perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam...

144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA DALAM IKLAN KOMERSIAL DI RADIO SKRIPSI Oleh: ESTI PRIASTUTI NIM K1206020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA

DALAM IKLAN KOMERSIAL

DI RADIO

SKRIPSI

Oleh:

ESTI PRIASTUTI

NIM K1206020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA

DALAM IKLAN KOMERSIAL

DI RADIO

Oleh:

ESTI PRIASTUTI

NIM K1206020

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Raheni Suhita, M. Hum. Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum.

NIP19630309 198803 2 001 NIP19761013 200212 1 005

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. ________________

Sekertaris : Drs. Suyitno, M. Pd. ________________

Anggota I : Dra. Raheni Suhita, M. Hum. ________________

Anggota II : Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum. ________________

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.

NIP19600727 198702 1 001

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Esti Priastuti. K1206020. KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA DALAM IKLAN KOMERSIAL DI RADIO. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli. 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) karakteristik pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial di radio.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah bahasa iklan di radio dengan sampel bahasa iklan komersial yang disiarkan oleh Radio JPI. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik rekam, simak, catat, dan teknik wawancara mendalam (indepth interviewing). Validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber data dan metode. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis jalinan atau mengalir (Flow Model of Analysis).

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan: (1) karakteristik diksi dalam bahasa iklan komersial di radio meliputi: a) pemakaian kata-kata gaul, b) pemakaian kata-kata asing, c) pemakaian kata bersinonim, d) pemakaian kata khusus, e) pemakaian kata-kata daerah, dan f) pemakaian kata bermakna konotasi; sedangkan pemakaian gaya bahasa dalam iklan komersial di radio meliputi: a) gaya bahasa metonimia, b) gaya bahasa polisidenton, c) gaya bahasa asidenton, d) gaya bahasa eksklamasio, e) gaya bahasa klimaks, f) gaya bahasa interupsi, g) gaya bahasa hiperbola, dan h) gaya bahasa alusio. Pemakaian diksi di atas didasarkan pada jenis produk yang diiklankan, daerah asal pendengar, usia pendengar, dan keinginan pengiklan untuk menyampaikan pesan atau informasi iklannya dengan bahasa yang komunikatif, terkesan modern dan gaul, serta mudah dimengerti pendengar; sedangkan pemakaian gaya bahasanya didasarkan pada jenis produk yang diiklankan, bentuk wacana iklan, pendengar yang menjadi sasaran iklan, dan kebiasaan-kebiasaan pendengar. (2) wujud campur kode dalam bahasa iklan komersial di radio meliputi: a) campur kode berwujud kata, b) campur kode berwujud frasa, c) campur kode berwujud baster, dan d) campur kode berwujud klausa. Wujud alih kode dalam bahasa iklan komersial di radio bersifat ke dalam atau intern yang meliputi bahasa Jawa, dialek Jakarta, dan bahasa Betawi. Alih kode dalam bahasa iklan komersial di radio dilatarbelakangi oleh faktor penutur, mitra tutur, topik pembicaraan, dan membangkitkan rasa humor. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam bidang bahasa periklanan, khususnya iklan komersial di radio.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh,

sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di

dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di

dalamnya. Yaitu yang bersabar dan bertawakal pada Tuhan-nya.

(Q. S. Al-Ankabut: 58-59)

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kusuntingkan hasil karya ini untuk:

1. Kedua orang tuaku, ibu Surati dan

bapak Budi, atas segala linangan do’a

tanpa ujung yang menghantarkanku

hingga jenjang sarjana.

2. Saudara-saudaraku, Mbak Indah Nian,

Mas Hirto, Mbak Yunita, Dek Afive

Ca’em yang mengajariku makna kasih

sayang, persaudaraan, dan ketegasan

pilihan hidup.

3. Mas Top, tekad dan semangat juangmu

menjadi lentera dalam setiap episode

kehidupanku.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, yang

telah melimpahkan belas kasih, rahmat, dan ilmu-Nya yang Mahaluas hingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi

sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Selama penyusunan skripsi, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin

menyusun skripsi;

2. Drs. Suparno, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan persetujuan skripsi;

3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan skripsi;

4. Dra. Raheni Suhita, M. Hum. dan Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum., selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

5. Bapak dan ibu dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

dengan tulus memberikan ilmunya selama penulis menimba ilmu di prodi ini;

6. Teman-teman JPI semuanya, tanpa terkecuali, terima kasih atas bantuan dan

dukungannya.

7. Teman-teman Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2006 yang telah

memberikan kesempatan untuk saling mencicip indahnya suatu persahabatan;

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Perincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian …………………………… 42

2. Data Pengklasifikasian Iklan Komersial yang Disiarkan oleh Radio JPI

Periode Desember 2009-Januari 2010 ……………………………………... 46

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Kerangka Berpikir ………………………………………………………… 41

2. Analisis Data Flow Model of Analysis ……………………………………. 45

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Transkripsi Grafemis Iklan Komersial yang Disiarkan Radio JPI ………. 127

2. Klasifikasi Data ………………………………………………………….. 146

3. Daftar Pertanyaan ………………………………………………………... 165

4. Transkripsi Hasil Wawancara……………………………………………... 167

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i

HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………… iii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… iv

HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………………… v

HALAMAN MOTTO ………………………………………………………… vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………… vii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… viii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. ix

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. x

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xi

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 4

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 4

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 5

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori ……………………………………………………. 6

1. Bahasa ………………………………………………………….. 6

2. Diksi ……………………………………………………………. 9

3. Gaya Bahasa ……………………………………………………. 20

4. Campur Kode …………………………………………………... 27

5. Alih Kode ………………………………………………………. 30

6. Iklan ……………………………………………………………. 33

7. Ragam Bahasa Iklan di Radio …………………………………. 35

B. Penelitian yang Relevan …………………………………………... 39

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

C. Kerangka Berpikir ………………………………………………… 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………. 42

B. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………………… 42

C. Populasi dan Sampel ……………………………………………… 43

D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….. 43

E. Validitas Data …………………………………………………….. 44

F. Analisis Data ……………………………………………………… 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data …………………………………………………….. 46

B. Analisis Data ……………………………………………………... 48

1. Karakteristik Diksi ……………………………………………... 48

2. Pemakaian Gaya Bahasa ………………………………………... 71

3. Wujud Campur Kode …………………………………………... 93

4. Wujud Alih Kode ………...…………………………………….113

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan …………………………………………………………. 120

B. Implikasi …………………………………………………………. 121

C. Saran ……………………………………………………………… 122

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 124

LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 127

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Proposal skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim

Pembimbing Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta pada:

Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Raheni Suhita, M. Hum. Dr. Muhammad Rohmadi, S. S., M. Hum.

NIP 19630309 198803 2 0001 NIP 19761013 200212 1 0005

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..…………………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN……………...…………………………………… ii

DAFTAR ISI …………….……………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...…………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 4

C. Tujuan Penelitian ……….…………………………………………… 4

D. Manfaat Penelitian ……...…………………………………………… 5

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori ………….……………………………………............ 6

1. Bahasa ……...…………………………………………………... 6

2. Diksi ……………………………………………………………. 9

3. Gaya Bahasa ...…………………………………………........... 12

4. Campur Kode …………………………………………………..19

5. Alih Kode ……………………………………………………... 22

6. Iklan …………………..………………………………………. 24

7. Ragam Bahasa Iklan …..……………………………………... 27

B. Penelitian yang Relevan ..…………………………………………... 28

C. Kerangka Berpikir ……...…………………………………………... 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ….…………………………………... 31

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ……………………………………... 31

C. Populasi dan Sampel …...…………………………………………... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ……..…………………………………... 32

E. Validitas Data …………………..…………………………………... 33

F. Analisis Data …………………...…………………………………... 33

DAFTAR PUSTAKA ……………………...…………………………………... 35

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Proposal skripsi ini telah diseminarkan dan dipertahankan di hadapan Tim

Pembimbing Skripsi pada forum Seminar Proposal Skripsi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Raheni Suhita, M. Hum. Dr. Muhammad Rohmadi, S. S., M. Hum.

NIP 19630309 198803 2 0001 NIP 19761013 200212 1 0005

Ketua Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia,

Drs. Slamet Mulyono, M. Pd.

NIP 19620728 199003 1 002

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,

Drs. Soeparno, M. Pd.

NIP 195111127 198601 1 001

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA DALAM IKLAN

KOMERSIAL DI RADIO

Oleh:

Esti Priastuti

NIM K1206020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA

DALAM IKLAN KOMERSIAL

DI RADIO

Oleh :

ESTI PRIASTUTI

NIM K1206020

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa digunakan manusia sebagai alat komunikasi dalam upaya

berinteraksi dengan sesamanya. Dalam kenyataannya, hal tersebut tidaklah mutlak

bebas. Ada seperangkat aturan berbahasa yang telah disepakati oleh suatu

masyarakat. Suatu kelompok orang atau masyarakat merupakan lingkungan untuk

seseorang hidup dan bergaul dengan anggota-anggotanya yang lain sesuai dengan

tata nilai yang menjadi pedoman mereka dalam upaya berinteraksi dengan

sesamanya.

Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi adalah cerminan bahasa

masyarakat. Masyarakat dapat menyangkut masyarakat yang sangat luas dan

dapat pula menyangkut sekelompok kecil orang. Suatu kelompok orang yang

karena faktor daerah, profesi, dan hobi menggunakan bentuk bahasa dan penilaian

yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakannya, dapat

disebut sebagai masyarakat tutur. Variasi atau ragam bahasa yang digunakan

dalam komunikasi setiap masyarakat tutur selalu berbeda.

Bahasa sebagai bagian dari masyarakat merupakan gejala sosial yang tidak

dapat dilepaskan dari pemakaiannya. Pengkajian bahasa sebagai alat komunikasi

masyarakat dan segala aktivitasnya masuk dalam ranah ilmu sosiolinguistik.

Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari berbagai

macam ragam bahasa berkenaan dengan fungsi pemakaiannya. Dalam

sosiolinguistik, bahasa dikaji sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam

masyarakat. Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia tidak akan terlepas dari

penggunaan bahasa. Sosiolinguistik memberikan pedoman dalam berkomunikasi

dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa yang harus dipakai.

Pemakaian bahasa selalu dipengaruhi faktor linguistik dan faktor

nonlinguistik. Faktor linguistik tersebut adalah faktor sosial dan situasional.

Faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa yaitu tingkat pendidikan,

umur, tingkat ekonomi, dan jenis kelamin. Faktor situasional yang mempengaruhi

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

2

pemakaian bahasa yaitu siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa,

kapan, dan mengenai masalah apa. Hal ini dirumuskan oleh Fishman (dalam

Suwito, 1997: 3) Who speak what language to whom and when.

Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

Setiap anggota masyarakat dan komunitas selalu terlibat dalam komunikasi

bahasa, baik dia bertindak sebagai komunikator (pembicara atau penulis) maupun

sebagai komunikan (mitra bicara, penyimak, pendengar, atau pembaca). Jika

bertolak pada fungsi dari bahasa, yaitu bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau

berkomunikasi (Chaer dan Agustina, 2004: 18), maka penggunaan bahasa

meliputi seluruh ranah kehidupan manusia, baik di bidang pendidikan, ekonomi,

perdagangan, kebudayaan, politik, hukum, maupun bidang-bidang kehidupan

yang lain. Bisa dikatakan, bahasa merupakan alat yang ampuh untuk berhubungan

dan bekerja sama. Keberagaman penggunaan bahasa dalam kehidupan manusia

menyebabkan munculnya ragam bahasa. Setiap ragam bahasa memiliki ciri khas

tersendiri. Hal ini juga tampak pada ragam bahasa iklan.

Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi. Iklan dalam berbagai

media penyampaiannya ada yang diucapkan secara lisan, seperti melalui televisi,

radio, dan media elektronik lainnya. Iklan juga disampaikan melalui tulisan,

seperti dalam surat kabar, majalah, dan papan reklame. Radio, sebagai salah satu

media penyampai informasi, memiliki sumbangsih yang cukup besar terhadap

dunia periklanan. Radio merupakan sarana terhandal untuk menjangkau orang-

orang yang mungkin tidak mempunyai akses ke media yang lain. Radio dapat juga

menjangkau orang-orang yang buta huruf yang tidak dapat membaca surat kabar.

Penggunaan suara, baik vokal maupun musikal, menjadikan radio sebagai suatu

sarana iklan yang hidup dan lebih menarik jika dibandingkan dengan media iklan

yang pasif dan statis. Efek suara juga dapat digunakan untuk menajamkan kesan.

Pendengar radio secara otomatis akan terekspos iklan yang disiarkan pada waktu

mendengarkan radio.

Iklan dapat hadir di tengah-tengah siaran tanpa mengakibatkan orang

beralih ke siaran lainnya. Oleh karena itu, radio cocok digunakan untuk

mengiklankan produk baru, terutama produk-produk yang tidak menjadi prioritas

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

3

bagi calon konsumen (seperti komputer pribadi atau jasa keuangan). Radio cepat

dalam penyampaian pesannya dan mudah dimengerti tanpa menuntut kemampuan

membaca dari pendengarnya. Radio, sebagai media komunikasi, menyajikan

berbagai macam programa dengan musik sebagai unsur yang essensial dalam

keseluruhan acara karena tulang punggung siaran radio adalah musik. Berbagai

program diolah dan diberi ilustrasi musik, termasuk dalam penyajian iklan.

Iklan berisi suatu pesan yang disiarkan kepada publik agar publik tertarik

pada isi informasi tersebut. Bahasa iklan dalam dunia periklanan digunakan untuk

menyampaikan informasi-informasi mengenai suatu produk atau jasa. Penggunaan

bahasa dalam iklan dibuat lebih menarik agar pesan yang disampaikan memiliki

nilai jual dan menarik perhatian publik, sehingga publik terbujuk untuk membeli

produk atau pun jasa yang ditawarkan. Sama halnya dengan penggunaan bahasa

dalam iklan di radio, pemakaian bahasa iklan memiliki sifat-sifat persuatif, gaul,

memakai ragam santai, memiliki unsur pengingat, dan lebih sering menggunakan

kata-kata yang berkonotasi. Pemakaian diksi atau pilihan kata dalam iklan di radio

sering didasarkan pada usia pendengar, daerah asal pendengar, tingkat sosial

pendengar, dan jenis produk yang diiklankan. Gaya bahasa yang dipakai harus

disesuaikan dengan mitra tutur atau pendengar, kebiasaan-kebiasaan perilaku atau

sasaran iklan, dan tempat-tempat yang biasa mereka melakukan aktivitasnya.

Penggunaan bahasa iklan dalam iklan komersial berikut ini merupakan salah satu

iklan komersial yang disiarkan oleh radio.

A : “Wa…h, Pak. Kita butuh dana banyak lho, Pak. Buat mantu.” B : “Tenang saja, Buk. Kita ambil kredit di BPR Trihasta Prasojo saja.

Piye?” A : “A…h Bapak iki, apa-apa kok andalane BPR Trihasta Prasojo. Dulu

waktu kredit pendidikan juga di sana. Bank lain kenapa to, Pak?” C : “Bapak itu bener, Buk. Untuk anggunan kendaraan, kredit di BPR

Trihasta Prasojo prosesnya cepet. Hari ini daftar, besok cair. Ada juga ni kredit bidikan, kredit modal kerja, kredit konsumtif untuk barang-barang kebutuhan harian, dan ada juga kredit hajatan yang bebas bunga.”

A : “Wah, wah, wah, wa…h. Jangan-jangan syarate angel.” B : “Angel piye to? Syaratnya ya umum saja. Fotokopi KTP suami istri dan

KK yang masih berlaku, fotokopi surat nikah, slip gaji, jaminan BPKB dan SHM. Lebih detail lagi ya ke BPR Trihasta Prasojo saja.”

C : “Di BPR Trihasta Prasojo ada juga, produk tabungan Trihasta yang bebas potongan dan juga tabungan Prasojo suku bunga menarik. Ada juga

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

4

deposito dengan suku bunga bersaing yang dijamin LPS atau pemerintah sampai dengan dua milyar.”

A : “Kosik, kosik, kosik, kosik. BPR Trihasta Prasojo ini masih di tempat yang lama kan?”

C : “Masih dong, Buk. Kantor pusatnya itu masih di Jalan Solo-Tawangmangu km 16 Palur telpon 825042.”

B : “Atau di komplek Ruko Beteng Blok A No. 6 Solo telpon 651358.” A : “Kalau gitu let’s go yo, Pak ke BPR Trihasta Prasojo. Biar kreditnya

cepet cair. Aku selak pingin mantu.” (Sumber: Radio JPI Sabtu, 03 Januari 2010)

Bahasa iklan yang digunakan dalam iklan di atas memunculkan ragam

bahasa informal dengan mencampur atau menggunakan beberapa bahasa dalam

satu tuturan. Pemilihan kata yang digunakan pun lebih terkesan santai, luwes,

komunikatif dan memiliki variasi yang berbeda untuk setiap jenis iklan, sehingga

bisa dikatakan penggunaan bahasa dalam iklan yang disiarkan radio tersebut

menarik dan laik untuk peneliti kaji. Dari sinilah, peneliti mencoba mengkaji lebih

dalam pemakaian bahasa iklan di radio tersebut yang peneliti tuangkan dalam

sebuah tulisan dengan judul Karakteristik Pemakaian Bahasa dalam Iklan

Komersial di Radio.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat rumuskan

beberapa masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana karakteristik diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial yang

disiarkan Radio JPI?

2. Bagaimana wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial yang

disiarkan Radio JPI?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tulisan ini bertujuan untuk:

1. mendeskripsikan karakteristik diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial

yang disiarkan Radio JPI.

2. mendeskripsikan wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

yang disiarkan Radio JPI.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan nantinya dapat menambah khazanah penelitian

ilmu bahasa dan sastra Indonesia, khususnya tentang karakteristik pemakaian

bahasa iklan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman siswa tentang

karakteristik bahasa iklan, khususnya dalam pemilihan kata dan penggunaan

gaya bahasa.

b. Bagi pengajar bahasa dan sastra Indonesia

Dapat dijadikan tambahan materi ajar bahasa dan sastra Indonesia,

khususnya yang terkait dengan pilihan kata, gaya bahasa, campur kode dan

alih kode ragam bahasa iklan.

c. Bagi praktisi radio

Dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam pembuatan iklan

komersial, khususnya yang terkait dengan pemilihan diksi.

d. Bagi penelitian lain

Dapat dijadikan referensi untuk penelitian lain yang berkaitan dengan

permasalahan yang sama dalam penelitian ini.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

6

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

1. Bahasa

a. Hakikat Bahasa

Bahasa merupakan lambang atau sebuah rangkaian bunyi yang

membentuk suatu arti tertentu. Subroto berpendapat bahwa bahasa memiliki

sistem, asas-asas, pola-pola yaitu seperangkat kaidah yang bersifat mengatur dan

merupakan paduan dari aspek bentuk (formal aspect) dan aspek arti (semantic

aspect) bahkan juga aspek situasi (1997: 18). Sedikit berbeda dengan pendapat

tersebut, Wirjosoedarmo (dalam Husein dan Banasuru, 1996: 4) mengatakan

bahwa bahasa sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat, yang berupa

bunyi suara atau tanda atau isyarat atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia

untuk menyampaikan isi hati kepada manusia.

Kridalaksana (dalam Chaer, 1994: 32) mengatakan bahasa adalah sistem

lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial

untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Manusia

mengumpulkan lambang-lambang ini dan menyusun segala sesuatu yang

dikenalnya sebagai perbendaharaan kata-kata. Perbendaharaan ini pada

hakikatnya merupakan akumulasi pengalaman dan pemikiran mereka.

Pandangan muncul dari linguistik struktural dengan tokoh Bloomfield

(dalam Sumarsono dan Partana, 2002: 18) bahwa bahasa adalah sistem lambang

berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh

anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Bahasa

mempunyai aturan-aturan yang saling bergantung dan mengandung struktur

unsur-unsur yang bisa dianalasis secara terpisah-pisah, karena merupakan suatu

sistem. Sedikit lebih rinci, Hockett (dalam Chaer, 1994: 284) menyatakan bahwa

bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem-

sistem bahasa yang dimaksud terdiri dari lima subsistem, antara lain: subsistem

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

7

gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan

subsistem fonetik. Hymes (dalam Purwoko, 2008: 4) mengatakan bahwa bahasa

adalah sesuatu yang integral dengan budaya sehingga bahasa merupakan petunjuk

simbolik menuju budaya. Bahasa sebagai pedoman simbolik untuk memahami

budaya masyarakat yang sedang diteliti, sehingga perilaku budaya akan tercermin

dalam penggunaan bahasa oleh penutur aslinya.

Dari berbagai pendapat para ahli di atas, penulis dapat simpulkan bahwa

bahasa bukan sekedar alat komunikasi, melainkan juga sebagai alat untuk

menunjukkan identitas kelompok. Bahasa adalah satu sistem untuk mewakili

benda, tindakan, gagasan dan keadaan. Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada

manusia. Bahasa senantiasa diperkaya oleh seluruh lapisan masyarakat yang

menggunakannya. Adanya bahasa memungkinkan manusia untuk memikirkan

sesuatu dalam kepala mereka, meskipun obyek yang sedang dipikirkan tersebut

tidak berada di dekatnya. Manusia dengan kemampuan berbahasanya

memungkinkan untuk memikirkan suatu masalah secara terus menerus. Bukan itu

saja, dengan bahasa manusia pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaannya.

b. Fungsi Bahasa

Kata fungsi, dalam arti yang paling sederhana, dapat dipandang sebagai

padanan kata guna dan penggunaan. Dengan demikian, fungsi bahasa dapat

diartikan sebagai cara orang menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa

mereka bila mereka berbahasa lebih dari satu bahasa. Jika dinyatakan dalam

pengertian yang lebih sempit, yaitu orang melakukan sesuatu dengan bahasa

mereka; dengan cara bertutur dan menulis, mendengarkan dan membaca, mereka

berharap dapat mencapai banyak sasaran dan tujuan.

Fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dapat dilakukan dengan

cara lisan maupun tertulis. Komunikasi lisan, biasanya, dilakukan dalam

percakapan antar-anggota keluarga dan percakapan dengan teman akrab.

Komunikasi lisan dapat dilakukan langsung atau melalui alat perantara, misalnya

telepon. Komunikasi secara tertulis dapat dilakukan dengan surat menyurat antar-

anggota keluarga, handai taulan, teman atau sahabat.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

8

Di dalam kehidupan masyarakat fungsi bahasa secara tradisional dapat

dikatakan sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan oleh masyarakat untuk

berkomunikasi. Akan tetapi, fungsi bahasa tidak hanya semata-mata sebagai alat

komunikasi. Ada beberapa pengelompokan fungsi kebahasaan yang sudah

dikenal, misalnya pengelompokan yang dikemukakan oleh Malinowski (dalam

Halliday dan Hasan, 1992: 20). Dia mengelompokkan fungsi bahasa ke dalam

dua kelompok besar, yaitu penggunaan bahasa yang praktis atau pragmatik dan

penggunaan bahasa yang ritual atau magis yang berkaitan dengan kegiatan-

kegiatan seremonial atau keagamaan dalam kebudayaan.

Berbeda dengan pendapat di atas, seorang pakar psikologi, Bűhler (dalam

Halliday dan Hasan, 1992: 20) mengatakan fungsi bahasa bukan dari sudut

pandangan kebudayaan, tetapi dari sudut pandangan perseorangan. Lebih jelasnya,

dia membedakan fungsi bahasa ke dalam bahasa ekspresif (terarah pada diri

sendiri/si pembicara), bahasa konatif (terarah pada lawan bicara) dan bahasa

representasional (terarah pada kenyataan lainnya). Secara lebih rinci, Morris

(dalam Halliday dan Hasan, 1992: 21) mengelompokkan fungsi bahasa menjadi

empat fungsi, yaitu information talking (pertukaran keterangan), mood talking

(fungsi ekspresif), exploratory talking (ujaran untuk kepentingan ujaran, fungsi

estetis, fungsi drama), dan grooming talking (tuturan yang sopan dan tidak berarti

dalam peristiwa-peristiwa sosial).

Chaer (1994: 15) berpendapat bahwa fungsi bahasa yang menjadi

persoalan dalam sosiolingustik adalah dari segi penutur, pendengar, topik, kode,

dan amanat pembicaraan. Maksud dari pernyataan tersebut adalah fungsi bahasa

akan berbeda apabila ditinjau dari sudut pandang yang berbeda. Berkaitan dengan

fungsi bahasa, Halliday (dalam Sumarlam, 2005: 25) mengemukakan tujuh fungsi

bahasa, di antaranya: (1) fungsi instrumental; (2) fungsi regulasi; (3) fungsi

pemerian/representasi; (4) fungsi interaksi; (5) fungsi perorangan; (6) fungsi

heuristik; dan (7) fungsi imajinatif. Dari berbagai pendapat di atas, penulis lebih

condong pada pendapat yang dikemukakan oleh Chaer bahwa pada intinya fungsi

bahasa akan berbeda apabila ditinjau dari sudut pandang yang berbeda pula,

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

9

seperti ditinjau dari sudut pandang penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat

pembicaraan.

2. Diksi

a. Hakikat Diksi

Diksi merupakan pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Pilihan

kata bukanlah masalah sederhana karena menyangkut persoalan yang bersifat

dinamis, inovatif, dan kreatif sejalan dengan perkembangan masyarakat

penunturnya. Diksi merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis

atau pembicara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 264) diksi berarti

pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan

gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Diksi atau

pilihan kata yang baik berhubungan dengan pemilihan kata yang bermakna tepat

dan selaras, yang penggunaannya cocok dengan pokok pembicaraan, peristiwa

dan khalayak pembaca atau pendengar.

Pilihan kata atau diksi bukan saja untuk menyatakan kata-kata yang

dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi

persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan (Keraf, 2007: 23). Fraseologi

mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya. Gaya

bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang

individual atau karakterisitik.

Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata yang harus dipakai

untuk mencapai suatu gagasan, membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat

atau menggunakan ungkapan-ungkapan. Pilihan kata atau diksi adalah

kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang

ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan

situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata

yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh seseorang yang memiliki

sejumlah kosa kata atau perbendaharaan kata yang banyak.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

10

b. Hakikat Kata

Kata merupakan tataran terendah dalam tataran gramatikal bahasa. Kata

merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Kata adalah

sekumpulan huruf atau bunyi ujaran yang mengandung arti. Para tata bahasawan

tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata berdasarkan arti dan

ortografi. Mereka berpendapat bahwa kata adalah satuan bahasa yang memiliki

satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan

mempunyai satu arti (Chaer, 1994: 162). Sementara itu, batasan kata yang dibuat

Bloomfield (dalam Chaer, 1994: 163) kata adalah satuan bebas terkecil (a minimal

free form).

Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung

dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi (dapat diserap dengan panca indera)

dan aspek isi makna (reaksi yang timbul pada pendengar atau pembaca) (Keraf,

2007: 25). Chomsky (dalam Chaer, 1994: 163) mengatakan kata adalah dasar

analisis kalimat, menyajikan kata itu dengan simbol-simbol V (verba), N

(nomina), A (adjektiva), dan sebagainya. Batasan kata yang umum dijumpai

dalam berbagai buku linguistik Eropa adalah bahwa kata merupakan bentuk yang

ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah, dan keluar

mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat.

Batasan tersebut menyiratkan dua hal, yaitu (1) bahwa setiap kata

mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, serta

tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain dan (2) setiap kata mempunyai

kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau

digantikan oleh kata lain, atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya. Dari

berbagai pendapat di atas, penulis coba simpulkan bahwa kata adalah satuan bebas

terkecil yang memiliki satu pengertian atau arti, baik dalam bentuk verba (kata

kerja), nomina (kata benda), adjektiva (kata sifat), maupun bentuk-bentuk yang

lain sesuai pembagian kata tersebut.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

11

c. Klasifikasi Kata

Klasifikasi kata adalah penggolongan kata atau penjenisan kata. Dalam

peristilahan bahasa Inggris disebut juga part of speech (Chaer, 1994: 166). Para

tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi untuk

mengklasifikasikan kata. Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasi kelas

verba, nomina, dan ajektiva; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk

mengidentifikasi preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina. Mereka mengatakan

(dalam Chaer, 1994: 163) yang disebut verba adalah kata yang menyatakan

tindakan atau perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan

benda atau yang dibendakan; dan yang disebut konjungsi adalah kata yang

bertugas atau berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, atau bagian

kalimat yang satu dengan bagian yang lain.

Berbeda dengan Keraf, dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya

Bahasa, dia menjelaskan bahwa untuk mencapai ketepatan pengertian lebih baik

memilih kata khusus daripada kata umum (2007: 89). Kata umum dan kata khusus

dibedakan berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang dikandungnya. Jika

sebuah kata mengacu pada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya

maka kata itu disebut kata umum, sedangkan jika ia mengacu pada pengarahan-

pengarahan khusus dan kongkret maka disebut kata khusus.

Para tata bahasawan strukturalis (dalam Chaer, 1994: 167) membuat

klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau

konstruksi. Nomina adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata bukan.

Verba adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata tidak. Adjektifa

adalah kata-kata yang dapat berdistribusi di belakang kata sangat. Kelompok

linguis (dalam Chaer, 1994: 168) menggunakan kriteria fungsi sintaksis sebagai

patokan untuk menentukan kelas kata. Secara umum, fungsi subyek diisi oleh

kelas nomina; fungsi predikat diisi oleh verba atau adjektifa; fungsi objek diisi

oleh kelas nomina; dan fungsi keterangan diisi oleh adverbia.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

12

d. Hakikat Makna

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu

melekat dari suatu ujaran yang kita tuturkan. Istilah makna memiliki pengertian

yang beragam. Pateda (2001: 79) mengemukakan istilah makna merupakan kata-

kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada

tuturan kata maupun kalimat. Makna kata merupakan hubungan antara bentuk

dengan hal atau barang yang diwakilinya (referen-nya) (Keraf, 2007: 25). Makna

adalah pertalian antara bentuk dengan referennya.

Senada dengan pendapat di atas, Ullman (dalam Pateda, 2001: 82)

mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian.

Sementara itu, Saussure (dalam Chaer, 1994: 286) mengungkapkan pengertian

makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu

tanda linguistik. Bloomfield (dalam Wahab, 1995: 40) mengemukakan bahwa

makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas

unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya.

Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998: 50) mengemukakan bahwa

makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati

bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Dari pengertian

para ahli bahasa di atas, dapat penulis simpulkan bahwa batasan tentang

pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki

kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau

kata.

e. Jenis Makna

Ada berbagai jenis makna di dalam bahasa yang secara dikotomis

dibedakan menjadi beberapa macam. Penggolongan makna dilihat dari sudut

pandang yang berbeda-beda. Wijana dan Rohmadi (2008: 22-26) menggolongkan

jenis-jenis makna menjadi 8, yang meliputi: (1) makna leksikal; (2) makna

gramatikal; (3) makna denotatif; (4) makna konotatif; (5) makna literal; (6) makna

figuratif; (7) makna primer; dan (8) makna sekunder.

Makna leksikal lazim dipandang sebagai sifat kata sebagai unsur leksikal.

Makna leksikal adalah makna yang muncul tanpa menggabungkan antara unsur

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

13

yang satu dengan unsur yang lain, sedangkan makna gramatikal adalah makna

yang muncul dengan menggabungkan unsur yang satu dengan yang lain (Wijana

dan Rohmadi, 2008: 22).

Jenis makna yang selanjutnya yaitu makna denotasi dan makna konotasi.

Makna denotasi dan makna konotasi oleh para ahli semantik lazim dibedakan.

Makna denotasi adalah referensi pada sesuatu yang ekstralingual menurut makna

kata yang bersangkutan, sedangkan makna konotasi adalah “arti” yang dapat

muncul pada penutur akibat penilaian afektif atau emosional (Verhaar,

2008: 390). Senada dengan pendapat tersebut, Wijana dan Rohmadi (2008: 23)

mengungkapkan bahwa makna denotatif adalah keseluruhan komponen makna

yang dimiliki oleh sebuah kata atau makna yang langsung berhubungan dengan

acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran, sedangkan makna konotatif adalah

makna suatu kata yang muncul karena pengaruh nilai atau rasa emotifnya.

Makna literal adalah makna yang langsung menunjuk pada sesuatu, baik

benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses; makna yang langsung

berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Makna figuratif

adalah makna bentuk kebahasaan yang menyimpang dari referennya (Wijana dan

Rohmadi, 2008: 25). Makna primer adalah makna satuan kebahasaan yang dapat

diidentifikasi tanpa bantuan konteks, sedangkan makna sekunder adalah makna

satuan kebahasaan yang dapat diidentifikasi dengan bantuan konteks (Wijana dan

Rohmadi, 2008: 26).

Berbeda dengan pendapat di atas, Keraf (2007: 27) membedakan jenis-

jenis makna menjadi dua, yaitu makna konotatif dan makna denotatif. Makna

konotatif muncul jika makna suatu kata mengandung makna tambahan, perasaan

tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar; sedangkan makna

denotatif adalah suatu makna yang muncul jika makna suatu kata tidak

mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan, hanya makna dasarnya

saja.

f. Hubungan Makna

Kata-kata biasanya mengandung komponen makna yang kompleks. Hal ini

mengakibatkan adanya berbagai hubungan yang memperlihatkan kesamaan,

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

14

pertentangan, dan tumpang tindih. Dalam hal ini, para ahli semantik telah

mengklasifikasikan hubungan makna ke dalam beberapa kategori, yang meliputi:

sinonimi, antonimi, polisemi, homonimi, dan hiponimi.

1) Sinonimi

Sinonimi digunakan untuk menyatakan sameness of meaning

‘kesamaan arti’ (Djajasudarma, 1993: 36). Wijana dan Rohmadi (2008: 28)

mengungkapkan bahwa sinonimi, yaitu hubungan atau relasi persamaan

makna. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata wafat, gugur, meninggal,

dan mati sering dikatakan bersinonim, tetapi masing-masing kata

mempunyai tempat sendiri dalam pemakaiannya sehari-hari.

Sama halnya dengan pendapat di atas, Keraf (2007: 34) berpendapat

bahwa sinonimi adalah telaah dua kata atau lebih yang memiliki makna

yang sama. Istilah sinonim digunakan untuk menyatakan kata-kata yang

memiliki makna yang sama. Sinonim digunakan untuk menghindari

pengulangan kata untuk gagasan yang sama. Meskipun demikian, sedikit

sekali kata yang bersinonim secara sempurna, dalam arti bisa

dipertukarkan dalam segala konteks tanpa ada perubahan sedikit pun dari

makna objektifnya, rasa nada atau nilai evokatifnya. Jika ada dua kata atau

lebih untuk mengekspresikan satu gagasan, maka akan dipilih satu kata

yang paling cocok untuk konteksnya, yaitu kata yang paling mampu

memuat beban emosi dan tekanan (empasis), yang paling serasi untuk

struktur fonetik kalimat, dan yang paling mampu mendukung nada umum

ujaran.

Collinson (dalam Ullman, 2007: 177) mentabulasikan perbedaan-

perbedaan antara sinonimi, yang meliputi: a) satu kata lebih umum dari

yang lain, misal kata binatang-hewan; b) satu kata lebih intens dari yang

lain, misal kata mengamati-memandang; c) satu kata lebih emotif dari yang

lain, misal kata memohon-meminta; d) satu kata lebih profesional dari yang

lain, misal kata riset-penelitian; e) satu kata lebih literer dari yang lain,

misal kata mafhum-memahami; f) satu kata lebih kolokial dari yang lain,

misal kata aku-saya; g) satu kata lebih dialek dari yang lain, misal kata

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

15

lu-kamu; h) satu kata dapat mencakup penerimaan atau penolakan moral

sedang yang lain netral, misal kata sedekah-pemberian; dan i) salah satu

dari sinonim termasuk bahasa kanak-kanak, misal kata mimik-minum.

Sinonim adalah kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan

makna. Dalam bahasa iklan sekali pun, sinonim lebih membuka peluang

untuk memilih kosakata yang lebih sesuai dengan konteks tanpa harus

mengubah gagasan. Penggunaan kata mulus, yang bersinonim dengan kata

halus, lebih sering digunakan dalam bahasa iklan kecantikan dibanding

dengan kata halus. Selain itu, penggunaan sinonim mampu mengadakan

variasi dalam pemakaian kosakata sehingga ujaran atau tuturan yang

ditampilkan menjadi lebih segar, dan menarik.

2) Antonimi

Antonimi adalah relasi antarmakna yang wujud logisnya sangat

berbeda atau bertentangan (Keraf, 2007: 39). Istilah antonimi dipakai

untuk menyatakan lawan makna, sedangkan kata yang berlawanan disebut

antonim. Rustamaji (2003: 47) mengungkapkan bahwa antonim adalah

kata-kata yang memiliki makna yang berlawanan.

Senada dengan pendapat di atas, Wijana dan Rohmadi (2008: 30)

mengatakan bahwa antonimi, yaitu perlawanan makna. Antonim adalah

suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain, misal kata keras-

lembek, naik-turun, kaya-miskin, surga-neraka, laki-laki-perempuan, atas-

bawah.

3) Polisemi

Wijana dan Rohmadi (2008: 37) mengatakan bahwa polisemi, yaitu

sebuah bentuk kebahasaan yang memiliki berbagai macam makna. Senada

dengan pendapat tersebut, Keraf (2007: 36) berpendapat bahwa polisemi

adalah suatu bentuk kata yang mempunyai beberapa makna. Polisemi

adalah suatu kata yang memiliki makna ganda. Namun demikian, di antara

makna tersebut masih terdapat hubungan makna.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

16

4) Homonimi

Wijana dan Rohmadi (2008: 53) mengatakan bahwa homonimi, yaitu

dua kata atau lebih yang secara kebetulan memiliki pola bunyi yang sama.

Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi

lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika

yang sama adalah ejaannya maka disebut homofon.

Sementara itu, Keraf (2007: 36) berpendapat bahwa homonimi

adalah dua kata atau lebih, tetapi memiliki bentuk yang sama (homograf

dan homofon). Kata amplop dalam kalimat Untuk mengirim surat kepada

bapak presiden kita harus menggunakan amplop memiliki arti yang

berbeda dengan kata amplop dalam kalimat Agar bisa diterima menjadi

PNS ia memberi amplop kepada para pejabat. Kata amplop pada kalimat

pertama memiliki arti amplop surat biasa, sedangkan pada kalimat kedua

memiliki arti sogokan atau uang pelicin.

5) Hiponimi

Hiponimi merupakan cakupan-cakupan makna dalam sebuah makna

yang lain. Hiponim adalah suatu kata yang maknanya telah tercakup oleh

kata yang lain (Rustamaji, 2003: 48). Hubungan makna kata yang satu

dengan yang lain akan menghasilkan kata (superordinat dan subordinat).

Kata bunga yang merupakan superordinat dapat menghasilkan kata melati,

mawar, anggrek yang merupakan subordinat.

Wijana dan Rohmadi (2008: 68) mengatakan bahwa hiponimi, yaitu

hubungan semantik antara makna spesifik dan makna generik; atau antara

anggota taksonomi dengan nama taksonomi. Hampir sama dengan

pendapat tersebut, Keraf (2007: 36) berpendapat bahwa hiponimi adalah

semacam relasi antarkata yang dalam suatu makna terkandung sejumlah

komponen yang lain.

Dari berbagai pendapat dari para ahli bahasa di atas, penulis coba

simpulkan bahwa hubungan makna meliputi sinonim, yaitu dua buah kata

yang mempunyai kemiripan makna diantaranya disebut dua kata yang

sinonim; antonim, yaitu hubungan makna yang dipakai untuk menyebut

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

17

makna yang berlawanan; hiponim, yaitu menyatakan hubungan makna

yang mengandung pengertian hubungan hierarkis. Bila sebuah kata

memiliki semua komponen makna kata lainnya, tetapi tidak sebaliknya,

maka hubungan itu disebut hiponimi; homonimi, yaitu bila terdapat dua

buah makna atau lebih yang dinyatakan dengan sebuah bentuk yang sama;

dan polisemi, yaitu kata yang mempunyai banyak makna.

g. Ungkapan atau idiom

Dalam bahasa Indonesia, idiom disejajarkan dengan pengertian peribahasa.

Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa

yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan

secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang

membentuknya (Keraf, 2007: 109). Pemahaman makna idiomatis tiada cara lain

kecuali dengan cara memahami istilah demi istilah secara benar.

Hampir senada dengan pendapat di atas, Rustamaji mengungkapkan idiom

atau ungkapan adalah kata yang memiliki makna khusus dan tidak dapat

diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa dan situasi lain (2003: 45).

Bentuk-bentuk idiom hanya bisa dipelajari dari pengalaman-pengalaman, bukan

melalui peraturan-peraturan umum bahasa. Hal ini disebabkan, sebuah idiom

bersifat tradisional dan bukan bersifat logis. Kata-kata tertentu yang terusun dalam

suatu idiom mampu mengungkapkan atau menggambarkan siatuasi secara cermat.

Dalam Ensiklopedia Bebas dikatakan bahwa idiom merupakan suatu

ungkapan (seperti istilah atau frase) yang maknanya tak dapat diturunkan dari

definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu

makna tak langsung yang hanya dikenal melalui penggunaan umum. Dalam ilmu

bahasa atau linguistik, idiom umumnya dianggap sebagai gaya bahasa yang

bertentangan dengan prinsip penyusunan (principle of compositionality). Idiom

dapat membingungkan orang yang belum terbiasa dengannya.

Orang-orang yang belajar suatu bahasa harus mempelajari makna idiom

bahasa tersebut sebagaimana mereka mempelajari kosa kata lain dalam bahasa itu.

Untuk mengetahui makna sebuah idiom, setiap orang harus mempelajarinya

sebagai seorang penutur asli, tidak mungkin hanya dengan melalui makna dari

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

18

kata-kata yang membentuknya. Beberapa contoh dari idiom yang diambil dari

bahasa Indonesia antara lain: cuci mata, kambing hitam, jago merah, kupu-kupu

malam, dan hidung belang. Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan

bahwa idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang

membentuk arti baru yang tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya.

h. Kata-kata Gaul

Secara harfiah, istilah gaul memiliki arti hidup berteman (KBBI,

2005: 339). Bahasa gaul merupakan bahasa pergaulan. Bahasa gaul sudah muncul

sejak tahun 1970-an. Bahasa gaul juga sering disebut dengan bahasa prokem. Kata

prokem merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa gaul atau prokem

awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain

secara rahasia. Bahasa prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan

dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami penyimpangan atau

pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di

Jakarta. Saragih (2010) mengatakan bahwa bahasa gaul dianggap lebih bergengsi

karena merupakan campuran antara bahasa masyarakat ibu kota (etnis Betawi)

dengan bahasa asing, sehingga masyarakat khususnya remaja secara psikologis

ingin dianggap memiliki gengsi yang lebih tinggi dengan menggunakan bahasa

gaul.

Dalam konteks kekinian, bahasa pergaulan anak-anak remaja merupakan

dialek bahasa Indonesia non-formal. Pada dasarnya, bahasa gaul digunakan untuk

memberikan kode kepada lawan bicara. Rumusan bahasa gaul di tiap komunitas

atau daerah berbeda satu sama lain, termasuk bahasa gaul yang digunakan oleh

kalangan militer, kalangan kepolisian, atau kalangan homo seksual (waria) di

suatu daerah atau komunitas.

Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai. Bahasa

gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum digunakan sebagai bentuk

percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial, bahkan dalam

media-media populer serperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan seringkali

digunakan dalam bentuk pengumuman-pengumuman. Bahasa gaul merupakan

bahasa sandi yang dipahami oleh kalangan atau kelompok tertentu, bersifat

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

19

sementara, dan hanya berupa variasi bahasa. Penggunaan bahasa gaul meliputi

kosakata, ungkapan, singkatan, intonasi, pelafalan, pola, konteks dan distribusi.

Kelompok-kelompok tertentu yang menggunakan bahasa gaul (Ensiklopedia

Bebas) seringkali merancang kata-kata baru dengan cara mengganti kata ke lawan

kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem,

distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Kelompok-kelompok

tertentu tersebut menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku.

Struktur dan tatabahasa dari bahasa gaul tidak terlalu jauh berbeda dari

bahasa formal, yaitu bahasa Indonesia. Perbedaan utama antara bahasa formal

dengan bahasa gaul, yaitu dalam hal perbedaharaan kata. Kosakata yang dimiliki

hanya merupakan singkatan dari bahasa formalnya. Saleh (2006) menyatakan

bahwa kosakata bahasa gaul sering tidak beraturan atau tidak memiliki rumus

tertentu, sehingga perlu upaya untuk menghafal setiap kali muncul istilah atau

kata baru. Salah satu kosakata baru dalam bahasa gaul yang tidak memiliki rumus

tertentu, misal untuk sebuah lawakan yang tidak lucu biasa disebut dengan istilah

garing, jayus, jasjus; untuk sesuatu yang tidak bagus atau tidak cocok biasa

disebut dengan istilah cupu.

Partikel sich, nich, tuh, dan dong merupakan sebagian dari partikel-

partikel bahasa gaul yang membuatnya terasa lebih hidup dan membumi,

menghubungkan satu anak muda dengan anak muda lain dan membuat mereka

merasa berbeda dengan orang-orang tua yang berbahasa baku. Partikel-partikel

bahasa gaul memiliki arti jauh lebih bermakna melebihi jumlah huruf yang

menyusunnya. Partikel-partikel tersebut mampu memberikan informasi tambahan

kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh bahasa Indonesia baku seperti

tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar, suasana hati atau ekspresi

pembicara, dan suasana pada kalimat yang diucapkan.

Kosakata bahasa gaul di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang

hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya

sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa gaul

berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

20

menggunakan bahasa gaul, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota

kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.

3. Gaya Bahasa

a. Hakikat Gaya Bahasa

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah

style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk

menulis pada lempengan lilin (Keraf, 2007: 112). Ada dua aliran yang terkenal,

yaitu: (1) Aliran Platonik yang menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan

dan (2) Aliran Aristoteles yang menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas

yang inheren, yang ada dalam tiap ungkapan.

Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang yang

mempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikiran

yang terpendam di dalam jiwanya (Rustamaji, 2003: 83). Kata gaya secara umum

dapat dikatakan sebagai cara mengungkapkan diri sendiri, baik melalui bahasa,

tingkah laku, maupun cara berpakaian. Semakin baik gaya bahasa seseorang,

semakin baik pula penilaian orang lain terhadap orang tersebut; sebaliknya

semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan

pada orang tersebut. Dari beberapa pendapat dia atas dapat penulis simpulkan

bahwa style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran

melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian seseorang

(pemakai bahasa).

b. Macam-macam Gaya Bahasa

Gaya bahasa atau majas dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut

pandang. Pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat tentang gaya bahasa

sejauh ini sekurang-kurangnya dapat dibedakan, pertama, dilihat dari segi

nonbahasa, dan kedua dilihat dari segi bahasanya sendiri (Keraf, 2007: 115). Pada

dasarnya majas atau gaya bahasa dapat dibagi menjadi empat, yang meliputi:

(1) majas perbandingan; (2) majas sindiran; (3) majas penegasan; dan (4) majas

pertentangan.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

21

1) Majas perbandingan

Majas perbandingan adalah majas yang berupa kata-kata kias untuk

menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya

terhadap pendengar atau pembaca. Majas perbandingan dibagi menjadi

lima belas, di antaranya: (1) gaya bahasa personifikasi; (2) gaya bahasa

metafora; (3) gaya bahasa eufemisme; (4) gaya bahasa sinekdokhe;

(5) gaya bahasa alegori; (6) gaya bahasa hiperbola; (7) gaya bahasa

simbolik; (8) gaya bahasa litotes; (9) gaya bahasa alusio; (10) gaya bahasa

asosiasi; (11) gaya bahasa perifrasis; (12) gaya bahasa metonimia;

(13) gaya bahasa antonomasia; (14) gaya bahasa tropen; dan (15) gaya

bahasa parabel.

Majas personifikasi adalah majas yang melukiskan suatu benda

dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati,

sedangkan majas metafora adalah majas yang melukiskan suatu benda

dengan perbandingan langsung dengan benda lain atas dasar sifat yang

sama atau hampir sama (Rustamaji, 2003: 83). Contoh dari masing-masing

gaya bahasa di atas, misalnya Baru 3 km berjalan mobilnya sudah batuk-

batuk (personifikasi) dan Raja siang (matahari) telah pergi ke

peraduannya (metafora). Sementara itu, majas eufemisme adalah majas

yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut dan

sopan untuk menggantikan kata-kata lain, misal Para tunakarya perlu

perhatian yang serius dari pemerintah.

Keraf (2007: 142) menyatakan bahwa majas sinekdokhe adalah

suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani synekdechesthai yang

berarti menerima bersama-sama. Majas ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

sinekdokhe pars pro toto dan sinekdokhe totem pro parte. Rustamaji

(2003: 83) mengatakan sinekdokhe pars pro toto adalah majas yang

menuliskan sebagian tetapi yang dimaksud adalah seluruhnya, sebaliknya

totem pro parte adalah majas yang melukiskan keseluruhan tetapi yang

dimaksud sebagian, misal pada contoh kalimat berikut ini. Dia mempunyai

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

22

lima ekor kuda (pars pro toto) dan Kaum wanita memperingati hari

Kartini (totem pro parte).

Untuk majas alegori, Rustamaji (2003: 84) menyatakan bahwa

majas alegori adalah majas yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh

dan membentuk kesatuan yang menyeluruh, misal Hidup ini

diperbandingkan dengan perahu yang tengah berlayar di lautan. Berbeda

dengan pendapat di atas, Keraf berpendapat bahwa majas alegori adalah

suatu cerita singkat yang mengandung kiasan (2007: 140). Sementara itu,

majas hiperbola adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengganti

peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat

pengertiannya untuk menyangatkan arti, misal Kakak membanting tulang

demi menghidupi keluarganya. Senada dengan pengertian di atas, Keraf

(2007: 135) menyatakan bahwa hiperbol adalah semacam gaya bahasa

yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-

besarkan sesuatu hal.

Majas simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan

memperbandingkan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang,

misal Dari dulu tetap saja ia menjadi lintah darat. Litotes adalah majas

yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya

dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri, misal

Perjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudera luas. Alusio adalah

majas dengan menggunakan ungkapan peribahasa, misal Ah, dia itu tong

kosong nyaring bunyinya. Asosiasi adalah majas yang membandingkan

sesuatu dengan keadaan lain karena adanya persamaan sifat, misal

Wajahnya muram bagai bulan kesiangan. Perifrasis adalah majas yang

melukiskan sesuatu dengan menguraikan sebuah kata menjadi serangkaian

kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu,

misal Petang barulah dia pulang kalimat tersebut menjadi Ketika

matahari hilang di balik gunung barulah dia pulang.

Metonimia adalah majas yang menggunakan merk dagang untuk

melukiskan sesuatu yang dipergunakan, sehingga kata itu berasosiasi

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

23

dengan benda keseluruhan. Kata metonimia (Keraf, 2007: 142) diturunkan

dari kata Yunani meta yang berarti menunjukkan perubahan dan anoma

yng berarti nama, misal Kemarin dia memakai Fiat (mobil merk Fiat).

Antonomasia adalah majas yang menyebutkan nama lain terhadap

seseorang berdasarkan ciri atau sifat menonjol yang dimilikinya, misal si

pincang, si jangkung, si keriting. Tropen adalah majas yang melukiskan

sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan

kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan dan sejajar, misal

Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.

Parabel adalah majas perbandingan dengan menggunakan perumpamaan

dalam hidup. Majas ini terkandung dalam seluruh isi karangan, misal

Baghawat Gita, Mahabarata, Bayan Budiman.

2) Majas Sindiran

Majas sindiran adalah majas yang yang bertujan untuk menyindir.

Majas sindiran meliputi ironi, sinisme, dan sarkasme. Ironi adalah majas

sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa

yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang. Keraf

(2007: 143) berpendapat bahwa ironi adalah suatu acuan yang ingin

mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang

terkandung dalam rangkaian kata-katanya, misal Harum benar bunga

bangkai ini!

Sinisme adalah majas sindiran dengan menggunakan kata-kata

sebaliknya seperti ironi tetapi kasar, misal Itukah yang dinamakan

bekerja. Dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa, Keraf (2007: 143)

mengatakan bahwa sinisme diartikan sebagai suatu sindiran yang

berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan

ketulusan hati, sedangkan sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih

kasar dari ironi dan sinisme. Sarkasme adalah majas sindiran yang terkasar

serta langsung menusuk perasaan, misal Otakmu memang otak udang!

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

24

3) Majas Penegasan

Majas penegasan adalah majas yang betujuan untuk menegaskan

sesuatu. Majas penegasan dibagi menjadi lima belas, yaitu (1) pleonasme;

(2) repetisi; (3) pararelisme; (4) tautologi; (5) simetri; (6) enumerasio;

(7) klimaks; (8) antiklimaks; (9) retorik; (10) koreksio; (11) asidenton;

(12) polisidenton; (13) ekslamasio; (14) praeterito; dan (15) interupsi.

Rustamaji (2003: 84) mengatakan bahwa pleonasme adalah majas

penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu

dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang

diterangkan, misalnya Salju putih sudah mulai turun ke bawah. Repetisi

adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata

atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya dipergunakan dalam pidato,

sedangkan pararelisme adalah majas penegasan seperti repetisi tetapi

dipakai dalam puisi. Pararelisme dibagi menjadi dua, yaitu: anafora dan

epifora. Anafora, yaitu bila kata atau frase yang diulang terletak di awal

kalimat, sedangkan epifora, yaitu bila kata atau frase yang diulang terletak

di akhir kalimat atau lirik.

Tautologi adalah majas penegasan yang melukiskan suatu dengan

mempergunakan kata-kata yang sama artinya (bersinonim) untuk

mempertegas arti, misal Saya khawatir serta was-was akan

keselamatannya. Simetri adalah majas penegasan yang melukiskan suatu

dengan mempergunakan satu kata, kelompok kata atau kalimat yang

diikuti oleh kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang

pertama, misal Kakak berjalan tergesa-gesa, seperti orang dikejar anjing

gila. Enumerasio adalah majas penegasan yang melukiskan beberapa

peristiwa membentuk satu kesatuan yang dituliskan satu per satu supaya

tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas, misal Angin

berhembus, lalu tenang, bulan memancar lagi.

Masih dalam bukunya yang sama, Keraf (2007: 124) berpendapat

bahwa majas klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung

urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

25

dari gagasan-gagasan sebelmnya. Bisa dikatakan, klimaks adalah majas

penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan

menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak

pengertiannya, misal Anak-anak, remaja, dewasa datang menyaksikan

film “Saur Sepuh”. Antiklimaks adalah majas penegasan dengan beberapa

hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama

makin melemah pengertiannya, misal Jangankan seribu, atau seratus,

serupiah pun tak ada. Untuk majas antiklimaks, Keraf (2007: 125)

berpendapat bahwa antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu

acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-

turut ke gagasan yang kurang penting.

Retorik adalah majas penegasan dengan mempergunakan kalimat

tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah

diketahuinya, misalnya Mana mungkin orang mati hidup kembali?

Koreksio adalah majas penegasan berupa membetulkan (mengoreksi)

kembali kata-kata yang salah diucapkan, baik disengaja maupun tidak,

misal Hari ini sakit ingatan, eh … maaf, sakit kepala maksudku. Dengan

memberikan istilah yang lain dari majas koreksio ini, yaitu majas

epanortosis, Keraf (2007: 135) mengatakan bahwa koreksio atau

epartonosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan

sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.

Berikutnya, majas yang masih termasuk dalam kelompok majas

penegasan adalah asidenton. Asidenton adalah majas penegasan yang

menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa

memakai kata penghubung (Rustamaji, 2003: 85). Dengan sedikit

memberikan penjelasan yang lebih lengkap, Keraf (2007: 131)

mengatakan bahwa asidenton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang

bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang

sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung, misal Kemeja, sepatu,

kaos kaki, dibelinya di toko itu. Majas penegasan yang merupakan

kebalikan dari asidenton adalah polisidenton. Bisa dikatakan, polisidenton

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

26

adalah majas penegasan yang menyatakan beberapa benda, hal atau

keadaan secara berturut-turut dengan memakai kata penghubung, misal

Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.

Ekslamasio adalah majas penegasan yang memakai kata-kata seru

sebagai penegas, misal Amboi, indahnya pemandangan ini! Praeterio

adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan

menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka

apa yang disembunyikan itu, misal Tidak usah kau sebut namanya, aku

sudah tahu siapa penyebab kegaduhan ini. Interupsi adalah majas

penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang

disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan

menekankan bagian kalimat sebelumnya, misal Aku, orang yang sepuluh

tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikkan pangkatku.

4) Majas Pertentangan

Majas pertentangan adalah majas yang bertujuan untuk

mempertentangkan sesuatu. Kata-kata berkias yang menyatakan

pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau

penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan

pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar. Majas pertentangan dibagi

menjadi empat, yang meliputi: (1) antitesis; (2) paradoks; (3) okupasi; dan

(4) kontradiskio intermimis.

Antitesis adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu

dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti, misal

Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai

seseorang wanita. Untuk majas paradoks Keraf (2007: 136)

mengungkapkan bahwa paradoks adalah semacam gaya bahasa yang

mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.

Senada dengan hal tersebut, Rustamaji (2003: 84) berpendapat paradoks

merupakan majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah

bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak, misal Hatinya sunyi

tinggal di kota Jakarta yang ramai.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

27

Majas pertentangan yang berikutnya, yaitu okupasi dan

kontradiskio intermimis. Okupasi adalah majas pertentangan yang

melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasan

atau diakhiri dengan kesimpulan, sedangkan kontradiskio intermimis

adalah majas pertentangan yang memperlihatkan pertentangan dengan

penjelasan semua (Rustamaji, 2003: 85). Misalnya, Merokok itu merusak

kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan kebiasaannya.

Maka, muncullah pabrik-pabrik rokok karena untungnya banyak

(okupasi); Semua murid kelas ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut

jambore (kontradiskio intermimis).

4. Campur Kode

a. Hakikat Campur Kode

Nababan mengatakan bahwa (1993: 32) campur kode (code-mixing)

adalah bilamana orang mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa

dalam suatu tindak bahasa (speech act or discourse) tanpa ada sesuatu dalam

situasi berbahasa itu menentukan percampuran bahasa itu. Proses ini terjadi

apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan yang

mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya

berhubungan dengan karakteristik penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat

pendidikan, dan rasa keagamaan.

Apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase

yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid

phrases) dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi

sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode. Seorang penutur

misalnya, yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-serpihan

bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Akibatnya, akan

muncul satu ragam bahasa Indonesia yang kejawa-jawaan (kalau bahasa

daerahnya adalah bahasa Jawa).

Nababan (dalam Purwo, 1989: 94) memberikan batasan, yaitu campur

kode sebagai pemilihan atau penggunaan bahasa dan ragam bahasa yang hanya

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

28

ditentukan oleh kebiasaan atau enaknya perasaan oleh mudahnya pengungkapan

seseorang pengguna bahasa. Hampir senada dengan pendapat tersebut, Kachru

(dalam Suwito, 1997: 76) memberikan batasan mengenai campur kode sebagai

pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa

yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten.

Kridalaksana (dalam Saddhono, 2007: 26) berpendapat bahwa campur

kode adalah (1) interferensi dan (2) penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke

bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di

dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, dan sapaan. Dari beberapa pendapat

para ahli di atas dapat penulis simpulkan hakikat campur kode pada dasarnya

hampir sama, yaitu fenomena pencampuran bahasa kedua ke dalam bahasa

pertama, pencampuran bahasa asing atau daerah ke dalam struktur bahasa ibu baik

dalam tingkat kata, frase, klausa, idiom, maupun sapaan.

b. Ciri-ciri Campur Kode

Campur kode memiliki beberapa ciri penanda. Ciri-ciri campur kode di

antaranya: (1) ciri-ciri ketergantungan ditandai oleh adanya hubungan timbal balik

antara peranan dan fungsi kebahasaan, (2) unsur-unsur bahasa atau variasi-

variasinya yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi

sendiri, dan (3) dalam kondisi yang maksimal, campur kode merupakan

konvergensi kebahasaan (linguistic convergence) yang unsur-unsurnya berasal

dari beberapa bahasa yang masing-masing telah meninggalkan fungsi bahasa yang

disisipinya, baik campur kode ke dalam maupun keluar (Suwito, 1997: 75).

Ciri-ciri ketergantungan campur kode ditandai oleh adanya hubungan

timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan. Peranan maksudnya siapa

yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa yang

hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya. Unsur-unsur bahasa atau variasi-

variasinya menyisip di dalam bahasa lain dan tidak lagi mempunyai fungsi

tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan

secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi. Dalam kondisi yang maksimal,

campur kode merupakan konvergensi kebahasaan (linguistic convergence) yang

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

29

unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah

menanggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya.

c. Latar Belakang Campur Kode

Suwito (1997: 90) mengatakan latar belakang terjadinya campur kode

dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tipe yang berlatar belakang pada sikap

(Attitudinal Type) dan tipe yang berlatar belakang kebahasaan (Linguistic Type).

Kedua tipe tersebut saling bergantung dan tidak jarang bertumpang tindih (over

laping). Atas dasar latar belakang sikap dan kebahasaan yang saling bergantung

dan bertumpang tindih, maka dapat diidentifikasikan beberapa alasan atau

penyebab yang mendorong terjadinya campur kode, di antaranya: (a) identifikasi

peranan; (b) identifikasi ragam; dan (c) identifikasi keinginan menjelaskan dan

menafsirkan.

Untuk identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan edukasional.

Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa seorang penutur melakukan campur

kode yang akan menempatkan dia di dalam hierarki status sosialnya. Identifikasi

keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan tampak dalam sikap dan hubungan

orang lain terhadap orang lain.

Dengan demikian, campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal

balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan fungsi bahasa. Penutur yang

mempunyai latar belakang sosial tertentu, cenderung memilih bentuk campur

kode tertentu untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Pemilihan tersebut

dimaksudkan untuk menunjukkan status sosial dan identitas pribadinya dalam

masyarakat.

d. Macam-macam Campur Kode

Campur kode yang bersumber dari bahasa asli atau daerah dengan segala

variasinya disebut campur kode ke dalam (Innercode Mixing), sedangkan campur

kode yang berasal dari bahasa asing disebut campur kode ke luar (Outercode

Mixing). Campur kode itu dapat berupa percampuran serpihan kata, frase, dan

klausa suatu bahasa di dalam bahasa lain yang digunakan. Intinya, ada satu bahasa

yang digunakan, tetapi di dalamnya terdapat serpihan-serpihan dari bahasa lain.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

30

Di dalam campur kode, ada sebuah kode utama atau kode dasar yang

memiliki fungsi dan keotonomiannya; sedangkan kode-kode lain yang terlibat

dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan saja, tanpa fungsi

atau keotonomian sebagai sebuah kode. Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan

yang terlibat di dalamnya, Suwito (1997: 78-80) mengklasifikasikan campur kode

menjadi 6 macam, antara lain: 1) penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata,

misal Mangka seringkali sok ada kata-kata seolah-olah bahasa; 2) penyisipan

unsur-unsur yang berwujud frasa, misal Nah, karena saya kadhung apik sama dia,

ya tak teken; 3) penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster, misal Banyak klap

malam yang harus ditutup; 4) penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan

kata, misal Sudah waktunya kita menghindari backing-backingan dan klik-klikan;

5) penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom, misal Pada waktu

ini hendaknya kita hindari cara bekerja alon-alon asal kelakon; dan 6) penyisipan

unsur-unsur yang berwujud klausa, misal Pemimpin yang bijaksana akan selalu

bertindak ing ngarso sung tuladha, ing madya mbangun karsa, tut wur handayani.

5. Alih Kode

a. Hakikat Alih Kode

Nababan (1993: 31) berpendapat bahwa alih kode adalah peralihan dari

satu ragam fungsiolek (umpamanya ragam santai) ke ragam yang lain

(umpamanya ragam formal), atau dari satu dialek ke dialek lain. Senada dengan

Nababan, Chaer (1994: 141) menyatakan bahwa alih kode merupakan perubahan

dari ragam santai menjadi ragam resmi, atau juga ragam resmi ke ragam santai.

Suwito (1997: 81) menyatakan alih kode sebagai suatu peristiwa peralihan

dari kode yang satu ke kode yang lain. Jadi, apabila penutur menggunakan kode A

(misalnya bahasa Indonesia) kemudian beralih kode (umpamanya bahasa Jawa),

maka peristiwa peralihan pemakaian bahasa seperti itu disebut dengan alih kode.

Thelander (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 115) mengungkapkan bahwa bila di

dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke

klausa bahasa yang lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode. Sedikit

berbeda dengan pendapat di atas, Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 115)

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

31

mengatakan bahwa apabila satu klausa jelas-jelas memiliki struktur gramatika

bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode.

Alih kode terjadi dengan masing-masing bahasa yang digunakan masih

memiliki otonomi masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan disengaja karena

sebab-sebab tertentu. Appel (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 107) memberikan

batasan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan

situasi. Berbeda dengan Appel yang mengatakan alih kode itu terjadi antarbahasa,

maka Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 107) menyatakan alih kode bukan

hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-

gaya yang terdapat dalam suatu bahasa.

Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (language

dependency) dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat multilingual

sangat sulit seorang penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa. Dalam alih

kode masing-masing bahasa masih cenderung mendukung fungsi masing-masing

dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya.

b. Ciri-ciri Alih Kode

Alih kode mempunyai sejumlah ciri-ciri sebagaimana yang diungkapkan

oleh Suwito (1997: 69), antara lain: (1) alih kode merupakan salah satu aspek

tentang saling ketergantungn masyarakat multilingual; (2) masing-masing bahasa

masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya; (3) fungsi

masing-masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan perubahan

konteks; dan (4) dalam peristiwa alih kode mungkin terjadi kontinum yaitu

peralihan antara kode satu ke kode yang lain. Dengan demikian, alih kode

menunjukkan suatu gejala adanya saling ketergantungan antara fungsi kontekstual

dan situasi relevansi di dalam pemakaian dua bahasa atau lebih.

Gejala tersebut dalam praktiknya, sering ditemukan peristiwa tutur tertentu

terjadi alih kode intern dan alih kode ekstern secara beruntun. Hal tersebut terjadi

apabila fungsi kontekstual dan situasi relevansialnya dinilai oleh penutur cocok

untuk dilakukan.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

32

c. Latar Belakang Alih Kode

Peristiwa alih kode tidak terjadi begitu saja. Banyak faktor yang

melatarbelakanginya. Suwito (1997: 85-87) menyatakan beberapa faktor yang

menyebabkan alih kode, antara lain: (1) penutur; (2) lawan tutur; (3) hadirnya

penutur ketiga; (4) pokok pembicaraan; (5) membangkitkan rasa humor; dan

(6) untuk sekedar bergengsi.

Seorang penutur kadang dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur

karena suatu tujuan atau maksud. Misalnya, mengubah situasi dari resmi menjadi

tidak resmi atau sebaliknya. Dengan kata lain, seorang pembicara atau penutur

seringkali melakukan alih kode untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat dari

tindakannya tersebut. Alih kode yang dilakukan seorang penutur untuk

memperoleh keuntungan biasanya terjadi dalam peristiwa tutur yang

mengharapkan bantuan lawan tuturnya.

Faktor kedua penyebab alih kode adalah mitra tutur. Lawan bicara atau

mitra tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode, misalnya karena si penutur

ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si mitra tutur. Mitra tutur yang latar

belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode dalam wujud

alih varian dan bila mitra tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung

alih kode berupa alih bahasa. Perbedaan latar belakang bahasa juga berkitan erat

dengan hadirnya penutur ketiga dalam pembicaraan.

Kehadiran orang ketiga atau pihak lain yang tidak memiliki latar belakang

bahasa yang sama dengan latar belakang bahasa yang digunakan oleh penutur dan

mitra tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Untuk menetralisasi situasi

dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga, biasanya penutur dan mitra tutur

beralih kode, apalagi bila latar belakang kebahasaan mereka berbeda. Chaer dan

Agustina (2004: 110) menambahkan bahwa status penutur ketiga dalam alih kode

juga menentukan bahasa atau varian yang digunakan.

Pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam

menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal

biasanya diungkapkan dengan ragam baku dengan gaya netral dan serius,

sedangkan pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

33

tak baku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya. Meskipun demikian, alih

kode tidak akan terjadi jika pergantian topik pembicaraan masih dalam situasi

formal (Chaer dan Agustina, 2004: 112), misalnya topik tentang kesejahteraan

masyarakat tuna susila berubah menjadi topik tentang pengurangan hak seorang

napi, yang dalam masyarakat tutur Indonesia harus menggunakan ragam resmi.

Perubahan yang terjadi hanya mungkin pada registernya.

Faktor berikutnya, yang melatar belakangi terjadinya alih kode, adalah

faktor humor dan gengsi. Alih kode juga sering dimanfaatkan oleh guru,

pemimpin rapat, atau pun pelawak untuk membenagkitkan rasa humor. Biasanya

dilakukan dengan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara. Untuk sekedar

bergengsi oleh penutur walaupun faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor

sosio-situasional tidak mengharapkan adanya alih kode. Hal ini terjadi apabila si

penutur mempunyai penilaian bahasa yang satu dianggap lebih tinggi dan bahasa

lainnya dianggap lebih rendah. Faktor-faktor penyebab alih kode tersebut sangat

berkaitan dengan verbal repertoire yang terdapat dalam masyarakat tutur.

6. Iklan

a. Hakikat Iklan

Iklan adalah produk tontonan yang dikemas dalam sebuah rangkaian yang

berisi berbagai tanda, ilusi, manipulasi, citra, dan makna. Informasi melalui iklan

dinilai berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap persepsi,

pemahaman, dan tingkah laku masyarakat (Darmawan, 2006). Rahmadi

(1994: 36) menyatakan bahwa iklan atau advertising berasal dari bahasa Latin

adverte yang berarti mengarahkan. Berbeda dengan pendapat Rahmadi, Sudiana

(1986: 1) menyatakan bahwa iklan merupakan bagian dari reklame yang berasal

dari bahasa Prancis re-clame yang berarti meneriakkan berulang-ulang.

Wright (dalam Liliweri, 1992: 20) berpendapat bahwa iklan adalah

komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat

pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan serta gagasan

atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. Suatu

iklan yang baik memperhatikan struktur pesan, gaya, dan daya tarik (appeal)

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

34

pesan yang terkandung di dalamnya (Liliweri, 1992: 75). Struktur pesan adalah

cara menampilkan pesan dalam bentuk simpulan (tersirat atau tersurat). Gaya

adalah cara pemilihan pesan. Daya tarik (appeal) mengacu pada motif-motif

psikologis yang terkandung seperti pesan yang rasional, emosional, dan daya tarik

ganjaran tertentu.

Institusi praktisi periklanan Inggris (dalam Frank, 1996: 5) menyatakan

bahwa iklan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang

diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk dan jasa

tertentu dengan biaya semurah-murahnya. Dalam hal ini, iklan merupakan pesan

komersial yang dibiayai oleh perusahaan untuk menawarkan produknya.

Melihat berbagai pendapat mengenai pengertian iklan di atas, dapat ditarik

simpulan bahwa iklan adalah pesan atau pemberitahuan atau informasi yang

disampaikan mengenai suatu barang atau jasa dari produsen kepada konsumen

dengan bahasa dan kata-kata persuatif. Bahasa persuatif adalah bahasa yang dapat

menimbulkan rasa ketertarikan dan rasa keingintahuan masyarakat terhadap

barang yang ditawarkan.

b. Klasifikasi Iklan

Para praktisi periklanan menggolongkan iklan menjadi beberapa macam.

Frank (1996: 39) menggolongkan iklan menjadi tujuh kategori pokok, antara lain:

(1) iklan konsumen; (2) iklan bisnis atau iklan antar bisnis; (3) iklan perdagangan;

(4) iklan eceran; (5) iklan keuangan; (6) iklan langsung; dan (7) iklan lowongan

kerja. Iklan konsumen (consumen advertising) merupakan iklan barang-barang

yang umum dibeli masyarakat, misalnya bahan makanan, shampoo, sabun.

Iklan antarbisnis (business to business advertising) berguna untuk

mempromosikan barang-barang atau jasa nonkonsumen. Iklan perdagangan secara

khusus ditujukan kepada kalangan distributor, para agen, para pedagang besar dan

kecil. Iklan eceran (retail advertising) merupakan iklan-iklan yang dilancarkan

oleh para swalayan atau toko-toko serba ada berukuran besar. Iklan keuangan

(financial advertising) merupakan iklan-iklan untuk bank, jasa tabungan, asuransi,

dan inventasi. Iklan rekruitmen (recruitment advertising) merupakan iklan yang

bertujuan merekrut calon pegawai.

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

35

Kasali (1995: 121) menyatakan bahwa terdapat 3 jenis iklan yaitu (1) iklan

komersial; (2) iklan layanan masyarakat; (3) iklan trailer. Iklan komersial adalah

iklan yang menawarkan barang atau jasa. Iklan layanan masyarakat adalah iklan

yang bertujuan menggalang solidaritas masyarakat. Iklan trailer adalah iklan

potongan adegan film atau sinetron.

Pembicaraan mengenai klasifikasi iklan sangat beragam, hal ini

disebabkan oleh dasarnya penggolongan yang berbeda. Berkenaan dengan hal

tersebut penulis akan berpijak pada pendapat Kasali, yaitu seperti yang telah

disebutkan di atas bahwa iklan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu iklan komersial,

iklan layanan masyarakat, dan iklan trailer.

c. Media Iklan

Dalam menyampaikan iklan diperlukan media. Sudiana (1986: 53)

menyatakan bahwa media iklan meliputi televisi, radio, surat kabar, majalah,

papan reklame, dan pameran di tempat penjualan. Secara lebih rinci, Sigit

(1982: 53) membagi media iklan menjadi lima jenis, antara lain: (1) harian untuk

umum dan golongan tertentu, majalah untuk umum dan golongan tertentu, buletin,

katalog; (2) pada kendaraan atau bangunan meliputi kereta api, truk, mobil, kapal,

tembok-tembok, lantai, jembatan; (3) alat hiburan meliputi radio, televisi,

bioskop, slides, dan sebagainya; (4) direct advertising meliputi folders, bookets,

kalender, kartu pos, surat edaran, dan sebagainya; dan (5) demonstrasi pameran

dan pertunjukkan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa media iklan

sebenarnya sangat banyak. Pemasangan iklan dapat dilakukan dimana saja asalkan

bisa dijangkau publik. Iklan dapat dipasang di tembok-tembok, jembatan, pinggir

jalan. Iklan dapat juga disampaikan melalui selebaran-selebaran, pamflet,

kalender, dan surat edaran.

7. Ragam Bahasa Iklan di Radio

Dalam setiap bahasa memiliki bermacam-macam variasi-variasi bahasa.

Setiap variasi bahasa memiliki kekhasan tersendiri. Variasi bahasa tersebut

disebut ragam bahasa. Berdasarkan tingkat formalitas (keresmian) ragam bahasa

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

36

oleh Nababan (1993: 22-23) dibagi menjadi lima tingkatan, antara lain: (1) ragam

beku (frozen) adalah ragam bahasa yang paling resmi yang dipergunakan dalam

situasi-situasi yang khidmat dan upacara-upacara resmi; (2) ragam resmi (formal)

adalah ragam bahasa yang dipakai dalam pidato-pidato resmi, rapat dinas, atau

rapat resmi pimpinan suatu badan; (3) ragam usaha (consultative) adalah ragam

bahasa yang sesuai dengan pembicaraan biasa di sekolah, perusahaan dan rapat-

rapat usaha yang berorientasi kepada hasil dan produksi; (4) ragam santai (casual)

adalah ragam bahasa santai antarteman dalam bincang-bincang, rekreasi, olah

raga, dan sebagainya; dan (5) ragam akrab (intimate) adalah ragam bahasa antar

anggota-anggotanya yang akrab dalam keluarga, teman-teman yang tidak perlu

berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang terang, tetapi cukup dengan

ucapan-ucapan pendek.

Frank (1996: 228) menyatakan bahwa dalam pembuatan naskah iklan

perlu diperhatikan kata-kata kunci, di antaranya klise, kata aksi, dan kata-kata

yang menggugah perasaan dan menyenangkan. Klise atau cliches merupakan

kata-kata sederhana yang biasa digunakan dan tampak unik dalam pembuatan

suatu iklan, misal kata gratis, sekarang, baru, di sini, hari ini. Kata-kata tersebut

dapat digunakan dalam berbagai cara, misalnya dicantumkan pada alamat

pengiklan jika fasilitas bebas biaya pengiriman.

Kata aksi merupakan kata kerja yang dapat digunakan untuk memberikan

suatu derajat keurgensian pada iklan untuk membantu iklan mengalir dan tidak

terkesan kaku. Hampir semua kata-kata aksi merupakan kata-kata singkat, misal

kata-kata aksi yang biasa digunakan dalam periklanan adalah cobalah,

saksikanlah, belilah, dapatkan, hubungi. Kata-kata aksi tersebut akan membantu,

memperkuat, dan menghidupkan pesan penjualan; menciptakan citra yang positif

terhadap produk atau jasa yang diiklankan; serta menciptakan keinginan dan

mempertebal keyakinan.

Kata kunci yang lain dalam pembuatan naskah iklan adalah kata-kata yang

menggugah perasaan dan menyenangkan. Kata jenis ini adalah kata sifat, yaitu

kata yang menggambarkan dan memaparkan fakta-fakta. Beberapa kata sifat yang

dapat digunakan untuk pembuatan naskah iklan adalah kata sempurna, indahnya,

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

37

menyenangkan, ekonomis, hemat, menggiurkan, tidak mahal. Struktur kata dalam

iklan harus mampu menggugah khalayak, yaitu dengan mencermati kebutuhan

konsumen, memberikan solusi, dan memberikan perhatian. Struktur kata dalam

iklan di radio haruslah lebih informatif dengan menggunakan kata-kata yang jelas,

bersahabat, komunikatif, dan persuasif. Rangkaian kalimat iklan yang digunakan

dapat membuat konsumen nyaman, senang, dan terhibur.

Bahasa yang dipakai dalam iklan di radio harus mengarahkan target

khalayak atau pendengar untuk membeli, menggunakan, atau beralih pada produk

jasa yang diiklankan. Gaya bahasa yang dipakai harus disesuaikan dengan siapa ia

berbicara, bagaimana kebiasaan perilaku atau sasaran iklan, dan di mana mereka

berada. Terkadang, dalam bahasa iklan dipandang menarik jika bersifat main-

main atau Sulistyaningtyas (2008: 498) mengatakan bersifat “lanturan”. Kata

lanturan berbeda dengan kata yang melantur atau ngawur, tidak nyambung

dengan topik yang dibahas. Lanturan adalah sengaja melantur atau melantur

dengan tujuan. Namun, lanturan yang dibuat harus selalu dijaga relevansinya.

Relevansi dalam konteks ini adalah kata asli yang diplesetkan atau disimpangkan

dari arti sebenarnya dari kata tersebut.

Dalam setiap iklan memunculkan unsur pengingat atau catcher baik yang

berupa suara, gambar, atau bahasa verbal menjadi amat penting; sehingga suatu

saat hanya dengan mendengar, melihat, atau membaca pengingat itu, konsumen

langsung terhubung dengan produk yang diiklankan. Permainan bahasa dan

pemakaian makna konotatif umum dipakai dan diterapkan pada bahasa iklan.

Rahmadi (1994: 34) menyatakan bahwa bahasa iklan memiliki ciri-ciri yaitu,

singkat, jelas, dan kata-katanya bersifat persuatif. Persuasi adalah suatu seni

verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang

dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 215) persuasi berarti bujukan atau bujuk

rayu (yang meyakinkan).

Beriklan dengan media radio berarti menuntut kemampuan mendengar

dari target khalayak sebagai pendengar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

penyusunan iklan radio agar target tertarik untuk mendengar apa yang diiklankan,

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

38

antara lain: (1) menarik perhatian; (2) memuat tema atau topik tunggal;

(3) mengandung inti pesan; dan (4) mampu memandu penyusunan kalimat

berikutnya. Terdapat tiga macam peralatan dalam menyampaikan pesan melalui

iklan radio atau radio spot, meliputi: (1) suara manusia; (2) musik; dan (3) efek

suara.

Suara manusia baik suara pemeran percakapan maupun suara penyiar

(announcer) adalah elemen yang paling penting. Suara-suara tersebut dapat

terdengar dalam suatu jingle, dialog, maupun pemberitahuan. Kebanyakan iklan

radio memunculkan suara penyiar, baik sebagai suara utama maupun menjadi

penutup iklan dengan identifikasi produk. Dialog dalam iklan radio sebaiknya

diperankan oleh orang-orang yang bisa memberi imajinasi atau gambaran seperti

keadaan sesungguhnya terhadap pendengarnya, terutama sasaran iklan tersebut.

Musik adalah elemen penting lainnya. Banyak iklan radio yang

menampilkan musik instrumental saja, tetapi tidak sedikit iklan yang hanya

berupa jingle. Musik yang sederhana dan mudah, baik nada maupun lirik, akan

dapat dengan mudah diingat atau bahkan dinyanyikan oleh pendengarnya dalam

berbagai kesempatan. Apalagi jika dinyanyikan oleh penyanyi yang sedang

menjadi pujaan publik. Musik juga dapat digunakan sebagai ilustrasi latar

belakang di dalam dialog. Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan atau

pemilihan musik dalam iklan radio adalah jangan sampai ada suara yang

bertabrakan.

Alat penyampai iklan radio yang terakhir adalah efek suara. Efek suara

dapat banyak membantu dalam pembuatan iklan radio. Efek suara ini bisa

merupakan suara aneh yang dapat menarik perhatian pendengar atau suara latar

belakang yang memberi kesan hidup pada suatu percakapan. Suara ombak

berdebur misalnya, bisa memberi imajinasi suatu percakapan yang berlangsung di

pantai. Begitu juga suara-suara piring pecah, derit ban mobil, hingar bingar lalu

lintas yang mengalami kemacetan, dan suara-suara yang lainnya.

Dari beberapa paparan di atas, penulis dapat simpulkan bahwa dalam

pembuatan naskah iklan atau ragam bahasa iklan di radio terdapat beberapa hal

yang perlu diperhatikan agar iklan yang diproduksi bisa lebih efektif dalam

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

39

memperkenalkan produknya ke pendengar. Spot iklan yang dibuat harus dapat

membuat pendengar tertarik untuk mendengarkan, membangkitkan rasa

keingintahuan pendengar, dan mampu menggugah perasaan pendengar dengan

penggunaan musik, efek suara dan tentunya naskah iklan yang tepat. Penyampaian

pesan-pesan promosi atau iklan harus dengan cara-cara yang personal, seperti saat

sedang berbicara dengan rekan, adanya pelibatan pendengar atau mitra tutur

sehingga pendengar merasa tertarik dan terhibur.

B. Penelitian yang Relevan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2001) yang berjudul

Karakteristik Bahasa Iklan di Majalah Remaja menghasilkan temuan sebagai

berikut. Karakteristik bahasa iklan dalam majalah remaja, meliputi ejaan, diksi,

dan kalimat. Wujud interferensinya meliputi interferensi morfologi, sintaksis, dan

kosakata, sedangkan wujud campur kode meliputi tingkatan reduplikasi dan kata.

Bahasa iklan diteliti juga dari aspek karakteristik kata-kata yang

digunakan, karakteristik wacana iklan, dan maksud ujaran oleh Sustiyanti dalam

penelitiannya yang berjudul Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Wacana Iklan

Majalah (2000). Dalam penelitiannya dihasilkan karakteristik kata-kata yang

digunakan dari segi fenomena kebahasaan memanfaatkan unsur bahasa lain, yaitu

bahasa Jawa, Arab, Inggris, dan Belanda. Pada karakteristik wacana dapat

diketahui jenis wacana yang berupa wacana verbal bila ditinjau dari segi

realitasnya, dari segi pemaparannya digolongkan ke dalam wacana ekspositori,

dan dari segi jenis pemakaiannya berwujud monolog.

Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistyaningtyas dalam

jurnal Sosioteknologi (2008) yang berjudul Diksi dalam Wacana Iklan Berbahasa

Indonesia: Satu Kajian Sosiopragmatik menghasilkan temuan berupa kata-kata

dalam iklan merupakan tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Kata-kata

tersebut merupakan jenis ilokusi langsung dan taklangsung, serta memiliki fungsi

asertif. Penelitian tentang bahasa iklan juga dilakukan oleh Susilo (2007) dengan

judul penelitian Pilihan Bahasa dalam Iklan Televisi. Pada penelitiannya

dihasilkan temuan berupa wujud pilihan bahasa dalam iklan televisi terdiri atas

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

40

tunggal bahasa, alih kode, dan campur kode. Tunggal bahasa berupa bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris, serta terdapat adanya ragam yaitu ragam usaha atau

konsultatif dan ragam santai atau kasual. Wujud alih kode pada peristiwa tutur

dalam iklan televisi yaitu berupa kalimat. Wujud campur kode pada peristiwa

tutur dalam iklan televisi dapat berupa kata dan frasa. Sementara itu, pada

penelitian ini peneliti akan menganalisis tentang karakteristik diksi, gaya bahasa,

wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial di radio.

C. Kerangka Berpikir

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol

bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa

merupakan saluran perumusan maksud, melahirkan perasaan dan memungkinkan

seseorang menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Bertolak dari hal

tersebut, kemunculan berbagai ragam bahasa yang sesuai dengan keperluan dan

tujuan semakin dibutuhkan, termasuk ragam bahasa iklan. Sebagai salah satu

media penyampai iklan, radio memiliki peranan yang cukup penting dalam hal ini.

Iklan di radio merupakan kombinasi tiga unsur, yaitu ilustrasi atau musik,

bahasa atau kata-kata, dan efek suara. Ketiga unsur tersebut saling berpadu

sehingga menjadikan iklan sangat menarik dan memberikan informasi yang jelas.

Radio merupakan salah satu media komunikasi yang sering dipakai masyarakat.

Audience atau khalayak yang menjadi objek sasaran iklan membutuhkan bahasa

yang jelas dan menarik, sehingga mereka akan tergugah untuk membeli produk

yang ditawarkan.

Permainan bahasa, pilihan diksi yang enak didengar dan mudah dipahami,

serta pemakaian makna konotatif umum dipakai dan diterapkan pada bahasa iklan

di radio. Ragam bahasa iklan yang disiarkan oleh sebuah radio, khususnya Radio

JPI sebagai sampelnya, akan dianalisis dari segi diksi, gaya bahasa, wujud campur

kode, dan alih kode. Hasil analasis, yang merupakan simpulan dari penelitian ini,

memunculkan karakteristik pemakaian bahasa iklan di radio.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

41

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Karakteristik Pemakaian Bahasa Iklan Komersial di Radio

Gaya Bahasa

Ragam Bahasa Iklan Komersial di Radio

Bahasa

Diksi (Pilihan Kata) Campur Kode dan Alih Kode

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan secara fleksibel sesuai dengan kondisi dan

situasi saat penelitian dilakukan. Waktu penelitian dimulai bulan November 2009

hingga bulan April 2010. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian

dapat dilihat dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1. Perincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Waktu November Desember Januari Februari Maret April

Jenis Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A. Tahap persiapan 1. Pengajuan proposal 2. Revisi proposal 3. Persetujuan proposal

B. Tahap pelaksanaan

1. Pengajuan materi bab I, II, III 2. Pencarian data 3. Seleksi data 4. Verifikasi data C. Tahap akhir 1. Pengecekan data 2. Penarikan kesimpulan 3. Penyusunan laporan

x

x

x

x x

x x

x x

x x

x x

x x

x x

x x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

x

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu pemerian data yang

berupa kata-kata dan bukan angka-angka (Aminuddin, 1990: 16). Istilah deskriptif

mengacu pada penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada

faktor-faktor yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada

penutur-penuturnya (Sudaryanto, 1993: 62). Strategi penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah naturalistik. Nasution (2002: 5) menjelaskan bahwa

strategi ini dilakukan dalam situasi yang wajar atau dalam “natural setting”. Lebih

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

43

lanjut dia mengungkapkan, pada hakikatnya, penelitian kualitatif ialah mengamati

orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian linguistik, populasi pada umumnya adalah bahasa yang

dipakai oleh sekelompok orang tertentu atau segi tertentu dan bahasa tertentu

(Subroto, 1997: 32). Populasi penelitian ini adalah bahasa iklan di radio. Adapun

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu

memilih bahasa iklan komersial yang disiarkan radio yang dianggap sesuai

dengan kajian dan memungkinkan penerapan teori yang ada.

Penelitian ini tidak memungkinkan menjangkau keseluruhan populasi,

maka peneliti memilih bahasa iklan komersial yang disiarkan oleh Radio Jaya

Pemuda Indonesia (JPI) sebagai sampelnya. Hal ini dilakukan dengan

pertimbangan: (1) Radio JPI belum pernah menjadi objek penelitian dengan

materi yang sama; (2) bahasa iklan yang disiarkan Radio JPI sesuai dengan kajian

penelitian; (3) komunikasi dan wawancara dengan informan mudah dilakukan;

dan (4) lokasinya mudah dijangkau. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan

Desember 2009 hingga bulan Januari 2010.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik rekam, teknik simak, dan teknik catat. Teknik rekam adalah pemerolehan

data dengan menggunakan alat rekam (Subroto, 1997: 36). Teknik simak dan catat

adalah mengadakan penyimakan terhadap pemakaian bahasa yang bersifat

spontan dan mengadakan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan

sasaran dan tujuan penelitian (Subroto, 1997: 43). Peristiwa tutur yang telah

direkam di pita kaset (dengan menggunakan handrecord) kemudian

ditranskripsikan ke dalam bentuk transkripsi grafemis. Setelah data diperoleh

kemudian dicatat dalam kartu data untuk diseleksi dan diklasifikasikan

(Sudaryanto, 1993: 135) agar dapat mempermudah pelaksanaan kerja analisis

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

44

data. Kegiatan penelitian ini dengan langkah-langkah mencatat data dalam kartu

data, lalu membuat pengklasifikasian data untuk dianalisis.

Selain itu, peneliti juga akan menggunakan teknik wawancara mendalam

(indepth interviewing). Kegiatan ini dilakukan dengan informan, baik manajer

bagian iklan di Radio JPI maupun para pendengar radio JPI, khususnya yang

masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

E. Validitas Data

Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini, teknik pengembangan validitas data yang digunakan dalam

penelitian kualitatif ini adalah teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu

(Moeleong, 2000: 178).

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber

data dan metode. Triangulasi sumber data yaitu dengan menggunakan berbagai

sumber data untuk memperoleh data yang sama. Sumber data diperoleh dari

transkripsi grafemis rekaman iklan, pihak radio JPI, dan pendengarnya. Sementara

itu, teknik triangulasi metode yaitu dengan metode wawancara, mengkaji

transkripsi rekaman iklan dan jajak pendapat terhadap pendengar JPI.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, dan satuan uraian data, sehingga dapat ditemukan temanya.

Peneliti dalam menganalisis data menggunakan model analisis jalinan atau

mengalir (Flow Model of Analysis), yaitu saling terjalinnya tiga komponen utama

analisis yang dilakukan secara bersamaan dalam proses pengumpulan data

(Sutopo, 2002: 85).

Teknik ini meliputi pengumpulan data, reduksi data (memilih dan memilah

data sebagai usaha pemfokusan, penyaringan, dan penyelesaian), sajian data

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

45

(merakit data yang telah terklarifikasi), dan penarikan simpulan. Uraian tersebut

dapat diperjelas dengan gambar berikut.

Pengumpulan data

Reduksi data Penulisan laporan

Sajian data

Penarikan simpulan

Gambar 2. Analisis Data Flow Model of Analysis (Sutopo, 2002: 86)

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data yang berupa iklan

komersial yang disiarkan oleh Radio JPI pada periode Desember 2009-Januari

2010. Peneliti mengambil data iklan pada periode bulan Desember 2009 hingga

bulan Januari 2010 dengan tujuan agar sampel data dalam penelitian ini mampu

mewakili iklan-iklan yang disiarkan oleh radio JPI dalam kurun waktu tahun 2009

hingga tahun 2010. Hal ini didasarkan pada periode kontrak iklan yang sebagian

menggunakan sistem kontrak per tahun dan sebagian lagi sistem kontrak per tiga

bulan.

Keseluruhan data yang terkumpul berjumlah 26 data iklan. Semua data

iklan yang telah direkam dan ditranskripsikan terdiri dari 5 iklan komersial yang

berupa monolog dan 21 iklan komersial yang berupa dialog. Sebelum dianalisis,

data iklan terlebih dahulu diklasifikasikan atau digolong-golongkan. Berikut ini

data iklan komersial yang disiarkan oleh Radio JPI yang telah terklasifikasi.

Tabel 2. Data Pengklasifikasian Iklan Komersial yang Disiarkan oleh Radio JPI

Periode Desember 2009-Januari 2010

No. Jenis Iklan Nama Iklan Kode

Iklan

1. Iklan Produk Properti

(Pr)

Iklan Toko Colombus CLM

Iklan Toko Purnama Steel Kanopi

Kanopi

PSKK

Iklan Toko Meubel Jempol MJ

Iklan Toko Margo Murah Baru MMB

2. Iklan Produk

Makanan (Mk)

Iklan Kecap Sedaap (monolog dan

dialog)

KS

Iklan Teh Cap Nyapu Pekalongan TNP

Iklan Sirup Niki Sari (monolog) SNS

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

47

Iklan Ale-Ale ALE

3. Iklan Produk

Kosmetik (Ks)

Iklan New Give White GW

Iklan Hair Sense HS

4. Iklan Jasa (Js) Iklan Tabib Ibu Rizal TIR

Iklan Tabib dr. Nita, M. A. TN

Iklan BPR Trihasta Prasojo TP

Iklan BPR Weleri Makmur WM

Iklan PT. Sarana Insan Mandiri SIM

Iklan Altolud (monolog) ALT

5. Iklan Produk Obat

(Ob)

Iklan Bio Activa (monolog) BA

Iklan Hemaviton Jreng (monolog) HJ

Iklan Paramex PRX

6. Iklan Produk

Kebersihan (Kb)

Iklan Mama Lemon ML

Iklan Soklin Softergent SKS

7. Iklan Produk Pakaian

dan Asesoris (Pk)

Iklan Arco Baleno (versi 1 dan 2) AB

Iklan Optik Pranoto OP

8. Iklan Produk

Kendaraan (Kd)

Iklan Pusat Jaya Harpindo Jaya

Grup

PJ

Semua iklan yang telah terklasifikasi, yang memunculkan karakteristik

bahasa iklan, baik diksi, gaya bahasa, campur kode maupun alih kode diambil

sebagai data analisis. Dari keseluruhan wacana iklan yang disiarkan oleh Radio

JPI di atas, terdapat 13 wacana iklan yang bukan merupakan buatan Radio JPI,

yaitu iklan Kecap Sedaap (baik monolog maupun dialog), iklan Teh Cap Nyapu

Pekalongan, iklan Sirup Niki Sari, iklan Ale-Ale, iklan New Give White, iklan

Altolud, iklan Bio Activa, iklan Hemaviton Jreng, iklan Paramex, iklan Arco

Baleno (versi 2), iklan Mama Lemon, dan iklan Soklin Softergent. Untuk 13

wacana iklan lainnya merupakan hasil produksi Radio JPI sendiri yang meliputi

proses pembuatan naskah iklan, pemeran iklan, sound effect atau efek suara yang

dimasukkan, dan proses pemroduksiannya.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

48

Iklan-iklan buatan Radio JPI tersebut lebih banyak termasuk dalam iklan

lokal, yakni iklan produk jasa dan properti yang meliputi iklan Toko Colombus,

iklan Purnama Steel Kanopi Kanopi, iklan Meubel Jempol, iklan Margo Murah

Baru, iklan Hair Sense, iklan Tabib Ibu Rizal, iklan Tabib dr. Nita M. A., iklan

BPR Trihasta Prasojo, iklan BPR Weleri Makmur, iklan PT Sarana Insan Mandiri,

iklan Arco Baleno (versi 1), iklan Optik Pranoto, dan iklan Pusat Jaya Harpindo

Jaya Grup.

Beberapa data iklan yang terkumpul merupakan iklan dengan satu merk

yang disiarkan dalam dua jenis versi, sedangkan yang lainnya merupakan iklan

dengan satu merk yang disiarkan dalam satu versi saja. Hal ini didasarkan pada

jam siaran sebuah radio yang tinggi, yang memungkinkan pemutaran sebuah iklan

radio atau sering juga disebut dengan spot iklan, memiliki frekuensi pemutaran

yang cukup tinggi. Dengan adanya upaya pembedaan versi iklan dalam satu merk

produk, diharapkan dapat menghindari kejenuhan dan kebosanan pendengar atau

khalayak sasaran iklan, seperti dalam iklan Toko Arco Baleno.

B. Analisis Data

1. Karakteristik Diksi

Diksi merupakan pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan.

Penganalisisan karakteristik diksi pada iklan komersial di radio dilakukan

berdasarkan klasifikasi jenis iklan yang telah disebutkan sebelumnya. Analisis

karakteristik diksi terhadap data iklan komersial dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Iklan Produk Properti

Iklan produk properti merupakan iklan yang menawarkan produk-produk

atau barang-barang properti, seperti meja, kursi, dan almari. Iklan-iklan, yang

disiarkan Radio JPI, yang termasuk dalam iklan produk properti meliputi iklan

Toko Colombus, iklan iklan Purnama Steel Kanopi Kanopi, iklan Meubel Jempol,

dan iklan Margo Murah Baru. Dari beberapa iklan produk properti tersebut

muncul karakteristik diksi yang terdiri dari pemakaian idiom, pemakaian kata-kata

asing, pemakaian kata-kata gaul, pemakaian kata bersinonim, dan pemakaian kata

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

49

bermakna konotasi. Berikut ini penjelasan masing-masing karakteristik diksi

keempat iklan di atas.

1) Pemakaian Idiom atau Ungkapan

Idiom atau ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru

yang tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Data di bawah ini

merupakan data yang menunjukkan adanya pemakaian idiom atau ungkapan

dalam iklan produk properti.

Kulo nuwun… (Pr/ CLM/ 1)

Kata kulo nuwun di atas muncul dalam iklan produk properti dengan

berlatarkebahasaan yang sama antara pemeran-pemeran iklan, yakni bahasa

Jawa. Iklan ini, secara garis besar, menceritakan tentang si A (salah satu

pemeran iklan) yang berkomentar mengenai perabotan rumah si B (pemeran

iklan yang lain), lalu si A menawarkan alternatif solusi yang disetujui oleh si

B. Penyajian iklan tersebut disertai dengan efek-efek suara seperti suara pintu

diketuk kemudian dibuka, suara orang berjalan, dan beberapa efek suara

lainnya yang mendukung cerita.

Pemakaian idiom atau ungkapan ditunjukkan dengan gabungan antara

kata kulo dan nuwun yang membentuk kata kulo nuwun. Kedua kata tersebut

merupakan kata-kata hasil pungutan dari bahasa Jawa. Kata kulo memiliki

padanan arti dengan kata saya dalam bahasa Indonesia, sedangkan kata

nuwun memiliki arti terima kasih. Namun, gabungan kedua kata di atas

bukan merupakan kata yang dimaksudkan untuk menyatakan rasa terima

kasih seseorang, melainkan bermaksud minta izin atau permisi saat bertamu

di rumah orang lain.

Pemakaian idiom kulo nuwun pada pembukaan dialog data iklan

produk properti di atas, menurut informan, dimaksudkan untuk membentuk

setting atau latar cerita yang kejawaan. Iklan yang disiarkan radio dengan

sasaran pendengar masyarakat berdomisili Jawa, dirasa lebih cocok bila

pemakaian ungkapan yang dimasukkan dalam dialog menggunakan bahasa

daerah, yakni bahasa Jawa.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

50

Soko ndhek mbiyen sampe sak iki sing jenenge Toko Meubel Jempol di semua cabang lan kota ora pernah dodolan secara door to door. (Pr/ MJ/ 2) Ungkapan yang diambil dari bahasa Inggris di atas memiliki padanan

makna, dalam bahasa Indonesia, dengan dari rumah ke rumah atau menjual

produknya langsung dengan mendatangi calon pembeli di rumahnya.

Ungkapan tersebut dimunculkan dalam iklan Toko Meubel Jempol yang

menceritakan tentang keinginan salah satu pemeran iklan yang akan membeli

tempat tidur baru karena mendapat arisan. Iklan tersebut disajikan dalam

bentuk dialog dengan 2 pemeran iklan yang berlatar cerita kekeluargaan,

sehingga dialog-dialog yang muncul seringkali menggunakan bahasa Jawa.

Meskipun demikian, pemakaian kosakata bahasa asing seperti bahasa Inggris

juga dipakai guna menyampaikan maksud ujaran yang lebih tepat oleh

pengiklan. Pemakaian idiom bahasa asing di atas dirasa lebih sesuai dipakai

dalam pengiklanan produk properti karena ungkapan tersebut menyampaikan

cara pemasaran dalam suatu sistem jual beli. Selain itu, pemakaian idiom

tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kesan modern dan agar menarik

pendengar iklan.

2) Pemakaian Kata-kata Asing

Pemakaian kata asing dalam iklan produk properti juga sering

dimunculkan. Kata cash, showroom, sales, dan spring bed pada beberapa

data di bawah ini memiliki frekuensi kemunculan yang lebih sering

dibanding dengan kata tunai, tempat memamerkan produk yang dijual,

penjual, dan tempat tidur yang dilengkapi dengan per.

Cash atau kredit. (Pr/ CLM/ 3) Makanya, segera kunjungi showroom Colombus Jalan Lawu No. 31 Karanganyar telp. 7006760 atau Jalan Honggowongso No. 97 Pasar Kembang Solo telp. 719837, tepatnya utara Pasar Kembang. (Pr/ CLM/ 4) Sales kami akan datang untuk isi aplikasi yang Anda inginkan. (Pr/ CLM/ 5) Hah, spring bed?! (Pr/ MMB/ 6)

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

51

Data di atas merupakan data yang diambil dari data bahasa iklan Toko

Colombus dan Toko Margo Murah Baru yang keduanya termasuk dalam

jenis iklan produk properti. Kedua data iklan di atas, secara garis besar,

menggunakan cara penyajian yang hampir sama. Efek-efek suara seperti

suara orang berjalan, suara orang tertawa, dan suara-suara lainnya yang

mengesankan kelucuan dan humor. Iklan-iklan tersebut berlatar kekeluargaan

dan berlatar kebahasaan yang sama, yaitu bahasa Jawa. Meski demikian,

pemakaian bahasa Indonesia dan bahasa Inggris juga ditampilkan, yakni pada

penyampaian informasi-informasi penting iklan. Kata-kata yang diambil dari

bahasa asing dalam iklan properti di atas dirasa mampu memunculkan kesan

modern, terbaru, dan kualitas yang baik atas produk yang diiklankan. Selain

itu, menurut informan, kata-kata tersebut lebih menarik perhatian pendengar

iklan.

3) Pemakaian Kata-kata Gaul

Kata-kata gaul adalah kosakata pertemanan atau kosakata pergaulan

yang bersifat nonformal dan sangat berbeda dengan kosakata dari bahasa

induknya. Data di bawah ini menunjukkan adanya pemakaian kata-kata gaul

yang muncul pada iklan produk properti.

Nggak usah bawa uang, tinggal pilih barangnya, langsung bawa pulang. (Pr/ CLM/ 7) Kredit aja, Bu. Kan ada Colombus. (Pr/ CLM/ 8) Pokoknya, semuanya dech yang berhubungan dengan stainless steel. (Pr/ PSKK/11) Tadi itu ada orang yang ke sini nawarin. (Pr/ MJ/ 12) Yang nyicil 6 kali murni tanpa bunga. (Pr/ MMB/ 13) Makasih ya, Pak. Adik dibeliin meja belajar. (Pr/ MMB/ 14) Kalo meja belajar ini beli, Dik. (Pr/ MMB/ 15) Penggunaan kata nggak dimaksudkan untuk mengganti kata tidak,

sedangkan kata kalo berasal dari kata kalau yang mengalami perubahan

fonem /au/ menjadi /o/. Kedua kata tersebut merupakan kata bentukan hasil

pengaruh dari dialek Jakarta. Kata saja mengalami penghilangan fonem /s/,

sehingga terbentuk kata aja seperti pada data di atas. Partikel kan dan dech,

yang merupakan partikel dialek Jakarta, digunakan untuk menyatakan suatu

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

52

sebab yang pasti (pernyataan). Pemakaian kata-kata gaul berupa perubahan

fonem, penghilangan fonem, penyingkatan kata, dan pemakaian partikel-

partikel dialek Jakarta dimaksudkan untuk kemudahan dalam pengucapan

tuturan iklan. Kata-kata tersebut di atas terasa lebih akrab di telinga

pendengar.

Kata yang seharusnya berbunyi terima kasih berubah menjadi

makasih tanpa mengubah arti dimaksudkan agar tuturan lebih komunikatif

dan luwes. Pemakaian kata nawarin, nyicil, dan dibeliin merupakan kata-kata

gaul yang terpengaruh dialek Jakarta. Kata-kata tersebut berbunyi

menawarkan, menyicil, dan dibelikan dalam pemakaian bahasa Indonesia

yang benar. Kata-kata gaul seperti pada data di atas, sengaja pengiklan

gunakan untuk membentuk suatu tuturan bahasa iklan produk properti yang

santai, fleksibel, dan terkesan metropolitan.

4) Pemakaian Kata Bersinonim

Sinonim adalah persamaan makna kata. Dalam iklan produk properti

muncul karakteristik kata bersinonim sebagai berikut.

I…ih, kuno banget lho, Bu. (Pr/ CLM/ 16) Segala perabotan modern ada. (Pr/ CLM/ 17) Sales kami akan datang untuk isi aplikasi yang Anda inginkan. (Pr/ CLM/ 19) Spesial kanopi harga dijamin termurah dengan mutu terbaik dan ada garansinya lho. (Pr/ PSKK/ 20) Lha trus kapan rumah kita direnovasi? (Pr/ PSKK/ 21) Ada juga spesial diskon lho, 50 persen. (Pr/ MMB/ 22) Kata kuno memiliki padanan kata atau bersinonim dengan kata

tradisional, konvensional, dan lama (dari jaman dahulu). Kata tersebut

digunakan karena dianggap lebih sesuai dengan konteks tuturan dalam

menawarkan produk properti. Sama halnya dengan kata modern pada data

nomor 16 di atas, kata modern bersinonim dengan kata mutakhir, terbaru,

dan canggih. Namun, kata modern lah yang diambil untuk melengkapi

tuturan di atas. Selain itu, kata aplikasi, yang bersinonim dengan kata

formulir, lamaran, pendaftaran, dan permohonan, dirasa lebih profesional

dibanding dengan padanan kata yang telah disebutkan sebelumnya.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

53

Sementara itu, kata garansi bersinonim dengan kata jaminan dan

tanggungan; kata renovasi bersinonim dengan kata pembaharuan,

peremajaan, dan penyempurnaan; sedangkan kata diskon bersinonim dengan

kata potongan harga. Pemakaian kata garansi, renovasi, dan diskon dalam

iklan produk properti dirasa lebih tepat dan pas dibanding kata-kata yang

lain. Hal ini didasarkan pada jenis iklan yang menawarkan barang-barang

yang berhubungan dengan rumah dan bangunan, sehingga kata-kata tersebut

mampu mewakili jenis produk yang diiklankan.

5) Pemakaian Kata Bermakna Konotasi

Kata yang bermakna konotasi yakni kata yang memiliki makna kias

atau tidak sebenarnya. Dalam iklan produk properti muncul satu data yang

menunjukkan kata bermakna konotasi, yaitu pemakaian kata bunga pada data

di bawah ini.

Yang nyicilnya setahun bunganya cuma 0,9 persen. (Pr/ MMB/ 23)

Kata bunga dalam arti yang sebenarnya berarti bagian tumbuhan yang

akan menjadi buah, biasanya elok warnanya dan harum baunya. Namun, pada

data di atas kata bunga memiliki makna kias, yakni imbalan jasa untuk

penggunaan uang atau modal yang dibayar pada waktu tertentu berdasarkan

ketentuan atau kesepakatan, umumnya dinyatakan dalam persentase. Kata

tersebut dipilih pengiklan dalam tuturan iklannya, mengingat sistem jual beli

produk yang diiklankan berupa sistem kredit dengan penawaran yang spesial.

b. Iklan Produk Makanan

Iklan produk makanan merupakan iklan yang menawarkan produk atau

barang-barang berupa makanan, baik makanan yang langsung konsumsi maupun

makanan yang semi konsumsi. Iklan-iklan yang disiarkan oleh Radio JPI yang

termasuk dalam iklan produk makanan meliputi iklan Kecap Sedaap (monolog

dan dialog), iklan Teh Cap Nyapu Pekalongan, iklan Sirup Niki Sari, dan iklan

Ale-Ale. Dari beberapa iklan produk makanan tersebut muncul karakteristik diksi

yang meliputi pemakaian kata-kata gaul, pemakaian kata khusus, pemakaian kata-

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

54

kata daerah, pemakaian unsur pengingat, dan pemakaian kata bersinonim. Berikut

ini penjelasan masing-masing karakteristik diksi iklan tersebut.

1) Pemakaian Kata-kata Gaul

Pemakaian kata-kata gaul yang muncul pada iklan produk makanan

ditunjukkan oleh data di bawah ini. Pemakaian kata nggak, dibikinin,

tungguin, ngliat, ngomongin, dan pake merupakan wujud kata-kata gaul

pengaruh dialek Jakarta; sedangkan partikel dong dan sich merupakan

partikel atau unsur pelengkap yang digunakan untuk mengukuhkan dan

melengkapi kalimat bentukannya.

Dibikinin teh tiap hari kok nggak pernah puas. (Mk/ TNP/ 24) Itu sich kita juga tahu. (Mk/ ALE/ 29) Andi, tungguin dong. (Mk/ KS/ 31) Seneng ya ngliat anak-anak ceria. (Mk/ KS/ 32) Karena makan pake Kecap Sedaap. (Mk/ KS/ 34) Lagi ngomongin Kecap Sedaap ya? (Mk/ KS/ 36) Kata nggak sama maknanya dengan kata tidak. Kata dibikinin,

tungguin, ngliat, ngomongin, dan pake dalam penggunaan bahasa Indonesia

yang sesuai dengan kaidah secara berturut-turut berbentuk dibuatkan, tunggu,

melihat, membicarakan, dan pakai. Pada kata pake terjadi penggantian

diftong /ai/ menjadi monoftong /e/. Kata-kata tersebut terpengaruh oleh

dialek Jakarta.

Pemakaian kata-kata gaul di atas dalam iklan produk makanan

dimaksudkan agar lebih mudah dalam pengucapannya, tidak kaku, dan

mudah dimengerti pendengar iklan. Kata-kata di atas sudah biasa dan akrab

di telinga pendengar, kata-kata itu sudah populer, dan kata-kata tersebut

bukan merupakan sesuatu yang asing dalam komunikasi untuk menimbulkan

suasana santai dan akrab.

Kata-kata tersebut digunakan dalam tuturan bahasa iklan di radio,

sehingga penggunaannya sangat berpengaruh terhadap ketertarikan

pendengar terhadap iklan. Pembentukan kata-kata baru tersebut tetap tidak

meninggalkan aspek kemudahan pendengar dalam memahami maknanya.

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

55

Selain itu, aspek kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan juga

menjadi prioritas pengiklan dalam menyampaikan iklan-iklannya.

Pemakaian partikel dialek Jakarta yang ditunjukkan dengan

munculnya kata-kata dong dan sich pada kedua data di atas, berfungsi

sebagai pembentuk atau penambah kesan metropolitan dan gaul. Jika

partikel-partikel tersebut dihilangkan, maka tidak mengubah maksud atau inti

pesan ujaran di atas. Hal ini disebabkan fungsi partikel itu sendiri hanya

sebagai penambah. Penggunaan partikel-partikel di atas dikarenakan

keinginan atau kebutuhan pengiklan, khususnya iklan di radio. Para

pengiklan mempunyai tujuan utama yakni ketertarikan pendengar terhadap

iklan yang disiarkan oleh radio, sehingga memunculkan hasrat pendengar

untuk sekedar tahu produk yang ditawarkan.

2) Pemakaian Kata Khusus

Kata khusus adalah kata yang cangkupan maknanya lebih sempit.

Dalam iklan produk makanan muncul pemakaian kata khusus sedap. Kata

sedap pada awal kalimat dengan kata sedap pada akhir kalimat data di bawah

ini, memiliki makna yang berbeda.

Pakai Kecap Sedaap pasti lebih sedap. (Mk/ KS/ 39)

Kata sedap yang berada di awal kalimat, tepatnya setelah kata kecap

di atas, memiliki makna yang lebih sempit dibanding kata sedap yang berada

di akhir kalimat. Kata sedap di akhir kalimat mengacu pada makanan,

sedangkan kata sedap di awal kalimat mengacu pada merk atau nama dagang

produk yang diiklankan. Pemilihan kata sedap yang dipakai pada kalimat

tuturan iklan produk makanan dimaksudkan oleh pengiklan untuk

menyangatkan arti dan menciptakan satu pemahaman pesan kepada

pendengar iklan bahwa produk yang diiklankan sesedap namanya. Selain itu,

pemakaian kata sedap dirasa mampu memunculkan rasa penasaran oleh

pendengar iklan untuk mencoba produk tersebut.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

56

3) Pemakaian Kata-kata Daerah

Kata-kata daerah yang muncul pada iklan produk makanan di bawah ii

antara lain : kata rame, hush, nyes, dan kata panggilan mbak dan jeng. Semua

kata tersebut dipungut dari kosakata bahasa Jawa.

Denger-denger, kok rame terus sama suami. (Mk/ TNP/ 40) Hush, bukan itu maksudku. (Mk/ TNP/ 41) Coba dech, pasti nyes. (Mk/ TNP/ 42) Iya, Mbak. (Mk/ KS/ 43) Hei, Jeng?! (Mk/ KS/ 44) Kata rame berawal dari kata ramai yang mengalami perubahan

diftong /ai/ menjadi monoftong /e/. Pemakaian kata panggilan terhadap

seseorang yang berupa Mbak dan Jeng dimaksudkan untuk menciptakan

suasana tuturan yang kejawaan, komunikatif, dan akrab di telinga pendengar.

Sama halnya dengan pemakaian kata hush dan nyes di atas. Kedua

kata tersebut tidak memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia, sehingga

pengiklan tetap menggunakan kata tersebut karena dirasa cukup mampu dan

tepat mengungkapkan maksud yang diinginkan dalam iklan tersebut. Dalam

iklan jenis produk makanan ini, menurut informan, penggunaan kata nyes

sangat tepat untuk mengungkapkan rasa mantap dan kelezatan produk teh

yang diiklankan.

4) Penggunaan Unsur Pengingat

Unsur pengingat atau catcher merupakan salah satu unsur atau bagian

dalam tuturan iklan sebagai pengingat atau ciri khas sebuah iklan, agar

mudah diingat oleh pendengar atau sasaran iklan. Dalam iklan produk

makanan muncul unsur-unsur pengingat untuk iklan Kecap Sedaap dan Sirup

Niki Sari.

Yang hitam, gurih, kental itu lho. (Mk/ KS/ 45) Sirup Niki Sari sesegar buah asli. (Mk/ SNS/ 46) Unsur pengingat atau catcher dalam suatu iklan biasanya sering

diulang pengucapannya, agar pendengar atau sasaran iklan cepat

menghafalnya. Tuturan kalimat pada data pertama di atas merupakan unsur

pengingat iklan produk makanan Kecap Sedaap, sedangkan tuturan kalimat

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

57

pada data kedua merupakan unsur pengingat iklan produk makanan Sirup

Niki Sari. Selain pengucapan unsur pengingat yang diulang-ulang, tuturan

tersebut menjadi ciri khas produk yang diiklankan. Jadi, setiap muncul

tuturan yang menjadi catcher, masyarakat langsung tahu dan paham maksud

atau pun merek dagang suatu produk tersebut.

5) Pemakaian Kata Bersinonim

Kata-kata bersinonim juga muncul melengkapi karakteristik iklan

produk makanan. Kata bersionim adalah kata yang memiliki persamaan

makna dengan kata lain. Pemakaian kata bersinonim ditunjukkan oleh data

berikut ini.

Teh Cap Nyapu Pekalongan harum, kental, dan nikmat. (Mk/ TNP/ 47) Anak-anak ceria banget memulai hari mereka. (Mk/ KS/ 48) Ayo ceriakan suasana yang ada dengan kesegaran alami. (Mk/ SNS/ 51) Kata harum dan nikmat pada data di atas merupakan kata-kata yang

dimasukkan dalam diksi iklan teh. Kata harum bersinonim dengan kata

wangi, sedangkan kata nikmat bersinonim dengan kata enak dan lezat.

Namun, dalam penggunaannya kata harum dan nikmat lebih dipilih dan

dirasa lebih tepat untuk mewakili atau menggambarkan rasa dan bau dari

produk teh tersebut dibanding persamaan dari kata-kata tadi.

Untuk kata alami pada data di atas digunakan untuk mengiklankan

produk sirup. Kata alami lebih dipilih oleh pengiklan untuk menyampaikan

maksud bahwa sirup atau produk yang diiklankan terbuat dari buah atau

bahan asli dari alam, tanpa pemanis buatan, tanpa pewarna sintetis, dan tanpa

pengawet. Sementara itu, kata ceria pada data yang terakhir bersinonim

dengan kata senang dan bahagia. Namun, kata ceria lebih dipilih pengiklan

untuk menyampaikan atau menggambarkan perasaan, mimik muka, dan

tingkah laku yang berseri-seri penuh semangat setelah makan dengan Kecap

Sedaap.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

58

c. Iklan Produk Kosmetik

Iklan produk kosmetik merupakan iklan yang menawarkan produk atau

barang-barang yang berupa alat kosmetik atau kecantikan. Yang termasuk dalam

kategori ini hanya ada dua, yaitu iklan New Give White dan iklan Hair Sense.

Dalam iklan produk kosmetik, karaktristik diksi yang muncul meliputi pemakaian

kata khusus, pemakaian kata bersinonim, pemakaian kata-kata asing, dan

pemakaian kata-kata gaul. Berikut ini penjelasan masing-masing karakteristik

diksi iklan tersebut.

1) Pemakaian Kata Khusus

Rumus 2x3 kulit putih, cerah alami. (Ks/ GW/ 52)

Data di atas adalah data yang diambil dari iklan sabun mandi yang

diperankan oleh dua pemeran iklan. Iklan tersebut berlatar tempat di sebuah

ruang kelas dengan disertai efek-efek suara yang mendukung cerita.

Pemakaian kata putih pada data di atas bukan berarti putih dalam cakupan

makna warna putih pada umumnya, melainkan putih dalam konteks tuturan

yang disampaikan, yaitu warna kulit yang putih. Tuturan di atas

mendeskripsikan manfaat yang akan diperoleh konsumen jika memakai

produk yang diiklankan, yakni memiliki kulit yang putih, bersih, tidak pucat,

dan cerah alami. Pemakaian kata cerah dan alami pada tuturan di atas

digunakan sebagai penjelas dari kata putih yang ada di depannya, agar

konsumen memiliki pemahaman pesan yang utuh dan sesuai dengan

keinginan pengiklan.

2) Pemakaian Kata-kata Bersinonim

Cermin, siapakah wanita tercantik di dunia ini? (Ks/ HS/ 53)

Tuturan di atas ada pada iklan Hair Sense, yang termasuk dalam jenis

iklan produk kecantikan. Pemilihan kata dalam iklan tersebut disesuaikan

dengan sasaran produk iklannya, yaitu masyarakat usia dewasa yang merasa

mempunyai rambut yang beruban. Oleh karena itu, kata wanita lebih dipilih

daripada kata perempuan. Kata wanita memiliki arti perempuan dewasa dan

penggunaannya lebih pada bidang keprofesian, keorganisasian atau

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

59

perkumpulan, sedangkan kata perempuan memiliki arti orang (manusia) yang

memiliki kelamin perempuan atau lawan jenis dari laki-laki.

Sama halnya dengan pemakaian kata cantik. Kata cantik bersinonim

dengan kata ayu, elok, dan molek. Namun, kata cantik dipilih dalam tuturan

bahasa iklan produk kosmetik di atas karena dirasa lebih sesuai dengan

konteks maksud produk iklan tersebut, yakni wanita cantik secara

keseluruhan, tidak hanya wajah atau bentuk badan saja.

Hair Sense mengandung protein sutra menutup uban dengan sempurna. (Ks/ HS/ 54) Kata sempurna memiliki persamaan makna dengan kata sangat baik,

utuh, dan lengkap. Pada tuturan data di atas, kata sempurna dipilih pengiklan

dengan alasan karena kata tersebut lebih tepat digunakan dan sesuai dengan

maksud iklan dalam menggambarkan keunggulan produk yang diiklankan

dibanding kata-kata yang lain, yang semakna dengan kata sempurna. Selain

itu, kata sempurna dipakai pengiklan dalam iklan produk kecantikan karena

dirasa kata tersebut lebih intens pendeskripsian maknanya dibanding kata-

kata yang lain.

3) Pemakaian Kata-kata Asing

Data di bawah ini terdiri dari data iklan sabun mandi Give White dan

iklan pewarna rambut Hair Sense. Keduaya termasuk dalam jenis iklan

kecantikan. Iklan Give White dibuat berlatar suasana kelas yang sedikit agak

gaduh karena terdapat salah satu siswi yang selalu menyela penjelasan sang

guru, sedangkan iklan Hair Sense dibuat berlatar cerita kerajaan yang

memiliki putri cantik tetapi beruban.

Moisterwhite-nya melembapkan plus bikin kulit kita putih tapi nggak kering. (Ks/ GW/ 55) Hair Sense mengandung protein sutra berfungsi sebagai conditioner khusus yang menjaga rambut tetap sehat, jadi tidak rusak dan menutup uban dengan sempurna. (Ks/ HS/ 56) Pemakaian kata-kata asing dalam iklan produk kecantikan ditunjukkan

dengan pemakaian kata moisterwhite, plus, dan conditioner. Dalam bahasa

Indonesia kata-kata tersebut, secara berurutan, memiliki arti pelembap yang

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

60

memutihkan, tambah, dan pengkondisi atau sesuatu yang digunakan untuk

merawat. Kata-kata asing di atas, sengaja dipilih untuk dimasukkan dalam

tuturan bahasa iklan produk kecantikan oleh pengiklan dengan maksud kata-

kata tersebut memiliki ketepatan makna atau arti yang sesuai dengan maksud

pengiklan. Dengan kata lain, penggantian kata-kata tersebut dengan kosakata

bahasa Indonesia, akan mengubah makna dan maksud secara keseluruhan

dari pesan iklan. Selain itu, pemakaian kata asing dalam tuturan bahasa iklan

produk kecantikan akan menambah daya tarik dan rasa ingin tahu konsumen

terhadap produk tersebut.

4) Pemakaian Kata-kata Gaul

Pemakaian kata-kata gaul dalam iklan produk kosmetik terdiri dari

pemakaian kata dialek Jakarta, penyingkatan kata, pemakaian partikel dialek

Jakarta, dan penghilangan fonem. Data di bawah ini merupakan data yang

menunjukkan pemakaian kata-kata gaul dari kedua jenis iklan produk

kosmetik.

Give White baru dengan ekstrak pepaya atau bengkoang dan vitamin A, B, C, E-nya bikin kulit kita sehat dan cerah alami. (Ks/ GW/ 57) Eit, entar dulu. (Ks/ GW/ 58) Apaan tu, Pak? (Ks/ GW/ 59) Bagaimana dong. (Ks/ HS/ 61) Sudah kucoba macam-macam pewarna rambut, tapi ubanku tetep aja nongol. (Ks/ HS/ 62) Berkat Hair Sense sekarang rambutku indah, sehat, lembut, bercahaya, dan ubanku nggak ada lagi. (Ks/ HS/ 63) Kata bikin, apaan, nggak, tetep, dan nongol memiliki padanan arti

dengan kata buat, apa, tidak, tetap, dan terlihat dalam bahasa Indonesia.

Kata-kata tersebut merupakan kata bentukan akibat pengaruh dialek Jakarta.

Penyingkatan kata sebentar menjadi entar dan penghilangan fonem /i/ pada

kata itu dan fonem /s/ pada kata saja, serta pemakaian partikel dong di atas

berfungsi sebagai pembentuk tuturan bahasa yang metropolitan dan gaul.

Penanggalan vokal di awal kata dimaksudkan untuk mempermudah

pengucapan kata dan tuturan terdengar tidak kaku. Partikel dong dimasukkan

dalam tuturan bahasa iklan, dalam hal ini bahasa iklan di radio, berfungsi

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

61

sebagai penambah kesan atau suasana tuturan menjadi lebih gaul, terdengar

renyah, dan metropolis.

Pemakaian kata-kata gaul sengaja digunakan dalam tuturan bahasa

iklan produk kecantikan karena disesuaikan dengan sasaran pemasaran

produk yang diiklankan, yaitu masyarakat usia dewasa dan remaja. Oleh

karena itu, kosakata bahasa gaul akan sangat membantu ketersampaian pesan

iklan kepada khalayak sasaran iklan. Selain itu, pemakaian kata-kata gaul

bertujuan untuk pemvariasian kosakata bahasa iklan, menciptakan suasana

bahasa iklan yang variatif, komunikatif, dan menarik.

d. Iklan Jasa

Iklan jasa merupakan iklan yang menawarkan jasa atau suatu pelayanan.

Yang termasuk dalam kategori ini ada enam, antara lain iklan Tabib Ibu Rizal,

iklan Tabib dr. Nita, M. A., iklan BPR Trihasta Prasojo, iklan BPR Weleri

Makmur, iklan PT Sarana Insan Mandiri, dan iklan Altolud. Dalam iklan jasa,

karakteristik diksi yang muncul meliputi pemakaian idiom atau ungkapan,

pemakaian kata khusus, pemakaian kata bermakna konotasi, pemakaian kata-kata

asing, dan pemakaian kata-kata gaul. Berikut ini penjelasan masing-masing

karakteristik diksi iklan tersebut.

1) Pemakaian Idiom atau Ungkapan

Data di bawah ini adalah data iklan BPR Weleri Makmur yang

diperankan oleh dua orang pemeran iklan. Iklan tersebut berlatar suasana

pagi yang menggambarkan salah satu pemeran iklan yang menyapa pemeran

iklan lainnya saat akan mengantarkan anaknya mendaftar kuliah. Kedua

pemeran iklan diceritakan memiliki latar kebahasaan yang sama, yakni

bahasa Jawa.

Padahal anak saya juga pingin kuliah, tapi saya ini nggak gableg duit, blas. (Js/ WM/ 64) Kata-kata yang dicetak miring diatas merupakan idiom atau ungkapan

yang digunakan dalam tuturan bahasa iklan jasa, yaitu iklan BPR Weleri

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

62

Makmur. Idiom di atas merupakan idiom dari bahasa Jawa yang kurang lebih

bermakna kemudahan dan kelancaran dalam menghasilkan uang.

Idiom atau ungkapan di atas sengaja digunakan dalam tuturan bahasa

iklan jasa dengan alasan karena ungkapan tersebut mampu mendukung

maksud dan alur cerita iklan yang disusun pengiklan. Iklan BPR Weleri

Makmur merupakan iklan jenis iklan jasa yang menawarkan jasa peminjaman

uang. Oleh karena itu, pemakaian idiom atau ungkapan yang maknanya

berkaitan dengan urusan pinjam meminjam uang dirasa perlu dimasukkan

dalam dialog tuturan iklan jasa di atas.

2) Pemakaian Kata Khusus

Dengan metode refleksi Dokter Nita, M. A. (Js/ TN/ 65) Dengan metode ala Rosul, bekam, dan kombinasi terapi modern mengeluarkan virus, darah kotor langsung ke sumber penyakit dalam tubuh. (Js/ TIR/ 66) Kata metode sering digunakan dalam tuturan bahasa iklan jasa,

terutama jasa pengobatan. Kata metode memiliki arti cara teratur yang

digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan

yang dikehendaki. Pemakaian kata khusus, yaitu kata metode, pada kedua

data di atas dirasa lebih tepat dan pas jika digunakan dalam iklan jasa. Kata

tersebut dipakai untuk mengungkapkan atau mengenalkan cara-cara

pengobatan yang ditawarkan kepada sasaran iklan atau konsumen.

3) Pemakaian Kata-kata Asing

Menjadi retailer pulsa HP adalah jalan paling cepat dan nyaman untuk

hidup lebih nyaman dan jadi kaya. (Js/ ALT/ 67)

Pemakaian kata asing, yaitu retailer, pada data di atas berarti penjual

eceran. Kata tersebut digunakan dalam tuturan bahasa iklan jasa, khususnya

jasa penjualan. Pemakaian kata retailer pada tuturan bahasa iklan jasa

dimaksudkan untuk menarik perhatian dan rasa ingin tahu pendengar iklan.

Selain itu, pemakaian kata tersebut, oleh pengiklan, dirasa cocok dan mampu

untuk meningkatkan prestise calon retailer, serta terdengar lebih keren.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

63

4) Pemakaian Kata-kata Gaul

Belum nyoba ke Tabib Ibu Rizal to, Bu? (Js/ TIR/ 68) Nggak usah operasi bisa sembuh. (Js/ TIR/ 69) Ada juga nich kredit bidikan, kredit modal kerja, kredit konsumtif untuk barang-barang kebutuhan harian, dan ada juga kredit hajatan yang bebas bunga. (Js/ TP/ 72) Masih dong, Buk. (Js/ TP/ 73) Bisa nguliahin anak sampai perguruan tinggi. (Js/ WM/ 75) Wah, kalo gitu saya juga mau kredit pendidikan di BPR Weleri Makmur. (Js/ WM/ 79) Kata-kata gaul juga digunakan dalam tuturan dialog iklan jasa.

Hampir di setiap iklan yang menawarkan layanan jasa, baik jasa pengobatan,

jasa simpan pinjam, maupun jasa penjualan semuanya menyisipkan kata-kata

gaul. Pemakaian kata-kata dan partikel yang dicetak miring pada data di atas

menunjukkan adanya pemakaian kata-kata dan partikel dari bahasa gaul yang

terpengaruh oleh dialek Jakarta. Kata-kata tersebut sudah sering digunakan

dalam percakapan sehari-hari, sehingga pengiklan memilih kata-kata tersebut

dalam dialog tuturan iklan jasanya dengan alasan untuk menciptakan kesan

akrab, mudah dimengerti, dan komunikatif.

5) Pemakaian Kata-kata atau Istilah Bahasa Jawa

Sakit nich, senut…senut… (Js/ TIR/ 80)

Kata senut senut merupakan kata dari bahasa Jawa. Kata tersebut tidak

memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Pemakaian kata senut senut

dalam tuturan bahasa iklan jasa, khususnya jasa pengobatan, dimaksudkan

untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan rasa sakit yang sedang diderita.

Pengiklan merasa tepat memasukkan kata tersebut karena kata tersebut juga

mampu memberikan pemahaman kepada konsumen bahwa rasa sakit yang

mungkin dirasa pendengar iklan tersebut sama dengan yang diiklankan. Oleh

karena itu, pendengar iklan bisa mendatangi tempat pengobatan yang

diiklankan pengiklan tersebut guna menyembuhkan penyakitnya.

6) Pemakaian Kata-kata atau Istilah Bidang Tertentu

Ada juga deposito dengan suku bunga bersaing yang dijamin LPS atau pemerintah sampai dengan dua milyar. (Js/ TP/ 81) Mas Suryo, pendidikan itu investasi masa depan. (Js/ WM/ 82)

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

64

Kredit di BPR Weleri Makmur angsurannya jelas lebih ringan. (Js/ WM/ 83) Mau jadi TKI ya lewat PT. Sarana Insan Mandiri saja. (Js/ SIM/ 84) Cukup dengan modal awal lima puluh ribu. (Js/ ALT/ 85) Pemakaian kata-kata atau istilah tertentu yang dipakai dalam iklan

jasa di antaranya deposito, suku bunga, investasi, kredit, angsuran, modal,

dan TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Kata-kata atau istilah tersebut merupakan

kata-kata atau istilah bidang jasa simpan pinjam uang dan jasa penyaluran

tenaga kerja. Frekuensi kemunculan kata-kata tersebut dalam iklan jasa

simpan pinjam dan jasa penyaluran tenaga kerja bisa dikatakan cukup sering.

Hal ini dikarenakan, kata-kata atau istilah di atas sangat tepat

penggunaannya, sesuai dengan bidangnya, dan mampu mewakili maksud

pesan yang diinginkan pengiklan. Meskipun kata-kata atau istilah di atas

memiliki padanan kata yang hampir sama dengan kata tersebut, namun

pengiklan lebih condong menggunakan kata-kata di atas karena ketepatan arti

dan kesesuaian bidangnya.

e. Iklan Produk Obat

Iklan produk obat adalah iklan yang menawarkan barang-barang atau

produk berupa obat. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori ini ada tiga, yang

terdiri dari iklan Bio Activa, iklan Hemaviton Jreng, dan iklan Paramex. Dalam

iklan produk obat, karakteristik diksi yang muncul meliputi pemakaian kata

bersinonim, pemakaian kata khusus, pemakaian kata-kata asing, dan pemakaian

kata-kata daerah. Berikut ini penjelasan masing-masing karakteristik diksi iklan

tersebut.

1) Pemakaian Kata Bersinonim

Telah hadir ekstrak nutrisi herbal dalam bentuk tetes. (Ob/ BO/ 86) Bio Activa dibuat dari daun-daun herbal terbaik, ramuan tradisional Kalimantan yang sudah terkenal khasiatnya. (Ob/ BO/ 87) Bio Activa diproses secara inkubasi berfungsi sebagai aktivator sel tubuh, membantu meningkatkan metabolisme, regenerasi sel, dan meningkatkan sifat kekebalan terhadap penyakit. (Ob/ BO/ 88)

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

65

Pemakaian kata-kata bersinonim yang digunakan dalam iklan produk

obat ditunjukkan oleh kata-kata yang dicetak miring di atas. Kata ekstrak

bersinonim dengan kata sari, pati, dan kentalan; sedangkan kata khasiat

bersinonim dengan kata manfaat, guna, dan fungsi. Untuk kata kekebalan

bersinonim dengan kata daya tahan. Meskipun kata ekstrak, khasiat, dan

kekebalan memiliki banyak sinonim atau persamaan makna dengan kata-kata

yang lain, namun ketiga kata yang muncul pada data di atas lebih dipilih

pengiklan dalam tuturan bahasa iklan obatnya. Pemilihan ketiga kata di atas

didasarkan pada alasan bahwa kata-kata tersebut memiliki makna yang tepat

dan sesuai dengan produk yang diiklankannya, yaitu iklan produk obat.

2) Pemakaian Kata Khusus

Telah hadir ekstrak nutrisi herbal dalam bentuk tetes. (Ob/ BO/ 89) Bio Activa dibuat dari daun-daun herbal terbaik, ramuan tradisional Kalimantan yang sudah terkenal khasiatnya. (Ob/ BO/ 90) Bio Activa diproses secara inkubasi berfungsi sebagai aktivator sel tubuh, membantu meningkatkan metabolisme, regenerasi sel, dan meningkatkan sifat kekebalan terhadap penyakit. (Ob/ BO/ 91) Kata-kata khusus yang digunakan dalam iklan produk obat di

antaranya kata nutrisi, herbal, inkubasi, metabolisme, regenerasi, dan sel.

Kata nutrisi bermakna proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh

tubuh, kata herbal bermakna tumbuh-tumbuhan terna, kata ramuan bermakna

hasil meramu yakni dari bahan-bahan untuk membuat obat-obatan dari daun,

kata inkubasi bermakna pemanasan buatan, kata metabolisme bermakna

pembentukan dan penguraian zat di dalam badan yang memungkinkan

berlangsungnya hidup, kata regenerasi bermakna penggantian alat yang

rusak atau hilang dengan pembentukan jaringan sel baru, dan kata sel

bermakna bagian atau bentuk terkecildari organisme.

Pemakaian kata-kata khusus di atas didasarkan pada jenis produk yang

diiklankan. Data di atas adalah tuturan bahasa iklan produk obat, sehingga

kata-kata khusus yang digunakan pun berhubungan dengan ilmu kesehatan

dan obat-obatan.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

66

3) Pemakaian Kata-kata Asing

Jreng original dengan energi vitamin C8, Jreng Lemon, Jreng Mangga, Jreng Anggur. (Ob/ HJ/ 92) Kata original berasal dari bahasa Inggris. Kata tersebut berarti asli.

Kata dari bahasa Inggris di atas dimasukkan dalam tuturan bahasa iklan

Hemaviton Jreng. Iklan dengan sasaran konsumen usia dewasa tersebut

dirasa tepat bila sedikit menggunakan kosakata dari bahasa asing, seperti

bahasa Inggris. Pemakaian kata asing dalam tuturan bahasa iklan produk obat

dimaksudkan untuk menarik perhatian publik atau pendengar iklan dan

meningkatkan prestise iklan itu sendiri.

4) Pemakaian Kata-kata Daerah

Cenut, cenut sakit kepala. (Ob/ PRX/ 93)

Pemakaian kata-kata daerah juga muncul dalam bahasa iklan produk

obat. Data di atas menampilkan kata cenut cenut yang berasal dari bahasa

Jawa. Kata tersebut digunakan pengiklan untuk mendeskripsikan rasa sakit

yang diderita seseorang saat sakit kepala menyerang. Selain itu, alasan

dipakainya kata-kata dari bahasa daerah ini didasarkan pada daerah asal

pendengar iklan.

f. Iklan Produk Kebersihan

Iklan produk kebersihan merupakan iklan yang menawarkan produk atau

barang-barang kebersihan. Iklan ini terdiri dari iklan Mama Lemon dan iklan

Soklin Softergent. Dalam iklan produk kebersihan, karakteristik diksi yang

muncul meliputi pemakaian kata bermakna konotasi, pemakaian kata-kata gaul,

pemakaian kata-kata asing, dan pemakaian kata bersinonim. Berikut ini

penjelasan masing-masing karakteristik diksi iklan tersebut.

1) Pemakaian Kata Bermakna Konotasi

Tapi ini lemak soto, lemak rendang, lemak sate, lemak tongseng, lemak sambel, lemak gorengan, lemak bakso. (Kb/ ML/ 94) Pemakaian kata bermakna konotasi muncul pada iklan produk

kebersihan, yaitu iklan Mama Lemon. Kata lemak pada data di atas bukan

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

67

bermakna lemak yang ada pada tubuh penyebab kegemukan (makna

sebenarnya), melainkan kotoran sisa makanan bersantan dan minyak yang

menempel di perabot makan (makna kias). Kata tersebut sengaja dipakai

pengiklan dalam iklan produk kebersihan karena kata tersebut dirasa sangat

mendukung jenis produk yang diiklankan dan alur cerita yang diinginkan.

2) Pemakaian Kata-kata Gaul

Lemakku bertambah nich…! (Kb/ ML/ 95) Biasa aja, nggak gemuk. (Kb/ ML/ 96) Loh Jeng, nunggu apa lagi. (Kb/ ML/ 98) Eh sayang…gimana sekolahnya? (Kb/ SKS/ 99) Kenapa sich? (Kb/ SKS/ 101) lembutnya nyentuh…banget. (Kb/ SKS/ 102) Kedua iklan produk kebersihan merupakan iklan dalam bentuk dialog.

Untuk memberikan kesan luwes, santai, dan akrab pada tuturan-tuturan

dialog, pengiklan menggunakan kata-kata gaul. Pemakaian kata-kata dan

partikel gaul yang muncul di antaranya partikel nich dan sich; kata aja,

nggak, nunggu, gimana, nyentuh, dan banget. Kata gaul tersebut ada yang

berupa pemendekan kata, yakni dari kata bagaimana dipendekkan menjadi

gimana. Selain itu, pemakaian kata-kata gaul di atas didasarkan pada

keinginan pengiklan untuk mengemas iklannya dalam bentuk wacana iklan

yang berlatar kekeluargaan dengan bahasa keseharian yang sering digunakan.

3) Pemakaian Kata-kata Asing

Mama Lemon kini dengan three action cleaning power. (Kb/ ML/ 105) Triple daya cucinya. (Kb/ ML/ 106) Mama Lemon double extrac lemon. (Kb/ ML/ 107) Pemakaian kata asing juga ditampilkan dalam iklan produk kebersihan

di atas. Pengiklan sengaja menggunakan kosakata bahasa Inggris untuk

menyampaikan keunggulan produk yang diiklankan. Kata-kata asing yang

dibubuhkan pada tuturan bahasa iklan produk kebersihan dengan alasan agar

konsumen tertarik terhadap produk yang ditawarkan, sehingga menggugah

konsumen untuk, paling tidak, mendengarkan iklan tersebut.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

68

4) Pemakaian Kata Bersinonim

Detergen plus pelembut yang mampu membersihkan tanpa noda, lembut, dan harumnya terasa di setiap helainya. (Kb/ SKS/ 108) Pemakaian kata noda, lembut, dan harum muncul pada tuturan bahasa

iklan Soklin Softergent. Untuk menyampaikan manfaat yang akan didapat

konsumen jika memakai produk tersebut, pengiklan lebih memilih kata noda

dibanding kata noktah, kotoran, dan bercak. Sama halnya dengan pemilihan

kata lembut dan harum. Kedua kata tersebut lebih dipilih dibanding

sinonimnya, yakni kata halus dan wangi. Pemakaian kata-kata tersebut

didasarkan pada ketepatan arti dan kesesuaian konteks jenis produk yang

diiklankan.

g. Iklan Produk Pakaian dan Asesoris

Iklan ini merupakan iklan yang menawarkan produk-produk berupa

pakaian dan asesoris. Iklan-iklan yang termasuk iklan produk pakaian dan asesoris

ada dua jenis, yaitu iklan Arco Baleno dan iklan Optik Pranoto. Dalam iklan

produk pakaian dan asesoris, karakteristik diksi yang muncul meliputi pemakaian

kata-kata asing, pemakaian kata-kata gaul, dan pemakaian kata bersinonim.

Berikut ini penjelasan masing-masing karakteristik diksi iklan tersebut.

1) Pemakaian Kata-kata Asing

Aku mau pake softlense ah, supaya terlihat cantik dan beda. (Pk/ OP/ 109) Disposable warna funky tones dan disposable frequency dari seratus tiga puluh lima ribu jadi seratus ribu. (Pk/ OP/ 110) Besok habis ke Arco Baleno PGS di lantai basement di Blok A8-1, 2, dan 3 kita langsung ke Arco Baleno di Jalan Cendrawasih M5 Solo Baru. (Pk/ OP/ 111) Pemakaian kata asing dalam iklan produk pakaian dan asesoris

ditunjukkan dengan adanya kata-kata yang dicetak miring di atas. Kata-kata

istilah tersebut sengaja dipilih pengiklan karena dengan pemakaian kata-kata

dan istilah asing mampu memunculkan rasa ketertarikan konsumen terhadap

produk yang diiklankan. Selain itu, istilah asing yang dipakai dalam tuturan

iklan Optik Pranoto di atas merupakan iklan produk asesoris yang

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

69

menawarkan produk barunya, sehingga akan sangat menarik dan terkesan

keren bila memasukkan istilah asing di atas.

2) Pemakaian Kata-kata Gaul

Kata-kata gaul adalah kosakata pertemanan atau kosakata pergaulan

yang bersifat nonformal dan sangat berbeda dengan kosakata dari bahasa

induknya. Pemakaian kata-kata gaul dapat terdiri dari pemakaian partikel

dialek daerah, pemakaian kata dialek Jakarta, dan perubahan fonem. Data di

bawah ini menunjukkan adanya pemakaian kata-kata gaul yang muncul pada

iklan produk pakaian dan asesoris.

Nyidam beli baju batik di Arco Baleno PGS. (Pk/ AB/ 112) Nggak cuma itu, kaos cowox cewex, sepatu, sandal cewex diskonnya tiga puluh persen. (Pk/ AB/ 113) Koko bawain oleh-oleh buat Mei Mei. (Pk/ AB/ 115) Kalo batik sarimbit di PGS diskonnya dua puluh lima persen. (Pk/ AB/ 116) Mei Mei pengen dianter ke Arco Baleno. (Pk/ AB/ 117) Um… sun dulu dong, Koko. (Pk/ AB/ 118) Kata nyidam dan pengen merupakan kata yang terpengaruh dialek

daerah; kata nggak, cowox, cewex, bawain, kalo, dan dianter merupakan

kata-kata pengaruh dialek Jakarta; dan partikel dong merupakan partikel

dialek Jakarta. Pemakaian kata-kata gaul dalam tuturan bahasa iklan produk

pakaian dan asesoris di atas dimaksudkan untuk menciptakan suasana tuturan

yang gaul, akrab, dan mudah dimengerti semua kalangan masyarakat.

3) Pemakaian Kata Bersinonim

Kata bersinonim adalah kata yang memiliki persamaan makna dengan

kata yang lain. Pada tuturan iklan produk pakaian dan asesoris juga muncul

adanya pemakaian kata bersinonim. Pemakaian tersebut ditunjukkan dengan

munculnya kata cantik, promo, diskon, dan indah seperti pada data di bawah

ini.

Aku mau pake softlense ah, supaya terlihat cantik dan beda. (Pk/ OP/ 119) Ada promo softlense di Optik Pranoto? (Pk/ OP/ 120) Diskonnya sampai tiga puluh persen. (Pk/ AB/ 121) O…h, indah sekali. (Pk/ AB/ 122)

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

70

Kata cantik memiliki sinonim dengan kata ayu dan elok. Pemakaian

kata cantik lebih dipilih dalam tuturan bahasa iklan produk asesoris, yaitu

Optik Pranoto dengan alasan karena kata tersebut mampu menggambarkan

kecantikan seseorang secara keseluruhan, tidak hanya cantik wajahnya saja.

Kata promo memiliki sinonim dengan kata demo, peragaan; sedangkan kata

diskon memiliki sinonim dengan kata potongan. Namun, kata promo dan

diskon lebih dipilih dalam tuturan bahasa iklan produk pakaian dan asesoris

dengan alasan kata-kata tersebut dirasa lebih tepat dan sesuai dengan jenis

produk yang diiklankan. Untuk kata indah yang dimasukkan dalam tuturan

bahasa iklan pakaian, yaitu Arco Baleno, memiliki sinonim dengan kata

bagus dan mempesona. Pemakaian kata tersebut lebih dipilih pengiklan

dengan alasan karena kata tersebut cocok untuk mendeskripsikan keunggulan

dari produk yang diiklankan, yaitu pakaian.

h. Iklan Produk Kendaraan

Kategori atau klasifikasi iklan yang terakhir adalah iklan produk

kendaraan. Iklan produk kendaraan merupakan iklan yang menawarkan produk-

produk atau barang-barang berupa mobil, motor, dan truk. Yang termasuk dalam

kategori iklan ini hanya satu, yaitu iklan Pusat Jaya Harpindo Jaya Group. Dalam

iklan produk kendaraan, karakteristik diksi yang muncul meliputi pemakaian kata-

kata asing, pemakaian kata-kata gaul, dan pemakaian kata daerah. Berikut ini

penjelasan masing-masing karakteristik diksi iklan tersebut.

1) Pemakaian Kata-kata Asing

Pada tuturan bahasa iklan produk kendaraan muncul pemakaian kata-

kata asing berupa kata man dan center. Kedua kata tersebut diambil dari

bahasa Inggris yang berarti panggilan orang laki-laki dan pusat.

Halo man, apa kabar? (Kd/ PJ/ 123) Pusat Jaya Harpindo Jaya Grup, Yamaha Center pertama di Indonesia yang menyediakan lebih lengkap segala tipe motor Yamaha. Vega ZR, Jupiter, Mio, Scorpio Z, Viction, dan lain-lain. (Kd/ PJ/ 124) Pemilihan kata dalam tuturan bahasa iklan produk kendaraan

disesuaikan dengan jenis produk yang diiklankan dan sasaran masyarakatnya.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

71

Pemakaian kata-kata gaul di atas dianggap sesuai dengan produk kendaraan

yang ingin menampilkan image bahwa produk tersebut adalah produk dengan

kualitas internasional. Pemakaian kata-kata asing di atas dimaksudkan untuk

memunculkan kesan modern dan kemenarikan konsumen terhadap produk

yang diiklankan.

2) Pemakaian Kata-kata Gaul

Hei, brow. Tambah gaya aja kamu. Motor baru nich? (Kd/ PJ/ 125) A…iya dong. (Kd/ PJ/ 126) Mudik nggak repot lagi, Brow. (Kd/ PJ/ 127) Buktikan dech sekarang juga. (Kd/ PJ/ 128) Pemakaian kata-kata gaul yang muncul pada tuturan bahasa iklan

produk kendaraan meliputi penggunaan kata panggilan, penghilangan fonem,

penggunaan partikel dialek Jakarta, dan penggunaan kata pengaruh dialek

Jakarta. Iklan Pusat Jaya Harpindo Jaya Grup di atas termasuk jenis iklan

produk kendaraan yang memiliki sasaran pendengar masyarakat usia dewasa

dan remaja, sehingga pemakaian kata-kata gaul tersebut dirasa perlu dan

sesuai dengan kebutuhan. Dari segi keluwesan, kemudahan, dan

kekomunikatifan tuturan pengiklan merasa tepat menggunakan kata-kata gaul

tersebut.

3) Pemakaian Kata Daerah

Beli motor Yamaha di Pusat Jaya gampang. (Kd/ PJ/ 129)

Iklan Pusat Jaya Harpindo Jaya Grup dibuat dengan setting atau latar

sebuah hubungan keakraban sepasang sahabat. Oleh karena itu, pemakaian

kata-kata daerah, tepatnya bahasa Jawa, dalam tuturan bahasa iklan di atas

dimaksudkan untuk mendukung latar cerita yang ingin ditampilkan. Kata

gampang memiliki padanan makna dengan kata mudah dalam bahasa

Indonesia. Pemakaian kata-kata daerah dalam tuturan bahasa iklan produk

kendaraan juga didasarkan pada asal daerah pendengar dan daerah

penyebaran iklan tersebut, yaitu Jawa.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

72

Dari analisis karakteristik diksi dalam iklan komersial di radio, yang

terbagi dalam tujuh jenis iklan, memunculkan beberapa karakteristik diksi.

Karakteristik diksi yang seringkali muncul dalam iklan komersial di atas di

antaranya pemakaian kata-kata gaul, pemakaian kata-kata asing, pemakaian kata

bermakna konotasi, pemakaian kata bersinonim, dan penggunaan unsur pengingat

atau catcher. Kelima karakteristik diksi yang muncul di atas disebabkan oleh

beberapa faktor yang mempengaruhinya, di antaranya faktor jenis produk iklan,

sasaran pendengar iklan (usia, profesi, daerah asal), dan bentuk wacana iklan

(dialog atau monolog).

2. Pemakaian Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara

khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian seseorang (pemakai bahasa).

Penganalisisan pemakaian gaya bahasa dalam data iklan komersial di bawah ini

dilakukan sesuai dengan jenis iklan atau klasifikasi iklan masing-masing. Analisis

pemakaian gaya bahasa terhadap data iklan komersial di radio dapat dijelaskan

sebagai berikut.

a. Iklan Produk Properti

Iklan produk properti merupakan iklan yang menawarkan barang-barang

atau produk-produk properti, seperti meja, kursi, dan perabot rumah lainnya.

Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan properti meliputi iklan Toko

Colombus, iklan Purnama Steel Kanopi Kanopi, iklan Meubel Jempol, dan iklan

Margo Murah Baru. Dalam iklan produk properti, pemakaian gaya bahasa yang

muncul meliputi gaya bahasa eksklamasio, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa

retorik, gaya bahasa polisidenton, gaya bahasa klimaks, gaya bahasa antitesis, dan

gaya bahasa praeterito. Berikut ini penjelasan masing-masing pemakaian gaya

bahasa iklan tersebut.

1) Gaya Bahasa Eksklamasio

Dalam iklan Colombus hanya muncul satu pemakaian gaya bahasa,

yaitu gaya bahasa atau majas eksklamasio. Gaya bahasa eksklamasio adalah

gaya bahasa penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas. Data

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

73

di bawah ini merupakan dialog yang diucapkan narator iklan dalam

menyampaikan atau menjelaskan informasi iklan secara lebih detail. Kalimat

yang menjadi data nomor 1 ini menjadi kalimat pembuka sebelum kalimat-

kalimat penjelas iklan lainnya dituturkan.

Waow, spektakuler! (Pr/ CLM/ 1)

Pada kalimat di atas menggunakan gaya bahasa eksklamasio yang

ditunjukkan dengan kata waow. Kata tersebut menegaskan kata sesudahnya,

yaitu kata spektakuler. Pemakaian gaya bahasa atau majas eksklamasio dalam

bahasa iklan produk properti dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa

produk yang ditawarkan oleh pengiklan merupakan produk yang berbeda

dengan produk-produk properti lainnya dan memberikan keuntungan yang

luar biasa pada konsumen, baik dari segi kualitas maupun harga yang

ditawarkan.

2) Gaya Bahasa Personifikasi

Rumah kita terlihat makin cantik. (Pr/ PSKK/ 2) Ni dapat hadiah kursi cantik. (Pr/ MMB/ 8) Pada kata yang dicetak miring menunjukkan bahwa kalimat di atas

menggunakan gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa personifikasi adalah

gaya bahasa yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat

manusia kepada benda-benda mati, sehingga seolah-olah memiliki sifat

seperti manusia atau benda hidup. Pemakaian gaya bahasa personifikasi pada

bahasa iklan produk properti, khususnya iklan produk kanopi dimaksudkan

untuk mendeskripsikan salah satu keunggulan atau manfaat yang akan

diperoleh konsumen bila memakai produk ini. Selain itu, dengan memakai

gaya bahasa ini akan menimbulkan daya tarik tersendiri kepada konsumen.

3) Gaya Bahasa Retorik

Pasti pesannya di Purnama Steel Kanopi Kanopi di Jalan Raya Telukan No. 1 selatan Jembatan Bacem, Solo Baru itu kan? (Pr/ PSKK/ 3) Gaya bahasa retorik adalah gaya bahasa penegasan dengan

menggunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

74

karena sudah diketahuinya. Pada kalimat di atas, jelas menggunakan gaya

bahasa retorik yang ditunjukkan dengan kalimat tanya yang dilontarkan

kepada pendengar atau sasaran iklan. Pemakaian gaya bahasa retorik

dimunculkan dalam bahasa iklan produk properti dengan alasan karena

pemakaian gaya bahasa ini akan memberikan penekanan pada tuturan iklan

dan secara tidak langsung meminta penegasan atau persetujuan pendengar

terhadap kalimat yang disampaikan pengiklan tersebut. Selain itu, gaya

bahasa tersebut juga bisa digunakan sebagai pemvariasian gaya bicara dalam

menyampaikan alamat atau pesan iklan lainnya yang sekiranya perlu untuk

disampaikan kepada khalayak.

4) Gaya Bahasa Polisidenton

Selain ahli bikin kanopi dan besi tempa, juga ahli mengerjakan relling tangga dan balkon, pagar, pintu, tralis. (Pr/ PSKK/ 4) Kata-kata yang dicetak miring di atas merupakan kata penghubung

dalam kalimat yang menyebutkan beberapa benda secara berturut-turut. Gaya

bahasa yang digunakan kalimat di atas adalah gaya bahasa polisidenton, yaitu

gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan

secara berturut-turut dengan memakai kata penghubung. Pemakaian gaya

bahasa polisidenton dalam tuturan bahasa iklan produk properti di atas

bertujuan untuk menghindari kemonotonan bahasa yang digunakan pengiklan

dalam menyampaikan informasi atau pesan iklan yang sangat komplek dan

banyak.

5) Gaya Bahasa Klimaks

Spesial kanopi harga dijamin termurah dengan mutu terbaik dan ada garansinya lho. (Pr/ PSKK/ 5) Pada kalimat di atas disebutkan beberapa hal secara berturut-turut

dengan urutan kata yang semakin lama semakin meningkat. Oleh karena itu,

kalimat tersebut menunjukkan pemakaian gaya bahasa klimaks, yaitu gaya

bahasa penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan

menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak

pengertiannya. Pemakaian gaya bahasa klimaks pada tuturan bahasa iklan

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

75

properti di atas digunakan untuk menyampaikan keunggulan-keunggulan

produk tersebut dibanding produk yang lain. Secara tidak langsung,

penyampaian dengan gaya bahasa seperti ini akan menarik perhatian

konsumen untuk mencoba produknya.

6) Gaya Bahasa Antitesis

Dengan dana minimal kami wujudkan hasil yang maksimal. (Pr/ PSKK/ 6) Gaya bahasa penegasan yang melukiskan sesuatu dengan

menggunakan kepaduan kata yang berlawanan arti disebut dengan gaya

bahasa antitesis. Pada kata yang dicetak miring di atas, yaitu kata minimal

dan maksimal, menunjukkan bahwa kalimat tersebut menggunakan gaya

bahasa antitesis. Pemakaian gaya bahasa antitesis dalam tuturan bahasa iklan

produk properti dimaksudkan untuk menyampaikan nilai lebih yang

ditawarkan pengiklan kepada konsumen. Meskipun pernyataan yang

disampaikan pengiklan dengan gaya bahasa ini (dana minimal hasil

maksimal) sedikit tidak masuk logika, namun cukup menarik perhatian

konsumen untuk mencobanya.

7) Gaya Bahasa Praeterito

Tadi itu ada orang yang ke sini nawarin. (Pr/ MJ/ 7)

Gaya bahasa praeterito adalah gaya bahasa penegasan yang

melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu,

sehingga pendengar harus menerka maksud ujaran yang disembunyikan itu.

Pada frasa yang dicetak miring di atas menunjukan pemakaian gaya bahasa

praeterito. Para pendengar atau sasaran iklan diajak untuk menerka kira-kira

siapa yang orang yang dimaksud dalam kalimat di atas. Hal ini dilakukan

untuk menarik perhatian pendengar agar mendengarkan iklan hingga selesai.

b. Iklan Produk Makanan

Iklan produk makanan merupakan iklan yang menawarkan barang-barang

atau produk-produk makanan. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan

produk makanan di antaranya iklan Kecap Sedaap (monolog dan dialog), iklan

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

76

Teh Cap Nyapu Pekalongan, iklan Sirup Niki Sari, dan iklan Ale-Ale. Dalam

iklan produk makanan, pemakaian gaya bahasa yang muncul meliputi gaya bahasa

polisidenton, gaya bahasa sinekdhoke totem pro parte, gaya bahasa metonimia,

gaya bahasa interupsi, gaya bahasa pararelisme anafora, dan gaya bahasa

asidenton. Berikut ini penjelasan masing-masing pemakaian gaya bahasa iklan

tersebut.

1) Gaya Bahasa Polisidenton

Dari bahan alami, proses multifiltrasi, tiga kali penyaringan, higienis, dan bergizi. (Mk/ KS/ 9) Teh Cap Nyapu Pekalongan harum, kental, dan nikmat. (Mk/ TNP/ 13) Kedua kalimat di atas menyebutkan beberapa hal secara berurutan

dengan menggunakan kata hubung, yaitu kata hubung dan. Pemakaian ini

sesuai dengan pengertian gaya bahasa polisidenton. Gaya bahasa yang

menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut dengan

memakai kata penghubung disebut dengan gaya bahasa polisidenton.

Pemakaian gaya bahasa polisidenton dalam tuturan bahasa iklan produk

makanan bertujuan untuk menyebutkan keunggulan-keunggulan suatu produk

yang ditawarkan pengiklan. Untuk menghindari kemonotonan dalam

penyebutannya, pengiklan membubuhkan tanda hubung pada kata terakhir

atau hal terakhir yang disampaikannya.

2) Gaya Bahasa Sinekdhoke Totem Pro Parte

Seneng ya ngliat anak-anak ceria. (Mk/ KS/ 10) Ya di warung-warung, di toko-toko. (Mk/ TNP/ 12) Penyebutan kata anak-anak, warung-warung, dan toko-toko pada

kalimat di atas hanya mengacu pada anak, warung dan toko yang dimaksud

dalam alur cerita produk di atas. Pada kalimat di atas yang dimaksud dengan

kata anak-anak hanya mengacu pada anak-anak pemeran iklan di atas (Andi

dan Ricky) yang makan dengan Kecap Sedaap. Sama halnya dengan kata

warung-warung dan toko-toko pada data kedua di atas. Kata warung-warung

dan toko-toko hanya mengacu pada warung dan toko yang menjual produk-

produk tersebut.

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

77

Hal ini menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa sinekdhoke

totem pro parte, yaitu gaya bahasa perbandingan yang melukiskan

keseluruhan tetapi yang dimaksud sebagian. Pemakaian gaya bahasa

sinokdhoke totem pro parte dalam tuturan bahasa iklan produk makanan di

atas dimaksudkan sebagai penjelas atau gaya pemaparan pengiklan kepada

pendengar atau sasaran iklan yang apabila mereka makan memakai Kecap

Sedaap atau mengkonsumsi produk (teh cap Nyapu Pekalongan) yang

ditawarkan pengiklan di atas, maka mereka atau konsumen sekeluarga akan

merasa ceria seperti pada iklan tersebut dan mendapatkan kemudahan dalam

mendapatkan produk tersebut.

3) Gaya Bahasa Metonimia

Dukung ALE dong…! (Mk/ ALE/ 17) Rasa dan segernya, ALE-ALE juaranya…! (Mk/ ALE/ 18) Pengulangan kata yaitu kata ALE-ALE di atas menunjukkan adanya

pemakaian gaya bahasa metonimia. Gaya bahasa metonimia adalah gaya

bahasa perbandingan yang menggunakan merk dagang atau nama barang

untuk melukiskan sesuatu yang digunakan atau dikerjakan, sehingga kata itu

berasosiasi dengan benda keseluruhan. Pemakaian gaya bahasa metonimia

dalam tuturan bahasa iklan produk makanan, khususnya iklan ALE-ALE, di

atas didasarkan pada alasan karena penggunaan merk dagang atau nama

produk dalam iklan akan memudahkan pengiklan dalam menyampaikan

pesan atau informasi kepada konsumen. Produk ALE-ALE termasuk produk

minuman yang dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen, sehingga

pengiklan merasa perlu menyebutkan langsung nama produk untuk

memudahkan konsumen mengingatnya.

4) Gaya Bahasa Interupsi

Minumlah, minuman yang segar bermutu, Sirup Niki Sari. (Mk/ SNS/ 14) ALE-ALE, minuman dengan gula asli dan vitamin C, ada orange, strawberry, dan apel fuji. (Mk/ ALE/ 19) Pemakaian gaya bahasa interupsi muncul pada kalimat di atas yang

ditunjukkan dengan penyisipan kalimat di antara kalimat pokok. Gaya bahasa

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

78

interupsi adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata atau

bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat pokok, guna lebih

menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya. Pemakaian gaya

bahasa interupsi dalam tuturan bahasa iklan produk makanan dimaksudkan

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan secara detail jenis dan keunggulan

produk yang ditawarkan dalam iklan tersebut, yaitu Sirup Niki Sari dan

minuman ALE-ALE.

5) Gaya Bahasa Pararelisme Anafora

Sirup Niki Sari sesegar buah asli. Sirup Niki Sari sahabat kita semua. Sirup Niki Sari beraneka rasanya. (Mk/ SNS/ 15) Kecap Sedaap lebih hitam, kental, dan gurih. Kecap Sedaap untuk semua masakan, untuk semua makanan. (Mk/ KS/ 11) Pengulangan kata-kata yang dicetak miring di atas menunjukkan

adanya pemakaian gaya bahasa pararelisme anafora. Gaya bahasa

pararelisme anafora adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang kata atau

frase dengan pengulangan yang terletak di awal kalimat. Pemakaian gaya

bahasa pararelisme anafora dalam tuturan bahasa iklan produk makanan,

khususnya iklan Sirup Niki Sari dan Kecap Sedaap yang berbentuk monolog

di atas, dimaksudkan untuk membentuk keserasian bunyi pada setiap

tuturannya. Hal ini bertolak pada gaya penyampaian iklan tersebut, yakni

berbentuk sebuah jingle lagu.

6) Gaya Bahasa Asidenton

Frambors, jeruk, mocca, rose melon. (Mk/ SNS/ 16)

Penyebutan beberapa hal secara berurutan seperti pada kalimat di atas

dengan tanpa menggunakan kata hubung menunjukkan adanya pemakaian

gaya bahasa asidenton. Gaya bahasa asidenton adalah gaya bahasa penegasan

yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut

tanpa memakai kata penghubung. Pemakaian gaya bahasa asidenton dalam

tuturan bahasa iklan produk makanan di atas dimaksudkan untuk

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

79

menyampaikan macam-macam atau aneka rasa yang ditawarkan produk

tersebut.

c. Iklan Produk Kosmetik

Iklan produk kosmetik merupakan iklan yang menawarkan barang-barang

atau produk-produk kosmetik. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan

produk kosmetik ada dua, yaitu iklan New Give White dan iklan Hair Sense.

Dalam iklan produk kosmetik, pemakaian gaya bahasa yang muncul meliputi gaya

bahasa eksklamasio, gaya bahasa klimaks, gaya bahasa polisidenton, gaya bahasa

metonimia, gaya bahasa hiperbola, dan gaya bahasa sinekdhoke totem pro parte.

Berikut ini penjelasan masing-masing pemakaian gaya bahasa iklan tersebut.

1) Gaya Bahasa Eksklamasio

Waow, rumus Give White baru tu, Pak! (Ks/ GW/ 20)

Penggunaan kata waow dimaksudkan untuk menegaskan atau

menggambarkan perasaan kaget sekaligus takjub yang ingin disampaikan

pengiklan lewat kalimat di atas. Kata tersebut menunjukkan adanya

pemakaian gaya bahasa eksklamasio. Gaya bahasa eksklamasio adalah gaya

bahasa penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas. Pemakaian

gaya bahasa eksklamasio dalam tuturan bahasa iklan produk kosmetik di atas

dengan alasan karena iklan produk kosmetik di atas, yaitu iklan sabun Give

White, memiliki sasaran konsumen masyarakat remaja yang penuh ekspresi

dalam mengungkapkan suatu hal. Oleh karena itu, pemakaian gaya bahasa

eksklamasio yang berwujud waow di atas menyimbolkan pengungkapan

seorang remaja yang teramat senang dan takjub atas sesuatu yang dia dengar

sesuai dengan setting atau latar cerita iklan yang ingin pengiklan tampilkan.

2) Gaya Bahasa Klimaks

Rumus 2x3 kulit putih, cerah alami. (Ks/ GW/ 21) Berkat Hair Sense sekarang rambutku indah, sehat, lembut, bercahaya. (Ks/ HS/ 25) Pemakaian gaya bahasa klimaks muncul pada kedua kalimat di atas.

Kata-kata yang dicetak miring menjelaskan hasil yang akan didapat

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

80

pendengar jika memakai produk yang ditawarkan tersebut. Urut-urutan kata

yang digunakan menggambarkan urut-urutan yang makin lama makin

meningkat, yaitu kulit menjadi putih dan terlihat cerah alami (data nomor

21); dari rambut menjadi indah, sehat, lembut, kemudian menjadi bercahaya

(data nomor 25).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa gaya bahasa klimaks

adalah gaya bahasa penegasan dengan menyatakan beberapa hal secara

berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin

memuncak pengertiannya. Pemakaian gaya bahasa klimaks dalam tuturan

bahasa iklan produk kosmetik dimaksudkan pengiklan untuk mengungkapkan

manfaat yang akan didapatkan konsumen apabila mengkonsumsi produk

tersebut. Manfaat yang diperoleh pun tidak seperti manfaat yang biasa

konsumen dapat bila mengkonsumsi produk sabun mandi dan pewarna

rambut pada umumnya, namun di sini pengiklan mencoba meyakinkan

konsumen dengan menggunakan urut-urutan manfaat yang disebutkan di atas

yang tentunya dengan pemakaian gaya bahasa klimaks. Hal ini dilakukan

untuk menarik perhatian konsumen.

3) Gaya Bahasa Polisidenton

Hair Sense mengandung protein sutra berfungsi sebagai conditioner khusus yang menjaga rambut tetap sehat jadi tidak rusak dan menutup uban dengan sempurna. (Ks/ HS/ 23) Penyebutan beberapa hal secara berurutan seperti pada kalimat di atas

dengan menggunakan tanda hubung merupakan wujud dari pemakaian gaya

bahasa polisidenton. Gaya bahasa polisidenton adalah gaya bahasa penegasan

yang menyatakan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara berturut-

turut dengan memakai kata penghubung. Pemakaian gaya bahasa

polisidenton dalam bahasa iklan produk kosmetik didasarkan pada kebutuhan

pengiklan untuk menyampaikan keunggulan dan manfaat produk yang

ditawarkan secara bersamaan. Pengiklan merasa perlu mengungkapkan

keunggulan dan manfaat produk dengan cara menggabungkan keduanya, agar

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

81

konsumen mendapatkan pesan iklan secara utuh dan merasa mendapat nilai

lebih apabila memakai produk tersebut.

4) Gaya Bahasa Metonimia

Give White baru dengan ekstrak pepaya atau bengkoang dan vitamin A, B, C, E-nya bikin kulit kita sehat dan cerah alami. (Ks/ GW/ 22) Berkat Hair Sense sekarang rambutku indah, sehat, lembut, bercahaya, dan ubanku nggak ada lagi. (Ks/ HS/ 24) Kata yang dicetak miring merupakan merk produk yang diiklankan.

Kedua tuturan di atas menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa

metonimia. Gaya bahasa metonimia adalah gaya bahasa perbandingan yang

menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang

digunakan atau dikerjakan, sehingga kata itu berasosiasi dengan benda

keseluruhan. Pemakaian gaya bahasa metonimia dalam bahasa iklan produk

kosmetik bertujuan untuk memberitahu kepada pendengar merk produk yang

diiklankan dan dimaksudkan untuk memberikan kemudahan konsumen

dalam membedakan merk produk sabun mandi dan pewarna rambut dengan

yang lainnya.

5) Gaya Bahasa Hiperbola

Betul, putri lah wanita yang tercantik di dunia ini. (Ks/ HS/ 26)

Kalimat yang dicetak miring di atas menunjukan adanya pemakaian

gaya bahasa hiperbola. Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang

melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya

dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti.

Pemakaian gaya bahasa hiperbola dalam bahasa iklan produk kosmetik

bertujuan untuk mengungkapkan manfaat yang diperoleh konsumen dengan

memakai produk di atas. Pengungkapan tersebut pengiklan lakukan dengan

memberikan permainan makna kata agar konsumen merasa mendapatkan

sesuatu yang lebih pada produk tersebut. Selain itu, pemakaian gaya bahasa

di atas akan menarik perhatian konsumen, terutama wanita usia dewasa yang

telah beruban dan menginginkan rambutnya indah kembali.

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

82

6) Gaya Bahasa Sinekdhoke Totem Pro Parte

Dapatkan Hair Sense di supermarket atau toko-toko terdekat. (Ks/ HS/ 27) Kalimat di atas memakai gaya bahasa sinekdhoke totem pro parte,

yaitu gaya bahasa perbandingan yang melukiskan keseluruhan benda atau hal

tetapi yang dimaksud sebagian. Kata supermarket dan toko hanya mengacu

pada supermarket dan toko yang menjual produk yang diiklankan saja, bukan

seluruh supermarket dan toko yang ada. Pemakaian gaya bahasa sinekdhoke

totem pro parte dalam tuturan bahasa iklan produk kosmetik di atas mampu

meyakinkan konsumen dalam mendapatkan produk yang diiklankan.

d. Iklan Jasa

Iklan Jasa merupakan iklan yang menawarkan layanan jasa atau service

kepada masyarakat. Dalam penelitian ini iklan jasa yang dimaksud adalah iklan

jasa pengobatan dan jasa peminjaman uang atau kredit. Iklan-iklan yang termasuk

dalam kategori iklan jasa meliputi iklan Tabib Ibu Rizal, iklan Tabib dr. Nita,

MA., iklan BPR Trihasta Prasojo, iklan BPR weleri Makmur, iklan PT Sarana

Insan Mandiri, dan iklan Altolud. Dalam iklan jasa, pemakaian gaya bahasa yang

muncul meliputi gaya bahasa polisidenton, gaya bahasa sarkasme, gaya bahasa

asidenton, gaya bahasa eksklamasio, gaya bahasa interupsi, gaya bahasa alusio,

gaya bahasa alegori, gaya bahasa klimaks, gaya bahasa metonimia, dan gaya

bahasa tropen. Berikut ini penjelasan masing-masing pemakaian gaya bahasa

iklan tersebut.

1) Gaya Bahasa Polisidenton

Seperti tumor, kanker, kista, gula, jantung, kencing manis, kencing batu, maag, hipertensi, rematik, asam urat, strok, lemah syahwat, dan asma cukup sekali terapi langsung sembuh. (Js/ TIR/ 28) Kanker otak, tumor kandungan, kista, lumpuh, diabetes, ginjal, jantung koroner, dan penyakit lainnya. (Js/ TN/ 30) Ada juga nich kredit bidikan, kredit modal kerja, kredit konsumtif untuk barang-barang kebutuhan harian, dan ada juga kredit hajatan yang bebas bunga. (Js/ TP/ 33) Brunei membutuhkan tenaga perbengkelan, teknisi AC, sopir, restoran, kantor, sekertaris, dan lain-lain. (Js/ SIM/ 40)

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

83

Pada keempat data di atas menunjukkan adanya pemakaian gaya

bahasa polisidenton. Kata hubung dan menjadi penanda adanya gaya bahasa

tersebut. Gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa benda, hal atau

keadaan secara berurutan dengan memakai kata hubung adalah gaya bahasa

polisidenton. Pemakaian gaya bahasa polisidenton dalam tuturan bahasa iklan

jasa di atas, baik jasa pengobatan maupun jasa perkreditan, dimaksudkan

untuk menyebutkan satu per satu jenis layanan yang ditawarkan pengiklan.

2) Gaya Bahasa Sarkasme

Jam semene isih kemul sarung, klumbrak-klumbruk. (Js/ TN/ 29)

Pada kalimat di atas penutur mengomentari secara langsung kepada

lawan tutur perihal kelakuan si lawan tutur. Kata klumbrak-klumbruk hanya

merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk menggambarkan

pakaian kering yang habis dicuci tetapi belum dilipat dan dirapikan. Jika

kalimat di atas diartikan dalam bahasa Indonesia, kurang lebih akan menjadi

seperti ini, sudah jam segini masih berselimut sarung, seperti cucian yang

belum dilipat. Bisa dikatakan kalimat di atas muncul adanya pemakaian gaya

bahasa sarkasme yang dilakukan pengiklan. Gaya bahasa sarkasme adalah

adalah gaya bahasa sindiran yang terkasar serta langsung menusuk perasaan.

Pemakaian gaya bahasa sarkasme dalam tuturan iklan jasa di atas digunakan

untuk mendukung cerita yang disusun pengiklan. Gaya bahasa sarkasme di

atas mampu memberikan nilai rasa pada tuturan bahasa iklan, sehingga

konsumen lebih tertarik untuk mendengarkannya.

3) Gaya Bahasa Asidenton

Kanker payudara, keputihan separah apapun satu minggu sembuh total, ingin keturunan dua sampai tiga kali terapi langsung hamil. (Js/ TN/ 31) Fasilitas asuransi, asrama, tabungan TKI. (Js/ SIM/ 41) Penyebutan beberapa hal secara berurutan tanpa memakai tanda

hubung seperti pada kedua data di atas disebut dengan gaya bahasa asidenton.

Gaya bahasa asidenton adalah gaya bahasa penegasan yang menyebutkan

beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa memakai kata

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

84

penghubung. Gaya bahasa ini bisa dikatakan lawan dari gaya bahasa

polisidenton. Gaya bahasa asidenton termasuk gaya bahasa penegasan yang

cukup sering digunakan dalam bahasa-bahasa iklan karena lebih singkat dan

padat. Sama halnya dengan kedua tuturan di atas, gaya bahasa asidenton

digunakan untuk menyingkat pengucapan atau penyebutan beberapa hal atau

layanan yang bisa diperoleh konsumen.

4) Gaya Bahasa Eksklamasio

Wa…h Pak, kita butuh dana banyak lho, Pak. (Js/ TP/ 32) Wah, beruntung lho Mas Cahyo ini. (Js/ WM/ 35) Oow… sini to tempatnya. (Js/ SIM/ 38) Pemakaian gaya bahasa eksklamasio kembali muncul pada data di

atas. Gaya bahasa eksklamasio merupakan gaya bahasa penegasan yang

memakai kata-kata seru sebagai penegas. Kata seru oow dan wah pada

konteks kalimat di atas digunakan penutur untuk menyatakan perasaan lega

dan senang karena sudah menemukan sesuatu yang dicari-carinya, sedangkan

kata wah pada data pertama digunakan untuk menegaskan perasaan bahagia

campur bingung yang ingin disampaikan pengiklan dalam konteks iklan di

atas. Rasa bahagia dan senang karena akan punya hajat, sedangkan rasa

bingung karena harus mencari dana untuk hajatan tersebut. Pemakaian gaya

bahasa eksklamasio dalam tuturan bahasa iklan jasa di atas dimaksudkan

untuk mendukung pengungkapan maksud cerita yang disusun pengiklan.

Selain itu, gaya bahasa tersebut sengaja dipakai pengiklan karena mampu

menghilangkan kesan kaku dalam tuturan bahasa iklan di radio.

5) Gaya Bahasa Interupsi

Mau nganter anakku, si Danang, masuk kuliah. (Js/ WM/ 34) Demikian tadi pengumuman khusus untuk Anda, yang siap menjadi kaya, dengan menjadi retailer pulsa HP Altolud. (Js/ ALT/ 44) Kata-kata yang dicetak miring pada data di atas mengindikasikan

adanya pemakaian gaya bahasa interupsi. Gaya bahasa interupsi adalah gaya

bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang

disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan

bagian kalimat sebelumnya. Bagian kalimat yang berbunyi yang siap menjadi

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

85

kaya pada data tersebut digunakan untuk menerangkan bagian kalimat

sebelumnya, yaitu kata Anda. Kata tersebut mengacu pada pendengar atau

sasaran iklan yang merasa siap menjadi kaya dan produk ini siap untuk

membantu mewujudkannya.

Sama halnya dengan kata si Danang yang disisipkan pada kalimat

pokok data pertama di atas, dimaksudkan untuk menegaskan atau

menekankan pengertian dari kata sebelumnya, yaitu kata anakku. Bisa

dikatakan penggunaan kata si Danang untuk menjelaskan nama anak penutur

yang akan masuk kuliah seperti pada potongan kalimat iklan di atas.

Pemakaian gaya bahasa interupsi dalam tuturan bahasa iklan jasa dapat

memberikan tambahan informasi atau penjelas tuturan sebelumnya.

Pengiklan merasa perlu memakai gaya bahasa interupsi karena kejelasan dan

ketepatan maksud dapat tersampaikan kepada konsumen.

6) Gaya Bahasa Alusio

Padahal anak saya juga pingin kuliah, tapi saya ini nggak gableg duit, blas. (Js/ WM/ 36) Penggunaan ungkapan dalam bahasa Jawa yang dicetak miring di atas

jika diartikan dalam bahasa Indonesia kurang lebih memiliki arti kemudahan

dan kelancaran memperoleh uang atau penghasilan. Ungkapan tersebut

digunakan karena dirasa pengertiannya cocok untuk melukiskan perbuatan

penutur atau untuk mengistilahkan sesuatu yang ada pada penutur. Kata-kata

tersebut menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa alusio, yaitu gaya

bahasa perbandingan yang mempergunakan ungkapan peribahasa atau kata-

kata yang artinya diketahui umum, seperti pada data di atas. Pemakaian gaya

bahasa alusio dalam tuturan bahasa iklan jasa di atas dipilih dengan alasan

gaya bahasa tersebut mampu menampilkan istilah atau perumpamaan yang

sekiranya cocok dan sesuai dengan jenis produk yang diiklankan atau

kebutuhan pengiklan.

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

86

7) Gaya Bahasa Alegori

Mas Suryo, pendidikan itu investasi masa depan. (Js/ WM/ 37)

Kata pendidikan pada kalimat di atas diibaratkan seperti investasi atau

tabungan untuk masa depan seseorang. Pendidikan diperbandingkan dengan

suatu hal secara keseluruhan dan utuh. Perbandingan yang memperlihatkan

suatu perbandingan utuh dan membentuk kesatuan yang utuh merupakan

pengertian dari gaya bahasa alegori. Dalam kalimat diatas penggunaan gaya

bahasa alegori ditunjukkan dengan kata-kata yang dicetak miring, yaitu

pendidikan itu investasi masa depan. Pemakaian gaya bahasa alegori dalam

tuturan bahasa iklan jasa di atas didasarkan pada kebutuhan pengiklan untuk

menyampaikan pesan iklan dalam bentuk perbandingan. Dengan

perbandingan tersebut, pengiklan secara tidak langsung telah memberikan

gambaran atau pemahaman lebih dan utuh kepada konsumennya.

8) Gaya Bahasa Klimaks

Aman, nyaman, mandiri, sejahtera. (Js/ SIM/ 39)

Pada data di atas diutarakan beberapa hal secara berurutan dari hal

yang pengertiannya sederhana hingga hal yang pengertiannya lebih

meningkat, yaitu mulai dari kata aman, nyaman, mandiri, kemudian

sejahtera. Hal tersebut menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa

klimaks, yaitu gaya bahasa penegasan dengan menyatakan beberapa hal

berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin

memuncak. Kata aman diartikan dengan suatu keadaan yang bebas

gangguan, sedangkan kata nyaman diartikan suatu keadaan yang tanpa

gangguan, bisa membuat perasaan tenang dan enak. Urutan kata berikutnya,

yaitu kata mandiri dan sejahtera. Kata mandiri memiliki arti lebih meningkat

lagi dari dua kata sebelumnya, yaitu suatu keadaan yang tanpa bantuan orang

lain mampu mencukupi diri sendiri atau mampu menciptakan suatu karya

atau usaha sendiri; sedangkan kata sejahtera berarti suatu keadaan hidup

yang aman, nyaman, sentosa, makmur, dan bahagia. Pemakaian gaya bahasa

klimaks dalam tuturan bahasa iklan jasa di atas bertujuan untuk

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

87

menyampaikan manfaat-manfaat yang akan diperoleh konsumen dengan

mengikuti program atau layanan jasa yang ditawarkan pengiklan.

9) Gaya Bahasa Tropen

Menjadi retailer pulsa HP adalah jalan paling cepat dan nyaman untuk hidup lebih nyaman dan jadi kaya. (Js/ ALT/ 42) Penggunaan kata retailer berarti pedagang eceran, yang pada data di

atas adalah berjualan pulsa. Dalam pengklasifikasian jenis-jenis gaya bahasa,

hal ini termasuk dalam pemakaian gaya bahasa tropen. Gaya bahasa tropen

adalah gaya bahasa perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan

memperbandingkan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata-kata yang

mengandung pengertian yang sejalan dan sejajar. Pemakaian gaya bahasa

tropen dalam bahasa iklan jasa dipilih pengiklan untuk menggantikan istilah

atau sebutan yang sudah biasa digunakan dengan istilah atau sebutan yang

baru tanpa mengurangi arti dengan istilah yang lama. Hal ini dimaksudkan

guna menghindari kebosanan dan kemonotonan gaya penyampaian iklan.

10) Gaya Bahasa Metonimia

Sekarang telah hadir Altolud untuk membantu Anda jadi kaya dan lebih nyaman. (Js/ ALT/ 43) Kata Altolud pada kalimat di atas merupakan nama jasa yang

ditawarkan. Penggunaan nama jasa pada data tersebut digunakan untuk

mengasosiasikan produk yang digunakannya atau produk yang ditawarkan

pengiklan. Pemakaian nama jasa ini mengindikasikan adanya penggunaan

gaya bahasa metonimia, yaitu gaya bahasa perbandingan yang menggunakan

merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang digunakan

atau dikerjakan, sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.

Pemakaian gaya bahasa metonimia dalam tuturan bahasa iklan jasa

dimaksudkan untuk kemudahan dalam pengucapan atau penyampaian jenis

jasa kepada konsumen.

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

88

e. Iklan Produk Obat

Iklan produk obat merupakan iklan yang menawarkan barang-barang atau

produk-produk obat. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan produk obat

ada tiga, yaitu iklan Bio Activa, iklan Hemaviton Jreng, dan iklan Paramex.

Dalam iklan produk obat, pemakaian gaya bahasa yang muncul meliputi gaya

bahasa interupsi, gaya bahasa polisidenton, gaya bahasa metonimia, gaya bahasa

asidenton, dan gaya bahasa hiperbola. Berikut ini penjelasan masing-masing

pemakaian gaya bahasa iklan tersebut.

1) Gaya Bahasa Interupsi

Bio Activa dibuat dari daun-daun herbal terbaik, ramuan tradisional Kalimantan yang sudah terkenal khasiatnya. (Ob/ BA/ 45) Bagian akhir dari kalimat di atas merupakan penjelas dari bagian

kalimat pokoknya atau kalimat sebelumnya, yaitu Bio Activa. Dengan

mengacu pada keterangan tersebut, bisa dikatakan bahwa data tersebut

mengandung pemakaian gaya bahasa interupsi. Gaya bahasa penegasan yang

menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di dalam kalimat

pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya

adalah pengertian dari gaya bahasa interupsi. Pemakaian gaya bahasa

interupsi dalam tuturan bahasa iklan produk obat di atas didasarkan pada

keinginan pengiklan untuk menjelaskan lebih detail produk yang

ditawarkannya. Selain itu, gaya bahasa ini pengiklan gunakan untuk

memudahkan konsumen memahami jenis obat yang diiklankannya agar tidak

takut dan was was untuk mengkonsumsinya.

2) Gaya Bahasa Polisidenton

Bio Activa terbukti sudah banyak menolong penderita diabetes, asam urat, kolesterol, rematik, kanker, darah tinggi, maag, dan masih banyak lagi. (Ob/ BA/ 46) Kata hubung dan pada data di atas merupakan kata hubung yang

menggabungkan penyebutan beberapa hal secara berurutan. Hal itu

menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa polisidenton, yaitu gaya bahasa

penegasan yang menyatakan beberapa benda, hal atau keadaan secara

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

89

berurutan dengan menggunakan kata hubung. Pemakaian gaya bahasa

polisidenton dalam tuturan bahasa iklan produk obat bertujuan untuk

menyebutkan satu per satu keunggulan dari produk, yakni obat yang

ditawarkan, dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Penyebutan ini,

menurut informan, sangat diperlukan oleh konsumen guna mengetahui

kegunaan apa saja atau penyakit apa saja yang bisa disembuhkan oleh obat

tersebut.

3) Gaya Bahasa Metonimia

Kalau haus minum Jreng. (Ob/ HJ/ 47) Paramex cepat sembuhkan sakit kepala. (Ob/ PRX/ 50) Kata Jreng dan Paramex pada kalimat di atas merupakan sebutan

merk produk yang ditawarkan. Pemakaian merk dagang tersebut

mengindikasikan adanya penggunaan gaya bahasa metonimia, yaitu gaya

bahasa perbandingan yang menggunakan merk dagang atau nama barang

untuk melukiskan sesuatu yang digunakan atau dikerjakan, sehingga kata itu

berasosiasi dengan benda keseluruhan. Pemakaian gaya bahasa metonimia

dalam tuturan bahasa iklan produk obat didasarkan pada keinginan pengiklan

agar merk dagang atau nama produknya lebih dikenal oleh masyarakat.

Dengan menyebutkan merk dagang secara langsung dan diikuti dengan

keunggulan dan manfaatnya, pengiklan akan lebih mudah untuk menarik

perhatian pembeli atau konsumen.

4) Gaya Bahasa Asidenton

Jreng original dengan energi vitamin C8, Jreng Lemon, Jreng Mangga, Jreng Anggur. (Ob/ HJ/ 48) Penyebutan beberapa hal secara berurutan tanpa memakai tanda

hubung seperti pada data di atas disebut dengan gaya bahasa asidenton. Gaya

bahasa ini bisa dikatakan lawan dari gaya bahasa polisidenton. Gaya bahasa

asidenton termasuk gaya bahasa penegasan yang cukup sering digunakan

dalam bahasa-bahasa iklan karena lebih singkat dan padat. Pemakaian gaya

bahasa asidenton dalam tuturan bahasa iklan produk obat, khususnya iklan

Hemaviton Jreng yang berbentuk sebuah jingle di atas, dimaksudkan untuk

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

90

memudahkan pengiklan dalam pengucapan bunyinya. Gaya bahasa tersebut

digunakan iklan Hemaviton Jreng hanya untuk menyebutkan aneka rasa dari

produk tersebut, sehingga pengiklan menganggap gaya bahasa tersebut tepat

dan sesuai dengan keinginan pengiklan.

5) Gaya Bahasa Hiperbola

Sakit kepalaku, mau pecah… rasanya. (Ob/ PRX/ 49)

Kalimat sakit kepalaku, mau pecah… rasanya yang dicetak miring di

atas menunjukan adanya pemakaian gaya bahasa hiperbola. Gaya bahasa

hiperbola adalah gaya bahasa perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan

mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih

hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti. Kalimat di atas ingin

menggambarkan keadaan seseorang yang sedang merasakan sakit kepala

yang teramat sakit, sehingga penggunaan kata kepalaku mau pecah dianggap

cukup mampu mengutarakan maksud pengiklan. Pemakaian gaya bahasa

hiperbola dalam tuturan bahasa iklan produk obat di atas secara tidak

langsung mampu menyampaikan keunggulan dari produk obat yang

ditawarkan, yakni obat Paramex. Keunggulan yang dimaksud adalah obat

Paramex mampu menyembuhkan sakit kepala yang terasa amat sakit apabila

konsumen merasa sakit kepala yang dideritanya tersebut seakan-akan mau

pecah.

f. Iklan Produk Kebersihan

Iklan produk kebersihan merupakan iklan yang menawarkan barang-

barang atau alat-alat untuk kebersihan. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori

iklan produk kebersihan ada dua, yaitu iklan Mama Lemon dan iklan Soklin

Softergent. Dalam iklan produk obat, pemakaian gaya bahasa yang muncul

meliputi gaya bahasa asidenton dan gaya bahasa metafora. Berikut ini penjelasan

masing-masing pemakaian gaya bahasa iklan tersebut.

1) Gaya Bahasa Asidenton

Tapi ini lemak soto, lemak rendang, lemak sate, lemak tongseng, lemak sambel, lemak gorengan, lemak bakso. (Kb/ ML/ 51)

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

91

Penyebutan beberapa hal secara berurutan tanpa memakai tanda

hubung seperti pada data di atas disebut dengan gaya bahasa asidenton. Gaya

bahasa asidenton termasuk gaya bahasa penegasan yang cukup sering

digunakan dalam bahasa-bahasa iklan karena lebih singkat dan padat. Data di

atas merupakan tuturan yang diambil dari tuturan bahasa iklan produk

kebersihan, yakni iklan Mama Lemon yang berbentuk dialog. Berdasar pada

bentuk penyampaian dari iklan tersebut, pengiklan menggunakan gaya

bahasa asidenton untuk menyebutkan kotoran dari jenis makanan apa saja

yang mampu dibersihkan oleh produk sabun cuci tersebut. Selain itu, gaya

bahasa ini secara tidak langsung akan memberikan keyakinan kepada

konsumen terhadap kehebatan produk sabun cuci yang diiklankan.

2) Gaya Bahasa Metafora

Habis, lembutnya handuk ini kayak dipeluk Mama lho. (Kb/ SKS/ 52)

Pemakaian gaya bahasa metafora ditunjukkan pada kata-kata yang

dicetak miring pada data di atas. Gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa

perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan

tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama. Pada tuturan kalimat data

nomor 52 di atas, kelembutan handuk yang dicuci dengan produk kebersihan

sabun cuci Soklin Softergent diasosiasikan atau disamakan dengan

kelembutan pelukan seorang mama. Pemakaian gaya bahasa metafora dalam

tuturan bahasa iklan produk kebersihan di atas, tepatnya iklan Soklin

Softergent, dipilih pengiklan dengan alasan gaya bahasa tersebut mampu

memberikan pemahaman manfaat produk atau ketersampaian pesan iklan

tersebut dapat tercapai melalui perbandingan yang digunakan pengiklan.

Gaya bahasa ini lebih mudah untuk mempengaruhi konsumen agar memakai

produk yang ditawarkannya.

g. Iklan Produk Pakaian dan Asesoris

Iklan produk pakaian dan asesoris merupakan iklan yang menawarkan

barang-barang atau produk-produk pakaian dan asesoris. Iklan-iklan yang

termasuk dalam kategori iklan produk ini ada dua, yaitu iklan Arco Baleno dan

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

92

iklan Optik Pranoto. Dalam iklan produk pakaian dan asesoris, pemakaian gaya

bahasa yang muncul meliputi gaya bahasa alusio, gaya bahasa metonimia, gaya

bahasa eksklamasio, dan gaya bahasa polisidenton. Berikut ini penjelasan masing-

masing pemakaian gaya bahasa iklan tersebut.

1) Gaya Bahasa Alusio

Uu…uh, istriku yang hamil muda. (Pk/ AB/ 53)

Ungkapan atau idiom hamil muda pada data di atas memiliki maksud

kehamilan yang masuk usia muda, sekitar 1-3 bulan. Pemakaian ungkapan di

atas menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa alusio. Gaya bahasa alusio

adalah gaya bahasa perbandingan yang menggunakan ungkapan peribahasa,

atau kata-kata yang artinya diketahui umum. Gaya bahasa alusio digunakan

pengiklan dalam tuturan bahasa iklan produk kebersihan dengan alasan gaya

bahasa tersebut dapat menampilkan istilah atau perumpamaan yang sekiranya

cocok dan sesuai dengan jenis produk yang diiklankan atau kebutuhan

pengiklan.

2) Gaya Bahasa Metonimia

Tapi, nama anak kita sama Arco Baleno itu hubungannya apa, Mas? (Pk/ AB/ 54) Penyebutan Arco Baleno pada kalimat di atas merupakan sebutan

merk yang ditawarkan. Pemakaian merk dagang tersebut mengindikasikan

adanya penggunaan gaya bahasa metonimia, yaitu gaya bahasa perbandingan

yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu

yang digunakan atau dikerjakan, sehingga kata itu berasosiasi dengan benda

keseluruhan. Pemakaian gaya bahasa metonimia dalam tuturan bahasa iklan

produk pakaian didasarkan pada keinginan pengiklan agar merk dagang atau

nama produknya lebih dikenal oleh masyarakat. Dengan menyebutkan merk

dagang secara langsung dan diikuti dengan keunggulan dan manfaatnya,

pengiklan akan lebih mudah untuk menarik perhatian pembeli atau

konsumen.

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

93

3) Gaya Bahasa Eksklamasio

O…h, indah sekali. (Pk/ AB/ 55)

Penggunaan kata o…h pada data di atas dimaksudkan untuk

menegaskan atau menggambarkan perasaan senang dan takjub terhadap suatu

hal. Kata tersebut menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa eksklamasio.

Gaya bahasa eksklamasio adalah gaya bahasa penegasan yang memakai kata-

kata seru sebagai penegas. Pemakaian gaya bahasa eksklamasio dalam

tuturan bahasa iklan produk pakaian di atas dimaksudkan untuk mendukung

pengungkapan maksud cerita yang disusun pengiklan. Selain itu, gaya bahasa

tersebut sengaja dipakai pengiklan karena mampu menghilangkan kesan kaku

dalam tuturan bahasa iklan yang berbentuk dialog di radio.

4) Gaya Bahasa Polisidenton

Ditunjang laboratorium modern, menerima resep dokter, askes, dan jamsostek. (Pk/ OP/ 56) Kata dan pada kalimat di atas merupakan kata hubung yang

menggabungkan penyebutan beberapa hal secara berurutan, sehingga menjadi

penanda adanya pemakaian gaya bahasa polisidenton. Pemakaian gaya

bahasa polisidenton dalam tuturan bahasa iklan produk asesoris, yakni iklan

Optik Pranoto, bertujuan untuk menyebutkan satu per satu keunggulan dari

produk, yakni layanan yang ditawarkan, dalam memberikan berbagai

pelayanan kepada konsumen. Penyebutan ini, menurut informan, sangat

diperlukan oleh konsumen guna mengetahui fasilitas atau keuntungan apa

saja yang bisa diperoleh dengan menggunakan produk ini.

h. Iklan Produk Kendaraan

Iklan produk kendaraan merupakan iklan yang menawarkan barang-barang

atau produk-produk kendaraan. Iklan yang termasuk dalam kategori iklan produk

ini hanya ada satu, yaitu iklan Pusat Jaya Harpindo Jaya Grup. Dalam iklan

tersebut muncul satu jenis gaya bahasa, yaitu gaya bahasa metonimia.

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

94

1) Gaya Bahasa Metonimia

Dalam iklan Pusat Jaya Harpindo Jaya Grup hanya memunculkan satu

macam pemakaian gaya bahasa, yaitu gaya bahasa metonimia. Gaya bahasa

metonimia adalah gaya bahasa perbandingan yang menggunakan merk

dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang digunakan atau

dikerjakan, sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.

Untung ada Pusat Jaya. (Kd/ PJ/ 57)

Penyebutan Pusat Jaya pada data di atas merupakan nama merk

dagang produk yang diiklankan pengiklan yang menunjukkan adanya

pemakaian gaya bahasa metonimia. Penyebutan merk dagang secara

langsung ini dimaksudkan agar masyarakat atau sasaran iklan dapat cepat dan

mudah mengingat nama merk yang ditawarkan.

Dari hasil analisis pemakaian gaya bahasa dalam bahasa iklan komersial di

radio menunjukkan bahwa gaya bahasa-gaya bahasa yang sering digunakan atau

sering muncul dalam bahasa iklan komersial tersebut meliputi: gaya bahasa

metonimia, gaya bahasa polisidenton, gaya bahasa asidenton, gaya bahasa

eksklamasio, gaya bahasa klimaks, gaya bahasa interupsi, gaya bahasa hiperbola,

dan gaya bahasa alusio. Pemakaian gaya bahasa-gaya bahasa tersebut dikarenakan

gaya bahasa di atas mampu memberikan nilai rasa bahasa tersendiri dalam iklan

dan mampu memunculkan makna pesan yang disampaikan pengiklan, baik

langsung maupun tak langsung.

3. Wujud Campur Kode

Campur kode adalah fenomena pencampuran bahasa kedua ke dalam

bahasa pertama, pencampuran bahasa asing atau daerah ke dalam struktur bahasa

ibu baik dalam tingkat kata, frasa, klausa, idiom, maupun sapaan. Penganalisisan

campur kode dalam iklan komersial di bawah ini dilakukan berdasarkan pada

klasifikasi iklan sebelumnya. Analisis campur kode terhadap data iklan komersial

di radio dapat dijelaskan sebagai berikut.

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

95

a. Iklan Produk Properti

Iklan produk properti merupakan iklan yang menawarkan barang-barang

atau produk-produk properti, seperti meja, kursi, dan perabot rumah lainnya.

Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan properti terdiri dari iklan

Colombus, iklan Purnama Steel Kanopi Kanopi, Iklan Meubel Jempol, dan iklan

Margo Murah Baru.

1) Iklan Toko Colombus

Dalam iklan Toko Colombus terdapat tiga macam campur kode yang

meliputi campur kode kata (CKK), campur kode baster (CKB), dan campur

kode frasa (CKF). Berikut ini penjelasan masing-masing campur kode

tersebut.

a) Campur kode yang berwujud kata

Kata adalah satuan bebas terkecil yang memiliki satu pengertian

atau arti, baik dalam bentuk verba (kata kerja), nomina (kata benda),

adjektiva (kata sifat), maupun bentuk-bentuk yang lain sesuai pembagian

kata tersebut. Data di bawah ini menunjukkan adanya campur kode yang

berwujud kata.

Eh Bu, kok perabotane dari dulu kok nggak ganti-ganti to, Bu. I…ih, kuno banget lho, Bu. (CKK 2) Pokokmen, Bu Dini tu kalo pengen apa-apa ya, datang aja ke Colombus. (CKK 4) Cash atau kredit. (CKK 5) Makanya, segera kunjungi showroom Colombus Jalan Lawu No. 31 Karanganyar telp. 7006760 atau Jalan Honggowongso No. 97 Pasar Kembang Solo telp. 719837, tepatnya utara Pasar Kembang. (CKK 6) Sales kami akan datang untuk isi aplikasi yang Anda inginkan. (CKK 7) Bahasa dasar: Bahasa Indonesia

Pada kalimat di atas terjadi penyisipan kata nggak, banget, pingin

dan partikel kok, to dan lho. Penyisipan kata dan partikel yang diambil

dari bahasa Jawa dan dialek Jakarta di atas termasuk dalam kategori

campur kode yang bersifat ke dalam. Peristiwa campur kode di atas

dimaksudkan untuk menciptakan suasana tuturan yang luwes, santai, dan

akrab.

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

96

Selain campur kode ke dalam, data di atas juga menampilkan

campur kode ke luar, yaitu pada data nomor 5, 6, dan 7. Penyisipan kata-

kata bahasa Inggris seperti cash, showroom, dan sales yang dalam bahasa

Indonesia berturut-turut memiliki arti tunai, tempat untuk memamerkan

barang jualan, dan penjual merupakan peristiwa campur kode yang

bersifat ke luar. Penggunaan unsur-unsur tersebut dimaksudkan untuk

bergengsi, memberikan kesan modern, dan menarik perhatian pendengar

iklan.

b) Campur kode yang berwujud baster

Baster adalah hasil perpaduan dua unsur bahasa yang membentuk

satu makna. Campur kode yang berwujud baster ditunjukkan pada data di

bawah ini.

Eh Bu, kok perabotane dari dulu kok nggak ganti-ganti to, Bu. (CKB 1) Pokokmen, Bu Dini tu pengen apa-apa ya, datang aja ke Colombus. (CKB 3) Bahasa dasar : Bahasa Indonesia

Kata perabotane dan pokokmen pada data di atas merupakan wujud

baster. Serpihan unsur bahasa Jawa {-ne} dan {-men}, yang dalam bahasa

Indonesia tidak ada padanannya, terpengaruh oleh dialek Jawa. Peristiwa

campur kode bahasa Jawa ini termasuk dalam campur kode yang bersifat

ke dalam. Peristiwa campur kode di atas dimaksudkan untuk menciptakan

suasana tuturan yang luwes, santai, dan akrab.

c) Campur kode yang berwujud frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang merupakan kesatuan linguistik

dan tidak melebihi batas fungsi atau jabatan kalimat. Campur kode yang

berwujud frasa dapat dilihat pada data berikut ini.

Ada double bonus lho dari Colombus yang terlengkap, terjangkau, tercepat, terbaik, dan terjamin. (CKF 8) Bahasa dasar : Bahasa Indonesia

Penggunaan frasa bahasa Inggris double bonus dalam bahasa

Indonesia memiliki arti tambahan ganda. Campur kode ini termasuk

campur kode yang bersifat ke luar. Penggunaan unsur bahasa Inggris ini

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

97

dimaksudkan untuk kemantapan dan ketepatan arti yang dimaksud dalam

suatu tuturan.

2) Iklan Purnama Steel Kanopi Kanopi

Dalam iklan Purnama Steel Kanopi Kanopi terdapat dua macam

campur kode yang meliputi campur kode kata (CKK) dan campur kode frasa

(CKF). Berikut ini penjelasan masing-masing campur kode tersebut.

a) Campur kode yang berwujud kata

Kata adalah satuan bebas terkecil yang memiliki satu pengertian

atau arti, baik dalam bentuk verba (kata kerja), nomina (kata benda),

adjektiva (kata sifat), maupun bentuk-bentuk yang lain sesuai pembagian

kata tersebut. Campur kode yang berwujud kata ditampilkan pada data di

bawah ini.

Selain ahli bikin kanopi dan besi tempa, juga ahli mengerjakan relling tangga dan balkon, pagar, pintu, tralis. (CKK 9) Bahasa dasar: bahasa Indonesia

Kata yang dicetak miring di atas merupakan pungutan dari bahasa

Inggris, yang secara harfiah berarti menggerakkan. Namun, kata di atas

secara keseluruhan memiliki makna tangga lipat. Pencampuran unsur

bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia (bahasa ibu) tersebut masuk

dalam campur kode yang bersifat ke luar dan pencampuran ini didasari

pada faktor keinginan pengiklan untuk menciptakan kesan modern pada

tuturannya.

b) Campur kode yang berwujud frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang merupakan kesatuan linguistik

dan tidak melebihi batas fungsi atau jabatan kalimat. Data di bawah ini

menunjukkan adanya campur kode yang berwujud frasa.

Pokoknya, semuanya dech yang berhubungan dengan stainless steel. (CKF 10) Bahasa dasar: bahasa Indonesia

Frasa stainless steel merupakan pungutan dari bahasa Inggris. Frasa

tersebut jika dijabarkan terdiri dari kata stainless berarti tidak dapat

berkarat dan steel berarti besi (dalam bahasa Indonesia), sehingga

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

98

stainless steel bisa diartikan besi yang tidak mudah atau tidak dapat

berkarat. Penggunaan frasa dari bahasa asing tersebut dilatari faktor

keinginan pengiklan untuk menggunakan suatu kata atau ungkapan yang

tepat arti dan menciptakan kesan modern. Pencampuran kode di atas

termasuk dalam campur kode yang bersifat ke luar.

3) Iklan Meubel Jempol

Dalam iklan Meubel Jempol terdapat dua macam campur kode yang

meliputi campur kode kata (CKK) dan campur kode frasa (CKF). Berikut ini

penjelasan masing-masing campur kode tersebut.

a) Campur kode yang berwujud kata

Wa…h, habis dapat arisan ni, Kang. Pengen beli tempat tidur baru. (CKK 11) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Data di atas menunjukkan adanya campur kode yang berwujud kata.

Kata panggilan Kang dan kata pengen di atas merupakan kata atau unsur

dari bahasa Jawa. Kata panggilan Kang dalam bahasa Indonesia dapat

diartikan ‘kakak laki-laki, saudara laki-laki’; sedangkan kata pengen sama

maknanya dengan kata ingin. Campur kode yang unsurnya diambil dari

bahasa daerah termasuk dalam campur kode yang bersifat ke dalam.

Penggunaan kata-kata tersebut dimaksudkan untuk memunculkan suasana

tuturan yang kedaerahan, komunikasi yang dilakukan antara pembicara

atau pelaku iklan menjadi lebih santai dan akrab di telinga pendengar atau

sasaran iklan. Hal ini, juga mendukung pemahaman pendengar akan alur

cerita iklan atau pesan yang ingin disampaikan pengiklan.

Loh, maksudmu opo Kang? (CKK 12) Wis akeh tonggo-tonggone dhewe sing keno tipu sales gadungan. (CKK 13) Wo…a meyakinkan tenan lho penampilane. (CKK 14) Bahasa dasar: bahasa Jawa

Ketiga data di atas memiliki bahasa dasar berupa bahasa Jawa.

Unsur-unsur yang dicampur dalam tuturan di atas berupa bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris. Kata maksudmu, tipu, dan gadungan

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

99

dipungut dari bahasa Indonesia, sedangkan kata sales, yang berarti

penjual, dipungut dari bahasa Inggris. Penggunaan kata-kata tersebut

dimaksudkan untuk menimbulkan kesan metropolitan, modern, dan

kemantapan maksud pengiklan yang disampaikan.

b) Campur kode yang berwujud frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang merupakan kesatuan linguistik

dan tidak melebihi batas fungsi atau jabatan kalimat. Data di bawah ini

menunjukkan adanya campur kode yang berwujud frasa.

Nganggo surat pengantar, barang. (CKF 15) Soko ndhek mbiyen sampe sak iki sing jenenge Toko Meubel Jempol di semua cabang lan kota ora pernah dodolan secara door to door. (CKF 16) Bahasa dasar: bahasa Jawa

Frasa surat pengantar dan di semua cabang diambil dari bahasa

Indonesia. Frasa tersebut digunakan dalam tuturan bahasa Jawa dengan

maksud untuk ketepatan arti kata yang ingin disampaikan. Pencampuran

kode di atas merupakan campur kode yang bersifat ke dalam.

Frasa door to door diambil dari bahasa Inggris yang berarti

mendatangi dari rumah ke rumah. Frasa ini digunakan dengan maksud

untuk menimbulkan kesan modern dan kemantapan maksud yang

diinginkan. Pencampuran di atas termasuk dalam campur kode ke luar.

4) Iklan Margo Murah Baru

Dalam iklan Margo Murah Baru terdapat dua macam campur kode

yang meliputi campur kode kata (CKK) dan campur kode frasa (CKF).

Berikut ini penjelasan masing-masing campur kode tersebut.

a) Campur kode yang berwujud kata

Kata adalah satuan bebas terkecil yang memiliki satu pengertian

atau arti, baik dalam bentuk verba (kata kerja), nomina (kata benda),

adjektiva (kata sifat), maupun bentuk-bentuk yang lain sesuai pembagian

kata tersebut. Data yang menampilkan campur kode yang berwujud kata

dapat dilihat pada data di bawah ini.

Mumpung ada penawaran spesial. (CKK 19)

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

100

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Tuturan kalimat berbahasa dasar Indonesia di atas menampilkan

adanya campur kode ke dalam. Pencampuran tersebut ditunjukkan dengan

kata mumpung yang diambil dari bahasa Jawa. Kata tersebut memiliki

padanan kata dalam bahasa Indonesia, yakni selagi. Penggunaan kata

mumpung di atas oleh pengiklan dimaksudkan untuk menciptakan suasana

tuturan yang kedaerahan.

b) Campur kode yang berwujud frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang merupakan kesatuan linguistik

dan tidak melebihi batas fungsi atau jabatan kalimat. Frasa spring bed

pada data di bawah ini dipungut dari bahasa Inggris. Frasa tersebut berarti

tempat tidur.

Hah, spring bed?! (CKF 18)

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Pencampuran unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia di atas

termasuk dalam campur kode yang bersifat ke luar. Pencampuran tersebut

dimaksudkan untuk bergengsi, kemantapan maksud tuturan pengiklan,

dan menciptakan kesan modern.

b. Iklan Produk Makanan

Iklan produk makanan merupakan iklan yang menawarkan barang-barang

atau produk-produk makanan. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan

produk makanan meliputi iklan Kecap Teh Cap Nyapu Pekalongan, iklan Sirup

Niki Sari, dan iklan Ale-Ale.

1) Iklan Teh Cap Nyapu Pekalongan

Dalam iklan Teh Cap Nyapu Pekalongan hanya ada satu macam

campur kode, yaitu campur kode kata (CKK). Kata adalah satuan bebas

terkecil yang memiliki satu pengertian atau arti, baik dalam bentuk verba

(kata kerja), nomina (kata benda), adjektiva (kata sifat), maupun bentuk-

bentuk yang lain sesuai pembagian kata tersebut.

Denger-denger, kok rame terus sama suami. (CKK 20)

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

101

Hush, bukan itu maksudku. (CKK 21) Kalo itu sich gampang, Bu. (CKK 22) Coba dech, pasti nyes. (CKK 23) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Penggunaan kata denger-denger, rame, hush, gampang, dan nyes di

atas dipungut dari bahasa Jawa. Pemakaian kata denger-denger, rame, dan

gampang disebabkan faktor keinginan pengiklan untuk memunculkan

komunikasi yang bersifat kedaerahan, santai, dan mudah dipahami.

Sementara itu, kata hush dan nyes dimasukkan dalam tuturan berbahasa dasar

bahasa Indonesia di atas disebabkan dalam bahasa Indonesia tidak ada

padanan kata yang sesuai dengan kata-kata tersebut. Dengan kata lain, kata

tersebut digunakan untuk ketepatan arti atau ungkapan perasaan yang ingin

pengiklan hadirkan dalam tuturan iklannya.

2) Iklan Sirup Niki Sari

Dalam iklan Sirup Niki Sari hanya ada satu macam campur kode, yaitu

campur kode kata (CKK). Campur kode yang muncul pada data di bawah ini

merupakan campur kode yang bersifat ke luar. Kata adalah satuan bebas

terkecil yang memiliki satu pengertian atau arti, baik dalam bentuk verba

(kata kerja), nomina (kata benda), adjektiva (kata sifat), maupun bentuk-

bentuk yang lain sesuai pembagian kata tersebut.

Frambors, jeruk, mocca, rosemelon.(CKK24)

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Kata rosemelon merupakan kata yang menunjukkan pencampuran

tersebut. Kata yang dipungut dari bahasa Inggris di atas memiliki arti dalam

bahasa Indonesia. Pencampuran di atas didasarkan pada keinginan untuk

sekedar bergengsi dan memberi kesan metropolitan.

3) Iklan Ale-Ale

Dalam iklan Ale-Ale terdapat dua macam campur kode yang meliputi

campur kode kata (CKK) dan campur kode klausa (CKKl). Berikut ini

penjelasan masing-masing campur kode tersebut.

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

102

a) Campur kode yang berwujud kata

Kata adalah satuan bebas terkecil yang memiliki satu pengertian

atau arti, baik dalam bentuk verba (kata kerja), nomina (kata benda),

adjektiva (kata sifat), maupun bentuk-bentuk yang lain sesuai pembagian

kata tersebut. Campur kode yang berwujud kata pada data di bawah ini

termasuk dalam campur kode yang bersifat ke luar.

Ada orange, strawberry, dan apel fuji.(CKK 25)

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Pencampuran tersebut ditandai dengan adanya kata orange dan

strawberry. Kedua kata tersebut dalam bahasa Indonesia sama maknanya

dengan kata jeruk dan stroberi. Pencampuran di atas didasarkan pada

faktor gengsi, metropolitan, dan modern.

b) Campur kode yang berwujud klausa

Klausa adalah suatu konstruksi (bangunan) yang sekurang-

kurangnya terdiri atas unsur subjek-predikat. Data di bawah ini

merupakan data yang menunjukkan adanya campur kode yang berwujud

klausa.

Ale-Ale terbukti sebagai minuman Indonesia dan branch a world. (CKKl 26) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Pencampuran kode di atas ditunjukkan dengan klausa yang

dipungut dari bahasa Inggris, yakni klausa branch a world. Klausa

tersebut mempunyai makna merk dagang yang telah diakui semua

negara. Pencampuran kode tersebut termasuk dalam campur kode ke luar

yang disebabkan faktor gengsi dan menciptakan kesan modern.

c. Iklan Produk Kosmetik

Iklan produk kosmetik merupakan iklan yang menawarkan barang-barang

atau produk-produk kosmetik atau kecantikan. Iklan-iklan yang termasuk dalam

kategori iklan produk kosmetik ada dua, yakni iklan New Give White dan iklan

Hair Sense.

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

103

1) Iklan New Give White

Dalam iklan New Give White ada dua macam campur kode, yaitu

campur kode frasa (CKF) dan campur kode kata (CKK). Penjelasan masing-

masing campur kode dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

a) Campur kode yang berwujud frasa

Moisturewhite-nya melembapkan plus bikin kulit kita putih tapi nggak kering. (CKF 27) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Frasa moisturewhite dipungut dari bahasa Inggris yang berarti

pelembap yang memutihkan. Frasa asing di atas digunakan karena faktor

ketepatan arti tuturan, sekedar gengsi dan menciptakan kesan modern.

Pencampuran di atas termasuk dalam campur kode ke luar.

b) Campur kode yang berwujud kata

Kata plus merupakan kata dari bahasa Inggris yang berarti tambah.

Kata plus disebabkan faktor gengsi dan memunculkan kesan modern.

Pencampuran di atas termasuk dalam campur kode ke luar.

Moisturewhite-nya melembapkan plus bikin kulit kita putih tapi nggak kering. (CKK 28) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

2) Iklan Hair Sense

Dalam iklan Hair Sense juga hanya ada satu macam campur kode, yaitu

campur kode kata (CKK). Kata adalah satuan bebas terkecil yang memiliki

satu pengertian atau arti, baik dalam bentuk verba (kata kerja), nomina (kata

benda), adjektiva (kata sifat), maupun bentuk-bentuk yang lain sesuai

pembagian kata tersebut. Kata conditioner termasuk kata dari bahasa Inggris

yang berarti pengkondisi atau sesuatu yang bisa digunakan untuk merawat.

Hair Sense mengandung protein sutra berfungsi sebagai conditioner khusus yang menjaga rambut tetap sehat, jadi tidak rusak dan menutup uban dengan sempurna. (CKK 28) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Kata conditioner disebabkan faktor keinginan pengiklan untuk

menggunakan kata yang dirasa mantap dengan maksud tuturan iklan, sekedar

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

104

gengsi, dan memunculkan kesan modern. Pencampuran di atas termasuk

dalam campur kode ke luar.

d. Iklan Jasa

Iklan jasa merupakan iklan yang menawarkan barang-barang atau produk-

produk berupa layanan jasa. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan jasa

di antaranya iklan Tabib Ibu Rizal, iklan BPR Trihasta Prasojo, iklan BPR Weleri

Makmur, iklan PT Sarana Insan Mandiri, dan iklan Altolud.

1) Iklan Tabib Ibu Rizal

Dalam iklan Ale-Ale hanya terdapat satu macam campur kode, yaitu

campur kode kata (CKK). Kata adalah satuan bebas terkecil yang memiliki

satu pengertian atau arti, baik dalam bentuk verba (kata kerja), nomina (kata

benda), adjektiva (kata sifat), maupun bentuk-bentuk yang lain sesuai

pembagian kata tersebut.

Sakit nich senut…senut… (CKK 29)

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Kata senut adalah kata dalam bahasa Jawa yang digunakan oleh

seseorang untuk mengungkapkan rasa sakit. Kata tersebut tidak memiliki

padanan kata yang lain dalam bahasa Indonesia. Penggunaan unsur itu hanya

untuk menyangatkan pesan atau ucapan yang disampaikan pengiklan.

Pencampuran kata senut dalam tuturan yang berbahasa dasar bahasa

Indonesia di atas dilatarbelakangi oleh faktor ketidakadaan padanan kata

dalam bahasa Indonesia. Campur kode pada data di atas termasuk dalam

campur kode yang bersifat ke dalam.

2) Iklan BPR Trihasta Prasojo

Dalam iklan BPR Trihasta Prasojo terdapat tiga macam campur kode

yang meliputi campur kode kata (CKK), campur kode baster (CKB), dan

campur kode frasa (CKF). Berikut ini penjelasan masing-masing campur

kode tersebut.

a) Campur kode yang berwujud kata

Buat mantu. (CKK 31)

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

105

A…h Bapak iki, apa-apa kok andalane BPR Trihasta Prasojo. (CKK 32) Bapak itu bener, Buk. (CKK 34) Jangan-jangan syarate angel. (CKK 35) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Penggunaan kata mantu, iki, bener, dan angel merupakan kata-kata

yang diambil dari bahasa Jawa. Di dalam bahasa Indonesia, kata-kata

tersebut sama maknanya dengan kata punya hajat, ini, benar, dan sulit.

Pencampuran unsur suatu bahasa yang diambil dari bahasa daerah

termasuk dalam campur kode ke dalam. Percampuran kata-kata tersebut

dengan maksud ingin memunculkan suasana akrab dan santai antara

pelaku-pelaku iklan, yaitu antaranggota keluarga. Pencampuran kode

yang bersifat ke dalam di atas disebabkan faktor keinginan untuk

memunculkan suasana kedaerahan dalam tuturan yang disampaikan

pengiklan.

b) Campur kode yang berwujud baster

Baster adalah hasil perpaduan dua unsur bahasa yang membentuk

satu makna. Campur kode yang berwujud baster ditunjukkan pada data di

bawah ini.

A…h Bapak iki, apa-apa kok apa-apa kok andalane BPR Trihasta Prasojo. (CKB 33) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Kata andalane di atas merupakan perpaduan dua unsur bahasa dari

dua bahasa yang berbeda, yakni bahasa Indonesia (kata andalan) dan

bahasa Jawa (akhiran /e/). Kata tersebut jika ditulis dalam penulisan yang

baku seharusnya berbunyi andalannya. Pencampuran kode yang bersifat

ke dalam di atas dilatarbelakangi oleh faktor keinginan pengiklan untuk

menciptakan suasana tuturan yang kedaerahan dan terdengar lebih luwes.

c) Campur kode yang berwujud frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang merupakan kesatuan linguistik

dan tidak melebihi batas fungsi atau jabatan kalimat. Frasa dari bahasa

asing yang muncul pada data di bawah ini memiliki padanan makna

dengan kata ayo dalam bahasa Indonesia.

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

106

Kalau gitu let’s go yo, Pak ke BPR Trihasta Prasojo. (CKF 36)

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Frasa let’s go mengindikasikan sebuah ajakan dengan penuh

semangat terhadap suatu hal oleh penutur kepada mitra tutur. Frasa

tersebut menunjukkan pencampuran kode yang bersifat ke luar yang

dimaksudkan untuk memberikan kesan modern dan sekedar gengsi.

3) Iklan BPR Weleri Makmur

Dalam iklan BPR Weleri Makmur terdapat dua macam campur kode

yang meliputi campur kode kata (CKK), campur kode baster (CKB), dan

campur kode frasa (CKF). Berikut ini penjelasan masing-masing campur

kode tersebut.

a) Campur kode yang berwujud kata

Monggo Mas Suryo. (CKK 37) Padahal anak saya juga pengen kuliah, tapi saya ini nggak gableg duit, blas. (CKK 38) Kayak aku, kredit di BPR Weleri Makmur. (CKK 39) Lha, BPR Weleri Makmur kuwi alamate mana to, Mas? (CKK 40) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Pencampuran kode berwujud kata pada data di atas termasuk

campur kode yang bersifat ke dalam. Kata monggo, pengen, blas, dan

kuwi dipungut dari bahasa Jawa; sedangkan kata kayak dipungut dari

bahasa Betawi. Kata-kata tersebut secara berurutan memiliki padanan

makna dengan kata silahkan, ingin, sama sekali, seperti, dan itu dalam

bahasa Indonesia. Pencampuran kode di atas dilatarbelakangi faktor

keinginan untuk menghormati mitra tuturnya, ketidakadaan padanan kata,

ketepatan maksud sebuah kata, dan memunculkan suasana kedaerahan.

b) Campur kode yang berwujud baster

Sebelah utara prapatan Warung Pelem itu to? (CKB 41)

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Baster yang terbentuk karena perpaduan antara unsur bahasa Jawa

dan bahasa Indonesia di atas merupakan pencampuran kode yang bersifat

ke dalam. Bentuk baster prapatan yang seharusnya berbunyi perempatan

Page 125: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

107

didasari oleh faktor keinginan untuk menciptakan kesan tuturan yang

santai, akrab, dan mudah dipahami.

c) Campur kode yang berwujud frasa

Kalo’ nggak gableg duit, ya kredit saja. (CKF 42)

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Frasa adalah satuan gramatikal yang merupakan kesatuan linguistik

dan tidak melebihi batas fungsi atau jabatan kalimat. Frasa gableg duit,

hasil adopsi dari frasa bahasa Jawa, mempunyai makna mampu

menghasilkan uang lebih banyak dan lebih cepat. Pencampuran kode di

atas merupakan campur kode ke dalam yang didasari pada faktor

ketepatan dan kemantapan suatu tuturan, serta memberikan suasana

tuturan yang kedaerahan.

4) Iklan PT Sarana Insan Mandiri

Dalam iklan PT Sarana Insan Mandiri hanya ada satu macam campur

kode, yaitu campur kode kata (CKK). Kata fashion pada data di bawah ini

menunjukkan adanya pencampuran kode yang berwujud kata. Kata tersebut

dipungut dari bahasa Inggris yang berarti model.

Perusahaan mainan anak dan fashion di Malaysia Barat. (CKK 43)

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Pencampuran kata fashion di atas termasuk dalam campur kode yang

bersifat ke luar. Campur kode ini dimaksudkan untuk memberikan kesan

modern dan menarik.

5) Iklan Altolud

Dalam iklan Altolud hanya ada satu macam campur kode, yaitu campur

kode kata (CKK). Penggunaan kata retailer pada data di bawah ini termasuk

campur kode ke luar, karena kata tersebut diambil dari bahasa Inggris.

Demikian tadi pengumuman khusus untuk Anda yang siap menjadi kaya dengan menjadi retailer pulsa HP Altolud. (CKK 44) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Kata retailer memiliki arti penjual eceran. Campur kode yang muncul

pada data di atas didasarkan pada faktor gengsi dan agar tuturan terdengar

lebih menarik.

Page 126: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

108

e. Iklan Produk Obat

Iklan produk obat merupakan iklan yang menawarkan barang-barang atau

produk-produk obat. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan produk obat

di antaranya iklan Bio Activa, iklan Hemaviton Jreng, dan iklan Paramex.

1) Iklan Hemaviton Jreng

Dalam iklan Hemaviton Jreng hanya terdapat satu macam campur

kode, yaitu campur kode kata (CKK). Kata adalah satuan bebas terkecil yang

memiliki satu pengertian atau arti, baik dalam bentuk verba (kata kerja),

nomina (kata benda), adjektiva (kata sifat), maupun bentuk-bentuk yang lain

sesuai pembagian kata tersebut. Penjelasan campur kode yang berwujud kata

dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

Mate ngantuk jadi ngejreng. (CKK 45) Jreng original dengan energi vitamin C8, Jreng Lemon, Jreng Mangga, Jreng Anggur. (CKK 46) Rame-rame minum Jreng yang pake ekstrak ginseng. (CKK 47) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Kata mate diambil dari bahasa Betawi, kata original diambil dari

bahasa Inggris, dan kata ulang rame-rame diambil dari bahasa Jawa. Ketiga

kata di atas secara berurutan memiliki padanan makna dengan kata mata,

asli, dan ramai-ramai dalam bahasa Indonesia. Pencampuran kode pada data

nomor 45 dan 47 di atas termasuk dalam campur kode yang bersifat ke

dalam, sedangkan pencampuran kode pada data nomor 46 di atas termasuk

dalam campur kode yang bersifat ke luar.

2) Iklan Paramex

Dalam iklan Paramex hanya terdapat satu macam campur kode, yaitu

campur kode kata (CKK). Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini

menunjukkan adanya campur kode berujud kata.

Cenut, cenut sakit kepala. (CKK 48)

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Kata cenut adalah kata hasil pungutan dari bahasa Jawa. Kata tersebut

merupakan kata yang digunakan seseorang untuk mengungkapkan perasaan

atau rasa sakit yang dideritanya. Dalam bahasa Indonesia, kata tersebut tidak

Page 127: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

109

memiliki padanan kata. Pencampuran kode diatas termasuk dalam campur

kode yang bersifat ke dalam. Campur kode tersebut disebabkan karena

ketidakadaan padanan kata dalam bahasa Indonesia dan keinginan untuk

menciptakan suasana kedaerahan pada tuturan.

f. Iklan Produk Kebersihan

Iklan produk kebersihan merupakan iklan yang menawarkan barang-

barang atau alat-alat kebersihan. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan

produk kebersihan meliputi iklan Mama Lemon dan iklan Soklin Softergent.

1) Iklan Mama Lemon

Dalam iklan Mama Lemon terdapat tiga macam campur kode yang

meliputi campur kode kata (CKK), campur kode frasa (CKF), dan campur

kode klausa (CKKl). Berikut ini penjelasan masing-masing campur kode

tersebut.

a) Campur kode yang berwujud kata

Triple daya cucinya. (CKK 49) Ssst…ada juga yang Mama Lemon Apple lho. (CKK 50) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Kata triple dan apple memiliki arti tiga kali dan apel dalam bahasa

Indonesia. Kedua kata di atas dipungut dari kosakata bahasa Inggris.

Pencampuran kata di atas merupakan campur kode ke luar yang didasari

faktor gengsi dan agar terkesan modern, serta menarik.

b) Campur kode yang berwujud frasa

Mama Lemon double extrac lemon. (CKF 51)

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Frasa adalah satuan gramatikal yang merupakan kesatuan linguistik

dan tidak melebihi batas fungsi atau jabatan kalimat. Frasa double extrac

merupakan frasa dari bahasa Inggris. Frasa yang dicetak miring di atas

memiliki arti khasiat ganda. Pencampuran kode tersebut termasuk campur

kode yang bersifat ke luar. Campur kode itu disebabkan faktor gengsi dan

kemenarikan tuturan bahasa iklan.

Page 128: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

110

c) Campur kode yang berwujud klausa

Mama Lemon kini dengan three action cleaning power. (CKKl 52)

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Klausa three action cleaning power, dalam bahasa Indonesia,

memiliki arti kekuatan mencuci dengan tiga aksi. Pencampuran kode di

atas termasuk campur kode ke luar yang dilatarbelakangi faktor rasa

gengsi, modern, dan kemenarikan tuturan bahasa iklan.

2) Iklan Soklin Softergent

Dalam iklan Soklin Softergent hanya terdapat satu macam campur

kode, yaitu campur kode kata (CKK). Kata plus pada data di bawah ini

menunjukkan adanya campur kode ke luar. Kata tersebut mempunyai arti

tambah. Pencampuran kode tersebut didasarkan pada faktor gengsi dan

kemenarikan sebuah kata.

Deterjen plus pelembut yang mampu membersihkan tanpa noda, lembut, dan harumnya terasa di setiap helainya. (CKK 53) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

g. Iklan Produk Pakaian dan Asesoris

Iklan produk pakaian dan asesoris merupakan iklan yang menawarkan

barang-barang atau produk-produk berupa pakaian dan asesoris. Iklan-iklan yang

termasuk dalam kategori iklan produk pakaian dan asesoris meliputi iklan Arco

Baleno dan iklan Optik Pranoto.

1) Iklan Arco Baleno

Dalam iklan Arco Baleno terdapat dua macam campur kode yang

terdiri dari campur kode kata (CKK) dan campur kode frasa (CKF) dan.

Berikut ini penjelasan masing-masing campur kode tersebut.

a) Campur kode yang berwujud kata

Nyidam beli baju batik di Arco Baleno PGS. (CKK 54) Besok habis ke Arco Baleno PGS di lantai basement di Blok A8-1, 2, dan 3 kita langsung ke Arco Baleno di Jalan Cendrawasih M5 Solo Baru. (CKK 55) Di Arco Baleno bajunya bagus, harganya nggak bikin getun. (CKK 56) Kaos dan T-shirt pasangan diskon empat puluh persen. (CKK 57)

Page 129: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

111

Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Keempat kata yang dicetak miring di atas menunjukkan adanya

campur kode kata. Kata nyidam dan getun berasal dari kosakata bahasa

Jawa, sedangkan kata basement dan t-shirt berasal dari kosakata bahasa

Inggris. Kata-kata tersebut secara berurutan memiliki arti menyesal,

dasar, dan kemeja dalam bahasa Indonesia. Pencampuran kode yang

terjadi pada data nomor 54 dan 56 merupakan campur kode ke dalam

dengan latar belakang faktor keinginan untuk menciptakan suasana

tuturan yang kedaerahan, sedangkan pencampuran kode yang terjadi pada

data nomor 55 dan 57 merupakan campur kode ke luar dengan latar

belakang faktor gengsi, terkesan modern, dan kemenarikan sebuah kata.

b) Campur kode yang berwujud frasa

Arco Baleno memang terkenal dengan modelnya yang up to date, Koko. (CKF 58) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Frasa adalah satuan gramatikal yang merupakan kesatuan linguistik

dan tidak melebihi batas fungsi atau jabatan kalimat. Frasa up to date

yang berasal dari bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia, berarti terbaru.

Frasa asing di atas mengindikasikan adanya campur kode yang bersifat ke

luar. Campur kode tersebut didasarkan pada faktor gengsi, kemenarikan

dan kemodernan sebuah kata.

2) Iklan Optik Pranoto

Dalam iklan Optik Pranoto terdapat dua macam campur kode yang

meliputi campur kode kata (CKK), dan campur kode frasa (CKF). Berikut ini

penjelasan masing-masing campur kode tersebut.

a) Campur kode yang berwujud kata

Lagi ada promo softlense lho. (CKK 59) Disposable warna brilian dari seratus delapan puluh lima ribu jadi seratus tiga puluh lima ribu. (CKK 60) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Peristiwa campur kode di atas merupakan campur kode ke luar.

Unsur bahasa asing yang berupa kata softlense dan disposable masing-

masing memiliki arti lensa lunak dan tersedia. Penyisipan ini dilakukan

Page 130: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

112

untuk menarik khalayak terhadap iklan yang ditawarkan dan untuk

sekedar gengsi.

b) Campur kode yang berwujud frasa

Disposable warna funky tones dan disposable frequency dari seratus tiga puluh lima ribu jadi seratus ribu. (CKF 61) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Frasa funky tones dan disposable frequency diambil dari bahasa

Inggris. Frasa tersebut menunjukkan adanya campur kode ke luar.

Pencampuran kode di atas dimaksudkan untuk sekedar bergengsi,

terdengar modern, dan menarik.

h. Iklan Produk Kendaraan

Iklan produk kendaraan merupakan iklan yang menawarkan barang-barang

atau produk-produk kendaraan, seperti motor, mobil, dan truk. Iklan yang

termasuk dalam kategori iklan produk kendaraan hanya ada satu, yaitu iklan Pusat

Jaya Harpindo Jaya Grup.

1) Iklan Pusat Jaya Harpindo Jaya Grup

Dalam iklan Pusat Jaya Harpindo Jaya Grup terdapat dua macam

campur kode yang terdiri dari campur kode kata (CKK) dan campur kode

frasa (CKF). Berikut ini penjelasan masing-masing campur kode tersebut.

a) Campur kode yang berwujud kata

Halo man, apa kabar? (CKK 63) Kredit gampang. (CKK 64) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Kata sapaan bahasa Inggris man yang memiliki arti sebutan bagi

orang laki-laki, merupakan peristiwa campur kode ke luar. Penggunaan

kata sapaan ini agar terkesan bergengsi dan terdengar keren. Sementara

itu, pada data nomor 64 muncul campur kode ke dalam. Hal itu

ditunjukkan dengan penggunaan kata gampang yang memiliki arti mudah

dalam bahasa Indonesia. Pencampuran kode tersebut dimaksudkan untuk

menciptakan suasana tuturan yang kedaerahan dan mudah dimengerti

pendengar.

Page 131: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

113

b) Campur kode yang berwujud frasa

Pusat Jaya Harpindo Jaya Grup, Yamaha Center pertama di Indonesia yang menyediakan lebih lengkap segala tipe motor Yamaha. (CKF 65) Bahasa dasar : bahasa Indonesia

Frasa Yamaha Center memiliki arti Pusat Yamaha. Penggunaan

frasa tersebut dimaksudkan untuk gengsi, menimbulkan kesan modern,

terdengar keren, dan terkesan lebih menarik. Campur kode di atas

termasuk dalam campur ke luar.

4. Wujud Alih Kode

Alih kode adalah suatu peristiwa peralihan dari bahasa yang satu ke bahasa

yang lain. Analisis alih kode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pemakaian bahasa Indonesia ke bahasa lain atau peralihan dari bahasa lain ke

penggunaan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa iklan yang disiarkan oleh Radio

JPI tidak hanya menggunakan kata-kata dari bahasa Indonesia, tetapi juga kata-

kata dari bahasa lain. Dari 26 data iklan, terdapat 8 iklan yang menampilkan alih

kode. Analisis alih kode yang terdapat dalam data iklan komersial di radio dapat

dijelaskan sebagai berikut.

a. Iklan Colombus

Penutur : si A

Mitra tutur : si B

Topik pembicaraan : perabotan kuno

Tujuan pembicaraan : saling mengingatkan

Situasi pembicaraan : di rumah, informal, dan santai

Data Alih Kode (AK 1) :

A : “Kulo nuwun…” B : “Monggo, monggo…” A : “Eh Bu, kok perabotane dari dulu kok nggak ganti-ganti to, Bu. I…ih,

kuno banget lho, Bu.” B : “Perabotan sekarang mahal-mahal.” Wacana iklan Colombus berupa wacana dialog yang diperankan oleh dua

orang pemeran iklan dan seorang narator. Pada dialog di atas menampilkan

Page 132: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

114

adanya alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Dialog tersebut diawali

penutur dengan menggunakan kata sapaan bahasa Jawa, yakni kulo nuwun. Mitra

tutur, dengan latar kebahasaan yang sama, menanggapi sapaan tersebut dengan

menggunakan bahasa Jawa pula. Penggunaan kalimat sapaan dalam bahasa Jawa

dimaksudkan agar terkesan lebih akrab dan saling menghormati antara si A dan si

B (pelaku iklan), serta lebih terdengar santai di telinga pendengar.

Pada saat si A memulai pembicaraan inti, dia beralih kode dari bahasa

Jawa ke bahasa Indonesia dialek Jakarta. Peralihan kode ini termasuk dalam alih

kode yang bersifat intern atau ke dalam. Alih kode yang ditampilkan di atas

dilatarbelakangi oleh faktor topik pembicaraan.

b. Iklan Purnama Steel Kanopi Kanopi

Penutur : si A (bapak)

Mitra tutur : si B (ibu)

Topik pembicaraan : rumah berkanopi

Tujuan pembicaraan : meminta pendapat

Situasi pembicaraan : di rumah, informal, dan santai

Data Alih Kode (AK 2) :

A : “Gimana Bu, setelah teras kita ada kanopinya?” B : “Bagus ya Pak. Eyup. Rumah kita terlihat makin cantik.” Wacana iklan Purnama Steel Kanopi Kanopi berupa wacana dialog yang

diperankan oleh dua orang pemeran iklan dan seorang narator. Pada dialog di atas

menampilkan adanya alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Dialog

tersebut diawali penutur dengan menggunakan tuturan berupa kalimat pertanyaan

dari bahasa Indonesia ragam santai. Pertanyaan tersebut dijawab si B atau mitra

tutur dengan bahasa Indonesia pula, namun pada kalimat berikutnya mitra tutur

mulai melakukan alih kode. Peralihan kode tersebut ditunjukkan dengan kata

eyup. Peralihan di atas termasuk dalam alih kode ke dalam (intern) yang

dilatarbelakangi faktor mitra tutur. Karena sama-sama memiliki latar kebahasaan

yang sama, yakni bahasa Jawa, maka mitra tutur melakukan alih kode tersebut.

Page 133: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

115

c. Iklan Meubel Jempol

Penutur : si A

Mitra tutur : si B

Topik pembicaraan : keinginan membeli tempat tidur

Tujuan pembicaraan : menasehati untuk berhati-hati

Situasi tuturan : informal dan santai

Data Alih Kode (AK 3) :

A : “Wa…h, habis dapat arisan ni, Kang. Pingin beli tempat tidur baru. Tadi itu ada orang yang ke sini nawarin. Harganya murah-murah lho, Kang.”

B : “Ati-ati lho, Yu.” Wacana iklan Meubel Jempol berbentuk dialog dengan tanpa narator

diperankan oleh dua orang, yakni si A dan si B. Latar cerita dalam iklan tersebut

dibuat sesantai mungkin dengan ditandai adanya penggunaan kata panggilan Kang

(saudara atau kakak laki-laki) dan Yu (saudara atau kakak perempuan). Pada awal

dialog, si A sebagai penutur membuka pembicaraan dengan menggunakan bahasa

Indonesia ragam santai. Penutur menyampaikan keinginannya untuk membeli

tempat tidur baru karena baru saja mendapat arisan. Sebagai mitra tutur yang

memiliki latar kebahasaan yang sama dengan penutur, si B menanggapi ucapan si

A dengan menggunakan bahasa Jawa. Tanggapan yang diutarakannya hanya

sekedar peringatan atau nasihat untuk berhati-hati kalau membeli tempat tidur.

Hal ini ditunjukkan dengan kalimat ati-ati lho, Yu di atas. Peralihan kode yang

dilakukan oleh si B sebagai mitra tutur termasuk dalam alih kode yang bersifat ke

dalam.

d. Iklan Teh Cap Nyapu Pekalongan

Penutur : Bu Ani

Mitra tutur : Jeng Tatik

Topik pembicaraan : perasaan tidak puas

Tujuan pembicaraan : mempertanyakan rasa keheranannya

Situasi tuturan : di sebuah pasar, informal, dan santai

Page 134: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

116

Data Alih Kode (AK 4) :

Bu Ani : “Itu lho, Jeng. Bapaknya anak-anak masak dikasih tiap hari kok nggak pernah puas.”

Jeng Tatik : “Opo? Nggak pernah puas?” Wacana iklan Teh Cap Nyapu Pekalongan berbentuk dialog dengan

disertai seorang narator. Iklan tersebut diperankan oleh dua orang, yakni si A dan

si B. Dalam wacana iklan Teh Cap Nyapu Pekalongan muncul dua peristiwa alih

kode yang berlatarbelakang mitra tutur. Pada data nomor 4 di atas, bu Ani sebagai

penutur menggunakan bahasa Indonesia ragam santai. Penutur menceritakan

ketidakpuasaan suaminya yang dianggapnya sudah keterlaluan. Si B, sebagai

mitra tutur, menanggapi tuturan penutur tersebut dengan menggunakan bahasa

Jawa berupa kalimat tanya Opo?. Tanggapan tersebut mitra tutur lanjutkan dengan

penggunaan bahasa Indonesia ragam santai. Peralihan kode yang mitra tutur

lakukan pada data di atas, dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, merupakan alih

kode yang bersifat ke dalam.

Data Alih Kode (AK 5) :

Bu Ani : “Teh Cap Nyapu Pekalongan? Belinya dimana to, Jeng?” Jeng Tatik : “Ya di warung-warung, di toko-toko. Semua ada kok.

Coba dech, pasti nyes.” Bu Ani : “Oo… ho oh, ho oh.” Masih dalam iklan yang sama, alih kode kedua muncul pada dialog

selanjutnya. Data dengan nomor 5 di atas merupakan data alih kode yang bersifat

ke dalam. Penutur dalam tuturannya menggunakan bahasa Indonesia ragam santai

dan ditanggapi mitra tutur dengan bahasa Indonesia ragam santai pula. Pada

tuturan yang dilakukan penutur berikutnya, dia menggunakan bahasa Jawa dalam

bentuk kalimat pernyataan setuju. Pada data di atas, peralihan kode tersebut

ditunjukkan dengan kalimat Oo… ho oh, ho oh.

e. Iklan Tabib dr. Nita, MA.

Penutur : si A

Mitra tutur : si B

Topik pembicaraan : penyakit yang pernah diderita kambuh

Page 135: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

117

Tujuan pembicaraan : memberikan informasi pengobatan alternatif

Situasi pembicaraan : di rumah, informal, dan santai

Data Alih Kode (AK 6) :

A : “Jam semene isih kemul sarung, klumbrak-klumbruk. Jane ki yo gene to, Mbak, Mbak?”

B : “Iki lho… ambeienku kumat.” A : “Gampang, Mbak. Nyang nggone wae dr. Nita, M. A. Mesti beres…” Narator : Tabib Nita, M. A. ahli mengobati penyakit kewanitaan. Kanker payudara, keputihan separah apapun satu minggu sembuh total, ingin keturunan dua sampai tiga kali terapi langsung hamil. Pada dialog di atas menampilkan adanya alih kode dari bahasa Jawa ke

bahasa Indonesia. Dalam iklan di atas, pembicaraan yang dilakukan antara si A

dan si B menggunakan bahasa Jawa. Pada saat narator mulai berdialog, dia

melakukan alih kode ke bahasa Indonesia ragam resmi. Peralihan kode ini

dilatarbelakangi faktor topik pembicaraan. Dialog yang diucapkan narator berupa

topik tentang penjelasan pengobatan alternatif yang diiklankan.

f. Iklan BPR Trihasta Prasojo

Penutur : si A (ibu)

Mitra tutur : si B (bapak)

Topik pembicaraan : butuh dana

Tujuan pembicaraan : memberikan informasi tempat kredit

Situasi tuturan : di rumah, informal, dan santai

Data Alih Kode (AK 7) :

A : “Wa…h Pak, kita butuh dana banyak lho, Pak. Buat mantu.” B : “Tenang saja, Buk. Kita ambil kredit di BPR Trihasta Prasojo saja.

Piye?” Wacana iklan BPR Trihasta Prasojo berupa dialog yang diperankan oleh

tiga pelaku iklan dengan tanpa narator. Pada tuturan di atas menampilkan adanya

alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Peralihan ini termasuk dalam alih

kode yang bersifat intern atau ke dalam. Alih kode yang ditampilkan di atas

dilatarbelakangi oleh faktor mitra tutur. Antara penutur dengan mitra tutur,

keduanya memiliki latar kebahasaan yang sama, yaitu bahasa Jawa. Hal ini dapat

Page 136: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

118

dilihat dari suasana dialog yang coba ditampilkan pengiklan, yaitu setting

keluarga. Dengan latar kebahasaan yang sama di atas, memungkinkan penutur dan

mitra tutur beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa atau sebaliknya.

Data Alih Kode (AK 8) :

B : “Angel piye to? Syaratnya ya umum saja. Fotokopi KTP suami istri dan KK yang masih berlaku, fotokopi surat nikah, slip gaji, jaminan BPKB dan SHM. Lebih detail lagi ya ke BPR Trihasta Prasojo saja.”

Pada dialog di atas, alih kode kembali muncul. Peralihan kode dilakukan

dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Kalimat angel piye to? memiliki arti sulit

bagaimana to? dalam bahasa Indonesia. Peralihan di atas termasuk dalam alih

kode ke dalam yang dilatarbelakangi oleh topik pembicaraan. Bahasa Jawa

digunakan untuk dialog dengan topik pembicaraan yang santai antarkeluarga,

sedangkan bahasa Indonesia digunakan untuk dialog dengan topik pembicaraan

tentang informasi penting dari produk yang diiklankan.

Data Alih Kode (AK 9) :

A : “Biar kreditnya cepet cair. Aku selak pingin mantu.”

Peralihan kode ketiga yang dimunculkan dalam iklan BPR Trihasta Prasojo

dilatarbelakangi oleh faktor topik pembicaraan. Pada awal kalimat penutur

menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan keunggulan produk yang

diiklankan, sedangkan pada kalimat berikutnya penutur menggunakan bahasa

Jawa untuk menyampaikan keinginannya mengadakan hajatan secepat-cepatnya.

Peralihan di atas termasuk dalam alih kode yang bersifat ke dalam atau intern.

g. Iklan BPR Weleri Makmur

Penutur : Mas Cahyo

Mitra tutur : Mas Suryo

Topik pembicaraan : mengantar kuliah

Tujuan pembicaraan : menanyakan tujuan pergi

Situasi tuturan : di jalan, informal, dan santai

Data Alih Kode (AK 10) :

Mas Cahyo : “Monggo Mas Suryo.” Mas Suryo : “E…h Mas Cahyo. Mau kemana?”

Page 137: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

119

Mas Cahyo : “Mau nganter anakku, si Danang, masuk kuliah.” Wacana iklan BPR Weleri Makmur diperankan oleh dua orang pelaku

dengan tanpa narator. Wacana iklan di atas berbentuk dialog. Dialog tersebut

diawali dengan penggunaan bahasa Jawa berupa sapaan yang dilakukan oleh

penutur. Selanjutnya, dialog dilakukan oleh mitra tutur yang menggunakan bahasa

Indonesia. Pada tuturan berikutnya, penutur beralih kode menggunakan bahasa

Indonesia ragam santai. Peralihan yang muncul pada data di atas merupakan alih

kode ke dalam. Alih kode tersebut dilatarbelakangi faktor topik pembicaraan,

yakni dari topik yang ringan hanya sekedar sapaan berubah ke topik tentang

kuliah.

h. Iklan Hemaviton Jreng

Data Alih Kode (AK 11) :

Jreng, jreng, ya Hemaviton Jreng. Jreng segarnya, jreng staminanya. Hehehe… ape gue kate. Jreng segarnya, jreng khasiatnya. Iklan Hemaviton Jreng merupakan iklan wacana monolog. Pada iklan ini

muncul alih kode yang bersifat ke dalam, yakni bahasa Indonesia ke bahasa

Betawi. Pengalihan tersebut ditandai dengan penggunaan kalimat ape gue kate.

Kalimat tersebut merupakan kalimat tuturan dari bahasa Betawi. Pengalihan di

atas dilatar belakangi faktor humor, yaitu agar tuturan lebih terdengar lucu dan

menarik pendengar atau sasaran iklan.

Page 138: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

120

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang karakteristik

pemakaian bahasa iklan komersial di radio pada bab sebelumnya, maka peneliti

dapat simpulkan sebagai berikut.

1. Karakteristik diksi yang muncul dalam bahasa iklan komersial di radio

meliputi: a) pemakaian kata-kata gaul, b) pemakaian kata-kata asing,

c) pemakaian kata bersinonim, d) pemakaian kata khusus, e) pemakaian kata-

kata daerah, dan f) pemakaian kata bermakna konotasi. Pemakaian kata-kata

tersebut didasarkan pada jenis produk yang diiklankan, daerah asal pendengar,

usia pendengar, dan keinginan pengiklan untuk menyampaikan pesan atau

informasi iklannya dengan bahasa yang komunikatif, terkesan modern dan

gaul, serta mudah dimengerti pendengar. Pemakaian lima karakteristik diksi

tersebut dikarenakan diksi-diksi di atas mampu menampilkan bahasa iklan

komersial yang mudah dipahami pendengar, cocok dengan jenis produk

iklannya, dan mampu menyampaikan pesan iklan tepat sasaran dan tujuan.

Sementara itu, gaya bahasa yang muncul dalam iklan komersial di radio

meliputi: a) gaya bahasa metonimia, b) gaya bahasa polisidenton, c) gaya

bahasa asidenton, d) gaya bahasa eksklamasio, e) gaya bahasa klimaks, f) gaya

bahasa interupsi, g) gaya bahasa hiperbola, dan h) gaya bahasa alusio.

Pemakaian gaya bahasa tersebut didasarkan pada jenis produk yang

diiklankan, bentuk wacana iklan, pendengar yang menjadi sasaran iklan, dan

kebiasaan-kebiasaan pendengar. Pemakaian delapan gaya bahasa tersebut

dikarenakan gaya bahasa di atas mampu memberikan nilai rasa bahasa

tersendiri dalam iklan dan mampu memunculkan makna pesan yang

disampaikan pengiklan, baik langsung maupun tak langsung.

2. Wujud campur kode yang muncul dalam iklan komersial di radio meliputi:

a) campur kode berwujud kata, b) campur kode berwujud frasa, c) campur

kode berwujud baster, dan d) campur kode berwujud klausa. Wujud alih kode

Page 139: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

121

dalam iklan komersial di radio bersifat ke dalam atau intern yang meliputi

bahasa Jawa, dialek Jakarta, dan bahasa Betawi. Alih kode dalam iklan

komersial di radio dilatarbelakangi oleh faktor penutur, mitra tutur, topik

pembicaraan, dan membangkitkan rasa humor.

B. Implikasi

Implikasi adalah konsekuensi logis dari simpulan. Hasil penelitian ini,

tentunya, berimplikasi pada pemakaian bahasa iklan di radio. Selain itu, hasil

penelitian ini juga berimplikasi terhadap pengajaran bahasa Indonesia. Implikasi

terhadap pemakaian bahasa iklan ditunjukkan dengan adanya pemakaian diksi,

gaya bahasa, campur kode, dan alih kode yang memiliki karakteristik tertentu.

Bertolak pada fungsi bahasa itu sendiri, penelitian ini memberikan gambaran

bahwa fungsi bahasa sebagai gejala budaya bersifat dinamis. Bahasa akan tumbuh

dan berkembang sejalan dengan meningkatnya keanekaragaman pemakaian

bahasa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

pemakaian bahasa Indonesia dalam dunia periklanan. Penggunaan bahasa yang

dioptimalkan dengan baik dan tepat dalam setiap ranah akan menghasilkan suatu

karya bahasa yang menarik, komunikatif, senantiasa berkembang, dan bermanfaat

bagi kehidupan manusia. Dalam arti, manfaat penggunaan bahasa Indonesia tidak

hanya terbatas pada keperluan yang fungsional dan mendasar, akan tetapi mampu

dikembangkan dalam penerapan pengetahuan bahasa di berbagai bidang.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengajaran bahasa

Indonesia khususnya mengenai diksi, gaya bahasa, campur kode, dan alih kode.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan materi ajar tentang

perbendaharaan kata, macam-macam gaya bahasa, dan pemanfaatan bahasa

Indonesia kepada siswa, sehingga minat dan apresiasi untuk belajar bahasa akan

meningkat. Hal ini sesuai dengan salah satu kompetensi dasar yang tercantum

dalam kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia SMP, yakni siswa mampu menulis

naskah iklan dengan bahasa yang efektif, baik, dan benar.

Semakin banyak siswa dihadapkan pada hasil karya yang tidak sekedar

teoretis, maka apresiasi siswa terhadap bahasa akan semakin meningkat. Selain

Page 140: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

122

itu, penelitian ini akan memberikan wawasan kepada siswa tentang pemilihan

diksi dan pemakaian gaya bahasa pada bidang periklanan, sehingga mampu

menumbuhkan kreativitas berbahasa. Semakin banyak siswa mengetahui fungsi

dan peranan pemakaian bahasa Indonesia, maka semakin tinggi apresiasi siswa

terhadap bahasa.

Karakteristik pemakaian diksi, gaya bahasa, campur kode, dan alih kode

tidak hanya ditemukan dalam iklan komersial di radio, tetapi juga dapat

ditemukan pada iklan yang ada di media cetak dan elektronik lainnya dengan

berbagai variasi dan jenis iklannya. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat

dijadikan bahan penunjang bagi penelitian-penelitian yang lain.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, peneliti dapat kemukakan

beberapa saran di antaranya:

1. kepada praktisi periklanan

Bahasa yang dipakai dalam iklan harus mengarahkan target audience

untuk membeli, menggunakan, atau beralih pada produk maupun jasa yang

diiklankan. Gaya bahasa yang dipakai harus disesuaikan dengan siapa ia

berbicara, bagaimana kebiasaan perilaku, dan di mana mereka berada.

Penggunaan bahasa yang tidak efektif menyebabkan pesan yang ingin

disampaikan kepada konsumen menjadi tidak tepat sasaran. Namun, pilihan kata

yang dipilih harus dapat memberi ketepatan makna karena pada masyarakat

tertentu sebuah kata sering mempunyai makna yang baik dan pada masyarakat

yang lain memberikan makna yang kurang baik. Penggunaan bahasa harus

disesuaikan dengan norma kebahasaan suatu kalangan.

2. kepada peneliti bahasa

Bahasa yang digunakan dalam iklan, baik iklan di media massa maupun

iklan di media elektronik, seringkali tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang baik

dan benar. Peneliti bahasa hendaknya mampu memberikan penelaahan bahasa

iklan yang mendalam untuk berbagai jenis iklan dan media penyampaiannya, agar

Page 141: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

123

masyarakat tidak mudah tertipu dan mendapatkan pemahaman yang positif

tentang bahasa iklan.

3. kepada pihak radio

Bahasa iklan komersial yang disiarkan melalui salah satu media

elektronik, yakni radio, memiliki ragam maupun bentuk penyampaian iklan yang

berbeda dengan media elektronik lainnya. Iklan di radio lebih menitikberatkan

pada pemakaian bahasa dan unsur suara atau efek suara pendukung iklan. Oleh

karena itu, penyampaian iklan khususnya iklan komersial harus mampu

menampilkan nilai tambah kepada pendengarnya dibanding iklan yang

disampaikan lewat media yang lain.

Page 142: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

124

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1998. Semantik. Bandung: Sinar Baru.

Aminuddin, dkk. 1990. Penelitian Kualitatif dalam Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.

Bahasa Prokem Indonesia Ensiklopedia Bebas. http://id.wikipedia.org (diakses pada hari Senin, 21 Juni 2010).

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Darmawan, Ferry. 2006. “Posmodernisme Kode Visual dalam Iklan Komersial”. Jurnal Komunikasi Mediator.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

_________, Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 1: Pengantar Ke Arah Ilmu Makna. Bandung: Eresco.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS.

Frank, Jefkins. 1996. Periklanan. Jakarta: Balai Pustaka.

Halliday, M. A. K. dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Terjemahan Asruddin Barori Tou. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Husein, Junus dan Arifin Banasuru. 1996. Bahasa Indonesia Tinjauan Sejarahnya dan Pemakaian Kalimat yang Baik dan Benar. Surabaya: Usaha Nasional.

Kasali, Rhenald. 1995. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama.

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Page 143: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

125

Lestari, Sri. 2001. Karakteristik Bahasa Iklan di Majalah Remaja. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni UNS, Surakarta.

Liliweri, Alo. 1992. Dasar-dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Moeleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

Nababan, P. W. J. 1993. Sosiolinguistik. Jakarta: Gramedia.

Nasution, S. 2002. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwo, Bambang Kaswanti (Ed). 1989. “Sosiolinguistik Suatu Pengantar” Pellba 2. Jakarta: Gramedia.

Purwoko, Herudjati. 2008. Jawa Ngoko: Ekspresi Komunikasi Arus Bawah. Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang.

Rahmadi, F. 1994. Public Relation dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Rustamaji, dkk. 2003. Panduan Belajar Bahasa Indonesia. Surakarta: Primagama.

Saleh, Chaerul. 2006. September 15. Bahasa Gaul Gitu Looh… . Kompas. 50.

Saddhono, Kundharu. 2007. Oreng Madure dan Wong Solo (Fenomena Integrasi Linguistik Kultural). Surakarta: UNS Press.

Saragih, Ferdinaen. 2010. Menyoal Bahasa “Gaul”. http://oase.kompas.com (diakses pada hari Senin, 21 Juni 2010).

Subroto, D. Edi. 1997. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudiana, Dendi. 1986. Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remadja Karya.

Sulistyaningtyas, Tri. 2008. “Diksi dalam Wacana Iklan Berbahasa Indonesia” Jurnal Sosioteknologi. Tahun ke-7, No. 15: 495-502.

Sumarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA.

Page 144: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTERISTIK ... · pemakaian diksi dan gaya bahasa dalam iklan komersial di radio dan (2) wujud campur kode dan alih kode dalam iklan komersial

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

126

Susilo, Wahyu Hastho. 2007. Pilihan Bahasa dalam Iklan Televisi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNNES, Semarang.

Sustiyanti. 2000. Pemakaian Bahasa Indonesia pada Wacana Iklan Majalah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni UNS, Surakarta.

Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Suwito. 1997. Sosiolinguistik. Surakarta: UNS Press.

Ullman, Stephen. 2007. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Verhaar, J. W. M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Wahab, Abdul. 1995. Teori Semantik. Surabaya: Airlangga University Press.

Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2008. Semantik (Teori dan Analisis). Surakarta: Yuma Pustaka.