perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PEMBELAJARAN ... · masih adanya pola pembelajaran yang...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PEMBELAJARAN ... · masih adanya pola pembelajaran yang...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN JIGSAW MELALUI HIPERMEDIA
DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI
DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR
(Pada Materi Ekosistem Untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Paron Kabupaten Ngawi Tahun
Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sains
Oleh :
TRI LUKITANINGSIH
S830809225
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya perkembangan teknologi informatika di dunia pendidikan, setiap
satuan pendidikan berlomba untuk melengkapi diri dengan memanfaatkan
berbagai fasilitas yang memungkinkan pemanfaatan infrastruktur untuk
menunjang peningkatan kualitas serta pemberian layanan kepada peserta didik
melalui berbagai sarana teknologi informatika (IT), antara lain media computer,
media internet dll. Sejalan dengan itu dari pemerintah sendiri selalu merenovasi
kurikulum pendidikan dengan tujuan agar dapat diterapkan pada lembaga
pendidikan sesuai dengan jenjang dan tingkatan masing-masing. Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan)
Semenjak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan yang intinya memberikan peluang kepada tiap-tiap satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pendidikan untuk menyusun sebuah kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi
sekolah masing-masing. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Utamanya pendidik yang dalam hal ini
merupakan satu komponen yang langsung berperan dalam proses pembelajaran
dituntut untuk dapat mengembangkan pembelajaran yang inovatif. Hal ini akan
mengubah paradigma dalam proses pendidikan khususnya proses pembalajaran.
Perubahan proses pembelajaran lebih menekankan dan menjadi lebih
mementingkan peran serta didik dan karakteristik sumber daya yang ada pada
tiap-tiap satuan pendidikan. Pembelajaran berpusat pada siswa, oleh karenannya
siswalah yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mengeksplorasi dan
menginterprestasikan pengetahuan dan permasalahan baru yang dibandingkan,
dikombinasikan, dan dianalisa dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh
peserta didik. Proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil yang
diperoleh. pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) cenderung
lebih memperlihatkan paradigma pendidikan saat ini sebagaimana yang
terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pembelajaran IPA biologi (Sains) di SMP bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Meningkatkan keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaanNya, (2) Mengembangkan pemahaman tentang
berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) Mengembangkan rasa
ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4)
Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, (5) Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk
menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan,
(7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (Depdikbud, 2004)
Pencapaian tujuan pendidikan sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan
proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah interaksi guru dan
siswa dalam pembelajaran. Guru adalah subjek yang sangat berperan dalam
membelajarkan dan mendidik siswa sedangkan siswa merupakan subjek yang
menjadi sasaran pendidikan. Masalah utama dalam pembelajaran biologi adalah
bagaimana menghubungkan fakta yang pernah dilihat dan dialami siswa dalam
kehidupan sehari-hari dengan konsep biologi, sehingga menjadikan pengetahuan
yang bermakna dalam benak siswa. Selama ini pemahaman siswa hanya terpaku
pada penjabaran konsep biologi yang ada dalam buku, tanpa memahami apa dan
bagaimana makna yang terkandung dalam konsep tersebut.
Dalam sistem pembelajaran modern saat ini, siswa tidak hanya sebagai
komunikan atau penerima pesan, bisa juga siswa sebagai komunikator atau
penyampai pesan. Dalam kondisi seperti ini akan terjadi komunikasi dua arah (two
way traffic communication) bahkan komunikasi banyak arah (multi way traffic
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
communication). Dalam bentuk komunikasi pembelajaran sangat dibutuhkan
peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan
(kompetensi). Dalam sistem pembelajaran didalamnya mengandung komponen
yang saling berkaitan erat untuk mencapai suatu tujuan yang meliputi : tujuan,
materi, metode, media dan evaluasi (Rudi Susilana,.et al, 2007: 4) .
Salah satu masalah pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah adalah
masih adanya pola pembelajaran yang sangat teoritis dan kurang bervariasi.
Kegiatan pembelajaran dikelas serimg text book oriented dan kurang dikaitkan
dengan lingkungan dan situasi dimana siswa berada (Kasihani,2008: 1). Guru
mengajar hanya menggunakan metode konvensional. Guru hanya mentransfer
pengetahuan kepada peserta didik atau dengan kata lain guru merupakan satu-
satunya sumber utama pengetahuan. Pembelajaran cenderung text book oriented
dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa kesulitan untuk
memahami konsep akademik yang telah diajarkan. Konsep-konsep tersebut
diajarkan menggunakan cara-cara yang abstrak dan metode konvensional, padahal
mereka sangat memerlukan pemahaman konsep-konsep yang berhubungan
dengan lingkungan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, prestasi belajar siswa sulit
ditumbuhkan dan pola belajar mereka cenderung menghafal dan mekanistik.
Peserta didik sering kali mendapat kesulitan dalam belajar dan kesulitan belajar
siswa. Dari kenyataan tersebut, dapat dikatakan guru terlalu sering meminta anak
untuk belajar, namun jarang sekali mengajari anak cara belajar, padahal
pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana
mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata prestasi materi ekosistem siswa kelas VII
Semester II SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2008/2009 masih kurang dari
KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 6,5.
Tabel 1.1: Nilai rata-rata Prestasi belajar Materi Ekosistem Siswa kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Paron tahun 2008/2009
No Kelas Nilai rata-rata
KKM Ket
1 VII A 6,5 6,5
2 VII B 6,3 6,5
3 VII C 6,1 6,5
4 VII D 6,0 6,5
5 VII E 6,0 6,5
6 VII F 6,2 6,5
Keberhasilan pembelajaran biologi tidak luput dari berbagai pendukung
pembelajaran baik guru, media pembelajaran, sarana dan prasarana, selain itu
juga dari diri siswa sendiri yang berupa kemampuan memori dan interaksi sosial
yang sangat heterogen. Seiring dengan heterogennya kemampuan memori serta
interaksi sosial siswa tersebut maka untuk pencapaian prestasi belajar, guru
memerlukan inovasi pembelajaran. Untuk mendukung keberhasilan pembelajaran,
dalam penelitian mencoba menggunakan sebuah metode pembelajaran yang
dipadu dengan media pembelajaran. Dengan hal diharapkan anak dapat
menentukan sendiri keinginan mereka cara belajar yang menarik hati dan
memotivasi mereka untuk belajar. Metode pembelajaran dan media pembelajaran
yang dimungkinkan dapat mempengaruhi prestasi belajar biologi yaitu metode
pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan Modul dan Hipermedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Kemampuan memori atau ingatan secara sempit dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesan-
kesan itu dan kemudian mengeluarkan kembali kesan-kesan yang pernah diterima
(Walgito, 1985). Rathus (1981), mengatakan bahwa mengingat adalah suatu
proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari stimulus
yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa mendatang. Seseorang
berkemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1)
proses encoding yang majemuk dan bermakna; 2) memiliki banyak cue dengan
asosiasi tinggi; banyak latihan. Memori akan lebih baik jika sesuatu yang
dipelajari dengan berulang-ulang walaupun dengan sesi yang cukup pendek dari
pada sesi atau waktu yang lebih lama. Kenyataan di lapangan masih banyak
ditemukan anak yang memiliki kemampuan memori tinggi yang tidak didukung
oleh sarana dan prasarana sekolah yang memadai, sehingga tidak memberikan
kesempatan kepada mereka untuk dapat lebih berkembang. Kemampuan guru
dalam pengelolaan kelas, penggunaan model dan metode pembelajaran yang
digunakan juga dapat merangsang kemampuan memori siswa. Selain itu memori
akan lebih baik apabila untuk memahami atau mengingat suatu materi dengan
berbagai cara misalnya segi visual dan audio lebih baik daripada hanya satu saja.
(http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/memori.html).
Disamping itu interaksi sosial siswa memiliki peran penting dalam kegiatan
pembelajaran. Menurut Vygostky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan
dua eleman penting yaitu, 1) belajar merupakan proses secara biologi sebagai
proses dasar; 2) belajar merupakan proses psikososial sebagai proses yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
tinggi esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Thibaut dan Kelley
dalam Ali (2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling
mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka
menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi
dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi
individu lain. Menurut Bonner (2004: 3) dalam Ali (2004: 87) interaksi sosial
merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan
individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau
sebaliknya. Dalam memenuhi prestasi belajar yang maksimal dalam pembelajaran
diperlukan pula kerjasama antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru,
antara siswa dengan lingkungan sekolah, dan antara siswa dengan sarana dan
prasarana sekolah. Interaksi atau hubungan antara siswa dengan teman, guru,
lingkungan sekolah, dengan sarana dan prasarana dapat dikembangkan melalui
berbagai metode dan model pembelajaran.
Jigsaw adalah teknik mengajar dikembangkan oleh Eliliot Aroson dalam
Anita Lie ( 2002: 68). Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam
pembelajaran berlangsung diharapkan bekerja bersama sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Dipilihnya
pembelajaran Kooperatif Jigsaw dikarenakan pembelajaran menurut Kemal
Deymus dalam jurnalnya bahwa kooperatif Jigsaw dapat membuat siswa
bertanggung jawab terhadap materi pembelajaran ke kelompok tersebut (2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa
belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja
sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pembelajaran. Maka dengan penerapan pembelajaran kooperatif diharapkan
interaksi sosial siswa akan tumbuh, karena siswa dalam pembelajaran kooperatif
jigsaw siswa dikelompokkan untuk saling bekerjasama dan saling membantu
dalam memahami bahan atau materi pelajaran.
Menurut Sri Anitah (2009: 63) Hipermedia, merupakan media yang memiliki
komposisi materi-materi yang tidak berurutan. Hipermedia mengacu pada sofware
komputer yang menggunakan unsur-unsur teks, grafis, video dan audio yang
dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah pemakai untuk beralih ke
suatu informasi. Pemakai dapat memilih cara yang unik sesuai gaya berpikir dan
cara memproses informasinya sendiri.
Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang
memperhatikan fungsi pendidikan (I Wayan Santyasa, 2009: 8). Strategi
pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu
pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran dan synthesizing yang mengacu
pada upaya untuk menunjukkan kepada pembelajar keterkaitan antara fakta,
konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran.
Materi yang diajarkan adalah ekosistem. Dalam materi ini banyak hal
yang harus diinformasikan kepada anak, bersifat cukup abstrak, agak sulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dipahami, namun bisa disampaikan dengan strategi belajar yang bervariasi. Guru,
dalam hal ini berusaha untuk mencover keinginan anak tersebut dengan
menyerahkan kepada mereka cara belajar yang mereka inginkan, kemudian guru
berusaha membawa dan membimbing siswa dalam kondisi yang diinginkan,
dengan harapan belajar sesuai dengan keinginan siswa akan mampu mendorong
dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Ini akan
diindikasikan dengan tingginya kemampuan memori dan interaksi sosial siswa
akan berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar pada ulangan harian siswa pada
materi ekosistem.
Berdasarkan pertimbangan diatas bahwa teori bejalar yang mendukung Peaget
siswa langsung dapat berinteraksi dengan materi ekosistem dari media
pembelajaran yaitu hipermedia dan modul. Dengan Hipermedia dan modul
karakteristik materi ekosistem dapat diamati oleh siswa secara langsung. Dengan
pengamatan langsung siswa sudah memiliki bekal waktu masuk kelas sehingga
siswa dapat belajar sendiri secara kelompok dengan pembelajaran kooperatif
Jigsaw. Pembelajaran Jigsaw dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif jigsaw memberikan kesempatan
pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi
bertambah. Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa
masalah pada materi pokok ekosistem sebagi berikut :
1. Prestasi belajar biologi di SMP Negeri 2 Paron masih belum mencapai KKM
yang ditetapkan.
2. Pembelajaran biologi kurang inovatif, banyak guru yang mengajar secara
konvensional, padahal berbagai model pembelajaran telah
dikembangkanseperti Jigsaw, TGT,TPS namun banyak guru yang belum
menguasai
3. Pembelajaran biologi yang bercorak teoritis dan hafalan sehingga proses
pembelajaran kurang menarik berlangsung monoton dan membosankan,
padahal beberapa media telah tersedia seperti Hypermedia, Modul, Komik,
Video dll.
4. Prestasi Biologi cenderung hanya mencakup aspek kognitif saja, padahal
seharusnya mencakup aspek afektif, aspek kognitif dan aspek psikomotor.
5. Pembelajaran biologi siswa terkesan hanya dengan menghafalkan fakta dan
konsep yang sudah jadi, tanpa pemahaman yang membuat proses
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
6. Materi Biologi yang disajikan pada siswa kelas VII antara lain, ciri-ciri
makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, organisasi kehidupan, ekosistem,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
saling ketergantungan, kepadatan polusasi manusia dan pengelolaan
lingkungan, namun pembelajaran belum disesuaikan dengan karakteristik
materi dan menerapkan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.
7. Dalam proses pembelajaran guru belum memperhatikan latar belakang siswa
antara lain; kemampuan memori, kemampuan interaksi sosial, motivasi,
kemampuan awal dll.
8. Pembelajaran biologi yang belum bersifat interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, yang dapat memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif.
9. Penggunaan metode kooperatif jigsaw dengan hipermedia dan modul
diharapkan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi lebih baik
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar penelitian lebih terfokus dan terarah
maka dalam penelitian ini perlu pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Hipermedia: dibatasi penggunaan teknologi komputer dengan memanfaatkan
aplikasi yang mendukung proses pembalajaran di kelas.
2. Modul: dibatasi pada pengorganisasian materi pembelajaran yang mengacu
urutan penyajian materi pelajaran dalam keterkaitan antara fakta, konsep,
prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran.
3. Materi pembelajaran yang digunakanm dibatasi pada pembelajaran ekosistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4. Prestasi belajar siswa SMP Negeri 2 Paron kelas VII dibatasi pada
kemampuan kognitif siswa dalam mengerjakan Soal-soal Biologi pada materi
ekosistem
5. Kemampuan memori siswa SMP Negeri 2 Paron dibatasi pada kemampuan
memori siswa kelas VII untuk mendukung pencapaian prestasi yang
diharapkan.
6. Interaksi Sosial siswa SMP Negeri 2 Paron dikategorikan tinggi dan rendah
dengan angket interaksi sosial
7. Prestasi belajar dalam penelitian ini diukur dengan nilai kognitif siswa,
setelah selesai pembelajaran.
8. Materi pokoki yang disampaikan dibatasi pada materi ekosistem
D. Perumusan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu, biaya, tenaga maka pokok pemasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul
terhadap prestasi belajar siswa ?
2. Adakah pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa ?
3. Adakah pengaruh kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa ?
4. Adakah interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui
hipermedia dan modul dengan kemampuan memori siswa ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
5. Adakah interaksi antara pemebelajaran biologi dengan jigsaw melalui
hipermedia dan modul dengan kemampuan interaksi sosial ?
6. Adakah interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan interaksi sosial
siswa terhadap prestasi belajar siswa ?
7. Adakah interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui
hipermedia dan modul dengan kemampuan memori dan interaksi sosial
siswa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian ini
untuk mengetahui :
1. pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul terhadap
prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
2. pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok ekosistem.
3. pengaruh kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
4. interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan
modul ditinjau dari kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar pada
materi pokok ekosistem.
5. interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan
modul ditinjau dari kemampuan interaksi sosial terhadap prestasi belajar pada
materi pokok ekosistem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6. interaksi kemampuan memori dan kemampuan interaksi sosial siswa terhadap
prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
7. interaksi pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan modul
ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi
belajar pada materi pokok ekosistem.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Manfaat teoritis :
a. Mengetahui prestasi belajar siswa dengan pembelajaran jigsaw melalui
hipermedia dan modul ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial
siswa.
b. Menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta dapat
mendukung teori-teori yang telah ada.
c. Memberi masukan bagi guru mata pelajaran Biologi dalam penggunaan
alternatif media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran biologi.
d. Memberikan pertimbangan untuk pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada masa mendatang.
2. Manfaat praktis :
a. Mengetahui prestasi belajar siswa, melalui hipermedia dan modul.
b. Memotivasi guru untuk menentukan cara pembelajaran yang tepat
dengan pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c. Sebagai masukan bagi kepala sekolah untuk memberikan dorongan dan
memfasilitasi guru dalam melakukan kegiatan mengajar yang menarik, efektif
dan efisien.
d. Memberikan alternatif dan dorongan kepada peneliti lain yang
melakukan penelitian sejenis, untuk melakukan penelitian yang lebih luas dan
mendalam.
e. Dapat memberi masukan bagi pengembangan pembelajaran pada dunia
pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan (Syaiful
Sagala, 2008: 61). Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara
sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Menurut Gagne
dan Briggs (1979: 3) pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. (Wikipedia.com)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara sumber belajar, guru, dan siswa dalam
lingkungan belajar dimana guru berusaha untuk membuat siswa belajar, yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan
itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relatif lama dan karena adanya usaha. Dengan demikian dalam pembelajaran
biologi materi ekosistem guru berusaha mempengaruhi siswa dengan berbagai
sumber belajar dan media pembelajaran sehingga terjadi interaksi timbal balik
antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sehinga siswa dapat memahani
materi dengan baik.
a. Pengertian Belajar
Banyak ahli jiwa dan ahli pendidikan mengatakan atau mengemukakan
rumusan tentang belajar yang berbeda satu dengan lainya. Perbedaan dalam
mengartikan tersebut disebabkan adanya dasar-dasar percobaan atau pandangan
yang berbeda-beda. Ernest R.Hilgaed dalam Zainal Agib memberikan definisi
belajar sebagai berikut : ” Learning is process by which an activity originates or is
changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural
environment) as distingnguished from changes by factors not attibut able to
training. (2002: 43). Menurut Nasution, dalam bukunya Dedaktik Azas-azas
Mengajar mengatakan : ”Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat
syaraf. Definisi lain belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi ketiga
menganggap belajar sebagai perubahan kelakukan berkat pengalaman dan latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Menurut Gagne (1984) dalam Ratna Wilis Dahar belajar dapat
didefifnisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Ratna Wilis Dahar memberikan penjelasan tentang
komponen-komponen dalam definisi belajar akan lebih berarti dan bermakna.
Perubahan perilaku, belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisma,
bahwa belajar membutuhkan waktu. Belajar terjadi apabila suatu organisma
berperilaku berbeda pada waktu yang tidak sama dalam suasana yang serupa
(1989: 11).
”Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan
tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit atau
tersembunyi” (Syaiful Sagala, 2005: 11). Belajar yang efektif melalui pengalaman
ada lathan sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu. Hal ini sejalan
dengan pendapat Gagne dalam Ratna Wilis bahwa belajar artinya sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Melalui proses dan pengalaman manusia dengan akalnya akan berpikir yang
merupakan suatu kegiatan untuk menemukan kegiatan yang benar. Makna benar
ini untuk tiap orang selalu berbeda sehingga proses berpikir untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar berbeda pula. Dengan belajar manusia yang semula
belum tahu menjadi tahu dan yang ragu-ragu akan mencari kebenaran.
Ditinjau dari definisi di depan, akan tetapi pada prinsipnya semua definisi
itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) Adanya suatu usaha yang dilakukan
sesorang, (2) Adanya tujuan yang diinginkan, (3) Adanya hasil yang hendak
dicapai. Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingkah laku yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau
mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat
dalam berbagai mata pelajaran atau lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan
atau pengala,man yang terorganisir. Cronbach dalam Abu Ahmadi (2004: 127)
mengartikan belajar sebagai ” Learning is snow by achange in behaviouras a
result of exprience.” Dalam hal ini penekanan kegiatan belajar lebih pada
pengalaman yang dialami individu.
Dengan demikian belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan
perubahan-perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang belajar. Perubahan
tingkah laku itu menyangkut berbagai unsur kepribadian psikis maupun fisik
seperti: perubahan dalam pemecahan masalah, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan
atau sikap, perubahan tersebut merupakan kemampuan-kemampuan baru yang
belum dimiliki sebelumnya. Perubahan tersebut terjadi karena beberapa usaha
yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Dalam penelitian ini dimaksud belajar
adalah proses perubahan tingkah laku akibat dari pengalaman melalui kerja
kelompok.
b. Tujuan Pembelajaran Biologi
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, siswa
membutuhkan proses pembelajaran yang dapat membantu menghadapi segala
tantangan dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan, baik
ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial serta teknologi, akhir-
akhir ini berkembang sangat pesat dan masih terus akan berkembang. Hal ini
menuntut Biologi sebagai ilmu dasar dan ilmu murni serta sebagai salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
bidang IPA untuk dapat berperan dan mengikuti perkembangan tersebut. Biologi
merupakan ilmu yang sangat berkaitan dengan kehidupan. Makhluk hidup yang
mencakup manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme beserta
lingkungannya dipelajari dalam Biologi. Dengan mempelajari Biologi dapat
memahami fakta-fakta kehidupan di lingkungan sekitar. Melihat betapa
pentingnya Biologi maka perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan Biologi di
sekolah agar membentuk siswa yang memiliki daya nalar dan daya pikir yang
baik, kreatif, cerdas dalam memecahkan masalah, serta mampu
mengomunikasikan gagasan-gagasannya. Sedangkan tujuan Biologi itu sendiri,
yaitu (1) membentuk sikap positif terhadap Biologi dengan menyadari keteraturan
dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2)
memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja
sama dengan orang lain dan (3) mengembangkan pengalaman untuk dapat
mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengomunikasikan
hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Tujuan pembelajaran Biologi adalah
mengembangkan daya nalar untuk memecahkan konsep-konsep Biologi dikaitkan
dengan fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar. (Depdiknas: 2006)
2. Teori-teori Belajar
Teori belajar yang telah dirumuskan oleh para ahli sangat vital diperlukan oleh
pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukan, namun tidak
dapat dikatakan bahwa hanya satu teori yang paling tepat. Setiap teori mempunyai
keunggulan dan kelemahan masing-masing sehingga dalam pelaksanaannya perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang dapat
kita jadikan acuan pada penelitian ini antara lain:
a). Teori Kontruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von
Glasersfeld dalam Bettencourt, 1989 dan Matthews, 1994) dalam (Paul, 1997: 18).
Von Glasersfeld dalam Paul Suparno ( 1997: 18) menegaskan bahwa pengetahuan
bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran
dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu
konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain
(murid). Murid sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan
dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka ( Lorsbach &
Tobin, 1992) dalam Paul Suparno (1997: 19)
Secara ringkas gagasan kontruktivisme tentang pengetahuan disimpulkan
sebagai berikut : 1) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan
belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2).
Subjek membentuk skema kognitif, ketegori, konsep, dan struktur yang perlu
untuk pengetahuan. 3). Pentehauan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang.
Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam
berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Paul Suparno, 1997: 21)
Menurut ahli para kontruktivisme, belajar merupakan pemaknaan
pengetahuan. Sedangkan pengetahuan bersifat temporer, selalu berubah. Karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
segala sesuatu bersifat temporer maka manusialah yang harus memberi makna
terhadap realitas. Pada kenyataannya kita tidak pernah memperoleh pengetahuan
dalam bentuk jadi atau dalam paket-paket, yang dapat dipersepsi secara langsung.
Widodo (2004) dalam Kasihani (2008: 8) mengidentifikasi lima hal penting dari
kontruktivisme yang berkaitan dengan pembelajaran yaitu : 1) pembelajaran telah
memiliki pengetahuan awal, tidak ada pembelajaran yang otaknya benar-benar
kosong. Pengetahuan awal memiliki peran penting pada saat siswa belajar tentang
sesuatu hal yang ada kaitanya dengan apa yang telah diketahui; 2) belajar
merupakan proses rekontruksi suatu pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang
telah dimiliki, Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari suatu sumber ke penerima,
namun pembelajar sendiri yang mengkontruk pengetahuan; 3) belajar adalah
perubahan konsepsi pembelajar, karena pembelajar telah memiliki pengetahuan
awal. Hal ini belajar merupakan proses mengubah pengetahuan awal siswa agar
pengetahuan awal bisa berkembang menjadi suatu konstruk pengetahuan yang
lebih besar; 4) proses pengkontruksian pengetahuan berlangsung dalam suatu
konteks sosial tertentu, Proses pengkontruksian pengetahuan berlangsung pada
individu, namun sosial memainkan peran penting dalam proses tersebut sebab
individu tidak terpisah dari individu lainnya; 5) pembelajar bertanggungjawab
terhadap proses belajarnya, dalam hal ini guru berperan menyiapkan kondisi yang
memungkinkan siswa belajar. Jadi guru atau siapapun tidak dapat memaksa siswa
untuk belajar.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kontruktivisme
membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berdasarkan pada pengalaman awal. Pemahaman yang mendalam dikembangkan
melalui pengalaman-pengalaman berlajar bermakna. Belajar adalah proses
pemaknaan informasi baru yang bisa berubah. Guru tidak hanya sekedar
memberitahukan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan siswa
dengan memberikan kesempatan untuk menemukan atau menerapakan ide-ide
mereka sendiri. Dalam kontruktivisme siswa untuk memecahkan konsep-konsep
Biologi pada materi ekosistem yang dikaitkan dengan fakta-fakta yang ada di
lingkungan sekitar sehingga siswa dapat menumbuhkan nilai dan sikap ilmiahnya.
Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut aktif dalam belajar sehingga
dengan keaktifan itu siswa lebih cepat dalam memperoleh pengetahuan.
b). Teori Kognitif
Kognitif menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang selalu terlihat sebagai tingkah laku. Teori kognitif lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat erat
berhubungan dengan teori sibmetik. Pengetahuan dibangun dalam diri individu
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Teori ini
terwujud dalam model ZPD-nya Vygosky ( Kasihani, 2008: 5)
1). Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget dalam Ratna Wilis (1989: 152) setiap individu belajar sesuai
dengan perkembangan usiannya, yang mana setiap individu mengalami tingkat-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut : 1) Tingkat Sensori-motor (0-2
tahun) pada tingkat ini anak mengatur alamnya dengan indera-inderanya (sesori)
dan tindakan-tindakannya (motor). Pada usia ini individu tidak mempunyai
konsepsi object permanence; 2) Tingkat Pra–operasional (2 – 7 tahun) pada
tingkat ini anak belum melaksanakan operasi-operasi mental, yaitu menambah,
mengurangi dan lain-lain. Penalaran mereka dari khusus ke khusus tanpa
menyentuh pada yang umum. Anak tidak memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah-masalah yang memerlukan berpikir reversibel. Anak
bersifat egosentris berarti anak itu mempunyai kesulitan untuk menerima pendapat
orang lain.Selanjutnya anak lebih memfokuskan diri pada aspek statis tentang
suatu peristiwa dari pada transformasi dari satu keadaan kepada keadaan lain.; 3)
Tingkat operasional konkret (7 – 11 tahun) pada tingkat ini merupakan permulaan
berpikir rasional, anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya
pada masalah-masalah konkret. Dalam periode ini anak memilih pengambilan
keputusan logis. Anak bersifat sosiosentris dalam bekomunikasi, berusaha untuk
menerima gagasan oranglain, berusaha untuk mengerti orang lain dan
mengemukakan gagasan pada teman atau pada orang dewasa; 4) Tingkat
Operasioanl formal (11 tahun – keatas) pada tingkat ini anak dapat menggunakan
operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih
kompleks.
Dalam berpikir anak tidak dibatasi pada benda-benda atau peristiwa-
peristiwa yang konkret. Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap
sensorimotor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
tahapan Praoperasional , dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah samapai
ke tahap yang lebih tinggi (Operational konkrit dan operasional formal). Secara
umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin terartur (dan juga
semakin abstrak) cara berpikirnya. Maka seyogyanya dalam pembelajaran seorang
guru memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya, serta memberikan
materi pelajaran dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahapan tersebut.
Menurut Piaget, ada tiga aspek pertumbuhan intelektual, sebagai berikut : 1)
Struktur yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan
perkembangan berpikir logis; 2) Isi yaitu perilaku anak yang kahas tercermin
dalam respon yang diberikan terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapi; 3) Fungsi, yaitu cara yang digunakan organisme untuk membuat
kemajuan intelektual. Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu
organisasi dan adaptasi.
Tindakan menuju pada perkembangan operasi dan selanjutnya operasi
menuju pada perkembangan struktur. Operasi merupakan tindakan yang
berinternalisasi, reversibel, selalu tetap, dan tidak ada yang berdiri sendiri.
Struktur-struktur merupakan organisasi mental tingkat tinggi, satu tingkat lebih
tinggi dari operasi. Isi pertumbuhan intelektual ialah pola perilaku anak yang khas
yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah yang
dihadapinya ( Ratna Wilis,1989: 166).
Menurut Piaget ada tiga bentuk pengetahuan yaitu sebagai berikut : 1)
Pengetahuan fisik, merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang ada dibuat
dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal; 2) Pengetahuan logika –matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
terdiri atas hubungan-hubungan yang diciptakan subyek dan introduksi pada
obyek-obyek, 3) Pengetahuan sosial didasarkan pada perjanjian sosial, suatu
perjanjian atau kebiasaan yang dibuat manusia. Pengetahuan sosial dapat
dipindahkan dari pikiran belajar ke pebelajar, sedangkan pengetahuan fisik dan
logika matematika harus dibangun sendiri oleh anak.
Berk dalam Slavin menyimpulkan implikasi utama dari teori Piaget dalam
pengajaran yaitu 1) pengajaran hendaknya berfokus pada proses berfikir siswa,
tidak hanya pada hasilnya, 2) mengutamakan inisiatif pribadi dan keterlibatan
aktif siswa dalam kegiatan belajar, 3) tidak menekankan pada praktek yang
bertujuan untuk membuat siswa berpikir seperti orang dewasa, 4) menerima
adanya perbedaan individu dalam perkembangan kognitif anak.
Penerapan dalam pengajaran, siswa dibiarkan untuk berpikir dan
mengemukakan pendapatnya sehingga siswa terlibat aktif dalam pengajaran dan
dapat menerima adanya perbedaan antara siswa. Jika siswa dibiarkan untuk
berpikir mengemukakan pendapatnya maka siswa akan mengalami perkembangan
kognitifnya. Perkembangan kognitif seseorang melalui tiga tahap yaitu: 1) tahap
enaktif dimana individu melakukan aktivitas-aktivitas dalam usahanya memahami
lingkungan; 2) tahap ikonik individu melihat dunia melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal dan; 3) tahap simbolik dimana individu mempunyai gagasan
abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika (Toeti Soekamto, 1997 : 24)
Manusia dalam belajar melalui tahapan dengan melalui aktivitas manusia
akan menemukan pengalaman yang diwujudkan dalam gagasannya dengan
dipengaruhi bahasa dan logika seseorang. Dari rangkuman diatas dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
disimpulkan bahwa siswa perkembangan intelektualnya pada tingkat operasional
formal dan perkembangan kognitifnya sudah mencapai pada tahap simbolik
dimana siswa mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa
dan logika. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan
interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget
yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting
terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan
teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas
pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur,
1998) dalam (Trianto,2007: 14)
2). Teori David Ausubel
Belajar menurut David Ausubel dalam Ratna Wilis (1989: 110)
diklasifikasikan menjadi dua dimensi yaitu, 1) berhubungan dengan cara
mendapatkan informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa, 2) cara
bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang
telah ada. Belajar merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada
konsep-konsep yang relevan yang teradapat dalam struktur kognitif seseorang.
Teori belajar dari Ausubel terkenal dengan teori bermakna. Materi yang
diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai
sebelumnya (Toeti Soekamto, 1997:25). Materi yang dipilih dan diatur
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan serta masa lalu anak yang
ditunjang dengan situasi belajar yang nyaman. Teori belajar ini memiliki sifat
Advance organizer yaitu dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mempelajari informasi baru dan mempermudah siswa mempelajari materi karena
telah diarahkan.
Gambar 2.1: Bentuk-bentuk Belajar (menurut Ausubel &Robinson, 1969)
Menurut Prasetyo (1997: 10) sifat Advence organizer dapat memberikan
tiga manfaat yaitu 1) dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi
belajar yang akan dipelajari siswa, 2) dapat berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa ”saat ini” dengan apa
yang ”akan” dipelajari siswa, 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan
belajar secara lebih mudah. Siswa dalam belajar, sehingga materi yang dipelajari
siswa dapat dihubungkan antara materi yang dipelajari saat ini dengan materi yang
dipelajari diwaktu yang akan datang sehingga memudahkan siswa dalam
memahami bahan ajar. Siswa dalam mempelajari materi saat diajarkan ada
kaitanya dengan materi sebelumnya. Materi yang dipilih sesuai dengan tingkat
perkembangan serta masa lalu siswa, materi yang dipelajari saat ini memudahkan
siswa dalam mempelajari materi yang akan datang. Siswa dapat berdiskusi saat
menyelesaikan tugas. Dalam model pembalajaran Jigsaw (Kelompok Ahli) siswa
Siswa dapat mengasimilasi materi pelajaran
Secara penerimaan
Secara penemuan
Hafalan 1. Materi disajikan dalam
bentuk final
2. Siswa mendghafal materi yang disajikan
1. Materi ditemukan oleh siswa
2. Siswa menghafal materi
Bermakna 1. Materi disajikan dalam
bentuk final 2. Siswa memasukkan
materi ke dalam struktur kognitif
1. Siswa menemukan materi
2. Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif
Belajar dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dituntut untuk bekerjasama dalam satu kelompok ahli maupun kelompok asal
untuk menyelesaikan masalah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori
belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna
kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur
kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi
sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode Jigsaw
dengan hipermedia dan Jigsaw dengan modul adalah kedua metode tersebut
konsep bermakna secara logis dalam belajar yang dilandasi oleh pengetahuan dan
pengalaman terdahulu, sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama
tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya dapat menarik
kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep baru ini
digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru.
3). Teori Gagne
Menurut Gagne dalam Noehi Nasution ( 2008: 4.3) belajar itu merupakan
suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya
cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan
yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru.
Ada beberapa ciri penting tentang tentang belajar yaitu : 1) belajar itu merupakan
suatu proses yang dapat dilakukan manusia; 2) belajar menyangkut interaksi
antara pebelajar dan lingkungannnya; 3) belajar telah berlangsung bila terjadi
perubahan tingkah laku yang bertahan cukup lama selama kehidupan orang itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Belajar sebagai proses, bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan
komputer. Pemrosesan informasi (information prosessing model, proses belajar
dianggap sebagai transformasi input menjadi output seperti yang lazim terlihat
pada sebuah komputer. Dari uraian diatas disimpulkan belajar terjadi pada diri
manusia dengan proses pengubahan tingkah laku secara cepat, tepat dan terjadi
hanya satu kali dalam kehidupan seseorang.
Didasarkan atas model pemrosesan-informasi Gagne dalam Ratna Wilis
(1997: 147) mengemukakan bahwa satu tindakan belajar meliputi delapan fase
belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat diintruksikan oleh
siswa atau guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang
terjadi dalam pikiran siswa. Kejadian-kejadian instruksional dalam kelas, seperti
mengaktifkan motivasi, memberitahukan tujuan-tujuan instruksional serta
mengarah perhatian, dapat dilakukan guru secara klasikal, tetapi kejadian-kejadian
instruksional yang lain meminta guru agar memperhatikan perbedaan individu
siswa. Hubungan antara fase-fase belajar dan kejadian-kejadian instruksional
menurut Gagne dapat digambarkan sebagai berikut :
FASE BELAJAR KEJADIAN- KEJADIAN INSTRUKSIONAL Fase Motivasi Fase Pengenalan
HARAPAN
PERHATIAN PERSEPSI SELEKTIF
1. Mengaktifkan motivasi
2. Memberitahu tujuan-tujuan belajar
3. Mengarahkan perhatian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Fase Perolehan
Fase Retensi
Fase Pemanggilan
Fase Generalisasi
Fase Penampilan
Penampilan Fase
Gambar 2.2 : Hubungan Fase-Fase belajar
c. Teori Belajar Motivasi
Menurut Slavin (2005: 34) Perspektif motovasional pada pembelajaran
kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana
para siswa bekerja. Sedangkan Deutsch (1949) dalam Slavin mengidentikasikan
tiga struktur tujuan : 1) kooperatif, dimana usaha berorientasi –tujuan dari tiap
individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain; 2)
kompetitif, dimana usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu menghalangi
PEMBERIAN RESPONS
TRANSFER
PEMANGGILAN
KODING MASUK PENYIMPANAGAN
PENYIMPANAN MEMORI
REINFOR-SEMEN
4. Merangsang ingatan 5. Menyediakan bimbingan
6, Melancarkan retensi
7. Melancarkan transfer belajar
8. Memperlihatkan umpan balik memberikan umpan balik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pencapaian tujuan anggota lain; dan 3) individualistik, dimana usaha-berorientasi-
tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian
tujuan anggota lainnya. Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di
mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka, jika
kelompok mereka bisa sukses. Dengan demikian dalam pembejaraan kooperatif
siswa yang ingin meraih prestasi individu, anggota kelompok harus membantu
teman dan mendorong anggota satu kelompok untuk melakukan usaha maksimal
dalam satu timnya untuk meraih prestasinya.
d. Teori Belajar Sosial
Belajar sosial adalah proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari
pengamatan dan penguasaan. Proses belajar merupakan proses meniru atau
menjadikan model tindakan orang lain melalui pengamatan terhadap orang
tersebut (Albert Bandura, 1997). Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan
bagaimana orang belajar dalam setting yang alami/lingkungan sebenarnya.
Bandura (1997,B) juga menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku lingkungan
dan kejadian-kejadian internal pada siswa yang mempengaruhi persepsi dan aksi
adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking). Pengakuan
sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Menurut Vygostky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua eleman
penting yaitu, 1) belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar; 2)
belajar merupakan proses psikososial sebagai proses yang lebih tinggi esensinya
berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Teori Vygostky merupakan salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
teori dalam psikologi perkembangan dimana ditekankan pada hakekat
sosiokultural dari pembelajaran.
Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat
antar lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses
kognitif belajar. Penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya
bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi
juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri
yakni sense of self efficacy dan self- regulatory system. Sense of self efficacy
adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan
keterampilan sesuai standar yang berlaku. Dalam pembelajaran sel regulatory
akan menentukan ”gopal setting” dan ”self evaluation” pembelajar merupakan
dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya. Dalam proses
pembelajaran sebaiknya siswa diberikan kesempatan yang cukup untuk latihan
secara mental mendapatkan latihan fisik, dan reinforcement serta menghindari
punishment yang tidak perlu. Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-
lingkungan yang dihadapkan pada seseorang tidak random, lingkungan-
lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar melibatkan
perolehan kemampuan–kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang
dibawa sejak lahir, jadi bukan dari bawaan. Belajar tergantung pada pengalaman,
sebagian pengalaman itu merupakan umpan balik dari lingkungan. Individu
melalui empat tingkat perkembangan intelektual dengan urutan yang sama, tetapi
dengan kecepatan masing-masing. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
usia siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tingkat operasinal
formal, dimana siswa sudah memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak.
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah istilah umum dalam disain strategi
pembelajaran untuk membantu perkembangan kelompok dan interaksi antar
siswa. Pembelajaran kooperatif sebuah kelompok strategis pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama
(Trianto, 2007: 42) . Strategi ini dirancang untuk menyisihkan atau mengurangi
kompetensi yang ditemukan di kelas. Strategi pembelajaran kooperatif ini
khususnya dirancang untuk mendorong bekerja sama dan saling membantu satu
sama lain untuk mencapai tujuan. Model pembelajaran kooperatif ini
dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis . Hal ini terlihat
pada salah satu teory Vygostky, yaitu tentang penekanan pada hakikat
sosiokultural dari pembelajaran. Vygostky yakin bahwa fungsi mental yang lebih
tinggi pada umumnya muncul percakapan atau kerjasama antar individu sebelum
fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Ilmpilkasi
dari teori Vygostky ini dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran
kooperatif.
Menurut Hilda dan Margaret (2002: 70) pembelajaran kooperatif adalah suatu
strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan atau metode mengajar dengan
cara siswa bekerja atau belajar dalam kelompok yang kemampuan anggotanya
beragam (Slavin, 1997: 284). Bekerjasama berarti melakukan sesuatu bersama
dengan saling membantu dan bekerja sebagai tim. Pembelajaran ini artinya belajar
bersama, saling membantu dalam pembelajaran agar setiap anggota kelompok
dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang berikan dengan baik.
b. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa
“tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning”. Untuk
mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus
diterapkan yaitu: 1) Saling Ketergantungan Positif, dalam bekerja kelompok
setiap anggota bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang
lain bisa berhasil sehingga guru harus menciptakan suasana yang mendorong agar
siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang
disebut saling ketergantungan positif. 2) Tanggung Jawab Perseorangan, unsur ini
merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dalam cooperative learning,
setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik
karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok. Nilai kelompok dibentuk
dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota
menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Ini berarti setiap siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk memberikan
kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi tidak merasa dirugikan karena nilai yang
disumbangkan adalah sisa dari nilai rata-ratanya. Sedang siswa yang berprestasi
kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka sehingga dapat
menaikkan nilai pribadi mereka sendiri. 3) Tatap Muka, setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegaiatan ini akan
memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh
sumber belajar yang bervariasi. 4) Komunikasi antar Anggota, pembelajaran
kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa
menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik antar anggota
sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama. 5) Evaluasi Proses
Kelompok, guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
c. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi beberapa model yaitu: a)
Student Team Achievement Divisions (STAD); b) Teams Games Tournaments
(TGT); c) Jigsaw; d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC);
e) Team Accelerated Instruction (TAI). Selain itu ada juga metode belajar lain
masih juga dikembangkan dan dipelajari yaitu : a) Group Investigation; b)
Learning Together; c) Complex Instruction; d) Structural Dyadic Methods
(Slavin, 1995: 5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Metode kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode
lain, yaitu: a) Meningkatkan kemampuan siswa; b) Meningkatkan rasa percaya
diri; c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan;
d) Memperbaiki hubungan antar kelompok. Disamping itu ada juga
kelemahannya, yaitu: a) Memerlukan persiapan yang rumit untuk
melaksanakannya; b) Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya akan buruk.
Cooperative Leraning (CL) atau Pembelajaran kooperatif membuat siswa
yang bekerja dalam kelompok akan belajar lebih banyak dibandingkan dengan
siswa yang dikelasnya dikelola secara tradisional. Pembelajaran kooperatif adalah
salah satu bentuk pembalajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok saling bekerjasama
dan saling membantu untuk memahami materi. Dalam pembelajaran kooperatif,
belajar dikatakan belum selesai jika satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pelajaran. Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi
sosial pembelajaran biologi pada materi ekosistem.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan membuat kelompok belajar yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang mengutamakan kebersamaan dan sikap
saling membantu antara anggota kelompok sehingga tercapainya tujuan bersama
dalam mencapai keberhasilan. Sehingga dalam pembelajaran kooperatif akan
tercipta interaksi sosial yang baik antara siswa dalam kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4. Pembelajaran Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw adalah teknik mengajar dikembangkan oleh Elliot Aroson dalam Anita
Lie ( 2002: 68). Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam pembelajaran
berlangsung diharapkan bekerja bersama sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Kelas jigsaw, suatu teknik
pembelajaran kooperatif yang mengurangi konflik rasial antara anak-anak
sekolah, mendorong belajar lebih baik, meningkatkan motivasi siswa, dan
kenikmatan meningkatkan pengalaman belajar. Menurut Slavin (2008:14) Jigsaw
adalah ” adaptasi dari teka-teki Aronson (1978)”. Dalam teknik ini, siswa bekerja
dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang
yang berbeda.
Gambar 2.3. Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dalam Jigsaw siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa ditugaskan
untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial,
biografi, atau materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap
anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari
tugas membaca tersebut. Sebagai contoh mata pelajaran biologi dalam kompetensi
dasar menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem,
salah satu siswa dalam masing-masing tim dipilih untuk menjadi ahli satuan
makluk hidup dalam ekosistem, yang lain ahli macam macam ekosistem, yang
ketiga ahli komponen-komponen ekosistem, dan yang keempat ahli organisme
autotrof dan heterotrof, yang kelima sebagai ahli pola interaksi organisme. Setelah
mempelajari materinya dari hipermedia dan modul para ahli dari tim yang berbeda
bertemu untuk mediskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka
kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman dalam
kelompok asal atau timnya. Akhirnya, diberikan kuis atau bentuk penilaian
lainnya untuk semua topik.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw
Menurut Sunarni (2008: 7) langkah pembelajaran jigsaw adalah sebagai
berikut : 1) Siswa dibagi berkelompok dengan anggota 5-6 siswa heterogen; 2)
Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks yang dibagi menjadi
beberapa sub bab; 3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan
dan bertanggungjawab untuk mempelajari bagian yang diberikan; 4) Anggota dari
kelompok lain yang telah mempelajarai sub bab yang sama bertemu dengan
kelompok ahli untuk mendiskusikan sub bab mereka; 5) Selanjutnya siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kembali ke kelompok asal mereka dan bergantian mengajar teman satu kelompok
mereka tentang sub bab mereka; dan 6) Setelah selesai pertemuan dan diskusi
kelompok asal, siswa dikenai kuis secara individu tentang materi yang dipelajari.
Sepuluh langkah-langkah mudah pembelajaran Jigsaw yang harus diperhatikan oleh guru yaitu : 1) Divide students into 5- or 6-person jigsaw groups. The groups should be diverse in terms of gender, ethnicity, race, and ability, 2) Appoint one student from each group as the leader. Initially, this person should be the most mature student in the group. 3) Divide the day's lesson into 5-6 segments. 4) Assign each student to learn one segment, making sure students have direct access only to their own segment. 5) Give students time to read over their segment at least twice and become familiar with it. There is no need for them to memorize it. 6) Form temporary "expert groups" by having one student from each jigsaw group join other students assigned to the same segment. Give students in these expert groups time to discuss the main points of their segment and to rehearse the presentations they will make to their jigsaw group. 7) Bring the students back into their jigsaw groups. 8) Ask each student to present her or his segment to the group. Encourage others in the group to ask questions for clarification. 9) Float from group to group, observing the process. If any group is having trouble (eg, a member is dominating or disruptive), make an appropriate intervention. Eventually, it's best for the group leader to handle this task. Leaders can be trained by whispering an instruction on how to intervene, until the leader gets the hang of it. 10) At the end of the session, give a quiz on the material so that students quickly come to realize that these sessions are not just fun and games but really count.. (www.jigsaw.org/).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sintak/lang;ah pembelajaran jigsaw
adalah : 1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6
orang); 2) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teksyang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab; 3) Setiap anggota kelompok membaca sub
bab yang ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya; 4) Anggota
dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya; 5) Setiap anggota ahli setelah
kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya; 6) Pada pertemuan
dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau
memperhatikan dua prinsip inti berikut. Pertama, adanya saling ketergantungan
yang positif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota
yang lain dalam mencapai tujuan kelompok. Kedua adanya tanggung jawab
pribadi (Individual accountability). Disini setiap anggota kelompok harus
memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama. Selain itu pembelajaran kooperatif
juga memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan beberapa
kecakapan hidup yaitu kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama.
Kecakapan ini memiliki peran penting dalam kehidupan nyata.
c. Keunggulan Pembelajaran Jigsaw
Belajar kooperatif Jigsaw merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan
pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Belajar kooperatif jigsaw
memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga
pengetahuannya jadi bertambah. Keunggulan kooperatif tipe jigsaw
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif
untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
d. Kekurangan Pembelajaran Jigsaw
1). Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-
keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. 2). Jika jumlah anggota
kelompok kurang akan menimbulkan masalah. 3). Membutuhkan waktu yang
lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga
perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.
5. Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan
(Bovee,1997) dalam (Hujair,2009: 3). Media pembelajaran adalah sebuah alat
yang berfugsi dan berguna untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan
ajar. Gagne, (1970) dalam Hujair (2009) mengatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang
dapat merangsang pembelajar untuk belajar.
Beberapa pengertian media dalam Budi Susilana (2007: 5) ,bahwa media
adalah sebagai berikut : 1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Shram,
1997); 2) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual,termasuk
teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969); 3) Alat untuk memberikan
perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970); 4) Segala
bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT,
1977); 5) Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang
dapat merasang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar
(Miarso, 1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dari pengertian media tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media
merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru sebagai penyampai materi kepada
siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini sejalan dengan
pendapat Rudi Susilana (2007: 6) bahwa media terdiri dari dua unsur penting
yaitu : 1) unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) adalah sarana atau
peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan/bahan ajar. , 2) unsur
pesan yang dibawanya (messsge/ sofware) adalah perangkat lunak /informasi atau
bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Dalam pembelajaran modern
siswa tidak hanya berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja
siswa bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Media merupakan
komponen penting dalam sistem pembelajaran.
Dalam kondisi seperti itu, maka dalam pembelajaran sangat dibutuhkan
media untuk lebih meningkatkan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan
perkembangan teknologi di dunia pendidikan, guru dituntut untuk dapat
menciptakan media/mendesain media pembelajaran yang dimungkinkan dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk lebih giat
belajar. Oleh karena itu dalam penelitian ini guru berusaha memanfaatkan
hipermedia dan modul untuk menyampaikan informasi kepada siswa.
6. Hipermedia
a. Pengertian Hipermedia
Hipermedia, merupakan media yang memiliki komposisi materi-materi yang
tidak berurutan. Hipermedia mengacu pada sofware komputer yang menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
unsur-unsur teks, grafis, video dan audio yang dihubungkan dengan cara yang
dapat mempermudah pemakai untuk beralih ke suatu informasi. Pemakai dapat
memilih cara yang unik sesuai gaya berpikir dan cara memproses informasinya
sendiri.( Sri Anitah, 2009: 63)
Multimedia dan hipermedia sebagai bahan periferal, multimedia dan
hipermedia adalah sangat berkesan untuk menarik perhatian kepada proses
pembelajaran. Kajian Shamshun Nisa (2005) menggunakan hipermedia sebagai
bahan rangsangan pembelajaran mendapati proses pembelajaran berlaku lebih
pantas dan pelajar lebih gemar kepada pembelajaran berbentuk visual seperti
multimedia atau hipermedia berbanding teks dan verbal. Persekitaran yang paling
baik ialah persekitaran sebenar (dalam konteks/latar sebenar).
b. Kelebihan Hipermedia
Kelebihan hipermedia dalam prose pembelajaran adalah sebagai berikut : a)
Mengasyikkan, kesempatan untuk melibatkan minat siswa lebih jauh; b).
Multisensori, menggabungkan suara dan gambar bersama teks akan dicamkan ke
otak; c) Kaitan, dengan menggunakan tombol, pembelajar dapat menghubungkan
ide-ide dari sumber-sumber media yang berbeda, d) Individualisasi.struktur web
memungkinkan pengguna mencari informasi, e) menurut minatnya dan
membangun struktur mentalnya berdasarkan Ekspolorasinya; f) Kreasi guru dan
pembelajar, perangkat lunak memungkinkan guru dan pembelajar mudah
menciptakan file hipermedia sendiri.
c. Kelemahan Hipermedia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Penggunaan hipermedia tentu juga terdapat kelemahan antara lain : a)
Kehilangan, pengguna dapat bingung, atau kehilangan cyberspace bila
menggunakan program hipermedia karena keterbatasan petunjuk tentang
keberadaan materi; b) Kekurangan struktur, pebelajar yang memiliki gaya
bimbingan terstruktur mungkin menjadi frustasi. Pebelajar mungkin membuat
keputusan yang kurang baik tentang sejauh mana informasi digali; c) Tidak
interaktif, program kemungkinan menyajikan presentasi informasi satu arah dan
tak ada kesemapatan untuk mempraktekkan informasi serta mendapat balikan; d)
Kompleks, program lanjutan mungkin sukar dimanfaatkan. Khususnya untuk
produksi karena pembelajar memerlukan kemampuan menggunakan bahasa
naskah; e) Penggunaan waktu, karena program non linier dan menggundang
eksplorasi, maka cenderung memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
mencapai tujuan tertentu.
7. Modul
a. Pengertian Modul
Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang
memperhatikan fungsi pendidikan (I Wayan Santyasa, 2009: 8). Strategi
pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu
pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran dan synthesizing yang mengacu
pada upaya untuk menunjukkan kepada pembelajar keterkaitan antara fakta,
konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Modul adalah seperangkat pembelajaran mandiri dan juga bisa dijadikan
acuan untuk belajar berkelompok, yang disajikan secara sistematis yang memuat
sekumpulan materi pelajaran, mekanisme dan interaksi, tugas-tugas spesifik dan
komponen evaluasi yang disusun dengan menggunakan bahasa yang komunikatif,
sehingga memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kecepatannya. Dibanding
dengan buku pelajaran modul ditulis lebih rinci, dengan petunjuk yang jelas ,
sehingga keberadaanmodul dapat menggantikan kehadiran guru. Modul disusun
untuk keperluan proses pembelajaran tertentu, dapat digunakan untuk belajar
secara mandiri (self intructional), penggunaannya tidak tergantung dengan media
lain (self alone), memberikan kesempatan siswa untuk berlatih dan memberikan
rangkuman, memberi kesempatan melakukan tes sendiri (self test) dan
mengakomodasi kesulitan siswa dengan memberikan tindak lanjut dan umpan
balik.
b. Komponen Modul
Komponen–komponen modul mencakup (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan
Belajar, dan (3) Daftar Pustaka. Bagian pendahuluan mengandung (1) penjelasan
umum mengenai modul, (2) sasaran umum pembelajaran, (3) sasaran khusu
pembelajaran. Sedangkan bagian kegiatan belajar mengandung (1) uraian isi
pembelajaran, (2) rangkuman, (3) tes, (4) kunci jawaban, danumpan balik.
1). Sasaran Pembelajaran
Hakikat sasaran pembelajaran mengacu kepada hasil pembelajaran yang
diharapkan. Sasaran umum pembelajaran ditetapkan terlebih dahulu dan semua
upaya pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut. Sasaran khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
pembelajaran merupakan penjabaran dari sasaran umum pembelajaran yang
menjelaskan tingkah laku khusus yang dimiliki siswa setelah menyelesaikan
pembelajaran tersebut. Sasaran pembelajaran diklasifikasikan menjadi dua jenis,
sejalan dengan dua jenis strategi pengorganisasian pembelajaran yang ada
(strategi makro dan mikro), yaitu sasaran umum dan sasaran khusus. Sasaran
khusus pembelajaran adalah pernyataan khusus tentang hasil pembelajaran yang
diinginkan. Sasaran ini diacukan kepada konstruk tertentu, apakah itu fakta,
konsep, prosedur, atau prinsip. Oleh karena itu akan banyak mempengaruhi
strategi pengorganisasian mikro. Istilah yang lebih populer adalah behavior
objective, performance objective, yakni uraian tentang apa yang dapat dikerjakan
siswa setelah menyelesaikan satu unit pembelajaran. Pengertian indikator
pembelajaran dapat ditinjau dari empat sudut pandang, yaitu (1) segi peran siswa,
(2) kepentingan siswa, (3) wujudnya, dan (4) cara merumuskannya.
Dari segi peran siswa, sasaran khusus pembelajaran diartikan sebagai
pernyataan tentang hasil yang dicapai siswa setelah dibelajarkan. Ditinjau dari
segi kepentingan siswa, sasaran khusus pembelajaran diartikan sebagai deskripsi
tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah mengikuti
pembelajaran. Ditinjau dari wujudnya, sasaran khusus pembelajaran berarti
deskripsi informasi yang ditunjukkan siswa sebagai hasil pembelajaran. Ditinjau
dari segi cara merumuskannya, sasaran khusus pembelajaran dapat diartikan
sebagai hasil belajar yang dirumuskan secara rinci.
2). Uraian Isi pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Uraian isi pembelajaran menyangkut masalah strategi pengorganisasian isi
pembelajaran yang oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merril dalam Degeng (1988),
diartikan sebagai strategi yang mengacu kepada cara untuk mebuat urutan
(squencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur, dan prinsip-
prinsip yang berkaitan. Squencing mengacu kepada upaya pembuatan urutan
penyajian isi bidang studi, sedangkan synthesizing mengacu kepada upaya untuk
menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur, dan prinsip
yang terkandung dalam bidang studi.
Proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar jika isi dan prosedur
pembelajaran diorganisasi menjadi urutan yang bermakna, bahan disajikan dalam
bagian-bagian yang bergantung pada kedalaman dan kesulitannya. Untuk tujuan
tersebut diperlukan langkah sintesis pembelajaran. Mensintesis adalah mengaitkan
topik-topik suatu bidang studi dengan keseluruhan isi bidang studi, sehingga isi
yang disajikan lebih bermakna menyebabkan siswa memiliki ingatan yang baik
dan lebih tahan lama terhadap topik-topik yang dipelajari.
Materi pembelajaran yang tepat untuk disajikan dalam kegiatan pembelajaran
adalah (1) relevan dengan sasaran pembelajaran, (2) tingkat kesukaran sesuai
dengan taraf kemampuan pebelajar, (3) dapat memotivasi pebelajar, (4) mampu
mengaktifkan pikiran dan kegiatan pebelajar, (5) sesuai dengan prosedur
pengajaran yang ditentukan, dan (6) sesuai dengan media pengajaran yang
tersedia. Berkaitan dengan pengembangan modul, isi pembelajaran
diorganisasikan menurut struktur isi pembelajaran dengan analisis sasaran khusus
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3). Ciri-ciri modul
(1) Didahului oleh pernyataan sasaran belajar; (2) Pengetahuan disusun
sedemikian rupa, sehingga dapat menggiring partisipasi siswa secara aktif; (3)
Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan; (4) Memuat semua unsur
bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran; (5) Memberi peluang bagi perbedaan
antar individu siswa; (6) Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.
4). Pengembangan Modul
Modul adalah sesuatu yang dapat menunjukkan suatu konsep yang
menggambarkan keadaan sebenarnya. Model adalah seperangkat prosedur yang
berurutan untuk mewujudkan suatu proses. Model merupakan replikasi dari
aslinya. Model pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang
dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem
pembelajaran modul.
Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai
dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas, dan
memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Ada lima
kriteria dalam pengembangan modul, yaitu (1) membantu siswa menyiapkan
belajar mandiri, (2) memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon
secara maksimal, (3) memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu
memberikan kesempatan belajar kepada siswa, (4) dapat memomitor kegiatan
belajar siswa, dan (5) dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
balikan tingkat kemajuan belajar siswa. Teori dan model rancangan pembelajaran
hendaknya memperlihatkan tiga komponen utama, yaitu (1) kondisi belajar, (2)
metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan evaluasi belajar untuk
memeriksa apakah tujuan pedidikan telah tercapai secara menyeluruh (Robles:
1993) dalam (Mercedes. A: 2009). Penggunaan modul sebagai bahan
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai tujuan secara terukur. Race dalam
bukunya menjelaskan jika tujuan pembelajaran ditetapkan harus terukur untuk
mengatur dan mengevaluasi belajar. Dengan menyusun materi teks dan beberapa
pertanyaan untuk memfasilitasi siswa aktif belajar. Dalam teks pertanyaan
digunakan untuk menetapkan hubungan antara apa yang pelajar tahu dan apa
pelajar perlu menyelesaikan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, pengembangan modul harus mengikuti
langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut adalah (1) analisis
tujuan dan karakteristik isi bidang studi, (2) analisis sumber belajar, (3) analisis
karakteristik pebelajar, (4) menetapkan sasaran dan isi pembelajaran, (5)
menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (6) menetapkan strategi
penyampaian isi pembelajaran, (7) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran,
dan (8) pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Langkah-
langkah (1), (2), (3), dan (4) merupakan langkah analisis kondisi pembelajaran,
langkah-langkah (5), (6), dan (7) merupakan langkah pengembangan, dan langkah
(8) merupakan langkah pengukuran hasil pembelajaran.
(1). Analisis Tujuan dan karakteristik Isi Bidang Studi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi perlu dilakukan pada
tahap awal kegiatan perancangan pembelajaran. Langkah ini dilakukan untuk
mengetahui sasaran pembelajaran yang bagaimana yang ingin dicapai. Secara
lebih spesifik, langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui tujuan orientasi
pembelajaran, misalnya orienatsi konseptual, prosedural, ataukah teoretik. Di
samping itu, juga dimaksudkan untuk mengetahui tujuan pendukung yang
memudahkan pencapaian tujuan orientasi tersebut. Analisis karakteristik isi
bidang studi dilakukan untuk mengetahui tipe isi bidang studi apa yang akan
dipelajari siswa, apakah berupa fakta, konsep, prosedur, ataukah prinsip. Yang
lebih pokok lagi adalah untuk mengetahui bagaimana struktur isi bidang studinya.
(2). Analisis Sumber Belajar
Analisis sumber belajar dilakukan segera setelah langkah analisis tujuan dan
karakteristik isi bidang studi. Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui
sumbersumber belajar apa yang telah tersedia dan dapat digunakan untuk
menyampaikan isi pembelajaran. Hasil kegiatan ini akan berupa daftar sumber
belajar yang tersedia yang dapat mendukung proses pembelajaran.
(3). Analisis Karakteristik Pebelajar
Karakteristik pebelajar didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan
berupa bakat, kematangan, kecerdasan, motivasi belajar, dan kemampuan awal
yang telah dimilikinya. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui kualitas
perseorangan yang dapat dijadikan petunjuk dalam mempreskripsikan strategi
pengelolaan pembelajaran, yang hasilnya berupa daftar pengelompokan
karakteristik siswa menjadi sasaran pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Untuk mengoptimalkan perolehan, pengorganisasian, dan pengungkapan
pengetahuan baru, dapat dilakukan dengan membuat pengetahuan baru itu
bermakna bagi pebelajar dengan cara mengaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya. Ada lima jenis kemampaun awal yang harus
diperhatikan dalam perancangan pembelajaran, yaitu (1) pengetahuan bermakna
yang tak terorganisasi (arbitrarily meaningful knowledge), (2) pengetahuan
analogis (analogic knowledge), (3) pengetahuan tingkat yang lebih tinggi
(superordinate knowledge), (4) pengetahuan setingkat (kooedinate knowledge),
dan (5) pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge). Jenis-
jenis pengetahuan awal itu sangat menentukan dalam membangun pengetahuan
baru bagi siswa dalam pembelajaran.
(4). Menetapkan Indikator dan Isi Pembelajaran
Langkah ini sebenarnya sudah bisa dilakukan segera setelah melakukan
analisis indikator dan karakteristik isi bidang studi, yang hasilnya berupa daftar
yang memuat rumusan indikator pembelajaran dan struktur isi yang akan
dipelajari (Degeng, 1997). Ada tiga kriteria dalam merumuskan indikator
pembelajaran, yaitu (1) dijabarkan secara konsisten dan sistematis dari subordinat
yang terdapat pada bagian analisis pembelajaran, (2) menggunakan satu kalimat
atau lebih, dan (3) pernyataan yang digunakan sangat membantu dan berlaku
dalam penyusunan butir-butir tes. Indikator pembelajaran yang baik memiliki
empat kriteria, yaitu (1) a subject, yaitu orang yang belajar, (2) a verb, yaitu kata
kerja aktif yang dapat menunjukkan perubahan tingkah laku, (3) a condition, yaitu
keadaan yang diperlukan pada saat siswa belajar, dan (4) standard, yaitu kriteria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
keberhasilan belajar yang ingin dicapai. Indikator pembelajaran dimaksudkan
untuk membangun harapan-harapan dalam diri pebelajar tentang hak-hak yang
harus dikuasai setelah belajar. Dengan kata lain, siswa yang mengetahui sasaran
yang ingin dicapai cenderung dapat mengorganisasi kegiatan belajarnya ke arah
tujuan yang ingin dicapai, sehingga sasaran pembelajaran dapat memotivasi siswa
untuk belajar.
(5). Menetapkan Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran
Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran segera bisa dilakukan
setelah analisis dan penetapan tipe serta karakteristik materi pembelajaran.
Pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tipe isi
bidang studi yang dipelajari dan bagaimana struktur isi bidang studi tersebut.
Hasil langkah ini akan berupa penetapan model untuk mengorganisasi isi bidang
studi, baik tingkat mikro maupun makro.
(6). Menetapkan Strategi Penyampaian Isi Pembelajaran
Menetapkan strategi penyampaian pembelajaran didasarkan pada hasil analisis
sumber belajar. Daftar sumber belajar yang telah tersedia dapat digunakan dalam
proses pembelajaran. Pada langkah penetapan strategi penyampaian isi
pembelajaran, daftar yang telah dibuat tersebut dijadikan dasar dalam memilih dan
menetapkan strategi penyampaian pembelajaran. Hasil langkah ini adalah berupa
penetapan model untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Penyampaian isi pembelajaran mengacu kepada cara yang dipakai untuk
menyampaikan isi pembelajaran kepada siswa sekaligus menerima dan merespon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
masukan-masukan dari siswa. Oleh sebab itu, penyampaian pembelajaran disebut
metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Komponen-komponen yang
perlu diperhatikan dalam mempreskripsikan strategi penyampaian isi
pembelajaran adalah (1) media pembelajaran, (2) interaksi isi pembelajaran
dengan media, dan (3) bentuk atau struktur belajar mengajar. Ada lima komponen
strategi penyampaian pembelajaran, yaitu (1) kegiatan prapembelajaran, (2)
penyajian informasi, (3) peran siswa, (4) pengetesan, dan (5) tindak lajut.
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam penyampaian prapembelajaran
adalah memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya mata kuliah yang
dimaksud. Kegiatan kedua adalah menjelaskan sasaran khusus pembelajaran
dengan maksud agar siswa menyadari kemampuan apa yang mereka capai setelah
melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan ketiga adalah menjelaskan
kemampuan apa yang diperlukan sebagai prasyarat belajar. Pada komponen
penyajian informasi, kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah menjelaskan
tentang urutan materi pembelajaran, besarnya satuan pengajaran dalam bentuk
satuan kredit semester maupun jam semesternya, penyajian isi, dan memberikan
contoh-contoh yang relevan. Penyajian isi dilakukan melalui model belajar
kooperatif konstruktivistik. Siswa kerja secara kooperatif memecahkan masalah
yang telah dituangkan dalam LKS, hasilnya dilaporkan secara tertulis, dan apabila
terdapat masalah tak terpecahkan akan diadakan diskusi kelas untuk
memformulasikan cara bersama yang paling tepat untuk memecahkan masalah
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pada komponen peran siswa, guru mengupayakan suatu iklim agar kegiatan
pembelajaran berpusat pada siswa. Interaksi siswa dengan LKS yang digunakan
merupakan aktivitas yang sengaja diciptakan untuk mewujudkan iklim
kontruktivistik dalam pembelajaran. Dalam kegiatan ini siswa sepenuhnya berlatih
memecahkan masalah yang ada pada LKS menggunakan kemampuan masing-
masing dalam kelompok-kelompok kecil. Hasil diskusi yang telah ditulis oleh
kelompok, selanjutnya diberikan balikan baik dalam diskusi kelas maupun diskusi
dalam kelompok, artinya siswa diberitahu cara pemecahan yang benar, dan siswa
melanjutkan menggunakan cara tersebut sehingga berhasil memecahkan masalah-
masalah pada LKS. Tinggi rendahnya kadar keaktifan siswa dalam memecahkan
masalah melalui interaksinya dalam kelompok akan menetukan tujuan
pembelajaran, artinya makin tinggi tingkat keaktifan siswa makin tinggi
pencapaian sasaran belajar dan makin rendah tingkat keaktifansiswa makin rendah
pula pencapaian sasaran pembelajaran.
Pada komponen pengetesan, pada dasarnya guru dapat melakukan empat
macam tes, yaitu (1) tes tingkah laku masukan, (2) pra tes, (3) tes sambil jalan,
dan (4) pasca tes. Pasca tes adalah tes penggalan, yaitu tes yang dilakukan dengan
tujuan untuk mengukur apakah materi pembelajaran sesuai dengan sasaran
pembelajaran. Pengetesan dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mengerjakan soal-soal latihan, baik yang ada pada modul, maupun yang
khusus disiapkan untuk itu. Pada komponen tindak lanjut, guru menentukan
apakah suatu pembelajaran perlu ditinjak lanjuti dengan memberikan pengajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
remidial atau memberi pengayaan kepda siswa. Langkah ini dapat dilakukan
setelah guru mengetahui tingkat pencapaian pembelajaran.
(7). Menetapkan Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran sangat bergantung
pada hasil analisis karakteristik pebelajar. Klasifikasi karakeristik yang dibuat
ketika melakukan analisis karakteristik dijadikan sebagai dasar memilih dan
menetapkan strategi pengelolaan. Hasil kegiatan dalam langkah ini akan berupa
penetapan penjadualan penggunaan komponen strategi pengorganisasian dan
penyampaian pembelajaran, pengelolaan motivasional, pembuatan catatan tentang
kemajuan belajar siswa, dan kontrol belajar.
(8). Pengukuran Hasil Pembelajaran
Langkah terakhir dalam desain pembelajaran adalah melakukan pengukuran
hasil pembelajaran, yang mencakup tingkat keefektifan, efesiensi, dan daya tarik
pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan proses
pembelajaran dan tes hasil belajar. Hasil kegiatan ini akan berupa bukti mengenai
tingkat keefektifan, efesiensi, dan daya tarik pembelajaran.
8. Kemampuan Memori
a. Pengertian Memori
Kemampuan ingatan (memori) merupakan fungsi fundamental bagi proses
mental yang berhubungan dengan kinerja intelektual, dengan memori
memungkinkan organisme untuk memiliki kemampuan berfikir, membaca,
menulis, berbicara dan belajar. Tanpa memori organisme tidak mampu untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
melakukan kegiatan mental (mindless), tidak mampu membuat perbandingan serta
tidak mampu berkomunikasi.
Kemampuan ingatan secara sempit dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesan-kesan itu dan kemudian mengeluarkan kembali kesan-kesan yang pernah diterima (Walgito, 1985). Rathus (1981), mengatakan bahwa mengingat adalah suatu proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari stimulus yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa mendatang.
Drever (1960) dalam Walgito (2003: 145) berpendapat :
”Memory : in the abstract and most general sense, that chararteristic of living organism, in vertue of which modify future experiences and behaviour, invirtus of which they have a history, and that history is recorded in themselves, than characteristic which underlines all learning, recall and recognition- what we call remembering- but there may be learning without remembering”
Untuk mengetahui apa kemampuan memori lebih lanjut , harus memahami
bagaimana daya ingat itu bekerja, dengan demikian dapat memahami mengapa
hanya sedikit orang yang mempunyai kemampuan memori baik. Menurut
Mahesh Kapadia (2003: 5) daya ingat akan bekerja pada empat tahap: (1) Daya
ingat mengenai sesuatu, (2) Kesan yang tinggal di daya ingat, (3) Daya ingat yang
dapat menyimpan kesan, (4) Daya ingat yang dapat menyimpan apa yang perlu
disimpan.
Apabila dihubungkan dengan penguasaan materi baik oleh para siswai,
maka kemampuan ingatan mencakup tiga aspek yaitu : 1) Kemampuan untuk
menerima atau menangkap dan memasukkan pesan atau materi yang diterima ke
dalam ingatan; 2) Kamampuan untuk menyimpan pesan atau materi yang sudah
dimasukkan ke dalam ingatan dengan baik; 3) Kemampuan untuk memunculkan
kembali ke dalam kesadaran pesan atau materi yang sudah diterima, dimasukkan
dan disimpan dalam ingatan; 4) Ketiga kemampuan tersebut antara individu satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dengan individu lain tidak sama, bahkan pada individu yang sama belum tentu
memiliki kesamaan dalam ketiga kemampuan di atas. Ada individu yang memiliki
kemampuan menerima dan menyimpan pesan atau materi cukup baik, tetapi
kemampuannya untuk menyampaikan atau memunculkan kembali ke dalam
kesadaran kurang baik. Ada juga yang memiliki kemampuan menerima dan
menyimpan materi kurang baik, tetapi kemampuannya untuk menyampaikan atau
memunculkan kembali cukup baik.
Kemampuan untuk menerima, menyimpan dan memunculkan kembali
pesan atau materi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap efektifitas
siswa dalam menerima materi maupun kemampuan mengulas kembali materi
belajar. Semakin baik kemampuan ingatan seorang siswa, maka semakin banyak
materi yang akan diserap, disimpan dan diingatnya kemudian memunculkan dan
mengkomunikasikannya. Begitu juga semakin baik kemampuan ingatan, maka
semakin banyak ia menerima, menyimpan dan mengingat pesan atau materi yang
diterimanya kemudian diaplikasikannya dalam bentuk perilaku.
Kemampuan ingatan dikatakan baik apabila memiliki sifat-sifat cepat atau
mudah mencamkan, setia, teguh dan luas dalam menyimpan serta siap
memproduksi hal-hal yang telah dicamkan dan disimpan tanpa kesulitan. Ingatan
dikatakan setia apabila mampu menyimpan pesan atau materi yang diterima
dengan baik dan tetap atau tidak berubah sesuai dengan keadaan waktu
menerimanya. Ingatan dikatakan teguh apabila mampu menyimpan pesan atau
materi yang diterima dalam jangka waktu yang cukup lama dan tidak mudah
lupa. Ingatan dikatakan luas apabila mampu menyimpan pesan atau materi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
jumlah yang relatif banyak, sedangkan ingatan dikatakan siap apabila mampu
dengan mudah mereproduksi atau memunculkan kembali pesan atau materi yang
telah disimpan.
Ada dua cara dalam mereprodukai atau memunculkan kembali pesan atau
materi yang sudah tersimpan, yaitu dengan cara mengingat kembali atau recall
dan mengenal kembali atau recognition. Pada mengingat kembali individu dapat
memunculkan kembali pesan atau materi yang pernah disimpan dalam ingatan ke
dalam kesadaran dengan tanpa adanya objek atau stimulus, sedangkan pada
mengenal kembali individu dapat memunculkan kembali pesan atau materi yang
pernah disimpan dalam ingatan ke dalam kesadaran dengan adanya objek atau
stimulus yang dapat dijadikan tumpuan dalam memunculkan pesan atau materi
tersebut (Walgito, 1985).
Menurut Walgito (1985), ada beberapa cara atau metode untuk mempelajari
ingatan, yaitu metode mempelajari, metode mempelajari kembali, metode
rekonstruksi, metode mengenal kembali, metode mengingat kembali dan metode
asosiasi berpasangan. Terdapat perbedaan kemampuan dan kecepatan individu
untuk memasukkan apa yang diamatinya dan semakin lama suatu materi
disimpan dalam ingatan dan jarang dimunculkan dalam kesadaran, maka semakin
besar kemungkinan terjadinya kelupaan.
Selain kemampuan ingatan, ada faktor psikologis lain yang mempunyai
pengaruh cukup besar dalam proses dakwah, yaitu inteligensi. Inteligensi adalah
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, merespon secara benar dan tepat serta
menyesuaikan dengan lingkungan. Di dalam struktur inteligensi menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Guilford juga terkandung komponen ingatan (Rustam, 1984).
Menurut Wechster (dalam Atkinson, dkk,1983) inteligensi adalah
sejumlah kapasitas atau seluruh kapasitas individu untuk bertindak, berpikir
secara rasional dan untuk menyesuaikan diri secara efektif dengan
lingkungannya, sedangkan menurut Sternberg (dalam Atkinson, dkk, 1983)
inteligensi meliputi empat kemampuan, yaitu kemampuan untuk belajar dan
mengambil manfaat dari pengalaman, kemampuan untuk berfikir dan
mempertimbangkan secara abstrak, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan situasi sekeliling yang tidak menentu serta kemampuan memotivasi
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang perlu diselesaikan dengan cara terbaik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inteligensi merupakan potensi yang
diturunkan dan dimiliki oleh setiap orang untuk berfikir secara logis, berfikir
abstrak dan kelincahan berfikir.
b. Struktur Ingatan (Memori)
Secara struktural kemampuan ingatan (memori) dibedakan menjadi tiga
sistem yang dikenal dengan model paradigma Atkinson dan Shiffrin yang telah
disempurnakan oleh Tulving dan Madison (Solso, 1998), yaitu : 1) Sensory
Memory (sistem ingatan sensori); 2) Short Term Memory (ingatan jangka pendek);
3) Long Term Memory (ingatan jangka panjang)
Sensory Memory mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui
salah satu kombinasi panca indera, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran
melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah dan rabaan melalui kulit.
Informasi tersebut akan diseleksi oleh individu secara sadar atau tidak sadar, bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
informasi tersebut tidak diperhatikan, maka akan langsung terlupakan, tetapi bila
diperhatikan, maka informasi tersebut akan ditransformasikan ke sistem ingatan
jangka pendek, apabila diulang-ulang, maka akan masuk ke ingatan jangka
panjang dan akan bersifat permanen. Adanya pembagian Short Term Memory dan
Long Term Memory didasarkan pada suatu model pendekatan information
process, di mana pesan atau informasi diproses melalui tahap-tahap tertentu yang
berurutan, sebelum masuk ke Long Term Memory pesan atau informasi tersebut
harus melewati tahap Short Term Memory.
Selanjutnya setelah berada dalam sistem ingatan jangka panjang, informasi
tersebut dapat dimunculkan kembali melalui strategi tertentu (recall atau
recognition) atau informasi tersebut terlupakan (gagal atau tidak dapat
dimunculkan kembali) karena kekurangan dalam sistem pengarsipannya. Menurut
Solso (1998), sistem ingatan jangka panjang adalah kemampuan untuk menggali
hal-hal lampau dan menggunakan informasi tersebut untuk kejadian sekarang.
Kapasitas dan durasi sistem ingatan jangka panjang ini tidak terbatas, tetapi
ada dua pendapat mengenai informasi yang tersimpan dalam sistem ingatan
jangka panjang, yaitu : 1) Informasi dalam sistem ingatan jangka panjang tidak
akan hilang, hanya individu tidak bisa memunculkan kembali; 2) Informasi dalam
sistem ingatan jangka panjang dapat saja hilang karena adanya proses decay
(pembusukan) atau interference (masuknya informasi baru yang mengganggu); 3)
Huttenlucher dan Burke (dalam Matlin, 1989), mengatakan bahwa semakin sering
orang menjaga ingatan atau memorinya, semakin banyak informasi yang
diingatnya, hal ini mengindikasikan bahwa pengulangan yang dilakukan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
menjaga informasi yang diperoleh akan memungkinkan informasi yang masuk ke
dalam sistem ingatan jangka pendek masuk ke dalam sistem ingatan jangka
panjang, kemudian pengaktifan sistem ingatan jangka pendek secara rutin akan
memusatkan konsentrasi dalam mengingat informasi.
Menurut Tulving (Solso, 1998), sistem ingatan atau memori yang paling
baik diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu memori prosedural, semantik dan
episodik. Memori prosedural merupakan bentuk memori paling rendah,
menyimpan hubungan antara stimulus dan respon yang dapat disamakan dengan
ingatan asosiatif. Memori semantik adalah memori yang berhubungan dengan
kata-kata, konsep-konsep, aturan-aturan dan ide-ide abstrak yang bersifat
kognitif. Memori semantik berguna untuk mendapatkan informasi dalam
penyelesaian masalah, membaca atau dalam penggunaan bahasa. Memori ini
sifatnya relatif stabil, menetap dan sulit hilang atau dilupakan. Memori semantik
merupakan ensiklopedi mental yang mengorganisasikan pengetahuan individu
tentang kata-kata atau simbol verbal, makna dan referensinya, tentang hubungan
yang terjadi di antara keduanya, tentang aturan, rumus-rumus dan sebagainya.
Kapasitas seseorang untuk memproses informasi dengan cepat sangat dipengaruhi
oleh efektivitas proses pengungkapan dan pengorganisasian informasi yang teratur
dalam memori semantik.
Sedangkan memori episodik adalah memori yang berhubungan dengan
penerimaan dan penyimpanan informasi tentang berbagai kejadian atau peristiwa
yang terjadi secara epoisodik dalam kehidupan manusia serta hal-hal yang
berhubungan dengannya. Memori episodik ini memiliki sifat sangat mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
berubah dan hilang karena informasi baru yang masuk, tetapi sangat penting untuk
mengingat kembali berbagai peristiwa dan kejadian (misalnya mengenal tempat
dan orang). Memori ini kurang teratur struktur formalnya dibandingkan dengan
memori semantik.
Menurut penelitian Graham J. McDougall dan Jeonghee Kang yang berjudul
”Memeori self-efficacy dan kinerja memori pada laki-laki yang lebih tua”
menyatakan bahwa kekuatan memori kelompok umur muda memiliki kemampuan
memori lebih tinggi dibanding dengan kelompok umur lebih tua. Berkurangnya
kemampuan memori pada seseorang dipengaruhi oleh depresi dan kinerja memori
itu sendiri. Memori self-efficacy laki-laki tua mempengaruhi persepsi kinerja
kognitif mereka yang berhubungan dengan memori.
c. Macam-macam Memori
Cognitive Model (Model Kognitif) mejelaskan bahwa Memori merupakan
bagian dari information processing. Teori ini mencoba menjelaskan bahwa
manusia memiliki tiga macam Memori sebagai berikut: 1). Memori Sensoris:
Memori Sensoris didefinisikan sebagai ”momentary lingering of sensory
information after a stimulus is removed.” Diterjemahkan secara bebas, kalimat di
atas bermakna bahwa Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih
tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Tidak semua informasi yang tercatat
dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek
atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention,
yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut; 2) Memori Jangka
Pendek: Memori Jangka Pendek disimpan lebih lama dibanding Memori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam benak kita pada saat
ini. Otak kita dapat melakukan beberapa proses untuk menyimpan apa yang ada
di Memori Jangka Pendek ke dalam Memori Jangka Panjang, misalnya rehearsal
(mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya kita
mengingatnya) atau encoding (proses di mana informasi diubah bentuknya
menjadi sesuatu yang mudah diingat). Salah satu contoh konkret proses encoding
adalah ketika kita melakukan chunking, seperti ketika kita mengingat nomor
telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan angka itu menjadi
beberapa potongan yang lebih mudah diingat; 3) Memori Jangka Panjang:
Memori Jangka Panjang adalah informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan
kita untuk keperluan di masa yang akan datang. Ketika kita membutuhkan
informasi yang sudah berada di Memori Jangka Panjang, maka kita akan
melakukan proses retrieval, yaitu proses mencari dan menemukan informasi yang
dibutuhkan tersebut.
Proses retrieval ini bisa berupa: Recognition: Mengenali suatu stimulus
yang sudah pernah dialami sebelumnya. Misalnya dalam soal pilihan berganda,
siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban
sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara
pilihan yang ada. Recall: Mengingat kembali informasi yang pernah disimpan di
masa yang lalu. Misalnya ketika saksi mata diminta menceritakan kembali apa
yang terjadi di lokasi kecelakaan, maka saksi tersebut harus melakukan proses
recal. Retrieval bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu informasi yang
berhubungan dengan apa yang tersimpan di Memori Jangka Panjang. Terkadang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kita merasa sudah hampir bisa menyebutkan sesuatu dari ingatan kita namun tetap
tidak bisa; fenomena ini disebut tip of the tounge. Misalnya ketika kita bertemu
dengan kenalan lama dan kita yakin sekali bahwa kita mengingat namanya namun
tetap tidak dapat menyebutkannya.
d. Cara Meningkatkan Kemampuan Memori
Memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait
merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill
merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan. Orang yang memiliki
kemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1)
Proses encoding yang majemuk dan bermakna; 2) Memiliki banyak cue (isyarat)
dengan asosiasi tinggi; 3) Banyak latihan.
(http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/memori.html)
Pada umumnya siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi
sebelumnya sebagai dasar untuk mempelajari materi baru akan lebih mudah dalam
memperdalam dan memperjelas pemahamannya dalam proses belajar-mengajar
berikutnya daripada yang belum mengusai sama sekali. Siswa yang mempunyai
kemampuan memori lebih tinggi dalam menguasai pengetahuan dan ketrampilan
sebelum mengikuti program pengajaran, diharapkan akan lebih mudah menerima
dan memahami materi yang diajarkan. Apabila didukung oleh kualitas pengajaran
yang bagus akan mendorong siswa ingin tahu lebih mendalam tentang materi yang
dipelajari.
Jadi diharapkan siswa yang memiliki kemampuan memori yang tinggi
akan lebih mudah dan lancar dalam menerima, mengusai pelajaran yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
diikuti dan juga diharapkan akan memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi
daripada siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah. Dalam penelitian
ini indikator kemampuan memori siswa pada materi ekosistem meliputi: a)
komponen ekosistem; b) komponen biotik; c) komponen abiotik; d) komponen
organisme; e) macam-macam sibiosis. Dari masing-masing komponen
dipasangkan dengan kode-kode tertentu dengan setiap indikator terdapat 10
pasang soal.
9. Interaksi Sosial
a. Pengertian Interaksi Sosial
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling
membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu
proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati (2003: 22) menyatakan bahwa,
Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan
respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.
Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004: 50),
Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses
pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur sosial. Interaksi positif hanya mungkin
terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling
mendukung (Siagian, 2004: 216). Menurut H.Bonner dalam bukunya “Social
Psykologi” sebagaimana dikutip oleh Gerungan(1996) dalam Sunaryo (2004)
menyebutkan bahwa interaksi sosial adalah suatau hubungan antara dua atau lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
individu manusia dimana kelakuan individu yangsatu mempengaruhi , mengubah,
atau memperbaiki kelakuan individu yang lainnya, atau sebaliknya. Manusia
membutuhkan hubungan bukan saja dengan individu lain, tetapi juga dengan
lingkungan tempat ia berada. Lingkungan memengaruhi individu dalam
mengembangkan, menggiatkan, dan memberikan sesuatu yang ia butuhkan.
Dalam setiap hidup bersama itu terjadi hubungan antara manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan untuk mencapai keinginan timbale
balik. Hubungan ini disebut interaksi sosial (Sunaryo, 2004: 267).
Menurut Homans (Ali, 2004: 87) mendefisikan interaksi sebagai suatu
kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu
lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh
individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh
Homans ini mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain
yang menjadi pasangannya. Shaw mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu
pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya
satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku
mempengaruhi satu sama lain. (Ali, 2004: 87).
Interaksi sosial ialah hubungan antara individu, individu dengan individu,
individu satu dapat mrmpengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terjadi
hubungan yangsaling timbal balik (Bimo Walgito, 2001) dalam Sunaryo (2004:
267). Sedagkan Hugo F. Reading (1986: 207) mendefinisikan interaksi sebagai
proses saling merangsang dan menanggapi satu sama lain. Menurut S.S. Sargent,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Social interation is to consider social behavior always within a group frame work,
as related to group structure and function (Santosa, 2004:11) yang artinya tingkah
laku sosial individu dipandang sebagai akibat adanya struktur dan fungsi
kelompok.
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-
perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan
sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila
ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang
terlah ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara
pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial
dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kedupan sosial, karena tanpa
interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial sebagai
faktor utama dalam kehidupan sosial. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi
sosial (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara
kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompok tersebut sebagai suatu
kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam
masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya
berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak.
Interaksi sosial tak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan
yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap
sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan tersebut. Berlangsungnya suatu proses
interaksi didasarkan pada perbagai faktor : 1) Imitasi, salah satu segi positifnya
adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang berlaku; 2) Sugesti, faktor sugesti berlangsung apabila
seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya
yang kemudian diterima oleh pihak lain; 3) Identifikasi, identifikasi sebenarnya
merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi
sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi,
karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini; 4) Proses
simpati, sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik
pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat
penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk
memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi mengandung
pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing
orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi
juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat
melainkan terjadi saling mempengaruhi. Dalam penelitian ini diharapakan terjadi
interaksi antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa dan antara siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dengan lingkungan serta antara siswa dengan sumber belajar. Interaksi sosial
adalah hubungan timbal balik antar individu dalam kelompok tertentu yaitu antara
siswa dengan teman sekelasnya dalam bergaul yang didorong oleh keinginan
untuk belajar bersama (kelompok). Thibaut dan Kelley dalam, Ali (2004: 87)
mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain
ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu
sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan
setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
b. Macam - Macam Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003: 23) interaksi sosial dibagi menjadi tiga
macam, yaitu : 1). Interaksi antara individu dan individu. Dalam hubungan ini
bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan
yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik
merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan). 2). Interaksi antara individu
dan kelompok. Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif.
Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi
dan kondisinya. 3). Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok Interaksi
sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak
pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu
proyek.
c. Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Menurut Tim Sosiologi (2002: 29), interaksi sosial dikategorikan ke dalam
dua bentuk, yaitu : 1). Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang
mengarah kepada bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti : (a).
Kerja sama, adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. (b). Akomodasi, adalah suatu proses penyesuaian
sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk
meredakan pertentangan. (c). Asimilasi, adalah proses sosial yang timbul bila ada
kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling
bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun
kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan
baru sebagai kebudayaan campuran.(d). Akulturasi, adalah proses sosial yang
timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian
rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah
ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari
kebudayaan itu sendiri.
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk -
bentuk pertentangan atau konflik, seperti : (a). Persaingan, Adalah suatu
perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar
memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan
ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya. (b). Kontravensi, Adalah bentuk
proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik.
Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau
kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap
tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi
pertentangan atau konflik.(c). Konflik, Adalah proses sosial antar perorangan atau
kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan
yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang
pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.
Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat
terbagi atas bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan
suatu usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu
keadaan, di mana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu
atau kelompok-kelompok manusia berkaitan dengan norma-norma sosial dan
nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha itu dilakukan untuk
mencapai suatu kestabilan. Sedangkan Asimilasi merupakan suatu proses di mana
pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-
kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok. Bentuk interaksi yang berkaitan
dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi, dan
pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di mana individu atau
kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-
bidang kehidupan. Bentuk kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang
sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan. Sedangkan pertentangan
merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan
ancaman dan kekerasan. (http://massofa.wordpress.com/2008/02/06/bidang-
kajian-sosiologi-dan-interaksi-sosial/) diunduh 30 Desember 2010.
d. Ciri - Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim Sosiologi (2002: 23), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara
lain : a). Jumlah pelakunya lebih dari satu orang, b). Terjadinya komunikasi di
antara pelaku melalui kontak social, c). Mempunyai maksud atau tujuan yang
jelas, d). Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu.
e. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat Tim Sosiologi (2002: 26), interaksi sosial dapat
berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu: a). Kontak sosial,
adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal
terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu
dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik. b). Komunikasi,
artinya berhubungan atau bergaul dengan orang satu.
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut
hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan
kelompok. Dua syarat terjadinya interaksi sosial : 1) Adanya kontak sosial (social
contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antar individu, antar
individu dengan kelompok, antar kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula
bersifat langsung maupun tidak langsung; 2) Adanya komunikasi, yaitu seseorang
memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi
terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
10. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Nana Sudjana (1996) berpendapat pengertian prestasi belajar adalah beragam
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Prestasi belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersiufat terukur berupa
penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dicapai siswa dari apa
yang telah dipelajari di sekolah ( Mulyasa, 2005). Sedangkan dalam KBBI
prestasi belajar diartikan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, alzimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka yang diberikan oleh guru( Depdiknas, 2002: 895)
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari apa yang dicapai dalam
hubungannya dengan bahan yang telah dipelajari yang tampak dalam tingkah
lakunya. Prestasi belajar merupakan kecakapan aktual yang diperoleh seseorang
setelah belajar dan suatu kecakapan potensial yaitu kemampuan dasar yang berupa
disposisi yang dimiliki oleh individu untuk mencapai prestasi. Keberhasilan siswa
dalam belajar ditandai dengan prestasi yang dicapai siswa. Prestasi belajar adalah
merupakan pencerminan dari proses pembalajaran yang telah berlangsung.
Diperolehnya prestasi belajar dapat diketahui tingkat penguasaan, pengetahuan
dan pemahaman pada materi pelajaran yang dipelajarinya. Prestasi belajar dibagi
menjadi tiga kategori yaitu : 1) kognitif; 2) afektif; dan 3) psikomotor (Bloom
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dalam Suharsimi Arikunto,2003: 112). Hasil prestasi belajar yang berupa nilai
kognitif, afektif dan psikomotor merupakan puncak dari keberhasilan siswa dalam
proses pembalajaran. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang
setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Di dalam webster’s New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang
prestasi yaitu: “Achievement test a standardised test for measuring the skill or
knowledge by person in one more lines of work a study†(Webster’s New
Internasional Dictionary, 1951 : 20). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
prestasi ialah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan)
(Pusat Pembinaan Bahasa, 1989 : 700).
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah
hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai
dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa
nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai
seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai
sumatif. Prestasi belajar merupakan hasil aktivitas yang dilakukan oleh siswa
dalam proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan yang memenuhi nilai
kognitif, afektif dan psikomotor pada materi pelajaran tertentu.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil
belajar atau prestasi belajar. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1). Faktor dari dalam diri siswa: (1) Kesehatan, Apabila kesehatan anak terganggu
dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat
membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan
pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses
belajar. (2) Intelegensi,faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori Multiple
Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu
linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial
interpersonal dan intrapersonal.(3) Minat dan motivasi, minat yang besar terhadap
sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah
dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu.
Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan. (4) Cara
belajar, Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk
catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar; 2). Faktor
Lingkungan: (1) Keluarga, Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan
anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua
dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi
prestasi belajar anak. (2) Sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru,
perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga
mempengaruhi anak dalam proses belajar. (3) Masyarakat, apabila masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama
anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.
c. Pengukuran Prestasi Belajar
Tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah
dicapai oleh siswa dalam belajar. Robert L. Ebel (1979) dalam Saifuddin Anwar
(2007: 14) mengatakan bahwa fungsi utama tes prestasi di kelas adalah mengukur
prestasi belajar para siswa. Proses pembelajaran dilaksanakan untuk melakukan
perubahan terhadap kompetensi siswa. Kompetensi yang kita maksudkan terkait
dengan 3 (tiga) aspek dasar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Sementara
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa, maka sekolah mengadakan tes
prestasi belajar. Tes prestasi belajar ini dilakukan beberapa kali dalam proses
pembelajaran.
Tes prestasi belajar merupakan kegiatan pengukuran hasil belajar siswa. Hal ini
dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru
menyelenggarakan proses pembelajaran. Dengan tes prestasi belajar inilah, maka
guru dapat mengevaluasi program pembelajaran yang sudah disusun dan
selanjutnya menjadikan hal tersebut sebagai acuan untuk proses penyelenggaraan
selanjutnya.
Seperti kita ketahui, proses pembelajaran itu adalah kegiatan
berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan berlangsung
dalam tingkatan waktu dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itulah, maka
pada setiap tingkatan kita harus mengetahui taraf kemampuan siswa. Untuk hal
tersebut, maka tes prestasi belajar merupakan cara efektif untuk mengetahuinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Pengukuran dalam sekolah berkaitan dengan deskripsi kuantitatif mengenai
tingkah laku siswa. Pengukuran hanya memberikan angka-angka tentang sesuatu
berdasarkan kriteria tertentu. Lord dan Novick (1968) dalam Suke Silverius
(1991:6) mendefinisikan pengukuran sebagai “A procedure for assigning numbers
(usually called score) to a specified attribute or characteristic of persons in such
a manner as to maintain the real world relationships among the persons with
regard to the attribute being measured”. Definisi ini diterjemahkan bebas oleh
penulis: “Suatu prosedur untuk memberikan angka (biasanya disebut skor) kepada
suatu sifat atau karakteristik tertentu seseorang sedemikian sehingga
mempertahankan hubungan senyatanya antara seseorang dengan orang lain
sehubungan dengan sifat yang diukur itu.”
Definisi tersebut memberikan pengertian bahwa angka-angka (skor) yang
diberikan dalam pengukuran tetap mempertahankan hubungan antarsiswa seperti
yang ada dalam kenyataannya. Siswa yang lebih pintar fisika mestinya mendapat
nilai yang lebih tinggi daripada siswa yang kurang pintar fisika dalam pengukuran
dengan obyek fisika. Secara umum pengukuran merupakan suatu proses
pemberian angka pada seseorang berdasarkan kriteria tertentu. Hasil pengukuran
dapat dipakai untuk membuat penilaian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2000), “hasil belajar adalah hasil yang
dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan
penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan
pelajaran atau materi yang diajarkan dapat dipahami siswa”. Untuk dapat
menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
menilai hasil belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik
dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan.
Hasil belajar yang diperoleh merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Untuk dapat memperoleh hasil pembelajaran yang
maksimal tidaklah mudah diperlukan usaha yang cukup keras bagi siswa, guru,
dan juga pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran baik yang langsung
maupun tidak langsung. Pengertian prestasi belajar menurut Ngalim Purwanto
(1994: 84) adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu pengertian.”
Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap
domain psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar
siswa. Menurut Syaiful Sagala (2005: 12), bahwa untuk menangkap isi dan pesan
belajar maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada
ranah-ranah diantaranya ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Kognitif yaitu
kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan
perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbada dengan penalaran yang terdiri
dari penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan hidup.
Psikomotorik yaitu kemempuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani terdiri
dari kesiapan, persepsi, gerakan terbiasa, gerakan terbimbing, gerakan kompleks,
penyesuaiaan pola gerakan dan kreatifitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah
tersebut, khususnya ranah siswa sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil
belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang
dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan
tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan
perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta,
rasa maupun karsa (Muhibbin, 2006: 213).
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Nana Sudjana, 2008:3). Jenis
penilaian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penilaian formatif, yang
dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada pokok bahasan listrik statis. Alat
penilaian yang dalam bentuk tes maupun non-tes. Penilaian non-tes digunakan
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam aspek afektif dan psikomotor,
sedangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam aspek kognitif
umumnya dilakukan dengan tes. Alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas
yang baik apabila alat tersebut memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau
validitasnya dan keajegannya atau reliabilitasnya (Nana Sudjana, 1996: 12). Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui prestasi belajar
dilakukan evaluasi atau penilaian. Bentuk penilian berupa tes maupun non tes. Tes
yang baik harus memenuhi kriteria tertentu dan juga harus sesuai dengan tujuan
peruntukannya.
Berdasarkan konsep dasar pembelajaran dan aspek utama yang diinginkan
mengalami perubahan dalam proses pembelajaran, maka tes prestasi belajar dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dikelompokkan pada 3 (tiga) kelompok dasar, yaitu: 1) Tes kemampuan Afektif,
Tes kemampuan afektif merupakan jenis tes prestasi belajar yang diarahkan untuk
mengetahui tingkat penguasaan aspek afektif pada siswa. Aspek afektif adalah
aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai positif yang dimiliki siswa. Tes
prestasi belajar pada aspek afektif ini terkait dengan moral, tingkah laku,
kesehatan, dan berbagai nilai positif yang dimiliki sebagai bagian bangsa yang
beradab.
Tes prestasi belajar siswa dalam aspek afektif dapat kita ketahui selama proses
pendidikan dan pembelajaran berlangsung. Aspek afektif itu melekat dalam diri
dan pola hidup siswa sehingga tes prestasi belajarnya kita lakukan selama proses
berlangsung. 2) Tes kemampuan kognitif, Tes kemampuan kognitif merupakan
jenis tes prestasi belajar yang terkait dengan pengetahuan hasil belajar. Selama
proses belajar yang diikuti, siswa mendapatkan berbagai macam pengetahuan
yang sangat berguna bagi kehidupan. Pengetahuan inilah yang diharapkan dapat
menjadi bekal menghadapi kehidupan yang lebih baik. Dan, untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, maka kita melakukan tes prestasi
belajar. Untuk mengetahui hasil tes prestasi belajar siswa dalam aspek kognitif ini,
maka dapat melihat dari hasil saat siswa mengikuti berbagai ujian atau tes yang
diselenggarakan sekolah dan guru dalam waktu tertentu. 3) Tes kemampuan
psikomotor, Tes kemampuan psikomotor adalah terkait dengan keterampilan yang
didapatkan siswa dari proses pendidikan dan pembelajarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Dengan mengetahui tingkat kemampuan ini, maka kita dapat menentukan
tingkat kemampuan siswa untuk bekerja, melakukan kegiatan kerja. Oleh karena
itulah, maka tes prestasi belajarnya berupa kegiatan keterampilan.
Prestasi belajar siswa mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik,
Informasi ranah kognitif dan psikomotorik diperoleh dari sistem penilaian yang
digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar,
sedangkan ranah afektif diperoleh melalui kuesioner, inventori dan, pengamatan
yang sistematik. Hasil penilaian ranah kognitif dapat berupa nilai angka, untuk
SMP nilai angka dinyatakan dalam rentang nol (0) sampai dengan seratus (100),
penilaian ranah afektif digunakan skala Likert yang dimodifikasi yaitu skor
tertinggi empat (4) dan terendah satu (1), sedangkan penilaian ranah psikomotor
digunakan tingkatan skor (misal : 5, 4, 3, 2, 1).
11. Bahan Ajar Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga
suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari ekosistem
disebut ekologi. Ekologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos
dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, dan logos artinya ilmu. Istilah
ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).
Ekosistem Habitat dan Nisia
Satuan Makhluk Hidup dalam Ekosistem
Biosfir
Ekosistem
Komunitas
Populasi
Individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Gambar 2.4 Peta Konsep ekosistem
a. Satuan Makhluk Hidup dalam Ekosistem
Makhluk hidup dalam ekosistem membentuk tatanan atau organisasi tertentu.
Organisasi terkecil dalam ekosistem disebut individu. Contohnya: seekor kerbau,
seekor rusa, sebatang pohon meranti, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia
merupakan individu dalam ekosistem.
Individu-individu sejenis berkumpul dan berinteraksi membentuk organisasi
yang lebih besar yang disebut populasi. Populasi merupakan kumpulan individu
sejenis pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Jadi rusa-rusa di padang
rumput, pohon-pohon kelapa di perkebunan, dan penduduk (manusia) di suatu
kelurahan merupakan populasi. Kehidupan suatu populasi dipengaruhi oleh
populasi makhluk hidup yang lain. Jumlah individu sejenis dalam satuan luas
tertentu pada jangka waktu tertentu disebut kepadatan populasi. Beberapa
populasi makhluk hidup dalam suatu lingkungan berinteraksi membentuk
komunitas. Komunitas merupakan kumpulan beberapa populasi yang berbeda
yang saling berinteraksi pada daerah dan waktu tertentu. Misalnya populasi ikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
nila, populasi ikan mujair, populasi eceng gondok, populasi plankton, dan
populasi Hydrilla merupakan anggota komunitas kolam. Komunitas dan
lingkungannya selalu berhubungan timbal balik membentuk ekosistem.
1). Individu, individu adalah satu makhluk hidup, misalnya seekor semut, seekor
burung dan sebuah pohon; 2) Populasi, populasi adalah kumpulan individu sejenis
yang dapat berkembangbiak serta berada pada tempat yang sama dan dalam kurun
waktu yang sama; 3) Komunitas, komunitas adalah kumpulan beberapa macam
populasi yang menempati daerah yang sama pada waktu yang sama, contohnya
komunitas hutan jati, padang rumput dan hutan pinus; 4) Ekosistem, ekosistem
adalah kesatuan komunitas dan lingkungannya yang membentuk suatu hubungan
timbal balik di antara komponen-komponennya. Komponen suatu ekosistem
mencakup seluruh makhluk hidup dan makhluk tidak hidup yang terdapat di
dalamnya; 5) Bioma, bioma adalah suatu ekosistem darat yang khas dan luas
cakupannya.6) Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang
baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang
besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk
hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan
antarmakhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau
lingkungannya.
b. Habitat dan Nisia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Seluruh ekosistem di dunia disebut biosfer. Dalam biosfer, setiap makhluk
hidup menempati lingkungan yang cocok untuk hidupnya. Lingkungan atau
tempat yang cocok untuk kehidupannya disebut habitat. Dalam biologi kita sering
membedakan istilah habitat untuk makhluk hidup mikro, seperti jamur dan
bakteri, yaitu disebut substrat. Dua spesies makhluk hidup dapat menempati
habitat yang sama, tetapi tetap memiliki relung (nisia) berbeda. Nisia adalah
status fungsional suatu organisme dalam ekosistem. Dalam nisianya, organisme
tersebut dapat berperan aktif, sedangkan organisme lain yang sama habitatnya
tidak dapat berperan aktif. Sebagai contoh marilah kita lihat pembagian nisia di
hutan hujan tropis.
c. Komponen-komponen ekosistem
Ekosistem tersusun dari komponen biotik (berbagai makhluk hidup) dan
komponen abiotik. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik komponen
biotik dan abiotik dalam ekosistem disebut ekologi. Dalam suatu ekosistem,
hubungan antarkomponen berlangsung sangat erat dan saling memengaruhi. Oleh
karena itu gangguan atau kerusakan pada salah satu komponen dapat
menyebabkan kerusakan seluruh ekosistem. Manusia merupakan komponen
ekosistem yang dapat berpotensi sebagai penyelamat dan perusak ekosistem.
Komponen biotik suatu ekosistem meliputi berbagai jenis makhluk hidup.
Berdasarkan fungsi atau tingkatan trofiknya, komponen biotik dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer (pengurai).
Produsen adalah makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri, yaitu
tumbuhan. Tumbuhan dapat membuat makanan sendiri melalui proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
fotosintesis. Energi yang digunakan dalam fotosintesis diperoleh dari energi
matahari, sehingga matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di
bumi.
Gambar 2.5 Saling Ketergantungan Bakteri yang hidup di lautan dalam dapat mengambil energi dari bahan-bahan
kimia yang ada di sekitarnya untuk melakukan kemosintesis. Bila produsen
dimakan oleh makhluk hidup lain, maka terjadi perpindahan makanan dari
produsen ke hewan tersebut. Jadi hanya produsen yang dapat membuat makanan
sendiri dan dikatakan bersifat autotrof.
Konsumen memperoleh energi dari bahan makanan yang dibuat oleh
produsen. Karena tidak dapat membuat makanan sendiri dan selalu bergantung
pada makhluk hidup lain, maka konsumen bersifat heterotrof. Berdasarkan jenis
makanannya, konsumen dapat dibagi menjadi empat jenis seperti pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.1 : Jenis –Jenis Konsumen Berdasarkan makanannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Konsumen Sumber Makanan
Contoh
Herbivora Tumbuhan Rusa, kambing, belalang
Karnivora Hewan Harimau, serigala, burung
hantu
Omnivora Tumbuhan dan
hewan
Musang, beberapa jenis tikus
Detrivor Detritus Cacing tanah
Organisme yang memakan produsen (hewan herbivora) disebut konsumen
pertama. Organisme yang memakan hewan herbivora (hewan karnivora) disebut
konsumen kedua. Organisme yang memakan konsumen kedua disebut konsumen
ketiga, dan seterusnya. Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang
berperan sebagai pengurai zat-zat yang terdapat dalam makhluk hidup yang sudah
mati. Jadi dekomposer menguraikan zat organik menjadi bahan anorganik kembali
yang dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen. Contoh dekomposer dalam
ekosistem adalah bakteri dan jamur saprofit. Tempat yang sesuai bagi makhluk
hidup untuk melakukan aktivitas hidupnya disebut habitat. Habitat menyediakan
makanan dan tempat berlindung bagi makhluk hidup.
Peranan makhluk hidup pada suatu ekosistem disebut nisia. Nisia berkaitan
dengan jenis makanan, cara mencari makan, dan waktu mencari makan. Misalnya
di suatu hutan terdapat kelelawar yang hidup dengan memakan buah-buahan di
malam hari dan burung hantu yang memakan tikus atau hewan kecil lainnya di
waktu yang sama. Dengan demikian nisia kelelawar dan burung hantu berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
meskipun mereka tinggal di habitat yang sama dan mencari makan ada waktu
yang sama pula.
Komponen abiotik menyediakan tempat hidup, makanan, dan kondisi yang
diperlukan oleh komponen biotik, sehingga kom-posisi komponen abiotik sangat
memengaruhi jenis komponen biotik yang dapat hidup. Komponen abiotik yang
memengaruhi komponen biotik dalam suatu ekosistem antara lain air, tanah, suhu,
cahaya matahari, udara, kelembapan, dan keasaman (pH).
Ekosistem yang seimbang adalah ekosistem yang komponen penyusunnya
memiliki komposisi yang seimbang. Daya lenting ekosistem adalah kemampuan
ekosistem untuk pulih kembali dalam keadaan seimbang. Contoh hubungan saling
ketergantungan komponen ekosistem adalah sebagai berikut: Komponen biotik
memengaruhi komponen abiotik, adalah tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis
menghasilkan oksigen, sehingga kadar oksigen meningkat dan suhu lingkungan
menjadi sejuk. Jadi tumbuhan hijau (komponen biotik) mampu memengaruhi
komposisi udara dan suhu lingkungan (komponen abiotik). Komponen abiotik
memengaruhi komponen biotik, adalah cahaya, tanah, air, udara, dan unsur hara
(komponen abiotik) memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
(komponen biotik).
Sedangkan contoh hubungan saling ketergantungan antara sesama komponen
biotik adalah sebagai berikut: Saling ketergantungan intraspesies (makhluk hidup
sejenis), contohnya sekumpulan lebah saling bekerja sama mengumpulkan madu
sebagai cadangan makanan di sarangnya. Saling ketergantungan antarspesies
(makhluk hidup tidak sejenis), contohnya tanaman kacang-kacangan memerlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
bakteri Rhizobium untuk membantu menambat nitrogen bebas dari udara,
sedangkan bakteri Rhizobium memerlukan media atau substrat dan makanan untuk
hidup. Saling ketergantungan antarspesies yang berbeda jenis juga terjadi dalam
peristiwa makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan menimbulkan
perpindahan materi dan energi. Hal ini akan membentuk jaring-jaring kehidupan
yang terdiri dari rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan.
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan yang digambarkan
secara skematis dalam bentuk garis lurus searah dan tidak bercabang. Misalnya
rantai makanan yang terdapat di sebuah kebun secara sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar: 2.6 Rantai Makanan
Dari peristiwa makan dan dimakan di atas, akan terjadi perpindahan atau aliran
energi dari produsen (rumput) ke konsumen I (belalang) hingga konsumen puncak
(elang). Di alam, beberapa proses makan dan dimakan (rantai makanan) saling
berkaitan membentuk sebuah jaring-jaring makanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Gambar 2.7 Jaring–jaring makanan
Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan
komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak
dalam suatu ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang
menempati dasar piramida. Demikian pula jumlah energi terbesar terdapat pada
dasar piramida.
Gambar 2.8 Piramida makanan
Konsumen IV
Konsumen III
Konsumen II
Konsumen I
Produsen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Gambar 2.9Arus energi
Keseimbangan ekosistem dapat terjadi bila ada hubangan timbal balik di antara
komponen–komponen ekositem.
d. Pola interaksi antar organisme
1). Netralisme: pola interaksi yang tidak saling mengganggu walaupun dalam habitat yang sama sehingga dapat hidup bedampingan . contoh: antara kambing dan kumbang di lapangan, 2). Antibiosis: pola interaksi antar organisme ynag satu menghasilkan zat antibiotik/ racun yang berbahaya bagi makhluk hidp yang lain. Contoh jamur penicilium dengan bakteri. 3). Kompetisi: Persaingan antar makhluk hidup untuk mendapatkan kebutuhan hidup yang sama, 4). Predasi/predatorisme: hewan yang satu memangsa hewan yang lain . contohnya ulat memangsa tikus, singa memangsa rusa , hewan pemangsa di sebut predator. 5). Simbiosis: hubungan yang erat antara dua organisme yang berbeda spesies yang hidup bersama.
(a). simbiosis mutualisme : kerja sama saling mnengunungkan antara dua jenis organisme contohnya: kacang tanah dengan bakteri rhizobium. Rhizobium dapat menambat nitrogen dari udara, dan memberikan nitrogen pada tanaman kacang-kacangan sebaliknya tanaman kacang-kacangan membentuk bintil akar untuk melindungi bakteri dan memberikan air serta nutrisi. Lebah dengan bunga. Bunga menyediakan makanan bagi lebah berupa madu, sebaliknya lebah membantu terjadinya penyerbukan bunga, Jamur dengan ganggang: simbiosis mutualisme yang terjadi antara jamur dengan ganggang. Yaitu membentuk lumut kerak ( Lichenes). Antara manusia dan bakteri Escherichia coli. Manusia memberikan perlindungan,makanan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
lingkungan yang cocok bagi bakteri tersebut dalam ususnya, sedangkan bakteri tersebut menghasilkan vitamin K yang berperan dalam proses pembekuan darah.
(b). Simbiosis Parasitisme: hubungan antara dua organisme berbeda jenis dimana salah satu pihak mendapat untung, pihak lain di rugikan, pihak yang untung disebut parasit yang rugi disebut inang. Contohnya kutu kepala, cacing pita yang hidup dalam usus manusia .contoh lain tumbuhan rafflesia , tumbuhan ini tidak mempunyai daun sehingga tidak dapat berfotosintesis, batangna membentuk benang yang masuk ke dalam jaringan tumbuhan inang
(c). Simbiosis komensalisme.: organisme yang satu mengntungkan satu pihak sedangkan organisme lain tidak diuntungkan dan juga tidak dirugikan. Organisme yang untung disebut komensal contohnya: ika remora dengan ikan hiu, ikan remora menempel pada ikan hiu sehingga ia dapat berpindah tempat selain juga mendapat perlindungan dari ikan hiu,sementara ikan hiu tidak terganggu dari ikan remora
e. Macam-macam ekosistem
Ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan
abiotiknya. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan pada suatu ekosistem
bersifat khusus. Artinya interaksi komunitas di lingkungan kutub berbeda dengan
interaksi komunitas di lingkungan tropis. Komunitas yang dipengaruhi oleh
lingkungan abiotik yang spesifik menghasilkan ekosistem yang spesifik pula.
Berdasarkan proses dua, yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan.
a). Ekosistem alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara alamiah. Misalnya :
ekosistem hutan, laut, sungai, dan rawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
b). Ekosistem buatan, yaitu ekosistem yang dibentuk secara sengaja oleh
manusia. Misalnya ekosistem sawah, kolam, perkebunan, dan hutan
budidaya.
Gambar 2.11 Ekosistem Buatan
Beberapa ekosistem membentuk bioma dan keseluruhan ekosistem yang ada
di bumi merupakan biosfer. Di bumi terdapat 6 bioma utama yaitu bioma gurun,
padang rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga, dan tundra. Masing-masing
Waduk Pondok Ngawi
Gambar 2.10 Macam-macam Ekosistem alami
sawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
bioma mempunyai sifat yang khas yang dipengaruhi oleh kondisi komponen
abiotiknya. Perkembangan ekosistem dari ekosistem yang sederhana menjadi
ekosistem yang kompleks dan seimbang disebut suksesi.
c). Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.
Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan
menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.
(1). Bioma gurun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang
berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan
curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa mendapai
45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat
rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat
besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu,
di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya
kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan
untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular,
kadal, katak, dan kalajengking.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Gambar 2.12 Bioma Setengah Gurun
Gambar 2.13 Bioma Gurun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
(2). Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke
subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun
dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase
(aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan
rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain:
bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga,
tikus dan ular
Gambar 2.14 Bioma padang rumput
(3). Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik. Ciri-cirinya
adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak,
jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak
geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon
tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar
organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan
kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan
basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan
anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan,
harimau, dan burung hantu.
(4). Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah
curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami
empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20)
dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing,
burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
Gambar 2.15 Bioma Hutan gugur
Musim gugur Musim dingin
Musim panas Musim semi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
(5). Bioma Taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan
daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya
taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus,
dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara
lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke
selatan pada musim gugur.
Gambar 2.16 Bioma Hutan Taiga
(6). Bioma Tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub
utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di
daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada
umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada
musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki
rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub,
dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
Gambar 2.17 Boima Tundra
d). Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi
cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang
terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir
semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air
tawar pada umumnya telah beradaptasi. Adaptasi organisme air tawar adalah
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
(1). Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya
kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga
maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai
(Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan
tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan
tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
(2). Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang
bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi
yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan
tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air
dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. Habitat air
tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan
organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
1). Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan),
dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan
saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.
2). Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
a). Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya
melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b). Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
c). Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air
atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d). Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e). Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya
cacing dan remis.
f. Keanekaragaman Organisme dalam Ekosistem
Bumi ditempati oleh sejumlah besar makhluk hidup yang berbeda-beda.
Kehidupan dapat ditemukan hamper di setiap tempat di bumi: di udara, di daratan,
di bawah tanah, dan di tanah. Di antara makhluk hidup yang ada di dunia ini kira-
kira 1,4 juta spesies yang telah diidentifikasi dan diberi nama. Ahli biologi
memperkirakan bahwa masih ada 1 juta lebih spesies yang belum ditemukan.
Keanekaragaman makhluk hidup di dunia ini terjadi dari adanya perbedaan pada
sifat seperti ukuran, struktur, bentuk, warna, fungsi organ maupun pada tempat
hidup atau habitatnya.
1). Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah bahan mentah yang berasal dari lingkungan yang
dimanfaatkan organisme termasuk manusia untuk kelangsungan hidupnya.
Sumber daya alam meliputi faktor abiotik dan biotik, misalnya air, tanah, udara,
hutan, minyak bumi, mineral dan tumbuhan serta satwa liar. Makanan yang kamu
makan, baju yang kamu pakai, dan topi yang kamu pakai di kepalamu, semuanya
diperlukan untuk kelangsungan hidup, dan semuanya berasal dari sumber daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
alam. Terdapat dua macam SDA, yaitu SDA yang dapat diperbarui dan yang
kedua SDA yang tidak dapat diperbarui.
(a). Sumber Daya Alam yang dapat Diperbarui
Organisme autotrof menghasilkan oksigen selama proses fotosintesis. Oksigen
ini secara konstan dikonsumsi oleh semua organisme aerobik. Bahan-bahan ini
dibutuhkan makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. Air mengalami daur
secara alami dari atmosfer pada permukaan bumi, ikut terbawa melalui jaring-
jaring makanan dan kembali ke bumi. Nitrogen, karbon, dan substansi penting
lainnya didaurulang dengan cara yang mirip. Sumber daya alam yang dapat
disediakan atau dibentuk kembali oleh alam dalam waktu yang relatif cepat
disebut sumber daya alam yang dapat diperbarui (Renewable resources). Contoh
lain sumber daya alam yang dapat diperbarui termasuk tumbuhan, hewan, hasil
panen pertanian, air, oksigen .
(b). Sumber daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah sumber daya alam yang
tersedia dalam jumlah terbatas dan tidak dapat dibentuk lagi oleh proses alam
dalam waktu singkat. Logam termasuk aluminium, besi, perak, uranium, dan
bahkan emas yang digunakan untuk membuat perhiasan dan koin adalah sumber
daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Beberapa mineral seperti fosfor, untuk membentuk kembali memerlukan
waktu 500 - 1000 tahun pada lapisan tanah pada kedalaman 2,5 cm. Mineral yang
demikian ini dianggap sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Karena itu komponen bahan-bahan yang sangat lambat proses pembentukkannya
di lingkungan alami dinyatakan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Perhatikan contoh yang memperlihatkan penambangan minyak bumi
yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Gambar 2.18 Penambangan minyak bumi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
2). Persediaan Sumber Daya Alam
Persediaan SDA di alam tidak selalu dalam jumlah yang banyak dan
berlimpah. Banyak di antara SDA itu yang persediaannya terbatas. Oleh karena itu
penggunaan SDA macam ini harus dilakukan secara bijaksana dan berhemat.
Beberapa contoh SDA yang terbatas jumlahnya adalah minyak bumi, mineral,
barang tambang lainnya, dan hutan. Di samping persediaan yang terbatas,
distribusi SDA ini di alam juga tidak merata. Ada daerah yang sangat kaya dengan
minyak bumi dan mineral tapi ada juga daerah yang amat miskin dan tidak
memiliki kekayaan alam seperti itu. Banyak negara di dunia ini yang kaya akan
minyak bumi dan dikenal sebagai negara pengekspor minyak (OPEC).
3). Hutan Hujan Tropis
Wilayah hutan hujan tropis di dunia terdiri dari banyak bioma, dari area yang
bermusim kering, padang rumput, hingga gunung yang tinggi. Keanekaragaman
hayati paling tinggi di bumi ditemukan pada hutan hujan tropis. Hutan hujan
tropis di dunia ini terdapat di Lembah Amazon Brasil, Lembah Kongo Afrika
Tengah, Amerika Tengah, dan dekat daerah ekuator Asia Tenggara dan Indonesia.
Sebagian kecil dari hutan hujan tropis ini juga terdapat di Pantai Tenggara
Australia. Kira-kira 7% permukaan bumi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Gambar 2.19 Hutan Tropis Penebangan pohon pada lahan yang tandus akan menyebabkan pertumbuhan
tanaman dan kehidupan hewan di lahan tersebut akan terganggu. Sehingga
tanaman ini tidak mampu menyerap air akibatnya bila hujan turun akan terjadi
tanah longsor karena air mengikis tanah pada permukaan. Hilangnya sejumlah
vegetasi akan mempengaruhi fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Bila hilangnya
vegetasi itu berlanjut dalam skala yang cukup besar, maka hal itu akan
berpengaruh pada iklim global. Hutan hujan tropis akan habis dalam 20 tahun bila
pemerintah dan masyarakat tidak menghentikan atau mengurangi kerusakan
dalam skala besar.
Gambar 2. 20 Kerusakan SDA
Gambar diatas menunjukkan salah satu bentuk kerusakan SDA. Untuk
membentuk hutan kembali akibat kerusakan seperti ditunjukkan pada gambar
tersebut membutuhkan waktu berpuluh-puluh bahkan beratus tahun sebelum dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
kembali menjadi hutan seperti semula. berupa hutan dan 25% spesies yang ada di
bumi termasuk dalam bioma ini. Hutan hujan tropis berusia kira-kira 200 juta
tahun dan tidak seperti bioma lainnya tidak mengalami glasiasi. Hutan hujan
tropis terjadi pada area tropis yang mempunyai curah hujan tahunan normal
berkisar antara 200 – 400 cm, dengan kisaran temperatur antara 25° C dan 32° C.
Temperatur malam hari jarang turun lebih dari 5° C dari temperatur di siang hari.
Walaupun curah hujan bulanan bervariasi, tidak ada musim kering di sana, sebab
setiap bulan turun hujan; seringkali terbentuk awan pada siang hari. Kelembaban
jarang turun di bawah 80%. Kondisi iklim tersebut mendukung keanekaragaman
spesies hewan dan tumbuhan yang cukup besar di hutan hujan tropis. Hutan hujan
tropis didominasi pohon yang berdaun lebar selalu berwarna hijau, memiliki
batang yang sering tidak bercabang yang tingginya hingga 40 m atau lebih .
4). Kebutuhan Manusia Melebihi Persediaan Sumber Daya Alam
Penduduk dunia ini selalu bertambah dengan pesat karena keberhasilan di
dalam meningkatkan kualitas hidup, kesehatan. Dampak dari terlalu banyaknya
orang hidup di bumi, sadalah meningkatrnya kebutuhan akan makanan, air, ruang,
pakaian, transportasi, dan barang-barang penting lainnya. Ketika kebutuhan
terhadap sumber daya alam melebihi persediaan yang ada, maka kompetisi untuk
memperoleh sumber daya alam akan meningkat. Akibatnya harga sumber daya
alam akan naik.. Peningkatan kebutuhan sumber daya alam tidak hanya
menaikkan hargaharga rumah dan barang tetapi memaksa masyarakat tertentu
hidup apa adanya karena tidak mampu memenuhi kebutuhannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Gambar 2.21 Kemiskinan
kimia dalam ekosistem dapat berfungsi sebagai indikasi penyebab kerusakan.
Untuk membandingkan bahan kimia yang berbahaya dan tidak, dibutuhkan
eksperimen untuk menentukan toksisitas bahan tersebut. Toksisitas adalah suatu
pengukuran berapa banyak suatu bahan diperlukan untuk meracuni atau
membunuh organisme.
g. Kerusakan Ekosistem
1). Pencemaran Lingkungan
Pada kegiatan penyelidikan, kamu telah mengamati bagaimana kualitas air di
kolam atau sungai di lingkungan sekolahmu dan kamu juga telah melihat apakah
air di kolam atau sungai itu beracun bagi tumbuhan atau hewan yang ada di situ.
Kualitas air yang “baik” bagi organisme di kolam atau sungai itu mungkin “tidak
sesuai” bagi organisme yang lain bahkan dapat menyebabkan kematian.Masuknya
bahan-bahan beracun ke dalam lingkungan merupakan pencemaran (polusi).
Polusi adalah suatu proses rusaknya lingkungan. Polutan adalah limbah yang
menyebabkan polusi. Tumpukan sampah yang berpotensi menghasilkan nitrogen
dari proses penguraian sampah dan merupakan nutrient esensial bagi semua
organisme, dapat pula menjadi polutan. Bahan-bahan penyebab polutan kadang
dapat kita temukan dengan mudah dalam ekosistem. Misalnya, bila kita melihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
banyak ikan mati di pinggir-pinggir sungai, ilmuwan dapat memeriksa kualitas air
sungai tersebut. Ilmuwan dapat memeriksa kandungan oksigen, pH, atau jumlah
bakteri yang dapat membunuh ikan itu. Pada kejadian lain, analisis kimia
kompleks diperlukan untuk memeriksa kualitas air. Ilmuwan menggunakan alat
seperti kromatografi gas untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bahan kimia
dalam ekosistem. Adanya bahan kimia dalam ekosistem dapat berfungsi sebagai
indikasi penyebab kerusakan. Untuk membandingkan bahan kimia yang
berbahaya dan tidak, dibutuhkan eksperimen untuk menentukan toksisitas bahan
tersebut. Toksisitas adalah suatu pengukuran berapa banyak suatu bahan
diperlukan untuk meracuni atau membunuh organisme.
Gambar 2.22 Hasil studi toksisitas tentunya dipertimbangkan ketika digunakan untuk
memutuskan apakah suatu bahan itu termasuk polutan. Sebagai contoh, sianida
adalah bahan toksik yang digunakan pada beberapa proses industri. Limbah yang
Tempat pembuangan sampah (limbah padat) yang dihasilkan manusia merupakan salah satu polutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
mengandung sianida sangat berbahaya. Seorang dewasa akan sakit bahkan
meninggal jika mengkonsumsi sianida lebih dari 300 mg. Sianida secara alami
juga ditemukan dalam biji apel, daun singkong. Ilmuwan sering lebih khawatir
dengan jumlah bahan yang masuk dalam ekosistem daripada toksisitasnya.
Sejumlah besar bahan dapat menyebabkan polusi. Garam (NaCl) tidak toksik,
tetapi dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem,
perembesan air garam pada air tawar, kandungan garam dalam tanah menjadi
tinggi, sehingga beberapa tumbuhan tidak dapat tumbuh. Bahan kimia lain yang
dapat merusak ekosistem adalah pestisida. Pestisida adalah suatu bahan yang
digunakan membunuh hewan atau tumbuhan tidak dikehendaki berada di tempat
tertentu. Aturan penggunaan bahan tersebut dikembangkan berdasarkan studi
lingkungan. Efek faktor biotik lebih sulit diprediksi. Ketika bahan kimia masuk ke
dalam jaring-jaring makanan, organism dalam jaring-jaring makanan mungkin
menyimpan bahan ini dalam tubuhnya. Proses ini disebut biomagnifikasi,
beberapa organisme mempunyai kemampuan menyimpan bahan toksik ini dalam
jaringannya karena cara mereka makan. Organisme seperti kerang, hewan
bercangkang lainnya berpotensi sebagai penyaring makanan. Mereka memperoleh
makanan dengan memasukkan air untuk menangkap alga dan partikel makanan.
2). Hujan asam
Di atmosfer uap air menyebar, dan kembali ke permukaan bumi sebagai hujan,
salju, dan bentuk hujan lainnya. Di atmosfer, molekul air bergabung dengan
polutan udara, misalnya gas karbondioksida yang terlarut dalam titik-titik air
kemudian bergabung membentuk air dalam hujan, menghasilkan asam karbonat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
lemah. Akibatnya Ph air hujan yang biasanya normal menjadi asam. Polutan
udara, khususnya sulfur dioksida dan nitrogen oksida, meningkatkan keasaman
air hujan. Dengan adanya sinar matahari, polutan ini bereaksi dengan air dan
oksigen di udara membentuk asam sulfat dan asam nitrat. Jadi, hujan asam adalah
hujan atau salju yang keasamannya lebih daripada air hujan yang tidak terpolusi.
Sulfur dilepaskan terutama oleh pembakaran batubara pabrik dan energi yang
berasal dari tumbuhan. Sumber utama nitrogen oksida adalah knalpot kendaraan
bermotor. Pada beberapa kota dan area industri berat, jumlah polutan dilepaskan
ke udara begitu besar sehingga hujan atau salju menjadi asam seperti asam cuka;
bahkan kabut dan embun dapat menjadi asam sebagai akibat polusi udara. Air
hujan yang tidak terpolusi mempunyai pH 5,6 – 5,7. Hujan dengan pH dibawah
5,6 dianggap asam. Hujan melarutkan kal-sium, potasium, dan nutrien berharga
lainnya dari tanah. Karena nutrien ini tercuci oleh hujan asam, tanah menjadi
kurang subur. Hilangnya nutrien ini dapat menyebabkan kematian pohon. Hujan
asam juga menghancurkan jaringan tumbuhan dan mengganggu pertumbuhan
tumbuhan tersebut dan fiksasi nitrogen. Banyak pohon di hutan yang mati sebagai
akibat hujan asam. Hujan asam juga mempunyai efek pada ekosistem danau.
Hujan asam yang jatuh ke danau, melalui aliran sungai, menyebabkan pH pada
ekosistem tersebut turun di bawah normal. Berubahnya keasaman air mengganggu
ekosistem danau.
3). Efek Rumah Kaca
Apa yang terjadi pada udara dalam mobil tertutup yang sedang di parkir bila
terpapar matahari beberapa jam? Radiasi energi dari matahari memanaskan udara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
dalam mobil, membuat udara dalam mobil lebih hangat daripada di luar ruangan.
Kaca jendela mobil, seperti dinding kaca dari “green house”, menahan panas yang
terperangkap dalam mobil. Gas-gas di atmosfer menangkap banyak energi radiasi
dari matahari yang mencapai permukaan bumi. Daratan, air, dan segala sesuatu di
permukaan bumi mengabsorbsi energi matahari. Objek yang telah mengabsorbsi
energi ini memantulkan energi panas kembali ke sekitarnya. Atmosfer
memerangkap panas ini sehingga suhu udara menjadi lebih panas. Proses
penyimpanan panas oleh gasgas atmosfer ini disebut efek rumah kaca . Tanpa efek
rumah kaca, semua energi matahari akan dipantulkan kembali ke tempat
sekitarnya, dan bumi menjadi terlalu dingin bagi makhluk hidup untuk hidup dan
berkembang. Gas-gas yang berperan terhadap efek rumah kaca disebut gas-gas
rumah kaca, misalnya karbondioksida.
4). Polusi Air
Sumber daya alam yang langka. Jumlah air tawar hanya 3% dari total jumlah air
di bumi. Dari 3% itu, hanya 0,003% bersih dan aman, dan tersedia untuk
konsumsi manusia. Air dapat tercemar oleh minyak, limbah industri, sampah, dan
bahkan panas. Bila Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) menggunakan air dari sungai
untuk tujuan pendinginan, aliran yang kembali ke sungai lebih panas beberapa
derajat dari asalnya. Organisme sungai tidak dapat menyesuaikan perubahan
temperatur air secara cepat sehingga organisme tersebut mungkin mati. Air dapat
juga tercemar oleh pestisida dan pupuk yang digunakan petani. Bahan-bahan
kimia yang ada dalam tanah terbawa air hujan dan terangkut ke sumber air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
5). Polusi Tanah
Majalah, koran, tas plastik, botol, kaleng aluminium, potongan rumput, sisa
makanan merupakan limbah padat. Limbah padat adalah produk yang tidak
diinginkan yang dibakar atau ditimbun setiap tahun di seluruh dunia. Potongan
rumput, sisa-sisa hewan, koran, dan daun-daun yang mati diuraikan oleh pengurai
(decomposer) dalam tanah. Sebagian limbah dapat diuraikan secara alami menjadi
komponen-komponen kimia.
6). Efek Pencemaran Air
Pencemaran air dapat berpengaruh pada keperluan rumah tangga dan industri.
Air yang telah tercemar tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga
akan menimbulkan dampak sosial yang sangat luas dan akan memakan waktu
lama untuk memulihkannya. Bila air tidak dapat digunakan untuk keperluan
industry berarti usaha untuk meningkatkan kehidupan manusia tidak akan
tercapai. Contoh, air lingkungan yang berminyak (karena tercemar minyak) tidak
dapat lagi digunakan sebagai pelarut dalam industri kimia. Air yang bersifat sadah
karena terlalu banyak mengandung ion logam tidak dapat lagi digunakan sebagai
air ketel uap. Air yang tercemar juga tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan
irigasi, untuk pengairan di sawah dan kolam ikan karena adanya senyawa organik
yang menyebabkan perubahan drastis pada pH air. Air yang terlalu asam atau
terlalu basa juga akan mematikan tumbuhan dan hewan air. Selain itu juga banyak
senyawa anorganik yang menyebabkan kematian. Di samping itu juga banyak
ikan yang mati karena sungai atau tambaknya tercemar. Pencemaran air dapat
menimbulkan kerugian yang lebih jauh, yaitu kematian. Kematian dapat terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
karena pencemaran sangat parah sehingga air menjadi penyebab berbagai macam
penyakit. Air yang tecemar dapat menjadi penyebab sumber penyakit menular
karena: air merupakan tempat berkembangbiaknya mikroorganisme, termasuk
mikroba patogen; air yang telah tercemar tidak dapat digunakan sebagai air bersih,
sedangkan air bersih sudah tidak mencukupi sehingga kebersihan manusia dan
lingkungannya tidak terjamin yang pada akhirnya menyebabkan manusia mudah
terserang penyakit. Contoh limbah-limbah yang dapat diuraikan secara alami
misalnya potongan rumput, sisa hewan, dan sebagainya. Sebagian limbah lain
tidak dapat diuraikan secara alami, misalnya logam, dan sebagainya. Limbah yang
tidak dapat diuraikan inilah yang dapat menimbulkan masalah polusi bertahun-
tahun. Limbah lain adalah limbah dari bahan kimia yang antara lain sebagai hasil
samping dari proses industri. Beberapa limbah ini beracun dan dapat
menyebabkan kanker, mempengaruhi kelahiran, dan masalah kesehatan lainnya.
Beberapa limbah disimpan dalam tanki. Bila drum tidak ditutup rapat atau terjadi
kebocoran, bahan kimia tercecer dan mencemari tanah dan air. Dampak tidak
langsung akibat pencemaran daratan adalah melalui media lain. Contoh, tempat
pembuangan limbah padat, baik tempat penimbunan sementara maupun tempat
pembuangan akhir, akan menjadi tempat berkembangbiaknya tikus dan serangga
yang merugikan manusia, seperti lalat dan nyamuk. Tempat pembuangan sampah
adalah tempat kumuh, namun menyediakan makanan yang cukup bagi
perkembanganbiakan tikus, yaitu limbah organik terutama sisa-sisa makanan yang
dibuang di tempat itu. Celah-celah antara limbah padat seperti ban, kaleng bekas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
kardus, kotak kayu dan lain sebagainya merupakan tempat ideal bagi
persembunyian dan perkembangbiakan tikus.
7). Polusi Hutan dan Tanah
Hutan menyediakan kayu untuk bahan bakar, untuk bahan pembuatan rumah,
untuk bahan perabotan rumah tangga, dan lain-lain. Banyak
masyarakat/perusahaan menebang pohon dan menggunakan hasil hutan untuk
kepentingan industri sehingga bila musim hujan datang maka tidak ada akar
pohon yang menyerap air dan menahan tanah dari tempatnya. Air mencuci tanah.
Kondisi inilah yang menyebabkan erosi. Erosi adalah hilangnya tanah akibat
pengaruh angin, air, atau es. Hujan mencuci bagian atas tanah yang subur
sehingga pohon tidak dapat tumbuh pada lereng gunung yang tandus.
h. Pelestarian Ekosistem
Untuk menjaga kelestarian satwa langka, maka penangkapan hewan-hewan
dan juga perburuan haruslah mentaati peraturan tertentu seperti berikut: (1) para
pemburu harus mempunyai surat ijin, (2) senjata pemburu harus tertentu
macamnya, (3) membayar pajak dan mematuhi undang-undang perburuan, (4)
harus menyerahkan sebagian tubuh yang harus diburunya kepada petugas, (5)
dilarang memburu hewanhewan langka, (6) jenis hewan tertentu hanya boleh
ditangkap pada waktu tertentu saja, (7) tidak boleh memburu hewan yang sedang
bunting, dan (8) tidak boleh membiarkan hewan buruannya lepas dalam keadaan
terluka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
1). Melestarikan Satwa langka
Ada berbagai alasan yang dilakukan orang untuk mengambil sumber daya
alam hayati tersebut, misalnya untuk dijadikan sebagai sumber pangan, hiasan,
dan beberapa alasan lainnya. Hal ini akan makin buruk jika kita belum melakukan
penelitian tentang cara membudidayakan dan mengelola suatu jenis makhluk
hidup secara berkelanjutan. Misalnya ikan arwana (Schleropages formosus),
hewan tersebut banyak diburu orang untuk dikoleksi karena harganya yang amat
mahal. Sementara itu sampai saat ini belum banyak orang yang melakukan
penelitian tentang cara membudidayakan dan mengelolanya secara berkelanjutan.
2). Bioremediasi
Pencemaran kimia pada suatu ekosistem dapat menyebabkan kematian
sebagian atau semua organism hidup. Pada umumnya, komunitas bertahan hidup
karena keragaman metabolismenya, dalam hal ini beberapa organisme di dalam
komunitas itu menghilangkan sifat racun bahan kimia yang dihasilkan oleh
organisme lain. Pada saat mikrobia mengubah racun atau bahan-bahan yang
berbahaya menjadi molekul-molekul yang tidak berbahaya, proses pemurnian ini
disebut bioremediasi. Bioremediasi mikrobia memungkinkan untuk membantu
banyak masalah polusi kita dengan cara sederhana, dengan membiarkan
organisme mencerna polutan organik dan anorganik. Dengan demikian kita dapat
memperbaiki ekosistem yang rusak. Bahan organik beracun itu menyediakan
energi dan karbon untuk pertumbuhan mikrobia bioremediasi, yang
membersihkan lingkungan dalam proses tersebut. Sejumlah besar pestisida dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
bahan kimia yang dilepaskan ke lingkungan dalam waktu yang cukup lama telah
memungkinkan munculnya organisme yang mulai dapat mencerna bahan-bahan
tersebut.
3). Melestarikan Tumbuhan
Walaupun tumbuhan dan hewan termasuk sumber daya alam yang dapat
diperbarui, tetapi bila pengambilannya secara terus menerus tanpa memperhatikan
kecepatan daya reproduksinya maka dapat berakibat musnahnya sumber daya
alam hayati itu sendiri. Pemanfaatan sumber daya alam disebut berlebihan bila
jumlah yang diambil lebih besar dibanding dengan yang dapat dihasilkan dalam
waktu tertentu. Sumber daya alam berupa tumbuhan telah banyak yang punah dan
beberapa jenis tumbuhan langka terancam pula kepunahan, misalnya Raflesia
arnoldii. Dalam mengeksploitasi sumber daya, khususnya hutan sebagai habitat
banyak tumbuhan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) tidak
melakukan penebangan pohon di hutan dengan semena-mena (tebang habis), (2)
melakukan reboisasi, yaitu menghutankan kembali hutan yang rusak, (3)
mencegah kebakaran hutan.
4). Pencagaralaman
Cagar alam adalah sebidang tanah, suatu daerah yang disediakan dan ditata
untuk melindungi spesies flora dan fauna di dalamnya. Di dalam cagar alam tidak
dibolehkan adanya segala jenis eksploitasi. Berbeda dengan cagar alam, cagar
biosfer dapat pula meliputi daerah yang telah dibudidayakan manusia, misalnya
untuk pertanian secara tradisional dan permukiman. Karena itu, sebidang lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
yang tidak boleh dijamah, sukar untuk diterima. Tekanan makin besar agar cagar
alam diikutsertakan dalam pembangunan. Untuk mengatasi tekanan ini makin
banyaklah dipakai konsep taman nasional, di dalamnya dilakukan tujuan
pencagaralaman. Kegiatan itu, misalnya pariwisata, penelitian, dan pendidikan. Di
Indonesia beberapa cagar alam telah mempunyai status taman nasional, yaitu
Taman nasional Gede Pangrango dan Taman Nasional Ujung Kulon di Jawa
barat, Taman Nasional Baluran di Jawa Timur, Taman Nasional Komodo di Nusa
Tenggara Timur, Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh.
Peranan keanekaragaman mahluk hidup dalam ekosistem adalah sebagai
penyeimbang dalam ekosistem. Tindakan-tindakan yang dapat merusak
keanekaragaman mahluk hidup : 1).Perusakan hutan, penebangan hutan secara liar
dapat merusak struktur tanah, merusak tumbuhan yang kecil akibat tertimpa oleh
pohon besar yang ditebang dan satwa liar kehilangan tempat hidupnya. 2)
Penggunaan pestisida, penggunaan pestisida secara berlebihan tidak hanya
membunuh hama saja tetapi juga membunuh organism lainnya. 3) Perburuan liar,
perburuan liar seperti perburuan harimau dan ular untuk diambil kulitnya, gajah
untuk diambil gadingnya dan badak untuk diambil culanya akan membuat hewan-
hewan tersebut terancam punah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Gambar 2.23 Hutan lindung merupakan salah satu bentuk konservasi in-situ
Cara-cara memelihara kelestarian hutan dengan cara : 1). Reboisasi, 2)
Melakukan tebang pilih, 3) Menghindari kebakaran hutan, 4) Menetapkan Daerah
Perlindungan Alam. Contoh daerah perlindungan Alam di Indonesia :
1). Taman hutan raya dan hutan wisata, 2) Cagar Alam, 3) Taman nasional, 4)
Merehabilitasi Satwa Langka. Contoh : Merehabilitasi orang utan yang dipelihara
oleh perorangan dan disita oleh Negara kemudian dikembalikan lagi ke
habitatnya. Sebelum dikembalikan direhabilitasi dulu agar orang utan dapat
menyesuaikan diri dengan kehidupan hutan sebagai habitat aslinya. Pusat
rehabilitasi orang utan yaitu di Samboja, tanjung pinang dan bukit lawang.
Penangkaran satwa dan Tumbuhan Langka. Satwa langka dapat
ditangkarkan di kebun binatang atau tempat penangkaran yang ditunjuk. Jika
populasi sudah banyak, sebagian dilepaskan lagi di habitat aslinya. Tumbuhan
langka dapat ditangkarkan dikebun raya atau tempat konservasi alam lainnya.
Pembiakan di luar habitat aslinya disebut pembiakan secara ex situ. Sedangkan
pembiakan di dalam habitat aslinya disebut in situ.
Upaya-upaya untuk menjaga kelestarian hutan : 1). Reboisasi, yaitu
menanami kembali hutan-hutan yang telah gundul. Contohnya Reboisasi di
gunung kidul, reboisasi di lampung, reboisasi di lebak dll, 2).Melakukan tebang
pilih, yaitu menebang pohon dengan criteria-kriteria tertentu. Contohnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
menebang pohon jati yang diameternya sudah 75 cm, Menghindari kebakaran
hutan. Contoh : Untuk menghindari kebakaran hutan dapat dilakukan dengan
memberi pengarahan pada masyarakat agar tidak membakar lahan di sekitar
hutan. Memberi pelatihan pada masyarakat cara-cara pemadaman kebakaran hutan
jika ada kebakaran hutan.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Suwarna, (2009) dengan judul “Pembelajaran
kimia dengan metode STAD melalui teknik peta konsep dan teknik Puzzle
ditinjau dari interaksi sosial dan kemampuan memori. (Studi kasus
pembelajaran kimia pada materi pokok sistem koloid kelas XI Semester 2
SMA N 1 Karas Magetan Tahun 2008/2009 )”. Menyimpulkan bahwa teknik
peta konsep dan teknik Puzzle tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar,
kemampuan memori tinggi dan rendah mempengaruhi terhadap prestasi
belajar, interaksi sosial positif dan negatif tidak berpengaruh terhadap prestasi
belajar, tidak ada interaksi teknik peta konsep dan teknik Puzzle dengan
kemampuan memori terhadap prestasi belajar, tidak ada interaksi teknik peta
konsep dan teknik Puzzle dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar, ada
interaksi antara kemampuan memori siswa tinggi dan rendah dengan interaksi
sosial positif dan negatif terhadap prestasi belajar dan tidak ada interaksi
teknik peta konsep dan puzzle ,dengan kemammpuan memori dan interaksi
sosial terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
2. Penelitian yang dilakukan oleh Erwin Sulistiani (2006) dengan judul “Prestasi
Belajar Biologi pada pokok system Koordinasi Menggunakan Variansi Media
Pembelajaran Ditinjau Dari Kemampuan Memori Siswa (Studi Kasus
Penggunaan Media Pembelajaran LCD, OHP, Buku Teks Terprogran Pada
Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2005/2006).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, terdapat perbedaan pengaruh penggunaan
media pembelajaran terhadap prestasi belajar, terdapat perbedan pengaruh
kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa, terdapat pengaruh
interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan memori siswa
terhadap prestasi belajar siswa.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Harnowo (2009) dengan judul
”Pembelajaran Fisika Dengan Model Kooperatif Melalui Jigsaw dan STAD
Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus
Pembelajaran Fisika pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kebumen Semester
II Tahun Pelajaran 2008/2009)” Penelitian ini menyimulkan bahwa: 1) ada
pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi kalor.
2) maka ada interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar
terhadap prestasi belajar kalor.
4. ”Pembelajaran Kooperatif Dengan Modul dan Animasi Terhadap Prestasi
Belajar Ditinjau Dari Tingkat Kesulitan Belajar Siswa (Studi Pembelajaran
Biologi pada Materi Sistem Eskresi Kelas XI Semester 1 SMA Tauna
Nusantara Magelang)” Penelitian ini lakukan oleh Cecep Iskandar (2009) .
Adapun hasil penelitian ini adalah 1) terdapat pengaruh pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
kooperatif dengan modul dan animasi terhadap prestasi belajar pada materi
sistem Eskresi, 2) terdapat pengaruh tingkat kesulitan belajar rendah, sedand
dan tinggi terhadap dengan pembejaran siswa pada materi sistem Eskresi, 3)
Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif menggunakan modul
dan Animasi dengan tingkat kesulitan belajar terhadap persatsi belajar. Dalam
hal ini kami akan melakukan penelitian yang serupa dengan ketiga penelitian
diatas dengan metode kooperatif Jigsaw melalui hipermedia dan modul
ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar
siswa.
5. Durmus Kilic (2008) dalam Jurnal internasional yang berjudul ”The Effect of
the Jigsaw Technigue on Learning the Concepts of the Principles and
Methods of Teaching”. Dalam penelitian mengambil sampel 80 siswa yang
terbagi menjadi 40 siswa diterapkan kelompok pembelajaran Jigsaw dan 40
siswa diterapkan pembelajaran klasik sebagai kelompok kontrol. Pada akhir
penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan menuju ke
pembelajaran Jigsaw.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, serta didukung
dengan kajian teori yang diuraikan pada penelitian ini dapat dirumuskan kerangka
berpikir sebagai berikut:
1. Pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul terhadap
prestasi belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Rendahnya prestasi belajar biologi kelas VII SMP Negeri 2 Paron pada
tahun pelajaran 2009/2010 semester II dipengaruhi berbagai permasalahan, antara
lain siswa belum efektif mengikuti pembelajaran, penggunaan metode
pembelajaran belum menarik bagi siswa, serta guru kurang mampu memahami
model-model pembelajaran. Pada kerangka berpikir ini metode Jigsaw dengan
menggunakan hipermedia dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
karena dengan hipermedia ini dapat memberikan motivasi untuk belajar lebih giat
dan dapat melatih siswa untuk berpikir lebih kritis dan aktif dalam menangkap
materi pelajaran sehingga hal ini akan membantu proses belajar mengajar dan
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan mata pelajaran biologi
yang tercermin dalam prestasi belajar.
Penggunaan modul dalam pembelajaran dapat digunakan secara mandiri,
kapan saja, dimana saja dan dalam situasi apapun. Modul juga dapat digunakan
sebagai acuan pada belajar bersama. Penggunaan modul membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk memahami suatu materi pelajaran dan perlu motivasi yang
tinggi dari dalam diri siswa sendiri untuk belajar dengan modul. Dari pemikiran di
atas, dapat diasumsikan bahwa pembelajaran menggunakan hipermedia dan modul
mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Penggunaan
hipermedia akan memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan
menggunakan modul.
Berdasarkan pertimbangan diatas bahwa teori bejalar yang mendukung
adalah tori belajar Peaget kerana siswa langsung dapat berinteraksi dengan materi
ekosistem dari hipermedia dan modul. Dengan Hipermedia dan modul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
karakteristik materi ekosistem dapat diamati oleh siswa secara langsung. Dengan
pengamatan langsung siswa sudah memiliki bekal waktu masuk kelas sehingga
siswa dapat belajar sendiri secara kelompok dengan pembelajaran kooperatif
Jigsaw. Pembelajaran Jigsaw dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif jigsaw memberikan kesempatan
pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi
bertambah. Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
2. Pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar biologi
Kemampuan ingatan atau kemampuan memori secara sempit dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesan-kesan itu dan kemudian mengeluarkan kembali kesan-kesan yang pernah diterima (Walgito, 1985). Rathus, mengatakan bahwa mengingat adalah suatu proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari stimulus yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa mendatang.
Kemampuan memori siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2009/2010 sangat heterogen. Kemampuan memori siswa yang tinggi itu tidak didukung oleh suatu kondisi yang dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat lebih berkembang. Karena antara siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah mendapat porsi yang sama dalam proses pembelajaran dikelas. Seseorang berkemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) proses encoding yang majemuk dan bermakna; 2) memiliki banyak cue dengan asosiasi tinggi; banyak latihan. Memori akan lebih baik jika sesuatu yang dipelajari dengan berulang-ulang walaupun dengan sesi yang cukup pendek dari pada sesi atau waktu yang lebih lama. Selain itu memori akan lebih baik apabila untuk memahami atau mengingat suatu materi dengan berbagai cara misalnya segi visual dan audio lebih baik daripada hanya satu saja. Dengan penerapan pembelajaran jigsaw dengan hipermedia dan modul akan berpengaruh terhadap kemampuan memori siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paron.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
3. Pengaruh interaksi sosial siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar biologi.
Dalam proses pembelajaran tak luput dari berbagai permasalahan yang
dialami
para siswa dalam menjalani perannya sebagai peserta didik di sekolah. Semula
siswa diharapkan dapat memahami materi pelajaran yang diterimanya sehingga
mampu mengembangkan interaksi sosial dari dalam dirinya sehingga dapat
berprestasi dan mampu bersaing secara sehat untuk berlomba meraih prestasi yang
gemilang, namunya kenyataan dilapangan masih banyak peserta didik yang
mengalami berbagai ragam kesulitan belajar, sehingga berakibat pada pencapaian
prestasi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Peserta didik yang mengalami
kesulitsn belajar akan berakibat menurunnya prestasi belajar.
Berbagai macam faktor yang menyebabkan menurunnya prestasi belajar yaitu
faktor interaksi sosial siswa yang mungkin sulit bergaul, rendah diri, dan sulit
kerkomunikasi dengan teman sejawatnya. Interaksi sosial merupakan suatu
hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu
mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
Maka dengan penerapan pembelajaran kooperatif diharapkan interaksi sosial
siswa akan tumbuh, karena siswa dalam pembelajaran kooperatif jigsaw siswa
dikelompokkan untuk saling bekerjasama dan saling membantu dalam memahami
bahan atau materi pelajaran. Interaksi sosial yang dimiliki masing-masing siswa
kemungkinan diduga akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Siswa yang
mempunyai interaksi sosial tinggi akan memiliki prestasi belajar yang tinggi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
sedangkan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah akan memperoleh prestasi
belajar lebih rendah dibanding dengan yang memiliki interaksi sosial tinggi.
4. Interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul
dengan Kemampuan Memori siswa terhadap prestasi belajar biologi
Pembelajaran Jigsaw menggunakan Hipermedia dan Modul akan dapat
membantu mempengaruhi kemampuan memori siswa. Penggunaan Hipermedia
dan Modul memberikan variansi dalam pembelajaran, sehingga akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Berdasarkan hal ini maka terdapat interaksi
yang positif antara pembelajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul terhadap
kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah
5. Interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul
dengan Interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar biologi
Interaksi sosial siswa merupakan kemampuan siswa untuk saling
berhubungan, bertukar pendapat, berinteraksi atau berkomunikasi dengan siswa
lain dan lingkungannya dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Jigsaw yaitu
teknik mengajar dimana siswa dalam pembelajaran berlangsung, diharapkan
bekerja bersama sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Albert Bandura pada teori belajar
sosial yang menekankan pada efek-efek dari konsekuensi- konsekuensi pada
perilaku dan tidak mengindahkan fenomena pemodelan, yaitu meniru perilaku
orang lain, dan pengalaman vicarious, yaitu belajar dari keberhasilan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
kegagalan orang lain. Dalam pembelajaran Jigsaw terjadi interaksi yang positif
dengan Interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar biologi.
6. Interaksi antara Kemampuan Memori dan Interaksi sosial siswa
terhadap prestasi belajar biologi
Kemampuan ingatan (memori) merupakan fungsi fundamental bagi proses
mental yang berhubungan dengan kinerja intelektual, dengan memori
memungkinkan organisme untuk memiliki kemampuan berfikir, membaca,
menulis, berbicara dan belajar. Tanpa memori organisme tidak mampu untuk
melakukan kegiatan mental (mindless), tidak mampu membuat perbandingan serta
tidak mampu berkomunikasi. Dalam hal ini kemampuan memori siswa SMP
Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2009/2010 semester II dikategorikan pada tingkat
kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antar individu dalam kelompok
tertentu yaitu antara siswa dengan teman sekelasnya dalam bergaul yang didorong
oleh keinginan untuk belajar bersama (kelompok). Interaksi sosial sebagai
peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir
bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu
sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk
mempengaruhi individu lain. Interaksi sosial dikategorikan pada tingkat tinggi dan
rendah.
Pada pembelajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul siswa yang
memiliki kemampuan memori dan interaksi sosial tinggi diharapkan juga
memiliki prestasi belahar yang baik. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
memori dan interaksi rendah tentu prestasi belajarnya kurang baik. Hal ini
dimungkinkan terjadi interaksi yang positif pada kemampuan memori dan
Interaksi soaial siswa terhadap prestasi belajar siswa.
7. Interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul
dengan Kemampuan Memori dan Interaksi sosial siswa terhadap
prestasi belajar biologi
Pada pembalajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul ditunjang dengan
kemampuan memori tinggi dan interaksi sosial tinggi , maka siswa akan lebih
aktif , kreatif dalam mengikuti pembalajaran. Maka hal ini akan terjadi interaksi
yang positif pada model pembalajaran Jigsaw, media pembelajaran Hipermedia
dan Modul , serta ditunjang dengan kemampuan memori dan interaksi sosial
tinggi dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat dinyatakan bahwa:
1. Ada pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul terhadap
prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
2. Ada pengaruh kemampuan memori tinggi rendah terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok ekosistem.
3. Ada pengaruh kemampuan interaksi sosial tinggi rendah terhadap prestasi
belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
4. Ada interaksi pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan
modul ditinjau dari kemampuan memori siswa pada materi pokok ekosistem.
5. Ada interaksi pemebelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan
modul ditinjau dari kemampuan interaksi sosial pada materi pokok ekosistem.
6. Ada interaksi kemampuan memori dan kemampuan interaksi sosial siswa
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
7. Ada interaksi pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan
ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial siswa pada materi
pokok ekosistem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian.
1. Tempat Penelitian
Penelitian dengan objek pelaksanaan pembelajaran Jigsaw melalui media
hipermedia dan modul ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial siswa
terhadap prestasi belajar biologi ini dilakukan di SMP Negeri 2 Paron, Kabupaten
Ngawi, khususnya kelas VII semester II tahun pembelajaran 2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010.
Penelitian diawali pada bulan Pebruari 2010 sampai dengan bulan Januari 2011.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
Kegiatan
PEB, 10
MAR
‘10
APR
‘10
ME
I
‘10
JUN
‘10
JUL’ 10
AGST’10
SEPT’10
OKTB ‘10
NOP’10
DES’10
JAN’11
1. Pengajuan judul v
2 Penyempurnaan Proposal dan instrumen
v
2 Penyusunan Perijinan v
4 Seminar v
5 Uji coba Instrumen v
6 Pelaksanaan Penelitian /pengambilan data
v
7 Penyusunan Draf Laporan.- dan analisis data
v v v v v v
8 Penggandaan Laporan
v v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran
2009/2010 sebanyak 5 kelas dengan jumlah responden 185 siswa.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari populasi, baik
anggotannya maupun karakteristik yang dipelajari (Sudjana, 1996: 6). Jumlah
rombel kelas VII SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 5
rombel. Dari 5 kelas secara acak diambil sebagai sampel sebanyak 2 kelas yaitu,
kelas VII A sejumlah 36 siswa dan Kelas VII B sebanyak 36 siswa.
Dari kelas yang terpilih tersebut dilakukan uji t untuk melihat keseimbangan
tingkat kemampuan siswa dari kedua kelompok kelas eksperimen, maka sebagai
syarat untuk melakukan uji t adalah data bersifat normalitas dan homogenitas.
Data yang digunakan untuk melihat keseimbangan dua kelas eksperimen adalah
nilai biologi materi ekosistem tahun pelajaran 2008/2009. Uji normalitas
menggunakan program aplikasi statistik Minitab 15.1.2 yaitu uji normalitas Ryan-
Joyner (RJ).
3. Teknik Pengambilan Sampel
Penarikan sampel dilakukan secara cluster random sampling, yang dipilih
adalah sekelompok individu yang secara alami berada dalam satu tempat,
sepanjang individu-individu ini mempunyai persamaam ciri-ciri yang ada
hubungannya dengan variable penelitian. Pengambilan sampel dengan cluster
random sampling diambil 2 kelas eksperimen dengan memperhatikan kelas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
homogen, Dari terpilihnya 2 kelas sebagai kelas eksperimen pertama VII A
diberikan pembelajaran Jigsaw dengan hipermedia sedangkan kelas eksperimen
kedua VII B diberikan pembalajaran Jigsaw menggunakan media modul.
C. Metode Penelitian dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen Kuantitatif.
Adapun maksud dari eksperimen menurut Pendapat Moh. Nasir (2003: 63) adalah
observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition) kondisi tersebut dibuat
dan diatur oleh peneliti. Dengan demikian penelitian eksperimen dapat diartikan
peneliti yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi tergadap objek penelitian
serta adanya kontrol. Eksperimen mempunyai tujuan untuk menyelidiki ada atau
tidak adanya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat
tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan pada beberapa kelompok
eksperimen dan menyediakan control untuk perbandingan. Sehingga setiap
penelitian eksperimen melibatkan sampel untuk diteliti (Moh. Nasir,2003: 63).
Pada penelitian ini kedua kelas eksperimen mendapat perlakuan yang
berbeda, yaitu dengan menerapkan pembelajaran Jigsaw melalui hypermedia
pada kelas VII A, sedangkan pada kelas VII B mendapat perlakuan pembelajaran
Jigsaw melalu media modul.
Desain penelitian yang digunakan ialah eksperimen dengan rancangan
faktorial 2 x 2 x 2 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Tabel 3.2 : Desain Penelitian
Pembelajaran Jigsaw dengan media (A)
Hipermedia (A1) Modul (A2)
Interaksi Sosial
Tinggi (C1)
A1B1C1 A2 B1C1 Kemampuan Memori Tinggi
(B1) Interaksi Sosial
Rendah (C2)
A1B1C2 A2B1C2
Interaksi Sosial
Tinggi (C1)
A1B2C1 A2B2C1 Kemampuan
Memori Rendah
(B2) Interaksi Sosial
Rendah (C2)
A1B2C2 A2B2C2
Keterangan :
A1B1C1 : Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia ditinjau dari kemampuan
memori tinggi dan Interaksi sosial tinggi
A1B1C2 : Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia ditinjau dari kemampuan
memori tinggi dan Interaksi sosial rendah
A1B2C1 : Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia ditinjau dari kemampuan
memori rendah dan Interaksi sosial tinggi
A1B2C2 : Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia ditinjau dari kemampuan
memori rendah dan Interaksi sosial rendah
A2B1C1 : Pembelajaran Jigsaw dengan Modul ditinjau dari kemampuan memori
tinggi dan Interaksi sosial tinggi
A2B1C2 : Pembelajaran Jigsaw dengan Modul ditinjau dari kemampuan memori
tinggi dan Interaksi sosial rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
A2B2C1 : Pembelajaran Jigsaw dengan Modul ditinjau dari kemampuan memori
rendah dan Interaksi sosial tinggi
A2B2C2 : Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia ditinjau dari kemampuan
memori rendah dan Interaksi sosial rendah
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. Variabel Terikat ( Y ) yaitu Prestasi belajar biologi
a. Definisi Operasional
Prestasi belajar biologi adalah perolehan skor pada pengukuran dengan test
prestasi belajar yang mencerminkan tingkat penguasaan materi oleh siswa setelah
mengalami proses pembelajaran jigsaw dengan media pembelajaran hipermedia
maupun modul yang digunakan untuk penelitian terhadap materi ajar biologi
ekosistem.
b. Skala Pengukuran
Prestasi belajar siswa diukur berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang
telah ditentukan oleh masing-masing sekolah. Kriteria Ketuntasan Minimal yang
telah ditetapkan di SMP Negeri 2 Paron untuk mata pelajaran IPA kelas VII
adalah 65.
2. Variabel Bebas yang pertama ( X1 ) : Pembelajaran jigsaw melalui
hipermedia dan modul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
a. Definisi Operasional
Pembelajaran Jigsaw disebut juga Expert Group (Kelompok Ahli) yaitu
pembelajaran yang membuat siswa untuk saling mengajari satu siswa dengan
siswa yang lain. Pembelajaran Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4 sampai 6
orang siswa. Materi akademik disajikan dalam bentuk teks dan setiap siswa
bertanggung jawab atas penugasan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
bagian materi tersebut kepada anggota tim lain.
Hipermedia adalah gabungan antara multimedia dan hiperteks. Hiperteks
berasal dari kata hyper yang berarti lebih dari biasa. Dengan demikian hiperteks
ialah teks yang lebih dari teks biasa. Sebagai contoh, teks biasa bersifat linear,
yaitu ditulis agar dibaca dari mula hingga akhir.
Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang
memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran
mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi
pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada
pebelajar keterkaitan antara fakta, konsep,
b. Pengelompokan dengan dua kategori
a) Jigsaw melalui Hipermedia
b) Jigsaw melalui Modul
3. Variabel Bebas yang kedua ( X2 ) : Kemampuan memori dan kemampuan
interaksi sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
a. Definisi Operasional
Kemampuan memori merupakan hasil dari koneksi mental antara ide dengan
konsep. Memori adalah menyimpan dan mengingat. Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik antar individu dalam kelompok tertentu yaitu antara siswa
dengan teman sekelasnya dalam bergaul yang didorong oleh keinginan untuk
belajar bersama (berkelompok).
b. Skala Pengukuran
1). Kemampuan memori
a). Kemampuan memori tinggi
b). kemampuan memori rendah
2). Interaksi sosial
a). Interaksi sosial tinggi
b). Interaksi Sosial rendah
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dari variabel-variabel dalam penelitian ini dilakukan
dengan berbagai teknik. Pertama data yang didapat berupa hasil tes kemampuan
memori siswa dan angket kemampuan interaksi sosial. Data kedua hasil tes
prestasi belajar biologi diperoleh setelah selesai pembelajaran.
1. Tes kemampuan memori
Tes kemampuan memori atau uji memori ini dapat membantu memberikan
gambaran yang lebih baik mengenai masalah memori yang dialami siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Penyusunan tes kemampuan memori menggunakan meteri bidang studi biologi
yaitu ekosistem. Bentuk tes pilihan ganda menggunakan metode asosiasi
berpasangan dan metode mengenal dan mengingat kembali. Disediakan soal
sejumlah 100 dengan waktu 1 menit 5 soal. Soal tes kemampuan memori berupa
kata-kata bidang biologi yang dipasangkan dengan kode-kode tertentu yang terdiri
dari: (1) komponen-komponen ekosistem yaitu lima kata yang dipasangkan
dengan tiga angka yang diawali dengan angka 2 yaitu : Habitat 268; Individu 261;
Biotik 270; Abiotiuk 273; Populasi 246, (2) komponen biotik yang dipasangkan
dengan tiga angka yang diawali dengan angka 4 yaitu : Produsen 402; Konsumen
441; Dekomposer 440; Fitoplangton 423; Mikroorganisme 413, (3) Komponen
abiotik yang dipasangkan dengan kode diawali satu huruf dan dua angka yaitu :
Air Q40; Tanah T54; Udara R42; Caahaya P45; Suhu K56, (4) komponen
organisme yang pasangkan dengan kode satu huruf satu angka yaitu : Autotrof
3F; Heterotrof 2B; Karnivora 7C; Predator 6D; Omnivora 9H, (5) komponen
simbiosis yang dipsangkan dengan kode dua huruf yaitu : Mutualisme LP;
Parasitisme VK; Ektoparasit NX; Endoparasit AJ; Komensalisme MG.
Kemampuan memori siswa dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu siswa
yang memiliki kemampuan memori tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan
meori rendah. Pengelompokan kategori tersebut berdasarkan hasil tes kemampuan
memori. Kategori siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi apabila
memiliki skor yang lebih tinggi dari rerata hasil tes. Sedangkan kategori rendah
apabila siswa yang memiliki skor dibawah rerata hasil tes kemampuan memori.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Dari sejumlah 72 siswa yang dugunakan sebagai sampel setelah diuji
kemampuan memorinya diperoleh skor siswa yang memiliki kemampuan memori
kategori tinggi sebanyak 44 siswa, sedangkan yang memiliki kemampuan memori
kategori rendah sebanyak 28 siswa.
Kriteria untuk menentukan kategori kemampuan memori adalah dengan
melihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Pengelompokan kemampuan memori
Kemampuan memori Kriteria Pengelompokan
Batas Nilai
Rendah Skor < mean Skor < 86,25 Tinggi Skor ≥ mean Skor ≥ 86,25
2. Angket interaksi sosial
Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang
harus dijawab oleh responden tentang pribadinga atau yang diketahuinya
(Masidjo, 1995: 70). Untuk mengetahui kemampuan intraksi social siswa
diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan tentang diri responden yang
berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Data Interaksi sosial siswa diperoleh
melalui penyebaran angket kepada responden dengan betuk pertanyaan dengan
kategori positif dan negatif sebanyak 20 soal dengan empat pilihan jawaban yaitu
: SL = Bila aanda selalu mengalami, SR = Bila anda sering mengalami, KD = Bila
anda kadang-kadang mengalami, JR = Bila anda jarang mengalami. Skor-skor
untuk pertanyaan positif SL = 4, SR = 3, KD = 2, JR = 1. Jumlah skor tertinggi
untuk pertanyaan positif 40. Sedangkan skor-skor untuk pertanyaan negatif
adalah sebagai berikut: SL = 1, SR = 2, KD = 3, JR = 4 dengan jumlah skor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
tertinggi 40. Dari data yang diperoleh dapat dikategorikan menjadi siswa yang
memiliki interaksi social tinggi dan siswa yang memiliki interaksi social rendah.
Kategori siswa yang memiliki interaksi social tinggi apabila memiliki skor
ineraksi ≥ mean interaksi soaial, sedangkan yang siswa yang memiliki interaksi
social rendah apabila mendapat skor < mean. Dari 72 siswa yang digunakan
sebagai sampel diperoleh siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi sebanyak 35
sedangkan sebayak 37 siswa memiliki interaksi sosial rendah.
Kriteria untuk menentukan kategori kemampuan awal adalah dengan
melihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Kriteri Pengelompokan Interaksi Sosial
Interaksi Sosial Kriteria Pengelompokan
Batas Nilai
Rendah Skor < mean Skor < 56,35 Tinggi Skor ≥ mean Skor ≥ 56,35
3. Prestasi belajar Biologi
Data prestasi belajar biologi aspek kognitif diperoleh dengan melakukan tes
prestasi belajar. Penyusunan soal tes prestasi bentuk pilihan ganda sebanyak 40
soal dengan 4 options pilihan jawaban. Soal tes prestasi sebelum digunakan untuk
pengambilan data diujicobakan dulu di kelas VII SMP Negeri 3 Paron Kabupaten
Ngawi. Dalam ujicoba tes prestasi disediakan sebanyak 50 soal. Setelah diuji
validitas kalau ada soal yang tidak valid maka soal yang tidak valid tidak
dipergunakan untuk mengambil data penelitian.
F. Instrumen Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Dalam penelitian untuk memperoleh data diperlukan alat atau instrumen
pengumpul data, instrumen penelitian ini terdiri dari intrumen pelaksanaan
pembelajaran dan instrumrn pengambilan data. Kedua jenis intrumen ini
dibedakan atas dasar tujuannya.
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran
Intrumen pelaksanaan pembelajaran digunakan dalam pembelajaran di kelas.
Instrumen pelaksanaan pembelajaran meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), CD Hipermedia, Modul, Komputer.
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data yang digunakan untuk pengambilan data antara
lain soal test prestasi biologi, soal test kemampuan memori dan angket
kemampuan interaksi sosial. Test prestasi belajar siswa, yang berupa instrument
test prestasi belajar sebanyak 40 soal, instrument test kemampuan memori 50 soal
dan angket interaksi sosial sebanyak 20 soal. Sebelumnya dilakukan observasi
keadaan kondisi responden dalam berkaitan dengan konsistennya mengisi angket.
G. Uji Coba Instrumen Penelitian
Sebelum diadakan penelitian diperlukan uji coba instrumen dimaksudkan
untuk mengetahui apakah suatu intrumen dapat memenuhi sebagai alat pengumpul
data dalam penelitian. Suharsimi Arikunto (1997) berpendapat bahwa suatu
instrument dikatakan dapat memenuhi sebagai alat pengumpul data apabila
instrumen tersebut valid dan reliabel. Sebuah instrumen valid jika memiliki angka
validitas tinggi. Dalam penelitian ini uji instrumen prestasi belajar untuk uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda diolah dengan
menggunakan program Anates 4.0.
1. Uji Validitas
Uji Validitas dimaksud untuk mengetahui validitas butir soal atau tingkat
kevalidan dari instrumen penelitian. Angka validitas dapat dihitung dengan
meggunakan rumus seperti berikut :
r XY = å åå å
--
-
))(()((
))((2222 YNYXNX
YXNXY
r XY = angka validitas item
X= skor item
Y= skor total
N= cacah subyek (Suharsimi Arikunto, 2005: 154)
Item tes dikatakan valid jika r XY obs > rxy –tabel pada taraf signifikan 5 %
Dalam penelitian ini untuk uji validitas digunakan program software Anates. Hasil
uji coba instrumen dapat dilihat sebagaimana tabel 3.5.
Tabel 3.5. Validitas Instrumen Kemampuan Memori, Interaksi Sosial dan Prestasi Pada Uji Coba Instrumen Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 2 Paron, Tahun Pembelajaran 2009/2010
Instrumen No Uraian
Kemampuan Memori Interaksi Sosial Prestasi Belajar 1 Jumlah Siswa Uji Coba 36 36 36 2 Jumlah Butir Tes 100 30 50 3 Jumlah Soal :
a. Valid (Kor. Btr ≥ Nil. Kritis) b. Invalid (Kor. Btr< Nil. Kritis)
91
9
20
10
41
9
4 Nomor soal valid dan invalid
a. Valid 1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,32,33,34,35,37,38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,63,64,65,66,67,68,69,70,71,72,73,74,75,76,77,78,79,80,81,82,83,85,86,87,88,89,90,91,92,93,94,95,97,99,100
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15,19,20,21, 23,24,25,30 .
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,23,25,26,27,28,29,30,32,33,34,36,37,38,41,42,44,46,47,48, 49,50
b. Invalid 2,13,24,25,31,36,48,84,96 1,12,16,17,18,22,26,27,28,29
22,24,31,35, 39,40,43,45
5. Keputusan Penentuan ins-trumen a. Jumlah soal terpakai 50 20 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
b. Nomor soal terpakai 1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,32,39,40,41,42,43,44,45,46,47,49,70,71,72,73,74,75,76,77,78,79,
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15,19,20,21, 23,24,25,30 .
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,23,25,26, 27,28,29,30,32,33,34,36,44,46,47,48,49,50
2. Uji reabilitas
Reabilitas menunjukkan pada pengertian, bahwa instrument yang digunakan
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data yang bersangkutan. Kapanpun
digunakan akan memberikan hasil yang relative sama Indeks reabilitas dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
r11 = ÷÷
ø
ö
çç
è
æ-÷
øö
çèæ
-å
2
2
11 b
b
k
k
ss
r11 = indeks reabilitas instrument
k = banyaknya butir soal
å 2bs = jumlah varian butir soal
2bs = varians total
Tabel 3.6. Reliabilitas Instrumen Kemampuan Memori, Interaksi Sosial dan Prestasi Pada Uji Coba Instrumen Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 2 Paron, Tahun Pembelajaran 2009/2010
Instrumen No Uraian Kemampuan
Memori Interaksi
Sosial Prestasi Belajar
1 Jumlah Siswa Uji Coba 36 36 36 2 Jumlah Butir Tes 100 30 50 3 4
Nilai Reabilitas Kriteria
0,9593 Sangat Tinggi
0.5748 Sangat Tinggi
0.877 Sangat Tinggi
5. Keputusan Penentuan Intrumen
Digunakan Digunakan Digunakan
Sumber : Data Primer Diolah (Lampiran 13, 14 dan 15).
3. Uji taraf kesukaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Taraf kesukaran soal ditunjukan dengan indeks kesukaran yaitu bilangan yang
menunjukkan sukar mudahnya suatu soal. Derajat kesukaran dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
DK= sj
B
DK = Derajat kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
Js = jumlah seluruh peserta tes
Hasil uji coba pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.7
Tabel 3.7. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Kognitif / Prestasi Pada Uji Coba Instrumen Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 2 Paron, Tahun Pembelajaran 2009/2010
No Uraian Instrumen Kognitif
1 Jumlah Siswa Uji Coba 36 2 Jumlah Butir Tes 50 3 Jumlah Soal Tingk. Kesukar
a. Sukar (P = 0,00 – 0,30) b. Sedang (C) (P=0,31 -0,70)
c. Mudah (M)/TM (P=0,71 – 1,00)
14 36 0
4 Nomor soal berdasarkan tk. kesukaran a. Sukar 15,20,25,28,33,34,35,38,39,41,46,4
7,49,50 b. Sedang 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,16,17,18,
19,21,22,23,24,26.27.29.30.31.32.336,37,40,42,43,44,45,48
c. Mudah Tidak ada 5 Keputusan Penentuan tes kognitif a. Jumlah soal terpakai 40
b. Nomor soal terpakai 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,23,25,26,27,28,29,30,32,33,34,36,44,46,47,48,49,50
c. Jumlah soal tidak terpakai 2 d. Nomor soal tidak terpakai 37 dan 40
Sumber : Data Primer Diolah (Lampiran 15 ).
4. Uji Daya Beda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Taraf pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu
membedakan siswa dari kelompok atas dan siswa kelompok bawah berdasrkan
criteria tertentu. Daya pembeda dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
DP = A
A
j
B-
B
B
j
B
DP = daya beda
BA = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar
JA = banyak siswa kelompok atas
BB = banyaknya siswa kelompom bawah yang menjawab benar
Jb = banyak siswa kelompok bawah
Hasil uji coba pada penelitian untuk uji tingkat kesukaran instrumen
Kognitif sebagaimana tersaji pada tabel 3.8.
Tabel 3.8. Uji Daya Beda Butir Soal Instrumen Kognitif Pada Uji Coba Instrumen Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 2 Paron, Tahun Pembelajaran 2009/2010
No Uraian Instrumen Kognitif
1 Jumlah Siswa Uji Coba 36 2 Jumlah Butir Tes 50 3 Jumlah Soal Dg Daya Beda:
a. Jelek (IP < 20) b. Sedang (IP = 021 – 0,40) c. Baik ( IP = 0,41 – 0,70) d. Baik Sekali (IP > 0,71)
19 27 4 0
4. Nomor soal dg. Daya beda : a. Jelek 1,6,12,17,20,22,23,24,29,30,31,32,34,39,43,45,
47,49 b. Sedang
2,4,5,7,9,10,11,13,14,15,18,19,21,25,26,27,28, 33,35,36,37,38,40,41,42,46,50
c. Baik 3,8,43,48 d. baik sekali Tidak ada 5 Keputusan : a. Soal yang diperbaiki no. : 1,6,12,17,20,43,45,47,49 b. Soal yang dibuang no. : 22,23,24,29,30,31,32,34,39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
c. Jumlah soal dipakai 40 d. Nomor soal terpakai 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,17,18,19,20
,21,25,26,27,28,33,35,36,37,38,40,41,42,43,46,47,48,49,50
Sumber : Data Primer Diolah (Lampiran 15 ).
5. Hasil Uji coba Instrumen
Uji validitas dan reabilitas dikenakan pada tes prestasi belajar biologi pada
materi pokok ekosistem, tes kemampuan memori dan angket interaksi sosial
siswa. Dari 50 soal tes prestasi belajar biologi materi pokok ekosistem yang
disediakan, setelah diujicoba terdapat 42 item soal valid dan 8 soal tidak valid.
Adapun soal yang tidak valid adalah soal no 22, 24, 31, 35, 39, 40, 43, dan
45.Sedangkan untuk mengetahui tingkat kesukaran pada soal tes prestasi
belajar digunakan indeks kesukaran. Berdasarkan indeks kesukaran dibawah
0,5 dari 50 soal tersebut dapat diidentifikasi menjadi tiga kategori sulit
sebanyak 14 soal yaitu soal no 15, 20, 25, 28, 33, 34, 38, 39, 41, 46, 47, 49,
50, kategori sedang sebanyak 36 soal dan tidak terdapat soal mudah. Soal-
soal yang dianggap tidak efektif digunakan dalam tes dapat dilihat dari indeks
daya beda. Dari uji daya beda menghasilkan soa-soal yang berkategori jelek
atau tidak efektif untuk pengambilan data yaitu soal nomor 1, 6, 12, 19, 22,
23, 24, 29, 30, 31, 32, 43, 45, 47, 49 karena mempunyai daya beda dibawah
0,3.
Hasil validitas pada soal angket interaksi sosial yang terdiri dari 30 item
soal terdapat 9 item soal tidak valid yaitu nomor 1, 12, 16, 17, 18, 22, 26, 27,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
28, dan 29. Soal yang valid sebanyak 21 diambil 20 digunakan untuk
pengambilan data. Sedangkan tes kemampuan memori disediakan soal 100.
Setelah diujicobakan terdapat 9 soal tidak valid yaitu nomor 2, 13, 24, 25, 31,
36, 48, 84, 96 dan soal yang valid sebanyak 91 soal. Soal yang valid diambil
50 digunakan untuk pengambilan data.
H. Uji Kesetaraan
Uji kesetaraan digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata
antar kelompok populasi yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen setara
atau sebanding kemampuan prestasinya. Uji kesetaraan dilakukan dengan t-t
Paired test and C1 program Anatest, berdasarkan data awal rata-rata ulangan
materi ekosistem semester II tahun 2008/2009.
I. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Dalam penelitian ini untuk menganalisa data digunakan analisis varian
(anava) tiga jalan. Namun sebelum dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.Teknik analisis data
menggunakan Analisis Varians (Anava) tiga jalan 2 x 2 x 2 dengan tiga variabel
bebas yaitu media, kemampuan memori dan interaksi sosial
a. Uji Normalitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data prestasi belajar,
kemampuan memori dan interaksi sosial berdistribusi normal atau tidak. Adapun
prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak
normal, dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2) Menetapkan uji statistik
Uji normalitas terhadap prestasi belajar aspek kognitif dengan menggunakan
uji Ryan Joiner (RJ), yang perhitungannya dilakukan dengan program minitab
15.1.2.
3) Menentukan taraf signifikansi α
Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar
peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini taraf signifikansi (α)
ditetapkan = 0,05.
4) Menetapkan keputusan uji
Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol,
jika p-value > 0,05.
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama
atau tidak digunakan uji homogenitas. Pengujian yang dilakukan antara lain
homogenitas prestasi belajar dengan kemampuan memori, homogenitas prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
belajar dengan interaksi sosial dan homogenitas prestasi dengan metode Jigsaw
yang diuji dengan F-Test dan Levene’s Test. Prosedur pengujian adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan hipotesis
Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak homogen,
dan hipotesis alternatif (H1) : sampel berasal dari populasi yang homogen.
2) Menentukan keputusan uji
Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji tolak hipotesis nol
jika p-value > 0,05
2. Uji Hipotesis
a. Anava
Setelah terpenuhinya prasayarat analisis yaitu normalitas dan homogenitas,
maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis
dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang sudah dilakukan ditolak atau
diterima. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian digunakan rumus anava tiga
jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2. Tujuan analisis varian tiga jalan tersebut
adalah untuk menguji perbedaan efek baris, kolom, dan efek interaksi baris dan
kolom terhadap variabel terikat.
Statistik uji hipotesis menggunakan minitab varsi 15.1.2 dengan desain
faktorial seperti Tabel. 4 dari tabel desain faktorial tersebut dimana A merupakan
pembelajaran Jigsaw dengan menggunakan Hipermedia (A1) dan modul (A2),
sedangkan B merupakan kemampuan memori yang terdiri atas memori tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
(B1) dan memori rendah (B2), C merupakan kemampuan interaksi sosial siswa
yang terdiri atas interaksi sosial tinggi (C1) dan interaksi sosial rendah (C2).
Tabel 3.9 Desain Faktorial 2 x 2 x 2
Pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis
a. Hipotesis nol (H0)
H01 : Tidak terdapat pengaruh perbedaan pembelajaran Jigsaw dengan
Hipermedia dengan modul terhadap prestasi belajar biologi.
H02 : Tidak terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memilki
kemampuan memori tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan
memori rendah terhadap prestasi belajar biologi.
H03 : Tidak terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memilki Interaksi
sosial tinggi dengan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah terhadap
prestasi belajar biologi.
H04 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui
hypermedia dan modul dengan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar biologi.
A
A1 A2
C1 A1B1C1 A2 B1C1 B1
C2 A1B1C2 A2B1C2
C1 A1B2C1 A2B2C1 B2
C1 A1B2C2 A2B2C2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
H05 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui
hypermedia dan modul dengan Interaksi social siswa terhadap prestasi
belajar biologi.
H06 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara kemampuan memori dengan
Interaksi social siswa terhadap prestasi belajar biologi.
H07 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran jigsaw melalui
hypermedia dan modul dengan kemampuan memori dan Interaksi
sosial siswa tehadap prestasi belajar biologi
b. Hipotesis alternatif (Ha)
Ha1 : Terdapat pengaruh perbedaan pembelajaran Jigsaw dengan hipermedia
dan modul terhadap prestasi belajar biologi.
Ha2 : Terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memilki kemampuan
memori tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah
terhadap prestasi belajar biologi.
Ha3 : Terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memilki Interaksi sosial
tinggi dengan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah terhadap
prestasi belajar biologi.
Ha4 : Terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui
hypermedia dan modul dengan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Ha5 : Terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui
hypermedia dan modul dengan Interaksi social siswa terhadap prestasi
belajar biologi.
Ha6 : Terdapat pengaruh interaksi antara kemampuan memori dengan Interaksi
social siswa terhadap prestasi belajar biologi.
Ha7 : Terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran jigsaw melalui
hypermedia dan modul dengan kemampuan memori dan Interaksi
sosial siswa tehadap prestasi belajar biologi.
Sedangkan analisis data prestasi belajar biologi materi pokok ekosistem masing-
masing kriteria disajikan dalam tabel 3.10
Tabel 3.10 Tabel Analisis Data Prestasi Belajar Biologi Ditinjau dari Kemampuan Memori
A1 (N, max, min, rata-rata, SD A2 (N, max, min, rata-rata, SD
C1 11, 74, 58, 67.45, 5.15
9, 74, 54, 62.00, 6,78 B1
C2 12, 76, 48, 64.83, 8.55
23, 76, 48, 66.09, 7.09 9, 80, 56, 70.22,
8.51
18, 80, 54, 66.11, 8.58
C1 7, 78, 58, 67.43, 6.60
6, 85, 74, 79.83, 4.62 B2
C2 6, 76, 62, 72.33, 5.13
13, 78, 58, 69.69, 6.26 12, 76, 45, 65.08,
8.50
18, 85, 45, 70, 10.21
TOTAL 36, 78, 48, 67.39, 6.94 36, 85, 45, 64.39, 9.50
Tabel 3.11 Tabel Analisis Data Prestasi Belajar Biologi Ditinjau dari Interaksi Sosial
A1 (N, max, min, rata-rata, SD A2 (N, max, min, rata-rata, SD
B1 11, 74, 58, 67.45, 5.15
9, 74, 54, 62.00, 6,78 C1
B2 7, 78, 58, 67.43, 6.60
18, 78, 58, 70, 10.21 6, 85, 74, 79.83,
4.62
15, 85, 54, 69.13, 10.76
C2 B1 12, 76, 48, 64.83, 8.55
18, 76, 48, 67.33, 8.26
9, 80, 56, 70.22, 8.51
21, 80, 45, 67.29, 8.69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
B2 6, 76, 62, 72.33, 5.13
12, 76, 45, 65.08, 8.50
TOTAL 36, 78, 48, 67.39, 6.94 36, 85, 45, 64.39, 9.50
2. Menetapkan uji statistik
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava)
dengan General Linear Model (GLM), yang perhitungannya dilakukan dengan
program minitab 15.1.2.
3. Menentukan taraf signifikansi α
Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar
peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini taraf signifikansi (α)
ditetapkan = 0,05.
4. Menentapkan keputusan uji
Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesa nol,
jika p value < 0,05.
b. Uji Lanjut
Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis nol (H0) ditolak yang bararti
hipotesis alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk
mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti.
Uji lanjut dilakukan dengan Analysis of Mean (ANOM) pada minitab 15.1.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri atas data interaksi sosial,
kemampuan memori, dan nilai prestasi kognitif pada materi pokok ekosistem.
1. Data Interaksi Sosial
Pada penelitian ini data interaksi sosial diperoleh dari pemberian angket
interaksi sosial kepada sampel. Pembagian kategori interaksi sosial tinggi dan
rendah berdasarkan nilai rata-rata dari masing-masing kelas. Interaksi sosial tinggi
jika skor total adalah ≥ mean dan interaksi sosial rendah jika skornya < mean.
Deskripsi data interaksi sosial tersebut disajikan dalam tabel 4.1
Tabel 4.1 Deskripsi Data Interaksi sosial Siswa Sebelum Diberi Perlakuan
Kelompok Jumlah Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Mean SD
Eksperimen I (Hipermedia) 36 99 56 58,11 5,41
Eksperimen II (Modul)
36 99 65 54,58 6,93
Berdasarkan deskripsi data interaksi sosial siswa pada tabel 4.1 dapat
disimpulkan bahwa kelompok eksperimen I yaitu kelompok belajar kooperatif tipe
jigsaw dengan hipermedia memiliki tingkat interaksi sosial lebih tinggi daripada
kelas eksperimen II yaitu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan
menggunakan media modul. Sedangkan untuk distribusi frekuensi interaksi sosial
pada kelas eksperimen I disajikan pada tabel 4.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Interaksi Sosial Kelompok Hipermedia
Frekuensi Interval Kelas Mutlak Relatif
67 - 70 2 5,56 63 - 66 5 13,89 59 - 62 8 22,22 55 - 58 13 36,11 51 - 54 5 13,89 47 - 50 3 8,33
Jumlah 36 100 %
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar yaitu pada interval
55 – 58 hal ini berarti skor interaksi sosial yang paling banyak didapat oleh siswa
pada kelas hipermedia. Keterangan lebih jelas dari distribusi frekuensi dapat
dilihat pada gambar grafik 4.1
Gambar 4.1 Grafik Interaksi sosial Kelompok Hipermedia
Dari gambar 4.1 terlihat bahwa grafik interaksi sosial interval yang paling
banyak tampak pada batang tertinggi yaitu pada interval 55 - 58 yang
menunjukkan angka 13 yang berarti bahwa siswa pada kelas hipermedia
mempunyai skor terbanyak antara 55 – 58 sebanyak 13 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Distribusi interaksi sosial pada kelompok eksperimen II yaitu kelompok
modul dapat dilihat pada tabel 4.3, sedangkan diagram yang menjelaskan
distribusi frekuensi interaksi sosial kelompok modul disajikan pada gambar 4.2
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Interaksi sosial Kelompok Modul
Frekuensi Interval kelas Mutlak Relatif %
68 - 73 2 5,56 63 - 67 0 0,00 58 - 62 10 27,78 53 - 57 10 27,78 48 - 52 8 22,22 43 - 47 6 16,67 Jumlah 36 100 %
Gambar 4.2 Grafik Interaksi sosial Kelompok Modul
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.2 yang yang menjelaskan tentang
distribusi data interaksi sosial kelompok modul maka dapat dilihat bahwa siswa
yang paling banyak mendapat skor dari angket interaksi sosial pada interval kelas
53 – 57 dan 58 – 62 yaitu masing-masing 10 siswa. Kelompok hipermedia dan
modul dari rata-rata skor menunjukkan bahwa kelompok hipermedia memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
rata-rata lebih tinggi daripada kelompok modul yaitu skor 58,11 untuk kelompok
hipermedia dan 54,58 pada kelompok modul.
2. Data Kemampuan Memori
Data kemampuan memori dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan test pada materi pokok ekosistem. Pembagian kategori kemampuan
memori tinggi dan rendah berdasarkan nilai rata-rata dari masing-masing kelas.
Kemampuan memori tinggi jika skor total adalah ≥ mean dan kemampuan memori
rendah jika skornya < mean. Deskripsi data hasil test kemampuan memori tersebut
disajikan dalam tabel 4.4
Tabel 4.4 Deskripsi Data Kemampuan Memori Siswa
Kelompok Jumlah Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Mean SD
Eksperimen I (Hipermedia) 36 99 56 85,78 13,78
Eksperimen II (Modul)
36 99 65 86,72 9,40
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa kelompok belajar kooperatif tipe
jigsaw dengan hipermedia mempunyai rata-rata lebih besar daripada kelompok
belajar kooperatif tipe jigsaw dengan media modul yaitu 85,78 < 86,72 namun
nilai tertinggi baik kelompok hipermedia maupun modul sama-sama mempunyai
memiliki nilai tertinggi 99. Jadi dapat dikatakan bahwa kelompok modul dan
hipermedia relatif mempunyai kemampuan memori yang sama dalam mempelajari
materi ekosistem. Distribusi frekuensi kemampuan memori pada kelompok
hipermedia disajikan pada tabel 4.5 sedangkan diagram yang menunjukkan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
kemampuan memori kelompok hipermedia dapat dilihat pada grafik yaitu gambar
4.3
Tabel 4.5 Distribusi Kemampuan memori Kelompok Hipermedia
Frekuensi Interval kelas
Mutlak Relatif % 96 - 103 14 38,89 88 - 95 7 19,44 80 - 87 4 11,11 72 - 79 3 8,33 64 - 71 4 11,11 56 - 63 4 11,11 Jumlah 36 100
Gambar 4.3 Grafik Kemampuan Kemampuan Memori Kelompok Hipermedia
Dari tabel 4.5 distribusi kemampuan memori untuk kelompok hipermedia
dan grafik pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa data nilai kemampuan memori
memiliki rata-rata sebesar 85,78 dan standar deviasi sebesar 13,78. Interval kelas
juga menunjukkan siswa yang mempunyai rentang nilai 96 - 103 adalah interval
kelas yang memiliki frekuensi terbanyak, hal ini berarti siswa dalam kelompok
hipermedia memiliki rentang nilai terbanyak pada interval antara 96 - 103 yaitu 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
atau sekitar 38,89 %siswa dari total sampel kelompok hipermedia sebanyak 36
siswa.
Hasil tes kemampuan memori untuk kelompok belajar kooperatif tipe jigsaw
dengan menggunakan modul sebagai media dalam belajar disajikan pada tabel 4.6
dan penjelasan yang menggambarkan distribusi nilai terdapat pada gambar 4.4
yaitu grafik kemampuan memori kelompok modul.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Memori Kelompok Modul
Frekuensi Interval kelas
Mutlak Relatif % 94 - 99 11 30,56 88 - 93 7 19,44 82 - 87 9 25,00 76 - 81 4 11,11 71 - 75 2 5,56 65 - 70 3 8,33 Jumlah 36 100 %
berdasarkan tabel 4.6 dan dan gambar 4.4 yang menunjukkan distribusi nilai
test kemampuan memori pada kelompok belajar dengan modul menunjukkan
bahwa siswa yang memiliki skor pada interval 94 - 99 adalah yang paling banyak
yaitu sebanyak 11 atau 30,56 % dari total sampel 36 siswa. Rata-rata kemampuan
memori siswa pada kelompok belajar dengan modul adalah 86,72 sedangkan
siswa yang mendapat nilai > rata-rata sebanyak 18 siswa dan siswa yang
mendapat nilai < rata-rata atau kurang dari rata-rata kemampuan awal adalah
sebanyak 18 siswa. Jadi bisa dikatakan kelompok eksperimen II yang diberi
perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan
modul sebagai media mempunyai kemampuan memori yang cukup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Gambar 4.4 Grafik Kemampuan Memori Kelompok Modul
3. Prestasi Belajar
Data prestasi belajar dalam penelitian ini hasil pos test setelah diberi
perlakuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dan modul pada
materi pokok ekosistem. Data prestasi belajar yang dideskripsiskan dalam tabel
maupun grafik adalah data prestasi belajar ranah kognitif, adapun deskripsi data
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif
Kelompok Jumlah Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Mean SD
Eksperimen I (Hipermedia) 36 78 48 67,39 6,94
Eksperimen II
(Modul) 36 80 45 64,39 9,08
Berdasarkan deskripsi data prestasi belajar aspek kognitif pada tabel 4.7
sampel kelompok eksperimen I yang menggunakan hipermedia sebagai media
dalam belajar ekosistem mempunyai rata-rata sebesar 67,39 dengan standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
deviasi 6,94, hasil tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan hasil prestasi
belajar pada kelompok eksperimen II yang sama-sama pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw namun dengan modul sebagai media dalam belajar materi pokok
ekosistem yang mempunyai rata-rata prestasi belajar sebesar 64,39 dengan standar
deviasi 9,08. Selisih rata-rata prestasi belajar antara kedua kelompok eksperimen
adalah sebesar 3,00. Berdasarkan dari data tersebut kelompok belajar eksperimen
I yang menggunakan hipermedia sebagai media belajar mempunyai prestasi yang
lebih baik daripada kelompok eksperimen II dengan menggunakan modul. Untuk
memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif disajikan dalam
tabel 4.8 dan gambar 4.5 tentang distribusi data prestasi belajar untuk kelompok
eksperimen I.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelompok Hipermedia
Frekuensi Interval kelas
Mutlak Relatif % 73 - 78 9 25,00 68 - 72 12 33,33 63 - 67 5 13,89 58 - 62 8 22,22 53 - 57 0 0,00 48 - 52 2 5,56 Jumlah 36 100
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar grafik 4.5 tentang distribusi data prestasi
belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan
hipermedia menunjukkan hasil data dengan rentang nilai dari 48 sampai 78. Kelas
yang memiliki frekuensi terbanyak yaitu pada interval kelas antara 68 – 72 yaitu
sebesar 12. Data juga menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar kelompok
hipermedia adalah 67,39 sedangkan siswa yang mendapat nilai pos test diatas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
rata-rata adalah sebanyak 21 siswa atau sebesar 58,33% siswa dari total sampel
kelompok eksperimen I.
Gambar 4.5 Grafik Prestasi Belajar Ranah Kognitif Kelompok Hipermedia
Penjelasan distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif kelompok
eksperimen II yaitu kelompok belajar yang menggunakan modul sebagai media
belajar ekosistem disajikan dalam tabel 4.9 dan gambar 4.6
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelompok Modul
Frekuensi Interval kelas
Mutlak Relatif % 74 - 80 7 19,44 68 - 73 8 22,22 62 - 67 7 19,44 56 - 61 9 25,00 51 - 55 2 5,56 45 - 50 3 8,33 Jumlah 36 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Gambar 4.6 Grafik Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kelompok Modul
Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar histogram 4.6 tentang distribusi data
prestasi belajar siswa dengan pembelajaran kooeperatif tipe jigsaw dengan
menggunakan modul sebagai media belajar ekosistem menunjukkan rentang nilai
belajar ekosistem dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan modul.
Rentang kelas yang memiliki frekuensi terbanyak terdapat pada rentang nilai
antara 56 – 61 yaitu sebesar 9. Data juga menunjukkan bahwa rata-rata prestasi
belajar kelompok modul adalah 64,39.
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu uji pra syarat sebelum melakukan
analisis. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sample berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak sedangkan data yang di uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
normalitasnya dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada aspek
kognitif.
Grafik uji normalitas pada prestasi belajar biologi siswa pada materi pokok
ekosistem pada signifikansi 0,05 dengan pengujian Ryan-Joiner (RJ)
menunjukkan bahwa harga p-value = 0,100 atau p-value > 0,05. Kesimpulan yang
diperoleh adalah Ho ditolak hal ini berarti data prestasi belajar biologi dalam
penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
908070605040
99,9
99
9590
80706050403020
10
5
1
0,1
Prestasi Belajar
Pe
rce
nt
Mean 65,89StDev 8,165N 72RJ 0,988P-Value >0,100
Probability Plot of Prestasi BelajarNormal
Gambar 4.7 Gambar Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Sedangkan rangkuman hasil uji normalitas prestasi belajar dalam penelitian
masing-masing kriteria dapat dilihat pada tabel 4.10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
Tabel 4.10 Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria
Kelompok p-value Keputusan Kesimpulan A1B1C1 > 0,100 Ho di tolak Normal
A1B1C2 > 0,100 Ho di tolak Normal
A1B2C1 > 0,100 Ho di tolak Normal
A1B2C2 > 0,100 Ho di tolak Normal
A2B1C1 > 0,100 Ho di tolak Normal
A2B1C2 > 0,100 Ho di tolak Normal
A2B2C1 > 0,100 Ho di tolak Normal
A2B2C2 > 0,100 Ho di tolak Normal
A1B1C > 0,100 Ho di tolak Normal
A2B1C > 0,100 Ho di tolak Normal
A1BC1 > 0,100 Ho di tolak Normal
A2BC2 > 0,100 Ho di tolak Normal
A1 > 0,100 Ho di tolak Normal
A2 > 0,100 Ho di tolak Normal
2. Uji Homogenitas
Pra syarat analisis yang kedua adalah uji homogenitas. Uji homogenitas
dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang bersifat
homogen atau tidak. Pada tahap ini yang dilakukan yang dilakukan uji sama
dengan pada uji normalitas yaitu data prestasi belajar versus kemampuan memori,
prestasi belajar versus interaksi sosial, dan prestasi belajar biologi versus media
yang digunakan Tes-F dan Tes-Levene.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
2
1
12111098765
Me
dia
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
2
1
8070605040
Me
dia
Prestasi Belajar
Test Statistic 0,58P-Value 0,117
Test Statistic 2,78P-Value 0,100
F-Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for Prestasi Belajar
Gambar 4.8 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Media
Pembelajaran
Berdasarkan gambar diatas Uji homogenitas untuk tingkat signifikansi α =
0,05 pada pengujian prestasi belajar ditinjau dari media dapat diketahui bahwa
harga p-value = 0,117 pada F-test sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan
harga p-value = 0,100, dengan demikian p-value > 0,005 dan kesimpulan uji
homogenitas prestasi belajar ditinjau dari media pembelajaran menyatakan bahwa
Ho ditolak yang berarti bahwa data sampel dalam penelitian berasal dari populasi
yang homogen.
Hasil pengujian homogenitas prestasi belajar ditinjau dari kemampuan
memori dapat dilihat pada gambar berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
1
0
1211109876Kri
teri
a K
em
amp
uan
Me
mo
ri
9 5 % B o nfe r r o ni C o nf ide n ce I nte r v a ls fo r StD e v s
1
0
8070605040Kri
teri
a K
em
amp
uan
Me
mor
i
P r e sta si B e la ja r
T est S tatistic 1,19P -V alu e 0,597
T est S tatistic 0,09P -V alu e 0,765
F -T est
Lev en e 's T est
T e s t fo r E qua l V a r ia nc e s fo r P r e s ta s i B e la ja r
Gambar 4.9 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Kemampuan Memori
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa harga p-value = 0,597 pada F-
test sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan harga p-value = 0,765, dengan
demikian p-value > 0,005 dan kesimpulan uji homogenitas prestasi belajar
ditinjau dari kemampuan memori menyatakan bahwa Ho ditolak yang berarti
bahwa data sampel dalam penelitian ini bersifat homogen.
Hasil pengujian homogenitas prestasi belajar ditinjau dari interaksi sosial
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
1
0
11109876
Kri
teri
a In
tera
ksi
Sos
ial
9 5 % B o n f e r r o n i C o n f id e n c e I n t e r v a l s f o r S t D e v s
1
0
8 07 06 05 040
Kri
teri
a In
tera
ksi
Sos
ial
P r e s t a s i B e la j a r
T e st S ta tis t ic 1 ,1 9P - V a lu e 0 , 62 1
T e st S ta tis t ic 0 ,1 2P - V a lu e 0 , 73 5
F - T e s t
L e v e n e 's T e s t
T e s t f o r E q u a l V a r i a n c e s f o r P r e s t a s i B e l a ja r
Gambar 4.10 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Interaksi Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa harga p-value = 0,621 pada F-test
sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan harga p-value = 0,735, dengan
demikian p-value > 0,005 dan kesimpulan uji homogenitas prestasi belajar
ditinjau dari interaksi sosial menyatakan bahwa Ho ditolak yang berarti bahwa
data sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
1. Anava
Rangkumannya hasil analisis varians terhadap prestasi belajar biologi materi
pokok ekosistem dalam penelitian ini menggunakan minitab 15.1.2 dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11 Rangkuman p-value Uji Hipotesis Aspek Kognitif
Hipotesis ke- p-value keputusan 1 0,033 (p < α) H01 ditolak 2 0,900 (p > α) H02 tidak ditolak 3 0,025 (p < α) H03 ditolak 4 0,067 (p > α) H04 tidak ditolak 5 0,098 (p > α) H05 tidak ditolak 6 0,617 (p > α) H06 tidak ditolak 7 0,138 (p > α) H07 tidak ditolak
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hipotesis 1: Terdapat perbedaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan
hipermedia dan modul terhadap prestasi belajar biologi.
Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 1 mempunyai nilai p-value = 0,033
atau p-value < α, maka dinyatakan H01 ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa
terdapat perbedaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dan
modul terhadap prestasi belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
b. Hipotesis 2: Terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki kemapuan
memori tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah
terhadap prestasi belajar biologi.
Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 2 mempunyai nilai p-value = 0,900
atau p-value > α, maka dinyatakan H02 tidak ditolak, hal ini mempunyai arti
bahwa tidak terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki kemampuan memori
tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah terhadap prestasi
belajar biologi.
c. Hipotesis 3: Terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki interaksi sosial
tinggi dengan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah terhadap prestasi
belajar biologi.
Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 3 mempunyai nilai p-value = 0,025 p-
value < α, maka dinyatakan H03 ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa terdapat
perbedaan antara siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dengan siswa yang
memiliki interaksi sosial rendah terhadap prestasi belajar biologi.
d. Hipotesis 4: Terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan
memori terhadap prestasi belajar biologi.
Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 4 harga pada p-value = 0,067 atau p-
value > α, maka dinyatakan H04 tidak ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa tidak
terdapat interaksi media pembelajaran dengan kemampuan memori siswa terhadap
prestasi belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
e. Hipotesis 5: Terdapat interaksi media pembelajaran dengan interaksi sosial
siswa terhadap prestasi belajar biologi.
Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 5 mempunyai nilai p-value = 0,098
atau p-value > α, maka dinyatakan H05 tidak ditolak, hal ini mempunyai arti
bahwa tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan interaksi sosial
siswa terhadap prestasi belajar biologi.
f. Hipotesis 6: Terdapat interaksi antara kemampuan memori dengan interaksi
sosial siwa terhadap prestasi belajar biologi.
Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 6 mempunyai nilai p-value = 0,617
atau p-value > α, maka dinyatakan H06 tidak ditolak, hal ini mempunyai arti
bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan memori dengan interaksi sosial
siwa terhadap prestasi belajar biologi.
g. Hipotesis 7: Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan hipermedia dan modul dengan kemampuan memori dan
interaksi sosial siswa tehadap prestasi belajar biologi.
Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 7 mempunyai nilai p-value = 0,138
atau p-value > α, maka dinyatakan H07 tidak ditolak, hal ini mempunyai arti
bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan memori dan interaksi sosial
siswa dengan media pembelajaran hipermedia dan modul dengan tehadap prestasi
belajar biologi.
2. Uji Lanjut Anava
Pada uji hipotesis terdapat dua Ho yang ditolak yaitu hipotesis 1 tentang
pengaruh perbedaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
dengan modul terhadap prestasi belajar biologi dan hipotesis 3 tentang pengaruh
perbedaan antara siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dengan siswa yang
memiliki interaksi sosial rendah terhadap prestasi belajar biologi. Langkah
selanjutnya adalah melakukan uji lanjut analisis variansi pada hipotesis yang Ho
ditolak.
Pada grafik uji lanjut analisis variansi yang perlu diperhatikan adalah 1).
Terdapat dua garis. Garis pertama adalah garis tengah, merupakan garis nilai rata-
rata prestasi belajar biologi. Garis yang lain sebagai pembatas signifikansi. 2).
Apabila titik pada masing-masing media berada di atas garis nilai rata-rata maka
dikatakan pengaruh kategori media pembelajaran bersifat positif (+) atau lebih
baik terhadap prestasi belajar, dan sebaliknya apabila titik tersebut berada di
bawah nilai rata-rata maka dikatakan media berpengaruh negatif (-) atau kurang
baik.
a. Uji lanjut analisis variansi untuk media pembelajaran
Berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa terdapat pengaruh perbedaan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dengan modul terhadap
prestasi belajar biologi, maka perlu di uji lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh
perbedaan masing-masing media tersebut terhadap prestasi belajar biologi.
Pembagian kategori media pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu hipermedia
sebagai kategori I sedangkan modul sebagai kategori II. Uji lanjut analisis variansi
untuk media pembelajaran terhadap prestasi belajar biologi dilakukan
menggunakan analisys variansi of means (gambar 4.11).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
21
6 8
6 7
6 6
6 5
6 4
6 3
M e d ia
Mea
n
6 3 ,9 8 9
6 7 ,7 8 8
6 5 ,8 8 9
O ne -W a y N o r m a l A N O M fo r P r e s ta s i B e la ja rA lpha = 0 ,0 5
Gambar 4.11 Grafik Uji Lanjut Anava Media Pembelajaran Terhadap Prestasi
Belajar
Dari gambar 4.11 grafik uji lanjut analisis variansi media pembelajaran
maka dapat diketahui bahwa prestasi pada media I (hipermedia) mempunyai nilai
rata-rata lebih tinggi daripada prestasi pada media II (modul), jadi kesimpulannya
hipermedia sebagai media belajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dalam belajar materi pokok ekosistem memberikan pengaruh prestasi yang
lebih baik daripada menggunakan modul.
b. Uji lanjut analisis variansi untuk interaksi sosial
Berdasarkan uji hipotesis juga diketahui bahwa terdapat pengaruh perbedaan
antara siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dengan siswa yang memiliki
interaksi sosial rendah terhadap prestasi belajar biologi. Interaksi sosial yang
dimiliki oleh siswa dibagi menjadi dua kategori yaitu siswa yang memiliki
interaksi sosial rendah (kategori 0) dan siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi
( kategori 1). maka perlu di uji lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh perbedaan
masing-masing media tersebut terhadap prestasi belajar biologi, maka langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
yang selanjutnya perlu di uji lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh perbedaan
masing-masing kategori tersebut terhadap prestasi belajar biologi. Uji lanjut
analisis variansi untuk interaksi sosial terhadap prestasi belajar biologi siswa
dilakukan menggunakan analisys variansi of means
(gambar4.12).
10
69
68
67
66
65
64
63
Krit eria Int eraksi So sial
Mea
n
63,525
68,253
65,889
O ne-Way N ormal AN O M for Prestasi BelajarAlpha = 0,05
Gambar 4.12 Grafik Uji Lanjut Analisis Variansi Interaksi Sosial Terhadap
Prestasi Belajar
Dari gambar 4.12 grafik uji lanjut analisis variansi interaksi sosial terhadap
prestasi belajar biologi dapat diketahui bahwa prestasi pada interaksi sosial rendah
(kategori 0) mempunyai nilai rata-rata prestasi belajar biologi lebih tinggi
daripada prestasi siswa dengan interaksi sosial tinggi (1), jadi kesimpulannya
adalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa yang mempunyai interaksi
sosial rendah memberikan pengaruh prestasi belajar biologi yang lebih baik pada
materi pokok ekositem daripada siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis 1
Pada hipotesis I berdasarkan dari tabel 4.11 tentang rangkuman p-value uji
hipotesis aspek kognitif di dapat p-value = 0,33 jadi p-value < α hal ini berarti
terdapat perbedaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dan
modul. Hasil prestasi belajar biologi materi pokok ekosistem menunjukkan bahwa
rata-rata 67,39 pada kelompok hipermedia sedangkan pada kelompok modul
memiliki rata-rata sebesar 64,39. Apabila dibandingkan dari kedua media yang
digunakan dalam pembelajaran materi pokok ekosistem dengan melihat rata-rata
prestasi belajar pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan pengaruh
yang lebih baik daripada menggunakan modul. Hal tersebut juga terlihat dari uji
lanjut pada gambar 4.12
Pembelajaran materi pokok ekosistem pada siswa kelas VII SMP Negeri 2
Paron, Kabupaten Ngawi pada saat dilaksanakannya penelitian ini menunjukkan
siswa yang belajar kooperatif Jigsaw dengan menggunakan hipermedia terlihat
tampak lebih antusias dan bersemangat, hal tersebut dikarenakan siswa merasakan
suasana baru dalam belajar yaitu dengan memanfaatkan media elektronik dalam
penyampaian dan penerimaan materi. Siswa dapat melihat gambaran secara
langsung interaksi antara komponen dalam ekosistem. Sejalan dengan kajian
Shamshun Nisa (2005) menggunakan hipermedia sebagai media pembelajaran
menghasilkan proses pembelajaran berjalan lebih baik dan pelajar lebih senang
kepada pembelajaran berbentuk visual seperti multimedia atau hipermedia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
berbanding teks dan verbal. Dengan tersedianya materi yang sangat luas maka
cenderung dalam pembelajaran memerlukan waktu yang sangat banyak.
Sedangkan kelompok siswa yang belajar kooperatif Jigsaw dengan modul secara
hasil akhir setelah diberikan post test yang berupa test prestasi belajar ekosistem
secara tidak signifikan berbeda dengan pembelajaran dengan hipermedia, namun
pada proses pembelajaran siswa pada kelompok hipermedia tampak lebih
menikmati proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa pada kelompok
belajar dengan menggunakan modul.
Pendapat Sri Anitah (2009: 63) hipermedia, merupakan media yang
memiliki komposisi materi-materi yang tidak berurutan. Hipermedia mengacu
pada sofware komputer yang menggunakan unsur-unsur teks, grafis, video dan
audio yang dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah pemakai untuk
beralih ke suatu informasi. Pemakai dapat memilih cara yang unik sesuai gaya
berpikir dan cara memproses informasinya sendiri. Dengan hipermedia siswa
cenderung lebih aktif belajar dan lebih senang mengikuti pembelajaran. Hal
tersebut sejalan dengan hasil penelitian Tejada Gimenes (2000) dalam jurnal
internasional, bahwa dengan menggunakan hipermedia siswa cenderung lebih
aktif dan lebih cepat dalam penguasaan materi karena menghubungkan dari segi
audio, visual dan teks secara bersamaan. Penelitian Kosmos Dimitropoulos dan
Ioannis Mavridis dalam jurnal internasional Teknnologi Informatika yang
berjudul ”A Hypermedia Virtual Evironment for Educations in Medicine”
menyatakan bahwa ”As a conseguence, students are able to participate inthe
educational procedure from any plece (even from home) and for as much as relly
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
needed to study the educational material and thus to adapt the learning process to
theirpersonal need”. Pemanfaatan Hipermedia dalam pembelajaran berakibat,
siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran dari tempat manapun bahkan
dirumah dan sewktu-waktu. Sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajari
materi pelajaran dengan menyesuaikan proses belajar mereka. Penggunaan
hipermedia dalam pembelajaran merupakan dasar pelaksanaan sistem interaktif
bagi siswa untuk memperluas pengetahuan tanpa bantuan dari guru. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut maka pembelajaran yang dapat menyenangkan siswa
terutama siswa SMP merasakan kenyamanan dalam belajar dan akan memberikan
pengaruh yang lebih baik, pembelajaran tersebut terlaksana pada proses
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dan modul. Pembelajaran
Jigsaw dengan modul secara efektif siswa dapat mengubah konsepsi siswa
menuju konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
2. Hipotesis 2
Pada hipotesis II berdasarkan hasil uji hipotesis dengan analisis variansi
didapat bahwa p-value = 0,900 maka p > α, hal ini berarti tidak terdapat
perbedaan antara siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dengan siswa
yang memiliki kemapuan memori rendah. Namun hal ini bukan berarti tidak ada
perbedaan sama sekali, berdasarkan hasil uji masing-masing kriteria tiap sel
didapat (tabel 4.11) bahwa siswa dengan kemampuan memori tinggi mempunyai
rata-rata lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah
baik pada pada kelompok hipermedia maupun modul. Hal tersebut tampak pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
hasil rata-rata prestasi belajar pada tabel yaitu pada kelompok hipermedia
kemampuan memori tinggi dan rendah secara berturut-turut adalah 78 dan 67,33,
sedangkan pada kelompok modul rata-rata kemampuan memori tinggi dan rendah
secara berturut-turut adalah 69,13 dan 67,29.
Pada penelitian Graham J. McDougall dan Jeonghee Kang yang berjudul
”Memeori self-efficacy dan kinerja memori pada laki-laki yang lebih tua”
menyatakan bahwa kekuatan memori kelompok umur muda memiliki kemampuan
memori lebih tinggi dibanding dengan kelompok umur lebih tua. Berkurangnya
kemampuan memori pada seseorang dipengaruhi oleh depresi dan kinerja memori
itu sendiri. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dalam kelas
hipermedia maupun kelas modul adalah siswa yang aktif dalam pembelajaran,
mereka lebih mudah menghafal materi sehingga mendapat nilai yang tinggi.
Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah cenderung kurang
aktif dalam pembelajaran. Untuk membantu siswa yang memiliki kemampuan
memori rendah diperlukan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas,
penggunaan model dan metode pembelajaran yang digunakan juga dapat
merangsang kemampuan memori siswa. Selain itu memori akan lebih baik apabila
untuk memahami atau mengingat suatu materi dengan berbagai cara misalnya segi
visual dan audio lebih baik daripada hanya satu saja.
3. Hipotesis 3
Pada pembelajaran ekosistem syarat yang harus dimiliki siswa adalah
tentang konsep makhluk hidup yang meliputi ciri-ciri, jenis, dan karkateristik
makhluk hidup. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapat harga pada p-value =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
0,025 (p < α) maka dinyatakan H03 ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa terdapat
pengaruh perbedaan antara siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dengan
siswa yang memiliki interaksi sosial rendah terhadap prestasi belajar biologi.
Interaksi sosial dalam belajar biologi dengan pembelajaran kooperatif jigsaw akan
menentukan kelancaran siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajarinya.
Dalam pembelajaran Jigsaw menurut Elliot Aroson dalam Anita Lie ( 2002: 68).
Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam pembelajaran berlangsung
diharapkan bekerja bersama sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi. Jadi dalam pembelajaran Jigsaw diharapkan terjadi
interaksi sosial antara siswa dengan siswa secara individu dan antara siswa dalam
kelompok. Dengan demikian masing-masing siswa akan mendapat lebih banyak
pengalaman maupun materi dari pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil uji lanjut analisis variansi dapat dilihat bahwa siswa
dalam kategori interaksi sosial rendah mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi
daripada siswa dalam kategori interaksi sosial tinggi. Keadaan yang terjadi dalam
pendidikan prestasi belajar yang lebih baik biasanya didominasi oleh siswa yang
rendah interaksi sosialnya, karena karakteristik siswa tersebut cenderung lebih
suka belajar daripada bergaul dengan teman-temannya. Hal tersebut tampak ketika
siswa yang termasuk dalam kategori interaksi sosial tinggi lebih suka bercanda
pada saat jam istirahat sekolah sedangkan siswa dalam kategori interaksi sosialnya
rendah lebih cenderung suka menghabiskan waktu belajar di perpustakaan
sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Peter K. Jonason, Dalam penelitiannya yang berjudul “Solutions to the
Problem of Diminished Social Interaction” menyatakan bahwa Interaksi sosial
sangat diperlukan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain baik
secara langsung maupn tidak langsung. Untuk menumbuhkan interaksi sosial
seseorang dibutuhkan alat bantu komunikasi. Jadi dalam pembelajaran di sekolah
untuk menumbuhkan interaksi sosial siswa, guru perlu inovasi metode, model dan
alat atau media pembelajaran.
Siswa yang tekun belajar memahami materi sebelum pelajaran tersebut
disampaikan oleh guru akan tampak selalu aktif dalan proses pembelajaran. Hal
tersebut tampak ketika guru melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang
mendukung sebuah penemuan sendiri oleh siswa, maka siswa yang mempunyai
dasar pengetahuan yang cukup akan bisa menjawab dengan waktu yang lebih
cepat dan akan lebih memahami materi daripada siswa yang mempunyai
kemampuan memori rendah yang masih mencari-cari dengan membuka buku
untuk mencari jawaban pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Dengan dasar
pengetahuan yang tinggi siswa akan lebih berorientasi dalam mengembangkan
pemahaman materi pengetahuannya sedangkan siswa yang kemampuan memori
rendah harus belajar dua kali yaitu memahami materi dasar dan materi yang
sedang dipelajarinya. Maka siswa yang mempunyai kesiapan kemampuan memori
tinggi dalam belajar ekosistem akan mendapatkan nilai yang lebih baik daripada
siswa yang mempunyai pemahaman materi dasar atau kemampuan memori rendah
dalam belajar ekosistem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
4. Hipotesis 4
Berdasarkan keputusan uji harga pada p-value = 0,067 atau (p > α) maka
dinyatakan H04 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi
antara media pembelajaran dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi
belajar biologi. Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang
signifikan antara kemapuan memori tinggi dan rendah dengan penggunaan media
terhadap prestasi belajar biologi. Pengaruh yang diberikan kemampuan memori
tinggi merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan
kemampuan memori rendah. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan
oleh kemampuan memori rendah terhadap prestasi belajar biologi merupakan
pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemapuan memori
tinggi. Dua variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi efek yang
signifikan, sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara
kemampuan memori tinggi dan rendah. Namun hal ini bukan berarti tidak ada
interaksi sama sekali.
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa rata-rata yang dicapai oleh siswa pada
kelompok hipermedia dengan kemampuan memori tinggi dan rendah berturut-
turut adalah adalah 66,11 dan 70,10 sedangkan pada kelompok modul rata-rata
prestasi belajar pada kategori kemampuan memori tinggi dan rendah berturut-
turut adalah adalah 66,09 dan 66,69. Berdasarkan data-data tersebut maka dapat
diketahui bahwa siswa dengan kemampuan memori tinggi maupun rendah lebih
cocok apabila belajar ekosistem dengan menggunakan hipermedia daripada
modul. Dalam hal tersebut untuk membantu siswa yang memiliki kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
memori rendah diperlukan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas,
penggunaan model dan metode pembelajaran yang digunakan juga dapat
merangsang kemampuan memori siswa. Selain itu memori akan lebih baik apabila
untuk memahami atau mengingat suatu materi dengan berbagai cara misalnya segi
visual dan audio lebih baik daripada hanya satu saja.
Pada materi ekosistem hipermedia lebih cocok digunakan untuk
merangsang memori otak siswa karena diciptakan dari gabungan antara audio,
visual dan teks yang dugunakan secara bersamaan dalam media
pembelajaran.Siswa yang memiliki kemampuan memori tingi aka lebih terpacu
semangatnya untuk belajar. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori
rendah dengan pembelajaran melalui hipermedia, siswa akan lebih giat untuk
berlatih menemukan dan menerima hal-hal yang baru. Untuk membantu siswa
yang memiliki kemampuan memori rendah atau meningkatkan prestasi belajar
bagi siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi , dibutuhkan inovasi guru
merancang atau mendesain pelajaran yang menggunakan media pembalajaran
yang sesuai dengan kondisi siswa.
5. Hipotesis 5
Berdasarkan keputusan uji hipotesis harga pada p-value = 0,098 atau (p > α)
maka dinyatakan H05 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat
interaksi antara media pembelajaran dengan interaksi sosial tinggi dan terhadap
prestasi belajar biologi. Pada penelitian ini ditemukan tdak ada pengaruh yang
signifikan antara interaksi sosial dengan media pembelajaran terhadap prestasi
belajar biologi pada materi pokok ekosistem. Pengaruh yang diberikan interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
sosial terhadap prestasi belajar biologi adalah pengaruh yang berdiri sendiri dan
tidak berhubungan dengan media pembelajaran, dan begitu juga sebaliknya
pengaruh yang diberikan media pembelajaran terhadap prestasi belajar adalah
pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan interaksi sosial. Dua
variabel tersebut tidak menghasilkan kombinasi efek yang signifikan, sehingga
disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara media pembelajaran
dengan interaksi sosial. Namun demikian bukan berarti tidak ada interakasi sama
sekali antara interaksi sosial dengan dengan hypermedia dan modul terhadap
prestasi belajar biologi.
Melihat data pada tabel 4.12 maka dapat dilihat bahwa prestasi belajar rata-rata
dengan interaksi sosial tinggi dan rendah pada hypermedia berturut-turut adalah
adalah 70 dan 67,33 sedangkan nilai rata-rata interaksi sosial tinggi dan rendah
pada kelompok modul berturut-turut 69,13 dan 67,29. Berdasarkan data-data pada
penelitian ini, ditemukan bahwa siswa dengan interaksi sosial tinggi cenderung
lebih cocok belajar ekosistem dengan menggunakan htpermedia sedangkan siswa
dengan interaksi sosial rendah cenderung lebih cocok belajar dengan kedua media
tersebut yaitu hypermedia maupun modul.
Penemuan ini dapat dijelaskan bahwa hipermedia pada pembelajaran biologi
materi ekosistem menyediakan sumber belajar yang bisa mereka temukan berupa
teks, gambar, video. Siswa dengan kemampuan memori tinggi akan lebih cepat
memahami materi yang sedang dipelajari dengan melihat, mengamati dan
mengobservasi langsung dari materi yang mereka baca dari buku-buku, literatur
dari internet, maupun dari penjelasan guru, sehingga siswa dengan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
memori tinggi akan mudah mengaplikasikan dan mengembangkan pengetahuan
mereka. Bagi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dengan pembelajaran
berbasis modul dengan wahana buku teks menjadi bisa paham dengan dihadapkan
dengan buku teks yang terperinci alur sehingga bisa mereka rasakan dengan
membaca berulang-ulang. Sehingga keterpaduan indera mereka akan memberikan
rangsangan positif terhadap perkembangan kognitif siswa dengan belajar
berkelompok dalam kooperatif jigsaw. Siswa dengan kemampuan memori rendah
akan mendapatkan bantuan bersama dari teman satu kelompok dan juga guru
dalam belajar ekosistem, sehingga pembelajaran di alam memberikan pengaruh
yang positif terhadap prestasi belajar.
6. Hipotesis 6
Berdasarkan keputusan uji hipotesis harga pada p-value = 0,617 atau (p > α)
maka dinyatakan H06 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat
interaksi antara kemampuan memori dengan interaksi sosial siswa terhadap
prestasi belajar biologi.
Didalam penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang signifikan
antara kemampuan memori dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar.
Pengaruh yang diberikan kemapuan memori terhadap prestasi belajar merupakan
yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan meori. Begitu
pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh interaksi sosial terhadap prestasi
belajar merupakan prestasi yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan
kemampuan memori. Dua variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
efek yang signifikan, sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan
antara kemampuan memori dengan interaksi sosial.
Ditinjau dari kondisi siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran
2009/2010 kabupaten Ngawi antara kelompok kelas hipermedia dan kelas modul
memiliki tingkat kemampuan memori yang tinggi. Dari hasil penelitian media
yang paling tepat untuk digunakan meningkatkan prestasi belajar adalah
hypermedia. Keberhasilan penggunaan hypermedia dalam pembelajaran jigsaw
materi ekosistem tergantung pada berbagai factor, seperti proses kognitif dalam
hali ini tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah yang paling sesuai.
Hipermedia yang dilengkapi animasi visual gerak dan warna, teks yang
terprogram dan gambar-gambar yang menarik ini meninggalkan jejak-jejak
(traees) dalam iongatan yang sewaktu-waktu akan muncul bila dipanggil
(retrieval). Sesuai pendapat Arysad (2004:91) yang menyatakan bahwa media
berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar, media
visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Dipertegas lagi
pendapat Atkison dan Shiffrin (1968) dalam Bomo Walgito (2003: 147) proses
belajar yang eninggalkan jejak-jekak jiwa seseorang, sementara akan disimpan
dalam ingatan dan suatu waktu dapat ditimbulkan kembali.
7. Hipotesis 7
Pada hipotesis ke-7 dari tabel 4.11 harga pada p-value = 0,138 atau (p > α)
maka dinyatakan H07 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat
interaksi antara kemampuan memori dan interaksi sosial dengan media
pembelajaran hipermedia dan modul siswa tehadap prestasi belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
Berdasarkan pengujian hipotesis 1, 2 dan 3 bahwa pembelajaran jigsaw melalui
hypermedia hasilnya leabih baik dari pada pembelajaran jigsaw dengan modul.
Kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah tidak berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Sedangkan kemampuan memori tinggi dan kemampuan
memori rendah sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa materi
ekosistem.
Hipotesis 7 merupakan hipotesis untuk interaksi orde dua (second mark
interaction) yang merupakan interaksi antara sepasang variabel dengan variabel
ketiga. Interaksi antara sepasang variabel yang dikenal dengan interaksi orde
pertama (first rank interaction) terdapat pada hipotesis 4, 5, dan 6. Berdasarkan
pengujian hipotesis 4, 5, dan 6 tidak terdapat interaksi yang signifikan untuk
interaksi orde pertama, maka tentunya interaksi orde kedua juga tidak ada.
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian telah diupayakan semaksimal mungkin dengan harapan hasilnya
dapat mengungkap kondisi yang sesungguhnya, namun masih terdapat beberapa
hal yang dapat dianggap sebagai kelemahan dan keterbatasan penelitian yang
mempengaruhi hasil penelitian. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sampel penelitian ini terbatas pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paron tahun
pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat diasumsikan bahwa karakteristik siswa serta
kondisi sekolah, kesiapan guru dalam mengajar serta faktor pendukung lainnya
memiliki ciri khas tersendiri, sehingga besar kemungkinan bila penelitian
dilakukan pada subyek penelitian yang berbeda akan menghasilkan data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
berbeda pula. Jadi hasil penelitian ini hanya berlaku untuk siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Paron tahun pelajarn 2009/2010.
2. Waktu penelitian yang berlangsung relatif singkat, yaitu selama 8 pelajaran
dalam dua kompetensi dasar, sehingga ada kemungkinan perlakuan belum tampak
jelas. Penambahan jumlah jam pelajaran materi pokok ekosistem tidak bisa
peneliti lakukan, hal tersebut berkaitan dengan pembagian alokasi waktu tiap
kompetensi dasar.
3. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hipermedia dan modul baru
pertama kali diterapkan dalam pembelajaran biologi materi pokok ekosistem oleh
guru sebagai peneliti pada siswa kelas VII, begitu juga sebaliknya siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Paron baru pertamakali melaksanakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, sehingga proses belajar mengajar yang terjadi kurang
berjalan maksimal.
4. Test prestasi belajar hanya pada aspek kognitif saja , sedangkan aspek afektif
dan psikomotor tidak dilakukan sebagai variabel karena analisis statistik akan
semakin banyak.
5. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa tidak dapat dilacak penyebabnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia dan Modul dalam penelitian ini
dinyatakan bahwa teori bejalar yang mendukung adalah teori Peaget karena siswa
langsung dapat berinteraksi dengan materi ekosistem dari media pembelajaran.
Dengan Hipermedia dan modul karakteristik materi ekosistem dapat diamati oleh
siswa secara langsung. Dengan pengamatan langsung siswa sudah memiliki bekal
waktu masuk kelas sehingga siswa dapat belajar sendiri secara kelompok dengan
pembelajaran kooperatif Jigsaw. Pembelajaran Jigsaw dapat mewujudkan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif
jigsaw memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang
lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah. Keunggulan kooperatif tipe
jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Pemanfaatan Hipermedia dalam pembelajaran berakibat, siswa dapat
berpartisipasi dalam pembelajaran dari tempat manapun bahkan dirumah dan
sewktu-waktu. Sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajari materi pelajaran
dengan menyesuaikan proses belajar mereka. Penggunaan hipermedia dalam
pembelajaran merupakan dasar pelaksanaan sistem interaktif bagi siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
memperluas pengetahuan tanpa bantuan dari guru. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut maka pembelajaran yang dapat menyenangkan siswa terutama siswa SMP
merasakan kenyamanan dalam belajar dan akan memberikan pengaruh yang lebih
baik, pembelajaran tersebut terlaksana pada proses pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan hipermedia dan modul. Pembelajaran Jigsaw dengan modul secara
efektif siswa dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep ilmiah, sehingga
pada gilirannya hasil belajar siswa dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Pemanfaatan Hipermedia dalam pembelajaran berakibat, siswa dapat
berpartisipasi dalam pembelajaran dari tempat manapun bahkan dirumah dan
sewaktu-waktu. Sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajari materi
pelajaran dengan menyesuaikan proses belajar mereka. Penggunaan hipermedia
dalam pembelajaran merupakan dasar pelaksanaan sistem interaktif bagi siswa
untuk memperluas pengetahuan tanpa bantuan dari guru. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut maka pembelajaran yang dapat menyenangkan siswa terutama
siswa SMP merasakan kenyamanan dalam belajar dan akan memberikan pengaruh
yang lebih baik, pembelajaran tersebut terlaksana pada proses pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia. Pembelajaran Jigsaw dengan modul
secara efektif siswa dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep ilmiah,
sehingga pada gilirannya hasil belajar siswa dapat ditingkatkan seoptimal
mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan maka keseluruhan
hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dengan hypermedia dan modul terhadap prestasi belajar biologi materi pokok
ekosistem. Pembelajaran dengan hypermedia memberikan pengaruh positif
terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan modul. Oleh karena itu,
pembelajaran dengan menerapkan hypermedia sebagai media dalam belajar
ekosistem cenderung lebih baik daripada menggunkan modul.
2. Kemampuan memori tidak memberikan pengaruh perbedaan yang
signifikan. Secara umum, prestasi belajar dari kemampuan memori siswa yang
masuk kategori tinggi dan rendah tidak jauh berbeda. Namun, berdasarkan rata-
rata prestasi belajar, siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi mempunyai
pengaruh positif terhadap prestasi belajar daripada siswa yang memiliki
kemampuan memori rendah. Jadi siswa yang memiliki rata-rata skor kemampuan
memori tinggi mendapat prestasi belajar yang yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki skor prestasi pada kemapuan memori kategori rendah.
3. Interaksi sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
belajar biologi. Berdasarkan hasil uji lanjut variansi diketahui bahwa interaksi
sosial rendah memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap prestasi
belajar biologi. Jadi siswa yang memiliki interaksi sosial rendah mencapai prestasi
belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi.
Sebaliknya, hasil uji lanjut variansi juga diketahui bahwa interaksi sosial tinggi
memberikan pengaruh negatif yang signifikan terhadap prestasi belajar biologi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
jadi siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi cenderung mencapai prestasi
belajar biologi yang rendah.
4. Kemampuan memori tidak ada interaksi antara media pembelajaran
hypermedia dan modul terhadap prestasi belajar biologi. Pengaruh bersama atau
interaksi yang diharapkan terbangun antara kemampuan memori dengan media
pembelajaran hipermedia dan modul ternyata tidak signifikan. Namun,
berdasarkan analisis interaksi kemampuan memori dengan media didapatkan
bahwa siswa dengan kemampuan memori tinggi maupun rendah lebih cocok
apabila belajar ekosistem dengan menggunakan modul daripada hypermedia.
5. Interaksi sosial tidak ada interaksi antara media pembelajaran hipermedia
dan modul terhadap prestasi belajar biologi. Pengaruh bersama atau interaksi yang
diharapkan terbangun antara kemapuan awal dengan media pembelajaran
hipermedia dan modul ternyata tidak signifikan. Namun, berdasarkan analisis
interaksi interaksi sosial dengan media didapatkan ditemukan bahwa siswa dengan
interaksi sosial tinggi cenderung lebih cocok belajar ekosistem dengan
menggunakan hipermedia sedangkan siswa dengan interaksi sosial rendah
cenderung lebih cocok belajar dengan kedua media tersebut yaitu hypermedia
maupun modul.
6. Kemampuan memori dengan interaksi sosial tidak ada interaksi terhadap
prestasi belajar biologi. Berdasarkan analisis interaksi kemampuan memori
dengan interaksi sosial didapatkan bahwa rata-rata prestasi belajar paling tinggi
didapatkan oleh siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
sosial rendah, namun prestasi terendah rata-rata dimiliki oleh siswa yang memilki
kemampuan memori rendah dan interaksi sosial tinggi.
7. Kemampuan memori, interaksi sosial, dan media pembelajaran
hypermedia dan modul juga tidak ada interaksi terhadap prestasi belajar biologi.
B. Implikasi
1. Teoritis
Implikasi teoritis dari kesimpulan penelitian adalah untuk memperluas
pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
biologi materi pokok ekosistem yang berkaitan dengan media pembelajaran yaitu
hypermedia dan modul.
2. Praktis
Implikasi praktis yang dapat dikemukakan berdasarkan kesimpulan
penelitian ini antara lain:
a. Menggunakan hypermedia dalam proses pembelajaran biologi materi pokok
ekosistem memberikan prestasi yang lebih baik daripada menggunakan modul.
b. Kemampuan memori tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pencapaian prestasi belajar biologi.
c. Interaksi sosial mempunyai pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar
biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
C. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
a. Hendaknya aktif dalam proses pembelajaran, pemahaman yang didapatkan
dari hasil penemuan atau pengalaman sendiri akan lebih bermakna daripada
dari oranglain.
b. Hendaknya selalu memotivasi diri untuk mencapai prestasi tertinggi, karena
motivasi yang bersumber dari diri sendiri akan memberikan pengaruh yang
lebih baik.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai
dengan materi pelajaran.
b. Guru hendaknya mengupayakan peningkatan motivasi siswa dalam belajar
3. Bagi Pengelola Sekolah
a. Hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung guru untuk
menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi
pelajaran.
b. Hendaknya guru-guru diikutkan dalam pelatihan yang berhubungan dengan
pembelajaran.
4. Bagi Peneliti Berikutnya
a. Hendaknya mencermati secara hati-hati hasil angket yang berupa pilihan
ganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
b. Hendaknya model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian
sudah dipraktekkan pada siswa yang akan dijadikan sebagai sampel sebelum
penelitian dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat penelitian tidak
dijumpai kendala yang berhubungan dengan model pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Moh dan Asrori, Moh, 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Azhar Arsyad,2004, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo: Persada Agib Zainal.2002.Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan
Cendekia Anita Lie.2002. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Lerning di
Ruang-Ruang Kelas : Jakarta; Grasindo Ani Winarsih,dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta:
Pusat Perbukuan Depdiknas.
Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: C.V. Pustaka Setia.
Akhmad Haryono. 2001. Interaksi social dalam Pembelajaran Bahasa Asing.
JIBS( Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra) Vol. 1/Nomor 1 Januarai – Juni. Abu Ahmadi.2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Reineka Cipta Bimo Walgito. 2004.Pengantar Psikologi Umum.Yogjakarta: Andi Offset Cecep Iskandar.2009. Pembelajaran Kooperatif Dengan Modul Dan Animasi
Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Daroi Tingkat Kesulitan Belajar Siswa (Studi Pembelajaran Biologi pada Materi Sistem Ekresi Kelas XI Semester 1 SMA Taruna Nusantara Magelang). Surakarta. UNS Program Pascasarjana.
Dimyati,,Mudjiono.2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Durmus Kilic. 2008. The Effect of Jigsaw Technique on learning the Conceps of
the Principles and Methods of Teaching. World Applied Sciences Journal 4(Supple 1): 109-114, 2008.
Erwin Susilistiani.2006.Prestasi Belajar Biologi Pada Pokok Sistem
Koordinasi Menggunakan Variansi Media Pembelajaran Ditinjau Dari Kemampuan Memori Siswa (Studi Kasus Penggunaan Media Pembelajaran LCD,OHP,Buku Teks Terprogram Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Peljaran 2005/2006). Surakarta: Program Pascasarjana UNS.
Gulo W.2002.Metodologi Penelitian,Jakarta: Grasindo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
---------, 2002, Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Grasindo Graham J, McDougall, Jeonghee Kang. 2003. Memori self-efficacy dn kinerja
memoeri pada laki-laki yang lebih tua, International Journal of Men’s Health
Huang,Y.-M., Huang, T –C., & Hsieh, M.-Y.(2008).Using annotation services in
a ubiquistious Jigsaw cooperative learning environment. Educational Technoogy & Sosiety, 11 (2), 3-15. University ot Management, Taiwan.
Hamzah B.Uno.2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar Yang Kreatif dan Efektif.Gorontalo,Bumi Aksara. Jonason,K Peter et al.2008. Solutions to the Problem of Diminished Social
Interaction. Depertement of Psychology, New Mexico state University, Las Cruces. USA
Kam-wing CHAN. 2004. Using ‘Jigsaw II ‘ in Teacher Education Programmes.
Hong Kong Teacher’ Center Journal . Vol 3. Mulyasa E.2005. Menjadi Guru Profesional mencptakan pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan.Bandung: Remaja Rosda Karya Mercedes. A, 2009. Evaluasi Rencana Set Modul Di Prinsip Dan Metode
Mengajar. Universitas Mancarandang of Batangs, Jurnal International. ISSN:2094-1749 Vol: I, 2009
Manitsaris Athanasios, et al, 2006. A Hypermedia Virtual Enviroument for
Education in Medicine. Journal of Informatika Tekhnology Impact Vl No.2. pp.61-72, University of Macadonia, Greece (diakses tanggal 27 Januari 2011)
Nunan, David.1995.Language Teaching Metodology. London: Ponix RLT Ngalim Purwanto M. 1994. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya Noehi Nasution,dkk. 2008. Pendidikan IPA di SD. Jakarta. Penerbit Universitas
Terbuka Noehi Nasution. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Badung: Remaja Rosdakarya. Nurhadi.2004.Kurikulum 2004.Jakarta: Gramedia widia Sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
Nana Sudjana.2008. Penialain Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Oemar Hamalik,2008.Proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Paul Supomo, 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Boston,
Penerbit Kanisius Pidarta,M.1990. Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju, Jakarta:
Bumu Aksara Pribadi.M.2008. Minitab 15 Uji T hingga Anova. Surakarta : PPS UNS Petersen Lindy,2004. Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta,Grasindo Ratna Wilis Dahar.1989. Teori-teori Belajar,Jakarta: Erlangga Rudi Susilana, dan Riyana, Cepi. 2007. Media Pembelajaran, Hakikat,
Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian, Badung: Wacana Prima Sunaryo.2004. Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Suwarna.2009. Pembelajaran kimia dengan metodeSTAD melalui teknik peta
konsep dan teknik Puzzle ditinjau dari Interaksi social dan kemampuan memori (Studi Kasus pembelajaran kimia pada materi pokok system koloid kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Karas Magetan tahun 2008/2009). Surakarta: Program Pascasarjana UNS.
Syaiful Sagala.2008. Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk memecahkan
Problematika Belajar Dan Mengajar. Alfabeta. Bandung Sanaky,Hujair.AH.2009.Media Pembelajaran, Yogjakarta: Safiria Insania Press Sardiman.1994.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja
Grafindo. Slavin.1995.Cooperative Learning.2nd edition. A Simon and Schuster Company.
Massachusetts. Sri Rahmini,dkk.2007. IPA Terpadu 1 untuk SMP/MTs Kelas VII, Semarang.
Aneka Ilmu. Sri Anitah. 2009. Media Pembelajaran. Solo: UNS Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
Suharsimi Arikunto.2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Angkasa Raya
Trianto.2007.Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Tejada Gimenez.J 2000.On Paper or Hypermedia? The Effects of Procedural
Information in Digital Video Format in the Learning of a Music Score Editor Program by Novice Users1 . Universidad de Valencia. Jesus [email protected]
Toeti Sukamto,1997.Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta:
PAU-PPAI Universitas Terbuka. Teguh Sugiyarto. Eny Ismiyati.2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII
SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Winata Putra.2006. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Depdiknas Wayan Santyasa.2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori
Pengembangan Modul. Bali. Universitas Pendidikan Ganesha. Wasis. Sugeng Yuli. 2008. IPA Jilid 1 untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta.
Pusat Perbukuan Depdiknas. Wasis dkk. Contektual Teaching and Learning IPA SMP/MTs Kelas VII edisi
4. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Yamin.M.2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Persada Press. Yuli Harnowo.2009. Pembelajaran Fisika Dengan Model Kooperatif Melalui
Jigsaw dan STAD ditinjau Dari Kecerdasan Emosional dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Siswa Kelas VIIO SMP Negeri 2 Kebumen Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009). Surakarta: Program Pascasarjana UNS.