perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubungan...dan negatif terhadap kehadiran...
-
Upload
hoangkhanh -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubungan...dan negatif terhadap kehadiran...
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN PADA PRIMIGRAVIDA
USIA KEHAMILAN 36 - 40 MINGGU DENGAN LAMA PERSALINAN DI
SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Anung Rizki Putri Utami
G.0008055
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dan
banyak dijumpai dalam masyarakat. Kecemasan dapat terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang tidak diduga sebelumnya, misalnya seorang yang
terkena pemutusan hubungan kerja, pindah kerja, baru menikah, dan
menghadapi kehamilan atau persalinan. Bagi yang penyesuaiannya kurang
baik, kecemasan dapat menghambat kegiatan sehari-hari. Orang dengan
kecemasan yang berlebihan (distress) akan susah berkonsentrasi dan
bersosialisasi sehingga menjadi kendala dalam menjalankan fungsi sosial,
pekerjaan, dan perannya (Jatmika, 1999).
Masa kehamilan dan persalinan pada manusia menjadi fokus perhatian
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seorang wanita hamil
biasanya mengalami perasaan ambivalen yaitu perasaan yang bersifat positif
dan negatif terhadap kehadiran bayi. Perasaan positif berupa kebahagiaan dan
tidak menimbulkan perasaan bersalah. Perasaan negatif meliputi kecemasan
yang berlebihan (distress) akan rasa sakit yang ditimbulkan pada saat
persalinan tiba (Tursilowati, 2007).
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007, derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Hal ini ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
228/100.000 Kelahiran Hidup sedangkan target Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 yang harus dicapai adalah menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) hingga sebesar 110/100.000 Kelahiran Hidup. Menurut Sri Hermiyanti
(2010), penyebab langsung kematian ibu, antara lain perdarahan 28 %,
eklamsia 24 %, infeksi 11 %, partus lama 5 %, dan abortus 5 % (Depkes,
2010).
Selama ini dikenal 3 faktor yang mempengaruhi kelancaran proses
persalinan (primigravida maupun multigravida), yaitu 3 "P" : Power (tenaga),
Passage (jalan lahir) dan Passenger (janin). Namun, ternyata ada faktor "P"
lain yang diduga ikut mempengaruhi kelancaran proses persalinan, yaitu
Psyche (kejiwaan), termasuk kecemasan, dan Penolong (Mochtar, 1992).
Kecemasan yang berlebihan (distress) dan depresi pada wanita hamil berisiko
terhadap terjadinya persalinan preterm dan kemajuan persalinan yang lama
(Santrock, 2010).
Kecemasan lebih sering dialami oleh primigravida terutama pada
trimester akhir. Primigravida lebih membutuhkan usaha lebih keras untuk
beradaptasi terhadap kondisi baru yang dialami. Kecemasan terutama
berkaitan dengan proses dan nyeri persalinan yang akan dialami (Natalia,
2008). Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan (distress) merupakan faktor
utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan. Beberapa mekanisme
biologi dapat menjelaskan hubungan antara kecemasan yang berlebihan
(distress) dengan lama persalinan. Kecemasan yang berlebihan (distress) akan
merangsang sekresi epinefrin dan kortisol yang nantinya akan berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
terhadap kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Peningkatan kadar epinefrin dan
kortisol akan berpotensi menyebabkan penurunan kontraksi uterus sehingga
persalinan berlangsung lama (Salmah, 2006).
Melihat potensi kecemasan yang bisa dialami oleh wanita hamil serta
efek-efek yang mungkin timbul dari kecemasan yang berlebihan (distress)
selama persalinan, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang hubungan
antara kecemasan dengan lama persalinan.
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat kecemasan pada primigravida usia
kehamilan 36 - 40 minggu dengan lama persalinan di Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
tingkat kecemasan pada primigravida usia kehamilan 36 - 40 minggu dengan
lama persalinan di Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan antara tingkat kecemasan pada primigravida usia kehamilan 36 -
40 minggu dengan lama persalinan di Surakarta.
2. Aspek Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi wanita hamil, suami,
dan pihak keluarga dalam upaya pencegahan kecemasan serta petugas
kesehatan dalam upaya penatalaksanaan kecemasan sehingga proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
persalinan dapat berjalan dengan normal. Hasil penelitian yang diperoleh
juga diharapkan dapat berguna sebagai referensi atau bahan pembanding
bagi peneliti-peneliti yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan
kecemasan dan lama persalinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Persalinan
a. Definisi
Menurut Wiknjosastro (2002), persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melaui
vagina ke dunia luar. Sedangkan menurut Mochtar (1992) persalinan
merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
dapat hidup ke dunia luar, dari uterus melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain.
b. Pembagian Persalinan
Menurut cara persalinan, dibagi menjadi dua (Wiknjosastro,
2002), yaitu:
1) Persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin yang
cukup bulan (37 - 42 minggu), pada janin letak memanjang,
presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran
plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu
kurang dari 24 jam tanpa tindakan atau pertolongan buatan dan
tanpa komplikasi.
2) Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat maupun melalui dinding perut dengan seksio sesarea.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Diagnosis Persalinan
Diagnosis persalinan merupakan salah satu diagnosis yang
paling kritis dalam obstetri. Menurut Cunningham et al. (2006),
diagnosis persalinan biasanya dibuat berdasarkan kontraksi yang
terjadi, yaitu:
1) Kontraksi pada persalinan sejati
a) Kontraksi terjadi dengan interval yang teratur
b) Interval secara bertahap memendek
c) Intensitas secara bertahap meningkat
d) Nyeri di punggung dan abdomen
e) Serviks membuka
f) Nyeri tidak hilang dengan sedasi
2) Kontraksi pada persalinan palsu
a) Kontraksi terjadi dengan interval yang tidak teratur
b) Interval tetap lama
c) Intensitas tetap tidak berubah
d) Nyeri terutama di perut bawah
e) Serviks belum membuka
f) Nyeri biasanya mereda dengan sedasi
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1) Passage (jalan lahir)
Passage merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh
janin, terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
vagina. Passage harus normal agar proses persalinan berjalan
dengan lancar. Faktor genetik, fisiologis, dan lingkungan termasuk
gizi mempengaruhi perawakan seorang ibu. Perbaikan gizi dan
kondisi kehidupan juga penting karena dapat membantu mencegah
terhambatnya pertumbuhan. Selain itu, serviks yang terlalu kaku
juga dapat berpengaruh terhadap kemajuan persalinan, karena
akan menghambat proses penipisan portio yang nantinya akan
berdampak pada lamanya pembukaan (Wiknjosastro, 2002).
2) Passenger (janin)
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala
janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan
persalinan. Faktor postur janin dalam uterus juga berpengaruh
terhadap proses persalinan. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
postur janin dalam uterus, antara lain sikap (habitus), letak,
presentasi, dan posisi janin. Plasenta juga dianggap sebagai
passenger tetapi plasenta jarang menghambat pada persalinan
normal (Manuaba, 1998).
3) Power (Tenaga atau kekuatan)
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang
dihasilkan oleh adanya kontraksi otot-otot uterus (his), kontraksi
otot-otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, dan ketegangan
serta ligmentous action terutama ligamentum rotundum.
Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan. Hal-hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
perlu diperhatikan dari his, antara lain frekuensi, intensitas, durasi
atau lama, keteraturan, interval, dan aktivitas. Sifat-sifat dari his
yang normal adalah kontraksi simetris, fundus dominan, relaksasi,
involunter (terjadi di luar kehendak), intermiten (terjadi secara
berkala), terasa sakit, terkoordinasi, kadang dapat dipengaruhi dari
luar secara fisik, kimia dan psikis (Mochtar, 1992).
Apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang
maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks
atau yang sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi otot uterus.
Keadaan ini dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim
untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari
dalam rahim. Akhirnya ibu akan mengalami persalinan lama
karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan (Wiknjosastro,
2002).
4) Psyche (kejiwaan)
Faktor-faktor kejiwaan yang mempengaruhi persalinan,
antara lain emosi ibu, edukasi, pengalaman bersalin sebelumnya,
kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat. Wanita hamil
mengalami rasa khawatir, was-was, gelisah, dan cemas dalam
menghadapi kehamilannya. Hal ini berkaitan dengan keadaan janin
yang dikandungnya, ketakutan dalam menghadapi persalinan, dan
perubahan fisik yang akan terjadi. Ketakutan dan kecemasan yang
berlebihan (distress) merupakan faktor utama yang menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi
uterus dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama
(Cunningham, 2006).
5) Penolong
Peran penolong persalinan adalah menolong persalinan,
mengantisipasi, dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin. Kelancaran persalinan tergantung dari
kemampuan (skills) dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.
e. Tahap Persalinan
Proses persalinan dibagi menjadi empat kala, antara lain
(Wiknjosastro, 2002):
1) Kala I
Ditandai dengan timbulnya his dan pengeluaran lendir yang
bersemu darah (bloody show). Proses membukanya serviks akibat
his dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a) Fase laten : pembukaan berlangsung lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm. Fase berlangsung selama 8
jam.
b) Fase aktif : dibagi dalam tiga fase lagi, yakni:
(1) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
(2) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm.
(3) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm).
2) Kala II
Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera
keluar. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi gelombang
kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus
uteri, mempunyai amplitude 40 - 60 mmHg, berlangsung 60 - 90
detik dengan jangka waktu 2 - 4 menit, dan tonus uterus saat
relaksasi kurang dari 12 mmHg. Pada primigravida kala II
berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-rata 30
menit.
3) Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri
agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi
lagi untuk melepaskan plasenta. Biasanya plasenta lepas 6 - 15
menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan
pada fundus uteri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
4) Kala IV
Kala ini penting untuk menilai keadaan ibu terutama
terhadap bahaya perdarahan postpartum dan juga menilai baik
tidaknya kontraksi uterus.
f. Durasi Persalinan
Mochtar (1992) menyebutkan bahwa lama persalinan normal
pada primigravida rata-rata 14 jam 30 menit dan multigravida rata-rata
7 jam 45 menit.
2. Persalinan lama
a. Definisi
Persalinan lama adalah fase terakhir dari suatu partus yang
macet dan berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan gejala-
gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan
kematian janin dalam kandungan. Bila persalinan berlangsung lama,
dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun
janin dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
Persalinan lama terjadi lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih
dari 18 jam pada multigravida (Mochtar, 1992).
b. Faktor Penyebab
Faktor-faktor yang menyebabkan persalinan lama, antara lain
kelainan letak janin, kelainan-kelainan panggul, kelainan his, pimpinan
partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital,
primigraviditas, perut gantung (grendemulti), dan ketuban pecah dini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(Mochtar, 1992). Namun, Simkin dan Archeta (2005), Oxorn dan Forte
(2010) menyatakan bahwa aspek psikoemosional (kecemasan dan
ketakutan) pada fase laten bisa menyebabkan hambatan pada kemajuan
persalinan.
c. Komplikasi
Menurut Manuaba (2000), komplikasi yang timbul karena
persalinan lama, yaitu:
1) Pada ibu :
a) Dehidrasi
b) Tampak sakit, pucat, mata cekung, dan berkeringat dingin
c) Nadi meningkat, tensi turun, dan temperatur meningkat
d) His mulai melemah dan perut nampak kembung
e) Karena manipulasi berlebihan pada pemeriksaan dalam maka
terdapat infeksi intrauterin (lokhia berbau, berwarna keruh
tampak bercampur dengan mekoneum, dan vulva edema)
f) Meteorismus (perut kembung) karena tekanan bagian terendah
janin
2) Pada janin :
a) Asfiksia ringan hingga kematian dalam rahim
b) Air ketuban keruh dan bercampur dengan mekoneum karena
terjadi asfiksia dalam rahim
c) Pada beberapa keadaan terjadi kelainan letak janin (letak
sungsang, letak lintang, kelainan letak kepala)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
d) Bila terdapat lingkaran Bandle yang makin meningkat, keadaan
ini disebut ruptur uteri-imminen.
d. Penatalaksanaan
Penanganan umum untuk persalinan lama, antara lain
(Saifuddin, 2002):
1) Menilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin
(termasuk tanda vital dan tingkat hidrasinya)
2) Mengkaji kembali partograf dan menentukan apakah pasien berada
dalam persalinan (menilai lama dan frekuensi his)
3) Memperbaiki keadaan umum dengan memberikan dukungan
emosi, perubahan posisi sesuai dengan penanganan persalinan
normal, dan memeriksa keton dalam urin serta memberikan cairan
baik oral maupun parenteral
4) Memberikan analgesia
Beberapa pertolongan yang dilakukan untuk penanganan
lanjutan dari kasus persalinan lama, antara lain vakum ekstraksi,
forceps ekstraksi, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila
janin mati, dan seksio sesarea (Mochtar, 1992).
3. Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan merupakan perasaan takut terus menerus terhadap
bahaya yang seolah-olah terus mengancam yang sebenarnya tidak
nyata tetapi hanya dalam perasaan penderita saja (Zulkarnaen, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menurut Maramis (2005), kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak
aman, dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi
sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar
tidak diketahui dan manifestasi kecemasan dapat melibatkan somatik
dan psikologis.
b. Faktor Penyebab
Menurut Nevid et al. (2005), faktor penyebab kecemasan
adalah sebagai berikut:
1) Faktor Biologis
a) Faktor genetis : faktor genetis mempunyai peran penting dalam
perkembangan kecemasan. Hal ini dikaitkan dengan suatu gen
neurotisisme, yaitu suatu trait kepribadian yang mungkin
mendasari kemudahan untuk berkembangnya kecemasan.
b) Neurotransmitter : neurotransmitter yang berpengaruh terhadap
reaksi kecemasan adalah gamma aminobutric acid (GABA).
GABA adalah neurotransmitter yang meredakan aktivitas
berlebih dari sistem saraf dan membantu untuk meredam
respon-respon stres. Aksi GABA yang kurang adekuat dapat
meningkatkan reaksi kecemasan. Disfungsi reseptor serotonin
dan norepinefrin di otak juga memegang peran dalam
meningkatnya kecemasan. Gen yang terlibat dalam regulasi
serotonin kemungkinan memegang peran dalam menentukan
trait yang terkait dengan kecemasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Faktor Sosial-Lingkungan
a) Pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis.
b) Mengamati respon takut pada orang lain sehingga dirinya juga
ikut terpengaruh terhadap rasa takut yang dialami orang
tersebut.
c) Kurangnya dukungan sosial.
3) Faktor Behavioral (perilaku)
a) Kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif
atau menghindari stimuli fobik.
b) Kurangnya kesempatan untuk menghilangkan kecemasan
karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.
4) Faktor kognitif dan emosional
a) Konflik psikologis yang tidak terselesaikan.
b) Faktor-faktor kognitif, seperti anggapan berlebih tentang
ketakutan, keyakinan-keyakinan yang irasional, sensitivitas
berlebih terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah
atribusi dari sinyal-sinyal tubuh, dan self-efficacy yang rendah.
c. Gejala
Gejala kecemasan dibagi menjadi dua (Mudjaddid, 2006),
yaitu:
1) Gejala Psikis
Penampilan berubah, sulit konsentrasi, mudah marah, cepat
tersinggung, gelisah, tak bisa diam, atau timbul rasa takut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Gejala Somatis
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, sesak napas, kepala terasa
ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal (mati
rasa), diare, konstipasi, insomnia, gelisah, rasa gatal, sulit tidur dan
lain-lain.
d. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis kecemasan dapat dipakai
pedoman diagnostik yang merujuk pada Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi III, yaitu penderita harus
menunjukkan gejala kecemasan yang berlebihan (distress) dan
berlangsung hampir setiap hari selama beberapa minggu atau bulan.
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
1) Kekhawatiran akan nasib buruk yang akan terjadi pada dirinya.
2) Ketegangan motorik, misalnya gelisah, sakit kepala, gemetaran,
dan tidak dapat santai.
3) Overaktivitas otonomik, misalnya kepala terasa ringan,
berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan
lambung, pusing, dan mulut kering.
Tingkat kecemasan juga dapat diukur dengan menggunakan
kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA), dan Taylor
Manifest Anxiety Scale (TMAS) (Mudjaddid, 2006; Hawari, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan kecemasan harus memperhatikan
prinsip holistik (menyeluruh) dan eklitik (mendetail) yaitu meliputi
aspek organo-biologik, aspek psiko-edukatif dan aspek sosiokultural
(Mudjaddid, 2006).
Terapi psikofarmaka juga bisa digunakan. Obat yang biasa
digunakan oleh psikiater adalah obat anti cemas (anxyolitic) dan obat
anti depresi (antidepressant) yang juga berkhasiat sebagai obat anti
stres (Hawari, 2006).
f. Kecemasan pada Kehamilan
Kecemasan pada kehamilan adalah kekhawatiran, keprihatinan,
dan ketakutan tentang kehamilan, melahirkan, kesehatan bayi, dan
masa depan orang tua. Gejala kecemasan yang berlebihan (distress)
pada kehamilan sangat terkait dengan faktor psikososial seperti
dukungan psikososial. Dukungan psikososial yang tidak memadai akan
meningkatkan risiko terjadinya kecemasan yang berlebihan atau
distress (Littleton et al., 2006).
Kecemasan yang timbul biasanya akibat informasi yang salah
mengenai kehamilan dan persalinan serta penolakan terhadap bayi
dalam kandungannya. Kecemasan juga bisa disebabkan karena
ketakutan terhadap perubahan fisik yang akan terjadi pada dirinya,
meningkatnya kebutuhan sekuritas sosial untuk dirinya, pengalaman
internal sebelumnya, dan tergantung kepribadian wanita itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Kecemasan yang berlebihan (distress) pada saat kehamilan akan
berakibat buruk bagi ibu maupun bayinya (Kartini, 1992).
Risiko terjadinya kecemasan yang berlebihan (distress)
seringkali lebih tinggi pada masa kehamilan sampai dengan proses
persalinan daripada setelah persalinan. Wanita hamil yang masih
berusia muda berisiko tinggi mengalami kecemasan yang berlebihan
(distress) selama kehamilan. Kecemasan yang berlebihan (distress)
yang muncul di berbagai tahap kehamilan merupakan masalah klinis
dengan patogenesis yang berbeda (Antoinette et al., 2007).
4. Hubungan antara tingkat kecemasan dengan lama persalinan
Sebagai respon terhadap kecemasan, neuron tertentu di
hipotalamus mensekresikan suatu substansi yang dinamakan
Corticotrophin-Releasing Factor (CRF). CRF menstimulasi hipofisis
untuk melepaskan adenocorticotrophin hormone (ACTH), yang
merupakan hormon stres utama tubuh. ACTH selanjutnya dibawa oleh
aliran darah ke kelenjar adrenal dan ke berbagai organ tubuh lainnya, yang
menyebabkan pelepasan sekitar 30 hormon, yang masing-masing memiliki
peranan tertentu dalam penyesuaian tubuh terhadap situasi darurat
(Saputra, 2000). Kelenjar adrenal akan mensekresi epinefrin (adrenalin)
dan kortisol yang akan meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah
untuk memenuhi kebutuhan ke otak, jantung, otot, dan tulang untuk
mengatasi krisis (Pick, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Menurut Simkin dan Archeta (2005), dan Salmah (2006), ibu hamil
pertama tidak jarang memiliki pikiran yang mengganggu, sebagai
pengembangan reaksi kecemasan terhadap cerita yang diperolehnya. Oleh
karena itu, muncul ketakutan-ketakutan pada primigravida yang belum
memiliki pengalaman bersalin, adanya pikiran-pikiran seperti melahirkan
yang akan selalu diikuti dengan nyeri kemudian akan menyebabkan suatu
respon melawan atau menghindar (fight or flight). Fight or flight yaitu
suatu proses fisiologis yang meningkatkan kemampuan menyelamatkan
diri dari bahaya atau ketakutan. Respon ini mengakibatkan disregulasi
biokimia tubuh yaitu sistem endokrin yang terdiri dari kelenjar-kelenjar,
seperti adrenal, tiroid, dan pituitari (pusat pengendalian kelenjar),
melepaskan pengeluaran hormon masing-masing ke aliran darah dalam
rangka mempersiapkan badan pada situasi darurat. Akibatnya, sistem saraf
otonom mengaktifkan kelenjar adrenal yang mempengaruhi sistem pada
hormon epinefrin. Hormon yang juga dikenal sebagai hormon adrenalin ini
memberi tenaga pada individu serta mempersiapkan secara fisik dan
psikis. Adanya peningkatan hormon epinefrin menimbulkan ketegangan
fisik pada diri ibu hamil. Di samping itu, kadar hormon epinefrin yang
tinggi pada sirkulasi darah menyebabkan beralihnya aliran darah dari
uterus dan plasenta ke organ-organ lain yang penting dalam reaksi fight or
flight, seperti jantung, paru-paru, otak dan otot rangka. Penurunan aliran
darah ke uterus dan plasenta memperlambat kontraksi uterus dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mengurangi pasokan oksigen janin. Hal ini berpotensi untuk
memperlambat kemajuan persalinan.
Penurunan kontraksi uterus juga bisa disebabkan karena
peningkatan produksi kortisol oleh kelenjar adrenal. Hal ini terjadi sebagai
respon dari kecemasan yang berlebihan (distress). Kortisol akan
menyebabkan penurunan sintesis protein miosit sehingga tenaga yang
timbul pada miosit juga menurun. Akibatnya kontraksi miometrium
melemah dan persalinan berlangsung lama (Soetrisno, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
B. Kerangka Pemikiran
Skema 1. Kerangka Pemikiran
KETERANGAN CRF : Corticotrophic-Releasing Factor : Diteliti
ACTH : Adenocorticotrophin hormone : Tidak Diteliti
↑ Lama persalinan
Kelenjar Adrenal
↑ Aliran darah ke organ-organ yang penting dalam fight or
flight (jantung, paru-paru, otak, otot
rangka) ↓ Aliran darah
ke uterus
↓ kontraksi uterus
Hipofisis
Hipotalamus
CRF
ACTH
↑ sekresi adrenalin
↑ sekresi kortisol
↓ sintesis protein miosit
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi: 1. Passage (jalan lahir) 2. Passanger (janin) 3. Penolong
Kecemasan yang berlebihan (distress)
Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. Faktor biologis a. Genetis b. Neurotransmiter 2. Faktor Sosial
Lingkungan 3. Faktor Behavioral 4. Faktor Kognitif dan emosional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
C. Hipotesis
Ada hubungan antara tingkat kecemasan pada primigravida usia
kehamilan 36 - 40 minggu dengan lama persalinan di Surakarta, dimana
semakin tinggi tingkat kecemasan maka lama persalinan akan semakin
memanjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan
metode cross sectional, yaitu penelitian non eksperimental dalam rangka
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek yang
diobservasi sekaligus pada saat yang sama (Pratiknya, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta, Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Sampangan, dan Rumah
Bersalin An Nur Surakarta pada bulan Mei-Agustus 2011.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Semua primigravida yang akan melahirkan di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta, Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah
Sampangan, dan Rumah Bersalin An Nur Surakarta pada bulan Mei-
Agustus 2011.
2. Sampel Penelitian
Setiap primigravida yang akan melahirkan di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta, Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah
Sampangan, dan Rumah Bersalin An Nur Surakarta pada bulan Mei-
Agustus 2011 yang termasuk dalam kriteria inklusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3. Kriteria Subjek Penelitian
a. Kriteria Inklusi
1) Primigravida usia 20 - 30 tahun
2) Usia kehamilan 36 - 40 minggu yang akan melahirkan
3) Bersedia ikut dalam penelitian
b. Kriteria Eksklusi
1) Kelainan letak janin
2) Kelainan-kelainan panggul
3) Janin besar atau ada kelainan kongenital
4) Perut gantung, grandemulti
5) Ketuban pecah dini
6) Persalinan secara seksio sesarea
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling yakni
purposive sampling dimana setiap yang memenuhi kriteria di atas dimasukkan
dalam penelitian sampai kurun waktu yang ditetapkan (Murti, 2006).
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil data primer pada bulan Mei-
Agustus 2011 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, Rumah
Bersalin PKU Muhammadiyah Sampangan, dan Rumah Bersalin An Nur
Surakarta dengan membandingkan antara tingkat kecemasan pada
primigravida usia kehamilan 36 - 40 minggu dengan lama persalinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Besarnya sampel ditetapkan dengan rumus sebagai berikut (Murti, 2006):
룸 と5潜.颇.婆聘潜
룸 囊,内淖潜.难,难闹.难,内闹难,难闹潜
룸 72,9904 史73
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimum
p = Perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada populasi,
insidensi persalinan lama = 5 % = 0,05 (Depkes, 2010)
q = 1 - p (1 - 0,05 = 0,95)
Z翈 = Nilai statistik Z翈 pada kurva normal standar pada tingkat kemaknaan
d = Presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
E. Kerangka Penelitian
Skema 2. Kerangka Penelitian
KETERANGAN
L-MMPI : Lie Minnesota Multhiphasic Personal Inventory
TMAS : Taylor Manifest Anxiety Scale
Primigravida Trimester III akhir
Tidak Cemas (Skor TMAS < 21 )
Cemas (Skor TMAS ≥ 21)
Lama persalinan
normal
Lama persalinan
memanjang
Lama persalinan
normal
Lama persalinan
memanjang
Analisis data
Simpulan
Skor L-MMPI (Jawaban ”tidak” < 10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : Tingkat kecemasan
2. Variabel Terikat : Lama persalinan
3. Variabel Luar
a. Variabel terkendali : Status kesehatan, usia, tingkat
pendidikan
b. Variabel tidak terkendali : Tingkat sosial ekonomi
G. Definisi Operasional
1. Tingkat Kecemasan
Cemas adalah perasaan takut terus-menerus terhadap bahaya yang
seolah-olah terus mengancam yang sebenarnya tidak nyata tetapi hanya
dalam perasaan penderita saja. Untuk mengetahui ada tidaknya kecemasan
digunakan instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang berisi
50 butir pertanyaan. Responden dinyatakan mengalami kecemasan bila
skor yang diperoleh ≥ 21. Instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale
(TMAS) cukup valid dan reliabel sebagai alat bantu untuk mendiagnosis
gangguan cemas menyeluruh. Dalam penelitian sebelumnya oleh
Sudiyanto (2005), sensitivitas Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
yaitu 90 %, spesivitasnya 95 %, nilai ramal positif 94,7 %, nilai ramal
negatif 90,4 %, dengan reliabilitas r = 0,86. Sebelum mengisi Taylor
Manifest Anxiety Scale (TMAS) responden diberikan instrumen Lie
Minessota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI) yang terdiri dari
15 pertanyaan yang mempunyai validitas yang berfungsi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan dan
ketidakjujuran responden. Nilai batas skala adalah 10. Apabila responden
mempunyai jawaban ”tidak” ≥ 10, maka hasil penelitian dari responden
dinyatakan invalid (Azwar, 2007). Skala pengukuran variabel ini adalah
skala nominal, dimana variabel tingkat kecemasan dikategorikan menjadi
dua kelompok, yaitu cemas (skor Taylor Manifest Anxiety Scale atau
TMAS ≥ 21) dan tidak cemas (skor Taylor Manifest Anxiety Scale atau
TMAS < 21).
2. Lama Persalinan
Waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan hasil konsepsi (janin
dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir.
Lama persalinan pada primigravida rata-rata 14 jam 30 menit (Mochtar,
1992; Oxorn dan Forte, 2010). Alat ukur yang digunakan adalah jam
dengan menggunakan satuan jam. Skala pengukuran variabel ini adalah
skala ordinal, dimana variabel lama persalinan dikategorikan menjadi dua
kelompok, yaitu lama persalinan normal (lama persalinan ≤ 14 jam 30
menit) dan lama persalinan memanjang (lama persalinan >14 jam 30
menit).
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Status Pasien
2. Jam
3. Lembar Biodata & Informed Consent
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pada bagian ini terdapat jaminan kerahasiaan data responden (Lampiran 1
dan Lampiran 2).
4. Kuesioner Lie Minnesota Multhiphasic Personality Inventory (L-MMPI)
Kuesioner Lie Minnesota Multhiphasic Personality Inventory (L-MMPI)
merupakan skala validitas yang berfungsi untuk mengidentifikasi hasil
yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek
penelitian (Lampiran 3).
5. Kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
Kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) adalah instrumen
pengukuran kecemasan (Lampiran 4). Taylor Manifest Anxiety Scale
(TMAS) mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi akan tetapi
dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam
mengisinya (Azwar, 2007).
I. Cara Kerja
1. Peneliti membuat surat izin penelitian dan mengirimnya ke Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Surakarta, Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah
Sampangan, dan Rumah Bersalin An Nur Surakarta yang akan menjadi
tempat penelitian.
2. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan purposive sampling melalui
status pasien untuk menentukan bahwa pasien memenuhi kriteria inklusi.
3. Selanjutnya peneliti melakukan informed concent (Principle of Autonomy
and Respect) pada responden untuk dilakukan penjelasan tujuan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dan kesanggupannya menjadi sampel penelitian serta mengisi biodata
pribadi .
4. Peneliti juga menjelaskan bahwa pada penelitian ini tidak dilakukan
intervensi yang menyakiti responden (Principle of Non Maleficence).
5. Selain itu peneliti juga menjelaskan manfaat apa yang akan diperoleh
responden bila mengikuti penelitian ini (Principle of Beneficence).
6. Peneliti juga menjelaskan bahwa identitas dan hasil setiap responden akan
dijaga kerahasiannya (Principle of Confidentiality).
7. Peneliti meminta responden untuk mengisi kuesioner skala Lie Minnesota
Multhiphasic Personality Inventory (L-MMPI) kemudian dilanjutkan
dengan kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS).
8. Peneliti membagi responden menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang
cemas dan kelompok yang tidak cemas.
9. Peneliti menghitung lama persalinan setiap responden.
10. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis
data yang telah dipilih.
J. Analisis Data
Untuk menguji hipotesis asosiatif antara variabel bebas dan variabel
terikat, data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan uji Chi
Square dan uji Korelasi (Correlations Test). Batas kemaknaan yang dipakai
adalah taraf signifikansi (α) = 0,05 atau dalam tabel interval kepercayaan 95
%. Data diolah dengan menggunakan SPSS 17.00 For Windows. Sedangkan
untuk mengetahui kekuatan hubungan antara tingkat kecemasan dengan lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
persalinan dapat diketahui dari perhitungan Rasio Prevalensi (RP)
(Sastroasmoro, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di bagian Kebidanan dan
Kandungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, Rumah Bersalin PKU
Muhammadiyah Sampangan, dan Rumah Bersalin An Nur Surakarta pada bulan
Mei-Agustus 2011, diperoleh responden sebanyak 74 orang dengan rincian 37
mengalami kecemasan dan 37 tidak mengalami kecemasan. Responden tersebut
telah dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan
sebelumnya. Adapun hasil penelitiannya sebagai berikut :
Tabel IV.1. Distribusi Responden Menurut Usia
Gambar VI.1. Distribusi Responden Menurut Usia
05
1015202530354045
20 - 25 26 - 30
Kelompok Usia (Tahun)
Usia (Tahun) Jumlah Responden
(Orang) %
20 - 25 33 44,6
26 - 30 41 55,4
Jumlah 74 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dari Gambar IV.1. dapat diketahui bahwa responden terbanyak didapatkan pada
primigravida dengan usia antara 26 - 30 tahun sebanyak 41 orang (55,4 %),
sedangkan responden lainnya didapatkan pada primigravida dengan usia antara 20
- 25 tahun sebanyak 33 orang (44,6 %).
Tabel IV. 2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
(Orang) %
SD 0 0
SMP 4 5,4
SMA/SMK 25 33,8
S1/D3 45 60,8
Jumlah 74 100
Gambar IV.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Dari Gambar IV.2. dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden pada
penelitian ini yaitu SD 0 %, SMP 5,4 % (4 orang), SMA/SMK 33,8 % (25 orang),
0
10
20
30
40
50
SD SMP SMA/SMK S1/D3
0 4
25
45
Tingkat Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dan S1/D3 60,8 % (45 orang). Dimana tingkat pendidikan terbanyak yaitu pada
tingkat S1/D3 sebanyak 45 orang atau 60,8 %.
Tabel IV.3. Distribusi Bayi Responden Menurut Berat Badan Lahir Bayi
Berat Badan Lahir Bayi
(gram)
Jumlah Responden
(Orang) %
2500 - 3000 40 54
3001 - 3500 29 39,2
3501 - 4000 5 6,8
Jumlah 74 100
Gambar IV.3. Distribusi Bayi Responden Menurut Berat Badan Lahir Bayi
Dari Gambar IV.3. dapat diketahui bahwa responden yang melahirkan bayi
dengan berat badan lahir bayi antara 2500 - 3000 gram sebanyak 40 orang (54 %),
3001 - 3500 gram sebanyak 29 orang (39,2 %), dan 3501 - 4000 gram sebanyak 5
orang (6,8 %).
2500 - 3000 3001 - 3500 3501 - 4000
40
29
5
Berat Badan Lahir Bayi (gram)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel IV.4. Distribusi Responden Menurut Lama Persalinan
Lama Persalinan Jumlah Responden
(Orang) %
< 9 jam 16 21,6
9 jam-14 jam 30 menit 36 48,7
> 14 jam 30 menit 22 29,7
Jumlah 74 100
Gambar IV.4. Distribusi Responden Menurut Lama Persalinan
Dari Gambar IV.4. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami
lama persalinan berkisar antara 9 jam sampai dengan 14 jam 30 menit, yaitu
sebesar 36 orang (48,7 %). Sedangkan yang mengalami lama persalinan > 14 jam
30 menit sebesar 22 orang (29,7 %) dan lama persalinan < 9 jam sebesar 16 orang
(21,6 %).
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat kecemasan
dengan lama persalinan, dapat digunakan uji Chi Square dan uji Korelasi
21,6 %
48,7 %
29,7 %
< 9 jam
9 jam - 14 jam 30 menit
> 14 jam 30 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Spearman (distribusi data tidak normal) yang dihitung dengan SPSS 17.00 For
Windows.
PERHITUNGAN STATISTIK DENGAN UJI CHI-SQUARE (X²)
Tabel IV.5. Hasil Penelitian 2X2
Variabel Bebas Variabel Terikat
Jumlah Tingkat
Kecemasan
Lama Persalinan
Memanjang Normal
Ʃ % Ʃ % Ʃ %
Cemas 17 45,9 20 54,1 37 100
Tidak Cemas 5 13,5 32 86,5 37 100
Jumlah 22 29,7 52 70,3 74 100
Tabel IV.6. Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.315a 1 .002
Continuity Correctionb
7.827 1 .005
Likelihood Ratio 9.711 1 .002
Fisher's Exact Test .005 .002
Linear-by-Linear Association
9.189 1 .002
N of Valid Cases 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel IV.7. Correlations Tests
Tingkat Kecemasan
Lama Persalinan
Spearman's rho
Tingkat Kecemasan
Correlation Coefficient
1.000 .355**
Sig. (2-tailed) . .002
N 74 74
Lama Persalinan
Correlation Coefficient
.355** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 74 74
Rumus Rasio Prevalensi:
Ȭ 룸 逛食纵逛十瑰邹规食纵规十圭邹
Perhitungan:
Ȭ 룸 17食纵17十20邹j食纵j十32邹
룸 17食37j食37
룸 3,4
Ho = Tidak ada hubungan antara baris dan kolom atau tidak ada hubungan antara
tingkat kecemasan dengan lama persalinan.
H1 = Ada hubungan antara baris dan kolom atau ada hubungan antara tingkat
kecemasan dengan lama persalinan.
Dasar pengambilan keputusan dengan analisis statistik,
a. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
b. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dari tabel uji Chi Square di atas, menunjukkan bahwa nilai probabilitas = 0,002
yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima.
Hasil uji korelasi Spearman menghasilkan korelasi positif antara tingkat
kecemasan dengan lama persalinan tetapi sifatnya lemah karena mempunyai nilai
koefisien korelasinya < 0.5 yaitu 0,355 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002.
Dari hasil perhitungan Rasio Prevalensi (RP) didapatkan nilai 3,4 yang berarti
lebih dari 1. Dari hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan yang
lemah antara tingkat kecemasan pada primigravida usia kehamilan 36 - 40 minggu
dengan lama persalinan, dimana tingkat kecemasan hanya berpengaruh sedikit
terhadap terjadinya lama persalinan memanjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian tentang Hubungan antara Tingkat
Kecemasan pada Primigravida Usia Kehamilan 36 - 40 Minggu dengan Lama
Persalinan di Surakarta yang menggunakan desain penelitian observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di bagian Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta, Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Sampangan,
dan Rumah Bersalin An Nur Surakarta, telah diperoleh data-data yang
dicantumkan dalam bentuk tabel dan gambar pada BAB IV.
Distribusi responden menurut umur yang terbesar adalah pada
primigravida usia 26 - 30 tahun sebesar 41 orang (55,4 %) dan responden lainnya
merupakan primigravida usia 20 - 25 tahun sebesar 33 orang (44,6 %). Data
tersebut menunjukkan bahwa responden yang dipilih merupakan primigravida
dengan usia yang ideal untuk hamil menurut BKKBN, yaitu antara 20 - 30 tahun.
Pada kelompok usia ini, aktivitas uterus untuk pembukaan serviks sangatlah baik
(Jatmika, 1999).
Distribusi responden menurut tingkat pendidikan yang terbesar adalah
pada primigravida dengan tingkat pendidikan S1/D3 yaitu sebesar 45 orang (60,8
%), kemudian disusul dengan primigravida dengan tingkat pendidikan SMA/SMK
sebesar 25 orang (33,8 %), primigravida dengan tingkat pendidikan SMP sebesar
4 orang (5,4 %), dan tidak didapatkan responden dengan tingkat pendidikan SD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat
pendidikan yang cukup tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi ini,
responden dianggap telah memiliki pengetahuan yang cukup pula tentang risiko-
risiko, seperti nyeri, yang akan dialami saat proses persalinan sehingga dapat
mempersiapkan kondisi kejiwaannya dan meminimalkan kecemasan yang terjadi.
Distribusi bayi responden menurut berat badan lahir bayi yang terbesar
adalah pada primigravida yang melahirkan bayi dengan berat badan antara 2500 -
3000 gram yaitu sebesar 40 orang (54 %), kemudian disusul bayi dengan berat
badan lahir antara 3001 - 3500 gram sebanyak 29 orang (39,2 %), dan yang
terkecil adalah bayi dengan berat badan antara 3501 - 4000 gram sebanyak 5
orang (6,8 %). Distribusi ini menunjukkan bahwa responden tidak ada yang
melahirkan bayi dengan berat badan berlebih ( > 4000 gram). Faktor janin
(passanger), termasuk berat badan, akan mempengaruhi kelancaran dari proses
persalinan (Manuaba, 1998). Menurut Cunningham et al. (2006), adaptasi
mekanis bagian terbawah janin menentukan efisiensi kontraksi uterus, berarti
semakin besar janin efektivitas kontraksi akan berkurang.
Distribusi responden menurut lama persalinan menunjukkan bahwa
responden dengan lama persalinan berkisar antara 9 jam sampai dengan 14 jam 30
menit menduduki proporsi terbesar yaitu 48,7 % (36 orang). Proporsi lama
persalinan yang berlangsung > 14 jam 30 menit sebesar 29,7 % (22 orang) dan < 9
jam hanya sebesar 21,6 % (16 orang). Dari data ini menunjukkan bahwa hampir
sebagian responden mengalami lama persalinan antara 9 jam sampai dengan 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
jam 30 menit. Lama persalinan tercepat berlangsung selama 4 jam 40 menit dan
yang terlama berlangsung selama 22 jam 50 menit (Lampiran 5)
Distribusi terjadinya lama persalinan memanjang pada primigravida yang
mengalami kecemasan mencapai 17 orang atau sebesar 45,9 % dari 37 kasus.
Sedangkan pada primigravida yang tidak mengalami kecemasan hanya sekitar 5
orang atau 13,5 % dari 37 kasus. Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa
kecemasan pada primigravida akan mengakibatkan lama persalinan memanjang.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan lama persalinan memanjang, antara lain
kelainan letak janin, kelainan-kelainan panggul, primigraviditas, kelainan his,
pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, perut
gantung (grendemulti), ketuban pecah dini, dan aspek psikoemosional (kecemasan
dan ketakutan) (Mochtar, 1992).
Pada penelitian ini, peneliti berusaha mengeluarkan beberapa faktor yang
menyebabkan lama persalinan memanjang ke dalam kriteria eksklusi, antara lain
kelainan letak janin, kelainan-kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus
yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, perut gantung (grendemulti),
dan ketuban pecah dini. Sedangkan aspek psikoemosional, khusunya kecemasan
yang berlebihan (distress), merupakan variabel yang diteliti dengan subjek
penelitiannya adalah primigravida.
Kecemasan yang berlebihan (distress) pada ibu hamil menjelang
persalinan dapat disebabkan karena beberapa faktor, antara lain kurangnya
dukungan psikososial dan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan maupun
persalinan. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Risanto (2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
menyimpulkan bahwa dukungan psikososial yang diterima seorang ibu selama
proses persalinan akan menyebabkan nyeri yang dirasakan ibu lebih rendah, lama
persalinan menjadi lebih singkat, dan kecemasan lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok yang tidak mendapatkan dukungan psikososial.
Hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara tingkat kecemasan dengan lama persalinan (p < 0,05). Hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan, antara
lain pengumpulan sampel dengan metode non probability sampling yakni
purposive sampling sehingga populasi penelitian dapat dipersempit dengan
mengacu pada kriteria yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan untuk
efisiensi waktu penelitian. Namun, dalam penelitian jenis ini diperlukan jumlah
sampel yang cukup banyak agar dapat mewakili kondisi sebenarnya dalam
populasi.
Kendala yang dialami peneliti adalah pada saat menghitung lama
persalinan. Ada beberapa responden yang datang ke rumah sakit atau rumah
bersalin dengan pembukaan serviks lebih dari 1 cm sehingga menyulitkan
perhitungan untuk waktu permulaan kala 1. Berdasarkan nasihat dari pembimbing,
untuk menentukan waktu permulaan kala 1, peneliti melakukan anamnesis dengan
bertanya kepada responden, kapan responden tersebut mulai merasakan kontraksi
yang teratur dan nyeri di daerah punggung dan abdomen. Dari hasil anamnesis
tersebut, dapat diketahui waktu permulaan kala 1 sehingga dapat dihitung lama
persalinan responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
tingkat kecemasan pada primigravida usia kehamilan 36 - 40 minggu dengan lama
persalinan. Primigravida dengan kecemasan yang berlebihan (distress) akan
memicu kelenjar adrenal untuk mensekresikan kortisol dan adrenalin. Hormon
adrenalin menyebabkan penurunan aliran darah ke uterus dan plasenta sehingga
memperlambat kontraksi uterus dan mengurangi pasokan oksigen janin.
Sedangkan mekanisme hormon kortisol ini berbeda. Hormon kortisol akan
menyebabkan penurunan sintesis protein miosit sehingga tenaga yang timbul pada
miosit juga akan menurun. Kedua hormon tersebut sama-sama menyebabkan
penurunan kontraksi uterus sehingga lama persalinan menjadi memanjang
(Simkin dan Archeta, 2005; Salmah, 2006; Soetrisno, 2009). Dari hasil
perhitungan Rasio Prevalensi didapatkan nilai 3,4 (RP > 1) sedangkan hasil uji
korelasi Spearman menghasilkan korelasi positif antara tingkat kecemasan dengan
lama persalinan tetapi sifatnya lemah karena mempunyai nilai koefisien
korelasinya < 0.5 yaitu 0,355 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Kedua hasil
perhitungan tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang lemah antara
tingkat kecemasan pada primigravida usia kehamilan 36 - 40 minggu dengan lama
persalinan, dimana tingkat kecemasan hanya berpengaruh sedikit terhadap
terjadinya lama persalinan memanjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang lemah
antara tingkat kecemasan pada primigravida usia kehamilan 36 - 40 minggu
dengan lama persalinan, dimana tingkat kecemasan hanya berpengaruh sedikit
terhadap terjadinya lama persalinan memanjang.
B. Saran
Mengingat kecemasan pada primigravida akan berpengaruh pada lama
persalinan, maka penulis menyarankan:
1. Sebaiknya ibu hamil, khususnya primigravida, perlu diberikan edukasi
tentang perubahan-perubahan yang akan terjadi selama kehamilannya dan
nyeri yang akan dialami selama proses persalinan, serta dukungan
psikososial baik dari suami, orang tua, petugas kesehatan maupun orang-
orang di sekitarnya agar tingkat kecemasan dapat diminimalkan sehingga
proses persalinan berlangsung lancar.
2. Untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang
sama, sebaiknya memilih rancangan penelitian yang lebih baik (misalnya
cohort).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
DAFTAR PUSTAKA
Antoinette, Lee, et. al. 2007. Prevalence, course, and risk factors for antenatal
anxiety and depression. The American College of Obstetricians and
Gynecologists. 110 : 1102-1112
Azwar. 2007. Konsep Pengukuran Validitas. Jakarta: Gunawan Pres, p: 60
Cunningham F.G., et. al. 2006. Pimpinan Persalinan dan Pelahiran Normal.
Dalam Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC, pp: 337-359
Depkes. 2010. Ibu Selamat, Bayi Sehat, Suami Siaga.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/790-ibu-selamat-
bayi-sehat-suami-siaga.html. (13 Februari 2011)
Hawari, Dadang. 2002. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Balai
Penerbitan FK UI, pp: 63-78
Jatmika, Wahyu. 1999. Hubungan Skor Kecemasan dengan Lama Persalinan
Kala I. Semarang, Universitas Diponegoro. Thesis.
Kaplan H.I, Sadock B.J, Made,W. 2000. Gangguan Kecemasan. Dalam: Sinopsis
Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara, p: 60
Kartini, K. 1992. Psikologi Wanita, Jilid II, Edisi II. Bandung : CV Mandar Maju
Littleton, H, et. Al. 2006. Correlates of anxiety symptoms during pregnancy and
association with perinatal outcomes: A meta-analysis. American Journal of
Obstetrics and Gynecology. 7-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Manuaba, Ida Bagus G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, pp: 161-164
Manuaba, Ida Bagus G. 2000. Persalinan Terlantar (Neglected Labour). Dalam
Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi, dan KB.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 243-245
Maramis, W. E. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press, p: 107
Mochtar, Rustam. 1992. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis-Obstetri Patologis
I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 81-90, 99,106, 423-425
Mudjaddid, E. 2006. Pemahaman dan Penanganan Psikosomatik Gangguan
Ansietas dan Depresi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Dalam : Ilmu
Penyakit Dalam Edisi IV Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p: 903
Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: UGM Pres, p: 67
Natalia J. 2008. Preffered Music, Anxiety, and Pregnant Woman. Amina,
Indonesian Psychological Journal. 24: 88-89
Nevid J. Rathus S. A, Greene B, Murad J, et. al. 2005. Psikologi Abnormal.
Surabaya : Erlangga, pp: 181-186
Oxorn, Harry and William R. Forte. 2010. Partus Lama. Dalam Ilmu Kebidanan:
Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan Essentia Medica, p: 604
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pratiknya, Ahmad Watik. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran
dan Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers, p: 168
Pick, Marcelle. 2005. Anxiety in Women — Causes, Symptoms and Natural Relief.
http://www.womentowomen.com/depressionanxietyandmood/anxiety.aspx
. (13 Februari 2010)
Risanto, Winarani. 2010. Pengaruh Dukungan Psikososial Selama Persalinan
terhadap Rasa Nyeri saat Persalinan, Lama Persalinan dan Kecemasan.
Indonesia, Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Thesis
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp: M
45-M 56
Salmah. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC, p: 83
Santrock, John W. 2010. Prenatal Development and Birth. Washington, DC: Mc
Graw-Hill, p: 89
Saputra, Lyndon. 2000. Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas, Jilid 1. Batam :
Interaksara, pp: 102-106
Sastroasmoro, Sudigdo. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara, pp: 67-94
Simkin, Penny and Ruth Ancheta. 2005. Persalinan Disfungsional: Pertimbangan
Umum. Dalam Buku Saku Persalinan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, pp: 12-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Soetrisno. 2009. Ekspresi Heat Shock Protein 60,70,90, dan Kortisol Pada
Persalinan Ibu Primigravida yang Mendapat Psikokuratif. Surabaya,
Universitas Airlangga. Disertasi.
Sudiyanto, A. 2005. Keefektifan Psikoterapi Untuk Menurunkan Skor Kecemasan
Pasien Gangguan Ansietas. Indigeous, Jurnal Berkala Ilmiah Berkala
Psikologi. 7: 158-170
Tursilowati S. Y. 2007. Pengaruh peran serta suami terhadap tingkat kecemasan
ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan di Desa Jepat Lor
Kecamatan Tayu Kabupaten Pati 2007. Jurnal Kesehatan Surya Medika
Yogyakarta.
Wiknjosatro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan Edisi 6. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp: 296-314
Zulkarnaen. 2008. Buku Ajar Simptomatologi Psikiatri. Lampung : Department of
Psikiatri Medical Faculty, pp: 12-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user