Diabetic Foot TP
-
Upload
aditya-wirakarna -
Category
Documents
-
view
44 -
download
12
description
Transcript of Diabetic Foot TP
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada dibetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah. Jika tidak ditangani dengan baik tentu saja angka kejadian
komplikasi kronik DM juga akan meningkat, termasuk komplikasi kaki diabetes.
Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti. Hasil
pengobatan kaki diabetes sering mengecewakan baik bagi dokter pengelola maupun bagi
penderita dan keluarganya. Sering kaki diabetes sering berakhir dengan kecacatan dan
kematian.
Tejadinya masalah kaki diawali dengan adanya hiperglikemia yang menyebabkan
kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neoropati, baik sensorik maupun
motorik dan autonomik akan menyebabkan berbagai perubahan pada kulit dan otot.
Perubahan ini kemudian mengakibatkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada
telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan
terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah berkembang menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes.
Menurut data WHO (World Health Organization), Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja,
terdapat sekitar 8,2 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Secara epidemiologi,
diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia
mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di
daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM
menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.
Di Indonesia prevalensi kaki diabetes pada populasi jarang dilaporkan. Di Poliklinik
Endokrin RS Dr Kariadi Semarang dari data yang dikumpulkan mulai bulan Januari 2001
sampai Juni 2002 didapatkan 4 % pasien DM yang dirujuk ke poliklinik endokrin RS Dr
Kariadi Semarang, mengalami komplikasi makroangiopati berupa kaki diabetes.3 Di RSUPN
dr Cipto Mangunkusumo angka kematian dan angka amputasi masih sangat tinggi, masing-
masing 16 % dan 25 % (data RSUPNCM tahun 2003). Sebanyak 14,3 % pasien akan
meninggal setahun pasca amputasi dan sebanyak 37 % akan meninggal 3 tahun pasca
amputasi.
Tugas laporan kasus ini dibuat dengan tujuan untuk lebih memahami cara
mendiagnosis, dan mengetahui prinsip penatalaksanaan pada pasien DM dengan
komplikasi kaki diabetes. Sehingga diharapkan akan menambah pengetahuan sebagai
dokter umum dalam menangani kasus tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Diabetes dan Diagnosa
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom kelainan metabolik, ditandai oleh
adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin, atau
keduanya.
Diagnosa DM dapat ditegakkan bila:
1. Terdapat gejala DM dan disertai gula darah acak ≥ 200 mg/dl (111,1 mmol/l). Gula darah
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan
waktu makan terakhir. Gejala klasik diabetes meliputi poliuri, polidipsi, dan penurunan
berat badan tanpa sebab yang jelas
atau
2. Gula darah puasa ≥ 126 mg/dl (7,9 mmol/l). Puasa diartikan pasien tidak mendapat
kalori tambahan sedikitnya 8 jam
atau
3. Gula darah 2 jam post pandrial ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/l) pada TTGO 200 mg/dl. TTGO
dilakukan dengan Standard WHO,menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75
g glukosa anhidrous yang dilarutkan dalam air.
Definisi Kaki Diabetes
Kaki diabetes ialah komplikasi paling sering dari DM dan penyebab utama pasien
masuk rumah sakit serta pemanjangan terapi. Faktor etiologi yang berperan dalam
terbentuknya ulkus antara lain neuropati perifer yang bisa muncul sebagai gangguan
sensoris (distibusi glove and stocking), neuropati motorik, atau autonomik. Beberapa
mekanisme yang terlibat dalam neuropati yaitu akumulasi metabolit intraseluler berbahaya,
gangguan konduksi membran, dan penekanan saraf pada daerah yang bengkak yang
berhubungan dengan akumulasi air pada sel saraf. Pasien tidak menyadari luka kecil yang
berasal dari trauma berulang dan tidak melakukan langkah perlindungan karena respon
normal terhadap sakit dan trauma menghilang. Deformitas yang dapat menyertai neuropati
meliputi charcot foot, claw and hammer toes, hallex vagus/rigidus, pes planus, caput
metatarsal yang prominen, dan tekanan pada tulang yang menonjol itu dapat memicu
pecahnya kulit dan ulkus. Gangguan vaskuler dapat berupa makro dan mikroangiopati.
Perubahan aterosklerotik juga dapat mengakibatkan iskemia dan gangguan penyembuhan
luka.
Gambar Patofisiogi Terbentuknya Komplikasi Kaki Diabetes
Keluhan dan Gejala
Penderita DM mempunyai keluhan klasik yaitu poliuri, polidipsi dan penurunan berat
badan. Riwayat pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya ke dokter dan laboratorium
menunjang penegakkan diagnosis. Adanya riwayat keluarga yang sakit seperti ini dapat
ditemukan, dan memang penyakit ini cenderung herediter.
Anamnesis juga harus dilakukan meliputi aktivitas harian, sepatu yang digunakan,
pembentukan kalus, deformitas kaki, keluhan neuropati, nyeri tungkai saat beraktivitas atau
istirahat, durasi menderita DM, penyakit komorbid, kebiasaan (merokok, alkohol), obat-obat
yang sedang dikonsumsi, riwayat menderita ulkus/amputasi sebelumnya.
Riwayat berobat yang tidak teratur mempengaruhi keadaan klinis dan prognosis
seorang pasien, sebab walaupun penanganan telah baik namun terapi diabetesnya tidak
teratur maka akan sia-sia.
Keluhan nyeri pada kaki dirasakan tidak secara langsung segera setelah trauma.
Gangguan neuropati sensorik mengkaburkan gejala apabila luka atau ulkusnya masih
ringan. Setelah luka bertambah luas dan dalam, rasa nyeri mulai dikeluhkan oleh penderita
dan menyebabkan datang berobat ke dokter atau rumah sakit.
Banyak dari seluruh penderita diabetes melitus dengan komplikasi ulkus atau bentuk
infeksi lainnya, memeriksakan diri sudah dalam keadaan lanjut, sehingga
penatalaksanaannya lebih rumit dan prognosisnya lebih buruk (contohnya amputasi atau
sepsis).
Pada pemeriksaan fisik, seorang dokter akan menemukan ulkus ialah defek pada
kulit sebagian atau seluruh lapisannya (superfisial atau profunda) yang bersifat kronik,
terinfeksi dan dapat ditemukan nanah, jaringan nekrotik atau benda asing. Ulkus yang
dangkal mempunyai dasar luka dermis atau lemak/jaringan subkutis saja. Ulkus yang
profunda kedalamannya sampai otot bahkan tulang.Ulkus sering disertai hiperemi di
sekitarnya yang menunjukkan proses radang.
Abses adalah kumpulan pus atau nanah dalam rongga yang sebelumnya tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik tampak kulit bengkak, teraba kistik dan fluktuatif. Abses yang
letaknya sangat dalam secara fisik sulit untuk didiagnosis, kecuali nanah telah mencari jalan
keluar dari sumbernya.
Flegmon atau selulitis mempunyai ciri klinis berupa udem kemerahan, non pitting
edema, teraba lebih hangat dari kulit sekitar, tak ada fluktuasi dan nyeri tekan. Hal ini
menandakan proses infeksi/radang telah mencapai jaringan lunak atau soft tissue.
Gangren merupakan jaringan yang mati karena tidak adanya perfusi darah. Klinis
tampak warna hitam, bisa disertai cairan kecoklatan, bau busuk dan teraba dingin. Jika
terdapat krepitasi di bawah kulit maka disebut dengan gas gangren.
Melakukan penilaian ulkus kaki merupakan hal yang sangat penting karena berkaitan
dengan keputusan dalam terapi. Pemeriksaan fisik diarahkan untuk mendapatkan deskripsi
karakter ulkus, menentukan ada tidaknya infeksi, menentukan hal yang melatarbelakangi
terjadinya ulkus (neuropati, obstruksi vaskuler perifer, trauma atau deformitas), klasifikasi
ulkus dan melakukan pemeriksaan neuromuskular untuk menentukan ada/tidaknya
deformitas, adanya pulsasi arteri tungkai dan pedis.
Deskripsi ulkus DM paling tidak harus meliputi; ukuran, kedalaman, bau, bentuk dan
lokasi. Penilaian ini digunakan untuk menilai kemajuan terapi. Pada ulkus yang
dilatarbelakangi neuropati ulkus biasanya bersifat kering, fisura, kulit hangat, kalus, warna
kulit normal dan lokasi biasanya di plantar tepatnya sekitar kaput metatarsal I-III, lesi sering
berupa punch out. Sedangkan lesi akibat iskemia bersifat sianotik, gangren, kulit dingin dan
lokasi tersering adalah di jari. Bentuk ulkus perlu digambarkan seperti; tepi, dasar, ada/tidak
pus, eksudat, edema atau kalus. Kedalaman ulkus perlu dinilai dengan bantuan probe steril.
Probe dapat membantu untuk menentukan adanya sinus, mengetahui ulkus melibatkan
tendon, tulang atau sendi. Berdasarkan penelitian Reiber, lokasi ulkus tersering adalah di
permukaan jari dorsal dan plantar (52%), daerah plantar (metatarsal dan tumit: 37%) dan
daerah dorsum pedis (11%).
Pemeriksaan pulsasi merupakan hal terpenting dalam pemeriksaan vaskuler pada
penderita penyakit oklusi arteri pada ekstremitas bagian bawah. Pulsasi arteri femoralis,
arteri poplitea, dorsalis pedis, tibialis posterior harus dinilai dan kekuatannya di kategorikan
sebagai aneurisma, normal, lemah atau hilang. Pada umumnya jika pulsasi arteri tibialis
posterior dan dorsalis pedis teraba normal, perfusi pada level ini menggambarkan patensi
aksial normal. Penderita dengan claudicatio intermitten mempunyai gangguan arteri
femoralis superfisialis, dan karena itu meskipun teraba pulsasi pada lipat paha namun tidak
didapatkan pulsasi pada arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior. Penderita diabetik lebih
sering didapatkan menderita gangguan infra popliteal dan karena itu meskipun teraba
pulsasi pada arteri femoral dan poplitea tapi tidak didapatkan pulsasi distalnya.
Klasifikasi (Wagner)
Sedangkan untuk kaki diabetes, berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi dan derajat
gangren , maka dibuat klasifikasi derajat lesi pada kaki diabetik menurut Wagner, yaitu:
Derajat 0
Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat IV
Derajat V
Tidak ada lesi terbuka, kulit utuh dan mungkin disertai
kelainan bentuk kaki atau selulitis
Ulkus superfisial dan terbatas di kulit
Ulkus dalam mengenai tendon, kapsula sendi, atau fasia yang
dalam tanpa abses atau osteomielitis
Ulkus yang dalam disertai abses, osteomielitis atau sepsis sendi
Gangren terlokalisasi pada kaki bagian depan atau tumit
Gangren seluruh kaki dan sebagian tungkai bawah
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis secara
pasti adalah dengan melakukan pemeriksaan lengkap yakni pemeriksaan CBC (Complete
Blood Count), pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi hepar, elektrolit.
Pemeriksaan foto polos radiologis pada pedis juga penting untuk mengetahui ada
tidaknya komplikasi osteomielitis.
Penatalaksanaan
Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu
pencegahan terjadinya kaki diabetes dan terjadinya ulkus (pencegahan primer sebelum
terjadinya perlukaan kulit) dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah
(pencegahan sekunder dan pengelolaan ulkus/gangren diabetik yang terjadi).
1. Pencegahan Primer:
Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk pencegahan terajdinya ulkus.
Peran ahli rehabilitasi medik dengan memberikan alas kaki yang baik dapat mencegah
faktor mekanik penyebabnya.
Keadaan kaki penyandang diabetes oleh Frykberg digolongkan berdasar risiko
terjadinya dan risiko besarnya masalah yang mungkin timbul, yaitu:
1. sensasi normal tanpa deformitas
2. sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi
3. insensitivitas tanpa deformitas
4. iskemia tanpa deformitas
5. komplikasi
a. kombinasi insensivitas, iskemia, dan/atau deformitas
b. riwayat adanya tukak, deformitas Charcot
Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko. Untuk kaki yang insensitif
(kategori 3 dan 5), alas kaki perlu diperhatikan dengan benar. Apabila telah terjadi
deformitas (kategori 2 dan 5), perlu perhatian khusus mengenai sepatu/alas kaki yang
dipakai untuk meratakan penyebaran tekanan pada kaki. Untuk kategori 4, karena terjadi
permasalahan vaskuler, maka latihan kaki perlu diperhatikan untuk memperbaiki
vaskularisasi kaki. Untuk ulkus yang telah mengalami komplikasi, perlu usaha lebih lanjut
(sekunder).
2. Pencegahan Sekunder
Penanganan dalam hal pengelolaan kaki diabetes meliputi:1
mechanical control – pressure control
wound control
microbiological control – infection control
vascular control
metabolic control
- educatinal control
Penjabaran lebih rinci dari keenam aspek tersebut pada tingkat pencegahan
sekunder dan tersier yaitu:
a. Kontrol Metabolik
Kadar glukosa darah diusahakan senormal mungkin untuk memperbaiki berbagai
faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka. Biasanya
diperlukan insulin untuk menormalisasi kadar glukosa darah. Status nutrisi harus
diperhatikan, karena nutrisi yang baik akan membantu proses penyembuhan luka. Kadar
albumin serum, kadar Hb, derajat oksigenasi jaringan, dan monitoring fungsi ginjal harus
juga diperhatikan.
b. Kontrol Vaskuler
Keadaan vaskular yang buruk akan menghambat penyembuhan luka. Kelainan
pembuluh darah perifer dapat dikenali dengan cara sederhana seperti warna dan suhu kulit,
perabaan arteri dorsalis pedis, dan arteri tibialis posterior serta pengukuran tekanan darah.
Dapat juga dilakukan penilaian dengan ankle brachial index, ankle pressure, toe pressure,
TcPO2, dan pemeriksaan echodoppler serta arteriografi.
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskulernya, dapat dilakukan pengelolaan
kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskuler, yaitu berupa:
1) Modifikasi Faktor Risiko
stop merokok
memperbaiki berbagai faktor risiko terkait aterosklerosis (hiperglikemia, hipertensi,
dislipidemia)
walking program
2) Terapi Farmakologis
Mengacu pada berbagai penelitian pada kelainan akibat aterosklerosis di tempat lain
(jantung,otak), mungkin obat seperti aspirin dapat dimanfaatkan.
3) Revaskularisasi
Tindakan revaskularisasi dapat dianjurkan jika kemungkinan kesembuhan luka
rendah dan terdapat klaudikasio intermitten. Sebelum tindakan, dilakukan
pemeriksaan arteriografi. Oklusi vaskuler dapat dilakukan bedah terbuka atau
prosedur endovaskuler-PTCA pada oklusi pendek. Sumbatan akut dapat dilakukan
tromboarterektomi. Dengan perbaikan vaskularisasi daerah distal diharapkan
kesembuhan luka dapat membaik.
c. Wound Control
Perawatan luka sejak pasien datang pertama kali harus dikerjkan dengan baik dan
teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin. Tindakan debridemen yang adekuat
merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan sebelum menilai dan mengklasifikasi luka.
Debridemen yang adekuat akan membantu mengurangi jaringan nekrotik sehingga dapat
menurunkan produksi pus luka. Demi menjaga suasana yang kondusif, luka dapat ditutup
dengan kasa yang diasahi dengan larutan salin.
Untuk kesembuhan luka kronis, suasana sekitar luka yang kondusif harus
dipertahankan. Luka dipastikan dalam keadaan optimal sehingga penyembuhan luka dapat
terjadi sesuai dengan tahapan normalnya. Apabila proses inflamasi masih terjadi, proses
penyembuhan tidak akan melanjut ke fase granulasi dan epitelialisasi.
Untuk mempercepat kesembuhan luka dapat memanfaatkan sarana dan penemuan
baru wound control, seperti pemakaian graft.
d. Microbiological Control
Antibiotik yang diberikan harus sesuai dengan hasil biakan kuman dan resistensinya.
Untuk lini pertama pemberian antibiotik diberikan antibiotik dengan spektrum luas mencakup
kuman Gram positif dan negatif (seperti misalnya golongan sefalosporin), dikombinasikan
dengan obat yang bermanfaat untuk bakteri anaerob (misalnya metronidazole).
e. Pressure Control
Luka yang selalu mendapat tekanan akan memperlambat proses penyembuhan.
Diperlukan usaha untuk mengurangi beban pada kaki seperti sepatu temporer, pemakaian
kursi roda, alas kaki yang empuk, dan lain-lain. Selain itu dapat pula dilakukan pembedahan
untuk mengurangi tekanan pada luka, seperti: dekompresi ulkus/abses, ataupun prosedur
koreksi bedah seperti hammer toe, partial calcanectomi, metatarsal head resection, dan lain-
lain.
f. Educational Control
Edukasi sangat berperan dalam pengelolaa kaki diabetes. Dengan penyuluhan yang
baik diharapkan adanya dukungan dan bantuan dalam tindakan penyembuhan baik dari
penderita ataupun dari keluarganya.
Edukasi yang diberikan meliputi:
- Membersihkan kaki setiap hari
- Memeriksa kaki setiap hari, semua area harus diperiksa, bila ada kemerahan, luka,
memar, bercak, atau trauma karena apapun segera memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan
- Memeriksakan kaki secara berkala ke fasilitas kesehatan, setidaknya 1 tahun sekali, bila
ada neuropati atau deformitas apapun harus lebih sering memeriksakan
- Mengontrol kadar gula darah
- Menggunakan alas kaki yang tepat dan nyaman
- Mempertimbangkan penggunaan prothesa
- Memeriksa alas kaki sebelum dipakai
- Menggunakan kaos kaki yang bersih
- Hati-hati terhadap paparan suhu, misalnya penghangat kaki, gel pendingin atau
penghangat, dan lain-lain
- Jangan berjalan tanpa alas kaki
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : IKR
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Bali
Agama : Hindu
Pendidikan : Tamat SMA
Status : Sudah Menikah
Tanggal MRS : 17 Juli 2012
Tanggal Pemeriksaan: 17 Juli 2012 Pukul 20.15
Anamnesis:
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : nyeri pada kaki
Keluhan dirasakan sejak 1 Minggu SMRS
Luka awalnya hanya lecet dan berbentuk bulat kecil d 0,5cm pada telapak kaki
namun kemudian luka bertambah berat, tanpa disadari akhirnya luka tersebut
bernanah dan borok
Penyebab luka tidak diketahui
Os. Memiliki kebiasaan berjalan di pekarangan rumahnya tanpa menggunakan
alas kaki
Mual dan muntah (-) makan minum (+) N
Panas badan (+) sejak 3 hari SMRS
Sebelum luka os. Mengatakan sering merasa nyeri apabila berjalan selama >15
mnt
BAB/BAK normal, tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat, kencing manis (+) sejak 20 thn y.l, hipertensi (-) penyakit jantung, asma
dan alergi disangkal keluarga pasien
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat Pengobatan
Riwayat minum obat kencing manis (+) sebelumnya os. Sudah pernah minum
obat kencing manis berupa pil (10 thn y.l) namun obat tersebut tidak diminum
secara teratur
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa pada anak pasien.
Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien sekarang sudah tidak bekerja
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Kesadaran : E4V5M6
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Temp. Aksila : 37,6°C
TB : 168 cm
BB : 48 kg
KEPALA
Mata : an -/-, ikt -/-
THT : kesan tenang
bibir normal
THORAK :
Cor : I : Tidak tampak ictus kordis
Pa: Teraba ictus kordis di MCL kiri ICS V
Pe : batas kanan : PSL kanan
batas kiri : MCL kiri
atas : ICS II
Au : S1S2 tunggal reguler murmur (-)
Po : I : Gerak pernafasan simetris
Pa : VF N/N
Pe : Sonor / sonor
Au : Vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
ABDOMEN :
I : Distensi (-)
Au : BU (+) N
Pa : Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Pe : Timpani
EKSTREMITAS :
Akral dingin pada keempat ekstremitas
R. Plantar Pedis D :
oedem (+), luka terbuka disertai ulkus dengan ukuran 3x2cm,
terlihat otot, pus (+), terasa nyeri, arteri dorsalis teraba 80x/mnt
Pemeriksaan Penunjang
Parameter Hasil Unit Rentang Nilai
WBC 15,49 103/μL 4,80 – 10,80
- Ne 11.7 103/μL 1,50 – 7.00
- Ly 1.82 103/μL 1,00 – 3,70
- Mo 0.93 103/μL 0,00 – 0,70
- Eo 0.05 103/μL 0,00 – 0,40
- Ba 0.02 103/μL 0,00 – 0,10
RBC 4.13 106/μL 4.40 – 5,90
HGB 12,4 g/dL 11,7 – 15,5
HCT 35,3 % 35,00 – 47,00
MCV 85,5 fL 86,00– 110,00
MCH 30,0 pg 26,00 – 38,00
PLT 344 103/μL 150 – 450
Urine lengkap :
Kimia :
Leukosit +1, protein +1, glukosa +3, keton +1, eritrosit +1
Makroskopis :
Eritrosit 4-8/lpb, leukosit 3-5/lpb, sel epitel: Bulat 0-2/lpb, gepeng 0-1/lpb, squamous
2-4/lpb Bakteri +1
HBA1c : 13,1%
BSA : 242 mg/dL
Culture dengan sedimen pus : (-) for bacterium
Foto Thorax AP
Kesan :
Tidak tampak proses spesifik aktif kedua paru
Jantung dalam batas normal
DIAGNOSIS
Diabetes Melitus Tipe 2 + Diabetic Foot Wagner Stadium 3
PENATALAKSANAAN
RL 20tpm
Lantus 0-0-10iu
Novorapid 3x4iu
Socef 2x1gr drip dlm Nacl 0,9% 100cc dlm 2-4 jam
Ascardia 1x80mg
Rawat luka 2x/hari
Tanggal Keluhan Diagnosa Terapi
18/7/12 Keluhan -
BSN 206
-diabetic foot
wagner st.3
-dm tipe 2
RL 20tpm
Lantus 0-0-12iu
Novorapid 3x4iu
Socef 2x1gr drip dlm Nacl 0,9%
100cc dlm 2-4 jam
Ascardia 1x80mg
Rawat luka 2x/hari
Tanggal Keluhan Diagnosa Terapi
19/7/12 Keluhan - -diabetic foot
wagner st.3
-dm tipe 2
RL 20tpm
Lantus 0-0-12iu
Novorapid 3x4iu
Socef 2x1gr drip dlm Nacl 0,9%
100cc dlm 2-4 jam
Ascardia 1x80mg
Rawat luka 2x/hari
Tanggal Keluhan Diagnosa Terapi
20/7/12 Keluhan - -diabetic foot
wagner st.3
-dm tipe 2
RL 20tpm
Lantus 0-0-14iu
Novorapid 3x4iu
Cravox 1x500mg
Ascardia 1x80mg
Rawat luka 2x/hari
Tanggal Keluhan Diagnosa Terapi
21/7/12 Keluhan - -diabetic foot
wagner st.3
-dm tipe 2
RL 20tpm
Lantus 0-0-14iu
Novorapid 3x4iu
Cravox 1x500mg
Pletaal 2x50mg
Rawat luka 2x/hari
Tanggal Keluhan Diagnosa Terapi
22/7/12 Keluhan - -diabetic foot
wagner st.3
-dm tipe 2
RL 20tpm
Lantus 0-0-12iu
Novorapid 3x4iu
Cravox 1x500mg
Rawat luka 2x/hari
Tanggal Keluhan Diagnosa Terapi
23/7/12 Keluhan -
BSN 174
-diabetic foot
wagner st.3
-dm tipe 2
RL 20tpm
Lantus 0-0-16iu
Novorapid 3x4iu
Craxox 1x500mg
Rawat luka 2x/hari
Tanggal Keluhan Diagnosa Terapi
24/7/12 Keluhan - -diabetic foot
wagner st.3
-dm tipe 2
RL 20tpm
Lantus 0-0-16iu
Pletaal 50mg 1-0-1
Cravox 1x500mg
Rawat luka 2x/hari