perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KINERJA DINAS … · 2013. 7. 22. ·...

175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI DALAM PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI Oleh : ASTRI DEVIANTI D1109005 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Negara JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KINERJA DINAS … · 2013. 7. 22. ·...

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

    DALAM PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT

    DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

    DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

    Oleh :

    ASTRI DEVIANTI

    D1109005

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial

    dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Administrasi Program Studi

    Ilmu Administrasi Negara

    JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

    DALAM PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT

    DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

    DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

    Oleh :

    ASTRI DEVIANTI

    D1109005

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial

    dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Administrasi Program Studi

    Ilmu Administrasi Negara

    JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    MOTTO

    ”Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat”

    (Al Baqarah 45)

    ”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,

    dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk

    bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”

    (Al Baqarah 216)

    ”Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan

    kesanggupannya”

    (Al Baqarah 286)

    ”Ada dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu dengan keduanya,

    yaitu nikmat sakit dan nikmat sempat”

    (Hadist)

    ”Ilmu dan amal adalah untuk ibadah”

    (Denny Tazakka)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    PERSEMBAHAN

    Karya ini dipersembahkan kepada :

    Bapak dan Ibu tercinta

    Abitaq ”Agus Sugiarto”

    Mb Devi dan Dek Indra

    Teman-teman AN ’09

    Almamater

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Puji syukur selalu tercurah kepada Allah SWT dan Rosul-Nya Nabi

    Muhammad SAW yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya

    kepada setiap umat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi yang

    berjudul “Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam

    Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue

    (DBD) di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali”, ini dengan baik dan

    lancar.

    Skripsi ini disusun sebagai syarat guna mendapatkan gelar Sarjana pada

    Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

    Sebelas Maret. Skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dan dukungan

    serta bimbingan dari berbagai pihak. Tanpa mengurangi rasa hormat, dengan

    kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Drs. Sukadi, M.Si., selaku pembimbing, yang dengan penuh kesabaran

    telah memberikan bimbingan, dorongan, dan pengarahan sehingga

    penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan.

    2. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

    Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Pembimbing Akademis.

    3. Bapak Drs. Pawito, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi, yang telah memberi bekal

    ilmu pengetahuan selama penulis menempuh kuliah.

    5. dr. Yulianto, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yang

    telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Dinas Kesehatan

    Kabupaten Boyolali.

    6. Bapak Edi Siswanto, SKM selaku Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit

    Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin dan telah

    memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    7. Bapak Kirmanto selaku petugas P2DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

    yang telah banyak membantu dan berbagi informasi dan data-data yang

    dibutuhkan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini.

    8. dr. Ony Hardoko, selaku Kepala Puskesmas Ngemplak yang telah

    memberikan ijin dan memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

    9. Ibu Suprapti dan Bapak Sis Nugroho yang telah memberikan informasi dan

    data-data yang dibutuhkan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini

    10. Bapak, Ibu, Mb Devy, dan Dik Indra yang selalu mendoakanku. Terima kasih

    untuk kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dan doa yang selama ini Kalian

    berikan.

    11. Abitaq Agus Sugiarto untuk cinta dan kasih sayang selama ini, terimakasih

    karena selalu mendukungku, mendoakan, memotivasi dan menyemangatiku

    untuk terus maju dan pantang menyerah.

    12. Teman-teman Administrasi Negara Non Reguler 2009, terutama Mb Nuning,

    Poliyuni, Intan, Eka, Laksmindra, Nia, Tia, Nila, Binar, Fitri, ayo semangat

    jalan kita masih panjang.

    13. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

    memberikan bantuan menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih sangat

    banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang

    membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap

    semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan

    pembaca.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    Surakarta, 18 Juli 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

    HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

    ABSTRAK .......................................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ............................................................................ 11

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 12

    D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 13

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 15

    1. Tinjauan Tentang Kinerja ........................................................... 15

    a. Pengertian Kinerja ................................................................. 15

    b. Penilaian Kinerja ................................................................... 18

    c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja .......................... 24

    d. Indikator Pengukuran Kinerja ............................................... 24

    2. Tinjauan Tentang Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ........... 42

    3. Tinjauan Tentang Program Pemberantasan dan Penanggulangan

    Penyakit Demam Berdarah Dengue .......................................... 43

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    4. Tinjauan Tentang Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

    Dalam Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Demam

    Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Ngemplak Boyolali

    Kabupaten Boyolali ..................................................................... 52

    B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 59

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ................................................................................... 62

    B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 63

    C. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 63

    D. Sumber Data ....................................................................................... 64

    1. Data Primer .................................................................................. 64

    2. Data Sekunder .............................................................................. 65

    E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 66

    1. Wawancara .................................................................................. 66

    2. Analisis Dokumen dan Arsip ....................................................... 67

    F. Validitas Data ................................................................................... 67

    G. Analisis Data ..................................................................................... 68

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................ 72

    1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Ngemplak ....................... 72

    a. Kondisi Geografis ................................................................... 72

    b. Topografi ................................................................................. 73

    c. Keadaan Demografis ............................................................... 73

    d. Sarana dan Prasarana............................................................... 75

    2. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ................................ 79

    a. Dasar Hukum Berdirinya Organisasi ...................................... 79

    b. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali .............. 80

    c. Tugas, Fungsi, Tujuan, dan Sasaran Dinas Kesehatan

    Kabupaten Boyolali ................................................................. 81

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    d. Strategi, Kebijakan, dan Program Dinas Kesehatan Kabupaten

    Boyolali ................................................................................... 83

    e. Susunan dan Struktur Organisasi ............................................ 85

    f. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten

    Boyolali ................................................................................... 89

    g. Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali 97

    h. Derajat Kesehatan ................................................................... 101

    i. Pembiayaan Kesehatan............................................................ 102

    j. Tenaga dan Sarana Kesehatan ................................................. 102

    k. Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ............ 106

    B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ....................................................... 107

    1. Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Dalam

    Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit DBD di Kecamatan

    Ngemplak ...................................................................................... 107

    a. Indikator Produktivitas ............................................................ 107

    b. Indikator Responsivitas ........................................................... 136

    c. Indikator Akuntabilitas............................................................ 143

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dinas Kesehatan

    Kabupaten Boyolali dalam Pemberantasan dan Penanggulangan

    Penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak....................................... 148

    a. Faktor yang Menghambat ....................................................... 149

    b. Faktor yang Meningkatkan ..................................................... 154

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................................ 156

    B. Saran ................................................................................................... 159

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel I.1 Data Kasus DBD Kabupaten Boyolali Tahun 2005 s/d 2010 .......... 5

    Tabel I.2. Data Jumlah Kasus DBD Per Puskesmas Kabupaten Boyolali Tahun

    2009 dan Tahun 2010 ....................................................................... 10

    Tabel IV.1 Kepadatan Penduduk Per Desa Kecamatan Ngemplak Tahun 2010 74

    Tabel IV.2 Jumlah penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

    Kecamatan Ngemplak Tahun 2010 .................................................. 75

    Tabel IV.3 Jumlah Sarana Kesehatan Per Desa Kecamatan Ngemplak Tahun

    2010 .................................................................................................. 76

    Tabel IV.4 Jumlah Sarana Perekonomian Per Desa Kecamatan Ngemplak Tahun

    2010 .................................................................................................. 78

    Tabel IV.5 Struktur Kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

    Berdasarkan Jenis ............................................................................. 88

    Tabel IV.6 Struktur Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Berdasarkan

    Tingkat ............................................................................................. 89

    Tabel IV.7 Struktur Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Berdasarkan

    Pangkat / Golongan Tahun 2010 ...................................................... 100

    Tabel IV.8 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Kabupaten Boyolali Tahun

    2010 .................................................................................................. 102

    Tabel IV.9 Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun

    2010 .................................................................................................. 104

    Tabel IV.10 Jumlah Posyandu Menurut Kecamatan Kabupaten Boyolali Tahun

    2010 .................................................................................................. 106

    Tabel IV.11 Jumlah Desa Endemis dan Jumlah Kasus DBD di Kecamatan

    Ngemplak Tahun 2004-2010............................................................ 109

    Tabel IV.12 Target HI dan Realisasi Pencapaian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

    Boyolali dalam Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit DBD

    Di Kecamatan Ngemplak Tahun 2004-2010.................................... 113

    Tabel IV.13 Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik

    Nyamuk Aedes Per Desa Kecamatan Ngemplak Tahun 2010 ......... 114

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    Tabel IV.14 Jumlah Pelaksanaan Fogging Focus per Puskesmas Kecamatan

    Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2010 .................................... 118

    Tabel IV.15 Jumlah Pelaksanaan Fogging Focus per Puskesmas Kecamatan

    Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2010 .................................... 122

    Tabel IV.16 Jumlah Pelaksanaan PSN per Desa Kecamatan Ngemplak Kabupaten

    Boyolali Tahun 2010 ........................................................................ 124

    Tabel IV.17 Jumlah Kasus Penyakit DBD Tahun 2009 dan 2010 Per Desa

    Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali ..................................... 128

    Tabel IV.18 Jumlah Penderita Penyakit Demam Berdarah Dengue Kecamatan

    Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2004 sampai 2010 .............. 133

    Tabel IV.19 Target Insident Rate dan Realisasi Dinas Kesehatan Kabupaten

    Boyolali dalam Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit DBD

    di Kecamatan Ngemplak Tahun 2005-2010 .................................... 134

    Tabel IV.20 Target Case Fatality Rate dan Realisasi Dinas Kesehatan Kabupaten

    Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan Penyakit DBD

    Di Kecamatan Ngemplak Tahun 2005-2010.................................... 135

    Tabel IV.21 Data Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Berdasarkan

    Jabatan dan Tidak Termasuk UPTD Bulan Juli 2011 ...................... 150

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    GambarII.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten

    Boyolali Dalam pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit

    Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Ngempalk Kabupaten

    Boyolali .......................................................................................... 59

    Gambar III.1 Model Analisis Interaktif ................................................................ 69

    Gambar IV.1 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ............ 87

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    ABSTRAK

    Astri Devianti, D1109005, KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

    BOYOLALI DALAM PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN

    PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN

    NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi

    Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

    Penyakit DBD adalah penyakit yang berbahaya, dapat menimbulkan

    kematian dalam jangka waktu yang singkat dan sering menimbulkan wabah.

    Kabupaten Boyolali telah dinyatakan sebagai daerah endemis DBD dan kasus

    terbanyak terjadi di Kecamatan Ngemplak. Dari tahun ke tahun data kasus

    penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak terus meningkat. DKK Boyolali

    merupakan organisasi publik yang bertanggung jawab atas tingginya kasus

    penyakit DBD di Kabupaten Boyolali. DKK Boyolali diharapkan mampu

    mengupayakan pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD.

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja DKK Boyolali

    dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan

    Ngemplak dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut.

    Kinerja DKK Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD

    dalam penelitian ini dilihat dari indikator pengukuran kinerja yaitu Produktivitas,

    Responsivitas, dan Akuntabilitas.

    Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif yang menggambarkan keadaaan

    senyatanya. Sumber datanya meliputi data primer yang diperoleh melalui proses

    wawancara dan data sekunder yang berasal dari dokumen yang berkaitan dengan

    penelitian. Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposive sampling

    yaitu dengan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk

    menjadi sumber data. Teknik pengumpulan data adalah dengan cara wawancara

    dan dokumentasi. Uji validitas data adalah dengan teknik trianggulasi data yaitu

    dengan menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisis data yang

    digunakan adalah dengan Teknik Analisis Interaktif.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari tiga indikator pengukuran

    kinerja yang digunakan, kinerja DKK Boyolali cukup baik namun perlu adanya

    peningkatan. Produktivitas DKK Boyolali dapat dikatakan belum maksimal

    karena hasil yang dicapai belum sesuai dengan target-target yang telah ditetapkan

    sebelumnya. Responsivitas DKK Boyolali dikatakan cukup baik namun perlu

    adanya peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya respon terhadap tuntutan

    yang disampaikan oleh masyarakat terkait dengan pemberantasan dan

    penanggulangan penyakit DBD. Akuntabilitas DKK Boyolali dikatakan cukup

    baik, hal ini dibuktikan dengan orientasi pelayanan yang tidak hanya mengacu

    pada peraturan pelaksanaan saja serta adanya transparansi dana. Beberapa faktor

    yang mempengaruhi yaitu : kurangnya SDM secara kuantitas dan kurangnya

    peran aktif masyarakat terhadap program pemberantasan dan penanggulangan

    DBD.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    ABSTRACT

    Astri Devianti, D1109005, THE PERFORMANCE OF BOYOLALI DISCRIT

    HEALTH OFFICE ERADICATION AND CONTROL THE DENGUE

    HEMMORHAGIC FEVER (DHF) SUB IN NGEMPLAK BOYOLALI.

    Thesis. Department of Administrative Science Program Public Administration.

    Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University of Surakarta,

    2011.

    Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) is an dangerous disease, that can lead

    to death in a short period of time and frequently generates an endemic. Boyolali

    district is state a dengeu hemmorhagic fever endemic area and the highest

    incidence of cases in Ngemplak. The data on DHF disease cases in Ngemplak

    increases over years. DKK Boyolali is a public organization responsible for the

    high incidence rate of Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) in the district of

    Boyolali. DKK Boyolali is responsible for the prevention of DHF disease.

    The purpose of this research is to find out the performance of DKK

    Boyolali discrit health office eradication and control the Dengue Hemmorhagic

    Fever (DHF) sub in ngemplak boyolali and the factors influence the performance.

    It was measured by three indicators of public organitation’s performance that is

    productivity, responsiveness, and accountability.

    This research is a descriptive qualitative study. The primary data sources

    were derived from interview process and from the documents relevant to the

    research for secondary data. The sampling method used was purposive sampling,

    choosing the informan considered knowledgeable and reliable to become the data

    source. Techniques of collecting data used were interview and documentation.

    Data validity used was data triangulation technique of analizing data used was

    interactive analysis technique.

    The results of this research shows that the performance of DKK Boyolali

    has not reached the achievement target of DHF prevention. Productivity can be

    said is not maximized because of the results achieved have not been up since the

    results achieved have not been in accordance with the targets previously set.

    Responsiveness in preventing the DHF diseases was found good enough and still

    need to be improved. It is indicated by the presence of respond to the demand

    conveyed by the public concernig the DHF prevention. The accountability was

    also found good enough indicated by fund transparency and that service

    orientation not only refers to the guidelines. Some factors influenced : the

    minimum number of human resource and the less community participation in the

    DHF eradication and control program.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pembangunan merupakan suatu proses kegiatan yang terencana dalam upaya

    pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan modernisasi bangsa guna peningkatan

    kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. Dalam pembangunan tersebut

    salah satunya terdapat upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat seperti

    pelayanan kesehatan, pendidikan, pendapatan dan lain sebagainya. Untuk mencapai

    keberhasilan pembangunan dibutuhkan manusia yang berkualitas, sumber dana yang

    memadai dan kekayaaan atau potensi alam yang mendukung.

    Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah

    melalui perbaikan kesehatan yang dijalankan dalam program pembangunan bidang

    kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

    Oleh karena itu pembangunan di bidang kesehatan mempunyai andil yang cukup

    besar dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan

    dapat diketahui dari Angka Kematian Bayi dan Balita, Angka Kematian Ibu

    Melahirkan, Angka Kesakitan dan Angka Kematian Terhadap Penyakit-Penyakit

    Menular Tertentu, Angka Harapan Hidup dan Status Gizi.

    1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui sektor kesehatan harus

    ditunjang dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan jalan

    peningkatan mutu lembaga dan pelayanan kesehatan yang memadai, sehingga

    diharapkan gerak pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Pemerintah

    memberikan perhatian yang serius terhadap masalah penyelenggaraan kesehatan

    dalam rangka pembangunan masyarakat yang sehat. Hal tersebut dapat dilihat dalam

    Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab V Pasal 11 yang

    dijelaskan bahwa penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan melalui banyak kegiatan

    seperti kesehatan keluarga, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan

    penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan serta penyuluhan

    kesehatan. Penyakit menular yang menjadi sasaran Program Pemberantasan dan

    Penanggulangan Penyakit Menular meliputi diare, HIV/AIDS, kusta, Demam

    Berdarah Dengue (DBD), dan lain lain.

    Sebagai bagian dari Program Peberantasan dan Penanggulangan Penyakit

    Menular, Program Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah

    Dengue (DBD) penting untuk dilaksanakan karena penyakit ini mudah mewabah,

    vaksin pencegahannya belum ditemukan, dan vektor perantara penyakit ini tersebar

    luas di lingkungan sekitar masyarakat. Wujud nyata dari perhatian pemerintah

    terhadap penyakit DBD adalah dengan dikeluarkannya Program Pemberantasan dan

    Penanggulangan penyakit DBD di berbagai daerah yang dilanda penyakit ini.

    Pelaksanaan Program Pemberantasan dan Penanggulangan penyakit DBD ini

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    didasarkan pada Keputusan Menteri No.581/Menkes/SK/VII/1992 tentang

    Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

    Berkaitan dengan penelitian kinerja pemerintah, terdapat berbagai indikator

    yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pemerintah. Indikator tersebut pada

    umumnya adalah produktivitas, akuntabilitas, orientasi terhadap pelayanan,

    responsibilitas, dan responsivitas. Beberapa indikator ini dapat memberikan

    gambaran penilaian mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu program atau

    kegiatan yang dilaksanakan pemerintah bagi masyarakat dalam kurun waktu tertentu

    dimana pada akhirnya dapat dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja

    selanjutnya. Secara spesifik indikator-indikator tersebut juga mampu memberikan

    penilaian tentang tanggung jawab Pemerintah dalam mengemban misi pemenuhan

    kepentingan publik dan pada akhirnya juga akan memberikan gambaran tingkat

    pencapaian tujuan organisasi.

    Mengacu pada kinerja pemerintah dalam pembangunan bidang kesehatan,

    diakui bahwa adanya dinas kesehatan merupakan langkah Pemerintah dalam

    mewujudkan tingkat kesehatan yang optimal pada seluruh masyarakat karena dinas

    kesehatan merupakan motor penggerak utama yang akan mendorong masyarakat

    untuk hidup sehat. Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat dinas kesehatan

    mempunyai kewajiban yang harus dijalankan dan harus dipertanggungjawabkan

    kepada mayarakat.

    Akhir-akhir ini masyarakat mempertanyakan kinerja Dinas Kesehatan. Hal ini

    terkait dengan pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) karena jumlah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    kasus DBD semakin meningkat setiap tahunnya terlebih lagi tugas tersebut telah

    ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 581 Menkes/SK/VII/1992

    tentang Pemberantasan Penyakit DBD yang seharusnya dilaksanakan seoptimal

    mungkin sehingga mampu menekan jumlah kasus DBD.

    Jumlah kasus DBD di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 1999 terjadi

    21.134 kasus, tahun 2000 sebanyak 33.443 kasus, tahun 2001 sebanyak 45.904 kasus,

    tahun 2002 sebanyak 40.377 kasus, tahun 2003 sebanyak 50.131 kasus dengan

    kematian 743 orang (www.sinarharapan.co.id). Selain itu tanggal 1 Januari 2004

    sampai dengan 5 Maret 2005 secara kumulatif jumlah kasus DBD yang dilaporkan

    dan telah ditangani sebanyak 26.015 kasus dengan kematian mencapai 389 orang

    (www.depkes.go.id). Jumlah kasus tersebut terus meningkat dikarenakan minimnya

    pola hidup bersih masyarakat, curah hujan yang tinggi dan banyak air yang

    menggenang saat musim hujan, lingkungan kumuh yang memungkinkan

    berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti, dan kesadaran masyarakat yang masih

    sangat kurang untuk melakukan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

    Sehubungan dengan tingginya kasus DBD di Indonesia, Provinsi Jawa Tengah

    telah menjadi daerah endemis DBD (daerah endemis merupakan daerah dimana

    dalam tiga tahun terakhir terdapat kasus DBD setiap tahunnya). Kabupaten Boyolali

    telah dinyatakan sebagai daerah endemis DBD. Sebanyak 17 wilayah kecamatan di

    Kabupaten Boyolali yang masuk kategori daerah endemis demam berdarah dengue

    (DBD) menjadi prioritas pengawasan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mendekati

    pergantian musim kemarau ke penghujan tahun ini. Saat peralihan musim merupakan

    http://www.sinarharapan.co.id/http://www.depkes.go.id/

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    masa rawan serangan berbagai jenis penyakit sehingga masyarakat harus

    meningkatkan kebersihan dan menjaga kesehatan. Jenis penyakit yang terhitung

    cukup berbahaya yakni DBD. (www.solopos.co.id). Berikut disertakan data kasus

    penyakit DBD di Kabupaten Boyolali dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 :

    Tabel I.1

    Data Kasus DBD Kabupaten Boyolali

    Tahun 2005 s/d 2010

    No. Tahun Bulan Jumlah

    (Orang) Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

    1. 2005 7 11 5 12 8 10 13 7 12 9 16 32 142

    2. 2006 32 38 21 16 8 10 10 3 5 4 6 7 160

    3. 2007 38 55 34 51 40 41 34 21 18 24 26 47 429

    4. 2008 75 55 39 41 39 22 23 14 18 14 19 22 381

    5. 2009 37 15 35 24 28 33 39 24 15 12 20 44 326

    6. 2010 76 75 70 36 27 24 25 18 13 17 17 5 403

    Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

    Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa selama tahun 2005 di Kabupaten

    Boyolali ditemukan kasus penyakit DBD sebanyak 142 kasus. Kasus terbanyak

    terjadi di tahun 2007 dengan kasus sebanyak 429 sedangkan ditahun-tahun lainnya

    angkanya cukup fluktuatif yakni mengalami peningkatan dan penurunan penderitanya

    pertahun. Melihat kenyataan ini, maka hal tersebut menjadi perhatian masyarakat

    mengenai bagaimana kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam

    pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD terlebih lagi program

    pemberantasan penyakit DBD telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan

    No. 581/ Menkes/SK/VII/1992 tentang pemberantasan penyakit DBD.

    http://www.solopos.co.id/

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    Terkait dengan tingginya kasus DBD tentu saja masyarakat mengeluhkan

    kinerja Dinas Kesehatan Boyolali dalam pemberantasan penyakit DBD. Sebenarnya

    Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali mempunyai pedoman yang digunakan dalam

    pelayanan P3PL (Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan).

    Untuk menangani kasus DBD, Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui Dinas

    Kesehatan mempunyai tujuan umum yakni menurunkan angka kesakitan dan

    kematian akibat penyakit Demam Berdarah Dengue serta mencegah atau membatasi

    penjalaran Kejadian Luar Biasa (KLB). Sedangkan tujuan khusus yang hendak

    dicapai oleh Pemerintah Boyolali adalah :

    1. Menurunkan angka kesakitan Insidents Rate di kecamatan endemis, < 3 per

    10.000 penduduk

    2. Menurunkan angka kematian < 2,5 %

    3. Mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa penyakit DBD

    4. Meningkatnya Angka Bebas Jentik > 95 %

    Dalam usaha mencapai tujuan yang telah dirumuskan, Pemerintah Kabupaten

    Boyolali menggunakan sejumlah program untuk menangani kasus DBD yaitu :

    1. Penyelidikan epidemiologi dan pemutusan rantai penularan dengan upaya-upaya

    sebagai berikut :

    a. Pada daerah ditemukan tersangka Demam Berdarah dan kasus positif DBD

    dengan indikasi penularan sebanyak 282 kejadian :

    1) Penyelidikan epidemiologi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    2) Fogging seluas minimal radius 100 m yang dilaksanakan pada pagi hari

    dan sore hari sebanyak 2 kali dengan interval kurang lebih 1 minggu.

    3) Penyuluhan

    4) Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

    5) Abatisasi selektif

    b. Pada daerah ditemukan tersangka Demam Berdarah dan kasus positif DBD

    tetapi tidak ada indikasi penularan sebanyak 110 kejadian:

    1) Penyelidikan epidemiologi

    2) Penyuluhan

    3) Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

    4) Abatisasi selektif

    5) Di daerah ini apabila masyarakat menghendaki fogging, DKK

    menyediakan insektisida, mesin swinfog dan teknisi.

    2. Upaya pencegahan dan promosi kesehatan, meliputi :

    a. Penyebaran informasi berupa penyuluhan kelompok baik institusi sekolah,

    tempat ibadah, dan institusi lain, dan pemasangan spanduk bertema

    pemberantasan DBD dengan 3 M pada tempat-tempat strategis.

    b. Siaran radio, siaran keliling, penyebaran pamflet dan leaflet.

    c. Penyuluhan kelompok kepada masyarakat desa.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    3. Upaya pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, meliputi :

    a. Pemantauan jentik oleh kader PKK 55 desa endemis DBD di 17 kecamatan

    dari bulan April – Oktober. Pemantauan dilaksanakan terhadap 250 rumah

    yang dipilih secara sampling

    b. Penggerakan masyarakat untuk melakukan gerakan PSN secara rutin 1

    minggu sekali di 119 desa yang terdiri atas 55 desa endemis dan 64 desa

    sporadis

    Pendidikan dan pelatihan serta peningkatan SDM lainnya, meliputi :

    a. Koordinasi dan pembekalan terhadap Lurah/ Kepala desa dan Ketua TP-PKK

    untuk meningkatkan kualitas pemantauan jentik di wilayahnya.

    b. Koordinator petugas Puskesmas untuk meningkatkan penggerakan PSN

    secara terpadu

    4. Penyediaan sarana dan prasarana dan logistik, meliputi :

    a. Pengadaan mesin swin fog sehingga di setiap puskesmas minimal ada juga

    ada mesin swin fog.

    b. Pengadaan insektisida, dari APBD II dianggarkan 1000 kg abate dan 400 liter

    insektisida. Disamping itu pada tahun 2007 ada bantuan insektisida dari Dinas

    Kesehatan Propinsi Jawa Tengah berupa 1000 liter dan 250 kg abate

    c. Sarana laboratorium untuk pemeriksaan darah, utamanya di Puskesmas rawat

    inap untuk diagnosa dini penyakit Demam Berdarah Dengue

    d. Penyediaan obat-obatan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    5. Monitoring, evaluasi dan tindak lanjut berupa upaya meningkatkan PSN di desa-

    desa dan optimalisasi gugus tugas Desa Siaga Sehat di tingkat Kabupaten dan

    Kecamatan

    Dengan adanya kenyataan ini, maka seharusnya hal tersebut menjadi

    perhatian masyarakat tentang kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam

    pelaksanaan pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD yang mana telah

    ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 581/Menkes/SK/VII/1992

    tentang pemberantasan penyakit DBD.

    Berdasarkan laporan pengamatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali,

    Kabupaten Boyolali merupakan daerah endemis DBD karena dari 55 desa yang

    tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Boyolali termasuk dalam kategori daerah

    endemis DBD (daerah yang tiga tahun berturut-turut ditemukan kasus DBD). Desa-

    desa itu terletak di Kecamatan Andong, Banyudono, Boyolali, Musuk, Juwangi,

    Karanggede, Kemusu, Simo, Wonosaegoro, Klego, Ngemplak, Nogosari, Sambi,

    Sawit, Ampel, Teras dan Mojosongo. Kasus terbanyak yang terjadi di Kabupaten

    Boyolali adalah Kecamatan Ngemplak. Hal ini dapat dibuktikan dari tabel berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    Tabel I.2

    Data Jumlah Kasus DBD Per Puskesmas

    Kabupaten Boyolali Tahun 2009 dan Tahun 2010

    No Puskesmas

    Jumlah Kasus DBD

    Tahun 2009 Tahun 2010

    DBD DBD

    1 Selo - -

    2 Ampel 4 15

    3 Ampel I 2 2

    4 Cepogo 6 11

    5 Musuk I 7 2

    6 Musuk II - 0

    7 Boyolali I 27 10

    8 Boyolali II 11 14

    9 Boyolali III 14 7

    10 Mojosongo 14/1 30

    11 Teras 19/1 31

    12 Banyudono I 27 47

    13 Banyudono II 20/1 25

    14 Sawit I 6 13

    15 Sawit II 11 9

    16 SambiI 24 27

    17 Sambi II 5 5

    18 Ngemplak 48 68

    19 Nogosari 35/1 28

    20 Klego I 3 3

    21 Klego II 1 6

    22 Andong 9 19

    23 Kemusu I 2 -

    24 Kemusu II 5 1

    25 Simo 18 18

    26 Karanggede 2 5

    27 Wonosegoro I - 4

    28 Wonosegoro II - 1

    29 Juwangi - 2

    Jumlah 326 407

    IR (Incidence Rate) 3,4/10.000 4,3/10.000

    CFR (Case Fatality Rate) 1,2 % 1,7 % Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Dari data penderita penyakit DBD tahun 2009 dan tahun 2010 jelas terlihat

    terjadi peningkatan jumlah kasus penyakit DBD yang signifikan. Pada tahun 2009

    jumlah penderita DBD sebanyak 326 kasus sedangkan pada tahun 2010 jumlah

    penderita DBD sebanyak 403 kasus. Dilihat dari data diatas, dapat diketahui bahwa

    daerah yang paling banyak terjadi kasus DBD selama tahun 2009 dan tahun 2010 ini

    adalah di Kecamatan Ngemplak, yaitu sebanyak 48 kasus di tahun 2009 dan 68 kasus

    di tahun 2010. Angka Kesakitan ( Insidence Rate) meningkat dari 3,4 per 10.000

    penduduk menjadi 4,3 per 10.000 penduduk. Kenaikan ini tidak dikehendaki oleh

    Dinas Kesehatan maupun masyarakat, sedangkan standar Angka Kesakitan yang

    menjadi target Dinas Kesehatan adalah kurang dari 3 per 10.000 penduduk. Sehingga

    dapat dikatakan Dinas Kesehatan belum dapat mencapai standar Angka Kesakitan

    yang telah ditargetkan.

    Melihat kenyataan mengenai tingginya jumlah penderita penyakit DBD di

    Kabupaten Boyolali dan keluhan masyarakat terhadap kinerja Dinas Kesehatan

    Kabupaten Boyolali, maka hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian

    mengenai bagaimana kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam

    pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di

    Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang menjelaskan mengenai tingginya kasus

    Demam Berdarah Dengue yang cenderung mengalami peningkatan di Kecamatan

    Ngemplak, maka permasalahan yang akan ditekankan penulis dalam penelitian ini

    adalah:

    1. Bagaimanakah kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam

    pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di

    Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali?

    2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten

    Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah

    Dengue (DBD) di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

    dalam penelitian ini adalah:

    1. Tujuan Individual:

    Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh

    gelar sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

    Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    2. Tujuan Operasional:

    Secara umum penelitian ini bertujuan untuk :

    a. Mengetahui kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam

    pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue

    (DBD) di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolai.

    b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan

    Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit

    Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Ngemplak Kabupaten

    Boyolali.

    3. Tujuan Fungsional:

    a. Mendapatkan gambaran mengenai kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten

    Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam

    Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.

    b. Dapat dijadikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

    sehubungan dengan peningkatan kualitas kinerja bagi masyarakat pada

    umumnya.

    c. Memberikan sumbangan pemikiran yang nantinya dapat digunakan untuk

    membantu bagi penelitian sejenis yang selanjutnya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

    1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pembaca dan

    penulis dalam memahami kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam

    pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di

    Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali dan mengetahui faktor-faktor

    pengaruh kinerja tersebut.

    2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan

    Kabupaten Boyolali untuk meningkatkan kinerjanya khususnya dalam

    pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di

    Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Pustaka

    Dalam setiap penelitian selalu membutuhkan kejelasan dan titik tolak atau

    landasan berfikir yang berguna untuk memunculkan masalah atau menyoroti sebuah

    masalah. Oleh karena itu diperlukan untuk menyusun tinjauan pustaka yang memuat

    pokok–pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang mana masalah

    penelitian itu akan disoroti. Sehingga berkaitan dengan pernyataan tersebut maka di

    bawah ini akan dijelaskan mengenai :

    1. Tinjauan Tentang Kinerja

    a. Pengertian Kinerja

    Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering

    diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau

    “prestasi” (Yeremias T. Keban, Ph. D, 2004 : 191).

    Secara etimologi, kinerja adalah sebuah kata dalam Bahasa Indonesia

    berasal dari kata dasar “kerja” yang menterjemahkan kata dari bahasa asing

    prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam

    organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi

    yang telah ditetapkan. (www.wikipedia.com)

    Berbeda dengan Bernardin dan Russel dalam Yeremias T. Keban

    (2004:191) mengatakan kinerja sebagai “…the record of outcomes produced

    15

    http://www.wikipedia.com/

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    on specified job fungtion or activity during a specified time period…” yang

    artinya hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktivitas

    dijalankan selama kurun waktu tertentu. Dalam definisi ini, aspek yang

    ditekankan adalah catatan tentang outcome atau hasil akhir yang diperoleh

    setelah suatu pekerjaan atau aktivitas dijalankan selama kurun waktu tertentu.

    Dengan demikian, kinerja hanya mengacu pada serangkaian hasil yang

    diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu dan tidak termasuk

    karakteristik pribadi pegawai yang dinilai.

    Definisi mengenai kinerja dikemukakan oleh Bastian dalam Hessel

    Nogi (2005:175) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

    tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi,

    dan visi organisasi tersebut.

    Menurut Muhamad Mahsun (2006:25) kinerja adalah gambaran

    mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan

    dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang

    dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan

    untuk menyebut prestasi kerja individu maupun kelompok individu. Kinerja

    dapat diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut

    mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan

    ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa

    ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat

    diketahui karena tidak ada tolok ukurnya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    Pengertian kinerja menurut Suyadi Prawirasentono dalam Joko

    Widodo (2008:78) adalah suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang

    atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

    tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi

    bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral

    dan etika.

    Kinerja oleh Lembaga Administrasi Negara dalam Joko Widodo

    (2008:78-79) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

    suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

    tujuan, misi, visi organisasi. Dengan kata lain, kinerja merujuk kepada tingkat

    keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan

    yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

    Menurut Mahmudi (2005:6) kinerja merupakan konstruk (construct)

    yang bersifat multidimensional, pengukurannya juga bervariasi tergantung

    pada kompleksitas faktor-faktor yang membentuk kinerja. Sedangkan

    beberapa pihak berpendapat bahwa kinerja mestinya didefinisikan sebagai

    hasil kerja itu sendiri (outcomes of work), karena hasil kerja memberikan

    keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan

    pelanggan, dan kontribusi ekonomi (Rogers dalam Mahmudi, 2005:6).

    Dari beberapa definisi mengenai kinerja di atas, maka dapat diambil

    kesimpulan bahwa kinerja adalah tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    kegiatan atau aktivitas atau progam yang telah direncanakan untuk

    mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi yang telah ditetapkan oleh

    suatu organisasi yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Dengan

    demikian dapat disimpulkan pula bahwa kinerja organisasi publik adalah

    tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas atau progam

    yang telah direncanakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi

    organisasi yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi publik yang

    dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan publik.

    b. Penilaian Kinerja

    Bagi setiap organisasi khususnya organisasi publik, penilaian kinerja

    merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan

    sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

    Untuk organisasi pelayanan publik, informasi mengenai kinerja sangat

    berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan organisasi itu

    memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan

    penilaian terhadap kinerja, maka upaya untuk memperbaiki kinerja bisa

    dilakukan secara lebih terarah dan sistematis. Informasi mengenai kinerja juga

    penting untuk menciptakan tekanan bagi para pejabat penyelenggara

    pelayanan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam organisasi (Agus

    Dwiyanto 2006:47).

    Whittaker dan Simons dalam Hessel Nogi (2005:171) menyebutkan

    bahwa penilaian kinerja merupakan alat manajemen yang digunakan untuk

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Penilaian

    kerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and

    objektives). Hal ini selaras dengan definisi penilaian kerja yang tertuang

    dalam Reference Guide, Profince of Albert, Canada dalam Hessel Nogi

    (2005:171) yang menyebutkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu

    metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan tujuan yang

    telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan untuk berperan

    sebagai mekanisme dalam memberikan penghargaan atau hukuman

    (reword/punishment), akan tetapi penilaian kinerja berperan sebagai alat

    komunikasi dan alat manajemen untuk perbaiki kinerja organisasi.

    McDonald dan Lawton dalam Yeremias T. Keban (2004:01)

    menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat

    penting bagi setiap organisasi karena dapat dipakai sebagai ukuran penilaian

    keberhasilan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu bahkan penilaian

    tersebut juga dapat dijadikan input bagi perbaikan/peningkatan kinerja

    organisasi selanjutnya.

    Bahkan Mardiasmo dalam Hessel Nogi (2005:172) mengemukakan

    bahwa tolok ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan ukuran

    keberhasilan yang dapat dicapai oleh organisasi tersebut. Namun menurut

    Agus Dwiyanto (2006:49) berikut ini :

    ”Kesulitan dalam mengukur kinerja organisasi pelayanan publik

    muncul karena tujuan dan misi organisasi publik sering kali bukan

    hanya sangat kabur, tetapi juga bersifat multidimensional. Kenyataan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    bahwa birokrasi publik memiliki stakeholders yang banyak dan

    memiliki kepentingan yang sering berbenturan satu dengan lainnya

    membuat birokrasi publik mengalami kesulitan untuk merumuskan

    misi yang jelas. Akibatnya ukuran kinerja organisasi publik di mata

    para stakeholders juga berbeda-beda.”

    Penilaian kinerja menurut Joko Widodo (2008:93) menjadi suatu hal

    yang sangat penting bagi setiap unit organisasi instansi pemerintah karena:

    1) Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara

    keberhasilan dengan kegagalan

    2) Jika suatu keberhasilan tidak didefinisikan, maka kita tidak dapat

    menghargainya

    3) Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malah menghargai

    kegagalan

    4) Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti keberhasilan, berarti juga tidak

    akan bisa belajar dari kegagalan

    Selain itu menurut Sedarmayanti (2009:195) arti penting penilaian

    kinerja organisasi antara lain dapat digunakan untuk :

    1) Memastikan pemahaman pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk

    mencapai kinerja

    2) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati

    3) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya

    dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki

    kinerja

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    4) Memberi penghargaan dan hukuman yang objektif atas pelaksanaa yang

    telah diukur sesuai sistem pengukuran yang telah disepakati

    5) Menjadi alat komunikasi antara karyawan dan pimpinan dalam upaya

    memperbaiki kinerja organisasi

    6) Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan telah tercapai

    7) Menunjukakan peningkatan yang perlu dilakukan

    8) Mengungkap permasalahan yang terjadi

    Selain itu, Bastian dalam Hessel Nogi (2005:173) berpendapat bahwa

    penilaian kinerja dalam organisasi akan mendorong pencapaian tujuan

    organisasi dan akan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara

    terus menerus (berkelanjutan). Secara terperinci peran penilaian kinerja

    organisasi adalah sebagai berikut :

    1) Memastikan pemahaman para pelaksana dan alat ukuran yang digunakan

    untuk mencapai prestasi

    2) Memastikan tercapainya skema prestasi yang disepakati

    3) Memonitor dan mengevakuasi kinerja dengan perbandingan skema kerja

    dan pelaksanaannya

    4) Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya

    memperbaiki kinerja organisasi

    5) Membantu proses kegiatan organisasi

    6) Memastikan bahwa pengambilan keputusan telah dilakukan secara

    objektif

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    7) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi

    Sedangkan menurut Mahmudi (2005:14) menyebutkan bahwa tujuan

    dilakukan penilaian kinerja di sektor publik adalah :

    1) Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

    2) Menyediakan sarana pembelajaran pegawai

    3) Memperbaiki kinerja periode berikutnya

    4) Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam keputusan pemberian

    reward and punishment

    5) Memotivasi pegawai

    6) Menciptakan akuntabilitas publik

    Ukuran kinerja merupakan tanda vital dari sebuah organisasi yang

    mengukur seberapa baik aktivitas-aktivitas dalam sebuah organisasi dalam

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini diungkapkan Hronec dalam

    R.M. Chandima Ratnayake (2009) berikut ini:

    “Performance measures have been defined as characteristics of

    outputs that are identified for purposes of evaluation.The ideas of

    performance measures have been further extended as the vital signs of

    the organization, which quantify how well the activities within a

    process or the outputs of a process achieve a specified goal."

    (Ukuran-ukuran kinerja didefinisikan sebagai karakteristik dari output-

    output yang didentifikasikan untuk tujuan evaluasi. Gagasan ukuran

    kinerja selanjutnya diperluas sebagai tanda-tanda vital dari sebuah

    organisasi, yang mengukur seberapa baik aktivitas-aktivitas dalam

    suatu prosess atau output-output dari suatu proses mencapai tujuan

    yang telah ditetapkan.)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    Namun, penilaian kinerja birokrasi publik masih sangat amat jarang

    dilakukan. Berbeda dengan organisasi bisnis yang kinerja mudah dilihat dari

    probabilitas, yang diantaranya tercermin dari indeks harga saham, sedangkan

    pada birokrasi publik tidak memiliki tolak ukur yang jelas dan tidak mudah

    diperoleh informasinya oleh publik. Terbatasnya informasi mengenai kinerja

    birokrasi pelayanan publik terjadi karena kinerja belum dianggap sebagai

    sesuatau hal yang penting bagi pemerintah. Daftar Penilalian Pelaksanaan

    Pekerjaan (DP3) yang sebenarnya digunakan untuk menilai kinerja pejabat

    birokrasi sangat jauh relevansinya dengan indikator-indikator kinerja yang

    sebenarnya. Faktor lain yang menyebabkan terbatasnya informasi mengenai

    kinerja organisasi publik adalah kompleksitas indikator kinerjanya. Berbeda

    dengan organisasi swasta yang indikatornya relatif sederhana dan tersedia di

    pasar, indikator birokrasi sering sangat kompleks. Penilaian birokrasi publik

    tidak hanya cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator yang

    melekat pada birokrasi seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat

    juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa seperti

    kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan reponsivitas.

    Kesulitan lain dalam menilai kinerja birokrasi publik juga muncul

    karena tujuan dan misi dari organisasi publik yang bukan hanya sangat kabur,

    tetapi juga bersifat multidimensional. Kenyataannya bahwa birokrasi publik

    memiliki stakeholders yang banyak dan memiliki kepentingan yang sering

    berbenturan satu dengan yang lainnya sehingga membuat birokrasi publik

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    merumuskan misinya dengan jelas. Akibatnya pada ukuran kinerja organisasi

    publik di mata para stakeholders juga berbeda-beda. (Agus Dwiyanto,

    2006:46)

    c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

    Kinerja suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang

    datang dari dalam organisasi (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar

    organisasi (faktor eksternal). Yowono dkk. dalam Hessel Nogi (2005:178-

    180) mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan konsep kinerja

    organisasi, bahwa kinerja organisasi berhubungan dengan berbagai aktivitas

    dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada organisasi. Berbagai faktor

    yang mempengaruhi kinerja organisasi sesungguhnya memberikan informasi

    mengenai prestasi pelaksanaan dari unit-unit organisasi, di mana organisasi

    memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas seluruh aktivitas sesuai dengan

    tujuan organisasi. Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu

    organisasi meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan

    menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya

    manusia yang dimiliki organisasi, dan kepemimpinan yang efektif.

    Ruky dalam Hessel Nogi (2005:180) mengidentifikasikan faktor-

    faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja

    organisasi sebagai berikut:

    1) Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan

    untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi

    tingkat kinerja organisasi tersebut

    2) Kualitas input atau material yang digunakan organisasi

    3) Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan

    ruangan, dan kebersihan

    4) Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada

    dalam organisasi yang bersangkutan

    5) Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi

    agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi

    6) Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,

    imbalan, promosi, dan lain-lain

    Soesilo dalam Hessel Nogi (2005:180-181) mengemukakan bahwa

    kinerja suatu organisasi birokrasi publik di masa depan dipengaruhi oleh

    faktor-faktor berikut ini:

    1) Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan

    fungsi yang berkaitan dengan fungsi yang dijalankan aktivitas organisasi

    2) Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi

    3) Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk

    bekerja dan berkarya secara optimal

    4) Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data

    base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    5) Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan

    penggunaan teknologi bagi penyelenggaran organisasi pada setiap

    aktivitas organisasi

    Atmosoeprapto dalam Hessel Nogi (2005:181-182) mengemukakan

    bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal

    maupun faktor eksternal sebagai berikut:

    1) Faktor eksternal yang terdiri dari:

    a) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan

    kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban,

    yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara

    maksimal

    b) Faktor ekonomi yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang

    berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli

    untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem

    ekonomi yang lebih besar

    c) Faktor sosial yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah

    masyarakat yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos

    kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi

    2) Faktor internal yang terdiri dari:

    a) Tujuan organisasi yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin

    diproduksi oleh suatu organisasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    b) Struktur organisasi sebagai hasil desain antara fungsi yang akan

    dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada

    c) Sumber daya manusia yaitu kualitas dan pengelolaan anggota

    organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan

    d) Budaya organisasi yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola

    kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan

    Menurut Mahmudi (2005:21) kinerja merupakan suatu konstruk

    multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:

    1) Faktor Personal/individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill),

    kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh

    setiap individu

    2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,

    semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader

    3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

    oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,

    kekompakan dan keeratan anggota tim

    4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kinerja atau infrastruktur

    yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam

    organisasi

    5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan

    lingkungan eksternal dan internal

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    Dari keseluruhan pendapat tersebut di atas dapat diketahui bahwa

    ternyata terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kinerja

    yang dapat dicapai oleh suatu organisasi. Setiap faktor tersebut mempunyai

    potensi yang sama untuk menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kinerja

    organisasi publik. Ada yang menekankan pada peralatan, sarana, prasarana

    atau teknologi sebagai faktor dominan. Ada yang menekankan pada kualitas

    sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu organisasi dan ada juga yang

    menekankan pada mekanisme kerja, budaya organisasi serta efektivitas

    kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja suatu organisasi

    publik sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam

    organisasi (faktor internal) maupun dari luar organisasi (faktor eksternal).

    Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh dalam arti negatif (menghambat

    kinerja), maupun yang positif (meningkatkan kinerja). Dalam penelitian ini

    akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi publik baik

    yang meningkatkan kinerja maupun yang menghambat kinerja Dinas

    Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantsan dan penanggulangan

    penyakit DBD baik faktor internal maupun faktor eksternal.

    d. Indikator Pengukuran Kinerja

    Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan

    pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan,

    termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil

    kerja dan target, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson

    dalam Mahmudi, 2008:7). Sedangkan menurut Lohman dalam Muhamad

    Mahsun (2006:25) pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian

    pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis

    organisasi.

    Pengukuran kinerja sering dipandang dari perspektif menejemen,

    manajemen menetapkan target kemudian menggunakan pengukuran kinerja

    untuk mengetahui apakah target tersebut telah tercapai. Hal ini diungkapkan

    oleh Juhani Ukko (2008) berikut ini:

    “Performance measurement is quite often viewed from the perspective

    of the management. The management sets the targets and applies

    performance measurement to monitor whether these targets are met.”

    (Pengukuran kinerja sering dipandang dari perspektif menejemen.

    Menejemen menetapkan target-target kemudian menerapkan

    pengukuran kinerja untuk mengetahui apakah target-target tersebut

    telah tercapai.)

    Menurut Joko Widodo (2008:94-95) pengukuran kinerja merupakan

    aktivitas menilai kinerja yang dicapai oleh organisasi, dalam melaksanakan

    kegiatan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran

    kinerja organisasi digunakan untuk penilaian atas keberhasilan/kegagalan

    pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan

    yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi

    pemerintah. Inti aktivitas pengukuran kinerja yakni melakukan penilaian.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    Hakikat penilaian yakni membandingkan antara realita dengan standar yang

    ada.

    Untuk dapat melakukan pengukuran terhadap kinerja maka diperlukan

    indikator kinerja. Definisi indikator kinerja menurut Muhamad Mahsun

    (2006:71) merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan

    pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.

    Indikator kinerja sering disamakan dengan ukuran kinerja. Namun

    sebenarnya, meskipun keduanya merupakan kriteria pengukuran kinerja,

    terdapat perbedaan makna. Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja

    secara tidak langsung yaitu hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi

    kinerja, sehingga bentuknya cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran kinerja

    adalah kriteria kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung,

    sehingga bentuknya lebih bersifat kuantitatif. Indikator kinerja dan ukuran

    kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan,

    sasaran, dan strategi.

    Menurut Bastian dalam Hessel Nogi (2005:175) indikator kinerja

    organisasi publik adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

    menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan

    dengan memperhitungkan elemen-elemen berikut ini:

    1) Indikator masukan (inputs), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar

    organisasi mampu meghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang

    meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    2) Indikator keluaran (output), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung

    dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau pun nonfisik

    3) Indikator hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan

    berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menegah (efek langsung)

    4) Indikator manfaat (benefit), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir

    dari pelaksanaan kegiatan

    5) Indikator dampak (impacts), yaitu pengaruh yang ditimbulkan, baik positif

    maupun negatif, pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang

    telah ditetapkan

    Indikator kinerja menurut Mahmudi (2005:160) merupakan sarana

    atau alat (means) untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses,

    dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri (ends). Peran indikator kinerja bagi

    organisasi sektor publik adalah memberikan tanda atau rambu-rambu bagi

    manajer atau pihak luar untuk menilai kinerja organisasi.

    Lebih lanjut Mahmudi (2008:148) mengemukakan peran indikator

    kinerja antara lain :

    1) Membantu memperbaiki praktik manajemen

    2) Meningkatkan akuntabilitas manajemen dengan memberikan tanggung

    jawab secara eksplisit dan memberi bukti atas suatu keberhasilan atau

    kegagalan

    3) Memberikan dasar untuk melakukan perencanaan kebijakan dan

    pengendalian

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    4) Memberikan informasi yang esensial kepada manajemen sehingga

    memungkinkan bagi manajemen untuk melakukan pengendalian kinerja

    bagi semua level organisasi

    5) Memberikan dasar untuk pemberian kompensasi kepada staf

    Terdapat beberapa indikator kinerja yang biasa digunakan untuk

    mengukur kinerja organisasi publik. Menurut Agus Dwiyanto (2006:50-51)

    indikator dalam menilai kinerja birokrasi publik yaitu:

    1) Produktivitas

    Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi,

    tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami

    sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa

    terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba

    mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan

    memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang

    diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting. (Agus

    Dwiyanto 2006:50)

    2) Kualitas Layanan

    Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi sangat penting

    dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak

    pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul

    karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima

    dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan

    utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja

    adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat sering kali tersedia

    secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas

    pelayanan sering kali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi

    publik. Akibat akses terhadap informasi mengenai kepuasan masyarakat

    terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu

    ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan.

    Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja

    organisasi publik. (Agus Dwiyanto 2006:50)

    3) Responsivitas

    Responsivitas menurut Agus Dwiyanto (2006:51-52) adalah

    kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,

    menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-

    program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

    masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada

    keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan

    aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu

    indikator kinerja responsivitas secara langsung menggambarkan

    kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,

    terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang

    rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayan dengan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan

    organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.

    Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya

    memiliki kinerja yang jelek pula. (Agus Dwiyanto 2006:51)

    4) Responsibilitas

    Lenvine dalam Agus Dwiyanto (2006:51) menyatakan bahwa

    responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

    publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar

    atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun

    implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika

    berbenturan dengan responsivitas.

    5) Akuntabilitas

    Akuntabilitas publik dalam Agus Dwiyanto (2006:51) menunjuk

    pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan publik tunduk pada para

    pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para

    pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan

    selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep

    akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar

    kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak

    masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari

    ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau

    pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam

    masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang

    tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan

    norma yang berkembang dalam masyarakat.

    Lebih lanjut Agus Dwiyanto (2006:49)mengemukakan indikator-

    indikator lain yang dapat digunakan untuk menilai kinerja birokrasi publik

    seperti di bawah ini:

    “Penilaian kinerja organisasi publik tidak cukup hanya dilakukan

    dengan menggunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi

    itu, seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari

    indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan

    pengguna jasa, akuntabilitas, dan responsivitas. Penilaian kinerja dari

    sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi publik

    seringkali memiliki kewenangan monopolis sehingga para pengguna

    jasa tidak memiliki alternatif sumber pelayanan. Dalam pelayanan

    yang diselenggarakan oleh pasar, dengan pengguna jasa yang memiliki

    pilihan sumber pelayanan, pengguna layanan bisa mencerminkan

    kepuasan terhadap pemberi layanan. Dalam pelayanan oleh birokrasi

    publik, penggunaan pelayanan oleh publik sering tidak ada

    hubungannya sama sekali dengan kepuasannya terhadap pelayanan.”

    Selanjutnya Kumorotomo dalam Agus Dwiyanto (2006:52)

    menggukan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja

    organisasi pelayanan publik, yaitu:

    1) Efisiensi

    Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan

    organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-

    faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas

    ekonomis. Apabila diterapkan secara obyektif, kriteria seperti likuiditas,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat

    relevan.

    2) Efektivitas

    Apakah tujuan dari didirikanya organisasi pelayanan publik

    tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaitanya dengan rasionalitas teknis,

    nilai, misi, tujuan, organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

    3) Keadilan

    Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang

    diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat

    kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya

    mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-

    nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut

    pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan

    sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

    4) Daya Tanggap

    Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta

    organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara

    atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria

    organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat

    dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya

    tanggap ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2008:174-176) menjelaskan bahwa

    indikator kinerja sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penelitian

    yang dilakukan dalam proses penemuan dan penggunaan indikator tersebut.

    Indikator tersebut antara lain:

    1) McDonald dan Lawton

    McDonald dan Lawton mengemukakan dua indikator kinerja

    yaitu:

    a) Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan

    tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam

    suatu penyelenggaraan pelayanan publik.

    b) Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah

    ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang

    maupun misi organisasi.

    2) Selim dan Woodward

    Selim dan Woodward mengatakan bahwa kinerja dapat diukur dari

    beberapa indikator antara lain ekonomis (economy), efisiensi (efficiency),

    efektivitas (effectiveness), dan keadilan (equity). Aspek ekonomi dalam

    kinerja menyangkut cara untuk menggunakan sumber daya yang

    seminimal mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.

    Efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya

    perbandingan terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output) dalam

    suatu penyelenggaraan pelayanan publik. Efektivitas adalah tercapainya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka

    panjang maupun misi organisasi. Keadilan atau persamaan adalah

    pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-

    aspek kemerataan.

    3) Lenvinne

    Lenvinne mengemukakan tiga indikator yang dapat digunakan

    untuk mengukur kinerja organisasi publik, yaitu responsivitas

    (responsiveness), responsibilitas (responsibility), dan akuntabilitas

    (accountability). Responsivitas ini mengukur daya tanggap providers

    terhadap harapan, keinginan, dan aspirasi serta tuntutan customers.

    Responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh

    proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar

    ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Akuntabilitas adalah suatu

    ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara

    penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di

    masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang

    berkembang dalam masyarakat.

    4) Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Atik Septi

    Winarsih (2008:175-176) mengemukakan indikator yang dapat digunakan

    untuk mengukur kinerja organisasi antara lain:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    a) Tangibles atau ketampakan fisik, artinya pertampakan fisik dari

    gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki

    oleh providers

    b) Reability atau reabilitas adalah kemampuan untuk

    menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat

    c) Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong

    customers dan menyelenggarakan pelayanan secara iklas

    d) Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para

    pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan

    kepada customers

    e) Empathy adalah perlauan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh

    providers kepada customers

    Menurut Joko Widodo (2008:91), indikator kinerja merupakan ukuran

    kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan.

    Indikator kinerja dapat dijadikan patokan (standar) untuk menilai keberhasilan

    dan kegagalan penyeleggaraan program dalam mencapai misi dan visi

    organisasi. Joko Widodo (2008:91-92) menyebutkan indikator kinerja tersebut

    adalah :

    1) Indikator masukan adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan

    kegiatan dan program berjalan untuk menghasilkan keluaran.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    2) Indikator keluaran merupakan segala berupa produk sebagai hasil

    langsung pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan

    dan program.

    3) Indikator hasil merupakan sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

    keluaran kegiatan pada jangka menengah. Merupakan seberapa jauh setiap

    produk/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

    4) Indikator manfaat merupakan kegunaan suatu keluaran yang dirasakan

    secara langsung oleh masyarakat, dapat berupa tersedianya fasilitas yang

    dapat diakses publik.

    5) Indikator dampak indikator dampak ukuran tingkat pengaruh sosial,

    ekonomi, lingkungan, atau kepentingan umum lain yang dimulai oleh

    capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.

    Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa terdapat berbagai indikator

    yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja organisasi publik. Secara garis

    besar indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja organisasi

    dikelompokan menjadi dua pendekatan. Pendekatan pertama melihat indikator

    kinerja dari perspektif pemberi layanan dan pendekatan kedua melihat

    indikator kinerja dari perspektif pengguna jasa.

    Dari berbagai teori tentang indikator-indikator pengukuran kinerja di

    atas, dalam penelitian ini penulis memilih teori yang dikemukakan oleh Agus

    Dwiyanto (2006). Alasan penulis memilih teori tersebut adalah karena teori

    tentang pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto (2006)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    tersebut dipandang lebih tepat dan lebih mampu mengukur kinerja Dinas

    Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan

    penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak dibandingkan dengan teori

    pengukuran kinerja yang lainnya.

    Teori tentang parameter dalam pengukuran kinerja yang dikemukakan

    oleh Agus Dwiyanto meliputi lima indikator, yaitu produktivitas, kualitas

    layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Dari kelima indikator

    di atas penulis melakukan penyederhanaan dengan mengambil tiga indikator

    yaitu produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas. Alasan penulis

    melakukan penyederhanaan ini dikarenakan dalam kaitan dengan penyakit

    DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali hanya melakukan pemberantasan

    dan penanggulangannya saja sedangkan penanganan penyakit tersebut

    dilakukan oleh rumah sakit dan puskesmas yang ada di Kabupaten Boyolali.

    Sehingga dengan menggunakan indikator produktivitas, responsibilitas, dan

    akuntabilitas sudah dapat mengukur kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten

    Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di

    Kecamatan Ngemplak. Produktivitas menunjuk pada kegiatan pengukuran

    terhadap output atau keluaran yang dihasilkan suatu organisasi pada suatu

    periode waktu tertentu dimana hasilnya dibandingkan dengan target yang

    telah ditetapkan sebelumnya. Responsivitas didefinisikan sebagai daya

    tanggap atau kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,

    menanggapi keluhan, tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat serta

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

    kebutuhan masyarakat. Akuntabilitas didefinisikan seberapa besar kebijakan

    dan kegiatan organisasi tersebut konsisten dengan norma dan nilai dalam

    masyarakat (ukuran eksternal).

    2. Tinjauan Tentang Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali

    Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali merupakan penyelenggara urusan

    pemerintah Kabupaten Boyolali bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

    daerah dan tugas pembantuan. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam

    melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di

    bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas

    Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang

    kesehatan. (Peraturan Bupati Boyolali Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penjabaran

    Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Boyolali)

    Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Dinas

    Kesehatan Kabupaten Boyolali adalah meningkatkan pemerataan dan mutu upaya

    kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna serta terjangkau oleh segenap lapisan

    masyarakat dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif,

    meningka