perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...... · Bentuk penelitian ini adalah...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENINGKATAN ...... · Bentuk penelitian ini adalah...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI JENIS BATUAN
DENGAN MEDIA REALIA MELALUI METODE NHT (NUMBERED
HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI NGADIROYO WONOGIRI
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
YUYUN RIMASARI
K7108266
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI JENIS BATUAN
DENGAN MEDIA REALIA MELALUI METODE NHT (NUMBERED
HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI NGADIROYO WONOGIRI
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
YUYUN RIMASARI
K7108266
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Yuyun Rimasari. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI
JENIS BATUAN DENGAN MEDIA REALIA MELALUI METODE NHT
(NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
NGADIROYO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
mengidentifikasi jenis batuan melalui metode NHT (Numbered Heads Together)
yang didukung penggunaan media realia pada siswa kelas V SD Negeri
Ngadiroyo Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus.
Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi. Subyek penelitian adalah
siswa kelas V SDN Ngadiroyo yang berjumlah 18 siswa. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi atau pengamatan, wawancara, dokumentasi dan tes.
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu dengan
membandingkan rerata antar siklus.
Hasil penelitian pada pra tindakan (pra siklus) nilai rata-rata sebesar 39,5
pada siklus I meningkat menjadi 76, dan pada siklus II meningkat menjadi 80,05.
Sedangkan untuk presentase ketuntasan siswa menurut Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 66, pada saat pra tindakan (pra siklus) siswa yang tuntas
sebanyak 4 siswa atau 22,23% dari jumlah keseluruhan 18 siswa. Pada siklus I
presentase ketuntasan menunjukkan peningkatan sebesar 44,43% yaitu dari siswa
yang tuntas sebanyak 4 siswa atau 22,23% pada saat pra tindakan, meningkat
menjadi 12 siswa atau 66,66% pada saat siklus I dari jumlah keseluruhan 18
siswa. Pada siklus II presentase ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan
sebesar 22,22%, yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa atau 66,66%
pada saat siklus I, meningkat menjadi 16 siswa atau 88,88% pada saat siklus II
dari jumlah keseluruhan 18 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode NHT (Numbered Heads Together) yang didukung
penggunaan media realia dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi jenis
batuan pada siswa kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012. Hal
ini terbukti dengan meningkatnya kemampuan mengidentifikasi jenis batuan dari
sebelum dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Dengan demikian, dapat diajukan
suatu rekomendasi bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan
menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together) yang didukung
penggunaan media realia dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi jenis
batuan pada siswa kelas V SD Negeri Ngadiroyo Kecamatan Nguntoronadi
Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2011/ 2012.
Kata kunci: mengidentifikasi jenis batuan, metode NHT, media realia.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Yuyun Rimasari. IMPROVING GRADE V STUDENTS SKILLS IN
IDENTIFYING KINDS OF ROCKS USING REALIA MEDIA THROUGH
NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) METHOD IN SD NEGERI
NGADIROYO WONOGIRI ACADEMIC YEAR 2011/2012. Script, Teacher
Training and Education Faculty, Sebelas Maret University. June 2012.
The objective of the research is to improve grade V students skills in
identifying kinds of rocks through NHT (Numbered Heads Together) method
which is supported by using realia media in SD Negeri Ngadiroyo Wonogiri
Academic year 2011/2012.
This is a Class Room Action Research which was caried out in two cycles.
Each cycle consisted of two meetings and four steps namely planning, action,
observation, analysis and reflection. The subjects of the research were 18 grade V
students in SDN Ngadiroyo. The techniques of collecting data were observation,
interview, documentation and test. The technique of data analysis was descriptive
comparative by comparing mean scores in every cycle.
The results in pre-cycle, the mean score was 39,5. It improved in Cycle I
becoming 76 and 80,05 in Cycle II. The percentage of passing grade was 66;
before taking action, the students who passed the test were 4 of 18 students or
22,23%. In Cycle I, the percentage improved significantly, that was 44,43%12 of
18 students passed the test. In Cycle II, the percentage improved 88,88% or 16 of
18 students passed the test. Based on the research, it can be concluded that the
application of NHT (Numbered Heads Together) method supported by using
realia media can improve grade V students’ skills in identifying kinds of rocks in
SD Negeri Ngadiroyo Academic Year 2011/2012. It can be proven by the skills
improvement in identifying kinds of rocks before and after the action. It can be
recommended that Science Lesson using NHT (Numbered Heads Together)
method supported by using realia media can improve grade V students’ skills in
identifying kinds of rocks in SD Negeri Ngadiroyo Wonogiri academic year 2011/
2012.
Key word: identifying kinds of rock, NHT method, realia media.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
# Orang-orang hebat dibidang apapun bukan baru bekerja karena mereka
terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka
bekerja dan mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi #
(Ernes Newman)
# Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah #
(Thomas Alva Edison)
# Keberhasilan terbesar bukanlah tidak pernah gagal, tapi mampu bangkit setelah
jatuh #
(Confusius)
# Orang-orang yang sukses telah belajar untuk mmbuat diri mereka melakukan
hal yang harus dikerjakan ketika hal itu harus dikerjakan, entah mereka suka
atau tidak #
(Aldus Huxley)
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
“ Bapak dan Ibuku Tercinta”
Doamu yang selalu mengiringi langkahku, motivasi dan kerja keras tiada
henti, serta kasih sayangmu yang tak terbatas. Membuatku bangga dan sadar bahwa
kalianlah yang paling berharga dalam hidup ini.
“Kakakku tercinta (Bowo Prihutomo)”
Terima kasih atas semua doa, semangat dan saran yang diberikan selama ini
demi menuju kesuksesan hidup.
.
“Danu H.S dan keluarga”
Terima kasih karena senantiasa memberikan doa serta dukungan yang
selalu teriring dan menemaniku disaat suka maupun duka.
“Sahabat-sahabatku tersayang”
Terima kasih karena senantiasa memberikan semangat dan motivasi yang
tiada terkira.
“PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta”
Almamaterku tercinta tempatku menimba ilmu untuk masa depan bangsa
yang lebih baik.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis
Batuan Dengan Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together)
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten
Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Sekretaris Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dr. Peduk Rintayati, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang selalu
senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Karsono, S.Sn.M.Sn., selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan
motovasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kepala Sekolah SDN Ngadiroyo, yang telah memberikan kesempatan dam
tempat guna pengambilan data dalam penelitian ini.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Warsino, S.Pd., selaku guru kelas V SDN Ngadiroyo yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
9. Para siswa SDN Ngadiroyo yang telah bersedia untuk berpatisipasi dalam
pelaksanaan penelitian ini.
10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan penulis di kemudian hari. Penulis berharap bahwa
penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat membantu perkembengan ilmu
pengetahuan dan pendidikan terutama di Sekolah Dasar.
Surakarta, Juni 2012
Yuyun Rimasari
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACK .................................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... . xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 7
A. Kajian Pustaka ................................................................................. 7
1. Hakikat Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan ................. 7
a. Pengertian Kemampuan….. ................................................... 7
b. Pengertian Mengidentifikasi .................................................. 8
c. Tinjauan Materi Jenis Batuan................................................. 9
2. Hakikat Media Realia ................................................................. 27
a. Pengertian Media Pembelajaran ............................................. 27
b. Jenis Media Pembelajaran ...................................................... 28
c. Fungsi Media Pembelajaran ................................................... 29
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Kriteria Pemilihan Media ....................................................... 31
e. Pengertian Media Realia ........................................................ 32
f. Jenis-jenis Media Realia ........................................................ 32
g. Pertimbangan Pemilihan Media Realia .................................. 34
3. Hakikat Metode NHT (Numbered Heads Together)................... 35
a. Pengertian Metode Pembelajaran ........................................... 35
b. Pengertian NHT (Numbered Heads Together) ...................... 36
c. Karakteristik NHT (Numbered Heads Together) ................... 37
d. Manfaat NHT (Numbered Heads Together) .......................... 38
e. Kelemahan dan kelebihan NHT (Numbered Heads Together) 38
f. Tahapan dalam Pembelajaran NHT (Numbered
Heads Together)…. ................................................................ 39
g. Tata Ruang Kelas Penerapan Metode NHT ........................... 41
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................. 42
C. Kerangka Berfikir………………………………………………… 43
D. Hipotesis .......................................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 46
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 46
1. Tempat penelitian ...................................................................... 46
2. Waktu penelitian ........................................................................ 46
B. Subjek Penelitian....................................................................... ...... 46
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ........................................................ 46
D. Sumber Data .................................................................................... 47
E. Pengumpulan Data ........................................................................... 47
1. Observasi atau pengamatan ......................................................... 48
2. Wawancara .................................................................................. 48
3. Dokumentasi ................................................................................ 48
4. Tes ............................................................................................... 48
F. Validitas Data .................................................................................. 49
1. Triangulasi Sumber atau Data ..................................................... 49
2. Triangulasi Metode ..................................................................... 49
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
G. Analisis Data…………………………………………………. ...... 49
H. Indikator Kinerja……………………………………...................... 50
I. Prosedur Penelitian .......................................................................... 50
1. Rancangan Siklus I…………………………………………… 50
2. Rancangan Siklus II………………………………………….. . 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 54
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................. 54
1. Letak Geografis SDN Ngadiroyo Nguntoronadi ........................ 54
2. Keadaan Personil SDN Ngadiroyo Nguntoronadi ...................... 54
3. Keadaan Siswa SDN Ngadiroyo Nguntoronadi .......................... 54
4. Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................... 54
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian .................................................. 55
1. Deskripsi Kondisi Awal .............................................................. 55
2. Deskripsi Siklus I……………………………………….. .......... 61
3. Deskripsi Siklus II…………………………………………….. 76
C. Perbandingan Antarsiklus .................................. ............................ 90
1. Perbandingan Antarsiklus Nilai Kemampuan Mengidentifikasi
Jenis Batuan…… ........................................................................ 90
2. Perbandingan Antarsiklus Observasi Kegiatan Siswa ................. 92
3. Perbandingan Antarsiklus Kinerja Peneliti …............................ 95
D. Pembahasan .................................................................................... 96
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 101
A. Simpulan .......................................................................................... 101
B. Implikasi .......................................................................................... 101
C. Saran ............................................................................................... 102
1. Bagi Sekolah ............................................................................... 102
2. Bagi Guru .................................................................................... 102
3. Bagi Siswa................................................................. ................. 103
4. Bagi Peneliti Lanjut .................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104
LAMPIRAN ..................................................................................................... 107
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Komposisi Kimia Batuan Granit ................................................................ 13
2.2 Komposisi Kimia Batuan Basalt ……….. ……….................................... 14
4.1 Distribusi Frekensi Nilai Sebelum Tindakan (Pra Siklus) Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun
Ajaran 2011/2012 ...................................................................................... 56
4.2 Hasil Nilai Sebelum Tindakan (Pra Siklus) Kemampuan Mengidentifikasi
Jenis Batuan Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran .......... 58
4.3 Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pra Siklus Terhadap Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SDN Ngadiroyo Kelas Tahun
Ajaran 2011/2012 ...................................................................................... 59
4.4 Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I Terhadap Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran
2011/2012 ................................................................................................. 67
4.5 Data Hasil Penilaian Observer (Guru Kelas) Terhadap Kinerja Guru (Peneliti)
Siklus I Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media Realia
Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together)............................ ..... 70
4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I Kemampuan Mengidentifikasi Jenis
Batuan Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran
2011/2012.......................... ....................................................................... 72
4.7 Hasil Nilai Siklus I Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas
V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012................ .................. 74
4.8 Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II Terhadap Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran
2011/2012............................ ..................................................................... 82
4.9 Hasil Penilaian Observer (Guru Kelas) Terhadap Kinerja Guru (Peneliti)
Siklus II Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media Realia
Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together) Siswa Kelas V SD Negeri
Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012... ..................................................... 85
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Siklus II Kemampuan Mengidentifikasi Jenis
Batuan Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran
2011/2012.......................... ..................................................................... 89
4.11 Hasil Nilai Siklus II Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa
Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran
2011/2012............................................ ................................................... 89
4.12 Perbandingan Daftar Frekuensi Nilai Rata-rata Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V Pada Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II ......................................................................... ......................... 90
4.13 Perbandingan Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II Terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas
V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012... ............................. 93
4.14 Perbandingan Penilaian Observer (Guru Kelas) Terhadap Kinerja Guru
(Peneliti) Siklus I dan Siklus II Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan
Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012 ........... 95
4.15 Hasil Penelitian Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media
Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas
V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012... ............................. 97
4.16 Hasil Penelitian Keaktifan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan
Dengan Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together)
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012... 98
4.17 Hasil Penelitian Penilaian Observer (Guru Kelas) Terhadap Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media Realia Melalui Metode NHT
(Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo
Tahun Ajaran 2011/2012 ........................................................................ 99
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Batu Obsidian ............................................................................................. 11
2.2 Batu Granit ................................................................................................. 11
2.3 Batu Basalt ................................................................................................. 13
2.4 Batu Andesit………………………………………………………. .......... 15
2.5 Batu Apung………………….. .................................................................. 16
2.6 Batu Serpih……………………………………… ..................................... 17
2.7 Batu Pasir…………………………………….. ......................................... 18
2.8 Batu Gamping ............................................................................................ 19
2.9 Batu Breksi………………………………………………………. ............ 21
2.10 Batu Konglomerat……………………………………………. ............... 21
2.11 Batu Gnesisses………………………………………………. ................ 23
2.12 Batu Marmer ............................................................................................ 23
2.13 Batu Sabak ............................................................................................... 24
2.14 Meja Ruang Tamu dari Batu Marmer ...................................................... 25
2.15 Perhiasan dari Batu Permata .................................................................... 25
2.16 Baju Pemadam Kebakaran dari Asbes ..................................................... 26
2.17 Mineral Talk pada Bedak Bayi ................................................................ 26
2.18 Batu Kapur Untuk Bahan Bangunan ........................................................ 26
2.19 Garam Meja .............................................................................................. 27
2.20 Tata Ruang Kelas Penerapan Metode NHT ............................................. 41
2.21 Kerangka Berpikir .................................................................................... 44
3.1 Prosedur Penelitian Tindakan .................................................................... 53
4.1 Histogram Data Nilai Sebelum Tindakan (Pra Siklus) Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media Realia Melalui Metode NHT
(Numbered Heads Together) Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun
Ajaran 2011/2012.................................................................................. .... .. 57
4.2 Histogram Data Hasil Observasi Keaktifan Pra Siklus Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun
Ajaran 2011/2012.......................................................................................... 59
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4.3 Histogram Data Hasil Observasi Terhadap Keaktifan siswa Siklus I Dalam
Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SDN
Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012 ........................................................ ... 68
4.4 Histogram Hasil Penilaian Observer (Guru Kelas) Terhadap Kinerja Guru
(Peneliti) Siklus I Dalam Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis
Batuan Dengan Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads
Together) Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012...70
4.5 Histogram Data Nilai Siklus I Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan
Dengan Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together)
Pada Siswa Kelas V SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012.................. 73
4.6 Histogram Hasil Observasi Terhadap Keaktifan Siswa Siklus II Dalam
Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SDN
Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012 ........................................................ ... 83
4.7 Histogram Hasil Penilaian Observer (Guru Kelas) Terhadap Kinerja Guru
(Peneliti) Siklus II Dalam Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis
Batuan Dengan Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads
Together) Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012 85
4.8 Histogram Nilai Siklus II Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan
Media Realia Melalui metode NHT (Numbered Heads Together) Siswa Kelas
V SDN Ngadiroyo Tahuna Ajaran 2011/2012............................................ 88
4.9 Histogram Perbandingan Daftar Frekuensi Nilai Rata-rata Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Siswa Kelas
V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012..................................... 91
4.10 Histogram Perbandingan Hasil Observasi Kektifan Siswa Pra Siklus, Siklus
I dan Siklus II Terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa
Kelas V SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012................................. 93
4.11 Perbandingan Hasil Penilaian Observer (Guru Kelas) Terhadap Kinerja
Guru (Peneliti) Siklus I dan II Dalam Peningkatan Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media Realia Melalui Metode NHT
(Numbered Heads Together) Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun
Ajaran 2011/2012..................................................................................... 96
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabel Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 108
2. Data Nilai Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Pra Siklus,
Siklus I Dan Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran
2011/2012 .................................................................................................... 110
3. Hasil Observasi Pra Tindakan Terhadap Guru Kelas V SD Negeri Ngadiroyo
Tahun Ajaran 2011/2012 ............................................................................. 112
4. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Kecamatan
Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012 Pra Siklus .. 114
5. Pedoman Wawancara Terhadap Guru Kelas Sebelum Penerapan Metode NHT
(Numbered Heads Together) SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012 .. 117
6. Pedoman Wawancara Sebelum Penerapan Metode NHT (Numbered Heads
Together) Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012 120
7. Tes Pra Siklus Materi Batuan ...................................................................... 123
8. Silabus Siklus I ............................................................................................ 125
9. Bahan Ajar IPA ........................................................................................... 128
10.RPP Siklus I Pertemuan I ............................................................................ 136
11.Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Kecamatan
Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus I
Pertemuan I .................................................................................................. 149
12. RPP Siklus I Pertemuan II ......................................................................... 152
13. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Kecamatan
Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus I
Pertemuan II .............................................................................................. 163
14. Data Nilai Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Siklus I Siswa
Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012 ........................ 166
15. Pedoman Wawancara Terhadap Guru Kelas Setelah Penerapan Metode NHT
(Numbered Heads Together) SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012 ..168
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16. Pedoman Wawancara Setelah Penerapan Metode NHT (Numbered Heads
Together) Siswa Kelas V SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012 ..... 170
17.Silabus Siklus II ......................................................................................... 172
18. RPP Siklus II Pertemuan I ............................................................... 175
19. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Kecamatan
Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus II
Pertemuan I ............................................................................................... 189
20. RPP Siklus II Pertemuan II ....................................................................... 191
21. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Kecamatan
Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus II
Pertemuan I ............................................................................................... 203
22. Data Nilai Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SD
Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus II ............................. 206
23. APKG I Siklus I Pertemuan I .................................................................... 209
24. APKG I Siklus I Pertemuan II ................................................................... 211
25. APKG I Siklus II Pertemuan I ................................................................... 213
26. APKG I Siklus II Pertemuan II .................................................................. 215
27. APKG II Siklus I Pertemuan I ................................................................... 215
28. APKG II Siklus I Pertemuan II .................................................................. 221
29. APKG II Siklus II Pertemuan I .................................................................. 225
30. APKG II Siklus II Pertemuan II ................................................................. 229
31. Foto Penelitian ........................................................................................... 233
xx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Motivasi merupakan modal utama dalam belajar. Hal ini sangat
berpengaruh pada hasil dan prestasi belajar yang diperoleh. Motivasi bisa datang
dari sudut manapun, baik itu datang dari dalam maupun dari luar diri seseorang.
Dengan dipupuknya rasa ingin tahu dan keinginan yang besar untuk belajar dapat
memperluas serta menambah pengetahuan. Seperti kata pepatah “ Rajin Pangkal
Pandai Hemat Pangkal Kaya “. Ungkapan yang sangat sederhana namun memiliki
arti penting dalam kehidupan khususnya dalam dunia pendidikan yaitu berperan
sebagai cambuk dalam meningkatkan motivasi dari dalam diri individu.
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat
untuk siswa (Isjoni, 2009: 11) dari pendapat ini dapat ditarik sebuah pemahaman
bahwa peserta didik dapat menggali dan memperkaya pengetahuan dari berbagai
perangkat belajar yang ada. Dalam lingkup pembelajaran terdapat subjek serta
objek pembelajaran. Guru dan siswa adalah subjek pembelajaran. Guru bertugas
mendidik, membimbing, melatih dan mengevaluasi peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara semestinya. Sedangkan siswa bertugas sebagai
penerima informasi yang kemudian mengolah informasi tersebut menjadi sebuah
pengetahuan dan kemampuan. Sedangkan objek pembelajaran adalah materi
pelajaran yang berfungsi sebagai komponen pokok dalam belajar. Dalam dunia
pendidikan peran guru adalah melakukan pembaharuan pendidikan dengan
sasaran pada proses pembelajaran. Salah satu upaya pembaharuan dalam bidang
pendidikan adalah pembaharuan pada metode mengajar dan penggunaan media
secara tepat.
Metode mengajar dapat dikatakan relevan jika mampu mengantarkan
siswa mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu media menjadi sarana pendukung
keberhasilan dalam proses belajar. Minat yang rendah dalam belajar dapat dipacu
melalui penerapan strategi tersebut. Penerapan metode dalam pembelajaran yang
sesuai merupakan tugas utama guru dalam mengolah proses pembelajaran menjadi
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menarik dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
optimal. Dengan adanya variasi teknik dalam mengajar maka akan menciptakan
sebuah hubungan timbal balik yang sangat efektif dari pengajar dan peserta didik.
Guru dapat menyampaikan materi secara mudah dan cepat kepada peserta didik,
sedangkan peserta didik dapat menerima dan memahami materi secara mendalam
dan menyeluruh. Hubungan dua arah seperti inilah yang meningkatkan prestasi
belajar dan intelegensi pada siswa. Hal ini dapat memperbaiki kualitas pendidikan
di Indonesia.
Dalam pemilihan media, secara umum disesuaikan pada materi yang akan
diajarkan. Guru dapat membuat media sedemikian rupa menjadi sumber belajar
yang edukatif dengan memvariasikan bentuk maupun penyajiannya sehingga
merangsang keingintahuan pada peserta didik untuk memperdalam materi.
Kreativitas dari subjek pembelajaran dalam menggunakan media sangat berperan
penting dalam membangun dorongan dalam diri peserta didik. Penggunaan media
realia yang didapat dari lingkungan sekitar dapat dijadikan sumber untuk
menggali pengetahuan yang inovatif dan dapat menghilangkan pemahaman
abstrak pada peserta didik. Sehingga pemikiran logis tentang kehidupan
khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat terasah melalui
media ini.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah
dinilai memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas,
karena Ilmu Pengetahuan Alam merupakan sarana berpikir untuk mengkaji
sesuatu secara rasional seperti pernyataan “ Science is the atempt to make the
chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system
of thought “ (Einstein dalam Hendro Darmojo, 1991:03). Makna dari kalimat
tersebut adalah IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai
pengalaman menjadi suatu sistem pola pikir yang logis tertentu. Penguasaan
mengenai mata pelajaran IPA perlu ditingkatkan sedini mungkin agar dapat
menumbuhkan pola berpikir ilmiah pada peserta didik. Berpijak dari hal tersebut,
diharapkan peserta didik khususnya pada tingkat Sekolah Dasar dapat berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Bukan hanya aktif dalam mengerjakan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tetapi juga dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, menemukan hal-hal baru
yang sebelumnya belum disampaikan oleh guru serta termotivasi untuk
mempelajari materi. Hal ini untuk memacu penyerapan berbagai informasi pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Pola belajar sangat bervariasi, namun dalam penggunaannya disesuaikan
dengan materi yang akan diajarkan. Kelas tinggi telah mampu mencetuskan suatu
pemikiran kritis dimana hal tersebut dapat melatih kemampuan daya pikir siswa
salah satunya dengan mengidentifikasi. Untuk mempersempit ruang lingkup IPA
yang sangat luas maka perlu diadakan pemilihan materi. Materi yang sesuai untuk
kegiatan identifikasi adalah materi tentang batuan. Materi batuan akan
berpengaruh pada jenjang berikutnya, maka dari itu perlu ditingkatkan untuk
memperoleh kemampuan belajar yang maksimal.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SDN Ngadiroyo dengan
jumlah 18 siswa, diketahui hasil tes pada materi batuan menunjukkan nilai rata-
rata 39,5 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 66. Siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 14 siswa (77,7%) dengan nilai terendah
20, sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 4 siswa (22,2%)
dengan nilai tertinggi 70. Kelemahan terjadi pada kurangnya pemahaman secara
menyeluruh terhadap nama batuan beserta proses pembentukannya. Hal ini terjadi
karena siswa mudah lupa dengan penjelasan guru.
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara
yang dilakukan dengan guru dan siswa kelas V SDN Ngadiroyo tahun ajaran
2011/2012 ditemukan informasi belum diterapkan metode pembelajaran yang
tepat pada materi batuan. Pembelajaran berpusat pada guru atau teacher centered
sehingga siswa tidak berperan aktif di dalamnya. Intensitas penggunaan media
pembelajaran juga masih kurang. Dari sisi siswa itu sendiri minat terhadap mata
pelajaran IPA masih kurang hal ini diakibatkan rendahnya motivasi belajar siswa.
Selain itu kemampuan siswa masih rendah dalam memahami materi. Siswa
kurang antusias pada saat pembelajaran berlangsung. Sebagian siswa masih gaduh
pada saat pembelajaran sehingga suasana menjadi tidak kondusif yang berakibat
pada rendahnya hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan ulasan masalah di atas peneliti berusaha mencari solusi yang
tepat. Pemilihan metode dipilih secara tepat dengan memperhatikan materi agar
dapat meningkatkan minat serta hasil belajar siswa. Efektifitas penggunaan
metode disesuaikan dengan alokasi waktu. Berpijak pada analisis di atas maka
peneliti menemukan alternatif pemecahannya yaitu dengan metode pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT). Pemilihan metode NHT disesuaikan dengan
karakteristik siswa. Pada kelas tinggi, siswa sudah mampu berdiskusi dan
melakukan pemecahan suatu masalah secara sistematis. Pola metode NHT sangat
variatif sehingga dapat menumbuhkan semangat dan keaktifan siswa. Metode ini
menggunakan diskusi heterogen dalam penerapannya. Teknik ini memberi
kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban
yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat dan kerjasama mereka (Spencer Kagan dalam Isjoni, 2007: 78). Metode
NHT melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam proses
pembelajaran dan menganalisis pemahaman siswa terhadap materi yang telah
diajarkan.
Salah satu tahapan dalam teknik NHT yaitu guru memberikan nomor yang
berbeda pada anggota kelompok. Guru memanggil satu nomor yang sama pada
tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Dalam hal ini tanggung
jawab dari setiap anggota adalah sama yaitu mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya dari berbagai sumber belajar sesuai dengan materi yang telah diberikan
oleh guru. Hal ini dapat memupuk rasa ingin tahu siswa terhadap materi dan
memperluas pengetahuan siswa. Kelebihan dari metode ini yaitu 1) siswa dapat
menambah pengetahuan melalui ide atau gagasan dari temannya, 2) siswa dapat
bekerjasama secara kooperatif dengan anggota kelompok, 3) siswa dapat berperan
aktif dalam menyumbangkan ide dan memperkaya pengetahuan dari berbagai
sumber belajar.
Mempertimbangkan berbagai persoalan di atas, maka perlu diadakan
penelitian untuk menerapkan metode NHT tersebut. Penelitian penerapan ini
penting untuk memperbaiki motivasi belajar siswa sehingga dapat memperbaiki
kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menjadi tolok ukur bagi tenaga pendidik dalam menerapkan berbagai teknik
maupun strategi dalam belajar untuk merangsang minat siswa sehingga dapat
memacu prestasi belajar sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media Realia Melalui Metode NHT
(Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Wonogiri
Tahun Ajaran 2011/2012“.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan pokok sehingga diadakannya Penelitian Tindakan Kelas
adalah :
Apakah dengan penerapan metode NHT (Numbered Heads Together) yang
didukung dengan penggunaan media realia dapat meningkatkan kemampuan
mengidentifikasi jenis batuan pada siswa kelas V SD Negeri Ngadiroyo Wonogiri
Tahun Ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan mengidentifikasi jenis batuan dengan diterapkannya metode NHT
(Numbered Heads Together) yang didukung penggunaan media realia pada siswa
kelas V SDN Ngadiroyo Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan teori dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi jenis
batuan khususnya peningkatan kemampuan mengidentifikasi melalui NHT
(Numbered Heads Together).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Mendapatkan pengalaman secara langsung dalam menerapkan metode
NHT (Numbered Heads Together) pada proses pembelajaran.
2) Menjadi bekal bagi calon guru agar siap terjun kelapangan.
b. Bagi Siswa
1) Lebih termotivasi dalam belajar mata pelajaran IPA.
2) Dapat belajar secara aktif dan kreatif dalam menerima pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi jenis
batuan.
c. Bagi Guru
1) Dapat menjadi acuan dalam penerapan metode untuk meningkatkan
motivasi siswa pada mata pelajaran IPA.
2) Untuk meningkatkan profesionalisme guru.
d. Bagi Sekolah
1) Meningkatnya kualitas pembelajaran akan mempengaruhi
meningkatnya kualitas sekolah dan menjadi pendorong sekolah untuk
selalu mengadakan pembaharuan proses pembelajaran ke arah yang
lebih baik.
2) Tumbuhnya iklim pembelajaran yang kondusif.
e. Bagi Peneliti Lain
1) Memberikan wawasan mengenai penerapan metode dan pemilihan
media pembelajaran secara tepat.
2) Memberikan sumbangan ilmu untuk selalu meningkatkan kualitas
pembelajaran disetiap mata pelajaran yang diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah sesuatu yang lahir dengan sendirinya pada diri
individu dan merupakan sesuatu hal yang mutlak dimiliki oleh seseorang.
Berikut ini adalah beberapa pernyataan mengenai definisi kemampuan.
Mengenai definisi kemampuan, Desmita berpendapat, “Ability
(kemampuan, kecakapan) suatu istilah umum yang berkenaan dengan
potensi untuk menguasai suatu keterampilan. Seseorang yang mampu
berpikir kreatif akan memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya untuk
dapat mengoptimalkan kemampuan yang ada” (2010: 257).
E. Mulyasa (2008) berpendapat, “Kemampuan (skill) adalah sesuatu
yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang
dibebankan kepadanya” (hlm.39).
Seorang pakar menyatakan menyatakan kecakapan atau ability
dibedakan kedalam dua kategori yaitu
Pertama, kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukkan
kepada aspek kecakapan yang dapat didemonstrasikan dan diuji;
kedua kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kecakapan dalam
diri seseorang yang diperoleh secara herediter (pembawaan lahir).
Kecakapan ini dapat dipandang sebagai abilitas dasar umum dan
abilitas dasar khusus dalam bidang tertentu (Abin Syamsudin
Makmun, 2009: 54).
Dari berbagai pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan,
pengertian kemampuan adalah suatu potensi bawaan yang dimiliki oleh
seseorang untuk menguasai berbagai keterampilan dalam melakukan tugas
yang telah dibebankan dan mengolah potensi tersebut agar memberikan efek
positif bagi kehidupan individu.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
a. Pengertian Mengidentifikasi
Mengidentifikasi berasal dari kata identifikasi. Menurut pakar
definisi pengertian identifikasi adalah sebagai berikut :
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri
seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Kecenderungan
tersebut berlangsung tanpa disengaja atau tidak disengaja karena
biasanya orang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam
hidupnya. Seseorang melakukan identifikasi mengenai tokoh atau
idola yang dikaguminya sehingga keinginan untuk menjiwai itu
muncul dalam diri baik itu yang berkaitan dengan pandangan,
sikap, keyakinan dan kaidah-kaidah yang dimiliki oleh tokoh
tersebut (Hadi Mulyono, 2010: 158)
Definisi di atas dapat dikaitkan dengan kesimpulan seorang peneliti
yang menyatakan, “Identifikasi merupakan tugas untuk mencari dan
mengenal ciri-ciri taksonomik individu yang beraneka ragam dan
memasukkannya ke dalam suatu takson. Identifikasi berkaitan erat dengan
ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke dalam suatu
urutan kunci identifikasi” (John Salvia, 1981: 74).
Nana Supriatna et,all., (2006: 249) menyatakan identifikasi
merupakan kecenderungan dan keinginan seseorang untuk menjadi sama
dengan orang lain. Dari pendapat tersebut terdapat perbedaan pada sasaran
identifikasinya yaitu terhadap benda hidup, sedangkan pada penelitian ini
dikhususkan pada benda tidak hidup yaitu batuan. Namun terdapat
persamaan yaitu berupa penyamaan terhadap karakteristik yang dimiliki.
Dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa identifikasi menitik
beratkan pada persamaan, jadi pengertian mengidentifikasi secara umum
adalah proses penyamaan pada suatu objek tertentu yang didasarkan pada
karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki. Pengidentifikasian dapat diperoleh
dengan penarikan kesimpulan dalam memaparkan ciri suatu objek tertentu.
Pengidentifikasian pada penelitian ini dengan melakukan penyamaan
terhadap jenis-jenis batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
a. Tinjauan Materi Jenis Batuan
Seorang pakar geologi secara rinci merumuskan pengertian batuan
sebagai berikut :
Batuan merupakan kumpulan mineral atau bahan organik yang mengalami
sementasi, atau kumpulan mineral yang merupakan hasil dari pembekuan
magma, proses sedimentasi atau metamorfosa. Sifat-sifat teknis batuan
bervariasi yang tergantung pada asal-usulnya. Batuan dalam kondisi alam
terbentuk dari butiran-butiran yang terikat oleh kohesi yang kuat (Hary
Christady Hardiyatmo, 2006: 53)
1) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Batuan
Seorang pakar mengungkapkan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi sifat teknis batuan antara lain:
Pertama, struktur batu dapat berupa batuan massif, padat, dan berpori
(banyak mengandung pori). Tekstur batuan digambarkan sebagai batuan
berbutir kasar dan berbutir halus; kedua Kandungan mineral batu terbentuk
dari beberapa macam mineral yang mempunyai perbedaan dalam hal
kekuatan dan kekerasannya. Mineral dapat menjadikan batu menjadi lebih
kuat ataupun mudah pecah dalam menahan geseran; ketiga kekar atau
retakan yang terdapat pada semua tipe batuan ada yang tampak atau pun
tidak tampak oleh mata atau tertutup dan tidak jelas. Bidang lapisan adalah
batas antara lapisan-lapisan batuan sedimen. Foliation adalah karakteristik
beberapa batuan metamorf yang struktur mineralnya tersusun dalam pelat
sejajar. Ketiga macam bentuk tersebut dapat mengurangi kekuatan batuan;
keempat pengaruh cuaca dapat merubah mineral-mineral pembentuk
batuan baik berupa reaksi kimia maupun reaksi fisik. Zona yang
dipengaruhi perubahan cuaca berada dekat dengan permukaan atau sampai
pada kedalaman tertentu yang kadang-kadang tertutup oleh pembentukan
batuan lain; kelima kumpulan mineral dapat mempunyai rekatan yang
lemah atau kuat pada sembarang tipe batuan. Bahkan dapat terjadi btuan
massif yang keras dapat mempunyai kohesi yang kecil atau mempunyai
rekatan yang lemah diantara butirannya (Hary Christady Hardiyatmo,
2006: 53-54).
2) Macam-macam batuan yang berada di kulit bumi
Hary Christady Hardiyatmo (2006: 54) mengungkapkan tiga jenis
batuan yang berada di kulit bumi yaitu batuan beku (igneus rock), batuan
sedimen, dan batuan metamorf.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
a) Batuan beku
Choiril Azmiyawati (2008: 124) menyatakan “Batuan beku
adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Semula
berbentuk lelehan magma yang kemudian mengeras dan
membentuk sebuah batuan beku”.
Mengenai batuan beku Hary Christady Hardiyatmo (2006)
menyatakan:
Batuan beku berasal dari bawah permukaan bumi dan
membeku di permukaan atau dekat dengan permukaan
contohnya : batu granit, batu basalt dan lain-lain. Umumnya
batuan beku merupakan batuan primer yang terbentuk dari
pembekuan magma atau rekristalisasi dari batuan lama oleh
panas dan tekanan yang sangat tinggi, sehingga
membuatnya menjadi cair, dan membeku kembali. Jadi
dapat disimpulkan batuan beku merupakan batuan yang
terbentuk dari cairan magma yang membeku dipermukaan
bumi dan tersusun dari beberapa mineral (hlm 53).
Definisi di atas diperjelas kesimpulan seorang peneliti yang
mendefinisikan ciri utama batuan beku sebagai berikut :
Presentase silikon oksida yang tergantung didalam batu
magma atau batu beku terdiri atas empat kelompok yaitu,
pertama batu-batu asam (acid) mengandung 65-75% SiO2; kedua batu beku karena perapian (igneus rock) mengandung
55-65% SiO2; ketiga batu basic mengandung 45-55% SiO2, keempat batu ultra basic mengandung SiO2 kurang dari
45%. Batuan magma atau beku mempunyai tekstur yang
masif (massive) atau compact, baik pada batu yang intrusif
maupun yang effusif, atau tekstur porous (berpori) dimana
disebabkan adanya unsur-unsur gas pada masa proses
pembekuan magma. Warna batu ditentukan oleh rasio
kandungan silikat-silikat berwarna cerah (fledspar) dan
silikat-silikat berwarna gelap (ferromagnesium), adalah
suatu fitur diagnostik yang sangat penting dari batuan beku
karena perapian (M. Lange, et al, 1991: 97).
Hary Christady Hardiyatmo (2006) berpendapat, “Sifat-sifat
teknis batuan beku pada umunya adalah pertama mempunyai
karakteristik material yang baik, keras, padat dan berkualitas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kedua kapasitas dukung tinggi, sehingga sangat baik untuk
mendukung fondasi bangunan” (hlm 54-55).
Choiril Azmiyawati (2008: 125-128) mengungkapkan
macam-macam batuan beku antara lain :
(1) Batu Obsidian
Gambar 2.1. Batu Obsidian
Batu obsidian mempunyai ciri umum : pertama
berwarna hitam dan mengkilap, kedua tekstur halus, ketiga
batuan tersebut bersifat keras. Batuan ini dapat dimanfaatkan
sebagai alat pemotong dan mata tombak. Proses terbentuknya
dari magma yang membeku dengan cepat dipermukaan bumi.
(2) Batu Granit
Gambar 2.2. Batu Granit
Seorang pakar geologi menyatakan struktur batuan
granit sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Granit adalah batuan intrusif dengan struktur
holocrystal-line yang biasanya menyerupai butir-
butiran tepung yang tidak halus dan tidak kasar
(medium-grained). Mineral pembentuknya yang
terutama adalah Feldspar-potash (orthoclase dan
microline), kadang-kadang plagiclose acid disertai
dengan satu atau beberapa mineral yang berwarna gelap
antara lain Biotite yang dalam beberapa varietasnya
digantikan oleh Muscovite, kadang-kadang Hornblende
dan lebih jarang lagi Pyroxene (Augite). Dalam jumlah
tertentu, peran utama dimainkan oleh Feldspar potash
yang umum, yang mana kadang-kadang diambil alih
oleh Plagioclase. Feldspar gampang dikenali melalui
belahannya, kilapnya yang bening dan warna-warnanya
yang biasa seperti merah, putih, atau kuning keabu-
abuan. Quartz terdapat pada granit dalam entuk butiran-
butiran tepung yang tidak teratur baik tidak berwarna
maupun berwarna abu-abu asap (sampai hitam) dengan
kilapan berminyak dan mempunyai pecahan yang
conchidal atau tidak teratur (M. Lange, et.al, 1991:
106).
Batu granit mempunyai ciri umum batuan yang tersusun
dari kristal-kristal kasar. Batuan ini ada yang berwarna putih,
yang bercampur dengan warna keabu-abuan dan jingga dan
bersifat keras. Permukaan batuan ini kasar dan agak mengkilap
karena kristal kecil yang menempel disekitar batuan. Bila tidak
mengalami pelapukan batuan ini mempunyai kekuatan tinggi
sehingga merupakan material yang baik digunakan untuk
bangunan. Proses terbentuknya dari magma yang membeku
didalam kerak bumi. Pembentukan terjadi secara perlahan jadi
batuan ini termasuk batuan beku dalam.
Menurut Doddy Setia Nugraha (1987: 99) variasi pada
batuan granit didominasi oleh silika. Komposisi kimia tersusun
dalam yang terdapat pada batu granit dapat dilihat pada tabel 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Tabel 2.1. Tabel Komposisi Kimia Batuan Granit
Senyawa
kimia 1 2 3
73,86 70,18 72,7
0,2 0,39 0,25
13,75 14,47 13,39
0,78 1,57 1,25
FeO 1,13 1,78 3,2
MnO 0,05 0,12 0,09
MgO 0,26 0,88 0,3
CaO 0,72 1,99 1,89
O 3,51 3,48 2
O 5,13 4,11 3,94
0,47 0,84 0,01
0,14 0,19 -
(3) Batu Basalt
Gambar 2.3. Batu Basalt
Pakar geologi menyatakan struktur batuan basalt
sebagai berikut :
Basalt adalah batu hitam dengan struktur cryptocrystal-
line atau microcrystalline. Pada batu ini biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
terdapat massa seperti kaca yang tidak mengkristal
berdampingan dengan kristal-kristal kecil Augite,
Plagiclase dan Olivine. Phenocryst-phenocryst yang
kecil (kadang-kadang sekecil titik (noktah) bundar)
yang bercahaya dari Augite dan Olivine tersebar dan
menghiasi pada warna gelap massa tersebut (M. Lange,
et.al, 1991: 104)
Seorang pakar pendidikan menyatakan ciri umum batu
basalt sebagai berikut:
Batu ini disebut juga batuan lava. Batu basalt memiliki
ciri umum yaitu : berwarna hijau keabu-abuan dan
berlubang-lubang dan terdiri atas kristal-kristal kecil.
Batu basalt terbentuk dari magma yang membeku
dibawah lapisan kerak bumi tercampur dengan gas
sehingga berongga kecil dan dapat dimanfaatkan pula
sebagai bahan bangunan (Choiril Azmiyawati, 2008:
126)
Menurut Doddy Setia Nugraha (1987: 109) komposisi
kimiawi yang tersusun pada batuan basalt dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2.2. Komposisi Kimia Batuan Basalt
Senyawa Kimia 1 2
50,83 49,43
2,03 1
14,07 18,85
2,88 1,58
FeO 9 8,08
MnO 0,18 0,18
MgO 6,34 5,93
CaO 10,42 10,14
O 2,23 3,6
O 0,84 0,99
O 0,91 0,58
0,23 0,2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(4) Batu Andesit
Gambar 2.4. Batu Andesit
Pakar geologi menyatakan struktur batuan andesit
sebagai berikut:
Batuan andesit memiliki struktur porpphyritic.
Cryptocrystalline dari ground massanya berpori dan
berwarna abu-abu muda atau coklat muda. Phenocryst-
phenocryst yang bercahaya dari medium Palgiclase
(Ancesite), Hornblende, atau Augite sering tertera
menghiasinya. Porphyrite merupakan jenis batuan api
yang memiliki struktur dan komposisi mineralogis yang
sama dengan andesit. Namun memiliki ground-mass
lebih gelap dan phenocryst-phenocryst plagioclase yang
terdapat pada keadaan jelek, sehingga sering
kehilangan kilapnya yang bening seperti kaca (M.
Lange, et.al, 1991: 104).
Pakar pendidikan menyatakan ciri umum dari batuan
andesit sebagai berikut:
Batu andesit yaitu batuan ini berwarna putih keabu-
abuan dan butirannya kecil seperti pada batu basalt. Batu
andesit dapat dimanfaatkan untuk membuat arca dan bangunan
candi. Dalam proses pembentukannya batu andesit berasal dari
magma yang membeku dengan cepat di bawah kerak bumi
(Choiril Azmiyawati, 2008:126).
Jadi dapat disimpulkan bahwa batuan andesit mamiliki
struktur dan ciri umum yang bervariasi. Batuan andesit dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan salah satunya dimanfaatkan
sebagai pembuatan candi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
(4) Batu Apung
Gambar 2.5. Batu Apung
Pakar pendidikan menyatakan ciri umum batu apung
sebagai berikut:
Berwarna cokelat bercampur dengan abu-abu muda ada
pula yang bercampur dengan warna kehijauan. Batuan
ini memiliki pori-pori dan bergelembung serta dapat
mengapung di air. Digunakan untuk mengampelas kayu
dan sebagai bahan penggosok. Proses pembentukannya
berasal dari magma yang membeku dipermukaan bumi
(Choiril Azmiyawati, 2008: 126)
b) Batuan Sedimen (Batuan Endapan)
Pakar geologi menyatakan ciri umum yang dimiliki batuan
sedimen sebagai berikut:
Batuan sedimen merupakan batuan yang dihasilkan dari
pengendapan sisa-sisa tumbuhan dan binatang, dan dari
material yang terbentuk oleh pembusukan secara fisik
maupun kimia dari batuan asalnya. Umumnya batuan
sedimen terbentuk dari pecahan batuan yang lebih tua,
fragmennya telah dipisahkan oleh air atau angin dan
terbentuk ke dalam endapan sedimen. Fragmen adalah
batuan yang terbentuk dari proses pengendapan bahan
lepas. Ciri utama dari batuan sedimen adalah berlapis-lapis.
Jika butirannya bundar dan besar dinamakan batu
konglomerat dan jika butirannya kasar dan bersudut tajam
dinamakan batu breksi (Hary Christady Hardiyatmo, 2006:
55).
Seorang pakar geologi mengungkapkan ciri utama yang
dimiliki batuan sedimen sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Batu endapan terdapat dalam keadaan loose (tidak kencang
atau tidak rapat memadat, renggang) tetapi keadaan yang
padat (compact) Batu sedimen bisa juga mengeras dan
menyatu seperti semen yang sudah kering. (M. Lange, et al,
1991: 109).
Pakar geologi menyatakan secara rinci struktur yang
dimiliki batuan sedimen (endapan) sebagai berikut:
Struktur batu sedimen sebetulnya adalah kelainan dari
bidang perlapisan yang normal (paralel atau horisontal).
Kelainan disebabkan karena proses sedimentasi, ataupun
sesudah sedimentasi (diagenesa). Sifat yang khas mudah
dan langsung dapat diamati dengan mata telanjang adalah
unsur pelapisan Intensitas arus mempengaruhi pengendapan
dalam besar butir, stratifikasi dapat juga menunjukkan
proses terbentuknya lapisan tersebut, karena lingkungan
pengendapan. Stratum adalah suatu lapisan yang dapat
dibedakan dengan lapisan diatas atau dibawahnya,
berdasarkan sifat lapisan fisik, bidang non sedimentasi dan
lain-lainnya. Sedangkan cross stratum (lapisan silang siur)
adalah lapisan yang membentuk sudut terhadap lapisan
yang berada di atas atau di bawahnya dan dipisahkan oleh
bidang erosi, bidang non sedimentasi atau sifat fisik
lainnya. Set adalah cross strata atau strata yang dipisahkan
dari strata atau cross strata lainnya dengan bidang erosi atau
bidang non sedimentasi atau sifat fisik lainnya. Coset
merupakan gabung dari beberapa set yang merupakan
gabungan dari coset (Doody Setia Nugraha, 1987: 133).
Hary Christady Hardiyatmo (2006: 55) mengklasifikasikan
macam-macam batuan sedimen (endapan) sebagai berikut:
(1) Batuan Serpih (shales)
Gambar 2.6. Batu Serpih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Batuan serpih memiliki ciri umum yang tidak dimiliki
oleh batuan lain, Choiril Azmiyawati (2008) menyatakan:
Serpih termasuk batuan sedimen berbutir halus yang
terbentuk dari memadatnya dan atau tersementasinya
partikel lempung. Batuan ini terdiri dari butiran-butiran
batu lempung atau tanah liat dan berwarna abu-abu
kehijauan, hitam, merah atau kuning dan memiliki bau
seperti tanah liat. Batuan ini biasanya dimanfaatkan
untuk bahan bangunan (hlm. 127).
Seorang pakar geologi mengemukakan sifat-sifat teknis
dari batuan serpih pada umumnya sebagai berikut:
Pertama, kekuatan batuan serpih bervariasi. Bentuknya
lunak dan tergaruk dengan pemukul atau dapat digali
dengan alat berat tanpa menggunakan bahan peledak.
Sedangkan batuan serpih yang keras harus digali
dengan menggunakan bahan peledak; kedua batuan
serpih mempunyai struktur berlapis dengan jarak dekat,
dan cenderung sangat mudah terpisah di sepanjang
bidang lapisannya ketika basah, kuat geser pada batas
lapisannya sangat rendah, ketiga batuan serpih sering
menjadi lunak atau menjadi lempung atau lanau tidak
padat sesudah terendam air dalam beberapa hari (Hary
Christady Hardiyatmo, 2006: 56).
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa batu serpih
mempunyai ciri umum serta sifat yang bervariasi. Batuan
tersebut bermanfaat bagi kehidupan salah satunya adalah untuk
bahan bangunan.
(2) Batu Pasir (sandstone)
Gambar 2.7. Batu Pasir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Menurut Pakar geologi ciri umum dari batu pasir
didefinisikan sebagai berikut :
Batu pasir terdiri dari butiran-butiran pasir yang halus
dan berwarna abu-abu, merah, kuning atau putih. Batu
ini biasanya digunakan sebagai bahan campuran
bangunan. Dalam proses pembentukannya batuan ini
berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku yang
butirannya kecil-kecil atau dari bahan lepas yang
terpadatkan dan terikat karena gaya beratnya. Sifatnya
granuler, mempunyai sudut gesek dalam yang tinggi,
dan terdapat rekatan (sementasi) yang kuat sehingga
cenderung tidak ada masalah pada sifat-sifat teknisnya.
Kontak antara batu pasir dan batu serpih dapat memicu
merembesnya air pada batuan sehinnga dapat memicu
terjadinya longsoran pada lereng alam maupun galian.
Sedangkan sifat teknis dari batu pasir yaitu, kekuatan
batu pasir bergantung pada derajat rekatan dan tipe
material rekatnya, kedua mempunyai daya tahan yang
umumnya proposional dengan kekuatannya. Ketiga
kekar umumnya berjarak agak besar (Hary Christady
Hardiyatmo, 2006: 56-57).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa batuan pasir memiliki
ciri umum berwarna abu-abu, merah, kuning atau putih dan
berbutir halus. Dapa dimanfaatkan dalam kehidupan yaitu
sebagai bahan campuran bangunan. Apabila terjadi kontak
fisik antara batu pasir dan batu serpih yang berhubungan
dengan gesekan maka akan menimbulkan longsoran pada
lereng.
(3) Batuan Gamping atau Batuan Kapur (limestone)
Gambar 2.8. Batu gamping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Choiril Azmiyati (2006: 127) menyatakan bahwa batuan
gamping terdiri dari butiran-butiran kapur yang halus berwarna
putih agak keabu-abuan dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
campuran pembuat semen dapat membentuk gas
karbondioksida apabila ditetesi asam. Pada daerah lembab batu
gamping banyak terdapat lubang. Batuan ini berasal dari
endapan hasil pelapukan tulang dan cangkang binatang lunak
seperti siput, kerang dan binatang laut yang telah mati. Rangka
binatang yang terbuat dari kapur tidak musnah tetapi akan
memadat dan membentuk kapur.
Menurut pakar geologi sifat yang dimiliki batuan
gamping sebagai berikut:
Batu gamping yang tidak berlubang dan dapat menjadi
material yang baik untuk lereng. Batu gamping yang
tidak berlubang dapat mencegah adanya longsor di
pegunungan, sedangkan batu gamping didaerah lembab
sering berlubang karena pada larutan dalam lubang
sering menjadi masalah dalam hal longsoran. Sifat-sifat
batu gamping pada umumnya adalah, pertama kekuatan
batu gamping dari lunak sampai keras, tergantung dari
macamnya. Kuat gesernya tergantung dari tekstur
batuannya. Batuan kapur yang berpori banyak
mempunyai kuat geser yang rendah. Sebaliknya batuan
yang padat mempunyai kuat geser yang tinggi; kedua
butir-butiran batu gamping biasanya terekat bersama-
sama dengan material lempung, dan kekuatan rekatannya
berkurang bila terkena pengaruh air; ketiga batu gamping
umumnya mengandung rekatan, lubang-lubang mungkin
kosong atau dapat terisi oleh tanah berbutir halus;
keempat batu gamping dapat mengandung lapisan tipis
batu pasir. Lapisan ini lebih mudah meloloskan air dan
kadang-kadang lebih lemah daripada batu kapurnya
(Hary Christady Hardiyatmo, 2006: 57).
Dapat ditarik kesimpulan batu gamping memiliki ciri
umum dan sifat teknis yang bervariasi. Batuan gamping
bermanfaat bagi kehidupan salah satunya sebagai pembuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
semen, kemudian semen dapat digunakan sebagai bahan
pembuat bangunan seperti rumah dan gedung.
(4) Batuan Breksi
Gambar 2.9. Batu Breksi
Menurut Choiril Azmiyati (2008: 127) batuan breksi
terdiri atas kerikil-kerikil yang permukaannya tajam berbutir
kasar dan merupakan gabungan pecahan-pecahan yang berasal
dari letusan gunung berapi. Berasal dari endapan hasil
pelapukan batuan beku dapat pula terbentuk karena pecahan
yang terlempar tinggi ke udara dan mengendap pada suatu
tempat. Dapat dimanfaatkan pula sebagai bahan bangunan.
Batuan breksi berwarna abu-abu kecokelatan dan agak
mengkilap. Butiran pasir saling melekat yang sudah memadat
dan merekat antara satu sama lain.
(5) Batu Konglomerat
Gambar 2.10. Batu Konglomerat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Menurut Choiril Azmiyati (2008: 127) mengungkapkan
batuan ini sedikit berbeda dengan batu breksi yang mempunyai
permukaan tajam. Materialnya berupa kerikil bulat, batu-batuan
dan pasir yang merekat satu sama lain. Batu konglomerat
mempunyai permukaan tumpul proses pembentukan serta
manfaatnyapun juga sama dengan batu breksi yaitu berasal dari
endapan batuan beku dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan.
c) Batuan Metamorf (Batu Malihan)
Pakar geologi menngunkapkan proses pembentukan dan
sifat teknis yang dimiliki batuan metamorf sebagai berikut:
Batuan metamorf berasal dari batuan sedimen melalui
transformasi (perubahan) yang diakibatkan oleh proses
panas atau tekanan tinggi dapat juga disebabkan oleh akibat
lain yang berlangsung secara kimia maupun fisik, sehingga
terbentuk batuan dengan karakteristik baru. Apabila batuan
ini mendapat panas terus menerus akan berubah menjadi
batu malihan. Batuan metamorf terbentuk akibat
metamorfosa dari batuan sedimen yang mengalami
perubahan tekstural dan mineralogi sehingga banyak
memiliki sifat teknis yang bervariasi. Beberapa batuan
metamorf relatif tidak kuat sesudah mengalami deformasi
akibat patahan dan lipatan. Kekar (joint) pada batuan
metomorf memudahkan terjadinya kerusakan yang
mengakibatkan melemahnya batuan tersebut. Batuan
semacam quatzite dan gneiss relatif kuat, jika tidak
terdeformasi atau rusak. Beberapa mica schists sangat
lemah secara fisik. Adapun batuan endapan yang berubah
menjadi batu malihan adalah batu pualam atau marmer dari
batu gamping, batu sabak dari batu serpih, batu kuarsit yang
merupakan perubahan dari batu pasir. Sifat teknis batuan
metamorf pada umumnya adalah : Pertama merupakan
material yang keras dan kuat, dan hampir tidak terpengaruh
oleh perubahan cuaca. Kedua kuat geser tergantung dari
sambungan, lapisan dan patahan dalam batuannya. Ketiga
mengandung lapisan-lapisan lemah diantara lapisan yang
keras (Hary Christady Hardiyatmo, 2006: 59-60).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pakar geologi mengungkapkan ciri utama batuan metamorf
sebagai berikut :
Batu-batu metamorfose memiliki struktur holokristalin
dan tekstur (bentuk luar) seperti berdaun-daun atau
berserat-serat. Terjadinya tekstur semacam ini berkaitan
dengan orientasi perpendikular sumbu-sumbu panjang
kristal mineral terhadap tekanan yang berlaku. (M. Lange,
1991 : 123)
Choiril Azmiyawati (2008: 126) mengungkapkan macam-
macam batuan metamorf yaitu :
(1) Batu Gneisses
Gambar 2.11. Batu Gneisses
Berwarna putih keabu-abuan dan keras. Batu gneisses
dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan seperti asbak,
jambangan bunga, dan patung. Dalam proses pembentukannya
batuan ini berasal dari batuan Pluto granit yang mengalami
metamorphosis karena panas dan tekanan.
(2) Batu Marmer
Gambar 2.12. Batu Marmer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Batuan ini mempunyai pita warna yang berbeda.
Berwarna putih namun ada pula yang berwarna hitam, keras
dan permukaannya halus serta mempunyai kristal dari sedang
sampai kasar. Batuan ini akan mengeluarkan bunyi mendesis
jika ditetesi dengan larutan asam. Batu marmer berasal dari
batuan kapur yang mengalami metamorphosis karena
perubahan dan tekanan tinggi. Marmer dapat dimanfaatkan
untuk membuat meja, papan nama, batu nisan, dan pelapis
dinding bangunan atau lantai. Marmer memiliki harga jual yang
tinggi karena kualitas dari batu marmer ini cukup bagus untuk
pembuat lantai atau meja karena tidak mudah pecah. Selain itu
pemerolehan bahan yang rata-rata sulit sehingga banyak dicari
oleh pembeli atau kolektor marmer.
(3) Batu Sabak
Gambar 2.13. Batu Sabak
Ciri umum batu sabak berwarna abu-abu tua, kehijau-
hijauan dan hitam. Batuan ini mudah terbelah menjadi
lempeng tipis yang saling melekat. Memiliki permukaan yang
kasar. Sebelum ada kertas, sabak dipergunakan sebagai papan
untuk menulis. Menurut proses terjadinya batu sabak berasal
dari batu serpih yang mengalami metamorphosis yaitu batuan
serpih yang mengalami perubahan suhu dan tekanan yang
tinggi. Dalam kehidupan sehari-hari batuan mempermudah
hidup manusia dari perlengkapan rumah tangga sampai senjata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
untuk mempertahankan hidup pada jaman dahulu. Adapun
manfaat batuan antara lain :
Jenny R.E Kaligis (1991: 109) menyatakan kegunaan
batuan antara lain :
(1) Untuk bahan pembuat alat perlengkapan rumah tangga
seperti meja, lantai dan lain-lain. Meja yang berasal dari
batu marmer dapat berfungsi sebagai meja makan atau meja
ruang tamu. Marmer memilki harga jual yang sangat tinggi
karena bahan sulit didapat serta memiliki warna yang
beraneka ragam sehingga menarik perhatian pembeli.
Gambar 2.14. Meja Ruang Tamu dari Batu Marmer
(2) Permata yang berfungsi untuk perhiasan mempunyai harga
jual yang tinggi. Bentuk serta warna yang beraneka ragam
dan dapat dibuat dalam berbagai bentuk seperti cincin,
kalung, liontin dan gelang.
Gambar 2.15. Perhiasan dari Batu Permata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(3) Asbes merupakan mineral yang berbentuk benang dapat
ditenun dan dijadikan kain untuk membuat seragam
pemadam kebakaran. Bahan tersebut tahan terhadap api
sehingga tidak membahayakan jiwa pemadam kebakaran.
Gambar 2.16. Baju Pemadam Kebakaran dari Asbes
(4) Mineral halus yang disebut talk digunakan untuk
melindungi kulit bayi dan mencegah iritasi. Mineral ini
terdapat pada bedak bayi.
Gambar 2.17. Mineral Talk pada Bedak Bayi
(5) Batu kapur yang dihaluskan menjadi semen banyak
digunakan untuk bahan bangunan.
Gambar 2.18. Batu Kapur Untuk Bahan Bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(6) Garam batu dapat dibuat menjadi garam meja atau bumbu
masakan. Apabila terlalu banyak mengkonsumsi garam
meja akan mengakibatkan penyakit gondok. Selain itu bisa
digunakan sebagai obat untuk mengatasi gusi yang
bengkak.
Gambar 2.19. Garam Meja
Batuan akan memberikan banyak manfaat dalam kehidupan
sehari-hari apabila seseorang dapat mengolah serta
memanfaatkannya dengan baik, dengan dibekali berbagai
kemampuan serta keterampilan yang ada maka seseorang dapat
mengolah batuan tersebut menjadi peralatan yang berguna bagi
kehidupan misalnya sebagai bahan pembuat meja. Jadi dapat
ditarik sebuah kesimpulan mengenai kemampuan mengidentifikasi
jenis batuan adalah suatu potensi untuk menguasai keterampilan
dalam menganalisis batuan berdasarkan persamaan karakteristik
yang dimiliki antara data dari sumber tertulis dengan pengamatan
langsung terhadap objek pada proses pembelajaran.
2. Hakikat Media Realia
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat ataupun perangkat yang
digunakan dalam proses pembelajaran, Hujair AH.Sanaky (2009)
berpendapat, “Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan
dipergunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran” (hlm.3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Sedangkan Sri Anitah berpendapat, “Media berasal dari bahasa
latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu
yang terletak ditengah dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung
antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau
informasi” (2008: 1).
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001) berpendapat,
“Pengertian media pengajaran adalah segala alat pengajaran yang
digunakan guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan
instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan
pencapaian tujuan tersebut” (hlm.153).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, pengertian media
pembelajaran adalah alat yang digunakan guru dalam pembelajaran dan
berfungsi sebagai perantara dalam menyampaikan materi sehingga dapat
tercapai tujuan pembelajaran secara semestinya.
b. Jenis Media Pembelajaran
Gerleach dan Ely dalam Daryanto (2010) mengelompokkan media
berdasarkan ciri-ciri fisiknya antara lain, “Pertama benda sebenarnya;
kedua presentasi verbal; ketiga presentasi grafis; keempat gambar diam;
kelima gambar gerak; keenam rekaman suara; ketujuh pengajaran
terprogram; kedelapan simulasi” (hlm.17).
Mengenai jenis media pembelajaran, Sri Anitah (2009)
mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi empat antara lain:
pertama, media visual yaitu yang dapat ditangkap dengan indera
penglihatan jadi media ini dapat dilihat secara langsung siswa; kedua
media audio merupakan jenis media yang didengar yaitu memiliki
karakteristik pemanipulasian pesan hanya dilakukan melalui bunti atau
suara-suara yang dapat ditangkap oleh telinga; ketiga media audio visual
media ini merupakan media yang tidak hanya dipandang atau diamati
tetapi juga dapat didengar; keempat media asli dan orang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
benda yang sebenarnya dan media yang membantu pengalaman nyata
peserta didik (hlm.25-26).
Pendapat tersebut diperkuat oleh seorang peneliti yang
menyatakan, “Orang dapat berfungsi sebagai media dalam pembelajaran”
(Sri Anitah, et, all dalam Mulyani Sumantri, 2001:158).
Berpijak dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran diklasifikasikan menjadi empat yaitu, pertama media audio
yaitu media yang dapat dinikmati dengan indera pendengaran yaitu dengan
memenfaatkan dari bunyi atau suara suatu benda. Kedua media visual
media yang dapat dinikmati dengan indera penglihatan. Ketiga media audio
visual merupakan media yang penyajiannya dapat diamati dan juga
didengar oleh indera pendengar dan penglihatan misalnya televisi atau
video, media benda asli yaitu media diambil dari benda itu sendiri dan tidak
mengalami perbedaan dalam penyajiannya.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Beberapa fungsi media pembelajaran antara lain : Pertama, media
pembelajaran digunakan untuk menyaksikan benda yang ada atau peristiwa
yang terjadi pada masa lampau. Dengan adanya benda-benda masa lampau
yang ditinggalkan maka seseorang dapat mengetahui kehidupan pada masa
lampau.
Kedua, media pembelajaran digunakan untuk mengamati benda
atau peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya,
atau terlarang. Mempermudah pebelajar untuk mengetahui suatu objek yang
pencariannya sukar dijangkau. Ketiga, media pembelajaran digunakan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau hal yang sukar diamati
secara langsung karena ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil misalnya
bakteri yang terdapat pada air dari tanaman padi yang membusuk. Dengan
adanya mikroskop maka mempermudah siswa dalam mengamati bakteri,
jadi media berperan sebagai penjelas materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Keempat, media pembelajaran digunakan untuk mendengar suara
yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung, maksudnya suara-
suara yang bersumber dari benda hidup maupun tidak hidup dapat didengar
dengan jelas oleh siswa tanpa harus mencari sumber suara tersebut berasal.
Kelima media pembelajaran digunakan untuk mengamati dengan teliti
binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar
ditangkap misalnya burung. Melalui video yang tersaji pada media maka
siswa akan mudah untuk mengamati gerak-gerik burung tersebut (Hamdani,
2010).
Media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran
dengan berbagai cara, yaitu: Pertama, dengan menghadirkan objek
sebenarnya dan objek yang langka. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
objek langka yaitu objek yang jarang ditemui oleh siswa sehingga dengan
adanya media pembelajaran objek langka dapat dengan mudah dicermati.
Kedua, dengan membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya
yaitu dengan menggunakan benda contoh yang mirip dengan benda asli
karena memiliki ukuran besar sehingga tidak dapat dihadirkan di kelas.
Ketiga, dengan membuat konsep abstrak kekonsep konkret. Pengetahuan
yang bersikap kongkret kemudian di perjelas dengan penggunaan media
nyata dari materi yang telah diajarkan, sehingga anak terhindar dari
pemahaman verbal. Keempat, dengan memberi kesamaan persepsi.
Menyatukan berbagai persepsi yang muncul dari pembelajaran sehingga
materi yang diajarkan dapat diakui kebenarannya.
Kelima, dengan cara mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah
dan jarak dengan artian media tersebut berfungsi untuk memperjelas suatu
objek pembelajaran tanpa harus membuang banyak waktu, jumlah serta
jarak. Dalam hal ini media berfungsi secara efektif dan efisien (Hujair
AH.Sanaky, 2009).
Dari beberapa pernyataan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
fungsi media pembelajaran yaitu : Pertama, dapat menghilangkan
pengetahuan verbal pada anak. Kedua, mengatasi hambatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
berkenaan dengan waktu, jarak dan biaya. Ketiga, dapat meningkatkan
kualitas dalam pembelajaran. Keempat, dapat merangsang tumbuhnya
motivasi belajar siswa. Kelima, siswa dapat memahami materi pelajaran
secara sistematis.
d. Kriteria Pemilihan Media
Dalam memilih media harus mempertimbangkan beberapa hal agar
dapat berfungsi secara semestinya dalam pembelajaran. Seorang pakar
secara rinci mendefinisikan prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihan suatu medis sebagai berikut:
Pertama memilih media harus berdasarkan pada tujuan pengajaran
dan bahan pengajaran yang akan disampaikan; kedua memilih
media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta
didik; ketiga memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan
guru, baik dalam pengadaannya dan penggunaannya; keempat
memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau
pada waktu, tempat dan situasi yang tepat; kelima memilih media
harus memahami karakteristik dari media itu sendiri (Mulyani
Sumantri, 2001:156).
Jadi, dalam memilih media disesuaikan dengan komponen
pembelajaran yaitu materi, guru dan siswa agar media pembelajaran dapat
berfungsi secara sistematis dalam pembelajaran.
Selain itu media yang dipilih harus sesuai dengan : Pertama, tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai agar proses pembelajaran berjalan secara
stabil dan terarahkan. Kedua, bahan pelajaran atau materi yang hendak
diajarkan. Apabila media tidak sesuai dengan materi maka akan materi akan
sulit dipahami siswa. Ketiga, metode mengajar dengan demikian media
merupakan sarana edukatif bagi siswa melalui sistem pembelajaran yang
kreatif dan menyenangkan. Keempat, tersedia alat yang dibutuhkan dalam
pembelajaran, misalnya katrol. Melalui alat peraga katrol maka siswa akan
mengetahui penggunaan katrol serta fungsinya dalam kehidupan. Kelima,
pribadi pengajar yaitu disesuaikan dengan kemampuan guru dalam
menggunakan media tersebut. Keenam, minat dan kemampuan pembelajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
berupa media yang menarik dan sesuai dengan kemampuan siswa. Ketujuh,
situasi pengajaran yang sedang berlangsung berkaitan dengan mata
pelajaran yang diajarkan atau media pembelajaran sesuai dengan mata
pelajaran (Hujair AH.Sanaky, 2009:6).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa dalam memilih media harus mempertimbangkan mengenai : a)
kesesuaian media dengan materi yang akan diajarkan oleh guru agar materi
dengan mudah dapat dicerna siswa, b) kesesuaian media dengan metode
pembelajaran sehingga pembelajaran bersifat variatif serta dan tidak
menimbulkan kerancuan pemahaman pada siswa, c) media yang baik
bersifat efektif dan efisien dalam pemerolehan serta penyajiannya, d) sesuai
dengan kemampuan peserta didik.
e. Pengertian Media Realia
Media realia merupakan media yang menampilkan keaslian dari
suatu benda, Hamzah B.Uno (2010) berpendapat, “Realia adalah benda
nyata yang digunakan sebagai bahan ajar. Pemanfaatan media ini tidak
harus selalu dihadirkan dalam ruangan kelas, tetapi dapat di gunakan dalam
suatu kegiatan observasi pada lingkungan” (hlm.125).
Basuki Wibawa (2001) berpendapat, “Realita atau realia adalah
benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya, tanpa perubahan artinya
media ini merupakan benda asli dari objek materi yang ingin diajarkan”
(hlm.81).
Sri Anitah (2009) berpendapat, “Realia atau disebut juga objek
adalah benda yang sebenarnya dalam bentuk utuh dengan tidak ada
perbedaan sedikitpun dengan bentuk aslinya, misalnya orang, binatang,
rumah dan sebagainya” (hlm. 25).
Dari berbagai pernyataan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa media realia adalah suatu media pembelajaran dalam bentuk utuh dan
asli dari benda sebenarnya dalam menyampaikan objek materi yang akan
diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
f. Jenis-jenis media realia
Media realia merupakan media yang menampilkan bentuk nyata dari
suatu benda, Heinich,et,all., dalam Hamzah B. Uno (2010) mengungkapkan
modifikasi penggunaan realia dalam proses pembelajaran dapat dilakukan
dengan tiga cara sebagai berikut:
Pertama cutaways atau potongan. Cutaways adalah belahan atau
potongan benda sebenarnya yang digunakan untuk dapat melihat
bagian dalam dari benda tersebut. Misalnya realia sebuah mesin,
dengan cara membelah mesin tersebut, peserta didk akan melihat
bagaimana kerja mesin tersebut. Kedua specimen atau contoh.
Specimen adalah bentuk media realia yang digunakan dalam bentuk
asli dari sebuah benda dalam jenis atau kelompoknya. Misalnya
kupu-kupu dalam berbagai jenis, atau insect-insect lain. Untuk
mempermudah pengamatan, pada umumnya speciement tersebut
dikemas atau diletakkan dalam botol, kotak atau tempat lain yang
dapat diobservasi. Ketiga exhibit atau pameran. Realia dapat
ditampilkan dalam bentuk pameran yang dirancang seolah berada
dalam lingkungan atau situasi yang sama sekali dengan bentuk asli.
Walaupun sudah berabad-abad penemuannya baik teksur, warna
maupun bentuknya tidak berubah sedikitpun. Dengan menghadirkan
media semacam itu siswa dapat mengetahui kehidupan yang terjadi
pada jaman dahulu melalui benda-benda peninggalan tersebut
(hlm.126).
Pendapat tersebut diperkuat oleh seorang pakar pendidikan secara
rinci mengungkapkan jenis-jenis media realia sebagai berikut:
Pertama, model adalah tiga dimensi yang mewakili benda
sebenarnya. Benda tiga dimensi mempunyai ukuran panjang, tinggi
dan lebar. Suatu model mungkin lebih besar, atau lebih kecil atau
sama dengan benda yang diwakili. Jadi model merupakan tiruan dari
benda sebenarnya; kedua specimen (specimey) merupakan bagian
atau pecahan dari benda yang sebenarnya, seperti : pecahan gelas,
mineral, kulit, batu-batuan, daun ranting dan lain-lain yang sering
diperlukan untuk keperluan pembelajaran dalam artian specimen
merupakan benda yang berasal dari pecahan benda yang sebenarnya
misalnya mengambil pecahan dari batuan atau tidak menghadirkan
benda tersebut dalam kondisi utuh; ketiga mock up adalah bagian
dari benda yang ingin ditunjukkan cara kerjanya. Dalam hal ini guru
hanya mengambil bagian dari benda tersebut tanpa menunjukkan
seluruh badan benda misalnya guru ingin menunjukkan cara kerja
mesin mobil, maka guru cukup menunjukkan bagian dari mesin itu
(Sri Anitah, 2009: 25).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini menggunakan
specimen atau bagian dari benda nyata batuan beku, batuan sedimen dan
batuan metamorf. Pemilihan specimen ini berdasarkan pertimbangan agar
memudahkan siswa dalam mengidentifikasi batuan serta mengkaji materi
pembelajaran secara menyeluruh. Dapat disimpulkan bahwa specimen
adalah benda nyata yang digunakan untuk memperjelas suatu materi
dengan melibatkan kelompok dari suatu benda hidup maupun tidak hidup
dalam proses pembelajaran. Specimen dari benda asli berupa macam-
macam batuan dapat mempermudah siswa dalam mengidentifikasi batuan
sehingga dapat menambah khasanah pengetahuan siswa mengenai mata
pelajaran IPA. Dalam penelitian ini digunakan specimen batuan yaitu
berupa macam-macam batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
g. Pertimbangan Pemilihan Media Realia
Guru harus memperhatikan pemilihan media realia sebagai sumber
belajar. Berikut ini pertimbangan-pertimbangan pemilihan media realia
menurut beberapa ahli.
Menurut pakar secara rinci mengungkapkan ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan oleh guru sebelum mempergunakan media realita
sebagai media pengajaran, sebagai berikut:
Pertama, karena benda nyata itu banyak macamnya, mulai dari
benda hidup sampai benda mati, maka perlu dipertanyakan benda
atau makhluk hidup apakah yang mungkin dapat dimanfaatkan di
kelas secara efisien; kedua bagaimanakah caranya agar benda-benda
itu sesuai dengan pola mengajar di kelas; ketiga dari manakah kita
dapat memperoleh benda-benda itu (Basuki Wibawa dan Farida
Mukti, 2001: 81).
Selain hal tersebut di atas, guru hendaknya mempertimbangkan hal-
hal dalam mempergunakan benda nyata atau realia, Nana Sudjana dan
Ahmad Rivai (2001) menyatakan:
Pertama, benda atau makhluk hidup apakah yang mungkin
dimanfaatkan dikelas secara efisien; kedua bagaimana caranya agar
semua benda itu bersesuaian sekali terhadap pola belajar siswa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
ketiga dari mana sumbernya untuk memperoleh benda tersebut
(hlm.196).
Dari berbagai pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai
hal-hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilih media realia
sebagai media pembelajaran yaitu : a) Penentuan media realia. Dalam
melakukan media atau objek yang akan dihadirkan dikelas hendaknya
mempertimbangkan keefektifan media yaitu media bersifat sederhana dan
tidak mempersulit guru dalam penggunaannya. b) Penyesuaian terhadap
pola belajar siswa. Ketepatan dalam pemilihan media hendaknya
disesuaikan pula dengan pola belajar siswa agar materi dapat dengan
mudah diterima oleh anak didik dengan mudah melalui penggunaan media
tersebut. c) Sumber pemerolehan media. Dalam perolehan media realia
hendaknya guru tidak mencari sumber yang sulit dicari. Apabila dalam
pencarian media mengalami kesulitan baik itu keterbatasan jarak maupun
waktu, guru hendaknya mampu menuangkan ide kreatifnya dengan
membuat sendiri media tersebut.
3. Hakikat Metode NHT (Numbered Heads Together)
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode mengajar sering dipergunakan oleh guru untuk membuat
variasi dalam pembelajaran, Mulyani Sumantri (2001), “Metode
merupakan cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang
memuaskan” (hlm.114).
Sedangkan Hamdani berpendapat, “Pengertian metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan
pelajaran kepada siswa” (2010: 89).
Pada dasarnya pengertian metode adalah sama yaitu menitik
beratkan pada cara ataupun gaya dalam mengajar. Kesimpulan dari
pengertian metode pembelajaran adalah cara mengajar guru untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
menyampaikan peembelajaran kepada siswa dengan menciptakan iklim
pembelajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses
belajar sehingga tercapai prestasi yang memuaskan.
b. Pengertian NHT (Numbered Heads Together)
Numbered Heads Together merupakan metode yang melibatkan
pola interaksi yang bervariasi dan dapat membangkitkan motivasi dan
gairah siswa dalam belajar. Pola belajar yang bervariasi dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan, perkembangan serta prestasi siswa.
Menurut Maheady Michielli-Pendl, Harper dan Mallete dalam
Susan Bawn (2007: 44) : ” Numbered Heads with incentives was more
effective in raising academic achievement than Numbered Heads without
incentives and both methods were more advantageous for learning than
traditional methods”. Pendapat tersebut mempunyai arti yaitu kepala
bernomor dengan dorongan lebih efektif dalam meningkatkan prestasi
akademik dari kepala bernomor tanpa dorongan dan kedua metode itu
lebih menguntungkan untuk belajar dibandingkan metode tradisional.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa metode NHT lebih efektif daripada
metode konvensional dalam meningkatkan prestasi siswa.
Hamdani (2010) berpendapat, “Numbered Heads Together adalah
metode belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu
kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa”
(hlm.89).
Pendapat tersebut dikaitkan dengan kesimpulan seorang peneliti
yang menyatakan, “NHT merupakan suatu teknik yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka”
(Anita Lie, 2008: 60).
Richard I. Arends (2010) berpendapat, “Numbered Heads Together
merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pendekatan ini dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
review berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk
memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu” (hlm.16).
Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa NHT
(Numbered Heads Together) merupakan suatu metode pembelajaran yang
efektif dengan teknik penomeran yang berfungsi membagikan ide dan
mempertimbangkan jawaban untuk mengetahui pemahaman siswa tentang
pembelajaran yang diperoleh dari guru.
c. Karakteristik NHT (Numbered Heads Together)
Dalam penggunaanya NHT memiliki beberapa karakteristik. Ciri
atau karakteristik ini memudahkan guru dalam pemilihan metode untuk
diterapkan pada materi yang akan diajarkan. Adapun karakteristiknya
menurut beberapa ahli yaitu :
Seorang pakar secara rinci mendefinisikan karakteristik NHT
sebagai berikut:
NHT merupakan kelompok diskusi dimana siswa mampu
menerima berbagai pendapat yang diterima dan disampaikan oleh
orang atau kelompok lain. Berbagai pendapat ini kemudian
dianalisis bersama, sehingga memunculkan pendapat yang paling
ideal atau bahkan tidak mendapatkan pendapat yang paling ideal
(Moh. Sholeh Hamid, 2011: 219).
Karakteristik yang dimiliki NHT, Muhammad Ali (1992)
menyatakan:
Model Number Head Together (NHT) melibatkan beberapa
kelompok dimana anak dikelompokan menjadi beberapa kelompok.
Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat honor, guru
memberi tugas kepada setiap siswa berdasarkan nomor, jadi setiap
siswa memiliki tugas berbeda.
Pendapat di atas diperkuat pernyataan dari Trianto (2007) yang
mengungkapkan, “Fase-fase dalam penerapan NHT yaitu : fase 1
penomoran, fase 2, mengajukan pertanyaan, fase 3 berfikir bersama, dan
fase 4 menjawab” (hlm.63).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Sedangkan karakteristik NHT itu sendiri adalah teknik ini
melibatkan siswa dengan berlatih berpikir bersama dalam sebuah
kelompok yang heterogen dengan melakukan penomoran terlebih dahulu
sebelum pembelajaran dimulai.
d. Manfaat NHT (Numbered Heads Together)
Model pembelajaran kooperatif NHT juga mempunyai beberapa
manfaat terhadap siswa yang mempunyai hasil belajar rendah, Lundgren
dalam Yusfy (2012) mendefinisikan manfaat NHT sebagai berikut:
Pertama, rasa harga diri menjadi lebih tinggi; kedua memperbaiki
kehadiran; ketiga penerimaan terhadap individu menjadi lebih
besar; keempat perilaku mengganggu menjadi lebih kecil; kelima
konflik antara pribadi berkurang; keenam pemahaman yang lebih
mendalam; ketujuh meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi; kedelapan hasil belajar lebih tinggi.
Dengan beberapa manfaat yang telah dipaparkan di atas, maka
peneliti yakin penggunaan metode NHT dapat meningkatkan kemampuan
mengidentifikasi jenis batuan khususnya pada mata pelajaran IPA kelas 5
SDN Ngadiroyo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri.
e. Kelemahan dan Kelebihan NHT (Numbered Heads Together)
Metode ataupun teknik dalam mengajar mempunyai beberapa
kelebihan dan kekurangan, berikut ini kelebihan serta kekurangan metode
NHT antara lain:
Seorang pakar secara rinci mengungkapkan kelebihan dan
kekurangan NHT (Numbered Heads Together) sebagai berikut:
Pertama, kelebihan, setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai
dapat mengajari siswa yang kurang pandai; kedua kelemahan,
kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh
guru, tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
(Hamdani, 2010: 90).
Dari kelemahan dan kelebihan metode tersebut dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dengan materi yang akan diajarkan. Kreativitas pemilihan metode dapat
menjadi dasar tercapainya tujuan pembelajaran berkualitas tinggi selain itu
dapat pula menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.
f. Tahapan dalam Pembelajaran NHT
Berikut ini tahapan maupun langkah-langkah pembelajaran di
dalam kelas, Richard I.Arends (2010) mendefinisikan langkah-langkah
dalam penggunaan NHT sebagai berikut:
Pertama numbering, guru membagi siswa menjadi beberapa tim
beranggota tiga sampai lima orang dan memberi nomor sehingga
setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor antara 1
sampai 5. Kedua questioning, guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaannya bisa bervariasi. Pertanyaan itu bisa sangat
spesifik dan berkaitan dengan materi yang diajarkan. Ketiga heads
together, siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan
jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya.
Pada intinya pada tahap ini siswa berdiskusi menyatukan
pendapatnya, memecahkan serta menemukan alternatif pemecahan
permasalahan yang dihadapi. Keempat answering, guru memanggil
sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang
memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan
jawaban ke hadapan seluruh kelas (hlm.16).
Seorang pakar mendefinisikan langkah-langkah yang dilakukan
guru untuk menjalankan strategi NHT sebagai berikut:
Pertama, siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam
kelompok tersebut mendapat nomor kelompok; kedua guru
memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran yang
akan disampaikan dan masing-masing kelompok mengerjakannya
bersama kelompoknya; ketiga setiap kelompok mendiskusikan
jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya atau mengetahui jawabannya yang mewakili dari
kelompok tersebut; keempat untuk membahas hasil dari setiap
kelompok tersebut, guru memanggil nomor kelompok tertentu
untuk membahas jawaban mereka, kemudian memanggil nomor
kelompok lain untuk memberi tanggapan atas jawaban dari
kelompok yang mempresentasikan jawabannya; kelima begitu
seterusnya, hingga semua kelompok mendapatkan kesempatan
untuk mempresentasikan hasil jawaban kelompok mereka dan
kelompok yang lain menanggapi dengan aktif dan interaktif,
keenam terakhir, guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pembahasan dan pembelajaran tersebut (Moh. Sholeh Hamid,
2011: 219).
Sedangkan Hamdani (2010) mendefinisikan langkah-langkah
metode NHT antara lain:
Pertama, siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam
setiap kelompok mendapat nomor; kedua guru memberikan tugas
dan tiap-tiap kelompok disuruh untuk mengerjakannya. Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan bahwa setiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya; ketiga guru memanggil
salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka; keempat siswa lain diminta
untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain;
kelima kesimpulan (hlm.90).
Adapun penerapan Numbered Heads Together (NHT) dalam
pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA pada materi jenis-jenis batuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) guru mempersiapkan
materi pelajaran IPA yaitu mengenai jenis-jenis batuan, (2) guru menggali
pengetahuan siswa dengan bertanya jawab mengenai benda tidak hidup
yang berada disekitar lingkungan rumah, namun sebelum pelajaran
dimulai guru mengecek kehadiran siswa dengan absensi, (3) guru
menyampaikan materi pelajaran dan memperlihatkan media pembelajaran
berupa jenis batuan yang meliputi kelompok batuan beku, batuan sedimen,
dan metamorf, (4) siswa dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing
kelompok beranggotakan 6 orang anak yaitu kelompok A, kelompok B,
kelompok C, kemudian memberikan nomor yang sama pada setiap
kelompok, (5) guru menjelaskan cara kerja kelompok yaitu tiap kelompok
disuruh mengamati, menganalisis dan mengidentifikasikan batuan
berdasarkan warna, tekstur, bentuk, struktur, keguanaan serta batuan
tersebut, (6) guru membagikan lembar kerja kelompok, (7) guru
memberikan macam-macam batuan pada tiap kelompok, (8) setiap siswa
mendapatkan tugas yang sama dalam kelompoknya yaitu
mengidentifikasikan jenis batuan dengan kalimat sendiri kemudian
menyatukan pendapat menjadi sebuah kesimpulan praktis mengenai
batuan yang sudah di amati serta diidentifikasi tersebut, (9) guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
memanggil nomor secara acak, (11) siswa yang mendapatkan nomor
tersebut bertugas mempresentasikan hasil diskusi kedepan kelas,
sedangkan kelompok lain bertugas memberikan tanggapan, (12) guru
memberikan kesimpulan mengenai pengamatan yang telah dilakukan, (13)
guru memberikan penguatan pada siswa, (14) guru dan siswa secara
bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari, (15) siswa
mengerjakan evaluasi, (16) guru memberikan refleksi dan pesan moral
pada siswa.
g. Tata Ruang Kelas Penerapan Metode NHT
Adapun tata ruang kelas dalam penelitian ini dapat ditunjukkan
pada gambar 2.20.
Gambar 2.20. Tata Ruang Kelas Penelitian
Keterangan gambar :
Gambar 1 : kelompok A.
Gambar 2 : kelompok B.
Gambar 3 : kelompok C.
Gambar 4 : meja guru.
Gambar 5 : papan tulis.
Gambar 6 : meja observer.
2
3 1
5
4
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang dipandang relevan dengan penelitian ini
adalah penelitian Nurman Yusuf (2011) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan
Mengalikan Bilangan Pecahan Melalui Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif
Learning) Teknik NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD
Negeri 01 Jaten Karanganyar”. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
teknik NHT terbukti dapat meningkatkan kemampuan mengalikan bilangan
pecahan dengan presentase siklus I dari 31 siswa 56,45% sudah memenuhi KKM,
sedangkan pada siklus II presentase naik menjadi 77,8%.
Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini yakni sama-
sama menggunakan metode NHT. Dari sisi kelasnya juga mempunyai persamaan
yaitu diterapkan pada kelas V. Perbedaan penelitian Nurman Yusuf terletak pada
penerapan NHT pada mata pelajaran matematika, sedangkan pada penelitian ini
diterapkan pada mata pelajaran IPA. Sedangkan pada materi penelitian Nurman
Yusuf materi yang digunakan adalah kemampuan mengalikan bilangan pecahan
sedangkan pada penelitian ini menggunakan materi kemampuan mengidentifikasi
jenis batuan.
Selanjutnya penelitian Asih Murniati (2011) yang berjudul “ Penggunaan
Media Realita Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas 3
Sekolah Dasar Negeri III Sendangmulyo Tirtomoyo Wonogiri Tahun Ajaran
2010/2011”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa media realita dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan rata – rata
motivasi pra siklus 68,14 sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 75,21 dan
siklus II meningkat menjadi 88,86. Penelitian tersebut memiliki persamaan
dengan variabel terikat pada penelitian ini yaitu penggunaan media realia.
Sedangkan untuk variabel bebasnya tidak sama. Penelitian Asih Murniati tentang
motivasi belajar sedangkan pada penelitian ini mengenai kemampuan
mengidentifikasi.
Penelitian lainnya adalah penelitian Agus Riyanto (2010) yang berjudul “
Peningkatan Keaktifan Dan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Dan Besar Sudut
Melalui Metode STAD Pada Peserta Didik Kelas IIIB SDN Wonorejo Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Ajaran 2009/2010”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode STAD dapat
meningkatkan keaktifan dan kemampuan mengidentifikasi jenis dan besar sudut.
Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama
menggunakan variabel bebas mengenai kemampuan mengidentifikasi. Sedangkan
untuk perbedaannya mengenai metode dan kelas yaitu menggunakan metode
STAD sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode NHT pada kelas III
sedangkan pada penelitian ini menggunakan kelas V.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang berkesinambungan antara
pengajar dan peserta didik. Fasilitas pembelajaran berupa media pembelajaran
maupun alat peraga merupakan sarana pendukung tercapainya tujuan
pembelajaran. Dalam kategori khusus yang menjadi peran dominan dari
keberhasilan peserta didik adalah gaya mengajar guru atau metode mengajar yang
digunakan oleh guru, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan,
menarik dan membangkitkan minat serta motivasi belajar siswa.
Berpijak pada pernyataan di atas kondisi awal pada kelas V SDN
Ngadiroyo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri tahun ajaran
2011/2012 kemampuan mengidentifikasi jenis batuan sangat rendah. Hal ini
dipengaruhi oleh gaya mengajar guru yang masih konvensional dan tidak
didukung penggunaan media pembelajaran secara maksimal. Pembelajaran
bersifat teacher centered karena guru hanya menggunakan metode konvensional
yaitu metode ceramah. Kegiatan menganalisis dan memikirkan secara ilmiah
mengenai jenis batuan belum terbangun. Oleh karena itu penelitian ini
menerapkan metode Numbered Heads Together (NHT) yang didukung dengan
penggunaan media untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.
Pada siklus pertama guru menerapkan metode NHT dengan media realia
jenis-jenis batuan. Hal ini dilakukan untuk membangun kemampuan awal
mengidentifikasi batuan pada siswa. Penemuan kelemahan pada siklus pertama
menjadi dasar pada perencanaan siklus dua. Pada siklus dua, penerapan metode
NHT dengan penggunaan media realia batuan ditambah dengan media gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
yang dipadukan dengan praktikum uji kekerasan batuan, hal ini dilakukan untuk
memantapkan pemahaman siswa mengenai batuan. Logika pemikiran diolah
secara sistematis untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi siswa.
Kelemahan yang masih terjadi, menjadi landasan untuk perencanaan tindakan
pada siklus berikutnya.
Dengan diterapkannya metode NHT yang didukung penggunaan media
secara tepat maka kemampuan mengidentifikasi batuan pada siswa dapat
meningkat. Kerangka berpikir dari paparan di atas dapat dilihat pada Gambar 2.21
sebagai berikut:
Gambar 2.21. Kerangka Berpikir
Penerapan metode
pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT)
Siklus 2: Guru
menerapkan metode
NHT dan menggunakan
media realia batuan dan
gambar serta melakukan
praktikum uji kekerasan
batuan
Kondisi awal Pembelajaran bersifat
teacher centered,
sehingga siswa tidak
berperan aktif
didalamnya.
Kemampuan
mengidentifikasi jenis
batuan siswa rendah
Proses Siklus 1: Guru
menggunakan metode
NHT dengan media realia
batuan
Kondisi akhir
Dengan penggunaan
metode NHT
kemampuan
mengidentifikasi pada
siswa dapat meningkat
Siklus 3 dan
seterusnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di atas, dapat diajukan
hipotesis penelitian bahwa “Penggunaan metode Numbered Heads Together
(NHT) yang didukung media realia dapat meningkatkan kemampuan
mengidentifikasi jenis batuan dengan media realia pada siswa kelas V SDN
Ngadiroyo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri tahun ajaran
2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Ngadiroyo Kecamatan Nguntoronadi
Kabupaten Wonogiri dengan alasan : Pertama, pada SD tersebut terdapat
permasalahan dalam proses pembelajaran khususnya pada materi jenis batuan.
Kedua, lokasi mudah dijangkau karena jarak SD tersebut tidak jauh dengan
tempat tinggal sehingga memudahkan peneliti memperoleh data. Ketiga, metode
Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) belum pernah diterapkan di SDN
Ngadiroyo. Keempat, metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)
belum pernah diteliti di SDN Ngadiroyo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012
selama 5 bulan yang dimulai pada bulan Januari 2012 sampai pada bulan Mei
2012. Adapun perinciannya dapat dilihat pada lampiran 1 Tabel 3.1 halaman 107.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SDN Ngadiroyo Nguntoronadi
yang berjumlah 18 siswa, terdiri dari 8 putra dan 10 putri yang mayoritas mata
pencahariannya sebagai petani sehingga waktu belajar termasuk untuk memahami
materi batuan di rumah menjadi berkurang karena harus membantu orang tuanya
bekerja di sawah.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mencari
solusi yang tepat untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas dengan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) jenis eksperimental yaitu
diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara
efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dikaitkan dengan pendapat seorang peneliti yang menyatakan, “Di dalam PTK,
peneliti harus dapat menentukan cara yang paling efisien agar tercapai tujuan
pembelajaran” (Zainal Aqib, 2006: 20). PTK mengangkat permasalahan yang
terjadi secara riil di dalam kelas khususnya dalam proses pembelajaran. Peneliti
mengidentifikasi masalah yang muncul dan harus mampu menemukan solusi
pemecahan masalah tersebut. Sehubungan dengan jenis penelitian yang telah
dipilih maka strategi penelitian yang digunakan dengan model siklus tujuannya
adalah untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi siswa serta menerapkan
metode NHT (Numbered Heads Together) pada mata pelajaran IPA.
D. Sumber Data
Sumber data atau informasi dari penelitian ini adalah guru SD Negeri
Ngadiroyo Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012 dan siswa kelas V. Data yang
dikumpulkan antara lain : Silabus, RPP, nilai evaluasi, lembar observasi kegiatan
siswa dan guru, foto dan video.
E. Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data adalah :
1. Observasi atau pengamatan
Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada pra siklus yaitu dengan
mengamati metode yang digunakan guru, penggunaan media dalam
pembelajaran, partisipasi siswa dalam pembelajaran, nilai evaluasi siswa,
perhatian siswa dalam pembelajaran, dan pemahaman siswa mengenai materi
batuan. Sedangkan pada siklus I dan siklus II, pengamatan dilakukan dengan
mengamati kegiatan guru dan siswa. Kegiatan siswa meliputi keaktifan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung yang meliputi keaktifan individu baik
pada saat melakukan kerja kelompok maupun pada saat pembelajaran
berlangsung. Penilaian dilakukan dengan mengisi lembar keaktifan siswa.
Sedangkan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi jenis batuan
digunakan hasil belajar siswa yang diperoleh dari evaluasi pada akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pembelajaran. Observasi terhadap kinerja guru dilakukan oleh guru kelas yang
bertindak sebagai observator. Penilaian dilakukan dengan mengisi lembar
APKG I dan II.
2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan dengan guru kelas V (Warsino, S.Pd.SD) dan
siswa kelas V SDN Ngadiroyo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri.
Pada awal tindakan wawancara dilakukan dengan guru untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi berkaitan dengan materi pada SD tersebut.
Wawancara dengan siswa dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kesulitan siswa dalam memahami jenis batuan. Wawancara setelah tindakan
dilakukan terhadap guru kelas mengenai kendala yang dihadapi pada proses
pembelajaran dan mencari solusi atas permasalahan tersebut dan mengatasi
kekurangan kinerja peneliti yang telah dilakukan. Sedangkan wawancara pada
siswa dilakukan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa
dalam memahami materi batuan.
3. Dokumentasi
Data dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk memperoleh berbagai
arsip sebagai berikut : Silabus dan RPP digunakan peneliti dalam mengajar,
nilai kemampuan mengidentifikasi batuan sebelum dan sesudah penerapan
metode NHT (Numbered Heads Together) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar siswa menguasai materi batuan, dokumentasi berupa foto dan
video proses pembelajaran untuk mengetahui seberapa besar peran siswa dan
guru secara berkesinambungan dalam pembelajaran.
4. Tes
Tes atau evaluasi bersifat individu dan diberikan pada setiap akhir
pembelajaran. Tes dilakukan pada siswa kelas V dalam bentuk tertulis dengan
memberikan lembar evaluasi berisi pertanyaan yang berjumlah 10 nomor
mengenai kemampuan mengidentifikasi batuan yang telah dilakukan dan
materi yang telah dijelaskan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
F. Validitas Data
Mengenai definisi validitas, Suharsimi Arikunto (2010) berpendapat,
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Instrumen dapat dikatakan valid apabila
dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat” (hlm.211).
Untuk mengembangkan validitas, peneliti menggunakan teknik triangulasi
yaitu :
1. Triangulasi sumber atau data
Mengenai definisi triangulasi sumber atau data, St. Y. Slamet dan
Suwarto (2007) berpendapat, “ Triangulasi sumber atau data mengarahkan
peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam
sumber data yang tersedia “(hlm.54). Sumber yang digunakan untuk
mengumpulkan data berasal dari guru, siswa kelas V SDN Ngadiroyo, video
serta foto proses pembelajaran siklus I dan siklus II. Data dari guru berupa
lembar penilaian APKG. Data dari siswa berupa lembar keaktifan siswa dan
hasil tes siswa.
2. Triangulasi Metode
Mengenai definisi triangulasi metode, St. Y Slamet dan Suwarto (2007)
berpendapat, “ Metode ini bisa dilakukan peneliti dengan mengumpulkan data
sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda “
(hlm.54). Metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan
wawancara pada siswa dan guru. Observasi terhadap pembelajaran baik
observasi peneliti kepada siswa maupun observasi guru kelas pada kinerja
peneliti. Hasil tes siswa untuk mendapatkan informasi seberapa besar siswa
memahami dan menguasai materi batuan.
G. Analisis Data
Teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik
deskriptif kualitatif yaitu dengan membandingkan hasil antar siklus kemudian
ditarik kesimpulan. Analisis data awal pada penelitian ini bersumber dari tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pra siklus siswa. Kemudian dilakukan presentase ketercapaian siswa.
Kemudian melakukan distribusi frekensi terhadap hasil belajar siswa. Langkah
selanjutnya adalah mencari rata-rata klasikal yang diperoleh siswa pada pra
siklus. Pada siklus I dan siklus II hasil belajar siswa dihitung melalui tabel
distribusi frekensi dengan mencari interval, frekuensi, presentase, dan rata-rata
klasikal. Selanjutnya silakukan perbandingan dari distribusi frekuensi pra
siklus sampai siklus II kemudian disajikan pada grafik kemudian ditarik
kesimpulan.
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan acuan yang digunakan peneliti untuk
menentukan keberhasilan penelitian. Indikator dalam penelitian ini adalah
peningkatan kemampuan mengidentifikasi jenis batuan dengan media realia
melalui metode NHT (Numbered Heads Together) pada siswa kelas V SDN
Ngadiroyo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri dengan batas
ketuntasan minimal sebesar 66. Dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila
kemampuan siswa mengidentifikasi jenis batuan dapat mencapai 80% dari
jumlah keseluruhan siswa atau 14 siswa dari 18 siswa sudah mencapai KKM
yang telah ditetapkan.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan 2 siklus, dalam setiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan target pencapaian. Perencanaan siklus berikutnya
didasarkan pada kelemahan atau kendala yang dihadapi pada siklus tersebut.
Adapun prosedur yang diterapkan pada penelitian ini meliputi
beberapa tahap berikut :
1. Siklus I
a. Tahap perencanaan
Perencanaan berawal dari identifikasi masalah yang terjadi dalam
pembelajaran. Adapun perincian tahap perencanaan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1) Membuat skenario dalam pembelajaran yaitu dengan membuat RPP
(Rencana Pelaksanaan pembelajaran) mata pelajaran IPA materi jenis
batuan. RPP disesuaikan dengan SK dan KD dari silabus kemudian
menentukan indikator, tujuan pembelajaran serta langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan.
2) Pertemuan I : menyiapkan media realia batu apung, batu basalt,
batu obsidian, batu granit, batu andesit, batu konglomerat dan batu
pasir.
Pertemuan II : menyiapkan media realia batu gamping, batu serpih,
batu breksi, batu marmer, batu sabak dan batu genes.
3) Menyiapkan instrumen penilaian berupa lembar pengamatan
kemampuan identifikasi, lembar penilaian kelompok, lembar kerja
kelompok, lembar evaluasi individu , APKG dan lembar keaktifan
siswa.
b. Tahap tindakan
Guru menerapkan rancangan RPP dalam pembelajaran pada materi
jenis batuan yang telah dibuat sebelumnya. Siklus 1 dilaksanakan dalam 2
kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Adapun tahap
pelaksanaan tindakannya sebagai berikut :
1) Guru menjelaskan materi jenis batuan kepada siswa daam kelompok
yang sudah dibentuk sebelumnya. Kelompok dibagi menjadi 3 yaitu
kelompok A, B dan C.
2) Siswa mengamati batuan dengan mengisi tabel pengamatan berupa
nama batuan, warna, tekstur, bentuk dan proses pembentukan.
3) Siswa melaksanakan kerja kelompok dengan metode NHT.
4) Guru memantau jalannya pengamatan.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati jalannya proses
pembelajaran. Pengamatan dilakukan terhadap keaktifan siswa,
kemampuan identifikasi siswa, hasil belajar siswa, kebenaran jawaban
siswa, lembar penilaian kerja kelompok dan penilaian kemampuan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
(APKG) yang dilakukan oleh guru observator. Hal tersebut bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar hubungan pengajar dan siswa saling
berkesinambungan terhadap hasil belajar siswa dan mengetahui kelemahan
yang terjadi pada siklus I untuk dilakukan tindakan pada siklus berikutnya.
Pada tahap ini dilakukan pula wawancara dengan siswa dan guru kelas
untuk mengetahui untuk mendapatkan data yang akurat agar tujuan
penelitian dapat dicapai dengan semestinya.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi dilakukan penganalisisan terhadap jalannya
pembelajaran. Hasil dari refleksi ini didasarkan pada hasil pengamatan
serta nilai siswa. Nilai didapatkan dari nilai pada pertemuan pertama dan
kedua dengan melakukan analisis pelaksanaan proses pembelajaran dan
kemampuan mengidentifikasi batuan siswa. Hasil analisis data yang
diperoleh selanjutnya dijadikan sebagai bahan refleksi untuk perbaikan
pada siklus II.
e. Rancangan Siklus II
a. Tahap perencanaan
1) Melakukan pengidentifikasian terhadap masalah yang timbul pada
siklus I.
2) Melakukan solusi pemecahan masalah dengan melakukan wawancara
terhadap guru kelas.
3) Membuat skenario pembelajaran dengan membuat RPP dengan
menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT).
4) Pertemuan I : menggunakan media realia dan gambar batu apung, batu
basalt, batu obsidian, batu granit, batu andesit, batu konglomerat dan
batu pasir.
Pertemuan II : menggunakan media realia dan gambar batu gamping,
batu serpih, batu breksi, batu marmer, batu sabak dan batu genes.
5) Menyiapkan instrumen penelitian berupa instrumen penelitian berupa
lembar observasi kemampuan mengidentifikasi, lembar keaktifan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
siswa, lembar penilaian kerja kelompok, dan lembar penilaian kinerja
guru (APKG).
b. Tahap tindakan
Pelaksanaan pada tahap ini sama dengan siklus I hanya sedikit
berbeda dengan media dan terdapat praktikum uji kekerasan batuan. Siswa
melakukan pengidentifikasian pada jenis batuan melalui gambar dan
media realia serta melakukan praktikum uji kekerasan batuan dengan
menuangkan hasil kerja pada lembar kerja kelompok berdasarkan kriteria
yang ditentukan. Pelaksanaan dilakukan 2 kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit.
c. Tahap observasi
Observasi dilakukan seperti halnya pada siklus 1 yaitu melakukan
pengamatan pada kegiatan pembelajaran guru dan siswa dengan
menggunakan metode NHT (Numbered Heads Together). Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian dan pada akhir
siklus dilakukan evaluasi pada materi jenis batuan.
d. Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II digunakan sebagai acuan untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan sebesar 80%. Apabila belum
memenuhi target ketercapaian maka dilanjutkan pada siklus III. Adapun
siklus tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut :
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan (Suharsimi Arikunto
(2010 : 137)
perencanaan
Siklus I
pengamatan
perencanaan
Siklus II
pengamatan
pelaksanaan
pelaksanaan
refleksi
refleksi
Siklus III
dan
seterusnta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis SDN Ngadiroyo Nguntoronadi
Secara geografis SDN Ngadiroyo terletak di tengah dusun Tritis
Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri. Letak SDN Ngadiroyo
sangat strategis karena tidak terlalu jauh dengan jalan raya sehingga tidak
mempersulit siswa dalam hal akses transportasi. Selain itu proses belajar
siswa tidak terganggu oleh kendaraan. Selain itu SDN Ngadiroyo dekat
dengan lapangan sepak bola sehingga mempermudah siswa dalam proses
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran olah raga.
2. Keadaan Personil SDN Ngadiroyo Nguntoronadi
SDN Ngadiroyo mempunyai 12 pegawai yang terdiri dari 6 guru kelas
(5 guru kelas berstatus pegawai negeri dan 1 guru kelas berstatus Wiyata
Bhakti (WB), 1 guru PAI berstatus pegawai negeri, 1 guru OR (Olah Raga)
berstatus pegawai negeri, 1 guru katolik berstatus WB, 1 penjaga sekolah
berstatus WB, 1 guru SBK berstatus WB, 1 guru Bahasa Inggris berstatus
WB.
3. Keadaan Siswa SDN Ngadiroyo Nguntoronadi
Keadaan jumlah siswa SDN Ngadiroyo cukup banyak dan mayoritas
mata pencahariannya adalah petani. Data tahun ajaran 2011/2012
menunjukkan jumlah keseluruhan siswa SDN Ngadiroyo sebanyak 112 siswa
yang terdiri dari jumlah siswa laki-laki 54 dan jumlah siswa perempuan 58.
Siswa SDN Ngadiroyo terdiri dari 6 kelas yaitu kelas I 13 siswa, kelas
II 23 siswa, kelas III 22 siswa, kelas IV 14 siswa, kelas V 18 siswa, kelas VI
20 siswa.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4. Keadaan Sarana dan Prasarana SDN Ngadiroyo Nguntoronadi
Keadaan sarana dan prasarana yang ada di SDN Ngadiroyo
Nguntoronadi sudah memadai. SD ini memiliki 1 ruang kantor kepala
sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang UKS, 1 ruang komputer, 1 ruang penjaga
dan dapur, 1 ruang karawitan, 1 lahan parkir dan 3 kamar mandi. Selain
sarana dan prasarana tersebut ada beberapa media pembelajaran yang
dapat berfungsi menunjang belajar siswa. Media pembelajaran tersebut
antara lain peta dunia, alat peraga matematika, alat peraga IPA, dan
gambar-gambar tersedia pula alat olahraga yang seperti bola sepak, bola
voli, bola basket dan bola kasti.
Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan pada luar jam pelajaran
sekolah. Adapun ekstra kurikulernya antara lain karawitan, pramuka dan
komputer yang dibimbing oleh bapak dan ibu guru SDN Ngadiroyo. Selain
itu SDN Ngadiroyo juga meraih beberapa prestasi baik akademik maupun
non akademik.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
a. Observasi Awal Terhadap Nilai Kemampuan Mengidentifikasi Jenis
Batuan Siswa
Kondisi awal pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
khususnya kemampuan mengidentifikasi batuan siswa kelas V SDN
Ngadiroyo tahun ajaran 2011/2012 diperoleh dari kegiatan observasi dan
wawancara awal yang dilakukan peneliti sebelum tindakan pada Jumat 13
Januari 2012.
Berdasarakan deskripsi observasi dan wawancara awal yang dilakukan
peneliti terhadap guru kelas dan siswa diperoleh keterangan bahwa
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya identifikasi jenis batuan
menunjukkan hasil yang belum memuaskan. Pembelajaran selama ini
dilaksanakan secara teacher centered atau berpusat pada guru sehingga
siswa tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Metode yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
bersifat konvensioanal yaitu menggunakan metode ceramah. Selain itu
guru kurang melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan pembelajaran
misalnya melakukan demonstrasi, bereksperimen atau observasi sehingga
pembelajaran terkesan monoton dan membosankan bagi siswa yang dapat
berdampak siswa sering lupa dengan pelajaran yang telah diberikan oleh
guru.
Kelemahan tersebut di atas, terletak pada kurangnya pemahaman
siswa terhadap materi. Siswa cenderung belum memahami ciri-ciri,
manfaat dan proses pembentukan batuan yang dimiliki setiap batuan. Oleh
karena itu perlu adanya penekanan pada materi batuan agar tidak
berdampak pada jenjang berikutnya yang akan ditempuh oleh siswa.
Kondisi awal kemampuan mengidentifikasi batuan dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dan lampiran 2.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Sebelum Tindakan (Pra Siklus)
Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Denagn Media
Realia Melalui Mentode NHT (Numbered Heads Together)
Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
No.
Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi % Keterangan
1. 20-28 8 24 192 44,46% Belum Tuntas
2. 29-37 2 33 66 11,11% Belum Tuntas
3. 38-46 3 42 126 16,66% Belum Tuntas
4. 47-55 1 51 51 5,55% Belum Tuntas
5. 56-64 0 60 0 0% -
6. 65-73 4 69 276 22,22% Tuntas
Jumlah 18 279 711 100%
Rata-rata = 711 : 18 = 39,5
Ketuntasan Klaksikal = 4 : 18 x 100 = 22,22%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat digambarkan ke dalam grafik seperti
pada pada Gambar 4.1 sebagai berikut :
Gambar 4.1. Histogram Data Nilai Sebelum Tindakan (Pra Siklus)
Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media
Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together)
Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran
2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 diperoleh data yang
menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 39,5. Siswa yang memperoleh nilai
20-28 sebanyak 8 siswa (44,46%). Siswa yang memperoleh nilai 29-37
sebanyak 2 siswa (11,11%). Siswa yang memperoleh nilai 38-46 sebanyak 3
siswa (16,66%). Siswa yang memperoleh nilai 47-55 sebanyak 1 siswa
(5,55%). Siswa yang memperoleh 56-64 tidak ada. Siswa yang memperoleh
nilai 65-73 sebanyak 4 siswa (22,22%). Hasil tes di atas menunjukkan
sebagian besar dari jumlah siswa belum mencapai ketuntasan. Maka perlu
diadakannya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I. Apabila belum
terjadi peningkatan yang sesuai dengan indikator kinerja maka penelitian
dilanjutkan pada siklus II dan seterusnya sampai peningkatan memenuhi
target indikator kinerja yang telah ditentukan. Adapun data ketuntasan pra
siklus dapat diketahui pada tabel 4 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.2. Hasil Nilai Sebelum Tindakan (Pra Siklus) Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media Realia
Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together) Siswa
Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
Nilai Terendah 20
Nilai Tertinggi 70
Rata-rata nilai 39,5
Siswa Tuntas Belajar 4 siswa (22,23%)
Siswa Tidak Tuntas Belajar 14 siswa (77,77%)
Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 39,5. Nilai
rata-rata kelas tersebut masih sangat kurang dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) di SD Negeri Ngadiroyo sebesar 66. Siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 4 siswa (22,23%), sedangkan siswa
yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 14 siswa (77,77%).
Kemampuan mengidentifikasi yang rendah ini perlu diatasi yaitu dengan
menerapkan metode NHT (Numbered Heads Together). Melalui metode
tersebut diharapkan terjadi peningkatan kemampuan mengidentifikasi jenis
batuan pada siswa kelas V SD Negeri Ngadiroyo tahun ajaran 2011/2012.
b. Observasi Awal Terhadap Keaktifan Siswa
Berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti, menunjukkan
kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran. Sebagian siswa belum fokus
terhadap materi yang diajarkan guru. Pembelajaran cenderung bersifat pasif
tanpa melibatkan siswa secara sktif menyeluruh. Hal ini menjadi tolok ukur
peneliti untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam setiap
siklusnya. Keaktifan siswa dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa,
maka dari itu perlu adanya peningkatan keaktifan siswa. Adapun hasil
observasi keaktifan pada pra siklus dapat di lihat pada Tabel 4.3 dan lampiran
4 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4.3. Data Hasil Observasi Kektifan Siswa Pra Siklus Terhadap
Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V
SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
No. Aspek Yang Diamati Frekuensi Presentase
1. Perhatian 10 55,55 %
2. Keaktifan 7 38,88%
3. Kerja sama 9 50%
4. Penyajian Hasil Kerja 3 16,66%
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat digambarkan ke dalam grafik pada
Gambar 4.2 sebagai berikut :
Gambar 4.2. Histogram Data Hasil Observasi Keaktifan Pra Siklus
Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V
SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 diperoleh gambaran tentang
kegiatan siswa terhadap proses pembelajaran siklus I sebagai berikut :
a) Secara keseluruhan jumlah siswa terdiri dari 18 orang, terdapat 10 siswa
atau 55,55% mempunyai sikap perhatian dalam proses pembelajaran.
Sedangkan 8 siswa lain belum menunjukkan sikap perhatian terhadap
pembelajaran. Seringkali siswa mengobrol sendiri dan ada yang
mengantuk dan bersandar dimeja. Hal ini menunjukkan tingkat perhatian
siswa masih rendah. Adapun kegiatan yang dapat menunjukkan sikap
perhatian dapat dilihat dari tingkah laku siswa yang tidak gaduh sendiri
10
7 9
3 0
5
10
15
Perhatian Keaktifan Kerja sama Penyajian Hasil Kerja
Fre
ku
ensi
Aktivitas Siswa Pra Siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
ketika guru menyampaikan materi dan memahami dengan sungguh-
sungguh materi yang diajarkan guru.
b) Secara keseluruhan jumlah siswa terdiri dari 18 siswa. Terdapat 7 siswa
(38,88%) aktif dalam pembelajaran. Sedangkan 11 siswa lainnya belum
menunjukkan adanya sikap keaktifan dalam pembelajaran. Sebagian siswa
apabila diberikan pertanyaan oleh guru masih bingung. Sebagian siswa
memberikan jawaban walaupun belum tepat namun sebagian diam. Hal ini
menunjukkan rentan keaktifan siswa juga masih rendah dalam hal bertanya
maupun menjawab pertanyaan. Kegiatan yang dapat menunjukkan
keaktifan siswa yaitu menjawab pertanyaan dari guru dan memberikan
pendapat pada saat proses pembelajaran berlangsung.
c) Secara keseluruhan jumlah siswa terdiri dari 18 siswa. Terdapat 9 siswa
(50%) mempunyai sikap kerjasama dalam melakukan kerja kelompok atau
diskusi. Sedangkan 9 siswa lain belum menunjukkan sikap kerja sama
dalam berdiskusi. Diskusi dilakukan dengan teman sebangku. Sebagian
siswa bermain sendiri dengan temannya dan membiarkan temannya satu
kelompok bekerja sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa sikap kerja sama
siswa masih kurang. Kegiatan yang dapat menunjukkan sikap mempunyai
kerja sama yaitu siswa mempunyai sikap sungguh-sungguh dalam bekerja
kelompok dan anggota kelompok mampu memberikan pendapat yang
membangun dalam memecahkan suatu masalah dalam kelompok.
d) Secara keseluruhan siswa yang yang terdiri dari 18 siswa, terdapat 3 siswa
(16,66%) yang mampu menyajikan hasil kerja kelompok dengan baik.
Penyajian hasil kelompok dengan menulis dipapan tulis. Namun sebagian
kelompok hanya disuruh mengumpulkan jawabannya. Sehingga kelompok
lain tidak mendapat kesempatan menyajikan hasil diskusi dipapan tulis.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua kelompok belum berperan secara
aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga kemampuan anak dalam
berdiskusi belum terasah dengan baik. Maka perlu diadakannya
peningkatan pada keaktifan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2. Deskripsi Siklus I
Siklus I terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan Selasa
14 April 2012. dan pertemuan II dilaksanakan Jumat 20 April 2012. Setiap
pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Siklus I
terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan berguna untuk merencanakan dan
mempersiapkan pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan dalam siklus I.
Pada tahap perencanaan peneliti melakukan observasi terhadap proses
pembelajaran di kelas V. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan,
diperoleh informasi menunjukkan kondisi kemampuan mengidentifikasi
batuan masih sangat rendah. Kemudian langkah selanjutnya peneliti
melakukan koordinasi dengan guru untuk memecahkan permasalahan yang
terjadi. Alternatif pemecahan masalah dilakukan untuk memperbaiki
kualitas kemampuan mengidentifikasi batuan sehingga dapat meningkat
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Alternatif yang dipilih peneliti dan
guru adalah menerapkan metode NHT (Numbered Heads Together).
Perincian langkah-langkah urutan yang dilakukan dalam siklus I adalah
sebagai berikut :
1) Membuat RPP mata pelajaran IPA kelas V yang berpatokan dengan
silabus pembelajaran materi batuan. Pada siklus I dan II menggunakan
SK dan KD yang sama. Namun indikatornya setiap pertemuan
berbeda karena disesuaikan dengan cakupan materi yang diajarkan
oleh guru. Pengukuran tingkat kemampuan mengidentifikasi batuan
dilakukan secara individu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana siswa memahami jenis batuan, ciri beserta proses
pembentukannya. Soal evaluasi didasarkan pengamatan yang telah
dilakukan pada siklus I dan siklus II.
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan. Media
pembelajaran yang digunakan pada siklus I adalah media realia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
batuan. Hal ini bertujuan untuk membangun kemampuan awal siswa
terhadap materi.
3) Menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar LKS, soal evaluasi
individu dan lembar observasi keaktifan. LKS digunakan pada setiap
pertemuan siklus I yaitu mengisi tabel berdasarkan pengamatan yang
telah dilakukan. Pada evaluasi siswa, tingkat kesukaran soal
menggunakan kisi-kisi soal yang terdiri dari pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis. Pengukuran tingkat
kesukaran soal dilakukan dengan kriteria C1-C5. Adapun presentase
tingkat kesukaran soal 20% soal mudah, 20% soal sukar dan 60% soal
sedang. Soal evaluasi disesuaikan dengan pengamatan yaitu mengenai
warna batuan, tektur batuan, bentuk dan proses pembentukan. Lembar
observasi keaktifan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
keaktifan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahap melaksanakan
semua rencana yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Pada tahap
pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru dalam
mengkondisikan siswa. Peneliti berperan sebagai guru dan guru kelas
berperan sebagai observator untuk menilai kemampuan kinerja peneliti
dalam proses pembelajaran. Alokasi waktu yang digunakan pada setiap
pertemuan adalah 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Perincian tahap
pelaksanaan tindakan selengkapnya sebagai berikut :
a) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa 17 April 2012. Alokasi
waktu yang digunakan 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Media yang
digunakan guru adalah media realia batu apung, batu basalt, batu
obsidian, batu granit, batu andesit, batu konglomerat dan batu pasir.
Siswa mengamati batuan dengan kerja kelompok. Pertemuan I terdiri
dari tahap kegiatan awal, tahap kegiatan inti dan tahap akhir
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tahap kegiatan awal dimulai dengan mengkondisikan siswa yang
bertujuan agar dengan mudah materi dapat dipahami siswa secara
menyeluruh tanpa adanya hambatan dalam belajar. Kegiatan
selanjutnya, siswa berdoa sesuai agama dan kepercayaannya masing-
masing yang dipimpin oleh ketua kelas. Kemudian guru mengucapkan
salam pembuka. Kemudian guru melakukan absensi terhadap semua
siswa yang bertujuan untuk mengetahui jumlah siswa yang masuk dan
tidak masuk pada hari tersebut. Kemudian guru melakukan apersepsi
dengan bertanya jawab kepada siswa “ketika gunung meletus yang
dikeluarkan apa saja?”. Pertanyaan tersebut dijawab oleh sebagian
siswa dengan jawaban yang kurang tepat. Sebagian siswa masih
bingung dalam menjawab pertanyaan. Hal ini diakibatkan kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi batuan. Setelah itu guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu dapat mengidentifikasi jenis
batuan beku dan batuan sedimen. Kemudian guru mengajak siswa
melakukan yel-yel kelas untuk menambah motivasi serta semangat
dalam belajar.
Tahap kegiatan inti terdapat 3 kegiatan yaitu eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi. Kegiatan eksplorasi dimulai dengan bertanya jawab
mengenai macam-macam batuan beku dan batuan sedimen. Seteh itu
guru menjelaskan jenis batuan beku dan batuan sedimen. Setelah itu
siswa melakukan pengamatan terhadap batuan.
Tahap kegiatan elaborasi dimulai dengan melakukan kerja
kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya. Guru membagi siswa
menjadi 3 kelompok yaitu kelompok A,B dan C. Pada setiap
kelompoknya terdiri dari 6 anak. Guru membagikan lembar kerja
kelompok, kemudian guru memberikan nomor 1-6 pada setiap
kelompok (LKS). Siswa mengamati batu apung, batu obsidian, batu
granit, batu basalt, batu andesit, batu konglomerat dan batu pasir
kemudian menuliskan hasil pengamatan pada lembar kerja kelompok.
Lembar kerja kelompok berbentuk kolom yang terdiri dai nama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
batuan, warna batuan, tekstur batuan, bantuk dan proses pembentukan
batuan. Guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan
kerja kelompok. Setelah semua kelompok selesai melakukan
pengamatan dilakukan pengocokan nomer oleh guru. Pengocokan
dilakukan 2 putaran. Pada putaran pertama nomor yang keluar dari
kocokan adalah nomor 6. Dan untuk putaran kedua nomor yang keluar
adalah nomor 3. Pada putaran pertama menyampaikan 3 batuan
terlebih dahulu. Kemudian untuk putaran kedua menyampaikan 4
batuan. Setiap kelompok yang wajib mempresentasikan hasil kerja
kelompok adalah siswa yang mendapatkan nomer 6. Kelompok A
menyampaikan hasil kerja kelompok kedepan kelas. Kemudian
kelompok B wajib memberikan sanggahan ataupun tambahan terhadap
kelompok A. Kelompok C memberikan sanggahan dan tambahan
terhadap hasil kerja kelompok A berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan.
Kegiatan selanjutnya adalah kelompok B menyampaikan hasil
kerja kelompoknya kedepan kelas. Kelompok A memberikan
sanggahan dan tambahan terhadap hasil kerja kelompok B. Kelompok
C memberikan sanggahan dan tambahan berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan. Kemudian kelompok C menyampaikan hasil
kerja kelompoknya. Seperti kegiatan diatas. Kelompok A dan B
melakukan penambahan jawaban dan sanggahan terhadap hasil kerja
kelompok C. Untuk putaran kedua pelaksanaan dilakukan seperti
pada putaran pertama. Pada tahap konfirmasi guru melakukan
penyimpulan terhadap pengamatan yang dilakukan. Guru melakukan
tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang belum jelas.
Pada kegiatan akhir siswa dan guru menyimpulkan pembelajaraan
secara bersamaan. Kemudian siswa mengerjakan evaluasi yang
diberikan guru. Siswa mengumpulkan pekerjaan kedepan kelas.
Kemudian guru menyampaikan pesan kepada siswa untuk belajar pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
materi selanjutnya yaitu batuan metamorf. Selanjutnya guru
mengucapkan salam penutup.
b) Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan pada pertemuan II sama dengan pertemuan
I yaitu membutuhkan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit).
Pertemuan II dilaksanakan pada Jumat 20 April 2012. Media yang
digunakan pada pertemuan II adalah media realia batu marmer, batu
genes dan batu sabak. Pada pertemuan II terdiri dari 3 tahap yaitu
tahap kegiatan awal, tahap kegiatan inti dan tahap kegiatan akhir.
Tahap kegiatan awal dimulai dengan mengkondisikan siswa.
Kemudian melakukan doa bersama sebelum pembelajaran dimulai
yang dipimpin oleh ketua kelas. Setelah itu guru mengucapkan salam
pembuka dan melakukan absensi terhadap siswa yang tidak masuk
pada hari tersebut. Apersepsi dilakukan dengan bertanya jawab untuk
mengulang kembali materi yang telah diajarkan pada pertemuan I
yaitu mengenai “ Apa pengertian batuan?”. Kemudian siswa
menjawab secara serentak dengan jawaban yang tepat. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menjelaskan
macam-macam batuan metamorf beserta manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari. Setelah itu guru membangun motivasi siswa dengan
melakukan yel-yel kelas secara serentak dan penuh semangat.
Tahap kegiatan inti terdiri dari 3 tahap yaitu eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi. Kegiatan eksplorasi dimulai dengan siswa membaca
materi secara bersama-sama sebelum materi diajarkan. Hal ini
bertujuan untuk menggali kemampuan siswa dalam memahami materi
batuan. Kemudian guru menjelaskan secara rinci mengenai ciri utama,
proses pembentukan, dan manfaat batuan metamorf dalam kehidupan
sehari-hari. Kemudian guru menunjukkan media realia batuan
sedimen dan batuan metamorf.
Pada tahap elaborasi siswa melakukan kerja kelompok dengan
melakukan pengamatan pada batuan. Guru membagikan lembar kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pkelompok (LKS) pada masing-masing kelompok. Guru memberikan
nomor 1-6 terlebih dahulu sebelum pengamatan dimulai. Setelah itu
tiap-tiap kelompok melakukan pengamatan terhadap batuan yang
diberikan oleh guru. Setelah semua kelompok selesai melakukan
pengamatan, guru melakukan pengocokan nomor. Pengocokan
dilakukan sama seperti pada pertemuan I yaitu sebanyak dua putaran.
Untuk putaran pertama yang keluar adalah nomor 5. Dan untuk
putaran kedua nomor yang keluar adalah 6. Pada putaran pertama
siswa menyajikan 3 batuan dan untuk putaran kedua tiap kelompok
menyampaikan 3 batuan. Untuk putaran pertama setiap siswa yang
mendapatkan nomer 5 maju menyampaikan hasil kerja kelompok.
Penyajian diawali oleh kelompok A. Kemudian kelompok B dan C
memberikan sanggahan dan tambahan terhadap kelompok A.
Kemudian kelompok B menyampaikan hasil kerja kelompok
sedangkan kelompok A dan C memberikan tambahan dan sanggahan
terhadap hasil kerja kelompok B. Setelah itu kelompok C
menyampaikan hasil pengamatan. Kelompok A dan B wajib
memberikan sanggahan maupun tambahan terhadap kelompok C.
Pada putaran kedua pelaksanaan seperti diatas. Pada tahap konfirmasi
guru memberikan kesimpulan terhadap pengamatan yang telah
dilakukan. Kemudian guru melakukan tanya jawab terhadap materi
yang belum jelas kepada siswa.
Pada tahap kegiatan akhir guru dan siswa melakukan kesimpulan
terhadap kegiatan pembelajaran secara bersama-sama. Kemudian
siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru. Setelah itu
siswa mengumpulkan pekerjaan kedepan kelas. Guru menyampaikan
pesan kepada siswa untuk rajin belajar dirumah. Kemudian guru
menyampaikan salam penutup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
c. Tahap Observasi
Observasi yang dilakukan meliputi observasi keaktifan siswa dan
kinerja peneliti dalam proses pembelajaran. Observasi terhadap keaktifan
siswa bertujuan untuk mengukur tingkat keaktifan pada saat proses
pembelajaran. Pembelajaran yang kondusif apabila siswa aktif dan kinerja
guru yang kompeten dapat pencapaian tujuan pembelajaran. Observasi
terhadap kinerja peneliti bertujuan untuk mengetahui keterampilan guru
dalam menyampaikan materi. Observasi keaktifan dinilai berdasarkan
kriteria pada lembar observasi keaktifan siswa. Adapun kriteria tersebut
adalah perhatian, keaktifan, kerja sama dan penyajian hasil kerja. Apabila
keempat aspek tersebut dapat tercapai maka siswa masuk dalam kriteria
aktif. Apabila siswa belum mencapai dari keempat aspek tersebut maka
siswa tergolong siswa yang kurang aktif. Kesinambungan antara keempat
aspek tersebut akan menciptakan sebuah iklim pembelajaran yang
kondusif.
(1) Hasil Observasi Kegiatan Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa dilakukan pada setia pertemuan.
Observasi digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa. Observasi
tersebut meliputi perhatian, keaktifan, kerjasama dan penyajian hasil
kerja. Observasi aktivitas siswa diiisi oleh peneliti dengan lembar
observasi keaktifan siswa. Selama pembelajaran, guru memantau
keaktifan siswa hingga pembelajaran selesai. Hal ini bertujuan
mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dan meninjau kelemahan
yang terjadi pada pembelajaran. Peneliti meninjau ulang hasil
pengisian lembar observasi dengan melihat video rekaman kegiatan
dan foto yang diambil oleh teman peneliti untuk mendapakan data
yang akurat. Perincian observasi yang dilakukan pada peneliti dan
siswa dapat dilihat pada tabel 4.4 dan lampiran 11 sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.4. Data Hasil Observasi Kektifan Siswa Siklus I Dalam
Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan
Dengan Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads
Together) Siswa Kelas V SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran
2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat digambarkan kedalam grafik
seperti pada Gambar 4.3 sebagai berikut :
Gambar 4.3. Histogram Data Hasil Observasi Terhadap Keaktifan
siswa Siklus I Dalam Peningkatan Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SDN
Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.3 diperoleh gambaran tentang
kegiatan siswa terhadap proses pembelajaran siklus I sebagai berikut :
(a) Secara keseluruhan jumlah siswa terdiri dari 18 orang, terdapat 17 siswa
atau 94,44 % mempunyai sikap perhatian dalam proses pembelajaran.
Nilai tersebut diperoleh berdasarkan rata-rata pertemuan I dan II yaitu 16
17 14 16
5 0
5
10
15
20
Perhatian Keaktifan Kerjasama Penyajian hasil kerja
Fre
ku
ensi
Aktivitas Siswa Siklus I
No Aspek yang
Diamati
Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata Pertemuan
I dan II (Siklus I)
fi % fi % fi %
1. Perhatian 16 88,88% 18 100% 17 94,44%
2. Keaktifan 15 83,33% 13 72,22% 14 77,77%
3. Kerjasama 15 83,33% 17 94,44% 16 88,88%
4. Penyajian
hasil kerja 4 22,22% 6 33% 5 27,77%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
siswa (88,88%) dan 18 siswa (100%). Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan keaktifan siswa disetiap pertemuan siklus I.
Kegiatan yang dapat menunjukkan sikap perhatian dapat dilihat dari
tingkah laku siswa yang tidak gaduh sendiri ketika guru menyampaikan
materi dan memahami dengan sungguh-sungguh materi yang diajarkan
guru.
(b) Secara keseluruhan jumlah siswa terdiri dari 18 siswa. Terdapat 14 siswa
(77,77%) aktif dalam pembelajaran. Terdapat penurunan keaktifan pada
pertemuan pertama sebanyak 15 siswa (83,33%) dan 13 siswa (72,22%).
Hal ini diakibatkan sebagian siswa masih bingung dengan nama batuan
dan manfaat pada batuan. Kegiatan yang dapat menunjukkan keaktifan
siswa yaitu menjawab pertanyaan dari guru dan memberikan pendapat
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
(c) Secara keseluruhan jumlah siswa terdiri dari 18 siswa. Terdapat 16 siswa
(88,88%) mempunyai sikap kerjasama dalam melakukan kerja kelompok
pada siklus I. Diperoleh data terjadi peningkatan pada setiap pertemuan.
Terdapat 15 siswa (83,33%) dan 17 siswa (94,44%). Kegiatan yang dapat
menunjukkan sikap mempunyai kerja sama yaitu siswa mempunyai sikap
sungguh-sungguh dalam bekerja kelompok dan anggota kelompok
mampu memberikan pendapat yang membangun dalam memecahkan
suatu masalah dalam kelompok.
(d) Secara keseluruhan jumlah siswa terdiri dari 18 siswa. Terdapat 5 siswa
(27,77%). Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat peningkatan pada
setiap pertemuan. 4 siswa (22,22%) dan 6 siswa (33%). Diketahui bahwa
penyajian kerja kelompok didepan kelas sangat rendah dibandingkan
dengan aspek yang lain dikarenakan sebagian siswa pengucapan pada
saat menyajikan materi terdapat kesalahan. Kegiatan yang dapat
menunjukkan menyajikan hasil kerja kelompok yaitu siswa dapat
menyajikan hasil kerja kelompok dengan baik yang meliputi pelafalan
dan percaya diri yang kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
b. Hasil Observasi Terhadap Kinerja Guru (Peneliti)
Observasi terhadap kinerja peneliti diamati oleh guru kelas. Guru
kelas bertindak sebagai observer sedangkan peneliti bertindak sebagai
guru. Observer bertugas melakukan penilaian pada RPP yang digunakan
peneliti (APKG I) dan kinerja peneliti pada saat proses pembelajaran
(APKG II). Penilaian APKG I berdasarkan kejelasan perumusan tujuan,
ketepatan pemilihan materi ajar, kerincian skenario pembelajaran, dan
penggunaan media.
Penilaian APKG II didasarkan pada ketepatan penerapan metode
NHT (Numbered Heads Together) yang dilakukan. Penyusunan RPP
berdasarkan pada fase atau langkah-langkah yang dikemukakan oleh para
ahli. Pada pertemuan I peneliti mendapatkan nilai sebesar 3,3 sedangkan
pada pertemuan II sebesar 3,5. Penilaian kinerja guru dilakukan dengan
mengisi lembar APKG II. Pada pertemuan I peneliti mendapatkan nilai
3,55 sedangkan pada pertemuan II sebesar 3,63. Dengan demikian peneliti
mendapatkan nilai dengan kriteria baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4.5 lampiran 23 sebagai berikut
Tabel 4.5. Data Hasil Penilaian Observer (Guru Kelas) Terhadap
Kinerja Guru (Peneliti) Siklus I Dalam Peningkatan
Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media
Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together)
Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahuna Ajaran
2011/2012
No. Aspek yang diamati Pertemuan I Pertemuan II
Siklus I
(Rata-rata
Pertemuan
I dan II)
1. APKG I 3,3 3,5 3,4
2. APKG II 3,55 3,63 3,59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat digambarkan ke dalam grafik seperti
pada Gambar 4.4 sebagai berikut :
Gambar 4.4. Histogram Hasil Penilaian Observer (Guru Kelas)
Terhadap Kinerja Guru (Peneliti) Siklus I Dalam
Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan
Dengan Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered
Heads Together) Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo
Tahun Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.4 diperoleh gambaran tentang
kinerja peneliti terhadap proses pembelajaran pada siklus I sebagai berikut :
1) Guru memperoleh penilaian perencanaan pembelajaran (APKG I) pada
pertemuan I sebesar 3,3 sedangkan pada pertemuan II sebesar 3,5.
Sehingga pada siklus I diperoleh rata-rata nilai APKG I sebesar 3,4.
Pembuatan RPP yang dilakukan sudah cukup baik tetapi masih terdapat
kekurangan. Kekurangan tersebut adalah kurangnya instrumen yang
belum mencantumkan kisi-kisi soal pada pada pertemuan I.
2) Guru memperoleh penilaian pelaksanaan pembelajaran (APKG II) pada
pertemuan I sebesar 3,55 sedangkan pada pertemuan II sebesar 3,63.
Sehingga pada siklus I diperoleh rata-rata nilai APKG II sebesar 3,59.
Pada kegiatan inti khususnya penerapan metode NHT (Numbered Heads
Together) sudah dilaksanakan sesuai teori yang dikemukakan oleh para
ahli. Guru mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai dan karakteristik siswa. Namun terdapat
kekurangan yaitu belum sesuai alokasi waktu dengan pelaksanaan hal ini
3.4
3.59
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
APKG I APKG II
APKG I
APKG II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
diakibatkan sebagian siswa masih bingung dengan penerapan metode
NHT (Numbered Heads Together).
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Langkah yang dilaksanakan dalam tahap analisis adalah
menganalisis data-data yang diperoleh dalam tahap observasi. Tujuan dari
dilakukannya analisis adalah untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan terjadi. Tujuan melakukan refleksi adalah untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan serta pemecahan masalah terhadap kendala
yang ditemui pada siklus I.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan, dalam tahap
observasi menunjukkan kegiatan siswa dalam pembelajaran cukup baik.
Keaktifan dan kinerja peneliti merupakan indikator pendukung
peningkatan kemampuan mengidentifikasi jenis batuan. Siswa yang aktif
mampu menyampaikan gagasannya terhadap guru, bertanya dan juga
menjawab pertanyaan guru. Begitu juga dengan peneliti, apabila peneliti
dapat menerapkan langkah-langkah metode NHT (Numbered Hedas
Together) yang sesuai dengan pendapat para ahli, maka akan berdampak
pada peningkatan kemampuan mengidentifikasi pada siswa kecuali pada
siswa yang mempunyai keterbatasan IQ yang rendah. Pengukuran
kemampuan mengidentifikasi didasarkan pada hasil tes siswa yang
dilaksanakan di akhir pembelajaran. Soal tes berpijak pada pengamatan
yang telah dilakukan.
Pada setiap siklus, indikator kinerja yang ditetapkan peneliti
sebesar 80% (14 siswa) dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 18 siswa
memperoleh nilai diatas 66. Apabila ketuntasannya mencapai target yang
ditentukan maka penelitian dapat dikatakan berhasil. Hasil kemampuan
mengidentifikasi jenis batuan dapat dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan
lampiran 14 sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Siklus I Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media Realia Melalui
Metode NHT (Numbered Heads Together) Siswa Kelas V SD
Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat digambarkan kedalam grafik seperti pada
Gambar 4.5 sebagai berikut :
Gambar 4.5. Histogram Data Nilai Siklus I Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan Media Realia
Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together)
Pada Siswa Kelas V SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran
2011/2012
2 0
4 4
1
7
0
2
4
6
8
40-49 50-58 59-68 69-78 79-88 88-97
Fre
ku
ensi
Interval
No. Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi % Keterangan
1. 40-49 2 44,5 89 11,11% Belum tuntas
2. 50-58 0 54 0 0% -
3. 59-68 4 63,5 254 22,24% Belum tuntas
4. 69-78 4 73,5 294 22,22% Tuntas
5. 79-88 1 83,5 83,5 5,55% Tuntas
6. 88-97 7 92,5 647,5 38,88% Tuntas
Jumlah 18 411,5 1368 100%
Rata-rata = 1368 : 18 = 76
Ketuntasan Klaksikal = 12 : 18 x 100 = 66,66%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Gambar 4.5 diperoleh nilai rata-rata
siswa pada siklus I sebesar 76. Siswa yang memperoleh nilai 40-49
sebanyak 2 siswa (11,11%). Siswa yang memperoleh nilai 50-58 tidak ada
atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 59-68 sebanyak 4 siswa (22,24%).
Siswa yang memperoleh nilai 69-78 sebanyak 4 siswa (22,24%). Siswa
yang memperoleh nilai 79-88 sebanyak 1 siswa (5,55%). Siswa yang
memperoleh nilai 88-97 sebanyak 7 siswa (38,88%). Kemampuan
mengidentifikasi batuan siswa sudah mengalami peningkatan yang
signifikan. Hasil tes di atas menunjukkan kemampuan mengidentifikasi
siswa sudah cukup bagus dan terdapat peningkatan dari tes sebelumnya
atau pra siklus. Namun perlu diadakannya peningkatan lagi pada siklus
selanjutnya. Penguasaan terhadap materi juga sudah mengalami
peningkatan. Hal tersebut tidak lepas dari peran guru yang selalu
mendorong siswa dan peran dari dalam siswa itu sendiri untuk belajar
dengan sungguh-sungguh. Adapun hasil nilai siswa dapat dilihat pada
Tabel 4.7 dan lampiran 14 sebagai berikut berikut.
Tabel 4.7. Hasil Nilai Siklus I Kemampuan Mengidentifikasi Jenis
Batuan Dengan Media Realia Melalui Metode NHT
(Numbered Heads Together) Kelas V SD Negeri Ngadiroyo
Tahun Ajaran 2011/2012
Nilai Terendah 40
Nilai Tertinggi 90
Rata-rata nilai 76
Siswa Tuntas Belajar 12 siswa (66,66%)
Siswa Tidak tuntas Belajar 6 siswa (33,34%)
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, diperoleh rata-rata kelas sebesar 76.
Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM ( mencapai ketuntasan) sebanyak
12 siswa (66,66%) dengan nilai tertinggi 90. Siswa yang memperoleh nilai di
bawah KKM (belum mencapai ketuntasan) sebanyak 6 siswa (33,34%)
dengan nilai terendah 40. Perolehan nilai dan ketuntasan belajar pada siklus I
belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh guru kelas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
peneliti yaitu siswa tuntas belaj 88,88% (16 siswa) dari jumlah keseluruhan
siswa sebanyak 18 siswa.
Sesuai dengan tahap analisis dan refleksi, hasil perolehan nilai
kemampuan mengidentifikasi jenis batuan dan observasi terhadap aktivitas
siswa dan kinerja guru perlu dianalisis dan direfleksi untuk mengetahui
kendala serta solusi pemecahan masalah yang terjadi pada siklus I. Kelebihan
dan kekurangan yang di temukan pada siklus I sebagai berikut :
(1) Kelebihan Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a) Siswa mulai menunjukkan sikap perhatian dan mau bekerja sama
dalam proses pembelajaran.
b) Guru sudah cukup baik dalam merencanakan pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran.
c) Penerapan Metode NHT (Numbered Heads Together) sudah sesuai
dengan perencanaan sebelumnya.
(2) Kekurangan Pelaksanaan Tindakan Siklus I
(a) Sebagian siswa kurang bagus dalam menyampaikan hasil kerja
kelompok.
(b) Siswa belum sepenuhnya aktif. Siswa hanya menjawab pertanyaan
guru dan berpendapat dalam kerja kelompok namun siswa belum
mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau tanggapan kritis terkait
dengan materi pembelajaran.
(c) Penjelasan penerapan metode NHT pada siswa masih kurang.
Setelah menganalisis kendala yang terdapat pada pelaksanaan
tindakan siklus I maka peneliti dan guru kelas melakukan koordinasi
untuk mengatasi kendala tersebut. Solusi yang digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut adalah :
(a) Guru menjelaskan secara menyeluruh materi yang diajarkan dan
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Guru memberikan
rangsangan berupa motivasi terhadap siswa agar siswa tidak bosan
ketika menerima materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
(b) Untuk menambah motivasi siswa diberikan reward dan penghargaan
bagi siswa yang aktif dalam pembelajaran.
(c) Guru lebih jelas memberikan keterangan atau penjelasan tentang
penerapan metode NHT.
(d) Untuk menambah kepercayaan diri guru merangsang siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sehingga siswa dapat berani
dalam menjawab pertanyaan dari guru.
Berdasarkan analisis dan refleksi di atas, maka penelitian perlu
dilanjutkan pada siklus II agar terjadi peningkatan kemampuan
mengidentifikasi jenis batuan yang lebih signifikan dan mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti dan guru kelas pada
siklus II.
3. Deskripsi Siklus II
Tindakan siklus II terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan
tanggal Selasa 24 April 2012 dan pertemuan II dilaksanakan Jumat 27 April
2012. Setiap pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 35
menit). Siklus II terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan tindakan, tahap analisis dan refleksi.
a. Tahap Perencanaan
Hasil analisis dan refleksi pada siklus I menunjukkan kemampuan
mengidentifikasi siswa terjadi peningkatan pada awal siklus dan siklus I
namun belum maksimal. Oleh karena itu perlu dilaksanakan siklus II agar
terjadi peningkatan kemampuan mengidentifikasi jenis batuan secara
signifikan. Pada tahap perencanaan siklus II, peneliti melakukan
koordinasi dengan guru kelas untuk menyusun ulang rencana yang akan
dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan tindakan. Perincian urutan langkah-
langkah yang digunakan dalam siklus II sebagai berikut :
(a) Menyusun kembali RPP mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
dengan SK dan KD yang sama dengan siklus I namun indikatornya
berbeda namum penerapan metode NHT sama dengan siklus I. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
menggunakan media gambar dan media realia batuan. Langkah
pembelajaran pada siklus II berbeda dengan siklus I. Pada kegiatan
eksplorasi guru merangsang minat dan perhatian siswa dengan
menunjukkan gambar batuan. Kemudian pada kegiatan inti guru
memberikan media realia batuan untuk dilakukan pengamatan oleh
siswa. Pengamatan dipadukan dengan uji kekerasan batuan. Hal
tersebut berguna untuk memantapkan pengetahuan siswa mengenai
batuan.
(b) Menyiapkan media pembelajaran. Seperti yang telah diutarakan di atas
bahwa penggunaan media berbeda dengan siklus I. Pada siklus I
menggunakan media realia batuan sedangkan siklus II menggunakan
media realia ditambah dengan media gambar.
(c) Menyiapkan instrumen penelitian berupa LKS, soal evaluasi, lembar
observasi siswa dan guru. Pada Lembar Kerja Siswa berbeda dengan
siklus I. Pada siklus I hanya mengamati bentuk, tekstur, warna dan
proses pembentukan sedangkan pada siklus II mengamati bentuk,
warna, keras atau lunak, permukaan dan mengkilap atau tidaknya
batuan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Langkah yang dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan tindakan adalah
melaksanakan semua rencana yang telah disusun dalam tahap
perencanaan. Peneliti bertindak sebagai guru dan guru kelas bertindak
sebagai observer. Perincian selengkapnya sebagai berikut :
(1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada Selasa 24 April 2012. Alokasi
waktu yang digunakan 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Media yang
digunakan guru adalah gambar dan media realia batu apung, batu
basalt, batu obsidian, batu granit, batu andesit, batu konglomerat dan
batu pasir. Siklus II pertemuan I terdiri dari 3 tahap yaitu tahap
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tahap kegiatan awal dimulai dengan mengkondisikan siswa
tujuannnya adalah untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif. Kegiatan selanjutnya adalah berdoa sesuai agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipimpin oleh ketua kelas. Guru
mengucapkan salam pembuka. Kemudian guru mengabsensi siswa
untuk mengetahui siswa yang tidak masuk sekolah. Kegiatan
selanjutnya adalah melakukan apersepsi dengan bertanya jawab
dengan siswa. Menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat
mengidentifikasikan batuan beku dan batuan sedimen berdasarkan
pengamatan yang dilakukan. Memberikan motivasi dengan
menyanyikan yel-yel kelas pada siswa yang bertujuan untuk
memberikan susana yang menyenangkan.
Tahap kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Tahap eksplorasi dimulai dengan guru memberikan
pertanyaan pada siswa untuk dikerjakan kedepan kelas. Kegiatan ini
bertujuan untuk menggali pemahaman siswa mengenai materi yang
telah dipelajari minggu lalu. Kemudian guru menjelaskan materi
batuan tentang macam-macam batuan beku dan batuan sedimen. Guru
menunjukkan gambar batuan apung, batu obsidian, batu basalt, batu
granit, batu andesit, batu konglomerat dan batuan pasir. Setelah itu
guru menjelaskan prosedur kerja kelompok yang akan dilakukan.
Tahap elaborasi dimulai dengan guru membagikan LKS yang
berupa lembar kerja kelompok pada kelompok A,B dan C. Guru
membagikan batuan pada setiap kelompok kemudian masing-masing
kelompok melakukan pengamatan. Praktikum uji kekerasan batuan
dilakukan dengan menggoreskan paku pada setiap batuan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan batuan. LKS berbetuk
tabel yang diisi berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan. LKS
terdiri dari pengamatan bentuk batuan, warna batuan, keras atau
lunak, permukaan kasar atau halus dan mengkilap atau tidak.
Kelompok A mengamati 2 batuan yang diberikan secara acak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kelompok B mengamati 2 batuan dan kelompok C mengamati 3
batuan. Apabila kelompok A sudah selesai melakukan pengamatan,
selanjutnya batuan diberikan pada kelompok B. Kemudian batuan
pada kelompok B diberikan oleh kelompok C dan batuan pada
kelompok C diberikan pada kelompok A setelah itu dilakukan
pengamatan begitu seterusnya sampai semua batuan diamati oleh
masing-masing kelompok.
Setelah pengamatan selesai dilakukan pengocokan nomer.
Kocokan terdiri dari 2 putaran. Pada putaran pertama masing-masing
kelompok menyampaikan empat batuan terlebih dahulu. Kemudian
untuk putaran kedua setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi
tiga batuan. Nomer yang keluar pada putaran pertama adalah nomer 2.
Putaran kedua nomer yang keluar adalah 4. Pada putaran pertama
setiap kelompok yang mendapatkan nomer 2 maju menyampaikan
hasil kerja kelompoknya kedepan kelas. Kelompok A menyampaikan
hasil pengamatan kemudian kelompok B dan C menyampaikan
pendapat berdasarkan hasil kerja kelompok yang telah dilakukan.
Kelompok B maju kedepan kelas menyampaikan hasil kerja
kelompoknya, sedangkan kelompok A dan C memberikan tanggapan
kepada kelompok B berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.
Kelompok C maju menyajikan hasil kelompoknya kemudian
kelompok A dan B menyampaikan pendapat berdasarkan pengamatan
yang dilakukan. Pada putaran kedua pelaksanaannya sama seperti
pada putaran pertama. Kemudian guru menyimpulkan hasil
pengamatan.
Pada tahap konfirmasi guru bertanya jawab kepada siswa
mengenai materi yang belum jelas. Kegiatan Inti diawali dengan siswa
dan guru secara bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran
yang telah dipelajari. Siswa mengerjakan evaluasi individu. Setelah
itu pekerjaan dikumpulkan kedepan kelas. Guru memberikan pesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
moral kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru
mengucapkan salam penutup.
(b) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada Jumat 27 April 2012. Alokasi
waktu yang digunakan 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Media yang
digunakan guru adalah gambar dan media realia batu gamping, batu
serpih, batu breksi, batu marmer, batu genes dan batu sabak. Siklus II
pertemuan II terdiri dari 3 tahap yaitu tahap kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir.
Tahap kegiatan awal dimulai dengan mengkondisikan siswa
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Kegiatan
selanjutnya adalah berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-
masing yang dipimpin oleh ketua kelas. Guru mengucapkan salam
pembuka. Kemudian guru mengabsensi siswa untuk mengetahui siswa
yang tidak masuk sekolah. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan
apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa. Menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu dapat mengidentifikasi batuan metamorf
berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan. Memberikan motivasi
dengan menyanyikan yel-yel kelas pada siswa yang bertujuan untuk
memberikan susana yang menyenangkan.
Tahap kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Tahap eksplorasi dimulai dengan siswa membaca secara
bersama-sama materi yang telah diajarkan. Kegiatan ini bertujuan
untuk menggali pemahaman siswa mengenai materi. Kemudian guru
menjelaskan materi batuan tentang macam-macam batuan metamorf
dan manfaat batuan dalam kehidupan sehari-hari. Guru menunjukkan
gambar batuan batu gamping, batu serpih, batu breksi, batu marmer,
batu genes dan batu sabak. Setelah itu guru menjelaskan prosedur
kerja kelompok yang akan dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tahap elaborasi dimulai dengan guru membagikan LKS yang
berupa lembar kerja kelompok pada kelompok A,B dan C. Guru
membagikan batuan pada setiap kelompok kemudian masing-masing
kelompok melakukan pengamatan. Praktikum uji kekerasan sama
seperti pada pertemuan I yaitu dengan menggoreskan paku pada setiap
batuan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan batuan.
Indikator pengamatan pada siklus II pertemuan II sama seperti pada
siklus II pertemuan I yaitu berbentuk tabel terdiri dari pengamatan
bentuk batuan, warna batuan, keras atau lunak, permukaan kasar atau
halus dan mengkilap atau tidak. Kelompok A mengamati 2 batuan
yang diberikan secara acak, kelompok B mengamati 2 batuan dan
kelompok C mengamati 2 batuan. Apabila kelompok A sudah selesai
melakukan pengamatan, selanjutnya batuan diberikan pada kelompok
B. Kemudian batuan pada kelompok B diberikan oleh kelompok C
dan batuan pada kelompok C diberikan pada kelompok A setelah itu
dilakukan pengamatan begitu seterusnya sampai semua batuan diamati
oleh masing-masing kelompok.
Setelah pengamatan selesai dilakukan pengocokan nomer.
Kocokan terdiri dari 2 putaran. Pada putaran pertama masing-masing
kelompok menyampaikan tiga batuan terlebih dahulu. Kemudian
untuk putaran kedua setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi
tiga batuan. Nomer yang keluar pada putaran pertama adalah nomer 1.
Pada putaran kedua nomer yang keluar adalah nomer 5. Pada putaran
pertama, setiap kelompok yang mendapatkan 1 maju menyampaikan
hasil kerja kelompoknya kedepan kelas. Kelompok A menyampaikan
hasil pengamatan kemudian kelompok B dan C menyampaikan
pendapat berdasarkan hasil kerja kelompok yang telah dilakukan.
Kelompok B maju kedepan kelas menyampaikan hasil kerja
kelompoknya, sedangkan kelompok A dan C memberikan tanggapan
kepada kelompok B berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.
Kelompok C maju menyajikan hasil kelompoknya kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
kelompok A dan B menyampaikan pendapat berdasarkan pengamatan
yang dilakukan. Pada putaran kedua pelaksanaannya sama seperti
pada putaran pertama. Kemudian guru menyimpulkan hasil
pengamatan.
Pada tahap konfirmasi guru bertanya jawab kepada siswa
mengenai materi yang belum jelas. Kegiatan Inti diawali dengan siswa
dan guru secara bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran
yang telah dipelajari. Siswa mengerjakan evaluasi individu. Setelah
itu pekerjaan dikumpulkan kedepan kelas. Guru memberikan pesan
moral kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru
mengucapkan salam penutup.
c. Tahap Observasi
Pada tahap observasi dilakukan seperti pada siklus I yaitu
mengamati kegiatan siswa dalam pembelajaran selain itu mengamati
kinerja peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi pada
siklus II merupakan tahap tindak lanjut dari siklus I. Hal ini bertujuan
untuk memperbaiki kekurangan ataupun kendala pada siklus I. Observasi
keaktifan dinilai berdasarkan kriteria pada lembar observasi keaktifan
siswa dengan mengamati keaktifan siswa selama proses pembelajaran,
sedangkan penilaian kinerja peneliti dinilai berdasarkan aspek yang
diamati pada lembar APKG dengan mengamati gaya mengajar guru dan
kesesuaian antara teori dengan pelaksanaannya.
(1) Hasil Observasi Kegiatan Siswa
Kegiatan observasi terhadap aktifitas siswa meliputi perhatian,
keaktifan, kerjasama dan penyajian hasil kerja. Untuk memperkuat
hasil penilaian observer, peneliti meninjau ulang hasil pengisian
lembar observasi dengan melihat video rekaman kegiatan dan foto
yang diambil oleh teman peneliti. Keaktifan siswa pada siklus II
dalam kriteria baik. Perincian observasi yang dilakukan peneliti dan
siswa dapat dilihat pada tabel 4.8 dan lampiran 19 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 4.8. Hasil Observasi Kektifan Siswa Siklus II Dalam
Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan
Dengan Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered
Heads Together) Siswa Kelas V SDN Ngadiroyo Tahun
Ajaran 2011/2012
No.
Aspek
yang
Diamati
Pertemuan I Pertemuan II
Rata-rata
pertemuan I dan
II (Siklus II)
fi % fi % fi %
1 Perhatian 18 100% 18 100% 18 100%
2 Keaktifan 10 55,55% 12 66,66% 11 61,11%
3 Kerjasama 16 88,88% 18 100% 17 94,44%
4 Penyajian
hasil kerja 6 33,33% 6 33,33% 6 33,33%
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat digambarkan ke dalam grafik seperti
gambar pada Gambar 4.6 sebagai berikut :
Gambar 4.6. Histogram Hasil Observasi Terhadap Keaktifan Siswa
Siklus II Dalam Peningkatan Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SDN
Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
18
11
17
6
0
5
10
15
20
Perhatian Keaktifan Kerjasama Penyajian Hasil
Kerja
Fre
ku
ensi
Aktivitas Siswa Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Berdasarkan Tabel 4.8 dan Gambar 4.6 diperoleh gambaran tentang
kegiatan siswa terhadap proses pembelajaran siklus I sebagai berikut :
(1) Berdasarkan keseluruhan jumlah siswa terdiri dari 18 orang, terdapat
18 siswa (100%) yang mempunyai sikap perhatian dalam proses
pembelajaran. Nilai tersebut diperoleh, berdasarkan rata-rata
pertemuan I dan II yaitu 18 siswa (100) siswa memperhatikan pada
saat guru mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa antusias siswa dalam
mengikuti pembelajaran sangat bagus. Kegiatan yang dapat
menunjukkan siswa mempunyai perhatian dalam pembelajaran dapat
dilihat dari tingkah laku siswa yang tidak gaduh sendiri saat guru
menjelaskan dan berkonsentrasi dalam pembelajaran.
(2) Secara keseluruhan siswa yang yang terdiri dari 18 siswa, terdapat 11
siswa (61,11%) yang aktif dalam proses pembelajaran siklus II. Nilai
tersebut diperoleh dari rata-rata pada pertemuan I dan II yaitu 10 siswa
(55,55%) dan 12 siswa (66,66%) mempunyai sikap aktif dalam
pembelajaran. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dalam setiap
pertemuan pada siklus II. Kegiatan yang dapat menunjukkan keaktifan
ini dapat dilihat dari tingkah laku siswa dalam menjawab pertanyaan
dari guru, memberikan pendapat dan mengajukan pertanyaan.
(3) Secara keseluruhan siswa yang yang terdiri dari 18 siswa, terdapat 17
siswa (94,44%) yang mempunyai sikap kerja sama dalam kerja
kelompok. Nilai tersebut diperoleh dari rata-rata pada pertemuan I dan
II yaitu 16 siswa (88,88%) dan 18 siswa (100%) mempunyai sikap
kerja sama. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pada setiap
pertemuan di siklus II. Kegiatan yang dapat menunjukkan kerjasama
ini dapat dilihat dari tingkah laku siswa yaitu mempunyai sikap
sungguh-sungguh dalam melakukan kerja kelompok dan mampu
memberikan pendapat yang membangun dalam memcahkan masalah
dalam kelompok.
(4) Secara keseluruhan siswa yang yang terdiri dari 18 siswa, terdapat 6
siswa (33,33%) yang mampu menyajikan hasil kerja kelompok dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
baik. Nilai tersebut diperoleh dari rata-rata pada pertemuan I dan II
yaitu 6 siswa (33,33%) dan 6 siswa (33,33%) mampu menyajikan
kerja kelompok dengan baik di depan kelas. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada peningkatan pada penyajian hasil kerja. Kegiatan
yang dapat menunjukkan penyajian hasil kerja kelompok dengan baik
yaitu kejelasan dalam membaca dan pelafalan kata hasil kerja
kelompok.
(2) Hasil Observasi Terhadap Kinerja Guru (Peneliti)
Kinerja peneliti berpengaruh terhadap kegiatan siswa dalam
efektivitas proses pembelajaran. Pada siklus II kinerja peneliti sudah
memperoleh kriteria baik. Pada APKG I pertemuan I sebesar 3,6
sedangkan pada pertemuan II sebesar 3,7. Pada APKG II pertemuan I
peneliti mendapatkan nilai sebesar 3,7 sedangkan pada pertemuan II
sebesar 3,8. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan
lampiran 27.
Tabel 4.9. Hasil Penilaian Observer (Guru Kelas) Terhadap
Kinerja Guru (Peneliti) Siklus II Dalam Peningkatan
Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan
Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads
Together) Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo Tahuna
Ajaran 2011/2012
No. Aspek yang
Diamati Pertemuan I Pertemuan II
Siklus II
(Rata-rata
pertemuan I
dan pertemuan
II)
1. APKG I 3,6 3,7 3,65
2. APKG II 3,7 3,8 3,75
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat digambarkan ke dalam grafik seperti
padaGambar 4.7 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Gambar 4.7. Histogram Hasil Penilaian Observer (Guru Kelas)
Terhadap Kinerja Guru (Peneliti) Siklus II Dalam
Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis
Batuan Dengan Media Realia Melalui Metode NHT
(Numbered Heads Together) Siswa Kelas V SD Negeri
Ngadiroyo Tahuna Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.7 diperoleh gambaran tentang
kinerja peneliti terhadap proses pembelajaran pada siklus I sebagai berikut :
1) Guru memperoleh penilaian perencanaan pembelajaran (APKG I) pada
pertemuan I sebesar 3,6 sedangkan pada pertemuan II sebesar 3,7.
Sehingga diperoleh rata-rata nilai APKG I pada siklus II sebesar 3,65.
Pada siklus II pembuatan RPP sudah baik dan lengkap.
2) Guru memperoleh penilaian pelaksanaan pembelajaran (APKG II) pada
pertemuan I sebesar 3,7 sedangkan pada pertemuan II sebesar 3,8.
Sehingga diperoleh rata-rata nilai APKG II pada siklus II sebesar 3,75.
Pada siklus II kinerja peneliti sudah baik. Penerapan metode NHT
(Numbered Heads Together) sudah sesuai dengan langkah-langkah yang
dikemukakan oleh para ahli. Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru
selama proses pembelajaran dalam kriteria baik dan penerapan metode
NHT (Numbered Heads Together) sudah sesuai dengan prosedur yang
dikemukakan para ahli pada umumnya.
d. Tahap Analisis dan Refleksi
Langkah yang dilaksanakan dalam tahap analisis dan refleksi adalah
menganalisis hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II. Setelah dilakukan
3.65
3.75
3.6
3.65
3.7
3.75
3.8
APKG I APKG II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
analisis, kemudian dilakukan refleksi untuk mengetahui kendala dan solusi
dalam memecahkan masalah yang terjadi pada siklus II.
Selain melakukan observasi terhadap keaktifan siswa dan kinerja
guru, pada siklus II dilakukan penilaian kemampuan mengidentifikasi jenis
batuan pada siswa dengan mengukur hasil belajar siswa yang diperoleh
dari evaluasi individu pada siklus II. Pada siklus II indikator yang
ditetapkan oleh peneliti sebesar 80% atau 14 siswa dari jumlah
keseluruhan siswa sebanyak 18 orang memperoleh nilai sama dengan atau
lebih dari 66.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tentang
kemampuan mengidentifikasi jenis batuan dengan menerapkan metode
NHT (Numbered Heads Together) sudah melebihi KKM yaitu sebesar
80,05. Nilai ketuntasan klasikalnya pun sudah mencapai target penelitian
yaitu sebesar 88,88% siswa mencapai KKM. Keaktifan siswa sudah
mencapai dalam kriteria baik. Aktivitas siswa juga telah meningkat
dibandingkan dengan aktivitas siswa pada siklus I. Bertolak dari hasil
penelitian pada siklus II ini maka penelitian telah berhasil dan dianggap
cukup. Oleh karena itu, penelitian ini diakhiri pada siklus II.
Dengan penganalisisan semua data yang diperoleh selama penelitian,
diketahui bahwa terdapat 2 siswa atau 11,11% belum tuntas. Kedua siswa
tersebut selama proses pembelajaran tergolung siswa kurang aktif. Siswa
mempunyai rentan perhatian yang bagus namun tidak fokus pada materi
pelajaran. Apabila diberikan pertanyaan siswa tersebut terlihat gugup dan
jarang menjawab pertanyaan guru. Sikap yang ada pada diri masing-
masing siswa tersebut mengakibatkan nilai evaluasi yang diperoleh belum
mencapai KKM sehingga kemampuan mengidentifikasi jenis batuannya
pun rendah. Untuk selanjutnya rendahnya kemampuan mengidentifikasi
jenis batuan pada kedua siswa tersebut diharapkan dapat ditingkatkan oleh
peneliti lainnya yang melakukan penelitian yang sama dengan penelitian
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Nilai Siklus II Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Deangan Media Realia
Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together) Kelas V
SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
No. Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi Presentase Keterangan
1. 45-52 1 48,5 48,5 5,55% Belum Tuntas
2. 53-60 1 56,5 56,5 5,55% Belum Tuntas
3. 61-68 0 64,5 0 0% -
4. 69-76 3 72,5 217,5 16,68% Tuntas
5. 77-84 4 80,5 322 22,22% Tuntas
6. 85-92 9 88,5 796,5 50% Tuntas
Jumlah 18 411 1441 100%
Rata-rata = 1441 : 18 = 80,05
Ketuntasan Klaksikal = 16 : 18 x 100% = 88,88%
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat digambarkan kedalam grafik seperti
pada Gambar 4.8 sebagai berikut
Gambar 4.8. Histogram Nilai Siklus II Kemampuan Mengidentifikasi
Jenis Batuan Dengan Media Realia Melalui metode NHT
(Numbered Heads Together) Siswa Kelas V SDN Ngadiroyo
Tahuna Ajaran 2011/2012
1 1 0
3 4
9
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
45-52 53-60 61-68 69-76 77-84 85-92
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Berdasarkan Tabel 4.10 dan Gambar 4.8 diperoleh nilai rata-rata siswa
pada siklus II sebesar 80,05. Siswa yang memperoleh nilai 45-52 sebanyak 1
siswa (5,55%). Siswa yang memperoleh nilai 53-60 sebanyak 1 siswa
(5,55%). Siswa yang memperoleh nilai 61-68 tidak ada. Siswa yang
memperoleh nilai 69-76 sebanyak 3 siswa (16,68%). Siswa yang memperoleh
nilai 77-84 sebanyak 4 siswa (22,22%). Siswa yang memperoleh nilai 85-92
sebanyak 9 siswa (50%). Hasil tes menunjukkan sebagian besar siswa
berhasil dalam meningkatkan kemampuan mengidentifikasi jenis batuan.
Perincian lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan lampiran 19
sebagai berikut:
Tabel 4.11. Hasil Nilai Siklus II Kemampuan Mengidentifikasi Jenis
Batuan Melalui Metode NHT (Numbered Heads Together)
Kelas V SDN Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
Nilai Terendah 45
Nilai Tertinggi 90
Rata-rata nilai 80,05
Siswa Tuntas Belajar 16 siswa (88,88%)
Siswa Tidak Tuntas Belajar 2 siswa (11,12%)
Berdasarkan tabel 4.11, diperoleh nilai rata-rata 80,05. Siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM (mencapai ketuntasan) sebanyak 16 siswa
(88,88%) dengan nilai tertinggi 90. Nilai terendah 45. Siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM (belum mencapai ketuntasan) sebanyak 2
siswa (11,12%). Dapat ditarik kesimpulan pada siklus II terjadi peningkatan
dari indikator ketercapaian dari 80% menjadi 88,88% maka penelitian dalam
kriteria berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
C. Perbandingan Antarsiklus
1. Perbandingan Antarsiklus Nilai Kemampuan Mengidentifikasi Jenis
Batuan
Dalam setiap siklus terdapat hubungan yang signifikan antara satu
dengan yang lainnya. Hubungan tersebut mencerminkan sebuah
perbandingan untuk melihat kekurangan di setiap siklusnya. Berdasarkan
hasil analisa setelah dilakukan tindakan diketahui bahwa dengan
meningkatnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran dengan
menerapkan metode NHT (Numbered Heads Together) yang didukung
penggunaan media realia maka, kemampuan mengidentifikasi jenis batuan
siswa kelas V SD Negeri Ngadiroyo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten
Wonogiri juga meningkat. Peningkatan terlihat dari meningkatnya nilai
rata-rata siswa pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan
setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I serta siklus II. Perbandingan
daftar frekuensi nilai kemampuan mengidentifikasi jenis batuan sebelum
tindakan (pra siklus), siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.12
sebagai berikut:
Tabel 4.12. Perbandingan Daftar Frekuensi Nilai Rata-rata
Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas
V SD Negeri Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012 Pada
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No Interval Kondisi Awal Siklus I Siklus II
fi % fi % fi %
1. 20-32 10 55,55% 0 0% 0 0%
2. 33-45 3 11,11% 2 11,11% 1 5,55%
3. 46-58 1 5,55% 0 0% 1 5,55%
4. 59-71 4 22,22% 5 27,77% 0 0
5. 72-84 0 0% 4 22,22% 7 38,88%
6. 85-97 0 0% 7 38,88% 9 50%
Jumlah 18 94,43% 18 99,98% 18 99,98%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat digambarkan ke dalam grafik seperti
pada Gambar 4.9 sebagai berikut :
Gambar 4.9. Histogram Perbandingan Daftar Frekuensi Nilai Rata-
rata Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Pra
Siklus, Siklus I, dan Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri
Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.12 dan Gambar 4.9 diperoleh hubungan yang
signifikan antar siklus. Pada pra siklus siswa yang memperoleh nilai 20-32
sebanyak 10 siswa, sedangkan pada siklus I dan II berkurang menjadi 0.
Dapat disimpulkan bahwa dari pra siklus nilai mengalami perbaikan. Pada pra
siklus siswa yang memperoleh nilai 33-45 sebanyak 3 siswa, sedangkan pada
siklus I dan II sebanyak 2 dan 1 siswa. Dapat disimpulkan nilai dari setiap
siklus semakin mengalami peningkatan. Siswa yang mendapat nilai di bawah
KKM semakin berkurang. Pada pra siklus siswa yang memperoleh nilai 46-58
1 siswa. Sedangkan pada siklus I tidak ada yang memperoleh nilai tersebut.
Namun pada siklus II terdapat 1 anak yang memperoleh nilai dalam kelas
interval tersebut. Dapat disimpulkan pada interval 46-58 terdapat pasang
surut kemampuan anak dari rendah, sedang dan rendah.
Pada pra siklus siswa yang memperoleh nilai 59-71 sebanyak 4 siswa.
Siklus I sebanyak 5 siswa. Namun pada siklus II tidak ada yang mendapat
nilai dalam interval tersebut. Pada pra siklus siswa yang memperoleh nilai 72-
84 sebanyak 0 siswa. Sedangkan pada siklus I sebanyak 4 siswa dan siklus II
sebanyak 7 siswa. Dapat disimpulkan pada jarak interval tersebut terdapat
peningkatan kemampuan mengidentifikasi siswa. Pada pra siklus siswa yang
10
3 1
4 0 0 0 2 0
5 4
7
0 1 1 0
7
9
0
2
4
6
8
10
12
20-32 33-45 46-58 59-71 72-84 85-97
Fre
ku
ensi
Interval
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
memperoleh nilai 85-97 sebanyak 0 siswa, siklus I sebanyak 7 siswa dan pada
siklus II 9 siswa. Dapat disimpulkan pada rentan interval di atas terdapat
peningkatan kemampuan mengidentifikasi jenis batuan disetiap siklusnya.
Berdasarkan penjelasan tabel di atas, secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan nilai kemampuan mengidentifikasi
jenis batuan disetiap siklusnya. Pemahaman siswa terhadap materi termasuk
dalam kriteria bagus karena terdapat peningkatan secara signifikan disetiap
siklusnya.
b. Perbandingan Antarsiklus Observasi Kegiatan Siswa
Observasi kegiatan siswa bertujuan untuk mengukur tingkat keaktifan
siswa pada saat proses pembelajaran, baik pada saat kerja kelompok
maupun pada saat guru menyampaikan materi. Penilaian dilakukan dengan
mengisi lembar keaktifan siswa yang meliputi perhatian, keaktifan, kerja
sama dan penyajian hasil kerja kelompok. Respon siswa dalam memahami
materi yang diajarkan oleh guru termasuk dalam aspek perhatian. Peran
siswa dalam menjawab dan bertanya pada guru termasuk dalam aspek
keaktifan. Kerja sama dapat dinilai dari respon siswa pada saat kerja
kelompok. Penyajian hasil kerja kelompok dinilai dari kemampuan siswa
dari menyajikan hasil kerja kelompok.
Lembar keaktifan siswa diisi oleh peneliti. Peneliti yang bertindak
sebagai guru dengan memantau jalannya pembelajaran dan keaktifan siswa
dari pra siklus,siklus I dan siklus II. Data dari siklus I diperoleh dari rata-
rata keaktifan pada pertemuan I dan pertemuan II kemudian
dipresentasikan. Data dari siklus II diperoleh dari rata-rata keaktifan siswa
pada pertemuan I dan pertemuan II. Perbandingan keaktifan bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang terjadi dari pra siklus
hingga siklus II. Apabila terdapat peningkatan yang signifikan, maka guru
telah berhasil dalam menumbuhkan keaktifan siswa dan meningkatkan
kualitas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Perbandingan
keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 4.13. Perbandingan Hasil Observasi Kektifan Siswa Pra Siklus,
Siklus I dan Siklus II Terhadap Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SDN
Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2011
No.
Aspek
Yang
Diamati
Pra Siklus Siklus I Siklus II
fi % fi % fi %
1. Perhatian 10 55,55 % 17 94,44% 18 100%
2. Keaktifan 7 38,88% 14 77,77% 11 61,11%
3. Kerjasama 9 50% 16 88,88% 17 94,44%
4. Penyajian
Hasil Kerja 3 16,66% 5 27,77% 6 33,33%
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat digambarkan ke dalam grafik seperti
pada Gambar 4.10 sebagai berikut :
Gambar 4.10. Histogram Perbandingan Hasil Observasi Kektifan Siswa
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Terhadap Kemampuan
Mengidentifikasi Jenis Batuan Siswa Kelas V SDN
Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.13 dan Gambar 4.10 diperoleh gambaran tentang
kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung sebagai berikut :
10 7
9
3
17 14
16
5
18
11
17
6
0
5
10
15
20
Perhatian Keaktifan Kerjasama Penyajian Hasil Kerja
Pra Siklus Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
a) Secara keseluruhan siswa berjumlah 18 orang, terdapat 10 siswa
(55,55) yang mempunyai sikap perhatian. Kemudian meningkat
sebanyak 17 siswa (94,44%) pada siklus I. Dan meningkat lagi
pada siklus II sebanyak 18 siswa (100%). Dapat disimpulkan
terjadi peningkatan terhadap perhatian siswa disetiap siklusnya.
b) Secara keseluruhan siswa berjumlah 18 orang. Pada pra siklus
terdapat 7 siswa (38,88%) mempunyai sikap aktif dalam menjawab
ataupun bertanya kepada guru. Pada siklus I meningkat sebanyak
14 siswa (77,77%). Namun pada siklus II mengalami penurunan,
sebanyak 11 siswa (61,11%) mempunyai sikap akif dalam
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena banyak siswa yang tidak
membawa buku ajar pada saat pembelajaran berlangsung sehingga
siswa cenderung lupa dengan materi pembelajaran.
c) Secara keseluruhan siswa berjumlah 18 orang. Pada pra siklus
terdapat 9 siswa (50%) memiliki sifat kerja sama pada saat
melakukan diskusi kelompok. Pada siklus I meningkat menjadi 16
siswa (88,88%) dan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 17
siswa (94,44%). Dapat disimpulkan kerja sama siswa dalam
melakukan kerja kelompok semakin meningkat, terbukti dari
meningkatnya jumlah siswa yang mau bekerjasama pada saat kerja
kelompok.
d) Secara keseluruhan siswa berjumlah 18 orang. Pada pra siklus
terdapat 3 siswa (16,66%) mampu menyajikan hasil diskusi
dengan baik didepan kelas. Hal ini dikarenakan guru hanya
memilih sebagian kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
kedepan kelas, sedangkan kelompok lain langsung mengumpulkan
pekerjaannya pada guru. Pada siklus I terdapat 5 siswa
(27,77%)yang mampu menyajikan hasil kerja kelompok dengan
baik dengan pelafalan yang benar. Pada siklus II terdapat
peningkatan sebanyak 6 siswa (33,33%) mampu menyajikan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
kerja kelompok dengan baik. Pada kategori ini terdapat
peningkatan disetiap siklusnya.
c. Perbandingan Antarsiklus Kinerja Peneliti
Penilaian kinerja peneliti digunakan untuk mengukur kemampuan
peneliti pada saat proses pembelajaran, baik pada penilaian keterampilan
mengajar maupun pada penilaian pada penguasaan kelas. Penilaian
dilakukan oleh guru kelas yang bertindak sebagai observer menggunakan
lembar APKG I dan APKG II. Adapun perbandingan APKG I dan APKG
II pada siklus I dan siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.14. Perbandingan Hasil Penilaian Observer (Guru Kelas)
Terhadap Kinerja Guru (Peneliti) Siklus I dan II Dalam
Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis
Batuan Dengan Media Realia Melalui Metode NHT
(Numbered Heads Together) Siswa Kelas V SD Negeri
Ngadiroyo Tahun Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat digambarkan ke dalam grafik seperti
pada Gambar 4.11 sebagai berikut :
No. Aspek Yang Diamati Siklus I Siklus II
1. APKG I 3,4 3,65
2. APKG II 3,59 3,75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Gambar 4.11. Perbandingan Hasil Penilaian Observer (Guru Kelas)
Terhadap Kinerja Guru (Peneliti) Siklus I dan II Dalam
Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan
Dengan Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered
Heads Together) Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo
Tahun Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.14 Gambar 4.11 diperoleh gambaran tentang
perbandingan kinerja terhadap siklus I dan II sebagai berikut :
1) Pada APKG I siklus I, nilai yang diperoleh peneliti sebesar 3,4
sedangkan pada siklus II sebesar 3,65. Berarti terdapat peningkatan pada
siklus I ke Siklus II sebesar 0,25. Dapat disimpulkan penilaian APKG I
dari tiap siklus semakin meningkat.
2) Pada APKG II siklus I, nilai yang diperoleh peneliti sebesar 3,59
sedangkan pada siklus II sebesar 3,75. Berarti terdapat peningkatan pada
siklus I ke siklus II sebesar 0,16. Dapat disimpulkan penilaian APKG II
dari tiap siklus semakin meningkat.
C. Pembahasan
Setelah melihat hasil penelitian yang disajikan dalam perbandingan
antarsiklus dapat diketahui bahwa hasil kemampuan mengidentifikasi jenis
batuan siswa kelas V SD Negeri Ngadiroyo Kecamatan Nguntoronadi
Kabupaten Wonogiri mengalami peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya peningkatan dari pra siklus (sebelum tindakan) ke siklus I dan
3.4
3.59 3.65
3.75
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
APKG I APKG II
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
siklus II. Pada kondisi awal, menunjukkan hasil yang rendah. Siswa yang
mengalami ketuntasan belajar sebanyak 4 siswa (22,23%), sedangkan siswa
yang tidak tuntas belajar sebanyak 14 siswa (77,77%) dengan batas KKM 66.
Rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 39,5.
Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa
terjadi peningkatan kemampuan mengidentifikasi jenis batuan dengan media
realia melalui metode NHT (Numbered Heads Together). Hal tersebut dapat
dilihat pada rekapitulasi data pada tabel 18 sebagai berikut :
Tabel 4.15. Hasil Penelitian Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan
Dengan Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered
Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo
Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun
Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.15 diperoleh penjelasan sebagai berikut.
1) Nilai terendah siswa mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus sebesar
20, pada siklus I sebesar 40 dan pada siklus II sebesar 45.
2) Nilai tertinggi siswa mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus
(sebelum tindakan ) sebesar 70, kemudian pada siklus I meningkat sebesar
90, dan meningkat lagi pada siklus II sebesar 95.
3) Pada pra siklus (sebelum tindakan) rata-rata kelas yang diperoleh adalah
39,55, kemudian meningkat pada siklus I sebesar 76 dan meningkat lagi
menjadi 80,05. Selain rata-rata kelas, jumlah siswa yang tuntas belajar
juga mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus (sebelum tindakan)
Aspek Yang Diamati Hasil Penelitian
Pra Siklus Siklus I Siklus II
a. Nilai Terendah
b. Nilai Tertinggi
c. Rata-rata kelas
d. Ketuntasan Belajar
20
70
39,5
4 siswa
40
90
76
12 siswa
45
95
80,05
16 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
sebanyak 4 siswa, kemudian meningkat pada siklus I sebanyak 12 siswa
dan meningkat lagi pada siklus II sebesar 16 siswa. Dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode NHT (Numbered Heads Together) yang
didukung dengan penggunaan media realia dapat meningkatkan
kemampuan mengidentifikasi siswa.
Tabel 4.16. Hasil Penelitian Keaktifan Dalam Peningkatan
Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan
Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads
Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo
Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun
Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.16 diperoleh penjelasan sebagai berikut.
1) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada setiap siklus meningkat.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang mengalami peningkatan yaitu
pada siklus pra siklus siswa yang mempunyai sikap perhatian pada saat
proses pembelajaran berlangsung sebanyak 10 siswa.
2) Pada siklus I meningkat menjadi 17 siswa dan pada siklus II sebanyak 18
siswa. Berarti dalam aspek perhatian, terjadi peningkatan sebanyak 7 siswa
dan meningkat lagi pada siklus II sebanyak 1 siswa. Siswa yang aktif
dalam pembelajaran pada pra siklus sebesar 7 siswa, terjadi peningkatan
sebesar 14 siswa dan pada siklus II mengalami penurunan sebanyak 11
siswa. Berarti pada aspek keaktifan terjadi peningkatan dari pra siklus ke
siklus I sebesar 7 siswa (38,88%) dan mengalami penurunan pada siklus II
Aspek Yang
Diamati
Hasil Penelitian
Pra Siklus Siklus I Siklus II
a. Perhatian
b. Keaktifan
c. Kerja sama
d. Penyajian Hasil
Kerja
10 siswa
7 siswa
9 siswa
3 siswa
17 siswa
14 siswa
16 siswa
5 siswa
18 siswa
11 siswa
17 siswa
6 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
sebanyak 3 siswa. Penurunan terjadi karena sebagian siswa tidak
membawa buku IPA sehingga siswa cenderung lupa terhadap materi.
3) Pada aspek kerja sama terjadi peningkatan pada pra siklus sebanyak 9
siswa dan pada siklus I sebanyak 16 siswa pada siklus II meningkat lagi
sebanyak 17 siswa (94,44%). Berarti pada aspek kerja sama terjadi
peningkatan dari pra siklus ke siklus I sebanyak 7 siswa dan meningkat
pada siklus II sebanyak 1 siswa (5,55%). Pada aspek penyajian hasil kerja
kelompok terjadi peningkatan pada pra siklus sebesar 3 siswa dan pada
siklus I sebanyak 5 siswa. Pada siklus II peningkatan kembali terjadi
sebanyak 6 siswa. Berarti terjadi peningkatan pada pra siklus ke siklus I
sebanyak 2 siswa dan meningkat lagi sebanyak 1 siswa.
Tabel 4.17. Hasil Penelitian Keaktifan Dalam Peningkatan
Keamampuan Mengidentifikasi Jenis Batuan Dengan
Media Realia Melalui Metode NHT (Numbered Heads
Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo
Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri Tahun
Ajaran 2011/2012
Berdasarkan Tabel 4.17 diperoleh penjelasan sebagai berikut.
1) Kinerja guru mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada pra siklus
kinerja guru tidak diamati karena pada tahap observasi yang berindak
sebagai guru adalah guru kelas bukan peneliti. Pada APKG I siklus I,
peneliti memperoleh penilaian dari observer sebesar 3,59 dan meningkat
menjadi 3,70. Berarti pada aspek perencanaan pembelajaran mengalami
peningkatan nilai sebesar 0,11.
Aspek Yang Diamati Hasil Penelitian
Pra Siklus Siklus I Siklus II
a. APKG I
b. APKG II
-
-
3,59
3,7
3,70
3,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
2) APKG II peneliti memperoleh nilai sebesar 3,7 dan meningkat menjadi
3,8. Berarti pada aspek APKG II terjadi peningkatan sebesar 0,1.
Berdasarkan analisis data dapat ditemukan peningkatan kemampuan
mengidentifikasi jenis batuan, peningkatan aktivitas siswa dan peningkatan
kinerja guru. Hal ini menandakan bahwa kelebihan yang ada dalam
metode NHT (Numbered Heads Together) yang diuraikan oleh Hamdani
terbukti kebenarannya. Adapun kelebihan Numbered Heads Together yaitu
pertama, setiap siswa menjadi siap semua. Hal ini terlihat ketika siswa
menyajikan hasil kerja tiap kelompok. Siswa menjadi siap karena hasil
pengamatan telah diddiskusikan dengan anggota kelompok masing-
masing; kedua, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
Hal ini terlihat dari tiap anggota ikut berpartisipasi dalam kerja kelompok
karena apabila tidak ikut aktif dalam kerja kelompok, pada saat
menyajikan hasil kerja akan mengalami kesulitan dan tidak bisa
mengerjakan evaluasi pada akhir kegiatan; ketiga, siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai. Hal ini terlihat dari kerja kelompok
yang dilakukan secara heterogen dapat menambah pemahaman siswa yang
masih kurang melalui berbagai pendapat dalam melakukan kerja
kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan
dalam dua siklus maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode NHT
(Numbered Heads Together) yang didukung dengan penggunaan media realia
dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi jenis batuan dibuktikan dengan
terjadinya peningkatan pada target indikator kinerja sebesar 80% dan mengalami
peningkatan 88,88%. Dapat disimpulkan bahwa penelitian dalam kategori
berhasil. Peningkatan juga terjadi pada peningkatan rata-rata kelas dan jumlah
siswa yang tuntas belajar pada setiap siklusnya. Pada pra siklus (sebelum
dilakukan tindakan) nilai rata-rata kelas sebesar 39,5 dengan jumlah siswa yang
tuntas belajar sebanyak 4 siswa (22,22%). Pada siklus I nilai rata-rata kelas
sebesar 76 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 12 siswa (66,66%).
Pada siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 80,05 dengan jumlah siswa yang tuntas
belajar sebanyak 16 siswa (88,88%).
Pada proses pembelajaran terdapat peningkatan keaktifan siswa pada
proses pembelajaran pada setiap siklusnya, sehingga penberapan metode NHT
(Numbered Heads Together) dan penggunaan media realia dapat meningkatkan
kemampuan mengidentifikasi jenis batuan dengan media realia melalui metode
NHT (Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadiroyo
Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian di atas maka dapat diketahui bahwa
penerapan metode NHT (Numbered Heads Togehter) yang didukung pemggunaan
media realia dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi jenis batuan siswa
kelas V SD Negeri Ngadiroyo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
TahunAjaran 2011/2012. Implikasi dari simpulan penelitian dapat dikaji sebagai
berikut :
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode NHT
(Numbered Heads Together) yang didukung penggunaan media realia dapat
meningkatkan kemampuan mengidentifikasi jenis batuan siswa kelas V SD
Negeri Ngadiroyo Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012 dari segi proses maupun
hasil. Segi proses dapat dilihat dari kegiatan siswa yang meningkat dalam
pembelajaran pada setiap siklusnya. Sedangkan untuk segi hasil dapat dilihat
dari nilai kemampuan mengidentifikasi jenis batuan pada setiap seiklusnya.
Dengan demikian penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk guru lain yang
ingin menerapkan metode sejenis sebagai metode ataupun strategi dalam
pembelajaran.
2. Implikasi Praktis
Keberhasilan proses pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran
dapat dipengaruhi oleh guru dan siswa. Faktor dari guru berupa kemampuan
guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menguasai
materi menggunakan metode pembelajaran, memanfaatkan sumber
belajar/media, memelihara keterlibatan siswa, melakukan penilaian sesuai
dengan materi ajar, dan menyampaikan pembelajaran. Sementara itu dari segi
siswa berupa minat, motivasi, kondisi fisik dan lingkungan yang kondusif
dapat mempengaruhi keberhasilan proses dan hasil pembelajaran.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti
mengajukan saran sebagai berikut :
a. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
mengadakan pelatihan bagi guru khususnya yang berhubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
penerapan metode NHT (Numbered Heads Together) agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Dengan adanya pelatihan, guru dapat memilih metode NHT
(Numbered Heads Together) sebagai strategi dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
b. Bagi Guru
1. Guru hendaknya membuat RPP dan melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Guru hendaknya menerapkan metode NHT (Numbered Heads Together)
untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi jenis batuan.
3. Penggunaan media realia hendaknya diupayakan secara optimal dalam
pembelajaran supaya dapat berdaya guna dan berhasil guna.
c. Bagi Siswa
Siswa hendaknya dapat meningkatkan hasil kemampuan mengidentifikasi
batuan dan juga mengembangkan motivasi, keaktifan, kreativitas dalam
pembelajaran sehingga dapat menambah pengetahuan.
d. Bagi Peneliti Lanjut
Peneliti lain dapat mengkaji permasalahan yang sama secara lebih
cermat baik dalam hal pengkajian teori yang berkaitan dengan metode NHT
(Numbered Heads Together) maupun hal-hal lain yang menjadi kekurangan
dalam penelitian agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik lagi. Peneliti
lain juga dapat melanjutkan penelitian ini berkaitan dengan masih adanya
dua siswa yang belum tuntas.