Digestive System

56
CA REKTI Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Digestive System in Nursing dengan dosen mata kuliah Dian Anggraini, S.Kep., Ners. disusun oleh: Asep Ramdhan : 043-315-13-1-006 Dea Fairuz Hasna Latifah : 043-315-13-1-008 Difa Yuliana : 043-315-13-1-011 Doni Dulgani : 043-315-13-1-013 KELAS S1 2A PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA JAWA BARAT BANDUNG

description

ji

Transcript of Digestive System

Page 1: Digestive System

CA REKTI

Makalah

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Digestive System in Nursingdengan dosen mata kuliah Dian Anggraini, S.Kep., Ners.

disusun oleh:

Asep Ramdhan : 043-315-13-1-006

Dea Fairuz Hasna Latifah : 043-315-13-1-008

Difa Yuliana : 043-315-13-1-011

Doni Dulgani : 043-315-13-1-013

KELAS S1 2A

PROGRAM STUDI KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERSATUAN PERAWAT

NASIONAL INDONESIA JAWA BARAT

BANDUNG

2014

Page 2: Digestive System

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan

makalah CA Rektal ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.

Penulis berterima kasih Bu Dian Anggraini selaku Dosen mata kuliah Digestive

System in Nursing yang telah memberikan tugas ini kepada tim penulis.

Kami menyadari, bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah

berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat

selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan

terbuka menerima masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini di

kemudian hari.

Kami sadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa

hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu

dalam pembuatan makalah ini.

Bandung, 15 November 2014

Tim Penulis

i

Page 3: Digestive System

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL...............................................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

2.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2

2.3 Tujuan........................................................................................................................2

2.4 Manfaat......................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Konsep Dasar Medik Kanker.....................................................................................3

2.1.1 Pengertian Kanker...............................................................................................3

2.1.2 Klasifikasi Kanker...............................................................................................4

2.1.3 Jenis-jenis kanker umum.....................................................................................4

2.1.4 Faktor resiko........................................................................................................5

2.1.5 Patogenesis Terjadinya Penyakit Kanker...........................................................8

ii

Page 4: Digestive System

2.1.6 Gejala kanker.......................................................................................................9

2.1.7 Diagnosis kanker...............................................................................................10

2.1.8 Stadium kanker..................................................................................................10

2.1.9 Terapi kanker.....................................................................................................13

2.2 Konsep Dasar Medik Kanker Rekti.........................................................................15

2.2.1 Pengertian Kanker Rekti...................................................................................15

2.2.2 Etiologi Kanker Rekti........................................................................................15

2.2.3 Patofisiologi......................................................................................................16

2.2.4 Manifestasi Klinis.............................................................................................16

2.2.5 Klasifikasi..........................................................................................................17

2.2.6 Komplikasi........................................................................................................18

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................18

2.3 Fokus Pengkajian keperawatan................................................................................19

2.3.1 Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik.....................................................19

2.3.2 Tes Diagnostik...................................................................................................22

2.3.3 Prioritas Keperawatan.......................................................................................23

2.3.4 Diagnosa Keperawatan......................................................................................23

iii

Page 5: Digestive System

2.3.5 Intervensi Keperawatan.....................................................................................24

BAB 3 KESIMPULAN.....................................................................................................31

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................31

3.2 Saran........................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................32

iv

Page 6: Digestive System

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Jumlah kasus baru dan kematian untuk setiap jenis kanker…………………5

Tabel 2.2 Tumor Primer (T)

Table 2.3 Metastasis jauh (M)………………………...……………………………….11

Table 2.4 Kelenjar getah bening regional (N)………...………………………………..12

Table 2.5 Tahapan…………………………………………..………………………….12

v

Page 7: Digestive System

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak

teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik

dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan

migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).

Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran

cerna. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besardibandingkan kanker

rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semuakematian akibat kanker

di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita (Cancer Facts and Figures, 1991).

Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di Negara

ini setiap tahunnya. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada

pasien yang berusia lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia

40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat kolitisulseratif atau poliposis familial.

Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada

wanita, sedangkan lesi pada rectum lebih sering pada pria.

Namun pada tahun-tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok

pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun,

sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat. Angka

kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %, terutama karena terlambat

dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam

1

Page 8: Digestive System

jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatanhanya bila mereka

menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atauperdarahan rectal.

2.2 Rumusan Masalah

Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dari tujuan, maka penulis

membatasi masalah pada:

1. Apa saja dan bagaimana konsep dari CA?

2. Apa saja dan bagaimana konsep dari CA Rekti?

3. Apa saja dan bagaimana Asuhan Keperawatan dari CA Rekti?

2.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana konsep dari CA.

2. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana konsep dari CA Rekti.

3. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana Asuhan keperawatan dari CA Rekti.

2.4 Manfaat

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran

mahasiswa dalam memahami penyakit kulit khusunya konsep dari kanker, kanker

rekti serta asuhan keperawatannya. Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini yaitu

untuk memahami konsep dari kanker maupun kanker rekti yang berisi defenisi,

etiologi, manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta

asuhan keperawatan kanker rekti.

2

Page 9: Digestive System

3

Page 10: Digestive System

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Medik Kanker

2.1.1 Pengertian Kanker

Kanker adalah istilah yang digunakan untuk suatu kondisi di mana sel telah

kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami

pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali (Dinas Kesehatan Kab

Bone Bolango, 2007). Terdapat lebih daripada 100 jenis kanker dan setiapnya

diklasifikasi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Sejalan dengan pertumbuhan dan

kembang biaknya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang

menyusup ke jaringan sehat di sekitarnya yang dikenal sebagai invasif. Di samping

itu, sel kanker dapat menyebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lainnya yang jauh

dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening sehingga

tumbuh kanker baru di tempat lain dan hasilnya adalah suatu kondisi serius yang

sangat sulit untuk diobati.

Organisasi Penanggulangan Kanker Dunia (UICC) maupun Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, diperkirakan angka kejadian kanker di dunia

meningkat 300 persen pada 2030, terutama di negara-negara berkembang, seperti

Indonesia (KOMPAS, 2009). Di Indonesia, kanker menduduki peringkat keenam

sebagai penyebab kematian dan sekitar 800.000 orang Indonesia terserang kanker

setiap tahun (Suara Pembaruan Daily, 2007). Hal ini sejalan dengan pernyataan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu, Siti Fadilah

Supari (2005), menyatakan bahwa kanker telah menjadi ancaman serius bagi

masyarakat Indonesia. Begitu pula dalam sambutannya ketika merasmikan 1st

International Scientific Meeting Indonesian Society of Surgical Oncologist/ISSO),

4

Page 11: Digestive System

beliau menyatakan bahwa jumlah pasien kanker di Indonesia mencapai 6% dari 200

juta lebih penduduk Indonesia (Siswono, 2005).

2.1.2 Klasifikasi Kanker

Ada lima kelompok besar yang digunakan untuk mengklasifikasikan kanker yaitu

karsinoma, sarkoma, limfoma, adenoma dan leukemia (National Cancer Institute,

2009).

1. Karsinoma ialah kanker yang berasal dari kulit atau jaringan yang menutupi organ

internal.

2. Sarkoma ialah kanker yang berasal dari tulang, tulang rawan, lemak, otot,

pembuluh darah, atau jaringan ikat.

3. Limfoma ialah kanker yang berasal dari kelenjar getah bening dan jaringan sistem

kekebalan tubuh.

4. Adenoma ialah kanker yang berasal dari tiroid, kelenjar pituitari, kelenjar adrenal,

dan jaringan kelenjar lainnya.

5. Leukemia ialah kanker yang berasal dari jaringan pembentuk darah seperti sumsum

tulang dan sering menumpuk dalam aliran darah.

2.1.3 Jenis-jenis kanker umum

Daftar jenis kanker yang umum termasuk kanker yang didiagnosis dengan

frekuensi terbesar di mana kejadian tahunan untuk tahun 2008 diperkirakan harus

35.000 kasus atau lebih. Tabel berikut memberikan perkiraan jumlah kasus baru dan

kematian untuk setiap jenis kanker yang umum:

5

Page 12: Digestive System

Tabel 2.1

Jumlah kasus baru dan kematian untuk setiap jenis kanker

Jenis Kanker Perikaraan Kasus Baru Estimasi Kematian

Kandung kemih 68.810 14.100

Payudara (Wanita - Pria ) 182.460 - 1.990 40.480 - 450

Usus besar dan rektal

(gabungan)

148.810 49.960

Endometrium 40.100 7.470

Ginjal (Renal Cell) 46.232 11.059

Leukemia (semua) 44.270 21.710

Paru-paru (termasuk

bronkus)

215.020 161.840

Melanoma 62.480 8.420

Limfoma Non-Hodgkin 66.120 19.160

Pankreas 37.680 34.290

Prostata 186.320 28.660

Kulit (nonmelanoma) > 1.000.000 <1.000

Kelenjar gondok 37.340 1.590

(Sumber: US National Institutes of Health, Institut Kanker Nasional)

2.1.4 Faktor resiko

Terdapat empat faktor penyebab kanker seperti biologis, lingkungan,

makanan dan psikologis. Keempat-empat faktor penyebab kanker tersebut dijelaskan

seperti berikut:

6

Page 13: Digestive System

2.1.4.1 Biologis

a. Keturunan

Sejumlah penelitian menemukan bahwa sekitar 5% dari kasus kanker

diakibatkan oleh faktor keturunan. Faktor keturunan ini memang susah untuk

dihindari (Arief, I., 2009).

b. Hormon

Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan

kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan dan kanker payudara. Sedang

hormon progesteron dapat mencegah timbulnya kanker endometrium, tetapi

meningkatkan resiko kanker payudara. Kedua jenis hormon tersebut banyak

digunakan sebagai bahan pil KB maupun terapi hormon pada wanita

menopause. Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi resiko kanker

kandungan dan endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker payudara dan

kanker hepar (Kusmawan, E., 2009).

c. Virus dan kuman

Virus human papilloma (HPV), merupakan penyebab utama kanker

leher rahim dan dapat meningkatkan resiko timbulnya kanker jenis lain. Virus

hepatitis B dan hepatitis C dapat memicu timbulnya kanker hati. Virus human

T-cell leukemia/lymphoma (HTLV-1) meningkatkan resiko limfoma dan

leukemia. Virus human immunodefisiensi (HIV) yang dikenal sebagai

penyebab AIDS ini meningkatkan resiko limfoma dan Kaposi’s sarcoma. Virus

Epstein-Barr meningkatkan resiko terjangkitnya limfoma. Virus human herpes

8 (HHV8) dapat menyebabkan Kaposi’s sarcoma. Helicobacter pylori

penyebab luka lambung dan usus juga dapat menimbulkan kanker di sepanjang

saluran pencernaan. Untuk mengurangi kemungkinan tertular virus/bakteri

7

Page 14: Digestive System

tersebut, hindari berganti-ganti pasangan seksual, juga jangan saling bertukar

sikat gigi, jarum, sisir, peralatan makan, dan sebagainya (Kusmawan, E.,

2009).

2.1.4.2 Lingkungan (DETAK, 2007 dan Harnawatiaj, 2008)

a. Tembakau

Asap rokok/tembakau yang dihirup baik perokok aktif maupun perokok pasif

dapat menyebabkan kanker paru, pita suara, mulut, tenggorokan, ginjal, kandung

kencing, kerongkongan, perut, pankreas, leukemia, dan leher rahim. Bukan hanya

asapnya, bahkan sering menghirup aroma tembakau serta mengunyahnya juga

dapat menyebabkan kanker.

b. Penyinaran yang berlebihan

Sinar matahari pagi baik untuk kesehatan. Tetapi sinar matahari siang yang

banyak mengandung ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit. Sinar ultraviolet

dapat menembus kaca, pakaian yang tipis, juga dapat dipantulkan oleh pasir, air,

salju, dan es. Perlu diingat bahwa lampu-lampu ultraviolet yang banyak dijual di

toko juga dapat menyebabkan kanker.

c. Polusi udara

Menurut Chen Zichou, seorang ahli Institut Penelitian Kanker mengatakan,

penyebab utama meningkatnya jumlah kanker di China disebabkan polusi udara,

lingkungan, dan kondisi air yang kian hari kian memburuk.

2.1.4.3 Makanan

Banyak zat kimia yang ditambahkan dalam makanan dapat menjadi pemicu

kanker, misalnya zat pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan dan perasa

8

Page 15: Digestive System

buatan. Padahal, hampir semua makanan/minuman produksi pabrik atau yang

dijual di restoran mengandung zat-zat tambahan tersebut. Selain itu, kebanyakan

sayur-sayuran dan buah-buahan ditanam dengan mengandalkan pupuk buatan dan

pestisida. Makanan yang dipanggang, dibakar, atau digoreng dengan minyak

jelantah juga berpotensi menyebabkan kanker (Cancer Helps, 2009).

2.1.4.4 Psikologis

a. Stress

Kondisi stress dapat melemahkan respon imunitas tubuh. Menurunnya sistem

imunitas ini mempermudah sel-sel kanker menyerang tubuh karena kemampuan sel

imun untuk mengenal dan melawan musuh tidak dapat berfungsi secara baik.

2.1.5 Patogenesis Terjadinya Penyakit Kanker

Semua kanker bermula dari sel, yang merupakan unit dasar kehidupan tubuh.

Untuk memahami kanker, sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi ketika

sel-sel normal menjadi sel kanker. Tubuh terdiri dari banyak jenis sel. Sel-sel tumbuh

dan membelah secara terkontrol untuk menghasilkan lebih banyak sel seperti yang

dibutuhkan untuk menjaga tubuh sehat. Ketika sel menjadi tua atau rusak, mereka

mati dan diganti dengan sel-sel baru. Kematian sel terprogram ini disebut apoptosis,

dan ketika proses ini rusak, kanker mulai terbentuk. Sel dapat mengalami

pertumbuhan yang tidak terkendali jika ada kerusakan atau mutasi pada DNA. Empat

jenis gen yang bertanggung jawab untuk proses pembelahan sel yaitu onkogen yang

mangatur proses pembahagian sel, gen penekan tumor yang menghalang dari

pembahagian sel, suicide gene yang kontrol apoptosis dan gen DNA-perbaikan

menginstruksikan sel untuk memperbaiki DNA yang rusak. Maka, kanker merupakan

hasil dari mutasi DNA onkogen dan gen penekan tumor sehingga menyebabkan

pertumbuhan sel yang tidak terkendali (National Cancer Institute, 2009).

9

Page 16: Digestive System

Sel-sel tambahan ini dapat membentuk massa jaringan yang disebut tumor.

Namun, tidak semua jenis tumor itu kanker. Tumor dapat dibagikan sebagai tumor

jinak dan ganas di mana yang jinak dapat dihapus dan tidak menyebar ke bagian

tubuh lain manakala tumor ganas merupakan kanker yang dapat menyerang jaringan

sekitar dan menyebar ke bagian tubuh lain. Beberapa kanker tidak membentuk tumor

misalnya leukemia (National Cancer Institute, 2009).

2.1.6 Gejala kanker

Gejala kanker cukup bervariasi dan tergantung lokasi kanker, tahap

penyebaran, dan saiz tumor. Beberapa kanker dapat dirasakan atau dilihat melalui

kulit seperti benjolan pada payudara atau testikel dan dapat dijadikan indicator lokasi

kanker tersebut. Kanker kulit sering diidentifikasi dengan perubahan kutil atau tahi

lalat pada kulit. Beberapa kanker mulut memberikan gambaran bercak putih di dalam

mulut atau bintik putih di lidah.

Jenis kanker lain memiliki gejala yang kurang jelas secara fisik. Beberapa

tumor otak cenderung menampilkan gejala awal penyakit karena mereka

mempengaruhi fungsi kognitif penting. Kanker pankreas biasanya terlalu kecil untuk

menyebabkan gejala sehingga rasa sakit terjadi akibat dorongan terhadap saraf

terdekat. Selain daripada itu, ia juga mengganggu fungsi hati sehingga tampilan kulit

dan mata menguning yang dikenal sebagai ikterus. Gejala juga dapat terjadi akibat

tumor yang menyebabkan penekanan terhadap organ dan pembuluh darah. Misalnya,

kanker kolon dapat menyebabkan gejala seperti sembelit, diare, dan perubahan

ukuran tinja. Kanker kandung kemih atau prostat dapat menyebabkan perubahan

dalam fungsi kandung kemih (American Cancer Society, 2010).

Disebabkan sel kanker menggunakan energi tubuh dan mengganggu fungsi

normal hormon, terdapat kemungkinan besar untuk memperlihatkan gejala seperti

demam, lelah, keringat berlebihan, anemia, dan penurunan berat badan tanpa sebab.

10

Page 17: Digestive System

Pada pasien kanker paru-paru atau tenggorokan akan presentasi simptom seperti

batuk dan suara serak (American Cancer Society, 2010).

Ketika kanker menyebar atau bermetastasis, gejala tambahan dapat dilihat di

area baru yang terkena dampak. Bengkak atau pembesaran kelenjar getah bening

merupakan gejala awal. Jika kanker menyebar ke otak, pasien mungkin mengalami

vertigo, sakit kepala, atau kejang manakala penyebaran ke paru-paru dapat

menyebabkan batuk dan sesak napas. Selain itu, hati dapat membesar dan

menyebabkan penyakit kuning dan tulang bisa rapuh, dan mudah patah. Gejala

metastasis akhirnya tergantung pada lokasi kanker menyebar (Fayed, L., 2009).

2.1.7 Diagnosis kanker

Deteksi dini kanker dapat meningkatkan pengobatan yang berhasil dan

prognosis baik. Dokter menggunakan informasi dari gejala dan beberapa prosedur

lain untuk mendiagnosis kanker. Teknik pencitraan seperti X-ray, CT scan, MRI scan,

PET scan, dan ultrasound digunakan secara teratur untuk mendeteksi lokasi tumor.

Dokter juga dapat melakukan endoskopi. Pengekstrakan sel-sel kanker dan melihat di

bawah mikroskop adalah satu-satunya cara mutlak untuk mendiagnosis kanker.

Prosedur ini disebut biopsi. Tes diagnostik molekul yang sering digunakan juga

seperti menganalisis lemak, protein, dan DNA pada tingkat molekul. Sebagai contoh,

sel-sel kanker prostat mensekresi zat kimia yang disebut PSA (prostate-specific

antigen) ke dalam aliran darah yang dapat dideteksi oleh tes darah. Molekuler

diagnostik, biopsi, dan teknik pencitraan digunakan secara bersama-sama untuk

mendiagnosis kanker (Crosta, P., 2010).

2.1.8 Stadium kanker

Sistem TNM adalah salah satu sistem pementasan yang paling umum

digunakan. Sistem ini telah diterima oleh International Union Against Cancer (UICC)

dan American Joint Committee on Cancer (AJCC). Kebanyakan fasilitas medis

11

Page 18: Digestive System

menggunakan sistem TNM sebagai metode utama untuk pelaporan kanker termasuk

National Cancer Institute (NCI).

Sistem TNM ini berdasarkan pada besarnya tumor (T), tingkat penyebaran ke

kelenjar getah bening (N), dan adanya metastasis (M). Nomor ditambahkan untuk

setiap huruf untuk menunjukkan ukuran atau saiz tumor dan luasnya penyebaran.

Tabel 2.2

Tumor Primer (T)

Tabel 2.3

12

Page 19: Digestive System

Metastasis jauh (M)

Tabel 2.4

Kelenjar getah bening regional (N)

Tabel 2.5

13

Page 20: Digestive System

Tahapan

(Sumber : International Union Against Cancer (UICC) dan American Joint

Committee on Cancer (AJCC), 2009)

2.1.9 Terapi kanker

Terapi kanker tergantung pada jenis kanker, stadium kanker, usia, status

kesehatan, dan karakteristik pribadi tambahan. Tidak ada pengobatan tunggal untuk

kanker dan pasien sering menerima kombinasi terapi dan perawatan paliatif.

Perawatan biasanya termasuk dalam salah satu kategori seperti operasi, radiasi,

kemoterapi, immunoterapi, terapi hormon, atau terapi gen.

Prinsip kerja pengobatan ini adalah dengan membunuh sel - sel kanker,

mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar tidak

menyebar dan mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker.

14

Page 21: Digestive System

2.1.9.1 Operasi

Pembedahan merupakan pengobatan tertua untuk kanker. Jika kanker belum

bermetastasis, kemungkinan besar pasien dapat disembuhkan sepenuhnya hanya

dengan menyingkirkan tumor dengan operasi. Hal ini sering terlihat pada

penyingkiran prostat, payudara atau testis. Setelah penyakit ini telah menyebar, tidak

mungkin dapat menyingkirkan semua sel kanker. Operasi juga dapat berperan besar

dalam membantu untuk mengontrol gejala seperti gangguan pencernaan atau

kompresi sumsum tulang belakang (Crosta, P., 2010).

2.1.9.2 Radioterapi

Radioterapi berarti pengobatan kanker dengan menggunakan sinar radioaktif.

Sinar X, elektron, dan sinar γ (gamma) banyak digunakan dalam pengobatan kanker

disamping partikel lain. Pada prinsipnya apabila berkas sinar radioaktif atau partikel

dipaparkan ke jaringan, maka akan terjadi berbagai peristiwa antara lain peristiwa

ionisasi molekul air yang mengakibatkan terbentuknya radikal bebas di dalam sel

yang pada gilirannya akan menyebabkan kematian sel. Lintasan sinar juga

menimbulkan kerusakan akibat tertumbuknya DNA yang dapat diikuti kematian sel.

Radioterapi digunakan sebagai pengobatan mandiri untuk mengecilkan tumor atau

menghancurkan sel-sel kanker termasuk yang berkaitan dengan leukemia dan

limfoma, dan juga digunakan dalam kombinasi dengan pengobatan kanker lain

(Siswono, 2002).

2.1.9.3 Kemoterapi

Kemoterapi terkadang merupakan pilihan pertama untuk menangani kanker.

Kemoterapi bersifat sistematik, berbeda dengan radiasi atau pembedahan yang

bersifat setempat, karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang

mungkin sudah menjalar dan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penggunaan

kemoterapi berbeda-beda pada setiap pasien, kadang-kadang sebagai pengobatan

15

Page 22: Digestive System

utama, pada kasus lain dilakukan sebelum atau setelah operasi dan radiasi. Tingkat

keberhasilan kemoterapi juga berbeda-beda tergantung jenis kankernya. Kemoterapi

biasa dilakukan di rumah sakit, klinik swasta, tempat praktek dokter, ruang operasi

dan juga di rumah (Crosta, P., 2010).

2.1.9.4 Imunoterapi

Imunoterapi digunakan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh untuk

melawan kanker. Misal, vaksin yang terdiri dari antigen diperoleh dari sel tumor bisa

menaikkan fungsi tubuh pada antibodi atau sel kekebalan (limfosit T). Walaupun

mekanisme tepat pada tindakan tidak benar-benar jelas, interferon mempunyai tugas

di dalam pengobatan beberapa kanker (Indonesian Pharmacist Update, 2009).

2.1.9.5 Terapi hormon

Kanker dikaitkan dengan beberapa jenis hormon, terutamanya kanker

payudara dan kanker prostat. Terapi hormon dirancang untuk mengubah produksi

hormon dalam tubuh sehingga sel-sel kanker berhenti berkembang atau dibunuh

sepenuhnya. Terapi hormon kanker payudara sering fokus pada pengurangan kadar

estrogen (obat umum untuk ini adalah tamoxifen) dan hormon terapi kanker prostat

sering fokus pada pengurangan kadar testosteron. Selain itu, beberapa kasus leukemia

dan limfoma dapat diobati dengan hormon kortison (Crosta, P., 2010).

2.2 Konsep Dasar Medik Kanker Rekti

2.2.1 Pengertian Kanker Rekti

Karsinoma Rekti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum

yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel

epitel yang tidak terkendali. Karsinoma rekti adalah suatu keadaan dimana terjadi

pertumbuhan jaringan abnormal pada daerah rectum. Jenis terbanyak adalah

16

Page 23: Digestive System

adenokarsinoma (65%), banyak ditemui pada usia 40 tahun keatas dengan insidens

puncaknya pada usia 60 tahun (Price A. Sylvia, 1995).

2.2.2 Etiologi Kanker Rekti

Penyebab pasti belum diketahu namun telah dikenali beberapa faktor

predisposisi yang penting yang berhubungan dengan carsinoma recti.

1. Diet

Makanan yang banyak mengandung serat misalnya sayur-sayuran akan

menyebabkan waktu transitbolus di intestin akan berkurang, sehingga kontak

zat yang potensial karsinogen pada mukosa lebih singkat.

Selain itu makan makanan yang berlemak dan protein hewani yang tinggi

dapat memicu terjadinya Ca. Rekti

2. Kelainan di colon

- Adenoma di kolon, t.u bentuk villi dapat mengalami degenerasi maligna

menjadi adenokarsinoma

- Familial poliposis merupakan kondisi premaligna dimana + 7 % polipasis

akan mengalami degenerasi maligna

- Kolitis ulserativa, mempunyai resiko besar yang terjadi Ca. Rekti

3. Herediter

Hasil penelitian menunjukkan anak – anak yang berasal dai ortu yang

menderita Ca.kolateral mempunyai frekuensi 3,5 x lebih besar daripada anak

yang mempunyai ortu yang sehat

2.2.3 Patofisiologi

Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara

pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi

dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan

17

Page 24: Digestive System

sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain

adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker

kolorektal.

Tumor-tumor pada Recti dan kolon asendens merupakan lesi yang pada

umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus

dinding kolon dan jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara

limfogenik, hematogenik atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain

mungkin dapat terkena.

Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3 fase.

Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan

lama sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi

belum menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun-tahun

juga. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata.

Karena keluhan dan gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak sering,

penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga

penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.

2.2.4 Manifestasi Klinis

1. Perdarahan sejak perianal

- BAB berdarah segar

2. BAB berdarah lender,

- Karena darah yang dikeluarkan oleh kanker tesebut telah bercampur dengan

tinja

3. Obstruksi saluran pencernaan

-    Perut kembung makin lama makin tegang

-    Tidak dapat BAB dan tidak ada flatus

-    Ukuran feses kecil seperti feses kambing

-    Tenesmus rasa tidak puas setelah BAB

18

Page 25: Digestive System

4. Lain-lain

-    Anoreksia

-    BA turun

-    Nyeri perut ditempat kanker

-    BAB tidak teratur

-    Tenesmus, rasa tidak puas setelah BAB dan rasa yeri pada saat BAB

2.2.5 Klasifikasi

Dukes    Dalam Infiltrasi    Prognosis Hidup Stlh 5 Thn

A    Terbatas pada dinding usus    97%

B    Menembus lapisan muskularis mukosa    80%

C    Metastosis ke kelenjar limfe

C1    Beberapa kelenjar limfe (1-4 bh)    65%

C2    Metastasis ke kelenjar limfe > 5 bh    35%

D    Metastasis ke organ lain ; hati    35%

Dikenal pada klasifikasi menurut

a.    Stadium 1

Tumor hanya terbatas di calon dan belum menembus dinding kolon dan belum

metastasis

b.    Stadium 2

Tumor telah mengadakan penetrasi dinding kolon tapi belum ada metastasis

c.    Stadium 3

Tumor telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening regional

d.    Stadium 4

Tumor telah mengadakan metastasis ke organ lain; hati

2.2.6 Komplikasi

Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan

19

Page 26: Digestive System

- Langsung perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya

- Hematogen

- Linefogen

Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening dan organ lain, misal ke hati, paru dan otak5omplikasi lainnya;

1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus pertial/lengkap

2. Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi

3. Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses

4. Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syok.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Endoskopi

• Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di kolon/rectum

• Untuk menentukan sumber pendapatan

• Untuk mengetahui letak obstruksi

2. Radiologi

• Foto dada: Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru

Untuk persiapan pembedaha

• Foto colon (Banum enema)

- Dapat terlihat suatu filling deffect pada suatu tempat/suatu

striktura

- Dapat menentukan lokasi tempat kelainan

3. USG

• Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah

bening di abdomen dan hati

20

Page 27: Digestive System

• Gambaran metastasis kanker dihati akan tampak massa multi

nodular dengan gema berdensitas tinggi homogen

Endosonggrafi

Pada karsinoma akan tampak massa yang hypoechoic tidak teratur

mengenai lapisan dinding kolon

4. Histopatologi

Gambaran histopatologi pada karsinoma recti C adenokarsinoma dan

perlu ditentukan differensiasi sel

5. Laboratorium

• Hb: menurun pada perdarahan

• Tumor marker (LEA) > 5 mg/ml

• Pemeriksaan tinja secara bakteriologis ; terdapat sigela dan amoeba

2.3 Fokus Pengkajian keperawatan

2.3.1 Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan

yang perlu dikaji adalah:

1. Aktivitas/istirahat:

Gejala:

- Kelemahan, kelelahan/keletihan

- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam

hari.

- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,

tingkat stres tinggi.

21

Page 28: Digestive System

2. Sirkulasi:

Gejala:

- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas

Tanda:

- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.

3. Integritas ego:

Gejala:

- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi

stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan

religius/spiritual)

- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat,

pembedahan)

- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,

tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda:

- Menyangkal, menarik diri, marah.

4. Eliminasi:

Gejala:

- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi

Tanda:

- Perubahan bising usus, distensi abdomen

- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5. Makanan/cairan:

Gejala:

- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat

aditif dan bahan pengawet)

- Anoreksia, mual, muntah

- Intoleransi makanan

22

Page 29: Digestive System

Tanda:

- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6. Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala:

- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung

proses penyakit

7. Keamanan:

Gejala:

- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.

Tanda:

- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

8. Interaksi sosial

Gejala:

- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)

- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan

status kesehatan.

9. Penyuluhan/pembelajaran:

- Riwayat kanker dalam keluarga

- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya

- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.

- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

23

Page 30: Digestive System

2.3.2 Tes Diagnostik

Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil

1. Pemeriksaan laboratorium:

Tinja

CEA (Carcino-embryonic

anti-gen)

2. Pemeriksaan radiologis

3. Endoskopi dan biopsi

4. Ultrasonografi

Untuk mengetahui adanya darah dalam

tinja (makroskopis/mikroskopis)

Kurang bermakna untuk diagnosis awal

karena hasilnya yang tidak spesifik serta

dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi

bermanfaat dalam mengevaluasi dampak

terapi dan kemungkinan residif atau

metastase.

Perlu dikerjakan dengan cara kontras

ganda (double contrast) untuk melihat

gambaran lesi secara radiologis.

Endoskopi dengan fiberscope untuk

melihat kelainan struktur dari rektum

sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk

menentukan jenis tumor secara patologi-

anatomis.

Diperlukan untuk mengtahui adanya

metastasis ke hati.

24

Page 31: Digestive System

2.3.3 Prioritas Keperawatan

1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian

2. Meningkatkan kenyamanan

3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal

4. Mencegah komplikasi

5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.

2.3.4 Diagnosa Keperawatan

1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial

lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

Ditandai dengan:

Peningkatan bunyi usus/peristaltik

Peningkatan defekasi cair

Perubahan warna feses

Nyeri/kram abdomen

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi

nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

Ditandai dengan:

Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus

otot buruk

Peningkatan bunyi usus

Konjungtiva dan membran mukosa pucat

Mual, muntah, diare

3. Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan

status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan

rangsang simpatis (proses neoplasma)

Ditandai dengan:

25

Page 32: Digestive System

Eksaserbasi penyakit tahap akut

Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan

Iritabel

Fokus perhatian menyempit

4. Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor

melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan

individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)

Ditandai dengan:

Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa,

ansietas

Menyatakan diri tidak berharga

Depresi dan ketergantungan

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.

Ditandai dengan:

Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan

pernyataan konsep

Tidak akurat mengikuti instruksi

Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

2.3.5 Intervensi Keperawatan

1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan

parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Bantu kebutuhan defekasi (bila

tirah baring siapkan alat yang

diperlukan dekat tempat tidur,

pasang tirai dan segera buang

Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa

tanda sehingga perlu diantisipasi

dengan menyiapkan keperluan klien.

26

Page 33: Digestive System

feses setelah defekasi).

2. Tingkatkan/pertahankan asupan

cairan per oral.

3. Ajarkan tentang makanan-

minuman yang dapat

memperburuk/mencetus-kan

diare.

4. Observasi dan catat frekuensi

defekasi, volume dan

karakteristik feses.

5. Observasi demam, takikardia,

letargi, leukositosis, penurunan

protein serum, ansietas dan

kelesuan.

6. Kolaborasi pemberian obat-

obatan sesuai program terapi

(antibiotika, antikolinergik,

kortikosteroid).

Mencegah timbulnya maslah

kekurangan cairan.

Membantu klien menghindari agen

pencetus diare.

Menilai perkembangan maslah.

Mengantisipasi tanda-tanda bahaya

perforasi dan peritonitis yang

memerlukan tindakan kedaruratan.

Antibiotika untuk

membunuh/menghambat

pertumbuhan agen patogen biologik,

antikolinergik untuk menurunkan

peristaltik usus dan menurunkan

sekresi digestif, kortikosteroid untuk

menurunkan proses inflamasi.

27

Page 34: Digestive System

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan

absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses

keganasan usus.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pertahankan tirah baring selama

fase akut/pasca terapi

2. Bantu perawatan kebersihan

rongga mulut (oral hygiene).

3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam

bentuk yang sesuai perkembangan

kesehatan klien (lunak, bubur

kasar, nasi biasa)

4. Kolaborasi pemberian obat-obatan

sesuai indikasi (roborantia)

5. Bila perlu, kolaborasi pemberian

nutrisi parenteral.

Menurunkan kebutuhan metabolik

untuk mencegah penurunan kalori dan

simpanan energi.

Meningkatkan kenyamanan dan selera

makan.

Asupan kalori dan protein tinggi perlu

diberikan untuk mengimbangi status

hipermetabolisme klien keganasan.

Pemberian preparat zat besi dan

vitamin B12 dapat mencegah anemia;

pemberian asam folat mungkin perlu

untuk mengatasi defisiensi karen

amalbasorbsi.

Pemberian peroral mungkin

dihentikan sementara untuk

mengistirahatkan saluran cerna.

28

Page 35: Digestive System

3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman

perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola

interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma).

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Orientasikan klien dan orang

terdekat terhadap prosedur rutin

dan aktivitas yang diharapkan.

2. Eksplorasi kecemasan klien dan

berikan umpan balik.

3. Tekankan bahwa kecemasan

adalah masalah yang lazim

dialami oleh banyak orang dalam

situasi klien saat ini.

4. Ijinkan klien ditemani keluarga

(significant others) selama fase

kecemasan dan pertahankan

ketenangan lingkungan.

Informasi yang tepat tentang situasi

yang dihadapi klien dapat

menurunkan kecemasan/rasa asing

terhadap lingkungan sekitar dan

membantu klien mengantisipasi dan

menerima situasi yang terjadi.

Mengidentifikasi faktor

pencetus/pemberat masalah

kecemasan dan menawarkan solusi

yang dapat dilakukan klien.

Menunjukkan bahwa kecemasan

adalah wajar dan tidak hanya dialami

oleh klien satu-satunya dengan

harapan klien dapat memahami dan

menerima keadaanya.

Memobilisasi sistem pendukung,

29

Page 36: Digestive System

5. Kolaborasi pemberian obat

sedatif.

6. Pantau dan catat respon verbal

dan non verbal klien yang

menunjukan kecemasan.

mencegah perasaan terisolasi dan

menurunkan kecemsan.

Menurunkan kecemasan,

memudahkan istirahat.

Menilai perkembangan masalah klien.

4. Koping individu tak efektif (koping

menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan pengulangan

stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian,

kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat).

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Bantu klien mengembangkan

strategi pemecahan masalah yang

sesuai didasarkan pada kekuatan

pribadi dan pengalamannya.

2. Mobilisasi dukungan emosional

dari orang lain (keluarga, teman,

tokoh agama, penderita kanker

lainnya)

3. Kolaborasi terapi

medis/keperawatan psikiatri bila

Penderita kanker tahap dini dapat

hidup survive dengan mengikuti

program terapi yang tepat dan dengan

pengaturan diet dan aktivitas yang

sesuai

Dukungan SO dapat membantu

meningkatkan spirit klien untuk

mengikuti program terapi.

Terapi psikiatri mungkin diperlukan

pada keadaan depresi/agresi yang

30

Page 37: Digestive System

klien mengalami depresi/agresi

yang ekstrim.

4. Kaji fase penolakan-penerimaan

klien terhadap penyakitnya (sesuai

teori Kubler-Ross)

berat dan lama sehingga dapat

memperburuk keadaan kesehatan

klien.

Menilai perkembangan masalah

klien.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi

informasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Kaji tingkat pengetahuan

klien/orang terdekat dan

kemampuan/kesiapan belajar

klien.

2. Jelaskan tentang proses penyakit,

penyebab/faktor risiko, dan

dampak penyakit terhadap

perubahan status kesehatan-sosio-

ekonomi, fungsi-peran dan pola

interaksi sosial klien.

3. Jelaskan tentang terapi

pembedahan, radiasi dan

Proses pembelajaran sangat

dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan

mental klien.

Meningkatkan pengetahuan klien

tentang masalah yang dialaminya.

Meningkatkan partisipasi dan

kemandirian klien untuk mengikuti

program terapi.

31

Page 38: Digestive System

kemoterapi serta efek samping

yang dapat terjadi

4. Tekankan pentingnya

mempertahan-kan asupan nutrisi

dan cairan yang adekuat.

Penderita kanker yang mengikuti

program terapi yang tepat dengan

status gizi yang adekuat

meningkatkan kualitas hidupnya.

32

Page 39: Digestive System

BAB 3

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kanker Rekti adalah gangguan pertumbuhan dalam jangka waktu lama

dengan adanya perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal

3.2 Saran

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan

saran-saran sebagai berikut:

1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi

klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi

dengan klien.

Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa

keperawatan.

33

Page 40: Digestive System

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC,

Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,

Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Engram, B. (1995). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, ed. 3.Jakarta: EGC

Wim De Jong (1999). Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta: EGC

34