digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan...

131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KINERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURAKARTA DALAM MENANGGULANGI PENCEMARAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK DI KELURAHAN LAWEYAN Disusun oleh: Nurul Hudah D0105115 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan...

Page 1: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KINERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURAKARTA DALAM

MENANGGULANGI PENCEMARAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK

DI KELURAHAN LAWEYAN

Disusun oleh:

Nurul Hudah

D0105115

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

KINERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURAKARTA

DALAM MENANGGULANGI PENCEMARAN AIR LIMBAH INDUSTRI

BATIK DI KELURAHAN LAWEYAN

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing

Drs. Sudarmo, M.A, Ph.D NIP. 196311011990031002

Page 3: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan

Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari :

Tanggal :

Panitia Penguji :

1. Drs. Sukadi, M.Si ( ) NIP. 194708201976031001 Ketua

2. Drs. H. Muhtar Hadi, M.Si ( ) NIP. 195303201985031002 Sekretaris

3. Drs. Sudarmo, M.A, Ph.D ( ) NIP. 196311011990031002 Penguji

Mengetahui

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. H. Supriyadi, SN.,SU NIP. 195301281981031001

Page 4: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

“ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan

sesungguhnya yang demikian itu sangatlah berat, kecuali bagi orang

yang khusyu’. “

(Q.S Al Baqarah : 45)

“ Seorang ahli ilmu, lebih berat bagi setan daripada seribu orang

ahli ibadah (tanpa ilmu).”

(HR. Ad-Dharaquthny)

“ Dunia dan semua yang ada didalamnya terkutuk, kecuali zikrul,

orang berilmu dan orang yang mau belajar.”

(HR At-Turmudzy)

“ Jadikanlah kesalahan masa lalu sebagai pelajaran dalam

menjalani kehidupan ke depan.”

(Penulis)

Page 5: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

~PERSEMBAHAN~

Dengan segenap ketulusan hati, karya kecil ini kupersembahkan untuk :

Allah SWT, Tuhan semesta alam, hanya kepada-Mu kami

menyembah dan memohon pertolongan. Alhamdulillahirabbil’ alamin

puji syukur hamba panjatkan atas segala nikmat dan karunia yang

telah Engkau anugerahkan pada hamba.

Kedua orangtuaku, Ibu, Ayah terimakasih atas kasih sayang dan

dukungan yang telah kalian berikan kepadaku selama ini.

Adik-adikku Novi dan Dila, walaupun kita jauh dan jarang ketemu

tapi kalianlah penyemangatku.

Special thank’s to “gendut”, kamu selalu ada bersamaku saat suka

maupun duka.

Team Sampun Mapan….gembrubux bu!!!…… kerja bareng kalian buat

aku belajar banyak hal.

Seluruh teman-teman AN’05 yang telah berjuang bersama-sama.

Page 6: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAKSI Nurul Hudah. D0105115. Kinerja Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta Dalam Menanggulangi Pencemaran Air Limbah Industri Batik di Kelurahan Laweyan. Skripsi, Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret. 2010 Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kinerja pemerintah daerah dalam hal ini melalui Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan. Kinerja dinilai dengan menggunakan beberapa indikator yaitu produktivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Selain itu penelitian ini juga melihat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kinerja Badan Lingkungan Hidup. Penelitian ini mengambil lokasi di kota Surakarta dan dilakukan di Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha untuk menggambarakan tentang suatu keadaan atau fenomena sosial tertentu dan melakukan penilaian mengenai permasalahan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik dokumentasi dan wawancara. Data menggunakan data primer dan sekunder, data primer didapat langsung dari informan yang terkait dengan kegiatan menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku, dokumen dan sumber informasi lain yang terkait dengan penelitian. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum pelaksanaan kegiatan menanggulangi pencemaran air limbah industri batik diKelurahan Laweyan telah dilaksanakan. Namun dari hasil yang dicapai belum menunjukkan hasil yang maksimal, dimana masih terjadi pencemaran air limbah industri batik dan masih ada industri batik yang belum memiliki IPAL. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yang berasal dari pihak Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat pelaku industri. Namun demikian Badan Lingkungan Hidup sebagai aparat pelaksana sudah berusaha untuk menanggulangi pencemaran. Berdasarkan hasil penelitian maka BLH perlu meningkatkan produktivitasnya terutama pada kegiatan pencegahan, pengawasan dan penertiban. Perlu alternatif lain selain IPAL komunal karena IPAL komunal belum dapat mengatasi pencemaran air limbah industri batik di KelurahanLaweyan. Kata kunci : kinerja, pencemaran air limbah industri batik

Page 7: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACTION Nurul Hudah. D0105115. Performance of Surakarta Environmental Agencies in Tackling Batik Industrial Waste Water Pollution in Laweyan Village. Thesis, Administrative Science, The Faculty of Social and Political Science Sebelas Maret University. 2010 This research aimed to describe the performance of local government which in this trough the Surakarta Environmental Agencies in tackling batik industrial waste water pollution in Laweyan Village. Performance assessed using several indicators that is, productivity, responsiveness and accountability. This research also look at the factors that support and hinder the performance of Environmental Agencies. This research takes location in Surakarta and done in Surakarta Environmental Agencies. Research type is qualitative descriptive, where this research tries to describe about a certain situation or social phenomenon and does assessment about research problems. Data collecting is done with documentation and interview techniques. Data using primary and secondary data, primary data obtained directly from the informant who relating to cope with batik industrial waste water pollution inVillage Laweyan both from Environmental Agencies or from the public. While secondary data derived from the books, document and other information resources related with research. From result of research can be concluded that the overall implementation of activities in tackling batik industrial waste water pollution have been implemented. But the result has not shown the maximum result, which still happened batik industrial waste water pollution and still many batik industries which have not owned IPAL. This thing is because of some factors coming from the Environmental Agencies and the industry community. Environmental Agencies however, as the implementing authority has tried to tackle pollution. Based on research result, BLH need to increase produktivity, especially in prevention, surveillance and control activity. Need other alternatives beside IPAL communal because the IPAL communal does not fix batik industrial waste water pollution in LaweyanVillage. Keywords : performance, batik industrial waste water pollution.

Page 8: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji hanya untuk Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,

hidayah dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “Kinerja

Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam Menanggulangi Pencemaran Air

Limbah Industri Batik di Kelurahan Laweyan”.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan

bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan

kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Drs. Sudarmo, MA.Ph.D, selaku pembimbing skripsi yang selama ini

telah meluangkan waktu, memberikan arahan, masukan, dan perhatian yang

sangat besar dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Si, selaku Pembimbing Akademik.

3. Bapak Drs. Supriyadi SN.SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Sudarto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Program

Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh Dosen pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu

Administrasi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

Page 9: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Ibu dan Ayah terima kasih atas segala do’a dan perhatiannya.

7. Bapak Sri Adhyaksa, Bapak Edi, Bapak Bambang, mbak Ari, Ibu Sutarmi,

seluruh staf dan karyawan Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta yang telah

banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna

dalam penyusunan skripsi.

8. Bapak Alfa Pabela, Bapak Widi dan Bapak Yanto di Kelurahan Laweyan yang

telah banyak memberikan kemudahan bagi penulis dalam mengumpulkan data

yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.

9. Sahabat-sahabatku yang sudah lulus lebih dulu Kiki, Ocha, Intan, Nisa, Nida

serta seluruh teman-teman AN’05 terima kasih atas segala kebaikannya.

10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas

semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberi balasan dan pahala atas

budi baik beliau semua.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Surakarta, Desember 2010

Penulis

Page 10: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

PERSETUJUAN .......................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

BAB

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 12

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 12

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 13

II. KAJIAN TEORI .................................................................................. 14

A. Pengertian Kinerja ............................................................................ 14

B. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ................................................ 15

C. Pengukuran Kinerja .......................................................................... 18

D. Indikator Kinerja .............................................................................. 22

E. Kinerja Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam

Menanggulangi Pencemaran Air Limbah Industri Batik di

Laweyan ........................................................................................... 28

F. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 34

III. METODOLOGI ................................................................................... 37

A. Jenis Penelitian ................................................................................. 37

Page 11: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 37

C. Sumber Data ..................................................................................... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 38

E. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 39

F. Validitas Data ................................................................................... 40

G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 40

H. Deskripsi Wilayah ............................................................................ 43

1. Gambaran Umum Kelurahan Laweyan ....................................... 43

a. Letak dan Luas Wilayah ...................................................... 43

b. Sejarah Kelurahan Laweyan ................................................. 44

c. Mata Pencaharian Penduduk ................................................ 45

d. Bentuk Arsitektur Pemukiman Penduduk ............................ 46

2. Badan Lingkungan Hidup .......................................................... 47

a. Umum .................................................................................. 47

b. Visi ....................................................................................... 48

c. Misi ...................................................................................... 48

d. Tugas Pokok ......................................................................... 49

e. Fungsi ................................................................................... 49

f. Susunan Organisasi .............................................................. 49

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 74

A. Kinerja BLH ..................................................................................... 74

1. Indikator Produktivitas ............................................................... 75

a. Pencegahan ........................................................................... 75

b. Penyuluhan ........................................................................... 80

c. Pengawasan .......................................................................... 84

d. Penertiban ............................................................................. 93

2. Indikator Responsivitas .............................................................. 99

3. Indikator Akuntabilitas .............................................................. 101

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja BLH ........................... 104

1. Faktor Pendukung ...................................................................... 104

2. Faktor Penghambat .................................................................... 105

Page 12: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 113

A. Kesimpulan ...................................................................................... 108

B. Saran ................................................................................................. 118

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Monitoring Sungai 2007 berdasarkan Parameter Fisika ............ 6

Tabel 1.2 Monitoring Sungai 2008 berdasarkan Parameter Fisika ............ 7

Tabel 1.3 Monitoring Sungai 2009 berdasarkan Parameter Fisika ............ 8

Tabel 4.1 Penyuluhan Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian

Kerusakan Sumber-sumber Air Kota Surakarta Tahun 2009 ..... 77

Tabel 4.2 Monitoring Keadaan Sungai tahun 2007 ..................................... 88

Tabel 4.3 Monitoring Keadaan Sungai tahun 2008 .................................... 89

Tabel 4.4 Monitoring Keadaan Sungai tahun 2009 .................................... 90

Tabel 4.5 Baku Mutu Air ........................................................................... 91

Tabel 4.6 Matrik Hasil Analisis ................................................................. 110

Page 14: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran .............................................................. 36

Gambar 3.1. Model Analisis Interaktif ....................................................... 42

Page 15: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda,

daya keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia dan

makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup ini terdiri dari 3 komponen utama yaitu

komponen fisik(abiotik), komponen abiotik dan komponen kultur. Dalam proses

pelaksanaan pembangunan ketiga komponen itu kemungkinan akan mengalami

perubahan atau lebih dikenal dengan kata akan terkena dampak. Dampak yang

bersifat positif sangat diharapkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas dan

kenyamanan hidup. Sedangkan dampak yang bersifat negatif memang tidak

diharapkan karena dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup, harus dapat

diatasi dengan sebaik-baiknya.

Dinamika perkembangan hidup manusia menunjukkan bahwa semakin

modern kehidupan manusia, semakin besar pula kerusakan dan pencemaran

lingkungan yang ditimbulkannya. Di samping itu perkembangan kehidupan

tersebut juga menyebabkan semakin menipisnya sumber daya alam di bumi ini.

Jika kegiatan kelompok masyarakat jaman dulu hanya menimbulkan kerusakan

dan pencemaran lingkungan dalam jumlah minimal, maka kegiatan kelompok

masyarakat jaman sekarang ternyata menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda,

sehingga Pemerintah selaku penyelenggara negara wajib mengeluarkan kebijakan

di bidang lingkungan hidup secara nasional.

Page 16: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Prinsip-prinsip pengelolaan hidup di Indonesia telah dirumuskan salah

satunya dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Dalam undang-undang tersebut telah dirumuskan pengertian,

tujuan dan asas serta sasaran maupun mekanisme dan kewenangan pengelolaan

lingkungan hidup. Pengelolaan Lingkungan Hidup diartikan sebagai upaya

terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan

penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan

dan pengendalian lingkungan hidup.

Tindakan pengendalian mempunyai posisi strategis untuk menjaga dan

mengawasi agar fungsi lingkungan hidup terjaga baik daya dukungnya ataupun

daya tampungnya. Tindakan pengendalian perusakan dan atau pencemaran

lingkungan salah satunya adalah permasalahan pencemaran air. Air merupakan

kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, tidak akan ada kehidupan

seandainya di bumi tidak ada air. Air yang bersih sangat didambakan oleh

manusia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, pertanian

dan lain sebagainya. Saat ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian

khusus. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar tertentu sekarang

bukanlah suatu yang mudah karena air sudah banyak tercemar oleh berbagai

macam limbah dari kegiatan manusia, baik itu limbah industri, limbah dari

kegiatan rumah tangga, maupun limbah dari kegiatan yang lainnya. Pembuangan

limbah secara langsung inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya

pencemaran air. Limbah (baik berupa zat padat maupun zat cair) yang masuk ke

air akan menyebabkan terjadinya penyimpangan dari keadaan normal air.

Page 17: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup

oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya (Undang-

undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 angka 11).Kebijakan

Pengendalian Pencemaran Air, secara nasional diatur dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

Walaupun penetapan air bersih tidaklah mudah, namun ada kesepakatan

bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan

pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal

maka berarti air tersebut telah tercemar. Menurut Wisnu Arya Wardhana dalam

bukunya “Dampak Pencemaran Lingkungan”, indikator atau tanda bahwa air

lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati

melalui yaitu :

1. Adanya perubahan suhu air.

2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen.

3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air.

4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut.

5. Adanya mikro organisme.

6. Meningkatnya radioaktivas air lingkungan (1995:74)

Hal ini tercermin dalam berbagai kasus dugaan pencemaran industri:

Page 18: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

* Sulawesi-kasus Pencemaran Teluk Buyat, dugaan pencemaran teluk Buyat

akibat dari pembuangan limbah tailing (submarine tailing disposal)

* dugaan yang sama terhadap Perairan laut Lombok Timur akibat operasi PT.

Newmont Nusa Tenggara (PT.NTT) NTB

* Papua; PT. Freeport beroperasi dari tahun 1967 telah menimbulkan dampak

hancurnya Gunung Grasberg, Tercemarnya Sungai Aigwa, Meluapnya air

danau Wanagon, Tailing mengkontaminasi : 35.820 hektar daratan dan 84.158

hektar Laut Arafura

* di Kalimantan Selatan, Pembuangan limbah industri ke aliran Sungai oleh PT

Galuh Cempaka.

* Kalimantan Tengah; Tiga sungai besar di Kalimantan Tengah masih tercemar

air raksa (merkurium) akibat penambangan emas di sepanjang daerah aliran

sungai (DAS) Barito, Kahayan, dan Kapuas. Pencemaran itu melebihi baku

mutu yang dipersyaratkan.

* Di Jawa, Pembuangan limbah pabrik-pabrik di Sungai Cikijing selama

puluhan tahun (Jawa Barat), pembuangan limbah oleh beberapa pabrik ke Kali

Surabaya, dan sederetan kasus pencemaran industri yang telah nyata-nyata

menimbulkan korban.

(gendovara.blogdetik.com/2008/09/20/limbah-industri-dan-limpahan-air-mata-

manusia,diakses pada tanggal 16 Mei 2010)

Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi akibat dari pembangunan di berbagai

bidang. Baik dalam bidang industri, jasa pemukiman, pendidikan maupun

transportasi. Seiring dengan perkembangan perkotaan tersebut, maka terjadi alih

Page 19: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

fungsi lahan yang tadinya merupakan lahan pertanian yang tidak terbangun

menjadi daerah terbangun(built up area). Perubahan ini menyebabkan

peningkatan kepadatan penduduk dan kepadatan pemukiman. Perluasan lahan

terbangun baik difungsikan sebagai pemukiman, perdagangan maupun industri

secara otomatis akan memicu permasalahan penurunan kualitas lingkungan. Di

bidang industri sendiri jika tidak dilakukan pengelolaan yang tepat dari sisa

buangan industri, akan menimbulkan berbagai masalah. Permasalahan tersebut

antara lain masalah banjir, sampah, polusi udara dan pencemaran air.Di dalam

kegiatan industri, air yang telah digunakan(air limbah industri) tidak boleh

langsung dibuang ke lingkungan karena kandungan bahan kimianya dapat

mencemari lingkungan. Air limbah industri harus diolah terlebih dahulu untuk

meminimalisasi kandungan kimia dari limbah tersebut. Tetapi pada kenyataannya

masih banyak industri yang membuang limbahnya tanpa diolah.

Surakarta ada di titik persimpangan antara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan lokasi yang sangat strategis, yang

memberikan keuntungan yang sangat menggiurkan bagi para pelaku usaha untuk

menanamkan modalnya di daerah ini. Keadaan seperti inilah yang meramaikan

kegiatan perindustrian di kota ini.

Namun pertumbuhan industri juga membawa pengaruh buruk terhadap

lingkungan kota, terutama pada sungai-sungai yang ada di kotaSurakarta. Sungai-

sungai yang mengalir di sini mengalami pencemaran yang mengkhawatirkan.

Sedikitnya ada sebelas sungai yang melewati wilayah kota Surakarta sudah dalam

kondisi yang mengkhawatirkan.

Page 20: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kota Surakarta sebagai kota yang pertumbuhannya sangat pesat, terutama

di bidang industri dengan berbagai limbah yang dikeluarkan dari proses produksi,

memiliki potensi dampak pencemaran. Berdasarkan Peraturan Daerah kota

Surakarta Nomor 2 tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup, Pasal 9

mewajibkan setiap orang yang akan melakukan pembuangan air limbah ke

sumber-sumber air terlebih dahulu melakukan pengelolaan air limbah yaitu

dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

Di Surakarta terdapat banyak sekali industri, baik industri makanan,

industri mebel, industri tekstil, industri batik, dll. Kota Surakarta terkenal akan

batik. Terdapat banyak industri batik baik skala besar, menengah dan kecil.

Industri batik yang ada di kota Surakarta antara lain yang terdapat pada Kampung

Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman. Di Kampung Batik Kauman proses

pewarnaan batik menggunakan bahan pewarna soga yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan sehingga sisa limbahnya dapat diuraikan oleh alam dan tidak

mencemari lingkungan, tetapi pada Kampung Batik Laweyan bahan pewarna yang

digunakan adalah pewarna kimia yang berbahaya bagi lingkungan jika sisa

limbahnya tidak diolah terlebih dahulu.Industri batik tersebut standarnya harus

memiliki IPAL. Tetapi berdasarkan wawancara dengan Bapak Alfa (Ketua Forum

Pengembangan Kampung Batik Laweyan) pada hari Rabu,18 Maret 2009, di

Kelurahan Laweyan terdapat sekitar 80an industri batik, yang masih aktif

produksi dari pembuatan pola, pewarnaan dan pencelupan terdapat sekitar 20an

industri diantaranya 4 industri skala besar yang terletak di bagian timur kelurahan

Laweyan, 1 industri di bagian tengah, sedangkan 15 UKM tersebar di bagian

Page 21: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

timur, tengah dan barat kelurahan Laweyan. Ada 11UKM yang bergabung dengan

IPAL komunal. Yang tidak tergabung dengan IPAL komunal beberapa memiliki

IPAL sendiri, tapi beberapa memang tidak memiliki IPAL karena industri skala

kecil tidak memiliki dana untuk membuat IPAL. Menurut Pusat Telaah dan

Informasi Regional (PATTIRO), Lembaga Swadaya Masyarakat di Surakarta,

sepanjang tahun 2008 terdapat banyak limbah industri batik yang langsung

dibuang tanpa diolah terlebih dahulu, kalaupun ada yang diolah, pengolahannya

kurang maksimal. Bahan kimia batik selain mencemari sungai juga menurunkan

kualitas air di sumur-sumur penduduk sekitar wilayah industri batik, sehingga air

sumur tidak dapat dikonsumsi oleh penduduk(http://tempointeraktif.com diakses

tanggal 13 Maret 2010).. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa usaha

pemerintah untuk menanggulangi limbah industri batik masih harus ditingkatkan,

permasalahan pencemaran ini merupakan permasalahan yang mendesak dan harus

segera ditangani demi pelestarian lingkungan.

Industri batik di Kelurahan Laweyan membuang limbah produksinya ke

sungai Jenes, sungai Jenes mengalir menuju muara sungai Pepe.

Berikut adalah data pencemaran sungai Jenes dan sungai Pepe berdasarkan

data dari Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta (BLH) dari tahun 2007-2009:

Page 22: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 1. 1

Monitoring Sungai Kota Surakarta

Badan Lingkungan Hidup KotaSurakarta

Tahun 2007

Berdasarkan Parameter Fisika

Baku Mutu Air Limbah

No Lokasi pengambilan sampel

Parameter Fisika

Temperatur TSS

(oC) (mg/L)

1 S. Pepe hulu 28,4 61

2 S. Pepe tengah 28,6 46,5

3 S. Pepe hilir 29 48

4 S. Jenes hulu 29,2 55

5 S. Jenes tengah 29,4 62

6 S. Jenes hilir 29,2 69

Sumber : Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta

Page 23: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 1. 2

Monitoring Sungai Kota Surakarta

Badan Lingkungan Hidup KotaSurakarta

Tahun 2008

Berdasarkan Parameter Fisika

Baku Mutu Air Limbah

No Lokasi pengambilan sampel

Parameter Fisika

Temperatur TSS

(oC) (mg/L)

1 S. Pepe hulu 27,8 49,5

2 S. Pepe tengah 28 47,5

3 S. Pepe hilir 28,1 48

4 S. Jenes hulu 28,1 59

5 S. Jenes tengah 28,2 82

6 S. Jenes hilir 28 80

Sumber : Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta

Page 24: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 1. 3

Monitoring Sungai Kota Surakarta

Badan Lingkungan Hidup KotaSurakarta

Tahun 2009

Berdasarkan Parameter Fisika

Baku Mutu Air Limbah

No Lokasi pengambilan sampel

Parameter Fisika

Temperatur TSS

(oC) (mg/L)

1 S. Pepe hulu 33,6 16

2 S. Pepe tengah 32,7 14

3 S. Pepe hilir 33,3 20

4 S. Jenes hulu 29,5 36

5 S. Jenes tengah 32,3 53

6 S. Jenes hilir 31,7 69

Sumber : Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta

Baku mutu air limbah : batas maksimal kandungan limbah yang diperbolehkan

TSS : Zat Padat Tersuspensi

Tabel di atas menggunakan batas dari kelas II, yaitu air yang peruntukannya

digunakan untuk sarana/ prasarana rekreasi air, pengelolaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi pertanaman (batas maksimalnya 50 mg/L).

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2007 terjadi pencemaran

sungai pada sungai Pepe hulu, sungai Jenes hulu, tengah dan hilir. Pada tahun

2008 pencemaran terjadi pada sungai Jenes hulu, tengah dan hilir. Sedangkan

pada tahun 2009 pencemaran terjadi pada sungai Jenes tengah dan sungai Jenes

Page 25: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hilir, kandungan limbah di sungai-sungai tersebut melebihi dari yang

diperbolehkan yaitu lebih dari 50 mg/L.

Pemerintah dalam hal ini adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap

penanggulangan pencemaran ini. Pemerintah memiliki kewenangan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan pengendalian pencemaran. Pemerintah dan

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan

masing-masing dalam rangka pengendalian air pada sumber air berwenang :

1. Menetapkan daya tampung pencemaran.

2. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemaran.

3. Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada air tanah.

4. Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau sumber air.

5. Memantau kualitas air pada sumber air, dan

6. Memantau faktor-faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.

(PP No 82 Tahun 2001 Pasal 20).

Permasalahan pencemaran lingkungan di kota Surakarta di tangani oleh Badan

Lingkungan Hidup kotaSurakarta. Tugas dari Badan Lingkungn Hidup adalah

menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

lingkungan hidup.

Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta mengaku telah melakukan tindakan

preventif maupun represif tetapi permasalahan masih ditemui. Untuk mengatasi

permasalahan pencemaran karena air limbah industri batik diperlukan daya

tanggap terhadap kebutuhan industri batik dan kemampuan dari Pemerintah kota

dalam menanggulangi pencemaran air limbah secara bertanggungjawab, sehingga

Page 26: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kinerja penanggulangan air limbah industri batik bisa responsif dan

bertanggungjawab.

Berdasar pada latar belakang masalah di atas, penelitian ini bermaksud

menggambarkan bagaimana kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta

dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan

Laweyan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas yang telah dikemukakan, maka

dalam penelitian ini penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana Kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam

menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan

Laweyan?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Obyektif

Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas tentang

fenomena yang diteliti yaitu kinerja Badan Lingkungan Hidup kota

Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di

Kelurahan Laweyan.

Page 27: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Tujuan Subyektif

Untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh

gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian

1. Diperolehnya informasi dan gambaran mengenai kinerja organisasi publik

khususnya Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam

menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan

Laweyan.

2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi instansi terkait, yaitu Badan

Lingkungan Hidup, berkaitan dengan kinerja organisasi publik terutama

dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik diKelurahan

Laweyan.

3. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang

diperoleh dalam praktek nyata. Sehingga dapat melatih cara berfikir

sistematis di samping belajar mengembangkan kemampuan professional.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang

Kinerja Organisasi Publik.

Page 28: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

Kajian Teori

A. Pengertian Kinerja

Tujuan organisasi bisa dicapai apabila organisasi tersebut didukung oleh unit-

unit kerja yang terdapat di dalamnya. Baik buruknya output dari suatu organisasi

dipengaruhi oleh baik buruknya kinerja yang terjadi di dalam organisasi tersebut.

Dalam bahasa Inggris kinerja seringkali dipadankan dengan istilah

performance yang berarti sesuatu hasil yang telah dikerjakan. Menurut Suyadi

Prawirosentono (1999:2) kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi yang sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya

mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika.

Bastian (dalam Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:17) mendefinisikan kinerja

organisasi sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil pelaksanaan tugas

dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi

organisasi tersebut. Yuwono, dkk (dalam Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:175)

juga mengatakan bahwa konsep kinerja organisasi berhubungan dengan berbagai

aktivitas dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada organisasi.

John Withmore dalam Lijan Poltak Sinambela (2006:138) mengemukakan

bahwa kinerja merupakan ekspresi potensi seseorang dalam memenuhi

tanggungjawabnya dengan menetapkan standar tertentu.

Page 29: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara kinerja diartikan sebagai

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi

organisasi. (Joko Widodo, 2005:78-79)

Pengertian kinerja menurut Joko Widodo (2005:79) pada hakikatnya berkaitan

dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang

menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

kinerja organisasi dapat diartikan sebagai kemampuan organisasi untuk

melaksanakan kegiatan atau aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya dalam

mengoptimalkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi

Kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di dalam

(internal) maupun di luar (eksternal) organisasi. Yuwono dkk dalam Hesssel Nogi

Tangkilisan menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi

kinerja suatu organisasi meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan

menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya

manusia yang dimiliki organisasi, dan kepemimpinan yang efektif (2005:178).

Selanjutnya, Atmosoeprapto dalam Hessel Nogi Tangkilisan (2005:181-182)

mengemukakan kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor

internal maupun eksternal sebagai berikut :

Page 30: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Faktor Eksternal yang terdiri dari :

• Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan

kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban,

yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara

maksimal,

• Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang

berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli

untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem

ekonomi yang lebih besar,

• Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah

masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja

yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

b. Faktor Internal yang terdiri dari :

• Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin

diproduksi oleh suatu organisasi.

• Struktur organisasi, sebagai hasil dari desain antara fungsi yang akan

dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formalnya.

• Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota

organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan.

• Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola

kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.

Page 31: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sedangkan Ruky dalam Hessel Nogi Tangkilisan (2005:180)

mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat

pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut :

a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan

untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi -

semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi

tingkat kinerja organisasi tersebut;

b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi;

c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan

ruang, dan kebersihan;

d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada

dalam organisasi yang bersangkutan;

e. Kepimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi.

Dalam Mahmudi (2005:21), kinerja merupakan suatu konstruk

multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya,faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja adalah :

a. Faktor personal/ individual, meliputi : pengetahuan, ketrampilan (skill),

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh

setiap individu ;

b. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader;

Page 32: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh

rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,

kekompakan dan keeratan anggota tim ;

d. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang

diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam

organisasi ;

e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal.

Dari keseluruhan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada begitu

banyak faktor yang dianggap mempengaruhi tingkat kinerja yang dapat dicapai

oleh suatu organisasi. Faktor tersebut bisa disebabkan oleh faktor dari luar

organisasi (eksternal) maupun faktor dari dalam organisasi (internal)

C. Pengukuran Kinerja

Kinerja sangat penting untuk dinilai atau diukur agar suatu organisasi atau

program dapat diketahui keberhasilannya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Mahmudi (2005:6) bahwa pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk

melakukan penilaian kinerja, yaitu untuk menilai sukses atau tidaknya suatu

organisasi, program atau kegiatan.

Penilaian kinerja, menurut Achmad S. Ruky (2001:158-159), dilakukan pada

akhir periode tertentu yang telah ditetapkan yaitu membandingkan antara hasil

yang sebenarnya diperoleh dengan yang direncanakan. Sehingga dapat diketahui

Page 33: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mana yang telah dicapai sepenuhnya, mana yang diatas standar (target) dan mana

yang dibawah target atau tidak tercapai penuh.

Penilaian kinerja akan menimbulkan perbaikan atau peningkatan kinerja

karyawan yang kemudian akan berdampak positif pada kinerja organisasi secara

keseluruhan. James B. Whittaker (dalam Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:171)

mengemukakan bahwa pengukuran/ penilaian kinerja merupakan suatu alat

manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan

dan akuntabilitas. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian

tujuan dan sasaran (goals and objectives).

Definisi yang dikemukakan Whittaker tersebut tidak berbeda jauh dari definisi

yang tertuang dalam Reference Guide, Province of Alberta,Canada (dalam Hessel

Nogi, 2005:171-172) yang menyebutkan pengukuran kinerja merupakan suatu

metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan

yang telah ditetapkan. Mardiasmo (dalam Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:172)

juga mengemukakan bahwa tolak ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan

ukuran keberhasilan yang dapat dicapai oleh organisasi tersebut, karena satuan

ukur yang relevan digunakan adalah efisiensi pengelolaan dana dan tingkat

kualitas pelayanan yang dapat diberikan kepada publik.

Penilaian kinerja dalam International Journal Business Performance

Management, Vol 10, No 1, 2008 hal 112 (dalam www.inderscience.com) oleh

Edson Pinheiro de Lima :

Page 34: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“ The performance measurement is the process of quantifying the efficiency and effectiveness of action. A performance measurement system is the set of metrics used to quantify both efficiency and effectiveness actions “. (terjemahan : pengukuran kinerja adalah proses mengukur efisiensi dan efektivitas tindakan. Sistem pengukuran kinerja adalah himpunan metrik yang digunakan untuk mengukur baik efisiensi dan efektivitas tindakan )

Adapun manfaat penilaian kinerja organisasi dikatakan oleh Bastian (dalam

Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:173) akan mendorong pencapaian tujuan

organisasi dan akan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan terus-

menerus (berkelanjutan). Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan untuk berperan

sebagai mekanisme dalam memberikan penghargaan atau hukuman

(reward/punishment), akan tetapi pengukuran kinerja berperan sebagai alat

komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki kinerja.

Selain itu, penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan dapat digunakan sebagai

ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Untuk organisasi

pelayanan publik, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai

seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu memenuhi harapan

dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja,

maka upaya untuk memperbaiki kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan

sistematis (Agus Dwiyanto, 2006:47 ).

Ada beberapa tujuan melakukan penilaian kinerja menurut Sedarmayanti

(2009:264), yaitu :

a. Mengetahui ketrampilan dan kemampuan karyawan.

Page 35: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Sebagai dasar perencanaan bidang kepegawaian khususnya

penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.

c. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan keryawan seoptimal

mungkin, sehingga dapat diarahkan jenjang/ rencana kariernya, kenaikan

pangkat dan kenaikan jabatan.

d. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan

dan bawahan.

e. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang

kepegawaian, khususnya kinerja karyawan dalam bekerja.

f. Secara pribadi, karyawan mengetahui kekuatan dan kelemahannya

sehingga dapat memacu perkembangannya. Bagi atasan yang menilai akan

lebih memperhatikan dan mengenal bawahan/karyawannya, sehingga

dapat lebih memotivasi karyawan.

g. Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi penelitian

dan pengembangan di bidang kepegawaian.

Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem manajemen kinerja, yang mana

penerapan sistem manajemen kinerja akan membawa dampak positif bagi sebuah

organisasi, karena dengan melakukan penilaian terhadap kinerja organisasi baik

dari level yang paling rendah maupun level yang tertinggi dalam organisasi, akan

berpengaruh terhadap manajemen organisasi, kepemimpinan, dan juga

meningkatkan kualitas dalam kehidupan kerja karyawan. Hal ini diungkapkan

oleh Juhani Ukko yang ditulis dalam International Journal of Business

Page 36: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Performance Management, Vol 10, No 1, 2008 hal 86-98 (dalam

www.inderscience.com) berikut ini :

“When designing and implementing a PM system there are always some impacts on the management, leadership and further on the QWL of the employees. Hence, the successful implementation of a PM system should bring out positive impacts. If the PM system can support the management of the company in leadership and communication, it can enhance for example the employees’ commitment, motivation and possibilities to affect the decision making”. (terjemahan : ketika merencanakan dan mengimplementasikan sebuah sistem manajemen kinerja selalu berdampak pada manajerial, kepemimpinan dan juga termasuk di dalamnya kualitas kehidupan pekerja (QWL) dari para pekerja. Sehingga keberhasilan dari implementasi sistem manajemen kinerja selalu membawa dampak positif. Jika dalam sistem manajemen kinerja dapat mendukung manajemen di perusahaan dalam hal kepemimpinan dan komunikasi, itu dapat dijadikan contoh sebagai komitman karyawan, motivasi, dan tanggungjawab dalam pengambilan keputusan.

D. Indikator Kinerja

Menurut Bastian (dalam Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:175) indikator kinerja

organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat

pencapaian sasaran atau tujuan. Bastian mengemukakan beberapa elemen-elemen

indikator kinerja antara lain :

a. indikator masukan (inputs), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar

organisasi mampu menghasilkan produknya,baik barang atau jasa, yang

meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya.

b. indikator keluaran (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung

dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik.

Page 37: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. indikator hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

d. indikator manfaat (benefit), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir

dari pelaksanaan kegiatan.

e. indikator dampak (impacts), yaitu pengaruh yang ditimbulkan, baik positif

maupun negatif, pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang

telah ditetapkan.

Indikator kinerja untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung pada

tipe pelayanan yang dihasilkan. Selim dan Woodward (dalam Agus Dwiyanto,

2006:52) melihat kinerja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi,

efisiensi, efektivitas, dan persamaan pelayanan. Sedangkan Zeithaml, Pasuraman,

dan Berry (dalam Agus Dwiyanto, 2006:53) mengemukakan bahwa kinerja

pelayanan publik yang baik dapat dilihat melalui berbagai indikator yang sifatnya

fisik.

Wahyudi Kumorotomo (dalam Agus Dwiyanto, 2006:52) menggunakan

beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi

pelayanan publik, antara lain, adalah berikut ini :

a. Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi

pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi

serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila

Page 38: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan

rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.

b. Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut

tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi,

tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

c. Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang

diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat

kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya

mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-

nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut

pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan

sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

d. Daya tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta,

organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara

atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria

organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan

secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Agus Dwiyanto (2006:50-51) mengemukakan bahwa penilaian kinerja

birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator-

Page 39: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi

juga harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa,

seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan responsivitas. Agus Dwiyanto

mengemukakan lima indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja

birokrasi publik yaitu :

a. Produktifitas

Produktifitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektifitas

pelayanan. Produktifitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara

input dengan output . Konsep produktifitas dirasa terlalu sempit dan

kemudian General Accounting Office ( GAO ) mencoba mengembangkan

satu ukuran produktifitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa

besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah

satu indikator kinerja yang penting.

b. Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam

menjelaskan kinerja organisasi publik. Banyak pandangan negatif yang

terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan

masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik

dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan

indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan

kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai

kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah.

Page 40: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat

diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Akibat akses terhadap

informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif

sangat tinggi, maka bisa menjadi suatu ukuran kinerja organisasi publik

yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi

parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini

menunjukkan pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan

sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung

mengambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi

dan tujuan, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara

pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan

kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi-

organisasi publik. Organisasi memiliki responsivitas yang rendah dengan

sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

Page 41: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar

atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang ekspilisit maupun

implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika

berbenturan dengan responsivitas.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjukkan pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih

oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena

dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan

kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat

digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi

publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja

organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang

dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian

target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal seperti nilai-

nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi

publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap

benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam

masyarakat.

Page 42: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan beberapa indikator kinerja yang disampaikan tersebut, maka yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas, responsivitas, dan

akuntabilitas sebagai indikator kinerja . Ketiga indikator ini dipilih karena dirasa

telah mewakili dari beberapa indikator yang ada. Indikator responsibilitas sudah

tercakup dalam indikator akuntabilitas.

E. Kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan.

Instansi Pengendalian Lingkungan Hidup adalah Unit Kerja Perangkat Daerah

Kota Surakarta yang menurut tugas dan fungsinya mengendalikan lingkungan

hidup (Perda no 2 tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup pasal 1

poin 5). Pengendalian lingkungan hidup adalah upaya pencegahan dan/ atau

penanggulangan dan/ atau pemulihan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan

melalui kegiatan perencanaan, penataan, pemanfaatan, pengembangan,

pengawasan, dan pemeliharaan. Di Surakarta instansi tersebut adalah Badan

Lingkungan Hidup kota Surakarta.

Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta merupakan instansi pemerintah yang

berperan dalam menanggulangi pencemaran limbah di wilayahnya, dalam

penelitian ini khususnya menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di

Kelurahan Laweyan. Dalam melaksanakan tugasnya Badan Lingkungan Hidup

harus mampu bekerja secara optimal untuk mewujudkan visi dan misi Badan

Lingkungan Hidup demi menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan

hidup.

Page 43: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta adalah kemampuan yang

dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam melaksanakan

tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dalam menangani pencemaran

lingkungan sehingga tujuan penanggulangan pencemaran air limbah, yaitu

meminimalisir jumlah pencemaran air limbah industri khususnya limbah industri

batik di Kelurahan Laweyan.

Kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dapat diidentifikasikan

melalui beberapa indikator kinerja yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan

dalam kegiatan menanggulangi pencemaran air limbah industri batik. Indikator

yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas, responsivitas, dan

akuntabilitas. Ketiga indikator ini dipilih karena dirasa telah mewakili dari

beberapa indikator yang ada. Indikator responsibilitas sudah tercakup dalam

indikator akuntabilitas. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai batasan-

batasan indikator yang telah dipilih tersebut :

a. Produktivitas

Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan

output, artinya perbandingan sejauh mana upaya yang dilakukan dengan

hasil yang diperolehnya dalam periode tertentu. Menurut Agus Dwiyanto

(2006:50) konsep produktivitas tidak hanya menyangkut pada tingkat

efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Selain itu juga harus

memperhitungkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang

diterapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.

Page 44: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai konsep produktivitas maka

dalam penelitian ini akan menekankan konsep produktivitas pada sejauh

mana upaya yang telah dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup kota

Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di

Kelurahan Laweyan. Hal ini dapat diketahui dengan berbagai kegiatan apa

saja yang dilakukan dalam upaya menanggulangi pencemaran air limbah

industri batik di Kelurahan Laweyan dan apakah hasilnya sesuai dengan

target yang telah ditetapkan.

b. Responsivitas

Responsivitas merupakan salah satu konsep yang digunakan sebagai

indikator untuk menilai kinerja. Responsivitas ini merupakan daya tanggap

yang dimiliki suatu organisasi terhadap suatu permasalahan.

Responsivitas menurut Dilulio dalam Agus Dwiyanto (2006:62)

adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,

menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan

program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini

mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan dan

aspirasi, serta tuntutan pengguna jasa. Responsivitas sangat diperlukan

dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti kemampuan

dari suatu organisasi . Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah

dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula. (Osborne & Plastrik

dalam Agus Dwiyanto, 2006:62)

Page 45: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Responsifitas menurut Agus Dwiyanto (2006:63) dalam

operasionalisasinya dijabarkan menjadi beberapa indikator yaitu :

(1) terdapat tidaknya keluhan pengguna jasa selama satu tahun

terakhir ;

(2) sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa

(3) penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi

perbaikan penyelenggaraan pelayanan pada masa mendatang;

(4) berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan

pelayanan pada pengguna jasa ; serta

(5) penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem

pelayanan yang berlaku.

Responsivitas disini menunjukkan pada keselarasan antara program

dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Responsivitas secara tidak langsung menggambarkan kemampuan

organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah

menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan

organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah

dengan sendirinya memiliki kinerja yang buruk. Sebuah organisasi publik

harus mempunyai responsivitas yang tinggi terhadap apa yang menjadi

permasalahan, kebutuhan, keluhan dan aspirasi masyarakat. Organisasi

hendaknya cepat memahami apa yang menjadi tuntutan masyarakat dan

Page 46: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berusaha semaksimal mungkin memenuhinya. Organisasi dapat

menangkap masalah yang dihadapi publik dan berusaha untuk mencapai

solusinya. Sehingga dengan demikian dibutuhkan sumber daya manusia

yang memadai dan peka agar dapat lebih mengenali aspirasi masyarakat

serta dapat memberikan solusi terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat.

Sebagai salah satu instansi pemerintah Badan Lingkungan Hidup kota

Surakarta harus memiliki responsivitas yang tinggi agar kinerja baik.

Responsivitas pada Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam

menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan

Laweyan dapat diketahui dengan sejauh mana instansi tersebut merespon,

mengatasi, menjawab dan memberikan solusi yang tepat sesuai dengan

aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam permasalahan pencemaran air

limbah industri batik di Kelurahan Laweyan.

c. Akuntabilitas

Akuntabilitas dalam penyelenggaraan publik menurut Agus Dwiyanto

(2006:57) adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat

kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau

norma eksternal yang ada dimasyarakat atau yang dimiliki oleh para

Stakeholders . nilai dan norma pelayanan yang berkembang dalam

masyarakat tersebut, diantaranya meliputi transparasi pelayanan , prinsip

keadilan jaminan penegakan hukum, hak asasi manusia, dan orientasi

pelayanan yang dikembangkan terhadap masyarakat pengguna jasa.

Page 47: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Wahyudi Kumorotomo (2005:3-4) akuntabilitas diartikan

sebagai ukuran yang menunjukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau

pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan norma dan

nilai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan publik tersebut

mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat sesungguhnya.

Dalam Mahmudi (2005:9) akuntabilitas publik terdiri dari dua macam,

yaitu (1) akuntabilitas vertikal dan (2) akuntabilitas horizontal.

Akuntabilitas vertikal adalah akuntabilitas kepada otoritas yang lebih

tinggi, misalnya akuntabilitas kepala dinas kepada bupati atau walikota,

menteri kepada presiden, kepala unit kepada kepala cabang, kapala cabang

kepada CEO, dan sebagainya. Akuntabilitas horizontal adalah

akuntabilitas kepada publik secara luas atau terhadap sesama lembaga

lainnya yang tidak memiliki hubungan atasan-bawahan.

Dalam penelitian ini, akuntabilitas sebagai kriteria untuk mengetahui

sejauh mana Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta bertanggungjawab

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan nilai dan norma yang ada

dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki tingkat

akuntabel, jika kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan

norma yang berkembang dalam masyarakat.

Page 48: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

F. Kerangka Pemikiran

Pencemaran air adalah masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan

fungsi air turun, sehingga tidak mampu lagi mendukung aktivitas manusia dan

menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih. Bagian terbesar yang

menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari industri, disamping limbah

padat berupa sampah domestik.

Sesuai dengan isi PP No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air. Pemerintah adalah pihak yang memiliki wewenang

untuk melakukan pencegahan pencemaran air. Namun dalam kenyataan di

lapangan menunjukkan bahwa masih banyak terjadi pelanggaran terhadap

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan permaslahan pengelolaan kualitas air

ini sehingga diperlukan adanya penanganan yang serius dari Pemerintah Kota

Surakarta. Penanganan yang serius ini dibuktikan dengan kinerja maksimal dari

Badan Lingkungan Hidup. Dalam penelitian ini membahas kinerja Badan

Lingkungan Hidup Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah

industri batik di Kelurahan Laweyan.

Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja Badan

Lingkungan Hidup Surakarta dalam penanggulangan pencemaran air limbah

industri batik di Kelurahan Laweyan yaitu produktivitas, responsivitas dan

akuntabilitas. Ketiga indikator ini dipilih karena dirasa telah mewakili dari

beberapa indikator yang ada. Indikator responsibilitas sudah tercakup dalam

indikator akuntabilitas.

Page 49: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Indikator produktivitas dalam penelitian ini menekankan konsep produktivitas

pada sejauh mana upaya yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota

Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di

Laweyan. Hal ini dapat diketahui dengan berbagai program atau kegiatan apa saja

yang telah dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam upaya

menggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan dan

apakah hasilnya sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Responsivitas Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam menanggulangi

pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan dapat diketahui

dengan sejauh mana organisasi tersebut merespon, menanggapi, menjawab dan

memberikan solusi yang tepat terhadap keinginan-keinginan masyarakat dalam

permasalahan pencemaran air limbah industri batik.

Akuntabilitas Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam menanggulangi

pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan ditekankan pada

sejauh mana Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta bertanggungjawab dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam

masyarakat baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat.

Dari indikator-indikator tersebut, maka akan diperoleh gambaran mengenai

bagaimana kinerja Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam

menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan, serta

akan diuraikan juga faktor-faktor yang menghambat dan yang mendukung yang

dihadapi oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam menanggulangi

Page 50: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan. Adapun alur

kerangka pemikiran yang digunakan dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Badan

Lingkungan Hidup kota Surakarta

Pencapaian tujuan

teratasinya permasalahan

pencemaran air limbah industri

batik di Kelurahan Laweyan

Kinerja Penanggulangan Pencemaran Air Limbah

Industri Batik di Kelurahan Laweyan • Produktivitas

• Responsivitas

• Akuntabilitas

• Faktor-faktor yang

mendukung dan menghambat (dari pihak Badan Lingkungan Hidup maupun dari pihak masyarakat)

Page 51: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

Metodologi Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bermaksud memberikan

gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta tertentu.

Arah kajian penelitian kualitatif adalah pada perilaku manusia sehari-hari dalam

keadaan rutin secara apa adanya. Berdasarkan arah kajiannya penelitian ini

dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kinerja Badan

Lingkungan Hidup dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di

wilayah Surakarta khususnya diKelurahan Laweyan. Karena penelitian ini

berusaha untuk menggambarkan, menafsirkan dan menganalisis kinerja Badan

Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah

industri batik di Kelurahan Laweyan, maka penelitian ini dikategorikan sebagai

bentuk penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan

keadaan fenomena sosial tertentu.

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Laweyan dan dilakukan di

Badan Lingkungan Hidup Surakarta. Adapun pemilihan lokasi tersebut karena :

a. Banyaknya industri batik di Kelurahan Laweyan yang membuang

limbah batiknya ke sungai yang telah menyebabkan terjadinya

pencemaran menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, sebab

bahan pewarna yang digunakan adalah pewarna kimia.

Page 52: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Badan Lingkungan Hidup merupakan Badan atau Lembaga

pemerintahan yang diberi kewenangan oleh pemerintahan di bidang

perlindungan lingkungan hidup.

C. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari informan yang memahami

permasalahan penelitian.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang

diperoleh selain dari sumber data primer. Penelitian yang

memanfaatkan data sekunder ini tidak perlu hadir, kapan dan

dimanapun data tersebut dikumpulkan (tidak dibatasi oleh ruang dan

waktu).

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara

Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik

wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan

dalam bentuk wawancara mendalam dengan cara mengajukan

Page 53: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pertanyaan langsung kepada informan. Disini peneliti menggunakan

pedoman wawancara sebagai kegiatan bertanya lebih terarah.

b. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang

berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda serta rekaman gambar.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari,

mengumpulkan, dan mempelajari dokumen yang relevan dengan

penelitian berupa arsip, laporan, peraturan, dokuman, dan literatur

lainnya.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka teknik pengambilan

sampel dilakukan secara selektif dengan menggunakan pertimbangan secara

teoritis, keinginan dari peneliti, karakteristik empiris, serta kebutuhan dan tujuan

penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penarikan sampel yaitu purposive

samplingatau sampel bertujuan, dimana peneliti cenderung menggunakan atau

memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber

data yang mantap dan mengetahui permasalahannya secara lengkap tanpa

didasarkan pada strata maupun random, tetapi lebih ditekankan pada tujuan

tertentu (HB. Sutopo: 2002:56).

Page 54: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

F. Validitas Data

Untuk menentukan keabsahan atau validitas data, peneliti menggunakan

teknik pemeriksaan trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

pembanding terhadap data itu (Lexy J. Moloeng 2004:178). Ada 4 macam

trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang menggunakan pemanfaatan sumber,

metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, trianggulasi yang digunakan

adalah trianggulasi sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik

informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda. Ini dilakukan

dengan dengan cara membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan. Dengan demikian data yang satu akan dikontrol oleh

data yang sama dari sumber lain.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif pada dasarnya proses analisis dilakukan

bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Model yang digunakan

adalah model analisis yang dilakukan apabila inti data sudah diperoleh. Kemudian

dilakukan penafsiran data dimana penulis mengungkapkan dalam bentuk uraian-

uraian dan penjelasan lainnya yang pada akhirnya dapat diambil kesimpulan-

kesimpulan serta saran-saran sesuai dengan penelitian ini.

Dalam metode interaktif ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu : reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Aktifitas yang dilakukan dalam

Page 55: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

(H.B. Sutopo, 2002:91) Pengertian dari tiga komponen tersebut adalah :

a. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi

data yang ada dalam fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang

pelaksanaan riset, yang dimulai bahkan sebelum riset dilakukan.

Reduksi dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka

kerja konseptual, pemilihan kasus, pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan, dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. Pada saat

pengumpulan data berlangsung, reduksi data berupa singkatan, coding,

memusatkan tema, membuat batas permasalahan, dan menulis memo.

Proses reduksi ini berlangsung sampai penelitian berakhir.

b. Penyajian Data

Yaitu suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data,

peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan kemudian mengerjakan

sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan penelitian tersebut.

Susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan banyak

menolong peneliti sendiri.

c. Penarikan kesimpulan

Pada awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mengerti apa arti dan

hal-hal yang ia temui dalam melakukan pencatatan peraturan, pokok

pernyataan konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan

Page 56: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

proposisi-proposisi. Aktivitas antara ketiga komponen tersebut

dilaksanakan dalam bentuk interaktif dalam proses pengumpulan data

dalam suatu proses siklus. Peneliti bergerak diantara 3(tiga) komponen

analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

Ketiga komponen tersebut sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada

saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk

sejajar.

Untuk lebih jelasnya proses tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 3.1

Skema Model Analisis Interaktif(H.B Sutopo, 2002:96)

Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan

Reduksi Data Sajian Data

Page 57: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

H. Deskripsi Wilayah

1. Profil Umum Kelurahan Laweyan

a. Letak dan Luas Wilayah

Kelurahan Laweyan, yang juga dikenal sebagai Kampung Batik

Laweyan merupakan pusat industri batik tradisional di Indonesia.

Kelurahan Laweyan berada kira-kira 15km di pinggiran sebelah barat

daya kota Surakarta, posisinya yang sangat strategis menjadikan

Kelurahan Laweyan sebagai daerah yang menghubungkan daerah

kawasan luar kota, khususnya wilayah Kartasura dan Sukoharjo.

Kelurahan Laweyan termasuk dalam kecamatan Laweyan. Batas-

batas wilayah Kelurahan Laweyan adalah :

Sebelah Utara : Kelurahan Sondakan

Sebelah Timur : Kelurahan Bumi

Sebelah Selatan : Sungai Jenes dan Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat : Kelurahan Pajang dan Kabupaten Sukoharjo

Luas wilayah Kelurahan Laweyan adalah sekitar 24.830 Ha yang

terbagi menjadi 2 lingkungan yaitu 3 RW (Rukun Warga) dan 16 RT

(Rukun Tetangga).Terdiri dari 20,56 Ha tanah pekarangan dan

bangunan,sedang yang berupa sungai,jalan,tanah terbuka dan kuburan

luasnya 4,27 Ha. Apabila dilihat dari struktur kota Surakarta, kawasan

Laweyan merupakan suatu kantong (enclave). Kelurahan Laweyan

Page 58: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilewati oleh Sungai Jenes, Sungai Jenes terletak di bagian selatan

kota Surakarta yang merupakan anak sungai Premulung yang mengalir

menuju muara sungai Pepe.

b. Sejarah Kelurahan Laweyan

Kelurahan Laweyan atau Kampung Laweyan sudah ada sejak tahun

1500 sebelum masehi. Dan sejak kerajaan Pajang, Laweyan yang

berasal dari kata Lawe (bahan sandang) telah menjadi pusat

perdagangan bahan sandang seperti kapas dan aneka kain. Laweyan

semakin pesat ketika Kyai Ageng Henis (keturunan Brawijaya V) dan

cucunya yaitu Raden Ngabehi Lor Ing Pasar/ Sutawijaya yang kelak

menjadi raja pertama Mataram bermukim di Laweyan tahun 1546 M.

Kyai Ageng Henislah yang kemudian mengajarkan cara membuat

batik kepada masyarakat Laweyan.

Lama kelamaan Laweyan berkembang menjadi pusat industri batik

sejak jaman kerajaan Mataram. Dulu para saudagar batik yang tinggal

di Laweyan membangun rumah besar-besar dengan tembok

menjulang. Para juragan batik juga membangun lorong atau jalan

rahasia di dalam rumah mereka menuju rumah juragan batik lainnya di

Laweyan. Kabarnya ketika itu mereka bersikap berseberangan dengan

pihak keraton. Sehingga lewat jalan-jalan rahasia mereka bisa leluasa

melakukan pertemuan-pertemuan dengan sesama saudagar batik untuk

membahas kondisi sosial politik saat itu.

Page 59: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada sebelum kemerdekaan kampung Laweyan memegang peranan

yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, di

Laweyan ini pada tahun 1911 muncul organisasi politik yang bernama

Sarekat Dagang Islam ( SDI ) yang didirikan oleh KH. Samanhudi,

dalam bidang ekonomi para pedagang batik di Laweyan juga

memelopori pergerakan koperasi dengan mendirikan Persatoean

Peroesahaan Batik Boemiputra Soerakarta ( PPBBS ) pada tahun

1935.

c. Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Laweyan

Mayoritas Mata Pencaharian penduduk di Kampung Laweyan

sebagian besar adalah pedagang batik ini semua berkat jasa Kyai

Ageng Henis, selain menyebarkan agama, Kyai Ageng Henis juga

mengajarkan masyarakat laweyan bagaimana caranya membuat batik.

Jadilah Laweyan yang dulunya hanya memproduksi kain tenun kini

berubah menjadi produsen batik. Kampung Laweyan adalah sentra

batik yang terkenal di Kota Solo. Mayoritas penduduk di kampung ini

bekerja sebagai pengrajin batik. Batik-batik itu dipajang langsung di

depan rumah mereka yang disulap menjadi ruang pamer atau butik.

Ada yang terlihat mewah ada pula yang sederhana. Tapi nuansa kuno

tetap dipertahankan sampai sekarang. Selain itu penduduk Laweyan

juga ada yang menjadi karyawan pabrik, supir becak, supir angkot dan

juga PNS.

Page 60: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Bentuk Arsitektur Pemukiman Penduduk Kelurahan

Laweyan

Dalam perkembangannya sebagai salah satu usaha untuk lebih

mempertegas eksistensinya sebagai kawasan yang spesifik, corak

bangunan di laweyan banyak di pengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa

dan Islam, sehingga banyak bermunculan bangunan yang bergaya

arsitektur jawa-eropa dengan bentuk yang sederhana beroreintasi

kedalam, fleksibel, berpagar tinggi lengkap dengan lantai yang

bermotif karpet khas timur tengah. Keberadaan beteng tinggi ini yang

banyak memunculkan gang gang sempit dan merupakan ciri khas

laweyan, selain untuk keamanan,juga merupakan bentuk usaha para

pedagang batik ini untuk menjaga privacy dan aman dari tindakan

pencurian. Pemukiman di kampung Laweyan terdiri dari dua

kelompok besar,kelompok tersebut terbentuk berdasarkan kesamaan

etnis dan mata pencaharian, penduduk Laweyan sebagian besar di

dominasi oleh keturunan Jawa yang mempunyai pekerjaan sebagai

juragan batik.

Kampung Laweyan sebagai pemukiman tradisional, kawasannya

terbentuk dari butiran massa yang saling berdekatan membentuk jalan

lingkungan yang relatif sempit. Massa banguna milik juragan batik

sebagian besar terdiri dari massa bangunan besar dan sedang,

bangunan tersebut biasanya di lengkapi pagar tinggi yang menyerupai

Page 61: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

beteng. Adapun massa bangunan kecil jumlahnya lebih sedikit dari

sebagian besar milik pekerja batik

2. Gambaran Umum Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta

a. Umum

Dengan berlakunya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah maka terjadi perubahan pemerintahan yang

semula sentralistik menjadi pemerintahan desentralistik dan

demokratis serta sekaligus mendorong untuk perwujudan sistem

pemerintahan yang Good Governance. Kewenangan berdasarkan

Undang-Undang no 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

menegaskan bahwa urusan pengendalian lingkungan hidup marupakan

urusan wajib daerah inti yang terkandung dalam pengendalian

lingkungan hidup ini adalah upaya pencegahan, penanggulangan dan

pemulihan pencemaran atau kerusakan lingkungan melalui kegiatan

perencanaan, pengawasan dan pemeliharaan.

Sejak memasuki era otonomi daerah yang salah satu tujuannya

adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan

pembangunan. BLH sebagai salah satu unsur pelaksana pemerintah

daerah mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang lingkungan hidup. Terlebih lagi pada saat

sekarang dimana kita berada pada era globalisasi yang menuntut

selalu peka terhadap perubahan lingkungan dan pembangunan. Untuk

menghadapi tantangan tersebut dengan berdasar pada visi kota

Page 62: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Surakarta demi terwujudnya kota Surakarta sebagai kota budaya yang

bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pariwisata, dan olah raga

maka BLH selalu berusaha memberikan pendampingan dalam rangka

mengendalikan lingkungan hidup di Surakarta agar tidak terjadi

kerusakan lingkungan.

b. Visi

”Pengelolaan Lingkungan Hidup yang diselenggarakan dengan asas

tanggung jawab Negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat untuk

mewujudkan pembangunan Kota Surakarta yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan hidup untuk meningkatkan derajat kesehatan

dan kesejahteraan masyarakat.”

c. Misi

Guna menjabarkan visi yang telah ditetapkan, maka misi yang akan

ditempuh harus bertumpu pada tupoksi dan peraturan-peraturan yang

berlaku di bidang lingkungan hidup.

Adapun Misi Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta adalah :

1. Pengelolaan lingkungan hidup yang bertumpu pada keselarasan,

keserasian dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan

hidup.

2. Pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dan terkendali

dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan

lingkungan.

3. Peningkatan akses Sistem Informasi Lingkungan (SIL).

Page 63: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Peningkatan pengendalian dan pemantauan sumber-sumber

pencemaran lingkungan.

5. Penataan dan penambahan vegetasi kota di ruang terbuka hijau.

6. Peningkatan dan pengembangan pelayanan prima dalam rangka

penggalian potensi sumber-sumber PAD.

d. Tugas Pokok

Tugas Pokok (Berdasarkan Perda No. 6 tahun 2008 tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota

Surakarta), Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok

menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di

bidang lingkungan hidup.

e. Fungsi :

1. Penyelenggarakan kesekretariatan badan

2. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan

pelaporan

3. Pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan

4. Pemantauan dan pemulihan lingkungan

5. Pematuhan hukum lingkungan dan pengembangan kapasitas

6. Penyelenggaraan sosialisasi

7. Pembinaan jabatan fungsional

f. Susunan organisasi Badan Lingkungan Hidup terdiri dari :

1. Kepala Badan

2. Sekretariat, terdiri dari :

Page 64: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a) Sub. Bagian Evaluasi dan Pelaporan

b) Sub. Bagian Keuangan

c) Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian

3. Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup, terdiri

dari :

a) Sub. Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup

b) Sub. Bidang Dokumen Lingkungan Hidup

4. Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup dan

Konservasi Sumber Daya Alam, terdiri dari :

a) Sub. Bidang Pengendalian Kerusakan

b) Sub. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam

5. Bidang Kepatuhan Hukum dan Pengembangan Kapasitas, terdiri

dari :

a) Sub. Bidang Kepatuhan Hukum

b) Sub. Bidang Pengembangan Kapasitas

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta memiliki Uraian Tugas sebagai

berikut :

1. Kepala Badan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan

di bidang lingkungan hidup. Dengan uraian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan Kantor

sesuai dengan Program Pembangunan Daerah (Propeda);

Page 65: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas;

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas;

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan;

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya;

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kerja;

g. Merumuskan kebijakan teknis pemberian bimbingan dan

pembinaan terhadap urusan perencanaan, pengembangan

kapasitas, penanggulangan pencemaran dan kerusakan

lingkungan, pemantauan dan pemulihan kualitas lingkungan;

h. Menyusun program pencegahan dan penanggulangan

pencemaran serta kerusakan lingkungan;

i. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan pencegahan dan

penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan serta

pengawasan dan pemantauan pelaksanaan Analisa Dampak

Lingkungan (AMDAL);

j. Memproses pengesahan dokumen Rencana Pengelolaan

Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan

(RPL), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Page 66: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

k. Menyelenggarakan penerapan dan pengembangan fungsi

informasi lingkungan;

l. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan kegiatan pengelolaan

lingkungan hidup;

m. Memproses permohonan ijin gangguan;

n. Menyelenggarakan urusan tata usaha kantor;

o. Menyelenggarakan pembinaan kelompok jabatan fungsional;

p. Menyelenggarakan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi

Hukum;

q. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan

bahan petunjuk pemecahan masalah;

r. Menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat laporan

berkala dan tahunan;

s. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait guna kelancaran

pelaksanaan tugas;

t. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas;

u. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;

v. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

2. Sekretaris mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian pelaksanaan tugas

secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang

Page 67: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum dan

kepegawaian. Dengan uraian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun program dan rincian kerja Sekretariat berdasarkan

rencana strategis dan program kerja tahunan Badan

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

g. Mengelola perencanaan, evaluasi, dan pelaporan

h. Mengelola administrasi surat menyurat, peralatan dan

perlengkapan kantor, rumah tangga serta dokumentasi dan

perpustakaan

i. Mengelola administrasi kepegawaian

j. Mengelola administrasi keuangan

k. Menyiapkan dan merumuskan administrasi perijinan serta

mekanisme pemberiannya

Page 68: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

l. Melaksanakan sistem jaringan Dokumentasi dan Informasi

Hukum

m. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

n. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

o. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

p. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

q. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

r. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

3. Kepala Sub. Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan, pengkoordinasian tugas secara terpadu, pelayanan

administrasi. Dengan uraian sebagai berikut :

a. Menyusun rincian kerja Sub. Bagian Perencanaan, Evaluasi dan

Pelaporan berdasarkan program kerja secretariat

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

Page 69: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

g. Menghimpun, mengolah dan menyajikan data dan informasi

untuk menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan

Badan

h. Melaksanakan monitoring dan pengendalian pelaksanaan rencana

strategis dan program kerja tahunan Badan

i. Melaksanakan evaluasi dan analisa hasil kerja guna

pengembangan rencana strategis dan program kerja tahunan

Badan

j. Menyediakan data publikasi sistem informasi lingkungan dan

pengembangan rekayasa teknologi

k. Melaporkan hasil pelaksanaan program kerja

l. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

m. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

n. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

Page 70: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

o. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

p. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

q. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

4. Kepala Sub. Bagian Keuangan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian secara terpadu, pelayanan administrasi dan

pelaksanaan di bidang keuangan. Dengan uraian tugas sebagai

berikut :

a. Menyusun rincian kerja Sub. Bagian Keuangan berdasarkan

program kerja Sekretariat

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

Page 71: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

g. Mengelola administrasi keuangan meliputi penyusunan rencana

anggaran dalam bentuk Daftar Usulan Kegiatan Daerah

(DUKDA) dan Daftar Usulan Proyek Daerah (DUPDA),

penyusunan Daftar Isian Kegiatan Daerah (DIKDA) dan Daftar

Isian Proyek Daerah (DIPDA) serta penyusunan perubahan dan

perhitungan anggaran

h. Melaksanakan pembuatan daftar gaji pegawai dan pembayaran

gaji pegawai

i. Mengkoordinasikan administrasi keuangan, anggaran rutin dan

pembangunan serta melakukan pengawasan laporan administrasi

keuangan bendahara rutin dan pembangunan dengan

membubuhkan paraf

j. Melaksanakan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi

Hukum

k. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

l. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

m. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

n. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

o. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

Page 72: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

p. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

5. Kepala Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan, pengkoordinasian secara terpadu, pelayanan

administrasi, di bidang umum dan kepegawaian. Dengan uraian

tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rincian kerja Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian

berdasarkan program kerja sekretariat

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

g. Mengelola administrasi surat menyurat, peralatan dan

pelengkapan kantor, rumah tangga, perjalanan dinas,

dokumentasi dan perpustakaan serta hubungan masyarakat dan

protokol

Page 73: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

h. Mengelola administrasi kepegawaian meliputi pengangkatan,

kenaikan pangkat, perpindahan, pemberhentian, pensiun,

kenaikan gaji berkala dan tunjangan serta presensi atau daftar

hadir pegawai

i. Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan jenis pendidikan dan

pelatihan, calon peserta pendidikan dan pelatihan serta calon

peserta ujian dinas pegawai

j. Mengusulkan pernohonan ijin dan tugas pegawai

k. Memproses permohonan cuti dan mengusulkan permohonan

kartu pegawai, kartu istri atau kartu suami, kartu tabungan

asuransi pensiun serta kartu asuransi kesehatan

l. Menyiapkan dan memproses Daftar Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan (DP3) dan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P)

m. Memproses laporan perkawinan, ijin perkawinan dan perceraian

n. Melaksanakan sistem jaringan Dokumentasi dan Informasi

Hukum

o. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

p. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

q. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

r. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

Page 74: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

s. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

t. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

6. Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengendalian

pencemaran lingkungan hidup dan dokumen lingkungan hidup.

Dengan uraian sebagai berikut :

a. Menyusun program dan rincian kerja Bidang Pengendalian

Pencemaran Lingkungan Hidup berdasarkan rencana strategis

dan program kerja tahunan Badan

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

Page 75: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

g. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan di bidang pengendalian pencemaran lingkungan

hidup

h. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan di bidang dokumen lingkungan hidup

i. Memproses permohonan ijin pengelolaan limbah cair dan padat

j. Memproses permohonan ijin gangguan

k. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

l. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

m. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

n. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

o. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

p. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

7. Kepala Sub. Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis di bidang pengendalian pencemaran lingkungan hidup.

Dengan uraian tugas sebagai berikut :

Page 76: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Pengendalian dan

Pencemaran Lingkungan Hidup berdasarkan program kerja

Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

g. Inventarisasi sumber-sumber pencemaran lingkungan hidup

h. Mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan

i. Melaksanakan kebijakan standar prosedur penetapan pencegahan

dan penanggulangan pencemaran lingkungan

j. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

k. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

l. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

Page 77: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

m. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

8. Kepala Sub. Bidang Dokumen Lingkungan Hidup mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

dokumen lingkungan hidup. Dengan uraian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Dokumen Lingkungan

Hidup berdasarkan program kerja Bidang Pengendalian

Pencemaran Lingkungan Hidup

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

g. Memberikan informasi tentang lingkungan hidup

h. Membuat neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup

Page 78: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i. Menerapkan kajian dampak lingkungan yang terkait dengan

upaya pelaksanaan pelestarian fungsi lingkungan hidup

j. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

k. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

l. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

m. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

9. Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup dan

Konservasi Sumber Daya Alam mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan

di bidang pengendalian kerusakan lingkungan hidup dan konservasi

sumber daya alam. Dengan uraian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun program dan rincian kerja Bidang Pengendalian

Kerusakan Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya

Alam berdasarkan rencana strategis dan program kerja tahunan

Badan

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

Page 79: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

g. Menganalisa dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian

kerusakan lingkungan dan konservasi sumber daya alam

h. Mengkoordinir pelaksanaan pengendalian kerusakan lingkungan

hidup

i. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

j. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

k. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

l. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

m. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

Page 80: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10. Kepala Sub. Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis, di bidang pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Dengan

uraian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Pengendalian Kerusakan

Lingkungan Hidup dan Konservasi SDA

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

g. Melaksanakan inventarisasi kerusakan lingkungan

h. Menyusun standar dan prosedur pencegahan penanggulangan

kerusakan lingkungan

i. Menanggulangi kerusakan lingkungan

j. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

Page 81: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

k. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

l. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

m. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

11. Kepala Sub. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di

bidang konservasi Sumber Daya Alam. Dengan uraian tugas sebagai

berikut :

a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Konservasi Sumber Daya

Alam berdasarkan program kerja Bidang Pengendalian

Kerusakan Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya

Alam

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

Page 82: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

g. Melaksanakan inventarisasi potensi sumber daya alam

h. Meningkatkan konservasi sumber daya alam dan lingkungan

i. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

j. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

k. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

l. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

m. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

12. Kepala Bidang Kepatuhan Hukum dan Pengembangan Kapasitas

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan

teknis, pembinaan dan pelaksanaan di Bidang Kepatuhan Hukum dan

Pengembangan Kapasitas. Dengan uraian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun program dan rincian kerja di Bidang Kepatuhan

Hukum dan Pengembangan Kapasitas berdasarkan rencana

strategis dan program kerja tahunan Badan

Page 83: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta

pemerataan tugas

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

g. Menghimpun, mendokumentasi, mempelajari peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum lingkungan

h. Melaksanakan penyuluhan hukum lingkungan

i. Melaksanakan pembinaan pengembangan kelembagaan dan

kapasitas pengendalian dampak lingkungan

j. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

k. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

l. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

m. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

Page 84: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

13. Kepala Sub. Bidang Kepatuhan Hukum mempunyai tugas

melakukan bahan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di

Bidang Kepatuhan Hukum. Dengan uraian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Kepatuhan Hukum

berdasarkan program kerja Bidang Kepatuhan Hukum dan

Pengembangan Kapasitas

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar

tercipta pemerataan tugas

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

g. Melaksanakan inventarisasi perundang-undangan bidang

lingkungan hidup

h. Mengadakan pengawasan dan penegakan hukum lingkungan

Page 85: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i. Menyimpan dokumentasi Analisa Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL) maupun rencana pengelolaan

lingkungan, rencana pemantauan lingkungan serta upaya

pemantauan lingkungan dan upaya pengelolaan lingkungan

j. Menyelesaikan kasus-kasus sengketa lingkungan

k. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

l. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

m. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

n. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

o. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

p. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

14. Kepala Sub. Bidang Pengembangan Kapasitas mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di Bidang

Pengembangan Kapasitas. Dengan uraian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Pengembangan Kapasitas

berdasarkan program kerja Bidang Kepatuhan Hukum dan

Pengembangan Kapasitas

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar

tercipta pemerataan tugas

Page 86: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan

pelaksanaan tugas

d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi

penyimpangan

e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan

hambatan serta memberikan jalan keluarnya

f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan

peningkatan kinerja

g. Menyiapkan dan memproses pemberian rekomendasi Air Bawah

Tanah dan bahan galian golongan C

h. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan dan menilai penerapan

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL), Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan

Lingkungan (UKL) serta Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

i. Memproses Penilaian Rencana Pengelolaan Lingkungan,

Rencana Pemantauan Lingkungan, Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan

(UPL) serta Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL)

j. Melaksanakan penyuluhan dalam rangka meningkatkan peran

serta masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan lingkungan

hidup

k. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

Page 87: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

l. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala

dan tahunan

m. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas

n. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka

kelancaran pelaksanaan tugas

o. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

p. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

15. Kelompok Jabatan Fungsional uraian tugasnya mengikuti pedoman

uraian tugas sesuai ketentuan peraturan perundangan yang belaku.

Page 88: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Kinerja Penanggulangan Pencemaran Air Limbah Industri Batik di Kelurahan Laweyan oleh Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta

Sektor industri adalah salah satu sektor usaha yang sangat berperan

penting dalam menggerakkan kegiatan perekonomian masyarakat di kota

Surakarta. Sektor industri perlu dikembangkan karena memberikan sumbangan

yang sangat besar terhadap penyerapan tenaga kerja di kota Surakarta. Namun

perkembangan sektor industri juga menimbulkan dampak negatif dari

pelaksanaan aktivitas industri yang dilakukan. Dampak yang sangat besar

terutama dampak yang berhubungan dengan ancaman terhadap pelestarian

lingkungan hidup.

Untuk mengatur dan mencegah agar kegiatan industri yang dilaksanakan

oleh masyarakat pelaku industri tidak menyebabkan kerusakan terhadap

lingkungan hidup maka pemerintah mengeluarkan UU No 23 Tahun 1997 tentang

Lingkungan Hidup yang mengatur segala aktivitas yang berkaitan dengan

lingkungan hidup. Untuk mencegah pencemaran air, pemerintah mengeluarkan

Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air, dalam peraturan pemerintah ini memuat

persyaratan yang harus dipatuhi oleh pelaku kegiatan industri selama melakukan

kegiatan industri. Tujuan dari PP No 82 tahun 2001 ini untuk mencegah atau

meminimalisir terjadinya pencemaran terhadap sumber air yang diakibatkan oleh

pembuangan limbah dari aktivitas industri.

Page 89: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Surakarta terkenal akan industri batik, bahkan terdapat wisata kampung

batik salah satunya di Kelurahan Laweyan yang sering disebut Kampung Batik

Laweyan, di Kelurahan Laweyan pewarna batik yang digunakan adalah pewarna

kimia, pewarna inilah yang sisa limbahnya mencemari lingkungan terutama

sungai jika tidak diolah terlebih dahulu. Terhadap permasalahan ini Pemerintah

kota Surakarta melalui Badan Lingkungan Hidup melakukan berbagai usaha untuk

menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan.

Untuk dapat mengetahi seberapa besar kinerja kegiatan penanggulangan

pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan oleh Badan

Lingkungan Hidup kota Surakarta yang telah dicapai selama ini, berikut

dijelaskan dalam bab ini dengan menggunakan indikator-indikator produktivitas,

responsivitas dan akuntabilitas. Selain itu juga akan dibahas faktor-faktor apa saja

yang mendukung dan menghambat penanggulangan air limbah industri batik di

Kelurahan Laweyan.

1. Indikator Produktivitas

Produktivitas dapat dipahami sebagai rasio antara input dan output,

artinya perbandingan sejauh mana upaya yang dilakukan dengan hasil yang

diperoleh dalam periode tertentu. Berkaitan dengan prodiktivitas ini kinerja

Badan Lingkungan Hidup dapat diukur dari pencapaian target yang telah

ditetapkan dengan hasil realisasi. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh

pihak Badan Lingkungan Hidup dalam menanggulangi pencemaran air limbah

industi Batik. Kegiatan-kegiatan ini mengacu pada Perda No 2 Tahun 2006

Page 90: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah

pencegahan, penyuluhan, pengawasan dan penertiban.

a) Pencegahan

Berdasarkan PP No 82 tahun 2001 pasal 38 ayat (1) menyebutkan

bahwa “Setiap pertanggungjawaban usaha dan atau kegiatan yang

membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mentaati

persyaratan yang ditetapkan dalam izin”. Salah satu dari persyaratan

yang harus dipenuhi dalam izin pembuangan limbah adalah ketentuan

kewajiban untuk mengolah limbah sebagaimana dimaksud dalam pasal

38 ayat (2) point pertama. Kemudian dipertegas dengan Perda No 2

Tahun 2006 pasal 9 point pertama bahwa “Mewajibkan setiap orang

yang akan melakukan pembuangan air limbah ke sumber-sumber air

terlebih dahulu melakukan pengelolaan air limbah (IPAL)”. Namun

dalam kenyataannya masih banyak industri yang tidak memiliki IPAL

dalam melakukan aktivitas industri.

Untuk mendorong kesadaran para pengusaha batik untuk sadar dan

peduli lingkungan, Badan Lingkungan Hidup melalui program dari

Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia-Jerman (ProLH) Deutsche

Gesselscaft fur technische Zusammenorbeit (GTZ), bekerjasama

dengan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan membangun

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kampoeng Batik

Laweyan. IPAL Komunal ini adalah wujud nyata kegiatan pencegahan

pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan, dal ini

Page 91: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

seperti yang disampaikan oleh mbak Ari Arsianti selaku staf subbidang

Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Badan Lingkungan

Hidup kota Surakarta, sebagai berikut :

“Sebenarnya IPAL komunal itu adalah tindakan preventif yaitu termasuk dalam pencegahan pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan, sebagai upaya pengendalian pencemaran air terpadu pada segmen terpilih Bengawan Solo” (wawancara, 29 12 10)

IPAL Komunal UKM Batik ini diresmikan pada 18 Maret 2008.

Pada awal diresmikannya IPAL komunal ini diikuti oleh 11 UKM

batik di Kelurahan Laweyan yaitu :

1. Puspa Kencana terletak di Jl. Sidoluhur

2. Mahkota terletak di Jl. Sayangan Kulon

3. Cempaka terletak di Setono no.22

4. Gunawan Design terletak di Setono Rt 02/II

5. Gress Tenan terletak di Setono Rt 02/II

6. Surya terletak di Jl. Sidoluhur

7. Pelangi terletak di Jl. Sidoluhur

8. Adityan terletak di jl. Sidoluhur

9. Amelia terletak di Setono Rt 02/II

10. Adina Batik terletak di Jl. Dr. Radjiman

11. Cokro Sumarto terletak di Jl. Dr. Radjiman

Untuk saat ini batik Cokro Sumarto sudah tidak berproduksi lagi

karena pemiliknya yang sekarang lebih fokus pada usaha perhotelan.

IPAL komunal ini diikuti oleh pengusaha batik yang terkonsentrasi di

Page 92: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bagian tengah yaitu ada 9 industri dan di bagian barat ada 2 industri.

Di bagian timur ada 4 industri batik yang masih berproduksi dan

termasuk industri skala besar, keempat industri ini memiliki IPAL

sendiri. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Yanto

selaku pengelola IPAL komunal di Kelurahan Laweyan sebagai

berikut :

“ Yang ikut IPAL komunal antara lain Puspa Kencana, Mahkota, Cempaka, Gunawan Design, Gresstenan, Surya, Pelangi, Adityan, Amelia, Adina Batik dan Cokro Sumarto. Tetapi Cokro Sumarto sudah tidak produksi karena pemiliknya sekarang fokus ke usaha hotelnya. Kalau di timur itu ada 4 industri skala besar, mereka punya IPAL sendiri, seperti Putra Laweyan, Batik Sidomanis.” (wawancara, 08 12 10)

Pengelolaan IPAL komunal ini, setiap hari dibersihkan dan 3 bulan

sekali diberi mikroba pengurai. Seharusnya jenis mikroba pengurai

disesuaikan dengan jenis pewarna sintetis yang digunakan karena

banyak sekali macam pewarna sintetis dan antara satu dengan industri

batik yang lain belum tentu sama jenis pewarnanya, tetapi IPAL

komunal hanya diberi satu macam mikroba pengurai. Karena itu hasil

limbah yang dialirkan ke sungai Jenes masih belum memenuhi syarat

baku mutu air dari pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

Bapak Yanto sebagai berikut :

“ IPAL komunal ini dibersihkan setiap hari oleh Pak Marno, 3 bln sekali di beri mikroba pengurai. Mikroba pengurai untuk IPAL komunal hanya satu macam padahal banyak macam pewarna sintetis yang digunakan, harusnya jenis mikroba pengurai disesuaikan dengan jenis pewarna sintetis. Hasil pengolahannya memang belum sesuai ketentuan, tapi paling tidak sudah mengurangi pencemaran. “ (wawancara, 08 12 10)

Page 93: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IPAL komunal dibuat berdasarkan geografis atau kemiringan

tanah, kendalanya adalah jika letak UKM di daerah lebih rendah. Ada

sekitar 4 UKM batik yang tidak bergabung dengan IPAL komunal dan

juga tidak memiliki IPAL sendiri, hal ini karena UKM tersebut tidak

memiliki dana untuk membuat IPAL. Untuk UKM yang tidak

memiliki IPAL, mereka memiliki pre treatment sederhana yaitu

dengan produksi bersih. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak

Edi Suparmanto selaku staf dari subbidang Pengendalian Pencemaran

Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta sebagai

berikut :

“ IPAL komunal dibuat berdasar geografis tanah, dibangun di daerah lebih rendah sehingga tinggal mengalirkan saja, ini untuk meminimalisasi anggaran dan agar tidak membebani pemilik industri batik, kendalanya jika letak industri lebih rendah dari IPAL komunal, yang tidak memiliki IPAL hanya melakukan pre treatment sederhana.” (wawancara, 25 08 10) Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari Bapak Yanto sebagai

berikut :

“ Ada sekitar 4 UKM yang tidak memiliki IPAL yaitu Indobatik, Cattelya, Mu’tisari dan Aryabatik. Karena tidak punya IPAL untuk produksinya mereka melakukan pre treatmen sederhana. Hasil air limbahnya masih keruh, tapi yang penting sudah berusaha meminimalisasi pencemaran.” (wawancara, 08 12 10)

Pencegahan pencemaran air limbah dengan IPAL komunal

merupakan awal yang bagus bagi Badan Lingkungan Hidup untuk

mengatasi pencemaran limbah batik, tetapi produktifitas Badan

Lingkungan Hidup dalam pencegahan lewat IPAL komunal ini masih

Page 94: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kurang, karena masih ada industri batik di Kelurahan Laweyan yang

tidak bisa ikut IPAL komunal.

b) Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan pencemaran air adalah kegiatan yang

dilakukan Pemerintah kota Surakarta melalui Badan Lingkungan

Hidup dalam rangka meningkatkan pengertian, pengetahuan dan

kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan PP No 82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Perda No 2 Tahun 2006 tentang

Pengendalian Lingkungan Hidup. Kegiatan penyuluhan ini juga

dimaksudkan untuk menggugah kesadaran masyarakat agar tetap

menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran

air limbah dari kegiatan industri oleh masyarakat pelaku industri.

Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Bapak Edi Suparmanto,

sebagai berikut :

“ Kegiatan penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada para pelaku industri tentang PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Perda no 2 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup.”(wawancara, 30 08 10)

Kegiatan penyuluhan oleh Badan Lingkungan Hidup lebih bersifat

penyuluhan pada aspek perilaku, jadi Badan Lingkungan Hidup

memberikan penyuluhan kepada pemilik industri agar pemilik industri

merubah perilakunya untuk tidak mencemari lingkungan dalam proses

produksi mereka., seperti yang diungkapkan oleh Bapak Bambang

Page 95: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Wijayani selaku kepala subbidang Pengembangan Kapasitas Badan

Lingkungan Hidup kota Surakarta sebagai berikut :

“Penyuluhan yang kami lakukan kepada masyarakat lebih bersifat pada aspek perilaku.”(wawancara, 05 11 10)

Pada kegiatan penyuluhan ini, tingkat partisipasi dari masyarakat

sangat tinggi dilihat dari undangan yang diberikan kepada masyarakat

sasaran kegiatan, persentase kehadiran masyarakat yang tinggi, hal ini

menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat di kota Surakarta ini

sebenarnya sadar terhadap kondisi yang ada dan pentingnya

pemeliharaan lingkungan hanya saja mereka terkadang masih bingung

dan belum tahu apa saja yang harus mereka lakukan untuk menjaga

lingkungan karena itulah kegiatan penyuluhan penting untuk dilakukan

dalam mengarahkan masyarakat pelaku industri dalam melakukan

produksi tanpa mencemari lingkungan. Tanggapan positif tentang

kegiatan penyuluhan ini seperti yang dikemukakan oleh mbak Dwi

selaku pemilik industri batik di Kelurahan Laweyan, sebagai berikut :

“Saya mendukung kegiatan ini mbak, karena kita mendapatkan pengetahuan dan pengarahan tentang bagaimana melakukan aktivitas industri dengan tidak mencemari lingkungan”(wawancara, 21 10 10)

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini merupakan suatu bentuk

sosialisasi secara langsung kepada masyarakat. Selain melalui kegiatan

ini, sosialisasi juga dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui

brosur atau selebaran. Kegiatan penyuluhan di Kelurahan Laweyan

Page 96: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

merupakan tindak lanjut dari program penyuluhan tahun 2008 tentang

Produksi Bersih, penerapan produksi bersih di Laweyan ini dimulai

dari pengadaan pelatihan-pelatihan produksi bersih, yaitu :

1. Tata kelola yang apik (good housekeeping)

Bertujuan agar industri dapat mengoptimumkan konsumsi

bahan baku, air energi serta menurunkan jumlah limbahnya dan

mengelola pemakaian bahan agar tidak menimbulkan resiko

kesehatan bagi pekerjanya maupun bagi lingkungan di

sekitarnya.

2. Pengelolaan biaya berorientasi lingkungan (environtment

oriented cost management)

Bertujuan agar industri dapat mengelola biaya yang

dikeluarkannya untuk optimasi biaya produksi.

3. Pengelolaan bahan kimia (dhemical management)

Bertujuan agar industri dapat mengelola pemakaian,

penyimpanan dan pembuangan bahan kimia dengan benar.

Penyuluhan ini berjalan dengan baik sesuai dengan target yang

telah ditetapkan dalam program kegiatan Badan Lingkungan Hidup.

Page 97: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.1

Penyuluhan Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumber-

Sumber Air Kota Surakarta Tahun 2009

No Kecamatan Waktu Sosialisasi

Tempat Hari/Tanggal

1 Laweyan Kantor Kecamatan Rabu, 2 Juli 2009

2 Banjarsari Kantor Kecamatan Kamis, 3 Juli 2009

3 Pasar Kliwon Kantor Kecamatan Jumat, 4 Juli 2009

4 Serengan Kantor Kecamatan Senin, 7 Juli 2009

5 Jebres Kantor Kecamatan Selasa, 8 Juli 2009

Sumber : BLH

Secara kuantitas petugas penyuluhan dirasa masih kurang karena

jumlah petugas sekitar 2 atau 3 orang, tidak sebanding dengan jumlah

peserta yang mencapai 50 orang. Sedangkan dari segi kualitas, Badan

Lingkungan Hidup selalu berusaha meningkatkan kualitas dari petugas

dengan mengikutsertakan mereka dalam pelatihan- pelatihan. Seperti

baru-baru ini dilakukan pelatihan untuk petugas agar mereka lebih

berkompeten dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan

pencemaran. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh mbak Ari Arsianti,

sebagai berikut :

“Untuk meningkatkan kinerja BLH, petugas mengikuti pelatihan. Hal ini bukan hanya dilakukan kali ini saja, petugas dikirim untuk mengikuti pelatihan- pelatihan yang diadakan baik oleh pemerintah atau instansi non pemerintah.”(wawancara, 02 11 10) Secara umum produktivitas kegiatan penyuluhan yang dilakukan

Badan Lingkungan Hidup dapat dikatakan sudah maksimal, hal ini

dikarenakan pencapaian pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang

Page 98: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

direncanakan. Pelaksanaan kegiatan ini berjalan baik dan lancar.

Keberhasilan kegiatan ini didukung dengan besarnya animo

masyarakat pelaku industri ketika kegiatan penyuluhan berlangsung,

dalam sesi tanya jawab dan diskusi peserta tidak sungkan untuk

bertanya dan meminta penjelasan tentang kegiatan industri mereka

yang berkaitan dengan peraturan yang ada dan permasalahan

penanggulangan pencemaran air. Badan Lingkungan Hidup berharap

supaya pemahaman yang diperoleh masyarakat pelaku industri pada

saat penyuluhan tidak hanya sebatas dipahami, tetapi juga diterapkan

dalam pelaksanaan kegiatan industri mereka.

c) Pengawasan

Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup

merupakan pengawasan terhadap industri dalam melaksanakan

kegiatan industri berdasar pada undang-undang lingkungan hidup. Hal

ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Edi Suparmanto, seperti

berikut ini :

“Badan Lingkungan Hidup melakukan pengawasan terhadap hal-hal yang ada dalam peraturan perundang-undangan lingkungan hidup. Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut ada beberapa hal yang harus ditaati oleh pemilik industri, hal tersebut yang menjadi fokus pengawasan Badan Lingkungan Hidup”(wawancara, 30 08 10)

Dalam pasal 20 PP No 82 tahun 2001 Pemerintah dan

pemerintahan Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan

Page 99: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kewenangan masing-masing dalam rangka pengendalian air pada

sumber air berwenang :

1. Menetapkan daya tampung beban pencemaran

2. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar

3. Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah

4. Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau

sumber air

5. Memantau kualitas air pada sumber air

6. Memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.

Dalam usaha untuk mengendalikan permasalahan lingkungan

hidup pemerintah Daerah Kota Surakarta membentuk Instansi

Pengendalian Lingkungan Hidup, di Surakarta instansi tersebut dalah

Badan Lingkungan Hidup. Badan Lingkungan Hidup wajib melakukan

pemantauan terhadap setiap usaha dan atau kegiatan secara periodik

dan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

Kegiatan pengawasan yang dilakukan Badan lingkungan Hidup

bersifat pembinaan. Badan Lingkungan Hidup menjamin dan

mengarahkan agar pelaksanaan aktivitas industri yang dilakukan oleh

masyarakat pelaku industri berjalan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Hal ini sesuai dengan keterangan dari mbak Ari Arsianti,

sebagai berikut :

“BLH melakukan pengawasan yang bersifat pembinaan. Apabila terjadi masalah atau kesalahan dari pelaku industri maka BLH

Page 100: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memberikan arahan atau pembinaan agar dalam pengolahan limbah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.”(wawancara, 02 11 10) Kegiatan pengawasan ini terkendala dengan kurangnya jumlah

petugas. Di Surakarta ada sekitar 120 industri batik dan di Laweyan

adalah pelaku industri batik terbesar di Surakarta yaitu sekitar 80

industri batik, baru sebagian saja yang mampu dipantau. Namun Badan

Lingkungan Hidup dalam kegiatan pengawasan ini bekerjasama

dengan instansi lainnya yang terkait seperti dengan Dinas Koperasi dan

UMKM. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Bapak Edi Suparmanto

sebagai berikut :

“Jumlah petugas yang ada tidak sebanding dengan jumlah industri yang ada, di Surakarta ada sekitar 120 industri batik. Selain itu di wilayah Laweyan kebanyakan adalah home indutri maka pemilik banyak yang tidak melaporkan perubahan produksi dan perubahan kapasitas produksi, hal ini mempersulit BLH dalam melakukan pengawasan. Tetapi dalam kegiatan pengawasan ini BLH bekerjasama dengan instansi lainnya yang terkait seperti dengan Dinas Koperasi dan UMKM. ”(wawancara, 25 08 10) Kegiatan pengawasan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup

diagendakan 3 sampai 4 kali dalam setahun, tetapi untuk industri kecil

pengawasan diagendakan 1 atau 2 kali dalam setahun karena industri

kecil hanya beroperasi jika ada order, tidak bisa diawasi secara

berkala. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Edi Suparmanto, sebagai

berikut :

“Untuk industri kecil pengawasan hanya dilakukan 1 atau 2 kali dalam setahun, sebab industri kecil hanya beroperasi jika ada order atau pesanan saja, tidak bisa diawasi secara berkala.” (wawancara, 25 08 10)

Page 101: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kegiatan pengawasan Badan Lingkungan Hidup tidak hanya

kepada pelaku industri saja tetapi juga pada sumber-sumber air untuk

mengetahui tingkat pencemaran. Berikut monitoring pencemaran

sungai oleh Badan Lingkungan Hidup tahun 2007-2009 (Pada sungai

Jenes dan sungai Pepe karena sungai Jenes yang melewati kelurahan

Laweyan kemudian bermuara pada sungai Pepe) :

Page 102: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.5

Baku mutu air berdasarkan PP No 82 Tahun 2001

No Kelas Baku Mutu

BOD COD pH Seng Tembaga Krom Nikel Timbal Nitrit Nitrat Kadmium

1 Kelas I 2 - 6-9 0.05 0.02 0.05 - 0.03 0.06 10 0.01

2 Kelas II 3 25 6-9 0.05 0.02 0.05 10 0.03 0.06 10 0.01

3 Kelas III 6 50 6-9 0.05 0.02 0.05 20 0.03 0.06 20 0.01

4 Kelas IV 12 100 5-9 2 0.2 1 20 1 - 20 0.01

Keterangan : Kelas I : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air minum

Kelas II : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/prasarana

rekreasi air, pengelolaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman

Kelas III : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan

air tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman

Kelas IV : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman

Dari monitoring keadaan sungai-sungai yang ada menunjukkan

terjadi fluktuasi kondisi pencemaran yang ada di beberapa sungai yang

menunjukkan kenaikan dan penurunan beberapa kandungan zat kimia

dalam air. Badan Lingkungan Hidup memberikan alasan bahwa

kondisi tersebut disebabkan oleh aktifitas kegiatan produksi oleh

pelaku industri dimana ada waktu ketika industri melakukan aktifitas

yang sangat intensif sehingga limbah yang dihasilkan juga banyak, dan

ada waktu ketika industri hanya berproduksi sedikit bahkan tidak

berproduksi sama sekali sehingga limbah yang dihasilkan juga sedikit.

Terkait dengan limbah yang dihasilkan oleh industri ini dibenarkan

oleh Bapak Widi selaku Wakil Ketua Forum Pengembangan

Kampoeng Batik Laweyan sebagai berikut :

Page 103: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Limbah yang dihasilkan tergantung dari kegiatan produksi pengusaha batik, kebanyakan pemilik industri skala kecil hanya berproduksi jika ada pesanan.”(wawancara, 26 10 10) Dari pemantauan yang dilakukan di beberapa titik sungai,

pencemaran yang terjadi tidak bisa ditetapkan bahwa pencemaran yang

disebabkan oleh industri di sekitar situ. Hal ini dijelaskan oleh Bapak

Edi Suparmanto, sebagai berikut :

“Pencemaran yang terjadi pada satu titik sungai bisa saja karena akumulasi dari pencemaran yang terjadi di hulu yang kemudian menumpuk di titik tersebut.”(wawancara, 25 08 10) Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Widi di

Laweyan, seperti berikut ini :

“Karena geografis Laweyan yang rendah membuat limbah terakumulasi di Laweyan dan seolah-olah Laweyan yang menghasilkan limbah paling banyak yang mencemari sungai.”(wawancara, 26 10 10) Hal yang patut disayangkan karena dari hasil data monitoring

menunjukkan bahwa limbah yang ada masih melebihi baku mutu yang

ditetapkan oleh pemerintah.

Produktivitas Badan Lingkungan Hidup dalam kegiatan ini dirasa

masih kurang karena pengawasan yang diagendakan hanya dilakukan 3

sampai 4 kali dalam setahun, dan 1 atau 2 kali untuk industri kecil.

Jumlah petugas juga berpengaruh karena jumlah petugas yang sedikit

akan menyulitkan proses pengawasan. Jika jumlah petugas ditambah

maka disa dilakukan pengawasan yang lebih sering.

Page 104: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d) Penertiban

Kegiatan penertiban pengendalian pencemaran air adalah suatu

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta untuk

menertibkan kegiatan industri di Kota Surakarta yang dalam

pelaksanaan aktivitas usahanya telah melanggar ketentuan dan

peraturan yang berlaku dalam kaitan ini adalah PP No 82 Tahun 2001

Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

dan Perda No 2 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup.

Dari pengertian ini terkandung tujuan diadakannya kegiatan tersebut,

sebagai mana yang dikemukakan oleh bapak Edi Suparmanto sebagai

berikut ini :

“Tujuan dari kegiatan penertiban yang dilakukan ini adalah untuk menertibkan industri yang dalam melaksanakan kegiatannya telah menyalahi peraturan-peraturan yang telah ada, terutama terhadap permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan limbah yang dibuang yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadi pencemaran air.” (wawancara, 30 08 10) Setiap pihak yang akan mendirikan industri harus memenuhi syarat

dan ketentuan perundang-undangan pada Perda no 2 Tahun 2006 pasal

53 dan 54 sebagai berikut :

Persyaratan dan Prosedur Izin

Pasal 53

“Setiap pemberian izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib

mendasarkan pada ketentuan tentang baku mutulingkungan hidup dan

atau kriteria baku kerusakanlingkungan hidup sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.”

Page 105: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pasal 54

(1) Prosedur untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksuddalam

Pasal 52 ayat (1) diatur sebagai berikut:

a. mengajukan permohonan secara tertulis dengandilengkapi data,

dokumen dan informasisebagaimana dipersyaratkan dalam

ketentuanperizinan;

b. data, dokumen dan informasi sebagai kelengkapanpersyaratan

izin sebagaimana dimaksud pada hurufa, harus jelas, lengkap,

akurat dan benar; dan

c. seluruh data, dokumen dan informasi harus dibuatsalinannya

kemudian disampaikan kepada pejabatyang berwenang.

(2) Proses perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)wajib

didasarkan pada :

a. batas waktu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku; dan

b. penghitungan batas waktu sebagaimana dimaksudpada huruf a

dilakukan setelah semua persyaratandinyatakan lengkap.

(3) Penerimaan permohonan izin tidak dapat dimulai

apabilapemohon tidak dapat memenuhi persyaratansebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

Page 106: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

sudahdiputuskan dalam jangka waktu sesuai dengan

peraturanperundang-undangan yang berlaku.

(5) Apabila peraturan perundang-undangan tidakmenentukan

jangka waktu penyelesaian izinsebagaimana dimaksud pada ayat (4),

makaditentukanselambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari

keputusanterhadap izin harus sudah diterbitkan.

(6) Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip kehati-hatian,pejabat

pemberi izin dapat meminta pertimbangan dariasosiasi profesi, pakar,

dan masyarakat yang terkenadampak.

(7) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapatberupa

persetujuan atau penolakan penerbitan izinmelakukan usaha dan/atau

kegiatan.

(8) Penolakan penerbitan izin sebagaimana dimaksud padaayat (7)

harus disertai dengan alasan dan penjelasantertulis.

(9) Permohonan izin bersifat terbuka untuk umum.

Di Kelurahan Laweyan dari 80 industri yang ada sekitar 80% telah

berijin dan 20% sedang dalam proses pendataan untuk memperoleh

ijin industri, sedangkan dari ke-20 industri batik yang masih aktif

berproduksi keseluruhannya telah memiliki ijin industri. Hal ini seperti

yang diungkapkan oleh bapak Bambang Wijayani sebagai berikut :

Page 107: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Di Kelurahan Laweyan memang baru 80% yang memiliki ijin mendirikan industri, tetapi 20% sedang dalam pendataan untuk memperoleh ijin” (wawancara, 29 12 100 Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari Bapak Widi sebagai

berikut :

“80% pemilik industri di Kelurahan Laweyan ini telah memiliki ijin sedangkan sisanya masih dalam proses untuk memperoleh ijin, untuk 20industri yang masih aktif produksi seluruhnya telah memiliki ijin.’ (wawancara, 30 12 10) Penertiban dalam rangka pengendalian pencemaran air di Kota

Surakarta dilaksanakan berdasarkan hasil laporan dari kegiatan

pengawasan dan pemantauan yang telah dilakukan sebelumnya, untuk

mewujudkan kondisi lingkungan yang optimal dan dapat untuk

mendukung dalam kegiatan sehari-hari masyarakat.

Produktivitas dari kegiatan penertiban ini dirasa masih kurang

mengingat masih ada pelanggaran yang terjadi, petugas kurang berani

memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang

terjadi. Pada tahun 2009 terjadi 4 pelanggaran di Kelurahan Laweyan,

petugas hanya memberi peringatan lesan dan peringatan tertulis.

Bentuk dari penertiban yang dilakukan oleh Badan Lingkungan

Hidup Kota Surakarta ini disesuaikan dengan tingkatan dari

pelanggaran yang dilakukan oleh industri seperti yang diungkapkan

oleh Bambang Wijayani sebagai berikut ini :

“ Kalau jenis penertiban yang kita dilakukan terhadap industri yang melanggar peraturan yang ada itu kita sesuaikan dengan jenis pelanggarannya, kita lihat pelanggarannya berat atau tidak.” (wawancara, 05 11 10)

Page 108: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Terhadap pelanggaran yang terjadi penertiban dapat dilakukan dari

pencabutan ijin (operasi) sementara maupun pencabutan ijin secara

permanen tergantung dari pelanggarannya.

Penanggungjawab kegiatan (industri) dapat dikenakan sanksi

berupa penghentian atau penutupan sementara dilakukan apabila :

1. sifat dan bobot pelanggaran pencemaran dan atau kerusakan

lingkungan hidup belum menimbulkan dampak yang besar;

2. belum terpenuhi persyaratan pokok perizinan yang telah

ditentukan;

3. terdapat keberatan atau pengaduan dari pihak ketiga;

4. pelanggaran atau kesalahan yang bersifat teknis.

Sementara itu pengenaan sanksi pencabutan izin permanen

Pengenaan sanksi penghentian dilakukan terhadap pelanggaran :

1. persyaratan pokok yang diajukan ternyata mengandung cacat,

masih dalam sengketa, kekeliruan, penyalahgunaan,

ketidakbenaran, ketidakakuratan, kebohongan dan atau tidak sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. pelaksanaan izin telah menyimpang dari ketentuan dan persyaratan

yang tercantum dalam izin;

3. dalam waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan ternyata tidak

terpenuhinya suatu keharusan yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

Page 109: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. usaha dan atau kegiatan telah dihentikan selama 12 (dua belas)

bulan berturut-turut dan tidak diajukan lagi.

Tata cara pengenaan sanksi pencabutan izin dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut :

1. kepada penanggung jawab diberikan teguran pertama secara

tertulis dalam jangka waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari

untuk segera menghentikan pelanggaran;

2. apabila teguran pertama sebagaimana dimaksud belum diindahkan

oleh penanggung jawab, dikenakan teguran kedua secara tertulis

dalam jangka waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk

segera menghentikan pelanggaran;

3. apabila teguran kedua sebagaimana dimaksud dalam diindahkan

oleh penanggung jawa, dikenakan teguran ketiga secara tertulis

dalam jangka waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk

segera menghentikan pelanggaran;

4. apabila teguran ketiga sebagaimana dimaksud belum diindahkan

oleh penanggung jawab, dikenakan pencabutan izin sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pada setiap tahapan sebagaimana dimaksud pemberi izin

(pemerintah) wajib memberikan kesempatan seluas mungkin kepada

pemegang izin untuk memberikan penjelasan.

Page 110: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Indikator Responsivitas

Responsivitas di sini dilihat dari tanggapan Badan Lingkungan Hidup

terhadap keinginan-keinginan dari masyarakat baik masyarakat umum maupun

masyarakat pelaku industri. Dalam operasionalnya Badan Lingkungan Hidup

harus mampu menanggapi keluhan, tuntutan, kebutuhan para pelaku industri

sehingga penanggulangan terhadap pencemaran dapat dilaksanakan sebaik-

baiknya. Terhadap keinginan dari pelaku industri, responsivitas Badan

Lingkungan Hidup dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat dari kegiatan-

kegiatan Badan Lingkungan Hidup. Dalam kegiatan sosialisasi jika ada pelaku

industri yang belum mengetahui suatu permasalahan petugas akan memberi

informasi yang dibutuhkan, dalam kegiatan pengawasan Badan Lingkungan

Hidup memberikan bantuan terhadap pelaksanaan pengolahan limbah kepada

industri yang belum melaksanakan seperti ketentuan yang telah ditetapkan.

Terkait dengan penertiban, petugas memberikan waktu bagi industri untuk

memperbaiki apa yang tidak atau belum sesuai tersebut sebelum diberi surat

peringatan tertulis, dalam tahapan ini pelaku industri juga diberikan

kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi.

Sementara itu responsivitas terhadap masyarakat umum juga cukup baik

dengan adanya peran serta dari masyarakat dalam memberikan saran,

pertimbangan, pendapat bahkan menyampaikan keluhan. Responsivitas

terhadap laporan dari masyarakat ini seperti yang disampaikan Bapak Edi

Suparmanto sebagai berikut :

Page 111: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Pengawasan dilakukan secara periodik, tetapi jika ada laporan pengaduan dari masyarakat maka kami akan melakukan pengecekan ke lokasi tersebut.”(wawancara, 25 08 10) Hal ini juga dipertegas dengan pernyataan dari Bapak Widi sebagai

berikut :

“Badan Lingkungan Hidup cukup responsif terhadap keluhan dari masyarakat, masyarakat di sini pernah beberapa kali memberikan surat aduan dan ditangani dengan baik.”(wawancara, 26 10 10) Berikut beberapa permasalahan yang diajukan masyarakat di kelurahan

Laweyan terkait dengan pencemaran akibat limbah industri batik pada tahun

2009 :

a) Pencemaran sumur warga yang berada di Rw 01 Rt 04 kelurahan

Laweyan Kecamatan Laweyan.

Adanya salah satu sumur warga yang menjadi keruh akibat limbah

batik. Secara teknis air tersebut berubah warna menjadi agak

kemerahan tetapi tidak berbau ataupun berbusa. Badan Lingkungan

Hidup menindaklanjuti dengan pemasangan pipa PDAM yang akan

dialirkan ke rumah warga yang sumurnya tercemar tetapi dengan

syarat untuk pembayaran retribusi bulanan ke PDAM di tanggung

pengusaha batik yang menyebabkan pencemaran sampai air sumur

kembali seperti semula, sementara itu Badan Lingkungan Hidup

melakukan pemulihan agar sumur tersebut kembali seperti semula.

b) Pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah usaha batik/

printing di wilayah Rw 03.

Page 112: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tim penanganan kasus lingkungan bersama petugas laboratorim

Badan Lingkungan Hidup telah melakukan pemeriksaan di lapangan

dan mengambil sampel untuk selanjutnya dilakukan uji coba terhadap

sampel tersebut. Berdasarkan hasil laboratorium diperoleh bahwa

terdapat beberapa kandungan yang melabihi baku mutu. Kemudian

dilakukan musyawarah penyelesaikan di tingkat Rt dan Badan

Lingkungan Hidup menghimbau agar pengusaha memperbaiki sistem

pengolahan air limbahnya. Permasalahan dinyatakan selesai

sehubungan dengan surat pencabutan aduan dari pengadu.

(Sumber : LAKIP Badan Lingkungan Hidup Tahun 2009)

Pencemaran air sumur di Rw 01 tersebut akibat dari limbah batik milik

Batik Merak Manis. Batik Merak Manis sudah 4 kali berpindah tempat karena

di 3 tempat sebelumnya mereka diprotes oleh warga yang rumahnya berada di

sekitar industri batik Merak Manis. Untuk kepindahan yang ke empat tidak

terjadi pengaduan dari masyarakat sekitar, hal ini seperti yang disampaikan

oleh Bapak Yono selaku warga Kelurahan Laweyan yang rumahnya

berdekatan dengan batik Merak Manis sebagai berikut :

“Awalnya saya takut kalau sumur saya tercemar limbah dari Merak Manis sebab dari 3 tempat sebelumnya industri tersebut diprotes oleh warga karena sumurnya tercemar, tapi sepertinya industri tersebut sudah benar-benar memperbaiki sistem IPALnya, sampai saat ini tidak ada masalah.” (wawancara, 30 12 10)

3. Indikator Akuntabilitas

Akuntabilitas sebagai kriteria untuk mengetahui sejauh mana Badan

Lingkungan Hidup kota Surakarta bertanggungjawab dalam melaksanakan

Page 113: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tugasnya sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Suatu

kegiatan organisasi publik memiliki tingkat akuntabel, jika kegiatan itu

dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam

masyarakat.

Akuntabilitas Badan Lingkungan Hidup secara vertikal adalah kepeda

Pemerintah Daerah, dalam hal ini adalah Walikota Surakarta. Sedangkan

akuntabilitas Badan Lingkungan Hidup secara horizontal adalah

pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Pertanggungjawaban Badan Lingkungan Hidup kepada pemerintah

bukan hanya masalah dana saja, tetapi juga pada pelaksanaan-pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup apakah memenuhi target

yang ditetapkan pemerintah, dan mengacu pada aturan-aturan yang sudah

ditetapkan atau tidak.

Pelaksanaan kegiatan dalam menanggulangi pencemaran air limbah

industri batik ini sudah sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar

dan sesuai dengan kebijakan organisasi, karena pada dasarnya mengacu pada

aturan dari pemerintah dari sisi hukum dan undang-undangnya. Hal ini

menurut pernyataan dari Bapak Edi Suparmanto seperti berikut ini :

“Semua kegiatan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup mengacu pada aturan dari pemerintah dari sisi hukum dan undang-undangnya, tetapi ada juga beberapa permasalahan yang yang tidak diatur undang-undang sehingga dipakai teknologi yang ada, yang bisa digunakan untuk aplikasi lapangan.”(wawancara, 25 08 10)

Page 114: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pertanggungjawaban terhadap penanggulangan pencemaran limbah

industri batik ini cukup besar karena banyaknya industri batik di Kelurahan

Laweyan sehingga perlu upaya yang lebih agar pencemaran dapat diatasi.

Pertanggungjawaban Badan Lingkungan Hidup untuk menanggulangi

pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan belum

memperoleh hasil yang maksimal karena masih terjadi beberapa kasus

pencemaran. Pertanggungjawaban Badan Lingkungan Hidup memang bukan

hanya pada pencemaran industri batik saja, tetapi ada banyak program lain

juga yang membutuhkan penanganan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh

Bapak Edi Suparmanto sebagai berikut :

“Memang masih terjadi permasalahan pencemaran tetapi kami dari BLH sudah mengupayakan secara maksimal dengan keterbatasan yang kami miliki, banyaknya industri dan keterbatasan petugas yang menyulitkan kami untuk bekerja secara maksimal.”(wawancara, 25 08 10) Sedangkan pertanggungjawaban Badan Lingkungan Hidup terhadap

masyarakat lebih kepada pelaksanaan kegiatan. Pada kegiatan penyuluhan,

Badan Lingkungan Hidup sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Hanya

saja pada pengawasan dan penertiban Badan Lingkungan Hidup kurang

maksimal dan masih terjadi permasalahan pencemaran di masyarakat. Badan

Lingkungan Hidup tidak tegas terhadap pemilik industri yang melanggar

ketentuan sehingga masyarakat yang menjadi korban. Hal ini diungkapkan

oleh ibu Tini, yaitu warga Kelurahan Laweyan yang rumahnya dekat dengan

bantaran sungai Jenes, sebagai berikut :

“Sebenarnya dari pihak Pemkot memang sudah ada beberapa kegiatan untuk mengatasi pencemaran, tapi bukankah persoalan utama itu dari pemilik industri sendiri. Pemkot cenderung lebih mementingkan

Page 115: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pengembangan industri batik dibandingkan dengan memperhatikan pencemaran air limbah batik. Suami saya sendiri juga buruh di pabrik batik, kalau pabriknya ditutup pemkot kan dampaknya ke saya juga. Sebenarnya air sumur saya berbau agak kurang enak, tapi warnanya tidak keruh, jadi ya saya diamkan saja selama tidak meracuni saya.” (wawancara, 30 12 10)

Surakarta memang sudah identik dengan Kampung Batik Laweyan,

kalau ada industri yang ditutup tentu berdampak pada ekonomi, karena itulah

Badan Lingkungan Hidup cenderung tidak tegas dalam memberikan sanksi.

B. Faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam menanggulangi air limbah industri Batik di Kelurahan Laweyan.

1. Faktor Pendukung

a) Dari Pihak Badan Lingkungan Hidup

Perhatian dari pemerintah sangat besar terhadap perkembangan

industri batik di Surakarta dan segala sesuatu yang terlibat di

dalamnya. Pada bulan Juli kemarin BLH turut serta dalam rapat

dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan provinsi yang fokus pada

penanggulangan pencemaran air limbah industri Batik. Hal ini

diungkapkan oleh Bapak Edi Suparmanto sebagai berikut :

“Pada bulan Juli Badan Lingkungan Hidup turut serta dalam rapat dengan Kementerian Lingkungan hidup dan provinsi membahas tentang pencarian solusi yang tepat dalam penanggulangan pencemaran limbah batik di Laweyan. Ada rencana untuk membuat mobil atau unit pengolahan langsung untuk membantu pemilik industri batik.”(wawancara, 25 08 10) Pemerintah juga mengadakan pelatihan-pelatihan untuk

meningkatkan kinerja Badan Lingkungan Hidup dalam menanggulangi

Page 116: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masalah pencemaran lingkungan. Petugas dari Badan Lingkungan

Hidup juga antusias mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah ataupun oleh instansi non

pemerintah.

b) Dari Pihak Masyarakat

Antusiasme masyarakat dalam mengikuti kegiatan penyuluhan

sudah merupakan awal yang baik. Meskipun dalam pengawasan dan

penertiban masih ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan

namun Badan Lingkungan Hidup mencoba mengatasi dengan sebaik-

baiknya Tidak semua pelaku industri tidak mendukung, hanya para

pelaku industri yang tidak mengerti tujuan dari pelaksanaan kegiatan

ini saja, sebenarnya dari masyarakat sudah ada peningkatan kesadaran

terhadap lingkungan hidup. Badan Lingkungan Hidup juga dibantu

oleh LSM yang peduli pada kelestarian lingkungan, yang turut

membantu memantau keadaan lingkungan.

2. Faktor Penghambat

a) Dari Pihak Badan Lingkungan Hidup

• Dana

Dalam pelaksanaan suatu program, dana merupakan faktor

penting yang sangat menentukan. Tanpa adanya dukungan dana

yang memadai mustahil suatu kegiatan dapat berjalan dengan

lancer. Sumber dana untuk pelaksanaan penanggulangan

Page 117: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pencemaran air air limbah industri batik berasal dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kotaSurakarta yang setiap

tahun menganggarkan dana untuk kegiatan penanggulangan

pencemaran. Namun alokasi dana yang ada masih kurang untuk

mendapatkan hasil yang maksimal, sehingga Badan Lingkungan

Hidup kotaSurakarta sebagai organisasi pemerintah yang memiliki

kewenangan dalam permasalahan penanggulangan pencemaran ini

berusaha mendayagunakan sumber daya yang ada dengan seefektif

dan seefisien mungkin. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh

Bapak Edi Suparmanto sebagai berikut :

“Masalah dana memang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan pencemaran ini. Kurangnya anggaran untuk membantu UKM seperti untuk pembangunan IPAL, pembinaan, sosialisasi dan penyuluhan”.(wawancara, 25 08 10)

Dari penuturan tersebut di atas, bisa diketahui bahwa

terbatasnya anggaran yang dimiliki merupakan salah satu kendala

yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan

pencemaran yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup

kotaSurakarta. Padahal kegiatan industri di kotaSurakarta terus

berjalan dan cenderung meningkat. Sebagai akibatnya adalah

kegiatan penyuluhan, pengawasan, penertiban sangat minim

dilakukan.

Page 118: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

• SDM (Sumber Daya Manusia)

Badan Lingkungan Hidup sebagai instansi pemerintah yang

mempunyai wewenang dalam menanggulangi pencemaran

khususnya penanggulangan pencemaran air limbah industri batik di

Kelurahan Laweyan, diharapkan dapat menjalankan tugas secara

maksimal. Sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang

harus dipersiapkan dan dipenuhi oleh Badan Lingkungan Hidup

dalam setiap kegiatan yang dilakukan untuk menanggulangi

pencemaran air limbah industri batik. Dilihat dari sisi kuantitas,

jumlah petugas masih kurang, tidak sebanding dengan jumlah

industri batik yang ada khususnya di Kelurahan Laweyan.

Sedangkan dari sisi kualitas, pengetahuan yang dimiliki oleh

petugas Badan Lingkungan Hidup belum memadai mengingat

tugas- tugas dari Badan Lingkungan Hidup mencakup berbagai

bidang ilmu pengetahuan. Hal ini dipertegas dengan pernyataan

dari Bapak Edi Suparmanto seperti berikut ini :

“Kendala dari BLH adalah kurangnya jumlah staf, padahal di kotaSurakarta ini terdapat banyak sekali industri. Dan juga staf yang ada masih memerlukan training dan pembelajaran untuk bidang ilmu yang dimiliki mengingat tugas-tugas dari BLH mencakup banyak bidang ilmu pengetahuan.”(wawancara, 25 08 10)

b) Dari Pihak Masyarakat

• Kesadaran pelaku industri

Page 119: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kesadaran dan peran serta masyarakat terhadap

penanggulangan pencemaran yang dilakukan oleh Badan

Lingkungan Hidup dapat dikatakan masih kurang. Masyarakat

pelaku industri batik terkadang kurang memperhatikan aspek

lingkungan hidup dalam pelaksanaan kegiatan industri mereka. Hal

ini seperti yang diungkapkan Bapak Edi Suparmanto seperti

berikut ini :

“Salah satu kendala adalah kurangnya kesadaran dan partisipasi dari masyarakat dalam mengatasi pencemaran”(wawancara, 25 08 10)

Pencemaran dan perusakan lingkungan bisa diminimalisir jika

pemilik industri batik menggunakan alat- alat pengendali

pencemaran. Tetapi dalam prakteknya penggunaan alat-alat ini

memerlukan biaya yang tidak sedikit yang berpengaruh pada

bertambahnya biaya produksi. Selama ini beberapa pelaku industri

menganggap bahwa biaya yang dikeluarkannya untuk mendirikan

instalasi pengolahan limbah tidak akan kembali. Hal ini dipertegas

dengan pernyataan Bapak Edi Suparmanto sebagai berikut :

“Pelaku industri batik terkendala dengan masalah dana untuk membuat instalasi pengolahan limbah”(wawancara, 25 08 10)

Kebanyakan di KelurahanLaweyan jenis industrinya adalah

home industry, maka pemilik industri batik masih banyak yang

tidak melaporkan perubahan produksi dan perubahan kapasitas

produksi, hal ini mempersulit BLH dalam kegiatan pengawasan.

Page 120: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

• Pelaksanaan pengolahan limbah

Pencemaran dan perusakan lingkungan bisa diminimalisir

bahkan dicegah jika pemilik industri menggunakan alat- alat

pengendali pencemaran. Tetapi dalam prakteknya penggunaan alat-

alat ini akan menyebabkan kenaikan anggaran yang harus

dikeluarkan oleh pemilik industri. Hal inilah yang menyebabkan

keengganan pelaku industri untuk menggunakan pengendali

pencemaran. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh mbak Dwi,

salah satu pemilik industri batik di KelurahanLaweyan :

“Kalau membuat IPAL sendiri biaya yang dibutuhkan besar, kami pemilik usaha skala kecil keberatan dengan biaya tersebut.”(wawancara, 21 10 10) Pemilik industri di KelurahanLaweyan yang tidak memiliki

IPAL ataupun yang tidak ikut IPAL komunal hanya melakukan

pre-treatment sederhana sebelum membuang limbahnya. Hal ini

diungkapkan oleh Bapak Widi seperti berikut :

“Industri-industri disini yang masih aktif melakukan kegiatan produksi seperti pencelupan dan pewarnaan memiliki pre-treatment sederhana sebelum membuang sisa limbahnya ke sungai.”(wawancara, 26 10 10) Tetapi hasil sisa limbah tersebut masih belum memenuhi syarat

yang ditentukan oleh pemerintah. Keadaan ini menyebabkan

kurang optimalnya dalam penanggulangan pencemaran air limbah

insustri batik karena dari awal kegiatan yang dilakukan oleh pelaku

industri untuk meminimalisir pencemaran itu sendiri kurang

optimal.

Page 121: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.6

Matrik Hasil Analisis dan Pembahasan Masalah

No Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian Indikator Hasil Penelitian dan

Pembahasan 1 Bagaimana

kinerja Badan

Lingkungan

Hidup Kota

Surakarta dalam

menanggulangi

pencemaran air

limbah industri

batik di

KelurahanLawey

an?

Untuk

mengetahui

bagaimana

kinerja Badan

Lingkungan

Hidup Kota

Surakarta dalam

menanggulangi

pencemaran air

limbah industri

batik

diKelurahan

Laweyan

a. Produktivitas

b. Responsivitas

c. Akuntabilitas

a. Produktivitas Badan

Lingkungan Hidup Kota

Surakarta dalam

menanggulangi pencemaran air

limbah industri batik di

KelurahanLaweyan pada

kegiatan penyuluhan cukup

baik tetapi pada kegiatan

pencegahan, pengawasan dan

penertiban belum dilaksanakan

secara maksimal meskipun

pihak Badan Lingkungan

Hidup Kota Surakarta telah

berusaha seoptimal mungkin

b. Responsivitas Badan

Lingkungan Hidup dalam

menanggulangi pencemaran air

limbah industri batik di

Kelurahan Laweyan terhadap

pelaku industri maupun

terhadap masyarakat umum

sudah baik dan sesuai harapan.

Badan Lingkungan Hidup Kota

Surakarta selalu tanggap

terhadap keluhan, tuntutan,

kebutuhan pelaku industri

ataupun masyarakat umum

c. Badan Lingkungan Hidup Kota

Surakarta telah melaksanakan

Page 122: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

prinsip-prinsip akuntabilitas

sesuai dengan aturan-aturan

yang telah ditetapkan namun

akuntabilitas terhadap

pemerintah dan masyarakat

belum menampakkan hasil

yang maksimal karena masih

terjadi kasus pencemaran air

limbah industri batik di

Laweyan

2 Faktor

pendukung

kinerja Badan

Lingkungan

Hidup Kota

Surakarta dalam

menanggulangi

pencemaran air

limbah industri

batik

diKelurahan

Laweyan

Untuk

mengetahui

faktor

pendukung

kinerja Badan

Lingkungan

Hidup Kota

Surakarta dalam

menanggulangi

pencemaran air

limbah industri

batik di

KelurahanLawey

an

a. Dari pihak

Badan

Lingkungan

Hidup Kota

Surakarta

b. Dari pihak

masyarakat

a. Perhatian dari pemerintah

sangat besar terhadap

perkembangan industri batik di

Surakarta dan segala sesuatu

yang terlibat di dalamnya.

Adanya pelatihan-pelatihan

untuk meningkatkan kualitas

staf dari Badan Lingkungan

Hidup yang berguna untuk

meningkatkan kinerja Badan

Lingkungan Hidup dalam

menggulangi masalah

pencemaran lingkungan

b. Antusiasme masyarakat dalam

mengikuti kegiatan penyuluhan

merupakan awal yang baik.

Tidak semua pelaku industri

tidak mendukung, hanya pelaku

industri yang tidak mengerti

tujuan dari penanggulangan

pencemaran lingkungan

3 Faktor

penghambat

kinerja Badan

Lingkungan

Untuk

mengetahui

faktor

penghambat

a. Dari pihak

Badan

Lingkungan

Hidup Kota

a. Terbatasnya dana merupakan

kendala untuk mendapatkan

hasil yang maksimal padahal

kegiatan industri di

Page 123: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hidup dalam

menanggulangi

pencemaran air

limbah industri

batik di

Kelurahan

Laweyan

kinerja Badan

Lingkungan

Hidup dalam

menanggulangi

pencemaran air

limbah industri

batik di

Kelurahan

Laweyan

Surakarta

b. Dari pihak

masyarakat

Surakartaterus berjalan dan

cenderung meningkat. Dari sisi

kuantitas, jumlah petugas

masih kurang dan tidak

sebanding dengan jumlah

industri batik yang ada, dari sisi

kualitas pengetahuan yang

dimiliki petugas belum

memadai mengingat tugas-

tugas dari Badan Lingkungan

Hidup mencakup berbagai

bidang ilmu pengetahuan

b. Masyarakat pelaku industri

batik terkadang kurang

memperhatikan aspek

lingkungan hidup dalam

pelaksanaan kegiatan industri

mereka. Faktor penghambat

yang lain adalah pemilik

industri yang belum memiliki

IPAL sehingga limbah yang

dihasilkan mencemari

lingkungan

Page 124: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Penanggulangan pencemaran akibat air limbah industri batik di Kelurahan

Laweyan merupakan usaha yang dilakukan pemerintah Surakarta dalam upaya

untuk menangani pencemaran yang ditimbulkan oleh industri batik di Kelurahan

Laweyan. Pelaksanaan penanggulangan pencemaran air limbah industri batik ini

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran air oleh limbah industri pabrik

yang menyebabkan terjadinya penurunan mutu air. Dalam kegiatan

penanggulangan pencemaran air limbah industri batik, pemerintah daerah

khususnya Badan Lingkungan Hidup memiliki peranan yang sangat besar

terhadap keberhasilan program karena sebagai aparat pelaksana kegiatan

penanggulangan pencemaran yang secara langsung berhubungan dengan

kelompok sasaran.

Secara umum dari hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan

pencemaran air limbah industri batik dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan

penanggulangan pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan telah

dilaksanakan dengan baik, tetapi ada beberapa hal yang belum berjalan dengan

baik dalam mencapai tujuan yang ditetapkan karena adanya beberapa hambatan

yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan, namun Badan Lingkungan Hidup

sebagai instansi yang melaksanakan kegiatan telah berusaha untuk melaksanakan

seluruh kegiatan secara optimal.

Page 125: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kinerja Badan Lingkungan Hidup dalam menanggulangi pencemaran air

limbah industri batik di Kelurahan Laweyan dilihat dari indikator-indikator yang

digunakan untuk mengukur kinerja serta faktor-faktor yang mendukung dan

menghambat kinerja Badan Lingkungan Hidup, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Produktivitas

Dilihat dari segi produktivitas dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan

menggulangi pencemaran dapat dikatakan bahwa produktivitas dari kegiatan

pencegahan belum maksimal karena IPAL komunal juga belum mampu

mengatasi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan.

Kegiatan pengawasan juga masih kurang maksimal, hal ini dikarenakan

jumlah petugas pengawas yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup Kota

Surakarta yang terbatas. Terbatasnya jumlah petugas pengawas ini maka

kegiatan pengawasan berkala hanya dilakukan 3 sampai 4 kali dalam

setahun, bahkan 1 atau 2 kali dalam setahun untuk industri kecil, kurangnya

pengawasan ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku industri yang nakal

untuk melakukan pelanggaran. Kegiatan penertiban juga kurang maksimal

karena sikap petugas yang kurang tegas.

2. Responsivitas

Responsivitas Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta telah

menunjukkan hal yang optimal. Terhadap keinginan dari pelaku industri

responsivitas Badan Lingkungan Hidup dapat dikatakan baik, dapat dilihat

dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti dalam kegiatan sosialisasi

petugas akan memberikan informasi yang dibutuhkan, dalam kegiatan

Page 126: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pengawasan Badan Lingkungan Hidup memberi bantuan terhadap

pelaksanaan pengolahan limbah kepada industri yang belum melaksanakan

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, terkait dengan penertiban

petugas memberikan waktu bagi industri untuk untuk memperbaiki apa yang

tidak sesuai tersebut sebelum diberi surat peringatan tertulis. Sementara itu

responsivitas terhap masyarakat umum juga cukup baik dengan adanya

peran serta dari masyarakat dalam memberikan saran, pertimbangan bahkan

keluhan. Petugas juga akan menindaklanjuti laporan dari masyarakat tentang

pencemaran yang terjadi dan kemudian mengadakan pemantauan.

3. Akuntabilitas

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan penanggulangan pencemaran oleh

Badan Lingkungan Hidup sudah sesuai dengan aturan-aturan yang

ditetapkan anggaran kegiatan yang jelas, tetapi pertanggungjawaban Badan

Lingkungan Hidup kepada pemerintah belum memperoleh hasil yang

maksimal karena masih terjadi beberapa kasus pencemaran. Sedangkan

pertanggungjawaban terhadap masyarakat dalam kegiatan penyuluhan sudah

baik hanya saja pada pengawasan dan penertiban kurang maksimal sehingga

masih terjadi pelanggaran dan masyarakat umum yang menjadi korban

pencemaran.

Dari hasil penelitian di atas juga ditemukan adanya faktor-faktor yang

mendukung maupun menghambat dalam kinerja penanggulangan pencemaran air

limbah industri batik. Faktor-faktor itu adalah :

Page 127: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Faktor Pendukung

Dari pihak Badan Lingkungan Hidup, perhatian pemerintah yang sangat

besar terhadap perkembangan industri batik di Surakarta dan segala sesuatu

yang terlibat di dalamnya memotivasi Badan Lingkungan Hidup untuk

meningkatkan kinerja dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri

batik. Adanya pelatihan-pelatihan yang diadakan baik oleh instansi

pemerintah atau non pemerintah yang diikuti oleh petugas Badan

Lingkungan Hidup berguna untuk meningkatkan kualitas petugas Badan

Lingkungan Hidup. Sedangkan dari pihak masyarakat, antusiasme

masyarakat dalam kegiatan penyuluhan merupakan awal yang baik, dari

masyarakat sudah ada peningkatan kesadaran terhadap lingkungan hidup.

b. Faktor Penghambat

Dari pihak Badan Lingkungan Hidup terbatasnya dana dan kurangnya

kualitas petugas menghambat kinerja Badan Lingkungan Hidup untuk

meningkatkan kinerja untuk mencapai hasil yang maksimal. Kurangnya

anggaran menyebabkan kegiatan penanggulangan pencemaran minim

dilakukan karena disesuaikan dengan anggaran yang ada. Terbatasnya

jumlah petugas tidak sebanding dengan jumlah industri yang ada,

pengetahuan dan ketrampilan petugas juga belum memadai.

Dari pihak masyarakat, masyarakat pelaku industri terkadang kurang

memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam pelaksanaan kegiatan

industri mereka. Pencemaran dan perusakan lingkungan bisa diminimalisir

bahkan dicegah jika pemilik industri menggunakan alat-alat pengendali

Page 128: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pencemaran, namun penggunaan alat-alat ini memerlukan biaya yang tidak

sedikit, hal inilah yang membuat pelaku industri enggan menggunakan alat

pengendali pencemaran.

Dari keseluruhan tersebut di atas dapat diambil beberapa kesimpulan

antara lain :

1. Sikap petugas dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan pencemaran

khususnya pencemaran air limbah industri batik sudah cukup baik,

namun masih terdapat pelaku industri yang tidak peduli terhadap

kegiatan.

2. Secara umum pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan penanggulangan

sudah cukup baik, namun masih saja terjadi pelanggaran. Hal ini karena

pengawasan yang kurang maksimal karena jumlah petugas yang kurang

memadai.

3. Pembangunan IPAL komunal di Kelurahan Laweyan pada dasarnya

untuk mencegah permasalahan pencemaran karena limbah dari produksi

batik di Kelurahan Laweyan, namun hasil dari pengolahan limbah oleh

IPAL komunal sendiri belum memenuhi ketentuan yang ditetapkan

pemerintah, IPAL komunal belum dapat diikuti oleh semua UKM yang

masih aktif berproduksi di Kelurahan Laweyan sehingga masih ada

limbah yang tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu.

4. Penegakan terhadap PP No. 82 Tahun 2001 belum dilaksanakan secara

optimal oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan

Page 129: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penertiban, dimana belum diterapkannya secara tegas sanksi atas

pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku industri. Dalam peraturtan ini

tertulis bahwa “Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang

membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mentaati persyaratan

yang ditetapkan dalam izin” pasal 38 ayat 1 dan salah satu syarat yang

terdapat dalam perijinan adalah kewajiban untuk mengolah limbah.

Sebagaimana yang tertulis “Dalam persyaratan izin pembuangan air

limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dicantumkan

kewajiban untuk mengolah limbah” Pasal 38 ayat 2 (1).

5. Dilihat dari monitoring sungai tahun 2007-2009 menunjukkan

terjadinya tingkat pencemaran yang cukup tinggi terhadap kandungan

zat kimia di dalam air sungai, hal ini menunjukkan bahwa upaya

pemerintah menanggulangi pencemaran belum menunjukkan hasil yang

optimal. Namun hal ini bukan hanya karena kinerja Badan Lingkungan

Hidup yang kurang, namun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor dari

luar organisasi. Diantaranya adalah kesadaran pelaku industri, mereka

enggan mengolah limbah sisa produksinya karena membutuhkan proses

yang rumit dan dana yang besar.

B. Saran

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa

masukan sebagai rekomendasi terhadap pelaksanaan kegiatan penggulangan

Page 130: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan diwaktu-waktu

berikutnya. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Produktivitas dari kegiatan pengawasan dan penertiban perlu

ditingkatkan. Pengawasan yang dilakukan selama ini hanya 3 sampai

4 kali dalam setahun dan 1 atau 2 kali dalam setahun untuk industri

kecil hal ini tentu kurang efektif, untuk itu pengawasannya perlu

diintensifkan dengan mengadakan pengawasan yang lebih sering.

Kegiatan penertiban memerlukan tindakan yang lebih tegas terhadap

pelanggaran sesuai dengan ketentuan yang ada.

2. Akuntabilitas Badan Lingkungan Hidup terhadap masyarakat perlu

ditingkatkan karena dari pelanggaran yang dilakukan pemilik

industri, masyarakatlah yang terkena dampaknya.

3. Perlu adanya solusi yang lain dalam pengolahan limbah selain IPAL

komunal, karena IPAL komunal belum dapat diikuti seluruh UKM

batik di Kelurahan Laweyan yang masih aktif berproduksi.

4. Badan Lingkungan Hidup perlu merubah cara berproduksi para

pelaku industri batik di Laweyan dengan mencontoh para pelaku

industri batik di Kauman, yaitu merubah bahan baku pewarna batik

dari yang menggunakan pewarna kimia diganti memakai pewarna

soga yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga sisa limbahnya

tidak berbahaya bagi lingkungan.

Page 131: digilib.uns.ac · PDF fileair limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Perlu di tingkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga di luar

pemerintah yaitu LSM untuk turut serta dalam mengawasi dan

memantau pencemaran lingkungan.

6. Perlu adanya kompensasi bagi masyarakat yang terkena dampak

pencemaran industri batik di Kelurahan Laweyan.