Dibutuhkan Modal Tambahan TARGET PREMI...

1
Bisnis Indonesia, 27 Februari 2017

Transcript of Dibutuhkan Modal Tambahan TARGET PREMI...

Page 1: Dibutuhkan Modal Tambahan TARGET PREMI ASKRINDObigcms.bisnis.com/file-data/1/1925/2397b652_Des16-ToyotaAstra... · surety bond dan bia-sanya diper ta nya kan oleh nasa bah. EKSPANSI

21Senin, 27 Februari 2017

KETENTUAN RBC ASURANSI

Modal TambahanDibutuhkan

JAKARTA — Sejumlah perusahaanasuransi perlu merealisasikan

penambahan modal guna memperkuat tingkat solvabilitas dan merealisasikan

pertumbuhan kinerja sepanjang tahun ini.

Oktaviano D.B. [email protected]

Berdasarkan data OtoritasJasa keuangan, hingga akhir 2016 tingkat solvabilitas atau rasio kecukupan modal (riskbased capital/RBC) rata-ratadi industri asuransi umum mencapai 266,7% dan di sektor asuransi jiwa 497,4%. Realisasi tersebut terbilang menurun karena pada akhir2015 RBC rata-rata asuransi umum mencapai 282,7% dan asuransi jiwa 534,8%.

Data tersebut juga menye-butkan hingga akhir tahun lalu terdapat satu perusahaanasuransi umum yang mencatat RBC sebesar 73%, atau jauh di bawah ketentuan minimalsebesar 120%.

Di sektor tersebut, 10 peru-sahaan tercatat memiliki tingkatsolvabilitas di kisaran 120%-150% dan empat perusahaandengan RBC di atas 1.000%.

Di sektor asuransi jiwa, pada akhir 2016 terdapat enam perusahaan dengan RBC di antara 120%-180% dan 11 perusahaan dengan rasio kecukupan modal lebih

dari 1.000%.Ketua Umum Asosiasi

Asuransi Umum Indonesia(AAUI) Yasril Y. Rasyid menilaitingkat solvabilitas perusahaanasuransi di bawah 120%sebenarnya terbilang sudah sangat minim. Perusahaantersebut, jelasnya, harus segeramenambah modalnya agar mampu membayar kewajiban dari aset yang diperkenkan beroperasi oleh OJK.

Pada akhir 2015, ujarnya, salah satu perusahaan asuransiumum, yakni PT Asuransi Rama Satria Wibawa, juga mencatatkan tingkat RBC di bawah batas minimal.

Kemu dian, pemegang saham akhirnya menambahkan modal sehingga rasio solvabilitasdapat meningkat di atas batas tersebut.

Yasril mengatakan peru-sahaan asuransi umumdengan RBC di antara 120%-150% tidak lagi bisa menjualproduk surety bond dan biasanya juga dipertanyakan oleh nasabah. Karena itu, diamenilai perusahaan-perusahaan tersebut juga membutuhkantambahan modal untuk menunjang kebutuhan ekspansipada tahun ini.

“Tanpa tambahan modal, [perusahaan] seperti AsuransiAspan [PT Asuransi Purna Artanugraha], PT Asuransi Ramayana, dan PT Pan Pacifi c Insurance harus mengerem pertumbuhannya dan pastinya terkendala menjual produk surety bond karena OJKmensyaratkan minimal [RBC]150%,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (26/2).

KURANG BAIKDi sisi lain, Yasril mengatakan

tingkat solvabilitas yang terlalu besar sebenarnya kurang baik

bagi perusahaan asuransi sebabmasih memiliki kapasitas modal yang relatif signifi kan untuk dapat dimanfaatkan untuk eks-pansi bisnis. Umumnya, kondisi ini terjadi pada perusa haan asuransi yang baru bero pe rasi.

Kendati demikian, Yasril mengatakan AAUI tidakakan memberikan arahanatau imbauan kepada pelakuasuransi terkait kondisi tingkat solvabilitas perusahaantersebut. Pasalnya, kebijakanpenambahan modal dan strategi tersebut merupakan kewenangan pemegang saham,dewan komisaris dan direksi setiap peruahaan.

Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank(IKNB) Dumoly F. Pardede me-nyatakan pada akhir tahun lalu kondisi RBC in dus tri asuransimengalami penurunan.

Satu perusahaan asuransi,jelasnya, juga tengah mereali-sasikan penambahan modal karena kondisi tersebut.

Perusahaan asu-ransi umum dengan RBC di antara 120%-150% tidak lagi bisa menjual pro duk surety bond dan bia-sanya diper ta nya kan oleh nasa bah.

EKSPANSI PEGADAIAN

Gadai Online Meluncur Semester I/2017

JAKARTA — PT Pegadaian (Persero) menargetkan layanan gadai melaluisistem online bisa berjalan pada semester pertama tahun ini.

Direktur Bisnis I Pegadaian Harianto Widodo mengatakan pengembangan layanan ke sistem online dilakukan untuk memudahkan masyarakat yang mengajukan pinjaman.

“Saat ini sedang kami bangun dan uji coba sistemnya, kemungkinan layananini baru bisa resmi diluncurkan padasemester pertama tahun ini,” kata Harianto kepada Bisnis belum lama ini.

Menurutnya, meskipun pengajuan pinjaman nantinya dapat dilakukan lewat sistem online, tetapi untuk menjamin keamanan dan kepuasan konsumen, masyarakat diharuskanmembawa benda berharga yang akan diagunkan ke kantor Pegadaianterdekat untuk dilakukan taksir nilaibarang.

Harianto menyatakan pengembangan sistem online untuk layanan gadai perlu dilakukan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri pergadaian, khususnya ketikaberhadapan dengan perusahaan gadai swasta yang sebagian besar di antaranyatelah menggunakan sistem online.

Dia mengungkapkan guna mencapai target pertumbuhan pembiayaandi tahun ini, pihaknya akan terus berinovasi dari sisi pelayanan dan produk.

Pada tahun ini Pegadaian berencanamerambah pembiayaan untuk modalusaha yang difokuskan kepada parapetani dan pelaku UMKM dengan

syarat agunan berupa sertifi kat tanah dan bangunan.

“Dengan berbagai upaya pengem-bangan yang dilakukan, kami targetkan pembiayaan sepanjang tahun ini bisa mencapai Rp41 triliun atau tumbuhsebesar 15,5% jika dibandingkan realisasi pembiayaan pada tahunsebelumnya,” ujarnya.

Pada 2016, perusahaan pelat merahyang bergerak di industri pergadaian itu telah menyalurkan pembiayaan Rp35,48 triliun. Dari total tersebut, kontribusi dari lini bisnis gadai masih mencapai sekitar 90%, sedangkan kontribusi bisnisnon gadai hanya sebesar 10%.

Kendati demikian, dia mengung-kapkan pertumbuhan pembiayaan paling signifi kan justru berasal daribisnis nongadai yang mencapai 25%,sedangkan pertumbuhan pembiayaan bisnis gadai hanya sebesar 12%.

Menurutnya, pertumbuhan pesat dari bisnis nongadai menunjukkan upaya perluasan produk pembiayaanyang dilakukan perseroan mendapatrespons positif. Pada tahun ini, dia memperkirakan pertumbuhanpembiayaan dari bisnis nongadai akan bertumbuh kencang di kisaran 25%—30%, sedangkan pembiayaan gadai sekitar 12,5%.

Adapun untuk menjamin terciptanya iklim persaingan usaha yang sehat di industri pergadaian, Deputi KomisionerPengawas IKNB I OJK Dumoly F. Pardede mengatakan gadai swasta dan gadai online dipastikan tidak dapatberoperasi pada tingkat nasional. (Fitri

Sartina Dewi)

JAKARTA — Pengelola dana pen si un didorong un tukmembenahi pene rapan prinsip tata kelola dan ma na je men risiko guna menjamin ke ber-lang sungan pe nye leng garan program tersebut.

Asep Suwondo, Direktur Pengawasan Dana Pensiun Oto ri tas Jasa Keuangan (OJK), menjelaskan tata keloladana pen siun (dapen) mestidijalankan dengan prinsip kemandirian, trans paransi,akun tabil i tas, pertang-gungjawaban, dan kewajaran.

Jika tidak, jelasnya, maka pengelolaan ri siko yang tidak sesuai berpotensi terjadi, antaralain salah investasi ataupemanfaatan dana kelolaan untuk keuntungan pihak-pi hak tertentu, se perti yang baru di sangkakankepada salah satumantan petinggi BUMN besar baru-baru ini.

“Terkait penge lo-laan pensiun diha-rap kan bisa sesuai prinsip tata kelola,”katanya pekan lalu.

Asep menjelaskan saat ini pihaknya tengah menyusunregulas i untukmem perjelas aturan t e r ka i t dengan tata kelola dapen.Regu lasi tersebutakan menjabarkan sejumlah pedoman pengelolaan risikosehingga aktivitas investasi dapatdijalankan dengan penuh kehati-hatian.

Pada Februari 2016, OJK telahme netapkan Per-aturan Otoritas Ja -sa Keuangan No.16/POJK.05/2016 tentang PedomanTata Kelola DanaPensiun.

“Memang ren ca-nanya tahun 2017ini [diluncurkan], kami sedang susun aturannya,” katanya.

Asep mendorongsetiap pengelola dapen untuk me me-nuhi syarat sertifi kasi bagi sumber daya manusianya. Pa-salnya, melalui proses standarisasi kualifi kasi tersebutsetiap pengelola dapen dapat memiliki pemahaman yangmen da sar terkait investasi.

Lebih lanjut, Asep

mengatakan sepanjang 2016terdapat 11 dana pensiunpemberi kerja (DPPK) yang mem bubarkan diri. Seba gi an besar, jelasnya, mela kukan hal itu dengan alasan efi siensi.

“Pemberi kerja hanya tinggal 11-20 orang, atau pemberikerja sudah kesulitan untuk mendanai,” ungkapnya.

SALAH KELOLAAlasan pembubaran lain,

katanya, adalah nilai aset DPPK jauh lebih kecil dari kewajibandi tengah kesulitan pemberikerja untuk memberikantambahan dana. Sela in itu, kehadiran pro gram pensiundari BPJS Ketenagakerjaan jugamenjadi pemicu pem bubarantersebut.

Bambang Sri Muljadi, Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI),men je laskan sebenarnya hingga saat ini aturan yang ditetapkan OJK untuk sektor dana pen-siun sudah terbilang lengkap. Namun, hingga saat ini masih saja pe nye lenggaraan dapenmasih dihadapkan pada risikosalah pengelolaan, khu susnya terkait investasi.

“Aturan mulai dari arah, rencana, mana je men risiko investasi sudah ada. Namun,ada penyalahgunaan dan itu karena individu, bukan sistem,”ujarnya.

Dia menilai kewajiban sertifi kasi sumber daya ma-nusia di dapen, khu susnyaterkait investasi, mesti dipenuhi

oleh seluruh DPPK. Aset industri dana pensiun

diproyeksikan tumbuh15%—30% se panjang tahun ini lantaran potensi perlu-asan manfaat serta naik nya kesadaran masya rakat.

Pada 2016, pertum buhan aset industri dana pensiun (dapen) mencapai 15,35% secara tahunan, dari Rp206triliun menjadi Rp238,37 triliun.

Bambang Sri sebelum-nya mengatakan pertum-buhan aset dana pensiun pemberi kerja (DPPK) padatahun ini, tanpa perluasan manfaat, kemungkinan tidakakan jauh berbeda dari realisasi pertumbuhan tahunsebelumnya. (Oktaviano D.B. Hana)

KEBERLANGSUNGAN DAPEN

Prinsip Tata Kelola Harus Dibenahi

BISNIS/TUTUN PURNAMASumber: OJK.

Perusahaan Asuransi Jiwa (120%< RBC <180%) PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri 144,6%PT Heksa Eka Life Insurance 155,40%PT Asuransi Jiwa Taspen 161,80%PT Capital Life Indonesia ` 162,30%PT Asuranci Central Asia Raya 175,20%PT Indolife Persiontama 179,40% Perusahaan Asuransi Umum (RBC < 120%)

PT Asuransi Raya 73% Perusahaan Asuransi Umum (120%<RBC<150%)

PT Pan Pacific Insurance 123%PT Asuransi Recapital 126%PT Asuransi Rama Satria Wibawa 131%PT Asuransi Bintang Tbk. 138%PT Asuransi Purna Artanugraha 140%PT Asuransi Asoka Mas 140%PT Bess Central Insurance 141%PT Kurnia Insurance Indonesia 145%PT Asuransi Ramayana Tbk. 140%PT Asuransi Raksa Pratikara 143%

Karyawati keluar dari kantor PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) Tbk. di Jakarta, beberapa waktu lalu. Perusahaan asuransi tersebut menargetkan perolehan premi hingga Rp5 triliun dengan laba bersih sekitar Rp700 miliar pada tahun ini.

TARGET PREMI ASKRINDO

Bisnis/Dwi Prasetya

A S U R A N S I & P E M B I AYA A N

Bisnis Indonesia, 27 Februari 2017