Diagnosis Psi Klinis

download Diagnosis Psi Klinis

of 5

description

Contoh analisis kasus psikologi klinis berdasarkan PPDGJ-III dan DSM V. penjelasan beserta penangan atau treatment untuk kasus tersebut.

Transcript of Diagnosis Psi Klinis

TUGAS PSIKOLOGI KLINISNama: Nabila Graha SalsabilaNIM: 30701301337Kelas: C

Mungkinkah Nenekku Mengidap Skizofrenia?

Kasus 21 Juni 2012, Oleh: Gary AhmadNenek saya yang sekarang saya duga mengidap skizofrenia, pada awalnya merupakan nenek yang baik, lucu perhatian dan normal kayak nenek-nenek yang lain. Hal itu jauh sebelum kakek saya meninggal. Semenjak kakek saya meninggal ada perubahan yang sedikit demi sedikit terjadi hingga seperti sekarang ini. Nenek saya ini merupakan nenek dari pihak ibu saya. Nenek saya memiliki 11 anak, ibu saya nomor 9. Saya tidak tahu berapa cucunya, saking banyaknya, apalagi cucunya juga sudah punya cucu.Perubahan yang terjadi tidak langsung seperti ini. Pada awalnya nenek saya cuma pikun. (setelah kakek saya meninggal, nenek saya tinggal dengan paman saya). Bicara sendiri juga merupakan hal biasa bagi kami. Kemudian karena nenek saya itu istilahnya sulit diatur, paman saya tidak kuat hidup bersama akhirnya membuat rumah sendiri. Otomatis nenek saya hidup sendiri di dalam rumah yang besar. Jadi diantara 11 anaknya tidak ada satupun yang hidup seatap dan menemani hari tuanya. Bisa dibilang ironis, tapi karena memang harus terjadi seperti itu jadi kami hanya bisa berharap yang terbaik saja.Nenek saya memutuskan untuk hidup nomaden dari satu rumah anaknya ke rumah anaknya yang lain. Ini juga inisiatif anak-anaknya yang tidak tega melihat beliau tinggal sendirian. Hal ini juga tidak berlangsung lama karena nenek saya tidak mudah betah. Akhirnya nenek saya memutuskan untuk hidup sendiri. Pernah suatu ketika masih di rumah bibi saya, nenek saya memaksa pulang, karena hari sudah malam tentu bibi saya menolak untuk mengantarnya (walaupun masih satu kota). Semalaman nenek saya tidak mau tidur.Setelah memutuskan hidup sendiri ini keadaan beliau semakin parah (malam harinya menginap di rumah anaknya yang bersebelahan, walupun tidak setiap hari). Pernah suatu malam tidak ada di ranjangnya dan pulang ke rumahnya. Ternyata nenek saya pulang mau menyiapkan makanan buat kakek saya (yang sudah meninggal). Setelah itu semakin sering, tidak cuma kakek saya tapi ada juga anak kecil yang jadi perhatian nenek saya sampai sekarang. Jadi seumpama masak pasti nenek saya masak berlebih untuk teman-teman imajinasinya. Kalau dilarang pun juga tidak diindahkan.Saya juga tidak tahu apakah yang dialami apakah delusi (keyakinan yang salah tentang dirinya) atau halusinasi (pengalaman sensoris palsu). Nenek saya merasa ada orang lain yang mengajaknya bicara dan hidup bersama dirinya. Pembicaraan dengan beliau pun kadang tidak nyambung. Apalagi ditambah beliau juga sedikit tuli, sehingga harus bicara dekat dengan telinganya.Beberapa dari keluarga kami juga menganggap memang ada makhluk gaib yang selalu membisikinya. Pernah suatu ketika, ketika ada acara selametan kakek saya, ibu saya mau sholat di tempat sholat. Tiba-tiba di belakang nya ada air yang seperti ditumpahkan dari langit-langit kamar dan cukup banyak. Sementara saat itu lagi musim kemarau, dan airnya memang berbau walaupun tidak menyengat. Karena sedang rame semua anak cucunya berkumpul, peristiwa tersebut langsung HL (pinjam istilah kompasiana). Kebanyakan mengira memang ada jin di rumah yang kencing sembarangan. Hal ini memperkuat dugaan kami sebelumnya terkait nenek saya.Dua tahun ini bibi saya dan keluarga memutuskan untuk tinggal serumah dengan nenek saya. Dan selama itu pula saya mendengar banyak hal tentang perilaku nenek saya. Kalau punya makanan kadang nenek saya bersikukuh keluar rumah untuk memberikannya kepada teman-teman imajinasinya. Ketika dilarang nenek saya pun menangis di dalam kamar.Dalam beberapa kunjungan terakhir saya hanya bisa mengelus dada. Nenek saya sudah lupa dengan ibu saya. Beliau juga hanya banyak berdiam diri dengan tatapan kosong. Semakin sulit diajak bicara. Berbeda dengan ketika kakek saya masih hidup, beliau banyak bicara dan bercerita. Sekarang nenek saya seperti sebuah raga tanpa jiwa. Nenek saya juga tidak diperbolehkan masuk dapur karena bisa tidak terkendali. Pernah beliau mau buat minuman, yang dikasih air malah toples gulanya bukan gelasnya.Saya juga tidak tahu kenapa bisa seperti ini. Apakah ada factor genetic? Karena diantara 11 anaknya, ada salah satu bibi saya yang pernah mendapatkan perawatan karena kondisi mentalnya (saya menyebutnya gendeng pada waktu itu). Tapi sekarang sudah normal. Atau jangan-jangan beban psikis yang telah menumpuk-numpuk? Siapa tahu! Karena nenek saya memiliki 11 anak yang masing-masing jaraknya tidak terlalu jauh. Beban merawat 11 anak ini akhirnya terakumulasi seperti sekarang ini. Karena jarang sekali ada ibu yang tidak pernah mengeluh ketika merawat anaknya apalagi 11 anak. Apalagi ditambah, menurut ibu saya, almarhum kakek saya merupakan orang yang berwatak sangat keras dan temperamental. Jadi bisa dibayangkan sudah punya anak banyak memiliki suami yang galak pula.Begitulah keadaan nenek saya yang saya duga mengidap skizofrenia. Karena beliau merasa ada orang lain dan kakek di sekitarnya. Kenapa tidak diobati? Saya tidak bisa menjawabnya. Bagi kebanyakan orang kondisi nenek saya dianggap lumrah. Walaupun bagi saya tidak. Karena nenek dari pihak ayah saya nyata-nyata nya sehat-sehat saja kondisi mentalnya. Malah menurut saya, semakin baik, bijak dan positive thinking terhadap kematian dan juga beliau malah rajin membaca, berbanding terbalik dengan keadaan nenek saya yang satunya. Dilihat secara umur kedua nenek saya juga tidak jauh berbeda, kurang lebih berumur 85 tahun.Ditambah peristiwa ganjil kencing jin semakin membuat keluarga besar kami percaya ada yang menghinggapi beliau. Pengobatan medis, dari psikolog maupun dari psikiater bagi keluarga nenek saya sangat asing. Lha wong tindakan medis yang dilakukan oleh dokter saja masih takut. (sepupu saya tidak diperbolehkan operasi oleh ibunya, karena tidak rela anaknya dioperasi dan memilih pengobatan tradisional). Jadi membawa nenek saya untuk mendapatkan pengobatan yang tepat merupakan hal yang sulit.Sebentar lagi puasa dan lebaran. Dimana biasanya suka-cita berkumpul melepaskan kangen antara keluarga merupakan momen yang ditungu-tunggu. Saya sangat senang juga sampai sekarang. Walapun mengingat keadaan nenek saya saat ini saya hanya merasa sedih. Hanya bisa melihat beliau diam dengan tatapan kosong, dan sudah tidak peduli, kadang tidak ingat lagi ketika anak cucunya memperkenalkan dirinya. Antusiasme saya berkurang drastis, begitu juga dengan ibu saya, beberapa hari setelah lebaran baru ke rumah nenek (walupun masih satu kota). Walaupun tidak bermaksud tidak hormat kepada beliau. Toh tidak ada lagi nenek yang merindukan kedatangan anaknya.

METODE ASESMEN YANG DILAKUKAN Pengumpulan data dari klien, orang-orang yang relevan dengan masalah yang dialami klien (significant other) atau sumber. Assessment status mental klien Merujuk pada Diagnostic and Statistical Manual Mental Disorder (DSM V) Kerangka teori akan membantu memahami data yang terkumpul Mewawancarai klien dan keluarga terdekat

DIAGNOSISPasien bisa didiagnosis menderita skizofrenia jika:1. Memiliki sedikitnya dua gejala, baik gejala negatif maupun positif, seperti halusinasi, delusi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku. 2. Gejala tersebut telah dialami pasien selama lebih dari enam bulan. 3. Gejala tersebut telah mengganggu aktivitas dan produktivitas pasien dalam kehidupan sehari-harinya. 4. Gejala yang ada telah dipastikan bukan disebabkan oleh efek narkoba.

Berdasarkan PPDGJ-III :Aksis I: F20-F29 = skizofrenia, Gg. skizofrenia & Gg. wahamAksis II: F60.1 = Gangguan kepribadian skizoid.Aksis III: Bab VIII H60-H95 Penyakit telinga & proses mastoid. Bab VI G00-G99 Penyakit susunan syaraf.Aksis IV: Masalah dengan primary support group (keluarga).Masalah psikososial & lingkungan lain.Masalah akses ke pelayanan kesehatan.Aksis V: 40-31 = Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

PROGNOSISSubyek dalam kasus tersebut menderita psikotik.1. Onset: Pertama kali munculnya suatu gejala psikotik. Dalam kasus tersebut, onset terjadi saat subyek telah berusia tua atau lansia. Sehingga, subyek memiliki onset yang bagus.2. Faktor Herediter: Silsilah kaluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa. Dalam kasus tersebut, subyek tidak memiliki faktor herediter, sebab meski salah satu anak dari subyek pernah mengalami gangguan jiwa, namun dalam silsilah keluarga (orang tua, kakek, nenek, dst) subyek, tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.3. Dukungan keluarga: Dalam kasus tersebut memiliki faktor dukungan keluarga yang buruk, sebab keluarga tidak mengantarkan subyek untuk berobat ke Rumah Sakit Jiwa.4. Cepat atau tidaknya ditangani: Dalam kasus tersebut, penanganan yang diberikan tidak cepat bahkan tidak mendapat pengangan yang sesuai atau dibutuhkan oleh subyek. Subyek hanya mendapat penangan berupa perawatan dari keluarga, namun keluarga tidak mengantarkan subyek ke Rumah Sakit Jiwa.

PENANGANAN PSIKOLOGISSetelah gejala skizofrenia reda, disamping harus tetap melanjutkan konsumsi obat, penderita juga membutuhkan pengobatan psikologis. Ada beberapa hal yang termasuk di dalam penanganan psikologis ini.Pertama adalah terapi individual. Pada terapi ini penderita diajarkan cara mengatasi stres dan mengendalikan skizofrenia melalui identifikasi tanda-tanda kambuh secara dini. Terapi ini juga berguna untuk memulihkan kepercayaan diri mereka. Terapi individual juga bermanfaat untuk kembali mengembangkan kemampuan mereka untuk bekerja dalam mengisi rutinitas kehidupannya.Selain itu, dalam terapi individu, penderita skizofrenia juga akan diajarkan cara-cara untuk mengendalikan perasaan dan pola pikirnya. Tujuannya adalah untuk menggantikan pikiran negatif dengan hal-hal yang positif.Yang kedua adalah terapi kemampuan bersosialisasi. Dalam hal ini penderita diajarkan bagaimana meningkatkan komunikasi dan interaksi dengan orang lain.Dan yang ketiga adalah penyuluhan yang diperuntukkan bagi keluarga penderita. Guna penyuluhan ini adalah untuk memberikan pendidikan serta wawasan pada keluarga penderita skizofrenia, baik mengenai cara mengatasi masalah yang timbul akibat gejalanya, maupun cara memberikan dukungan bagi penderita skizofrenia.

Sumber:Gary Ahmad. (2013, 21 Juni). Mungkinkah Nenekku Mengidap Skizofrenia. Diperoleh 26 September 2015, dari http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/06/21/mungkinkah-nenekku-mengidap-skizofrenia-kisah-nyata-471506Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya.