumpulan bahanhukum ini berguna untuk mendapatkan

landasan teori yang berupa pendapat para ahli mengenai hal yang menjadi

obyek penelitian seperti peraturan perundangan yang berlaku dan

berkaitan dengan hal-hal yang perlu diteliti.

7. Teknik Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum merupakan tahap yang paling penting dalam

suatu penelitian. Karena dalam penelitian ini bahan yang diperoleh akan

diproses dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai didapat suatu

kesimpulan yang nantinya akan menjadi hasil akhir dari penelitian. Teknik

analisis bahan hukum yang dipergunakan adalah analisis bahan hukum

yang bersifat deduksi dengan metode silogisme. Artinya bahwa analisis

bahan hukum ini mengutamakan pemikiran secara logika sehingga akan

menemukan sebab dari akibat yang terjadi.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai

sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan

hukum serta untuk mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penulisan

hukum ini, maka peneliti menjabarkan dalam bentuk sistematika penulisan

hukum yang terdiri dari 4 (empat) bab dimana tiap-tiap bab terbagi dalam sub-

sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman mengenai

seluruh isi penulisan hukum ini. Adapun sistematika penulisan hukum ini

adalah sebagai berikut:

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis menguraikan latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan hukum (skripsi).

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini Penulis akan memberikan landasan teori atau

memberikan penjelasan secara teoritik yang bersumber pada bahan

hukum yang Penulis gunakan dan doktrin ilmu hukum yang dianut

secara universal mengenai persoalan yang berkaitan dengan

permasalahan yang sedang Penulis teliti.

Landasan teori tersebut meliputi tinjauan umum tentang upaya

hukum peninjauan kembali,tinjauan umum tentang judex

factie,tinjauan umum tentang restorative justice,tinjauan umum

tentang pembunuhan.Selain itu untuk memudahkan pemahaman

alur berfikir, maka dalam bab ini juga disertai kerangka pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab ini, Penulis menguraikan tentang kasus posisi, alasan-

alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh terpidana dan

kesesuaiannya dengan KUHAP serta pertimbangan-pertimbangan

hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa Peninjauan Kembali

BAB IV : PENUTUP

Bab ini menguraiakan kesimpulan dan saran terkait dengan

permasalahan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Upaya Hukum Peninjauan Kembali

a. Pengertian upaya hukum

Menurut Pasal 1 butir 12 KUHAP pengertian upaya hukum

adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima

putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau Banding atau hak

terpidana untuk mengajukan permohonan Peninjauan Kembali dalam

hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

b. Macam upaya hukum

KUHAP membedakan upaya hukum menjadi dua yaitu upaya

hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Upaya hukum biasa diatur

dalam Bab XVII sedangkan upaya hukum luar biasa diatur didalam

Bab XVIII.

1) Upaya hukum biasa

Upaya hukum biasa adalah upaya hukum terhadap keputusan yamg

belum dilaksanakan dan penggunaan dari upaya hukum ini dapat

menangguhkan eksekusi hukuman. Upaya hukum biasa terdiri dari

dua bagian yaitu tentang pemeriksaan Banding dan pemeriksaan

Kasasi

(a) Pemeriksaan tingkat banding

Banding adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk

diperiksa ulang pada pengadilan yang lebih tinggi karena tidak

puas atas putusan Pengadilan Negeri (Pasal 67 jo 233

KUHAP). Jika Pasal 233 ayat (1) KUHAP ditelaah dan

dihubungkan dengan Pasal 67 KUHAP, maka dapat

disimpulkan bahwa semua putusan pengadilan tingkat pertama

(Pengadilan Negeri) dapat dimintakan Banding ke Pengadilan

Tinggi oleh terdakwa atau yang khusus dikuasakan untuk itu

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

atau penuntut umum dengan beberapa perkecualiaan. Pasal 21

ayat (2) Undang-Undang nomor 4 Tahun 2004 mengatakan

bahwa terhadap putusan pengadilan tingkat pertama, yang tidak

merupakan pembebasan dari dakwaan atau putusan lepas dari

segala tuntutan hukum dapat dimintakan Banding kepada

Pengadilan Tinggi oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali

apabila undang-undang menentukan lain.

Perkecualian untuk mengajukan Banding menurut Pasal 67

KUHAP adalah :

(1) Putusan bebas.

(2) Lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut kurang

tepatnya penerapan hukum.

(3) Putusan pengadilan dalam acara cepat, kecuali dalam hal

perampasan kemerdekaan ( Pasal 205 ayat (3) KUHAP ).

Pasal 67 KUHAP terlihat sangat memperhatikan hak asasi

terdakwa karena lebih membatasi permintaan Banding yaitu

apabila putusan dan lepas dari tuntutan hukum yang

menyangkut kurang tepatnya penerapan hukum.

Acara pemeriksaan Banding diatur dalam Pasal 233 KUHAP

sampai Pasal 243 KUHAP. Acara Banding ini awalnya diatur

dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 20 Undang-Undang Nomor

1 Drt Tahun 1951. Menurut Moch. Faisal Salam ( 2001:353-

354 ), ketentuan yang tercantum dalam Pasal 233 sampai Pasal

243 KUHAP ada beberapa hal yang sama seperti yang

tercantum dalam Undang-Undang No.1 Drt Tahun 1951,

misalnya :

(1) Tenggang waktu mengajukan Banding yaitu 7 hari sesudah

putusan dijatuhkan atau diberitahukan kepada terdakwa (

Pasal 233 KUHAP ).

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

(2) Pencabutan Banding selama perkara belum diputus dan

dalam hal demikian tidak boleh mengajukan permohonan

lagi ( Pasal 235 KUHAP )

(3) Pemeriksaan dalam tingkat Banding dilakukan oleh

sekurang-kurangnya 3 orang hakim atas dasar perkara yang

diterima dari Pengadilan Negeri yang terdiri dari berita

acara pemeriksaan penyidik, berita acara pemeriksaan

disidang Pengadilan Negeri, beserta surat yang timbul

disidang yang berhubungan dengan perkara itu dan putusan

Pengadilan Negeri ( Pasal 238 KUHAP ).

(4) Jika Pengadilan Tinggi berpendapat bahwa pada

pemeriksaan tingkat pertama ternyata ada kelalaian dalam

penerapan hukum acara atau kekeliruan atau ada yang

kurang lengkap, Pengadilan Tinggi dengan keputusan dapat

memerintahkan Pengadilan Negeri untuk memperbaiki. Jika

perlu Pengadilan dapat membatalkan penetapan dari

Pengadilan Negeri sebelum putusan pengadilan dijatuhkan (

Pasal 240 KUHAP ).

(b) Pemeriksaan tingkat kasasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia mamuat pengertian Kasasi

adalah pembatalan atau pernyataaan tidak sah oleh Mahkamah

Agung terhadap putusan hakim karena putusan itu menyalahi

atau tidak sesuai benar dengan undang-undang, hak Kasasi

hanyalah hak Mahkamah Agung .

Dalam BAB XVII tentang Upaya Hukum Biasa, Kasasi

dapat diartikan sebagai hak terdakwa atau penuntut umum

untuk meminta pembatalan putusan Pengadilan Negeri atau

Pengadilan Tinggi karena tidak berwenang atau melampaui

batas kewenangan, misalnya :

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(1) Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.

(2) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh

peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian

itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai

Kasasi, antara lain diatur dalam :

(1) Pasal 244 sampai dengan Pasal 258 KUHAP.

Pasal 244 KUHAP berbunyai bahwa terhadap putusan

bebas pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh

pengadilan lain selain dari pada Mahkamah Agung,

terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan

permintaan pemeriksaan Kasasi kepada Mahkamah Agung

kecuali terhadap putusan bebas.

(2) Pasal 22 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi terhadap putusan

pengadilan dalam tingkat Banding dapat dimintakan Kasasi

kepada Mahkamah Agung oleh pihak yang berkepentingan

kecuali undang-undang menentukan lain.

Para pihak yang akan mengajukan Kasasi harus memiliki

alasan yang kuat, karena jika tidak memiliki alasan yang kuat

maka dapat dipastikan akan kalah dipersidangan. Alasan untuk

permohonan Kasasi dalam KUHAP diatur dalam Pasal 253.

Adapun alasan Kasasi adalah sebagai berikut :

(1) Apakah benar suatu putusan hakim tidak diterapkan atau

diterapkan tidak sebagaimana mestinya.

(2) Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut

ketentuan undang-undang.

(3) Apakah benar pengadilan telah melampaui batasan

wewenangnya.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Berdasarkan alasan tersebut, menurut Pasal 255 KUHAP maka

putusan pengadilan yang dimintakan Kasasi dapat dibatalkan

karena :

(1) Peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak

sebagaimana mestinya, maka Mahkamah Agung mengadili

sendiri perkara tersebut.

(2) Cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan

undang-undang, Mahkamah Agung menetapkan disertai

petunjuk agar pengadilan yang memutus perkara yang

bersangkutan memeriksanya lagi mengenai bagian yang

dibatalkan, atau berdasarkan alasan tertentu Mahkamah

Agung dapat menetapkan perkara tersebut diperiksa oleh

pengadilan setingkat yang lain.

(3) Pengadilan atau hakim yang besangkutan tidak berwenang

mengadili perkara tersebut. Mahkamah Agung menetapkan

pengadilan atau hakim lain mengadili perkara tersebut.

2) Upaya hukum luar biasa

Upaya hukum luar biasa diatur dalam Bab XVIII KUHAP. Upaya

hukum luar biasa merupakan pengecualian dan penyimpangan dari

upaya hukum biasa yang terdiri dari Kasasi Demi Kepentingan

Hukum dan Peninjauan Kembali. Baik Kasasi Demi Kepentingan

Hukum maupun Peninjauan Kembali, kedua-duanya tidak boleh

merugikan pihak yang berkepentingan atau terdakwa atau

terpidana. Dengan demikian KUHAP menjamin kepastian hukum

bagi pihak yang berkepentingan atau terdakwa atau terpidana

(a) Pemeriksaan kasasi demi kepentingan hukum

Kasasi Demi Kepentingan Hukum pada umumnya sama saja

dengan Kasasi biasa, kecuali dalam Kasasi Demi Kepentingan

Hukum ini penasehat hukum tidak lagi dilibatkan ( Andi

Hamzah, 2001:297 ). Kasasi Demi Kepentingan Hukum diatur

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dalam Pasal 259-262 KUHAP, yang antara lain berisi sebagai

berikut :

(1) Pasal 259 KUHAP ayat :

(a) Demi kepentingan hukum tehadap semua putusan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dari

pengadilan lain selain dari pada Mahkamah Agung,

dapat diajukan satu kali permohonan Kasasi oleh

Jaksa Agung.

(b) Putusan Kasasi Demi Kepentingan Hukum tidak

boleh merugikan pihak yang berkepentingan.

(2) Pasal 260 KUHAP, ayat :

(a) Permohonan Kasasi Demi Kepentingan Hukum

disampaikan secara tertulis oleh Jaksa Agung kepada

Mahkamah Agung melalui panitera pengadilan yang

telah memutus perkara dalam tingkat pertama, disertai

risalah yang memuat alasan permintaan itu.

(b) Selain risalah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

oleh panitera disampaikan kepada pihak yang

berkepentingan.

(c) Ketua pengadilan yang bersangkutan segera

meneruskan permintaan itu kepada Mahkamah

Agung.

(3) Pasal 261 KUHAP, ayat :

(a) Salinan putusan Kasasi Demi Kepentingan Hukum

disampaikan kepada Jaksa Agung dan kepada

pengadilan yang bersangkutan dengan disertai berkas

perkara.

(4) Pasal 262 KUHAP, berbunyi :

”Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259, Pasal

260 dan Pasal 261 KUHAP berlaku bagi cara Permohonan

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Kasasi Demi Kepentingan Hukum terhadap putusan

pengadilan dalam lingkup Peradilan Militer”.

Demi tegaknya hukum dan kepastian hukum, maka pengajuan

Kasasi Demi Kepentingan Hukum hanya boleh diajukan satu

kali saja. Seandainya boleh diajukan tanpa batas, jaksa dapat

mengajukan berulang kali, hal ini merupakan anarki sekaligus

merobek prinsip kepastian hukum dan dapat menyebabkan

siksaan bagi terdakwa. Jadi dalam hal ini berlaku prinsip

bahwa kesalahan hanya dapat diperbaiki satu kali saja (

M.Yahya Harahap, 2002:611 ).

(b) Peninjauan kembali putusan

Disamping pemeriksaan Kasasi Demi Kepentingan Hukum,

dalam KUHAP juga diatur tentang Peninjauan Kembali

putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Peninjauan Kembali pertama kali diatur dalam Peraturan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1969

tanggal 19 Juli 1969 baik dalam perkara perdata maupun

perkara pidana tetapi belum dapat dijalankan karena masih

diperlukan peraturan lebih lanjut mengenai beberapa

persoalan.

Peninjauan Kembali adalah upaya hukum luar biasa untuk

memperbaiki putusan yang berkekuatan hukum tetap.

Tujuannya agar pengadilan benar-benar menjalankan keadilan,

agar sendi-sendi hukum yang asasi di masyarakat terlindungi

(Usman Hamid, http://www.hukumonline.com).

Peninjauan kembali dapat diajukan atas dasar alasan

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 263 ayat (2) KUHAP

yaitu :

(1) Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan

kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan

bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau

tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap

perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

(2) Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa

sesuatu telah terbukti akan tetapi hal atau keadaan sebagai

dasar dan alasan putusan yang dinyatakan telah terbukti itu

ternyata telah bertentangan satu sama lain.

(3) Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu

kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

Atas dasar alasan yang sama sebagaimana dalam Pasal 263 ayat

(2) KUHAP tersebut maka terhadap suatu putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat diajukan

permohonan Peninjauan Kembali apabila dalam putusan itu

suatu perbuatan yang didakwakan telah dinyatakan terbukti

akan tetapi tidak diikuti oleh suatu pemidanaan.Pengajuan

Peninjauan Kembali terhadap putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap kecuali putusan bebas atau

lepas dari segala tuntutan hukum dapat diajukan oleh terdakwa

atau ahli warisnya sesuai dengan Pasal 263 ayat (1)

KUHAP.Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa

permohonan Peninjauan Kembali dapat diterima untuk

diperiksa, berlaku ketentuan seperti dalam Pasal 266 KUHAP,

sebagai berikut :

(1) Apabila Mahkamah Agung tidak membenarkan alasan

bahwa permintaan Peninjauan Kembali dengan menetapkan

bahwa putusan yang dimintakan Peninjauan Kembali itu

tetap berlaku disertai dasar pertimbangannya.

(2) Apabila Mahkamah Agung mambenarkan alasan pemohon,

Mahkamah Agung membatalkan putusan yang dinyatakan

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Peninjuauan Kembali itu dan menyatakan putusan yang

dapat berupa :

(a) Putusan bebas.

(b) Putusan lepas dari segala tuntutan hukum.

(c) Putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum.

(d) Putusan dengan menerapkan ketentuan pidana yang

lebih ringan.

c. Upaya hukum peninjauan kembali

1) Pihak yang dapat mengajukan peninjauan kembali

Berdasarkan Pasal 263 ayat (1) KUHAP mengenai orang

yang berhak mengajukan Peninjauan Kembali, maka dibuka

kemungkinan bagi terdakwa atau ahli warisnya untuk mengajukan

permohonan Peninjauan Kembali, terhadap suatu putusan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dengan pengecualian

putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa hak untuk mengajukan

Peninjauan Kembali hanya diberikan kepada terpidana atau ahli

warisnya dan hanya terhadap putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap yang tidak memuat putusan

bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, jadi hak ini tidak

diberikan kepada Jaksa Agung

2) Tata cara peninjauan kembali

Tata cara pengajuan Peninjauan Kembali diatur dalam Pasal 264

KUHAP yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Permintaan Peninjauan Kembali diajukan kepada panitera

Pengadilan Negeri yang memutus perkara dalam tingkat

pertama.

b) Permintaan Peninjauan Kembali disertai alasan-alasannya.

Alasan-alasan tersebut dapat diutarakan secara lisan yang

dicatat oleh panitera yang menerima Peninjauan Kembali

tersebut.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

c) Permintaan Peninjauan Kembali oleh panitera ditulis dalam

surat keterangan yang ditandatangani panitera serta pemohon,

dicatat dalam daftar dan dilampirkan pada berkas perkara.

d) Ketua Pengadilan Negari menunjuk hakim yang tidak

memeriksa perkara semula yang dimintakan Peninjauan

Kembali, untuk memeriksa apakah permintaan peninjauan

kembali itu memenuhi alasan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 263 ayat (2) KUHAP.

e) Dalam pemeriksaan itu pemohon dan penuntut umum ikut

hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya.

f) Atas pemeriksaan tersebut dibuat berita acara pemeriksaan

yang ditandatangani oleh hakim, penuntut umum, pemohon dan

panitera dan berdasarkan berita acara tersebut dibuat berita

acara pendapat yang ditandatangani hakim dan panitera.

Ketua pengadilan melanjutkan permintaan Peninjauan Kembali

yang dilampiri berkas perkara semula, berita acara pemeriksaan

dan berita acara pendapat kepada Mahkamah Agung yang

tembusan kata pengantarnya sampai kepada pemohon dan penuntut

umum.

3) Asas-asas yang ditentukan dalam upaya hukum peninjauan

kembali

Asas-asas yang melekat dalam upaya hukum Peninjauan Kembali

ada beberapa macam, asas-asas tersebut masih perlu peningkatan

dan dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam proses dan

pelaksanaan Peninjauan Kembali ( M.Yahya Harahap, 2002:639 ).

a) Pidana yang dijatuhkan tidak boleh melebihi putusan semula

Asas tersebut diatur dalam Pasal 266 ayat (3) KUHAP

yang menegaskan bahwa pidana yang dijatuhkan dalam

putusan Peninjauan Kembali tidak boleh melebihi pidana yang

telah dijatuhkan dalam putusan semula. Mahkamah Agung

tidak boleh menjatuhkan putusan yang melebihi putusan pidana

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

semula, yang diperkenankan adalah menerapkan ketentuan

pidana yang lebih ringan sebagaimana yang ditentukan dalam

Pasal 266 ayat (2) huruf b angka 4 KUHAP.

Asas pidana yang dijatuhkan tidak boleh melebihi putusan

semula ini sejalan dengan tujuan yang terkandung dalam

lembaga upaya Peninjauan Kembali yaitu membuka

kesempatan kepada terpidana untuk membela kepentingannya

agar terlepas dari ketidakbenaran penegakan hukum ( M.Yahya

Harahap, 2002:639 ).

b) Permintaan peninjauan kembali tidak menangguhkan

pelaksanaan putusan

Asas tersebut tidak mutlak menangguhkan maupun

menghentikan pelaksanaan eksekusi. Peninjauan Kembali tidak

merupakan alasan yang menghambat apalagi menghapus

pelaksanaan pelaksanaan putusan sehingga proses permohonan

Peninjauan Kembali dapat berjalan namun pelaksanaan putusan

juga tetap berjalan.Dalam hal-hal yang eksepsional dapat

dilakukan penangguhan penghentian pelaksanaan putusan

sehingga ketentuan Pasal 268 ayat (1) KUHAP dapat sedikit

diperlunak menjadi permintaan Peninjauan Kembali tidak

secara mutlak menangguhkan maupun menghentikan

pelaksanaan putusan. Anjuran Pasal 268 ayat (1) KUHAP

tersebut banyak yang menyalahgunakan sehingga sikap yang

seperti itu dapat menimbulkan bahaya dan keguncangan dalam

pelaksanaan penegakan hukum, yang dikehendaki dalam Pasal

tersebut ialah sikap dan kebijaksanaan yang matang dan

beralasan serta mengkaitkan dengan jenis pidana maupun sifat

dan kualitas yang menjadi landasan permintaan Peninjauan

Kembali ( M.Yahya Harahap, 2002: 640 ).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

c) Permintaan peninjauan kembali hanya dapat dilakukan satu kali

Pasal 283 ayat (3) KUHAP membenarkan atau

memperkenankan Peninjauan Kembali atas suatu perkara hanya

satu kali saja. Asas ini disebut sebagai asas Nebis In Idem yang

dikemukakan dalam Pasal 76 KUHP, sedang dalam perkara

perdata diatur dalam Pasal 1918 BW.Asas ini juga berlaku

terhadap permintaan Kasasi dan Kasasi Demi Kepentingan

Hukum. Dalam Peninjauan Kembali, asas ini lebih menyentuh

rasa keadilan karena asas ini merupakan suatu tantangan antara

kepastian hukum dengan rasa keadilan dan dengan berani

mengorbankan keadilan dan kebenaran demi tegaknya

kepastian hukum ( M.Yahya Harahap, 2002:640 ).

2. Tinjauan Tentang Judex Factie

a. Judex factie

Majelis hakim di tingkat pertama (pengadilan negeri) wajib

menentukan fakta mana, antara yang disampaikan para pihak, yang

dapat diterima, kemudian menentukan dan menerapkan ketentuan

hukum terhadap fakta tersebut. Judex factie mengacu kepada peran

seorang hakim sebagai penentu fakta yang mana yang benar. Dalam

sidang juri, juri yang memainkan peran ini, bukan hakim. Di

Indonesia, peran judex factie ini dijalankan oleh hakim pengadilan

negeri dan pengadilan tinggi

b. Judex juris

Peran hakim dalam menentukan hukum yang seharusnya

diterapkan terhadap fakta-fakta dalam kasus yang diadili dan dalam

menerapkan hukum tersebut terhadap fakta tersebut. Pada umumnya

di Indonesia hanya Mahkamah Agung berperan secara eksklusif

sebagai judex juris oleh karena Mahkamah Agung tidak menentukan

fakta - fakta. Tujuan utama Mahkamah Agung adalah untuk menilai

apakah penerapan hukum dalam suatu kasus sudah tepat dan memiliki

dasar hukum yang kuat. Di negara yang menganut tradisi common

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

law, pengadilan tertinggi lazimnya memiliki bagian yang menangani

kedua jenis banding, baik judex juris maupun judex factie.

3. Tinjauan Tentang Restorative Justice

Restorative justice adalah sebuah konsep pemikiran yang merespon

pengembangan sistem peradilan pidana dengan menitikberatkan pada

kebutuhan pelibatan masyarakat dan korban yang dirasa tersisihkan

dengan mekanisme yang bekerja pada sistem peradilan pidana yang ada

pada saat ini. Dipihak lain, restorative justice juga merupakan suatu

kerangka berfikir yang baru yang dapat digunakan dalam merespon suatu

tindak pidana bagi penegak dan pekerja hukum.

Penanganan perkara pidana dengan pendekatan restorative justice

menawarkan pandangan dan pendekatan berbeda dalam memahami dan

menangani suatu tindak pidana. Dalam pandangan restorative justice

makna tindak pidana pada dasarnya sama seperti pandangan hukum pidana

pada umumnya yaitu serangan terhadap individu dan masyarakat serta

hubungan kemasyarakatan. Akan tetapi dalam pendekatan restorative

justice, korban utama atas terjadinya suatu tindak pidana bukanlah negara,

sebagaimana dalam sistem peradilan pidana yang sekarang ada. Oleh

karenanya kejahatan menciptakan kewajiban untuk membenahi rusaknya

hubungan akibat terjadinya suatu tindak pidana. Sementara keadilan

dimaknai sebagai proses pencarian pemecahan masalah yang terjadi atas

suatu perkara pidana dimana keterlibatan korban, masyarakat dan pelaku

menjadi penting dalam usaha perbaikan, rekonsiliasi dan penjaminan

keberlangsungan usaha perbaikan tersebut.

Menurut Howard Zehr dalam jurnalnya yang berjudul Doing

Justice,Healing Trauma-The Role of Restorative Justice in Peacebuilding

restorative justice merefleksikan tiga hal seperti dibawah ini :

a. Crime is a violation of people and relationships

b. Violation create obligation ,and

c. The central obligation is to put right the wrongs .

Translated into a set of principles,restorative justice calls one to :

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

a. Focus on the harms and consequent needs of the victims,as well as the

communities and the offenders

b. Address the obligations that result from those harms (the obligation of

offenders as well as the communities ‘and society’s’)

c. Use inclusive ,collaborative processes to the extent possible

d. Involve those with a legitimate stake in the situation,including victims,

offenders,community members and society

e. Seek to put right the the wrongs.

(Howard Zehr.Doing Justice,Healing Trauma-The Role of Restorative

Justice in Peacebuilding.South Asian Jurnal of Peacebuilding.Vol

1.No 1)

Menurut Dey Ravena ,Terdapat adanya pergeseran paradigm dalam

hukum pidana dari retributive justice kepada restorative justice membawa

perubahan dalam memahami konsep dasar dalam hukum pidana dan

sistem peradilan pidana adalah sebuah sistem maka apabila pilihan konsep

keadilan itu bergeser dari konsep yang satu ke konsep yang lainya ,maka

pergeseran konsep keadilan tersebut mempengaruhi elemen sistem hukum

yang lain tentang pemahaman konsep keadilan dalam praktik sistem

peradilan pidana dalam masyarakat. Hal ini sekaligus membawa implikasi

pada posisi hukum pelaku kejahatan dalam manajemen administrasi sistem

peradilan pidana di Indonesia di masa datang (Dey

Ravena.2009.Implementasi Kebijakan Berwawasan Restorative Justice

Pembinaan Narapidana Dalam Sistem Peradilan Pidana di

Indonesia.Jurnal Ilmu Hukum Litigasi.Vol.10. No.1)

4. Tinjauan Tentang Pembunuhan

a. Pengertian tindak pidana pembunuhan

Didalam KUHP diatur pada buku II title XIX (Pasal 338-

350), tentang kejahatan-kejahatan nyawa orang. Pembunuhan ini

termasuk tindak pidana material ,artinya untuk kesempurnaan tindak

pidana ini tidak cukup dengan dilakukannya perbuatan itu, akan tetapi

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

menjadi syarat juga adanya akibat perbuatan itu (Sudradjat Bassar,

1986 . 120-121).

Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan

nyawa seseorang dengan cara melanggar hukum, maupun yang tidak

melawan hukum. Pembunuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara,

yang paling umum adalah dengan menggunakan senjata api atau

senjata tajam. Pembunuhan dapat juga dilakukan dengan menggunakan

bahan peledak seperti bom. Pembunuhan dilakukan karena dilatar

belakangi tidak hanya motif ekonomi saja, tetapi oleh berbagai macam

motif misalnya politik, kecemburuan, dendam, membela diri dan

sebagainya (http/nl.wikipedia.org/ wiki/ pembunuhan/ diakses tanggal

20 september 2011 pukul 17.00 WIB).

Motif ekonomi misalkan, bahwa kejahatan ini sering kali

dilakukan oleh orang yang tingkat kesejahteraannya rendah akibat

kemiskinan yang menjerat, tapi sekarang juga ada tindak pidana

pembunuhan yang dilakukan oleh orang yang tingkat kesejahteraannya

menengah keatas. Tindak pidana pembunuhan ini dilakaukan akibat

perkembangan tekhnologi yang semakin cangguh di era globalisasi ini

yang mengakibatkan perilaku konsumtif meningkat. Sehingga banyak

sekali tindak pidana pembunuhan yang dilakukan untuk memastikan

penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum.

Pembunuhan yang bermotif karena kecemburuan, seperti

seorang pemuda tega membunuh kekasihnya dikarenakan cemburu

melihat kekasihnya itu bermesraan dengan orang lain dan seorang

suami juga membunuh istrinya karena berselingkuh dengan

tetangganya atau bahkan seorang pejabat negara juga membunuh rekan

kerjanya.

Dari contoh kasus-kasus diatas terdapat gambaran mengenai

tindak pidana pembunuhan yang dilakukan dengan cara melanggar

hukum. Dan juga terdapat tindakmpidana pembunuhan yang tidak

melawan hukum, contoh . orang yang menghidupkan mesin mobilnya

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

pada saat mengisi bensin. Apabila hal itu mengakibatkan kebakaran

yang membahayakan keselamatan harta benda atau seseorang, maka ia

sedikitnya dinyatakan telah melakukan kealpaan dan dapat dipidana.

b. Jenis-jenis tindak pidana pembunuhan

Kejahatan terhadap nyawa orang terbagi atas beberapa jenis

yaitu,

1) Pembunuhan biasa (doodslag)

2) Pembunuhan terkwalifikasi (gequalificeerd)

3) Pembunuhan yang direncanakan ( moord )

4) Pembunuhan anak ( kinderdoodslag)

5) Pembunuhan atas permintaan si Korban

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

B. Kerangka Pemikiran

Tindak Pidana Pembunuhan

Pemeriksaan Sidang(Pembuktian)

Alat Bukti (surat pernyataan

perdamaian

terdakwa + keluarga

korban)

Restorative Justice

PengesampinganAlat Bukti Surat

Pernyataan Perdamaian Terdakwa

+ Keluarga korban

Putusan Pemidanaan

Upaya Hukum Peninjauan Kembali

Alasan-Alasan PKPasal 263 ayat (2)

KUHAP

Kekhilafan atau kekeliruan yang nyata

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Pembunuhan merupakan salah satu tindak pidana yang dirumuskan di

dalam KUHP. Untuk menjatuhkan sanksi kepada pelaku, tidak lain adalah melalui

proses persidangan (due process of law)di pengadilan yang berwenang untuk

memeriksa dan mengadili perkara yang bersangkutan. Salah satu tahapan dari

proses persidangan tersebut adalah pembuktian. Dalam tindak pidana

pembunuhan, tidak jarang telah terjadi perdamaian antara pelaku tindak pidana

dengan keluarga korban, dan perdamaian tersebut pada umumnya dinyatakan

dalam bentuk surat pernyataan. Namun, fakta mengenai adanya perdamaian antara

terdakwa dengan keluarga korban yang tertuang dalam surat pernyataan

perdamaian ternyata dikesampingkan oleh judex factie bahkan sama sekali tidak

dimasukkan ke dalam pertimbangan putusan. Hal tersebut sangat menarik

berkaitan dengan konsep restorative justice dalam penegakan hukum pidana di

Indonesia. Pengesampingan fakta atau surat pernyataan tersebut kemudian

digunakan sebagai alasan peninjauan kembali terpidana khususnya mengenai

alasan terdapat kekhilafan atau kekeliruan yang nyata yang dilakukan oleh hakim

pemeriksa perkara.

Atas dasar tersebut Penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai

pengabaian fakta adanya perdamaian antara Terdakwa dengan keluarga korban

dan korelasinya dengan restorative justice.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB IIIHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesesuaian Pengajuan Peninjauan Kembali Atas Alasan Adanya Kekeliruan

yang Nyata Berupa Pengesampingan Judex Factie Terhadap Fakta

Perdamaian Antara Terdakwa dan Keluarga Korban Dalam Perkara

Pembunuhan Dengan Ketentuan Pasal 263 KUHAP

1. Deskripsi Kasus

Terdakwa Adiguno Sutowo pada hari sabtu tanggal 1 januari 2005

sekitar pukul 04.45 WIB bertempat di Island Bar Fluid Club & Lounge di

Lantai Dasar Hotel Hilton International Jl. Jenderal Sudirman Jakarta

Pusat. Pada saat itu terdakwa bersama Vika Dewayani, saksi Novia

Herdiana alias Tinul dan saksi Thomas Edward Sisk alias Tom berkumpul

di kamar 1564 lantai 15 tempat terdakwa menginap. Sekitar setengah jam

kemudian yakni pada pukul 03.10 WIB, isteri terdakwa yaitu Vika

Dewayani memberitahu terdakwa agar pergi melihat anak terdakwa yang

sedang berada di Diskotik sehingga terdakwa bersama saksi Thomas

Edward Sisk alias Tom, saksi Novia Herdiana alias Tinul dan Aida pergi

menuju ke Island Bar Fluid Club & Lounge yang terletak di Lantai Dasar

Hotel Hilton; Setelah sampai di Island Bar Fluid Club & Lounge terdakwa

bersama saksi Novia Herdiana alias Tinul, Aida dan saksi Thomas Edward

sisk alias Tom masing-masing berpencar yaitu saksi Thomas Edward Sisk

alias Tom menuju ke Lounge memesan minuman coca cola sedang

terdakwa menuju ke counter Disc Jockey (DJ) dan bertemu dengan saksi

Fauzi Naro sambil bersalaman,sedang saksi Novia Herdiana alias Tinul,

bersama temannya bernama Aida berajojing sambil ngobrol masalah

musik.pukul 04.40 WIB, terdakwa bersama saksi Novia Herdiana alias

Tinul menuju ke Island Bar untuk memesan minuman dan sesampainya di

Island Bar terdakwa duduk di atas Meja Bar membelakangi korban

Yohanes Brahman Haerudi alias Rudi sedangkan saksi Novia Herdiana

alias Tinul berdiri disamping kanan terdakwa. Setelah saksi Daniel

Sibarani selesai membuat minuman dan memberikannya kepada saksi

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Novia Herdiana alias Tinul, korban Yohanes Brahman Haerudi alias Rudi

memberikan nota tagihan atau bill kepada saksi Novia Herdiana alias

Tinul menerima nota tagihan atau bill dari korban Yohanes, maka saksi

Novia Herdiana alias Tinul memberikan Kartu Kredit HSBC miliknya

kepada korban untuk membayar minuman seharga Rp.150.000,- (seratus

lima puluh ribu rupiah).Ketika minuman Vodca Tonik diberikan oleh saksi

Novia Herdiana alias Tinul kepada terdakwa, Terdakwa memesan kembali

minuman Lychee Martini dan Vodca Tonik kepada saksi Nyak Cut Nina

alias Nina dan setelah diantarkan dua gelas minuman kepada terdakwa,

terdakwa membayar harga minuman dengan memberikan kartu Debit

BCA kepada korban. Kartu Debit BCA milik terdakwa dibawa oleh

korban untuk diperlihatkan kepada saksi Hari Suprasto selaku Kasir

dengan mengatakan “Bisa nggak membayar dengan kartu debit BCA ini?”

dijawab oleh saksi Hari Suprasto “tidak bisa karena mesin edisinya belum

ada.Karena pembayaran harga minuman yang dipesan terdakwa tidak

dapat dibayar dengan menggunakan Kartu Debit BCA, korban

mengembalikan Kartu Debit BCA tersebut kepada saksi Novia Herdiana

alias Tinul,selanjutnya saksi Novia Herdiana alias Tinul memberikannya

kepadaKarena Kartu Debit BCA milik terdakwa tidak bisa dipakai

membayar harga minuman, terdakwa lalu marah-marah kepada korban

namun dilerai oleh saksi Novia Herdiana alias Tinul dengan mengatakan

kepada terdakwa “sudah, sudah”, tetapi terdakwa tidak menghiraukannya

sambil memutar badan ke arah korban, terdakwa menarik senjata api pistol

caliber 22 jenis S&W dari pinggang terdakwa dan dari jarak sekitar

setengah meter terdakwa menembak korban Yohanes Brahman Haerudi

alias Rudi sebanyak 1 (satu) kali yang mengenai dahi kanan korban

menyebabkan korban jatuh terlentantang. Selesai menembak korban,

terdakwa turun dari Meja Bar lalu menyerahkan pistolnya kepada saksi

Werner Saferna dengan cara terdakwa menempelkan pistolnya secara

paksa ke tangan kanan saksi Werner Saferna selanjutnya pistol yang

diterima saksi Werner Saferna dimasukkan ke kantong celana saksi dan

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

karena situasi panik saksi pulang ke rumahnya dengan membawa pistol

yang diterima dari terdakwa.Bahwa pistol yang dibawa dan digunakan

terdakwa menembak korban yaitu senjata api genggam jenis revolver,

model airlite, kaliber 22 LR merek S&Wtidak dilengkapi dengan surat izin

yang sah dan berdasarkan hasil pengecekan kepemilikan senjata api dari

Badan Intelijen Keamanan Mabes Polri diketahui bahwa senjata api

tersebut tidak terdaftar dalam data base kepemilikan senjata api non

organic TNI/Polri sebagaimana surat No.Pol B/20/I/2005/BAINTELKAM

tanggal 14 Januari 2005. Pada saat dilakukan penggeledahan di kamar

1564 tempat terdakwa menginap yang dilakukan oleh LILIK HARYATI

petugas dari Kepolisian Polres Metro Jakarta Pusat juga ditemukan 19

(sembilan belas) butir peluru di dalam closet/ penampung-an air di kamar

mandi;Bahwa baik senjata api genggam jenis revolver, model airlite,

kaliber 22 LR merek S&W maupun 3 (tiga) butir peluru yang terdapat di

dalamnya, serta 19(sembilan belas) butir peluru yang ditemukan di dalam

closet/penampungan air di kamar mandi terdawa ADIGUNA SUTOWO

tidak dilengkapi dengan Surat Izin yang sah dari pihak yang berwenang

2. Identitas Terdakwa

Nama : ADIGUNA SUTOWO;

Tempat lahir : Jakarta;

Umur / tanggal lahir : 47 Tahun/31 Mei 1958;

Jenis kelamin : Laki-Laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Jl. Kamboja No.1, Kecamatan Menteng.

Jakarta Pusat

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3. Dakwaan

Terdakwa didakwa oleh penuntut umum secara komulatif yaitu :

a. Dakwaan kesatu :

Membaca surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum pada

Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat sebagai berikut :

Bahwa terdakwa Adiguna Sutowo pada hari Sabtu tanggal 1 Januari

2005 sekitar Pukul 04.47 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu

dalam bulan Januari 2005, bertempat di Island Bar Fluid Club &

Lounge di Lantai Dasar Hotel Hilton International Jl. Jenderal

Sudirman Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya di suatu tempat yang

masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,

dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain yaitu Yohanes

Brahman Haerudi alias Rudi, perbuatan tersebut dilakukan oleh

terdakwa dengan cara sebagai berikut :

1) Pada hari Sabtu tanggal 01 Januari 2005 sekitar pukul 02.30 WIB,

terdakwa Adiguna Sutowo bersama saksi Vika Dewayani, saksi

Novia Herdiana alias Tinul dan saksi Thomas Edward Sisk alias

Tom pergi ke Hotel Hilton International di Jl. Jend. Sudirman

Jakarta Pusat setelah selesai merayakan malam Tahun Baru 2005 di

Restoran Dragon Fly Café di gedung BIP di Jl Gatot Subroto

Jakarta, setibanya di Hotel Hilton International terdakwa bersama

Vika Dewayani, saksi Novia Herdiana alias Tinul dan saksi

Thomas Edward Sisk alias Tom berkumpul di kamar 1564 lantai

15 tempat terdakwa menginap. Sekitar setengah jam kemudian

yakni pada pukul 03.10 WIB, isteri terdakwa yaitu Vika Dewayani

memberitahu terdakwa agar pergi melihat anak terdakwa yang

sedang berada di Diskotik sehingga terdakwa bersama saksi

Thomas Edward Sisk alias Tom, saksi Novia Herdiana alias Tinul

dan Aida pergi menuju ke Island Bar Fluid Club & Lounge yang

terletak di Lantai Dasar Hotel Hilton;

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2) Setelah sampai di Island Bar Fluid Club & Lounge terdakwa

bersama saksi Novia Herdiana alias Tinul, Aida dan saksi Thomas

Edward sisk alias Tom masing-masing berpencar yaitu saksi

Thomas Edward Sisk alias Tom menuju ke Lounge memesan

minuman coca cola sedang terdakwa menuju ke counter Disc

Jockey (DJ) dan bertemu dengan saksi Fauzi Naro sambil

bersalaman terdakwa mengucapkan “Selamat Tahun Baru 2005”

kepada saksi Fauzi Naro, sedang saksi Novia Herdiana alias Tinul,

bersama temannya bernama Aida berajojing sambil ngobrol

masalah musik;

3) Sekitar pukul 04.40 WIB, terdakwa bersama saksi Novia Herdiana

alias Tinul menuju ke Island Bar untuk memesan minuman dan

sesampainya di Island Bar terdakwa duduk di atas Meja Bar

membelakangi korban Yohanes Brahman Haerudi alias Rudi

sedangkan saksi Novia Herdiana alias Tinul berdiri disamping

kanan terdakwa. Saksi Novia Herdiana alias Tinul memesan

minuman berupa satu gelas Lychee Martini dan satu gelas Vodca

Tonik kepada saksi Daniel Sibarani yang saat itu bersama korban

berdiri di belakang Meja Bar tempat terdakwa duduk

4) Setelah saksi Daniel Sibarani selesai membuat minuman dan

memberikannya kepada saksi Novia Herdiana alias Tinul, korban

Yohanes Brahman Haerudi alias Rudi memberikan nota tagihan

atau bill kepada saksi Novia Herdiana alias Tinul menerima nota

tagihan atau bill dari korban Yohanes mengatakan kepada korban

“Mas, bisa cash kekamar ndak? Dijawab oleh korban “tidak bisa”.

Karena pembayaran harga minuman tidak bisa cash ke kamar,

maka saksi Novia Herdiana alias Tinul memberikan Kartu Kredit

HSBC miliknya kepada korban untuk membayar minuman seharga

Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah);

5) Ketika minuman Vodca Tonik diberikan oleh saksi Novia Herdiana

alias Tinul kepada terdakwa, saksi Novia Herdiana alias Tinul

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

memberitahu terdakwa dengan mengatakan “Jack, minumannya

tidak bisa di cash ke kamar tapi saya sudah bayar”. Selesai

memberikan minuman Vodca Tonik kepada terdakwa, saksi Novia

Herdiana alias Tinul memberi tahu saksi Daniel Sibarani dengan

mengatakan “Mas saya takut dengan orang yang ada disebelah

saya, dia adalah Adiguna Sutowo yang punya Hilton dan dia

mempunyai senjata”;

6) Terdakwa memesan kembali minuman Lychee Martini dan Vodca

Tonik kepada saksi Nyak Cut Nina alias Nina dan setelah

diantarkan dua gelas minuman kepada terdakwa, terdakwa

membayar harga minuman dengan memberikan kartu Debit BCA

kepada korban. Kartu Debit BCA milik terdakwa dibawa oleh

korban untuk diperlihatkan kepada saksi Hari Suprasto selaku

Kasir dengan mengatakan “Bisa nggak membayar dengan kartu

debit BCA ini?” dijawab oleh saksi Hari Suprasto “tidak bisa

karena mesin edisinya belum ada”;

7) Karena pembayaran harga minuman yang dipesan terdakwa tidak

dapat dibayar dengan menggunakan Kartu Debit BCA, korban

mengembalikan Kartu Debit BCA tersebut kepada saksi Novia

Herdiana alias Tinul,selanjutnya saksi Novia Herdiana alias Tinul

memberikannya kepada terdakwa. Karena Kartu Debit BCA milik

terdakwa tidak bisa dipakai membayar harga minuman, terdakwa

lalu marah-marah kepada korban namun dilerai oleh saksi Novia

Herdiana alias Tinul dengan mengatakan kepada terdakwa “sudah,

sudah”, tetapi terdakwa tidak menghiraukannya sambil memutar

badan ke arah korban, terdakwa menarik senjata api pistol caliber

22 jenis S&W dari pinggang terdakwa dan dari jarak sekitar

setengah meter terdakwa menembak korban Yohanes Brahman

Haerudi alias Rudi sebanyak 1 (satu) kali yang mengenai dahi

kanan korban menyebabkan korban jatuh terlentang;

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

8) Selesai menembak korban, terdakwa turun dari Meja Bar lalu

menyerahkan pistolnya kepada saksi Werner Saferna dengan cara

terdakwa menempelkan pistolnya secara paksa ke tangan kanan

saksi Werner Saferna selanjutnya pistol yang diterima saksi

Werner Saferna dimasukkan ke kantong celana saksi dan karena

situasi panik saksi pulang ke rumahnya dengan membawa pistol

yang diterima dari terdakwa;

9) Korban Yohanes Brahman Haerudi alias Rudi yang terluka akibat

luka tembak kemudian diangkat oleh saksi Yerry Eka Nugraha,

saksi Hari Gunawan Isa dan saksi Daniel Sibarani untuk dibawa ke

klinik Sutowosutowo Medical Service Hotel Hilton International

yang terletak di dalam lingkungan Hotel Hilton sedang terdakwa

dengan melalui pintu belakang ia keluar dari Island Bar namun

ketika keluar dari Island Bar terdakwa melihat korban sedang

digotong oleh beberapa orang dan terdakwa kemudian ikut juga

menggotong korban untuk dibawa ke klinik Sutowo-sutowo

Medical Service, setelah itu terdakwa kembali ke kamar 1564

tempat terdakwa menginap. Selesai mendapat pertolongan pertama

dari saksi Nathalia Christina, dokter jaga pada Sutowo-sutowo

Medical Service korban Yohanes Brahman Haerudi alias Rudi lalu

dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) di daerah

Bendungan Hilir, Jakarta Pusat dan tidak berapa lama kemudian

korban meninggal di Rumah Sakit;

10) Saksi Novia Herdiana alias Tinul yang ketakutan melihat

penembakan tersebut kemudian pergi ke kamar 1564 menemui

isteri terdakwa yaitu saksi Vika Dewayani dengan mengatakan “ di

Island Bar Fluid Club telah terjadi penembakan yang dilakukan

oleh Adiguna Sutowo”;

11) Pada sekitar pukul 05.30 WIB, saksi Vika Dewayani kemudian

menghubungi saksi Thomas Edward Sisk alias Tom melalui

telepon ke kamar 1271 dengan mengatakan “Ada Kecelakaan”

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

kemudian saksi Thomas Edward Sisk alias Tom menuju ke kamar

1564 dan setibanya di kamar tersebut saksi Thomas Edward Sisk

alias Tom melihat terdakwa sedang mondar-mandir seperti orang

kebingunan. Saat itu saksi Thomas Edward Sisk alias Tom melihat

saksi Novia Herdiana alias Tinul mengatakan kepada saksi Thomas

Edward Sisk alias Tom “Ada sesuatu yang terjadi di bawah:.

Setelah mendapat informasi tersebut saksi Thomas Edward Sisk

alias Tom turun ke Fluid Club anda Lounge dan bertemu dengan

General Manager Fluid Club dan Lounge yaitu saksi Yerri Eka

Nugraha yang memberitahukan “Di Diskotik ini telah ada

kejadian”;

12) Bahwa luka tembak yang diderita korban pada dahi kanan

menyebabkan kerusakan jaringan otak serta pendarahan dan

kerusakan pada tulang tengkorak akibat tembakan senjata api pada

daerah dahi kanan hal mana sesuai dengan anak peluru yang

ditembakan oleh senjata api caliber 22 S&W;Sebab matinya

korban akibat tembakan senjata api pada daerah dahi kanan,

sebagaimana diuraikan dalam Visum Et Repertum Nomor:

007/SK.II/01/2-2005 tanggal 13 Januari 2005 yang dibuat dan

ditandatangani oleh Dr.Abdul Mun’im Idris, SpF dokter Spesialis

Forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta;

13) Bahwa butir peluru yang berasal dari tubuh korban identik dengan

anak peluru yang ditembakkan dari laras senjata api genggam jenis

revolver, model Airlite Kaliber 22 S&W sebagaimana diuraikan

dalam kesimpulan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris

Kriminalistik Badan Reskrim Polri No.LAB : 18/BSF/2005 tanggal

13 Januari 2005;

Perbuatan terdakwa tersebut di atas sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam Pasal 338 Kitab Undang Hukum Pidana;

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

b. Dakwaan kedua :

Bahwa terdakwa Adiguna Sutowo pada hari Sabtu tanggal 1

Januari 2005 sekitar Pukul 04.47 WIB atau setidak-tidaknya pada

suatu waktu dalam bulan Januari 2005, atau setidak-tidaknya masih

dalam tahun 2005, bertempat di Island Bar Fluid Club & Lounge di

Lantai Dasar Hotel Hilton International Jl. Jend. Sudirman Jakarta

Pusat atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk

dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, tanpa hak,

menerima, mencoba, memperoleh, menyerahkan atau mencoba

menyerahkan, menguasai, membawa mempunyai persediaan padanya

atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, menyembunyikan,

mempergunakan sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan

peledak, perbuatan terdakwa dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Pada hari Sabtu tanggal 01 Januari 2005 sekitar pukul 02.30 WIB,

terdakwa Adiguna Sutowo bersama saksi Vika Dewayani, saksi

Novia Herdiana alias Tinul dan saksi Thomas Edward Sisk alias

Tom pergi ke Hotel Hilton International di Jl. Jend. Sudirman

Jakarta Pusat setelah selesai merayakan malam Tahun Baru 2005 di

Restoran Dragon Fly Café di gedung BIP di Jl.Gatot Subroto

Jakarta, setibanya di Hotel Hilton International terdakwa bersama

Vika Dewayani, saksi Novia Herdiana alias Tinul dan saksi

Thomas Edward Sisk alias Tom berkumpul di kamar 1564 lantai

15 tempat terdakwa menginap. Sekitar setengah jam kemudian

yakni pada pukul 03.10 WIB, isteri terdakwa yaitu Vika Dewayani

memberitahu terdakwa agar pergi melihat anak terdakwa yang

sedang berada di Diskotik sehingga terdakwa bersama saksi

Thomas Edward Sisk alias Tom, saksi Novia Herdiana alias Tinul

dan Aida pergi menuju ke Island Bar Fluid Club & Lounge yang

terletak di Lantai Dasar Hotel Hilton;

2) Setelah sampai di Island Bar Fluid Club & Lounge terdakwa

bersama saksi Novia Herdiana alias Tinul, Aida dan saksi Thomas

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Edward sisk alias Tom masing-masing berpencar yaitu saksi

Thomas Edward Sisk alias Tom menuju ke Lounge memesan

minuman coca cola sedang terdakwa menuju ke counter Disc

Jockey (DJ) dan bertemu dengan saksi Fauzi Naro sambil

bersalaman terdakwa mengucapkan “Selamat Tahun Baru 2005”

kepada saksi Fauzi Naro, sedang saksi Novia Herdiana alias Tinul,

bersama temannya bernama Aida berajojing sambil ngobrol

masalah musik;

3) Sekitar pukul 04.40 WIB, terdakwa bersama saksi Novia Herdiana

alias Tinul menuju ke Island Bar untuk memesan minuman dan

sesampainya di Island Bar terdakwa duduk di atas Meja Bar

membelakangi korban Yohanes Brahman Haerudi alias Rudi

sedangkan saksi Novia Herdiana alias Tinul berdiri disamping

kanan terdakwa. Saksi Novia Herdiana alias Tinul memesan

minuman berupa satu gelas Lychee Martini dan satu gelas Vodca

Tonik kepada saksi Daniel Sibarani yang saat itu bersama korban

berdiri di belakang Meja Bar tempat terdakwa duduk;

4) Setelah saksi Daniel Sibarani selesai membuat minuman dan

memberikannya kepada saksi Novia Herdiana alias Tinul, korban

Yohanes Brahman Haerudi alias Rudi memberikan nota tagihan

atau bill kepada saksi Novia Herdiana alias Tinul menerima nota

tagihan atau bill dari korban Yohanes mengatakan kepada korban

“Mas, bisa cash kekamar ndak? Dijawab oleh korban “tidak bisa”.

Karena pembayaran harga minuman tidak bisa cash ke kamar,

maka saksi Novia Herdiana alias Tinul memberikan Kartu Kredit

HSBC miliknya kepada korban untuk membayar minuman seharga

Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah);

5) Ketika minuman Vodca Tonik diberikan oleh saksi Novia Herdiana

alias Tinul kepada terdakwa, saksi Novia Herdiana alias Tinul

memberitahu terdakwa dengan mengatakan “Jack, minumannya

tidak bisa di cash ke kamar tapi saya sudah bayar”. Selesai

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

memberikan minuman Vodca Tonik kepada terdakwa, saksi Novia

Herdiana alias Tinul memberi tahu saksi Daniel Sibarani dengan

mengatakan “Mas saya takut dengan orang yang ada disebelah

saya, dia adalah Adiguna Sutowo yang punya Hilton dan dia

mempunyai senjata”;

6) Terdakwa memesan kembali minuman Lychee Martini dan Vodca

Tonik kepada saksi Nyak Cut Nina alias Nina dan setelah

diantarkan dua gelas minuman kepada terdakwa, terdakwa

membayar harga minuman dengan memberikan kartu Debit BCA

kepada korban. Kartu Debit BCA milik terdakwa dibawa oleh

korban untuk diperlihatkan kepada saksi Hari Suprasto selaku

Kasir dengan mengatakan “Bisa nggak membayar dengan kartu

debit BCA ini?” dijawab oleh saksi Hari Suprasto “tidak bisa

karena mesin edisinya belum ada”;

7) Karena pembayaran harga minuman yang dipesan terdakwa tidak

dapat dibayar dengan menggunakan Kartu Debit BCA, korban

mengembalikan Kartu Debit BCA tersebut kepada saksi Novia

Herdiana alias Tinul,selanjutnya saksi Novia Herdiana alias Tinul

memberikannya kepada terdakwa. Karena Kartu Debit BCA milik

terdakwa tidak bisa dipakai membayar harga minuman, terdakwa

lalu marah-marah kepada korban namun dilerai oleh saksi Novia

Herdiana alias Tinul dengan mengatakan kepada terdakwa “sudah,

sudah”, tetapi terdakwa tidak menghiraukannya sambil memutar

badan ke arah korban, terdakwa menarik senjata api pistol caliber

22 jenis S&W dari pinggang terdakwa dan dari jarak sekitar

setengah meter terdakwa menembak korban Yohanes Brahman

Haerudi alias Rudi sebanyak 1 (satu) kali yang mengenai dahi

kanan korban menyebabkan korban jatuh terlentang;

8) Selesai menembak korban, terdakwa turun dari Meja Bar lalu

menyerahkan pistolnya kepada saksi Werner Saferna dengan cara

terdakwa menempelkan pistolnya secara paksa ke tangan kanan

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

saksi Werner Saferna selanjutnya pistol yang diterima saksi

Werner Saferna dimasukkan ke kantong celana saksi dan karena

situasi panik saksi pulang ke rumahnya dengan membawa pistol

yang diterima dari terdakwa;

9) Bahwa pistol yang dibawa dan digunakan terdakwa menembak

korban yaitu senjata api genggam jenis revolver, model airlite,

kaliber 22 LR merek S&W tidak dilengkapi dengan surat izin yang

sah dan berdasarkan hasil pengecekan kepemilikan senjata api dari

Badan Intelijen Keamanan Mabes Polri diketahui bahwa senjata

api tersebut tidak terdaftar dalam data base kepemilikan senjata api

non organic TNI/Polri sebagaimana surat No.Pol

B/20/I/2005/BAINTELKAM tanggal 14 Januari 2005. Pada saat

dilakukan penggeledahan di kamar 1564 tempat terdakwa

menginap yang dilakukan oleh LILIK HARYATI petugas dari

Kepolisian Polres Metro Jakarta Pusat juga ditemukan 19

(sembilan belas) butir peluru di dalam closet/penampung-an air di

kamar mandi;

10) Bahwa baik senjata api genggam jenis revolver, model airlite,

kaliber 22 LR merek S&W maupun 3 (tiga) butir peluru yang

terdapat di dalamnya, serta 19 (sembilan belas) butir peluru yang

ditemukan di dalam closet/penampungan air di kamar mandi

terdawa ADIGUNA SUTOWO tidak dilengkapi dengan Surat Izin

yang sah dari pihak yang berwenang;

Perbuatan terdakwa tersebut di atas sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang R.I. Nomor

12/Drt/1951;

4. Tuntutan Pidana

Membaca tuntutan Jaksa/Penuntut Umum tanggal 10 Mei 2005

yang isinya adalah sebagai berikut :

a. Menyatakan terdakwa Adiguna Sutowo terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pembunuhan”

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana dalam dakwaan kesatu dan “tanpa hak membawa,

menguasai, senjata api dan amunisi” sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor

12/Drt/1951 dalam dakwaan kedua;

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Adiguna Sutowo dengan

pidana penjara selama seumur hidup dengan perintah terdakwa tetap

ditahan;

c. Menyatakan barang bukti berupa :

1) 16 (enam belas) butir peluru kaliber 22;

2) 1 (satu) pucuk senjata api jenis SMITH & WESSIN kaliber 22

berwarna silver berikut 3 (tiga) peluru amunisi/peluru kaliber 22;

3) 1 (satu) butir proyektil yang diambil dari tubuh korban Yohanes

Brahman Chaerudin; Dirampas untuk negara diserahkan kepada

pihak Kepolisian;

4) 1 (satu) buah Hand Phone Nokia tipe 6610 warna hitam berikut

Sim cardnya nomor 0815 163 4023; Dikembalikan kepada saksi

Chaedar Santoso;

5) 1 (satu) setel seragam kerja berwarna abu-abu bernoda darah

berikut ikat pinggang warna hitam;

6) 1 (satu) kaos berwarna lengan panjang berwarna abu-abu bernoda

darah;

7) 1 (satu) buah topi warna coklat; Dikembalikan kepada keluarga

korban;

8) 1 (satu) buah baju lengan panjang warna putih; Dikembalikan

kepada terdakwa Adiguna Sutowo;

9) 4 (empat) buah handuk warna putih; Dikembalikan kepada pihak

Hotel Hilton International;

10) 2 (dua) lembar slip bukti pembayaran yang ditanda tangani oleh

pemilik kartu;

11) 1 (satu) lembar kwitansi/bill;

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

12) 3 (tiga) lembar kwitansi/bill; Dikembalikan kepada pihak Island

Bar Fluid Club & Lounge;

d. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp.2.500,-(dua ribu lima ratus rupiah);

5. Amar Putusan Pengadilan Jakarta Pusat

Membaca putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 16

Juni2005 No.273/Pid.B/2005/PN.JKT.PST yang amar lengkapnya sebagai

berikut

a. Menyatakan terdakwa Adiguna Sutowo terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “PEMBUNUHAN”

dan “TANPA HAK MEMBAWA, MENGUASAI, SENJATA API

DAN AMUNISI” ;

b. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana penjara selama

7(tujuh) tahun;

c. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, kecuali waktu selama dia

dirawatnginap di rumah sakit di luar Rumah Tahanan Negara yang

tidak ikut dikurangkan;

d. Memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;

e. Menetapkan barang bukti berupa :

1) 16 (enam belas) butir peluru kaliber 22, 1 (satu) pucuk senjata api

jenis SMITH & WESSIN kaliber 22 berwarna silver berikut 3

(tiga) peluru amunisi/peluru kaliber 22, 1 (satu) butir proyektil

yang diambil dari tubuh korban Yohanes Brahman Chaerudin,

dirampas untuk negara diserahkan kepada pihak Kepolisian;

2) 1 (satu) buah Hand Phone Nokia tipe 6610 warna hitam berikut

Sim cardnya nomor 0815 163 4023, dikembalikan kepada saksi

Chaedar Santoso;

3) 1 (satu) setel seragam kerja berwarna abu-abu bernoda darah

berikut ikat pinggang warna hitam, 1 (satu) kaos berwarna lengan

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

panjang berwarna abu-abu bernoda darah, 1 (satu) buah topi warna

coklat,dikembalikan kepada keluarga korban;

4) 1 (satu) buah baju lengan panjang warna putih;Dikembalikan

kepada terdakwa Adiguna Sutowo;

5) 4 (empat) buah handuk warna putih; Dikembalikan kepada pihak

Hotel Hilton International;

6) 2 (dua) lembar slip bukti pembayaran yang ditanda tangani oleh

pemilik kartu, 1 (satu) lembar kwitansi/bill, 3 (tiga) lembar

kwitansi/bill;Dikembalikan kepada pihak Island Bar Fluid Club &

Lounge;

7) Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);

6. Amar Pengadilan Tinggi Jakarta

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Jakarta tanggal 10 Agustus

2005 No. 107/PID/2005/PT.DKI .yang amar lengkapnya sebagai berikut :

a. Menerima permintaan pemeriksaan dalam tingkat banding dari

pembanding yaitu terdakwa maupun Penuntut Umum;

b. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

No.273/Pid.B/2005/PN.JKT.PST tanggal 16 Juni 2005;

c. Memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;

d. Membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam kedua

tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp.5.000,- (lima

ribu rupiah);

7. Amar Putusan Kasasi

Membaca putusan Mahkamah Agung RI tanggal 3 Januari 2006

No.2034K/PID/2005 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

a. Menolak permohonan kasasi dari para Pemohon Kasasi Jaksa Penuntut

Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat dan Pemohon Kasasi/

Terdakwa Adiguna Sutowo

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

8. Alasan-Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali

a. Kekhilafan Nyata atau Kekeliruan yang Nyata Dalam Penerapan Pasal

338 KUHP.

Dalam membahas dakwaan kesatu khususnya yang berkaitan

dengan pembahasan unsur dengan sengaja, Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat telah memberikan pertimbangan-pertimbangan

sebagaimana tercantum dalam putusannya pada halaman 119 angka 2

dan seterusnya sampai dengan halaman 121 sebagai berikut :“Bahwa

berikutnya saksi Novia Herdiana alias Tinul memesan minuman

kembali dan menyerahkan kartu kredit BCA kepada korban Yohanes

Brahman Haerudi alias Rudi kemudian oleh korban setelah bertanya

kepada kasir saksi Hari Suprasto ternyata saksi menolak karena mesin

untuk kartu debit BCA belum ada, kemudian oleh saksi Novia

Herdiana alias Tinul dikembalikan kepada terdakwa Adiguna Sutowo

akan tetap terdakwa marahmarah kepada korban Yohanes Brahman

Haerudi alias Rudi yang berdiri di samping kiri posisi belakang

terdakwa, kemudian saksi Novia Herdiana alias Tinul mengatakan

‘sudah-sudah” akan tetapi terdakwa Adiguna Sutowo tidak

menghiraukannya, lalu dengan masih duduk di meja bar terdakwa

Adiguna Sutowo mengarahkan pistol kepada korban Yohanes

Brahman Haerudi alias Rudi, menarik pistol sebanyak 3 (tiga) kali

dimana 2 (dua) kali berbunyi “cetak-cetak” atau klik-kilk” dan untuk

tarikan yang ketiga maka pistol meletus berbunyi “jedeer” mengenai

kepala pada daerah dahi kanan korban dan mengakibatkan jatuh

terlentang di lantai (vide putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

halaman 119 angka 2-120);

“Bahwa walaupun melihat korban jatuh terlentang di dalam bar

terdakwa Adiguna Sutowo masih mengarahkan pistol ke arah korban

Yohanes Brahman Haerudi alias Rudi setelah itu kemudian terdakwa

turun dari meja bar serta menyerahkannya pistolnya dengan cara

menempelkan secara paksa ke tangan saksi Werner Saferna yang

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

berdiri disamping kanan terdakwa………..dst” (vide Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat halaman 120 angka 3);

“Bahwa akibat penembakan tersebut maka korban Yohanes

Brahman Haerudi alias rudi menderita sebuah luka tembak masuk pada

dahi kanan, kerusakan pada jaringan otak serta pendarahaan dan

kerusakan pada tulang tengkorak serta sebutir anak peluru

sebagaimana Visum Et Repertum No.007/SK.II/01-2-2005 bertanggal

Jakarta 13 Januari 2005 yang dibuat Dokter Abdul Mun’im Idries SpF

dan korban menjadi meninggal dunia akibat tembakan senjata api pada

daerah dahi kanan, berdasarkan efek lukanya dan ciri anak peluru luka

tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh, peluru masuk

tegak lurus dengan diameter anak peluru 6 milmeter alur ke kanan, hal

mana sesuai dengan anak peluru yang ditembakan oleh senjata api

kaliber 22 type S&W (vide putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

halaman 120 angka 4-halaman 121);

Dari pertimbangan-pertimbangan yang telah dikutip di atas,

dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut

1) Posisi korban sewaktu terdakwa (Pemohon Peninjauan kembali)

menembakkan senjatanya adalah berada di belakang

Terdakwa(Pemohon Peninjauan kembali);

2) Penembakan dilakukan oleh terdakwa (Pemohon Peninjauan

kembali) dalam jarak jauh;

3) Setelah korban jatuh terlentang dan belum meninggal dunia,

terdakwa (Pemohon Peninjauan kembali) telah mengarahkan

pistolnya ke arah korban, tetapi terdakwa ( Pemohon Peninjauan

kembali) tidak menembak lagi, bahkan terdakwa (Pemohon

Peninjauan kembali) ikut mengangkat korban untuk dibawa ke

Klinik Sutowo Medical Centre Hotel Hilton International;

Dari kesimpulan yang dapat ditarik dari pertimbangan-

pertimbangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut di atas

menunjukan bahwa posisi korban sewaktu dilakukan penembakan oleh

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

terdakwa (Pemohon Peninjauan kembali) adalah di belakang terdakwa

(Pemohon Peninjauan kembali) membelakangi korban dan tidak

ternyata dari pertimbangan tersebut bahwa sewaktu terdakwa

(Pemohon Peninjauan kembali) melakukan penembakan membalikan

badannya sehingga berhadapan dengan korban atau menolehkan

mukanya ke arah korban, ditambah dengan posisi terdakwa (Pemohon

Peninjauan kembali) yang jauh dari korban sewaktu melakukan

penembakan dan keadaan bar yang biasanya remang-remang, dan

keadaan terdakwa (Pemohon Peninjauan kembali) masih dipengaruhi

minuman berkadar alkohol, maka didapati petunjuk bahwa terdakwa

(Pemohon Peninjauan kembali) dalam melakukan penembakan

tersebut tidak mempunyak kesengajaan untuk menghilangkan nyawa

korban, karena adanya posisi terdakwa (Pemohon Peninjauan kembali)

yang membelakangi dan jauh dari korban, terdakwa (Pemohon

Peninjauan Kembali) tidak dapat mengarahkan penembakan ke bagian

yang mematikan dari tubuh korban. Terdakwa (Pemohon Peninjauan

kembali) tidak mempunyai maksud atau kehendak untuk

menghilangkan nyawa korban dapat dilihat pula bahwa sewaktu

korban jatuh terlentang di lantai dan masih hidup (korban baru

meninggal di RSAL Bendungan Hilir, Jakarta Pusat) terdakwa

(Pemohon Peninjauan kembali) tidak menembak lagikorban walaupun

terdakwa (Pemohon Peninjauan kembali) mengarahkan pistolnya ke

arah korban, bahkan terdakwa (Pemohon Peninjauan kembali) ikut

menolong dengan mengangkat korban dibawa ke Klinik Sutowo

Medical Centre Hotel Hilton International;

Perbuatan terdakwa (Pemohon Peninjauan kembali) tersebut

tidak dapat dikwalifisir sebagai tindak pidana Pembunuhan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338 KUHP, akan tetapi

merupakan tindak pidana Penganiayaan yang mengakibatkan matinya

orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 351 ayat (3) KUHP yang

ancaman pidananya lebih ringan dari Pembunuhan, dan dalam perkara

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

a quo tindak pidana yang dimaksud dalam Pasal 351 ayat (3) KUHP

tersebut tidak didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum

b. Kekhilafan Nyata dan Kekeliruan yang Nyata Dalam Penerapan

Hukum Acara Pidana.

1) Pertimbangan Majelis Hakim dalam perkara a quo yang berkaitan

dengan terbuktinya dakwaan kedua kurang cukup pertimbangannya

(onvoldoendegemotiveerd) yaitu dalam dakwaan kedua Jaksa

Penuntut Umum mengemukakan sebagai unsur tindak pidana dari

Pasal 1 ayat (1) No.12/Drt/1951 adalah tanpa hak, menerima,

mencoba, memperoleh menyerahkan atau mencoba menyerahkan,

menguasai, membawa,mempunyai persediaan padanya atau

mempunyai dalam miliknya,menyimpan, menyembunyikan,

mempergunakan sesuatu senjata api,amunisi atau sesuatu bahan

peledak (vide putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat halaman 7)

tetapi oleh Majelis hakim dalam perkara a quo yang dicantumkan

dan dipertimbangkan sebagai unsur tindak pidana dari Pasal 1 ayat

91) UU No.12/Drt/1951 hanya unsur “MEMBAWA,

MENGUASAI SENJATA API DAN AMUNISI” (vide putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat halaman 124 alinea kedua

halaman 129 alinea pertama) tidak ada pertimbangan yang memuat

alasan-alasan tidak dicantumkannya dan tidak dipertimbangkannya

unsur-unsur tindak pidana yang lain dari Pasal 1 ayat 91) UU

No.12/Drt/1951 seperti yang dikemukakan dalam dakwaan Jaksa

Penuntut Umum kurang cukup dipertimbangkan (onvoldoende

gemotiveerd) adalah alasan untuk batalnya putusan dalam tingkat

kasasi, dan Mahkamah Agung sewaktu mengadili perkara a quo

mestinya terlepas dari alasan-alasan kasasi yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi dapat membatalkan putusan judex facti atas dasar

kurang cukup pertimbangan (onvoldoende gemotiveerd);

2) Dalam mempertimbangkan terbuktinya dakwaan kedua, Majelis

Hakim dalam perkara a quo telah melanggar Pasal 183 KUHAP

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dimana dalam Pasal ini ditentukan pada pokoknya bahwa

berdasarkan alat bukti (sekurang-kurangnya dua alat bukti ) hakim

memperoleh keyakinan bahwa terdakwalah yang bersalah.

Ketentuan pokok dari Pasal 183 KUHAP tersebut adalah adanya

alat bukti lebih dahulu baru kemudian diperoleh keyakinan atas

dasar alat bukti. Sedangkan pendapat tentang terbuktinya dakwaan

kedua Majelis Hakim perkara a quo didasarkan atas keyakinan

dahulu baru kemudian didasarkan atas alat bukti. Hal ini terlihat

dari pertimbangan hukumnya bahwa yang disebut sebagai unsure

tindak pidana dari Pasal 1 ayat (1) UU No.12/Drt/1951 adalah

tanpa hak menerima, mencoba, memperoleh, menyerahkan atau

mencoba menyerahkan, menguasai, membawa mempunyai

persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya,

menyimpang, menyembunyikan,mempergunakan senjata api,

amunsi atau sesuatu bahan peledak) dan apabila ini dikaitkan

dengan bunyi amar putusan, maka dapat disimpulkan bahwa

Majelis Hakim dalam perkara a quo telah memilih sebagai unsur

tindak pidana dari Pasal 1 ayat (1) UU No.12/Drt/1951 yang

diyakini sebagai terbukti sebelum memberi pertimbangan-

pertimbangan yang didasarkan atas alat bukti yang sah;

3) Dari pertimbangan Majelis Hakim dalam perkara a quo seperti

termuat pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat halaman

128 angka 5 – halaman 129 dapat disimpulkan bahwa pendapat

Majelis Hakim tentang terbuktinya terdakwa (Pemohon Peninjauan

kembali) atas tindak pidana membawa, menguasai amunisi

didasarkan atas :

a) Fakta hukum, dan,

b) Pembuktian terbalik, hal mana ternyata dari adanya

pertimbangan yang berbunyi: “………bahwa terdakwa

Adiguna Sutowo tidak bias membuktikan sebaliknya tentang

kepemilikan dan eksistensi lebih lanjut 19 (sembilan belas)

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

butir peluru yang berada di kamar 1564 Hotel Hilton

International tempat terdakwa Adiguna Sutowo menginap”,

(vide putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat halaman 129);

Fakta hukum bukanlah alat bukti seperti yang dimaksud

dalam Pasal 184 KUHAP, fakta hukum adalah peristiwa yang

harus ditindaklanjuti hakim dengan menemukan hukumnya dan

sumber hukum yang dapat dipakai untuk menemukan hukum itu

antara lain adalah perundang-undangan yaitu dalam hal ini Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dengan

demikian Majelis Hakim dalam perkara a quo telah melanggar

Pasal 184 KUHAP jo Pasal 183 KUHAP, demikian juga mengenai

pembuktian terbalik, baik dalam hukum acara pidana maupun

dalam hukum pidana yang berlaku di Republik Indonesia tidak

dikenal adanya pembuktian terbalik yang dibebankan kepada

terdakwa yaitu dalam perkara ini terdakwa (Pemohon Peninjauan

kembali) tidak bisa dibebani untuk membuktikan sebaliknya

tentang kepemilikan dan eksistensi lebih lanjut 19 (sembilan belas)

butir peluru yang berada di kamar 1564 Hotel Hilton International

tempat terdakwa (Pemohon Peninjauan kembali) menginap. Oleh

karena putusan a quo hanya didasarkan atas fakta hukum yang

bukan merupakan salah satu alat bukti yang dimaksud dalam Pasal

184 KUHAP dan didasarkan atas pembuktian terbalik yang tidak

dikenal dalam hukum acara pidana danhukum pidana, maka

terdakwa (Pemohon Peninjauan kembali) harus dibebaskan dari

dakwaan kedua yang berkaitan dengan amunisi.

9. Pembahasan

Dalam penjelasan ini penulis ingin menyampaikan bahwa menurut

pandangan penulis bahwa dakwaan yangt dibuat oleh jaksa penuntut

umum telah sesuai yaitu dakwaan subsidair.Bentuk surat dakwaan

subsidair adalah bentuk dakwaan yang terdiri dari dua atau beberapa

dakwaan yang disusun dan dijejerkan secara berurutan (berturut-turut),

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

mulai dari dakwaan tindak pidana “yang terberat” sampai kepada dakwaan

tindak pidana “yang teringan ‘(Yahya harahap, 2010:402). Dimana dalam

dakwaan kesatu didakwakan mengenai pembunuhan dengan ancaman

hukuman selama seumur hidup sesuai dalam Pasal 338 KUHAP dan dalam

dakwaan kedua mengenai tanpa hak menguasai dan memiliki senjata api

sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) undang-undang republik indonesia nomor

12/drt/1951.Dalam hal ini penuntut umum telah tepat menggunakan

bentuk dakwaan subsidair dimana terdapat adanya relevansi antara

dakwaan pertama dan dakwaan kedua yang ditentukan oleh penuntut

umum.

Selain mengenai dakwaan tadi penulis melihat dari tuntutan yang

diajukan kepada terdakwa Adiguna Sutowo oleh jaksa penuntut umum

dalam peradilan judex factie yaitu Pasal 338 KUHAP dan Pasal 1 ayat (1)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 /Drt/1951.Hal tersebut

menurut pandangan penulis telah tepat.

Sementara itu dalam putusan yang dijatuhkan oleh hakim pada

tingkat pertama atau judex factie yaitu terdakwa telah secara sah dan

meyakinkan melakukan tindak pidana “PEMBUNUHAN “ dan “ TANPA

HAK MEMBAWA,MENGUASAI,SENJATA API DAN AMUNISI” dan

dijatuhi hukuman penjara selama 7 tahun .Menurut pandangan serta

penilaian penulis putusan yang dijatuhkan oleh hakim tersebut kurang

tepat karena seharusnya hukuman yang dijatuhkan kepada terdakwa

kurang berat karena pada saat melakukan kejahatan tersebut terdakwa

dalam keadaan emosi,sementara korban yang merupakan karyawan dari

bar yang berada di dalam hotel yang dimiliki oleh terdakwa pada awalnya

hanya berniat untuk memberikan penjelasan kepada terdakwa bahwa kartu

kredit yang dimiliki oleh terdakwa tidak dapat digunakan untuk

melakukan pembayaran.Terdakwa adalah seorang pemilik hotel dimana

korban menjadi karyawan seharusnya kan terdakwa bias mengayomi

korban yang merupakan karyawannya.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Alasan –alasan pengajuan peninjauan kembali berdasarkan Pasal

263 ayat (2) KUHAP yaitu :

a. Adanya keadaan baru

b. Adanya pelbagai putusan saling bertentangan

c. Kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata

Alasan-alasan pengajuan peninjauan kembali oleh pemohon

disesuaikan dengan alasan peninjauan kembali dalam Pasal 263 ayat(2)

KUHAP.Alasan ketiga pada huruf c yang dijadikan dasar mengajukan

permintaan peninjauan kembali,apabila dalam putusan terdapat dengan

jelas ataupun terlihat dengan nyata:

a. Kekhilafan hakim,atau

b. Kekeliruan hakim.

Hakim sebagai manusia ,tidak luput dari kekhilafan dan kekeliruan

.Kekhilafan dan kekeliruan itu bias terjadi dalam semu tingkat pengadilan

.Kekhilafan yang diperbuat Pengadilan Negeri sebagai peradilan tingkat

pertama ,bias berlanjuut pada tingkat banding,dan kekhilafan tingkat

pertama dan tingkat banding itu tidak tampak dalam tingkat kasasi

Mahkamah Agung.Padahal tujuan tingkat banding maupun tingkat kasasi

untuk meluruskan dan memperbaiki serta membenarkan kembali

kekeliruan yang diperbuat pengadilan yang lebih rendah.(Yahya

Harahap,2005:622)

Alasan –alasan peninjauan kembali pemohon yang dimaksudkan

oleh penulis tersebut adalah alasan peninjauan kembali pada huruf c yaitu

KEKHILAFAN HAKIM ATAU KEKELIRUAN YANG NYATA yaitu

pengesampingan fakta perdamaian antara terdakawa dan keluarga korban

dalam perkara pembunuhan.

a. Bahwa judex factie telah salah dalam penerapan hukum dimana

Perbuatan terdakwa (Pemohon Peninjauan kembali) tersebut tidak

dapat dikwalifisir sebagai tindak pidana Pembunuhan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 338 KUHP, akan tetapi merupakan tindak

pidana Penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang sebagaimana

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

dimaksud dalam Pasal 351 ayat (3) KUHP yang ancaman pidananya

lebih ringan dari Pembunuhan,dan dalam perkara a quo tindak pidana

yang dimaksud dalam Pasal 351 ayat (3) KUHP tersebut tidak

didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum

b. Bahwa pada hakekatnya orang tua korban bernama Alfonsus A.

Dagomez (Alfons Natono) telah membuat pernyataan yang

dilampirkan dalam pembelaan Tim Penasehat Hukum terdakwa

Adiguna Sutowo dimana pada dasarnya telah memaafkan terdakwa

Adiguna Sutowo, bahwa masibah yang menimba anaknya dari kaca

mata iman merupakan takdir dan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa

yang tidak mungkin dihindarkan dan hendaknya pelaku dihukum

seringan-ringanya bahkan bebas murni bagi Adiguna Sutowo dan hal

inipun disampaikan juga melalui media massa” (vide putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat halaman 136). Sungguhpun telah

dipertimbangkan terhadap adanya perdamaian secara kekeluargaan

atas permohonan dari keluarga korban, akan tetapi oleh judex factie

dari faktafakta tidak sama sekali mempertimbangkankan hal-hal yang

meringankan dalam menjatuhkan hukuman

c. Bahwa dalam fakta yang ada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263

ayat 2 huruf c KUHAP, dimana adanya bentuk perdamaian antara

terpidana dan keluarga korban kurang sempurna dipertimbangkan

d. Bahwa fakta adanya perdamaian antara terdakwa dengan keluarga

korban seharusnya dihubungkan dengan yurisprudensi (putusan

Pengadilan negeri Jakarta Utara tanggal 17 Juni 1978

No.46/Pid/UT/781/WAN)

Mengenai alasan peninjauan kembali penulis sependapat dengan

ketua majelis hakim yang menangani perkara ini yaitu DR.H.PARMAN

SOEPARMAN SH,MH selaku ketua muda yang ditetapkan oleh Ketua

Mahkamah Agung.selaku majelis hakim pemeriksa perkara memberikan

dissenting opinion sebagai berikut:

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

B. Korelasi Adanya Perdamaian Antara Terdakwa dan Keluarga Korban Sebagai

Alasan Pengajuan Peninjauan Kembali Dengan Prinsip Restorative Justice

1. Pertimbangan Hakim Peninjauan Kembali

Mengenai atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat :

Mengenai alasan-alasan huruf A dan huruf B:

bahwa alasan-alasan tersebut dapat dibenarkan, mengingat alasanalasan

sebagai berikut :

a. bahwa yang dimaksud kekhilafan hakim dan kekeliruan yang nyata

dalam Pasal 263 ayat 2 huruf c KUHAP, menurut Mahkamah Agung

antara lain :

1) bahwa kekeliruan yang nyata yaitu dalam fakta yang ada;

2) bahwa kekhilafan Hakim adalah kekhilafan dalam menerapkan

hukum antara lain misalnya dalam suatu perkara dinyatakan bahwa

pihak yang bersangkutan masih hidup, ternyata pada saat perkara

tersebut masuk dalam tingkat kasasi sudah meninggal (lihat Ketua

Mahkamah Aung R.I. Himpunan Notulen Rapat Pleno Tahun 1990

tahun 2001 hal. 259);

b. bahwa berpedoman pada butir 1 tersebut alasan-alasan yang diajukan

oleh Pemohon Peninjauan kembali/Terpidana “240 dalam huruf A dan

huruf B tidak termasuk dalam kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan

nyata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat 2 huruf c KUHAP;

Mengenai alasan huruf C

bahwa alasan ini dapat dibenarkan berdasarkan alasan-alasan yang pada

pokoknya sebagai berikut :

a. bahwa alasan tersebut, merupakan kekeliruan yang nyata yaitu dalam

fakta yang ada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat 2 huruf c

KUHAP,dimana adanya bentuk perdamaian antara terpidana dan

keluarga korban kurang sempurna dipertimbangkan;

b. bahwa fakta adanya perdamaian antara terdakwa dengan keluarga

korban seharusnya dihubungkan dengan yurisprudensi (putusan

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Pengadilan negeri Jakarta Utara tanggal 17 Juni 1978

No.46/Pid/UT/781/WAN) yang amarnya pada pokoknya adalah

sebagai berikut :

Menyatakan perbuatan tertuduh di atas :

Ny. ELLYA DADO

Terbukti dengan syah dan meyakinkan baik tuduhan primair, subsidair

dan subsidair lagi akan tetapi perbuatan-perbuatan itu dengan

penyelesaian secara damai diantara pihak-pihak, tidak merupakan

suatu kejahatan atau pelanggaran yang dapat dihukum lagi;

“Melepaskan tertuduh oleh karena itu dari segala tuntutan hukum;

Sehingga dengan demikian walaupun yurisprudensi tersebut tidak

sepenuhnya harus diikuti tetapi putusan a quo dapat di jadikan alasan

untuk pertimbangan yang lebih meringankan pidana yang dijatuhkan

khususnya yang berkaitan dengan dakwaan primair, apabila judex facti

/judex iuris telah mengetahui adanya putusan yang bersifat memenuhi

keadilan sosiologis (restorative justice) tersebut pada waktu

persidangan berlangsung;

c. Bahwa tidak berkelebihan untuk dikemukakan “restorative justice”

(keadilan sosiologis) adalah suatu proses melalui mana para pelaku

kejahatan yang menyesal menerima tanggung jawab atas kesalahan

mereka kepada mereka yang dirugikan dan kepada masyarakat yang

sebagai balasannya, mengizinkan bergabungnya kembali pelaku

kejahatan yang bersangkutan ke dalam masyarakat yang ditekankan

ialah pemulihan hubungan antara pelaku dengan korban (cq. keluarga

korban) di dalam masyarakat suatu keadilan sosiologis (restorative

justice) tersebut berbeda dengan sistem keadilan kriminal, yang

menurut Wright selalu mengharapkan penggunaan hukuman, yang

mengakibatkan “criminologenic” ( bersifat menciptakan kejahatan),

yakni penggunaan hukuman itu sendiri sebagai tindakan pertama

terhadap kejahatan, menghasilkan kejahatan

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

d. Bahwa memperhatikan Pasal 263 ayat 2 huruf a dan Pasal 266 ayat 3

memungkinkan Mahkamah Agung untuk menjatuhkan putusan yang

lebih ringan pada pemeriksaan tingkat Peninjauan kembali

2. Amar Putusan Mahkahah Agung

MENGADILI

a. Mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh

Pemohon Peninjauan kembali/Terpidana : ADIGUNA SUTOWO

tersebut;

b. Membatalkan putusan Mahkamah Agung tanggal 3 Januari 2006

Nomor 2034 K/Pid/2006 jis putusan Pengadilan Tinggi Jakarta tanggal

10 Agustus 2005, Nomor: 107/Pid/2005/PT.DKI dan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 16 Juni 2005 Nomor

273/Pid.B/2005/PN.Jkt.Pst,

MENGADILI KEMBALI

a. Menyatakan terpidana ADIGUNA SUTOWO terbukti secara sah dan

meyakinkan telah bersalah melakukan tindak pidana :

1) PEMBUNUHAN

2) TANPA HAK MEMBAWA, MENGUASAI, SENJATA API DAN

AMUNISI

b. Menghukum oleh karena itu terpidana dengan pidana penjara selama 4

(empat) tahun;

c. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terpidana

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, kecuali waktu

selama dia dirawat nginap di rumah sakit di luar Rumah Tahanan

Negara yang tidak ikut dikurangkan;

d. Menetapakan barang bukti berupa :

1) 16 (enam belas) butir peluru kaliber 22, 1 (satu) pucuk senjata api

jenis SMITH & WESSIN kaliber 22 berwarna silver berikut 3

(tiga) peluru amunisi/peluru kaliber 22, 1 (satu) butir proyektil

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

yang diambil dari tubuh korban Yohanes Brahman Chaerudin,

dirampas untuk negara diserahkan kepada pihak Kepolisian

2) 1 (satu) buah Hand Phone Nokia tipe 6610 warna hitam berikut

Sim cardnya nomor 0815 163 4023, dikembalikan kepada saksi

Chaedar Santoso;

3) 1 (satu) setel seragam kerja berwarna abu-abu bernoda darah

berikut ikat pinggang warna hitam, 1 (satu) kaos berwarna lengan

panjang berwarna abu-abu bernoda darah, 1 (satu) buah topi warna

coklat, dikembalikan kepada keluarga korban;

4) 1 (satu) buah baju lengan panjang warna putih; Dikembalikan

kepada terpidana Adiguna Sutowo;

5) 4 (empat) buah handuk warna putih; Dikembalikan kepada pihak

Hotel Hilton International;

6) 2 (dua) lembar slip bukti pembayaran yang ditanda tangani oleh

pemilik kartu, 1 (satu) lembar kwitansi/bill, 3 (tiga) lembar

kwitansi/bill; Dikembalikan kepada pihak Island Bar Fluid Club &

Lounge

e. Membebankan biaya perkara dalam semua tingkat peradilan kepada

terpidana, yang dalam pemeriksaan Peninjauan kembali ditetapkan

sebesar sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);

3. Pembahasan

Restorative justice adalah teori yang menyatakan bahwa korban

atau keluarganya dapat kembali kepada keadaan semula seperti sebelum

tindak pidana terjadi. Restorative Justice orang terjemahkan dengan

keadilan restoratif. Peradilan restoratif ialah suatu proses yang semua

pihak yang bertarung dalam suatu delik tertentu berkumpul bersama untuk

memecahkan masalah secara kolektif bagimana membuat persetujuan

mengenai akibat (buruk) suatu delik dan implikasinya di masa depan”.

Penyelesaian suatu perkara kriminal melalui restorative justice belum ada

payung hukumnya di Indonesia, karena perkara kriminal diambil alih oleh

negara yang diwakili jaksa, maka walaupun para pihak berdamai, perkara

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

jalan terus kecuali delik aduan.Hambatan lain untuk menerapkan

restorative justice harus melalui jalur memberi maaf dan meminta maaf

(forgiveness dan apology). Harus ditiadakan perasaan dendam, Keadilan

Restorative merupakan suatu pendekatan terhadap keadilan atas dasar

falsafah dan nilai-nilai tanggung jawab, keterbukaan, kepercayaan,

harapan, penyembuhan dan “inclusiveness” dan berdampak terhadap

pengambilan keputusan kebijakan sistem peradilan pidana dan praktisi

hukum di seluruh dunia dan menjanjikan hal positif kedepan berupa sistem

keadilan untuk mengatasi konflik akibat kejahatan dan hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan serta keadilan restorative dapat terlaksana apabila

fokus perhatian diarahkan pada kerugian akibat tindak pidana,

keprihatinan yang sama dan komitmen untuk melibatkan pelaku dan

korban, mendorong pelaku untuk bertanggung jawab, kesempatan untuk

dialog antara pelaku dan korban, melibatkan masyarakat terdampak

kejahatan dalam proses restorative, mendorong kerjasama dan reintegrasi ;

Keadilan restorative saat ini diarahkan pada skala prioritas pelaku

pemula(first time offender), seperti :

a. Tindak Pidana anak ;

b. Juvenile offenders

c. Tindak Pidana Kealfaan ;

d. Tindak pidana Pelanggaran ;

e. Tindak Pidana yang diancam dengan Pidana penjara dibawah lima

tahun dan

f. Tindak pidana ringan ;

Keadilan restorative di Indonesia belum diatur dengan jelas tetapi

penerapan Keadilan restorative telah dijumpai dalam UU. RI. No. 3 Tahun

1997 tentang Pengadilan Anak ; Kosep Keadilan restorative merupakan

kebutuhan bagi perundangundangan di Indonesia, bukan hanya ada pada

UU. RI. No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak atau Peradilan Ham,

bahkan kedepan diharapkan Keadilan restorative diharapkan dimasukkan

pada Kita Hukum Acara Pidana ; “RESTORATIVE JUSTICE DALAM

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

HUKUM PIDANA INDONESIA” belum ada payung hukumnya dalam

sistem hukum pidana di Indonesia, Dalam kenyataan kehidupan

masyarakat, pilihan kebijakan hukum dansaat ini termasuk di Indonesia.

Menempatkan pilihan Keadilan Restoratif dalam kebijakan hukum dan

penegakan hukum pada peristiwa pidana tidak boleh dipertentangkan

dengan pilihan lama Keadilan Retributif karena dua jenis Keadilan

tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu penyelesaian perkara pidana

untuk menemukan kebenaran materiel sekalipun dengan cara yang

berbeda, kebenaran materiel melalui Keadilan Retributif lebih fokus pada

pemidanaan (penghukuman) sedangkan kebenaran materiel Keadilan

Restoratif dicapai jika telah terjadi pemulihan keadaan atau hubungan

pelaku dan korban. Bahwa meskipun persoalan restotatif justice baru

merupakan cita-cita dan belum ada aturan formal dalam peraturan

perundangan R.I. akan tetapi sudah ada dan hidup dalam beberapa

masyarakat adat di Indonesia bahkan beberapa tahun terakhir Mahkamah

Agung R.I. sudah menerapkan konsep restotatif justice dalam beberapa

putusan perkara pidana penegakan hukum berbasis Keadilan Retributif

masih tetap dominan sampai

Bezemore dan Walgrave mendefinisikan restorative justice sebagai

setiap tindakan untuk menegakkan keadilan dengan memperbaiki

kerusakan yang ditimbulkan akibat suatu tindak pidana (“restorative

justice is every action that is primarily oriented toward doing justice by

repairing the harm that has been caused by a crime”. Teori ini berasal

dari common law dan tort law yang mengharuskan semua yang bersalah

dihukum. Hukuman menurut teori ini termasuk pelayanan masyarakat,

ganti rugi dan bentuk lain dari hukuman penjara yang membiarkan

terpidana tetap aktif dalam masyarakat.

Dalam restorative justice :

a. Kejahatan adalah perlukaan terhadap individu dan/atau masyarakat ;

b. Fokus pada pemecahan masalah ;

c. Memperbaiki kerugian ;

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

d. Hak dan kebutuhan korban diperhatikan ;

e. Pelaku di dorong untuk bertanggung jawab ;

f. Pertanggungjawaban pelaku adalah menunjukkan empati dan

menolong untuk memperbaiki kerugian ;

g. Respon terpaku pada perilaku menyakitkan akibat perilaku pelaku ;

h. Stigma dapat hilang melalui tindakan yang tepat;

i. Didukung agar pelaku menyesal dan maaf dimungkinkan untuk

diberikan oleh korban ;

j. Proses bergantung pada keterlibatan orang-orang yang terpengaruh

oleh kejadian;

k. Dimungkinkan proses menjadi profesional.

Dari uraian diatas telah mengggambarkan sebuah konsep

restorative justice yang didasarkan pada tujuan hukum sebagai upaya

menyelesaikan konflik dan mendamaikan antara pelaku dan korban

kejahatan. Pidana penjara bukanlah satu-satunya pidana yang dapat

diberikan pada pelaku, melainkan pemulihan kerugian, penderitaan yang

dialami korban bukanlah hal yang utama. Kewajiban merestorasi kejahatan

dalam bentuk restitusi dan kompensasi serta rekonsiliasi dan penyatuan

sosial merupakan bentuk pidana dalam konsep restorative justice.

Restorative justice diharapkan dapat memberikan rasa tanggungjawab

sosial pada pelaku dan mencegah stigmatisasi pelaku di masa yang akan

datang. Dengan demikian konsep restorative justice diharapkan paling

tidak bisa membatasi perkara yang menumpuk di pengadilan (walaupun

belum bisa diselesaikan melalui out of court settlement) dan bisa dijadikan

solusi dalam pencegahan kejahatan.

Berdasarkan uraian umum mengenai restorative justice yang

disampaikan penulis diatas dapat disimpulkan,apabila restorative justice

tersebut dihubungkan dengan kasus pembunuhan oleh terdakwa Adiguna

Sutowo yaitu dalam kasus ini adalah adanya upaya damai yang dilakukan

oleh pihak terdakwa yaitu adiguna suttowo kepada keluarga korban atau

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

melakukan upaya perdamaian .Hal tersebut dapat dikatakan sebagai upaya

penerapan restorative justice yang dilakukan dalam kasus ini.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id STUDI TENTANG .../Studi... · DENGAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE (Studi kasus dalam putusan Mahkamah Agung RI Nomor :107 PK/Pid 2006) Penulisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam bab hasil penelitian dan

pembahasan, maka dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut :

1. Pengajuan peninjauan kembali atas alasan adanya kekeliruan yang nyata

berupa pengesampingan judex factie terhadap fakta perdamaian antara

terdakwa dan keluarga korban dalam perkara pembunuhan sudah sesuai

dengan ketentuan Pasal 263 KUHAP. Hal demikian disebabkan karena

dalam persidangan terdakwa Adiguna Sutowo majelis hakim judex factie

mengesampingkan adanya perdamain antara keluarga korban dan

terdakawa hal tersebut sesuai dengan Pasal 263 KUHAP ayat 2 huruf c

yaitu adanya kekhilafan yang nyata atau kekeliruan yang nyata.

2. Korelasi adanya perdamaian antara terdakwa dan keluarga korban sebagai

alasan pengajuan peninjauan kembali dengan prinsip restorative Justice

adalah dimana prinsip restorative justice adalah suatu bentuk hubungan

antara keluarga korban dan terdakwa untuk mengembalikan keadaan

seperti semula sebelum terjadi tindak pidana sementara dalam kasus ini

sudah terdapat adanya upaya restorative justice yaitu adanya suatu

kesepakatan perdamaian antara keluarga korban dan terdakwa.

B. Saran-Saran

1. Dibutuhkan ketentuan hukum yang secara jelas memberikan kewenanga

bagi para hakim dan aparat penegak hukum lainnya dalam menjalankan

tugas dan fungsinya. Karena seorang hakim merupakan ujung tombak

penegakan hukum di Indonesia.

2. Perlu peningkatan profesionalitas bagi para hakim khususnya dalam hal

menangani perkara-perkara agar tidak terdapat adanya kekhilafan dan

kekeliruan hakim dalam memberikan hukuman terhadap terdakwa