perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ANGKA ... · Karenanya dalam darah haid selain...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ANGKA ... · Karenanya dalam darah haid selain...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DYSMENORRHEA PRIMER ANTARA
WANITA YANG SUDAH MENIKAH DENGAN WANITA YANG BELUM
MENIKAH
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
MOHD HASRUL BIN HASSAN
G 0006504
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERSETUJUAN
Proposal Penelitian/Skripsi dengan judul : Perbedaan Angka Kejadian
Dysmenorrhea Primer Antara Wanita Yang Sudah Menikah Dengan Wanita
Yang Belum Menikah
Mohd Hasrul Bin Hassan, G 0006504, Tahun 2010
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Validasi Proposal
Penelitian/Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada Hari ............. , Tanggal .................. 20.....
Pembimbing Utama Penguji Utama
Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes Yulia Lanti Retno Dewi, dr, Msi
NIP : 194709271976102001 NIP : 196103201992032001
Pembimbing Pendamping Anggota Penguji
Dra. Indriyati Sulistyo Santoso, dr
NIP : 195812011986012001 NIP : 194511291976121001
Tim Skripsi
Muthmainah, dr.,M.Kes
NIP : 196607021998022001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 26 Januari 2011
Mohd Hasrul Bin Hassan
NIM. G 0006504
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Perbedaan Angka Kejadian Dysmenorrhea Primer
Antara Wanita Yang Sudah Menikah Dengan Wanita Yang Belum Menikah
Mohd Hasrul Bin Hassan, NIM: G 0006504, Tahun: 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Rabu , Tanggal 12 Januari 2011
Pembimbing Utama Nama : Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes NIP : 19470927 197610 2 001 ....................................
Pembimbing Pendamping
Nama : Dra. Indriyati NIP : 19581201 198601 2 001 .................................... Penguji Utama Nama : Yulia Lanti Retno Dewi, dr., MSi
NIP : 19610320 199203 2 001 ....................................
Anggota Penguji Nama : Sulistyo Santoso, dr NIP : 19451129 197612 1 001 ....................................
Surakarta, ................................. Ketua Tim Skripsi Dekan Fakultas Kedokteran UNS
Muthmainah, dr., MKes Prof. Dr. AA Subijanto, dr., M.S NIP : 19660702 199802 2 001 NIP : 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRAK
Mohd Hasrul Bin Hassan, G0006504, 2011. Perbedaan Angka Kejadian Dysmenorrhea Primer antara Wanita yang Sudah Menikah dengan Wanita yang Belum Menikah. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan Penelitian : Dysmenorrhea adalah nyeri yang timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala, mulai dari nyeri ringan sampai berat pada perut bagian bawah, pantat dan nyeri spasmodik pada sisi medial paha. Pada keadaan berat disertai dengan berbagai gejala dan tanda mulai dari mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala sampai pingsan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan angka kejadian dysmenorrhea primer antara wanita yang sudah menikah dengan wanita yang belum menikah.
Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat epidemiologik analitik dengan pendekatan cross sectional di mana teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Besar sampel sebanyak 200 wanita usia reproduksi dengan kisaran umur 18-48 tahun yang terdiri atas 100 wanita yang sudah menikah dan 100 wanita yang belum menikah. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jebres, Surakarta, pada bulan Nopember-Disember 2010. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji Chi Square.
Hasil Penelitian : Hasil analisis Chi Square didapatkan X2 hitung adalah 4,577. Angka ini lebih besar daripada X2 tabel untuk taraf signifikan 5% yaitu sebesar 3,841 (p<0,05).
Simpulan : Dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang bermakna mengenai perbedaan angka kejadian dysmenorrhea primer antara wanita yang sudah menikah dengan wanita yang belum menikah.
Kata kunci : Dysmenorrhea primer-sudah menikah-belum menikah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRACT
Mohd Hasrul bin Hassan, G0006504, 2011. Incident Rate of Primary Dysmenorrhea between Married Women with An Unmarried Women. Faculty of Medicine, University of Sebelas Maret, Surakarta.
Objective: Dysmenorrhea is pain caused by contractions of myometrium disritmik featuring one or more symptoms, ranging from mild to severe pain in lower abdomen, buttocks and spasmodic pain in the medial side of thigh. In severe conditions accompanied by various signs and symptoms ranging from nausea, vomiting, diarrhea, dizziness, headache until unconscious. The purpose of this research is to know the difference between the incidence of primary dysmenorrhea married woman with an unmarried woman.
Method: This research is epidemiological analytic cross sectional approach in which the sampling technique used was purposive sampling. A sample size of 200 women of reproductive age with age range 18-48 years consisting of 100 women who were married and 100 unmarried women. The research was conducted in District of Jebres, Surakarta, in November-December 2010. The data obtained were statistically analyzed using Chi Square.
Result: Chi square analysis results obtained X2 count is 4.577. This figure is greater than X2 table for 5% significance level that is equal to 3.841 (p <0.05).
Conclusion: It can be concluded that the difference was significant about the difference in the incidence of primary dysmenorrhea among women who are married with an unmarried woman.
Keywords : Primary dysmenorrhea-married-unmarried
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan karunia dan rahmat –Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Perbedaan Angka Kejadian Dysmenorrhea Primer antara Wanita yang Sudah Menikah dengan Wanita yang Belum Menikah”.Penulisan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. AA.Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Rosalia Sri Hidayati, dr., M.Kes. selaku Pembimbing Utama yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan arahan, bimbingan dan nasehat.
4. Dra. Indriyati selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan arahan, bimbingan dan nasehat.
5. Yulia Lanti Retno Dewi, dr., MSi., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Sulistyo Santoso, dr., selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staff Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran UNS. 8. Dr. Nurul Aqmar Mohamad Nor Hazalin, S.Biomed., PHD., tunangan yang
senantiasa memberi dukungan. 9. Seluruh keluarga dan teman-teman atas motivasi, bantuan dan kerjasamanya
selama pelaksanaan penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, bagi dunia kedokteran pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Surakarta, Januari 2011
Mohd Hasrul Bin Haji Hassan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI
PRAKATA ……………............................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
B. Perumusan Masalah ..............................................................
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
D. Manfaat Penelitian ................................................................
1
3
3
4
BAB
II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................
1. Menstruasi.........................................................................
2. Dysmenorrhea...................................................................
a. Definisi.......................................................................
b. Klasifikasi...................................................................
c. Patofisiologi................................................................
d. Faktor Risiko..............................................................
e. Penatalaksanaan..........................................................
B. Kerangka Pemikiran .............................................................
C. Hipotesis...............................................................................
5
5
9
9
9
10
14
16
19
20
BAB
III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
B. Lokasi Penelitian ..................................................................
C. Subjek Penelitian ..................................................................
D. Teknik Sampling ..................................................................
E. Variabel Penelitian.................................................................
F. Definisi Operasional Variabel................................................
G. Instrumen Penelitian.…….....................................................
H. Pengumpulan Data................................................................
I. Desain Penelitian….……......................................................
J. Uji Statistik............... .............................................................
21
21
23
23
24
24
24
25
26
BAB
IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Sampel..........................................................
B. Analisis Data Sampel............................................................
27
30
BAB
V
PEMBAHASAN ....................................................................... 31
BAB
VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...............................................................................
B. Saran .....................................................................................
34
34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 35
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Perbandingan Gejala Dysmenorrhea Primer dan Dysmenorrhea
Sekunder
Angka Kejadian Dysmenorrhea Primer Berdasarkan Rentang Umur
Angka Kejadian Dymenorrhea Primer pada Wanita yang Sudah
Menikah dan Wanita yang Belum Menikah
Angka Kejadian Dysmenorrhea Primer pada Wanita yang Sudah
Menikah dan Wanita yang Belum Menikah Berdasarkan Rentang Umur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menstruasi atau haid menggambarkan suatu perubahan siklus yang teratur
pada seorang wanita (Ihya, 2002). Haid adalah peristiwa keluarnya darah dari
vagina. Darah ini berasal dari rongga rahim dan timbul akibat terlepasnya
selaput lendir rahim (endometrium) yang mengalami proses kemunduran dan
kerusakan (deskuamasi). Karenanya dalam darah haid selain darah biasa
terdapat pula sisa-sisa dan hancuran dari selaput lendir rahim tersebut (Suryo,
2005).
Siklus ini merupakan siklus yang tidak terputus semenjak seorang wanita
pertama kali mendapat haid sampai pada masa menopouse (tidak mendapat
haid lagi), kecuali pada masa kehamilan dan laktasi. Menstruasi baru akan
terjadi bila semua organ tubuh yang berperan dalam sistem reproduksi matang
dan siap bekerja. Menstruasi pertama rata-rata terjadi pada usia 12 tahun dan
berhenti pada umur 51 tahun, walaupun patokan umur ini bervariasi antara
satu orang dengan yang lain (Pritchard et al, 1991).
Lamanya siklus haid yang normal adalah 28 hari, tapi 26-30 hari masih
dianggap normal, dengan lama satu periode haid berkisar antara 3-7 hari
(Savitri, 2006). Siklus tersebut dipengaruhi oleh hormon-hormon indung telur,
yaitu estrogen dan progesteron (Junita, 2004). Pada saat menjelang atau
selama fase haid tersebut berlangsung sering dijumpai gangguan berupa nyeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
haid atau disebut juga dysmenorrhea, yang nyerinya terasa sedemikian
hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaan ataupun kegiatan sehari-harinya selama beberapa jam atau beberapa
hari (Galya, dkk, 2001).
Dysmenorrhea dikenal dua macam, yaitu dysmenorrhea primer dan
sekunder. Dari kedua dysmenorrhea tersebut, dysmenorrhea primer adalah
yang paling sering terjadi di dalam masyarakat. Penelitian yang dilakukan
oleh Andersh pada tahun 1982 di Swedia menyatakan bahwa sekitar 72% dari
596 gadis umur 19 tahun menderita nyeri haid primer dan 15% di antaranya
sangat berat sehingga memerlukan pengobatan untuk menghilangkan rasa
nyeri tersebut. Dysmenorrhea primer ini biasanya timbul setelah dimulainya
menstruasi pertama dan seringkali berkurang atau bahkan hilang setelah
kehamilan atau melahirkan anak pertama (Smith, 2000).
Di Indonesia angka kejadian dysmenorrhea ini secara menyeluruh belum
diketahui dengan pasti, tetapi di Surabaya dijumpai sebesar 1,07-1,31 % dari
jumlah total pasien yang datang ke bagian kebidanan dengan keluhan rasa
nyeri saat haid (Yastroki, 2001). Angka ini tidak menggambarkan keadaan
yang sebenarnya karena tidak semua penderita dysmenorrhea datang untuk
berobat. Bahkan masyarakat terkesan membiarkan gangguan itu dengan
anggapan bahwa nyeri saat haid itu akan hilang dengan sendirinya apabila
wanita yang bersangkutan menikah atau hamil (Jacoeb, 1990).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan uraian di atas peneliti mau mengetahui apakah benar
anggapan masyarakat yang menyatakan ada perbedaan angka kejadian
dysmenorrhea primer antara wanita yang sudah menikah dengan wanita yang
belum menikah.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah pada penelitian ini, yaitu :
“Apakah ada perbedaan angka kejadian dysmenorrhea primer pada wanita
yang sudah menikah dengan yang belum menikah?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kejadian
dysmenorrhea primer antara wanita yang sudah menikah dengan wanita yang
belum menikah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis:
Memberi sumbangan informasi bagi pengembangan ilmu kedokteran
mengenai dysmenorrhea primer.
2. Manfaat Praktis
Dapat membantu wanita dalam mengatasi masalah nyeri haid di dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu dengan membiasakan diri untuk tidak
melakukan perkara-perkara yang bisa mengakibatkan kejadian
dysmenorrhea primer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Menstruasi
Mensturasi atau haid adalah satu keadaan fisiologis di mana terjadi
pengeluaran darah dan sisa-sisa sel yang berasal dari mukosa uterus secara
berkala dan panjang siklus menstruasi rata-rata adalah 28 + 3 hari dan rata-rata
durasi aliran menstruasi adalah 5 + 2 hari dengan kehilangan darah
rata-rata 130 ml (Berkow, 1987).
Siklus menstruasi terdiri dari fase folikular dan fase luteal. Ini disebabkan
adanya interaksi antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis dan ovarium.
Ada beberapa hormon yang berperan di dalam siklus ini yaitu Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH), Follicular Stimulating Hormone (FSH),
Luteinizing Hormone (LH), Luteotrophic Hormone (LTH), Estradiol (E) dan
Progesterone (P).
Hormon wanita yang berpengaruh terhadap siklus menstruasi antara lain :
a. hormon yang dikeluarkan hipothalamus, yaitu Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH).
b. Hormon Hipofisis Anterior, yaitu Follicular Stimulating Hormone (FSH),
Luteinizing Hormone (LH), keduanya disekresi sebagai respon terhadap
pelepasan hormon GnRH dari hypothalamus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Hormon-hormon ovarium, yaitu Estrogen dan Progesteron, yang di sekresi
oleh ovarium sebagai respon terhadap kedua hormon dari kelenjar hipofisis
anterior.
Siklus haid dibagi dalam beberapa fase : (Hanafiah, 1995)
1) Fase deskuamasi
Fase ini berlangsung 3 sampai 4 hari dengan gambaran
endometrium yang luruh dan terkelupas. Stroma mengalami
disintegrasi serta terlepas dari stratum basale, pembuluh darah rusak
dan ruptur dan terdapat daerah perdarahan yang luas dan difus.
2) Fase regenerasi
Fase ini berlangsung lebih kurang 4 hari. Tampak pertumbuhan
awal selapis sel endometrium baru dengan tebal sekitar 0,5 mm.
3) Fase proliferasi
Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 siklus haid
dengan gambaran ketebalan endometrium sekitar 3,5 mm. Di bawah
pengaruh estrogen yang disekresi dalam jumlah banyak oleh ovarium
selama setengah bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan
epitel berproliferasi dengan cepat. Terjadi regenerasi epitel, kelenjar
berlekuk-lekuk dan stroma menjadi edema.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
4) Fase sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28. Tebal
endometrium tetap, namun kelenjar bertambah panjang, berlekuk-lekuk
dan mengeluarkan sekresi yang banyak.
Selama satu siklus haid, hari mulainya haid di ambil sebagai hari
pertama dari siklus yang baru, akan terjadi peningkatan FSH sampai
mencapai kadar 5 ng/ml. Akibat pengaruh sinergis dari kedua hormon
gonadotropin, folikel berkembang menghasilkan estrogen dalam jumlah
yang banyak. Peningkatan estrogen yang terus-menerus pada akhir fase
follikuler akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi,
kadar estrogen mencapai 150-400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai
ambang rangsang untuk pengeluaran gonadotropin pra-ovulasi. Akibatnya
FSH dan LH akan meningkat dan mencapai puncaknya satu hari sebelum
ovulasi.
Saat yang sama pula, kadar estrogen akan kembali menurun. Kadar
maksimal LH berkisar antara 8 dan 35 ng/ml atau setara dengan 30-40
mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ml atau setara dengan 15-45 mUI/ml
(Jacoeb et al., 1994).
Di bawah pengaruh LH, folikel de Graaf menjadi matang,
mendekati permukaan ovarium dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum
dilepas oleh ovarium). Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat
perdarahan sedikit yang akan merangsang peritonium di pelvis, sehingga
timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain. Dapat pula diikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dengan adanya perdarahan vagina sedikit. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum di bawah
pengaruh hormon-hormon LH dan LTH (Luteotrophic hormones). Korpus
luteum menghasilkan hormon progesteron yang memiliki pengaruh
terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan
kelenjar-kelenjarnya berkelok-kelok dan bersekresi.
Bila tidak ada pembuahan, corpus luteum berdegenerasi dan ini
akan mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron menurun. Penurunan
kadar progesteron akan menstimulasi lepasnya prostaglandin oleh uterus
sehingga menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah endometrium. Efek
vasokonstriksi ini menimbulkan suplai darah ke endometrium terhenti
yang berakibat hilangnya perfusi oksigen ke jaringan endometrium. Hal ini
menyebabkan kematian sel-sel endometrium dan pembuluh darah
endometrium itu sendiri. Rusaknya pembuluh darah ini menyebabkan
pendarahan (Guyton and Hall, 1997).
Jumlah darah yang keluar saat haid adalah berkisar antara 50-150
ml, normalnya sekitar 40 ml darah ditambah 35 ml cairan serous. Darah
haid ini tidak akan membeku karena adanya fibrinolisin yang dilepaskan
bersama dengan nekrotik endometrium. Kemudian dalam waktu 4 sampai
7 hari sesudah dimulainya menstruasi, pengeluaran darah akan berhenti
karena pada saat itu endometrium sudah mengalami reepitelisasi (Ihya,
2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Dysmenorrhea
a. Definisi
Dysmenorrhea adalah nyeri yang timbul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala, mulai dari nyeri
ringan sampai berat pada perut bagian bawah, pantat dan nyeri spasmodik
pada sisi medial paha. Pada keadaan berat disertai dengan berbagai gejala
dan tanda mulai dari mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala sampai
pingsan (Jacoeb, 1990).
b. Klasifikasi
1) Dysmenorrhea primer
Disebut juga sebagai dysmenorrhea essensial, intrinsik atau
idiopatik yaitu nyeri haid yang timbul karena ketidakseimbangan
hormonal dalam tubuh tanpa adanya kelainan ginekologik. Diduga
berhubungan dengan siklus perlepasan telur dari indang telur. Nyeri haid
timbul sejak menarche, biasanya pada bulan-bulan atau tahun–tahun
pertama haid. Biasanya terjadi pada usia antara 15- 25 tahun dan kemudian
hilang pada usia 20-an atau 30-an. Tidak dijumpai kelainan alat-alat
kandungan.
2) Dysmenorrhea sekunder
Disebut juga dysmenorrhea ekstrinsik, yaitu nyeri haid yang timbul
karena adanya kelainan ginekologik seperti endometriosis, tumor jinak
rahim, kista indung telur, polip dinding rahim, infeksi panggul rahim dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
lain sebagainya. Dimulai pada usia dewasa, menyerang wanita yang
semula bebas dari dysmenorrhea.
c. Patofisiologi
Patofisiologi dysmenorrhea sampai sekarang masih belum jelas,
tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan. Dikatakan
bahwa pada keadaan dysmenorrhea kadar prostaglandin meningkat
(Helms, 1987). Ada beberapa penyebab terjadinya dysmenorrhea primer,
yaitu:
1) Faktor peningkatan kadar prostaglandin, terutama PGF2α
Kadar PGF2α akan menstimulasi/merangsang kontraksi
miometrium dan meningkatkan kepekaan serabut-serabut saraf
terminal rangsang nyeri (Coco, 1999). Kadar PGF2α ini ditemukan
dalam jumlah yang besar, yaitu 5x lebih banyak pada wanita dengan
ovulasi teratur dibanding wanita yang ovulasinya tidak teratur. Karena
itu wanita yang ovulasinya teratur lebih sering mengalami
dysmenorrhea primer (Sheldon, 1999).
2) Faktor sistem saraf
Uterus dipersarafi oleh Sistem Saraf Otonom (SSO) yang terdiri
dari sistem saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Ketidakseimbangan
pengendalian SSO terhadap indometrium ini akan menyebabkan
dysmnorrhea primer karena terjadi perangsangan yang berlebihan oleh
saraf simpatik sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan
ostium uteri internum menjadi hipertonik (Galya, dkk, 2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3) Faktor hormon steroid seks
Dysmenorrhea primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik. Artinya
dysmenorrhea hanya timbul bila uterus berada di bawah pengaruh
progesteron. Sedangkan prostaglandin berhubungan dengan fungsi
ovarium. Kadar progesteron yang rendah akan menyebabkan
terbentuknya PGF2α dalam jumlah yang banyak (Galya, dkk, 2001).
4) Faktor vasopresin
Wanita dengan dysmenorrhea primer ternyata memiliki kadar
vasopresin yang sangat tinggi dan berbeda sangat bermakna dari
wanita tanpa dysmenorrhea. Pemberian vasopresin pada saat haid
menyebabkan peningkatan kontraksi uterus dan berkurangnya darah
haid. Namun demikian peranan pasti vasopresin dalam mekanisme
dysmenorrhea masih perlu diteliti lebih lanjut (Akerlund and Forsling,
1979).
5) Faktor psikis
Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat,
khususnya thalamus dan korteks. Pada dysmenorrhea, faktor
pendidikan dan faktor psikis sangat berpengaruh. Pada wanita yang
secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer mudah terjadi.
Dengan demikian nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh
keadaan psikis penderita. Seringkali segera setelah perkawinan
dysmenorrhea hilang, dan jarang masih menetap setelah melahirkan.
Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
membawa perubahan fisiologik pada genitalia maupun perubahan
psikis (Jacoeb, 1990).
6) Faktor konstitusi
Erat hubungannya dengan hal tersebut di atas, sehingga dapat
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Penyakit anemia, penyakit
menahun dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya
dysmenorrhea primer (Sarwono, 1999).
7) Obstruksi kanalis servikalis
Salah satu teori yang menyebabkan terjadinya obstruksi ialah
dengan terjadinya stenosis pada kanalis servikalis (Sarwono, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Tabel 1. Perbandingan Gejala Dysmenorrhea Primer dengan Dysmenorrhea Sekunder
Dysmenorrhea primer Dysmenorrhea sekunder
1. Usia lebih muda
2. Timbul segera setelah terjadinya
siklus haid yang teratur
3. Sering pada nulipara
4. Nyeri sering terasa sebagai
kejang uterus dan spastik
5. Nyeri timbul mendahului haid
dan meningkat pada hari
pertama atau kedua dari haid
6. Tidak dijumpai keadaan
patologi pelvik
7. Hanya terjadi pada siklus haid
yang ovulatorik
8. Sering memberikan respon
terhadap pengobatan medika
mentosa
9. Pemeriksaan pelvik : normal
10. Sering disertai nausea, vomitus,
diare, kelelahan dan nyeri
kepala
1. Usia lebih tua
2. Cenderung mulai setelah 2
tahun siklus haid teratur
3. Tidak berhubungan dengan
paritas
4. Nyeri sering terasa menerus dan
tumpul
5. Nyeri mulai pada saat haid dan
meningkat bersamaan dengan
keluarnya darah
6. Berhubungan dengan kelainan
pelvik
7. Tidak berhubungan dengan
adanya ovulasi
8. Seringkali memerlukan tindakan
operatif
9. Terdapat kelainan pelvik
(Mansjoer dkk, 2001)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Faktor risiko
Faktor resiko dari dysmenorrhea adalah sebagai berikut :
1) Faktor risiko dysmenorrhea primer
a) Nullipara
Dalam hubungannya dengan paritas, ternyata wanita
nullipara lebih sering menderita dysmenorrhea, kemudian
berkurang setelah melahirkan terutama dengan persalinan
aterm pervaginam. Diduga hal ini disebabkan oleh uterus yang
masih kecil atau uterus yang masih tegang dan ostium uteri
masih sempit. Perubahan psikis setelah melahirkan diduga kuat
juga berpengaruh (Jacoeb, 1990).
b) Merokok
Penelitian yang dilakukan di Milan, Itali, dengan
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok
dengan angka kejadian dysmenorrhea primer. Durasi terjadinya
dysmenorrhea primer meningkat pada wanita perokok dan
cenderung turun pada wanita bukan perokok (Hornsby, 1998).
c) Riwayat keluarga
Jeffcoate menemukan bahwa wanita yang ibunya menderita
dysmenorrhea primer lebih sering mengalami keluhan yang
sama. Keadaan ini erat kaitannya dengan faktor-faktor seperti
keawaman terhadap proses haid, jiwa yang masih labil dan
masih dalam pertumbuhan fisik (Jacoeb, 1990).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Faktor risiko dysmenorrhea sekunder
a) Infeksi pada pelvis
Infeksi pada pelvis menimbulkan keluhan dysmenorrhea.
Pada keadaan ini rasa sakit menyerang di seluruh perut bagian
bawah, tidak bisa ditentukan lokasinya secara tepat dan terus-
menerus terasa (Faisal, 2001).
b) Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa angka kejadian
dysmenorrhea meningkat pada wanita yang menderita penyakit
menular seksual (Medline, 2004).
c) Endometriosis
Endometriosis merupakan kelainan letak lapisan dinding
rahim yang menyebar keluar rahim. Akibatnya penderita
endometriosis akan merasa sensasi sakit yang luar biasa menjelang
dan saat menstruasi, yaitu pada saat dinding rahim menebal
(Medline 2010).
Andercsh dan Milson membagi tingkatan kejadian dysmenorrhea
primer menjadi 4 derajat, yaitu (Jacoeb, 1990):
a) Derajat 0 : Tanpa rasa nyeri, aktifitas sehari-hari tidak
terpengaruh.
b) Derajat 1 : Nyeri ringan, jarang memerlukan analgetika,
aktifitas sehari-hari jarang terpengaruh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c) Derajat 2 : Nyeri sedang, memerlukan analgetik, aktifitas
sehari-hari terganggu.
d) Derajat 3 : Nyeri berat dan tidak banyak berkurang dengan
analgetik.
e. Penatalaksanaan
1) Pendekatan non-farmakologi
Intervensi seperti obat-obat herbal, stimulasi saraf transcutaneus,
akupuntur, latihan dan terapi panas topikal telah dilaporkan dapat
mengurangi gejala dysmenorrhea (Akin MD, dkk, 2001). Diet
rendah lemak dikatakan dapat menurunkan intensitas dan durasi
dysmenorrhea pada wanita yang berusia muda (Barnard ND, dkk,
2000). Suplemen diet dengan asam lemak omega-3 dikatakan
memiliki efek yang menguntungkan dalam menurunkan gejala
dysmenorrhea. Pengambilan diet asam lemak omega-3 yang sering
akan menyebabkan produksi prostaglandin dan leukotrien menurun,
seterusnya dapat mengurangi gejala menstruasi pada wanita (Harel
Z, dkk, 1996).
2) Psikoterapi
Penderita diberikan pengertian bahwa kelainan ini dapat diatasi
dengan pengobatan yang sederhana. Selain itu perlu pula diberitahu
bahwa gangguan ini bersifat jinak, self limited, fungsi seksual normal
dan fertilitas masih dapat diharapkan. Penjelasan tentang fisiologi
haid, mekanisme timbulnya nyeri spasmodik, maupun tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tiadanya kelainan organik yang diderita akan mempertinggi
keberhasilan pengobatan (Jeffcoate, 1982).
3) Obat nonsteroid antiprostaglandin
Obat nonsteroid anti prostaglandin (NSAIDs) memegang peranan
yang sangat penting terhadap dysmenorrhea primer. NSAIDs ini
berkerja dengan cara memblok produksi prostaglandin sehingga kadar
prostaglandin yang berlebihan dapat ditekan dan nyeri haid dapat
berkurang (Majoribanks, et al., 2003).
Beberapa macam NSAIDs yang dapat digunakan ialah:
a) Naproxen dosis 250 mg 2x sehari
b) Ibuprofen dosis 400 mg 3-4x sehari
c) Indometachin dosis 25 mg 3-4x sehari
d) Mefenamic acid dosis 250 mg 4x sehari
4) Terapi hormonal
Terapi hormonal ini dilakukan dengan pemberian pil kontrasepsi
oral kombinasi (OCP). Pil kontrasepsi tersebut bekerja dengan cara
menghambat proses ovulasi dan menurunkan kadar prostaglandin
serta motilitas uterus (Smith and Shimp, 2000).
Pil kontrasepsi oral kombinasi ini berisikan estrogen dosis sedang
(>35mcg) dan progesteron generasi satu atau dua (Proctor, et al.,
2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
5) Dilatasi kanalis servikalis
Dengan dilakukan dilatasi pada kanalis servikalis dapat
memberikan keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid
dan prostaglandin di dalamnya. Neurektomi prasakral (pemotongan urat
saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan
neorektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di
ligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-
usaha lain gagal (Sarwono, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
B. Kerangka Pemikiran
Wanita usia reproduksi (18-48 th)
Sudah menikah
Vasopressin ↓ Katekolamin ↓
Menstruasi
Kadar progesteron ↓
Liabilisasi membran lisosom
Lepasnya enzim fosfolipase A
Lepasnya asam arachidonat
Kerusakan sel
PG sintetase ↓ PG sintetase ↑
PGF2α ↓ PGF2α ↑
Kontraksi miometrium ↓
Belum menikah
Emosi lebih stabil Emosi kurang stabil
Tingkat stress ↓ Tingkat stress ↑
Vasopressin ↑ Katekolamin ↑
Vasokonstriksi ↓ Iskemi ↓
Vasokonstriksi ↑ Iskemi ↑
Kerusakan sel
Kontraksi miometrium ↑
Dysmenorrhea primer (-) Dysmenorrhea primer (+)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
C. Hipotesis
Ada perbedaan angka kejadian dysmenorrhea primer antara wanita yang
sudah menikah dengan wanita yang belum menikah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologik analitik dengan
pendekatan Cross Sectional.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
C. Subyek Penelitian
Wanita yang sesuai dengan kriteria sampel di Kota Surakarta.
Populasi sumber (source population) merupakan himpunan subjek dari
populasi sasaran yang digunakan sebagai sumber pencuplikan sumber
penelitian (Murti B, 2006).
Dengan demikian, yang menjadi populasi sumber adalah wanita di
Surakarta, yang memasuki kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.
Berdasarkan observasi peneliti, jumlah populasi sumber ini ada sekitar 62.258
orang.
Sampel merupakan sebuah subset yang dicuplik dari populasi, yang akan
diamati atau diukur peneliti (Murti B, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Penentuan besar sampel pada penelitian ini menurut Slovin dengan rumus
sebagai berikut :
n =
Keterangan :
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
Ε : tingkatan kekeliruan pengambilan sampel yang ditolerir.
Dengan rumus di atas maka sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah (dengan mengansumsi tingkat kekeliruan yang ditolerir adalah sebesar
10% ) (Murti B, 2006) :
n =
n =
n = 99,99
= 100
Jadi pada penelitian ini, peneliti menggunakan ukuran sampel sebanyak
100 orang.
N
1+Nε²
N
1+Nε²
62258
1 + 62258 (10%)²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan secara purposive
sampling untuk menentukan sampel. Dilakukan dengan memasukkan semua
subyek yang memenuhi kriteria penelitian hingga jumlah subyek yang
diperlukan terpenuhi.
Subyek dalam penelitian ini adalah wanita yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Usia 18-48 tahun
2. Sudah menikah ataupun yang belum menikah
3. Tidak memiliki riwayat kelainan ginekologik
4. Tidak merokok
5. Bertempat tinggal di Wilayah Kecamatan Jebres Kotamadia Surakarta.
E. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas : wanita yang sudah menikah dan wanita yang belum menikah. 2. Variabel Terikat : dysmenorrhea primer
3. Variabel Luar :
a) Terkontrol :
i. Kelainan ginekologik
ii. Merokok
b) Tidak terkontrol :
i. Faktor psikis
ii. Diet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
F. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel bebas : wanita yang sudah menikah
wanita yang belum menikah
a. Definisi :
Wanita yang sudah menikah adalah wanita yang telah mempunyai
suami dan hidup sebagai satu keluarga. Sedangkan wanita yang belum
menikah adalah wanita yang belum pernah mempunyai suami dan tidak
pernah menjalani kehidupan berkeluarga.
b. Skala : Nominal
2. Variabel terikat : dysmenorrhea primer
a. Definisi :
Dysmenorrhea primer adalah nyeri haid yang sangat tanpa
dijumpai adanya kelainan ginekologik (Faisal, 2001).
b. Skala : Nominal
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dipandu dengan wawancara
tatap muka antara peneliti dan responden.
H. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari pengisian
kuesioner yang dibagikan kepada wanita yang dijadikan sample atau subyek
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
I. Desain Penelitian
Wanita umur 18-48 tahun
Sampel wanita yang sudah
menikah
Sampel wanita yang belum
menikah
Kuesioner Kuesioner
Dysmenorrhea Primer (-)
Dysmenorrhea Primer (+)
Uji Chi Square
Dysmenorrhea Primer (+)
Dysmenorrhea Primer (-)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
J. Uji Statistik
Dalam penelitian ini data dapat dianalisis dengan metode analisis Chi
Square, dengan rumus sebagai berikut :
X² = N ( ad – bc )²
( a + b )( c + d )( a + c )( b + d )
Keterangan :
N : Jumlah sampel
a : Sampel I, Kategori I
b : Sampel II, Kategori I
c : Sampel I, Kategori II
d : Sampel II, Kategori II
(Murti B, 1996)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Jebres, Surakarta, selama
waktu bulan Nopember sampai bulan Desember 2010. Subyek penelitian adalah
200 orang dari beberapa desa yang berada di Kecamatan Jebres. Subyek penelitian
adalah wanita reproduktif, berusia antara 18 sampai dengan 48 tahun, terdiri atas
100 wanita yang sudah menikah dan 100 wanita yang belum menikah.
A. Deskripsi Data Sampel
Dari data yang diperoleh melalui kuesioner yang dipandu dengan
wawancara pada penelitian, didapatkan gambaran sebagai berikut :
Tabel 2. Angka Kejadian Dysmenorrhea Primer Berdasarkan Rentang Umur
No Umur (tahun)
Jumlah (orang)
Dysmenorrhea Primer (+)
Dysmenorrhea Primer (-)
Jumlah (orang)
Persen (%)
Jumlah (orang)
Persen (%)
1. 18-28 119 71 59,66 48 40,34
2. 29-38 30 13 43,33 17 56,67
3. 39-48 51 29 56,86 22 43,14
Jumlah 200 113 56,50 87 43,50
Sumber : Data Primer 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 200 responden, lebih dari
separuhnya mengalami dysmenorrhea primer, yakni sebanyak 113 orang (56,50
%) dan yang tidak mengalami dysmenorrhea primer sebanyak 87 orang (43,50
%). Responden yang mengalami dysmenorrhea primer berdasarkan perbandingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
jumlah persentase, paling banyak ialah pada rentang umur 18-28 tahun sebesar
59,66 % (71 orang), kemudian rentang umur 39-48 tahun sebesar 56,86 % (29
orang) dan yang paling kecil ialah pada rentang umur 29-38 tahun sebesar 43,33
% (13 orang). Sedangkan responden yang tidak mengalami dysmenorrhea primer
berdasarkan perbandingan jumlah persentase, paling banyak ialah pada rentang
umur 29-38 tahun sebesar 56,67 % (17 orang), kemudian rentang umur 39-48
tahun sebesar 43,14 % (22 orang) dan yang paling kecil pada rentang umur 18-28
tahun sebesar 40,34 % (48 orang).
Tabel 3. Angka Kejadian Dysmenorrhea Primer pada Wanita yang Sudah Menikah dan Wanita yang Belum Menikah
Dysmenorrhea Primer (+) Dysmenorrhea Primer (-)
Sudah Menikah 49 51
Belum Menikah 64 36
Sumber : Data Primer 2010
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa yang mengalami dysmenorrhea
primer lebih banyak pada wanita yang belum menikah yaitu 64 orang, sedangkan
pada wanita yang sudah menikah sebanyak 49 orang dan yang tidak mengalami
dysmenorrhea primer lebih banyak pada wanita yang sudah menikah yaitu 51
orang sedangkan pada wanita yang belum menikah adalah sebanyak 36 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 4. Angka Kejadian Dysmenorrhea Primer pada Wanita yang Sudah Menikah dan Wanita yang Belum Menikah Berdasarkan Rentang Umur
Dysmenorrhea Primer (+) Dysmenorrhea Primer (-)
18-28 tahun 29-38 tahun 39-48 tahun 18-28 tahun 29-38 tahun 39-48 tahun
Sudah menikah
7 36,84
%
13 43,33
%
29 56,86% 12 63,16% 17 56,67% 22 43,14%
Belum Menikah
64 64% 17 100% 0 0% 36 36% 0 0% 0 0%
Sumber : Data Primer 2010
Berdasarkan tabel di atas, angka kejadian dysmenorrhea primer
(berdasarkan jumlah persentase) umumnya lebih tinggi pada wanita yang belum
menikah dibandingkan dengan wanita yang sudah menikah, kecuali pada rentang
umur 39-48 tahun. Angka kejadian dysmenorrhea primer dengan rentang umur
18-28 tahun pada wanita yang sudah menikah sebesar 36,84 % (7 orang),
sedangkan pada wanita yang belum menikah sebesar 64 % (64 orang). Pada
rentang umur 29-38 tahun, pada wanita yang sudah menikah sebesar 43,33 % (13
orang) sedangkan pada wanita yang belum menikah adalah sebesar 100 % (17
orang). Untuk rentang umur 39-48 tahun, angka kejadian dysmenorrhea primer
pada wanita yang sudah menikah sebesar 56,86 % (29 orang) sedangkan pada
wanita yang belum menikah sebesar 0 % (tidak ada).
Responden yang tidak mengalami dysmenorrhea primer (berdasarkan
jumlah persentase) umumnya lebih tinggi pada wanita yang sudah menikah
dibandingkan dengan wanita yang belum menikah. Responden yang tidak
mengalami dysmenorrhea primer dengan kisaran umur 18-28 tahun pada wanita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
yang sudah menikah sebesar 63,16 % (12 orang) sedangkan pada wanita yang
belum menikah adalah sebesar 36 % (36 orang) dan pada rentang umur 29-38
tahun pada wanita yang sudah menikah sebesar 56,67 % (17 orang) sedangkan
pada wanita yang belum menikah sebesar 0 % (tidak ada). Untuk rentang umur
39-48 tahun, responden yang tidak mengalami dysmenorrhea primer pada wanita
yang sudah menikah sebesar 43,14 % (22 orang) sedangkan pada wanita yang
belum menikah sebesar 0 % (tidak ada).
B. Analisis Data Sampel
Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini maka digunakan uji Chi Square
dengan derajat bebas = 1 dan taraf signifikan = 5 %.
Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan metode Chi Square
dengan derajat bebas = 1 dan taraf signifikan = 5 % diperoleh nilai X² hitung
= 4,577 sedangkan nilai X² tabel = 3,841 (p < 0,05). Jadi dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan yang bermakna mengenai angka kejadian dysmenorrhea
primer antara wanita yang sudah menikah dengan wanita yang belum menikah
yakni wanita yang belum menikah lebih banyak mengalami dysmenorrhea
primer berbanding wanita yang sudah menikah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB V
PEMBAHASAN
Telah dilakukan penelitian mengenai perbedaan angka kejadian
dysmenorrhea primer antara wanita yang sudah menikah dengan wanita yang
belum menikah di Kecamatan Jebres, Surakarta. Jumlah responden sebanyak 200
orang wanita reproduktif denagn kisaran umur 18 sampai dengan 48 tahun, terbagi
atas 100 wanita yang sudah menikah dan 100 wanita yang belum menikah.
Tabel 2 memberikan gambaran mengenai angka kejadian dysmenorrhea
primer berdasarkan rentang umur. Dari tabel ini didapatkan bahwa dysmenorrhea
primer paling banyak terjadi pada usia 18-28 tahun yaitu sebanyak 71 orang
(59,66%). Hal ini sesuai dengan teori bahwa dysmenorrhea primer paling banyak
terjadi pada wanita usia 16-25 tahun dan yang tertinggi pada wanita usia 17-20
tahun. Faktor stres yang merupakan salah satu faktor dominan yang dapat
memacu timbulnya dysmenorrhea primer diduga berperan besar, di mana usia
tersebut wanita dianggap rentan terhadap hal-hal yang mampu menimbulkan stres
(Dawood, 1988). Pada dysmenorrhea primer, rasa nyeri dapat dibangkitkan atau
diperberat oleh keadaan psikis penderita (Galya dkk, 2001).
Tabel 3 memberikan gambaran mengenai angka kejadian dysmenorhea
primer pada wanita yang sudah menikah dan belum menikah. Dari tabel
didapatkan bahwa pada wanita yang sudah menikah, yang mengalami
dysmenorrhea primer sebanyak 49 orang dan yang tidak mengalami
dysmenorrhea primer sebanyak 51 orang. Sedangkan pada wanita yang belum
menikah, yang mengalami dysmenorrhea primer adalah sebanyak 64 orang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
yang tidak mengalami dysmenorrhea primer sebanyak 36 orang. Berdasarkan uji
statistik (Chi Square), didapatkan bahwa X² hitung lebih besar daripada X² tabel
pada α 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hasil yang bermakna mengenai
perbedaan angka kejadian dysmenorrhea primer pada wanita yang sudah menikah
dan wanita yang belum menikah.
Tabel 4 memberikan gambaran mengenai angka kejadian dysmenorrhea
primer pada wanita yang sudah menikah dan belum menikah berdasarkan rentang
umur. Dari tabel ini didapatkan bahwa dysmenorrhea primer lebih banyak terjadi
pada wanita yang belum menikah dibanding yang sudah menikah kecuali pada
rentang umur 39-48 tahun. Hal ini disebabkan wanita-wanita ini mengalami stres
akibat kerja atau stres pada kehidupan sehari-hari. Wanita yang secara emosional
tidak stabil, dysmenorrhea primer mudah terjadi (Jacoeb, 1990).
Seringkali segera setelah perkawinan dysmenorrhea primer hilang dan
jarang masih menetap setelah melahirkan. Perkawinan diduga membawa
perubahan fisiologik pada genetalia maupun perubahan psikis yang positif pada
seorang wanita (Jeffcoate, 1982; Galya dkk, 2001). Faktor lain yang dapat
mempengaruhi terjadinya dysmenorrhea primer antara lain faktor usia, status
sosial, pekerjaan dan konstitusional atau tingkat responsifitas terhadap rasa nyeri
(Jacoeb, 1990).
Dari hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kejadian
dysmenorrhea primer antara wanita yang sudah menikah dengan wanita yang
belum menikah. Wanita yang belum menikah lebih banyak mengalami
dysmenorrhea primer dibanding wanita yang sudah menikah. Kejadian ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
karena pada wanita yang belum menikah yang mayoritasnya terdiri dari wanita
yang masih kuliah mengalami stres yang tinggi oleh karena beban kerja dan beban
kuliah. Tingkat stres yang tinggi pada wanita-wanita ini membuatkan mereka
sering mengalami dysmenorrhea primer yang mana sesuai dengan teori yang
mengatakan pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer
mudah terjadi (Jacoeb, 1990).
Selain itu wanita yang sudah menikah hampir semuanya pernah
melahirkan dan ini membuatkan mereka tidak mengalami dysmenorrhea primer.
Hal ini disebabkan karena perkawinan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi dysmenorrhea primer. Seringkali segera setelah perkawinan
dysmenorrhea primer hilang dan jarang masih menetap setelah melahirkan.
Perkawinan diduga membawa perubahan fisiologik pada genetalia maupun
perubahan psikis yang positif pada seorang wanita (Jeffcoate, 1982; Galya dkk,
2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ada perbedaan angka kejadian dysmenorrhea primer antara wanita yang
sudah menikah dengan wanita yang belum menikah, wanita yang belum
menikah lebih banyak menderita dysmenorrhea primer dari wanita yang sudah
menikah.
B. Saran
1. Agar penelitian yang akan datang dapat dijalankan dengan mengambil faktor
status sosial ekonomi dan pekerjaan sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh dalam terjadinya dysmenorrhea primer, yang dalam penelitian
ini diabaikan.